Edisi 195

Page 1


2

Edisi No. 195/Tahun XXVII

FA J AR

SARIP ATI SARIPA

Jangan Hanya Slogan! Universitas riset bukan hanya sekadar universitas yang mendapatkan berbagai hibah dana penelitian, melainkan juga harus mampu membangun relasi dengan industri dan masyarakat. Caranya yaitu menghasilkan penelitian tepat guna. Di Indonesia ini, hanya ada beberapa universitas yang mampu mengentaskan diri menjadi universitas riset, di antaranya Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, dan Institut Teknologi Bandung. Sejak dilantik setengah tahun yang lalu, Rektor Universitas Negeri Padang, Prof. Ganefri, Ph.D., pun bertekad menjadikan UNP sebagai universitas riset. Target tersebut dianggap lebih realistis dan lebih terarah daripada target UNP sebelumnya, yakni menjadi World Class University. Salah satu caranya, yaitu menganggarkan 15 persen Pendapatan Negara Bukan Pajak tiap tahunnya untuk penelitian. Hal ini berbeda dengan tahun sebelumnya yang hanya 3-4 persen. Tujuannya tak lain dan tak bukan adalah untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas penelitian dan publikasi UNP. Meski demikian, riset bukan hanya berkaitan dana hibah penelitian dengan proyek-proyek jangka pendeknya. Tetapi, lebih dari itu, riset juga harus memiliki ketepatgunaannya bagi masyarakat. Jangan sampai penelitian dilakukan dosen berhenti sampai hasil penelitiannya berhasil masuk jurnal. Hasil penelitian tersebut hendaknya bisa dimanfaatkan secara kontinu oleh masyarakat. Jangan sampai pula niat dosen melakukan penelitian hanya untuk mendapatkan dana hibah penelitian, apalagi hanya sekedar untuk memenuhi syarat kenaikan pangkat. Artinya, UNP harus bisa meningkatkan kuantitas dan kualitas penelitiannya. Salah satu cara agar sebuah penelitian bisa tepat guna adalah membangun relasi dengan pusat riset dan industri, baik di tingkat regional, nasional, maupun internasional. Publikasi pun harus ditingkatkan. UNP juga harus memiliki jurnal yang terakreditasi. Mahasiswa pun juga harus dilibatkan dalam penelitian yang diadakan. Cara pembelajarannya pun harus dirombak. UNP harus bisa menciptakan suasana dan kondisi di mana dosen dan mahasiswa bisa terangsang untuk membaca jurnal dan menggunakannya sebagai referensi utama dalam perkuliahan. Dan, masih banyak lagi hal yang harus kita lakukan jika memang menginginkan UNP menjadi universitas riset. Harapannya, UNP menjadi universitas riset ini tidak hanya menjadi slogan di awal kepemimpinan Ganefri saja. Target ini hanya bisa dicapai dengan membuat kebijakan-kebijakan yang strategis. Berat memang! Riset Indonesia saja masih jauh tertinggal dari negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura. Walaupun di Indonesia sendiri ada beberapa universits riset, tetapi penelitian yang dihasilkan pun jauh dari kebermanfaatannya bagi masyarakat dan industri. Lalu, bagaimana dengan UNP? Kita lihat saja. Tidak ada yang mustahil jika kita mau berusaha.

GANTOLE

+ Menuju Universitas Riset, UNP Persiapkan Diri - Persiapkan dulu sumber daya sampai benar-benar siap, Pak! POK OK P AD ANG POKOK PAD ADANG + Wajah Baru Wakil Rektor UNP Periode 2016-2020 - Semoga amanah demi kemajuan UNP ke depan!

+Fakultas Psikologi Menunggu Persetujuan Kemenristek Dikti - Alhamdulillah! Ini berita bagus.

Akreditasi A, UNP Bersuka Cita Pada akhir tahun 2016, Universitas Negeri Padang (UNP) mendapatkan kado terindah untuk sivitas akademika dengan keluarnya hasil reakreditasi institusi dengan peringkat A. Dengan hasil demikian, UNP termasuk salah satu perguruan tinggi dengan akreditasi A dari 48 perguruan tinggi negeri maupun swasta yang telah memperoleh akreditasi A hingga 2016 ini. Artinya, UNP sudah dapat dinyatakan sejajar dengan perguruan tinggi lainnya yang telah lebih dahulu memperoleh akreditas institusi dengan nilai A. Dengan nilai akreditasi A tersebut, sejenak sivitas akademika UNP patut bersuka cita. Pimpinan universitas, fakultas, jurusan, dan prodi layaklah menyatakan kebanggaan karena hal yang dicitacitakan dan diinginkan oleh semua pihak sudah diperoleh dengan baik. Demikian juga, mahasiswa dan alumni patut bersuka cita pula karena posisi akreditasi A ini juga mempengaruhi eksistensi dan keberterimaan mahasiswa serta alumni di dunia kerja. Tenaga kependidikan sebagai bagian dari sivitas akademika UNP juga patut bersuka cita

sebagai bentuk keberhasilan kerja tenaga kependidikan mendukung terwujudnya kualitas UNP. Seluruh sivitas akademika patut berterima kasih kepada seluruh pimpinan UNP yang sebelumnya dan pimpinan UNP yang sekarang yang sudah bersinergi untuk mewujudkan akreditasi terbaik bagi UNP. Selain itu, selurus sivitas akademika juga patut berterima kasih kepada pimpinan fakultas, jurusan, prodi, baik yang sebelumnya maupun yang sekarang yang tentu juga ikut mewujudkan akreditasi terbaik ini. Demikian pula, selurus sivitas akademika juga patut berterima kasih kepada tim penyusun borang institusi dan mengawal pelaksanaan visitasi demi keberhasilan akreditasi institusi. Ucapan terima kasih juga patut disampaikan kepada para alumni dan pengguna di Sumatera Barat karena juga telah ikut mensukseskan keberhasilan akreditasi terbaik bagi UNP. Setelah bersuka cita untuk beberapa saat, seluruh sivitas akademika UNP tentu diharapkan beraktivitas yang terbaik untuk menunjukkan kualitas terbaik tersebut kepada masyarakat pengguna. Bentuk pela-

yanan terbaik sejak pimpinan program studi, jurusan, fakultas, dan universitas harus ditunjukan sesuai dan sejajar dengan kualitas akreditasi A tersebut. Dosen juga harus menunjukkan pelayanan terbaik bagi mahasiswa baik dalam perkuliahan ataupun dalam pelayanan pembimbingan tugas akhir mahasiswa. Mahasiswa juga harus menunjukkan kesungguhan dalam mengikuti perkuliahan dan menyelesaikan tugas-tugas akademik sehingga sejalan mewujudkan kualitas terbaik bagi UNP tersebut. Seiring keluarnya akreditasi institusi dengan peringkat A tersebut, Rektor juga telah melantik pimpinan baru di UNP, seperti Wakil Rektor I, Wakil Rektor II, Wakil Rektor III, Wakil Rektor IV, Ketua dan Sekteraris LP2M dan jajarannya, Ketua dan Sekteraris LP3M dan jajarannya, Dekan dan Wakil Dekan pengganti antarwaktu. Dalam waktu dekat, juga akan dipilih dan dilantik pimpinan dan anggota senat fakultas, pimpinan dan anggota senat universitas. Dengan pelantikan pimpinan baru tersebut, sinergi akan tercipta untuk meningkatkan kualitas UNP secara berkelanjutan. Semoga saja! (Eto)

POK OK P AD ANG POKOK PAD ADANG

Fot o Ber sama: Kru SKK Ganto UNP beserta Pembina SKK Ganto UNP, Prof, Dr. Ermanto, oto Bersama: M.Hum., dan tamu undangan foto bersama sebelum berlangsungnya Musyawarah Besar SKK Ganto UNP di Lantai I, Gedung MKU UNP, Minggu (8/1). f/Okta

Salam Pers Mahasiswa ! Aktivitas kampus mulai sepi seiring berakhirnya pembelajaran di semester ganjil 2016. Kebanyakan mahasiswa telah kembali ke kampung halaman untuk berkumpul dengan keluarga sekaligus menyambut tahun baru bersama. Namun, berbeda halnya dengan kru Ganto. Kami masih sibuk mengejar deadline cetak SKK Ganto edisi 195. Edisi ini merupakan edisi terakhir di kepengurusan periode tahun ini. Kami harus memenuhi tanggung jawab yang telah disepakati pada awal kepengurusan. Keterlambatan ini dikarenakan berbagai kendala yang dialami oleh kru Ganto. Salah satu kendala

tersebut adalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang semangatnya mulai kendur. Penyebabnya, hilangnya komunikasi dengan beberapa orang kru Ganto. Hal ini tentu berdampak bagi kru yang bersemangat untuk menyelesaikan tanggung jawab. Bukan apa-apa, untuk menyelesaikan satu edisi, dibutuhkan kerja sama dari semua pihak. Jika ada pihak yang tidak melaksanakan tugasnya, maka akan berimbas bagi pihak lainnya. Ibarat organ tubuh, apabila salah satu organnya sakit, maka organ lainnya akan merasakan dampaknya pula. Syukur alhamdulillah! kendala tersebut dapat kami lalui hingga akhirnya edisi terakhir Ganto ini

sampai ke tangan pembaca. Hal ini tidak terlepas dari semangat mereka yang tetap komitmen menjalankan tanggung jawab sebagai kru Ganto. Selain disibukkan dengan cetak, kru Ganto juga sedang mempersiapkan Musyawarah Besar. Hal ini bertujuan untuk membahas kelangsungan organisasi ke depan dan membentuk kepengurusan baru. Dengan datangnya wajah baru di keluarga besar SKK Ganto diharapkan organisasi ini dapat berjalan lebih baik dan memberikan nuansa baru kepada pembaca. Edisi kali ini, Ganto menghadirkan pembahasan laporan mengenai UNP menuju universitas riset. Salah satu upaya yang akan dilakukan adalah 15% Pendapatan Negara Bukan Pajak UNP digunakan untuk dana penelitian. Kemudian, Ganto juga memberikan informasi dan jawaban seputar permasalahan yang ada di kampus, seperti Wajah Baru Wakil Rektor dan Pertukaran Pelajar. Tidak lupa pula Ganto menginformasikan kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh organisasi mahasiswa selingkungan UNP. Akhir kata, segenap kru SKK Ganto menyampaikan permohonan maaf kepada pembaca. Kritik dan saran selalu kami tunggu untuk baiknya kita semua dalam balutan hangat sebuah ikatan sebagai keluarga besar, yakni UNP. Selamat Membaca! Viva Persma!

Surat Kabar Kampus Universitas Negeri Padang STT No. 519 SKK/DITJEN PPG/STT/1979, International Standard Serial Number (ISSN): 1412-890X, Pelindung Pelindung: Rektor UNP: Prof. Ganefri, Ph.D., Penasehat Penasehat: Wakil Rektor III UNP: Dr. Syahrial Bakhtiar, M.Pd., Penanggung Jawab Jawab: Prof. Dr. Ermanto, M.Hum., Dewan Ahli Ahli: Jefri Rajif, Novarina Tamril, Sabrina Khairissa, Kurniati Rahmadani. Staf Ahl Ahli: Konsultasi Psikologi Psikologi: Dr. Marjohan, M.Pd., Kons., Konsultasi Agama Agama: Dr. Ahmad Kosasih, M.A., Konsultasi Kesehatan Kesehatan: dr. Pudia M. Indika, Kritik Cerpen: M. Ismail Nasution, S.S., M.A., Kritik Puis Puisi: Utami Dewi Pramesti, M.Pd., Kritik English Corner : Drs. Jufri, M.Pd., Pemimpin Umum Umum: Fitri Aziza, Sekretaris Umum Umum: Windy Nurul Alifa, Bendahara Umum Umum: Resti Febriani, Atas Nama Pemimpin Redaksi Redaksi: Fitri Aziza, Kepala Penelitian dan Pengembangan Pengembangan: Sri Gusmurdiah, Pemimpin Usah Usahaa : Hari Jimi Akbar, Redaktur Pelaksana Pelaksana: Yulia Eka Sari, Redaktur Berita Berita: Ermiati Harahap dan Neki Sutria, Redaktur Tulisan Tulisan: Maida Yusri, Redaktur Bahasa Sastra dan Budaya Budaya: Fakhruddin Arrazzi, Redaktur Online Online: Ranti Maretna Huri Redaktur Artistik Artistik: Doly Andhika Putra, Layouter Layouter: Fauziah Safitri, Fotografer Fotografer: Okta Vianof, Riset: Zahara, Staf Usaha: Abdul Hamid. Reporter Junior: Alfendri, Antonia Dwi Rahayuningsih, Arrasyd, Debi Gunawan, Gezal Sabri, Hengky Yalandra, Laila Marni, Lutfi Darwin, Nadila Aprisia, Oktri Diana Putri, Putri Radila, Tivani Monic Sandria, Wildan Firdaus, Penerbit: SKK Ganto UNP, Alamat: Gedung PKM UNP Ruang G65 Universitas Negeri Padang Padang, Jl. web: http://ganto.or.id , email: redaksiganto@gmail.com redaksiganto@gmail.com, Percetakan: Unit Percetakan PT. Padang Graindo Prof. Dr. Hamka, Air Tawar. Kode pos 25131. Laman web Mediatama (Isi di luar pertanggungjawaban percetakan), Tarif iklan: Rp4.000.000,00 (halaman penuh berwarna), Rp1.500.000,00 (1/2 halaman hitam-putih), Rp100.000,00 (iklan web ukuran 300x250 pixel). Redaksi menerima tulisan berupa artikel, esai, feature, cerpen, puisi, dan bentuk tulisan kritis lainnya dari sivitas akademika UNP. Redaksi berhak menyunting tulisan tanpa mengubah esensinya. Tulisan yang masuk menjadi hak redaksi dan yang tidak dimuat akan dikembalikan atau menjadi bahan edisi berikutnya. Setiap tulisan yang dimuat akan diberi imbalan/uang lelah semestinya.


3

Edisi No. 195/Tahun XXVII

SURA T PEMBA CA SURAT PEMBAC SKK Ganto UNP menerima surat pembaca, baik berupa keluhan, kritikan, saran, maupun permasalahan tentang lingkungan sekitar UNP. Surat pembaca dapat dikirimkan melalui email redaksiganto@gmail.com atau bisa diantar langsung ke Sekretariat SKK Ganto UNP Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Ruang G65 UNP dengan melampirkan kartu identitas, seperti KTP atau KTM.

Pengalaman Pertukaran Mahasiswa di UNP Saya merupakan mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta yang mengikuti program Pertukaran Mahasiswa Tanah Air Nusantara (Permata) di UNP. Sebagai mahasiswa pertukaran, saya sempat mengalami kesulitan dalam memperoleh NIM dan KTM di UNP. Di sini, saya memerlukan waktu yang cukup lama, sekitar 2 bulan, sedangkan mahasiswa yang mengikuti program ini di UNY hanya memerlukan waktu sekitar 1-2 minggu. Saya juga sempat mendapat pengalaman yang kurang menyenangkan ketika berada di Perpustakaan Pusat UNP. Ketika saya mencoba masuk ke dalam pustaka, namun mengalami kendala dari penjaga perpustakaan. Padahal, saya sudah menjelaskan bahwa saya adalah mahasiswa pertukaran dari UNY dan membawa surat pengantar dari pihak rektorat UNP. Selain itu, saya juga sempat mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan dari pustakawan di sana. Padahal, ketika itu saya tidak melakukan hal apapun yang dilarang pustaka, seperti merusak buku atau meletakkan buku sembarangan. Untuk masalah sarana dan prasarana, saya juga merasa bahwa sarana dan prasarana yang ada di kampus masih kurang. Contoh kecilnya saja yaitu kamar mandi yang kurang terawat di SMK Labor Pembangunan, tempat saya melakukan perkuliahan. Muhammad Faruq Jabbar Baihaqie Mahasiswa Program Pertukaran Mahasiswa Tanah Air Nusantara (Permata) Pendidikan Sejarah 2014

Meningkatkan Kejujuran Mahasiswa Sebagai penerus bangsa, pemuda khususnya mahasiswa, hendaknya mengetahui arti penting kejujuran. Jika mahasiswa telah terbiasa berbohong, bisa dibayangkan bagaimana keadaaan negeri ini nantinya ketika mereka memimpin. Betapa banyak pejabat yang masuk penjara karena tidak jujur. Tidak sedikit pula yang bebas menghamburkan hak orang lain demi kepentingan pribadi. Padahal, ketidakjujuran berakibat sangat fatal. Saya sangat jengkel sekali pada ujian akhir semester kemaren. Hampir 50% teman-teman saya melakukan kecurangan, seperti mencotek, melihat internet, catatan yang telah difoto, dan sebagainya. Dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi mereka membohongi diri sendiri dan orang lain. Smartphone seharusnya dapat meringankan pekerjaan mahasiswa malah digunakan untuk sesuatu yang bernilai negatif. Terang saja saya telah berusaha mengingatkan, namun mereka hanya menyepelekan. “Yang penting lembar jawaban ujian saya berisi. Toh, dosen tidak tahu,” ujar seorang teman saya. Saya sangat berharap sekali kepada semua pengawas ujian untuk lebih memperhatikan mahasiswa pada saat ujian berlangsung. Kalau perlu kumpulkan tas dan HP mereka di depan kelas supaya dapat menimalisir kecurangan. Saya juga berharap kepada dosen dan seluruh jajaran kampus agar bisa menciptakan sistem atau kondisi di mana mahasiswa biasa berlaku jujur, bukan hanya di lingkungan kampus, tapi juga dalam keseharian. Mahasiswa FBS

Refleksi

Mencari Nilai, Bukan Menggapai Tujuan Oleh Fakhruddin Arrazzi Mahasiswa Jurusan Fisika TM 2013 Saya memiliki seorang teman yang selalu semangat menjalani hari-harinya. Dia biasa bangun pada pukul lima pagi. Kemudian, beraktivitas seperti manusia normal lainnya: olahraga, mandi dan yang lainnya. Meski sebenarnya dia tidak kuliah pada hari itu, dia akan tetap pergi ke kampus pada pukul tujuh pagi dan baru pulang pada pukul empat sore. Dia mengisi waktu luangnya dengan membaca di perpustakaan. Dia sangat rajin. Di kos pun, saya selalu melihatnya bergiat dengan tugas, bundelan, dan buku. Selalu begitu! Tak ayal, IPK-nya selalu di atas 3,50. Teman saya ini belajar segiat itu karena memiliki target tamat kuliah tiga setengah tahun. Mula-mula, dia memang sangat bersemangat. Tapi, akhirakhir ini, dia tampak jenuh. Rupanya, teman saya ini memiliki permasalahan dengan salah seorang dosennya. Saya tahu teman saya ini adalah tipe orang yang sangat kritis. Di ruang kelas, dia membantah apa yang disampaikan oleh dosennya. Maksud hati ingin berdiskusi, tapi yang terjadi adalah sebaliknya. Dosennya tersebut tersinggung karena merasa keilmuannya diuji. Dia mengusir teman saya dari ruang kelas dan memintanya untuk tidak datang lagi pada pertemuan selanjutnya. Artinya, teman saya mendapatkan nilai E. Spontan saja teman saya syok. Dia merasa apa yang telah diusahakannya selama ini sia-sia. Dia sudah lelah dan bosan. “Aku mau berhenti kuliah saja,” ujarnya kepada saya. Pembaca, dalam hidup ini, kita memang perlu memiliki target atau tujuan. Tujuan merupakan sesuatu yang hendak dicapai dan dilaksanakan oleh seseorang atau individu. Tujuan juga berfaedah untuk merang-

Untuk mengantisipasi hilangnya motivasi ketika tidak berhasil mencapai tujuan, kita harus memiliki prinsip dalam hidup. Prinsip tersebut yaitu mengutamakan nilai dalam sebuah usaha, dan tidak menjadikan tujuan sebagai indikator segala-galanya. Nilai yang dimaksud seperti nilai moral atau nilai karakter yang akan didapatkan, baik jika tujuan berhasil dicapai maupun tidak.

sang seseorang agar memiliki hasrat untuk menggapai sesuatu. Tujuan bukan hanya dimiliki oleh seseorang, tapi juga harus dimiliki oleh sebuah organisasi, institusi, atau pemimpin. Meski demikian, jangan jadikan tujuan sebagai patokan apakah sebuah usaha yang kita lakukan sudah berhasil atau tidak. Artinya, ketika gagal melakukan sesuatu, jangan sampai kita merasa menjadi seorang pencundang. Sebaliknya, ketika tujuan itu berhasil dicapai, kita tidak boleh cepat puas dan angkuh. Tetapkanlah tujuan yang baru! Untuk mengantisipasi hilangnya motivasi ketika tidak berhasil mencapai tujuan, kita harus memiliki prinsip dalam hidup. Prinsip tersebut yaitu mengutamakan nilai dalam sebuah usaha, dan tidak menjadikan tujuan sebagai indikator segala-galanya. Nilai yang dimaksud seperti nilai moral atau nilai karakter yang akan didapatkan, baik jika tujuan berhasil dicapai maupun tidak. Orang

yang lebih mengutamakan untuk mencari nilai dalam berusaha, pasti tidak akan pernah depresi ketika tujuannya tidak tercapai. Sukses atau gagal, dia akan merasa puas dengan usaha yang dilakukan. Hal ini dikarenakan dia telah mendapatkan nilai yang mungkin pada waktu lain lebih berguna untuk mencapai tujuan selanjutnya Prinsip lebih mengutamakan mencari nilai daripada menggapai tujuan inilah yang harus dimiliki oleh seorang pelajar, apalagi mahasiswa. Contohnya pada kasus teman saya tadi. Sebagai mahasiswa, jangan jadikan IPK tinggi sebagai indikator sebuah keberhasilan. Sebuah nilai karakter yang seharusnya patut disyukuri oleh teman saya ketika dia menantang apa yang disampaikan oleh dosennya adalah dia memiliki sikap berani mengutarakan gagasan. Dan, hal tersebut sangat jarang dimiliki oleh mahasiswa. Banyak juga mahasiswa agar bisa tamat cepat dengan IPK tinggi malah melakukan upaya pelacuran intelektual, seperti copy-paste tugas, menyontek saat ujian, membayar orang lain untuk membuat skripsi, membeli ijazah palsu, dan sebagainya. Dan, itu bukanlah nilai karakter. Bukan hanya oleh pelajar atau mahasiswa, prinsip ini juga harus dimiliki oleh pengusaha, dokter, guru, dosen, ilmuwan, dan profesi lainnya. Jika kita sudah memegang prinsip ini dengan baik, maka percayalah, kita pasti bisa lebih sabar, lebih kuat, dan lebih bersungguhsungguh dalam mencapai sesuatu. Semoga kita berhasil menjadi pribadi yang bukan hanya berhasil menggapai tujuan, tapi juga nilai-nilai yang bisa mendorong kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi.


LAPORAN

4

Edisi No. 195/Tahun XXVII

Menuju Universitas Riset, UNP Persiapkan Diri Targetkan perubahan dari teaching university menuju research university, UNP perlu bersiap dan berbenah diri. Oleh Debi Gunawan* dan Fakhruddin Arrazzi

D

alam beberapa kesempatan, Rektor Universitas Negeri Padang (UNP), Prof. Ganefri, Ph.D., menyampaikan bahwa UNP akan menuju universitas riset atau research university. Salah satunya pada acara Seminar Nasional Pembelajaran Fisika III yang diadakan di Hotel Basko, Sabtu (5/11). Dalam sambutannya pada acara tersebut, Ganefri mengajak mahasiswa dan dosen untuk meningkatkan kemampuan dalam bidang penelitian. “UNP bersiapsiap maju menjadi research university,” ungkapnya. Berdasarkan Rancangan Undang-Undang Perguruan Tinggi (RUU PT) tahun 2009, syarat sebuah universitas menjadi universitas riset, yaitu 25 persen pembiayaan operasional berasal dari kegiatan riset, kerja sama industri, dan hak kekayaan intelektual. Kemudian, perguruan tinggi harus menghasilkan 50 orang doktor per tahun. Sehubungan dengan hal itu, pada acara temu ramah dan diskusi rancangan pengembangan UNP masa datang rektor dengan dosen dan tenaga kependidikan Fakultas Ilmu Sosial, Selasa (4/10), Ganefri mengatakan bahwa jurnal UNP saat ini belum ada yang terakreditasi baik nasional maupun internasional. “Saat ini target kita adalah jurnal berakreditasi internasional,” paparnya. Lebih lanjut, saat ditemui di ruangannya, Ganefri mengatakan bahwa untuk mewujudkan UNP menjadi universitas riset, publikasi ilmiah peneliti-peneliti UNP harus ditingkatkan. Menurutnya, banyak hasil riset peneliti UNP yang tidak termanfaatkan secara maksimal dan hanya terletak di perpustakaan. Oleh sebab itu, universitas akan memberikan dorongan dan dukungan kepada peneliti, sehingga hasil penelitiannya dapat dimuat pada jurnal-jurnal yang terakreditasi. “Kalau tidak dipublikasikan, orang tidak akan tahu keberadaan penelitian tersebut,” ujarnya, Kamis (22/12). Dalam upaya mendorong dosen melakukan penelitian yang berkualitas, kata Ganefri, pihak universitas juga akan mendukung dari segi pendanaan. Ia berharap ke depannya kegiatan riset di UNP bisa menghasilkan income generating bagi universitas. “Salah satu indikator menjadi universitas riset ialah dana operasional perguruan tinggi yang sebagian harus berasal dari riset,” terangnya. Selain itu, Ganefri mengatakan bahwa tugas seorang dosen tidak hanya mengajar, namun juga melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat. Selain itu, menurutnya, dosen harus melakukan pendidikan berkua-

litas dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk mengikuti perkembangan di bidang pengetahuan dan teknologi tersebut, dosen harus melakukan riset. “Apabila dosen tidak pernah melakukan riset, maka dosen yang bersangkutan tidak akan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga mengajar hanya bermodalkan textbook,” paparnya. Menanggapi wacana UNP menuju universitas riset, Rahmadani Syahputra, Mahasiswa Jurusan Pariwisata TM 2013 menilai bahwa kesiapan UNP menuju universitas riset masih kurang. Hal itu, menurutnya, dikarenakan hasil riset dosen dan mahasiswa yang masih kurang dimuat pada jurnal terakreditasi nasional maupun internasional. “Riset dosen dan mahasiswa saat ini masih minim terpublikasi ke jurnal,” ujarnya, Selasa (20/12). Evan Saputra, Ketua Umum Unit Kegiatan Pusat Pengembangan Ilmiah dan Penelitian Mahasiswa mengatakan bahwa wacana UNP menjadi universitas riset merupakan sesuatu yang sudah wajar. Namun, ia menyampaikan bahwa perlunya pengelolaan dan publikasi yang maksimal terhadap hasil riset di UNP. “Jurnal kita itu banyak, dan hampir rata-rata semua itu tidak terindeks, maksudnya belum terakreditasi sama-sekali,” ungkapnya, Senin (19/12). Ia berharap ke depannya pihak universitas membenahi tata kelola jurnal dan e-jurnal yang dimiliki UNP agar terakreditasi. Selain itu, ia juga mengatakan bahwa mahasiswa juga harus berperan aktif untuk mewujudkan wacana UNP menjadi universitas riset. Karena, ketika orang melihat mahasiswanya hebat sudah tentu dosennya hebat. Akan tetapi, sebaliknya jika dosennya hebat, belum tentu mahasiswanya hebat. “Jadi, untuk memandang orang hebat bukan dilihat dari pemimpinnya, tapi dari yang bawah. Kalau bawahnya hebat, sudah tentu pemimpinnya hebat,” ujarnya. Dr. Tressayalina, S.Pd., M.Pd., Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah mengatakan, wacana UNP menjadi universitas riset sangat bagus. Menurutnya, dengan adanya wacana UNP menuju universitas riset, maka jurnal dan e-jurnal yang dimiliki UNP akan segera ditingkatkan kualitasnya. “Agar wacana itu dapat tercapai, tentu dosen-dosen di UNP harus lebih produktif lagi dalam melakukan penelitian dan menyajikannya dalam bentuk jurnal,” katanya, Rabu (17/12). Senada dengan Tressayalina,

Dari Pascasarjana: Program Pascasarja UNP menjadi salah satu sasaran dalam peningkatan kualitas dan kuantitas dari penelitian dan publikasi UNP. Rektor UNP, Prof. Ganefri, Ph.D., menyampaikan bahwa dengan ditingkatkannya jumlah mahasiswa Program Pascasarjana UNP, diharapkan jumlah peneliti di UNP juga akan meningkat, Selasa (10/1). f/Wildan*

Drs. Damri, S.Pd., M.Pd., Dosen Jurusan Pendidikan Luar Biasa, optimis dengan wacana UNP menjadi universitas riset. Ia memandang UNP telah memiliki sumber daya manusia berupa peneliti yang berkualitas dan fasitas penunjang riset yang sudah lengkap. “Kenapa tidak siap? Tidak ada alasan untuk tidak siap, tergantung nanti tata kelola universitas lagi,” tuturnya. Namun, hal itu menurutnya juga harus didukung dengan pendanaan yang cukup dan universitas melakukan sosialisasi mengenai budaya meneliti serta cara agar jurnal bisa terindeks. Tidak hanya itu, pola mengajar dosen dan belajar mahasiswa harus berbasis riset. “Mudahmudahan UNP segera menyingsingkan lengan dan menyiapkan tenaga untuk berlari cepat dan kencang menjadi unversitas riset. Tidak ada ulur waktu lagi,” harapnya. Berbeda dengan Damri, Prof. Dr. M. Zaim, M. Hum., mengatakan, untuk menjadi universitas riset, banyak yang harus dibenahi terlebih dahulu. Universitas riset dilihat bukan hanya dari jumlah penelitian dosen, tapi juga dari proses pembelajaran berbasis riset. Menurut Zaim, di UNP pola pembelajaran masih menunjukkan UNP sebagai teaching university, belum menunjukkan sebagai research university. “Setiap pembelajaran yang dilakukan harus menghasilkan suatu produk berupa hasil penelitian. Jadi tidak dilihat hanya dari karya dosen, tapi juga karya mahasiswa,” paparnya, Selasa (27/12). Konsep universitas riset yang akan dicapai, menurut Zaim, harus dipahami secara bersama terlebih dahulu, termasuk peranan dosen, staf, maupun mahasiswa dalam mencapai universitas riset itu. Oleh sebab itu, perlu diadakan diskusi mengenai indikator-indikator yang bisa diukur untuk membedakan teaching university dengan research university. Universitas riset menurut

Prof. Dr. Atmazaki, M. Pd., guru besar Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) dan juga merupakan tim pengembang jurnal UNP adalah universitas yang menjalankan semua aktivitas pendidikan berbasis riset. Hal utama yang menjadi ciri universitas riset adalah jumlah dan kualitas penelitian suatu perguruan tinggi. “Semakin banyak penelitian dan semakin berkualitas maka akan semakin dekat dengan universitas riset,” jelasnya, Selasa (10/1). Universitas di Indonesia yang sudah termasuk universitas riset, yaitu Universitas Indonesia (UI) dan Institut Teknologi Bandung (ITB). Berkaca dari kedua universitas tersebut, Atmazaki memaparkan bahwa universitas riset dapat dilihat dari kinerja dosen. Apabila dosennya sudah menghasilkan produk berupa penelitian atau artikel mencapai ratusan produk per tahun, maka sudah bisa dikatakan universitas riset. “Misalnya, ITB menghasilkan 800 per tahun, UI menghasilkan 600 per tahun, maka sudah bisa dikatakan sebagai universitas riset. Sedangkan UNP sendiri dalam satu tahun belum sampai ratusan, rektor baru merencanakan 150 jurnal internasional yang terindeks,” terangnya. Melihat keadaan UNP saat ini, Atmazaki memandang bahwa UNP belum menjalankan semua aktifitas pendidikan berbasis riset. Sebagian besar dosen UNP dalam melaksanakan proses pembelajaran masih menggunakan buku teks, belum menggunakan hasil riset, salah satunya jurnal. Ia juga mengatakan jumlah doktor dan lektor kepala di suatu universitas akan berpengaruh untuk menjadi universitas riset, dengan ketentuan doktor dan lektor kepala tersebut melakukan penelitian. “Banyak pun doktor jika tidak melakukan penelitian juga tidak akan mempengaruhi,” ujarnya. Atmazaki berharap ke depannya kegiatan riset di UNP terbangun dengan baik dan kapasitas

dosen sebagai peneliti dapat berkembang serta didukung dengan kebijakan dari pimpinan yang memberikan perhatian terhadap kegiatan riset di UNP. Selanjutnya, pengelolan riset dan jurnal di UNP ke depan juga semakin ditingkatkan. “Saat ini, Rektor sudah memberikan harapan bagi yang mau melakukan penelitian, baik dari segi dana maupun fasilitas. Semoga kondusif untuk waktu yang panjang,” harapnya. Senada dengan Atmazaki, universitas riset menurut Dr. Alwen Bentri, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang juga merupakan mantan Ketua Lembaga Penelitian UNP (LP2M saat ini) adalah universitas yang melakukan proses pembelajaran berbasis riset. Dalam mengajar, dosen harus berdasarkan riset, baik dari metode pembelajaran, media pembelajaran, maupun konten-konten yang diberikan kepada mahasiswa. Selain melakukan pembelajaran berbasis riset, kata Alwen, universitas juga harus menjalin kerja sama di bidang penelitian dengan lembaga lain baik di dalam negeri maupun luar negeri. “Tahun ini, dalam hal riset UNP telah melakukan kolaborasi dengan Jepang, UNY, UNJ, instansi pemerintah daerah, dan lainnya,” ungkapnya, Jumat (30/12). Alwen melihat adanya keseriusan UNP menuju universitas riset. Salah satunya terlihat dari penambahan dana penelitian menjadi 15% di tahun 2017 ini. Selain itu, UNP juga telah meningkatkan tata kelola penelitian dan meningkatkan sumber daya manusia peneliti. “UNP telah mengumpulkan para peneliti unggul yang punya reputasi penelitian di tingkat nasional maupun internasional berkisar sepuluh orang dan mereka diminta membuat kelompok-kelompok peneliti di fakultas,” pungkasnya. Reporter: Debi*, Ermiati, Fitri, Eka, Gezal* , Maida, Oktri*, Putri*, Rasyid*.


LAPORAN

Edisi No. 195/Tahun XXVII

Memanfaatkan Fasilitas: Mahasiswa memanfaatkan fasilitas komputer khusus untuk mengakses jurnal dan kumpulan skripsi mahasiswa dan dosen di Lantai 3 Ruang Jurnal Gedung Pustaka Pusat UNP, Rabu (4/1). f/Wildan*

Tingkatkan Kualitas Penelitian dan Publikasi Berancang-ancang menjadi universitas riset, UNP harus tingkatkan kualitas penelitian dan publikasi. Lalu, bagaimanakah kondisi penelitian dan publikasi UNP saat ini? Oleh Debi Gunawan* dan Fakhruddin Arrazzi

P

eningkatan penelitian dan publikasi merupakan langkah awal menuju universitas riset. Penelitian memiliki peranan penting dalam rangka kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sejalan dengan tridarma perguruan tinggi, penelitian di suatu universitas merupakan proses yang harus dilaksanakan agar terselenggaranya pendidikan berkualitas. Hal ini sejalan dengan pendapat Prof. Dr. Atmazaki, M.Pd., guru besar Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Padang (UNP) yang menyatakan bahwa di universitas, ilmu harus dikembangkan melalui kegiatan riset. “Tridarma perguruan tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian. Tetap saja tiap pengajaran berdasarkan penelitian, pengabdian masyarakat juga harus berdasarkan penelitian, dan intinya adalah riset,” ungkapnya, Selasa (10/1). Tuntunan melakukan penelitian dalam rangka menuju universitas riset dan melaksanakan tridarma perguruan tinggi telah dilaksanakan oleh dosen di UNP, salah satunya Dr. Azwir Anhar, M.Si., dosen Jurusan Biologi. Pada 2016, Azwir melakukan penelitian dengan judul Measurement of glycemic index of West Sumatera local rice genotypes for healthy food selection. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan plasma nutfah lokal berdasarkan genetiknya. Penelitian tersebut dilakukan

pada daerah sentra beras lokal di Provinsi Sumatra Barat, yaitu Solok, Bukittinggi, Pariaman, dan Painan. Selain di empat daerah tersebut, penelitian juga dilakukan di Laboratorium Jurusan Biologi UNP. Dalam pelaksanaanya, Azwir dibantu oleh beberapa dosen dan mahasiswa. “Penelitian ini juga melibatkan mahasiswa, sehingga cepat selesai,” ujarnya, Kamis (15/12). Azwir juga menambahkan bahwa penelitian yang dilakukannya sangat di dukung pihak universitas, walaupun dana mengalami keterlambatan dalam proses pencairannya. Untuk mengatasi permasalahan ini, ia menanggulangi dengan menggunakan uang pribadi terlebih dahulu. Dalam penelitian tersebut, kata Azwir, pihak universitas membantu dana penelitian lebih kurang 50 juta rupiah. “Pihak kampus pasti memberikan respon positif terhadap penelitian-penelitian yang dilakukan oleh dosen-dosen,” terangnya. Lebih lanjut, Azwir mengatakan bahwa penelitian yang dilakukannya itu telah dipublikasikan pada jurnal internasional, yaitu Journal of Chemical and Pharmaceutical Research. Menurutnya, publikasi dari sebuah hasil penelitian sangatlah penting dan dapat memberikan informasi terbaru kepada orang lain. “Penelitian yang sudah dilakukan bukan hanya untuk kita saja, tetapi juga untuk orang lain,” paparnya. Tidak hanya Azwir, Dr. Ngus-

man Abdul Manaf, M. Hum., dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah juga melakukan penelitian pada tahun 2016. Penelitiannya yang berjudul Kesenian Verba Aktivitas Panca Indra yang dilakukan di Kota Padang, bersumber dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) UNP. Hasil penelitian tersebut, kata Ngusman, telah dipublikasikan pada Jurnal Humaniora Universitas Gajah Mada. “Jurnal tersebut sudah terakreditasi nasional dan penelitian pun merupakan penelitian humaniora,” ungkapnya, Jumat (16/12). Rahmi Holinesti, S.Tp, M.Si., dosen Jurusan Tata Boga juga melakukan penelitian dengan judul Analisis Kualitas dan Nilai Gizi Sala Lauak Dari Berbagai Sumber Protein. Rahmi mengatakan bahwa hasil penelitian yang dilakukannya akan dipublikasikan pada jurnal terakreditasi nasional pada awal tahun 2017. “Selain kewajiban, mempublikasikan hasil penelitian juga berguna untung kenaikan pangkat,” ujarnya, Jumat (16/12). Sama halnya dengan Azwir, Rahmi juga mengalami kendala dengan pencairan dana penelitian dari universitas. Ia mengatakan pencairan dana penelitiannya baru sebesar 70% di bulan Oktober 2016 dan sisanya 30% belum dicairkan, walaupun penelitian telah selesai dan hasil penelitiannya sudah dilaporkan. Namun, hal tersebut bukan

5 menjadi hal yang terlalu berarti menurutnya. “Dari kampus belum ada keterangan, kita percaya UNP akan mencairkan itu,” ungkapnya. Menanggapi penelitian dosen di UNP, Ketua Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) UNP Prof. Dr. Rusdinal, M. Pd., menyatakan bahwa penelitian di UNP sudah baik. Hal itu dibuktikan dengan lembaga penelitian UNP yang sudah berada pada tahap utama dari empat kategori lembaga penelitian universitas, yaitu binaan, madya, utama, dan mandiri. “Dari sisi jumlah tentu ada peningkatan, buktinya lembaga penelitian UNP sudah ada pada posisi utama, tentunya kita ingin lembaga peneliian UNP bisa menuju tahapan mandiri” pungkasnya, Kamis (29/12). Dilihat dari segi jumlah, penelitian dosen di UNP terlihat mengalami peningkatan. Dalam dokumen evaluasi diri yang dipublikasikan di website UNP, pada 2013, jumlah penelitian dosen UNP berjumlah 156 judul, pada 2014 sebanyak 326 judul, dan pada 2015 sebanyak 353 judul. Rusdinal menambahkan bahwa LP2M akan berupaya menambah income generating UNP dari hasil penelitian. “Dengan itu diharapkan lembaga ini (LP2M-red) memiliki kontribusi membawa UNP menjadi universitas unggul di Asia Tenggara,” ungkapnya. Senada dengan Rusdinal, Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Prof. Dr. Lufri, MS., memandang bahwa penelitian di UNP berjalan dengan baik dan maju. Kemajuan penelitian tersebut menurutnya dikarenakan dana yang disediakan universitas sudah besar. “FMIPA juga di fasilitasi dengan laboratorium. Banyak dosen dan mahasiswa yang memanfaatkan untuk melakukan penelitian lalu menuliskan hasil penelitiannya dalam bentuk artikel, maupun dalam bentuk jurnal,” terangnya, Kamis (15/12). Hal yang sama juga disampaikan Dekan Fakultas Pariwisata dan Perhotelan (FPP) Dra. Ernawati, M.Pd.. Ia menilai penelitian dosen di UNP sudah cukup baik. Hal ini menurut Erna dikarenakan dosen selalu berusaha meningkatkan kualitas penelitiannya. “Penelitian itu kan kewajiban seorang dosen,” ujarnya, Rabu (28/12). Nia Puteri Handayani, Mahasiswa Pendidikan Geografi TM 2014 juga berpendapat bahwa penelitian dosen di UNP sudah cukup baik. Hal itu menurut Nia dikarenakan jumlah dosen yang melakukan penelitian semakin banyak. Dosen juga banyak melibatkan mahasiswa dalam melakukan penelitian. Bahkan, ia sendiri juga pernah mengikuti penelitian bersama dosen. “Penelitian yang melibatkan mahasiswa akan menambah ilmu bagi mahasiswa itu sendiri,” katanya. Nia berharap hasil penelitian yang dilakukan dosen juga dibagikan manfaatnya kepada pihak yang terlibat di lokasi penelitian. Seperti penelitian yang dilakukannya di bidang pendidikan, hendaknya penelitian tersebut dibagikan ke pihak sekolah agar bisa dimanfaatkan oleh sekolahsekolah untuk meningkatkan kualitas. “Ada guru-guru yang

mengeluhkan bahwa penelitian dosen hanya sekadar untuk kenaikan pangkat saja, sehingga mereka merasa dirugikan,” ungkapnya, Rabu (28/12). Untuk meningkatkan penelitian di UNP, Dsr. Damri, S.Pd., M.Pd., Dosen Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan, menyampaikan bahwa UNP harus menanamkan budaya meneliti di lingkungan kampus. Selain itu, dosen-dosen UNP sebaiknya juga berpedoman kepada jurnal internasional dalam penulisan karya ilmiahnya. “Karena jurnal dibutuhkan untuk mengokohkan pengakuan ilmiah terhadap teori kita,” ujarnya, Selasa (13/12) Upaya meningkatkan penelitian menurut Dr. Hanif Al Kadri, S.Pd., M.Pd., Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan juga dapat dilakukan dengan memberikan wadah pelatihan-pelatihan khusus kepada peneliti yang didanai oleh universitas, sehingga dapat menambah pengalaman dan ilmu baru bagi dosen UNP. “Dibikin wadahnya supaya mereka bisa membagikan pengetahuan dan pengalamannya kepada dosendosen yang belum pernah,” jelasnya, Rabu (14/12). Jurnal merupakan salah satu bentuk luaran dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Di UNP sendiri, dari dokumen evaluasi diri yang dimuat di website UNP, jumlah hasil penelitian yang dipublikasikan di jurnal terakreditasi Dikti berjumlah 282 judul dan terakreditasi internasional berjumlah 40 judul dalam rentang waktu 2013 sampai 2015. Prof. Dr. Syahrul, M. Pd., yang merupakan kepala jurnal FBS mengatakan bahwa publikasi hasil penelitian ke jurnal terakreditasi Dikti dan terakreditasi internasional sangat penting. “Hal itu merupakan tolak ukur dan barometer penilaian suatu perguruan tinggi,” katanya, Jumat (16/12). Hal senada juga disampaikan Wakil Dekan I FIP, Dr. Hadiyanto, M.Ed., yang juga merupakan kepala jurnal FIP. Menurut Hadiyanto, Jurnal penting untuk memuat karya-karya publikasi dari dosen, baik karya-karya penelitian maupun artikel-artikel.“Jurnal dapat menyebarkan informasi dari dosen ke mahasiswa, guru, para peneliti, dan yang membutuhkan,” paparnya, Selasa (20/12). Tingkatkan Kuantitas dan Kualitas Penelitian, UNP Siapkan Dana 15% Rektor UNP, Prof. Ganefri, Ph. D., mengatakan bahwa untuk meningkatkan penelitian di UNP, di tahun 2017 dana penelitian ditingkatkan dari 3%-4% menjadi 15%. Penambahan dana penelitian itu diambil dari dana PNBP UNP. “Penambahan sekitar Rp26,5—Rp30 miliar,” ungkapnya, Kamis (22/12). Ganefri mengharapak dengan meningkatnya anggaran penelitian, seluruh dosen UNP aktif meneliti, karena penelitian juga merupakan salah satu dari tridarma perguruan tinggi. “Dosen tidak hanya mengajar, tetapi juga melakukan penelitian dan pengembangan, serta mengabdikan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya kepada masyarakat,” ujarnya. Reporter:Alfendri*, Debi*, Fahru, Gezal*, Laila* Lutfi*, Maida, Oktri*, Vani*.


LAPORAN

6

Edisi No. 195/Tahun XXVII

Sumber: Litbang SKK Ganto UNP infografik: Hegky yalandra*

WAWANCARA KHUSUS

Tingkatkan Kualitas Penelitian dan Publikasi pascasarjana yang nantinya diharapkan bisa menjadi peneli dari UNP. Selain itu, UNP juga harus meningkatkan kualitas dan kualifikasi jenjang pendidikan dosen. Apa yang melatarbelakangi Ganefri mencanangkan UNP menuju universitas riset? Kemudian, seberapa jauh kesiapan UNP menuju universitas riset tersebut? Berikut wawancara reporter Ganto, Debi Gunawan dengan Ganefri. Prof. Ganefri, Ph.D. Prof. Ganefri, Ph.D. merupakan Rektor Universitas Negeri Padang (UNP). Ia menjabat sebagai Rektor UNP sejak dilantik pada 20 Juli 2016 di Auditorium Lantai 2 Senayan, Jakarta. Semenjak pelantikan tersebut, tampuk kepemimpinan tertingi di UNP berada di tangannya. Dalam beberapa kesempatan, Ganefri menyampaikan wacana UNP menuju universitas riset. Menurut Ganefri, ada beberapa indikator untuk menjadi universitas riset, seperti dana operasional perguruan tinggi berasal dari kegiatan riset, memperbanyak hasil riset dan publikasi. Untuk mencapai indikator tersebut, menurut Ganefri, UNP harus memperbanyak mahasiswa

Apa yang melatarbelakangi UNP akan menjadi universitas riset? Untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan tinggi, dosen memiliki tugas melakukan penelitian. Oleh karena itu, dosen harus melaksanakan jalannya pendidikan yang berkualitas, mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu cara untuk berkualitas itu, dosen harus meng-update perkembangan ilmu pengetahuan. Cara meng-update pengetahuan itu ialah dosen harus melakukan penelitian dan publikasi. Apabila dosen tidak pernah melakukan riset, maka dosen yang bersangkutan tidak akan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Alhasil, dosen tersebut mengajar bermodalkan teks book. Pada saat sekarang ini, meng-

ajar bermodalkan teksbook tidak bisa dilakukan lagi, karena kita harus memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terbaru. Untuk mendapatkan hal tersebut, harus membaca jurnal. Jadi intinya, untuk meningkatkan kualitas mengajar di UNP, kita harus mendorong dosen untuk melakukan riset. Hal ini juga berkaitan dengan ekspektasi masyarakat terhadap perguruan tinggi yang sudah berubah. Kalau dulu, perguruan tinggi hanya dianggap sebagai penyelenggara pendidikan, namun sekarang perguruan tinggi itu dituntut sebagai agen pengembangan ekonomi. Untuk mewujudkan perguruan tinggi sebagai agen pengembangan ekonomi, harus ada inovasi-inovasi yang dihasilkan, seperti lahirnya paten. Untuk menghasilkan paten, kita harus melakukan riset. Apa saja indikator yang harus dipenuhi suatu perguruan tinggi agar bisa menjadi universitas riset? Salah satu indikator untuk menjadi universitas riset ialah dana sebagian operasional perguruan tinggi harus berasal dari riset. Langkah kita di UNP yaitu sedang mempersiapkan diri ke arah itu. Selain itu, kita harus

memperbanyak jumlah mahasiswa pascasarjana. Mahasiswa pascasarjana diharapkan bisa menjadi peneliti dan menghasilkan penelitian yang inovatif. Di UNP, kita juga harus meningkatkan kualitas dan kualifikasi jenjang pendidikan dosen. Jadi, kualitas dosen adalah hal pertama yang harus ditingkatkan. dosen bergelar doktor, dosen yang bersangkutan juga didorong agar menjadi guru besar. Hal ini dikarenakan, untuk dosen naik pangkat harus melakukan penelitian. Kalau dia tidak meneliti, maka dia tidak bisa naik pangkat. Dengan mendorong dosen untuk naik pangkat, otomatis dia akan melakukan riset dan publikasi. Selain itu, kita juga harus meningkatkan tatakelola manajemen dari tingkat program studi sampai institusi. Kita juga mendorong kegiatan kemahasiswaan karena dengan aktifnya mahasiswa akan berpengaruh terhadap akreditasi kampus. Langkah apa yang dilakukan universitas untuk mendukung dosen melakukan penelitian? Universitas mendukung dosen melakukan penelitian, salah satunya dengan menyediakan pendanaan yang cukup. Oleh karena itu, sekarang anggaran penelitian

untuk mahasiswa dan dosen dinaikkan, dari hanya 3% sampai 4% menjadi 15%. Menurut Bapak, bagaimana dengan keadaan hasil dan publikasi penelitian dosen UNP pada saat sekarang ini? Saat sekarang ini, banyak hasil riset dosen yang tidak termanfaatkan. Hasil penelitian itu hanya sebatas terletak di perpustakaan. Maka dari itu, hasil riset dosen didorong agar bisa dipublikasikan pada jurnal-jurnal yang terakreditasi. Kalau tidak dipublikasikan, orang tidak akan tahu keberadaan jurnal tersebut. Oleh karena itu, dosen-dosen didorong untuk publikasi ke jurnal-jurnal yang terindeks fokus. Karena, jurnal-jurnal yang terindeks fokus itu ribuan orang yang membaca. Mengenai UNP menuju universitas riset, Apa harapan Bapak untuk UNP ke depannya? Kita ingin, salah satu income generating UNP datang dari riset dan kita harapkan juga pola belajar dan mengajar dosen juga berubah ke arah riset dan bahanbahan ajar dosen itu dari penelitian-penelitian terbaru. Selain itu, pola belajar mahasiswa juga harus diubah. Jangan hanya mengandalkan dosen dan buku, namun juga jurnal.


LAPORAN

Edisi No. 195/Tahun XXVII

7

ARTIKEL

Dosen Peneliti, Mahasiswa Peneliti Oleh Wildan Firdaus penelitian-penelitian dan melakukan pengembangan terhadap objek yang dijadikan sample penelitian. Menuju universitas riset, dosen diharapkan bisa membia-

ra

tinggi riset dunia versi Times Higher Education untuk pertama kalinya dan berhasil masuk ke dalam daftar 800 perguruan tinggi terbaik di dunia. Sejak dilantiknya rektor baru Universitas Negeri Padang (UNP) pada 20 Juli 2016, Prof. Ganefri, Ph.D. mulai mencanangkan UNP menuju universitas riset. Sebagaimana dicantumkan dalam Rancangan Undang-Undang Perguruan Tinggi (RUU PT), menyaratkan 25 persen pembiayaan operasional berasal dari kegiatan riset, kerja sama industri, dan hak kekayaan intelektual. Kemudian, perguruan tinggi juga harus mampu menghasilkan 50 orang doktor per tahun. Riset merupakan kegiatan yang mengkaji atau meneliti suatu objek tertentu yang dilatarbelakangi oleh bidang keilmuan dari objek tersebut. Riset sendiri berguna untuk memecahkan masalah dan mengembangkan pengetahuan baik tentang makhluk hidup maupun alam semesta. Oleh karena itu, secara keseluruhan, universitas riset merupakan lembaga pendidikan tertinggi yang bukan hanya membahas tentang pelajaran, melainkan juga membahas tentang penelitian dan pengembangan. Pada universitas riset ini, dosen dan mahasiswa lebih digenjot lagi untuk melakukan

ala nd Gr afi s: He ng kyY

U

niversitas merupakan jen jang tertinggi pada strata pendidikan. Di universitas, mahasiswa lebih mengarahkan dirinya pada bidang ilmu tertentu. Oleh sebab itu, demi mendukung bakat dan perkembangan pola pikir mahasiswa, universitas diharapkan mampu menerapkan tridarma perguruan tinggi. Tridarma perguruan tinggi merupakan tiga hal wajib dilaksanakan bagi universitas, baik itu mahasiswa maupun petinggi universitas. Tridarma perguruan tinggi terdiri atas pendidikan, penelitian dan pengembangan, serta pengabdian masyarakat. Lembaga pendidikan, terutama perguruan tinggi, tidak hanya berfokus pada pembelajaran semata. Penerapan tridarma perguruan tinggi mengantarkan pada universitas yang berdaya saing. Salah satunya dengan menerapkan poin kedua yaitu penelitian dan pengembangan menjadi hal yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas keilmuan dalam pembelajaran. Dengan penelitian, mahasiswa dan universitas dapat bersaing di tingkat nasional ataupun internasional. Berkaitan mengenai poin kedua dari tridarma perguruan tinggi, banyak dari universitas di Indonesia kini tengah berlomba-lomba untuk meningkatkan penelitian dan pengembangan guna menuju universitas riset. Dikutip dari www.antaranews.com bahwa pada Oktober 2015 lalu, Universitas Indonesia (UI) masuk sebagai perguruan

sakan dirinya untuk memulai pembaharuan dalam proses pembelajaran, yaitu dengan cara beralih dari Teaching University menjadi Research University. Maksudnya di sini, guru lebih dianjurkan untuk menggunakan jurnal sebagai bahan materi ajarnya dan membiasakan mahasiswa untuk sering membaca jurnal. UNP pada tahun 2015-2016

telah berlangganan jurnal dengan Proquest dan EBSCO. Akan tetapi, tidak sedikit dari mahasiswa yang masih kebingungan bagaimana cara mengakses jurnal tersebut. Mahasiswa kebingungan bagaimana cara untuk mengakses jurnal langganan UNP. Oleh sebab itu, perlu diadakannya sosialisasi tentang cara penggunaan jurnal tersebut. Tidak hanya dosen, mahasiswa pun diharapkan untuk lebih bersemangat dalam melakukan penelitian. Hal ini sesuai dengan surat edaran Dirjen Dikti Nomor 152/E/T/2012: Wajib Publikasi Ilmiah S1/S2/S3 yang merupakan salah satu syarat kelulusan, dan diberlakukan mulai Agustus 2012. Untuk program S1 harus ada makalah yang terbit di jurnal ilmiah, program S2 harus ada makalah yang terbit di jurnal ilmiah nasional terutama yang terakreditasi Dikti, dan program S3 harus ada makalah yang sudah terbit pada jurnal internasional. Selanjutnya, demi terwujudnya universitas riset, mahasiswa mulai terlibat pada penelitian. Selain bermanfaat bagi penambah pengalaman dan wawasan mahasiswa, pada akhirnya penelitian, juga akan mempermudah

mahasiswa melakukan penelitian sendiri. Mahasiswa yang mengikuti penelitian akan terpancing dengan sendirinya untuk melakukan penelitian kembali. Mereka telah termotivasi untuk menemukan ide-ide baru yang selama ini masih terpendam. Rasa percaya diri akan bertambah melihat berhasilnya penelitian serta telah siap menghadapi kemungkinan yang terjadi UNP sendiri ditinjau dari partisipasi dosen dalam mencapai universitas riset sudah mulai dijalankan. Salah satunya di prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni UNP. Dosen telah menerapkan jurnal sebagai bahan ajar. Dalam pembelajaran, mahasiswa diarahkan untuk meresensi jurnal, memahami jurnal, serta mencari materi pembelajaran dari jurnal. Namun, untuk penggunaan jurnal belumlah merata. Jurnal digunakan mahasiswa hanya sekadar melengkapi tugas yang diberikan dosen. Seharusnya, dengan diterapkannya pembelajaran yang bersumberkan jurnal, mahasiswa diharapkan bisa mengambil poin dari penelitian pada jurnal yang dibaca. Hal ini bertujuan untuk menambah pengetahuan mahasiswa. Alhasil, mahasiswa dituntut untuk aktif dan bersemangat untuk ikut andil dalam melakukan penelitian baik bersama dosen maupun secara mandiri. Hal demikianlah yang ingin diterapkan UNP untuk bisa menjadi universitas riset. mahasiswa Jurusan PO TM 2013.

ARTIKEL AP A KA TA MEREKA APA KAT

Perlu Inovasi dan Kerja Sama Jika UNP menjadi universitas riset, maka baik dosen maupun mahasiswa harus ikut berperan dalam membudayakan budaya riset di kampus. Hal itu bisa dimulai dari karya tulis dosen dan mahasiswa memiliki unsur riset dan ilmiahnya. Mahasiswa dari semester satu harus telah digiatkan untuk melakukan penelitian, menjadikan e-jurnal sebagai sumber belajar dan rajin ikut seminar untuk mengetahui perkembangan baru di dunia pendidikan. Mahasiswa harus mampu menghasilkan produk yang mempunyai nilai jual dan menghasilkan karya yang sesuai dengan bidang kompetensinya. Begitupun dengan dosen, harus giat menghasilkan karya yang bisa menembus kancah internasional. Untuk itu, kampus harus memberdayakan bahan dan informasi yang ada dengan memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber informasi. Saya berharap dengan universitas riset maka terjadi revolusi mental mahasiswa. Artinya, mahasiswa UNP harus mampu berpikir ke depan dan mengetahui lalu menggali setiap perkembangan teknologi informasi.

Marlini S.IPI, MLIS Dosen Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Kearsipan FBS UNP

Cindi Wulandari Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia TM 2015

Dijadikannya Universitas Negeri Padang menjadi universitas riset tentu bukan hal yang mudah. Perlu adanya kerja sama antara pihak kampus dengan mahasiswa. Mahasiswa terlibat dalam penelitian di kampus dan kampus mendukung penelitian yang dilakukan mahasiswa. Misalnya, dengan memfasilitasi penelitian mahasiswa. Namun, sejauh ini, UNP masih kurang dari peralatan yang update terhadap perkembangan teknologi. Padahal, kelengkapan peralatan tersebut merupakan komponen penting dalam melakukan penelitian. Sejalan dengan itu, kerja sama dengan lembaga di bidang inovasi dan pengembangan teknologi juga harus diperbanyak. Minimalnya melalui kerja sama itu kampus dapat mengupdate teknologi baru yang terus berkembang. Lebih lanjut, kampus juga harus menyediakan wadah yang solid untuk menggabungkan dosen dan mahasiswa dalam melakukan penelitian. Harapan saya, dalam jalan UNP menuju universitas riset ini, kampus dapat memberi arahan kepada mahasiswa mengenai universitas riset dan memberi dukungan lebih terhadap inovasi mahasiswa sehingga kreativitas mahasiswa tidak dibatasi. Zul Saputra Ketua Komunitas Robotik UNP

Suatu hal yang bagus jika UNP bisa menuju universitas riset karena berarti UNP sudah mencoba untuk meningkatkan kualitas pendidikannya. Melalui riset, dosen dan mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan serta mengaplikasikan ilmunya secara langsung. Namun, menurut pandangan saya, untuk saat ini, penelitian yang dilakukan mahasiswa di UNP masih sebatas penelitian untuk memenuhi tugas akhir atau ketika mengikuti PKM saja. Alangkah baiknya jika UNP menuju universitas riset, maka mahasiswa tingkat satu hingga seterusnya juga diajak untuk melakukan penelitian. Dengan begitu, kesadaran mahasiswa akan pentingnya penelitian akan tumbuh. Alhasil, harapan kampus menjadi universitas riset akan tercapai.


8

KONSUL TASI ONSULT

Edisi No. 195/Tahun XXVII

K ONSUL TASI A G AMA ONSULT AG

Jika Anda mengalami masalah agama, psikologi, atau kesehatan, silakan manfaatkan rubrik ini. Kirimkan surat tentang masalah Anda kepada pengasuh rubrik ini ke email redaksiganto@gmail.com atau diantarkan langsung ke Gedung PKM UNP Ruang G65 UNP. Setiap pertanyaan harap dilengkapi dengan identitas.

Informasi Tanpa Dalil

Diasuh oleh Dr. Ahmad Kosasih, M.A.

Assalamualaikum Wr. Wb. Sejak adanya media sosial, berbagai informasi dengan mudah dan cepat tersebar, tak terkecuali informasi tentang ibadah dalam agama Islam. Beberapa waktu belakangan, saya sering mendapatkan pesan siaran di BBM yang berisi jadwal ibadah, seperti puasa-puasa sunah yang akan menghapus dosa selama ribuan tahun serta bermanfaat pada nisfu Sya’ban. Katanya, siapa yang mengingatkan tentang nisfu Sya’ban akan haram tersentuh api neraka. Namun, sayangnya informasi ini tidak disertai dengan dalil yang jelas. Saat ditanya kepada pengirim, tidak ada yang tahu dalilnya. Pengirim hanya menyebarkan saja. Benarkah ada ibadahibadah semacam itu, Pak? Yola Sastra Alumni Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia TM 2012

Jawaban: Waalaikumussalam Wr. Wb. Ananda Yola. Islam mengajarkan kepada kita agar selalu berhati-hati dalam nenerima serta menyampaikan informasi kepada orang lain apalagi kepada publik. Ada informasi yang benar dari segi isinya dan disampaikan oleh orang yang benar/jujur maka informasi yang sampai kepada kita tentu informasi yang benar, dan boleh kita terima. Sebaliknya, ada informasi benar tapi disampaikan oleh seorang yang tidak jujur, maka informasi yang sampai kepada kita bisa berubah menjadi informasi yang salah atau keliru. Ada juga informasi itu benar dari segi sumber dan isinya tapi disampaikan oleh orang-orang bodoh (jahil). Maka, dalam hal ini, kita harus berhati-hati dengan melakukan tabayun (klarifikasi dan konfirmasi) kepada orang-orang yang dianggap ahli atau kredibel tentang masalah yang disampaikan itu. Jangan cepat dibenarkan apa lagi langsung menyebarkannya kepada publik. Hal tersebut juga dapat terjadi dan berlaku pada informasi yang ada di dunia maya melalui Teknologi Informasi (TI) yang sedang marak-maraknya saat ini. Sehubungan dengan ini Islam mengajarkan sikap hati-hati dalam menerima setiap informasi sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al-Hujurat ayat 6 yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita,

maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. Selain itu, Islam juga melarang kita melakukan sesuatu yang tidak ada pengetahuan kita tentang itu karena segala sesuatu akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah. Sebagaimana firmanNya dalam Q.S. Al-Isra‘ ayat 36 yang artinya, “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”. Sikap semacam inilah yang telah dicontohkan oleh ulamaulama ahli hadis terdahulu semacam Imam Bukhari (194-256H) dan imam-imam ahli hadis lainnya. Imam Bukhari misalnya, menetapkan lima kriteria dalam menentukan kesahihan sebuah hadis. Dari kelima kriteria itu, tiga di antaranya terkait dengan orang yang menyampaikannya (sanad) dan yang dua lainnya barulah mengenai hadis itu sendiri. Adapun tiga kriteria tentang orang yang menyampaikan itu ialah (1) ketersambungan mata rantai si pembawa informasi dari sumber primernya, (2) tingkat kejujuran serta akhlak si pembawa informasi, dan (3) tingkat kecerdasan/intelegensia dan kecermatannya, sedangkan yang terkait dengan hadis itu ialah (4) ke-

benaran kosakata yang digunakan sesuai dengan bahasa yang lazim digunakan oleh Rasulullah (bahasa Arab yang fasih), dan (5) sinkronisasi kandungan pesannya dengan Al-Qur‘an. Demikianlah kehati-hatian ulama hadis dalam menyerap informasi tentang Rasulullah karena semua aspek kehidupan Rasulullah—ucapan, perbuatan, dan sikap diamnya— akan dijadikan patokan atau pedoman dalam beramal yang disebut sunnah Rasul. Sikap kehati-hatian ini seharusnya juga kita jadikan panduan dalam menyerap serta menyampaikan informasi yang marak di dunia maya saat ini. Lebih-lebih lagi yang berkaitan dengan masalah hukum pelaksanaan ibadah. Menyangkut persoalan ibadah, kita harus hati-hati baik segi sumber maupun dalam penyampaiannya. Ibadah harus jelas sumber rujukannya dari Alquran, sunnah/hadis (Q.S.4:59), atau ijtihad ulama (hadis Mu’az bin Jabal). Hadis itu ada yang tergolong kuat (mutawatir dan shahih) dan ada pula yang tergolong lemah (dha’if). Ulama sepakat menyatakan bahwa hadis-hadis dha’if tidak boleh dijadikan dasar hukum dalam beramal kecuali ada sandarannya kepada hadis yang kuat. Kecuali Imam Al-Ghazali yang termasuk ulama yang membolehkan hadishadis dha’if dijadikan dasar untuk amalan-amalan yang bersifat anjuran (fadha‘ilul a’mal). Adapun tentang nisfu Sya’ban, tidak dite-

mukan dalil-dalil yang kuat, baik Alquran maupun hadis, yang dapat dijadikan dasar untuk beramal. Riwayat-riwayat yang berkaitan dengan nisfu Sya’ban itu umumnya tergolong ke dalam hadis-hadis dha’if yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya secara syar’i. Oleh karena itu, jika Ananda ingin beribadah pilihlah ibadah-ibadah yang sudah jelas dasar hukumnya, karena masih banyak ibadah lain dan jelas dasarnya yang bisa diamalkan. Agar ibadah yang kita kerjakan itu tidak termasuk ibadah yang sia-sia bahkan dapat menimbulkan dosa. Sebab, prinsip yang dipakai dalam soal ibadah ialah seperti dalam kaidah Ushul Fiqh, “Ibadah itu pada dasarnya haram dilakukan kecuali ada perintah atau dalil”. Dengan kata lain, bila tidak ada dasarnya yang jelas, maka “ibadah” semacam itulah yang disebut dengan bid’ah. Hal ini berbeda dengan persoalan di luar ibadah, yaitu “Segala sesuatu pada dasarnya boleh, kecuali ada dalil yang melarangnya”. Maka, masalah informasi tentang ibadah lewat dunia maya itu dapat ditambahkan disini, jika informasi itu sesuatu yang sudah umum dan jelas dasar hukumnya misalnya untuk mengingatkan kita tentang puasa Arafah, puasa Asyura, shalat sunat duha, tahajud, dan sebagainya. Hal ini tentu tidak perlu diklarifikasi lagi kebenarannya. Wallahu a’lam bisshawab!

K ONSUL TASI KESEHA TAN ONSULT KESEHAT

Kista Tumbuh Lagi

Diasuh oleh dr. Pudia M. Indika

Assalamualaikum Wr. Wb. Saya seorang mahasiswa UNP yang pernah di diagnosa dokter mengidap penyakit kista di rahim dua tahun yang lalu dan sudah dinyatakan bersih dari penyakit tersebut. Namun, beberapa bulan yang lalu saya merasa ada benjolan di tengkuk saya. Ketika saya periksa, dokter mengatakan jika itu kista. Yang ingin saya tanyakan apa kista itu bisa tumbuh lagi

di tempat yang berbeda, dan kecacatan di dalam sel tubuh, kronis, sumbatan bagaimana penanganan yang peradangan tepat agar dikemudian hari tidak saluran tubuh, parasit, dan trauma. Beberapa jenis kista yang ada tumbuh kembali? yang sering dijumpai yaitu sebaMahasiswa UNP gai berikut. 1.Kista Sebasea Istilah lain adalah kista ateJawaban: roma yang merupakan kista keWaalaikumsalam Wr. Wb. lenjar sebasea (kelenjar minyak). Salam Sehat! Kista adalah penonjolan di atas Terbentuk akibat sumbatan pada permukaan kulit berupa kantong muaranya. Oleh karena itu, kista berisi cairan serosa atau padat ateroma ditemukan di daerah atau setengah padat. Kista biasa- yang mengandung kelenjer sebanya berbentuk gelembung suatu sea yaitu diseluruh tubuh kecuali bentuk yang kurang lebih bulat telapak tangan dan kaki. Produk dengan dinding tipis. Kelainan ini kelenjer sebasea, yaitu sebum. Tertergolong jinak sehingga hanya timbun membentuk tumor yang dilakukan pemotongan bagian kurang lebih bulat, berbatas tegas, luar kalau benjolan sampai me- berdinding tipis, bebas dari dasar, nganggu. Kista dapat tumbuh di tetapi melekat pada dermis. Berkemungkinan diagnosa sesuai berbagai tempat. Penyebab umum timbulnya dengan keluhan Anda adalah kista kista antara lain: tumor, kondisi sebasea. Menjaga kebersihan kulit genetis, infeksi, kegagalan pem- dengan mandi dua kali sehari dan bentukan organ saat embrio, mengganti pakaian saat berke-

ringat adalah cara pencegahannya 2.Kista Dermoid Kista dermoid merupakan kelainan bawaan yang timbul di daerah pertumbuhan embrional kulit. Umumnya, terdapat terdapat di daerah muka terutama di dahi, di sudut luar mata, dan di pangkal hidung. Kista ini juga dapat timbul di abdomen, ovarium, punggung, rafe medial scrotum, dan perineum. Kista teraba kenyal berisi cairan seperti minyak dan mungkin mengandung unsur tambahan kulit seperti rambut. Kista ini bebas dari kulit di atasnya. 3.Kista Ganglion Ganglion sebenarnya suatu kista berisi cairan bening kental dengan dinding tipis yang berasal dari tonjolan selaput sinovial sendi atau tendo. Jadi, ganglion yang ini tidak ada hubungan dengan ganglion saraf. Ganglion biasanya

terdapat di sekitar sendi, terletak di subkutis. Misalnya, sering di pergelangan tangan, pergelangan kaki, atau belakang lutut (fosa poplitea). Ganglion lambat laun membesar. Permukaannya bebas dari kulit di atasnya, tetapi tidak dapat digerakan dari dasarnya. 4.Kista Ovarium Kista ovarium adalah suatu kantong berisi cairan yang terdapat di dalam ovarium. Kista ovarium yang paling umum dapat hilang sendiri dan tidak berbahaya yang disebut dengan kista fungsional. Gejala kista ovarium yang perlu dikhawatirkan adalah menstruasi yang tidak teratur, nyeri pada tulang panggul, sering buang air kecil, kembung, sulit buang air besar. Secara umum, pencegahan kista adalah menyesuaikan dengan penyebab, jenis, dan ukuran dari kista tersebut. Semoga bermanfaat!


9

Edisi No. 195/Tahun XXVII

KRITIK ENGLISH CORNER

ENGLISH CORNER

Multi-tasking is Good HEY You are Wrong! By Rukmala Dewi

Diasuh oleh Dr. Jufri Syahruddin, M.Pd.

Multi-tasking means doing some activities in one time. This practice is such a thing that is demanded having done by people today who want everything finished fast and practical. It is looked as a good thing to do since it can save your time as well as accelerate the works. It is right that multi-tasking help you to finish your work fast, but it does not ensure its quality. Doing two or more activities at once makes your work’s quality is decreasing. Wising up or not, multitasking forces your brain to focus in some different works. When your brain is doing this kind of thing, it will split your concentration. Then, when it happened, the result of your mind or your ideas will be not channeled well. Your work will be not finished perfectly. Perhaps, multi-tasking is not a problem when it is done once or twice. However, when you do it continuously, it will inflict much pressure. It brings a big problem to your brain. The more your brain gets pressure, the harder it will work. Gradually, you will be stressed and even depressed. Furthermore, it will reduce your brainpower to remember things. Even more, recently the research claims that multi-tasking cause the Alzheimers for early ages.

Many multi-tasking activities are not allowed to do such as, driving a car while calling or texting on your phone, talking with someone while eating or playing your gadget, or studying while watching your favorite cartoons. Of course it is not polite and even endangers you. We are as the college students potentially do the multi-tasking any time. Doing it in your class is totally wrong. Just be honest, you often play your smart phone when the lectures are in progress. It will break your concentration. When you play your phone, the possibility you will be more focus on it and ignoring the lectures. Furthermore, we are usually confused in distinguishing multi-tasking and delaying works. Delaying works is being a habitual for students. Too many assignments make you want to finish it one time. As a result, you will get B when it supposed to get A. Do not think Multi-tasking will help you more. It is better to avoid multi-tasking when you still enough time. Besides you will be able to manage your time well, the result of your works will be better. What you have to do is prioritizing the important things and never delay what you can do now.

Karangan Anda dengan judul “Multitasking is Good; HEY You are Wrong!” cukup bagus untuk dibaca karena bisa menambah pengetahuan pembaca terutama mahasiswa. Akan tetapi, judul karangan Anda sesungguhnya sudah menimbulkan perdebatan bagi pembaca karena penulis langsung memberi vonis bahwa orang yang multitugas tidaklah baik dan adalah salah. Hal ini terasa agak mengundang tantangan yang menggelitik. Tentu, tidak semua orang setuju dengan pendapat penulis karena masingmasing memiliki alasan. Tulisan Anda tergolong kepada jenis persuasif, yakni membujuk atau meyakinkan pembaca agar tidak terjebak ke dalam golongan orang yang multitugas. Dalam tulisan tersebut Anda menjelaskan berberapa contoh seperti orang yang bermain HP sambil berkendara, atau orang yang belajar tatkala sedang menonton film atau orang yang main gadget sambil berbicara dengan orang lain. Contoh itu sekilas sepertinya cocok untuk menggambarkan orang yang sedang melakukan multitugas. Namun, jika dikaji hakikat seseorang yang disebut multitugas, maka sebenarnya contoh itu kurang tepat. Apabila kita berbicara mengenai orang yang multitugas, kita harus memahami apa definisi multitugas itu

terlebih dahulu. Yang disebut multitugas adalah orang yang memiliki kemampuan untuk melakukan dua hal atau lebih dalam waktu bersamaan. Bersamaan di sini bukan bermakna sama persis waktunya, tetapi bisa dalam waktu yang berlainan. Misalnya, seseorang yang berprofesi sebagai dosen atau guru bisa pula berperan sebagai wartawan. Atau, orang berprofesi sebagai petani juga bekerja sebagai walinagari, kepala desa, atau walijorong. Jadi, bukan saat berkendara lalu dia juga main HP. Ini tentu bukan contoh multitugas yang tepat. Menurut pendapat saya, orang seperti itu adalah menginterupsi aktivitas yang sedang berlangsung sehingga konsentrasinya terganggu. Ini mungkin yang dimaksud penulis. Terlepas dari kritikan saya ini, penulis yang bernama Rukmala Dewi sudah mampu menuangkan idenya secara cemerlang dengan sajian bahasa yang menarik. Secara kebahasaan, Rukmala Dewi sudah memperlihatkan kemampuan yang mengagumkan. Saya hanya menemukan dua kesalahan bahasa seperti ketidaklengkapan unsur dan keparalelan antara dua klausa seperti terdapat pada bagian yang saya tebalkan. Justru itu, teruslah berkarya semoga menjadi penulis yang handal.

SOSOK

Rusnardi Rahmat Putra, Pakar Gempa dari UNP Rusnardi Rahmat Putra, S.T., M.T., Ph.D., Eng., merupakan salah seorang pakar gempa di Universitas Negeri Padang (UNP). Dia pernah bekerja di salah satu pabrik beton milik Australia di Surabaya dan dipercaya sebagai QE Manager. Tetapi, menjadi pendidik, meneliti, dan gempa adalah tiga hal yang lebih menarik hatinya. Rus, demikian sapaan akrabnya, menamatkan studi S2 bidang Teknik Struktur di Universits Gadjah Mada. Dia mulai bekerja sebagai dosen honor di UNP pada 2007. Kemudian, pada 2008, dia menjadi utusan UNP untuk mengikuti Research Student Program Doktor di Kyoto University, Jepang, selama enam bulan. Setelah itu, pada 2009, dia melanjutkan studi pendidikan doktor di kampus yang sama.

Rusnardi Rahmat Putra, S.T., M.T., Ph.D., Eng.

Selama menjadi mahasiswa di Jepang, Rus pernah mendapatkan penghargaan pada ajang bergengsi penulisan karya ilmiah. Pada 2011, lewat karya ilmiahnya berjudul Seismic Hazard Analysis for Indonesia, dia berhasil meraih The Best Pepper di Kyoto, Jepang, pada konverensi internasional bidang kegempaan. Dia berhasil menyelesaikan studinya pada 2012. Setelah hampir dua setengah tahun menamatkan studi, dia pun mengikuti program asisten profesor di Ottawa University, Kanada, Amerika Serikat. Pada 2014, dia meraih penghargaan sebagai The best Pepper di Bali pada ajang The 5 th International Converence On Sustainable Future for Human Security dengan judul pepper “Estimastion of S-wave Vilocity Structure for Sedimentary Layered Media Using Microtremor Arrag Measurement in Palu city, Indonesia”. Pada akhir 2015 hingga awal 2016, dia melanjutkan penelitian mengenai gempa di Ottawa University. “Saat itu, saya berstatus sebagai Visiting Professor dan masih meneliti tentang gempa,” ujarnya. “Hingga saat ini, saya masih melakukan penelitian dengan Kyoto University dan didanai untuk penelitian sebagai bentuk kerja sama luar negeri antara UNP dengan Kyoto University,” sambungnya.

Menurut Rus, gempa merupakan sebuah fenomena alam yang tidak bisa dilepaskan dari bangsa Indonesia. Saat ini, tidak banyak orang Indonesia yang meneliti gempa dan ahli di bidang kegempaan. Padahal, ilmu ini sangat penting untuk mitigasi bencana. “Saya tertarik karena ini merupakan satu tantangan bagi saya,” jelasnya. Sebagai seorang pakar gempa, dia pun berpesan bahwa masyarakat tidak perlu takut dengan gempa. Masyarakat hanya harus memerhatikan kondisi struktur bangunan rumahnya apakah sudah ramah gempa. Masyarakat juga diminta untuk selalu waspada. Hal ini dikarenakan letak Indonesia yang berada di zona gempa yang indeks gempanya tiap waktu meningkat. “Yang penting, tahu kondisi bangunan kemudian bagaimana cara melakukan evakuasi,” tegasnya. Saat ini, Rus masih berstatus sebagai dosen di UNP dan aktif mengirimkan tulisan karya ilmiahnya ke jurnal internasional. Dia juga menjadi Ketua Program Studi Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UNP. Baginya, menjadi seorang dosen merupakan ladang untuk seorang peneliti. “Hal ini sesuai dengan tridarma perguruan tinggi, yakni mengajar, melakukan penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat,” tutupnya. Gezal Sabri


OPINI

10

Edisi No. 195/Tahun XXVII

Merawat Perlambangan Nasionalisme “Kita” Oleh Alim Harun Pamungkas Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah FIP UNP Maka, untuk hidup yang lebih baik, mahasiswa harus memperoleh sebanyak mungkin untuk diri sendiri dan orang lain. Kesadaran tentang kerelaan berbuat untuk orang lain dalam konteks satu bangsa, satu tanah air, dan satu negara adalah wujud kerelaan dalam berbuat sesuatu untuk Indonesia dengan cara yang mahasiswa bisa. Sebagai mahasiswa, banyak hal yang dapat dilakukan untuk merawat nasionalisme. Sebagai mahasiswa, sudah seharusnya tidak asalasalan mengikuti paham karena bisa jadi paham tersebut bertentangan dengan nilai-nilai kebangsaan. Sebagai kaum terdidik, mahasiswa harus bisa menakar informasi dan pengetahuan tentang suatu paham dengan nalar lurus. Perlu diingat bahwa Indonesia tidak dibangun atas dasar keunggulan satu golongan, melainkan kesamaan hak setiap golongan. Nilai yang terkandung adalah tidak adanya pembedaan warga negara atas dasar suku, warna kulit, jenis rambut, atau agama. Maka, paham atau gagasan yang mengarah pada keunggulan suatu suku, ras, dan agama tertentu merupakan bentuk kontra-nasionalisme yang bertentangan nilai-nilai Pancasila. Perlambang dan Pertikaian Belum benar-benar tuntas kasus terorisme dan radikalisme yang ramai ditolak karena mengancam nilai-nilai Pancasila dan kebangsaan, baru-baru ini muncul pula gugatan keras sebagian kelompok masyarakat karena pernyataan “sembrono” seorang pejabat negara. Tentu saja, selain mengejutkan, gejala ini juga sangat merisaukan. Hal ini dikarenakan selama ini masyarakat Indonesia dikenal dengan keramahan dan kesanGrafis: Hegky yalandra

S

aya bahkan hampir lupa dengan terjemahan kata nasionalisme yang terdapat dalam buku-buku pelajaran semasa sekolah dulu. Tetapi, yang saya tahu bahwa nasionalisme itu penting. Beragamnya cara setiap orang dalam memahami nasionalisme tentu tidak dapat disalahkan. Beberapa orang mendekati nasionalisme dari pemahaman tentang kesadaran dan kerelaan berbuat untuk bangsa dan negara. Kawan yang lain melalui kesetiaan menyaksikan tontonan sepak bola tim nasional kita hingga ada juga secara serampangan dengan menggunakan atribut-atribut bergaya merah dan putih. Bahkan, secara terang-terangan ada pula kawan yang menolak tawaran bekerja dengan pendapatan fantastis dari perusahaan-perusahaan asing. Mahasiswa perlu dan berkepentingan untuk risau terhadap kenyataan ini. Betapa memalukannya mahasiswa jika hanya berdiam diri saat ribuan orang berdemonstrasi mempertahankan hak tanah kelahirannya direbut perusahaan asing, dan tidak mau melawan ketidakpedulian pemerintah sendiri. Betapa memalukannya apabila mahasiswa diam saja. Mereka justru lebih menyukai jalanjalan ke mall dibandingkan beribadah, berdiskusi, membaca, dan menulis. Betapa mirisnya ketika menyaksikan kenyataan bahwa ada mahasiswa yang tidak hafal Pancasila atau tidak ingat lagu Indonesia Raya. Akhir-akhir ini, pemberitaan tentang perang opini sebangsa hanya karena beda agama dan keyakinan sangat marak. Apabila mahasiswa hanya diam dan tak berbuat apa-apa, maka mahasiswa hanya pantas disebut sebagai pecundang, mahasiswa yang bisa menjauh dari kenyataan dan kewajiban. Manusia memiliki peran individu dan kelompok. Peran individu adalah bagaimana menggunakan semua hal seperti yang dianugerahkan Tuhan untuk kepentingan diri sendiri. Peran kelompok adalah bagaimana menggunakan semua hal yang dianugerahkan Tuhan untuk masyarakat.

tunan, serta dikenal sebagai penghayat sejati dari nilai-nilai perdamaian, persatuan, dan kesatuan. Kerisauan muncul karena pusat dari dua jenis kasus genting itu, terorisme dan pernyataan “sembrono” seorang pejabat negara, sangat senada, yaitu mengarah kepada pertikaian dalam latar kemajemukan masyarakat Indonesia. Siapa pun tahu kemajemukan masyarakat Indonesia adalah keniscayaan. Sejalan dengan itu, ancaman pertikaian bersumber dari keragaman masyarakat pun merupakan suatu keniscayaan. Selama ini, terus terdengar nyaring ajaran dan anjuran tentang tenggang rasa. Hanya saja, tidak semua perilaku pejabat dan masyarakat mencerminkan ajaran dan anjuran tersebut. Buktinya, sebagian masyarakat mudah sekali dipermainkan oleh isu keagamaan. Selain itu, sebagian masyarakat juga masih suka mempermainkan isu keagamaan. Dua kasus tersebut tampak sebagai perilaku bersama yang menyeruak karena adanya kesadaran bersama pula. Walaupun mudah dikesan, kesadaran bersama ini bersumber pada sejumlah lambang yang mewakili pranata agama dan keyakinan yang mempersatukan mereka. Mengikuti pemahaman (takrif) tentang interaksionisme-simbolik, lambang (simbol) adalah segala sesuatu yang menggantikan atau mewakili sesuatu. Berbeda dengan isyarat (sign), makna suatu lambang tidak melekat pada realitas, tetapi dipertalikan oleh batin sejumlah manusia berdasarkan takrif dan tafsir mereka. Karena itu, lambang pun ber-

fungsi sebagai penjalin kesatuan dan persatuan suatu bersama. Hakikat Lambang Bila pemaknaan dan pandangan bersama terbangun dengan baik, maka lambang pun tampil sebagai gambaran bersama, menjadi muatan kesadaran bersama. Hal ini berdasarkan tiga model dialektika berupa eksternalisasi dari individu ke kolektiva, objektivasi dari ranah subjektif ke ranah objektif, dan internalisasi dari kolektiva ke dalam diri individu. Perubahan dari perilaku terpola (pattern of behavior) menuju pola berperilaku (pattern for behavior) sangat dipengaruhi oleh pranata masyarakat. Kendati berada di luar kehendak masing-masing individu, setiap pranata memiliki kekuatan cukup besar dalam membentuk perilaku bersama. Sederhananya, mengapa orang cenderung marah besar bila ada orang lain menghina nama orangtuanya? Bahkan, kemarahan itu jauh lebih hebat daripada hinaan terhadap diri pribadinya. Hal ini dikarenakan nama orangtua atau para tetua mewakili pranata kekeluargaan dan kekerabatan. Penghinaan dan ancaman terhadap mereka pun dihayati sebagai penghinaan dan ancaman terhadap keseluruhan anggota keluarga dan kerabat. Setiap lambang mewakili suatu pranata masyarakat. Penghinaan atau ancaman terhadap suatu lambang berarti pula penghinaan terhadap pranata masyarakat tersebut. Begitu pula, jika penghinaan dan ancaman tertuju kepada lambang-lambang pranata agama. Tanggapan massa pun muncul jauh melebihi tanggapan yang muncul karena penghinaan dan ancaman terhadap diri pribadi. Tak ayal, sikap politik masyarakat juga harus dipahami sebagai tanggapan keras karena gangguan terhadap pranata keagamaan mereka. Artinya, meskipun seorang pejabat tak bermaksud melecehkan agama dan penganutnya, niscaya pernyataan “sembrono”-nya dihayati sebagai penghinaan dan ancaman terhadap pranata agama dan kemasyarakatan mereka.

Pendidikan Karakter dan Kebiasaan Buang Sampah di Sekolah Oleh Leo Randus Saragih, S.Pd. Peserta PPG SM-3T Angkatan 4 UNP 2016

D

alam sebuah proses belajar meng ajar, penulis pernah menerangkan materi tentang pelestarian lingkungan hidup. “Menurut Anda, apa upaya yang dilakukan dalam mengurangi pencemaran sungai?” tanya penulis ketika memulai pembelajaran. Sontak siswa dengan common sense-nya menjawab, ”Tidak membuang sampah di sungai”. Secara teori memang betul bahwa upaya mengurangi pencemaran sungai ialah dengan tidak membuang sampah di sekitar daerah aliran sungai. Namun, apakah pada kenyataannya di lapangan, siswa sudah banyak yang sadar dan paham? Hingga saat ini, masih banyak siswa yang belum mengerti dan menerapkan apa yang mereka pelajari di sekolah. Seperti di sekolah tempat saya mengajar, seringkali ditemui siswa dengan santainya membuang sampah sembarangan. Bahkan, prilaku membuang sampah tidak pada tempatnya ini seperti sudah menjadi kebiasaan. Hal ini tentu bertentangan dengan materi yang telah diajarkan. Padahal, prilaku tersebut bisa menunjukkan seberapa bagusnya pendidikan karakter di sekolah bersangkutan.

Oleh karena itu, kita perlu melakukan intropeksi, evaluasi, dan mencari solusi atas permasalahan ini. Mengapa kondisi ini bisa terjadi adalah pertanyaan yang jawabannya harus kita pikirkan bersama. Umumnya, materi dan metode pembelajaran saat ini hanya sebatas teori saja. Siswa-siswa disuruh menghafal tentang pentingnya kebersihan, ketertiban, dan berperilaku sebagai makhluk sosial. Alhasil, output siswa yang didapatkan pun hanya berupa kompetensi hafalan, bukan pemahaman. Kondisi ini diperparah lagi oleh prilaku beberapa oknum guru yang secara sadar atau tidak, telah memberikan contoh teladan yang tidak baik kepada siswa-siswanya. Mereka ada yang tidak buang sampah pada tempatnya. Hal ini memperlihatkan bahwa masih ada guru yang belum paham bahwa cara memberikan pendidikan karakter terbaik kepada siswa adalah dengan memberikan contoh teladan yang baik. Fenomena lainnya adalah timbulnya rasa puas dan merasa sukses pada diri seorang guru jika melihat hasil ujian dari peserta didik yang mereka ajarkan menda-

patkan nilai yang bagus. Seolah-olah keberhasilan seorang guru hanya dinilai dari segi kemampuan kognitif siswa saja. Sebenarnya, yang perlu diterapkan adalah bagaimana pencapaian target karakter yang baik pada siswa. Karena, belum tentu seimbang nilai kognitif siswa dengan kemampuan afektif dan psikomotor mereka. Lalu, bagaimana cara kita mengatasi kondisi ini? Menururt saya, kita tidak harus mengganti kurikulum karena kurikulum itu tidak selalu berdampak signifikan terhadap kemajuan karakter bangsa kita. Selama ini yang terjadi adalah kurikulum hanya sebatas administratif di atas kertas saja. Hal yang paling urgent untuk diterapkan adalah menanamkan karakter yang baik kepada anak bangsa sedini mungkin. Karena menjadi sense dan common sense, seorang guru harus tetap lebih dulu mengubah gaya hidup. Pun, dalam proses pembelajaran, guru harus selalu mengajak peserta didik untuk melakukan tindakan nyata. Contoh kecilnya dalam hal membuang sampah pada tempatnya. Hal sesederhana ini jika diterapkan dari dini maka akan dapat membentuk karakter

anak bangsa. Mengutip falsafah adat Minangkabau, “Alam Takambang Jadi Guru”. Alam pun memiliki makna yang sangat mendalam yang dapat dipedomani oleh seorang guru. Oleh sebab itu, setiap orang yang lebih tua yang bisa diteladani juga dapat disebut seorang guru. Kita adalah guru bagi keluarga, bahkan lingkungan sekitar kita. Bukan hanya oleh guru, para orangtua harus memberikan teladan bagi keluarga intinya dengan mengubah karakter berdasarkan budi pekerti dan akal sehat. Karenanya, dengan memperhatikan kepribadian seseorang, kita dapat menilai kepribadian keluarganya. Sebab, keluarga adalah awal dari pembentukan karakter setiap pribadi manusia. Setelah merubah karakter pribadi, barulah kita bisa masuk ke tahap selanjutnya. Dengan pendidikan karakter yang selama ini berpusat pada kompetensi kognitif, diubah menjadi kompetensi psikomotor dan afektif. Begitu pula pada penilaian dan pencapaian materi di sekolah dalam proses belajar mengajar. Alhasil, terciptalah pribadi yang berkarakter cinta lingkungan.


OPINI

Edisi No. 195/Tahun XXVII

11

Figur Publik Menuai Buah yang Ditanam Oleh Laila Marni Mahasiswa Sastra Indonesia TM 2015

A

khir 2016, Indonesia diwarnai dengan berbagai hal yang membuat mata dunia terbelalak. Salah satunya Aksi Bela Islam III atau yang lebih dikenal dengan aksi 212 yang berpusat di Monas, Jakarta, pada dua Desember lalu. Aksi ini merupakan aksi lanjutan yang diinisiasi oleh Gerakan Nasional Pembela Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI). Berkisar jutaan orang datang berbondong-bondong ke Jakarta untuk menuntut Basuki Tjahaja Purnama atau yang biasa kita kenal dengan sebutan Ahok agar bisa ditahan. Gubernur ke-17 DKI Jakarta ini memang sedang dibelit masalah hukum akibat perkataannya yang dianggap menghina Alquran, lebih tepatnya surat Al-Maidah ayat 51, juga ulama. Dilansir dari Jawapos.com, ada beberapa hal yang mengejutkan yang terjadi pada aksi 212 ini, di antaranya aksi long march 250 kilometer. Sekitar 2.000 santri Pondok Pesantren Miftahul Huda II dan ratusan anggota ormas melakukan long march dari kampung halamannya di Ciamis, Jawa Barat, menuju Jakarta dengan berjalan kaki 4 hari 4 malam. Hal ini tentu membuat penasaran. Apa gerangan yang membuat mereka melakukan hal yang di luar kebiasaan? Tidak hanya materi dan fisik, waktu pun dihabiskan demi bisa mengikuti aksi ini. Tak salah lagi, ini adalah panggilan hati. Melihat gerak dan langkah yang dilakukan umat Islam secara tidak langsung menjelaskan bahwa harga sebuah agama tidak dapat diremehkan. Agama merupakan sesuatu yang memiliki peran besar bagi pemeluknya. Dalam Islam, Rasulullah sendiri yang sangat pemaaf terhadap kekejaman orang padanya tidak menerima bila agama atau

kitab Allah dinistakan. Jadi, tidak bisa disalahkan bila amarah umat Islam mencuat karena pernyataan gubernur non-aktif Jakarta itu terkait perkataannya meremehkan ayat suci Alquran. Memang, Indonesia bukanlah negara Islam. Namun, mayoritas orang Indonesia adalah umat Islam. Negara pun telah mengatur pula apa tindak lanjut dari permasalahan ini. Ahok dikenal sebagai pemimpin yang tegas dan blakblakan. Masyarakat Jakarta sendiri bisa merasakan hasil kerja Ahok selama ini. Penulis pernah membaca sebuah meme di akun sosial Facebook. Meme tersebut berisi pertanyaan siapa yang Anda pilih. Pertanyaan tersebut memiliki dua pilihan jawaban, yaitu Alquran dan Ahok. Memang, banyak yang pilih Alquran. Namun, tak sedikit pula yang menyatakan bahwa untuk Jakarta yang lebih baik, ia tetap memilih Ahok.

Para peserta aksi yang berasal dari berbagai tempat yang berbeda menjadi satu di Jakarta. Alangkah indahya persatuan ini bila dilandaskan rasa cinta kepada-Nya. Tapi, penulis sangat menyayangkan beberapa pendapat yang mengomentari aksi ini. Ada yang berkata buat apa buangbuang uang, waktu, dan tenaga untuk menuntut Ahok. Toh, Allah tidak butuh orang lain untuk membela a g a m a Nya. Benar Allah memang bisa, namun bagaimana dengan kita sebagai umat bera g a m a , apa yang bisa kita lakukan u n t u k membela agama. Pada dasarnya, untuk mencapai sesuatu, kita pasti melakukan sesuatu pula, seperti kita harus berobat jika ingin sembuh dari penyakit. Salah satu rombongan peserta aksi berasal dari Payakumbuh, Sumatera Barat. Mereka menyewa dua pesawat, yakni Lion Air dan Sriwijaya Air, dengan

tujuan Jakarta. Mereka memilih menggunakan pesawat karena ada larangan bagi para pemilik bus untuk memberangkatkan peserta aksi. Aksi yang telah berlalu ini merupakan bukti cinta umat Islam pada kitabnya. Dari peristiwa ini hendaknya dapat timbul rasa tenggang rasa antarmasyarakat Indonesia. Pokoknya, saling menghargai dan harus ada toleransi. Jangankan untuk sebuah agama, untuk sebuah etnis pun bila ada yang melakukan penghinaan terhadapnya, orang-orang di dalam lingkup etnis tersebut pasti menuntut pelaku agar dapat diproses secara hukum. Apa yang dialami Ahok sekarang sebenarnya pernah juga dialami oleh Cita Citata, namun dalam lingkup yang berbeda. Artis ibu kota itu terseret masalah hukum karena perkataannya yang menyinggung perasaan masyarakat Papua pada 2015 lalu. Apabila suku, adat, ras, dan agama telah dilecehkan, maka individu yang melakukan hal itu pasti akan mendapat ganjaran yang sesuai dari pihak berwenang menangani kasus itu. Sebagai seorang publik figur, bertuturlah layaknya seperti seseorang yang pastas dijadikan teladan. Bukan hanya untuk Ahok, tapi juga untuk pemimpinpemimpin lainnya. Bukan hanya untuk pejabat, tapi juga artis, seniman, bahkan tokoh-tokoh masyarakat sekalipun. Hal ini dikarenakan, sebagai seorang publik figur, mau tidak mau akan ditiru oleh masyarakat. Seperti kata pepatah mulutmu harimaumu yang akan menerkam kepalamu, maka berhati-hatilah ketika berkata. Pikirkan dahulu apa yang akan terjadi bila menuturkan sebuah perkataan apalagi menyangkut dengan SARA.

KOLOM

Menjadi Pribadi Bertanggung Jawab Oleh Lutfi Darwin Mahasiswa Geografi TM 2015

“Bajalan tatap di nan pasa. Bakato tatap di nan bana.” Begitulah bunyi sebuah penggalan pepatah Minang yang mengisyaratkan bagaimana sifat yang harus dimiliki oleh seorang penghulu atau pemimpin, yakni senantiasa bertindak menurut undang-undang dan ketentuan yang berlaku. Artinya, seorang pemimpin harus selalu tegak di atas kebenaran. Minangkabau sangat dikenal dengan masyarakatnya yang beradat. Pada zaman dahulu, bundo kanduang memiliki tatanan kehidupan masyarakat yang sangat idealis serta taat pada hukum dan norma yang berlaku. Kekentalam nilai adat dan agama Islam berjalan sesuai dengan ungkapan Minang, yakni Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah. Beberapa waktu lalu, masyarakat Sumatera Barat digemparkan oleh berita tentang betapa tidak moralnya wakil rakyat kita. Portal berita harianhaluan.com (Jumat/7 Oktober 2016) memuat berita dengan judul “Heboh! Beredar Video Dua Pria yang Diduga Anggota DPRD di Sumbar Lagi Seperti Nyabu”. Dalam sebuah video

di berita tersebut, tampak dua oknum anggota DPRD di sebuah kabupaten di Sumbar sedang mengonsumsi narkoba jenis sabu. Dua orang pria tersebut diduga sedang menghisap sabu dengan menggunakan alat berupa botol air mineral, sendok, sedotan, dan korek api. Tak hanya sampai di situ, rapor merah wakil rakyat lainya juga menjadi pembicaraan masyarakat. Hal ini lantaran seseorang yang seharusnya menjadi panutan yang baik bagi masyarakat, tetapi malah menjadi contoh yang buruk. Portal berita harianhaluan.com (Jumat/18 November 2016) juga memuat berita dengan judul “Ketua DPRD Sijunjung Ditangkap Saat Berduaan dengan Istri Sopirnya”. Isi beritanya yaitu warga Sijunjung berhasil menangkap Ketua DPRD Sijunjung berinisial MR yang diduga berbuat mesum dengan wanita yang bukan istrinya di rumah dinasnya. Parahnya, wanita tersebut merupakan istri dari sopirnya sendiri. Apa yang salah dari kedua wakil rakyat di atas? Bagaimana penyimpangan tersebut dapat terjadi? Salah satu penyebabnya karena hilangnya rasa tanggung jawab. Dalam Kamus Besar Bahasa indonesia, kata “tanggung jawab” berarti suatu keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (jika terjadi sesuatu boleh dituntut, disalahkan, diperkarakan, dan lain seba-

gainya). Dengan kata lain, bertanggung jawab berarti berkewajiban menanggung apa pun konsekuensi yang akan dihadapi. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban. Imam Al Ghozali pernah mengatakan bahwa yang paling berat di dunia ini adalah mengemban tanggung jawab, siap menerima kewajiban, ataupun tugas. Memelihara sikap tanggung jawab adalah ciri manusia beradab. Karena sebagai orang yang dipercayai, ia menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya dan menyadari pula bahwa orang lain memerlukan dedikasinya. Sebagai pemimpin yang memegang amanah rakyat, seharusnya wakil rakyat bisa menjadi panutan. Tetapi, naas kasus di atas malah memberikan contoh yang sebaliknya. Bahkan, memberikan pedoman buruk bagi generasi mendatang. Menanam rasa tanggung jawab harus dimulai dari sekarang supaya terpelihara hingga dewasa. Contohnya, sebagai seseorang mahasiswa kita pasti akan sering mendapat tugas dari dosen dan sebaiknya tugas tersebut segera diselesaikan supaya pada saat diminta kita bisa mempertanggungjawabkannya. Akan tetapi, mahasiswa saat ini sering kali menunda-nunda pekerjaan atau tugasnya, sengaja meninggalkan dan melupakannya. Padahal, tugas tersebut

merupakan sebuah kewajiban yang menjadi tanggung jawab bagi mahasiswa. Kebiasaan buruk seperti itu dapat menimbulkan permasalahan baru bahkan berakibat besar pada kemudian hari. Pada hakikatnya, hasil merupakan hadiah yang kita dapat dari proses yang sedemikian rupa harus sehingga bisa mendapatkan kesuksesan yang diinginkan. Seseorang yang menghargai proses mempunyai sikap menghargai terhadap waktu. Di sini, termasuk juga proses pendewasan diri dan menumbuhkan sikap kebijaksanaan. Menjadi orang yang bertanggung jawab berarti menjadi orang yang berani menanggung risiko atas segala yang menjadi tanggung jawabnya. Berani mengemban amanah rakyat tentunya harus siap untuk menjadi tumpu harapan masyarakat guna kesejahteraan di masa yang akan datang. Begitu pula sebagai mahasiswa yang dipercaya orangtua agar mempunyai masa depan yang sukses, tentu hanya bisa dicapai dengan memegang sikap bertanggung jawab terhadap nilai yang diperoleh. Jadi, banyak manfaat jika menjadi pribadi yang bertanggung jawab, seperti menumbuhkan rasa disiplin yang tinggi, hati-hati dalam bertindak dan berperilaku, menghargai waktu, memperoleh kepercayaan dari orang lain, dan dapat berbuat adil.


FOTO

12

Edisi No. 195/Tahun XXVII

Sosok Mandeh

Ibu atau yang dalam istilah Minang disebut mandeh merupakan sosok pelindung bagi kita. Kasih sayangnya yang tulus tidak dapat digantikan dengan apa pun dan oleh siapa pun. Selama sembilan bulan ibu berjuang agar kita dapat melihat betapa indahnya dunia. Ia tak kenal lelah memberikan kasih sayangnya. Ia selalu memberikan yang terbaik buat anak-anaknya. Kasih ibu memang sepanjang jalan, sedangkan kasih anak sepenggalah. Oleh karena itu, kita sebagai anak harus membalas jasa ibu kita. Di Indonesia sendiri, untuk menghormati jasa ibu, 22 Desember diperingati sebagai hari ibu. Peringatan hari ibu tersebut juga bertujuan untuk mengungkapkan rasa bakti seorang anak terhadap sosok ibu. Hari ibu di Indonesia diperingati untuk mengungkapkan rasa sayang dan terima kasih kepada para ibu. PelanPenetapan hari ibu bukan berarti kita hanya melimpahkan kasih-sayang kita pada ibu pada hari itu. Tapi, kasih-sayang tersebut harus diberikan sepanjang hari setiap masa. Dalam rangka memperingati hari ibu pada 22 Desember, Ganto mengabadikan sosok mandeh di ranah Minang dalam berjuang. Mereka bukan hanya menjadi ibu rumah tangga, tapi juga bekerja membantu perekonomian keluarga. Persiapan: Para ibu Pembina Kesejahteraan Keluarga (PKK) berbaris sebelum mel akukan fashion street di perkarangan Monumen Merpati Perdamaian, Padang, Kamis (22/12). Kegiatan ini diselenggarakan oleh forum Sumbar Kreatif dalam rangka memp[eringati hari ibu. f/Wildan*

Pasar Pagi: Serorang ibu tampak sedang memotong ikan di pasar yang berada di Jalan Veteran, Padang, Sabtu (31/12). Meski usia telah beranjak tua, tapi bekerja pun tetap dilakukan. f/Wildan*

Jadi Juru Parkir: Seorang ibu yang menjadi juru parkir sedang mengarahkan sebuah mobil hitam di area parkir depan Bank BRI di Jalan S. Parman, Ulak Karang, Padang, Sabtu (31/12). f/Wildan*

Foto: Wildan* Tata letak: Lutfi Darwin dan Hengky Yalandra

Jual Kacang Rebus: Seorang ibu tampak sedang menjunjung keranjang kecil di atas kepala yang berisikan kacang rebus di Pantai Padang, Kamis (22/12). f/ Wildan*

Dagang Keliling: Seorang ibu tampak sedang mengendarai gerobak motor sembari menjajakan dagangannya yang berupa berbagai jenis minuman sachet di Padang, Sabtu (31/12). f/Wildan*


13

Edisi No. 195/Tahun XXVII

Wajah Baru W akil Rekt or UNP P eriode 2016-2020 Wakil Rektor Periode

Rektor Universitas Negeri Padang (UNP), Prof. Ganefri, Ph.D., melantik Wakil Rektor (WR) I, II, III, dan IV Periode 2016-2020. Dengan demikian, masa jabatan WR Periode 20122016 pun resmi berakhir. Pelantikan dan serah jabatan berlangsung di Gelanggang Olahraga UNP, Rabu (28/12). Pelantikan tersebut sesuai dengan Surat Keputusan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) Republik Indonesia nomor: 354/un35/kp/2016 tentang pemberhentian dan pengangkatan WR. Berikut adalah nama-nama WR UNP terpilih untuk empat tahun masa jabatan ke depan. Untuk WR I, terpilih Prof. Dr. Yunia Wardi, Drs, M.Si., yang sebelumnya menjabat sebagai Dekan Fakultas Ekonomi menggantikan Prof. Dr. Agus Irianto. Sementara, untuk WR II, terpilih Ir. Drs. Syahril, ST., MSCE, Ph.D., yang sebelumnya menjabat sebagai Dekan Fakultas Teknik menggantikan Dr. Alizamar, M.Pd. Kons,. Lebih lanjut, untuk WR III, terpilih Prof. Dr. Ardipal, M.Pd., yang pada periode sebelumnya menjabat sebagai WR IV. Kemudian, untuk WR IV, terpilih Prof. Dr. Syahrial, M.Pd., yang pada periode sebelumnya menjabat sebagai WR III. Ganerfi dalam sambutannya menyampaikan bahwa, dengan terpilihnya WR baru ini, UNP dapat maju ke jenjang yang lebih baik. Lebih lanjut,

Lantik WR: Rektor UNP, Prof. Ganefri, Ph.D., melantik WR Periode 2016-2020 di Gelanggang Olahraga UNP, Rabu (28/12). Dari kanan ke kiri, WR I, II, III, dan IV secara berturut-turut, yaitu Prof. Dr. Yunia Wardi, M. Si., Ir. Drs. Syahril, ST, M. Sc, Ph. D., Prof. Dr. Ardipal, M. Pd., dan Prof. Dr. Syahrial Bakhtiar, M. Pd.. Pelantikan tersebut sesuai dengan Surat Keputusan Kemenristek Dikti RI Nomor 354/un35/kp/2016 tentang pemberhentian dan pengangkatan WR. f/Wildan*

Ganefri menjelaskan bahwa hal tersebut tidak akan dapat tercapai apabila tidak adanya kerja sama antarberbagai pihak,

termasuk juga di dalamnya unsur pimpinan fakultas, jajaran senat akademik, dan sevitas akademika.

Sebagai pimpinan universitas, Ganefri juga mengucapkan terima kasih atas pengabdian dan dedikasi WR periode se-

belumnya. “Mari saling bahu membahu untuk kejayaan UNP di masa yang akan datang,� tutupnya. Zahara


FEA TURE FEATURE

14

Edisi No. 195/Tahun XXVII

Nagari Pariangan Bak Negeri Kayangan Oleh Hengky Yalandra*

J

alan berliku dari Kota Pa dang sebelum menuju Kota Batusangkar dilalui. Sebuah gerbang tampak menjulang menuju desa terindah di dunia, “Selamat Datang di Nagari Tuo Pariangan”. Pariangan dinobatkan menjadi desa terindah di dunia pada akhir 2012 lalu oleh Budget Travel, sebuah media pariwisata berpengaruh di dunia asal New York, Amerika Serikat. Rumah adat berjajar sepanjang jalan seakan menegaskan bahwa nagari tertua di ranah Minang memang di sini. Masyarakat tampak lalu lalang bekerja. Wisatawan datang bergerombolan dengan bus. Ada juga yang datang bersama sanak familinya dengan mobil. Tak hanya jajaran Rumah Gadang yang menjadi primadona wisatawan yang datang, pemandian air panas pun menjadi pelengkap wisata di nagari ini. Di Nagari Tuo Pariangan juga terdapat Masjid Ishlah yang dibangun oleh Syekh Burhanuddin abad ke-19. Uniknya, meskipun di seluruh desa dipenuhi atap bergonjong, bangunan masjid ini justru tidak memakai arsitektur Rumah Gadang kebanggaan rakyat Minang. Masjid Ishlah yang sudah mengalami

dua kali renovasi pada 1920 dan 1994 ini dibangun dengan arsitektur dongson yang menyerupai kuil-kuil di Tibet. Terletak di lereng Gunung Marapi, nagari tersebut memiliki empat jorong, yaitu Jorong Guguak, Jorong Padang Panjang, Jorong Pariangan, dan Jorong Sikaladi. Sebagian besar wilayah merupakan hamparan sawah nan hijau. Tak ayal, profesi dominan masyarakat adalah petani. Sawah gadang satampang baniah adalah bukti sejarah sawah pertama yang ada di Minangkabau, dibuka oleh Datuak Tantajo Garhano, leluhur rakyat Minangkabau. Saat ini, masyarakat setempat menjadikan sawah tersebut sebagai cagar budaya. Meski demikian, Jorong Pariangan dan Jorong Guguaklah yang lebih kesohor dibanding jorong lainnya. Hal ini dikarenakan dua jorong tersebut terkenal dengan keindahan alam. Begitulah setidaknya penuturan Drs. H. Kardinal N, M.M., pengurus Masjid Ishlah Pariangan serta Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial di Kecamatan Pariangan. Kardinal mengaku bahwa pemerintah sangat mendukung Nagari Pariangan, baik dari segi dana mau

Ber diri T egak: Berdiri Tegak: Masjid Ishlah masih tampak berdiri tegak di antara pemukiman penduduk di Nagari Tuo Pariangan, Kabupaten Tanah Datar. Masjid tersebut merupakan mesjid yang didirikan oleh Syekh Burhanuddin pada abad ke-19, Senin (12/12). f/Hengky*

pun promosi. “Kalau pembangunan ke depannya sangat banyak direncanakan, dari dinas PU, dari Bapeda, dari lingkungan hidup saling berlomba. Namun, hingga sekarang belum direalisasikan,” jelasnya, Senin (12/12). Ribuan anak tangga saling menghubungkun antar rumah di Jorong Pariangan. Di atas anak tangga terlihat tiga batu besar berukuran lebar 2,6 meter dan tinggi 1,6 meter. Batu tersebut merupakan Prasasti Adityawarman. Tulisannya tidak bisa terbaca lagi. Ketiga batu tersebut merupakan Tungku Tigo Sajarangan yang melambangkan luhak nan tigo, yaitu Luhak Tanah Datar, Luhak Agam, dan Luhak

Limapuluh Kota. Wisatawan yang banyak hilir mudik swafoto dengan kamera mereka. Kedatangan wisatawan ini tentu berdampak positif bagi masyarakat. Lapangan pekerjaan baru tercipta mulai dari berdagang, tukang parkir, hingga petugas kebersihan. Namun, menurut Kardinal, petugas kebersihan untuk sekarang belum ada. “Keluhan wisatawan hingga masyarakat setempat memang masalah kebersihan karena pemerintah belum membangun ke arah sana,” ungkapnya. Kardinal juga menambahkan bahwa dia juga tak bisa menyalahkan pemerintah sepenuhnya. Kesadaran wisata

wan dan masyarakat juga kurang. Sependapat dengan Kardinal, Nurni (56), salah seorang pedagang, mengungkapkan bahwa memang masalah utama di nagari ini adalah masalah kebersihan. “Carilah orang untuk petugas kebersihan, karena untuk garin sendiri tidak sanggup untuk membersihkan nagari yang luas,” harapnya. Meski demikian, Nurni mengaku bahwa, setelah dipilihnya Nagari Pariangan sebagai desa terindah di dunia, penghasilannya pun melonjak. “Biasanya wisatawan hanya ramai pada hari Sabtu dan Minggu, namun sekarang hampir setiap hari,” jelasnya.

Lebih Baik Berjualan daripada Meminta Oleh Zahara

S

eorang wanita lanjut usia tampak menjajakan dagangannya di salah satu sudut bangunan UNP, Kamis (8/ 12) siang itu. Dia mengenakan celana dasar panjang biru yang sudah lusuh. Demikian pula dengan kondisi baju coklat yang dikena-kannya. Dia juga memakai jilbab sorong kuning kecoklatan dan kaca mata dengan gagang ke-emasan. Kulit yang sudah keriput dan badan membungkuk membuat wanita ini terlihat sudah tua. Pakaian yang dikenakan menggambarkan kerasnya perjuangan hidup yang dia lalui. “Nak, bali kue bawang Amak, Nak! Tingga anam lai, Nak, (Nak, belilah kue bawang Amak! Tinggal enam lagi)” begitulah kalimat yang terlontar dari mulutnya tiap kali bertemu dengan calon pembeli. Barang dagangannya berupa kue bawang dan jamur tiram. Kue bawang dibungkus dengan plastik bening berukuran kecil dan dijual dengan harga seribu rupiah. Sementara, jamur putih dikemas dengan rapi di dalam plastik kaca tebal dan dijual dengan harga lima ribu rupiah.

Wanita lanjut usia tersebut bernama Juniarti (70) atau yang biasa dipanggil Irajaik. Selain di UNP, Irajaik juga menjajakan dagangannya di sekitaran Kota Padang, terutama ke sekolah-sekolah atau kampus yang ada di Kota Padang. Pendapatannya sehari-hari tidak menentu, tergantung jumlah pembeli yang berminat membeli. Terkadang, Irajaik tidak bisa mendengar panggilan dari pembeli dagangannya. Belum lagi beban dari dagangan yang dibungkus dengan kresek besar berwarna biru yang harus dia tenteng setiap hari kemana pun dia pergi. Namun, semangatnya untuk bekerja sangat besar. “Daripado maminta-minta, rancak ambo manjua iko lai. Halal, tu bisa lo manolong urang, (Dari pada meminta-minta, lebih baik saya jualan ini. Halal, dan bisa juga menolong orang lain),” ujarnya, Kamis (8/12). Kue bawang dan jamur tiram yang dijajakan Irajaik bukan hasil usaha buatannya sendiri. Kue bawang adalah buatan tetangganya. Sementara, jamur tiram yang dia jajakannya pun

Jual Dagangan: Irajaik sedang menjual barang dagangannya yang berupa jamur tiram dan kue bawang kepada seorang pembeli di area Gedung FBS UNP, Senin (19/12). f/Zahara

adalah hasil budidaya tetangganya. Setiap hari sebelum pergi berjualan, Irajaik mengambil kue bawang dan jamur tersebut dari tetangganya. Lalu, Irajaiklah yang membantu menjajakannya. Dari kue bawang yang dijualnya ini, Irajaik hanya memperoleh keuntungan tiga ratus rupiah saja per bungkusnya, sedangkan keuntungan dari berjualan jamur lebih besar yaitu mencapai seribu rupiah. Septia Adella (20), salah seorang mahasiswa UNP, mengaku sering membeli kue bawang yang dijajakan Irajaik. Dia mengatakan bahwa, selain murah, kue bawang yang dijual Irajaik

juga enak dan gurih. “Saya sangat salut dengan beliau, pekerja keras, dan tidak mengharapkan batuan dari orang lain,” jelasnya. Perjuangan hidup yang dilalui Irajaik tidaklah mudah. Selain menjajakan dagangan, setiap harinya dia juga harus menjaga dan merawat ibunya yang kini telah tua renta. Kini, Irajaik tinggal di Maransi, tepatnya di belakang Puskesmas Siteba, Kota Padang. Di sana, dia tinggal hanya berdua dengan ibunya. Ibunya yang kini telah berusia 115 tahun tidak mampu lagi berjalan dan melihat. Pendengarannya pun

juga sudah tidak berfungsi dengan baik sehingga Irajaik harus membantu mengurusinya. Sebelum pergi menjajakan dagangannya, Irajaik telah menyiapkan segala keperluan yang sekiranya dibutuhkan oleh ibunya ketika dia pergi. Seperti makanan dan minuman, dia menaruhnya di dekat tempat ibunya tidur. “Kalaulah salasai dolahnyo, baru Amak pai, (Kalau semuanya sudah selesai, baru Amak pergi),” jelasnya.Wanita asli Pariaman ini telah lama tinggal di Padang, yaitu sejak menikah dengan suaminya yang telah meninggal 7 tahun silam.


15

Edisi No. 195/Tahun XXVII

TELUSUR

Maros dan Lukisan Bersejarah Manusia Zaman Lampau Oleh Abdul Hamid

I

ndonesia, tepatnya Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, menyimpan maha karya lukisan manusia zaman lampau. Ada dua jenis lukisan yang ditemukan, yakni lukisan stensil tangan dan lukisan karakter, seperti ikan, babi rusa, manusia, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa seni, khususnya seni lukis, menjadi bagian yang tak terpisahkan dari leluhur bangsa Indonesia. Kabupaten Maros terletak sejauh 41,6 km dari Kota Makassar. Perjalanan tersebut setara dengan waktu tempuh sekitar satu setengah jam dengan kendaraan. Lukisan-lukisan tersebut bisa ditemukan di Leang Timpuseng, Leang Burung, dan Leang Pattae. Leang merupakan istilah Bugis untuk menyebut goa. Selain ketiga goa tersebut, masih banyak lagi goa lain yang menyimpan kekayaaan sejarah masa lampau. Leang Timpuseng sendiri bisa dikunjungi dengan berjalan kaki menyusuri jalan beraspal sejauh tiga kilometer dari Taman Wisata Prasejarah Leang-leang. Setelah menelusuri jalan beraspal tersebut, pengunjung juga harus melewati jalan setapak sekitar 50 meter yang sisi kiri dan kanannya terdapat hamparan sawah. Jalan setapak tersebut penuh dengan kotoran sapi. Sesampainya di Leang Timpuseng,

lelah pengunjung terbayar dengan keindahan lukisan stensil tangan di dinding goa tersebut. Goa ini berada di dalam dinding karst. Menurut Dr. Maxime Aubert, dari Universitas Griffith di Queensland, Australia, lukisan tersebut diperkirakan sudah berusia 39.900 tahun. Di samping seni stensil tangan tertua tersebut, juga terdapat lukisan babi rusa yang berusia 35.400 tahun. Lukisan babi ini juga merupakan lukisan karakter tertua di dunia. Selain itu juga masih banyak terdapat lukisan purba dengan berbagai bentuk dan usia yang berbeda-beda. Menurut Arkeolog dari Balai Penelitian Cagar Budaya Sulawesi Selatan, Dewi Susanti, mengatakan bahwa bahan yang digunakan untuk membuat lukisan ini adalah hematit, yakni bijih besi yang berwarna kehitam-hitaman. Hematit ditemukan bersamaan dengan alat serut dan batu inti melalui penggalian lapisan tanah. “Cara melukis gambar tangan atau cap tangan tersebut ada dua macam. Pertama, dengan menempelkan tangannya pada dinding, lalu menyemprotkan hematit dengan menggunakan mulut. Dan, ada yang mencelupkan tangan lalu menempelkannya pada dinding-dinding goa,” jelas Dewi, Kamis (13/10) Di Leang Burung, hematit ditemukan pada 1972 oleh I.C. Glover. Warna merah pada lukisan goa prasejarah di dinding goa tersebut, menurut Glover, memang menggunakan hematit. Pecahan hematit yang ditemukan adalah pecahan yang mirip

batu merah yang terlihat memiliki goresan. Pecahan hematit ini seperti telah dimanfaatkan untuk menulis oleh manusia purba. Sementara itu, pada 1950, di Leang Pattae, Van Hekeren juga menemukan hematit. Selain hematit, Hekeren juga menemukan alat baru, seperti alat serpih, mata panah, dan kapak genggam jenis Sumatera. Kapak genggam itu kuat dugaan digunakan sebagai alat untuk menghancurkan hematit. Hal ini dikarenakan, pada beberapa bagiannya, tampak warna kemerahan. Lahab, salah seorang penjaga Taman Prasejarah Leang-leang, menjelaskan bahwa penggunaan hematit pada lukisan-lukisan di dinding-dinding goa di Kabupaten Maros menjadi bagian yang sangat erat adat budaya masyarakat Sulsel. Masyarakat Toraja juga menggunakan hematit sebagai bahan pewarna untuk perabot-perabot di dalam rumah adat mereka. Selain itu, masyarakat Bugis juga memiliki adat tersendiri saat penduduk

Lukisan Bersejarah: Salah satu lukisan stensil tangan yang ditemukan di Leang Pettakere, Taman Prasejarah Leangleang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Manusia zaman lampau menggunakan bahan hematit pada lukisan bersejarah tersebut, Jum’at (14/10). f/ Hamid

menempati rumah baru. Mereka harus mengikuti upaca Mabedda Bola, yakni upacara memberikan bedak pada rumah. Mabedda Bola merupakan salah satu upacara dari rangkaian upacara adat Menre Bola Baru. Pemberian bedak ini dilakukan dengan cara membautkan cap telapak tangan warna putih pada dinding-dinding rumah, terutama tiang-tiang. “Hal ini seperti cap tangan yang ada di dinding hampir di setiap goa yang ada di Sulsel,” imbuh Lahab.

RAGAM

Belajar ke Negeri Jepang Oleh Poppy Mai Versiska Mahasiswa Kimia UNP

A

wal perjuangan saya menuntut ilmu di Negeri Sakura dimulai 1 Oktober 2016. Saya bisa berada di Jepang setelah lolos seleksi pertukaran pelajar antar-Fakultas Matematika dan Ilmu Penge-tahuan Alam Universitas Negeri Padang dengan Fakultas Teknik Gifu University. Program ini bertema-kan ShorTerm Special Research Project Trainee. Pada program ini, saya melakukan penelitian di Gifu University yang merupakan salah satu kampus terletak di Provinsi Gifu, Jepang. Gifu University terdiri dari 6 fakultas di mana salah satu fakultasnya adalah Fakultas Teknik. Salah satu departemen di Fakultas Teknik tersebut ialah Biomolekular Science di mana saya melakukan penelitian tentang identifikasi molekular bakteri termofilik. 3 Oktober 2016 merupakan hari pertama saya menjalankan aktivitas kampus di Gifu University. Aktivitas pembelajaran, kantor, dan jam kerja di Indonesia sedikit berbeda dengan Jepang yang memulai aktivitas pada setengah sepuluh pagi. Saya beserta mahasiswa Indonesia lainnya berangkat ke kampus menggunakan transportasi umum berupa bus. Menariknya, semua transportasi umum di Negeri Sakura ini memiliki jadwalnya masing-masing dan hanya akan datang dan berangkat pada jadwal yang ditentukan tersebut. Jadi, kita tidak bisa berangkat sesuai dengan keinginan kita seperti halnya di Indonesia. Oleh karenya, di Jepang detik per detik dalam menunggu bus sangatlah berharga sebab jika terlambat beberapa detik saja dari jadwal keberangkatan bus, maka kita

Fot o Ber sama: Anggota Laboratorium Prof. Toyokazu Yoshida, Gifu University, melakukan foto oto Bersama: bersama pada kegiatan Laboratory Trip di Gero City Japan, Jepang, Selasa (25/10). f/doc

harus merelakan waktu 30 menit untuk menunggu bus selanjutnya. Di Gifu University, saya bergabung di Laboratorium Prof. Toyokazu Yoshida yang berada di Lantai 8 Gedung E Fakultas Teknik Gifu University. Laboratorium ini terdiri dari 23 anggota dengan 3 profesor, yaitu Prof. Toyokazu Yoshida, Assoc.Prof. Mitsukura Koichi, dan Assoc.Prof Hiroshi. Kedatangan saya disambut secara resmi dengan acara Welcoming Party oleh seluruh staf dan anggota laboratorium. Setiap hari saya tiba di kampus pukul setengah sepuluh pagi dan pulang pada lima sore, kecuali Selasa dan Rabu. Pada Selasa dan Rabu, saya diberi kesempatan datang ke kampus pukul satu siang karena semua anggota laboratorium mengadakan pertemuan mingguan membicarakan tentang perkembangan penelitian dan membahas suatu jurnal penelitian. Penelitian yang saya lakukan di Gifu

University terasa ringan berkat kecanggihan dan kelengkapan peralatan tersedia. Bantuan dan support luar biasa dari seluruh anggota laboratorium terutama Sayaka Degura (mentor selama di Jepang) turut meringankan penelitian saya. Untuk mengisi libur akhir pekan pertama di negeri orang, maka saya dan mahasiswa Indonesia lainnya mengunjungi berbagai tempat di Gifu di antaranya, Gifu station park, temple, book store, pusat perbelanjaan, dan sebagainya. Dari perjalanan ini, kami mendapatkan banyak hal positif, seperti kebiasaan masyarakat Jepang yang disiplin dan teratur serta bagaimana mereka menjaga kebersihan. Masyarakat Jepang selalu membuang sampah pada tempat yang disediakan dan hanya merokok di area smoking. Kita tidak akan menjumpai orang merokok di bus, kereta, ataupun restoran. Kemudian, libur akhir pekan selanjut-

nya kami berkunjung ke kota sebelah Gifu, yaitu Nagoya. Perjalanan dari Gifu ke Nagoya memakan waktu 20 menit menggunakan kereta api. Kami memilih Nagoya untuk dikunjungi karena di sana terdapat museum edukasi yang terkenal, yakni Nagoya City Science Museum. Museum ini terdiri dari dua bagian, yaitu museum sains teknologi dan planeterium. Di museum sains teknologi yang terdiri dari enam lantai ini, kita bisa melihat berbagai proses sains, seperti proses perambatan gelombang, pembiasan cahaya, dan proses kimia lainnya. Yang paling terkenal di museum ini adalah simulasi tornado yang memakai tiga lantai museum. Sementara, di planeterium, kita bisa melihat berbagai benda angkasa. Namun sangat disayangkan, kami tidak bisa memasukinya karena tiket untuk masuk telah habis. Setalah Nagoya, ibukota Jepang adalah pilihan kami untuk menghabiskan liburan akhir pekan berikutnya. Di ibukota Negeri Sakura ini kami mendatangi Patung Hachiko, Tokyo Tower, dan pusat suvenir Asakusa sambil mengabadikan momen di tempat-tempat tersebut. Selain tempat-tempat tersebut, kami juga mengunjungi pulau buatan Jepang, yaitu Odaiba. Tak lupa pula kami mengabadikan momen bersama Patung Liberty dan Rainbow Bridge. Suasana Odaiba yang cozy dan udara yang sejuk menjadikannya tempat yang cocok untuk berwisata bersama keluarga. Akhir minggu keempat Oktober, penelitian saya lakukan selesai. Artinya, waktu untuk kembali ke Indonesia segera tiba. Selama sebulan berada di negeri empat musim ini, banyak pengalaman dan hal-hal positif yang saya dapatkan. Saya berharap suatu hari nanti bisa kembali ke Jepang untuk menyaksikan dan merasakan keempat musimnya.


TEROPONG

16

Fakult as P sik ol ogi Menunggu akultas Psik sikol ologi Persetujuan Kemenristek Dikti Dirikan Fakultas Kesembilan: UNP akan mendirikan fakultas baru, yaitu Fakultas Psikologi. Fakultas tersebut merupakan pengembangan dari Prodi Psikologi yang sebelumnya berada di bawah naugan FIP. Fakultas baru tersebut sedang menunggu persetujuan dari Kemenristek Dikti dan ditargetkan sudah berdiri pada 2017, Kamis (29/12). f/Wildan*

Universitas Negeri Padang (UNP) akan mendirikan fakultas baru, yaitu Fakultas Psikologi. Fakultas Psikologi merupakan pengembangan dari Program Studi (Prodi) Psikologi yang sebelumnya merupakan salah satu prodi di Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP). Fakultas Psikologi ini nantinya menjadi fakultas kesembilan di UNP. Rektor UNP, Prof. Ganefri, Ph.D., menjelaskan bahwa UNP sedang menunggu persetujuan dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) atas proposal pendirian fakultas baru tersebut. “Semuanya masih dalam proses,” imbuhnya, Kamis (22/12). Hal senada juga diungkapkan oleh Dekan FIP UNP, Dr. Alwen Bentri, M.Pd.. Alwen menjelaskan bahwa UNP sebenarnya sudah menyerahkan proposal tersebut ke Kemenristek Dikti pada akhir 2015 lalu. Tetapi, proposal tersebut dikembalikan karena dianggap belum memenuhi persyaratan. Tak patah arang, pada awal Desember 2016, UNP pun menyerahkan revisi proposal ke Kemenristek Dikti. “Targetnya, 2017 sudah terbentuk Fakultas Psikologi dan sudah terakreditasi,” ujar Alwen, Senin (19/12). Alwen juga menjelaskan bahwa, berbeda dengan fakultas

lainnya, Fakultas Psikologi tidak memiliki prodi atau jurusan. Fakultas Psikologi memiliki fokus bidang kajian psikologi, di antaranya psikologi perkembangan, psikologi sosial, psikologi klinis, dan sebagainya. Untuk sarana dan prasarana, ada empat laboratorium yang bisa digunakan oleh Fakultas Psikologi untuk mendukung proses pembelajaran. Gedung-gedung perkuliahan pun akan memanfaatkan gedung-gedung yang sudah ada di Kampus 5 di Belakang Balok Bukittinggi. Prodi Psikologi sendiri memiliki 679 mahasiswa. Jumlah mahasiswa tersebut sudah mencukupi sebagai syarat untuk mendirikan sebuah fakultas. Untuk tenaga pengajar, Fakultas Psikologi nantinya juga dibantu oleh dosen-dosen dari Jurusan Bimbingan dan Konseling FIP. “Sejauh ini tidak ada kendala yang berarti,” imbuhnya. Hanya saja, lanjut Alwen, dari 19 dosen yang ada di Prodi Psikologi belum ada yang memenuhi persyaratan untuk menjadi dekan. Jika hasil izin penyelenggaraan sudah dikeluarkan, maka pimpinan Fakultas Psikologi akan segera dipersiapkan. Dia pun berharap agar persetujuan dari Kemenristek Dikti cepat keluar. Hal ini tentu bermanfaat untuk merangsang dosen-dosen

agar bisa memenuhi kualifikasi pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. “Selain itu, alumni Fakultas Psikologi pun bisa berkompetisi dan memiliki daya saing yang tinggi,” ungkapnya. Tak ayal, pendirian fakultas baru tersebut disambut baik oleh mahasiswa Prodi Psikologi. Winy Rivany, Mahasiswa Prodi Psikologi TM 2015, menjelaskan telah dilaksanakan pembagian kotak saran kepada seluruh mahasiswa Prodi Psikologi di Kampus 5 di Belakang Balok Bukittinggi, Rabu (30/11). Kotak saran tersebut berupa kertas yang berisikan kolom dengan format ekskul, fasilitas, dan beasiswa yang diinginkan oleh mahasiswa setelah Fakultas Psikologi terwujud. Setiap mahasiswa bebas menuliskan saransaranya untuk pencapaian maksimal Fakultas Psikologi nantinya. “Dalam kolom fasilitas, saya menginginkan di antaranya jangkauan wifi semakin luas, adanya taman baca, dan penambahan koleksi buku di perpustakaan,” ujarnya, Wini menambahkan bahwa pendirian Fakultas Psikologi sangat bagus. Hal ini dikarenakan ruang lingkup ilmu psikologi yang sangat luas. “Dijadikannya Prodi Psikologi menjadi fakultas juga memberikan pengaruh besar terhadap prospek kerja,” ujarnya. Nadilla*

Edisi No. 195/Tahun XXVII

Berkegiatan Malam, Mahasiswa FBS Butuh Hak Khusus Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Padang (UNP) membutuhkan waktu malam hari untuk berkegiatan di kampus. Hal ini dikarenakan siang hari dianggap tidak cukup untuk menyelesaikan tugas kuliah yang bersifat praktek. Namun hal tersebut belumlah terealisasikan sebagaimana yang dialami oleh Feby Tri Rahmanda Mahasiswa Jurusan Sendratasik TM 2014. Dia dan teman-teman sejurusannya tidak pernah diizinkan menggunakan Medan Nan Balinduang Pandopo FBS sampai larut malam. Gerbang ditutup oleh satpam pada 22.00 WIB. Jika masih ada mahasiswa yang beraktifitas lewat dari itu, maka pihak keamanan akan memberi teguran. Jika tidak juga, maka akan diusir satpam. “Alasannya karena rata-rata dari kami adalah perempuan,” tuturnya, Jumat (16/12). Lain halnya dengan Feby, Wendi mahasiswa Jurusan Seni Rupa TM 2012 mengatakan bahwa ia menyelesaikan tugas praktek membuat patung pada malam hari di kampus. “Kalau diizinkan, kami akan lanjut hinga larut malam, bahkan pagi. Tapi jika tidak, kami hanya sampai pukul 22.00 WIB,” jelasnya. Dra. Lisa Widiarti, M.Sn. selaku dosen seni patung di Jurusan Seni Rupa menyampaikan bahwa, dalam satu semester, dia hanya memberikan tiga tugas praktek kepada mahasiswa. Itu pun dengan waktu yang sudah terjadwal. “Tetapi, kendalanya adalah mahasiswa mungkin punya tugas praktek mata kuliah lain sehingga jadwal yang diberikan lima minggu tadi menjadi kurang karena tidak bisanya mahasiswa mengkoordinir waktu,” ujarnya, Kamis (15/12). Lisa pun menyarankan agar pihak kampus menambah mata kuliah di luar jadwal tatap muka. “Karena untuk menger-

jakan waktu praktek, terutama karya-karya yang sifatnya tiga dimensi, membutuhkan waktu lebih panjang,” imbuhnya. Lebih lanjut, Lisa setuju bahwa, jika mahasiswa diberi hak khusus menggunakan jam malam di kampus untuk mengerjakan tugas praktek. Dengan syarat, mahasiswa yang bersangkutan yang memintanya sendiri dan diberikan secara langsung oleh pihak kampus. “Sebaiknya, mereka menggunakan dengan benar. Jangan sudah meminta, diberikan izin, kemudian tidak memanfaatkan waktu dengan benar,” jelasnya. Senada dengan Lisa, Wakil Dekan III FBS, Drs. Esy Maestro, M. Sn., menegaskan bahwa jadwal belajar mengajar harus selesai pada 18.00 WIB. Setelah itu, mahasiswa tidak boleh lagi berada di kampus, kecuali ada kegiatan praktek. Itupun harus membuat surat izin yang ditandatangani terlebih dahulu oleh dosen pembimbing untuk selanjutnya diberikan ke WD II. Selanjutnya, WD II akan memberikan surat tugas ke Tim Keamanan dan Ketertiban untuk memberi tahu ada mahasiswa yang berkegiatan. “Semua harus melalui proses dan sudah ada prosedurnya. Jadi, jika mahasiswa mengikuti prosedur yang ada dengan baik, pasti akan diizinkan tanpa ada kendala atau hambatan,” tegasnya, Jumat (23/12). Sebaliknya, lanjut Esy, jika mahasiswa tidak mengikuti prosedur yang ada, maka tidak akan mendapatkan izin dari pihak kampus. Hal ini untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. “Sebuah peraturan jangan ditafsir untuk menghalangi, tetapi untuk kebaikan mahasiswa sendiri. Maka dari itu, untuk segala sesuatu yang baik harus ada kerja sama dan tanggung jawab moral. Semua itu adalah peraturan UNP. Untuk itu, mari kita sama-sama menjaga rumah kita ini,” jelasnya. Dwi*

UNP Perlu Tingkatkan Keamanan Keamanan Universitas Negeri Padang (UNP) perlu ditingkatkan, khususnya di masa pembangunan ini. Meskipun UNP sudah memiliki Tim Keamanan dan Ketertiban, namun kasus pencurian kerap kali terjadi di lingkungan kampus. Hal ini dikarenakan kelalaian individu, minimnya jumlah tenaga keamanan, dan belum lengkapnya fasilitas penunjang keamanan. Mahasiswa Jurusan Geografi TM 2015, Yesryl Nela Frendos, misalnya. Dia kehilangan helm di tempat parkir SMK Pembangunan Laboratorium UNP pada September lalu. Dia mengakui bahwa hal tersebut karena kelalaiannya meninggalkan helm di spion motor. Dia juga mengakui bahwa kunci motornya masih berada di kontak motor. “Akhirnya, motor tersebut dibawa oleh satpam untuk diamankan,” ujarnya, Senin (12/12). Ketika motor tersebut dijemput, lanjut Yesryl, ternyata

helmnya memang hilang. Satpam yang bersangkutan menjelaskan bahwa ketika motor tersebut diamankan, memang tidak ditemukan helm di spion motor. “Keamanan di UNP pada siang hari mungkin aman. Tetapi, untuk sore hingga malam hari mungkin agak waswas,” imbuhnya. Lain Yesryl, lain pula dengan Aseng Yulandra. Mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Negara TM 2014 ini pernah kehilangan motor di tempat parkir Mesjid LPMP. Dia sudah melaporkan kejadian tersebut kepada satpam, tetapi belum ada keterangan lebih lanjut. Aseng pun mengeluhkan tidak adanya pos satpam di sekitar lingkungan Mesjid LPMP. Padahal, lokasi tersebut selalu ramai oleh mahasiswa. Aseng juga menjelaskan bahwa, selain meningkatkan jumlah tenaga keamanan, pihak kampus juga perlu memasang kamera CCTV di titik tertentu. “Gunanya, untuk memantau

keamanan UNP,” katanya. Menanggapi hal tersebut, Kepala Satpam UNP, Jawil Ardi, menyampaikan bahwa petugas keamanan UNP sudah bekerja optimal. Petugas keamanan di UNP berjumlah 125 orang, temasuk kampus cabang. Untuk setiap tindakan pidana, berupa kehilangan, akan diproses ke Polisi Sektor (Polsek) Padang Utara setelah ditindaklanjuti oleh pihak keamanan UNP. Satpam tidak mempunyai wewenang khusus untuk penyelidikan lebih lanjut. “Mahasiswa yang kehilangan motor harus tetap melaporkan ke pos satpam. Setelah itu, akan diadakan pengecekan dan olah TKP. Korban akan dibawa ke Polsek Padang Utara dan Polsek akan mengurus lebih lanjut namun satpam UNP tetap memantau perkembangannya,” ujarnya, Selasa (13/12). Lebih lanjut, Jawil Ardi juga menjelaskan bahwa, di masa

Tingkatkan Keamanan: Untuk meningkatkan keamanan dan menghindari pencurian kendaraan bermotor, FIP memasang CCTV pada area parkir FIP UNP, Selasa (10/1). f/Wildan*

pembangunan, UNP memiliki satpam khusus yang dibawa oleh proyek untuk berjaga di semua tempat proyek. Satpam khusus tersebut tidak tergabung dalam anggota satpam UNP. Tetapi, secara keseluruhan mereka akan melapor ke pos pusat. Satpam yang melakukan tindakan penyimpangan akan diberlakukan sanksi dan ditindak lanjuti hingga sanksi terberat diberhentikan. Menanggapi hal tersebut,

Rektor UNP, Prof. Dr. Ganefri, Ph.D, menjelaskan bahwa untuk kondisi sekarang ini, kondisi UNP memang belum tertib. Hal ini dikarenakan UNP masih dalam tahap pembangunan. Pembangunan tersebut rencananya akan selesai pada 2017. “Jika pembangunan sudah selesai, maka nantinya hanya ada satu pintu masuk dan satu pintu keluar,” imbuhnya, Kamis (22/12). Lutfi*


TEROPONG

Edisi No. 195/Tahun XXVII

Inf ormasi P enggunaan Gedung Informasi Penggunaan Pr oyek IDB Masih Simpang-Siur Pro

Gedung IDB: Tiga gedung proyek IDB yang berdiri di lahan FIS atau di depan FE berada dalam tahap penyelesaian. Dua gedung diperuntukkan untuk perkuliahan dan kantor FIS, sedangkan satu gedung lagi untuk PKM, Kamis (29/12). f/Wildan*

Proyek pembangunan gedung Islamic Development Bank (IDB) di beberapa titik Universitas Negeri Padang (UNP) sudah pada tahap penyelesaian. Namun, informasi mengenai penggunaan gedung tersebut masih simpang-siur di kalangan sivitas akademika UNP, khususnya mahasiswa. Mahasiswa Jurusan Geografi TM 2014, Isya Rahma Agustin, misalnya. Dia pernah mendapatkan kabar bahwa dari tiga gedung yang berada di lahan Fakultas Ilmu Sosial (FIS), hanya satu yang digunakan untuk perkuliahan mahasiswa FIS. Sementara, satunya lagi akan digunakan sebagai kantor. ”Satunya lagi, kabarnya, buat Fakultas Ekonomi (FE),” ujarnya, Selasa (15/11). Lain halnya dengan Isya, Ketua Unit Kegiatan (UK) Generasi Berencana, Azmi Julia Indra

yang mendapatkan informasi bahwa sekretariat UK FIS akan berada di gedung baru. “Kabarnya, sekretariat untuk kami berada di salah satu ruangan di gedung baru itu,” jelasnya. Sejalan dengan hal tersebut, salah seorang anggota Pusat Pengembangan Ilmu dan Penelitian Mahasiswa, Ihwan. Menurut informasi yang didapatkannya, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) akan dipindahkan ke gedung baru yang berada di lahan FIS, persisnya di depan Perputakaan FE. Satu gedung itu akan diperuntukkan untuk semua sekretariat UKM. “Jika seluruh PKM dipindahkan di sana merupakan salah satu kebijakan yang tepat. Karena tempatnya bagus. Mungkin nantinya jika iya, dari segi sarana dan prasarana, lebih lengkap dan bagus lagi,” harapnya, Kamis (22/12).

Menanggapi kesimpang-siuran informasi tersebut, Prof. Dr. Syafri Anwar, M.Pd selaku Dekan FIS menyampaikan bahwa dua gedung yang berada di lahan FIS memang diperuntukkan bagi FIS. Satu untuk gedung perkuliahan, sedangkan satunya lagi untuk perkantoran. Sementara itu, Anwar juga mengatakan bahwa untuk sekretariat PKM FIS nantinya akan ditempatkan di Gedung Dekanat FIS saat ini. “Untuk PKM FIS mungkin akan ditempatkan di lantai tiga,” ujarnya, Selasa (13/12). Kepala bagian perlengkapan UNP, Drs. Nazarudin Harahap, S.T., menjelaskan bahwa pembagian gedung untuk FIS dan Gedung UKM memang sudah jelas. Dari tiga gedung yang sudah hampir selesai di lahan FIS, dua di antaranya diperuntukkan bagi FIS. Sementara satunya merupakan Gedung PKM. “Semua itu akan diresmikan pada bulan Februari tahun 2017 ini,” jelasnya, Selasa (3/1). Lebih lajut, Nazarudin menjelaskan bahwa tiga gedung yang berada di sebelah Masjid AlAzhar adalah Gedung Auditorium, Labor dan Gedung Perkuliahan Terpadu akan ditargetkan siap pertengahan tahun 2017. Bersamaan dengan hal tersebut, Rektor UNP, Prof. Ganefri, Ph.D., mengatakan bahwa beberapa pembangunan gedung proyek IDB masih dalam proses. Seharusnya, proyek tersebut sudah selesai 31 Desember 2016. “Tetapi, diperpanjang hingga 30 Juni 2017. Baru selesai semua,” imbuhnya, Kamis (22/12). Vani*

Apr esiasi untuk Mahasiswa Apresiasi yang Mengharumkan UNP Universitas Negeri Padang (UNP) memberikan apresiasi kepada mahasiswa UNP yang berhasil mengharumkan nama universitas pada ajang perlombaan, baik tingkat regional, nasional, maupun internasional. Apresiasi yang diberikan dalam bentuk pembebasan Uang Kuliah Tunggal (UKT). Pemberian apresiasi tersebut disambut positif oleh mahasiswa. Delva Riski, salah seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan TM 2012, misalnya. Delva yang merupakan atlit taekwondo mengungkapkan bahwa dia sering mewakili UNP pada ajang perlombaan tingkat nasional dan berhasil mendapatkan medali emas. Contohnya saja pada perlombaan Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Pengurus Besar Taekwondo Indonesia 2014 di Bandung, Kejurnas Pusat Pembinaan dan Latihan Mahasiswa se-Indonesia di Jakarta pada 2014, dan PON 25 September 2016 di Bandung. “Atas prestasi tersebut, saya mendapatkan pembebasan UKT selama enam semester,” ujarnya, Rabu (14/12). Berbeda dengan Lovita Rahmah Nasution, atlit panjat tebing. Lovita menjelaskan bahwa dia tidak mendapatkan apresiasi dari UNP meski mendapatkan medali emas pada Kejurnas Antar Mahasiswa se-Sumatera pada

September 2014. Hal ini dikarenakan dia merupakan mahasiswa Bidikmisi FIK. Sekarang, Lovita sudah berstatus sebagai alumni FIK karena sudah tamat pada September 2016 lalu. “Semoga ke depannya ketika anak Bidikmisi berhasil menjadi juara tetap mendapatkan sedikit dana sebagai pengganti dari ketidakberlakuan reward gratis UKT bagi mahasiswa berprestasi tingkat nasional maupun internasional” harap Lovita, Rabu (14/12). Menanggapi pemberian reward tersebut, Kepala Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK), Azhari Suwir, S.E., menjelaskan bahwa mahasiswa yang berhasil meraih juara satu atau medali emas akan mendapatkan pembebasan UKT selama tiga semester. Sementara, mahasiswa yang berhasil meraih juara dua atau medali perak akan mendapatkan pembebasan UKT selama dua semester. Kemudian, mahasiswa yang berhasil meraih juara tiga atau medali perunggu akan mendapatkan pembebasan UKT selama satu semester. “Hal tersebut berlaku bagi mahasiswa yang menang di tingkat nasional ataupun internasional,” tegasnya, Kamis (22/12). Berbeda halnya dengan tingkat nasional atau internasioanl,

pada tingkat regional mahasiswa yang meraih juara satu atau medali emas akan mendapatkan pembebasan UKT selama satu semester. Sementara, mahasiswa yang meraih juara dua atau medali perak, dan juara tiga atau medali perunggu tidak mendapatkan pembebasan UKT. Hal ini dikarenakan jura satu di tingkat regional sama dengan jura tiga di tingkat nasional atau internasional. Azhari juga menjelaskan bahwa pemberian apresiasi dalam bentuk pembebasan UKT ini sebagai bentuk ucapan terima kasih universitas kepada mahasiswa yang telah mengukir prestasi dan mengharumkan UNP. Azhari juga berharap agar mahasiswa dapat mengikuti lomba atas seizin dan sepengetahuan universitas. “Hal ini bertujuan agar pihak kampus dapat membantu pendanaannya, serta mahasiswa tersebut tercatat di lembaga sebagai mahasiswa yang mengikuti lomba,” imbuhnya. Kemudian, Azhari juga mengakui bahwa mahasiswa Bidikmisi memang tidak mendapatkan pembebasan UKT dari UNP. Hal ini dikarenakan uang kuliah mahasiswa Bidikmisi sudah gratis dari awal semester sampai tamat. “Masalah ini nantinya akan dibicarakan lebih lanjut bersama Rektor,” katanya. Wildan*

17

Tingkatkan Jiwa Karir dan Kewirausahaan Mahasiswa, UNP Bentuk UK Baru Universitas Negeri Padang (UNP) membentuk Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) baru, yaitu Unit Kegiatan Pengembangan Karir dan Kewirausahaan (UK-PKK). UK-PKK sebelumnya merupakan sebuah komunitas tempat berkumpulnya mahasiswa yang ingin belajar kewirausahaan. Komunitas tersebut bernama Forum Komunikasi Kewirausahaan (FKK). Ketua UK-PKK, Edy Mustafa, menjelaskan bahwa pembentukan UK baru tersebut dilatarbelakangi oleh perlunya pembinaan mahasiswa di bidang kewirausahaan. Hal ini ditilik dari berbagai kendala yang dihadapi mahasiswa dalam mengikuti program Pekan Mahasiswa Wirausaha (PMW). “Yang mana, pada PMW ini, mahasiswa mengalami kesulitan dalam menjalankan wirausahanya karena kurangnya pengetahuan dan bimbingan,” ujarnya, Sabtu (3/12). Edy juga menjelaskan bahwa FKK telah dua kali mengadakan pertemuan dengan Wakil Rektor (WR) III yang saat itu masih dijabat Prof. Dr. Syahrial Bakhtiar, M.Pd.. Pertemuan pertama untuk menyampaikan aspirasi FKK untuk berubah menjadi UKM baru. Sementara, pertemuan kedua untuk mengusulkan profil UK Kewirausahaan. Saat pertemuan kedua inilah, WR III memberikan masukan agar UKM baru ini tidak hanya bergerak di bidang kewirausaan, tapi juga pengembangan karir. UK-PKK akan dilantik secara resmi bersama dengan UKM lainnya pada Maret 2017. UKM tersebut telah mengangkatkan acara Seminar Nasional Kewirausahaan pada 26 November lalu. Untuk agenda berikutnya, UKPKK berencana akan menga-

dakan ekspo kewirausahaan. UKM yang memiliki 50 anggota ini memiliki seorang pembina, Heru Pramudia, SST.Par, M.Sc, dan koordinator pembina, Dr. Yuliana, SP, M.Si.. Lebih lanjut, Edy menjelaskan bahwa seleksi anggota dilakukan secara online pada 28 Oktober lalu. “Dengan adanya UK-PKK, pembinaan kewirausahaan di UNP semakin baik, menghasilkan wirausahawanwirausahawan muda yang kompeten di bidangnya, dan mengetahui informasi dunia kerja serta cara menembus dunia kerja,” imbuhnya. Sekretaris Umum Pusat Pengembangan Ilmiah dan Penelitian Mahasiswa, Anna Saqinah, mengapresiasi pembentukan UKM baru tersebut. Meski baru dibentuk, UK-PKK sudah mengangkatkan seminar nasional. Menurutnya, hal ini harus menjadi motivasi bagi UKM lain agar bisa mengadakan kegiatan yang lebih baik lagi. Dia berharap agar UKM UNP makin berkembang dan jaya. Bukan hanya aktivis mahasiswa, Rektor UNP, Prof. Ganefri, Ph.D., juga mengapresiasi pembentukan UKM baru tersebut. Ganefri menyampaikan bahwa mahasiswa perlu didorong agar bisa kreatif, inovatif, dan mampu memanfaatkan peluang serta bekerja berorientasikan hasil. “Semoga UKM ini bisa ikut berperan dalam menghasilkan lulusan-lulusan berjiwa wirausaha,” harapnya, Kamis (22/12). Ganefri juga menyampaikan bahwa jiwa kewirausahaan sangat perlu ditumbuhkan dalam diri mahasiswa. Oleh karena itu, pada 2017, mata kuliah kewirausahaan akan menjadi mata kuliah wajib di UNP. Ermi

Pertukaran Mahasiswa FIK UNP ke UNESA Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Padang (UNP) melakukan pertukaran mahasiswa dengan FIK Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Pertukaran mahasiswa tersebut merupakan salah satu bentuk kerja sama yang telah disepakati dua fakultas di dua universitas bersangkutan. Selain pertukaran mahasiswa, bentuk kerja sama lainnya adalah mengadakan pertukaran dosen serta melakukan kolaborasi jurnal dan penelitian. Wakil Dekan 1 FIK, Drs. Yendrizal M.Pd., menjelaskan bahwa kerja sama ini baru dimulai pada 2016 ini, “Jadi, hanya baru pertukaran mahasiswa yang berjalan,” ujarnya, Jumat (2/12). Yendrial juga menjelaskan bahwa mahasiswa yang mengikuti program ini diseleksi terlebih dahulu oleh masing-masing jurusan di FIK dari TM 2013-2015. Ada tiga jurusan yang ada di FIK, yaitu Jurusan Kepelatihan, Jurusan Kesehatan dak Rekreasi, dan Jurusan Pendidikan Olahraga (PO). Setiap jurusan mengutus empat mahasiswa dari tahun masuk yang berbeda. Jadi, jumlah mahasiswa yang diutus adalah 12 orang.“Kriteria mahasiswa yang lulus yaitu Indeks Prestasi Komulatif harus di atas 3,25 dan skor

TOEFL di atas 400,” ujarnya. Lebih lanjut, Yendrizal menjelaskan bahwa mahasiswa yang melakukan pertukaran pelajar menjalani perkuliahan di UNESA dari 14-27 November. Selain itu, mahasiswa yang diutus juga harus mengikuti organisasi mahasiswa di UNESA. Selama program berlangsung, perwakilan UNP menginap di asrama disediakan. Ketua tim pertukaran mahasiswa, Sri Riski Wardana Siregar, menjelaskan bahwa, sebelum pergi ke UNESA, setiap mahasiswa diperbolehkan mengambil mata kuliah yang diinginkan. Karena 12 peserta berasal dari tahun masuk yang berbeda, setiap mahasiswa memilih mata kuliah sendiri dengan disetujui terlebih dahulu oleh pihak jurusan FIK UNP. “Kami menjalani perkuliahan sesuai dengan keadaan minggu kami masuk. Jika mata kuliah tersebut teori, kami di dalam ruangan. Jika kebetulan mata kuliah yang diambil sedang menjalani kuliah di lapangan, kami juga ikut ke lapangan,” jelas mahasiswa Jurusan PO TM 2013 itu. “Banyak pengalaman dan ilmu yang saya dapatkan dari pertukaran mahasiswa ini. Program ini sangat bermanfaat” jelas Sri. Hamid


INTER

18 UNP

Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris

Kuliah Umum Bersama Kemendikbud Universitas Negeri Padang (UNP) mengadakan kuliah umum bersama Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kementrian Pendidikan dan Budaya (Kemendikbud), Sumarna Surapranarta, Ph.D., di Gelanggang Olahraga UNP, Selasa (20/12). Acara tersebut diikuti oleh mahasiswa UNP serta guru se-Kota Padang. Rektor UNP, Prof. Ganefri, Ph.D., menjelaskan bahwa lulusan UNP dalam lima tahun terakhir bisa diakui kompetensinya. Dalam meningkatkan mutu lulusan, ilmu kejuruan

dibekali dengan ilmu tambahan melalui kerja-sama dengan lembaga-lembaga profesi Sekretaris Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan, Dr. E. Nurzaman, AM. M.M., M.Si., menyampaikan beberapa masalah pendidikan. Dia mengatakan bahwa hasil uji kompetensi guru perlu ditingkatkan. Oleh sebab itu, setelah usia 41 tahun, guru harus memiliki kemampuan menggunakan teknologi informasi. “Jadilah guru professional atau tidak sama sekali,” tegasnya. Oktri*

UK Pramuka

kan pramuka. Acara yang terdiri dari kegiatan indoor dan outdoor ini berlangsung sampai 8 Januari. “Jika peserta ada yang meninggalkan satu kegiatan saja, maka akan dianggap gagal,” ujarnya. Ketua Pelaksana, Ilham Sukma mengatakan bahwa KMD bertujuan untuk mempersiapkan pembina pramuka di gudep siaga, penggalang, dan penegak. “Semoga peserta bisa menjadi pembina pramuka yang berkualitas, berintegritas dan berdaya jual di pangkalan gudep,” harapnya. Alfendri*

Prodi PTE UNP

Kunjungan Industri Program Studi Pendidikan Teknik Elektro (PTE), Fakultas Teknik (FT), Universitas Negeri Padang (UNP), melaksanakan Kunjungan Industri (KI) pada 822 Januari. KI tersebut diikuti oleh 35 mahasiswa dari TM 2014. Adapun rute perjalananannya yaitu Padang, Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya. Ketua Jurusan Teknik Elektro, Drs. Hambali M.Kes., memberi pengarahan di salah satu ruang kuliah Teknik Elektro, Sabtu(7/1). Dalam pengarahan tersebut, Hambali berpesan agar peserta menyiapkan kebutuhan dan dan perleng-

kapan yang dibutuhkan selama KI dilaksanakan. “Untuk peserta yang mengalami gangguan penyakit tertentu dianjurkan untuk dapat menyediakan obatobatan khusus,” jelasnya. Afrinaldi selaku Ketua Pelaksana menjelaskan bahwa alasan dipilihnya Jawa menjadi tempat tujuan KI pada tahun 2017 ini karena Jawa memiliki banyak industri besar dan universitas ternama yang patut dikunjungi. “Alhamdulillah, kita telah diberikan kesempatan berkunjung ke beberapa industri dan universitas di sana nantinya,” ujarnya. Hamid

gunakan bahasa Inggris. Penampilan tersebut yaitu story telling, drama, poetry, dance, dan sebagainya. Widi Asti selaku Ketua Pelaksana menjelaskan bahwa, selain untuk menyambut pergantian tahun, acara ini juga bertujuan untuk menjalin silaturahmi antarmahasiswa yang ada di Jurusan Bahasa Inggris. “Mari kita isi acara pergantian tahun ini dengan sesuatu yang ber-manfaat. Semoga ke depannya ini menjadi agenda tahunan,” harapnya. Arrasyd*

Terapkan Sistem Brotherhood Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Seni Rupa Universitas Negeri Padang (UNP) merupakan salah satu HMJ yang sudah berdiri sejak UNP masih bernama Institut Keguruan Ilmu Pendidikan Padang (IKIP). Sejak saat itu, HMJ Seni Rupa telah mengembangkan kiprahnya, baik di lingkungan kampus maupun di luar kampus. Secara administrasi, anggota HMJ Seni Rupa pada p e r i o d e kepengurusan 2016 berjumlah 30 orang dan diketuai Bima Rekso Wibowo. HMJ ini memiliki dua orang pembina, yaitu Dra. Jupriani. M.Sn., dan Diri Trinanda, S.Pd., serta seorang penasehat, Yarul Sami Batu Bara. S.Sn., M.Sn. HMJ Seni Rupa menerapkan sistem brotherhood atau multifungsi, yakni setiap anggota dituntut untuk bisa mengerjakan pekerjaan setiap divisi di HMJ Seni Rupa. Divisi tersebut yaitu devisi humas, devisi dokumentasi, dan devisi publikasi. Anggota tidak

Diklatsarca MPALH Angkatan ke-33 Ketua Pelaksana,Iwin Pebrisen, mengatakan bahwa acara ini didahului dengan adanya Diklat Ruangan. “Pematerinya merupakan anggota MPALH yang telah mengikuti pelatihan-pelatihan yang bersertifikat, ada juga yang didatangkan dari luar ,” ujarnya, Selasa (10/1). Iwin berharap calon anggota ke-33 ini dapat mengaplikasikan tiga karakter yang ada di dalam tema yang diusung yaitu jujur, disiplin, dan bertanggung jawab. Laila*

hanya dituntut aktif di devisi masing-masing, tetapi juga harus terlibat dalam kegiatan di devisi lain. Program kerja (Proker) HMJ Seni Rupa yang sudah terlaksana pada periode ini adalah acara Mengenal Rupa, Lomba Drawing, Workshop Grafis, Workshop Keramik, Workshop Anyaman, Seminar Nasional, Pameran moveon, dan Pameran A c h y a r Sikumbang. Proker terakhir HMJ Seni Rupa tahun ini adalah acara Spadi Art yang sudah diadakan pada 19-24 Desember. Rangkaian kegiatan yang terdapat dalam acara Spadi Art ini, di antaranya Perfomence Art, Lomba Body Painting, Seniman Peduli, Karya Instalasi Bersama, Pelatihan Guru Seni Budaya kota Padang. Wakil Ketua HMJ Seni Rupa, Syafii Fabli, menyampaikan bahwa kendala dihadapi adalah kurangnya bantuan dana dari pihak kampus. “Ada atau tidak adanya dana acara tetap jalan,” ujarnya. Gezal*

Sidang Paripurna Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Padang (UNP) mengadakan sidang paripurna. Sidang tersebut membahas laporan pertanggungjawaban Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FIS. Acara ini berlangsung di Gedung Mata Kuliah Umum UNP, Sabtu (24/12). Acara tersebut dihadiri oleh jajaran anggota BPM dan BEM FIS UNP. Yazzer Denas selaku Ketua Pelaksana menjelaskan bahwa kinerja BEM di pe-

KSR PMI

Serah Terima Jabatan Korp Suka Rela (KSR) Palang Merah Indonesia (PMI) Universitas Negeri Padang (UNP) mengadakan Serah Terima Jabatan Dewan Pengurus Harian KSR PMI. Kegiatan tersebut berlangsung di di Gedung MKU UNP, Rabu (04/01). Pembina KSR PMI, Drs. Nirwandi M.Pd., secara langsung memasangkan tali kur khusus komandan sebagai tanda serah terima jabatan Komandan KSR PMI periode 20172018 kepada Rian Putra Utama. Rian berharap agar semua program kerja KSR

PMI pada kepengurusan periode 2017-2018 berjalan dengan lancar dan silahturahmi dengan unit kegiatan lain, baik di selingkungan UNP maupun di luar UNP, terus terjaga. Ardanda Putra selaku Komandan KSR PMI periode 2015-2016 berharap agar kepengurusan periode 2017-2018 lebih baik dari periode sebelumnya. “Semoga kepengurusan tahun ini bisa melengkapi kekurangan dalam kepengurusan periode sebelumnya,” harapnya. Nadilla*

UK-Kes

BPM FIS

MPALH

Unit Kegiatan Mahasiswa Pencinta Alam dan Lingkungan Hidup (MPALH) Universitas Negeri Padang (UNP) mengadakan Pendidikan dan Latihan Dasar Pencinta Alam (Diklatsarca) Lapangan untuk 13 calon anggota MPALH angkatan ke-33. Bertemakan “Membentuk Generasi yang Jujur, Disiplin dan Bertanggungjawab terhadap Alam dan Lingkungan”, acara ini berlangsung dari 12-22 Januari di Batu Gadang, Lubuk Kilangan, Padang.

Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Universitas Negeri Padang (UNP) mengadakan English Festival, Sabtu (31/12). Acara yang bertepatan dengan malam tahun baru 2017 tersebut berlangsung di Medan nan Balinduang Pendopo FBS. Diikuti oleh masingmasing perwakilan kelas TM 2015 dan 2016 dari berbagai prodi di Jurusan Bahasa Inggris, kegiatan tersebut menampilkan berbagai minat dan bakat mahasiswa dalam mengHMJ Seni Rupa

Adakan KMD Bertemakan Kursus Mahir Dasar (KMD) Lahirkan Patriot yang Mendidik dan Teguh Membina, Unit Kegiatan (UK) Pramuka Universitas Negeri Padang (UNP) menggelar upacara pembukaan (KMD) di Gedung MKU UNP, Selasa (04/01). Kepala Pusat Pendidikan dan Latihan (Kapusdiklatda) Gerakan Pramuka Sumatra Barat, Candrianto, ST. M,Pd., selaku pembina upacara mengatakan bahwa KMD merupakan salah satu bentuk amanat dari Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 63 Tahun 2014 tentang gera-

English Festival

Edisi No. 195/Tahun XXVII

riode ini lebih baik dari kinerja BEM periode sebelumnya. Hal tersebut terbukti dengan suksesnya pelaksanaan beberapa program kerja BEM periode ini. “Misalnya, FIS Premier League dan Malam Alek Gadang,” ujarnya. Lebih lanjut, Yazzer berharap agar BEM FIS bisa menjadi lebih baik lagi ke depan nya. “Semoga setiap acara yang diangkatkan lebih memberdayakan potensi mahasiswa,” imbuhnya. Wildan*

DIKLAT UKKES Unit Kegiatan Kesenian (UK-Kes) Universitas Negeri Padang (UNP) mengadakan Pendidikan dan Latihan (Diklat). Diikuti oleh 48 bakal calon anggota angkatan ke-27, acara tersebut diselenggarakan di Pantai Sako, Bungus, Padang, JumatMinggu (6-8/1). Diklat Ini merupakan pelatihan dasar mengenai sejarah maupun bidangbidang keterampilan yang ada di UK-Kes. Kegiatan Diklat juga bertujuan untuk membentuk karakter para bakal calon agar lebih baik lagi, bagi dari segi UKK

kualitas maupun kuantitas. Ketua Pelaksana, Firman Ramadhani mengatakan bahwa peserta sangat antusias mengikuti Diklat ini. “Ditambah lagi cuaca yang sangat mendukung selama kegiatan ini berjalan,” ujarnya, Selasa (10/1). Firman menambahkan bahwa acara ini bertujuan melatih bagaimana perjuangan mereka di UK-Kes. “Semoga setelah selesainya acara ini, mereka lebih disiplin dan semua itu berguna untuk kemajuan UKKES ke depannya,” harapnya. Wildan*

Penutupan UIF Rangkaian acara UNP Islamic Fair (UIF) resmi ditutup di Aula Batalyon Infanteri 133 Yudha Sakti, Padang, Sumatera Barat, Minggu (4/12). Jony Karnando selaku Wakil Ketua Umum Unit Kegiatan Kerohanian (UKK) menjelaskan bahwa output yang diharapkan dari kegiatan ini yaitu untuk mewujudkan UNP sebagai kampus religius. Rangkaian kegiatan UIF meliputi pembukaan acara dengan agenda buka puasa sunah bersama, Talkshow Nasional AlMENWA

quran, Festival Seni Forum Kajian Pengembangan Wawasan Islam, tablig akbar, dan Muslimah Expo. Muhammad Idris selaku Ketua Pelaksana menyampaikan bahwa ada tiga isu yang diangkatkan dalam kegiatan UIF ini yaitu kembali ke masjid, muslim intelektual, dan UNP bergema Alquran. Ketiga isu tersebut digabungkan menjadi satu tema besar yaitu Alquran. “Mari kita baca Alquran dan ramaikan masjid,” imbaunya. Okta

Dikbasis Angkatan Ke-41 Resimen Mahasiswa (Menwa) Batalyon 102 Maha Bhakti Universitas Negeri Padang (UNP) mengadakan Pendidikan Basis Kesatuan (Dikbasis) di Markas Menwa UNP yang dimulai pada Rabu (4/1). Acara yang berlangsung selama sepuluh hari ini, diikuti sebanyak 19 Calon Resimen (Camen) dari 21 Camen angkatan ke-41. Ayu Wandira selaku Wakil Komandan Satuan Tugas mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan pendidikan awal bagi Camen bertujuan mem-

bentuk karakter, mental, serta melatih kedisiplinan. “Selain itu, loyalitas Camen akan terlihat di sini,” ungkapnya, Selasa (10/1). Ayu mengungkapkan bahwa terselenggaranya Dikbasis ini diharapkan mampu membentuk kedisiplinan seluruh Camen yang bergabung menjadi anggota Menwa. “Ini merupakan modal awal bagi Camen, setelahnya dilanjutkan menjalani tahap Pendidikan Latihan Dasar. Baru setelahnya, mereka dilantik menjadi anggota Menwa,” jelasnya. Arrasyd*


Edisi No. 195/Tahun XXVII

SEPUT AR MAHASISW A SEPUTAR MAHASISWA 19

Optimalisasi Keamanan Kampus UNP Hai pembaca setia Ganto! Keamanan merupakan hal yang penting di mana pun kita berada. Tidak hanya di tempat tinggal, di lingkungan kampus pun rasa aman menjadi salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi. Namun, akhir-akhir ini, kebutuhan akan rasa aman seolah menjadi ancaman di lingkungan Universitas Negeri Padang, mulai dari kasus hilangnya kendaraan bermotor, helm, hingga hilangnya barang mahasiswa di ruang kuliah. Baru-baru ini, mahasiswa mengeluhkan bahwa seringnya terjadi kehilangan di kelas, baik itu kehilangan uang maupun HP (Ganto edisi 192). Selain itu, kemudahan akses masyarakat luar seperti pemulung untuk keluar masuk kampus juga mempengaruhi keamanan di lingkungan kampus. Ditambah lagi tidak adanya sanksi atau ketegasan dari petugas keamanan terkait hal ini. Beranjak dari hal tersebut, bagaimana tanggapan Anda sebagai mahasiswa UNP?

Tidak dapat dipungkiri, keamanan menjadi kebutuhan mendasar yang melekat pada setiap diri individu. Dibuktikan dengan teori kebutuhan Maslow yang menempatkan kebutuhan akan rasa aman menjadi prioritas kedua setelah kebutuhan fisiologis dalam hierarki kebutuhan manusia. Berpijak dari teori tersebut, keamanan menjadi hal yang penting di mana pun kita berada, tidak hanya di tempat tinggal, di lingkungan kampus pun rasa aman menjadi salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi. Layaknya suatu kebutuhan, rasa aman mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan akademik dan nonakademik sebuah perguruan tinggi. Apabila kebutuhan rasa aman di lingkungan kampus sudah terpenuhi, maka akan tercipta kondisi yang ideal. Sederhananya, bila hati tenang maka pikiran pun akan ikut tenang. Mahasiswa dapat fokus mengikuti perkuliahan bila suasana kampus nyaman dan dan penuh ketenangan. Pada akhirnya, peningkatan kualitas sebuah perguruan tinggi akan tercapai. Dalam rangka menciptakan kondisi lingkungan kampus yang nyaman dan bebas dari ancaman, Universitas Negeri Padang (UNP) telah menyediakan fasilitas di antaranya pemasangan kamera CCTV dan penambahan petugas keamanan. Saat ini, jumlah keseluruhan petugas keamanan di kampus pusat dan kampus cabang UNP sebanyak 125 orang. Di setiap fakultas terdapat petugas keamanan yang mengisi setiap pos keamanan fakultas. Dalam memaksimalkan tugasnya, petugas keamanan melakukan patroli keliling pada siang dan malam hari. Selain itu, UNP juga telah membentuk Tim Ketentraman dan Ketertiban (Trantib) atau dikenal Tim 11 yang bertujuan untuk mengatur tugas keamanan di seluruh kampus UNP. Secara khusus, tim ini bertugas dalam menangani hal-hal yang kasusnya lebih tinggi seperti minuman keras, narkoba, dan pencabulan yang dilakukan oleh sivitas akademik. Pihak kampus juga membatasi kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa yang ada di Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) seperti melakukan kegiatan organisasi di malam hari. Namun apabila melakukan kegiatan di malam hari, mahasiswa harus meminta izin kepada komandan regu Satpam

(SKK Ganto Edisi 190). Hal ini tentu dilakukan semata-mata bertujuan untuk meningkatkan keamanan kampus. Meskipun demikian, masih banyak ditemukan kasus pencurian yang terjadi di lingkungan UNP. Mulai dari hilangnya kendaraan bermotor, helm hingga hilangnya barang mahasiswa di ruang kuliah. Baru-baru ini, mahasiswa mengeluhkan banyaknya terjadi kehilangan ruang perkuliahan, baik itu kehilangan uang maupun kehilangan HP (SKK Ganto Edisi 192). Disusul pada Oktober lalu mahasiswa kehilangan helm di depan gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (SKK Ganto Edisi 193). Beranjak dari kondisi tersebut, Surat Kabar Kampus (SKK) Ganto Universitas Negeri Padang melakukan jejak pendapat dalam bentuk polling yang disebarkan oleh bagian Riset Subdivisi Penelitian dan Pengembangan terkait tanggapan mahasiswa terhadap tingkat keamanan kampus. Polling berupa angket terdiri atas lima pertanyaan, dan disebarkan kepada 800 mahasiswa UNP. Data angket didapatkan dari metode random sampling yang diambil secara accidentil. Berdasarkan angket tersebut, dari keseluruhan responden terungkap bahwa sebanyak 37,48% dari keseluruhan mahasiswa UNP pernah mengalami kehilangan barang di lingkungan kampus. Adapun jenis barang tersebut meliputi kehilangan helm sebanyak 11,94%, motor sebanyak 2,41%, uang sebanyak 12,74% dan handphone sebanyak 10,56%. Lalu, mahasiswa pernah kehilangan perhiasan sebanyak 0,93% dan sisanya barang lain-lain sebanyak 15,38%. Kemudian, sebanyak 60,92% mahasiswa UNP mengaku tidak pernah mengalami kehilangan barang di lingkungan kampus. Kendatipun demikian, mahasiswa UNP tetap merasakan tingkat keamanan kampus sampai saat ini masih perlu ditinjaukembali. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase pengisian polling pada pertanyaan bagaimana tingkat keamanan kampus saat ini, yaitu sebanyak 54,02% responden menyatakan tingkat keamanan kampus saat ini tidak bagus yang disebabkan karena banyaknya terjadi kasus pencurian. Sementara, jumlah responden yang menyatakan tingkat keamanan kampus saat ini bagus lebih sedikit

daripada jumlah responden yang beranggapan tidak bagus, yaitu sebanyak 43,71%. Mahasiswa UNP juga sering melihat dan mendengar kasus pencurian terjadi di lingkungan kampus. Hal ini seperti yang dikatakan oleh salah seorang mahasiswa Jurusan Administrasi Pendidikan TM 2015, Dita Erjana, bahwa ia tak jarang mendengar terjadinya kasus pencurian di UNP. “Saya tidak pernah mengalami, namun saya pernah mendengar adanya mahasiswa yang kehilangan helm, handphone dan motor,� ujarnya, Kamis, (29/12). Lebih lanjut, dari keseluruhan responden yang telah mengisi angket, sebanyak 44,95% diantaranya menyatakan bahwa sering terjadinya kasus pencurian di UNP disebabkan mudahnya akses masyarakat luar masuk ke lingkungan kampus. “Bahkan tak jarang penjual makanan sampai masuk

ke kelas untuk menawarkan dagangannya. Tentu hal ini perlu menjadi perhatian petugas keamanan,� ungkap Dita lagi. Selanjutnya, 26,64% dari keseluruhan responden menyatakan pendapatnya bahwa karena belum banyaknya fasilitas CCTV yang mempermudah pengawasan. Jika hal tersebut telah terpenuhi, maka dibutuhkan tindak tegas pihak kampus untuk membenahi kondisi keamanan kampus. Hal ini sejalan dengan saran mahasiswa berdasarkan polling yang mereka isi yaitu sebanyak 32,28% dari responden setuju jika pihak kampus melakukan beberapa upaya untuk meningkatkan keamanan kampus. Di antaranya memberikan fasilitas penunjang keamanan seperti pemasangan kamera CCTV di setiap titik rawan pencurian di kampus, meningkatkan kinerja petugas keamanan

serta jumlahnya, melarang masyarakat luar kampus untuk masuk ke UNP, dan membuat peraturan satu gerbang untuk masuk dan keluar dari kampus UNP. Jadi, berdasarkan polling tersebut, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa UNP mengharapkan adanya pembenahan khusus dari pihak kampus dalam meningkatkan kondisi keamanan.Namun terlepas dari kondisi tersebut, kesadaran dan kepedulian mahasiswa juga perlu ditingkatkan guna meminimalisir terjadinya kasus pencurian. Karena jika mahasiswa acuh dan lalai mengamankan diri sendiri dan barang berharga maka tidak menutup kemungkinan memancing terjadinya tindak kriminal di kampus. Oleh karena itu, keamanan kampus +menjadi optimal bila adanya kerja sama dan rasa peduli oleh seluruh civitas akademika UNP terhadap keamanan kampus.*


SASTRA BUD AYA BUDA

20

Cerpen

Badik Oleh Rila Muspita

KRITIK SAJAK

P

embicaraan waktu itu masih terngiang seakan menjadi racun yang membuatku terpuruk dalam kehancuran. Kau berucap bahwa kisah di antara kita sudah tak ada lagi. “Sejak hari itu, saya mengakhirinya. Sejak itu pula, saya telah mengikhlaskan semua. Jadi, memang tak ada lagi perasaan itu. Kamu sama saja dengan perempuan lainnya. Sudah tak ada bedanya. Di antara kita sudah tidak ada apa-apa lagi,” ujarmu suatu hari. Untuk sesaat, aku hanya mampu mematung memperhatikan tiap gerak bibir dan lirik matamu. Aku lalu memberanikan diri berkata lirih, “Sejak engkau mengatakan mencintaiku dan meminta diriku untuk kau jadikan istri, sejak itulah hati ini yakin untuk menjadikan kau sebagai calon imamku. Namun, jika takdir Tuhan berkata lain, akan kuikhlaskan sepenuh hati atas pilihan yang telah engkau tetapkan. Tak pernah dalam hidupku untuk mencintai seseorang hanya untuk mainmain. Aku selalu meyakini bahwa ada ketulusan atas cinta, ada kesucian atas kasih-sayang. Aku perempuan lemah ini tak ingin menodai arti semua itu.” Tak terasa air mataku pun membasahi pipi. Kau terdiam menatapku dalam. Aku pun berlalu pergi. *** Aku adalah anak perempuan satu-satunya yang sangat berharga pada garis keturunan matrilineal. Sementara, kau juga anak lelaki satu-satunya yang juga sangat berharga pada garis keturunan patrilineal. Orangtuaku memberikan syarat jika kau memang ingin menikahiku, maka kau harus tinggal di ranah Minang. Sebaliknya, orangtuamu pun juga begitu; jika aku nanti menjadi istrimu, maka aku harus ikut ke kampung halamanmu, Makassar yang permai. Kita sama-sama melanjutkan pendidikan di bumi Siliwangi, tapi berbeda prodi. Dahulu, kau ... ah! pernah berjanji kepadaku untuk mempersuntingku jadi isteri. Tetapi, sekarang apa yang terjadi? Mengapa kita harus bertemu dengan kabar yang akan membawa hubungan ini tanpa muara? Pertengkaran demi pertengkaran pun terjadi. Aku lebih memilih diam karena tidak ada yang dapat aku perjuangkan. Di sinilah awal mulanya. Saat aku memilih diam, kau tidak lagi memberikan kabar. Waktu pun berlalu. Aku mesti meninggalkan bekas yang begitu dalam. Sekarang, aku sudah di ranah Minang, melupakan bumi Siliwangi yang penuh warna dan peruntungan cinta itu bermula. Daeng, dulu kita hanya saling berpapasan ketika mau berangkat menuju kampus. Saya hanya menebak-nebak bahwa kau juga berasal dari ranah Mi-

Edisi No. 195/Tahun XXVII

Grafis: HengkyYalandra

nang. Perawak a n m u m a n i s . Kurus tidak, gemuk pun tidak. Garis wajahmu lembut tidak lemah. Sorot matamu tegas, tidak keras. Hanya itu awal yang berkesan padaku. Hingga kita dipertemukan di depan gerbang kampus samasama menggunakan keril hendak mendaki Gunung Papandayan. Kebetulan, saat itu aku diajak teman yang sama-sama dari Padang. Ternyata, dia juga berteman dekat dengan salah satu temanku. Disanalah awal kita berkenalan. Puncak Gunung Papandayan awal kasih itu bermula. Hingga kini, ia tidak berkesudahan. Aku tidak ingin mengingatnya lagi. *** Tetapi, kisah kita pun tidak berhenti sampai di sini. Suatu pagi, dua orang temanku, Fakhri dan Randa, mengajakku ke suatu tempat. Mereka sudah kuanggap layaknya saudara sendiri. Sengsara dan nikmatnya perantauan sudah kami rasakan bersama. Di persimpangan, terlihat bangunan megah bertulis “Bandara International Minangkabau”. Siapa gerangan yang akan mereka jemput? “Hei! Kalian sebenarnya

hendak menjemput siapa?” teriakku dari parkiran motor. Sementara, mereka telah berjalan terburu-buru menuju arah pintu kedatangan. “Kau lihat saja nanti Rubiah,” balas mereka berbarengan. Terang saja aku kaget. Seorang lelaki Bugis menghampiriku. Lelaki itu adalah kamu! “Assalammualaikum, Rubiah, ” ujarmu. Mendengar ucapan salam itu, bergetar seluruh tubuhku. Bagaimana tidak, sudah berapa lama kita tidak saling kasih kabar. Namun, seorang yang aku tidak ingini kehadirannya sekalipun rindu, kini tiba begitu saja. “Walaikumussalam, Daeng,” jawabku. “Ada gerangan apakah Daeng sampai ke ranah ini?” tanyaku penuh keraguan. “Saya nak hendak menyampaikan azamku tahun lalu.” “Apakah itu?” tanyaku lagi. “Hmmm .... Sebaiknya, nanti kita bahas toh! Masih pegal kakiku. Aga kareba tu? Madeceng? (Bagaimana keadaannya? Sehat?)” tanyanya. “Madeceng moa, Daeng (Sehat, Daeng),” sebisanya aku

membalas. Di Jembatan Siti Nurbaya “Biah, rasa penasaranku akan jembatan ini, membuatku datang ke ranahmu. Akan kisah cinta yang tak kunjung padam dari Sitti Nurbaya dan Samsulbahri. Ingatku pada roman itu seolah Siti Nurbaya masih cinta akan Samsulbahri. Benarkah itu, Bi?” “Ya benar” jawabku. “Lalu, bagaimanakah akan cinta seorang gadis Minang bergelar Rubiah atas lelaki Bugis ini? Akankah sama dengan kasihnya Siti Nurbaya akan Samsulbahri atau cintanya Hayati akan Zainuddin dalam kisah Tenggelamnya Kapal Van der Wijck?” tanyanya. “Ya. Cintanya bak kisah dalam kedua roman itu. Tapi, perlu kau ingat, Daeng. Malangnya perempuan dalam tatapanmu ini, cintanya tak berbalas layaknya cinta Samsubahri akan Nurbaya atau Zainuddin pada Hayati. Kesolehannya tak mampu mempertahankan kekasihnya hingga merelakan ia pergi dengan perempuan lain yang berbeda keimanannya. Budinya tak bisa meperjuangkan cintanya untuk bertahan meski adat menghalang. Kau

tahu akan itu, Daeng?” balasku. “Aku sangat paham akan itu, Bi. Hingga itulah aku datang kembali menjemput cinta yang telah aku biarkan pergi begitu saja. Sejak malam itu, kau berlalu meninggalkanku setelah untaian katamu membuat dadaku membuncah hebat. Saat itulah hatiku terasa pergi bersamamu. Kepulanganku ke kampung halamanku tak mampu membuat enyah bayangmu bersamaku. Di saat itu, aku sadar akan pilihanku. Di saat itu, hati ini selalu membatin. Hingga aku sampai di ranahmu. Aku pun tak mempunyai janji untuk aku berikan padamu saat ini. Tapi, jika jodoh milik kita, kau akan aku jemput kembali. Esok lusa aku akan balik ke Makassar. Temani aku datang ke rumahmu esok pagi. Aku nak bertemu dengan mamak dan bapakmu.” “Tapi, aku belum kasih jawaban tentang aku menerimamu kembali atau tidak. Rasanya belum tepat untuk datang ke rumahku. Di sini, ada adat yang harus kita jaga. Tidak bisa begitu saja lelaki datang seorang diri mendatangi rumah perempuan tanpa hendak tahu maksud tujuannya,” jawabku. “Cukup hanya Tuhan yang beri jawabannya, Bi. Seperti yang kubilang di awal, aku tak punya janji buatmu, Bi. Entahkah itu kau mau menunggu aku kembali datang ataupun aku akan menerima sepucuk undangan pernikahan darimu kelak. Biarlah itu menjadi takdir Tuhan untukku. Yang pastinya aku datang hari ini untuk melihat perasaan yang aku abaikan, cinta yang besar yang sempat aku lepaskan, kasih yang dalam yang telah aku sia-siakan. Namun, besarnya hati gadis itu, masih menemui kedatanganku dengan senyumnya. Itu sudah jelas bagiku akan besar cintanya padaku.” “Maaf, Daeng. Betapa besar hati ini melihat kedatanganmu. Tidak terkira bahagianya akan niatmu mendatangi orangtuaku. Namun, jika bukan niat mempersuntingku, aku tidak bisa mempertemukanmu dengan orangtuaku. Sebaiknya, jika niatmu sudah bulat, datanglah kemari dengan perwakilan keluargamu,” ujarku. “Baiklah, Dek! Aku tidak mau memaksamu. Jika tidak keberatan, kau simpanlah badik ini baik-baik sampai aku datang menjemputnya kembali. Salama’ki dek, Rubiahku. (jaga diri baik-baik Rubiahku).” Kau berlalu meninggalkanku diam mematung. Maaf, Badik ta ketinggalan, Daeng! Tertinggal menikam sudut hulu hati. Bukan perkara menahan perih terkena sayatannya, namun bekas luka yang membuat badan lapuk dimakan usia. Kau cepatlah kembali sebelum kau temui pusaraku nanti.


SASTRA BUD AYA BUDA

Edisi No. 195/Tahun XXVII

21

Sajak Senja Kusam

Tonggak Akhirnya Patah Tonggak mulai lapuk Namun rumah makin padat penduduk Walau goyang mereka tetap duduk Tonggak terendam banjir, Namun mereka tetap nyinyir, nyengir menampakkan gigi kuda seperti ingin disemir Tonggak terantuk Tapi mereka tetap duduk, Ada yang terbatuk-batuk Ada yang terkantuk-kantuk Tonggak mulai goyang tapi mereka tetap tak sayang Mereka bersenang-senang di rumah dengan tonggak yang berlubang Tonggak ingin mati, tapi mereka tetap tak peduli Tonggak mulai bengkok, tapi mereka tetap merokok Menyaksikan aduan ayam bangkok Tonggak menjerit, Tonggak kehilangan kesabaran, Tapi mereka tetap tak ada kesadaran Tonggak pun akhirnya patah Mereka semua musnah

Oleh Cahyu Ningsih Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia TM 2016

Bulir air yang tergenang di atas daun tua Merefleksikan sisa-sisa kenangan kita Di bawah cahaya terang senja.

Adakah kau di situ? Hanya bayangan kosong yang duduk bersamaku Renyaimu mengiris-iris tangisku. Embun masih menempel di kaca jendela. Melukiskan kata-kata yang kau bisikan Hingga menyentuh ujung khayalan Perlahan menembus rongga ubun-ubun

Akulah yang mengalir dalam darahmu; Kaulah senja yang selalu tenggelam dalam darahku. Tetesan air memukul atap tanpa ampun Dentingannya serasi terngiang di rongga telinga. Yang kemudian menjelma menjadi belati. Terus menguliti napasku. Kutertunduk memeluk kenangan: Biarkan ku di sini menanti.

Oleh Trah W. Mahasiswa Sastra Indonesia TM 2015

Pasangan Tanpa Wajah Aku ingin menjadi udara Hadir di setiap sisi hidupmu, mengisi buku-buku di paru-paru, dan terlahir dari sesakkan napas ibu Aku bayangkan tanganku bumi. Bercahaya sekaligus gelap saat kau genggam Lembab dan menjadi basah ketika kita bercumbu penuh desah Akan tetapi, Tuhan mengutuk tubuhku menjadi sebatang kapur Membiarkanku menyisir taman kota bersama gadis tak terpelihara, dan terus meninggalkan jejak setelah kami bercinta Atau aku sangat ingin menjadi bibirmu saat melumat mataku lamat-lamat Bibir yang selalu menirukanku ketika menjadi udara Suka berbisik namun benci menelisik

Oleh Andri Rizki Mahasiswa Sastra Indonesia TM 2015 C ATATAN BUD AY A BUDA

Hantu Aru-aru Oleh Fakhruddin Arrazzi “Nak, janlah kalua malammalam! Diculik hantu aru-aru beko,� demikianlah ungkapan yang biasa digunakan para orangtua di Minangkabau pada zaman dahulu. Hantu aru-aru merupakan sebuah legenda hantu yang berkembang di masyarakat Minangkabau. Para orangtua menggunakan mitos hantu aru-aru tersebut untuk menakuti anak-anak mereka agar tidak keluar pada malam hari. Bukan apa-apa! Mitos hantu aruaru pun terbukti ampuh untuk membuat anak-anak diam di rumah. selepas- magrib atau pulang mengaji. Para orangtua zaman dahulu juga menggunakan mitos hantu aru-aru untuk memperingati anak-anak mereka agar tidak bermain jauh-jauh dari rumah atau dari keramaian. Main cumancik atau sepak tekong, misalnya. Jika anak-anak membandel dan tetap melakukan hal yang telah dilarang tersebut, dikhawatirkan, ada hantu aruaru yang siap menculik mereka. Ya, hantu aru-aru suka dan biasa beraksi di tempat yang sunyi. Sebenarnya, selain hantu aru-aru, Minangkabau juga

terkenal dengan legenda hantu yang lain. Ada palasik yakni si pemilik ilmu hitam yang mengincar bayi-bayi sebagai makanannya, ada hantu blau yang biasa bersemayam di pohon bambu atau rumah kosong ditinggal penghuni, dan sebagainya. Tetapi, hantu aru-arulah yang unik. Sebab, meskipun orang-orang di lepau sudah berkoar-koar bercerita bahwa si anu telah diculik hantu aru-aru, belum ada riwayat yang menyatakan bagaimana rupa hantu aru-aru itu. Demikianlah! Hantu aru-aru telah menjadi urban legend yang diselimuti oleh berbagai cerita mistis. Mitos ini tumbuh pada zaman di mana orang-orang dewasa masih sibuk menghabiskan hari-harinya dengan bekerja di hutan, sawah, atau ladang. Pada waktu itu, mungkin hanya ada satu-dua penduduk yang memiliki TV di rumahnya. Itupun masih hitam putih. Sementara, anak-anak, selain sekolah dan mengaji, masih tenggelam dengan berbagai macam permainan tradisional yang seru dan mengasyikkan. Waktu berlalu, zaman pun berganti. Sekarang, hampir

semua rumah memiliki TV dengan berbagai tipe dan merek. Bahkan, ada sampai memiliki tiga TV di rumahnya. Jika dulu listrik sering pudur, maka sekarang dapat dikatakan listrik jalan terus. Tidak ada lagi namanya tempat yang tidak dialiri arus listrik. Rumah permanen berdiri menggantikan rumah gadang yang telah lapuk. Rumah-rumah tersebut penuh dengan barang elektronik dan perabot. Orang-orang mulai bekerja di kantor, instansi, atau perusahaan. Ada yang menjadi pejabat, polisi, guru, pegawai, dan sebagainya. Para orangtua memberikan gadget kepada anak-anaknya dengan alasan agar mudah dihubungi. Memang, tidak ada yang salah dengan perubahan zaman itu. Bahkan, harus menjadi sesuatu yang patut disyukuri. Tetapi, suka atau tidak, perubahan zaman juga telah menggerus nilai-nilai yang selama ini berkembang. Anak-anak tidak lagi pergi mengaji pada sore atau malam hari. Orangtua pun tidak peduli dengan perkembangan karakter anak-anaknya. Akibatnya, anak-anak suka membantah kata orangtuanya. Sekolah

sering cabut. Siswa-siswa gemar hura-hura tak jelas. Tidak ada lagi orangtua yang mencegah anaknya keluar malam dengan menggunakan mitos hantu aru-aru. Taruhlah ada, pasti akan mendapat bantahan telak dari anaknya. Hantu aru-aru dianggap hanya sekadar mitos. Percaya dengannya berarti percaya dengan takhyul. Mereka tidak tahu bahwasanya di balik terbentuknya sebuah mitos selalu ada pesan moral yang terkandung di dalamnya. Dan, pesan moral yang terkandung dari mitos diculik hantu aru-aru adalah agar anakanak tidak pergi hura-hura dan terhindar dari hal-hal yang tidak berfaedah. Jika memang hantu aru-aru itu benar ada, maka dia pasti tidak perlu capek-capek untuk menculik anak-anak lagi. Anakanak dengan gampang bisa mengakses informasi dari gadget hasil pemberian orangtua mereka. Sepanjang hari, pagi, siang, dan malam, gadget tersebut tidak bisa lepas dari tangannya. Di kelas, mereka bahkan berani mencuri waktu untuk menggunakan gadget. Jadi, mereka tidak serius mengikuti

pembelajaran. Hantu aru-aru tidak perlu capek-capek karena gadget dengan berbagai aplikasi medsos di dalamnya telah menculik anak-anak ke dalam dunia lain; dunia maya. Pada malam hari, anak-anak akan mengunci pintu kamar, berkata belajar sungguh-sungguh kepada orangtuanya. Padahal tidak, mereka malah berbaring di atas tempat tidur sambil menonton video porno di Youtube. Lalu, bagaimana solusinya, perlukah kita menggunakan pakaian secara terbalik untuk menyelamatkan anak-anak dari bahaya gadget? Tentu tidak! Orangtua harus tegas. Tidak boleh terlalu memanjakan anakanak mereka. Ingat, memanjakan berbeda dengan memberi kasih-sayang. Memanjakan berarti memberikan materi secara berlebihan, sedangkan kasihsayang adalah melimpahkan perhatian dan perasaan kepada anak-anak. Penggunaan mitos hantu aru-aru bertujuan untuk membatasi waktu dan tempat bermain anak-anak mereka, maka orangtua zaman sekarang perlu membatasi waktu penggunaan gadget bagi anak-anak mereka.


RESENSI

22

Edisi No. 195/Tahun XXVII

Sang Penyair di Balik Meja dan Medan Pertempuran Judul Penerbit Cetakan Tebal

: : : :

Chairil Anwar; Bagimu Negeri Menyediakan Api Kepustakaan Populer Gramedia Pertama, Oktober 2016 168 Halaman

... Sekali berarti Sudah itu mati. MAJU Bagimu Negeri Menyediakan api ... (Diponegoro, Februari 1943) Chairil Anwar merupakan tonggak sejarah kesusastraan Indonesia yang namanya masih terus dikenang dan dijuluki sastrawan pelopor angkatan ‘45. Lahir di Medan, Sumatera Utara pada 26 Juli 1922, ia merupakan anak tunggal dari pasangan Toeloes bin Manan dan Siti Saleha. Ayahnya berasal dari Nagari Taeh Baruah, Payakumbuh, Sumatera Barat, dan pernah menjabat sebagai Bupati Kabupaten Indragiri, Riau. Sementara, ibunya berasal dari Situjuh, Lima Puluh Kota. Chairil mengenyam pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School (HIS), sekolah dasar un-

tuk orang-orang pribumi pada masa penjajahan Belanda. Ia kemudian meneruskan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), sekolah menengah pertama Hindia Belanda, tetapi keluar sebelum lulus. Meskipun tidak menyelesaikan sekolahnya, Chairil melahap bukubuku sejarah, ekonomi dan sastra serta karyakarya pengarang internasional ternama, seperti Rainer Maria Rike, W.H. Auden, atau Edgar du Perron. Dia juga menguasai beberapa bahasa asing, seperti Inggris, Belanda, dan Jerman. Penyair besar ini telah menginspirasi dan mengapresiasi upaya manusia untuk meraih kemerdekaan, termasuk perjuangan bangsa Indonesia untuk melepas-

kan diri dari penjajahan. Hal ini antara lain tercermin dari sajaknya bertajuk “Karawang-Bekasi” yang mengungkapkan perasaannya terhadap situasi perang melawan tentara Belanda waktu itu. Ia juga menulis sajak “Persetujuan dengan Bung Karno” yang mere-

Sastra yang Merekam Kekejaman Sebuah Sejarah Judul Penulis Penerbit Dicetak Tebal buku

: : : : :

fleksikan dukungannya pada Bung Karno untuk terus mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945. Bahkan, sajaknya yang berjudul “Aku” dan “Diponegoro” juga banyak diapresiasi sebagai sajak perjuangan. Lirik Aku binatang jalang dalam sajak “Aku” diapresiasi sebagai dorongan kata hati rakyat Indonesia untuk bebas merdeka. Sajak-sajaknya dipenuhi dengan perenungan yang mendalam sehingga dengan sempurna ia menangkap sebuah objek menjadi buah karya. Kekuatan pengalaman serta kepekaan intelektual; semua itu dapat diraih karena Chairil tidak hanya merenung dan berimajinasi di balik meja saja, melainkan terlibat langsung dalam hirukpikuk revolusi. Ia mampu mengubah ketakutan pada Jepang kala itu menjadi senjata untuk kreatif dalam kata-kata sajaknya. Seluruh dirinya, ia serahkan dan masuk untuk larut dalam suasana sehingga objek tersebut masuk ke dalam dirinya. Kemelaratan, kepedihan, kesengsaraan, serta derita ia jalani dengan kekaguman untuk menantang hidup. Sang penyair meningal du-

Saksi Mata Seno Gumira Ajidarma PT Bentang Pustaka April 2016 158 halaman

Seno Gumira Adjidarma adalah penulis dari generasi baru di sastra Indonesia. Beberapa buku karyanya adalah Sepotong Senja untuk Pacarku, Biola tak Berdawai, Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi, dan Negeri Senja. Dia juga terkenal karena menulis tentang situasi Timor Timur tempo dulu. Tulisannya tentang Timor Timur dituangkan dalam buku antologi cerpennya Saksi Mata. Terdiri atas 18 cerpen, buku tersebut menceritakan tentang sulitnya perjuangan pada masa pemerintahan Orde Baru. Cerita yang terdapat dalam cerpen karya Seno merupakan gambaran perilaku masyarakat yang terjadi pada masa peralihan Orde Baru ke masa Reformasi pada tahun 1998. Penulis menggambarkannya dengan alur yang memikat dan bahasa sastra yang kental. Hal ini dapat dilihat dalam cerpen Saksi Mata. Cerpen yang sekaligus menjadi judul buku tersebut bercerita tentang perjuangan dan semangat seorang saksi mata agar bisa bersaksi. Meski matanya telah tiada karena diconkel oleh orang, sang saksi mata masih berani bersaksi di pengadilan. Dia lebih memilih seperti itu daripada pergi berobat ke dokter terlebih dahulu. Hakim pun percaya ingatan saksi mata tidak ikut terbawa oleh matanya telah dicongkel tersebut. Sementara itu, gaya penulisan diterapkan Seno pun sangat mengagumkan. Cerpen-cerpennya di dalam buku ini bernuansa politik. Seno memiliki keberanian untuk mengkritisi pemerintah. Dia berani mencari tahu titik permasalahan dari suatu persoalan, lalu melawan ketidakadilan dan memperjuangkan kebenaran dengan cara menaf-

Resensiator: Gezal Sabri Mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Keluarga TM 2015

Resensiator: Putri Radila Mahasiswa Pendidikan Luar Biasa TM 2015

Rekam Jejak Gerson Poyk Menjadi Sastrawan Judul Penulis Penerbit Cetakan Tebal

sirkan permasalahan tersebut untuk diangkat sebagai tema besar dalam cerpen-cerpennya. Lebih lanjut, buku ini juga sarat dengan pertumpahan darah. Ada kejadian pemotongan kuping, disengat dengan tegangan listrik 110 volt, penyiksaan, atau pembantaian. Hal ini bisa dilihat dalam cerpen Maria. “Sampai akhirnya seorang anak pun tak lagi dikenali oleh ibunya lantaran wajahnya yang sudah tidak bisa dikenali. Wajahnya yang penuh dengan bekas luka, codet diagonal dari kiri ke kanan dan dari kanan ke kiri, tidak bertelinga, hidungnya seperti berpindah dari tempat semula. Mulutnya mencong dan gigi depannya ompong sehingga tidak lagi diakui oleh ibunya.” (hal. 35-36). Memang, cerpen-cerpen yang terdapat dalam buku ini banyak menggambarkan kekerasan, kekejaman, dan ketidakadilan pada masa Orde Baru. Tetapi, hal demikian tidak lantas membuat buku ini tidak baik untuk dibaca. Sebaliknya, buku ini sangat disarankan karena banyak mengandung pesan moral dan pelajaran. Seperti tema besarnya, buku ini menjadi saksi bisu sekaligus pembuktian betapa kejamnya sebuah sejarah.

nia di usia 27 tahun karena penyakit tifus, infeksi, dan usus pecah dan dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta Pusat. Hari meninggalnya diperingati sebagai Hari Chairil Anwar. Walau telah tiada, karya-karya “Si Binatang Jalang” telah menjadi inspirasi bagi perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Ia seorang penyair legendaris yang karyakaryanya hidup dalam batin dan digemari sepanjang zaman. Dalam Buku Chairil Anwar; Bagimu Negeri Menyediakan Api ini dipaparkan bagaimana perjalanan hidup sang penyair dari masa kanak-kanak hingga ajal merenggut nyawa. Terlepas dari pemaparan orang-orang di sekitar Chairil yang terlalu luas dan banyak menonjolkan sisi positif sang penyair, buku ini menarik untuk dibaca karena disajikan dengan bahasa yang ringan, dilengkapi foto, gambar, dan karya Chairil Anwar yang terkenal serta beberapa tulisan lain yang belum pernah terbit sebagai kumpulan puisi.

: : : : :

Aku dan Surabaya dan Nakamura Gerson Poyk PT Kompas Media Nusantara 2016 202 Halaman

Gerson Poyk merupakan sastrawan lahir di Namodele, Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur, 16 Juni 1931. Dia telah menghasilkan banyak novel, di antaranya “Hari-Hari Pertama” (1968) dan “GiringGiring” (1982). Dia juga telah melahirkan kumpulan cerpen, seperti “Impian Nyoman Sulastri dan Hanibal” (1988), “Poli Woli” (1988), dan sebagainya. Buku ini merupakan autobiografinya. Buku ini terdiri atas dua bagian. Pada bagian pertama, Aku dan Surabaya, Gerson Poyk menceritakan pengalamannya saat pertama kali menginjakkan kaki di Tanjung Perak, Surabaya. Ia membandingkan pelabuhan besar itu dengan pelabuhanpelabuhan kecil pernah ia kunjungi, seperti Ende, Maumere, dan Larantuka. Apa yang dia lihat dan rasakan di Surabaya jauh berbeda dengan dilihat di tanah kelahirannya. Kedatangan Gerson ke Surabaya sebagai murid ikatan dinas melanjutkan SMA . Seorang temannya di sekolah tersebut lalu membawanya ke sebuah rumah keluarga wartawan. Melihat kehidupan mereka penuh tulisan dan deadline, Gerson pun terkagum. Keinginannya mengekspresikan sesuatu semakin berkembang. Suatu hari sajaknya muncul di majalah Mimbar Indonesia. Sajak-sajaknya terus bermunculan di berbagai surat kabar hingga dia dikenal sebagai penyair Surabaya. Pada 1963, dia menjadi wartawan di Sinar Harapan Jakarta. Sewaktu bertugas di Surabaya mengikuti rombongan Jenderal Nasution, dia menyaksikan kejadian G30S/ PKI, sebuah tragedi di mana masih adanya sensasi-sensasi absurd, manusia mencabut nyawa manusia, dan sebagainya. Gerson lalu membaca karya angkatan ‘45 tentang masalah-masalah politik yang ada. Dia

memutuskan untuk pindah ke Bali bersama keluarganya dan menjadi penulis.. Sementara itu, pada bagian kedua, Nakamura, Gerson menceritakan kisah ribuan tentara Jepang di Pulau Morotai, Maluku Utara pada Perang Dunia II. Salah seorang tentara itu Taico Teruo Nakamura menjadi komandan. Dia dan regunya bertahan hidup bertahun-tahun di hutan, sampai akhirnya ditemukan dan disuruh menyerahkan diri kepada Indonesia. Buku ini sangat bagus untuk dibaca. Dari pengalaman Gerson, kita dapat memetik bahwa hidup tidak sepenuhnya baikbaik saja, pasti ada kesulitan bakal dihadapi. Buku ini mengajarkan kita untuk tidak berdiam diri dan pasrah. Indonesia mempunyai alam yang luas. Kita bisa manfaatkan itu jika kita punya kemauan dan usaha. Kisah-kisah dalam buku ini menjadi pedoman bagi generasi muda zaman sekarang dalam menjalani hidup sebagai generasi penerus bangsa yang membawa perubahan di masa mendatang. Resensiator: Antonia Dwi Rahayuningsih Mahasiswa Sastra Indonesia TM 2015


23

Edisi No. 195/Tahun XXVII

GANTOPEDIA

Turn Back Hoax, Lawan Informasi Palsu dengan Data

T

ak semua informasi yang beredar di dunia maya adalah fakta. Banyak di antaranya merupakan hoax (berita yang belum jelas fakta atau data sebenarnya). Hal ini dikarenakan adanya tindakan segilintir orang yang sengaja membuat suatu informasi, artikel, bahkan berita berbau fitnah. Oleh sebab itu, masyarakat diharuskan menjadi smart user yang dapat memilah setiap informasi yang diterima. Meski demikian, pada kenyataannya, saat ini, masih banyak masyarakat yang belum cerdas dan menerima begitu saja informasi yang tersebar, baik di situs-situs maupun di sosial media, seperti Facebook, Twitter, dan sebagainya. Sebenarnya, Indonesia telah memiliki dasar hukum yang sah dan tertulis bagi setiap orang yang memberikan dan menyebarkan informasi hoax. UndangUndang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) pada Pasal 28 Ayat 1 menyatakan bahwa setiap orang sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan dan mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik. Ancaman pidananya adalah penjara maksimal 6 tahun dan/denda maksimal 1 miliar (Pasal 45 Ayat 2 UU ITE). Meski demikian, masih ada saja masyarakat yang menyebarkan informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya tersebut. Berdasarkan kondisi tersebut, sejumlah pengembang aplikasi yang tergabung dalam komunitas masyarakat anti fitnah Indonesia, mengembangkan layanan aplikasi yang bernama Turn Back Hoax. Aplikasi yang mengusung tagline “Ayo kita lawan berita fitnah dan hoax dengan data!� ini mengandalkan mekanisme crowdsourcing berupa ekstensi yang dipasang pada browser pengguna ataupun aplikasi

android dan melakukan login via Facebook. Aplikasi dengan mekanisme crowdsourcing yaitu aplikasi yang bekerja dengan mengumpulkan informasi-informasi yang dimasukkan oleh pengguna untuk selanjutnya diolah. Karena mengandalkan crowdsourcing, Turn Back Hoax memerlukan peran aktif pengguna aplikasi untuk melaporkan setiap halaman situs, pesan berantai, ataupun gambar yang dirasa palsu. Informasi tersebut dikumpulkan dan akan menjadi basis data yang dapat digunakan masyarakat lain sebagai rujukan apakah informasi yang didapat merupakan fakta atau hoax. Tim Turn Back Hoax di sini sebenarnya hanya sebagai penyedia layanan serta menjadi mediator bagi pengguna aplikasi ini. Laporan dari pengguna akan ditampung dan dilihat di situs data.turnbackhoax.id. Pengguna bisa menanggapi dugaan hoax yang dilaporkan pengguna lain melalui kolom komentar. Jika seseorang tidak setuju mengenai informasi dilaporkan, maka informasi tersebut disebut hoax. Sebaliknya, pengguna juga dapat mengomentari dan melampirkan bukti informasi itu adalah fakta. Dengan

kata lain, verifikasi informasi dilakukan bersama-sama oleh pengguna Turn Back Hoax. Semua orang bisa berdiskusi di dalam kolom komentar yang dimediasi admin. Apabila diskusi mencapai kata sepakat mengenai informasi diperdebatkan, tim Turn Back Hoax akan menutup kolom komentar supaya perdebatan tidak berlanjut panjang. Walaupun data sudah dikunci, pengguna masih bisa melihat data tersebut di situs Turn Back Hoax. Di dalam situs Turn Back Hoax, laporan dikategorikan berdasarkan berita hoax yang terbaru, terpopuler, dan teraktif. Namun, jika pengguna sudah login dengan akun Facebook, maka akan ada tambahan kategori yaitu laporan saya. Pada data laporan yang diunggah oleh pengguna, terdapat kolom komentar yang digunakan untuk menyanggah ataupun menyetujui laporan informasi tersebut. Tak hanya itu, di bagian lainnya juga terdapat dua menu penanda dengan lambang bendera. Bendera pertama berwarna merah, digunakan pengguna aplikasi untuk menandai laporan itu adalah hoax. Bendera kedua berwarna hijau, yang merupakan pilihan pengguna untuk menandai bahwasannya laporan tersebut

bukan hoax. Kedua lambang bendera tersebut seperti menu like dan unlike di sejumlah sosial media. Walaupun terdapat penanda hoax dan fakta, pengguna harus tetap melihat secara detail. Hal ini dikarenakan aplikasi ini dapat diakses semua khalayak. Agar data terdapat di dalamnya lebih relevan, Tim Turn Back Hoax mempunyai sistem untuk mendeteksi pengguna menggunakan akun palsu. Jika seseorang menggunakan akun palsu, maka pengguna akun tersebut akan dimasukkan kedalam daftar black list. Untuk melaporkan sebuah berita tergolong palsu atau fitnah, pengguna dapat memilih jenis laporan, yaitu halaman situs, pesan berantai, dan gambar. Untuk halaman situs, pengguna memasukkan URL situs yang di-copy, printscreen halaman yang dirasa hoax, dan isi penjelasan mengenai halaman yang dilaporkan. Sementara, untuk menu pesan berantai, data diminta akan lebih banyak, yaitu judul laporan, isi pesan, print screen isi pesan, dan sumber gambar serta isi penjelasan dari pengguna. Dan terakhir, untuk gambar, data diminta sama seperti menu pesan berantai. Namun, pada menu ini, tidak diminta isi pesan dari informasi yang dirasa hoax. Jika semua telah dimasukkan dan dilaporkan, maka laporan pengguna akan ditampilkan pada beranda Turn Back Hoax. Dengan mengumpulkan laporan dari pengguna ke dalam basis data, Turn Back Hoax diharapkan mampu berperan sebagai rujukan untuk memverifikasi informasi yang telah tersebar di dunia maya. Selain menjadi rujukan, data berita hoax yang dikumpulkan di Turn Back Hoax diharapkan bisa berperan sebagai proses analisis seperti pola berita hoax, yakni mengidentifikasi orang atau kelompok yang diserang serta media yang digunakan. (Hengky Yalandra dari berbagai sumber)


Edisi No. 195/Tahun XXVII

IKLAN

24


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.