Majalah SKK Ganto Edisi 199

Page 1


2017 Edisi No. 199/Tahun XXVIII

2 FA J AR

SARIP ATI SARIPA

Perlu Pemantauan dan Evaluasi Sistem pembelajaran e-learning sudah diterapkan di Universitas Negeri Padang (UNP) sejak Prof. Dr. Z. Mawardi Efendi, M.Pd. masih menjabat sebagai Rektor UNP. Meski demikian, penerapannya jauh dari kata optimal. Padahal, UNP sebagai sebuah perguruan tinggi yang terdiri atas 8 fakultas dan 98 prodi dengan jumlah puluhan ribu mahasiswa sudah semestinya menerapkannya dengan baik. Bukan apa-apa! E-learning mampu mempercepat dan membantu proses pembelajaran pada perguruan tinggi. Berdasarkan pengamatan di lapangan, entah karena ogah atau entah sebab apa, sebagian besar dosen di UNP jarang menggunakan e-learning. Pun, jika ada, bahan ajar yang di-upload dosen di e-learning juga kurang menarik dan interaktif. Padahal, di e-learning, dosen bisa meng-upload bahan ajar dalam berbagai bentuk, seperti file, folder, page, URL, label, IMS content package, dan buku. Dosen cenderung menggunakan bahan ajar “manual�. Dosen masih beranggapan bahwa sistem pembelajaran e-learning digunakan hanya untuk pengganti kuliah tatap muka apabila dosen yang bersangkutan berhalangan hadir di kelas. Padahal, tujuan UNP membuat e-learning tidak seperti itu. Sebagai sebuah sistem pembelajaran, e-learning seharusnya digunakan oleh dosen untuk menunjang proses pembelajaran di kelas. Dosen meng-upload bahan ajar di e-learning untuk selanjutnya digunakan bersama mahasiswa di kelas. Sejatinya, e-learning belum bisa dikatakan e-learning apabila hanya berisi bahan ajar. Di dalam e-learning harus ada aktivitas berupa penugasan, chatting, forum diskusi, dan kuis. Sungguh amat disayangkan jika ada dosen yang memberi dan mengumpulkan tugas kepada mahasiswa dengan menggunakan blog pribadi atau secara manual. Sungguh amat disayangkan jika ada dosen yang melakukan chatting lewat media sosial. Sungguh amat disayangkan jika ada dosen yang memberi kuis secara manual. Padahal, itu semua bisa dilakukan lewat e-learning. Sebagai sebuah sistem yang terintegrasi dengan sistem informasi akademik dan portal akademik UNP, e-learning memiliki berbagai keuntungan mulai dari spesifikasi tinggi hingga media penyimpanan besar. Mahasiswa sendiri sebenarnya mengharapkan sistem pembelajaran ini berjalan dengan baik. Meski ada di beberapa sudut di UNP yang wifi-nya masih lelet. Toh, di zaman melenial ini, mustahil mahasiswa tidak punya paket internet. Tidak ada alasan bagi dosen untuk tidak menggunakan sistem pembelajaran ini. Sebenarnya, pihak kampus sudah melakukan sosialisasi. Tapi, tampaknya belum merata. Selama ini, penerapan sistem pembelajaran e-learning masih diserahkan kepada dosen. Dibutuhkan pemantauan dan evaluasi yang konkret, baik dari pihak jurusan, fakultas, maupun universitas, agar e-learning berjalan baik. Dosen perlu “dididik� kembali agar paham bagaimana penerapan seharusnya. Sungguh amat disayangkan ada dosen yang belum mencantum sistem pembelajaran online learning di selabus perkuliahannya.

GANTOLE

+ E-learning yang Belum E-learning - Perlu ada aturan yang jelas. + Mahasiswa Kampus Cabang Butuh POK OK P AD ANGBus AntarPOKOK PAD ADANG Jemput - Belilah lagi, Pak! +Tiga Prodi UNP Masih Berakreditasi C - Kapan bisa A?

Perkuliahan Melalui Jaringan Perkuliahan melalui jaringan adalah kegiatan pembelajaran di perguruan tinggi menggunakan media komputer (elektronik) berbasis jaringan atau laman. Pengembangan perkuliahan melalui jaringan (dan laman) ini dapat memperkaya bentuk-bentuk perkuliahan yang dilakukan oleh dosen di Universitas Negeri Padang (UNP). Perkuliahan melalui jaringan ini perlu dikembangkan sehingga dapat menjadi bentuk perkuliahan yang interaktif antara mahasiswa dan mahasiswa serta dosen. Namun perlu juga disadari untuk tahap awal pengembangan ini, perkuliahan melalui jaringan dapat digunakan sesuai dengan kondisi dosen, mahasiswa, dan fasilitas yang ada di UNP. Pelaksanaan perkuliahan melalui jaringan perlu dipertimbangkan oleh dosen. Dosen yang akan melaksanakan perkuliahan melalui jaringan harus mempertimbangkan kondisi fasilitas mahasiswa; kondisi jaringan di UNP, kondisi atau karakteristik mata kuliah, kondisi atau karakteristik pokok bahasan perkuliahan. Dengan demikian, dan agaknya, perkuliahan melalui jaringan tentulah belum dapat menggantikan bentuk perkuliahan secara keseluruhan. Jadi, perkuliahan melalui jaringan merupakan perkuliahan yang meng-

gunakan teknologi informasi dalam bentuk perkuliahan maya. Hal yang patut juga disadari adalah bahwa perkuliahan melalui jaringan adalah bentuk perkuliahan yang interaktif dalam waktu yang ditentukan dengan kondisi mahasiswa yang berada di berbagai tempat. Pada waktu atau pada jangka waktu yang ditetapkan, mahasiswa sedang mengikuti perkuliahan dan tetap dapat berinteraksi dengan dosen dan sesama mahasiswa dalam jaringan (laman). Dengan demikian, perkuliahan melalui jaringan bukanlah sekadar mengunggah materi perkuliahan di dalam jaringan dan mahasiswa mengunduh materi perkuliahan dari laman tersebut. Kemudian, mahasiswa diperintahkan mempelajari materi dan mengerjakan tugas-tugas dan mengunggah kembali tugas-tugas melalui laman tersebut. Kegiatan perkuliahan seperti hal tersebut tentu bukanlah perkuliahan melalui jaringan. Dari berbagai sumber rujukan, dapat dikemukakan manfaat perkuliahan melalui jaringan (e-learning). Pertama, perkuliahan melalui jaringan dapat meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan dosen. Kedua, perkuliahan melalui jaringan memungkinkan terjadinya interaksi pem-

belajaran dari mana dan kapan saja. Ketiga, perkuliahan melalui jaringan menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas. Keempat, perkuliahan melalui jaringan mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran. Bagi dosen, perkuliahan melalui jaringan juga bermanfaat. Pertama, perkuliahan melalui jaringan dapat mengembangkan diri atau melakukan penelitian dan kegiatan pengabdian. Kedua, perkuliahan melalui jaringan memudahkan dosen untuk mengontrol kegiatan belajar mahasiswa. Ketiga, perkuliahan melalui jaringan memudahkan dosen mengecek aktivitas mahasiswa. Keempat, perkuliahan melalui jaringan memudahkan memudahkan dosen memberikan umpan balik atas aktivitas dan tugas-tugas mahasiswa. Akhinya, perlu ditegaskan kembali bahwa perkuliahan melalui jaringan di UNP perlu dikembangkan secara berkelanjutan oleh dosen. Namun, perlu diingat bahwa perkuliahan melalui jaringan tentulah dimanfaatkan untuk memperkaya bentuk perkuliahan dalam rangka menutup kekurangan dalam aktivitas perkuliahan secara konvensional. Semoga perkuliahan melalui jaringan dikembangkan secara berkelanjutan oleh dosen di UNP. (Eto)

POK OK P AD ANG POKOK PAD ADANG Salam Pers Mahasiswa! Dalam berorganisasi, kerja tim adalah segala-galanya. Kita harus saling bahu-menbahu satu sama lain agar bisa menggapai tujuan. Jika ada yang bersifat egois dan tidak memiliki rasa kebersamaan atau kekeluargaan, tentu akan menghambat jalannya organisasi. Alhasil, tak jarang pula organisasi mengambil keputusan untuk meng-cute mereka yang dianggap tidak sejalan. Ibarat penyakit, kita harus rela melakukan operasi yang memakan biaya dan resiko tinggi agar tidak menular ke bagian tubuh lainnya. Demikian pula halnya kru Ganto. Hingga saat ini, Ganto telah kehilangan tiga anggota dengan alasan bermacam pula. Meski pahit harus kehilangan anggota, namun tindakan tersebut harus dilakukan untuk kebaikan jalannya organisasi. Edisi kali ini, Ganto menyajikan pembahasan laporan mengenai penerapan e-learning di UNP setelah diberlakukan ketika UNP masih dikomandoi oleh Prof. Dr. Z. Mawardi Efendi, M.Pd.. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh kru Ganto, baik dengan dosen maupun mahasiswa, diperoleh bahwa penerapan e-learning di UNP masih belum maksimal. Sebab, sebagian besar dosen menggunakan e-learning hanya untuk mengirimkan tugas semata tanpa ada tindak lanjutnya di e-learning, seperti forum diskusi dan lainnya. Selain itu,

Foto Bersama: Panitia dan peserta PKJTLN SKK Ganto UNP foto bersama di pintu masuk Lobang Jepang, Jumat (6/10). PKJTLN tersebut berlangsung di Sawahlunto, Senin-Jumat (2-6/10), dan diikuti 27 peserta dari berbagai LPM se-Indonesia. f/Akbar*

Ganto pun menyuguhkan beragam informasi dan jawaban permasalahan seputar kampus, seperti mahasiswa kampus cabang yang membutuhkan bus antar-jemput, tiga prodi UNP masih berakreditasi C, dan IKBM FIP Pungut Rp100.000 dari mahasiswa Bidikmisi. Pada awal Oktober lalu, Ganto juga mengadakan Pelatihan Keterampilan Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional yang diikuti 27 peserta dari Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Kegiatan ini merupakan agenda dua tahun sekali yang rutin dilaksanakan oleh Ganto. Tu-

juannya ialah menambah wawasan jurnalistik kru Ganto sekaligus silaturahmi dengan LPM yang ada di Indonesia. Jangan lupa untuk berkunjung ke portal berita Ganto di http://www.ganto.co. Untuk berita kegiatan yang tidak dimuat pada tabloid, sudah diterbitkan di halaman website tersebut. Akhir kata, segenap kru Ganto menyampaikan permohonan maaf kepada pembaca setia. Kritik dan saran selalu kami tunggu untuk baiknya kita semua dalam balutan hangat sebuah ikatan sebagai keluarga besar, yakni UNP. Selamat Membaca! Viva Persma!

Surat Kabar Kampus Universitas Negeri Padang STT No. 519 SKK/DITJEN PPG/STT/1979, International Standard Serial Number (ISSN): 1412-890X, Pelindung Pelindung: Rektor UNP: Ahli Fitri Aziza, Resti Febriani, Windy Nurul Alifa, Prof. Ganefri, Ph.D., Penasehat Penasehat: Wakil Rektor III UNP: Prof. Dr. Ardipal, M.Pd., Penanggung Jawab Jawab: Prof. Dr. Ermanto, M.Hum., Dewan Ahli: Hari Jimi Akbar, Doly Andika, Neki Sutria, Sabrina Khairissa. Staf Ahl Ahli: Konsultasi Psikologi Psikologi: Dr. Afdal, S.Pd., M.Pd., Kons., Konsultasi Agama Agama: Dr. Ahmad Kosasih, M.A., Konsultasi Kesehatan Kesehatan: dr. Pudia M. Indika, M.Kes., Kritik Cerpen: M. Ismail Nasution, S.S., M.A., Kritik Puis Puisi: Utami Dewi Pramesti, M.Pd., Kritik English Corner: Drs. Jufri, M.Pd., Pemimpin Umum Umum: Ermiati Harahap, Sekretaris Umum Umum: Maida Yusri, Sekretaris Umum Plt: Antonia Dwi Rahayu Ningsih, Bendahara Umum Umum: Zahara, Atas Nama Pemimpin Redaksi Redaksi: Fakhruddin Arrazzi, Kepala Penelitian dan Pengembangan Pengembangan: Yulia Eka Sari, Pemimpin Usaha Usaha: Abdul Hamid, Pemimpin Usaha Plt: Okta Vianof, Redaktur Pelaksana Pelaksana: Debi Gunawan, Redaktur Pelaksana Pjs: Wildan Firdaus, Redaktur Berita Berita: Alfendri dan Arrasyd (NA), Redaktur Berita Pjs: Putri Radila, Redaktur Tulisan Tulisan: Tivani Monic Sandria, Redaktur Bahasa Sastra dan Budaya Budaya: Laila Marni, Redaktur Artistik dan Online Online: Fauziah Safitri, Layouter Layouter: Lutfi Darwin, Fotografer Fotografer: Wildan Firdaus, Riset: Nadilla Aprisia, Pustaka dan Kearsipan: Antonia Dwi Rahayu Ningsih, Iklan: Oktri Diana Putri, Sirkulasi dan Percetakan: Okta Vianof, Reporter Junior: Akbar Wahyu Pratama, Ariska Novia Mariady, Deby Purnama Sari, Dwi Agustini, Finny Rahmatania, Hega Dwi Dian Dola, Iis Rahmania Putri, Irza Ade Suarni, M. Agus Syaputra, Monalisa, Niswasani, Venny Sindya Fitri, Yanda Padang, Jl. Prof. Dr. Hamka, Air Tawar. Dwi Kurnia, Yatri Utami, Yolanda Septia Putri, Penerbit: SKK Ganto UNP, Alamat: Gedung PKM UNP Ruang G65 Universitas Negeri Padang Kode pos 25131. Laman web web: http://ganto.co, email: redaksiganto@gmail.com redaksiganto@gmail.com, Percetakan: Unit Percetakan PT. Padang Graindo Mediatama (Isi di luar pertanggungjawaban percetakan), Tarif iklan: Rp4.000.000,00 (halaman penuh berwarna), Rp1.500.000,00 (1/2 halaman hitam-putih), Rp100.000,00 (iklan web ukuran 300x250 pixel). Redaksi menerima tulisan berupa artikel, esai, feature, cerpen, puisi, dan bentuk tulisan kritis lainnya dari sivitas akademika UNP. Redaksi berhak menyunting tulisan tanpa mengubah esensinya. Tulisan yang masuk menjadi hak redaksi dan yang tidak dimuat akan dikembalikan atau menjadi bahan edisi berikutnya. Setiap tulisan yang dimuat akan diberi imbalan/uang lelah semestinya.


2017 Edisi No. 199/Tahun XXVIII

3

SURA T PEMBA CA SURAT PEMBAC SKK Ganto UNP menerima surat pembaca, baik berupa keluhan, kritikan, saran, maupun permasalahan tentang lingkungan sekitar UNP. Surat pembaca dapat dikirimkan melalui email redaksiganto@gmail.com atau bisa diantar langsung ke Sekretariat SKK Ganto UNP Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Ruang G65 UNP dengan melampirkan kartu identitas, seperti KTP atau KTM.

PKM Baru, tapi Kotor Adanya gedung PKM terpadu yang diberikan pihak kampus patut disyukuri oleh mahasiswa yang aktif berorganisasi, khususnya ormawa yang tidak memiliki sekretariat sebelumnya. Demi kenyamanan tentunya sekretariat harus dijaga kebersihannya. Terutama WC yang merupakan kebutuhan bagi manusia. Namun, amat disayangkan, kebersihan WC di PKM baru tidak terjaga. WC PKM baru kotor dan bau. Padahal, sudah ada jadwal piketnya. Saya merasa tidak nyaman lagi untuk beraktivitas. Saya harap teman-teman UKM mau sama-sama menyadari dan menjaga kebersihannya. Yektri Anggota UKKPK 2017

Grafis: Fauziah Safitri 18/11/2017 REFLEKSI

Perpustakaan Kekurangan Buku Sastra Saya merasa bahwa ketersediaan buku baru di perpustakaan pusat dan jurusan sangat kurang. Selama dua tahun terakhir, saya tidak menemukan buku baru di perpustakaan jurusan ataupun perpustakaan pusat. Sebagai mahasiswa prodi sastra, saya memerlukan buku dan novel terbaru untuk perkuliahan dan tugas seperti keluaran 2015 ke atas. Kurangnya ketersediaan buku dan novel ini menyulitkan mahasiswa. Apakah tidak ada anggaran untuk menyediakan buku dan novel baru tersebut? Tiara Wulan Tari Mahasiswa Sastra Indonesia TM 2015

Mahasiswa FMIPA Keberatan Beli Modul Praktikum Di semester tiga ini, saya sangat banyak mengambil mata kuliah yang ada praktikum. Setiap praktikum selalu ada modul atau penuntun praktikum. Mahasiswa diwajibkan untuk membeli modul tersebut. Harga satu modul berkisar antara Rp25.000, sampai Rp30.000. Saya merasa keberatan dengan peraturan tersebut. Hingga semester ini, saya sudah membeli delapan modul. Sedangkan ke depannya saya akan banyak praktikum lagi. Kenapa kami wajib membeli modul? Menurut saya, sebaiknya dosen memberikan modul dalam bentuk file kepada mahasiswa. Nanti, terserah mahasiswa ingin mem-printnya atau membuka di handphone masing-masing. Bagi saya, itu lebih efesien. Mahasiswa FMIPA TM 2016

Perbaiki Sarana dan Prasarana UNP merupakan universitas yang sudah berakreditasi A. Sudah selayaknya UNP menyediakan sarana dan prasarana pendukung proses pembelajaran. Namun, itu semua masih menjadi sebuah angan-angan. Contohnya saja saya. Saya mendapatkan kesulitan apabila dosen memerintahkan membuat tugas dengan menggunakan laptop atau komputer. Sementara, saya tidak memilikinya. Alangkah baiknya jika UNP juga menyediakan labor komputer seperti universitas berakreditasi A lainnya yang bisa dipakai oleh mahasiswa kapan pun. Tidak hanya dalam perkuliahan yang memang menggunakannya, tetapi juga di luar itu. Tania Dwipa Mahasiwa Jurusan Manajemen

Menolak Gender Ketiga

, ‘

Oleh Dwi Agustini Mahasiswa Jurusan Kimia TM 2016 Rasa suka dan ketertarikan pada manusia bisa menjelma dalam berbagai wujud. Pada umumnya, manusia menyukai lawan jenisnya. Misalnya, perempuan akan menyukai laki-laki dan bergitu pula sebaliknya. Namun, tidak sedikit manusia yang mengalami keadaan abnormal dalam rasa ketertarikan ini. Ada laki-laki yang ternyata menyukai sesama jenis atau yang sering disebut dengan gay. Perempuan pun juga mengalami hal seperti itu dan dikenal dengan istilah lesbian Saat ini, istilah Lesbian, Gay, Bisexual, and Transgender (LGBT), telah menyebar. Bukan permasalahan baru sebenarnya. Sebuah penelitian membuktikan bahwa LGBT telah ada semenjak tahun 1860-an dengan sebutan “gender ketiga”. Dalam perspektif Islam, perilaku LGBT merupakan bentuk perilaku menyimpang. Dalam Alquran surat Al-A’raf ayat 80-84 secara gamblang menjelaskan perbuatan atau perilaku homoseksual merupakan perbuatan yang salah. UUD 1945 juga memberikan batasan yang jelas dan tegas terhadap prinsip kebebasan. Pasal 28 (J) UUD 1945 ayat 2 menyebutkan, “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan Undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan memenuhi tuntutan yang adil sesuai pertimbangan moral, nilainilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis”. Dahulu, LGBT menjadi rahasia yang sangat terjaga bagi pengidapnya. Pelaku LGBT merasa sangat malu untuk mengakui apalagi menyebarluaskan penyakitnya. Bahkan, beberapa kasus menyebutkan bahwa penderita LGBT nekat bunuh diri karena keadaan yang membuatnya labil dan takut kepada ma-

Pada 2009, populasi gay di Indonesia sekitar 800 ribu jiwa. Mereka berlindung di balik ratusan organisasi masyarakat yang mendukung kecenderungan untuk berhubungan seks sesama jenis.

syarakat. Sangat tabunya LGBT di kalangan masyarakat dulu membuat pengidap tidak berani untuk menunjukkan diri di depan umum. Masyarakat pun dulunya memberikan stigma negatif terhadap perilaku tersebut. LGBT bukan hanya membuat malu si penyandang kondisi abnormal ini, tapi juga keluarga dan teman dekat. Dulu, pengidap LGBT akan dikucilkan dari masyarakat dan ditinggalkan oleh keluarga ataupun teman dekat. Mereka menjadi topik utama dalam obrolan keseharian ibu-ibu. Desasdesus yang tidak enak didengar akan bermunculan dari lingkungan, lingkungan rumah, sekolah dan kerja. Bahkan, mereka tidak segan-segan mencaci dan menghina LGBT secara langsung. Namun, jika kita melihat dengan kacamata hari ini, pengidap LGBT tidak lagi merasa malu akan penyakitnya. Beberapa dari mereka dengan bangga mengumbar kelainan mereka ke media sosial dan tidak segan-segan menunjukkannya di depan umum. Tidak hanya itu, komunitaskomunitas LGBT semakin hari semakin banyak ditemui. Sampai akhir 2013, terdapat dua jaringan nasional organisasi LGBT yang menaungi 119 organisasi di 28 provinsi di Indonesia. Komunitas-komunitas tersebut membuat LGBT semakin eksis tampil di masyarakat. Bukan hanya di Indonesia, beberapa negara di dunia telah melegalkan LGBT ini. Negara

tersebut memberikan peluang besar berupa pengakuan adanya gender other atau gender “O”. Masyarakat diperbolehkan memilih gender ketiga tanpa ada tekanan dari pemerintah. Contohnya, Nepal yang sudah mengakui LGBT. Pengakuan ini berupa dokumen-dokumen resmi sampai kamar mandi umum. Pada 2015, Monica Shahi, warga negara Nepal, berhasil menjadi transgender pertama yang memegang paspor resmi dengan gender “O”. Kondisi seperti ini sangat merugikan Indonesia. Jumlah pengidap LGBT yang terus menerus naik akan berdampak buruk di masa depan. Jika LGBT tidak dihentikan maka jumlah pupolasi manusia di Indonesia akan berkurang. Semakin banyak masyarakat yang mengidap LGBT maka akan membuat angka kelahiran menurun. Semakin kecil nominal angka kelahiran maka jumlah usia muda dan produktif akan kecil. Selain itu, LGBT berdampak sangat buruk bagi kesehatan pengidap. Penyakit-penyakit menular seperti HIV dan AIDS mengancam mereka. Kembali kita pertanyakan kepada diri masing-masing, bagaimana jika usia muda dan produktif sedikit? Siapa yang akan menjadi penerus bangsa Indonesia ke depannya? Tidak sampai di situ, ketika usia muda dan produktif sedikit tentu jumlah pendapatan Indonesia akan sedikit. Menimbang hal tersebut, menjadikan LGBT masalah yang sangat serius untuk kelangsungan Indonesia. LGBT adalah penyakit yang harus dimusnahkan. Seharusnya, para pengidap menyadari berisiko tinggi berbahaya ini, baik kesehatan raga maupun jiwa. Bukan malah mengumbar dan bangga atas penyakit yang membuat kerugian dalam berbagai bidang. Memerangi LGBT seharusnya tidak sirna oleh waktu. Kita harus tetap memerangi LGBT baik di masa yang lalu, sekarang, maupun masa mendatang.


LAPORAN

4

2017 Edisi No. 199/Tahun XXVIII

E-learning yang Belum E-learning Pembicaran mengenai e-learning sudah dimulai sejak Prof. Dr. Z. Mawardi Efendi, M.Pd. menjabat sebagai Rektor UNP. Meski demikian, hingga kini, penerapannya belum optimal. Terkendala oleh dosen. Oleh Wildan Firdaus Fakhruddin Arrazzi

M

ardhatillah merupakan mahasiswa Jurusan Pertambangan TM 2015. Ditemui di sela-sela 2015. Ditemui di sela-sela kesibukkannya, ia menjelaskan bahwa, selama kuliah di Universitas Negeri Padang (UNP), ia tidak pernah menggunakan e-learning. Bukan apa-apa! Menurut pengakuan Mardhatillah, dosen-dosennya memang tidak pernah menerapkan sistem pembelajaran tersebut dalam perkuliahan. Pada semester kemarin saja, misalnya. Ia mengambil 23 Satuan Kredit Semester (SKS) yang terdiri atas 10 mata kuliah dan 6 dosen pengampu. Kata Mardhatillah, tidak ada satu pun dosen yang menggunakan elearning. Silabus diberikan dosen kepada mahasiswa secara langsung di awal perkuliahan. Tugas yang dibuat oleh mahasiswa pun dikumpulkan kepada ketua kelas untuk selanjutnya diserahkan kepada dosen. Hal serupa juga terjadi pada semester ini. Ia mengambil 21 SKS yang terdiri atas 9 mata kuliah dan 9 dosen pengampu. “Sekarang, saya semester 5, nggak pernah sama sekali kami belajar menggunakan e-learning dalam perkuliahan,” ujar Mardhatillah, Sabtu (14/10). Akan tetapi, suatu kali, ia pernah mencoba masuk ke situs elearning.unp.ac.id. Itu pun untuk melihat daftar nama mahasiswa yang sekelas dengannya. Mahasiswa Pendidikan Anak Usia Dini TM 2015, Yulastri Anella, mengalami hal serupa. “Semua dosen mata kuliah yang diambil tidak pernah menggunakan e-learning,” katanya, Senin (16/10). Mahasiswa Jurusan Kurikulum Teknologi Pendidikan, Diah Ayu, mengatakan ia tidak pernah menggunakan elearning pada tiga tahun pertama perkuliahannya. “Saya mulai memakai e-learning saat semester tujuh dan delapan,” jelasnya, Kamis (12/10). E-learning merupakan sebuah sistem pembelajaran berbasis teknologi komputer, jaringan komputer, atau internet. Berdasarkan laporan Ganto edisi 177, pembicaraan mengenai elearning sering dilakukan di setiap pertemuan dosen pada saat Prof. Dr. Z. Mawardi Efendi, M.Pd. menjadi rektor UNP. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK) yang dulunya bernama UPT Pusat Komputer UNP sebenarnya sudah mengeluarkan Panduan E-learning UNP untuk dosen. Di dalam modul yang bisa

Penerapan E-Learning di UNP: Berdasarkan data UPT PTIK UNP, hanya 208 dari 1.133 dosen yang menggunakan sistem pembelajaran e-learning pada 2017. Sementara itu, pada 2016, terdapat 1001 seksi mata kuliah dengan jumlah 210 dosen yang sudah menggunakan sistem pembelajaran ini, Selasa (31/10). f/Akbar f/Akbar*

diunduh di situs e-learning.unp.ac.id itu dijelaskan e-learning sangat penting karena dapat mempercepat dan membantu proses pembelajaran pada sebuah perguruan tinggi. Tetapi, elearning belum bisa dikatakan elearning bila pada sistem tersebut hanya ada bahan ajar tanpa aktivitas. Aktivitas tersebut berupa penugasan, forum diskusi, chatting, dan kuis. Dosen bahkan bisa melakukan penilaian lewat e-learning. Beragam Kendala Meski demikian, hingga saat ini, penerapan sistem pembelajaran e-learning belum optimal. Alasannya pun bermacam. Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Prof. Dr. Solfema, M.Pd., mengatakan jarang menggunakan e-learning karena belum terampil. Selain itu, menurutnya, tugas dibuat mahasiswa dalam bentuk soft copy rentan tindakan plagiat. “Saya berpikir kalau memakai e-learning dalam tugas perkuliahan itu sangat mudah membuat mahasiswa melakukan kopas. Jadi, saya kurang percaya memakai e-learning,” ujarnya, Senin (16/10). Solfema lebih suka memberikan tugas membuat resume kepada mahasiswa dalam bentuk tulisan tangan. Selain itu, sejumlah dosen lebih mengutamakan menggunakan media sosial dalam berinteraksi dengan mahasiswa. Dosen Jurusan Elektro, Dr. Hendri, M.T., Ph.D., mengatakan bahwa ia biasa membagikan informasi tugas, hari pengganti perkuliahan, dan materi pembelajaran di grup Whatsapp. “Kalau menggunakan elearning, kita harus log in dulu, dan pemberitahuan tidak langsung masuk. Sedangkan Whatsapp, kita bisa memasang aplikasinya saja di handphone dan informasi bisa langsung kita dapat dari pemberitahuan,” jelasnya, Jumat (13/10).

Mahasiswa Teknik Elektronika TM 2016, Rahayu Nurmansyah, mengatakan bahwa dosennya ada yang mengirimkan bahan perkuliahan lewat Trello. Trello merupakan sebuah aplikasi berbasis web yang bisa digunakan untuk berbagi informasi, unggah file, saling berkomentar, dan sebagainya. Hendri juga menyampaikan bahwa ia lebih memilih untuk mencari hari pengganti kuliah daripada menjadikan e-learning sebagai pengganti kuliah tatap muka. “Kalau untuk mengganti perkuliahan biasanya saya mengganti hari. Lebih efektif jika saya mengganti hari saja dibanding dengan e-learning,” tegasnya. Sementara, Mahasiswa Kesehatan dan Rekreasi TM 2016, Mahdalena, mengatakan bahwa dosennya ada yang menggunakan blog. “Di semester tiga ini, mata kuliah Olahraga Adaptif dan Metode Penelitian, dosen menerapkan kepada mahasiswa agar men-share tugas di blog yang telah ditentukan,” ujarnya, Senin (30/10). Ia juga mengaku banyak dosennya yang tidak mencantumkan sistem pembelajaran online learning di silabus perkuliahan. Berdasarkan data dari UPT PTIK, pada 2016, terdapat 1.001 seksi mata kuliah dengan jumlah dosen 210 orang yang sudah menggunakan -e-learning. Dari 1.001 seksi mata kuliah tersebut, terdapat 3.640 jumlah sumber yang diunggah oleh dosen, 1.430 tugas-tugas dan penilaian yang dilakukan oleh dosen, 8 buku yang diunggah, 105 kuis yang dilakukan, dan 210 forum diskusi yang terbentuk. Menanggapi hal tersebut, Dr. Ulfia Rahmi, M.Pd., di dalam disertasinya yang berjudul Pengembangan Model Desain Pesan Blended Learning (2013), menyampaikan bahwa data itu menunjukkan dosen sudah menggunakan e-learning sebagai pelengkap, tambahan, dan peng-

ganti pertemuan tatap muka. Meski demikian, data tersebut juga menunjukkan bahwa ada dosen yang hanya menyajikan materi, evaluasi, atau kuis yang disediakan oleh e-learning UNP. Berdasarkan data dari UPT PTIK pula, pada 2017, hanya 208 dosen yang sudah menggunakan sistem pembelajaran ini. Padahal, jumlah dosen di UNP adalah 1.133 orang yang tersebar di 98 prodi dan 8 fakultas. Ulfia yang merupakan salah seorang dosen FIP menjelaskan bahwa kebanyakan dosen masih menggunakan -e-learning secara dadakan. “Dosen menggunakan e-learning ketika ada pelatihan atau kegiatan lain yang menyebabkan ia tidak bisa belajar secara tatap muka,” ujarnya, Senin (30/10). Ulfia menjelaskan bahwa dosen terkadang hanya mengunggah bahan ajar di e-learning tanpa ada tindak-lanjutnya. Untuk penerapan yang baik, ia mencontohkan berdasarkan pengalaman mengajarnya sendiri. “Saya cenderung menggunakan e-learning untuk mengirimkan materi, berdiskusi, membagikan link video. Kemudian, mahasiswa diberi tugas untuk mengamati video. Untuk diskusi ditanyakan lebih lanjut ketika tatap muka di kelas. Dan, dosen pun turut berdiskusi di e-learning,” ujarnya. Menurutnya, mahasiswa lebih leluasa berdiskusi di e-learning daripada di perkuliahan tatap muka. Peneliti lainnya, Henri Agustin, S.E., M.Sc., Ak, menjelaskan bahwa e-learning memang harus diterapkan di dalam kelas, baik oleh dosen maupun oleh mahasiswa, guna meningkatkan kualitas pembelajaran. Seorang dosen hendaknya jangan hanya menggunakan fitur unggah bahan ajar, tapi juga fitur lainnya, seperti chatting dan forum diskusi. Hal ini bertujuan untuk memantau kedalaman pengetahuan atau keaktifan dari mahasiswa. “Kalau kita cuma meman-

tau di kelas itu mungkin agak susah memancingnya karena pasti ada mahasiswa itu kan yang takut ngomong,” ujarnya, Selasa (10/10). Kepala UPT PTIK UNP, Drs. Aswardi, M.T., menyampaikan bahwa penerapan e-learning di UNP bertujuan untuk mengkombinasikan antara pembelajaran di kelas dengan pembelajaran secara elektronik dan online. “Pak Rektor lebih mengarahkan e-learning ke arah kombinasi pembelajaran atau face to face antara pembelajaran di kelas dengan pembelajaran online,” katanya, Rabu (11/10). Ia berharap agar ke depannya dosen bisa menggunakan e-learning dalam pembelajaran. “Kita sudah punya fasilitas, yaitu elearning. Rugi jika tidak diterapkan,” imbuh Aswardi. Berdasarkan disertasinya, Ulfia menjelaskan bahwa ada beberapa kelebihan e-learning. Terintegrasinya e-learning dengan sistem universitas membantu dalam memanajemen pemakai dan memudahkan pimpinan melakukan pelacakan mengenai kemajuan e-learning. Jika menggunakan situs atau blog pribadi, hal tersebut tentu sulit dilakukan kecuali ada pelaporan dari setiap dosen. Selain itu, elearning juga bisa mem-back up data secara tidak terbatas sehingga dapat digunakan dalam jangka panjang. Mahasiswa Pendidikan Seni Rupa TM 2016, Muslimaniati, berharap agar e-learning dapat diterapkan dengan maksimal di UNP. “Semua pihak harus saling memperbaiki bagaimana sistem e-learning tersebut. Tidak hanya dari orang pusat, tapi juga kepada dosen harus menyosialisasikan penggunaan e-learning dan mempratikkannya kepada mahasiswa,” harapnya, Sabtu (14/10). Reporter: Eka, Ermi, Dian*, Finny*, Monalisa*, Niswa*, Putri, Sindya*


LAPORAN

2017 Edisi No. 199/Tahun XXVIII

5

Menunggu Dosen: Sejumlah mahasiswa sedang menunggu dosen di di Ruang C05 Gedung FMIPA UNP, Jumat (3/11). Menurut pengakuan sejumlah mahasiswa, /Akbar* ruang kelas tersebut tidak terjangkau jaringan wifi. f/Akbar*

Tidak Optimal Karena Masih Imbauan E-learning merupakan sebuah sistem pembelajaran berbasis teknologi informasi. Selain sosialisasi yang masih minim, penerapan e-learning di UNP juga terkendala karena belum adanya evaluasi konkrit dari pihak jurusan atau fakultas. Masih bersifat imbauan. Oleh Wildan Firdaus Fakhruddin Arrazzi

K

etua Jurusan Pendidikan Ekonomi, Tri Kurniawati, S.Pd., M.Pd., mengungkapkan bahwa pihak jurusannya belum mewajibkan dosen-dosen untuk menggunakan e-learning dalam pembelajaran. Dosendosen sejauh ini diberikan motivasi dan sosialisasi agar menerapkan sistem pembelajaran ini dengan baik. “Kalau tidak menggunakan silabus lewat e-learning, pasti akan ada pengeluaran yang lebih banyak. Kurang lebih seperti itu penjelasannya,” ujarnya, Selasa (17/10). Selain itu, Tri menjelaskan bahwa evaluasi berkaitan penerapan e-learning juga sudah dilakukan. Meski demikian, hal tersebut bukan dilakukan oleh pihak jurusan langsung, melainkan International Organization of Standardization (ISO). Adapun peran ISO di sini yaitu mengaudit proses pembelajaran di Jurusan Pendidikan Ekonomi. Salah satunya pihak ISO selalu meminta untuk membuka e-learning di jurusannya. “Semua terlihat di e-learning. Dia sistemnya acak. Bisa saja mereka mengaudit salah seorang dosen yang mereka mau, atau langsung menanyakan bagaimana e-learning di jurusan,” ungkapnya. Lebih lanjut, Tri menambahkan bahwa ISO bertugas mengaudit semua unit layanan di Jurusan Pendidikan Ekonomi, mulai dari tata usaha, pustaka,

prodi, dan jurusan. “Sebelum audit pusat datang, pihak jurusan FE akan melaksanakan audit internal dulu,” imbuhnya. Sementara itu, Dosen Ilmu Administrasi Negara, Drs, Syamsir, M.Si., Ph.D., mengatakan bahwa ia hanya sekali mengikuti sosialisasi e-learning. “Dulu pernah ada, tapi itu hanya sekali dan hanya dalam bentuk buku panduan pengunaan e-learning. Namun, sosialisasi dalam bentuk perkumpulan itu saya pribadi belum ada. Saya juga tidak tahu apa itu ada atau tidak,” tuturnya, Rabu, (18/10). Hal senada juga disampaikan oleh Dosen Pendidikan Luar Sekolah (PLS), Prof. Dr. Jamaris, M.Pd.. Ia mengatakan bahwa sosialisasi e-learning di PLS belum optimal dan masih banyak dosen belum banyak tahu penggunaannya. Keterampilan dosen masih kurang. “E-learning belum menjadi suatu keharusan,” tuturnya, Selasa (17/10). Wakil Dekan (WD) I FIS, Drs. Suryanef, M.Si., menjelaskan di FIS sendiri, sosialisasi dari pihak fakultas ke dosen sudah ada. Adapun bentuk sosialisasinya, seperti diskusi mengenai proses pembelajaran dan melalui penjaminan mutu. “Di fakultas, ada gugus penjamin mutu, ada unit pen jamin mutu. Di sana, sering terjadi sharing pandangan, dan pemikiran berkaitan e-learning,” ungkapnya, Rabu (18/10).

Lebih lanjut, Suryanef mengaku bahwa ada sebagian dosen FIS yang sudah menggunakan e-learning, tapi ada juga sebagian yang tidak. “Boleh dikatakan masih sangat sedikit persentase di kalangan dosen yang menggunakan e-learning dalam proses pembelajarannya di FIS,” ungkapnya. Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK), Drs. Aswardi, M.T., mengatakan bahwa kebijakan ada atau tidaknya evaluasi tergantung dari arahan pihak rektorat. “Kami hanya sebagai UPT, kita hanya nunggu arahan dari Wakil Rektor I UNP dan koordinasi dengan biro akademik,” jelasnya, Rabu (11/10). Lebih lanjut, Aswardi menjelaskan bahwa UPT PTIK yang dulunya bernama UPT Pusat Komputer (Puskom) UNP tidak berwenang mewajibkan seluruh dosen untuk menerapkan e-learning dalam perkuliahan. “Ini bukan kebijakan dari UPT Puskom, kita hanya membantu. Jadi, WD I yang melihat ke dosennya digunakan atau tidak, dilaporkan ke WR I. Nanti, WR 1 suruh Puskom buat ini buat itu,” jelasnya. Menanggapi perihal sosialisasi e-learning, Ketua Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penelitian Mutu (LP3M), Dr. Edwin Musdi, M.Pd., mengaku bahwa pada 2017 ini pihak LP3M akan mengadakan pelatihan penggunaan e-learning pada Sabtu, 18 November. “Ini merupakan sosialisasi pertama yang dilakukan oleh LP3M di 2017. Nanti, kita akan meminta setiap jurusan mengutus delegasinya untuk mengikuti pelatihan ini. Adapun pelatihannya, kami lebih mengarah ke bagaimana cara membuat bahan ajar berdasarkan konten yang ada

pada e-learning,” ujarnya, Selasa (14/11). Wakil Rektor I UNP, Prof. Dr. Yunia Wardi, M.Si., mangatakan bahwa untuk tahun ini, pihak UNP masih terus berusaha untuk menggencarkan e-learning di UNP. “Dengan e-learning, semua akan dipermudah. Dosen bisa menghemat waktu dan memanfaatkan waktu untuk hal lainnya. Kami juga telah bekerja sama dengan LP3M dan UPT PTIK untuk hal ini. Ya, seperti pelatihan nantinya,” jelasnya, Senin (13/11). Yunia menambahkan bahwa pihak UNP akan menyamakan mindset dosen-dosen tentang bagaimana semestinya e-learning diterapkan dalam pembelaj a r a n . “Langkah awal ini, kita terlebih dahulu harus menyeragamkan penerapan e-learning. Jangan nanti berbeda penerapannya. Kita mengharapkan elearning ini lebih ke arah blended learning,” ungkapnya. Sampai sekarang, kata Yunia, penerapan e-learning di UNP belum diwajibkan. “Dosen UNP masih harus mengetahui dahulu bagaimana penerapan e-learning yang diharapkan oleh UNP,” tegasnya. Wifi Lelet Selain sosialisasi dan evaluasi, infrastruktur penunjang kelancarannya penerapan e-learning dalam perkuliahan sangatlah dibutuhkan, terutama jaringan wifi di kampus. Berbagai keluhan pun diungkapkan oleh sivitas akademika UNP. Mahasiswa Pendidikan Seni Rupa TM 2016, Muslimaniati, misalnya. Ia berharap agar koneksi jaringan wifi harus selalu lancar dan stabil. “Di Jurusan Seni Rupa, sulit mendapatkan sinyal jaringan wifi, terkhusus di BG

agak lola, tersendat-sendat. Kalau ke Pendopo pun, agak lola juga karena orang ramai. Yang nggak begitu lola di mana? Bagian koridor yang mendingan koneksi jaringannya,” tuturnya, Sabtu (14/10). BG merupakan nama sebuah ruang kelas yang terdapat di Jurusan Seni Rupa. Hal serupa juga dialami Mahasiswa Jurusan Sejarah TM 2015, Suci Vainani. Ia mengungkapkan bahwa jaringan wifi di jurusannya masih belum optimal. “Sekarang, jaringan wifi di Gedung A dan B di lantai tiganya itu susah untuk akses jaringan,” ujarnya, Kamis (12/10). Yang dimaksud dengan Gedung A dan B oleh Suci tersebut yaitu Gedung Kelas Terpadu A dan B, dua buah gedung dari sebelas gedung baru yang diresmikan di UNP. Bukan hanya Muslimaniati dan Suci, Mahasiswa Pendidikan Luar Biasa TM 2015, Nofia Sri Wahyuni, juga mengalami hal serupa. Ia mengatakan bahwa koneksi internet di UPP IV Limau Manis belum merata di seluruh kelas. “Kampus di Limau Manis, untuk ke kelas saja, wifi tidak sampai, hanya sampai di jurusan. Mungkin, itu kelemahan dari penerapan e-learning. Kurang mendukung, apalagi di kampus Limau Manis,” ungkapnya, Sabtu (16/10). Bukan hanya dari mahasiswa, dosen juga mengeluhkan jaringan wifi di UNP yang lelet. Lektor Teknik Pertambangan, Fadhillah, S.Pd., M.Si., misalnya. Ia mengatakan bahwa, di beberapa sudut di jurusannya, jaringan wifi masih lelet. “Di Lantai 3 Teknik Pertambangan ini, sudah sangat sulit mencari koneksi ke wifi UNP,” akunya, Jumat (13/10). Menanggapi hal tersebut, Wakil Rektor II UNP, Drs. Syahril, ST, M.Sc, Ph.D., menyampaikan bahwa ia tidak mengetahui masih ada beberapa tempat di UNP yang tidak terjangkau wifi. Ia berharap pihak jurusan atau fakultas segera melaporkan kepada pihak kampus jika mengalami permasalahan tersebut. “Sampai sekarang kami belum menerima laporan mengenai tempat yang tidak terjangkau wifi. Jadi, belum ditindaklanjuti, ungkapnya” Ia menyatakan bahwa penyebab belum menyebarnya jaringan wifi ke seluruh sudut kampus kemungkinan disebabkan karena adanya pembangunan yang sedang berlangsung. Meski demikian, Syahril menyampaikan bahwa bandwidth jaringan wifi sudah besar. “Tergantung dari jurusan atau fakultas lagi bagaimana memparalelkan wifi ini,” jelasnya, Rabu (8/11). Besar bandwidth 1,2 Gbps pada 2017. Hal tersebut dibenarkan oleh Kepala UPT PTIK UNP, Aswardi. Ia menyampaikan bahwa jika dibandingkan perguran tinggi di Sumatra Barat, akses internet wifi UNP jauh lebih baik. “Ibarat air, kita sudah antarkan ke fakultas-fakultas. Kita sudah sediakan pipa-pipanya, sudah kita sediakan semuanya. Cuma untuk dimanfaatkan atau tidak itu tergantung kepada mereka,” ujarnya, Rabu (11/10). Aswardi menambahkan, UNP sendiri dalam hal jaringan wifi telah berkoordinasi dengan beberapa perusahaan informasi dan komunikasi di Indonesia. Reporter: Agustini*, Eka, Irza*, Monalisa*, Arrasyd, Yanda*, Yatri*


LAPORAN

6

2017 Edisi No. 199/Tahun XXVIII

Sumber: Litbang SKK Ganto UNP Infografik: Fauziah Safitri

WAWANCARA KHUSUS

E-learning Mubazir Jika Tidak Diterapkan

Prof. Dr. Festiyed, M.S. Senin (30/10), reporter Ganto menemui Prof. Dr. Festiyed, M.S. di ruangannya di Lantai 1 Gedung Pascasarjana Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang (UNP). Ia merupakan Wakil Direktur II Prodi Doktor Ilmu Pendidikan sekaligus guru besar bidang pendidikan di UNP. Ganto menemui Festiyed untuk mewawancarainya seputar pengertian, fungsi, dan upaya yang harus dilakukan UNP agar elearning dapat diterapkan dengan maksimal. Berikut hasil wawancara reporter Ganto, Oktri Diana Putri, bersama Festiyed. Apa itu e-learning? Namanya kan “e�, elektronik. Jadi, e-learning adalah pembelaja-

ran dengan menggunakan sistem berbasis elektronik yang terkoneksi jaringan internet. Sistem ini bisa jalan kalau ada aplikasi sistem itu sendiri dan bahan yang dimasukkan oleh dosen. Seberapa penting e-learning dalam pembelajaran? Sangat penting. Ibu pikir karena perkembangan teknologi, ya, dengan sistem e-learning ini semuanya serba cepat, bagus, dan tepat. Dengan syarat, dosen memasukkan bahan ajarnya ke dalam sistem. Ada hal penting harus diperhatikan, yaitu dosen melek teknologi. Misalnya, untuk memasukkan evaluasi, materi, atau lainnya, dosen harus tahu langkah-langkah yang sesuai dengan program yang ada di UNP. Tambahannya, setiap mahasiswa mempunyai gaya belajar yang tidak sama. Ada yang suka mendengar ceramah, ada yang suka tatap muka, ada yang suka e-learning. Sangat hemat waktu karena silabus sudah ada, materi sudah ada. Tinggal klik-klik-klik gitu ya, dan tidak akan memakai banyak kertas. Apa fungsi e-learning dalam proses pembelajaran? Sebenarnya, kalau e-learning diterapkan dengan baik, bisa menggantikan posisi dosen dalam mengajar. Akan tetapi, jika hanya

e-learning, tidak bisa menggantikan pembelajaran secara psikologis dan sosial. Terkadang, kita kalau mengajar itu bisa juga menasihati, lalu muncul karakternya, agamanya, menstimulus, mencotohkan. Jadi, kesimpulan ibu, e-learning ini baik sekali untuk materinya, lebih-lebih untuk anak yang hobi teknologi. Tetapi, tidak baik untuk pembentukan karakter dan perubahan sikap. Apa dampak yang terjadi jika sistem pembelajaran elearning belum diterapkan maksimal? Namanya teknologi sudah maju dan sistem e-learning yang telah dibuat oleh UNP sudah ada, kan mubazir. Mubazir ada e-learning, tetapi tidak dimanfaatkan. Padahal, sistem tersebut sangat bagus. Bagaimana pendapat Anda mengenai dosen yang menggunakan e-learning untuk pengganti kuliah tatap muka? Kalau menurut ibu, bagus saja kalau dosen itu memasukkan semua bahan ajarnya, kemudian dipantau. Semua sistem tergantung kepada tujuan dan pemakaiannya. Sistem itu akan efektif kalau sesuai dengan gaya belajar mahasiswa. Melihat perkembangan teknologi sekarang ini, dengan menggunakan Hp pun di

, ‘

P embelajaran dengan tatap muka bisa mendidik karakter mahasiswa dan e-learning bisa sebagai suplement, complement, dan substitusi. Wakil Direktur II Prodi Doktor Ilmu Pendidikan Prof. Dr. Festiyed, M.S.

mana saja bisa belajar. Bagaimana idealnya penerapan sistem pembelajaran elearning? Karena UNP khusus di bidang pendidikan, kalau menurut ibu, penerapan e-learning yang idealnya itu pada saat-saat tatap muka, seperti nasihat yang bertujuan untuk menyentuh karakter anak. Namun, kita juga tidak boleh melupakan teknologi. Ada belajar tatap muka dan ada e-learning-nya juga. Karena, pembelajaran dengan tatap muka bisa mendidik karakter mahasiswa dan e-learning bisa sebagai suplement, complement, dan substitusi. Bagaimana bentuk evaluasi dan pemantauan yang dilakukan oleh UNP? Belum ada surat edaran yang

mewajibkan dosen menggunakan e-learning sehingga belum ada evaluasinya. Terkadang, peraturan ini harus dipaksa dulu baru berjalan. Apa upaya yang harus dilakukan UNP agar maksimalnya penggunaan e-learning? Pertama, jaringan internet harus dimaksimalkan lagi. Kedua, kemampuan dosen dalam mengorganisir pembelajaran yang mudah dipahami dalam format elearning harus lebih ditingkatkan lagi. Ketiga, materi pembelajaran yang di-input harus lebih menarik dan bervariasi sehingga menyenangkan bagi mahasiswa dalam belajar. Keempat, Setiap lokal harus tersedia fasilitas, seperti komputer, koneksi internet, LCD atau infocus permanen, audio-visual, dan pusat sumber belajar yang menyediakan layanan atau teknisi yang mendukung pembelajaran e-learning. Kelima, adanya pengelola sistem e-learning di tingkat universitas, fasilitator per fakultas, dan staf penunjang. Keenam, adanya evaluasi berkala penggunaan e-learning. Apa harapan Anda? Saya berharap agar e-learning itu bisa dimanfaatkan oleh dosen. Agar upaya-upaya tersebut di atas bisa dipenuhi.


LAPORAN

2017 Edisi No. 199/Tahun XXVIII

7

ARTIKEL

Pendidikan dalam Perkembangan Teknologi Sejatinya, pendidikan bertujuan untuk melahirkan manusia yang berkualitas. Tidak hanya dari segi pengetahuan, namun juga dari segi karakter atau akhlak. Pencapaian kualitas yang baik dalam pendidikan bersumber dari proses belajarmengajar. Mulai dari cara mengajar guru, cara belajar siswa, hingga umpan balik yang dihasilkan dari interaksi antara guru dan siswa. Kondisi inilah yang semakin hari semakin dikembangkan dalam dunia pendidikan, seiring dengan perkembangan zaman. Tidak dapat dipungkiri, kemajuan teknologi menjadikan proses pendidikan lebih praktis, efektif, dan efisien. Saat ini, proses belajar-mengajar dapat dilakukan dengan media belajar seperti laptop, tablet, dan proyektor yang menawarkan kemudahan bagi guru maupun siswa dalam memberikan dan menerima materi pembelajaran. Kemudahan akses internet sebagai sumber belajar pun turut andil dalam membantu siswa yang sekarang ini dituntut untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Seakan mengikuti arus kemajuan yang mengalir deras, inovasi dalam proses pendidikan pun semakin meluap dengan adanya sistem pembelajaran jarak jauh. Artinya, kegiatan pembelajaran tidak harus dilaksanakan secara formal di lembaga pendidikan, namun juga dapat dilaksanakan di rumah yang berada dalam jangkauan internet. Sederhananya, proses belajar mengajar masih dapat dilakukan walaupun tanpa tatap

muka secara langsung. Pun, sudah banyak lembaga pendidikan yang menerapkan sistem pembelajaran ini. Di luar negeri, khususnya negara maju, pendidikan jarak jauh telah menjadi alternatif pendidikan

yang cukup digemari oleh masyarakat. Begitu pun di Indonesia. Prospek pendidikan jarak jauh dengan sarana internet telah menjadi perhatian beberapa kalangan. Termasuk di lingkungan Universitas Negeri Padang. Sedikit banyaknya unsur pendidikan jarak jauh sudah mulai diterapkan di kampus, seperti penerapan sistem e-learning. Walaupun pada kenyataannya belum terlaksana secara maksimal, namun jika berpikir jauh ke depan tidak menutup kemungkinan sistem ini nantinya akan berkembang pesat. Dengan menggunakan e-learning, proses perkuliahan tetap bisa dilaksanakan

tanpa mengharuskan dosen dan mahasiswa berada di dalam satu ruangan. Sayangnya, dengan segala jenis kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi, tujuan pendidikan sekarang cenderung hanya berorientasi pada peningkatan

kemampuan intelektual saja. Hal ini kembali mengingatkan saya pada pendidikan zaman dulu yang selalu dikisahkan oleh orang tua saya. Pada mulanya, proses belajar-mengajar di zaman dahulu yang dialami oleh guru dan siswa hanya difasilitasi dengan menggunakan papan tulis, kapur, dan alat peraga seadanya. Kita sendiri dapat membayangkan bagaimana proses pembelajarannya berlangsung. Guru mengajar dengan cara menjelaskan, menulis di papan tulis dengan kapur, dan dibantu alat-alat peraga sederhana.

Jika ada pertanyaan, para siswa bertanya dan akan dijawab langsung oleh guru. Jika ada sikap siswa yang tidak sesuai dengan aturan, maka guru akan langsung menegur bahkan tak segan menghukum siswa. Hal itu semata-mata dilakukan untuk menjadikan peserta didiknya menjadi insan yang lebih baik. Tak luput, dalam setiap proses pembelajaran selalu diselipkan nilai-nilai karakter yang sejatinya mendidik sikap dan perilaku peserta didik. Sederhananya, pendidikan zaman dulu tak sekadar untuk mengajar namun juga mendidik. Tidak hanya berorientasi kepada kemampuan kognitif, namun juga meningkatGrafis: Fauziah Safitri kan kemampuan afektif. Materi yang diajarkan pun berorientasi pada nilai-nilai kehidupan yang pada hakikatnya bertujuan menghasilkan manusia yang bermanfaat dan berbudi pekerti. Terlepas dari hal tersebut, sistem pendidikan jarak jauh memang merupakan suatu alternatif pemerataan kesempatan dalam bidang pendidikan. Namun, yang selama ini dianggap masalah adalah tidak adanya interaksi antara guru dan siswa. Meskipun pendidikan jarak jauh memberikan efektivitas dalam hal waktu

Nadilla Aprisia Mahasiswa Jurusan Administrasi Pendidikan TM 2015 dan tempat, sistem pendidikan tersebut seakan meninggalkan unsur mendidik dalam pendidikan itu sendiri. Padahal, tujuan pendidikan bukan saja untuk meningkatkan kemampuan intelektual namun juga meningkatkan kemampuan emosional. Menjadi manusia yang bermanfaat itulah yang diharapkan dari sebuah pendidikan. Sebab, dari proses belajar mengajar itulah lahir orang-orang yang tak hanya kaya ilmu pengetahuan, namun juga kaya akan moral yang baik. Pendidikan bukan sekedar tempat menuntut ilmu, namun juga menuntut perilaku diri yang lebih baik. Orang-orang yang hanya menjunjung tinggi ilmu pengetahuan tanpa memegang nilai karakter pada akhirnya akan menjadi sumber keruntuhan bangsa. Sedangkan orang-orang yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan nilai karakter secara bersamaan pada akhirnya akan menjadi sumber keutuhan bangsa.

ARTIKEL AP A KA TA MEREKA APA KAT

Seberapa Penting UNP merilis e-learning sebagai suatu konsep atau sistem pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi (IT) dalam proses belajar-mengajar. Kami mengharapkan pemaksimalan penggunaannya. Sebab, selama saya menjadi mahasiswa UNP, saya menemui hanya beberapa dosen yang ahli dalam bidang IT saja yang menggunakannya. Itu pun hanya digunakan untuk mengumpulkan tugas saja. Harapannya, e-learning dapat digunakan sebagaimana mestinya dan juga UNP perlu mengadakan pelatihanpelatihan untuk menggunakan e-learning. Widia Lasmita Mahasiswa Bimbingan Dan Konseling TM 2013

Upgrade Menjadi Aplikasi Smartphone Menurut saya, penggunaan e-learning di UNP sudah berjalan dengan baik, terutama di Jurusan Fisika. Semua dosen di Jurusan Fisika sudah menggunakan e-learning untuk proses belajarmengajar. Mahasiswa juga tidak kesulitan untuk menggunakan e-learning. Tetapi, satu kekurangan dari situs e-learning ini, yaitu kurangnya kapasitas yang disediakan oleh e-learning. Akibatnya, saya mengalihkan pengumpulan tugas melalui e-mail. Selain kapasitasnya yang kecil, saya harap situs elearning di-upgrade menjadi aplikasi di smartphone, agar mudah diakses oleh mahasiswa. Fanny Rahmatina Rahim, M.Pd. Dosen Jurusan Fisika

Belum Optimal E-learning merupakan pembelajaran menggunakan media elektronik yang memungkinkan dosen untuk melakukan interaksi dengan mahasiswa. Dengan e-learning, pembelajaran dapat berlangsung efektif dan fleksibel karena dapat dilakukan di mana saja. Meski pada Jurusan Kurikulum Teknologi Pendidikan sudah banyak dosen yang menggunakan e-learning, bahkan ada mata kuliah pengembangan berbasis e-learning, namun jika melihat secara lebih luas penerapannya di UNP masih belum optimal. Mulai dari penggunaannya yang masih sebatas mengirimkan tugas, meng-upload bahan ajar serta dosen secara keseluruhan yang belum mengetahui bagaimana penggunaan e-learning sesungguhnya. Saya mendukung UNP menerapkan e-learning. Harapannya, ada ketegasan dari pihak kampus dalam menerapkan sistem pembelajaran ini. Bukan hanya sekedar imbauan, tetapi adanya kebijakan yang jelas. Dezi Kurniawan Ketua HMJ Kurikulum Teknologi Pendidikan Periode 2017/2018


KONSUL TASI ONSULT

8 K ONSUL TASI KESEHA TAN ONSULT KESEHAT

2017 Edisi No. 199/Tahun XXVIII

K ONSUL TASI A G AMA ONSULT AG

Rubrik Konsultasi diasuh oleh Staf Ahli SKK Ganto UNP dan membahas persoalan seputar kesehatan, psikologi, atau agama. Jika Anda memiliki permasalahan atau pertanyaan yang ingin dikonsultasikan, silakan kirimkan ke email redaksiganto@gmail.com atau bisa juga diantarkan langsung ke Sekretariat SKK Ganto UNP Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Ruang G65 UNP.

DJ Berjilbab

Efek Samping Obat Diasuh oleh Dr. Ahmad Kosasih, M.A.

Diasuh oleh dr. Pudia M. Indika, M.Kes. Saya mengidap penyakit asma sedari kecil sehingga harus keluar masuk rumah sakit. Karena penyakit asma tersebut, saya pun harus mengomsumsi berbagai jenis obat. Namun, asma saya juga tidak kunjung sembuh. Sekarang, saya malah mengidap penyakit ginjal. Kedua ginjal saya berdenyutdenyut dan rasanya begitu sakit. Kata orang, ini terjadi karena saya sering minum obat. Yang ingin saya tanyakan, apakah benar terlalu sering meminum obat bisa menyebabkan komplikasi? Mahasiswa UNP

Obat didefenisikan sebagai senyawa yang digunakan untuk mencegah, mengobati, mendiagnosis penyakit, atau menimbulkan suatu kondisi tertentu. Obat akan berpengaruh terhadap sel hidup dan akan menjadi racun bila pemberiannya tidak sesuai kaidah yang ditentukan. Setiap obat telah dilakukan penelitian pada efek terapi dan efek sampingnya. Penelitian pada efek samping dalam jangka panjang biasanya dilakukan dalam kurun waktu 10-20 tahun. Alhasil, pengeluaran suatu jenis obat akan dilihat risiko-risiko yang akan terjadi dan dilakukan perbaikan untuk meminimalisirkan efek samping yang terjadi. Tidak semua orang yang mengonsumsi obat menimbulkan efek samping yang berat. Hal ini tergantung dari usia, berat ringannya penyakit, dan jenis obat digunakan. Efek samping yang kemungkinan timbul dalam penggunaan obat dalam jangka waktu lama, yaitu sebagai berikut. Pertama, reaksi alergi atau hipersensitif. Obat-obat golongan steroid, antihistamin, dan beberapa golongan antibiotik dapat menimbulkan reaksi alergi, baik jangka panjang maupun pendek. Bahkan, beberapa ada yang menimbulkan alergi yang sebelumnya tidak ada. Kedua, kerusakan ginjal. Ginjal merupakan penyaring darah. Darah hasil metabolisme juga membawa ampas-ampas obat atau istilahnya sisa racun yang nantinya akan disaring oleh ginjal. Terlalu banyak mengonsumsi obat dapat menjadi penyebab gangguan ginjal di kemudian hari karena banyaknya racun yang tertumpuk di ginjal. Untuk itu dianjurkan meminum obat bersama air putih. Dan perbanyak minum air putih, minimal delapan gelas per hari. Ketiga, infeksi. Beberapa obat yang digunakan dalam jangka panjang justru dapat memicu timbulnya infeksi di beberapa bagian tubuh. Terutama obat-obatan antibiotik ataupun vaksin yang dibuat melalui pemanfaatan bakteri atau virus. Oleh karena itu, penggunaan dalam jangka panjang atau tidak sesuai aturan justru berbahaya bagi tubuh dari resisten hingga infeksi yang berbalik menyerang tubuh. Keempat, komplikasi. Komplikasi adalah gabungan kerusakan dari beberapa organ. Terjadi bila kita terlalu banyak dan sering mengonsumsi berbagai macam obat ataupun gaya hidup tidak sehat. Obat-obatan yang dikonsumsi secara berlebihan dan dalam jangka panjang dapat merusak sebuah organ. Satu organ rusak ini mengganggu metabolisme yang hasilnya akan merusak atau menurunkan fungsi organ lain. Untuk penderita asma, agar tidak mengonsumsi obat secara terus-menerus, harus dapat mengenali faktor pencetus dari terjangkitnya asma serta memulai gaya hidup sehat dengan makanan sehat dan aktivitas fisik yang rutin. Konsultasikan seluruh obat asma yang akan dikonsumsi terkait dosis dan efek samping yang kemungkinkan akan timbul. Kemudian, hindari pembelian obat-obatan secara bebas.

Wanita berjilbab sudah sering ditemui dalam kehidupan seharihari. Profesi tidak lagi membatasi seorang wanita untuk memakai jilbab lebar sesuai dengan ajaran agama Islam. Namun, saya menemukan fenomena menarik, yaitu Disk Jokey (DJ) yang dilakoni oleh wanita berjilbab, Menurut Bapak, bagaimanakah pandangan Islam tentang DJ berjilbab itu? Pasalnya, DJ identik dengan klub malam dan minuman beralkohol. Isya Rahma Mahasiswa FIS

Ananda, Isya Rahma! Islam tidak memandang baik atau buruknya sesuatu dari sisi lahiriah semata, tapi juga memperhatikan beberapa aspek, antara lain niat, cara, dan tujuan akhir. Sesuatu perbuatan baru dinilai sebagai amal salih bila memenuhi tiga kriteria tersebut. Cara yang baik dan benar bila tidak disertai niat dan tujuan yang baik dan benar akan dianggap sia-sia dan tidak akan dapat meraih pahala. Demikian pula halnya bila niat dan caranya sudah baik dan

benar, tapi digunakan untuk tujuan tidak benar. Memakai jilbab (hijab), yang tujuannya adalah menutup aurat dalam rangka menaati syariat, itu sudah baik dan memang seharusnya begitu sebagai seorang muslimah. Itu berarti dia sudah baik dan benar dari segi berpakaian. Selain itu, ia tentu harus menjaga kewajibannya yang lain lagi seperti kewajiban salat lima waktu, berpuasa, dan berperilaku yang sesuai dengan ajaran Islam. Barangkali, yang menjadi permasalahan bagi Ananda di sini ialah tentang profesinya sebagai Disk Jokey (DJ), apakah hal itu sesuai dengan ajaran Islam. Bagaimana pandangan Islam tentang itu? Seperti sudah diketahui umum bahwa diskotek pada dasarnya adalah tempat orangorang mencari “hiburan” guna menenangkan pikiran dari kelelahan bekerja sehari-hari. Maka, diskotek oleh mereka yang menggemarinya adalah wahana untuk mendapatkan kesenangan serta ketenangan dengan menyanyi dan berdansa berpasangan atau tanpa berpasangan. Namun, yang perlu dipersoalkan dalam hal ini ialah, adakah di sana unsur-unsur pelanggaran terhadap norma-norma Islam? Untuk Ananda ketahui, menurut ajaran Islam, bercampur-baur antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim dengan berjoget atau berdansa jelas melanggar ajaran Islam. Apalagi bila disertai minuman keras. Padahal, minuman keras termasuk dosa besar dan bahagian dari perbuatan setan yang harus dihindari. Allah berfirman, “Wahai orangorang yang beriman, sesungguhnya

(meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala dan mengundi nasib adalah perbuatan keji, termasuk perbuatan setan. Maka, jauhilah perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu dan menghalangi kamu dari mengingat Allah serta salat, maka hentikanlah” (Q.S. Almaidah: 90-91). Di dalam sebuah hadis dari Anas, Rasulullah bersabda, “Ada sepuluh orang yang dikutuk dalam hal khamar yaitu; produsernya, distributornya, peminumnya, pembawanya, pengirimnya, penuangnya (orang yang membantu peminumnya), penjualnya, pemakan uang hasilnya, pembayarnya, dan pemesannya” (H.R. Ibnu Majah dan Tirmizi). Adapun DJ yang biasanya bekerja sebagai operator musik itu berarti turut membantu ke arah perbuatanperbuatan yang mengandung dosa itu. Dengan sendirinya ia juga turut berdosa, sebab ia telah membantu memudahkan orang untuk berbuat dosa, sekalipun ia sudah memakai jilbab. Dengan kata lain, jilbab yang ia pakai itu tidak akan menghapus dosanya. Bahkan, di mata masyarakat, jilbab yang ia pakai dalam profesinya sebagai DJ itu dapat dianggap sebagai pelecehan atau penghinaan terhadap kehormatan dan kesucian Islam. Allah berfirman, “Dan janganlah kamu campur-adukkan yang hak dengan yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu sedang kamu mengetahui” (Q.S. Albaqarah: 42).

K ONSUL TASI PSIK OL OGI ONSULT PSIKOL OLOGI

Mengubah Perilaku

Diasuh oleh Dr. Afdal, M.Pd., Kons. Saya sering mengikuti seminar, seperti seminar motivasi, pengetahuan, dan sebagainya. Sebelum masuk seminar, pikiran saya seperti gelas berisi kopi berwarna hitam pekat, tidak bersih, dan jernih karena pengaruh lingkungan. Kemudian, saya masuk seminar dan pikiran saya diisi halhal dan informasi positif serta membuat semangat. Setelah saya kembali lagi ke lingkungan tempat tinggal saya, lalu dengan cepat saya berubah menjadi pesimis dan semangat saya hilang secara perlahan-lahan. Bagaimana saya bisa mempertahankan sema-ngat untuk tetap mengejar visi dan impian saya? Hega Dwi Dian Dola Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Dan Daerah TM 2016 Ananda Hega yang berbahagia! Saya turut berbahagia ketika

membaca Ananda senang ikut seminar motivasi. Namun, permasalahannya adalah materi yang disampaikan pada seminar terkadang tidak menjadi bagian pribadi Anda atau tidak membuat Anda berubah. Hal pertama yang ingin saya sampaikan adalah perubahan individu tidak bisa serta merta total dengan artian Ananda tidak bisa langsung menjadi “super woman”. Yang mungkin bisa langsung berubah adalah kesadaran Ananda akan berbagai ketidakberesan. Pengalaman saya memberikan konseling pada permasalahan yang sama adalah dibutuhkan waktu yang relatif tidak singkat untuk mengubah suatu perilaku. Terkadang, perilaku tersebut sudah menjadi kebiasaan. Untuk itu, ada beberapa hal saran praktis yang dapat saya sampaikan berkenaan dengan permasalahan Ananda. Pertama, mulai dari niat. Terkadang, kita meremehkan masalah niat. Akan tetapi, perlu Ananda ketahui niat menjadi sumber utama individu untuk melakukan usaha perbaikan untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Kedua, mulai dari hal kecil. Ananda dapat mengubah kebiasaan negatif menjadi kebiasaan positif dengan mulai dari hal-hal yang paling kecil. Yang kita ketahui, hal-hal kecil yang pada akhirnya kita kumpulkan

akan mampu menjadi sebuah kebiasaan yang besar. Ketiga, mulai dari diri sendiri. Terkadang, kita ingin segala sesuatu menjadi baik dengan harapan orang lainlah yang pertama kali melakukan hal baik itu. Kalau kita ingin dimaafkan atas semua perilaku yang salah, mulailah dari diri sendiri untuk mudah memaafkan orang lain. Keempat, jangan mencari alasan. Sering kali terhadap suatu ketidakberesan kita berusaha untuk mencari “kambing hitam “. Kita terlalu sibuk memikirkan alasan-alasan yang terkadang menyalahkan orang lain dan jarang sekali menyalahkan diri kita sendiri. Hal yang harus Ananda lakukan adalah salahkan diri Ananda sendiri terhadap ketidakberesan yang Anda alami, lalu bangkitlah merubah keadaan untuk menjadi lebih baik lagi. Kelima, jangan terpengaruh dengan tanggapan orang lain. Keenam, mulai dari saat ini. Jika ingin gelas Ananda tetap putih, maka jangan biarkan noda-noda hitam masuk ke gelas Ananda. Jangan ditunda lagi untuk bisa menjadi pribadi yang lebih baik di masa akan datang. Demikianlah komentar saya. Semoga komentar ini dapat membantu Ananda menjadi pribadi yang lebih baik lagi di masa akan datang.


2017 Edisi No. 199/Tahun XXVIII

9 KRITIK ENGLISH CORNER

ENGLISH CORNER

What Happen With Character Building? By Risa Asrida

Grafis: Fauziah Safitri

Education esseantially has two objectively, namely helping people to be intelligent and helping them become better human being. Making intelligent may be easy to do. On the other hand, making people kind and wise seems much more difficult. Thus, it is fair to say that moral problem is a matter of acute or chronic disease that accompany human life anytime and anywhere. Character building that echoed has been not able to give comprehensive impact on the nation. Even after existence of character building, moral of the nation declines more and more. There are three things that cause character building have not significant impact for people character. In fact, education system in Indonesia still not able to improve the character of the stu-

dents. We see the implementation of a national exam or UN is always leakage each year. Numerous violations and cases of crimes committed by students such as smoking, liquor until drugs are rampant till now. Not only that, even cases of violence and bullying within the school environment is often occurs when a period of OSPEK or introductions of new students with seniors. Character building designed by the government there has not been realized well and lead to formality. Education is supposed to be a reflection of the character of the nation in fact has not been able to fix the character nation’s shoots that have deteriorated. In line with developments of increasingly sophisticated technology without limits of distance and time, it has affected all aspects of life including education. The technological advances in addition to having a positive impact also have a negative impact. In character building, the negative impact of technology turned out to affect the process of a person’s character. As an example social media, causing people are busy with exposing himself in the virtual world

without limits. Ultimately lead to addiction that causes apathy on the life around. In addition TV shows do not educate, causing children under age watching and imitate it. automatically has established a bad character children. Globalization is an era where there is no boundary between a country to another, so that the information flow is so heavy. The flow of information that is not filtered will result in an erosion of the character a nation. This is because people will feel proud to follow the lifestyle of another country that is considered modern. They left the noble values of the nation that became the character and adopt a external value that is not necessarily fits to him. Making people to be better involve all aspect of our life. As a character of the nation, education can not improve character of people without supports from improving education system, making technology-based education and globalization comprehension well. Therefore we need character building. Character building is not about theory in school subjects. Character building is about how people realise and implement in the environment.

Diasuh oleh Dr. Jufri Syahruddin, M.Pd. Pertama, saya menyampaikan selamat kepada Risa Asrida yang telah menulis untuk Surat Koran Kampus (SKK) Ganto. Saya menginformasikan bahwa komentar saya pada English Corner bukan untuk mencari-cari kesalahan penulis, akan tetapi sebagai masukan dan koreksi terhadap apa yang sudah ditulis agar lebih baik ke depannya. Berkaitan dengan karangan Risa, saya sampaikan bahwa secara umum isi dan bahasanya sudah baik. Namun demikian, penulis harus ingat bahwa karya yang dimuat di surat kabar, baik umum maupun kampus, haruslah yang baik secara bahasa dan isi. Ini penting karena tulisan itu dibaca oleh banyak orang yang mungkin sekali lebih baik pemahaman mereka tentang topik karangan tersebut. Begitu juga, kemungkinan kemampuan bahasa mereka jauh lebih baik daripada pengarang sendiri. Isi karangan mengenai pembangunan karakter atau character building yang dibahas oleh Risa Asrida sebenarnya merupakan topik yang bagus karena se-

karang masalah itu menjadi isu nasional yang hangat dibicarakan. Yang menjadi kekurangan dalam karangan itu adalah penulis tidak memiliki literatur yang cukup mengenai pembangunan karakter dimaksud. Sebenarnya, karakter yang mana yang menjadi kegalauan penulis? Apa sesungguhnya yang harus diperbaiki tentang karakter itu? Mana data lapangan yang dapat meyakinkan pembaca? Selain itu, penulis terlalu banyak mengulang frase character building itu sehingga karangan ini terasa longgar dan kurang greget. Akibatnya, pengarang kehilangan fokus dan target yang ingin dicapai. Ibaratnya, banyak yang sudah ditulis oleh pengarang, tetapi pembaca belum mendapatkan apa yang ingin dicarinya. Dari segi bahasa, saya juga banyak menemukan kesalahan yang tak perlu. Untuk bahasa ini, saya memberi beberapa tanda atau garis bawah. Untuk kesalahan tata bahasa, saya berikan cetak tebal. Untuk penggunaan dan pemilihan kata yang kurang tepat, saya berikan tanda garis bawah. Sementara, untuk kesalahan ide dan kalimat yang sulit dipahami, saya memiringkan dan menggarisbawahi keseluruhan kalimatnya. Saya harap penulis bisa menganilisis kembali tanda-tanda itu. Jika ingin menanyakan apa kesalahan yang sebenarnya, pengarang bisa langsung menanyakannya nanti kepada saya.

SOSOK

Rahmat Hidayat

Seniman yang Organisator Bagi Rahmat Hidayat, seni dan organisasi menjadi teman yang tidak dapat dipisahkan. Ketua Umum UKKes 2016 ini pernah tampil sebagai pemusik di depan Presiden RI Jokowi dalam ajang Fimcoustic 2016. Rahmad merupakan mahasiswa Teknik Elektro TM 2013. Lahir di Duri, 10 Mei 1994, Rahmad sudah memiliki bakat seni sejak kecil. Ia pandai menggambar dan membuat kaligrafi. Ketika duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, ia pernah menjabat sebagai anggota Divisi Minat dan Bakat Organisasi Siswa Intra Sekolah. Dari situ, Rahmad pun belajar untuk mengembangkan bakat seninya sekaligus bagaimana mengakomodir temantemannya yang memiliki minat serupa. Memasuki bangku perkuliahan, sejak semester pertama, Rahmad pun bergabung dengan Unit Kegiatan Kesenian (UKKes) Universitas Negeri Padang (UNP). Ia menunjukkan bakat seninya dengan menyabet Juara I Lomba Menyanyi pada acara Elektro Idol 2014. Pada tahun yang sama, ia dipercaya sebagai Ketua Pelaksana Fakultas Teknik Expo. Berbagai prestasi pun mulai ditorehkannya pada tahun berikutnya. Pada 2015, ia menjadi delegasi dan pemusik Pentas Seni Sumatra Barat (Sumbar) pada Jambore Pemuda Indonesia di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Pada 2016, ia menjadi Pendam-

ping Kontingen Sumbar dalam Pekan Seni Mahasiswa Nasional XIII di Kendari Sulawesi Tengah. Pada tahun itu, ia menjadi delegasi Sumbar dalam Temu Kreatifitas Remaja di Kota Batu Jawa Timur, dan Pemusik dalam Festival Tari

Mahasiswa Nasional ke-3 di Palem.bang Sumatera Selatan. Ia juga mendapat kehormatan menjadi Pemusik Fimcoustic di Balai Sarbini Jakarta dalam seminar kebangsaan bersama Ir. Jokowi dan Ridwan Kamil. Saat ini, ia mulai memfokuskan bakat seninya ke musik tradisional. Awalnya, perkenalannya dengan alat musik tradisional tidak terlepas dari keikutsertaannya dalam UKKes. “Saya termotivasi bermain saluang karena tidak semua orang yang bisa memainkannya” ujarnya, Senin (23/10) Baginya, seni yang dapat diperkenalkan ke luar daerah itu adalah seni dari daerah sendiri. Hal ini dikarenakan musik tradisional memiliki keunikan tersendiri yang belum tentu dimiliki daerah lain. Saat mengikuti Temu Teater Mahasiswa Nusantara ke-15 pada 2017 di Madura, dia mendapatkan apresiasi tak terduga dari peserta lain karena membawakan musik tradisional. Setelah pertunjukan, banyak peserta dari daerah lain yang meminta untuk di-

ajarkan bermain saluang. Menurutnya, saluang merupakan alat musik yang sangat unik karena tidak ada patokan untuk meniupnya, namun bisa berbunyi dengan empat lubang yang ada. Apresiasi karya orang lain, lanjut Rahmad, dapat membangkitkan motivasi untuk terus berkesenian. “Karena semakin banyak kita mengapresiasi karya orang lain, maka semakin termotivasi kita untuk menjadi lebih baik lagi,” ujarnya. Kemahirannya dalam bermusik dan berorganisasi mengantarkannya menjadi Ketua Umum UKKes 2016. Selain berorganisasi di kampus, Rahmad juga bergabung di dalam organisasi luar kampus. Pada tahun 2015, ia mendapat harapan 1 Duta Mahasiswa Sumbar. Pada 2015 juga, ia menjadi delegasi Sumatera Barat pada Forum Indonesia Muda (FIM) angkatan 17 di Cibubur. Selepas 2016, anak dari pasangan Syopian Sori dan Djjuliarti ini tidak berhenti begitu saja berorganisasi. Ia mempunyai moto, yaitu “Lakukan segala hal positif yang bisa Dilakukan.” Hal ini ditunjukkannya dengan menjabat Wakil ketua Forum Duta Genre Sumbar 2016, Dewan Penasehat UKKes, dan Ketua Forum Duta Genre Sumbar 2017 ini. Tidak hanya aktif berorganisasi di perantauan, anak bungsu dari enam bersaudara ini juga tidak melupakan kampung halamannya. Hal ini ditunjukkannya dengan menjadi salah seorang pendiri Ikatan Mahasiswa Kecamatan Mandau (IMKM) Padang pada 2016. Akbar Wahyu Pratama*


OPINI

10

2017 Edisi No. 199/Tahun XXVIII

Kolaborasi dalam Pembelajaran

K

olaborasi menjadi tren dunia pendidikan saat ini setelah begitu lama berkutat dan terbelenggu oleh cengkeraman kompetisi. Iklim kompetisi yang kuat di dalam kelas membawa dampak yang merugikan bagi perkembangan peserta didik. Semakin maju pemikiran manusia semakin sadar bahwa kompetisi membuat mereka saling mengalahkan dengan menghalalkan berbagai cara, serta menciptakan jarak antarmanusia. Faktanya, tidak ada manusia yang bisa eksis sendiri (autarki), mereka butuh orang lain. Oleh karena itu, kolaborasi menjadikan manusia saling menguatkan dan memupuk semangat untuk maju bersama yang dilandasi sikap saling peduli. Secara sederhana, kolaborasi dapat diartikan sebagai suatu bentuk kerja sama yang dilandasi oleh sikap saling percaya, saling menghargai, saling menerima, saling peduli dan saling menguatkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Kolaborasi dalam pembelajaran ibarat sistem kerja tubuh manusia dalam melakukan suatu aktivitas. Contoh, pada saat makan, semua anggota tubuh bekerja sesuai dengan fungsi masing-masing. Tangan mengangkat makanan, mulut menjadi ruang pelumatan, gigi sebagai mesin pengunyah, lidah mengatur irama dan mencicipi rasa serta air liur membantu perjalanan makanan ke lambung. Tidak ada bagian yang mendominasi dan tidak ada yang dikerdilkan fungsinya. Semua bagian tubuh menyadari bahwa semua harus berkontribusi. Dalam berkolaborasi, ada kegiatan saling membantu dan saling melengkapi tapi tidak dalam konteks saling menggurui. Semua merasa puas jika mampu berkontribusi dan berhasil bersama. Kolaborasi merupakan satu dari empat kecakapan abad 21 yang telah diadopsi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan harus dimiliki setiap lulusan satuan pendidikan termasuk perguruan tinggi.

Tiga lainnya adalah kecakapan berpikir kritis dan pemecahan masalah, kecakapan berkomunikasi, dan kreativitas serta inovasi. Berdasarkan penelitian oleh Employment Research Institute tahun 2005, kolaborasi sebagai unsur dasar dalam 23 atribut soft skill yang menyumbang 82% terhadap kesuksesan seseorang dalam kehidupan. Bahkan, kolaborasi juga menjadi bagian dari 10 rahasia sukses 50 orang terkaya di dunia seperti ditulis oleh Neff & Citrin dalam bukunya Lesson from the Top. Grafis: Fauziah Safitri

Jepang adalah negara yang bisa dijadikan contoh sebagai negara yang sudah mengubah format pendidikannya dari iklim kompetisi menjadi iklim kolaborasi. Seorang pakar pendidikan dan praktisi lesson study Jepang, Sato Massaki (2012) dalam bukunya Dialog dan Kolaborasi di Sekolah Menengah Pertama menyatakan bahwa adanya dialog dan kolaborasi dalam pembelajaran adalah satu dari tiga faktor yang menentukan mutu pembelajaran. Kesuksesan Jepang ini telah diadopsi oleh negara-negara maju lainnya di dunia, seperti Amerika Serikat, Hongkong, Korea Selatan, Inggris, dan lain-lain. Sekarang, yang menjadi pemikiran bagi kita semua adalah bagaimana menjadikan kolaborasi sebagai landasan pelaksanaan pembelajaran, baik di kampus maupun di sekolah. Pembelajaran kolaboratif mengajarkan peserta didik untuk menghargai kelebihan dan menerima kekurangan or-

ang lain serta mengambil peran menyesuaikan diri secara tepat dalam setiap proses pembelajaran, terutama dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. Lalu, bagaimana cara agar bisa mengembangkan semangat kolaboratif di kalangan peserta didik, baik siswa maupun mahasiswa? Pertama, terima dan hargai perbedaan. Kelas adalah suatu ruangan tempat berkumpul banyak orang dengan beragam latar belakang dan potensi. Baik dari sisi ekonomis, demografis, sosiologis, maupun psikologis. Jangan memperlakukan orang berdasarkan statusnya! Kedua, jalin hubungan baik dengan semua orang. Jangan memilih teman berdasarkan status, bentuk rupa, kepintaran, atau berteman dengan sesama orang kota, sesama sekolah unggul, sesama daerah asal. Jika kita membatasi pergaulan pada suatu kelompok tertentu, maka hal itu akan membuat cara berpikir kita juga menjadi terbatas. Semakin beragam asal usul orang-orang yang dekat dengan kita, maka akan memperkaya pengetahuan, cara berpikir atau perspektif, dan paradigma. Hubungan baik dengan orang sekitar adalah modal awal untuk berkolaborasi. Ketiga, lakukan banyak hal secara bersama-sama atau berkelompok. Mulailah menata kebiasaan secara bersama seperti mengerjakan tugas, pergi ke perpustakan, diskusi, dan lain-lain. Satu hal yang harus dikerjakan sendiri hanyalah ujian. Keempat, berkontribusilah sesuai kemampuan. Jangan hanya “numpang nama”, atau pilihan-pilihan berkategori “curang dan kerdil” lainnya. Kelima, wujudkan empati, respektif dan kompromi. Salah satu hal yang menjadi kendala dalam kerja kelompok bagi sebagian orang adalah ketidakmampuan berempati dan menghormati pendapat orang lain dan kecenderungan merasa benar sendiri. Kita harus menghargai orang lain walaupun idenya

Nofrion, S.Pd., M. Pd. Ketua Prodi Pendidikan Geografi sederhana. Jika suatu saat pendapat kita diterima, maka kita juga harus terima pada saat pendapat kita ditolak orang lain. Keenam, kesuksesan milik bersama. Jika semua potensi telah dipadukan maka akan berlaku pepatah “berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”. Artinya, tugas terberat sekali pun akan bisa menjadi ringan jika dikerjakan dan dipecahkan bersama. Ketika sudah berhasil maka ceritakanlah hal-hal baik saja. Ketika menemui kegagalan, jangan mencari kambing hitam, namun carilah cara berikutnya. Membiasakan berkolaborasi dalam kehidupan khususnya dalam pembelajaran artinya kita sedang mempersiapkan diri menjadi manusia-manusia kolaboratif di masa datang yang bisa menghargai kelebihan dan menerima kekurangan orang lain, mampu mengambil peran secara tepat serta aktif berkontribusi dalam memecahkan masalah bersama. Seperti pesan Rasulullah Saw, “Aljamaatur rahmah, wal firqotul azabah”. Artinya, bersama-sama itu rahmat dan berpecah belah itu adalah azab. Demikian juga dengan pepatah dalam adat Minangkabau yang berbunyi, “Duduak surang basampik-sampik, duduak basamo balapang-lapang,” Mari budayakan kolaborasi!

Status Kepemilikan Trotoar

T

rotoar merupakan tempat yang diperuntukan bagi pejalan kaki. Tetapi , di Indonesia, penerapan-nya belum sesuai dengan perauran berlaku. Trotoar adalah bagian dari jalan raya yang khusus disediakan untuk pejalan kaki. Sebagaimana yang tercantum dalam keputusan Direktur Jenderal Bina Marga Nomor 76/KPTS/Db/1999 tanggal 20 Desember 1999, trotoar terletak di daerah manfaat jalan yang diberi lapisan permukaan dengan elevasi yang lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan, dan pada umumnya sejajar dengan jalur lalu lintas kendaraan. Trotoar merupakan hal penting bagi masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya. Dengan adanya trotoar, pejalan kaki tidak akan khawatir bersenggolan dengan kendaraan bermotor. Namun kenyataannya, saat ini, trotoar masih jauh dari kata nyaman karena banyaknya penyalahgunaan yang dilakukan oleh sebagian orang. Trotoar yang digunakan sebagai sarana berjualan, tempat parkir, ataupun jalur alternatif pengendara sepeda motor saat macet menjadi hal yang lumrah saat ini. Tidak hanya penyalahgunaan, trotoar yang kurang terawat atau bahkan tidak memadai juga sering ditemukan. Di depan kampus Universitas Negeri Padang (UNP) sendiri, masih ditemukan penyalahgunaan trotoar untuk berjualan. Padahal, di sepanjang trotoar

tersebut telah terpampang tanda larangan untuk berjualan. Tidak jarang para pedagang memakan setengah badan trotoar untuk menggelar barang dagangannya. Hal ini menyebabkan pejalan kaki harus bergantian untuk berjalan saat berpapasan atau turun ke bahu jalan. Di Jakarta, dilansir Kompas.com (17/ 7/2017), masyarakat yang bergabung dalam Koalisi Pejalan Kaki mencegat dua pengendara motor yang mengaku pengendara ojek dan menyarankan agar berkendara di jalan raya saat menggelar aksi jalan kaki bersama. Namun, meski telah diingatkan secara baik-baik, pengendara motor ini malah berkata kasar dan mengancam peserta aksi. Dari contoh di atas, terlihat jelas bahwa masih ada sebagian orang yang belum menyadari kegunaan trotoar itu sendiri. Bahkan, sebagian dari mereka enggan dinasihati ketika telah melakukan perbuatan yang salah. Jika trotoar tidak dipergunakan sebagaimana mestinya, maka mereka yang memilih untuk berjalan kaki akan terancam keselamatan jiwanya. Mereka terpaksa mengalah dan turun ke bahu jalan saat ada pengendara yang menaiki trotoar. Tidak jarang, beberapa dari mereka nyaris tertabrak ataupun menjadi korban tabrakan dari kendaraan bermotor. Dalam pasal Pasal 34 Ayat 4 Peraturan Pemerintah Jalan yang berbunyi, “Trotoar sebagaimana dimaksud pada ayat 3 hanya diperuntukkan bagi lalu lintas pejalan kaki.” Pada pasal ini, tentu

kita dengan mudah memahami bahwasanya trotoar hanya diperuntukkan untuk pejalan kaki. Pasal 275 Ayat 1 Undangundang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan juga mengancam setiap orang yang melakukan perbuatan yang mengakibatkan gangguan pada fungsi rambu lalu lintas, marka jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas, fasilitas pejalan kaki, dan alat pengaman pengguna jalan, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah). Kita sudah melihat ancaman hukuman dari dua pasal di atas. Sayangnya, penerapan peraturan perundang-undangan dinilai terlalu lemah, menyebabkan banyak pelanggaran yang terjadi. Perlu adanya kerja sama berbagai pihak agar trotoar kembali pada fungsinya semula. Peran dari pihak kepolisian, Satuan Polisi Pamong Praja, dan pihak-pihak yang terkait untuk melakukan tindakan tegas kepada setiap pelanggar mutlak harus dilakukan agar setiap pelanggar merasa jera. Tindakan seperti penggusuran lapak pedagang saya nilai tidak efektif dan bersifat sementara, karena beberapa hari kemudian trotoar tersebut akan kembali dijadikan tempat untuk berjualan oleh pedagang yang digusur tersebut atau malah digantikan oleh pedagang baru. Perlu adanya inovasi agar setelah ditertibkan tidak ada lagi pedagang yang berjualan di sepanjang trotoar.

Akbar Wahyu Pratama Mahasiswa Jurusan Teknik Pertambangan TM 2015 Agar pengendara tidak lagi menggunakan trotoar, perlu adanya modifikasi trotoar yang hanya bisa dilewati oleh pejalan kaki saja. Tidak hanya penindakan, sosialisasi terhadap fungsi trotoar harus dijalankan. Sanksi moral semestinya juga perlu diterapkan. Bagi mereka yang enggan lagi untuk berjalan kaki pasti akan memilih untuk menggunakan kendaraan bermotor sebagai penggantinya. Kabar baik jika mereka memilih menggunakan kendaraan umum untuk bepergian. Jika mereka lebih memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi, sudah tentu hal tersebut dapat berakibat naiknya jumlah kendaraan bermotor secara drastis di jalan raya yang pada ujungnya akan menimbulkan kemacetan. Sikap egois sebagian masyarakat harus dibenahi, sebagai sesama pengguna jalan sudah seharusnya untuk saling menghormati. Jangan sampai karena ingin mengambil keuntungan sendiri malah mengorbankan hak orang lain.


OPINI

2017 Edisi No. 199/Tahun XXVIII

11

Menjaga Bahasa Persatuan

B

ahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan. Tetapi, masih ada sebagian masyarakat yang lebih “setia” dengan bahasa asing. Padahal, bahasa Indonesia juga berpotensi menjadi bahasa internasional.

Di era modern ini, penduduk Indonesia tidak hanya dipadati oleh Warga Negara Indonesia (WNI), tetapi juga Warga Negara Asing, baik itu wisatawan maupun mereka yang memutuskan untuk menjadi WNI. Kedatangan orang asing di Indonesia membawa pengaruh pada budaya, pergaulan, pola hidup, makanan, bahasa, dan sebagainya. Orang Indonesia berasumsi bahwa budaya luar merupakan hal yang bagus. Tetapi, mereka tidak menyadari bahwa budaya asing telah membuat kita melupakan kebudayaan negara sendiri, salah satunya bahasa. Bahasa adalah kemampuan yang dimiliki manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya lewat gerakan tubuh atau kata. Walaupun terdiri dari ribuan bahasa daerah, Indonesia memiliki bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia. Hal ini sesuai dengan bunyi Sumpah Pemuda ketiga, yaitu “Kami poetra dan poetri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia”. Tetapi, pada saat ini, kalimat tersebut seakan tanpa makna. Saat peringatan Sumpah Pemuda, anak bangsa seolah berlomba-lomba mengumandangkan, menegaskan cita-cita akan tanah air Indonesia, bangsa Indonesia, dan bahasa Indonesia. Namun, pada kenyataannya, cita-cita tersebut tidak direalisasikan. Di kalangan artis saja, misalnya. Saya pernah menyaksikan di salah satu siaran televisi lokal yang dihadiri oleh sebuah keluarga yang memiliki sebelas orang anak. Dua di antaranya telah diajarkan berbahasa Inggris sejak bayi. Bahasa Inggris itu khusus diajarkan hingga anak itu berumur enam tahun. Setelah itu, baru diajarkan bahasa Indonesia. Alhasil,

anak itu terbata-bata saat diajak berbicara menggunakan bahasa Indonesia. Hal tersebut sangat disayangkan. Sebagai seorang warga negara, kita seharusnya mengutamakan mengajarkan bahasa Indonesia daripada bahasa asing kepada generasi penerus. Pandai berbahasa Inggris memang banyak manfaatnya. Tetapi, akan lebih baik jika tidak menghilangkan jati diri bangsa sendiri. Bahkan, masyarakat luar negeri saja

Grafis: Fauziah Safitri

tertarik mempelajari bahasa Indonesia. Dilansir dari Liputan6.com, beberapa negara sudah menjadikan bahasa Indonesia sebagai program studi, di antaranya Kanada, Jepang, Australia, Vietnam, Ukraina, Korea Selatan, Hawaii, dan Suriname. Sejak 2007, masyarakat Vietnam sudah menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Melihat hal itu, kita bisa simpulkan bahwa bahasa Indonesia memiliki potensi untuk menjadi bahasa pergaulan internasional. Penduduk Indonesia terkenal dengan keramah-tamahan dan kesantunannya dalam berbicara. Semua itu dikarenakan

bahasanya, yaitu bahasa Indonesia. Berbicara dengan orang lain pun ada aturannya. Bahasa Inggris lebih banyak menggunakan kata sapa “kamu”, meskipun terkadang berbicara kepada orang lebih tua dari kita, termasuk juga kepada ibu. Sementara, Indonesia memiliki kata ganti untuk menghormati orang yang lebih tua, seperti “bapak” atau “ibu”. Menguasai bahasa Inggris bukan berarti kita meninggalkan jati diri sebagai warga Indonesia. Para pahlawan sudah berjuang keras mempertahankan bahasa persatuan kita sehingga bahasa Indonesia bisa lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Untuk membentuk bahasa Indonesia itu tidaklah mudah tapi kenapa kita harus gengsi menggunakan bahasa Indonesia. Seharusnya, kita bangga! Dikutip dari Liputan6.com, dalam siaran pers Kedutaan Besar Republik Indonesia, New Delhi mengadakan lomba pidato bahasa Indonesia. Lomba tersebut diminati oleh warga India. Walaupun belum lancar, mereka tetap percaya diri berbicara dalam bahasa Indonesia. Selain itu, saya pernah membaca dalam Kompas edisi 27 September 2011, bahwa seorang pemuda asing berkebangsaan Australia bernama Richard Miles menulis novel menggunakan bahasa Indonesia. Ia menyatakan cintanya dengan menulis novel yang berjudul Bule Juga Manusia, berisi pengalamannya selama berkunjung ke Indonesia. Ia menguasai bahasa Indonesia dengan baik karena mempelajarinya sejak di bangku sekolah. Bahkan, Richard sangat menyukai musisi Indonesia, Sheila on 7. Dari contoh di atas, kita bisa melihat kecintaan orang asing terhadap bahasa Indonesia. Mengenai kecintaan terhadap bahasa,

Niswasani Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia TM 2015 saya juga mendengar ada beberapa negara yang tetap komitmen dengan bahasanya, meskipun berbicara dengan wisatawan asing. Misalnya, di Perancis. Mereka lebih menghormati wisatawan yang mampu berbahasa Perancis. Hal itu bisa menjadi contoh bagi negara kita agar tetap melestarikan bahasa Indonesia. Mengenai permasalahan di atas, sebagai warga Indonesia ada beberapa hal yang perlu kita perbaiki. Pertama, dari lingkungan keluarga. Bahasa yang digunakan anak tergantung kepada orang tuanya. Orang tua harus mengajarkan dan membiasakan berbicara bahasa Indonesia kepada anaknya, dimulai dari kecil. Kedua, di lingkungan sekolah. Guru wajib menggunakan Bahasa Indonesia ketika menerangkan kepada murid-muridnya. Ketiga, pemerintah harus menekankan kepada warga Indonesia agar tidak terlena dengan budaya asing, hingga lupa dengan budaya sendiri. Menguasai dan mencintai bahasa negara sendiri merupakan sebuah kebanggaan, jati diri, dan ciri khas Indonesia karena dia merupakan bahasa persatuan. Selain itu, kita orang Indonesia tidak tertipu oleh orang asing yang lebih pandai dan lancar berbahasa Indonesia. Kita boleh saja mempelajari bahasa asing, tetapi bukan berarti kita melupakan dan gengsi dengan bahasa persatuan kita, yaitu bahasa Indonesia.

KOLOM

Diskriminasi di Kampus

K

ita seringkali menemukan perlakuan diskriminasi. Tidak hanya di lingkungan tempat tinggal, perilaku diskriminasi juga banyak ditemukan di perguruan tinggi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Theodorson, diskriminasi merupakan perlakuan yang tidak seimbang atau pembedaan perlakuan pada perorangan atau kelompok berdasarkan sesuatu, biasanya bersifat kategorikal, atributatribut khas, seperti berdasarkan ras, kesukubangsaan, agama, atau keanggotaan kelas-kelas sosial. Diperlakukan berbeda, ditolak, atau merasakan diskriminasi tentulah tidak menyenangkan. Sayangnya, perlakuan ini masih ada di sejumlah perguruan tinggi yang seharusnya menjadi kumpulan pelaku akademis yang berwawasan luas dan sadar dengan hak-hak mereka. Sikap diskriminatif sangatlah dilarang karena akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi beberapa orang. Manusia yang secara fitrah diciptakan dengan memiliki keragaman diharapkan dapat saling mengenal. Dengan cara ini akan muncul pemahaman untuk saling mengakui kesamaan sehingga sikap diskriminasi dapat terhindari. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al-Hujarat ayat 13 yang berbunyi, “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, ke-

mudian Kami jadikan kamu berbangsabangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh yang paling mulia di antara kamu ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui Maha Teliti”. Banyak hal yang membuat seseorang merasa dikucilkan oleh suatu kelompok maupun individu di kampus. Hal yang paling mendasar adalah jika seseorang tidak memiliki pemikiran yang sama dengan suatu kelompok, maka mereka akan mengucilkannya. Sebagai makhluk sosial sudah seharusnya bagi kita untuk tidak membedakan antara satu dengan yang lainnya, apalagi dalam pertemanan. Setiap orang memiliki sikap, pandangan dan pemikiran yang berbeda-beda. Seperti perumpamaan air dan minyak, walaupun tak pernah menyatu, tapi mereka sering berada dalam tempat yang sama. Bagaimana jika tanpa minyak seseorang membuat kuah sup atau soto? Tentunya diperlukan minyak untuk menggoreng bawang. Bisa saja membuat kuah sup atau soto tanpa minyak, tapi pastinya dari segi rasa tidak akan enak. Seperti itu pula perbedaan. Diskriminasi yang terjadi di lingkungan kampus adalah gender, ras, agama, dan lainnya. Contohnya saja, sekelompok mahasiswa hanya berteman dengan orang yang memiliki penampilan yang sama dengan mereka, seperti paras cantik dan kulit putih, lebih bisa mendapat tempat dan kesempatan daripada mereka yang ber-

wajah biasa saja. Dalam hal penampilan pun berdasarkan asas kondisi finansial setiap anggota kelompok. Pada akhirnya terbentuklah geng yang meremehkan serta merendahkan teman-teman lain di luar anggota geng mereka. Apalagi jika ada dua kelompok berbeda pandangan tentang style, pemikiran atau lainnya, maka akan muncul perpecahan yang menimbulkan kerugian bagi tiap kelompok. Kerugian bisa berupa perkelahian fisik maupun mental. Tentu kita tidak menginginkan hal itu terjadi. Terkadang, sikap diskriminasi muncul dari diri sendiri. Seringkali kita merasa tidak cocok dengan orang baru, lalu memilih untuk menyendiri. Misalkan dalam kelompok organisasi ataupun dalam sebuah komunitas pasti banyak kita lihat kelompok dalam kelompok. Hal ini memang sering terjadi. Bukan bermaksud memihak perlakuan diskriminasi atau bagaimana, tapi setiap orang pasti memiliki teman nyamannya sendiri. Menurut saya, kita harus berpandai-pandai dalam pergaulan. Lakukan perubahan pada diri dengan mengenal teman-teman yang kita anggap mendriskiminasi kita. Kita perlihatkan pada mereka kalau kita itu sama dan bisa berbaur dengan mereka. Sikap diskriminasi merupakan sikap yang tidak baik. Karena berlaku tidak adil dan membuat setiap orang atau sekelompok orang menjadi terasingkan atau seolah-olah mereka tidak berguna. Untuk menghindari terjadinya perilaku diskriminatif, maka

Monalisa Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia TM 2016 setiap individu atau orang perlu menyadari bahwa manusia memiliki kedudukan yang sama dihadapan Tuhan serta meyakini bahwa setiap manusia memiliki keistimewaan tersendiri. Terlepas dari itu, untuk memperkecil masalah yang diakibatkan oleh pengaruh negatif diskriminasi, maka perlu dilakukan berbagai upaya. Kita harus sudah mengerti tentang perlunya saling menghargai satu sama lain. Kekurangan dan kelebihan manusia seharusnya tak menjadi pembeda karena setiap individu punya hak sama di kampus. Kita bisa saja tanpa sengaja mungkin menjadikan kawan-kawan yang memiliki “keunikan” sebagai bahan lelucon tanpa memikirkan perasaan mereka. Pastilah tidak nyaman menjadi pihak yang terdiskriminasi. Akan sangat nyaman jika kampus tempat kita menuntut ilmu bebas diskriminasi.


FOTO

12

2017 Edisi No. 199/Tahun XXVII

Bersiap Menangkap Ikan: Seorang nelayan sedang menarik jaring ke dalam sampan di Pantai Padang, Selasa (24/10). Jaring tersebut akan digunakan nelayan untuk menangkap ikan di laut. Panjang jaring tersebut mencapai 200 meter. f/Akbar*

Pagi di Pantai Padang Pantai Padang adalah salah satu pantai yang terdapat di Kota Padang. Pantai ini banyak dikunjungi oleh wisatawan, baik lokal maupun asing. Selain itu, Pantai Padang juga menjadi tempat bagi nelayan untuk menangkap ikan. Para nelayan melaut dengan sampan yang bergerak dengan menggunakan mesin tempel. Dengan menjadikan jaring sebagai alat tangkap, mereka biasa pergi melaut sekitar pukul delapan pagi. Pada edisi kali ini, ahyu Wahyu fotografer Ganto, Akbar W Pratama Pratama, mengabadikan aktivitas nelayan di Pantai Padang.

Membantu Nelayan: Seorang anak kecil sedang membantu sekelompok nelayan mendorong perahu ke laut di Pantai Padang, Sabtu (4/11). Nelayan tersebut pergi melaut sekitar jam delapan pagi. f/Akbar*

Menarik Jaring: Sejumlah nelayan menarik jaring dari tepi Pantai Padang, Selasa (24/10). Jaring tersebut sebelumnya telah ditebar nelayan ke tengah laut. Dalam satu hari, para nelayan biasanya menebar jaring 2-3 kali. f/Akbar*

Fot o&T eks F ot o: Akbar W ahyu Pr at ama oto Teks Fot oto: Wahyu Prat atama Desain & T at a Let ak: Lutfi Darwin & F auziah Safitri Tat ata Letak: Fauziah

Jual-Beli: Seorang pembeli membeli ikan hasil tangkapan nelayan yang baru saja ditangkapnya di Pantai Padang, Sabtu (4/11). Para nelayan menjual ikan tangkapan mereka dengan harga Rp20.000 untuk satu kantong plastik. f/Akbar*

Anugerah Laut: Dua orang nelayan mengangkat hasil tangkapan di Pantai Padang untuk selanjutnya dijual ke pembeli, Sabtu (4/11). Hasil tangkapan nelayan bervariasi mulai dari ikan, cumi-cumi, udang, dan sebagainya. f/Akbar*

Jual-Beli: Seorang pembeli membeli ikan hasil tangkapan nelayan yang baru saja ditangkapnya di Pantai Padang, Sabtu (4/11). Para nelayan menjual ikan tangkapan mereka dengan harga Rp20.000 untuk satu kantong plastik. f/Akbar*


TEROPONG

2017 Edisi No. 199/Tahun XXVIII

13

IKBM FIP Pungut Rp100.000 dari Mahasiswa Bidikmisi Uang Disumbangkan ke Panti Asuhan dan Masjid di Kota Padang

Masih C: Jurusan Teknik Pertambangan FT UNP terdiri atas dua prodi yang masih berakreditasi C, yakni Prodi Teknik Pertambangan (S1) dan Prodi Teknik Pertambangan (DIII). Selain kedua prodi tersebut, Prodi Teknik Otomotif (DIII) juga berakreditasi C, Kamis (9/ 11). f/Akbar*

Tiga Pr odi UNP Masih Ber akr edit asi C Prodi Berakr akredit editasi Universitas Negeri Padang (UNP) memperoleh akreditasi A sejak Desember 2016 lalu. Meski demikian, dari 98 prodi yang terdapat di UNP, ada tiga prodi yang masih berakreditasi C, yaitu Prodi Teknik Pertambangan (D3), Prodi Teknik Pertambangan (S1), dan Prodi Teknik Otomotif (D3). Mahasiswa Prodi Teknik Pertambangan (D3) TM 2015, Gary Aprio, mengeluhkan akreditasi prodinya yang masih C. Hal itu dikarenakan, bagi mahasiswa D3, yang ingin melanjutkan kuliah ke jenjang S1, minimal harus berasal dari prodi D3 berakreditasi B. “Akreditasi sangat menentukan bagaimana kelanjutan kuliah saya,” ujarnya, Rabu (13/9). Mahasiswa Prodi Teknik Pertambangan (S1) TM 2015, Rido Agustian, mengungkapkan bahwa akreditasi prodi berdampak untuk mencari pekerjaan. Biasanya, perusahaan menjadikan akreditasi prodi sebagai persyaratan untuk melamar. “Kebanyakan perusahaan menjadikan akreditasi B untuk persyaratan melamar pekerjaan, sedangkan akreditasi kita masih C,” ungkapnya. Ketua Prodi Teknik Pertamba-

ngan (S1) sekaligus Ketua Jurusan Teknik Pertambangan, Dr. Remon Lapisa, M.Sc.Tech., mengungkapkan Prodi Teknik Pertambangan (S1) mulai berakreditasi C pada Januari tahun ini. “Prodi Teknik

, ‘

UNP sedang mendorong prodi berakreditasi C di UNP untuk melakukan reakreditasi. Kepala Biro Akademik dan Kemahasiswaan UNP Azhari Suwir, S.E.

Pertambangan S1 hanya kekurangan delapan poin dari jumlah yang ditetapkan untuk mencapai akreditasi B,” ujarnya, Jumat (15/9). Meski demikian, Tim Akreditasi Prodi Teknik Pertambangan (S1) telah mengajukan reakreditasi pada Maret 2017. “Segera setelah keluarnya hasil keputusan (akreditasi C-red), kami mengajukan kembali reakreditasi,” ungkapnya, Jumat (15/9). Remon mengatakan bahwa pro-

dinya telah menerima surat tanda terima reakreditasi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Hingga sekarang, Prodi Teknik Pertambangan (S1) masih menunggu pengecekan oleh BAN-PT. “Pengajuan sudah dikirim, tapi kita belum dicek,” katanya. Menanggapi hal tersebut, Kepala Biro Akademik dan Kemahasiswaan UNP, Azhari Suwir, SE., menjelaskan bahwa, saat ini, UNP sedang mendorong prodi berakreditasi C di UNP untuk melakukan reakreditasi. Lebih lanjut, Azhari menyampaikan bahwa dorongan yang diberikan pikak kampus kepada prodi terkait berupa bantuan finansial dan bimbingan teknis. “Setiap tahun itu, programkan untuk mendorong akreditasi prodi-prodi di UNP,” jelasnya, Senin, (23/10). Selain tiga prodi berakreditasi C, ada 16 prodi yang masih izin penyelenggaraan prodi baru, di antaranya Prodi Pendidikan Tari (S1), Prodi Pendidikan Musik (S1), dan sebagainya. Prodi tersebut merupakan prodi baru yang ada di UNP. Untuk mengajukan reakreditasi, prodi yang bersangkutan minimal harus berjalan dua semester. Dwi*, Tivani

Ikatan Keluarga Mahasiswa Bidikmisi (IKBM) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Padang (UNP) memungut Rp100.000 dari mahasiswa Bidikmisi TM 2013-2016. Hal ini merupakan program IKBM FIP kepengurusan 2016/2017. Pemungutan tersebut dilakukan satu kali dalam satu semester pada satu minggu setelah pencairan Bidikmisi. Uang disumbangkan ke panti asuhan dan masjid di Kota Padang. Mahasiswa Bidikmisi dari Jurusan Teknologi Pendidikan TM 2016, Rabiatul Adawiyah, setuju dengan pemungutan sumbangan tersebut. Ia sendiri sudah dua kali menyumbang. Namun, ia menyayangkan terkait kejelasan uang sumbangan. “Maunya diberikan rincian keuangannya, diberikan dokumentasinya, biar jelas ke mana pergi uangnya,” harapnya, Minggu (10/9). Sementara, Mahasiswa Bidikmisi dari Jurusan Administrasi Pendidikan TM 2015, Maisarah, mengatakan bahwa dia belum pernah menyumbang. Alasannya, dia tidak tahu harus membayar kepada siapa. “Karena banyak yang begitu, tu maleh se Sarah lai,” katanya, Jumat (19/10). Ketua IKBM FIP, Edy Irawan, mengatakan sumbangan digunakan untuk kegiatan sosial. Pada pungutan pertama, uang yang terkumpul Rp5 juta diserahkan ke Panti Asuhan Al-Hidayah Baipas Padang. Sementara, pada pungutan kedua, uang yang terkumpul Rp13,2 juta diserahkan ke sejumlah masjid di Padang, seperti Masjid Nurul Salam, Masjid Muhajirin, dan Masjid AlHikmah. Penyerahan dilakukan dua hari sebelum hari raya Idul Fitri. “Dana sudah kita habiskan karena tidak boleh kita pegang”, ucapnya, Kamis (14/9). Edy mengungkapkan bahwa laporan keuangan sudah disampaikan saat temu ramah mahasiswa Bidikmisi dengan pengurus IKBM pada April. Mahasiswa Bidikmisi bisa menemui pengurus IKBM langsung untuk membayarkannya. Namun, jika tidak, maka bisa lewat rekening. Ia merasa kecewa karena hanya 30 persen dari 100 persen mahasiswa Bidikmisi yang menyumbang. Meski demikian, tidak ada penerapan sanksi bagi mahasiswa yang tidak membayar. Ia berharap Wakil Dekan III FIP langsung menginformasikan agar semuanya ikut membayar. Wakil Dekan lll FIP, Drs. Zelhendri Zen, M.Pd., mengatakan bahwa program ini merupakan kegiatan positif karena akan menumbuhkan rasa sosial mahasiswa. Pemungutan sumbangan sudah disetujui dan dimusyawarahkan bersama. “Ketua IKBM tidak bisa bertindak sendiri tanpa ada musyawarah,” ungkapnya, Minggu (15/10). Zen juga mengatakan bahwa sumbangan tersebut bersifat imbauan. Jadi, tidak ada kewajiban untuk membayar. Bagi yang belum membayar, dia berharap hatinya bisa terketuk untuk membantu sesama. Kepala Biro Akademik dan Kemahasiswaan, Azhari Suwir, S.E., tidak mempermasalahkan pemungutan sumbangan asalkan ada surat edaran dari rektor. Jika tidak, maka pemungutan sumbangan tersebut bisa dinamakan pungutan liar. Ia menyayangkan jumlahnya ditentukan. “Padahal, yang namanya sumbangan tidak ada batasan jumlahnya. Jika ada batasan pasti akan ada yang merasa terpaksa. Jadi, sebaiknya jumlahnya tidak dibatasi, kalau dibatasi nanti bisa menjadi pungli.” ujarnya, Rabu (25/10). Eka, Niswa*

KILAS

Jalan Berlubang: Dua pengendara sepeda motor melewati jalan berlubang di samping Gedung Sport Science UNP, Sabtu (4/11). Menurut salah seorang pengendara jalan tersebut sangat membahayakan terutama saat hujan dan macet kerena tidak menyadari jika ada lubang. f/Akbar*

Angin Kencang: Sejumlah papan bunga berjatuhan akibat angin kencang di depan gedung Auditorium UNP, Minggu (12/11). f/Wildan


FEA TURE FEATURE

14

2017 Edisi No. 199/Tahun XXVIII

Berkah di Balik Reklamasi Mertasari Mertasari bersolek sejak Reformasi. Jika dulunya dikenal sebagai tempat sembahyang di Provinsi Bali dengan mayoritas penduduk berprofesi sebagai nelayan, sekarang telah menjadi tempat wisata. Mendatangkan berkah. Oleh Okta Vianof Jalan aspal yang ukurannya hanya muat dua mobil menemani perjalanan menuju Mertasari yang terletak di Pantai Sanur, Bali Selatan, Rabu (12/7). Tidak terasa hawa panas pantai perlahan kian menyengat meski di kiri dan kanan jalan terdapat deretan pohon rindang. Pantai Sanur memiliki garis pantai yang cukup jauh, sekitar 50 meter dari bibir pantai. Di bibir pantai terdapat karung berisi pasir yang berfungsi untuk memecah ombak. Tidak jauh dari sana terdapat seorang turis asing yang sedang bermain selancar layang. Turis tersebut berselancar dengan menggunakan paralayang yang ditarik menggunakan speedboot. Tidak teralu jauh dari tempat tersebut ada beberapa pohon pinus yang tumbuh berkelompok di sekitar pantai. Selain itu, juga terdapat hotel di sebalah kiri dari pintu masuk pantai. Mertasari dahulunya termasuk salah satu pelabuhan dan tempat sembahyang di Provinsi Bali. Sejak tahun 80-an, mayoritas masyarakat di daerah tersebut bekerja sebagai nelayan untuk

sumber ekonomi mereka. Putu Eka Juniawan, salah seorang karyawan toko Kubumoana, yang menyewakan berbagai peralatan surfing mengatakan bahwa sejak Mertasari mengalami reklamasi pada 2000, masyarakat setempat banyak yang memilih beralih profesi di bidang pariwisata. Hal ini dikarenakan bidang pariwisata dirasa jauh menjanjikan daripada menjadi nelayan. Putu mengungkapkan bahwa, setelah reklamasi Mertasari, nelayan mesti pergi ke tengah laut untuk memperoleh ikan. “Padahal, dulunya, tidak jauh dari bibir pantai sudah bisa dapat ikan banyak,” ungkapnya. Lebih lanjut, Putu menyampaikan bahwa kebanyakan dari para wisatawan yang datang ke Bali tidak hanya datang untuk menikmati wisata yang ada. Melainkan karena budaya yang masih kental dan dipertahankan masyarakat setempat. “Bukan karena pariwisata saja, melainkan untuk menikmati budaya Bali,” ungkapnya. Hal yang senada juga dibenar-

Bersepeda di Mertasari: Sejumlah wisatawan sedang bersepeda santai di sebuah jalan di Mertasari Bali, Rabu (12/7) Sejak reklamasi pada 2000, masyarakat setempat banyak yang beralih profesi dari nelayan ke bidang pariwisata. f/Okta

kan Nyoman Sukerta, salah seorang penjaga Taman Inspirasi Mertasari yang menjadi objek wisata di daerah tersebut. Dia menyampaikan bahwa penghasilan yang didapat saat ini lebih menjanjikan dibandingkan saat menjadi nelayan. “Kalau di pariwisata penghasilan lebih lumayan daripada jadi nelayan,” ungkapnya. Nyoman mengatakan, dahulunya, Taman Inspirasi Mertasari hanya tanah kosong yang memiliki banyak semak-belukar dan sampah. Oleh karena itu, desa adat bersepakat dengan masyarakat setempat untuk memba-

ngun taman di lahan kosong tersebut. Pada 2014, barulah dibangun Taman Inspirasi Mertasari. Setidaknya, butuh waktu dua tahun agar pembangunan bisa rampung. Untuk dapat memasuki Taman Inspirasi Mertasari, pengunjung dikenai tarif masuk sebesar Rp15.000 bagi anak-anak, dan Rp20.000 bagi dewasa. Di depan pintu masuk taman terdapat stand tempat penukaran tiket masuk dengan minuman. “Di stand tersebut, pengunjung diminta memperlihatkan tiket dan menukarkannya dengan minuman,” ungkap Nyoman.

Taman Inspirasi Mertasari biasanya ramai pada akhir bulan Juli dan juga akhir tahun. Wisatawan yang hadir berasal dari berbagai provinsi di Indonesia, seperti Kalimantan dan Sumatera, serta wisatawan asing. “Untuk wisatawan asing paling banyak itu dari Cina,” jelasnya. Ketut Mancrut (25), wisatawan asal Nusa Penida, mengatakan bahwa Taman Inpirasi Mertasari sangat cocok untuk tempat refreshing karena wisatanya menarik. “Tempat ini bagus dikunjungi kalangan usia, baik remaja, anak-anak, serta dewasa,” tegasnya.

Istana Siak, Berwisata Sambil Mengenal Sejarah Jika dulunya Istana Siak merupakan tempat kediaman raja, maka sekarang sudah menjadi tempat wisata. Di dalamnya banyak terdapat benda bersejarah. Salah satunya alat musik Komet yang hanya ada dua di dunia. Oleh Laila Marni Istana Asserayah Hasyimiyah atau lebih dikenal Istana Siak merupakan istana yang dibangun oleh Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin pada 1889. Istana Siak terletak di Kabupaten Siak Sri Indrapura, Riau. Kabupaten ini memang sedang bergiat dengan pariwisatanya. Jika dari Pekanbaru, pengunjung membutuhkan waktu sekitar dua jam untuk sampai ke Istana Siak bila menggunakan transportasi darat. Meski demikian, untuk sampai ke Siak, ada alternatif lain yang bisa dipilih, yaitu naik speed boad dari Pelabuhan Pelita Pantai. Ganto berkunjung ke Istana Siak, Minggu (16/7). Menurut Azizah, salah seorang masyarakat Siak, ada peraturan yang melarang masyarakat untuk membuat bangunan melebihi dua tingkat. Alasannya, karena istana adalah tempat yang dimuliakan, peraturan itu dijalani masyarakatnya. Memang, tak

Istana Siak: Istana yang memiliki nama lain Istana Asserayah Hasyimiyah ini berada di Kabupaten Siak Sri Indrapura Riau. Istana ini didirikan pada 1889 oleh Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin, Minggu (16/7). f/Laila

ada bangunan yang bertingkat dua di Siak ini. Sesampainya di Istana Siak, beberapa pengunjung tampak berjalan di halamannya. Pengunjung disambut replika elang yang seolah menyorot tajam. Sebelum sampai di pintu istana, terhampar taman didominasi warna hijau rerumputan yang terawat dan beberapa pohon kelapa membuat istana begitu asri dan nyaman. Di belakang istana berdiri Kapal Kato Raja Siak yang dulunya digunakan oleh raja Siak untuk mengunjungi rakyatnya.

Selain dari mata elang itu, pengunjung akan disambut dua orang berpakaian khas Melayu dengan senyum di wajah. Mereka mempersilahkan pengunjung untuk melihat seluk-beluk istana mulai dari ruangan dan bendabenda bersejarah. Ganto memasuki ruangan istana dan terlihat jelas sebuah ruangan yang terkesan amat mewah. Namanya ruangan Kursi Gading. Ada juga ruangan untuk sidang kerajaan dan sering juga digunakan untuk ruang pesta. Ganto pun melihat beberapa repli-

ka manusia yang sedang melaksanakan rapat dengan menggunakan baju khas Melayu. Selain ruangan itu, ada pula hal unik yang dimiliki istana yaitu tangga spiral yang memiliki mitos menurut cerita masyarakat. Bila kita naik dan turun tangga akan berbeda. Ganto kembali menemukan hal yang unik yaitu Cermin Ratu Agung yang memiliki mitos. “Siapa yang bercermin di sana akan membuatnya awet muda dan cantik,” ujarnya. Selain itu, ada juga lemari besi yang sampai

saat ini belum bisa dibuka walaupun sudah mendatangkan orang yang ahli kunci. Hingga saat ini, lemari besi itu menjadi misteri karena tidak diketahui isinya. Setelah melihat benda-benda unik yang Ganto sebutkan di atas, ada sesuatu tak kalah menarik mata pengunjung, yakninya komet. Komet merupakan sejenis gramafon raksasa terbuat dari tembaga dengan piring garis tengah satu meter dari bahan kuningan dapat mengeluarkan bunyi-bunyian musik klasik karya Beethoven, Strauss, dan Mozart. Alat musik ini buatan Jerman. Komet hanya dua buah di dunia, di Jerman dan di Istana Siak. Istana siak, sebuah tempat yang dulunya adalah tempat tinggal raja sekarang menjadi tempat wisata yang mempunyai banyak sejarah. “Saya merasa beruntung sempat mengunjungi tempat ini,” tutur Ayu Lestari, pengunjung yang datang dari Makassar. Selain Istana Siak, destinasi wisata lainnya yang ada di Kabupaten Siak Sri Indrapura, yaitu Tangsi Belanda yang berada di desa kampung benteng hulu. Tangsi Belanda ini berdiri semenjak tahun 1880 Masehi. Untuk sampai ke tangsi belanda itu ganto melewati jembatan yang diberi nama Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah. Jembatan itu menjembatani antara Kota Siak dan dengan kecamatan Mempura. Juga menjadi salah satu objek untuk berfoto oleh para wisatawan, hususnya pada malam hari.


2017 Edisi No. 199/Tahun XXVIII

15

TELUSUR

Palai Bada, Makanan Lezat Khas Minangkabau

Memasak Palai Bada: Seorang pedagang sedang memasak palai bada di kedainya di Jalan Ampang Raya Padang, Jumat (8/9). Palai bada merupakan makanan khas Minangkabau. f/Irza*

Jikok adiak pulang ka rumah Jan lupo ganti sarawa Jikok adiak salero patah Cubo makan si palai bada Oleh Irza Ade Suarni* Demikianlah bunyi salah satu bait pantun Minangkabau. Pantun tersebut memuji betapa lezatnya si palai bada, makanan khas Minangkabau, yang dapat mengembalikan selera makan yang hilang. Ya, Sumatra Barat tidak hanya memiliki kuliner rendang,

tapi juga makanan khas lainnya. Salah satunya palai bada. Sesuai dengan namanya, palai bada terbuat dari bahan dasar ikan bada, sejenis ikan teri. Kemudian, dicampur dengan kelapa parut dan berbagai rempah-rempah pilihan, seperti

asam belimbing, cabai, daun kunyit, daun kemangi, dan sebagainya. Seluruh bahan tersebut lalu dibungkus dengan daun pisang untuk selanjutnya dibakar di atas serabut kelapa. Setidaknya, perlu waktu sekitar 20 menit agar palai bada bisa matang sempurna. Penyanyi Sumbar, Elly Kasim, pernah menyanyikan lagu Palai Bada, karya M. Gaus pada 70-an. Palai bada merupakan makanan pedamping nasi yang digemari oleh masyarakat Sumbar. Hal ini dibuktikan dengan

masih banyaknya penjual atau pedagang palai bada yang terdapat di pinggir-pinggir jalan di Kota Padang. Salah satunya di Jalan Ampang Raya Kelurahan Ampang Kecamatan Kuranji Kota Padang. Di sepanjang jalan terdapat beberapa warung yang menjual palai bada. Yeni (48), salah seorang penjual palai bada mengatakan bahwa ia telah sepuluh tahun lebih menjual makanan khas Minangkabau tersebut. Meski pada awalnya usaha ini merupakan usaha dari ibunya, tapi Yeni tetap tekun bekerja. “Sekarang, saya yang melanjutkan karena ibu sudah tua,” ungkapnya, Jumat (8/9). Yeni mengaku warung tempatnya berjualan bukanlah warung miliknya sendiri melainkan warung yang dia sewa Rp15.000 per harinya. Di depan warung, terdapat etalase kecil terbuat dari plastik yang diletakan di atas meja tempat dia meletakkan dagangan. Di sebelah meja juga terdapat dua buah panganggan panjang tempat memanggang palai bada. Ada berbagai macam rasa palai bada yang Yeni tawarkan. Ada palai bada dengan rasa pedas. Ada pula palai bada yang terbuat dari campuran sayur sehingga rasanya tidak terlalu pedas. Alhasil, cocok untuk pembeli yang tidak menyukai makanan pedas. Yeni membuka warung dari

pukul sebelas siang sampai enam sore. Dia mengatakan dalam rentang waktu tersebut, lebih dari seratus bungkus palai bada yang dapat ia buat. Yeni mengaku dalam sehari dapat memperoleh Rp1.500.000. Uang tersebut sudah termasuk dengan modal yang harus Yeni keluarkan sekitar Rp1.000.000 per harinya untuk membuat seratus bungkus palai bada. Saat bulan puasa, kata Yeni, keuntungan yang didapatkan akan lebih besar dari hari-hari biasa. Hal itu dikarenakan banyak orang perantau yang pulang kampung dan melepas rindu dengan makan makanan khas dari kampung halamannya, yaitu palai bada. Untuk membuat seratus palai bada, Yeni membeli ikan bada tersebut dari penjual yang biasa datang ke warungnya. Dalam sehari, kata Yeni, dibutuhkan seember ikan bada untuk diolah. Terkadang, dia juga membelinya di pasar apabila tidak ada pasokan dari penjual ikan tersebut. Tidak hanya palai bada, wanita asal Solok ini juga menjual makanan lain. Ada ikan asin. Ada pula berbagai jenis rakik, seperti rakik maco, rakik kacang, dan sebagainya. Serta, ada pula lompong sagu, makanan yang terbuat dari sagu dan dicampur kelapa parut dengan gula merah di dalamnya yang terbungkus oleh daun pisang dan dibakar di atas serabut kelapa.

RAGAM

Berani Mencari Pengalaman “Dalam hati, ada rasa kecewa dan merasa bersalah pada hari pengumuman. Akan tetapi, setelah berlalu hal tersebut berusaha saya ikhlaskan dan mengambil hikmah dari setiap kegiatan. Walaupun saya tidak membawa piala dan kejuaraan, namun saya merasa bangga dan bersyukur dengan pengalaman yang didapatkan.” Oleh Laila Tusa’diyah Mahasiswa Jurusan Pendidikan luar Sekolah TM 2014 Berawal informasi dari kampus, saya pun mengikuti pendaftaran seleksi mahasiswa untuk mengikuti Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Mahasiswa Nasional 2017 di Universitas Negeri Malang (UM) dan Universitas Brawijaya (UB). Saya tertarik karena hal itu merupakan impian saya sejak tiga tahun lalu. Pada 2015 lalu, saya pernah mengikuti seleksi MTQ Mahasiswa Nasional di Universitas Indonesia. Sayangnya, saya belum berhasil terpilih menjadi perwakilan UNP untuk MTQ tersebut. Pada tahun ini, saya mencoba keberuntungan saya kembali untuk mengikuti seleksi MTQ Mahasiswa Nasional di Universitas Negeri Malang pada 28 Juli-4 Agustus 2017. MTQ Mahasiswa Nasional ini membuka 13 cabang musabaqah, yaitu cabang Tilawah Quran, Tartilil Quran, Hifzil Quran 5 juz, Hifzil Quran 10 juz, Qira’at Sab’ah, dan sebagainya. Dari 13 cabang dilombakan, saya memilih cabang Tartilil Quran karena saya yakin

pada cabang tersebut. Dengan kayakinan dan kerja keras, pada akhirnya, saya terpilih sebagai perwakilan UNP untuk cabang Tartilil Quran. Setelah seminggu diadakan seleksi, barulah diadakan training center bagi kafilah UNP sampai diberangkatkan ke UM dan UB untuk mengikuti MTQ. Akhirnya, sampailah pada hari saya tunggu. Tepatnya, Rabu (26/7), saya dan kafilah UNP lainnya pergi ke Kota Malang. Kafilah UNP yang didampingi sejumlah official berangkat pukul lima pagi dari UNP menuju Bandara Internasioanl Minangkabau. Suasana dingin dan sejuk di Kota Malang membuat kami merasa kedinginan. Karena pergantian cuaca Padang yang suhunya dapat dikatakan panas, dengan suhu dingin di Kota Malang yang mencapai delapan belas derajat celcius. Tempat penginapan para kafilah berada di Universitas Islam Negeri Malang sekitar 1 km dari tempat perlombaan.

Foto Bersama: Kafilah UNP foto bersama di depan mimbar utama MTQ Mahasiswa Nasional 2017 di Universitas Brawijaya, Senin (31/7). Selain di Universitas Brawijaya, MTQ Mahasiswa Nasional 2017 digelar di Universitas Negeri Malang. f/doc

MTQ Mahasiswa Nasional ini diikuti mahasiswa dari Sabang sampai Merauke, yaitu sebanyak 245 universitas. Dari sekian ribu peserta yang mengikuti cabang perlombaan hanya dipilih enam besar, yakni juara 1, juara 2, juara 3, juara harapan 1, juara harapan 2, dan juara harapan 3. Tibalah saatnya saya harus tampil pada cabang lomba Tartilil Quran, Kamis (31/7), bertempat di UB Gedung Rektorat lantai dua, yaitu UB TV Universitas Brawijaya. Hal tersebut adalah hal menyenangkan dan membuat berdebar. Hal ini karena UB merupakan kampus pertama saya kunjungi di luar Kota Padang. Saya berjanji pada diri sendiri harus menampilkan penampilan yang maksimal. Sampai akhirnya

panitia mengumumkan hasil nilai akhir untuk peserta yang tampil pada hari itu. Tidak disangka saya memperoleh nilai 92,50, nilai kedua yang paling tinggi pada hari itu. Sementara, untuk nilai tertingi, adalah 93,00. Sayangnya, saat hasil diumumkan saya belum beruntung untuk menjadi peserta finalis pada MTQ Mahasiswa Nasional 2017. Dan tidak berkesempatan untuk tampil kembali dalam kegiatan ini. Dalam hati ada rasa kecewa dan merasa bersalah pada hari pengumuman. Akan tetapi, setelah berlalu hal tersebut berusaha saya ikhlaskan dan mengambil hikmah dari setiap kegiatan. Rabu (2/8), hari final bagi peserta yang berhasil lolos. Hari berikutnya, Kamis (3/8), peserta

MTQ dibolehkan jalan-jalan mengunjungi tempat wisata di Kota Malang. Para kafilah UNP memilih tempat wisata Pasar Apung dan Kebun Apel yang ada di Kota Malang. Itu adalah pertama kali saya menjajaki Kota Malang yang disebut Kota Apel. Setelah selesai berwisata para kafilah UNP kembali pulang ke kampung halaman. Walaupun saya tidak membawa piala dan kejuaraan, namun saya merasa bangga dan bersyukur pada diri saya sendiri. Dalam perjalanan ini, saya dapat dipertemukan dengan bapak, ibu pendamping yang baik dan peduli serta merasakan kebersamaan dengan teman-teman sesama kafilah, bapak, dan ibu pedamping. Pengalaman ini tidak akan pernah saya lupakan.


TEROPONG

16

2017 Edisi No. 199/Tahun XXVIII

Semester 9, Tak Ada Beda untuk UKT Mahasiswa semester sembilan keberatan dengan pemberlakuan sistem Uang Kuliah Tunggal (UKT). Hal ini dikarenakan mahasiswa semester sembilan hanya mengambil satu atau dua mata kuliah pada semester tersebut.

Mengerjakan T ugas Tugas ugas: Dua orang mahasiswa sedang mengerjakan tugas di Ruang C04 Gedung FMIPA UNP, Rabu (8/11). Kepala BAK UNP, Azhari Suwi, S.E., berharap para dosen dapat membimbing dan mengawasi mahasiswa dalam kegiatan akademik. f/Finny*

Sanksi untuk Tindakan Plagiat Tindakan plagiat masih menjamur di Universitas Negeri Padang (UNP). Perilaku tersebut berupa kopi-paste tugas, makalah, dan laporan. Kondisi ini diperparah dengan adanya kemajuan teknologi sehingga mempermudah mahasiswa untuk mendapatkan informasi. Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, Rani Fransisco, mengatakan bahwa banyaknya tugas dari dosen di tengah jadwal kuliah yang padat juga menjadi salah satu faktor pendorong mahasiswa melakukan tindakan plagiat. “Terkadang dosen hanya sekedar melarang, namun tidak memeriksa dengan sungguhsungguh,” ujarnya, Rabu (27/9). Sementara, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Paud TM 2014, EA, mengakui bahwa ia pernah melakukan tindakan plagiat berupa kopi-paste tugas dari internet. Ia tidak sempat ke perpustakaan karena padatnya jadwal kuliah dan banyaknya tugas. “Sebenarnya, memang kesalahan saya yang tidak bisa mengatur

waktu.” ujarnya, Rabu (11/10) “Luar biasa,” ujar Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Dadi Satria, S.Pd., M.Pd., terkait tindak plagiat di UNP saat ini, Rabu (20/9). Terkadang, jelas Dadi, makalah yang ada di internet tidak semua benar. Perlu ada pemeriksaan latar belakang dari penulis serta memastikan buku yang dicantumkan dalam makalah benar-benar ada. “Tidak semua yang ada pada internet itu benar seratus persen” ujarnya. Menurut Dadi, salah satu solusi untuk meminimalisir tindakan plagiat yaitu dengan cara memberikan tugas dengan menentukan buku panduannya. Ia juga menjelaskan, jika ada mahasiswanya yang melakukan tindakan plagiat, maka akan diberikan peringatan sebagai tindakan awal. Dadi akan menindaklanjuti mahasiswa tersebut apabila masih melakukan kesalahan serupa. Menanggapi hal itu, Kepala Biro Akademik dan Kemahasiswaan UNP, Azhari Suwir, S.E., menyayangkan adanya perilaku

tersebut. Plagiat, kata Azhari, merupakan tindakan yang tidak dapat ditoleransi di UNP. “Tidak ada alasan. Itu sama saja mencuri,” tegasnya. Senin, (23/10). Lebih lanjut, Azhari berharap dosen dapat membimbing, mengawasi, dan memantau mahasiswa dalam kegiatan akademik. Berdasarkan Peraturan Akademik UNP Pasal 19 Ayat 9 tentang Sanksi Akademik dijelaskan bahwa mahasiswa dinyatakan tidak lulus dan ditangguhkan kegiatan akademiknya maksimal dua semester jika terbukti melakukan plagiat makalah, laporan, proyek akhir, tugas akhir, skripsi, tesis, dan disertasi milik orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Apabila terbukti melakukan plagiat setelah nilai lulus diberikan, maka nilai tersebut dibatalkan. Selanjutnya, pada Ayat 10 dijelaskan bahwa apabila mahasiswa diketahui setelah mahasiswa diwisuda, maka ijazah yang bersangkutan dapat dibatalkan dengan keputusan Rektor UNP. Arrasyd, Deby*

UNP T olak HTI Tolak Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) merupakan sebuah organisasi masyarakat (ormas) yang masuk ke Indonesia sejak 1983. Ormas ini mengajarkan pahamnya ke berbagai kampus di Indonesia. Pemerintah resmi membubarkan HTI melalui Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 2 Tahun 2017 karena dianggap bertentangan dengan ideologi negara, yakni Pancasila. Wakil Rektor III Universitas Negeri Padang (UNP), Prof. Dr. Ardipal, M.Pd., menjelaskan bahwa, sejak dibubarkan pemerintah, HTI dilarang berkegiatan di UNP. Kata Ardipal, UNP sebagai perguruan tinggi yang berada di bawah Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi tunduk pada peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah. “Mahasiswa tidak boleh mengikuti politik praktis,” ujarnya, Kamis (26/10). Meski demikian, UNP masih

memperbolehkan mahasiswa untuk mempelajari konsep khilafah yang diusung HTI. Ardipal berharap mahasiswa bersikap kritis dalam menyingkapi berbagai aliran atau paham yang muncul di Indonesia. Kritis di sini dalam artian ilmiah, yakni memiliki dasar dan argumentasi ilmiah yang baik. “Mengkajinya sebagai ilmu boleh. Jadi, mahasiswa punya ilmu yang banyak,” katanya. Ardipal menjelaskan bahwa, jika ada mahasiswa yang masih ikut HTI, maka akan ditindak sesuai Statuta UNP. Sanksi diberikan secara bertahap. “Mahasiswa tersebut akan dipanggil, dibina, diskors sekian semester, tahap terakhir apabila masih berkegiatan akan diberhentikan. Itu membutuhkan proses,” tegasnya. Bukan hanya mahasiswa, sanksi juga diberikan kepada dosen yang mengikuti ormas ini.

Lebih lanjut, Ardipal mengatakan bahwa mahasiswa diperbolehkan untuk mengikuti organisasi yang bisa meningkatkan iklim akademik kampus. Jika tidak, tegasnya, maka organisasi tersebut dilarang. “Bukan hanya HTI. Selagi kegiatan itu bertentangan dengan falsafah kita dan keyakinan kita (komunisme-red), itu kita larang,” ujarnya. Salah seorang Mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Negara TM 2016, Putra, setuju UNP dilarang berkegiatan di UNP. Hal ini dikarenakan HTI menyebarkan paham yang bertentangan dengan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. “Aktivitas yang dilakukan HTI dinilai telah menimbulkan kontradiksi di masyarakat yang dapat mengancam ketertiban dan keamanan masyarakat serta membahayakan keutuhan NKRI,” katanya, Senin (16/9). Fakhruddin, Agus*

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia TM 2013, Wike Perdana Sari, misalnya. Ia mengatakan bahwa, pada semester ini, hanya mengambil mata kuliah skripsi. “Semester sekarang, UKT saya masih tetap Rp4 juta. Padahal, hanya untuk menyelesaikan satu mata kuliah saja,” ujarnya, Rabu (18/ 10). Menurut pengakuan Wike, salah seorang temannya pernah mengurus penurunan UKT semester sembilan ke pihak kampus. Temannya tersebut diminta untuk melengkapi berbagai berkas, seperti foto rumah, pekerjaan orangtua, dan sebagainya. “Berbagai berkas sudah dilengkapi teman saya, namun hasilnya nihil,” jelasnya.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Biro Akademik dan Kemahasiswaan UNP, Azhari Suwir, S.E., menyampaikan bahwa tidak ada penurunan UKT bagi mahasiswa semester sembilan. Hal ini dikarenakan UNP menganut sistem UKT, bukan sistem Satuan Kredit Semester. Universitas yang yang menggunakan sistem UKT mewajibkan mahasiswanya untuk membayar uang kuliah sesuai dengan UKT yang ditetapkan pada awal perkuliahan. Meski demikian, Azhari mengatakan bahwa mahasiswa UNP dapat mengajukan permohonan penurunan UKT dikarenakan beberapa hal, seperti orang tuanya meninggal, mengalami Pemutusan Hubungan Kerja, atau bangkrut. “Dan, itu harus dibuktikan dengan surat yang bisa dipertanggungjawabkan,” tegasnya, Senin (23/10). Untuk pengajuan permohonan tersebut, mahasiswa UNP dapat mengajukannya kepada Wakil Rektor II UNP dengan terlebih dahulu. Ke depannya, lanjut Azhari, mahasiswa semester sembilan tetap diwajibkan untuk membayar UKT penuh. Hal ini juga berlaku untuk mahasiswa di atas semester tersebut. Wildan, Hega*

Tahun ini, UNP Hany a Hanya Dapat Kuota 425 PKM Tahun ini, Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Kementerian Riset, teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) memberlakukan sistem klaster untuk pengiriman proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bagi perguruan tinggi. Klaster tersebut terbagi atas lima bagian dengan jumlah kuota PKM yang berbeda-beda. Untuk klaster pertama 700 PKM, klaster kedua 425 PKM, klaster ketiga 175 PKM, klaster keempat 50 PKM, dan klaster kelima 10 PKM. Universitas Negeri Padang sendiri berada pada klaster kedua dengan jumlah kuota 425 PKM. Ketua Umum Unit Kegiatan Pusat Pengembangan Ilmiah dan Penelitian Mahasiswa (PPIPM) UNP, Iim Abdul Rohim, menyampaikan bahwa latar belakang penerapan sistem klaster pada PKM tahun ini dikarenakan untuk penertiban dalam proses administrasi, dan pengurangan dana untuk PKM dari Kemenristek Dikti. “Ketika ngak ada klaster dan tak ada seleksi internal, proposal PKM yang masuk ke situs Simbelmawa, mau proposal yang udah jadi atau belum, masuk ke sana semua,” ungkapnya, Senin (23/10). Untuk pembagian klaster sendiri, kata Iim, dilihat dari program kerja serta suatu perguruan tinggi di bidang PKM. “Itulah yang melandasi UNP berada di klaster kedua,” jelasnya. Menanggapi hal tersebut, Wakil Rektor III, Prof. Ardipal, M.Pd., mengatakan bahwa, pada tahun lalu, tidak ada satu pun PKM dari UNP yang lolos Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS). Untuk meningkatkan kualitas dan kualitas PKM, UNP

, ‘

Hal ini diharapkan dapat mendorong mahasiswa untuk membuat PKM dengan sungguh-sungguh. WR III UNP Prof. Ardipal, M.Pd.

berupaya memberikan pemahaman kepada mahasiswa terkait format penulisannya yang benar sesuai ketentuan Dikti. UNP mengimbau Wakil Dekan III masing-masing fakultas untuk mengadakan pelatihan kepada mahasiswa guna memberikan arahan dalam penulisan PKM yang benar. “Setelah dari fakultas, kemudian diadakan juga di tingkat universitas untuk menghadirkan narasumber,” ungkapnya, Jumat (27/10). Rencananya, mahasiswa yang PKM-nya berhasil lolos PIMNAS akan diusahakan untuk dapat lulus dari UNP tanpa perlu membuat skripsi sebagai syarat kelulusannya dengan nilai maksimal A. Hal ini diharapkan mendorong mahasiswa untuk membuat PKM dengan sungguh-sungguh. “Ini untuk memotivasi. Agar tidak asal-asal buat,” ungkapnya. Kata Ardipal, PKM yang terkumpul akan melalui tahap seleksi internal oleh UNP yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa yang telah berpengalaman dalam membuat PKM sesuai dengan bidangnya. “Mereka yang nanti menyeleksi PKM dan memilih menjadinya 425. Baru dikirim lagi,” terangnya. Informasi terkait tahapan peng-upload-an bisa dilihat di situs unp.ac.id. Putri


TEROPONG

2017 Edisi No. 199/Tahun XXVIII

17

Mahasiswa Kampus Cabang Butuh Bus Antar-Jemput Spanduk Sosialisasi: Seorang pejalan kaki sedang melintas di depan spanduk sosialisasi Pemilu Presma BEM UNP 2017 di dekat GOR UNP,Sabtu (11/11). Berdasarkan SK MPM, masa kerja BEM UNP periode 2016/2017 telah berakhir pada 3 Juni 2017 lalu. f// Akbar*

Pemilu Pr esma Digelar Desember Presma Berdasarkan Surat Keputusan Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM), masa kerja Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Padang (UNP) periode 2016/2017 telah berakhir 3 Juni 2017. Meski demikian, sampai saat ini, MPM UNP belum mengadakan Pemilihan Umum (Pemilu) Presiden Mahasiswa (Presma) BEM periode berikutnya. Muhammad Haris Sabri selaku Presma UNP 2016/2017 mengatakan bahwa program kerja BEM UNP periode 2016/2017 sudah selesai pada bulan Mei. Sejak masa kerja berakhir 3 Juni, ia beserta stafnya sedang fokus mengurus akademik. Hal ini karena banyak menteri BEM UNP yang telah diwisuda. BEM UNP hanya menunggu keputusan dari MPM. Dia berharap MPM mempercepat pemilu karena imbasnya pada fungsi BEM itu sendiri. “Jika MPM belum juga melakukan suksesi dan peremajaan kelembagaan, maka pengurusan BEM yang baru tidak akan terpilih,” jelasnya, Rabu (13/9). Syukran Novri Arpan selaku Ketua Umum MPM 2016/2017

menjelaskan kendala Pemilu Presma belum digelar karena adanya perkuliahan di bulan puasa dan agenda Musyawarah Mahasiswa pada Mei lalu. “Oleh karena itu, pemilu presma diundur pelaksanaannya,” jelasnya, Rabu (13/9). Satria Oktavianus selaku Ketua Umum MPM 2017/2018 menjelaskan bahwa pelaksanaan pemilu mempunyai tahapan-tahapan tertentu. Karena dilantik Minggu (15/9), MPM telah mengadakan rapat Program Kerja (Proker). Tahap awal MPM sudah membicarakan mengenai amandemen petunjuk pelaksanaan pemilu termasuk aturan bagaimana jalannya pemilu. “Komisi III sebagai penyelenggara pemilu BEM UNP sudah membuat rancangan dan akan dirapatkan di internal mereka dan segera diparipurnakan. Persiapan MPM hanya terkait regulasi dan masalah pembentukan TPU dan Banwaslu belum sampai ke situ,” jelasnya, Rabu (11/10). Terkendalanya terkait masalah proker MPM baru harus diajukan ke pihak rektorat dan juga masalah realisasi anggaran pemi-

lu BEM UNP serta persiapan proker yang lain. Satria telah menugaskan semua komisi membuat proker untuk satu tahun ke depan, terutama Komisi III. “Persiapannya harus matang karena banyak pihak yang akan terlibat baik yang di kampus pusat maupun di kampus cabang. Dari MPM memperkirakan jika tidak ada halangan pemilu akan diadakan pada akhir November, kalau ada halangan kita geser ke awal Desember. Hal ini juga melihat partisipasi mahasiswa dalam pemilu, maka harus dipertimbangkan tanggal dan bulan yang tepat,” tutupnya. Untuk sidang Laporan Pertanggung-jawaban sendiri telah dilaksanakan oleh BEM, Minggu (22/10). Selain itu, MPM telah membentuk Panitia Pemilu yang terdiri dari delegasi MPM dan BEM fakultas selingkungan UNP. Sementara, untuk Panitia Pengawas Pemilu terdiri dari delegasi Unit Kegiatan Mahasiswa dan BPM fakultas selingkungan UNP. Terkait Pemilu sendiri, rencananya diselenggrakan pada Desember. Putri, Mona*

Universitas Negeri Padang (UNP) memiliki beberapa kampus cabang, baik di dalam maupun di luar Kota Padang. Untuk menunjang aktivitas perkuliahan, mahasiswa kampus cabang membutuhkan bus antarjemput sebagai alat transportasi dari kampus cabang ke kampus pusat. Demikian pula sebaliknya. Mahasiswa UPP IV Limau Manis, Jurusan Pendidikan Luar Biasa TM 2015, Mersy Mai Yenti Putri, misalnya. Ia merasa terbebani dengan biaya yang dikeluarkan saat mengikuti kuliah di kampus pusat. Mersy berharap pihak kampus menyediakan buas antar-jemput bagi mahasiswa kampus cabang. “Mungkin, saat ini, UNP hanya menyediakan bus kampus untuk di kampus pusat saja,” katanya, Rabu (13/09). Mahasiswa UPP III Ulu Gadut, Jurusan PGSD TM 2016, Nella Armainia, mengatakan bahwa dia kesulitan untuk mengikuti organisasi di kampus pusat. Ia harus berpikir dua kali setiap kali mengikuti kegiatan organisasi di kampus pusat. “Harapan Nella, ada satu bus UNP yang standbye di kampus cabang. Jadi, kalau ada event-event besar, tidak kesulitan transportasi,” ujarnya, Kamis (14/09). Mahasiswa UPP V Bukittinggi, Jurusan Psikologi TM 2016, Lidia Afrianti, juga mengharapkan hal serupa. Ia mengungkapkan bahwa, untuk mengikuti kegiatan di kampus pusat, bus pariwisata pun disewa. Padahal, UNP mempunyai bus kampus. “Yang penting kampus bisa menyediakan transportasi untuk kampus cabang agar tidak menyewa lagi,” ungkapnya, Kamis (14/09). Menanggapi itu, Kepala Subbagian Rumah Tangga UNP, Endri, S.T., menyampaikan UNP memiliki 4 bus, yaitu 2 bus besar dan 2 bus kecil. Sementara, untuk pengadaan bus khusus bagi mahasiswa kampus

cabang, pihak kampus belum memberikan instruksi. “Kami bersedia saja menyediakan kalau sudah ada perintahnya,” ungkapnya, Selasa (17/10). Lebih lanjut, Endri mengatakan bahwa mahasiswa yang membutuhkan bus untuk perkuliahan bisa membuat surat izin peminjaman kepada Wakil Rektor (WR) II UNP terlebih dahulu. Setelah disetujui WR II UNP, pihak perlengkapan baru bisa meminjamkan bus. “Jika untuk keperluan perkuliahan dipinjam secara gratis. Namun, sesuai disposisi WR II ,” ujarnya. Wakil Rektor (WR) II UNP, Drs. Syahril, S.T., M.Sc, Ph.D., mengatakan bahwa saat ini UNP belum bisa menyediakan bus antar-jemput yang khusus diperuntukkan bagi mahasiswa kampus cabang. Meski demikian, ia menjelaskan bahwa mahasiswa kampus cabang bisa meminjam bus secara gratis. Persyaratannya, bus dipakai untuk keperluan perkuliahan atau organisasi saat jam dinas berlangsung. Lebih lanjut, Syahril menjelaskan bahwa prosedurnya yaitu mengajukan surat peminjaman kepada WR II UNP dengan mencantumkan keterangan waktu sampai kapan bus tersebut digunakan serta diketahui oleh dekan dari fakultas masing-masing. Jika di luar jam dinas, maka mahasiswa tersebut dikenakan biaya bensin, sewa sopir, dan perawatan bus. Hal ini juga berlaku bagi mahasiswa di kampus pusat.”Akan kita layani selagi bus tersebut ada,” ungkapnya, Rabu (8/11). Oktri, Yatri*

kan. Saat ini yang kami butuhkan gudang penyimpanan,” ujarnya, Selasa (12/9). Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua Unit Kegiatan Komunikasi dan Penyiaran (UKKPK), Tri Aryo Ikhsan. Ia mengatakan bahwa inventaris UKKPK seperti arsip masih disimpan di PKM lama. Selain itu, Tri juga mengeluhkan sarana dan prasarana di Gedung Student Center, seperti wifi yang belum tersedia. Sementara itu, Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) belum pindah ke gedung baru. Ketua MPM, Satria Oktavianus, Rabu (11/10), mengungkapkan bahwa alasan MPM belum pindah karena ruangan yang dianggap tidak memadai, adanya pelaksanaan program kerja seperti Pemilihan Umum Badan Eksekutif Mahasiswa UNP, dan sebagainya. Kepala Biro Akademik dan Kemahasiswaan UNP, Azhari Suwir, SE., mengatakan bahwa semua UKM harus pindah ke Ge-

dung Student Center. Saat ini, pihak kampus juga mengupayakan gudang bagi UKM untuk menyimpan inventaris organisasi yang masih berada di PKM lama. “Menunggu anggaran 2018 dulu,” terangnya, Senin (23/10). Lebih lanjut, Azhari mengatakan pihak kampus menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan, seperti petugas keamanan, tenaga kebersihan, tong sampah, membuat kode etik mahasiswa, dan tata cara pemanfaatan Gedung PKM. Azhari berharap mahasiswa dapat mematuhi aturan yang telah dibuat. Bagi UKM yang berkegiatan sampai malam, harus meminta izin dulu ke pihak kampus demi menjaga keamanan dan ketertiban. Kepala Subbagian Rumah Tangga UNP, Endri, ST, menjelaskan bahwa wifi di Gedung Student Center, sedang dalam proses penyambungan ke wifi center yang ada di UNP. “Untuk wifi sedang dalam penanganan,” ungkapnya, Selasa (17/10). Lutfi, Sindya*

Pr obl em Gedung Student Cent er Probl oblem Center Kendala Gedung Baru: Gedung Student Center merupakan salah satu dari sebelas gedung baru di UNP. Gedung ini masih memiliki beberapa problem mulai dari tidak adanya wifi, inventaris organisasi masih di PKM lama, hingga adanya UKM yang belum pindah, Kamis (9/11) . f/Akbar

Gedung Student Center merupakan satu dari sebelas gedung baru Universitas Negeri Padang (UNP) yang diresmikan Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla, pada Juli lalu. Meski sudah ditempati mahasiswa sejak Agustus, Gedung Pusat Kegiatan Maha-

siswa (PKM) ini masih memiliki beberapa problem. Mulai dari inventaris organisasi masih di PKM lama, tidak adanya wifi, hingga adanya Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) belum pindah. Ketua Umum Pramuka, Lusi Yulanda, mengatakan bahwa

Sekretariat UKM Pramuka di Gedung Student Center tidak memadai untuk memuat seluruh inventaris organisasi. Akibatnya, inventaris tersebut masih berada di PKM lama. “Tendatenda, terpal, dan barang-barang lainnya belum dipindah-


INTER

18

2017 Edisi No. 199/Tahun XXVIII

UKO

UPT PKK

Torabika Cup 2017

Expo Kewirausahaan 2017 Unit Pengelola Teknis (UPT) Pengembangan Karir dan Kewirausahaan (PKK) UNP adakan Expo Kewirausahaan di depan Auditorium UNP, JumatSenin (15-18/9). Pameran dagang ini diikuti oleh 30-an peserta. Peserta pada acara ini merupakan mahasiswa UNP. Untuk mendapatkan tempat, peserta diwajibkan membayar deposit senilai Rp100.000. Hal ini diungkapkan Firman, salah seorang peserta yang merupakan anggota Himpunan Mahasiswa Jabodetabek

(Himaja). Ia mengatakan bahwa nantinya uang tersebut akan dikembalikan saat kegiatan berakhir. “Jadi intinya, ini gratis,” ujarnya, Jumat (15/9). Terkait dengan uang deposit tersebut, Abdul Hadi Asri selaku Ketua Pelaksana menjelaskan bahwa uang tersebut sebagai pengikat bagi peserta. berharap agar para peserta dapat melanjutkan usaha mereka setelah kegiatan ini. “Tidak hanya berhenti di sini saja, tetapi berkelanjutan,” ucapnya. Akbar*, Irza*

Kunjungi St an: Rektor UNP, Prof. Ganefri, Ph.D., (dua kiri) Stan: beserta H. Is Anwar Datuk Rajo Perak (dua kanan) mengunjungi salah satu stan pada Expo Kewirausahaan di perkarangan Gedung Rektorat baru, Jumat (15/9). f/Eka

HIPMI PT UNP

BEM FIP

Talkshow LPDP Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UNP bekerja sama dengan LPDP Mata Garuda Sumatra Barat adakan Talkshow LPDP di Aula FIP UNP, Senin (4/9). Thalkshow ini mendatangkan dua narasumber yaitu Navissa Akmalia Mahasiswa Jurusan Inclusive Specias Education Monas University dan Wahyu Nova Rizki Mahasiswa Jurusan Global Media Communication Melberg University. Ketua BEM FIP, Muhammad Ilham Syarif,

mengatakan acara tersebut bertujuan untuk menyosialisasikan beasiswa LPDP kepada mahasiswa UNP agar melanjutkan pendidikan S2. “Kalau dapat beasiswa kan dananya bukan pribadi, tapi dari pemerintah,” jelasnya. Mahasiswa Jurusan Fisika TM 2013, Debi Arianto, berharap mendapat banyak informasi tentang beasiswa LPDP. “Lebih banyak dapat informasi dan dari informasi tersebut peluang untuk lulus LPDP lebih tinggi,” ujarnya. Monalisa*

UNP

Kuliah Umum Kemenakertrans RI Periode 2005-2009

UNP adakan kuliah umum bersama Menteri Teknologi Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia periode 2005-2009, Dr. Fahmi Idris, S.E., M.H., di Auditorium UNP, Kamis (13/9). Dengan tema Strategi Pendidikan Tinggi dalam Menjadikan Entrepreneurial, acara tersebut diikuti oleh wisudawan UNP periode ke109. Dalam kuliahnya, Fahmi menyampaikan Indonesia merupakan salah satu dari empat negara yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di dunia. “Dalam

lima sampai sepuluh tahun mendatang, apa pun yang terjadi di dunia akan diwarnai oleh empat negara tersebut, termasuk masalah perdagangan, baik di lingkungan rasional maupun nasional,” jelasnya. Lebih lanjut, Fahmi mengatakan saat ini Indonesia berada dalam periode transisi struktur penduduk usia produktif. Usia produktif merupakan usia 15 hingga 50 tahun, yaitu mereka yang memiliki daya saing yang kuat, mampu untuk berkreasi, berkarya, bekerja, dan sebagainya. Yatri*

FKPWI

Tingkatkan Wirausaha Muda Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Perguruan Tinggi (PT) Universitas Negeri Padang (UNP) resmi menjadi satu dari dua buah UK baru di UNP pada 2017. Meski demikian, organisasi mahasiswa (ormawa) ini sudah berdiri sejak 12 Oktober 2015. Kemudian, UK ini mengadakan Musyawarah Besar pertama pada 21 Juni 2016. K e t u a Umum HIPMI PT UNP, Ibnu Satiya, mengatakan, berdirinya HIPMI PT UNP tak terlepas dari upaya sejumlah mahasiswa Fakultas Ekonomi (FE). “Kalau yang paling berjasa itu ada namanya Dafri Donaldi. Awalnya, kita dari Badan Eksekutif Mahasiswa FE ingin membentuk HIPMI PT UNP. Itu dibantu 20 orang teman lainnya ke pihak atas,” ujarnya, Senin (25/9). Secara administrasi, anggota HIPMI PT UNP saat ini beranggotakan 60 orang. Pembina dan penasehatnya secara berturut-turut yaitu Rani Sofya, S.Pd, M.Pd., dan Dr.Yulhendri, S,Pd, M.Si.. HIPMI PT UNP memiliki

tiga bidang, yaitu bidang internal, bidang eksternal, dan akselerasi bisnis. UK ini mendapatkan praktisi langsung dari para pengusaha di Padang. “Keiistimewaan HIPMI PT sendiri yaitu kami memiliki jaringan pengusaha se-ASEAN dan juga jaringan langsung dengan pengusaha-pengusaha nasional. Di HIPMI PT UNP, kami lebih ke praktik langsung ketimbang teori,” katanya. Kegiatan yang biasa dilakukan oleh HIPMI PT UNP adalah enterpreneur school yang dilaksanakan dua kali dalam satu bulan. Pada acara enterprenuer school, praktisi pengusaha diundang langsung sebagai pemateri. Selain itu, HIPMI PT UNP juga mengadakan Expo Kewirausahaan, yaitu acara besar pada setiap tahunnya yang mengundang langsung praktisi pengusaha nasional. “Expo itu ditunjukan untuk seluruh UK di UNP yang ingin berwirausaha. Mahasiswa-mahasiswa yang mempunyai minat berwirausaha di UNP sendiri,” ujar Ibnu. Yanda*

Forum Kajian Pengembangan Wawasan Islam (FKPWI) Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UNP adakan Danur. Bertemakan “Dasyatnya Kuliah dan Organisasi”, acara berlangsung di Teater Tertutup FBS, Senin (15/9). Ketua Pelaksana, Abdullah Azzam An Nashir, mengungkapkan Danur merupakan ajang berbagi dari mahasiswa FKPWI yang berprestasi kepada mahasiswa FBS. Acara sekaligus langkah awal untuk merekrut maha-

siswa baru (maba) agar bergabung bersama FKPWI. “Diharapkan maba bisa menjadi pengisi acara selanjutnya dan berprestasi,” katanya. Salah seorang peserta, Anesha Al-Vidril, mengatakan talkshow yang dilaksanakan FKPWI sangat bagus dan bermanfaat karena menghadirkan motivator berprestasi. “Saya berharap bisa seperti kakak-kakak dan abang-abangnya itu bisa berprestasi sekaligus mengikuti organisasi,” ujarnya. Niswa*

hasil menjadi pemenang. Wakil Dekan III FIK, Dr. Didin Tohidin, M.Kes AIFO., mengungkapkan kegembiraannya atas kemenangan UNP. “Saya mengucapkan terima kasih atas perjuangan tim UNP karena dengan kemenangan ini tentu mengharumkan nama UNP,” ungkapnya, Kamis (9/9). Torabika menyediakan tropi beserta uang tunai untuk masing pemenang, yaitu pemenang I Rp5 juta, pemenang II Rp2 juta, pemenang III Rp1,5 juta, dan pemenang IV Rp1 juta . Agus*, Arrasyd

HMJ Biologi

Bioma Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNP adakan Biologi Olahraga dan Seni Mania (Bioma), Senin-Sabtu (4-9/ 9). Acara tersebut bertemakan Tunjukan Aksimu Generasi Biologi yang Sportif dan Inovatif, Ada beragam jenis olahraga dan seni yang diperlombakan, yaitu badminton, tenis meja, catur, debat bahasa Inggris, ludo, uno, lomba vokal, dan rangking satu. Sebanyak 357 peserta

hadir pada acara ini. Mereka merupakan perwakilan masing-masing angkatan di Jurusan Biologi. Ketua Pelaksana, Febrinal, mengatakan kegiatan tersebut bertujuan untuk menyalurkan minat dan bakat mahasiswa Jurusan Biologi, sekaligus ajang silaturahmi mahasiswa di Jurusan Biologi UNP. “Acara ini juga sebagai ucapan selamat datang untuk menyambut mahasiswa baru Jurusan Biologi,” tambahnya. Sindya *

UNP

Job Fair I UNP gelar Job Fair I di Gedung Olahraga UNP, Rabu (13/9). Acara tersebut diapresiasi oleh sivitas akademika. Afrina Handayani, wisudawan Prodi Bimbingan Konseling UNP 2013, misalnya. “Menurut saya, acara yang diadakan UNP berhasil, dan sangat membantu calon wisudawan seperti saya ini,” tuturnya Tidak hanya membantu mahasiswa, menurut Afrina, perusahaan yang hadir juga cukup banyak, yakni 30 perusahaan. “Dibandingkan Job Fair lain yang pernah saya ikuti, ini sudah

jumlah yang cukup banyak. Jadi, kalau untuk pertama kali, UNP sudah berhasillah mendatangkan perusahaan,” tambahnya. Rektor UNP, Prof. Ganefri Ph.D., dalam sambutannya, mengatakan acara sukses berkat kerja sama dengan berbagai pihak. Ia mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak. Selain itu, ia juga berpesan kepada sivitas akademika untuk memanfaatkan acara ini dengan baik. “Karena ini bentuk pelayanan universitas kepada kalian,” ujarnya. Eka, Tivani

KOPMA

HMJ TP

Danur

Torabika bekerja sama dengan Unit Kegiatan Olahraga UNP gelar pertandingan Torabika Campus Cup 2017 Regional Padang di Lapangan Sepak Bola Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) UNP, Selasa-Kamis (5-7/9). Pertandingan diikuti 16 perguruan tinggi di Sumatra Barat (Sumbar), di antaranya UNP, IAIN Batusangkar, STKIP PGRI Sumbar, Unand, Universitas Eka Sakti, ISI Padang Panjang, UIN Imam Bonjol, dan sebagainya. Tim sepak bola UNP ber-

TP Fair Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Teknologi Pendidikan (TP) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UNP adakan TP Fair di Aula FIP, Kamis (7/9). Acara tersebut terdiri beberapa kegiatan, yaitu pameran pada 7 September, pengabdian sekolah dan panti asuhan pada 9-10 September, dan turnamen futsal pada 1617 September. Ketua HMJ TP, Riki Wahyu Saputra, mengatakan acara ini bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi sesama mahasiswa Jurusan TP sekaligus

memperkenalkan Jurusan TP kepada pihak luar yang sedang menghadiri acara di fakultas tersebut. “Sebenarnya, ini merupakan bagian dari proker mahasiswa. Semoga bisa sejalan dengan acara tersebut,” ujarnya. Alumni Jurusan TP, Vani, mengungkapkan acara TP Fair sangat bermanfaat memperkenalkan kreativitas yang dimiliki oleh mahasiswa Jurusan TP. “Kita sebagai alumni juga bisa menjalin silaturahmi dengan adik-adik dan teman-teman lewat acara ini,” ungkapnya. Deby*

Seminar Internasional Indonesia-Malaysia

Koperasi Mahasiswa (Kopma) UNP adakan Seminar Internasional Indonesia-Malaysia. Bertemakan “Semangat Literasi di Tengah Arus Kekinian”, acara digelar di Gedung Olahraga UNP, Minggu (17/9). Dalam mengangkat acara tersebut, Kopma UNP bekerja sama dengan Inlight Organizer. Acara menghadirkan tiga pembicara, yaitu Ahmad Damanhuri bin Muhammad Adenan dari Malaysia, Setia Furqon Kholid motivator muda se-Asia

Tenggara, dan Deni Asia Wijaya Founder Teras Literasi. Ketua Kopma, Ferry Andika, menjelaskan bahwa acara ini diharapkan dapat membagikan pemikiran tentang koperasi kepada mahasiswa. Ketua Pelaksana, Zuyyandri Hidayat, berharap peserta termotivasi membaca setelah mengikuti seminar. “Peserta diharapkan dapat menerapkan ilmu yang didapat dari pembicara yang sudah didatangkan,” harapnya. Deby*


2017 Edisi No. 199/Tahun XXVIII

SEPUT AR MAHASISW A SEPUTAR MAHASISWA

19

Mayoritas Mahasiswa

Setuju Pasal Penodaan Agama Diterapkan Hai pembaca setia Ganto! Perbuatan mengenai penodaan agama diatur dalam Pasal 156 KUHP dan Pasal 156a KUHP. Pasal 156 KUHP menjelaskan barangsiapa di muka umum menyatakan perasaan permusuhan, kebencian, atau penghinaan terhadap suatu atau beberapa golongan rakyat Indonesia, diancam pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Sementara, Pasal 156a menjelaskan barangsiapa dengan sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan, a. Yang pada pokoknya bersifat permusuhan, penyalahgunaan, atau penodaan terhadap suatu agama dianut di Indonesia, b. Dengan maksud agar orang tidak menganut apa pun juga, yang bersendikan Ketuhanan Maha Esa, maka dipidana dengan pidana penjara selamalamanya lima tahun. Beranjak dari hal tersebut, bagaimana tanggapan Anda sebagai mahasiswa UNP? Mulai dari Sabang hingga Merauke, kehidupan masyarakat Indonesia dipenuhi keunikan aneka ragam suku, budaya, hingga agama yang sejatinya harus hidup berdampingan. Artinya, hidup damai tanpa adanya konflik. Salah satu cara menghindari konflik adalah dengan adanya kesepahaman bersama bahwa kita hidup di Indonesia. Banyak perbedaan dan tidak seharusnya saling menghina, menyinggung, dan memfitnah sehingga kehidupan damai nantinya akan melengkapi perbedaan yang ada. Sejak zaman kolonial, peraturan mengenai ketertiban umum dan nilai agama di Indonesia telah diatur dalam Perpres Nomor 1/ PNPS/1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama. Pengesahan ini berdasarkan permintaan sejumlah kaum konservatif muslim yang saat itu menghendaki pemerintah melarang aliran kepercayaan lokal. Mereka khawatir aliran kepercayaan ini menodai agama-agama di Indonesia. Dari laporan Human Right Watch (HRW) tentang pelanggaran terhadap minoritas agama di Indonesia, pengesahan tersebut menjelaskan bahwa dimaksud agama di Indonesia saat itu adalah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Khong Cu (Confusius). Kemudian, di paragraf berikutnya, dijelaskan pula bahwa bukan berarti agama lain misalnya Yahudi, Zarasustrian, Shinto, dan Taoism dilarang di Indonesia. Mereka dibiarkan adanya asal tidak melanggar ketentuan yang terdapat dalam peraturan ini atau peraturan perundangan lain. Presiden Soekarno lantas menandatangani penetapan tersebut pada 27 Januari 1965 yang kemudian dijadikan UU pada tahun 1969 di masa pemerintahan Presiden Soeharto. (CNNIndonesia.com) Hingga kini, Indonesia masih memberlakukan pasal larangan penodaan agama tersebut. Ada dua dasar hukum yang digunakan untuk menjerat pelaku penodaan agama. Pertama, Penetapan Presiden Republik Indonesia Nomor 1/PNPS Tahun 1965 tentang pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama. Kedua, Pasal 156 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Peraturan perundang-undangan inilah yang kemudian telah menjerat orang-orang yang ditetapkan menjadi tersangka penodaaan agama. Mulai dari kasus atas survei di tabloid Monitor yang menjerat penulis Arswendo Atmowiloto tahun 1990, kasus menjerat pemimpin Gafatar Abdussalam alias Ahmad Musadeq,

hingga teranyar kasus Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang dinyatakan terbukti bersalah melakukan penodaan agama. (CNNIndonesia.com) Pada Mei 2017 lalu, Ahok terjerat pasal 156 KUHP dan pasal 156 huruf a KUHP yang telah membuka polemik lagi soal keberadaan pasal ini di tengah masyarakat. Sejumlah pihak menilai pasal yang dijatuhkan kepada Ahok termasuk pasal karet yang dapat menimbulkan tafsir beragam dari implementasinya. Sejak awal, pasal penodaan agama ini telah digugat sejumlah individu dan kelompok organisasi nonpemerintah ke Mahkamah Konstitusi (MK). Para pemohon yang dipimpin mantan Presiden Abdurrahman Wahid beralasan ketentuan mengenai penodaan agama bertentangan dengan hak kebebasan beragama pada pasal 28E dan 29 UUD 1945. MK menolak permohonan tersebut dengan alasan ketertiban umum dan nilai agama dalam aturan tersebut telah sesuai dengan ketentuan pasal 28J ayat 2 UUD 1945. Tak hanya itu, pada 2010 lalu beberapa aktivis juga sudah pernah mengajukan uji materi terhadap Penetapan Presiden Nomor 1/PNPS Tahun 1965 itu. Namun pemerintah bersikukuh aturan itu masih diperlukan. Bila ketentuan penistaan agama dicabut maka berpotensi menimbulkan konflik sosial karena para pemeluk agama bisa saling menghina. (Kompas.com) Amnesty International merekomendasikan pemerintah Indonesia mencabut semua ketentuan dalam UU atau peraturan yang membatasi hak atas kebebasan berekspresi, berpikir, dan beragama yang melampaui batas yang diizinkan hukum HAM internasional. Jika tidak, pemerintah diminta memperbaiki ketentuan tersebut. Perlu adanya makna yang jelas terkait tindakan yang dikategorikan penistaan agama. Pada akhirnya, dalam praktiknya, pasal tersebut tidak digunakan untuk mengkriminalisasikan seseorang. (CNNIndonesia.com) Beranjak dari hal tersebut, Surat Kabar Kampus (SKK) Ganto Universitas Negeri Padang (UNP) melalui bagian Riset Subdivisi Penelitian dan Pengembangan melakukan jejak pendapat dalam bentuk polling terkait pendapat mahasiswa tentang pasal penodaan agama. Polling berupa angket yang terdiri dari lima pertanyaan teruntuk 800 mahasiswa UNP. Data angket didapatkan dengan metode random sampling yang diambil secara accidentil. Berdasarkan angket disebar,

Sumber: Litbang SKK Ganto UNP Infografik: Fauziah Safitri

sebanyak 90,17% mahasiswa menyatakan setuju jika pasal penodaan agama masih diterapkan di Indonesia. Hal ini senada dengan pandangan mahasiswa terkait pasal penodaan agama. Sebanyak 35,69% mahasiswa UNP menyatakan pasal penodaan agama bagus karena bisa menjadi dasar hukum penyelesaian penodaan agama di Indonesia. Kemudian, 31,47% responden menyatakan pasal penodaan agama salah satu solusi para pemeluk agama untuk saling menghargai. Sementara, sebanyak 20,16% menyatakan jika pasal penodaan agama rawan disalahgunakan karena multitafsir. Tidak dapat dipungkiri, pasal penodaan agama lahir karena terjadinya tindakan penodaan agama. Masing-masing responden juga memberikan pendapat tentang hal hal yang melatarbelakangi terjadinya tindakan pe-

nodaan agama. Sebanyak 37,14% mahasiswa UNP menyatakan yang melatarbelakangi terjadinya tindakan penodaan agama adalah adanya kepentingan individu atau golongan tertentu. Kemudian, 23,54% mempunyai pendapat yang berbeda, yaitu munculnya aliran menyimpang terkait agama. Sementara, 19,32% menyatakan latar belakang terjadinya tindakan penodaan agama yaitu merasa paling benar. Kemudian, dapat dilihat tindakan yang dilakukan mahasiswa jika mendapati seseorang melakukan penodaan agama di lingkungan sekitar. Adapun bentuk tindakan yang dilakukan meliputi menegurnya langsung sebanyak 56,92%, melaporkan ke pihak berwajib sebanyak 28,59%, memberitahu tindakan itu kepada siapapun sebanyak 10,39% dan membiarkannya 3,15%. Kendati pun demikian, seba-

nyak 39,35% dari keseluruhan mahasiswa UNP juga memberikan pendapat terkait hukuman yang patut diterima seseorang melakukan tindakan penodaan agama. Sebanyak 39,35% responden mengusulkan untuk memberikan mediasi kepada pelaku sehingga menemukan jalan damai. Sebuah hukuman tanpa jalur pengadilan yang menujukkan kedamaian dan memberikan pembelajaran bagi publik. Kemudian, sebanyak 32,37% menyatakan hukuman yang patut diterima seseorang yang melakukan penodaan agama adalah dipenjarakan dan membayar denda. Jika hukuman melalui jalur peradilan adalah hukuman yang patut diterima pelaku, sudah selayaknya penerapan pasal ini dianjurkan sangat hati-hati. Artinya, hukum harus menunjukkan keadilannya tanpa berniat mengkriminalkan keyakinan atau pendapat seseorang.


SASTRA BUD AYA BUDA

20

Cerpen

Pulang ka Bako Oleh Oktri Diana Putri

H

KRITIK SAJAK

ari sudah hampir larut malam ketika kudengar sayup-sayup sebuah suara dari dalam kamar ibu. Mataku belum bisa diajak terlelap karena ada beberapa tugas sekolah yang masih kukerjakan. Kuseret kakiku untuk mengambil segelas minuman di dapur. Namun, belum lagi sampai di dapur sebuah suara menghentikan langkahku. Perlahan aku menuju kamar ibu. Kudengarkan dengan seksama suara yang menarik perhatianku itu, seperti suara tangisan. “Apakah ibu tengah menangis?” batinku. Aku tahu ayah sedang tak di rumah. Jadi, kuputuskan masuk ke kamar ibu dengan mengetuk pintu yang tak dikunci itu. Belum sempat ibu mempersilahkan, aku sudah lebih dulu masuk dan melihat ibu tengah bercucuran air mata. Matanya sembab dan wajahnya begitu kusam, namun tetap tampak cantik. Beliau lantas menghapus butiran-butiran yang jatuh ke pipinya ketika kupergoki. “Ibu?” sapaku. “Ibu menangis lagi?” Dengan nada gugup ibu malah menanyakanku kenapa belum juga tidur. Lalu, segera memalingkan tubuhnya membelakangiku. Ada yang berdesir di dalam dadaku tatkala melihat tingkah ibu. “Aku masih mengerjakan beberapa tugas lagi baru setelah itu tidur, tapi sebentar lagi juga selesai,” jawabku datar. “Kalau begitu cepatlah selesaikan dan lekas tidur. Ini sudah larut. Bisa sakit jika sering kali begadang,” sahutnya. Dari belakang kupeluk wanita yang telah melahirkanku enam belas tahun lalu itu erat-erat. “Ini bukan kali pertama aku melihat ibu seperti ini. Ibu menutupi rasa

2017 Edisi No. 199/Tahun XXVIII

sakit dengan memamerkan senyum kesukaan kami. Iya, kan?” ungkapku. “Apakah dengan menghujam hati sendiri adalah cara untuk berbakti?” tanyaku lirih. Ibu sama sekali tak menggubris perkataanku. Napasnya terdengar berat. Aku menyandarkan kepalaku ke bahunya, mengusap lengannya dengan lembut, berharap cara ini dapat sedikit menenangkan gejolak kesedihan dalam dirinya. Aku menyadari bahwa di depan kami ibu berlagak tegar layaknya batu karang. Ia tak ingin orang tahu bahwa di dasar karang itu begitu rapuh dan kian hari semakin terkikis. Aku terbayang pertama kalinya kulihat ibu menangis sejadijadinya sambil melempar bantal dan beberapa barang ke arah ayah. Aku tak sengaja menyaksikan itu saat pintu kamar ibu dan ayah terbuka. Kala itu, aku baru saja kembali dari kedai nasi kami yang tak jauh dari rumah. Karena kaget dan penasaran aku bersembunyi di balik tembok kamar dan mengintip. Ibu tak bicara apa pun selain menangis lalu terduduk lemas. Wajahnya disurukkan, sedangkan bahunya masih berguncang hebat. Ayah

Grafis: Fauziah Safitri

mendekat dan merangkul ibu dalam pelukannya tapi ibu tampak menolak. Ketika itu aku masih tak mengerti yang sebenarnya terjadi. Setelah melepas pelukanku, aku meninggalkan ibu menyendiri dengan laranya. Isakan ibu kembali terdengar ketika pintu kututup. Punggungku luruh tersandar di balik pintu kamar itu. Tangis ibu, rona wajah ibu yang beberapa kali tertangkap murung belakangan ini, bukan berarti aku tak tahu penyebabnya. Berat sekali rasanya hatiku memikul pilu ini. Ditambah lagi harus menyaksikan pilu yang dirasakan ibu. Sialnya, aku tak dapat berbuat apa-apa, bahkan untuk menahan air mata. “Sementara, di sana, dia sedang bersenang-senang bersama perempuan itu di sebuah ranjang empuk,” geramku sambil meninju ubin yang dingin. Rasa sakit pada tanganku tidak ada apa-apanya dibanding rasa sakit hati yang kami rasakan. Rasa sakit yang melayangkan ingatanku pada hari

itu. Hari yang membuat hatiku runtuh tanpa kuasa kucegah. Aku masih ingat jelas ketika itu ibu menangis dalam kamarnya seorang diri, seperti malam ini. Sejak saat itu, ayah mulai sering menempati rumah barunya. Jika ayah sedang menginap di rumahnya yang lain, ibu sering mengisi malam dengan berlinang air mata. Sejak itu pula adik lakilakiku, Dias, mulai nakal dan sulit diatur, mungkin begitu caranya memberontak. Ah, aku ingin lenyap saja rasanya. Hari itu, rumah kami kedatangan kerabat ayah dari kampung. Kami menyambut baik kedatangan mereka, kecuali ibu. Aku heran, tidak biasanya ibu bersikap dingin terhadap keluarga ayah. Padahal, ibu selalu ramah pada siapa saja, apalagi selama ini ibu juga sangat dekat dengan keluarga ayah. Meski begitu, tamu kami tak sedikit pun membalas sikap dingin ibu. Diam-diam, aku menguping pembicaraan orang-orang dewasa itu.

“Lira, seperti yang telah engkau tahu bahwa ini adalah permintaan terakhir dari mamak suamimu,” ujar Mak Uwo Tina, kakak perempuan ayah. “Kita tidak bisa mengingkari wasiatnya, wasiat adalah amanah.” Ibuku tak bersuara mendengar kata-kata Mak Uwo Tina kepadanya. “Kak Lira, saya dan kakak sama-sama perempuan,” sambung Etek Jani. Aku mengenal Etek Jani karena dia adalah bako ayah yang cukup akrab dengan keluarga kami. Wanita yang kuperkirakan usianya sekitar sepuluh tahun lebih muda dari ayah itu melanjutkan ucapannya. “Jika kakak tidak mengizinkan, saya pun tak dapat memaksakan. Tak pernah terniat dalam diri saya untuk mengusik Kak Lira dan Bang Zen. Namun, saya hanya ingin berbakti pada bapak dengan mematuhi wasiatny a.” Setelah lama membisu akhirnya ibu angkat suara. “Jika wasiat bapakmu pada Bang Zen suamiku adalah skenario Allah untuk menguji baktiku pada suami dan ketakwaanku pada-Nya, aku hanya bisa pasrah membiarkan Bang Zen menjalani wasiat itu. Namun, pasrahku bukan berarti mengikhlaskan.” Setelah mengutarakan itu, dengan lantang, ibu langsung beranjak meninggalkan mereka. Sampai akhirnya hari itu aku tahu bahwa kedatangan kerabat ayah bukanlah kabar baik untuk keluarga kecil kami. Aku mendengar berita yang begitu mengejutkan. Mereka datang melamar ayah untuk dinikahkan dengan Etek Jani. Ayah diminta untuk pulang ka bako atau menikah dengan bakonya sendiri. Aku benar-benar tak percaya ayah harus menikahi Etek Jani, putri anak dari mamak ayah itu. Dan yang semakin membuat langit terasa runtuh ketika ayah menyetujui lamaran itu untuk memenuhi wasiat dari mamaknya. *Mahasiswa Pendidikan Luar Biasa TM 2015

KRITIK CERPEN

Cerpen Pola Terbuka

Diasuh oleh Muhammad Ismail Nasution, S.S., M.A. Konflik yang menggugah perasaan dengan nuansa warna lokal yang dibungkus dengan bahasa yang metaforis dapat dilihat salah satunya pada cerpen Pulang ka Bako karya Oktri Dini Putri yang diterbitkan Ganto pada edisi ini. Cerpen itu mengungkapkan konflik yang timbul karena perbenturan kesetiaan, budaya, dan agama. Hubungan perkawinan dikeruhkan dengan wasiat dari mamak yang menyuruh tokoh Zen, ayah dari tokoh “aku”, meni-

kahi Janiar yang merupakan anak dari almarhum. Tokoh Lira, istri-nya Zen, atau ibu dari tokoh “aku” dihadapkan pada dua fenomena yang sulit. Satu sisi, ia akan dimadu dan pada sisi lain, wasiat dari orang yang sudah meninggal harus ditunaikan. Apalagi kedudukan mamak dianggap sama dengan ayah kandung. Pengarang memaparkan peristiwa cerita dengan bahasa yang diwarnai ungkapan-ungkapan yang secara tidak langsung menciptakan interaksi antara teks dengan pembaca. Metaforametafora itu menimbulkan sugesti sehingga pembaca lambatlaun larut dalam peristiwa cerita. Metafora itu mengajak pembaca untuk meluaskan pandangan sehingga peristiwa seolah-olah dilihat atau dialami pembaca. Kalimat pertama saja pembaca langsung disuguhkan dengan ungkapan hiperbola suara yang sayup-sayup terdengar pada

waktu malam hari. Kemudian, kalimat berikutnya ungkapan personifikasi dan hipalase. Paragraf pertama pada cerpen itu mengandung empat bahasa figuratif. Begitu juga dengan paragraf kedua ditemukan bentuk-bentuk kiasan, seperti metafora, hiperbola, dan kiasmus. Ungkapan cucuran air mata, mata sembab, wajah kusam namun tetap cantik, dan butiranbutiran yang jatuh menguatkan konstruksi sintaksis pada cerpen menjadi konstruksi yang bernilai estetis. Dengan kiasan, bahasa lebih indah dan berjiwa. Hal lain yang menarik adalah psikologis tokoh Lira yang ditimpa oleh masalah yang harus mengorbankan perasaan dirinya sebagai seorang perempuan, ibu, dan istri. Pada dasarnya, ia tidak menerima kondisi yang dihadapkan padanya. Hal itu diperlihatkan dengan peristiwa ketika ia mengetahui suaminya akan menikah kembali. Lira memberikan reaksi emosional. Ia

melemparkan bantal dan bendabenda ke arah suaminya. Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa secara naluriah, ia tidak bisa menerima perlakuan tersebut. Namun, pada akhirnya, ia membiarkan saja atas dasar keyakinan bahwa apa yang dialaminya merupakan cobaan dari Tuhan. Cerita diakhiri dengan pola terbuka. Pola itu membiarkan pembaca memberikan keluasaan mengembangkan cerita selanjutnya. Jika dikira-kira perjalanan hidup tokoh Lira kelak adalah membiarkan saja suaminya menikah Janiar. Ia tetap menikmati hidup seraya bertahan sebagai istri Zen dengan asumsi suaminya menikah kembali bukan didasari perangai tidak baik. Pada sisi lain, Lira mengambil keputusan sendiri agar diceraikan oleh Zen. Ia menjalani hidup tanpa suami karena ia merasa tidak mampu untuk dipoligami. Jika ditelisik lebih seksama dari berbagai peristiwa

yang dipaparkan pada cerita, Lira dengan kondisi batin yang tersiksa, barangkali lambat-laun akan memilih untuk hidup sendiri. Apalagi, dengan nada mengancam, ia berkata merelakan saja tetapi bukan mengikhlaskan. Tragedi pada karya sastra membelajarkan sekelumit tentang kehidupan manusia kepada pembaca. Tragedi itu sedikit banyak akan menimbulkan suasana emosional pada diri pembaca. Proses itu kemudian secara bertahap mencapai tahap sublimatif seiring proses pemaknaan yang dilakukan pembaca. Kulminasi tahap sublimatif kemudian memberikan pengajaran. Oleh sebab itu, karya sastra yang berbobot salah satunya adalah karya sastra yang memiliki tragedi tidak hanya mengeksploitasi libido manusia dalam rangka merebut pasar melainkan juga ia berfungsi untuk memberikan pengajaran di samping hiburan. Sukses untuk Oktri!


SASTRA BUD AYA BUDA

2017 Edisi No. 199/Tahun XXVIII

21

KRITIK PUISI

Sajak

Botol kaca Itu botol kacaku Jadi milikmu tanpa sengaja Aku lupa menaruhnya Hingga dihanyutkan waktu dengan buru-buru Itu botolku Jin dari masa lalu ada di situ Segala pintaku jadi temu Lalu sekarang jadi milikmu Itu jadi rahasiaku dan kamu.

Pantonim Negeri Ini

Lupa darat lupa arah Tikung kanan tikung kiri lupa diri Kau menjadi daun hijau di antara kuningnya ladang Menjadi parasit di antara tumbuhan hidup

Yanda Dewi Kurnia Mahasiswa Sastra Indonesia TM 2015

Siapa kau? Mereka bertanya Namun ladang tak bersuara Ntah itu tikus-tikus kotor Atau celeng yang hina Kau laksana di balik cerita Pantonim di negeri ini Kau penjahat di atas cerita Berjubah nan suci Hidup di atas awan mati di atas taman Berkepala serigala berbadan domba Pemakan semua Siapa kau? Penuh dosa dan neraka Yang tak terhingga Amalia Nursavira Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara TM 2017

Kabut di Jalan Perempuan Mendungku berkabut di jalan perempuan Senyap berkabut dalam diamku Mataku jengah mencari kabut di perempatan itu Dan tubuh tak lagi hidup merapat dengan alam Hanya pekat kabut mendatangi Sendiri, sepi, dan hening Selamat tinggal. Febrianti Mardatillah Mahasiswa Sastra Indonesia TM 2015

Kata Ganti dan Keberjarakan Puisi

Diasuh oleh Utami Dewi Pramesti, M. Pd. Gaya pengarang selalu menarik untuk diteliti karena sebagai seorang manusia tentu setiap pengarang memiliki keunikan tersendiri. Satu di antara keunikan tersebut adalah penggunaan pronomina atau kata ganti. Kata ganti adalah kata merujuk ke nomina lainnya digunakan untuk menggantikan suatu benda atau sesuatu yang dibendakan. Berkaitan puisi, kata ganti bertalian erat dengan keberjarakan antarpengarang dan pembaca. Pilihan kata ganti yang dilakukan penulis dapat menggambarkan langsung atau tidak keterlibatan komunikasi dan perujukan jarak antara pengarang dan pembacanya. Semakin langsung dan dekat perujukan pembaca dengan kata ganti penunjuk menandakan semakin dekat keberjarakan dalam puisi tersebut. Kata ganti kepemilikkan sangat lekat dalam puisi “Botol Kaca� yaitu pada kata-kata botol kacaku, pintaku, milikmu, dan rahasiaku. Kehadiran kata ganti tersebut menandakan keakuan yang bernas. Selain itu, kata ganti itu dan di situ menandai bahwa hal yang dibicarakan dalam puisinya tidak sedang berada di dekat pengarang. Sementara itu, dari sudut sasaran, puisi ini ditunjukkan untuk orang kedua atau pembaca secara langsung yang ditandai kata ganti persona kamu. Hal ini menan-

dakan pengarang seolah berbicara langsung dengan pembaca. Keberjarakan tersebut juga terasa dalam puisi “Pantonim Negeri Ini�. Pengarang puisi tersebut secara eksplisit dan masif menunjuk sasaran puisi ini adalah pembaca melalui pengulangan kata ganti kau hampir pada setiap bait. Artinya, pengarang secara langsung berpesan kepada pembaca mengenai keresahan akan kemunafikan yang ia saksikan dan rasakan. Bahkan, melalui kata ganti ini (dalam negeri ini), pengarang sedang menunjukkan kekhawatiran tersebut terjadi di tempat sangat dekat, yaitu tanah tumpah darah pembaca. Hal sedikit yang berbeda terbaca dari puisi Kabut di Jalan Perempuan. Keakuan pengarang memang sangat jelas ditampilkan sejak larik pertama dengan menggunakan kata ganti kepemilikan (mendungku) lalu diperkuat dalam larik selanjutnya (diamku) serta (mataku). Namun, perujukan tempat (kata ganti itu) jelas menyiratkan bahwa latar dalam puisi ini berbeda dengan puisi sebelumnya yaitu merujuk pada tempat yang tidak sedang dipijaknya. Selain itu, perujukan puisi ini pun berbeda karena lebih senyap dengan melesapkan untuk siapa sasaran puisi ini. Hal ini berarti pengarang sedang berkomunikasi kepada banyak orang. Jelaslah! Pilihan kata ganti yang dilakukan pengarang bisa menandakan keberlangsungan dan keterlibatan komunikasinya dengan pembaca. Ketepatan kita menggunakan kata ganti dapat menguatkan makna dan pesan serta ketersentuhan pembaca akan puisi. Sebaliknya, ketidaktepatan kata ganti yang dipilih dapat membuyarkan dan mengambigu puisi karya kita tersebut.

C ATATAN BUD AY A BUDA

Santet Oleh Aidil Syaputra Sudah menjadi rahasia umum bahwa hampir setiap daerah di Indonesia memiliki kepercayaan terhadap wujud ilmu hitam dengan berbagai nama atau sebutan, seperti santet (Jawa Timur), tenguh (Jawa Tengah), teluh (Jawa Barat), serta desti (Bali). Walaupun bertentangan dengan kepercayaan dan norma yang dianut, nyatanya hal mistik tersebut tetap diyakini oleh sebagian besar masyarakat. Santet merupakan upaya . seseorang mencelakai orang lain dari jarak jauh dengan menggunakan ilmu sihir (supranatural) melalui berbagai macam media perantara, antara lain rambut, foto, boneka, dupa, rupa-rupa kembang, paku, dan lain-lain. Korban yang terkena akan menderita cacat, sakit fisik, dan mental, bahkan meninggal dunia. Praktik perdukunan berupa santet masih bagian dari kehidupan penduduk nusantara. Salah satu alasan populernya jasa dukun santet dimanfaatkan masyarakat tradisional tidak lain karena dianggap sebagai jawaban instan atas konflik antar-

warga berupa sengketa tanah, harta, pelaris, dan cinta yang menjadikan perang atau sakit hati tak berujung. Tujuannya yaitu untuk melakukan penyiksaan, penganiayaan, bahkan pembunuhan kepada pihak lawan. Untuk menyukseskan dendam mereka, para pengamal santet ini tentu saja harus memenuhi berbagai syarat yang tidak masuk akal dengan modal berkorban harta benda. Santet merupakan tindakan kriminal tak kasat mata karena hadir di tengah opini masyarakat, namun tanpa bukti yang nyata. Keresahan yang ditimbulkan pun beragam selain karena tidak bisa dicegah dan diproses secara hukum modern yang bersifat rasional di mana setiap kekacauan yang ditimbulkan oleh dukun harus mampu dibuktikan. Seperti halnya budaya santet tradisional yang mampu mencelakai fisik dan psikis seseorang, maka pada era daring pun kita dihadapkan oleh wujud lain dari santet yang mampu menciderai citra individu bahkan sekelompok orang menggunakan pesan dan

ujaran kebencian yang menghujat suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) tertentu melalui tren di media sosial berupa foto atau meme mengandung hoaks. Isu SARA sangat sensistif untuk dibahas di Indonesia disebabkan sebagai bangsa majemuk dengan berbagai perbedaan latar belakang masyarakatnya. Tetapi, mampu ditoleran oleh tatanan hidup Bhineka Tunggal Ika pada Pancasila. Keberagaman ini dimanfaatkan oleh segelintir pihak tak bertanggungjawab yang ingin memecah persatuan dan kesatuan bangsa dengan membuat unggahan konten provokatif dengan tujuan untuk membuat konflik dan polemik di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pelaku penyebar isu SARA ini dapat kita anggap sebagai dukun yang mengirim penyakit mengerikan di tengah masyarakat dan berujung pada pertikaian dan radikalisme terhadap sasaran dari pesan kebencian tersebut. Mereka dibayar oleh klien untuk memperkeruh suasana, memperbesar masalah yang sepele, hingga menambah fitnah untuk menja-

tuhkan perorangan atau kelompok lain hanya karena persaingan atau dendam tak beralasan. Belakangan ini, kita dihebohkan oleh maraknya perang komentar di dunia maya akibat unggahan status, foto, dan informasi yang belum jelas kebenarannya. Hal tersebut langsung ditanggapi penuh emosi dan rasa menghakimi oleh pengguna internet dari berbagai kalangan. Tentu saja ini ancaman besar bagi Indonesia sebagai salah satu pengguna siber terbanyak di dunia. Terbongkarnya Saracen, kelompok penyebar kebencian di media sosial, menunjukkan kepada kita betapa masifnya komersialisasi isu SARA terjadi. Hingga kini, grup Facebook Saracen sudah memiliki anggota mencapai lebih 800.000 akun (nasional.kompas.com). Ini menjadi bukti bahwa dampak negatif pemanfaatan kecanggihaan teknologi harus kita sikapi dengan bijak. Profesionalitas jaringan penyebar isu provakatif tersebut sudah tidak diragukan lagi karena mereka menggunakan metode proposal dan paket untuk ditawarkan kepa-

da pengguna jasa (klien) dengan tarif hingga puluhan juta rupiah. Tentu saja dapat kita curigai bahwa penyokong dana sebesar itu berasal dari kalangan pejabat dan politikus, sebab isu-isu ini kerap muncul ke permukaan pada saat kampanye pesta politik seperti Pilkada bahkan pemilu black campaign. Tindakan tersebut bertentangan Undang-Undang informasi dan Transaksi Elektronik Pasal 45A Ayat 2. Untungnya, wujud praktik ilegal ini dapat diungkap oleh cyber patrol dari pihak berwajib terkait pangkal sumbernya walaupun pesan diposting menggunakan akun anonim sekalipun. Jadi, yang dapat kita lakukan dalam menanggapi segala informasi dari dunia maya, khususnya media sosial, adalah mengklarifikasi kembali sumber berita tersebut, memfilter isu-isu yang mampu menimbulkan fitnah atau dapat mengadu domba masyarakat sehingga tidak perlu disebarkan lebih luas. Praktik santet modern ini dapat diminimalisir dengan cara lebih peka lagi mengelola informasi.


RESENSI

22

Feminisme dan Kehancuran Keluarga Judul Pengarang Penerbit Cetakan Tebal

: : : : :

Yang Tidak Ditemukan dalam Buku Sejarah Judul Penulis Penerbit Cetakan Halaman

Hoax yang Kejam Henry Makow PT Ufuk Publishing House Pertama, April 2017 304 Halaman

Henry Makow menganggap ada kebohongan besar yang disembunyikan dunia dari kehidupan nyata saat ini. Sebuah pemerintahan dunia era baru, New Wolrd Order (NWO), tengah berusaha mengubah tatanan kehidupan dunia. Keinginan mereka adalah adanya dunia baru yang menganggap yang baik adalah buruk dan yang buruk adalah baik. Caranya dengan menghancurkan kesatuan paling penting dari sebuah negara, yaitu keluarga inti. Ibu yang merupakan bagian dari segitiga keluarga inti berusaha dipisahkan dengan isu feminisme. Sebuah semangat yang berpura-pura merangkul perempuan untuk memiliki derajat yang sama dengan laki-laki, nyatanya adalah paham komunis yang berusaha mengeksploitasi perempuan demi perekonomian dunia, yaitu wanita karir. Perempuan yang dibebaskan untuk memiliki karirnya sendiri secara tidak langsung menghancurkan identitas kemanusiaan. Kehadiran perempuan di kantor menjadi atasan bagi pengawainya yang laki-laki mengecilkan kodrat kepemimpinan laki-laki. Eksploitasi perempuan tidak hanya merusak laki-laki, tapi juga sebuah keluarga. Di bukunya, Henry menyinggung bahwa feminisme tidak hanya membuat perempuan menginginkan penyetaraan dari segi karir. Revolusi seksual pun terjadi. Perempuan menganggap diri mereka berhak menentukan keinginan seksual mereka. Inilah isu penting yang menjadi pembahasan di buku ini. Perempuan pun berhak menyukai sesama jenis mereka. Dengan dibebaskan keinginan seksual mereka, perempuan me-

2017 Edisi No. 199/Tahun XXVIII

rasa tidak perlu perlindungan lakilaki. Bagi perempuan, feminisme keluarga hanya tradisi masa lalu yang mengekang perempuan untuk pergi ke dapur dan membereskan segala sesuatu di rumah. Tidak adanya kesatuan dari unit terkecil dari sebuah negara tentunya mudah untuk memecah belah negara tersebut. Penyokong NWO bukan orang sembarangan, bukan perkara sepele untuk mengatakan akan membentuk tatanan kehidupan dunia baru. Mereka adalah orang terkaya di dunia, pemegang kekuasaan, direktur perusahaan besar, pemilik jaringan perbankan dunia, presiden negara adidaya. Mereka adalah para freemason, manusia agung yang suci garis keturunanya, mengabdikan diri sebagai pemuja setan. Henry Makow, seorang ahli teori konspirasi, berusaha menguak hal tersebut dalam bukunya, berusaha agar sebagian manusia tahu bahwa ada hoaks yang paling kejam menjalar ke rumah mereka tanpa disadari. Meski sebagian orang yang membaca, mengetahui, akan abai dan tidak percaya, tapi setidaknya Henry berupaya menguak apa yang dialaminya sendiri. Bagaimana Anda bijak menanggapi hal ini? Marilah menganggap sebuah pengetahuan baru yang layak menjadi lampu merah untuk tidak abai pada kehidupan sekitar kita. Resensiator: Yulia Eka Sari Mahasiswa Akuntansi TM 2013

: : : : :

Cerpen Pilihan Kompas 2016; Tanah Air Cerpenis Kompas Minggu PT Kompas Media Nusantara 2017 XXI + 186 halaman

Setiap cerita yang ditulis oleh seorang pengarang ibarat proyek sosial yang menyodorkan proposal tentang perawatan terhadap ingatan manusia yang terbatas. Layaknya bahan makanan seperti tepung, gula, telur, dan sebagainya, cerita membutuhkan pengolahan agar bisa menjadi “roti” yang nikmat dilahap pembaca. Cerita butuh keikhlasan agar bisa tumbuh di hati pembacanya. Sebab, cerita juga memberikan sebentuk pengetahuan serta pelajaran hidup yang tidak ditemui dalam buku-buku sejarah. Lebih kurang seperti itulah gambaran salam pembuka buku Cerpen Pilihan Kompas 2016 ini. Cerpen Pilihan Kompas 2016; Tanah Air terdiri atas empat tema besar terhadap 20 cerpen yang lolos seleksi. Pertama, kekejaman rezim dalam pergolakan politik. Tema ini ini diwakili cerpen “Tanah Air” (Martin Aleida), “Sejarah” (Putu Wijaya), dan lainnya. Kedua, relasi sosial yang tak setara diwakili cerpen “Istana Tembok Bolong, Bong Suwung, Yogyakarta, 1970” (Seno Gumira Ajidarma) dan lainnya. Ketiga, relasi personal yang rumit melahirkan konflik-konflik tak terduga. Tema ini diwakili cerpen “Senjata” (Sori Siregar) dan lainnya. Terakhir, cerpen-cerpen yang menggarap tradisi dengan varian spritualitas dan pengekangan. Tema ini diwakili “Terumbu Tulang Istri” (Made Adnyana Ole) dan lainnya. Karya Martin Aleida “Tanah Air” menjadi judul buku dan ditetapkan menjadi cerpen terbaik. Menceritakan kisah penulis eksil yang ditokohkan oleh Ang. Karena pergolakan politik, ia harus pergi mening-

galkan Tanah Air. Dilatarbelakangi peralihan politik kekuasaan Orde Lama menuju Orde Baru, cerita dibumbui kisah tragis rumah tangga Ang bersama istrinya, An Sui. Ang mempunyai kecintaan yang besar terhadap Tanah Air. Dibuktikan dengan segenggam tanah merah yang dibalut kain putih yang selalu ia bawa sepanjang hidupnya sebagai eksil. “Ciumlah .... Ini tanah Indonesia. Apa pun yang akan terjadi dia akan mempertautkan kita” (halaman 4). Selain “Tanah Air”, ada cerpen “ Mengapa Mereka Berdoa Kepada Pohon?” karya Faisal Oddang yang memiliki kisah perlawanan Laskar Andi Makassau serta Laskar Bacukiki melawan Agresi Militer Belanda pada 1946, di Parepare, Sulawesi Selatan. Di dalam cerpen ini, Oddang mampu mengolah sejarah dan kepercayaan menjadi plot yang apik. Di sela-sela antarjudul cerpen, diselingi sebuah ilustrasi yang menjadi penanda kisah yang berbeda. Buku ini akan menantang adrenalin pembaca karena sulit memahami beberapa sejarah yang berelasi dengan cerpen. Alhasil, pembaca perlu untuk membaca kembali jika ingin memahami secara mendalam isi dari cerpennya. Pembaca akan mengetahui sejarah dari kisah yang ada disajikan cerpen ini. Resensiator: Lutfi Darwin Mahasiswa Geografi TM 2015

ULASAN FILM

Kisah Mija dan Babi Hasil Rekayasa Genetik Judul Film : Sutradara : Tanggal Rilis : Durasi : Pemain :

Okja Bong Joon Ho 19 Mei 2017 120 Menit An Seo Hyun, Tilda Swinton, Jake Gyllenhaal, Paul Dano

Okja merupakan sebuah film produksi Netflix bersama Humanistic yang menyinggung persinggungan kehidupan manusia dengan hewan. Okja sendiri merupakan nama dari seekor babi yang dibesarkan petani Korea. Berbeda dari babi biasa, Okja tumbuh lebih besar dari seekor kerbau. Bahkan, jika dilihat sekilas, Okja lebih mirip kudanil. Diceritakan, Perusahaan Mirando yang bergerak di bidang bisnis melakukan percobaan rekayasa genetik ilegal pada beberapa ekor babi. Dua puluh enam dari jutaan ekor babi hasil rekayasa genetik dikirim ke berbagai penjuru dunia, ke petani-petani lokal, untuk dipelihara dan dibesarkan secara tradisional selama 10 tahun. Okja adalah salah satu di antaranya. Program ini bertujuan sebagai penelitian sekaligus kontes pemilihan babi terbaik yang digelar Perusahaan Mirando.

Dibesarkan oleh seorang petani tua di daerah pegunungan Kota Sanyang, Korea Selatan, Okja tumbuh bebas di alam. Selain itu, Mija merupakan aktor utama film ini telah membantu merawat Okja sejak berusia empat tahun. Sepuluh tahun berlalu, Okja dibawa ke New York oleh Perusahaan Mirando sebagai pemenang babi terbaik. Mengetahui Okja dibawa ke New York, Mija (Ahn Seo Hyun) menyusul dan berniat membawa Okja pulang. Pertualangan Mija pun dimulai. Ia mendengar bahwa Okja akan dibawa ke Seol sebelum diterbangkan ke New York. Setibanya di Seol, Mija mengejar Okja yang telah diangkut dengan truk. Di sini, Mija secara tidak sengaja bertemu dengan sebuah komunitas pencinta hewan bernama Animal Liberation Front (ALF). ALF juga menginginkan Okja untuk misi menggagalkan proyek rekayasa

Ahn Seo Hyun dalam film Okja

genetik yang dilakukan Perusahaan Mirando. Mengetahui Mija merupakan pemilik Okja, pimpinan komunitas meminta izin untuk membawa Okja ke New York. Mija tak memberikan izin, namun salah seorang anggota ALF yang bertindak sebagai penerjemah menipu sang pimpinan dengan mengatakan bahwa Mija mengizinkannya. Dengan memasang kamera tersembunyi di bawah telinga Okja, mereka melakukan penyelidikan. Okja dan jutaan babi hasil rekayasa genetik yang ada di Perusahaan Mirando akan dijadikan penopang kehidupan manusia sebagai bahan pangan. Namun, babi yang dapat dinyatakan sehat

dan layak dikonsumsi sedikit sehingga, untuk meyakinkan masyarakat akan kualitas daging babi super ini, Perusahaan Mirando menjadikan Okja sebagai alat promosi. Okja pun akhirnya dipamerkan di New York. Selain Okja, Mija juga dibawa oleh perusahaan Mirando ke New York untuk dapat hadir dan dipertemukan dengan Okja. Bukan dengan maksud baik, namun hanya karena Perusahaan Mirando menjadikan Mija dan Okja sebagai promosi mereka untuk menarik perhatian konsumen. ALF sebagai pencinta hewan memanfaatkan panggung pertunjukan tersebut sebagai tem-pat menunjukkan kebusukan Per-

usahaan Mirando. Alhasil, usaha promosi Mirando gagal total, dan Okja dibawa ke peternakan Mirando untuk dipotong bersama jutaan babi lainnya. Namun, Mija berhasil menyelamatkan Okja. Mija membeli Okja dengan patung babi emas murni yang diberikan kakeknya sebelum ia pergi ke Seol. Film ini menunjukkan bahwa perlakuan terhadap binatang tidak serta-merta hanya sebagai pemenuh kebutuhan pangan. Binatang merupakan makhluk hidup yang berdampingan dengan manusia harus diperlakukan baik. Selain itu, film ini juga mengkritik adanya rekayasa genetik karena dianggap merusak komunitas hewan. Film ini baik ditonton bersama keluarga karena edukasi bahwa kita harus memelihara dan merawat hewan kita miliki dengan baik. Juga dapat dijadikan media pembelajaran untuk anak dalam menciptakan dan menumbuhkan rasa cinta anak terhadap hewan sebagai sesama makhluk hidup. Resensiator: Abdul Hamid Mahasiswa Teknik Elektro TM 2014


2017 Edisi No. 199/Tahun XXVIII

23

GANTOPEDIA

Topi EEG Pengendali Komputer Melalui Otak

D

ewasa ini, perkembangan dan kemajuan Iptek sangatlah pesat. Sesuatu yang dulunya hanya terdapat dalam karya fiksi ilmiah, sekarang bisa diwujudkan dalam karya nyata. Topi EEG salah satunya. Topi ini mampu mengendalikan komputer melalui otak.

Dewasa ini, perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) sangatlah pesat. Dalam kehidupan manusia, sains dan teknologi digunakan sebagai acuan untuk menginterpretasikan dan memahami lingkungan beserta isinya. Selain itu, Iptek juga digunakan sebagai alat untuk mengeksploitasi, mengolah, dan memanfaatkannya untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Kita tidak bisa memungkiri bahwa sains dan teknologi telah melekat erat dalam setiap gaya hidup dan kehidupan modern sekarang ini. Seringkali, perkembangan dan kemajuan sains dan teknologi didasari oleh pemikiran gila yang tidak bisa diterima oleh akal sehat manusia pada umumnya. Salah satunya adalah Topi Elektroensefalografi (EEG), yaitu sebuah topi yang merekam aktivitas elektrik di sepanjang kulit kepala. Topi EEG ini mengukur fluktuasi tegangan yang dihasilkan oleh arus ion di dalam neuron otak. Dalam konteks klinis, EEG mengacu kepada perekaman aktivitas elektrik spontan dari otak selama periode tertentu. Biasanya berlangsung selama 20 hingga 40 menit yang direkam dari banyak elektroda yang dipasang di kulit kepala. Teknologi yang dikeluarkan pada tahun 2014 ini sudah diuji coba dalam sebuah simulator ter-

bang. Dan, apa yang terdengar seperti fiksi ilmiah ini ternyata lolos dalam uji coba. Dengan teknologi ini, komputer sudah dapat dikendalikan oleh otak manusia. Uji coba topi EEG ini juga sudah pernah dilakukan terhadap seorang pilot. Dalam percobaan ini, pilot pesawat duduk dalam simulator terbang. Pilot tersebut hanya memakai topi EEG yang dilengkapi elektroda sehingga dapat membaca aktivitas otak. Dengan memayangkan joystick dalam pikirannya, pilot tersebut berhasil menerbangkan pesawat tanpa menggunakan tangan. Tidak hanya pengujian di udara, eksperimen ini juga telah diujicobakan kepada pengemudi mobil. Pengemudi tersebut memakai topi EEG serta konduktor kulit, kemudian kamera dipasang pada dasbor mobil dan diarahkan ke mata pengemudi. Hal ini merupakan teknologi yang paling cocok untuk mendeteksi rasa kantuk pada pengemudi. Teknologi yang dikembangkan oleh Fricke beserta timnya ini dapat memudahkan pekerjaan yang menggunakan komputer, dengan memberi PC akses

terhadap pikiran dan perasaan pemakainya melalui antarmuka otak dan komputer. Menurut periset Brainflight, Thorsten O. Zander, teknologi ini bisa membuat antarmuka baru yang memperhitung-

Sumber : Google

Sumber : Google

kan lebih banyak informasi mengenai pengguna, seperti nada suara, gerakan, dan mimik. Teknologi ini penting untuk diaplikasikan pada bidang lain, dan kemungkinan besar diaplikasikan terlebih dahulu pada sektor selain aviasi. Komputer belum dapat merekam rasa frustasi pengguna ketika sesuatu tidak bekerja dengan baik, atau ketidaksabaran karena sebuah program begitu lambat. Teknologi ini bisa memberikan informasi yang hilang dan juga dapat mempekirakan apakah penggunanya sedang sibuk, apakah penggunanya sedang bahagia dengan situasi yang ada, dan apakah penggunanya sadar akan adanya masalah dalam hidupnya. Seorang pilot, Thorsten Zander ingin hasil riset ini dapat dimanfaatkan oleh rumah sakit. Tim Fricke sedang mengerjakan sebuah sistem yang dapat membantu dokter bedah dalam ruang operasi menggunakan antarmuka otak-komputer. Rencananya, komputer ini akan dapat memperhitungkan keadaan pikiran dokter bedah dan mengomunikasikannya kepada kolega. Apabila dokter bedah sedang berkonsentrasi tinggi, melakukan operasi yang begitu kompleks, ini akan terlihat dengan lampu kecil berwarna merah, sehingga koleganya mengetahui dan tidak melontarkan pertanyaan. Selain itu, topi ini juga dapat berfungsi untuk medeteksi adanya tanda penyakit alzheimer dan epilepsi. Sumber lain juga menjelaskan bahwa topi EEG juga berfungsi untuk mengetahui adanya gangguan fisiologi pada fungsi otak manusia. Meski demikian, topi EEG masih belum bisa digunakan untuk menerbangkan pesawat oleh para pilot. Hal ini dikarenakan masih dalam tahap penelitian dan pengembangan. Tetapi, topi EEG sudah bisa digunakan sebagai alat pembantu dokter untuk mendeteksi beberapa penyakit yang berada pada area otak manusia. (Irza Ade Suarni dari berbagai sumber).

OGAN

Bermain Sepeda

Karikaturis: Venny Sindya Fitri Grafis: Fauziah Safitri


2017 Edisi No. 198/Tahun XXVIII

IKLAN

24


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.