Edisi No. 171/Tahun XXIII/ Desember 2012
CMYK
Ide/Grafis/Karikatur: Via/Jefri/Tilla
ISSN: 1412-890X
2
Edisi No. 171/Tahun XXIII/ Desember 2012
Fajar
Saripati
Mencari ‘Bakti’ Sesungguhnya Kemah Bakti Mahasiswa (KBM) adalah serangkaian acara outdoor pada tingkat fakultas yang merupakan bagian dari penyambutan mahasiswa baru dan dikoordinir oleh mahasiswa senior. Tak ada yang tahu pasti kapan KBM ini mulai dilaksanakan di UNP, yang jelas menurut penyampaian Pembantu Dekan III FMIPA, Drs. Amrin, M.Si, semasa ia kuliah KBM ini sudah ada. Berbagai respon berdatangan dengan pelaksanaan KBM ini. Ada pihak yang pro, dan ada pula yang kontra. Pihak yang pro menganggap melalui KBM akan terpupuk kedekatan antara mahasiswa baru dengan mahasiswa senior, antara mahasiswa baru dengan dosen dan sesama mahasiswa baru serta mewadahi peran mahasiswa sebagai agent of change. Sementara pihak yang kontra menganggap KBM hanya merupakan ajang perpeloncoan oleh senior terhadap junior, ajang membuang-buang uang, serta membuang-buang waktu. Sebagai dampaknya, muncul perbedaan esensi dalam pelaksanaan KBM di berbagai fakultas di UNP. Terdapat lima fakultas yang mewajibkan dilaksanakannya KBM ini, diantaranya: FMIPA, FIK, FBS, FIP dan FIS. Sedangkan dua fakultas lainnya, yakni FT dan FE tidak memiliki aturan yang mewajibkan pelaksanaan KBM. Pada dasarnya, pelaksanaan KBM terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan, yakni: pengenalan mahasiswa baru dengan lingkungan baru (dosen, senior dan sesama mahasiswa baru) yang dibalut dalam acara-acara berupa pengeksplorasian kreatifitas mahasiswa dan acara lainnya. Melalui acara ini diharapkan nantinya akan terjalin kedekatan antara elemen yang terlibat. Lalu kegiatan setelahnya berupa pengabdian kepada masyarakat, seperti membersihkan/memperbaiki infrastruktur masyarakat, penyuluhan, dan sebagainya. Namun, berkaca dari pengalaman yang ada, pelaksanaan KBM di lapangan berbeda dengan target awal. Pertama, KBM untuk menjalin kedekatan malah memberi dampak sebaliknya. Adanya semacam perlombaan antar jurusan malah menimbulkan gap, dikarenakan tiap jurusan berlomba menampilkan eksistensi masing-masing. Kedua, point terakhir yakni pengabdian masyarakat yang memuat esensi KBM sebenarnya, tidak dilaksanakan secara maksimal bahkan tidak ada sama sekali. Banyak kendala yang menjadi penyebab ketidakefektifan pelaksanaan KBM. Diantaranya: peran mahasiswa senior yang sangat besar dalam mengkoordinir acara sehingga tidak tertutup kemungkinan terjadinya “acaraacara tambahan” dibawah kendali mereka. Tentu akan berdampak terhadap banyaknya waktu yang tersita oleh acara semacam ini, sehingga esensi utama KBM menjadi terkesampingkan/terlupakan. Disamping itu juga munculnya berbagai kendala teknis ketika di lapangan. Permasalahan cuaca, kesehatan peserta, dan sebagainya kerap menjadi pemicu ketidakberhasilan pelaksanaan KBM. Bahkan, setelah KMB usai, banyak “oleh-oleh” yang dibawa pulang mahasiswa, seperi: sakit, kesurupan, bahkan terkena sanksi akademik. Kalaupun kegiatan KBM masih tetap dilaksanakan di UNP, seyogyanya ada beberapa faktor yang harus diperhatikan. Diantaranya: pantauan pihak fakultas yang lebih ketat terhadap proses keberlangsungan KBM di lapangan. Lalu peningkatan persentase bidang pengabdian masyarakat dan memang semestinya point ini harus diutamakan. Serta yang terpenting adalah koordinasi yang baik antara semua pihak yang terlibat di dalam KBM.
Gantole
+ Mencari “Bakti” Sesungguhnya - Bakti... Dimana kamu nak?!!
+ UNP Pilih PR Periode 2012-2016 - Gayung bersambut! + Perubahan Kurikulum UNP - Ada yang baru nih!
Kampus Berbakti kepada Masyarakat (KBM)? Akhir-akhir ini, kegiatan Kemah Bakti Mahasiswa (KBM) yang dilaksanakan oleh setiap fakultas di Universitas Negeri Padang sering diapresiasi dalam bentuk pro dan kontra terhadap kegiatan KBM tersebut. Apalagi peserta kegiatan KBM tersebut adalah mahasiswa baru dan panitianya memang para mahasiswa senior. Para civitas akademika banyak mempertanyakan bakti dalam bentuk apakah yang bisa dilakukan oleh mahasiswa baru tersebut. Hal ini dikarenakan pada kenyataannya, pada setiap KBM bentuk bakti yang selalu dilakukan memang hampir selalu sama, yakni: pembersihan jalan, mesjid/mushallah atau pengecatan mesjid/mushallah atau sekolah. Bertolak dari kenyataan itu, ada baiknya juga kalau kita merevitalisasi KBM tersebut dengan program yang lebih bermanfaat bagi masyarakat di tempat kegiatan. Bentuk revitalisasi KBM tersebut misalnya adalah dengan menata kembali nama kegiatan KBM tersebut sebagai program Kampus Berbakti kepada Masyarakat. Dengan penggunaan istilah program Kampus Berbakti kepada Masyarakat (KBM), ada dampaknya untuk mengubah konsep pikiran seluruh civitas akademika atas program KBM tersebut. Selain itu, istilah tersebut juga mengarahkan para pelaksana untuk melahirkan berbagai kegiatan yang sesuai dan mengacu pada berbagai program berbakti kepada masyarakat di tempat kita melakukan bakti tersebut. Bagaimanakah bentuk kegiatan untuk mengisi program Kampus Berbakti kepada Masyarakat (KBM) tersebut? Untuk itu pimpinan fakultas harus mampu
bersinergi dengan berbagai organisasi mahasiswa di tingkat fakultas dalam menyusun program KBM tersebut. Untuk menyukseskan program KBM model ini sebaiknya pula melibatkan dosen dalam melaksanakan program kegiatan pengabdian kepada masyarakat di tempat KBM bersangkutan. Dengan difasilitasi oleh fakultas, beberapa kelompok dosen dapat merencanakan dan melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di tempat KBM tersebut. Sasaran kegiatan pengabdian dosen dapat bervariasi seperti guru Sekolah Dasar, perangkat pemerintahan nagari, pemuda nagari, ibu-ibu PKK, dan sebagainya. Agaknya bentuk revitalisasi program Kemah Bakti Mahasiswa (KBM) menjadi program Kampus Berbakti kepada Masyarakat (KBM) patut pula diujicobakan. KBM yang diisi dengan berbagai kegiatan yang bersinergis antara mahasiswa dengan dosen fakultas seperti ini tentulah akan memberikan manfaat lebih dibandingkan KBM sebelumnya. Untuk mengimplementasikan program Kampus Berbakti kepada Masyarakat (KBM) seperti ini perlu sinergis pimpinan fakultas, pimpinan jurusan/prodi, dan pengurus organisasi mahasiswa di setiap fakultas. Jika berbagai kegiatan yang direncanakan dalam KBM tersebut sesuai dengan misinya, yakni program Kampus Berbakti kepada Masyarakat, maka program KBM seperti ini tentulah akan diapresiasi secara positif oleh seluruh civitas akademika dan oleh masyarakat. Semoga saja. (Eto)
Pokok Padang Assalamualaikum Wr Wb. Tidak ada pemandangan yang lebih mengenaskan daripada seorang pesimis muda. (Mark Twain). Ini adalah salah satu kutipan yang menjadi penyemangat kami segenap kru SKK Ganto untuk menghadirkan informasi bagi pembaca. Ganto Edisi 171 merupakan edisi terakhir kepengurusan periode 2012. Edisi kali ini kami menyajikan laporan utama tentang esensi Kemah Bakti Mahasiswa (KBM) yang dilaksanakan di beberapa Universitas di Sumatera Barat. Pada laporan ini pembaca akan mengetahui persoalanpersoalan yang terjadi saat KBM, esensi KBM itu sendiri dan solusi-solusi konkrit para pakar mengenai KBM ini. Tak hanya itu, pemilihan Pembantu Rektor (PR) UNP pun sudah dilaksanakan. Dengan demikian UNP memiliki PR baru yang akan mengemban tugas pada periode 2012-2016. Disamping itu juga UNP menetapkan PR IV yang bertanggung jawab mengenai penataan aset dan kerja sama. Ini semuanya kami bahas dalam laporan khusus. Untuk itu kami menghadirkan profil masing-masing PR tersebut dihalaman tengah agar civitas akademika lebih mengenal para PR ini. Sebagai media informasi kampus, kami juga menyuguhkan informasi kegiatan seputar kampus dalam rubrik Inter. Bahasan mengenai kurikulum baru UNP pada tahun 2013 berupa persiapan berbagai fakultas di UNP dan pelaksanaan setelah kurikulum ini disahkan bisa pembaca temui di rubrik teropong. Selain itu, isu UNP mengembalikan uang 12 Milyar ke pusat akan dijelaskan juga di rubrik teropong ini. Sebuah berita kerja keras untuk “melunakkan hidup” telah dirangkai secara sastra dan akan menambah informasi pembaca yang tersedia pada rubrik feature. Untuk tulisan-tulisan ilmiah berdaya pikir intelektual kami sajikan untuk pembaca pada rubrik artikel yang bisa dijadikan referensi untuk berbagai hal. Kami juga mengadakan riset kecil-kecilan dalam rubrik seputar mahasiswa berupa fenomena berjilbab mahasiswi dengan cara penyebaran angket kepada mahasiswi setiap Fakultas. Resensi-resensi buku yang
Foto bersama: F o t o b e r s a m a s e k a l i g u s p e n y e r a h a n kenang-kenangan dari kengerusan SKK Ganto 2012 kepada kepengurusan 2013 setelah pelaksanaan Mubes, Minggu (3/12). f/Jefri.
direkomendasikan Ganto bisa pembaca temui pada halaman Sastra Budaya. Tak hanya itu, kami juga mengajak pembaca untuk berimajinasi dengan cerpen Penikmat Malam serta beberapa puisi yang enak untuk dibaca. Beberapa agenda Ganto selain sibuk dalam menyiapkan edisi 171 ini, juga sudah melakukan Musyawarah Besar (MUBES) yang dilakukan 8-9 Desember yang lalu. Dengan demikian 7 orang reporter junior sudah dilantik menjadi kru Ganto untuk periode 2013 mendatang. Berdasarkan keputusan MUBES tersebut dihasilkan 19 orang kru yang akan bertugas menjalankan amanah untuk senantiasa menyajikan informasi kepada pembaca semua. Kami mengucapkan terima kasih atas kesetiaan pembaca dalam menunggu terbitnya Ganto setiap edisi serta membaca hasil karya kami dalam satu tahun ini. Untuk kedepan kami berharap pembaca bisa meningkatkan kestiaan itu dengan cara memberikan kritikan dan saran-saran yang membangun demi Ganto lebih baik kedepannya. Tanpa pembaca kami bukanlah apa-apa. Selamat membaca. Viva Persma.
Surat Kabar Kampus Universitas Negeri Padang STT No. 519 SKK/DITJEN PPG/STT/1979, International Standard Serial Number (ISSN): 1412-890X, Pelindung: Rektor UNP, Penasehat: Pembantu Rektor III UNP, Penanggung Jawab: Prof. Dr. Ermanto, M. Hum, Dewan Ahli: Sari Fitria, Afdhal Ade H, Priondono, Qalbi Salim, Yudhi Irvan Syah, Heri Faisal, Rahma Dania, Arda Sani, Staf Ahli; Konsultasi Psikologi: Dr. Marjohan, M.Pd. Kons, Konsultasi Agama: Dr. Ahmad Kosasih, M.A, Konsultasi Kesehatan: dr. Elsa Yuniarti, dr. Pudia M. Indika, Kritik Cerpen: Mohammad Isa Gautama, M.Si, Kritik Puisi: Zulfadhli, S.S, M.A, Pemimpin Umum: Diana Besni, Pemimpin Redaksi: Dedi Supendra, Pemimpin Usaha: Mardho Tilla, Bendahara Umum: Fitria Ridhaningsih, Kepala Penelitian dan Pengembangan: Dwi Utari Kusuma (NA), Sekretaris: Ismeirita, Redaktur Pelaksana: Dila Monisa, Meri Maryati, Redaktur Berita: Aai Syafitri, Redaktur Tulisan: Ariyanti, Redaktur Bahasa Sastra dan Budaya: Elvia Mawarni, Redaktur Artistik dan Online: Anshar Firman Haryadi (NA), Layouter: Faeza Rezi S, Fotografer: Jefri Rajif, Reporter: Astuni Rahayu, Azizah Pratiwi, Siti Nurasyiyah, Staf Penelitian dan Pengembangan: Rahmi Jaerman, Sirkulasi dan Percetakan: Hasduni, Kesekretariatan dan Perlengkapan: Wezia Prima Zolla, Bagian Iklan: Winda Yevita Dewi, Reporter Junior: Cici Nurazizah, Fidia Oktarisa, Gumala Resti Harlin, Hasanul Hakim, Liza Roza Lina, Maisarah, Media Rahmi, Meri Susanti, Novi Yenti, Wahida Nia. Penerbit: SKK Ganto Universitas Negeri Padang, Alamat: Gedung PKM UNP Ruang G 65 Universitas Negeri Padang, Jl. Prof. Dr. Hamka, Air Tawar. Kode pos 25131. Laman web: http://ganto.web.id, Post-el: redaksiganto@gmail.com, Percetakan: Unit Percetakan PT. Genta Singgalang Press (Isi di luar pertanggungjawaban percetakan), Tarif iklan: Rp1.500,- (permilimeter kolom-hitam putih), Rp3.000,- (permilimeter kolom full colour), 1/4 halaman belakang Rp1.000.000,-(full colour), Iklan Baris Rp1.000,- perbaris. Redaksi menerima tulisan berupa artikel, esei, feature, cerpen, resensi buku, puisi, dan bentuk tulisan kritis lainnya dari sivitas akademika UNP. Redaksi berhak menyunting tulisan tanpa mengubah esensinya. Tulisan yang masuk menjadi hak redaksi dan yang tidak dimuat akan dikembalikan atau menjadi bahan edisi berikutnya. Setiap tulisan yang dimuat akan diberi imbalan/uang lelah semestinya.
3
Edisi No. 171/Tahun XXIII/ Desember 2012
Surat Pembaca SKK Ganto menerima surat pembaca baik berupa keluhan, kritikan, saran dan permasalahan tentang lingkungan sekitar UNP. Surat pembaca dapat dikirimkan melalui email: redaksiganto@gmail.com atau dapat diantar ke redaksi SKK Ganto, Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Ruang G65 UNP dengan dilampiri kartu identitas: KTP atau KTM.
Rumput Liar Merajalela Terimakasih kepada Ganto yang telah memuat surat pembaca saya ini. Saya merasa petugas kebersihan UNP belum bekerja maksimal karena masih banyak ditemukan rumput-rumput liar di area kampus, terutama di jalan belakang FT menuju FBS. Hal ini sangat mengganggu pemandangan, apalagi ketika ada kunjungan dari luar, tentunya hal ini juga akan merusak citra UNP sendiri. Saya harap pihak kampus cepat tanggap akan masalah ini. Terimakasih NY, mahasiswa UNP
Gerakan 1000 Untuk Tong Sampah Mengingat ketersediaan tong sampah di kampus kita ini yang sangat minim, saya punya usulan bagaimana jika kita membuat sebuah perkumpulan: “Gerakan 1000 untuk Tong Sampah Di UNP�. Diharapkan nantinya dengan sumbangan 1000 rupiah dari mahasiswa UNP yang jumlah nya puluhan ribu, akan terbeli tong sampah yang mampu menampung sampah-sampah di UNP. Terimakasih. Ds, Mahasiswa UNP
Grafis: Jefri
Refleksi
Baca; Membudaya
Biaya Print di T77 Mahal Saya mengeluhkan biaya print di Warung Internet UNP (di T77) yang terkesan mahal. Setidaknya jika itu milik kampus, harganya lebih murah dari luaran, dan mahasiswa bisa terbantu dengan fasilitas ini. Agar nantinya tidak terlalu merepotkan, barangkali bisa diberi batas waktu untuk pelayanannya. Sekian saja. Terimakasih atas tanggapannya. Fz, Mahasiswa FIP
Psikologi Kekurangan Dosen Saya mahasiswa Psikologi yang kuliah di kampus Cabang Bukittinggi. Saya dan teman-teman lainnya sangat menyayangkan sedikitnya dosen tetap di Psikologi ini, kebanyakan hanya dosen terbang. Akibatnya, perkuliahan menjadi tidak efektif karena dosen sering berhalangan hadir. Kami mengharapkan pihak kampus segera mencarikan solusinya agar kami dapat mengikuti perkuliahan secara maksimal. Terimakasih. FD, Psikologi, UNP
In Focus Rusak Beberapa in focus di ruang perkuliah kampus ungu (FBS) rusak. Kami berharap agar segera diperbaiki, karena hal ini menyebabkan tidak efektifnya perkuliahan, terutama saat jadwal presentasi mahasiswa. Terimakasih RD, FBS, UNP
Pergantian Kurikulum Saya dengar di UNP akan ada pergantian kurikulum. Saya ingin mengusulkan untuk merombak beberapa mata kuliah yang tidak up to date lagi, karena menurut saya ini akan berpengaruh juga terhadap meningkatkanya pengangguran karena bekal ilmu yang diperoleh mahasiswa sudah tidak ditemukan lagi di zaman sekarang. Tentu hal ini berkaitan dengan pengadaan bahan ajar terbaru agar bisa relevan dengan konteks kekinian. Sekian saja. Terimakasih. MM, FMIPA UNP
Oleh Yani Marliani (Mahasiswa Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan TM 2010)
Buku adalah mesin perubahan, jendela dunia, mercusuar yang dipancangkan di samudera waktu (Barbaca Tucman 1989). Namun saat ini, minat baca bangsa di indonesia sendiri begitu rendah. Dengan membangun budaya baca, diharapakan dapat mengejar ketinggalan, terutama di dunia informasi seperti saat sekarang. Bagi siapa yang peka informasi maka majulah dia dan begitu sebaliknya. Jadi bagaimanakah menumbuhkan minat baca tersebut? Apakah kita dituntut untuk harus selalu membeli buku? Tidak, untuk membaca tidak mesti dengan selalu membeli buku. Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan mengunjungi perpustakaan terdekat. Buku merupakan gudangnya ilmu, lahannya informasi. Sedangkan perpustakaan merupakan jantungnya sekolah/universitas. Namun di Indonesia, perpustakaan seolah-olah bukanlah hal yang penting. Masih banyak sekolah-sekolah yang tidak memiliki perpustakaan, meskipun ada hanya sebagai pelengkap, tidak dijadikan sebagai pusat utama informasi. Bahkan kadang kala, perpustakaan dianggap hanya sebagai gedung kumpulan buku tua, tidak ada manfaatnya dan akhirnya tidak heran jika posisi perpustakaan di posisikan pada sudut nan jauh dari keramaian/gedung paling belakang sebuah sekolah. Berdasarkan fenomena tersebut, dapatkah dikatakan sistem pendidikan indonesia sudah baik? Tidak heran jika tingkat pengangguran Indonesia semakin tinggi. Hal ini dikarenakan kurangnya skill dari para sarjana, kurangnya informasi, dan malasnya membaca.
Sewaktu sekolah, mereka lebih senang hal yang praktis daripada hal yang rumit. Contohnya mengerjakan tugas kuliah atau sekolah dengan searching internet, kemudian copy lalu paste. Daripada harus mengerjakan tugas dengan membaca serta mencari bahan rujukan di perpustakaan. Untuk mengatasi masalah minat baca dan lebih lanjut ke masalah literasi informasi ini, dapat digunakan tiga macam strategi, yakni: Strategi kekuasaan, Strategi persuasif, strategi normatif
Membaca adalah siklus hidup mengalirnya ide pengarang ke diri kita, dan pada gilirannya ide kita mengalir balik ke seluruh penjuru dunia dalam bentuk benda yang kita hasilkan, pekerjaan yang kita lakukan, dan orang-orang yang terkait dengan kita.
reedukatif, (Rahmat natadjumena, 2006). Strategi kekuasaan bisa dilakukan oleh pemerintah. Misalnya mengeluarkan PP, KEPRES, UU, atau PERDA tentang peningkatan minat baca. Sekarang dunia perpustakaan telah memiliki landasan legislatif, yaitu UU No.43 tahun 2007 tentang perpustakaan. Walaupun menurut pengamat, UU tersebut terasa terlalu datar dan normatif/ kurang tegas sehingga terkesan hanya sebagai �macan kertas� ( Saputro, 2007). Dalam UU tersebut, juga dibahas wajib adanya pustakawan dalam sebuah perpustakaan minimal diploma untuk pendidikannya. Hal ini didasarkan agar seseorang bekerja sesuai bidangnya masing-
masing. Sehingga akan tercipta pelayanan yang baik di perpustakaan dan berdampak pada tinggi rendahnya minat baca pemustaka. Seharusnya pemerintah harus lebih tegas akan Praktisi UU tersebut. Setiap sekolah negeri wajib memiliki pustakawan. Jika tidak ada, maka diusahakan untuk segera mengangkat atau jika tidak, akan dikenakan sangsi misalnya. Sampai saat ini, strategi kekuasaan tetap dirasakan lebih efektif karena bersifat memaksa semua elemen pemerintahan. Juga mengingat budaya menunggu perintah dari atasan masih melekat di masyarakat. Strategi kedua, yaitu persuasif. Usaha persuasif dilakukan dengan menayangkan iklan layanan masyarakat di TV, koran, dan media massa lainya. Sedangkan strategi normatif reedukatif, umumnya di gandengkan dengan upaya reeducation (pendidikan ulang) untuk menanamkan dan mengganti paradigma berfikir masyarakat yang lama dengan yang baru. Selain tiga strategi tersebut, menanamkan minat baca dari usia dini kepada anak-anak, di sini yang seharusnya juga berperan penting adalah orang tua, dalam memperhatikan perkembangan dari anak, sehingga tidak terdapat unsur pemaksaan, mengingat membaca begitu penting untuk dilaksanakan dalam kehidupan manusia. Selanjutnya, barulah didukung oleh peran sekolah, serta pustakawan. Dengan menggalakkan strategi ini, minat baca di Indonesia tentu akan meningkat. Ditambah lagi, masyarakat Indonesia akan menjadikan perpustakaan sebagai istana utama di dunia informasi. Sehingga impian mencerdaskan kehidupan bangsa akan tercapai melalui cara semacam ini.
4
Laporan Utama
Edisi No. 171/Tahun XXIII/ Desember 2012
Cerita Sepulang KBM
Problema KBM FT Di balik gedung Sekolah Dasar dekat area perkemahan, Ketua Pelaksana KBM Jurusan Teknik Elektro dipanggil ketua jurusan, Oriza Candra, ST, MT. Tak disangka, dibalik pemanggilan tersebut ia mendapatkan ancaman sanksi akademik lantaran tidak menuruti kebijakan fakultas yang meminta menyelesaikan KBM lebih cepat. “Kamu akan lambat wisuda,” katanya menirukan, Kamis (20/12). Dialog singkat tersebut terjadi Sabtu sore (17/11) di Nagari Ulu Air, Kecamatan Arau, Kabupaten Limapuluh Kota. Berdasarkan jadwalnya, KBM akan berlangsung selama empat hari (15-18/11), namun kendala teknis di lapangan seperti cuaca buruk dan perpeloncoan membuat pihak jurusan memutuskan menghentikan kegiatan. Belum terlaksananya bakti sosial masyarakat menjadi tujuan utama penolakan panitia. Lokasi perkemahan yang berdekatan dengan gedung sekolah dianggap tepat untuk mengantisipasi turun hujan. Sehingga alasan pemulangan karena cuaca buruk tidak bisa diterima. Terkait perpeloncoan seperti: membangunkan peserta pagi hari, masuk sawah, menyeberangi sungai dan renungan suci, panitia menuturkan hanya mengikuti tradisi yang ada. Hal yang sama juga dialami Jurusan teknik Elektronika. Jumat sore (16/11), Dekan beserta rombongan tiba di lokasi, Taram, Bukik Bulek, Payakumbuh. Setibanya disana, Dekan menghimbau untuk menghentikan kegiatan, dan pulang esok harinya. Merasa tidak dihargai sebagai panitia, seluruh jajaran divisi Himpunan Mahasiswa Elektronika (Himanika) mengirim surat pengunduran diri kepada Ketua Jurusan, Drs. Putra Jaya, MT, November lalu dan sekarang memilih vakum. Ditanya mengenai ancaman sanksi akademik, Ketua Jurusan Teknik Elektro, Oriza Candra, ST, MT mengakui tidak pernah mengancam mahasiswa. Ia menjelaskan ancaman DO bisa saja dikeluarkan apabila mahasiswa terlibat aksi tawuran atau masalah besar lainnya. “Itu hanya anggapan mahasiswa saja,” ujarnya, Kamis (27/12). Disamping itu, Oriza juga menyesalkan tindakan panitia yang memilih untuk tidak masuk kuliah setelah pelaksanaan KBM. Ia mengatakan itu merupakan sisi negatif dari KBM.
Oleh: Duni/Meri/Via/Dedi
Dari tahun ke tahun pelaksanaan KBM tidak lepas dari masalah, baik secara teknis maupun koordinasi dengan “orang atas”. Begitu juga untuk pelaksanaan di tahun 2012. Lepas zuhur panitia dan peserta Kemah Bakti Mahasiswa, Fakultas Ilmu Pendidikan tiba di lokasi perkemahan, Jumat (9/11) di Sungai Bangek Lubuk Minturun. Terik matahari mulanya terasa panas menyambut kedatangan peserta dan panitia. Lokasi yang kering dan luas cukup strategis dijadikan lokasi kemah. Namun, satu jam berselang hujan mengguyur. Hal itu lantas membuat panitia kalang kabut, mengingat banyak hal yang belum dipersiapkan. Sebut saja tenda yang belum semua didirikan, makanan untuk peserta belum dimasak dan pembukaan acara yang belum dilakukan. Malam sebelum pelaksanaan KBM, dikarenakan hujan terus mengguyur, panitian hanya bisa mendirikan beberapa tenda. Sampai peserta tiba di lokasi, tenda belum rampung didirikan. Sehingga ketika turun hujan, hanya beberapa tenda yang bisa digunakan. Salah seorang panitia, Handika Maya Sari mengatakan keteledoran panitia dikarenakan lamanya FIP tidak mengadakan KBM. Terakhir pada 2007 silam. Ditambah juga cuaca yang tidak mendukung, menyebabkan kegiatan inti dari KBM, yaitu: bakti sosial ke masyarakat tidak dapat dilaksanakan. “Sayang sekali, tapi itu akan menjadi evaluasi bagi kami,”ujarnya, Jumat (14/12). Sementara itu di sekretariat Himpunan Mahasiswa Matematika, salah seorang panitia bidang masyarakat, Doni Rahmat menceritakan pelaksanaan KBM FMIPA di Sungai Tarab, Kabupaten Tanah Datar. KBM kali ini terkesan terburu-buru dikarenakan pihak fakultas menginginkan KBM berlangsung pada semester satu, sedangkan tahun-tahun sebelumnya dilaksanakan pada semsester dua. Doni menganggap persiapan yang dilakukan panitia benar-benar tidak matang. Tanggal 1 November pihak fakultas menginformasikan tentang pelaksanaan KBM dan tanggal 30 kegiatan harus berlangsung. “Terpaksa KBM tahun ini berjalan seadanya,” ujarnya, Selasa (18/12). Pernah sebelum KBM berlangsung, panitia yang tergabung dalam Ormawa selingkungan
Penampilan Minat dan Bakat: Jurusan Fisika, FMIPA UNP unjuk kebolehan pada acara KBM FMIPA di Sungai tarab, Kabupaten Tanah Datar (30 November s/d 2 Desember 2012). Setiap tahunnya, FMIPA rutin mengisi KBM dengan perlombaan penampilan minat dan bakat oleh empat jurusan yang ada, yaitu: Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi. f/doc.
FMIPA meminta PD3 FMIPA, Drs. Amrin, M.Si untuk menyelenggarakan KBM tidak pada semester 1. Namun PD3 mengatakan, jika menginginkan dana kegiatan turun, KBM harus berlangsung secepatnya. Salah satu narasumber Ganto mengatakan bahwa sebelumnya dana KBM berasal dari iuran peserta, ditambah 30% dari fakultas. Namun pada tahun ini terdapat alokasi dana dari Anggaran Pendapatan dan Pembelanjaan Negara Perubahan (APBN-P) berupa dana Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) sebesar seratus ribu rupiah per-mahasiswa. Akan tetapi dana tersebut baru bisa diperoleh setelah panitia menyelesaikan Laporan Pertanggung Jawaban. Sehingga untuk menyiasatinya panitia meminta sumbangan terlebih dahulu kepada peserta, dan nantinya setelah dana turun baru diganti. “Namun, setelah LPJ selesai tetap saja dana belum bisa turun,” ujar salah seorang narasumber Ganto. Keluhan akan pelaksanaan KBM juga datang dari mahasiswa. Destira Noviana, Mahasiswa Sastra Indonesia mempertanyakan esensi nyata dari KBM. Sehingga pada pelaksanaan KBM di fakultas, ia memilih tidak mengikutinya meskipun jurusan telah mewajibkan bagi mahasiswa baru. Destira menilai KBM merupakan ajang
bagi senior untuk memamerkan kesenioritasan dan eksistensialisme dibanding membimbing juniornya. “Pas camping ntar, kalau minum-minum diam-diam saja ya,” ujarnya, menirukan perkataan senior, Selasa (18/12). Terlepas dari sisi negatif yang dipaparkan, Destira tetap mengharapkan agar ke depannya kegiatan KBM dapat lebih bermanfaat bagi mahasiswa. Dampak dari ketidak-ikutannya tersebut, Destira sempat dipanggil untuk menghadap seniornya. Namun, ia tidak terlalu ambil pusing terhadap pemanggilan itu, karena tidak ada sanksi serius yang diberikan. “Hanya pemanggilan secara personal, dan ditanya kenapa tidak mengikuti KBM,” ujarnya. Hal senada juga diungkapkan Roza mahasiswa Pendidikan Geografi. Ia menilai selama pelaksanaan KBM, panitia terkesan biasa saja, sehingga esensinya tidak terlalu dirasakan peserta. “Hujan mungkin mempengaruhi,” ujarnya, Senin (!7/12). Roza mengharapkan kreatifitas panitia selama di lapangan dapat ditingkatkan pada tahun berikutnya. “Hujan merupakan kendala serius selama pelaksanaan KBM, seharusnya panitia bisa tanggap akan hal itu,” tambahnya. Laporan: Opi, Mala, Tuni, Fidi
Keberagaman Esensi KBM Meskipun mengandalkan tujuan memupuk kedekatan dan memberikan bakti pada masyarakat, tetap saja pelaksanaan KBM jauh dari harapan. Sampai saat ini pun, masih muncul pertanyaanpertanyaan akan esensi nyata KBM. Tidak ada yang tahu kapan awalnya penyelenggaraan Kemah Bakti Mahasiswa (KBM) di UNP. Seiring perkembangannya, kegiatan yang dimotori mahasiswa itu sempat berganti nama menjadi Bakti Sosial Mahasiswa (BSM) sebelum akhirnya kembali lagi ke nama awal. Pembantu Dekan 3 FMIPA, Drs. Amrin, M.Si, mengatakan KBM di UNP sudah ada sejak lama dan tidak tahu sejak tahun
barapa diadakan. “Sejak saya kuliah KBM sudah ada,” ujarnya, Selasa (18/12). Dalam pelaksanaannya, KBM mencoba untuk menerapkan fungsi dari Tridharma perguruan tinggi, yakni: pendidikan, penelitian dan pengabdian. Menurut Amrin, KBM memiliki banyak esensi, diantaranya: menyalurkan status mahasiswa sebagai agent of change, memupuk rasa persahabatan antara senior dan junior serta menjalin keharmonisan antar sesama mahasiswa baru. Dalam pengamatan dari tahun ke tahun, KBM yang berlangsung di FMIPA sudah berjalan dengan baik, namun untuk pelaksanaan tahun ini panitia dianggap lambat. Hal itu dikarenakan seluruh persiapan dikerjakan menjelang kegiatan dimulai, sehingga panitia dianggap tidak cekatan. “Kesiapan dari masing-masing divisi terkesan lambat,” ujarnya. Tidak berbeda dengan FMIPA, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) juga tidak mengetahui sejak kapan KBM pertama kali dilakukan. Pembantu Dekan 3 FBS, menjelaskan bahwa kegiatan tersebut sudah lama berlangsung dan diwa-
jibkan bagi seluruh mahasiswa baru. “Yang jelas kegiatan ini rutin,” ujarnya, Kamis (20/ 12). Selain itu, Esy Maestro, M.Sn juga mengharapkan untuk kedepannya kegiatan seperti ini harus ditingkatkan, karena pengabdian kepada masyarakat merupakan kewajiban bagi mahasiswa sebagai penerapan tridharma perguruan tinggi. Memanfaatkan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov), Fakultas Ilmu Keolahragaan memilih untuk bebarengan mengadakan KBM, di Payakumbuh, Kecamaatan Lima Puluh Kota, 16-18/11. Hal itu dianggap momen tepat bagi FIK untuk mensosialisasikan kampus dan turut mensukseskan Porprov. Pembantu Dekan 3 FIK, Drs. Yendrizal, M.Pd mengatakan, jika dalam pemilihan lokasi, panitia diharuskan bisa memilih tempat yang membutuhkan pemberdayaan pendidikan. Ada perbedaan aturan antar fakultas, terkait dalam penyelenggaraan KBM pada tahun 2012. Ketika FMIPA, FIS, FIK, FBS, dan FIP mewajibkan seluruh mahasiswa barunya untuk mengikuti KBM, namun FT
dan FE memilih untuk tidak mewajibkannya. Hal itu dibenarkan PD 3 FT, Drs. Hasan Maksum, MT. Ia mengatakan bahwa KBM memang tidak diwajibkan, namun ada bentuk pengabdian masyarakat secara mandiri yang harus diikuiti oleh mahasiswa. Pengabdian masyarakat secara mandiri tersebut masuk ke dalam salah satu program dari Dikti bernama Pekan Kreatifitas Mahasiswa. “Dari program itu terdapat pengabdian masyarakatnya juga,” katanya, Rabu (19/12). Sama halnya dengan FT, FE juga memilih untuk tidak mewajibkan KBM bagi mahasiswanya. Hal itu karena mempertimbangkan kesehatan mahasiswa dan tidak semua mahasiswa mendapat izin dari orang tua. Pembantu Dekan 3 FE, Dr. Susi Evanita, M.S mengatakan, meskipun diperbolehkan tidak mengikuti KBM, tidak serta merta mahasiswa lepas begitu saja. Ia mengatakan bahwa peserta yang tidak mengikuti KBM akan diberikan tugas berupa penulisan karya ilmiah yang nantinya diawasi langsung oleh ketua pelaksana.
Edisi No. 171/Tahun XXIII/ Desember 2012
5
Laporan Utama
Menyimak Bakti Sosial Kampus Lain Oleh: Duni/Meri/Via/Dedi
Sudah sejak lima tahun silam KBM di Unand ditiadakan. Meski telah ditiadakan, banyak program yang bisa dijadikan mahasiswa sebagai ajang pengabdian masyarakat. Diantaranya program UKM dan KKN.
Radhia Ashabul dan Marina, mahasiswa Pendidikan Dokter Universitas Andalas sedang melakukan observasi di salah satu rumah warga daerah Minahasa, kawasan Jati, Senin (17/12). Di sana mereka mengamati kondisi rumah dan lingkungan sekitar. Misalnya memeriksa air sumur, apakah layak dikonsumsi atau tidak. Serta kondisi lingkungan sekitar, apakah sehat atau tidak. Setelah melakukan observasi dihari pertama, mereka menemui dosen pembimbing untuk mendiskusikan hasil pengamatan. Hasil diskusi itulah yang nantinya dijadikan acuan, sebagai tindaklanjut dari permasalahan di lapangan. Namun untuk masalah tindaklanjut, semua tergantung dengan mahasiswa yang melakukan observasi, apakah akan dilakukan atau tidak. Dari observasi tersebut mereka menyimpulkan bahwa air sumur yang digunakan untuk minum, mencuci, masak dan mandi dianggap kurang layak. Sehingga dapat mengganggu kesehatan warga yang menggunakannya. “Kami berusaha untuk melanjutkan kegiatan ini, walaupun menggunakan dana pribadi” ujar Radhia, Kamis (27/12). Kegiatan yang dilakukan Radhia dan Marina tersebut merupakan salah satu program pengabdian masyarakat yang ada di Unand. Kegiatan yang mereka lakukan itu
Penurunan Barang: Panitia KBM Fakultas Ilmu Pendidikan bergotong-royong menurunkan barangbarang peserta dan panitia di tengah turunnya hujan. Kegiatan yang dilaksanakan di Sungai Bangek , Lubuak Minturun ini merupakan KBM pertama yang dilaksanakan FIP setelah sempat vacum 5 tahun lalu. f/opi
berada di bawah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Kegiatan ini dikoordinir oleh mahasiswa senior dan dosen. Meskipun tidak diwajibkan, namun mahasiswa cukup antusias untuk mengikuti kegitan ini. Radhia mengaku bahwa kegiatan ini memiliki banyak dampak positf, sehingga harus benar-benar dimanfaatkan mahasiswa. Selain dapat membantu masyarakat, kegiatan itu juga mewadahi peran mahasiswa sebagai agent of change. “Dengan adanya kegiatan ini, masyarakat benar-benar merasa diperhatikan,” ungkapnya. Selain UKM, bentuk pengabdian masyarakat lainnya di Unand adalah Kuliah Kerja Nyata (KKN). Berbeda dengan UKM, KKN merupakan program yang harus diikuti bagi seluruh mahasiswa Unand. Dalam pelaksanaannya, KKN difokuskan untuk mencari permasalahan di lokasi, disamping
juga berkaitan dengan bidang studi mahasiswa bersangkutan di bangku perkuliahan. Sebagai tindak lanjutnya, mahasiswa KKN yang telah dibentuk kelompoknya ini akan bahu-membahu mengatasi permasalahan yang ada. Dengan demikian, masyarakat akan merasa terbantu dengan kehadiran mahasiswa. Sebagaimana yang dilaksanakan Ade Fernandes, Mahasiswa Teknik Elektro Universitas Andalas, tahun 2010 silam. Ia beserta 30 mahasiswa Unand lainnya dari berbagai jurusan melaksanakan KKN di Pasaman Timur, Kenagarian Gonggo Mudiak. Dalam Nagari tempat mereka mengadakan KKN terdapat enam Jorong, dimana disetiap Jorong ditanggungjawabi oleh lima mahasiswa KKN. Selama lebih kurang 45 hari mengikuti KKN, Ade sempat melaksanakan tiga pro-
gram pengabdian masyarakat sekaligus. Ketiga program tersebut ia lakukan secara berkelompok dan individu. Pada program pertama ia melaksanakan pelatihan dokter kecil untuk tingkat nagari. Lalu program kedua penyuluhan tentang kakao untuk jorong dan konsultasi kesehatan gratis kepada masyarakat. Kedua program tersebut ia lakukan secara berkelompok. Dimana setiap mahasiswa mendapatkan tugasnya masing-masing. Untuk program ketiga Ade melakukan penyuluhan tentang hemat listrik, yang ia lakukan secara individu. Terkait dengan ditiadakannya KBM di Unand, Pembantu Rektor 3 Unand, Prof. Dr. Novesar Jamarun, M.Si menjelaskan KBM di Unand sudah ditiadakan semenjak lima tahun yang lalu dan berganti menjadi Program Pengabdian Masyarakat. Hal ini dikarenakan pihak kampus tidak ingin lagi mahasiswa bermain pada titik kultur namun lebih kepada kepentingan masyarakat dan perwujudan dari nilai kemahasiswaan sehingga harus langsung terjun kelapangan untuk mengabdi ke masyarakat. Program ini merupakan bagian dari mata kuliah yang telah ditetapkan oleh masingmasing jurusan. Nantinya ilmu yang mahasiswa dapatkan di mata kuliah bersangkutan akan di transfer kepada masyarakat dan dibawah bimbingan dosen tentunya. “Kalau kita menyebutnya dengan transfer of knowledge.”, tutur Prof. Dr. Novesar Jamarun, M.Si, Rabu (26/12). Ia juga menambahkan bahwa pengabdian terhadap masyarakat merupakan keharusan yang diemban mahasiswa sebagai perwujudan dari nilai-nilai karakter kemahasiswaannya. Peran mahasiswa sebagai agent of change dalam masyarakat terlihat dengan program Pengabdian Masyarakat ini. “Misalnya mahasiswa kedokteran memberi pengobatan gratis ke masyarakat, dan ada juga mahasiswa lainnya menginap di panti asuhan sebagai bentuk kepedulian sosial mereka”, tutupnya. Laporan: Wa’i, Faeza, Via, Riyan
Hendri Teja, Mantan Presiden BEM UNP
KBM Bukan Ajang Kumpul-kumpul Sudah sejak lama UNP mengadakan kegiatan KBM. Namun sampai sekarang esensi dari kegiatan tersebut masih menjadi tanda tanya. Meskpiun sudah banyak perubahan dari tahun ke tahun, tetapi tetap saja belum memperlihatkan dampak nyata. “KBM hanya dijadikan ajang kumpul-kumpul saja bagi mahasiswa,” kata Alumni UNP, Hendri Teja, Senin (31/12). Berikut cuplikan wawancara reporter Ganto, Hasduni dengan mantan Presiden BEM UNP tersebut. Menurut Anda, apa esensi dari KBM di UNP saat ini? Kalau saya melihatnya begini, dari yang paling dasar saja, ada kemah, bakti, dan mahasiwa. Kalau kemah dan mahasiswa secara tersirat sepertinya sudah sesuai. Akan tetapi kalau perkara bakti, ini perlu didiskusikan lagi. Maksudnya begini, apakah kegiatankegiatan yang terdapat selama KBM sudah dapat dikategorikan sebagai bakti mahasiswa kepada masyarakat? Menurut saya, kalau cuma gotong royong membersihkan jalan, bersih-bersih sungai, pasang plang nama jalan, sepertinya kurang bisa dikategorikan bakti mahasiswa. Dari sisi keilmuan ma-
hasiswanya tidak terlihat. Kalau begitu, anak SMA, atau bahkan SMP juga bisa. Lalu sebaiknya seperti apa? Kalau kita analisis darinama, idealnya ya ada kontribusi dari mahasiswa sesuai dengan ranah keilmuannya bagi kemashalatan masyarakat pedesaan tersebut. Misalnya, mahasiswa jurusan Teknik Elektro bikin pemancar radio sebagai sarana komunikasi, mahasiwa Fakultas Ilmu Pendidikan bicara tentang pentingnya pendidikan usia dini, melalui penyuluhan di PAUD setempat. Mahasiswa Ekonomi bicara masalah perekonomian dan melakukan sumbang saran atas produktivitas usahausaha yang ada di lokasi. Secara teknis, pelaksanaannya di lapangan seperti apa? Sebaiknya mahasiswa jujur saja jika hanya ingin berkumpul-kumpul. Maksudnya bisa namanya diganti dengan kemah mahasiswa, jangan ditambah bakti mahasiswa. Kalau namanya kemah mahasiswa, baktinya jadi agenda sempalan tidak masalah. Ya mau bikin apa saja terserah, sebab bakti masyarakat bukan prioritas.
Berkaca dengan KBM anda dulu, permasalahan apa saja yang sering terjadi? Masalah klasik sebenarnya. Perpeloncohan dulu masih erat sekali, sehingga sering menjadi sorotan dari berbagai pihak. Terkadang juga ada masalah dengan remaja kampung yang meminta uang “jago”. Terkait perpeloncohan, bagaimana Anda menilainya? Ya, kalau mau plonco tidak usah bawabawa nama masyarakat, itu kan keblinger jadinya. Plonco, di manapun sudah tak tepat lagi. Tanya lagi dengan senior yang melakukan plonco, kecakapan apa yang diperkuat lewat plonco. Kecakapan personalkah, akademiskah, vokasikah? Kalau gak punya konsep ya makanya jadinya cuma marah-marah semata, cuma ikut tradisi. Nah, itu namanya kesalahan. Tapi kalau bisa didisain plonconya pakai nilai-nilai pendidikan yang bisa dipertanggungjawabkan, ya its ok. Ke depan harapannya KBM seperti apa? Sebaiknya KBM ditiadakan saja. Ganti dengan nama kemah
mahasiswa saja. Hal itu mengingat waktu yang disediakan hanya tiga hari. Kegiatan semacam Kuliah Kerja Nyata baru sesuai. Karena melalui KKN, akan banyak berbaur dengan masyarakat, hal itu juga dapat meningkatkan hubungan sosial eksekusinya.
6
Laporan Utama
Edisi No. 171/Tahun XXIII/ Desember 2012
Artikel
Pengabdian Masyarakat; Data, Orientasi Dan Aplikasi Oleh Mujiono (Ketua BEM FIS UNP 2012-2013)
Perguruan tinggi di Indonesia baik negeri maupun swasta, pastinya memiliki Tridharma Perguruan Tinggi yaitu: pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Dalam bidang pendidikan, disamping belajar mahasiswa juga dituntut agar mampu menjadi pembimbing bagi juniornya, hal ini tentu bersifat berkesinambungan. Selain itu, mahasiswa juga didorong untuk melaksanakan penelitian dalam berbagai disiplin ilmu. Kegiatan penelitian ini akan dapat mengubah minat mahasiswa nantinya untuk menjadi peneliti sebenarnya. Dalam bidang pengabdian kepada masyarakat, hal utama yang harus diaplikasikan oleh semua perguruan tinggi adalah Kemah Bakti Mahasiswa (KBM), Sosialisasi, Gotong Royong dan lain sebagainya. KBM adalah proses pembelajaran yang bersifat substansial dan teoritis. Hal ini berkaitan dengan tugas utama yang harus dipenuhi oleh mahasiswa, sebagaimana yang tertuang dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi yang ketiga yakni “Pegabdian kepada masyarakat�. Disam-ping itu, KBM adalah kegiatan factual; pengabdian mahasiswa terhadap masya-rakat yang dilakukan secara integral dari berbagai disiplin ilmu. Disiplin ilmu ini biasanya dibagi berdasarkan fakultas, jurusan, dan Program Studi (Prodi). Kegiatan-kegiatan yang dilakukan seperti dijelaskan sebelumnya, merata dilaksanakan disetiap perguruan tinggi. Namun, ada satu hal yang menjadi pertanyaan, sudahkah kegiatan pengab-dian tersebut memenuhi standar pendekatan keruangan? Secara kasat mata, pada KBM ini hanya terlihat kegiatan kemah/camping biasa saja. Kegiatan KBM tampak tidak ada realisasi program kerja nyata, bahkan realisasi project terhadap kebijakan atau privasi yang dibuat pemerintah melalui program tetap tidak dijalankan. Pelaksanaan kegiatan KBM di beberapa perguruan tinggi tidak mem pertimbangkan unsur data, orientasi, target pencapaian dan tindakan aplikasi dari disiplin
ilmu yang dimilki, karena pada kenyatannya, tanpa unsur data tersebut, KBM pun tetap dilaksanakan. Pengabdian kepada masyarakat, pada hakekatnya merupakan sebuah keharusan bagi setiap perguruan tinggi. Pelaksanaan pengabdian terhadap masyarakat adalah sebagai wujud kepedulian perguruan tinggi sebagai lembaga yang menghasilkan elit intelektual untuk senantiasa berpartisipasi dalam pengembangan kualitas masyarakat. Mahasiswa adalah agent of change yang memiliki peran penting dalam menangani permasalahan yang terjadi pada masyarakat. Sebab, mahasiswa diperkuliahan sudah dibekali dengan ilmu-ilmu murni dan ilmu terapan, agar nantinya mampu meningkatkan sumber daya manusia, teruntuk masalah ekonomi. Tidak hanya sebatas itu, menyejahterakan hubungan sosial, menerapkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menjadi tanggung jawab mahasiswa. Melalui KBM yang dilaksanakan Perguruan Tinggi, diharapkan dapat memberikan solusi secara akuratif kepada masyarakat atau pemerintah, bahwa itu adalah salah satu bentuk kepedulian mahasiswa terhadap perma-salahan yang terjadi di masyarakat. Tentunya dengan pelaksanaan kegiatan bermutu dan dapat berkomunikasi dengan baik dan benar. Setidaknya, dapat mengubah persepsi masyarakat terhadap mahasiswa kearah yang positif. Pengabdian pada masyarakat, juga sering diartikan pada serangkaian aktivitas dalam kontribusi perguruan tinggi terhadap masyarakat secara langsung yang dapat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat, walaupun dengan waktu yang singkat. KBM dilakukan biasanya atas inisiatif individu atau kelompok anggota civitas akademika terhadap masyarakat atau inisiatif perguruan tinggi yang bersifat nonprofit (tidak mencari keuntungan). Diadakannya KBM, dengan harapan akan adanya umpan balik dari masyarakat terhadap perguruan tinggi, tujuannya supaya masyarakat dapat memanfaatkan IPTEK yang di terapkan mahasiswa. Kegiatan KBM yang berhubungan langsung dengan masyarakat sebaiknya diperjelas bahwa azas-azas dalam kegiatan sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Disamping itu juga dapat memahami kembali fungsi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi tersebut agar nantinya
tidak ada kekeliruan dari bebagai pihak serta tujuan pendidikan tinggi secara nasional pun dapat tercapai. Kebutuhan data, pada program pengabdian kepada masyarakat dalam berbagai bentuk, seperti KBM, perlu diadakan studi khusus secara langsung maupun tidak langsung. Studi secara tidak langsung maksudnya, studi pustaka terhadap literatur kontemporer dari instansi pemerintahan, dengan cara pengumpulan data, misalnya Badan Pusat Statistik (jumlah pen-duduk, jumlah sarana dan prasarana sosial, tingkat pendapatan perkapita dan lainnya), BNPB/ BPBD (jumlah kerugian material, zona rawan banjir, zona kritis dan lainnya) sedangkan studi secara langsung maksudnya adalah
Grafis: Jefri
studi yang dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan, yaitu melalui observasi, wawancara terhadap kepala jorong, ketua pemuda, wali nagari, camat dan tokoh masyarakat lainnya. Kemudian data yang sudah didapatkan dari studi secara tidak langsung, dapat diakumulasikan dengan data yang didapatkan dari studi langsung kedalam kebutuhan administratif kegiatan, baik itu dalam latar belakang, tujuan dan manfaat dari proposal. Kebutuhan data adalah hal pertama dan utama dalam menentukan arahan dan tujuan dari sebuah kegiatan, terlebih kegiatan tersebut melibatkan masyarakat dalam beragam fenomena, baik fisik maupun sosial. Orientasi kegiatan, permasalahan yang terlihat pada KBM tidak semua peserta ataupun panitia memahami atau mengerti akan agenda yang dirancangkan. Pada kenyataannya, yang terjadi dilapangan tidak
sesuai dengan planning yang dimusyawarahkan sebelumnya. Selama ini kegiatan KBM sering dirasakan sebagai unjuk kesenioritasan, silaturrahim, persatuan dan lain sebagainya. Sebenarnya hal ini bisa didapatkan secara tidak langsung, yang terpenting dalam KBM dapat menonjolkan kegiatan yang bermanfaat, punya esensialisme bagi mahasiswa dan kegiatan pengabdian kepada masya-rakat seharusnya bersifat membangun bukan ala kadarnya saja. Indikator dalam pengabdian kepada masyarakat khusus KBM hendaknya dirumuskan kedalam tiga variabel yaitu: pendidikan-teknologi, lingkungan-kesehatan, dan sosial kepemerintahan. Keseluruhan orientasi yang terbagi dalam tiga variabel tersebut merupakan sistem terpadu dalam upaya mendayagunakan keberadaan mahasiswa dengan disiplin ilmunya, serta memanfaatkan sumber daya disekitar sebagai subyek program relasi lebih luas terhadap masyarakat. Selain itu, perumusan konsep pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan mahasiswa, merupakan orientasi terhadap proses, unjuk kerja, efektivitas dan efisiensi. Dengan ketiga indikator pelaksanaan tersebut, mahasiswa dapat memilih indikator mana yang akan dilaksanakan di lapangan, kegiatan apa yang akan dilakukan, dan kerjasama dalam bentuk apa. Prinsip Aplikasi, kemah bakti mahasiswa merupakan salah satu sarana belajar bagi mahasiswa untuk mengamalkan ilmu yang didapatkannya di Perguruan Tinggi sekaligus membuktikan secara langsung sejauh mana manfaat ilmu tersebut di mata masyarakat. Kemudian baru dikembangkan dalam kegiatan pengabdian. KBM juga mengajarkan mahasiswa untuk bekerja sama dalam kelompok atau teamwork yang sifatnya umum. Disisi lain, mahasiwa juga perlu menyadari fungsinya sebagai “stakeholder� terhadap permasalahan yang sedang terjadi ditengah masyarakat dan lingkungan sekitar. KBM bukanlah tempat untuk menunjukkan siapa si A atau si B, melainkan kebersahajaan yang hanyut tehadap kondisi masyarakat. Melalui kegiatan KBM, mahasiswa dapat bersikap lebih situasional dan profesional, karena selangkah dari kampus, mahasiswa adalah masyarakat (bagian dari masyarakat) yang akan mengembangkan Tridharma Perguruan Tinggi, melalui tiga fungsi utama mahasiswa itu sendiri.
Apa Kata Mereka
Kembalikan Esensi KBM Ketika KBM kemarin, cuaca tidak bersahabat. Kadang panas sekali dan kadang turun hujan. Tetapi, hujan lebih mendominasi. Ketika hujan, kondisi lapangan tidak memungkinkan untuk tidur, bahkan ada yang angkat tenda untuk dipindahkan ke tempat yang lebih tinggi seperti tenda jurusan PGSD Bukittingi. Kemudian tenda jurusan BK kalau hujan banyak genangan air jadi tidurnya sempit-sempitan. Selain itu, ketika hujan banyak acara yang tidak jalan seperti acara inti KBM gagal yaitu bakti ke masyarakat. Sedangkan kalau lagi panas terik bisa membuat kepala pusing dan tidak enak badan. Saya berharap kepada panitia agar lebih mematangkan perencanaan KBM ini kedepannya. Jangan sampai kegiatan inti dari KBM itu tidak terlaksana. Lagi. Adefitri Mahasiswa Psikologi/2012
KBM ini sangat bagus untuk mahasiswa, selain menjalin kedekatan dengan senior ataupun junior juga mendekatkan diri dengan masyarakat. Namun untuk mengadakan KBM tentu juga ada kendala, seperti cuaca yang tidak bersahabat. Selain kendala tersebut juga ada peserta KBM yang kesurupan, namun semua bisa diatasi. Sebelum pelaksanaan KBM sebaiknya persiapkan tempat yang memungkinkan, agar acara berjalan dengan baik. Semoga KBM tetap diadakan tahun berikutnya, dan tidak ada lagi kendala-kendala yang terjadi. Rito Irawan Panitia KBM FIP UNP
Adanya Kemah Bakti Mahasiswa (KBM) dapat mempererat ikatan sosial antara sesama mahasiswa baru. Kegiatan ini dapat memupuk kebersamaan mereka. Selain itu, KBM memberikan sarana bagi mahasiswa untuk melakukan pengabdian terhadap masyarakat. Namun, dari beberapa kali pengangkatan acara ini, terkadang pengabdian yang dilakukan tidak sesuai dengan konteks mahasiswa tersebut. Biasanya kegiatan pengabdian yang dilakukan itu berupa membantu masyarakat untuk membersihkan fasilitas umum seperti masjid atau jalan. Alangkah lebih baiknya jika disesuaikan dengan bidang kajian yang didapat mahasiswa ketika perkuliahan. Mahasiswa bidang pendidikan melakukan bakti kepada masyarakat dengan memberikan pembelajaran pada sebuah sekolah di daerah tersebut. Sedangkan untuk mahasiswa non-pendidikan seperti teknik, bisa memberikan pengarahan atau penyuluhan sesuai bidang mereka. Sebagai contoh, Teknik Otomotif membantu kerja di bengkel kendaraan bermotor atau mengajar di bidang yang sama pada Sekolah Menengah Kejuruan. Dedi Yulhendra, ST, MT (Dosen Jurusan Pertambangan)
Edisi No. 171/Tahun XXIII/ Desember 2012
7
Laporan Utama
Solusi ‘Lunak’ Pengabdian Mahasiswa Oleh: Hasduni/Meri/Via/Dedi
Pada tahun belakangan, beberapa fakultas sempat vacum untuk melaksanakan KBM. Hal itu dikarenakan tidak adanya kewajiban dari universitas. Namun, baru-baru ini rektor telah menghimbau kepada setiap fakultas untuk menyelenggarakan . KBM. Panitia Kemah Bakti Mahasiswa (KBM), Fakultas Ekonomi tidak menyangka jika pada lokasi kemah mereka akan terjadi longsor. Beruntung tidak ada korban jiwa dari bencana tersebut. Namun, hal itu cukup membuat panitia kalang kabut, karena dosen pembimbing di lapangan tidak sebanding dengan peserta yang berjumlah sekitar 800an. Kejadian itu terjadi 2006 silam, di daerah Pariaman. Dampak kejadian tersebut sempat menghentikan pelaksanaan KBM di FE selama enam tahun. Kebijakan fakultas untuk meniadakan KBM dikarenakan tidak ingin kejadian yang sama terulang. Sebagai gantinya fakultas mewajibkan seluruh mahasiswa melakukan magang keahlian. Magang keahlian tersebut berupa penerapan dari matakuliah yang telah dipelajari. Misalnya mahasiswa Ekonomi Pembangunan melakukan penyuluhan tentang pemerintahan di Kenagarian dan Jorong. Beberapa tahun berselang, KBM diadakan lagi di kampus “merah muda” itu. Tepatnya ketika Rektor menghimbau seluruh fakultas untuk melaksanakan KBM. “Kini kami menyelenggarakannya kembali, karena
ada surat edaran dari pusat,” ujar mantan Pembantu Dekan 3 FE, Drs. Zul Ashar, M.Si, Senin (17/12). Drs. Zul Ashar, M.Si sempat berandaiandai jika saja UNP kembali mengadakan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Ia mengatakan KKN lebih memiliki esensi pengabdian masyarakat dibanding KBM yang hanya berlangsung selama tiga hari. “KKN lebih bisa memberikan solusi atas masalah yang ada di masyarkat,” ujarnya. Ia juga menambahkan jika KBM dirasa kurang tepat bagi seluruh jurusan yang ada di UNP. Misalnya saja mahasiswa ekonomi, hanya sedikit yang bisa dibaktikan kepada masyarakat. Menurutnya, sebaiknya ilmu pelajaran yang mesti diterapkan, bukan halhal seperti gotong royong yang sekedar membersihkan jalan. Sebagaimana diketahui, UNP sudah sejak 2006 silam telah meniadakan KKN. Sebagai gantinya dengan menambahkan waktu Praktik Lapangan Kependidikan, yang semula hanya tiga bulan menjadi enam bulan.
Sosialisasi: Dua orang mahasiswa FMIPA mengadakan sosialisasi di sebuah sekolah pada pelaksanaan KBM FMIPA di Sungai Ta r a b , KAbupaten Tanah Datar (2/12). f/Doc
Hal itu disayangkan oleh berbagai pihak. Seperti yang pernah diungkapkan Romi Mardela melalui tulisannya yang dimuat di Rubrik Refleksi Ganto edisi 164. Romi menyayangkan UNP meniadakan KKN, mengingat kegiatan tersebut dapat lebih membentuk karakter mahasiswa yang siap terjun ke tengah-tengah masyarakat setelah wisuda. Hal senada juga diungkapkan salah satu alumni UNP, Hendri Teja. Ia malah menyarankan untuk membubarkan KBM, dan diganti dengan kegiatan yang lebih bersifat pengabdian sebenarnya. Menurutnya tidak akan tercapai esensi pengabdian masyarakat apabila hanya dijalankan dalam rentang waktu tiga hari. KBM bisa saja tetap dilakukan, namun hanya sebagai batu pijakan untuk eksekusi pengabdian yang sebenarnya. Pengabdian sebenarnya yang dimaksud adalah KKN. Kegiatan yang lebih berbaur dengan masyarakat dianggap dapat meningkatkan hubungan sosial yang baik, apalagi bisa memeberikan solusi yang sedang
terjadi di lokasi KKN. Jika hanya kegiatan yang berlangsung singkat, lalu melakukan gotong royong biasa, itu tidak menunjukkan karakter peran kemahasiswaan. Menurut Hendri, keilmuan mahasiswa dalam ranah pendidikan seharusnya bisa lebih dipertanggungjawabkan. Idealnya dalam pengabdian masyarakat itu harus ada kontribusi yang jelas dari mahasiswa, sesuai dengan ranah keilmuannya. Lalu selanjutnya dapat dijadikan kemaslahatan untuk masyarakat. “Apabila KKN diwajibkan, saya sepakat sekali,” lanjutnya, Minggu (30/12). Selain itu, ada juga fakultas yang tidak mewajibkan mahasiswanya untuk melakukan KBM. Namun diwajibkan untuk melaksanakan pengabdian masyarakat secara mandiri. Seperti mengikuti program Dikti bernama Pekan Kreatifitas Mahasiswa. Dimana salah satu dari kegiatan tersebut terdapat pengabdian masyarakatnya. Kebijakan tersebutlah yang diterapkan oleh Fakultas Teknik. Pembantu Dekan 3 FT, Drs. Hasan Maksum, MT, menjelaskan bahwa kegiatan pengabdian masyarakat secara mandiri dapat lebih meningkatkan kesadaran mahasiswa dalam menerapkan tri dharma perguruan tinggi. “Kegiatan ini juga dapat menghindari perpeloncohan saat KBM,” ujarnya, Rabu (19/12). Mahasiswa yang terlibat KBM juga turut mengeluhkan keberadaan KBM yang dianggap tidak ada hubunganya dengan aplikasi ilmu selama di perkuliahan. Alfina, mahasiswa Bimbingan Konseling salah satunya. Alfina mengaku merasakan ada perbedaan antara KBM fakultas dan jurusan. Di jurusan dianggapnya lebih berkaitan dengan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan. Sebut saja ketika seluruh mahasiswa diajarkan cara berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat setempat. “KBM fakultas tidak memiliki esensi,” ujarnya, Selasa (18/12). Laporan: Jefri, Winda, Tuni.
Rektor UNP Prof. Dr. Phil. Yanuar Kiram
KBM: Latihan Hidup Untuk Mahasiswa Pada penyelenggaraan KBM tahun-tahun sebelumnya, hanya beberapa fakultas saja yang rutin mengadakannya. Selain karena alasan tidak adanya anggaran dana yang diberikan, tidak adanya himbauan untuk mengadakan KBM dari universitas juga menjadi faktornya. Maka dari itu, beberapa waktu lalu Rektor UNP Prof. Dr. Phil. Yanuar Kiram, menghimbau seluruh fakultas untuk menyelenggarakan KBM. Apa alasan Rektor memberikan himbauan tersebut? Rabu (2/1) lalu, Prof. Dr. Phil Yanuar Kiram menjelaskannya semua melalui wawancara dengan reporter Ganto, Elvia Mawarni dan Media Rahmi. Simak hasil wawancaranya berikut ini. Apakah ada himbauan dari Universitas yang mewajibkan seluruh fakultas melakukan KBM? Itu merupakan Sunat muakad bagi seluruh fakultas. Kalau diwajibkan, nanti dibilang tidak demokratis. Maksud saya sunat muakad itu adalah anjuran yang sangat kuat, supaya ada interaksi, baik dengan dosen maupun junior dan seniornya. Sebenarnya KBM ini mengarah kepada latihan kepemimpinan. Bagaimana cara mengkoordinir peserta yang jumlahnya ratusan. Hal itu pasti banyak problematikanya, dan
mahasiswa dituntut untuk bisa belajar dari pengalaman ini. Adakah sanksi bagi fakultas yang tidak melaksanakan KBM? Tidak ada. Tapi saya akan memanggil Dekannya. “Anda punya kemauan apa? Orang melakukan KBM kenapa Anda tidak?” Seperti itu. Bagaimana anda menilai perkembangan KBM dari tahun ke tahun? Misalnya seperti ini: di lapangan mahasiswa membuat pengairan, lalu mahasiswa saja yang bekerja, sementara penduduk duduk-duduk saja. Saya tidak ingin seperti itu! Kalian dipersiapkan untuk menjadi pemimpin, menjadi orang yang profesional. Maunya, bagaimana mahasiswa bisa menggerakkan sumber daya yang ada dan memotivasi masyarakat. Itu yang diharapkan. Lalu ketika survei, jangan mahasiswa saja yang turun, tapi dosen juga. Lihat, masalah-masalah apa yang ada pada masyarakat yang bisa kita bantu. Bukan survei kelayakan area perkemahan saja. Apa manfaat KBM, menurut Anda? Jika KBM ini dikoordinir dengan baik dan jelas misinya, KBM bisa dijadikan sebagai
“latihan hidup”. Misalnya, latihan kepemimpinan, manajemen, membangun interaksi sosial yang baik, dan membantu masyarakat. Apa sisi buruk KBM dalam pandangan Anda? Sisi buruk muncul jika acara tidak terkendali seperti yang diharapkan. Tempatkan posisi kita sebagai orang yang berkontribusi dan solutif. Jangan menambah masalah. Lalu sudahkah seperti yang diharapkan? Belum. Masih ada yang perlu kita perbaiki. Seharusnya seperti apa? KBM harus jelas misinya. Sosialisasikan dan organisasikan dengan baik, sehingga mahasiswa punya pengalaman dalam memanajerial waktu, peserta, dan sebagainya. Jika tidak, mahasiswa tidak akan mengerti apa esensinya. Jangan hanya hura-hura semata. Sekali lagi, tugas mahasiswa bukan untuk bergotong royong, tapi mahasiswa harus mampu memberdayakan masyarakat.
8
Artikel Umum
Konsultasi Kesehatan Untuk edisi kali ini konsultasi Kesehatan SKK Ganto tidak bisa disajikan kepada pembaca karena kendala teknis. Sebagai gantinya redaksi menampilkan tulisan seputar masalah Kesehatan.
Benjolan leher bagian depan Assalamu’alaikum wr, wb. Sebelumnya terimakasih kepada ganto yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk berkonsultasi dengan pengasuh rubrik kesehatan ini. Berapa bulan kemarin saya merasakan semacam benjolan di sekitar leher bagian depan. Saat di pencet benjolan itu bisa berpindah-pindah. Untuk kondisi normal saya tidak merasakan apa-apa sejak benjolan itu terasa. Namun, saat saya sudah makan makanan yang mengandung msg, terasa ngilu dan nyaris membuat saya kesulitan menelan. Tapi, entah kenapa, benjolan itu tidak terasa lagi setelah berapa waktu lalu. Walaupun benjolannya hilang, sakitnya masih saja terasa. Menurut Ibuk, penyakit semacam apa yang sedang saya alami?. Apakah menghilangnya benjolan itu pertanda baik atau malah penyakitnya tambah parah?. Jika itu penyakit berbahaya, adakah solusi herbal yang bisa saya lakukan? sebelumnya terimakasih atas penjelasan dari Ibuk. Mita, mahasiswa unp. Terimakasih atas pertanyaannya. Dari yang keluhan yang dipaparkan adanya sesuatu benjolan tanpa tanda - tanda infeksi atau radang di dalam medis kemungkinan mengarah ke arah tumor. Benjolan leher termasuk salah satu kelainan tumor. Namun, untuk mendiagnosa tumor membutuhkan analisa dan pemeriksaan yang lengkap. Tidak bisa dengan hanya keluhan saja. Tumor itu sendiri terbagi atas dua: yakni tumor jinak dan tumor ganas. Kedua jenis tumor tersebut membutuh penanganan yang berbeda. Secara umum, benjolan di daerah leher disebabkan oleh lima kelainan atau penyebab utama, yaitu: 1. Kelainan Kongenital Kelainan kongenita yaitu kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. (Kelainan bawaan). 2. Infeksi 3. Neoplasma Neoplasma yaitu masa jaringan yang abnormal, tumbuh berlebihan. tidak terkoordinasi dengan jaringan normal dan tumbuh terus menerus. 4. Trauma 5. Kelainan lainnya Untuk kewaspadaan awam, adanya sesuatu benjolan ditubuh yang tidak wajar harus cepat memeriksakan diri ke dokter agar apa yang dikhawatirkan mendapatkan penanganan yang cepat. Deteksi dini itu penting. Penyebab tumor itu sendiri adalah multifaktor artinya tidak hanya satu. Sekarang ini karena zaman telah berubah masyarakat ingin semua serba instan. Hal ini terlihat dari banyak makanan siap saji yang pastinya mengandung banyak penyedap rasa MSG. Jika makanan ini terlalu banyak dikonsumsi akan menyebabkan efek yang buruk terhadap tubuh salah satunya fungsi hati dan ginjal kemudian pada akhirnya akan menyebabkan tumor. Benjolan pada leher umumnya jinak dan tidak berbahaya namun tetap saja tindakan pengobatan harus dilakukan untuk mencegah benjolan pada leher agar tidak memasuki tahapan yang lebih parah dan menjadi ganas. Benjolan di daerah leher atau bagian belakang telinga, yang umumnya dapat diraba namun tidak jelas nampak, dengan konsistensi kenyal dan dapat digerakkan, awal bengkak nyeri namun setelahnya tidak nyeri, biasanya merupakan pembesaran kelenjar getah bening. Daerah leher dan belakang telinga memang memiliki jumlah kelenjar getah bening yang banyak, dan dapat mengalami pembesaran. Bagaimana cara kita mencegahnya yakni dengan banyak mengkonsumsi buah-buahan segar dan sayuran setiap harinya, minum air putih 8-10 gelas sehari, berolahraga, dan yang terpenting adalah hindari makanan yang mengandung pengawet. Mengenai pengobatan herbal. Saya tidak dapat merekomendasi herbal mana yang baik. Prinsip herbal pada dasarnya sama dengan obat kimia yang mana pasti ada efek sampingnya. Sebaiknya konsultasikan ke dokter tentang pengobatan yang tepat dan Awali tahun baru dengan semangat baru yakni hidup sehat. Pencegahan lebih baik dari mengobati.
Edisi No. 171/Tahun XXIII/ Desember 2012
Remaja Saat Ini: Tragis atau Strategis? yang lain. Harus ingat, bahwa jumlah dan kelompok terbesar kasus HIV/AIDS Oleh Muhammad Sugero justru datang dari kelompok usia produktif dengan porsi terbanyak (Mahasiswa Jurusan adalah kalangan remaja. Besar Akutansi TM 2009) perkiraan angka kejadian HIV/ AIDS terdapat 4000 kasus di Bali adalah diestimasikan berasal dari kasus penyalahgunaan Dalam Rangka Memperingati 1 1.300 narkoba suntik (yang kasusnya Desember “Hari Aids Se-Dunia” banyak menimpa remaja) dan 2.700 dari perilaku seksual yang tidak aman (lagi-lagi juga banyak dialami oleh remaja). Dalam konsep Remaja memiliki hak reproduksi dan penanggulangan HIV/AIDS itu seksual yang merupakan bagian dari Hak sendiri baik dari program pendamAsasi Manusia. Ini juga penting untuk pingan maupun dari program disimak, karena belum banyak remaja pencegahan dikenal konsep dan orang dewasa yang menyadarinya. pendampingan dan pendidikan Indonesia adalah salah satu dari 178 oleh kelompok antar remaja sebaya negara di dunia yang telah menan- yang disebut dengan konsep datangani rencana aksi dari Konferensi pendidik sebaya atau peer educaInternasional Kependudukan dan tor (PE). Ini sangat efektif untuk Pembangunan (ICPD, Kairo, tahun 1994 dijalankan. Penanggulangan HIV/ yang mengisyaratkan bahwa “negara- AIDS di kalangan remaja menjadi negara di dunia didorong untuk suatu hal yang penting dan menyediakan informasi yang lengkap kepada remaja mengenai bagaimana mereka dapat melindungi diri dari kehamilan yang tidak diinginkan, infeksi menular seksual dan HIV/AIDS”. Pun pemerintah Indonesia melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2005-2009, menyatakan bahwa salah satu arah RPJM adalah meningkatkan kualitas kesehatan reproduksi remaja. Sudah jelas sekali, bahwa Grafis: Jefri ketidak-beruntungan posisi remaja sering kali membawa sebuah “hal tragis” atau permasalahan sangat serius pada remaja. Seringkali dukungan dan kepercayaan yang diharapkan untuk remaja justru tidak didapatkan dari pihak orang dewasa, masyarakat bahkan pemerintah. strategis untuk dilakukan. KurangHal ini tentulah tidak akan bisa nya pengetahuan, ketiadaan akses mendukung akselerasi upaya-upaya dan masih adanya bias gender penanggulangan permasalahan yang serta mitos-mitos yang berkembang muncul pada remaja. Justru hal yang di kalangan remaja merupakan harus dikembangkan adalah mengikis faktor yang mengakibatkan epikekhawatiran orang dewasa akan demic berjalan cepat. Epidemic ketidakmampuan remaja dalam mengam- HIV/AIDS menjadi ancaman global bil peranan. Remaja harus diberdayakan dan nasional karena pada kenyasemua orang, agar mereka bisa taannya jumlah kasus yang belum mengingat kembali betapa strategisnya tercatat jauh lebih besar. Sudah saatnya remaja menjadi posisi mereka. Jumlah remaja (usia 1024 tahun) saat ini adalah sejumlah 65 subyek dan bukan lagi obyek, yakni juta jiwa, yang berarti sekitar 30 persen dengan memberdayakan remaja dari total penduduk Indonesia. Perlu dalam kegiatan pencegahan digarisbawahi juga betapa pentingnya terutama di kalangan sebayanya. perhatian terhadap pemenuhan hak-hak Juga pelibatan remaja dalam kesehatan reproduksinya, karena bila advokasi kepada para stakeholder tidak dilakukan secara serius dan segera makin perlu diperbesar kesemmaka bisa jadi negara ini akan makin patannya untuk ikut meya-kinkan terpuruk dengan permasalahan yang bahwa permasalahan ini harusnya mendapatkan perhatian dan suara makin menumpuk. Sudut pandang masyarakat menge- remaja itu sendiri harus didengar nai hal ini perlu diubah, sebab sebagai komponen penting dalam masyarakat masih menganggap kelom- pengambilan kebijakan untuk pok remaja sangat “hijau” dan secara remaja. Bahkan beberapa strategipsikologis juga sering kali remaja strategi advokatif sangat perlu dianggap kelompok yang masih bersifat segera direalisasikan. Strategi transisi, belum mampu mengambil advokasi yang efektif dapat melalui keputusan sendiri. Tepatnya adalah beberapa jalan, yaitu: Pertama, remaja perlu didukung untuk mendapat- Memberdayakan remaja agar bisa kan akses dan kepercayaan sehingga menumbuhkan kesadaran dan mampu mengambil keputusan yang solidaritas bersama untuk bisa bertanggung jawab, termasuk memberi- mendapatkan pengakuan, memperkan kesempatan seluas-luasnya buat juangkan hak-hak remaja, terutama remaja untuk saling memberikan hak-hak reproduksi dan seksual dukungan dan bersinergi dengan remaja remaja. Kedua, Mendesak pemerin-
tah agar bisa mengambil keputusan yang pro remaja dengan mengubah regulasi, kebijakan, program dan anggaran agar bisa mendukung pemenuhan hak informasi dan pelayanan HIV/AIDS pada remaja berdasarkan kebutuhan remaja. Ketiga, Melibatkan remaja dalam proses pengambilan keputusan, perencanaan, implementasi dan monitoring. Empat, Mengembangkan akses informasi, pelayanan, konseling, pendampingan dan pelayanan kepada remaja. Lima, Meningkatkan kerjasama, koordinasi dan jaringan dengan sektor swasta, LSM dan organisasi remaja, lembaga pemerintah, organisasi profesi, lembaga donor. Enam, Mendapatkan dukungan dari masyarakat, lembaga lain terutama pihak media massa untuk melakukan advokasi ke pemerintah dan pengambil kebijakan. Tujuh, Memberdayakan remaja agar bisa menumbuhkan kesadaran dan solidaritas bersama untuk bisa memperjuangkan hak-hak remaja, terutama hakhak reproduksi dan seksual remaja Cara advokasi tersebut, akan mempersiapkan remaja untuk mampu melindungi diri dari risiko reproduksi yang tidak sehat dan bahaya penyalahgunaan narkoba dengan memberikan informasi dan keterampilan tentang bagaimana remaja dapat mempraktekkan perilaku reproduksi yang sehat dan bertanggung jawab. Pekerjaan ‘rumah’ memang harus diselesaikan bersama-sama untuk remaja Indonesia. Kalau boleh jujur, saat ini remaja Indonesia memang sedang dalam keadaan tragis, bila diinventariskan data dan fakta permasalahan yang dialami remaja, tidak lepas dari masalah HIV/AIDS. Jika permasalahan ini tidak diatasi secara bersama-sama, maka angka-angka permasalahan remaja akan semakin meningkat atau harus bersiap-siap untuk lebih tragis lagi. Bersikap optimis dalam menghadapi permasalahan meru-pakan keharusan, bahwa remaja Indonesia adalah aset potensial yang sangat strategis sebagai komponen yang memiliki peran kuat dan solutif bagi permasalahan di negeri ini bila dimanfaatkan. Bagaimana pun dan atas dasar apa pun tidak ada ruang untuk menolak pengakuan dan pemenuhan hak-hak remaja. Sebab, masa depan Indonesia akan dipegang oleh 62 juta orang remaja Indonesia. Nasib Indonesia tergantung dari mereka. Untuk itu, dalam mempersiapkan generasi yang memiliki pendidikan dan kesehatan yang baik, semua kalangan berkewajiban dan bertanggung jawab atas kemajuan remaja Indonesia, agar dapat menjadi sumber daya potensial dalam mendukung pembangunan berkelanjutan. Sebaliknya, jika mereka sakit dan tidak terdidik maka akan menjadi beban negara yang sangat berat. Tiga pertanyaan besar untuk direnungi bersama adalah: Seberapa pedulikah orang dewasa terhadap remaja? Sejauh mana dukungan untuk remaja? Sudahkah menyangi remaja?
Edisi No. 171/Tahun XXIII/ Desember 2012
9
Artikel Pendidikan
Obsesi Gagasan Keren ala Kurikulum 2013 Oleh Meri Susanti Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia TM 2011
Ranah pendidikan Indonesia kembali mengadakan agenda rutin dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan di negara berkembang demi menggapai arah pendidikan yang lebih baik. Pemilik kuasa terhadap perubahan pendidikan di negeri ini tak pernah lelah mencari formula terbaik untuk ramuan arah pendidikan yang tepat sasaran dalam rangka memajukan dunia pendidikan. Tercatat dalam sejarah sebanyak sembilan kali perubahan kurikulum pendidikan di Indonesia, yaitu kurikulum tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004 dan 2006. Belakangan ini, pemerintah berencana mengeluarkan kurikulum baru pada tahun 2013, dengan rancangan pendidikan penguatan nalar berpikir dan pembangunan karakter. Mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Sekilas, kurikulum ini sejalan dengan keinginan kurikulum pendidikan yang diperlukan sekarang, yaitu kurikulum pendidikan berkarakter; dalam arti kurikulum itu memiliki karakter dan sekaligus diorientasikan dalam pembentukan karakter peserta didik. Rencana perubahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dari Kurikulum 2006 ke Kurikulum 2013 menyisakan pertanyaan. Apakah yang akan berubah dari Kurikulum 2013 dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya? Dengan kata lain, apa yang baru dari kurikulum 2013? Sebagai bahan perbandingan, jika dilihat kembali perubahan pada kurikulumkurikulum sebelumnya, sebenarnya dapat dilihat dan dirasakan bahwa perubahan sebelumnya sudah jelas. Seperti pada Kurikulum 2004 yang dikenal dengan visi kompetensinya, peserta didik bukan sekedar mengetahui tetapi dituntut untuk berkompeten, yakni dapat mengintegrasikan antara: sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara baik. Selain itu yang dikenalkan dengan
sebutan CTL atau pembelajaran kontekstual, pembelajaran harus dikaitkan dengan kondisi lingkungan sekitar agar bermakna. Demikian juga halnya dengan Kurikulum 2006 (KTSP) yang menyempurnakan kurikulum sebelumnya. Pada model ini, penyusunan kurikulum menjadi kewenangan sekolah. Sekolah membuat kurikulumnya sendiri berdasarkan karakteristik sekolah masing-masing. Konsekuensi dari kurikulum berbasis kompetensi dan pembelajaran kontekstual sangatlah jelas, bahwa pada praktis pembelajarannya, siswa dapat membangun dan menemukan dengan sendiri pengetahuan yang didapat dari guru sebagai fasilitator mereka. Namun, KTSP yang baru berjalan 6 tahun ini akan digantikan keberlayakannya sesuai dengan rancangan baru Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Dimana pengembangan kurikulum 2013 yang bertemakan dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana), dan pengetahuan (tahu apa) yang terintegrasi, menjadi motivation perubahan kurikulum tersebut. Nah, dalam kurikulum 2013 memang ada tercantum salah satu visi, yaitu berbasis karakter. Pertanyaannya, barukah sesuatu yang dinamakan karakter itu? Sudah jelas karakter sudah ada, sejak awal mula adanya guru dan pendidikan, bahkan sebelumnya. Pertanyaan selanjutnya, apa konsekuensi dari kurikulum berbasis karakter pada praktis pembelajarannya? Jika hanya sosialisasi karakter dan ketauladan guru, itu bukanlah sesuatu yang baru. Dari dulu, guru sudah mengenalkan karakter dan memberi tauladan sekecil apapun. Lantas apanya yang baru? Memang telah dijelaskan bahwa inti dari Kurikulum 2013 adalah adanya upaya penyederhanaan, dan tematik-integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak
generasi yang siap dalam menghadapi masa depan. Sebab itu, kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Titik beratnya, bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, agar mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempre-sentasikan) apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan kurikulum 2013, menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya. (http:// www.kemdiknas.go.id). N a m u n kurikulum 2013 menjadi sebuah yang ironi, apabila ditelisik lebih dalam lagi. Hal ini sesuai yang disebutkan di sebuah media massa, bahwa perubahan kurikulum merupakan wujud nyata dari k e g i l a a n pemerintah. Kurikulum pendidikan, terlihat seperti wabah penyakit bagi pengetahuan tingkat SD, SMP, dan SMA. Sebagaimana pemberitaan Grafis: Jefri di media cetak yang mengatakan orientasi SD akan diarahkan hanya pada ranah sikap, SMP diarahkan hanya pada ranah keterampilan, dan SMA hanya pada ranah pengetahuan. Ini merupakan hal yang sangat tidak masuk akal, karena pada dasarnya sikap, keterampilan, dan pengetahuan adalah hal yang berkesinambungan. Tidak hanya itu, kurikulum ini juga akan memangkas jumlah mata pelajaran di SD, SMP, dan SMA. Padahal bangsa kita cukup terkenal dengan berbagai prestasi gemilang pada kompetisi-kompetisi tingkat internasional. Jika seandainya pengetahuan sains dihilangkan sejak dini, sudah bisa dibayangkan, hal yang akan terjadi adalah menurunnya prestasi bangsa dan akan menyakiti peserta didik, sebab mereka
sudah memiliki rasa cinta terhadap Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), hanya saja mereka belum mampu meng-explore lebih dalam kemampuannya itu. Kurikulum 2013 yang dirumuskan secara tergopoh, sepertinya juga disusun atas dasar substansi pendidikan yang masih tidak jelas, sehingga rujukan utama hanyalah pikiran pemerintah (baca: Kemdikbud) yang telah terobsesi membuat gagasan keren (menurutnya), tetapi mengambang, yaitu pendidikan karakter dan daya saing. Alhasil, produknya tidak menunjukkan suatu koherensi utuh. Sekretaris Jendral National Education Watch, Jonner Sipangkar, mengatakan bahwa konsep yang diusung pada kurikulum baru ini tidak ada yang baru. Semua yang digagas oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan saat ini, hanya mengulang kurikulum dulu yang pernah digunakan sebelumnya. Rancangan kurikulum 2013 ini akan resmi dan diterapkan pada bulan Juli 2013 mendatang apabila tidak ditemukan kendala. Namun, berbagai pro-kontra telah menyambut lahirnya kurikulum baru. Masyarakat banyak memprotes, menyoal pengurangan mata pelajaran dan penambahan jam belajar. Esensi perubahannya pun condong buram. Memang, perubahan kurikulum merupakan hal biasa, bahkan sudah menjadi agenda rutinitas yang harus dilaksanakan oleh negara berkembang dan tujuannya tak lepas untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Idealnya perubahan ini dilaksanakan sekali sepuluah tahun. Akan tetapi menjadi tanda tanya besar, kenapa pemerintah begitu tergesa-gesa menerapkan perubahan ini secara nasional. Sebaiknya, pemerintah mengkaji ulang kurikulum 2013 ini, karena kurikulumlah yang akan menentukan laju perkembangan pengetahuan dan kehidupan masyarakat di masa depan. Mengingat tidak sedikit biaya yang diperlukan dan konsekuensi lainnya, bisa jadi akan berakibat tidak baik bila penerapannya tidak tepat. Semoga pembuat kebijakan pendidikan mendengar dan mau mengakomodir masukan-masukan dari berbagai pihak, termasuk kegelisahankegelisahan di masyarakat yang berkaitan dengan rencana pemberlakuan kurikulum 2013 tersebut, kemudian dapat mengambil langkah yang tepat dan bijaksana. Demi kemaslahatan seluruh bangsa Indonesia.
Konsultasi Psikologi Untuk edisi kali ini konsultasi psikologi SKK Ganto tidak bisa disajikan kepada pembaca karena kendala teknis. Sebagai gantinya redaksi menampilkan tulisan seputar masalah Psikologi.
Kleptomania (Bahasa Yunani, kleptein= “mencuri�, dan mania) adalah penyakit jiwa yang membuat penderitanya tidak bisa menahan diri untuk mencuri. Kleptomania pertama kali secara resmi diakui di Amerika Serikat sebagai gangguan jiwa pada 1960, dalam kasus di Negara Bagian California v. Douglas Jones. Kleptomania dibedakan dari mengutil atau pencurian biasa, pada umumnya pencuri yang melakukan pencurian dengan berorientasi pada nilainya secara materi, atau berhubungan dengan keuntungan dan biasanya ada maksud dan tujuan secara moneter atau direncanakan terlebih dahulu, sementara Kleptomania belum tentu memikirkan nilai barang yang mereka curi atau bahkan sampai motif pencurian yang terpaksa mereka lakukan. Menurut psikolog anak dari Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Wahyuni Kristinawati Psi Msi, kleptomania atau disingkat klepto termasuk kelompok gangguan ke
Kleptomania = Gangguan Jiwa ? raumatik dan keracunan karbon monoksida. Meskipun demikian, penyakit ini dapat disembuhkan. Diantaranya melalui pendekatan sosial dan pendekatan spiritual. Secara pendekatan sosial, setiap orang harus menyadari bahwa kleptomania merupakan salah satu gangguan mental. Hambatanhambatan yang berkaitan dengan kesehatan mental ialah banyak orang tidak menyadari bahwa dirinya sebenarnya mengalami gangguan mental. Disamping itu banyak orang yang menderita gangguan mental tidak mau menerima perawatan apapun. Pada penderita kleptomania, orang tersebut bisa jadi sadar bahwa perilakunya merugikan masyarakat dan ia merasa malu untuk bersosialisasi, namun terkadang peran masyarakat pula lah yang diperlukan. Oleh sebab itu, penting bagi masyarakat untuk mengetahui berbagai gangguan mental termasuk kleptomania dan cara pengobatannya, sehingga baik masyarakat maupun penderita dapat terbebas dari perasaan bersalah dan tindakan yang salah
terhadap penderita. Sedangkan melalui pendekatan spiritual, dalam Islam telah diajarkan bahwa buku amalan akan ditarik dalam 3 kriteria, salah satunya ialah apabila orang tersebut tidak berakal/adanya gangguan jiwa (hilang ingatan), maka Allah akan mengampuni kesalahannya. Dalam agama Islam, mencuri merupakan perbuatan tercela yang dapat merugikan baik diri sendiri maupun orang lain. Namun kita harus dapat membedakan antara tindakan mencuri dengan kleptomania. Mencuri adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dan terencana. Berbeda halnya dengan kleptomania, penderita tidak menyadari perbuatannya tersebut. Terjadinya tindakan mengambil barang orang lain karena adanya dorongan-dorongan dan sensasi yang terjadi saat melakukan pengambilan barang tersebut dan adanya kepuasan
saat selesai melakukan tindakan tersebut. Maka dengan mengingat Allah (berdzikir) akan menghindarkan seseorang dari berbagai gangguan jiwa seperti kleptomania. Seorang muslim seharusnya mempercayai bahwa jika ia mengingat Allah dalam setiap keadaan, maka itu dapat menjadi penyembuh dari berbagai penyakit hati dan gangguan jiwa. (Dari berbagai sumber).
10
Laporan Khusus
Edisi No. 171/Tahun XXIII/ Desember 2012
Wajah Baru Pembantu Rektor UNP Oleh: Media/Dila/Via/Dedi
Pembantu Rektor untuk periode jabatan 2012-2016 telah resmi dilantik nyaris dipenghujung tahun 2012 lalu. Selain wajahwajah baru kinerja rektor UNP mendatang juga akan diperkuat oleh adanya jabatan PR IV. Memasuki akhir tahun 2012, Universitas Negeri Padang (UNP) mempunyai wajahwajah baru untuk Pembantu Rektor (PR). Jumat (28/12), lalu rektor baru saja melantik PR untuk periode 2012-2016. Ada sedikit perbedaan pada pelantikan kali ini. Rektor yang biasanya hanya melantik 3 orang untuk membantunya sekarang melantik empat orang sekaligus. Untuk periode mendatang rektor tidak hanya akan dibantu dibidang akademik, keuangan, dan kemahasiswaan, tapi juga ada bidang baru yaitu bidang kerjasama dan pemberdayaan aset dan bidang inilah yang akan dijabati oleh Pembantu Rektor empat nantinya. Berikut adalah nama-nama PR UNP terpilih untuk empat tahun masa jabatan ke depan. Untuk jabatan PR I terpilih Prof. Dr. Agus Irianto dari Fakultas Ekonomi (FE). Dari jumlah total 106 suara, ia memperoleh sebanyak 88 suara, dan berhasil mengalahkan dua orang pesaingnya Dr. Alwen Bentri, M. Pd dari Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) dengan 16 suara dan Dr. Hasdi Aimon, M. Si yang juga berasal dari FE yang berhasil memperoleh 2 suara. Dr. Alizamar, M. Pd, Kons dari FIP yang dulunya menjabat PR III, empat tahun mendatang akan mendapat tugas baru sebagai PR II. Ia berhasil mengalahkan dua orang calon dengan memperoleh 92 suara. Calon lain untuk
Sumpah Jabatan: Empat Pembantu Rektor UNP terpilih periode 2012-2016, mulai dari PR1, PR2, PR3, dan PR4 akhirnya dilantik secara resmi dan disumpah jabatan di hadapan senat universitas, jajaran petinggi universitas, fakultas, civitas akademika UNP dan tamu lainnya di GOR UNP, Jum’at (28/12) . f/Media
jabatan ini adalah Drs. Syahril, ST, M.Sc.E, Ph.D dari Fakultas Teknik (FT) memperoleh 6 suara dan Prof. Dr. Yasri, MS dari FE dengan perolehan 6 suara. Untuk bidang Kemahasiswaan (PR III) akan dimenangkan oleh Dr. Syahrial Bachtiar, M.Pd dari Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK). Syahrial menang telak dengan perolehan 94 suara. Dua orang calon lain untuk jabatan ini yaitu ST. Bahrul Amin, M.Pd., dari (FT) dan Drs. Ikhwan, M.Si dari Fakultas Ilmu Sosial (FIS) hanya memperoleh masing-masing 10 dan 0 suara. Jabatan baru untuk bidang kerjasama dan pemberdayaan aset (PR IV) dipercayakan kepada Dr. Ardipal, M.Pd dari Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) dengan perolehan 84 suara. Dua orang lainnya yang juga dicalonkan untuk jabatan ini adalah Prof. Dr.H. Azwar Ananda, MA dari FIS dan Prof. Dr. Rusdinal, M.Pd dari FIP. Namun
keduanya hanya mampu memperoleh masing-masing 14 dan 6 suara. Tidak semua anggota senat memilih untuk jabatan ini. Dari 106 pemilik hak suara hanya 104 orang diantaranya yang memilih dua orang lainnya memilih untuk abstain. Pemilihan untuk jabatan Pembantu Rektor ini diadakan Jumat (21/12), bertempat diruang senat UNP. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Prof. Dr. Lufri, MS dipercaya sebagai ketua panitia pada pemilihan kali ini dan didampingi oleh Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, Prof. Dr. M Zaim sebagai sekretaris. Lima dekan fakultas lainnya mendampingi sebagai anggota panitia. Panitia mengawali persiapan pemilihan ini Jumat (7/12) lalu, dengan pengesahan tata tertib dan pemilihan ketua panitia. Dalam
pemilihan ini, seluruh anggota senat mempunyai satu hak suara untuk masing-masing bidang PR, kecuali rektor. Berdasarkan keputusan rektor tentang tata cara pemilihan PR UNP periode 2012-2016, rektor mempunyai 35% hak suara dari total pemilih yang hadir. Jadi, senat memiliki 65% hak suara dari total keseluruhan pemilih yang hadir. Para Pembantu Rektor terpilih ini tentunya telah memenuhi persyaratanpersyaratan yang diajukan untuk dapat mencalonkan diri untuk menjadi Pembantu Rektor. Syarat-syarat yang harus dipenuhi tersebut telah diatur dengan jelas dalam Keputusan Rektor Tentang Tata Cara Pemilihan PR UNP periode 2012-2016 pada BAB II Pasal 2. Diantara syarat-syarat khusus untuk bakal calon PR tersebut yaitu: menyatakan kesediaan menjadi calon PR secara tertulis, dapat dan bersedia bekerja sama dengan rektor sebagai pimpinan tertinggi universitas yang dinyatakan secara tertulis, serendah-rendahnya berjabatan fungsional lektor kepala IVa, dan berkualifikasi pendidikan minimal strata dua (S2), berusia tidak lebih dari 60 tahun terhitung pada tanggal selesainya masa bakti jabatan PR sebelumnya, telah mengabdi dan bertugas sekurang-kurangnya empat tahun di UNP, membuat pernyataan secara tertulis berhenti dari jabatan yang dipegang di dalam dan/atau di luar UNP setelah dilantik menjadi PR UNP, membuat pernyataan secara tertulis tidak sedang tugas belajar, mempunyai pengalaman menjabat sekurangkurangnya sebagai ketua jurusan dan/atau sederajat, dan tidak sedang menjabat jabatan yang sama dua kali berturut-turut. Harapan untuk kemajuan universitas ini tentunya sangat besar ditumpangkan kepada Rektor dan Pembantu Rektor yang baru saja terpilih ini. Siapapun orangnya, tentu mempunyai tujuan yang sama untuk universitas yang lebih baik. Dan tentunya harapan untuk dapat menjadi World Class University dapat segera tercapai. Laporan: Ica, Liza, Nia, Zola
Dekan FMIPA, Prof. Dr. Lufri, MS
Tidak Ada Pertimbangan Politis Pembantu Rektor Universitas Negeri Padang periode mendatang telah resmi dilantik pada 28 Desember 2012 lalu. Meskipun pelantikan dilakukan dipenghujung tahun, Pembantu Rektor terpilih akan bertanggungjawab untuk periode 2012-2016 mendatang. Pembantu rektor yang pada periode ini berjumlah empat orang, dilantik berdasarkan hasil pemilihan yang dilakukan pada 7 Desember 2012. Seperti apa persiapan yang dilakukan untuk pemilihan ini? Melihat prosesnya berlangsung cukup cepat. Dan apa yang menyebabkan pemilihan Pembantu Rektor ini berjarak cukup lama dibandingkan dengan pelantikan rektor yang sudah dilakukan sejak Agustus lalu. Simak hasil wawancara reporter Ganto, Dila Monisa
dengan ketua panitia pemilihan Pembantu Rektor periode 2012-2016, Prof. Dr. Lufri, MS Selasa, 18 Desember 2012 bertempat di ruangan dekan FMIPA UNP. Seperti apa persiapan yang dilakukan untuk melaksanakan pemilihan pembantu rektor ini? Kita sudah melaksanakan persiapan dimulai dari penyusunan tata tertib pemilihan panitia dan penjaringan bakal calon (balon) pembantu rektor. Untuk penjaringan bakal calon panitia telah mengirimkan surat kepada fakultas untuk melaksanakan rapat penjaringan balon. Setiap fakultas diminta untuk memberikan nama balon maksimal 3 orang untuk masing-masing bidang. Setelah itu Balon dari masing-masing fakultas akan diverifikasi oleh panitia untuk diserahkan kepada rektor. Rektorlah yang bertanggung jawab untuk menyeleksi calon-calon dari masing-masing bidang menjadi tiga orang disetiap bidangnya untuk dijadikan calon. Setelah calon diterima oleh panitia barulah dilaksanakan rapat terakhir sebelum pemilihan berlangsung. Dari hasil penjaringan balon yang dilakukan ada 10 -14 balon yang diserahkan kepada rektor. Melihat proses persiapan pemilihan yang dilakukan apakah persiapan pemilihan kali ini tidak terlalu cepat ? Sebenarnya persiapan ini sudah dilakukan
sejak lama, untuk penetapan tata tertib misalnya panitianya sudah ada sejak lama bahkan bisa dibilang sebelum masa jabatan rektor terdahulu berakhir. Proses penjaringan balon juga sudah lama diketahui oleh fakultas dan saya rasa fakultas juga telah mempersiapkannya. Yang dimulai bulan desember ini adalah persiapan schedule/ jadwal pemilihan saja, artinya pelaksanaannya saja yang dimulai bulan ini. Apa yang menyebabkannya tertunda? Mengingat pelantikan rektor juga telah lama dilakukan. Pertimbangannya masa sekarang yang merupakan masa transisi, jadi masih banyak program-program terbengkalai yang harus diselesaikan. Jika nanti harus diurus oleh orang-orang yang baru tentunya akan cukup sulit. Selain itu anggota senat juga banyak tidak berada ditempat untuk melaksanakan tugas diluar ataupun melaksanakan ibadah haji, jika pemilihan tetap dilaksanakan tentunya quorumnya akan kurang. Apakah ada aturan yang mengatur jarak pemilihan rektor dengan pembantu rektor? Aturan jelasnya tidak ada. Pertimbangan yang dipakai selama ini adalah disesuaikan dengan kebutuhan dan juga kondisi. Idealnya sebelum periode jabatan berakhir pemilihan untuk periode selanjutnya harus sudah dipersiapkan. Yang pasti untuk pemilihan
ini semua aspek harus dipertimbangkan baik itu aspek positif ataupun negatif. Tidak ada pertimbangan politis untuk ini. Bagaimana kantor untuk rektor dan pembantu rektor ini? Apakah masih bertempat di kantor yang sekarang? Untuk sekarang rektor dan para pembantunya harus bersabar untuk tetap menggunakan rumah dinas rektor yang saat ini dipakai sebagai kantor. Rumah dinas rektor tersebut sudah diperbaiki untuk juga ditempati oleh PR IV. Gedung rektorat baru juga akan segera dibangun pada tahun 2013 ini dengan bantuan dana dari IDB. Apa harapan Bapak untuk para pembantu rektor terpilih ini? Harapan saya semoga para Pembantu Rektor periode baru ini dapat lebih memajukan lembaga sesuai dengan bidangbidang yang mereka tanggung jawabi. Yang pertama bidang akademik yang merupakan kunci utama dari lembaga pendidikan, semoga bisa lebih baik lagi. Begitu juga dengan bidang keuangan. Untuk bidang kemahasiswaan semoga lebih bisa mengembangkan kemampuan dan softskill mahasiswa. Harapan besar juga diberikan kepada bidang baru yaitu kerjasama karena kerjasama juga merupakan salah satu kunci untuk memajukan universitas ini.
Edisi No. 171/Tahun XXIII/ Desember 2012
11
Laporan Khusus
Jabatan Baru untuk UNP Oleh: Media/Dila/Via/Dedi
Walaupun kerjasama dengan pihak lain telah diselenggarakan UNP sejak dulu, namun untuk kedepannya tidak mungkin perihal kerjasama tersebut tidak dibuatkan jabatan khusus yang membidanginya. Begitu juga dengan pemberdayaan aset-aset UNP. Suasana berbeda terlihat saat pelantikan Pembantu Rektor (PR) Universitas Negeri Padang (UNP) periode 2012-2016 yang digelar Jumat (28/ 12). Biasanya pembantu rektor yang hanya terdiri dari tiga orang, PR I, PR II, dan PR III, sekarang bertambah satu dengan kehadiran PR IV. PR IV merupakan perpanjangan tangan rektor yang membidangi urusan kerjasama dan pemberdayaan aset-aset UNP. Adanya PR IV yang baru pertama kali pada periode ini dilatarbelakangi oleh banyaknya kerjasama UNP, baik yang telah ada, maupun yang sedang dan yang akan diselenggarakan. Seperti kerjasama dengan Universitas Bung Hatta, kerjasama dengan Australia, kerjasama dengan Institut Pendidikan Guru Kampus Ilmu Khas, Kuala Lumpur, dan lain-lain dengan pihak UNP hanya dijalankan sendiri-sendiri oleh jurusanjurusan ataupun fakultas-fakultas. “Selama ini kerjasama yang ada hanya jalan masing-masing,” ujar Prof. Dr. Syafri Anwar, M. Pd, Senin (17/12).
Selain itu, diadakannya PR IV ini juga berkaitan dengan tak sedikitnya jumlah asetaset UNP yang butuh untuk dikelola dan diberdayakan. Aset-aset berupa sarana dan prasarana, seperti bus kampus, kolam, renang, dan lain sebagainya beserta aset sumber daya manusia (SDM) UNP seperti guru besar, dosen, dan mahasiswa harus dikembangkan potensinya untuk UNP yang lebih baik kedepannya. “Apalagi dengan jumlah mahasiswa yang lebih dari 35 ribu orang,” kata Syafri Anwar saat diwawancarai diruangannya. Menanggapi hal ini, Drs. Ganefri. M.Pd, Ph.D mengatakan bahwa kerja sama dan aset merupakan income generating yang dapat memberikan keuntungan secara berkelanjutan bagi UNP. “Dengan begitu pendapatan UNP juga akan semakin meningkat,” tambah Dekan Fakultas Teknik ini, Rabu (26/12). Rektor UNP, Prof. Dr. H. Phil Yanuar Kiram menjabarkan beberapa tugas PR IV ini, diantaranya mengevaluasi kerjasamakerjasama yang telah ada sebelumnya. Kerjasama-kerjasama yang pernah UNP senggarakan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk program kerjasama selanjutnya. Di samping itu, PR IV bertugas untuk merintis dan meningkatkan kerjasama dengan universitas-universitas berkualitas terutama universitas luar negeri. Selain itu, PR IV juga akan memperkuat penelitianpenelitian kolaboratif yang juga akan berdampak terhadap SDM UNP khususnya. “Sekarang itu yang penting networking,” ujarnya, Rabu (2/12). Rektor juga menjelaskan dengan dibentuknya PR IV ini, bukan berarti lembaga yang memang telah membidangi kerjasama sebelumnya seperti Humas akan terimbas dampak berupa peniadaan atau penghapusan lembaga. “Hanya akan ada penga-
Tanda tangan: Pembantu Rektor IV UNP terpilih periode 2012-2016, Dr. Ardipal, M.Pd bersiapsiap melakukan penandatangan jabatan untuk empat tahun ke depan yang di sah kan oleh Rektor UNP, Prof. Dr. Phil Yanuar Kiram di GOR UNP, Jum’at (28/12) f/Media.
turan kembali terhadap posisi Humas dimana nantinya,” terangnya. Ia juga menambahkan bahwa pada dasarnya Humas merupakan talase yang akan menceritakan bagaimana UNP dan apa-apa saja yang dimiliki UNP kepada masyarakat. Sedangkan PR IV lebih difokuskan kepada hubungan dengan luar negeri. Dengan adanya PR IV ini, Prof. Dr. Gusril, M.Pd. berharap agar bisa bekerja sama dengan rektor dalam membantu kelancaran kerja dalam program kemajuan UNP. “UNP bisa
lebih berkualitas dan unggul lagi,” tutupnya saat diwawancarai diruangannya diselasela kesibukannya, Selasa (18/12). Tak hanya guru besar, mahasiswapun juga sangat berharap terhadap PR IV ini. Ichsan Nasution, ketua Majelis Perwakilan Mahasiswa mengutarakan bahwa ia berharap PR IV ini dapat memfasilitasi mahasiswa untuk membangun kerjasama serta memberdayakan aset kedalam dan keluar UNP, pada Kamis (20/12). Laporan: Rita, Ami, Tila
Pembantu Rektor IV, Dr. Ardipal, M.Pd
PR IV: Kerja Maksimal walau Fasilitas Minimal Bidang kerjasama yang sebelumnya hanya dikerjakan langsung oleh pihak-pihak terkait kini telah dipayungi oleh sebuah bidang khusus yang baru dibentuk untuk periode 2012-2016. Pembantu Rektor IV yang juga menangani pemberdayaan aset UNP ini sedikit harus bekerja keras untuk memulai tugasnya yang baru pada tahun ini, yakni meninjau kembali kerjasama yang telah ada dan merintis kerjasama yang baru. Bahkan, dengan fasilitas seadanya karena rektorat masih bertempatkan di rumah dinas rektor, PR IV dituntut untuk bekerja semaksimal mungkin untuk meningkatkan
eksistensi UNP. Simak hasil wawancara reporter Ganto Media Rahmi dengan Pembantu Rektor IV periode 2012-2016, Dr. Ardipal, M.Pd. Rabu, 2 Januari 2013 bertempat di ruangannya. Hal apa yang melatarbelakangi UNP untuk membentuk PR IV? Melihat mahasiswa UNP yang semakin lama semakin bertambah, maka hal ini otomatis menuntut UNP untuk lebih mengembangkan segala potensi yang dimilikinya terutama melalui kerjasamakerjasama. Disamping kerjasama tingkat program studi, fakultas, dan universitas dalam negeri juga kerjasama dengan luar negeri. Hal ini karena kerjasama merupakan salah satu faktor yang vital untuk mendongkrak akreditas sebuah universitas. Selaku PR IV, apa rencana Bapak kedepannya? Berhubung hari ini merupakan hari pertama mulai bekerja pasca pelantikan, saya akan memulai dengan menata kerjasamakerjasama yang telah ada. Menyelesaikan inventaris mengenai kerjasama yang pernah diadakan UNP selama ini. Selanjutnya, barulah merancang kerjasama yang sesuai dengan situasi dan kondisi UNP sekarang. Dari kerjasama tersebut, maka akan ditemukan mana-mana saja yang harus dipertahankan, dilanjutkan, atau bahkan dihentikan. Jadi hal ini berupa penjajakan dengan merevisi dan memonitoring
kerjasama yang telah ada. Kerjasama seperti apa yang Bapak targetkan? Lebih kepada kerjasama dengan luar negeri atau universitas mana saja yang bisa membuat kita meningkatkan mutu universitas. Tentunya kerjasama ini setidaknya bersimbiosis mutualisme. Antara kita dengan pihak kedua sama-sama diuntungkan. Pertukaran mahasiswa dan dosen, misalnya. Kerjasama ini juga bisa berupa melihat dan mencontoh beberapa keunggulan dari universitas lain tersebut seperti keunggulankeunggulan dibidang pengelolaan adminitrasi, akademik, dan lain sebagainya. Namun bukan berarti kita hanya mencontoh saja. Karena kita juga harus menunjukkan keunggulan-keunggulan universitas kita sendiri untuk mereka tiru. Bagaimana dengan pengelolaan aset kedepannya? Sebenarnya UNP mempunyai banyak aset yang harus diberdayakan baik yang telah ada maupun yang hampir selesai pembangunannya. Aset-Aset seperti Gedung Olah Raga (GOR), kolam renang, tanah di Bukittinggi, dan masih banyak lagi aset yang lain akan lebih diberdayakan lagi supaya setidaknya aset-aset ini memberikan income bagi UNP. Civitas akademik diantaranya mahasiswa dan dosen juga akan dikembangkan potensinya sehingga UNP makin maju.
Jadi, bagaimana esensi PR IV itu menurut Bapak? PR IV itu pada dasarnya bagaimana berkomitmen untuk membantu rektor dalam meningkatkan akreditasi UNP melalui public relation (kerjasama). Karena dengan akreditasi yang bagus, UNP akan semakin dikenal tentunya. Melihat sekarang UNP telah memiliki PR IV yang membidangi kerjasama, apakah hal ini akan berpengaruh terhadap lembaga universitas lain? Humas misalnya? Yang pasti Humas ini akan semakin diberdayakan kedepannya, menimbang Humas adalah tulang punggung untuk segala kerjasama. Masih menjadi pertimbangan apakah Humas ini akan berada dibawah naungan PR IV kedepannya atau tidak. Untuk PR IV sendiri harus dijajaki betul siapa yang akan berada dibawahnya, dan bagaimana struktur organisasinya. Bagaimana dengan kantor atau ruangan tempat Bapak bertugas sebagai PR IV melihat rektorat baru masih belum dibangun? Walau bagaimanapun juga tugas harus dikerjakan, apakah itu dengan fasilitas lengkap atau seadanya. Tidak mungkin jika harus ditunggu pembangunan selesai baru pekerjaan dimulai. Lagian yang terpenting, fasilitas-fasilitas inti telah ada seperti sebuah ruangan, meja, dan kursi.
12
Kilas Foto
Edisi No. 171/Tahun XXIII/ Desember 2012
Pahlawan Pagi yang Nyaris Terlupakan
Pahlawan Kebersihan: Kebersihan kampus ikut berdampak terhadap image kampus. Tak salah jika petugas kebersihan kampus dikatakan sebagai pahlawan kebersihan. Tampak seorang petugas tengah menyapu halaman rektorat, Rabu (19/12).f/Opi
Petugas kebersihan kampus adalah salah satu profesi penting yang sering sekali kita abaikan. Profesi yang sering dipandang sebelah mata ini, sebenarnya sangat berperan penting dalam siklus hidup sebuah universitas. Petugas kebersihan kampus ini bekerja hampir tanpa kenal waktu, di saat pagi para petugas ini mulai berjibaku dengan sampah-sampah yang berserakan di hampir setiap sudut kampus, siang hari, pun saat sore tiba sekali lagi mereka bersiaga dengan sapu dan karungkarung yang mereka bawa untuk menampung sampah yang selalu ada hampir di setiap sudut kampus, meskipun hampir di setiap sudut kampus memiliki tong sampah. Foto & Teks Foto: Novi Yenti Desain & Tata Letak: Jefri Rajif & Meri Susanti
Tak luput dari pantauan: Bertugas sebagai penjaga kebersihan dan keasrian kampus, tiap sudut kampus tak luput dari pantauan para petugas kebersihan. Dua orang petugas kebersihan Fakultas Bahasa dan Seni tengah membersihkan halaman depan jurusan Bahasa Inggris, Rabu (19/12).f/Opi
Petugas kebersihan: seorang petugas kebersihan kampus terlihat mengumpulkan sampah di area sekretariat Unit Kegiatan Mahasiswa, Rabu (19/12).f/Opi
Menyapu: Membersihkan setiap sudut fakultas setiap pagi sudah menjadi rutinitas bagi petugas kebersihan. Terlihat seorang petugas kebersihan tengah menyapu di sekitar pagar Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial, Rabu (19/ 12). f/Opi
Gotong royong: Pekerjaan akan lebih cepat terselesaikan jika dilakukan bersama-sama. Seperti yang dilakukan petugas kebersihan FMIPA, gotong royong membersihkan pekarangan FMIPA tiap Sabtu dan Minggu merupakan kegiatan rutin. Sabtu(14/12).f/Opi
13
Edisi No. 171/Tahun XXIII/Desember 2012
Wajah Baru Pembantu Rektor Periode 2012-2016 Pembantu Rektor II
Pembantu Rektor I
Prof. Dr. Agus Irianto Tempat dan Tanggal Lahir Pangkat / golongan Jabatan Pendidikan Terakhir Riwayat Pekerjaan
: Kudus / 30 Agustus 1954 : Pembina Utama Madya, IV/d : Pembantu Rektor I : Strata 3 (S3) : 1. CPNS golongan III/a pada 1980 di FIS UNP 2. PNS golongan III/a pada 1981 di FIS UNP 3. Pembina Utama Madya golongan IV/d pada 2006 di FE UNP
Dr.Alizamar, M.Pd. Kons Tempat dan tanggal lahir Pangkat / golongan Jabatan Struktural Pendidikan Terakhir Riwayat Pekerjaan Riwayat Jabatan Struktural
Pembantu Rektor IV
Pembantu Rektor III
Dr. H. Syahrial Bakhtiar, M.Pd Tempat dan Tanggal Lahir Pangkat / golongan Jabatan Pendidikan Terakhir Riwayat Pekerjaan Riwayat Jabatan
: Tanjung Uban, Riau / 12 Oktober 1962 : Pembina, IV/b : Pembantu Rektor III : Strata 3 (S3) : 1. CPNS golongan III/a pada 1986 di FIK UNP 2. PNS golongan III/a pada 1987 di FIK UNP 3. Pembina golongan IV/b pada 2005 di FIK UNP : 1. Dekan FIK UNP (2002-2006) 2. Dekan FIK UNP (2006-2010)
: Padang Pariaman / 3 Juli 1955 : Pembina, IV/ a : Pembantu Rektor II : Strata 3 (S3) : 1. CPNS, golongan II/b pada 1979 di FIP UNP 2. PNS, golongan II/b pada 1980 di FIP UNP 3. Pembina, golongan Iv/a pada 2003 di FIP UNP : 1. Ketua Jurusan BK pada 1996 2. Sekretaris Lembaga Pendidikan pada 1999 3. Pembantu Rektor III pada (2004-2008) 4. Pembantu Rektor III pada (2008-2012)
Dr. Ardipal, M.Pd Tempat dan Tanggal Lahir Pangkat / golongan Jabatan Struktural Pendidikan Terakhir Riwayat Pekerjaan Riwayat Jabatan
: Pitalah / 3 Februari 1966 : Pembina, IV/b : Pembantu Rektor IV : Strata 3 (S3) : 1. CPNS golongan III/a pada 1992 di FBS UNP 2. PNS golongan II/b pada 1980 di FBS UNP 3. Pembina golongan IV/b pada 2009 di FBS UNP : 1. Pembantu Dekan II FBS UNP (2004-2008) 2. Pembantu Dekan II FBS UNP (2008-2012)
14
Artikel Agama
Konsultasi Agama Jika Anda mengalami masalah keagamaan, silahkan manfaatkan Jika Anda masalah agama, silahkan manfaatkan rubrik rubrik ini.mengalami Kirimkan surat tentang masalah Anda kepada pengasuh ini. Kirimkan surat tentang masalah Anda kepada pengasuh rubrik rubrik ini ke email Ganto, redaksiganto@gmail.com atau Gedung ini ke alamat Ganto: Gedung PKM UNP Ruang G 65 UNP. Setiap PKM UNP Ruang G 65 UNP. Setiap pertanyaan harap dilengkapi pertanyaan harap dilengkapi dengan identitas. dengan identitas.
Edisi No. 171/Tahun XXIII/ Desember 2012
Meneladani Tradisi Ulama Oleh Azzuhfi Ilan Tinasar
Diasuh oleh: Dr. Ahmad Kosasih,M.A.
Pakaian Wanita Dalam Shalat Assalamu ‘alaikum, Wr. Wb. Terima kasih sebelumnya saya ucapkan kepada Ganto yang telah brsedia memuat surat saya dalam konsultasi agama. Saya ingin bertanya kepada pengasuh rubrik konsultasi agama ini, bagaimana sebenarnya aturan berpakian dalam shalat bagi perempuan? Pasalnya, orang tua saya selalu memarahi saya jika shalat tidak dengan pakaian yang dalam. Padahal kan sudah pakai mukenah juga. Saya pernah protes, kenapa orang-orang tua yang shalat di pinggiran sungai saya lihat bahkan hanya memakai kain saja dibalik mukenahnya. Sebelumnya, terima kasih atas jawaban yang bapak berikan. Wassalam. Wel. Mahasiswa UNP Jawaban Salah satu syarat sahnya shalat ialah menutup aurat. Adapun batas minimal aurat yang harus ditutup dalam shalat, untuk laki-laki adalah dari pusar sampai dengan lutut. Sedangkan untuk perempuan adalah seluruh tubuhnya kecuali muka (wajah) dan telapak tangan. Pakaian wanita saat mengerjakan shalat memiliki aturan tersendiri. Setiap wanita hendaknya memerhatikan pakaiannya ketika shalat, tidak boleh seenaknya, meski shalatnya dilakukan sendirian Di sekitar kita banyak kita jumpai wanita shalat dengan mengenakan mukena/rukuh yang tipis transparan, sehingga terlihat rambut panjangnya tergerai di balik mukena. Belum lagi pakaian yang dikenakan di balik mukena. Terlihat tipis, tanpa lengan, pendek dan ketat, menggambarkan lekuklekuk tubuhnya. Pakaian seperti ini jelas tidak bisa dikatakan menutup aurat. Hal ini didasarkan atas firman Allah: “Dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan mereka kecuali bagian yang nyata dari padanya” (Q.S.Annur:31). Nabi Saw. bersabda: “Tidak sah shalat seorang perempuan yang sudah baligh kecuali dengan menutup kepala (khimar)” (H.R.Khamsah). Kemudian Sabda Nabi Saw: Ummu Salamah bertanya kepada Rasulullah Saw. “Bolehkah wanita shalat dengan memakai dar’in (baju yang dalam) dan khimar (tutup kepala) tanpa izar (kain sarung)? Nabi menjawab: jika baju itu dalam dan lapang, (boleh). “Yang dimaksud khimar disini adalah sesuatu yang menutup kepala dan leher (Lihat Al-Kahlani, Subulussalam Syarh Bulughul Maram Juz-I, 1926:132-133). Jadi, pada dasarnya, apabila batas itu sudah terpenuhi, maka persyaratan menutup aurat di dalam shalat sudah terpenuhi dengan sendirinya shalat sah secara hukum (fiqh). Namun, demi kesempurnaannya, alangkah baiknya dipandang dan sesuai pula dengan nilai-nilai kesopanan (etika) dan keindahan (estetika) bila dilengkapi dengan menutupi anggota badan yang lain bagi kaum lelaki, bukan daerah antara pusar dan lutut itu saja. Misalnya, dengan memakai baju dan penutup kepala (peci) karena orang yang sedang shalat itu berarti sedang menghadap Allah. Sedangkan untuk menghadap atasan saja kita pakai pakaian yang sopan, apalagi ketika menghadap Allah Swt. Yang Maha Suci dan Maha Mulia. Khusus untuk kaum perempuan, apabila sudah terpenuhi persyaratan sebagaimana disebutkan di atas, maka berarti ia telah memenuhi syarat tentang menutup aurat. Kalau mukenah sudah panjang (dalam) biasanya telah menutupi seluruh tubuh, untuk apa lagi dipermasalahkan pakaian/baju yang di dalamnya? Islam tidak menyukai sesuatu yang berlebihan, sebab sesuatu yang berlebihan itu jatuhnya kepada mubazir (tabzir) sedangkan sikap tabzir adalah temannya syetan (Q.S.17:27). Jadi, Islam menyukai yang pertengahan. Nabi Saw bersabda: khairul umuri awsathuha (sebaik-baik pekerjaan adalah yang pertengahan). Allah berfirman: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan hatanya tidak boros dan tidak pula bakhil, tetapi yang (berada) antara keduanya (pertengahan)” (Q.S.25:67). Orang ini termasuk ke dalam golongan hambahamba Allah Yang Rahman (Q.S.25:63). Wallahu alam bisshawab!
(Mahasiswa Jursan Geografi TM 2008)
Islam adalah agama yang sempurna. Kesempurnaannya itu terlihat dari pedoman hidup seorang muslim yaitu Al-Qur’an dan keteladanan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Islam adalah agama yang syamil, kamil dan mutakamil. Segala aspek kehidupan diatur dalam Islam, mulai dari adab makan dan minum, menjaga kebersihan hingga kepemimpinan dan kenegaraan (Daulah). Selain dari itu, kesempurnaan Islam diawali dengan menjunjung tinggi nilai-nilai keilmuan. Salah satu sosok yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan ini adalah pewaris para nabi, yakni ulama. Ulama dikenal sebagai orang yang paling mencintai ilmu dan takut kepada Allah. Berdasarkan Al-Qur’an 35: 8 “Hanya orang-orang yang berilmu yang akan merasa takut kepada Allah”. Orang yang berilmu, disini maksudnya adalah orang yang mengetahui dan memahami kebesaran Allah, kekuatan dan keagungannya, merasa dirinya kerdil di hadapan kekuasaan Allah, sehingga dengan ini akan menimbulkan rasa takut kepada Allah. Segala perintahnya dilaksanakan dan segala larangannya dijauhkan. Menurut Ulama besar Yusuf Qardawi, problematika yang mendasari umat Islam adalah problematika ilmu. Sebab kebangkitan umat diawali dari kebangkitan ilmu (tradisi ilmiah), lalu meraih obor ilmu peradaban. Kedekatan para ulama dengan ilmu menjadikan inspirasi bagi umat islam untuk meneladani tradisi yang dilakukan oleh para ulama terdahulu. Sehingga apabila tradisi ulama ini juga diikuti, maka peradaban madani akan segera terwujud. Terdapat dua tradis Ulama yang penting untuk diteladani umat islam. Pertama, gemar membaca. Perintah membaca dalam Islam sudah diajarkan Rasulullah SAW semenjak ayat AlQur’an yang pertama turun: “Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmulah yang maha mulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya” (QS. Al-‘Alaq : 1-5). Surat Al-‘Alaq diatas mendasari tradisi Ulama. Banyak ulama tersohor yang melakukan tradisi ini diantaranya adalah: Abu bakar Al-Anbari membaca setiap pekan sebanyak 100 lembar. Syekh Ali ath-Thantawi membaca 100200 halaman setiap hari. Imam AsySyafi’i terjaga semalam sampai fajar dalam mempelajari satu hadits dan masalah. Malam-malam beliau isi dengan membaca, shalat dan belajar. Berbeda dengan Imam Bukhari, ia menulis kitab Shahih-nya selama 16 tahun dan selalu shalat dua rakaat setiap kali menulis satu hadits, serta berdoa meminta petunjuk Allah swt. Sehingga karyanya menjadi rujukan jutaan umat Muslim didunia. Mundurnya kegiatan tulis-menulis umat Islam pada zaman sekarang disebabkan kurangnya kecintaan umat Islam terhadap membaca. Membaca
adalah salah satu cara agar ilmu itu bisa didapatkan. Hal ini bisa dilihat dalam ralita terkini, bahwa perpustakaan-perpustakaan minim para pengunjung. Dirumah dan dikamar umat islam tidak memiliki pustaka yang siap untuk dibaca. Jarang, ruang tamu yang dihiasi dengan koleksi buku nan rapi dan bervariasi. Sebaliknya, ruang tamu dihiasi oleh lemari yang berisi guci dan patungpatung candi dan perhiasannya lainnya. Waktu luang orang Muslim banyak dihabiskan untuk hal-hal yang tidak bermakna, padahal seorang muslim harus dapat memahami, bahwa waktu adalah modal yang sangat vital untuk berkarya. Kedua,gemar menulis. Tradisi menulis pada zaman Rasulullah sangatlah hidup. Setiap ayat AlQur’an turun, Rasulullah memerintahkan kepada sahabat dekatnya untuk menulis, Zaid bin Tsabit, Ali bin dan Abi Thalib. Selain itu, Rasulullah Saw menugaskan Abdullah bin Said Ibnul Ash untuk mengajarkan tulis menulis di Madinah dan memberikan mandat kepada Ubadah Ibnush Shamit untuk mengajarkan tulis menulis. Jabir bin
termasuk dalam bisnis. Sesuai firman Allah “Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu melakukan utang piutang untuk waktu yang ditentukan hendaklah kamu menuliskanya” (Q.S. Al-Baqarah: 282). Menulis bisa membuat umur kita menjadi ‘panjang’. Seperti yang dialami Imam Al-Bukhari, ia menulis kitab pada abad ke-8, sedangkan ia masih dikenang hingga abad sekarang, yaitu ke-20. Berarti usia beliau mencapai 12 abad atau 1200 tahun. Motivasi yang lain, menulis adalah bagian dari dakwah islam (Dakwah bil Qalam). Benjamin Franklin (salah seorang presiden Amerika) mengatakan: “Jika anda tidak ingin dilupakan setelah meninggal, maka tulislah sesuatu yang patut dibaca atau buatlah sesuatu yang patut diabadikan dalam tulisan”. Berbeda dengan politikus Amerika, menurut John Taylor, menulis adalah Pena sebagai alat yang paling berbahaya, sebab ia lebih tajam daripada pedang. Sorang novelis Inggris, Bulwer Lytton juga mengatakan: “Dibawah Kekuasaan orang-orang besar, pena lebih tajam dibandingkan pedang. Karena
Grafis: Jefri
Abdullah R.A menempuh perjalanan sebulan penuh dari kota Madinah ke kota ‘Arisy di Mesir hanya mencari satu hadits. Ibnul jauzi menulis lebih dari seribu judul. Imam Ahmad menempuh perjalanan ribuan kilometer untuk mencari satu hadits. Selain dari itu, Rasulullah mempunyai sekitar 65 sekretaris yang bertugas menulis berbagai hal khusus. Diantaranya, khusus menulis Al-Qur’an adalah Ali Bin Abithalib, Zaid bin Tsabit, Utsman bin Affan, dan Ubay bin Kaab. Khusus mencatat harta-harta sedekah depercayakan kepada Zubair bin Awwam dan Jahm ibnush Shalit. Masalah utang dan perjanjian lain-lain ditugaskan kepada Abdullah ibnul Arqam dan Al-Ala’ bin Uqbah. Bertugas mempelajari dan menerjemahkan bahasa asing (Suryani): Zaid bin Tsabit. Sekretaris cadangan dan selalu membawa stempel adalah Hanzhalah (Nuim Hidayat, 2009: 268) Menurut (Angelo, 1980:5), menulis merupakan suatu bentuk berpikir, tentang kebutuhan pembaca dalam waktu tertentu. Tugas penulis adalah menguasai prinsipprinsip dalam penemuan, susunan, dan gaya penulisan. Tradisi menulis mulai luntur dikalangan muslim, padahal Islam yang sempurna mengisyaratkan semua kegiatan untuk dituliskan,
kekuatan pedang mampu melukai tubuh, sedangkan pena akan mengobrak-abrik sejarah dan peradaban manusia. Maka menulis adalah aktivitas yang sangat penting dilakukan (Fadlan Al-Ikhwani 2009: 56-58). Aktivitas membaca dan menulis bukanlah aktivitas remaja saja, akan tetapi aktivitas yang harus dilakukan orang dewasa, terlebih pemuda intelektual yang memiliki pandangan kedepan tentang wajah bangsa dan negara. Umat Islam memilliki ribuan Ulama yang memiliki aktivitas peradaban dalam hal membaca dan menulis. Pada akhirnya, penulis mengajak pemuda Indonesia untuk medelani tokohtokoh peradaban Islam, seperti AlJabar (Matematika), Al Khawarizmi, Ibnu Sina (Kedokteran), Ibnu Batutah (World Traveler), Ibnu Haitam (Optician), Ibnu Khaldun (The Muqqadimah), Ibnu Maskawaih (Ethics), Ibnu Taimiah (Reformist), Attusi (Astronom), Abu Nuwas (Poetry), Alfarabi (Logician), Al-Ghazali (Philosopher), dan ulama abad ke20 seperti Hasan Al-Bana, Sayid Qutb, Syekh Ahmad Khatib (Imam masjidil Haram dari minangkabau), Yusuf Qardawi, Mohammad Natsir, A. Hassan, Buya Hamka, Ahmad Dahlan, Hasyim Ashari dan masih banyak ulama lain yang bisa menginspirasi.
Edisi No. 171/Tahun XXIII/ Desember 2012
15
Artikel Politik
Antara Korupsi dan Birokrasi Oleh Een Syaputra (Mahasiswa Jurusan sejarah TM 2010)
Terdapat banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli dan juga lembaga mengenai korupsi, salah satunya dikemukakan oleh TI (Traparancy International). Traparancy Internatonal memberikan pengertian bahwa korupsi adalah prilaku pejabat public, baik politikus/politisi maupun pegawai negeri yang secara tidak wajar memperkaya diri sendiri atau kelompoknya dan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan. Definisi diatas tentu bukan satu-satunya, masih banyak defenisi lain, dengan sudut pandang dan penekanan yang berbeda-beda. Namun dari berbagai definisi tersebut dapat simpulkan bahwa korupsi merupakan sebuah tindakan yang merugikan negara dan dapat merusak sendi-sendi kebersamaan bangsa serta akan merusak struktur pemerintahan. Permasalahan ini juga menjadi penghambat utama terhadap jalannya pemerintahan dan pembangunan pada umumnya. Apalagi di negara berkembang seperti Indonesia, korupsi tentu memberikan hambatan berarti. Negara Indonesia adalah negara yang sudah lama mengenal korupsi. Pengenalan itu dimulai dari masa kerajaan-kerajaan zaman kuno yang feodal, VOC (1602-1799), zaman kolonial hingga zaman kemerdekaan yang masih berlangsung sampai sekarang. Jika diperhatikan secara historis, negeri ini seolah-olah menjadikan korupsi sebagai sebuah kebudayaan, sehingga harus selalu dijaga dan dilestarikan dari masa ke masa. Pada era reformasi sekarang, korupsi dilakukan lebih terbuka dan transparan, jumlahnya pun jauh meningkat jika dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Hal
itu dapat kita lihat dari berita-berita yang beredar di media, sebut saja mulai dari kasus Gayus Tambunan, Nazarudin, Angelina Sondak dan masih banyak lagi kasus-kasus lainya. Korupsi tak lepas dari birokrasi karena keduanya memiliki hubungan sangat dekat. Apabila birokrasi tidak efesien maka akan memicu dan memberikan peluang kepada para pegawai (birokrat) untuk melakukan korupsi. Semakin tidak efesien birokrasi itu maka akan semakin besar pula kemungkinan akan terjadinya penyimpangan. Menurut Sosiolog Jerman Max Weber, dari organisasi hingga organisasi besar dan kompleks semacam negara memerlukan birokrasi, bahkan imperatife, ada birokrasi. Lalu, korupsi dan birokrasi selanjutnya akan muncul dikalangan birokrat. Birokrasi ini yang nanti akan mengatur gerak langkah organisasi, supaya bisa terencana dan teratur. Membuat dan melaksanakan mekanisme dan mengatur prosedur administratif, dalam melayani kebutuhan anggota atau siapa saja yang harus berhubungan dengan organisasi, tanpa harus merugikan salah satu pihak. Untuk itu, dalam kerjanya birokrasi harus netral. Menurut Max Weber, agar birokrasi bisa adil dan efesien haruslah memiliki prinsip-prinsip yang rasional. Pertama, kedudukan dan cara kerja staf harus terikat pada peraturan. Kedua, setiap staf haruslah diduduki oleh orang yang ahli atau kompetensi khusus di bidang itu. Ketiga, susunan jabatan
bersifat hierarki, jabatan yang tingkatnya lebih rendah berada pada kendali atau kontrol yang lebih tinggi. Keempat, peraturan yang mengatur tingkah laku jabatan berbentuk aturan-aturan procedural (sesuai perosedur) dan teknis. Kelima, ada pemisahan
Ketidakefisienan birokrasi dan korupsi ini menjadi salah satu akibatnya. Fakta berbicara bahwasanya pengawasan hukum di Indonesia memang masih lemah dan perlu banyak berbenah. Kontrol terhadap para aparat pemerintahan dan pegawai juga sangat kurang, hal tersebut dapat kita lihat dari kenyataan tingginya angka korupsi di Indonesia, bila dilihat dengan seksama Indonesia adalah negara yang memperihatin-
kan, sekitar 400-an Bupati dan walikota yang ada di Indonesia, terdapat 170 orang diantaranya tersangkut pada masalah korupsi, beberapa diantaranya sudah menjadi penghuni penjara. Gubernur pun tidak kalah hebatnya, dari 33 orang Gubernur 7 orang diantaranya menjadi tersangka dan 3 orang diantara-nya sudah mendekam di penjara. Begitu juga dengan para anggota DPR, sebagian kecil sudah ditetapkan sebagai tersangka dan beberapa orang lagi sudah menghuni penjara. Data di atas menunjukkan bahwa birokrasi kita masih belum efektif dan efesien dan masih perlu banyak berbenah. Ketidakefesienan birokrasi ini berawal dari potensial pegawai/ aparat pemerintahan. Jika perek-
Grafis: Jefri
yang tegas antara milik pribadi dan milik organisasi. Keenam, semua sumber daya organisasi harus bebas dari pengendalian ekstern. Ketujuh, segala tindakan, keputu-san, dan peraturan administratif harus dirumusakan dan dicatat secara tertulis. Dari tujuh unsur yang telah disebutkan sebelumnya, kita dapat menilai dan melakukan koreksi apa yang salah pada birokrasi di Indonesia hari ini. Mulai dari tatanan terendah seperti kelurahan, lembaga pendidikan seperti SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi sampai pada tatanan yang paling tinggi, yaitu pemerintah negara.
rutan pegawai tidak berdasarkan pada kemampuan, maka akan banyak jabatan pimpinan di Indonesia diduduki oleh orang-orang yang tidak berkompeten. Hal ini tentu akan membuat kinerjanya jauh dari harapan. Dampak selanjutnya, akan lebih besar yaitu memperkaya diri sendiri. Pernyataan ini dapat dibuktikan melalui seseorang yang akan menduduki suatu staf tertentu, ia harus terlebih dahulu menyediakan “ongkos” yang besar maka hal pertama yang akan ia lakukan ketika telah menduduki jabatan tersebut adalah bagaimana caranya memanfaatkan jabatan itu untuk mengembalikan terlebih dahulu “ongkos” yang telah ia keluarkan sebelumnya. Logikanya sederhana saja, ibarat orang membuka usaha dengan modal yang besar maka sudah sepantasnya kalau yang pertama yang ia lakukan adalah mengembalikan modal terlebih dahulu. Begitu juga pada tatanan birokrasi, para birokrat yang “tidak punya mental” (istilah Sejarawan Anhar Gonggong) itu juga yang kemudian kebanyakan menjadi koruptor. Fenomena diatas adalah sebuah kenyataan yang sedang kita hadapai di Indonesia sekarang. Permasalahan semacam itu bukan tidak bisa diselesaikan, namun juga tidak mudah teratasi. Penyelesaian dapat dimulai dari diri sendiri, kemudian beralih dari lembaga yang kita pimpin (bagi yang menjadi pimpinan). Setelah itu dapat berbenah dalam menciptakan tatanan birokrasi yang efektif dan efesien, sehingga dapat mewujudkan tujuan bangsa. Selanjutnya, seseorang dapat memposisikan dirinya sesuai dengan kedudukan dan keahliannya masing-masing. Bagi yang menjadi pendidik, ciptakanlah anak didik yang berkualitas secara keilmuan dan moral, untuk mahasiswa, jadilah mahasiswa yang kritis, lakukan pengkajian dan tindakan jika dianggap telah tiba saatnya, serta bersama-sama menjaga dan kawal keberhasilan yang telah dicapai.
Gantopedia
Napak Tilas Jejak Inovasi TAS
Dalam konteks kekinian, apa yang telah dilakukan TAS semasa hidupnya bisa menjadi teladan bagi insan media dan para jurnalis. Semangat TAS yang berkobar-kobar untuk mengungkapkan fakta dan membela kebenaran harus tetap menjadi pegangan media massa. Laki-laki kelahiran 1880 di Blora Jawa Tengah, dengan nama kecilnya sebagai Djokomono atau Raden Mas Tirto Adhi Soerjo. Pada 7 Desember 1918, Raden Mas Tirto Adhi Soerjo (TAS) dimakamkan di
daerah Mangga Dua, Jakarta. Tidak ada pidato sambutan dalam pemakaman itu. Tak ada pewartaan atas jasa-jasa dan amalan dalam hidupnya yang hanya berlangsung pendek. Belum banyak khalayak umum mengenal sosok TAS meski pada 2006, lelaki kela-hiran Blora ini mendapatkan gelar sebagai Pahlawan Nasional melalui Keppres No. 85/TK/2006 dan dikukuhkan sebagai Bapak Pers Nasional. Tirto sejak umur 14-15 tahun telah mengirimkan berbagai tulisan ke sejumlah surat kabar terbitan Betawi. Dia kemudian menempuh pendidikan di Stovia di Jakarta. Kariernya sebagai seorang jurnalis dimulai dengan membantu menulis di Chabar Hindia Olanda, kemudian berlanjut menjadi pembantu di Pembrita Betawi dan menjadi pembantu tetap Pewarta Priangan yang hanya berumur pendek. Beberapa tulisannya juga sempat dimuat di antaranya di Poetri Hindia, Soeloeh Keadilan hingga Soeara Spoor & Tram. Tidak hanya aktif di dunia
jurnalistik, TAS juga ikut mendidik masyarakat dengan pergerakan. Usaha gigihnya melahirkan organisasi yang bernama Sarikat Priyayi (SP) tahun 1904. SP menjadi salah satu pergerakan pribumi yang bercorak modern. Kemudian sejarah mencatat pada Januari 1907, Medan Prijaji yang dibidani TAS berdiri. Surat kabar ini disebut sebagai surat kabar pertama di Indonesia karena semuanya dikelola oleh pribumi dengan uang dan perusahaan sendiri. Sebagai seorang jurnalis di zaman penjajahan Belanda, tulisan TAS sering membuat Belanda kebakaran jenggot. Bahkan, Mas Marco Kartodikromo yang juga mantan muridnya, menyebut TAS sebagai induk jurnalis yang memiliki tulisan sangat tajam hingga membuat Belanda muntah darah. Tulisannya yang sangat tajam dan kritik kerasnya membuatnya ditangkap dan disingkirkan dari Jawa, dibuang ke Pulau Bacan, dekat Halmahera, Maluku Utara. Setelah beberapa kali mengalami pembuangan, TAS
kembali lagi ke Jakarta hingga akhirnya meninggal di usia yang sangat muda, 38 tahun. Pada tahun 1907, ia mendirikan Medan Prijaji. Setahun kemudian, mingguan Medan Prijaji berubah menjadi harian. Tirto memiliki gaya jurnalistik sendiri yang radikal dan penuh sindiran. Ia banyak menulis tentang berbagai penyelewengan dan kesewenangan yang dilakukan pemerintah kolonial dan para kaki tangan pribumi. Tulisan-tulisannya kerap membuat pemerintah kolonial murka. Bahkan lantaran tulisannya tentang penyalahgunaan jabatan di sebuah daerah, Tirto pernah terkena delik pers dan dibuang ke Lampung selama tiga bulan. Tirto ternyata juga peduli dengan gerakan pencerdasan perempuan. Hingga pada 1908, ia merintis pendirian surat kabar Poeteri Hindia. Poeteri Hindia melahirkan nama seperti Siti Soendari yang dikenal sebagai sosok aktivis politik perempuan pribumi pertama. Sementara di Sumatra Barat muncul Rohana
Koedoes, yang mendirikan koran Sunting Melayu. Menurut Tirto, kemajuan gerakan perempuan tidak hanya melalui koran tetapi juga harus dimulai dari sekolah. Mantan ketua SI Bogor ini menjadi donatur tetap sekolah perempuan di Jawa Barat yang didirikan oleh Dewi Sartika. Tirto adalah muslim pribumi pertama perintis dunia media di Indonesia. Bahkan ia juga salah satu tokoh aktivis Islam yang juga concern terhadap perjuangan pergerakan nasional Indonesia. Melaluinya, bahasa Melayu menjadi bahasa nasional, yang merupakan cikal bakal bahasa Indonesia. Namun akibat ketidaksukaan pemerintah kolonial terhadap geliatnya, kiprah serta kontribusinya pun dilupakan. Seperti seorang penyair Cekoslovakia Milan Kundera pernah berkata, “Perjuangan melawan kekuasaan adalah perjuangan melawan lupa.” Liza Roza Lina (dari berbagai sumber)
16
Teropong
Gedung Iluni UNP Segera dibangun Ikatan alumni (Iluni) Universitas Negeri Padang (UNP) melakukan peletakan batu pertama gedung iluni UNP di depan perpustakaan pusat UNP, Minggu (11/11). Penanaman batu pertama dilakukan oleh Menteri Koordinator Perekonomian RI, Dr. Ir. Hatta Rajasa, M.Si, yang sebelumnya menghadiri Seminar Nasional Peningkatan Kompetensi Guru di GOR UNP. Gedung ini direncanakan akan dibangun tingkat tiga. Untuk lantai satu difungsikan sebagai tempat pertemuan, lantai dua sebagai ruangan alumni perwakilan dari setiap fakultas, dan lantai tiga ditempati sebagai ruangan diskusi atau ruangan terbuka. Pembangunan gedung Iluni ini rencananya akan diselesaikan pada 2014 nanti. Ahmad Fauzan Hasibuan, Mahasiswa Pendidikan Elektronika TM 2008 yang sebentar lagi akan menjadi alumni UNP berpendapat rencana pembangunan gedung ILUNI ini sangat bagus, tetapi masih banyak gedung-gedung yang sebaiknya menjadi prioritas utama dalam pembangunan. Seperti pembangunan gedung-gedung yang digunakan mahasiswa untuk kuliah. “Jika sudah terpenuhi baru dibangun gedung Iluni,” tuturnya, Kamis (3/1). Lebih lanjut, Fauzan mengatakan selama ini kegiatan yang dilakukan oleh Iluni tidak terasa keberadaannya dan program kerjanya tidak terealisasi dengan baik. Mahasiswa pun kebanyakan bingung dengan keberadaan dan fungsi Iluni di UNP. “Sebenarnya adanya ILUNI bagi universitas sangat bagus, hanya saja perlu sosialisasi secara terus-menerus terhadap tamatan UNP selanjutnya,” katanya. Kepala Humas UNP, Drs. Amril Amir, M.Pd. mengatakan pembangunan gedung Iluni bersifat positif, sebab nantinya gedung ini akan digunakan oleh Iluni sebagai
tempat penyebaran informasi mengenai dunia kerja. “Dengan adanya gedung ini nantinya, maka para alumni dapat berkumpul dan memanfaatkan calon lulusan UNP untuk bekerja ditempat yang disediakan sesuai dengan jurusan masingmasing,” ungkapnya, Jumat (27/12). Kemudian Amril menjelaskan, dengan dibangunnya gedung Iluni ini maka keberadaan alumni dapat dimanfaatkan untuk menyalurkan lulusan UNP ke lapangan pekerjaan, berwirausaha, dan memberikan link mengenai jurusan yang ada di UNP dan prospeknya di dunia kerja. Hal positif lain yang juga ditimbulkan adalah mengurangi pemborosan, karena selama ini biasanya alumni menyewa hotel-hotel berbintang untuk tempat berkumpul, dan hal tersebut memakan biaya yang mahal. “Gedung Iluni ini nantinya, bukan hanya digunakan oleh alumni saja, tapi mahasiswa UNP juga berhak menggunakannya,” tambahnya. Menurut Sekretaris Iluni, Drs. Ganefri, M.Pd., Ph,D., gedung ini nantinya akan difungsikan untuk forum diskusi dan sebagai pusat kegiatan alumni. Dengan adanya gedung tersebut, alumni dapat berkontribusi dalam pemberian informasi dan mencari peluang, baik di dunia usaha maupun dunia kerja. Ganefri juga berharap, agar seluruh alumni UNP yang tersebar di seluruh daerah khususnya di Indonesia dapat berkontribusi penuh, demi mengharumkan nama almamater, serta mampu meningkatkan eksistensi jurusan masingmasing. “Dana pembangunan gedung ini, berasal dari sumbangan para wisudawan/ wati, alumni yang ikut berkontribusi menyumbang dan ditambah lagi sumbangan 100juta dari Hatta Rajasa.” katanya, Rabu (3/1). Astuni
Masalah Perpustakaan Segera Teratasi Melsi Olvia Sari kesulitan menemukan buku refensi kuliah yang sesuai dengan silabus jika pergi ke perpustakaan. Menurutnya ketersediaan buku teks di Perpustakaan UNP khusus untuk mata kuliah jurusan maupun mata kuliah umum masih kurang. Banyak buku yang tahun terbitnya sudah lama sekali dan sudah basi, “Padahal referensi yang terbaik itu adalah buku yang terbaru,” keluh Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia TM 2011 ini, Rabu (28/12). Tak hanya Melsi, Shanti Primayana, Mahasiswa Pendidikan Kimia TM 2011 juga mengeluhkan hal yang sama. Shanti mengaku jarang menemukan buku yang baru dan up-date di Perpustakaan UNP. Disamping itu juga, referensi yang tersedia sebagai referensi kuliah kebanyakan berbahasa inggris. “Saya mengalami kesulitan dalam menterjemahkan bahasanya, saya takut jika saya yang menterjemahkan sendiri akan menciptakan arti dan makna yang berbeda di setiap pemaknaan yang saya tangkap nantinya,” tuturnya, Minggu (2/12). Namun sekiranya harapan mahasiswa tentang ketersediaan buku seperti yang mereka inginkan, akan segera terjawab dengan rencana rektor terkait pengadaan buku teks untuk kegiatan perkuliahan di UNP. Dana senilai Rp. 5,8 Milyar dialokasikan untuk merealisasikan pengadaan buku teks ini. Pengadaan buku teks ini dibagi ke dalam dua jalur, dana senilai Rp. 2,4 Milyar dialokasikan untuk penulisan buku teks yang disusun oleh Dosen-dosen UNP, sedangkan dana senilai Rp. 3,4 Milyar dialokasikan
untuk pembelian buku koleksi perpustakaan. Pengadaan buku ini sudah dimulai dari 2012, dan pada 2013 ini akan dirampungkan pengadaannya. Rencana pengadaan buku tersebut telah disampaikan oleh Rektor UNP melalui Workshop Rekonstruksi Buku Teks di Pangeran Beach Hotel, Kamis (8/11) lalu. Pembantu Dekan I (PD I) FE, Dr. H. Idris M.Si., mengungkapkan bahwa ketersediaan buku di UNP memang terbatas atau belum memadai. Salah satu faktor penyebab hal tersebut terjadi adalah keterbatasan anggaran yang dimiliki. Menurutnya pihak universitas bisa menutupi kekurangan dari ketersediaan buku teks di UNP ini dengan cara bertahap. “Saya sangat menyambut hangat rencana rektor tentang pengadaan buku teks. Hal ini tentu positif sekali apalagi perpustakaan merupakan jantung dari universitas,” ujarnya, Senin (3/12). PD I FMIPA, Prof. Dr. Festiyed, MS., berpendapat bahwa program rektor yang sedang berjalan ini sangat bagus. Rektor tampaknya berniat sekali memotivasi dosendosen dengan cara mengalokasikan dana yang lebih untuk menggerakkan dosen menulis. Sebab, dengan dilibatkannya para dosen dalam pembuatan buku teks, maka dosen-dosen tersebut dituntut harus menulis. Di FMIPA sendiri, lanjut Festiyed, dosen menulis bahan ajar sendiri dan apabila dilanjutkan dengan penelitian maka akan menjadi sebuah buku teks. Hal ini sangat berpengaruh pada penambahan poin untuk naik pangkat bagi dosen yang bersangkutan. “Dosen bisa naik pangkat dan mahasiswa terbantu,” tutupnya Jum’at (14/12). Wak i
Edisi No. 171/Tahun XXIII/ Desember 2012
UNP Menuju Kurikulum 2013 Memasuki tahun baru 2013, rencana perubahan menuju kurikulum dalam dunia pendidikan semakin gencar dilakukan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Perubahan kurikulum ini tidak hanya dilakukan di sekolah-sekolah, namun juga telah mulai merambah ke beberapa Perguruan Tinggi, tidak ketinggalan Universitas Negeri Padang. Terkait rencana perombakan kurikulum ini berbagai respon berdatangan dari mahasiswa. Desti Antari Adila, Mahasiswa Bahasa Inggris TM 2008 mengaku tidak tahu akan perombakan kurikulum yang akan diberlakukan tahun 2013 ini “Saya tidak tahu tentang perubahan kurikulum 2013, mendengarnya saja tidak pernah,” ungkapnya, Selasa (27/11). Hal yang sama juga dialami oleh Dona Sariani, Mahasiswa Ilmu Sosial Politik dan Salma Nila, Mahasiswa Jurusan Teknik Elektronika yang juga tidak mengetahui perihal perombakan kurikulum ini. Berbeda dengan tiga mahasiswa diatas, Ika Sandra, Mahasiswa Jurusan Ilmu Sosial Politik mengaku sudah mengetahui rencana perubahan kurikulum ini saat berdiskusi di ruang senat beberapa waktu lalu. “Mudahmudahan jika benar terjadi perubahan nantinya menjadi suatu perbaikan bagi UNP kedepan”, tuturnya Menjawab ketidaktahuan mahasiswa tentang hal ini, Prof. Dr. Festiyed, MS, Pembantu Dekan 1 (PD1) FMIPA yang ditunjuk Rektor sebagai ketua penyelenggara Perubahan Kurikulum 2013 menuturkan, dalam perombakan kurikulum ini telah dibentuk Tim yang terdiri dari PD1 se-UNP. Kurikulum baru (kurikulum 2013) yang mulai dipersiapkan pada januari 2012 lalu, sekarang telah mulai disosialisasikan. Ia menambahkan, proses sosialisasi ini
dilakukan secara bertingkat. Mengenai teknisnya, ketua penyelenggara akan mulai menyosialisasikan kepada semua PD 1 setiap fakultas. Nantinya para PD 1 juga akan mensosialisasikan di fakultas masing-masing. “Berkat dukungan penuh dari Rektor serta bantuan dana dari Islamic Development Bank, keberhasilan kurikulum ini untuk diterima sudah mencapai 60%,” tuturnya, Kamis (27/12). Lebih lanjut, Prof. Dr. Festiyed, MS memberi gambaran rancangan kurikulum 2013 yang rencananya akan mulai dilaksanakan pada tahun ajaran 2013-2014 nanti. Ia menuturkan pada kurikulum 2013, target yang ingin dicapai yaitu memprioritaskan apa yang dibutuhkan oleh lulusan. Cara yang dilakukan untuk mencapai prioritas ini adalah dengan mengadakan beberapa perombakan, diantaranya perombakan bidang kajian dan pengadaan sumber bacaan yang baru untuk menunjang perkuliahan yang sesuai dengan konteks kekinian. Pada teknisnya di lapangan, nanti akan dibuat profil kurikulum, lalu diuraikan menjadi capaian-capaian, barulah selanjutnya pengadaaan bahan ajar yang diinginkan. Beberapa bentuk perombakan lainnya pada kurikulum 2013 ini yakni terdapat pemampatan mata kuliah. Pemampatan mata kuliah ini maksudnya adalah ada beberapa mata kuliah yang diintegrasikan ke dalam mata kuliah lain. Tentunya beberapa mata kuliah ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya, sehingga bisa diintegrasikan menjadi satu mata kuliah saja. “Jika pada kurikulum sebelumnya dalam satu semester mahasiswa bisa mengambil 6-8 mata kuliah, maka pada kurikulum 2013 hanya ada 3-4 mata kuliah saja, karena beban SKS nya dinaikkan”, tutupnya. Via
Dana Hibah untuk Masyarakat Salah satu misi pendidikan nasional adalah memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. Hal ini didasarkan pada prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia. Disamping itu juga untuk meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan selaku pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan nasional atau global. Terkait dengan itu, pada 2012 lalu Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi melalui Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan meluncurkan Program Hibah Bina Desa (PHBD). Kegiatan ini dilakukan oleh mahasiswa (S-1 atau Diploma) melalui Ikatan Organisasi Mahasiswa Sejenis (IOMS), Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan atau Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Salah satu Unit Kegiatan Kemahasiswaan (UKM) di UNP yang lolos seleksi penerimaan PHBD ini adalah Pusat Pengembangan Ilmiah Penelitian Mahasiswa (PPIPM). Pada Minggu (24/12) lalu, PPIPM menggelar acara penutupan Pelatihan Program Hibah Bina Desa (PHBD) 2012 di Sekretariat Kelompok Petani Sepakat, Korong Simpang Nagari Ketaping, Kabupaten Padang Pariaman. Pelatihan yang bertemakan optimalisasi perkebunan buah naga sebagai sarana agrowisata bagi para petani ini merupakan kegiatan perdana Tim PHBD yang dihadiri oleh: ketua kelompok petani sepakat, wali korong Simpang Nagari Ketaping, pembimbing pelatihan sekaligus mewakili PR III, Dr. Yuliana SP.M.Si, dan masyarakat
anggota kelompok petani sepakat. Ketua pelaksana kegiatan, Surida Oktorina mengatakan pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas buah naga. Nantinya dilakukan pengolahan buah naga pasca panen menjadi produk olahan pangan serta siap bersaing di pasaran. Pelatihan ini telah menghasilkan 3 produk yaitu dalam bentuk jelly, dodol dan slay, “Daripada hasil panen banyak yang terbuang lebih baik diolah,” paparnya, Minggu (24/ 12). Mahasiswi TM 2010 Teknologi Pendidikan tersebut juga menambahkan bahwasanya sertifikat untuk izin usaha dari Depkes (Departemen Kesehatan) telah diajukan sebagai bukti bahwa produk ini diakui dan legal. “Insya Allah, Rabu sertifikatnya keluar,” tegasnya. Suhartini, salah seorang anggota pelatihan PHBD mengatakan sangat senang dengan adanya kegiatan pelatihan ini karena dapat memberikan ilmu yang bermanfaat. Selain menambah pengetahuan mengenai pengolahan buah naga juga bisa menjadi mata pencaharian penduduk. Ia mengaku bisa mengolah buah naga melalui pelatihan ini. “Kami dapat mengetahui cara pengolahan buah ini,” tuturnya, Minggu (24/12). Selaras dengan itu ketua kelompok tani Sepakat, Syamsul berharap kerjasama seperti ini tetap berlanjut. “Jangan sampai terputus disini saja walaupun telah dilaksanakan acara penutupan” harapnya, Minggu (24/12). Acara ini ditutup dengan penyerahan sertifikat Dikti serta penyerahan uang untuk modal usaha sebesar Rp. 1.000.000 secara simbolis oleh Dr. Yuliana SP,M.Si. Nia, Fidi
TA Inovatif dan Tepat Guna Stand Balancing Roda dan Stand Training Sistem Efi adalah dua dari beberapa contoh hasil tugas akhir mahasiswa (TA) yang ada di workshop Otomotif yang kurang termanfaatkan.WitrimahasiswaOtomotifTM 2009 mengatakan, pada dasarnya produk tugas akhir tersebut bermanfaat. “Kurangnya dukungan dari mahasiswa ataupun dosen, membuat tugas ini hanya sebagai formalitas dalam mencapai kelulusan saja,” ungkapnya, Jumat (28/12). Hal lain diungkapkan oleh Mabrur, mahasiswa Otomotif TM 2009, “Banyak TA mahasiswa yang perlu inovasi baru agar bisa di implementasikan di tengah-tengah masyarakat”, tuturnya Rabu (26/12). Lebih lanjut ia berharap ada upaya baik dari mahasiswa maupun dosen pembimbing TA untuk saling mendukung, menindaklanjuti dan tidak membatasi diri dalam menemukan karya-karya dengan inovasi baru. “Dengan rajin membuka situs DIKTI itu bisa membantu,” paparnya, Rabu(26/12). Ketua pogram studi Pendidikan Teknik Informatika, Ahmadul Hadi, SPd.M.Kom mengatakan dalam menghasilkan TA yang implementatif di tengah kehidupan masyarakat, Fakultas Teknik sendiri telah mengupayakan beberapa alternatif, seperti di Jurusan Teknik Informatika. Jurusan ini telah mendukung adanya kelompok belajar yang mewadahi dalam mempersiapkan mahasiswa untuk menghasilkan karya yang inovatif baik untuk perlombaan maupun untuk tugas akhir. “Kelompok belajar rekayasa perangkat lunak dan robotik itu merupakan bukti upaya dari kami dalam memaksimalkan fungsi TA,” tegasnya, Kamis (27/12). Selain itu secara teratur Fakultas Teknik juga mengadakan pameran
setiap tahunnya seperti pada momen 17 Agustus, Diels Natalis, awal penerimaan mahasiswa baru, serta undangan dari luar. “Hal ini dilakukan untuk memamerkan hasil karya mahasiswa Fakultas Teknik sendiri termasuk tugas akhir,” kata Drs. Putra Jaya, M.Si, Ketua Jurusan Elektronika,Jumat(14/12).Padamomen ituorang-orangbisamelihat kemajuan dari fakultas ini. “Diharapkan agar mampu memotivasi mahasiswa agar terus berkarya”, tutupnya. Drs. Syahril. ST. MSCE. Ph.D selaku Pembantu Dekan I Fakultas Teknik mengatakan bahwa ide dalam menyelesaikan tugas akhir berasal dari mahasiswa. Setiap dosen pembimbingdarijurusanmemberikan arahan dan membantu dalam memberikan solusi terkait dengan permasalahan yang dihadapi saat mengerjakan tugas akhir, “Salah satunya terkait dengan masalah pembiayaan yang mahal”, jelasnya, Rabu (26/12). Selain itu ia juga menambahkan bagi mahasiswa yang menghasilkan TA terbaik selain mendapatkan penghargaan dengan nilai A, mereka juga akan mendapatkan ucapan berupa piagam penghargaan. Ia berharap agar mahasiswa tidak terbebani dengan TA ini, “Karena kami menunggu karya inovatif dari mahasiswa”, harapnya, Rabu (26/12). Pada saat yang sama Drs. Syahril. ST. MSCE. Ph.D juga mengatakan sebenarnya Tugas Akhir mahasiswa lebih banyak berfokus pada metode tepat guna. Nantinya dapat membantu memaksimalkan produk dan mengefisienkan proses kerja, seperti metoda pengeringan ikan dan metoda pemotongan ikan dengan mesin. “Sebagian dimanfaatkan sebagian dosen sebagai instrument dalam penelitian dan pengajaran,” paparnya. Nia
Perihal Renovasi Gedung PKM UNP bersiap dengan pembangunan gedung-gedung baru pada tahun 2013 ini. Dana bantuan dari Islamic Develompment Bank (IDB) dialokasikan untuk membangun beberapa gedung di UNP nantinya. Temasuk gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa yang juga masuk ke dalam daftar gedung yang akan dibangun dalam proyek IDB tersebut. Namun, gedung-gedung PKM beberapa waktu lalu di perbaiki. Gedung yang berlokasi di belakang Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) ini mengalami perbaikan di bagian teras, perbaikan atap, cat dinding dan lain sebagainya. Perbaikan ini sedikit banyak mendapat respon positif dari para mahasiswa yang aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). “Dengan perbaikan ini teras jadi bisa di pakai untuk berkumpul bersama para anggota dan juga dengan kondisi yang sekarang terasa lebih nyaman jika berada di PKM” ujar Edy Sastrawan Rasyid, Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan yang juga salah satu anggota dari Unit Kegiatan (UK) KSR-PMI, Jum’at (28/12-13). Edy mengaku bahwa pihak KSR-PMI sendiri tidak pernah meminta perbaikan sekretariat ke pihak UNP. “Tiba-tiba ada beberapa pekerja yang datang dan memperbaiki teras dan halaman secretariat,” ucapnya. Hal ini juga dibenarkan oleh Khairul, Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin TM 2011 yang juga aktif di UK-Pramuka. Khairul mengatakan tiba-tiba ada beberapa pekerja yang datang merombak halaman depan beberapa secretariat, “Saya kira gedung ini akan digusur, namun setelah saya perhatikan ternyata dilakukan perbaikan gedung,” ungkapnya, Rabu (2/1-13). Khairul sangat bersyukur dengan diadakannya perbaikan gedung ini karena mahasiswa lebih nyaman
12 Milyar Gagal Terealisasi Bulan lalu, di sela-sela memberi kata sambutan pada pembukaan kuliah umum bersama Badan Pengawas Keuangan (BPK) dengan pembicara Dr. Ali Masykur Musa, M.Si., M.Hum., Rektor UNP Prof. Dr. Phil. Yanuar Kiram mengungkapkan bahwa UNP mengem balikan dana sebesar Rp. 12 Milyar ke Pemerintah Pusat. Sebagaimana diketahui renca nanya, dana tersebut digunakan untuk pembangunan gedung kam pus. “Namun tidak cukup waktu dalam pengerjaannya,” ujarnya, Kamis (6/12). Salah satu aktifis mahasiswa, Rahmat mengaku cukup kecewa dengan kabar pemulangan dana tersebut. “Masih banyak sarana kampus yang harus diperbaiki guna kelancaran perkuliahan,” ujarnya, Senin (10/12). Namun rahmat berpendapat jika pemulangan dana dikarenakan perihal yang jelas dan memang dapat dipertanggungjawabkan Rah mat menegaskan tidak apa-apa. Siltia Roza, Mahasiswa Pendidikan Ekonomi yang mengikuti kuliah umum tersebut pun memberi tanggapan terkait penjelasan rek-
tor, “Sebaiknya dikem balikan saja daripada pihak Universitas Negeri Padang (UNP) mendapat sanksi jika tetap meman faatkannya”, tuturnya, Selasa (2/1). Menanggapi hal itu, kepala Biro Administrasi Usaha dan Keuangan UNP, Drs. Syarkani mengatakan pemulangan dana lebih dikarenakan kurangnya jangka waktu yang disediakan untuk mengurus pengambilan dana tersebut. “Ini merupakan program kerja UNP yang diajukan awal tahun,” ujarnya, Jumat (20/12). Syakarni melanjutkan bahwa program kerja ini baru disetujui Rabu (5/12) dari pihak pusat, dan harus selesai dalam waktu dua minggu. Dana yang belum sampai ke pihak universitas ini awalnya bertujuan untuk pembangunan gedung perkuliahan Manajemen Perhotelan di Bukittinggi. Namun, dikarenakan jangka waktu pemberitahuan yang mendesak dana itu dikembalikan oleh pihak universitas. Syarkani mengatakan bahwa jika dana tersebut tetap diusahakan, perlu berapa hal yang harus dilaksanakan. Mulai dari tender
17
Teropong
Edisi No. 171/Tahun XXIII/ Desember 2012
proyek, pelelangan, dan penyang gahan dana. Lebih lanjut Syakarni mengatakan bahwa menimbang perkiraan waktu dan proses pengurusan dana yang dapat dikatakan cukup rumit, makanya pihak universitas memutuskan untuk mengembalikan dana yang belum masuk sampai ke tangan universitas tersebut. “Kelak terkait dengan adanya program kerja pembangunan fisik, persetujuannya bisa jauh di awal tahun,” ungkapnya, Jumat (20/12). Setelah mengkonfirmasi kembali, Yanuar Kiram selaku rektor UNP menjelaskan: “Sebagai tindak lanjut kedepannya, kita bisa memilih pembangunan yang lebih diprioritaskan. Disamping itu juga kita harus melihat sisi kepentingan mahasiswa yang dapat mendukung proses pembelajaran yang berkualitas. Serta kepentingan melayani masyarakat dan tidak melanggar aturan yang ada. Terakhir diharapkan tidak akan terjadi keteledoran waktu yang telah terjadi seperti ini,” tutupnya, Selasa (2/1). Rita, Opi
Diperbaiki: Pasca diperbaikinya beberapa gedung PKM mahasiswa mengaku lebih nyaman untuk berkumpul di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Kamis (3/ 1). f/Opi
dalam beraktivitas. Namun Ia menyayangkan renovasi gedung PKM hanya di beberapa gedung saja, seperti UK-KSR PMI, UKPramuka dan UKK. Diperbaikinya beberapa gedung PKM ini seolah-olah mematahkan harapan perihal pembagungan gedung PKM UNP yang baru. Khairul mengatakan pernah mendapat informasi dari seniornya di UK-Pamuka bahwa ada rencana pembangunan gedung baru PKM yang berlokasi di sebelah gedung perlengkapan yang sekarang. “Namun sampai saat ini hal tersebut tidak ada titik terangnya, PKM masih berdiri di lokasi yang sekarang.” Tuturnya. Menanggapi hal ini, Kasubag. Rumah Tangga UHTP, Elvi Hengki, ST., M.Pd., mengatakan bahwa renovasi beberapa gedung PKM beberapa waktu lalu memang sengaja dilakukan oleh pihak perlengkapan. Hal ini terkait dengan program kerja dari Tim Pengawasan Kebersihan dan Penataan Lingkungan. Tim ini selalu melakukan pengawasan dengan berkeliling setiap pagi di UNP. Jika terdapat laporan tentang kondisi dilapangan mengenai sarana yang tidak baik dan sudah tidak memadai, maka akan
ditindaklanjuti nantinya. “Hal ini dilakukan demi keindahan dan kerapian lingkungan UNP,” jelasnya, Rabu (2/1). Kemudian Hengki menjelaskan perbaikan gedung PKM ini sebenarnya dapat diajukan ke pihak perlengkapan. User (Pengguna) bisa saja membuat surat permohonan untuk perbaikan secretariat mereka, tentunya sesuai dengan Standar Operating Procedures yang ada, yaitu memasukkan surat permohonan ke Pembantu Rektor II dan selanjutnya akan diteruskan ke Kasubag. Rumah Tangga. Begitu juga halnya dengan permintaan pengadaan sarana atau alat penunjang kegiatan organisasi seperti komputer, printer dan sebagainya. “Jika ada permintaan dari user, kami akan melayani. Jika tidak, maka kami tidak tahu apa yang mereka butuhkan,” tuturnya. Mengenai jadi atau tidaknya dibangun gedung PKM yang baru, Hengki menjawab bahwa memang sudah ada rencana membangun gedung PKM baru di sebelah gedung perlengkapan. “Sepengetahuan saya pembangunan gedung ini termasuk dalam proyek IDB, namun bagaimana kejelasannya saya kurang paham,” tuturnya. Gumala
Marching Band PbDC Kerja keras dan dedikasi tinggi dapat menghasilkan sesuatu memuaskan. Kalimat ini memberi pengaruh besar bagi Pembangunan drum club (PbDC) SMP Laboratorium Pembangunan UNP. Selama ini Marching band masih sebatas ekstrakurikuler dan belum pernah diperlombakan. Namun keinginan untuk membanggakan dan mengharumkan nama sekolah, seluruh anggota PbDC bertekad untuk turut serta dan melawan 20 Club Marching Band dari sekolah-sekolah se-wilayah Sumatera Barat dan Riau. Azelia Ninda Ramadani, siswa kelas VIII salah satu anggota PbDC mengatakan, untuk melatih kemampuan anggota, PbDC biasanya berlatih setiap hari Sabtu. Namun untuk menghadapi perlombaan ini, PbDC berlatih keras selama dua minggu sebelum perlombaan. “Ini persembahan kami untuk mengharumkan nama sekolah,” ucapnya, Kamis (3/12). Lomba marching band di GOR UNP, Minggu (31/12-12) diadakan oleh Minang Machinband Club (MMC). Tahun ini MMC mengadakan lomba dalam tiga kategori
yaitu kategori Ensemble, Drum Battle dan Colour Guard Contes. PbDC dengan motto “One Band, One Sound” ini berhasil memboyong dua piala sekaligus. Juara pertama kategori Musik Ensemble dan Juara umum dari ketiga kategori tersebut. Sebagai kepala sekolah, Dra. Mislinda R, M.M., mengatakan pihak sekolah berusaha mencari pelatih terbaik untuk PbDC dan akhirnya memutuskan Reno Andida dkk, dari Marching Band Semen Padang Untuk Melatih PbDC. “Bagi kami mereka adalah pilihan yang tepat,” ujarnya (3/12). Bagi Maslinda kemenangan ini merupakan kado istimewa di penghujung 2012. “Saya harap PbDC bisa mempertahankan prestasi,” harapnya. Ketua pelatih PbDC Reno Andida mengatakan, PbDC pada awalnya agak tertatih menjalani latihan dan menyeimbangkan aransemen music, namun anggota PbDC tidak patah arang dan selalu berlatih keras. “Berkat disiplin latihan dan kerja keras, menghasilkan kemenangan manis untuk mereka,” tegas Reno (3/12). Zolla
18
Inter
Edisi No. 171/Tahun XXIII/ Desember 2012
WP2SOSPOL
MPALH UNP
Angkatan ’45 untuk WP2SOSPOL UNP
MPALH UNP : Tantangan dan Ketangguhan Pada Tahun 1984 lalu, Ketika UNP masih bernama Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) lahir sebuah komunitas kecil pecinta alam dari Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) kala itu, yang biasa disebut Pestalozzi. Sekelompok mahasiswa berniat menjadikan komunitas ini menjadi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), namun hal ini tidak disetujui oleh Rektor IKIP karena ruang lingkupnya masih sekitar fakultas saja, lain halnya jika mereka mampu untuk mendirikan kelompok pecinta alam tingkat institut maka permohonan akan disetujui. Akhirnya tawaran tersebut dipenuhi dan lahirlah sekelompok mahasiswa pecinta alam tingkat institut pada tanggal 22 Oktober 1984 yang sekarang lebih dikenal dengan Mahasiswa Pecinta Alam dan Lingkungan Hidup (MPALH). Sejumlah kegiatan seperti menelusuri gua-gua, panjat tebing, mendaki gunung, dan melestarikan lingkungan hidup menjadi kegiatan rutin setiap tahunnya. Sejak tahun 2006 MPALH sudah merambah puncak-pucak gunung di Pulau Jawa. Kegiatan pelestarian lingkungan hidup biasanya dilakukan aksi penghijauan kampus, aksi bersih pantai, bersepeda keliling Sumbar dan lain sebagainya. “Tapi pelestarian
lingkungan hidup ini masih butuh peningkatan yang lebih” ucap Khaidir Anas mahasiswa Jurusan Manajemen, Rabu (19/12). Banyak prestasi yang diraih diantaranya adalah Kelompok Pecinta Alam terbaik I tahun 1997 dalam lomba Penghijauan Kampus Swadaya Tingkat provinsi Sumatera Barat, Kelompok Pecinta Alam Terbaik Tingkat Nasional tahun 1999 dari Presiden Republik Indonesia, Kelompok Pecinta Alam Tingkat Nasional tahun 2000 dari Menteri Kehutanan, Nominasi Kalpataru Tingkat Sumbar tahun 2000 Kategori Perintis dari Gubernur Sumbar, Cipta Lestari ke Hati Tingkat Sumbar tahun 2001 dari Gubernur Sumbar dan masih banyak lagi. Baru-baru ini, MPALH telah selesai melakukan Open Recruitment-nya yang berlangsung pada 17 Oktober- 25 November yang lalu. Peserta yang mendaftar berjumlah 85 orang terdiri dari mahasiswa TM 2011 dan 2012. “Peserta wajib mengikuti kegiatan berupa seleksi fisik, diklat lapangan, dan lain-lainnya sebelum disahkan menjadi anggota,” tambah Khaidir. Melalui Open Recruitment ini Khaidir berharap semoga MPALH kedepannya lebih baik lagi. Gumala
FIS UNP
Terampil Menulis Jurnal Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FIS mengadakan pekan akademisi dengan tema: “Aku Handal Menulis Jurnal,” Minggu (9/12). Acara ini merupakan pergelaran perdana yang diangkatkan BEM FIS dengan tujuan peserta yang mengikutinya mampu menulis jurnal dengan baik. Kegiatan yang berlangsung di Auditorium FE ini dihadiri oleh 300 orang peserta. Peserta yang ikut tidak dikenakan biaya sama sekali bahkan difasilitasi seminar kit, snack dan makan siang. Dalam acara ini peserta diberi motivasi menulis jurnal, pemberian materi dan sistem penulisan jurnal serta latihan penulisan jurnal itu sendiri.
Selaku Ketua Pelaksana, Ahmad Salim R, Mahasiswa Jurusan Geografi TM 2010 berharap acara yang baru pertama kali diselenggarakan ini bisa sukses kedepannya. “Mudah-mudahan acara seperti ini bisa jadi agenda tahunan untuk mahasiswa,” harapnya. Para peserta tampak puas mengikuti acara, sebagaimana yang disampaikan oleh Yeni Rahayu, Mahasiswa Geografi TM 2012. Ia mengungkapkan acara ini sangat berguna baginya karena nanti setiap mahasiswa akan membuat jurnal. “Saya bisa memahami bagaimana cara membuat jurnal”, tutupnya. Fidi
Dinas Pendidikan
Wadah Pengkajian dan Pengembangan Sosial Politik (WP2SOSPOL) adakan Pendidikan dan Pelatihan Dasar (Diklatsar) di Balai Latihan Keterampilan Terpadu (BLKT), Lubuak Lintah, Padang. Diklatsar yang dilaksanakan pada hari Sabtu dan Minggu (1-2/12) ini diperuntukkan bagi angkatan baru WP2SOSPOL hasil open recruitment bulan Oktober dan November lalu. Acara ini bertujuan sebagai pembekalan bagi anggota baru WP2SOSPOL sekaligus sebagai ajang keakraban antara anggota lama dengan anggota baru. Hal ini diungkapkan oleh Ketua
FT UNP
Pelaksana Acara, Ika Purnama Sari, Mahasiswa Administrasi Pendidikan TM 2010. Sari menjelaskan sebelum mengikuti Diklatsar para peserta sudah disaring melalui seleksi awal berupa tes wawancara, pembuatan essay sosial politik dan tes berorasi. Lanjut Sari menambahkan, kegiatan pada hari pertama berupa pemberian materi bagi para peserta Diklatsar berlangsung tertib. Sementara untuk hari kedua dilaksanakan out bound berupa simulasi bagi peserta setelah menerima materi. “Semoga WP2SOSPOL dapat melahirkan Pemimpin bagi UNP kelak,” harapnya. Fidi
Pelatihan Robotik
Dalam rangka kaderisasi anggota 2013 Pusat Studi Robotik dibantu oleh Fakultas Teknik UNP untuk pertama kalinya mengadakan pelatihan di RSG UNP, Sabtu (15/12). Pelatihan yang bertema ”Pelatihan Pemograman Sistem Robotik Berbasis Mikrokontroler dan Persiapan Kontes Robot Tahun 2013” ini menghadirkan pemateri dari Politeknik Surabaya dan admin group robot Indonesia. Selain itu turut hadir Pembantu dekan III FT, Drs. Hasan
Maksum, MT, Kasubag kemahasiswaan, Drs. Arifin dan sekitar 120 orang mahasiswa FT UNP. Arif Pramana Lubis selaku ketua pelaksana menjelaskan tujuan dari pelatihan pemograman ini untuk meningkatkan kompetensi meraih prestasi serta meningkatkan kualitas dalam bidang robotik sendiri. “Dengan adanya penyampaian materi sekaligus tes demo bisa membuat peserta semakin paham,” ujarrnya, Sabtu (15/12). Nia
UNP
Kerjasama Berantas Korupsi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan Organisasi Mahasiswa UNP menampilkan kreativitas dalam festifal anti korupsi, Kamis (13/12). Acara yang diselenggarakan di Ruang Serba Guna FT ini bertemakan: “Bangun Negeri Tanpa Korupsi Melalui UNP yang Cerdas dan Berintegritas.” Selaku Ketua Pelaksana Dr. Afrifa Khaidir, MAPA menyampaikan tujuan dari kerjasama ini adalah melaksanakan program anti korupsi di UNP. Selain itu afrifa juga mengatakan, UNP akan mengadakan implementasi kegiatan cerdas berintegritas di seluruh fakultas nantinya sebagai wujud dari pengembangan pendidikan berkarakter. “Terima kasih kepada semua pihak yang terlibat sehingga terwujudnya acara ini,” ungkapnya.
Acara ini diakui oleh M. Rovi Harianto sebagai perwakilan dari KPK merupakan salah satu program tuntas integritas yang memprojec-kan 7 kota sebagai tunas integritas KPK. “UNP merupakan universitas yang kami datangi untuk kota Padang,” katanya. Meskipun peserta dari acara ini kurang dari yang ditargetkan, namun yang hadir tetap antusias mengikuti sampai acara selesai. Penampilan yang disajikan oleh UKM dan Ormawa juga diperlombakan dengan juri dari pihak UNP dan KPK. Keluar sebagai pemenang: komunitas PANTAS yang menampilkan paduan suara, UK-PPIPM dengan penampilan dramatisasi puisi dan PASTI yang menampilkan drama singkat. Para pemenang diberi bingkisan menarik dari KPK sendiri. Opi
HMJ FBS UNP
Pelatihan Jurnalistik se-UNP Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Bahasa dan Sastra Indonesia (Basindo) menggelar pelatihan jurnalistik se-UNP, Minggu (16/12). Pelatihan di Ruang Teater Tertutup FBS UNP ini mengundang Prof. Dr. Harris Efendi Thahar, M. Pd. (Cerpenis Nasional dan Guru Besar FBS), Rino Zulyadi, S.S. (Reporter Trans7) dan Khairul Jasmi, M.Pd. (Pemimpin Redaksi Harian Singgalang) sebagai pemateri. Pelatihan dengan tema: “Melalui Pelatihan Jurnalistik Kita Tingkatkan Pemakaian Bahasa Indonesia yang Benar Dalam Penyampaian Berita” ini dihadiri oleh 348 orang peserta. Ketua pelaksana, Devinaldi, Mahasiswa Jurusan Basindo TM 2009 mengatakan: pelatihan ini
merupakan penerapan langsung dari materi yang dipelajari di Jurusan Basindo yakni mata kuliah Pengantar Ilmu Jurnalistik serta Keredaksian. “Oleh sebab itu, banyak mahasiswa yang antusias dalam mengahadiri pelatihan ini,” ungkapnya, Minggu (16/12). Salah seorang peserta, Anna Sehah mengaku senang mengikuti kegiatan ini, karena berkaitan langsung dengan mata kuliah yang diambilnya. Anna berharap, pelatihan seperti ini menjadi menjadi kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh HMJ. “Pelatihan seperti ini merupakan kebutuhan bagi mahasiswa Jurusan Basindo khususnya,” tuturnya, Minggu (16/12). Wak ii
SENI RUPA UNP
Tangan-Tangan Kreatif Dalam Pameran Nasional Jurusan Seni Rupa FBS berkolaborasi dengan Pendidikan Seni Budaya Program Pasca Sarjana mengangkat pameran nasional dalam rangka ulang tahun jurusan Seni Rupa yang ke 49, Rabu (26/ 12). Acara ini dibuka dan diresmikan langsung oleh Drs. Burhasman, MM, selaku Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Sumatera Barat. Pameran ini berlangsung selama empat hari dari tanggal 2629 Desember 2012 di Ruang Serba Guna (RSG) FT. Dengan tema”Pameran Nasional dan Industri Kreatif,” acara ini menampilkan beragam karya kreatif seperti lukisan, bazaar kriya, dan beragam
industri kreatif lainnya seperti abon ikan, kerajinan dari kayu dan batok kelapa. Dalam Pameran ini juga digelar lukisan-lukisan menarik para perupa. Lukisan yang ditampilkan bukan hanya lukisan dari perupa nasional, tapi juga internasional, seperti lukisan bertema “Grandfather” karya perupa dari Madagaskar, Tananantsoa Jean Eddy. “Dalam seni, yang kita upayakan adalah kreatif dan inovatif, kita mencoba menampilkan apa yang belum dipikirkan orang lain,” tutur Tito, S.Pd., selaku ketua pelaksana. Ryan
Pembekalan Mahasiswa Masuki Dunia Kerja
Biro Akademik dan Administrasi Kemahasiswaan (BAAK) UNP mengadakan Acara pembekalan bagi mahasiswa dalam memasuki dunia kerja. Kegiatan pertama kali diadakan ini diperuntukkan bagi mahasiswa agar siap terjun ke dunia kerja setelah menyelesaikan perkuliahan. “Mahasiswa harus mengetahui seperti apa mereka di lapangan nantinya, supaya mereka bisa bekerja sesuai dengan bidangnya masing-masing” papar Kabag Kemahasiswaan BAAK, Drs. Sudiro Sembiring di tengah acara. Peserta yang hadir merupakan mahasiswa tahun akhir yang sedang menyusun skripsi. Masingmasing fakultas melalui Pembantu Dekan III, mengirimkan 20 mahasiswa untuk menghadiri acara. “Kami sengaja mendatangkan mahasiswa tahun akhir sebagai peserta,” tambah Sudiro. Acara yang berlangsung di Ruang Serbaguna (RSG) FT ini dihadiri oleh pemateri yang berasal dari Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Dr. Herminanto, M.Pd, Pemateri dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sumatera Barat, dan dari Staf Pengajar UNP. Salah seorang peserta, Rian Fetriona Jurusan Teknik Elektronika TM 2010 mengaku acara ini memberikan banyak pengetahuan tentang lapangan pekerjaan. “Acara ini sangat bermanfaat karena untuk anak tingkat akhir sangat membutuhkan informasi lapangan kerja,” ucapnya. Rian berharap semoga mahasiswa dapat menemukan pekerjaan sesuai dengan bidangnya masing-masing. Gumala
FIS UNP
FIS; Regenerasi FSDI Dengan mengusung tema: “Bersama satukan hati wujudkan pemimpin berjiwa nurani”, Forum Studi Dinamika Islam (FSDI) FIS mengadakan Musyawarah Besar (MUBES) yang ke XII, SabtuMinggu (22-23/12). Pada mubes kali ini muncul Sembilan orang nama calon yang akan dipilih menjadi Ketua FSDI selanjutnya. Nama-nama tersebut diantaranya Chandra dan Abdul aziz dari Jurusan Sosiologi, Jefri dan Abdul Wahid dari Jurusan Sejarah, Yon Virgo dan Bambang dari Jurusan Geografi, Bambang Sutrisno dan Riski Hardinata dari Jurusan Ilmu Sosial Politik. Ketua Pelaksana Ego Vinda berharap setelah dibentuknya kepengurusan baru, FSDI akan lebih baik dan bisa menghasilkan gebrakan baru. “Mudah-mudahan semua mampu bertanggungjawab dengan bidang yang dipegang,” katanya, Sabtu (8/12). Hari pertama pelaksanaan Mubes dilakukan penentuan presidium sidang serta pemberian materi yang disampaikan oleh Azuffi (Mantan Ketua UKK) dan pada hari kedua dilaksanakan pemilihan Ketua dan Dewan Pengurus Harian. Liza
Edisi No. 171/Tahun XXIII/ Desember 2012
19
Feature
Kerja Keras untuk ‘Lunakkan’ Hidup Tidak ada yang lebih membahagiakan dari pada memenuhi kebutuhan keluarga, menyekolahkan anak, dan mencari nafkah. Meski perjuangan untuk mencapainya cukup berat. Oleh Wahida Nia Elfiza Ema baru saja menurunkan seorang penumpang dari motornya di depan masjid Al-Azhar UNP, setelah menerima uang dari penumpang itu, ia mengendarai motornya kembali dengan lambat. Namun tiba-tiba dari arah belakang, sebuah sepeda motor dengan kecepatan tinggi menyambat motor Ema, sehingga menyebabkan ia terjatuh, pergelangan kaki kanannya tergiling dan berdarah lalu motornya terpental sejauh dua meter. Sesaat setelah kejadian itu, Ema tidak sadarkan diri. Kecelakaan yang menimpa Ema menyebabkan ia harus vakum dari aktivitasnya selama 3 bulan. Jangankan untuk mengojek, berdiri sendiri saja ia tidak mampu. Walaupun ada tetangga yang membantu meringankan bebannya, namun tetap saja Ema merasakan masa-masa sulit itu. Pasalnya ia tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya seperti biasa, “Kadang makan, kadang tidak sama sekali”, ungkapnya dengan menekurkan kepala, Kamis (27/12). Baru 2 minggu ini ia mulai mengojek lagi. Dengan kaki yang masih bengkak dan jalan yang sedikit pincang Ema kembali melanjutkan rutinitasnya. Ia amat berhatihati dalam bertindak. “Tukang urut berpesan agar berhati-hati, karena ada kemungkinan patah tulang”, jawabnya, Senin (24/12). Ema adalah satu-satunya tukang ojek wanita di UNP. Ia tinggal di sebuah rumah
kos dengan seorang putri yang masih duduk dibangku kelas 2 SMA. Sekarang anaknya bersekolah di salah satu sekolah favorit di kota Padang yaitu SMA. N 10. Itulah yang membuat ia merasa beruntung karena selain masuk sekolah favorit, anaknya juga bisa mendapatkan beasiswa. Waktu sang putri berumur 2 tahun, suami Ema meninggal dunia. Semenjak itulah ia telah menjadi tulang punggung keluarga. Menjadi pekerja sawit borongan di PT Damasraya serta menjadi tukang perabotan pernah dilakoninya. Namun karena mengidap penyakit sesak nafas, ia memilih untuk meninggalkan pekerjaan itu. Ema butuh kebebasan diri, dia tidak ingin terikat dan tertekan. Menurutnya, profesi ojeklah yang pas untuknya. “Seandainya penyakit saya kambuh, saya bisa istirahat,” ujarnya, Senin (24/12). Sudah lima tahun Ema menderita sesak nafas, ia pernah melakukan pemeriksaan ke rumah sakit dan hasil pemeriksaan membuktikan jantungnya berlobang. Sekali pengecekan ia harus mengeluarkan uang Menunggu Penumpang: Ema, satu-satunya tukang ojek sebanyak Rp 350.000, jumlah w a n i t a d i U N P s e d a n g m e n u n g g u p e n u m p a n g d i d e k a t yang sebanding dengan biaya gerbang utama UNP. f/Nia. kosnya perbulan. Karena biaya yang menurutnya besar akhirnya ia memilih untuk meminum obat dari hari. Jika bicara tentang kecukupan biaya bidan terdekat saja dengan harga lebih hidup, setidaknya bisa untuk biaya makan, murah dan terjangkau. uang sekolah anak, dan menabung untuk Sekarang ini, tukang ojek adalah satu- membayar kontrakan dan cicilan kredit satunya profesi yang ia jalani, mulai dari motor. “Ya, dicukup-cukupin saja,” jawabnya. jam 6 pagi sampai jam 6 sore begitulah Baru 20 bulan ini ia memakai motornya jadwal hariannya. Rata-rata uang sekitar Rp sendiri. Sebelumnya, untuk mengojek ia 50.000 – Rp 60.000 bisa ia kantongi tiap harus menyewa motor orang lain dan setiap
harinya ia harus mengikhlaskan 40 % dari pendapatannya untuk diberikan kepada pemilik motor. Namun seiring dengan berjalannya waktu, ia memilih untuk mengkredit motor dengan cicilan Rp 600.000 perbulan, “Sekarang cicilannya tinggal 10 bulan lagi, namun itu lebih baik,” tegasnya, Senin (24/12). Tiga tahun sudah ia menggaet rezki dari ngojek, bersaing dengan para lelaki dengan profesi yang sama di pangkalan sering ia alami, terkadang menunggu giliran untuk mendapatkan penumpang bisa sampai 1 jam. “Bahkan sampai ngantuk menunggu giliran,” tuturnya. Menjadi tukang ojek bagi Ema adalah profesi yang sulit-sulit gampang. Ketika gilirannya tiba terkadang ia harus merelakan penumpang laki-laki untuk menaiki motor tukang ojek lain karena penumpang itu segan dengan tukang ojek wanita. Maka dari itu wilayah kawasan FMIPA dan gerbang depan UNP adalah kawasan favorit Ema. Betapa tidak, lokasi strategis itu telah menjadi sumber utama pendapatan maksimumnya karena disana banyak penumpang berjenis kelamin perempuan yang mau menaiki motor Vario miliknya Ketika musim libur tiba, Ema sedikit khawatir, karena ia hanya bisa mendapatkan uang 25.000 saja perhari, sedangkan kebutuhan tidak bisa dikurangi. Namun Ema merasa bersyukur, dari kesusahan yang ia rasakan masih ada orang yang peduli dan bersedia membantunya tanpa diminta. Misalnya saja ketika ia mengantar penumpang kesuatu tempat, tanpa tawar menawar penumpang langsung membayar lebih kepada Ema sebagai bentuk kekaguman terhadap perjuangannya. “Pernah seorang ibu membayar 80.000 padahal tariff seharusnya cuma 30.000,” katanya senang. Lebih lanjut Ema berharap untuk hidupnya, semoga ia tetap bisa memenuhi kebutuhan keluarganya dan pendidikan anaknya tetap lancar.
Satukan Hati Lewat Musik Lampu-lampu bewarna merah, kuning, biru tergantung di tengah panggung dan di sudut-sudut pendopo yang menyala secara bergantian menyorot ke berbagai penjuru, Jumat (14/12). Oleh Wezia Prima Zolla Juma’at (14/12), Medan Nan Balinduang (pendopo) Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) disulap menjadi berbeda dari biasanya. Disebelah kiri panggung berjejer biola-biola, terompet, gitar, keyboard dan alat musik oerchestra lainnya. Sedangkan di sebelah kanan diisi dengan peralatan band. Di bagian kiri belakang panggung terdapat spanduk berisi nama dan tema acara pada malam itu. Lampu-lampu bewarna merah, kuning, biru tergatung di tengah panggung dan di sudut-sudut pendopo yang menyala secara bergantian menyorot ke berbagai penjuru. Pukul 19.00 WIB, pendopo seluas lebih kurang 14 X 8 meter itu sudah dipenuhi oleh ratusan kepala. Disela-sela hiruk pikuk malam itu, muncul seorang pria dengan stelan jas hitam menaiki panggung, lalu merangkul microfon. Suasana mendadak hening. Suara Dekan Fakultas Bahasa dan Seni itu bergema di penjuru kampus ungu. Tampil sebagai pembuka acara, Prof. M. Zaim, M.Hum membawakan lagu “Ayah” dengan iringan musik orchestra. Sepuluh menit berselang, riuh tepuk tangan penonton meledak mengiringi akhir lagu. Dua jam berselang, guyuran hujan turut mengiringi pagelaran seni Mahasiswa Jurusan Seni Musik, Drama dan Tari Tahun Masuk 2010 ini. Meskipun demikian, mereka tetap silih berganti menampilkan berbagai penampilan terbaik. Mulai dari pertunjukan
Penampilan Orchestra: Seorang vokalis wanita dari Mahasiswa Sendratasik TM 2010 membawakan lagu ber-genre melayu dan berkolaborasi dengan penampilan orchestra dari Mahasiswa Sendratasik TM 2010 lainnya pada acara Ensemble Sendratasik UNP, Jum’at (14/12). f/doc
musik, puisi, tari, hingga drama. Dalam pertujukan musik ditampilkan berbagai jenis genre music, mulai dari pop, jazz, dangdut dan juga minang. Beberapa lagu yang dibawakan adalah: Rolling in the deep dari Adele, dan Karma dari Coklat, Kenyamanan penonton pun diperhitungkan dalam acara ini. Tiga infokus terpasang di tiga sudut pendopo yang menampilkan acara secara langsung. Dua infokus dipasang di sisi kiri-kanan bagian depan dan satu lagi di sebelah kiri bagian belakang. Bagi penonton yang tidak bisa melihat penampilan di atas panggung dengan jelas, tanyangan video yang diambil oleh dua kameramen TVRI ini bisa dijadikan
pusat perhatian lainnya. Ditengah hiruk pikuk musik yang sesekali diiringi tepuk tangan penonton, seorang pria dengan rambut gondrong, keriting dan diikat keatas terlihat cekatan mengurusi beberapa temannya yang sedang menata diri untuk bersiap ke atas panggung. Pria itu adalah Yanuar Ichsan, mahasiswa jurusan sendratasik TM 2010 yang dipercaya sebagai ketua pelaksana. Ensemble memang acara tahunan dari mahasiswa tingkat tiga sendratasik yang digelar pada akhir tahun. Untuk tahun ini Ari, panggilan akrab bagi sang ketua pelaksana dan 125 teman satu angkatan lainnya sepakat mengangkat tema Masih
Ada Hati Yang Bicara. “Karena acara ini seperti menyatukan hati kami yang pernah terpecah dalam proses penyelenggaraan acara” ungkapnya (14/12). Dengan tekad kuat dan rasa saling percaya yang dipupuk Ari pada semua teman-teman, akhirnya pada ensemble tahun ini mereka mampu memberikan sentuhan yang berbeda. Mereka menghadirkan parade lagu-lagu yang lebih dinamis dan tidak terikat pada musik asli lagu tersebut. “Kami tahun ini diperbolehkan meng-aransemen lagu yang akan ditampilkan dengan bebas, namun semua tak terlepas dari arahan para pembimbing” tuturnya. Dipenghujung acara dan sekaligus puncak acara ini, Ari beserta teman-teman yang berbusana biru lagit menampilakan orchestra dengan lagu “Semoga” dari Kla Project. Iringan Biola, keyboard, gitar, dan terompet berpadu dengan suara sang vokalis menggetarkan Pendopo FBS malam itu. Standing Aplause dari penonton termasuk dosen turut menyemarakkan penampilan seniman muda Jurusan Sendratasik UNP ini. Beberapa menit menuju jam 12 tengah malam, gurat-gurat senyum dari wajah ketua pelaksana beserta teman-teman pun mengiringi penutupan pertunjukan. Kerja keras mereka selam dua bulan terakhir terbayar dengan terlaksananya acara ini. Tak hanya mereka, para dosen dan orang tua yang hadirpun turut menebar senyuman bangga untuk anak-anaknya yang telah menampilkan yang terbaik. “Saya berharap untuk tahun-tahu kedepan, para generasi kami mampu menghadirkan ensemble dengan lebih bagus” tutup Ari. “Adakah waktu mendewasakan kita Kuharap masih ada hati bicara Mungkinkah saja terurai satu persatu Pertikaian yang dulu, bagai pintaku... Sebenarnya kuingin menggali hasrat kembali Kuharap agar kau mengerti, semoga...”
20
Edisi No. 171/Tahun XXIII/ Desember 2012
Resensi
‘Membunuh’ Tuhan Judul Penulis Penerbit Cetakan Tebal
: Humanisme dan Sesudahnya : F. Budi Hardiman : Prima Grafika : Juni 2012 : 85 Halaman
Rene Descartes; Cogito Ergo Sum ( Aku berpikir maka aku ada) menjelaskan eksistensi pikiran manusia adalah sesuatu yang absolut dan tidak dapat diragukan. Maka tidak dapat diragukan lagi bahwa pikiran itu sendiri eksis/ada. Menurut Descartes, filsafat bertitik tolak pada cara yang digunakan oleh subjek untuk mengerti, memahami, dan menyelidiki objek sehingga dapat diperoleh sebuah kebenaran baru. Menjadikan berfilsafat tidak lagi berangkat dari objek, melainkan dari subjek. Adapun kebenaran baru yang dimaksud, ialah kebenaran yang muncul dari proses berpikir metodis yang telah merombak kebenaran lama. Di tangan F Budi Hardiman, lahirlah sebuah ulasan filsafat yang membahas pandangan dalam humanisme yang menjadikan manusia dan kemanusiaan sebagai objek, serta bagaimana humanisme menandang agama, peran humanisme dalam ilmu pengetahuan, dan sosok humanisme dalam kolonialisme. Seolah berkelana di masa lalu sebagai suatu kesalahan, kita ditawarkan untuk kemajuan kesadaran dan keyakinan menatap yang akan datang dalam meninjau ulang gagasan besar tentang manusia. Semua terurai dengan jernih lewat buku yang berjudul “Humanisme dan Sesudahnya” ini. Merupakan suatu hal yang sangat menarik, ketika seorang filsuf mendewakan ilmu tanpa melibatkan kuasa Tuhan di dalamnya. Bagi mereka para atheis yang salah satunya adalah Descartes, melihat agama sebagai penghalang dan hanya memusatkan diri pada kemampuan kodrati manusia dalam mengolah daya pikir. Seperti
Bayang, Pasangan yang Berkebalikan Judul Penulis Penerbit Cetakan Tebal buku
kutipan yang terdapat dalam buku F Budi Hardiman: “Menurut para atheis Tuhan harus dibunuh dalam kesadaran manusia.” Dapat kita duga bahwa filsuf atheis menganggap bayang-bayang Tuhan dalam benak telah menghalang-halanggi realisis pikiran manusia. Jika kemanusiaan ingin mekar dengan segenap kemuliaan dan keluhuranya, manusia harus dibebaskan dari keterasingannya itu. Tuhan harus dising kirkan dari kesadaran manusia. Lagi, dalam buku ini mengemukakan betapa para humanisme ini memahami Tuhan sebagai hasil kontraksi pikiran, maka membunuh Tuhan tidak lain daripada mengubah pola pikir dan mentalitas masyarakat. Ada dan tidak ada Tuhan bukan suatu permasalahan bagi atheis ini. Namun, menjawab semua kontradiksi pandangan filsuf mengenai esensi Tuhan, buku Budi ini mencoba membuka cakrawala mengenai betapa pentingnya keberadaan Tuhan. Seperti yang dipaparkan: Seandainya saja Tuhan ingin disingkirkan demi mekarnya peradaban kemanusiaan sejati itu hanya dalam akal kita, perkembangan sains dan ekonomi sudah cukup untuk menying- kirkannya. Dipaparkan disini bahwa agama bukanlah sekedar pola pikir, melainkan juga pola hidup. Tuhan juga terjangkar kuat dalam jiwa dan penghayatan eksistensial manusia, maka kemajuan ilmiah suatau masyarakat tidak niscaya mengantar pada pudarnya agama-agama. Kepercayaan mencari pengetahuan, dan pengetahuan mengokohkan kepercayaan. Resensiator Meri Susanti Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia TM 2011
: Lalita : Ayu Utami : KGP (Kepustakaan Populer Gramedia) : September 2012 : 251 halaman
Esensi manusia dan bayangan, keduanya terlahir bersama dan akan selalu bersama, seperti pasangan yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Meski terlihat tidak berdaya, bayangan kadang mampu mempengaruhi dan menghisap manusia kedalam kegelapannya. Hanya dengan melihat bayangbayangnya sendiri, manusia dapat melepaskan diri secara batin dari sang bayang. Tanpa membalikkan badan dan mengakui bayang-bayangmu, kau akan terus dibayanginya. Begitu yang ingin Ayu Utami dalam “Lalita”-nya. Sisi gelap manusia diimplementasikan dalam wujud bayangbayang, sehingga seseorang yang tidak melihat bayangannya sendiri tidak akan mendapatkan pembebasan. Sama seperti seseorang yang mengingkari dirinya sendiri dengan topeng kecantikan yang tidak manusiawi. Dia menunjukkan betapa gemerlap dirinya pada dunia, padahal matanya menolak untuk melihat dunia. Dunia menyanjung-nyanjung keagungannya sedang dimatanya hanya ada kehampaan. Matanya melihat ke dalam, pada kekosongan yang tak terperi dari jiwanya sendiri. Mata yang terpasang terbalik, mata Lalita. Walaupun hidup dalam aturan masyarakat, manusia pribadi mempunyai wilayah kebebasan yang tidak boleh dibatasi dalam alam bawah sadarnya. Kepercayaan pada mimpi yang mengandung sisi spiritualis dan mencari pembenarannya, tidak bisa dipatahkan walau itu bertenta-
ngan dengan paham psikoanalisa yang menentang hal gaib. Keyakinan adalah hak mutlak pada pikiran seseorang. Pemikiran tidak bisa diterima orang banyak, tetap tidak bisa disebut palsu, namun merupakan sebuah seni yang belum memiliki bahasanya sendiri. Jika perjalanan hidup manusia digambarkan dalam pola lingkaran penuh, suatu waktu manusia akan kembali pada titik asal mereka tercipta. Selama petualangan itu, mereka dapat mempelajari makna pusat dan tepi (perbatasan) dan beda keduanya. Ilmu yang diingkari nantinya juga akan menemukan jawabannya sendiri. Lalita menyimpan berjuta misteri tentang kehidupan dari berbagai keyakinan dan ilusi-ilusi yang ia bangun sendiri. Walau hidup dalam penolakan atas dirinya, Lalita memiliki kesetiaan dan sangat menghargai sejarah. Wujud umum manusia yang tak sempurna, meski hidup dalam kejanggalan dimata khalayak umum, tapi ia memiliki sisi istimewa yang tidak dimiliki orang lain. Cintanya pada sejarah Borobudur dan merasa hidup di dalamnya merupakan pengabdian yang patut dicontoh oleh masyarakat Indonesia lainnya. Ditangan seorang Ayu Utami, novel ini berhasil dirangkai menjadi kisah yang sangat inspiratif, dan membawa pembaca dalam petualangan imajinatif penuh misteri yang diurai dalam bahasa yang menarik. Ia juga menyuguhkan teka-teki yang menantang untuk dipecahkan dan melahirkan pemahaman yang mendalam. Lalita cocok dibaca oleh siapa saja yang tertarik pada petualangan pikiran dan menemukan teori-teori baru. Namun akan sangat membosankan bagi pembaca yang tidak tertarik pada sesuatu yang abstrak dan istilah-istilah aneh yang saling beruntaian. Resensiator Mardho Tilla, Mahasiswa Kimia TM 2010
Rahasia ‘Suara’ Dunia Judul Buku Pengarang Tebal Penerbit Tahun Terbit
: Jurnalis Berkisah : Yus Ariyanto : 227 Halaman : Metagraf : September 2012
“Jurnalis bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, adalah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati nurani dunia.” Demikian petikan dari tulisan yang disampaikan pihak penerbit sebagai kata pengantar dalam buku ini. Seorang jurnalis sejatinya adalah pekerja mulia yang memberi pengetahuan bagi khalayak yang haus akan informasi. Tugas utama mereka adalah menyibak kebenaran dan runut dari sebuah peristiwa hangat, yang berhubungan dengan masyarakat banyak. Tidak jarang satu tulisan dan informasi yang mereka sajikan akan menggeser kepentingan beberapa petinggi dan berubah menjadi terkabulnya kesejahteraan rakyat. Sehingga hal ini juga memicu munculnya julukan lain untuk para jurnalis, seperti: watch dog yang berarti pengawas semua gejala-gejala yang terjadi di masyarakat. Lalu penyambung lidah masyarakat, yang akan membantu masyarakat menyampaikan
keinginan mereka terhadap pemerintah. Serta istilah lainnya yaitu pembentuk pendapat umum. Informasi yang disajikan oleh para jurnalis secara terus-menerus akan membentuk pola pemikiran yang kuat pada masyarakat tentang suatu hal. Masyarakat dapat berpendapat tentang segala sesuatu, baik positif atau negatif melalui peran jurnalistik. Dunia Jurnalistik menyajikan banyak tantangan bagi yang menekuninya. Para wartawan yang bergelut dengan dunia ini tentu banyak memiliki resiko serta tekanan untuk menemukan kunci kebenaran itu. Hanya keinginan dan panggilan jiwalah yang akan membuat mereka tetap teguh pendirian dalam menyajikan hal-hal yang sepatutnya
diketahui dan menyangkut kepentingan orang banyak. Buku yang juga ditulis oleh seorang jurnalis, Yus Ariyanto ini, mengubak kisahkisah beberapa rekannya dalam menjalankan tugas. Sebuah referensi menarik bagi pembaca yang ingin tahu tentang profesi jurnalistik dan ragam cerita para pemburu berita dalam menjalani tugasnya. Dengan mengambil sudut pandang beberapa wartawan dari berbagai media, menjadikan buku ini sebagai wadah yang menggambarkan bagaimana kerja seorang di dalam media. Di dalam buku ini dimuat pernyataan Najwa Shihab yang mewakili media TV, Telni Rusmitantri yang mewakili jurnalis di dunia hiburan, Metta Dharmasaputra yang bekerja keras mencari data dan mengungkap sebuah kasus pembobolan uang, Tosca Santoso yang malang melintang di jagat jurnalisme radio, Erwin Arnada lewat kontroversi majalah Playboy, sampai Linda Crhistanty yang ikut membangun
Aceh kembali setelah jatuh dalam keterpurukan. Sepuluh Jurnalis yang diceritakan dalam buku ini mempunyai kisah tersendiri. Kondisi mereka saat dihadapkan pada pilihan antara keselamatan diri dan menjunjung tinggi keprofesionalitasan kerja menjadi cerita menarik. Meski cerita itu adalah awal untuk masuk pada persoalan yang lebih besar, namun semua itu berpulang pada kesetiaan mereka demi mengungkap sebuah kebenaran. Terbiasa pada kondisi yang tidak nyaman dan sering terusik dengan adanya ancaman dan hal tidak mengenakkan lainnya, tetap membuat jurnalis sebagai seorang manusia yang memiliki rasa manusiawi itu sendiri. Rasa takut, goyah dan merasa terpojokkan juga sering mereka alami. Kemampuan untuk mendeskripsi-kan sebuah kejadian dalam sebuah berita dan membuatnya nyata di hadapan pembaca adalah keunggulan dari para pemburu berita ini. Jurnalis bisa menyulap informasi kering menjadi empuk untuk dicerna bagi siapa saja. Itulah mereka dengan segala keterpanggilannya untuk menjaga kebenaran dan suara hati dunia. Resensiator Rahmi Jaerman Mahasiswa Administrasi Pendidikan TM 2010
21
Edisi No. 171/Tahun XXIII/Desember 2012
Seputar Mahasiswa
Fenomena Berjilbab Mahasiswi Hai pembaca setia Ganto! Memakai kerudung atau penutup kepala bagi wanita yang mengaku muslimah sudah menjadi kebutuhan. Selain hal tersebut merupakan kewajiban dalam agama Islam, selain itu tak jarang memakai jilbab dijadikan sebagai salah satu aturan bagi para wanita di suatu lembaga. Ditambah lagi, dalam memakai kerudung atau yang lebih dikenal dengan hijab ini sudah memiliki banyak pilihan mode. Mulai dari gaya klasik hingga modern. Bagaimana selera mahasiswa dalam memakai hijab atau kerudung ini? Apa saja faktor yang mempengaruhi?
d. 50,7 %
b. 26,64 %
a. 50,7 %
3 Seperti apa gaya berjilbab yang sering anda pakai? a. Biasa saja dan ukurannya tidak terlalu dalam b. Jilbab lebar dan menutupi dada c. Jilbab yang dililitkan ke leher d. Jilbab pashmina dengan modifikasi dalam pemakaiannya
d. 8,87 % c. 1,7 % b. 7,41 % a. 82,02 %
1. Sejak kapan anda memakai kerudung? a. Sejak SMP/setingkat b. Sejak SMA/setingkat c. Sejak kuliah d. Baru beberapa hari terakhir
d. 38,16 % a. 47,14 %
c. 21,98 %
4 Apa yang melatarbelakangi anda untuk memakai jilbab yang modis? a. Supaya kelihatan lebih cantik b. Supaya gaul dan tidak ketinggalan zaman c. Ikut-ikutan d. Bosan dengan model jilbab yang lama
c. 7,4 % b. 7,2 %
d. 55,61 %
a. 31,07 %
2. Apa yang melatarbelakangi anda untuk memakai kerudung? a. Sebagai wujud kepatuhan terhadap perintah agama Islam b. Sebagai wujud kepatuhan terhadap aturan suatu lembaga yang ditempati c. Dipaksa orang lain d. Kesadaran sendiri
a. 28,8 %
d. 69,73 %
5. Kemana saja anda memakai jilbab? a. Ketika pergi ke kampus b. Ketika pergi ke tempat perbelanjaan c. Ketika menghadiri suatu acara d. Setiap pergi keluar rumah
b. 0,14 % c. 1,05 %
b. 12,47 % c. 0,85 %
Grafis: Wak i
Info Kampus
Jadwal Pelayanan Akademik Semester Januari-Juni 2013 Jadwal Pelayanan Akademik Semester Januari-Juni 2013 No
Tanggal
Pelayanan
1
A. Nilai 25 Januari 2013
Batas Akhir Nilai Skripsi
3
20 Januari 2013
Akses Nilai
1
B. Pembayaran SPP 2 Januari s.d 1 Februari
Online seluruh Bank Nagari
1 2 3 4 5 6
C. Pendaftaran KRS 21-23 Januari 2013 24-25 Januari 2013 26-28 Januari 2013 29-31 Januari 2013 1 Februari 2 Februari
FIK dan FMIPA FT FBS dan FE FIP dan FIS S2 dan S3 Terlambat dari Jadwal
1
D. Perubahan KRS 11-15 Februari 2013
Perubahan KRS
2
5 Des 2012 s.d 16 Jan 2013 Entri Nilai
E. Wisuda 1 21 Januari-17 Februari 2 1 Maret 2013 3 8 Maret 2013 4 9 Maret 2013
Pembayaran Uang Wisuda Penandatanganan Ijazah Gradi Resik Upacara Wisuda
F. Perkuliahan 1 4 Februari 2013
Awal Perkuliahan Jan-Juni 2013
22
Sastra dan Budaya
Edisi No. 171/Tahun XXIII/ Desember 2012
Cerpen
Penikmat Malam Oleh Hasduni (Mahasiswa Teknik Pertambangan 2010)
Awalnya kenikmatan bagiku hanyalah sebatas senyum yang mengembang ketika siang dan malam usai. Tetapi katamu tidak. Beberapa malam lalu kamu membuatku bertanyatanya tentang suatu kenikmtan. Benar atau tidaknya kamu, itu urusan nanti. Dengan mimpi, aku juga aka nmenikmati kenikmatan itu. Malam itu, berjalan menyusuri jalan lebih dipilih Palung, ketimbang menggunakan vespa tuanya. Bukan karena vespa tersebut sering mogok, akan tetapi lebih karena kecintaannya terhadap malam. Bagi Palung, malam adalah tempat pembuang sepi, lumbung imajinasi untuk menulis syair, dan tentunya seorang gadis yang selalu berpapasan dengannya beberapa malam terakhir. Itulah alasan kenapa ia cepat-cepat pulang dari kantor. Berharap berjumpa dengan gadis itu lagi. Di pinggir trotoar jembatan, gadis itu termenung. Kedua tangannya merangkul lutut yang sengaja ia lipat. Pandangnya jauh memandang menembus hamparan hutan di ujung jalan. Keemasan sinar lampu jalan menemaninya dikala termenung seperti itu. Entah apa yang dipikirkannya, yang jelas ketika gadis itu menangkap keberadaan Palung, hanya senyum hampa yang coba ia kembangkan dari pipinya. Begitulah malam pertama Palung bertemu dengan gadis penikmat malam. Tidak ada sapa, hanya senyum Palung yang berbalas dengan senyum hampa gadis itu. Malam dihari pertama tersebut berlanjut hingga malam seterusnya. Namun suasananya tetap saja sama. Hanya pakaian gadis itu yang berubah. Gadis itu membuatnya penasaran. Palung mencoba untuk mendekatinya. Dengan ragu-ragu, ia tetap mengembangkan senyum yang sama dengan malam-malam sebelumnya. Gadis itu
menjawab senyum Palung dengan nada suara yang parau. “Malam !”. Bahkan hening malam pun hampir tidak membantu Palung menangkap suara itu. “Malam juga. Seperti apa malam disini?” mencoba meleburkan suasana, Palung kini duduk di samping gadis itu. “Sama saja dengan malam di tempat lain. Bukankah hampir setiap malam kamu bersua dengan rupa malam yang seperti ini?” “Tidak. Hari ini hanya kebetulan saja. Aku terbiasa menikmati malam di tempat lain, hanya disatu tempat, melihat malam dari ketinggian” “Apa yang terdapat di sana” “Tidak ada. Hanya nyaman untuk membuat syair” Palung-pun kini menatap hampa kesisi jalan di depannya. “Kalau begitu, kamu harus menikmati malam di sini.” Namun percakapan mereka malam itu hanya sebatas absurditas yang tidak dimengerti Palung. Gadis itu bergegas meninggalkannya bersama hening malam dan sinar lampu. Bahkan Palung belum sempat bertanya siapa nama gadis itu. Malam selanjutnya sebelum pulang kerja, Palung semakin penasaran dengan percakapan dengan gadis itu. Pekerjaannya tidak bisa ia selesaikan dengan tenang. Pikirannya melayang bersama gadis itu. Ia bertanya-tanya seperti apa malam di sana. Seperti apa malam yang dilihat oleh gadis itu. Apakah malam disana tidak memiliki bulan? Atau bahkan bintang? Atau mungkin malam disana bidadari sedang bertebangan menabur mimpi untuk manusia? Ah, yang jelas hanya gadis itu mengetahuinya. Palung tidak bisa menerka-nerka yang tidak ia ketahui sama sekali. Tugas dan pekerjaan, ia tinggalkan sebelum rampung. Ia ingin segera bergegas menemui gadis itu. Ia ingin bertanya seperti apa malam di sana. Benar saja, gadis itu telah berada di sana. Posisinya tidak pernah berubah. Malam ini ia mengenakan baju hitam dilapisi
Kritik Cerpen
sweater abu-abu dan celana pendek sebatas lutut berwarna hitam pula. “Bagaimana siangmu?” Tanya gadis itu sebelum sempat Palung mengembangkan senyum. “Seperti biasa, terlalu banyak tumpukan kertas yang menunggu untuk diselesaikan, membosankan” kini Palung sudah duduk bersebelahan dengan gadis itu. “Seperti apa malam di sini? Apa yang membuatmu setia menunggui malam. Dan....” “Aku Arum, dan malam disini biasa saja.” Dengan menyinggirkan sedikit senyum, gadis itu akhirnya memberikan sedikit tekateki akan dirinya, satu kepingan puzzle yang membuat Palung tidak lagi bertanya-tanya.
*** “Lihatlah hutan belantara di ujung sana. Di sana terdapat sebuah surga. Kita akan menjumpainya hanya di malam hari” “Surga. Apa yang kamu maksud?” Tanya Palung. Kini ia duduk bersebelahan dengan Arum. Duduknya tidak lagi berjarak dua jengkal. Aroma tubuh malam Arum pun bisa ia nikmati, karena angin yang membawanya. “Aroma aneka parfum akan tersibak melewati penciuman kalau kita melewatinya.” Arum juga menceritakan terdapat siang yang juga memiliki kenikmatan, di tempat yang berbeda. Dan mengatakan masih banyak lagi kenikmatan-kenikmatan yang ingin ia kunjungi. “Bagaimana caranya kesana?” “Melalui mimpi,” “Gila. Mana mungkin mimpimu itu benar. Itu hanya hutan, dan akan banyak binatang buas di sana.” “Kamu terlalu lugu meGrafis: Jefri ngartikan mimpi. Terserah kamu. Ini fotoku. Kamu akan “Hanya saja, di balik hutan itu yang memerlukannya jika ingin pergi kesana. tidak biasa.” Ia lalu pergi tanpa basa-basi. Hanya di malam hari kamu akan bersua Sama seperti malam sebelumnya, gadis dengan kenikmatan itu— hutan itu.” yang diketahui bernama Arum itu Seperti biasa, Arum pergi begitu saja meninggalkan Palung sendirian. Ia bergegas meninggalkan Palung. tanpa menghiraukan Palung yang me“Jangan hanya menjalani kehidupan manggil-manggil namanya. yang ada. Caritahu apa yang ada di luar “Ada apa di balik hutan itu? Jangan pergi sana. Keindahan yang tidak bisa didulu…” ungkapkan dengan kata-kata. Aku akan Jauh mata Palung mengitari belantara terus mencari kenikmatan di tempat-tempat hutan itu. Dipasat-pasatkan sepasang lain.” matanya. Keemasan lampu jalan dibantu Palung hanya terdiam, mencerna apa yang telah gadis itu katakana padanya. Dan menatap foto yang ada di tangannya. Foto itu berlatar belakang kemilau gemerlap lampu. Kemerlip bintang bertaburan seperti beterbangan. Mungkin itu surga yang Arum maksud. Sementara Arum telah hilang tertelan gelap malam. Malam yang beda di tempat yang sama. Sudah tengah malam, tapi sosok itu tidak nampak di trotoar jembatan. Tiga jam Palung duduk, tidak ada tanda-tanda Arum akan datang. Sembari menunggu Arum, mata Palung menanar kearah belantara hutan— sinetron dan tidak pernah membaca karya hutan yang diceritakan Arum terdapat surga. sastra bermutu, memang agak kesulitan Kata-kata Arum juga berkelebat memencerna cerpen-cerpen eksistensialis. nimbulkan pertanyaan-pertanyaan di fikiran Adalah suatu yang wajar dan bisa Palung. Dia berniat menanyakan kepada dimaklumi manakala kini mayoritas kita Arum di malam ketujuh ia bersua. Tapi memahami hidup ini sebagai sebuah yang semakin malam menjadi, Arum takjua nonabsurd, empiris. Padahal kehidupan kunjung datang. ini lebih absurd dari yang kita kira. Malam-malam selanjutnya tidak ada lagi Seluruh peruntungan atau kesialan yang sosok Arum di trotoar jembatan itu. kita hdaapi sehari-hari adalah hal yang *** absurd. Banyak yang tidak bisa dicerna Kini, pria berambut panjang yang biasa dengan akal sehat, tidak disangka-sangka. menulis syair itu tidak berada di kamarnya, Pada tataran ini, di zaman di mana tidak berada di kasurnya yang berwarna kehidupan semakin terancam menjadi biru dan busanya yang menipis, tidak di hiperkonsumtif, dan tontonan kekerasan atas loteng dengan syairnya dan tidak juga dan tak mendidik menjelma menjadi untuk kepenatan siang malam yang selama “nabi” baru, cerpen-cerpen eksistensialis ini ia lakoni. Selama ini Palung menikmati menjadi tawaran berharga untuk kembali hidup di satu titik diantara ribuan titik yang sadar bahwa hidup ini bukanlah sekadar ada. Sedangkan, Arum berusaha untuk materi atau harta belaka. Kita harus menggapai ribuan titik itu satu per satu. senantiasa mempertanyakan kembali “Jika mereka bertanya, katakan saja aku identitas kita, makna hadirnya kita di sedang mencari kenikmatan. “Pintu kamar dunia ini. Dan itu semua memang hanya dibiarkan setengah terbuka. “Aku akan terus bisa dicapai dengan membaca karya mencari kenikmatan di tempat-tempat kontemplatif, bukan hanya sinetron atau lain.”Lalu dilepasnya foto yang ia pajang game-game di dunia maya belaka. Selamat dari lemari reot itu. buat redaktur Ganto dan Hasduni.
Cerpen EksistensialisPosmodernis dari Hasduni
Oleh: M. Isa Gautama, M.Si. Hasduni kali ini menampilkan cerpennya dengan kontemplasi yang tidak horizontal (apalagi linear) ke dalam jantung realitas sehari-hari. Ia memilih untuk vertikal-transedental, menusuk ke “jurang” eksistensialisme. Ia tidak bicara tentang carut-marut hari-hari sumpek di kotanya, atau di lingkungan sosialnya. Ia justru “meninggalkan” semua tema klise, merasuk ke ruang absurditas, sebagaimana yang ia akui kala Palung, tokoh utama cerpennya, bercakap dengan Arum, satu-satunya “lawan mainnya” dalam cerpen ini. Sedikit tinjauan ke “satra kanon”. Tema-tema eksistensialisme begitu kentara di belantara sastra nasional. Seno Gumira Ajidarma adalah salah satu cerpenis termutakhir yang lihai memvariasikan perspektif cerpennya. Kadang cerpen-cerpennya sangat “faktualnaratif”. Di lain hari tema eksistensialisposmodernis muncul dalam karyanya. Salah satu cerpennya yang paling sering dibincangkan pengamat cerpen adalah “Tujuan: Negeri Senja”. Dengan teknik
yang lebih kreatif juga berlanjut pada “Dodolitdodolitbret” (cerpen terbaik Kompas tahun lalu). Cerpen TNS, sejatinya sederhana saja, “hanya” berusaha mengingatkan lagi orientasi hidup kita, manusia. Ketika hidup telah menawarkan banyak hal yang menyilaukan, ternyata perjalanan transedental ke sebuah tujuan yang hakiki akan pasti kita jalani. Seno dengan cerdik menggambarkan ‘perjalanan akhir’ itu sebagai “negeri senja”, tempat di mana manusia gemar berkunjung (bahkan antri membeli tiket di stasiun kereta) ke sana namun tak pernah kembali. Hasduni, sedikit banyak (bisa jadi) terinspirasi dari cerpen-cerpen dengan gaya eksistensialis seperti itu (bahkan mungkin terinspirasi juga dengan tulisan-tulisan Kierkegaard, Camus, bahkan Nietszche). Cerpen ini rata-rata menyarankan pertanyaan mengenai eksistensi manusia di dunia, akan ke mana ia, apa sejatinya yang ia cari, bagaimana ia memaknai pencariannya, dan apakah pencariannya itu memiliki efek kepada pemahamannya pada dirinya sendiri dan alam sekitarnya. Resikonya, bagi yang terbiasa menonton
bulan dan bintang tidak bisa menjawab rasa penasarannya. Ada apa gerangan di balik hutan itu, fikir Palung. Jenuh. Tidak mendapatkan jawaban, Palung bergegas pulang kekontrakannya. Di loteng atap rumahnya pun malam enggan memberikan inspirasi untuk merangkai syair. Bukaannya malam yang enggan, tapi fikiran Palung yang tidak mampu menangkap imajinasi malam. Gadis itu memberikan bermacam pertanyaan.
23
Sastra dan Budaya
Edisi No. 171/Tahun XXIII/ Desember 2012
Sajak
Kritik Sajak
Menutup Harap
Oleh: Zulfadhli, S.S, M.A
Sampaikan Tuhan. Katakan jika matahari bukan hanya milikku Dan sejuta kelabu pada hari yang tak tentu Apa guna aku menunggu? Sesiang ini aku menanti Jikalau sore kutemukan kekasihku di belakang pintu. Sampai kita begitu dekat, Hanya selembar triplek sebagai sekat Dan ini tetap jauh untuk ku Seperti berjuta-juta waktu Bisakah kau tanggalkan pintu itu? Aku kedinginan menunggumu di luaran Sebentar saja, menatap kemudian tutuplah. Dan lakukan seberikutnya sampai senja Kita begitu dekat, sayang. Namun waktu tak jua menemukanmu untuk ku Tempat ini begitu luas, Begitu tak terhingga untuk sekedar menemukan bayangan kita Hingga galau ku tak menemukan ujungnya, Hingga kerinduanku tak bertemu obatnya. Lalu bagaimana ku habiskan harmal-harmal berikutnya? Jika sekadar harap saja, tanpa takdir untuk kita Maka tutupkan saja.
Bersandar pada Makna, bukan Arti
Ewis Malita Mahasiswa Pendidikan Geografi 2008
Rona Raut ini mengingatkanku tentang satu nama Kuyu, seperti dandelion siap mandi Ronanya luntur diguyur badai Tersungkur bersama bulu-bulu lepek Masih adakah masa untuk melayang? Detik itu ia telah mati.
Mardho Tilla Mahasiswa Kimia TM 2010
Kamu (nya) Aku Aku tersungkur bersama reranting yang kau serakkan Mana pula aku bisa berdiri ketika sisa-sisa harap ikut membumbung terhuyung-huyung Kau! Berani benar berputar-putar hingga hingar bingar selayak nyanyian gitar (tanpa senar) Dimana kamu (nya) aku tempat para ilalang menari-nari? Tempat aku memintal pelangi berhari-hari? Ah! Bagaimana mungkin kau yang mendekap aku dulu Bisa memdadak sebegitu buas Kosongkan sajalah rongga ini karena aku sudah tercekat Terisak dan sesak Tapi sisakan satu dahan itu untukku Dan pergilah
Elvia Mawarni Mahasiswa Kimia TM 2009
Di dalam teori puisi disebutkan bahwa puisi menyatakan ‘sesuatu’ itu dengan sesuatu yang lain. Ketidaklangsungan ekspresi puisi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah displacing of meaning (penggantian arti), distorting of meaning (penyimpangan arti), dan creating of meaning (penciptaan arti). Ketiga faktor tersebut tampak dalam penggunaan diksi puisi, penggunaan majas dan gaya bahasa, adanya kata-kata yang ambiguitas, kata-kata nonsense, kontradiksi, dan juga tergambar dalam tipografi puisi. Dengan mengetahui hal itu akan membantu pembaca dalam memahami makna yang terkandung dalam puisi. ‘Sesuatu’ yang akan direbut oleh pembaca dari sebuah puisi adalah makna (significance), bukan arti (meaning). Model persajakan, rima, persamaan bunyi, jumlah suku kata dan kata barangkali menjadi salah satu pilihan. Ada penyair yang mementingkan aspek persamaan bunyi seperti dalam pola puisi lama (seperti pantun). Penyair yang menulis dengan model ini di antaranya adalah Amir Hamzah dan sebagian puisi Chairil Anwar. Dalam puisi “Menutup Harap”, Ewis Malita juga menggunakan pola persajakan, rima dan persamaan bunyi akhir. Seperti dalam /Katakan jika matahari bukan hanya milikku/Dan sejuta kelabu pada hari yang tak tentu/Apa guna aku menunggu? Setiap larik dalam penggalan puisi tersebut diakhiri dengan bunyi [u] dengan pola aa-aa. Meskipun pola persajakan seperti ini dapat dikatakan sebagai pola puisi lama, namun masih banyak penyair yang bersandar pada pola seperti ini untuk kekuatan puisi mereka. Sapardi menyebutnya dengan “kembali ke akar”. Puisi “Menutup Harap” menggambarkan tentang sebuah harapan yang tak terwujud. Kisah si aku yang mengharapkan bertemu dengan orang yang dicintainya, kekasih, atau Tuhan. Lama si aku menunggunya hingga pertemuan itu pun menjadi nyata. Hal ini tampak pada larik /sampai kita menjadi dekat/ hanya selembar triplek sebagai sekat. Hal ini menggambarkan betapa dekatnya si aku dengannya. Puisi “Rona” yang ditulis oleh Mardho Tilla juga memperlihatkan adanya rima pada akhir setiap lariknya, seperti /Kuyu, seperti dandelion siap mandi /Ronanya luntur diguyur badai /Detik itu ia telah mati. Puisi ini bercerita tentang sebuah kenangan, tentang sebuah rona yang mengingaktkan si aku dengan sebuah nama, kekasih atau sahabat. Masih adakah waktu untuk melayang ke masa itu? sebuah pertanyaan yang muncul dari pikiran si aku. masih adakah masa? Lalu ditutup dengan /detik itu ia telah mati. Artinya adalah tidak ada waktu dan masa untuk kembali ke masa itu. Puisi “Kamu (nya) Aku” Elvia Mawarni menggambarkan tentang sebuah konflik yang dialami si aku dengan kekasihnya. Terjadinya perubahan sikap, perhatian, kasih sayang kekasihnya kepada si aku, tidak seperti yang ia kenal dulu. Hingga si aku bertanya / Dimana kamu (nya) aku. Artinya adalah dimana kasih sayang, perhatian yang dulu pernah diberikan kepada si aku, dimana kamu yang dulu?/Tempat para ilalang menari-nari?. Rasa tidak percaya si aku mengapa kekasihnya secepat itu berubah. Hal ini tampak pada larik /Bagaimana mungkin kau yang mendekap aku dulu/Bisa mendadak sebegitu buas. Akhirnya si aku tidak merasa tersakiti dan tidak tahan dengan keadaan ini. Si aku meminta /Kosongkan sajalah rongga ini karena aku sudah tercekat/ Terisak dan sesak. Harapan si aku adalah /Tapi sisakan satu dahan itu untukku. Dan pergilah.
Catatan Budaya
Label Oleh Media Rahmi (Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris TM 2011)
Label-label seperti Halal, Nevada, dan Export Quality bukanlah sesuatu yang asing lagi di pendengaran kita. Berbagai macam label dapat kita temukan seperti pada produk makanan, pakaian, dan produkproduk lain. Pemberian label ini tentulah bertujuan membuat orang-orang tertarik untuk memiliki produk tersebut sehingga membelinya. Namun faktanya, tak hanya benda-benda mati saja yang diberi label. Manusiapun juga tak lepas dari pemberian label ini. Sebagaimana fungsi label yang menjelaskan tentang nama benda yang ditempelinya, pada
manusia juga berlaku hal seperti itu. Label yang diberikan kepada manusia (orang lain) juga menjelaskan bagaimana manusia itu adanya. Jika pada benda atau produk berlaku efek yang berbeda akibat jenis label yang ditempel berbeda pula, maka pada manusia juga demikian. Benda yang diberi label bagus akan laku terjual dalam waktu singkat, hal sebaliknya akan terjadi jika pada benda itu tertempel label yang tidak bagus. Sedikit berbeda dengan efek label pada benda, pada manusia efek yang ditimbulkan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup mereka.
Manusia yang dilabeli dengan label bagus seperti si-konglomerat, akan disanjung-sanjung bahkan semua orang akan berusaha untuk mendekatinya. Ia sangat disegani dan disebut dimana-mana. Sebaliknya dengan orang yang mendapat label (julukan) tidak bagus, Mantan napi misalnya. Jangankan untuk menjadikannya sebagai teman, mendekatinya saja orang-orang sudah enggan. Tentunya sangat beruntung bagi orang-orang yang mendapat label bagus karena kehidupan mereka akan lancar-lancar saja. Namun, bagaimana dengan orangorang yang mendapat label buruk? Ketentraman kehidupan mereka menjadi terusik, bahkan dapat terhambat akibat label buruk yang tak seorangpun menginginkannya. Seperti pada kasus yang menimpa mantan pimpinan Jamaah Islamiyah (JI), Nasir Abas. Selepasnya dari penjara, ia mengalami penolakan
dari warga kampungnya. Masyarakat mengucilkannya, memandang sebelah mata, dijuluki teroris dan bahkan mengusirnya. Tak hanya Nasir, kejadian serupa juga dialami oleh seorang mantan narapidana teroris di Semarang, Jawa Tengah. Warga di kampungnya menolak, bahkan kepala RT mengusir dengan alasan diminta polisi. Kejadian di atas merupakan salah satu dampak yang diakibatkan oleh pemberian label terhadap orang lain. Padahal, dari sudut hukum ia sudah mendapatkan ganjaran akibat dari perbuatannya. Namun, hanya karena label yang diberikan oleh orang lain terhadap dirinya, kehidupannya menjadi terganggu, bahkan terancam. Bayangkan jika label tersebut tidak ada. Mungkin orang tersebut akan berubah drastis menjadi baik (tobat). Jika dilihat pada kasus yang diceritakan di atas,
salah satu akibat label yang tertempel pada mereka yaitu bukannya tidak mungkin bagi para mantan narapidana teroris tersebut untuk kembali ke jaringan mereka. Walaupun demikian, besarnya dampak yang diakibatkan oleh label yang diberikan terhadap orang lain ini bukannya tidak bisa dihentikan. Salah satu caranya yaitu dengan tidak lagi memberi julukan (label) yang jelek lagi kepada orang lain. Kebiasaan-kebiasaan memberi julukan tidak baik kepada orang lain harus dihilangkan sejak dini. Semua orang berhak untuk hidup dengan nyaman dan tentram tanpa usikan dari orang lain. Di sisi lain, jika masih ingin memberikan julukan kepada orang lain, maka berilah julukan yang bagus, selama hal tersebut juga tidak berlebihan.
24
Edisi No. 171/Tahun XXIII/ Desember 2012
Kolom
Sosok
Maha-Idealisme Dunia pendidikan Indonesia kembali menggalakkan pendidikan berkarakter. Hal ini merupakan perspektif masyarakat bahwasanya moralitas masih perlu penguatan agar penerus-penerus bangsa memiliki karakter sesuai harapan bangsa. Demikian krusialnya masalah “karakter,” sehingga diramalkan dapat berdampak besar pada hasil belajar dan bahkan perilaku mahasiswa. Kebanyakan mahasiswa mungkin telah menyadari, bahwa kuliah tidak hanya sekedar ‘kupu-kupu’ alias kuliah pulang, kuliah pulang saja. Akan tetapi, di satu sisi masalah ini juga dapat muncul tatkala tingkat kesadaran mahasiswa mulai berkurang. Adanya budaya Titip Absen (TA) telah mengubah persepsi sebagian mahasiswa untuk menomorduakan intensitas dan kuantitas kehadiran dalam perkuliahan. Ketatapan 80% untuk kehadiran menjadi peluang bagi mahasiswa untuk mengambil jatah libur. Sistem “ambil jatah” akan semakin kuat diterapkan jika terbukti masalah absensi tidak berpengaruh terhadap nilai. Inilah yanng menjadi keprihatinan terhadap mahasiswa yang memakai idealisme seperti itu. Menurut pengertiannya, idealisme merupakan takaran kesempurnaan seseorang terhadap sesuatu yang diukurnya. Namun jika takaran itu tidak sesuai dengan kenyataan, maka akan terbentuk karakteristik idealis. Patokan tiap orang tterhadap kesempurnaan, tentu saja berbeda-beda. Seperti yang terlihat pada pemikiran mahasiswa tentang idealnya sebuah perkuliahan bagi mereka. Idealisme yang tidak ditempatkan
Oleh Fidia Oktarisa (Mahasiswa Jurusan Psikologi TM 2010)
pada kondisi yang tepat, akan menimbulkan permasalahan dan pertentanganpertentangan. Jika dihubungkan dalam konteks kehidupan kampus, tentu saja ini akan mempersulit mahasiswa dalam memahami materi kuliah, ketika sikap mengabaikan hal-hal penting seperti itu terus berlanjut. Sekecil apapun kuantitas mahasiswa dalam kehadiran perkuliahan, itu akan merugikan mahasiswa itu sendiri. Tentu saja tidak lepas dari pandangan para idealis terhadap segala sesuatunya sebagai oposan kehidupan yang dianggapnya makmur dan sejahtera. Sisi positifnya, pemikiran idealistis dibutuhkan untuk sebuah perubahanperubahan. Ide-ide yang kuat dalam menentang dan memberikan ketegasan tentang pilihan tepat dan cepat, untuk sebuah kondisi yang mendesak akan terkesan melahirkan revolusi-revolusi baru yang berkualitas. Pada dasarnya kualitas mahasiswa dalam perkuliahan dinilai tidak hanya dari keaktifan, tugas, hasil ujian tengah semester dan hasil ujian akhir semester saja, namun kehadiran juga merupakan faktor penting yang sudah diabaikan mahasiswa. Berdasarkan idealisme dan prinsip yang dipegang, mahasiswa lebih memilih untuk tidak hadir kuliah dan mencari kegiatan lain yang menurutnya menyenangkan dan lebih meguntungkan. Padahal 16 kali pertemuan dalam satu semester merupakan hak mereka untuk belajar, sesuai dengan investasi uang perkuliahan yang dibayarkan.
Translator Tangguh, Sahabat Alam Intan Azura adalah bungsu dari sembilan bersaudara yang kuliah di Prodi Psikologi UNP. Intan, demikian ia senantiasa ditegur mengawali basic berbahasa Inggris di Aziz Chan English Course Pariaman. Putri pasangan Zahar dan Zurni ini adalah Lulusan terbaik I Aziz Chan English Course Pariaman, Translator bagi relawan Australian Manunda Batallyon (Australian Medical Centre) 1 st tahun 2009, Translator bagi tim Peneliti dari Belanda, Netherlards Animal Husbandry awal 2010. “Semua itu berasal dari keberanian, bisa pun berbahasa tetapi tidak dipraktekan sama saja dengan tidak,” tutur Intan ketika ditanya bagaimana prinsip serta penguatnya untuk menjadi activis translator. Selain itu, dibidang yang berbeda Intan pernah bermonolog sebagai utusan Komunitas Katarsis dalam drama yang berjudul: “Senior lagi, Senior lagi” pada Yudisium Psikologi UNP tahun 2010. Diluar prestasi yang telah disebutkan diatas, siapa menyangka bahwa gadis berparas lembut ini adalah penakluk alam yang tangguh. Hal ini terbukti dengan hobby nya sebagai backpacker. Ia pernah melakukan perjalanan panjang namun dengan biaya yang sedikit. Pada “percobaan awal”, rute yang pernah ditaklukkan Intan adalah Bukit Marajo Pariaman. Ia memulai perjalanan
dari Bukittinggi, lalu Payakumbuh hingga sampai ke kampung halamannya di Pariaman dengan biaya nol Rupiah. Merasa berhasil pada rintangan pertama, Intan berdua dengan temannya kembali menaklukan perjalanan panjang dari Padang, Jakarta, Bandung hingga Jogjakarta dan bertemu backpacker lainnya dimasing-masing kota tersebut. Intan berpendapat bahwa backpacker tidak hanya hobi baginya namun sudah menjadi kebutuhan ketika tugas kuliah tidak ada dan jadwal ujian sudah selesai. Menurutnya, berdasarkan pengalaman backpacker sejauh ini, setidaknya memberi pelajaran bahwa masih ada orang baik di dunia ini. Misalnya ketika ia menumpang dari satu kendaraan ke kendaraan lainnya untuk menuju kota selanjutnya. Tentu butuh kepercayaan diri yang kuat sebagai seorang perempuan karena banyak orang berkata bahwa apa yang dilakukannya bisa membahayakan dirinya sendiri sebagai seorang perempuan. Namun jika kita ingin, kita bisa keluar dari “keterkungkungan” kita dalam istilah: perempuan harus dirumah, dan tidak bisa berbuat banyak, dengan memberi bukti bahwa kita masih akan bisa menjadi orang yang berkualitas. “Tentu saja kita menemukan banyak hal diluar sana, dengan bersentuhan langsung dengan fenomena-fenomena diluar”, tutupnya. Fidi
KUS FF KUS
Tak dipatuhi: Meskipun sudah diberikan peringatan berupa tempelan dinding oleh pengurus mesjid, masih saja di temui beberapa orang yang tidur-tiduran di atas karpet mesjid, kamis (27/12). F/ Opi
Melanggar: Meskipun rambu-rambu larangan parkir sudah dipasang sepanjang jalan menuju gerbang utama UNP, masih saja ditemui pelanggaran. Te r l i h a t sebuah mobil diparkir tepat di depan rambu dilarang parkir, Kamis (27/12). F/ Opi