2015 Edisi No. 187/Tahun XXVI
2 FA J AR
SARIP ATI SARIPA
Memberantas Kepalsuan “Ketika saya jujur saya tidak pernah merasa bodoh.”— Hugh Prather Sejatinya setiap kebijakan yang ditetapkan suatu perguruan tinggi adalah untuk sebuah kebaikan. Setiap keputusan yang diambil akan menguntungkan dua belah pihak, mahasiswa dan perguruan tinggi. Begitu pula halnya dengan aturan TOEFL sebagai salah satu syarat lulus di Universitas Negeri Padang (UNP) yang sudah berlangsung dalam lima tahun belakangan—meski tak semua fakultas serius menjalankannya. Kemampuan berbahasa Inggris saat ini benar-benar dibutuhkan. Terlebih lagi Masyarakat Ekonomi Asean yang akan segera dilaksanakan menuntut tenaga kerja Indonesia untuk dapat menggunakan bahasa Inggris. Jika tidak, tenaga kerja lokal akan disisihkan karena tidak dapat bersaing dengan tenaga kerja asing, setidaknya untuk bersaing di negeri sendiri. Nah, di sinilah terlihat peran perguruan tinggi sebagai lembaga yang menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang siap terjun dalam dunia kerja sesuai perkembangan zaman. UNP sebagai salah satu pencetak SDM unggul juga berusaha meningkatkan kualitas lulusannya, salah satunya melalui aturan TOEFL tersebut. Sayangnya, tidak berjalannya aturan dan kurang ketatnya pengawasan menyebabkan berbagai praktik kecurangan. Sebagian besar mahasiswa yang diwisuda beberapa waktu lalu terbukti mengumpulkan sertifikat palsu. Sebuah kemerosotan moral yang dialami oleh lulusan yang sebagian besarnya adalah calon pendidik yang akan mendidik siswanya untuk jujur. Berbagai kecurangan bukannya terjadi tanpa sebab. Ketidaksiapan mahasiswa dalam menghadapi aturan yang diterapkan adalayh faktor kunci yang menjadi biang keladi. Mahasiswa terancam gagal wisuda karena belum memiliki skor TOEFL yang ditetapkan. Sementara tuntutan orang tua dan biaya memaksa mahasiswa agar segera wisuda. Di tengah tekanan itu, muncullah “kreativitas” lain mahasiswa untuk mendapatkan TOEFL secara instan. Ketidaksiapan mahasiswa dalam menghadapi aturan itu terlihat dari angka kelulusan mahasiswa yang mengikuti TOEFL lembaga TOEFL Fakultas Ekonomi dan Balai Bahasa UNP dalam lima bulan terakhir tak lebih dari separuh mahasiswa yang mendapat skor 400. Berdasarkan kenyataan itu, ada baiknya para pemangku kebijakan mengevaluasi kembali aturan tersebut. Aturannya tak perlu dihentikan. Yang perlu dilakukan adalah menyiapkan mahasiswa untuk dapat berbahasa Inggris sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Baik melalui penyuluhan, pelatihan, dan sebagainya. Di samping itu, mahasiswa juga harus mempersiapakan diri karena semuanya adalah untuk kebaikan diri sendiri. Jangan sampai aturan yang ditetapkan hanya menjadi semacam ajang gengsi-gengsian. Jangan sampai aturan yang ditetapkan malah membuat mahasiswa rela menggadaikan kejujuran. Jangan sampai pula aturan yang ditetapkan membuat UNP meluluskan wisudawan yang hidupnya penuh dengan kepalsuan. (*)
GANTOLE
+ Berburu Sertifikat TOEFL Palsu - Palsu kok diburu. + UNP Jadi BLU, Biaya Legalisir Naik - Besok apa lagi yang naik? + Kuliah Kerja Nyata Masih Ada - KKN baa, Pak?
Sisi Positif Penerapan TOEFL sebagai Syarat Wisuda Belum lama ini, Pimpinan Universitas Negeri Padang (UNP) hingga Pimpinan Program Studi memiliki hasrat untuk memberlakukan persyaratan penguasaan atau kemampuan bahasa Inggris pada tingkat tertentu bagi mahasiswa yang hendak diwisuda. Salah satu alat ukur yang dianggap relatif tepat untuk menunjukkan penguasaan atau kemampuan bahasa Inggris tersebut adalah pembuktian skor TOEFL dengan sertifikat dari lembaga yang dipercaya. Hal ini merupakan bentuk keinginan pimpinan agar lulusan UNP dapat bersaing, baik secara nasional maupun internasional, apalagi pada 2016 sudah diberlakukan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Jika kita lihat buku panduan akademik UNP, persyaratan penguasaan atau kemampuan bahasa Inggris pada tingkat tertentu (TOEFL) bagi mahasiswa UNP yang hendak diwisuda sudah dimaktubkan beberapa tahun sebelumnya. Namun, hanya beberapa program studi dan fakultas yang sudah memberlakukan persyaratan tersebut secara ketat. Untuk menghadapi pemberlakukan MEA pada 2016, sangat layak Pimpinan UNP
hingga Pimpinan Program Studi memberlakukan persyaratan penguasaan atau kemampuan bahasa Inggris yang dibuktikan dengan sertifikat TOEFL untuk mahasiswa yang hendak diwisuda. Bertolak dari hal tersebut, Pimpinan UNP akan memberlakukan persyaratan sertifikat TOEFL sebagai bukti penguasaan atau kemampuan bahasa Inggris bagi mahasiswa yang akan diwisuda pada periode Maret 2016 mendatang. Menyikapi persyaratan itu, sebaiknya mahasiswa UNP yang akan diwisuda pada periode tersebut harus menyikapinya secara positif. Artinya, bagi Anda mahasiswa UNP yang akan diwisuda selayaknyalah meningkatkan kemampuan bahasa Inggris. Persyaratan ini diberlakukan bukanlah untuk kepentingan administrasi UNP, melainkan persyaratan ini diberlakukan untuk kepentingan lulusan yang akan bersaing dalam dunia kerja, baik di Indonesia, ASEAN, maupun pada tingkat internasional. Hal yang patut dipahami oleh seluruh sivitas akademika UNP seperti mahasiswa, staf pengajar, staf administrasi, dan pimpinan adalah bah-
wa kita harus menyikapi dan memandang pemberlakukan persyaratan TOEFL ini dalam kerangka meningkatkan kualitas lulusan UNP. Untuk itu, kita berharap sivitas akademika harus mendukung pemberlakukan persyaratan ini secara bersama-sama. Namun, kita harus tetap menyadari bahwa pemberlakukan persyaratan TOEFL bagi mahasiswa yang akan diwisuda tersebut akan memiliki kelemahan-kelemahan atau dampak negatif. Misalnya, mahasiswa berusaha mendapatkan sertifikat TOEFL dengan cara praktis atau melalui jalan pintas. Mahasiswa yang tidak memiliki kemampuan berbahasa Inggris, tetapi bisa atau tetap mendapatkan sertifikat TOEFL dengan jalan pintas dari lembaga ‘abal-abal’. Padahal, niat atau hasrat awal kita untuk pemberlakuan persyaratan tersebut adalah agar mahasiswa memiliki kemampuan bahasa Inggris untuk memasuki dunia kerja. Untuk itu pula, seluruh sivitas akademika harus mengontrol pemberlakuan persyaratan TOEFL secara baik pula agar dampak negatif seperti dijelaskan di atas dapat dihindari. (Eto)
POK OK P AD ANG POKOK PAD ADANG
Rapat Bayangan: Kru Ganto bersama reporter junior mengadakan rapat bayangan untuk kepengurusan periode 2016 mendatang, Kamis (10/9). f/Rahmi
Salam Pers Mahasiswa. Tidak ada satu pun manusia yang tidak pernah terjerat pada lingkar kebosananan. Sebab kebosanan ada setelah kegairahkan selesai. Dan setelah kebosanan, akan ada keagirahan-kegairahan baru. Fitrahnya, dalam sebuah konsep suatu pekerjaan di ambang kebosanan, yang perlu dilakukan bukanlah mengejar yang satu dan meninggalkan yang lain, tapi menguasainya. Karenanya, untuk bisa hidup manusiawi diperlukan kesanggupan menanggung kebosanan. Meski terkadang kebosanan juga melelahkan, tetapi yang pasti, kebosanan atas apaapa yang lama mendorong hasrat untuk menciptakan yang baru. Oleh sebab kebosanan yang telah dikuasai dengan baik, maka muncul-
lah inovasi baru. Seperti ‘rumah kita’ yang baru dicat, mungkin saja oleh sebab bosan akan sesuatu yang lama, munculah warna baru yang diyakini mampu menghadirkan hal-hal baru. Pun, sekarang regenerasi SKK Ganto juga sudah dirancang, bayangan namanya, juga sebab sudah terkuasai bosan dengan maksimal, memberikan kepada yang baru adalah hal baru yang dilakukan kru kepengurusan 2015. Terlepas dari semua cara lama yang telah diperbarui, untuk edisi kali ini, Ganto menghadirkan pembahasan laporan maraknya sertifikat TOEFL palsu di UNP. Selain pembahasan utama dalam laporan, Ganto juga menyuguhkan beragam informasi dan jawaban seputar permasalahan yang ada di kawasan kampus,
seperti halnya dampak banjir UNP, akreditasi UNP, wisuda UNP, dan lain sebagainya. Juga berita kegiatankegiatan yang diadakan oleh unit kegiatan mahasiswa selingkungan UNP. Jangan lupa untuk berkunjung ke portal berita Ganto http://www. ganto.or.id. Untuk berita kegiatan yang tidak bisa dicetak, sudah diterbitkan di halaman website tersebut. Selain kegiatan keredaksian, Ganto juga tetap melaksanakan kegiatan lainnya untuk tetap mendukung lancarnya jalan organisasi. Seperti persiapan dua buah acara seminar, serta pematangan persiapan Pelatihan Keterampilan Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional SKK Ganto yang akan dilaksanakan pada 8-13 November mendatang. Kemudian, anggota magang angkatan ke-20 sebagai calon generasi penerus organisasi SKK Ganto, sekarang sudah mencapai tahap reporter junior. Beranggotakan 12 orang, kawan-kawan reporter junior ini sudah bergabung dengan kegiatan keredaksian Ganto. Semoga mereka bisa terus belajar dan menembus titik kebosanan hingga menjadi suatu hal baru yang akan menciptakan kegairahan baru. Akhir kata, segenap Kru SKK Ganto menyampaikan permohon maaf kepada pembaca setia. Kritik dan saran selalu kami tunggu untuk baiknya kita semua dalam balutan hangat sebuah ikatan sebagai keluarga besar, yakni Universitas Negeri Padang. Selamat membaca. Viva Persma!
Surat Kabar Kampus Universitas Negeri Padang STT No. 519 SKK/DITJEN PPG/STT/1979, International Standard Serial Number (ISSN): 1412-890X, Pelindung Jawab Prof. Dr. Ermanto, M.Hum., Pelindung: Rektor UNP: Prof. Dr. Phil Yanuar Kiram, Penasehat Penasehat: Wakil Rektor III UNP: Dr. Syahrial Bakhtiar, M.Pd., Penanggung Jawab: Dewan Ahli Ahli: Jefri Rajif, Media Rahmi, Edo Febrianto, Staf Ahl Ahli: Konsultasi Psikologi Psikologi: Dr. Marjohan, M.Pd., Kons., Konsultasi Agama Agama: Dr. Ahmad Kosasih, M.A., Konsultasi Kesehatan Puisi: Dr. Yenni Hayati, S.S., M.Hum., Pemimpin Umum Umum: Meri Kesehatan: dr. Pudia M. Indika, Kritik Cerpen: M. Ismail Nasution, S.S., M.A., Kritik Puis Susanti, Pemimpin Redaksi Redaksi: Yola Sastra, Pemimpin Usaha Usaha: Suci Larassaty, Bendahara Umum Umum: Fitri Aziza, Kepala Penelitian dan Pengembangan Pengembangan: Wahida Nia Elfiza, Sekretaris Umum Umum: Gumala Resti Halin, Redaktur Pelaksana Pelaksana: Sri Gusmurdiah, Redaktur Berita Berita: Wici Elvinda Rahmaddina, Novarina Tamril, dan Rizka Wahyuni, Redaktur Tulisan Tulisan: Khadijah Ramadhanti, Redaktur Bahasa Sastra dan Budaya Budaya: Ranti Maretna Huri, Redaktur Artistik dan Online Online: Hari Jimi Akbar, Layouter Layouter: Resti Febriani, Fotografer Fotografer: Putri Rahmi, Reporter Reporter: Redda Wanti, Ermiati Harahap, Neki Sutria, Sabrina Khairissa, Kurniati Ramadhani, Riset: Juliana Murti, Pengembangan Sumber Daya Manusia: Sonya Putri, Pustaka dan Kearsipan: Yulia Eka Sari, Sirkulasi dan Percetakan Percetakan: Rival Mulyadi (NA), Iklan: Hera Gusmayanti, Usaha: Ratmiati, Kesekretariatan dan Perlengkapan: Windy Nurul Alifa, Reporter Junior Junior: Abdul Hamid, Rif’il Husniyah, Dwi Suharadita, Zikri Fadila, Muhammad Ramadhan, Zahara, Ilma Hayatil Husna, Fakhruddin Arrazzi, Okta Vianof, Fauziah Safitri, Maida Yusri, Fitri Wijaya, Doly Andika. Penerbit: SKK Ganto UNP, Alamat: Gedung PKM UNP Ruang G65 Universitas Negeri Padang Padang, Jl. Prof. Dr. Hamka, Air Tawar. Kode pos 25131. Laman web web: http://ganto.or.id http://ganto.or.id, email: redaksiganto@gmail.com redaksiganto@gmail.com, Percetakan: Unit Percetakan PT. Genta Singgalang Press (Isi di luar pertanggungjawaban percetakan), Tarif iklan: Rp4.000.000,(halaman penuh berwarna), Rp1.500.000 (1/2 halaman hitam-putih), Rp100.000,- (iklan web ukuran 300x250 pixel). Redaksi menerima tulisan berupa artikel, esai, feature, cerpen, puisi, dan bentuk tulisan kritis lainnya dari sivitas akademika UNP. Redaksi berhak menyunting tulisan tanpa mengubah esensinya. Tulisan yang masuk menjadi hak redaksi dan yang tidak dimuat akan dikembalikan atau menjadi bahan edisi berikutnya. Setiap tulisan yang dimuat akan diberi imbalan/uang lelah semestinya.
2015 Edisi No. 187/Tahun XXVI
3
SURA T PEMBA CA SURAT PEMBAC
SKK Ganto menerima surat pembaca, baik berupa keluhan, kritikan, saran, maupun permasalahan tentang lingkungan sekitar UNP. Surat pembaca dapat dikirimkan melalui email: redaksiganto@gmail.com atau dapat diantar ke redaksi SKK Ganto, Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Ruang G65 UNP dengan melampirkan kartu identitas, seperti KTP atau KTM.
Jalan FE Kurang Rindang Jalan di depan Fakultas Ekonomi, saya rasakan sangat panas karena tidak adanya pepohonan rindang. Saya sangat mengharapkan penanaman pohon agar daerah tersebut lebih rindang dan sejuk. Rahmat Hidayat Mahasiswa Jurusan Geografi TM 2014
Fasilitas di Kampus Cabang Dulu ketika masuk kuliah saya pikir fasilitas di kampus cabang Bukittinggi sama dengan kampus pusat. Namun, ternyata tidak. Alat musik saja tidak ada. Kalau ada kegiatan musik kami menggunakan alat seadanya. Ajang perlombaan juga banyak di pusat, sedangkan kampus cabang seakan-akan dikesampingkan. Akibatnya kami yang di kampus cabang malah menurun kegiatannya. Saya berharap hendaknya fasilitas di kampus cabang lengkap, sama halnya dengan kampus pusat. Immas Andaru Winanti Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar TM 2014
Kelas Tanpa AC Beberapa ruang kelas di FIK tidak dilengkapi AC sehingga mengganggu fokus mahasiswa dalam belajar. Kipas angin yang menggantikan AC juga tidak memadai. Sangat tidak menunjang kenyamanan belajar di lokal. Sebaiknya permasalahan ini cepat diatasi karena memengaruhi konsentrasi belajar mahasiswa. Awalta Suci Fauzana Mahasiswa FIK TM 2014
Toilet Butuh Perbaikan Saya sangat prihatin dengan keadaan toilet yang ada di jurusan saya. Pintunya sudah rusak, akibatnya toilet yang ada tidak berfungsi dengan maksimal. Sehingga, yang dipakai hanya toilet yang bisa dikunci. Itu pun dikunci dengan paku atau benda seadanya. Pintu utama toilet juga ada yang sudah rusak, sulit ditutup. Saya berharap pintu toilet tersebut segera diperbaiki atau diganti dengan yang baru agar toilet dapat digunakan sebagaimana mestinya. Nurhalimah Mahasiswa Sastra Indonesia TM 2013
Nilai E Tanpa Kejelasan Pada suatu mata kuliah, kami sekelas mendapatkan nilai E tanpa mendapatkan kejelasan. Kami telah mengirimkan perwakilan kelas untuk menemui dosen yang bersangkutan, namun sampai saat ini belum juga ada penjelasan. Nilai ini berdampak kepada turunnya IP kami dan jumlah SKS yang dapat diambil pada semester selanjutnya. IG Mahasiswa UNP
ULASAN SURA T PEMBA CA SURAT PEMBAC
Transparansi Uang SPP Setiap semesternya kami mahasiswa reguler ataupun nonreguler membayar uang SPP kepada UNP, jika dihitung-hitung jumlahnya sangat banyak. Bagi kami yang hanya mahasiswa tentu mengetahui sekadar membayar SPP, akses LHS dan kuliah tanpa mengetahui kemana saja aliran uang SPP mahasiswa UNP ini. Apabila dikatakan untuk pembangunan, sampai saat ini setelah saya 3 tahun kuliah belum begitu banyak perubahan UNP. Oleh sebab itu, jika mahasiswa boleh tahu, ke mana saja aliran uang SPP itu? Fauziah Rahmi Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan TM 2012
Jawaban: Sehubungan dengan transparansi dana uang SPP mahasiswa, terlebih dahulu mahasiswa perlu tahu berapa biaya yang seharusnya mereka bayarkan untuk mendapatkan pendidikan. Berdasarkan hasil perhitungan penelitian dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sebelum tahun 2012, bahwasanya unit cost (kebutuhan biaya kuliah) per mahasiswa adalah 18 juta per tahun. Biaya ini meliputi uang pembangunan, gaji, langganan daya dan jasa, security, pemeliharaan, pembelian ATK, peralatan, pengadaan sarana dan prasarana pendidikan, seperti laboratorium; dan lain sebagainya. Beberapa rincian dana yang dikeluarkan pihak universitas untuk sarana dan prasarana yaitu, untuk listrik seluruh UNP dalam sebulan mencapai Rp500 juta, telepon perkantoran, PDAM, bahkan kontrak IT ke Telkom dalam sebulan Rp173 juta. Untuk security, gajinya juga dari SPP mahasiswa. Dengan jumlah 125 orang security, UNP harus membayarkan Rp1,5 juta per orang, juga ditambah manajemen perusahaan 15%. Selain itu, gaji tenaga kontrak sebanyak 275 orang, dan pembangunan gedung-gedung selingkungan UNP yang terdiri atas perbaikan laboratorium, rektorat, dan kolam renang sebanyak Rp29 milyar per
tahun, perayaan dies natalis UNP dan wisuda yang mencapai Rp1,5 milyar per acara, dan pengangkatan acara seminar dari setiap fakultas, masingmasing seminar memakai dana hampir Rp50 juta. Jika penanya masih merasa bingung, kita berlandaskan pada hasil penelitian Kemendikbud yang mengatakan bahwa setiap mahasiswa harusnya menyediakan uang kuliah Rp18 juta per tahun, UNP harusnya menyediakan dana pendidikan Rp630 milyar bagi 35.000 mahasiswa. Sedangkan pada 2015, dana yang diperoleh UNP hanya sekitar Rp88 milyar. Ini masih belum cukup untuk menutupi kekurangan biaya operasional pendidikan UNP. Ini memang masih di luar subsidi dari pemerintah, namun jika ditambahkan dengan subsidi dari pemerintah yang harusnya dibayarkan Rp16 juta untuk setiap mahasiswa, Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN), dan anggaran 20% APBN untuk pendidikan seluruh jenjang pendidikan yang ada di Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 4 masih belum bisa mencukupi. Namun, pada kenyataannya, subsidi yang dikeluarkan pemerintah untuk mahasiswa tidak mencapai Rp16 juta yang diperkirakan. Melalui surat pembaca ini, semoga mahasiswa dapat mengetahui adanya UKT sendiri adalah sebagai subsidi silang untuk menutupi biaya kuliah yang dibayarkan oleh mahasiswa dengan UKT level I dan II yang membayar Rp500 ribu—Rp1 juta. Jika dibandingkan dengan unit cost yang harusnya Rp18 juta per tahun, tentu saja masih belum cukup. Sedangkan jumlah mahasiswa dengan UKT di atas Rp4 juta saja, hanya 2% dari jumlah seluruh mahasiswa UNP. Jadi harap dimaklumi karena jumlah mahasiswa yang membayar UKT Rp500 ribu lebih dari 5% dan 10% untuk yang membayar Rp1 juta. Drs. Syarkani Kepala Biro Adminisrasi Umum dan Keuangan UNP
Parkiran MKU Dalam hal parkiran di MKU saya mengalami kesulitan dalam parkiran. Dikarenakan jalannya banyak
bebatuan sehingga bisa menimbulkan kecelakaan nantinya. Putri Balqis Mahasiswa Jurusan Administrasi Negara TM 2013
Jawaban: Permasalahan tentang parkiran sebenarnya tidak hanya dirasakan mahasiswa, tetapi dosen juga merasakannya. Masalahnya kenapa? Karena kita masih dalam tahap membangun. Ada tujuh gedung besar program IDB yang sedang dibangun. Pembangunan gedung tersebut akhirnya berdampak terhadap kurangnya lahan parkir. Jadi permasalahan parkiran ini terjadi di manamana. Saya minta kita semua berbesar hati. Parkiran di MKU itu, sebenarnya tidak layak untuk tempat parkir. Tapi, karena tempat yang ada cuma itu, maka itu yang dipakai. Saat ini, gedung di dekat MKU tersebut belum selesai pembangunannya. Rencananya setelah selesai, parkiran akan ditempatkan di lantai I gedung. Bangunan di sebelah gedung MKU itu rencananya akan digunakan sebagai gedung micro teaching. Tapi, pembangunannya belum dilanjutkan karena bangunan program IDB yang diutamakan terlebih dahulu. Kalau semuanya dikerjakan, termasuk bangunan yang di dekat MKU, kita akan kekurangan tempat parkir. Solusi sementara untuk tempat parkir di MKU belum ada. Karena kita masih dalam masa pembangunan. Nanti, kalau sudah siap, baru dibenahi. Rencananya, di belakang rektorat nanti akan dibangun tempat parkir untuk semuanya. Nanti, secara keseluruhan di UNP, ada lima titik tempat parkir. Pertama, di belakang rektorat. Kedua, di belakang FIS. Ketiga, di tepian sungai dekat kafe di kawasan Perpustakaan Pusat. Keempat, di lantai I gedung micro teaching yang belum selesai itu. Kelima, di depan Masjid Raya AlAzhar. Jadi karena kita dalam tahap membangun, masih sembrawut parkirannya. Diharapkan semua pihak sabar dan saling pengertian. Kalau sudah siap, kampus kita akan bagus. Nasaruddin, S.Pd., S.T Kepala Subbagian Rumah Tangga UNP
LAPORAN
4
2015 Edisi No. 187/Tahun XXVI
Berburu Sertifikat TOEFL Palsu Dari 200 sertifikat TOEFL yang dicurigai dan dikumpulkan kembali ke Balai Bahasa UNP, 180 sertifikat dinyatakan palsu. Oleh Sri Gusmurdiah Yola Sastra
T
ia (bukan nama sebenarnya) mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang (UNP) TM 2010 bersama salah seorang reporter Ganto (dalam penyamaran) tengah berdiri di depan pagar Fakultas Ekonomi (FE), Rabu (5/ 8). Sesekali, Tia mengecek telepon genggamnya. Ia menunggu kabar dari Wandi (juga bukan nama sebenarnya), mahasiswa Fakultas Teknik (FT) yang akan menjual sertifikat TOEFL kepadanya. Sebelumnya, Tia telah menghubungi dan mengirimkan nama, tempat, tanggal lahir, beserta alamatnya ke Wandi. Sepuluh menit menunggu, Wandi datang dengan mengendarai sebuah sedan berwarna hijau. Dengan gaya bicara yang akrab, Wandi menyilakan Tia dan reporter Ganto masuk ke mobil, serta langsung memberikan selembar sertifikat TOEFL yang dikeluarkan atas nama Balai Bahasa UNP. “Ini sertifikatnya,” ujar Wandi mengulurkan sertifikat ke tangan Tia. Tia langsung mengambil sertifikat tersebut. Namun, setelah melihat sertifikat yang diberikan, Tia menemukan kesalahan dalam penulisan namanya. “Nama saya bukan seperti ini, Bang,” komplain Tia, Rabu (5/8). Setelah mendengar penjelasan Tia, Wandi mengambil kembali sertifikat TOEFL itu, lalu menelepon seseorang. Usai menelepon, Wandi meminta Tia dan reporter Ganto tetap di dalam mobilnya. Mobil pun dijalankan dan beberapa menit kemudian berhenti di depan parkiran FT. Wandi keluar, kemudian kembali bersama seorang pria, rekannya. Setelah Wandi dan rekannya masuk, mobil pun kembali dijalankan menuju ke Jl. Tiung Air Tawar Barat. Beberapa saat kemudian mobil berhenti. Rekan Wandi pun turun, berjalan tanpa diketahui arah dan tujuannya. Lima belas menit menunggu, pria tersebut kembali masuk ke mobil. Wandi menjalankan mobil dan kembali ke parkiran FT. Sesampainya di parkiran, Wandi dan rekannya turun. Mereka pergi, masih dengan arah dan tujuan yang tidak diketahui. Dua menit berlalu, Wandi kembali tanpa rekannya. Namun, dalam waktu yang hampir bersamaan, rekannya datang dengan mengendarai motor sport berwarna merah. “Tunggu di sini sebentar ya, Kak!” pinta rekan Wandi kepada Tia dan reporter Ganto sebelum pergi. Sekitar lima belas menit berlalu, pria itu kembali dengan membawa sertifikat TOEFL yang baru dan menyerahkannya ke Tia. Tia mengambil sertifikat TOEFL tersebut dan menyerahkan uang sejumlah Rp150 ribu ke Wandi. Jual beli sertifikat TOEFL tidak
Sertifikat TOEFL Palsu: Contoh sertifikat TOEFL palsu yang diperjualbelikan oleh mahasiswa yang mengatasnamakan Balai Bahasa Universitas Negeri Padang, Senin (21/9). f/Rahmi
hanya dilakukan oleh Wandi dan kawan-kawan. Beberapa mahasiswa FT lainnya juga melakukan hal yang serupa. Sebut saja Randi (bukan nama sebenarnya), mahasiswa Program D-3 TM di Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Padang (UNP) 2012. Mendapati peraturan tentang wajibnya sertifikat TOEFL sebagai salah satu persyaratan ujian kompre di FT, Randi telah mangikuti TOEFL sejak semester satu. Namun sayang, skor TOEFL-nya hanya 370, belum mencapai skor minimal TOEFL di FT, yakni 400. Menyadari kemampuan bahasa Inggrisnya masih kurang, pada semester enam lampau, Randi memilih untuk membeli sertifikat TOEFL melalui bantuan teman satu jurusannya. Akhirnya, dengan mengeluarkan uang sejumlah Rp130 ribu, ia bisa mendapatkan sertifikat TOEFL dengan skor 420, tanpa tes. Sertifikat langsung didapatkan sehari setelah memesannya kepada temannya itu. Randi mengaku terpaksa membeli sertifikat TOEFL karena terdesak segera kompre pada Juni 2015. Tidak ada jalan lain baginya selain membeli sertifikat TOEFL untuk tetap bisa mengikuti kompre. “Mau bagaimana lagi, tidak mungkin kompre dan wisuda saya ditunda hingga tahun depan,” kilah pria berkulit putih itu, Kamis (6/8). Ditemui di tempat yang sama, Taufik (bukan nama sebenarnya) membenarkan apa yang disampaikan rekannya, Randi. Taufik mengaku, ia dan senior satu jurusannya sudah beberapa kali menjual sertifikat TOEFL kepada mahasiswa yang membutuhkan. Sertifikat tersebut, kata Taufik, dikeluarkan oleh Balai Bahasa UNP yang diakui oleh unversitas untuk mengeluarkan sertifikat TOEFL bagi mahasiswa. Melalui seorang oknum yang bekerja di Balai Bahasa UNP, kata
Randi, ia dan seniornya bisa mendapatkan sertifikat TOEFL dengan harga Rp130 ribu per sertifikat. Sertifikat tersebut dijual kembali seharga Rp150 ribu ke mahasiswa lainnya, untung Rp20 ribu. “Namun, kepada teman dekat, kami tetap menjualnya seharga Rp130 ribu,” ungkap Taufik, Kamis (6/8). Sekretaris Balai Bahasa UNP, Dra. Aryuliva Adnan, M.Pd., membantah pembuatan sertifikat TOEFL palsu dilakukan oleh orangorang Balai Bahasa. Ia menjelaskan, di Balai Bahasa memang telah terungkap beberapa kasus pemalsuan sertifikat. Namun, oknumnya bukan orang Balai Bahasa, melainkan mahasiswa. “Ada beberapa oknum dari pihak mahasiswa FT,” katanya, Kamis (3/9) Aryu menjelaskan, pimpinan dan pelaksana di Balai Bahasa hanya tiga orang. Ketua, dia, dan Os pengawai-nya. “Jadi kalau bocornya dari Balai Bahasa, tentu yang dituntut nantinya adalah hanya kami bertiga sebagai pimpinan dan pelaksana di Balai Bahasa. Mudah-mudahan tidak,” tutupnya. *** Ditemui di ruangannya, Rabu, 16 September lalu, Dekan FT Drs. Syahril, ST., MSCE., Ph.D mengatakan bahwa isu beredarnya sertifikat TOEFL palsu yang dikeluarkan Balai Bahasa UNP telah diketahui oleh pihak Balai Bahasa sejak dulu. Satu tahun lampau, pihak Balai Bahasa UNP pernah menginformasikan ke pihak FT bahwa ada oknum yang memalsukan sertifikat TOEFL. Hanya, saat itu pihak Balai Bahasa tidak terlalu serius mengusut masalah tersebut. Namun, Agustus lalu, Kepala Balai Bahasa UNP, Dra. Yenni Rozimela, M.Ed, Ph.D. kembali menghubungi Syahril via telepon. Yenny menginformasikan tentang beredarnya sertifikat TOEFL
palsu di FT. Ia juga meminta mahasiswa mengumpulkan kembali sertifikatnya untuk dicek. Akhirnya, pada 7 September lalu, pihak FT menyerahkan 200 sertifikat TOFEL ke Balai Bahasa. Setelah diklarifikasi berdasarkan nomor sertifikat, tanda tangan, kop, angka, dan bahasa tulisannya, didapatkan 180 dari 200 sertifikat tersebut palsu. Usai semua sertifikat TOEFL itu diperiksa, Selasa (8/9) pihak Balai Bahasa langsung mendatangi Syahril dan menunjukkan mana saja sertifikat TOEFL yang asli dan palsu. Pada sertifikat palsu, ditemukan nomor sertifikat yang sama dengan sertifikat asli yang dikeluarkan Balai Bahasa sebelumnya, penggunaan kata-kata bahasa Inggris dalam sertifikat salah, tanda tangan di-scan dan cap yang berbeda, serta rumusan skor konvensinya salah. Menindaklanjuti temuan itu, Syahril pun membatalkan sertifikat TOEFL palsu tersebut dan menginformasikan kepada mahasiswa FT yang mengumpulkan sertifikat palsu pada wisuda pada 12 September lalu untuk kembali mengulang tes TOEFL. Selama sertifikat dari hasil TOEFL asli belum dikumpulkan, ijazah mereka ditahan. “Ijazah akan diserahkan jika mereka telah menyerahkan hasil tes yang asli,” kata Syahril, Rabu (16/9). Sementara, oknum yang memalsukan dan menjual sertifikat TOEFL, kata Syahril dilakukan oleh beberapa mahasiswa yang saling bekerja sama. Masalah pun telah ditindaklanjuti oleh Wakil Rektor I UNP. Pelaku telah dilaporkan dan ditahan oleh polisi. Namun, berapa jumlah dan siapa pelakunya, Syahril enggan untuk menyebutkan. “Polisi yang tahu orangnya,” ujar Syahril. Untuk ke depannya, Syahril menjelaskan bahwa di FT tidak lagi menggunakan sertifikat
TOEFL untuk persyaratan kompre. Mahasiswa cukup tes TOEFL dan pihak Balai Bahasa akan menyerahkan daftar skor TOEFLnya ke jurusan atau prodi yang bersangkutan. Pihak fakultas pun telah menyepakati, untuk ke depannya, TOEFL di FT hanya akan bekerja sama dengan Balai Bahasa UNP. Sebelumnya, FT pernah menerima hasil TOEFL dari berbagai lembaga resmi, seperti Balai Bahasa UNP, Balai Bahasa Universitas Andalas, Balai Bahasa Universitas Bung Hatta, Lembaga Bahasa Asing, dan Balai Bahasa Universitas Bengkulu. “Ini dilakukan dengan berbagai pertimbangan, termasuk biaya juga,” tutup Syahril Wakil Rektor I UNP Prof. Dr. Agus Irianto membenarkan adanya beberapa pelaku pemalsu sertifikat TOEFL yang sedang diidentifikasi dan diproses secara hukum. Namun, ia bungkam ketika ditanya terkait siapa pelaku dan bagaimana kelanjutan proses hukumnya. “Yang pasti mereka kita proses, dan biarkan hukum yang jalan,” kata Agus saat ditemui di ruangannya, Selasa (22/9). Ketika dikonfirmasi ke Polsek Padang Utara sebagai kantor polisi terdekat, tidak ditemukan adanya laporan dari pihak UNP terkait pemalsuan sertifikat TOEFL. Salah seorang aparat kepolisian yang sedang bertugas saat itu mengatakan, belum ada laporan pemalsuan dari pihak UNP. “Biasanya orang UNP memang melaporkan (kalau ada kasus, red.) ke kami selaku sentral pelayanan kepolisian. Tapi selama September ini belum ada,” ujar petugas yang tak mau disebutkan namanya, sembari memperlihatkan buku catatan laporan kepolisian, Selasa (22/9). Reporter: Eka, Fitri, Juliana, Sri, Windy
LAPORAN
2015 Edisi No. 187/Tahun XXVI
Loket Pendaftaran TOEFL: Empat orang mahasiswa sedang mengantre di loket pendaftaran TOEFL di lantai II Fakultas Ekonomi, Senin (14/9). f/Rahmi
Syarat Tambahan untuk Calon Lulusan Peraturan TOEFL sebagai salah satu syarat wisuda telah diterapkan UNP sejak 2011, sayangnya hanya dua fakultas yang benar-benar telah menjalankannya. Oleh
Sri Gusmurdiah Yola Sastra
S
enat dan Rektor Universitas Negeri Padang (UNP) dan jajarannya merumuskan Test of English as a Foreign Language (TOEFL) sebagai salah satu kewajiban mahasiswa UNP. Rumusan ini dicantumkan di buku panduan akademik UNP yang ditetapkan 1 Juli 2011. Pada pasal 11 Hak dan Kewajiban Mahasiswa, ayat (2) poin (i) dinyatakan, setiap mahasiswa berkewajiban lulus TOEFL dengan skor 400 untuk D3 dan S-1, 425 untuk S-2, dan 450 untuk S-3 (program studi dan fakultas boleh menetapkan lebih). Lima tahun berlalu, peraturan tersebut belum sepenuhnya dijalankan. Dari tujuh fakultas yang ada di UNP, hanya dua fakultas yang benar-benar telah mewajibkan mahasiswanya untuk melaksanakan TOEFL, yaitu Fakultas
Ekonomi (FE) dan Fakultas Teknik (FT). Sementara, lima fakultas lainnya belum mewajibkan mahasiswanya untuk mengikuti TOEFL. Di FE, pelaksanaan aturan TOEFL sebagai syarat wisuda sudah berlangsung sejak 2004. Bahkan, saat itu, UNP belum menjadikan TOEFL sebagai kewajiban mahasiswa dan syarat untuk kompre. “FE menjadi pionir atau pendahulu yang menetapkan TOEFL sebagai salah satu syarat wisuda,” ujar Wakil Dekan I FE, Dr. Idris, M. Si., Senin (7/9). Menurut Idris, untuk dapat mengglobalisasi dan menjadi Masyarakat Ekonomi Asean, sebagai salah satu wujud peningkatan mutu lulusan yang dapat bersaing minimal di tingkat regional, mahasiswa harus mempersiapkan diri untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggrisnya. Salah satu cara untuk mengetahui kemampuan bahasa Inggris terse-
but, yakni melalui TOEFL. Tujuan adanya TOEFL itu untuk memaksa mahasiswa meningkatkan daya saingnya. “Orang tidak hanya melihat hasil yang tertera pada sertifikat, tetapi kemampuan mahasiswa tersebut,” katanya. Berbeda dengan FE, di FT, TOEFL sebagai syarat wisuda baru diberlakukan sejak 2012. Wakil Dekan III FT Drs. Hasan Maksum, M.T. mengatakan, globalisasi merupakan latar belakang diberlakukannya aturan tersebut. Menurutnya, salah satu syarat untuk mendaftar ke sebuah perusahaan adalah harus menguasai bahasa Inggris. Walaupun banyak menghasilkan sarjana pendidikan, lulusan FT juga harus siap bersaing di dunia industri. “Untuk itu kita harus siap bahasa Inggrisnya,” ujar Hasan, Selasa (9/9). Untuk mempersiapkan TOEFL, pihak FT pun membuka pelatihan bahasa Inggris sekali
5 setahun bagi mahasiswa FT. Pelatihan itu telah berlangsung sejak tiga tahun lampau, yaitu untuk mahasiswa TM 2012, 2013, dan 2014. Sementara, untuk 2015, pihak FT kembali membuka pelatihan bahasa Inggris untuk 120 mahasiswa, 90% untuk mahasiswa penerima Bidikmisi dan 10% mahasiswa non-Bidikmisi. Selain itu, kata Hasan, setiap awal tahun ajaran baru, FT juga melaksanakan TOEFL gratis untuk mahasiswa baru (maba) dari alokasi dana Pendapatan Negara Bukan Pajak FT. TOEFL yang diikuti oleh seluruh maba tersebut digunakan untuk mengetahui kemampuan bahasa Iggris mereka. “Untuk mahasiswa baaru 2015, insya Allah Oktober kita laksanakan. Mereka yang skornya belum mencapai 400 akan kita dorong untuk ikut pelatihan, sementara bagi yang mampu bisa latihan sendiri,” tutup Hasan. Lain ceritanya dengan Fakultas Ilmu Pendidikan dan Fakultas Ilmu Sosial. Kampus Hijau dan Kampus Merah ini baru mulai menerapkan pengumpulan sertifikat TOEFL sebagai salah satu persyaratan wisuda bagi mahasiswanya pada wisuda September 2015 lampau. Wakil Dekan I FIS Drs. Emizal Amri, M.Pd, M.Si., mengatakan, mahasiswa FIS belum sepenuhnya menjalankan TOEFL karena dari universitas belum mewajibkan mahasiswa untuk mengikuti TOEFL. Menurut Emizal, sebelumnya, pada buku panduan akademik, mahasiswa hanya disarankan untuk melaksanakan TOEFL. “Sehingga beberapa mahasiswa yang berinisiatif saja yang mengumpulkan sertifikat TOEFL pada wisuda sebelumnya,” ujar Emizal, Senin (21/9). Ke depannya seluruh mahasiswa FIS akan diwajibkan untuk mengikuti TOEFL. TOEFL tidak lagi sebagai syarat wisuda, tetapi untuk persyaratan ujian skripsi. “Pada wisuda Maret 2016 nanti, seluruh mahasiswa harus memiliki sertifikat TOEFL,” ujarnya. Selain itu, sebelum mengikuti TOEFL mahasiswa FIS juga akan dibekali dengan beberapa kali workshop. Hal yang sama berlaku di Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP). Pada wisuda September lalu, mahasiswa FIP juga mengumpulkan serti-
fikat TOEFL sebagai persyaratan wisuda. Dekan FIP, Dr. Alwen Bentri, M.Pd., menerangkan, untuk 2015 FIP sudah mulai menjadikan TOEFL sebagai persyaratan wisuda mahasiswanya. Namun, tahun-tahun sebelumnya Alwen kurang tahu, sebab baru menjabat Dekan FIP pada Mei lalu. Sementara, untuk wisuda selanjutnya, Alwen mengatakan, seluruh mahasiswa FIP diwajibkan mengumpulkan sertifikat TOEFL, serta akan diberikan pelatihan bahasa Inggris untuk menambah persiapan mahasiswa sebelum mengikuti tes. “Sekarang sebanyak 160 mahasiswa telah terdaftar untuk pelatihan bahasa Inggris,” ujar Alwen, Senin (21/9). Sementara itu, tiga fakultas lainnya, yaitu Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK), Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) belum melaksanakan peraturan itu karena menurut Wakil Dekan I masing-masing fakultas tersebut, belum ada kewajiban pelaksanaan TOEFL di UNP. Menanggapi pelaksanaan aturan TOEFL yang belum menyeluruh, Wakil Rektor I UNP Prof. Dr. Agus Irianto mengatakan, apa yang tertera di buku panduan akademik mahasiswa merupakan peraturan yang telah disahkan oleh Rektor dan Senat UNP. Jadi, sudah jelas dan pasti untuk diterapkan. Agus menyayangkan, hanya dua fakultas di UNP yang mewajibkan TOEFL bagi mahasiswanya. Padahal, TOEFL diadakan agar mahasiswa lebih mempersiapkan diri untuk tantangan ke depannya setelah lulus dari UNP. Namun, nyatanya masih ada fakultas yang mencari celah untuk tidak ikut aturan. “Tak seharusnya pihak fakultas beralasan untuk tidak menerapkan peraturan tersebut,” ungkapnya, Selasa (22/9). Lebih lanjut, Agus menegaskankan, untuk wisuda Maret 2016 mendatang, seluruh mahasiswa yang akan diwisuda harus menyerahkan hasil TOEFL. Seluruh fakultas harus benar-benar menerapkan peraturan tersebut dan tidak ada lagi yang beralasan. “Jangan mencari-cari alasan lagi untuk mengelak,” pungkasnya. Reporter: Ana, Hera, Sri
‘Mahasiswa Belum Siap Ikuti TOEFL’ Pihak Balai Bahasa UNP telah membuka pelatihan bahasa Inggris dan menginformasikannya kepada mahasiswa, namun tidak ada yang menggubris. Oleh
Sri Gusmurdiah Yola Sastra
U
niversitas Negeri Padang (UNP) benar-benar akan menjalankan aturan TOEFL bagi seluruh mahasiswa yang wisuda pada Maret 2016 mendatang. Hal ini disampaikan oleh Wakil Rektor I UNP, Prof. Dr. Agus Irianto, saat ditemui di ruangannya, Selasa (22/9). Selama ini, meski sudah dimasukkan ke dalam buku panduan akademik sejak 2011, aturan tersebut hanya benar-benar dijalankan dua fakultas, yaitu Fakultas Ekonomi dan Fakultas Teknik, sementara fakultas lainnya belum. Ke depannya, seluruh fakultas harus melaksanakan aturan tersebut. “Seluruh mahasiswa yang akan diwisuda harus
menyerahkan hasil TOEFL,” tegasnya. Salah seorang mahasiswa UNP, Herlin Putri Morita, menilai, peraturan itu bagus untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa. Namun, menurut Herlin, tidak sedikit mahasiswa yang mengeluhkannya, termasuk dirinya sendiri. Ia mengaku kesulitan dalam mencapai skor TOEFL yang ditetapkan UNP. Meski skor TOEFL yang ditetapkan tidak terlalu tinggi, namun Herlin tetap kesulitan karena kemampuan bahasa Inggrisnya yang belum seberapa. Teman-temannya juga banyak mengalami kesulitan serupa. “Skor TOEFL kami belum ada yang mencapai 400,” ujar mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Negara TM 2012 ini, Sabtu (3/10). Hal yang sama juga dirasakan Rahmi Hidayati Laila. Menurut Rahmi, skor TOEFL di UNP terlalu tinggi, yaitu 420 atau minimal 400. Dengan skor demikian, mahasiswa akan kesulitan untuk lulus, terutama mahasiswa yang tidak terlalu bisa berbahasa Inggris. Mahasiswa Jurusan Biologi TM 2013 ini berharap, adanya peraturan ini di UNP, pihak UNP lebih gencar lagi mem-
berikan pelatihan bahasa Inggris untuk mahasiswa. “UNP harus memperbanyak sosialisasi dan memberikan pelatihan gratis kepada mahasiswa,” harapnya, Sabtu (3/10). Berdasarkan data yang dirilis oleh FE yang bekerja sama dengan Golden English Center pada 20 Mei 2015, dari 163 mahasiswa yang mengikuti TOEFL, hanya 85 peserta yang skornya melebihi 400. Sementara pada data yang dirilis 8 Juli lalu, jumlah mahasiswa yang skor TOEFL-nya melebihi 400 lebih rendah daripada sebelumnya, hanya 64 orang dari total 144 mahasiswa yang ikut tes. Begitu pula hasil TOEFL yang dikeluarkan oleh Balai Bahasa UNP. Berdasarkan data hasil TOEFL mahasiswa UNP yang dilakukan di Balai Bahasa UNP dari Juni hingga September 2015, dari 121 mahasiswa yang melaksanakan TOEFL, hanya 41 mahasiswa yang mendapatkan skor di atas 400. Sekretaris sekaligus pelatih TOEFL Balai Bahasa UNP, Dra. Aryuliva Adnan, mengakui, mahasiswa UNP memang belum siap untuk mengikuti TOEFL, sehingga timbullah berbagai kecurangan TOEFL. Namun,
menurut Aryu itu bukan alasan bagi mahasiswa untuk mengalasan TOEFL sebagai penghambat wisuda. Sebelumnya, pihak Balai Bahasa telah menginformasikan adanya pelatihan TOEFL di Balai Bahasa UNP ke mahasiswa. Hanya, mahasiswa tidak terlalu mengacuhkan informasi tersebut. “Kami sudah berkoar-koar untuk pelatihan tersebut, tapi tidak digubris,” ujar Aryu, Kamis (3/9). Agar mahasiswa bisa mendapat skor TOEFL sesuai target yang telah ditentukan, menurut Aryu, tidak ada cara lain selain mengikuti pelatihan. TOEFL tidak bisa diikuti tanpa pelatihan. Menurutnya, tidak mungkin mengikuti TOEFL jika persiapannya hanya dalam waktu semalam. Aryu pun berharap, jika TOEFL benarbenar diterapkan pada wisuda Maret mendatang, semua mahasiswa harus berlombalomba untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggrisnya. “Terserah mengikuti pelatihan di mana, yang penting mereka mau mengikuti pelatihan,” tutupnya. Reporter: Sri, Hera, Windy, Eka
LAPORAN
6
2015 Edisi No. 187/Tahun XXVI
Sertifikat TOEFL Legal dan Ilegal
WAWANCARA KHUSUS
Bahasa Inggris sebagai Sebuah Kebutuhan
Dra. Aryuliva Adnan, M.Pd. Sekretaris Balai Bahasa UNP
Tak asing lagi, bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang harus dikuasai oleh siapa saja yang hidup di zaman globalisasi ini. Pun halnya mahasiswa UNP. Sebagai masyarakat berpendidikan yang akan terjun ke dunia kerja dan berkomunikasi dengan berbagai masyarakat asing, mahasiswa UNP harus memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang baik. Untuk mewujudkan hal itu, pihak universitas menetapkan TOEFL sebagai standar dan alat ukur kemampuan bahasa Inggris tersebut. Lantas, seberapa besarkah peran bahasa Inggris dan seberapa penting TOEFL bagi mahasiswa? Berikut hasil wawancara
reporter SKK Ganto, Yulia Eka Sari bersama Dra. Aryuliva Adnan, M.Pd.. Menurut Anda, mengapa sertifikat TOEFL itu penting? Menurut saya, sertifikat TOEFL sangat penting karena biasanya TOEFL digunakan oleh orang yang akan melanjutkan pendidikan ke S-2. Kalau misalnya di perguruaan tinggi, katakanlah referensi kita sudah berbahasa Inggris, untuk mengukur semua itu butuh standar, harus ada tes, dan satu di antaranya adalah TOEFL. Jadi, TOEFL itu untuk melihat kemampuan berbahasa Inggris mahasiswa. Nah, kalau alumni kita ingin mencara kerja, katakanlah perusahaan di Jakarta, itu ada perusahaan yang dari mulai mendaftar saja sudah bahasa Inggris, di receptionist-nya sudah bahasa Inggris, begitu pun dengan intruksi-intruksinya. Jadi, mereka membutuhkan orang yang tidak hanya terampil di bidangnya, tapi juga memilki nilai plus. Di UNP akan diberlakukan TOEFL pada wisuda Maret 2016, bagaimana tanggapan Anda? Kalau menurut saya, jika itu betul-betul diterapkan, harapan saya semua mahasiswa akan berlomba-lomba untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris. Di zaman sekarang, rasanya bahasa Inggris itu sudah menjadi kebutuhan. Tukang ojek saja di Jakarta, antara yang bisa berbahasa Inggris dengan yang
tidak, berbeda income-nya. Tukang ojek yang berbahasa Inggris akan memilih untuk mangkal di jalan Sudirman, dan bulebule pun lebih menyukai tukang ojek yang pandai berbahasa Inggris. Itu contoh dari segi ekonominya. Nah, kita yang kalangan akademi tentu harus lebih dari itu. Untuk yang nonkependidikan akan lebih dibutuhkan lagi. Mulai dari writing dan reading, seperti menulis surat dan mambaca surat, itu sangat penting. Apa yang harus dipersiapkan universitas agar kebijakan tersebut berjalan sebagaimana mestinya? Yang harus dilakukan universitas adalah mengadakan pelatihan. Tidak ada yang lain selain pelatihan. Sekarang kan pelatihan bahasa Inggris sudah ada. Seperti program pelatihan bahasa Inggris di Balai Bahasa. Prosedurnya ada program pelatihan bahasa Inggris selama 50 jam dan ada yang 100 jam. Karena, tujuan utama Balai Bahasa untuk meng-improve kemampuan berbahasa civitas akademika UNP, mahasiswa, dosen, pengawai, dan selebihnya untuk umum. Apa pula yang harus dipersiapkan oleh mahasiswa? Yang harus dilakukan mahasiswa UNP adalah pelatihan. Sangat tidak mungkin tanpa pelatihan. Bagaimana caranya tanpa pelatihan. Kecuali mereka tekun. Sebelumnya FT dan FE telah menerap-
kan kebijakan tentang pemberlakuan TOEFL, namun disinyalir terjadi beberapa kecurangan, bagaimana tanggapan Anda terhadap hal itu? Itu dilakukan oleh mereka yang mau sertifikat secara instan. Kalau orang yang kesehariaannya tidak berbahasa Inggris, kemudian disodori tes bahasa Inggris, sulit kan? Nah, ketika mereka misalnya dipatokkan pada target 400, bagaimana cara mendapatkan yang 400 itu? Di situ mereka berupaya untuk mencurangi sertifikat itu. Mereka tidak mau ilmunya, tapi mereka mau sertifikat saja. Menurut Anda apa penyebabnya? Karena mereka tidak siap (mahasiswa) dan mereka tidak punya kemampuan, bagaimana mereka akan tes tanpa persiapan? Bagi yang jujur, mereka datang untuk ikut tes, kalau tidak lulus, mereka ulang lagi sampai mereka lulus dengan target skor yang ditetapkan. Apa harapan Anda ke depannya? Saya berharap mahasiswa mau mencari nilai tambah untuk dirinya. Dengan mengikuti pelatihan bahasa Inggris. Perguruan tinggi di Jawa, untuk bahasa Inggris, mereka sudah wajib. Bahkan mereka tambah dengan bahasa Jepang, China, dan Prancis. Syarat ikut wisuda, skor TOEFL mereka 450, itu diwanti-wanti sejak mereka tahun satu, jadi mereka berusaha sendiri dalam rentang waktu empat tahun. (*)
LAPORAN
2015 Edisi No. 187/Tahun XXVI
7
ARTIKEL
Fenomena T OEFL di Kalangan Mahasiswa TOEFL Oleh Windy Nurul Alifa Kesekretariatan dan Perlengkapan SKK Ganto 2015
Bahasa merupakan praktik yang sangat tepat untuk mengembangkan kemampuan berpikir seseorang. — Mc. Carthy Seiring perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan serta teknologi, penguasaan bahasa asing dirasakan sangat penting. Sebab, banyak sumber ilmu pengetahuan dan teknologi berasal dari luar negeri. Hal itu menuntut seseorang untuk mampu menguasai bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Bahasa Inggris merupakan bahasa resmi di negara-negara maju dan telah dipergunakan secara luas. Di Indonesia, penggunaan bahasa Inggris telah ditetapkan secara resmi dalam keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1967. Pada saat itu mulai terjadi perubahan, seperti kurikulum pendidikan, keadaan politik, ekonomi, dan perkembangan ilmu pendidikan yang terus mewarnai perkembangan pengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing di Indonesia. Sekarang, bahasa Inggris telah diajarkan mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Pembelajarannya dapat berupa menghafal sekian ratus kata bahasa Inggris dan artinya dalam waktu tertentu, menguasai grammar, lalu berubah ke bahasa Inggris untuk komunikasi, sampai membahas isu-isu pengajaran pun menggunakan bahasa Inggris. Dari pembelajaran tersebut, diharapkan seseorang mampu menguasai bahasa Inggris terutama bagi mahasiswa. Hal tersebut karena mahasiswa berperan sebagai agent of change. Dalam menjalankan perannya tersebut, mahasiswa diharapkan membawa perubahan. Tidak hanya perubahan untuk masyarakat sekitar lingkungannya, juga dalam lingkup masyarakat internasional. Namun, masih banyak yang belum menyadari perlunya penggunaan bahasa Inggris yang baik bagi mahasiswa. Kemampuan bahasa Inggris mahasiswa dapat dilihat dari hasil Test of English as a Foreign Language (TOEFL). TOEFL merupakan salah satu standar internasional yang biasanya dijadikan sebagai tolak ukur untuk
tapkan bahasa Inggris sebagai salah satu meningkatkan kemampuan bahasa Inggris kemampuan yang wajib dikuasai mahasisterutama mahasiswa. Secara umum, tes ini wa yang dibuktikan dengan sertifikat digunakan untuk meningkatkan kemamTOEFL. Masing-masing puan, di antaranya menulis dan menguniversitas pun memiatur tata bahasa dalam bahasa liki standar skor terInggris agar mampu membuat sendiri untuk matulisan ilmiah, mampu memhasiswanya, salah baca tulisan yang bersatunya Univerbahasa Inggris dengan sitas Negeri Pabaik dan benar agar dang (UNP). UNP nantinya bisa memamerupakan salah hami buku teks satu universitas yang yang diwajibkan menjadikan TOEFL sedalam dunia perkubagai salah satu syarat liahan, serta mahakelulusan bagi mahasiswa mampu mesiswa sejak 2011 lammahami dan mengpau. Untuk mendauraikan materi patkan sertifikat yang diberikan dosen TOEFL, mahasiswa dalam bahasa Inggris. pun harus tes di lemData yang dilansir Enbaga-lembaga yang glish First English Proficiendiakui UNP, seperti cy Index (EF EPI) menunBalai Bahasa UNP, jukkan Indonesia menemBalai Bahasa Supati urutan ke-28 dari 63 negara di dunia dalam hal kematra Barat, Bamampuan berbahasa Inggris. lai Bahasa UniSurvei tersebut melibatkan versitas Bung 750.000 responden. Sebanyak Hatta, dan Balai 52.74% penduduk Indonesia Bahasa Univermemiliki kemampuan bahasitas Andalas. sa Inggris dengan kategori Peraturan ini rata-rata. Sementara, negatelah dicantumra tetangga seperti Singakan dalam buku pura berada diurutan 13 peraturan akadeGrafis: Hari Jimi Akbar (59.8%) dan Malaysia di urutmik UNP tahun 2011. an 12 (59.73%) dengan kemamUntuk wisuda 105 dan sepuan berbahasa Inggris pada kategori terusnya, UNP mewajibkan para wisutinggi. Sama halnya dengan hasil survei dawannya untuk mengikuti tes TOEFL dedemografi Bob Burrell yang berasal dari ngan berbagai skor yang telah ditetapkan, Negeri Kangguru, menyebutkan bahwa di antaranya untuk D-3, D-4, dan S-1 harus hanya 36,8 % mahasiswa Indonesia mampu mencapai skor 425 untuk dinyatakan lulus berbahasa Inggris dengan baik dan benar, dalam tes TOEFL, S-2 dengan skor 450 dan selebihnya hanya memiliki kemampuan S-3 dengan skor 500. Skor-skor yang diyang pas-pasan sehingga tidak mampu tetapkan oleh UNP merupakan skor yang bekerja secara profesional di Australia. masih pada tingkatan menengah ke bawah Bertolak dari hal itu, maka perguruan dalam level penguasaan bahasa. tinggi, baik negeri maupun swasta, meneTidak dapat dipungkiri lagi, di kalangan
mahasiswa, TOEFL menjadi sesuatu yang menakutkan. Bagaimana tidak, kelulusan mahasiswa juga tergantung dengan hasil TOEFL yang didapat. Berdasarkan wawancara Reporter Ganto dengan salah seorang mahasiswa Fakultas Teknik UNP semester 11, Minggu (2/8), dikatakan banyak mahasiswa yang mengeluhkan mengenai peraturan ini sehingga tidak sedikit mahasiswa yang menggunakan jalan instan, seperti membeli sertifikat TOEFL, membeli kunci tes TOEFL, menggunakan joki TOEFL, dan mirisnya ada mahasiswa yang membuat sertifikat TOEFL yang palsu dengan menggunakan aplikasi photoshop. Kasus-kasus seperti ini sudah menjadi rahasia umum dalam lingkar mahasiswa, bahkan di dalam lembaga yang diakui UNP. Hal ini diakui oleh salah seorang mahasiswa Fakultas Teknik semester 5, Senin (10/8). Kasus-kasus seperti ini tetap bertahan dan sulit dideteksi kebenarannya oleh pihakpihak tertinggi UNP. Seharusnya mahasiswa UNP tidak harus melakukan hal curang tersebut karena semenjak menerapkan peraturan wajib TOEFL, universitas, khususnya Balai Bahasa UNP, telah memberikan fasilitas berupa pelatihan bahasa Inggris seperti Pelatihan English for Academic Writing. Selain itu, UNP telah mengadakan suatu pelatihan yang dirancang khusus untuk membantu mahasiswa mempersiapkan diri menghadapi tes TOEFL seperti English Training Center. Ditilik dalam jangka waktu yang panjang, perbuatan mahasiswa yang membeli sertifikat TOEFL ini bisa meruntuhkan pertahanan akademis dalam dunia pendidikan, hal ini didasari karena mahasiswa terbiasa dalam budaya ketidakjujuran, plagiasi, dan rendahnya kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Serta hal ini menjadi godaan terhadap mahasiswa yang tidak memiliki integrasi yang tinggi. Sebenarnya perguruan tinggi menerapkan peraturan seperti itu, untuk kemajuan mahasiswa yang siap berdaya saing tinggi dan memiliki kualitas. (*)
AP A KA TA MEREKA APA KAT
TOEFL: Bukti Keterampilan Berbahasa Inggris Karena UNP hendak menuju taraf internasional, penerapan TOEFL sebagai salah satu syarat wisuda dirasa penting. Ketercapaian harapan ini akan semakin besar jika UNP menyetarakan kemampuan SDMnya dengan SDM asing, sehingga tidak kalah saing. Tidak dapat dipungkiri, TOEFL sebagai bukti awal untuk melihat kemampuan berbahasa Inggris diperlukan dalam melanjutkan kuliah di dalam maupun di luar negeri. Sebenarnya, skor 400-an masih dalam angka yang mudah dicapai, jika kita mau berusaha sedikit saja. Apalagi, TOEFL juga akan menjadi syarat untuk mendaftar dan diterima di perusahaanperusahaan ternama. Jadi, tidak seharusnya dijadikan dilema apalagi beban. Untuk ke luar negeri saja syarat skor TOEFL-nya 550. Nah, agar angka minimal 400 tercapai, mahasiswa bisa berusaha sendiri terlebih dahulu, seperti belajar sendiri atau belajar dalam suatu komunitas yang bisa membantunya. Pun demikian dengan universitas, alangkah lebih baik juga mewadahi mereka yang masih terbata-bata dalam berbahasa Inggris. Aga Tasrifan (Ketua English Debating Community (EDeC))
Mahasiswa merupakan seorang cendekiawan muda yang berada di tengah kehidupan masyarakat. Adanya mahasiswa mampu memberikan pengaruh yang positif terhadap perkembangan zaman. Untuk menghadapi hal tersebut, mahasiswa dituntut untuk menguasai bahasa Inggris yang selanjutnya akan dites kemampuaan berbahasa Inggrisnya melalui TOEFL. Mungkin, itulah sebabnya UNP menjadikan TOEFL sebagai syarat wajib wisuda bagi mahasiswanya. Namun, wajibnya TOEFL ini terkadang membuat mahasiswa menggunakan jalan instan untuk mencapai skor TOEFL yang ditentukan universitas. Membeli sertifikat dan membeli kunci jawaban TOEFL adalah dua di antaranya. Mungkin, hal ini dikarenakan beratnya persyaratan tersebut bagi mereka yang akan diwisuda. Sehingga fakta bahwa semua itu demi kebaikan mereka sendiri jadi terlupakan. Nining Dharma Putry (Mahasiswa Pendidikan Biologi TM 2013)
Kedudukan bahasa Inggris sangat penting di Indonesia saat ini, apalagi bagi mahasiswa. Latar belakangnya masalah globalisasi. Salah satu syarat untuk mendaftar ke suatu perusahaan adalah bahasa Inggris sebagai bahasa asing yang harus dikuasai. Walaupun sebagian besar lulusan Fakultas Teknik (FT) bergelar S.Pd., tetapi mereka juga harus siap bersaing di dunia industri. Begitu pula dengan yang lainnya, lulusan UNP dari tujuh fakultas yang ada. Nah, untuk itu bahasa Inggris sudah menjadi harga mati. Di UNP, TOEFL menjadi syarat wisuda sebagai bukti kemampuan berbahasa Inggris yang dimiliki mahasiswa. Hal ini terdapat dalam SK dekan yang disetujui oleh senat dekan. Supaya skor TOEFL mahasiswa sesuai dengan yang ditentukan fakultas maupun universitas, dibutuhkan usaha lebih dari kita bersama untuk itu. Contohnya dari FT sendiri, sejak tiga tahun yang lalu sampai saat ini, kita telah mengadakan pelatihan berbahasa Inggris untuk mahasiswa. Selain itu, di awal tahun ajaran baru, pun dilakukan TOEFL untuk melihat kemampuan berbahasa Inggris mereka. Nah, mereka yang skornya belum mencapai 400 akan kita dorong untuk ikut pelatihan. Untuk yang mampu, bisa latihan sendiri. Mungkin, demikian pula yang diterapkan fakultas lainnya. Harapannya, ketentuan TOEFL ini harus lebih kita sempurnakan di masa yang akan datang. Drs. Hasan Maksum, M.T. (Wakil Dekan III Fakultas Teknik)
KONSUL TASI ONSULT
8 K ONSUL TASI KESEHA TAN ONSULT KESEHAT
Jika Anda mengalami masalah agama, psikologi, atau kesehatan, silakan manfaatkan rubrik ini. Kirimkan surat tentang masalah Anda kepada pengasuh rubrik ini ke e-mail Ganto, redaksiganto@gmail.com atau Gedung PKM UNP Ruang G65 UNP. Setiap pertanyaan harap dilengkapi dengan identitas.
2015 Edisi No. 187/Tahun XXVI
K ONSUL TASI A G AMA ONSULT AG
Perempuan Berpakaian Laki-Laki
Keringat Berlebih Diasuh oleh Dr. Ahmad Kosasih, M.A.
Setiap beraktivitas saya selalu mengeluarkan keringat yang saya pikir berlebihan. Padahal aktivitas yang dilakukan tidaklah berat, seperti jalan kaki ke kampus pada pagi hari pukul tujuh. Sebenarnya saya merasa kedinginan pada pagi hari tersebut, tetapi saya malah mengeluarkan keringat dingin, dan itu diikuti dengan basahnya telapak tangan oleh keringat. Jika dikaitkan dengan berat badan, saya memiliki berat badan 41 kg dengan tinggi 160-an cm. Sebenarnya apa yang menyebabkan saya berkeringat berlebihan? Memang terkadang saya merasakan nyeri di dada. Apakah ini adalah gejala awal penyakit dalam? Terima kasih.
Saya pernah mendengar ada hadis yang melarang perempuan mengenakan pakaian serupa laki-laki dan lelaki menyerupai perempuan. Akan tetapi, di kampus kita masih banyak perempuan yang menggunakan busana serupa laki-laki. Kalau benar dilarang, bagaimana seharusnya mahasiswi yang berpakaian seperti itu? Mohon penjelasannya, Pak.
Yulia Eka Sari Mahasiswa Jurusan Akuntansi TM 2013
Sanah Mahasiswa Pendidikan Kewarganegaraan TM 2012
Keluarnya keringat dari dalam tubuh biasanya terjadi ketika suhu lingkungan terasa panas, melakukan aktivitas, seperti olahraga, berjalan kaki, lari, dan lainlain. Keringat berfungsi untuk menjaga kelembaban pada kulit agar tidak kering. Ini hal yang normal. Namun terkadang, ada manusia yang tubuhnya memproduksi keringat secara berlebihan yang dalam istilah medis disebut hiperhidrosis. Hiperhidrosis dapat disebabkan oleh penyakit secara fisik, atau bisa juga disebabkan oleh faktor psikologis (kecemasan/kepanikan). Keringat berlebih dapat terjadi di seluruh area permukaan tubuh, maupun di sebagian seperti di telapak tangan, telapak kaki, atau lipat ketiak. Hiperhidrosis sendiri terbagi atas tiga jenis, yaitu pertama hiperhidrosis fokal primer, seseorang mengeluarkan keringat berlebih hanya di area tubuh tertentu, misalnya kepala, ketiak, wajah, telapak tangan, dan telapak kaki. Kedua, hiperhidrosis idiopatik generalisasi, seseorang memiliki kecenderungan mengeluarkan keringat berlebih di seluruh tubuhnya. Ketiga, hiperhidrosis sekunder generalisasi, seseorang mengeluarkan keringat berlebih akibat reaksi obat kimia, seperti obat antihipertensi dan antidepresi atau penyakit tertentu, seperti penyakit jantung, mudah emosi, menopause, diabetes melitus, dan stroke. Faktor-faktor gangguan secara fisik yang dapat menyebabkan hiperhidrosis, antara lain terdapatnya kelenjar keringat yang berlebihan, penyakit gangguan hormon, penyakit infeksi (tuberculosis), penggunaan obat-obatan tertentu, dan konsumsi alkohol. Agar pengobatan dan penanganan hiperhidrosis lebih tepat sasaran, perlu dicari tahu terlebih dahulu penyebabnya. Apakah semata-mata karena faktor psikologis, atau terdapat gangguan secara fisik yang mendasarinya. Setelah ditemukan penyebabnya, baru diberikan pengobatan atau terapi yang sesuai. Berikut ini cara-cara sederhana yang dapat dilakukan untuk dapat mencegah keringat berlebihan. Pertama, kurangi dan hindari makanan yang pedas dan bersifat panas di dalam tubuh. Kedua, perbanyak makan sayuran dan buah-buahan karena memiliki efek mendinginkan tubuh. Ketiga, pakailah pakaian berbahan katun yang tipis dan longgar. Keempat, gunakan antiprespirant atau bisa juga deodoran yang mengandung antiprespirant yang berfungsi mengontrol keringat dan menjaga tubuh Anda tetap segar. Kelima, sebisa mungkin hindari stres atau kondisi yang menyebabkan tekanan mental Biasanya hiperhidrosis tidak berkaitan dengan penyakit jantung. Telapak tangan yang sering berkeringat belum tentu merupakan tanda-tanda gangguan jantung. Hiperhidrosis biasanya disebabkan stimulasi emosi dan suhu. Jadi, keringat yang berlebihan hanya di kedua telapak tangan, tanpa disertai keluhan gejalagejala gangguan jantung, kemungkinan hanya disebabkan oleh rasa cemas saja. Namun, ada pula di sumber lain dikatakan, jika keringat yang keluar pada telapak tangan sangat banyak hingga menetes, itu pertanda kalau jantung Anda bermasalah. Jika masih merasa cemas dengan kesehatan jantung Anda, disarankan melakukan pemeriksaan kesehatan jantung lebih lanjut. (Tim Redaksi, dari berbagai sumber)
Ananda Sanah. Perlu Ananda ketahui lebih dahulu bahwa salah satu faktor yang menjadikan Islam itu sesuai di setiap waktu dan tempat adalah ajarannya yang bersifat luwes (fleksibel). Keluwesan ini telah menjadi salah satu dari lima prinsip pokok ajaran Islam sehingga dapat diterima di kalangan masyarakat luas. Islam tidak merinci bentuk-bentuk tertentu, kecuali dalam bidang ibadah ritual. Dalam kehidupan sosial budaya, seperti berpakaian, Islam tidak menentukan soal bentuk atau modelnya. Islam hanya mengamanatkan prinsip-prinsip pokok dan nilai-nilai seperti menutup aurat, tidak ketat sehingga memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh terutama bagi perempuan, sopan dan tidak menimbulkan rangsangan nafsu lawan jenis. Selain itu, pakaian berfungsi melindungi tubuh dari gangguan-gangguan, baik alam, maupun manusia-manusia u-
sil, nakal, atau bandel. Pakaian juga turut membentuk kepribadian dan konsep diri seseorang. Melalui pakaian yang dipakai oleh seseorang, kita juga dapat mengenal identitasnya. Memang ada hadis yang mengarah kepada larangan laki-laki menyerupai perempuan dan perempuan menyerupai laki-laki. Terjemahan hadis itu, “Allah melaknat wanita yang kelaki-lakian, dan lelaki yang kewanitawanitaan,” (H.R. Bukhari). Hadis inilah salah satunya yang dijadikan alasan oleh sebagian orang bahwa laki-laki tidak boleh memakai pakaian wanita dan begitu pula sebaliknya. Gejala semacam ini dikenal dengan tasyabuh (penyerupaan). Tetapi persoalannya kemudian, untuk menetapkan mana pakaian laki-laki dan mana pakaian perempuan bukanlah hal mudah karena model pakaian sangat ditentukan oleh adat serta budaya masing-masing bangsa dan daerah. Sedangkan, adat menjadi salah satu landasan buat pertimbangan hukum di dalam Islam, sebagaimana ungkapan ahli Ushul Fiqh, “al-‘adah muhakkimah”. Di samping itu, di dalam Alquran terdapat pula kata ma’ruf yang tafsirannya ialah “sesuatu yang patut”. Al-Ma’ruf mastahsanahu al-syar’u wa al-‘aqlu (sesuatu yang sudah dipandang baik oleh syari’at dan akal) (Tafsir Al-Maraghi, Jld. II, hlm.13). Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Abdurrahman bin Nashir al-Sa’di dalam kitabnya, Taisir al-Karim al-Rahman fi tafsir al-Kalam al-Mannan, hlm. 149. Oleh karena itu terkait bentuk atau model pakaian sangat ditentukan oleh adat kebiasaan masing-masing negeri. Sepanjang adat kebiasaan tersebut tidak bertentangan dengan prinsipprinsip ajaran Islam sebagaimana yang dikemukakan di atas, maka hal itu dipandang boleh oleh sebagian ulama.
Terkait dengan celana panjang di Indonesia sudah biasa dipakai oleh kaum perempuan sejak beberapa dasawarsa yang lalu seperti karyawan rumah sakit, perawat kesehatan, juga jemaah haji perempuan. Bahkan untuk profesi tertentu, perempuan lebih terpelihara dan aman bila ia memakai celana panjang dibanding memakai kain sarung atau rok yang dalam, misalnya buruh-buruh pabrik, wanita yang berprofesi sebagai tentara, dan sebagainya. Mengenai pakaian mahasiswi UNP—apakah harus berbentuk rok dalam, gamis, atau celana panjang—sebaiknya ada kesepakatan dulu yang ditetapkan oleh pihak pimpinan kampus melalui surat keputusan rektor, agar dapat dilaksanakan dan diamankan secara bersama. Khusus bagi mahasiswa jurusan keguruan, sebaiknya sudah dilatih dari sekarang berpakaian rapi layaknya seorang guru karena ia akan menjadi perhatian dan panutan bagi murid-muridnya. Menurut Yusuf al-Qardhawi, larangan laki-laki menyerupai perempuan atau sebaliknya, tidak hanya dalam hal berpakaian tetapi juga dalam cara berbicara, berjalan, dan sebagainya. Sehubungan dengan ini, menurut Al-Qardhawi, “Musibah dan cobaan paling berat yang menimpa kehidupan masyarakat adalah keluarnya anggota masyarakat dari fitrah dan penyimpangannya dari tabiat alam. Di antara tabiat alam itu adalah adanya laki-laki dan perempuan. Masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan khas. Apabila laki-laki berkarakter seperti perempuan dan perempuan kelaki-lakian, itulah yang disebut kerancuan dan kemerosotan moral.” Demikian Yusuf Qardhawi menjelaskan dalam bukunya Halal Haram Dalam Islam, hlm. 132. Wallahu a’lam bisshawab! (*)
K ONSUL TASI PSIK OL OGI ONSULT PSIKOL OLOGI
Berselisih dengan Kakak Ipar dalam
menanggapinya? Lushy Mahasiswa UNP
Diasuh oleh Dr. Marjohan, M.Pd., Kons.
Sebelumnya, saya ucapkan terima kasih kepada Bapak telah bersedia memberikan solusi tentang permasalahan saya. Begini Pak, saya punya seorang kakak ipar. Dalam keluarga, dia tidak menyukai saya. Kami sering berselisih paham dalam hal kecil hingga besar. Selaku anak bungsu yang sensitif, hal tersebut terpikir lama bagi saya. Yang saya takutkan, hal ini dapat mengganggu semangat belajar saya sehingga nilai saya menurun, sedangkan saya penerima beasiswa. Bagaimana caranya menghadapi kakak ipar yang seperti itu Pak? Bagaimana caranya agar dia menyenangi saya? Lalu bagaimana supaya hal tersebut tidak mengganggu semangat belajar saya? Apa yang harus saya lakukan agar tidak sensitif
Saudara Lushy yang kami sayangi, Kami sebenarnya ingin mengetahui lebih banyak tentang masalah Anda dengan kakak ipar, misalnya apakah Anda tinggal bersamanya di suatu rumah yang terpisah dengan orang tua, atau Anda hidup dalam rumah besar seperti keluarga Minang, yakni kakak ipar tinggal bersama keluarga besar Anda? Dalam hal apa kakak ipar tidak sependapat dengan Anda? Lalu masalah sepele dan masalah besar seperti apa yang membuat Anda dan dia tidak sependapat? Bagaimana respon kakak kandung Anda sendiri melihat keadaan itu? Karena data yang lengkap dan perlu itu tidak muncul dalam surat Anda, jawaban kami bersifat umum yang barangkali dapat diterapkan untuk masalah Anda. Dalam berhubungan dengan orang-orang yang kita rasa akrab dan dekat seperti Anda dengan kakak ipar Anda, yang perlu dijaga adalah bagaimana supaya (1) tidak terjadi salah paham antara Anda dengan dia, (2) tidak ada jarak antara Anda de-
ngan dia secara emosional, (3) tidak terjadi saling menyakiti perasan satu sama lain, dan (4) tidak menghabiskan energi karena bertengkar untuk hal-hal yang tidak bermanfaat saja. Agar keempat hal tersebut terwujud, yang perlu Anda lakukan adalah mengungkapkan pikiran dan perasaan Anda kepada kakak ipar secara langsung, jujur, dan spontan dengan menggunakan bahasa yang santun dan mimik muka yang jernih. Caracara tersebut tentu membutuhkan kekuatan mental yang prima dan cara berpikir yang positif terhadap apa yang dilakukan orang lain kepada kita. Kalau ada yang tidak disukai kakak ipar misalnya, Anda perlu berpikir jangan-jangan memang benar apa yang dikemukakannya. Karena, pegalamannya lebih banyak daripada Anda. Kalau ada perbedaan pendapat, coba Anda bertanya pada diri Anda, “Kalau saya terima ide dia, apa untungnya ya?” Dengan berpikir seperti itu, Anda terjauh dari rasa sensitif dan tidak bersemangat dalam belajar. Semoga Allah swt. memberikan petunjuk kepada Anda dalam bergaul dengan kakak ipar dan tetap berprestasi dalam kuliah. Amin. (*)
2015 Edisi No. 187/Tahun XXVI
9
SOSOK
Debater dengan Segudang Prestasi
Ana Sakinah
Ramah dan santun, itulah kesan pertama ketika bertemu dengan Ana Sakinah, mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris Universitas Negeri Padang (UNP). Keceriaan dan senyuman selalu tersimpul di wajahnya. Tegur sapa yang terlontar dari mulutnya juga menghilangkan rasa canggung untuk mengawali percakapan. Ana, demikian sapaannya, dikenal sebagai mahasiswa yang pintar, ulet, fokus, dan selalu berusaha keras untuk mencapai tujuannya. Namun, di sisi lain, Ana meng-
akui bahwa dirinya termasuk mahasiswa yang lambat dalam mengerjakan sesuatu. Hal ini disebabkan oleh sifatnya yang sangat teliti dan menginginkan yang terbaik dalam mengerjakan sesuatu. Mahasiswa kelahiran 24 Juli 1993 ini merupakan pribadi yang aktif berorganisasi. Pada 2009—2010 Ana menjadi anggota OSIS SMAN I Sijunjung sebagai Ketua Divisi Komunikasi dalam bahasa Inggris. Pada 2013 Ana menjadi anggota English Debating Community (EDeC) UNP dan anggota Badan Forum English Course. Tahun 2014 ia terdaftar sebagai anggota komisi Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) UNP dan anggota dari Forum Indonesia Tanpa JIL (ITJ) wilayah Padang. Selain aktif berorganisasi, mahasiswa yang mempunyai moto “Be kind, think smart, contribute much” ini memiliki segudang prestasi. Salah satunya, prestasi sebagai debater. Hal ini berawal dari ajakan salah seorang seniornya yang pada 2013 baru selesai mengikuti lomba debat di Philipina. Ana diajak untuk menjadi anggota English Debating Community (EDeC) UNP. Awalnya, Ana hanya memerhatikan para seniornya berdebat. Namun, untuk selanjutnya Ana mulai mengikuti debat di EDeC UNP. Keikutsertaannya dalam dunia debat ditandai dengan meraih juara II pada gelaran Universitas Negeri Padang Debating Championship 2013 untuk seleksi ke tingkat Kopertis X di Pekanbaru. Seiring berjalannya waktu, semakin ba-
nyak lomba yang diikuti oleh Ana. Di antaranya, mewakili UNP di tingkat Sumatra pada Sumatra English Olympic (SEO) 2014 di Pekanbaru. Mewakili UNP di tingkat Asia pada Asian English Olympic (AEO) 2014 di Universitas Bina Nusantara. Juara I lomba debat isi kandungan Alquran berbahasa Inggris tingkat UNP pada 2014 dan mewakili UNP dalam lomba debat isi kandungan Alquran berbahasa Inggris tingkat nasional di Universitas Indonesia pada tahun berikutnya. Tahun ini, Ana juga terpilih untuk mewakili UNP dalam lomba debat berbahasa Inggris tingkat dunia di Malaysia. Selain berpengalaman menjadi debater, anak dari pasangan Burhanuddin dan Syafni Hartati ini juga berpengalaman sebagai adjudicator. Adjudicator merupakan juri dalam suatu lomba debat. Posisi ini bisa diraih karena syaratnya, berpengalaman di bidang debat, sudah dimiliki Ana. Beberapa prestasi yang Ana raih sebagai adjudicator, yaitu N-1 adjudicator terpilih untuk mewakili UNP mengikuti National University Debating Championship (NUDC) 2014 di Universitas Batam tingkat nasional, N-1 adjudicator terpilih untuk mewakili UNP mengikuti Regional National University Debating Championship (RNUDC) 2014 di Pekanbaru tingkat regional, panel adjudicator pada Regional National University Debating Championship (RNUDC) 2014 di Pekanbaru tingkat regional, c-accredited adjudicator pada Riau English Olympic (REO) 2013 di Pekanbaru, deputy of chief adjudicator (DCA) pada Universitas Negeri Padang Debating Championship (UNPDC) 2014 tingkat UNP, juri pada English Debate Competition di SMAN 2 Padang 2014, juri pada Eng-
lish Debate Competition di SMAN 1 Pasaman Barat 2014, dan juri pada SMAN 1 Sungai Rumbai Debate Competition 2014. Tidak hanya itu, pada Februari 2015, Ana terpilih sebagai instruktur pendamping pada Debate Coaching di SMAN 1 Sumbar. April 2015 Ana terpilih sebagai instruktur pada English Debate Training di UNP. Beberapa waktu lalu, Ana juga terpilih sebagai delegasi Sumatera Barat untuk Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) 2015 ke India. Menelan banyak kepahitan Di balik segudang prestasi yang dimilikinya, Ana juga menelan banyak kepahitan. Misalnya, dalam suatu mata kuliah ia harus gagal. Hal ini dikarenakan Ana tidak dapat hadir ketika ujian sebab sedang mengikuti lomba di luar provinsi. “Setiap kemanisan yang kita peroleh di baliknya kita harus menelan pahit juga. Tidak ada orang yang selalu mendapatkan kesenangan dalam hidupnya,” ujar Ana. Meski demikian, Ana tetap semangat untuk mengikuti lomba di luar kampus. Yang menjadi motivasi Ana agar tetap semangat mengikuti kegiatan di luar kampus adalah dukungan kedua orang tuanya. Orang tua selalu ada untuk mendukung semua kegiatan yang diikutinya. Tidak hanya itu, ibu-bapaknya selalu menguatkan ketika Ana berada di ambang masalah. Keluarga menjadi teman untuk berkeluh kesah ketika tidak ada teman yang mau mendengarkannya. “Itu sangat membantu psikologi saya untuk tetap semangat,” jelas Ana. Ke depannya, Ana berharap mendapat dukungan dari semua pihak untuk mengikuti kegiatan, baik di dalam maupun di luar kampus. (*)
RAGAM
Sebuah Cerita dari Pulau Dewata Oleh Fitri Aziza Mahasiswa Jurusan Biologi TM 2011
Kalau tidak ada sesajen, patung, dan pura, ia bukan Bali. Bandara I Gusti Ngurah Rai, Sabtu, 15 Agustus 2015 pukul 21.25 WITA. Ruang kabin pesawat malam itu ramai. Deru suara mesin pesawat ditambah suara penumpang yang saling beradu, terdengar cukup gaduh di telinga saya. Tiga pramugari berseragam merah memeragakan petunjuk keselamatan penumpang di bagian tengah kabin. Beberapa penumpang memerhatikan dengan saksama, beberapa yang lain asik mendengarkan musik, dan beberapa yang lain lagi memejamkan mata sembari menyenderkan kepala ke sandaran tempat duduk. Perlahan, pesawat Air Asia QZ 7519 tujuan Jakarta itu mulai menanjak naik membawa saya dan ratusan penumpang lainnya meninggalkan Kota Denpasar. Saya pulang. Membawa cerita tentang perjalanan tujuh hari di Bali. Cerita ini dimulai dari keikutsertaan saya mewakili Surat Kabar Kampus Ganto Universitas Negeri Padang dalam acara Bali Journalist Week (BJW) 2015 yang diadakan oleh Pers Akademika Universitas Udayana. Acara dilaksanakan selama lima hari, 10— 14 Agustus 2015. Rangkaian acara hari pertama adalah talkshow nasional bertema Di Balik Kisah Seorang Jurnalis dengan pemateri Bondan Winarno dan Erwin Arnada. Bondan merupakan seorang wartawan profesional yang berhasil menuliskan hasil investigasinya menjadi sebuah buku berjudul Bre-X: Sebongkah Emas di Kaki
Pelangi, sedangkan Erwin merupakan produser film dan wartawan yang dulunya juga pendiri majalah Playboy Indonesia. Rangkaian acara berikutnya adalah Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional (PJTLN) dengan tema Jurnalisme Investigasi: Jelajah Kausa, Menguak Faktualitas. Pada PJTLN inilah 19 peserta dari lembaga pers mahasiswa se-Indonesia bertemu dan bertukar pikiran di samping memeroleh materi dari pemateri yang telah mumpuni di bidangnya. Peserta ada yang berasal dari Semarang, Medan, Lombok, Makassar, Kalimantan, Malang, Padang, dan lainnya. Pematerinya adalah Lestantya R. Baskoro, Redaktur Eksekutif Tempo dan Fahri Salam, mantan wartawan majalah Pantau yang sekarang mendirikan dan mengelola situs web pindai.org. Bali dan kebudayaannya Kesan pertama saya, Bali merupakan daerah yang masih mempertahankan budayanya. Di perjalanan dari bandara menuju ke Student Center Universitas Udayana di Denpasar, arsitektur tiap bangunan terlihat mirip. Atapnya berbentuk limas. Ketinggiannya pun tidak lebih dari 15 meter. Di bagian tengah pertigaan jalan, terdapat patung-patung beraneka jenis yang ditata semenarik mungkin. Tidak hanya arsitektur bangunan, Bali juga masih mempertahankan kesenian tradisionalnya. Selama saya dan peserta BJW lainnya menginap di Asrama Dinas Kesehatan BKKTK Provinsi Bali, setiap hari selalu terdengar suara musik tradisional Bali yang diputar menggunakan pengeras suara. Sesajen di Bali Bagi saya yang masih awam, masyarakat Bali adalah penganut agama Hindu yang taat. Masyarakat Bali sangat rajin
Tari T Trr adisional: Tiga penari tengah menampilan tarian tradisional Bali pada pembukaan Bali Journalis Week 2015 di Aula Gedung Lantai VI Agro Komplek Universitas Udayana, Bali, Senin (10/ 8). f/Fitri
membuat sesajen untuk dipersembahkan kepada dewa mereka. Saat pertama sampai di Student Center tempat sekretariat pers Akademika berada, di depan pintu masuk terdapat dua buah sesajen dengan alas berbentuk persegi yang terbuat dari daun kelapa yang masih muda berisi bungabunga dan biskuit serta di atasnya diletakkan dupa. Setiap harinya, sesajen itu selalu diganti dengan yang baru. Tidak hanya di pintu masuk, tapi saya juga menemukan sesajen di badan jalan, kendaraan, dan pantai. “Sesajen ini persembahkan untuk dewa agar kita diberkahi dan dijauhi dari musibah,” terang salah seorang panitia saat saya tanyai mengenai sesajen. Toleransi agama di Bali Tidak jauh dari lokasi BKKTK provinsi Bali, kira-kira sepuluh menit berjalan kaki
menyusuri pantai terdapat sebuah pura. Pura itu ramai dikunjungi, tidak hanya oleh orang Hindu yang hendak pergi sembahyang, tapi juga dari berbagai agama lain. Saat saya dan beberapa orang teman yang bukan Hindu berkunjung ke sana, kami disambut dengan baik oleh pandita di pura tersebut. Pandita yang bernama Dedi itu mengajak kami berkeliling pura dan menjelaskan hal-hal terkait agama Hindu. Tidak hanya itu, di Bali juga terdapat pusat peribadatan Puja Mandala. Di dalam lokasi tersebut, terdapat tempat ibadah umat Islam, Katolik, Protestan, Buddha, dan Hindu. Di lokasi ini, kelima umat beragama beribadah secara berdampingan. Begitulah masyarakat Bali menjunjung tinggi nilai-nilai keseimbangan dan harmonisasi sesama manusia. (*)
OPINI
10
2015 Edisi No. 187/Tahun XXVI
Kunci Keberhasilan Akademik Abad XXI Oleh Januarisdi Pustakawan Madya FBS
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada abad ke-21, khususnya teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah paradigma pendidikan dan pembelajaran secara mendasar. Pada abad ke-21 paradigma pendidikan telah beralih dari pembentukan perilaku (behaviorisme) ke paradigma yang berasumsi bahwa setiap manusia dilahirkan dengan potensi untuk belajar dan berkembang secara mandiri (konstruktivisme). Jika atmosfer yang memungkinkan manusia berkembang terbangun, setiap manusia akan belajar dan berkembang optimal secara mandiri. Dalam bukunya Teaching 21st Century Skills: An ASCD Action Tool (2001), Sue Beers mengungkapkan, “The 21th century skill is not about teaching a specific strategy or tool, but teaching the process or way of thinking about what they are learning. The goal is not helping students think independently about the content and seek answer to questions.” Dengan demikian proses pendidikan dan pembelajaran yang selama ini menempatkan guru, dosen, atau instruktur sebagai figur sentral proses pendidikan dan pembelajaran serta muatan sebagai tujuan pembelajaran, telah berubah secara alamiah, pelajar (mahasiswa/siswa/murid) menjadi agen utama proses pendidikan dan pembelajaran, sementara tujuan pembelajaran adalah keterampilan pembelajaran sepanjang hayat (life-long learning skills). Untuk mengoptimalkan hasil proses pembelajaran yang terarah secara mandiri (self-directed learning) tersebut, seorang mahasiswa harus memiliki kompetensi dasar yang memandu mereka ke proses yang lebih produktif-konstruktif. Kompetensi tersebut mencakup lima kemampuan dasar, yaitu menyadari dan memahami kebutuhan informasi, menelusur dan menemukan informasi, menganalisis dan mengevaluasi informasi, mengintegrasi informasi baru dengan informasi yang pernah dimiliki sebelumnya untuk menciptakan informasi dan pengetahuan baru, dan memiliki integritas akademik terhadap informasi yang digunakan. Kemampuan dasar ini dikenal dengan istilah “literasi informasi” (information lit-
Temu Kembali Informasi”. Coneracy), yang pada awalnya diperkenalkan toh paling umum sistem ini oleh Patricia Breivik pada 1980-an. adalah pengelompokan buku Menyadari dan memahami kebudi perpustakaan dengan tuhan informasi merupakan basis kemenggunakan Dewey Decimapanan kompetensi lain. Efektivitas mal Classification (DDC). penelusuran informasi dipengaruhi Mahasiswa dapat meneoleh keyakinan bahwa ilmu pelusur dan menemukan ngetahuan terbangun dari sebuah buku yang rangkaian informasi yang pamemuat informasi da dasarnya hanya pernah ayang dibutuhkan da dalam sistem kognisi madengan panduan nusia. Keyakinan ini akan katalog online. Inmenumbuhkan kesadaran bahwa untuk menciptakan formasi itu dapat dan membangun pengetaditelusuri melalui huan baru dalam sistem obeberapa alternatif taknya, seseorang memerlutitik akses, seperti nakan informasi terkait yang perma pengarang dan junah ada dalam sistem otak orang dul untuk karya yang Grafis: Hari Jimi Akbar lain. Berbeda dari wahyu dan ilsudah dikenal identitasham, ilmu pengetahuan dan informasi tinya atau melalui tajuk subjek dan kata dak akan pernah tercipta di dalam sistem kunci bebas untuk karya yang tidak dikenali otak manusia tanpa proses perujukan ke peidentitasnya. Sistem ini juga digunakan dangetahuan yang sudah pernah ada dalam lam penyimpanan dan temu kembali artiotaknya atau pernah terciptakan dalam kel yang diterbitkan dalam terbitan berkaotak orang lain. Dengan demikian, untuk la, seperti jurnal, majalah, surat kabar, tamencipta informasi dan pengetahuan baru bloid, dan sebagainya. Kemampuan ini juga dalam sistem otaknya, mahasiswa mesti mencakup keterampilan menggunakan menyadari dan memahami secara akurat berbagai teknik penelusuran informasi muinformasi yang dibutuhkan. lai dari penelusuran sederhana sampai ke Dalam kehidupan perkuliahan, proses penelusuran tingkat lanjut, penggunaan tumbuhnya kesadaran dan pemahaman operator Bolean AND, OR, dan NOT, modifiini berlangsung pada hari-hari pertama kekasi terminologi telusur, seperti truncation hidupan kampus. Perguruan tinggi yang dan penggunaan thesaurus untuk mengetelah mapan selalu menyediakan deskripsi tahui sinonim, broader terms, narrower mata kuliah yang dilengkapi dengan silabus terms, dan related terms. Oleh sebab itu, unmata kuliah, daftar bacaan utama yang dituk meraih kesuksesan akademik, mahasissarankan, dan lain-lain yang dapat diakses wa selain harus memahami sistem simpansecara online oleh mahasiswa. Dengan dean dan temu kembali informasi global, juga mikian, mahasiswa telah memperoleh inmesti terampil menggunakan sistem peneformasi dasar tentang segala sesuatu yang lusuran informasi yang beragam tersebut. terkait dengan mata kuliah yang mereka Kemampuan menganalisis dan mengepelajari sepanjang semester tersebut sebevaluasi informasi adalah kompetensi sentral lum hari pertama perkuliahan. dalam proses penciptaan informasi dan peKemampuan menelusur dan menemungetahuan baru. Nilai dan kualitas inforkan informasi dipengaruhi oleh pengetahumasi dan pengetahuan baru tersebut sangat an bahwa informasi yang didokumenkan ditentukan oleh kemampuan mahasiswa dan didesiminasikan melalui terbitan terormenganalisis dan mengevaluasi informasi ganisir secara sistematis dalam sebuah yang diperoleh dari berbagai sumber. Perlu sistem yang disebut “Sistem Simpan dan disadari bahwa pada era sekarang ini, in-
formasi telah mengalami proses alamiah, yang disebut “ledakan informasi”, sehingga melahirkan suasana di mana orang kesulitan memilah informasi “sampah” dan memilih informasi berkualitas, yang dikenal sebagai information smog. Untuk itu, dalam meraih kesuksesan akademik, mahasiswa mesti memiliki kemampuan membaca kritis. Mahasiswa tidak hanya mampu membaca between the line, tapi juga mampu membaca behind the line. Dalam menyeleksi dan mengevaluasi informasi mahasiswa harus memperhatikan tiga kriteria kualitas informasi, yaitu (1) autoritas pencipta atau penanggung jawab informasi, (2) waktu pencipta atau penerbitan informasi (updated), dan (3) relevansi dengan kebutuhan informasi. Autoritas pencipta dan penanggung jawab informasi, baik penulis, lembaga, penerbit, situs web, dan lain-lain tidak hanya menjamin bahwa informasi tersebut dihasilkan oleh orang atau lembaga yang memiliki kepakaran dalam bidang tersebut tapi juga diterbitkan melalui proses yang sangat selektif. Updated-nya sebuah informasi dan pengetahuan tidak terkait dengan tahun terbit; tidak jarang ditemui bahwa informasi yang terbit lebih dulu memiliki kualitas yang lebih sempurna dari informasi yang lebih baru. Sedangkan relevansi merujuk ke keterkaitan informasi yang diperoleh dengan informasi dan pengetahuan baru yang sedang dihasilkan. Terakhir, mahasiswa yang berhasil secara akademik memiliki integritas akademik terhadap informasi yang digunakan. Mereka menyakini dan mensyukuri bahwa informasi dan pengetahuan baru yang mereka lahirkan dalam sistem otak mereka berkat dukungan informasi yang telah diciptakan orang lain sebelumnya. Oleh karena itu, penghargaan terhadap karya orang lain diungkapkan melalui berbagai gaya sitasi dengan menggunakan panduan baku, seperti MLA, APA, Chicago Style, dan lain-lain. Mereka menyadari bahwa plagiarisme tidak hanya perbuatan melanggar hukum positif, tapi juga bertentangan dengan norma agama. (*)
Mahasiswa Perlu Revolusi Mental Oleh Fakhruddin Arrazzi Mahasiswa Pendidikan Fisika TM 2013
Sebagai proses kejernihan dalam berpikir dan bertindak, mahasiswa sudah mestinya melakukan perubahan mendasar dalam mentalitas. Atau dengan kata lain revolusi mental yang meliputi cara berpikir, merasa, dan mempercayai sesuatu sehingga menjelma dalam perilaku dan tindakan sehari-hari. Revolusi mental menurut Presiden Republik Indonesia Ketujuh, Joko Widodo, merupakan suatu terobosan budaya politik untuk memberantas setuntas-tuntasnya segala praktik-praktik buruk yang sudah terlalu lama dibiarkan tumbuh kembang sejak zaman orde baru sampai sekarang (kompas.com, 10 Mei 2014). Berbeda dengan revolusi fisik, revolusi mental tidak memerlukan pertumpahan darah. Terlepas dijadikannya revolusi mental sebagai jargon kampanye yang ternyata efektif mendongkrak popularitas Joko Widodo, sehingga berhasil memenangkan pemilihan presiden 2014 lalu, nyatanya pascareformasi perbaikan yang dilakukan masih bersifat institusional dan belum menyentuh kerangka berpikir masyarakat Indonesia. Perbaikan yang dilakukan terse-
but, misalnya perbaikan institusi politik, penegak hukum, dan lain sebagainya. Sementara banyak dari masyarakatnya yang masih tetap dengan pikiran dangkal dalam menyelesaikan berbagai urusan. Hal ini tentu berbahaya sebab sebagus apapun institusinya, jika diisi oleh manusia bernurani bejat akan tetap membawa kemudaratan bersama. Oleh karenanya, perubahan yang mendasar di bidang mental atau disebut revolusi mental perlu dilakukan agar bangsa Indonesia tidak kehilangan identitasnya. Mahasiswa sebagai lokomotif pergerakan yang turut menumbangkan orde baru pada 1998 sudah sepatutnya bertanggung jawab. Jangan sampai mahasiswa kehilangan gelar “agent of change” karena terjebak dalam paham yang kontradiktif dengan nilainilai luhur Pancasila dan UUD 1945. Caranya adalah dengan menerapkan konsep Trisakti yang pernah dicetuskan Soekarno melalui tiga pilarnya, yakni politik berdaulat, ekonomi mandiri, dan kebudayaan berkepribadian. Pertama, politik berdaulat. Mahasiswa harus mengamalkan sila keempat Pancasi-
la, yakni kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan. Salah satu nilai yang terkandung di dalamnya adalah mahasiswa harus aktif menyampaikan aspirasinya, baik melalui tulisan maupun dengan melakukan demonstrasi dalam rangka mengawasi dan mewujudkan pemerintahan yang bersih dan keputusan-keputusan yang dapat merugikan rakyat. Berkaitan dengan hal itu, mahasiswa tidak boleh buta politik. Kedua, ekonomi mandiri. Mahasiswa harus menghargai dan mencintai produk dalam negeri. Ayo, keluar dari gerakan hedonisme! Jangan sampai jadi konsumen akut dari produk luar negeri. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi dalam negeri pun akan berkembang ke arah lebih baik. Ketiga, kebudayaan berkepribadian. Mahasiswa sebagai generasi muda sangat rentan dalam penurunan dan perusakan tata nilai dan budaya. Hal ini disebabkan semakin pudarnya sikap kritis dan selektif generasi muda terhadap dampak negatif arus globalisasi, seperti pornografi dan pornoaksi, narkoba, radikalisasi, dan sebagainya. Solu-
sinya, mahasiswa harus bisa menjalankan perannya dengan baik sebagai pembangun, pemberdaya, dan perekayasa karakter bangsa Indonesia yang positif. Baik politik berdaulat, ekonomi mandiri, maupun kebudayaan berkepribadian; ketiganya dapat diterapkan oleh mahasiswa mulai dari diri sendiri, lalu menyebar ke masyarakat, hingga akhirnya meluas ke seluruh pelosok Indonesia. Jika seandainya yang terjadi adalah sebaliknya, mahasiswa bersikap oportunis, bisa dibayangkan bagaimana keadaan negeri ini 30 atau 40 tahun ke depan saat puncak kepemimpinan berada di pundak mereka. Dalam hal ini, sokongan dari pemerintah sangat diperlukan. Jika revolusi mental sudah diterapkan mahasiswa, ketakutan dan masalah-masalah yang selama ini melanda negeri ini dapat diatasi dan tidak lagi terjadi. Sebab, negeri ini telah dikendalikan oleh orang-orang yang berkualitas dan bertanggung jawab. Untuk hal ini, kita tentu tidak menghendaki bahwa revolusi mental hanya menjadi nyanyian omong-kosong dari mulut orang-orang bodoh di pagi hari. (*)
2015 Edisi No. 187/Tahun XXVI
OPINI
11
Menyingkap Identitas PKKMB Oleh Fitri Wijaya Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia TM 2014
Berakhirnya kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) di Universitas Negeri Padang (UNP), berarti kewajiban memberikan bekal pengenalan kehidupan kampus oleh dosen kepada mahasiswa baru (maba) sudah terpenuhi secara formal. Sejatinya, kegiatan PKKMB atau umumnya dikenal Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek) atau Masa Orientasi Sekolah (MOS) ditujukan untuk memperkenalkan tentang visi, misi, program UNP, aturan-aturan UNP, fasilitas, dan pengenalan terkait UNP lainnya. Harapan besar tentunya bahwa PKKMB yang diadakan setiap tahun dapat memberikan manfaat positif bagi seluruh maba UNP, bukan sebaliknya. Pada dasarnya, PKKMB merupakan pintu ilmu bagi maba. Dua penanda dalam menentukan langkah selanjutnya dari pintu tersebut, yakni pertama jika gagang pintu yang dibuka terlihat buruk, pola pikir mahasiswa boleh jadi terus menduga bahwa di dalam pintu akan sama buruknya. Kedua, jika gagang pintu bagus, artinya di awal sudah mampu memancarkan panorama yang ideal, akan membuat maba terpikat terhadap ilmu pengetahuan yang ada di balik gagang tersebut. Oleh sebab itu, optimisme dalam diri maba pun akan menimbulkan sinergi bagi kehidupan baru di panggung perguruan tinggi. PKKMB yang serupa dengan Ospek atau MOS di Indonesia telah berlangsung sejak zaman kolonial Belanda, yaitu di Sekolah Pendidikan Dokter Hindia (1898-1927). Saat itu, siswa baru harus menjadi “anak buah� bagi para senior untuk membersihkan ruangan kelas. Tradisi tersebut kemudian berlanjut pada era Geneeskundinge Hooge School (GHS) (1927-1942) dan GHS sekarang menjadi FKUI Salemba. Pada masa GHS, kegiatan tersebut menjadi lebih formal meskipun masih bersifat sukarela.
Istilah yang digunakan pada saat itu adalah ontgroening atau “membuat tidak hijau lagi�, proses yang dimaksudkan untuk mendewasakan si anak baru. Sudah menjadi tradisi yang sangat lama bagi tanah air Indonesia dalam hal melangsungkan kegiatan pengenalan kehidupan kampus. Perguruan tinggi memercayakan mahasiswa senior, yakni pihak Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) sebagai panitia PKKMB semenjak dikeluarkan peraturan Dirjen No. 274/2014 yang berisi bahwa dosen bertindak sebagai pemimpin sekaligus berwenang dalam kegiatan pengenalan kampus. Dalam hal ini, UNP telah melaksanakan sebagaimana mestinya. Terbukti bahwa PKKMB di tiap-tiap fakultas diisi oleh dosen selaku pemateri bagi maba UNP. Selain itu, dari pihak Mendikbud pun tetap mengeluarkan Surat Edaran No.59389/MPK/PD/Tahun 2015 tentang Pencegahan Praktik Perpeloncoan, Pelecehan, dan Kekerasan pada Masa Orientasi Peserta Didik. Hal ini tentu dilatarbelakangi oleh sikap tegas dalam menyikapi terus menerus berbagai polemik yang terjadi saat pelaksanaan MOS, baik di tingkat SD, SMP, SLTA, dan Perguruan Tinggi pada masa-masa yang telah berlalu. Meskipun kewenangan mahasiswa senior tidak seleluasa sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, hal ini tidak berarti bahwa dalam kesempatan yang minim pun masih dimanfaatkan sebagai ajang praktik mi-
liter atau sejenisnya yang melibatkan fisik maba. Sebagai kalangan yang maha atas kesiswaan, seyogyanya sudah tertanam bagi mahasiswa senior untuk menjadikan PKKMB sebagai ajang yang singkat untuk memulai hubungan baik dengan maba, bukan sebaliknya. Hal tersebut tentu harus
Grafis: Hari Jimi Akbar
jauh dari praktik-praktik kekerasan yang tentunya sangat merugikan berbagai pihak yang terlibat dalam PKKMB. Jika dikaji tentang awal mula munculnya perpeloncoan, tentu kita sangat menyayangkan nasib sebagai bangsa Indonesia. Adapun asal mula praktik kelam tersebut adalah ketika mahasiswa Belanda yang merasa bahwa bangsa pribumi adalah bangsa jajahan, dengan demikian saat
pertama kali pribumi menjadi mahasiswa baru, bertindaklah para mahasiswa senior (anak-anak Belanda) melakukan perpeloncoan terhadap mahasiswa yang berupa permainan memperolok-olok untuk menunjukkan bahwa bangsa Belanda berada di atas bangsa pribumi. Muncul pertanyaan, mengapa setelah diketahui asal perihal tersebut masih saja kalangan cendikia, mahasiswa menjalankan praktik yang tidak mendidik. Apakah benar dendam yang secara turun temurun dari nenek moyang (Belanda) masih dipakai hingga sekarang. Sehingga tidak jarang, sejarah kelam yang masih terasa seperti dua, tiga lembar kenangan di benak kalangan terdidik di tanah air. Jawaban tersebut menjadi bahan renungan bagi siapa saja yang bisa mengutarakan, meskipun hanya dalam buku catatan harian. Namun demikian, optimisme harus tetap ditanamkan. Bahwa keberhasilan dalam PKKMB akan terwujud jika dosen dan mahasiswa senior mampu berkontribusi dengan baik, salah satunya adalah dengan mengutamakan kepentingan maba di atas kepentingan pribadi atau kelompok. Selain itu, kesadaran akan tujuan PKKMB yang sesungguhnya harus ditanamkan dalam diri semua pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Juga pengawasan dari pihak kampus secara berkelanjutan perlu ditingkatkan, agar terbebas dari praktik perpeloncoan, pelecehan, kekerasan, dan hal negatif lainnya selama kegiatan PKKMB berlangsung. Seiring optimisme dibumikan, usaha dan komitmen akan ikut menyokong keberlangsungan kegiatan untuk masamasa selanjutnya. Adapun tujuan akhir dari kekuatan tekad tersebut tidak lain adalah untuk mewujudkan insan Indonesia yang terdidik. (*)
KOLOM
Mendamba Transparansi UKT dan Beasiswa Muhammad Ramadhan Mahasiswa Teknik Pertambangan TM 2013
Dewasa ini, masuk ke perguruan tinggi tidaklah mudah. Selain para siswa yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi harus memiliki kualitas yang baik, mereka juga harus melalui dan menyelesaikan prosedur pendaftaran yang cukup melelahkan. Ditambah lagi dengan telah diberlakukannya peraturan uang kuliah tunggal (UKT) di perguruan tinggi negeri (PTN). Meskipun kehadirannya menimbulkan kontroversi dari berbagai kalangan, setidaknya peraturan yang berasal dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nomor 55 tahun 2013 tentang Biaya Kuliah Tunggal dan UKT tersebut telah mampu menjawab mahalnya biaya kuliah pada tahun-tahun sebelumnya. Misalnya, harus membayar uang pangkal, uang praktik, uang sumbangan pembayaran pembangunan (SPP), dan lain-lain. Pasalnya, penetapan UKT salah satunya ditetapkan berdasarkan gaji dan jumlah tanggungan orang tua para siswa. Sehingga, para siswa yang berasal dari
golongan menengah ke bawah terbantu dengan adanya UKT. UKT yang dibayarkan sejatinya telah dipotong dengan subsidi dari pemerintah. UKT yang ditambah dengan subsidi inilah biaya kuliah yang sebenarnya harus dibayarkan per semesternya. Mengapa demikian? Karena UKT bertujuan untuk mengurangi beban biaya kuliah mahasiswa. Tentunya dengan adanya UKT tersebut, terdapat suatu tanggung jawab terhadap besarnya harapan kuliah seluruh mahasiswa untuk mewujudkan cita-cita mereka. Sebagai peraturan yang dapat dikatakan masih seumur jagung, UKT tentunya belumlah sempurna. Sebab, dalam hal ini kesiapan universitas untuk menerapkan UKT benar-benar diuji. Dalam praktiknya, banyak ketidakadilan yang terjadi dalam penerapan UKT. Contohnya, penetapan biaya UKT yang belum sesuai dengan yang telah diundangkan, kesalahan saat memasukkan data, proses pada saat wawancara yang tidak efektif, penilaian, dan sebagainya. Hal inilah yang membuat masyarakat dunia pendidikan menyimpulkan bahwa peraturan dan penerapan UKT belumlah transparan dan berkeadilan. Selain itu, juga timbul pertanyaan apakah UKT benar merupakan solusi bagi besarnya biaya kuliah? Meskipun banyak pemasalahan, perbaikan terhadap sistem UKT terus dilanjutkan dan diusahakan. Sampai pada tahun
ajaran 2015/2016 UKT masih menjadi solusi bagi mahalnya uang kuliah. Harapan agar penerapan sistem UKT di UNP dapat berjalan dengan baik tahun ini menjadi sebuah doa bagi masyarakat. Terlepas dari perbaikan dan perubahan UKT menjadi lebih baik, UNP juga telah mengupayakan perbaikan yang dimulai dari perbaikan akreditasi Universitas, pembangunan infrastruktur, perbaikan jaringan internet di kampus, dan sistem online yang telah banyak digunakan kalangan sivitas akademika UNP. Tetapi, permasalahan mengenai mahalnya biaya kuliah tampaknya belum sepenuhnya terjawab oleh pihak UNP. Sebenarnya ada solusi lain yang bisa dilakukan pihak UNP, yaitu dengan perbaikan informasi dan administrasi beasiswa, serta menambah sponsor beasiswa dari pihak swasta. Selama ini informasi mengenai beasiswa belum sepenuhnya tersebar ke seluruh mahasiswa UNP. Banyak mahasiswa yang sebenarnya membutuhkan tidak mendapatkan informasi. Terdengar pula kabar bahwa informasi beasiswa sengaja disembunyi-sembunyikan karena jumlah beasiswa yang sedikit sementara jumlah mahasiswa UNP sangat banyak. Berkaitan dengan kabar tersebut, tidaklah benar adanya. Hanya, tidak sedikit pula dari mahasiswa yang tidak mau dan tidak mau tahu dengan informasi beasiswa di UNP. Oleh sebab itu, baik pihak UNP maupun mahasis-
wa sendiri setidaknya sama-sama berusaha demi kesejahteraan dan kemajuan bersama sivitas akademika UNP. Dengan adanya informasi beasiswa yang transparan dan tekad serta kemauan mahasiswa untuk mencari beasiswa, mahasiswa akan lebih mudah mengetahui apa yang mesti mereka persiapkan untuk memperoleh beasiswa, di antaranya prestasi akademik dan prestasi nonakademik yang biasanya disyaratkan untuk penerima beasiswa. Selain itu, dengan adanya informasi beasiswa yang transparan akan menghilangkan kekhawatiran mahasiswa terhadap biaya kuliah yang harus mereka penuhi. Hal ini tentunya akan membuat mahasiswa UNP bersaing sehingga dengan sendirinya mendongkrak prestasi UNP di mata dunia pendidikan. Transparansi dan keadilan penerapan UKT serta informasi beasiswa yang jelas akan menghilangkan kekhawatiran para calon mahasiswa untuk melanjutkan studinya di UNP. Dengan banyaknya peminat, seleksi makin diperketat, diharapkan UNP akan diisi oleh orang-orang yang berkualitas dan bersemangat untuk meraih kesuksesan. Selanjutnya, akan banyak waktu dalam meraih prestasi, hal ini tentunya akan menjadikan UNP mampu bersaing dengan universitas-universitas terbaik di Indonesia, dibuktikan dengan akreditasi A yang tertera di ijazah para lulusan UNP dan IPK dengan pujian. (*)
SORO T SOROT
12
2015 Edisi No. 187/Tahun XXVI
Paralayang di Pantai Air Manis Dua penerbang paralayang baru saja mendarat di pasir Pantai Air Manis. Tidak hanya keindahan pantainya yang mampu memikat para pengunjung, lembah dan ketinggian menuju ke lokasi wisata Pantai Air Manis, juga dijadikan sebagai tempat favorit bagi para penggemar paralayang menyalurkan hobinya menikmati keindhan alam dari ketinggian, Kamis (3/9). f/Rahmi
Tet ap Melay ang etap Melayang Para penggemar paralayang tetap melanjutkan hobinya melayang di udara, meskipun siang itu kabut asap tengah menutupi keelokan Pantai Air Manis, Kecamatan Padang Selatan, Kamis (3/9). f/Rahmi
Festival Perahu Naga Ke-13: Peserta Internasional Dragonboat Festival yang digelar di Banjir Kanal GOR Agus Salim sedang mendayung perahu dengan sekuat tenaga untuk mencapai garis finis, Sabtu (22/8). f/Rahmi
Panjat Pinang: Ratusan warga antusias menyaksikan permainan panjat pinang di sekitaran Pantai Purus Padang dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-70, Senin (17/8). f/ Rahmi
Marandang : Para peserta lomba marandang tengah memasak rendang pada Festival Sate, Soto Nusantara, dan Marandang yang diadakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Padang di Taman Museum Adityawarman, Sabtu (5/9). f/Rahmi
Fot o & T eks F ot o: Putri Rahmi oto Teks Fot oto: Desain & T at a Let ak: Hari Jimi Akbar dan Resti Febriani Tat ata Letak:
TEROPONG
2015 Edisi No. 187/Tahun XXVI
Jadi UKM, EdeC T unggu Tunggu SK Rektor
Hasil NUDC: Anggota EDeC, Hengki Agus Rifa'i (kanan) dan Annisa Adelina Fajri (kiri), berfoto seusai pengumuman hasil NUDC di Universitas Tanjung Pura. Mereka bersama f/Doc. rekannya Prima Hidayoza berhasil meraih 2nd runner up, Sabtu (22/8).f/Doc.
Impian English Debating Community (EDeC) untuk menjadi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) akan segera terwujud. Pasalnya, kepastian komunitas yang sudah berdiri sejak 2010 ini menjadi UKM tinggal menunggu surat keputusan (SK) Rektor UNP. Sebelumnya, pada 2013 lalu EDeC telah mengajukan proposal untuk menjadi UKM, namun ditolak dengan berbagai pertimbangan. Ketua Umum EDeC 2015, Aga Tasrifan, mengatakan bahwa alasan ditolaknya proposal pada 2013 lalu karena fokus proposal hanya untuk menjadi UKM Debat Bahasa Inggris. Spektrum kegiatannya pun hanya dalam ruang lingkup kecil. “Oleh sebab itu, proposal pada tahun tersebut ditolak,” ungkap mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Inggris TM 2011 ini, Selasa (28/7). Aga menjelaskan, demi menjadi UKM di tingkat universitas, EDeC telah menyiapkan segala syarat menjadi UKM yang sesuai bagi UNP. Berbagai macam lomba telah diikuti oleh EDeC, mulai dari ajang regional, nasional, hingga internasional di Malaysia pada Januari 2015 lalu. Tahun ini, EDeC kembali mengukir prestasi dengan berhasil meraih juara III pada National University Debate Championship (NUDC) kategori Novice yang diselenggarakan di Universitas Tanjung Pura.
Tahun ini, EDeC kembali mengajukan proposal dan cakupannya telah diperluas, bahkan wacana dari Wakil Rektor (WR) III, Dr. Syahrial Bachtiar, M.Pd. bahwa nantinya EDeC akan tergabung ke dalam Unit Kegiatan (UK) Bahasa Asing juga dimasukkan. Di dalam UK tersebut tidak hanya ada bahasa Inggris, namun juga akan ada bahasa Jepang dan bahasa asing lainnya. Aga mengaku bahwa proposal tersebut telah sampai ke tangan Staf Ahli WR III UNP. Aga berharap, dengan terealisasinya UKM ini, nantinya mampu memberikan kesempatan kepada seluruh mahasiswa di UNP untuk bergabung. “Tidak hanya mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni saja yang mempunyai kesempatan, namun mahasiswa seluruh fakultas dapat bergabung,” tutupnya. Sejalan dengan pernyataan Aga, WR III UNP, Dr. Syahrial Bakhtiar, M.Pd. membenarkan bahwa proposal yang diajukan EDeC telah masuk dan sedang diproses di BAAK. “Tinggal saya menemui rektor untuk SK-nya,” jawabnya, Jumat (11/9). WR III UNP berharap, nantinya UK Bahasa Asing ini mampu meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam bahasa asing. “UKM ini merupakan salah satu realisasi visi dan misi UNP untuk menjadi world claas university,” tutupnya. Rahmi
13
Perpus unggu Izin erpusttakaan T Tunggu Pemusnahan Buku
Loket Pengembalian: Loket pengembalian buku di Perpustakaan Pusat UNP dipadati mahasiswa yang akan diwisuda untuk mengurus surat keterangan bebas pustaka, Selasa (11/8). f/Rahmi
Perpustakaan Pusat Universitas Negeri Padang (UNP) melakukan penyiangan koleksi buku (weeding). Penyiangan bahan pustaka ini merupakan upaya mengeluarkan koleksi buku dari rak aktif karena beberapa alasan dan telah sesuai kriteria penyiangan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi masalah tempat dan menjaga agar koleksi up to date. Kepala Perpustakaan Pusat UNP, Prof. Dr. Yunaldi, S.Ip. menjelaskan, ada beberapa kriteria yang menyebabkan buku tersebut layak mengalami penyiangan, yaitu buku yang tidak terpakai atau tidak tersentuh selama 20 tahun, telah memiliki edisi terbaru, rusak berat, dan jumlah koleksi yang terlalu banyak. Koleksi buku yang memang sudah tidak layak lagi akan diajukan untuk proses pemusnahan dengan cara dibakar dan harus disetujui pihak rektorat, pihak kepolisian, pihak pengadilan, dan badan lelang negara. “Untuk saat ini, sebanyak 3.080 buku telah kami ajukan untuk proses pemusnahan,” ujar Yunaldi, Selasa (11/8). Perpustakaan UNP telah melakukan penyiangan koleksi buku sebanyak dua kali. Proses penyiangan tersebut terjadi pada 1987 dan 2000-an. Menurut Yunaldi, tidak mudah untuk melakukan penyiangan ini, harus sesuai dengan kriteria karena buku ini adalah aset kekayaan negara. Pa-
da tahun ini, sebanyak 4.032 koleksi buku telah mengalami proses penyiangan dan dipindahkan ke gudang penyimpanan buku. “Kebanyakan koleksi yang dipindahkan merupakan skripsi mahasiswa,” tambah pria yang telah dua kali menjabat menjadi Kepala Perpustakaan UNP ini. Setiap tahunnya akan ada penambahan koleksi skripsi mahasiswa, hampir mencapai 9.000 eksemplar per tahun. Selain itu, pada 2015 ini akan ada penambahan buku sebanyak 8.423 eksemplar dengan anggaran Rp898 juta lebih dari pusat. Untuk itu, penyiangan ini perlu dilakukan agar koleksi perpustakaan terus diperbaharui. Sementara itu, untuk buku yang tidak layak telah lama diusulkan untuk dimusnahkan. Namun, menurut Yunaldi, hingga kini usulan pemusnahan buku tersebut belum ditanggapi pihak rektorat. “Pengusulan buku yang akan dimusnahkan itu sudah diusulkan sejak Bapak Sutarman Karim sebagai kepala perpustakaan sebelumnya, namun hingga kini belum keluar surat keputusannya,” ungkap Yunaldi. Saat dikonfirmasi terkait hal tersebut, Wakil Rektor I, Prof. Dr. Agus Irianto menjawab bahwa ia tidak mengetahui tentang hal itu. “Tanyalah ke sana (pihak perpustakaan),” ujarnya, Senin (14/9). Suci, Ramadhan*
UNP Wisuda 3.559 Mahasiswa Universitas Negeri Padang (UNP) gelar Rapat Senat Luar Biasa UNP dalam Rangka Dies Natalis Ke-61 dan Wisuda Periode 104 Program Indikator, Magister, Sarjana, Profesi, dan Diploma di Gelanggang Olahraga UNP, Sabtu (12/9). Pada periode kali ini, UNP mewisuda 3.559 mahasiswa dengan rincian 366 orang program D-3, 2.039 orang program D-4 dan S-1 Kependidikan, 484 orang program D-4 dan S-1 Nonkependidikan, 475 orang program Magister (S-2), 9 orang program Doktor (S-3), dan 45 orang Pendidikan Profesi Konselor. Selain itu, pada kesempatan ini UNP juga mewisuda peserta Penyelenggara Program Studi di Luar Domisili (PDD) untuk D-2 dari Fakultas Teknik yang diselenggarakan di dua daerah. Mereka yang diwisuda, yaitu sebanyak 141 orang dari Pariaman dan 46 orang dari Sawahlunto. Periode ini, terdapat tiga orang pemuncak universitas yang memperoleh Indeks Prestasi Komulatif (IPK) 3.96, yaitu Lisa Putriani dari Jurusan Bimbingan dan
Konseling (S-2), Widiawati dari Jurusan Administrasi Pendidikan yang keduanya sekaligus merupakan pemuncak di Fakultas Ilmu Pendidikan, dan Lailatur Rahmi dari Program Studi Pendidikan Geografi yang sekaligus merupakan pemuncak di Fakultas Ilmu Sosial. Selanjutnya, pemuncak di Fakultas Bahasa dan Seni diraih oleh Ahmadi Hasan dengan IPK 3.86 dari Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, pemuncak Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam diraih oleh Danang Pujo Santoso dengan IPK 3.79 dari Jurusan Biologi, pemuncak Fakultas Teknik diraih oleh Yozi Mauliddy dengan IPK 3.87 dari Manajemen Perhotelan, pemuncak Fakultas Ilmu Keolahragaan diraih oleh Eval Edmizal dengan IPK 3.90 dari Pendidikan Olahraga, pemuncak Fakultas Ekonomi diraih oleh Ramdani Bayu Putra dengan IPK 3.88 dari Prodi D-3 Manajemen, dan pemuncak Pascasarjana diraih oleh Yadi Sutikno dengan IPK 3.89 dari Jurusan Ilmu Pendi-
P emindahan Jambul T oga: Rektor Universitas Negeri Padang (UNP) sedang melakukan Toga: pemindahan jambul toga salah seorang wisudawan pada wisuda UNP periode 104 di Gelanggang Olahraga UNP, Sabtu (12/9). f/Rahmi
dikan. Pembagian ijazah dan pemindahan jambul toga pemuncak langsung dilakukan oleh Rektor UNP. Rektor UNP, Prof. Dr. Phil. Yanuar Kiram, dalam pidatonya mengatakan bahwa dengan mengutamakan keunggulan dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mendatang, wisuda kali ini bertemakan Menciptakan Keunggulan dalam Menghadapi Dunia yang Semakin
Kompetitif. “Tunjukan karakter dan integritas kuat Anda,” ujarnya kepada para wisudawan UNP. Lebih lanjut, Yanuar mengatakan bahwa wisudawan harus bersiap menghadapi dunia kerja yang penuh dengan tantangan dan menemukan insan-insan kompetitif nantinya. “Tugas di masa depan tidak akan semakin ringan,” ungkap Yanuar. Ana
FEA TURE FEATURE
14
2015 Edisi No. 187/Tahun XXVI
UNP Press: Cerita di Balik Penerbitan Buku UNP memberi honor sebesar Rp5 juta bagi penulis yang menerbitkan buku. Oleh Ranti Maretna Huri
Ruangan itu lengang, hanya ada tiga orang yang beraktivitas. Tetapi suara bising berasal dari sebuah mesin yang berada di sudut ruangan. Beberapa waktu berselang, mesin tersebut mati dan ruangan menjadi senyap mendadak. Namun tak lama, suara hiruk berulang kembali. Sebuah televisi yang disetel tak bersuara kedengarannya sebab mesin itu terlalu mendominasi pendengaran. Ruangan tersebut adalah sebuah percetakan yang berlokasi di samping sekretariat Resimen Mahasiswa Universitas Negeri Padang (UNP). Sebuah plang pada ventilasi di atas pintu masuk ruangan bertuliskan “Percetakan Universitas Negeri Padang” beserta logo UNP. Selain suara bising mesin cetak, ruangan itu dipenuhi oleh peralatan khas percetakan, seperti mesin cetak, meja panjang, dan juga kertas bertumpuk-tumpuk yang hampir di setiap sudut. Percetakan itu lebih dikenal dengan nama “UNP Press: Penerbitan dan Percetak-an”. Terdiri atas dua bagian yang sebenarnya terpisah; percetakan dan penerbitan buku. Awal berdiri tahun 2007
lampau, berbentuk penerbit saja. Penerbitan yang hanya menyediakan jasa bagi sivitas akademika UNP yang ingin menerbitkan bukunya. Sedangkan, untuk percetakan, seperti modul, soal-soal, laporan untuk kepegawaian, dan sejenisnya tidak dicetak di sini. Namun pada 2009, penerbitan dan percetakan digabungkan. Berbekal tiga buah mesin cetak, Lili Suherman, Distributor Buku UNP Press menjelaskan, UNP Press menerbitkan kira-kira 25 buku per tahunnya dengan jumlah maksimal 500 eksemplar per tiaptiap buku. Buku yang diterbitkan biasanya berupa buku penunjang perkuliahan oleh dosen. Harga buku rata-rata adalah empat puluh ribu, lima puluh ribu, sampai dengan enam puluh ribu rupiah. Untuk menerbitkan buku di UNP Press, ada tiga jalur yang bisa dipilih penulis. Pertama, jalur kompetitif, yakni penulis menyerahkan naskah kepada UNP Press. Setelah itu, diserahkan kepada tim editor untuk ditentukan viewernya, kemudian naskah di-review dan diedit. Selanjutnya, naskah itu diajukan ISBN-nya dan juga surat keputusan Rektor UNP, sebelum diproduksi secara massal. Kedua, produksi buku terbatas. Penulis menyerahkan naskah, setelah dikalkulasikan dan dibiayai oleh penulis, naskah pun diajukan ISBN-nya. Kemudian diproduksi secara terbatas. Ketiga, jalur mandiri. Hampir sama dengan jalur
UNP Press: Dua orang karyawan tengah menjilid buku (kiri) dan menyusun kertas buku yang sudah dicetak (kanan) di UNP Press, Kamis (4/9). f/Ranti
terbatas, namun bedanya, penulis dapat memproduksi bukunya dalam jumlah besar. Naskah diserahkan kepada UNP Press dalam bentuk hard copy dan soft copy. Naskah hard copy sebanyak tiga rangkap diserahkan kepada editor. Sedangkan naskah soft copy dikopi ke dalam satu buah CD untuk dilayout. Untuk Editor UNP Press terdiri dari editor bahasa yang dikoordinatori oleh Prof. Dr. Syahrul, M.Pd., Dosen Jurusan Bahasa Indonesia. Editor
bahasa bertanggung jawab terhadap semua bahasa dari halaman awal sampai akhir. Kemudian editor substansi, yaitu editor di bidang keilmuan tergantung buku apa yang diterbitkan. “Editor substansi biasanya kami serahkan kepada jurusan,” terang Kepala UNP Press Drs. Syamsuarnis, M.Pd.. Syamsuarnis menjelaskan, UNP memberi honor sebesar Rp5 juta bagi penulis buku. Sedangkan, jika buku tersebut diterbitkan ulang untuk cetakan kedua, ketiga,
dan seterusnya, biaya penerbitannya diambil dari royalti buku yang terjual. “Jadi, penulis tidak dapat honor lagi,” ujarnya. Syamsuarnis juga menerangkan, untuk proses naskah sampai menjadi sebuah buku, selesai kurang lebih satu bulan. Jika layout buku sudah selesai—biasanya satu minggu—terlebih dahulu diperlihatkan kepada penulis. Apabila penulis setuju, buku dicetak. Proses cetak sekaligus menjilid paling lama hanya dua minggu. (*)
Perayaan Kelulusan ala Mahasiswa Tahun Akhir Topi hit am berjambul mel ekat di k epalany a. Sel empang k ert as hitam melekat kepalany epalanya. Selempang kert ertas bertuliskan namanya diselempangkan di bahunya. Tiga buah balon bertuliskan S, P, dan D digenggam erat olehnya. Bak ratu pesta, ia dikerumuni para sahabat untuk berfoto bersama. Oleh Gumala Resti Halin
Ruang sidang itu diisi oleh lima orang saja. Rasa tegang sudah mulai kendor ketika pertanyaan-pertanyaan dari penguji skripsi sudah terjawab satu persatu oleh mahasiswa yang mengikuti ujian kompre itu. Masukan dan beberapa tambahan pun dicatat sebagai bahan revisi. Tak berapa lama setelah itu, ruangan tersebut dicampuri dengan kebahagiaan. Ira Dwi Safitri, mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris TM 2011 telah dinyatakan lulus dan berhak menyandang gelar sarjana oleh tim penguji ujian skripsinya. Meninggalkan ruangan sidang itu, para rekan sepermainan Ira yang telah menunggu di luar ruangan segera menyelamatinya. Sebuah salempang kertas bertuliskan nama dan gelar yang baru saja diraihnya disandangkan ke bahunya. Topi hitam berjambul yang menjadi ciri khas topi wisuda melekat di kepalanya dan tiga buah balon besar berbentuk huruf S, P, dan D juga telah berada digenggaman Ira. Bak seorang ratu pesta, penyandang gelar sarjana baru ini dikerumuni para rekan untuk berfoto dan menanyakan hal-hal seputar ujian yang baru saja dilewatinya. Meskipun upa-
cara wisuda sebenarnya belum dimulai, namun beginilah perayaan prakelulusan yang dialami oleh Ira bersama rekan-rekannya usai kompre pada Jumat, 7 Agustus lalu. Perayaan kelulusan kompre merupakan sebuah ritual yang diperuntukkan bagi mahasiswa yang baru saja dinyatakan lulus ujian kompre. Ritual ini biasanya dilaksanakan oleh teman-teman terdekat dengan tujuan untuk mengapresiasi gelar yang baru saja diraih rekannya. “S.Pd. itu bisa dibilang sebuah prestasi. Jadi, ini bentuk penghargaannya,” ujar Annisa Nadila, salah seorang teman Ira, Jumat (28/8). Dalam perayaan ini ada beberapa properti yang biasa digunakan, seperti topi wisuda, salempang dan balon. Properti tersebut dipilih karena dekat dengan momen wisuda. Menurut Annisa properti kelulusan untuk kelasnya sudah lama dirancang dan dipakai bergantian untuk setiap anggota kelas yang lulus ujian kompre. “Sebenarnya persiapan properti sudah lama dibuat oleh anggota kelas, jadi kami tinggal membawanya ke kampus. Semuanya memakai dana kas kelas,” tutur Annisa.
Berpose: Seusai ujian kompre, Ira Dwi Safitri (tiga dari kanan) bersama kawan-kawannya berpose dengan topi wisuda dan balon S, P, dan D di depan kantor Balai Bahasa Universitas Negeri Padang, Jumat (7/8). f/Doc.
Disamping itu, persiapan untuk ujian kompre pun juga dibantu oleh teman-teman terdekat. Persiapan menjelang ujian seperti pencarian kelas, peminjaman infokus, snack untuk dosen dan lain sebagainya diurus oleh teman-teman, sementara peserta ujian tinggal mempersiapkan diri untuk ujian. “Saya tinggal tahu beres saja,” tambah Ira. Pelayanan seperti ini dilakukan untuk mempermudah peserta kompre dalam ujian. “Ya, kami berusaha untuk membantu. Jika ada keperluan ujian yang kurang maka kami berusaha untuk mencarikannya,” ujar Annisa. Perayaan kelulusan ini sudah seperti tradisi yang turun temurun di Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris. Menurut Annisa, kelasnya juga terinspirasi membuat perayaan kelulusan ini dari alumni Jurusan Bahasa Inggris tahun sebelumnya yang mengunggah foto perayaan kelulusannya di media sosial Facebook. Berbeda dengan
salempang dan properti yang dipakai Ira, alumni tahun sebelumnya hanya menggunakan toga dan salempang dari kertas yang bertuliskan “S.Pd. juo den mak”. Sebagai orang yang dirayakan, Ira mengaku sangat senang karena teman-temannya menemani dan merayakan kelulusannya. Ia merasa terbantu saat teman-temannya tersebut menolongnya mempersiapkan perangkat kompre dan konsumsi, serta rela menunggunya di luar untuk memberi semangat. Ira juga senang ketika seluruh perkakas kelulusan diberikan oleh semua teman-temannya. “Saya senang sekali dan berterimakasih kepada teman-teman yang sudah menunggu berlama-lama di luar demi merayakan kelulusan saya,” ujar Ira pada Rabu, (12/8). Ke depannya, Ira berharap agar perayaan ini tetap terus berlanjut. “Puncak kebahagiaan itu pas dinyatakan lulus kompre dan rasanya senang sekali jika ada yang ikut merayakan,” ujar Ira. (*)
TELUSUR
2015 Edisi No. 187/Tahun XXVI
15
Pulang Basamo Membangun Nagari Satinggi-tinggi tabangnyo bangau, pulangnyo lai ka kubangan juo. Sajauah-jauah denai marantau, pulangnyo lai ka kampuang juo. Oleh Rizka Wahyuni Tiga hari sebelum Hari Raya Idul Fitri lalu, pagi hari, ratusan orang memenuhi kawasan rumah adat Nagari Padang Laweh Malalo, Kecamatan Batipuh Selatan, Kabupaten Tanah Datar. Di sepanjang jalan raya di sekitar kawasan itu, warga berdiri berdesakan, sementara beberapa pemuda berjaga agar barisan warga tak sampai mengganggu tim tari dan silat yang sedang bersiap-siap untuk menampilkan tari pasambahan. Mereka semua akan menyambut 30 bus pariwisata, puluhan mobil pribadi, dan ratusan sepeda motor yang membawa perantau dari Jakarta pada acara Pulang Basamo Ikatan Keluarga Malalo. “Mobil mereka sudah tampak. Tim tari bersiap!” ujar seorang panitia dengan lantang. Setelah itu, mobil pertama dari rombongan itu berhenti 20 meter di depan penari, diikuti oleh kendaraan-kendaraan lain di belakangnya. Satu per satu penumpang keluar dari kendaraan, menuju ke jalan utama tempat penari yang telah me-
Penyambutan: Tim tari pasambahan menghidangkan sirih saat penyambutan perantau Ikmal dari Jakarta, di kawasan rumah adat Nagari Padang Laweh Malalo, Rabu (15/7). f/Doc.
mulai tarinya. Ketua rombongan dari Jakarta mengambil tempat terdepan, bersiap untuk mengambil sirih yang dibawa penari. “Urang kampuang, ko kami pulang basamo malapeh rindu jo taragak kampuang, taragak mandi di tapian Singkarak,” ujarnya lantang saat memberikan sambutan. Penyambutan rombongan dari Jakarta itu merupakan penyambutan perdana perantau Malalo pada acara pulang basamo. Dua hari setelahnya, masyarakat Padang Laweh juga melakukan penyambutan untuk perantau asal Bengkulu, Nias, dan beberapa
daerah lainnya. Pulang basamo adalah agenda tiga tahunan masyarakat Malalo. Hampir semua masyarakat Malalo yang merantau pulang pada acara ini. Menurut salah seorang penghulu Nagari Padang Laweh, Datuak Majo Datuak, kegiatan ini bertujuan untuk mempererat silaturahmi sesama anak nagari setelah terpisah dan sibuk di rantaunya masing-masing selama tiga tahun. Acara ini juga bertujuan memperkenalkan anak-anak nagari yang terbiasa dengan kehidupan kota untuk mengenal kebiasaan serta adat istiadat kam-
pung halamannya. Selain itu, pulang basamo juga dimanfaatkan sebagai ajang untuk membangun nagari. Para perantau dan masyarakat kampung duduk bersama membicarakan berbagai hal untuk membantu kemajuan daerah Malalo, baik dari segi pendidikan, kesehatan, perekonomian, dan pariwisata. Keluhan tentang persoalan lain di kampung juga diselesaikan bersama. Lelah dengan rapat membahas kemajuan nagari, perantau dan masyarakat dimanjakan dengan rangkaian kegiatan hiburan, seperti aneka perlombaan serta pen-
tas seni dan budaya. Dari berbagai hiburan, lelang singgang ayam adalah momen yang paling ditunggu-tunggu para perantau. Di sini, harga diri rantau dipertaruhkan. Rantau yang berhasil membeli singgang ayam akan mendapatkan penghargaan dan prestise tersendiri dari masyarakat. Biasanya, setiap rantau telah mempersiapkan dana khusus. Mereka mengumpulkan dana dari semua masyarakat Malalo yang ada di kota tempat mereka merantau, bahkan juga membuat proposal permintaan dana ke suatu instansi dan pejabat pemerintahan di daerah mereka merantau. Lelang pun diwarnai aksi saling sindir di antara perantau dengan tujuan untuk memacu semangat perantau menyumbang. Aksi saling sindir antarperantau memang ampuh untuk menggalang dana. Dana sebesar Rp64 juta terkumpul pada lelang tahun ini. Dana tersebut diserahkan kepada Ketua Pemuda Padang Laweh dan dipergunakan untuk berbagai keperluan membangun nagari. Perantau bagaikan burung yang dapat terbang ke mana pun ia mau. Meski demikian, burung tetap akan kembali ke sarangnya. “Begitupun kami yang ada di rantau. Kami di rantau bekerja mencari hidup, namun tetap hasil yang kami dapatkan disimpan untuk membangun nagari yang kami cintai ini,” ungkap, perantau Malalo di Jakarta, Asril Lusa. (*)
Masakan Wajib Alek Gadang nan Kaya Rempah “Rempah-rempah di Minangkabau berkhasiat dan ada yang dimanfaatkan untuk obat.” Oleh Wici Elvinda Rahmaddina
Di sudut samping luar sebuah rumah, seorang lelaki tua dengan rambut yang sudah putih tengah meniup saluang untuk menghidupkan api pada kayu di antara batu-batu yang telah disusun. Batu tersebut akan digunakan sebagai tungku tigo sajarang untuk memasak pada alek gadang. Api menyala dan menjalari kayu, asap pun mengepul tatkala jilatan api semakin lahap memakan kayu di tungku tersebut. Di atas tungku tigo sajarang dimasak gulai cubadak, gulai cancang, dan nasi. Ketiga masakan tersebut adalah menu yang selalu ada saat acara besar atau acara adat di Jorong Jambak, Kenagarian Sianok VI Suku, Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam. Seperti acara panagak datuak, tungkek, manaiakkan rumah, dan lain-lain. Di sebuah ruangan di dalam rumah bercat hijau, Yuheliza (45) sedang meramu masakan. Berbagai macam rempah telah tersedia di dekatnya. Wanita itu sibuk menyiangi satu per satu rempah yang masih segar, dikupas, dibersihkan, lalu diiris. Rempah-rempah tersebut dibutuhkan untuk membuat gulai cubadak. Wanita berhidung mancung itu mengungkapkan, rempahrempah yang dimasukkan ke dalam gulai tersebut memiliki khasiat untuk tubuh. Selama ini banyak yang beranggapan, masakan khas Minangkabau, terutama gulai adalah penyebab berbagai penyakit, seperti kolestrol, hipertensi, diabetes, dan lain
sebagainya. Padahal jika ditilik satu per satu, rempah-rempah dalam gulai, selain sebagai penyedap rasa, ternyata juga mengandung obat. Menurut wanita yang kerap disapa El itu, sebenarnya yang menjadi penyakit bukanlah ramuannya, tetapi isi dari masakannya, seperti ceroan, isi perut sapi atau kerbau, dan sebagainya. “Oleh sebab itu, gulai tidak boleh dikonsumsi berlebihan,” terang El, Senin (10/9). El berhenti sejenak, kemudian menjelaskan satu per satu manfaat rempah-rempah itu. Di antaranya jahe, lengkuas, kunyit, kenari, bawang merah, bawang putih, cabai, daun kunyit, batang serai, dan daun salam. “Ini jahe untuk antikolestrol dan menghangatkan tubuh,” ungkapnya. Selanjutnya, ia menerangkan manfaat lengkuas sebagai antitumor dan membersihkan kulit. Kunyit selain bermanfaat sebagai pengawet alami juga sebagai obat gangguan pencernaan, kenari untuk pencegah diabetes, bawang merah mencegah kanker, bawang putih obat tensi atau darah tinggi, daun kunyit mencegah infeksi, batang serai untuk pembersih kulit, dan daun salam untuk antiasam urat. Rempah-rempah tersebut, sebagaimana yang dijelaskan dalam buku Tanaman Rempah dan Fitomarmaka (Rusdi Evizal, 2013), memang mengandung senyawa kimia yang baik untuk tubuh. Jahe misalnya, secara preklinik baik in vitro maupun in vivo
Langkok-langkok : Beberapa rempah untuk bahan gulai atau disebut juga langkok-langkok dijejerkan di atas meja sebelum dimasak, Sabtu (5/9). f/Rahmi
terbukti mengandung senyawa zingeron yang menyebabkan rasa dominan pedas sehingga dapat menghangatkan badan. Lengkuas mengandung senyawa transkoniferil disasetat, asetoksi chavikol asetat, dan lain sebagainya sehingga mampu menghambat enzim xanthin oksidase untuk antitumor. Kunyit mengandung kurkumin dan minyak astiri yang berfungsi untuk pengobatan hepatitis, antikolesterol, dan lainnya. Sedangkan kenari mengandung serat, L-arginin, omega-3, vitamin E, dan senyawa fitokimia yang dapat mencegah diabetes. Begitu pun dengan bawang merah, bawang putih, daun kunyit, batang serai, dan daun salam yang mengandung senyawa kimia yang bermanfaat untuk tubuh. Senada dengan El, Junaidi, Ketua Lem-
baga Kerapatan Adat di Kenagarian Sianok VI Suku ini juga mengatakan bahwa rempah-rempah di Minangkabau berkhasiat dan ada yang dimanfaatkan untuk obat. “Tetapi penggunaannya jangan banyakbanyak karena sesuatu yang berlebihan itu tidak baik,” tuturnya, Sabtu (1/8). Rempah-rempah tersebut kini satu per satu rempah dimasukkan ke dalam kancah besar di atas tungku tigo sajarang. Api terus dijaga agar menyala. Bersamaan dengan gumpalan asap di atasnya tercium aroma khas rempah yang menggugah selera. Sembari menikmati aroma masakan tersebut, terlihat orang-orang berlalu lalang dengan tergesa-gesa di dapur dadakan pada acara pernikahan kali itu. Kesibukan berakhir saat malam sudah semakin larut. (*)
TEROPONG
16
2015 Edisi No. 187/Tahun XXVI
Mahasiswa Diwajibkan UNP Ny aris Dapatkan Akr edit asi A Nyaris Akredit editasi Ber or ganisasi Beror organisasi
Produksi Film: Angkatan Muda Unit Kegiatan Film dan Fotografi (UKFF) sedang syuting pembuatan film sebagai syarat seleksi anggota, Selasa (15/9). f/Rahmi
Dalam rangka menciptakan mahasiswa yang berkualitas dan memiliki daya saing tinggi, Universitas Negeri Padang (UNP) mewajibkan mahasiswa untuk berorganisasi. Hal ini diutarakan oleh Wakil Rektor III, Dr. Syahrial Bakhtiar, M.Pd., pada kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) 2015 akhir Agustus lalu. Sebelumnya, Syahrial juga telah menegaskan hal serupa pada rapat persiapan PKKMB bersama wakil dekan dan ketua organisasi mahasiswa selingkungan UNP, Kamis (19/8). Keputusan diwajibkannya mahasiswa berorganisasi di UNP adalah implementasi dari Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81 tahun 2014 yang juga dituangkan dalam salah satu poin surat keterangan pendamping ijazah (SKPI) yang telah diberlakukan UNP. Keduanya menegaskan bahwa selain fokus pada kegiatan akademik, mahasiswa juga harus beraktivitas melalui kegiatan organisasi. Kepala Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan UNP, Azhari Suwir, S.E., mengatakan bahwa tujuan diwajibkannya mahasiswa berorganisasi, yakni untuk menumbuhkembangkan skill yang dimilikinya. Karena menurut Azhari, soft skill tidak hanya didapatkan melalui akademik, tetapi juga melalui keikutsertaan di organisasi. “Dengan berorganisasi, mahasiswa dapat belajar berbica-
ra di depan umum dan juga belajar memimpin orang lain,” katanya, Rabu (2/9). Selain menambah skill, aktifnya mahasiswa berorganisasi juga akan menambah kredit poin mahasiswa yang bersangkutan. Karena, mulai tahun 2015 ini UNP telah memberlakukan sistem kredit poin untuk seluruh mahasiswa UNP, dan aktif beroganisasi merupakan salah satu kegiatan yang memiliki kredit poin cukup besar. Dengan adanya kewajiban berorganisasi, Azhari memperkirakan jumlah mahasiswa yang bergabung dalam suatu organisasi akan bertambah. Dengan adanya kenaikan jumlah anggota suatu organisasi, pihak universitas akan menambah fasilitas yang akan digunakan dan diperlukan. “Kita akan menambah, tidak hanya dari segi sarana dan prasarana, tapi juga keuangan,” tegasnya. Azhari berharap dengan diwajibkannya mahasiswa berorganisasi, akan tercipta mahasiswa UNP yang berkualitas, memiliki daya saing tinggi, matang, dan percaya diri. Karena menurutnya, untuk menjadi orang yang sukses mahasiswa harus mampu membagi waktu dengan baik antara kuliah dan juga organisasi. “Semua harus seimbang dan tidak ada yang terbengkalai, sehingga mahasiswa UNP tidak hanya memiliki kemampuan akademik, tetapi juga nonakademik,” pungkas Azhari. Meri, Mita*
Status akreditasi Universitas Negeri Padang (UNP) akhirnya mendapatkan kejelasan. Setelah melewati tahap berbagai tahapan, seperti penyusunan borang akreditasi awal 2014, lalu dilanjutkan dengan pengirimanannya ke Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) pada 8 Agustus 2014, hingga pada 7-9 Mei 2015 tim asesor akreditasi BAN-PT melakukan kunjungan lapangan, akhirnya UNP mendapatkan akreditasi B. Status Akreditasi UNP dapat dilihat di situs http://banpt.kemdiknas.go.id akreditasi Universitas Negeri Padang. Pada halaman website BAN-PT tersebut tertulis perihal akreditasi UNP dengan peringkat B yang berlaku dari 4-7-2015 hingga 4-7-2020. Selain situs tersebut, keterangan akreditasi juga dijelaskan oleh Surat Keputusan (SK) BAN-PT Nomor: 675/SK/BAN-PT/Akred/ PT/VII/2015 tentang Nilai dan Peringkat Akreditasi Institusi
Perguruan Tinggi BAN-PT. Dalam SK BAN-PT tersebut dijelaskan bahwa UNP terakreditasi dengan nilai 349, peringkat B dengan masa berlaku selama lima tahun. Keputusan ini berlaku selama proses pengelolaan dan penyelenggaraan Institusi Perguruan Tinggi memenuhi dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. Menanggapi Akreditasi UNP berdasarkan SK BAN-PT, Wakil Rektor III sekaligus Ketua Reakreditasi UNP, Dr. Syahrial Bakhtiar, M.Pd. mengatakan bahwa nilai 349 yang diraih oleh UNP adalah nilai yang hampir mendekati nilai untuk akreditasi A, yakni 360. Namun, angka tersebut belum bisa dicapai karena dua hal, yaitu masih kurangnya jumlah guru besar di UNP dan masih adanya beberapa program studi/jurusan yang masih berstatus C. “Walaupun demikian, kita patut puas dan berbangga karena sebenarnya akreditasi UNP adalah B
gemuk,” ujarnya, Jumat (11/9). Perihal akreditasi, Rektor UNP, Prof. Dr. Phil. Yanuar Kiram mengungkapkan kebanggannya saat berpidato pada upacara wisuda periode ke-104 Program Doktor, Magister, Sarjana, Profesi, dan Diploma di Gelanggang Olahraga (GOR) UNP, Sabtu (12/9). Yanuar mengatakan, akreditasi B yang telah diperoleh menandakan UNP telah berhasil dengan baik dan ke depannya lebih baik lagi atas rahmat Allah swt.. “Akreditasi kita hampir mendekati A dalam arti kata B gemuk,” ungkapnya. Selaku bagian dari sivitas akademika UNP, salah seorang mahasiswa UNP Jurusan Teknik Pertambangan TM 2011, Noris Sartika, bersyukur dengan akreditasi UNP sekarang karena dengan akreditasi tersebut akan memudahkannya dalam mencari pekerjaan selepas wisuda. “Saya merasa lebih lega dengan akreditasi UNP sekarang,” ujarnya, Selasa (15/9). Wahida
Alumni Pertanyakan Kartu Iluni Sejak tahun 2000, Universitas Negeri Padang (UNP) menetapkan iuran sebesar Rp15 ribu bagi calon wisudawan untuk mendaftar sebagai anggota Ikatan Alumni (Iluni) UNP. Salah satu kegunaan iuran itu adalah untuk pembuatan kartu anggota Iluni. Namun disayangkan, banyak dari alumni UNP yang mengeluhkan belum mendapatkan kartu tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang alumnus UNP 2015, Gande Mutia Giselza. Gande mengatakan bahwa ia telah membayar uang iuran untuk pembuatan kartu tanda Iluni ketika akan wisuda. Namun, hingga saat ini, terhitung dua bulan setelah wisuda, ia belum mendapatkan kartu Iluni. “Karyawan Iluni mengatakan, kartu Iluni masih belum selesai,” katanya, Kamis (28/5). Muhammad Ahya, alumnus UNP yang wisuda Maret 2015 lalu, juga menyayangkan kurangnya informasi tentang keberadaan kartu tersebut, entah sudah selesai atau belum. Sebagai salah seorang alumnus yang berada di luar Sumatra Barat (Sumbar), ia
merasa direpotkan karena jika kartu itu selesai, dirinya sudah tidak di Padang lagi. Setelah Gande menanyakan ke salah seorang temannya, ternyata kartu tersebut belum juga selesai. “Banyak alumni yang kurang tahu tentang kejelasan kartu tanda Iluni ini,” jelasnya, Jumat (29/5). Menanggapi hal tersebut staf Sekretaris Iluni, Razali menjelaskan bahwa proses pembuatan kartu Iluni tersebut memang cukup lama, sekitar satu bulan. Waktu tersebut juga termasuk dengan proses uji kevalidan data alumni. Selain itu, Razali menjelaskan bahwa selama ini proses pengumpulan iuran terbilang lama, begitu juga dengan pengisian data yang kurang lengkap. Jika mahasiswa melakukan pembayaran lebih cepat dan pengisian data dengan lengkap, proses pembuatan pun bisa diselesaikan dengan cepat. Sedangkan, untuk proses pembuatan kartu, dilakukan di luar Kota Padang, seperti Bandung dan Jakarta. Tujuannya untuk meminimalkan pengeluaran dana sehingga uang lebih
dari pembuatan kartu bisa masuk ke kas pembangunan Graha Iluni UNP. “Selain pembuatannya jauh, proses perekapan data alumni yang telah terkumpul pun butuh waktu kurang lebih 2 minggu,” terangnya, Jumat (6/8). Menjawab lamanya proses pencetakan kartu Iluni, Razali mengungkapkan bahwa terkadang adanya ketidakjelasan dari pihak percetakan, sehingga sulit memberikan kepastian kepada alumni. Namun, pada dasarnya kartu tersebut paling lama selesai satu bulan setelah data terkumpul. Alumni bisa mengambil kartu tersebut di sekretariat Iluni UNP yang terletak di lantai I Perpustakaan Pusat. “Bagi alumni yang berada di luar Sumbar pengambilannya bisa diwakilkan,” jelasnya. Saat ini kartu Iluni memang hanya digunakan sebagai identitas Alumni UNP. Namun ke depannya, kata Razali, kartu Iluni juga direncanakan sebagai kartu yang multifungsional untuk kemudahan berada di UNP. “Bisa digunakan untuk peminjaman buku juga,” ungkapnya. Redda
ga memperlambat mahasiswa menyelesaikan studinya. “Selain itu, KKN pun dianggap memberatkan mahasiswa dengan bertambahnya jumlah SKS yang harus diambil,” ujar Zalfendi. Lebih lanjut, Zalfendi mengatakan, sebagai ganti pengabdian masyarakat yang seharusnya dicapai dalam KKN, mahasiswa dapat melakukan pengabdian langsung, seperti pelatihan kepada masyarakat sekitar dan pengabdian yang dilakukan oleh dosen. Dalam hal ini, mahasiswa bisa membantu dosen yang bersangkutan dalam melakukan bentuk pengabdian tersebut. “Dosen boleh mengajak beberapa mahasiswanya untuk membantu terlaksananya program pengabdian yang dilaksanakannya,” ujarnya.
KKN pertama kali diberlakukan di UNP pada 1975. Saat itu, yang mengikuti KKN adalah mahasiswa aktivis yang melaksanakannya secara sukarela. Kemudian pada 1980, KKN dijadikan sebagai mata kuliah wajib. Drs. H. Zulfa Eff Uli Ras, M.Pd., selaku pembimbing KKN tahun 1980 mengatakan bahwa kegiatan yang dilaksanakan selama empat bulan pada tahun itu, terhenti karena dianggap menyebabkan mahasiswa lambat menamatkan studinya. Sekitar tahun 2000-an, KKN diberlakukan kembali untuk seluruh mahasiswa UNP, namun sebagai mata kuliah pilihan. “Mungkin karena pilihan, sampai saat ini hanya sedikit mahasiswa yang memilih mata kuliah ini,” jelasnya, Rabu (12/8). Jimi, Zahara*
Kuliah Kerja Nyata Masih Ada Pada kalender akademik Universitas Negeri Padang (UNP) periode Juli-Desember 2015, program Kuliah Kerja Nyata (KKN) termasuk salah satu agenda pembelajaran yang pelaksanaannya dijadwalkan pada Juli-Agustus tahun ini. Namun, saat mahasiswa melakukan pengambilan kartu rencana studi pada Agustus lalu, mata kuliah KKN tidak ada pada daftar mata kuliah yang ditawarkan di portal. Hal ini menyebabkan beberapa mahasiswa mempertanyakan tentang mata kuliah KKN di UNP. Yunda Permatha Yuara, mahasiswa Jurusan Teknik Sipil TM 2011 mengatakan, ia belum pernah melihat jadwal KKN pada portal akademik UNP, hingga ia menempuh semester delapan di UNP.
Baru pada semester Juli-Desember 2015 ia tahu ada jadwal KKN di kalender akademik UNP. Ia menjadi bingung tentang pelaksanaan KKN tersebut. Mahasiswa lainnya, Synta Ilahi dari Jurusan Pendidikan Ekonomi TM 2012 mengatakan, setahu dia KKN di UNP sudah lama dihapuskan, namun sampai sekarang jadwalnya masih ada di kalender akademik. Ia jadi bertanya-tanya, apakah UNP memberlakukan lagi KKN atau jadwal KKN itu diartikan dengan jadwal magang karena dirinya sendiri melakukan proses magang pada periode Juli-Agustus seperti jadwal KKN tersebut. Terkait KKN ini, Kepala Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) UNP, Drs. Zalfendi, M.Kes.,
menjelaskan, KKN memang tidak muncul di portal akademik ketika pengambilan KRS karena sudah dijadikan sebagai mata kuliah pilihan sejak tahun 1995. Sejak saat itu, KKN juga tidak dicantumkan pada kurikulum yang berlaku di UNP. Adanya jadwal KKN di kalender akademik hanya untuk mengingatkan bahwa UNP masih memberlakukan KKN, namun sebagai mata kuliah pilihan. KKN sendiri dijadikan sebagai mata kuliah pilihan karena tidak efektifnya pelaksanaaan KKN di lapangan. Hal ini diketahui dari hasil monitoring langsung oleh pihak rektorat UNP di lapangan bahwa KKN tidaklah memberikan efek pengabdian masyarakat yang seharusnya dicapai, tapi hanya membuang-buang waktu sehing-
TEROPONG
2015 Edisi No. 187/Tahun XXVI
Kerugian Pasca UNP Kebanjiran
Banjir: Salah satu warung warga yang berada di Kompleks UNP samping Fakultas Ekonomi digenangi air setelah hujan lebat yang berlangsung kurang lebih lima jam mengguyur Kota Padang, Minggu (16/8). f/Meri
Hujan lebat yang mengguyur kota Padang pada Minggu (16/8) sore membuat beberapa titik di Universitas Negeri Padang (UNP) kebanjiran. Saluran-saluran air di lingkungan kampus tak mampu menampung air hujan dan meluap. Akibatnya beberapa gedung di UNP terendam banjir. Salah satu gedung yang turut digenangi air adalah sekretariat Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNP. Anggota BEM UNP, Iis Wahyuli mengatakan bahwa sekretariat BEM UNP digenangi air setinggi mata kaki yang bercampur tanah. Padahal di hari yang sama anggota dewan pengurus harian BEM akan melangsungkan rapat. “Karena banjirnya bercampur tanah, membersihkannya jadi tiga kali kerja,” jelas Iis, Senin (31/8). Gedung Magister Manajemen Fakultas Ekonomi (FE) juga terkena banjir. Banjir memang pernah terjadi beberapa kali, namun kali ini cukup parah. “Ketinggian air di dalam ruangan sampai 30 cm, biasanya tak setinggi ini,” ungkap Ketua Program Studi (Prodi) Magister Pendidikan Ekonomi, Prof. Dr. H. Bustari Muchtar.
Ketua Prodi Magister Manajemen, Prof. Dr. Yasri, M.S. yang tengah berada di tempat yang sama ikut menambahkan bahwa lima buah komputer dan tiga buah notebook milik Prodi rusak. Kerusakan ini membuat urusan administrasi terganggu karena harus membongkar dan memperbaiki kembali komponen-komponen komputer. “Sayangnya notebook tidak bisa diperbaiki karena komponennya lebih rumit,” tuturnya. Keluhan tentang banjir ini, kata Yasri, sudah pernah didiskusikan di tingkat fakultas enam bulan yang lalu. Ia telah mengajukan permasalahan ini sebanyak tiga sampai empat kali. Ia juga memperlihatkan gambar kondisi banjir, sayangnya belum ada tanggapan dari pihak fakultas. Tidak hanya pihak kampus, usaha Fotokopi Mitra Lestari yang berada di samping Gedung Magister Manajemen FE juga turut mengalami kerugian. Salah seorang karyawannya menuturkan, saat banjir datang ia sedang tidak berada di tempat. Ketika ia datang didapati tiga buah mesin fotokopi telah rusak tergenang air.
“Bahkan hingga malam hari air masih menggenang sampai semata kaki,” katanya, Kamis (27/8). Menanggapi hal ini, Kepala Subbagian Rumah Tangga UNP, Nasaruddin, S.Pd., S.T., mengatakan, banjir tersebut diakibatkan oleh curah hujan yang cukup tinggi kala itu. Selain itu, air juga bertambah tinggi karena pasang air laut. Menurutnya, pembangunan drainase di areal Jl. Cenderawasih juga jadi penyebab banjir tersebut. “Akibat pembangunan itu, air terhambat dan mengalir ke kampus,” terangnya, Kamis (3/9). Sekretaris Jurusan Teknik Sipil, Totoh Handayono, S.T., M.T. menilai, selain karena curah hujan yang tinggi dan pasang air laut, faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingginya banjir, antara lain permukaan air tanah yang cukup dangkal, lokasi kampus yang dekat dengan laut, serta pengaturan drainase yang buruk. Ia menjelaskan, permukaan air tanah di lingkungan kampus yang hanya 60 cm mengakibatkan tanah tidak mampu menampung air apabila intensitas hujan terlalu tinggi. Drainase juga belum terkelola dengan baik. “Kalau drainasenya lancar tidak mungkin tergenang karena tempat penampungan akhir airnya dekat,” ungkapnya, Jumat (4/9). Totoh juga mengungkapkan, pembangunan gedung-gedung baru di UNP mengabaikan sistem drainase yang baik. Ia menyarankan pihak kampus untuk membuat sistem drainase yang terpadu dan terkontrol. Salah satu cara mengontrol drainase adalah melakukan perawatan secara berkala. “Sedimen yang terbentuk selama musim kemarau dan sampah yang menyumbat drainase harus dibersihkan secara teratur,” jelasnya. Sabrina
UNP Jadi BLU, Biaya Legalisir Naik Terhitung tanggal 18 Agustus 2015, Universitas Negeri Padang (UNP) menetapkan pembayaran legalisir fotokopi ijazah, transkip nilai, dan sertifikat pendidik Rp2.000,00 per lembar. Peraturan ini tercantum dalam surat keputusan rektor nomor 029/UN35/ LK/2015. Hal ini didasarkan pada peraturan Menteri Keuangan nomor 119/PNK/05/2007 tentang persyaratan administrasi dalam ruangan pengusulan dan penetapan kerja instansi pemerintah untuk menerapkan pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU). Oleh sebab itu, UNP harus bisa mencari income generating. Selaku Kepala Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan, Azhari Suwir, S.E. menerangkan bahwa semenjak ditetapkan sebagai BLU, UNP harus menambah income generating-nya, seperti penyewaan gedung dan pembayaran legalisir. Dana tersebut akan dijadikan sebagai sumber pendapatan universitas. Semua ini dilatarbelakangi berdasarkan kepantasan dan kepatutan dalam pelayanan terhadap orang yang dilayani. Kemudian, Azhari mengatakan, tujuannya adalah untuk meningkatkan pelayanan terha-
dap mahasiswa. “Agar mahasiswa UNP menjadi lulusan yang bermutu,” ujarnya, Senin (6/9). Drs. Syarkani sebagai Kepala Bagian Umum dan Keuangan mengatakan, pembayaran ini hanya diperuntukkan kepada alumni UNP, bukan untuk mahasiswa aktif. Jika sudah menjadi alumni, kata Syarkani, mahasiswa harus berkontribusi kepada almamater. Salah satu bentuknya dengan membayar biaya legalisir. “Uang tersebut bisa digunakan untuk meningkatkan pembelajaran supaya alumni selanjutnya berkualitas,” ungkapnya, Senin (14/9). Lebih lanjut, Syarkani menjelaskan bahwa sistem keuangan di UNP hanya menggunakan satu pintu pembayaran dan semuanya harus dimasukkan ke rekening universitas. Pembayaran legalisir ini dilakukan di bank, kemudian diberikan kwitansi untuk melakukan pelegalisiran. Jadi, di fakultas tidak ada penyetoran. Pembayaran tersebut langsung masuk ke rekening universitas. Syarkani mengatakan bahwa UNP belum ada melakukan sosialisasi mengenai hal ini. Karena, penetapan tarif yang dilaksanakan harus ditindaklanjuti dan pertunjuk teknis serta pelaksanannya se-
dang digarap. “Semua ini sedang dalam penggarapan, dan nantinya akan keluar petunjuk teknis dan pelaksanannya,” pungkasnya. Dodi, salah seorang alumnus UNP yang wisuda Juli lalu, pun menyayangkan penetapan biaya legalisir yang lebih mahal dari biasanya. Apalagi saat ini dia masih menganggur dan butuh banyak berkas untuk melamar pekerjaan di berbagai instansi. Menurutnya, universitas seharusnya membantu alumni yang belum bekerja, bukan mempersulit dengan memungut biaya yang besar. “Diterapkan bagi alumni yang sudah mapan, tidak apa-apa,” ujarnya, Minggu (29/8). Sekitar sebulan yang lalu, Dodi terkejut saat diminta membayar Rp40 ribu untuk melegalisir 10 lembar ijazah dan 10 lembar transkrip nilainya untuk kebutuhan melamar pekerjaan. Untung saja waktu ada uang Rp50 ribu di dompetnya. Padahal, menurut dia, biasanya untuk melegalisir dengan jumlah yang sama, alumni lainnya cuma dikenakan biaya administrasi Rp20 ribu atau Rp1.000,00 per lembar. “Naik 100% persen dari biasanya,” pungkas Dodi. Windy
17
KK Dominasi Tim Pr ot ok ol er UNP Prot otok okol oler Pada upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei lalu, Universitas Negeri Padang (UNP) memublikasikan tim protokoler. Tim ini berfungsi untuk memberikan pelayanan pada tamu yang berkunjung ke UNP, mulai dari kedatangan tamu di bandara hingga kembali lagi ke tempatnya. Saat ini, tim protokoler berjumlah 20 orang dan semuanya berasal dari mahasiswa Jurusan Kesejahteraan Keluarga (KK) Fakultas Teknik (FT) UNP (sekarang Jurusan KK telah memisahkan diri dari FT dan menjadi Fakultas Perhotelan dan Pariwisata). Mandalika, salah seorang anggota tim protokoler, mengaku ikut bergabung dengan tim tersebut satu bulan sebelum datangnya tim asesor dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) ke UNP. Ia bersama 19 orang temannya dipilih melalui seleksi oleh Jurusan KK. Mandalika pun tidak tahu pasti kenapa hanya mahasiswa KK yang menjadi tim protokoler. “Mungkin karena kami ada mata kuliah perhotelan, sehingga kami lebih terampil,” ungkap mahasiswa Program Studi Pendidikan Tata Rias dan Kecantikan TM 2013 ini , Kamis (13/8). Pembina tim protokoler, Hijriyantomi Suyuthie, S.IP., M.M., mengatakan bahwa anggota protokoler yang hanya berasal dari Jurusan KK dikarenakan mahasiswa KK telah memahami teori dalam pelayanan atau hospitality. Teori tersebut sebelumnya telah dipelajari dalam salah satu mata kuliah sehingga mereka tinggal melakukan praktik saja. Selain itu, waktu yang sangat mendesak menjelang penyambutan tim
asesor dari BAN-PT juga menjadi alasan UNP untuk memilih mahasiswa KK menjadi tim tersebut. Setelah resmi dibentuk, tim protokoler pun mendapatkan pelatihan mengenai keterampilan dalam menyambut tamu, seperti penyambutan di bandara, mengurus agenda yang akan dilakukan di UNP, serta persiapan pulang. Pelatihan bertujuan untuk memantapkan lagi proses dalam penyambutan tamu agar sesuai dengan standar UNP. Selain itu, tim protokoler juga dibekali dengan pengetahuan umum mengenai daerah Sumatra Barat, visi, misi, dan moto UNP. Hijriyan pun berharap tim protokoler nantinya menjadi UKM. Pihaknya pun akan segera melaksanakan rapat terkait hal tersebut dan dilanjutkan dengan pengajuan proposal ke Wakil Rektor III UNP. Dalam rapat tersebut juga akan dibahas syarat anggota baru untuk menjadi tim protokoler. “Bisa jadi selanjutnya tim protokoler tidak hanya dari KK, tapi juga dari mahasiswa jurusan lain,” katanya, Senin (17/8). Kepala Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK) UNP, Azhari Suwir S.E., juga mengatakan bahwa selanjutnya memang akan ada perekrutan tim protokoler baru dari jurusan lain karena UNP akan melibatkan siapa saja mahasiswa UNP yang berkompetensi dalam bidang tersebut. Sedangkan, mengenai penilaian untuk perekrutan anggota tambahan, sampai saat ini memang belum dirumuskan. “Nanti akan dibuat standar dan syarat dalam perekrutan,” ujar Azhari, Selasa (11/8). Eka
Sertifikat Mahasiswa FBS T ak Kunjung Tak Sel esai Selesai Hingga saat ini, mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Padang (UNP) tahun masuk 2012 belum mendapatkan sertifikat Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB), sertifikat Krida, dan sertifikat Kemah Bakti Mahasiswa (KBM). Demikian pula dengan mahasiswa FBS yang masuk tahun 2013 dan 2014, belum mendapatkan sertifikat PKKMB dan sertifikat Krida. Salah seorang di antaranya ialah Hayyu Mardhatillah, mahasiswa Program Studi (Prodi) Desain Komunikasi Visual TM 2012. Hayyu mengatakan bahwa dia sudah pernah menanyakan langsung terkait sertifikat tersebut ke sekretariat Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FBS UNP. “Silakan ambil di lantai II gedung utama FBS,” ujarnya, Selasa (9/9), mengulang kembali jawaban yang diberikan oleh Ketua BEM FBS Periode 20142015 waktu itu. Terkait hal ini, Indra Gunawan, selaku Ketua BEM FBS UNP Periode 2015-2016 mengatakan bahwa setiap sertifikat merupakan tanggung jawab pengurus
masing-masing periode. Namun, karena terdapat permasalahan pada pengurus periode-periode terkait, sertifikat tersebut selanjutnya akan diselesaikan oleh pihak fakultas. “Kami sudah adukan kepada pihak fakultas,” katanya. Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa sertifikat terkendala pada data yang hilang. “Data tahun 2012 dan 2013 hilang, sedangkan sertifikat tahun 2014 sedang dalam proses,” jelasnya, Kamis (27/8). Saat dikonfirmasi, Kasubag Kemahasiswaan FBS UNP, Zahardi, S.Sos., mengatakan, sertifikat Krida tahun 2014 sudah selesai dibuat. Sebagian sudah ada yang dijemput oleh mahasiswa. Mengenai sertifikat bagi mahasiswa tahun masuk 2012 dan 2013 Zahardi mengaku tidak begitu tahu karena ia baru menjabat tahun 2014. Namun, dia akan berusaha menyelesaikan permasalahan sertifikat untuk tahun 2012-2013 tersebut, setelah sertifikat tahun 2014 selesai. “Selanjutnya saya akan selesaikan sertifikat PKKMB 2014, baru dijemput yang ketinggalan 2012 dan 2013,” jelas Zahardi, Senin (31/8). Ana, Ilma*
INTER
18 Menwa
HMTE
pun berharap, setelah pelantikan, anggota baru Menwa memiliki sikap yang baik, loyalitas, wibawa, dan harga diri yang tinggi, serta selalu meningkatkan kedisiplinan. Drs. Esy Maestro, M.Sn. selaku instruktur upacara secara simbolis memasangkan baju loreng dan baret kepada perwakilan calon anggota Menwa. Kemudian dilakukan tradisi penyiraman air yang berisi bunga mawar dan daun pandan. “Tunjukkan pada negara bahwa kalian adalah bagian dari Menwa Indonesia,” ujarnya. Ermi, Zahara*
BEM UNP
Seminar PLC
Upacara Tradisi Unit Kegiatan Resimen Mahasiswa (Menwa) Batalyon 102 Mahabhakti UNP adakan Upacara Tradisi Loreng dan Pembaretan di Lapangan Sekolah Pembangunan Laboratorium UNP, Minggu (20/9). Ini merupakan pelantikan calon anggota baru angkatan ke-39 menjadi anggota baru Menwa Mahabhakti UNP. Komandan Menwa, Ahda Januar mengatakan, sebanyak 10 dari 14 orang calon anggota baru angkatan ke-39 yang telah mengikuti pendidikan dasar dilantik pada acara ini. Ahda
Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro (HMTE) adakan Seminar Programmable Logic Controller (PLC) di Ruang Serba Guna Fakultas Teknik, Jumat (4/9). Acara ini menghadirkan Drs. Hamdani, M.Pd.T., seorang guru bidang studi Mekatronika SMK Negeri 1 Batam, sebagai pembicara. Ketua pelaksana acara, Hartoyo, mengatakan, seminar ini diadakan karena sekarang PLC sangat dibutuhkan oleh masyarakat dan dunia industri. “PLC menggunakan program yang mempermudah mas-
yarakat,” tuturnya. Selaku Ketua HMTE, Indra Mardiansyah, mengharapkan agar peserta dapat memeroleh ilmu yang bermanfaat setelah mengikuti seminar tersebut. Dekan FT, Drs. Syahril, M.Sc., Ph.D., pun mengatakan, seminar ini sangat bagus untuk meningkatkan penalaran mahasiswa. Fakultas mendukung setiap kegiatan yang bersifat pengembangan penalaran dan kreativitas mahasiswa. “Kegiatan seperti inilah yang kami harapkan,” ujarnya. Fitri
UPBK
BEM FE
Booming-kan Nama UNP Mengusung visi booming-kan nama Universitas Negeri Padang (UNP), khususnya Fakultas Ekonomi (FE), pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FE UNP berupaya meningkatkan mitra kerja dalam setiap agenda yang diadakannya. Sejak dilantik pada 18 April 2015 lalu, pengurus BEM yang beranggotakan 50 orang itu telah melaksanakan beberapa program kerja (proker) dengan melibatkan banyak mitra kerja, di antaranya Economic Islamic Fair pada 14-16 Mei, Studi Banding pada 13-16 Juni, Porseni pada 7-12 Juni, dan Pelatihan Kewirausahaan pada 15 Juni lalu. Dari beberapa proker tersebut, agenda paling besar adalah pelatihan kewirausahaan dengan mitra kerja dari PT International Business Mechines (IBM) Indonesia, TNI Angkatan Laut, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. Setelah pelatihan, peserta juga dianjurkan membuat proposal
yang nantinya diseleksi dan diberikan modal usaha sebesar Rp500 juta. “Saat ini telah terkumpul 40 proposal, tapi belum tahu proposal mana yang diterima,” jelas Ketua BEM FE, Dafri Ronaldy, Senin (10/8). U n t u k meningkatkan hubungan dengan mitra kerja, BEM FE juga membekali diri mengenai peningkatan mutu berorganisasi dengan mengadakan upgrading Mei lalu. Mereka juga mengadakan Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa tingkat fakultas September ini. Selain itu, untuk lebih memperkenalkan UNP di nasional, BEM FE juga menghadiri acara Ikatan Senat Mahasiswa Ekonomi Indonesia di Surabaya, yang sudah dua tahun terakhir tidak lagi diikuti. Menurut Dafri, di acara itu belum ada yang mengenal UNP. “Maka dari itu, saya perkenalkan UNP yang terletak di Padang, Sumatra Barat, beserta wisatanya,” tuturnya. Sonya
UNP
Universitas Negeri Padang (UNP) menetapkan dosen berprestasi pada 10 Agustus lalu. Dosen berprestasi tersebut, di antaranya Yohandri, Ph.D. sebagai dosen berprestasi terbaik I, Krismadinata, Ph.D. sebagai dosen berprestasi terbaik II, dan Erni Masdupi, Ph.D. sebagai dosen berprestasi terbaik III. Adapun reward yang diberikan kepada masingmasing dosen berprestasi tersebut adalah piagam dan uang pembinaan dari alokasi DIPA UNP 2015. Selain itu, untuk dosen berprestasi
terbaik I, juga akan diikutsertakan dalam seleksi dosen berprestasi tingkat nasional di Jakarta. Yohandri, Ph.D. selaku dosen berprestasi terbaik I mengatakan bahwa adanya pemilihan dosen berprestasi ini merupakan hal yang baik. Ia berharap hal ini tidak menjadi ajang kebanggaan, melainkan menjadi motivasi bagi dosen lain di UNP. “Setiap dosen yang berprestasi diberi reward, sementara yang lalai dalam pekerjaannya diberi punishment,” ujarnya, Senin (17/ 8). Ermi
Peduli Masyarakat Bekerja sama dengan Pos Keadilan Peduli Umat, Kementerian Pengabdian Masyarakat Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNP adakan kegiatan pelayanan kesehatan di Desa Binaan, Musala Ainal Yakin, Banda Kundua Keluharan Balai Gadang, Lubuak Minturun, Padang, Minggu (6/9). Kegiatan yang bertema BEM UNP 45 Peduli Kesehatan Masyarakat ini bertujuan untuk memberikan penyuluhan dan pengobatan gratis bagi warga, tambahan gizi bagi balita, sekaligus menjalin silaturahmi
dengan warga di sana. Pada kegiatan ini, tercatat ada 91 warga yang berobat dan 22 balita mendapatkan makanan tambahan. Ketua pelaksana kegiatan, Elmi Yanto Adhar Samudra menjelaskan, pelayanan kesehatan ini merupakan penutup dari tiga bidang kegiatan BEM UNP Peduli Masyarakat yang dilaksanakan di desa binaan. Ketua RT 04 RW 06 Tanjung Aur, Kelurahan Balai Gadang, Armayenti berterima kasih kepada panitia. “Semoga kegiatan ini masih berlanjut,” harapnya. Ana
Himafi
Seminar UPBK Unit Pelayanan Bimbingan dan Konseling (UPBK) UNP mengadakan seminar bertema Peran Fungsi UPBK dalam Menunjang Keberhasilan Belajar Mahasiswa di ruang kuliah 308, lantai III Fakultas Ilmu Pendidikan, Sabtu (5/9). Seminar yang diikuti oleh perwakilan mahasiswa dari universitas se-Sumatra Barat ini bertujuan untuk menjelaskan peran dan fungsi UPBK di tengah-tengah masyarakat. Masyarakat yang menjadi sasaran layanan UPBK, yaitu mahasiswa, karyawan, alumni UNP, serta masyarakat u-
mum. “UPBK tidak hanya melayani keluarga sivitas akademika UNP,” jelas Prof. Dr. Mudjiran, M.S. Kons. selaku pemateri. Adapun mekanisme pelayanannya, yakni peserta layanan dapat secara langsung datang ke kantor UPBK UNP dan mendaftarkan diri ke petugas administrasi untuk memperoleh jenis dan bentuk layanan yang diperlukan. Pelayanan UPBK diselenggarakan dengan asas kesukarelaan, keterbukaan, dan kerahasiaan. “Kami akan menjaga kerahasiaan klien,” tegas Mudjiran. Meri
FT
Lofi 2015 Himpunan Mahasiswa Jurusan Fisika FMIPA UNP adakan Lomba Fisika (Lofi) tingkat SMA XIX dan SMP XI se-Sumbar, Riau, dan Jambi di GOR UNP, Sabtu (29/8). Acara yang bertema Melalui Lomba Fisika Tingkat SMA XIX dan SMP XI Kita Tingkatkan Minat, Kreativitas, serta Kemapuan Berpikir Kritis Siswa dalam Mata Pelajaran Fisika ini diikuti oleh 1.556 peserta, 843 siswa SMA, dan 713 siswa SMP. Juara I tingkat SMP diraih oleh Gaby Graviela N. dan juara II oleh Fadel Rahman. Keduanya berasal dari SMPN 1 Padang. Juara III di-
raih oleh Ayunda Luthfia Hazmar, siswa SMP Islam Raudhatul Jannah. Sementara, untuk tingkat SMA, juara I dan juara II berturut-turut diraih oleh siswa SMAN Agam Cendekia atas nama Ranggo Patto dan Syamsul Rahmadi. Juara III diraih oleh Ilhamid Daris, siswa SMAN 1 Sumbar. “Bagi peserta SMA yang berhasil menjadi pemuncak Lofi tahun ini bisa masuk Jurusan Fisika melalui jalur prestasi,” ujar Ketua Jurusan Fisika, Drs. Akmam, M.Si. saat penutupan acara, Minggu (6/9). Windy, Ilma*, Fakhruddin*
Jurusan IAN
Seminar IT Bertema “IT Security Expert”, Dies Natalis ke-61 Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Padang (UNP) mempersembahkan seminar nasional di Ruang Serba Guna FT UNP, Rabu (9/9). Seminar diikuti oleh mahasiswa, dosen, guru, praktisi, karyawan swasta, dan PNS dengan total jumlah 350 peserta. Pada seminar ini dihadirkan Tin Tin Hadijanto selaku Councry Manager of EC Council dan CH.Dono selaku Certified Ethical Hacke EC Council. Dalam Sambutannya, Wakil Rektor IV, Dr. Ar-
dipal, M.Pd., mengharapkan ada perubahan pada mahasiswa UNP dengan adanya seminar ini. Sehingga menghasilkan lulusan mahasiswa yang tidak hanya pintar dalam kognitifnya, tetapi di lapangan juga dapat diandalkan. Ketua Pelaksana, Muhammad Adri, S.Pd., M.T. mengatakan bahwa tujuan diangkatnya seminar ini yaitu agar sitem di UNP menjadi aman dan memberikan studenttraining di bidang IT Security serta tercapainya regional akademik di UNP. Husniyah*
HMJ Seni Rupa
Dosen Berprestasi
2015 Edisi No. 187/Tahun XXVI
Simposium Nasional V Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial UNP bekerja sama dengan Asosiasi Ilmuwan Administrasi Negara (AsIAN) dan Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Baso gelar Simposium Nasional V di Ruangan Serbaguna Fakultas Teknik, Jumat— Minggu (7—9/8). Seminar ini bertema Inovasi dan Pembaharuan Pemerintahan Daerah Menuju Tata Kelola Pemerintahan Indonesia. Selaku ketua pelaksana, Drs. Syamsir, M.Si., Ph.D., mengatakan, acara ini bertujuan untuk memberikan
sumbangan pemikiran tentang cara memperbaiki kualitas pelayanan publik. Pada hari pertama kegiatan ini dibahas tentang inovasi pelayanan publik dengan pemateri dari Deputi Pelayanan Publik Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Hari kedua dibahas tentang permasalahan keuangan daerah dan 34 makalah yang terkait inovasi pelayanan publik. Sedangkan, hari ketiga merupakan acara penutup yang dilaksanakan di IPDN Baso. Neki, Maida*
Tim SAR FIK
Aksi Damai Suatu bentrokan terjadi antara beberapa oknum mahasiswa Fakultas Teknik dan mahasiswa Seni Rupa UNP pada Selasa malam (2/ 9). Konflik tersebut pun sekarang telah selesai dengan dimediasi oleh Wakil Dekan III Fakultas Bahasa dan Seni, Drs. Esy Maestro, M.Sn. dengan membuat perjanjian tertulis dari kedua belah pihak. Pascabentrok tersebut, Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Seni Rupa menggelar aksi damai dengan menyebarkan selebaran bertuliskan “Kami Da-
mai” lengkap dengan gambar ilustrasi dua orang mahasiswa yang saling merangkul dan tersenyum. Tidak hanya selebaran, para pelaku aksi juga mengecat tubuhnya dengan berbagai warna dan berkeliling kampus UNP. Bima Rekso Wibowo salah seorang dari pelaku aksi damai mengatakan, tujuan menyebarkan selebaran itu adalah untuk damai. “Membersihkan gosip-gosip yang menyebar, serta menyatakan bahwa konflik itu telah habis,” tutur Bima, Selasa (9/9). Rahmi
Donor Darah Tim SAR Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) UNP untuk pertama kalinya mengadakan kegiatan donor darah, Selasa (29/9). Kegiatan bertema Bersama untuk Sesama ini diadakan di lahan Ikatan Alumni dan Kampus II Lubuk Buaya UNP. Selaku Ketua Umum Tim SAR FIK UNP, Aidil mengatakan, kegiatan donor darah ini bertujuan untuk membantu menambah stok darah PMI. Acara ini ditujukan kepada mahasiswa UNP dan masyarakat umum, namun dikhususkan untuk
mahasiswa FIK sendiri. Dian Afmareta selaku dokter yang membantu kegiatan ini menjelaskan, ketika pertama kali mendonorkan darah, tubuh akan terasa lebih baik sehingga membuat pendonor ketagihan untuk mendonorkan darahnya. Hal ini karena sel darah merah yang keluar berganti dengan sel darah merah baru. “Manfaat donor darah antara lain melindungi jantung, meningkatkan sel darah merah, mencegah stroke, dan memperbarui sel darah baru,” terangnya. Husniyah*
2015 Edisi No. 187/Tahun XXVI
SEPUT AR MAHASISW A SEPUTAR MAHASISWA
19
74,03% Responden Setuju
UNP Adakan Parkiran Terpadu Hai pembaca setia Ganto! Seiring berjalannya pembangunan tujuh gedung Universitas Negeri Padang (UNP) proyek Islamic Development Bank (IDB), pun santer terdengar kabar akan dibangunnya sebuah gedung yang digunakan untuk sistem perparkiran terpadu di UNP. Kepala Biro Administrasi Akademik (BAAK), Azhari Suwir, S.E. mengatakan hal ini memang pernah diucapkan oleh Rektor UNP, Kamis (27/8). Konsepnya, parkiran terpadu merupakan parkiran terpusat yang menampung semua kendaraan bermotor di satu titik (kawasan strategis) yang sama atau lebih, sehingga tidak ada lagi tempat parkir di masing-masing fakultas yang ada. Parkiran ini disediakan untuk semua kendaraan, baik kendaraan dosen maupun kendaraan mahasiswa. Sistem ini diterapkan untuk menciptakan rasa aman, nyaman, dan indah bagi sivitas akademika. Sama halnya dengan UNP, Universitas Lampung (Unila) juga berencana untuk membangun parkiran terpadu ini. Selangkah lebih maju, UPI Bandung telah menerapkan sistem ini sejak tahun 2013 (citizen6.liputan6.com). Lalu, bagaimana sistem parkiran terpadu menurut Anda sebagai mahasiswa UNP?
Suasana aman dan nyaman merupakan idaman setiap orang. Seakan-akan mahal, suasana ini cenderung sulit untuk bisa mereka rasakan. Rasa aman dan nyaman adalah saat seseorang dapat melakukan segala hal tanpa ada gangguan atau ketika apa yang dipunyai tidak diusik orang lain. Perparkiran dan segala permasalahannya turut ambil andil dalam ada atau tidaknya rasa aman dan nyaman ini. Di setiap universitas, termasuk Universitas Negeri Padang (UNP), permasalahan mengenai perparkiran ini termasuk ke dalam sesuatu yang perlu diperhatikan. Pasalnya, proses belajar mengajar akan berjalan lancar jika mahasiswanya merasa aman. Akan berbeda halnya jika ketenangan mereka terusik oleh kejadian yang menimbulkan rasa khawatir terhadap kendaraan mereka, seperti kehilangan kendaraan bermotor, helm, dan sebagainya. Kehilangan kendaraan pernah dialami Angga Azani Ramadhan, mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan pada Februari 2013 lalu. Dia kehilangan sepeda motornya yang diparkir di pojok parkiran sebelah kanan gedung jurusan. Kala itu, ia hendak pergi ke jurusan. Namun, sekembalinya, sepeda motor tersebut sudah raib. Lain kasus dengan Angga, Puput Fazriyanti kehilangan helm ketika kuliah di gedung Mata Kuliah Umum (MKU). Sama halnya dengan Rahman Setiadi Wibowo yang juga pernah mengalami kehilangan helm sebanyak dua kali. Kejadian pertama di Pustaka Pusat, sedangkan kejadian kedua terjadi di parkiran GOR UNP. (Ganto Edisi No. 174/Tahun XXIII/2013). Hal ini salah satunya dapat disebabkan oleh kurang terkontrolnya kendaraan tersebut karena tidak sebandingnya jumlah satuan pengamanan (satpam) dengan banyak kendaraan yang dijaga. Sebenarnya, rasa aman dan nyaman adalah keinginan dan juga merupakan tanggung jawab bersama. Tidak hanya Satpam saja yang mengambil perananan di sini, tetapi juga dosen, mahasiswa, dan seluruh sivitas akademika UNP. Barangkali, dengan berlatarbelakangkan hal ini, serta didukung oleh latar belakang lainnya, petinggi kampus pun berwacana untuk melakukan penataan kebijakan parkir terpadu di daerah kampus. Seiring berjalannya pembangunan tujuh gedung UNP proyek Islamic Development
Bank (IDB), pun santer terdengar kabar akan dibangunnya sebuah gedung yang digunakan untuk sistem perparkiran terpadu di UNP. Kepala Biro Administrasi Akademik (BAAK), Azhari Suwir, S.E., pada Kamis (27/8), mengatakan hal ini memang pernah diucapkan oleh Rektor UNP. Konsepnya, parkiran terpadu merupakan parkiran terpusat yang menampung semua kendaraan bermotor di satu titik (kawasan strategis) yang sama atau lebih, sehingga tidak ada lagi tempat parkir di masing-masing fakultas yang ada. Parkiran ini disediakan untuk semua kendaraan, baik kendaraan dosen maupun kendaraan mahasiswa. Sistem ini diterapkan untuk menciptakan rasa aman, nyaman, dan indah bagi sivitas akademika. Apalagi jika dikaitkan dengan jumlah mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan, dan karyawan yang berkemungkinan terus bertambah di masa mendatang, yang tentu akan menjadi masalah baru manakala persoalan parkir tidak diantisipasi sejak dini. Berdasarkan data yang dihimpun BAAK, sekarang jumlah penduduk UNP, yaitu sebanyak 33.304 mahasiswa terhitung Juli-Desember 2015, 919 staf pengajar/dosen, dan ditambah lagi dengan jumlah tenaga kependidikan dan karyawan lainnya yang belum terekap. Logikanya, semakin banyak penduduk semakin besar pula peluang jumlah kendaraan bermotor bertambah di area kampus. Sama halnya dengan UNP, Universitas Lampung (Unila) juga berencana untuk membangun parkiran terpadu ini. Perencanaan itu diawali dengan rapat koordinasi antara Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerja Sama, Teknologi Informasi dan Komunikasi Unila dengan seluruh satuan kerja (satker) serta mahasiswa yang diwakili Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) universitas. Selangkah lebih maju, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung telah menerapkan sistem ini sejak tahun 2013. Saat ini, mereka sedang memberlakukan empat titik tempat parkir terpadu khusus pengendara bermotor (citizen6.liputan6. com). Terkait wacana ini, segelintir mahasiswa memang sudah pernah mendengarnya. Namun, banyak pula di antara mahasiswa yang belum mendengar. Hal ini dibuktikan dengan jajak pendapat dalam bentuk polling yang disebar-
kan oleh bagian Riset Subdivisi Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Surat Kabar Kampus (SKK) Ganto UNP terkait parkiran terpadu UNP. Polling yang disebarkan berupa angket, terdiri atas empat pertanyaan kepada 700 mahasiswa di UNP dengan metode random sampling dan responden diambil secara accidentil. Dari seluruh responden, hanya 16,71% yang menyatakan pernah mendengar wacana itu, sedangkan 80,40% menyatakan tidak pernah mendengarnya. Namun, tetap saja ada yang tidak mau memberikan komentarnya terkait hal ini dengan persentase 2,74%. Terlepas dari tahu atau tidaknya mereka, jikalau sistem ini baik, pastinya banyak yang menginginkan untuk penerapannya. Persentase dari mereka yang setuju akan penerapan parkiran terpadu ini ternyata cukup besar. Sebanyak 74,03% responden membubuhkan tanda pada pilihan jawaban (a) yang menyatakan bahwa ia setuju untuk penerapan parkiran terpadu ini. Selanjutnya, 17,60% responden membubuhkan tanda pada pilihan jawaban (b) yang menyatakan bahwa ia ti-
dak setuju untuk penerapannya, sedangkan 8,37% responden memilih untuk tidak berkomentar. Setuju atau tidaknya, masingmasing mereka tentu mempunyai sebuah alasan. Tidak jauh berbeda dengan yang menyatakan setuju, yakni dengan angka 73,45% responden menjawab sistem ini bagus untuk dilaksanakan. Oleh sebab alasan dengan adanya parkiran terpadu kemananan dan ketertiban kendaraan akan semakin meningkat karena penjagaan yang lebih ketat dan perparkiran yang semakin terkontrol, 42,71% responden membubuhkan tanda pada pilihan jawaban ini, sedangkan 30,74% lagi mempunyai alasan dengan adanya parkiran terpadu dapat memberikan keleluasaan jalan untuk para pejalan kaki, sehingga tidak hanya melindungi pengendara, tetapi juga melindungi pejalan kaki dari kecelakaan. Meski banyak yang pro, tak tertutup kemungkinan pula ada yang kontra, walaupun dengan angka yang relatif kecil. Nah, tentunya mereka masing-masing juga memiliki sebuah alasan. Sebanyak 16,74% responden beralasan
karena dengan adanya parkiran terpadu dapat menyulitkan ketika menuju suatu tempat, jika tempat yang dituju jauh letaknya dari lokasi parkir, sedangkan 3,03% lagi beralasan karena dalam parkiran terpadu terlalu banyak kendaraan yang dijaga, sehingga keamanan kurang terjamin. Lainnya, 4,62% responden tidak ingin berkomentar. Jika ditemui adanya ketakutan akan tidak terkontrolnya kendaraan yang terlalu banyak, mungkinkah dapat diatasi dengan pembuatan beberapa titik areal parkiran terpadu di kawasan yang strategis? Pasalnya, tidak tertutup kemungkinan area parkir ini disediakan lebih dari satu, seperti yang terdapat di UPI Bandung. Jika sistem penataan parkir seperti ini benar-benar diterapkan di UNP, sebanyak 7,22% responden mengusulkan satu titik tempat parkir saja supaya lebih terkontrol, 46,1% responden mengusulkan dua titik untuk memisahkan antara mobil dan motor, dan 30,5% responden mengusulkan lebih dari dua titik. Lainnya, 14,16% responden memilih untuk tidak berkomentar. (*)
RESENSI
20
2015 Edisi No. 187/Tahun XXVI
MBA dan Hukum Adat Toraja Judul Penulis Penerbit Cetakan Tebal
: : : : :
Cerpen Pilihan Kompas 2014: Di Tubuh Tarra, dalam Rahim Pohon Cerpenis Kompas PT Kompas Media Nusantara 2015 236 Halaman
Fenomena hamil di luar nikah atau married by accident (MBA) menjadi persoalan yang lumrah saat ini. Tak jarang sepasang
insan tanpa berstatus sah terang-terangan mengumbar kemesraan di depan publik. Sebagian orang mungkin ada yang jera untuk melarang. Namun, sebagian lagi masih kukuh melarang, menghentikan langkah buruk yang akan terjadi. Runduma, seorang bayi yang telah meninggal hasil MBA, menceritakan bagaimana akhirnya dirinya sampai berada di Passiliran—kuburan bayi di Toraja yang dibuat di pohon Tarra. Ia bercerita kepada Lola Toding, seorang bayi yang juga penghuni tempat tersebut. Dengan simpatik, Lola Toding yang merupakan keturunan Tokamaka (golongan kasta menengah) mendengarkan kisah Runduma yang keturunan Tokapua (golongan bangsawan), junjungannya itu. Ayah dan ibu Runduma kedapatan melakukan hubungan badan oleh kakeknya. Untuk menutupinya ayah Runduma menikahi ibunya, tentunya dengan perhelatan mewah—ayahnya adalah keturunan bangsawan, sesuai dengan adat di sana. Peristiwa ini menjadi awal dan akhir ke-
Sebuah Cinta Tanpa Mata Judul Penulis Penerbit Cetakan Tebal
: : : : :
Lelaki Terindah Andrei Aksana PT. Gramedia Pustaka Utama Juni 2015 224 Halaman
Kita tidak pernah tahu pada siapa kita akan menjatuhkan hati. Ungkapan cinta tidak punya mata kiranya tak hanya sebuah metafora. Cinta bisa saja menjadi anugerah terindah dalam hidup seseorang. Namun di sisi lain, kehadirannya bisa berubah menjadi momok yang menakutkan. Rafky dan Valent tidak pernah menduga bahwa liburan ke Bangkok memberikan perubahan yang drastis dalam hidup mereka sendiri. Dua pria mapan yang tidak saling mengenal itu dipertemukan oleh takdir dalam sebuah pesawat menuju Bangkok. Berawal dari pertemuan, perkenalan, lalu memutuskan untuk berlibur bersama, keduanya akhirnya hanyut dalam sebuah kisah cinta yang dalam dan bergelora. Dilatarbelakangi hidup yang terlalu sempurna, Rafky, seorang pemuda lajang yang memiliki wajah tampan, karir bagus, pacar cantik, dan keluarga penuh cinta diam-diam mendambakan “kecacatan” dalam hidupnya. Sedangkan Valent yang telah menjadi yatim sejak berusia dua tahun hidup dan dibesarkan oleh seorang ibu, membuatnya rindu akan kasih sayang lakilaki. Ia sering merasa bahwa ada sosok perempuan yang terjebak dalam tubuh lakilakinya. Berpuluh tahun keduanya memendam impian terdalam dan tergelap dalam hidup mereka. Ketika waktu memberikan kesempatan untuk melengkapi setiap impian, mereka tidak menyia-nyiakannya. Bagi Valent, Rafky adalah sosok lelaki terindah. Lelaki pertama dan terakhir yang akan ia cintai. Sedangkan menurut Rafky, Valent adalah gabungan dari ketampanan, kecantikan, dan kerapuhan yang melebur menjadi satu. Dua minggu di Bangkok menjadikan cinta mereka semakin berakar hingga membatu. Namun euforia liburan harus berakhir ketika kaki mereka menjejak Jakarta. Seperti menghadapi kenyataan, me-
hidupan Runduma. Runduma masih sempat menikmati hidup hingga usia lima bulan, sebelum akhirnya aib yang ditutup rapat tercium baunya. Masyarakat kemudian tahu bahwa Runduma hasil MBA. Ayah Runduma yang berstatus bangsawan pun terpaksa harus berhutang dengan bunga tinggi untuk membayar denda dua belas ekor kerbau dewasa. Sejak saat itu, kedua orang tua Runduma tidak lagi pernah akur. Hutang yang tak kunjung lunas setelah lebih setahun menikah membuat ayah Runduma sering marah. Pada suatu malam, ayah Runduma tak dapat menahan emosi mendorong sang ibu sampai tersungkur. Runduma yang saat itu berada dalam gendongan terpental, kepalanya berdabik keras di lantai tongkonan (rumah adat). Runduma tiada dan berujung di pohon Tarra. Begitu kisah Runduma kepada Lola. Lola pun mulai menaruh hati kepadanya. Akan tetapi, cerita persahabatan mereka berdua berakhir tak indah. Suatu hari, setelah mereka bercerita, Lola menghilang. Runduma pun kehilangan. Ayah Runduma yang merupakan seorang pemandu wisata, untuk kedua kalinya merenggut sesuatu yang berharga milik Runduma. Sang ayah mencuri jasad Lola yang hanya tinggal tulang belulang dan menjualnya dengan harga ratusan juta kepada turis yang dipan-
Resensiator: Hera Gusmayanti Mahasiswa Sastra Indonesia TM 2012
Resensiator: Resti Febriani Mahasiswa Pendidikan Teknik Elektro TM 2013
Idealisme dalam Sebuah Konsep Judul Penulis Penerbit Cetakan Tebal
reka terpaksa kembali ke pacar mereka yang cantik. Namun diam-diam keduanya tetap merajut cinta, menyatukan kasih yang dibawa dari kebersamaan selama di Bangkok. Hingga kepura-puraan tak bisa lagi menutupi hasrat cinta yang menggebu. Mengabaikan setiap norma dan mendobrak batasan yang ada, Rafky dan Valent memutuskan untuk jujur kepada dunia. Tentang siapa mereka, tentang bagaimana cinta mereka dan sekejap dunia mereka luluh lantak. Orang tua Rafky murka, ibu Valent merana dan hati pacarpacar mereka hancur berkeping-keping. Mereka harus menghadapi kenyataan bahwa Jakarta bukanlah Bangkok yang memandang lumrah pada hubungan sejenis. Keduanya berjuang menggapai restu untuk bersatu. Hingga terjatuh, terseok, dan terkapar dalam tiang-tiang norma yang mengekang cinta mereka. Dalam novel ini, cinta digambarkan sebagai sesuatu yang tak biasa. Tak hanya kepada pasangan, cinta kepada orang tua turut mewarnai novel karangan Andrei Aksana ini. Ide cerita yang masih dianggap tabu di Indonesia memberikan pandangan lain tentang arti sebuah cinta. Bahwa cinta tak hanya milik pasangan beda jenis kelamin. Bahwa cinta tulus itu bisa dimiliki oleh siapapun, dan bahwa jenis kelamin adalah urutan yang kesekian dalam cinta.
dunya saat mengunjungi Passiliran sehari lalu. Hidup Runduma berakhir duka. Cerpen ini mengingatkan pembaca untuk berpikir ulang melakukan MBA karena banyak pihak yang akan terkena dampaknya. Selain itu, penulis secara eksplisit juga mengkritik adat Toraja yang masih membeda-bedakan kasta masyarakatnya—Tokapua adalah junjungan bagi kasta Tokamaka dan Tobuda (kasta terendah), di tengah kemajuan zaman. Predikatnya yang terhormat, membuat seorang Tokapua harus bersikap terhormat. Bila tidak, semuanya akan berakhir seperti ayah Runduma. Kumpulan cerpen ini terdiri dari 24 judul dengan penulis berbeda. Kisah yang disuguhkan tidak hanya bervariasi tetapi juga menarik dan berhubungan dengan apa yang terjadi saat ini dan masa lalu. Buku ini cocok dibaca untuk mereka yang menyukai narasi yang dirangkai begitu apik oleh para penulis. Cerpen-cerpen ini tidak hanya untuk menghibur para pembaca melalui estetika bahasa yang disuguhkan, tetapi juga menjadi sebuah perenungan akan fenomena yang tak serta merta menghilang dari jagat raya.
: : : : :
Republik (The Republic) Plato Narasi 2015 486 Halaman
Plato, sang filsuf Yunani yang berpengaruh kala itu, tengah hidup dalam keadaan perpolitikan negeri Athena yang kacau dan mengalami kemerosotan. Oleh sebab itu, ia menguraikan idealismenya yang tegas dalam Republik. Dalam karya klasik dengan sastranya yang indah ini, nama Socrates dijadikan tokoh utama dan narator. Membalik lembar demi lembar Republik karya Plato bak menyaksikan sebuah drama perdebatan mempertahankan sebuah pendapat demi sebuah kebenaran hakiki. Berawal dari undangan Polemarchus, putra Cephalus, Socrates dan seorang kawannya, Glaucon, bertandang usai menyaksikan sebuah pesta perayaan di Piraeus. Di sana Socrates bertemu dengan beberapa orang, yaitu Adeimantus, Cleitophon, dan Thrasymachus yang ikut dalam perbincangan dan Lysias, Charmantides sebagai tokoh bisu, pengamat perbincangan, serta Cephalus sang tuan rumah. Cephalus, pernah mengabdikan diri di pengadilan. Socrates mengagumi Cephalus, memandangnya sebagai seorang tua yang telah kenyang akan asam dan garam kehidupan. Maka terpancinglah rasa ingin tahu dari seorang Socrates dan memulai pembicaraan dengan berdiskusi tentang konsep keadilan secara rinci. Sayangnya Socrates menemukan kejanggalan dalam konsep keadilan itu sendiri. Jawaban dari Cephalus yang ia anggap berpengetahuan luas itu tak memuaskan hasrat keingintahuannya. Tak puas dengan Cephalus, Socrates juga mencecar makna keadilan oleh Polemarchus, ahli waris Cephalus. Socrates ingin mengetahui makna tersebut dari Polemar-
chus, sebagai generasi yang lebih muda. Lagi, diskusi tersebut tak menghasilkan jawaban yang memuaskan dirinya. Hal ini membuat Thraysmachus, seorang sufi yang ikut dalam diskusi itu menjadi tidak sabar dan akhirnya menyindir Socrates sebagai orang yang mencintai keakuratan. Diskusi tersebut pun berubah menjadi perdebatan. Namun seperti sebelumnya, Socrates tak serta-merta menerima jawaban dari Thrasymachus. Tanpa kesan meninggikan diri, ia mempertahankan pendapatnya hingga membuktikan bahwa filsuf senior juga tak luput dari kesalahan. Socrates memperdebatkan tiap hal yang ingin diketahuinya, terus menjejali Thrasymachus sang filsuf senior dengan idealismenya sendiri. Akhirnya ia mendapatkan jawaban yang tepat dan membuat Thrasymachus menyerah dan akhirnya menyetujui Socrates. Sifat Socrates yang kritis, selalu ingin tahu, nyinyir namun cerdas ini sangat memengaruhi gaya penulisan dari Republik, hingga tiap dialog yang dicetuskan memiliki makna-makna dalam yang membutuhkan waktu dan pembacaan berulang agar mudah memahaminya. Buku ini acapkali dijadikan rujukan untuk dasar-dasar pemikiran, bagaimana konsep suatu negara yang ideal. Kita dapat menemukan makna yang kuat mengenai ilmu, seni, dan kekuasaan di dalamnya. Resensiator: Sabrina Khairissa Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris TM 2012
CERPEN
2015 Edisi No. 187/Tahun XXVI
21
Dalam Rasian Oleh Rio Rinaldi
Apa yang dicemaskan setiap orang tua tentang anak-anaknya yang telah patut itu, tidaklah jauh berbeda. Sementara baru terpancar saja anaknya ke bumi, tentang sekolah yang dipikirkan. Sudah tamat sekolah dasar anaknya itu, sekolah lanjutan yang dipikirkan. Sudah tamat sekolah lanjutan, perguruan tinggi yang dipikirkan. Sudah tamat perguruan tinggi, tempat kerja yang dipikirkan. Sudah dapat itu semua, jodoh pula yang dipikirkan. Tak ada yang berhenti untuk dipikirkan orang tua untuk anak-anaknya, apalagi untuk dicemaskanya. Yang dirusuhkan bagi setiap orang tua tentang anak-anaknya yang telah patut umurnya. Apa yang dicemaskan orang tua, akan dirasakannya pula bagi anak-anaknya itu nanti, manakala mereka telah sampai di sore harinya nanti. Maka apa yang dicemaskan orang tua itu, telah berurat dan berakar sekarang. Sampai-sampai, ada yang lebih parah untuk dicemaskannya kemudian selain maut. Dan tidak ada yang tahu, selain dia sendiri yang punya diri. Tentang kecemasannya yang telah berjejal-jejal itu. Maka dapatlah dikatakan itulah yang tengah dicemaskan Pudin kini. Sejak dipensiun di sebuah universitas, Pudin mencoba menyambungnya lagi bekerja di sana. Paling tidak, dari gaji menghonor itu sudah lumayan baginya untuk menambal kebutuhan hidup anak-anak dan istrinya, Niar. Laki bini itu dua orang anaknya. Depi, anaknya yang sulung, sekarang bekerja di perusahaan kontraktor di Padang. Umurnya sudah hampir kepala tiga. Joni, anaknya yang bungsu, baru akan diwisuda di pascasarjana UNP bulan depan. Cita-cita anak bujang yang ingin benar jadi dosen itu, tak lama lagi segera dipagutnya. Kuat benar hatinya untuk jadi itu. Paling tidak, katanya, sesudah ini mudah-mudahan hidup diketurunannya ini bisa sedikit berubah. Berprestise kata orang sekarang. Tidak semacam Pudin, ayahnya,
yang hanya supir. Atau seperti Niar itu, ibunya, yang hanya mengantarkan kue-kue basah untuk dijual ke sekolah-sekolah. Agaknya, hal yang demikian itulah yang sudah membuat senang juga hati Pudin dan Niar sekarang. Tapi, soal telah tiba patut anaknya itu, mereka acap cemas. Sementara, Depi sudah hampir masuk kepala tiga umurnya. Serba susah. Dia sendiri tidak mencemaskan nasibnya, tepatnya soal jodohnya. Dinantinya juga pencarian orang tuanya itu. Atau pencarian mamak-mamaknya. Sementara baginya, pekerjaan lebih penting untuk dipikirkan. Soal jodoh, itu nanti datang sendiri juga, katanya. *** Pada suatu malam, Pudin bicara serius dengan Niar di dalam biliknya. Malam itu, laki bini itu sama-sama sulit memejamkan mata. Gelisah mereka. Kalimpasingan saja. Apalagi malam itu udara panas. Sampai mencucurkan keringat. Ada hal yang sama-sama begitu dicemaskannya. Dirusuhkannya. “Bagaimanalah lagi untung anak kita ini, Niar,” kata Pudin. “Kan itulah, Da. Belum bertemu juga untungnya. Susah kalau bicara dengannya. Tak ditanggapinya benar perkataan kita,” tanggap Niar dalam kelam-kelam bertaut itu. “Tidakkah dicemaskannya apa yang kita cemaskan ini? Sementara umurnya sudah patut juga,” keluh Pudin memperbaiki arah rebahnya. “Mungkin ada dicemaskannya. Ada terasa, tapi tak terungkap baginya. Entahlah, susah menerkanya dia itu.” “Aku tak pernah menghambat-hambatnya berpacaran dengan siapa pun. Entah apalah yang terpikir baginya sekarang. Tidak terbuka juga pengananya untuk urusan itu.”
“Entah bagaimanalah untung anak itu. Kita juga yang diharapkannya untuk mencarikan.” “Susah memang. Sementara, perempuan Minang cacat bila tak punya junjungan. Punahlah sekalian keturunan bila anak gadisnya tak dapat junjungan,” “Sama-sama berdoalah kita, Da.” “Tak pernah lepas doaku pa-
Grafis: Hari Jimi Akbar
da dia itu, Niar.” “Adiknya pun sudah berusaha juga untuk mencarikan, Da.” “Ha, apa bilangnya?” “Tak ada yang semenggah perangai lelaki sekarang dilihatnya. Banyak laki-laki sekarang yang suka main perempuan di luar sana, begitu katanya. Di depan saja bermanis-manis.” “Kan bisa dipelajari dulu, kenalilah dulu.” “Dia takut pula kakaknya kan sengsara nanti, Da.” Pudin kembali menghela napasnya dalam-dalam. “Tak ada usahanya untuk mencari sendiri. Kita juga yang diharapkannya. Sementara kita sudah begini umurnya.” “Kita belum renta, Da,” Niar meledek.
“Tapi kawanku, Si Biran, dua tahun kecilnya dariku, sudah dulu seminggu lalu. Ini tak ada urusan dengan renta atau tidaknya, Niar. Di antara kita pun tak ada yang tahu, entah aku atau kau yang lebih dulu,” terang Pudin. “Aku cemas semua jadi berserak-serak. Sementara, umurnya bertambah juga. Setiap kuajak bicara, berkerut keningnya. Selalu berkilah. Tak ada tanda-tanda kemauan dari dirinya sendiri. Yang dicemaskan dan terus dibanding-bandingkannya, seperti orang-orang yang tak bersekolah itu. Yang dicemaskannya, sesudah bersuami, menghuni rumah saja kerjanya. Cara pandang begitu kebanyakan sekarang,” tambah Pudin. “Apa sebaiknya tidak kita bawa dia berobat, Da? Kita tawarkan dia.” “Kita berserah saja pada Tuhan, tak usah pakai begituan,” kata Pudin. Begitulah malam itu. Laki bini itu tak henti-hentinya berkeluh kesah. Untung mereka sama-sama masih hidup. Kalau ada salah satu yang sudah dulu, entah ke mana perasaian diadukan. Tak ada yang tahu tentang kerisauan laki bini itu. Bukan berarti, mereka cuma pandai berkeluh kesah saja. Setidaknya, Pudin pernah berusaha mencarikan. *** Suatu hari dulu, Pudin pernah berencana ingin mengenalkan Depi kepada anak saudara dekatnya. Rencananya, kalau cocok, tinggal diperhitungkan saja harinya. Bersitanda kata orang kampungnya. Tapi, Depi tak terima. Setelah dijelaskan, katanya, yang akan dijodohkan dengannya itu tak sepadan dengannya. Bakal jadi beban saja kalau bersuami dengan pilihan ayahnya itu. Katanya lagi, anak saudara dekat ayahnya itu cuma tamat sekolah menengah. Tak berpenghasilan tetap. Cuma bekerja di bengkel. Ah, padahal, kalau sedikit Depi itu berpikir, biarlah tak berpeng-
hasilan tetap, asal tetap berpenghasilan. Itu kan sudah lebih mujur. Daripada harap hari kan hujan, air dalam tempayan dibuangkan. Kalau ditengok kiri kanan, muka belakang, anak gadis di sekeliling rumahnya sudah banyak yang bersuami. Suara orgen tiap sebentar terdengar berdengkang di belakang rumah. Biar buruk, sekolahnya tak tersambung, kerja belum dapat, tapi mereka laku juga. Punya keturunan juga. Maka kian kuat juga gunjingan orang-orang tentang Depi yang belum punya junjungan itu. Setiap ada perhelatan di dekat rumah, Depi sulit diajak. Malah dia enggan pergi. Sementara, orang-orang berbisik juga, bertanya juga pada Niar, “Kapan Niar kan bermenantu?” sindir orang-orang di perhelatan. Kalau sudah begitu, cepatcepat Niar melangkahkan kakinya pulang. Setibanya di rumah, diceritakannyalah semua itu pada Pudin perihal kejadian tadi. Berurai dan berderai air matanya bercerita. Begini benar retak tangannya punya anak gadis, katanya membatin. *** Malam itu juga, menjelang pukul tiga, laki bini itu terlelap dalam rasian. Terhenyak dalam bunga yang tak pernah terjangkaukan. Di dalamnya, ada pesta perhelatan digelar di depan rumah. Orgen dibunyikan dengan tembang kenangan. Segalanya dihidangkan. Gulainya gulai kapau. Ada pengat mesin, pengat pedas, ayam kecap, dan banyak lagi. Para tamu datang dengan bersenang hati menikmati hidangan. Di pelaminan, Depi dengan suaminya duduk bersanding di sana. Sementara di pintu penanti tamu, Pudin dan Niar berdiri dengan muka berseri-seri. Ya, Allah. Apa ini? Padang, 18 April 2015 SELESAI
KRITIK CERPEN
Bahasa Cerpen yang Unik
M. Ismail Nasution, S.S., M.A.
Membaca Cerpen “Dalam Rasian” Rio Rinaldi sepertinya saya sedang diajak oleh seseorang mengobrol ditemani kopi. Saya mendengarkan tanpa menyela pembicaraannya. Orang yang berbicara itu lucu dalam bercerita. Dalam hati saya tersembunyi harapan, janganlah cepat cerita itu berakhir sebelum kopi yang ada di depan kami habis. Bukan ceritanya, tetapi bahasa yang ia gunakan berbeda dengan kebanyakan o-
rang. Jika dilihat dari kode bahasa, cerpen ini menabrak penggunaan bahasa yang lazim dalam karya sastra. Ia mengembangkan tuturan langsung seperti lelaki yang duduk di lapau menggunakan bahasa Indonesia karena lawan tuturnya tidak mengerti bahasa Minangkabau. Bisa pula karena dipengaruhi oleh bahasa kolom yang membahas tentang perumpamaan Minangkabau tetapi ditulis dalam bahasa Indonesia. Pengarang memanfaatkan kebebasan menggunakan bahasa dalam berkarya. Bahasanya unik. Ragam bahasa sastra berbeda dengan ragam bahasa lain. Teeuw menyebut bahwa dalam teks sastra ungkapan itu sendiri penting, diberi makna, disemantiskan segala aspeknya; barang buangan dalam pemakaian sehari-hari, “sampah bahasa” (bunyi, irama, urutan kata, dan lain-lain) yang
dalam percakapan begitu dipakai begitu terbuang (asal komunikasi telah berhasil), dalam karya sastra tetap berfungsi, bermakna, malahan semuanya dimaknakan dan dipertahankan maknanya. Oleh sebab itu, dalam masyarakat modern sastra makin dilepaskan dari situasi komunikasi yang normal. Sastra menjadi urusan si pembaca secara individual; buku adalah sesuatu yang dibaca, dinikmati, dinilai sendiri saja. Karya sastra memang untuk dijadikan hiburan, dinikmati lantas dalam horison pembaca muncul harapan. Harapan itu pada akhirnya membuat lahirnya nilai. Nilai menjadikan karya sastra itu bermanfaat. Nilai itu disembunyikan dalam peristiwa-peristiwa narasi yang merupakan refleksi lingkungan sosial pengarang. Cerita “Dalam Rasian” memantulkan kehidupan masyara-
kat dengan latar belakang budaya Minangkabau. Cerpen ini menceritakan bagaimana kegelisahan orang tua yang memiliki anak perempuan berumur tetapi belum menikah. Anak gadis Pudin dan Niar, Depi, belum bertemu jodoh padahal usia sudah kepala tiga dan mapan. Niar berusaha tegar karena tetangga menanyakan kapan mereka bermenantu. Pudin, sebagai ayah cemas karena kelak anaknya tidak memiliki junjungan. Di Minangkabau, perempuan menjadi penerus keturunan keluarga. Memiliki anak jauh lebih penting dibandingan memiliki banyak harta. Dengan demikian, proses pewarisan kekerabatan dan harta pusaka akan berlangsung. Akibat tekanan itu, Niar menduga anaknya perlu mendapat pengobatan tradisional karena Depi dianggapnya mengidap penyakit yang dibuat orang lain sehing-
ga tidak ada kemauan untuk kawin. Akan tetapi, secara tidak langsung, pengarang tidak setuju, terlihat dalam sikap Pudin yang menyerahkan persoalannya kepada Sang Pencipta. Cerita pun ditutup dengan mimpi. Entah siapa yang bermimpi atau barangkali keduanya bermimpi hal yang sama, Pudin dan Niar sedang melangsungkan pesta pernikahan Depi. Lantas, seketika itu, ia tersentak bangun lalu membatin bertanya pertanda apakah mimpinya itu. Pertanyaan ini didasari dua kemungkinan dugaan, pertama, pertanda baik, doa Pudin dan Niar segera akan terkabul. Mereka akan menikahkan Depi dengan pesta yang meriah. Kedua, pertanda buruk, keinginan mereka hanya sebatas mimpi. Sukses buat Rio Rinaldi. (*)
SASTRA BUD AYA BUDA
22
2015 Edisi No. 187/Tahun XXVI
Sajak Makna Yang Jauh
Kusimpan dalam Wajah Serupa
Agustus isyaratkan kata yang tak sempat diurai gadis pesisir Terbentur pada dedaunan nan rontok dimangsa sengatan mentari, bulan lalu Entah bagaimana aku memaknai setiap alunan cerita ini Terdiam adalah pemandangan yang janggal Terlebih jika semua lepas kendali Bukan apa-apa, hanya kepongahanlah perenggut segalanya. Mungkin janji bukanlah suatu alasan untuk dijadikan bunga-bunga api yang terkesan indah Toh pada akhirnya hilang disadap kegelapan jua. Padang, Agustus 2015 Fitri Wijaya Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia TM 2014
Balada Perjuangan Romeo Montague Dia sangat cinta, melebihi harga diri yang bersenandung Maut bukanlah ancaman, dan mati hanyalah dongeng belaka Sebab cinta adalah cinta dan cinta! Pada malam perjamuan Natal itu Di rumah musuh tempat sang kekasih berpenjara Dua sejoli pertama kali dipanah cupid, tersihir! Wajah tampan bersembunyi di balik topeng tradisi– kuno Bagai teroris di mata Capulet, Romeo memang berani Apalah arti sebuah nama? Simbol itu hanya menjadi tembok raksasa kepedihan dan racun abadi dalam cawan mitos Jika ia berbentuk tulisan, pastilah akan dirobek Atau dibakar saja menjadi abu–terbang ke cakrawala jauh Karena cinta, dia bertumpah darah membunuh Karena cinta, dia rela terusir menderita Hingga, karena cinta jugalah akhirnya dia jadi tiada tinggal cerita
Lupa Rupa Di desaku, Terlalu banyak rupa yang bengong. Mulai dari yang bermulut cerobong sampai yang punya mata berkantong. Baginya tak ada rupa yang bagus, pasti ada satu cela yang bolong. Kemudian diteriaki sampai ke gorong-gorong, “Hei lihat sanak, ada istri yang tak biarkan suami punya uang di kantong!� lalu tertawa sampai nyawa tak tertolong. Di desaku, Anak-anak mesti punya HP, tak perlu buku jika di HP ada lagu. Ibu-ibu tak perlu pengajian asal arisan jalan tiap bulan. Remaja-remaji tak perlu berprestasi. Cukup sandang handbag Gucci dan pakai sepatu Yongki Komaladi. Rupa-rupanya desaku lupa rupa, dan aku takut lama-lama tertular mereka! Vera Yani Okta Martika Mahasiswa Sastra Indonesia TM 2012
Cinta agung dan sejati untuk seorang gadis bernama Juliet...
“Waktu begitu laju, hingga meleleh dalam kepanasan. Membuat episode-episode tak berkaki lemah bertahan. Sorak angin bukannya meredam malah menyalakan. Ketika kisah-kisah itu diputar satu-satu. Kita menggigil, kuingat kau gigit jari! Kau bilang ini hanya bongkahan semiotik tak bergelas kaca? Lalu, kau ingin dibungkus emas? Kubimbangkan tentang kau. Kutanya, Bangkai dibungkus emaskah? Kau hilangkan tepukan jari yang berisik. Lalu kau coba tawar tulisan tanpa tinta. Kuusahakan tawaranmu tawar. Tapi apa? Kita ada di sisa-sisa pertanyaan Kau mendayu, merayu merdu untuk konsep badai yang kau ciptakan. Nyanyianku redup, tidak untukmu lagi. Pahatanku pecah. Rinduku sakit. Dan kusimpan kau dalam wajah serupa. Kau hilang, lalu pertanyaanku mati. Namun rohnya kusebut kenangan. Widiya Trisna Mahasiswa Jurusan Sosiologi 2011
Semarak Rindu Jauh, tidak mengapa Biar, biarkan rindu ini semakin menyemarak Buat apa rupa? Aku belum pernah bertemu Tuhan Namun cintaku begitu mendalam Hal yang sama untuk cerita kita Bukankah Adam dan Hawa dijarakkan pula dulunya Lantas untuk apa berangankan luka Sedang kapas tak berniat membantu Kau lupa jikalau ujung-ujung pelangi tidak di satu titik bukan? Namun terpisah Karenanya terbentuk lengkungan yang menawan Ilma Hayatil Husna Mahasiswa Pendidikan Fisika TM 2013
Riki Fernando Mahasiswa Sastra Indonesia TM 2014
C ATATAN BUD AY A BUDA
Air Oleh Khadijah Ramadhanti Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia TM 2012
Dalam siklus hidupnya, manusia akan dihadapkan dengan berbagai cobaan, rintangan, dan segudang masalah untuk segera diselesaikan. Namun, kebanyakan manusia takut untuk memulai dan bahkan lari dari masalah yang dihadapi. Meskipun ia belum tahu seberapa besar cobaan yang dihadapi dan seberapa berat beban masalah yang dipikulnya. Oleh karenanya, banyak dari manusia yang bersifat penakut dan lari dari kenyataan. Lebih memilih mundur dan pasrah merupakan perbuatan yang mudah dilakukan manusia. Tidak ingin banyak beban dan tidak perlu berpikir untuk mencari solusi terbaik dari satu masalah yang dihadapi. Ironisnya, manusia juga
tidak peduli dengan konsekuensi atau akibat yang diterima nantinya. Jika bersifat seperti itu, apa gunanya manusia hidup. Bukankah hidup untuk menyelesaikan masalah? Misalnya, seseorang diberi tugas oleh guru, dosen, ataupun atasan untuk menyelesaikan laporan yang agak rumit. Mendengar diberi tugas rumit seperti itu, seseorang tersebut sudah merasa tidak mampu untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Menjadi berputus asa dan berharap agar tugas itu tidak diberikan kepadannya. Padahal ia belum mencoba dan bahkan belum memulainya. Kondisi seperti inilah yang sering dihadapi manusia ketika dihadapkan dengan berbagai persoalan. Apabila kondisi ini terus-menerus dialami dengan sikap
yang tidak wajar dalam menghadapinya, dapat berdampak buruk untuk seseorang tersebut. Seperti, ingin keluar dari sekolah, berputus asa, mudah menyerah, tidak fokus, berhenti bekerja atau kuliah, yang pada akhirnya membawa seseorang itu ke masa depan yang kelam. Alangkah baiknya manusia meniru sifat air dalam menghadapi berbagai persoalan. Air walaupun lembut dan tenang, memiliki sifat ulet dan pantang menyerah. Meskipun dalam alirannya dihalangi dengan kayu-kayu besar yang melintang, bebatuan, sampah menumpuk, dan sebagainya, ia akan tetap mengalir. Air tetap fokus pada tujuannya untuk sampai ke muara. Apabila manusia dapat belajar dari sifat air ini, apapun bentuk cobaan, rintangan, dan masalah yang dihadapi, manusia akan mencoba dan berusaha keras untuk menyelesaikannya. Tetapi, ada pula orang beranggapan bahwa jadilah seperti air mengalir termasuk kepada pelajaran meniru ke hal yang salah. Anggapan seperti itu keliru. Justru dengan
sifat air yang terus mengalir menunjukkan bahwa seseorang tetap fokus untuk mencapai tujuannya. Apapun keadaan lingkungan buruk yang ditemuinya, ia tidak akan terpengaruh dan mampu bersikap fleksibel terhadap lingkungan tersebut. Fleksibel di sini bukan berarti tidak berpendirian. Tetapi, fleksibel untuk mencapai tujuan karena air mengikuti bentuk wadahnya untuk membantu seseorang memenuhi kebutuhan. Diharapkan manusia dapat pula berlaku seperti itu dalam menghadapi tantangan hidupnya. Bukankah setiap permasalahan pasti ada solusinya. Yang terpenting adalah manusia mau untuk memulai dan berusaha karena Allah swt. tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan hamba-Nya. Bagi seseorang yang telah bercita-cita, segeralah untuk menggapainya karena boleh jadi apa yang dicita-citakan tersebut sudah menunggu sejak seseorang mulai mencita-citakannya. (*)
2015 Edisi No. 187/Tahun XXVI
23
GANTOPEDIA
Bacilla Filla Si Penjahit Beton Normalnya, semua makhluk hidup apabila kulitnya luka, sobek, atau terkoyak, dalam kapasitas ringan, masih bisa dijahit dan kemudian pulih dengan sendirinya. Berbeda hal dengan benda mati lainnya, seperti sebuah batu besar. Apabila telah retak akibat sebuah tekanan dari luar atau dari dalam, batu tersebut tidak bisa menyatu kembali seperti semula. Sama halnya dengan kondisi jalan yang dilalui kendaraan. Jalan aspal atau beton pada umumnya kalau sudah rusak, potensi untuk menyatu kembali dengan sendirinya sangat mustahil. Struktur beton sebagai bahan konstruksi yang sangat rentan saat terjadinya suatu retakan, memungkinkan masuknya bahan-bahan kimia dan air ke dalam struktur beton lewat retakan tersebut. Sehingga akan berpengaruh terhadap kinerja struktur. Retak pada lapisan permukaan beton dapat mengurangi daya tahan beton. Untuk reparasi dan perbaikannya, tidak sedikit biaya yang harus dikeluarkan. Contohnya, perbaikan Jalur Pantura di Pulau Jawa yang biayanya mencapai Rp1 triliun per tahunnya. Kini teknologi termutakhir telah lahir. Sebelumnya, ilmuwan-ilmuwan di beberapa bagian dunia telah mengembangkan berbagai penelitiannya untuk menemukan solusi atas permasalahan tersebut. Penelitian yang dikembangkan ini adalah penelitian tentang beton yang bisa memperbaiki dirinya sendiri. Beton yang mampu tahan lama dalam jangka panjang. Penelitian tersebut dilakukan oleh mahasiswa dari Newcastle University. Keunikan dari penelitian itu adalah mereka memanfaatkan mikroorganisme sebagai “agen penyembuh” bagi keretakan dalam yang terjadi pada beton. Mikroorganisme ini bernama bacillus subtilis, sedangkan agen penyembuh betonnya diberi nama bacilla filla. Setelah menyelesaikan penelitiannya, Jennifer Hallinan, mahasiswa asal University of Newcastle yang turut meneliti
IKLAN
mengatakan bahwa mereka memanfaatkan bacilla filla untuk memproduksi kerangka bakterial berbentuk batangan sangat keras yang diperkuat oleh kalsium karbonat dan ’lem’ bakterial khusus. Saat bakteri yang sudah dimodifikasi secara genetik tersebut bersentuhan dengan lubang atau celah yang memiliki pH tertentu pada beton, mereka akan masuk ke dalamnya dan mulai berkembang biak. Maka di sanalah bacilli filla mulai bekerja sebagai perekat keretakan. Penelitian bakteri bacilla filla ini juga telah dikembangkan oleh dua mahasiswa Indonesia asal Institut Teknologi Bandung (ITB), Rhesa Avila Zainal dan Corwin Rudly pada April 2015 lalu dalam Innovators Move 2015 yang diselenggarakan di ITB. Penelitian mereka merupakan salah satu dari sembilan proposal yang menang pada ajang tersebut. Mereka memanfaatkan mikroorganisme ke dalam campuran semen sebagai bahan baku pembuatan beton. Bacillus dimasukkan dalam bentuk spora sehingga tahan lama karena tidak aktif. Bakteri tersebut dipilih karena bisa mengeluarkan kotoran berupa zat kapur. Cocok dengan semen yang juga merupakan zat kapur. Bakteri itu aktif bila terkena air yang merembes ke celah-celah retakan. Saat itu pula bakteri bekerja dan memperbaiki struktur semen yang rusak secara mandiri. Cara kerjanya, bakteri akan mengubah kalsium laktat menjadi batu kapur. Zat utama ini membentuk semen sehingga lubang tersebut terisi dengan sendirinya. Pada titik tertentu koloni bakteri yang sudah diprogram secara genetik itu akan menghancurkan diri sendiri agar tidak sampai merusak beton yang bersangkutan. Hasil tambalan buatan bakteri tersebut sama kuat dengan tambalan beton biasa. Perekat yang dihasilkannya akan menjahit retakan-retakan beton dari dalam. Selain itu, bakteri tersebut sangat berharga karena tidak hanya untuk perbaikan jalan, tetapi
juga dapat memperbaiki gedung-gedung khususnya bangunan yang sudah tua. Lebih lanjut, tambalan beton dari bakteri bacilla filla juga dapat dimanfaatkan di kawasan rawan gempa. Eksperimen dua mahasiswa ITB ini mencampurkan 1 m3 semen dengan 15 kg bacillus. Hasilnya, untuk menutup retakan sebesar 0.8 milimeter dibutuhkan waktu selama 3 minggu dan untuk mengembalikan kekuatan beton sama seperti semula dibutuhkan waktu selama dua bulan. Untuk produknya sendiri Rhesa pernah diundang oleh Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Kota Bandung untuk membicarakan prospek dari “semen hidup” agar dapat berpotensi untuk diproduksi secara massal. Untuk kelanjutan dari penelitian mereka masih dikembangkan karena penelitian ini masih belum sempurna dan masih butuh penelitian lanjutan. Penelitian tersebut sangat jelas manfaatnya secara praktis bagi kehidupan, teruta-
Ilustrasi: channelpondasi.com
Ilustrasi: mathgon.com
ma dengan keberlangsungan kontruksi bangunan. Jika penelitian ini terus dikembangkan dan berkelanjutan di Indonesia, manfaat besar akan didapatkan. Teknologi ini mampu menekan biaya rekontruksi dan bisa saja anggaran perbaikan dan reparasi jalan akan dialihkan untuk pembangunan sarana pendidikan dan kesehatan. (Putri Rahmi dari berbagai sumber)
2015 Edisi No. 187/Tahun XXVI
IKLAN
24