Januari-Februari 2015 Edisi No. 184/Tahun XXV
2 FA J AR
SARIP ATI SARIPA
Sebuah Kerja Rencana-rencana kita adalah permata yang harus dipoles dengan kerja keras. — Bernard Williams Pada hakikatnya, rencana bukanlah sebuah angan-angan yang dengan mudah tercetus, kemudian mengepul seketika. Sebuah rencana merupakan sejumlah strategi yang dikonsep sedemikian rupa untuk mencapai suatu target. Oleh sebab itu, sebuah rencana harus strategis. Harus tepat sasaran. Harus tepat guna. Dan, harus tepat waktu. UNP dalam Rencana Strategisnya (Renstra) telah mengonsep berbagai perubahan menuju ke arah yang lebih baik dalam lima tahun ke depan, terhitung sejak 2014 lalu. Hal yang menjadi prioritasnya, antara lain peningkatan angka mahasiswa aktif berorganisasi, peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana, peningkatan jumlah penelitian, peningkatan mutu pendidikan, dan peningkatan-peningkatan lainnya. Peningkatanpeningkatan tersebut akhirnya akan bermuara pada satu hasil, peningkatan kualitas lulusan. Sebab, tujuan dari adanya suatu perguruan tinggi adalah menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Namun, meskipun sudah direncanakan sebaikbaiknya, jangan sampai kita hanya bisa sekadar merencana. Dalam pencapaian suatu rencana, dibutuhkan sebuah kerja. Kerja, kerja, dan kerja. Bukan citra. Citra yang baik akan terbentuk seiring berhasilnya sebuah kerja yang baik. Agar berhasilnya sebuah kerja, tentunya setiap “pekerja”—dalam hal ini mahasiswa, dosen, pegawai, petinggi, dan masyarakat UNP lainnya—harus tahu atau diingatkan dengan apa yang harus dan akan dikerjakannya. Setiap pekerja harus tahu dan ingat dengan pekerjaannya masing-masing. Pekerja tidak akan bisa mengerjakan apa-apa, tanpa tahu pekerjaannya apa. Inilah pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan. Kenyataannya saat ini, tak seberapa yang kenal dengan rencana yang sudah direncanakan. Banyak dari mahasiswa dan dosen yang tidak tahu akan Renstra UNP. Hal ini tentu akan menjadi sebuah batu sandungan dalam proses pencapaian Resntra nantinya. Bagaimana pun juga, kedua subjek tersebut akan menjadi peran sentral dalam pewujudan Renstra, di samping peran pihak lainnya yang juga bekerja pada jalurnya masing-masing. Selain itu, yang perlu diingat adalah kerja sama. Semua pekerjaan harus dilakukan bersama-sama. Meski setiap pekerja sudah punya pekerjaannya masing-masing, tetap dibutuhkan sebuah kerja sama dan saling mengingatkan. Sebab, semua rencana yang akan dicapai adalah untuk kemaslahatan bersama. Dan, hal yang tak boleh terlupa, yakni kerja keras. Sesuai dengan kata Bernard Williams, rencana adalah permata yang harus dipoles dengan kerja keras. Sebuah rencana tak akan berarti apa-apa bila tidak dikerjakan dengan usaha yang keras. (*)
GANTOLE
+ Renstra Perlu Sosialisasi - Perlu perlu perlu. + Proyek Pembangunan IDB Dimulai - Alhamdulillah, akhirnya. + Pengaturan KRS Terpusat Tetap Lanjut - Terancam bentrok lagi nih.
Bersinergi Mewujudkan Visi, Misi, dan Tujuan Strategis UNP Untuk pengembangan dan peningkatan kualitas Universitas Negeri Padang (UNP), seluruh pimpinan dan sivitas akademika UNP haruslah bersinergi dalam melakukan aktivitas tridharma perguruan tinggi. Untuk hal itu, sivitas akademika harus memahami visi, misi, dan tujuan stratetegis UNP. UNP dalam naskah rencana strategisnya telah menyatakan visi, yakni “Menjadi Universitas unggul di kawasan Asia Tenggara di bidang ilmu kependidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni pada tahun 2020 berdasarkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa”. Berdasarkan visi tersebut, dinyatakan misi yang harus diemban, yakni (1) menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas di bidang kependidikan, sains, teknologi, olahraga, dan seni berlandaskan nilai-nilai moral, agama, dan ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa; (2) menyelenggarakan kegiatan penelitian dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, hasil penelitian, serta model pembelajaran yang inovatif pada tingkat nasional dan internasional; (3) menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang ber-
kualitas sebagai upaya penerapan ilmu kependidikan, sains, teknologi, olahraga, dan seni untuk kemajuan bangsa; (4) meningkatkan tata kelola universitas yang baik; (5) meningkatkan kerja sama lokal, nasional, dan internasional; (6) mengembangkan landasan dan melaksanakan kebijakan untuk menuju Universitas Bertaraf Internasional. Berdasarkan visi dan misi tersebut dinyatakan pula tujuan strategis yang akan diemban, yakni (1) menghasilkan lulusan yang berilmu, terampil, profesional, berbudaya, berkarakter cerdas, dan berdaya saing global, agamis dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (2) membentuk mahasiswa yang berkarakter cerdas; (3) menghasilkan penelitian, karya ilmiah, dan karya cipta yang inovatif; (4) menyebarluaskan hasil penelitian, karya ilmiah, dan karya cipta yang inovatif pada tingkat nasional; (5) menghasilkan pengabdian kepada masysrakat yang berkualitas; (6) menghasilkan pengabdian untuk memecahkan persoalan kemasyarakatan; (7) terwujudnya tata kelola yang baik (good university governance); (8) terwujudnya
pelayanan berkualitas sesuai kebutuhan pelanggan; (9) terwujudnya kerja sama dengan berbagai pihak di tingkat lokal, nasional, dan internasional; (10) terwujudnya kesiapan kelembagaan sebagai basis menuju universitas bertaraf internasional; dan (11) terbangunnya sivitas akademika yang berwawasan global. UNP sangat menyadari, visi dan misi tersebut dapat diwujudkan dengan tata nilai yang sesuai dan mendukung usaha-usaha pelaksanaan misi dan pencapaian misi. Tata nilai merupakan dasar sekaligus arah bagi sikap dan perilaku seluruh dosen dan pegawai dalam melaksanakan tugas. Tata nilai juga akan menyatukan hati dan pikiran seluruh dosen dan pegawai dalam usaha pemberian pelayanan yang maksimal terhadap mahasiswa. Tata nilai yang dimaksud adalah profesional, kompeten, empati, dan bermoral. Oleh karena itu, kita selayaknya bekerja dan beraktivitas sesuai dengan tata nilai yang telah dirumuskan, yakni produktif, religius, berani, integritas (kejujuran), inovatif, dan bertanggung jawab. Semoga saja hendaknya. (Eto)
POK OK P AD ANG POKOK PAD ADANG
Musyawarah Besar: Awak Ganto foto bersama setelah Musyawarah Besar Surat Kabar Kampus Ganto Periode 2014 di gedung MKU UNP, Sabtu (14/12/14). f/Ratmiati
Mungkin saja, kali ini dia datang dalam sebuah dimensi baru. Dialah sebuah sebutan yang dinamakan keberanian. Mendayung keyakinan, agar upayanya terlukiskan sebagai sebuah keberhasilan. Lalu dalam perjalanannya, ada kenyataan yang bergulir panas, hingga kekeringan kerap silih berganti. Keberanian yang dicoba menegakannya dalam lingkar kepengecutan. Ia hadir dalam bait-bait ketakutan sebuah kenyataan. Lalu dengan ceroboh semua terasa menakutkan untuk dilanjutkan. Se-
bagian berupaya untuk tetap bertahan, lalu sebagian lain mencoba lebih keras lagi untuk bertahan, dan sebagian lagi mencoba melawan hati untuk tetap bertahan. Akhirnya, semua kembali pada perenungan, dan mempercayai, bahwa ini, adalah fase dalam pengukuhan sebuah keberanian. Dalam ambangnya, adalah sebuah keberanian yang mengantarkan para awak baru Surat Kabar Kampus Ganto Universitas Negeri Padang dalam gelombang masa yang penuh gejolak. Di dalamnya sedang terjadi sebuah kegilaan.
Bahwa hidup bukan sebatas menerima, melaksanakan, lalu puas. Ini adalah kesejatian seorang yang telah mencoba berdiri pongah di antara si pengecut dan si ceroboh. Berhasil melawan diri untuk beramah pada kemalasan yang menyesatkan. Dinamika itu terus berlanjut, kehidupannya terus berputar, dan kami masih berada di sekitaran garis finish. Sedang berjuang melawan lupa, bahwa dahulunya kami pernah terjatuh, lalu bangun, jatuh lagi, dinasehti, dan kini tumbuh menjadi seorang yang memang harus bertanggung jawab pada sebuah tanggung jawab. Satu dari semua kepercayaan itu, telah terwujud dengan lahirnya cetakan edisi perdana dalam kepengurusan 2015. Banyak ulasan panjang yang telah kami selesaikan, bingkisan informasi untuk penikmat. Lalu dengan harapan, upaya kami tidak bermuara pada kesia-siaan. Dalam setiap kata yang terucap dan salah yang tiada bertuan, segenap Kru SKK Ganto menyampaikan permohon maaf kepada pembaca setia. Kritik dan saran selalu kami tunggu untuk baiknya kita semua dalam balutan hangat sebuah ikatan sebagai keluarga besar, yakninya Universitas Negeri Padang. Selamat membaca. Gest.
Surat Kabar Kampus Universitas Negeri Padang STT No. 519 SKK/DITJEN PPG/STT/1979, International Standard Serial Number (ISSN): 1412-890X, Pelindung Pelindung: Rektor UNP: Prof. Dr. Phil Yanuar Kiram, Penasehat Penasehat: Pembantu Rektor III UNP: Dr. Syahrial Bakhtiar, M.Pd., Penanggung Jawab Jawab: Prof. Dr. Ermanto, M.Hum., Dewan Ahli Ahli: Jefri Rajif, Wezia Prima Zolla, Novi Yenti, Media Rahmi, Doni Fahrizal, Edo Febrianto, Staf Ahl Ahli: Konsultasi Psikologi Psikologi: Dr. Marjohan, M.Pd., Agama: Dr. Ahmad Kosasih, M.A., Konsultasi Kesehatan Kesehatan: dr. Pudia M. Indika, Kritik Cerpen: M. Ismail Nasution, S.S., M.A., Kritik Puis Puisi: Dr. Kons., Konsultasi Agama Yenni Hayati, S.S., M.Hum., Pemimpin Umum Umum: Meri Susanti, Pemimpin Redaksi Redaksi: Yola Sastra, Pemimpin Usaha Usaha: Suci Larassaty, Bendahara Umum Umum: Fitri Aziza, Kepala Penelitian dan Pengembangan Pengembangan: Wahida Nia Elfiza, Sekretaris Umum Umum: Gumala Resti Halin, Redaktur Pelaksana Pelaksana: Sri Gusmurdiah, Redaktur Berita Berita: Wici Elvinda Rahmaddina, Novarina Tamril, dan Rizka Wahyuni, Redaktur Tulisan Tulisan: Khadijah Ramadhanti, Redaktur Bahasa Sastra dan Budaya Budaya: Ranti Maretna Huri, Redaktur Artistik dan Online Online: Hari Jimi Akbar, Layouter Layouter: Resti Febriani, Fotografer Fotografer: Putri Rahmi, Reporter Reporter: Redda Wanti, Ermiati Harahap, Neki Sutria, Sabrina Khairissa, Kurniati Ramadhani, Riset: Juliana Murti, Pengembangan Sumber Daya Manusia: Sonya Putri, Pustaka dan Kearsipan: Yulia Eka Sari, Sirkulasi dan Percetakan Percetakan: Rival Mulyadi, Iklan: Hera Gusmayanti, Usaha: Ratmiati, Kesekretariatan dan Perlengkapan: Windy Nurul Alifa. Penerbit: SKK Ganto UNP, Alamat: Gedung PKM UNP Ruang G65 Universitas Negeri Padang Padang, Jl. Prof. Dr. Hamka, Air Tawar. Kode pos 25131. Laman web web: http:// ganto.or.id ganto.or.id, e-mail: redaksiganto@gmail.com redaksiganto@gmail.com, Percetakan: Unit Percetakan PT. Genta Singgalang Press (Isi di luar pertanggungjawaban percetakan), Tarif iklan: Rp4.000.000,- (halaman penuh berwarna), Rp1.500.000 (1/2 halaman hitam-putih), Rp100.000,- (iklan web ukuran 300x250 pixel). Redaksi menerima tulisan berupa artikel, esei, feature, cerpen, resensi buku, puisi, dan bentuk tulisan kritis lainnya dari sivitas akademika UNP. Redaksi berhak menyunting tulisan tanpa mengubah esensinya. Tulisan yang masuk menjadi hak redaksi dan yang tidak dimuat akan dikembalikan atau menjadi bahan edisi berikutnya. Setiap tulisan yang dimuat akan diberi imbalan/uang lelah semestinya.
Januari-Februari 2015 Edisi No. 184/Tahun XXV
3
SURA T PEMBA CA SURAT PEMBAC
SKK Ganto menerima surat pembaca baik berupa keluhan, kritikan, saran, dan permasalahan tentang lingkungan sekitar UNP. Surat pembaca dapat dikirimkan melalui email: redaksiganto@gmail.com atau dapat diantar ke redaksi SKK Ganto, Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Ruang G65 UNP dengan dilampirkan kartu identitas: KTP atau KTM.
Air Musala Macet Di Musala Al-Qalam FMIPA, airnya sering macet. Beberapa kerannya juga rusak. Dari tiga keran yang ada, hanya satu kran yang bisa berfungsi normal. Jumlah ini tentu terlalu sedikit dibanding mahasiswa FMIPA yang akan berwudu. Ditambah lagi dengan airnya yang kecil dan kadang juga macet, sehingga banyak yang antri. Semoga pihak fakultas memperbaikinya segera. Reski Ivon Friska Mahasiswa Jurusan Biologi TM 2012
Jalan MKU Macet ULASAN SURA T PEMBA CA SURAT PEMBAC Meski jalan MKU telah diperlebar, namun pada jadwal-jadwal tertentu jalanan MKU masih saja macet. Penyebab utamanya adalah mobil pribadi yang masih saja masuk lewat jalan MKU. Apakah tidak ada teguran tegas untuk pengguna mobil pribadi ini? Nandia Fitri Mahasiswa Pendidikan Sejarah TM 2011
Ruangan Butuh AC Sebaiknya gedung baru yang berada di dekat SMA Pembangunan yang pada saat ini digunakan oleh mahasiswa yang berasal dari Fakultas Ilmu Sosial dilengkapi dengan fasilitas AC. Hal ini disebabkan karena sangat tidak nyaman mengikuti perkuliahan pada siang hari dengan cuaca yang sangat panas. Kegiatan pembelajaran terasa sangat berat dan menyebabkan sulitnya mahasiswa untuk berkonsentrasi pada pelajarannya. Untuk itu, gedung baru ini hendaknya sesegera mungkin ditambahkan fasilitas penunjangnya demi tercipta kondisi belajar yang kondusif. Fieza Eryana Mahasiswa FIS
LHS dan KRS Awal semester ini saya merasakan banyak keganjilan pada portal UNP. Pertama, akses LHS baru dapat dilakukan sesudah mengisi KRS. Bukankan hasil studi itu mempengaruhi jumlah KRS yang akan diambil pada semester berikutnya? Kedua, banyak jadwal yang telah diatur puskom tidak benarbenar dijalankan, misalnya pengambilan KRS pukul 14.00, ternyata tepat pukul 14.00 tetap masih tidak bisa. Kenapa seperti itu? Ratmiati Mahasiswa FBS
Jadwal dan Ruang Kuliah Bentrok Semester ini banyak mata kuliah saya yang bentrok dan kesulitan mencari mata kuliah lain yang tidak bentrok. Selain itu, ruangan kuliah juga banyak yang bentrok. Sebenarnya siapa yang mengatur jadwal dan ruangan kuliah? Saya harap semester depan tidak ada lagi yang bentrok. Amelia Mahasiswa FBS
turnya langsung dari UNP. Kalau dulu jurusan masing-masing yang mengaturnya. Sistem pengaturan terpusat karena baru diterapkan tentu ada kendala-kendalanya. SeRuang kuliah seharusnya nya- hingga kesannya lokal kurang. Ke man dan fasilitasnya memadai. depannya tentu akan kita benahi Namun saat ini ruang kuliah un- l a g i . tuk anak FMIPA kurang. Sehingga Kalau masalah kuliah di lakami harus belajar teori di labora- boratorium, itu permintaan pihak torium. Saya sebagai mahasiswa jurusan. Yang tahu tentu pihak FMIPA merasa kurang nyaman be- jurusan. Tapi logikanya, kalau lajar teori di laboratorium yang fa- praktikum saja di laboratorium silitasnya kurang memadai dan ta- aman, tentu kuliah teori juga kut kalau ada zat berbahaya di da- aman karena cuma sekadar teori, lamnya. tidak memegang zat-zat berbahaya. Yuli Dawani Kalau masalah fasilitas laboMahasiswa FMIPA ratorium, sejak gempa 2009 memang FMIPA masih berbenah. Laboratorium kita masih bagus di Jawaban: luar saja, di dalamnya belum, sejak Sekarang, mulai semester ini, gempa itu. Tapi setiap tahun itu pengaturan jadwal kuliah diatur diperbaiki. Perbaikannya dilakudi tingkat UNP. Jadi semua lokal, kan secara bertahap. baik di FMIPA maupun fakultas lain, bisa dipakai oleh fakultas Drs. H. Yarman, M.Pd lainnya. Kalau dulu lokal fisika Pembantu Dekan II FMIPA UNP hanya dipakai mahasiswa fisika saja, lokal kimia hanya dipakai oleh mahasiswa kimia saja. Kalau sekarang bebas. Karena bebas itulah, seakan-akan jumlah lokal kurang. Jika dulu teori tidak ada di laboratorium. Sekarang ada perkuliahan yang teorinya langsung dilaksanakan di laboratorium. Saya mahasiswa Fakultas Ilmu Dan, itu sesuai dengan permintaan Pendidikan (FIP) tingkat akhir. Sapihak jurusan sendiri. at ini saya sedang mengurus skripUntuk FMIPA, saat ini jumlah si. Dalam mengurus skripsi tentu lokal sudah cukup. Apalagi kalau dibutuhkan buku-buku sebagai remau memanfaatkan lokal daru- ferensi, namun koleksi buku di perrat. Menurut saya, lokal darurat pustakaan FIP sangat terbatas dan cukup kondusif untuk perkuliah- tidak update. Di perpustakaan pusat an. Cuma masalahnya, banyak pun seperti itu. Buku-buku yang yang tidak mau memanfaatkan- ada hanya koleksi lama. Jadi saya nya. sangat kesusahan dalam mencari Selain itu, kendala lainnya ada- referensi. Seharusnya buku perlah jam pelajaran yang tidak di- pustakaan selalu di-update agar manfaatkan secara maksimal. Ka- memudahkan mahasiswa. lau jadwal diisi dari jam pelajaran 1 sampai 11, lokal itu cukup. Annisa Namun, kebanyakan lokal di sore Mahasiswa Jurusan PG PAUD TM 2010 hari tidak terisi, sedangkan pagi hari berebut ingin kuliah pagi semuanya. Jadi bukan lokalnya Jawaban: yang kurang, tetapi pemanfaatan Kalau dari segi jumlah, buku di jam kuliahnya yang tidak maksimal. Solusinya tentu harus diisi perpustakaan FIP saat ini memang tidak banyak. Hal itu disebabkan semua jam pelajarannya. Seperti yang dijelaskan sebe- karena kebakaran di FIP yang terlumnya, sekarang yang menga- jadi pada 2011 yang turut meng-
Ruang Kuliah Tak Memadai
Buku Perpustakaan Kurang Update
hanguskan perpustakaan FIP. Sedangkan, untuk pengadaannya berlangsung lama dan bertahap. Tidak mungkin langsung bisa banyak. Kalau Sebelum kebakaran, bukunya memang lengkap. Selain itu perbandingan jumlah mahasiswa dengan buku yang tersedia tidak seimbang. Idealnya satu orang mahasiswa mendapatkan 15 buku. Sedangkan buku yang tersedia saat ini baru 10.170 buah. Perpustakaan FIP sekarang masih dalam tahap penyempurnaan. Jika yang dikeluhkan terkait perpustakaan FIP yang kurang update, hal tersebut rasanya kurang benar karena pascakebakaran, buku-buku lama sudah habis terbakar. Saat ini, umumnya bukubuku di sini terbitan tahun 2000an ke atas. Pengelola Perpustakaan FIP
Perpustakaan selalu mengadakan pembaruan. Setiap tahun selalu ada proyek buku, ada tendernya juga oleh pengusaha buku. Judul buku yang kita beli ini berdasarkan permintaan dari fakultas. Permintaan fakultas lebih dominan dalam pengadaan judul-judulnya, bukan wewenang perpustakaan saja. Selanjutnya kita laporkan kepada Unit Layanan Pengadaan (ULP) UNP. Kalau tahun kemarin, buku yang kita beli itu kita bagi. Ada yang dibagikan ke fakultas. Ada yang diletakkan di sini (perpustakaan pusat). Jadi buku itu terus kita update. Setiap tahunnya belum pernah tidak ada alokasi dana untuk pengadaan buku. Akan tetapi memang kita tidak membeli buku sebanyak jumlah mahasiswa. Kita hanya membantu mahasiswa untuk pengadaan buku. Buku yang rasanya bisa dibeli oleh mahasiswa sendiri, tidak kita adakan. Setiap tahun ada alokasi dana untuk pengadaan buku. Bahkan tahun ini proyek pengadaan buku kita hampir dua miliar. Jadi, rasanya kurang tepat juga jika mahasiswa berkata seperti itu. Drs. Yunaldi, M.Si Kepala Perpustakaan UNP
LAPORAN
4
Januari-Februari 2015 Edisi No. 184/Tahun XXV
Geliat UNP dalam Proses Pencapaian Renstra Tidak sekadar rencana, aplikasi nyata dari Renstra UNP adalah harapan semua sivitas akademika. Oleh Sri Gusmurdiah Yola Sastra
B
ermula dari Keputusan Presiden Republik Indone sia Nomor 093 tentang penugasan perluasan mandat (wider mandate), Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP Padang) menjadi Universitas Negeri Padang (UNP) pada tahun 1999 lampau. UNP memiliki tugas baru untuk menyelenggarakan tridharma perguruan tinggi dalam aspek yang lebih luas di bidang ilmu nonkependidikan, selain tetap mengembangkan pendidikan tenaga kependidikan sebagai prioritas utama. Sejalan dengan perluasan mandat tersebut, Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional juga memberikan amanat secara umum. Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program-program pendidikan akademik, profesi, dan vokasi. Kesiapan untuk menyelenggarakan tugas perluasan mandat tersebutlah yang menjadi dasar dalam pengembangan Rencana Strategis (Renstra). Renstra itulah yang kemudian dijadikan acuan dalam penyusunan serta penetapan arah kebijakan pengembangan program UNP. Baik jangka menengah maupun program tahunan kelembagaan. Hingga saat ini, acuan tersebut terus dikembangkan, kemudian ditetapkan dalam Renstra UNP Tahun 2014-2018. *** Hari masih menunjukkan pukul 10.00 WIB, tapi Pembantu Dekan I Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNP Dr. Yulkifli, S.Pd., M.Si., tampak tergesa-gesa karena akan mengadakan rapat terkait penyusunan Renstra FMIPA, Kamis (26/2). Hari itu, Yulkifli dan jajarannya akan menyusun Renstra FMIPA yang akan digunakan pada 2015 sampai 2019 mendatang. Sebab, pada tahuntahun sebelumnya belum ada Renstra tersendiri yang tertulis di tingkat fakultas. Renstra yang digunakan FMIPA sebelumnya hanya merujuk kepada Renstra universitas. Sehingga kegiatan yang dilakukan di fakultas hanya mengikuti apa yang dicanangkan oleh universitas. “Jadi mulai dari periode sekarang, saya dari bidang satu mencoba untuk menyusun Renstra fakultas,” ujar Yulkifli yang tengah berada di ruang tamu Dekan FMIPA kala itu. Menurut keterangan Yulkifli, pelaksanaan Renstra yang selama ini digunakan di FMIPA jauh berbeda dengan Renstra yang sekarang. Pelaksanaan Renstra yang sebelumnya tidak dapat diukur, karena tidak tertulis, sehingga tidak ada target
P el et akan Batu P ert ama: Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Prof. H. Mohammad Nasir, Ph.D., Ak., meresmikan pembangunan elet etakan Pert ertama: melakukan peletakan batu pertama pembangunan tujuh gedung baru UNP di Lapangan Sepakbola depan Gedung ICT UNP, Jumat (6/3). f/Rahmi
yang pasti dalam pencapaiannya. Berbeda dengan Renstra sekarang yang dituliskan dan ditargetkan dengan jelas. “Tahun sekarang harapannya apa yang kita capai itu dapat terukur karena kita punya target,” ungkapnya. Tak hanya itu, ia juga mengatakan Renstra yang disusun tersebut akan dirampungkan hari itu juga. Sebab, Renstra itu telah dikerjakan dari tahun 2014 dan baru bisa difinalkan hari itu. “Insyaallah, Senin akan dibawa ke senat fakultas untuk pengesahan, tambahnya. Menyambung yang disampaikan Yulkifli, dalam pelaksanaan Renstra di tingkat fakultas, pengembangannya memang berdasarkan Renstra yang telah dirancang di tingkat universitas. Seperti yang disampaikan oleh Ketua Penyusunan Renstra Tahun 2014-2018, Prof. Dr. Yasri, M.S., bulan lalu, bahwa Renstra yang disusun di fakultas harus berdasarkan kepada Renstra yang disusun di universitas. Begitu pula dengan Renstra yang disusun di jurusan dan prodi, harus berdasakan Renstra yang disusun oleh fakultas. Yasri juga menjelaskan, untuk penyusunan Renstra UNP sendiri, pada tiap-tiap fakultas ada satu utusan yang ditunjuk. Utusan ini nantinya menjadi perwakilan untuk penyusunan Renstra UNP dan akan bekerja sama dengan pihak fakultas untuk menyusun Renstra di fakultas. “Sehingga, pelaksanaan semua Renstra tersebut nantinya tidak keluar dari Renstra universitas,” ujarnya. Terkait pencapaian Renstra, Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) UNP,
Drs. Syafrizar, M.Pd., mengatakan di FIK hampir 95% Renstra UNP terealisasi setiap tahunnya. Mulai dari pengabdian masyarakat, penggunaan elearning, penulisan buku teks atau bahan ajar, penelitian hibah, serta penyelesaian studi lanjut dosen (dalam negeri). “Yang belum terlaksana itu seminar nasional, karena kita terkendala pemateri,” ucap Syafrizar, Selasa (24/2). Sementara untuk peningkatan kualitas dosen, Syafrizar mengungkapkan dari 25 dosen FIK yang melanjutkan studinya, hanya 2 orang yang belum menyelesaikan Strata-3. “Jadi, sekitar 99% selesai sesuai waktunya,” ungkap Syafrizar. Selain itu, ia juga mengatakan dosen FIK juga banyak yang berada di kecabangan (cabangcabang olahraga), yang meningkatkan pengetahuannya di Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI). “Juga banyak yang dikirim dan diminta untuk mengikuti workshop di Kementerian Olahraga, di samping Kementerain Pendidikan Nasional,” ujarnya. Perihal Renstra, Pembantu Rektor I UNP Prof. Dr. Agus Irianto mengatakan, Renstra UNP disusun berdasarkan kondisi saat ini atau masa lalu. Misalnya di bidang akademik, kalau ada potensi untuk membuka program baru dan benar-benar dibutuhkan, maka diusahakan untuk membuka program tersebut. Jika akreditasinya A, maka diusahakan untuk bertahan, jika B atau C, diusahakan untuk meningkatkan, dan untuk yang belum terakreditasi diusahakan secepatnya terakreditasi. “Yang
belum terakreditasi itu adalah program-program yang masih baru,” ucap Agus , Jumat (27/ 2). Selain itu, ia juga mengatakan untuk Renstra UNP Tahun 2014-2018 sudah dikirim ke Jakarta, tapi pihak UNP masih menunggu karena belum disahkan oleh pusat. “Semoga yang diharapkan pada Renstra tersebut tercapailah,” tutupnya. Pembenahan sarana dan prasarana Harapan untuk meningkatkan fasilitas juga tertuang dalam Renstra UNP. Berbagai upaya pembenahan dilakukan hampir di setiap sudut kampus. Salah satunya di FMIPA UNP. Seperti yang dijelaskan Pembantu Dekan II FMIPA Drs. Yarman M.Pd.. Di FMIPA telah dilakukan perbaikan beberapa laboratorium, seperti laboratorium Biologi dan Kimia. Selain itu, juga dibangun taman atau tempat duduk bagi mahasiswa serta alternatif tempat berdiskusi dan perluasan tempat parkiran. “Secara umum, semua yang tertuang dalam program tahunan tersebut sudah dilaksanakan, namun memang pengerjaannya saja yang belum selesai,” ujar Yarman, Selasa (17/2). Sementara itu, terkait perencanaan Renstra dari tahuntahun sebelumnya, Yarman mengungkapkan dalam Renstra UNP tidak ada spesifikasi pencapaian tujuan yang harus dilakukan fakultas secara rinci. Secara umum, dikatakan bahwa arah pengembangan sarana dan prasarana adalah melaksanakan penambahan dan perluasan sarana, prasarana dan fasili-
tas pendidikan berupa ruang kuliah, laboratorium, workshop, bengkel, dan perpustakaan. “Karena setiap fakultas memiliki program tahunannya sendiri, maka dituangkan ke dalam program tahunan itu,” tambahnya. Secara keseluruhan, Yarman menyampaikan pelaksanaan Renstra di FMIPA cukup bagus, karena telah bisa memperbaiki beberapa sarana dan prasarana seperti laboratorium, taman, dan beberapa hal lainnya. Selain itu, di FMIPA juga telah memulai pengerjaan dari pembangunan Ruang Serba Guna (RSG) yang terletak di depan perpustakaan. Lebih lanjut, ia berharap agar FMIPA menjadi perhatian bagi pihak rektorat untuk membangun serta memperbaiki sarana dan prasarana yang ada. “FMIPA memiliki banyak laboratorium yang membutuhkan dana yang cukup besar, sementara FMIPA tidak memiliki uang,” tutupnya. Menanggapi pelaksanaan Renstra mengenai sarana dan prasarana, Pembantu Rektor II UNP Dr. Alizamar, M.Pd. Kons. mengatakan bahwa sekarang ada delapan gedung yang dibangun di UNP. Itu semua untuk mendukung pencapaian kualitas UNP yang lebih baik. “Insya Allah, tahun ini selesai semuaya pembangunan itu,” ujarnya, Kamis (5/3). Lebih lanjut, ia berharap agar Renstra tersebut dapat terwujud. “Harapannya satu, Renstra ini ya harus diwujudkan semua. Jika ada kendala, kendala inilah yang akan kita carikan solusinya,” tutupnya. Laporan: Ayu, Nova, Sastra, Sri
LAPORAN
Januari-Februari 2015 Edisi No. 184/Tahun XXV
SKM: Mahasiswa tengah mengikuti Sekolah Kebangkitan Muda (SKM) yang diadakan oleh pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa UNP di ruang sidang PKM UNP, Minggu (8/3). f/Suci
Renstra Perlu Sosialisasi dan Optimalisasi Hasil yang maksimal tentunya harus dicapai dengan usaha tak yang main-main pula, usaha itulah yang mestinya digencarkan untuk mewujudkan Renstra. Oleh Sri Gusmurdiah Yola Sastra
P
uluhan motor terparkir di depan sekretariat Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Universitas Negeri Padang (UNP), Rabu (25/2). Aktivitas kampus baru saja dimulai, hingga malam menjelang. Mahasiswa tak hentihentinya melakukan berbagai aktivitas di sekretariat UKM yang terletak di kompleks Pusat Kegiatan Mahasiswa tersebut. Begitu juga halnya dengan organisasi mahasiswa (ormawa) tingkat jurusan dan fakultas, yang tak ada habisnya. Setiap hari, aktivis kampus tersebut menjalani berbagai aktivitas kemahasiswaan di ruang sekretariatnya. Namun, jumlah mahasiswa yang tergabung dalam UKM dan ormawa tersebut belum mencapai target UNP. Dari 33.832 mahasiswa UNP yang terdaftar hinga semester Juli-Desember 2014, 50%-nya harus aktif berorganisasi. Seperti yang tertuang dalam rencana strategis (Renstra) UNP tahun 20142018. Namun pada kenyataannya, menurut keterangan Kepala Subbagian Minat Penalaran dan Informasi UNP, Erman. A, S.Pd., mahasiswa yang bergabung dengan UKM dan ormawa hingga saat ini baru mencapai 8%, dari keseluruhan jumlah mahasiswa UNP. Hal ini dibenarkan oleh Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UNP Drs. Syahril, M.Pd. Walaupun Syahril mengaku tidak terlalu paham dan belum pernah melihat Renstra sebelumnya, tapi ia mengakui terkait dengan kemahasiswaan, renstra tersebut belum tercapai. “Keterlibatan mahasiswa dalam berorganisasi
memang sangat sedikit,” ujarnya, Rabu (18/2). Selain itu, Syahril juga mengatakan hal tersebut terjadi karena mahasiswa lebih memfokuskan aktivitas kuliah, sehingga mereka tidak sempat mengikuti berbagai kegiatan organisasi di kampus. Padahal dari pihak fakultas sendiri telah memfasilitasi berbagai kegiatan secara gratis. Namun, ia juga tak memungkiri ada sebagian mahasiswa yang tidak ikut organisasi dan pergi kuliah pun hanya main-main dan tidak serius. “Harapannya hal seperti ini tidak terjadi, keantusiasan dan keterlibatan mahasiswa dalam berorganisasi sangat diinginkan,” tutupnya. Berbagai alasan menjadi jawaban tersendiri bagi mahasiswa untuk tidak mengikuti organisasi. Salah satunya Nurhidayati, Mahasiswa Jurusan Bahasa Indonesia TM 2012. Nurhidayati memilih tidak mengkuti organisasi karena menurutnya ia tidak sanggup mengikuti proses ketika memasuki organisasi. Meskipun dia pernah mencoba bergabung, tapi akhirnya ia terseleksi alam dan berhenti. “Terlalu berat untuk saya, banyak yang harus dikerjakan dibanding mengikuti proses panjang masuk ormawa,” kata Nurhidayati, Jumat (13/2). Sama halnya dengan Nurhidayati, Elsa Tri Yuliana juga mengaku tidak mengikuti organisasi. Sebetulnya dari awal ia mau mengikuti organisasi sejak tahun pertama perkuliahan. Namun, saat itu ia tidak tahu akan masuk organisasi apa, karena informasi tentang organisasi tidak diketahuinya. “Waktu semester awal, informasi tentang organisasi gak nyampe ke saya,” ujar mahasiswa Jurusan Kesehatan dan Rekreasi TM
2012 itu, Jumat (6/3). Renstra UNP kurang sosialisasi Terkait Renstra UNP, memang tidak sedikit di antara mahasiswa UNP yang tidak mengetahui akan adanya acuan universitas tersebut. Salah satunya Nina Wahyuni, Mahasiswa Jurusan Manajemen TM 2012. Nina mengaku tidak mengetahui apa pun tentang Renstra UNP. Ia hanya mengatakan kalau Renstra bertujuan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai universitas dalam jangka waktu tertentu. “Kalau Renstra UNP saya tidak tahu apaapa,” ungkapnya, Jumat (13/2). Sama halnya dengan Nina, Chairul Wahyudi yang merupakan Human Resource Development (HRD) di Unit Kegiatan Kepenyiaran Kampus (UKKPK) UNP juga mengatakan hal yang sama. Ketika diwawancarai oleh salah satu reporter Ganto, Chairul enggan berkomentar. Sebab ia tidak mengetahui tentang adanya Renstra UNP, ia justru merekomendasikan aktivis lainnya dari unit kegiatan mahasiswa (UKM) yang berbeda. “Menurut saya, yang lebih pantas untuk diwawancarai itu pihak Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) atau Ketua Umum Wadah Pengkajian dan Pengembangan Sosial Politik (WP2SOSPOL),” ujarnya, ketika ditemui di depan Gedung Program Pascasarjana UNP, Kamis (19/2). Sementara itu, ditemui di tempat yang berbeda, Ketua Umum WP2SOSPOL Muhammad Ihsan juga mengatakan bahwa ia tidak mengetahui tentang adanya Renstra UNP. Ikhsan menjelaskan kalau maksud dan tujuan dari Renstra ia memang tahu, tapi kalau tentang Renstra UNP sendiri ia tidak
5 mengetahuinya. “Baru kali ini saya mendengarnya,” ujar Ikhsan, Kamis (19/2). Tak hanya mahasiswa, dosen sekaligus Kepala Laboratorium Ekologi, Jurusan Biologi Dr. Anizam Zein, M.Si., juga mengatakankan bahwa ia tidak terlalu mengetahui tentang isi Renstra UNP tahun 2014-2018. Selain karena ia tidak termasuk ke dalam struktural panitia pelaksana Renstra, menurutnya sosialisasi tentang Renstra juga kurang kepada jajaran dosen. “Sosialisasi mengenai Renstra kepada para dosen sangat kurang, jadi saya kurang mengetahui bagaimana pergerakannya,” ujar Anizam, saat ditemui di Kantor Kepala Laboratorium Ekologi, Jurusan biologi, Jumat, (20/2). Selain itu, Menurut Anizam, pelaksanaan Renstra juga terkendala karena kurangnya pemahaman serta komitmen orang-orang yang melaksanakannya. Renstra lebih banyak diketahui oleh jajaran pejabat kampus, sementara dosen biasa sangat minim yang mengetahuinya. “Kalau dulu, Rektor yang datang ke Staf Pengajar memberikan arahan tentang apa yang akan dicapai, tapi beberapa tahun ini sudah tidak ada,” ucapnya. Lebih lanjut, ia juga mengatakan seharusnya perancangan Renstra UNP disusun terlebih dahulu. Misalnya untuk dosen yang akan pensiun harus dipersiapkan penggantinya. Sebab, sekarang formasi dosen baru hanya sedikit, sementara yang pensiun banyak. Begitu pula dengan peningkatan pendidikan staf dosen. Selain itu, Anizam juga berharap agar Renstra UNP tahun 2014-2018 dapat berjalan dengan baik. “Semoga, Renstra yang baru ini dilaksanakan dengan sebaik mungkin, agar tercapai apa yang diinginkan,” tutupnya.
lihatan, namun masih dilakukan secara bertahap,” ujar Dasman, ketika ditemui di Kantor Prodi Magister Administrasi Publik, Rabu dua pekan lalu. Lebih lanjut, Dasman mengungkapkan untuk pengembangan dosen dalam bidang karya ilmiah juga harus ditingkatkan. Sebab, tidak sampai 25% dosen UNP yang melakukan penelitian. Budaya penelitian di UNP masih lemah. Seharusnya setiap dosen melakukan penelitian, namun kenyataannya justru sebaliknya. Terkadang kuota untuk penelitian berlebih. “Tugas dosen ada tiga, pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat. Jadi agar universitas bisa berkembang, maka ketiga aspek ini harus dikembangkan,” ucapnya. Seperti yang disampaikan Dasman, tingkat penelitian di UNP memang masih rendah. Berdasarkan data dari buku rancangan Renstra UNP Tahun 2014-2018, terhitung dari tahun 2009-2013, jumlah penelitian dari tujuh fakultas di UNP ditambah dengan penelitian UNP dan Pascasarjana hanya mencapai 698 penelitian. Selain itu, belum sampai 30% dari hasil penelitian tersebut yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah nasional dan prosiding nasional. Serta, belum sampai 5% dari hasil penelitian itu yang dipublikasikan dalam jurnal dan prosiding internasional. Dengan keadaan tersebut, maka pada Renstra Tahun 2014-2018, penelitian dan karya ilmiah kembali diprioritaskan, yakni 75% tenaga pendidik diharapkan menghasilkan karya ilmiah dalam bidang sains, teknologi, seni dan sastra per tahun, menghasilkan 5 judul penelitian kerja sama luar negeri per tahun, dan menghasilkan 100 judul penelitian kompetisi nasional per tahun. Perihal penelitian dan pub-
R e p o r t a s e L a n g s u n g : Dosen Jurusan Bahasa Indonesia UNP sedang memberikan simulasi reportase langsung pada Pelatihan Jurnalistik untuk MAN 1 Padang, Minggu (26/10/14). Ini bentuk realisasi Tridharma ke-3 Perguruan Tinggi, yaitu pengabdian masyarakat. f/Rahmi
Penelitian kembali diprioritaskan Ketua Program Studi (Prodi) Magister Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNP, Prof. Dr. Dasman Lanin, mengatakan bahwa Renstra UNP selama ini sudah ada pergerakannya, namun masih belum “menggigit”. Seperti halnya di bidang penelitian. Dulu sangat sulit untuk melakukan penelitian karena keterbatasan dana, tapi sekarang sudah banyak tersedia dana bagi siapa saja dosen yang ingin melakukan penelitian. “Programnya sudah ke-
likasi ilmiah, Pembantu Rektor I UNP Prof. Dr. Agus Irianto mengatakan salah satu syarat untuk menjadi guru besar adalah menulis artikel jurnal yang telah terakreditasi SCOPUS untuk internasional. Semakin lama persyaratan menjadi guru besar akan semakin sulit. Sebab, hasil penelitian harus dinilai oleh orang luar dan tidak boleh dinilai oleh kawan sendiri. “Ini juga harus disadari oleh rekanrekan dosen,” kata Agus, Jumat (27/2). Laporan: Hera, Khadijah, Ratmiati, Sastra, Suci
LAPORAN
6
Januari-Februari 2015 Edisi No. 184/Tahun XXV
Menuju WCU Tak Sekadar Motto Jalan menuju ke sana sudah mulai ada, pihak universitas hanya perlu lebh menggenjotnya lagi untuk meraihnya.
Oleh Sri Gusmurdiah Yola Sastra
mentara menurut Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti), sebagaimana tercantum dalam surat Ditjen Dikti nomor 2045/D/T/2007 Tanggal 25 Juli 2007, terdapat 34 butir kriteria menjadi WCU. UNP sebagai salah satu universitas negeri di Indonesia pun mencitakan hal sama. Menjadi WCU dan diakui oleh
motivasi atau pengaharapan. “Dari tahun 2025-2030 saya rasa ada kemungkinan,” ujar Muttaqin, Jumat (27/2). Namun, ia tetap berharap dengan adanya target tersebut akan lebih motivasi semua pihak UNP untuk terus berbenah. Hal yang dipersiapkan UNP seperti fasilitas, pendanaan, akreditasi, kemahasiswaan dan lain sebagainya lebih di-
S
emenjak Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan disahkan, berbagai universitas di Indonesia mulai berupaya untuk mencapai standar world class university (WCU). Sebuah universitas yang diakui dunia dan terakreditasi secara internasional. Akreditasi tersebut dikeluarkan oleh lembaga pengakreditasi WCU, di antaranya THES (The Times Higher Education Supplement), ARWU (Academic Ranking of World Universities) oleh Institute of Higher Education, Shanghai Jiao Tong University, China, dan Webometrics. Berbagai kriteria dan bobot penilaian pun dikeluarkan oleh lembaga pengakreditasi WCU. Salah satunya seperti yang dilansir oleh situs http://www.arwu.org/ kriteria dan bobot penilaian ARWU yaitu alumni yang memenangi hadiah Nobble dan Field Medals bobotnya 10%, pengajar yang memenangi hadiah Nobble dan Field Medals bobotnya 20%, riset yang paling disitir dalam 21 kategori bobotnya 20%, artikel ilmiah yang dipublikasi di majalah Nature dan majalah Science bobotnya 20%, artikel yang disitir oleh Science Citation Index bobotnya 20%, dan performa akademik dalam kaitannya dengan ukuran institusi bobotnya 10%, yang total keseluruhannya 100%. Beberapa kriteria lainnya yaitu 40% tenaga pendidik bergelar Ph.D., publikasi internasional 2 papers/staff/tahun, jumlah mahasiswa pasca 40% dari total populasi mahasiswa (student body), anggaran riset minimal US$ 1300/staf/tahun, jumlah mahasiswa asing lebih dari 20%, dan Information Communication Technology (ICT) 10 KB/ mahasiswa. Se-
Miniatur Gedung: Seperti inilah gambaran UNP setelah pembangunan 7 gedung proyek pembangunan IDB selesai dikerjakan, Jumat (6/3). f/Rahmi
dunia. UNP mulai berbenah untuk mencapai universitas berkelas internasional tersebut. Serta menargetkan UNP sudah menuju WCU pada 2025 mendatang. Seperti yang disampaikan Kepala Biro Akademik dan Administrasi Kemahasiswaan (BAAK) UNP, Azhari Suwir, S.E., Rabu dua pekan lalu, bahwa Rektor UNP mengiginkan UNP untuk menuju WCU. Menanggapi hal itu, Sekretaris Jenderal Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM UNP) Muttaqin Kholis, mendukung rencana UNP tersebut. Namun, dengan kondisi UNP yang sekarang dibandingkan persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi WCU, ia masih pesimis dengan target itu. karena menurutnya, 2025 UNP menjadi WCU, itu hanya sekedar
tingkatkan. “Begitu pula dengan mahasiswa, apatisme yang melekat pada diri mahasiswa harus dihapuskan,” pungkasnya. Menyambung yang dikatakan Muttaqin, Dr. Anizam Zein, M.Si., juga menyampaikan hal tersebut sangat bagus untuk UNP. Dengan adanya target menuju WCU, UNP akan semakin mudah untuk menyesuaikan dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Sehingga lulusan UNP nantinya bisa bersaing dengan negara lain. “Jadi harus ditingkatkan belajar bahasa asing,” ujarnya, Jumat (20/2). Anizam juga mengatakan kalau di Fakultas Ilmu Matematika dan Pengetahuan Alam (FMIPA) sudah mulai
menggalakkan WCU, yaitu dengan menggunakan bahasa Inggris saat belajar mengajar. “Dosen-dosen juga mendukung hal tersebut, namun saat ini memang belum intensif,” tambahnya. Tak jauh berbeda dengan Anizam, Plt. Dekan Fakultas Teknik (FT) UNP Drs. Syahril, ST, MSCE., Ph.D, juga mengatakan UNP telah mulai bergerak menuju WCU, walaupun target tersebut masih jauh. Namun, upaya-upaya UNP ke arah itu sudah ada, seperti Lembaga Penelitian yang mengurus tentang penelitian, Lembaga Pengabdian Masyarakat yang mengimplentasikan hasil dari riset, dan lain sebagainya. “Itu salah satu jalan menuju ke sana, walaupun hasilnya memang belum seperti yang kita inginkan,” ujarnya, Kamis (25/2). Senada dengan Anizam dan Syahril, Dekan Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNP, Prof. Dr. Syafri Anwar, M.Pd. Menurutnya, pergerakan UNP menuju WCU sudah mulai ada. Seperti lulusan UNP yang sudah menerima ijazah dalam dua bahasa (Indonesia-Inggris) dan transkrip nilai dua bahasa. “Itu bukti, bahwa kita sedang menapaki dan mengarah kesana,” ujarnya, Kamis dua pekan lalu. Syafri juga menjelaskan, untuk menjadi WCU, semua fakultas harus tetap berada di bawah payungnya UNP. Seperti adanya kerja sama, itu tidak bisa hanya dari pihak fakultas saja, tapi harus dinaungi oleh universitas. “Kita tidak boleh keluar dari Renstra UNP. Renstra fakultas tidak bisa berjalan sendirinya dan harus seirama dengan Renstra Universitas,” pungkasnya. Menanggapi UNP menuju WCU, Pembantu Rektor III UNP Dr. Syahrial Bahktiar, M.Pd, mengatakan visi misi UNP adalalah menjadi universitas yang unggul di Asia tenggara. Menurutnya, Renstra yang selama ini dirancang berkaitan dengan pencapain WCU tersebut. “Mereka satu kesatuan untuk menjadikan UNP menjadi WCU dan semua visi misi serta tujuan sudah disetuji senat,” kata Syahrial, Rabu (26/2). Laporan: Ana, Hera, Mala, Meri, Suci, Wici
WAWANCARA KHUSUS
Menyongsong Renstra Baru
M
Prof. Dr. Yasri, M.S.
eningkatkan kualitas UNP menjadi lebih baik mestinya menjadi tanggang jawab semua sivitas akademika UNP. Namun, kualitas yang lebih baik itu masih berbentuk harapan bagi semua sivitas akademika dan dalam pelaksanaannya seolah tak menjadi tanggung jawab bersama. Hal ini terbukti dari pelaksanaan Renstra UNP yang belum maksimal. Demi tetap tercapainya tujuan untuk menjadikan UNP lebih baik, Renstra UNP Tahun 2014-2018 pun kembali disusun. Berbagai tujuan dan harapan kembali dituangkan dalam Renstra tersebut. Lalu,
bagaimana dengan penyusunan Renstra Tahun 2014-2018? Apa saja yang ingin dicapai dari Renstra tersebut? Berikut wawancara reporter Ganto, Sri Gusmurdiah dan Novarina Tamril dengan Ketua Penyusunan Renstra Tahun 2014-2018 Prof. Dr. Yasri, MS, Jumat (20/2). Apa tujuan dibentuknya Renstra UNP dan Renstra Tahun 2014-2018? Tujuan dibentuknya Renstra yaitu untuk memberikan arah dalam pengembangan UNP ke depannya. Dengan adanya Renstra, rencana-rencana UNP lebih terarah. Karena rancangan itu nantinya akan dijadikan kegiatan, maka kegiatan tersebut harus memiliki acuan dalam pencapaian tujuannya. Sehingga dapat dikerjakan oleh semua orang yang berada di universitas. Begitu juga halnya dengan Renstra Tahun 2014208, Renstra yang belum tercapai pada periode sebelumnya, kembali diprioritaskan pada Renstra Tahun 2014-2018 ini. Renstra apa saja yang belum tercapai pada periode sebelumnya? Secara umum yang belum tercapai pada periode sebelumnya, yakni di bidang kemahasiswaan. Masih banyak mahasiswa yang tidak mau mengikuti organisasi dan aktivitas mahasiswa lainnya. Selain itu, akreditasi universitas juga harus ditingkatkan, penelitian dan publikasi pe-
nelitian dosen juga masih kurang, serta berbagai sarana dan prasarana yang harus lebih ditingkatkan lagi. Lalu apa prioritas UNP pada Renstra Tahun 2014-2018 ini? Semuanya telah dijelaskan dalam buku Renstra Tahun 2014-2018. (Di antaranya yaitu 50% mahasiswa mengikuti organisasi, 60% lulusan memiliki TOEFL S1 425, S2 450 dan S3 475, 80% lulusan memiliki IPK > 3,40, 75% tenaga pendidik menghasilkan karya ilmiah, 75% tenaga pendidik melaksanakan pengabdian kepada masyarakat per Tahun, 90% mahasiswa menyelesaikan studi tepat waktu, Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan, 80% MoU universitas dapat diimplementasikan, 75% tenaga pendidik telah memanfaatkan isu-isu global dalam pembelajaran, dan lain sebagainya). Bagaimana proses penyusunan Renstra itu sendiri? Penyusunannya diawali dengan pembentukan tim yang ditunjuk oleh Rektor UNP. Pada tingkat fakultas juga ditunjuk satu orang utusannya. Utusan ini yang nantinya akan bekerja sama dengan bagian fakultas untuk menyusun Renstra fakultas. Renstra yang disusun di fakultas harus berdasarkan kepada Renstra yang disusun di universitas. Begitu pula dengan Renstra yang disusun
di jurusan dan prodi, harus berdasakan Renstra yang disusun oleh fakultas. Kemudian Renstra fakultas tersebut diajukan ke universitas untuk meminta persetujuan. Sebelumnya, pihak universitas mengajukan terlebih dahulu Renstra tersebut kepada Menteri untuk persetujuan dan pengesahan. Apakah Renstra UNP berkaitan dengan UNP menjadi WCU? Tentu saja iya. Salah satu sasaran dari Renstra yaitu mempersiapkan UNP menjadi WCU. Oleh karena itu, pada Renstra Tahun 2014-2018 kualitas tenaga pengajar lebih ditingkatkan lagi, dengan memberikan kesempatan kepada dosen untuk menambah pendidikan ke luar negeri, melakukan penelitian dan publikasi penelitian secara gratis, serta didanai untuk kegiatan pengabdian masyarakat. Selain itu, mahasiswa juga diharuskan mampu untuk berbahasa asing, minimal bisa berbahasa Inggris. Pada Renstra Tahun 2014-2018 juga disebutkan, mahasiswa yang ingin wisuda harus memiliki sertifikat TOEFL. Sebenarnya dulu juga sempat akan dicanangkan “English Day” di UNP, yaitu dalam satu seminggu digunakan satu hari untuk berkomunikasi dengan berbahasa Inggris, namun karena berbagai pertimbangan rencana tersebut dibatalkan. (*)
LAPORAN
Januari-Februari 2015 Edisi No. 184/Tahun XXV
7
ARTIKEL
UNP Masa Depan dalam T ubuh Rens tr a Tubuh Renstr tra Fitri Aziza Bendahara Umum SKK Ganto 2015
“H o w e v er beautiful the sstt rrat at egy ow ategy egy,, you should occasionally look at the results (Bagaimanapun bagusnya sebuah strategi, kadangkadang kamu harus melihat hasilnya).� — Winston S. Churchill Dewasa ini, paradigma masyarakat Indonesia terhadap pendidikan mulai berkembang. Masyarakat mulai berpikir cerdas dalam memilih sekolah atau perguruan tinggi. Mereka mulai mempertimbangkan prospek masa depan, kualitas, dan akreditasi perguruan tinggi yang ingin dimasuki. Hal ini terlihat dari tingginya minat siswa untuk masuk ke beberapa perguruan tinggi di Indonesia, seperti Universitas Padjadjaran (Unpad), Universitas Hasanuddin (Unhas), Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan universitas ternama lainnya. Berdasarkan data jumlah pendaftar Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri 2014, lima perguruan tinggi negeri dengan peminat tertinggi, yaitu Unpad dengan 78.535 pendaftar, USU 73.726, Unhas 72.149, UGM 71.193, dan UI 63.000. Kelima perguruan tinggi tersebut dikategorikan sebagai perguruan tinggi yang berakreditasi kisaran A dan B, dan beberapa di antaranya sudah berkelas dunia. Data terakhir dari Quacquarelly Symond World Universities Ranking, UI di tahun 2014 menempati peringkat 310, ITB di kisaran 461–470, dan UGM di peringkat 701. Dari hal tersebut terlihat bahwa tuntutan terhadap kualitas perguruan tinggi semakin meningkat dan persaingan menjadi semakin ketat. Untuk menghadapi tuntutan tersebut, Universitas Negeri Padang (UNP) sebagai salah satu perguruan tinggi negeri harus meningkat-
kan kualitas pendidikan dan daya saingnya sehingga tidak tertinggal dari universitas lain. Dalam upaya pengembangan perguruan tinggi yang berkualitas, UNP perlu menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang komprehensif dan terarah dengan anggaran memadai. Hal ini bertujuan agar pelaksanaan Tri Dharma Perguruan
sebagai pedoman perencanaan serta alat pengendalian kinerja dalam pelaksanaan program dan kegiatan. Disusunnya Renstra ini bukan hanya sebagai kewajiban, tetapi sudah menjadi kebutuhan. Dalam menyusun Renstra tidak boleh asal-asalan, melainkan harus berbasis data. Mengapa demikian? Dari data penyusunan Renstra inilah dapat dianalisis kebutuhan yang sebenarnya, seperti apa yang kurang, apa yang harus diusahakan, dan sebagainya.
Grafis: Hari Jimi Akbar
Tinggi dapat dijalankan secara optimal. Penyusunan Renstra merupakan langkah awal yang harus dilakukan agar semua program dan kegiatan yang dirumuskan sinkron dengan tantangan yang dihadapi. Dalam hal ini definisi Renstra dapat dikatakan sebagai dokumen perencanaan satuan kerja perguruan tinggi untuk periode lima tahun yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Untuk penyusunan Renstra perguruan tinggi disusun secara bersama oleh seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) di perguruan tinggi yang disesuaikan dengan data dan kondisi masingmasing. Tujuan dibuatnya Renstra, yaitu untuk memberikan gambaran wujud pelayanan yang dapat diberikan hingga lima tahun mendatang dan
Salah satu target yang ingin dicapai UNP pada tahun 2018 dalam membentuk mahasiswa berkarakter cerdas adalah 50% mahasiswa aktif dalam kegiatan-kegiatan kemahasiswaan. Namun pada kenyataannya hingga tahun 2015 ini, jumlah mahasiswa yang tergabung dalam organisasi baru berjumlah sekitar 2.700 orang atau 8% dari jumlah mahasiswa UNP. Jumlah tersebut tentu masih jauh dari harapan. Idealnya untuk mencapai 50% mahasiswa aktif dalam kegiatan-kegiatan kemahasiswaan, sebanyak 16.916 dari 33.832 mahasiswa harus tergabung dalam organisasi. Dalam hal ini, mau tidak mau UNP harus mengupayakan 14.216 mahasiswa lagi untuk aktif berorganisasi. Selain itu, menjadi 150 universitas terbaik di ASEAN juga merupakan rencana besar yang ingin dicapai oleh UNP, dan sebagai salah satu upaya menuju universitas bertaraf internasio-
nal. Untuk mencapai target tersebut, tentu UNP harus memperoleh akreditasi internasional terlebih dahulu. Untuk memperoleh akreditasi internasional bukanlah hal yang mudah karena akreditasi internasional dilakukan berdasarkan outcome base atau mutu lulusan. Program studi yang ada di universitas menentukan kualitas apa saja yang harus ada pada diri mahasiswa setelah lulus, kemudian dilakukan pengukuran apakah target tersebut berhasil dicapai atau tidak. Selain target tersebut, masih banyak lagi target pencapaian UNP yang tertera dalam Renstra UNP 2014-2018. Di antaranya, yaitu 90% mahasiswa menyelesaikan studi tepat waktu, 80% tenaga pendidik melakukan pembaharuan proses pembelajaran, 10% tenaga pendidik bergelar guru besar, 80% lulusan memiliki IPK > 3,40, 75% tenaga pendidik menghasilkan karya ilmiah per tahun, 200 tenaga pendidik tiap tahun berpartisipasi sebagai pemakalah dalam seminar nasional dan internasional, tenaga pendidik menghasilkan 250 judul buku per tahun, dan masih banyak lagi target capaian lain yang sudah direncanakan UNP. Agar semua pencapaian tersebut dapat terwujud secara optimal, seluruh sivitas akademika UNP harus paham dan terlibat dalam menjalankan Renstra tersebut. Namun, sangat disayangkan, masih banyak mahasiswa dan dosen yang tidak tahu seperti apa target pencapaian UNP 2014-2018 ini. Padahal jalannya Renstra tergantung pada partisipasi dari seluruh anggotanya. Oleh karena itu, sivitas akademika UNP harus menelaah dan memahami kembali rencana-rencana yang telah disusun demi tercapainya target atau tujuan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya bukan hal yang tidak mungkin lagi bagi UNP untuk menjadi universitas berkelas dunia suatu saat nanti. (*)
AP A KA TA MEREKA APA KAT
Sosialisasi Renstra Perlu Ditingkatkan Jujur, saya sama sekali tidak mengetahui tentang Rencana Strategis (Renstra) UNP. Bahkan, rasanya baru kali ini saya mendengarkan istilah Renstra ini. Apalagi untuk mengetahui apa saja Renstra UNP di tahun 2014-2018. Tidak ada informasi mengenai Renstra. Jika memang Renstra adalah rencana strategis yang harus dicapai universitas, maka besar harapan saya agar semuanya berjalan lancar. Mungkin ini juga akan berkaitan dengan kejelasan akreditasi nantinya.
Marlina (Mahasiswa Jurusan Biologi TM 2013)
Bagi saya Renstra adalah sebuah konsep yang telah disusun secara matang oleh sebuah universitas. Biasanya di dalam Renstra telah diRobi tuangkan beberapa target yang harus dicaSepriananda pai oleh universitas yang bersangkutan. Nah, (Ketua HMJ Biologi begitu pula UNP dengan Renstra tahun 2014Periode 20142018-nya. Akreditasi UNP, perbaikan in2015) frastruktur melalui IDB, dan UNP menuju World Class University adalah tiga di antara beberapa Renstra yang saya ketahui. Hanya, informasi mengenai Renstra ini masih kurang jelas. Saya hanya mendengar sekilas dari para petinggi UNP ketika berkesempatan menghadiri sebuah acara. Jika memang Renstra adalah sebuah konsep, alangkah baiknya sosialisi mengenai Renstra ini lebih digiatkan lagi agar semua masyarakat UNP tahu dan turut serta dalam mewujudkannya. Dengan adanya Renstra, itu menyatakan bahwa UNP yang sekarang bukanlah UNP yang dulu. Sebab, di dalam Renstra tentulah pencapaian-pencapaian baru yang menjadi prioritasnya. Semoga apa pun nanti keputusannya, Renstra UNP tahun 2014-2018 ini dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Lancar atau tidaknya sebuah sistem itu menyangkut kepada seluruh anggota di dalamnya. Begitu pula halnya dengan rencana yang telah dituangkan UNP di dalam Renstranya. Seluruh civitas akademika turut berperan penting di sini. Bahkan mahasiswa pun diharuskan untuk ikut serta dalam mewujudkannya. Lalu bagaimana cara menjalankannya jika masih ada yang belum tahu apa arti renstra sesungguhnya? Jawabannya tentu adalah sosialisasi. Dalam penyebaran informasi, UNP memakai sistem tingkatan di sini. Di tingkat universitas ada yang namanya anggota senat, senat universitas dan senat fakultas. Informasi diberikan pimpinan universitas kepada pimpinan fakultas,
lanjut ke pimpinan jurusan, lanjut ke pimpinan prodi, dan berakhir di staf pengajar dan mahasiswa. Ketika informasi berjalan lancar, barulah semua dapat dijalankan sesuai capaian yang diinginkan. Selain itu, sosialisasi mungkin juga dapat dilakukan dengan cara memberikan poin-poin penting kepada staf pengajar dan mahasiswa dari jurusan atau prodi yang bersangkutan. Jadi, informasi tidak hanya di-posting di web saja. Nah, ketika semua masyarakat UNP sudah tahu, dosen dan mahasiswa diharapkan juga mengontrol berjalan atau tidaknya Renstra ini.
Mohd. Hafrison, S.Pd. (Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia FBS UNP)
8 K ONSUL TASI A G AMA ONSULT AG
Jika Anda mengalami masalah agama, psikologi, atau kesehatan, silakan manfaatkan rubrik ini. Kirimkan surat tentang masalah Anda kepada pengasuh rubrik ini ke e-mail Ganto, redaksiganto@gmail.com atau Gedung PKM UNP Ruang G65 UNP. Setiap pertanyaan harap dilengkapi dengan identitas.
KONSUL TASI ONSULT K ONSUL TASI PSIK OL OGI ONSULT PSIKOL OLOGI
Suasana Hati Tidak Stabil gakan. Membaca surat Anda, kami memahami bahwa akhir-akhir ini Anda mengalami suasana hati yang tidak mengenakkan, mengganjal, sering merasa sedih, dan tidak ada mood untuk melakukan sesuatu. Akibat dari kondisi itu sepertinya Anda mengurung diri dalam suatu tempat dan tidak ada gairah untuk bergaul dengan orang lain. Apa yang perlu Anda lakukan? Menurut hemat kami Anda per-
Diasuh oleh Dr. Marjohan, M.Pd., Kons.
Diasuh oleh Dr. Ahmad Kosasih, M.A.
Sikap terhadap Orang yang Menyakiti Assalamu’alaikum, Wr. Wb. Pak, saya ingin bertanya mengenai sikap kita kepada orang yang telah menyakiti hati kita. Agama Islam melarang kita untuk tidak bertegur sapa dengan seseorang lebih dari tiga hari. Bagaimana cara saya untuk mengikhlaskan hal yang menyakitkan hati dan perasaan saya? Saya ingin mengikhlaskan karena Allah melarang untuk membenci. Tapi sulit untuk belajar mengikhlaskan. Terima kasih atas kesediaan bapak menjawab pertanyaan saya.
Januari-Februari 2015 Edisi No. 184/Tahun XXV
Assalamualaikum Pak. Belakangan ini saya merasa suasana hati saya tidak stabil. Saya sering merasa tidak mood untuk melakukan apa pun. Saya juga sering merasa sedih, seperti ada yang mengganjal di hati, namun saya tidak tahu apa itu. Karena hal tersebut saya sekarang menjadi tidak terlalu peduli dengan orang lain. Padahal dulu saya sangat memperhatikan orang-orang di sekitar saya. Bagaimana cara saya mengatasi hal tersebut Pak?
Elsya Tri Yuliana Mahasiswa Jurusan Kesehatan dan Rekreasi TM 2012 Saudara Elsya yang kami bang-
Sumber foto: intisari-online.com
lu melepaskan unek-unek Anda itu kepada orang yang ahli dan Anda percayai, misalnya konselor di kampus kita, seperti di Unit Pelayanan Bimbingan dan Konseling UNP, atau kepada seseorang yang Anda yakini bahwa ia mau men-
dengar keluh kesah Anda itu dengan sabar dan penuh perhatian. Ada suatu peristiwa yang terjadi pada Anda yang membuat suasana hati itu tidak seperti biasanya. Kejadian itu biasanya tidak Anda harapkan, dan Anda ingin kondisi itu lenyap dari batin Anda. Apa kejadian itu? Kami tentu tidak mengetahuinya sebelum Anda menyampaikannya dengan selengkap-lengkapnya tanpa ada yang ditutup-tutupi. Kalau Anda sampaikan masalah tersebut kepada konselor, mereka akan merahasiakannya dan tidak akan disampaikan kepada orang lain kecuali atas izin Anda. Apabila Anda menyampaikan masalah tersebut serta memperoleh pembahasan yang mendalam tentang hal yang tidak mengenakkan itu, agaknya Anda mulai melihat masalah itu dari sudut yang berbeda yang lebih positif. Dengan demikian, mudah-mudahan suasana hati yang tidak stabil, sedih dan tidak diinginkan itu berubah sedikit demi sedikit kearah yang lebih baik yang akhirnya Anda akan hidup seperti semula yang mudah bergaul dan bersifat peduli kepada orang lain. Semoga demikian. Amin. (*)
K ONSUL TASI KESEHA TAN ONSULT KESEHAT Intan Pratami Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia TM 2012 Ananda Intan. Sebagai manusia, tentu kita punya perasaan suka, duka, sedih, kecewa karena tersinggung dan sebagainya. Dan itu adalah hal yang manusiawi. Kita kecewa disebabkan beberapa faktor, salah satunya karena merasa disakiti oleh sikap dan tingkah laku seseorang, termasuk mungkin teman sendiri. Namun, kita tidak boleh larut dalam kekecewaan atau ketersinggungan itu sehingga menimbulkan rasa dendam yang berlarutlarut. Benar seperti yang Ananda katakan itu bahwa agama kita (Islam) tidak membolehkan kita tidak bertegur sapa dengan saudara sesama Muslim lebih dari tiga hari lantaran rasa dendam. Sabda Rasulullah Saw: Laa yahillu lil muslim an-yahjura akhaahu fawqa tsalaatsa layaalin. Artinya: “Tidak dibolehkan seorang Muslim menjauhi (memusuhi) saudaranya lebih dari tiga hari.” Oleh karena itu, kita diperintah untuk memberi maaf kepada saudara kita yang melakukan kesalahan dan menyakiti perasaan kita. Kemudian, dalam hadis yang lain Rasulullah juga bersabda: Walaa tabaaghaduu wa laa tabaa’aduu wa laa tadaabaruu, wa kuunuu ‘ibaadallahi ikhwaana. Artinya: “Janganlah kamu saling bermusuhan, dan janganlah kamu saling berjauhan hati, dan janganlah kamu saling membelakangi, dan jadilah kamu hamba Allah yang bersaudara.” Salah satu ciri orang bertaqwa (muttaqin) adalah kesanggupan memberi maaf (Q.S. Ali Imran:133-134). Terkait dengan perasaan sakit hati, kecewa, atau dendam sehingga sulit mengikhlaskannya, kita harus berusaha untuk mengikhlaskan hati kita dengan cara mengingat-ingat jasa atau kebaikan yang pernah diberikan oleh seseorang yang kita benci tersebut. Ingat! Membalas kebaikan dengan kebaikan adalah hal yang biasa. Membalas kejahatan dengan pembalasan yang setimpal adalah termasuk adil. Membalas kebaikan dengan kejahatan termasuk tindakan yang tidak berperikemanusiaan. Sedangkan, membalas kejahatan seseorang dengan kebaikan adalah sifat utama dan terpuji yang disebut dengan muhsin. Allah berfirman: “Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama (setimpal) dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu, tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar” (Q.S. An-Nahal:126-127). Wallahu a’lam bisshawab! (*)
Mudah Lelah
Diasuh oleh dr. Pudia M. Indika, M.Kes.
Assalamualaikum Dok. Saya ingin bertanya. Saya merasa tubuh saya mudah lelah. Berlari sebentar saja sudah membuat saya ngos-ngosan. Sangat berbeda dengan teman-teman lainnya yang tidak mudah lelah. Apa yang menyebabkan tubuh saya seperti ini? Apa yang harus saya lakukan untuk mengatasinya?
Ifan Rifaldo Mahasiswa Pendidikan Kimia TM 2013 Wassalammua’alaikum Wr. Wb. Salam Sehat Ifan. Kelelahan hampir dikeluhkan oleh setiap orang yang melakukan aktivitas fisik. Kelelahan yang berlebihan ditimbulkan saat tubuh dalam keadaan tidak bugar. Bugar tidak sama dengan sehat. Orang sehat belum tentu kondisinya bugar, tetapi orang bugar pasti sehat. Sehingga perlunya kita memahami bagaimana kita menjaga kondisi agar selalu bugar. Bugar ialah kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan dan masih memiliki cadangan energi yang dapat digunakan secara mendadak setiap saat atau untuk mengisi waktu luang, se-
hingga diperlukan cara untuk mencapai kebugaran tersebut. Berikut ini hal-hal yang bisa dicoba agar tetap bugar. 1. Mengatur waktu istirahat Kekurangan istirahat terutama tidur dapat menyebabkan terjadinya peningkatan radikal bebas di dalam tubuh. Radikal bebas ini akan menyebabkan terjadinya penurunan fungsi dari pernapasan maupun jantung dan pembuluh darah. Sehingga akumulasi dari radikal bebas tersebut dapat menimbulkan berbagai keluhan antara lain tidak mampu konsentrasi, sesak nafas, kelelahan, gangguan keseimbangan, rasa terbakar di dada. Sebagai seorang mahasiswa, tidur merupakan hal yang sulit diatur terlebih apabila adanya berbagai tugas tambahan yang harus diselesaikan. Diperlukan strategi dalam membuat tugas, tergantung dari individu mahasiswa. Waktu istirahat yang dianjurkan adalah 6-8 jam dalam sehari. Tidur yang bekualitas dapat kembali mengembalikan kondisi tubuh yang kelelahan. 2. Menjaga asupan gizi Perubahan yang terjadi saat mahasiswa menjadi anak kos secara langsung dapat mempengaruhi pola makan, baik kualitas makanan maupun kuantitasnya. Makanan yang dikonsumsi terkadang jauh dari makanan yang bergizi dan seimbang, bahkan frekuensi makan hanya 1 kali sehari. Kekurangan zat karbohidrat dan lemak akan menyebabkan kelelahan karena zat tersebut merupakan sumber energi. Frekuensi makan yang dianjurkan adalah tiga kali sehari, dengan kualitas makanan bervariasi, seimbang dan bergizi yang mengandung karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, dan mineral. Vitamin dan mineral yang didapat dari sayuran dan buahan dapat memperbaiki kebugaran terutama vitamin B. Kekurangan cairan yang berfungsi sebagai penyeimbang elektrolit dan pelarut dari vitamin harus terpenuhi secara adekuat. Mengurangi minuman-minuman yang berwarna, memperbanyak air mineral. Jumlah cairan yang dibutuhkan oleh tubuh dalam aktivitas minimal sekitar 1,5–2 liter sehari. 3. Mengelola stres Stres merupakan penyebab terbanyak dari kelelahan. Permasalahan akan selalu datang walaupun tidak dikehendaki, sehingga perlu cara untuk menyelesaikannya. Selain berdoa, teman berbagi sangat dibutuhkan. Apabila kita mengalami stres, dalam kata lain depresi mapun cemas, disarankan untuk mengistirahatkan sejenak rutinitas dalam kegiatan rekreasi dan hiburan bersama orang-orang yang kita cintai. 4. Melakukan olahraga secara rutin Olahraga yang disarankan untuk selalu menjaga kebugaran antara lain joging, bersepeda dan berenang. Olahraga dilakukan minimal 3 kali dalam seminggu selama 30 menit. Olahraga dilakukan secara baik, teratur, dan terukur sehingga akan berpengaruh terhadap komposisi tubuh, kelenturan, kekuatan, dan ketahanan juga daya tahan jantung dan paru. Keempat hal tersebut harus terkait untuk mendapatkan kebugaran. Sehingga tubuh akan terasa sehat, segar, hingga akhirnya bugar. Dalam keadaan bugar, kelelahan yang timbul tidak akan berarti. Selamat mencoba. (*)
Januari-Februari 2015 Edisi No. 184/Tahun XXV
9
SOSOK
Taklukkan Dunia dengan Membangun Relasi Jika ditanya siapa Dr. Syahrial Bakhtiar, M.Pd., jawabannya adalah Pembantu Rektor III Universitas Negeri Padang (UNP). Jika ditanya lagi siapa Syahrial Bakhtiar, jawabannya adalah atlet karate yang bisa menjadi pelatih tenis. Jika ditanya lebih lanjut siapa dia, jawabannya adalah Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia Provinsi Sumatra Barat (Sumbar). Dan jika dilanjutkan lagi, jawabannya adalah seorang pengusaha sukses. Itulah Syahrial Bakhtiar. Jawabanjawaban atas pertanyaan “siapa dia” seolah tak ada habisnya. Tapi yang jelas, Yal, panggilannya, adalah seorang pendidik, olahragawan, dan pebisnis sukses. Dilahirkan di Tanjung Uban, Kepulauan Riau, 12 Oktober 1962, anak dari pasangan H. Bakhtiar Effendi dan Bahyar ini sudah menyukai olahraga sejak kecil. Hal itu pulalah yang membuatnya terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK) IKIP Padang yang juga merupakan awal kesuksesannya. Mulai dari mendapatkan penghargaan Mahasiswa Teladan I FPOK IKIP Padang 1985, hingga penghargaan Dosen Teladan II IKIP Padang 1996. Hari-hari sebagai mahasiswa benarbenar dimanfaatkan oleh Yal dengan mengikuti berbagai organisasi. Di antaranya, yaitu sebagai Anggota Resimen Mahasiswa IKIP Padang, Ketua Himpunan Mahasiswa Pendidikan Olahraga FPOK IKIP Padang selama dua periode,
Sekretaris Umum Senat Mahasiswa FPOK IKIP Padang, Ketua Unit Kegiatan Lembaga Karate-Do Indonesia IKIP Padang, Sekretaris Unit Kegiatan Tenis Mahasiswa IKIP Padang, dan banyak lagi organisasi lainnya. Mantan De-kan Fakultas Ilmu Keolahragaan UNP dua periode ini mengaku sangat menikmati kesibukannya itu. Ketika ditanya mengenai caranya membagi waktu antara kegiatan akademik dan organisasi, “Pilih mana yang lebih penting, itu dahulukan,” jawabnya. Berkat pandai menjalin link Walaupun tidak terlalu mahir berbahasa Inggris, Yal mampu menjadi pembicara pada International Teaching and Learning Forum di Ohio State University pada Jumat, 17 Oktober 2015 lalu. “Semua itu berkat link yang bagus,” jelasnya. Ramah, bersahabat, terbuka, dan humoris. Begitulah kesan pertama yang ditunjukkan oleh bapak empat orang anak ini. Kepiawaiannya dalam bergaul membuatnya memiliki banyak teman. Membangun relasi sangat penting dalam mendukung keberhasilan hidup karena kesuksesannya saat ini tidak luput dari bantuan teman-teman dan link yang telah dibangunnya selama ini. Hal tersebut juga sejalan dengan makna hidup Yal. “Kehidupan itu seperti bermain bola,” ujarnya. Untuk bisa menjebol gawang lawan, harus ada kerja sama. Saling mengoper bola dan saling memberi umpan. Berjuang bersama dan
merayakan hasilnya bersama. Punya jiwa wirausaha Jika jiwa pendidik didapatkan Yal dari sang ayah yang merupakan seorang guru, maka jiwa wirausaha yang dimilikinya didapatkan dari sang ibu. Ibu Yal dulunya adalah seorang pedagang. Dan, Yal kecil sudah terbiasa membantu ibunya membuka toko dan membeli barang untuk dijual M a s y a r a k a t Padang mungkin tidak mengira kalau kolam renang yang dirintis oleh Yal pada 2012 lalu di perbukitan yang jauh dari pusat kota ini akan menghasilkan omzet hingga 150 juta rupiah per bulan. Bermula dari ketiadaan sarana renang bagi atlet SumDr. Syahrial Bakhtiar, M.Pd. bar, Yal mulai merintis kolam renang yang terletak di jalan raya Batu Gadang Air Dingin, Kecamatan Koto Tangah itu. “Awalnya saya hanya bermaksud untuk dalam berbuat, dan jangan termotivasi membuat sarana renang bagi atlet Sumuang. Itulah tips yang diberikannya bar. Dan akhirnya dapat ide untuk jadi untuk merintis sebuah bisnis. “Lakukan sarana rekreasi,” ujarnya. saja, jangan pikirkan hasil yang akan Kreatif, pandai mencari peluang, didapat. Karena jika nanti gagal, pasti berani mencoba, bersungguh-sungguh akan kecewa” tutupnya. Fitri Aziza
RAGAM
EDeC Goes to KL, Berdebat Sampai ke Malaysia Oleh Ana Sakinah Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris TM 2011
Setiap kita berhak untuk sukses, tapi tanpa upaya dan komitmen yang kuat untuk mendapatkannya, maka hak tersebut tidak akan diberikan untuk kita. Kota Padang sedang diguyur hujan lebat saat tim debat UNP yang diwakili oleh anggota EDeC (English Debating Community), terbang menuju Bandara Internasional Kuala Lumpur. Penerbangan kami kali ini dalam rangka mengikuti kompetisi debat level international. Ya, setelah menunjukkan kiprahnya di level regional dan nasional, tim debat UNP kini berpartisipasi dalam World Universities Debating Championship (WUDC), begitu kompetisi ini disebut. Tuan rumah kali ini adalah negeri tetangga, Malaysia. Semua peserta WUDC disambut oleh tuan rumah secara formal pada acara pembukaan dengan tarian nasional khas Malaysia. Esok paginya, kegiatan lomba dimulai dengan laporan ketua pelaksana dan Seminar on Debate and Adjudicating. Sorenya, kami menyaksikan Master Rounds, yaitu penampilan debat dari beberapa volunteer atau sukarelawan yang mau melakukan “pemanasan” sebelum bertanding esok hari. Selama lomba berlangsung, tim UNP yang terdiri dari tim A dan B pernah berhadapan dengan tim dari Universitas Oxford, Universitas Queesland, dengan debater dari Kanada, Malaysia, dan
Foto Bersama: Anggota debat EDEC foto bersama dengan peserta dan dosen dari Afrika pada lomba National University Debating Championship (NUDC), Minggu (28/12). f/Doc.
berbagai universitas lainnya. Lomba ini memiliki sistem yang serupa dengan sistem Piala Dunia, yakni sembilan ronde pertama merupakan babak eliminasi. Pada babak itu, semua tim diadu untuk mengumpulkan victory points (VP). Setiap kali sebuah tim mendapatkan posisi pertama, maka akan mendapatkan 3 VP. Posisi kedua, ketiga, dan keempat berturut-turut mendapat 2, 1, dan 0 VP. Akumulasi jumlah VP yang diperoleh selama babak penyisihan inilah yang menentukan tim tersebut masuk ke babak berikutnya (breaking) atau tereliminasi. Hasilnya diumumkan bertepatan dengan malam pergantian ta-
hun. Tim A UNP memperoleh 11 VP, sementara tim B UNP 8 VP. Namun, ternyata jumlah VP tersebut belum cukup bagi tim UNP melaju ke babak berikutnya. Berdasarkan pengumuman, hanya tiga tim debat dari Indonesia dinyatakan masuk ke babak berikutnya. Tim dari Universitas Gajah Mada (UGM) berada pada urutan breaking team pertama pada kategori English as a Foreign Language (EFL) sekaligus kategori English as a Second Language (ESL). Dua tim debat lainnya yang breaking dari Indonesia adalah tim dari UI dan Universitas Bina Nusantara. Kami pun memberi selamat kepada mereka karena telah ber-
hasil mengaharumkan nama Indonesia pada event berskala internasional. Tidak breaking-nya tim UNP tentu menjadi PR bagi kami untuk meningkatkan kemampuan berargumen, menganalisis, dan membuat pendengar yakin dengan pandangan kami terhadap sebuah masalah. Usaha kami sudah maksimal, namun belum cukup untuk menjadi yang terbaik. Trotoar di depan Balai Bahasa menjadi saksi betapa seriusnya kami mempersiapkan lomba ini siang dan malam, sehingga harus menggunakan kos salah seorang teman sebagai tempat latihan di malam hari. Kami juga selalu berdiskusi dan memberikan masukan terhadap sesama, hingga mengorbankan waktu libur semester demi mempersiapkan lomba. Namun, hal tersebut ternyata belum cukup untuk menjadi breaking tim. Tim-tim lain mungkin melakukan usaha yang lebih maksimal dan lebih bekerja keras dari apa yang kami lakukan. Akan tetapi, meskipun tim debat UNP tidak breaking, kami merasa bersyukur karena sudah berada di antara orangorang luar biasa dari berbagai belahan dunia di pada event tersebut. Begitulah, kerja keras akan dibayar dengan hal yang sepadan. Kerja keras dan kesungguhan akan membuat kita dipantaskan untuk sebuah kesuksesan yang indah. Tanpa kerja keras, keinginan akan tetap menjadi keinginan, ia tidak akan berwujud nyata. Nouman Ali Khan mengatakan, “We don’t know where our wings can fly, unless we work on it.” Setiap kita berhak untuk sukses, tapi tanpa upaya dan komitmen yang kuat untuk mendapatkannya, maka hak tersebut tidak akan diberikan untuk kita. (*)
OPINI
10
Januari-Februari 2015 Edisi No. 184/Tahun XXV
Kreativitas dan Ketegasan Identitas Kultural Oleh Nursaid Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia UNP Menurut Soedjatmiko (2004), “Salah satu aspek atau potensi peserta didik yang luput atau terabaikan dalam proses pembelajaran dan pendidikan adalah kreativitas.” Jika seorang pendidik secara dangkal memahami bahwa potensi ranah peserta didik yang harus dikembangkan dalam proses pembelajaran dan pendidikan adalah kognitif, psikomotor, dan afektif, maka ketika disodori kata kreativitas pendidik itu akan bingung. Tidak ada kata kreativitas dalam ketiga ranah tersebut. Pencerahan pun datang, Bloom dan Krathwol (2003) merumuskan bahwa kreativitas adalah jenjang tertinggi ranah kognitif, sesudah jenjang evaluasi. Artikel sederhana ini didasarkan atas pertanyaan klasik Richard J. Mueller (1969), “Can the Public School Foster Creativity?” Pertanyaan berikutnya berkaitan dengan keterkaitan antara kreativitas dan ketegasan identitas kultural di kalangan mahasiswa atau generasi muda pada umumnya. Dalam pandangan awam (common sense), kreativitas digambarkan sebagai karakteristik pembeda orang-orang yang bergerak di bidang seni (artis) dibandingkan dengan orang-orang kebanyakan. Menurut pandangan ini, kreativitas hanya dimiliki oleh pengarang, penyair, pemusik, dan pekerja-pekerja lain dalam bidang seni. Oleh sebab itu, standar yang digunakan untuk menentukan kreativitas seseorang adalah sejauh mana perbedaan karakteristik orang tersebut dengan orang kebanyakan (Mueller, dalam Full, 1969). Lebih tajam lagi, terdapat suatu pandangan bahwa orang-orang kreatif adalah orang-orang yang sering menimbulkan masalah pada diri orang lain. Jika dicermati, diperoleh gambaran bahwa pemahaman terhadap kata kreativitas (termasuk kata proses kreatif) ternyata beriringan dengan pendeskripsian yang dirumuskan oleh para pakar psikologi pendidikan. Salah seorang pakar menyatakan, “… intelektual-kreatif peserta didik itu mengacu pada suatu pertumbuhan keyakinan kepada realitas yang dipersepsinya dan melalui pencermatan yang kritis peserta didik itu enggan menerima otoritas dan pernyataan-pernyataan pemegang otoritas.” Peserta didik yang memiliki intelektual-kreatif cenderung bertentangan dengan rekan-rekan sekelas, bahkan dengan gurunya (dosennya). Individu yang kreatif cenderung akan membangun kesepakatan dengan rekanrekannya yang dianggap memiliki ideide populer, memiliki ide-ide yang dipandang masuk akal oleh individu tersebut. Pada perkembangan berikutnya, pakar-pakar pendidikan cenderung menyatakan bahwa memang kadangkadang orang-orang kreatif itu menentang keseragaman. Namun, jika dicermati lebih lanjut, kreativitas itu merupakan sesuatu yang memberikan sumbangan terhadap ide orisinil seseorang, suatu sudut pandang yang berbeda, atau suatu cara baru dalam memandang suatu masalah. Kata keseragaman dalam tulisan ini dimaknai sebagai sesuatu (misalnya perilaku) yang diharapkan dan tidak menimbulkan masalah bagi orang lain. Dengan demikian, konsep proses kreatif dipandang sebagai sesuatu yang berkaitan
Grafis: Hari Jimi Akbar
dengan kebebasan. Pada dekade belakangan, para pakar psikologi pendidikan bersemangat untuk menelaah kreativitas dan bagaimana menumbuhkembangkan kreativitas peserta didik dalam ruang kelas. Bahkan, ada pakar yang mengingatkan agar para guru hendaknya memahami bahwa kreativitas itu adalah keberanian untuk menelusuri ruang gelap dan tidak diketahui. Lebih dari itu, menjadi orang yang kreatif hendaknya berani menjadi orang yang tidak menyenangkan, dikucilkan, dan cenderung tidak ditolerir oleh orang lain. Tegasnya, kreativitas sangat membutuhkan keberanian dan ketegaran. Sayangnya, di negara maju sekali pun seperti di Amerika Serikat (AS) pada tahun 1960-an, guru-guru Sekolah Menengah Pertama belum menghargai kreativitas peserta didik. Pada tahun 1960-an, di AS, National Education Association pernah mengadakan penelitian terhadap 1.000 orang guru. Dalam penelitian itu dipertanyakan apa hal-hal pada diri siswa yang dikategorikan sebagai sesuatu yang tegar atau berani dan sesuatu yang pengecut atau tidak menyenangkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 62 karakteristik yang diajukan, ternyata karakteristik keberanian atau
ketegaran itu berada pada peringkat ke30. Peringkat teratas adalah karakteristik kemampuan bertenggang rasa dan karakteristik kemampuan bertenggang rasa itu bukan merupakan salah satu hal yang dibutuhkan dalam kreativitas. Berdasarkan uraian di atas, dipahami bahwa untuk mengembangkan kreativitas peserta didik, mahasiswa, atau generasi muda, diperlukan dukungan atau sponsor dari orang yang memahami dan mendukung individu tersebut. Tentu saja, sponsor yang paling diharapkan adalah guru atau dosen. Ironisnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa guru-guru cenderung memandang rendah dan merasa terhina untuk mendukung kreativitas siswa atau menempatkan diri sebagai pengasuh (nurture) bagi siswa kreatif karena siswa kreatif itu cenderung berpikir dan berprilaku tidak wajar. Hanya guru-guru di tingkat sekolah dasar (kelas rendah) yang cenderung bersedia menempatkan diri sebagai pengasuh bagi penumbuhkembangan kreativitas siswa atau peserta didik. Identitas kultural merupakan jati diri budaya (seseorang atau kelompok). Sebagai contoh, seseorang mengatakan, “Saya orang Minangkabau”, berarti orang itu memiliki jati diri budaya yang
jelas yaitu berasal dan merasa dirinya sebagai pewaris budaya Minangkabau. Sebaliknya, seseorang yang menyatakan, “Saya berasal dari Medan, tetapi sebenarnya orang tua saya dari Jawa. Saya sendiri belum pernah ke Jawa”, maka orang itu (berdasarkan pernyataannya) tidak dapat dikatakan sebagai seorang yang “berasal dan pewaris budaya Jawa.” Kejelasan identitas kultural merupakan sesuatu yang penting dan mendasar. Dengan identitas kultural yang jelas, individu, sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuannya, akan mengidentifikasikan butir-butir nilai kultural yang jelas. Anutan butir-butir nilai kultural yang jelas akan membantu anak memahami lingkungan budayanya (rumah dan sekitarnya) serta akhirnya mampu memahami lingkungan budaya di luar budayanya. Intinya, seharusnya individu memiliki jati diri kultural yang jelas, misalnya meyakini, “Saya ini orang Minangkabau, Sunda, Jawa,” dan sebagainya, dengan tambahan “bagian dari warga budaya Indonesia.” Jika dicermati salah satu sisi gelap kreativitas generasi muda Indonesia pada umumnya, diperoleh gambaran bahwa kreativitas tersebut tidak mencerminkan identitas kultural yang jelas. Ketika Indonesia dilanda Korean Wave, maka bermunculan aneka boy band, girl band dengan ragam lirik, vokal, musik, gerak, bahkan pakaian dan penampilan yang Korea banget. Sesudah Korean Wave, muncul lagi demam India. Generasi muda kita juga mengidentikkan dirinya ala bintang, penyanyi, penari India. Bahkan, beberapa orang anak yang dilahirkan di Indonesia pada tahun 2013–2015 pun diberi nama ala India, malahan ada orang tua yang memberi nama anak laki-lakinya Arjuna, dan Jodha untuk anak perempuannya. Masih banyak demam yang lain yang melanda generasi muda dan masyarakat Indonesia yang menunjukkan ketidaktegasan identitas kultural. Misalnya, perkembangan teknologi komunikasi dan sarana jejaring sosial seolah-olah memaksa setiap individu memiliki ponsel lebih dari satu. Generasi muda kita pun menjadi generasi menunduk, asyik dengan piranti komunikasinya dan mengabaikan lingkungan sekitar. Anehnya, mencermati kondisi kreativitas generasi muda yang tidak dilandasi ketegasan identitas kultural, selalu terdengar ungkapan, “Pengaruh Budaya Asing!” Benarkah? Pengaruh budaya asing? Wajarkah kita berteriak pengaruh budaya asing pada situasi kecanggihan dan kebebasan penggunaan teknologi komunikasi, media komunikasi, dan jejaring sosial seperti saat sekarang? Apa pun corak budaya asing yang masuk, tidak akan merusak budaya kita jika kita memiliki ketegasan identitas kultural. Kita boleh berdecak kagum dan belajar dari penyanyi dan film Korea karena memang teknik vokalnya yang tinggi, penataan musiknya yang harmonis dan dinamis, jalan cerita filmnya apik, serta digarap superserius. Namun, tidak usah kita jadi pengekor bagaimana mereka berpakaian dan berpenampilan. Mari, kita kembangkan kreativitas yang dilandasi oleh jati diri dan identitas kultural yang tegas. Berger (2011) menyatakan, “Culture exists ‘only as people are conscious’ of it.” (*)
OPINI
Januari-Februari 2015 Edisi No. 184/Tahun XXV
11
Saatnya Melakukan Revolusi Pendidikan Indonesia Oleh Rino Staf Pengajar Fakultas Ekonomi UNP
Tidak semua orang akan setuju dengan ide revolusi pendidikan, pun tidak sedikit juga yang menginginkan ide revolusi untuk segera digulirkan terutama kalangan ilmuan, praktisi pendidikan, serta mereka yang peduli dan memiliki keprihatinan yang tinggi. Suramnya dunia pendidikan telah menjadi tema-tema yang umum dibahas dalam berbagai acara berupa seminar, lokakarya, diskusi nasional maupun daerah dengan publikasi yang luas oleh media, baik cetak maupun elektronik. Bahkan, terkadang menjadi berita yang sensasional dan menempati headline pada beberapa media. Human Development Indeks (HDI), tawuran pelajar, perbuatan asusila, korupsi dana pendidikan, jatuhnya nilai UAN siswa, nepotisme pendidikan, jual beli gelar, anggaran pendidikan, dan mungkin masih banyak lagi topik menarik lainnya yang dibicarakan sebagai hasil temuan yang diramu dari berbagai referensi. Ironisnya tema-tema kesuksesan pendidikan sepertinya tidak mendapat tempat pada acara itu. Keberhasilan putra/putri Indonesia yang telah mengharumkan nama bangsa di beberapa event olahraga, seni, dan sains, kurang mendapat porsi pemberitaan yang besar oleh media dan tidak begitu menarik untuk dijadikan bahasan dalam seminar. Mereka yang telah berjuang dan mendapat award sepertinya hanya dianggap sebagai peristiwa biasa saja. Sehingga tidak sedikit di antara mereka yang mencoba pindah kewarganegaraan untuk sebuah prestasi, harapan, serta cita-cita besarnya. Mungkin kita akan sepakat mengatakan bahwa ini tidak adil, bahwa kegagalan sering diekspos sebagai berita besar, sementara keberhasilan tidak mendapat hal yang sama. Sorotan tajam dari
nya tidak seideal yang diinginkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan diIKIP/LPTK. alamatkan kepada sebuah kegagalan. Kedua, komitmen pemerintah. SamBermacam opini dimunculkan dari sudut pai hari ini kita masih menaruh pandang dan responden yang berbeda. harapan besar dengan angYang dimintai komentar akan bergaran pendidikan yang dibicara sesuai dengan kapasitas amanatkan konstitusi sebekeilmuan dan kepentingansar 20% dari APBN. Tennya. Ketika keberhasilan dan tunya banyak hal yang prestasi diukir, komentar dapat dilakukan demasyarakat sepertinya ngan anggaran yang bernada sama dan tidak besar itu. Pendidikingin terlalu jauh mean gratis, dana ngomentari hingga keBantuan Operasiopada sebuah pandanal Sekolah, Kuringan analitis, cukup kulum Berbasis sampai di sana saKompetensi, koja. mite sekolah, Ada beberapa dan bangunan kondisi objektif sekolah yang reyang perlu menpresentatif, serta dapat perhatian sarana dan praserius. Pertama, sarana yang mutu tenaga mendukung, dapendidikan. IKIP/ lam tataran konLPTK adalah instisep kebijakan itu tusi yang memiliki perlu didukung deotorisasi mencetak teGrafis: Hari Jimi Akbar ngan harapan dan naga kependidikan di tentunya sesuai deIndonesia, baik negeri maungan kenyataan. pun swasta. Akan tetapi persolan menKetiga, penataan sistem pendidikan. dasar adalah kualitas dan kompetensi luSistem pendidikan hari ini masih jauh lusannya untuk menjadi seorang guru dari sempurna. Seharusnya pemerintah yang profesional banyak menuai kritiksegera merumuskan kembali arah peman dari dalam maupun luar institusi ini. bangunan manusia Indonesia dengan Hasil penelitian LPTK se-Indonesia dalam mengundang seluruh cendekiawan dan laporannya pada musyawarah nasional orang-orang terbaik di negeri ini untuk di Bandung tahun 1994 menyatakan duduk bersama membicarakan persobahwa selama hampir dua dasawarsa ini alan yang amat mendasar ini. Sistem yang memilih masuk IKIP/LPTK bukan pendidikan setiap negara tidak sama dan lulusan yang termasuk top ten di sekolahsangat dipengaruhi oleh kulturnya, Indonya. Dengan perbedaan skor yang sangat nesia adalah negara timur yang memisignifikan antarpelamar, berarti pendiliki tingkat pluralisme yang tinggi, sisdikan anak bangsa diserahkan kepada tem pendidikan nasional harus menjadimereka yang tidak terlalu istimewa, kan kultur timur sebagai akarnya. Pasehingga output yang dilahirkan tentu-
radigma pendidikan sebagai agen perubah dan modernisasi perlu dicamkan, sementara paradigma lama pendidikan sebagai pengawet kebudayaan perlu dikaji ulang dalam peniatannya. Sehingga, akan lahir pendidikan dengan sistem handal yang mengakar serta memiliki paradigama baru. Oleh karena itu, penataan sistem pendidikan harus dilakukan seluas-luasnya. Keempat kontribusi perguruan tinggi dan kaum intelektualnya. Seberapa besar kontribusi perguruan tinggi terhadap pendidikan hari ini? Tentunya ini sangat menarik untuk dibahas. Selama ini perguruan tinggi non-IKIP/LPTK, sepertinya hanya disiapkan mengisi formasi tenaga kerja di luar sektor nonedukatif. Alangkah lebih baik pendidikan juga dipikirkan oleh perguruan tinggi non-IKIP/LPTK sehingga formasi guru dan tenaga edukatif juga menjadi kewajiban bersama. Kelima, politisasi pendidikan. Penetapan arah kebijakan serta rencana strategi pendidikan nasional hendaknya diupayakan secara maksimal, berkelanjutan, sinergis, menyeluruh, dan terukur. Tidak harus ada perubahan kebijakan mendasar ketika terjadi suksesi kepemimpinan nasional. Kalaulah setiap pergantian kepemimpinan nasional terjadi perubahan kebijakan pendidikan tentunya akan berangkat dari nol kembali. Sementara itu kebijakan pendahulu masih relevan. Jika seperti itu, terjadilah kebijakan tambal sulam. Tindakan politisasi kebijakan yang berkaitan dengan pendidikan untuk kepentingan kelompok tertentu merupakan salah satu penyebab terhambatnya perkembangan kualitas pendidikan bangsa. Sektor pendidikan harus dijalankan terbebas dari tendensi politik dan secara independen harus diberikan otorisasi yang luas. (*)
KOLOM
Tuntutan Keahlian di Dunia Kerja Repa Mustika Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia TM 2011
Keahlian merupakan suatu keterampilan yang pasti dimiliki setiap orang. Tanpa adanya satu keahlian, seseorang tidak akan mampu memasuki dunia pekerjaan. Sebab, keahlian adalah suatu keterampilan khusus atau ciri khas seseorang dalam melakukan suatu pekerjaannya. Kadangkala, keahlian yang dimiliki seseoranglah yang akan membawanya meraih suatu kesuksesan. Namun, masih ada orang yang menyalahartikan pengertian keahlian atau skill, sehingga mereka tidak memanfaatkan skill-skill yang dimilikinya. Dalam kehidupan sehari-hari dapat diamati, banyak orang yang tidak memanfaatkan skill yang dimilikinya. Banyak yang hanya mengandalkan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari bidang akademik untuk melamar suatu pekerjaan. Sementara, mereka tidak tahu,
tuntuan kerja pada zaman sekarang tidak hanya membutuhkan ilmu pengetahuan saja. Tetapi, juga skill yang dapat memertahankan posisi atau meningkatkan jabatan seseorang dalam ketatnya persaingan di dunia kerja. Indeks prestasi komulatif 4.00 (Summa cumlaude) belum tentu menjamin seseorang itu cemerlang dalam meraih kesuksesannya. Bisa jadi seseorang itu tidak memperoleh pekerjaan dan jadi pengangguran. Kini yang banyak ditemui di kalangan kawula muda adalah pola pikir “menggampangkan sesuatu.” Apa pun jenis pekerjaan, mereka beranggapan bahwa pekerjaan itu mudah. Mereka sama sekali tidak memahami bahwa apa pun yang diinginkan harus dimulai dengan niat yang baik dan usaha yang maksimal karena untuk meraih sesuatu yang diinginkan tidak seperti membalikkan telapak tangan. Berdasarkan anggapan inilah banyak orang yang belum paham apa maksud keahlian atau skill itu sendiri. Menurut hemat penulis, keahlian adalah kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang sifatnya spesifik, fokus, namun dinamis yang membutuhkan waktu tertentu untuk mempelajarinya dan dapat
dibuktikan kebenarannya. Keahlian apa pun dapat dipelajari, namun membutuhkan dedikasi yang kuat, ada kemauan, dan mental positif. Hal ini diperkuat oleh Ramdhani dalam bukunya yang berjudul “Keterampilan Soft Skill dan Hard Skill”. Menurutnya, soft skill adalah suatu keterampilan lunak yang digunakan untuk berhubungan dan bekerja sama dengan orang lain. Dari pendapat inilah sedikitnya dapat dipahami bahwa skill itu merupakan suatu keterampilan untuk berhubungan atau bekerja sama dengan orang lain. Sekarang tak dapat dipungkiri, persaingan dalam dunia kerja seolah-seolah memperebutkan suatu “makanan lezat” yang banyak diminati orang. Bagi mereka yang ingin mencicipi makanan lezat itu, mereka akan berlomba-lomba untuk membelinya meskipun dengan harga yang relatif tinggi. Seperti halnya para calon legislatif yang ingin menduduki jabatan di kursi Dewan Perwakilan Rakyat. Contoh tersebut merupakan persaingan yang menakutkan. Mengapa hal ini masih terjadi? Tentu saja salah satunya karena kemampuan untuk mendekati masyarakat tidak mapan. Andaikan mereka memiliki keahlian dalam berko-
munikasi dan berhubungan baik dengan masyarakat, mereka mungkin langsung dipilih oleh masyarakat tanpa mengeluarkan uang yang banyak. Namun, keahlian itulah yang tidak dimiliki banyak orang. Terkadang seseorang sering melupakan bahwa tuntutan dunia kerja tidak hanya menginginkan ilmu berupa teori yang diperoleh saat di bangku perkuliahan saja, tetapi yang dibutuhkan adalah sumber daya yang terampil yang memiliki skill khusus sebagai modal awal yang nantinya akan membawa kepada sebuah kesuksesan. Apalagi bagi seseorang yang mempunyai banyak keahlian, bukan seseorang itu yang mencari pekerjaan tetapi pekerjaanlah yang membutuhkan seseorang tersebut. Oleh sebab itu, bagi mahasiswa yang nantinya akan terjun ke dunia pekerjaan harus dari sekarang mempersiapkan diri dan meningkatkan kemampuan, baik dari segi hard skill maupun soft skill. Keduanya berguna untuk mampu bersaing secara sehat sehingga kesuksesan dapat digenggam. Ibarat sebuah batang padi yang tidak bisa hidup sempurna dengan sendirinya, jika tidak diberi pupuk. (*)
12
Januari-Februari 2015 Edisi No. 184/Tahun XXV
Januari-Februari 2015 Edisi No. 184/Tahun XXV
13
FEA TURE FEATURE
14
Januari-Februari 2015 Edisi No. 184/Tahun XXV
Manusia Silver Peduli Yatim Piatu “Berawal dari meminta lalu memberi” sebuah motto yang membuat Komunitas Sil diri. Silvv er P eduli ini ber berdiri. Berkeliling dengan kaki telanjang tak menjadi alasan mereka untuk mengurangi keikhlasan berbagi dengan anak-anak yatim
Oleh Windy Nurul Alifa Pasar Baru Kota Bandung dipenuhi orang-orang yang sedang berjual-beli sore itu. Jenis barang yang diperjualbelikan pun beragam, mulai dari pakaian, aksesoris, makanan khas Bandung, dan lainnya. Dapat dilihat betapa cepatnya perputaran perekonomian di sana. Pasar Baru merupakan pasar tertua di Kota Bandung. Letaknya persis di tengah perkotaan. Tidak hanya aktivitas perdagangannya yang padat, arus lalu lintasnya pun padat merayap. Dari sela-sela keramaian, tampak beberapa orang bewarna perak, bertubuh kurus, dan memakai celana pendek. Jika dilihat dari bawah sinar matahari, mereka berkilauan. Mereka berjalan menelusuri pasar tanpa alas kaki. Tangannya memegang kardus usang yang bertuliskan “Komunitas Silver”. Tentunya keberadaan mereka yang mencolok mengundang perhatian banyak
pasang mata di sana. Mereka adalah Komunitas Silver Peduli. Komunitas Silver Peduli sudah berdiri sejak tiga tahun lalu. Komunitas yang sudah memiliki banyak cabang di Bandung ini berpusat di Buah Batu. Dalam satu cabang, komunitas ini memiliki lebih kurang sepuluh anggota. Kebanyakan dari anggotanya lakilaki dari berbagai golongan umur, termasuk juga anak-anak. Salah seorang anggota tersebut adalah Andirian (22). Dengan langkah yang cepat, Andirian memasuki persimpanganpersimpangan kecil yang ada di Pasar Baru ini, menyodorkan kardus kepada orang-orang sambil berharap mendapatkan sedikit sumbangan dari mereka. Andirian mengaku, dengan perasaan sedikit malu, ia terpaksa mewarnai seluruh badan dari ujung kaki sampai ujung kepala dengan cat silver. “Tetapi ini untuk kepentingan yang lain juga. Jadi tidak apa-apa,” kata Andirian (24/01). Untuk bergabung dalam komunitas ini tidaklah susah. Andirian hanya bermodalkan cat mobil yang dicampur dengan minyak kelapa. Satu kalengnya seharga lima belas ribu rupiah dan bisa digunakan untuk delapan orang dalam waktu tiga hari. Untuk membersihkan catcat di tubuhnya, Andirian menggunakan sabun cair cuci piring. Andirian yang sudah berga-
bung di komunitas itu selama enam bulan, berkeliling setiap Sabtu dan Senin, mulai pukul 13.00-17.00 WIB. Di samping pekerjaan utamanya sebagai pekerja pabrik kue kering, pada pukul 01.30-10.00 WIB, bapak dari dua orang anak ini mengaku tujuannya bergabung di Komunitas Silver ini adalah untuk mengisi waktu luangnya. “Awalnya ikut-ikutan teman saja, sekaligus menghilangkan kejenuhan saya di rumah,” ungkapnya. Berawal dari meminta lalu memberi. Moto itu yang selalu dipegang oleh Komunitas Silver yang membuat Andirian tergerak untuk ikut serta. Dengan penghasilan yang lebih kurang seratus dua puluh ribu rupiah selama tiga jam, Andirian menyisihkan setengah penghasilannya dan disetor ke Ketua Komunitas Silver untuk disumbangkan ke anak yatim piatu di panti asuhan. Dengan berkeliling di tempattempat tertentu, seperti pasar dan lampu merah, tidak jarang Andirian dan teman-teman dikejar dan bahkan ditangkap oleh Satuan Polisi Pamong Praja. “Teman saya pernah ditangkap dan dipenjara selama tiga hari. Saya berharap kepada pemerintah untuk lebih memperhatikan lagi komunitas karena termasuk komunitas yang peduli terhadap anak yatim piatu,” kata Andirian. (*)
K o m u n i t a s S i l v e r : Andirian merupakan salah seorang anggota Komunitas Silver di Pasar Baru Bandung, Sabtu (24/1). f/Windy
Insect Mak Nyus Rezeki setiap or ang ttelah ang mengatur ang penting adalah orang mengatur,, yyang elah ada yyang bagaimana rezeki tersebut sampai kepada pemiliknya, dan jawabannya adalah berusaha. Oleh Rizka Wahyuni Bandung masih berkabut tipis saat bus 03 Universitas Negeri Padang tiba di Floating Market, Lembang, Bandung. Di parkiran hanya ada satu bus lain yang mendahului rombongan awak Ganto. Dengan selembar tiket masuk, para pengunjung dapat memilih aneka minuman seperti coklat panas, lemon, teh, kopi, dan sebagainya untuk ditukarkan dengan tiket tersebut. Berjarak sekitar lima puluh meter dari sebelah kiri pintu masuk, deretan pedagang tampak menjajakan aneka makanan dan minuman di atas perahu di sepanjang bibir danau. Dari banyak perahu yang menawarkan makanan, ada satu yang menarik perhatian. Letaknya di ujung bantaran danau dan menawarkan makanan yang cukup aneh. Insect Mak Nyus, begitu yang tertulis di perahunya. Di dalam kuali penggorengan, belalang hitam kecil tampak berenang di antara minyak panas. Dalam panci di sebelahnya, terdapat berbagai macam insekta seperti jangkrik, kecoa, dan belalang hijau yang telah digoreng. Walaupun jenis makanan ini sedikit aneh, namun pembelinya lumayan ramai. Para pembeli ini tidak hanya datang sendiri, tetapi membawa hewan peliharaan seperti anjing atau kucing. Ya, Insect Mak Nyus memang makanan untuk hewan peliharaan para pengunjung pasar terapung ini. Bu Ida, penjaga perahu tersebut mengaku telah berjualan gorengan insekta
ini selama dua tahun. Bu Ida, awalnya, cuma ibu rumah tangga biasa, namun sejak suaminya meninggal, ia harus mencari nafkah untuk menopang kehidupan. Awal bekerja di pasar terapung, Bu Ida berjualan aneka seafood. Namun karena saingannya cukup banyak, ia mulai memikirkan hal unik yang bisa lebih menarik perhatian pengunjung. Bu Ida yang harus menghidupi empat orang anak, mau tak mau ia harus memutar otak agar anak-anaknya tetap bersekolah. Meskipun sempat mendapat ejekan dari pedagang lain karena menjual hewan yang jarang dikonsumsi, Bu Ida tetap lanjut dan terus berinovasi. “Yang penting anak saya tidak putus sekolah,” ungkapnya. Ide menjual insekta berawal dari keisengan anak bungsu Bu Ida yang menggoreng jangkrik untuk bermain. Kemudian jangkrik tersebut dimakan oleh kucing yang kebetulan lewat. Bu Ida berpikir bahwa di antara pengunjung pasar terapung, ada juga yang membawa hewan peliharaan. Maka ia melakukan percobaan dengan menggoreng beberapa jangkrik dan memberikannya secara gratis bagi pengunjung yang membawa hewan peliharaan. Pada awal promosi, banyak pengunjung yang merasa jijik dengan dagangannya. Mereka mengira jangkrik goreng tersebut untuk dimakan pengunjung sehingga banyak yang bertanya
Insect Mak Nyus: Aneka insekta yang dijual Bu Ida di Pasar Terapung Lembang Bandung, Minggu (25/1). f/Ayu
apakah jangkrik halal untuk dimakan. Setelah dijelaskan bahwa dagangannya untuk hewan, barulah mereka mengerti. Untuk pemberian pada hewan peliharaan pun, awalnya banyak pengunjung yang menolak. Mereka takut memberi makan anjing atau kucing mereka jangkrik goreng, tapi lama-kelamaan mereka mau mencoba sehingga akhirnya banyak yang tertarik. Sekarang, Bu Ida menambah aneka dagangannya dengan belalang dan kecoa. Bu Ida juga memvariasikan rasanya dengan memberi karamel dan gula pada insekta tersebut setelah digoreng. Menurut Bu Ida, pembeli dagangannya biasanya berasal dari kalangan menengah ke atas yang tinggal di sekitar Lembang. Mereka sengaja membawa hewan peliharaan jalan-jalan di pagi atau sore hari. Bu Ida memanfaatkan kesempatan itu untuk mencari nafkah. “Untuk melanjutkan hidup, apapun teh dilaku-
kan,” begitu tutur Bu Ida. Aila, salah seorang pembeli senang dengan adanya variasi makanan hewan tersebut. Aila mengatakan, biasanya ia hanya membeli makanan kucing di toko. Namun, sejak ada Insect Mak Nyus, dua kali dalam seminggu Aila mengajak kucing peliharaannya, Bety, mencicipi aneka insekta itu, sekaligus mengajak kucingnya jalan-jalan. “Bety suka insektanya, mungkin dia bosan dengan makanan toko terus,” kata Aila. Selain hewan, ternyata dagangan Bu Ida juga pernah dicicipi langsung oleh pengunjung dari Vietnam. Pengunjung itu mengatakan, di negaranya, makanan seperti itu sering dijumpai di pasar tradisional Vietnam, dan memang dibuat utuk manusia, bukan hewan. ”Awalnya teh saya tidak percaya, namun melihat ia mengambil jangkrik dan belalang dengan porsi besar lalu makan dengan lahap, saya jadi percaya,” tutupnya. (*)
Januari-Februari 2015 Edisi No. 184/Tahun XXV
TELUSUR
15
Adipura: Saksi Sejarah Cemerlangnya Kota Padang W alau ttak ak semua mengerti makna Adipur a, ttet et api T ugu Adipur a Adipura, etapi Tugu Adipura masih menjadi saksi sejarah pencapaian Kota Padang. Oleh Ratmiati Hakikatnya, Adipura adalah sebuah penghargaan bagi kota di Indonesia yang berhasil dalam kebersihan serta pengelolaan lingkungan perkotaan. Tugu tersebut pernah menjadi saksi sejarah pengakuan lingkungan Kota Padang masa silam. Kota Padang dahulunya pernah mengalahkan banyak kota yang terbentang di nusantara berkat lingkungannya yang bersih. Prestasi yang bisa dibanggakan dan patut untuk dikenang. Dalam sejarahnya, tercatat bahwa Padang merupakan kota pertama yang meraih gelar Kota Adipura di Indonesia, yakni pada 1986. Tugu yang terletak di Simpang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumatra Barat itu memiliki tiga kaki. Kaki tersebut dilapisi keramik berbentuk batu alam. Di salah satu badan tugu terdapat tiga sisi yang dilapisi cat berwarna oranye yang dipadukan dengan warna hitam. Tahun 1991, Kota Padang akhirnya mendapatkan Adipura Kencana. Adipura Kencana adalah sebutan untuk kota yang telah meraih Piala Adipura berturut-turut. Maka pada tahun inilah Tugu Adipura didirikan di Simpang DPRD.
Tugu Adipur a P adang: Tugu inilah yang menjadi bukti bahwa kota Padang pernah menjadi kota Adipura Padang: pertama yang meraih gelar Kota Adipura di Indoenesia pada 1986.Namun karena bencana gempa pada 2009 tugu ini telah nampak tidak baik lagi, Selasa (3/3). f/Rahmi
Tugu itu ibarat sebuah hadiah untuk Padang karena telah berhasil meraih Piala Adipura bertutut-turut. Kenangan indahnya Kota Padang 30 tahun silam itu, masih jelas oleh Nurbaiti (85). Meski telah berusia senja, masih teringat olehnya pada masa itu Padang terlihat layaknya kota bunga. Setiap sudut kota terdapat bunga-bunga yang mekar dan taman-taman hijau. Bunga-bunga itu berjejer rapi di sepanjang
jalan. Tak ada tumpukan sampah dan tidak ada pula bau tak sedap, di setiap titik-titik persimpangan jalan terdapat tong sampah. Diceritakan lagi oleh Nurbaiti yang tinggalnya tak jauh dari situ, bahwa pendirian tugu tersebut merupakan prestasi bagi Padang saat itu. “Hal ini adalah wujud kebanggaan masyarakat Padang,” kenangnya, Senin (16/2). Namun, sebutan untuk Kota Adipura
itu lenyap pascagempa berkekuatan 7,1 SR yang mengguncang Padang dan sekitarnya pada September 2009 silam. Disayangkan sekali, pascagempa, tugu ini mengalami banyak perubahan. Di sekitar kaki tugu, selain mulai retak, catnya juga sudah mulai memudar. Kepala Bidang Program dan Pengendalian Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Padang, Marzuki menjelaskan bahwa Padang merupakan pelopor pertama kali Piala Adipura di Indonesia yang diberikan langsung oleh Presiden Soeharto. “Hingga tahun 2009 Kota Padang tercatat mendapat 17 kali penghargaan Adipura selama 4 periode penilaian,” ujarnya, (18/2). Mengenai tempat didirikan di Simpang DPRD, Marzuki menceritakan secara geografis Simpang DPRD merupakan titik tempat segala arah bertemu. Misalnya dari luar Kota Padang, daerah Pariaman akan mencapai titik itu sebelum memasuki Kota Padang. Begitu pula dari Siteba akan bertemu titik tersebut sebelum menjumpai tugu selamat datang Kota Padang yang dahulunya terletak di daerah Air Tawar. Kota Padang waktu silam memang memiliki kenangan. Hal itu dapat disaksikan sampai sekarang dari sisa-sisa bangunan yang masih belum tersentuh, penataan kota yang baru akan bangkit, dan penanaman pohon hijau yang sedang digalakkan secara besar-besaran oleh pemerintah kota. “Semoga saja Kota Padang mendapatkan Piala Adipura kembali di tahun ini,” tutup Marzuki. (*)
Iml ek dan Buday aT ol er ansi Imlek Budaya Tol oler eransi “…nasionalisme di dalam kelebaran dan keluasannya mengasih tempat cinta pada lain bangsa, sebagai lebar dan luasnya udara, yang mengasih tempat pada segenap sesuatu yang perlu untuk hidupnya segala hal yang hidup.” —Soekarno
Oleh Putri Rahmi Kelok-kelok pendek di antara ruas jalan Kelurahan Kampung Pondok, Kecamatan Padang Barat, tampak padat oleh kendaraan. Jarak antara roda kendaran yang satu dengan yang lain hampir sejengkal. Nyaris tak ada ruang gerak. Terus memasuki gang, mulai tampak bangunan yang dihiasi patung-patung naga, lengkap dengan tulisan aksara Cina. Riuh keramaian, dupa yang dibakar, barongsai yang berkeliling, dan deretan lampion merah yang menggantung, langsung menyapa pengunjung yang memasuki kawasan Kampung Pondok. Dari sekian banyak bangunan, terdapat sebuah bangunan inti yang menjadi pusat perhatian dan ramai dikunjungi. Bangunan itu bernama Klenteng See Hin Kiong. Hari itu, Rabu (19/2), merupakan Tahun Baru Imlek 2566. Ratusan orang memenuhi kawasan sekitar klenteng. Pengunjungnya tidak hanya orang-orang Tionghoa, namun ada pula Muslim dan Nasrani. Seorang Tionghoa, Syong (49), mengatakan Imlek atau ritual chaos cosmos merupakan ritual pembersihan. Maksudnya, perjalanan dari kekacauan (chaos) menuju keteraturan dan keharmonisan (cosmos). Menurut kepercayaan Tionghoa, dengan ritual ini seluruh nista, kesialan, malapetaka, dan bencana dapat disingkirkan dari kehidupan. Karena itu, setiap Imlek ma-
syarakat Tionghoa memberi salam dengan mengucapkan gong xi fa cai yang artinya “semoga keberuntungan menyertaimu”. Di depan Klenteng See Hin Kiong, terdapat 2 gedung lain. Keduanya dicat dengan campuran warna krem dan merah. Gedung itu dinamakan Gedung Himpunan Bersatu Teguh (HBT) dan Gedung Wanita Himpunan Bersatu Teguh (WHBT), yaitu tempat berhimpunnya etnis Tionghoa di Kota Padang. Syong menjelaskan, semua kegiatan tahunan yang diadakan etnis Tionghoa di Kota Padang, dikelola oleh HBT dan WHBT, termasuk Perayaan Tahun Baru Imlek. Dalam rangka memeriahkan Imlek tahun ini, HBT dan WHBT mengadakan bazar yang diadakan selam 13 hari, mulai 21 Februari sampai 5 Maret 2015. Pada bazar ini, pihak HBT menyediakan makanan yang aman dan halal untuk dikonsumsi Muslim. Hal ini dimaksudkan agar semua pengunjung bisa mencicipi hidangan dan tidak merasa was-was terhadap makanan yang disediakan. “Silakan dicoba makanannya, semuanya aman kok,” jelas Thomas kepada reporter Ganto yang memakai jilbab saat mewawancarainya. Sebagai bentuk rasa peduli, keuntungan dari bazar yang berasal dari insert lomba dan hasil penjualan makanan nantinya akan digunakan untuk ke-
Bazar Meriah: Bazar yang diadakan untuk merayakan Imlek oleh BT dan WHBT Kampung Pondok ramai oleh pengunjung, Sabtu (21/9). f/Rahmi
giatan sosial, serta untuk jalannya HBT dan WHBT ke depannya. “Keuntungan dari bazar ini akan digunakan membantu masyarakat sekitar yang tidak mampu,” papar Syong, Panitia Acara Bazar HBT saat ditemui usai acara pembukaan bazar, Kamis (19/2). Selain itu, perlombaan yang diadakan untuk memeriahkan Imlek juga tidak hanya berbau Tiongkok saja. Festival tari, lomba dance, lomba nyanyi, aneka model busana, beat box, dan lomba masak semuanya juga bertema nusantara. Menurut Thomas, ini bukti bahwa semua orang diperbolehkan berpartisipasi dalam bazar maupun lomba. “Imlek ini tak hanya perayaan untuk Tionghoa, tetapi untuk semua masyarakat di Kota
Padang,” ungkapnya. Bentuk toleransi dan saling menghargai antara umat beragama ini juga tampak dari tema bazar yang diangkat. Berdasarkan buku panduan jadwal acara Imlek 2015, bazar HBT-WHBT 2015 ini bertema Kebersamaan Itu Indah. Hal ini sesuai dengan Thomas, yang mengatakan bahwa rasa aman dan meriahnya acara, tidak akan tercipta bila tidak ada rasa toleransi dan saling menghormati di antara masyarakat Padang. Ditambah pula dengan kesediaan warga sekitar non-Tionghoa yang senantiasa membantu persiapan acara seperti goro bersama di sekeliling klenteng dan sebagainya. “Semoga rasa toleransi ini terus dipupuk ke depannya,” harap Thomas. (*)
TEROPONG
16
Januari-Februari 2015 Edisi No. 184/Tahun XXV
Pembangunan Labor at orium MIP A Laborat atorium MIPA Tunggu Anggar an 2015 Anggaran
Terhenti: Pembangunan Laboratorium MIPA terhenti karena berakhirnya anggaran 2014, Jumat (20/2). Pembangunan akan dilanjutkan kembali setelah anggaran 2015 disetujui Dikti. f/Rahmi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Padang (UNP) merupakan salah satu dari dua fakultas di UNP, selain Fakultas Ilmu Sosial, yang masih belum memiliki aula. Oleh sebab itu, FMIPA pun terpaksa harus meminjam aula ke fakultas lain ketika mengadakan acara dan menyewa tenda sewaktu wisuda. Dengan pertimbangan itulah, pada 31 Oktober 2014, FMIPA mulai membangun gedung dengan nama Ruangan Laboratorium MIPA UNP ini. Pembantu Dekan II FMIPA, Drs. H. Yarman, M.Pd., mengatakan bahwa bangunan ini nan-
Pengatur an KRS T erpusat T et ap Lanjut engaturan Terpusat Tet etap Pusat Komunikasi (Puskom) Universitas Negeri Padang (UNP) melakukan perubahan sistem penyusunan Kartu Rencana Studi (KRS). Biasanya penyusunan jadwal kuliah dilakukan oleh masing-masing fakultas. Namun, mulai semester Januari-Juni 2015 penyusunan jadwal kuliah dilakukan secara terpusat oleh Puskom. Perubahan ini pun menyebabkan berbagai permasalahan, di antaranya jadwal pengisian KRS yang tak sesuai dengan jam yang telah ditentukan, sulitnya mengakses portal, jadwal kuliah dan ruangan perkuliahan yang bentrok dan tidak layak digunakan, serta berbagai masalah lainnya. Vonnita Harefa, Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia TM 2012, mengungkapkan bahwa mata kuliah Praktek Jurnalistik yang diadakan di lokal BI 9 pada hari Kamis bentrok dengan jadwal kuliah dari seksi lainnya. Vonnita mengatakan jadwal kuliahnya pukul 07.00-10.40 WIB. Namun, pada pukul 09.40 WIB mahasiswa dari seksi lain datang untuk kuliah di lokal yang sama. “Kami terpaksa menyudahi perku-
liahan pukul 09.40 WIB, “ tutur Vonnita, (Rabu/25). Berbeda halnya dengan Hayyu Mardhatillah, mahasiswa Desain Komunikasi Visual TM 2012. Hayyu mengatakan, ruangan perkuliahan yang digunakannya kurang layak untuk proses perkuliahan. Hal ini dikarenakan tidak adanya proyektor, remot AC yang tidak tersedia, serta meja dan kursi yang tidak memadai. “Perkuliahan jadi kurang kondusif,” ujarnya, Rabu (25/2). Menanggapi hal itu Kepala Puskom, Yonrafdi, S.E., M.Si. mengatakan, penyusunan jadwal kuliah Semester JanuariJuni 2015 secara terpusat dilatarbelakangi oleh jadwal kuliah dosen yang mengajar sekaligus di berbagai tempat. Seperti di D3, D4, S1, S2, dan S3. Jadwal mengajar dosen yang bentrok disebabkan jadwal kuliah disusun oleh program studi masingmasing secara terpisah. “Jadi dosen yang mengampu mata kuliah lintas program studi ini mengajar beberapa mata kuliah di jam yang sama,” terangnya, Senin (16/2). Yon menambahkan, waktu penyusunan jadwal kuliah seca-
ra terpusat ini kurang lebih satu bulan. Waktu yang relatif singkat menyebabkan kurang matangnya sistem ini. Berbagai upaya telah dilakukan, di antaranya rapat teknis dengan operator Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAKBMN) dan akademik fakultas untuk melakukan validasi data ruang kuliah secara online, workshop dan validasi data penawaran mata kuliah dengan operator entri jadwal kuliah jurusan/program studi serta operator SIMAKBMN dan Akademik, rapat finalisasi penawaran mata kuliah dengan ketua jurusan/program studi serta operator SIMAKBMN, dan rapat evaluasi dan workshop penyempurnaan entri jadwal kuliah. “Sebenarnya Puskom dalam bekerja tidak terpisah dengan pihak fakultas dalam penentuan jadwal kuliah,” ujar Yon. Walau banyak kendala, Yon menegaskan, sistem penyusunan jadwal kuliah secara terpusat tetap berlanjut untuk semester depan. Untuk mematangkan sistem ini maka pada pertengahan semester, Puskom akan melakukan koordinasi dengan pihak fakultas. Ermi
tinya akan difungsikan sebagai ruangan serbaguna untuk acara yang memerlukan ruangan besar. “Seperti acara wisuda, seminar, workshop, dan lainnya,” jelasnya, Selasa (12/2). Tetapi, pembangunan yang telah berjalan selama dua bulan itu terhenti di akhir 2014. Memasuki bulan kedua 2015, belum ada tanda-tanda pembangunan gedung tersebut akan dilanjutkan. Yarman mengungkapkan, anggaran 2014 yang telah berakhir di pengujung tahun lalu, membuat pembangunan gedung terhenti. “Semoga di akhir tahun ini pembangunan selesai,” harap Yarman.
Kepala Subbagian (RT UHPT) UNP, Nasaruddin Harahap S.Pd., S.T. mengatakan bahwa pembangunan dilakukan secara bertahap, tergantung skala prioritas yang dibutuhkan. Selanjutnya, Kepala Biro Perencanaan dan Sistem Informasi, Ahmad Hamdani menambahkan, anggaran 2015 telah sampai ke Dikti. Pembangunan akan dilanjutkan setelah anggaran tersebut disetujui menteri. “Sekarang kita menunggu keputusan, mudah-mudahan berkas kita disetujui untuk anggaran 2015 ini,” harapnya. Jimi
Akhirny a, Pr oyek Akhirnya, Pro Pembangunan IDB Dimulai Setelah melewati proses lelang sejak dua tahun yang lalu, akhirnya pada 9 Januari 2015 UNP mendapatkan persetujuan dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi untuk membangun delapan gedung baru. Dengan diletakkannya batu pertama oleh Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Prof. Mohammad Nasir, Ph.D., Ak. di Lapangan Bola Depan Gedung Rektorat Lama UNP pada Jumat (6/3), pembangunan seluas 30.250 m 2 siap dilaksanakan. Proyek ini akan dilaksanakan selama 365 hari kalender. Selaku Manajer Rekonstruksi dan Peningkatan UNP, Prof. Ganefri, Ph.D. mengatakan, dengan pembangunan seluas 30.250 m 2 ini, diperkirakan UNP akan mampu menampung 45 ribu mahasiswa pada 2020. Ganefri menjelaskan, pembangunan ini dilaksanakan dengan dana pinjaman dari Islamic Development Bank (IDB) lebih kurang berjumlah 29,5 juta U$D. Selain itu UNP juga memperoleh dana pendamping dari pemerintah sebesar Rp6,29 milyar. Terkait telah disetujuinya proyek IDB ini, Rektor UNP Prof.
Dr. Phil Yanuar Kiram mengucapkan terima kasih kepada Menristekdikti. Lebih lanjut, saat ditanya mengenai ketahanan gedung terkait Padang yang rawan gempa dan tsunami, Yanuar menjawab, “Insya Allah, gedung ini tahan gempa hingga 10 SR,” ujarnya seusai acara. Dalam sambutannya, Mohammad Nasir mengatakan pembangunan ini merupakan proyek monumental bagi UNP. Oleh karena itu, PT. Adhi Karya (Persero) Tbk sebagai kontraktor harus memerhatikan dengan seksama agar pembangunan ini berjalan sesuai rencana. Sehingga di kemudian hari tidak terjadi kesalahan-kesalahan yang tidak diinginkan. “Dan bagi sivitas akademika UNP, perhatikan juga jalannya proyek ini,” pesannya. Di samping peletakan batu pertama, dalam acara ini juga dilakukan peresmian kolam renang Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Sekolah Laboratorium UNP oleh Menristekdikti. Selain itu, juga disertai pengumuman oleh Rektor UNP bahwa status UNP telah resmi menjadi Badan Layanan Umum. Fitri, Nova, Wici
kembalikan sebagaimana mestinya. Selain itu, juga ada penambahan kuota penerima menjadi 71 ribu orang mahasiswa untuk PPA. Hal tersebut merupakan hasil rapat kerja Komisi X DPRRI dengan Kemenristek Dikti. Sekjen BEM UNP membenarkan adanya kiriman tersebut. Muttaqin mengatakan, informasi ini didapat dari akun resmi DPR-RI. “Kami dari BEM tidak mungkin memberikan informasi yang salah. Kalau itu tidak benar maka nama institusi kamilah yang akan jelek,” kata Muttaqin, Selasa (16/2). Dia juga mengatakan, BEM seluruh Indonesia selalu memantau perkembangan dana untuk pendidikan karena adanya sistem UKT. BEM menolak jika PPA dan BBP dihapuskan,
pasalnya banyak mahasiswa yang UKT-nya tinggi berharap mendapatkan beasiswa tersebut. “Jika memang PPA dibatalkan, tentunya UNP harus banyak memiliki sponsor untuk membantu mahasiswa yang uang kuliahnya tinggi,” pungkasnya. Saat dikonfirmasi, Pembantu Rektor III Dr. Syahrial Bakhtiar, M.Pd., membenarkan adanya surat edaran resmi tentang PPA dan BBP yang ditiadakan untuk 2015 beberapa waktu lalu. Namun, setelah adanya keputusan dan pertimbangan DPR RI, beasiswa PPA dan BBP tetap ada. “Alokasi dana untuk PPA dan BBP tahun ini tetap ada dengan kuota yang sama dengan tahun lalu,” kata Syahrial, Jumat (28/2). Suci
Beasiswa PP A dan BBP T et ap Ada PPA Tet etap Mencuatnya kabar ditiadakannya alokasi anggaran beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) dan Bantuan Biaya Pendidikan (BBP) pada 2015, menimbulkan kerisauan di kalangan mahasiswa Universitas Negeri Padang (UNP). Kabar tersebut berdasar pada surat edaran yang didapat UNP dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi nomor 43/ E.E3/BD/2015. Dalam surat itu, dinyatakan anggaran untuk beasiswa tersebut dialokasikan untuk pembangunan Science & Technologi Park (STP). Pembantu Dekan III Fakultas Bahasa dan Seni, Drs. Esy Maestro, M.Sn., membenarkan kabar tersebut. Kata Esy, surat edaran resmi dari Pembantu
Rektor (PR) III telah diterimanya. “PPA tidak ada lagi tahun 2015 ini. Itu bukan isu lagi, tapi sudah resmi dengan adanya surat edaran baik, dari kementerian maupun rektorat,” ungkapnya, Kamis (12/2). Rahmat Faisal, Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro TM 2013, sangat menyayangkan hal tersebut. Menurutnya, beasiswa PPA atau BBP dapat membantu mengurangi beban mahasiswa yang UKT-nya tinggi. Lebih lanjut, mahasiswa yang UKT-nya Rp2,7 juta per semester ini, juga mengingatkan pihak birokrat yang menjanjikan beasiswa sebagai solusi untuk mahasiswa yang UKTnya tinggi. “Saya berharap alokasi dana untuk BBP lebih ditambahkan lagi,” ujar Rah-
mat, Kamis (19/2). Namun, beberapa hari setelah kabar tersebut menyebar, muncul beberapa foto surat edaran dari Dewan Perwakilan Rakyat Repubilik Indonesia (DPRRI) yang ditandatangani oleh Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti), Muhammad Nasir dan Ketua Pimpinan Komisi X DPR-RI, Teuku Riefky Harsya, M.T. tertanggal 12 Februari 2015 di media sosial Facebook. Kiriman tersebut dibagikan oleh Sekretaris Jenderal (Sekjend) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNP, Muttaqin Kholis. Isinya tentang beasiswa PPA dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) Tahun Ajaran 2015 yang tidak jadi dicabut dan di-
TEROPONG
Januari-Februari 2015 Edisi No. 184/Tahun XXV
UNP Siap Sambut Tim Asesor Akr edit asi Akredit editasi Sudah sejak 8 Agustus 2014 Universitas Negeri Padang (UNP) menyerahkan borang akreditasi kepada Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) di Jakarta. Namun, hingga saat ini tim asesor dari BAN-PT masih belum datang. Hal itu menyebabkan hasil reakreditasi UNP belum bisa diketahui karena hasil akhir akreditasi keluar setelah tim asesor melakukan validasi antara data yang terdapat dalam borang dengan kondisi objektif yang ada di lapangan. Menurut Pembantu Rektor III UNP sekaligus Ketua Akreditasi UNP, Dr. Syahrial Bakhtiar, M.Pd., belum datangnya tim asesor untuk melakukan visitasi akreditasi disebabkan anggaran dana BAN-PT tahun 2014 telah habis. Oleh sebab itu, proses visitasi harus ditunda hingga 2015. Guna membahas lebih lanjut mengenai persiapan UNP dalam menyambut kedatangan tim asesor, maka panitia akreditasi UNP mengadakan rapat koordinasi persiapan visitasi akreditasi UNP di Ruang Sidang Senat UNP, Jumat (27/2). Dalam rapat tersebut, Dr. Yulkifli, S.Pd., M.Si. selaku ketua Tim Instrumen Akreditasi sekaligus Wakil Ketua I Akreditasi UNP menyampaikan, ma-
Pelaksanaan PPG Prajabatan Tunggu Izin Ment eri Menteri
Rapat Akreditasi: Panitia Akreditasi UNP sedang melaksanakan rapat koordinasi persiapan visitasi akreditasi UNP di Ruang Sidang Senat UNP, Jumat (27/2). f/Fitri
sih ada beberapa data yang harus dilengkapi oleh UNP sebelum tim asesor datang, yaitu data semester Juni-Desember 2014 dan Januari-Juni 2015. Hal ini disebabkan karena ditundanya kedatangan tim asesor, sehingga UNP harus melengkapi data yang belum dimasukkan. Selain melengkapi data tersebut, UNP juga telah menyiapkan bukti fisik untuk mendukung data yang tertulis dalam borang akreditasi. Mengenai kejelasan kapan tim asesor BAN-PT akan datang
ke UNP, Syahrial mengatakan bahwa belum ada informasi pasti. Akan tetapi tim asesor sudah mulai jalan ke beberapa universitas lain. Selain itu, saat ini panitia akreditasi telah berusaha mempersiapkan hal-hal yang terkait peningkatan akreditasi. “Kita siap menyambut kedatangan tim asesor dan siap divisitasi,” ujarnya, Jumat (27/ 2). Lebih lanjut Syahrial mengharapkan agar seluruh sivitas akademika UNP mendukung jalannya proses re-akreditasi ini. Fitri
74 PKM UNP Lol os Sel eksi Dikti Lolos Seleksi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) kembali mendanai Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 5 Bidang tahun anggaran 2015. Para pemenang PKM ini telah diumumkan oleh Dikti pada 14 Januari 2015 lalu. Di Universitas Negeri Padang (UNP) sendiri, dari 389 proposal PKM yang diunggah dengan data lengkap ke situs www.simlitabmas.dikti.go.id., 74 judul di antaranya berhasil didanai. Ada pun rinciannya, 30 judul dari Fakultas Teknik, 21 judul dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 6 judul dari Fakultas Ilmu Sosial, 6 judul dari Fakultas Ilmu Pendidikan, 4 judul dari Fakultas Ekonomi, dan 7 judul dari Fakultas Bahasa dan Seni. Jumlah ini meningkat dari tahun-tahun sebelumnya, yakni 32 judul pada 2013 dan 44 judul pada 2014. Terkait PKM, pihak universitas telah bekerja sama dengan Unit Kegiatan Mahasiswa Pusat Pengembangan Ilmiah dan Penelitian Mahasiswa (PPIPM) UNP. Bentuk kerja sama tersebut, yakni dalam hal penyelenggaraan sosialisasi PKM tingkat universitas, pelatihan, maupun admin operator yang akan membantu peserta PKM untuk mengunggah proposal ke Dikti. Ketua PPIPM, Khoirul Ihwanudin, mengatakan peningkatan jumlah ini terjadi karena workshop yang diadakan secara berkala. “Workshop tidak hanya dilakukan oleh PPIPM saja, tetapi beberapa fakultas juga
UNP Goes to Pimnas 28 ::Konsolidasi dan Pelatihan PKM 5 bidang di Ruang Serba Guna (RSG) Fakultas Teknik (FT), Kamis, (12/2). f/Rival
sudah ada yang melakukannya,” ungkapnya, Rabu (11/2). Sandi Putra, Mahasiswa Ekonomi Pembangunan 2010 yang juga pemenang PKM tahun lalu, mengatakan sosialisasi dan informasi mengenai PKM ini sudah banyak tersebar. Kemudian, ia berharap tidak hanya mahasiswa yang terlibat aktif dalam PKM. “Pembimbing dan pihak kampus sebaiknya juga terlibat aktif di dalamnya,” harap Sandi, Senin (16/2). Setelah pengumuman, ada beberapa tahap yang akan dijalani oleh pemenang, yakni pelatihan, pelaksanaan PKM, dan monev oleh Dikti. Setelah melewati beberapa tahapan tersebut, setiap tim PKM akan diminta untuk membuat laporan perkembangan dan laporan akhir. “Saat monev, Dikti akan mewawancarai 74 tim yang didanai untuk melihat sejauh mana perkembangan pelaksanaan PKM mereka,” jelas Kepala Subbagian Minat dan Penalaran Informasi Kemahasiswaan, Erman A., S.Pd., Rabu (11/2).
17
Terkait pertanggungjawaban tim PKM, Widya Astuti, mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia TM 2012 yang juga salah seorang peserta Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) tahun lalu, mengatakan bahwa pemenang juga akan melaporkan perkembangan pelaksanaan PKM secara online. “Pada situs Simlitabmas, terdapat log book atau bisa dikatakan seperti buku harian online yang berisi tentang perkembangan PKM yang telah dilaksanakan,” ujarnya, Selasa (17/2). Widya menambahkan, tim PKM yang didanai tahun anggaran 2015 ini sebaiknya mengikuti monev Dikti. Karena, hasil monev ini merupakan salah satu bagian dari penilaian lolos atau tidaknya tim PKM tersebut menuju Pimnas. “Bisa dikatakan monev Dikti sangat menentukan,” tegasnya. Konsolidasi dan pelatihan telah diberikan kepada pemenang PKM pada 12 Februari lalu. Pembantu Rektor III, Dr. Syahrial Bakhtiar, M.Pd. dalam sambutannya mengatakan, dengan adanya konsolidasi dan pelatihan ini diharapkan agar mahasiswa UNP lebih siap dan lebih bersemangat dalam menghadapi Pimnas ke-28 di Universitas Haluoleo. Selain itu, ia menambahkan sosialisasi ke seluruh fakultas terkait PKM perlu ditingkatkan lagi. “Jika di tahun sebelumnya hanya tujuh proposal yang lulus PIMNAS, tahun 2016 harus lebih meningkat,” harapnya, Kamis (12/2). Resti
Universitas Negeri Padang (UNP) merupakan salah satu Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan (LPTK) yang akan melaksanakan Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan tahun ini. Kepala Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan, Azhari Suwir S.E. mengatakan, UNP telah siap memenuhi syarat-syarat yang akan diturunkan oleh menteri. UNP juga telah memberikan pelatihan khusus untuk staf pengajar dan dosen terkait program ini. Pelatihan tersebut bahkan sudah diadakan sejak PPG Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, Tertinggal (SM3T) dilaksanakan di UNP. Azhari menambahkan, jika surat keputusan tertulis dari menteri sudah keluar dan diedarkan, UNP siap melaksanakan PPG Prajabatan. “UNP siap melaksanakan PPG Prajabatan pada 2015 ini,” tegasnya, Jum’at (13/2). Lebih lanjut Azhari menjelaskan, PPG Prajabatan hampir sama dengan PPG SM3T yang telah dilaksanakan oleh UNP sejak dua tahun terakhir. Kesamaannya adalah dalam hal sistem pembayaran dan gelar, yakni gelar Gr. bagi lulusan-
nya. Namun bedanya, PPG SM3T dalam sistem pelaksanaannya dibiayai sepenuhnya oleh pemerintah, sementara PPG Prajabatan belum dapat dipastikan apakah didanai oleh pemerintah dalam bentuk beasiswa atau secara mandiri oleh mahasiswa. UNP masih menunggu keputusan izin tertulis mengenai syarat dalam teknik pelaksanaan, pembayaran, dan kuota mahasiswa PPG Prajabatan dari Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Ilham Saputra, mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi TM 2010, mengatakan telah mendengar kabar tersebut sejak dua tahun lalu dari temannya. Namun, jika memang jadi dilaksanakan, ia mengaku kurang tertarik mengikuti program baru rintisan PPG SM3T ini. “PPG yang sebelumnya, biayanya lumayan besar,” ujar Ilham, Selasa (17/2). Berbeda dengan Ilham, Azmayani mahasiswa Jurusan Kepelatihan Olahraga TM 2011 mengatakan tertarik mengikuti PPG Prajabatan ini. “Tetapi, saya terkendala informasi mengenai teknis pelaksanaannya,” ujarnya, Kamis (26/2). Windy
Pengisian Angk et Monot on, Angket Monoton, BPMI T ambah Indikat or Tambah Indikator Akhir semester Juli-Desember 2014, seluruh mahasiswa Universitas Negeri Padang (UNP) kembali mengisi angket penilaian sebelum mengakses Lembar Hasil Studi (LHS). Pengisian angket dengan berbagai macam indikator penilaian ini mendapat tanggapan beragam dari mahasiswa dan dosen. Seorang mahasiswa Jurusan Kesejahteraan Keluarga (KK), Wilda Gustia, kurang setuju dengan adanya angket penilaian ini. Ia pun memilih tidak mengisi angket pada semester Juli-Desember 2014 lalu. “Tidak ada perubahan pada sistem pembelajaran setelah mengisi angket itu,” ungkapnya, Kamis (12/2). Mahasiswa lain, Annisa Iman Sari, dari Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris TM 2012, mengaku cukup kerepotan dengan pengisian angket penilaian ini. Apalagi dengan adanya penambahan indikator penilaian. Namun, menurutnya, angket bisa menjadi salah satu penilaian yang bagus karena memberikan saran serta kritikan kepada dosen dan layanan mahasiswa, bila mahasiswa memang mengisi apa adanya. “Kebanyakan mahasiswa mengisinya sembarangan,” kata Annisa, Rabu (11/2). Sementara itu, dosen Jurusan Bahasa Inggris, Fitrawati, S.S,. M.Pd,. menyambut positif pengisian angket ini. “Selama ini dosen merasa sudah bagus kinerjanya, padahal kenyatannya tidak,” ungkapnya, Senin (16/2). Hal yang sama juga diutarakan oleh dosen jurusan yang sama, Havid Ardi, S.Pd,
M.Hum.. “Hasil angket ini bisa jadi masukan bagi seluruh dosen atau pimpinan untuk perbaikan institusi dari berbagai hal,” tambahnya, Senin (16/2). Menanggapi hal tersebut, Ketua Badan Penjamin Mutu Internal (BPMI), Dr. Bafirman, M.Kes., AIFO., mengatakan bahwa pengisian angket ini memang bertujuan meninjau Proses Belajar Mengajar (PBM) yang masih memiliki beberapa keterbatasan agar dapat berjalan lebih optimal. Selain itu, penambahan indikator dilakukan karena berdasarkan statistik yang diolah BPMI, hasil angket pada Juli-Desember 2013 menunjukkan hasil yang monoton. “Ratarata hasil yang diisi mahasiswa berkisar pada indikator 4 dan 5 (baik dan sangat baik),” paparnya, Jumat (20/2). Maka dari itu Bafirman memutuskan untuk memperluas rincian indikator penilaian dari lima menjadi tujuh karena kecenderungan yang diisi mahasiswa tersebut. Bafirman juga menambah aspek penilaian seperti aspek tangibles, aspek reliability , aspek responsiveness , aspek assurance, aspek emphaty, dan aspek information system. Tak hanya itu, jumlah mata kuliah yang harus diisi pun dikurangi untuk mempermudah mahasiswa mengisi angket penilaian. Lebih lanjut, Bafirman mengatakan pengisian angket ini masih akan diadakan oleh BPMI pada semester mendatang. Ia pun mengimbau agar mahasiswa mengisi angket sesuai dengan kondisi yang ada. “Isilah angket dengan jujur dan apa adanya,” tutupnya. Sabrina
INTER
18 KSR PMI
Donor Darah Berkerja sama dengan Unit Donor Darah (UDD) Padang, Korp Suka Rela (KSR) Palang Merah Indonesia (PMI) UNP mengadakan pengalangan donor darah. Bertemakan Donor Darah Bukti Cinta untuk Sesama, kegiatan donor ini diadakan di depan Lapangan Depan Perpustakaan UNP, Selasa-Rabu (24-25/2). Sebelum mendonor, peserta harus memeriksa tensi darah terlebih dahulu, selain harus memiliki berat badan di atas 45 kg dan tidak mengidap penyakit menular. Selaku ketua pelaksa-
na, Yoga William mengatakan bahwa kegiatan donor darah selain untuk membantu sesama, juga bisa untuk membuang darah kotor, sehingga sumsum tulang belakang dapat memproduksi darah baru. “Kalau bisa, donor darah dilakukan satu kali tiga bulan,” jelasnya, Rabu (25/2). Menurut salah satu pendonor darah, Miftahul Ilmi, proses pengambilan darah tidak butuh waktu lama dan tidak menimbulkan rasa sakit. “Kirakira hanya waktu 5 menit,” ujarnya. Kurnia
UNP
Workshop RKAKL Perancangan merupakan tahap awal dalam menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan suatu lembaga. Berdasarkan hal itu, Universitas Negeri Padang (UNP) mengadakan workshop Penyusunan Rencana Kerja Anggaran Kementerian dan Lembaga (RKAKL) untuk Tahun 2016, di Ruang Serba Guna Fakultas Teknik UNP, Selasa-Rabu (10-11/2). Menurut Drs. Ahmad Hamdani, M.M., selaku Kepala Biro Administrasi Perencanaan dan Sistem Informasi (BAPSI), tujuan
workshop ini adalah untuk meningkatkan kemampuan tenaga perencanaan agar dapat menghasilkan RKAKL UNP yang baik dan sesuai dengan kebutuhan universitas. ”Penyusunan RKAKL ini membutuhkan keseriusan,” tegas Hamdani, Selasa (10/2). Rektor UNP, Prof. Dr. H. Phil. Yanuar Kiram, mengatakan bahwa apa yang akan dibangun UNP di masa yang akan datang harus dapat melayani seluruh keperluan sivitas UNP. Kurnia
UKFF
PPIPM UNP
BEM FMIPA
Bermodal dengan Satu Prinsip Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (BEM FMIPA) yang telah berdiri sejak 14 Oktober 1980 semakin mengepakkan sayapnya. Baik di bidang keilmuan maupun kemasyarakatan. P a d a pertengahan kepengurusan di bawah kepemimpinan Randika Irwa Risky dan Wayan Pratama BEM FMIPA telah mengangkatkan kurang lebih 20 program kerja (proker) dari 35 target yang direncanakan. Di antaranya dari Kementerian Pengabdian Masyarakat, yaitu Tanggap Bencana dan Temu Ramah sekaligus silaturahmi ke Panti Asuhan (Anjang Sana). Tidak hanya itu, proker yang juga telah dilakukan dari berbagai kementerian lain, yakni FMIPA Fair, LKTI tingkat SMA, dan Mahasiswa dan Seminar Nasional Kepenulisan Asma Nadia. Sedangkan, untuk proker
mendatang yang akan dilaksanakan, antara lain FMIPA Peduli Pendidikan, Donor Darah, dan Khitan Massal. Adapun proker akbar BEM FMIPA yang akan dilaksanakan adalah National Leadership Training pada 13-15 April 2015. Gubernur BEM F M I P A , Randika Irwa Risky, mengungkapkan, untuk menyelenggarakan proker-proker tersebut dibutuhkan pengurus yang handal, baik dalam kinerja maupun keloyalitasannya. “Kami memegang prinsip untuk satu pengurus satu organisasi,” tegasnya, Rabu (18/2). Di balik kinerjanya, pengurus tak lupa dibekali dengan ilmu pengetahuan. Tujuannya adalah untuk melatih softskill setiap pengurus “Semoga ke depannya pengurus BEM FMIPA bisa mempertahankan, bahkan meningkatkan kinerjanya untuk BEM yang lebih baik lagi,” harap Randika. Redda
KOPMA UNP
Workshop Scriptwriting Unit Kegiatan Film dan Fotografi (UKFF) Universitas Negeri Padang mengadakan Workshop Scriptwriting di Ruang Serba Guna (RSG) Fakultas Teknik UNP, Kamis (26/02). Acara yang merupakan hasil kerja sama UKFF UNP dengan Rimbun serta Panna Foto Intitude ini menghadirkan Ng Swan Ti, fotografer wanita yang pernah bekerja sebagai fotografer freelance di majalah Eropa. Ng Swan Ti memulai presentasi dengan men-
ceritakan awal ia menjadi seorang fotografer. Swan Ti mengenal dunia fotografi dari keinginannya untuk menceritakan keindahan awan-awan di atas Gunung Sindoro, Jawa Timur. Karena itu, ia mulai memotretnya. “Dengan foto saya ingin menggambarkan keindahan itu pada teman saya,” kenangnya. Swan Ti menekankan kepada peserta, menjadi fotografer tidak hanya mengambil foto, “Tapi bagaimana kita menghargai foto,” tegasnya. Eka
Bunkasai II
Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Padang mengadakan Bunkasai II, Sabtu (28/2). Kali ini acara tersebut memilihtema Meraih Masa Depan Sampai ke Negeri Sakura. Menurut Muhammad Arif, selaku ketua pelaksana acara, tema tersebut diangkat karena banyak sekali pelajar yang memiliki mimpi menginjakkan kaki ke Negeri Sakura. “Kalau bisa menggapai mimpi hingga ke Negeri
Sakura, kenapa tidak,” ujarnya. Pembantu Rektor IV, Dr. Ardipal M.Pd., dalam sambutannya mengatakan bahwa acara ini sangat baik untuk mengasah keterampilan dan kreativitas mahasiswa, serta menambah kredibilitas jurusan, fakultas, dan universitas. Ardipal juga menambahkan bahwa budaya yang dari luar itu boleh dipelajari. “Namun, jangan sampai melupakan budaya kita sendiri,” ujarnya. Suci
Konsolidasi PKM Pusat Pengembangan Ilmiah dan Penelitian Mahasiswa (PPIPM) UNP melaksanakan acara Konsolidasi dan Pelatihan PKM 5 Bidang di Ruang Serba Guna Fakultas Teknik, Kamis (12/2). Acara yang bertema UNP Goes to Pimnas 28 ini dibuka oleh Pembantu Rektor III UNP Dr. Syahrial Bakhtiar, M.Pd.. Dalam sambutanya, Syahrial berharap, dengan adanya acara ini mahasiswa lebih siap dan lebih bersemangat dalam menghadapi Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIM-
RAT Ke-30 Bertema Meningkatkan Profesional dan komitmen Anggota Aktif KOPMA UNP, Koperasi Mahasiswa (KOPMA) UNP melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) ke-30. Acara ini berlangsung di Ruang A403 dan A404 Fakultas Ilmu Pendidikan UNP, Sabtu (28/2). Dalam sambutannya, Drs. Willadi Rasyid yang mewakili Pembantu Rektor III mengharapkan KOPMA UNP betul-betul profesional, sehingga mampu memenuhi kebutuhan mahasiswa. “Ke
depannya, semoga kita bisa menjadi teladan di Indonesia,” harapnya Ketua Pelaksana, Fery Andika, mengatakan bahwa kepengurusan tahun lalu berhasil dalam pengorganisasian hingga berdampak pada pengembangan usaha. Diharapkan ke depannya, melalui wadah pengambilan keputusan kali ini, KOPMA UNP menjadi lebih baik lagi. “Lebih maju lagi sesuai dengan komitmen dalam menumbuhkan profesionalitas,” tutupnya. Meri
Monday Breaker IV Unit Kegiatan Kesenian (UKKes) UNP mengadakan Monday Breaker ke-4 di Pelataran Parkir Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UNP, Minggu (1/3). Bertema “Under 90” acara itu menampilkan sepuluh grup band lokal. Masingmasing band membawakan lagu jadul tahun 90an. Tidak hanya itu, juga ada penampilan dance dan puisi. Ketua Pelaksana, Dannu Sadetama, mengatakan bahwa pertunjukan yang diadakan pada malam Senin ini bertujuan
untuk menyambut hari baru. “Biar gak suntuk di hari Senin,” ujarnya. Lebih lanjut, Ketua Umum UK-Kes, Ichsan Pria Dharma berharap semoga acara ini sukses. “Sampai jumpa di Monday Breaker ke-5,” katanya. Penataan panggung yang memanfaatkan koran bekas mendukung suasana 90-an. Selama kegiatan berlangsung panitia memanfaatkan media sosial Twitter untuk me-update penampilan band di Twitter yang diproyeksikan ke dinding Gedung FIP. Jimi
Seminar Nasional
Bertema Restorasi Peran Mahasiswa sebagai “Agent of Change”, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknik (FT) UNP menggelar Seminar Nasional di Ruang Serba Guna FT UNP, Sabtu (21/2). Pemateri seminar ini adalah Wali Kota Padang Ir. Mahyeldi Ansyarullah, S.P., Ketua Komisi 1 DPRD Sumatra Barat Drs. H. Marlis, M.M., dan Ketua BEM FT UNP 2012-2013 Azwar Hidayat. Pembantu Dekan I, Drs. Syahril, MSCIE, Ph.D. yang mewakili Dekan FT.
dalam membuka acara mengatakan bahwa mahasiswa harus melibatkan diri dalam kegiatan ekstrakurikuler. “Kawinkanlah antara kulikuler dan ekstrakulikuler,” imbaunya. Dalam materinya Ir. Mahyeldi Ansyarullah, S.P. mengatakan bahwa yang menjadi pelopor dalam setiap perubahan adalah pemuda. “Mahasiswa tidak boleh ikut arus, malah harus meluruskan arus yang ada,” kata Mahyeldi. Rahmi, Wici
HIMA Biologi
Seminar Jurnalistik Himpunan Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia (HMJ Basindo) UNP adakan seminar jurnalistik, Kamis (19/2). Seminar yang digelar di Teater Tertutup FBS ini mengundang Reporter Trans 7 Rino Zulyandi dan Reporter dan Redaktur Edisi Minggu Harian Singgalang Lenggogeni sebagai pemateri. Menurut ketua pelaksana, Gilang Alhamdina, seminar bertema Revitalisasi Daya Jurnalistik Menuju UNP Tanggap Media ini dibuka untuk umum dan
NAS) ke-28 di Universitas Haluoleo, Kendari. Selain itu, Syahrial mengatakan bahwa sosialisasi ke seluruh fakultas terkait PKM perlu ditingkatkan lagi. “Jika di tahun sebelumnya hanya tujuh proposal yang lulus PIMNAS, tahun 2016 harus lebih meningkat,” ujarnya. Selaku ketua pelaksana acara, Bayu Rahman, mengatakan bahwa tujuan kegiatan ini adalah untuk mempermudah mahasiswa dalam melaksanakan PKM ke depannya. Rival
UKKes
BEM FT
HMJ Basindo
Prodi Bahasa Jepang
Januari-Februari 2015 Edisi No. 184/Tahun XXV
diwajibkan bagi mahasiswa yang mengambil kuliah pengantar jurnalistik. Ada pun tujuannya meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang jurnalistik. “Juga mengajak kawan-kawan semua untuk tanggap terhadap media,” kata Gilang. Ketua Jurusan Basindo, Dr. Ngusman Abdul Manaf, M.Hum., dalam sambutannya berharap peserta dapat memanfaatkan kegiatan ini dengan baik. “Jadikan kesempatan ini untuk belajar,” pesannya. Sastra
Lomba Biologi Himpunan Mahasiswa Biologi (Himabi), Fakultas Matematika dan Ilmu Pe ngetahuan Alam (FMIPA) mengadakan Lomba Biologi, bertema Human Synthesis for the Green Indonesia Scientist 2045 di Gelanggang Olahraga UNP, Kamis (19/2). Lomba diikuti oleh siswa setingkat SMP dan SMA se-Sumatra Barat, Jambi, dan Riau. Pesertanya antara lain 416 siswa tingkat SMP dan MTS, serta 565 orang siswa SMA dan MA. Ketua Pelaksana, Danil Mursyid menjelaskan la-
tar belakang pemilihan tema tersebut adalah untuk mewujudkan harapan generasi bangsa yang saintis dan inovatif. Sedangkan tujuan acara ini adalah sebagai ajang kompetisi untuk melatih dan mengasah kemampuan siswa dalam saintis. Acara ini dibuka secara resmi oleh Dekan FMIPA, Prof. Dr. Lufri M.Si.. “Berlomba-lombalah dalam kebaikan menuju akhirat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan,” tutur Lufri. Windy
SEPUT AR MAHASISW A SEPUTAR MAHASISWA
Januari-Februari 2015 Edisi No. 184/Tahun XXV
19
Mahasiswa dan Narkoba Hai pembaca setia Ganto. UNP telah melakukan penandatanganan Nota Kesepakatan Bersama dengan Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Barat dan Badan Narkotika Nasional (BNN) Daerah Sumatra Barat mengenai Pengembangan SDM, Kantibmas, dan P4GN dan Rehabilitasi Pecandu Narkotika di kampus UNP Air Tawar, Selasa (3/2). Hal ini merupakan salah satu bukti keseriusan UNP dalam menjauhkan mahasiswanya dari bahaya narkoba. Pasalnya, hingga tahun 2013 tercatat hampir 4 juta pengguna narkoba di Indonesia dan 22% dari mereka adalah pelajar dan mahasiswa (republika.co.id). Lalu bagaimana pendapat Anda sebagai mahasiswa UNP?
Seolah gaya hidup, narkoba menjadi sesuatu yang akrab dengan popularitas dan kekayaan instan. Dari dulu hingga sekarang, tak henti-hentinya kasus mengenai narkoba menjadi headline yang mewarnai pemberitaan-pemberitaan di media. Mulai dari kecelakaan akibat pengemudi menggunakan narkoba, penggerebekan pabrik atau pesta sabu-sabu dan ekstasi di sejumlah tempat, hingga diciduknya artis-artis pecandu narkoba oleh aparat kepolisian, dan mungkin masih banyak lagi kasus lainnya. Selain itu, tak sedikit dari masyarakat yang memanfaatkan narkoba sebagai ladang penghasil uang, mengingat harga narkoba yang memang sangat menggiurkan. Sejak Sekolah Dasar, orang tua dan para guru sudah sering menyebut-nyebut narkoba sebagai barang terlarang yang harus dijauhi. Nasihat-nasihat sudah didengungkan kepada anak-anak bahwa banyak efek buruk yang ditimbulkan. Narkoba dapat membuat pemakainya kecanduan dan merusak masa depan. Di dinding-dinding sekolah juga banyak didapati slogan-slogan anti narkoba. Tidak hanya itu, hukuman berat juga telah diberlakukan kepada orang-orang yang terlibat dalam kasus narkoba ini. Lalu, apa sebenarnya yang menyebabkan barang haram masih saja diminati? Efek yang katanya memberikan kenikmatan halusinasi, menguatkan stamina, dan meningkatkan kreativitas, telah berhasil menarik keinginan seseorang untuk mencoba obatobat terlarang ini. Awalnya coba-coba, akhirnya kecanduan. Fatalnya, kehidupan yang berharga pun bisa menjadi tak berarti ketika narkoba telah menguasai korbannya. Yang lebih parahnya lagi, narkoba dapat mengantarkan nyawa pecandu kepada Sang Pencipta. Meskipun demikian, tak bisa dielakkan bahwa narkoba senantiasa mengintai dan siap mencari korban-korban baru. Setiap hari selalu ada yang terjebak ke dalam jerat barang haram itu. Dan sekarang, Indonesia merupakan peringkat keempat di dunia dengan penduduk terbesar sebagai penyalahguna narkoba. Data yang dihimpun Badan Narkotika Nasional (BNN) menunjukkan penyalahgunaan narkoba di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Tahun 2011, pengguna narkoba jumlahnya sebanyak 2,2 persen dari sekitar 220 juta penduduk Indonesia. Dua tahun berselang mening-
kat menjadi 2,56 persen, dan tahun 2014 lalu 2,80 persen (femina.co.id). Dari tahun ke tahun narkoba terus merambah kalangan pelajar dan mahasiswa. Tak tanggung-tanggung, tercatat hingga tahun 2013, 22 persen dari masyarakat Indonesia yang terjerat narkoba adalah pelajar dan mahasiswa (republika.co.id). Sangat disayangkan, pemuda-pemudi harapan bangsa telah ikut merasakan nikmatnya obat-obat terlarang itu. Mereka telah menggadaikan masa depannya demi kenikmatan yang cuma sesaat. Kecemasan akan kasus narkoba ini juga turut dirasakan oleh Universitas Negeri Padang (UNP). Untuk mengantisipasi masuknya narkoba, UNP telah melakukan penandatanganan Nota Kesepakatan Bersama dengan Kepala Kepolisian Daerah Sumbar dan BNN Daerah Sumbar mengenai Pengembangan SDM, Katibmas, P4GN dan Rehabilitasi Pecandu Narkotika di Kampus UNP Air Tawar Barat, Selasa (3/2). Berdasarkan data yang dihimpun BNN dari buku laporannya, dinyatakan 100 persen mahasiswa UNP bersih dari jeratan narkoba. Bagian Riset, Subdivisi Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Surat Kabar Kampus (SKK) Ganto kemudian menyebar angket tentang mahasiswa dan narkoba. Angket ini terdiri atas 5 pertanyaan dan disebarkan 650 mahasiswa di UNP dengan metode random sampling dan responden diambil secara accidentil. Hasilnya, 88,34 persen responden menjawab tidak pernah melihat mahasiswa menggunakan narkoba di lingkungan kampus, sedangkan 6,47 persen menyatakan pernah. Selebihnya responden memilih untuk tidak berkomentar. Kemudian, perihal tindakan yang diambil responden jika melihat mahasiswa memakai narkoba di lingkungan kampus, 40 persen responden menjawab akan melaporkan si pemakai ke pihak kampus dan pihak yang berwajib, 10 persen memilih mendiamkan saja, dan 26 persen berupaya untuk menasihati saja. Sedangkan, 24 persen responde memilih untuk tidak berkomentar mengenai hal itu. Suatu masalah yang telah mengakar tentu harus dicarikan solusi untuk mengantisipasinya. Apalagi itu adalah suatu hal yang sangat buruk dan merusak tubuh, serta moral pribadi itu sendiri. Entah apa dan bagaimana cara pribadi masing-masing untuk meng-
C 6%
A 6%
1. Apakah Anda pernah melihat mahasiswa UNP memakai narkoba di lingkungan kampus? a. pernah b. tidak pernah c. tidak ada komentar
B 88 %
2.
A 10 %
D 24%
Apa tindakan Anda jika melihat hal tersebut? a. mendiamkan saja b. menasehati bahwa narkoba adalah barang haram yang harus dijauhi c. melaporkan ke pihak kampus dan pihak yang berwajib d. tidak ada komentar
B 26 %
C 40%
D 4%
A 14 %
3. B 20 %
Bagaimana cara Anda menghindarkan diri dari narkoba? a. memilih-milih teman dalam pergaulan b. menerapkan gaya hidup sehat c. meningkatkan iman dan taqwa kepada Yang Maha Esa d. tidak ada komentar
C 62 %
D 5%
4. Jika ada mahasiswa UNP yang terlibat dengan kasus narkoba, menurut Anda apa sanksi yang pantas diberikan kepada mereka? a. dikeluarkan dari kampus dan diserahkan kepada pihak yang berwajib b. dikeluarkan dari kampus dan diserahkan kepada orang tua c. diskors dari kampus sampai masa rehabilitasi selesai d. tidak ada komentar
A 37% C 47 %
B 11 %
D 3% C 29 % A 47 %
B 21%
hindarkan diri dari jeratan narkoba nantinya. Akan tetapi, solusi tersebut tentunya bermula dari keinginan dan cara mereka untuk meningkatkan iman dan taqwa kepada Yang Maha Esa. Hal ini terlihat dari hasil polling, bahwasannya 61,95 persen responden lebih mendahulukan cara ini dibandingkan cara-cara lainnya. Meskipun, menerapkan gaya hidup sehat dan memilih-milih teman dalam pergaulan juga menjadi prioritas utama mereka. Nah, bagaimana jika ada yang sudah terlanjur terlibat? Jawabannya, jika ada pelanggaran tentu ada sanksi, mengingat Indonesia adalah negara hukum. Namun, ketika sanksi mulai di-
5. Menurut Anda, apa tindakan yang harus diambil UNP untuk memberantas narkoba di lingkungan kampus? a. membentuk asosiasi civitas akademika yang bertugas mensosialisasikan dan mengawasi peredaran narkoba di kampus b. mengadakan seminar-seminar yang berhubungan dengan aksi mahasiswa melawan narkoba sekali sebulan c. mengadakan tes urine sebelum penerimaan calon mahasiswa baru d. tidak ada komentar
bicarakan, akan banyak pertimbangan yang bermunculan di benak responden. Hingga akhirnya nanti tetap saja mereka akan mengambil satu keputusan yang dirasakan pantas. Lain orang lain kepala. Begitulah istilahnya. Berdasarkan hasil polling, 47,58 persen dari responden memantaskan si pemakai dikeluarkan dari kampus dengan cara yang berbeda-beda. Di antaranya, 36,65 persen responden memantaskan si pemakai diserahkan kepada pihak yang berwajib dan 10,93 persen lagi dipulangkan kepada orang tuanya saja. Dengan pertimbangan yang berbeda pula, 47,26 persen responden memantaskan sanksi skors diberikan kepada si pemakai sampai
masa rehabilitasinya selesai. Muara semua keputusan tentu masih di tangan pihak kampus. Dengan maraknya kasus ini, mahasiswa berharap agar pihak kampus benar-benar memberikan perhatian lebih untuk memberantas narkoba, khususnya di lingkungan kampus. Hal pertama yang ditawarkan mahasiswa adalah dibentuknya asosiasi civitas akademika yang bertugas mensosialisasikan dan mengawasi peredaran narkoba di lingkungan kampus. Hal ini terlihat dari hasil polling, bahwasannya 47,29 persen responden menawarkan cara ini untuk diterapkan. Prinsipnya, semakin banyak pagar, semakin kecil kemungkinan orang bisa tetap masuk, bukan? (*)
RESENSI
20
Januari-Februari 2015 Edisi No. 184/Tahun XXV
Belajar Jadi Kolumnis Judul Penulis Penerbit Cetakan Tebal
: : : : :
Kolom Harris Effendi Thahar UNP Press I, 2014 149 Halaman
Yang tertulis akan tetap abadi, yang terucap akan berlalu bersama angin. — Scripta Manen Verba Volant Kolom merupakan bagian dari wacana jurnalistik masa kini. Media masa seperti koran, majalah berita mingguan, blog dan internet selalu menyediakan ruang untuk opini sebagai pendamping fakta. Surat kabar dan majalah berita yang tidak memuat kolom, akan terasa kering juga hambar, bagaikan makanan tanpa garam. Sehingga, kolom berperan dalam sebuah penerbitan media masa sebagai pelengkap dan lebih bersifat pencerahan, meluaskan cakrawala pembaca, sekaligus menjadi hiburan yang bermutu. Kolom adalah karangan yang realis, terang benderang, dan tak perlu olah pikir yang mendalam. Bahkan kolom yang menarik itu biasanya ditulis dengan bahasa yang mengalir, kadang-kadang kocak, mengandung humor, sarkastis,
dan menyaran. Selain itu, gaya bahasa penulis, bahasa yang segar, serta tidak berpretensi untuk bersulit-sulit dan sok ilmiah, menjadi daya tarik tersendiri dari kolom. Kolom juga mengundang pembaca melalui judulnya yang menyaran, dengan kata lain membuat pembaca jadi
penasaran dan ingin cepat-cepat melahapnya. Penulis kolom yang andal mestilah mengundang pembaca untuk terus melanjutkan bacaannya. Dalam Kolom, Harris Effendi Thahar memaparkan beberapa contoh kolom dari kolumnis yang sudah tak asing lagi. Di antaranya, Tubuh punya Goenawan Mohamad, Kencing Palembang, bukan Sembarang Kencing karangan Mahbub Djunaidi, dan Padang Panjang milik Khairul Jasmi. Di dalam buku tersebut dijelaskan, untuk menjadi kolumnis memang harus mengenali terlebih dahulu kolumnis-kolumnis hebat seperti yang disebutkan, serta membaca dan belajar menuliskan isi dari kolom yang telah mereka tulis. Sesuai dengan ungkapan, untuk menjadi orang yang sukses perlu mencari kunci kesuksesan terlebih dahulu. Dan, kunci kesuksesan tersebut tentu ada pada orang yang telah sukses. Menjadi kolumnis tidak cukup sekadar belajar secara teori, tetapi perlu aksi. Dimulai dari mempersiapkan bekal yang seharusnya dimiliki oleh seseorang yang hendak menjadi kolumnis, yaitu sejumlah prasyarat dan mental, di antaranya adalah keingintahuan dan ketekunan. Seorang kolumnis biasanya tidak puas hanya mengetahui hal-hal di per-
Tanggung Jawab Seorang Isinga Judul Penulis Penerbit Cetakan Tebal
: : : : :
Isinga Dorothea Rosa Herliany PT Gramedia Pustaka Utama I, Januari 2015 210 Halaman
Para wanita yang tinggal jauh di pedalaman Papua ternyata tidak turut merasakan bias emansipasi. Entah karena adat, atau entah karena keadaan alam yang teramat sulit. Irewa Ongge adalah lakon utama. Setelah selesai upacara menstruasi pertama, ia diperbolehkan menikah dengan laki-laki pilihan hatinya. Mereka nyaris menikah jika saja Irewa tidak diculik oleh Malom, laki-laki lain yang juga menyukainya. Malom berasal dari Hobone, kampung yang bersebelahan dengan Aitubu, kampung Irewa. Dua kampung ini telah berseteru sejak lama. Masyarakat Hobone mau berdamai dengan syarat Irewa harus menjadi istri Malom. Tetua adat menyetujuinya, mengingat sudah banyak warga yang menjadi korban dalam perang. Irewa terpaksa membuang jauh harapan untuk menikah dengan laki-laki yang disukainya. Ia telah menjadi yonime (juru damai) antara dua kampung tersebut. Setelah menjadi istri, Irewa dihadapkan pada tanggung jawab yang besar. Dalam keadaan apapun, seorang istri di Papua harus bertanggung jawab menyediakan makanan bagi keluarga. Menangkap ikan di danau, menyelam, mengurus kebun sagu yang luas; menanam sayur-sayuran, betatas, dan buah-buahan adalah tugas wanita. Wanita Papua juga memiliki tugas untuk terus-menerus melahirkan. Sementara Malom, sang suami, pagipagi sudah pergi berburu ke hutan dan kembali lagi sore hari. Begitu setiap harinya. Jika tidak mendapati makanan di rumah, ia akan marah. Ia kasar dan suka main tangan. Bencana alam, kondisi alam yang sulit, sakit, bahkan hamil tidak boleh menjadi alasan bagi Irewa untuk berhenti mencari makan. Isinga merupakan roman yang meng-
Resensiator Novarina Tamril Mahasiswa Administrasi Pendidikan TM 2012
Resensiator Neki Sutria Mahasiswa Pendidikan Kimia TM 2013
Sukses Berawal Dari Rutinitas Judul Penulis Penerbit Cetakan Tebal
gambarkan kehidupan para wanita dari tanah Papua sekitar tahun 70-an. Tentang kehidupan yang keras dan sering kali tidak sesuai dengan harapan. Tentang aturan-aturan yang begitu banyak bagi wanita namun tidak berlaku bagi lakilaki. Tentang wanita yang dilahirkan seolah hanya untuk bekerja dan melahirkan. Tentang keharusan seorang wanita Papua untuk bersikap nyaris sempurna ketika menjadi seorang isinga (ibu). Dan, tentang masalah hidup lainnya. Melalui seorang Irewa, Dorothea Rosa Herliany mengisahkan bahwa perempuan harus tangguh dan mampu berpikir dinamis. Berkat pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki Irewa, para ibu Papua tahu apa yang harus mereka lakukan untuk menyiasati perkembangan zaman. Bahwa mereka harus menjaga diri dan keluarga dari seks bebas yang belakangan bahkan sudah merebak di kampung mereka. Serta, bahwa wanita Papua tidak bisa lagi sekadar mengandalkan tanaman di kebun dan ikan di danau untuk melanjutkan hidup, tetapi mereka harus memiliki keterampilan. Sosok Irewa menjadi inspirasi bagi wanita di daerahnya.
mukaan saja, namun tekun menggali. Karena, jika seorang kolumnis paham dengan tema yang akan ditulis, ia siap untuk berbagi kepada pembaca. Selain itu, juga diperlukan kepekaan dan keterlibatan. Misalnya untuk menulis masalah kemiskinan maka terlebih dahulu harus dapat atau pernah bergaul dengan gelandangan, pengemis jalanan, nelayan, dan penjual sayur di pasar. Interaksi dengan lingkungan seperti itu akan mendapatkan kepekaan seperti kepekaan ironi, humor, terhadap tragedi dan berbagai aspek kehidupan secara umum. Menulis kolom yang penuh kejutan diperlukan strategi dalam meramu tulisan, di antaranya adalah membuat trik analisis kolom yang memukau pembaca, menemukan ide baru, mencari lead yang memancing rasa penasaran pembaca, dan menulis judul yang bombastis. Jika semua usaha telah dikerahkan, maka sedikit sekali peluang untuk gagal. Karena, usaha tidak pernah mengkhianati hasil dan menjadi penulis akan diabadikan dunia. Salah satunya adalah menulis kolom. Maka belajarlah menulis kolom dan bersiaplah menjadi kolumnis.
: : : : :
Keajaiban Rutinitas Jubilee Enterprise, Sifah Nur PT Elex Media Komputindo 2015 272 Halaman
Tidak perlu kamu pahami bagaimana cara waktu berjalan, namun pahami bagaimana cara kamu berjalan berdampingan dengan waktu (hal 110). Berapa harga yang kamu patok untuk waktumu? Berbicara mengenai waktu, seringkali dimaknai dengan waktu adalah uang atau waktu adalah pedang. Tidak salah dalam pemaknaan kalimat tersebut. Hanya, dalam penerapan kata-kata tersebut, seringkali tidak dimaknai dengan benar. Rutinitas selalu berhubungan dengan waktu. Menjalankan rutinitas dengan jadwal yang teratur akan mendorong disiplinnya hidup seseorang. Bisa saja kita bayangkan dalam keseharian rutinitas yang dilakukan apa adanya, seperti kuliah, makan, nonton televisi, jalan-jalan, dan belajar. Secara garis besar rutinitas seperti itu sudah baik, namun belum jelas dalam pengelolaan waktunya jika hanya dipikirkan dalam sehari ini ingin melakukan apa tanpa adanya manajemen waktu yang tepat. Rutinitas semacam itu, belum tentu tepat penggunaan waktunya, apalagi saat dirundung bosan. Kebiasaan yang sering kerjakan adalah tongkrongin gadget. Sebuah survei menunjukkan lebih dari 30% remaja menghabiskan waktu sebanyak 15 menit hanya untuk mengecek media sosial setiap paginya. Tidak ada yang salah sebenarnya, tetapi mereka tidak mengontrolnya dan pada akhirnya berujung dengan bermain-main. Jubilee Enterprise dan Sifah Nur dalam buku ini menerangkan mitos hidup mengalir seperti air telah membuat orang terjebak. Hidup akan mengalir sehingga tidak perlu direncanakan, apalagi dijadwalkan dalam rutinitas yang baku. Kebiasaan seperti itu sering berakhir dengan kegagalan. Sebab fakta-
nya, banyak orang-orang berpengaruh di dunia ini, sukses dengan semua rutinitasnya yang terjadwal sedemikian rupa. Ingmar Bergman, salah satu tokoh dunia yang diceritakan bekerja penuh di panggung layar lebar sebagai sutradara. Ia bekerja keras untuk durasi 3 menit filmnya. Durasi film yang singkat tersebut menghabiskan delapan jam waktunya untuk bekerja. Tentu tidak sebanding dengan kerja kerasnya. Rutinitas padat tersebut dimulai dari menulis skrip film sampai pengambilan film, dilakukan dalam rentang waktu yang terjadwal. Begitulah rutinitasnya sejak remaja hingga mengantarkannya ke jenjang kesuksesan sebagai sutradara. Buku yang terdiri dari 36 bab ini, akan membuat semangat pembaca bergejolak. Setiap babnya membahas mengenai waktu dan rutinitas yang berujung kepada kesuksesan. Setiap kisah yang diceritakan mengandung motivasi. Rutinitas para tokoh-tokoh dunia pun disajikan pada bagian akhir buku sebagai penguat bagi pembaca bahwa orang yang sukses itu penuh dengan kedisiplinan dan rutinitas yang terjadwal dengan baik.
Resensiator Redda Wanti Mahasiswa Pendidikan Luar Biasa TM 2012
CERPEN
Januari-Februari 2015 Edisi No. 184/Tahun XXV
21
Mak Suni Oleh Astuti Lindasari Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia TM 2012 “Mayatnya ditemukan di tengah sawah,” kata Ayah kepadaku. Mataku terbelalak, Mak Suni yang kuanggap sebagai nenek sendiri telah meninggal. Aku menangis. Aku benar-benar merasa kehilangan. Bukan kepergiannya menghadap Sang Khalik yang kutangisi. Aku tahu semua makhluk ciptaan Tuhan pasti akan mati suatu saat nanti, tinggal menunggu giliran saja. Tapi Mak Suni, wanita tua yang malang itu, tak seharusnya menghadap Tuhan dengan cara seperti itu. Tubuhnya ditemukan kaku dan berlumpur di tengah sawah yang baru saja panen. Hatiku ngilu membayangkannya. Aku dan Mak Suni tidak punya hubungan darah. Mak Suni seorang perempuan tua pikun yang tinggal tak jauh dari rumahku. Aku mengenalnya sejak masih kanak-kanak. Waktu itu, Mak Suni belum pikun seperti sekarang ini. Meskipun tabiatnya kadang tidak menyenangkan, tapi aku sangat menyayanginya seperti keluargaku sendiri. “Mengapa Ayah tidak memberitahuku kalau Mak Suni telah meninggal seminggu yang lalu?” tanyaku sambil menangis kepada Ayah. Aku tak habis pikir, mengapa tak seorang pun memberitahuku perihal kematian Mak Suni. Akulah yang sangat menyayangi Mak Suni saat ini. Akulah yang sangat bahagia melihat Mak Suni tertawa. Akulah yang sabar menghadapi kepikunan Mak Suni. Akulah yang selalu senang memberitahu namaku meski pun ia sudah menanyakan beratus kali. Akulah orang yang saat ini sangat merasakan kehilangan Mak Suni. Mengapa tak ada yang memberitahuku? *** “Untuk apa kaumenanyakan
kuburan Mak Suni?” Tanya Uni Ros cuek kepadaku. “Aku belum menziarahi kuburan Mak Suni, Uni. Aku baru pulang dari Kota tadi siang dan aku sangat sedih mendengar berita ini,” jawabku jujur. Mataku berkaca-kaca. “Kuburannya di belakang sana!” Kata Uni Ros galak. “Terima kasih Uni.” Aku bergegas menuju lokasi yang ditunjuk Uni Ros kepadaku. Uni Ros anak tertua Mak Suni. Dialah satu-satunya anak yang sudi menampung perempuan tua yang pikun itu. Meskipun Uni Ros tak merawat Mak Suni dengan baik, setidaknya Uni Ros masih punya hati untuk memberikan tempat yang layak bagi Mak Suni di usia senjanya. Sementara anak cucunya yang lain tak pernah pulang lagi dari rantau sejak sepuluh tahun yang lalu. Pernah suatu kali aku melihat Mak Suni menangis tersedu dimarahi Uni Ros karena minta makan. Wajah keriputnya semakin pias dibasahi air mata. Dalam hati aku merutuki perlakuan Uni Ros kepada orang yang telah melahirkannya itu. Tak tahukah dia bahwa surga yang dia cari ada di telapak kaki Mak Suni? “Makan saja kerjaan Amak. Sekarang beras mahal!” teriak Uni Ros. “Tapi Amak kan belum makan dari tadi pagi Ros,” ujarnya mengiba.
Grafis: Hari Jimi
“Apanya yang belum makan Mak. Baru saja Amak selesai makan. Piring tadi saja belum dicuci Mak,” jawab Uni Ros makin garang. “Amak belum makan Ros,” ujar Mak Suni sayup. “Dasar orang tua pikun!” Aku melanjutkan langkah dengan gontai menuju pemakaman Mak Suni. Dalam hati aku benar-benar cemas. Akankah aku sanggup menyaksikan gundukan tanah yang menghimpit tubuh ringkih Mak Suni nanti? Aku tak henti menangis. Sesegukan. Dalam derap langkahku menuju kuburan Mak Suni, bayangannya terus berkelabat dalam pikiranku. Aku merindukan Mak Suni bertanya dengan nyinyir namaku lagi. Aku merindukan tawanya lagi, dan aku merindukan Mak Suni menasehatiku agar terus berbakti ke-
pada orang tua. Aku merindukannya. “Cucu, namamu siapa?” suara Mak Suni parau bertanya padaku. Ini kali keseratusnya Mak Suni bertanya hal yang sama padaku dalam seminggu ini. “ R a n i Mak,” jawabku sabar dengan senyum yang masih mengembang. Aku selalu senang menyebutkan namaku berulang kali pada Mak Suni. “Kalau sudah besar nanti, jangan lupa bantu ibu bapakmu. Akbar Jangan terlantarkan mereka. Bisa-bisa kau jadi anak durhaka kalau di telapak kaki mereka tak kautemukan surga yang kau cari itu.” Aku merinding mendengar petuah Mak Suni. Mata tuanya menerawang jauh ke angkasa. Dari binar matanya terlihat jelas betapa pahitnya jalan hidup yang harus dijalaninya dengan kepikunannya sekarang ini. Di hari tua yang seharusnya dikelilingi oleh orang-orang tercintanya, Mak Suni malah terabaikan dari kehidupan keluarganya. Tak ada satu pun yang memedulikannya. Jangankan dilayani sebagaimana mestinya, bahkan untuk makan saja Mak Suni harus berurai air mata. Aku lalu memeluk Mak Suni. Erat sekali. Seminggu lalu, saat aku berpamitan kepada Mak Suni untuk berangkat ke kota, Mak Suni sempat mengucapkan satu kalimat yang tak kutahu apa mak-
sudnya. “Hidup kadang seperti ini. Jangan hidup seperti amak ini.” Jangan hidup seperti amak ini. Satu kalimat yang ingin sekali kutanyakan apa maksudnya. Bahkan sampai detik ini. Mengapa Aku tak boleh hidup seperti Mak Suni? Bukankah Mak Suni orang yang sangat baik? Bukankah Mak Suni orang yang kuat meski di usia senjanya dia harus menanggung derita? Aku ingin belajar kekuatan itu darinya. Aku ingin belajar mencintai hidupku darinya. Tapi mengapa Mak Suni tak ingin aku hidup sepertinya? Apa dan bagaimana Mak Suni. Ah entahlah, di mataku Mak Suni adalah seorang nenek yang begitu baik. Aku terus berjalan menuju pemakaman Mak Suni, tak kuhiraukan panasnya terik siang itu, yang terpenting bagiku adalah bisa tiba di pemakaman Mak Suni secepat mungkin. Hatiku pilu. Bukan hidupnya saja yang tersisih, bahkan di kesendiriannya sekarang dalam himpitan tanah pun dipisahkan terpelosok di ujung semenanjung seperti ini. Dosa apa yang pernah Mak Suni lakukan kepada anak-anaknya sehingga mereka begitu mendendam kepada Mak Suni? Aku tak pernah benar-benar tahu. Kepada siapa harus kutanyakan semua yang berkelebat di otakku ini? Aku sampai di pemakaman Mak Suni. Bunga-bunga yang ditaburkan di atas gundukan tanahnya kini sudah mulai layu. Rumput-rumput kecil sudah mulai tumbuh liar. Seketika aku tersedu menatap persemayaman terakhir Mak Suni. Keadaan ini benar-benar menyesakkan dadaku, apa yang terjadi dengan Mak Suni sebenarnya. Mengapa Mak Suni ditemukan di tengah sawah, dan apa yang dilakukannya? SELESAI
KRITIK CERPEN
Cerpen “?”
M. Ismail Nasution, S.S., M.A.
Cerpen “Mak Suni” karya Astuti Lindasari ini menarik untuk dibaca karena secara tidak langsung mengajak pembaca untuk berfantasi. Pengarang tidak menceritakan konflik cerita dengan rinci sehingga menimbulkan tanda tanya. Konflik yang sederhana, tetapi menyimpan sebuah misteri yang membuat penasaran. Kematian “Mak Suni” masih membingungkan tokoh
utama, Rani. Ia heran mengapa si nenek mati dengan tidak wajar. Apakah anak-anak atau keluarganya tidak mengurusnya? Pertanyaan itu selalu mengganggu pikiran Rani. Kebingungan yang dialami Rani inilah yang menjadi tanda tanya bagi pembaca. Hal itu pula yang menjadi suspensi dalam cerita ini. Pergulatan fakta tentang Nenek Suni dalam diri Rani membangun sebuah misteri yang memancing kuriositas pembaca, sehingga selalu terikat dengan teks. Cerpen ini menjadi menarik karena suspensi itu tidak dijelaskan oleh pengarang sedemikian rupa. Namun, pola seperti itu berisiko karena dapat menjadi anakronisme dalam struktur teks. Perlu diketahui, setiap peristiwa dalam prosa selalu bersifat kausalitas. Kematian Nenek Su-
ni merupakan sebuah peristiwa. Peristiwa itu pasti dipicu oleh peristiwa sebelumnya. Nenek Suni yang tewas berlumur lumpur di tengah sawah menjadi pertanda bahwa ia mati dengan cara tidak wajar. Pemicunya dapat ditelusuri dari beberapa peristiwa yang ada dalam cerita. Salah satu pertanda yang disinyalir menunjukkan penyebab kematian yang tidak wajar adalah ketika masa muda, nenek Suni memiliki tabiat buruk. Hal itu kemudian memicu reaksi dari lingkungan sosial yang bermuara pada sikap antipati sehingga orang-orang tidak begitu peduli dengan nenek. Di samping itu, peristiwa tersebut juga memiliki relevansi dengan peristiwa anak-anak Mak Suni yang tidak mau merawatnya karena dibebani oleh rasa malu sebab martabat dan harga diri
keluarga mereka tergadaikan. Sisi lain, tabiat buruk yang dimaksud dapat berupa ‘kedurhakaan’ orang tua pada anaknya. Sewaktu kecil, anak tidak diperhatikan atau tidak diasuh dengan benar sehingga menumbuhkan bibit-bibit kebencian pada diri anak. Pertanda lain adalah perkataan Nenek Suni kepada Rani tentang jangan hidup seperti amak ini. Kalimat itu selalu diingat Rani karena ia belum menemukan jawaban hidup seperti apa yang dimaksudkan si nenek. Ia menyadari, perkataan itu bermakna larangan. Kalimat itu menandakan penyesalan Nenek Suni terhadap hidup yang ia jalani selama ini. Nilai lain yang dapat dimaknai dari cerpen ini adalah perilaku buruk anak kepada orang tua. Apapun bentuk perilaku
orang tua mestinya anak tidak boleh berlaku kasar terhadap orang tua. Cerpen “Mak Suni” merefleksikan fenomena masyarakat kita saat ini. Perubahan sosial yang menggeser nilainilai kehidupan tidak bisa dihindarkan karena kontak budaya yang tidak lagi terbatas oleh ruang dan waktu terutama karena inovasi media komunikasi. Salah satu sarana untuk mengembalikan nilai-nilai itu adalah karya sastra. Dalam konteks tertentu, karya sastra dapat menjadi sarana yang tepat untuk mengingatkan pembaca terjadinya pergeseran nilai yang tidak baik. Pengarang cerpen berhasil menjadikan karya sastra sesuai dengan fungsinya. Teruslah berkarya Astuti Lindasari. (*)
SASTRA BUD AYA BUDA
22
Sajak
Januari-Februari 2015 Edisi No. 184/Tahun XXV
KRITIK SAJAK
Menyimpan Kenangan dalam Sajak Jalan Pulang, Kota Tua Garis lintas kereta besi bunyi pialing indah lagi sederhana, menemani. Susuri jalan setiap gerbong ke gerbong, kereta bernyanyi meninggalkan salam kabut menghitam. Heritage kota di balik jendela, tak terurus, kumuh di acuhkan generasi. Alam yang indah hijau menentramkan sebagai cuci mata sela perjalanan. Tertutup, kabur tak begitu jelas. Udara pekat, berjelaga. Butir-butir rinai para penghancur. Tak berbekas lagi seperti kota, mati pada tua. Lengah terlalu lengah pada mereka, perjalanan waktu warisan pendahulu, hilang. Lunas tunailah sudah. Pada kota tua untuk mereka, jalan pesing, ulah generasi. Tak salah jangan menggerung. Turun temurun pasti begitu. Kota tua, dibelai jejak telapak waktu. Jalan pulang, buntu pendaran pesing. Linu langit, linu aku.
Biasanya
Padang, 26 November 2014 Arif Hidayatullah Mahasiswa Matematika TM 2013
Sajak dari Malam dan Aku Terang Sungguh bergema derai bersuara Lepas rentang kelam tak berdaya Apapun itu Sungguh Bukanlah keabadian Tidaklah kepastian Dan rasa pilu kelabu menelan mentah pahit udara Sangar mengintai lembut perisai Tak perlu kau berpikir lebih jauh Ini hanyalah sebuah bait Tentang rintik hujan yang menjerit Tio Furqan Pratama Mahasiswa Sastra Indonesia TM 2012
sore ini aku membawa nampan di atasnya ada kenangan yang siap kusantap sendirian memilih sofa dan duduk di sana adalah pilihan yang salah sekarang sayang tak ada tempat yang benar-benar tunggal yang membuat semakin kosong di hadapan mungkin tempat ini memang bukan untuk yang sendiri pendingin ruangan hanya menjadikan segalanya semakin beku aku rindu tawa dan tatap teduh itu biasanya ada yang menggamit tanganku. pulang. sudah azan. dan kita selalu dipisahkan petang biasanya ada salam perpisahan untuk keselamatan lalu kita tak hirau malam yang mengantar pulang biasanya adalah kata yang diucapkan untuk mengenang yang hilang dan aku menjadi sofa-sofa kosong yang terus bertanya tentang kapan akan kembali datang inilah sajakku untuk sekadar mengingatmu dan kau akan tahu kebaikanmu adalah sebuah pahatan dan aku tidak terlalu pintar untuk melupakan Padang, 10 Februari 2015 Dewi Syafrina Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia TM 2011
Diasuh oleh Dr. Yenni Hayati, S.S., M.Hum.
William Wordsworth, penyair romantik Inggris, mengungkapkan bahwa sebuah puisi sebagai suatu luapan spontan dari perasaan-perasaan yang kuat. Perasaan-perasaan tersebut disampaikan melalui unsur-unsur puisi yang menjadikan sebuah puisi bisa diterima dan dimengerti maknanya oleh pembaca. Dalam sebuah puisi ada unsur yang dominan digunakan untuk membangun makna, misalnya metafora dan atau simile. Di samping unsur itu, yang tak kalah penting adalah pesan. Unsur dan pesan itu harus dielaborasikan sedemikian rupa sehingga puisi yang ditulis tidak sekadar barisan bunyi-bunyian, tetapi haruslah padu, intens, terkontrol dengan baik, menarik dan cantik, serta unik. Puisi yang diterbitkan Ganto kali ini menyajikan metafora-metafora yang cukup unik. Terlihat dari puisi Dewi Syafrina, “Biasanya”, yang memetaforakan kenangan seperti hidangan dalam nampan, juga diri penyair yang dimetaforakan sofa-sofa kosong. Metafora-metafora tersebut menjelaskan konsep bahwa kenangan akan selalu ada pada setiap hal yang sudah dilalui, dan kenangan akan menjelma menjadi sebuah hidangan yang senantiasa dinikmati manusia. Metafora yang lain juga terlihat dari puisi Arif Hidayatullah, “Jalan Pulang, Kota Tua”, yang memetaforakan bunyi kereta dan gerbong-gerbong kepada ‘kereta bernyanyi meninggalkan salam kabut menghitam’, yang menjelaskan bahwa perjalanan waktu selalu menyisakan kenangan bagi diri manusia, baik terhadap benda, tempat, ataupun kepada manusia lainnya. Puisi Tio Furqon Pratama, “Sajak dari Malam dan Aku”, juga menyajikan metafora yang terdapat pada akhir puisinya yaitu ‘tentang rintik hujan yang menjerit’. Kenangan merupakan bagian dari pengalamam puitik tiga penyair Ganto ini. Untuk mengongkretkan pengalaman itu, dibutuhkan kata-kata sebagai materi penyampaian. Namun, belum terlihat kemampuan penyair dalam memilih diksi yang tepat, sehingga kongkretisasi kenangan yang dialami penyair belum dapat dirasakan pembaca. Tiga puisi tersebut disampaikan dengan metafora-metafora yang menarik. Sayangnya, kurang estetis, dan kurang memanfaatkan unsur-unsur puitik. Sehingga terkesan sebagai potret datar tanpa senyum, dan tanpa ekspresi. Terlepas dari itu semua, saya sangat kagum dan salut dengan penulis puisi Ganto kali ini. Semoga kritikan ini tidak menghentikan mereka untuk selalu berkarya. Selamat berkarya dan Salam Puisi!!!!
C ATATAN BUD AY A BUDA
Karet Oleh Sonya Putri Mahasiswa Sastra Indonesia TM 2012 Mendengar kata karet, secara langsung yang terlintas dalam benak adalah benda yang lentur dan elastis. Karet lazimnya benda yang melingkar dan kecil, serta dapat diregang hingga sedemikian besar. Meregangnya pun tidak terlalu memerlukan tenaga yang ekstra. Tak jauh beda, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karet adalah getah (perca); barang yang dibuat dari getah pohon para. Dalam ragam cakapan, karet merupakan kata yang digunakan dalam ragam tak baku, yaitu dapat (mudah) mulur dan mengerut (tidak tentu, tidak pasti, dsb). Begitu pula sifat kebanyakan manusia sekarang, yakni sifat konsisten. Konsisten itu berarti tetap, tidak ber-
ubah-ubah dan selaras. Namun sekarang, sebagian besar orang jika berjanji, ucapannya sulit untuk dipegang. Contoh kecilnya, seseorang berjanji untuk bertemu mengadakan sebuah diskusi atau semacamnya pukul 14.00 WIB, namun ia datang lewat dari waktu yang telah dijanjikan. Selain itu, sifat yang berubah-ubah dan tidak dapat dipegang. Dicontohkan ketika pemilu. Sebenarnya dalam pemilu tidak ada politik uang. Tidak pula memberikan uang kepada masyarakat yang diatasnamakan untuk menolong, tetapi ujungnya berbuntut dengan syarat memilih si kandidat. Namun, ada saja masyarakat yang menerima karena ia kekurangan dan sangat membutuhkan
uang tersebut. Parahnya dari masyarakat, uang dari setiap kandidat yang dicalonkan diterima. Nah, karena mereka menerima kesemuanya, pada akhirnya berujung dengan tidak memilih sama sekali atau golput. Mudah saja bagi mereka mengubah-ubah sebuah peraturan yang sudah ada. Jika dihubungkaitkan, karet dapat dianalogikan sebagai janji manusia. Karet dan janji sama-sama dapat diregang tanpa mengeluarkan tenaga ekstra. Padahal dari kemudahan itu, akan datang dampak buruk. Misalnya, ketika karet itu terlalu diregang sekencang-kencangnya, pabila terlepas maka bisa menyakiti tangan. Begitu halnya manusia, memang mudah untuk meregang atau mengulur-ulur atau mengubah-ubah sesuatu. Tapi, dampaknya orang lain tidak akan percaya lagi. Dan jika sebuah kepercayaan sudah sirna, akan sulit untuk memupuk kepercayaan itu. Jikalau karet adalah benda yang lentur dan elastis, dan ketika diregang sede-
mikian rupa, karet akan tetap kembali pada bentuk awalnya. Dan juga karet tergolong kuat serta dapat digunakan untuk mengikat dan menyatukan hal yang terpisah. Serupa dengan karet yang kuat, hendaknya, begitu pula dengan manusia. Walau melakukan kesalahan yang tidak disengaja atau pun disengaja, yang didasari karena khilaf, hendaknya manusia kembali kepada kodrat manusia yang sebenarnya, yakni manusia yang konsisten. Karena dengan sifat yang konsisten, bisa mempertebal kepercayaan seseorang. Dan itu dapat memperbaiki hubungan antarsesama, bahkan awalnya yang hanya teman biasa dapat bersatu menjadi satu keluarga. Sejatinya, sebaik-baik manusia adalah manusia yang konsisten, yang selaras antara perbuatan dan ucapannya. Juga manusia yang memegang teguh janjinya. Serta manusia yang bertanggung jawab dengan kata-kata yang telah terucapkankan. (*)
Januari-Februari 2015 Edisi No. 184/Tahun XXV
23
GANTOPEDIA
Dimara, Pejuang Putra Irian Barat Menjadi bangsa besar dengan menghargai jasa para pahlawannya adalah kepatutan yang harus direnungkan oleh setiap warga negara di dunia. Begitu pula Indonesia yang tengah berjalan menapaki lika-liku jalan sang bangsa besar tersebut. Dengan pulaunya yang membentang dari Sabang sampai Merauke, Indonesia dengan ‘orang terdahulunya’ berjuang mempertahankan wilayahnya yang luas. Adalah Johanes Abraham Dimara, seorang Mayor TNI yang memiliki andil besar dalam perjuangan pengembalian Irian Barat ke wilayah Republik Indonesia. Sebagai pribadi pejuang, Dimara tidak lepas dari akar budaya dan situasi politik saat perjuangannya berlangsung. Ia berpegang pada pepatah lama dari bahasa Biak, “fa ido ma, ma ido fa” (memberi jika menerima, menerima jika memberi). Baginya hidup itu harus saling memberi dan menerima. Putra dari William Dimara ini lahir di Korem, Biak Utara, Papua pada 16 April 1916. Laki-laki yang akrab dipanggil Arabei ini sejak usia 13 tahun ini menyelesaikan sekolah dasarnya pada 1930. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya ke sekolah pertanian hingga selesai pada 1935. Setelah itu, Dimara kembali bersekolah di sekolah injil dan menekuni profesi sebagai guru agama Kristen di Leksula, Maluku Utara, tepatnya di pulau Buru. Dimara mulai diperkenalkan dengan dunia militer pada usia 20 tahun. Perjuangannya bermula di awal milenium ketiga ketika masalah Irian muncul ke permukaan. Angin perubahan telah bertiup cukup kuat di provinsi paling Timur Indonesia itu. Seruan untuk merdeka,
IKLAN
lepas dari Indonesia pun menggema cukup keras. Rupa perjuangan Dimara sebenarnya melekat kuat ketika ia melaksanakan tugas untuk memimpin pasukannya masuk ke Irian Barat. Pasukan infiltrans yang dipimpinnya berhasil menangkap seorang polisi Belanda, hoofagent kelas I, Louis van Krieken pada Oktober 1954 di Teluk Etna, Fakfak, Irian Jaya yang pada waktu itu masih dalam kekuasaan Belanda. Polisi Belanda yang ditangkapnya itu dikirim ke wilayah Indonesia, Ambon, sehingga menimbulkan kegemparan bagi kedua belah pihak yang bertikai kala itu (Belanda dengan Indonesia). Alasan dibawanya Louis van Krieken ke Ambon adalah karena polisi Belanda itu merupakan “surat hidup” dari Dimara untuk pemerintah Indonesia yang menyuruhnya masuk ke wilayah itu. Melalui “surat hidup” tersebut ia seolaholah mengirimkan pesan khusus yang berisi, “Inilah hasil kerjaku untuk merah putih.” Selain itu, tindakan ini bertujuan untuk melindungi polisi Belanda dari kesalahpahaman yang mungkin terjadi jika kapal yang membawa Dimara bersama pasukannya diserang oleh pihak Belanda. Namun kenyataannya, niat tulus Dimara disalahartikan oleh beberapa pihak, termasuk Indonesia sendiri. Dimara dituduh sebagai TNI yang terlibat dalam pemberontakan yang oleh polisi Belanda disebut sebagai ‘gerombolan’. Bahkan, tindakan Dimara ini tercatat dalam media cetak Harian Trompet Masyarakat pada 2 desember 1954. Harian tersebut memuat sebuah kolom kecil berjudul Di Irian Barat Benar Ada Pemberontakan. Berita yang dilansir Kantor Berita Antara
mengutip pernyataan ketua Badan perjuangan Irian, Latumahina yang membenarkan adanya pemberontakan di Irian Barat. Meluasnya berita tersebut membawa Dimara pada nasib yang tidak baik. Ia diadili kemudian dibuang ke Digul dengan menyandang status sebagai tawanan dan mendekam di penjara Jayapura sampai Mei 1955. Kenangan pahit selama tujuh tahun yang dirasakannya baru selesai ketika ia dibebaskan dan kembali ke Ambon pada 1961. Perjalanan panjang dan perjuangan pahitnya, mengantarkan Dimara menjadi anggota delegasi RI yang ditunjuk langsung oleh Presiden Soekarno ke Persatuan Bangsa-Bangsa dalam perundi-
ngan kembalinya Irian Barat ke Indonesia. Jasanya terhadap Indonesia tidak berhenti sampai di sini saja. Sekembalinya dari PBB, Dimara dipercaya sebagai ketua Gerakan Rakyat Irian Barat di Jakarta, dan menjadi anggota Dewan Pertahanan Nasional yang berhasil menyusun konsep Tri Komando Rakyat. Perjuangan panjang dan kemenangan itu tak akan berhasil tanpa keteguhan, keuletan, dan kesabaran yang luar biasa dalam membebaskan Irian Barat dari kungkungan politik diplomasi yang ditunjang oleh pengerakan kekuatan militer. Sekaligus semangat yang terpatri dalam diri Johanes Abraham Dimara telah menjadikannya sebagai pejuang tangguh sekaligus pelaku sejarah. Yulia Eka Sari (dari berbagai sumber).
Januari-Februari 2015 Edisi No. 184/Tahun XXV
IKLAN
24