Maret-April 2015 Edisi No. 185/Tahun XXV
2 FA J AR
SARIP ATI SARIPA
Menggapai Hibah PKM dan PMW Dikti
Agar Tak Menganggur Orang pintar belajar keras untuk melamar pekerjaan. Orang goblok berjuang keras untuk sukses biar bisa bayar para pelamar kerja. – Bob Sadino Bagi sebagian manusia, hidup adalah perjuangan. Harus ada bermacam usaha untuk menghadapi sederet sukar yang membentang di jalur kehidupan. Hidup kadang juga bisa jadi persaingan. Harus ada yang memakan, dan harus ada yang dimakan. Yang lemah akan termakan, yang kuat akan memakan. Begitulah gambaran persaingan saat ini untuk mendapatkan sebuah pekerjaan. Oleh sebab lemahnya keterampilan dan kurangnya kreativitas, bangsa kita terjebak dalam sebuah kondisi yang tidak menguntungkan. Dari tahun ke tahun, angka pengangguran semakin memprihatinkan. Hal itu tak hanya menimpa masyarakat biasa, mahasiswa yang seharusnya menjadi agen perubahan dan penindas angka pengangguran juga terjebak dalam lingkaran yang sama. Mahasiswa turut menjadi penyumbang tingginya angka penduduk tak bekerja. Data dari Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa pada 2015, sebanyak 9,5 persen dari total 7,9 juta pengangguran di Indonesia berasal dari lulusan perguruan tinggi, naik 1,14 persen dari tahun sebelumnya. Angka itu tentunya akan berbanding lurus dengan peningkatan jumlah kemiskinan dan akhirnya berujung pada penderitaan, kesengsaraan, dan kelaparan. Berangkat dari masalah itu, pemerintah sebagai salah satu pihak yang bertanggung jawab, telah melakukan berbagai usaha. Adalah Program Mahasiswa Wirausaha yang hadir sebagai asa pada 2009 silam sebagai upaya untuk mengentaskan masa depan mahasiswa. Universitas Negeri Padang sebagai salah satu perguruan tinggi di negeri ini juga telah ikut ambil bagian dalam program itu sejak tahun perdana peluncuran. Dari program itu, dibayangkan muncul insan-insan kreatif dan berjiwa entrepreneur yang tidak hanya mampu melepaskan diri dari jerat kemiskinan, melainkan juga berperan menekan angka pengangguran. Mahasiswa diharapkan dapat membuka lapangan pekerjaan dan memberdayakan surplusnya sumber daya manusia. Namun, nyatanya, harapan itu nyaris menjadi angan. Banyak usaha dari PMW itu yang berguguran. Berbagai persoalan kuliah, semacam praktik lapangan, tugas akhir, skripsi, dan persoalan teknis lainnya menjadi aral. Mahasiswa, putus asa. Sebenarnya, masalah yang dihadapi bukanlah horor yang mesti ditakuti. Pengusaha manapun di bumi ini pasti pernah mengalami hambatan, bahkan kegagalan. Tapi, mereka yang telah sukses itu, tak menyerah. Mereka tekun. Mereka gigih. Mereka ulet. Sepatutnya itu menjadi teladan dan penyemangat mahasiswa dalam upaya memperbaiki kehidupan. Di samping itu, pihak panitia sebagai pelaksana juga harus tegas. Meluruskan saat mahasiswa sudah mulai menyimpang. Dan, mengayomi saat mahasiswa mulai menuju gagal. Pun sama halnya dengan mahasiswa, mengingatkan saat panitia sudah mulai lelah mengayomi. Tak ada yang akan berakhir dengan kesia-siaan bila kedua pihak itu telah saling mengingatkan. (*)
Sejak lima belas tahun terakhir, mahasiswa mendapatkan peluang yang besar untuk mengembangkan kreativitasnya melalui hibah Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti). Selain itu, sejak 2009, Ditjen Dikti menambahkan satu program kreativitas lagi khususnya kreativitas kewirahusahaan dengan nama Program Mahasiswa Wirausaha (PMW). Untuk itu, setiap tahun mahasiswa Universitas Negeri Padang (UNP) diharapkan dapat berlomba-lomba mengirimkan proposal PKM dan PMW tersebut dan hendaknya lolos untuk dibiayai oleh Ditjen Dikti. Berkaitan dengan hal itu, kita berharap pimpinan universitas, terutama jajaran pimpinan kemahasiswaan, selalu memotivasi mahasiswa untuk mendapatka hibah PKM ataupun hibah PMW tersebut. Kuantitas dan kualitas kegiatan PKM dan PMW hendaknya menjadi target utama di bidang kemahasiswaan. PKM dan PMW merupakan program yang disediakan oleh Ditjen Dikti untuk memfasilitasi potensi kreativitas yang dimiliki mahasiswa Indonesia. Dengan program itu, mahasiswa hendaknya dapat menggali dan mengembangkan kreativitas untuk
mengkaji, mengembangkan, dan menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang telah dipelajari pada waktu perkuliahan. PKM merupakan pengembangan dari Program Karya Alternatif Mahasiswa yang sudah ada sejak 1997. Awalnya, PKM hanya memiliki lima subprogram, yaitu (1) PKM-Penelitian, (2) PKM-Penerapan Teknologi, (3) PKM-Kewirausahaan, (4) PKM-Pengabdian kepada Masyarakat, dan (5) PKM-Penulisan Artikel Ilmiah. Pada 2002, PKM bergabung dengan Lomba Karya Tulis Ilmiah dan Lomba Karya Tulis Mahasiswa ke dalam program Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional di Surabaya. Atas kebijakan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, sejak 2009 pelaksanaan Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa diintegrasikan pengelolaannya ke dalam PKM. Sejak 2009, Ditjen Dikti telah meluncurkan PMW. Tujuannya untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau jiwa kewirausahaan berbasis Ipteks kepada mahasiswa agar dapat mengubah pola pikir dari sikap sebagai pencari kerja menjadi pencipta lapangan kerja serta menjadi calon pengusaha tangguh menghadapi persaingan global. Dengan banyaknya hibah pro-
POK OK P AD ANG POKOK PAD ADANG
Foto Bersama: Anggota magang angkatan 20 berfoto bersama seusai seleksi tahap pertama penerimaan anggota baru SKK Ganto di Gedung Mata Kuliah Umum UNP, Sabtu (14/3). f/Rahmi
GANTOLE
+ Jalan Berliku Belajar Wirausaha - Belok-belok Paniang. + Jadi BLU, UNP Persiapkan Diri - Keren! + ASPI Berganti Penghuni - Kemana Mahasiswi?
gram kreativitas mahasiswa (PKM dan PMW) yang disediakan oleh Ditjen Dikti, mahasiswa UNP sebaiknya berupaya untuk mendapatkannya. Mahasiswa diharuskan mengirimkan proposal sebanyak-banyaknya dengan kualitas yang baik tentunya. Pimpinan universitas, fakultas, jurusan, dan prodi diharuskan memotivasi mahasiswa untuk mengikuti program tersebut. Para pimpinan organisasi kemahasiswaan dan unit kegiatan kemahasiswaan harus pula memotivasi pengurus dan anggotanya untuk membuat dan mengirimkan proposal PKM dan PMW. Jika mahasiswa UNP mendapatkan hibah PKM dan PMW dari Ditjen Dikti dengan kuantitas dan kualitas yang baik, tentu saja hal ini akan meningkatkan kualitas universitas di tingkat nasional. Selain itu, UNP akan mendapatkan masukan pendapatan secara finansial. Selain untuk mengembangkan kreativitas, mahasiswalah yang menikmati pendapatan secara finansial tersebut. Untuk itu, mari kita gerakkan motivasi menulis proposal PKM dan PMW setiap tahun bagi mahasiswa UNP dari berbagai lini yang ada (pimpinan, dosen, pembina, dan pengurus UKM). Mudahmudahan saja. (Eto)
Akal pikiran dan kemampuan adaptasi yang mengagumkan mampu membuat manusia bertahan pada ‘sebuah kondisi’. Tiada pernah salah, jika ada naik-turun sebuah pasang dalam berpantainya laut dengan tangkaran ombak yang menerjang. Seakan sebuah ketakutan yang terlalu dipertuankan. Hingga ia melemah sendiri dalam ingar-bingarnya. Pun, seumpama karang yang mencoba untuk melawan terjangan dan enggan untuk menyerah. Tapi siapa yang pernah
tahu, bahwa sebenarnya dia sedang menyerah. Menyerah yang bukan karena mengakui kekalahan. Karena kalah dan menang kadang masih terlalu relatif, tergantung sudut pandang, katanya. Begitulah ia bertahan dalam kepercayaan. Masih berdiri dengan angkuh untuk sebuah kesederajatan. Ini sudah dalam rimba. Berbalik enggan dan mati pun tak mau. Kemudian selalu ada sebuah misteri yang telah disiapkan Sang Pencipta. Untuk meyakini, bahwa setiap peren-
canaan di bawah pengawasan-Nya tiada pernah berujung dengan kesiasiaan. Kini pun, dalam lingkarannya, telah hadir anugerah-anugerah baru yang harus dijaga kehidupannya. Untuk kebaikan pengabdian sebuah ketulusan. Di sini tempat kita. Rumah kita sendiri. Karena Mei adalah sejarah. Di sini kita bermula, dan untuk Mei yang ke-26 pun, juga akan mencoba mencatatkan diri dalam sebuah perjalanan sejarahnya. Dalam deretan hiruk-pikuk kekerasan hati dan pikiran, lagi, embanan tugas untuk menyelesaikan edisi kedua harus diwujudkan. Ini bukti kami masih ada, masih berjuang, dan masih berbuat. Beberapa ulasan panjang yang diselesaikan dan bingkisan informasi lainnya tak lain dan tak bukan adalah bentuk persembahan kami untuk kehadiran pembaca setia. Lalu dengan harapan, upaya kami tiada bermuara pada kesia-siaan, semoga bermanfaat. Dalam setiap kata yang terucap dan salah yang tiada bertuan, dengan sepenggal tulisan ini, segenap Kru SKK Ganto menyampaikan permohonan maaf kepada pembaca setia. Kritik dan saran selalu kami tunggu untuk baiknya kita semua dalam balutan hangat sebuah ikatan sebagai keluarga besar, yakni Universitas Negeri Padang. Selamat membaca. Desu.
Surat Kabar Kampus Universitas Negeri Padang STT No. 519 SKK/DITJEN PPG/STT/1979, International Standard Serial Number (ISSN): 1412-890X, Pelindung Pelindung: Rektor UNP: Prof. Dr. Phil Yanuar Kiram, Penasehat Penasehat: Pembantu Rektor III UNP: Dr. Syahrial Bakhtiar, M.Pd., Penanggung Jawab Jawab: Prof. Dr. Ermanto, M.Hum., Dewan Ahli Ahli: Jefri Rajif, Wezia Prima Zolla, Novi Yenti, Media Rahmi, Doni Fahrizal, Edo Febrianto, Staf Ahl Ahli: Konsultasi Psikologi Psikologi: Dr. Marjohan, M.Pd., Kons., Konsultasi Agama Agama: Dr. Ahmad Kosasih, M.A., Konsultasi Kesehatan Puisi: Dr. Kesehatan: dr. Pudia M. Indika, Kritik Cerpen: M. Ismail Nasution, S.S., M.A., Kritik Puis Yenni Hayati, S.S., M.Hum., Pemimpin Umum Umum: Meri Susanti, Pemimpin Redaksi Redaksi: Yola Sastra, Pemimpin Usaha Usaha: Suci Larassaty, Bendahara Umum Umum: Fitri Aziza, Kepala Penelitian dan Pengembangan Pengembangan: Wahida Nia Elfiza, Sekretaris Umum Umum: Gumala Resti Halin, Redaktur Pelaksana Pelaksana: Sri Gusmurdiah, Redaktur Berita Berita: Wici Elvinda Rahmaddina, Novarina Tamril, dan Rizka Wahyuni, Redaktur Tulisan Tulisan: Khadijah Ramadhanti, Redaktur Bahasa Sastra dan Budaya Budaya: Ranti Maretna Huri, Redaktur Artistik dan Online Online: Hari Jimi Akbar, Layouter Layouter: Resti Febriani, Fotografer Fotografer: Putri Rahmi, Reporter Reporter: Redda Wanti, Ermiati Harahap, Neki Sutria, Sabrina Khairissa, Kurniati Ramadhani, Riset: Juliana Murti, Pengembangan Sumber Daya Manusia: Sonya Putri, Pustaka dan Kearsipan: Yulia Eka Sari, Sirkulasi dan Percetakan Percetakan: Rival Mulyadi, Iklan: Hera Gusmayanti, Usaha: Ratmiati, Kesekretariatan dan Perlengkapan: Windy Nurul Alifa. Penerbit: SKK Ganto UNP, Alamat: Gedung PKM UNP Ruang G65 Universitas Negeri Padang Padang, Jl. Prof. Dr. Hamka, Air Tawar. Kode pos 25131. Laman web web: http:// ganto.or.id ganto.or.id, email: redaksiganto@gmail.com redaksiganto@gmail.com, Percetakan: Unit Percetakan PT. Genta Singgalang Press (Isi di luar pertanggungjawaban percetakan), Tarif iklan: Rp4.000.000,- (halaman penuh berwarna), Rp1.500.000 (1/2 halaman hitam-putih), Rp100.000,- (iklan web ukuran 300x250 pixel). Redaksi menerima tulisan berupa artikel, esei, feature, cerpen, resensi buku, puisi, dan bentuk tulisan kritis lainnya dari sivitas akademika UNP. Redaksi berhak menyunting tulisan tanpa mengubah esensinya. Tulisan yang masuk menjadi hak redaksi dan yang tidak dimuat akan dikembalikan atau menjadi bahan edisi berikutnya. Setiap tulisan yang dimuat akan diberi imbalan/uang lelah semestinya.
Maret-April 2015 Edisi No. 185/Tahun XXV
3
SURA T PEMBA CA SURAT PEMBAC
SKK Ganto menerima surat pembaca baik berupa keluhan, kritikan, saran, dan permasalahan tentang lingkungan sekitar UNP. Surat pembaca dapat dikirimkan melalui email: redaksiganto@gmail.com atau dapat diantar ke redaksi SKK Ganto, Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Ruang G65 UNP dengan dilampirkan kartu identitas: KTP atau KTM.
Sekretariat untuk Hima Sekretariat himpunan mahasiswa (hima) selingkungan FIP kok belum ada juga ya? Padahal kami sangat membutuhkan sekretariat, terutama untuk rapat. Kadang kami harus mencari kelas kosong untuk rapat. Tapi karena kami rapat sampai sore, dan izin menggunakan ruangan hanya sampai jam 6, jadi rapat kami sering tergannggu. Kalau rapat di lobi juga tidak kondusif. Saya berharap di FIP segera ada sekretariat untuk hima. Liria Lase Mahasiswa FIP
Wi-Fi FBS Sulit Diakses Pendopo merupakan salah satu tempat yang nyaman dan asyik untuk membuat tugas. Namun, Wi-Fi di sana saat ini sulit diakses dan tidak kencang. Terkadang bisa diakses, terkadang tidak. Tidak seperti dulu. Honesty Yonanda Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris TM 2011
Headphone di Balai Bahasa Saat saya kuliah di Balai Bahasa pada mata kuliah Listening, headphone yang disediakan tidak terdengar baik atau rusak. Jumlah ketersediaan headphone yang kurang membuat mahasiswa kesulitan dan harus bergantian dengan mahasiswa lain. Saya berharap headphone tersebut ditambah atau diganti dengan yang baru. Ana Sakinah Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris TM 2011
Tujuan Kredit Poin Hingga saat ini, saya masih bingung mengenai sistem kredit poin yang ada di FMIPA, khususnya di jurusan saya, Biologi. Setiap mahasiswa diwajibkan untuk mengikuti seminar nasional dan internasional yang dilaksanakan UNP karena setiap sertifikat yang didapatkan dari seminar tersebut memiliki satuan poin. Jika ingin wisuda harus mengumpulkan kredit poin dengan jumlah seratus. Jadi apa tujuan dari kredit poin ini sebenarnya? Reno Yufira Mahasiswa Biologi
Pengoperasian E-Learning E-learning tidak digunakan dosen secara optimal dalam meng-update informasi dan materi mata kuliah yang sedang diambil mahasiswa. Informasi-informasi yang didapati dari e-learning juga kurang update. Pada umumnya mahasiswa hanya memakai e-learning untuk melihat kode sesi dan nama dosen, serta nama teman sekelasnya. Sebaiknya penggunaan e-learning ditingkatkan karena setidaknya bisa dipakai sebagai forum diskusi agar materi yang tidak sempat diberikan dosen kepada mahasiswa tidak ketinggalan. Latipah Mahasiswa Jurusan Teknik Elektronika TM 2012
ULASAN SURA T PEMBA CA SURAT PEMBAC
Penggunaan Lift FBS Pemakaian lift Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) perlu diperketat lagi. Saya sebagai mahasiswa Sendratasik sangat resah dengan penggunaan lift yang semena-mena oleh mahasiswa. Banyak dari kami mahasiswa sendratasik yang rata-rata kuliah dilantai 4 dan 5 terpaksa harus naik tangga agar tidak terlambat. Hal ini disebabkan oleh mahasiswa lain yang berebut ingin naik lift. Padahal, mahasiswa tersebut hanya naik ke lantai II atau III. Kami mahasiswa Sendratasik sangat kewalahan untuk naik ke lantai V apalagi dengan menenteng alat musik yang kadangkala berat. Hendaknya lift di FBS perlu diperbaiki dan diaktifkan keduanya. Kemudian diberi peraturan bahwa mahasiswa yang hanya ke lantai II dilarang naik lift.
manan pengguna, dimohonkan kepada pengguna lift untuk dapat menjaga fasilitas yang ada. Agar tidak cepat rusak, jangan pencet tombol lift secara sembarangan. Jangan pula membuang puntung rokok atau sampah lainnya di dalam lift. Selain itu, pengguna yang akan naik ke lantai II dan III (tidak terlalu jauh), kalau sanggup, lebih baik gunakan tangga. Kami saja (pegawai), bahkan pimpinan, menggunakan tangga untuk naik ke lantai II. Kadang, dosen yang mengajar di lantai III dan IV juga menggunakan tangga karena tidak ingin berebutan dengan mahasiswa dalam menggunakan lift.
Tristriyeni, S.H. Kasubag Umum Perlengkapan FBS
LHS dan KRS Awal semester ini saya merasakan
Putri Dwi Hayati banyak keganjilan pada portal UNP. Mahasiswa Sendratasik 2014 Pertama, akses LHS (lembar hasil Jawaban: Dulu, pihak FBS pernah memberlakukan sistem kartu untuk penggunaan lift. Hanya orang yang memiliki kartu saja (dosen dan pegawai) yang bisa mengakses lift. Sistem seperti itu pun dikeluhkan mahasiswa. Mahasiswa juga ingin menggunakan lift. Oleh sebab itu, sistem kartu dihilangkan dan penggunaan lift pun dibebaskan. Mengenai pembatasan penggunaan lift untuk naik ke lantai II dan III, itu tidak dapat diterapkan. Kita tidak bisa melarang mahasiswa menggunakan lift. Semua mahasiswa berhak untuk menggunakan lift. Jadi hal seperti itu sebenarnya tidak perlu dipermasalahkan. Lalu, persoalan lift yang rusak itu, saat ini kita terkendala spare part yang tidak ada dijual di sini, adanya di Jakarta. Untuk pengadaannya, harus dipesan dulu. Kita sudah punya rekanan dari UNP yang bisa memperbaiki lift tersebut. Sampai saat ini rekanan itu berjanji akan membelikan alat untuk lift itu. Akan tetapi, sampai sekarang belum juga datang. Mungkin mereka juga kesulitan dalam mencarinya. Mudah-mudahan dalam tahun ini dapat diperbaiki. Untuk meningkatkan kenya-
studi) yang dapat dilakukan sesudah mengisi KRS (kartu rencana studi). Bukankah hasil studi itu berpengaruh terhadap jumlah KRS yang akan diambil pada semester berikutnya? Kedua, banyak jadwal yang telah diatur Puskom tidak benar-benar dijalankan. Misalnya, jadwal pengisian KRS pukul 14.00 WIB, ternyata tepat pukul 14.00 WIB tetap masih tidak bisa diakses. Kenapa seperti itu?
Ratmiati Mahasiswa FBS Jawaban: Penentuan beban KRS, dari peraturan yang telah ditetapkan BAAK (Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan), tidak berdasarkan IP (indeks prestasi) semester sebelumnya. Melainkan, pedomannya IP semester ganjil mempengaruhi beban KRS semester ganjil, IP semester genap mempengaruhi beban KRS semester genap. Misalnya, IP semester Juli-Desember 2014 mempengaruhi beban KRS yang bisa diambil untuk semester Juli-Desember 2015. Jadi tidak seperti yang dikatakan oleh penanya, bahwa IP semester sekarang akan mempengaruhi beban KRS pada semester berikutnya. Kemudian, mengenai jadwal
yang tidak tepat. Untuk semester Januari-Juni kemarin, kita mulai menggunakan sistem otomatis, seUNP. Keinginan pimpinan seperti itu. Nah, ketika dilakukan plotting—plotting lokal, plotting dosen, dan sebagainya—masih ada penyesuaian dari jurusan secara manual. Karena itu, pihak jurusan dan fakultas memohon untuk diundur. Oleh sebab itu sistem diundur dulu agar fakultas-fakultas bisa mengakses. Lalu, kenapa bisa lambat? Karena mahasiswa berebut mengambil mata kuliah PPL (praktik pengalaman lapangan) dan MKU (mata kuliah umum). Mata kuliah tersebut kan rebutan, sistemnya masih seperti itu. Kalau berebut, analoginya pintu sebesar ini (pintu biasa) yang ingin masuk banyak, kan tidak bisa. Harus pelan-pelan dulu. Padahal sekarang untuk sistem KRS lebih cepat daripada portal merah dulu (portal sebelum pembaruan). Akan tetapi, dengan lebih meningkatnya kecepatan itu, orang masih tetap berebut untuk akses, sama saja jadinya. Kalau dari segi server sebenarnya sudah kita tingkatkan, sekali akses bisa lebih dari 10.000 pengunjung, tetapi tidak mungkin kita melayani lebih dari itu. Aturan sebenarnya lagi yang harus ditegakkan.
Yosefrizal, M.Kom. Kasubag Tata Usaha Puskom UNP IP semester ganjil memengaruhi beban SKS yang bisa diambil pada semester ganjil berikutnya, begitu pula dengan semester genap yang akan memengaruhi semester genap selanjutnya. Itu ada SK Rektornya. Jadi, semester satu mempedomani semester tiga, sedangkan semester dua mempedomani semester empat. Dulu, UNP pernah menetapkan aturan pengambilan SKS secara berkelanjutan antara semester ganjil dan semester genap, namun karena rentang waktunya yang terlalu pendek menyulitkan sistem, akhirnya aturan itu diubah. Selain itu, UNP memberlakukan sistem seperti sekarang supaya mahasiswa dapat mengetahui dan mempersiapkan berapa maksimal beban SKS yang bisa diambilnya.
Azhari Suwir, S.E. Kepala Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan UNP
LAPORAN
4
Maret-April 2015 Edisi No. 185/Tahun XXV
Jalan Berliku Mahasiswa Belajar Wirausaha Berbagai kendala menjadi alasan tersendat dan tidak berjalanny a PMW PMW.. Mesberjalannya tinya hal ini bukanlah hal yang tanpa solusi, melainkan perubahan yang mengarah ke sebuah perbaikan. Oleh Sri Gusmurdiah Yola Sastra
S
ebuah spanduk terpampang di Lokal Darurat (LD) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Padang (UNP). Spanduk itu milik salah satu kelompok PMW UNP 2014, Pembuatan Filter Penjernihan Air Sistem Isi Ulang (Water Filter). Sebelumnya, LD digunakan oleh Water Filter sebagai tempat menjalankan usahanya. Namun sejak awal tahun lalu, tempat tersebut tak lagi digunakan oleh kelompok usaha yang dijalankan lima mahasiswa Jurusan Kimia itu. Salah seorang anggota Water Filter, Zahara Ardina, membenarkan, mereka tak lagi menggunakan LD. Tak hanya itu, PWM yang ia kelola bersama teman-temannya juga sudah berhenti seusai penyerahan laporan akhir kepada pihak Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaa (BAAK) akhir tahun lalu. Berbagai kendala menjadi alasan tersendat dan tidak berjalannya usaha yang mereka tekuni. Zahara mengungkapkan, usaha yang didanai sebanyak Rp20 juta itu mandek akibat kurangnya peminat dari produk dan jasa yang mereka sediakan. Promosi yang kurang gencar, target pasar yang tidak bagus, dan pembuatan alat yang terganggu, juga punya andil dalam gagalnya Water Filter. Selain itu, anggota juga terkendala dalam mengatur antara jadwal usaha dan kuliah. “Kami semua satu jurusan dengan kelas yang sama,” kata Zahara. Tak jauh berbeda dengan Water Filter, PMW yang dikelola Dedi Rahman dan kawan-kawan, sekarang tinggal nama. PMW dengan nama Sekolah Public Speaking SIF (Speaking is Fun) itu hanya berlangsung tiga bulan. Setelah itu, tak lagi jalan. Menurut Dedi, usaha mereka terhenti karena kurang lancarnya koordinasi antara ketua dengan anggota dan antarsesama anggota kelompok. Sehingga, tidak semua anggota terlibat dalam usaha tersebut. Selain itu, usaha juga terkendala karena kurangnya promosi, serta tidak adanya kaderisasi dari kelompok saat beberapa anggota hengkang karena fokus menyelesaikan skripsi. “Untuk sekarang, beberapa anggota sedang menyusun skripsi,” ungkap Dedi, Jumat (24/4). Setali tiga uang dengan Zahara dan Dedi, PMW yang dikelola oleh Adi Alviansyah dan lima mahasiswa lainnya juga sedang berhenti. Namun, menurut Adi, PMW yang menjual Kerupuk Lele Rumput Laut itu berhenti karena ia dan kawan-kawannya sedang me-
Dukungan dari Fakultas: PMW Master Chef Biology mendapatkan bantuan pengadaan ruangan dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Lokal darurat yang merupakan bekas gudang itu, dipugar sedemikian rupa hingga layak untuk dijadikan tempat usaha, Rabu (6/5). f/Rahmi
ngikuti Praktek Lapangan (PL). Meski demikian, mereka berencana kembali melanjutkan usaha itu. “Setelah PL selesai, kami berencana untuk lanjut lagi,” ujarnya, akhir April lalu. PMW yang dikelola kelompok Adi bukannya tanpa kendala. Sebelumnya, PMW yang berlokasi di jalan Jondul IV, blok DD nomor 12 Parupuak, Tabing, Padang itu memang berjalan lancar. Hanya, selama ini mereka terkendala surat izin produksi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang belum dikantongi. Tanpa surat itu, mereka tidak bisa menjual produk di toko-tokoh besar. Produk mereka pun terpaksa hanya dijual di wisma-wisma dan kos-kosan mahasiswa. Sehingga, omzet yang mereka peroleh tidak terlalu besar, hanya Rp400 ribu per bulan. Uang itu pun mereka putarkan lagi untuk menjadi modal. Sementara untuk tahun 2015, Adi mengatakan belum ada kepastian, untuk mengajukan proposal pengembangan. Selain karena mereka masih PL, kesepakatan dari kelompok juga belum ada. “Saya belum menanyakan dan membicarakannya dengan teman-teman,” tutupnya. Nofrion, M.Pd., selaku pembimbing membenarkan, usaha Adi dan kawan-kawan sedang tidak jalan. Namun, ia menolak mengatakan gagal untuk PMW yang dibimbingnya itu. “Mungkin stuck kali ya,” ujarnya, Selasa (21/4). Selain itu, Nofrion juga mengatakan, sebelumnya kelompok yang dibinanya itu sering melakukan bimbingan dengannya. Sekali sebulan Adi dan kawan-kawan menemuinya dan menyampaikan keluhan-keluhan. Nofrion juga tak lupa memberikan solusi ter-
hadap permasalahan-permasalahan yang muncul. Namun, karena usaha mereka sedang berhenti, bimbingan pun tidak berlanjut lagi. “Kira-kira satu bulan sudah lost contact,” ujarnya. Meski banyak yang akhirnya berhenti, ternyata masih ada PMW 2014 yang bertahan. Nasib yang lebih baik berpihak kepada Firman dan kawan-kawannya. PMW Konika (Kios Komponen Elektronika) yang mereka usung masih berjalan hingga sekarang. Sebuah ruko seharga tujuh juta pertahunnya, mereka sewa untuk menjalankan usaha tersebut. Walaupun demikian, bukan berarti usaha Firman dan kawankawan berjalan tanpa hambatan. Sebelumnya, usaha tersebut sempat berhenti selama satu bulan. Saat itu, Firman sedang di luar kota dan anggota lainnya sedang PL. Namun, setelah itu mereka kembali berbenah dan melakukan promosi. “Alhamdulillah omzet bulan ini sudah melebihi satu juta rupiah,” ujarnya, Kamis (30/4). Untuk tahun ini, kelompok Firman berencana melakukan pengembangan usahanya. Pengembangan itu akan diikuti dengan melakukan terobosan baru. Mereka berencana membuat running text dan mengajukan proposal pengembangan ke BAAK. Lebih lanjut, Firman meminta pihak BAAK lebih gencar lagi dalam menyosialisasikan dan menginformasikan keberadaan PMW kepada mahasiswa. Sebab menurutnya, selama ini informasi dari pihak BAAK masih kurang. Selain itu, evalusi dan pembinaan dari pihak BAAK juga harus lebih digiatkan lagi, sehingga mahasiswa yang usahanya bermasalah bisa mendapatkan solusi, sehingga ti-
dak gagal atau mati di jalan. “Kalau bisa, juga harus ada ikatan mahasiswa PMW,” tutupnya. Nasib baik juga berlaku kepada Master Chef Biology. PMW yang dijalankan Defrian dan kawan-kawannya sampai saat ini juga masih bertahan. Cuma, mereka harus memutar otak terlebih dahulu agar usaha itu tetap lanjut. Mulanya, usaha yang menggunakan salah satu LD FMIPA itu hanya menjual berbagai jenis makanan dan minuman berbahan sirsak. Namun, karena kurangnya minat pasar, mereka terpaksa menambah menu lain. “Karena tidak semua orang menyukai sirsak, kami tambah saja menu-menu baru,” ujarnya, Senin (13/4). Defrian mengatakan, untuk dapat bertahan, kelompoknya harus berpandai-pandai dalam memanfaatkan dana dan mengelola usaha. Menurutnya, dana yang diberikan kepada mahasiswa bukanlah dana cuma-cuma. Dana itu harus benar-benar digunakan untuk bisa mencari pengalaman kerja dengan mendirikan usaha sendiri. “Kita harus berusaha untuk mempertahankan dan mengembangkan modal tersebut, serta mencari solusi jika terjadi masalah,” tambahnya. Fitri Arsih, S.Si, M.Pd., selaku pembimbing PMW yang dijalankan kelompok Defrian membenarkan. Menurutnya, dalam menjalankan PMW, selain membuat perencanaan proposal yang matang, mahasiswa juga harus membuat perencanaan jangka panjang. Selain itu, semua anggota dan pembimbing PMW pun harus menjaga komitmennya. “Jangan membuat proposal PMW hanya untuk mengisi formasi kesempatan saja, tapi niatkan
untuk menambah pengalaman usaha,” ujarnya, Kamis (23/4). Berdasarkan penelurusan Ganto, dari 22 PWM yang didanai pada 2014, 13 di antaranya masih bertahan, enam berhenti, dan sisanya tanpa kabar. Sedangkan dari empat PMW 2013 yang mengikuti pengembangan pada tahun ini, tiga masih bertahan, satunya lagi berhenti. Staf Minat Bakat Penalaran Informasi Kemahasiswaan BAAK, Lediyana S.Pd., mengakui, memang tidak semua PMW yang masih jalan. Namun, menurut Lediyana itu wajar, mahasiswa masih dalam proses belajar . “Yang penting mahasiswa sudah mau berusaha dan belajar berwirausaha,” ujarnya, Jumat (10/4). Perihal sosialisasi, Lediyana mengatakan, pihak BAAK telah menginformasikan adanya PMW melalui website BAAK. Pembantu Rektor III UNP Dr. Syahrial Bahktiar, M.Pd, juga mengatakan hal serupa. Adanya mahasiswa yang gagal dalam berwirausaha itu biasa. Yang penting, mahasiswa sudah belajar untuk berwirausaha. Namun, Syahrial agak menyayangkan, kebanyakan mahasiswa mengajukan PMW yang tidak sesuai dengan bidang keilmuannya. “Kalau bisa, usahanya sesuai bidang ilmu,” ujarnya, Kamis (30/4). Lebih lanjut, Syahrial berharap, untuk ke depannya, mahasiswa bisa menjalankan PWM dengan usaha yang lebih kreatif dan berbasiskan keilmuan. Selain kreatif, berani mengambil keputusan, disiplin, hemat, dan sabar, mahasiswa juga harus memperhatikan target pasar. “Pasar dan promosi harus bagus,” tutupnya. Laporan: Rahmi, Sonya, Sri
LAPORAN
Maret-April 2015 Edisi No. 185/Tahun XXV
Masih Berjalan: Usaha dari PMW Konika yang menjual peralatan elektronika sampai saat ini masih tetap berjalan, Sabtu (25/4). f/Rahmi
Upaya Menekan Angka Pengangguran Berwirausaha merupakan cara mengatasi agar tidak ada nantinya lulusan UNP yang menjadi pengangguran. Oleh
B
Sri Gusmurdiah Yola Sastra
erlatar belakang banyak nya jumlah pengangguran di Indonesia, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) meluncurkan Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) pada 2009 lalu. Program itu bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau jiwa wirausaha kepada mahasiswa agar dapat menciptakan lapangan pekerjaan, serta menjadi pengusaha yang tangguh dan sukses dalam menghadapi persaingan global. UNP sebagai salah satu perguruan tinggi negeri, juga ikut ambil bagian dalam menjalankan program tersebut. Berdasarkan proposal yang dilayangkan oleh Bahrul Amin, S.T., M.Pd. ke Ditjen Dikti pada 2009, UNP diluluskan untuk menjalankan PMW dan didanai sebesar Rp1 milyar. Sejak saat itu, Bahrul pun dipilih sebagai Ketua Panitia Pelaksana PMW UNP. Sejalan dengan tujuan yang ditetapkan pemerintah, PMW di UNP memang diadakan dalam upaya mengantisipasi agar mahasiswa tidak menganggur setelah lulus. Dengan adanya PMW, mahasiswa dilatih untuk berwirausaha. “PMW melatih mahasiswa untuk mempunyai kemampuan menjadi usahawan,” ujar Bahrul, Senin (27/4). Pada tahun perdana, peminat PMW cukup banyak. Ada 158 judul yang masuk dengan 21 judul yang didanai. Pada dua tahun belakangan, jumlah itu mengalami penurunan, ada 37 judul yang masuk dengan 20 judul yang didanai pada 2013 dan 101 judul dengan 22 judul yang didanai pada 2014. Tahun 2010, 2011, dan 2012 tidak terdeteksi
karena panitia PMW tidak menemukan berkasnya. “Saya juga kurang tau, rekapan data yang lainnya berada di mana,” ujar Lediyana S.Pd. yang baru jadi Panitia Pelaksana PMW sejak 2014 ini, Rabu (29/4). Namun, meski sudah memasuki tahun kelima pelaksanaannya, PMW UNP dianggap masih belum berhasil. Sejak pertama kali dilaksanakan di UNP, program tersebut berjalan kurang lancar. M. Arifin, S.Pd., M.Pd., salah seorang wirausahawan di UNP, memandang bahwa mahasiswa tidak bisa memanfaatkan peluang. Padahal usaha mahasiswa sudah dimodali dan dibekali, tetapi tidak dimanfaatkan dengan baik. Selain itu, pembinaan untuk mahasiswa dalam bidang usaha masih kurang. Menurut Kepala Subbagian Kemahasiswaan Fakultas Teknik itu, mahasiswa seharusnya dibimbing oleh orang yang memang tahu dan bergelut di bidang bisnis. “Sehingga tidak ada PMW yang gagal,” ujar Arifin, Selasa (21/4). Berdasarkan laporan dua tahun terakhir, dari 20 kelompok yang didanai pada 2013, hanya empat yang mengajukan pengembangan pada 2014—program pengembangan adalah pendanaan lanjutan yang diberikan kepada kelompok PMW yang dianggap berhasil. Sementara pada PMW 2014, dari 22 kelompok yang didanai, 13 kelompok masih bertahan, sedangkan enam kelompok sudah berhenti, dan sisanya tanpa kabar. Berdasarkan pedoman PMW 2015, indikator keberhasilan PMW sekurang-kurangnya dapat dilihat dari tiga hal, yaitu jumlah mahasiswa yang berhasil menjalankan usaha, terbentuknya model pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi, dan terbentuknya lembaga pengembangan pendidikan kewi-
rausahaan yang mengkoordinasikan berbagai kegiatan terkait kewirausahaan di perguruan tinggi. Menurut Arifin, niat yang salah dari mahasiswa juga menjadi faktor penyebab banyaknya PMW yang gagal. Seharusnya, PMW bisa digunakan untuk mengembangkan usaha. Sehingga, setelah tamat kuliah, tidak susah lagi mencari kerja. Cukup dengan mengembangkan usaha yang ada. “Namun selama ini tidak seperti itu. Karena dapat uang gratis, jadi tidak serius menjalankan usahanya,” tambah Arifin. Senada dengan Arifin, Ketua PMW UNP juga mengakui bahwa PMW di UNP belumlah berjalan lancar. Hal ini disebabkan masih adanya mahasiswa yang berpandangan bahwa dana PMW merupakan dana cuma-cuma yang dibagikan pemerintah. Sehingga mereka kurang sungguh-sungguh dalam menjalankan usahanya. “Paradigma ini yang harus diluruskan,” ujar Bahrul. Bahrul mengatakan, pihak panitia telah melakukan berbagai upaya dalam mengontrol dan memantau perkembangan PMW. Salah satunya, yaitu pelaksanaan monev (monitoring dan evaluasi). Namun, dia menyayangkan kesadaran peserta yang masih kurang. Menurut Bahrul, mahasiswa berpandangan bahwa uang PMW dari pemerintah untuk dibagi-bagikan sehingga tidak perlu dipertanggungjawabkan. “Kadang-kadang kelompok tidak mau menyerahkan laporan,” ungkapnya. Perihal banyaknya mahasiswa yang terkendala dalam menjalankan usahanya, Bahrul mengatakan bahwa usaha tersebut boleh diganti dengan usaha lain. Namun, mahasiswa harus menyerahkan berita acaranya ke pihak BAAK. “Tidak ada yang boleh berhenti. Jika gagal, silahkan ganti
5 dengan usaha yang lain,” ujarnya. Berbeda halnya jika mahasiswa menyalahgunakan dana PMWnya. Bahrul mengatakan, pihak universitas akan memberikan sanksi. Salah satu bentuknya, yaitu wisuda yang ditunda sampai permasalahan diselesaikan. Bahrul pun berharap mahasiswa benar-benar memanfaatkan PMW sebagai peluang untuk proses pembelajaran berwirausaha dan tidak disalahgunakan. “Sehingga mahasiswa memiliki jiwa enrtepreneur,” tutupnya. Pentingnya berwirausaha Dosen mata kuliah Kewirausahaan, Mike Triani, S.E., M.M. mengatakan berwirausaha merupakan hal yang penting. Dengan berwirausaha, seseorang dapat mengembangkan diri dan bisa membuka lapangan pekerjaan sendiri. Sehingga tidak menunggu pekerjaan dari instansi-instansi tertentu. Selain itu, Mike mengatakan, untuk menjadi seorang wirausahawan, seseorang harus jujur, bertanggung jawab, dan mampu bekerja sama agar mampu menjalin link. Jika seorang wirausahawan sudah punya banyak link, maka ia akan mudah memasarkan produknya. “Mahasiswa pada dasarnya punya kreativitas, namun tidak dikeluarkan,” ujarnya, Selasa (21/4). Dosen dari Program Studi Ekonomi Pembangunan itu berharap agar mahasiswa lebih kreatif lagi dalam berwirausaha. Mahasiswa bisa memunculkan suatu produk yang lebih kreatif dan tidak perlu diperintah terlebih dahulu untuk memulai usaha. “Saya berharap mahasiswa punya motivasi untuk berwirausaha,” tutupnya. Tak jauh berbeda dengan Mike, Dra. Elizar Ramli, M.Pd., juga mengatakan pentingnya berwirausaha. Menurutnya, akan sulit jika hanya mengaharapkan pekerjaan menjadi seorang pegawai negeri. Selain kebutuhan akan pegawai negeri yang sedikit, jum-
untuk mau bekerja keras dan bekerja dengan cerdas. Tidak sekadar bekerja, tetapi juga memiliki strategi berwirausaha yang baik. Ia pun berharap mahasiswa bisa memanfaatkan peluang dalam berwirausaha. Menurutnya, apa pun jurusan seseorang, ia berpeluang untuk berwirausaha. “Saya mengapresiasi mahasiswa yang berwirausaha, asal tidak mengganggu kuliah,” tutupnya. Tak hanya PMW Selain PMW, ada pula program lain yang dicanangkan oleh UNP untuk melatih mahasiswa dalam berwirausaha. Bahrul mengatakan, sebelumnya sudah ada mata kuliah Kewirausahaan dan Program Koop (program untuk mahasiswa magang) di UNP. Program Koop dilaksanakan setelah mengikuti mata kuliah kewirausahaan. “Intinya, program tersebut dan PMW digunakan pemerintah untuk mengantisipasi tamatan perguruan tinggi, agar tidak jadi penganguran,” ujarnya. Kepala BAAK UNP, Azhari Suwir, S.E., membenarkan hal tersebut, selain PMW, mata kuliah Kewirausahaan adalah cara lain dari pihak universitas untuk menambah wawasan mahasiswa dalam berwirausaha. Menurutnya, dengan adanya perkuliahan kewirausahaan, akan lebih membantu mahasiswa dalam membentuk jati diri sebagai seorang entrepreneur. Namun, dia mengakui, perkuliahan Kewirausahaan masih belum maksimal diterapkan di UNP. Tidak semua jurusan yang melaksanakan perkuliahan kewirausahaan. Meskipun demikian, menurutnya mata kuliah Kewirausahan tersebut perlu diterapkan di semua jurusan karena dunia bisnis dan peluang usaha sangat besar. “Tamatan UNP tidak harus menjadi guru,” ujarnya, Selasa (5/5). Pembantu Rektor III UNP, Dr. Syahrial Bahktiar, M.Pd, juga
Masih Eksis: Handy Craft juga merupakan salah satu PMW UNP 2014 yang sampai saat ini masih bertahan, Rabu (6/5). f/Rahmi
lah lulusan perguruan tinggi juga banyak. Namun, jika berwirausaha, seseorang dapat membuka lapangan pekerjaan sendiri. Elizar berpandangan, semakin cepat suatu usaha dimulai, maka tingkat keberhasilannya juga akan semakin tinggi. Sehingga, belajar berwirausaha sejak dini sangat bermanfaat karena akan menambah pengalaman mahasiswa. “Tidak apa-apa memulainya dari hal yang kecil,” ujarnya, Selasa (5/5). Dengan berwirausaha, kata Elizar, mahasiswa akan lebih mandiri serta tidak tergantung pada orang lain. Dalam berwirausaha, mahasiswa juga dituntut
mengatakan bahwa mata kuliah Kewirausahaan merupakan salah satu cara yang dilakukan universitas dalam melatih mahasiswa dalam berwirausaha. “Mata kuliah itu ada di seluruh fakultas di UNP,” ujarnya, Selasa (5/5). Selain mengirim dosen-dosen ke luar negeri untuk mengikuti kepelatihan wirausaha, pihak universitas juga mendatangkan pakar dari luar negeri untuk memberikan tutor dan melatih dosen, serta menambah wawasan dosen-dosen tentang wirausaha. “Para pakar dari Malaysia kita danai untuk melatih dosen kita,” pungkasnya. Laporan: Hera, Sri, Sastra
LAPORAN
6
Maret-April 2015 Edisi No. 185/Tahun XXV
Cerita Lain Usaha Mahasiswa Tidak ada yang tidak mungkin, selagi masih mau berusaha. Demikian prinsip mereka yang berjuang dengan modal sendiri demi mendapatkan reski dan memuaskan hobi. Berwirausaha adalah pilihan mereka. Oleh
Sri Gusmurdiah Yola Sastra
P
ecah kongsi dengan dua temannya, tak lantas membuat Ikhsan Luthfi mati langkah. Usaha yang didirikannya bersama Diko dan Jun sejak dua tahun silam masih bertahan hingga sekarang. Sebuah kafe yang terletak di Jalan Cendrawasih nomor 23 B Padang itu mereka mulai dari nol. Pada 2013 lampau, Ikhsan dengan dua temannya yang dari Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang itu, memulai usaha secara mandiri. Dengan menggunakan dana patungan dan warung martabak peninggalan almarhum ayah Ikhsan, mereka bertiga mendirikan sebuah kafe dengan nama Laverpool. Pada bulan-bulan pertama, usaha tersebut berjalan lancar. Namun, tak lama setelah itu, muncul permasalahan internal yang akhirnya menyebabkan Jun hengkang. Setelah ditinggal Jun, Ikhsan dan Diko pun akhirnya bekerja sama dengan KR, salah satu PMW UNP. Namun kembali, di tengah jalan, Ikhsan ditinggal Diko yang karena ingin fokus menyelesaikan skripsi. Beberapa bulan kemudian, anggota KR yang meninggal Ikhsan dengan alasan yang hampir sama, sibuk kuliah, sedang praktek industri, dan mengurus tugas akhir. Kini, Ikhsan mengelola usahanya sendirian. Ia tidak ingin usahanya berhenti oleh sebab masalah yang mendera. Sebisanya, ia akan mempertahankan kafe itu agar tetap bisa berjalan. Sebab, memiliki usaha sendiri adalah cita-citanya dari dulu. “Saya ingin membanggakan orang tua,” ujar mahasiswa Jurusan Teknik Elektronika TM 2013 itu, Jumat (24/4). Ikhsan pun tak memungkiri, sejak
Usaha Mandiri: Angga Perdana, pemilik usaha Tour and Travel tengah merapikan kantornya yang berada di Simpang Pasir Jambak, Tabing, Rabu (6/5). f/Rahmi
mengelola usahanya sendirian, ia sering kelabakan. Terkadang, jika pengunjung kafenya ramai, ia terpaksa begadang, sehingga kuliah pagi pun terlewat. Oleh sebab itu, Ikhsan pun harus berpandaipandai mengatur waktu antara kuliah dan mengelola kafe. Meski agak kesulitan, pemuda berambut keriting itu mengaku senang bisa menjalankan usahanya sendiri. Selain memang memiliki hobi berwirausaha sejak dari Sekolah Menengah Atas, ia juga bisa mandiri karena tidak lagi bergantung kepada orang tuanya. Setidaknya, sekarang omzet usaha Ikhsan sudah mencapai Rp2 juta per bulan. Sekitar Rp500 ribu per bulan dikantonginya sebagai gaji. “Minimal lima puluh ribu per hari pasti ada,” tutup Ikhsan. Tak jauh berbeda dengan Ikhsan, Angga Perdana dan kawannya Devina Claudia juga berwirausaha sembari kuliah. Sebuah usaha dengan nama Aileen Tour and Travel yang bergerak di bidang biro perjalanan, alat-alat laboratorium, dan properti telah mereka tekuni sejak delapan bulan lalu. Usaha yang berkantor di Tabing, Kota Padang itu, dikelola secara mandiri. Angga
dan Devina memang tidak melibatkan modal dari orang tua atau dana dari pihak kampus dalam menjalankan usahanya. Meski demikian, mereka bisa meraup keuntungan sekitar Rp10-15 juta per bulannya. Sehingga, sejak menjalankan usaha itu, mereka tak lagi meminta uang kepada orang tua. “Uang tersebut telah cukup untuk kuliah dan keperluan pribadi,” ujar Angga, Minggu (26/4). Selanjutnya, mahasiswa Program Studi Fisika TM 2009 itu mengatakan, berwirausaha akan mempermudahnya untuk mendapatkan pekerjaan. Tidak hanya meperbesar peluang kerja, berwirausaha juga akan mempercepat seseorang untuk memeroleh kesuksesan. Selain itu, dengan berwirausaha, Angga merasa lebih bebas berekspresi. Ke depannya, Angga dan rekannya, sudah punya target untuk menjadikan usahanya lebih besar lagi. Ia berencana mendirikan Aileen Group dan membuka kantor cabang di tempat lain. “Semoga usaha ini lebih baik lagi ke depanya dan bisa bermanfaat bagi orang lain,” tutupnya. Berwirausaha sambil kuliah juga dilaku-
kan Syahri Rahmadhani, mahasiswa Jurusan Administrasi Pendidikan TM 2012. Syahri telah mulai berwirausaha sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Ia mengaku, dari kecil punya kebanggaan bila dapat membeli sesuatu dari uang sendiri. Kebiasaan itulah yang membuatnya masih tetap berwirausaha hingga sekarang. Berbagai jenis usaha pun pernah ditekuninya. “Waktu SD saya pernah jualan binder warna, pensil, dan sebagainya,” ujarnya, Senin (4/5). Selain berbagai usaha tersebut, sejak setahun belakangan, Syahri mulai menekuni usaha baru. Kini, ia menjual berbagai jenis sabun. Meski target pasarnya hanya teman-teman mahasiswi di kampus, tetapi ia dapat meraup keuntungan setidaknya Rp300 ribu per bulannya. “Itu jika saya bisa menjual sekitar 50 sabun,” terang Sayhri. M. Arifin, S.Pd., M.Pd., salah seorang wirausahawan di UNP, mengatakan bahwa kegiatan berwirausaha yang dilakukan mahasiswa tersebut sangat bagus. Menurutnya, berwirausaha sangat penting. Sebab, kalau tidak berwirausaha dari sekarang, maka saat tamat kuliah nanti mahasiswa akan kesulitan untuk mencari pekerjaan. Jika hanya berharap untuk menjadi PNS, mahasiswa akan kesulitan karena jumlah lulusan perguruan tinggi sangat banyak. Selain itu, Kepala Subbagian Kemahasiswaan Fakultas Teknik ini juga mengatakan, hal terpenting dalam berwirausaha adalah membangun sistem, memulai usaha dengan pikiran positif, serta melihat pangsa pasar. Terutama untuk pemula, sebelum memulai usaha, pemula harus tahu dulu akan berbisnis di bidang apa. “Sebenarnya bisnis itu tidak perlu modal, dengkul pun bisa jadi modal, asal kita tahu triknya,” ujarnya, Selasa (21/4). Lebih lanjut Arifin mengatakan, sebelum memulai usaha, para usahawan juga harus memiliki keyakinan akan usahanaya untuk bisa berhasil. Kemudian, selalu melibatkan Tuhan dan tidak pelit. “Rezeki itu harus dibagi dan jangan hitung-hitungan,” tutupnya. Laporan: Hera, Nova, Rival, Sri, Sastra
WAWANCARA KHUSUS
PMW: Jalan Menjadi Usahawan
Lediyana S.Pd.
Mengantisipasi agar tidak adanya lulusan UNP yang menganggur di tengah sulitnya lapangan pekerjaan, UNP pun mulai melaksanakan PMW sejak 2009 lalu. Namun, selama lima tahun program itu dilaksanakan, perkembangannya tidak begitu baik. Berbagai kendala pun dialami para peserta, sehingga mengakibatkan usaha yang ditekuni gagal dan berhenti di tengah jalan. Pastinya, hal itu bukanlah keadaan yang diharapkan oleh pemerintah sebagai perintis program, maupun pihak sivitas akademika UNP selaku panitia dan pelaksana.
Lalu, bagaimana sebenarnya pengelolaan dan jalannya PMW di UNP? Apa solusi dari PMW yang terkendala? Lalu, bagaimana pula konsekuensi bagi PMW yang tidak jalan? Berikut hasil wawancara reporter Ganto Sri Gusmurdiah dengan Lediyana S.Pd., Panitia Pelaksana PMW UNP, sekaligus Staf Minat Bakat Penalaran Informasi Kemahasiswaan UNP, Rabu (29/4). Menurut Anda, apa manfaat adanya PMW? Menurut saya, manfaat dari PMW sangat banyak. Seperti tujuan dari PMW itu sendiri, yaitu mengurangi lulusan yang menganggur dan menciptakan mahasiswa yang bisa berwirausaha. Dengan adanya PMW, mahasiswa akan lebih mandiri. Bisa mengasah dan menambah soft skill, sehingga tidak susah saat terjun ke lapangan, melatih berorganisasi dan mengelola uang, serta belajar mengambil keputusan. Lalu, bagaimana perkembangan PMW di UNP selama ini? Kalau sejauh yang saya ketahui, PMW di UNP sudah berjalan dengan baik. Ada beberapa PMW yang sudah berkembang. Namun, kalau secara keseluruhan dari tahun 2009, saya kurang tahu juga. Sebab, saya menjadi panitia pelaksana PMW baru pada 2014, dan beberapa rekapan data PMW tahun-tahun sebelumnya ada yang tidak ditemukan.
Yang saya tahu, pada PMW 2013 ada 4 kelompok yang mengajukan pengembangan, sedangkan PMW 2014 banyak yang masih jalan. Jika ada kelompok yang PMW-nya bermasalah dan tidak jalan, apa solusinya? Kalau ada kelompok yang terkendala atau bermasalah, harus dicarikan solusinya. Kelompok bisa berdiskusi dengan pembimbingnya. Karena tiap-tiap kelompok sudah memiliki pembimbing. Silakan dibicarakan dengan pembimbing yang bersangkutan. Tapi, juga boleh berdiskusi dengan pihak panitia secara langsung. Dulu, saya juga pernah berdiskusi dengan mahasiswa yang PMW-nya bermasalah. Mereka datang menyampaikan permasalahannya kepada saya, dan kami mencoba mencari solusi dari permasalahan kelompok tersebut. Untuk PMW yang gagal atau tidak jalan, apakah ada konsekuensinya? Namanya juga belajar atau berlatih berwirausaha, kalau ada yang gagal, itu mungkin biasa. Namun, konsekuensi untuk kelompok yang gagal itu tetap ada. Kelompok yang PMW-nya sudah tidak jalan, maka tidak diberikan lagi dana apabila kelompok pengajukan proposal pengembangan untuk tahun selanjutnya. Untuk ketegasan yang lebih dari itu, saya belum tahu juga tindakannya seperti apa.
Lalu bentuk evaluasi dari pelaksanaan PMW itu seperti apa? Kalau evaluasi dari panitia, itu ada namanya monev (monitoring dan evaluasi). Masing-masing kelompok harus menyerahkan laporan perkembangan usaha mereka per triwulan kepada panitia pelaksana. Oleh panitia, akan ditinjau sejauh mana perkembangan usaha berdasarkan laporan tersebut. Selain itu, juga ada pemantauan dan peninjauan secara langsung ke tempat usaha mereka. Bagaimana dengan penerimaan PMW 2015, berapa proposal yang akan diterima dan didanai? Itu masih dalam tahap pembicaraan. Panitia pelaksana masih dalam proses merapatkan hal tersebut. Kalau bisa diterima sebanyak-banyaknya. Namun, yang diterima dan didanai ini tetap berdasarkan seberapa besar dana yang diturunkan Dirjen Dikti . Apa harapan Anda untuk PMW UNP? Harapannya, semoga semua mahasiswa ikut andil dalam program ini. Selain untuk belajar berwirausaha, dengan mengikuti PMW, mahasiswa nantinya juga mempunyai Surat Keputusan (SK) yang bisa dimasukkan ke dalam Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI) yang menyatakan kemampuan kerja dan penguasaan pengetahuan. (*)
LAPORAN
Maret-April 2015 Edisi No. 185/Tahun XXV
7
ARTIKEL
Solusi P enganggur an T er didik Penganggur engangguran Ter erdidik Wici Elvinda Rahmaddina Redaktur Berita SKK Ganto 2015
Mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa yang telah dipersiapkan untuk melanjutkan estafet kepemimpinan bangsa. Mahasiswa diharapkan dapat menjadi agen of change, sosial of control, dan iron stock. Dari sanalah muncul pandangan masyarakat, selembar ijazah yang diperoleh mahasiswa dari pendidikan tinggi adalah kunci utama untuk mendapatkan pekerjaan. Namun, seiring pesatnya persaingan oleh sebab banyaknya sarjana yang diproduksi institusi pendidikan tinggi, selembar ijazah tak lagi cukup untuk mendapatkan pekerjaan. Saat ini, gelar sarjana bukan jaminan untuk mendapatkan pekerjaan. Lowongan pekerjaan yang sedikit dan pencari kerja yang semakin membludak, menjadi salah satu ancaman yang akan berandil besar dalam pembengkakan jumlah pengangguran terdidik. Istilah pengangguran terdidik disematkan kepada seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi, baik berijazah diploma maupun strata, yang tak kunjung mendapat kerja. Wardiman Djojonegoro, salah seorang ahli pendidikan tinggi, menyebutkan bahwa terjadinya pengangguran terdidik merupakan kelindan dari berbagai faktor. Misal, kurangnya lapangan pekerjaan, pertumbuhan perguruan tinggi dan program studi begitu pesat, serta minimnya kompetensi para lulusan, atau tidak sesuainya kompetensi dengan kebutuhan pengguna tenaga kerja. Inilah yang mengakibatkan jumlah pengangguran di Indonesia semakin meningkat. Data dari Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada 2014 mencapai 6,25 persen dari jumlah prnduduk atau 7,9 juta orang. Sementara pengangguran dari kalangan lulusan perguruan tinggi sebanyak 9,5 persen dari total pengguran terbuka atau 688.660 orang (495.143 sarjana dan 193.517 diploma). Dari angka tersebut dapat dilihat, pengangguran terdidik meningkat dibandingkan tahun sebelumnya,
yakni sebanyak 8,36 persen atau 619.288 orang. Hal itu tentunya harus menjadi perhatian dan dicarikan solusinya. Jika dibiarkan, bukan tidak mungkin akan mengalami peningkatan yang lebih signifikan. Hal yang disinyalir menjadi penyebab permasalah tersebut, yakni kurangnya kreativitas mahasiswa. Dalam dunia akademik, kebanyakan mahasiswa atau calon sarjana hanya mengasah kemampuan kognitif dan tidak mempersiapkan keterampilan lain di luar bidang akademik, terutama yang berh u b u ngan deGrafis: Hari Jimi Akbar ngan kewirausahaan. Hal itu mengakibatkan lulusan perguruan tinggi tidak siap untuk terjun ke dunia kerja. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah mengeluarkan berbagai macam program, salah satunya Program Kreativitas Mahasiswa (PMW). Sejak 2009, Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan PMW untuk dilaksanakan dan dikembangkan oleh perguruan tinggi. Program tersebut dilaksanakan di seluruh Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan di beberapa Perguruan Tinggi Swasta (PTS) melalui hasil seleksi Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) dengan alokasi dana yang berbeda-beda. Dengan harapan, hadirnya PMW dapat menekan angka pengangguran lulusan pendidikan tinggi. Salah satu tujuan PMW adalah memberikan bekal pengetahuan, keterampilan,
dan sikap atau jiwa wirausaha berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi kepada mahasiswa. Dengan bekal tersebut, diharapkan pola pikir mahasiswa berubah dari pencari kerja menjadi penciptan lapangan pekerjaan. Mahasiswa tidak lagi berlombalomba untuk menjadi pegawai negeri, melainkan mendirikan usaha sendiri secara mandiri, sehingga dapat menyerap dan mengurangi angka pengangguran. Universitas Negeri Padang (UNP) sebagai salah satu perguruan tinggi juga ambil bagian dalam p r o g r a m pemerintah itu. Sampai tahun ini, UNP sudah 5 kali mengadakan PMW—2015 masih dalam tahap penerimaan proposal. Dalam dua tahun terakhir, jumlah peminat PMW di UNP mengalami peningkatan. Pada 2013, jumlah proposal yang masuk hanya 30 judul, sedangkan pada 2014 meningkat menjadi 101 judul. Namun sayangnya, meski banyak peminat, pelaksanaan program ini sepertinya belum berjalan maksimal. Pada realisasinya di lapangan, banyak PMW yang menemui kegagalan, sehingga hanya berjalan sampai pelaporan akhir. Dari PMW 2013, hanya 4 kelompok PMW—salah satunya telah berhenti—yang disetujui untuk menjalani program pengembangan pada 2014 dari 20 kelompok yang ada pada 2013. Sedangkan pada 2014, dari penelusuran Ganto, 13 kelompok masih berusaha bertahan, enam kelompok berhenti, dan tiga kelompok tanpa kabar. Angka itu tentunya belum dapat dikatakan berhasil. Berdasarkan pedoman PMW 2015, indi-
kator keberhasilan PMW diukur dari berapa banyak mahasiswa yang telah berhasil menjalankan usaha, terbentuknya model pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi, dan lembaga pengembangan pendidikan kewirausahaan yang tangguh dan mandiri. Dari indikator tersebut, tampaknya belum ada yang tercapai di UNP. Memang, banyaknya PMW yang mandek disebabkan oleh berbagai masalah. Peserta PMW juga mahasiswa yang harus memikirkan skripsi, praktik lapangan, kuliah, dan sebagainya. Begitu pula dengan pengalaman yang belum seberapa, sehingga permasalahan susahnya mencari pelanggan, promosi yang kurang, izin usaha yang belum dikantongi, juga turut menjadi penyebab kegagalan itu. Akan tetapi, jika kelompok benar-benar serius menjalankan usahanya dan memang punya tekad jadi wirausawan sejati, hambatan apapun tak akan sanggup menggagalkannya. Apalagi para peserta PMW sudah dimodali dengan dana yang cukup besar oleh pemerintah. Tidak hanya dana, bekal pengetahuan wirausaha juga telah diberikan pihak kampus dalam bentuk pelatihan-pelatihan wirausaha. Dukungan itu sebenarnya sudah lebih dari cukup. Sekarang, yang dibutuhkan adalah kesungguhan dan keuletan dari para peserta PMW. Aral tak selamanya akan melintang. Pengusaha manapun tak ada yang sukses, tanpa pernah merasakan sukar. Tidak ada pengusaha yang berhasil dengan hanya membalikkan telapak tangan. Ini harusnya menjadi penyemangat, untuk tetap tekun dan terus berusaha. Sekarang, mahasiswa tinggal memilih. Jalan untuk menghindari rute pengangguran sudah dibukakan pemerintah. Tinggal memutuskan, melangkah ke jalan yang telah disediakan, atau terancam menjadi salah seorang dari jutaan pengangguran yang angkanya terus membludak. (*)
AP A KA TA MEREKA APA KAT
PMW Salurkan Minat Mahasiswa untuk Berwirausaha Renti Mahkota (Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia TM 2012)
Jujur, saya tidak tahu banyak mengenai Program Mahasiswa Wirausaha (PMW), sehingga saya tidak pernah mengikutinya. Saya tahu tentang programnya, tetapi informasi mengenai cara pembuatan, serta kapan pengajuannya tidak sampai ke telinga saya. Meskipun demikian, saya sangat mengapresiasi program ini. PMW dapat membantu mahasiswa untuk menyalurkan bakat dan potensinya dalam berwirausaha.
Tahun ini, saya bersama empat orang teman berencana mengajukan proposal untuk Program Mahasiswa Wirausaha (PMW). Rencana ini berawal ketika saya diajak teman-teman untuk membuka kafe pada awal seRizki Ananda Fitri mester lalu. Awalnya kami bingung mau cari (Mahasiswa dana ke mana. Sebab, tidak mungkin meminta Jurusan Biologi uang kepada orang tua. Kalau pun semua anggota TM 2012) mengumpulkan uang, juga tidak mungkin karena ketika dipikir-pikir dananya banyak sekali. Hingga akhirnya, kami dapat informasi mengenai PMW dari teman yang ikut dan lulus tahun kemarin. Lalu, kami memutuskan untuk ikut dan membuat proposalnya. Pembuatan proposalnya cukup membingungkan karena contoh proposal dari temanteman yang lulus kemarin berbeda-beda satu sama lain. Terutama dalam pembuatan analisis kelayakan usahanya, kami bingung sekali. Namun meskipun demikian, kami akhirnya bisa menyelesaikannya. Adanya PMW dapat melatih untuk membuat usulan usaha. PMW juga dapat menyalurkan minat mahasiswa yang terkendala dana untuk berwirausaha. Nah, dengan demikian tentu meningkatkan minat mahasiswa dalam berwirausaha, sehingga terciptalah banyak lapangan kerja nantinya. Tentunya, hal ini bermanfaat bagi masyarakat sekitar.
Chichi Andriani, S.E., M.M. (Dosen Program Studi Manajemen FE UNP)
Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) merupakan salah satu program Universitas Negeri Padang (UNP) yang diperuntukkan bagi mahasiswanya yang berminat untuk berwirausaha. Melalui program ini, mahasiswa belajar bagaimana membuat proposal wirausaha. Program ini pun memberikan kesempatan bagi mereka untuk dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Kebetulan, di Fakultas Ekonomi (FE) terdapat mata kuliah khusus yang berkaitan dengan program ini, yakni mata kuliah Kewirausahaan dan mata kuliah Perencanaan Bisnis. Dengan adanya mata kuliah tersebut, setidaknya dapat membantu mereka dalam pembuatan proposal dan memilih wirausaha yang sesuai dengan kondisi lapangan. Jadi dalam PMW ini, diharapkan mereka dapat menerapkan ilmu-ilmu yang telah didapatkan tersebut, sehingga pembuatannya akan terasa lebih mudah. Nah, nantinya dosen pembimbing pun membantu dalam membersihkan dan melihat prospek usahanya. Diharapkan PMW memang benar-benar dimanfaatkan oleh mahasiswa. Sayang sekali sebenarnya bagi mereka yang tidak ikut, soalnya ini salah satu cara belajar untuk mereka. Kita sudah punya fasilitas, seharusnya dimanfatkan. Begitu pula dengan program-program lain yang dimiliki UNP. Semoga PMW ini tiap tahunnya tetap ada agar dapat mencetak wirausahawan yang berkompeten. Demikian pula dengan peminatnya yang semakin bertambah tiap tahunnya.
KONSUL TASI ONSULT
8 K ONSUL TASI A G AMA ONSULT AG
Jika Anda mengalami masalah agama, psikologi, atau kesehatan, silakan manfaatkan rubrik ini. Kirimkan surat tentang masalah Anda kepada pengasuh rubrik ini ke e-mail Ganto, redaksiganto@gmail.com atau Gedung PKM UNP Ruang G65 UNP. Setiap pertanyaan harap dilengkapi dengan identitas.
Diasuh oleh Dr. Ahmad Kosasih, M.A.
Pemimpin Perempuan Di dalam Islam pemimpin itu adalah seorang lakilaki. Namun, pada zaman sekarang banyak pemimpin itu yang perempuan. Misalnya, seorang perempuan menjadi kepala daerah, kepala desa, dan lain-lain. Apakah hal tersebut dibolehkan di dalam Islam? Jika boleh, sejauh manakah batasan perempuan tersebut dalam memimpin/kepemimpinan? Yusria Putra Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia TM 2011
Tidak ditemukan dalil nash (Al-Qur‘an atau Hadis) yang sharih (terang) menyatakan perempuan tidak dibolehkan menjadi pemimpin, baik di bidang pemerintahan maupun lembaga lainnya. Di samping itu, juga tidak ditemukan dalil yang tegas menyebutkan bahwa seorang pemimpin dalam Islam haruslah lakilaki. Dalam Islam, perempuan memiliki hak-hak yang sama dengan laki-laki, kecuali dalam hal-hal tertentu yang memang dibatasi oleh kodratnya, misalnya hamil dan melahirkan yang dikhususkan bagi perempuan. Syarat utama untuk seorang pemimpin adalah ilmu yang luas dan kekuatan/ketangguhan fisik (Q.S. 2:247). Selain itu juga harus disertai dengan sifat-sifat yang terangkum dalam singkatan STAF, yaitu Siddiq (benar), Tabligh (komunikatif), Amanah (dipercaya) dan Fathanah (cerdas). Jika persyaratan itu bisa terpenuhi pada diri seorang perempuan, maka tak ada halangan baginya untuk tampil menjadi pemimpin. Di dalam sejarah umat Islam, ada perempuan yang tampil menjadi pemimpin. Misalnya, Kesultanan Islam Aceh yang sebelum kemerdekaan pernah dipimpin oleh sultanah (sultan perempuan). Di zaman moderen, Republik Islam Pakistan pernah dipimpin oleh Ny. Benazir Butho. Indonesia yang penduduknya mayoritas Islam pernah dipimpin oleh presiden perempuan, Megawati Soekarno Putri. Dalam kasus-kasus semacam itu tidak ada ulama yang memprotesnya secara serius. Dalil yang biasa dikemukakan sebagian orang yang melarang perempuan menjadi pemimpin adalah sebuah hadis riwayat Bukhari, Nas‘I, dan Ahmad, yang berbunyi: Lan yuflaha qawmun wallau amrahum imra‘atan. Artinya, “Tidak akan beruntung satu kaum yang menyerahkan urusan mereka kepada perempuan.” Latar belakang hadis ini muncul ketika Nabi Muhammad saw. diberitakan bahwa bangsa Persia saat itu dipimpin oleh seorang Putri Kisra (raja). Namun, sebagian ulama berpendapat bahwa hadis tersebut khusus ditujukan pada masyarakat Persia ketika itu, bukan untuk semua masyarakat dan dalam segala urusan. Dengan kata lain, pemahaman terhadap hadis tersebut secara hukum tidak dapat digeneralisasi. Akan tetapi, pemimpin dalam rumah tangga memang harus diperankan oleh laki-laki, sesuai firman Allah, Ar-Rijaalu qawwaamuuna ‘alannisaa` (Q.S.4:34). Artinya, “Laki-laki (suami) adalah pemimpin bagi perempuan (isteri)”. Hal itu disebabkan karena laki-laki diberi kelebihan atas perempuan dan laki-laki (suami) diwajibkan memberi nafkah. Berdasarkan ini sudah seharusnya suami itu dijadikan imam (pemimpin) atau junjungan. Setinggi apapun pangkat dan jabatan seorang isteri di lingkungan pekerjaannya, di dalam rumah tangga dia harus menganggap dan memosisikan suaminya sebagai pemimpin yang dihargai dan ditaati. Allah berfirman, “Maka perempuan-perempuan yang shalih ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara dirinya di belakang suaminya karena Allah telah memelihara mereka.” (Q.S.4:34). Wallahu a’lam bishswab! (*)
Maret-April 2015 Edisi No. 185/Tahun XXV
K ONSUL TASI PSIK OL OGI ONSULT PSIKOL OLOGI
Sulit Mengatur Waktu dengan Pembimbing
Diasuh oleh Dr. Marjohan, M.Pd., Kons.
Pak, saya adalah mahasiswa tahun akhir yang akan menghadapi puncak dari penyelesaian studi di universitas ini. Saya punya dua permasalahan akademik yang ingin saya tanyakan. Pertama, saya takut mendapat pembimbing skripsi yang tidak sesuai dengan kemampuan yang saya miliki. Kedua, saya mengalami kesulitan dalam mengatur waktu untuk menemui dosen yang seringkali sibuk. Ini terkadang membuat saya jenuh dan putus asa. Jadi bagaimana saya harus mengatasi masalah tersebut, Pak? Ana Sakinah Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris TM 2011
Saudara Ana yang kami hormati Setelah membaca surat Anda, kami memahami bahwa Anda ingin menamatkan studi tepat pada waktunya tanpa ada gangguan. Masalahnya sekarang, Anda khawatir kalau-kalau pembimbing skripsi tidak sesuai dengan keinginan Anda. Untuk Anda ketahui, dosen yang jadi pembimbing skripsi adalah orang yang terpilih dan memenuhi persyaratan untuk membimbing. Mereka tidak ingin Anda gagal dalam perkuliahan. Mereka ingin Anda menjadi mahasiswa yang tekun, disiplin, dan mampu menulis skripsi sesuai dengan ketentuan yang berlaku di perguruan tinggi tempat Anda menimba ilmu. Oleh sebab itu, siapapun yang akan membimbing skripsi Anda, yang penting adalah bagaimana Anda mengatur waktu untuk belajar dengan baik, mencari dan mempelajari sumber-sumber yang relevan dengan topik penelitian Anda, serta menuangkannya dalam bentuk tulisan yang memenuhi persyaratan ilmiah. Jadi, Anda tidak perlu khawatir apakah dosen tersebut sesuai dengan kemamampuan Anda atau tidak. Memang setiap dosen punya
gaya dan cara yang berbeda-beda. Anda diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan gaya dan cara mereka tersebut. Insya Allah Anda dapat bekerja sama dengan mereka. Berkenaan dengan masalah Anda yang sukar mengatur waktu untuk menemui dosen yang sering sibuk, saran kami adalah umumnya dosen itu sibuk dengan tugas-tugas kuliah, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Oleh sebab itu, Anda boleh bertanya secara baik-baik kepada mereka kapan waktu yang tepat untuk menemui dosen tersebut, kemudian Anda menyesuaikan waktu Anda dengan waktu mereka. Apabila hal tersebut Anda lakukan, agaknya tidak ada yang perlu Anda khawatirkan dalam menemui dosen yang dimaksud. Semoga cepat menyelesaikan skripsi dan wisuda dengan prestasi yang gemilang. Amin. (*)
Sumber Foto: atsc.blogspot.com
K ONSUL TASI KESEHA TAN ONSULT KESEHAT
Berlama-lama di Depan Laptop
Diasuh oleh dr. Pudia M. Indika, M.Kes.
Saya adalah mahasiswa tingkat akhir yang sedang menyelesaikan tugas akhir. Sehari-hari saya selalu berada di depan layar laptop selama berjam-jam. Namun saat ini, kurang dari dua jam bagian leher sampai kepala saya sudah sakit sehingga tidak fokus mengerjakan tugas tersebut. Selain itu, duduk berlamalama di lantai saat membuat tugas itu membuat pinggang saya sakit dan perut terasa kram. Bagaimana solusi yang tepat untuk saya, Pak Dokter? Ziazharina Mahasiswa Sastra Inggris TM 2010
Assalammualaikum Wr.Wb Salam Sehat Zia Semoga tugas akhirnya saat ini sudah berjalan dengan lancar tanpa ada masalah. Dalam mengerjakan tugas/kerja, secara fisiologis, merupakan hasil kerja sama dalam koordinasi yang sebaik-baiknya dari saraf, pancaindera, otot, dan rangka. Peranan organ-organ lainnya seperti jantung, pernafasan, pencernaan juga sangat memengaruhi dalam mendukung dan menunjang kelancaran berlangsungnya aktivitas. Lelah (fatigue) menunjukkan keadaan tubuh fisik dan mental yang
menurun, yang berakibat pada penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja. Terdapat dua jenis kelelahan, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan otot ditandai antara lain oleh rasa gemetar (tremor) atau rasa nyeri yang terdapat pada otot. Kelelahan umum ditunjukkan oleh hilangnya kemauan untuk bekerja lebih ditujukan pada kondisi psikis. Biasanya masalah kelelahan umum terjadi karena monotonnya pekerjaan, intensitas serta lamanya kerja mental dan fisik yang tidak sejalan dengan kehendak Anda sendiri, keaadaan lingkungan yang berbeda dari yang diharapkan, misalnya bising; rasa cemas atas konsekuensi yang akan diterima dari pekerjaan, ataupun penyakit yang memungkinkan Anda terhambat mengerjakan pekerjaannya. Pekerjaan juga harus dilakukan dalam posisi tubuh yang nyaman dan aman, sehingga mengurangi cedera yang mungkin akan timbul. Pertanyaannya apakah Anda sudah melakukan penerapan posisi tubuh yang baik (ergonomis) dalam mengetik? Dari keluhan yang disampaikan, kemungkinan Anda salah dalam memosisikan diri, baik itu kepala, leher, bahu, lengan, punggung, maupun pinggang terhadap laptop. Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan atau dicobakan selama melakukan kegiatan Anda. 1. Sebaiknya saat mengetik, Anda tidak dalam keadaan tengkurap di atas kasur ataupun dilantai 2. Usahakan Anda memiliki meja yang telah didesain untuk laptop dan sesuaikan dengan posisi tubuh. Sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan
sangat dipengaruhi oleh bentuk, ukuran, susunan tubuh terhadap penempatan alat, dan cara mengoperasikan alat. Posisi duduk yang paling baik dari segi otot adalah sedikit membungkuk, sedangkan dari aspek tulang adalah duduk yang tegak, agar punggung tidak bungkuk dan otot perut tidak lemas. Sebagai jalan keluarnya dianjurkan menggunakan posisi duduk yang tegak diselingi istirahat dalam bentuk sedikit membungkuk 3. Gunakan kursi yang memiliki sandaran. 4. Apabila tidak memiliki meja dan kursi, dan Anda terpaksa harus mengetik di atas lantai, usahakan waktu istirahat Anda 15 menit setiap jamnya. 5. Atur jarak penglihatan terhadap layar monitor menyesuaikan dengan diameter monitor laptop yaitu 2 kali lebarnya dan arahnya 32-44 derajat ke bawah. Gunakan pelindung cahaya pada layar laptop yang dapat mengurangi rasa perih pada mata. 6. Kemampuan bekerja seseorang seharian 8-10 jam sehari yang diselingi waktu istirahat setengah jam setelah 4 jam berturut-turut bekerja. Manfaatkan waktu istirahat. 7. Kompres dengan air hangat bagian leher dan pinggang yang bertujuan merelaksasikan otot-otot yang lelah. 8. Lakukan olahraga secara teratur sehingga mencapai kebugaran. 9. Jaga kondisi psikis dalam kondisi stabil jangan labil. Beberapa saran di atas memungkinkan mengurangi rasa sakit yang dialami, sehingga fisik dan konsenterasi dalam melakukan pekerjaan terjaga. Selamat mencoba. (*)
Maret-April 2015 Edisi No. 185/Tahun XXV
9
SOSOK
Remaja Dharmasraya Multitalenta
Sefri Naldo
Sosok laki-laki kelahiran Dharmasraya, 29 Agustus 1993 ini, mengaku masa kecilnya dipenuhi dengan bully. Karena tergolong siswa yang rajin dan pintar ketika sekolah dasar, ia sering dipaksa untuk membuatkan pekerjaan rumah teman-temannya—bahkan pernah dipukul pada suatu waktu di sekolah. Ia tak dapat mengelak, juga tak berani melawan. Hingga akhirnya Sefri Naldo mengikuti kegiatan ekstrakuri-
kuler karate ketika masuk sekolah menengah pertama. Meski tak langsung disegani, namun perlahan-lahan Naldo mulai menampakkan taringnya. Menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri diakui Naldo bukanlah hal yang mudah. Ia mengikuti latihan karate bertahuntahun. Sejak dari bangku sekolah menengah pertama sampai ia melanjutkan pendidikannya di SMAN 1 Koto Baru, Dharmasraya. Ketika itu ia mengikuti Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) 2009 dan berhasil meraih medali. Kawan-kawan yang tadi usil padanya, kini mulai tak berani. “Dari sanalah mulai timbul kepercayaan diri, saya merasa memiliki satu potensi yang perlu dikembangkan,” tuturnya. Kelak, Naldo mengukir prestasi dengan karate yang digelutinya. Bahkan, Sefri Naldo tercatat sebagai mahasiswa Jurusan Administrasi Pendidikan TM 2012, Fakultas Ilmu Pendidikan UNP, adalah berkat sederet prestasi yang berhasil diraihnya. Kini ia tergabung dalam Majelis Sabuk Hitam Institut Karate-do Nasional (Inkanas) Sumatra Barat, setelah pada 2013 lalu ia mengikuti ujian sabuk hitam Dan 1 karate Inkanas di Bengkulu. Berbagai perlombaan dari berbagai kategori pun berhasil dimenangkan Naldo, di antaranya Juara II pada O2SN Dharmasraya cabang Karate di kelas Kumite perorangan -55 Kg Putra pada 2010, Juara I kelas Kata perorangan Junior Putra pada Kejurwil III Sumbar Piala Kapolres Solok Kota pada November 2010, Juara I kelas Kumite -55 Kg Senior Putra pada Kejurda Inkanas Sumbar ke-IV pada Maret 2013, dan lainnya. Jika ditotal, 10 kali juara dalam
perlombaan karate berhasil diraihnya dalam rentang 2009-2014. Juara debat bahasa Inggris Tidak hanya berbakat dalam seni bela diri karate, Naldo juga memiliki bakat debat berbahasa Inggris. Sejak sekolah menengah pertama, Naldo mulai tertarik mempelajari bahasa Inggris. Baginya, adalah unik ketika huruf yang tertulis dibaca dengan lafal yang berbeda. Di sekolah menengah atas, ia bergabung dengan English Club, wadah yang bertujuan untuk pengembangan kemampuan berbahasa Inggris siswa. Setelah beberapa kali pertemuan, ia dan beberapa orang temannya diutus untuk mengikuti sosialisasi lomba debat yang diadakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Dharmasraya. Kemudian, pada 2009, ia bersama teman-temannya diutus untuk mengikuti lomba debat yang untuk pertama kalinya diadakan di Dharmasraya. Tak berputus asa mendapat peringkat ke-empat dari sembilan sekolah, Naldo justru semakin terpacu. Akhirnya, beberapa perlombaan pun berhasil ia menangkan, seperti Juara II Lomba Debat Bahasa Inggris tingkat SMA seDharmasraya pada 2010, Juara I TDSC pertama Lomba Presentasi dalam Bahasa Inggris tingkat SMA se-Dharmasraya pada April 2010, dan Juara II TDSC kedua pada Januari 2011, serta Juara II Lomba Debat Bahasa Inggris tingkat SMA se-Dharmasraya pada tahun yang sama. Menurut Naldo, memiliki kemampuan berbahasa asing adalah modal untuk melihat dunia luar. Tidak hanya menambah relasi, tetapi juga membuka peluang untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri. Setiap lomba ia ikuti karena termotivasi
satu hal, hanya ingin menunjukkan potensi yang dimilikinya. Pantang baginya, jika apa yang ia lakukan memiliki nilai yang sama dengan apa yang orang lain lakukan. “Sebisa mungkin melakukan yang terbaik, harus mampu menjadi yang terbaik dari orang sekitar,” tegasnya. Mungkin karena moto itulah anak kelima dari enam bersaudara ini tidak hanya berprestasi dalam karate dan debat berbahasa Inggris saja. Naldo juga berhasil meraih Juara II Mahasiswa Berprestasi Tingkat Fakultas Ilmu Pendidikan UNP pada Maret 2014. Pelajari ilmu hipnosis Selain menekuni karate dan debat berbahasa Inggris, saat ini Naldo juga tengah mendalami ilmu hipnosis. Hobi baru itu berawal dari seorang teman yang membawakannya sebuah modul ilmu hipnosis. Setelah beberapa kali mencoba mempraktikkan, namun gagal, ia semakin penasaran. Naldo terus berlatih dan menambah referensi. Akhirnya pada 2013, hipnosis ini berhasil ia praktikkan. Kini, Naldo mulai diundang pada acara-acara tingkat universitas. Untuk menyalurkan hobinya itu, Naldo bersama beberapa orang temannya kemudian mendirikan sebuah komunitas yang bernama Commig. Komunitas ini beranggota lima orang mahasiswa, dari dalam dan luar UNP. Selain di kampus, Commig juga melancarkan aksinya di luar kampus, seperti di pusat perbelanjaan. Mempelajari ilmu hipnosis bagi anak bagi Naldo juga merupakan salah satu sarana pengembangan diri. Ia menjadi lebih percaya diri ketika tampil dan menjadi sorotan banyak orang. Novarina Tamril
RAGAM
Berani Bermimpi, Awal dari Kesuksesan Oleh Arif Munandar Mahasiswa Jurusan Teknik Pertambangan TM 2012
“Kesuksesan tidak ditentukan oleh cerdas dan hebatnya seseorang. Kesuksesan hadir untuk mereka yang memimpikannya dan berjuang mati-matian untuk mewujudkan mimpi tersebut.”
Ini adalah sebuah perjalanan panjang dan sarat makna dalam proses meraih mimpi. Berawal dari keinginan untuk berdiri di panggung nasional dan bertarung dengan orang-orang terbaik negeri ini. Dengan usaha yang tak kenal lelah, akhirnya kami mendapatkan kesempatan tersebut. Berhasil menjadi 15 finalis terbaik dalam kegiatan Pena Pemuda Indonesia (PPI) 2014, membawa saya dan Sandi Putra terbang menuju Yogyakarta untuk mempresentasikan karya tulis di hadapan juri pada tingkat nasional. PPI merupakan Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) Nasional yang diadakan di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Kampus Wates. Tema yang diangkat pada acara yang dilangsungkan 17-19 Oktober lalu ini, yaitu “Kontribusi Pemuda dalam Pengoptimalisasikan Pendidikan di Era Global Menuju Indonesia Emas 2045”. Perjalanan menuju Yogyakarta kami mulai malam hari. Perjalanan itu terasa panjang ketika kami harus transit di Bandara Soekarno-Hatta Jakarta dan bermalam di sana sebelum melanjutkan terbang ke Yogyakarta esok paginya. Setibanya di Yogyakarta, kami segera menuju Kampus Wates UNY untuk mempresentasikan karya
Foto Bersama: Tim LKTI dari UNP berfoto dengan pemuncak LKTI lainnya usai pengumuman juara pada PPI 2014, Sabtu (18/10/14). f/Doc.
tulis yang telah dipersiapkan sebelumnya. Membayangkan bertarung dengan orang-orang terbaik nasional, membuat kami mempersiapkan lomba ini sebaik mungkin. Persiapan materi dan alat bantu presentasi, persiapan public speaking, hingga mencari dana akomodasi secara mandiri kami lakukan dengan penuh semangat. Yang penting bisa memberitahu Indonesia bahwa UNP juga mampu bersaing di tingkat nasional. Hari pertama di Yogyakarta langsung diisi dengan kegiatan presentasi karya tulis di hadapan juri. Meski lelah menunggu dari pukul 09.00 WIB, akhirnya nama kami dipanggil untuk mempresentasikan karya tu-
lis pada pukul 15.00 WIB. Kami membuka presentasi dengan sebuah pantun Minang yang membuat juri tertawa. Entah mengerti atau tidak, yang jelas mereka tertawa saat mendengar pantun tersebut. Di tengah presentasi kami juga sempat bermain games sebagai simulasi dari produk yang kami buat dalam lomba ini. Malam setelah presentasi dilanjutkan dengan acara Culture Night. Para peserta diminta untuk menampilkan kebudayaan dari masing-masing daerah. Pada acara itu, kami menyanyikan lagu daerah Sumatra Barat, Ayam Den Lapeh dan Takicuah Di Nan tarang yang dikolaborasikan dengan seni beatbox. Ada rasa senang dan bangga yang
kami rasakan ketika seorang panitia PPI ikut bergabung menyanyikan lagu itu, padahal ia bukan orang Minangkabau. Sedangkan, tim dari provinsi lain juga menampilkan tarian dan kesenian daerahnya masing-masing. Kami senang menyaksikan budaya Indonesia yang beragam itu. Hari kedua di Yogyakarta kami lewati dengan mengikuti seminar nasional, yang kemudian dilanjutkan dengan pengumuman juara LKTI. Sangat gugup rasanya menunggu panitia membacakan pengumuman juara. Satu persatu peringkat dibacakan oleh panitia dan nama kami dipanggil sebagai pemenang harapan 1 dalam LKTI ini, sedangkan juara 1 diraih oleh Universitas Brawijaya Malang. Walaupun mimpi menjadi juara nasional belum bisa diraih, bersaing di kancah nasional seperti ini cukup memberi banyak pengalaman dan motivasi untuk lebih baik lagi. Kami juga bangga karena dengan hasil ini kami dapat membawa almamater kuning UNP berada di podium bersama juara lainnya di tingkat nasioanal. Hari terakhir di Yogyakarta kami lalui dengan fieldtrip ke tempat wisata di Yogyakarta. Kami menyempatkan diri ke Candi Prambanan dan Malioboro serta menyaksikan tari Bali Ramayana yang dipentaskan di sana sebagai pengalaman terakhir sebelum pulang ke daerah masing-masing. Walau belum berhasil menjadi yang terbaik, kami yakin kesempatan untuk menang selalu terbuka. Kami akan belajar dan berusaha lagi sehingga siap untuk menjadi juara di kesempatan lainnya. Kami percaya, rezeki dan kemenangan itu masih banyak yang menggantung di langit. Tugas kita adalah berusaha mendapatkannya. Kami juga yakin, kemenangan dimiliki oleh orang-orang yang tidak pernah berhenti berusaha. (*)
OPINI
10
Maret-April 2015 Edisi No. 185/Tahun XXV
Optimisme Menyambut Perubahan Status UNP Oleh Havid Ardi, S.Pd., M.Hum. Staf Ahli Pembantu Rektor IV UNP
Suatu prestasi yang layak dibanggakan bahwa pada tahun ini Universitas Negeri Padang (UNP) telah ditetapkan oleh Kementerian Keuangan bahwa UNP sebagai Instansi Pemerintah yang menerapkan Pengelolaan Keuangan (PK) Badan Layanan Umum (BLU) secara penuh. Perubahan status UNP ini berdasarkan keputusan Menteri Keuangan Nomor 335/KMK.05/2015 tertanggal 17 Februari 2015 tentang Penetapan UNP pada Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi sebagai instansi pemerintah yang menerapkan PK BLU. Secara umum, jenis instansi di lingkungan pemerintah Republik Indonesia dapat dibedakan menjadi Satuan Kerja (Satker), Badan Layanan Umum (BLU), Badan Hukum (nonprofit), dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN profit). Pembagian ini dilihat dari segi pengelolaan keuangan dan orientasi kerja instansi. Instansi yang berstatus Satker belum boleh mengelola keuangan secara madiri. Oleh karena itu, perubahan ini merupakan bentuk kepercayaan pemerintah bahwa UNP telah dianggap mampu untuk naik tingkat dari Satker menjadi BLU. Perubahan ini memberi keleluasaan kepada UNP untuk mengelola dana Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang diperolehnya secara mandiri. Artinya, UNP telah memasuki fase otonomi secara keuangan. Dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 23 Tahun 2005 tentang PK BLU Pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa BLU adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/ atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Kemudian, pada Pasal 1 ayat 2 PP 23 tahun 2005 ditegaskan bahwa pola PK-BLU adalah pola pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas
berupa keleluasaan untuk menerapkan menjadi suatu PTN BLU, pelayanan kepada praktik-praktik bisnis yang sehat untuk masyarakat berupa penyediaan barang meningkatkan pelayanan kepada masyadan/atau jasa dapat dijual kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahrakat tanpa mengutamakan keuntungan. teraan umum dan mencerdaskan kehidupMeski telah menjadi PTN PK-BLU, UNP tidak dapat semena-mena menaikkan SPP an bangsa, sebagaimana diatur dalam Peramahasiswa agar memperoleh keuntungan. turan Pemerintah. Perubahan dan penetapan SPP tidak dapat Saat ini, di Sumatera Barat terdapat beberapa instansi pemerintah yang telah berdilakukan sendiri oleh PTN, harus melalui status BLU, seperti RSUD M. persetujuan menteri. Artinya, Djamil, RS Stroke Bukitperubahan status ini tidak akan berpengaruh kepatinggi, Universitas Anda SPP mahasiswa. Ini dalas, dan yang terbaru bukanlah suatu presUNP dan IAIN Imam tasi atau kebanggaBonjol. UNP selama ini an jika PTN BLU haberstatus Satker yang nya memiliki sumsegala penerimaan keuber pendanaan dari angannya harus terlebih SPP mahasiswa. Sebalikdahulu disetor ke kas neganya, perguruan tinggi ra. Kemudian, mengajukan BLU harus kreatif mencari kembali pencairan dana baik sumber pendanaan yang rutin maupun penerimaan darelevan dengan core busina dari jasa lainnya harus diseness-nya. Inilah yang ditor semuanya ke negara. Kenilai sebagai BLU yang mudian, pengajuan pengefektif dan efisien. gunaan dana lainnya melaSeiring dengan perului lembaga keuangan Grafis: Hari Jimi Akbar bahan status, UNP dengan yang ditunjuk (KPPN). dimotori wakil rektor IV sePerguruan Tinggi Negeri bagai tangan kanan rektor harus yang telah ditetapkan dan diizinmencari sumber-sumber pendanaan “hakan secara penuh untuk menerapkan PKlal� bagi pengembangan kampus untuk keBLU, pengelolaan keuangannya dapat dilamaslahatan bersama. Tentunya, hal tersekukan lebih fleksibel dengan mengutamabut tidak dapat kita capai tanpa peran serta kan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas. kita secara aktif sebagai civitas akademika Fleksibel di sini diartikan bahwa instansi dalam proses transformasi UNP menjadi tersebut dapat mengelola sendiri penerimaBLU. Jika sebelumnya wakil rektor IV telah annya secara bertanggung jawab tanpa hamencoba melakukan pendataan kerja sama rus menyetorkan terlebih dahulu peneridan aset yang dapat mendatangkan income maan tersebut ke kas negara. Selain itu, generating, ke depan ini perlu ditingkatkan. penerimaan dana yang diperoleh melalui UNP juga harus mendata dan menciptakan berbagai usaha/produk/jasa harus dapat dikegiatan atau produk jasa relevan yang dimanfaatkan untuk pengembangan lembaperlukan oleh masyarakat dan stakeholder. ga, peningkatan mutu pelayanan, dan keseSemua unit dan lembaga di UNP harus jahteraan. Dengan perubahan status UNP
secara aktif mendata semua bentuk pelayanan yang relevan yang dapat menjadi sumber penerimaan. Misalnya, sertifikasi, pengujian labor, pelatihan dan pengembangan, serta jasa lainnya sesuai peran dari unit masing-masing. UNP juga dapat mengembangkan jasa penyewaan aset UNP, seperti gedung olahraga, kolam renang, fasilitas olahraga, auditorium, dan lain-lain. Kemudian, tidak boleh dilupakan, dosen maupun pegawai juga merupakan aset yang dimiliki oleh UNP. Keterpakaian aset tersebut oleh pihak ketiga atau di luar lingkungan kampus tentu tidak dapat dipisahkan dengan nama besar UNP. Artinya, pemakai semua aset UNP tersebut merupakan pengguna produk/jasa dari UNP. Tentunya, hal tersebut juga harus diiringi peningkatan standarisasi layanan dan transparansi dalam pelayanan. UNP dalam enam bulan ke depan sejak tanggal ditetapkan menjadi BLU harus mengusulkan tarif terhadap produk dan jasa yang dimiliki kepada Kemenkeu sesuai PP No. 23 Tahun 2005. Oleh karena itu, semua unit di UNP harus mengkaji besaran tarif yang sesuai untuk produk dan jasa yang dihasilkan dengan tidak melupakan prinsip pelayanan dan tidak mengutamakan mencari keuntungan. Penerimaan inilah yang nanti akan kembali kepada unit dan personal dalam bentuk remunerasi sesuai kinerja dan produktivitasnya. Hal inilah yang akan mendorong peningkatan kualitas layanan. Semakin baik pelayanan kepada civitas akademika dan stakeholder, semakin banyak jumlah penelitian, karya, dan lainlain, maka semakin baik kinerja pegawai dan dosen tersebut. Ketika kinerja semakin baik hal ini tentu akan diiringi dengan remunerasi yang semakin baik pula. Menyambut perubahan status UNP menjadi PK-BLU, kita tingkatkan pelayanan publik. (*)
Di Mana Mahasiswa? Oleh Muttaqin Kholis Sekjend Badan Eksekutif Mahasiswa UNP
Indonesia, negeri yang diciptakan penuh keindahan dan kekayaan, tidaklah berdiri dari kemurahan hati bangsa penjajah. Tidak pula dibangun oleh partai politik atau dinasti kerajaan. Namun, bangsa ini didirikan dengan cucuran keringat dan air mata rakyat Indonesia. Identitas bangsa bermula dari sebuah ikrar yang dalam catatan sejarah Indonesia, dikenal dengan sumpah pemuda. Ikrar tersebut adalah sebuah maklumat sikap anak-anak muda Indonesia dalam memancangkan pondasi tentang sebuah bangsa, tanah air, dan bahasa. Berbekal semangat dan tekad perjuangan, kemerdekaan dapat direbut dan dipertahankan dengan segenap derita dan kepayahan. Sejak era kemerdekaan, dari masa ke masa dalam perjalanan dinamika bangsa, kaum muda, khususnya yang berstatus sebagai mahasiswa tidak dapat dipandang sebelah mata. Mereka adalah stamina yang senantiasa menggelorakan gairah perubahan. Mahasiswa berulang kali telah membuktikan “keajaibannya�, mengingatkan Soekarno saat mulai lelah memperjuangan Indonesia, serta menumbangkan rezim Soeharto yang otoriter. Mahasiswa adalah tenaga sempurna yang selalu dibutuhkan untuk menerabas kebuntuan dan membasmi dekadensi.
Namun, sejak beberapa dekade belakangan, banyak kekecewaan yang dialamatkan kepada mahasiswa. Mahasiswa mulai menarik diri dari panggung aksi pengadilanan rakyat atau parlemen jalanan. Jeritan rakyat seperti bukan lagi menjadi tanggung jawab mahasiswa. Beban SKS sering dijadikan alasan dan mahalnya uang kuliah selalu menjadi kambing hitam. Belum lagi kesibukan-kesibukan lain yang sebenarnya tidak penting. Jas almamater hanya menjadi pajangan di sudut kamar atau digunakan saat shooting dan menari di acara hiburan televisi. Kemandulan pergerakan mahasiswa membuat rezim penguasa semakin mengganas menggadaikan hak-hak rakyat. Setiap saat ada saja kebijakan pemerintah yang tidak pro-rakyat, namun terlewatkan begitu saja. Sumber daya alam yang dikuasai asing, perekonomian yang dimonopoli, sektor-sektor pertanian dan perkebunan yang kian terpuruk, naiknya harga barang, konstelasi politik yang semakin membingungkan, seakan luput dari kaca mata mahasiswa. Tridharma Perguruan Tinggi yang mengamanatkan mahasiswa untuk berperan aktif dalam pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat seakan pincang. Pe-
ran mahasiswa sebagai moral force sering diabaikan. Bahkan mahasiswa disibukkan dengan debat-debat panjang yang tak berkesudahan dan tak bermanfaat apa-apa. Melihat kenyataan, rakyat pun semakin tersakiti, sehingga menaruh rasa tidak percaya kepada mahasiswa. Akumulasi kekecewaan ini kemudian melahirkan sentimentalisme bahwa mahasiswa masa kini hanya bisa bermanjamanja, tawuran, huru hara, dan hal semacamnya. Tercipta sinisme yang sangat tajam kepada mahasiswa. Anggapan bahwa ada jarak ideologis yang memisahkan cara pandang dan cakrawala berpikir antara rakyat dan mahasiswa dalam menanggapi masalah kekinian, semakin memperkeruh suasana. Alih-alih ingin memperjuangkan rakyat, banyak mahasiswa yang kemudian terjebak politik praktis. Tak jarang berbagai aksi yang dilakukan mahasiswa minus dukungan masyarakat karena tidak terjalin komunikasi yang sehat. Dengan kondisi demikian, muncul kegamangan dan keraguan untuk mempercayakan estafet kepemimpinan bangsa kepada mahasiswa. Kalangan tua yang saat ini memimpin masih sibuk berpidato dan bernostalgia tentang kegemilangan masa lalu yang bagi sebagian mahasiswa sangat
membosankan karena dianggap cerita basi dan terkesan menggurui. Kalangan tua tidak percaya kepada kaum muda, begitupun sebaliknya, kaum muda enggan belajar kepada pendahulunya. Ketidakharmonisan ini semakin memburamkan wajah masa depan bangsa Indonesia. Dalam sindrom kerentaannya, generasi tua mengisyaratkan bahwa bangsa ini harus dipimpin oleh sekelompok pahlawan yang berjiwa kesatria dan pemberani. Di masa bonus demografi ini Indonesia harus memiliki dan sangat membutuhkan kaum intelektual muda yang mengerti kebutuhan rakyat, bukan kaum terpelajar yang hanya bekerja di depan meja tanpa tahu apa yang sebenarnya rakyat inginkan. Mahasiswa mesti segera bangkit dan berbenah. Berdiri dan bersuara lantang sebagai perisai keadilan dan mampu menjadi pelopor, inisiator, dan inspirator pembangunan. Sepanjang mahasiswa masa kini memiliki kepekaan yang tinggi terhadap persoalan di sekitarnya, mampu mengorganisir kerja kolektif dan masif, menunjukkan karya yang berkontribusi besar dalam kehidupan, serta kreatif dan inovatif, maka mahasiswa akan mendapat tempat di hati rakyat dan era kepemimpinan muda yang energik pasti segera tercipta. (*)
Maret-April 2015 Edisi No. 185/Tahun XXV
OPINI
11
Menggagas UNP Menjadi Universitas Berkelas Oleh Azmi Fitrisia, Ph.D. Dosen Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial UNP
Sejak berdiri tahun 1954, usia Universitas Negeri Padang (UNP) telah mencapai 71 tahun. Di usia yang tidak muda lagi, sudah semestinya sudah mendapatkan kejayaan. Secara keseluruhan sumbangan UNP sebenarnya sudah cukup benar, ia sudah menyediakan tenaga guru dan cendekiawan di berbagai bidang. Namun, karena tuntutan zaman selalu meningkat, tampaknya UNP masih harus membenahi diri lebih serius mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi serta zaman yang selalu berubah. Penubuhan UNP bermula dari Perguruan Tinggi Pèndidikan Guru (PTPG) di Batu Sangkar, seterusnya menjadi bagian dari Fakultas Pendidikan Universitas Andalas. Pada 1957 PTPG berubah menjadi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) sampai tahun bertukar nama menjadi UNP pada 1997. Perubahan nama ini adalah sebagai upaya untuk memperkuat institusi dan membuat lompatan jauh ke masa depan. Untuk memperkuat gagasan di bidang penelitian dan ilmu murni, perekrutan dosen-dosen dari jalur nonpendidikan juga suatu pilihan yang telah dilakukan. Bersamaan dengan itu UNP pun membuka beberapa jurusan nonkependidikan. Hal itu turut mewarnai kemajuan dan perkembangan UNP. UNP adalah universitas pendidikan yang terus tumbuh menjadi beberapa fakultas dengan sejumlah program baru ditingkat kesarjanaan. Kampus keguruan itu telah pula membesarkan diri dengan pendirian pascasarjana. Sehingga saat ini UNP telah membina tujuh fakultas dengan 49 program studi. Untuk pascasarjana S-2 dibina sebanyak enam program studi dengan 12 konsentrasi, sedangkan pascasarjana S-3 memiliki program studi pendidikan. Berdasarkan data pada Maret 2011, UNP telah memiliki sebanyak 50 guru besar dan 81 orang yang bergelar doktor. Dilihat
dari peserta didiknya secara keseluruhan, kreditasi nasional maupun internasional. UNP memiliki sebanyak 33.832 mahaHal lain yang perlu ditingkatkan UNP siswa. Seiring dengan usianya, UNP telah adalah dari segi perekrutan calon-calon mamenghasilkan alumni yang tersebar di hasiswa yang berpotensi baik dalam bidang seluruh Indonesia terutama tenaga pendidik akademik maupun nonakademik. Baiknya untuk tingkat SD hingga SLTA. perekrutan akan memperlancar proses Sejalan dengan peranan UNP dalam belajar dan mutu tamatan UNP ke depan bidang pendidikan tersebut, UNP secara fisik yang diimbangi dengan dosen yang berterus berbenah. Sebenarnya sebagai unikualitas, baik mentalitas maupun kemamversitas yang ingin mendapatpuan, perpustakaan yang kan rangking di tingberkaliber, adminiskat nasional dan trasi jurusan, fakulAsia Tenggara tas, dan universisudah selayaktas yang profesionya UNP bernal serta ramah benah mengisecara akademis kuti kepentingserta fasilitas laan universitasbor yang memauniversitas dai. Ini adalah yang jauh lebih syarat penting maju. yang tidak bisa U n t u k ditawar-tawar mencapai hal untuk lompatan itu, UNP harus jauh ke depan itu. menyetingnya Biasanya kamGrafis: Hari Jimi Akbar dari segala aspek, sepus yang berkaliber internasional dilengkapi perti penempatan ruang dengan fasilitas perpustakaan yang lengkelas yang semestinya dibuat secara multikap dan mempunyai jam baca yang panfungsi. Umpamanya, ruang kelas yang jujang. Perpustakaan universitas perlu disemga berfungsi sebagai ruang seminar berkelas purnakan lagi., mulai dari perangkat lunak nasional dan internasional. Membangun ruseperti e-catalog, hingga jumlah koleksi dan mah universitas untuk tàmu yang bersesegi tata ruang dengan fasilitas fisik. Perpusminar, mengikuti konferensi, dan berbagai takaan modern harus ramah pengunjung. aktivitas lain yang diselenggarakan di Hal lain yang sangat penting adalah jumkampus UNP. lah koleksi buku harus sebanding dengan Kampus juga mesti menyiapkan wadah jumlah mahasiswa. Perpustakaan yang belajar kala istirahat di sepanjang koridorbaik mampu memberikan pinjaman buku koridor yang memungkinkan, tamansebanyak mungkin kepada para pelangtaman istirahat, dan tempat belajar yang gannya. nyaman. Sehingga mahasiswa secara efiTingkat suatu universitas biasanya sien dapat mempergunakan waktunya undiukur dari capaian akademik, seperti jumtuk belajar. Selain itu, Peningkatan jaringlah profesor dan doktor. Capaian akademik an Wi-Fi untuk koneksi internet sudah menini akan mampu meningkatkan rangking jadi keharusan agar mahasiwa mudah meuniversitas karena itu penyadaran akan nelusuri jurnal-jurnal baik yang tera-
pentingnya pencapaian itu mesti terus dilakukan. Penghargaan-penghargaan terhadap capaian akademik mesti ada secara formal dan nonformal. Sekadar perbandingan, di luar negeri seorang Profesor mempunyai hak yang luas di bidang ilmunya dan di jurusannya. Ia berhak menjadi referensi secara akdemik untuk menentukan kualitas dan berbagai kebijakan. Secara nasional sebenarnya telah cukup banyak perubahan yang signifikan yang kita lakukan. Untuk selanjutnya juga bisa dipedomani aturan Kepmenpan No. 17 Tahun 2013. Aturan ini tentu akan dijabarkan oleh UNP ke seluruh jurusan dan warga akademis. Ini adalah salah satu dasar berpijak strategi ke depan. Ada baiknya, langkah pertama yang mesti dicapai adalah meraih level nasional dengan memfokuskan melangkah ke level Asia tenggara dengan sejumlah rancangan perubahan. Kita bisa jadi mengadopsi pola REPLITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun) atau dapat juga dengan tahapan PETITA (Pembangunan Tiga Tahun). Persentase yang tinggi dalam pembangunan UNP adalah memperbaiki basis kemampuan bahasa internasional pegawai, sehingga standarisasi lainnya berkelas universitas internasional. Salah satu universitas di Thailand mempromosikan kampusnya di Asia dengan memberikan beasiswa S-2 dan S-3 bagi warganegara Asia di luar Thailand. Begitu juga Malaysia, sepuluh tahun yang lalu banyak memberikan kemudahan bagi pelajar dari berbagai negara di dunia dalam bentuk zamalah (beasiswa), riset asisten (kuliah bergaji dari supervisor), dan aneka kemudahan lainnya. Perjuangan UNP saat ini harus dipertegas lagi untuk mencapai cita-cita UNP menjadi universitas pendidikan terbaik di tingkat nasional dan Asia Tenggara. Saatnya kita memacu diri dan bergerak segera. Semoga berjaya! (*)
KOLOM
Ibu Generasi Dzil Arifah Hasni Mahasiswa Pendidikan Luar Biasa TM 2012
Sering kali kita mendengar surga itu di telapak kaki ibu atau di balik lelaki yang hebat ada perempuan yang luar biasa. Kata-kata tersebut cukup akrab di telinga, bahkan menjadi sebuah filosofi yang menggambarkan kemuliaan seorang ibu. Ketika seorang anak tumbuh menjadi anak yang baik dan berguna untuk orang lain, orang-orang akan menanyakan bagaimana orang tuanya mengajarinya sehingga menjadi anak yang baik. Jika kita kembali pada masa lalu, sosok yang akrab dipanggil ibu, sesungguhnya adalah orang yang pernah diabaikan keberadaannya. Ia juga sosok yang pernah dihina kehormatannya karena keberadaannya dianggap menyusahkan kaum lakilaki. Bahkan, pada masa lalu, perempuan hanya dijadikan budak untuk memuaskan kaum laki-laki. Perlakuan seperti itu akhirnya memunculkan pergerakan-pergerakan
kaum perempuan dalam rangka memperjuangkan haknya. Salah satunya pergerakan yang dilakukan R.A Kartini. Ia dikenal sebagai pahlawan yang memperjuangan “persamaan hak” kaum perempuan dalam tatanan kehidupan di Indonesia. Tentu saja bukan persamaan hak yang tanpa aturan dan norma, tetapi haknya sebagai rakyat Indonesia. R.A. Kartini dikenang melalui surat-suratnya yang mengandung berbagai gagasan revolusioner untuk memajukan bangsa Indonesia yang kala itu masih bodoh dan miskin. Ia memperjuangkan hak kaum perempuan melalui pendidikan. Citacitanya ingin mengangkat derajat kaum perempuan pribumi agar dapat setara dengan kaum laki-laki terutama dalam hal pendidikan. Namun, jauh sebelum R.A Kartini, kemuliaan seorang perempuan sebenarnya telah dijamin dalam Islam. Hal tersebut ditegaskan dalam QS. Al-Ahzab ayat 59 yang artinya, “Hai Nabi, katakanlah kepada isteriisterimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri orang mukmin: hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal karena itu mereka tidak diganggu.” Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa
seorang perempuan yang dimuliakan dan diistimewakan posisinya adalah perempuan mukmin yang menjaga kemuliaan dirinya sendiri sehingga kelembutannya adalah ketegasan, tangisnya adalah kekuatan, sabarnya adalah solusi, dan tulusnya sungguh tanpa pamrih. Terbukti dari perjuangan beliau dalam mendidik anak-anaknya sehingga menjadi seorang mukmin yang baik akhlaknya. Tidak pernah menyerah dan berputus asa dalam menjaga nama baik keluarga dengan bersikap sewajarnya seorang perempuan mulia. Pernah saya mendengar seseorang berkata, ketika seorang perempuan masih bisa memanggil ibu, hal tersebut belum menjadi masalah, tetapi ketika seorang perempuan telah dipanggil ibu, itu artinya seseorang tersebut telah memiliki peran dan tanggung jawab yang sangat besar dan terus menerus kepada keluarganya. Pernahkah terbayang bahwa seorang perempuan di dunia ini akan mendidik satu generasi dengan genggaman tangannya yang kecil? Satu generasi tersebut akan menjadi generasi yang baik dan berkualitas iman serta akhlaknya apabila mereka dididik oleh seorang ibu yang baik dalam segala hal serta penuh tanggung jawab. Oleh sebab itu, untuk melihat dan meng-
inginkan generasi yang baik maka seorang ibu terlebih dahulu menjadi ibu generasi yang baik pula. Seorang perempuan yang telah menikah dan sudah menjadi seorang ibu yang baik akan mendapatkan ladang pahala dari pekerjaannya yang mulia. Mendidik anak-anaknya dengan didikan yang baik, kemudian anak tersebut menjadi anak yang berguna dan berakhlak mulia maka seorang ibu telah melaksanakan tanggung jawab dan amanah dari Sang Pencipta dengan baik. Dalam mendidik generasi penerus bangsa, seorang ibu harus memiliki kreativitas dalam mendidik tanpa menghilangkan hakikat kebenaran didikan awal yang dilakukannya. Peran tersebut bertujuan untuk membangun peradaban dengan segala kebaikan yang ada di dalamnya. Maka dari itu, seorang yang telah dipanggil ibu dan akan menjadi ibu generasi selanjutnya, harus menyadari keistimewaan dan kemuliaan yang melekat dalam dirinya, serta menjaga kemuliaan tersebut. Juga bertanggung jawab kepada kemuliaan yang telah ada dalam dirinya. Bahkan apabila perempuan telah menjadi ibu generasi yang baik, bidadari surga akan cemburu dengan segala kemuliaan dan keistimewaan yang dimilikinya. (*)
12
SORO T SOROT
Maret-April 2015 Edisi No. 185/Tahun XXV
Baarak Kaliliang Kampuang Minangkabau merupakan salah satu etnis di Sumatra Barat yang memiliki kultur yang beragam. Kebiasaan yang dimilikinya mempunyai daya seni yang berharga bagi khasanah kebudayaan Indonesia. Salah satunya, yakni pada saat prosesi perkawinan. Mempelai pria dan wanita diarak keliling kampung. Arak-arakan ini meliputi seluruh sanak kerabat. Arakan dimulai dari rumah mempelai wanita menuju rumah mempelai laki-laki atau sebaliknya. Uniknya, di suatu daerah di Kota Padang, arak-arakan itu menggunakan bendi yang telah dihiasi dengan ornamen warna-warni khas Minangkabau, Anduring, Jumat (10/4).
Fot o & T eks F ot o: oto Teks Fot oto: Putri Rahmi Desain & T at a Let ak: Tat ata Letak: Hari Jimi Akbar dan Resti Febriani
Mengamen arian Tarian dengan T Tr adisional Tepat pukul 20.45 WIB, dengan bermodalkan sebuah pengeras suara sebagai alat bantu musik pengiring, ia dengan istri beserta anaknya mengamen di tengah keramaian. Laki-laki asli Surabaya menampilkan pertunjukan Kuda Lumping di sepanjang Pantai Purus dan Pantai Muaro Lasak Kota Padang, Sabtu malam (25/4).
TEROPONG
Maret-April 2015 Edisi No. 185/Tahun XXV
Per dana, Rekt or Lantik erdana, Rektor Pengurus UKM
Seusai P elantikan: Rektor UNP, Prof. Dr. Phil. Yanuar Kiram sedang diwawancarai seuasai Pelantikan: pelantikan pengurus UKM se-UNP, Kamis (2/4). f/Rahmi
Universitas Negeri Padang (UNP) adakan acara pelantikan bersama terhadap pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Kamis (2/4). Sebanyak 13 UKM dan Surat Kabar Kampus Ganto dilantik untuk pertama kalinya oleh Rektor UNP, Prof. Dr. Phil. Yanuar Kiram. Pelantikan ini diselenggarakan di GOR Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) UNP. Rektor mengatakan, acara pelantikan ini merupakan sebuah kepercayaan yang diberikan UNP kepada UKM. Kepercayaan itu untuk mewujudkan tridarma perguruan tinggi dan kemajuan UNP ke depannya. “Kepercayaan dan kehormatan ini harapannya dapat dipertanggungjawabkan, tidak hanya mengharapkan jabatan semata,” tegas Yanuar, Kamis (2/4). Selain prosesi pelantikan, rektor juga menyinggung soal visi dan misi UNP. Menurut Yanuar, UKM merupakan wadah untuk mencapai visi dan misi tersebut. Sehingga, UNP diharapkan dapat menjadi World Class University dengan menyediakan pendidik yang profesional melalui pendidikan yang berkualitas. Selain itu, UNP juga diharapkan dapat menjadi salah satu perguruan tinggi terkemuka di kawasan Asia Tenggara pada 2020 mendatang. Selain Surat Kabar Kampus Ganto, UKM yang dilantik, yaitu Unit Kegiatan
(UK) Resimen Mahasiswa, UK Pramuka, UK Mahasiswa Pencinta Alam dan Lingkungan Hidup, UK Pusat Pengembangan Ilmiah dan Penelitian Mahasiswa, UK Kesenian, UK Olahraga, UK Korps Suka Rela Palang Merah Indonesia, UK Wadah Pengkajian dan Pengembangan Sosial Politik, UK Komunikasi dan Penyiaran Kampus, UK Kerohanian, UK Koperasi Mahasiswa, UK Film dan Fotografi, dan UK Pasukan Pengibar Bendera. Kepala Biro Administrasi dan Kemahasiswaan, Azhari Suwir, S.E., mengungkapkan bahwa acara pelantikan ini akan tetap berlanjut untuk ke depannya. Azhari juga menjelaskan bahwa rektor telah menunjuk para Pembantu Dekan (PD) III untuk bisa berperan aktif dalam mengkoordinir setiap UKM. Tiap-tiap PD III akan mengkoordinir dua UKM. Sementara itu, untuk penempatannya, disesuaikan dengan bidang kehimpunan dan keahlian, latar belakang kegiatan, dan hobi PD III yang bersangkutan. “UK sukses, UNP juga akan ikut sukses,” ujar Azhari seusai pelantikan. Azhari pun berharap, setiap UK dapat bekerja dengan maksimal. UK juga diminta untuk meningkatkan jumlah anggotanya sebanyak mungkin, sehingga dapat membantu target UNP dalam meningkatkan peran aktif mahasiswa dalam berorganisasi. Rival
13
ASPI Ber ganti P enghuni Berganti Penghuni
Penghuni ASPI: Setelah lama tidak difungsikan, akhirnya ASPI kembali dihuni. Asrama yang biasanya ditempati mahasiswi UNP itu kini dihuni oleh mahasiswa Program PPG SM-3T UNP angkatan ke-III, Jumat (24/4). f/Rahmi
Asrama Putri (ASPI) Universitas Negeri Padang (UNP) akhirnya kembali dihuni setelah sebelumnya sempat dikosongkan karena renovasi pada Oktober 2013 lalu. Namun berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, sejak Maret 2015, asrama yang berada di kawasan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam itu dihuni oleh mahasiswa laki-laki Pendidikan Profesi Guru (PPG) Sarjana Mendidik di Daerah Terluar, Terdepan, dan Tertinggal (SM3T). Hal itu dipertanyakan oleh mahasiswa yang dulu pernah tinggal di ASPI, salah seorangnya Novita Sari. Novi mengaku baru tahu kalau ASPI kini telah dihuni oleh mahasiswa laki-laki PPG SM3T. Padahal menurut Novi, ia dan beberapa penghuni seangkatannya yang pernah menghuni ASPI sebelum direnovasi masih memiliki hak untuk kembali tinggal di sana. Mahasiswa reguler diberi jatah untuk tinggal di ASPI selama empat semester, sementara sebelumnya mereka baru tinggal di sana selama dua semester. “Saya berharap ada kejelasan,” ujarnya, Senin (27/4). Sebelumnya pada berita Ganto edisi 183 dengan judul “Aspi (Belum) Bisa Ditempati”, Pengelola ASPI UNP, Dra. Elizar Ramli, M.Pd., juga pernah mengatakan hal serupa. Elizar mengatakan bahwa mahasiswa yang pernah menempati ASPI
sebelum renovasi, masih mempunyai hak untuk kembali tinggal di sana selama dua semester karena batasan untuk tinggal di ASPI adalah empat semester. Mengenai kepindahan mahasiswa lakilaki PPG SM3T ke ASPI, Pembantu Rektor II, Dr. Alizamar, M.Pd. Kons., membenarkannya. Menurut Alizamar, mahasiswa PPG SM3T memang wajib diasramakan karena merupakan program nasional. Namun, selama ini asrama untuk mahasiswa tersebut belum ada, sehingga tahun lalu terpaksa ditempatkan di mes olahraga Kampus II UNP Lubuk Buaya. Tahun ini, mahasiswa laki-laki PPG SM3T dipindahkan ke ASPI, sedangkan penghuni ASPI sebelumnya telah diinstruksikan Alizamar untuk pindah ke Rusunawa UNP. “Kenapa (penghuni ASPI) tidak jadi pindah, saya tidak tahu juga karena tidak ada laporan ke saya. Harusnya dilaporkan ke PR III,” ujarnya, Senin (27/4). Saat ditanyakan mengenai kepastian nasib penghuni ASPI sebelumnya, PR III, Dr. Syahrial Bakhtiar, M.Pd., mengatakan bahwa pihaknya saat ini belum membicarakan hal tersebut. “Saat ini masih belum jelas. Nanti akan kami bicarakan. Kemungkinan akan dipindahkan ke asrama putri yang di belakang (Rusunawa UNP),” ujar Syahrial Kamis (30/4). Ermi
Week eek 2015 UNP Engineering W Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Padang (UNP) adakan UNP Engineering Week 2015, Rabu-Sabtu (15-18/4). Rangkaian acara itu, antara lain seminar nasional, lomba Innovation Championship, gala ginner di rumah dinas Gubernur Sumatra Barat, field trip ke Bukittinggi, dan Golden Night. Adapun acara inti dari berbagai rangkaian kegiatan tersebut, yakni lomba Innovation Championship. Innovation Championship merupakan tahap presentasi karya yang sebelumnya telah dipersiapkan oleh peserta lomba. Sebelum presentasi, perlombaan teknologi tepat guna ini dimulai dari registrasi, seleksi proposal, hingga tahap verifikasi. Dari 50 tim yang mendaftar dari berbagai universitas di Indonesia, 15 tim di antaranya dinyatakan lolos untuk lanjut ke tahap verifikasi. Pada tahap verifikasi, tim yang lolos mengirimkan format video karya. Hingga akhirnya, terpilihlah 8 tim finalis yang akan melanjutkan perjuangannya hingga ke tahap presentasi. Namun dari 8 tim yang lolos, selain UNP sebagai tuan rumah, hanya 5 tim yang datang. Tim ter-
sebut berasal dari Universitas Hasanuddin, Universitas Islam Indonesia (UII) Cendekia Jogja, UII Pangkalpinang, Universitas Semarang, dan Universitas Andalas. Selaku ketua pelaksana, Irfan Marino mengatakan bahwa lomba Innovation Championship baru pertama kali diadakan oleh BEM FT UNP. Menurutnya, perlombaan ini berbeda dengan perlombaan yang telah dilakukan oleh universitas lain. “Di universitas lain, lomba kebanyakan mempresentasikan paper, sedangkan lomba ini menggunakan prototype (karya jadi) dan moke up (gambaran awal),” ujarnya, Kamis (16/4). Irfan juga menjelaskan, latar belakang acara ini adalah untuk memberdayakan karya-karya mahasiswa teknik di Indonesia agar bisa menghadapi dunia industri ke depannya. Selain itu, capaian lainnya adalah agar dapat bersilaturahmi dengan universitas lain dalam bidang teknik, sekaligus untuk menyosialisasikan karya inovasi terbaru mahasiswa. “Selama ini, karya-karya yang dibuat oleh mahasiswa teknik hanya disosialisasikan pada saat tugas akhir saja,” ujarnya.
Simulasi Alat: Tim Log Horizon dari Universitas Andalas sedang memeragakan alat yang dilombakan pada acara Innovation Championship kepada dewan juri di Ruang Serba Guna FT UNP, Kamis (16/4). f/Rahmi
Ketua BEM FT UNP periode 2014-2015, Elgi Alam Pangestu, menambahkan, lomba Innovation Championship adalah salah satu dari visi dan misinya ketika kampanye pemilu tahun lalu. “Semoga mahasiswa teknik memiliki soft skill dan hard skill yang nantinya siap untuk menghadapi MEA 2015 dan juga dunia industri,” harapnya. UNP Engineering Week 2015 ditutup de-
ngan acara Golden Night dan pengumuman pemenang lomba. Juara pertama diraih oleh Tim SDC dari Universitas Negeri Semarang dengan nama alat Safety Drive Concept. Juara kedua diraih oleh Tim Green Emission dari Universitas Negeri Padang dengan alat Hybrid Hematik. Sedangkan, juara ketiga diraih oleh Tim Green Andalas dari Universitas Andalas dengan alat Roof Heat Energy Harvesting. Sonya
FEA TURE FEATURE
14
Maret-April 2015 Edisi No. 185/Tahun XXV
Berkomunitas Sembari Berkreativitas Saya punya tiga hal yang saya pegang erat-erat dan saya hargai, yaitu baik, hemat, dan rendah hati yang membuat saya tidak mendahulukan diri sendiri. Berbuat baiklah, maka anda akan berani, berlaku hemat dan anda akan bebas, lalu hindari merasa diri sendiri lebih penting, lebih hebat dan anda akan menjadi pemimpin. — Lao T Tzz u Oleh Hera Gusmayanti
Dengan selembar tiket Rp5000 saya masuk ke area Padang Fair pada suatu sore di pengujung April lalu. Padang Fair merupakan pameran nasional yang diadakan di Kota Padang pada tiap tahunnya. Ketika menginjakkan kaki di pintu masuk, mata langsung dimanjakan oleh warna-warni batu akik. Masuk lebih ke dalam lagi, stan baju, sepatu, tas, dan makanan berjejer dengan rapi. Para penjual pada setiap stan dengan penuh semangat menawarkan produknya kepada pembeli yang hilir-mudik. Tidak terkecuali para penjaga stan Komunitas Teknologi Pendidikan Kreatif. Para penjaga stan ini dengan ramah menyapa setiap pengunjung yang singgah ke tempatnya. Barang yang dijual di stan komunitas itu tidak terlalu banyak. Hanya ada tiga meja yang diisi dengan berbagai macam barang yang berjejer di bagian depan stan. Meja pertama berisi kaos-kaos bertuliskan berbagai macam kalimat dalam bahasa Minangkabau. Tidak hanya itu, meja tersebut juga dipenuhi oleh berbagai macam paper craft, mulai dari miniatur bus, kapal, tokoh
kartun, dan lain-lain. Kemudian pada meja kedua, puluhan DVD pembelajaran interaktif disusun rapi. Meja ketiga lebih menarik lagi. Di atas meja terdapat berbagai macam ekspresi wajah disertai kotak dan tulisan “Foto sepuasnya bayar sesukanya”. Salah seorang penjaga stan, Mona Agustin, mengatakan bahwa selain kaoskaos, semua produk yang dijual adalah hasil karya mereka. Selain itu mereka juga menyediakan jasa penyablonan baju. Dari Mona, saya mengetahui bahwa seluruh penjaga stan ini adalah mahasiswa Jurusan Teknologi Pendidikan (TP), Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang yang tergabung dalam sebuah komunitas. Mona sendiri adalah mahasiswa Jurusan Teknologi Pendidikan TM 2009 yang memelopori lahirnya komunitas ini. Bersama ketiga temannya, Mona menggabungkan beberapa komunitas, antara lain Komunitas Lingkar Grafis, Komunitas Fotografi, Komunitas Sablon, dan Komunitas Pojok Paper Craft. Awalnya, Mona merasa prihatin dengan ilmu-ilmu yang ia pelajari di jurusan TP yang menurutnya belum diaplikasikan sepenuhnya. Atas dasar itulah ia mengumpulkan temantemannya yang memiliki minat dan kreativitas di bidang-bidang tertentu untuk kemudian mereka beri nama Komunitas Teknologi Pendidikan Kreatif. Sejak didirikan pada Januari 2015 lalu, komunitas yang diketuai oleh Hendra ini kini sudah beranggota sekitar 100 orang. Meski sudah cukup besar, mereka tetap harus mandiri dari segi pendanaan. Sejauh ini, Mona memaparkan, sumber dana mereka berasal dari uang kas anggota, serta sumbangan dari dosen dan alumni Jurusan TP. Meskipun terkendala dana, namun
Paper Cr aft: Beraneka paper craft dipajang di stan Komunitas Teknologi Pendidikan Kreatif pada Craft: pameran Padang Fair 2015, Kamis (30/4). f/Kurniati
Mona dan kawan-kawan tidak pesimis. Mereka berencana mengikuti setiap event pameran yang ada setelah Padang Fair berakhir, bahkan di kota-kota luar Sumatra Barat, seperti Pekanbaru dan Jambi. Bagai merangkak sebelum berjalan, awal perjalanan komunitas ini tidaklah mudah. Mona sempat diejek dan ditertawakan oleh teman-teman satu jurusannya. Padahal, Mona rela menunda jadwal wisudanya hingga September mendatang untuk mengembangkan komunitas ini sebelum ia meninggalkan UNP. “Setidaknya ada yang bisa dikenang dari saya ketika saya datang ke jurusan sepuluh
tahun lagi,” terangnya. Bak gayung bersambut, pengunjung merespon positif kreativitas dari Komunitas Teknologi Pendidikan Kreatif ini. Pengunjung yang mampir di stan itu tidak datang dari kota Padang saja, tetapi juga luar kota, seperti Bandung, Aceh, dan kota lainnya. Salah seorang pengunjung, Ririn (39), mengakui bahwa stand milik komunitas ini sungguh menarik. Ia mengatakan bahwa ide dari komunitas ini cukup bermanfaat. “Saya suka dengan paper craft-nya, bisa dijadikan mainan anak-anak, “ ungkap ibu tiga anak ini. (*)
Bermelodi dalam Gelap Ia memang tidak bisa mengubah keadaan dirinya yang sekarang, namun ia mencoba menyesuaikan dirinya dengan setiap keadaan. Oleh Redda Wanti
Penonton riuh dan bersorak-sorai meneriakkan nama Hendra, saat personel Queenza Band itu muncul dari balik panggung. Suasana seketika senyap, penonton pun terdiam saat Hendra mulai menunjukkan kebolehannya. Jari-jari tangannya bergerak memainkan melodi pada tuts keyboard mengiringi pemain lainnya. Alunan nada yang dihasilkan dari papan tombol yang ditekan itu, berhasil memukau penonton. Riuh tepuk tangan menggema saat Hendra dan kawan-kawan mengakhiri penampilan dalam acara Malam Inaugurasi yang diadakan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Padang (UNP) pada malam di pengujung Maret lalu. Hendra Wijaya, demikian nama mahasiswa Jurusan Pendidikan Luar Biasa (PLB) FIP UNP TM 2013 yang memiliki gangguan penglihatan itu. Meski kondisi fisiknya tak sempurna, tak menghalanginya untuk mahir memainkan melodi-melodi keyboard. Kemampuannya bermain musik bermula ketika duduk di bangku Sekolah Luar Biasa (SLB). Awalnya, Hendra hanya berlatih keyboard dengan bantuan gurunya. Ia memanfaatkan waktu luang yang ada selama berada di sekolah. Dengan usaha yang keras, Hendra terus berlatih. Hingga akhirnya ia mampu memainkan keyboard secara mandiri. Meski demikian, Hendra tidak cepat puas dengan kemampuannya itu. Rasa ingin tahu yang tinggi terhadap musik membuat Hendra gigih
untuk berlatih alat musik lainnya. Jika diajak teman untuk berlatih di studio musik, Hendra pun memanfaatkan momen itu untuk belajar berbagai alat musik secara autodidak. Anak keempat dari lima bersaudara yang lahir di Kaliboni, Palembang, 10 April 1993 ini mengatakan bahwa memainkan berbagai jenis alat musik tidak sesulit yang dipikirkan. Dengan memanfaatkan kemampuannya mengenai nada-nada dasar dalam musik, ia pun berlatih memainkan gitar dan bas. Menurutnya, semua alat musik memiliki tingkat kesukaran yang sama. “Setelah belajar, ternyata nada-nada yang digunakan setiap alat musik sama, hanya perlu penyesuaian,” ungkapnya, Rabu (1/4). Selain kegigihan untuk terus berlatih, Hendra juga termotivasi oleh temannya yang mengalami hambatan yang sama saat di SLB dulu. Hendra mengatakan, jika orang lain bisa maka ia pun pasti bisa. Katakata itulah yang menjadi penyemangat bagi Hendra untuk terus berlatih. Ia yakin, di balik kekurangannya masih ada potensi yang bisa dikembangkan. Baginya, mampu bermain musik adalah kesenangan tersendiri. “Bermain musik bagi tunanetra adalah cara untuk mengembangkan pergaulan,” ujarnya. Sekarang, Hendra semakin berani menunjukkan bakatnya itu. Awalnya ia hanya menunjukkan kemampuan bermusik pada peringatan hari besar di SLB. Namun beberapa tahun belakangan ini,
Bermain Keyboard: Hendra Wijaya (tengah) sedang memainkan keyboard pada acara Pelepasan Wisudawan-Wisudawati ke-102 Jurusan PLB di Aula Jurusan PLB Fakultas Ilmu Pendidikan UNP, Sabtu (7/3). f/Doc.
Hendra mulai menampilkan kemampuannya pada event yang lebih besar. Ia pernah mengikuti ajang pencarian bakat yang diadakan organisasi kampus seperti UNP Got Talent dan UKKes Got Talent. Selain itu, ia juga pernah diundang mengisi acara Dendang Minang di salah satu stasiun televisi swasta di Kota Padang. Tidak hanya mahir bermusik Tidak hanya jago bermain musik, Hendra juga berprestasi di bidang akademik. Prestasi akademiknya di SLB telah mengantarkannya untuk bisa bersekolah di SMA reguler, sehingga dapat melanjutkan pendidikan tinggi melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Prestasi akademik juga membuat Hendra berhasil menginjakkan kakinya di kotakota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Medan, Makassar, dan Solo. Di kota tersebut Hendra mewakili SLB-nya untuk mengikuti olimpiade IPA, IPS, matematika, dan
lomba esai. Tidak tanggung-tanggung, medali emas dan perunggu pun mampu ia raih dalam perlombaan khusus disabel tersebut. Dengan segala kelebihannya itu, Hendra pun punya sebuah mimpi. Suatu saat, ia ingin menjadi guru, seorang pahlawan yang tanpa tanda jasa. Untuk mewujudkan impian itu, Hendra akan belajar dan terus belajar. Tidak ada yang tidak mungkin untuk dilakukan selama dijalani dengan penuh kesungguhan. Kita memang tidak bisa mengubah arah angin, namun kita bisa mengubah arah layar. Kata-kata itulah yang menjadi pegangan Hendra dalam menjalani kehidupan. Ia selalu yakin, keadaannya sekarang tidak akan menjadi penghalang kesuksesannya dalam menggapai apapun. Keadaan fisiknya memang tak dapat diubah, tetapi ia dapat beradaptasi. “Penyesuaian dirilah yang diperlukan,” ujarnya. (*)
TELUSUR
Maret-April 2015 Edisi No. 185/Tahun XXV
15
Tiga Nasi Sarat Makna Meski adat dan tradisi di setiap tempat berbeda-beda, namun ketulusan dalam mewariskannya menjadikan tradisi itu sebuah cerita yang penuh makna.
Oleh Ratmiati Minangkabau merupakan entitas kultural dan geografis yang mayoritas masyarakatnya terletak di bagian barat Pulau Sumatra. Masyarakatnya masih memegang teguh budaya dan tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang terdahulu. Di Nagari Parambahan, Kecamatan Bukit Sundi, Kabupaten Solok—salah satu tempat bermukimnya masyarakat Minangkabau— terdapat satu tradisi yang masih diwariskan sampai saat ini. Tradisi itu, keberadaan tiga macam nasi yang hampir selalu hadir dalam acara-acara adat di daerah tersebut. Tiap-tiap nasi memiliki ciri khas, tingkat kebutuhan, dan cita rasa yang berbeda. Ketiga nasi tersebut dikenal dengan nama si lamak, si kunik, dan si manih. Si lamak atau nasi lamak adalah nasi yang dibuat dari beras ketan yang dimasak dengan tambahan santan. Nasi tersebut rasanya enak, berbeda dengan nasi biasa. Oleh sebab rasanya itulah, nasi tersebut dinamakan nasi lamak. Darmian (70), warga Nagari Parambahan, mengatakan bahwa dibandingkan dengan dua nasi lainnya, si lamak memiliki kedudukan yang paling tinggi. Hal ini disebabkan kebutuhan akan si lamak lebih banyak dibandingkan nasi lainnya. Nasi ini biasanya dibuat untuk kebutuhan syukuran menjelang bulan Ramadan, setelah
Nasi Lamak: Beberapa orang ibu di Minangkabau tengah membuat nasi lamak. Nasi lamak merupakan salah satu makanan tradisional yang hampir selalu hadir pada setiap acara adat. Sumber: http://2.bp.blogspot.com/
lebaran, bulan maulud (maulid nabi); upacara turun mandi bagi bayi yang baru lahir, upacara kematian, dan acara pernikahan. Darmian menjelaskan, keberadaan nasi lamak merupakan hal yang wajib dalam acara pernikahan. Si lamak selalu hadir dalam acara itu. Ia masih ingat dengan ucapan neneknya dulu ketika masih hidup.”Jika tidak ada si lamak, tandanya tidak sedang mengadakan baralek,” kenang Darmian awal April lalu. Selain nasi lamak, pada acara pernikahan juga disediakan nasi kunik. Nasi
kunik sering juga disebut dengan si kunik karena dalam proses memasaknya beras dicampurkan dengan air kunik (kunyit). Kehadiran si kunik dianggap sebagai pewarna dalam acara pernikahan. Tidak hanya saat acara pernikahan, si kunik juga dibuat pada upacara turun mandi bayi yang baru lahir. Menurut Suwarni (59)—kawan Darmian yang ikut mendampingi saat wawancara—sebagian masyarakat meyakini jika ingin anak yang baru lahir berkulit kuning dan bersih, harus disediakan nasi kunyit ketika upacara turun mandi. Warna nasi kunik yang kuning dan
bersih akan berpindah ke kulit anak yang baru lahir tersebut, sehingga kulitnya juga akan bewarna kuning bersih. “Entah bagaimana sebab terjadinya, namun begitulah kata orang tua-tua dahulu,” jelasnya. Terakhir, ada si manih atau nasi manis. Sama seperti namanya, nasi ini terasa manis karena terbuat dari beras ketan merah yang dicampur dengan ragi dan didiamkan selama dua hari. Si manih hanya dimasak oleh masyarakat dalam acara pernikahan dan dianggap sebagai pemanis suasana pernikahan. Bila tamu yang datang memakan nasi ini, tamu tersebut akan memiliki suasana hati yang baik, sehingga suasana pernikahan mejadi meriah. “Keberadaan si manih dianggap menjadi pemanis suasana selama pernikahan,” terang Damian. Keberadaan, fungsi, dan tingkatan ketiga nasi ini bisa saja berbeda di setiap tempat di Minangkabau. Setiap nagari bisa saja memiliki nama makanan yang berbedabeda, termasuk dengan ketiga nasi tersebut. Sesuai dengan pepatah Minang, “Adaik salingka nagari, pusako salingka korong, adaik nan indak lapuak dek hujan, nan indak lakang dek paneh”. Adat selingkar nagari, pusaka selingkar korong, adat yang tidak lapuk oleh hujan, yang tidak lekang oleh panas. Meskipun berbeda di setiap tempat, Darmian percaya adat dan tradisi yang diwariskan secara turun-temurun ini tidak akan pernah punah selama masyarakat masih mewariskannya kepada generasigenerasi selanjutnya. “Semoga masyarakat tetap melestarikan tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang dahulu, sehingga tidak punah begitu saja,” tutupnya. (*)
Saksi Sejarah yang Terlupakan Tanah Minang pernah tte e rrgunjang gunjang di senja gulita, oleh bencana yang tak terduga Kuingat jerit dan tangis membelah sudut sudut kota dalam kelam dan duka di bumi ini ribuan anak negeri tiba-tiba pergi ke Hadirat Ilahi... -Susil o Bambang YYudho udho -Susilo udhoyy onoOleh Hera Gusmayanti
Kota Padang sempat diguncang gempa berkekuatan 7,9 SR pada 2009 lalu. Keingintahuan akan bencana besar itu membawa saya mengunjungi Museum Gempa dan Bencana Kota Padang di Jalan Diponegoro No. 4, Padang. Kunjungan saya di tengah hari pada awal April itu disambut oleh Nia Nilam Cahaya, sang pemandu museum. Dengan ramah, Nia menunjukkan jalan ke museum yang terletak di lantai dua Gedung Yayasan Genta dan Budaya Sumatra Barat. Sejak didirikan 2010 lalu, atas prakarsa mantan Walikota Padang, Dr. H. Fauzi Bahar, M.Si., status museum ini memang menumpang di situ. Museum gempa tersebut tidak terlalu besar. Lantainya dilapisi karpet merah dengan lampu yang temaram. Semua isi museum ditata rapi. Kondisinya juga bersih dan terawat, meskipun dari luar Gedung Yayasan Genta dan Budaya itu terlihat seperti tak berpenghuni. Pada dinding di depan pintu masuk museum, tampak sebuah spanduk besar berisi foto. Foto 89 korban gempa yang meninggal dunia dari total 1.117 korban yang terdata. Di tengah-tengah deretan foto tersebut, tertulis kata-kata “Dalam Kenangan Abadi”. Selain foto korban gempa, dipajang juga foto robohnya Hotel Ambacang, hancurnya perumahan warga, dan foto-foto lainnya. Tak hanya foto kerusakan saat gempa, foto
selter untuk berlindung saat gempa turut dipajang. Selain foto-foto, dipajang pula tiga cerita perjuangan korban gempa yang selamat dari maut. Salah satunya, cerita tentang Ramlan, seorang pemuda yang saat itu berusia 18 tahun yang rela menggergaji kakinya sendiri demi membebaskan diri dari jepitan reruntuhan. Setelah hampir satu jam berada di museum, tak ada satu pun pengunjung yang datang. Penasaran, saya melihat buku tamu. Dari buku tamu terlihat jumlah pengunjung yang memang tidak menentu. Pada Maret, pengunjung mencapai 403 orang. Menurut Nia, itu karena ada rombongan dari daerah lain. Sementara, pada Februari, pengunjung hanya berjumlah 50 orang. Jumlah pengunjung Januari bahkan lebih sedikit lagi, hanya 23 orang. Jika dirata-ratakan, hanya sekitar satu atau dua orang pengunjung dalam sehari. “Kadang bahkan tidak ada yang berkunjung sehari itu,” ucap Nia. Keadaan ini berbanding terbalik dengan Museum Tsunami Aceh. Jika dibandingkan dengan museum di Negeri Serambi Mekah itu, angka pengunjung Museum Gempa dan Bencana Kota Padang masih jauh tertinggal. Pada 2012, kompas.com memberitakan bahwa Museum Tsunami Aceh sudah dikunjungi lebih dari 36.000 orang sejak dibuka untuk umum pada 8 Mei 2011. Pa-
Kumpulan Foto: Kumpulan foto 25 negara yang turut membantu Kota Padang saat gempa 2009 merupakan salah satu koleksi Museum Gempa dan Bencana Kota Padang, Rabu (1/4). f/Rahmi
dahal, museum gempa di Padang setahun lebih dulu didirikan. Keadaan ini diiyakan oleh Muslim, pengelola museum. Jika dibandingkan dengan Museum Tsunami Aceh, museum gempa yang dikelolanya memang jauh tertinggal. Menurutnya, museum di Aceh lebih diperhatikan oleh pemerintah daerahnya dan memang benar-benar dijadikan komoditi pariwisata. Muslim sendiri juga mengakui, koleksi museum yang dikelolanya itu memang masih kurang. “Koleksi museum masih berupa foto dan mobil pick up yang ringsek tertimpa gedung Balai Kota,” ujar nya. Lalu, perihal status gedung, Kepala Seksi Pelestarian Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Padang, Hidayat Yusuf, mengatakan, Pemerintah Kota (Pemko) sudah
punya rencana memberikan gedung sendiri untuk museum gempa itu. Pemko berencana memindahkannya ke gedung Balai Kota lama. Namun, kapan dipindahkan, masih menjadi tanda tanya. “Belum tahu kapan pastinya, namun tetap akan dipindahkan,” tutur pria 51 tahun itu. Terlepas dari keterbatasannya, museum gempa adalah pengingat, betapa dulu Kota Padang pernah diguncang gempa dahsyat. Selama tiga hari Padang seperti kota mati. Hal itu tergambar pada foto-foto yang dipajang di museum. Tak hanya dengan foto, duka Kota Padang kala itu juga tergambar dalam sebuah puisi yang turut dipajang dalam museum ini. Puisi karangan mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono, “Dalam Duka Kami Bangkit”. (*)
TEROPONG
16
Kolam Renang FIK Belum Dibuka untuk Umum
Kolam Renang: Kolam renang FIK sejauh ini hanya digunakan untuk mata kuliah renang karena sistem pengelolaannya masih dirumuskan pihak rektorat, Selasa (28/4). f/Rahmi
Kolam Renang Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Padang (UNP) telah diresmikan oleh Menteri Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi, Prof. H. Mohamad Nasir, Ph.D., Ak., pada Jumat (6/3) lalu. Namun, sampai saat sekarang sistem pengelolaan kolam renang berstandar olympic ini belum jelas. “Sekarang kita sedang menunggu SK dari rektor,” kata Kepala Subbagian Perlengkapan FIK, Elvi Engky, S.T., M.Pd., saat ditemui di ruangannya, Rabu (25/3). Saat ini kolam renang belum dapat digunakan untuk kalangan umum karena sistem pengelolaan dan besarnya tarif masih dirumuskan oleh pihak rektorat. Kolam renang baru bisa digunakan untuk kegiatan akademik, seperti keperluan mata kuliah renang yang diambil oleh mahasiswa FIK. Namun menurut Engky, kolam renang tersebut memang akan dibuka untuk umum. Tujuannya untuk membantu biaya operasionalnya yang besar. “Kalau tidak, dana pemeliharaan universitas tidak mungkin sanggup (untuk menanggungnya),” kata Engky. Pembantu Rektor IV UNP, Dr. Ardipal, M.Pd., sebagai pengelola aset universitas membenarkan bahwa pihaknya memang tengah merumuskan sistem pengelolaan kolam renang tersebut. Dengan resminya UNP menjadi Badan Layanan Umum (BLU), sistem pengelolaan aset juga harus berdasar-
kan aturan BLU, termasuk pengelolaan kolam renang. Saat ini UNP sedang mempelajari sistem pengelolaan aset-aset universitas di perguruan tinggi lain yang sudah menjadi BLU. Rumusan sistem pengelolaan kolam renang itu diperkirakan akan selesai Juni mendatang. Harapan besar pun digantungkan UNP pada kolam renang tersebut. Menurut Ardipal, kolam renang itu merupakan aset yang bagus. Jika dikelola dengan baik, kolam renang akan menghasilkan pendapatan besar yang dapat membantu pembiayaan UNP. Selain itu, kolam renang tersebut nantinya juga akan membuka banyak lapangan kerja. “Mahasiswa kita yang gak ada kerja, namun ahli, bisa kerja di sana,” kata Ardipal, Kamis (9/4). Kolam Renang FIK dibangun sejak 2008 dengan menggunakan dana Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri. Sekitar Rp29 milyar telah dihabiskan untuk pembangunan kolam renang indoor itu. Di dalam gedung terdapat dua kolam renang, untuk dewasa dan anak-anak. Kolam renang dewasa berukuran 50,15 m x 25,8 m dan dilengkapi 10 lintasan renang. Sedangkan, kolam renang anak-anak berukuran sekitar seperempat kolam renang dewasa. Di sebelah kiri dan kanan kolam renang terdapat 2 tribun dengan kapasitas 500 orang secara keseluruhan. Sastra, Neki
Maret-April 2015 Edisi No. 185/Tahun XXV
Jurusan Fisika Dirikan Pr odi Geofisika Prodi Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Negeri Padang (UNP) saat ini tengah mempersiapkan pendirian Program Studi (prodi) S-1 Geofisika (Ilmu Bumi). Pendirian prodi ini sudah mendapat rekomendasi dari Senat Perguruan Tinggi dan izin dari Rektor UNP pada 9 Maret 2015. Dalam pendirian Prodi Geofisika, Jurusan Fisika tidak bekerja sendirian. Jurusan Fisika bekerja sama dengan Prodi Geografi (NK) dan Jurusan Teknik Pertambangan. Kerja sama ini terjalin karena kedua pihak tersebut mengkaji tentang Ilmu Bumi. Prodi Geofisika itu sebenarnya bermula dari Kelompok Bidang Kajian (KBK) mengenai Fisika Bumi yang dikembangkan Jurusan Fisika UNP sejak 1997. Pada 2008, KBK Fisika Bumi berubah menjadi KBK Geofisika. KBK Geofisika itulah yang kemudian dikembangkan menjadi S-1 Geofisika. Ketua Pendiri Prodi Geofisika
UNP, Drs. Ahmad Fauzi M.Si., mengatakan, pada 2013 lalu di Jakarta, Jurusan Fisika UNP sudah mendapatkan dukungan di tingkat nasional dan rekomendasi dari Himpunan Ahli Geofisika Indonesia untuk pendirian prodi baru itu. Ahmad juga menambahkan, Prodi Geofisika diproyeksikan akan menciptakan tenaga yang cakap dan terampil karena Sumatra Barat kaya akan sumber daya alam dan rawan terhadap bencana. Selain itu, Ahmad berharap Prodi Geofisika segera disetujui oleh Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), sehingga dapat segera menerima mahasiswa baru. “Diperkirakan prodi ini menjadi prodi favorit untuk lulusan Sekolah Menengah Atas,” ujarnya, Senin (6/4). Di tingkat UNP, pendirian Prodi Geofisika sudah mendapat dukungan dari dosen Teknik Pertambangan dan Geografi melalui silaturahmi pada 28 Mei 2013 di Kantor Jurusan Teknik Pertam-
bangan. Dalam pertemuan itu, dibahas mengenai tenaga dosen, alat-alat yang akan digunakan untuk mendukung perkuliahan, serta sarana dan prasarana. Sedangkan, di Jurusan Fisika sendiri, pendirian prodi ini sudah mendapat dukungan pada pertemuan dewan dosen pada 14 Februari 2015 lalu. Dekan FMIPA, Prof. Dr. Lufri, M.Si. sangat mendukung pendirian prodi baru itu karena beberapa faktor, yaitu terkait dengan sumber daya alam yang akan diciptakan, alat dan bahan yang bisa digunakan di UNP, dan lapangan yang membutuhkan. “Saya sangat mendukung positif mengenai hal ini,” ungkapnya, Kamis (9/4). Selain Prodi S-1 Geofisika, saat ini Jurusan Fisika juga tengah mempersiapkan Prodi S-2 Fisika Non Kependidikan (NK) dan Prodi S-3 Pendidikan Fisika di FMIPA dan Pascasarjana UNP. Saat ini ketiga prodi tersebut masih dalam tahap pengajuan proposal ke Menristekdikti. Windy
Jadi BLU, UNP Persiapkan Diri Setelah resmi menjadi Badan Layanan Umum (BLU), Universitas Negeri Padang (UNP) mulai melakukan berbagai persiapan. Persiapan itu, di antaranya penetapan tarif untuk semua aset yang ada di UNP, pembentukan tim pengelola BLU, remunerasi, dan Standar Operasional Prosedur (SOP). Kepala Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan, Azhari Suwir, S.E., mengatakan bahwa pelaksanaan BLU akan dilakukan setelah enam bulan pascakeluarnya surat keputusan Menteri Keuangan tentang penetapan UNP menjadi BLU. Dalam rentang waktu tersebut, UNP pun akan melakukan persiapan. “Diperkirakan BLU akan dilaksanakan pada Agustus mendatang,” kata Azhari, Rabu (8/4). Perihal persiapan tersebut, sebanyak 20 orang yang terdiri atas pimpinan universitas, pimpinan fakultas, dan orang-orang yang terkait di bidang keuangan dan akuntansi UNP, melakukan studi banding ke beberapa universitas yang ada di Semarang, Solo, dan Yogyakarta pada Selasa-Jumat (14-17/4) lalu. Orang-orang ter-
sebut dibagi menjadi lima tim, yaitu tim rencana bisnis anggaran, tim tarif, tim remunerasi, tim kelola, dan tim SOP. “Sejauh ini persiapan UNP sudah 60%, baik dari segi sumber daya manusia, prosedur, penyusunan anggaran, maupun penataan aset,” jelas Azhari, Rabu (22/4). UNP resmi berubah status dari satuan kerja (satker) menjadi BLU dengan keluarnya Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 335/KMK.05/ 2015 tanggal 17 Februari 2015. Sosialisasi terkait perubahan status tersebut telah dilakukan pada Senin (6/4) lalu kepada seluruh jajaran pimpinan selingkungan UNP. Pembantu Rektor II, Dr. Alizamar, M.Pd., Kons., mengatakan bahwa setelah menjadi BLU banyak keuntungan bisa diperoleh UNP. Dengan menjadi BLU, dana Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) UNP menjadi lebih fleksibel. Misalnya, kalau selama ini SPP yang telah dibayarkan oleh mahasiswa masuk ke rekening rektor, lalu diteruskan ke kas negara, kini langsung masuk ke rekening bank
mitra UNP. “Sebelumnya, jika universitas memerlukan uang harus melalui KPN (Kantor Perbendaharaan Negara) terlebih dahulu, setelah menjadi BLU, SPP yang dibayarkan oleh mahasiswa dapat langsung digunakan oleh UNP,” terang Alizamar, Senin (27/4). Fleksibelnya penggunaan dana membuat program kerja yang direncanakan UNP akan terlaksana dengan cepat karena tidak perlu menunggu persetujuan proposal dari pemerintah pusat. Namun, Alizamar mengingatkan, meski dapat lebih leluasa mengelola dana, tidak berarti UNP dapat menggunakannya secara sembarangan. Kinerja semua pihak akan diawasi dengan teliti, sehingga tidak ada peluang untuk berbuat kecurangan. Setelah menjadi BLU, UNP nantinya akan diaudit oleh Akuntan Publik, Inspektorat, dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), berbeda dengan saat menjadi satker yang hanya diaudit oleh Inspektorat dan BPK saja. “Hal ini justru membuat kinerja semua pihak lebih meningkat dan lebih bersih,” jelas Alizamar. Neki
as Kampus enggunaan F asilit asilitas Penggunaan Fasilit Penertiban Jam P Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Universitas Negeri Padang (UNP) lakukan penertiban jam penggunaan fasilitas kampus. Penertiban itu tertuang dalam surat edaran Dekan FBS no. 100/ UN35.1.5/KM/2014 yang ditandatangani oleh Prof. Dr. M. Zaim, M.Hum.. Pembantu Dekan (PD) III FBS, Drs. Esy Maestro, M.Sn., menjelaskan bahwa peraturan tersebut bertujuan untuk menjaga keamanan kampus karena menyangkut masalah penggunaan fasilitas kampus oleh sivitas akademika FBS UNP. “Pada dasarnya, penertiban ini memberikan ramburambu untuk kita semua,” tutur
Esy, Kamis (16/4). Sebenarnya, aturan itu telah ditetapkan sejak Februari 2014 lalu. Namun, baru efektif dijalankan pada awal tahun ini. Petugas keamanan FBS pun mulai memperingatkan mahasiswa yang masih berada di lingkungan kampus pada pukul 21.00 WIB untuk segera pulang. Rahmat, salah seorang petugas keamanan, mengatakan bahwa semenjak dikeluarkan surat edaran itu pihaknya telah berusaha menertibkan dan menjaga keamanan di FBS terutama pada malam hari. “Semoga tujuan dari penertiban ini dapat tercapai,” harap Rahmat, Kamis (8/4).
Adapun isi surat edaran tersebut, yaitu (1) pemanfaatan fasilitas kantor di fakultas dan jurusan hanya dibuka setiap hari kerja (Senin s.d. Jumat), sedangkan pelayanan jam kantor pada pukul 07.30 s.d. 16.00 WIB; (2) kegiatan perkuliahan dimulai pukul 07.00 s.d. 18.00 WIB, (3) kegiatan organisasi kemahasiswaan di Kantor Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (BEMF), Badan Permusyawaratan Mahasiswa Fakultas (BPMF), dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) dimulai pukul 07.00 s.d. 18.00 WIB, (4) kegiatan kemahasiswaan setelah pukul 18.00 WIB harus mendapatkan izin tertulis dari
pimpinan fakultas, (5) pintu pagar utama fakultas ditutup pukul 21.00 WIB, dan (6) mahasiswa atau alumni tidak diperbolehkan menginap di kantor BEMF, BPMF, dan HMJ. Adanya aturan yang membatasi jam penggunaan fasilitas kampus itu disambut berbagai komentar oleh mahasiswa FBS. Ada yang setuju, ada pula yang keberatan. Sasria Erika, mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris TM 2012, menyambut baik adanya peraturan itu. Sebab, peraturan itu dapat membatasi kegiatan mahasiswa yang tidak menentu. “Seperti pacaran di kampus pada malam hari,” ujar
Erika, Minggu (26/4). Berbeda dengan Erika, Alex, mahasiswa Jurusan Seni Rupa TM 2011, kurang setuju dengan peraturan itu. Menurutnya, penertiban jam penggunaan fasilitas kampus, terutama jam malam yang dibatasi, akan membatasi kreativitas mahasiswa. Alex menambahkan, adanya peraturan itu juga mengakibatkan mahasiswa FBS kekurangan waktu dan tempat untuk latihan, seperti latihan melukis dan latihan pertunjukan seni. “Biasanya malam hari dimanfaatkan mahasiswa untuk latihan di kampus karena siang harinya kuliah,” ungkap Alex, Minggu (26/4). Ratmiati
TEROPONG
Maret-April 2015 Edisi No. 185/Tahun XXV
Terk endala Dana, P embangunan erkendala Pembangunan Gedung C MKU T ertunda Tertunda Pada 2012 lalu, Universitas Negeri Padang (UNP) telah mulai membangun Laboratorium Micro Teaching Terpadu UNP yang terletak di samping gedung A dan B Mata Kuliah Umum (MKU). Namun, pembangunan gedung yang disebut juga gedung C MKU itu terhenti akibat terkendala dana. Hingga saat ini, pembangunan laboratorium itu baru sampai tahap kerangka atau pondasi. Pondasi gedung pun dimanfaatkan oleh mahasiswa yang kuliah di gedung MKU sebagai tempat parkir. Pendanaan pembangunan gedung Laboratorium Micro Teaching itu berasal dari pemerintah pusat yang dituangkan dalam Rancangan Anggaran Belanja (RAB) UNP. Pengajuan anggaran dilakukan oleh Biro Administrasi Perencanaan dan Sistem Informasi (BAPSI) UNP. Pada 2012, BAPSI telah mengajukan RAB yang berjumlah Rp18 milyar, namun hingga kini belum juga disetujui Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Kepala Subbagian Rumah Tangga UNP, Nasaruddin, S.Pd., S.T., mengatakan bahwa pembangunan gedung laboratorium akan dilanjutkan jika anggaran yang diajukan telah turun. “Bila dana telah cair, maka pembangunan segera dilanjutkan,” ungkapnya, Selasa (31/3). Pengajuan dana pembangunan ini sebenarnya melewati beberapa proses. Tahap pertama, pengajuan RAB ke Dinas Pekerjaan Umum (PU), lalu ke Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN-RB). KemenPAN-RB akan meninjau apakah gedung yang dibangun memang untuk perjalanan
Terbengkalai: Pembangunan gedung Laboratorium Micro Teaching Terpadu terbengkalai. Pondasinya kini beralih fungsi sebagai tempat parkir kendaraan bermotor bagi mahasiswa, Senin (13/4).. f/Rahmi
aparatur negara atau tidak. Setelah disetujui KemenPAN-RB, dilanjutkan ke Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), diteruskan ke presiden, dan akhirnya ke DPR. Jika anggaran tersedia, barulah DPR akan menurunkan dana. “Kendala untuk pembangunan ini ada di DPR itu sendiri, APBN untuk ini seperti tengah ditarik ulur,” tutur Kepala Bagian Perencanaan Biro Administrasi Perencanaan dan Sistem Informasi (BAPSI) UNP, Saptiadinur, S.Pd., MM.. Tahun 2015 ini, BAPSI kembali mengajukan RAB untuk gedung tersebut yang tercakup dalam tujuh pembangunan gedunggedung lain di UNP. Gedung tersebut, meliputi gedung Laboratorium Sport Center, Laboratorium Micro Teaching, Laboratorium FIK (lapangan tenis indoor), Laboratorium Perhotelan, Laboratorium
Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam, Laboratorium Fakultas Ilmu Sosial, dan Dekanat Fakultas Ilmu Pendidikan. Berdasarkan rencana, Laboratorium Micro Teaching Terpadu tersebut akan dibangun setinggi tiga lantai dengan jumlah 16 kelas secara keseluruhan. Mengenai pondasi gedung yang kini beralih menjadi lahan parkir, Saptiadinur menanggapi bahwa mahasiswa dapat menggunakan pondasinya untuk lahan parkir sementara, daripada tidak dipergunakan sama sekali. Bila pembangunan gedung dilanjutkan, akan dibuatkan lahan parkir yang terletak di dalam gedung Laboratorium Micro Teaching tersebut. “Tingkat pertama akan dibangun lahan parkir, tingkat kedua dan ketiga untuk ruangan kelas,” tutupnya, Selasa (7/4). Sabrina
17
Fakult as KK akultas Masih T unggu SO TK Tunggu SOTK Sejak Juli 2014 lalu, Jurusan Kesejahteraan Keluarga (KK) Universitas Negeri Padang (UNP) telah disetujui oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi untuk menjadi fakultas. Perubahan status ini berdasarkan surat yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Nomor 633/E.E2/KL/ 2014. Namun, sampai saat ini Fakultas Manajemen Perhotelan dan Pariwisata itu tersebut belum juga diresmikan. Ketua Jurusan KK, Dra. Ernawati, M.Pd., mengatakan bahwa peresmian fakultas baru itu belum dilakukan karena UNP masih menunggu persetujuan Struktur Organisasi Tata Kelola (SOTK) dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan). Fakultas baru bisa diresmikan oleh rektor setelah SOTK keluar. SOTK diperlukan untuk pendanaan struktur organisasi dan staf pengajar di fakultas tersebut. “Bila tidak ada SOTK, gaji staf pengajar tidak ditanggung oleh pemerintah, melainkan diambil dari dana pagu yang berasal dari mahasiswa,” ungkapnya, Jumat (10/4). Karena belum resmi jadi fakultas, penerimaan mahasiswa baru
Kuota Penerimaan Maba UNP 2015
Basindo W ajibkan Mahasiswi Wajibkan Pakai Rok Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia (Basindo), Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Universitas Negeri Padang (UNP) tetapkan aturan baru bagi mahasiswa perempuannya. Pada aturan itu setiap mahasiswi diwajibkan memakai rok saat perkuliahan. Peraturan itu bermula dari kerisauan dosen Jurusan Basindo terhadap fenomena pakaian mahasiswi yang semakin tidak sesuai dengan nilai-nilai religius, misalnya memakai celana ketat. Padahal UNP adalah kampus religius, tentunya mahasiswa juga harus mencerminkan kereligiusan itu, salah satunya dalam hal berpakaian. Ketua Jurusan Basindo, Dr. Ngusman Abdul Manaf, M.Hum., mengatakan, karena meningkatnya jumlah mahasiswi yang berpakaian tidak sesuai dengan norma, aturan yang telah digagas sejak 2014 itu pun akhirnya disepakati pada rapat dosen dan staf jurusan, Jumat (6/3) lalu. Menurut Ngusman, aturan itu hanya berlaku saat perkuliahan berlangsung atau saat berada di ruangan perkuliahan. Sedangkan, untuk kegiatan di luar kelas, seperti ekstrakurikuler dan organisasi tidak diwajibkan. Jika ada
yang melanggar, mahasiswi yang bersangkutan disuruh mengganti pakaian sesuai yang telah ditetapkan. “Jika tidak, terpaksa tidak diperbolehkan mengikuti perkuliahan,” ujarnya, Jumat (17/4). Peraturan baru itu pun disambut dengan berbagai komentar oleh mahasiswi. Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia TM 2012, Oktavia Andrika, mendukung aturan itu. Menurutnya, memakai rok di lingkungan kampus terasa lebih sopan daripada memakai celana. “Apalagi sebagai calon pendidik,” ujarnya, Senin (4/5). Berbeda dengan Oktavia, komentar kurang setuju disampaikan oleh Riawati. Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia TM 2012 itu mengatakan bahwa aturan tersebut lebih cocok diterapkan kepada mahasiswi yang nantinya akan menjadi pendidik. Bukan untuk mahasiswa program studi nonkependidikan. Selain itu, menurut Riawati, tak ada salahnya bila mahasiswi menggunakan celana. “Asalkan tidak ketat,” ungkapnya, Senin (4/5). Hal yang sama juga disampaikan Vonnita Harefa, mahasiswa Prodi Sastra Indonesia TM 2012.
Menurutnya, peraturan itu lebih tepat diterapkan untuk mahasiswa pendidikan saja. Vonnita juga mengakui, ada beberapa dosen yang mengajar di kelasnya, tidak mempermasalahkan mahasiswi yang tidak memakai rok. Pada saat perkuliahan, terkadang Vonnita dan teman-temannya menggunakan celana. “Memakai celana lebih santai karena tidak merepotkan,” ujarnya, Senin (4/5). Perihal komentar keberatan terhadap aturan itu, Ngusman meminta mahasiswi mengambil sisi positifnya. Selain itu, peraturan ini ditetapkan sebagai latihan dalam menjalankan nilai dan norma yang berlaku. Diharapkan aturan itu menjadi kebiasaan yang baik untuk dipraktikkan di lingkungan setelah sarjana. “Semoga dapat menjadi contoh di masyarakat nantinya,” harapnya. Ngusman pun mengatakan, bagi mahasiswi yang melanggar peraturan, akan diberi sanksi atau teguran oleh dosen. Sanksi itu sudah disetujui oleh dosen yang bersangkutan. “Apabila dosen tidak melakukan tindakan yang sudah disepakati, dosen tersebut akan dihimbau kembali,” tegasnya. Ranti, Wici
Jurusan KK untuk 2015 masih berada di bawah naungan FT. Begitu pula dengan pengelolaan keuangan, baru akan dipisah dari FT pada 2016 mendatang. Sedangkan, perihal bangunan, Fakultas Manajemen Perhotelan dan Pariwisata itu nantinya masih tetap menggunakan bangunan yang dipakai saat menjadi jurusan. Erna pun berharap pemekaran Jurusan KK menjadi Fakultas Manajemen Perhotelan dan Pariwisata mendapatkan dukungan dari semua pimpinan universitas, dosen, dan masyarakat FT sendiri. “Semoga KK lebih berkembang daripada yang sekarang,” harapnya, Selasa (31/3). Prof. Drs. Ganefri, M.T., Ph.D., mantan Dekan FT yang pernah terlibat dalam pengajuan KK jadi fakultas, sangat mendukung perubahan status itu. Menurut Ganefri, Jurusan KK bisa lebih baik lagi dalam mengembangkan potensi bila menjadi fakultas. Selama ini, KK lebih condong mempelajari ilmu sosial, sementara FT cenderung ke arah IPA. “Karena itu, lebih baik dipisahkan saja. Bila dikelompokkan dengan komunitas yang sama, tentu akan membuat mereka leluasa dalam mengembangkan diri,” jelas Ganefri, Sabtu (25/4). Ermi
Antrean: Calon mahasiswa antre pada pendaftaran ulang penerimaan mahasiswa UNP tahun akademik 2014/2015, Selasa (19/8/14). f/Jimi
Universitas Negeri Padang (UNP) akan menerima 4.983 orang mahasiswa baru (maba) untuk tahun ajaran 2015/2016. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jumlah ini tidak mengalami penurunan signifikan. Tahun lalu, berdasarkan data yang diperoleh dari Pusat Komputer UNP, realisasi penerimaan mahasiswa baru UNP, yakni 4.991 orang mahasiswa. Kepala Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK) UNP, Azhari Suwir, S.E., menegaskan bahwa jumlah kuota penerimaan maba tidak terpengaruh oleh adanya pembangunan tujuh gedung megaproyek dari dana pinjaman Islamic Development Bank (IDB) di UNP. “Proyek IDB tidak akan menganggu proses belajar mengajar di UNP,” ujar Azhari, Jumat (10/4). UNP akan menerima maba melalui tiga jalur, yakni Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) sejumlah 50% dari jumlah kuota, Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMBPTN) 30%, dan jalur mandiri 20%. Menurut Azhari, peminat UNP jalur SNMPTN untuk tahun ini mengalami peningkatan. Tetapi, agar terwujud lulusan UNP yang berkualitas, jajaran birokrat tetap membatasinya dengan berpatokan pada peraturan pemerintah tentang rasio antara dosen dan mahasiswa. “IPA 1:25 dan IPS 1:30,” ujar Azhari. Pada penerimaan maba tahun ini, Azhari mengatakan, secara keseluruahn UNP telah siap. Kesiapan tersebut dibuktikan dengan telah selesainya beberapa tahapan-tahapan penerimaan maba, penyusunan jadwal kuliah secara online, serta berbagai kesiapan lain yang terkait dengan penerimaan maba ini. Dibandingkan dengan periode sebelumnya, penyusunan jadwal kuliah periode Juli-Desember dipercepat. Saat ini penyusunan jadwal kuliah telah mulai dirancang. Diakui Azhari, penyusunan tersebut memang dipercepat agar proses penerimaan maba dan perkuliahan Juli-Desember berjalan lancar. Dengan mulainya proses penerimaan Maba ini, Azhari berharap agar calon maba melihat dan membaca seluruh pengumuman UNP yang berkaitan dengan langkah-langkah atau prosedur-prosedur penerimaan maba. “Supaya kita semua nyaman dalam menjalankan proses pendaftaran,” tutupnya. Meri
INTER
18
BEM UNP
UKKPK
GI BEI FE
Pusat Informasi Pasar Modal Mahasiswa Awalnya, ekstrakurikuler yang dikelola mahasiswa ini bernama Pojok Bursa Efek Indonesia. Namun, sejak Januari 2013 lalu, berganti nama menjadi Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia Fakultas Ekonomi (GI BEI FE) UNP. GI BEI FE UNP terbentuk atas kerja sama antara BEI, universitas, dan perusahaan sekuritas, PT. Panin Securitas Tbk.. Sebagai pusat informasi di bidang pasar modal, organisasi mahasiswa dijalankan 20 orang pengurus ini siap melayani pembukaan akun bagi mahasiswa, dosen, dan masyarakat umum untuk berinvestasi. Menjadi pusat kegiatan dan sosialisasi pasar modal serta sebagai wahana investasi dan pembinaan mahasiswa dalam bidang pasar modal adalah visi dari GI BEI FE UNP. Untuk mewujudkan visi itu, dalam waktu dekat organisasi yang telah memiliki 180 nasabah sejak 2014 lalu, kembali menyelenggarakan Sekolah Pasar Modal
(SPM) level satu. SPM Level satu adalah kelas untuk peserta yang masih awam dan tertarik untuk mendalami tentang investasi saham di pasar modal. Program edukasi dan sosialisasi ini bermanfaat untuk meningkatkan jumlah investor di Pasar Modal Indonesia dan mempersiapkan para peserta untuk menjadi investor berkualitas di Pasar Modal Indonesia. Ketua Umum GI BEI FE UNP, Ricky Savega, mengatakan bahwa sekarang GI BEI FE UNP terus berkomitmen mengenalkan pasar modal sejak dini kepada dunia akademis. Ricky berharap, GIBEI FE UNP tidak hanya dikenal di FE, tapi juga dikenal oleh seluruh mahasiswa UNP. Ia juga berharap, kerja sama dengan PT. Panin Securitas Tbk. tetap berjalan lancar. “Semoga setiap anggota memegang komitmen dan bertanggung jawab untuk menjalankan tugas,” tutupnya, Senin (6/ 4). Jimi
LKMM Tingkat Menengah Bertema Reach Your Achievement with Organization, Unit Kegiatan Komunikasi dan Penyiaran Kampus (UKKPK) UNP mengadakan Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa (LKMM) Tingkat Menengah, di Ruang 403 dan 404 Fakultas Ilmu Pendidikan UNP, Sabtu-Minggu (25-26/4). Penasehat UKKPK, Zulfahmi Arsyadi mengatakan pelatihan yang dulunya bernama Training Managemen Organisasi itu bertujuan untuk memberikan wawasan kepada peserta mengenai organisasi. “Se-
kaligus menjadikannya organisator yang baik,” ujarnya, Sabtu (25/4). Selaku ketua pelaksana acara, Budi Rahmat berharap acara ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang organisasi kepada peserta. Budi juga mengatakan bahwa diadakan lebih awal daripada Unit Kegiatan Mahasiswa UNP lainnya. “Sebagaimana yang dikatakan oleh Pembantu Rektor III UNP, LKMM ini diagendakan akan dilaksanakan serentak,” ungkap Budi, Sabtu (25/4). Eka
Seminar Hasil PLI Sebagai bentuk aplikasi dan tugas dari mata kuliah seminar, Program Studi (Prodi) Manajemen Perhotelan (MPH) Fakultas Teknik (FT) UNP adakan seminar hasil Praktik Lapangan Industri (PLI) I MPH TM 12 di Ruang Serba Guna FT, Sabtu (18/4). Seminar bertema The Great Secret of PLI MPH 12 diikuti oleh 120 orang peserta yang terdiri atas mahasiswa MPH TM 2014 Kampus Air Tawar, MPH Kampus Bukittinggi, dan Akademi Komunitas Padang Pariaman. Seminar tersebut dibu-
ka oleh Ketua Unit Hubungan Industri FT, Drs. Bahrul Amin, ST., M.Pd.. Dalam sambutannya, Bahrul berharap agar acara ini memberikan manfaat bagi peserta yang hadir. “Semoga mahasiswa MPH TM 2014 dapat melakukan PLI dengan baik tahun depan,” harapnya. Ketua pelaksana seminar, Ihsan Muhadi, mengatakan tujuan acara ini untuk berbagi ilmu kepada mahasiswa MPH TM 2014 tentang PLI yang telah dilakukan oleh sekitar 50 orang mahasiswa MPH TM 2012. Neki
BEM FIP
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UNP adakan inaugurasi bertema Nusantara di Teater Tertutup Taman Budaya, Sabtu (29/3). Selaku mentor, Melly Elvia mengungkapkan maksud dari tema tersebut adalah untuk memberikan sajian yang berbeda dan meningkatkan lagi rasa cinta akan nusantara. “Melibatkan mahasiswa luar biasa sebagai pengingat akan keberagaman dari segala aspek,” kata Melly, Sabtu (29/3). Acara diawali dengan
pencak silat oleh dua orang mahasiswa. Kemudian dilanjutkan dengan penampilan berbagai tarian dari daerah-daerah di Indonesia yang dipersembahkan oleh 23 mahasiswa. Selain itu, juga disajikan teater singkat permainan klasik yang sudah mulai pudar. Teater tersebut melibatkan salah satu mahasiswa Pendidikan Luar Biasa yang mengalami gangguan pendengaran. Untuk aksi penutup, peserta membentangkan Bendera Merah Putih berukuran 6 × 7 meter sebagai bukti cinta akan nusantara. Redda
Dalam rangka memperingati hari bumi, masyarakat UNP lakukan Kampanye Peduli Lingkungan dan Aksi Kampusku Bersih, Rabu (22/4). Aksi itu digagas oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNP, bekerja sama dengan Studi Lingkungan Hidup Geografi, Mahasiswa Pecinta Alam dan Lingkungan Hidup UNP, dan Sobat Bumi Padang. Salah satu kegiatan dari aksi itu, memungut sampah yang ada di lingkungan UNP. Menteri Pengabdian Masyarakat BEM UNP, Wildan Mufti, mengatakan, tujuan
PLB Cup 2015 Departemen Minat dan Bakat Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), Pendidikan Luar Biasa (PLB), Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UNP, kembali menggelar PLB Cup 2015 di Lapangan Voli PLB, Jumat (10/4). Dengan tema Melalui PLB Cup Ciptakan Kompetisi, Menjunjung Tinggi Sportivitas, dan Mempererat Persaudaraan Kita, acara diadakan selama 10 hari. Acara secara resmi dibuka Ketua Jurusan PLB, Drs. Asep Ahmad Sopandi, M.Pd. “PLB Cup merupakan salah satu ajang untuk aspek sosial, emosional, dan psiko-
motor bagi mahasiswa,” jelasnya saat sambutan. Selaku ketua pelaksana, Rafki Novari mengatakan, ada berbagai kompetisi yang dilaksanakan, yaitu pertandingan voli, basket, takraw, bulu tangkis, tenis meja, catur, dan futsal. Sedangkan, untuk acara hiburan, ada lomba bakiak, lomba makan kerupuk, dan pertandingan bola tunanetra. Rafki berharap PLB Cup 2015 dapat membentuk kekeluargaan antarmahasiswa. “Semoga sportivitas dan keakraban mahasiswa PLB dapat terjalin,” harapnya, Jumat (10/4). Redda
dari aksi itu untuk menggugah hati mahasiswa UNP supaya menjaga kelestarian lingkungan. Selain itu, juga sebagai kritik sosial kepada birokrat. “Agar pengadaan tong sampah diperbanyak,” ujarnya, Rabu (22/4). Wakil Ketua BEM UNP, Rahmad Satriawan, mengatakan, kegiatan itu sebagai langkah awal untuk menyuarakan semangat kepada mahasiswa UNP. Rahmad mengharapkan mahasiswa lebih aktif lagi dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan peringatan hari bumi. Jimi
World Book Day Program Studi (Prodi) Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan (IIPK), Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UNP mengadakan Talkshow World Book Day dengan tema “Baco nan Tasurek, Pahami nan Tasirek” di Teater Tertutup FBS UNP, Rabu (23/4). Talkshow ini diadakan dalam rangka memperingati hari buku dunia yang ditetapkan oleh UNESCO setiap 23 April. Pembantu Dekan (PD) I FBS, Prof. Dr. Ermanto, M.Hum., mengatakan bahwa jurusan sangat mengapresiasi kegiatan Prodi IIPK
ini. Diharapkan, dengan adanya acara ini dapat meningkatkan minat baca mahasiswa. “Semoga nantinya juga menghasilkan buku-buku untuk dibaca,” harapnya saat membuka acara. Selaku ketua pelaksana, Setia Purnama Wia Erlina, mengatakan bahwa acara yang dihadiri 189 orang itu terbuka untuk umum. Senada dengan PD I, Setia juga berharap agar acara dapat menumbuhkan semangat membaca peserta. “Karena dengan membaca kita akan bisa menulis,” ujarnya seusai acara. Eka
Hima PGSD
Tutorial Kajian Duha Unit Kegiatan Kerohanian (UKK) UNP kembali adakan Tutorial Islam untuk mahasiswa baru (maba) yang mengambil Mata Kuliah Umum Pendidikan Agama Islam. Bertema Gaul Bersama Tutorial Islam, Tutorial Kajian Duha itu dibuka secara resmi oleh Presiden Mahasiswa UNP, Galant Victory, di Masjid AlAzhar UNP, Sabtu (14/3). Adapun jumlah peserta tutorial, yakni 134 orang yang terdiri atas Mahasiswa Fakultas Teknik, Fakultas Bahasa dan Seni, Fakultas Matematika dan Ilmu Pe-
ngetahuan Alam, Fakultas Ilmu Sosial, dan Fakultas Ekonomi. Berbeda dengan yang sebelumnya, kali ini tutorial dilakukan pada Sabtu dan dibagi ke dalam dua sesi. Sesi pertama dimulai pukul 07.30-09.30, sedangkan sesi kedua pukul 10.00-12.00. Ketua pelaksana, Ilvien Khardin, berharap dengan adanya tutorial, dapat meningkatkan potensi peserta dalam bidang keislaman. “Semoga mendapatkan ilmu yang bermanfaat, sekaligus dapat diamalkan,” ujarnya, Sabtu (14/3). Ermi
Prodi EP
Inaugurasi FIP
Peduli Lingkungan
Prodi IIPK
HMJ PLB
UKK
Prodi MPH
Maret-April 2015 Edisi No. 185/Tahun XXV
ESCREAMS 2015 Bertema Membangun Generasi Cerdas, Berpikir Kreatif, dan Kompetitif sebagai Langkah Awal Menuju Masa Depan Cemerlang, Himpunan Mahasiswa (Hima) Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) UPP III Bandar Buat, Fakultas Ilmu Pendidikan UNP menyelenggarakan Elementary School Race of Art Math and Science (ESCREAMS) 2015, Sabtu (21/3). Kegiatan tahunan untuk pelajar Sekolah Dasar (SD) se-Kota Padang ini diikuti oleh 97 orang peserta. Lomba sendiri diadakan di Ruangan Stan-
dar UPP III Bandar Buat. Selaku Ketua UPP III PGSD, Dra. Harni, M.Pd. mengatakan bahwa acara tersebut bertujuan untuk menjalin kerja sama dengan SD di Padang. “Nantinya mahasiswa PGSD juga akan mengajar,” ujarnya, Sabtu (21/3). Ketua pelaksana acara, M. Ilham Syarif mengatakan bahwa acara ini bertujuan untuk menjalin silaturahmi. “Walau di kampus cabang, hal itu tidak menyurutkan niat mahasiswa berkreativitas,” jelasnya, Sabtu (21/3). Rival
UKFF
Kuliah Umum BI Program Studi (Prodi) Ekonomi Pembangunan (EP), Fakultas Ekonomi (FE) UNP, adakan kuliah umum bersama Staf Bank Indonesia (BI) Pusat, Komala Dewi, Selasa (21/4). Acara itu diikuti oleh mahasiswa EP yang mengambil mata kuliah Kebanksentralan dan mahasiwa FE lainnya. Sekretaris Prodi EP, Nonya Zulva Riani, S.E, M.Si., mengatakan bahwa kuliah umum itu merupakan salah satu wujud realisasi kerja sama UNP dengan BI. Kuliah umum akan dilaksanakan sebanyak empat kali
pertemuan, dengan pemateri yang berbeda di setiap pertemuannya. “Pemateri adalah orang yang ahli di bidangnya,” ujarnya, Selasa (21/4). Salah seorang perserta, Yessika Emilia Rahmi, senang dengan adanya kuliah umum tersebut. Menurutnya, kuliah umum dapat menunjang pengetahuan mengenai perbankan bagi mereka yang mengambil mata kuliah Kebanksentralan di prodi EP. “Semoga mahasiswa bisa lebih tahu mengenai BI,” harapnya, Selasa (21/4). Rival
Hari Film Nasional Dalam memperingati Hari Film Nasional, Unit Kegiatan Film dan Fotografi (UKFF) UNP adakan Bioskop Mini “Screening” Hari Film Nasional di Teater Tertutup Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Senin (30/3). Pada acara itu disajikan tiga film, yaitu Belajar Menggambar karya UKFF, Rimba Rumah Kami karya Komunitas Makekal Bersatu, dan Sokola Rimba yang terinspirasi dari buku Sokola Rimba karangan Butet Manurung. Ketua Umum UKFF, Mahawitra Jayawhardana, mengatakan, dengan ada-
nya acara bertema Menggambar Kehidupan itu, mahasiswa UNP yang sebagian besar merupakan calon pendidik diharapkan dapat mengambil hikmahnya. Pembantu Rektor IV, Dr. Ardipal M.Pd., mengatakan, kegiatan ini dapat meningkatkan kepedulian terhadap perfilman kampus. Menurutnya, mahasiswa UNP harus mampu menunjukkan prestasi dan karya yang mengandung unsur pendidikan. “Saya menunggu karya mahasiswa UNP yang mengharumkan nama kampus,” katanya. Redda
Maret-April 2015 Edisi No. 185/Tahun XXV
SEPUT AR MAHASISW A SEPUTAR MAHASISWA
19
72,3 Persen Responden Setujui
Aksi Penurunan Jokowi Hai pembaca setia Ganto! Belum genap enam bulan masa pemerintahannya, Presiden Jokowi sudah banyak menuai protes dari rakyat Indonesia. Kebijakannya dinilai kerap menimbulkan kontroversi, sehingga terjadilah naik turunnya harga BBM, melemahnya rupiah terhadap dolar, melonjaknya harga bahan pokok yang tak terkendali, dan lain-lain. Hal ini menimbulkan berbagai aksi mahasiswa Indonesia sebagai wujud protes terhadap masalah-masalah yang timbul, salah satunya aksi Indonesia Gawat Darurat Sumbar pada Maret lalu. Baru-baru ini, santer terdengar kabar mengenai “Gerakan 20 Mei 2015 Turunkan Jokowi” yang digagas oleh aktivis mahasiswa Indonesia. Gerakan ini muncul setelah melihat kondisi ekonomi dan politik yang carut-marut. Bahkan, kondisi kacau saat ini dinilai mirip dengan masa akhir Orde Baru tahun 1998 (liputanindonesia.co.id). Rapor merah pun akan mereka berikan kepada Joksowi. Lalu, bagaimana pandangan Anda terhadap pemerintahan Jokowi? Seakan dapat mengobati rindunya akan pemerintahan yang lebih baik, pesta demokrasi tahun lalu sangat dinanti-nantikan oleh mereka yang peduli akan nasib bangsa Indonesia. Berharap sebuah pemerintahan baru yang akan menyelesaikan persoalan negara yang masih tercecer atau persoalan baru yang akan muncul. Berharap sebuah pemerintahan yang dapat membawa Indonesia menjadi negara yang terpandang di kancah internasional. Mereka berharap dan percaya akan lahir pemimpin dengan karakter kepemimpinan tersendiri, tentunya tetap dengan ketegasan dalam penyelesaian segala bentuk permasalahan negara yang mulai akut. Hingga keluarlah nama Joko Widodo sebagai presiden terpilih, kala itu. Dilantiknya Jokowi merupakan wujud kepercayaan rakyat dengan harapan amanah yang dapat ia emban nantinya. Namun, baru enam bulan masa pemerintahan, Jokowi seakan dilempari bom yang siap meledak kapan pun. Aksi protes sering kali dilayangkan kepada Presiden Republik Indonesia yang ke7 itu. Kebijakannya dinilai kerap menimbulkan kontroversi, sehingga terjadilah naik turunnya harga BBM, melemahnya rupiah terhadap dolar, melonjaknya harga bahan pokok yang tak terkendali, dan lain-lain. Seolah sejarah yang berulang, kejadian ini seakan menjadi alarm akan tragedi 17 tahun silam. Adalah gerakan mahasiswa 1998, aksi mahasiswa untuk menggulingkan Presiden Soeharto dari kursi jabatannya. Tahun 1998 merupakan tahun yang kritis bagi negara Indonesia. Kala itu Indonesia sedang terjebak dalam kondisi yang sangat rumit. Bukan saja mutlak atas kebobrokan pemerintah, tapi juga terjerat sebuah permasalahan finansial global yang memaksa rakyat Indonesia turut merasakan penderitaan ekonomi yang tidak biasa. Masyarakat kelas menengah Indonesia, yang selama ini terkesan tenang dan patuh kepada rezim, mulai gelisah. Mereka mulai mendukung gerakan reformasi. Sedangkan mahasiswa, turun ke jalan. Hal itu disebabkan oleh keadaan ekonomi yang benarbenar memprihatinkan dan tentunya juga berimbas pada biaya dan masa depan mereka yang berkuliah. Hingga akhirnya terbentuklah gerakan mahasiswa Indonesia yang menuntut perubahan de-
ngan mundurnya Presiden Soeharto sebagai titik awal reformasi total di Indonesia. Saat itu, Soeharto seakan menjadi musuh bersama yang bisa mempersatukan berbagai elemen gerakan massa dan masyarakat untuk melawannya. Sejalan dengan pendapat Hoffer, bahwa untuk membangkitkan persatuan gerakan massa, harus ada “setan besar” sebagai musuh bersama. Tak disangka, sekarang tragedi ini mengapung kembali. Gerakan mahasiswa bermunculan akibat dari keadaan ekonomi dan politik Indonesia yang carut-marut. Aksi Indonesia Gawat Darurat Sumbar pada Maret lalu adalah salah satunya. Baru-baru ini, santer terdengar kabar mengenai “Gerakan 20 Mei 2015 Turunkan Jokowi” yang digagas oleh aktivis mahasiswa Indonesia. Berencana untuk melakukan demo besar-besaran, perwakilan dari kelompok mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) yang berada di Pulau Jawa dikabarkan akan memasuki Jakarta pada 1819 Mei mendatang. Berbagai tuntutan dilayangkan kepada Jokowi. Rapor merah pun akan segera diberikan. Agar berjalannya sebuah negara dengan sempurna, dibutuhkan peran berbagai pihak yang ada di dalamnya. Tak hanya sang pemimpin dan para pejabat negara, rakyat sebagai salah satu unsur pembentuk sebuah negara juga diperlukan. Pasalnya, pemimpin dan yang dipimpin adalah dua hal yang seikat, bak ratusan lidi yang diikat menjadi satu menjadi sapu yang digunakan untuk membersihkan semua sampah yang berserakan. Tongkat dan pengikat dianalogikan sebagai sang pemimpin, sedangkan ratusan lidi adalah seluruh rakyat Indonesia. Rakyat harus mendukung pemimpin, sebaliknya pemimpin harus melibatkan dan mempertimbangkan rakyat dalam mengambil berbagai keputusan. Rakyat memberikan kepercayaan kepada pemimpin, dan pemimpin harus dapat menjawabnya, sebab karena itulah ia dipilih. Tak hanya sekadar janji-janji, rakyat juga butuh bukti. Risaunya rakyat akan pemerintahan yang jauh dari kata sempurna semakin terlihat. Tuntutan terhadap pemimpin bertubi-tubi dilayangkan. Terlebih oleh mereka yang disebut sebagai motor pergerakan. Seolah menyampaikan apa yang dirasakan
Apakah Anda setuju dengan aksi penurunan Jokowi dari jabatannya sebagai presiden? a. setuju b. tidak setuju c. tidak ada komentar
Apakah Anda pernah melibatkan diri dalam aksi tersebut? a. pernah b. tidak pernah c. tidak ada komentar
Bagaimana pandangan Anda terhadap pemerintahan Jokowi selama masa jabatannya berlangsung? a. bagus, semua program yang dijanjikannya tampaknya akan terealisasikan b. tidak bagus, banyak permasalahan-permasalahan yang timbul belum terselesaikan c. belum dapat dipastikan karena pemerintahannya baru memasuki umur enam bulan d. tidak ada komentar
Menurut Anda, seperti apa kriteria presiden yang paling dibutuhkan Indonesia? a. pemimpin yang turun langsung ke lapangan dan melihat permasalahan-permasalahan yang dihadapi rakyatnya b. pemimpin yang berpengetahuan luas dan menggunakan analisis yang tajam dalam mengambil keputusan dan menyelesaikan permasalahan negara c. pemimpin yang tegas, berorientasi pada hubungan dan peduli terhadap pembangunan nasional d. tidak ada komentar
rakyat, aksi pun dilancarkan untuk menggulingkan sang pemimpin negara. Berbagai isu mengenai demo besar-besaran semakin ramai dikabarkan di berbagai media sosial. Untuk meneliti kebenaran pupusnya kepercayaan rakyat, khususnya mahasiswa, terhadap Jokowi, bagian Riset Subdivisi Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Surat Kabar Kampus (SKK) Ganto UNP melakukan jajak pendapat dalam bentuk polling. Polling yang disebarkan berupa angket yang terdiri atas 4 pertanyaan kepada 700 mahasiswa di UNP dengan metode random sampling dan responden diambil secara accidentil. Entah karena kepercayaan yang memang telah terkikis atau alasan lain, mayoritas responden setuju dengan aksi penurunan Jokowi dari kursi jabatannya sebagai presiden. Dari hasil polling, 72,3 persen responden menyilangi pilihan jawaban (a) sebagai bukti kesetujuan dengan aksi itu. Angka tersebut 7 kali lebih besar dari
persentase responden yang tidak setuju. Sejumlah 10,3 persen responden menjawab tidak setuju, sedangkan 17,4 persen lagi memilih untuk tidak berkomentar. Sedangkan perihal keterlibatan dalam aksi tersebut, mayoritas responden menjawab tidak pernah terlibat. Entah karena alasan cinta damai atau karena sebab lainnya, 74,6 persen menyatakan tidak pernah ikut serta. Jika ditilik dari sudut pandang berbeda, mungkin mereka lebih mempertimbangkan baik buruknya aksi ini dilakukan. Sebab bagaimanapun juga, belum saatnya aksi ini dilakukan mengingat umur pemerintahan Jokowi yang baru seumur jagung. Meski demikian, 14,2 persen responden memilih untuk tetap menyuarakan aspirasinya melalui aksi tersebut. Masa kepemimpinan yang baru enam bulan seakan terlupakan karena keadaan negara yang buruk. Dalam masa itu, banyak permasalahan-permasalahan belum terselesaikan. Sebanyak 59,4 persen responden berpendapat
demikian. Sebaliknya, 34,6 persen responden masih percaya dengan pemerintahan Jokowi karena pemerintahannya baru berumur enam bulan. Terlepas dari pandangan-pandangan di atas, seluruh rakyat tentu menginginkan pemimpin yang mendekati kesempurnaan. Setidaknya, mereka mempunyai kriteria utama bagaimana layaknya seseorang yang dapat memimpin negara. Sebanyak 56,9 persen responden menjawab pemimpin yang berpengetahuan luas dan menggunakan analisis yang tajam dalam mengambil keputusan dan menyelesaikan permasalahan negara sebagai sosok pemimpin idaman. Sebanyak 29,3 persen responden lebih mengutamakan pemimpin yang tegas, berorientasi pada hubungan, dan peduli terhadap pembangunan nasional. Sedangkan, 7,7 persen responden lebih mengutamakan pemimpin yang turun langsung ke lapangan dan melihat permasalahan-permasalahan yang dihadapi rakyatnya. (*)
RESENSI
20
Maret-April 2015 Edisi No. 185/Tahun XXV
Penjaga Marwah Kerajaan Bone Judul Penulis Penerbit Cetakan Tebal
: : : : :
Rumpa’na Bone Andi Makmur Makka PT Kompas Media Nusantara I, Februari 2015 202 Halaman
Saya bukanlah pengkhianat sumpahku kepada rakyat. Saya tidaklah mengingkari adat yang saya junjung tinggi. Karena saya adalah ‘pampawa adat’ sudah melaksanakan sumpahku, bersama seluruh rakyat pemberani Bone melawan musuh yang akan menjajah tanah Bone. — Arumpone La Pawawoi Karaeng Segeri.
Bersalahkan seorang arumpone (raja), jika ia pergi meninggalkan gelanggang pertempuran sementara rakyatnya masih bertarung hidup dan mati? Bukankah raja adalah pemimpin pasukannya kala perang. Orang yang akan menjadi tameng akhir dalam mempertahankan kerajaan. Pertanyaan tersebut kembali ditanyakan oleh Raja Bone ke-31, Arumpone La Pawawoi Karaeng Sigeri, tahun 1904-1905 kepada para pejabat kerajaan sesaat sebelum meninggalkan saoraja (istana) di Kota Watampone, Kerajaan Bone, untuk menghindari serbuan pasukan Belanda yang hendak menduduki kerajaan. Hanya katakata bijak dari seorang yang tahu dengan adat dan hati rakyatlah yang bisa menjawab pertanyaan Arumpone Bone. Tomarilaleng, seorang pejabat kerajaan yang sehari-hari harus dan mengetahui perasaan seluruh rakyat dan tidak boleh berdusta kepada raja dan rakyat. Ia mengatakan, “Jika seorang raja meninggalkan kerajaan dalam suasana perang bukanlah aib. Adat dan ke-
Cerita Cinta Tanpa Kisah Cinta Judul Penerbit Penulis Cetakan Tebal
: : : : :
Cukup Sekian Cerita Cinta untuk Hari ini PT Gramedia Pustaka Umum, Jakarta Rieke Saraswati 2015 144 Halaman
“Suamiku mengusulkan nama “Bona” tanpa alasan. Bonaputri. Artinya: Anak yang malang.” (hal 58) Bona, seorang anak yang memiliki kemampuan di luar nalar manusia. Ia sering bermain dengan teman khayalannya, Munita dan seekor tikus kecil bernama Kamis. Bona lahir dari orang tua yang penuh konflik. Orang tua yang ingin tinggal dalam satu atap tanpa adanya perkawinan sah. Bona sering menamai dirinya sebagai ular bermata biru dan ingin tinggal di Pulau Polo karena tidak menyukai lingkungannya. Ia menganggap rumahnya dikelilingi oleh dua ratus kucing dari jenis yang berbeda, tikus-tikus, burung-burung, dan anakanak perempuan dengan wujud yang mengerikan. Pada saat ulang tahunnya, Ibu Bona mengadakan sebuah perayaan. Namun, di balik perayaan itu, ia sebenarnya ingin melihat interaksi dan hubungan sosial antara Bona dengan temantemanya. Ternyata usaha ini gagal. Bona tetap asyik bermain dengan teman khayalannya yang sering membuat kegaduhan. Ketika sesi pemotongan kue, sang ibu melarang Bona untuk memegang pisau. Bona kesal, kemudian berlari memasuki kamar dan membongkar cemeti—yang diketahuinya dari Kamis. Sang ibu sangat terkejut karena anaknya berhasil menemukan cemeti yang mengerikan itu. Belum cukup membuat ibunya kaget, Bona pun menggulungkan cemeti itu ke lehernya dan menjulurkan lidahnya. Pesta ulang tahun itu pun akhirnya berantakkan dan akan menjadi perbincangan ibu-ibu arisan, serta membuat anak-anak lainnya cekikikan.
Cukup Sekian Cerita Cinta untuk Hari ini merupakan kumpulan cerita yang terdiri dari 19 judul. Rieke Saraswati menyajikan cerita kreatifnya dalam bentuk sederhana dan begitu imajinatif untuk menunjukkan suatu kisah dalam kehidupan. Seperti, kisah tentang kehidupan Bona yang bermain dengan teman khayalannya. Ada juga kisah seorang ibu yang membuat makan malam berupa sup krim jagung untuk ulang tahun anaknya, seorang pacar yang sedang menunggu kartukartu pos dari ST. Petersburg, seorang ibu yang menjatuhkan anaknya ke dalam bak mandi, sifat kekonyolan dan dan kekanakkan Aki dalam menghadapi cucunya, dan berbagai cerita lainnya yang disajikan dengan semenarik mungkin. Cerita-cerita di atas disajikan dalam bentuk sastra modern dan menggunakan kalimat yang sukar dipahami, sehingga pembaca harus membaca berulang-ulang untuk mengetahui maksudnya. Namun, cerita ini menggunakan bahasa yang indah, sehingga pembaca akan menikmati cerita ini dalam alur maju mudur sekalipun. Sebagian besar cerita, merupakan cerita cinta, namun jarang sekali menemukan kisah cinta di dalamnya. Terlebih seperti cerita cinta ala remaja yang diceritakan dalam bungkusan yang biasa. Pemain dalam cerita ini bisa dibayangkan sebagai tokoh yang mempunyai raut muka penuh rasa benci dan berahi. Kehidupannya penuh kebohongan dan kebencian yang diatur sedemikian rupa. Resensiator: Windy Nurul Alifa Mahasiswa Biologi TM 2013
percayaan di tanah Bugis bahwa seorang raja tidak boleh tertawan jika peperangan masih berlangsung. Kerajaan adalah raja.” Maka, dimulailah pelarian Arumpone Bone dan pasukannya, melindungi marwah Kerajaan Bone. Sebelum pelariannya, perang telah meletus di Pantai Bajoe. Basis awal pertahanan kerajaan itu telah dihancurkan oleh Belanda. Menjelang subuh, setelah Arumpone Bone meninggalkan Watampone, pasukan Belanda berhasil menduduki kerajaan yang telah dikosongkan. Mengetahui hal itu, pihak musuh mulai melakukan perburuan terhadap arumpone. Perburuan dilakukan dengan melakukan sistem jaring, yakni meluaskan daerah perburuan dari berbagai sudut sehingga berhasil mengepung pelarian Arumpone Bone. Namun, sistem perburuan yang digunakan oleh pihak Belanda itu tidak berhasil. Pasukan musuh yang terdiri atas tentara-tentara muda Belanda, para marsose yang berasal dari kalangan bumiputera, dan para pekerja paksa harus merasakan kehidupan di hutan selama berbulan-bulan tanpa menemukan titik terang keberadaan arumpone. Mata-mata yang mereka kirim untuk mengikuti arumpone dan menanyai masyarakat yang desanya dilalui pelariannya, hanya mendapatkan tatapan mata penuh kebencian dan pernyataan
mereka bersedia mati demi raja mereka. Masyarakat Bone dengan kearifan adat lokalnya, Bugis-Makassar, tidak hanya menjadi tameng bagi marwah kerajaan. Kecintaan mereka pada kebebasan dan kebencian mereka pada Belanda membuat rakyat turun membantu pelarian Raja Bone. Hingga sampai pada perbatasan Kerajaan Bone dengan Kerajaan Wajo yang telah terikat perjanjian dengan Belanda, rakyat Bone meminta arumpone untuk tidak meninggalkan Bone. Mereka rela mati demi arumpone, asalkan ia tidak melanjutkan perjalanan ke wilayah lain yang tidak ada lagi rakyat Bone yang benar-benar akan menjaganya dan marwah kerajaan Bone. Perang tidak melulu tentang darah dan pembunuhan. Sebuah kesetiaan rakyat pada rajanya, kecintaan raja pada rakyat yang rela mengorbankan nyawa demi rajanya, dan kepercayaan pada adat yang mereka junjung adalah perang itu sendiri. Perang tidak selalu dimenangkan oleh senjata, tetapi dengan kesabaran. Bahkan, hingga pada akhirnya Raja Bone menjadi tawanan musuh, ia sama sekali tidak setuju untuk berkompromi dengan musuh. Sama sekali tak meninggalkan marwah Kerajaan Bone. Resensiator: Yulia Eka Sari Mahasiswa Akuntansi TM 2013
Antara Profesional dan Nurani Judul Penulis Penerbit Cetakan Tebal
: : : : :
Perempuan-perempuan Tak Berwajah “The End Of Manners” Francesca Marciano PT Gramedia Pustaka Utama I, Desember 2014 368 Halaman
Seharusnya setiap insan memiliki hak untuk memilih kehidupannya sendiri. Hampir setiap negara di penjuru dunia sudah tak lagi mempermasalahkan perbedaan gender dan memperlakukan wanita dan pria sama. Namun berbeda yang ditemukan di Afganistan. Di negara itu, wanita harus bersembunyi di balik cadar. Wanita di sana juga dituntut untuk patuh kepada ayah dan suaminya. Mereka hanya memiliki dua pilihan, patuh atau dibunuh. Maria Galante, seorang warga Italia berusia 32 tahun dan berprofesi sebagai seorang fotografer di sebuah majalah makanan di Italia, menerima sebuah tawaran pemotretan di Afganistan bersama Imogen Glass, seorang penulis asal Inggris. Awalnya Maria menolak. Bukan rahasia baru lagi untuk seorang jurnalis foto bahwa mengabadikan foto wanita Afganistan bukanlah pekerjaan yang mudah. Tanpa adanya persetujuan, maka sang fotografer telah dianggap melakukan kejahatan dan dapat membuat sang pemotret terjerat hukuman. Namun, ketika melihat hasil foto fotografer lain, Maria merasakan ada dorongan dari dalam dirinya untuk ikut pergi bersama dengan Imo, sekaligus untuk menunjukkan bahwa hasil fotonya tidaklah buruk. Saat berada di Afganistan, Maria dihadapkan dengan sebuah kasus percobaan bunuh diri. Seorang gadis memilih mengakhiri hidupnya daripada harus menolak keinginan ayahnya yang akan menikahkannya dengan pria yang berusia jauh lebih tua darinya dan tidak ia cintai. Berhadapan dengan kasus ini, Maria dihadapkan dengan pilihan yang sangat sulit; antara mengambil foto si gadis atau mengikuti ha-
tinya yang melarang untuk mengabadikan gambar penderitaannya. Demi menjaga profesionalitas dalam pekerjaannya, Maria memaksakan dirinya untuk mengambil foto gadis itu meskipun batinnya melarang. Seorang wanita Afganistan yang melihatnya marah, dan mengusir Maria. Masalah mulai timbul di sini. Bersama rekannya, Imo, Maria mencoba meyakinkan keluarga si gadis beserta warga desa lain yang juga mendapat perlakuan sama dengannya. Namun, meyakinkan para wanita tersebut sama sekali tidak mudah. Dan beruntung, pada akhirnya mereka berhasil menjelaskan bahwa kedatangan mereka ke Afganistan bukanlah untuk mempermalukan atau merendahkan wanita Afganistan, sebaliknya agar semua orang tahu bahwa wanita diciptakan bukan untuk menjadi seorang budak yang diperlakukan tidak manusiawi. Melalui Perempuan-perempuan Tak Berwajah, Francesca Marciano mencoba menceritakan bahwa dalam sebuah perkerjaan, tidak hanya profesionalitas kerja saja yang diprioritaskan. Namun, hati nurani juga dibutuhkan. Lewat tokoh Maria, Fansceska Marciano mengambarkan bahwa untuk sebuah kasus yang terutama berkaitan dengan manusia, hati nurani lebih dikedepankan daripada profesionalitas kerja semata. Karena, beban moral yang akan ditanggung lebih berat jika mengabaikan hati nurani terlebih berkaitan dengan sesama manusia. Resensiator: Kurniati Rahmadani Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer TM 2012
CERPEN
Maret-April 2015 Edisi No. 185/Tahun XXV
21
Biyah Oleh Hera Gusmayanti Mahasiswa Sastra Indonesia TM 2012 Kampung masih sepi tatkala Biyah berjalan pelan menuju rumahnya. Biyah. Wanita matang yang sudah empat tahun tidak pulang. Tak ada kabar berita selama itu. Pun kepada Amak ia tak mau sekadar memberi tahu apa pekerjaan dan di mana ia tinggal. Ia hanya bilang bahwa ia merantau ke luar negeri. Jalan itu masih sama seperti ia tinggalkan dulu. Belum ada tanda-tanda akan diaspal. Tanah merah yang biasanya gersang berubah becek karena terguyur hujan kemarin malam. Pohon randu di ujung jalan itu pun masih belum berubah. Batangnya masih tegak berdiri. Saat ini pohon itu sedang berbunga rimbun. Warnanya putih kekuning-kuningan. Biyah meneruskan langkahnya. Rumah Amaknya masih sekitar sepuluh menit lagi jalan kaki. Dengan kondisi jalan yang becek seperti itu, ia harus melangkah hati-hati. Kalau tidak, ia bisa tergelincir. Sepatu mahalnya sudah ia tenteng sedari tadi. Beserta tas berisi aneka oleh-oleh untuk Amak dan kedua adiknya. Merasa letih. Biyah berhenti sejenak. Di hadapannya, Gunung Talang tampak berawan pagi ini. Dari jauh, ia melihat gerombolan berseragam merah putih berjalan mendekat. Suara tawa mereka terdengar renyah di telinga. Seperti tak memiliki beban hidup. Biyah membatin dalam hati. Gerombolan tadi semakin dekat dengannya. Pakaian mereka putih dengan celana dan rok merah. Kemeja putih itu sudah terlalu kusam untuk dipakai ke sekolah. Sepatu mereka dibalut oleh kantong asoi hitam. Lumpur bahkan telah merubah warna asoi itu menjadi coklat kemerah-merahan. Mereka menatap Biyah yang tampak asing di kampung mereka yang sepi. Penampilan Biyah menurut mereka seperti ibu-ibu yang bulan lalu datang membagi-bagikan kerudung kepada amak-amak
pengajian. Ibu-ibu yang datang dengan mobil bagus mengkilap. Ibuibu yang tersenyum manis sekali dan mau menggendong adik-adik mereka sambil tersenyum di depan kamera. Biyah tersenyum miris melihat reaksi anak-anak kampung tadi. Wajar saja. Ia memang tak tampak seperti penduduk sini. Namun, ia berani bersumpah bahwa ia lahir dan besar di sini. Sampai empat tahun lalu, ia minum air dari pancuran yang sama dengan warga di sini. Ia menginjak lumpur yang sama dan makan beras yang sama. Ya. Sampai empat tahun lalu. Biyah kembali melangkah. Ia ingin segera sampai di rumah Amak. Tak ada waktu untuk berhenti terlalu lama. Amak. Biyah merapalkan nama itu d a l a m hatinya. Berulangulang ia sebut bagai mantra penyelamat hidup. Empat tahun tanpa memberi kabar kepada Amak. Ia takut Amak akan mengusirnya begitu ia menginjakkan kaki di rumah mereka. Tapi Amak tidak akan marah jika melihat oleh-oleh yang ia bawa dan uang dolar yang penuh di dompet. Entah apa yang ia pikirkan ketika pergi dari kampung ini. Meninggalkan Amak bersama dua adiknya yang masih ingusan. Yang ia inginkan saat itu adalah pergi sejauh mungkin. Meninggalkan kampung yang pernah ia kutuk bersama kehancuran mimpinya. Seperti apa wajah Amak kini? Ia
bertanya-tanya dalam hati. Mengingat Amak selalu membangkitkan luka yang telah membusuk terlalu lama. Hatinya sakit ketika mengingat hari terkutuk itu. Hari Amaknya dihina, dicaci bagai bukan manusia. Seperti ada ribuan jarum kecil menembus dadanya. Walau empat tahun telah berlalu, sakit itu masih serupa. Beberapa penduduk yang lewat turut menatap heran padanya. Entah mereka mengenalnya atau tidak. Tapi Biyah tidak hapal orangorang yang menatap takjub dirinya. Mung-
Grafis: Hari Jimi Akbar
kin mereka pangling dengan penampilannya sekarang. Tentu saja. Biyah yang kucel dan berpenampilan sederhana itu kini tak berbekas dalam dirinya. Rumah Amak sudah terlihat. Tidak berubah, tak ada perbedaan yang mencolok. Tapi terlihat lebih sepi dari biasanya. Dulu, saat pagi begini, Amak pasti sudah sibuk memberi makan ayam-ayam di pekarangan. Kedua adiknya juga akan berisik sebelum berangkat ke
sekolah. Tapi sekarang sepi. Mungkin kedua adiknya sudah berangkat ke sekolah. Mereka pasti sudah SMP sekarang. Amak mungkin sedang berada di ladang belakang rumah. Mungkin menggemburkan tanah ubi jalar. Tapi, suara tetap tak terdengar meski Biyah sudah sampai di depan jenjang dan memanggil Amaknya. Ia berteriak lebih keras lagi. Tapi Amak tak juga muncul. Terakhir Biyah mengetuk pintu sambil menyebut nama Amak berkalikali. Akhirnya pintu terbuka. Tapi bukan wajah Amak yang muncul. Di mana Amak? Biyah sedih tergugu. M e m b a yangkan sesuatu yang buruk menimpa Am a k n y a . Mungkin salahnya karena tidak memberi kabar kepada Amaknya selama empat tahun. Tiba-tiba, ada yang merengkuh tubuh Biyah dari belakang. Membisikkan namanya lembut. Membujuk air matanya untuk berhenti mengalir. Biyah menoleh ke belakang. Wajahnya sumringah melihat Amak. Itu Amak. Amaknya. Amaknya baikbaik saja. Begitu bahagianya, sampai tawa bahagia keluar dari mulutnya. Ia peluk Amaknya kuat-kuat tak mau lepas. Amak hanya mengelus punggungnya dengan sabar. Sambil
menggumamkan permintaan maaf pada si pemilik rumah, mereka beranjak pergi. Si pemilik rumah tersenyum maklum. Kemudian Amak menenteng tas kosong yang selalu Biyah bawabawa selama empat tahun ini. Amak menuntunnya ke rumah kecil tempat mereka tinggal. Dituntun begitu, Biyah hanya diam. Tak tertawa. Tak juga menangis. Biyah bingung. Pikirannya serasa kacau. Ia tak bisa mencerna yang sedang terjadi. Tiba-tiba kepalanya sakit. Sakit sekali. Ia mengerang. Melawan rasa sakit. Ia berontak. Amak kesulitan menahannya. Ia ingin berlari ke pohon randu itu. Ingin membenturkan kepalanya ke batang randu. Ia ingin kepala tidak sakit lagi. Ia tidak tahan dengan rasa sakit. Biyah meraung. Ingin berlari ke pohon randu tapi amak memegangi tangannya. Memeluk tubuhnya sangat erat. Bahkan kedua adiknya berlari dari dalam rumah dan memegangi tangannya. Biyah bingung melihat reaksi keluarganya. Ia hanya ingin menghilangkan sakit kepalanya. Ia hanya ingin membenturkan kepalanya ke batang randu agar sakitnya hilang. Ia hanya ingin itu. Tapi kenapa keluarganya menahannya seperti ini. Biyah terus berontak. Dari mulutnya tak bisa keluar suara. Amak sudah dari tadi menangis. Ia bingung lagi. Kenapa Amak menangis? Apa yang Amak tangisi? Siapa yang Amak tangisi? Biyah terus meronta. Ia berteriak, menjerit-jerit. Rontaannya melemah saat adiknya yang paling bungsu menutupkan sapu tangan ke mulutnya. Biyah luruh ke tanah. Bersama tangisan diam amaknya. Tetangga yang melihat hanya bisa prihatin. Ini hal biasa bagi mereka. Biyah yang bekerja di luar negeri pulang empat tahun silam dalam kondisi setengah gila. SELESAI
KRITIK CERPEN
Dugaan yang Tak Terduga
M. Ismail Nasution, S.S., M.A.
Cerpen edisi Ganto karya Hera Gusmayanti ini amat menarik. Ketika saya membaca, ekspektasi saya sepertinya tidak berlaku. Pada awal cerpen, Biyah sebagai tokoh utama menjadi sumber harapan bagi saya sebagai pembaca untuk melihat betapa kuatnya rindu seorang anak yang sudah lama tidak bertemu dengan ibunya. Saya membayangkan pertemuan itu akan menciptakan suasana haru dan membaha-
giakan. Namun, ekspektasi itu buyar karena bukan peristiwa itu yang terjadi melainkan sebaliknya, Biyah setengah gila. Hal itu menakjubkan. Bagaimana pengarang menggiring pembaca, sehingga awalnya horizon harapan itu mekar seperti ekspektasi kebanyakan orang, namun pada akhirnya menguncup kembali karena peristiwa yang terjadi di luar dugaan pembaca. Pembaca menduga apa yang terjadi tetapi dugaan itu menjadi sesuatu yang tidak terduga. Bagian itu merupakan suspensi luar biasa, mengingatkan saya pada pengarang-pengarang ternama, seperti Budi Darma, Danarto, Harris Effendi Thahar, dan Seno Gumira Ajidarma. Cerpen ini juga kontekstual dengan situasi sekarang, bagaimana kisah Biyah menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri. Selama menjadi TKI, ia tidak
memberi kabar. Keluarga tidak tahu ia bekerja apa dan di mana. Sesungguhnya, persoalan TKI di Indonesia memang dilematis. Pada satu sisi, TKI salah satu pilihan masyarakat untuk tidak menjadi pengangguran. Namun, di lain pihak, banyak kasus kriminalitas dan asusila yang terjadi baik sebagai korban maupun sebagai pelaku. Mestinya, pemerintah harus mengatur sedemikian rupa agar tidak ada rakyat yang dirugikan. Hal itu menunjukkan bahwa karya sastra mengajarkan sesuatu kepada penikmatnya. Karya sastra menjadi wadah bagi budayawan dan sastrawan untuk turut andil dalam mengamati kehidupan lingkungan sosialnya. Demikian juga halnya dengan cerpen “Biyah�. Cerpen itu mengkritisi secara tidak langsung bagaimana fenomena kehidupan TKI yang ber-
nasib malang. Aspek berikutnya yang menarik dalam cerpen ini adalah bahasa yang indah. Penggunaan bahasa yang ringan, murni bercerita, dan bergaya metaforis itu mengasingkan (ungrammaticalities) karya ini sehingga bahasa itu memberikan efek estetis. Seperti pada paragraf kedua penggunaan diksi tanah merah, gersang, pohon randu, dan warna putih kekuningkuningan memancing pembaca untuk berfantasi. Kesan estetis begitu kuat pada pemilihan kata renyah, membatin dalam batin, merengkuh, membisikkan namanya lembut, membujuk air mata, dan sumringah. Seandainya pengarang memilih kata nyaring, berkata dalam hati, memeluk, menyebut nama dengan lembut, berhenti menangis, dan senyum kaget, tentu bahasa yang digunakan tak ubahnya seperti bahasa
dalam buku pelajaran. Kemudian, bahasa yang digunakan pengarang juga vitalitas, sehingga peristiwa tragedi seolah-olah dapat dilihat. Salah satu cara pengarang menghidupkan kalimatnya dengan menggunakan repetisi. Seperti kutipan berikut, Ia mengerang.... Ia berontak.... Ia ingin berlari ke pohon randu itu.... Ia ingin kepala tidak sakit lagi. Ia tidak tahan dengan rasa sakit. Pada kutipan itu, peristiwa dideskripsikan menukik ke atas yang diuraikan secara kronologis. Sampai pada bagian terakhir cerpen, pembaca akan merasakan suasana yang berbeda jika dibandingkan dengan bagian-bagian awal cerita. Cara ini amat tepat untuk memperkuat klimaks cerita. Sukses Hera Gusmayanti. Teruslah berkreativitas. (*)
SASTRA BUD AYA BUDA
22
Sajak
Maret-April 2015 Edisi No. 185/Tahun XXV
KRITIK SAJAK
Puisi: Ruang Imajinasi Pembaca
Kenang-an Aku suka mengotak-ngotakkan kenang-an. Dalam sebuah folder. Hingga ia petak seperti rubik. Ketika hanya ada aku dan hujan aku mulai mengotak-atik. Seperti sawah, aku membaginya dalam beberapa kapling. Kapling di tepi bandar sana, aku panen nanti ketika memoriku mulai dimakan hama. Kapling yang di kaki bukit itu, aku tuai saat musim sepi datang. Setawa dua tawa pasti dihadirkannya. Tapi, ada sekapling lagi yang aku biarkan dipatuk burungburung, itu buah kenang-an yang carut marut.
Munanti Sudah pukul 5 sore, dan sedari tadi aku masih menunggu di depan pintu rumah kita. Kendaraan banyak berlalu lalang semenjak siang menantang sore untuk datang Sekarang telah sepi, raung kereta Jepang sesekali berbunyi, Tetapi rabab yang sering diperdengarkan kemarin tak berbunyi hari ini Tentang keinginan, angan-angan, lalu seloyang khayalan gila yang kita gelakkan bersama. Siang telah menyudah, langit sore tak memerah, sedangkan sang mendung merajuk manyun tak mau lari dari atas atap rumah kita. Aku masih saja menunggu, Suara berat, rendah, lengkingmu yang membuat aku tertawa terpingkal-pingkal. Engkau kemana hari ini, baru saja ijab diucap, niat tersekap. Dan, Pintu rumah kita tetap saja terbuka, apakah kau akan datang ketika malam, seperti yang sudah kau lakukan kemarin petang. Sebelum engkau mengijab ulang. Padang, 2015 Mahawitra Jayawardhana Mahasiswa Sastra Indonesia TM 2012
Selain itu, aku gemar menabung kenang-an. Sekeping dua keping aku sisipkan ke dalam kantong. Mana tahu di jalan ada yang menjajal kepikunan, maka akan aku tukarkan sepenuhnya. Bukankah kenangan adalah lonceng pengingat?
Vera Yani Okta Martika Mahasiswa Sastra Indonesia TM 2012
Berpayungkan Malam Kelam disemai rintik air langit membasuh angin. Di kala langkah menapak pada tuju yang satu, waktu menendang keberanian tanpa kasihan. Di balik enggan, muda ini tersekap rayu. Bulan malu bahkan hanya sekadar mengintip di sepinya hari. Dingin membekap senandung degup tak berirama. Pucuk jantan bersembunyi di dahan kokohnya. Sementara tulang rahang semakin membeku hingga tak satu patah pun terpatri. Bahkan hanya berpayungkan malam, tapak menolak untuk menapak terlalu lekas. Rumput yang diterbangkan oleh kesunyian pun mengerti Di kala dua pasang bola mata menelangsirkan doa harap esok tiba. Kerinci, 14 Agustus 2014
Ratih Sophia Lestari Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sasta Indonesia TM 2012
Diasuh oleh Dr. Yenni Hayati, S.S., M.Hum.
Rabu, 16 April lalu saya menghadiri Pekan Kritik Sastra di FIB Universitas Andalas yang membicarakan kumpulan puisi Esha Tegar Putra, Dalam Lipatan Kain. Yang menarik dari diskusi hari itu adalah munculnya pertanyaan besar tentang “menghilangnya” misi penyair dalam puisi Indonesia Mutakhir. Banyak penyair yang mencipta puisi seolah-olah tidak punya misi. Di samping itu, puisi-puisi tersebut juga terkesan berjarak jauh dari pembaca, sehingga pembaca tidak dapat menikmati dan berkontemplasi. Terlepas dari semua itu, yang tak dapat dipungkiri, puisi memang mengandung apa yang dikatakan oleh Roman Jakobson dengan deformasi—penyimpangan dari bahasa sehari-hari— kambing hitam berjaraknya puisi dengan pembaca. Puisi yang diterbitkan Ganto kali ini juga mengandung deformasi di beberapa bagian, namun tidak membuat puisi-puisi tersebut berjarak jauh dari pembaca. Hal itu karena penyimpangan di dalam puisi tersebut masih berterima oleh pembaca, sehingga pembaca tidak merasa asing dengan penyimpangan tersebut. Beberapa penyimpangan bahasa yang terlihat, seperti penyimpangan morfologis; menyudah (berarti berakhir, pada baris ke-7 puisi “Munanti”), mengijab (berarti mengucapkan ijab, pada terakhir puisi itu), penyimpangan semantis; seperti ‘siang menantang sore untuk datang’, ‘raung kereta Jepang sesekali berbunyi’, ‘sang mendung merajuk’ (“Munanti”: baris ke-2, 3, dan 5), ‘air langit membasuh angin’, ‘waktu menendang keberanian’, ‘bulan malu’, ‘pucuk jantan bersembunyi di dahan yang kokoh’, ‘rumput yang diterbangkan oleh kesunyian pun mengerti’ (“Berpayung Malam”: baris 1/1, 2/ 1, ½, 3/2, dan 6/2), serta pada bait kedua dan ketiga puisi “Kenang-an”. Penyimpangan semantis itu terjadi karena penggunaan metafora, sehingga menimbulkan makna yang berbeda dari bahasa sehari-hari dan menimbulkan efek tertentu dalam puisi. Walaupun terdapat penyimpangan, tidak berarti penyair melanggar kaidah bahasa baku karena penyair menggunakan licentia poetica. Penyair diberi kebebasan untuk memanfaatkan sarana bahasa dalam mencipta puisi. Puisi Ganto kali ini sungguh menarik. Berulang kali saya baca, ada keindahan setiap kali menyesap kata demi kata yang terpapar di dalamnya, dan imajinasi saya sebagai pembaca berkembang sedemikian rupa. Ketiga puisi itu juga menawarkan dunia yang berbeda kepada pembaca. Meskipun belum memperlihatkan misi yang dibawa pengarangnya, puisi-puisi itu menawarkan sebuah dunia yang mengundang imajinasi pembaca untuk mengembara bersamanya. Selamat berkarya Mahawitra, Ratih, dan Vera, ditunggu puisipuisi kalian selanjutnya—Wassalam—Salam Puisi!!! (*)
C ATATAN BUD AY A BUDA
Robot Oleh Gumala Resti Halin Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris TM 2011
Kata robot berasal dari bahasa Ceko, robota, yang berarti pekerja atau kuli yang tidak mengenal lelah dan bosan. Robot merupakan sebuah mesin yang diciptakan untuk membantu berbagai aktivitas manusia agar dapat berjalan dengan lancar. Robot juga dirancang untuk melakukan kegiatan yang spesifik, sehingga mampu meminimalisir kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan oleh manusia. Ia dituntut untuk mampu melayani manusia kapan pun dan di mana pun bila diperlukan tanpa mengenal rasa bosan atau lelah. Robot dibuat untuk mengerti tetang apa-apa yang telah digariskan untuknya. Contohnya, robot komputer. Ia diharuskan untuk dapat menghitung angka-
angka tanpa kesalahan, membunyikan suara musik, menyimpan data, menampilkan film, dan lain sebagainya. Komputer tidak boleh bingung jika ia diperintahkan untuk menghitung sambil memperdengarkan musik. Konsep seperti itulah yang mewabah pada manusia sekarang. Bekerja menurut pola robot, manusia menanamkan konsep idealis sebagai manusia sempurna sehingga dapat melakukan ini dan itu tanpa kesalahan. Meskipun sebenarnya tidak ada manusia yang hidup tanpa kesalahan, mereka tetap mencoba untuk menjadi yang terbaik, berpacu dengan waktu, berusaha dan terus berusaha demi tercapainya sebuah misi dan perubahan ke arah yang lebih baik. Manusia idealis hari ini tidak akan
pernah membiarkan waktunya terbuang percuma. Setiap menit dan detik hari-harinya dipenuhi oleh harga mati. Harga mati untuk sebuah janji terhadap diri sendiri dan orang lain demi keselamatan jadwal yang telah tersusun rapi. Bagaikan mesin komputer, ia sudah terprogram untuk beraktivitas. Jika telah selesai jadwal A, maka jadwal B telah menanti, disusul oleh jadwal C, jadwal D, dan seterusnya. Sehingga jika deadline sudah mendesak secara paksa waktu istirahat pun ikut-ikutan menjadi jam kerja. Dua puluh empat jam pun bahkan rasanya tidak cukup. Menjadi manusia sibuk tidak salah. Namun, manusia yang terlalu sibuk terkadang tidak berpikir tentang efek negatif yang akan melanda. Menyibukkan diri dengan hal-hal yang positif memang sangat berharga. Selain menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman, mereka juga membiasakan diri untuk hidup disiplin. Visi, misi, tujuan, dan cita-cita pun mudah untuk diraih karena mereka ini manusia pekerja keras. Namun, jangan sampai ke-
sibukan itu mengganggu kesehatan, bahkan sampai tidak dapat bergaul dengan teman. Jangankan manusia, bahkan robot yang sudah terprogram pun akan tetap rusak jika mesinnya telah memanas. Akhirnya robot itu berakhir di tempat pembuangan barang-barang bekas, terlupakan. Robot juga butuh suplai baterai untuk energi baru. Ia juga butuh istirahat untuk pendinginan mesin. Seringkali manusia memaksakan diri menuruti ego untuk memenuhi sebuah misi tanpa memikirkan hal-hal kecil yang terkadang dianggap remeh. Sesuai kodratnya, manusia itu bukanlah robot yang dituntut untuk mampu melakukan berbagai hal yang sudah terprogram. Jangan mau diperbudak oleh kesibukan. Meskipun begitu, bukan berarti kesibukan harus dihindari, tetapi selingi kesibukan itu dengan istirahat dan bergaul dengan orang yang ada di sekitar. Dengan begitu hari-hari kita dipenuhi oleh kebahagiaan. (*)
Maret-April 2015 Edisi No. 185/Tahun XXV
23
GANTOPEDIA
Cermin Cerdas Cermin merupakan benda yang tak bisa lepas dari kehidupan seseorang, terutama kaum hawa. Banyak wanita yang duduk kebingungan di depan cermin, berpikir bagaimana menata rambut dengan berbagai model, memilih jenis make up yang cocok, atau dandanan seperti apa yang dipakai saat hendak pergi ke sebuah acara. Kini, hal seperti itu dapat diatasi dengan smart mirror (cermin cerdas). Smart mirror adalah cermin cerdas yang diperkenalkan di acara Consumer Electronics Show (CES) atau pameran teknologi canggih, di Las Vegas, 6-9 Januari 2015 lalu. Cermin ini dilengkapi dengan sebuah kamera yang dapat memindai dan menampilkan gambar hologram dari pengguna cermin. Jika pengguna duduk di depannya dan mengaktifkan fiturnya, cermin akan menampilkan bayangan gambar pengguna dan juga akan muncul fitur percontohan dari model. Fitur tersebut terdiri atas digital make-up, gaya rambut, gaya busana, dan sebagainya. Dengan digital make up yang dikemas dalam bentuk software, wanita dapat bereksperimen dengan berbagai macam gaya serta jenis make up hanya dengan menyentuh jenis make up yang dipilih di layar cermin tersebut. Pengguna juga bisa menambah blush on di wajah dan memberi warna bibir. Namun, hasil make up tersebut hanya dapat dilihat di cermin, bukan di wajah pengguna. Dengan kata lain, dengan cermin ini pengguna dapat mendemonstrasikan bentuk wajah dan penampilannya yang berbeda-beda jika didandani dengan jenis make up tertentu. Dengan teknologi ini, pengguna juga bisa mencoba berbagai setelan pakaian yang ingin mereka kenakan tanpa harus repot
IKLAN
mengganti atau mencoba beberapa baju. Pengguna cukup berdiri di depan cermin yang tersedia, kemudian mengaktifkan fitur jenis pakaian. Di layar cermin akan muncul berbagai jenis pakaian dengan berbagai style yang bisa dicoba pengguna. Pelanggan tak perlu mengambil pakaian dari hanger, cukup menunjuk jenis pakaian yang telah di data dalam interface. Setelan pakaian tersebut secara otomatis akan menyesuaikan diri dengan gestur tubuh pengguna yang ada di hadapannya. Keunikan lainnya dari cermin ini adalah bisa mendeteksi adanya gejala pada kulit wajah seperti kerutan, garis senyum, lubang bekas jerawat di wajah, dahi yang berminyak, kulit gelap, dan lain sebagainya. Cermin tersebut akan merekomendasikan make up yang sesuai dengan kondisi kulit pengguna. Ketika ada bayangan hitam akibat terlalu sering begadang, cermin akan menyarankan pengguna menggunakan concealer, membeli produk anti-aging, serta mengunduhkan resep jus. Cermin akan bertindak sebagai “asisten pribadi� penguna. Dengan kata lain, cermin tersebut akan menyarankan kosmetik apa yang cocok dipakai untuk menyelesaikan masalah wajah dan gaya rambut penguna, bahkan akan memberikan tips diet dan juga rincian tentang prosedur kosmetik. Cermin cerdas juga dapat disinkronisasikan dengan kalender smartphone dengan melakukan pengaturan terlebih dahulu. Dengan fitur ini, cermin akan mengetahui jadwal harian pengguna dan acara yang akan dihadiri pengguna. Cermin akan merekomendasikan pula dandanan yang tepat untuk acara yang akan dihadiri tersebut. Misalnya, dandanan untuk rapat dengan klien, belanja bulanan, olahraga
Mirror Smart Mirr or: Seorang perempuan sedang mencoba fitur smart mirror. Sumber: www.brit.co
mingguan atau sekedar bersantai ria di kafe. Smart mirror juga dilengkapi dengan remote dan dibekali kemampuan menangkap perintah lewat suara. Jadi, pengguna bisa mematikan software pada cermin ini cukup dengan mengatakan “Mirror off�. Cermin cerdas ini sebenarnya tidak hanya ditujukan untuk kaum hawa. Pasalnya, di dalam cermin ini juga terdapat fitur eksperimen wajah dan penampilan untuk laki-laki, seperti gaya rambut, menambahkan jambang dan kumis, dan juga merekomendasikan style pakaian. Namun, pilihan menu yang tersedia bagi pengguna laki-laki memang masih minim dan masih dalam tahap pengembangan. Cermin canggih nan cerdas ini telah
dimasukkan dalam kategori daftar 10 inovasi teknologi terbaik selama ajang CES 2015. Produk ini bisa menjadi stylist yang sangat pribadi di dalam rumah. Bisa juga menjadi asisten pribadi. Para pengembang menunjukkan bahwa kelebihan-kelebihan cermin ini bisa menjadi solusi untuk menentukan konsep rumah pintar (Smart Home) serta sangat bermanfaat di salon kecantikan dan outlet ritel kosmetik. Cermin tersebut dirancang agar pengguna lebih mudah dalam melakukan pekerjaannya. Sebab, itulah tujuan dari sebagian besar teknologi di ranah gadget, digital, komputer, dan elektronik. Mempermudah pekerjaan manusia. (Rizka Wahyuni dari berbagai sumber)
Maret-April 2015 Edisi No. 185/Tahun XXV
IKLAN
24