Edisi No. 179/Tahun XXIV/Maret-April 2014
ISSN: 1412-890X
2
Karena Kita Berbeda(?) Perbedaan selalu menjadi alasan bagi kita untuk saling bertengkar, bahkan Si Saling Tak Mengerti sering menjadi pemicu pergulatan emosi antara si pemilik konflik. Dan kita sering lupa ketika perbedaan pernah bisa menjadi alasan untuk kita saling berdamai. Bila dianalogikan pada pembentukan sebuah keadaan, kita akan merasa terasingkan oleh perbedaan yang menghempas antara cemburu dan rasa ingin memiliki. Adalah sebuah kedamaian ritme kehidupan yang selalu memunculkan problema dalam ikatannya. Seakan sebuah kemesraan yang tak mau melepaskan diri dari peraduannya, cerita ini akan selalu mengabadi dari rentang waktu yang terus melaju. Pernah menjadi sejarah, dan sekarang tinggal mengulang cerita tentang pendeskriminasian atas nama terabaikan. Bila cerita ini hanya akan hadir sebagai kenangan, maka adalah sebuah kesia-siaan bila pekik mereka tiada pernah kita perdengarkan secara seksama. Tentang mereka yang sebenarnya ingin larut dalam perhelatan “kehidupan sentosa kita” yang terlihat oleh kacamata mereka. Memang, tak bisa dipungkiri, bila kita telah berkorban sama, lalu kita ditakdirkan untuk berbeda, adalah sebuah kewajaran hati untuk terbakar cemburu oleh mereka yang mendapatkan lebih, apalagi jika mereka yang kita lihat terlihat seolah tak bersyukur. Begitu pula halnya dengan cabang-cabang yang seolah terabaikan keberadaannya. Padahal kita tahu, salah satu persendian kehidupan kita berlangsung karena sumbangsih metabolisme yang dilakukannya. Lalu dengan pongah kita mengangap hal ini sebagai dinamika kehidupan yang hanya perlu bersabar untuk sebuah kesejajaran dalam keadilan. Dikisahkan dengan data yang memang ditemukan berkeseliweran di sana, tentang mereka yang sering terabaikan oleh jarak dan waktu. Bahkan kematian dalam berkreativitas harus mereka tanggungkan oleh sebab “kita berbeda”. Namun, kita sebagai orang yang sedang tak terzalimi oleh keadaan, tak pernah tahu tentang upaya yang telah mereka lakukan untuk mengapungkan eksistensi diri. Mereka berdiri untuk dapat dilihat dan dianggap sejajar. Mereka berusaha untuk sebuah pengakuan, mereka berupaya demi kesejajaran, dan mereka berjuang untuk sebuah keadilan. Lantas, apa yang mampu kita lakukan sebagai pihak yang diharapakan? Apa yang akan kita lakukan ketika dianggap sempurna? Apa yang akan kita lakukan ketika mereka ingin kita untuk menoleh, melihat, lalu memperhatikannya? Sejauh ini, selama kita, Universitas Negeri Padang yang berlamatkan Air Tawar Padang, masih dianggap sebagai orang yang tak hanya menoleh, tak hanya melihat, tak hanya mengamati. Namun ketika harapan mereka membumbung tinggi akan perhatian kita untuk mereka yang memang merasa terabaikan oleh kita, oleh waktu, dan oleh jarak yang membentang. Lantas, apa yang akan kita lakukan untuk mereka?
+ Melirik Probelma Kampus Cabang - Lirik-lirik se nyoh? + UKT: Tak Ada Lagi Penurunan - Kalau Kenaikan baa? + Rencana Strategis UNP 2014-2018 - Semoga semakin... dan semakin...
Perhatian Kita terhadap Kampus-kampus UNP Bagi sivitas akademika yang melaksanakan aktivitas di Kampus Universitas Negeri Padang (UNP), mungkin saja kita belum memiliki wawasan kampus secara utuh. Perhatian kita terhadap kampus UNP mungkin saja terbatas pada kampus yang berada di Air Tawar Padang. Kita bisa saja belum memiliki wawasan dan kepekaan terhadap kampus-kampus UNP yang terdapat di beberapa wilayah seperti Kampus UNP di Lubuk Buaya Padang, Kampus UNP di Bandar Buat Padang, Kampus UNP di Limau Manih Padang, dan Kampus UNP di Bukittinggi. Oleh karena itu, sivitas akademika yang melaksanakan aktivitas di Kampus UNP Air Tawar Padang perlu memandang kampus-kampus UNP sebagai suatu kesatuan yang utuh. Perhatian dan wawasan sivitas akademika secara utuh terhadap kampus-kampus UNP harus disosialisasikan oleh pimpinan fakultas yang memiliki kampus tersebut. Selain itu, pimpinan universitas juga dapat mempublikasikan dan mempromosikan keberadaan kampus-kampus tersebut secara utuh melalui papan promosi di luar ruang, kalender, brosur, web universitas, dan lain-lain. Pimpinan universitas juga dapat mempublikasikan penyebutan kampus seperti kampus I, kampus II, kampus III, kampus IV, dan kampus V kepada sivitas akademika. Dengan penyebutan seperti itu, kita dapat mengembangkan wawasan kampus sebagai satu kesatuan yang utuh. Kita semestinya
menghindari penyebutan kampus pusat dan kampus cabang. Penyebutan kampus pusat dan kampus cabang tentulah kurang mendukung pengembangan wawasan kampus UNP secara utuh. Untuk memasyarakatkan wawasan kampus secara utuh, Humas UNP dapat berperan menyosialisasikannya kepada sivitas akademika di dalam kampus dan masyarakat di luar kampus. Jika diperlukan, pada semua gerbang utama kelima kampus UNP tersebut terdapat kalimat Selamat Datang di Kampus I Universitas Negeri Padang, dan seterusnya. Semua sivitas akademika harus mengetahui dan memaklumi kelima kampus tersebut. Ketika kita berada di Kampus I UNP, perhatian dan pikiran juga memaklumi adanya kampus-kampus UNP yang lain. Selain hal di atas, tentunya pula perhatian yang sangat penting terhadap kampus-kampus UNP selain di Air Tawar adalah melalui pengembangan fisik dan pengembangan kegiatan kemahasiswaan di setiap kampus tersebut. Pembangunan dan rehab gedung tentulah diperlukan sebagai bentuk perhatian pimpinan universitas terhadap kampus-kampus tersebut. Di bidang kemahasiswaan, perhatian yang perlu dilakukan adalah pengembangan berbagai kegiatan kemahasiswaan di setiap kampus tersebut. Jika diperlukan, pelaksanaan kegiatan kemahasiswaan dapat dilakukan secara silang antarkampus. Eto
makalah sosialisasi. Pembaca, pembahasan utama Ganto dalam laporan edisi ini akan dibahas mengenai Kampus Cabang UNP. Selain itu, pada rubrik Teropong akan dibahas mengenai permasalahan Uang Kuliah Tunggal yang masih menjadi polemik di kalangan mahasiswa, ketegasan aturan bagi penerima beasiswa Bidikmisi dan tentang pengangkatan dosen baru. Juga berita kegiatan yang diadakan oleh Kampus, Fakultas dan Unit Kegiatan Mahasiswa bisa dibaca pada rubrik Inter. Sebagian pemberitaan kegiatan juga kami terbitkan secara online melalui portal berita http://www.ganto.or.id. Foto Bersama: Usai melaksanakan ujian presentasi makalah sosialisasi, Jangan lupa, pada rubrik Artikel, anggota magang angkatan ke-19 foto bersama Kru di Sekretariatan SKK Ganto kali ini memuat tulisan mengenai Ganto, Minggu (27/3). f/Jefri sebuah musik yang memiliki pengaruh Assalamualaikum Wr. Wb. akan perpolitikan di dunia. Dapatkan “Kadang, letih pun tak salah. Dia menjadi pengingat juga cerita tentang perjalanan teman kita dari Jurusan ketika tubuh tak lagi sanggup. Meski semangat masih Bahasa ketika mengikuti kegiatan ILMIBSI di Univerbergelora.” sitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur dalam rubrik Ragam. Juga, resensi buku-buku terbaru koleksi Siapa yang tidak akan letih tubuhnya ketika dibawa perpustakaan Ganto, Cerpen, dan Puisi pada rubrik terus menerus bekerja? Bahkan robot pun akan aus Sastra dan Budaya. mesinnya jika dipaksakan bekerja terus menerus, butuh Pembaca, Mei nanti usia Ganto kembali bertambah. perawatan tinggi supaya performa robot tetap berjalan Ganto akan memasuki usia perak, 25 tahun. Untuk baik. Begitu juga dengan Kru Ganto. Perkuliahan memeriahkan peringatan ulang tahun ini, Ganto akan yang menjadi tuntutan utama sebagai mahasiswa harus mengadakan beberapa rangkaian acara, yaitu Pelatihan dipenuhi di samping kewajiban menyampaikan Ganto Keterampilan Jurnalistik Tingkat Dasar, Lomba Penulisan ke tangan pembaca. Tak jarang membuat tubuh dan Cerpen, Lomba Fotografi, serta Diskusi Publik. Salurkan mulut menggambarkan dan mengeluarkan letih. Apalagi bakat pembaca melalui acara yang Ganto angkatkan di tengah penggarapan edisi 179 ini, kru Ganto juga ini. Silakan datang ke sekretariat untuk mendapatkan menghadapi Ujian Tengah Semester. Tetapi, semangat informasi lebih lanjut. untuk menyampaikan Ganto ke tangan pembaca tak Terakhir, seiring bertambahnya usia Ganto, kritik boleh pudar. Hingga letih yang dirasa terbayar dengan dan saran membangun dari pembaca selalu ditunggu, terbacanya tulisan ini oleh pembaca. agar tidak hanya mapan di usia, dari isi pun Ganto Disamping itu, pertengahan Maret lalu, proses harus bisa memapankan diri. Selamat membaca. kaderisasi untuk pergantian generasi kepengurusan Scripta Manent, Verba Volant. Ganto telah dimulai dan telah masuk tahap presentasi Salam Pers Mahasiswa!
Surat Kabar Kampus Universitas Negeri Padang STT No. 519 SKK/DITJEN PPG/STT/1979, International Standard Serial Number (ISSN): 1412-890X, Pelindung: Rektor UNP: Prof. Dr. Phil Yanuar Kiram, Penasehat: Pembantu Rektor III UNP: Dr. Syahrial Bakhtiar, M.Pd., Penanggung Jawab: Prof. Dr. Ermanto, M.Hum., Dewan Ahli: Aai Syafitri, Faeza Rezi S, Mardho Tilla, Wezia Prima Zolla, Ismeirita, Rahmi Jaerman, Winda Yevita Dewi, Ariyanti Staf Ahli: Konsultasi Psikologi: Niken Hartati, S.Psi., M.A., Konsultasi Agama: Dr. Ahmad Kosasih, M.A., Konsultasi Kesehatan: dr. Pudia M. Indika, Kritik Cerpen: M. Ismail Nasution, S.S., M.A., Kritik Puisi: Zulfadhli, S.S., M.A., Pemimpin Umum: Jefri Rajif, Pemimpin Redaksi: Meri Susanti, Pemimpin Usaha: Novi Yenti, Bendahara Umum: Gumala Resti Halin, Kepala Penelitian dan Pengembangan: Liza Roza Lina, Sekretaris: Juliana Murti, Redaktur Pelaksana: Wahida Nia Elfiza, Redaktur Berita: Media Rahmi, Fitri Aziza, Redaktur Tulisan: Ranti Maretna Huri, Redaktur Bahasa Sastra dan Budaya : Yola Sastra, Redaktur Artistik dan Online: Edo Febrianto, Layouter: Doni Fahrizal, Fotografer : Ratmiati, Reporter: Fidia Oktarisa, Wici Elvinda Rahmaddina, Redda Wanti, Novarina Tamril, Staf Penelitian dan Pengembangan : Sri Gusmurdiah, Sirkulasi dan Percetakan: Sonya Putri, Kesekretariatan dan Perlengkapan: Khadijah Ramadhanti, Iklan: Suci Larassaty Penerbit: SKK Ganto UNP, Alamat: Gedung PKM UNP Ruang G 65 Universitas Negeri Padang , Jl. Prof. Dr. Hamka, Air Tawar. Kode pos 25131. Laman web : http://ganto.or.id , Postel : redaksiganto@gmail.com, Percetakan: Unit Percetakan PT. Genta Singgalang Press (Isi di luar pertanggungjawaban percetakan), Tarif iklan: Rp1.500,- (permilimeter kolom-hitam putih), Rp3.000,- (permilimeter kolom full colour), 1/4 halaman belakang Rp1.000.000,- ( full colour), Iklan Baris Rp 1.000,- (perbaris). Redaksi menerima tulisan
berupa artikel, esei, feature, cerpen, resensi buku, puisi, dan bentuk tulisan kritis lainnya dari sivitas akademika UNP. Redaksi berhak menyunting tulisan tanpa mengubah esensinya. Tulisan yang masuk menjadi hak redaksi dan yang tidak dimuat akan dikembalikan atau menjadi bahan edisi berikutnya. Setiap tulisan yang dimuat akan diberi imbalan/uang lelah semestinya.
Edisi No. 179/Tahun XXIV/Maret-April 2014
3 SKK Ganto menerima surat pembaca baik berupa keluhan, kritikan, saran, dan permasalahan tentang lingkungan sekitar UNP. Surat pembaca dapat dikirimkan melalui email: redaksiganto@gmail.com atau dapat diantar ke redaksi SKK Ganto, Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Ruang G65 UNP dengan dilampirkan kartu identitas: KTP atau KTM.
Rawan Helm Dua bulan belakangan, helm saya hilang di parkiran FIS depan FE. Sebelum helm saya hilang, teman saya juga mengalami hal serupa, kira-kira seminggu sebelum saya kehilangan helm. Pada saat bersamaan bukan hanya teman saya yang kehilangan, tetapi ada dua orang mahasiswa lain yang juga kehilangan helm. Saya harap petugas keamanan (security) bisa bekerja lebih optimal agar hal serupa tidak terjadi lagi. Rama, Mahasiswa Bimbingan Konseling
Perpustakaan FT Ketika saya mengunjungi perpustakaan FT, saya melihat koleksi buku-buku di perpustakaan FT tidak lengkap. Buku-buku yang sering saya butuhkan sering tidak ada. Alangkah baiknya, kalau koleksi buku-bukunya ditambah agar mahasiswa menjadi lebih rajin mengunjungi perpustakaan FT. Fauzana, Mahasiswa FT UNP
Prasarana Kampus Saya merasa prasarana kampus, seperti halnya di ruang kuliah Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNP tidak dipergunakan dengan efektif. Misalnya penggunaan AC yang tidak maksimal. Ruangan ber-AC tapi tidak bisa dihidupkan karena daya tegangan listrik fakultas tidak mendukung. Seharusnya hal tersebut disikapi dengan bijak, supaya AC tersebut dapat dipergunakan demi mendukung kenyamanan belajar. Misalnya dengan menambah daya tegangan listrik. Terima kasih. Nofrahadi, Mahasiswa FBS UNP
Pemulung Masuk Kampus Mewujudkan kampus yang bersih, nyaman, dan indah tentunya dambaan semua orang. Saya terganggu dengan banyaknya pemulung di lingkungan kampus. Menurut saya mengganggu kenyaman dan keindahan kampus. Saya harap ada kebijakan UNP menanggapi persoalan tersebut. Mellisa Riza, Mahasiswa UNP
Keamanan Musala FBS Sudah beberapa kali terjadi kehilangan barang-barang seperti tas, laptop, dan barang berharga lainnya di Musala Amanah FBS. Menanggapi itu ada baiknya ada kebijakan dari pihak FBS untuk memasang CCTV seperti di Masjid Al-azhar. Menurut saya kejadian yang sudah berkali-kali terjadi itu terjadi karena ada kesempatan dan kurangnya keamanan. Rosi Arnis Saputri, Mahasiswa FBS
Mahasiswa Autis saan yang sulit dirubah. Padahal mahasiswa salah satu golongan yang mengobarkan seMahasiswa Pendidikan Sejarah TM 2011 mangat nasionalisme yang tinggi pada masa dahulunya. Hingga kemudian lahirlah organisasi-orgaDi dunia serba modern ini, nisasi pergerakan pada tahun 1908 penyandang keterbatasan fisik atau mental tidak hanya ditemukan pada kalangan disabilitas. Bahkan, manusia normal pun dapat dikategorikan kepada golongan terSejatinya mahasiswa adalah sebut, karena mengidap pengendali, penggerak gangguan atau bermasalah pabangsa, supaya bisa bangda fungsi dan struktur tubuh, kit dari keterpurukannya. keterbatasan aktivitas, dan Bukan hadir sebagai pembatasan partisipasi. Seperti autis, remaja sekarang seorang individualis, kerap menyandang gejala ini, apatis, dan autis di tengah khususnya mahasiswa. membanjirnya informasi Autis bermula dari kata dan semakin majunya autisme, dari bahasa Yunani teknologi. yang berarti keadaan diri sendiri. Serupa gejala menutup diri secara total, kecendrungan menyendiri, tidak mau berhubungan dengan orang lain dan asyik dengan dunia- yang dikenal dengan Budi Utomo nya sendiri. Autis pada umumnya sebagai organisasi pelajar. Orgadibawa oleh anak sejak lahir ka- nisasi ini mengawali semangat rena hormon yang tidak berfung- munculnya organisasi pergerakan si dengan baik dan ketidak- lain seperti Serikat Islam, Indiche mampuan berkomunikasi. Partij, organisasi Kristen, MuhamNamun kenyataannya sekarang, madiyah, NU, dan PNI. mahasiswalah yang banyak mengiGerakan lainnya dari pemuda dap autis. Bukan bentuk fisik atau Indonesia tahun 1928, yaitu memunketidakmampuan berkomunikasi culkan Sumpah Pemuda dan mamdan menyesuaikan diri, melainkan pu mengetarkan jiwa pemuda Indomelupakan hal-hal berbau sosial nesia untuk mencapai kemerdedan lebih suka menyibukkan diri kaan yang sebenarnya. Kesatuan sendiri. Sikap dan cara bertingkah bahasa dan bangsa Indonesia yang laku mahasiswa sebagai makhluk menjadi semangat untuk melawan sosial seolah sudah terlupa. kolonialisme. Tak hanya sampai Seperti halnya lingkungan di situ, pada zaman fasisme Jepang, kampus, mahasiswa sibuk dengan golongan muda pulalah yang diri sendiri tanpa memperhatikan menggerakkan golongan tua, kesekitar. Apatis terhadap organisasi mudian melarikan Soekarno dan kampus, tidak peka dengan situasi Hatta ke Rengasdengklok guna dan kondisi yang ada, bahkan mempercepat proklamasi. Hingga budaya senyum, salam dan sapa, akhirnya kemerdekaan Indonesia sudah mulai pudar di kalangan diproklamasikan pada 17 Agustus mahasiswa. Hal ini tentulah 1945. berbahaya, apalagi jika dibiarkan Masihkah ada pemuda Indoneberlarut-larut, akan menjadi kebia- sia serupa pendahulunya pada era Oleh Rettu Fitria Nita
sekarang? Padahal mahasiswa merupakan insan akademis cerdas yang akan melanjutan kehidupan Indonesia ke depannya. Seharusnya mahasiswa sebagai agent of change, agent control, dan iron stock, memainkan peran sesuai karakter. Bukan malah terjebak dengan kondisi autis, dan melupakan tugas sesungguhnya. Di tengah membanjirnya informasi dan teknologi, mahasiswa seharusnya bisa mengendalikan. Menempatkan dan memanfaatkan teknologi sebagaimana seharusnya. Bukan malah diperbudak dan hanyut oleh derasnya. Hal inilah yang justru menjadi pemicu autis tersebut. Mahasiswa terlena oleh globalisasi, terkungkung teknologi yang justru semakin menjauhkannya dari sekitar. Menghambat keterampilan sosialisasi, berkomunikasi lisan, kerja sama yang solid, serta kemampuan problem
solving. Sebenarnya, peduli terhadap lingkungan sekitar dapat mencegah autis sebelum mengakar. Sejatinya mahasiswa, pemuda, serta pelajar merupakan pemegang kendali selanjutnya. Berani mengambil keputusan dan bertindak bijaksana merupakan tuntutan seorang pemuda, guna membebaskan bangsa ini dari penjajah modern yang melumpuhkan generasi penerus. Mari cahayakan kembali peran mahasiswa yang sudah mulai redup. Karena mahasiswa mempunyai andil yang besar untuk negeri. Jangan sampai bangsa ini mempunyai generasi cacat mental. Segala sesuatu mesti dibenahi dari dalam diri. Serupa kutipan yang didengungkan oleh Samuel Smiles.
Menabur pikiran, menuai tindakan. Menabur tindakan, menuai kebiasaan. Menabur kebiasaan, menuai karakter. Menabur karakter, menuai takdir.
Edisi No. 179/Tahun XXIV/Maret-April 2014
4
Laporan
para mahasiswa yang tengah menuntut ilmu di Kampus II UNP Lubuk Buaya. Para mahasiswa sangat menginginkan kelengkapan dan ketepatan informasi di kampus cabang. Hal ini diungkapkan oleh salah satu Mahasiswa Pendidikan Olahraga TM 2011, Robert Irwanda. Ia mengatakan bahwa sulit sekali menemukan informasi di kampus cabang ini. salah satu faktor yang diungkapkan Robert adalah ketiadaan organisasi mahasiswa PO yang berkiprah di Kampus Cabang Lubuk Buaya, sehingga menyebabkan mahasiswa kehilanga n arah u ntuk tempat bertanya perihal informasi penting yang diinginkan. “Susah rasanya dapat informasi yang tepat,” ungkapnya. Selain itu, ia juga menambahkan bahwa Kampus Pendidikan Sarana dan Prasarana: Sekretariat Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Pendidikan Luar Biasa FIP UNP Padang yang berlokasi di Limau Manis Padang, Selasa Olahraga Cabang Lubuk (20/3). f/Nia Buaya belum mempuyai Wi-Fi. Padahal fasilitas ini sangat dibutuhkan oleh mahasiswa terlebih pada perkembangan zaman sekarang. “Jika keadaan seperti ini, kami ingin kuliah di kampus pusat saja,” ujarnya lagi. Senada dengan Robert, Muhammad Reza, Mahasiswa Pendidikan Olahraga TM 2011 juga mengeluhkan hal yang sama. Selama Reza kuliah di Kampus “Fasilitas menjadi problema dalam meningkatkan efektivitas proses perkuliahan.” PO Lubuk Buaya, ia tidak pernah menikmati fasilitas Wi-Fi seperti yang didapatkan oleh mahasiswa kampus pusat Oleh Wahida Nia Elfiza dan Meri Susanti (Air Tawar). “Bagaimana menikmatinya, fasilitasnya saja belum ada,” ungkapnya. am tangan Meri Rahmayati menun pergi ke laboratorium untuk melihat sua- hasiswa harus pergi ke warung internet Selain itu, ia juga mengatakan bahwa jukkan pukul 07.30 WIB. Pagi itu sana dan kondisi laboratorium. Jika labo- (warnet) serta memanfaatkan modem yang perpustakaan yang diharapkan menjadi Meri akan mengikuti proses ratorium kosong, maka perwakilan kelas ada untuk mencari tugas kuliah. “Padahal alternatif bagi mahasiswa untuk mendaperkuliahan dengan mata kuliah Ilmu akan menelepon dosen yang bersangkutan. kami sangat butuh Wi-Fi untuk perkem- patkan sumber ilmu (buku) malahan jarang Pengetahuan Alam (IPA). Sesampainya di Lalu Nara dan teman-tamannya terpaksa bangan informasi,” jelasnya, Jumat (4/4). sekali dibuka. “Perpustakaan di kampus kampus tempatnya menggali ilmu, Meri belajar di ruang laboratorium. “Manfaatkan Bicara mengenai perkembangan cabang ini belum menjalankan peranannya segera bergabung dengan teman-temannya apa yang ada,” ujar Nara sambil tersenyum, informasi, Novi juga mengeluhkan keter- sebagaimana mestinya,” ujarnya. Lebih yang juga ikut mengambil mata kuliah Jumat (4/4). lambatan informasi yang datang ke lanjut Reza berharap semoga peningkatan IPA dengan dosen yang sama. Lalu mereka Tidak hanya ruang kuliah saja yang Kampus PGSD Cabang UPP III Bandar sarana dan prasarana di Kampus PO Lubuk pun menuju ruangan perkuliahan. Ketika diperebutkan, infocus pun menjadi sasaran. Buat. Ia mengatakan bahwa mahasiswa di Buaya dapat segera diwujudkan. sampai di depan lokal kuliah yang Menurut sepengetahuan Nara, jumlah info- sini sangat butuh informasi yang cepat Peningkatan sarana dan prasarana dadimaksud, Meri beserta teman-temannya cus yang ada di Kampus PGSD Cabang dan sama dengan mahasiswa yang berada lam proses perkuliahan juga menjadi babingung dan terkejut. Pasalnya lokal kuliah UPP III Bandar Buat sudah lebih dari cukup kampus pusat, salah satunya informasi gian harapan mahasiswa pendidikan luar yang dituju telah terisi oleh kelas lain alias banyak. Namun hanya satu buah mengenai beasiswa. Namun, fakta yang biasa (PLB) yang berlokasi di Limau Manih. yang sama-sama masuk pada jam tersebut. yang berfungsi. Sehingga antara lokal yang terjadi mahasiswa kampus cabang selalu Kekurangan tersebut sangat dirasakan oleh Akhirnya Meri beserta teman-temannya satu dengan lokal lainnya harus berebut ketinggalan informasi. “Kalau pendaftaran mahasiswa yang membutuhkan peralatan memutuskan untuk mencari lokal yang infocus . “Jumlah banyak tapi tidak beasiswa hampir tutup, informasi tersebut khusus dalam belajar atau mahasiswa kosong. Namun harapan mereka tidak berfungsi dan tidak diperbaiki,” ujarnya baru sampai ke sini,” keluhnya. disabilitas. Seperti belum tersedianya meja bersambut, lokal kosong yang diharapkan lagi. Lebih lanjut, Novi mengatakan hendak- belajar bagi mahasiswa tunanetra, jalan tidak didapatkan. Menghadapi permasaPerihal infocus, Darmawan salah seo- nya pembangunan di kampus cabang ini khusus untuk mahasiswa turnanetra dan lahan tersebut akhirnya Meri beserta rom- rang pegawai Tata Usaha PGSD cabang tidak sekedar memperbaiki bagian luar turnadaksa, serta belum tersedianya bukubongan belajar di laboratorium. Meri ada- UPP III Bandar Buat membenarkan hal saja seperti pebaikan gerbang masuk kam- buku pelajaran untuk mendukung perkulah mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah tersebut. Berdasarkan pantauan Darmawan pus. Tetapi juga memperbaiki kelengkapan liahan mahasiswa berkebutuhan khusus Dasar (PGSD) TM 2012. Menurut Meri, dari 8 jumlah infocus yang tersedia, me- sarana penting dalam perkuliahan serta tersebut. Ririn Sianipar, salah satunya Maproblema perebutan lokal kuliah sudah mang hanya satu unit infocus yang bisa pelayanan informasi bagi mahasiswa. “Tidak hasiswa PLB TM 2012 ini sering meminta sering terjadi di Kampus Unit Pembantu digunakan. Selain infocus, Darmawan juga hanya perbaikan eksternal kampus, tetapi tolong kepada temannya untuk membaPusat (UPP) III Bandar Buat. Hal ini dise- mengatakan bahwa ketidaklengkapan alat juga internal kampus,” harap Novi. cakan materi perkuliahan dari buku-buku babkan jumlah mahasiswa yang bertambah tulis kantor (ATK) juga menjadi kendala, Persoalan informasi beasiswa yang yang digunakan mahasiswa normal saja, banyak tidak diiringi dengan penambahan contohnya saja tinta spidol. “Terkadang kurang update di Kampus PGSD Cabang setelah itu Ririn yang menuliskannya. jumlah lokal kuliah. Sehingga menyebabkan ada dosen yang mengajar tidak menggu- UPP III Bandar Buat juga dirasakan oleh “Karena saya kesulitan menggunakan buku ruang laboratorium menjadi alternatif tem- nakan spidol,” ungkapnya, Jumat (4/4). mahasiswa yang menimba ilmu di Kampus yang ada,” ujarnya, Senin (24/3). pat pelaksanaan proses perkuliahan. “SeSelain terkendala fasilitas vital dalam V UNP Bukittinggi, hal ini diutarakan Tidak berbeda jauh dengan yang harusnya bukan laboratorium tempatnya,” proses perkuliahan, fasilitas pendukung oleh Intan Azura mahasiswa Psikologi TM dialami Ririn, Hendra Wijaya mahasiswa ujar Meri, Jumat (4/4). yang dibutuhkan mahasiswa namun tidak 2010. Sedangkan untuk kendala lain, Intan PLB yang mengalami gangguan pada Senada dengan Meri, Nara Putri maha- terpenuhi adalah ketersediaan jaringan Wi- memaparkan perihal fasilitas kampus yang penglihatannya ini mengaku sangat memsiswa PGSD TM 2011 Cabang UPP III Bandar Fi. Hal ini diungkapkan oleh Novi, ma- telah rusak seperti bangku-bangku perku- butuhkan fasilitas yang mendukung keBuat lainnya juga pernah mengalami hal hasiswa PGSD Cabang UPP III Bandar Buat liahan yang tidak layak pakai, toilet yang giatan perkuliahannya. Dalam hal ini ia yang serupa. Nara dan teman satu kelasnya TM 2012. Menurut Novi, ketersediaan Wi- kurang memadai serta ketersediaan air berharap tersedianya fasilitas talking juga pernah memanfaatkan laboratorium Fi di kampus ini masih kurang membantu yang sering menjadi masalah. “Saya berha- book untuk mengatasi permasalahan yang untuk kuliah. Biasanya, salah seorang dan butuh perbaikan ke depannya. Pasalnya rap semua ini mulai diperbaiki,” ujar Intan. dialaminya. “Alangkah lebih baiknya ada perwakilan dari kelas Nara akan mencari Wi-Fi yang ada di Kampus PGSD ini sangat Harapan yang terucap dari Mahasiswa fasilitas seperti itu,” harapnya Hendra. lokal kosong terlebih dahulu untuk kuliah. lambat dan tidak tersebar secara merata Kampus V UNP Bukittinggi Prodi Psikologi Jika tidak ada maka perwakilan itu akan di wilayah kampus. Akhirnya, banyak ma- ini juga menjadi keinginan yang kuat dari Laporan Kru SKK Ganto
Melirik Problema Kampus Cabang
J
Edisi No. 179/Tahun XXIV/Maret-April 2014
Laporan
5
Kampus Cabang Menuju Perbaikan “Walaupun kekurangan masih dirasakan, usaha perbaikan sudah dilakukan dan diupayakan, hanya saja harus menunggu.” Oleh Wahida Nia Elfiza dan Meri Susanti
Kampus Cabang: Kampus Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang yang berda di Lubuk Buaya Padang, Rabu (21/3). f/ Ratmiati
B
ukittinggi masih terasa dingin k et i k a R e po rt er Gan t o menginjakkan kakinya di sekitar Jalan Batang Masang, Kelurahan Belakang Balok, Bukittinggi. Sebelah kanan bila datang dari arah Jam Gadang tampak dengan megah sebuah gerbang bertuliskan “Universitas Negeri Padang”. Adalah bagian dari kampus Universitas Negeri Padang (UNP), atau yang lebih dikenal dengan Kampus V UNP Bukittinggi. Aktivitas pagi Kota Bukittinggi ini diramaikan oleh lalulalang mahasiswa yang mempuyai tujuan tempat yang berbeda. Ada yang menuju ruang perkuliahan, parkiran, kafe, dan warung fotokopi. Kampus V merupakan salah satu kampus cabang UNP yang ditempati oleh Mahasiswa Program Studi (Prodi) Psikologi, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) dan Prodi Manajemen Perhotelan TM 2013. Menurut Koordinator Tata Usaha M. Sawir, S.Pd., semenjak tahun 1991, kampus cabang ini telah ditempati oleh Jurusan PGSD, yang dahulunya PGSD bernama Sekolah Pendidikan Guru (SPG). Lalu seiring dengan perubahan tersebut Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Padang juga berubah menjadi sebuah universitas, yakninya Univ ersitas Negeri Padang (UNP). Pada intinya perubahan tersebut berbanding lurus dengan penambahan jurusan dan prodi, salah satunya dibuka Prodi Psikologi yang bertujuan untuk memperluas Jurusan Bimbingan Konseling (BK) oleh Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP). Kebijakan FIP jualah yang mengantarkan Prodi Psikologi ditempatkan di kampus V UNP menyusul Jurusan PGSD yang terlebih dahalu berada di sana. Terakhir, tahun 2013 lalu Prodi Manajemen Perhotelan juga turut bergabung di kampus yang terletak di Kota Bukittinggi tersebut. “Salah satu alasan penempatannya karena Bukittinggi merupakan lokasi yang strategis,” ujarnya. Sebagai koordinator TU yang telah 26 tahun bekerja di Kampus V Bukittinggi UNP ini, Sawir tahu betul perkembangan Kampus V dari waktu ke waktu. Menilik perkembangan sarana dan prasarana, ia mengatakan bahwa hampir tiap tahun
yang ada. Seperti halnya di PLB terdapat beberapa mahasiswa dengan katergoti Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) pada setiap angkatan. “Setiap mahasiswa ABK juga membutuhkan sarana dan prasarana yang sama bagi proses perkuliahan mereka,” ungkap Fatma, Kamis (27/2). Tidak jauh berbeda dengan yang diungkapkan oleh Fatma, sarana dan prasarana yang tersedia di laboratorium PLB Limau Manih masih terbilang kurang lengkap. Hal ini diungkapkan oleh Dra. Kasiyati, M.Pd. Ia mengatakan bahwa alatalat yang tersedia di laboratorium merupakan hibah dari SGPLB dan sekarang ini banyak alat-alat tersebut yang mengalami kerusakan dan tidak dapat dipakai lagi. Sebagai solusi untuk mengatasi hal tersebut, pihak PLB telah mengajukan surat permintaan peralatanperalatan yang dibutuhkan ke kampus pusat, tetapi hasil dari pengajuan surat tersebut belum diketahui hasilnya sama sekali. “Namun yang jelas Rektor UNP telah berjanji akan memenuhinya,” ujarnya. Kamis (10/4). Sedangkan untuk kampus II UNP Lubuk Buaya, kelengkapan sarana dan prasarana tidak terlalu menjadi kendala. Hal ini diungkapkan oleh Drs. Qalbi Amra, M.Pd.
perbaikan dan pembaharuan kampus ini dinas dengan bangunan yang berasal dari dilakukan seperti pembangunan kantor sumbangan Bank Dunia. Namun pada kepala Unit Pembantu Pusat (UPP), kantor tanggal 1 Juli 1995 SGPLB berintegrasi ke Prodi Psikologi, perbaikan perpustakaan, IKIP (sekarang UNP) dengan tamatan S1. dan pembangunan. Pembangunan yang Semenjak berintegrasi dengan IKIP Tahun akhir-akhir ini dilakukan adalah pembangunan gerbang utama di depan kampus. Sedangkan untuk fasilitas pendukung proses pembelajaran seperti alat tulis kantor terkadang tidak mencukupi. Hal in i disebabkan pengadaan alat tersebut harus berkoordinasi terlebih dahulu dengan pihak fakultas, karena jurusan tidak berhak melakukan pengadaan barang begitu saja tanpa sepengetahuan pihak fakultas. Untuk fasilitas pendukung lainnya di Kampus V UNP seperti ruangan kelas memang terbilang mencukupi dan layak digunakan, tetapi dalam hal ini Sawir menyampaikan perlu renovasi beberapa ruangan kelas karena dari segi estetika ruangan kelas tersebut sudah tidak enak dipandang mata. “Contohnya kaca di ruangan kelas sudah banyak yang pecah,” ungkap Sawir. Namun di balik hal tersebut, Pembangunan: PGSD UPP III Bandar Buat FIP UNP tengah berusaha meningkatkan sarana dan prasarana dapat menunjang kegiatan mahasiswa, salah satunya dengan membangun kelas Baru di samping menurut Sawir, pihak UPP tidak yang Asrama Mahasiswa, Jumat (4/4). f/doc bisa memperbaiki begitu saja, karena semua alat dan bahan berasal dari 1995, Pendidikan Luar Biasa juga sudah yang telah 25 tahun mengajar di Jurusan pusat. Pihak UPP cuma bisa merencanakan menerima mahasiswa melalui jalur Seleksi Pendidikan Olahraga. perbaikan serta mengajukannya ke pihak Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Ia mengatakan bahwa sarana dan fakultas yang berada di kampus pusat. “Kami “Begitulah sekilas kisah PLB UNP,” ungkap prasarana di Kampus II UNP lumayan telah mengajukan perbaikan, tetapi belum Fatmawati mencukupi, seperti ruangan belajar, media, turun keputusannya,” ungkap Sawir lagi. Fatmawati merupakan dosen yang telah dan peralatan olahraga. Jika peralatan tidak Selain Kampus V yang berada di mengabdikan dirinya selama lebih kurang ada maka bisa meminjam dan menggunakan Bukitinggi, UNP juga mempunyai kampus 20 tahun di PLB. Sebagai dosen yang terbi- peralatan yang berada di kampus pusat. cabang yang masih berada dalam lingkup lang cukup lama mengajar, Fatma menga- Hal ini dilakukan dengan cara mengkomuKota Padang, yaitu Kampus UPP IV Limau mati pekembangan kampus cabang, nikasikan kekurangan tersebut kepada Manih. Kampus ini ditempati oleh Maha- contohnya dari segi sarana dan prasarana. perlengkapan yang ada di kampus pusat siswa Pendidikan Luar Biasa (PLB). Menurut Menurut Fatma sarana dan prasarana di sehari sebelum perkuliahan dilakukan. Fatmawati, M.Pd, PLB UNP adalah satu- kampus PLB masih kurang memadai bagi “Dengan demikian peralatan yang dibutuhkan satunya jurusan yang terdapat di Sumatra. mahasiswa, terutama bagi mahasiswa akan disediakan dan boleh di bawa ke Pada tahun 1987, PLB bernama Sekolah disabilitas. Sebagaimana layaknya bangunan kampus cabang,” ujarnya. Selasa (8/4). Guru Pendidikan Luar Biasa Diploma 3 perkuliahan, PLB sebaiknya disesuaikan (SGPLB D3) yang berada di bawah naungan dengan keadaan dan kondisi mahasiswa Laporan Kru SKK Ganto
Edisi No. 179/Tahun XXIV/Maret-April 2014
Laporan
6
Upaya di Balik Kreativitas Mahasiswa Kampus Cabang “Persoalan dana dan partisipasi mahasiswa turut mempengaruhi pengembangan kreativitas mahasiswa kampus cabang.” Oleh Wahida Nia Elfiza dan Meri Susanti
Bahasa Isyarat: Ketua Tutor PLB beserta siswa dari SLB Wacana Asih tengah mempraktikkan abjad kepada peserta Kuliah Umum Bahasa Isyarat yang diselenggarakan di Auditorium Prof. Kamaluddin FE UNP, Selasa (22/4). f/ Ratmiati
S
ore itu, Kampus Pendidikan Luar Biasa (PLB) masih tampak ramai. Teriakan beberapa orang mahasiswa menjadi hiasan tersendiri di kampus yang terletak di daerah Limau Manih itu. Sesekali bola voli melayang di udara, lalu turun, melayang lagi dan jatuh. Seketika terdengar teriakan yang diiringi tepuk tangan dari penonton yang berada di pinggir lapangan. Begitulah sekilas keramaian sore itu. Sore yang dimanfaatkan para pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) PLB untuk meningkatkan keakraban antar sesama anggota. Hasbi Mursida, ketua HMJ PLB mengatakan kegiatan ini dilakukan untuk mendekatkan antarpengurus sekaligus untuk mengusir kebosanan dan stres yang melanda. “Ini hanya sekedar hiburan,” ujarnya, Kamis (20/3). Hasbi, ketua HMJ yang terpilih pada November 2013 lalu mengatakan bahwa selama lima bulan kepengurusannya bebe-
rapa acara kemahasiswaan telah berhasil diselenggarakan seperti Bakti Sosial Mahasiswa (BSM), Hari Disabilitas Internasional (HDI), dan lainnya. Menurut Hasbi, penyelenggaraan suatu acara oleh HMJ PLB merupakan wujud dari animo mahasiswa Kampus Unit Pembantu Pusat (UPP) IV Limau Manih yang sangat antusias mendukung pengadaan suatu kegiatan. Namun di balik respon mahasiswa yang tinggi bukan berarti panitia berjalan tanpa banyak tantangan. Hasbi mengatakan dalam mengangkat suatu acara di PLB, kekurangan dana masih menjadi permasalahan utama. Walaupun demikian Hasbi beserta anggota tidak pernah putus akal. Demi terwujudnya aspirasi mahasiswa mengenai penyelenggaraan acara di kampus cabang, ia pun menetapkan insert kepada mahasiswa PLB. Selain itu, untuk dana tambahan ia berusaha mencari sponsor dari luar untuk mendukung acara yang diadakannya. Sisa dana dimasukan ke kas
HMJ dan dijadikan modal untuk acara selanjutnya. “Berpandai-pandai dalam manajemen dana,” ungkapnya sambil memainkan kunci motor yang sedari tadi berada di tangannya. Tidak berbeda jauh dengan yang dialami HMJ PLB, HMJ Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Cabang UPP III Bandar Buat merasakan kesulitan dalam mengajukan dana pengadaan kegiatan. Sekretaris HMJ, Nurul Halimah mengatakan jika ingin mendapatkan dana, pihaknya harus mengantar proposal terlebih dahulu ke kampus pusat dengan melewati tahap yang panjang dan proses yang lama. Selain kendala dari segi pendanaan, Nurul juga merasakan kurangnya partispasi dari mahasiswa terhadap kegiatan yang diadakan. Namun, untuk mengatasi permasalahan tersebut, Nurul beserta panitia lainnya melakukan sosialisasi kepada mahasiswa. Usaha Nurul beserta panitia lainnya bersambut, pasalnya mahasiswa kampus PGSD cabang UPP III Bandar Buat ikut menyukseskan kegiatan tersebut. Meri Rahmayati, mahasiswa PGSD TM 2011 merasa menikmati semua kegiatan yang pernah ada di kampus cabang. Meri berharap semoga kegiatan di kampus cabang semakin bertambah. “Semoga ini bisa diwujudkan,” harapnya, Jumat (4/4). Bicara mengenai kreativitas, Mahasiswa Kampus V UNP Bukittinggi Prodi Psikologi juga tidak mau ketinggalan. Hal ini terlihat dari terbentuknya komunitas baru di kampus yang terletak di Kota Bukittinggi, salah
satunya klub fotografi. Selain itu komunitas yang sempat vakum seperti komunitas katarsis dan perkusi sudah mulai aktif kembali, hal ini diungkapkan oleh ketua Himpunan mahasiswa (HMJ) Psikologi, Yulianto Hadi Pramono. “Semoga lahirnya komunitas kreatif di sini semakin menguatkan respon positif di kampus ini,” ujarnya. Rabu (5/4). Namun keikutsertaan serta sikap antusias mahasiswa dalam berkreativitas menjadi salah satu kendala bagi mahasiswa yang berkuliah di Kampus II UNP Lubuk buaya. Pasalnya sekretariat kampus pendidikan Olahraga itu telah pindah ke Kampus Pusat UNP Air tawar, sehingga menyebabkan mahasiswa yang berkegiatan di Lubuk Buaya tidak merasakan lagi aktivitas HMJ. Hal ini diungkapkan oleh Muhammad Reza, mahasiswa Pendidikan Olahraga TM 2011. Menurut Reza, Ia tidak pernah melihat penyelenggaraan sebuah acara semenjak masuk ke Kampus PO Lubuk Buaya. “Saya tidak pernah melihat sekalipun,” ujarnya. Menanggapi hal ini, Mauluddin selaku ketua HMJ PO mengatakan bahwa sebenarnya kegiatan mahasiswa di kampus PO cukup banyak. Mauluddin mengeluhkan kurangnya minat mahasiswa Pendidikan Olahraga dalam beroganisasi serta menyampaikan berbagai aspirasinya kepada HMJ. “Padahal HMJ siap menampung banyak aspirasi mahasiswa,” keluhnya. Sabtu (5/4). Lebih lanjut Mauluddin berharap agar mahasiswa PO bisa menyadari akan pentingnya sebuah organisasi. Laporan Kru SKK Ganto
Kooperatif dalam Satu Visi Bukittinggi, dan Sawahlunto. Terfokus pada kampus cabang UNP yang terdapat di Sawahlunto, kampus tersebut berdiri dilatarbelakangi oleh bentuk kerja sama Pemerintahan Daerah (PEMDA) Sawahlunto yang dilakukan dengan UNP. Bagaimana koordinasi UNP khususnya Fakultas Teknik (FT) terhadap kampus cabang yang berada di Sawahlunto tersebut? Ikuti wawancara reporter Ganto, Novarina Tamril dan Sri Gusmurdiah bersama Dekan Fakultas Teknik, Prof. Dr. Ganefri, M.Pd. Ph.D.
Prof. Dr. Ganefri, M.Pd. Ph.D.
S
ebagai salah satu institusi perguruan tinggi negeri di Sumbar, Universi tas Negeri Padang (UNP) memiliki beberapa kampus cabang yang tersebar di beberapa daerah di Sumatra Barat, seperti Limau Manih, Bandar Buat, Lubuk Buaya,
Edisi No. 179/Tahun XXIV/Maret-April 2014
Apa yang melata rbelak angi kampus cabang Sawahlunto didirikan? Kampus cabang yang terdapat di Sawahlunto merupakan salah satu syarat untuk mendirikan Akademi Komunitas (AK) yang bernama Program Studi di Luar Domisili (PDD). PDD berdiri dilatarbelakangi oleh kerja sama PEMDA dengan UNP. PDD tersebut merupakan program studi diploma.
Apa tujuan didirikannya PDD ? Tujuan didirikannya PDD adalah untuk membantu masyarakat agar tidak putus sekolah setelah SMA. Dengan adanya PDD, masyarakat dapat kuliah satu tahun sebelum mereka bekerja. Jadi, PDD dirancang khusus untuk mempersiapkan generasi yang siap menghadapi dunia kerja. Saat ini PDD kita ada di Sawahlunto dan Pariaman. Di Sawahlunto ada jurusan Teknik Pertambangan dan Otomototif, dengan jumlah mahasiswa sekitar 60 orang. Sedangkan di Pariaman ada jurusan Perhotelan dan Rekayasa Perangkat Lunak dengan jumlah mahasiswa sebanyak 80 orang. Seperti apa jalinan koordinasi antara kampus pusat dengan kampus cabang? Koordinasi yang dilakukan berupa pemberian kepercayaan kepada ketua koordinasi. Yang mana kepengurusannya dibedakan dari kampus pusat (FT). Tujuannya agar tidak mengganggu kegiatan di kampus pusat. Selain itu bentuk koordinasi yang dilakukan berupa pengiriman tenaga dosennya dari kampus pusat ke PDD. Sedangkan untuk tenaga dosen dari PEMDA juga dilibatkan dalam kegiatan ini.
Bagaimana dengan kelengkapan sarana dan prasarana di sana? Mahasiswa yang berada dalam PDD ini memiliki bantuan dana yang cukup besar dari PEMDA sehingga mereka membayar uang kuliah lebih murah. Mereka memiliki fasilitas yang memadai, mereka memiliki labor bawah tanah sendiri. Bahkan mahasiswa Jurusan Pertambangan FT UNP untuk melakukan praktek datang ke sana. Selain itu mahasiswa PDD juga memiliki unit kegiatan mahasiswa sendiri sehingga segala kegiatan diusahakan full di sana. Jika ada pihak lain yang mengatakan mahasiswa PDD kekurangan sarana dan prasarana, saya kira justru kebalikannya. Malahan mahasiswa PDD memiliki sarana dan prasarana yang melebihi kampus pusat (FT). Untuk Pembangunan sarana dan prasarana untuk kampus PDD tergantung pada bantuan dana dari PEMDA Sawahlunto itu sendiri. Harapan terhadap mahasiswa Program Studi di Luar Domisili (PDD)? Saya berharap agar mahasiswa Program Studi di Luar Domisili ini mendapat dukungan dari PEMDA setempat. Kita sebagai lembaga pendidikan harus sama-sama menjaga kualitas agar mendapatkan input yang lebih baik.
Laporan
Kreativitas dalam Realitas
Suci Larassaty Iklan 2014
Duri,13 Januari 1995 Fb: Suci Larassaty Twitter: @Larassaty_suci Email: sucilarassaty@gmail.com
“Kebebasan individu dan kesalingtergantungan keduanya penting dalam hidup bermasyarakat.” (Mahatma Gandhi) “Kami yang jauh kami yang terlupakan.” Ungkapan tersebut menjadi menarik, karena perasaan-perasaan serupa ini sering muncul tatkala seseorang atau sekelompok orang merasa tidak mendapatkan perhatian lebih. Kalimat serupa ini sering ditemukan pada anak-anak, orang-orang pedalaman di daerah pelosok Indonesia. Pada tabiatnya, seseorang yang cenderung lebih dekat memang akan mendapat perhatian cukup, dibandingkan yang jauh. Tak jauh berbeda dengan itu, dari kenyataan yang ada di masyarakat tersebut pulalah kita beranjak pada persoalan kampus cabang dan kampus pusat. Sebagian besar institusi pendidikan di Indonesia pasti memiliki kampus cabang, baik yang berstatus negeri maupun swasta. Seperti Universitas Indonesia, Universitas Brawijaya, Universitas Gadjah Mada, Universitas Airlangga, Universitas Trisakti, dan lainnya. Tentu saja semua institusi pendidikan yang memiliki kampus cabang tersebut memiliki berbagai tujuan pendiriannya. Seperti pendirian kampus cabang Uni-
versitas Airlangga di Banyuwangi yang sempat menuai penolakan dari Universitas 17 Banyuwangi karena dianggap bertentangan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2011 tentang penyelenggaraan program studi di luar domisili perguruan tinggi. Padahal tujuan dari pendirian kampus cabang tersebut untuk memenuhi kuota program studi yang belum terpenuhi di perguruan tinggi asal. Selain itu alasan didirikannya kampus cabang adalah untuk menjangkau pendidikan di daerah-daerah. Pendirian kampus cabang juga merupakan kebijakan di Indonesia untuk memenuhi tuntutan perkembangan pendidikan di tanah air. Seperti kampus cabang yang ada di beberapa universitas di Indonesia, Universitas Negeri Padang (UNP) merupakan satu dari sekian universitas yang juga memiliki kampus cabang. Ada 6 kampus cabang milik UNP yang terletak di berbagai daerah di Sumatera Barat. Kampus Cabang Jurusan Psikologi di Bukittinggi, Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Cabang UPP III Bandar Buat, Kampus Cabang Jurusan Pendidikan Luar Biasa di Limau Manih Padang, dan Kampus II UNP Lubuk Buaya. Pada dasarnya, dalam berkreativitas tidak ada batasan, sekalipun terkendala oleh jarak. Namun, keterbatasan sarana berupa fasilitas pendukung, dapat menghambat ide kreatif tadi. Seperti halnya pada mahasiswa yang berada di kampus cabang. Mereka punya berbagai cara dalam berkreasi dan berkarya. Sayangnya terhambat dengan keterbatasan dan kurang perhatian. Kreativitas mahasiswa tentu menjadi sebuah hal yang penting. Maka antara kreativitas dan sokongan dari universitas haruslah berkesinambungan.
Pernah suatu hari, mahasiswa yang berkuliah di kampus cabang UNP mengeluhkan tentang kurangnya fasilitas untuk berkarya. “Apa harus menunggu ketika kreativitas yang ingin kami kembangkan terbunuh perlahan lalu mati?” Seperti seseorang yang hiperaktif dikurung pada sebuah ruang kosong, gelap tanpa apaapa. Seseorang tersebut akan mati dengan sendirinya. Seperti itu pulalah sebuah karya tanpa disokong oleh fasilitas dan penikmat. Ia akan terkikis dan terhunus oleh waktu. Mahasiswa adalah makhluk intelektual yang kebanyakan dari mereka sedang menjajaki masa pencarian jati diri. Hal yang lumrah jika mereka acap kali ingin menonjolkan dirinya dengan menun-
jukkan eksistensi kepada orang-orang di sekelilingnya. Namun ketika apa yang ingin ia capai tidak terpenuhi, maka tak jarang kekecewaan yang bertubi-tubi terkadang menjadi momok yang menakutkan. Kreativitas adalah wujud nyata dari sebuah ekspresi diri setiap manusia. Jika dalam berkarya ada pembatasan dari luar,
7
tentu saja akan menjadi sebuah permasalahan. Pembatasan potensi pada diri manusia akan berdampak buruk bagi dirinya sendiri dan tentunya orang lain. Pembatasan itu juga menyebabkan tidak berkembangnya potensi dalam diri seseorang. Atau yang lebih mirisnya akan mati dalam berkarya. Mahasiswa-mahasiwa kampus cabang memiliki kreativitas yang tinggi dalam berkarya. Banyak hal mereka inginkan untuk ditonjolkan. Mereka ingin dikenal dan diketahui oleh sivitas akademika UNP. Seperti kreativitas seni tari Saman milik anak Pendidikan Luar Biasa di Kampus Cabang Limau Manih yang tampak eksis karena mengisi berbagai acara setiap kegiatan. Berbagai hal yang ada di lapangan menjadikan mereka harus lebih cekatan dalam mengembangkan segala kreativitas dan potensi yang mereka miliki. Seperti untuk mengikuti segala organisasi kemahasiswaan yang ada di kampus pusat, mereka yang berada di kampus cabang harus melalui berbagai tantangan baik dari segi jarak maupun waktu. Banyak dari mahasiswa yang mundur mengikuti segala kegiatan kemahasiswaan yang ada di kampus pusat karena jarak yang jauh dan tidak mampu membagi waktu. Begitulah, jarak memang terkadang kejam terhadap sebuah potensi. Dengan begitu, terciptalah mahasiswa-mahasiswa yang hanya berkegiatan “kuliah-pulang kuliahpulang”. Padahal jika ditilik kembali, mahasiswamahasiswa tersebut memiliki potensi yang sangat tinggi. Entah karena kemalasan dan tidak maunya mereka untuk berusaha lebih atau pasrah dengan keadaan yang mereka miliki. Karena pada dasarnya kembali lagi pada individu dan pemikiran masing-masing. Dan tentunya keyakinan akan sebuah kata pamungkas “Tiada usaha yang beroleh sia-sia, karena semua usaha sudah ditakdirkan untuk menuai sebuah pembelajaran.”
Antara Kampus Cabang dan Kampus Pusat Ruang perkuliahan menjadi masalah utama yang dirasakan oleh mahasiswa di Kampus Cabang PGSD. Infocus dan Wi-Fi pada semester ini sering rusak. Selain itu, jarak yang jauh antara kampus cabang dengan kampus pusat membuat mahasiswa kewalahan untuk menuangkan bakat yang dimilikinya. Di kampus ini kami hanya memilki HMJ sebagai wadah berkarya dan berkreativitas. Bahkan kurangnya dana juga sering menjadi penghalang bagi kami dalam berorganisasi. “Padahal kami mengadakan acara dengan membawa nama UNP,” keluhnya. Kami akan tetap berusaha, setidaknya kami berusaha untuk tetap menuangkan bakat-bakat yang kami miliki. Mahasiswa FIK di Kampus Cabang Lubuk Buaya cukup berkembang karena banyak mahasiswa yang kuliah dan menetap berkegiatan di sana, tanpa harus ke kampus pusat. Seharusnya mahasiswa tahun pertama dan kedua paham bahwa kalau tinggal di kampus cabang lebih bagus. Di kampus cabang tidak ada bercampur baur dengan fakultas lain. Hanya ada Fakultas Ilmu Keolahragaan saja, sehingga kegiatan di kampus cabang lebih efektif dari pada di kampus pusat. Sedangkan kampus pusat hiruk pikuk oleh kehadiran aktivitas mahasiswa fakultas lain.
Ayu Safira Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar TM 2012
Mauluddin Ketua HMJ Pendidikan Olahraga (PO) FIK Kampus II FIK Lubuk Buaya
Lingkungan di Padang tentu berbeda dengan lingkungan di Sawahlunto. Dari segi update informasi pun lebih update informasi yang ada di Padang. Namun ada juga mahasiswa yang masih tinggal di sana karena ada sebagian mahasiswa di sana yang berkerja. Sebenarnya, mahasiswa tersebut ingin kuliah di Padang ataupun di Sawahlunto adalah pilihan mereka. “Yang memilih bukan pihak jurusan, tetapi merupakan pilihan mereka,” ungkapnya. Kendala bagi dosen tentu transportasi, untuk pergi ke kampus cabang khususnya Sawahlunto, biasanya menggunakan travel. Terkadang travel terlambat sampai di Sawahlunto. Solusinya, mengirim pesan via sms ke mahasiswa dengan tujuan mahasiswanya nanti tidak menunggu. Namun sering juga terjadi mahasiswa menunggu dosen sampai di kampus. Dan tidak bisa juga dipungkiri terkadang dosen yang menunggu mahasiswa. Jika dilihat dari sarana dan prasarana, untuk saat ini lebih memadai di kampus
Heri Prabowo, S.T., M.T. Dosen Teknik Pertambangan Kampus Cabang
pusat. Dulu sewaktu bekerjasama dengan Balai Diklat Tambang Bawah Tanah Sawahlunto, alat-alat labor penunjang pratikum di kampus Sawahlunto lebih memadai dan lebih lengkap dari pada kampus Pusat. Namun karena kerjasama sudah berakhir maka untuk praktikum ,seperti praktikum survei, mahasiswa harus ke Padang untuk melakukan praktik. Selain itu, kelebihan mahasiswa yang ada di Kampus Sawahlunto pada praktik lapangan. Karena lokasi yang dekat dengan lapangan Industri Pertambangan, tentu akan lebih bagus mahasiswa yang berada di kampus Sawahlunto dari pada kampus Pusat.
Edisi No. 179/Tahun XXIV/Maret-April 2014
8 Jika Anda mengalami masalah kesehatan, silakan manfaatkan rubrik ini. Kirimkan surat tentang masalah Anda kepada pengasuh rubrik ini ke email Ganto, redaksiganto@gmail.com atau Gedung PKM UNP Ruang G 65 UNP. Setiap pertanyaan harap dilengkapi dengan identitas. Diasuh oleh: Dr. Pudia M. Indika
Dispepsia Assalamualaikum Wr.Wb. Saya mengidap penyakit maag sejak berusia 14 tahun. Ketika saya banyak pikiran karena beban pekerjaan yang terlalu berat, saya sering mengalami pusing, mual, kembung, bahkan diare. Awalnya saya mengira itu biasa saja, tetapi lama-kelamaan setiap saya banyak pikiran, saya sering mengalami gejala seperti di atas. Yang ingin saya tanyakan adalah apakah beban pikiran atau stres tersebut termasuk salah satu faktor penyebab maag? Kalau ia, bagaimana cara mengatasinya? Dari gejala tersebut, apakah penyakit maag itu sudah kronis? Saya menunggu jawabannya. Terima kasih. Nila Oktami, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2012
Waalaikumsalam Wr.Wb. Sakit maag (secara medis : dispepsia) adalah rasa nyeri atau tidak nyaman di sekitar ulu hati, bahkan ditambah keluhan seperti rasa mual bahkan sampai muntah. Keluhan lainnya seperti kembung, cepat kenyang, nafsu makan yang berkurang, dan sering sendawa. Sehingga sakit maag merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering membawa seseorang untuk datang ke dokter. Secara garis besar dispepsia dikelompokkan menjadi dispepsia organik dan dispepsia fungsional. Pembagian ini dilakukan setelah melalui pemeriksaan terutama pemeriksaan endoskopi atau teropong saluran cerna. Dispepsia organik apabila dalam pemeriksaan endoskopi ditemukanannya luka pada kerongkongan, ditemukan adanya tukak pada lambung dan usus dua belas jari. Selain itu adanya polip atau tumor ganas. Dispespsia fungsional ditetapkan jika dengan pemeriksaan baik secara endoskopi, pemeriksaan ultrasonografi dan pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan penyebab lain. Dispepsia fungsional adalah seseorang yang mempunyai masalah dengan lambungnya berupa nyeri atau rasa panas di daerah ulu hati, rasa penuh atau tidak nyaman setelah makan dan rasa cepat kenyang yang telah berlangsung minimal selama 3 bulan dalam rentang waktu 6 bulan. Dispepsia fungsional ini memang sangat berhubungan erat dengan faktor psikis. Berbagai penelitian memang telah membuktikan hubungan antara faktor fungsional dengan faktor stres yang dialami seseorang terutama faktor kecemasan (ansietas). Penyebab terjadinya dispepsia, antara lain: (1) Mengkonsumsi obat penghilang rasa nyeri, dapat mengakibatkan iritasi pada lambung. (2) Alkohol, lambung akan sangat rentan dan dalam kondisi yang rapuh dan akan menjadi sarang bagi bakteri penyebab penyakit maag. (3) Stres juga terbukti bisa mengubah keadaan dalam tubuh sehingga membuat lebih rentan terhadap berbagai penyakit termasuk maag. (4) Penyebab penyakit maag juga bisa disebabkan oleh makanan berminyak dan berlemak secara berlebihan. (5) Faktor umur juga menjadi salah satu penyebab penyakit maag. Bila kita berusia lanjut, dinding lambung kita akan menipis sehingga jauh lebih rentan dibanding orang berusia muda. Cara mencegah munculnya maag, antara lain adalah: (1) Membiasakan pola makan teratur dan jangan menunda-nunda makan walaupun sangat sibuk, tetap sempatkan untuk mengisi perut meski hanya sedikit atau sepotong roti dan kue. (2) Menghindari dan kurangi makanan yang dapat memperburuk keadaan anda, seperti makanan pedas, asam, dan berlemak (3) Jangan segera berbaring setelah makan, tunggu setidaknya hingga 1 jam agar sebagian besar makanan sudah ke lambung menuju usus. (4) Hindari makan yang terlalu berlebihan agar lambung tidak terlalu penuh. Makanlah sering dengan porsi sedikit daripada makan sekaligus dalam jumlah besar. (5) Kurangi makanan yang menghasilkan gas yang cukup banyak di saluran pencernaan. (6) Kurangi atau hindari minuman bersoda. (7) Berhentilah merokok.
Edisi No. 179/Tahun XXIV/Maret-April 2014
Bukan Hanya Kartini Dan biarpun saya tiada beruntung sampai ke ujung jalan itu, meskipun patah di tengah jalan, saya akan mati dengan merasa berbahagia, karena jalannya sudah terbuka dan saya ada turut membantu mengadakan jalan yang menuju ke tempat perempuan Bumiputra merdeka dan berdiri sendiri. –R. A. Kartini.
Kautamaan Istri (Sekolah Keutamaan Perempuan) dan pada tahun 1929 di usianya yang ke-25 tahun berganti nama lagi menjadi (Habis Gelap Terbitlah Terang Hal. 59). Sakola Raden Dewi. Karena jumlah murid Telah hampir satu setengah abad bangsa ini yang semakin bertamditinggalkan oleh Pahlawan wanita Indonesia Raden bah, belakangan SakoAjeng Kartini. Meski telah sekian lama tiada, namanya la Raden Dewi ini masih tetap harum bagi masyarakat Indonesia. Terbukti tersebar keluar Bandengan meriahnya seremonial yang digelar pada setiap dung bahkan sampai Novarina Tamril tanggal 21 April sebagai peringatan atas hari lahirnya keluar pulau Jawa. Kartini. Semua orang merasa perlu turut ambil bagian Pada belahan tiMahasiswa Administrasi Pendidikan TM 2012 untuk mengenang Kartini. Pada hari itu, kita akan mur Indonesia tepatmenemukan sajak-sajak bijak untuk Kartini bertebaran nya Sulawesi Selatan, Email:Novarinatamril@gmail.com Fb: Novarina Tamril di mana-mana, mulai dari akun jejaring sosial, hingga Siti Aisyah We Tenri Twitter: @ Novarina_Tamril iklan dan acara telivisi. Tidak hanya masyarakat Olle juga telah melabiasa, lembaga pendidikan resmi pun juga ikut mera- kukan hal yang sama. Tenri Olle adalah Ratu dari yakan tanggal 21 April ini, seperti acara-acara kampus Kerajaan Tanete yang memiliki masa kepemimpinan dan perlombaan-perlombaan yang diadakan di sekolah. yang cukup panjang hingga 55 tahun lamanya (1855Bahkan pada sebagian sekolah tingkat dasar pembe- 1910). Tenri Olle adalah wanita yang terkenal cerdas lajaran tatap muka ditiadakan demi mengikuti dan cakap dalam pemerintahan. Untuk pertama kalinya, perayaan seperti perlombaan berbusana kebaya atau Tenri Olle berhasil mendirikan sekolah tanpa pawai pakaian tradisional daerah diskriminasi ekonomi, gender maupun sosial pada lainnya. masyarakat Sulawesi Selatan kala itu. Euforia ini diangPada masa kepemimpinannya, Tenri Olle juga gap pantas jika mengiberpartisipasi besar dalam menyelamatkan salah satu ngat perjuangan Karsastra warisan dunia, epos I La Galigo. Ia menerjemahtini yang bahkan kan epos I La Galigo yang ditulis dalam bahasa tidak dapat dibayar deBugis kuno yang tidak banyak ngan cara apapun. Pemidipahami oleh masyarakat kekiran-pemikirannya medalam Bahasa Bugis umum. lalui surat-surat yang ia Menurut Serba Sejarah. com, tulis kepada sahabat I La Galigo adalah sajak mapenanya di Belanda, diketaha besar yang mencakup lehui menjadi cikal bakal lahirbih dari 6.000 halaman folio. nya emansipasi wanita. DisebutSetiap halaman naskah tersebut sebut sebagai pelopor tokoh terdiri dari 10-15 suku kata, yang kaum feminimisme dalam memperjuangkan berarti cerita I La Galigo ditulis hak-hak wanita, kesetaraan gender dalam sekitar 300.000 baris panjangnya. kehidupan sosial, menghapus pahamSatu setengah kali lebih panjang paham tradisional yang membatasi wanita dari epos terbesar Anak Benua dalam berkarya dan mengenyam pendiIndia, Mahabharata yang hanya dikan. Meski ia tidak sempat menikmati terdiri dari 160.000-200.000 baris. buah pikirannya karena ide-idenya baru Lain di timur, lain pula cerita terlaksana setelah ia tiada. yang datang dari belahan barat Namun sayang, bagai terhanyut dalam bumi pertiwi. Pahlawan wanita sebuah seremoni, kita seakan-akan lupa Aceh memiliki cara yang berbeda suatu kenyataan bahwa bangsa ini tidak dalam mewujudkan sikap cinta tanah hanya memiliki satu orang pahlawan airnya. Sebut saja Cut Nyak Dien (1850wanita saja. Jika ditilik lagi ke belakang, 1908), aksi heroiknya langsung turun ada begitu banyak nama yang terlubergerilya masuk dan keluar hutan Grafis: Edo Febrianto pakan bahkan jasanya tidak diketahui belantara melawan penjajah sungguh sama sekali oleh generasi penerus bangpatut dibanggakan. Tak hanya Cut Nyak sa masa kini. Ironisnya, sejarah mencatat Dien, beberapa orang Pahlawan wanita lainnya sebagian dari pejuang wanita yang nyaris dari Aceh seperti Tjoet Meutia (1870-1910), terabaikan jasanya ini hidup pada zaman Tengku Fakinah, Pocut Baren, Pocut Meurah yang sama dengan Kartini. Bahkan ketika Intan, Cutpo Fatimah, Sultanah Seri Ratu Tajul Kartini memperjuangkan hak-hak wanita Safiatuddin Johan dan masih banyak lagi melalui korespondensi surat-menyurat dengan sahabat lainnya yang kini hanya tinggal nama. kompeninya, sebagian pahlawan wanita negeri ini Fakta bahwa Kartini lebih dikenang daripada pahlatelah lebih dulu memulai aksi nyatanya di lapangan. wan wanita lain negeri ini tidak dapat ditampik begitu Adalah Rohana Kudus (1884-1972) salah satunya. saja. Kumpulan surat-surat Kartini yang belakangan Dilahirkan di Koto Gadang, Sumatera Barat dengan dibukukan oleh seorang Belanda, J.H Abendanon memusia lebih muda lima tahun dari Kartini. Ia tercatat buat usaha Kartini dalam mengupayakan pendidikan sebagai jurnalis wanita pertama Indonesia sekaligus bagi perempuan semakin dikenal banyak orang. Lain pendiri surat kabar perempuan pertama di negeri ini. halnya dengan pejuang wanita lain yang jangankan Ia menyebarkan ide-ide perjuangan melalui surat perjuangannya, namanya saja tidak begitu banyak diketakabar yang ia terbitkan sendiri seperti Sunting Melayu hui. (Koto Gadang, 1912), Wanita Bergerak (Padang), RaTerlepas dari segala perjuangan Kartini yang lebih dio (Padang) hingga Cahaya Sumatera (Medan). Pada diekspos sementara pejuang wanita lainnya ‘kalah zamannya, Rohana juga telah lebih dulu mendirikan pamor’, sebagai generasi penerus bangsa sudah sekolah yang bernama Sekolah Kerajinan Amai Setia sepatutnya kita menghargai jasa para pahlawan tanpa (1911) dan Rohana School (1916). membeda-bedakannya. Meski selama ini hanya ada Tidak hanya Rohana Kudus di Koto Gadang, ada hari Kartini, namun dedikasikanlah perayaan-perayaan lagi pahlawan wanita patriotik lainnya yang berasal tersebut untuk mengenang para pahlawan wanita lain dari Bandung, Jawa Barat. Ia bernama Raden Dewi yang telah tiada. Merujuk pada sebuah kalimat yang Sartika (1884-1947). Pada tahun 1904 yang bertepatan pernah disampaikan Ir. Soekarno dalam pidatonya dengan wafatnya Kartini, Dewi Sartika mendirikan pada Hari Pahlawan 10 November 1961, bahwa, Bangsa sekolah bernama Sakola Istri yang berati Sekolah yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa Perempuan di Bandung. Sekolah ini merupakan sekolah pahlawannya. Kenanglah mereka dalam hati, wujudkan perempuan pertama se-Hindia Belanda. Pada tahun dengan tindakan bermakna demi kehidupan bangsa 1914 Sakola Istri berganti nama menjadi Sakola yang lebih baik.
9
Krisis Moralitas Dunia Pendidikan
“Guru itu digugu dan ditiru: Ia pengajar moralitas yang menerpa tenaga pendidik hirkan generasi muda yang bermoral. Kenyailmu dan penuntun laku.� (Ki Hadjar di negara kita. Mungkin saja di luar sana taannya tetap saja kebobrokan moral masih Dewantara)
lebih banyak kasus tindakan asusila yang dilakukan oleh tenaga pendidik, namun sengaja ditutup-tutupi dengan dalih menjaga nama baik institusi-institusi tertentu. Ini telah menjadi cermin, bahwa moralitas tenaga pendidik saat ini telah mengalami krisis. Tenaga pendidik tidak lagi mementingkan moralitas, namun lebih
Di tengah hingar-bingar pesta politik dengan berbagai polemiknya, berbagai kasus pelecehan asusila yang berujung pada kerusakan moral pun kembali merebak. Tak mau kalah, seolah berpacu menuai kebinasaan dengan menorehkan titik-titik hitam pada negeri Indonesia ini. Serupa korupsi, fenomena-fenomena pengrusakan moral bangsa ini seolah mengakar, hilang timbul di antara modernisasi, serta sukar dihapuskan. Maraknya berbagai kasus demikian yang menitik kepada satu kenyataan bahwa moralitas negeri ini sedang dilanda krisis berat. Krisis moralitas yang juga merambah pada ranah pendidikan, menyeret kalangan pendidik juga menjalar pada siswa. Sangat ironis. Bukan hanya tenaga pendidik saja, Grafis: Edo Febrianto bahkan yang dididik pun sudah ketularan berbagai perilaku yang melanggar susila. Seperti yang ditetapkan dalam kode mementingkan hasrat dan keinginan semata. etik tenaga pendidik yang menyatakan Bagaimana negeri ini akan melahirkan genebahwa, “Guru tidak boleh menggunakan rasi yang bermoral, sedangkan sang pendihubungan dan tindakan profesionalnya dik saja banyak yang melakukan tindakan kepada peserta didik dengan cara-cara yang tidak bermoral. melanggar norma sosial, kebudayaan, moral, Seperti yang telah dikatakan sebelumdan agama.� Namun kenyataannya, banyak nya, bukan hanya tenaga pendidik yang sekali tindak pelanggaran yang menyim- melakukan tindakan tidak bermoral, pun pang dari kode etik ini. yang dididik tidak mau kalah. Berbagai Seperti yang telah dilansir oleh macam kasus yang berkaitan dengan slidegossip.com bahwasannya seorang guru tindakan tidak bermoral marak disiarkan. telah disinyalir melakukan tindakan asusila Tawuran pelajar, tindak kriminal yang dilaterhadap muridnya, dengan dalih tidak akan kukan oleh pelajar, kasus penyimpangan meluluskan si murid apabila tidak mau yang banyak terjadi di kalangan pelajar. menuruti keinginannya. Keadaan tersebut sudah mengindikasikan Lain kasus, lain pula motifnya. Dengan bahwa moralitas para pelajar sudah mengaiming-iming akan memberikan beasiswa, lami krisis. Fenomena ini sudah lama kita P seorang dosen di salah satu universitas simak, dan sudah pantas kita menyebutnya di kota Jember tega menggoda DN (maha- krisis moralitas pelajar yang berkesiswi) agar mau mengikuti hasrat sek- panjangan. sualnya. Hal ini tentu ditolak oleh sang Perubahan sistem pendidikan sudah mahasiswi. Seperti yang dilansir oleh dibenahi. Peraturan pemerintah pun sudah surabaya.okezone.com, bahwasannya kasus banyak dicetuskan. Dari Undang-undang ini telah ditangani oleh pihak Humas perlindungan anak, Undang-undang tindak Universitas Negeri Jember, Agus Purwanto. kriminal, semuanya mengarah pada perbaiHal demikian merupakan salah satu kan moral. Semuanya dilakukan dengan tindakan yang mengarah kepada krisis harapan pendidikan Indonesia dapat mela-
menjadi momok bagi negeri ini. Tenaga pendidik tidak hanya memberikan layanan, namun juga tidak malu untuk meminta “layanan�. Dan pelajar pun bukan hanya menerima, namun juga “mencari tahu� serta “meniru� apa yang mereka lihat, sehingga terjadilah tindak kekerasan, kriminalitas, bahkan pelecehan seksual. Mendelik pada sepak terjang tenaga pendidik pada zaman dahulu. Tenaga pendidik pada masa kolonialisme mampu melahirkan generasi beradab dan menjunjung moralitas dan kejujuran. Terbukti dengan lahirnya generasi emas Indonesia, seperti Ir. Soekarno, Moh. Hatta, Moh. Yamin, serta tokoh hebat lainnya, mampu membuat indonesia meraih kemerdekaan. Itu semua tanpa teknologi yang mendukung. Hanya buku dan papan tulis kapur yang digunakan oleh guru untuk mendidik siswa mereka, belum ada internet, alat komunikasi yang canggih. Kenyataannya pendidikan kala itu mampu melahirkan generasi yang sampai sekarang menjadi sejarah penting bagi pendidikan di Indonesia. Dibandingkan zaman sekarang. Pesatnya globalisasi, berkembangnya teknologi, dan berbagai macam hal yang berkaitan dengan pendidikan. Baik riset ilmu pengetahuan, riset teknologi, pengembangan teknologi di bidang pendidikan, semuanya masih belum mampu membentuk generasi muda yang bermoral dan menjunjung keberadaban. Apabila moral tidak lagi diindahkan, maka berbagai kekacauan dan permasalahan bangsa akan senantiasa muncul. Ketika moral telah diabaikan, akan dapat dipastikan yang ada hanya kebobrokan di segala bidang dan sisi kehidupan. Sejatinya, moral merupakan sesuatu yang sangat berpengaruh dalam kehidupan, terutama dalam dunia pendidikan. Dalam era globalisasi saat ini, pendidikan
Muhammad Hanif Mahasiswa Teknik Sipil 2013 Fb: Muhammad Hanif (Qie Han Zhuo ) Twitter: @baronmaggot Kompasiana: www.kompasiana.com// baronmaggot “Jangan cuma diam menonton. Bergeraklah!!�
merupakan kebutuhan penting bagi suatu bangsa. Faktor utama untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur serta moral yang baik. Dari sinilah peran tenaga pendidik dilirik. Membenahi moral diri, sebelum beranjak pada pembentukan moralitas anak didik. Kurikulum Pendidikan Karakter yang saat ini tengah dijalankan juga telah melagukan, bahwa dalam pendidikan tak hanya mengedepankan aspek kognitif dan kecerdasan semata. Namun mampu menghadirkan generasi muda dengan kecerdasan intelektual, serta berkarakter kuat. Sehingga, moral anak bangsa ini tidak lagi mengalami krisis ataupun degradasi. Maka dari itu, melalui pendidikan dengan moralitas diharapkan cikal bakal Indonesia dapat memajukan negeri ini, serta dapat mengubah pandangan negatif negara lain. Sudah saatnya bagi bangsa ini menunjukkan kepada dunia bahwa bangsa kita adalah bangsa yang bermoral, beradab dan beretika. Namun, jika tenaga pendidik saja tidak mampu untuk membimbing siswa agar menjadi generasi bermoral. Lalu, siapa lagi yang akan diharapkan?
Jika Anda mengalami masalah Psikologi, silahkan manfaatkan rubrik ini. Kirimkan surat tentang masalah Anda kepada pengasuh rubrik ini ke email Ganto, redaksiganto@gmail.com atau Gedung PKM UNP Ruang G 65 UNP. Setiap pertanyaan harap dilengkapi dengan identitas. Diasuh oleh: Niken Hartati, S.Psi., M.A.
Selamat siang Ibu Niken. Terima kasih sebelumnya karena telah bersedia menjawab pertanyaan saya. Begini Bu, ketika saya berjalan di ketinggian, misal dari lantai 2 menuju lantai 1, tubuh saya akan menggigil serta pucat mengeluarkan keringat dingin dan degup jantung saya menjadi cepat secara tiba-tiba. Juga, untuk melihat ke bawah, saya tidak sanggup, cenderung lebih memilih untuk menutup mata atau tetap menjaga pandangan lurus ke depan. Apakah gejala ini menunjukkan saya mempunyai fobia atau ketakutan akan ketinggian? Padahal sebelumnya saya tidak pernah mengalami kejadian buruk yang berhubungan dengan ketinggian. Salam. Maisuri Hardani Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia TM 2012
Selamat siang Ananda Sebelumnya saya mendoakan semoga
Apakah Saya Fobia Ketinggian? nanda selalu berada dalam keadaan sehat. Adapun mengenai keluhan yang nanda sebutkan memang telah memenuhi kriteria kecemasan karena terjadi reaksi fisiologis yang meningkat seperti jantung berdegup lebih cepat dan keluar keringat dingin. Mengingat faktor pemicunya adalah tangga (apalagi hanya di lantai 2) yang pada dasarnya aman. Dengan begitu Ibu menyimpulkan bahwa nanda mengalami gejala fobia yaitu ketakutan yang irasional pada suatu objek yang secara umum tidak berbahaya. Â Adapun penyebabnya tidak harus berupa peristiwa traumatis yang dialami sendiri, melainkan juga peristiwa yang pernah nanda lihat atau dengar dari orang lain. Saat nanda melihat orang lain mengalami konsekuensi negatif yang berhubungan dengan tangga atau kecelakaan di tangga. Secara tidak disadari nanda belajar untuk menghubungkan kegiatan naik turun tangga dengan rasa takut. Â Fobia juga bisa disebabkan kesalahan
dalam menginterpretasikan realitas tentang tangga. Misalnya melebih-lebihkan bahaya yang mungkin timbul akibat jatuh dari tangga tanpa mempertimbangkan sarana keamanan yang mengirin gi k eb e ra d aa n t a ngga sepe rt i pegangan/handle tangga. Apalagi jika nanda menggunakan alas kaki licin yang membuat langkah nanda menjadi gamang dan meningkatkan ketakutan nanda saat menuruni tangga. Setelah mengetahui kemungkinan penyebab fobia “tangga� nanda, terdapat beberapa langkah yang harus nanda lakukan. Pertama, yakinkan diri nanda bahwa nanda memiliki kemampuan mengendalikan diri nanda sendiri dan gangguan tersebut dapat diatasi. Kedua, cek dan tuliskan segala pikiran nanda tentang bahaya yang nanda perkirakan terjadi di tangga seperti: terpeleset, terjerembab, dan lainnya. Kemudian gunakan kemampuan analisis nanda untuk menyusun strategi yang bisa
digunakan untuk mengantisipasi bahaya tersebut, misalnya memakai alas kaki yang kesat, hindari pemakaian rok yang berpotensi menyangkut/terpijak kaki, berjalan sambil berpegangan dan konsentrasi pada setiap langkah (bukannya memejamkan mata atau lurus menatap ke depan). Ketiga, menguji coba strategi yang nanda susun sendiri tadi. Tentu bukan sekali dua kali, tetapi berulang-ulang sampai pikiran nanda menerima buktibukti nyata bahwa nanda bisa mengantisipasi bahaya di tangga. Latihan terus me ne rus ju ga me mb ant u n an da membiasakan tubuh nanda melakukan kegiatan naik turun tangga. Dan mulailah dengan tangga yang tidak terlalu tinggi terlebih dahulu dan jika ternyata reaksi fisiologis nanda meningkat, berhenti dahulu lalu lihat catatan strategi nanda sambil menenangkan diri dan ulangi lagi. Semoga bermanfaat.
Edisi No. 179/Tahun XXIV/Maret-April 2014
Feature
10
Menjaring Rezeki dari Laut
Memang benar, di zaman sekarang jika tidak ada usaha dan kerja keras, kemiskinan bisa saja menjadi sahabat sejati, bahkan sampai mati. Oleh Khadijah Ramadhanti
L
angit begitu cerah memamerkan pesonanya. Awan bergerak menghiasi birunya dengan berbagai macam bentuk. Matahari pun belum sepenuhnya berada tepat di atas kepala. Laut membentang luas sejauh mata memandang. Aktivitas nelayan hari itu tampak nyata dengan ikan-ikan segar yang menggeliat seakan enggan dibawa. Sembari menikmati sepoi angin yang berhembus di sela-sela dedaunan, kaki melangkah dengan sigap menyusuri pantai menuju salah satu rumah pengolahan teri di Nagari Koto Taratak, Kecamatan Sutera, Pesisir Selatan. Janawir dengan istrinya, Salmianti yang berusia 34 tahun menyambut kedatangan kami di rumahnya. Rumah sederhana berdinding papan kayu yang mulai mengusang. Bagian depan rumah sengaja dibiarkan terbuka tanpa ada yang melindungi. Di depan rumah inilah, Janawir bersama istri mulai merintis usahanya semenjak empat tahun lalu. Saat fajar mulai menyingsing, Janawir bersama tiga orang nelayan lainnya melangkah menuju pantai. Dengan satu tujuan tentang sebuah pengharapan kehidupan: membawa banyak hasil tangkapan. Perahu
mulai berlayar. Mereka bersiap melepas jala ke laut dan menunggu ikan-ikan terperangkap. Tanpa merusak ekosistem laut, proses penangkapan masih dilestarikan dengan cara tradisional. Sebanyak satu baskom dengan berbagai jenis ikan kecil berhasil ditangkap Janawir bersama nelayan lainnya pada hari itu. Proses pengolahan teri pun dimulai. Ikan-ikan yang masih segar dibersihkan dengan air biasa. Dimasukkan ke dalam beberapa keranjang kecil hingga memenuhi setengah keranjang. Salmianti kemudian merebus ikan tersebut dalam air mendidih selama kurang lebih lima menit. Sebelumnya, Salmianti mencampur air rebusan dengan garam dan cuka sesuai takaran yang sudah ditentukan. Seusai perebusan, teri pun siap diangkat dan Merebus Ikan: Salmianti merebus ikan teri hasil tangkapan ditiriskan. “Memang tidak terlalu air mendidih, Sabtu (19/4). f/Khadijah sulit, asalkan sudah terbiasa, proses menjadi lebih mudah,” ungkap ikan kecil yang bercampur tersebut harus Salmianti sambil tersenyum. dipilah dan disatukan dengan jenis yang Salmianti kemudian menjemur ikan- sama. Pengaraian selesai. Ikan-ikan pun ikan tersebut di balek kurang lebih selama siap dibawa ke gudang untuk dipasarkan. empat jam di bawah terik matahari. Balek “Terkadang ada warga sekitar yang adalah tempat penjemuran ikan yang ter- langsung membeli ke sini dengan harga buat dari nilon dan disusun sehingga ber- yang sedikit lebih murah,” terang Salmianti bentuk ayakan. Beruntung, saat itu matahari sambil membersihkan balek. bersinar cerah. Karena lamanya waktu penHasil yang diperoleh Janawir dan istrijemuran tergantung pada cuaca. nya pun tak menentu. Banyaknya teri yang Setelah menunggu cukup lama, akhir- dijual tergantung pada hasil tangkapan nya ikan-ikan tersebut kering. Saatnya un- dari laut. Jika ikan sedang banyak, maka tuk mengarai ikan. Proses mengarai inilah hasil yang diperoleh bisa mencapai sepuluh yang paling lama dan cukup membosankan sampai tiga puluh baskom ikan. Satu dari proses-proses yang ada. Sebab, ikan- baskom teri seharga Rp450.000,00. Pernah
nelayan daerah tempat tinggalnya dalam
juga selama tiga bulan berturut-turut mereka tidak mendapat ikan sama sekali. Walaupun hidup sederhana, namun Janawir dan istrinya tidak menjadikan hal itu sebagai alasan untuk tidak membantu orang lain. Terkadang mereka juga mengupah ibu-ibu dan anak-anak untuk mengarai ikan. Hal itu dilakukan untuk membantu belanja dapur ibu-ibu yang tidak bekerja, dan menambah uang jajan anakanak yang sekolah. Selain itu, dengan usaha ini, mereka dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, menyekolahkan keempat anak, dan sedikitnya dapat membantu para tetangga yang sedang kesulitan.
HantuVredeburg Peduli Jogja Mereka berkostum seram bukan untuk menakuti, tapi mengajak untuk peduli. Oleh Ranti Maretna Huri
H
ujan baru saja usai mengguyur kawasan Malioboro. Gelap malam mulai menjelang. Lampu-lampu jalan pun sudah dinyalakan. Pada reremangan cahaya lampu terbiaskan genangan sisa-sisa hujan. Sepintas kawasan tersebut tampak lengang hingga ke Titik Nol Km Yogyakarta. Tampaklah sekumpulan sosok serupa hantu bermukim di bawah Tropic Effect. Di sebelah mereka terdapat sebuah tong sampah yang telah dimo- Face Painting: Para Hantu Vredeburg, komunitas Face difikasi menyerupai batu nisan, dan Nol Km Jogja, Selasa (28/1). f/Doc. tertulis Hantu Vredeburg. Adalah mereka: Komunitas Face Paint- 2012 lalu. Berawal dari ketertarikan Sony ing Jogja. Terdiri dari sekelompok orang Sapitri dan tiga orang temannya terhadap berkostum layaknya hantu. Mereka adalah horor dan hobi make over. Hingga saat orang-orang yang peduli terhadap keber- ini, anggota Komunitas Face Painting bersihan lingkungan, khususnya kawasan Ma- jumlah sembilan orang yang berasal dari lioboro. Bermodalkan tempat sampah ber- berbagai kalangan. “Ada yang berprofesi konsep horor-unik, para hantu ini menga- sebagai dosen, mahasiswa, seniman, dan jak orang-orang yang berlalu-lalang untuk masih banyak lagi,” terang Sony yang membuang sampah pada tempatnya. kala itu berkostum zombie. Mereka juga diperbolehkan berfoto dengan Walaupun memiliki anggota yang berahantu-hantu ini, kemudian meninggalkan sal dari latar belakang berbeda, komunitas uang seikhlasnya pada tempat sampah tadi. ini solid seperti keluarga. Mereka juga Komunitas ini lahir pada Desember melakukan pertemuan rutin sekali seming-
Edisi No. 179/Tahun XXIV/Maret-April 2014
dan lainnya. Namun tak jarang juga karakter hantu dalam negeri, seperti suster ngesot, pocong, kuntilanak, atau sejenisnya. Tidak hanya di Titik Nol. Komunitas ini kadang juga beraksi di tempat lain, seperti, di Jalan Abu Bakar Ali. “Penampakan” para hantu ini menjadi hal menarik bagi orang sekitar. Terutama saat liburan ataupun malam Minggu. Mereka bukan menakut-nakuti, tapi justru mengajak untuk peduli terhadap kebersihan. Memfasilitasi pengunjung yang tidak tahu di mana mereka harus membuang sampah. Tak hanya itu, mereka juga sering diundang untuk menghadiri acara, seperti Halloween, Party Horror, dan Pra Wedding. Komunitas ini juga pernah menggelar acara bakti sosial bertajuk Hantu Berbagi pada September 2013 lalu yang juga bertempat di Titik Nol KM. Pada acara ini, mereka melakukan penggalangan dana. Kemudian uang Painting Jogja berfoto dengan pengunjung di Titik yang terkumpul digunakan untuk membeli alat tulis dan pakaian untuk disumgu. Mendiskusikan perlengkapan yang akan bangkan. “Kita tak hanya sekadar menghidibutuhkan, misalnya kostum dan tempat bur dengan berfoto-foto, tapi juga berbagi sampah. Me-refresh ide-ide baru, seperti dan berkarya,” ujar Soni. mencoba karakter hantu baru. “Kami akan Rintik demi rintik hujan kembali memterus berkarya dan berbagi dari hati,” ujar basahi Titik Nol KM. Namun di tengah Sony. rerintik basah yang kian membesar, mereHantu Vredeburg beraksi hampir setiap ka tetap mengajak orang untuk membuang hari di tempat yang sama. Seusai magrib, sampah pada tempatnya, dan melayani mereka mulai menjalankan aksi hingga orang yang ingin berfoto. Di balik pose pukul sembilan atau sepuluh malam. Karak- dan ekspresi seram yang mereka tunjukkan, ter hantu yang mereka gunakan biasanya terbaca niat tulus: bukan untuk memperkaya bervariasi. Terkadang memakai hantu luar diri, namun mengajak untuk berbagi dan negeri, seperti zombie, vampir, drakula, peduli.
11
Panggung Sporadis dalam Teater “Panggung yang sporadis dapat menjawab keresahan pegiat teater akan kebutuhan sebuah panggung”- Robby W. Riyodi Oleh Jefri Rajif
H
ari itu, ada yang berbeda dengan keadaan di Aula Panti Asuhan Aisyiah, Nanggalo, Sawah Liek, Minggu (30/3). Tikar sajadah digulung, kursi, sofa, dan meja dikesampingkan. Ruangan dibuat kosong di bagian tengahnya. Anak-anak panti asuhan duduk membentuk setengah lingkaran memenuhi bagian belakang ruangan. Sesekali mereka berbisik-bisik, menduga-duga apa yang akan berlangsung di sana. Di hadapan mereka sudah ada beberapa orang yang sepertinya akan melakukan pertunjukan. Benar, siang itu akan ada penampilan teater dari Ruang Kreativitas (RK) Serunai Laut. Penampilan ini merupakan salah satu acara yang diselenggarakan guna memperingati hari Teater Sedunia ke-53 yang jatuh pada tanggal 27 Maret oleh seluruh pegiat teater. RK Serunai Laut mementaskan teater dengan judul “Dalam Kurung”, yang disutradarai oleh Robby Wahyu Riyodi. Pementasan diwakili oleh empat aktor, yaitu seorang pria dewasa yang berperan
fenomena kehidupan sebuah keluarga yang dikurung dalam sebuah acara televisi. Keluarga yang kurang harmonis antara ibu dan anaknya. Anak lakilaki yang sibuk bermalasmalasan dengan menonton acara televisi dan banyak menghabiskan waktu untuk tidur. Anak perempuan, sibuk dengan laptop dan jejaring sosialnya. Mereka berdua lebih mengutamakan kesibukan yang tidak berguna dibandingkan menolong pekerjaan orang tuanya. Hal ini membuat sang ibu marah dan kesal. Namun semua itu hanya terjadi ketika mereka ada dalam kurungan sebuah televisi. Ketika kurungan itu dilepaskan, masing-masing aktor tadi kembali ke kehidupan nyata mereka. Kali ini, Robby memilih tempat yang berbeda untuk panggung pementasannya. Bukan sebuah panggung megah. Melainkan panggung sederhana di aula sebuah panti asuhan. Melalui pertunjukan Totalitas : Aktor pementasan teater “Dalam Kurung” oleh Rumah Krea tivitas Serunai La ut di Panti Asuhan Aisyiah, drama “dalam kurung” yang Koto Liek, Nanggalo, dalam rangkaian peringatan Hari Teater berarti semiotika akan sebuah Sedunia, Minggu (30/3). f/doc. keluarga ini, Robby ingin sebagai pembawa acara dalam sebuah memotivasi anak-anak Panti Asuhan televisi dan memandu penonton selama Aisyiah agar belajar lebih giat lagi. Karena pertunjukan teater, wanita dewasa sebagai dari riset kecil-kecilan yang ia lakukan ibu rumah tangga, serta seorang gadis, sebelum pertunjukan, ia menemukan bahwa dan lelaki sebagai anaknya. anak-anak panti di sana sedang kekurangan Pertunjukan teater ini menceritakan motivasi dalam belajar dan bekerja.
Tidak hanya panti asuhan, sekolah juga menjadi pilihan sebagai panggung pementasan dalam rangka memperingati hari teater ini. Teater OASE dari Unit Kegiatan Kesenian Universitas Negeri Padang (UNP) mementaskan teater “Beranak Anjing” di SMA Pembangunan UNP yang berisikan tentang isu berburu dalam masyarakat minangkabau. Selain pementasan teater, juga diselenggarakan pelatihan keteateran bersama, kritik teater, ota hari teater, bedah buku Dramaturgi Sandiwara, dan pertunjukan teater milik Dede Pramaeza, staf pengajar ISI Padang Panjang. Acara ini berlangsung di Sekretariat Kelompok Studi Sastra dan Teater Noktah, sehari sebelum hari peringatan teater. Sebagai acara puncak dari kegiatan ini, komunitas Salingka Teater Padang mengadakan acara penutupan di Medan nan Balinduang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas (Unand) pada Minggu malam (30/3). Ada penampilan Musikalisasi Puisi, aksi pantomim dan pertunjukan teater oleh Teater Langkah dari Sastra Unand yang membawakan naskah “Bak”. “Bak” di sini memiliki dua pemaknaan, yaitu sebagai tempat penampungan dan perumpamaan, perumpamaan atau andaiandai akan menjadi apa seseorang setelah ia keluar dari bak penampungan itu. Pementasan teater yang diadakan oleh Robby dan rekannya di tempat seperti sekolah dan panti asuhan merupakan salah satu upaya agar pementasan teater tidak terpusat pada satu set panggung mewah. “Panggung yang sporadis dapat menjawab keresahan pegiat teater akan keberadaan sebuah panggung,” tutup Robby.
LKS KPAI: Membebaskan Diri dari Belenggu Kemiskinan “Anak Jalanan (Anjal) bukan berandal yang menjadi sundal kehidupan, mereka jangan dipukul tapi dirangkul. Jika Negara belum bisa mengayomi dengan dasar Oleh Novi Yenti
M
atahari hampir menyamai titik ubun-ubun. Sesosok tubuh masih meringkuk di antara pelataran tempat duduk Rumah Gadang depan lapangan Imam Bonjol Padang. Celana levis dan atasan baju kaos dengan warna sudah didominasi coklat kumuh, lusuh. “Nama saya Farel kak,” ujarnya saat Nurreskika Martinah, salah seorang anggota kantor Lembaga Kesejahteraan Sosial Komunitas Peduli Anak Indonesia (LKS KPAI) Sumatera Barat bertanya. Mendata anak jalanan, begitu Riska menjelaskan kegiatan yang dilakukannya. Dibantu oleh Dinas Sosial dalam rangka mengayomi anak jalanan (Anjal) LKS KPAI yang didirikan oleh Yalmadri ini berdiri sejak 2006. Tak hanya anak jalanan masyarakat miskin, dan kaum perempuan juga menjadi bahan perhatian LKS KPAI. “Melahirkan SDM yang mampu memberi sumbangsih nyata di dunia pendidikan dan bangsa dalam mengurangi angka kemiskinan”, sekiranya demikian visi LKS KPAI yang dilontarkan
Be laj ar di Ta ma n : Sa lah s eor an g sta f pen ga jar L KS KP AI Pa da ng me nga ja r A na k Jalan an didikannya belajar di Taman Lapangan Imam Bonjol, Sabtu (14/12). f/Doc. istimewa
Nurrezkika Martinah. Tak hanya visi, motto bertuliskan “Menggali potensi diri bebas dari belenggu kemiskinan dalam mencapai aktualisasi diri”, juga tertera pada spanduk yang terpampang di luar kantor LKS KPAI. Bentuk sumbangsih pihak LKS KPAI dalam mewujudkan visinya bermacam. LKS KPAI menyediakan pelatihan profesi keahlian selama 6 bulan untuk guru TK/ PAUD dan konsultan, pelatihan dosen, trainer dan motivator, pelatihan ujian nasional program paket, pelatihan untuk anak dengan kecacatan, dan anak membutuhkan perlindungan khusus. Berbeda dengan fungsi melatih anak
cacat dan anak yang membutuhkan perlindungan khusus. Anak-anak ini dibina secara gratis. Seperti yang dituturkan Nurrezkika Martinah, tidak ada batasan untuk didikan yang diberikan LKS KPAI, termasuk untuk anak yang baru saja didatanya. “Asalkan si anak memiliki kemauan,” tuturnya. Ruko seluas 4X3 meter dengan sebuah papan tulis putih, dua buah lemari penyimpanan dan tiga buah meja beserta beberapa kursi plastik berwarna merah merupakan inventaris ruangan yang sekaligus menjadi kelas belajar. Bimbingan yang diberikan pihak LKS
KPAI kepada Anjal dimulai dengan melakukan survey sebelumnya. Kunjungan rumah Si Anjal diadakan untuk mengkategorikan apakah Anjal tersebut berhak mendapat bimbingan atau tidak. Dari survey yang dilakukan, anak digolongkan dalam dua jenis yaitu anak yang benar-benar hidup di jalanan dan tidak. Banyak ditemukan anak-anak yang kabur dari rumah akibat broken home dalam keluarganya dan tak jarang anakanak yang pergi dari rumah untuk sesaat dan kembali lagi setelah puas dijalanan. Lebih kurang sekitar 130 Anjal sudah didata LKS KPAI. Proses pendataan dimulai dengan mengarahkan staf pendidik turun ke lapangan. Staf pendidik yang umumnya adalah mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi Kota Padang disebar pada beberapa titik yang diperkirakan menjadi ladang berkumpul Anjal. Merangkul Anjal mereka lakukan melalui pendekatan. Pendidikan yang diberikan tidak terfokus pada pendidikan formal saja, tapi juga pendidikan nonformal. Peserta didik dapat belajar keterampilan menjahit, menggambar dan banyak hal lainnya sebagai bekal jika mereka merambah umur dewasa. Sementara anak-anak yang putus sekolah akan diberikan pendidikan dengan gratis dan diikutsertakan dalam ujian kesetaraan SMP dan SMA. Terkait dana untuk lembaga, Nofra Winardi mengatakan dana berasal dari lembaga-lembaga dan donatur-donatur penyumbang dana. “Nanti kita arahkan untuk pengembangan dan kemajuan lembaga,” tutup Nofra.
Edisi No. 179/Tahun XXIV/Maret-April 2014
Fokus
12
Mengemis adalah Hidup
Pilihan: Di usianya yang ke-55 tahun, Uyun menetapkan pilihan sebagai peminta-minta di Masjid Al-Azhar Universitas Negeri Padang. Ia menjadikan lokasi ini sebagai lahannya un tuk m enc ari ka re na mer asa U NP ada lah loka si yan g tep at bag in ya unt uk me nca ri penyambung hidup, Senin (21/4). f/Ratmiati
Tongkat Kayu: Usai menunaikan salat Zuhur di Mesjid Al-Azhar Universitas Negeri Padang, bapak ini dibantu dengan sebuah tongkat kayu yang selalu setia menemaninya berkeliling UNP untuk mengais rezeki, Kamis (23/4). f/Ratmiati
Mengharap: Dua orang peminta-minta berkeliling Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang mengharap belas-kasihan mahasiswa. Selain di pasar, perempatan jalan, dan rumah makan mereka juga memasuk area kampus untuk mencari peruntungan, Kamis (23/4). f/Ratmiati
Katarak: Emi telah menjadi peminta-minta selama 4 tahun semenjak matanya terjangkit katarak dan ia tak memiliki biaya yang cukup untuk pengobatan. Rata-rata setiap hari ia mengumpulkan uang Rp35.000,00. Emi melakukan pekerjaan ini setiap hari hingga matahari terbenam, Rabu (22/4). f/Ratmiati
Kotak Amal: Dengan keadaan tanpa cacat fisik, seorang ibu paruh baya bermodalkan sebuah kotak amal masjid tanpa identitas yang jelas, berjalan mengais rezeki jauh-jauh dari Pariaman mengitari UNP dan sekitarnya, Rabu (22/4). f/Ratmiati
Foto & Teks Foto: Ratmiati Desain & Tata Letak: Edo Febrianto, Doni Fahrizal
Edisi No. 179/Tahun XXIV/Maret-April 2014
“Ada yang bilang hidup ini berawal dari B dan berakhir dengan huruf D. B adalah Birth (lahir) dan D adalah Death (meninggal). Tetapi di antara huruf B dan D ada huruf C yang harus kita lalui. C adalah Choise (pilihan) pilihan hidup. Dan setiap pilihan tersimpan konsekuensi. Mau tidak mau manusia harus memilih.� Untuk menentukan pilihan dalam hidup yang beragam tentu memiliki cara yang beragam pula, salah satunya pilihan hidup untuk mencari nafkah. Tak semua orang memiliki penghidupan yang layak sesuai dengan keinginan mereka, ada yang hidup mewah dan ada juga yang hidup sederhana serta serba kekurangan. Mereka yang berada dalam kondisi sederhana dan kekurangan itu, hari ini tak sedikit yang memilih jalan mencari nafkah dengan meminta-minta (mengemis) kepada orang lain. Fotografer Ganto mengabadikan pilihan hidup mereka yang meminta-minta di area Universitas Negeri Padang.
13
UKT: Tak Ada Lagi Penurunan
UNP FAIR 2014
III ke atas, jalur masuk mandiri dan transfer, dan berasal dari luar Sumbar tidak di proses penurunannya. BAAK kemudian menerima berkas tersebut untuk diproses dalam tahap survei. Survei dilakukan oleh tim yang dibentuk Pembantu Rektor (PR) II UNP Dr. Alizamar, M. Pd., Kons. melalui Surat Tugas Nomor 034/UN35/PP/2014. Di Diskusi UKT: Suasana diskusi UKT yang diadakan oleh BEM UNP dihadiri oleh perwakilan BEM tiap fakultas dan Ormawa dalam surat ini tercandi Ruang Sidang Senat, Jumat (14/3). f/Ratmiati tum daerah-daerah yang disurvei dan anggota tim Pasca pemberlakuan sistem Uang survei pada masing-masing daerah. Kuliah Tunggal (UKT) bagi mahasiswa Dari hasil survei tersebut, ternyata baru program S1 dan D3 Universitas Negeri tidak semua berkas yang disetujui untuk Padang (UNP) di awal tahun ajaran 2013/ penurunannya. Tercatat dari 117 berkas 2014 lalu menimbulkan beberapa perma- yang disurvei, sebanyak 19 permohonan salahan. Salah satunya, yaitu munculnya ditolak. Hal ini disebabkan karena adanya pengaduan-pengaduan dari mahasiswa ketidakcocokan data yang dilampirkan karena beban UKT tidak sesuai dengan dengan keadaan sebenarnya di lapangan. penghasilan orang tua mereka. Menanggapi perihal penurunan UKT Berdasarkan data yang didapatkan dari ini, Alizamar menjelaskan bahwa alasan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNP mahasiswa yang berdomisili di wilayah yang merupakan posko pengaduan penu- Sumbar yang mendapat penurunan karena runan UKT, diketahui sebanyak 1066 maha- proses survei ulang bisa cepat dilakukan siswa mengajukan berkas permohonan dan tidak memakan biaya besar jika dibanpenurunan pembayaran UKT. Berkas ini dingkan ketika melakukan survei ke kemudian dilaporkan kepada pihak kam- daerah-daerah di luar Sumbar. Hal ini pus melalui Biro Administrasi Akademik terkait permasalahan dana survei yang dan Kemahasiswaan (BAAK) untuk dipro- hanya berasal dari keuangan pribadi UNP. ses lebih lanjut, sehingga menghasilkan Namun, pihak kampus telah berupaya 101 mahasiswa yang mendapatkan penu- meninjau permohonan penurunan dari runan UKT yang berstatus sebagai maha- mahasiswa yang berasal dari luar Sumbar siswa reguler dan berdomisili di wilayah dengan cara menelepon dan meminta Sumatera Barat (Sumbar). yang bersangkutan mengirimkan foto Menurut penjelasan Menteri Kesejah- rumah mereka. teraan Mahasiswa BEM UNP Gina Mustika, Lebih lanjut Alizamar menjelaskan berkas-berkas yang telah terkumpul terse- bahwa menurut peraturan DIKTI, setiap but diseleksi dalam beberapa tahap. Per- universitas diberi kuota 5% untuk level tama, dari 1.066 berkas diseleksi menjadi 1 dan 2. Namun di UNP mahasiswa yang 494 berkas berdasarkan tingkat pemba- berada pada level 1 telah mencapai 15%. yaran UKT yaitu di atas Rp4 Juta. Kemudi- Dan saat ini UNP hanya mendapat 25 an 494 berkas ini diseleksi kembali sehing- miliar dari pemerintah. Jika semua penuga terpilih 117 berkas berdasarkan pekerja- runan dilayani, universitas akan kekuan orang tua, jalur masuk, dan daerah rangan dana untuk menutupi permintaan asal. Mahasiswa yang pekerjaan orang mahasiswa. “Jadi, tidak ada lagi penurunan tuanya Pegawai Negeri Sipil golongan UKT,” tegasnya. Doni
Setelah 4 tahun berlalu, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Padang (UNP) kembali mengadakan UNP Fair sebagai ajang akbar UNP untuk kedua kalinya. Merupakan salah satu Program Kerja (Proker) dari Kementrian Dalam Negeri. UNP Fair 2014 mengusung tema “Melihat Betapa Besarnya Keluarga Kita” dengan tujuan merangkul UNP Fair: Kepala BAAK UNP Azhari Suwir, S.E. mengunjugi salah satu stand dan melihat koleksi foto-foto kegiatan MPLAH seluruh Organisasi Maha- UNP, Senin (21/4). f/Redda siswa (Ormawa) selingkungan UNP berpartisipasi. Baik itu dari pelaksanaan UNP Fair 2014 mengalami Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), BEM peningkatan jika dibandingkan UNP Fair Fakultas, maupun Unit Kegiatan Mahasiswa 2010. Tujuannya hampir sama dengan UNP (UKM). Kepanitiaan acara ini melibatkan Fair 2014, hanya saja pada tahun 2010 semua mahasiswa UNP di luar kepengurusan BEM kegiatan yang diselenggarakan merupakan UNP dengan mengadakan Open Recruit- tanggung jawab dari pengurus BEM itu ment, sebanyak 150 orang. sendiri. Kali ini, UNP Fair 2014 menyelenggaraSelain itu, antusias mahasiswa tahun kan 12 kegiatan yang bertemakan tematik ini juga sangat bagus. Hal ini terbukti dari (Pendidikan, Teknologi, dan Religius), dima- keberadaan stand-stand Bazar UNP dalam na empat kegiatan di antaranya meru- rangkaian acara UNP Fair yang selalu ramai pakan bagian dari Proker empat Kementrian dikunjungi mahasiswa. Sebagaimana yang BEM UNP lainnya. Acara Car free day diungkapkan oleh Rizal Lisamora selaku adalah Proker dari Kementrian Pengabdian Ketua Pelaksana bahwa pada awalnya Masyarakat, Pesta Rakyat dari Kementrian mereka tidak percaya acara tersebut bisa Minat Bakat, BEM UNP Award dari Kesejah- berjalan sukses. “Ternyata animo mahasiswa teraan Masyarakat, dan Latihan Kepemim- kali ini sangat bagus di bandingkan tahun pinan dan Manajemen Siswa dari Pengem- 2010 lalu,” ucapnya, Senin (28/4). bangan Pendidikan Sumber Daya Manusia Adnan Arafani selaku Presiden (PPSDM). Mahasiswa mengharapkan melalui kegiatan Kerja sama tersebut diselaraskan dengan ini, keharmonisan antar mahasiswa dan tema tematik yang diangkatkan. Seperti Ormawa bisa terjalin dengan baik. “Semoga tema pendidikan bekerjasama dengan UNP semakin besar dan jaya,” tutupnya, Fakultas Ilmu Pendidikan, teknologi dengan Senin (21/4). Fakultas Teknik (FT) dan religius dengan Kepala Biro Administrasi Akademik dan Unit Kegiatan Kerohanian (UKK). Beberapa Kemahasiswaan (BAAK) UNP Azhari Suwir, bentuk kerja sama itu di antaranya, Kuliah S.E., juga menyambut baik pelaksanaan UNP Umum Bahasa Isyarat bekerja sama dengan Fair ini. Dalam sambutannya ia HMJ Pendidikan Luar Biasa (PLB), Lomba mengharapkan acara ini dapat terselenggara merancang Bangunan Aman Gempa dengan secara berkelanjutan dan tidak hanya untuk BEM FT, dan Back to Alquran dengan menyelenggarakan program kerja semata, UKK. Ardian Perkasa Mawan selaku ketua tapi juga memang untuk mengajak umum UKK mengharapkan agar kerjasama mahasiswa dan seluruh sivitas akademika ini dapat terus berjalan dari tahun ke untuk ikut berpartisipasi. “Sebagai ajang tahun. meningkatkan kreativitas mahasiswa,” Menilik dari kegiatan yang diadakan, ujarnya, Senin (21/4). Redda
Parkir: Sebuah mobil bergambar kandidat, nomor, serta lengkap dengan nama partai sedang parkir di pelataran parkir Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang, Rabu (2/4). f/Ratmiati
Asal Parkir: Sebuah mobil parkir di badan jalan depan Ruang Serba Guna (RSG) Fakultas Teknik. Padahal di dekat mobil tersebut telah terpampang rambu- rambu dilarang Parkir, Kamis (27/3). f/Ratmiati
Edisi No. 179/Tahun XXIV/Maret-April 2014
14 Jika Anda mengalami masalah keagamaan, silahkan manfaatkan rubrik ini. Kirimkan surat tentang masalah Anda kepada pengasuh rubrik ini ke email Ganto, redaksiganto@gmail.com atau Gedung PKM UNP Ruang G 65 UNP. Setiap pertanyaan harap dilengkapi dengan identitas.
Diasuh oleh: Dr. Ahmad Kosasih, M.A.
Kesalahan Membaca Alquran Assalammualaikum Pak. Saya mau bertanya kepada Bapak pengasuh rubrik Konsultasi Agama SKK Ganto. Saya pernah mendengar bahwa jika kita salah membaca tajwid atau panjang pendek huruf dalam Alquran, maknanya juga akan salah. Apakah kita berdosa jika salah dalam membaca tajwid dan panjang atau pendek huruf dalam Alquran sementara maknanya sudah berbeda? Lalu bagaimana kita menyikapi hal tersebut? Terima kasih Pak. Fitri Aziza Mahasiswa FMIPA UNP
Ananda Fitri Aziza! Ada dua kategori kesalahan dalam membaca atau melafalkan ayat-ayat suci Alquran. Pertama, kesalahan yang dapat mengubah makna ayat seperti tertukar huruf, misalnya kata qalbu dengan huruf awalnya huruf qaf artinya adalah hati, tetapi bila dibaca kalbu dengan huruf awalnya huruf kaf, maka artinya adalah anjing. Kata syakara dengan huruf awalnya syin artinya bersyukur, tapi apabila kita baca sakara dengan huruf awalnya sin maka artinya adalah mabuk. Demikian pula dengan kesalahan baris (harakat) dapat menimbulkan kesalahan fatal pada makna ayat karena baris huruf terakhir pada sebuah kata benda dalam satu kalimat menunjukkan posisi serta peran kata itu dalam kalimat dimaksud. Kesalahan semacam ini di dalam ilmu baca Alquran (tajwid) lazim disebut dengan kesalahan Jali/nyata (al-khath‘u al-jali). Kedua, kesalahan yang tidak berpengaruh kepada makna ayat seperti kekurangan dengung (ghunnah) pada hurufhuruf yang harus didengungkan atau kurangnya mad (pemanjangan bunyi) pada huruf-huruf yang memakai tanda mad. Kesalahan semacam ini tidak berpengaruh kepada makna ayat namun tetap dianggap sebuah kesalahan dalam kaidah Ilmu Tajwid yang disebut dengan kesalahan khafi/ tersembunyi (al-khath‘ul khafi). Lalu apakah kita akan berdosa akibat dari kesalahan dalam bidang tajwid tersebut? Persoalan berdosa atau tidak akibat dari kesalahan yang diperbuat seseorang tentu juga tergantung pada niatnya, termasuk dalam membaca Alquran. Apabila kesalahan itu tanpa kesengajaan, misal orang-orang yang cadel atau lidahnya kelu padahal ia telah berusaha sebisa mungkin, maka dalam hal tersebut kita berpegang kepada firman Allah: Laa yukalifullahu nafsan illa wus’ahaa artinya: “Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya”. Sebaliknya, apabila kita sengaja memutarbalikkan lafallafal Alquran atau membaca dengan acak-acakan saja padahal kita mampu membacanya dengan benar, jelas hal itu merupakan sebuah kesalahan yang akan menimbulkan dosa. Sebagaimana firman Allah berkenaan dengan perilaku Yahudi: ...mereka suka merubah kalam Allah dari posisinya
dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang diperingatkan kepada mereka dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat orang yang berkhianat di antara mereka... (Al-Maidah: 13). Memang ada sebagian ulama yang mengatakan bahwa membaca Alquran tanpa tajwid merupakan dosa. Misalnya Imam Ibnu Al-Jazari dalam sya’irnya berkata:
Wal akhdzu bit tajwidi hatmu laazimun, man lam yujawwidil Qur`aana aatsimun. Artinya: Membaca Alquran dengan bertajwid adalah satu kemestian, siapa yang membaca Alquran tanpa tajwid adalah berdosa. Pernyataan Imam Al-Jazari ini dapat dipahami sebagai kehati-hatian dan motivasi agar kita harus bisa membaca Alquran dengan baik dan benar. Oleh karena itu, kita harus mempelajarinya terus menerus sampai pandai. Apalagi ayat Alquran itu menjadi bagian dari ibadah salat kita. Nabi bersabda: “Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Alquran dan mengajarkannya kepada orang lain.Wallau a’lam bishshawab!
Edisi No. 179/Tahun XXIV/Maret-April 2014
Pakaian Intelektual Kampus Religius Pakaian atau busana adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Bahkan, pakaian merupakan salah satu persoalan pokok yang menyangkut peradaban manusia, yakni kebutuhan akan sandang di samping kebutuhan pokok lainnya. Selain itu pakaian juga merupakan ciri khusus kehidupan manusia dibandingkan dengan mahkluk hidup lain. Cara berpakaian termasuk kebudayaan yang menentukan nilai kepribadian seseorang dalam keluarga, masyarakat, lembaga bahkan suatu negara. Identitas seseorang dan pola berpikir, serta statusnya akan dapat diketahui dari pakaian. Seorang anak akan berbeda pakaiannya dengan orang tuanya karena memang pola pikirnya juga berbeda. Selain itu pakaian seseorang bahkan dapat memengaruhi tingkah laku dan emosinya. Orang tua yang memakai pakaian anak muda mengalir dalam dirinya jiwa anak muda. Begitu juga halnya dengan seorang guru atau dosen, tentu ia akan menyesuaikan pakaiannya dengan profesi yang melekat pada dirinya. Dapat dikatakan, bila seseorang memakai pakaian yang baik dan sopan maka ia akan berusaha berlaku demikian, begitu juga sebaliknya. Sebuah lembaga, kelompok bahkan sebuah negara menentukan, memaksakan dan melarang “a pa, bagaimana, bentuk, warna, bahkan aksesoris atau atribut yang harus ada pada pakaian mereka”. Sejarah mencatat bagaimana negara Turki di bawah pimpinan diktator Kemal Attarurk melarang pemakaian Tarbusy. Ia menilai bahwa Tarbusy (sejenis tutup kepala bagi pria) tersebut adalah bagian dari tradisi dan pemikiran kolot yang menghambat kemajuan pemikiran dan kebudayaan bangsa Turki. Untuk itu harus diganti dengan topi ala barat yang berpikiran lebih maju dan modern. Pakaian tidak saja tampak pada tataran nilai-nilai etika dan estetika, tetapi juga pada pola pikir, tingkah laku dan keterampilan yang akan dibentuk, diinginkan dan dihasilkan oleh lembaga sebuah lembaga yang nantinya menunjukkan identitas seseorang dalam lembaga tersebut. Misalnya, Universitas Negeri Padang (UNP) dengan motto “Kampus Intelektual Relegius”, tentu sudah memiliki gagasan tentang bagaimana semua unsur sivitas akademikanya berpakaian sesuai dengan motto yang didengungkan. Sayangnya, kesadaran akan suatu kekeliruan mengenai pentingnya berpakaian sesuai motto tersebutlah yang sudah tak lagi tampak dari masyarakat UNP sekarang, khususnya mahasiswa. Terlebih, jika tuntunan dan petunjuk-petunjuk demikian telah disinggung oleh adat Minangkabau yang berfalsafahkan, adat basandi
juga di hidung atau di mulut, ditambah lagi dengan berbagai macam gambar tato di tubuhnya. Sesungguhnya Edi Saputra, M.Pd. Alquran telah berbiDosen PKn MKU cara tentang masaUniversitas Negeri Padang lah berpakaian khususnya bagi kaum perempuan (muslimah) intelektual. Ada tiga fungsi pakaian yang disinggung oleh Alquran. Pertama, memelihara pemakainya dari sengatan panas dan dingin serta segala sesuatu yang dapat mengganggu jasmani. “Dan
Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah dia ciptakan, dan dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepadaNya)”. (QS: Al Nahl: 81) Kedua, menunjukan identitas, sehingga pemakainya dapat dipelihara dari gangguan usilan. “Hai nabi,
katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal. Karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS: Al Ahzab: 59) Pakaian jilbab yang dimaksud ayat ini yakni sejenis selendang yang lebar dan lapang yang dapat menutup kepala, muka, dan dada. Bukan sekadar kerudung yang dikenakan di kepala, kemudian dililit asalan-asalan saja di leher dipakai oleh kaum muslimah saat ini. Bukan jilbab yang dikombinasikan dengan model dan gaya penampilan yang seksi, ketat, ditambah dengan semerbak parfum yang menyengat, berlipstik tebal dengan beraneka ragam make up yang tak lumrah bagi muslimah intelektual. Ketiga, menutupi yang tidak wajar kelihatan (aurat) serta menambah keindahan pemakainya. “Hai anak Adam, sesungguh-
nya kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan Pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa. Itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tandatanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu ingat”. (QS: Al ‘Araaf: 26) Dari ayat ini tampak bahwa salah satu fungsi pakaian bagi seorang muslimah intelektual adalah
syara’, syara’ basandi kitabullah, syara’ mangato adat untuk menutup aurat. Aurat yang dimaksud tidak mamakai, alam takambang jadi guru. hanya sekadar tertutupi, namun tidak memperlihatkan UNP sebagai lembaga yang tidak hanya berisikan para intelektual, namun juga memproduksi para pendidik intelektual religius, di samping menghasilkan para ilmuwan di berbagai disiplin ilmu. Alangkah baiknya keintelektualan tersebut mencerminkan dari agama yang diyakini, dianut, dan diamalkan. Semisalnya agama Islam, penganutnya (intelektual UNP) harus menutup aurat. Misalnya mahasiswa, akan sangat asing melihat calon guru, pendidik, intelektual yang religius berpakaian ala aktor, artis, bintang film yang sedang show. Berpakaian seenaknya saja, celana yang ketat, baju yang sempit atau kedodoran. Pakaian dengan gambar-gambar yang tidak karuan, bahkan jorok. Ditambah dengan penampilan rambut yang tidak terurus, berwarna-warni, pakai anting, bagi wanita antingnya lebih dari 4, tidak saja di telinga tetapi
bentuk dan lekuk tubuh. Bagaimana mungkin bisa dikatakan menutup aurat jika orang yang melihat tahu bagaimana kondisi ukuran, bahkan warna pakaian dalam yang dikenakan. Ketiga fungsi pakaian di atas hendaknya dapat menyatu pada busana yang dikenakan, apalagi seorang intelektual religius. Jangan sampai dalam keadaan beraktivitas mencari ilmu untuk menjadi seorang intelektual religius, malah terjebak oleh propaganda orang-orang kafir atau sekuler yang ingin menghancurkan peradaban umat islam. Tanpa disadari sebenarnya para intelektual sudah terkecoh, mereka beranggapan sudah berpakaian sesuai dengan tuntunan agama, tetapi malah sebaliknya berpakaian menurut gaya barat nan identik dengan fashion yang hanya menuruti hawa nafsu bertopengkan keindahan.
15
Universum Politik dan Musik Politisi dan musisi bagaikan koin bersisi dua dalam kehidupan politik. Sama sekali berbeda, namun tidak bisa dipisahkan. Begitupun, hal ini tentulah tidak menjadi rahasia lagi, hingga nama besar mereka mengagumkan di mata orang banyak. Jika ditanyakan betul, barangkali mereka akan mengelak dan tidak mau terang-terangan dengan hal itu. Barangkali juga mereka memang tidak terlalu tertarik menceritakan detail dari perjalanan hidup dan pemikiran mereka dan musik sebagai latar belakangnya. Atau sebagian mereka memang sengaja ingin memancing orang-orang supaya mempertanyakan itu, kemudian mencari dan membaca sejarah mereka. Sebuah anggapan yang utopis barangkali. Namun jika benar ini adalah perencanaan yang masif untuk generasi muda sebagai pembaca politik dan sejarah. Begitu banyak ditemukan bukti bahwa politisi dan musisi telah “menipu” kita dengan berbagai cara mereka, bahkan dalam kehidupannya yang tidak diketahui itu mereka terlalu banyak main belakang dan berkedok diam. Pun, fakta sejarah berbicara dan mengakhiri anggapan-anggapan tersebut. “Saya tidak boleh lagi mendengarkan Appasionata gubahan Bethoven. Alunan musiknya membuat kau terlena ingin membelai kepala anak-anak, bukannya melumat kepala musuh”. Dalam ucapan tokoh marxisme ini, Lenin dan ideologi pemikirannya yang kokoh dan sangat kuat itu telah mempengaruhi banyak pergerakan di seluruh dunia. Dari ucapan tersebut dapat dilihat betapa intimnya hubungan antara politik dengan musik. Betapa sepinya mereka tanpa seni yang telah “menulikan” banyak telinga itu. Dalam sebuah buku mengenai Refleksi
Pemikiran, Perilaku, dan Etika Politik Indonesia, terdapat kutipan yang menyebutkan sebuah ide filosofis yang sangat terkenal dari Phytagoras, “Konsensus dan
harmoni di dalam ketatanegaraan, tak terpisahkan dengan konsensus dan harmonisasi di dalam musik.” Tampak betul kalau Phytagoras memang sudah melangkah lebih jauh. Masa pergolakan Yunani kuno sebagai patokan sejarah yang bermula, keberadaan musik universum mengaitkan alam politik dengan musik adalah sebuah fantasi tentang keindahan yang menakjubkan, sekaligus bahaya besar yang tidak terduga. Memang sejak mula musik tak dapat dipisahkan dari perang-perang besar dalam sejarah besar dunia. Sebab musik telah mengawali, menyemangati, dan merayakan kemenangan perang.
Grafis: Edo Febrianto
Hitler yang dalam sejarah besarnya pada tahun 1940 telah menguasai sebagian besar Eropa, masa mudanya ia adalah seorang yang sangat suka mendengarkan musik karya Wagner, seorang revolusioner yang juga telah menulis Mars dan Overture untuk demokrasi populistik Amerika. Pada masa terjadinya pemberontakan fasis pasukan terjun payung Perancis diiringi oleh lagu Pias je ne re grette rien (Aku, pantang mengeluh). Kemudian di Amerika Dixie Musik menjadi semacam panggilan bagi pertemuan kaum konfederalis yang sampai kini pun belum bisa menerima kekalahan mereka. Semenjak abad ke-17 musik berperan besar dalam menumbuhkan civil society. Namun, di Indonesia, musik sebagai sarana pencerdasan kehidupan bangsa tidak bisa diwujudkan. Miris sekali memang, malah yang pernah terwujudkan adalah musik
sebagai alat politik. Musik secara universal menjadi dalang untuk penguasa mewujudkan ideologinya, seperti pembatasan pemikiran atau cuci otak. Pada pemerintahan Soekarno yang dipandang oleh kaum intelektual sebagai ratu Jawa yang berpeci, pemimpin tradisional dalam bentuk modern sangat tidak senang melihat anak muda yang terpengaruh gaya barat. Sebaliknya, Soekarno menegaskan bahwa anak muda Indonesia harus mencerminkan adat ketimurannya. Pada 1970, ketika seluruh dunia dimabukan oleh lagu-lagu The Beatles, Indonesia, dan pemudanya juga ikut dalam pengaruhnya. Namun, bagi Soekarno lagulagu The Beatles hanya membuat utopis pemuda Indonesia dengan lirik lagu yang dianggap hanya berisikan cinta serta gaya hidup yang hippies. Musik ngak ngik ngok begitulah Soekarno menamakan karena saking tidak senangnya pada The Beatles. Banyak juga band lokal Indonesia yang ditahan oleh pemerintah, salah satunya Koes Bersaudara, karena meyanyikan lagu The Beatles dalam sebuah acara hajatan petinggi militer di daerah Petamburan Jakarta. Begitulah mesranya hubungan antara pemimpin dengan musisi. Sepanjang masa Orde Baru kembali pembatasan pemikiran dilakukan oleh Soeharto. Sebagai presiden yang begitu cinta pada Jawa, Soeharto memang banyak mengusung kultur Jawa dalam pidato-pidato kebijakannya, “Mikul dhuwur mendhem jero” yang disalahartikan dalam praktiknya, sehingga bertentangan dengan prisnsipprinsip tranparansi dalam birokrasi modern. Melakukan pemberdayaan terhadap karyakarya musik, yang bisa menyanjung tinggi citra kepemimpinan seumur hidupnya. Soeharto dan rezim Orde Baru melegitimasi kekuasannya lewat bantuan musisi. Mungkin sebagai luapan rasa kurang senang atas hegemoni penguasa banyak lagu resmi yang kemudian diplintir, diplesetkan atau dinyayikan dengan nada-nada yang sumbang dan lirik yang terpotong-potong. Kritik
Robby W. Riyodi Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia TM 2009. Email: robbywahyuriyodi@gmail.com Fb: Robby Wahyu Riyodi Twitter: @obeSerunaiLaut Motto: Apa itu motto?
terhadap pemerintah pun banyak disuarakan melalui lagu-lagu yang berisikan lirik-lirik revolusioner. Iwan Fals salah satunya, musisi yang begitu “mesra” dengan Orde Baru dalam sejarah perjalannya menjadikan lagu sebagai bahan kritik terhadap ketidakstabilan politik Indonesia semenjak 1970. Sebab perkembangan politik dalam sebuah negeri tentu saja ikut mempengaruhi perkembangan sebuah scene dan iklim bermusik para musisi di negeri tersebut. Begitu mesranya politisi dan musisi. Dari sekian banyak peristiwa-peritiwa politik, segitu pula musik menjadi satu sisi tokoh dan peristiwa-peristiwa politik dunia dan negara kita sendiri. Musik universum mengaitkan alam politik dengan musik adalah sebuah fantasi tentang keindahan yang menakjubkan, sekaligus bahaya besar yang tidak terduga. Sampai sekarang musik memiliki peran sendiri dalam politik. Pada tahun politik ini, musik dangdut misalnya menjadi patner dalam kampanye-kompanye partai politik, dan beberapa strategi politik yang juga tidak jauh dari musik. Bahkan musik terkesan menjadi alat untuk politik, atau juga sebaliknya, politik adalah alat bagi musik.
Murasaki Shikibu:
Pencetus Novel Pertama di Dunia
Dunia karangan, tidak berupa karangan ilmiah semata. Banyak karangan nonilmiah yang begitu digemari, bahkan sangat populer di semua kalangan. Salah satunya yaitu novel. Sebuah karangan prosa panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku ialah novel (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Novel umumnya berupa karangan dengan balutan fiksi prosa yang imajinatif dan ditulis secara naratif, namun ada
pula dilatarbelakangi kisah nyata. Dewasa ini jumlah novel di dunia tak lagi terhitung, ditulis oleh jutaan penulis. Namun, siapakah pemilik ide kreatif yang pertama kali mencetuskan novel? Adalah Murasaki Shikibu, seorang wanita Jepang penulis novel pertama kali. Murasaki lahir sekitar tahun 973, dari keluarga yang cukup terpandang di Jepang, yaitu keturunan bupati pertama di Fujiwara. Ia dikenal sebagai perempuan yang cerdas. Dia dibesarkan di rumah keluarga ayahnya, tempatnya belajar membaca dan menulis aksara Tionghoa yang menurut tradisi waktu itu tidak diajarkan kepada perempuan. Aksara Tionghoa adalah bahasa tulis di kantor-kantor pemerintah. Tahun 998 dia menikah, kemudian memiliki anak perempuan bernama Kenshi (Kataiko). Berselang tak lama, tepatnya tahun 1001, suaminya Nobutaka meninggal dunia akibat epidemi kolera. Beruntung, karena kemampuan menulisnya dan pemikirannya yang cerdas, ia bekerja sebagai dayang di istana kekaisaran pada zaman Heian, sepeninggal suaminya.
Sejarawan memperkirakan bahwa nama aslinya adalah Fujiwara Takako, seperti tertulis dalam nama pelayan istana dengan pangkat shôji pada tanggal 29 bulan 1 tahun 4 Kankô (19 Februari 1007). Fakta dalam buku harian pribadinya yang berjudul Buku Harian Murasaki Shikibu juga menunjukkan bahwa nama panggilannya di istana adalah Murasaki, seperti nama tokoh dalam novel Hikayat Genji yang ditulisnya. “Shikibu” merujuk kepada pangkat ayahnya di Biro Protokoler Istana (Shikibu-shô). Selama bekerja di istana, dia terus menulis dan terus menambahkan peristiwa-peristiwa yang terjadi selama dia bekerja di istana ke dalam karyanya. Setelah lima atau enam tahun mengabdi, dia meninggalkan istana untuk pensiun bersama permaisuri Shôshi ke sekitar Danau Biwa. Tentang kematiannya, sebagian besar di antara pada cendikianwan sepakat Murasaki Shikibu meninggal tahun 1014, namun sebagian lain memperkirakannya masih hidup hingga tahun 1025. Novel yang ia tulis sendiri berjudul
Genji Monogatari, yang dalam bahasa Inggris berarti The Tales of Genji dan dalam bahasa Indonesia “Hikayat Genji”. Novel ini memiliki 54 bab dengan total 1000 halaman. Sesuai judulnya, novel ini menceritakan tentang kisah Pangeran Genji. Novel ini ditulis dengan tata bahasa yang cukup rumit, bahkan bagi orang Jepang sekalipun. Pada zaman itu karya sastra tidak diperbolehkan mencantumkan nama dalam ceritanya, sehingga harus menggunakan nama sebutan atau gelar. Hal ini membuat para ahli bahasa harus mempelajari tata bahasa yang digunakan dalam novel tersebut. The Tales of Genji merupakan novel pertama. The Tales of Genji ini juga merupakan novel bergenre roman pertama di dunia. Saat ini, “Genji Monogatari” sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan juga dipentaskan di berbagai kesempatan. Namun, berkat karyanya, bermunculan novel-novel lain dengan berbagai genre yang dinikmati seluruh pecinta novel di dunia. Sonya Putri (dari berbagai sumber)
Edisi No. 179/Tahun XXIV/Maret-April 2014
16
Penerimaan Dosen Tetap Non-PNS UNP Untuk menyeimbangkan jumlah rasio dosen dan mahasiswa, Universitas Negeri Padang (UNP) menyelenggarakan seleksi penerimaan dosen tetap non-Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk semua jurusan yang ada di UNP. Seleksi ini dilakukan untuk mendapatkan Nomor Induk Dosen Nasional (NIDN) bagi dosen tetap non-PNS. Penyelenggaraan ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan No. 84 Tahun 2013 tentang pengangkatan dosen tetap nonPNS pada perguruan tinggi negeri dan dosen tetap pada perguruan tinggi swasta. Seleksi pengangkatan dosen tetap nonPNS ini diikuti sebanyak 206 peserta. Lima belas orang di antaranya merupakan alumni mahasiswa Beasiswa Unggulan yang sudah pasti diterima, mengikuti tes hanya untuk mendapatkan NIDN. Sisanya 191 orang merupakan tenaga pengajar honorer UNP serta peserta umum, baik itu peserta yang berasal dari dalam maupun luar UNP. Dari 191 orang tersebut, sebanyak 39 orang lulus seleksi pertama. Selanjutnya mereka harus mengikuti tes wawancara di program studi masing-masing. Jika telah lulus tes wawancara, barulah mereka bisa mendapatkan NIDN untuk menjadi dosen tetap non-PNS. Salah seorang peserta seleksi yang lulus seleksi tahap pertama, Adek Cerah Kurnia Azis, S.Pd., M.Pd., mengatakan bahwa antara dosen PNS dan dosen tetap non-PNS memiliki hak yang sama. Yang menjadi pembeda hanyalah tunjangan pensiunnya saja. “Dosen PNS mendapatkan tunjangan setelah pensiun, sedangkan dosen tetap non-PNS tidak,” jelasnya, Rabu (23/4). Proses seleksi diadakan di Laboratorium
Computer Assisted Language Learning (CALL) Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Fakultas Bahasa dan Seni UNP selama 4 hari, yaitu pada 15 sampai 18 Maret lalu. Pada seleksi ini, peserta mengikuti Test of Oral English Proficiency (TOEP) dan Tes Kemampuan Dasar Akademik (TKDA) secara online. Pelaksanaan tes dibagi menjadi 2 sesi dengan masing-masing sesi sebanyak 25 orang. Pengadaan tes TOEP dan TKDA juga telah disesuaikan dengan surat edaran Direktur Direktorat Pendidik & Tenaga Kependidikan (Diktendik) No. 2210/E4.1/ 2013 dan surat edaran No. 239/E4.1/2014. Pengadaan tes ini bekerja sama dengan Pusat Layanan Tes Indonesia (PLTI). Selama tes berlangsung, PLTI dan Biro Administrasi Perencanaan dan Sistem Informasi UNP bertindak sebagai tim pengawas ujian. Pamela Mikaresti, peserta seleksi dosen tetap non-PNS menyambut baik tes TOEP dan TKDA yang menggunakan media online. Menurutnya kejujuran dan keadilan serta proses seleksi lebih terlihat jika dibandingkan dengan tes tertulis. “Sehingga tidak ada kecurangan dalam tes,” ujarnya, Senin (7/4). Menanggapi hal ini, Pembantu Rektor I Prof. Dr. Agus Irianto mengatakan bahwasanya rangkaian tes tersebut dilakukan agar dalam penerimaan dosen tidak hanya mengandalkan indeks prestasi saja, tapi juga sikap. Oleh karena itu, juga dilakukan tes wawancara untuk menilai sikap peserta sebagai calon dosen. “Jika dia pandai tapi sikapnya jelek apa mau kita pakai?” ujarnya, Rabu (2/4). Lebih lanjut PR I memaparkan dengan adanya seleksi dosen tetap non-PNS ini hendaknya dapat memacu kreativitas semua dosen dalam mengajar dan mendongkrak rasio tenaga pengajar di UNP yang saat ini tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa yang terus bertambah. Suci
Edisi No. 179/Tahun XXIV/Maret-April 2014
Teropong
Dua dari Empat Gedung Sekolah Laboratorium Ditempati Untuk gedung SMA, sampai saat ini sebanyak 21 kelas telah digunakan. Di samping itu, fasi l it a s l a i n ya ng j uga menunjang pembelajaran seperti perpustakaan dan laboratorium juga sudah siap pakai, kendati demikian masih perlu pembenahan. “Kami hanya mengelola, pihak UNP yang menyediakannya,” ujar Drs. Almasri, selaku Kepala Sekolah SMA Laboratorium UNP, Selasa (25/2). Dua gedung ini tak hanya Bangunan Baru: Pembangunan Sekolah Laboratorium yang berlokasi di kompleks UNP telah rampung dua dari empat digunakan oleh siswa SMP dan unit yang direncanakan, M inggu(19/2). f/Rat SMA Laboratorium saja. Prayitno Dua dari empat gedung Sekolah Labora- mengatakan bahwa kemungkinan gedung torium Universitas Negeri Padang (UNP) telah ini nantinya juga akan digunakan oleh selesai dibangun. Siswa Sekolah Menengah mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial (FIS). Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas Hal ini lantaran FIS akan dibenahi, dan (SMA) yang dulunya melangsungkan proses ruang kelas MKU lama yang semula belajar dan mengajar di gedung Mata Kuliah dijadikan tempat kuliah sementara juga Umum (MKU) lama, sekarang sudah pindah tidak mencukupi. “Diharapkan para ke gedung baru tersebut. Terhitung sejak Senin, mahasiswa dapat menjaga fasilitas yang 17 Februari 2014 kedua gedung tersebut ada dan memberikan contoh yang baik ditempati. untuk adik-adiknya di sekolah,” ujar Prof.
Dr. Prayitno. M. Sc, Ed. Direktur Sekolah Laboratorium UNP, Kamis (3/4). Terkait dua gedung lagi yang belum rampung, Prayitno mengatakan bahwa UNP mempersiapkannya untuk siswa SMK, SD, dan TK. Ketertinggalan pembangunan kedua gedung ini disebabkan waktu yang terlalu singkat bagi pekerja untuk menyelesaikan pembangunan. Sedangkan batas akhir penyelesaian sudah habis yaitu pada tahun 2013. “Waktunya sudah mepet, pemborong takut tidak bisa menyelesaikannya,” terangnya. Sedangkan, untuk dana pembangunan, pihak UNP telah menyediakannya. Namun, kendala waktu yang tidak terkejar tadi menyebabkan terhambatnya pembangunan kedua gedung lainnya. Akibatnya, dana untuk pembangunan kedua gedung tersebut ditarik kembali, dan ditangguhkan sampai proyek pembangunan dibuka kembali. “Pembangunan akan segera dilanjutkan pada tahun ini, dana untuk kedua gedung tersebut juga sudah turun,” tutup Prayitno. Ranti
Beasiswa dan BBP PPA UNP 2014 Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (DIKTI) mengubah istilah Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) dan Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) menjadi Beasiswa dan Bantuan Biaya Pendidikan Peningkatan Prestasi Akademik (Beasiswa dan BPP PPA), hal ini disesuaikan dengan istilah yang sejalan dengan ketentuan perundang-undangan. Seiring perubahan tersebut, pada tahun 2014 ini DIKTI kembali memberikan beasiswa tersebut. Pemberitahuan Beasiswa dan BBP PPA ini dikeluarkan oleh pihak UNP melalui Surat Keputusan Pembantu Rektor III No. 551/UN35/ KM/2014 Perihal Permintaan Penerima Beasiswa dan BBP PPA pada Rabu 12 Maret 2014 lalu. Namun berbeda dengan tahun sebelumnya, penerima Beasiswa dari Dirjen DIKTI ini tidak hanya di peruntukan bagi mahasiswa Reguler (R) saja tetapi juga mahasiswa Regular Mandiri (RM). Lerian Nisa, mahasiswa RM mengaku senang dengan pemberitahuan terbaru mengenai calon penerima beasiswa ini. Lerian merasa tidak
ada lagi perbedaan antara mahasiswa R dan RM. Dia mengatakan bahwa jika melihat dari segi prestasi mahasiswa RM juga tidak kalah jauh berprestasinya dengan mahasiswa R. “Jadi RM juga berhak untuk menerima beasiswa,” lanjut Lerian, Mahasiswa Jurusan Teknik Pertambangan TM 2011 ini, Sabtu (22/3). Senada dengan Lerian, Husni Dwi Syaputri, mahasiswa R juga menyambut baik perihal penerima Beasiswa dan BBP PPA ini sekarang dibuka untuk mahasiswa RM. Walaupun Husni merasa takut karena saingannya bertambah, namun Husni juga sependapat dengan Lerian bahwasanya mahasiswa berprestasi tidak hanya mahasiswa R saja. “Hal ini lebih ke keadilan saja bagi setiap mahasiswa,” tambah Husni, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia TM 2011, Rabu (2/4). Kepala Bidang Kemahasiswaaan BAAK Drs. Sudiro Sembiring juga memberikan penegasan bahwa pada tahun
ini RM juga diperbolehkan untuk menerima beasiswa dari Dirjen DIKTI ini. Lebih lanjut Sudiro menjelaskan bahwa hal ini dilatarbelakangi oleh tidak adanya peraturan khusus yang melarang mahasiswa RM sebagai penerima beasiswa. Namun persentasi penerima beasiswa tetap dibedakan antara mahasiswa R dengan RM yaitu 40% mahasiswa RM dan 60% mahasiswa R. “Hal ini dikarenakan mahasiswa RM dilatarbelakangi oleh status mandiri yang disandangnya,” jelasnya, Senin (24/3). Sudiro juga menjelaskan perihal penerima Beasiswa dan BBP PPA ini. Sudiro mengatakan bahwa pada tahun ini terjadi pengurangan kuota penerima beasiswa. Tahun sebelumnya mencapai 2000 lebih, sedangkan sekarang 1800. Dari penerima beasiswa PPA 70% dan BBP PPA 30%. “Karena telah dianggap bahwa mahasiswa kurang mampu telah diambil oleh Bidikmisi, sehingga lebih diprioritaskan untuk penerima PPA,” jelasnya. Edo
Gerakan 1.001 PKM Pembantu Rektor (PR) III Universitas Negeri Padang (UNP) Dr. Syahrial Bakhtiar, M.Pd. menargetkan 1.001 PKM dari UNP di tahun 2014. Hal ini didasari oleh rendahnya minat mahasiswa terhadap Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) serta juga bertujuan mewujudkan mahasiswa kompetitif serta berdaya saing tinggi. Seperti yang dikatakan oleh PR III bahwa saat ini jumlah PKM UNP masih tertinggal jauh jika dibandingkan dengan Universitas lain yang jumlahnya mencapai ribuan. Berdasarkan data yang didapatkan dari Pusat Pengembangan Ilmiah dan Penelitian Mahasiswa (PPIPM), diketahui bahwa jumlah judul PKM yang diajukan tahun ini sebanyak 106 judul. Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya berjumlah 44 judul. Jika dipersentasekan, meningkat sekitar 118%. Sebagai langkah awal dalam mewujudkan target tersebut, PR III telah mengadakan pertemuan dengan Pembantu Dekan III, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) dari masing-
masing fakultas dengan agenda menjadwalkan lokakarya PKM. Selain itu, beliau juga mencantumkan proposal PKM sebagai salah satu syarat wajib untuk mengajukan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA). Hal ini dilakukan agar mahasiswa semakin terpacu untuk membuat PKM. Untuk memberikan kemudahan kepada mahasiswa, PPIPM juga ikut andil membantu dalam mengurus dan mengirim PKM. Dalam prosedur pengajuan, mahasiswa yang hendak mengajukan proposal meminta username kepada PIPPM terlebih dahulu. Username tersebut yang akan digunakan untuk mengupload PKM. PPIPM sebagai fasilitator akan menginformasikan mulai dari bagaimana sistematika pengusulan, deadline pengiriman, hingga penulisan. Bagi mahasiswa yang baru pertama kali mengupload PKM akan dibimbing, bahkan PPIPM juga membantu mahasiswa yang terken-
dala dalam meminta persetujuan PR III. “Halaman pengesahan akan dikumpulkan dan kita akan bantu untuk meminta tanda tangan PR III,” terang Ketua Umum PPIPM Andika Putra, Jumat (4/4). Menurut Andika, banyak mahasiswa yang beranggapan bahwa menulis PKM itu sulit. Sebab PKM merupakan tulisan ilmiah yang membutuhkan data-data real dari berbagai referensi terpercaya untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang diangkatkan. Tidak banyak mahasiswa yang mengetahui tata cara penulisan ilmiah ini. “Tugas kita untuk menyosialisasikannya,” ujarnya. Menanggapi hal tersebut, PR III berharap agar ke depannya terjalin kerjasama yang lebih baik antara PPIPM, BEM, dan HMJ masing-masing fakultas untuk menyosialisasikan PKM sehingga tercipta karya yang berkualitas. “Semua pihak harus bekerja sama,” tegasnya, Selasa (8/4). Nova
Teropong
Sosialisasi Mawapres Masih Minim Pada pertengahan April lalu, Universitas Negeri Padang (UNP) telah melakukan seleksi calon Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) 2014. Seleksi ini dilaksanakan berdasarkan surat edaran Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tentang Pemilihan Mawapres Tingkat Nasional. Pemilihan Mawapres ini telah menjadi agenda tahunan UNP dan universitas-universitas lainnya terhitung sejak tahun 2004 lalu. Walaupun telah menjadi agenda tahunan, sosialisasi pemilihan Mawapres UNP masih minim terhadap mahasiswa. Putri Oviolanda Irianto, salah satu peserta seleksi pemilihan Mawapres menyayangkan banyaknya mahasiswa yang tidak mengetahui pemilihan Mawapres ini. “Padahal banyak mahasiswa yang berpotensi,” terang mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Tahun Masuk (TM) 2011 ini, Selasa (15/4). Hal senada juga diungkapkan oleh Aldeva Ilhami, Mahasiswa Jurusan Biologi TM 2011 yang berhasil mewakili fakultasnya ke tingkat universitas. Hampir tidak ada sosialisasi yang tampak olehnya yang digiatkan oleh pihak universitas, fakultas, maupun jurusan. “Nggak ada sosialisasi dari fakultas. Jadi, calon peserta Mawapres memiliki waktu singkat untuk mempersiapkan berkas yang diperlukan,” ungkapnya, Selasa (22/4). Menanggapi hal tersebut, Dr. Ngusman Abdul Manaf, M.Hum.
selaku Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah menjelaskan bahwa sosialisasi yang dilakukan oleh pihak Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah adalah melalui Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) dan penginformasian lewat televisi jurusan. “Sosialisasi setiap jurusan tentu berbeda-beda. Cara kami ya seperti ini,” jelasnya, Rabu (23/4). Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah ini juga menambahkan bahwa ketika sudah tidak ada lagi yang mencalonkan diri, maka pihak jurusan akan turun tangan langsung memilih mahasiswa. Ia berharap agar mahasiswa UNP lebih meningkatkan semangat berkompetisi untuk mengikuti Mawapres tahun depan. Pembantu Dekan (PD) III Fakultas Bahasa dan Seni Drs. Esy Maestro, M.Sn., juga mengatakan hal yang sama terkait sosialisasi. “Informasi telah disebar melalui media elektronik,” ujarnya. Mengenai teknis pelaksanaan, Esy menjelaskan bahwa seleksi dimulai pada tingkat jurusan. Calon Mawapres yang mewakili jurusan selanjutnya diseleksi lagi di tingkat fakultas untuk kemudian mengikuti seleksi tingkat universitas. Mahasiswa yang terpilih sebagai Mawapres UNP 2014 akan diumumkan pada 2 Mei mendatang pada upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional. “Semoga tahun ini, kita dapat diundang ke Jakarta menjadi mahasiswa berprestasi tingkat nasional,” harapnya, Rabu (23/4). Ana
Rencana Strategis UNP 2014-2018 Melanjutkan Rencana Strategi (Renstra) Universitas Negeri Padang (UNP) 2011-2014, UNP kembali menyusun Renstra UNP 2014-2018 dan sekarang sudah dalam tahap final. Renstra ini telah diajukan oleh rektor kepada senat dan senat universitas telah menyetujui untuk diajukan ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Isi dari Renstra UNP 2014-2018 ini di antaranya 80% tenaga pendidik melakukan pembaharuan pembelajaran, 75% lulusan bekerja di bidang keahliannya, 50% mahasiswa harus aktif berorganisasi, 15% mahasiswa memperoleh beasiswa, 80% Indeks Prestasi Komulatif mahasiswa minimal 3.30, minimal 10 mahasiswa UNP mengikuti pertukaran mahasiswa di tingkat internasional, 25% dosen UNP harus S3, 60% mahasiswa S1 minimal harus memiliki nilai
Test of English as Foreign Language (TOEFL) 425, untuk S2 memiliki nilai 450, sedangkan 475 untuk S3. Tak hanya itu, target terbesar yang ingin dicapai UNP adalah masuk dalam 150 Universitas terbaik di Association of Southeast Asian Nations (ASEAN). Renstra ini juga sangat berkaitan erat dengan rencana pengembangan UNP menuju World Class University (Road Map 2010-2025). Untuk menunjang itu semua diperlukan mahasiswa yang memiliki nilai TOEFL tinggi, yang termasuk dalam salah satu target dari Renstra UNP 2014-2018.
Untuk mencapai semua target yang tertulis dalam Renstra tersebut, Pembantu Rektor (PR) III Dr. Syahrial Bahktiar, M.Pd., mengatakan bahwa semua pihak di UNP harus ikut bertanggung jawab dan terlibat aktif sehingga Renstra dapat dicapai. Baik mahasiswa, dosen, maupun pegawai harus berkontribusi dalam meningkat kualitas akademik dan nonakademik UNP. PR III juga menambahkan upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai Renstra tersebut, yaitu semua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan Organisasi Mahasiswa (Ormawa) harus meningkatkan program dan menyosialisasikan kegiatan-kegiatannya, sehingga anggotanya bertambah banyak. Jika anggota UKM dan Ormawa bertambah banyak, maka Renstra untuk 50% mahasiswa UNP harus aktif berorganisasi dapat tercapai. Karena saat ini jumlah mahasiswa yang aktif berorganisasi masih sangat rendah. “Sekarang hanya 3%,” ungkapnya, Selasa (8/4). Tidak hanya itu, mahasiswa UNP juga harus rajin belajar dan memanfaatkan semua fasilitas yang telah disediakan kampus. Syahrial mengharapkan semua pihak dapat bekerja sama dan bekerja keras untuk mencapai apa yang sudah direncanakan. “Masingmasing unit harus menjalankan tugasnya semaksimal mungkin,” tutupnya, Selasa (8/4). Wici
17
UNP dan UNNES Jalin Kerjasama penerbitan jurnal, dan penelitian (research),” jelas Agus. Pertemuan ini dihadiri oleh PR I, PR II, PR III, PR IV, Dekan selingkup UNP, Ketua Lembaga Penelitian, dan Staf Ahli Pembantu Rektor. Diwawancarai di tempat terpisah, PR IV Dr. Ardipal, M. Hum., menjelaskan lebih lanjut mengenai kerja sama ini. Berdasarkan penjelasannya, antara UNP dan UNNES saling belajar, belajar apa saja kegiatan unggulan masing-masing universitas, baik dari kegiatan dosen Mo U : PR I U NP da n Re kt or UN NE S sa at me na nd at ang an i No ta Kesepahaman Bersama tentang Sistem Kredit Point Mahasiswa dan ataupun mahasiswa. Mengenai Pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi di Ruang Sidang Rektor, sistem kredit poin, UNNES seKamis (24/4). f/Jefri dang mempelajari sistem yang Delegasi Universitas Negeri Semarang telah diterapkan di Fakultas Teknik. Peng(UNNES) yang diwakili langsung oleh Rektor- hargaan berupa poin yang diberikan terhadap nya, Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., mahasiswa atas kegiatan-kegiatan yang mereka beserta jajarannya tiba di UNP, Kamis (24/4). lakukan, baik itu kegiatan organisasi di lingKedatangan rombongan UNNES disambut kungan kampus, mengikuti seminar, dan berlangsung oleh Pembantu Rektor (PR) I, Prof. bagai kegiatan lainnya. Nanti akumulasi dari Dr. H. Agus Irianto di Ruang Sidang Rektor poin tersebut menjadi pelengkap persyaratan mewakili Rektor UNP yang tidak bisa hadir administrasi, misal dalam pengajuan beasiswa, karena mengikuti agenda lain yang tidak bisa bahkan wisuda. ditinggalkan. Adapun kunjungan ini dalam Selain itu, Ardipal juga menjelaskan rangka penandatanganan Nota Kesepahaman kemungkinan-kemungkinan kegiatan bersama Bersama serta audiensi mengenai Kredit Poin yang dapat dilakukan, seperti join dalam penerMahasiswa dan Pelaksanaan Tridharma Pergu- bi tan j urn al. “J urnal me rek a sud ah ruan Tinggi. Dalam sambutannya, Agus Irianto terakreditasi,” ujar Ardipal, Selasa (29/4) di mengucapkan selamat datang di kampus UNP ruangan kerjanya. Kedua universitas juga bisa dan mengapresiasi kerja sama yang akan dibina bergabung terkait kurikulum. Program studi tersebut. Ia berharap dengan adanya kerja sama yang dimiliki kedua universitas ada yang sama, ini, akan ada nantinya hubungan timbal balik tentu kurikulum yang digunakan bisa sama yang saling menguntungkan. “Seperti pertu- dan cocok. “Kalau cocok, kita adakan kuliah karan mahasiswa dan dosen dalam hal studi, bersama,” tutupnya. Jefri
Pemberhentian Beasiswa Bidikmisi Beberapa mahasiswa Universitas Negeri Padang (UNP) mempertanyakan tindakan tegas pihak kampus terhadap mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi yang bermasalah. Sepengetahuan mereka, kriteria penerima beasiswa ini adalah mahasiswa yang berprestasi di bidang akademik dengan Indeks Prestasi (IP) di atas 2,75 dan berasal dari keluarga tidak mampu. Namun dalam penerapannya, ada mahasiswa yang tidak memenuhi kriteria, tetapi tetap menerima beasiswa. Seperti yang dipertanyakan oleh Astuti mengenai mahasiswa penerima Bidikmisi yang IP-nya selalu di bawah 2,75, tetapi masih tetap menerima beasiswa. Selain itu, ada beberapa mahasiswa penerima Bidikmisi yang berasal dari keluarga mampu. “Motornya saja Vixion,” ujarnya, Sabtu (26/4). Hal senada juga disampaikan oleh Yunita, bahwa ada beberapa mahasiswa penerima Bidikmisi yang berasal dari keluarga mampu. “Hal itu terlihat dari penampilan dan barangbarang mewah yang mereka pakai,” ungkapnya Minggu (20/4). Selain itu, mahasiswa UNP berinisial SMIS pada rubrik Surat Pembaca Surat Kabar Kampus Ganto edisi 178 juga mempertanyakan hal serupa. Ia menyampaikan ada beberapa mahasiswa yang IP-nya tidak mencapai standar, tapi tetap menerima beasiswa. Menanggapi hal tersebut, Kepala Bagian Kemahasiswaan BAAK Drs. Sudiro Sembiring mengatakan bahwa pihak birokrat telah bertindak. Hal ini terbukti dengan pencabutan terhadap 74 mahasiswa dari 2.988 mahasiswa yang terdaftar sebagai penerima Bidikmisi.
Lebih lanjut, Sudiro menjelaskan bahwa pencabutan beasiswa Bidikmisi dilakukan melalui beberapa tahap dan pertimbangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. “Beasiswa tidak bisa diberhentikan begitu saja,” ujarnya, Kamis (27/3). Seperti yang tertulis pada Pedoman Penyelenggaraan Bantuan Biaya Pendidikan Bidikmisi Tahun 2014. Pemberian bantuan dihentikan apabila mahasiswa penerima tersebut cuti karena sakit, di-skorsing minimal satu semester, di drop out, nonaktif atau tidak mengikuti kegiatan akademik, dan karena hal-hal khusus seperti memberikan data yang tidak benar, mengundurkan diri, meninggal dunia, dan lainnya. Berkaitan dengan IP, Kepala Bagian Kemahasiswaan BAAK UNP mengatakan bahwa tidak ada peraturan baku dari Dirjen DIKTI mengenai IP minimal yang boleh diperoleh mahasiswa Bidikmisi. Hal tersebut tergantung pada Pembantu Dekan III selaku pengelola di masingmasing fakultas. Jika ada mahasiswa yang IPnya bermasalah, maka mahasiswa tersebut akan diberi teguran atau surat peringatan. Selanjutnya diberi konseling jika masih belum ada peningkatan. Dan jika masih tetap seperti itu, maka beasiswanya akan dicabut. Selanjutnya, Sudiro menyatakan bahwa mahasiswa penerima Bidikmisi yang tergolong mampu, akan dicabut beasiswanya bila memang hal tersebut terbukti. Atau jika ada mahasiswa lain yang mengetahui ada mahasiswa penerima Bidikmisi berasal dari keluarga mampu, maka mereka boleh melaporkan kepada pihak pengelola Bidikmisi. “Kami akan menindaklanjutinya,” tegasnya. Sri
Edisi No. 179/Tahun XXIV/Maret-April 2014
Inter
18 BEM FT
Berikan yang Terbaik Setelah pelantikan kepengurusan pada 9 Desember 2013 lalu, beberapa program kerja dan kegiatan telah berhasil dilaksanakan. Seperti Seminar Nasional Dunia Kerja, melakukan penggalangan dana dan secara langsung mengunjungi korban letusan Gunung Sinabung serta baru-baru ini Coaching Clinic yang bekerja sama dengan BEM FIK. Selain Krida, PKKMB, KBM, dan Open Recruitment yang merupakan program kerja rutin tiap tahunnya yang juga telah berhasil dilaksanakan, masih ada beberapa program kerja BEM FT yang telah direncanakan. Seperti Public Speaking yang akan diadakan pada 2 Mei mendatang serta FT Expo atau alek gadang FT yang merupakan program kerja terbesarkepengurusan 2014-2015. Selain itu, BEM FT juga pernah memperoleh beberapa penghargaan. Seperti penghargaan de-
WP2SOSPOL UNP
bat Ketua BEM se-UNP 2013 dari MPM UNP, penghargaan Konsolidasi Organisasi Mahasiswa FT 2014 dari Formis FT, dan penghargaan kerja sama seminar beasiswa 2014 dari PT. Sabri Berkah. BEM FT memiliki delapan Departemen Internal, dan dua Departemen Eksternal. Tiap departemen memiliki program kerja masing-masing. Pengurus berjumlah 128 orang dengan Dewan Pengurus Harian berjumlah enam orang. Ketua BEM FT Desva Wandi mengatakan bahwa BEM FT telah berusaha melaksanakan tugas sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan. Kita harus bekerja jujur, ikhlas, dan tuntas,” harapnya. Walaupun masih terdapat kendala, seperti anggota yang pasif, ia masih mengharapkan BEM FT dapat memberikan yang terbaik untuk FT. Wici
FT UNP
Pelantikan Pengurus Sebanyak 51 orang anggota pengurus Wadah Pengkajian dan Pengembangan Sosial Politik (WP2SOSPOL) UNP dilantik di Ruang Sidang Senat UNP, Jumat (11/4). Pelantikan ini dihadiri oleh Pembantu Rektor III Dr. Syahrial Bakhtiar, M.Pd., Kepala Biro Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK) Azhari Suwir, S.E., Kepala Bagian Kemahasiswaan Drs. Sudiro Sembiring serta perwakilan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) selingkup UNP. Ketua umum terpilih WP2SOSPOL, Fajri Yusel Perdana mengatakan bahwa semua agenda dalam satu tahun ke depan sudah dirancang. Dalam waktu dekat akan diadakan acara Upgrading, Roadshow serta Silaturahmi Ormawa Selingkup UNP. “Semoga ke depannya WP2SOSPOL selalu berkarya,” harapnya. Suci
MPALH UNP
Pameran Persembahan
Edisi No. 179/Tahun XXIV/Maret-April 2014
BEM UNP
BEM FIS
Kursus Mahir Tingkat Dasar
Stop Nyontek
Seminar Internasional
Unit Kegiatan Pramuka UNP gelar acara pembukaan Kursus Mahir Tingkat Dasar, Jumat (28/ 3). Acara berlangsung di ruangan NA204 Mata Kuliah Umum UNP dan dihadiri oleh 40 peserta. Selaku ketua pelaksana, Mukhlas, mengatakan bahwa acara pelatihan akan diselenggarakan selama sembilan hari. Penyampaian materi diadakan pada 29 Maret-3 April, sedangkan untuk praktik di lapangan pada 4-6 April. “Kita mengupayakan agar pelatihan ini seimbang dan tidak hanya sekedar teori,” jelasnya. Selain itu, Mukhlas juga mengatakan bahwa acara ini bertujuan untuk melatih anggota pramuka agar bisa mempersiapkan diri menjadi pembina nantinya. “Baik itu sebagai pembina untuk siaga, penggalang, maupun penegak,” ujar Mukhlas. Sri
Bertujuan menghimbau mahasiswa berlaku jujur dalam kehidupan sehari-hari demi bangsa Indonesia yang lebih baik, BEM UNP mengadakan seminar dan workshop di Aula Prof. Kamaluddin FE, Sabtu (29/3). Bertema Menjunjung Tinggi Nilai Integritas, Demi Kualitas Bangsa Lebih Baik, acara dihadiri sekitar 380 peserta. Acara dibuka oleh Pembantu Rektor III UNP Dr. Syahrial Bakhtiar, M.Pd.. Menghadirkan Wuryono Prakoso, bagian Hubungan Masyarakat dan Pendidikan KPK RI dan Dr. Riska Ahmad, M.Pd. dari Unit Pelayanan BK UNP sebagai pemateri. Presiden BEM Adnan Arafani, mengatakan salah satu poin penting dari integritas adalah kejujuran dan hendaknya dimulai sejak dini. “Salah satunya dengan gerakan stop nyontek,” ujarnya. Nova
Bertema Pesan Freemason Untuk Dunia, BEM FIS mengadakan seminar internasional di Aula Prof. Kamaluddin FE, Sabtu (22/3). Acara yang diikuti sebanyak 350 peserta ini mengundang seorang mantan Angkatan Udara Amerika Serikat dan juga penulis buku best seller Jerry D. Gray. Pada kesempatan ini Jerry mengupas berbagai polemik pada umat islam saat ini yang jauh dari Alquran dan Hadis. Ia juga membongkar kejahatan-kejahatan Amerika terhadap negara-negara Islam di dunia, serta tokoh dunia yang merupakan tokoh Iluminati. Hengki, Mahasiswa Teknik Sipil 2013 yang hadir sebagai peserta mengatakan seminar internasional ini sangat bermanfaat. “Acara membuat saya ingin lebih mengetahui seluk beluk dunia luar,” tutupnya. Suci
UKKPK UNP
Bahasa Jepang
HMJ AP
Pelantikan Anggota
Bunkasai Perdana UNP
Diklatsar HMJ
Unit Kegiatan Komunikasi dan Penyiaran Kampus (UKKPK) UNP menyelenggarakan acara pelantikan terhadap 103 anggota muda dan 46 anggota biasa, Sabtu-Minggu (29-30/4). Pelantikan dilakukan oleh Staf PR III, Drs. Adria Catri Tamsin, M.Pd. dan Pegawai BAAK, Zulkarnain di Korong Kampung Koto, Nagari Ulakan Tapakis, Kab. Padang Pariaman. Kegiatan yang diadakan yaitu berbagai macam lomba, penampilan minat bakat, perkenalan senior, perkenalan tiga bidang di UKKPK, api unggun, dan upacara pelantikan. Andi Hermansyah, Kepala Bidang Radio dan Penyiaran UKKPK, mengatakan bahwa pelantikan anggota muda tahun ini adalah yang terbanyak. “Dengan banyak yang dilantik diharapkan makin banyak pula prestasi yang diraih ke depannya,” ujarnya. Sastra
Memasuki tahun kedua, Prodi Pendidikan Bahasa Jepang Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UNP menggelar Bunkasai untuk pertama kalinya selama dua hari (1-2/3) di Pendopo FBS. Bunkasai ini dihadiri oleh siswa Sekolah Menengah Atas dan mahasiswa yang berasal dari dalam dan luar Sumatera Barat (Sumbar). Terdapat berbagai perlombaan dalam Bunkasai ini, di antaranya menulis huruf Kanji, Singing Contest, Idol Group, Speech Contest, Cosplay, dsb. Bertemakan Dengan Bunkasai Kita Jalin Persaudaraan Antar Budaya, mahasiswa Pendidikan Bahasa Jepang menyediakan 18 stand yang menyediakan pernakpernik dan makanan khas Jepang. “Semoga selanjutnya bisa lebih meriah lagi,” harap Joni Kurniawan selaku ketua pelaksana, Selasa (4/3). Redda
Sebanyak 125 mahasiswa Jurusan Administrasi Pendidikan (AP) FIP UNP angkatan 2013 mengikuti Pendidikan dan Latihan Dasar Organisasi (Diklatsar) yang diadakan HMJ AP FIP UNP, SabtuMinggu (22-23/3). Pada hari pertama Diklatsar diadakan acara pembukaan dan penyampaian materi di Aula FIP. Sedangkan pada hari kedua dilakukan kegiatan outbond di Pantai Caroline Padang Pariaman. Ketua Pelaksana Diklatsar, Sari Mawarni, mengatakan Diklatsar bertujuan untuk mempersiapkan pengurus HMJ untuk periode selanjutnya. Selain itu juga untuk membentuk karakter pribadi mahasiswa. “Diharapkan dengan adanya acara ini bisa menciptakan mahasiswa dengan pribadi kreatif, berpendidikan, dan berkarakter,” ujarnya, Sabtu (22/3). Sastra
Dalam rangka ujian Mata Kuliah Seminar, Mahasiswa Manajemen Perhotelan TM 2011 menyelenggarakan seminar bertema Hitam Putih di Balik Pelaksanaan Praktik Lapangan Industri di Berbagai Hotel di Indonesia, Sabtu (12/4). Bertempat di Auditorium Prof. Kamaluddin FE UNP. Seminar yang diadakan untuk ketiga kalinya ini dihadiri oleh 290 Mahasiswa Manajemen Perhotelan dari Kampus Pusat UNP, Kampus Cabang Bukittinggi dan Padang Pariaman. Ketua pelaksana, Latif Arafat HIMAFI dalam sambutannya mengatakan seminar ini bertujuan untuk memperkenalkan gambaran departemen yang bisa dipilih saat Praktik Lapangan Industri (PLI) kepada Himpunan Mahasiswa Fisika mahasiswa TM 2012 dan 2013. “Sebagai bekal untuk menghadapi (Himafi) FMIPA UNP mengadakan Lomba Fisika Tingkat SMA masalah yang muncul ketika PLI,” dan SMP se-Sumatera Barat ujarnya. Nova, Khadijah (Sumbar), Riau, dan Jambi di GOR UNP, Sabtu (22/3). Mengangkat tema Melalui Lomba Fisika Tingkat SMA XVIII dan SMP X Kita Tingkatkan Minat, Kreativitas, dan Umum, Kepala Bidang I, dan Daya Saing Siswa dalam Bidang Kepala Bidang II. Pada periode Fisika, diikuti oleh 378 siswa SMP ini, anggota MPALH berjumlah dan sekitar 400 siswa SMA. Sekitar 70 orang. “Terdiri atas anggota 30% peserta SMP dan 10% peserta muda dan anggota aktif,” SMA berasal dari luar Sumbar. Selaku ketua pelaksana, Rahmat jelasnya. Dalam sambutannya, Kepala Hidayat menyampaikan tujuan Bagian Kemahasiswaan BAAK acara ini untuk mempererat UNP Drs. Sudiro Sembiring hubungan antara pihak kampus mengharapkan kedepannya dan pihak sekolah-sekolah yang MPALH lebih baik lagi. Ia juga bertanding. “Nantinya, peringkat berpesan agar MPALH mening- 1, 2, dan 3 tingkat SMA akan katkan relasi dengan pihak luar. diterima sebagai mahasiswa “Perbanyaklah link di luar,” undangan di UNP,” ungkapnya, Sabtu (22/3). Doni ujarnya. Ana
Pelantikan DPH MPALH UNP mengadakan Pelantikan Dewan Pengurus Harian (DPH) Periode 2014 di Ruang Sidang PKM, Jumat (25/ 4). Pelantikan ini dilaksanakan berdasarkan Surat Keputusan Rektor No.1059/UN35/KM/2014 mengenai pemberhentian kepengurusan periode 2013 dan pengangkatan kepengurusan periode 2014. Ketua Pelaksana Jeifil Esa, menjelaskan ada lima DPH yang dilantik, yaitu Ketua Umum, Sekretaris Umum, Bendahara
Pramuka UNP
Lomba Fisika
HMTP UNP
BEM FIK
Mining Fair 2014
Coaching Clinic UNP
Himpunan Mahasiswa Teknik Pertambangan (HMTP) FT UNP mengadakan acara Mining Fair 2014, Selasa-Jumat (1-4/4). Mining Fair ini diadakan dalam rangka memperingati hari jadi HMTP. Pada hari pertama Mining Fair diadakan Seminar Nasional Pertambangan Indonesia. Presentasi karya tulis tingkat mahasiswa seIndonesia diadakan pada hari kedua. Hari selanjutnya diadakan Fieldtrip ke Sawahlunto. Pada malam puncak, Culture Night Mining Fair 2014, menampilkan ciri khas kebudayaan daerah masing-masing serta pengumuman pemenang Lomba Karya Tulis. “Kami mendukung kegiatan ini sebagai agenda tahunan HMTP,” ungkap Drs. Bambang Heriyadi, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Pertambangan FT UNP, Jumat (4/4). Edo, Redda
Bersama BEM FT, BEM FIK UNP mengadakan Coaching Clinic di Ruang Teater Tertutup FBS UNP. Menghadirkan Mantan Pelatih Timnas Indonesia sekaligus Pelatih Semen Padang, Nil Maizar S.E., sebagai pemateri, Minggu (16/ 3). Acara yang bertema Meningkatkan Semangat Berolahraga untuk Integritas Generasi Muda ini terdiri dari dua sesi yaitu indoor dan outdoor. Pada acara indoor, Nil Maizar menyajikan materi-materi serta teknik-teknik yang dilakukannya sebagai seorang pelatih. Sedangkan untuk acara outdoor dilaksanakan pada sore hari di lapangan FIK. “Sebanyak 283 peserta dan 67 undangan dari Organisasi Mahasiswa Universitas se-Kota Padang turut hadir,” jelas Rahmad Al Hadi selaku Ketua Pelaksana. Redda
Seputar Mahasiswa
19
Tirani Politik Uang Hai pembaca setia Ganto! Pemilihan Umum (pemilu) legislatif 2014 yang dilangsungkan pada 9 April lalu meninggalkan cerita politik tersendiri. Banyak hal yang terjadi, misalnya menjelang pencoblosan. Waktu itu seharusnya digunakan pemilih untuk meneliti calon yang kredibel berdasarkan gagasan, ide, dan visi. Namun, menjelang perhelatan pemilu yang harusnya menjadi masa tenang, ruang-ruang demokrasi malah disesaki dengan negosiasi dan transaksi politik uang. Tindakan kecurangan tersebut lebih banyak dilakukan tim sukses dan aparat pemerintah. Dalam data Indonesia Corruption Watch (ICW), 85% kecurangan dan politik uang dilakukan kandidat dari unsur yang sedang memerintah. Itu berarti partai politik dan kandidat masih menjadikan praktik politik uang dan penyalahgunaan fasilitas negara serta jabatan sebagai “jembatan” untuk membangun keterpilihan mereka. Negeri ini teramat mahal hanya untuk “digadaikan” dengan lembaran uang yang terlihat mengenakkan dalam waktu sesaat, tetapi berakibat fatal untuk jangka panjang. 1. Menurut Anda, apa yang melatarbelakangi seseorang melibatkan diri dengan politik uang menjelang pemilu? A. tidak adanya aturan tegas mengenai larangan untuk melakukan potilik uang B. hasrat ingin menyukseskan calon yang bersangkutan yang sangat besar C. faktor ekonomi 42.14% D. faktor keluarga
3. Jika Anda memberikan penilaian, berapakah persentase partai yang 53.72% menggunakan politik uang? A. 25 % B. 50 % C. 75% D. 100% 29.16%
6.81%
10.3%
4. Menurut Anda apa solusi yang tepat untuk memberantas politik uang? A. pemerintah harus membuat aturan tegas mengenai larangan untuk melakukan politik uang B. perlu adanya sosialisasi kepada sebelum pemilu C. menjadi pemilih yang cerdas D. adanya aturan yang tegas terhadap pelanggaran 42.71%
31.57%
27.57% 22.28%
25%
7.42% 1.28%
2. Berapa kali Anda ditawari untuk bergabung dalam politik uang? A. belum pernah 77.14% B. < 2 kali C. < 4 kali D. > 6 kali
5. Apa bentuk kontribusi Anda dalam memberantas politik uang ini? A. tidak menerima tawaran saat ditawarkan B. melaporkan kepada pihak yang berwajib C. tidak memilih calon yang bersangkutan D. memilih golput 34.65%
31.48%
20.09% 15.14%
13.76% 2.57%
“Kebajikan tidaklah datang dari uang. Tetapi dari kebajikanlah uang dan hal baik lainnya datang kepada manusia, baik kepada individu maupun negara.” (Socrates)
I
ndonesia Corruption Watch (ICW)
bersama jaringan di daerah melakukan pemantauan di 15 provinsi sejak masa kampanye. Mulai dari minggu tenang hingga hari pencoblosan. Hasil final pemantauan setidaknya menemukan 313 bentuk pelanggaran. ICW menggambarkan realita yang terjadi di masyarakat begitu miris. Pasalnya, masih banyak kandidat calon legislatif (caleg) yang melakukan politik uang. Berdasarkan catatan ICW, tren politik uang dari pemilu pascareformasi hingga sekarang meningkat drastis. Pada Pemilu 1999 ditemukan sebanyak 62 kasus, Pemilu 2004 sebanyak 113 kasus, Pemilu 2009 sebanyak 150 kasus, dan Pemilu 2014 sebanyak 313 kasus. Berdasarkan data ICW, 85% kecurangan dan politik uang dilakukan oleh kandidat dari unsur yang sedang memerintah. Itu berarti partai politik dan kandidat masih menjadikan praktik politik uang dan penyalahgunaan fasilitas negara serta jabatan sebagai ‘jembatan’ untuk membangun keterpilihan mereka. Temuan ICW tersebut diyakini hanya memotret sebagian kecil dari praktik politik transaksional yang sudah akut. Temuan itu boleh jadi barulah puncak gunung es yang amat mungkin memiliki ‘cabangcabang’ di bawahnya yang tertimbun rapi. Untuk melengkapi puncak gunung es politik uang di masa kampanye itu, akan
5.14%
muncul politik uang saat subuh di hari pencoblosan yang lazim disebut “serangan fajar”. Banjir uang yang mengalir ke dunia politik Indonesia belakangan ini telah membawa polusi pada demokrasi. Hampir segala nilai dalam politik dikonversikan dengan uang. Hingga merasuki kebanyakan calon penerus pemimpin bumi Indonesia. Menjadikan uang segalanya, dengan uang, menurut mereka, apapun bisa dinyatakan. Akal sehat sebagai panduan untuk memilah dan memilih para elite berdasarkan integritas, gagasan, dan kompetensi pun dirusak hanya dengan beberapa lembar uang. Pada titik itu, hajatan demokrasi berupa pemilu yang telah menghabiskan triliunan rupiah uang negara menjadi nyaris tidak punya makna penting bagi tumbuh kembangnya demokrasi di negeri ini. Karena itu, pengawas pemilu mestinya lebih aktif dan giat menangkap gejala tersebut. Politik uang yang terus terjadi dan menjadi lingkaran setan, gagal diputus karena belum ada kisah sukses penegakan sanksi yang tegas dari pengawas pemilu. Kalaupun ada yang dikenai sanksi, jumlah dan kualitas hukumannya pun kecil dan ringan. Negeri ini teramat mahal hanya untuk “digadaikan” dengan lembaran uang yang terlihat mengenakkan dalam waktu sesaat, tetapi berakibat fatal untuk jangka panjang. Selain itu, Polri mencatat pidana pemilu sejak awal kampanye terbuka hingga pasca pencoblosan Pemilu Legislatif 9 April 2014 didominasi oleh pelanggaran money politics atau politik uang. Setidaknya ada 57 kasus. Sehubungan dengan hal tersebut, subdi-
visi Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Surat Kabar Kampus Ganto Universitas Negeri Padang (UNP) mengadakan polling untuk mengetahui bagaimana tanggapan dan penilaian mahasiswa UNP terkait politik uang (money politics). Polling ini menggunakan metode random sampling dengan menyebarkan angket ke-7 fakultas yang ada di UNP. Polling ini bersifat menjelaskan dan mendeskripsikan fenomena yang diteliti dengan pengumpulan data melalui angket. Angket terdiri dari 5 pertanyaan. Sedangkan responden diambil secara accidental. Berdasarkan latar belakang seseorang melibatkan diri dalam politik uang menjelang pemilu, ditemukan bahwa mayoritas tidak adanya aturan yang tegas mengenai larangan untuk melakukan politik uang. 42,14% responden menjawab tidak adanya aturan yang tegas mengenai larangan untuk melakukan politik uang. 31,57% responden menyatakan hasrat ingin menyukseskan calon yang bersangkutan yang sangat besar. Selain itu, 25% responden menjawab karena faktor ekonomi. Sisanya malah menyatakan 1,28% karena faktor keluarga. Sebanyak 77,14% koresponden belum pernah ditawarkan bergabung ke dalam politik uang. Sementara 15,14% responden menyatakan 2 kali ditawarkan bergabung dalam politik uang. Dan 2,57% responden menyatakan 4 kali ditawarkan bergabung dalam politik uang. Mirisnya, 5,14% responden menjawab 6 kali ditawarkan untuk bergabung kedalam politik uang. Hampir setiap partai menggunakan
politik uang (Money Politic). Sebanyak 25% koresponden menyatakan 25% partai menggunakan politik uang. 10,30% responden menjawab 50% partai menggunakan politik uang. 53,72% responden menyatakan 75% partai menggunakan politik uang. 29,16% koresponden menjawab 100% partai menggunakan politik uang. Adapun solusi yang tepat untuk memberantas politik uang ini, sebanyak 42,71% responden menyatakan pemerintah harus membuat aturan yang tegas mengenai larangan untuk melakukan politik uang. 7,42% responden menjawab perlu adanya sosialisasi sebelum pemilu. 27,57% responden menjawab menjadi pemilih yang cerdas. 22,28% responden menyatakan adanya aturan yang tegas terhadap pelanggaran. Dilihat dari bentuk kontribusi responden dalam memberantas politik uang sebanyak 31,48% tidak menerima tawaran saat ditawarkan. 20,09% responden menjawab untuk melaporkan ke polisi. 34,65% responden menjawab tidak memilih calon yang bersangkutan. 13,76% responden memilih golput. Berdasarkan penyebaran polling Litbang SKK Ganto, terbukti di Sumatera Barat pada khususnya dan di Indonesia pada umumnya memang sedang mewabah “keberperanan uang” sebagai salah satu jalan menuju sukses dalam pemilihan. Selain menjadikan rakyat Indonesia pemilih cerdas, memang harus ada aturan tegas ataupun pemberlakuan sanksi dari pemerintah untuk mengatasi perpolitikan berbasis uang tersebut. Demi baik dan berkualitasnya generasi penerus pemimpin masa depan. Semoga!
Edisi No. 179/Tahun XXIV/Maret-April 2014
Resensi
20
Mengulik Sejarah Lekra Judul Pengarang Penerbit Cetakan Tebal
: : : : :
Seri Buku Tempo: Lekra dan Geger 1965 Tempo PT Gramedia I, Januari 2014 150 halaman
“Lekra lahir atas keprihatinan seniman terhadap Indonesia yang pada saat itu belum lepas sepenuhnya dari penjajah. Menarik garis antara “Kami dan Mereka”, ide seni untuk rakyat berubah menjadi konflik terbuka, yang bukan Lekra diganyang. Sebaliknya ketika zaman berubah, yang Lekra dihabisi. Inilah cerita tentang cita-cita, polemik, pengkhianatan, darah, dan kematian.” (Seno Joko Suyono, Redaktur Pelaksana Majalah Tempo) Pada 17 Agustus 1950, di Jakarta, sejumlah seniman dan politikus membentuk Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra). Melalui konsep seni untuk rakyat, Lekra mengajak para pekerja kebudayaan mengabdikan diri untuk revolusi Indonesia. Lekra mengusung sebuah gagasan baru bagi kaum seni di tanah air. Lekra bukan sekadar media hiburan rakyat. Tapi lebih dari itu. Lekra adalah gelora kecintaan terhadap karya seni dan negeri. Tak ayal Lekra begitu dicinta. Seniman dari berbagai kelas berduyun-duyun bergabung. Konsep seni yang pro rakyat menjadi magnet tersendiri dan lantas menjadikan Lekra naik pamor dalam waktu singkat. Namun kabar kedekatannya dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) membuat Lekra dicap sebagai underbouw partai beraliran kiri itu. Terbentuknya Lekra memang atas inisiatif pemimpin PKI, D.N. Aidit. Tapi sebenarnya banyak anggota Lekra yang menolak lembaga kesenian itu disebut sebagai bagian dari PKI. Meski demikian, tampaknya pikiran masyarakat terlanjur diracuni oleh anggapan miring tersebut. Kondisinya diperparah lagi dengan adanya pemberontakan yang dilaku-
Pragmatisme Kehidupan Zaman Kolonial Judul Penulis Penerbit Cetakan Tebal
: : : : :
Malaikat Lereng Tidar Remy Sylado Kompas I, Maret 2014 544 halaman
Hanya ada dua pilihan bagi laki-laki Indonesia semasa penjajahan kolonial Belanda, menjadi pahlawan atau menjadi pengkhianat. Bagi yang punya harga diri dan penghormatan terhadap bangsa, maka akan menjadi pahlawan. Sedangkan bagi pengecut, tak punya harga diri, dan bergaya hidup pragmatis, maka akan memilih hidup sebagai pengkhianat. Menjadi pahlawan berarti secara terangterangan memusuhi dan memerangi Belanda. Hidup akan gelisah karena selalu diintai dan terancam. Tapi meskipun akhirnya kematian mendatangi, mereka akan mati dengan penuh kebanggaan. Sedangkan menjadi pengkhianat berarti menjadi antekantek penjajah. Memang kehidupan akan terjamin, namun apa gunanya bila tidak ada harga diri. Salah satu peran untuk pengkhianat negara saat itu adalah menjadi korps polisi militer atau dikenal juga dengan istilah marsose. Para marsose itu dilatih untuk menjadi tentara yang tangguh untuk menumpas para gerilyawan Indonesia. Meski termasuk pekerjaan hina, tapi tidak sedikit pemuda Indonesia yang memilih menjadi marsose. Salah seorang dari mereka adalah Jehezkiel. Jehezkiel atau Jez adalah seorang pemuda kelahiran Minahasa, Sulawesi Utara. Jez rela meninggalkan kampung halamannya untuk mengikuti pelatihan marsose di Pulau Jawa. Motif Jez untuk menjadi seorang marsose sederhana saja. Ia hanya ingin menjadi orang berpangkat dan terlihat gagah di hadapan pujaan hatinya, Naomi. Tawaran untuk hidup lebih sejahtera pun telah membutakan mata hati Jez. Gaya hidupnya yang pragmatis membuatnya rela memerangi tanah airnya sendiri. Tapi meski demikian, pilihan Jez bukanResensiator: Liza Roza Lina Mahasiswa Pendidikan Bahasa nya tanpa alasan. Kalau diibaratkan, menjadi dan Sastra Indonesia TM 2010 marsose sama dengan menjadi PNS pada
kan PKI. Serta propaganda pihak-pihak yang ingin meggulingkan pemerintahan Sukarno. Sehingga membuat citra Lekra semakin buruk. Hal ini pun terbukti. Setelah hancurnya kejayaan Orde Lama dan PKI, masa keemasan Lekra pun turut hancur. Semua orang yang berhubungan dengan Lekra diringkus—sama dengan yang terjadi pada anggota PKI. Ada yang dibuang ke pulau terpencil, bahkan tak jarang pula yang dibunuh. Karya-karya seniman Lekra pun dimusnahkan, hingga nyaris tak berbekas. Lekra seakan dihapus dari catatan sejarah, bak aib yang harus ditutupi rapat-rapat. Hal inilah yang membuat minimnya informasi tentang Lekra. Yang tersisa hanya informasi-informasi miring yang mendiskreditkan Lekra. Dengan rangkuman hasil laporan khusus ini Tempo mencoba meluruskan sejarah. Mengumpulkan keping demi keping informasi. Mengulik informasi dari bekas-bekas anggota Lekra yang masih tersisa, dan memaparkan fakta-fakta terbaru tentang Lekra kepada publik. Dengan demikian dapat mengubah pandangan masyarakat yang terlanjur terkontaminasi oleh informasi-informasi yang sarat dengan pemutarbalikan sejarah.
zaman sekarang. Semua kebutuhan keluarga ditanggung oleh pemerintah Belanda. Bahkan bila si tentara tersebut tewas dalam peperangan, keluarganya tetap mendapatkan santunan dari pemerintahan kolonial. Hal ini tentunya sangat menguntungkan. Tak ayal banyak pribumi yang berbondong-bondong menjadi marsose meski akhirnya kehilangan harga diri dan dimusuhi bangsa sendiri—seperti masyarakat sekarang yang berlomba-lomba menjadi PNS dengan segala cara. Namun kiprah pengkhianat dalam novel ini tak berakhir seperti kisah drama kolosal yang membuat tokoh jahatnya berakhir dengan kesengsaraan. Remy Sylado lebih memilih menempatkan Jez sebagai seorang protagonis. Setelah berhasil membantu Belanda dalam mengatasi pemberontakan para gerilyawan Indonesia di Aceh, Jez justru mendapat penghargaan dan akhirnya hidup bahagia hingga akhir hayat. Sungguh akhir kisah yang sangat disayangkan. Novel ini merupakan representasi dan sindiran terhadap kehidupan masyarakat Indonesia zaman penjajahan. Pragmatisme telah menutup mata hati masyarakat Indonesia, sehingga rela menggadaikan harga diri demi mendapatkan keuntungan sesaat. Kisah ini mengingatkan kembali kepada kita, bahwa gaya hidup pragmatis telah menghancurkan kesolidan bangsa Indonesia, sehingga dengan mudah bisa dijajah dalam waktu yang sangat lama.
Resensiator: Media Rahmi Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris TM 2011
Berita Tidak Berimbang dan Penyebabnya Judul : 50 Tanya-jawab Tentang Pers Penulis : Agus Sudibyo Penerbit : PT Gramedia Cetakan : I, Desember 2013 Tebal : 206 Halaman Beberapa bulan lalu masyarakat dibuat geger oleh salah satu media online di Indonesia yang memuat berita berjudul “Ustaz Solmed Dinilai Sebagai Da’i Matre”. Berita ini dikutip oleh media online tersebut dari sebuah surat kabar lokal Hong Kong berbahasa Indonesia. Di dalam surat kabar itu diberitakan bahwa Ustaz Solmed membatalkan sepihak jadwal ceramah di Hong Kong, minta kenaikan tarif ceramah dari Rp6 juta jadi Rp10 juta, minta bagian hasil penjualan tiket dan “surban keliling”, serta minta penginapan berbintang dan mobil jemputan pribadi selama berada di Hong Kong. Berita tersebut hanya bersumber pada satu pihak saja. Tak ada satu pun pernyataan atau konfirmasi dari pihak Ustaz Solmed dalam berita itu. Nah, kasus ini dapat dikategorikan sebagai pemberitaan yang tidak berimbang. Beberapa tahun belakangan ini Dewan Pers banyak mendapatkan pengaduan ten-
Edisi No. 179/Tahun XXIV/Maret-April 2014
tang ketidakberimbangan b e r i t a . Pemberitaan yang muncul di media—baik itu media cetak, elektronik, maupun online—sering mengandung penilaian atau komentar tentang suatu pihak tanpa adanya konfirmasi. Atau terkadang porsi kutipan pernyataan antara dua pihak yang bertikai tidak sebanding, sehingga menyebabkan berita menjadi tidak berimbang. Hal itu terlihat dari data penyelesaian kasus-kasus pengaduan pers di Dewan Pers tahun 2011 dan 2012 yang menempatkan ketidakberimbangan berita sebagai posisi pertama pelanggaran Kode Etik Jurnalistik. Tidak berimbangnya sebuah berita disebabkan karena berkembangnya kecenderu-
ngan media untuk menampilkan liputan satu sisi pada berita-berita yang mengandung penilaian atau tuduhan terhadap subjek berita. Media hanya mementingkan aktualitas tanpa memperhitungkan keberimbangan beritanya. Selain itu ada lima penyebab munculnya berita yang tidak berimbang. Pertama, persaingan sengit antara media untuk menjadi yang paling cepat dalam menyampaikan berita membuat media lalai terhadap aspek keberimbangan dan verifikasi. Kedua, sumber berita menutup diri atau sulit diakses oleh media, sementara media selalu dikejar tenggat waktu pembuatan berita. Ketiga, rendahnya tingkat penghargaan media atau wartawan terhadap etika dan profesionalisme media. Keempat, beban kerja yang sangat berat membuat wartawan kurang maksimal atau kurang teliti dalam menyiapkan berita. Kelima, ketidakberimbangan berita juga lazim terjadi karena media-media memang partisan secara ekonomi atau politik (Hal. 28). Masalah tentang ketidakberimbangan berita ini dibahas secara tuntas di dalam buku ini. Tidak hanya tentang ketidakberimbangan berita, masalah lain dalam dunia jurnalistik seperti berita negatif,
wartawan amplop, verifikasi data, berita yang menghakimi, tanggung jawab media, jurnalisme warga, dan banyak lainnya juga dibahas dalam buku yang berjudul 50 TanyaJawab Tentang Pers ini. Semuanya dijelaskan secara jelas dan lugas. Buku ini sederhana, tapi mengena. Buku tidak dibuka dengan kalimat-kalimat pengantar yang panjang dan penuh dengan narasi, tapi langsung membahas ke titik permasalahan. Sesuai dengan judul, buku ini memang dikemas dalam bentuk tanyajawab. Sehingga pembaca lebih mudah memahami persoalan nyata yang terjadi di lapangan. Baik pelaku pers maupun masyarakat umum diharapkan dapat memahami jurnalistik secara menyeluruh. Bagi jurnalis diharapkan mampu menjalankan tugasnya secara baik dan benar, sesuai dengan kode etik jurnalistik. Sedangkan bagi masyarakat umum diharapkan bisa memahami seluk beluk kegiatan jurnalistik, sehingga dapat bekerja sama dengan jurnalis dalam upaya menghasilkan berita yang akurat. Resensiator: Fitri Aziza Mahasiswa Pendidikan Biologi TM 2011
Cerpen
Jodoh Keempat
di kepalanya. Ketiganya adalah lakilaki yang pernah hidup
Ed o
Fe
br
ia nt
o
rumah. Melewati rumpun bambu dan sebuah jembatan bambu yang membentang di sebuah sungai, sampailah ia di ladang. Jangan tanya apa yang ditanami di ladang itu. Sulit menjelaskannya. Di sana ada kunyit, serai, ruku-ruku, bunga-bungaan, cabe, tomat, kacang panjang, labu, dan masih banyak tanaman lainnya. Yang jelas, semuanya adalah kebutuhan sehari-hari. Tapi meski demikian hasilnya bukanlah semata-mata untuk isi dapur Wati. Kadangkadang hasil ladang juga dijual pada tetangga. Hal ini dilakukannya untuk menambah uang belanjanya. Setiba di ladang Wati mulai mencabuti rumput liar di ladangnya. Tangan kasarnya mengkilap disinari matahari. Wati tersenyum sendiri melihat tangannya yang pecah-pecah dimakan kutu air. “Apa yang dinikmati laki-laki dari aku yang seperti ini?” gumam Wati. Sejenak pikirannya melayang ke masa lalu. Wajah bang Deri, Incim, dan Malik tiba-tiba me layang
is:
“KUA-nya sudah datang!” sorak Janang dari ruang tengah. Pengantin laki-laki sudah duduk di atas kapuk lusuh berlapis kain panjang. Kupiah hitam berenda melingkar di kepalanya. Bukan untuk menutupi uban, namun karena tuntutan adat. Selain itu juga terpasang songket, kemeja putih, jas, dan lokak . Setelan muda benar gayanya. “Angku sudah siap?” tanya bujang 25 tahun pada si pengantin laki-laki yang dipanggilnya Angku. “Sudah,” jawabnya setengah berbisik. Lalu seorang Bundo Kanduang masuk ke dalam ruangan kamar. Dengan berjalan sedikit membungkuk perempuan setengah abad itu memasuki kamar yang sedikit dihias. Kamar berada tepat di samping pintu masuk utama. “Marapulai dan KUA sudah siap. Bagaimana denganmu Supik?” tanyanya dengan nada rendah. “Sudah Tek, insyaallah,” Wati menjawab manis. Seakan takut lipstik merah di bibirnya belepotan. Wati berdiri dari tempat duduknya lambat-lambat. Merapikan kebaya putih yang manik-maniknya mulai terjurai beserta songket yang mulai bersilang akibat terlalu lama duduk. “Kali keempatnya kamu memakai kebaya ini. Tetap masih muat,” ujarnya sembari memandang Wati. Wati hanya membalas dengan senyum kecil. Wati keluar dari kamar. Orang-orang dalam ruang an b erge gas menggeser posisi duduknya. Memberi jalan perempuan itu untuk menuju mempelai pria. “Dapat kita mulai?” tanya Pak KUA pada para hadirin. “Sudah,” jawab para tamu yang hadir serempak. Kemudian Pak KUA menjabat tangan mempelai laki-laki. *** Setahun yang lalu, tepat di bulan April, Wati bertemu dengan Zainuddin. Laki-laki yang kembali membujang setelah ditinggal mati oleh istrinya. Pertemuannya tak manis memang. Kala itu Wati bersitegang dengan Zainuddin. Masalahnya sepele saja. Zainuddin tak sengaja meyenggol sepeda Wati yang diparkir di samping kedainya. Sepeda yang kala itu berisi penuh dagangan ikan Wati, tumpah dan berserakan. Selagi Zainuddin membersihkan ikanikan yang berserakan, tiba-tiba Wati datang dan berteriak. Ia syok melihat dagangannya yang berserakan. Kemudian ia mencaci maki Zainuddin. Zainuddin meminta maaf. Namun maaf tak mampu menghapuskan umpatan-umpatan kesal yang keluar dari mulut Wati. “Berapa ganti ruginya, Diak? Biar Uda ganti,” Zainuddin coba berdiplomasi. Tapi gayung tak bersambut. Ganti rugi yang ditawarkan tak juga mampu menghilangkan amarah di dalam hati Wati. Perempuan itu malah menatap tajam mata Zainuddin. Kemudian kembali mengumpat. Sebelum akhirnya mengayuh sepedanya cepat-cepat meninggalkan pasar. Tinggalah Zainuddin yang geleng-geleng kepala dengan tingkah Wati. “Sabar saja. Maklum suaminya baru meninggal. Sedangkan anakanya harus sekolah pula,” ucap pedagang lain yang menyaksikan keributan Wati dan Zainuddin. “Iya. Anaknya banyak pula,” sambung pedagang lainnya. Zainuddin mengiyakan. Meskipun habis-
habisan dicerca, tapi tak sedikitpun amarah di dalam hatinya. Malahan ia penasaran dengan sosok Wati ini. “Menarik,” gumamnya. Keesokan harinya, Zainuddin sengaja pergi ke tempat itu lagi. Jelas tujuannya untuk bertemu lagi dengan Wati. Namun sampai senja berlalu, Zainuddin tak bertemu dengan orang yang ditungguinya. *** Dua hari sudah Wati tak berjualan. Dia berkeliling di sekitar rumah. Sibuk mencari pinjaman ke sana ke mari untuk modal berdagang. Insiden dua hari lalu membuat dagangannya tak laku. Ia rugi besar. Dan sekarang belum punya modal untuk kembali melanjutkan usahanya. “Bagaimana kalau ambo jual saja cincin ini, Mak?” adu Wati pada ibunya suatu sore. “Tak bisakah kita cari pinjaman dulu, Ti? Cincin itu kan peniggalan terakhir Malik. Kasihan almarhum laki kau, belum lagi kering tanah kuburannya sudah seperti ini,” ucap perempuan itu dengan mata berkaca-kaca. Agaknya dia iba melihat kondisi Wati. “Lalu kita bisa apa lagi, Mak?” tanya Wati sambil memalingkan wajahnya yang mulai dibasahi air mata.
Gr af
Oleh Novi Yenti (Mahasiswa Sastra Indonesia TM 2011)
“Kau bisa meminjam dulu kain-kain bawaan tamu undangan baralek adikmu dulu, Ti,” “Tidak Mak, habis betul yang engkau miliki nanti Mak,” jawab Wati. “Tak apa Ti,” bujuk ibunya lagi. “Tidak Mak. Aku tak ingin merasa semakin berdosa dan durhaka pada Amak,” badannya terhoyak. Tangisnya mulai membuat sesegukan. “Jika cincin ini kujual, uangnya akan membantu membeli beras dan ongkos sekolah anak-anak mak, dan aku bisa berdagang kembali,” lanjut Wati. Sang ibu pun kehabisan pikir mendengarkan aduan Wati. Kemudian berkata, “Jika memang tak ada solusi lain, lakukanlah apa yang menurutmu benar, Nak,” lanjut sang ibu beranjak dari tempat duduknya. “Maafkan ambo uda. Cincin ini terpaksa ambo jual. Jangan takut uda. Uda akan selalu ada dalam hatiku.” Wati pun terisak sepeninggal ibunya. Bicara sendiri pada cicin emas yang melingkari jari manis di tangan kirinya. “Sudahlah Wati, lebih baik kau ke ladang. Kulihat tadi sudah banyak rumput liar di sana,” sorak ibunya dari dapur. Wati segera menyeka air mata. Kemudian bergegas menuruti saran sang ibu. Itu lebih baik daripada dia harus berlamalama meratapi nasib. Ladang Wati memang tak jauh dari
b e r s am a dengan Wati. Sama-sama menikmati suka dukanya kehidupan. Bang Deri, suami pertamanya meninggal dalam kecelakaan pulang bekerja. Kecelakaan yang jauh dari kampung halaman menyulitkan jenazah dikebumikan di pandam pekuburan kaum. Hingga almarhum ditanam sekitar pemakaman umum dekat tepat tinggal Wati di perantauan dulu. Selang setahun, Wati dilamar laki-laki yang biasa dipanggil Incim. Alasannya menikahi Wati yang kala itu beranak tiga adalah cinta terpendam semasa SMA. Manis memang, Wati kembali merajut bahtera rumah tangga dengan Incim. Aldi, Reyza, dan Vinda lahir dari cinta Wati dan Incim. Keluarga Wati baik-baik saja. Sampai akhirnya Incim meninggal dunia akibat penyakit liver yang dideritanya sejak lama. Wati bisa terima jika kejadiannya satu dua kali saja. Mungkin takdir untuk Wati dan anak-anaknya. Tapi bagaimana kalau untuk ketiga kalinya? Ya, meninggalnya Malik dalam perjalanan pulang dari ladang membuat Wati benar-benar terpukul. Dia merasa sangat hina. Laki-laki yang bersamanya selalu berakhir kematian. Bisik-bisik tetangga pun bermunculan. Rasa simpatik, bahkan fitnah menggaung dengan seketika di kampungnya. Seakanakan Wati adalah pencari tumbal, yang menghadiahkan suaminya pada sosok gaib. Hal demikianlah yang membuat Wati tak
21
kuasa. Kalau hanya dia yang menanggung tak apa. Tapi bagaimana dengan mental anak-anaknya nanti. “Terkadang orang dekatlah yang membunuh karakter kita, Nak,” ujar seorang tetangga saat membesuk Wati yang sakit setelah meninggalnya Malik, suami ketiganya. Berita meninggalnya Malik memang menjadi topik gosip dan fitnah paling empuk untuk Wati. Setelah tiga kali menikah dan keadaannya masih sama seperti sebelum menikah, kualitas ekonomi yang tetap di bawah rata-rata, kesehatan yang masih sering bermasalah, menikah tak memberi Wati setingkat kejayaan. Bahkan masalah tambah menggelayuti hidup Wati. Dari setiap pernikahan, selalu menghadirkan penerus baru di rumah Wati. Hingga kini Wati tinggal bersama delapan orang anak yang lahir berjarak setahun dua tahun. Keinginan memiliki belahan jiwa jualah yang menguatkan Wati untuk kembali menerima pinangan Malik. Dikiranya Malik tak akan meninggalkan dunia dan membiarkan Wati sendiri lagi. Tapi ternyata itu perkiraan yang terpelincir. Malik j ug a me nyu su l du a su ami sebelumnya. Hanya saja, kematian Malik menjadi lecutan luar biasa bagi Wati. Pasalnya, tak ada lagi nasihat penyemangat. Melainkan hanya rutukan dan asumsi negatif luar biasa untuk dirinya. Hendak mengapa, bahkan penjaga warung dekat rumahnya selalu mengangkat semua tentang dirinya menjadi topik gosip. Seakan takdir buruk dan hina memang sudah dipakukan dalam tubuh Wati. Tak mengapa jika yang menjadi korban cuap-cuap tanpa verifikasi itu hanya dirinya seorang. Namun kadang anak-anaknya juga menerima sodoran gunjingan berbisa para tetangga. Tak jarang si sulung menangis dan menceracau geram usai mendengar bisik-bisik tetangga. Pengalaman buruk yang dialaminya membuat Wati trauma untuk berkeluarga. Takut suami selanjutnya akan bernasib sama dengan kasus-kasus sebelumnya. Dia pun berkomitmen untuk tak lagi mencari suami. Hidup menjanda selamanya. Tapi laki-laki yang dimarahinya dua hari lalu mulai menggoyahkan tekadnya. *** “Subhanarabbika rabbi izzati amma
yasifuun wasalamualalmursalin, walhamdulillahi rabbil alamiin.” Semua orang yang hadir menyapukan telapak tangan ke wajah, pertanda doa dan akad usai sudah. Baik yang sama duduk bersila dan bersimpuh di ruangan akad, maupun di dapur. Wati bukan janda ditinggal mati lagi. Kini dia istri Zainuddin. Meski hingga pengunjung terakhir masih saja terdengar bisik-bisik ketakutan akan nasib Zainuddin. Wati mencoba hanya diam dan menikmati. Zainuddin masih saja tenang, seakan sudah dipekakkan oleh bisik dibelakang tamu undangan. Sesekali diliriknya Wati, wanita berkerudung putih bermanikmanik itu sudah sah menjadi mahramnya. “Katakan padaku apa yang harus kulakukan untuk melindungimu Istriku?” pikir Zainuddin. Kemudian digenggamnya tangan Wati, diarahkan ke kening perempuannya itu. Wati paham, disalami imam barunya dan sejenak tangan legam Zainuddin diciuminya. “Jika kau memang jodohku, maka kawanilah aku sampai liang kuburku Uda,” bisik Wati di telinga Zainuddin.
Edisi No. 179/Tahun XXIV/Maret-April 2014
Sastra Budaya
22 Sajak
Rumah Tua Kita Rumah ini rumah kita Rumah kau, rumahku, rumah tua Tak ada lagi tebar harum kenangan, terganti kelopak kamboja Rumah kita rumah tua Tak ada canda, berwarna kelabu duka rumah tua rumah kita kita di rumah kita tua kita tua di rumah tua pulanglah ke rumah tua orang tua agar kelak kita tua bersama di rumah tua orang tua kita
Bulan Sabit di Wajahnya Suara lonceng kudengar sendu Kaki mungil mendekat ke arahnya Dia seolah ingin bercerita Mengisyaratkan pesan penuh makna
Didengar tak bersuara, tapi menjawab Dilihat tak tampak, tapi berkedip Di sini mengemis Di sana meringis Di sini pucat Di sana loncat-loncat Ruang-ruang yang beda Kenapa? Karena di sana penguasa semakin berkuasa, dan pengikut semakin mengikut Pembesar bertambah besar, yang kecil bertambah kerdil
Ermiati Harahap Mahasiswa Pendidikan Kimia TM 2013
Guru Mati Laksana merah di cakrawala Tajam dan jahat Gelap mata mengharap purnama di langit siang Ia melangkah, berisik, cepat, dan berat Menapak ubin dengan sepucuk api “Dor” Satu jatuh Kesakitan, lalu mati Yang lain memekik dan berlari “Dor” Satu wanita jatuh, bersimbah darah, tak berdenyut Dia mati, Mereka yang lain mati Aku sendiri Menanti Ia hujamkan api di ujung tengkorakku Langit ku mendadak putih Aku di surga Melihat guru menembak dirinya Dan mati Tapi ia di Jahannam Doni Fahrizal Mahasiswa Akuntansi TM 2011
Padi Oleh Meri Susanti (Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia TM 2011)
Padi tumbuh tak berisik. (Tan Malaka) mengetahui betapa padi sangat berharga
Edisi No. 179/Tahun XXIV/Maret-April 2014
Di sana bungkuk Di sini berserak Di sana merangkak Ruang-ruang yang beda
Risnawati Mahasiswi Akuntansi TM 2011
Dia datang membawa ceria Gadis kecilku yang manja Ada hal yang tak pernah luput darinya Bulan sabit di wajahnya.
Ia sedang tumbuh, bergerak menuju perkembangan. Menikmati proses dari kesejajaran sebuah peradaban maju. Tumbuh dan berkembangnya manusia bagai sebuah tanaman padi. Sebuah proses yang matang untuk mencapai tujuan tertentu. Tak menimbulkan keresahan bagi orang lain. Begitulah halnya yang terjadi pada padi, tumbuh sangat tenang, terus berisi, dan terus pula merunduk. Padi terus tumbuh dengan bulir-bulir beras yang ada. Akan selalu merendah dengan bijak seiring dengan tanggungan bulir yang mulai berat. Begitu istimewa padi dengan pertumbuhan yang tenang. Diam dan tak pernah berisik. Bagi penikmat kehidupan, akan
Ruang-ruang yang Beda
di Bumi Pertiwi. Jayanya Indonesia adalah satu oleh karenanya. Dan tak kalah penting dengan eksistensi padi sebagai tanaman yang paling penting di negeri ini, dapat diselaraskan dengan arti penting seorang pemimpin yang juga turut andil dalam memakmurkan rakyat Indonesia. Sama halnya dengan padi, yang diharapkan dari pemimpin bangsa adalah isi yang telah diseimbangkan dan disempurnakan, hendaknya dapat disesuaikan dengan budi yang dinyatakan dalam seni memimpin di Indonesia. Tak banyak bicara dan hanya perlu menyelaraskan antara perkataan dan perbuatan. Mengupayakan keseimbangan dan berusaha agar keseimbangan
Di lorong ini si kumuh meminta-minta Di gedung sana si Rakus meringkus Ruang-ruang yang beda. Vera Yani Okta Martika Mahasiswa Sastra Indonesia TM 2012
Surat untuk Tuhan Tubuh terikat untuk siapa? Hati ini terikat untuk siapa? Apa harus kupersembahkan untuknya? Semua atau separuh untuk Dia Masih ‘ku bingung berkain putih Tanya surga, semua milikMu kah? Neraka menjerit, dia mau bagian Hampir separuh berdarah setan Aku payah, tak bisa untukMu semua Aku tahu, Kau penciptaku, garis lain Separuhlah milikMu Tuhan Seperempat, milik keluargaku Tuhan Seperempat lagi, milik kau hawa, kau ciptakan Tuhan, aku virusMu Evan Saputra Mahasiswa Teknik Sipil dan Bangunan TM 2013
tercipta. Pemimpin yang seperti tumbuhan padi, semakin berisi tak berisik. Karena padi itu tumbuhnya tidak berisik. Namun harapan ini seolah hanya akan menjadi ilusi yang tak akan pernah ada di Indonesia. Hampir semua calon pemimpin Indonesia yang akan mengaktulisasikan diri sebagai orang yang akan bertanggung jawab adalah bekas dari orang-orang yang pernah mengecewakan hati rakyat. Mereka berdaulat tinggi hanya pada maha tingginya sebuah jabatan. Bukan karena nurani kepemimpinan yang benar-benar sejati demi makmurnya Indonesia. Mereka adalah deretan calon pemimpin bangsa yang rela berkhianat. Hal ini terbukti dengan deretan para calon pemilik kuasa terhadap negeri ini. Adalah sebuah catatan hitam tentang calon pemimpin yang akan menggerakkan roda pemerintahan. Misalnya calon kandidiat dari partai politik. Sudah hampir dari semua partai politik yang ada di Indonesia memiliki riwayat tersangkut kasus korupsi.
Bahkan dengan catatan hitam tersebut, mereka masih bangga ikut dan sibuk menyoraki diri sebagai yang terbaik serta menuding yang lain dalam ketidakpantasan. Mereka mengapungkan diri sebagai satu-satunya kandidat terbaik. Dalam kredibilitas diri, para calon pemimpin bangsa selalu risau dan ikut membuat kehiruk-pikukan di Indonesia semakin menjadi-jadi. Mereka berteriak nyaring mengenai janji-janji politik yang akan dinyatakan di masa depan bila dirinya terpilih kelak. Berebut perhatian, bahkan dalam ketidakpercayaan diri, keberisikan mereka ciptakan untuk menarik perhatian rakyat Indonesia. Berkampanye sana-sini. Memajang foto diri di sepanjang jalan dan tempat umum yang dianggap strategis. Ini tentang luka dan gugurnya politik bermartabat. Bukan lagi menjadi sebuah ideologi bangsa. Kata mereka, padi yang
berisi memang harus berisik agar diketahui banyak orang. Miris!
23
Mahaga Budaya Indonesia Oleh Suryadi Mahasiswa Sastra Indonesia TM 2012
Berjanji akan menjaga dan melestarikan budaya disetiap ribuan kebudayaan yang ada di Indonesia melalui ILMIBSI. Itulah ikrar kami. Ini adalah perjalanan jutaan kilometer saya dan Nita Yeni Asmara selama lima hari disebuah Universitas di Kalimantan Timur. Diawali dengan keberangkatan kami meninggalkan Sumatera Barat, perjalanan dinas ini sungguh mengesankan. Menempuh 4 jam perjalanan udara selanjutnya perjalanan darat selama 3 jam hingga akhirnya kami bisa menapakkan kaki di Pulau Kalimantan demi misi kebudayaan. Saat siang menyapa kami tiba di bandara Sepinggang, Balikpapan. Menghubungi panitia Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Budaya dan Sastra se-Indonesia (ILMIBSI) dari Universitas Mulawarman merupakan langkah pertama sesaat setelah kami sampai bandara. Kami disambut hangat dan dibimbing menuju kota Samarinda yang nantinya akan menjadi tempat pelaksanaan Kongres ILMIBSI ke-VI. Perasaan harus luar biasa merasuki kami tatkala mahasiswa dari universitas lain di Indonesia turut menyambut kedatangan kami. Di bawah sebuah payung bernama ILMIBSI, kami dari Sumatera, Jawa, dan Kalimantan dipersatukan. Mengemban tugas mulia sebagai delegasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dari 10
Foto Bersama: Seluruh peserta ILMIBSI foto bersama usai melaksanakan kongres , Kalimantan, Senin-Minggu (17-23/3) . f/Doc.
universitas, agenda pertama kami pada hari itu adalah menyaksikan berbagai penampilan seni kebudayaan, salah satunya penampilan suku dayak. Alangkah mengagumkan penampilan seni tersebut. Tak hanya kami yang terpikat oleh penampilan kekayaan kebudayaan Indonesia ini, mahasiswamahasiswa Universitas Mulawarman selaku tuan rumah juga terpesona dengan penampilan seni tersebut. Seusai penampilan seni, seminar bahasa dan budaya menjadi agenda kami selanjutnya. Memasuki hari kedua, kami tiba pada agenda terpenting kongres ke-VI ILMIBSI ini yang bertema Mahaga Budaya yang
Seni Berpolitik Mahasiswa Oleh Husni Dwi Syafutri
(Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia TM 2011)
Tak semua berkesempatan mengancah dunia politik. Termasuk di dalamnya berpolitik di dunia kampus. Politik di kalangan mahasiswa terkadang hanya bisa dirasakan oleh kelompok atau individu yang memiliki kepentingan tertentu. Perpolitikan mahasiswa biasanya berada dalam ranah organisasi. Namun pada kenyataannya, mahasiswa yang aktif dalam organisasi lebih sedikit daripada mahasiswa yang tidak berorganisasi Mahasiswa yang tidak berorganisasi sering dijadikan sebagai â&#x20AC;&#x153;ladangâ&#x20AC;? suara oleh suatu kelompok mahasiswa untuk memperoleh kursi organisasi di kampusnya. Dalam hal ini, akan terjadi suatu perang antarkelompok mahasiswa dalam memperoleh simpatisan atau pendukung untuk bisa memajukan calon mereka agar bisa duduk di kursi keorganisasian. Perang ini biasanya tidak berupa adu fisik, namun lebih kepada perang pemikiran. Dapat kita ambil contoh ketika pesta demokrasi di sebuah universitas yang sering disebut dengan Pemilihan Umum Raya Mahasiswa (Pemira). Pemira untuk memilih ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) merupakan awal dari pendidikan politik bagi mahasiswa. Dengan terlibat dalam proses pelaksanaan Pemira, diharapkan para mahasiswa akan mendapatkan pengalaman langsung bagaimana selayaknya seorang mahasiswa berkiprah dalam miniatur sebuah sistem demokrasi. Pemira adalah suatu proses pergantian
kepemimpinan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi lembaga kemahasiswaan dan menjadi kegiatan pembuktian tegaknya demokrasi mahasiswa di dalam sebuah kampus. Maka, mahasiswa akan mendapatkan pendidikan politik praktis dan diharapkan efektif sejak dini dari Pemira. Bagi mahasiswa, berpolitik juga merupakan proses yang memberikan dinamisasi karakter, kedewasaan, wacana, dan intelektualitas. Dari politik, mahasiswa bisa belajar bagaimana menghimpun suatu kekuatan agar dapat terpilih. Politik pulalah yang mengajarkan ketatnya persaingan dalam sebuah pemilihan, baik itu setingkat universitas maupun setingkat negara. Mahasiswa yang terjun ke dalam ranah persaingan itu harus memiliki manajemen konflik yang baik, berpikir positif dan tidak gegabah dalam bertindak. Mahasiswa yang berpolitik di kampus tentu tidak ingin pertikaian-pertikaian tersebut terjadi dalam pemilihan. Karena hal itu akan menimbulkan perpecahan antarsivitas nantinya. Baik itu pertikaian antarpendukung atau pertikaian antargolongan. Untuk itu, berpolitik yang bersih dan sehat adalah salah satu cara untuk menghindari berbagai konflik yang kemungkinan terjadi. Belajarlah berpolitik bersih. Baik bersih dari praktik kecurangan-kecurangan seperti penggandaan suara, money politic maupun praktik keji lainnya.
dalam bahasa Kutai berarti menjaga budaya. Tak peduli berapa jam yang telah kami habiskan, tujuan kami hanya satu yakni menyelesaikan pembahasan AD/ART dan GBHK untuk kengurusan periode selanjutnya. Kami juga berhasil memilih Ketua Koordinator Pusat (Korpus) dan Wakil Ketua Koordinator Pusat (Wakorpus) periode 2014. Dengan terpilihnya BEM UGM sebagai Korpus dan Senat UNIMED sebagai Wakorpus, bersama kami akan melakukan yang terbaik demi menjaga dan melestarikan kebudayaan Indonesia. Khusus bagi UNP, mengikuti agenda ILMIBSI ini bukanlah kali yang pertama.
Jauh sebelumnya kedua lembaga Fakultas Bahasa dan Seni, BEM dan Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM), telah bergabung menjadi anggota ILMIBSI. Bahkan BEM FBS UNP ditunjuk sebagai koordinator wilayah I selama dua tahun berturut-turut. Mendekati penghujung kongres, seluruh peserta berkunjung ke kampung Pampang. Kampung ini merupakan pusat perkampungan asli suku Dayak. Masyarakat di sini memelihara kebudayaan dan tradisi mereka dengan sangat baik. Banyak orang yang bertelinga panjang serta anak-anak yang memakai seragam kebudayaan Dayak di sini. Rumah adat Dayak yang masih original juga akan menghiasi pemandangan selama penjelajahan ke kampung itu. Matahari berangsur tenggelam, kami melanjutkan perjalanan ke Islamic Center Samarinda, dan menaiki menara tersebut sampai kelantai lima belas. Dari sinilah kami mulai menikmati kota Samarinda, melihat dengan kedua bola mata mungil yang berbinar seolah-olah menyimpan harapan dan cerita tentang keindahan di setiap sudut-sudut kota yang dipenuhi dengan hutan yang masih alami dan bongkahan batu bara yang siap digarap. Akhirnya kami harus meninggalkan Kota Samarinda. Tak terasa kami sudah lima hari berada di kota yang kaya akan batu bara dan kayu ini. Satu keyakinan kami ketika itu bahwa perpisahan tersebut bukanlah akhir dari perjalanan untuk menyuarakan kebudayaan Indonesia. Melainkan awal untuk menjaga setiap gugusan anugrah Tuhan yang diwujudkan dalam bentuk seni budaya yang ada.
Berawal dari Titik Nol Muhammad Rezky, mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Informatika TM 2011 ini berkeyakinan ketika lahir posisi setiap orang adalah nol, ketika mereka tumbuh dan dewasa maka posisi mereka menuju satu. Nol menuju satu. Pria kelahiran Padang 21 tahun silam ini selalu fokus pada setiap hal yang dilakukan serta tidak pernah berbuat setengah-setengah dalam menjalani kehidupan. Pria asal Padang Panjang
merupakan beberapa rentetan prestasi yang pernah dikantonginya. Tak hanya itu, putra dari pasangan Abdul Mulud dan Rosnidar ini, baru-baru ini juga mengikuti pertukaran mahasiswa ke Negeri Sakura, Jepang. Acara yang diadakan oleh kedutaan besar Jepang yang berada di Indonesia melalui JICE (Japan International Coorpetarion Center) dan bekerjasama dengan Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidaya-
ini juga berkomitmen, tullah Jaselain memiliki karta. Mahaprinsip hidup siswa pencinta yang pasti, seseorang desain grafis dan juga harus memiliki programing ini sesuatu yang dapat dibangmerupakan salah satu gakan dalam hidupnya. Koperwakilan dari 96 mitmen ini dibuktikan peserta yang diberangbungsu dari enam katkan pada 23 FebMuhammad Rezky bersaudara inidengan ruari-4 Maret lalu. mengikuti berbagai lomba. Meskipun terkadang jadwal kuliahnya Juara 1 lomba menulis karya ilmiah bentrok dengan kegiatan organisasinya, tapi tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Rezky tetap bisa meng-handle-nya dengan Pusat Pengembangan Ilmiah dan Penelitian cara mengatur waktu sebaik mungkin, walau Mahasiswa (PPIPM) Universitas Negeri tak jarang dia harus begadang untuk Padang (UNP), finalis lomba menulis karya menyelesaikan berbagai tugasnya. ilmiah tingkat nasional yang disePengurus PPIPM UNP ini juga sangat lenggarakan oleh EXIST Universitas Jambi, menekankan, bahwa tidak ada yang tidak Khafilah UNP dalam acara Musabaqah mungkin dalam hidup ini. Usaha dan Tilawatil Quran tingkat nasional yang kesungguhan serta totalitas dapat medilaksanakan di UNP dan Universitas ngantarkan seseorang kepada keberhasilan. Andalas, dan peserta dalam lomba Pekan Walaupun semua keberhasilan itu tidak Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) yang bisa diraih dengan mudah dan harus diselenggarakan oleh Dirjen Dikti, dimulai dari nol. Sri Gusmurdiah
Edisi No. 179/Tahun XXIV/Maret-April 2014
24
Edisi No. 179/Tahun XXIV/Maret-April 2014
Iklan