2019
LAWE I NDON E SI A
T U G A S WAWA N C A R A K E W I R AU S A H A A N DA N KEPEMIMPINAN
SOCIAL ENTERPRISE
S 1 P E R E N CA N A A N W I L AYA H D A N KO TA U N I V E R S I TA S G A D J A H M A DA
Content Meet The Team Profil Lawe Sejarah Lawe Profil Narasumber Proses Meraih Sukses Hambatan Kemampuan Pendidikan Usaha untuk Meraih Sukses Prestasi Motivasi Hasil Produk Lampiran
Meet The Team Sari Ratih 45485
Noor Hafifah Rizki Dhita 45482
Ibu Reni
Aqila Salma Kamila 45910
Profil Lawe Lawe Indonesia merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang sosial dan berbentuk komunitas. Visi Lawe Indonesia adalah menyejahterakan masyarakat, pemberdayaan perempuan, dan pelestarian tenun Indonesia. Lawe mentransformasikan tenun dan batik Indonesia menjadi produk berdaya fungsi yang memiliki ciri khas pada pemilihan corak dan keunikan produk-produknya. Dalam segi bisnis, Lawe melakukan pemberdayaan pada perempuan, terutama pecinta tenun. Lawe memungkinkan perempuan dapat memiliki penghasilan tambahan baik itu sebagai penenun, pengrajin, penjahit, hingga menjadi tim lawe itu sendiri dengan proses produksi sebagai industri rumahan.
Bunga Pertiwi 45913
Anisa Nurul K 45909
Produk Bags Fashion and accessories Gift item Meeting kit Green product Interior element
Informasi Kontak E-mail Web Instagram Facebook Whatsapp/Hp
: laweindonesia@gmail.com : http://www.laweindonesia.com : laweindonesia : Lawe Indonesia : +62 811-2623-838
Karyawan Tim lawe : 22 orang Bagian manajemen (3 bisnis, 3 program) Bagian produksi Bagian R & D Bagian marketing Bagian admin Mobile Kebersihan
: 6 orang : 5 orang : 3 orang : 3 orang : 3 orang : 1 orang : 1 orang
Penenun : 30 an orang Pengrajin : 25 an orang
Logo Perusahaan
Alamat Jl. Prof. Dr. Ki Amri Yahya, No. 6 Kota Yogyakarta
Sejarah Lawe Pendiri Lawe Indonesia terdiri dari 5 orang yaitu Adinindyah, Ita Natalia, Paramitha Iswari, Rina Anita dan Westiani Agustin. Didirikan oleh 5 teman yang mencintai tenun dan merasa bahwa peminat tenun masih sangat sedikit karena produk-produk yang ada tidak memiliki daya tarik dan nilai fungsional, misalnya tenun masih memiliki corak yang monoton dengan produk berupa kain yang akan hanya digunakan saat acara-acara tertentu seperti acara adat. Lawe dibentuk pada tanggal 3 Agustus 2004, namun baru legal pada tahun 2006 sebagai sebuah perhimpunan. Saat awal pembentukannya, pemasaran produk Lawe masih door to door dalam skala kecil di sekitaran Jogja. Pada tahun 2007 Lawe mulai mengikuti pameran Inacraft dan mulai mengenalkan diri kepada masyarakat dengan cara mengedukasi masyarakat yang bahkan belum mengetahui perbedaan batik dan tenun. Pada 2018 perusahaan Lawe bergani dari perhimpunan menjadi perkumpulan dan sudah dilegalkan hingga ke Kemenkumham. Lawe Indonesia melakukan pemasaran produk dari pameran baik dalam dan luar negri hingga mendapat konsumen yang selalu di follow-up. Karena bergerak dalam bidang social enterprise, Lawe dengan cepat mendapat jaringan pemasarannya. Pemberdayaan yang dilakukan oleh Lawe Indonesia tidak hanya di Yogyakarta yang melestarikan tenun lurik, namun juga di daerah lain. Lawe bekerjasama dengan penenunpenenun dari berbagai daerah seperti Lombok, Riau, dll sebagai sister-nya Lawe yang memiliki kekhasan corak tunik masing-masing serta memiliki visi yang sama dengan Lawe. Dengan cara ini Lawe berusaha untuk membantu memotong siklus pemasaran para penenun daerah dari tengkulak-tengkulak yang mengambil dengan harga rendah dan menjual kembali tenun mereka dengan harga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, Lawe telah memiliki lebih dari 50 orang penenun, dan sekitar 30 orang pengrajin belum termasuk sister-sister Lawe di seluruh Indonesia. Tidak hanya berfokus pada program pemberdayaan, Lawe juga memperhatikan kepuasan konsumen terhadap produknya dengan mengadakan tim quality control. Pada tahun ini Lawe Indonesia sedang mengembangkan Studio tenun yang lokasinya di Wirobrajan. Studio ini memungkinkan teredukasinya masyarakat tentang proses, dan jenis-jenis tenun dari seluruh Indonesia. Untuk kegiatan ekspor, Lawe masih melalui perseorangan yang ingin ke luar negri dan membawa produk Lawe Lesson learned : Menurut kelompok kami, Lawe Indonesia memiliki niat awal dan tujuan yang sangat baik. Sejak awal Lawe Indonesia memiliki kekhasan produknya sendiri sehingga meningkatkan daya tariknya.
Profil Narasumber Nama Narasumber : RR. Anggraeni Sulistyawati, S.P (Reni) TTL : Yogyakarta, 30 April 1983 Nama Perusahaan : Lawe Indonesia Jabatan Narasumber : Bendahara Pendidikan
: S1 Ilmu Tanah
Proses Meraih Sukses Mengikuti berbagai pameran dan masih dibiayai donatur
Muncul Perhimpunan Lawe sebagai social enterprise (2004)
Pemasaran skala kecil (door to door)
Berganti menjadi perkumpulan Lawe (2014)
Meningkatkan jaringan perusahaan
Mulai dikenal masyarakat
Mengedukasi masyarakat mengenai tenun
Berkolaborasi dengan penenun dari daerahdaerah lain di Indonesia
Berhasil dan meraih berbagai penghargaan
Hambatan
Hambatan bukan merupakan suatu penghambat untuk berkarya namun dijadikan sebagai tantangan untuk terus survive. Berikut merupakan hambatan yang dialami Lawe: - Regenerasi penenun Regenerasi penenun merupakan hambatan besar bagi Lawe. Kurangnya minat generasi muda untuk menenun merupakan salah satu tantangan bagi Lawe karena saat ini banyak anak muda yang lebih berminat untuk bekerja kantoran. Kurangnya minat generasi muda untuk menenun, Lawe berinovasi membuat sebuah studio tenun. Studio tenun tersebut menjadi sarana edukasi bagi generasi milenial bahwa menenun bukan merupakan pekerjaan yang jelek karena didalam menenun terdapat nilai-nilai sosial yang bisa diambil. Selain itu, generasi milenial diharapkan dapat beinovasi mengenai motif tenun, pewarnaan, dan proses-proses lain yang lebih eco-friendly. - Permodalan Proses menenun yang membutuhkan waktu yang cukup lama berpengaruh pada penyediaan stok kain tenun. Waktu pengerjaan kain tenun membutuhkan waktu sekitar satu bulan lebih, sehingga pihak Lawe harus mengorder kain dari penenun sebelum kain yang tersedia habis. Hal tersebut membuat pihak Lawe menambah cost sehingga modal yang dibutuhkan bertambah. Lesson learned : menurut kelompok kami, dari paparan mengenai hambatan yang dialami oleh perusahaan Lawe adalah jangan jadikan hambatan sebagai penghambat untuk terus berkarya namun jadikan hambatan menjadi tantangan untuk terus survive dalam menjalani usaha.
Kemampuan & Pendidikan Untuk meraih sukses dalam bidang kerajinan tenun ini tidak membutuhkan latar belakang jurusan pendidikan dengan spesifikasi tertentu, latar belakang pendidikan tersebut dibutuhkan untuk pembentukan pola berfikir dalam perjalanan membentuk usaha ini. Hal yang terpenting dalam proses terbentuknya adalah didasari dengan visi dan misi yang sama yaitu untuk melestarikan kerajinan tenun. Kemampuan yang dibutuhkan yaitu kreatif dan inovatif agar dapat mengubah nilai barang tersebut tidak hanya dalam bentuk kain lembaran saja tapi dapat diinovasikan menjadi bahan untuk tas, dompet, boneka, dan lain-lain. Selain itu, dari segi perwarnaan kombinasi yang bagaimana yang menamah nilai estetika. Kemampuan lain yang harus dimiliki yaitu melihat masalah yang ada dan peluang yang bisa diambil.
Lesson learned : menurut kelompok kami, untuk menjalani sebuah bisnis/usaha tidak harus sesuai dengan latar belakang jurusan pendidikan yang dimiliki. Dengan memiliki prinsip dan tujuan yang baik serta didukung dengan orang-orang yang memiliki prinsip dan tujuan yang sama dapat membentuk suatu usaha bersama dengan berbagai latar belakang pendidikan didalamnya.
Usaha untuk Meraih Sukses Lesson learned : Pelajaran yang diambil dari usaha yang dilakukan oleh Ibu Reni untuk sukses adalah dimulai dari pengenalan terhadap diri sendiri, dimana hal ini dapat dianalisis dari apa minat dan kesukaan diri kita, jika hal tersebut sudah diketahui untuk melakukan pekerjaan tersebut kita akan senang hati melaksanakannya, sehingga dapat menghasilkan suatu yang baik dan positif. Selain itu, jika kita menyukai dan mencintai apa yang kita kerjakan, saat dalam prosesnya terjadi permasalahan, kita tidak akan menganggapnya sebagai suatu masalah, namun kita akan menggapnya sebagai suatu tantangan yang harus kita selesaikan sampai dapat mencapai tujuan yang diinginkan dan ditetapkan.
Prestasi Best display inacraft 2016 Dekranas Award 2016 juara III Nominator Sidhakarya 2018 Pembicara Seminar Wanita Wirausaha BNI dan Femina 2010 Great Speaker Sea Change International Conference 2012 Pembicara seminar nasional maupun internasional
Motivasi Jangan pantang menyerah, karena kedepannya akan lebih banyak yang harus dihadapi. Kenali keterampilan kita dimana dan mau diarahkan kemana tujuan kita di akhir nanti setelah tamat berkuliah. Lebih peduli kepada masyarakat dan budaya sekitar, seperti melakukan pemberdayaan terhadap masyarakat dan mengajarkan berbagai keterampilan kepada mereka
“Passion, creativity, and resilience are the most crucial skills in business. If you’ve got those, you’re ready to embark on the journey." -Jo Malone, Founder of Jo Malone
Hasil Produk
Dalam pembuatan produknya, Lawe Indonesia melakukan pembuatan ciri khas dengan memberikan motif pada setiap kerajinan yang dibuat. Tujuan dari adanya tema motif ini adalah memberikan keberlanjutan dan konservasi lingkungan dimana kita tinggal serta memahami apa arti lingkungan bagi kehidupan manusia, sehingga motif tersebut tidak hanya difungsikan dalam segi estetikanya saja namun juga dalam segi maknawi.
Tema Motif Berikut tema motif yang digunakan lawe dalam proses produksinya : 1. Motif burung nusantara 2. Motif alam yang bersifat eco-friendly (motif ini dibandrol dengan harga yang cukup mahal) 3. Motif ikan nusantara
Kategori Produk Berikut kategori produk yang dihasilkan oleh Lawe Indonesia : 1. Aksesoris, meliputi gantungan kunci, bandana, gelang, kipas, boneka, dan ID Holder
2. Tas, Pouch, Dompet
3. Baju
4. Home dekor
5. Stationary (pensil, jurnal, pembatas buku)
Lampiran
Lawe is a community social enterprise that transform traditional handwoven into functional product through women empowerment. The business offer opportunities for Indonesia women to develop their potential. The idea of creating a product is more focused on ‘what can make the craftsmen work’, not solely in favor of market needs, a process of bridging between the craftsmen to market. In Lawe, we build people. Our businesses and products is a means to allow improved livelihoods for those involved.
conserving tradition, empowering women