Edisi April 2018
Masjid Dzorratul Khoir
Rumah Allah yang Kian Sukar Dikunjungi
"Ini masjidnya emang digembok begini, ya?" tanya salah seorang mahasiswa dengan raut muka heran saat akan menunaikan ibadah shalat Maghrib namun malah mendapati gerbang masjid Dzorratul Khair masih terkunci rapat. "Kunci gerbangnya masih diambil ke pos satpam, Mas" jawab yang lainnya mencoba menenangkan. Meskipun begitu, sebenarnya ia sendiri juga tampak gelisah karena iqomah akan segera dikumandangkan. Keluhan serupa seringkali dilontarkan pasca diterapkannya aturan pembatasan jam akses gerbang utara Masjid Dzorratul Khair atau yang biasa dikenal dengan Masjid STTN BATAN tersebut. Gerbang masjid sebelah utara yang merupakan satu-satunya pintu masuk ke masjid dari dalam kampus, kini hanya bisa dibuka pada pukul 11.30 sampai pukul 13.00 WIB dan dari pukul 15.00 sampai pukul 16.00 WIB. Di luar jam tersebut, gerbang utara tidak bisa diakses dengan leluasa. Padahal seperti yang kita ketahui, fungsi masjid selain sebagai tempat beribadah, juga berfungsi sebagai tempat berkumpul, belajar dan berdiskusi. Terlebih lagi, beranda Masjid Dzorratul Khoir selama ini sering dimanfaatkan oleh mahasiswa STTN BATAN sebagai tempat kumpul kegiatan mahasiswa seperti rapat kepanitiaan, pertemuan UKM, mentoring, dan lain sebagainya. Banyak mahasiswa STTN BATAN yang merasa dipersulit dengan adanya kebijakan tersebut karena kenyamanan dan hak-hak mereka menjadi terganggu. Seharusnya segala bentuk kebijakan yang
dibuat harus terlebih dahulu didiskusikan dengan pihak-pihak yang terdampak kebijakan tersebut. Selain dari kalangan mahasiswa, reaksi juga muncul dari kalangan staff termasuk dosen STTN, salah satunya adalah Lutfi Aditya Hasniwi, M.Sc selaku dosen Jurusan Teknokimia Nuklir. Beliau mengatakan bahwa pembatasan ini dianggap merugikan karena masjid seharusnya bisa terbuka kapan saja sehingga kebijakan tersebut perlu dikaji ulang oleh pihak yang berwenang. Beberapa opsi alternatif yang bisa diterapkan yakni dengan menerapkan sistem penjagaan dan penyaringan yang lebih ketat tanpa harus menutup secara penuh gerbang utara masjid. Sementara itu, Dr. Muhtadan, M.Eng (Ketua Jurusan Teknofisika Nuklir) juga berharap agar masjid STTN BATAN bisa kembali bisa diakses seperti sedia kala. Beliau juga mengatakan bahwa kebijakan satu pintu tersebut kabarnya dilakukan karena minimnya jumlah personel keamanan sementara segala aktivitas keluar-masuk pengunjung harus terus dipantau. Saat ditanya perihal alasan kebijakan tersebut dibuat, Pak Sukadi selaku pihak Sub PAM yang kami hubungi untuk saat ini tidak bisa memberikan keterangan atau statement apapun sebelum memperoleh izin dari Ketua BATAN. Sehingga pertanyaan yang muncul saat ini adalah mau sampai kapan kebijakan sepihak ini akan terus berlaku? (Newt)
Bagaimana pendapat kalian sebagai mahasiswa STTN BATAN tentang kebijakan pembatasan akses gerbang utara Masjid Dzorratul Khair?
“Menurut saya, (kebijakan ini) kurang tepat. Karena mahasiswa tidak dapat melakukan shalat dzuhur atau ashar di masjid ketika masih jam praktikum. Kita tidak bisa melakukan shalat dhuha jam 9 ketika di kampus. Pendapat saya, bila kita mau sholat disana, mungkin kita harus menunjukkan KTM kita kepada satpam yang menjaga masjid tersebut agar diizinkan masuk masjid.”
“Walaupun bukan lingkungan yang Islami, tapi maksudnya kita juga lingkungan bermoral. Hubungan Tuhan dengan kita itu harus ada. Jujur, ini mempersulit buat orang-orang yang mau ke masjid. Yang semula jaraknya deket harus menjadi jauh. Aku juga pernah denger kalimat bahwa “Yang memudahkan jalan ke kebaikan, maka Allah akan mempermudahkan untukmu”. Selagi masih bisa dibuka kenapa harus ditutup. Misal ditutup karena mengganggu lalu lintas ya tidak masalah ditutup. Lucu lho, cuma di kampus kita yang jalan ke masjid dekat sekarang menjadi jauh.”
“Kebijakan ini tidak tepat bagi mahasiswa karena kita tidak diberi kemudahan dalam mengakses tempat ibadah. Gerbang dibuka seminimalminimalnya selama jam kuliah sajalah. Soalnya saya pernah mau ke masjid tapi lewatnya sampai depan banget, yang jalan raya. Gerbang yang lapangan juga dikunci.”
”Menurutku sih kurang bagus, soalnya kadang mahasiswa itu kuliah paling sebentar mungkin sampai pukul 4. Ditambah lagi kalau ada kegiatankegiatan kampus yang memakan waktu hingga malam. Kan kasihan kalau mau shalat Ashar atau Maghrib harus mutar. Bagusnya sih kalau dikasih batas waktu sampai Isya. Agar mahasiswa yang masih di kampus hingga malam bisa shalat tepat waktu. Tapi kalau untuk masalah keamanan sih sah-sah aja.