Rp 35.000,-
MAJALAH BULANAN I eDISI 06 I MEI 2012
Mineral Jarang, Berebut Kunci Masa Depan Dunia
LUGAS DAN JELAS
ESDM MENGGEBU
INVESTOR MENUNGGU
ISSN : 2252-4282
9 772252 428005 global-energi.com
TRANS KONTINENTAL
Visi
Menjadi Perusahaan Bisnis Pelayaran Dan Jasa Maritim Kelas Dunia
Misi
Melaksanakan Kegiatan Bisnis Perkapalan Dan Jasa Maritim Yang Berstandar International Untuk Menghasilkan Nilai Tambah Bagi Perusahaan Dengan Mengutamakan Kepuasan Pelanggan Dan Pemangku Kepentingan Lainnya
Bidang Usaha :
..... POWERFULL, FIRST CLASS AND RELIABLE MARITIME SERVICE SEJARAH
PT Pertamina Trans Kontinental awalnya didirikan dengan nama PT Pertamina Tongkang didirikan pada tanggal 9 September 1969 di Jakarta, dengan statusnya sebagai anak perusahaan dari PT. Pertamina (Persero). Saat ini kepemilikan saham sebesar 99,99% milik PT. Pertamina (Persero) dan 0,01% milik PT. Pertamina Training & Consulting. Pada tahun 1978, PTK tidak lagi hanya melayani PT. Pertamina akan tetapi juga melayani perusahaan lainnya dan mengubah model bisnisnya menjadi perusahaan yang mencari keuntungan atau profit oriented.
Anak Perusahaan PTK telah melakukan diversifikasi usaha dalam bentuk AP dan bidang usaha :
Ship Operation Charter & Brokerage Shipping Agent Special Arrangement Administration Port Handling Freight Forwarding Custom Clearance Document Bunker Agent Offshore & Onshore Logistic Base
PT PETEKA KARYA GAPURA (FREIGHT FORWARDING& CREWING) PT PETEKA KARYA TIRTA ( WATER SUPPLY) PT PETEKA KARYA SAMUDRA (CARGO HANDLING) PT PETEKA KARYA JALA (Under Water Services/Selvage)
FASILITAS PENDUKUNG Kabil Marine Oil Base (KMOB)
Branch Offices : Belawan Bitung Dumai Batam Jambi Plaju-Palembang
Tanjung Priok Cilacap Balikpapan Surabaya Bontang-Kaltim Sorong- Papua
PT. Pertamina Trans Kontinental memiliki 42,5 ha lahan di Kabil - Pulau Batam digunakan sebagai tempat penyimpanan logistik untuk mendukung kegiatan operasional KPS yang beroperasi di Indonesia. Fasilitas yang tersedia adalah Gudang, Kompleks Perkantoran, Penyediaan Air Bersih, dan fasilitas telekomunikasi.
DAFTAR CUSTOMER Pertamina Badak LNG Chevron Pacivic Indonesia ExxonMobil Amerada Hess ConocoPhillips
www.ptk-shipping.com
Pearl Oil Star energy PetroChina Medco Eenrgy Total Fina ELF Petronas Carigali
Premiere Oil Shell Perum Pelabuhan Humpus Aromatik Rig Tenders Indonesia CNOCC Limited Kantor Pusat Jl. Kramat Raya No.29 Jakarta Pusat 10450T: 021-31923005 F:021-3106804
global energi I EDisi 06 I MEI 2012 I 3
SALAM REDAKSI Pemimpin Umum : Dr.Ibrahim Hasyim Wakil Pemimpin Umum : Ir. Tina Murti Agustini,MM Pemimpin Redaksi : Erfandi Putra Redaktur Pelaksana : Agung Kusdyanto Redaktur : Gatot Susanto Corporate Secretary : Makinda TS Dewan Redaksi 1. Prof. Ir. Mukhtasor, M. Eng. Ph.D 2. Dr. Hanggono T. Nugroho 3. Dr. Ir.A.Buana Ma’ruf MSc 4. Ir. Tri Achmadi Ph.D 5. Dr. Zuhdan Ahmad Fathoni 6. Ir. Gusrizal MSc Reporter Surabaya : Yopi Widodo Jakarta : Djauhari Effendi Bandung : Adam Permasa Jogjakarta : Sita Kumalasari Jambi Muhammad Alwi Kaltim : Danang Agung Luar Negeri Singapura : Ir.Muhammad Abdu Belanda : Ir.Rangga Raditya,MSc Fotografer Yudhi Dwi Anggoro Desain : Supri koewoong Keuangan : Heni Sulistyowati Sirkulasi : Safri Hamdani M. Zacky E. Faisal Prapanca Putra Iklan : Pudja Caturwangi Alamat: Jl. Cipta Menanggal VI/7 Surabaya Telepon: 031- 828 1712, Fax 031-827 0385 Email : Media@global-energi.com Penerbit: PT.Prima Nadia Gravia
4 I global energi I EDisi 06 I MEI 2012
Widjajono yang Brilian Indonesia kehilangan tamina. Seperti diketaseorang ahli perminhui, produk campuran yakan. Tepat pada Sabtu antara Premium dan (21/4) Wakil Menteri Pertamax itu pernah ESDM Widjajono Pardiusulkan Almarhum towidagdo berpulang Widjajono yakni Preke Rahmatullah di saat mix dengan Ron 90 dan melakukan pendakian di diusulkan harganya Rp Gunung Tambora, Sum7.250 per liter. bawa NTB. Rasanya, gagasan Dr.Ibrahim Hasyim Kami memberikan cemerlang lainnya dari Pemimpin Umum apresiasi kepada alalmarhum memang marhum yang dengan sepatutnya untuk gigih terus memberikan sumbangmenjadi kajian bersama, terutama sihnya kepada negara ini. Berbagai instansi-instansi yang mempunyai pemikiran yang berkaitan dengan kepentingan dengan energi. Alamencari solusi bahan bakar sannya, gagasan tersebut orsinil minyak (BBM) bersubsidi telah dan tidak didasari oleh kepentiditelorkan. Pemikiran-pemikiran ngan. yang brilian sangat perlu untuk Jadi, kalau almarhum semasa ditindaklanjuti. menjadi Wamen sering bersuara Sebelum meninggal, almarhum lantang rasanya harus dimaklumi. banyak menelurkan gagasan baru Mengapa? Karena beliau menyuberkaitan dengan subsidi BBM. arakan suatu gagasan cemerlang, Dalam tulisan-tulisan pribadinya dan sekali lagi tidak didasari terkait penghematan energi, sebuah kepentingan. almarhum punya banyak gagasan. Gagasan almrhum untuk segera Dari sekian gagasan-gagasan itu, memanfaatkan energi alternatif, hingga kini belum terealisasi, najuga sudah sepatutnyalah dipikirmun patut dipertimbangkan oleh kan. Minyak rasanya sudah masa pemerintah. lalu. Mari kita memikirkan energi Langkah almarhum yang beralternatif untuk menyongsong sikukuh bahwa subsidi BBM lebih masa depan yang lebih cemerlang. diutamakan untuk yang membuDi sisi lain, kami masih teringat tuhkan. Penghematan pemakaian saat bersama almarhum, Dirjen energi bisa dilakukan dengan Menkoinfo dalam suatu talkshow teknologi, penggunaan transporta- di sebuah acara di TVRI (3). Betapa si umum maupun memakai energi sederhananya beliau. Saya sempat non BBM yang lebih murah dan melihat bagaimana beliau membtersedia di dalam negeri. etulkan tali sepatunya. Gagasan tersebut di antaraPembaca yang Budiman. nya, perlu peraturan bahwa PerMulai edisi ke-6 ini Majalah tamax wajib untuk mobil pribadi Global Energi, mungkin agak 1.500 cc ke atas. Perlu peraturan terlambat diterima pembaca. Hal bahwa premium hanya untuk ini semata-mata redaksi ingin angkutan umum dan sepeda memberikan berita-berita yang motor. Penggunaan tabung LPG faktual. Pasalnya, beberapa bulan 3 kg untuk nelayan melaut perlu terakhir ini kerap kali kebijakan disebarluaskan. Memaksimalkan pemerintah yang diumumkan pemanfaatan batubara, panas diakhir bulan. bumi, air, bioenergi untuk listrik Ini yang mendasari kami untuk dengan diatasi kendala-kenduntuk “menutup” naskah di akhir alanya. bulan, sehingga setiap tanggal 1 Salah satu gagasan almarhum sudah masuk cetak, dan minggu yang segera diwujudkan, yakni pertama sudah selesai cetak, premix. Produk ini dalam waktu selanjutnya langsung diedarkan ke dekat akan diluncurkan oleh Perpelanggan di seluruh nusantara.
Surat pembaca Segera Akhiri Ketidakpastian BBM Pemerintah sepertinya kebingungan. Sebelumnya pernah mengajukan opsi pembatasan BBM bersubsidi dengan tata cara teknis yang ribet akhirnya tidak jadi. Lalu terakhir mengajukan kenaikan harga Rp 1.500 melalui APBN-P 2012, DPR kembali “mementahkan� dengan prasyarat prediksi jika harga pasar internasional naik sekitar 15%, maka pemerintah dapat memutuskan untuk menaikkan harga BBM tersebut. Nah, ketika “bola� ada di pemerintah saat ini, tiba-tiba muncul lagi ide pembatasan dengan menggunakan tolok ukur jenis cc mesin mobil tertentu. Namun usulan ini masih sumir karena terbentur perdebatan ukuran cc mesinnya. Ada yang mengusulkan mesin mobil di atas 1.500 cc wajib menggunakan BBM non subsidi (pertamax), tapi ada pula yang mengusulkan di atas 2.000 cc yang layak menggunakan pertamax. Pilihan ini masih jadi perde-
batan di pemerintah sendiri. Lantas mengapa pemerintah terkesan tidak berani menaikkan harga seperti yang sudah disepakati DPR waktu lalu? Kita minta pemerintah jangan bermain spekulasi terkait dengan kebijakan harga. Karena apabila harga BBM benar-benar meningkat maka akan terjadi peningkatan berantai yang dimulai dari peningkatan biaya transportasi. Akibatnya, bahan baku dan akhirnya upah pekerja tentu akan meminta disesuaikan. Naufal Saka Griya Mahasiswa Unibraw, Malang
Perlu Rubrik Profil Pengusaha Saya membaca Majalah Global Energi pada edisi III dan IV. Selain memuat isu kekinian berkaitan dengan BBM. Majalan ini kiranya juga memuat berita yang berkiatan tambang dan mineral, walaupun volumenya masih sangat sedikit dan perlu ditambah.
Sebagai usual untuk mengetahui usaha-usaha pendukung apa saja yang berkaitan dengan usaha migas dan tambang, kiranya perlu juga dimuat perusahaan atau profil pengusaha dalam negeri yang bergelut di bidang migas dan tambang, baik itu skala besar, menengah atau pun kecil. Sugeng Prabowo, Pengajar di Balikpapan
Majalah Peduli Sumber Energi Setelah saya membaca beberapa edisi Majalah Global Energi, kemasannya menarik serta bahasan beritanya cukup aktual. Dan saya melihat Global Energi merupakan salah satu majalah yang perduli dengan sumber energ1. Sebab berbagai rubric yang diturunkan selalu menyajikan berbagai potensi sumber non konvensional atau alternatif di Indonesia. Ir Sri Winanto Karyawan PT Dirgantara Indonesia Bandung
global energi I EDisi 06 I MEI 2012 I 5
daftar isi KILAS ENERGI .......................................................................8
Jatim Selatan Minim Infrastruktur...........................28 REGULASI
ESDM MENGGEBU
INVESTOR MENUNGGU Terang di Negeri Tetangga, Byar Pet di Negeri Sendiri..................................................30 KOLOM
LAPORAN UTAMA
Industri Cold Bed Methane (CBM) atau Gas Metana Batubara (GMB) sebagai salah satu energi alternatif menggantikan migas di masa depan ternyata baru tumbuh di Indonesia dalam satu dekade terakhir. Perkembangannya pun amat lamban. Meski investornya mencapai 50 KKKS, namun hanya segelintir yang sudah operasional. Mengapa?
Paradoks Baru Itu Bernama Impor Listrik ............................................................... 36
NASIONAL
Kita mengenal kosakata paradoks, untuk menggambarkan keanehan kejadian yang seharusnya tidak terjadi. Dalam bidang energi, paradoks itu juga kita amati. Kenyataan-kenyataan unik dalam hal diversifikasi dan konservasi energi adalah paradoks lama; dan terus berlangsung hingga sekarang. Belum sempat ada tanda-tanda perbaikan akan berhasil, kini muncul lagi wacana - atau malah sudah menjadi rencana untuk impor listrik.
Kekayaan Tambang di Selatan Jatim
KETENAGALISTRIKAN
Mulai Diincar ....................................................................................24
Mendulang Untung Layanan Premium ...................38
Menjadi wilayah ketiga terbesar di Indonesia sebagai penghasil migas nasional membuat Jatim dilirik memiliki potensi tambang lain. Wilayah selatan Jatim diprediksi memiliki kandungan tambang yang cukup menggiurkan. Seperti apa potensi tambang wilayah Selatan Jatim ?
OFFSHORE
CBM dan Unconventional Gas .................................. 18 Tumpang Tindih Izin Ganjal Pengembangan CBM ..............................................................20 ‘Kami Siap Beli, Tapi Kontrak Minim 5 Tahun’ ...............................................................................22
Desir ‘Khawatir’ Pasir Besi ................................................26
6 I global energi I EDisi 06 I MEI 2012
Tergoda “Nyonya Tua” Blok Mahakam......................40 GLOBAL
Pemimpin Bernyali, Menasionalisasi Migas .......................................................................42
INOVASI
Air Seni untuk Energi........................................................................70 LINGKUNGAN
Putusan Limbah Newmont B ukan Akhir Segalanya...............................................................72 SENGGANG
Suka Kecantikan dari Dalam..........................................74 LNG
Berebut Kunci Masa Depan Dunia ............................. 44
Fix Terminal LNG Perlu Dibangun............................76
LTJ Indonesia Belum Dimanfaatkan ......................48
Papua Menunggu Langkah Investor......................78
WISATA
Dari Masalah Insentif hingga
Pesona GEOWisatadi Jabar ....................................................49
Kelayakan Teknis .........................................................................80
Berminat wisata khusus tentang kebumian atau geowisata, maka tak salah jika Anda memilih di Jawa Barat dan Banten. Sebab di kawasan itu sedikitnya ada 13 lokasi geowisata yang berkisah tentang proses kekuatan alam sejak ratusan juta tahun silam hingga sekarang
KAMERA GE
Memacu Adrenalin Menuju Offshore..................82 TEKNOLOGI
Mengenal Teknologi FSRU .................................................84
KORPORASI
FIMM Pertamina Kembangkan BBM Marine MFO 380 dan MGO-5...................................... 52 ‘Air’ Hemat BBM Terus Digalakkan ..........................................56 Mesin Perahu Berbahan Bakar Air...................................... 58
Pacu Kapasitas Nasional
TPPI, Direstrukturisasi
di Tengah Dominasi Asing .................................................86
ataukah Diambilalih? .....................................................................60
PERTAMBANGAN
Produksi Migas Japalu terus digenjot....................63 Menunggu Potensi Migas di NTT ...............................65
PE Tambang,
ORBITUARI
Menggapai Mimpi Kedaulatan Energi.................90
Selamat Jalan Prof. Energi! ................................................66
Ongkos Ketidakpastian Aturan
NEWSMAKER
BBM Kian Mahal............................................................................94
Diancam dan Diusir Tetap Tenang......................................68
Mengapa Pakai Sistem PSC..................................................97
Buah Kesalahan Kebijakan? ............................................89
global energi I EDisi 06 I MEI 2012 I 7
KILAS ENERGI
Sektor pertambangan Indonesia tetap menjadi unggulan investasi.
Investasi Pertambangan Masih Primadona Sektor pertambangan masih menjadi investasi yang paling diminati dalam penanaman modal asing (PMA). Investasi asing di tambang tercatat 1,1 miliar dollar AS lebih tinggi dibanding investasi sektor lain. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Gita Wirjawan mengatakan, setelah sektor pertambangan disusul sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi sebesar 800 juta dollar AS, tanaman pangan dan perkembunan 500 juta dollar AS, industri logam dasar, logam, mesin dan elektronik 500 juta dollar AS dan alat angkut dan transportasi lainnya 400 juta dollar AS. Berdasarkan asal negara PMA, investasi tertinggi berasal dari Singapura sebesar 1,2 miliar dollar AS. Disusul Jepang 600 juta dollar AS, Korea Selatan 500 juta dollar AS. Selanjutnya British Virgin Island 300 juta dollar AS dan Belanda 300 juta dollar AS. Sedangkan realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) tertinggi disektor pertambangan sebesar Rp5,8 triliun, industri kimia dasar, barang kimia dan farmasi Rp2,5 triliun, tananaman pangan dan perkebunan senilai Rp 2,3 triliun, industri kertas, barang dari kertas dan percetakan sebesar Rp1,6 trilun dan dari sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi Rp1,4 triliun. Realisasi PMDN berdasarkan lokasi proyek, Jawa Timur Rp 3,8 triliun, DKI Jakarta Rp 3,1 triliun, Kalimantan Timur Rp 2,3 triliun, Sumatra Utara Rp 1,4 triliun dan Kalimantan Tengah Rp 1,4 triliun.jef
Wilmar Produksi Olefin Bahan Bakar Jet PT Wilmar Nabati Indonesia akan mulai merealisasikan produksi olefin untuk campuran bahan bakar jet pada kuartal terakhir tahun 2012. Anak usaha Wilmar Group ini telah mengeluarkan dana sekitar 70 juta dollar AS sampai 80 juta dollar AS sejak Desember 2011 lalu untuk membangun pabrik biorefinary penghasil olefin. Taufik Tamin, Direktur Eksekutif Wilmar Nabati Indonesia mengatakan, olefin menjadi salah satu bahan baku yang bisa disubstitusikan sebagai bahan bakar jet. “Selama ini produksi olefin untuk bahan bakar jet baru dilakukan
8 I global energi I EDisi 06 I MEI 2012
di laboratorium, baru Wilmar yang melakukan dalam skala industry di dunia,” katanya. Olefin untuk bahan bakar jet dihasilkan dari pengolahan inti sawit atau kernel. Berkapasitas 500 ton per hari, pabrik biorefinary yang akan diselesaikan Wilmar selain menghasilkan olefin juga menghasilkan biodiesel. Untuk tahap pertama Wilmar Nabati akan menggandeng PT Pertamina untuk memasarkan produk bahan bakar nabatinya tersebut. Selain akan menggandeng Pertamina, perusahaan ini dalam pengembangan bahan bakar jet juga telah bekerjasama dengan Elevance Renewable Sciences Inc. asal Amerika Serikat (AS) sejak 2010 lalu. Menurut Taufik, langkah Wilmar Nabati mengembangkan bahan bakar jet dari kelapa sawit dilakukan setelah perusahan ini membeli penemuan dari seorang peneliti penerima nobel ilmu pengetahuan, Robert H Grubbs pada tahun 2005. “Pasar energy terbarukan sangat besar, apalagi saat ini cadangan minyak bumi dunia juga semakin tipis,” katanya. Ia menambahkan, olefin untuk bahan bakar jet menjadi bagian dari sejumlah ekspansi yang akan dilakukan Wilmar Nabati dalam beberapa tahun ke depan. Selain mengembangkan wilayah pabriknya di Gresik yang dulunya seluas 75 hektare menjadi sekitar 100 hektare dalam dua tahun ini, Wilmar Nabati juga akan meningkatkan produksi biosolar dari 2.000 ton per tahun menjadi 3.000 ton per tahun pada 2012. Pengembangan wilayah pabrik diperlukan karena kapasitas produksi minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan turunannya dari Wilmar terus melonjak. Sampai 2030, Wilmar Nabati mentargetkan produksi CPO dari 22 juta ton pada tahun ini menjadi 50 juta ton. “Gresik dipilih karena dekat dengan pasar juga bahan baku CPO dari Kalimantan,” katanya.ins
KPBB Gugat Transparansi soal BBM Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB) beserta sejumlah elemen masyarakat akan menggugat Presiden dan pihak Pemerintah lainnya terkait adopsi teknologi kendaraan bermotor berstandar Euro 2 yang seharusnya diikuti dengan pemasaran bahan bakar minyak (BBM) beroktan tinggi. “Kalau produksi kendaraan dari tahun 2007 ke sekarang sudah Euro 2, tapi BBM-nya belum sejalan,” sebut Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB), Ahmad Safrudin, di Jakarta, Senin (30/4). Ia menjelaskan, menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 141 Tahun 2003 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Dan Kendaraan Bermotor Yang Sedang Diproduksi, Pemerintah telah mengadopsi teknologi kendaraan bermotor berstandar Euro 2 sejak tahun 2007. Dengan itu, seharusnya BBM yang dipasarkan di Indonesia beroktan minimal 91-92. Namun, BBM yang dipasarkan sekarang ini masih ada premium yang beroktan 88. “Minimal oktan 91 atau 92 dengan kadar belerang maksimal 500 ppm, benzene maksimal 5 persen, dan kadar olefin maksimal 18 persen,” tegas Ahmad. Lalu, KPBB juga akan menggugat transparasi pemerintah dalam hal penetapan harga pokok produksi BBM bersubsidi. Pemerintah dianggap tidak mengetahui catatan riil mengenai biaya itu. “Karena pemerintah tidak memperoleh catatan yang riil tentang kondisi harga BBM, Menteri Keuangan Agus
Martowardojo tidak tahu persis perbandingan harga BBM di setiap negara,” tambahnya. Terhadap hal ini, kata Ahmad, KPBB akan melakukan citizen lawsuit terhadap Presiden, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Menteri Keuangan dan Pertamina. Rencananya berkas gugatan akan dimasukkan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin (8/4) setelah mengumpulkan bukti-bukti yang cukup. Karena itu KPBB menilai wajar bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dipasarkan dengan harga Rp 4.500 per liter. Ini dilihat dari spesifikasi dan kualitas dari BBM tersebut yang rendah. “Bulan Maret lalu kita dininabobokan oleh Menteri Keuangan Agus Martowardojo untuk mendukung rencana kenaikan harga premium. Menteri Keuangan menyatakan bahwa harga premium kita terendah di antara harga bensin di negara-negara Asia,” ujar Ahmad.jef
Juni, Santos Shutdown Lapangan Oyong Santos Indonesia berencana menghentikan operasi sementara (temporary shutdown) Lapangan Oyong. Penghentian operasionalisasi lapangan penghasil minyak dan gas ini akan dilakukan sekitar Juni 2012 mendatang. Manager OperasioLapangan Oyong yang berhenti semantara. nal Santos Indonesia, Jhon Ginting mengatakan, shutdown akan dilakukan selama tujuh hari. Shutdown terpaksa dilakukan karena perusahaan melakukan perawatan dan penggantian gas turbin. “Shut down dilakukan dalam rangka perawatan untuk terus menjamin pasokan gas kepada konsumen kami,” ujar John di Jakarta, Kamis (26/4). Meski terjadi shutdown, John menjamin tidak akan mengganggu kegiatan operasi pelanggan Santos. Sebab, Santos sudah mensikronkan program operasional dengan PT Indonesia Power (anak usaha PT PLN) selaku pembeli gas milik Santos. Menurut John, PT Indonesia Power berencana untuk memadamkan pembangkitnya pada waktu yang sama. “Kami akan bicara bagaimana mensikronkan operasi,” jelas Jhon. Saat ini, proyek perluasan lapangan Oyong (Oyong infill) di Blok Sampang sudah berproduksi sejak Februari 2012. Rampungnya instalasi kedua anjungan mempernjang usia ekonomi gasilitas Oyong, sehingga bisa lebih optimal. Saat ini, lapangan Oyong menyemburkan minyak sebesar 3.500 barel oil per day (BOPD). Sedangkan produksi gas di lapangan ini mencapai 30 British thermal unit per hari (BBTUD).jef
Investasi Eksplorasi Migas Diprediksi 21 Miliar Dollar Investasi untuk ekplorasi dan produksi minyak dan gas (migas) tahun ini diprediksi mencapai angka 21 miliar dollar
AS yang ditandai dengan dominasi proyek eksplorasi laut lepas. Demikian disampaikan Director Energy & Power Systems Forst & Sullivan Subbu Bettadapura, pecan lalu.”Eksplorasi dan produksi laut dalam penting bagi Indonesia guna meningkatkan produksi migas dalam negeri. Untuk mendukung pertumbuhan itu kita perkirakan pengeluaran eksplorasi dan produksi akan mencapai 21 miliar dollar AS di 2012, dengan tingkat pertumbuhan 23,5%,” kata Subbu. Ia mengatakan, Indonesia memiliki 3,18 triliun meter kubik cadangan gas dan merupakan salah satu negara yang berada di peringkat atas dalam hal cadangan gas. Selain itu, Indonesia merupakan salah satu eksportir utama gas alam ke pasar-pasar utama di dunia. Namun, Indonesia masih dihadapkan pada kenyataan akan banyaknya ladang minyak yang telah menua dan menipisnua cadangan minyak. “Satu-satunya adalah dengan menemukan lebih banyak cadangan gas melalui peningkatan investasi ke sektor hulu,” ujar Subbu. Beberapa proyek utama sektor hulu yang akan menjadi andalan adalah Lapangan Gas Jangkrik, yang diharapkan dapat mulai produksi 2015. Lapangan Gas Gehem, Gendalo yang dikembangkan oleh Chevron ditargetkan untuk mulai berproduksi 2016 dan pengembangan Lapangan Gas Abadi yang diperkirakan berproduksi pada 2018. “Masih banyak blok-blok lepas pantai dengan cadangan gas potensial yang belum dieksplorasi, padahal Indonesia memiliki masa depan yang menjanjikan terkait penemuan migas laut dalam untuk kawasan Asia Tenggara dan berpotensi untuk memenuhi permintaan akan gas alam baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang kini tengah tumbuh,” pungkasnya. jef
GE/Muhid Peluncuran varian terbaru Suzuki Ertiga di Ciputra World, Minggu lalu.
Suzuki Targetkan Jual Ertiga 50 Ribu Unit/Tahun Pangsa pasar mobil Multi Purpose Vehcile (MPV) kelas bawah jelas bakal semakin sesak. Ini tak lain karena PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) meluncurkan Suzuki Ertiga. Pasar low MPV sendiri sebelumnya dikuasai duet Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia, serta Nissan Grand Livina. Suzuki cukup pede untuk menggoyang dominasi Avanza dan Xenia. Total pasar MPV tahun lalu mencapai 370. 133 unit. Dari jumlah itu, pangsa pasar low MPV mencapai 292.3210 unit. Sementara Avanza berhasil meraup 162.367
global energi I EDisi 06 I MEI 2012 I 9
unit dan Xenia mencapai 66.835 unit. Suzuki sendiri berharap 50.000 unit Suzuki Ertiga berhasil terjual per tahun. Sekedar diketahui, Ertiga sendiri sudah dipesan 6.000 unit secara nasional. “Ternyata di Jatim, Suzuki Ertiga ini sudah dipesan 780 orang. Karena itu kita berharap bisa memenuhi target penjualan,” ujar Prabowo Liegangsaputro, Direktur PT United Motors Center, di sela peluncuran Suzuki Ertiga di Surabaya, pekan lalu. Ertiga sendiri memiliki kapasitas mesin 1.400 cc akan meramaikan pasar MPV low yang selama ini hanya diisi Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia. Ertiga memiliki dapur pacu empat silinder segaris (inline), 16 katup dan berdaya maksimum 95 PS per 6.000 rpm. Ertiga ditawarkan dalam tiga pilihan yakni tipe GA dengan harga Rp 145.700.000, tipe GL berharga Rp155.700.000 dan tipe GX senilai Rp 167.700.000. Ertiga menggunakan platform Swift generasi kedua, hanya lebih panjang dengan dimensi 4.265 mm (p), 1.695 mm (l), tinggi (1.685 mm) dan sumbu roda 2.740 mm. Tak heran, bagian depan MPV 7 penumpang dengan susunan jok tiga baris ini mirip Swift. Bentuk bodinya terlihat proposional karena bagian front end sampai roof end menyatu. Sebagai mobil keluarga, interior Low MPV ini terlihat nyaman dan hangat dengan warna beige dan coklat yang terpadu apik. Bentuk jok penumpang didesain tinggi sehingga sudut pandang lebih baik dan terasa lebih lapang. Ia menyebutkan, tipe Suzuki Ertiga yang paling banyak diminati adalah tipe GX. Penyuka tipe GX setidaknya mencapai 55 persen. Berikutnya tipe GL disuka 45 persen dan sisanya memilih tipe GA. Namun, para peminat yang akan memiliki Suzuki Ertiga harus bersabar. Sebab mobil ini baru bisa dinikmati tiga bulan mendatang. Marketing Managing Director, PT Suzuki Indomobil Sales, Seiji Itayama menuturkan, minat masyarakat terhadap mobil jenis low MPV cukup tinggi. Meski demikian, Suzuki menyadari persaingan segmen di level low MPV cukup berat. Apalagi Xenia dan Avanza telah eksis sejak 2004. “Kami sangat berharap pasar Suzuki bertumbuh dengan kehadiran Ertiga. Namun, sejauh ini kami belum berpikir untuk menjadi nomor satu pada segmen low MPV. Kami hanya ingin membangun kepercayaan konsumen menjadi lebih kuat dengan kehadiran Ertiga,” tuturnya. Tahun lalu, kontribusi penjualan terbesar dipegang oleh Suzuki Carry, kemudian diikuti oleh Suzuki APV di segmen low MPV, selanjutnya Mega Carry di segmen pick up, Swift di segmen hatchback, dan Suzuki Splash. Ertiga diharapkan bisa menyumbangkan kontribusi terbesar kedua di bawah Carry dan APV. Yop
PLN Akan Teken 11 PPA Panas Bumi PT PLN akan meneken 11 perjanjian jual beli listrik atau power purchase agreement (PPA) panas bumi sepanjang tahun ini. Penandatanganan ini menyusul persetujuan pemerintah memberikan jaminan proyek listrik panas bumi. Kepala Divisi Energi Terbarukan PLN Muhammad Sofyan mengatakan, surat penugasan pembelian listrik untuk kesebelas proyek panas bumi tersebut telah diberikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. “Kesebelas proyek panas bumi itu rencananya akan menghasilkan 1.226 megawatt (MW),” katanya. PPA proyek panas bumi yang akan segera ditandatangani, yaitu PLTP Sokoria di Flores 1 x 30 MW, PLTP Tangkuban Perahu II di Jawa Barat 2 x 30 MW, PLTP Rantau Dadap
10 I global energi I EDisi 06 I MEI 2012
GN PLN akan banyak memanfaatkan energi panas bumi
di Sumatera Selatan 2 x 110 MW, dan PLTP Rawa Dano di Banten 1 x 110 MW. Kemudian, PLTP Ungaran 1 x 55 MW, PLTP Guci 1 x 55 MW, dan PLTP Baturaden 2 x 110 MW di Jawa Tengah serta PLTP Cisolok Cisukarame 1 x 50 MW dan PLTP Tampomas 1 x 45 MW di Jawa Barat. Terakhir, PLTP Wilis/Ngebel 3 x 55 MW dan PLTP Ijen 2 x 55 MW di Jawa Timur. Menurut Sofyan, PPA beberapa di antara proyek tersebut akan segera teken diteken pada semester pertama tahun ini. Tim PLN sedang memfinalisasi negosiasi kontrak dengan pengembang panas bumi. “Kemungkinan yang akan segera selesai adalah PLTP Rantau Dadap yang juga merupakan proyek PT Supreme Energy,” ujarnya. Untuk PLTP Rantau Dadap, PLN berharap negosiasi bisa segera rampung karena bisa mengikuti hasil negosiasi dua pembangkit sebelumnya. Apalagi, harga listrik dari pembangkit ini masih di bawah patokan pemerintah 9,7 sen dollar AS/kWh, yaitu 8,6 sen dollar AS/kWh. Sehingga, PLN dan Supreme tinggal membahas 53 klausul kontrak untuk menghindari masalah di depan. Sebelumnya, PLN telah meneken PPA dengan Supreme Energy untuk PLTP Muara Labouh 2 x 110 MW dan PLTP Rajabasa 2 x 110 MW. Listrik dari kedua pembangkit dibeli seharga 9,4 sen dollar AS per kilowatt hour (kWh) dan 9,5 sen dollar AS/ kWh.Tiga pembangkit lain yang juga akan segera teken PPA di semester satu adalah PLTP Ungaran yang digarap PT Giri Indah Sejahtera, PLTP Sokoria dan PLTP Wilis yang dikelola PT Bakrie Power. “Negosiasi kontrak jual beli dengan kedua pengembang ini sudah sangat insentif,” kata Sofyan. Harga listrik PLTP Ungaran diperkirakan sekitar 8,09 sen dollar AS/kWh, sementara PLTP Sokoria 13,8 sen dollar AS/ kWh, dan PLTP Wilis/Ngebel 7,55 sen dollar AS/kWh. Hingga saat ini, PLN telah menandatangani perjanjian jual beli listrik untuk tiga wilayah panas bumi baru, yaitu PLTP Muara Labouh, PLTP Rajabasa, dan PLTP Atadei. Ketiganya diharapkan bisa menghasilkan listrik 442,5 MW. Indonesia memiliki potensi panas bumi mencapai 29 ribu MW. Pemanfaataan listrik panas bumi hingga tahun lalu baru sebesar 1.206 MW. Sebelumnya, menurut data Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, panas bumi yang dipakai sebagai listrik baru sebesar 1.189 MW. Namun, terdapat penambahan sebesar 17 MW setelah ada optimalisasi turbin di PLTP Darajat dan PLTP Salak. Sehingga kapasitas terpasang PLTP menjadi 1.341 MW setelah ketiga PLTP beroperasi. ins
LAPORAN UTAMA
ESDM MENGGEBU
INVESTOR MENUNGGU
Industri Cold Bed Methane (CBM) atau Gas Metana Batubara (GMB) sebagai salah satu energi alternatif menggantikan migas di masa depan ternyata baru tumbuh di Indonesia dalam satu dekade terakhir. Perkembangannya pun amat lamban. Meski investornya mencapai 50 KKKS, namun hanya segelintir yang sudah operasional. Mengapa? Oleh: Djauhari Effendi
global energi I EDisi 06 I MEI 2012 I 11
LAPORAN UTAMA edio April lalu Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) menggelar hajatan besar, konferensi internasional IndoCBM. Ini merupakan kegiatan serupa yang keempat kalinya bagi IATMI sejak pada 2006 menggelar konferensi mengenai CBM atau gas metana batubara untuk pertamakalinya. Kali ini tema yang dipilih ‘Indonesia’s Energy: Key to Sustainable Growth’ . Ketua OC IndoCBM 2012 Bambang Ismanto mengatakan, tema ini sejalan dengan pemikiran memenuhi kebutuhan energi dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia diperlukan energi yang besar dan berkesinambungan.”Dengan potensi resource yang besar diharapkan CBM akan menjadi pendukung utama pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan,” kata Bambang yang juga Vice President Vico Indonesia itu. Dalam perhelatan IndoCBM kali pertama (2006) di Indonesia belum banyak yang menyadari potensi sumber daya energi ini. Prakarsa IATMI itu dianggap membukakan mata kalangan migas Indonesia terhadap sumber daya energi yang sebenarnya sudah lama dikenal dunia itu. Ketika itu, konferensi bertema ‘A Future Alternative Energy for The Region’ yang lebih bersifat memperkenalkan CBM sebagai sumber energi alternatif. Saat itu Indo CBM membahas tiga aspek mendasar, yaitu aspek teknis, peraturan dan perundangan, serta commerciality atau potensi ekonomi CBM. Konferensi selama dua hari saat itu menyimpulkan adanya tiga kendala yaitu, belum adanya peraturan, infrastruktur dan kepercayaan. Ketika itu makin jelas kalau CBM masuk dalam kategori migas dan kegiatannya dikelola BP Migas. Sementara pengembangannya dilaksanakan oleh perusahaan di bawah kontrak bagi hasil. Konferensi berikutnya berlangsung di tahun 2008 dengan pilihan tema ‘Embarking Indonesia’s CBM Opportunities and Development : Leveraging Best World Practises & Experiences’. Kegiatan yang merupakan tahap lanjutan itu mempertemukan para pelaku CBM internasional yang berpengalaman untuk berbagai ilmu dan pengalaman guna mengembangkan potensi CBM Indonesia dan menyadari tantangan-tantangan yang ada. Tahun 2010 berlangsung IndoCBM berikutnya dengan tema ‘Indonesia’s CBM Development: Time to Deliver’. Konferensi diarahkan kepada regulasi dan kebijakan serta guidline dalam pengembangan upstream dan downstream CBM di Indonesia. Pada
M
12 I global energi I EDisi 06 I MEI 2012
saat itu, Indonesia telah memasuki era baru dengan kesiapan para operator untuk memproduksi CBM. Sedangkan dalam ajang Indo CBM 2012 sudah lebih maju lagi dengan ditandatanganinya, delapan blok CBM. Dus, penandatangan kedelapan blok tersebut melengkapi 42 kontrak kerja sama blok CBM yang sudah ditandatangani sejak 2002. Ke-42 KKKS tersebut 17 berlokasi di Sumatera dan 25 lainnya di Kalimantan dan Jawa. Indonesia memiliki potensi CBM sebesar 453,3 triliun kaki kubik dalam 11 cekungan yang sebagian besar berada di Sumatera dan Kalimantan. Adapun dari delapan blok CBM yang ditandatangani tersebut empat blok di antaranya melalui lelang penawaran langsung 2011. Yaitu GMB Bangkanai I (PT Bangkanai CBM Energi), GMB Bangkanai II (PT Borneo Metana Energi), GMB Kuala Kapuas II (PT Bina Mandiri Energi), dan GMB West Sanga Sanga I (PT San-
ga Sanga Energi Prima). Sementara itu untuk penawaran langsung tahun 2011 pada tumpang tindih eksisting migas dan KP batubara (Permen No. 33/2006) ada 4 GMB, yaitu GMB Air Komaring (Konsorsium Baturaja Energi-PT Anugrah Persada Energi), GMB Benakat I (Konsorsium PT Pertamina Hulu Energi Metana Sumatera 3 (PHE Metra dan PT Prima Gas Sejahtera), GMB Benakat II (Konsorsium PT Pertamina Hulu Energi Metana Sumatera 6 (PHE Metra 6) dan PT Petrobara Sentosa), dan GMB Benakat III ((Konsorsium PT Pertamina Hulu Energi Metana Sumatera 7 (PHE Metra 7) dan PT Unigas Geosinklinal Makmur. Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita Legowo menjelaskan, kontrak penandatanganan CBM ini merupakan kontrak penggarapan gas yang berbeda dengan penggarapan gas biasa. Pasalnya, dalam kontrak penggarapan CBM, sudah bisa ditemukan dan dihasilkan gas, meskipun tahap eksplorasinya be-
LAPORAN UTAMA vensional). Karena ketersediaan masih terbatas,” ujarnya.
Butuh 2.000 Sumur
GN Aktivitas pengeboran CBM yang padat modal dan teknologi.
lum selesai. “CBM beda, meskipun dia masih eksplorasi, masih dewatering. Kan waktu itu kita pertama 2008, ini baru 2012, tetapi 2011 kita bisa produksi walaupun kecil. Tapi lumayanlah, bisa menghasilkan 0,03 MMSCFD saja kan sudah bisa menghasilkan 100 MW,” katanya. Meski baru menghasilkan gas yang kecil, Evita menyambut baik hasil dari eksplorasi CBM ini. Bahkan, gas yang dihasilkan dari CBM ini ada yang sudah dibeli PLN untuk menghasilkan listrik. Gas CBM ini didapat dari lapangan Vico. “Roadmap CBM dari pemerintah sendiri di 2015 target kita minim 500 MMSCFD,” kata Evita. Adapun harga gas yang disepakati dari pengembangan CBM ini sebesar 7,5 dollar AS per MMBTU. “Jadi memang lebih mahal dari gas biasa (kon-
Produksi CBM sendiri baru mulai tahun ini dari 3 KKKS dengan dimulainya test gas dari PT Medco, PT Vico, Sangata/PHE dengan produksi masing-masing 1, MMSCFD, 11,5 MMSCFD dan 1 MMSCFD atau maksimal 3 MMSCFD. Untuk diketahui, 1 MMSCFD setara dengan 2,5 megawatt yang cukup untuk menerangi 400 KK (Kepala Keluarga). Namun pemerintah dalam hal ini BP Migas selaku regulator pelaku CBM memiliki target agresif, 500 MMSCFD pada 2015. Sampai akhir 2011, sumur yang sudah dibor baru mencapai 35 sumur yang mencakup tahap pilot, boring dan testing. Ambisi mencapai target agresif itu coba dituangkan dalam target 2012 dimana diharapkan ada 74 sumur pilot, 84 sumur boring dan 34 sumur testing. Dengan target 500 MMSCFD dibutuhkan sebanyak 2.000 sumur. Artinya tiap tahun harus ada 400 sumur yang dibor dengan 20 rigs. Selanjutnya tahun 2020 bisa mencapai 1.000 MMSCFD , dan 1.500 MMSCFD ketikia memasuki tahun 2025. Saat ini produksi CBM di Indonesia terbilang masih minim lantaran masih dalam proses eksplorasi dan tahap dewatering. Padahal prospek CBM sangat baik sebagai energi alternatif pengganti migas. Walaupun bahan baku CBM adalah gas juga tapi potensinya sangat besar di Indonesia. Menyangkut potensi ini, cadangan CBM di Indonesia sebesar 450 TCS dan tersebar dalam 11 basin. Potensi terbesar terletak di kawasan Barito, Kalimantan Timur, yakni sekitar 101,6 TCS. Disusul oleh Kutai sekitar 80,4 TCS. Konsentrasi potensi terbesar terletak di Kalimantan dan Sumatera. Di Kalimantan Timur, antara lain tersebar di Kabupaten Berau dengan kandungan sekitar 8,4 TCS, Pasir/Asem (3 TCS), Tarakan (17,5 TCS), dan Kutai (80,4 TCS). Kabupaten Barito, Kalimantan Tengah (101,6 TCS). Sementara itu di Sumatera Tengah (52,5 TCS), Sumatera Selatan (183 TCS), dan Bengkulu 3,6 TCS, sisanya terletak di Jatibarang, Jawa Barat (0,8 TCS) dan Sulawesi (2 TCS). Baru-baru ini, PT Medco Energi Internasional Tbk meneken MoU dengan Korea Gas Corporation (Kogas) untuk pengembangan CBM melalui anak perusahaan Perseroan PT Medco Energi. Direktur Operasi MedcoEnergi, Frila B. Yaman mengatakan, MoU ini merupakan awal dari kerja sama kedua pe-
rusahaan dalam pengembangan CBM. MedcoEnergi dan KOGAS akan bersama-sama mengidentifikasi dan mempelajari segala bentuk kemungkinan terbaik dalam mengimplementasikan proyek CBM yang dapat memonetisasi dan menambah nilai dari CBM, termasuk peluang bisnis terkait industri CBM seperti Liquefied Natural Gas (LNG), pipanisasi, Dimethyl Ether (DME). Hingga kini, MedcoEnergi telah menandatangani tiga Production Sharing Contract (PSC) CBM yang terletak di Sumatra Selatan dan letaknya pada lokasi yang sama dengan wilayah kerja PSC minyak dan gas Perseroan. Ketiga PSC CBM tersebut terletak di blok Sekayu, Muralim dan Lematang. MedcoEnergi merupakan operator di PSC CBM Sekayu, sementara di PSC CBM Muralim Perseroan merupakan mitra non-operator dari Dart Energy yang merupakan operator dari PSC tersebut. “Salah satu program yang akan dilakukan pada 2012 adalah pemanfaatan gas CBM menjadi tenaga listrik. Program kerja ini sejalan dengan upaya Perseroan untuk mendukung program Pemerintah, yaitu Program Kelistrikan dari CBM (CBM – to – Power),” katanya.
Butuh Insentif Pengembangan CBM di Indonesia dilakukan berdasarkan aturan yang dikeluarkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral sebagai terobosan atas menurunnya jumlah produksi minyak di Indonesia. Pada tahun 2013 di Kalimantan sudah masuk program CBM to LNG, CBM yang dialihkan menjadi gas alam cair. Eksplorasi dan produksi CBM butuh insentif dari pemerintah. Ini karena prosesnya secara teknis yang cukup sulit. Pengembangan CBM sebenarnya sama dengan gas biasanya. Dalam pengolahan dan produksi CBM ini, banyak negara yang memberikan insentif pajak dan bentuk lainnya, seperti di Amerika Serikat dan India. Sementara Indonesia belum ada insentif untuk ini. Sejauh ini, produksi CBM hanya sebatas 1 juta standar metrik kaki kubik per hari (MMSCFD). Gas nonkonvensional ini pun telah digunakan PT Perusahaan Listrik Negara. Lantaran baru belakangan berkembang, belum ada aturan spesifik yang mengatur soal CBM ini. Pengaturannya masih mengikuti UU Migas, dan dalam pelaksanaannya dilakukan aturan terobosan melalui Permen (Peraturan Menteri). Maka tak jarang dalam implementasinya kadang bertentangan dengan peraturan lain. Misalnya UU
global energi I EDisi 06 I MEI 2012 I 13
LAPORAN UTAMA SUMBER DAYA COAL BED METHANE NASIONAL
Total CBM resources
453,3 TCF
52,5TCF 17,5TCF 0,5TCF 3,6TCF 183TCF
8,4TCF 80,4TCF 101,6TCF 3TCF 2TCF
0,8TCF
Migas dengan Permen ESDM No. 33 tahun 2006 dan No 36 tahun 2008 dalam hal tumpang tindih dengan KP/PKP2B. Lalu dengan Kehutanan (Implementasi Moratorium Forestry), sementara terkait dengan proses Dewatering di CBM berbenturan dengan Undang-Undang Lingkungan No. 32 Tahun 2009. Kepala BP Migas Priyono mengakui, dikaitkan dengan berbagai permasalahan di atas maka target 500 MMSCFD pada 2015 sangatlah berat. Dibutuhkan koordinasi, kerja sama dari seluruh stakeholder dalam hal ini pemerintah, investor dan harga pasar yang menarik. Pemerintah dalam hal ini bisa memberikan sumbangsih berupa insentif fiskal, proses persetujuan yang cepat dan perizinan lingkungan. Sedang investor mesti menyediakan kemampuan teknis yang memadai, kemampuan finansial yang cukup. Sementara di sisi pasar dibutuhkan harga yang layak dan menarik. Semuanya itu harus ditunjang dengan infrastruktur yang memadai. Tantangan lain, pedoman tata kerja yang masih terbatas baik dalam hal sertifikasi, eksplorasi dan produksi. Ini karena karakteristik CBM yang berbeda, terbatasnya ahli CBM, masalah komersialitas, pembuangan air dalam proses dewatering sumur. Sementara Wahyudin Yudiana Ardiwinata, Chairman PT Ephindo (Energi Pasir Hitam Indonesia) --salah satu pemain awal dalam bisnis CBM-- me-
14 I global energi I EDisi 06 I MEI 2012
Mungkin tema yang lebih spesifik dan relevan dengan keadaan sekarang adalah, Indonesia Energy CBM: Time to deliver, mengingat sudah banyak kontrak KKKS, namun belum banyak yang melakukan kegiatan fisik. nilai, perkembangan industri (bisnis) CBM di Indonesia sekarang ini cukup menggembirakan dari segi banyaknya kontrak baru yang ditandatangani. Sayangnya dari sekian banyak CBM PSC, tidak banyak alias baru sedikit yang telah melakukan pengeboran sehingga target pemerintah untuk mendapatkan listrik hasil konversi gas CBM sebelum akhir 2011 kemarin tidak tercapai. Ia pun menyentil, pagelaran IndoCBM 2012, dimana temanya terlalu agresif, sementara kenyatannya tidaklah demikian. Tema konferensi yang dipilih, Indonesia’s Energy CBM: Key to Sustainable Growth. “Barangkali akan lebih tepat kalau dibelakang kalimat tersebut diberi tanda tanya (?), mengingat kontribusi CBM terhadap pemenuhan energi nasional masih
harus di buktikan. Mungkin tema yang lebih spesifik dan relevan dengan keadaan sekarang adalah, Indonesia Energy CBM: Time to deliver, mengingat sudah banyak kontrak KKKS yang diberikan (awarded), namun belum banyak yang melakukan kegiatan fisik di lapangan, “ selorohnya. Sedangkan Bambang Ismanto, Vice President Resource Management Vico (Victoria Indonesia Co.) -- salah satu pemain awal CBM—menilai, sebenarnya, Indonesia memiliki sumber daya (resources) yang sangat besar yaitu sebesar 453 TCF. Namun untuk menjadikan sumber daya ini menjadi cadangan (reserves) dan akhirnya produksi, diperlukan kerja keras dan kerja sama semua pihak terkait. Meski CBM PSC yang aktif masih sedikit. Namun ia melihat sisi positifnya dimana perkembangan sekarang cukup bagus dengan adanya lebih dari 40 KKKS dan sebagian dari mereka telah aktif dalam eksplorasi, appraisal dan dewatering program. Ia berharap, dengan perkembangan ini pengembangan CBM di Indonesia semakin pesat untuk mendukung ketahanan energi nasional.
Bisnis Mahal? Kenapa relatif sedikit KKKS yang aktif melakukan kegiatan operasional CBM ini?Banyak yang menjadi tantangannya. Salah satunya bisnis CBM merupakan bisnis yang mahal alias padat
LAPORAN UTAMA modal terutama dikarenakan adanya produksi air di awal dan diperlukan pengangkutan buatan (artificial lift) serta pemrosesan air terproduksi. Di samping itu ada kendala pembebasan lahan dan persiapan lokasi sumur. “Hal ini yang membuat diperlukannya usaha terus menerus untuk menurunkan biaya dan dengan dukungan pemerintah, sehingga CBM menjadi lebih kompetitif. Dengan permintaan energi yang tinggi dan harga minyak yang naik, tentunya minat terhadap CBM juga akan meningkat,” ujar Bambang. Ia mengakui, CBM memang memerlukan investasi yang besar, namun diharapkan akan menghasilkan gas yang bertahan lama terutama setelah proses dewatering selesai. Produksi per sumur CBM relatif kecil dibanding gas konvensional, sehingga dalam saat pengembangan diperlukan jumlah sumur yang banyak dan biaya besar. Sementara itu mengenai peraturan yang ada, sebenarnya sudah memungkinkan untuk pemain CBM beroperasi, namun dalam konferensi dan business forum nanti diharaapkan akan dilakukan pembicaraan lebih lanjut antar instansi pemerintah yang terkait dan stakeholders lainnya untuk menyelesaikan beberapa hambatan dalam pengembangan CBM misalnya tumpang tindih lahan dengan Kehutanan, perkebunan, pembebasan lahan masalah lingkungan dan sebagainya. Sedangkan Wahyudin berpendapat, murah atau mahalnya investasi di bidang CBM itu relatif. “Memang biaya pengeboran satu sumur CBM secara umum dapat dikatakan lebih kecil dibandingkan dengan pengeboran satu sumur konvensional. Mungkin lebih te-
pat dikatakan, risiko di bisnis CBM lebih kecil daripada risiko di bisnis migas konvensional. Apalagi jika dibandingkan dengan sumur konvensional di laut dalam,” kata Bambang. Tingginya harga minyak tentunya sangat mendorong investor untuk meningkatkan investasi di bidang energi secara keseluruhan, termasuk CBM. Namun minat investor di bidang CBM terutama dipengaruhi oleh harga gas yang tentunya lebih ditentukan oleh hukum pasar, supply dan demand serta regulasi pemerintah. Tantangan lain, lanjut Bambang, minimnya tenaga ahli maupun teknologi. Beberapa KKKS CBM seperti Vico, cukup beruntung karena termasuk KKKS PSC yang sudah menghasilkan CBM. Dalam hal teknologi, Vico menandatangani KKKS CBM dengan BPMigas akhir 2009 dan langsung memulai program appraisal. Daerah KKKS Vico sama dengan daerah KKKS minyak dan gas bumi. Vico beruntung karena men-
dapatkan akses pengalaman CBM dari BP, sebagai salah satu pemegang saham Vico. BP (dulu Aramco) merupakan peruahaan pertama yang mengembangkan CBM di San Juan Amerika Serikat pada tahun 1970-an. Dengan dukungan dari perusahaan perusahaan pemilik Vico berhasil melakukan program eksplorasi dan appraisal yang agresif hingga sekarang. tercatata sampai saat ini Vico sudah melakukan coring di 17 sumur, yang memberikan data kandungan gas dan saturasi dengan hasil sesuai harapan. Vico sudah mempunyai 8 sumur dan 5 di antaranya sedang dewatering dan seudah memproduksi gas. Program kerja tahun ini, akan meneruskan program appraisal yang agresif dan memproduksikan banyak sumur dengan harapan terus menambah produksi gas dari CBM. Hal senada diungkapkan Wahyudin. “Memang ahli-ahli di bidang CBM masih langka dan ini bisa menjadi hambatan. Kami bersyukur, Ephindo memiliki beberapa hali yang berpengalaman, geologist maupun engineers. Kerja sama dengan pemrintah baik di pusat maupun daerah memang merupakan sesuatu hal yang penting. Tentunya hal ini berlaku bagi bisnis apapun, hanya saja untuk bisnis CBM hal ini dirasakan lebih penting lagi karena bisnis CBM adalah hal yang baru di Indonesia,” kata Wahyudin. Sedang dari sisi teknologi sejauh ini, Ephindo beroperasi menggunakan KCL water base mud untuk vertical exploration well, dan beluum memerlukan air drilling karena belum melakukan pengeboran horizontal yang mungkin saja akan diperlukan di kemudian hari. ECBM recovery, belum diterapkan di
I.Empat Wilayah Kerja GMB melalui Lelang Penawaran Langsung Wilayah Kerja GMB sesuai Permen No.36/2008, Lelang Penawaran Langsung selama 45 hari (tanggal 12 September 2011 s/d 26 Oktober 2011), antara lain :
Pemenang Wilayah Kerja CBM 2012
Wilayah Kerja GMB Bangkanai I
Luas(Km ) Lokasi 1.082 Kaltim
GMB Bangkanai II
1.022
Kalteng-Kaltim PT. Borneo Metana Energi
GMB Kuala Kapuas II
1.500
Kalteng
PT. Bina Mandiri Energi
Kaltim
PT. Sanga-Sanga Energi Prima
2
GMB West Sanga Sanga I 1.634
Kontraktor PT. Bangkanai CBM Energi
II. Empat WK GMB melalui Penawaran Langsung WK GMB sesuai Permen No.33/2006 pada tumpang tindih eksisting Wilayah Kerja Migas dan IUP Batubara, antara lain :
Wilayah Kerja Luas (Km ) Lokasi Kontraktor/ Konsorsium GMB Air Komering 995 Sumsel PT. Baturaja Energi – PT. Anugrah Persada Energi 2
GMB Air Benakat I
1.628,3
Sumsel
PT Pertamina Hulu Energi Metana Sumatera 3 – PT. Petrobara Sentosa
GMB Air Benakat II 1.696
Sumsel PT Pertamina Hulu Energi Metana Sumatera 6 – PT. Prima Gas Sejahtera
GMB Air Benakat III 964,8
Sumsel PT Pertamina Hulu Energi Metana Sumatera 7 – PT. Unigas Geosinklinal Makmur Sumber : Kementerian ESDM
global energi I EDisi 06 I MEI 2012 I 15
LAPORAN UTAMA
Dok Pertamina Proyek CBM Blok Sanggata yang dikerjakan PT Pertamina Hulu Energi
Indonesia, karena kita masih berada dalam tahap awal. Mungkin teknologi ini akan diperlukan di dunia CBM Indonesia beberapa tahun mendatang pada tahap yang sudah lebih lanjut.
Harapan Investor Wahyudin menguraikan, Ephindo tertarik untuk bergerak di bisnis CBM karena melihat potensi cadangan CBM di Indonesia yang sangat besar berdasarkan studi yang pernah dilakukan. Sementara itu kebutuhan energi termasuk gas di Indonesia dirasakan makin meningkat. Pihaknya tetap optimis bahwa bisnis CBM di Indonesia akan sangat menguntungkan apabila kita dapat menekan biaya eksplorasi dan eksploitasi disertai percepatan dalam persetujuan serta pengadaan barang dan jasa disamping adanya regulasi yang menunjang. Menang ephindo mendapat pengalaman yang cukup menantang mengingat bisnis CBM adalah bisnis baru di Indonesia. Minimnya regulasi yang berkaitan dengan bisnis CBM diawalnya menyebabkan perjalanan kita dalam pengembangan bisnis CBM tidak bisa secepat yang kami harapkan. Proses penyelesaian diversifikasi pinjamn pakai di Kehutanan saja memerlukan waktu hampir satu tahun. Mengenai peraturan, ia mengaku,
16 I global energi I EDisi 06 I MEI 2012
Sebagai pemain lama, kami melihat besarnya minat untuk mendapatkan lahan untuk bisnis CBM tentunya bagus bagus saja selama kontrak PSC tersebut benar benar dimaksudkan untuk dikembangkan. sangat gembira lantaran Ditjen Migas sangat terbuka dan aktif mengikutsertakan stakeholders dalam proses pembuatan peraturan tentang CBM. Tentunya selalu ada ruang untuk perbaikan lebih lanjut, terutama setelah melalui tahap implementasi. “Sebagai pemain lama, kami meihat besarnya minat untuk mendapatkan lahan untuk bisnis CBM tentunya bagus bagus saja selama kontrak PSC tersebut benar benar dimaksudkan untuk dikembangkan dan bukan hanya sekedar untuk mendapatkan keuntungan sesaat,� paparnya. Dikatakan, pemenuhan komitmen pada tiga tahun pertama akan menjadi ukuran yang dapat dipakai untuk identifikasi real player. Masalahnya operasi
CBM merupakan hal yang sangat baru di Indonesia dengan peralatan penunjang yang sangat terbatas. Berangkat dari situlah, ia meminta, agar proyek CBM mendapatkan fleksibilitas di dalam melakukan pengadaan peralatan yang diperlukan. Hal ini akan membantu perusahaan untuk mendapatkan hasil yang maksimal sejauh biaya yang akan dikeluarkan masih wajar (market). Mengingat keperluan di CBM PSC berbeda dengan di konventional O&G, sementara jumlah PSC CBM sudah hampir mencapai 50, industri CBM mengimbau agara di BP Migas dibentuk departemen khusus untuk menangani semua keperluan CBM. Isu lain yang sangat penting terkait perizinan, baik di pusat maupun di daerah, termasuk masalah yang berkaitan dengan land access terutama kegiatan telah mencapai tahap pengembangan. Ini mengingat jumlah sumur yang dibor akan sangat banyak sekali. Demikian juga dengan masalah pembuangan air yang terproduksi, baik dalam tahap dewatering maupun dalam tahap produksi. Perusahaan CBM tentunya harus melakukan water treatment lebih dulu apabila air yang akan dibuah belum memenuhi persyaratan. Hal ini perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah serta pihak-pihak terkait. ď Ź
LAPORAN UTAMA Potensi CBM di dunia ( dalam TCF) 450-2.000
500-1.500 700-1.270
Rusia
China
USA
360-460 400-453
Kanada Indonesia
40-60
170
Ukraina
50-110
Turki
70-90
India
Amerika bagian Selatan/Meksiko
200
Kazakhstan
90-220
Eropa bagian Barat
50
Afrika bagian Selatan
Australia/New Zealand
500-1.000
20-50
Polandia
Sumber: Advanced Resources International, Inc (ARI) tahun 2003,
CBM dan Unconventional Gas Potensi sumber energi baru dan terbarukan sangat besar dimiliki Indonesia, namun pengembangan dan pemanfaatannya masih sangat kurang. Coal Bed Methane (CBM) atau juga disebut Gas Metana Batubara (GMB) dalam bahasa Indonesia merupakan salah satu sumber energi baru yang sangat potensial untuk dikembangkan karena memiliki cadangan yang cukup besar dan tersebar di Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa dan Pulau Sulawesi.
B
erdasarkan studi yang dilakukan Advance Resources International Inc. (ARI) dan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Indonesia memiliki potensi cadangan CBM sebesar 453 TCF (Triliun Cubic Feet) yang tersebar di 10 (sepuluh) cekungan dengan potensi utama berada di Sumatera Bagian Selatan dan Kalimantan. CBM diharapkan ke depannya mampu memenuhi kebutuhan energi sekaligus sebagai pengembangan usaha baru yang menarik secara ekonomi dan komersial bagi Indonesia. CBM sendiri merupakan gas alam dengan dominan gas metana dan disertai sedikit hidrokarbon lainnya dan gas non-hidrokarbon dalam batu bara hasil dari beberapa proses kimia dan fisika.
CBM diproduksi dengan cara terlebih dahulu merekayasa batubara (sebagai reservoir) agar didapatkan cukup ruang sebagai jalan keluar gas. Puncak produksi CBM bervariasi antara 2 sampai 7 tahun. Sedangkan periode penurunan produksi (decline) lebih lambat dari gas alam konvensional. Paling tidak dalam 5 tahun terakhir, keberadaan CBM sebagai salah satu sumber energi alternatif terus menjadi fokus pebisnis. Hal ini terkait dengan kebutuhan penyediaan energi yang semakin besar dan tidak bisa bertumpu pada minyak dan gas bumi (migas) yang pada 5 tahun terakhir pula mengalami penurunan, baik investasinya, jumlah cadangan maupun produksinya. CBM ini mempunyai multi guna, antara lain
dapat dijual langsung sebagai gas alam, bisa dijadikan energi, termasuk energi listrik dan sebagai bahan baku industri. Eksploitasi CBM tidak akan mengubah kualitas matrik batubara dan menguntungkan para penambang batubara, karena gas emisinya telah dimanfaatkan, sehingga lapisan batubara tersebut menjadi aman untuk ditambang.Selain itu, CBM juga termasuk salah satu sumber energi yang ramah lingkungan. Pemanfaatan CBM sebagai sumber energi dapat dilakukan dengan produksi gas metana sebagai feedgas (gas masukan bahan dasar) LNG, pemanfaatan bahan bakar untuk konsumsi rumah tangga maupun pemanfaatan menjadi sumber energi listrik menggunakan Independent Power Producer
global energi I EDisi 06 I MEI 2012 I 17
LAPORAN UTAMA (IPP). CBM mengandung lebih dari 95% gas metana dan memiliki tekanan yang rendah, sehingga untuk dapat dijadikan sebagai feedgas dalam pembuatan LNG memerlukan tambahan bahan lain dari minyak atau gas alam lainnya serta alat kompresor dalam proses pengalirannya. Hasil LNG tersebut dapat dijual kembali sebagai bahan bakar sumber listrik melalui PLN maupun sebagai komoditi ekspor Indonesia. Pemanfaatan CBM melalui konversi menjadi LNG membutuhkan energi dan biaya tambahan, sehingga menjadi tidak efisien dibandingkan dengan pemanfaatan langsung CBM menjadi energi listrik menggunakan IPP. Pemanfaatan CBM sebagai sumber energi listrik menggunakan IPP juga dapat dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan Indonesia akan energi listrik, lebih khusus daerah sekitar dengan potensi CBM yang cukup besar. Hal ini sejalan dengan program Pemerintah tentang pemenuhan kebutuhan listrik dan percepatan pemanfaatan produksi gas CBM untuk listrik. Saat ini kebutuhan Indonesia akan energi listrik mencapai 50.000 MW dengan pemenuhan baru sekitar 30.000 MW atau perbandingan penduduk yang telah terpenuhi listrik (terelektrifikasi) sebesar 67,99%, dengan target rasio elektrifikasi 71,86% pada akhir tahun 2011. Pemanfaatan CBM menjadi listrik dapat mencontoh model kontrak penjualan hasil produksi Geothermal melalui Power Purchase Agreement dengan menjual listrik dan bukan produk uap (steam) kepada PLN dibandingkan model kontrak Gas Sales Agreement yang akan diterapkan pada hasil produksi CBM untuk konversi menjadi
LNG. Selain pemanfaatan CBM menjadi listrik lebih efisien, pemenuhan kebutuhan listrik dalam negeri tentu harus menjadi perhatian dan prioritas dalam mengembangkan CBM sebagai salah satu sumber energi baru Indonesia.
Unconventional Gas Terminologi unconventional gas sering kita dengar, banyak yang berasumsi kurang tepat dengan pengertian tersebut, kebanyakan beranggapan unconventional gas merupakan gas lain yang berbeda dengan gas alam pada umumnya. Padahal pengertian unconventional gas itu sendiri merupakan gas alam konvensional tapi dengan karakteristik reservoir yang berbeda dengan reservoir migas konvensional, atau dengan kata lain unconventional gas akan merujuk kepada unconventional reservoir. Pada unconventional gas dibutuhkan perlakuan khusus atau effort lebih untuk dapat dilakukan produksi dikarenakan karakteristik reservoir yang ber-
beda tersebut. Karakteristik reservoir yang memiliki permeabilitas rendah hingga sangat rendah, berkisar kurang dari 5 miliDarcy hingga skala nanoDarcy, serta mekanisme penyimpanan gas yang tidak hanya bergantung pada free gas tapi juga adsorbed gas, membutuhkan teknik khusus dalam melakukan produksi dengan jumlah biaya yang tidak sedikit untuk dikeluarkan. Sebagai contoh pada produksi Coalbed Methane (CBM), dengan mekanisme penyimpanan gas sangat dominan pada adsorbed gas yang terdapat pada matriks batubara maka dibutuhkan proses pengurasan kandungan air (dewatering) untuk menurunkan tekanan dan menyebabkan proses desorpsi terjadi sehingga adsorbed gas dapat terproduksi. Waktu yang diperlukan dalam tahap dewatering tersebut dapat berlangsung selama beberapa bulan hingga beberapa tahun, bergantung pada tingkat kematangan dan kandungan air hasil proses pembentukan batubara (coalification) itu sendiri. Produksi CBM mengalami beberapa tahapan, yaitu dewatering phase, production phase dan declining phase. Waktu produksi berlangsung lama dengan puncak produksi yang sangat kecil dibandingkan produksi migas konvensional dan declining yang perlahan hingga mencapai belasan tahun menyebabkan CBM sebagai produksi dengan life time produksi yang lama. Dengan demikian dalam pengembangan CBM dibutuhkan lebih banyak jumlah sumur untuk menghasilkan produksi yang lebih banyak pula. Dari paparan tersebut, dibutuhkan perencanaan pengembangan yang matang dalam produksi CBM agar layak baik dari sisi teknis, ekonomi dan komersial
Karakteristik CBM
GN Pengeboran CBM terus dikembangkan di beberapa Negara
18 I global energi I EDisi 06 I MEI 2012
Coalbed Methane (CBM) adalah gas metana yang terkandung dalam lapisan batubara di bawah permukaan, hasil produk dari proses coalification selain air dan batubara itu sendiri. Potensi cadangan (resources) CBM dunia sangat besar yang tersebar terutama di Rusia, Canada, China, Amerika Serikat, Australia, dan Indonesia di urutan keenam. Beberapa Negara bahkan telah sukses memproduksi dan memanfaatkan CBM sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan karena telah memanfaatkan gas metana yang merupakan salah satu kandungan gas yang dapat menyebabkan kerusakan lapisan ozon apabila menguap bebas. Selain itu pula dengan pemanfaatan CBM akan meningkatkan
LAPORAN UTAMA
GN Pekerja tengah melakukan persiapan pengeboran proyek CBM
keamanan para pekerja pertambangan batubara lapisan dalam karena akan mengurangi kadar metana yang memiliki sifat mudah terbakar dan beracun sehingga mengganggu pernapasan para pekerja pertambangan. CBM berkembang pada lingkungan dengan tekanan rendah pada cleat system dengan mekanisme penyimpanan adsorption. Hal tersebut terjadi karena kandungan air akan menahan gas metana yang teradsorpsi pada matriks batubara. Berbeda dengan Gas Bumi konvensional dimana sebagian besar kandungan gas berada di pori sand, pada batubara kandungan gas sebagian besar berada di struktur molekul batubara (matriks) dan hanya sebagian kecil saja berada pada pori. Perbedaan karakteristik reservoir antara CBM dengan Gas Bumi konvensional menyebabkan perbedaan pula pada profil produksinya. Pada Gas Bumi konvensional laju produksi gas akan besar di awal produksi dan terus mengalami penurunan produksi secara berkala sampai akhir produksi, sedangkan pada CBM laju produksi gas sedikit di awal dengan dominasi produksi air (dewatering) hingga saat tertentu pro-
duksi gas mencapai maksimum kemudian mengalami penurunan secara berkala sampai akhir produksi. Karakteristik reservoir CBM adalah unik dan berbeda dengan Gas Bumi konvensional sehingga dibutuhkan penanganan dan teknik khusus dalam proses produksinya untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Unconventional gas needs special treatment with out-ofthe-box thinking. Coalbed Methane (CBM) merupakan hasil produk dari proses coalification selain air dan batubara itu sendiri. Coalification adalah proses pembentukan batubara (dan produk sampingan berupa air dan gas) dari akumulasi peat yang tertimbun di bawah permukaan pada temperatur tertentu dan waktu yang lama. Gas hasil produk dari proses coalification didominasi oleh metana dengan kandungan lebih dari 90% sisanya adalah karbon dioksida dan nitrogen. Proses coalification tersebut dibagi dalam beberapa coal rank sesuai tahapan prosesnya menjadi Lignite, Sub Bituminous, Bituminous, Anthracite dan Graphite. CBM akan dapat diproduksikan dengan baik pada coal rank Sub Bituminous – Bituminous ka-
rena memiliki komposisi dan kandungan air dan gas yang sesuai. Indonesia sendiri menurut penelitian Advance Resource International Inc. (ARI) bersama dengan DitJen Migas memiliki potensi cadangan (resource) CBM sebesar 453 TCF yang terbagi ke dalam 11 (sebelas) cekungan di Pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Sulawesi. Potensi besar CBM Indonesia tersebut hampir setara dengan potensi Gas Bumi Indonesia yaitu sebesar 507 TCF dengan cadangan terbukti sebesar 112 TCF. Hasil produk CBM diproyeksikan akan memenuhi kebutuhan sumber energi Indonesia dan menunjang program Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang tertuang dalam Keppres No. 5 tahun 2006 dengan fokus meningkatkan sumber energi baru dan terbarukan serta secara bertahap mengurangi penggunaan dan ketergantungan Minyak dan Gas Bumi sebagai sumber energi Indonesia. CBM diharapkan dapat menjadi solusi potensi krisis kekurangan energi Indonesia di masa depan atas ketergantungan sumber energi yang berasal dari minyak dan gas bumi bukan dengan penghematan tapi pemenuhan kebutuhan energi. ď Źdjauhari effendi
global energi I EDisi 06 I MEI 2012 I 19
LAPORAN UTAMA Dirut PT Pertamina Hulu Energi, Salis S. Aprillian
Tumpang Tindih Izin Ganjal Pengembangan CBM Lambannya pengembangan CBM atau Gas Metana Batubara (GMB) tak lepas dari berbagai masalah yang menghadang. Apa saja itu?Dan bagaimana mengatasinya?Di sisi lain Pertamina sebagai pelopor pengembangan CBM, tentu tak ingin setengah-setengah dalam soal ini. Bagaimana strateginya dalam pengembangan CBM ? Berikut wawancara wartawan Majalah Global Energi Djauhari Effendi dengan Salis S. Aprillian, Ketua Stering Commite (SC) Indo CBM 2012 yang juga Direktur Utama PT Pertamina Hulu Energi (PHE).
Bagaimana potensi CBM di Indonesia? Indonesia mempunyai potensi CBM yang sangat besar dengan sumberdaya (resources) hingga 453 TCF, yang merupakan potensi keenam terbesar di dunia. Kalau di ekuivalenkan, tinggal dibagi 6 saja, sehingga ketemu sekian billiun barel. CBM merupakan salah satu energi alternatif untuk menggantikan migas di masa depan. Pengembangan CBM sebagai antisipasi penurunan produksi dan antisipasi kenaikan harga minyak yang terus meningkat. Bagaimana produksi CBM yang sudah eksisting saat ini ? Memang produksi CBM saat ini masih relatif kecil kecil, 0,5 MMSCFD atau katakanlah paling banter 3 MMSCFD di tahun 2012. Ini mungkin Dok IATMI
20 I global energi I EDisi 06 I MEI 2012
LAPORAN UTAMA karena masih dalam tahap dewatering. Itu hanya cukup untuk menerangi listrik beberapa desa saja. Hitungannya 1 mmscfd dialokasikan untuk 400 kepala keluarga (KK) . Kenapa perkembangan CBM lamban? CBM itu membutuhkan investasi yang tidak murah, harus melakukan pengeboran, lalu mengeluarkan airnya (dewatering). Belum lagi bicara soal infrastruktur dan juga perizinan. Itulah tantangan- tantangannya agar CBM bisa dimanfaatkan menjadi listrik, bahan bakar dan seterusnya. CBM ini ibaratnya masih bayi, butuh kesiapan teknologi yang cukup dan investasi yang memadai. Memang, produksinya kayak minyak biasa, namun membutuhkan hitungan-hitungan khusus. Orang mungkin masih ingin mempelajari dulu atau melihat lihat dulu. Bagaimana agar terjadi percepatan perkembangan CBM di Tanah Air? Perizinan mesti diperbaiki. Koordinasi antardepartemen (kementerian, red.) katakanlah Kehutanan, Lingkungan Hidup dan ESDM harus lebih intens. Karena proyek CBM ini kan akan melakukan pengeboran puluhan bahkan ratusan sumur. Katakanlah 1 sumur menghasilkan 0,2-0,5 MMSCFD berarti butuh ribuan sumur yang akan dibor. Itu airnya mau dibuang ke mana?Produksinya dijual ke mana?Seharusnya dari sekarang sudah harus ada koordinasi. Apa keunggulan CBM dibanding energi alternatif lain? Produksi gasnya relatif lebih lama dibanding gas konvensional. Selain itu, dibanding energi alternatif lain misalnya energi angin atau matahari, kita dalam dunia CBM relatif sudah ada pengalaman, produksi gasnya maupun infrastrukturnya. Gas metana itu kan bisa langsung katakanlah untuk pupuk atau masuk jaringan PLN menjadi listrik. Kalau yang lain, kemungkinan masih di belakang itu. Misalnya kita gak tahu berapa banyak solar cell yang dibutuhkan kalau pakai energi matahari. Tapi memang semua harus berkembang, sehingga subsidi BBM itu mestinya bisa dikurangi secara bertahap sehingga energi baru bisa tumbuh. Kalau PLN disubsidi, BBM disubsidi, maka energi baru tidak akan tumbuh. Bagaimana dengan kendala infrastruktur? Infrastruktur itu kayak telur dan
Katakanlah 1 sumur menghasilkan 0,2-0,5 MMSCFD berarti butuh ribuan sumur yang akan dibor. Itu airnya mau dibuang ke mana?Produksinya dijual ke mana?Seharusnya dari sekarang sudah harus ada koordinasi. ayam, bingung mana yang harus duluan. Jika infrastrukturnya dibangun duluan mungkin CBM bisa berkembang. Namun siapa yang mau. Sebaliknya jika dikembangkan dulu, lalu gak ada infrastrukturnya, juga akan lamban perkembangannya. Jadi orang pada nunggu-nunggu. Kalau dari perkembangan itu mestinya bisa tumbuh bareng. Makanya harus ada koordinasi, misalnya ini berapa produksinya, kapan, itu harus ditangkap sebagai peluang bisnis. Selaku pemain, PT Pertamina Hulu Energi (PHE) sendiri bagaimana dalam pengembanga CBM ini ? Wilayah Kerja Migas Pertamina secara geologi berada tepat di atas potensi CBM yang menguntungkan secara bisnis. Pertamina mempunyai data G & G eksplorasi/produksi migas yang lengkap dan dapat digunakan untuk evaluasi CBM dan mendukung aktivitas bisnis CBM. Infrastruktur untuk pengembangan lapangan GMB sudah tersedia. Saat ini digunakan dalam pengembangan lapangan migas Bagaimana strategi pengembangan CBM di Pertamina?
Mengamankan aset eksisting migas terutama pada daerah overlapping antara WK Migas milik Pertamina dan KP/PKP2B. Kedua, mengantisipasi pasokan gas dalam negeri yang akan menurun secara alami di masa depan. Ketiga, menjadi pemain utama dalam bisnis CBM di Indonesia dengan pola kerja sama kemitraan. Apa permasalahan operasional yang dihadapi dalam pengembangan CBM ini ? Pertama, masalah tumpang tindih lahan pada daerah overlapping antara wilayah kerja Migas milik Pertamina dengan KP/PKP2B(Implementasi UU No.22 Migas VS Permen ESDM No 33 tahun 2006 & No.36 tahun 2008). Kedua, WK CBM milik Pertamina dengan Kehutanan (Implementasi Moratorium Forestry). Lalu, dampak Undang-undang Lingkungan No.32 Tahun2009,(Terkait dengan Proses Dewatering di CBM) Apa rencana lima tahun ke depan Pertamina dalam pengembangan CBM ini ? Melakukan percepatan pembentukan PSC CBM di Area Migas Pertamina. Kedua, melakukan alokasi investasi dengan nilai investasi 3 tahun pertama untuk melakukan pemboran kurang dari 50 sumur eksplorasi CBM dan Studi G&G adalah 50 juta dollar AS. Angka tersebut merupakan angka awal pada tahap eksplorasi, pada tahap selanjutnya sampai tahun ke 5 dimungkinkan lebih besar dari 50 juta dollar AS. Sementara untuk target, kami menargetkan produksi gas CBM Pertamina 100 MMSCFD, lalu pada tahun 2020 sebesar 500 MMSCFD dan pada dua tahun 2025 lebih besar dari 500 MMSCFD.*
global energi I EDisi 06 I MEI 2012 I 21
LAPORAN UTAMA
Sebagai BUMN penghasil listrik PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menjadi konsumen utama produksi CBM ini. Harga yang ditetapkan pemerintah sebesar 7,5 dollar AS per MMBTU bagi PLN sebenarnya agak kemahalan. Namun karena ini merurpakan political will pemerintah, maka harga sebesar itu tidak menjadi masalah bagi PLN. Yang penting pengembangan CBM sebagai salah satu energi alternatif untuk menggantikan BBM di masa datang bisa terus bertumbuh. Bagaimana kebijakan PLN dalam soal penembangan industri CBM ini?Berikut wawancara Majalah Global Energi Djauhari Effendi dengan Kepala Divisi BBM dan Gas PLN Suryadi Mardjoeki
22 I global energi I EDisi 06 I MEI 2012
Kepala Divisi BBM dan Gas PT PLN , Surjadi Mardjoeki
‘Kami Siap Beli, Tapi Kontrak Minim 5 Tahun’
GE/Djauhari Effendi
LAPORAN UTAMA
GE/Djauhari Effendi Kepala Divisi BBM dan Gas PLN Suryadi Mardjoeki di sela mengikuti seminar CBM di Jakarta, beberapa waktu lalu. PLN menyatakan siap membeli CBM dengan minimal kontrak lima tahun
Bagaimana kebijakan PLN terhadap pengembangan CBM di Indonesia? PLN mensupport penuh kebijakan pemerintah untuk memanfaatkan CBM sebagai salah satu energi alternatif. Karena itu, kami siap membeli berapa pun yang sudah dihasilkan provider. Misalnya yang dihasilkan sekarang baru 0,1 atau 0,2 MMSCFD lebih bagus lagi kalau bisa 0,5 MMSCFD atau lebih, kami siap. Sejauh ini PLN sudah membeli dari mana saja? Masih sedikit dan produksinya relatif kecil. Sejauh ini baru tiga provider yang siap menjual CBM kepada kami, yaitu Medco, Vico dan Sangata I/PHE, untuk Medco di Sumatera sedang lainnya di Kalimantan. Lalu ada tawaran dari Hitachi sebesar 0,2-0,3 MMSCFD. Mudah mudahan tahun ini bisa dilakukan penandatanganan. Selanjutnya, dari PT Dart di Sumatera kira kira awal tahun depan, ada juga Santos di Kalimantan. Kalau dari volume, paling banter tahun ini kita akan membeli maksimum 3 MMSCFD-lah. Produsen atau provider CBM lainnya bagaimana? Provider lain, seperti Ephindo, sudah ketemu saya. Namun belum bsai dipastikan juga kapan bakal masuk. Lalu yang besar, seperti Exxon, kalayaknya juga belum bisa masuk. Padahal sudah menghasilkan CBM. Mungkin Exon terlalu idealis menunggu produksi CBM yang besar, baru mungkin akan dijual ke kami. Padahal kami sudah bilang ke Exxon, ayo jual saja ke kami meski baru sedikit, tapi mereka belum mau.
Kenapa ? Mungkin mereka hitung-hitungannya terlalu ideal. Padahal wilayah kerja CBM Exxon di sangat itu cukup besar. Memang tahapannya studi dulu bagaimana penyerapannya dan seterusnya. Sangata itu besar sekali, kira kira produksinya bsia sampai 50 MMSCFD, namun butuh waktu yang lama sampai 2018. Maksud saya, kan sekarang sudah dalam tahap dewatering, sehingga produksinya masih kecil, mungkin 0,1 atau 0,2 MMSCFD. Ya, jual saja kepada kami, jangan nunggu sampai nanti-nanti, kalau gitu ya kapan bisa jualnya. Apalagi daerah di sana kan daerah remote gak ada jaringannya, sehingga kalau bisa dijual sekarang, bisa langsung dimanfaatkan PLN. Jangan nunggu atau terpatok masa Platto atau puncak produksi. Ada persyaratan lain dak dari PLN bagi para produsen CBM? Ada, perjanjian jual beli ini harus minimal 5 tahun kontraknya. Sebab PLN kan harus investasi pembangkit. Biasa buat perjanjian dengan pembangkit paling tidak 5 tahun, biar tidak nganggur. Jika sewa pembangkit, terus gasnya tidak ada gimana. Kenapa harus lima tahun? Ini perlu kami sampaikan kepada teman-teman produsen CBM, kontrak harus minimal 5 tahun. Karena Capex untuk gas engine bisa balik paling tidak 5 tahun. Jangan sampai kita sudah beli, lalu 1 tahun gak ada gasnya. Kita buat begini karena kita sudah belajar dari pengalaman pengalaman sebelumnya. Saat Indo CBM kemarin ditandatangani Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) CBM
untuk pertama kalinya antara PT Virginia Indonesia Company (Vico) dengan PLN. Bisa diceritakan? PJBG tersebut mencakup pasokan gas CBM dari Lapangan Sanga-Sanga, Kalimantan Timur sebesar 0,5 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) yang bisa menghasilkan listrik sebesar 2 MW. Adapun harga yang disepakati sebesar 7,5 dollar AS per juta British Thermal Unit (MMBTU). PJBG ini untuk pertama kalinya dilakukan di Indonesia, ini akan memperkuat ketahanan pasokan gas nasional. Harga gas itu berlaku sejak pertama mengalir hingga persetujuan rencana pengembangan atau plan of development (PoD) pertama Lapangan Sanga-Sanga atau sampai 31 Desember 2014. Mana yang terjadi lebih dahulu. Dengan PJBG ini, maka untuk pertama kalinya PLN akan memproduksi listrik dari gas CBM. Selanjutnya gas CBM akan dipasok untuk Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) di Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Kaltim berkapasitas 2 MW. Pembangkitnya masih dalam proses pembangunan, lokasinya dekat dengan sumber CBM yang saat ini masih dewatering. Pembangkitnya beroperasi kira-kira Oktober tahun ini. Listrik 2 MW bisa untuk melistriki sekitar 400 rumah tangga. Harganya 7,5 dollar AS. Apa gak kemahalan? Iya bagi kami sebenarnya terlalu mahal. Waktu negosiasi saya menawarnya 6 dollar AS. Namun harga itu kan proyek pemerintah alias ada political will, maksudnya biar jalan dulu, biar berkembang dulu. djauhari
effendi
global energi I EDisi 06 I MEI 2012 I 23
Nasional
GE/Yudhi Dwi Anggoro Aktivitas penambangan pasir besi di lereng Semeru Desa Pronojiwo Kabupaten Lumajang.
Kekayaan Tambang di Selatan Jatim Diincar Menjadi wilayah ketiga terbesar di Indonesia sebagai penghasil migas nasional membuat Jatim dilirik memiliki potensi tambang lain. Wilayah selatan Jatim diprediksi memiliki kandungan tambang yang cukup menggiurkan. Seperti apa potensi tambang wilayah Selatan Jatim ?
J
auh dari pusat ibukota provinsi tak membuat wilayah sisi selatan Jatim kehilangan daya tariknya. Selain panorama indah, aliran uang sebenarnya dapat digali dari sumur tambang mineral di sisi selatan Jatim. Sayang, infrastruktur yang belum memadai membuat minat penelitian dan investasi pertambangan di sisi selatan masih minim. Padahal, tidak menutup kemungkinan sisi selatan Jatim menyimpan tambang logam yang menjadi primadona, yakni emas, perak dan tembaga. Bahkan, prediksi adanya potensi tambang logam di sisi selatan Jatim sebenarnya sudah mulai dipetakan sejak zaman kolonial Belanda. Waktu itu, Belanda
24 I global energi I EDisi 06 I MEI 2012
sangat meyakini potensi tambang di Jatim terbagi menjadi tiga daerah besar. Sisi utara Jatim mengandung minyak dan gas bumi. Sisi tengah Jatim mengandung potensi panas bumi. Sedangkan sisi selatan berpotensi menghasilkan buliran emas, perak dan tembaga. Dari pemetaan zaman kolonial tersebut, setidaknya sisi utara dan tengah Jatim saat ini sudah benar adanya. Sisi utara Jatim, sudah menciptakan sejumlah blok migas besar, seperti Blok Cepu, Blok migas di kawasan Madura maupun Gresik. Demikian pula potensi panas bumi yang berada di wilayah tengah Jatim terdapat 10 titik panas bumi, seperti Gunung Argopuro, Ngebel dan Ijen. Tiga nama gunung terakhir
sudah memasuki tahap lelang dengan potensi hingga 200 megawatt. Belum lagi produksi bahan galian C mencapai 29,45 juta ton per tahun. Jatim juga menyimpan cadangan batu kapur sekitar 6 miliar ton, dolomit 1,67 miliar ton, dan marmer 531 juta ton. “Memang di sisi selatan Jatim secara karakteristik geologisnya memungkinkan untuk mengandung tambang logam, seperti emas, perak dan tembaga,� ujar Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Jatim Dewi J. Putrianti. Saat ini setidaknya sudah ada sejumlah perusahaan tambang yang berminat menggali logam dari perut bumi di sisi selatan Jatim. PT Aneka Tambang
(Antam) tercatat pernah melakukan eksplorasi di sisi selatan, yakni Kabupaten Trenggalek dan Pacitan. Sayangnya, langkah Antam untuk mendapatkan emas belum membuahkan hasil. Sejauh ini, kata Dewi, perusahaan itu belum meningkatkan status tambangnya dari eksplorasi menjadi eksploitasi. Bahkan, Antam memilih angkat kaki dari lokasi penambangan. “Dari kajian selama eksplorasi kemungkinan besar tidak memiliki nilai ekonomisnya. Mungkin ada kandungan emasnya, tetapi karena tidak ekonomis dan sebanding dengan biaya penambangan jadinya mereka mundur,” katanya. Namun, nasib berbeda dialami PT Indo Multi Niaga (IMN) yang melakukan eksplorasi di Gunung Tumpang Pitu, Kabupaten Banyuwangi. IMN yang melakukan eksplorasi tambang logam menemukan potensi emas di Gunung Tumpang Pitu yang selama ini menjadi lahan konservasi. Diduga cadangan biji emasnya mencapai sekitar 9.600.000 ton dengan kadar emas rata-rata mencapai 2,39 ton. Sedangkan jumlah logam emas sekitar 700 ribu ton. Penambangan dengan metode “tambang dalam” (underground mining) itu akan memproduksi emas mencapai 1,577 ton per tahun. IMN sendiri sudah merogoh kocek hingga 4,3 juta dollar AS. “Yang jelas baru PT IMN yang eksplorasinya sudah mengarah ke eksploitasi. Kalau yang lain memang belum ada, baru tahap eksplorasi,” ujar Dewi. Wilayah selatan Jatim yang lain juga tengah dilirik sejumlah investor tambang. Sebut saja, Kabupaten Jember juga sedang tengah dilirik investor untuk diteliti kandungan emasnya. Namun statusnya juga masih eksplorasi. Dewi mengatakan, rata-rata perusahaan tambang yang melakukan eksplorasi merupakan perusahaan lama. Ini karena hanya perusahaan lama yang sudah mengantongi izin eksplorasi. Sementara perusahaan baru masih terbentur UU Pertambangan yang belum memiliki turunan aturan teknis dalam bentuk PP untuk melakukan eksplorasi. “Beberapa daerah di Jatim memang masuk tahap eksplorasi, kebanyakan perusahaan lama yang melakukan itu. Tetapi apakah mengandung nilai ekonomis, itu yang masih belum ketemu untuk mengarah pada eksploitasi,” jelasnya. Kuat dugaan, langkah para perusahaan tambang untuk mulai melakukan
eksplorasi terhambat sejumlah faktor. Selain terbentur peraturan, infrastruktur yang minim membuat sisi selatan Jatim masih belum diminati investor. Hal inilah yang membuat Pemerintah menggelontorkan dana hingga Rp 7 triliun – dicicil dalam anggaran APBN dan APBD tiap tahun – untuk membangun Jalan Lintas Selatan (JLS). JLS inilah yang akan menjadi infrastruktur utama dan membentang dari Pacitan hingga Banyuwangi. Besar kemungkinan setelah JLS selesai, investor akan makin melirik sisi selatan Jatim. Apalagi jika disparitas wilayah antara sisi selatan dan utara sudah makin menipis. “JLS itu kan tujuannya supaya agar investor mau masuk, mungkian ada industri dan perikanan di sisi selatan Jatim yang akan berkembang usai JLS selesai,” katanya. Sementara Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Jatim Rasiyo juga meminta kepada pihak dan instansi berwenang untuk melakukan penelitian di bagian tengah dan selatan Jatim. Ia berharap, ada pihak berkompeten meneliti kemungkinan adanya cekungan migas ataupun tambang di wilayah selatan Jatim. “Selama ini potensi migas memang ada di wilayah utara Jatim. Sementara di wilayah selatan hampir tidak ada. Jadi kita tentu berharap pihak yang berkompeten untuk meneliti kemungkinan adanya cekungan migas itu,” kata Rasiyo.
Pasir Besi Potensi tambang lain yang cukup menggiurkan pasir besi di wilayah Kabupaten Lumajang. Hitungan kasarnya, ada sekitar 60.000 hektare lokasi di Kabupaten Lumajang selatan yang mengandung pasir besi. Rata-rata kadar besinya antara 30% hingga 40%. Bahkan, di beberapa kawasan kadar besinya mencapai 60%. Besarnya cadangan pasir besi di Lumajang berkaitan erat dengan aktivitas vulkanis Gunung Semeru. Material vulkanik dari Gunung Semeru terbawa aliran air hujan hingga ke sisi pantai selatan Lumajang. Dengan sentuhan proses alam, terjadi penumpukan pasir besi di kawasan pantai selatan. Anggota Komisi C DPRD Jatim Sugiono mengatakan, kawasan Pantai Puger menjadi salah satu lokasi yang kandungan pasir besinya cukup melimpah. Namun, kawasan Pantai Puger tersebut belum dieksploitasi secara maksimal. Meskipun Pemkab setempat sudah sempat memberikan izin pe-
nambangan. Sayangnya, ada keterbatasan modal dalam melakukan upaya eksploitasi pasir besi. Selain itu, sejumlah kalangan masyarakat khawatir akan dampak kerusakan lingkungan atas upaya eksploitasi pasir besi di kawasan tersebut. “Potensi pasir besinya dahsyat, tetapi modal utamanya belum mencukupi untuk melakukan eksploitasi. Jadi Pemprov diharapkan bisa memfasilitasi itu,” katanya. Namun, eksploitasi pasir besi di Lumajang juga tidak berlangsung mulus. Pemkab Lumajang yang sebelumnya mengobral izin penambangan tersandung sejumlah masalah. Yang paling pelik batas wilayah tambang antarperusahaan. Sehingga wilayah antar perusahaan saling tumpang tindih. Inilah yang membuat Pemerintah pusat memintah Pemkab untuk melakukan evaluasi dengan tidak memberikan izin baru perusahan tambang. Tujuannya, untuk mencegah potensi saling serobot antarperusahaan tambang karena wilayah penambangan yang saling tindih. “Sedang dievaluasi, karena peta tambang yang dikeluarkan Pemkab Lumajang kurang pas. Akibatnya lokasinya tumpang tindih dan susah jadinya. Pengukurannya dulu mungkin belum memakai GPS,” timpal Dewi. Kualitas pasir besi di Kabupaten Lumajang juga diakui Direktur Utama PT Indo Modern Mining Sejahtera (IMMS), Lam Chong Sam. Ia mengakui, kualitas dan kuantitas pasir besi di Kabupaten Lumajang yang penuh dengan kandungan titanium. Kini IMMS terus berupaya agar mendapatkan izin eksploitasi seluas 3.200 hektare. Pasir besi sendiri sudah bisa ditemukan pada kedalaman dua hingga tujuh meter. IMMS sendiri memastikan akan tetap menginvestasikan dana sekitar Rp 2 triliun guna melakukan proses usaha pertambangan dengan mengeksploitasi mineral pasir besi di sejumlah wilayah di Kabupaten Lumajang dengan target produksi 20.000 ton/hari. Investasi sebesar itu akan digulirkan secara bertahap selama tujuh tahun. “Mesin-mesin pengolahan itu beberapa diantaranya telah berhasil didatangkan, road map manajemen akan ada 25 set mesin atau totalnya 50 unit mesin dimana satu mesin mampu berproduksi 3.500 ton per hari. Jadi targetnya bila semua mesin terpasang akan mencapai produksi 20.000 ton pasir besi per hari,” tegasnya. yopi widodo
global energi I EDisi 06 I MEI 2012 I 25
Nasional
GE/Yudhi Dwi Anggoro Seorang penambang tengah menaikkan pasir besi ke truk
Desir ‘Khawatir’ Pasir Besi Pasir besi menghampar di pesisir pantai selatan Jawa Timur. Mulai Lumajang, Jember, Malang, dan Blitar. Namun desir pasir besi malah membuat warga khawatir. Mengapa?
K
abupaten Lumajang sungguh kaya akan hasil tambang. Khususnya pasir besi. Tapi sayang selama ini potensi tersebut belum dikelola secara maksimal. Lumajang yang kaya pasir besi pun tetap miskin Pendapatan Asli Daerah (PAD) khususnya dari pemanfaatan tambang pasirnya. Lihat saja struktur kekuatan APBD Kabupaten. Lumajang yang saat ini telah mencapai angka Rp 1,129 triliun. Dari sisi pendapatan asli daerah (PAD) hanya mampu menyuguhkan Rp 87 miliar. Angka ini jauh dari kekuatan potensi alam yang ada, khususnya hamparan tambang pasir, baik galian C maupun galian B (pasir besi). Catatan DPRD setempat, potensi
26 I global energi I EDisi 06 I MEI 2012
dan deposit mineral pasir besi di Kabupaten Lumajang diprediksi mencapai jutaan metric ton dengan asumsi sebaran mencapai hampir 8,495,6 ha atau 8.495 x 10.000 M2 x 4 M (asumsi kedalaman), maka akan mencapai jumlah 339.800.000 MT (raw macterial). Dari jumlah tersebut yang mempunyai kadar Fe sekitar 50 % sehingga diproyeksikan jumlah deposit mencapai 339.800.000 x 50 % = 169.900.000 MT. Bila pemerintah kabupaten mendapat kontribusi Rp 5.000/ton, maka secara garis besar akan tembus pada angka Rp 849.500.000.000 per tahun. Tapi ironis, secara terang –terangan eksekutif malah enggan menaikkan PAD ketika diminta DPRD Kab. Lumajang untuk menggenjot PAD dari angka Rp 87 miliar menjadi Rp 100 miliar. Mereka bilang tidak mampu kalau harus menaikkan PAD lagi. “Angka Rp 87 miliar ini sudah mentok, kami menyerah kalau masih harus menaikkan PAD sampai Rp 100 miliar. Apalagi PAD harus ditarik dari sektor galian C maupun B,” kata Ahmad, anggota Badan Anggaran DPRD Lumajang,
saat menceritakan liku-liku pembahasan APBD 2012 yang sempat molor. Ahmad yang juga salah satu pimpinan Komisi A DPRD Lumajang menceritakan, pihaknya melalui Komisinya beberapa kali juga telah mengadakan rapat kerja dengan Pokja (Kelompok Kerja) yang khusus menangani soal pertambangan. Namun dari beberapa kali rapat kerja, pihak eksekutif selalu beralasan setiap kali didesak untuk menaikkan PAD dari sektor galian C maupun B. “ Sepertinya tidak ada goodwill,” ungkapnya. Sekadar diketahui, saat ini ada investor besar telah mengantongi Izin Usaha Pertambangan (IUP) dari Bupati, antara lain PT Aneka Tambang seluas 500 ha dan PT Indo Modern Mining Sejahtera (IMMS) seluas 8.000 ha. Tetapi keduanya saat ini masih belum melakukan produksi maksimal. Hanya PT IMMS saja yang telah mengantongi izin eksploitasi. Bupati Lumajang Sjahrazad Masdar mengakui, potensi mineral pasir besi belum maksimal dieksploitasi guna memberikan dampak ekonomi bagi
masyarakat. “Hasil survei geologi, potensi pasir besi mencapai luasan sekitar 12.500 hektare, saat ini sudah ada beberapa perusahaan baik BUMN, seperti PT Aneka Tambang dan swasta murni seperti PT IMMS yang mengupayakan proses eksplorasi maupun eksploitasi. Harapannya bila eksploitasi sukses akan berdampak signifikan bagi Lumajang,” kata Masdar Sedangkan Direktur Utama PT IMMS, Lam Chong San mengakui besarnya potensi pasir besi di Lumajang. ”Kualitasnya bagus karena kandungan titanium yang tinggi,” ucapnya ketika menyampaikan sosialiasi Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) perusahaannya. Staf Bagian Operasional PT IMMS, Marzuki Sapra, menjelaskan, potensi pasir besi dengan kandungan titanium yang tinggi itu tersebar di sejumlah lokasi, yakni di Desa Bades, Bago, Selok Awar-awar, Selok Anyar, serta Pandanwangi dan Pandanarum. Saat ini PT IMMS sedang mengurus izin eksploitasi pasir besi di lahan seluas sekitar 3.200 hektare. Rata-rata kandungan besinya (Fe) 15 hingga 40 persen. ”Pada kedalaman dua hingga tujuh meter sudah bisa diperoleh pasir besi,” tuturnya. IMMS memastikan akan tetap menginvestasikan dana sekitar Rp2 triliun guna melakukan proses usaha pertambangan dengan mengeksploitasi mineral pasir besi di sejumlah wilayah di Kabupaten Lumajang dengan target produksi 20.000 ton per hari.
Konflik dengan Warga
Namun, berdasarkan pantauan di lapangan, IUP PT IMMS di wilayah Desa Dampar Pasirian, masih menghadapi sengketa “tiga serangkai” antara pi-
Cadangan Geologi dan Tambang Di Lumajang
Luas Dalam Crude Sand Magnetic degree Consentrat Fe rata-rata
hak Perhutani, Dinas Pengairan, dan masyarakat. Ketiganya mengklaim wilayah pertambangan yang sudah dimintakan IUP oleh PT IMMS kepada Bupati itu adalah milik mereka. Pihak PT IMMS yang telanjur mendapat IUP dari Bupati akhirnya tidak bisa berbuat maksimal melakukan pengelolaan pertambangan pasir besi. Maka wajar bila saat ini muncul ratusan pengelola tambang pasir besi liar di sepanjang pesisir pantai Pasirian hinga Tempursari. Chong San mengakui, hingga kini pihaknya masih berupaya melakukan pendekatan kepada masyarakat agar bisa menerima proses industri pertambangan pasir besi berbasis padat modal ini. “Saat ini, manajemen masih melibatkan masyarakat dengan melakukan eksploitasi pasir besi berbasis padat karya (tenaga kerja manusia). Namun produksi yang dihasilkan memang tidak secepat menggunakan mesin. Produksi dengan menggunakan kelompok pekerja itu kini mencapai 500 ton per hari,” ujarnya. Selain PT IMMS, ada pula PT Aneka Tambang yang harus menghadapi warga Desa Wotgalih yang menolak pertambangan pasir besi. Bahkan, kisruh warga dengan PT Antam membuat empat warga Wotgalih yang juga aktivis Foswot ditahan polisi karena diduga melakukan perbuatan tidak menyenangkan. Keempatnya adalah H. Hafid,
Geologi Tambang 720.000 M-2 443.000 M-2 5,21 M 5,16 M 6.533.200 ton 1.509.608 ton 14,21 % 18,83 % 928,616 ton 284.215 ton 41,58 % 48,75 %
Samsuri, Muhin alias Jumani, dan Fendik. Korban aksi mereka adalah Dayat, warga Wotgalih juga. Antam sendiri sudah mendapatkan izin usaha pertambangan. Namun belum bisa beroperasi karena adanya penolakan tersebut. Antam mendapat konsesi pada lahan seluas 504 hektare dengan perkiraan kapasitas produksi 100 ribu ton per tahun. Dalam sepuluh tahun beroperasi –jika tidak ada halangan-- mampu diproduksi 1.136.200 ton. Kawasan yang akan dikelola PT Aneka Tambang tersebut baru 20% dari total potensi pasir besi di Wotgalih. Konflik perusahaan penambang pasir besi dengan warga sudah muncul sejak awal. Saat awal eksplorasi pasar pesi hendak dilakukan, misalnya, Ketua LSM “Raja Giri” Lumajang, Dedi, sudah melakukan penolakan. Penambangan pasir besi oleh PT IMMS di kawasan pantai Selatan Lumajang pasti disertai eksploitasi yang berpotensi merusak lingkungan. Pasalnya, lokasi itu adalah kawasan Perhutani. Artinya, kelak eksploitasi pasir besi akan membuat kawasan hutan hancur. Karena itu wajar berkali-kali warga menggelar aksi menolak penambangan pasir besi tersebut. “Saya minta Perhutani menghentikan aktivitas eksplorasi pasir besi yang tengah dilakukan PT IMMS karena sudah menyalahi aturan,” katanya. gus santo dan beberapa sumber
GE/Yudhi Dwi Anggoro Deretan truk pengangkut pasir di Lereng Gunung Semeru
global energi I EDisi 06 I MEI 2012 I 27
NASIONAL
Jatim Selatan
GN Jalur Lingkar Selatan di kawasan Bajul Mati Jember
Minim Infrastruktur Bisa jadi potensi tambang mineral di wilayah selatan Jatim akan lebih tersohor di telinga para investor jika ada dukungan infrastruktur. Tetapi keinginan untuk menghubungkan sisi selatan Jatim dari barat ke timur masih menemui kendala. Megaproyek Jalan Lintas Selatan (JLS) yang digadanggadang bisa menjadi penyambung di sisi selatan Jatim masih mendendangkan lagu lama dalam setiap proyek pemerintah yaitu kesulitan dana.
28 I global energi I EDisi 06 I MEI 2012
W
ilayah tapal kuda dan sisi barat JLS adalah daerah yang terbawah pergerakan perekonomiannya di Jatim. Penyelesaian JLS diharapkan menjadi pondasi awal untuk menekan disparitas antara daerah utara, tengah dan selatan Jatim. Penyelesaian JLS pun dipastikan masih penuh tanda tanya lantaran sokongan dananya selalu diributkan. Memiliki panjang 634 kilometer, JLS membentang di sepanjang pesisir pantai selatan Jatim. JLS menghubungkan Kabupaten Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang, Lumajang, Jember, hingga Banyuwangi. Tentu membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk membangun jalan sepanjang itu. Hitungan Dinas PU Bina Marga Jatim, tiap kilometer pembangunan JLS membutuhkan dana hingga Rp 2 hingga 4 miliar. Artinya, Pemerintah perlu merogoh kocek hingga Rp 2,6 triliun untuk membangun jalannya saja. Jum-
lah itu belum termasuk pembebasan lahan dan pembangunan sejumlah jembatan. Setidaknya, dibutuhkan Rp 5 triliun untuk menyelesaikan JLS. Sayangnya, aliran dana untuk pembangunan JLS tidak sederas yang diinginkan. Pemprov Jatim hanya mampu menyokong Rp 50 miliar tiap tahunnya untuk pembangunan JLS. Sehingga Pemerintah Pusat lah yang memiliki peranan besar dalam penyelesaian JLS. Dalam pembangunan JLS, total kebutuhan lahan proyek JLS seluas 13.515.288,00 m2. Rinciannya, kepemilikan lahan meliputi, lahan Perhutani 5.609.420 m2, perkebunan 1.284.240 m2, penduduk sekitar proyek 3.671.908 m2, dan lain-lain seluas 3.156.120 m2. Kepala Dinas PU Bina Marga Jatim Dachlan menjelaskan, pembangunan fisik JLS dialokasikan dari APBN. Sedangkan untuk membuka lahan menggunakan dana dari APBD Jatim. Sementara untuk pembebasan tanah dari
Tentang Jalan Lingkar Selatan Panjang: 634 Km Kebutuhan Lahan : 13.515.288,00 m2
Kepemilikan Lahan : Perhutani 5.609.420 m2 Perkebunan 1.284.240 m2 Penduduk sekitar proyek 3.671.908 m2 Lain-lain seluas 3.156.120 m2 Kebutuhan Alokasi Dana : Tiap Kilometer Rp 2 – 4 Miliar (Total diprediksi Rp 7 Trilliun)
Progres Hingga April 2012
12%
52%
Pengaspalan Badan Jalan Baru anggaran APBD kabupaten/kota yang dilalui oleh JLS. “Penganggaran dari dana APBN diharapkan dapat dialokasikan lebih besar. JLS dianggapnya sebagai jalur penting yang dapat menjadi alternatif mengurai kemacetan yang kerap terjadi di jalur tengah dan pantai utara,” katanya. Masalah JLS tidak berhenti sampai di situ. Irwan Setiawan, anggota Komisi D DPRD Jatim menuturkan jika JLS tidak selesai tepat waktu diprediksi akan ada pembengkakan biaya untuk pembangunannya. Irwan menghitung, setidaknya jumlah dana yang dibutuhkan bisa mencapai Rp 30 triliun jika pembangunan JLS makin molor. “Sejauh ini, pengaspalan baru 12%, badan jalan baru diselesaikan 52%, jembatan 32%, alokasi dana baru 14%,” katanya. Prediksi politisi PKS itu, pembangunan JLS baru akan selesai pada 2031 mendatang. Jika JLS tak kunjung selesai pada 2021 mendatang, anggarannya jelas akan melambung hingga Rp 15
32%
14%
Jembatan
Alokasi Dana
triliun. Tetapi pembengkakan biaya itu akan jauh lebih besar Rp 10 triliun jika JLS baru selesai pada 2031 mendatang. Prediksi yang tidak menyenangkan inilah yang kemudian harus dihindari pemerintah jika ingin potensi tambang mineral di sisi selatan Jatim segera masuk proses eksplorasi. Jika tidak, investor akan tetap enggan untuk menjejakkan kakinya di sisi selatan Jatim.
Minta Dukungan DPR Gubernur Jatim Soekarwo juga tidak tinggal diam untuk mempercepat pembangunan JLS. Soekarwo meminta dukungan para legislator Senayan yang berasal dari daerah pemilihan Jatim untuk mengamankan alokasi dana untuk pembangunan JLS. Pakde Karwo, sapaan akrabnya mengatakan, dukungan dari para legislator yang duduk di Senayan penting, Sehingga JLS mendapatkan prioritas dalam pembangunan yang dilakukan oleh Kementrian Pekerjaan Umum (PU).
GN
“Kita minta dukungan, bagaimana pun JLS ini harus secepatnya selesai karena sangat penting untuk wilayah Selatan Jatim,” katanya. Pembangunan JLS, dianggap sangat penting untuk menekan disparitas wilayah selatan Jatim. Pembangunan JLS juga diharapkan mampu menekan biaya angkut dan menghidupkan sektor ekonomi di wilayah selatan Jatim. Muaranya, adalah penurunan angka kemiskinan di wilayah selatan Jatim. “Tentu kita berharap bisa selesai pada 2014 mendatang. Tentunya ini akan bisa terlaksana jika pusat terus memberikan alokasi anggaran untuk pembangunan JLS,” paparnya. Pemprov Jatim sendiri dalam APBD 2012 mengucurkan Rp 51 miliar untuk mendukung pembangunan JLS. Anggaran sebesar itu nantinya akan digunakan untuk pembangunan jembatan di kawasan Kaligede Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Blitar dan Sananrejo Kabupaten Jember. Sementara, anggaran dari Pusat akan lebih banyak dialihkan untuk wilayah Malang ke sisi timur Permintaan dukungan pembangunan JLS juga datang dari DPRD Jatim. Ketua Fraksi Golkar DPRD Jatim, Gatot Sudjito mengatakan terus melakukan komunikasi politik dengan anggota DPR RI dari Jatim. Khususnya yang berasal dari Partai Golkar. Itu dilakukan untuk mendorong pemerintah pusat melalui kementrian terkait agar mengalokasikan anggaran bagi penyelesaian JLS. “Kader Golkar yang duduk di DPR RI dari Dapil Jatim akan kita minta untuk mengawal anggaran penyelesaian JLS sehingga bisa selesai pada 2014 mendatang,” ujar Gatot. Dalam pembangunan JLS, pemerintah pusat menambah alokasi dananya untuk JLS pada 2012 mendatang. Pada 2012 mendatang, JLS mendapatkan kucuran dana APBN sebesar Rp 115 miliar atau mengalami kenaikan Rp 35 miliar dibandingkan 2011. Alokasi dana dari APBN tersebut nantinya akan digunakan untuk pembangunan infrastuktur dari Glongong, Njethak, Kalikucur, Sendang Biru, jembatan Domas hingga Balekambang. Dukungan juga datang dari Ketua Fraksi Amanat Nasional DPRD Jatim Kuswiyanto mengatakan pihaknya akan mengawal APBD Jatim untuk penganggaran JLS. Apalagi penyelesaian JLS sudah dimasukkan dalam Rancangan Tata Ruang Wilayah (RTRW) Jatim. Tujuan pembangunan JLS, kata dia, jelas diperuntukkan untuk menekan disparitas antar wilayah di Jatim.yopi widodo
Jalur lingkar selatan di kawasan Pacitan tampak sepi
global energi I EDisi 06 I MEI 2012 I 29
Ketenagalistrikan
Terang di Negeri Tetangga, Byar Pet di Negeri Sendiri 30 I global energi I EDisi 06 I MEI 2012
Kabel transmisi listrik sepanjang 122 kilometer tengah dibentangkan dari Bengkayang, Kalimantan Barat melintasi perbatasan negara menuju Mambong, Serawak, Malaysia. Lewat kabel transmisi itu nantinya listrik milik Sarawak Energy Berhad (SEB) akan dialirkan ke Kalimantan Barat. Sesaui rencana, kabel penghantar listrik bertegangan 275 kilovolt ini sudah bisa diaktifkan pada Juli 2014 mendatang.
abel ini akan melempangkan jalan bagi Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang akan memborong setrum dari Malaysia untuk memenuhi kebutuhan perbatasan. SEB menyatakan siap menyediakan berapa pun permintaan PLN untuk Kalimantan Barat. Belanja energi ini akan berlangsung selama lima tahun sampai Indonesia mampu memenuhi suplai energinya sendiri. Sebaliknya, PLN juga berencana mengekspor listrik sebesar 600 megawatt dari Batam, Kepulauan Riau menuju Singapura untuk ditukar dengan ekspor gas yang akan dibutuhkan guna kebutuhan domestic, seperti PLN dan sektor industri. Rencana tersebut saat ini sedang dikaji tim dari Jepang. PLN juga akan mengekspor listrik ke Malaysia dari Sumatera. Indonesia memang berpeluang enjual listrik ke luar, terutama di daerah perbatasan, seperti Batam-Singapura, KalimantanSarawak, serta Bintan-Malaysia. Direktur Utama PLN, Nur Pamudji mengungkapkan, sejauh ini telah dilakukan sekitar 10 kali pertemuan dengan negosiasi yang sangat alot dalam soal harga. Tapi, akhirnya disepakati harganya sekitar 60% lebih murah daripada harga listrik dari pembangkit yang menggunakan bahan bakar minyak (BBM). ‘’Sebenarnya kontrak belum ditandatangani, jadi saya belum bisa mengatakan harganya,’’ katanya. Harga impor yang jauh lebih murah dibandingkan dengan listrik lokal itu lantaran SEB menghasilkan listrik dari pembangkit tenaga air yang sangat ekonomis. Kalimantan Barat saat ini masih dipenuhi pembangkit listrik bertenaga BBM. Angka konsumsi BBM untuk pembangkit listrik di Kalimantan Barat mencapai 99%. Dengan asumsi harga BBM Rp 9.000 per liter. Satu liter BBM rasionya bisa menghasilkan listrik 3 kWh. Maka harga per kWh adalah Rp 3.000. Sementara itu, dengan impor, kisaran harganya sekitar Rp 850 per Kwh. Beban puncak Kalimantan Barat pada 2010 mencapai 283 MW dengan produksi 1.478 gWh. Sistem kelistrikan di Kalimantan Barat terdiri dari satu sistem interkoneksi 150 kV dengan beberapa sistem isolated. Sistem ini telah menjangkau wilayah Pontianak hingga Singkawang melalui Bengkayang, Ngabang, Sanggau, Sekadau, Sintang, Nanga Pinoh, Putussibau, Ketapang, dan Sukadana.
K
Aksi Konkret Meski sudah dirintis tahun lalu, aksi konkretnya baru dilakukan sekarang,
seiring dengan terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 42 Tahun 2012 tentang Jual Beli Tenaga Listrik Lintas Negara. PP tersebut merupakan pelengkap Undang-Undang (UU) Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan, yang berisi aturan penjualan listrik lintas negara. Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Jarman, mengatakan, keluarnya PP tersebut dalam rangka implementasi jaringan interkoneksi listrik negara-negara ASEAN (ASEAN Power Grids). “Interkoneksi itu untuk balance system bila terjadi kekurangan daya dari satu negara bisa disuplai negara lain,”’ ucapnya. Interkoneksi kelistrikan, sudah berlaku di negara-negara lain di dunia. Di Eropa, pertukaran terjadi antara Prancis dan Italia, atau Jerman dan Prancis. Demikian juga Amerika Serikat, yang bertukar listrik dengan Kanada. Di kawasan ASEAN, menurut Jarman, pertukaran listrik itu sudah dilakukan Malaysia dan Thailand. Beban puncak listrik Thailand terjadi pada malam hari, sebaliknya Malaysia mengalami beban puncak pada siang hari. Hal ini membuat kedua negara bisa saling jual-beli setrum secara resiprokal. Harga yang diberikan Malaysia dalam kontrak listrik kali ini jauh lebih murah ketimbang listrik PLN sendiri. Meski belum disepakati harga pastinya, agaknya sudah ada ancar-ancar di Rp 850 per kWh.
Peraturan teknis tentang ekspor listrik tersebut akan segera selesai pada pertengahan tahun ini. Peraturan jual beli listrik negara yang tengah dibentuk penting untuk mencapai mekanisme ekspor listrik yang jelas. aturan .”Peraturan itu mengatur bagaimana kalau kita mengimpor dan mengekspor listrik. Apa-apa saja persyaratannya, nanti diatur dalam peraturan ini. Sekarang peraturannya lagi kami proses,” katanya. Juknis ini menyusul dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 42 Tahun 2012. Dalam aturan itu dinyatakan jual-beli listrik bisa dilakukan sepanjang pasokan listrik di wilayah setempat telah terpenuhi. Dalam PP yang ditetapkan Presiden tertanggal 12 Maret 2012 pasal 4 dijelaskan penjualan tenaga listrik lintas negara dapat dilakukan dengan tiga syarat, yaitu kebutuhan tenaga listrik setempat dan wilayah sekitar telah terpenuhi, harga jual tenaga listrik tidak mengandung subsidi dan tidak mengganggu mutu serta keandalan penyediaan tenaga listrik setempat. PP tersebut juga mengatur bahwa Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan izin penjualan dan pembelian tenaga listrik lintas negara dalam jangka waktu paling lama 30 hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap. Izin penjualan dan pembelian tenaga listrik lintas negara dapat diberikan untuk jangka waktu paling lama lima tahun dan dapat di-
global energi I EDisi 06 I MEI 2012 I 31
perpanjang. Bagi pemegang izin penjualan maupun pembelian tenaga listrik lintas negara wajib melaporkan pelaksanaan penjualan tenaga listrik lintas negara secara berkala setiap enam bulan kepada menteri.”Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara permohonan izin penjualan tenaga listrik lintas negara diatur dengan peraturan Menteri,” bunyi pasal 8. Di samping mengatur ketentuan ekspor listrik, pemerintah juga membuat aturan impor listrik dari negara lain. Untuk bisa mengimpor listrik, sebuah daerah setidaknya harus memenuhi enam persyaratan. Keenam ketentuan itu adalah kebutuhan listrik belum memenuhi kebutuhan wilayah, hanya sebagai penunjang pemenuhan kebutuhan tenaga listrik setempat, serta tidak merugikan kepentingan negara dan bangsa yang terkait kedaulatan, keamanan, dan pembangunan ekonomi.Tiga syarat lain adalah impor dilaksanakan untuk meningkatkan mutu dan keandalan penyediaan tenaga listrik setempat, tidak mengabaikan pengembangan kemampuan penyediaan tenaga listrik dalam negeri, serta tidak menimbulkan ketergantungan pengadaan tenaga listrik dari luar negeri. Sementara itu, untuk harga pembelian
32 I global energi I EDisi 06 I MEI 2012
tenaga listrik lintas negara, pasal 14 PP tersebut menyebutkan, harus memperhitungkan nilai keekonomian dan memperoleh persetujuan menteri.
Janji PLN PLN sendiri akan mulai mengeksporimpor listrik pada 2014 dengan target awal 50-100 megawatt. PLN berjanji tetap akan memrioritaskan kebutuhan listrik dalam negeri. Dua tahun lagi bisa dimulai,” kata Nur Pamudji. Proses ekspor-impor listrik saat ini masih dalam pembicaraan fasilitas. Indonesia sendiri berencana mengekspor-impor listrik dari dan ke beberapa negara tetangga. Walaupun begitu, ekspor listrik baru bisa dilakukan jika kebutuhan listrik dalam negeri telah terpenuhi dengan baik. Sementara itu, Direktur Perencanaan dan Manajemen Risiko PLN, Murtaqi Syamsuddin, menjelaskan, interkoneksi Kalimantan-Serawak kemungkinan akan ditenderkan tahun ini, sehingga diharapkan konstruksi dapat dimulai pada 2013. “Dan pada 2014 semua telah siap,” ujar dia. Menurut Murtaqi, investasi PLN pada porsi wilayah Indonesia, sedangkan wilayah Malaysia dipegang Serawak Energy Berhad. Rencananya, Indonesia akan mengimpor listrik dari Serawak untuk
memasok listrik di Kalimantan Barat dengan harga mengacu PLTA besar. Sementara itu, Indonesia berencana untuk mengekspor dari Sumatera ke Malaysia dan Singapura, karena cadangan batu bara di Sumatera sangat besar. Energy Market Authority (EMA) Singapura telah mengumumkan keinginan impor listrik. EMA sudah membuat gambaran kasar kerangka aturan dan meminta PLN memberikan masukan. “Secara bisnis, ini menguntungkan bagi PLN,” katanya. Asosiasi Produsen Listrik Swasta Indonesia (APLSI) mengapresiasi terbitnya Peraturan Pemerintah No.42 Tahun 2012 tentang Jual Beli Tenaga Listrik Lintas Negara. Ketua Umum APLSI A. Santoso mengatakan, PP tersebut membuka peluang bagi pengusaha listrik swasta untuk mengadakan jual beli listrik dengan negara tetangga di wilayah perbatasan. “PP itu lebih untuk strategi menjual listrik ke luar negeri. Kami sebagai asosiasi mendukung, ini sangat membuka peluang bagi daerah-daerah yang berbatasan dengan negara lain,” ujarnya. Indonesia berpeluang untuk menjual listrik ke luar terutama di daerah perbatasan, seperti Batam-Singapura, Kalimantan-Sarawak, serta Bintan-Malaysia. Terkait harga listriknya, Santoso
mengatakan, itu akan sangat berbeda-beda tergantung dari lokasinya. Sementara Komaidi, Wakil Direktur ReforMiner Institute mengatakan, PP itu akan memberikan dasar hukum bagi PLN untuk melakukan ekspor listrik dan secara korporasi akan menguntungkan PLN. “Itu tentu saja positif. Tapi pertanyaannya sekarang, apakah hal itu perlu untuk dilakukan saat ini? Secara rasio elektrifikasi, itu merugikan dalam negeri karena saat ini rasio elektrifikasi nasional belum maksimal,” ujarnya. Ia mengingatkan, pemerintah agar memenuhi kebutuhan listrik di dalam negeri terlebih dahulu untuk mengakomodasi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus meningkat. Rasio elektrifikasi di Indonesia harus sudah dipenuhi dulu, baru kemudian listrik bisa diekspor.
Beban Polusi Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform (IESR) Fabby Tumiwa menilai, rencana memulai ekspor listrik pada 2014 harus didukung dengan regulasi yang jelas. Sebab, jangan sampai terjadi Indonesia ekspor listrik tapi Indonesia masih kekurangan listrik dan menanggung beban polusi karbon dioksida (CO2). “Pembangkit listrik di Indonesia dari batu bara Indonesia, listriknya diekspor. Mereka (negara tujuan ekspor) dapat listrik murah dan bebas emisi tapi yang nanggung Harus jelas polusi CO2 Indonekonsep sia. Itu secara konperencanaan, vensi internasional, Indonesia yang berhingga aturan kontrak. tanggung jawab,” Contoh, kalau tiba-tiba kata Fabby. Batam memerlukan listrik Untuk itu perlu tambahan, maka ekspor ada regulasi yang mengatur harga jual listrik ke Singapura bisa listrik antarnegara. dialihkan. Aturan tersebut, harus tercantum ekspor listrik dipastikan tidak akan mengganggu kemanan energi nasional.”Harus jelas konsep perencanaan, hingga aturan kontrak. Contoh, kalau tiba-tiba Batam memerlukan listrik tambahan, maka ekspor listrik ke Singapura bisa dialihkan. Yang penting, kalau kekurangan listrik jangan susah kembali,” katanya. Aturan kedua yang wajib dicantumkan terkait kompensasi CO2. Listrik yang diekspor nantinya harus terkena pajak CO2 sehingga harga listrik untuk ekspor terdiri dari biaya pokok listrik (BPP), margin, dan pajak CO2.”Karena sebenarnya urusan energi di Malaysia dan singapura bukan concern Indonesia, yang penting energi di Indonesia terjaga. Kalau mereka mau listrik dari Indonesia, mereka harus bayar dampak CO2,” tambahnya. Pemerintah saat ini sedang mengkaji regulasi khusus yang akan mengatur jual beli listrik antarnegara. Aturan berbentuk peraturan pemerintah tersebut akan terbit pada pertengahan 2012. Sedangkan anggota Komisi VII DPR RI Dewi Aryani Hilman menilai rencana impor listrik sebagai sesuatu yang naif. Ia tidak setuju dengan rencana PLN itu. Menurut dia, kemandirian energi tetap harus menjadi pilihan pertama. ‘’Itu rencana yang salah besar,’’ tegasnya. Dewi menilai, Kalimantan memiliki sumber daya yang berpotensi dikonversikan menjadi listrik. Salah satu kekayaan yang melimpah di sana adalah batubara. Ia meminta pemerintah
Rasio Elektrifikasi Masih 74,49% Kondisi kelistrikan di Indonesia masih memprihatinkan. Hal ini ditandai oleh rendahnya rasio elektrifikasi di sejumlah daerah di Indonesia, terutama di Indonesia bagian timur. Mengutip catatan Direktur Utama PT PLN Nur Pamudji dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR beberapa waktu lalu, rasio elektrifikasi nasional pada tahun 2011 sebesar 74,49 persen dari total jumlah penduduk di Indonesia dan 72,03 persen di antaranya berasal dari pembangkit listrik milik PLN. Tahun 2011 realisasi rasio elektrifikasi di Jawa dan Bali 76,9 persen, di Indonesia bagian barat 76,7 persen dan di Indonesia bagian timur hanya mencapai 62,4 persen. Untuk itu, pada tahun 2012 PLN menargetkan rasio elektrifikasi nasional sebesar 74,03 persen. PLN menargetkan rasio elektrifikasi nasional pada tahun 2014 bisa mencapai 80,01 persen. Dengan rincian, rasio elektrifikasi di Jawa dan Bali 82,2 persen, di Indonesia bagian barat 84,7 persen, di Indonesia bagian timur 65,7 persen. Terkait hal itu, PLN berusaha menyeimbangkan pasokan dan kebutuhan dengan mengoptimalkan aset dan sumber-sumber lokal yang ada seperti pembelian kelebihan tenaga listrik dan pembelian listrik dari pembangkit milik swasta yang tidak dimanfaatkan dan revitalisasi pembangkit. PLN juga menargetkan penambahan kapasitas terpasang pembangkit listrik pada tahun 2012 mencapai 3.351 Megawatt. Penambahan kapasitas itu berasal dari mulai beroperasinya sejumlah pembangkit yang masuk dalam program percepatan pembangunan pembangkit listrik 10.000 MW tahap satu. Sementara pada tahun 2011, PLN menambah kapasitas terpasang pada pembangkit listrik sebanyak 2.875 MW. Adapun pada tahun 2010 realisasi penambahan kapasitas terpasang pembangkit listrik dari program percepatan pembangkit listrik 10.000 MW tahap satu sebesar 300 MW. djauhari effendi
global energi I EDisi 06 I MEI 2012 I 33
GN Seorang pekerja PLN tengah memperbaiki kabel listrik tegangan tinggi.
membangun pembangkit listrik (power plant) di mulut tambang batubara sehingga lebih murah. Ia juga melihat Kalimantan memiliki sumber air yang bisa dieksplorasi menjadi listrik. Kebijakan impor listrik, kata Dewi, menunjukkan bahwa pemerintah hanya memikirkan solusi jangka pendek. Padahal, ketahanan energi nasional ha-
ruh Nusantara. Khusus wilayah perbatasan, Dewi berharap pemerintah segera membangun pembangkit listrik di wilayah perbatasan yang kaya tambang. ‘’Itu banyak potensinya. Hanya perlu iktikad baik dari pemerintah,’’ ujar Dewi. Sehingga biaya produksi listrik menjadi dapat ditekan, sekaligus membe-
Ini sangat ironi kalau kita menjual listrik ke negara lain. Padahal di negeri sendiri kita masih mengeluh. Filosofinya listrik itu harus jadi infrastruktur, bukan produk jual. rus dikedepankan. ‘’Pemerintah hanya mau gampang,’’ ujarnya. Impor listrik tidak dimungkiri memiliki implikasi yang luas. Kamboja, misalnya, pernah memiliki pengalaman dilematis dalam hubungan dengan Vietnam gara-gara listrik. Kamboja dulu membeli listrik dari Vietnam, meskipun sebelumnya Vietnam melakukan serangan militer ke Kamboja. Dampaknya, ketika Kamboja kembali bersitegang dengan Vietnam, mereka tidak bisa berbuat banyak. Posisi Kamboja lemah secara politik karena listrik mereka sangat bergantung pada Vietnam. ‘’Apa kita mau seperti ini dengan Malaysia?’’ protesnya. Akses listrik di wilayah perbatasan juga bukan hanya menjadi persoalan di Kalimantan Barat. Menurut Dewi, masyarakat di Papua pun mengalami permasalahan serupa. Belum lagi di kawasan yang notabene bukan wilayah perbatasan seperti Maluku, Sulawesi, dan berbagai wilayah terpencil di selu-
34 I global energi I EDisi 06 I MEI 2012
rikan rangsangan bagi perekonomian masyarakat. Saat ini, tulang punggung listrik masih didominasi Pulau Jawa. Padahal, kondisi ketersediaan energinya sudah kembang kempis.
Jangan Jadi Komoditas Sementara Direktur Pengkajian Energi Universitas Indonesia Iwa Gurniwa menjelaskan, sebaiknya listrik dipandang sebagai infrastruktur untuk mendorong perekonomian bangsa, bukan sebagai barang komoditas yang dapat diperjualbelikan. “Ini sangat ironi kalau kita menjual listrik ke negara lain. Padahal di negeri sendiri kita masih mengeluh soal listrik. Filosofinya listrik itu harus jadi infrastruktur, bukan produk jual,” kata Iwa. Indonesia sebaiknya membeli listrik dari negara tetangga untuk mendorong perekonomian bangsa. Dengan mengimpor listrik, Indonesia dapat meningkatkan indeks pembangunan manusia (IPM) yang saat ini baru ber-
ada di peringkat 109 (2008). “Semakin tinggi konsumsi energi per kapita suatu negara maka semakin tinggi rangking IPM-nya karena semakin sejahtera rakyatnya,” kata Guru Besar UI ini. Dengan mengimpor listrik, lanjutnya, Indonesia dapat lebih produktif sehingga dapat mengolah barang bernilai tambah untuk diekspor kembali. Untuk mendorong perekonomian Indonesia dan menuju negara sejahtera dibutuhkan peningkatan pasokan atau penyediaan energi yang sangat besar. Ironisnya, walaupun konsumsi per energi di Indonesia masih rendah, namun penduduk Indonesia terkenal boros karena biaya produksi suatu barang di Indonesia lebih mahal dibandingkan negara-negara lain. “Kita ini ya sudah miskin, boros lagi,” katanya. Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2012 Tentang Jual Beli Tenaga Listrik Lintas Negara, namun aturan tersebut dinilai masih banyak kelemahan. Dalam PP tersebut tertulis izin penjualan tenaga listrik lintas negara diberikan jangka waktu paling lama lima tahun dan dapat diperpanjang. Iwa mempertanyakan apakah waktu lima tahun cukup untuk membayar investasi jaringan. Padahal PLN sendiri telah menyatakan investasi jaringan baru akan tertutup dalam jangka waktu tujuh tahun. Dalam PP tersebut juga dicantumkan pembelian listrik tidak menimbulkan ketergantungan pengadaan tenaga listrik dari luar negeri, padahal dengan membeli tenaga listrik dari luar negeri dan terikat kontrak dengan harga dan waktu tertentu, maka Indonesia sudah bergantung pada pengadaan tenaga listrik dari luar negeri. Jika pemerintah berniat menjual listrik ke negeri tetangga, pemerintah juga harus memperhitungkan efek lingkungan dari PLTU. “Jangan sampai kita cuma dapat kotornya dan Malaysia mendapatkan listrik yang bersih,” katanya. Untuk itu, Iwa menyarankan pemerintah lebih baik membuat perencanaan energi. Dia mencontohkan, negara maju seperti China dan Amerika Serikat memilih menjaga cadangan energinya dengan cara mengimpor lebih dulu dibandingkan mengeksploitasi sumber daya alam yang ada di negaranya. “Energi ini bukan hanya untuk generasi sekarang. China beli dari luar, Amerika Serikat beli dari luar, tapi mereka menahan eksploitasi sumber daya mineral mereka,” katanya. djauhari effendi
global energi I EDisi 06 I MEI 2012 I 35
KOLOM
Paradoks Baru Itu Bernama Impor Listrik Kita mengenal kosakata paradoks, untuk menggambarkan keanehan kejadian yang seharusnya tidak terjadi. Dalam bidang energi, paradoks itu juga kita amati. Kenyataan-kenyataan unik dalam hal diversifikasi dan konservasi energi adalah paradoks lama; dan terus berlangsung hingga sekarang. Belum sempat ada tandatanda perbaikan akan berhasil, kini muncul lagi wacana - atau malah sudah menjadi rencana - untuk impor listrik. ekitar 95% kebutuhan energi kita dipasok oleh energi fosil dari jenis minyak, gas dan batubara, dimana minyak sendiri berkontribusi kurang lebih 50%. Konsumsi minyak nasional terus tumbuh, namun kemampuan produksinya terus menurun sehingga sekarang kita adalah importir minyak. Harga minyak lebih mahal, dengan nilai kemahalan lebih dari tiga kali lipat daripada harga gas, batubara, panas bumi atau air. Namun demikian, diversifikasi energi melalui program konversi minyak menjadi bahan bakar yang murah ini belum berhasil. Paradoksnya, kita tahu minyak itu mahal, tetapi tetap digalakkan, termasuk untuk melistriki daerahdaerah di luar Jawa. Dari sisi konservasi energi, persoalan-
S
36 I global energi I EDisi 06 I MEI 2012
Mukhtasor Direktur Eksekutif Indonesian Center for Energy and Environmental Studies (ICEES) nya juga unik. Cadangan terbukti untuk minyak, gas dan batubara berturut-turut adalah 8 miliar barel, 160 TCF, dan 21 miliar ton. Namun jika kita memperhatikan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 236 juta jiwa, maka potensi sumber energi fosil per kapita, atau jumlah cadangan energi fosil dibagi jumlah penduduk, menjadi relatif kecil, berada di bawah rata-rata dunia. Cadangan minyak kita setara dengan 5,5 TOE per kapita (atau ton minyak ekivalen per jiwa penduduk), sementara cadangan minyak rata-rata dunia adalah 27,2 TOE per kapita. Un-
tuk cadangan gas, 18 TOE per kapita, di bawah cadangan gas dunia yang nilainya 25,2 TOE per kapita. Sedangkan untuk batubara, cadangan kita 46,9 TOE per kapita, dibawah rata-rata dunia 78,2 TOE per kapita. Dengan kondisi seperti itu, paradoksnya, kebijakan konservasi energi tidak sesuai harapan. Konservasi di sisi hulu adalah pemeliharaan sumberdaya energi agar awet, dan pengalokasian cadangan untuk masa depan. Sementara di sisi hilir, konservasi berarti peningkatan efisiensi atau penghematan dalam pemanfaatan energi di sektor industri, rumah tangga, maupun transportasi. Nyatanya, konservasi ini tidak tecapai, ditandai misalnya dengan ekspor gas dan batubara yang terus marak, kurang terkendali, dan belum adanya cadangan penyangga dan cadangan strategis energi. Dan yang terbaru, kini kita diperdengarkan wacana impor listrik dari Malaysia untuk memasok kebutuhan di Kalimantan Barat. Skema kerja sama dengan negeri tetangga itu mungkin saja dibuat dalam konteks ekspor-impor, masing-masing negara bisa mengekspor ataupun bisa juga
Tidak Relevan Impor listrik untuk Kalimantan Barat sesungguhnya saat ini sudah tidak relevan, baik dari sisi ketahanan ataupun kemandirian energi nasional. Undang-undang Nomor 30/2007 tentang energi mengamanatkan dua kata kunci tersebut – ketahanan dan kemandirian – didalam pengelolaan energi nasional. Jika ketahanan energi difahami sebagai kondisi dinamis terjaminnya penyediaan energi dan akses masyarakat atas energi dalam menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan, impor ini tidak diperlukan saat ini, dan juga tidak untuk proyeksi ke depan. Menurut perhitungan yang ada, besaran kapasitas pembangkit sudah mampu mengatasi beban kebutuhan maksimum yang ada. Kondisi ini memang berbeda dengan kondisi beberapa tahun lalu, pada saat ide impor listrik ini pertama kali muncul menjadi opsi penyelesaian kelistrikan di Kalimantan. Dalam konteks proyeksi kebutuhan listrik ke depan, pasokan listrik juga masih aman. Memang benar bahwa kebutuhan listrik terus mengalami pertumbuhan, sebagai akibat dari pertumbuhan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Untuk Kalimantan, sejumlah proyek percepatan pembangkit listrik akan segera selesai dalam beberapa tahun ke depan. Sesuai dengan perhitungan, dengan pasokan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang baru, pertumbuhan kebutuhan listrik tersebut masih dapat dipenuhi. Dari sisi kemandirian energi, impor listrik ini bukanlah point yang bagus. Apalagi, menurut peraturan perundangan, pemanfaatan energi menguta-
makan sumber energi setempat, atau sumber energi yang tersedia di lokasi itu. Pengutamaan energi setempat bukan hanya amanat legal, namun juga lebih rasional karena lebih unggul dari sisi kemudahan penyediaan, biaya transportasi atau transmisi, dan juga keandalan operasional. Dengan sumber energi yang melimpah, jika misalnya cadangan air di Kalimantan Barat dimanfaatkan untuk pembanmgkit listrik, impor ini tidak diperlukan lagi. Kalimantan adalah koridor yang merupakan lumbung energi nasional. Kekayaan alam batubara, minyak/ gas dan juga air di Kalimantan adalah sumber energi sangat besar untuk memasok sistem kelistrikan. Dan kini, pulau lumbung energi ini direncanakan akan dipasok energi dari luar negeri. Jika alasannya adalah biaya, coba kita hitung. Untuk kebutuhan impor ini diperlukan transmisi tegangan tinggi sampai menyambung sistem Malaysia, kurang lebih 90 Km. Jika biaya transmisi ini Rp 3 miliar per Km, maka kebutuhan biayanya adalah Rp 270 miliar. Uang senilai ini diperkirakan dapat digunakan untuk membangun pembangkit listrik dari mini hidro dengan kapasitas 15-20 MW, yang sudah sangat membantu untuk sistem kelistrikan Kalimantan Barat. Lebih dari itu, impor listrik ini akan menjadi praktek baru keenergian kita, dimana ketergantungan kita dengan luar negeri bisa berlangsung lama. Hal ini terutama jika kontrak impor itu berjangka panjang. Dari sisi ekonomi juga lebih buruk lagi jika transaksi jual beli itu tidak didasarkan pada konsumsi riil atas tenaga listrik, namun didasarkan pada kuota daya listrik. Misalnya, jika kontraknya atas kuota daya tertentu, maka kita harus membayar meskipun misalnya pada siang hari konsumsi listriknya tidak maksimal. Jika strateginya adalah mematikan PLTU dalam negeri agar bisa berhemat sambil memanfaatkan penuh listrik yang diimpor, maka perhitungan ekonominya juga perlu dilihat, karena biaya listrik PLTU bisa lebih murah daripada harga listrik impor itu. Ini berarti dari sisi ketergantungan dan nilai ekonomi, impor ini tidak sejalan dengan arah kebijakan kemandirian energi. *
com
mengimpor sesuai dengan keadaan. Namun demikian, jika memperhatikan kapasitas pembangkit listrik di Malaysia dan di Kalimantan Barat, kemungkinan kita mengekspor sangat tipis, sementara kemungkinan mengimpor sudah hampir pasti. Apalagi, jika kita memperhatikan besarnya kapasitas pembangkit listrik tenaga air yang dikembangkan di Serawak, kurang lebih tiga kali kapasitas yang dibutuhkan negeri itu.
ENERGI UNTUK NEGERI
join us Global Energi Global Energi Community
global energi I EDisi 06 I MEI 2012 I 37
Ketenagalistrikan
GN Petugas PLN tengah mengawasi di sebuar gardu listrik tegangan tinggi
Mendulang Untung Layanan Premium Bisnis layanan listrik premium bisa menjadi pendulang untung PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) di masa depan. Ini lantaran semakin banyak pelaku industri yang tertarik jadi pelanggan spesial. Apalagi serelah adanya kebijakan kewajiban pengolahan dan pemurnian komoditas tambang mineral di dalam negeri (smelter) dipastikan makin banyak permintaan listrik dari industri pertambangan. arga lebih mahal tapi dijamin layanan optimal. Setidaknya itulah komitmen dijanjikan perusahaan sterum negara ini dalam melayani pelanggan istimewanya . Pelanggan khusus ini akan mendapatkan fasilitas tambahan dibandingkan pelanggan industri biasa. Beberapa kelebihan tersebut di antaranya pelanggan premium menjadi pilihan terakhir jika terjadi pemadaman di wilayah tersebut. Bahkan dijanjikan akan PLN siap membayar denda jika sampai terkena pemadaman. Umumnya pelang-
H
38 I global energi I EDisi 06 I MEI 2012
gan ini dari kelompok industri kakap yang memerlukan jaminan keandalan listrik. Berdasarkan data PLN tahun lalu saja tercatat setidaknya ada tujuh perusahaan menjadi pelanggan premium. Sebut saja, PT Indofood Sukses Makmur Tbk. yang berjenis usaha terigu mengubah daya dari 35 Mva (megavolt ampere) menjadi 50 Mva dengan tarif Rp 754 per Kwh, PT Chandra Asri Petrochemical --usaha kimia-- menambah daya dari 13,80 Mva menjadi 40 Mva dengan tarif Rp 745 per Kwh.
Hankook yang memproduksi ban merupakan pelanggan premium baru PLN dengan kapasitas 30 Mva dengan tarif Rp745 per Kwh, dan akan meningkatkan lagi daya listriknya menjadi 60 Mva pada 2015. Selain itu, terdapat Gorda Prima Steelworks yang memproduksi baja dengan kapasitas 60 Mva dengan tarif Rp745 per Kwh dan PT Semen Dwima Agung yang berjenis usaha semen berkapasitas 40 Kwh dengan tarif sebesar Rp810 per Kwh. PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk yang memproduksi kertas akan memasang daya listrik sebesar 58 Mva dengan tarif listrik Rp745 per Kwh dan PT Semen Gresik Tbk yang akan memiliki daya listrik sebesar 55 Mva dengan tarif listrik Rp 810 per Kwh. Dari pelanggan ini saja dari perhitungan PLN, perusahaan akan memperoleh tambahan pendapatan Rp 27
miliar. Rincian itu diperoleh dari perkiraan rekening per bulan seluruh perusahaan dengan skema tarif premium sebesar Rp 133,2 miliar dikurang total rekening dengan skema tarif industri biasa Rp 106,2 miliar. Jumlah pelanggan pun terus bertambah memasuki tahun 2012. Maret lalu, misalnya, PLN telah meneken nota kesepahaman jual listrik premium sebesar 70 MW untuk pabrik pengolahan nikel milik PT Bosowa Metal Industri di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan. Sebelumnya meneken perjanjian serupa dengan PT Krakatau Posco, perusahaan patungan antara PT Krakatau Steel Tbk dan Posco mulai November 2012 hingga 10 tahun mendatang. Total permintaan k 165 Megavolt Ampere (MVA) akan disalurkan dari jaringan tegangan tinggi 150 kiloVolt (kV) ke instalasi listrik milik pabrik baja Posco di Cilegon, Banten. Dengan layanan premium, penyaluran listrik ke Posco akan ditangani dengan keandalan dan mutu pasokan lebih tinggi dan jaminan tanpa pemadaman. Tak berhenti sampai di situ, giliran dengan PT Bumi Modern Sejahtera yang mendapat pasokan listrik sebesar 300 MW dari PLN. Kepala Divisi Niaga PT PLN Beny Marbun mengatakan, PLN akan memasok listrik untuk dua pabrik pengolahan dan permurnian biji besi dan nikel milik kelompok usaha Modern Internasional di Jawa Timur dan Palopo Sulawesi Selatan. “Kami akan memasok tenaga listrik dengan tahapan 20 MW pada Oktober 2012 ini sudah tersedia, kemudian 60 MW pada Februari 2013, dan 120 MW pada Desember 2013, kemudian tahap berikutnya bertambah 60 MW setiap tahun, sehinga total menjadi 300 MW,” ujar Beny. Menariknya, PLN menjual listrik ke Bumi Modern seharga Rp 810 per Kwh. Harga ini lebih mahal ketimbang harga listrik untuk layanan regular yang hanya Rp 605 per Kwh. Selain dengan Bosowa dan Bumi Modern, masih ada sejumlah perusahaan tambang lainnya yang saat ini lagi bernegosiasi dengan PLN untuk memperoleh pasokan listrik. “Ada pabrik pengolahan zing atau seng, PT Dairi Prima, di Sumatera Utara, sebesar 30 MW,” ujarnya. Selain itu, sebuah pabrik pengolahan mangan di Kupang NTT juga minta listrik. “Sudah minta ke PLN namun masih belum bicara serius. Mungkin minggu depan ini kita bicara kepastiannya,” katanya.
Sistem Listriknya Andal Hanya saja, Direktur Utama PLN, Nur Pamudji mengatakan, layanan premium ini hanya bisa dinikmati pelanggan di daerah yang sistem kelistrikannya sudah andal. Saat ini sistem kelistrikan yang sudah andal hanya ada di Sistem Kelistrikan Jawa dan Sulawesi Selatan. “Tidak mesti di Jawa, bisa juga di Sulawesi Selatan atau sistem-sistem yang sudah lebih stabil dan kuat,” ujarnya. Nur menambahkan, setelah diterbitkannya Peraturan Menteri ESDM Nomor 7 tahun 2012 yang melarang ekspor
Karena itu dengan adanya kepastian dan kesanggupan dari PLN, maka kami akan secepatnya menyelesaikan pembangunan smelter ini, raw material mineral pada 6 Mei 2012 nanti, sejumlah perusahaan mineral mulai menjajaki kerja sama dengan PLN untuk menyediakan listrik untuk pabrik pengolahan dan pemurnian biji mineral. PT Bumi Modern Sejahtera, anak usaha Modern Internasional, memang lagi giat membangun smelter atau pabrik pengolahan dan pemurnian untuk nikel. Bumi Modern berencana membangun tiga pabrik dengan kapasitas masing-masing 110.000 ton nikel per tahun. Presiden Direktur Modern Internasional, Sungkono Honoris mengatakan, ketiga unit smelter tersebut, dua di antaranya sudah pasti akan dibangun di Palopo, Sulawesi Selatan dan di Jawa Timur. Satu pabrik lagi belum ditetapkan lokasinya, tetapi kemungkinan besar berada di Jawa karena pasokan listrik di Jawa yang lebih memadai. “Total investasinya 360 juta dollar AS,” ujarnya. Ketiga smelter tersebut merupakan joint venture dengan perusahaan asal China dengan komposisi pendanaan 51% dari Modern Internasional dan 49% perusahaan asal China tersebut. Tahap awal, hasil pengolahan berupa feronikel akan diekspor ke China. Namun, ke depan Bumi Internasional akan lebih banyak menjual feronikel di dalam negeri. “Kita juga punya pabrik stainless steel bersebelahan dengan
pabrik pengolahan. Dari up stream sampai down stream ada, maunya seperti itu,” tandasnya. Sementara Yulianto Renata, Direktur Perencanaan Produksi Bumi Modern menambahkan, dengan kepastian pasokan listrik dari PLN ini, pihaknya akan segera memulai proses pembangunan. Catatan saja, Modern Internasional juga dikenal sebagai pemilik Fuji Film dan gerai Seven Eleven. Sejak 2005, mereka masuk bisnis pertambangan. Hal senada dikatakan Presiden Direktur PT Bosowa Group Erwin Aksa. Ia menyatakan, pengoperasian smelter dengan kapasitas produksi 10.000 ton nikel dan 5000 ton ferronikel per tahun itu memang akan menyedot listrik yang sangat besar. “Karena itu dengan adanya kepastian dan kesanggupan dari PLN, maka kami akan secepatnya menyelesaikan pembangunan smelter ini,” ujarnya.
Siap Didenda PT PLN (Persero) bersedia dikenakan denda ratusan juta rupiah apabila dalam penjualan listrik massive (premium services) terjadi pemadaman. Direktur Perencanaan dan Manajemen Risiko PLN Murtaqi Syamsuddin mengungkapkan, PLN mulai memerlukan penjualan commisioning sebesar 80 MVA dengan tarif khusus sekira 9 sen dollar AS. “Beberapa ada yang sudah mau tahun ini seperti perusahaan semen dan perusahaan ban,” katanya. Secara teknis, PLN akan menjamin pasokan listrik untuk pelanggan yang sangat kritis dan jumlahnya sangat besar sehingga pasokannya tetap aman. “Dan ada skema jaminan. Kalau misalnya PLN padam, didenda besar sekali bisa sekira ratusan juta rupiah per sekali padam,” ujarnya. Jika semua perusahaan mengklaim kerugian akibat padamnya pasokan listrik, maka PLN akan didenda satu persen dari rekening pembayaran setiap bulannya. “Ini sama. Sekali padam satu persen setiap bulan. Misalnya mereka sudah menyatakan rugi kita kena denda,” tegasnya. Dengan adanya layanan premium ini, membuktikan bahwa PLN mampu menyediakan dan menyalurkan tenaga listrik dengan kualitas (mutu) dan garansi keandalan sesuai permintaan pelanggan melalui skema business to business, khususnya pelanggan besar dengan tingkat mutu layanan yang jauh lebih baik. djauhari effendi dan beberapa sumber
global energi I EDisi 06 I MEI 2012 I 39
Offshore
Tergoda “Nyonya Tua� Blok Mahakam Blok Mahakam yang saat ini hangat diperbincangkan ibarat wanita yang tetap seksi di usia senjanya. Menarik dan menggairahkan untuk tetap dilirik dan dinikmati setiap apa yang di hasilkan. Daya pikat di usia senjanya malah mengundang berbagai mata ikut berebut mendapatkan ‘surga’ rupiah yang ditawarkannya. ni semua tak lain lantaran kandungan gas di Offshore Blok Mahakam masih sangat menjanjikan. Cadangan gas di blok ini diperkirakan masih tersisa 12,2 triliun kaki kubik (TCF). Nilai gas Mahakam setelah dikurangi biaya investasi penambangan dan return 12% ditaksir masih ada sekitar 2,6 miliar dollar AS atau sekitar Rp 23,5 triliun. Wow. Anologi tersebut tak berlebihan kiranya, untuk menggambarkan Blok Mahakam yang telah diperas isinya puluhan tahun lebih, guna mengeluarkan limpahan rupiah untuk membangun negeri ini dan tentunya juga menyejahterahkan Total E&P Indonesie, perusahaan asing yang akan mengelola hingga 2017. Sumber gas di muara Sungai Mahakam, Kalimantan Timur itu masih sangat dicintai Total E&P. Perusahaan migas asal Prancis saking ngebetnya dengan Blok Mahakam , yang telah 50
I
40 I global energi I EDisi 06 I MEI 2012
tahun bercokol (hingga 2017) di sana masih ingin memperpanjang kebersamaannya dengan lapangan gas di lepas pantai tersebut. Blok Mahakam sendiri menempati wilayah seluas 601 hekatre. Dari jumlah itu 213,3 hektare atau 35,5 persen berada di wilayah Kutai Kartanegara. Sisanya 388 hektare atau 64,5 persen merupakan wilayah provinsi. Nah, di kawasan inilah terdapat tujuh sumur, masing-masing Tambora, Sisi, Peciko, Nubi, Bekapai, Handil dan Tunu. Belum lagi dua sumur gas West Stupa dan East Mandu yang akan nyembur 2012 ini. Konon tujuh sumur terdahulu dan dua sumur gas yang akan produksi 2012 tadi merupakan pundi-pundi duit terbesar bagi, Total Indonesie dan Inpex sejak tahun 1970. Blok Mahakam, yang berlokasi di lepas pantai Kalimantan Timur mulai dieksplorasi tahun 1967 oleh Inpex Corporation Jepang, tetapi tidak menghasilkan
GE/Danang Agung
sumber minyak ataupun gas. Inpex lalu menggandeng Total E&P pada 1970 untuk melanjutkan eksplorasi. Tahun 1972 blok itu mulai produktif dengan ditemukannya lapangan minyak Berkapai, Handil, dan Tambora di delta Sungai Mahakam. Kedua korporasi tersebut sama-sama memiliki saham 50 %, tanpa ada secuil pun pemerintah memilikinya. Blok Mahakam menjadi incaran karena memasok sekitar 35 persen produksi gas nasional. Blok Mahakam diperkirakan masih memiliki sebanyak 11,7 persen cadangan gas nasional, atau 12,7 triliun kaki kubik (TCF). Sehingga masih menggiurkan bagi perusahaan migas manapun untuk bercokol mengelolanya. Kontrak pertama habis pada 1997 dan diperpanjang selama 20 tahun hingga 2017. Belum selesai kontrak itu, Total kembali mengajukan perpanjangan untuk 20 tahun selanjutnya atau hingga 2037. Permohonan perpanjangan ini telah dikantongi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Berdasarkan kontrak periode kedua (1997-2017), Total Indonesie akan menjadi kontraktor migas dengan masa kerja 50 tahun. Apabila perpanjangan kontrak periode ketiga disetujui pemerintah, ia akan menjadi operator off-
shore Mahakam selama 70 tahun.
Jadi Rebutan Pemda Namun, mengetahui deposit migas yang terkandung di dalamnya sangat menjanjikan secara ekonomis, berbagai pihak tak ingin melepas kesempatan setelah putus kontrak Total dan pemerintah Indonesia berakhir pada 2017 mendatang. Pertamina, Pemprov Kalimantan Timur dan Pemerintah Kabupten Kutai Kartanegara, seolah tak ingin hanya Total yang menikmati gurihnya migas yang akan menghasilkan rupiah, jika memiliki persentase saham di dalam pengelolaannya. Rebutan participating interest (PI) di Blok Mahakam, antara dua daerah di Kalimantan Timur, pemerintah provinsi dan kabupaten Kutai kartanegara konon sudah mulai ada titik temu. Pemerintah Daerah Kabupaten (Pemkab) Kutai Kertanegara (Kukar) yang mengharapkan mendapatkan 75% dari PI 10% tersebut sepakat untuk tenggang rasa dengan pemerintah di atasnya. Bahkan untuk melanggengkan keinginan tersebut, Rita Widyasari, Bupati Kukar dengan percaya diri telah menyiapkan dana dari APBD dan Pemkab Kukar pun sudah menunjuk Perusda Tunggang Parangan untuk mengelola hak partisipasi tersebut. DPRD Kukar juga sudah merestui keterlibatan Kabupaten Kukar untuk mengelola blok Mahakam dengan menerbitkan Peraturan Daerah No.7 tahun 2011. Keputusan pembagian PI itu disepakati setelah digelar rapat antara Bupati Kukar, Rita Widyasari bersama Gubernur Kaltim, H. Awang Faroek Ishak dan pejabat terkait lainnya. “Alhamdulillah, kukar kebagian jatah 60 persen untuk blok Mahakam”, ujar Rita. Hal senada dikatakan Gubernur Kalimantan Timur, H. Awang Faroek Ishak saat dimintai tanggapan wartawan Global Energi. Awang mengatakan, Pemprov Kaltim sudah sepakat dengan Pemkab Kukar untuk saling berbagi hak partisipasi sebesar 60% untuk Kukar dan 40% pemprov Kalimantan Timur. Demi mewujudkan rencana ini, Pemprov Kaltim pun sudah menyiapkan (Perusda migas) PT Migas Mandiri Pratama (MMP) joint venture dengan PT. Yudhistira Bumi Energy untuk mengelola hak partisipasi di blok itu. “Kami sudah sepakat untuk berbagi dengan Kukar 60% Kukar 40% untuk pemprov Kaltim, prosentase itu wajar karena Blok Mahakam berada di wilayahnya,” tegas Awang. Pemprov Kaltim saat ini masih me-
nunggu sinyal dari Pemerintah Pusat tekait izin perpanjangan pengelolaan Blok Mahakam. Siapa yang akan mengelola blok tesebut selepas 2017 apakah masih di tangan Total E&P Indonesie atau Pertamina. Jika izin sudah turun, maka Pemprov yang telah menggandeng PT Yudhistira atas persetujuan DPRD Kaltim bisa ikut mengelola sumur migas tersebut.
Klaim Paling Paham Seolah tak ingin melepaskan lahan “emas hitam” yang telah dinikmatinya selama 50 tahun tersebut, Total merasa adalah pihak yang paling paham dan mengerti soal pengelolaan migas dilepas pantai. Meski baru akan berakhir pada 2017 mendatang, Total E&P Indonesie saat ini juga tengah mengajukan perpanjangan kontrak pengelolaan Blok Mahakam,di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur selama 25 tahun ke depan. jika pusat menyetujui, maka Total akan mengoperasikan pengelolaan blok Mahakam hingga 2042 nanti. “Kami sudah mengajukan permintaan perpanjangan kontrak kerja sama dengan pemerintah Indonesia. Kami yang paling paham dalam mengelola Blok Mahakam, jadi kami optimis akan diperpanjang,” kata Public Affairs and Corporate Communication Total E&P Indonesie Leo Tobing. Leo yakin Pemerintah Indonesia akan memperpanjang kontrak pengelolaan Blok Mahakam untuk yang kedua kalinya. Pasalnya Total Indonesia kini mempunyai kemampuan teknologi, sumber daya manusia (SDM), serta
pengalaman selama 30 tahun mengelola Blok Mahakam. Dalam situasi ini, Leo memahami bila sejumlah perusahaan minyak gas serta pemerintah daerah setempat berlomba dalam memperebutkan pengelolaan Blok Mahakam. Karenanya, pihaknya menyerahkan keputusan tersebut pada kewenangan pemerintah Indonesia. “Kami hanya operator jadi terserah pemerintah memutuskan hal ini. Terserah pembagiannya antara provinsi, kabupaten, dan pemerintah pusat,” ujarnya. Total E&P Indonesie memiliki sekitar 1.100 sumur minyak gas yang hampir setengahnya atau sebanyak 660 mampu berproduksi. Hingga kini, perusahaan minyak gas ini mampu memproduksi sebanyak 2.300 MMSCFD gas dari Blok Delta Mahakam. Gas produksinya lebih dominan diekspor ke Jepang, Korea Selatan dan Taiwan. Meski akan berakhir pada 2017, Total E&P Indonesia akan segera eksploitasi ladang South Mahakam yang diproyeksikan mampu berproduksi gas sebesar 250 MMSCFD pada 2013 mendatang. Produksi perusahaan minyak gas akan melonjak jadi 2.550 MMSCFD. PT Pertamina (Persero) telah sepakat dengan Total E&P, operator Blok Mahakam, untuk mempersiapkan masa transisi sebelum berakhir masa kontrak kerja sama di Blok Mahakam. Manajemen perusahaan migas nasional itu mulai menempatkan sumber daya manusia untuk ikut terlibat dalam pengoperasian blok migas di Kalimantan Timur itu. “Pertamina dan Total E&P sepakat bahwa tahun ini sumber daya manusia dari Pertamina mulai masuk ke Blok Mahakam,” kata Wakil Presiden Komunikasi Korporat PT Pertamina Mochamad Harun. Menurut Harun, Pertamina akan dapat mengeluarkan biaya investasi lebih dahulu apabila Total tidak mau membiayai kegiatan investasi karena belum ada keputusan mengenai perpanjangan kontrak kerja sama di blok itu. Dengan masuk ke blok itu beberapa tahun sebelum masa kontrak berakhir, maka investasi dan penerimaan negara dari hasil produksi migas di blok itu bisa terjaga. “Dengan masuk lebih awal, kami berharap, peralihan operator saat kontrak habis pada tahun 2017 bisa berjalan lancar,” ujarnya. danang agung
global energi I EDisi 06 I MEI 2012 I 41
Global
Presiden Argentina Cristina Fernández de Kirchner
Pemimpin Bernyali Menasionalisasi Migas
Anggun, berani dan bernyali. Itulah sosok Presiden Argentina Cristina Elisabet Fernández de Kirchner. First lady satu ini tiba-tiba menjadi pusat perhatian dunia internasional atas keberaniannya menasionalisasi secara sepihak perusahaan minyak YPF milik Repsol Spanyol. eberpihakan Cristina pada kepentingan bangsanya sendiri berhadapan dengan korporat asing tak diragukan lagi. Ia dianggap sebagai penjelmaan Evita Peron, istri Juan Peron, tokoh Argentina tahun 40 - 50-an, yang selain cantik, berpenampilan modis, tapi juga sangat pro terhadap kepentingan masyarakat miskin dan buruh. Cristina Fernandes mengatakan, sejak operasi minyak dipegang asing, produksi minyak Argentina tak pernah naik padahal di sisi lain telah menghasilkan deviden besar untuk negara asing. Bahkan ketika rakyat Argentina membutuhkan minyak, perusahaan asing di negerinya malah mengekspornya ke luar negeri. Sejak minyak Argentina dikuasai asing pada tahun 1992, impor BBM dan gas Argentina terus mengalami kenaikan hingga berkisar 150% pertahunnya dan memaksa negara me-
K
42 I global energi I EDisi 06 I MEI 2012
ngeluarkan anggaran 9 miliar dollar AS, Tindakan Cristina dikecam negaranegara Eropa dan AS yang berhaluan kapitalis. Bahkan Menlu AS, Hillary Clinton menyebut Cristina mengalami gangguan mental. Pilar kapitalis lainnya, Bank Dunia juga sudah menyuarakan kecaman.
Kami tidak akan mengambil langkah nasionalisasi. Kami akan mengembalikan perusahaan pada tempatnya (recovery), yang sudah merupakan badan usaha milik negara sejak 1999.
“Saya pikir itu kesalahan dan saya pikir itu merupakan gejala bahwa kita harus hati-hati -- jika di bawah tekanan ekonomi, apakah negara akan bergerak menjadi lebih nasional, kebijakan autarchic, lebih respon terhadap nasionalisme, lebih proteksionisme,” kata Kepala Bank Dunia Robert Zoellick dalam sebuah konferensi pers. Tidak hanya diprotes oleh Zoellick, tindakan Cristina telah menimbulkan badai protes dari Spanyol dan kritik dari negara industri lainnya, dengan Amerika Serikat terdepan. Pemerintah Spanyol juga mengeluarkan kecaman dan berjanji akan melakukan pembalasan. Keputusan Argentina itu, menurut Menteri Luar Negeri Spanyol Garcia Margallo telah “merusak iklim persahabatan” di antara dua negara. Margallo berbicara setelah pertemuan kabinet yang diadakan Perdana Menteri Mariano Rajoy. “Kebijakan tersebut merupakan langkah bermusuhan dengan Repsol, dan oleh karena itu juga dengan bisnis Spanyol, dengan demikian juga bermusuhan dengan negara Spanyol sendiri,” kata Menteri Perindustrian Jose Manuel Soria.
“Pemerintah akan mengambil semua langkah yang perlu untuk membela kepentingan yang sah dari Repsol dan semua bisnis Spanyol di luar negeri,” kata Soria.
balikan perusahaan pada tempatnya (recovery), yang sudah merupakan badan usaha milik negara sejak 1999,” katanya. Grup perusahaan minyak yang diambil alih oleh negara tersebut akan beroperasi layaknya korporasi dengan direktur-direktur profesional.
Didukung Rakyat Tapi anehnya gerakan rakyat Spanyol yang sering disebut “Los Indignados” malah menyatakan dukungan terhadap langkah Argentina. “Hal pertama yang saya mau katakan adalah bravo untuk pemerintah Argentina,” kata Pablo Gomez, salah seorang jubir gerakan Los Indignados. Gomez mengingatkan, langkah yang diambil pemerintah Argentina tidak merugikan kepentingan rakyat Spanyol, melainkan kepentingan elit Spanyol. Ia mengecam tindakan Perdana Menteri Spanyol, Mariano Rajoy, yang mengarahkan histeria media untuk mendiskreditkan pemerintah Argentina. “Mariano Rajoy membela kepentingan bisnis besar, bukan kepentingan rakyat Spanyol,” katanya. Namun reaksi sebaliknya diperlihatkan oleh para pemimpin berhaluan kiri di Amerika Latin, seperti Presiden Venezuela Hugo Chavez, mereka menyambut baik keputusan Cristina tersebut. Di samping itu, tindakan nasionalisasi yang dilakukan Cristina mendapatkan dukungan yang luar biasa dari rakyat Argentina. Sebuah jajak pendapat di Argentina menyebutkan bahwa 90% rakyat negeri itu mendukung langkah pemerintah menasionalisasi YPF. Sebelum itu Cristina di mata rakyat Argentina memang sangat populer. Buktinya ia terpilih sebagai presiden untuk kedua kalinya dengan selisih suara yang sangat besar dibanding rivalnya. Dukungan juga mengalir dari sesama negara-negara Amerika Latin yang sudah lama meninggalkan paham neolib seperti Brazil, Venezuela, Bolivia, dan Uruguay. Langkah Cristina menasionalisasikan perusahaan minyak Spanyol memang merupakan kerugian besar bagi negara-negara kapitalis. Pada dekade 90-an, Argentina termasuk negara terdepan dalam menerapkan kebijakan Neo Liberalisme di antara negara-negara Amerika Latin. Tapi sistem ekonomi tersebut telah menyebabkan kebangkrutan bagi Argentina pada 1999. “Kamilah satu-satunya negara Amerika Latin yang tidak mengelola sendiri sumber daya alamnya,” kata Cristina. Ia tidak akan terintimidasi oleh apa yang dia sebut sebagai ancaman dari pejabat Uni Eropa dan Spanyol. “Lem-
Utopia Nasionalisasi
BIODATA Cristina Elisabet Fernández de Kirchner Lahir : La Plata, Provinsi Buenos Aires, Argentina, 19 Februari 1953 Jabatan : Presiden Argentina ke-55 Suami : Nestor Kirchner Lulusan : Universitas Nasional La Plata
baga kepresidenan tidak akan merespon ancaman itu. Saya adalah kepala negara, bukan pedagang sayur. Semua perusahaan yang ada di sini, termasuk yang sahamnya dimiliki orang asing, adalah perusahaan Argentina,” tandasnya. Cristina sudah mendesak perusahaan-perusahaan minyak yang ada di Argentina untuk menaikkan kapasitas produksinya, setelah anggaran negara tersebut untuk mengimpor minyak naik 110 persen pada tahun lalu menjadi 9,4 miliar dollar AS. Presiden Argentina ini menyerahkan rencana anggaran kepada Kongres, dan langkah nasionalisasi YPF diharapkan akan disetujuhi. Anggaran tersebut akan meminta pengadilan khusus untuk menetapkan harga yang akan dibayarkan oleh pemerintah pada para pemegang saham, termasuk di antaranya Repsol. “Kami tidak akan mengambil langkah nasionalisasi. Kami akan mengem-
Argentina telah memilih jalan lain. Argentina melihat di bawah Presiden Hugo Chavez Venezuela sejak 12 tahun lalu berhasil menasionalisasi industri minyak dan gasnya. Hal yang sama terjadi enam tahun lalu di Bolivia di bawah Evo Morales dan terakhir tiga tahun lalu di Ekuador. Ketika blok migas mereka dikuasai perusahaan-perusahaan AS, Venezuela dan Bolivia dalam keadaan melarat. Setelah membuang paham neoliberalisme, kini kedua negara itu menjadi makmur. Venezuela sekarang mampu memproduksi minyak sebesar 3 juta barrel/hari dan menjual bensin hanya seharga Rp 270/liter tanpa merasa rugi. Ini beda dengan Indonesia yang harganya Rp4.500/liter saja ribut sekali dengan mengatakan itu rugi. Sudah saatnya gerakan nasionalisasi yang terjadi di negara-negara Amerika Latin memberikan inspirasi kepada Indonesia. Menurut data dari Kementerian ESDM (2008) pada sektor hulu, tercatat kontraktor asing menguasai 329 blok migas di Indonesia atau sekitar 65 %, sedangkan perusahaan nasional hanya 24,27%. Sementara sisanya dikuasai konsorsium dengan perusahaan multinasional. Sekarang sudah hampir 85% minyak dan gas bumi kita dikuasai oleh asing. Mereka semua merupakan kekuatan korporasi multinasional asing. Cuma kalau membayangkan Indonesia akan mengikuti langkah Bolivia, Venezuela maupun Argentina dalam menasionalisasi industri migasnya dalam kondisi sekarang ini tampaknya hanya akan menjadi sebuah mimpi. Sebuah utopia. Dengan karakteristik keragu-raguan kepemimpinan nasional yang ada saat ini dan dengan mainstream ekonomi neoliberal yang dianut yang menempatkan pertumbuhan ekonomi sebagai panglima, nasionalisasi migas ala Bolivia dan Venezuela hampir dapat dipastikan tak akan terjadi di Indonesia dalam waktu dekat ini. Ditambah lagi dengan ketergantungan ekonomi Indonesia terhadap utang luar negeri dan ekonomi global yang begitu besar. agung kusdyanto
global energi I EDisi 06 I MEI 2012 I 43
Global
Mineral Jarang ,
Berebut Kunci Masa Depan Dunia
Istilah logam tanah jarang (LTJ) atau rare earths kembali mengemuka belakangan ini. Ini setelah tiga kekuatan utama ekonomi dunia, Amerika Serikat (AS), Jepang, dan Uni Eropa bersama-sama menggugat China ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), medio Maret lalu. Mereka menuduh keputusan China membatasi ekspor LTJ-nya bertujuan memroteksi industri teknologi dalam negerinya dan merupakan bentuk persaingan usaha tidak sehat.
Perdebatan terbuka pun terjadi setelah keputusan China itu. Komisioner Perdagangan Uni Eropa Karel De Gucht menuduh, pembatasan ekspor China telah melanggar aturan perdagangan internasional. Kebijakan tersebut mengganggu produsen serta konsumen di Uni Eropa dan seluruh dunia, termasuk produsen perintis teknologi tinggi dan aplikasi bisnis. Bukan kali ini saja China menggegerkan dunia dengan LTJ. Dalam salah satu krisis diplomatik terburuk antara China dan Jepang setelah Perang Dunia II tahun 2010, China mengeluarkan kartu truf yang mengagetkan sekaligus menyadarkan dunia. Negara kekuatan ekonomi kedua terbesar di dunia itu ternyata memegang kunci masa depan dunia, yakni cadangan mineral langka ini. China menguasai 97 persen pasar LTJ, mineral yang dibutuhkan untuk membuat berbagai benda berteknologi tinggi di dunia. Jepang, yang dikenal sebagai negara produsen bendabenda canggih, bergantung hampir 100
44 I global energi I EDisi 06 I MEI 2012
persen pada pasokan LTJ dari China. Gilirannya, Amerika Serikat (AS) yang mengandalkan pasokan komponen-komponen teknologi dari Jepang, juga menjadi bergantung pada China. Padahal, di antara benda-benda yang membutuhkan mineral itu adalah berbagai peralatan vital militer, semacam sonar kapal perang, alat pembidik meriam tank hingga perangkat pelacak sasaran pada peluru kendali. Mengutip Majalah The Economist edisi 17 September 2010, keberhasilan China menguasai pasar LTJ dunia berkat buah dari kebijakan visioner mantan pemimpin negara komunis itu, Deng Xiaoping. Lebih dari 30 tahun silam, pada dekade 1960-an, Deng mengatakan jika negara-negara Timur Tengah memiliki minyak bumi, China mempunyai LTJ. Bahkan mineral langka itu diramalkan akan menjadi ‘minyak bumi’ abad ke-21 karena arti pentingnya bagi dunia industri. Ramalan yang mulai terbukti benar. Tahun 2009, permintaan pasar LTJ dunia mencapai 134.000 ton. Sementara
kapasitas produksinya baru 124.000 ton. Tahun 2012 ini, kebutuhan dunia diperkirakan akan mencapai 180.000 ton. China sendiri, yang permintaan industri dalam negerinya juga makin tinggi sudah mulai mengurangi kuota ekspor LTJ-nya. Tahun lalu China sudah memotong jatah ekspor dari 50.000 ton menjadi hanya 30.000 ton. Juli tahun lalu, Pemerintah China memangkas lagi kuota ekspornya, sebuah langkah yang sempat diprotes Jepang.
Cari Alternatif Tidak seimbangnya pasokan dan permintaan, serta sulitnya proses pemisahan LTJ dari mineral induknya yang mengandung unsur radioaktif, seperti uranium dan thorium membuat harga mineral ini sangat mahal. Di laman perusahaan pemasok LTJ asal Australia, Arafura Resources (www. arafuraresources.com.au), harga europium oksida—salah satu oksida LTJ bias mencapai 3.410 dollar AS atau sekitar Rp 31,3 juta per kilogram. Sejumlah negara dan perusahaan multi nasional yang bergantung pada pasokan LTJ ini sekarang beramairamai mencari sumber alternatif untuk mencegah ketergantungan pada China. Perdana Menteri Jepang waktu itu, Naoto Kan dan PM Mongolia Sukhbaatar Batbold dua tahun lalu sepakat untuk mengembangkan kerja sama penambangan LTJ di Mongolia. Toyota Motor Corp, membutuhkan LTJ untuk membuat mobil hibrida Toyota Prius. Bahkan memutuskan mencari sendiri sumber-sumber LTJ demi menjaga keberlangsungan pasokannya. Melalui anak perusahaannya, Toyota Tsusho Corp, Toyota menjajagi kerja sama dengan Vietnam, India, dan Indo-
nesia untuk menambang dan memroses sendiri LTJ-nya. “Ketergantungan pada satu negara banyak risikonya,” tutur juru bicara Toyota Motor Corp Morimasa Konishi kepada Associated Press dua tahun lalu. Toshiba dan Sumitomo juga sempat
menjalin kerja sama joint venture untuk membuka tambang LTJ di Kazakhstan pada 2009. Perusahaan Jepang lainnya menjalin kerja sama dengan Lynas Corp dari Australia untuk mendapatkan pasokan LTJ dari tambang Mount Weld, Australia. Korea Selatan, yang memiliki perusahaan-perusahaan teknologi tinggi, seperti Samsung dan LG, juga mulai memikirkan kesinambungan pasokan LTJ-nya. Pemerintah Korsel berencana menganggarkan dana sebesar 17 miliar won (Rp 135,4 miliar) untuk mengamankan cadangan 1.200 metrik ton LTJ hingga tahun 2016. Sementara di AS, Kongres mengadakan sidang khusus untuk memperpanjang lisensi pertambangan LTJ di Mount Pass, California, agar tambang tersebut bisa segera beroperasi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri AS. Meski demikian, proses pengaktifan kembali tambang dan proses pemurnian LTJ ini bukan hal yang mudah. Sehingga untuk sementara, dunia masih harus bergantung pada pasokan LTJ dari China. Begi pula para ilmuwan ahli mulai mencari langkah alternatif untuk menciptakan solusi dari ketergantungan terhadap mineral jarang. Mark Johnson, Direktur Program di Advance Research Projects Agency-Energy (ARPA-E) Amerika Serikat mengatakan, pihaknya tengah terlibat menyusun proposal riset alternatif mineral jarang tersebut. Ada tujuh belas elemen mineral jarang yang telah berhasil ditemukan. Elemen-elemen ini disebut ‘jarang’ tapi sebenarnya mereka sangat dapat ditemukan, biasanya tercecer dalam jumlah-jumlah kecil. Menurut Departemen Energi Amerika Serikat, penyebaran dari teknologi energi bersih dapat diperlambat untuk beberapa tahun ke depan, dengan menyuplai setidaknya lima jenis elemen dari mineral jarang ini. Logam mineral jarang tidak ditemukan berupa unsur bebas dalam lapisan kerak bumi, tetapi berbentuk senyawa kompleks. Untuk mendapat unsurnya, perlu dipisahkan terlebih dahulu dari senyawa kompleks tersebut. Para peneliti juga sedang fokus memecah elemen ini ke dalam magnet permanen dengan kekuatan yang bisa dimanfaatkan bagi GN mesin jet sampai bahkan generator listrik. Aktivitas penambangan LTJ Mineral jarang sendiri bukan magnet, akan di China
global energi I EDisi 06 I MEI 2012 I 45
Mengenal LTJ LTJ meliputi 17 unsur kimia, yakni scandium (Sc), ittrium (Y), lanthanum (La), cerium (Ce), praseodymium (Pr), neodimium (Nd), promethium (Pm), samarium (Sm), europium (Eu), gadolinium (Gd), terbium (Tb), disprosium (Dy), holmium (Ho), erbium (Er), thulium (Tm), itterbium (Yb), dan lutetium (Lu).
LTJ sebagai bahan baku mineral dapat mengahasilkan produk baru. Beberapa produk yang membutuhkan LTJ diantaranya adalah televisi, telepon seluler, LCD, I-pad, mobil hibrida, turbin angin, perangkat pemandu rudal nuklir, dan produk berkekuatan tinggi lainnya. Bahkan berbagai peralatan vital militer membutuhkan LTJ, mulai dari sonar kapal perang, alat pembidik meriam tank, senjata pemusnah massal, hingga perangkat pelacak sasaran pada peluru kendali. ď Ź
46 I global energi I EDisi 06 I MEI 2012
tetapi ketika dipadukan dengan komponen-komponen magnetik konvensional semisal besi, mereka menghasilkan magnet yang amat kuat.
Diselundupkan
Bagaimana potensi di Indonesia? Unsur mineral jarang ini cukup banyak tersedia di Pulau Bangka dan Pulau Belitung, terutama sebagai mineral monasit dan senotim dalam tailing penambangan timah. Monasit dan seno-
GN penambangan mineral tanah jarang di China
tim di Indonesia dapat dijumpai di sepanjang Pantai Kepulauan Bangka, Belitung, Singkep, dan di Rirang Kalimantan Barat. Kepulauan Bangka Belitung punya banyak potensi LTJ. Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kepulauan Bangka Belitung (Babel) Aldan Djalil mengatakan, Babel punya cadangan zirkon dan monasite. Mineral-mineral itu kerap ditemukan dalam proses penambangan timah, produk utama Ba-
bel. “Sekarang banyak tumpukan pasir zirkon dan monasite sisa penambangan timah,� ujarnya. Zirkon dan Monasite bersama apatite, allanit, xenotime, dan bastnaesite adalah mineral-mineral yang mengandung LTJ. Hal senada dikatakan Kepala Badan Geologi R Sukhyar. Menurut dia, Indonesia sebenarnya memiliki stok mineral mengandung LTJ yang sudah ditambang, yakni di kawasan pertambangan timah di Kepulauan BangkaBelitung (Babel). Selama ini, mineralmineral itu menjadi produk sampingan (slag) pengolahan bijih timah oleh tambang-tambang timah di kepulauan tersebut, termasuk oleh PT Timah. “Timah berasal dari batuan induk granit. Jadi setiap ada tambang timah, pasti mineral-mineral mengandung LTJ ini juga ada,� katanya. Dalam sebuah audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap PT Timah dan PT Koba Tin, dua perusahaan tambang yang beroperasi di Babel, diketahui cadangan mineral mengandung LTJ ini sangat besar. PT Timah misalnya, menurut data stok 2006 memiliki 408.877 ton monazite (mengandung 50-78 persen oksida tanah jarang atau REO, 57.488 ton xenotime (mengandung 54-65 persen REO), dan 309.882 zircon (mengandung ittrium dan cerium). Sementara PT Koba Tin hingga September 2007 memiliki stok monazite sebesar 174.533 ton. Data Badan Geologi menunjukkan, kawasan Kepulauan Babel yang sudah dieksplorasi menunjukkan potensi sumber daya monazite sebesar 10.526,8 ton. Mineral sebanyak itu selama ini hanya disimpan di gudang perusahaanperusahaan tersebut. Karena sifatnya yang mengandung unsur radioaktif uranium dan thorium, stok mineral tersebut tidak diproses lebih lanjut, karena harus melibatkan institusi pemantau zat radioaktif, seperti Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) dan IAEA. Selain itu, karena pemerintah belum menetapkan LTJ sebagai sasaran eksplorasi, maka seluruh stok mineral mengandung LTJ ini dibiarkan begitu saja. Buntutnya, risiko stok mineral potensial tersebut diselundupkan ke luar oleh orang-orang yang mengerti nilai sesungguhnya mineral ini sangat mungkin dilakukan terus berlansung. Ini setidaknya sudah terbukti hasil audit BPK. Lembaga pemeriksa ini mencatat pernah ada usaha penyelun-
dupan mineral ilmenite, yang mengandung uranium dan thorium, dari Kabupaten Bangka Tengah pada 24 November 2007. Memang LTJ ini punya nilai ekonomis sangat tinggi. Sayang sekali jika Indonesia harus mengekspornya dalam bentuk bahan mentah, karena nilai ekonomisnya kecil. Pemerintah Indonesia bisa memberdayakan lembagalembaga penelitian seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk mengembangkan teknologi dari LTJ. Hal ini karena pasokan LTJ ke depannya akan langka. Jika Indonesia tak memanfaatkannya sendiri, maka Indonesia tak akan mendapatkan apa-apa. Kalaupun Indonesia tak bisa memproduksinya menjadi barang jadi, setidaknya untuk saat ini dapat memproduksinya menjadi barang setengah jadi. Nilai ekonomi barang setengah jadi dari LTJ bisa mencapai 30 kali lipat dari barang mentah. Apalagi diproduksi menjadi barang jadi. Kendala peralatan dan modal jangan dijadikan alasan. Banyak cara yang bisa ditempuh jika Indonesia percaya diri terhadap kemampuan mengelolanya. Semua pasti bias dilakukan jika memang ada keseriusan. Apalagi secara hukum, Indonesia memiliki aturan tentang mineral dan batu bara dalam bentuk Undangundang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Ditambah lagi terbitnya Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Nomor 7 Tahun 2012 Peningkatan Nilai Tambah Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral. Dengan dua payung hukum tersebut, seharusnya Pemerintah Indonesia bisa meningkatkan nilai tambah LTJ. Atau bisa saja Indonesia dengan melakukan penelitian memanfaatkan LTJ untuk kepentingan dalam negeri. Sayang, ini belum melakukannya. Tengok saja ekspor LTJ yang telah dilakukan Indonesia, masih dalam bentuk bahan mentah. Pengetahuan pemerintah terkait kegunaan LTJ juga masih minim. Makanya Indonesia belum melakukan eksplorasi lanjutan, sehingga tidak diketahui berapa cadangan LTJ yang dimiliki Indonesia. Akhinya, stok LTJ yang ditambang menumpuk di gudang. Harusnya Indonesia bisa mencontoh kebijakan China. Negeri Bambu ini sudah memiliki visi 30 tahun ke depan. Di mana abad ke depan merupakan abad teknologi sangat canggih. Era minyak
global energi I EDisi 06 I MEI 2012 I 47
LTJ Indonesia
Belum Dimanfaatkan
Logam Tanah Jarang (LTJ) di dunia tidak terklalu banyak produksinya, tetapi logam ini sangatlah penting, karena tidak hanya dibutuhkan di sektor bisnis, tetapi mempunyai peran penting dan menentukan di bidang pertahanan. Terutama di negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Jepang dan sejumlah negara Eropa.
K
omoditas ini tingkat konsumsinya di dunia tidak terlalu banyak, tapi sangat menentukan. Artinya, di negara-negara maju logam ini sangat dibutuhkan, karena bisa menentukan perjalanannya ke depan. Tidak hanya di sektor bisnis (elektronik), tetapi juga untuk keperluan persenjataan,” kata Dr Sukhyar, Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Jadi, katanya, kalau saat ini sejumlah negara maju “berteriak” nyaring karena China, sebagai produsen utama menghentikan ekspornya, cukup beralasan. Pasalnya, logam tersebut sangat erat kaitannya tidak hanya bisnis, tetapi berkait pula dengan pertahanan sebuah negara. Lalu bagaimana dengan Indonesia sendiri?Sukhyar menyatakan, di Indonesia produksi LTJ tersebut masih relatif kecil. Komoditas ini dapat dikata belum tergarap. Logam ini yang berada di antara bebatuan beku granit itu, bisa jadi kedepannya akan menjadi komoditas yang menjanjikan. “Di Indonesia, banyak ditemukan di
48 I global energi I EDisi 06 I MEI 2012
Bangka Belitung, Kalimantan, Papua dan sejumlah daerah lainnya. Ini merupakan salah satu komoditas yang menjanjikan di masa mendatang,” katanya. Bicara potensi di Indonesia, sebenarnya cukup besar, tetapi belum dieksplorasi. Permintaan yang terus meningkat dan pasokan yang relatif kecil, sudah pasti pada masa depan menjadi komoditas yang menjanjikan. “Logam ini sudah mulai dilirik banyak investor, karena harganya cukup tinggi,” katanya. Sebenarnya, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi produsen “logam jarang” yang semakin dibutuhkan untuk industri global. Indonesia punya potensi besar menjadi penghasil logam jarang yang diperhitungkan untuk memasok industri dalam negeri maupun global. Bahkan cadangan logam jarang ada yang mengatakan bisa melebihi yang dihasilkan China. Saat ini pengetahuan limbah pengolahan tembaga dan logam tanah jarang memiliki ekonomi tinggi masih sangat sedikit. Padahal logam jenis itu sangat
GN China dikenal sebagai pemain utama LTJ
dibutuhkan untuk industri telepon selular, televisi flat, komputer, green industri, mobil listrik serta yang lainnya. Akibat sedikitnya pengetahuan tentang logam tanah jarang itu, potensi yang ada saat ini banyak terbuang atau tersia-siakan. Pemerintah menargetkan untuk memproduksi logam tanah jarang itu pada 2015, saat ini masih dalam tahap kajian bersama lembaga penelitian tentang logam jarang Korean Institute of Materials Science (KUMS). Sukhyar mengatakan, hingga saat ini pasokan LTJ untuk industri global sebagian besar masih dari China yang memasok sekitar 80 persen kebutuhan global. China saat ini menjadi kawasan yang memiliki 36 persen cadangan logam tanah jarang dunia. Data dari Pusat Sumber Daya Geologi, cadangan mineral logam jarang di Indonesia sekitar 200 ribu tim namun belum termanfaatkan. Pemerintah saat ini fokus melakukan penelitian pada pemanfaatan LTJ untuk menjadi permanen magnet yang dibutuhkan untuk industri elektronika. Bahkan, untuk pengembangan sektor ini, pemerintah mengirim peneliti ke Korea Selatan untuk mempelajari dan belajar pengelolaan dan produksi LTJ. erfandi putra
Wisata
Berminat wisata khusus tentang kebumian atau geowisata, maka tak salah jika Anda memilih di Jawa Barat dan Banten. Sebab di kawasan itu sedikitnya ada 13 lokasi geowisata yang berkisah tentang proses kekuatan alam sejak ratusan juta tahun silam hingga sekarang
Pesona GEOWisata di Jabar global energi I EDisi 06 I MEI 2012 I 49
GN
ika Anda bosan dengan jenis wisata pantai atau religi, maka Anda bias memilih wisata kebumian (geowisata). Selain lokasinya cukup menantang Anda dapat mempelajari langsung betapa hebat proses kekuatan alam yang berumur ratusan juta tahun lalu. Belasan lokasi geowisata itu dapat Anda nikmati di kawasan Jabar dan Banten. Mulai dari Ciletuh di Sukabumi, geyser atau mata air panas di Cisolok, batuan jasper di Tasikmalaya, dan kubah Bayah di Banten. Juga bebatuan cekungan Bandung, karst Citatah tempat penemuan fosil manusia prasejarah di Gua Pawon, Kawah Putih, serta Gunung Tangkuban Parahu, kawah Gunung Papandayan, perbukitan 10 ribu di Tasikmalaya, dan kawah Kamojang. Geowisata Ciletuh di Sukabumi menunjukkan kulit bumi yang terangkat memanjang akibat terdorong sesar. Tinggi perbukitannya berkisar 5-50 meter. Bentuknya seperti kue lapis legit. Lapisan batuan tua hingga muda berumur 100-300 juta tahun lalu. Sementara Geyser atau mata air panas Cisolok, juga di Sukabumi, muncul akibat air tanah melewati magma gunung api purba yang sudah mati. Jarak gunung dengan sumber geyser sekitar 4 kilometer. Airnya muncul dari retakan patahan. Adapun batuan jasper di Tasikmalaya, berlokasi di sekitar daerah Cipatujah. Batuan itu terbentuk dari mineral karena proses tektonik bumi. Prosesnya pembentukanya sekitar 70100 jutaan tahun lalu. Geolog dari Institut Teknologi Ban-
Kawah gunung Papandayan (atas)
J
50 I global energi I EDisi 06 I MEI 2012
GN Kawah Kamojangyogi nurcahya
dung Budi Brahmantyo mengatakan, geowisata merupakan pariwisata yang memanfaatkam aspek geologi. “Tujuannya mencari cerita bumi dibalik bebatuan,� ujarnya.
Potensi wisata itu sudah terbukti sangat diminati turis dan peneliti asing, misalnya dari negara yang tidak memiliki gunung api.Artinya geowisata Jabar dapat dikelompokkan menjadi empat tema, yaitu gunung api, kars, sungai, dan pantai, serta kawasan geo-arkeologi. Dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata (Riparda) Jawa Barat, telah ditetapkan 9 Kawasan Wisata Unggulan (KWU). Menurut Budi, di semua KWU tersebut bisa saja berkembang wisata lain yang mungkin identik. Geowisata bahkan bisa fleksibel untuk beberapa KWU. Daya tarik geowisata sebenarnya bisa terentang mulai dari laut, pantai, sungai, perbukitan hingga puncak pegunungan. Jawa Barat telah mengeluarkan Perda No 2 tahun 2002 tentang perlindungan geologi. Isi perda tersebut tidak hanya melindungi bebatuan saja, tetapi melindungi masa depan masyarakat Jawa Barat terhadap kemungkinan musnahnya sumber daya alam nonhayati, termasuk sumber daya air, dari cara-cara eksploitasi yang tidak terkendali. Perda itu juga dibuat untuk melindungi Pr. Pawon (Kab. Bandung Barat), dan Kawasan Ciletuh (Kab. Sukabumi) sebagai prioritas utama.
Kawah Putih Salah satu objek geowisata yang cukup terkenal di Bandung, yakni Kawah Putih di sekitar Gunung Patuha. Selain Kawah Putih ada objek lain yang masih jarang dikunjungi wisatawan, yakni Kawah Cibuni. Lokasi kedua geowisata
ini ada di Bandung Selatan. Lokasi wisata Kawah Putih ini tidak jauh dari Bandung, jarak sekitar 40 km dari Mall Paris Van Java di Kota Bandung, namun banyak wisatawan dari luar Bandung yang terjebak kemacetan selama perjalanan menuju ke sana karena tidak mengetahui waktu yang tepat untuk traveling di hari Sabtu dan Minggu. Dianjurkan, di bawah jam 09.00 pagi para wisatawan sudah start dari Pintu Tol Kopo dan jam 14.00 sore sudah harus meninggalkan lokasi Wisata Bandung Selatan ini. Itulah waktu yang ‘enjoy’, tidak terjebak macet, untuk perjalanan traveling Anda berweekend di kota Paris Van Java. Untuk mencapai kawah ini, wisatawan bisa berkendara melalui Kota Ciwidey menuju arah Situ Patengang (Danau Patengang.red.). Jalur ini akan membawa wisatawan melintasi hutan pegunungan di mana biasa ditemukan gerbang masuk kawasan Kawah Putih dan kawasan wisata Ranca Upas. Kemudian jalan ini akan membawa wisatawan melalui indah perkebunan teh yang menghampar luas. Setelah beberapa kilometer, di
sebelah kiri jalan akan terlihat sebuah pondok kecil dari bambu dengan tenda biru. Di sebelah pondok ini terdapat jalan setapak yang naik membelah perkebunan teh, inilah jalan masuk menuju Kawah Cibuni. Wisatawan dapat mengunjungi 6 (enam) lokasi Wisata Bandung Selatan, sekaligus dalam traveling ke Kawah Putih yang berada di wilayah Ciwidey, karena lokasinya berdekatan satu sama lainnya. 1. Kawah Putih, sebuah danau kawah dari Gunung Patuha dengan ketinggian 2.434 meter, dengan suhu antara 8 celcius - 22 celcius. 2. Ranca Upas, sebuah lokasi perkemahan, sekaligus tempat penangkaran
hewan rusa atau menjangan. 3. Ranca Walini, sebuah lokasi pemandian air panas yang dilengkapi fasilitas bungalow, out bound dan perkemahan. (4). Situ Patengan, sebuah danau seluas 150 Ha sebagai tempat rekreasi, bermain sepeda air, bermain perahu ke tengah danau, dan juga hunting foto.
5. Kebun The Walini, sebuah perkebunan yang ditata untuk kepentigan wisata, tea walking. 6. Kebun Strawberry, sebuah kebun Wisata dimana wisatawan dapat memetik buah Strawberry. Untuk menuju ke Kawah Putih, wisatawan dapat menggunakan jalan tol dan keluar di pintu tol Kopo. Dari gerbang tol, belok kanan terus menuju Soreang. Dari kota kecamatan ini, wisatawan menuju arah jalan ke selatan untuk sampai di Ciwidey. Kalau tidak terjebak macet, hanya dibutuhkan perjalanan sekiar 30 menit - 45 menit saja. Tiket masuk areal objek wisata Kawah Putih, setiap orang dikenakan biaya Rp 15.000 sudah termasuk premi asuransi. Objek wisata ini dibuka mulai pukul
07.00 - 17.00 wib. Fasilitas bagi pengunjung di sekitar Kawah Putih sudah cukup memadai dengan adanya areal parkir, transportasi transit menuju kawah, pusat informasi, mushala, dan warungwarung makanan. Untuk menuju kawasan Kawah Putih, dari gerbang masuk, disarankan menggunakan kendaraan, jangan berjalan kaki karena jalan yang agak menanjak dan cukup jauh sekitar 5,6 km atau sekitar 10 – 15 menit dengan kendaraan. Kendaraan pribadi dapat lansung menuju tempat parkir luas yang tersedia tidak jauh dari kawah. Sementara pengunjung dengan rombongan besar yang menggunakan bus atau transportasi umum dapat menggunakan kendaraan khusus yang ada di areal parkir dekat gerbang pintu masuk. Jasa ojek motor , tarif Rp 30.000 PP, carter mobil wisata Rp100.000 PP (untuk 10 orang). Karena kondisi jalan yang kecil dan menanjak tidak memungkinkan untuk dilalui kendaraan jenis bus besar maupun sedang. Untuk dapat menjelajahi dan menikmati keindahan alam kawasan Paket Wisata Bandung Selatan ( Ciwidey ) dan sekitarnya rasanya tidak cukup kalau hanya satu hari. Tidak usah bingung, tempat Penginapan dan Hotel di daerah Ciwidey merebak sepanjang jalan raya Ciwedey menuju kawasan Kawah Putih dengan tarif mulai Rp 200 ribu hingga Rp 2,5 juta per malam.ď Ź adam permasa
global energi I EDisi 06 I MEI 2012 I 51
KORPORASI
FIMM Pertamina Kembangkan BBM Marine MFO 380 dan MGO-5 Unit Bisnis Fuel Industry & Marine Marketing (FIMM) Pertamina terus berpacu untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada pelanggan. Salah satunya, yakni mengembangkan produk-produk yang memang diinginkan pasar. Dengan demikian, keberadaan FIMM benar-benar menjadi tumpuan industri dan marine dalam hal penyediaan bahan bakar.
“Pengembangan produk-produk baru merupakan keharusan untuk memberikan kepuasan pelayanan kepada konsumennya. Di samping itu, dengan terus mengembangkan produkproduk baru untuk bahan bakar industri dan marine diharapkan pula untuk mengoptimalkan income perusahaan,” kata Dani Adriananta, Vice President Fuel Industry & Marine Marketing Pertamina. Apalagi, persaingan bisnis di sektor ini memang sangat ketat. Karena itulah, keadaan ini mengharuskan Pertamina untuk meningkatkan service level melebihi kompetitor. Menjaga dan memelihara pelanggan biayanya lebih ekonomis dibanding merebut kembali pelanggan yang sudah beralih ke kompetitor. Saat ini, Pertamina telah mengembangkan beberapa produk untuk sektor marine antara lain MFO 380 dan MGO5. Produk MFO 380 merupakan bahan bakar untuk kebutuhan kapal-kapal yg menggunakan low speed diesel (<350 rpm). MFO 380 dikembangkan secara khusus langsung di kilang untuk me-
I globalVice energi I EDisi I MEI 2012 Dani52 Adriananta, President Fuel06 Industry & Marine Marketing Pertamina (tengah) beserta jajaran manajemen.
mastikan produk yang homogen, stabil dan less kontaminan. Harga MFO 380 yang lebih murah dibandingkan MFO 180, tentu saja agar konsumen memiliki BBM alternatif untuk menekan biaya operasional. Sementara itu, MGO-5 merupakan marine gasoil yang dikembangkan secara khusus, sehingga memiliki nilai pour point yang rendah (-6 derajat). Bahan bakar ini dapat digunakan untuk kapal-kapal yang berlayar ke daerah yang memiliki musim dingin (Eropa dan negara lainnya). Menurut Dani, pengembangan kedua produk tersebut (MFO 380 dan MGO-5) terutama untuk membidik kapal-kapal ocean going terutama di Selat Malaka dan Selat Makassar. “Saya berharap dengan adanya kedua produk ini, Pertamina dapat merebut pasar bunker Singapura, Hongkong, Australia dan Jepang,” kata Dhani.
BBM Non PSO Lebih lanjut Dani Adriananta mengatakan, persaingan BBM Non PSO sangat ketat dimana saat ini sudah ada lebih dari 80 badan usaha yang memiliki izin
niaga BBM di Indonesia. Pemerintah memperlakukan Pertamina secara equal dan tidak membedakan dengan badan usaha lainnya. “Alhamdulillah di tahun 2011, kami berhasil melebihi target penjualan. Target 2012 sesuai dengan RKAP (Rencana Kerja & Anggaran Perusahaan) untuk sektor Non PSO dan Non PLN kita dinaikkan. Volume total Non PSO-nya ditargetkan menjadi 15,4 juta kilo liter (KL). Saya optimis mampu mencapai angka tersebut,” kata Dani. Hingga saat ini, PLN merupakan salah satu konsumen utama FIMM Pertamina. PLN memang sedang berusaha menekan biaya energi primer yang bersumber dari BBM, dan meningkatkan konsumsi gas dan batubara. Dani mengatakan, sebagai sesama BUMN energi yang strategis, sudah sepantasnya Pertamina mendukung kebijakan efisiensi di PLN, tanpa mengenyampingkan kebijakan yang lain, yakni mencegah terjadinya pemadaman listrik. Soal pelanggan, hingga saat ini Pertamina mempunyai sekitar 6.000 pelanggan yang di-cluster dalam beberapa kategori. Dimana salah satunya adalah kategori key account yang secara pareto menguasai 60% market share. “Kami akan fokus pada kategori tersebut tanpa mengabaikan pasar pelanggan-pelanggan lain yang volumenya lebih kecil,” kata Dani lagi.
RJPP Bagaimana dengan target Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) tahun 2011 - 2015? Tentang ini, Dani menjelaskan, trend di pasar BBM Industry & Marine ini harus dipisahkan di sektor Industri, khususnya di segmen electricity power generation itu nantinya akan turun. Mengapa? Karena PLN sebagai pelanggan terbesar Pertamina akan menggunakan energi alternatif, yaitu beralih ke gas dan batubara. Otomatis di segmen PLN, trendnya akan turun. Untuk tahun 2012 diperkirakan PLN hanya menggunakan BBM antara 5,5 - 6,5 juta KL saja. Di sisi lain, sektor industri non PLN seperti di sektor pertambangan, khususnya pertambangan batubara, precious metal, emas, tembaga, dan nikel akan booming dan tumbuh besar. Jadi, “kehilangan” di sektor power generation (PLN) diharapkan akan terkompensasi di sektor pertambangan lainnya, seperti batubara, emas, tembaga dan precious metal serta marine bunker. Pengurangan permintaan BBM dari PLN itu mulai 2011 sudah terasa. Dulu, perusahaan listrik negara itu membeli BBM sekitar 10 - 10,5 juta KL /tahun. Tidak menutup kemungkinan pada tahun-tahun berikutnya turun lagi. Jadi, lanjut Dani, intinya di pulau Jawa, Madura dan Bali alternatif energi tersedia cukup, ada gas dan batubara. Pembangkit listrik dari batubara atau pembangkit listrik gas besar ada di pulau Jawa. Memang ruang untuk tumbuh di segmen BBM Industry & Marine Pertamina nantinya berkembang di Sumatera, Kalimantan dan Indonesia Timur. Oleh karena itu, dia mengajak kepada seluruh tim Pertamina untuk men-support dengan melakukan perbaikan sarana dan fasilitas di Sumatera Bagian
Conco Delco Digarap Serius Program Conco Delco sudah berjalan dengan baik. Pada tahun 2011 ini FIMM sudah melakukan kurang lebih 37 call (kapal) dengan total revenue kurang lebih 26 juta dollar AS dengan profit yang cukup signifikan. Jadi, komposisinya sebulan 3-4 kapal yang melakukan pengisian. Menurut Dani Adriananta, Vice President Fuel Industry & Marine Marketing Pertamina, ini sebetulnya misi belajar FIMM dalam melakukan ekspansi ke luar negeri, yang ternyata cukup signifikan hasilnya. Makanya sekarang program ini digarap sangat serius, yaitu dengan menaruh satu orang sales representative di Singapura yang mengerjakan Conco Delco untuk melakukan ekspansi ke luar negeri yang lebih dahsyat. “Dengan langkah-langkah yang telah dilakukan FIMM ini, saya meminta dukungannya dari seluruh tim Pertamina, bahwa persaingan semakin berat dan ketat. Jadi tidak ada waktu lagi untuk santai-santai. Sekarang ini Pertamina harus merubah diri dan mindset,” kata Dani. Karena kalau tidak meningkatkan service level, FIMM akan ditinggalkan oleh pelanggan. Sekarang ini, perusahaan dituntut harus lebih baik lagi dari kompetitor. Misalnya kompetitor pelayanannya sudah level A, maka Pertamina harus level A+1 kalau masih ingin pelanggannya eksis. Ini semua tidak bisa dikerjakan oleh satu Fungsi FIMM saja, namun juga tim Distribusi, Keuangan, Perkapalan, Pengolahan dan lainnya. Sementara di segmen yang kecil-kecil sebanyak 3.000-an pelanggan kalau tidak hati-hati menjaganya bisa saja pindah ke kompetitor. Jadi, kuncinya adalah memelihara pelanggan dan menjaga customer retention jauh lebih murah daripada merebut kembali pelanggan yang sudah pindah ke kompetitor. Karena kalau sudah hilang untuk merebut kembali biayanya bisa lima kali lipat dan itu sudah pernah dilakukan. “Untuk maintenance relationship sekarang cukup baik, misalnya mengadakan workshop untuk problem solving, call center. Memberikan respon yang cepat berdampak luar biasa. Intinya, pelanggan menginginkan adanya respon yang cepat, kualitas produk yang baik, dan harga yang kompetitif,” katanya. erfandi putra
global energi I EDisi 06 I MEI 2012 I 53
Selatan. Mengapa? Karena tambangtambang itu ada di daerah Sumatera Selatan. Kemudian di Samarinda dan Tarakan (Kalimantan Timur), Sampit (Kalimantan Tengah), Banjarmasin (Kalimantan Selatan), Pontianak (Kalimantan Barat). Juga di Indonesia Timur seperti di Tual, Bau-Bau kita meminta sarana-sarana back loading dan pumping rate-nya diperbesar. “Kami betul-betul menyampaikan kepada pemegang saham untuk men-support. Khususnya mengenai penghilangan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) untuk bunker kapal dengan tujuan luar negeri. Karena hal tersebut membuat produk Pertamina tidak kompetitif di Indonesia, sebab harganya kalah bersaing dengan produk dari luar negeri. Meski demikian, FIMM terus memacu semua lini kegiatan bisnisnya. Memang bisnis ini adalah perwujudan riil dari business to business (B to B). Karena ini bukan bisnis retail, tapi lebih ke B to B. Karena bisnis B to B, customer intention atau customer maintenance-nya tidak sama dengan B to C. Jadi, kunci utamanya adalah Sales Representative dan Key Account Officer Pertamina, produk berkualitas, product knowledge, pengetahuan tentang teknologi, seperti teknologi permesinan, kemudian juga pengetahuan tentang Health, Safety, & Enviroment (HSE). Apalagi misi FIMM adalah menjadi partner yang terbaik bagi pelanggan. Jadi, FIMM akan tumbuh dan besar bersama dengan partner. Maka dari itu, pelangganlah yang menjadi pemicu-
54 I global energi I EDisi 06 I MEI 2012
nya. Untuk itu, perusahan ini dituntut harus mengetahui apa kebutuhan dan teknologi yang digunakan pelanggan dari FIMM, seperti PLN, Adaro, Samudera Indonesia, Borneo Lumbung Energi, Newmont, dan Pama. Dani mengatakan, dulu Pertamina merupakan bagian dari Pemerintah. Kita menyalurkan BBM PSO dengan tata cara Pemerintah. Yang harus diingat, sekarang ini kita bukan Pemerintah. Pertamina sekarang ini adalah persero dan di BBM Industry & Marine itu adalah segmen yang berkompetisi dengan 80 badan usaha lain. Artinya, jika Pertamina tutup pada hari Sabtu - Minggu, pelanggan dengan mudah memesan kepada pihak lain. Jadi memang harus ada perubahan, kalau Pertamina mau maju. Karena pasar menuntut harus siap ketika dibutuhkan 7 hari dalam seminggu. Lain ceritanya ketika Pertamina masih menjadi pemain tunggal. Bagaimanapun pasti ditunggu oleh pelanggan. Untuk itu, Dani sudah berkomunikasi, terutama kepada teman-teman di kilang memang harus ada yang diberikan kompensasi. Misalnya, adanya tambahan dana lembur karena Sabtu dan Minggu harus masuk kerja. “Zamannya sudah berubah, kita dituntut oleh pelanggan untuk dapat memenuhi kebutuhannya kapanpun. Dan ada alternatif kompetitor apabila Pertamina tidak melayani.Total pelanggan FIMM mencapai 4.600 pelanggan yang tersebar di seluruh Indonesia. Nah, dari 4.600 ini ada 200an pelanggan yang membeli 70% dari total sales FIMM,” katanya. erfandi putra.
Pertamina Fungsi Industry & Marin Fuel Marketing-Key Account Marine telah berhasil melakukan penjualan BBM kepada kapal pesiar asing. Kegiatan perdana telah dilakukan pada 19 Desember 2010 lalu, dengan melakukan pengisian BBM ke kapal Cruise MV “Princess Daphne” di Singapura. Dani Ardiananta, Vice President Industry & Marine Fuel Marketing Pertamina mengatakan, tercetusnya ide untuk melakukan penjualan ke luar dari biasanya, setelah melakukan evaluasi di fungsi Industry & Marine Fuel Marketing Pertamina, yang dari hari ke hari sales volume di segmen industri cenderung terus menurun. Terutama setelah adanya perubahan energy mix yang dilakukan PLN. Nah, dari situlah muncul ide untuk mencari kompensasi untuk membooster penjualan disektor marine ini. “Saya dan tim melihat, faktor untuk tumbuh di Indonesia dan regional yang masih belum digarap adalah di sektor minig (Pertambangan) dan sektor marine. Dari situlah terlihat, bahwa masih ada ruang untuk tumbuh dan berkembang,” katanya. Di dalam rencana program lima tahun Fungsi Industry & Marine Fuel Marketing, ditargetkan untuk BBM marine dengan harga keekonomian dapat tumbuh paling tidak sampai dengan 1 juta KL (Kilo Liter) untuk lima tahun ke depan. Untuk mendorong tumbuhnya program tersebut terus dilakukan berbagai alternatif-alternatif lain. Sebelumnya Industri Dan marin Pertamina sudah eksis di pasar tetapi volumenya kecil. Hanya kisaran penjualan non PSO di sektor Marine dalam satu tahun sebesar 500-600 ribu KL saja. Maka dari itu, dia meminta hal itu di- double sampai dengan tiga atau lima tahun kedepan. Dikatakan, dengan cara melakukan identifikasi terhadap persoalan-persoalan, yaitu salah satunya mengenai model proses bisnisnya ternyata tidak cocok, karena model bisnis di industri tidak bisa diimplimentasikan di marine. Hal itu dapat dilihat daritata cara term of payment dan sekmen pasarnya sudah tidak sama. Adapun transaksi yang sudah dilakukan menggunakan Skema
Pertamina BBM Marine Goes to Overseas Business ConCo Delco ( Contrakting Company Delivery Company), dimana skema tersebut memungkinkan Pertamina selaku (contracting company) mendapatkan kontrak penjualan BBM dari pelanggan dan melakukan pengisian BBM ke kapal pelanggan di luar Indonesia dengan menunjukkan perusahaan distributor BBM di luar negeri (delivering company). Cara ini merupakan hasil adopsian dari Pertamina Aviasi. Yang sebelumnya telah melakukan skema ConCo Delco dan berhasil sukses. Dengan mengunakan skema tersebut, Aviasi Pertamina berhasil menjual lebih dari 150.000 KL setahun. Untuk jenis transaksi ConCo Delco sendiri merupakan kegiatan yang pertama dilakukan Pertamina Industri & Marine. Keberhasilan yang telah dilakukan yaitu pengisian BBM di Singapura akan menjadi pondasi awal dan juga akan membangun kepercayaan pelanggan-pelanggan asing (kapal asing) terhaadap Pertamina dan membuka peluang perluasan pasar BBM Bungker. Penjualan BBM Marine dengan sistem ConCo Delco di Singapura dengan partnership dengan Toyota Tsusho Petrolium PTE Ltd dengan konsumen yang dilayani adalah perusahaan kapal pesiar Cruise International Australia. Mengapa perubahan dilakukan? Karena mengikuti tuntutan pasar. Sebelumnya proses bisnis dari marine tidak cocok, sehingga menyebabkan sales volume-nya cenderung turun. Karena setelah ditelaah, bisnis proses bisnis di marine harusnya tidak bisa dilakukan seperti biasa (as usual, red). Maka dari itu digunakanya sistem ConCo Delco ini, dimana memang mengubah salah satu proses bisnis marine menjadilebih adaptif dan akomodatif, khususnya untuk market international.
Terobosan Dengan adanya perubahan ini, kata Dani, dapat dikatakan merupakan terobosan baru dalam hal transaksi. Mengapa demikian? Dengan menggunakan sekema tersebut, kita dapat menjangkau Market yang sebelumnya tidak dapat diambil.
Sementara itu, strategi yang dilakukan tidak lain adalah dipaksa untuk berubah. Karena mau bagaimana lagi, kalau ingin maju ya harus berubah. Apalagi Pertamina tidak mempunyai sarana dan fasilitas (sarfas), tetapi harus biasa melayani customer di luar tanpa harus membangun. Kita hanya ber-partnership tetapi transaksi dilakukan tetap atas nama pertamina. Ini merupakan satu terobosan tersendiri. Bagaiman dengan kerjasamanya? Tentang ini Dani mengatakan, memang untuk masalah kerjasama dilakukan pertama-taman harus setara. Kita berterimakasih untuk temanteman Renstra Bangus dan Aviasi yang telah mengenalkan mitra-mitra reliable dan proven ditambah lagi dengan perusahaan yang mempunyai sarfas standar internasional. Ini merupakan bukti bahwa implementasi dari 6 C itu, yaitu competent, confident, competitive, minimum dari enam itu, tiga masuk. Secara general produk Pertamina sudah memenuhi internasional standar. Jadi ini merupakan spek ISO, dan disini kita tidak mengunakan spek Ditjen Migas. Spek yang dipakai ISODMAdan RMA. Untuk kedepanya, FIMM harus menjadi national oil company (NOC)
yang world class. “Definisi saya tentang world class, minimum Pertamina eksis di regional. Jadi Pertamina khususnya BBM Marine sudah mempunyai rencana kerja panjang mulai 2011-2020 untuk industri Marine. Kita sudah melihat di regional market share kita harus dipertahankanyaitu 80% di Indonesia,” katanya. Nah, sisanya 20% memang harus datang dari luar Indonesia. Itu kalau kita mau mempertahankan penjualan dengan kisaran 20-22 juta KL setahun, tidak bisa lagi. Alasannya, kalau kita mengharapkan di Indonesia saja akan berat, apalagi sudah adanya energi mix, dan sebagian commersial industry sudah pindah ke energi listrik, gas, maupun batubara. Kalau mau tetap eksisdan tumbuh di Marine, harus melakukan perubahan ke luar seperti hanya harus tetap eksis di Busan, Yokohama, Singapura, dan Fujaira. “Jadi maindset kita harus sudah out of the box yakni keluar. Kemarin itu target kita di tahun 2012-2013 kita harus melakukan kegiatan unorganic growth, apakah dengan mengakuisisi perusahaan di luar,” katanya lagi.
Target Setiap aktifitas selalu mempunyai target kerja. Untuk itu, lima tahu kedepan ditargetkan penjualan dapat dilakukan sebesar 1 juta KL. Sedangkan kontrak yang harus dilakukan untuk 6 bulan kedepan baru sebesar 500 ton, dan nantinya kontrak tersebut akan ditinjau kembali, apakah cukup hanya dengan 6 bulan atau nantinya bisa lebih menjadi satu tahun. Sedangkan target penjualan itu sendiri sudah mulai banyak pengajuan requirement dari perusahaan-perusahaan kapal pesiar, seperti halnya kapal pesiar Clasik International Cruise, Carnival Cruise, Royal caribian,Silver Sea, dan Lion Expedition. Sementra itu, untuk lanhgkah beriktnya adalah kapal pengangkut batu bara. Untuk pelanggan lokal yang selalu melakukan perjalanan ke luar negeri seperti halnya SamudraIndonesia dan Berlian Laju tanker.erfandi putra
global energi I EDisi 06 I MEI 2012 I 55