Pendekatan SymbioCity - Bahasa Indonesia

Page 1

pendekatan

Edisi Indonesia - Swedia


Selamat Datang! SymbioCity adalah sebuah pendekatan yang terpadu dan menyeluruh untuk pembangunan kota, yang fokus kepada kesehatan, kenyamanan, keamanan dan kualitas hidup untuk para penduduk kota.

daftar isi 18

Para pemimpin yang kita butuhkan!

DARI TIM REDAKSI Publikasi ini menggambarkan perjalanan selama satu tahun dari proyek SymbioCity untuk Kota Palu & Boras, dan Probolinggo & Helsingborg. Publikasi ini menawarkan berbagai macam cerita, refleksi, dan opini. Pendekatan ini tidak menyediakan solusi yang siap pakai untuk semua masalah perkotaan. Tetapi sebaliknya, pendekatan ini menawarkan sebuah bantuan kepada perwakilan yang terpilih, pegawai negeri dan aktivis yang berkomitmen untuk mengembangkan kota-kota yang terencana dan dikelola dengan baik dimana orang-orang bekerja, mendapatkan pelayanan & mewujudkan impian mereka.

Pengalaman, komitmen, dan waktu telah menjadi unsur utama selama pelaksanaan SymbioCity di Palu dan Probolinggo. Inilah beberapa orang yang telah berkontribusi untuk proyek ini :

2

SymbioCity

Jangan membangun dari masalah ke bawah – membangun dari modal ke atas

43

48

36

Borås adalah sorga setidaknya di bulan Pebruari

PENYUSUN Artikel dan wawancara

Dian Anggreini - APEKSI

Endro Suroso - Kota Probolinggo

Gustaf Brickman dan Nanna Brickman di

Indah Wibi Nastiti - APEKSI

Gofur Efendi - Kota Probolinggo

Big Words Publishing, atau ditandatangani

Andreas Klingström - Kota Borås

H.M.Buchori - Kota Probolinggo

oleh penulis

Bertil Myhrberg - Kota Borås

Heri Wijayani - Kota Probolinggo

My-Linda Lorentsson - Kota Borås

Imanto - Kota Probolinggo

Tim Editorial

Per Ulvestig - Kota Borås

Imam Suwoko - Kota Probolinggo

Big Words Publishing, Anna Backmann,

Peter Skoglund - Kota Borås

Johny Haryanto - Kota Probolinggo

Mats Jarnhammar, Hoda Saad

Tomas Rossing - Kota Borås

Sanusi Sapuwan - Kota Probolinggo

Anna Jähnke - Kota Helsingborg

Wawan Soegyantono - Kota Probolinggo Melda Mardalina - Kementrian Lingkungan Hidup R. Sudirman - Kementrian Lingkungan Hidup Dadang Rukmana - Kementrian Pekerjaan Umum Endra S. Atmawidjaja - Kementrian Pekerjaan Umum Gumelar Wahyu G. - Kementrian Pekerjaan Umum Hadimuljono M. Basuki - Kem. Pekerjaan Umum Hajar Ahmad - Kementrian Pekerjaan Umum Rocky Adam - Kementrian Pekerjaan Umum Yohanes Fajar - Kementrian Pekerjaan Umum Anna Backmann - SKL International Gunnar Andersson - SKL International Hasse Ericsson - SKL International Hoda Saad - SKL International Klas Klasson - SKL International Mats Jarnhammar - SKL International Paul Dixelius - SKL International Tor Eriksson - SKL International Jessica Magnusson - SP Technical Research Institute of Sweden Rifai Mardin - Universitas Tadulako, Palu Vanny M.A.Tiwow - Universitas Tadulako, Palu

Cecilia Holmblad - Kota Helsingborg Inger Nilsson - Kota Helsingborg Lars Thunberg - Kota Helsingborg Lotta Lewis-Jonsson - Kota Helsingborg Peter Book - Kota Helsingborg Achmad Arwien Afries - Kota Palu Delvi Dian Susanti - Kota Palu Dharma Gunawan Mochtar - Kota Palu

Pendekatan SymbioCity untuk pembangunan perkotaan dengan suatu keyakinan bahwa proses - tidak hanya solusi teknikal - perlahan-lahan membawa kita ke arah peningkatan taraf hidup. Jadi, saat Kota Palu dan Probolinggo memulai usahanya dalam proyek SymbioCity bersama dengan rekannya dari Swedia, Kota Boras dan Helsingborg, suatu hal yang menjadi vital adalah untuk memahami proses sebaik hasilnya.

24

Moh. Malantantra I Lamadjido - Kota Palu Mulhanan Tombolotutu - Kota Palu Singgih B. Prasetyo - Kota Palu Wiwik Jamiatul Rofiah - Kota Palu Andre Nirwana Kusuma - Kota Probolinggo Ari Puspita - Kota Probolinggo Asep S. Lelono - Kota Probolinggo Bayu Oktavian - Kota Probolinggo Budi Krisyanto - Kota Probolinggo Cicilia Chrysta Bening - Kota Probolinggo Conie Dwi Purmiranti - Kota Probolinggo Dwi Agustin Pudji Rahaju - Kota Probolinggo

5 hal yang ingin saya bawa pulang dari Probolinggo

Solusi: Sebuah rencana untukPalu

Fotografi Peserta proyek, kecuali dinyatakan lain Desain Infestation, +27 (0)21 461 8601

56

www.infestation.co.za Publikasi Publikasi telah diproduksi dengan bantuan keuangan dari Swedish International Development Cooperation Agency (SIDA). Isi merupakan tanggung jawab dari SKL Internasional dan dalam kondisi apapun tidak dapat dianggap sebagai cerminan posisi Sida. Anda dipersilakan untuk menyalin mendistribusikan dan mempresentasikan materi, asalkan anda

Tindakan Perencanaan

menguhubungkan karya ini ke penerbit .

SymbioCity

3


booming cities

booming cities

Kota sedang booming. Kita perlu melakukan dengan lebih baik! – Enam langkah menuju kota yang berkelanjutan di abad 21

“Pembangunan perkotaan adalah hasil dari semua keputusan - besar atau kecil - yang kita perbuat sebagai warga.� Menempatkan Pendekatan SymbioCity ke dalam suatu implementasi

tentang penulis:

Pendekatan SymbioCity berdasarkan

Mats Jarnhammar adalah seorang Manajer Proyek untuk dua proyek kerjasama. Dia adalah seorang perencana perkotaan

pada 6 langkah. Keenam langkah ini

dan ahli geografi kemanusiaan dengan ketertarikan pada kedinamisan hubungan antara kota dan penduduknya. Mats

tetap sama, baik apabila anda meren-

berpengalaman dalam pengembangan perkotaan di Afrika dan Asia, khusunya dalam penyusunan proyek infrastruktur

canakan perbaikan yang spesifik untuk

perkotaan. Dia juga sebagai Direktur Manajer Living Cities, sebuah organisasi non-profit untuk inovasi perkotaan dan

suatu wilayah atau sektor, maupun ketika

keberlanjutan sosial.

anda menyiapkan perencanaan untuk

Dunia telah memasuki era perkotaan. Dalam 40 tahun ke depan, populasi masyarakat akan berlipat ganda dan pertumbuhan penduduk cenderung terjadi di kota kecil dan menengah seperti Palu dan Probolinggo. Pilihan yang ditentukan hari ini akan berdampak besar di kemudian hari. Kota yang berkelanjutan merupakan kunci guna mewujudkan planet yang berkelanjutan. Pendekatan SymbioCity telah dikembangkan oleh pemerintah Swedia untuk menghadapi tantangan ini. Pendekatan ini mendukung kota-kota untuk membuat keputusan yang tepat dengan cara yang tepat pula. Setiap kota memiliki keunikan dan setiap solusi harus memahami keunikan tersebut. Dibandingkan mengusulkan solusi yang terlalu spesifik, pendekatan SymbioCity lebih menawarkan suatu cara berpikir dan sebuah metodologi untuk mewujudkankota yang berkelanjutan. Kata simbiosis sangat penting. Bagaimana kita bisa membuat suatu kelebihan dalam kekurangan? Bagaimana caranya satu ditambah satu sama dengan tiga? Jawabannya sangat mudah; dengan melihat tantangan sebagai kesempatan, dan dengan mendukung terwujudnyaintegrasi dan kolaborasi antar stakeholder dan antar sistem, sinergi yang baru dapat ditemukan. Sampah dapat dilihat sebagai sebuah permasalahan, tetapi juga merupakan sumber untuk pembangkit listrik, biogas, dan pupuk. Kemacetan dapat dilihat sebagai masalah transportasi, tetapi bisa saja diselesaikan dengan perencanaan dalam pengunaan lahan. Malaria bisa dilihat sebagai masalah kesehatan tapi bisa dikurangi dengan memperbaiki sistem saluran pembuangan. Kita dengan cepat belajar bahwa semuanya

4

SymbioCity

“Kita dengan cepat belajar bahwa semuanya terhubung satu sama lain - limbah, energi, transportasi, air, lingkungan, ekonomi dan kebahagiaan.� terhubung satu sama lain - limbah, energi, transportasi, air, lingkungan, ekonomi dan kebahagiaan. Kita bisa melakukan lebih bila kita bekerja bersama-sama. Kerjasama antara orang-orang yang bertanggungjawab terhadap kebutuhan air kota dengan orangorang yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan limbah; antara pegawai kesehatan, guru, dan perencana transportasi umum; antara politisi, sejarawan, & pekerja sosial. Dan diatas segalanya dengan melibatkan semua orang yang menyebut kota sebagai rumah mereka. Saat kita mulai memahami tentang mekanisme ini, kita bisa melangkah guna menemukan sinergi. Menyiapkan sebuah proyek, sebuah rencana dan sebuah visi adalah proses pembelajaran. Kita secara terus menerus mengumpulkan pengetahuan baru yang memaksa kita untuk merevisi asumsi kita

sebelumnya. Ini adalah hal yang baik. Pendekatan SymbioCity merupakan sebuah pendekatan berkesinambungan dimana anda selalu kembali dan selalu bertanya pada diri anda sendiri; apakah saya memahami hal ini dengan benar? Apakah saya telah menyusun sasaran dengan tepat? Apakah saya membuat pilihan yang tepat? Fleksibilitas ini merupakan tanda yang penting dari pendekatan tersebut. Tidak pernah ada kata terlambat untuk merubah pemikiran anda. Pembangunan perkotaan merupakan hasil dari semua keputusan besar atau kecil yang kita buat sebagai warga. Karena SymbioCity adalah kerangka yang anda isi dengan selera lokal, hal tersebut bisa digunakan oleh siapa saja yang ingin membuat perubahan pada kota mereka. Pendekatan ini bukan hanya sebagai alat untuk para politisi dan perencana kota. Membuatlah pendekatan ini milik diri sendiri!

kota secara menyeluruh. 1. Terorganisir. Rencana yang baik dari aktivitas SymbioCity sangat krusial untuk keberhasilan, dan melibatkan stakeholder yang tepat sangatlah penting. Buatlah sebuah rencana dan komunikasikan rencana tersebut. 2. Pahami kebutuhan dan sumber daya yang ada di kota. Untuk menemukan solusi yang anda butuhkan, anda harus tahu dimana permasalahannya. Dan untuk menemukan sinergi anda harus memperluas perspektif anda. Lihatlah kota sebagai sebuah sistem dan cobalah untuk memahami bagaimana keterkaitan antara permasalahan yang ada. Fokus pada aset serta masalah. 3. Tetapkan sasaran. Buat sebuah visi untuk kota dan tujuan untuk mengatasi masalah tertentu. Fokus pada akar dari masalah bukan pada gejalanya. 4. Temukan solusi. Terdapat lebih dari satu! Solusi terbaik kadang kala ditemukan saat anda tidak menduganya. Cari solusi diluar lingkup masalah, bekerjasama dengan yang lain. Bandingkan antara satu pilihan dengan pilihan lainnya. 5. Maksimalkan dampak. Apa yang akan dihasilkan dari proposal? Apakah akan menyelesaikan permasalahan? Apa yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan dampak? Uji dan bandingkan pilihanpilihan yang berbeda. 6. Realisasikan. Kembangkan rencana pelaksanaan. Anda akan butuh dukungan politik, keuangan, & kemauan stakeholder untuk mengangkat isu-isu tersebut. Buatlah rencana untuk langkah penting ke depan dan bagaimana anda berniat melaksanakannya. Banyak hal bisa diselesaikan dengan cepat dan tanpa banyak uang untuk melakukannya. Ingat, SymbioCity

5


Dasar-Dasar Proyek

Fakta terkilas mengenai kedua kemitraan SymbioCity antara Indonesia dan Swedia

SW

ED

EN

Siapa yang bermitra? Kota-kota Palu dan BorĂĽs dan kota-kota Probolinggo dan Helsningborg. Siapa lagi yang terlibat? Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Lingkungan, Universitas Tadulako dan APEKSI di Indonesia. Sida, SKL, SKL International dan SP Technical Research di Swedia. Berapa lama? 1 tahun (2013)

APRIL2013

Menetapkan tujuan dan menjelajah contoh-contoh Swedia

I! LA U M

Bagaimana dengan pendanaan? Sida yang mendukung proyek-proyek dan mitra-mitra berkontribusi. Apa yang terjadi? Kami menerapkan Pendekatan SymbioCity, dengan kegiatan seperti kunjungan lapangan, analisa dari bahan-bahan yang sudah ada, perjalanan belajar, lokakarya, penelitian di meja tulis, seminar terbuka dan bermalam-malam di komputer. Dan bagaimana hasilnya? Terus membaca...

NOPEMBER2012

Pemulaian dan analisa keadaan

SEPTEMBER2013 BORĂ…S

Membungkus hasil-hasilnya dan mempersiapkan jalan ke depan.

JUNI2013 Mengembangkan proposal-proposal terpadu PA L U

HELSINGBORG PROBOLINGGO

DESEMBER2013 6

SymbioCity

Presentasikan hasil-hasilnya

I S E INDON

A SymbioCity

7


Palu

Palu

Permata tersembunyi dari Sulawesi di teluk Palu yang sempit, kira-kira 20 mil dari Teluk Makassar, kita bisa menemukan Kota Palu. Ibukota propinsi Sulawesi Tengah ini benar-benar tersembunyi dari dunia sekitarnya. Bukit dan gunung mengitari kota ini, jadi saat anda berdiri di tepi sungai Palu yang meliuk-liuk seperti ular seberang kota, anda tidak dapat melihat lebih jauh selain bukit-bukit yang hijau dan aliran air.

dan bertambahnya kasus penyakit menular. Situasi tersebut membuat Kota Palu menjadi mitra yang sempurna bagi Kota Boras untuk proyek SymbioCity, dimana dalam beberapa tahun Kota Boras melakukan upaya pemulihan limbah sehingga bisa mengurangi limbah yang ada di TPA hingga hampir tidak ada yang tersisa.

Palu adalah kota yang hijau, baik secara harafiah maupun dari pola perberkembangnya. Lebih dari setengah lahan di kota ini masih tertutup oleh hutan lindung, dan kota ini berkomitmen erat dengan ide pembangunan perkotaan yang berkelanjutan. Kota ini adalah salah satu dari kota-kota di Indonesia yang termasuk dalam Program Pengembangan Kota Hijau, dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palu tahun 20102030 memberikan perhatian khusus pada pembangunan yang ramah lingkungan.

Tapi semua ini tidak selalu tentang sampah. Ambisi Kota Palu untuk mewujudkan visi hijau juga memperhitungkan banyak hal, termasuk penyediaan energi alternatif hingga perumahan yang ramah lingkungan. Pemerintah Kota Palu telah mengembangkan proposal proyek yang konkret untuk program green transportation, program green building dan sumber daya yang dapat diperbarui seperti angin, matahari, air dan biogas menjadi sumber daya yang potensial - dan ini hanya sebagian dari apa yang diupayakan.

Palu Populasi: 385,000 (2012) Luas Wilayah: 39,500 hectares Filosofi Sosial: “Nosarara Nosa Batutu,” yang berarti , ”Kita selalu bersamasama, kita semua adalah saudara.” Tahukah Anda? Ada 23 suku di Kota Palu. Diantaranya yang paling besar adalah suku Kaili, suku Bugis, dan suku Makassar.

Palu adalah pusat industri rotan di Indonesia. Kota ini tumbuh, dan berkembang cepat.

Meskipun lokasinya terisolasi, Kota Palu tetap berkembang. Sekitar 385.000 jiwa tinggal di kota ini dan proses urbanisasi berlangsung dengan cepat. Terkait dengan hal tersebut, Kota Palu adalah pusat penghasil rotan terbesardi Indonesia., terhitung sekitar 5060% dari total produksi Indonesia – dimana menghasilkan lebih dari 80% produksi global. Salah satu faktor penting untuk mewujukan visi kota ini terhadap pembangunan yang berkelanjutan adalah penciptaan sistem pengelolaan sampah yang efektif dan komprehensif. Kota Palu tengah menghadapi permasalahan sanitasi perkotaan dalam beberapa tahun terakhir; tumpukan sampah di jalan dan hal tersebut menyebabkan timbulnya permasalahan seperti banjir, polusi

“Ambisi Kota Palu untuk mewujudkan visi hijau juga memperhitungkan banyak hal, termasuk penyediaan energi alternatif hingga perumahan yang ramah lingkungan.”

8

SymbioCity

SymbioCity

9


Borås

Borås Kota Tekstil Tanpa Sampah

Sekitar 400 tahun setelah Raja Gustav II Adolf menemukan kota ini, Boras tetap memegang peranan spesial di wilayah barat laut Swedia. Kota ini dikenal sebagai “Kota Tekstil” karena tradisinya yang telah bertahan dan keahlian di bidang tekstil. Tradisi ini telah menjadi simbol di perindustrian,sekolah,dan bahkan museum. Di Museum Tekstil Kota Borås anda dapat melihat koleksi terbesar mesin tekstil Eropa yang masih berfungsi. Tetapi bukan hanya tekstil yang mendefinisikan dan membentuk Borås – kondisi alami juga memainkan peran. Kota ini dikelilingi oleh taman & kawasan hijau lainnya, dan sungai kecil Viskan membelah bagian barat dan bagian timur kota. Berjarak selemparan batu atau tidak jauh dari kota ini ada cagar alam Rya Asar, 500 hektar alam liar berada di kaki dari para penjelajah. Pada abad 20 Borås adalah kota dengan pertumbuhan tercepat di Swedia. Kini pertumbuhan telah melambat – tetapi pertumbuhan pembangunan baru saja dimulai. Dengan berbagai cara, kota tekstil ini berada di garis depan untuk pembangunan berkelanjutan. Terutama, mereka telah

Borås

mengatasi masalah pengelolaan limbah dengan mengurangi limbah TPA sampai

Populasi: 105,000 (2012)

hampir tidak ada limbah lagi. Dan melihat

Luas Wilayah: 97,300 hectares

kedepan, tidak ada lagi perlambatan : Kota

Ditemukan: 1621

Borås telah menelurkan sebuah visi yang

Tahukah Anda? Borås pernah terbakar

disebut “Borås 2025” yang menggambarkan

sampai rata dengan tanah sebanyak

kota impian yang mereka harapkan. Dalam

empat kali.

visi tersebut disajikan sejumlah tujuan dengan perspektif lingkungan, diantaranya adalah ketergantungan terhadap sumber daya yang bisa diperbarui dan mendapatkan perdagangan yang berkelanjutan, baik lokal maupun global. Semua tujuan tersebut, bersama dengan fokus kota terhadap

“Dan melihat kedepan, tidak ada lagi perlambatan: Kota Borås telah menelurkan sebuah visi yang disebut “Borås 2025” yang menggambarkan kota impian yang mereka harapkan.”

10

SymbioCity

pengelolaan limbah, menjadikan Borås sebagai partner yang sempurna untuk Kota Palu.

SymbioCity

11


Probolinggo

Probolinggo Melangkah menuju keberlanjutan yang indah Terletak di tepi Laut Jawa, dan hanya berjarak 45km dari kawah aktif Gunung Bromo, Probolinggo dengan indah terletak di pesisir timur dari Jawa Timur.

Walaupun Probolinggo menakjubkan, lokasinya rawan terhadap banyak ancaman. Erupsi Gunung Bromo terjadi beberapa kali dalam dekade terakhir ini dan sebagai sebuah kota pesisir, Probolinggo menghadapai ancaman naiknya permukaan air laut dan intrusi air laut. Sebagaimana kota lainnya di Indonesia, Probolinggo juga menghadapi ancaman dari dalam. Dengan tingginya pertumbuhan penduduk dan ekonomi menjadi sebuah peluang sekaligus tantangan yang besar pula untuk penduduk yang telah berkembang hingga lebih dari 200.000 jiwa. Tantangan-tantangan dimaksud adalah finansial, sosial dan lingkungan, dan Kota Probolinggo telah menghadapi itu semua dengan kepala tegak dalam tujuannya mewujudkan kota yang berkelanjutan. Program Kota Hijaunya merupakan salah satu contoh baik dari upaya ini dan termasuk antara lain, inisiatif-inisiatif ini yang telah terencana: •

12

Pembangunan dan peningkatan taman kota serta ruang terbuka hijau,dengan tujuansepsifik mewujudkan 20% dari wilayah kota Probolinggo menajdi RTH Publik. Optimisasi dari pengelolaan limbah melalui program 3R yang bertujuan untuk mengurangi, memakai kembali dan mendaur ulang sampah. Mencoba berbagai macam solusi sumber daya yang bisa diperbaharui, meliputi biogas, energi matahari, dan proses pembangunan yang bertingkat untuk mengubah limbah plastik menjadi minyak . Program-program untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya keseimbangan lingkungan.

SymbioCity

Probolinggo Populasi: 218, 000 (2011) Produksi perdagangan utama: Gula dan ikan Moto Kota: BESTARI, sebuah singkatan dari Bersih, Sehat, Tertib, Aman, Rapi, dan Indah. Terkenal akan: Buah mangga yang lezat dan sebagai pintu gerbang menuju Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Setiap ide tersebut hadir dengan tantangannya sendiri-sendiri, seperti keterbatasan pendanaan, kurangnya pengetahuan tentang penggunaan teknologi, dan tekanan komersial alih fungsi lahan menjadi fungsi lainnya yang berbeda dengan yang telah diusulkan dalam Program Kota Hijau. Namun, ambisi Kota Probolinggo yang sudah diumumkan untuk menjadi kota yang benar-benar berkelanjutan di abad 21 ini menjadikan kota Probolinggo padanan yang sempurna untuk pendekatan SymbioCity, sekaligus sebagai sebuah kota percontohan bagi kota-kota lain di Indonesia di tahuntahun yang akan datang. Probolinggo telah menghadapi tantangan lingkungan dengan kepala tegak.

“Sebagaimana kota lainnya di Indonesia, Probolinggo juga menghadapi ancaman dari dalam.”

SymbioCity

13


Helsingborg

Helsingborg Berkelanjutan sejak 1085 SM Terbentang di tanah agrikultur Skane yang datar dan dengan pandangan atas Selat Öresund, Helsingborg dan kapal ferinya yang menuju Kota Helsingør– Denmark sejak lama telah menjadi pintu gerbang Swedia menuju Eropa. Kota ini adalah salah satu kota tertua di Scandinavia dengan sejarah yang bertahan selama ribuan tahun. Helsingborg di abad 21, dengan jumlah penduduk sekitar 100.000 jiwa, dalam berbagai aspek merupakan tipikal kota Swedia. Hal ini merefleksikan tidak sedikitnya tantangan yang dihadapi dalam langkahnya mencapai kota yang berkelanjutan.

• Keselamatan, keamanan, dan pengurangan tingkat kriminalitas. Jumlah kriminalitas yang dilaporkan kepada polisi secara hanya meningkat sedikit dalam beberapa tahun terakhir. Bagaimanapun juga, setiap warga memiliki hak untuk merasa aman, dan persepsi keamanan bisa saja berbeda dengan rasa aman yang sesungguhnya. Ketujuh area peningkatan tersebut semuanya saling berhubungan satu sama lain, dan

Dalam rencana kota tahun 2010 untuk

aparatur sipil Kota Helsingborg cukup

pembangunan yang berkelanjutan, tujuh hal

sadar akan hal ini. Kesehatan di masa tua

kunci diidentifikasi sebagai yang terpenting:

contohnya, menuntut sebuah kota yang bersih, dan peningkatan taraf hidup untuk

• Pekerjaan dan pendidikan – menempatkan

anak-anak termasuk hak untuk merasa aman

lebih banyak penduduk Helsingborg di

di lingkungan rumah. Hal ini berarti segenap

dalam suatu pekerjaan dan melihat bahwa

warga Kota Helsingborg bekerja bersama-

lebih banyak anak-anak dan pelajar meraih

sama untuk melakukan perubahan, dan

pendidikan yang lengkap di sekolah di

kolaborasi lintas sektor inilah yang membuat

berbagai tingkat pendidikan.

dan menjaga Kota Helsingborg tetap

• Meningkatkan taraf hidup untuk anak-anak dan orang-orang muda,terutama yang

berkelanjutan untuk ribuan tahun yang akan datang.

tinggal dalam kawasan miskin. • Pengembangan perumahan dan perkotaan. Pengembangan konstruksi baru sangat dibutuhkan untuk mengatasi kekurangan perumahan. • Peningkatan kesehatan dan kebiasaan hidup, terutama di kawasan miskin. • Sehat di masa tua. Orang-orang yang sudah tua seharusnya bisa menikmati kehidupan yang sehat, ramah dan aktif. • Meningkatkan kualitas lingkungan. Hal ini termasuk pengurangan polusi udara dan kebisingan di kota dan juga pemeliharaan

Helsingborg Populasi: 132, 000 (2012) Industri utama: Pelabuhan kontainer terbesar kedua di Swedia. Slogan kota: The gateway to the continent (Pintu Gerbang Menuju Benua). Terkenal akan: Kapal feri yang menuju Denmark dan perusahaan mebel global IKEA, yang bermarkas di Helsingborg.

area hijau yang ada di dalam kota.

“Helsingborg di abad 21, dengan jumlah penduduk sekitar 100.000 jiwa, dalam berbagai aspek merupakan tipikal kota Swedia” 14

SymbioCity

SymbioCity

15


menjadi terorganisir

menjadi terorganisir

Bagaimana melakukannya:

Diselenggarakan secara bersama Apa jenis persiapan yang diperlukan untuk perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan proses SymbioCity? Kota Palu dan Kota Borås telah menjadi kota mitra saat proyek SymbioCity dimulai. Kerjasama sebelumnya yang berfokus pada bagaimana menciptakan nilai dari limbah, telah mempertemukan kedua kota. Tapi memulai suatu proyek kerjasama yang baru dengan fokus dan bidang yang benar-benar berbeda membutuhkan personil baru yang berkompeten untuk melangkah maju.

Dukungan politik diidentifikasi sebagai aspek

berkepentingan yang non-pemerintah juga

kunci bagi kedua kelompok sejak awal.

dapat berpendapat dalam proses tersebut”.

Dukungan selama pelaksanaan, atau mungkin yang lebih penting saat merealisasikan

Komite Pengarah telah bertemu dua kali

rencana menjadi sebuah kenyataan. Dalam

selama masa proyek, untuk mengawasi

rangka membentuk suasana kerjasama

kemajuan kegiatan kelompok kerja

dan bertanggung jawab bersama, Komite

SymbioCity dan memastikan bahwa

Pengarah dibentuk dalam lokakarya awal.

pelaksanaan kegiatan koheren dengan inisiatif lainnya yang sedang berlangsung

“Sangat penting bagi kami untuk memastikan

di Palu. Termasuk juga memberikan nasihat

kerangka institusional kerjasama menjadi

selama proses berlangsung.

Saat yang menyenangkan - di pabrik daur ulang di Borås.

jelas bagi siapapun; dimana hubungan antara Kemitraan ini memutuskan untuk membentuk

penyiapan kelembagaan, kerangka regulasi

Komite Pengarah Palu - Borås akan

sebuah Kelompok Kerja dengan anggota

dan berbagai kebijakan yang telah ada,

menerima laporan akhir dari kelompok

dari kedua kota, dan kelompok multi disiplin

diangkat ke permukaan”, kata Paul Dixelius,

kerja Palu - Borås pada seminar di bulan

tersebut bertanggung jawab terhadap

manajer Pendekatan SymbioCity SKL

Desember, 2013.

pelaksanaan Pendekatan SymbioCity.

International.

Klass Klason dan Hasse Ericson, keduanya merupakan perencana Swedia yang

“Kami telah membentuk Komite Pengarah

berpengalaman, yang ditugaskan untuk

sebagai pengawas untuk proyek ini

masing-masing mitra. Mereka bertugas

- sebagai penjamin hubungan antara

untuk memfasilitasi, melatih dan mendukung

tingkat perencanaan yang berbeda di

usaha-usaha yang dibuat oleh kelompok

Palu, memastikan bahwa keahlian yang

kerja.

diperlukan akan tersedia, dan memastikan bahwa ada tempat bersama dimana pihak

Sudah banyak waktu yang dihabiskan dengan perbincangan, analisa dan kesimpulan, banyak situs berkunjung atau dokumen yang telah dirangkum dan diletakan dalam konteks baru.

Orang-orang “di balik layar” adalah pendukung kesuksesan. Nilai dari Conie Purmiranti di Probolinggo yang sudah ditambahkan dalam proyek tidak bisa diperkirakan

Sama seperti Palu dan Borås, Probolinggo dan Helsingborg membentuk badan pengawas untuk proyek dalam bentuk Komite Pengarah. Seragam yang digunakan kelompok dari Probolinggo memberi daya tarik yang besar bagi kelompok Swedia

Kadang sketsa kasar mengatahkan lebih dari 50 kata.

16

SymbioCity

SymbioCity

17


KEPEMIMPINAN

KEPEMIMPINAN

Pemipin Yang Kita Butuhkan!

MULAILAH, MAJU KE DEPAN!

Menangkap esensi kepemimpinan dalam pembangunan perkotaan yang berkelanjutan

TENTANG PENULIS: Gunnar Andersson adalah pengajar & konsultan pengembangan dengan pengalaman internasional selama bertahun-tahun dalam memfasilitasi proses pengembangan kapasitas bagi para pemimpin sektor publik, manajer dan organisasi. Dia adalah penulis utama Get Started, Move Forward! - Leadership in sustainable urban development.

Pembangunan perkotaan yang berkelanjutan tergantung pada komitmen dan kemampuan pemimpin, yang dapat menginspirasi orang lain untuk mencapai tujuan yang menantang. Pemimpin terpilih dan manajer sektor publik memiliki tanggung jawab utama untuk memastikan terwujudnya kekesejahteraan sosial dan lingkungan dalam jangka panjang. Pemimpin terpilih memiliki tanggung jawab lebih besar dibandingkan mereka yang bergerak di sektor swasta untuk melayani kepentingan umum serta bertanggung jawab kepada warga masyarakat. Memimpin pembangunan kota memerlukan upaya membimbing masyarakat dan organisasi menuju cita-cita dan tujuan jangka panjang, menyeimbangkan kebutuhan, tuntutan dan prioritas. Hal tersebut memerlukan sebuah kepemimpinan yang melampaui manajemen rencana, manusia dan sumber daya. Perencanaan kota seringkali dipasrahkan kepada perencana dan insinyur, tapi merencanakan dan mengembangkan kota yang berkelanjutan secara lingkungan dan sosial membutuhkan perspektif yang lebih luas dan partisipasi masyarakat. Pemimpin kota yang sukses dapat memahami dan mengkomunikasikan kebutuhan kota, mengembangkan visi jangka panjang, dan memfasilitasi proses yang melibatkan semua pemangku kepentingan. Apakah kita pernah bertemu pemimpin yang memenuhi persyaratan ini? Mungkin, tapi 18

SymbioCity

mungkin juga hanya sebagian, karena sulit untuk menemukan orang-orang yang luar biasa seperti itu. Ini berarti bahwa sebagian besar pemimpin harus bekerja secara sadar untuk mengembangkan diri mereka sebagai pemimpin, dan berbagi jiwa kepemimpinan dengan orang lain. Melalui pencarian nilai-nilai bersama, tujuan bersama dan kerjasama lintas politik, profesi dan bidang yang lain, cita-cita pembangunan berkelanjutan dapat menjadi nyata.

KITA PERLU PEMIMPIN ...

... yang memahami betapa genting dan mendesaknya tantangan yang dihadapi kota, dan yang berkomitmen untuk menanganinya. Pemimpin yang bisa menerjemahkan visi ke dalam tindakan. ... memiliki keberanian untuk mengambil keputusan yang sulit dan melaksanakannya, yang berpegang teguh pada prinsip dan nilainilai bahkan ketika mendapat kritikan. ... yang mau berbagi kekuasaan, pengetahuan dan sumber daya, serta mau belajar dari orang lain. Pemimpin yang tidak takut pada bakat, pendapat atau keberhasilan orang lain, tetapi mau mencari tahu dan berkembang bersama. ... yang rendah hati dan sederhana, yang tidak mencari pengakuan untuk kepentingan diri sendiri, tetapi berusaha mencapai apa yang terbaik untuk kepentingan warga baik saat ini maupun masa depan, mengetahui bahwa suatu

saat, orang akan mengakui kontribusi mereka. ... yang memahami perbedaan antara sisi positif dan negatif kekuasaan, antara menjadi otoritas di bidangnya dan menjadi otoriter. Kita membutuhkan pemimpin yang menggunakan wewenang, yang diberikan oleh rakyat, untuk memimpin masyarakat menuju masa depan yang lebih baik - tidak untuk memperoleh kekuasaan dan keuntungan pribadi. ... yang mencerminkan diri sendiri dan peduli tentang warisan mereka kepada masyarakat. Pemimpin yang mengangkat kepala mereka di atas perdebatan tentang uang dan perpecahan politik, yang melihat dan berbagi perspektif global dan manusia yang lebih luas, yang mengilhami orang lain untuk bekerja sama, terlepas dari perbedaan. ... yang memiliki integritas dan karakter untuk melakukan hal yang benar, bahkan ketika tidak ada yang melihat, yang memiliki keberanian moral untuk berdiri dan mengatakan yang sebenarnya, bahkan dengan risiko kehilangan kekuasaan. ... yang mewakili dan berbicara untuk kelompok yang berbeda dalam masyarakat. “Siapa kita� mempengaruhi bagaimana kita melihat dunia, demikian pula kepentingan dan prioritas kita. Kepemimpinan dan manajemen, serta perencanaan kota, telah lama didominasi oleh kaum pria, dan kita perlu lebih banyak pemimpin perempuan.

Proyek SymbioCity telah mengembangkan dan menerbitkan beberapa buku panduan, di antaranya The SymbioCity Approach, dan Get Started, Move Forward! - Leadership in sustainable urban development. Publikasi yang terakhir ini diterbitkan melalui interaksi dengan sejumlah politisi dan pengambil keputusan di daerah, terutama pada dua kali pelaksanaan Lokakarya Kepemimpinan dan Pembangunan Perkotaan yang diadakan di Swedia dan dan dihadiri perwakilan internasional pada tahun 2012 dan 2013. Mulailah, Maju ke depan! bertujuan untuk memperkuat kepemimpinan atas inisiatif pembangunan perkotaan yang berkelanjutan dengan memberikan saran praktis dan contoh-contoh inspiratif yang mendukung. Publikasi ini memberikan pedoman berdasarkan proses penelitian dan konsultasi menyeluruh dengan para pemimpin kota yang terlibat dalam pembangunan perkotaan yang berkelanjutan di Swedia dan berbagai negara berkembang Publikasi ini memiliki enam tema utama yang perlu dikuasai oleh para pemimpin pembangunan perkotaan: 1.

Mengembangkan dan mewujudkan visi bersama

2.

Pemberdayaan para stakeholder untuk berbagi kepemilikan

3.

Menjembatani batasan-batasan dan menjamin keberlanjutan

4.

Meningkatkan kesadaran dan komunikasi untuk hasil akhir

5.

Mempromosikan cara kerja yang terpadu

6.

Memastikan pembiayaan bersama

SymbioCity

19


DARI PARA PEMIMPIN

dari para pemimpin

Mari kita dengar pendapat para pemimpin Apa pendapat para pemimpin yang terlibat dalam Symbio City tentang peran mereka guna mewujudkan masa depan kota mereka? Kami sudah berbicara dengan Wakil Walikota Palu Mulhanan Tombolotutu dan Wakil Walikota Pertama Kota Borås Bertil Myhrberg tentang bagaimana mereka memimpin untuk keberlanjutan.

Wakil Walikota Tombolotutu bersama dengan (kiri) Mats Jarnhammar, Manajer Proyek dan (kanan) Tor Eriksson, Anggota Steering Committee.

Fakta-FAKTA

Dalam pekerjaan sehari-hari Anda, apakah Anda merasa Anda memiliki kekuatan untuk mengubah kota Palu?

Apa yang harus Anda - sebagai politisi - tidak pernah melupakan waktu anda merencanakan masa depan kota Anda?

“Sebagai Wakil Walikota, saya bertugas untuk merumuskan visi pembangunan Kota Palu, sebuah visi yang didasarkan pada perencanaan jangka panjang, rencana jangka menengah dan rencana tahunan. Peran ini memungkinkan adanya kemampuan untuk mengarahkan masa depan Kota Palu. Saya bisa, misalnya, mengubah arah dari suatu program dengan mengubah kegiatan yang tertuang dalam dokumen anggaran”.

“Saya tidak boleh lupa bahwa visi kota harus dicapai tidak untuk satu atau dua kelompok saja, tetapi untuk semua. Salah satu cara untuk melakukan ini adalah memastikan semua stakeholder bisa selalu mengevaluasi proses yang kami terapkan, semua orang boleh berpendapat”.

Perbedaan apa yang Anda lihat antara Palu dan Borås mengenai peran politisi dalam pembangunan perkotaan?

“Gagasan bahwa kota perlu dikembangkan dengan memikirikan masa depan anak-anak dan cucu kita.”

“Ada perbedaan antara politisi Kota Palu dan politisi Kota Borås - terutama dalam bagaimana kita terlibat secara mendalam. Saya juga merasa bahwa politisi di Kota Borås secara umum lebih peduli terhadap lingkungan daripada politisi di Kota Palu, di Swedia, lingkungan merupakan prioritas yang konstan”.

Wakil Walikota Palu dan Borås “bahu-membahu”

Dalam pekerjaan sehari-hari Anda , apakah Anda merasa Anda memiliki kekuatan untuk mengubah kota Borås?

Apa perbedaan yang Anda lihat antara Kota Palu dan Kota Borås mengenai peran politisi dalam pembangunan perkotaan?

Apa tantangan terbesar dalam merancang sebuah kota?

Jika Anda bisa memberikan rekan Anda Mulhanan Tombolotutu nasihat , sebagai politisi rekan - . Apa itu?

“Saya bekerja berkaitan dengan masalah pembangunan yang praktis, seperti memberikan atau menolak izin bangunan. Pada dasarnya, saya dan rekan-rekan saya memutuskan digunakan untuk apa tanah di Kota Borås dan jenis bangunan apa yang dibangun, jadi - Ya, saya memiliki kekuatan untuk mempengaruhi pembangunan Kota Borås. Kami tidak bekerja pada level strategi yang lebih tinggi tapi kami mengontrol detailnya. Dan detail tersebut yang membangun sebuah kota.”

Pengetahuan pribadi apa yang Anda ambil dari proyek SymbioCity?

Jika Anda bisa memberikan saran bagi rekan Anda - Bertil Myhrberg -, sebagai rekan politisi - saran apa yang anda berikan?

Fakta-FAKTA

”Bahwa sebagai sesama politisi kita harus saling membantu. Kita harus bahu membahu dan berbagi pengetahuan kita.”

Borås ‘ dan Deputi Pertama Walikota

Nama: Bertil Myhrberg Pekerjaan: Ketua Badan Perencanaan Peran dalam proyek SymbioCity:

“Untuk membuat ruang bagi semuanya. Anda membutuhkan ruang untuk rumah, tetapi Anda juga perlu ruang untuk bisnis. Anda membutuhkan ruang untuk taman, untuk bersosialisasi, dan tanpa ruang untuk budaya setiap kota akan gagal. Dan juga, Anda perlu ruang untuk semua hal tersebut agar bisa berubah - kota harus fleksibel untuk bertahan.”

“Ada sebuah akselerasi dalam birokrasi Kota Palu yang tidak kita miliki di Kota Borås. Saya terkesan dengan seberapa cepat keputusan dibuat, dan diselesaikan di Kota Palu. Di Borås kita memiliki birokrasi yang lebih berat dan lebih lambat dengan banyak tahapan dalam proses persetujuan agar bisa dilanjutkan. Tahap ini memiliki alasan yang baik - tetapi pada suatu saat, lebih banyak bicara hanya membahayakan rencana tersebut.”

“Saya dan Wakil Walikota ada peribahasa ketika kami berada di Kota Palu: “Kami bekerja bahu-membahu”. Saya akan meminta dia untuk selalu ingat peribahasa tersebut, lihat pada apa yang kota lain lakukan dan bagaimana cara mereka melakukannya - dan biarkan mereka melihat kota anda. Perspektif yang ditambahkan membuat dunia yang baik.”

Ketua Komite Pengarah Palu - Borås

Nama: Mulhanan Tombolotutu Pekerjaan: Wakil Walikota Palu Peran dalam proyek SymbioCity : Ketua Komite Pengarah Palu - Borås

20 SymbioCity

Wakil Walikota Tombolotutu: “Kita sebagai politisi harus bahu membahu dan berbagi pengetahuan kita”.

Bertil Myhrberg : “Ada sebuah akselerasi dalam birokrasi Kota Palu yang tidak kita miliki di Kota Borås.”

SymbioCity

21


MELAKUKAN PERUBAHAN

MELAKUKAN PERUBAHAN

Bagaimana cara mendorong perubahan: “Mereka Yang Terpengaruh Harus Memiliki Proyek Tersebut”

TENTANG PENULIS: Hasse Ericsson adalah seorang perencana senior dan seorang arsitek dengan pengalaman dalam bidang perencanaan fisik, pembangunan perkotaan dan pedesaan, pengelolaan sumber daya alam dan pembangunan yang terintegrasi dan berkelanjutan. Fokus ketertarikan beliau meliputi proses reformasi pemerintah dan program lintas sektor regional untuk pembangunan berkelanjutan, pengenalan Sistem Manajemen Sumber Daya Alam Berbasis Komunitas – adalah beberapa bidang ketertarikannya. Dalam kerjasama antara Kota Probolinggo dan Kota Helsingborg, Hasse Ericsson menjadi ahli SymbioCity yang memfasilitasi, melatih dan mendukung Kelompok Kerja.

Jika tujuannya adalah perubahan yang nyata, mengatakan kepada orang-orang apa yang harus dilakukan tidak akan mempersingkat. Mereka yang terkena dampak harus mendorong perubahan itu sendiri, kreativitas mereka dan kebutuhan mereka akan membuka jalan ke depan. Sebagai arsitek dan perencana kota, Hasse Ericsson telah terlibat dalam SymbioCity sejak awal. Sebelumnya beliau telah terlibat dalam proyek-proyek pembangunan bilateral di sepanjang Afrika, di Botswana, Zambia, dan Tanzania, adalah beberapa contohnya. Dari semua pengetahuan yang telah ia pelajari selama satu dekade ini di negara-negara berkembang, mungkin tidak ada yang lebih penting dibandingkan hal yang satu ini: “Orang-orang yang tinggal dan bekerja di kota adalah mereka yang harus memiliki dan mengembangkan proyek pembangunan. Jika mereka tidak dilibatkan, jika mereka tidak diberdayakan, hal itu akan menyebabkan masalah dan isu-isu yang lebih lanjut di sepanjang perjalanannya.” Hal ini penting terutama dalam proses perencanaan awal - jika Anda ingin rencana itu terwujud menjadi sesuatu yang nyata dan terbukti kenyataannya. “Tidak ada dua proyek yang sama, masingmasing memiliki karakter sosial dan budaya

sendiri. Anda harus selalu berusaha mengerti konteks dimana anda berada, dan tidak ada yang tahu konteks itu lebih baik daripada yang membentuknya.”

Ide dalam jumlah besar Hasse Ericsson telah menemukan proyekproyek yang hampIr mengalami kegagalan karena tidak ada yang bertanya tentang apa yang menjadi keinginan orang-orang yang bersangkutan. Tetapi dengan konsultasi menyeluruh dengan stakeholder yang terkena dampak, proyek-proyek tersebut berubah menjadi suatu kisah sukses. Secara umum, meskipun, Hasse Ericsson mengatakan bahwa proyek pembangunan sangat bagus dalam mengadopsi konteks dan masyarakat lokal dalam pertimbangan. Pendekatan SymbioCity di Probolinggo dan Palu tidak terkecuali.

Bantuan untuk kemajuan Gagasan bahwa orang yang bersangkutan harus mendorong perubahan, bagaimanapun, tidak berarti bahwa bantuan dari luar tidak diperlukan atau tidak penting. Sebaliknya, kata Hasse Ericsson. “Kota Helsingborg dan Kota Boras dapat berkontribusi dengan memberikan banyak contoh yang baik dari bidang kerja mereka, dan contoh-contoh tersebut dapat membawa inspirasi dan diskusi yang lebih hidup. Dan kunjungan ke Kota Helsingborg dan Kota Boras telah membuka mata rekan-rekan dari Indonesia, saya yakin itu. Namun bantuan harus datang dalam bentuk ide dan saran, daripada memberitahu orang apa yang harus dilakukan.”

Kepemilikan dan “big ears” adalah kunci keberhasilan program pembangunan. Terlepas dari mana dunia Anda.

“Namun bantuan harus datang dalam bentuk ide dan saran, daripada memberitahu orang apa yang harus dilakukan”

“Pendekatan SymbioCity telah benar-benar bekerja di sini. Berbagai sektor dan stakeholder telah dilibatkan dalam proses. terlihat jelas bahwa mereka berkomitmen dan semakin berkomitmen.” Komitmen kota ini ditunjukkan oleh tidak sedikitnya jumlah inisiatif dan ide-ide yang telah diusulkan oleh para stakeholder yang berbeda. “Ada banyak ide-ide yang bagus, dengan pertimbangan berbagai aspek - sosial, keuangan, lingkungan, dan kelembagaan. Integrasi dan komitmen ini mengarahkan pada sinergi yang luar biasa.”

“Tidak ada dua proyek yang sama, masing-masing memiliki karakter sosial dan budaya sendiri, dan tidak ada yang tahu konteks itu lebih baik daripada yang membentuknya.”

22 SymbioCity

SymbioCity

23


seminar visi

seminar visi

“Jangan membangun dari masalah – membangun dari aset” – kekuatan dari seminar visi Waktu awalproyek kerjasama Palu – Boras sebuah seminar visi diselenggarakan. Tujuan dari seminar ini adalah untuk membuat rencana konsep SymbioCity, visi bagi Kota Palu. Visi dikembangkan dari potensi kota dan bukan berfokus pada tantangan kota. TENTANG PENULIS: Nama: Zeinab Noureddine Tag-Eldeen, (Ph.D), Pekerjaan: Peneliti dan praktisi perencana perkotaan di The Royal Institute of Technology, Sekolah Arsitektur dan Pembangunan Lingkungan di Stockholm. Minat Utama: Pengembangan lintas budaya tentang ilmu perencanaan.

“Seminar visi direncanakan dengan cara menggeser diskusi di antara para stakeholder dari pencarian masalah menjadi pencarian aset. Transformasi positif dari sikap masyarakat, pejabat, perencana lokal dan ahli meningkatkan kepercayaan diri mereka dan membantunya dalam menemukan kemampuan mereka sendiri untuk memecahkan masalah mereka.” Menempatkan aset Di depan permasalahan Seminar ini dibuka dengan sambutan Wakil Walikota Palu, kemudian perwakilan Swedia berbagi pengetahuan dari model SymbioCity kepada stakeholder setempat di Kota Palu. 36 peserta dibagi menjadi 5 kelompok kerja yang didistribusikan secara seimbang dalam hal jenis kelamin, usia, dan ketertarikan, dan masing-masing kelompok ditugaskan untuk mengerjakan tiga buah latihan: 1.

Peran dalam program SymbioCity: Mendukung adaptasi konsep SymbioCity dengan konteks Palu, melalui proses interaksi dengan para stakeholder. Zeinab juga menjabat sebagai moderator dalam workshop dan seminar.

Ketika pendekatan SymbioCity diadaptasi oleh sebuah kota baru, konsep tersebut perlu disesuaikan dengan kota induknya. Konteks kelembagaan dan budaya yang berbeda perlu dipertimbangkan, demikian pula kondisi dan kapasitas lokal. Hal tersebut merupakan langkah pertama yang penting dari pendekatan SymbioCity, dan itu dilakukan melalui seminar visi. Dalam kasus Kota Palu, sebuah Seminar “Persiapan” diselenggarakan pada musim gugur tahun 2012. Seminar ini mengumpulkan para stakeholder dari berbagai lapisan masyarakat dan bagian kota. Melibatkan orang dengan ide-ide yang berbeda tentang perubahan adalah hal yang sangat mendasar dalam perencanaan keberlanjutan, sehingga menjelang seminar, kriteria untuk mengidentifikasi para stakeholder dibahas secara menyeluruh dengan para pejabat di kelompok kerja lokal Kota Palu. Sebuah penekanan khusus ditempatkan pada pentingnya melibatkan pemuda, para tetua dan para pelajar, untuk menciptakan pertukaran ide antargenerasi. Tujuan dari seminar ini adalah: 1.

Menciptakan kemampuan untuk membangun hubungan yang kolaboratif

24 SymbioCity

2.

3.

antara beragam kelompok pemangku kepentingan di Kota Palu. Mengidentifikasi nilai-nilai budaya lokal yang dapat digunakan untuk memobilisasi dan memotivasi masyarakat. Membuat pondasi berdasar kekuatan masyarakat yang akan menciptakan dan mendukung perubahan.

Saat berlangsungnya seminar, stakeholder mewakili berbagai kelompok kepentingan, termasuk LSM lokal, pemulung, organisasi bersepeda, guru, sekolah amal yatim piatu, dan sektor pemerintah. Pelajar dalam jumlah yang cukup besar juga ikut berpartisipasi. Empat orang dari koran lokal meliput acara tersebut dan diundang untuk berpartisipasi juga. Secara keseluruhan, ada tiga puluh enam peserta workshop dan mayoritas perempuan. Para anggota resmi kelompok kerja lokal Palu adalah pemimpin seminar. Sebagai persiapan, mereka telah mengikuti sesi pelatihan yang difokuskan pada bagaimana melibatkan stakeholder menggunakan metode dan teknik partisipatif. Meningkatkan kapasitas pejabat lokal dengan cara ini sangat penting, tidak hanya untuk kepentingan seminar visi tetapi untuk membantu para pejabat dalam menciptakan perubahan di kota mereka.

2.

3.

Latihan “Pemetaan Modal”. Faktor kunci dalam seminar visi adalah untuk mengubah pola pikir para peserta. Merupakan hal penting penting bahwa mereka beralih fokus dari menggali masalah yang akan mencegah perubahan, menjadi melakukan identifikasi aset yang ada - “Modal”. Melakukan pemetaan modal dapat mengalihkan diskusi dari pola pikir yang didominasi masalah, yang telah umum terjadi di masyarakat miskin, beralih menjadi pola pikir yang berbasis aset. Ide dari latihan ini adalah untuk menciptakan sebuah visi bagi Kota Palu yang realistis, didasarkan pada kapasitas kota dan bukan pada masalah. Latihan “Palu Dalam Tatatan regional”. Latihan ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran kota Palu dalam konteks regional dan mendiskusikan tentang hubungan timbal balik antara Palu dan lingkungan terbangun di sekitarnya. Latihan “Matriks Kisi-Kisi Tujuan”. Sebuah alternatif untuk analisis SWOT secara konvensional, latihan ini meneliti jawaban atas pertanyaan: apa yang dimiliki oleh Kota Palu yang ingin dilestarikan, apa yang tidak dimiliki oleh kota Palu yang sedang ingin dicapai, apa yang dimiliki oleh kota Palu tapi ingin dihilangkan, dan apa yang tidak dimiliki oleh kota Palu dan ingin dihindari di masa depan? Hasil dari latihan ini adalah untuk mendefinisikan empat kategori dasar dari sebuah tujuan dan sasaran untuk melestarikan, mencapai, menghilangkan dan menghindari, yang akan digunakan untuk analisa lebih lanjut.

LAHIRNYA SEBUAH GAGASAN Para peserta menemukan berbagai macam hal untuk diri mereka sebagai hasil dari pelatihanan. Antara lain, ada kelompok yang menghasilkan daftar modal kota yang berasal dari sumber daya alam yang bermacammacam, seperti: angin untuk produksi energi yang potensial, air, mineral, minyak, dan tanah subur yang berkualitas tinggi untuk pertanian, inisiatif untuk memperbaiki kondisi lingkungan termasuk pemilahan sampah dan daur ulang, modal sosial dipandu oleh nilai-nilai sosial setempat dari solidaritas dan masyarakat, dan tokoh agama dan seniman untuk memobilisasi masyarakat. Mereka membahas bagaimana caranya supaya bisa lebih baik dalam menggunakan sumber dayanya dan mengidentifikasi bagaimana mereka bisa membuat perubahan yang dibutuhkan. Kelompok tersebut juga mengeksplorasi cara-cara yang berbeda untuk menjaga komunikasi setelah seminar. Mereka sepakat untuk mengatur pertemuan rutin dan untuk membangun jaringan stakeholder yang lebih luas untuk meningkatkan kesadaran di kalangan warga tentang pembangunan yang berkelanjutan dari kota mereka. Banyak ide-ide proyek tertentu yang disajikan juga. Salah satu yang menonjol datang dari seorang guru. Ia mengusulkan sebuah proyek percontohan yang disebut “penghijauan kota,” di mana ruang publik di kota akan dipilih untuk dilakukan perbaikan. Hal ini akan dilakukan kerja sama antara siswa, guru, seniman, tokoh agama, warga lainnya, dan kotamadya. Hari publik bisa diadakan untuk sebuah acara yang berdasarkan filsafat sosial Kota Palu yakni “ Nosarara Nosa Batutu,” yang berarti “Kita semua bersama-sama, kita semua adalah saudara”.

Visi menjadi tindakan Keikutsertaan peserta seminar memberikan para pejabat pemerintahan sebuah pengetahuan lokal yang kualitatif tentang kota mereka yang sulit didapat. Para pejabat mengakui bahwa hasil dari seminar ini lebih dari harapan mereka. Namun mereka khawatir tentang berapa banyak dukungan yang bisa mereka dapatkan dari para pengambil keputusan di tingkat

yang lebih tinggi, sehingga perubahan bisa benar-benar dilaksanakan. Tetapi pada akhir seminar, sudah ada tanda positif. Ketika ditanya tentang “penghijauan kota”, pengendali proyek sudah bisa mengatur untuk hal implementasi, anggota dari Kelompok Kerja setempat mengatakan, “Saya sudah mengirim pesan tentang hal itu ke Walikota. Dia terbang ke Jakarta sekarang, jadi saya hanya menunggu persetujuan formal dan kami akan melakukannya.” Dia sudah mengirim permintaan untuk mendapatkan persetujuan formal! Ini mengingatkan kita bahwa peran SymbioCity dalam pembangunan Palu salah satunya adalah membantu orang-orang, yang akan bekerja untuk kota mereka, jauh setelah program selesai. Kita belajar dari Palu bahwa transfer model SymbioCity ke suatu konteks baru tidak boleh satu arah. Sebaliknya, harus dianggap sebagai kesempatan untuk bergabung mengembangkan pengetahuan SymbioCity sehingga menjadi lebih tepat untuk konteks baru - kota-kota baru, di seluruh dunia. Jika kita mencari kekuatan mereka, kita akan menemukan masa depan mereka. SymbioCity

25


Apa kata mereka

Apa kata mereka

Antusiasme, mimpi dan pelajaran yang didapat! Di November 2012, anggota Kelompok Kerja dari SymbioCity bertemu untuk sebuah seminar tentang Aset dan Visi di Palu. Inilah beberapa tinjauan yang telah diajukan.

“Orang-orang mempunyai ide dan wawasan lebih dari ekspektasi saya. Tetapi saya berharap dengar lebih banyak pendapat dari para wanita, anak-anak, dan para lansia.” - Delvi Dian Susanti, BAPPEDA, Palu Zeinab Tag-Eldeen memiliki pengalaman yang luas dari proses perencanaan partisipatif misalnya di Mesir.

“Saya sangat terkejut dengan antusiasme semua peserta, tetapi saya lebih suka mendengarkan masyarakat Palu membicarakan tentang kota mereka lebih banyak.” - Achmad Arwien, BAPPEDA, Palu

Rifai Mardin, atau “Oi”, telah terang-terangan dan telah berjanji pada dirinya sendiri untuk menerima tantangan dari pernyataan yang dibuat dalam sesi Kelompok Kerja.

Delvi Dian Susanti telah menjadi pendorong utama dalam Kelompok Kerja Palu-Boras.

“Kita mendapatkan hasil yang sangat bagus dari seminar ini! Hasil yang paling penting adalah bahwa kita telah berhasil membentuk sebuah rasa kepemilikan & kita benar-benar mengerakkan para peserta.” - Zeinab Tag-Eldeen, Royal Institute of Technology, Stockholm

“Acara seperti ini adalah suatu kewajiban bagi semua yang terlibat di Perencanaan berbasis Masyarakat.” - Rifai Mardin, Untiversitas Tadulako, Palu 26 SymbioCity

SymbioCity

27


apa yang dinginkan PALU

Sungai Bersih, Taman Kota, & Kemiskinan – diinginkan, dimiliki dan tidak diinginkan dari Palu Pada aset Palu & seminar visi, siswa, guru, pemuda, perwakilan dari pemerintah daerah, pedagang kaki lima, kelompok agama, akademisi, aktivis lingkungan, jurnalis, dan pemangku kepentingan lainnya bertemu untuk membahas yang diinginkan, yang tidak diinginkan, yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari Palu. Para peserta membentuk kelompok untuk mendiskusikan. Inilah yang salah satu kelompok temukan.

tidak dimikiki

1. Kriminalitas 2. Prostitusi 3. Tambang emas 4. Obat-obatan terlarang 5. Bencana alam 6. Perkampungan kumuh 7. Kemiskinan

1. Pantai 2. Tempat Pembuangan Sampah 3. Ruang terbuka hijau 4. Sungai 5. Hewan ternak 6. Transportasi umum 7. Air bersih 8. Jaringan listrik

1. Angka Kriminalitas tinggi 2. Konflik horisontal 3. Teroris

1. Pantai yang bersih 2. Pengelolaan limbah yang terintegrasi 3. Pengelolaan ruang terbuka hijau 4. Transportasi & Wisata air 5. Jalur khusus bus 6. Pengelolaan air bersih 7. Perubahan infrastruktur kelistrikan 8. Pengelolaan limbah

tidak dimikiki

28 SymbioCity

diinginkan

dimiliki

dimiliki

tidak diinginkan

SymbioCity

29


visi – Kota Palu pada 2030

visi – Kota Palu pada 2030

Visi - Kota Palu pada tahun 2030

Kota Palu - Kota Yang Menggunakan Semua Sumber Dayanya

“Kota Palu yang lebih hijau, lebih bersih, lebih berkelanjutan”

dan sumber daya yang telah digunakan akan

Diskusi, lokakarya, perjalanan menuju belahan dunia lain dan sebuah seminar visi kemudian mengerucut ke satu hal – seperti apa kota yang kita inginkan untuk tahun 2030? Berjalan di jalanan Kota Palu dalam 17 tahun, apa yang harus terasa, terlihat, terdengar, tercium? Ini adalah bagaimana.

Penggunaan sumber daya alam dikurangi, digunakan kembali dan didaur ulang. Sumber daya manusia dan keterampilan dihargai dengan cara yang sama. Pemerintah kota telah membangun kerjasama yang produktif dengan universitas dan berbagai bisnis di sejumlah proyek ecotechnology - seperti taman tenaga angin dan PLTA skala kecil di daerah pegunungan .

[ VISI: ]

““ Kota Palu Hijau & Bersih menggunakan sumber dayanya untuk mempertahankan kehidupan yang kaya dalam sebuah keberlanjutan Sou Raja berdasarkan semangat Nosarara Nosa Batutu”

Pada 2030, harga bahan bakar akan meningkat secara dramatis. Karena itu sebuah pabrik telah dibangun - salah satu yang dapat mengkonversi sepeda motor menjadi sepeda bertenaga listrik. Generator listrik diesel diganti dengan pelacak surya sama seperti sebelumnya. Melalui ini kita bisa mencapai kemandirian bahan bakar fosil, jalan-jalan yang tenang dan polusi jauh berkurang

Kota Palu - Kota hijau

Kota Palu – kota bersih

Pada tahun 2030, taman Kota Palu adalah

Pada tahun 2030, udara di Kota Palu adalah

Semua teknologi baru ini dan berbagai

udara yang segar dari pegunungan, sungai-

proyek telah dipamerkan di pusat eko -

yang penuh dengan bunga, kerindangan dan

sungainya bersih, dan jalan-jalan dan ruang

teknologi baru, lengkap dengan ruang

kolam air tawar. Jalan-jalan dipenuhi dengan

publik yang bebas dari sampah. Air teluk

konferensi dan fasilitas pertemuan. Kota ini

pohon-pohon dan bunga-bunga yang indah.

yang segar dan bersih dan bahkan menjadi

sekarang menerima ribuan pengunjung yang

kolam yang bagus dan dekat dengan kota.

tertarik, tidak hanya dari Indonesia, tetapi

daerah peristirahatan hijau dan populer

Sepanjang Teluk Palu terdapat sebuah jalan

juga dari bagian lain dari Asia.

panjang yang penuh dengan pohon-pohon hijau yang memberikan keteduhan.

Sebagian besar rumah tangga telah terhubung ke sistem pembuangan limbah

Pola dari kebun kota yang kecil dan bersih

dan berlanjut ke fasilitas pengolahan limbah.

yang penuh dengan pohon buah-buahan

Fasilitas ini memproduksi pupuk, biogas dan

untuk umum telah menjadi ikon baru kota

air bersih untuk memberi makan area taman

Palu. Ada beberapa hutan dan cagar alam

air di sekitarnya dan kehidupan burung yang

dalam jarak yang cukup dekat dari pusat

indah.

kota. Bantaran sungai ditumbuhi oleh

dan diganti dengan dua dan tiga bangunan apartemen, tertutup dalam dinding tanaman hijau. Dan mantan daerah pertambangan pasir dan emas telah memberikan ruang

“Udara pegunungan yang segar, sungai yang bersih, dan jalan-jalan bebas dari sampah”

untuk hutan mangga yang rimbun.

“Taman-taman kota yang kecil dan bersih yang penuh dengan pohon buah-buahan untuk umum telah menjadi penanda baru bagi Palu”

30 SymbioCity

Sekarang ada jaringan jalan yang dibangun kembali untuk menyesuaikan baik untuk transportasi sepeda dan pejalan kaki. Jalur mobil telah dikurangi lebarnya. Sebagian besar transportasi melalui kota tersebut disalurkan melalui jalan bypass barat atau

*

Dan dengan menambahkan semua ini hasilnya menjadi:

diizinkan hanya bus dengan biogas, mobil

Kota Palu – Tempat Untuk Hidup Kaya

listrik, sepeda dan pejalan kaki.

Hijau, bersih, dan berkelanjutan adalah

timur. Semakin dekat ke pusat kota yang

bagaimana kita akan melihat Kota Palu pada Di seluruh pusat kota terdapat sejumlah jalur

tahun 2030. Suasana di kota, keindahan baru

teduh yang mengarah ke jalur pejalan kaki

dan penampilan yang segar, bersama dengan

di pantai yang indah. Jalur pejalan kaki ini

berbagai macam kesempatan kerja baru,

membentang di depan hotel-hotel berskala

membuat Kota Palu menjadi tempat untuk

kecil yang menghadap ke arah laut dan

hidup yang bermakna dan bahagia.

pondok-pondok. Semua perubahan perkotaan dan pembangunan baru ini telah direncanakan dengan pertimbangan khusus terhadap ecodesain. Sebuah panduan khusus eco – desain perkotaan, dikembangkan dalam kerjasama antara Universitas Palu dan Swedia KTH , telah membuat ini menjadi mungkin. Kerja sama itu sendiri adalah hasil dari Proses

berbagai jenis pohon buah-buahan. Beberapa area industri kecil telah dibersihkan

“Melalui ini kita dapat mencapai kemandirian bahan bakar fosil”

Kota Palu – kota berkelanjutan

SymbioCity, sekarang 16 tahun di masa lalu.

“Hasil dari Proses SymbioCity , sekarang 16 tahun di masa lalu”

Pada 2030, Palu adalah kota yang hijau, penuh dengan pohon-pohon yang menyediakan tempat istirahat teduh untuk warganya.

SymbioCity

31


visi – tapi kenapa?

visi – tapi kenapa?

Apa yang begitu hebat dari sebuah visi? Menciptakan visi bersama tentunya terdengar bagus - tapi ketika sudah tiba saatnya, apa baiknya sebuah sebenar? Kami telah berbicara dengan seorang arsitek dan perencana kota Klas Klasson yang melatih kelompok kerja SymbioCity dalam persiapan untuk seminar “Persiapan Awal” di kota Palu, di mana visi kota itu diciptakan.

tentang penulis: Klas Klasson adalah Kepala Arsitek di Kota Håbo, sebelah utara Stockholm. Dengan latar belakang bervariasi dari Badan Administrasi Negeri di Stockholm, sebagai Perancang Fisik Daerah di Bostwana dan sebagai penasehat di Kementerian Pedalaman Lesotho, Klas mempunyai pengalaman yang sangat luas di bidang perencanaan. Selain itu beliau juga sangat berkomitmen soal pembangunan ekologis. Peran beliau dalam proyek adalah untuk fasilitasi, melatih dan mendukung Kelompok Kerja Palu-Borås dalam pelaksanaan Pendekatan SymbioCity.

Dapatkah Anda memberitahu saya tentang tujuan terpenting dari seminar visi ini? “Tentu : Seminar visi ini adalah sebuah cara konkret yang membiarkan para stakeholder yang berbeda dari kota menghasilkan visi bersama untuk masa depan. Melalui latihan partisipatif kita membuat titik awal untuk pekerjaan pembangunan ke depan - dan titik awal ini adalah sebuah keharusan”

Metode visi SymbioCity menganjurkan cara yang modern untuk merencanaakan pembangunan. Bagaimana cara yang tradisional? “Dalam lima puluh tahun terakhir atau lebih, perencanaan pembangunan telah dilakukan dengan cara lama yang sama : Anda membuat analisis masalah bagi suatu daerah, Anda membuat rencana aksi bagi para pemimpin masyarakat, dan kemudian Anda duduk satu dekade kemudian dan menanyakan kepada diri anda sendiri mengapa tidak ada yang berubah.”

Mengapa tidak ada perubahan? “Karena Anda terjebak untuk menatap masalah! Kita mulai dari ujung yang berlawanan, dengan melihat aset kota,

modalnya. Apa yang bisa kita gunakan, apa yang bisa kita kembangkan? Kami melakukan inventarisasi sumber daya dan dari sanalah visi yang kita bangun, bersama-sama dengan masyarakat. Kemudian kita telah punya pandangan tentang isu-isu yang ada di antara kota dan visi tersebut.”

memiliki tabel waktu dan spesifisikasi yang dibutuhkan untuk mendukung pekerjaan pembangunan yang sebenarnya.”

Seperti apa visi yang telah jadi tersebut?

”Saya tahu persis apa yang akan saya katakan, karena saya sudah mengatakannya beberapa kali. Saya akan mengatakan, Lihatlah dalam waktu tiga puluh tahun kebelakang ini dan membandingkan keadaan kita waktu itu dengan keadaan kita sekarang. Kemudian ceritakan lagi apa yang kita tidak dapat mencapai tiga puluh tahun dari sekarang.”

“Tidak ada aturan yang ditetapkan, tetapi dalam kasus kami itu terdiri dari dua bagian. Bagian pertama adalah seperti sebuah slogan yang memberitahu pembaca tentang visi dalam konteks yang sangat luas, misalnya: “Kami ingin kota hijau yang terbuka bagi semua orang”. Bagi saya , bagian kedua yang lebih penting . Ini adalah gambaran yang jelas dari kota tiga puluh tahun dari sekarang. Ini sangat visioner dan optimis, tapi dengan dasar yang realistis.”

Apa yang akan Anda katakan kepada seseorang yang berpikir visi yang Anda hasilkan tidak realistis?

Bagaimana visi digunakan setelah visi itu diproduksi? “Ini berfungsi sebagai dokumen strategis yang penting untuk pekerjaan pembangunan kota. Tapi tidak semua visi melayani tujuan mereka: Ketika kami sampai ke Palu sudah ada empat atau lima visi yang telah beredar, banyak yang ditinggalkan oleh walikota yang lama, dan menurut saya mereka tidak

“Dalam lima puluh tahun terakhir atau lebih, perencanaan pembangunan telah dilakukan dengan cara lama yang sama: Anda membuat analisis masalah bagi suatu daerah, anda membuat rencana aksi bagi para pemimpin masyarakat, dan kemudian anda duduk satu dekade kemudian dan menanyakan kepada diri anda sendiri mengapa tidak ada yang berubah.” 32 SymbioCity

“Kemana kita ingin pergi?” Menciptakan visi optimis berdasarkan landasan yang realistis merupakan langkah strategis yang penting untuk setiap pekerjaan pembangunan.

Apa yang ada di diagnosis? Membuat diagnosis memungkinkan kita untuk mengidentifikasi tantangan dan peluang kota. Kita melihat pola dan tren yang akan berdampak pada keberlanjutan. Pemahaman ini membantu kita mengerti akar masalah, dan bukan hanya gejala. Kami melakukan pendekatan kepada tugas ini secara holistik, karena baru waktu kita melihat gambaran yang lebih luas kita dapat mulai melakukan prioritas.

Apa yang dimaksud dengan area prioritas? Setelah kami telah membuat diagnosis untuk kota, kita dapat menentukan prioritas untuk keberlanjutan. Untuk memungkinkan sebuah solusi yang terintegrasi, kita merumuskan prioritas dan tujuan dengan cara yang mengikat bersama sebanyak-banyaknya - jika tidak semua - tantangan yang ada. Prioritas ini dapat disusun di sekitar wilayah geografis, area tematik atau visi. Palu memilih daerah teluk sebagai daerah prioritas mereka, dan Probolinggo memilih lingkungan Wonoasih. Tetap membaca untuk mempelajari lebih lanjut tentang diagnosa dari dua kota dan mencari tahu mengapa mereka memutuskan prioritas masingmasingnya.

SymbioCity

33


Diagnosis: Palu

Diagnosis: Palu

Memahami kota – Diagnosis bagi Palu Tertuang dalam visinya, mimpi Kota Palu untuk menjadi sebuah kota teluk yang hijau dan bersih dan membuat warganya bangga. Mereka ingin menggunakan sumber daya mereka sendiri untuk menciptakan kehidupan yang kaya, mereka ingin menekankan konsep SouRaja untuk membagi kota ini menjadi bagian yang berbeda dan menghubungkan setiap daerah sebagai bagian dari rumah, dan mereka ingin bekerja dalam motto kota “Nosarara Nosa Batutu,” yang berarti, “kita semua bersama-sama, kita semua adalah saudara.” Apa kendala utama yang dapat menghalang Palu untuk mencapai tujuan tersebut? Mari kita lihat beberapa dari tantangan yang dihadapi Palu di masa depan:

Tingkat Urbanisasi yang Cepat

Salah satu isu utama Palu adalah urban sprawl (pertumbuhan kota yang tidak terkendali). Kota ini berkembang luas - dan juga berkembang dengan cepat. Salah satu faktor yang menambah permasalahan perkembangan yang tidak terkendali adalah rasa takut untuk tinggal di gedung yang dua lantai atau lebih; dengan Celah Palu yang dekat, orang takut jika bangunan yang lebih tinggi mungkin runtuh apabila terjadi gempa bumi. Dengan adanya keterbatasan daerah administrasi maupun topografi (ingat, Palu diapit oleh lereng gunung dan air) menjadikan terbatasnya jumlah ruang untuk orang-orang baru, bangunan dan infrastruktur. Kelompok kerja Palu memperkirakan bahwa pada tahun 2030, perkembangan Kota Palu akan mencapai batas maksimal dan akan terjadi permasalahan habisnya lahan yang tersedia untuk pengembangan baru.

Masalah budaya

Salah satu tantangan budaya Palu adalah kurangnya rasa kemasyarakatan dan kebanggaan terhadap budaya. Tantangan ini dapat dihubungkan dengan fakta bahwa hanya sedikit ruang terbuka di mana orang dapat bersosialisasi dan menciptakan sebuah kebersamaan di Kota Palu - sesuatu yang didasarkan pada kurangnya lahan publik dan hal itu diperparah oleh pertumbuhan kota yang semakin tidak terkendali di Kota Palu. Hal ini juga terikat ke dalam masalah tata kelola pemerintahan dan perencanaan kota. Ternyata, hanya empat persen dari ruang publik di wilayah kota yang sebenarnya dapat diakses oleh masayarakat. Kurangnya ruang terbuka tempat orang dapat bersosialisasi bisa menjadi salah satu alasan kurangnya rasa sosial dan kebudayaan di Palu.

34 The process

Masalah Persampahan

Banyak tantangan yang dihadapi Palu yang secara langsung berkaitan dengan sampah. Saat ini, infrastruktur yang ada untuk mendukung pengelolaan sampah sangat terbatas. Kota ini hanya berhasil mengumpulkan kurang dari 60% sampah mereka - sisanya dibiarkan mencemari kota. Sampah yang dikumpulkan dari rumah tangga belum dipilah, dan adanya tingkat kesadaran yang rendah di masyarakat tentang manfaat sanitasi & pengelolaan sampah perkotaan yang baik. Tantangan yang kami sajikan di sini adalah, dengan risiko terdengar suram, hanya satu tetes di laut. Kota Palu memiliki banyak masalah yang harus ditangani untuk mewujudkan visi mereka menjadi kota hijau dan berkelanjutan. Jadi darimana kita harus mulai? Kelompok Kerja menemukan bahwa satu daerah -mungkin lebih dari yang lainyang mengikat kota ini, aset, aspirasi dan tantangan-tantangannya secara bersamasama. Dalam kasus Kota Palu, hal ini adalah Daerah Teluk Palu.

Mengapa fokus pada teluk?

Sekitar satu dekade yang lalu, daerah tekuk Palu merupakan salah satu sudut bumi yang indah, menghampar pasir yang bersih, masyarakat nelayan yang makmur dan sungai Palu yang bersih. Waktu itu teluk menjadi pintu masuk ke kota yang spektakuler serta tempat di mana orang berkumpul untuk bersosialisasi atau duduk sendiri untuk menikmati alam. Deskripsi tentang daerah Teluk Palu tidak lagi sepenuhnya akurat. Dalam sepuluh tahun terakhir, pantai tampaknya telah terlupakan oleh pemerintah terkait dengan masalahmasalah perencanaan strategis dan tata ruang. Daerah teluk telah dijadikan daerah perdagangan yang tidak teratur dan informal, dengan kios yang bertebaran dan kafe-kafe malam. Di beberapa daerah dapat ditemukan tempat prostitusi. Kurangnya pengelolaan air limbah & bahan kimia dari penambangan ilegal di kota telah mencemari sungai dan teluk. Banyak orang yang membuang limbah langsung ke dalam air. Akibatnya hampir tak ada ikan, dan nelayan menjadi terpinggirkan. Saat ini, teluk bukanlah tempat di mana orang berkumpul seperti sebelumnya. Kebanyakan orang menghindarinya, terutama kecamatan Besusu Barat. Teluk tetap merupakan aset strategis bersama wilayah pesisir, tetapi telah kehilangan tempatnya sebagai kebanggaan Kota Palu. Mudah-mudahan, hal ini bisa berubah. Pemerintah Daerah Kota Palu telah mulai untuk campur tangan dalam pengembangan area teluk dengan memulai beberapa proyek fisik. Ini adalah proses yang sedang berlangsung, dimana Kelompok

Kerja Palu - Boras ingin mendukung dengan menjadikan daerah teluk sebagai prioritas mereka.

Menerapkan Konsep Souraja

Bagian dari visi Kota Palu adalah untuk menerapkan konsep SouRaja ke dalam perencanaan spasialnya. Dalam melakukan ini, mereka menyamakan kota dengan rumah tradisional Kaili, dengan teras, ruang keluarga dan sebuah ruang di bagian belakang. Daerah Teluk Palu adalah teras kota dalam metafora ini. Ini adalah hal pertama orang lihat ketika mereka memasuki rumah yaitu Palu, dan dengan demikian, wilayah ini sangat penting baik untuk rasa kebanggaan sebuah komunitas dan membuat kota menarik bagi wisatawan dan industri perkapalan. Terlihat dengan jelas bahwa masalah di Daerah Teluk Palu terikat ke dalam banyak isu utama dari Kota Palu: pengelolaan limbah, polusi, kualitas air yang buruk, kurangnya ruang terbuka di mana orang dapat bersosialisasi dan kurangnya sebuah rasa kebanggaan terhadap kota. Maka kawasan ini menjadi sebuah titik awal yang baik untuk menemukan solusi baru untuk permasalahan di Kota Palu.

Konsep SouRaja Konsep SouRaja berasal dari suku Kaili di Kota Palu. Dalam bahasa Kaili, istilah SouRaja berarti “Rumah Raja” Sebuah “Rumah Raja” dibagi menjadi tiga bagian yang berbeda, yaitu: •

Lonta Karawana (area depan/ teras) - area tamu sering digunakan oleh orang-orang untuk bermalam.

Lonta Tatangana (ruang tamu), area keluarga yang juga dapat digunakan oleh tamu yang memiliki hubungan dengan keluarga.

Lonta Rorana (area belakang/halaman belakang), daerah di mana ditemukan dapur, ruang makan, area servis dan kamar tidur gadisgadis remaja.

Ketika Palu menerapkan konsep SouRaja dalam perencanaan spasial, daerah teluk dipandang sebagai Lonta

“Wilayah Teluk Palu dulunya merupakan pintu masuk kota yang spektakuler. Deskripsi ini tidak lagi akurat.”

Karavana atau teras, daerah pusat dipandang sebagai Lonta Tatangana atau ruang tamu, dan hutan alam yang dilindungi sekitar Palu dipandang sebagai Lonta Rorana atau halaman belakang.

SymbioCity

35


kesan tentang Borås

kesan tentang Borås

“Borås adalah surga – setidaknya pada bulan Februari” Randy Lamadjido telah terbang selama 30 jam dari Palu ke Boras, begitu sering dalam beberapa tahun terakhir sehingga kota itu telah menjadi rumah kedua bagi Randy. Kami bertemu dengan dia dan anggota lainnya dari Kelompok Kerja Palu selama kunjungan terakhir mereka ke Boras, untuk melihat apa yang mereka pikirkan tentang kota mitra untuk proyek SymbioCity mereka.

Apa yang dapat Borås pelajari dari Palu

Jadi apa yang bisa Borås pelajari dari kota mitranya,Palu? Randy menyebutkan bagaimana Palu bisa bekerja dengan kelompok-kelompok yang berbeda di dalam kota mereka. “Kami memiliki 23 suku yang berbeda di Palu dan banyak dari mereka memiliki kebiasaan dan bahasa mereka sendiri. Hal ini menciptakan tantangan praktis dalam membawa masyarakat bersama-sama untuk berusaha mencapai tujuan bersama, tapi saya pikir kami telah menetapkan contoh yang baik dalam hal itu. Kami benar-benar mencoba untuk mencapai, menginformasikan dan memotivasi semua orang di Palu.” Ketika kita bertanya apa yang Randy tidak suka tentang Borås, ia kesulitan menemukan jawaban. ”Sejujurnya, saya tidak dapat menemukan hal yang tidak disukai dari Borås. Ini adalah kota yang indah dengan warisan budaya yang menakjubkan dan sangat mudah untuk pergi ke mana pun. Maaf saya mengatakan ini, tapi semuanya di sini sempurna - Hampir.” Hampir?

FAKTA-FAKTA Nama: Randy Lamadjido Pekerjaan: BAPPEDA Kota Palu Peran dalam Program SymbioCity: Anggota Kelompok Kerja Palu-Borås

Jauh sebelum proyek SymbioCity dimulai di Indonesia, Randy Lamadjido yang merupakan seorang warga asli kota Palu sudah terbiasa di Borås. Dia bekerja untuk proyek Waste to Value, proyek kerjasama lain antara dua kota yang berkaitan khususnya tentang pengelolaan limbah.

Kesan Pertama Ketika anggota Kelompok Kerja Borås - Palu dari Indonesia pertama kali mengunjungi Borås diawal 2013, Randy Lamadjido ingat, bahwa mereka terkejut melihat komitmen pemerintah terhadap isu-isu lingkungan. “Kepedulian terhadap lingkungan tampaknya telah mendarah daging dalam pemerintahan.

”Saya sudah berkali-kali mengunjungi Borås

Anda tidak perlu takut dalam pemilihan

dan saya harus mengatakan bahwa itu

pemerintahan atau walikota baru akan

cukup fantastis. Orang-orang di sini sangat

merugikan fokus kota pada kepedulian ter-

hangat dan ramah. Ini terasa seperti rumah

hadap lingkungan. Dan orang-orang tahu

kedua saya sekarang - saya mencintainya

itu - mereka benar-benar percaya kepada

seperti aku mencintai kota saya.”

pemerintah.” Salah satu hal paling menarik

”Yah, saya tidak tergila-gila dengan makanan Swedia - Saya suka yang sedikit panas dan pedas. Jadi saya biasanya membawa sesuatu dari rumah, seperti bawang goreng. Ini adalah sesuatu yang khas dari Palu dan orang-orang di sini tergila-gila dengan itu.” Meskipun pada umumnya tidak menyukai masakan Swedia, ada satu kelezatan lokal yang Randy Lamadjido sangat menikmatinya. ”Semla. Oh, begitu nikmat! Itu adalah hal lain yang membuat musim dingin di Borås begitu menakjubkan.”

“Saya sangat terkesan dengan cara Borås menekankan pada pelestarian bangunan tua. Mereka menyadari bahwa hal itu merupakan bagian penting dari warisan budaya dan mereka setuju bahwa layak untuk menyelamatkan warisan tersebut. Ini berarti bahwa Anda dapat mengunjungi bangunan tekstil yang benar-benar tua, seperti pabrik, yang saat ini telah diubah menjadi kantor cerdas.

tentang Borås menurut Randy adalah peru-

“Semuanya di sini sempurna - hampir”

Setelah melihat berbagai musim di Borås

bahan arah dari kota industri ke kota ramah

telah datang dan pergi, ia dengan cepat

lingkungan yang berkelanjutan - dia merasa

memutuskan yang menjadi favoritnya.

perubahan masih berlangsung.

“Februari adalah waktu terbaik untuk datang ke sini. Saya menyukai dingin dan saljunya,

“Saya telah melihat perubahan sejak pertama

jadi untuk saya itu adalah surga. Ketika kami

kali saya datang ke sini. Kota ini semakin

datang ke sini musim dingin lalu anggota

dekat dengan mimpi kebebasan dari bahan

kelompok kerja lainnya mengeluh tentang

bakar fosil setiap harinya. Saya percaya

cuaca, tapi saya akan memilih musim dingin

pergerakan dari sistem transportasi publik

daripada hari apapun selama musim panas

biogas telah membuat perbedaan besar,

di Swedia-. Saya datang ke sini untuk

dan kelompok saya setuju - mereka terkesan

mendinginkan.”

dengan cara kota mengubah limbah mereka

Kebanyakan orang Swedia tidak menanti bulan Pebruari. Tapi bagi orang Indonesia berusaha untuk menghindari panas, mempunyai perspektif yang berbeda. Para anggota Kelompok Kerja dari Palu sebenarnya menikmati dingin!

[ Singgih Prasetyo, Sekretaris DPU Kota Palu ]

Pengamatan dari Pendekatan SymbioCity adalah bahwa proses itu sendiri sudah cukup baik tetapi itu juga memakan waktu lama. Jadi saran saya, berikan orang-orang yang terlibat cukup waktu untuk fokus pada proses dan waktu untuk memiliki pertemuan rutin dan menulis laporan. Saran lain adalah untuk melibatkan para pembuat keputusan dari awal proses proyek agar mereka memiliki pemahaman yang lebih baik sehingga keputusan dapat dibuat dengan mudah.”

menjadi energi.” 36 SymbioCity

SymbioCity

37


kota sejahtera

kota sejahtera

“Kami ingin setiap kota mencapai kesejahteraan� Ketika merencanakan untuk masa depan kota di Indonesia, tidak ada yang lebih penting untuk dipertimbangkan daripada PNS yang tugasnya adalah untuk memfasilitasi langkah ini menuju keberlanjutan. Ya, mungkin satu hal birokrasi yang memberikan pelayanan sebagai bidang kerja mereka.

Saya punya mimpi untuk Indonesia, dan itu berganda:

tentang penulis: Sri Indah Wibi Nastiti adalah Direktur Program Pengembangan dan Advokasi di APEKSI, asosiasi pemerintah daerah yang menyatukan semua kotamadya lokal di Indonesia. Organisasi ini mendukung anggotanya dengan mengembangkan metode pemerintahan yang demokratis, transparan dan responsif serta menyediakan mereka sebuah dukungan dan praktik yang baik. APEKSI telah berpartisipasi dalam Kelompok Pengarah dan Kelompok Kerja untuk kedua kerjasama.

Urbanisasi berarti hal yang berbeda di negara yang berbeda. Swedia dan sekitar sepuluh juta penduduk mempunyai berbagai tantangannya, dan di Indonesia –yang dengan cepat mendekati seperempat miliar penduduk – kami memiliki tantangan kami sendiri. Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, penduduknya tersebar di banyak pulau di Samudra Hindia & Laut Jawa. APEKSI mewakili 98 kabupaten/kota di seluruh Indonesia, dan kami berhadapan dengan tantangan urbanisasi setiap hari. Dalam banyak hal, Kota Probolinggo dan Kota Palu merupakan perwakilan dari tantangan ini. Masalah sampah, transportasi, keuangan & kemiskinan dari dua kota ini dapat dikatakan sebagai contoh terbesar dari kota lain di Indonesia. Tetapi ada perbedaan juga. Ambil contoh Pulau Jawa, yang dengan 135 juta penduduknya bukan hanya menjadi pulau dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, tetapi juga salah satu yang paling padat penduduknya di Bumi. Kota-kota di Pulau Jawa seperti Jakarta dan Surabaya menghadapi masalah pada skala yang berbeda dibandingkan kota-kota di Sulawesi atau Kalimantan. Di sisi lain mereka juga menerima lebih banyak bantuan dari masyarakat internasional dan organisasi non - pemerintah. Dan seperti kebanyakan kota besar di seluruh dunia, mereka jauh lebih mudah menarik perdagangan, bisnis dan sumber daya manusia daripada sebagian besar kota di Indonesia. APEKSI bekerja untuk semua kota di Indonesia. Kami tidak hanya berpikir tentang negara secara keseluruhan atau rencana untuk masing-masing pulau. Kami ingin 38 The process

Itu tidak mengatakan bahwa hal ini tidak bekerja saat ini. Di seluruh negeri, ada banyak contoh perencanaan kota seperti sebagaimana mestinya. APEKSI bekerja terus menerus untuk mendokumentasikan dan menyebarkan contoh-contoh yang baik untuk kota-kota lain. Selama 10 tahun terakhir kami telah mengumpulkan banyak kisah sukses untuk konsep praktek terbaik kami, yang pada gilirannya akan mengilhami suatu keberhasilan baru di seluruh negeri.

setiap satu kota dari 98 kota anggota kami bisa mencapai kesejahteraan. Ketika merencanakan untuk kemakmuran di era urbanisasi seperti saat ini, kita tentu harus memandang permasalahan. Tetapi lebih dari itu, kita harus melihat orang-orang yang bertanggung jawab dalam menangani dengan hal tersebut. Sumber daya manusia & kepemimpinan yang baik sangat penting untuk membangun kota berkelanjutan, kota yang bekerja hari ini & besok. PNS yang berkomitmen adalah kunci dalam proses ini. Kota Palu dan Kota Probolinggo sama-sama memiliki potensi untuk tumbuh menjadi kota besar dan berkelanjutan - bukan hanya karena kerjasama SymbioCity, tetapi karena para stakeholder yang terlibat memiliki ambisi untuk membuat kota mereka lebih bagus. Namun, komitmen dari pemimpin dan PNS saja tidak cukup. Kita perlu kerangka kerja yang baik, sebuah dasar fungsional untuk bekerja dari. Saat ini, Indonesia memiliki pemerintah pusat, pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah daerah. Hal ini menambah banyaknya birokrasi. Inilah sebabnya mengapa kami telah mengembangkan reformasi yang bertujuan untuk mengurangi birokrasi dan meningkatkan kecepatan dan efisiensi dari perencanaan kota.

Saya berharap bahwa pemerintah daerah dan PNS-nya menjadi justru itu - pelayanan kepada masyarakat yang berkomitmen. Dalam komitmen tersebut, kami akan meng-angkat pandangan kami dari perspektif lokal menjadi global. Dengan melihat seluruh dunia, kita akan melihat apa yang perlu dilaku-kan di Indonesia - dan di 98 kota anggota APEKSI. Kedua, saya berharap bahwa kita menjadi lebih baik dalam hal melihat gambaran yang lebih besar. Bagaimana semuanya cocok satu sama lain pada saat kita merencanakan kota-kota kita, dan mengapa hal itu perlu sesuai satu sama lain. Di sini, kita bisa banyak belajar dari pendekatan SymbioCity. Melalui cara berpikir yang terpadu ini, para pegawai negeri sipil yang hebat dapat merencanakan sesuatu yang sama hebatnya untuk kota-kota di Indonesia pada tahun-tahun mendatang. .

Indonesia: Tantangan yang kAMI hadapi 1. Pengelolaan limbah - masalah di berbagai tingkatan Masalah sampah di Indonesia adalah masalah di berbagai tingkatan. Itu terletak dalam budaya masyarakat yang tidak membuang sampah dengan benar; ini terletak pada kurangnya fasilitas pembuangan sampah yang diberikan oleh pemerintah; ini terletak pada kenyataan bahwa terlalu sedikit truk sampah yang beroperasi pada kota-kota di Indonesia; Dan itu terletak secara harfiah pada kenyataan tidak diprosesnya sampah di TPA dengan system landfill yang masih terbuka di seluruh negeri. 2. Kurangnya transportasi umum Tidak ada transportasi publik yang mencukupi di kota-kota Indonesia. Jalan-jalan justru dipenuhi dengan kendaraan pribadi, yang menyebabkan kemacetan parah dan polusi udara. 3. Kemiskinan dan masalah kesehatan masyarakat yang bersamaan Kemiskinan di Indonesia memiliki banyak akar penyebab : Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, kurangnya lapangan kerja, dan ketidak mampuan keuangan negara untuk memfasilitasi warganya. Kemiskinan berhubungan erat dengan tingkat kesehatan yang rendah. Biaya perawatan kesehatan tinggi dan tidak semua pemerintah menyediakan fasilitas kesehatan yang murah dan memadai bagi rakyatnya. Ada juga masalah kurangnya tenaga profesional untuk perawatan kesehatan secara keseluruhan dan distribusi mereka di seluruh negeri tidak merata. 4. Masalah pertumbuhan perumahan Jumlah rumah yang dibangun tidak sesuai dengan pesatnya laju pertumbuhan penduduk. Tapi kurangnya perumahan bukan satu-satunya masalah. Banyak juga perkembangan pesat dari perumahan perkotaan yang tidak sesuai dengan rencana umum tata ruang kota. Dan sebagai hasil dari lahan perkotaan yang semakin terbatas, lahan pertanian juga berubah menjadi daerah pemukiman dan hal ini, pada gilirannya, menyebabkan penurunan produksi pangan dan rusaknya ekosistem penting.

Kami ingin membuatnya lebih jelas siapa yang melakukan apa - apa wewenang dan tanggung jawab yang terletak dengan pemerintah tingkat mana. PNS yang berkomitmen adalah kunci untuk membangun kota berkelanjutan di Indonesia, menurut Indah Wibi Nastiti dari APEKSI.

Kami ingin membuat lebih jelas siapa melakukan apa - apa wewenang dan tanggung jawab yang terletak di pemerintah tingkat apa. Seperti yang saya lihat, ini merupakan prasyarat untuk segala sesuatu yang akan datang. Perencanaan kota di Indonesia tidak dapat dilakukan dan berjalan dengan baik tanpa kerangka dasar ini berdiri terlebih dahulu.

SymbioCity

39


jasa ramah lingkungan

Kota jasa yang ramah lingkungan – visi seorang manusia untuk Probolinggo Budi Krisyanto adalah Kepala Badan Lingkungan Hidup di Probolinggo dan anggota Komite Pengarah Helsingborg - Probolinggo. Dia juga sangat bersemangat tentang membuat kota tercintanya menjadi sebuah kota yang berkelanjutan, dan tahu bagaimana mencapai itu. Apa harapan terbesar Anda untuk masa depan Probolinggo?

Apa ketakutan terbesar anda ke depannya?

- Probolinggo merupakan sebuah kota kecil, dengan sumber daya alam yang terbatas. Tapi kami sedang membangun dua pelabuhan baru, Pelabuhan Perikanan Pantai & Pelabuhan Dagang, dan kami adalah kota transit bagi pengunjung Gunung Bromo. Harapan saya adalah bahwa kita dapat mengembangkan Probolinggo menjadi sebuah kota jasa yang berwawasan lingkungan.

- Perhatian utama saya adalah keuangan. Satu masalah yang mungkin adalah kebijakan pemerintah pusat tidak akan cukup fleksibel untuk memenuhi kebutuhan daerah. Alokasi dana dari anggaran tahunan pemerintah pusat dialokasikan untuk tujuan tertentu, dan tujuan tersebut mungkin tidak sesuai dengan apa yang diperlukan wilayah tersebut. Alokasi dana harus cukup fleksibel untuk membuat langkah kita ke depan menjadi mungkin. Filosofinya harus “daerah sedang mengembangkan” daripada “mengembangkan daerah”.

Dengan mendorong sektor jasa agar tumbuh, dan dengan menjadi kota yang bersih, indah dan sehat, kita berusaha untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang adil yang bisa dinikmati semua kelompok sosial. Dan saya pikir kita bisa melakukan ini – masyarakat Probolinggo dikenal sebagai masyarakat yang punya pemikiran cukup kuat.

Apa yang harus dilakukan untuk sampai ke sana? - Ini dimulai & diakhiri oleh masyarakat. Perubahan menuntut pemberdayaan dan partisipasi yang terus tumbuh dari warga Probolinggo, pada saat yang bersamaan. Mereka harus termotivasi memanfaatkan kesempatan ini untuk menciptakan lapangan kerja baru. Dan juga harus ada strategi yang ditetapkan - salah satunya adalah bahwa Probolinggo mulai sekarang dikembangkan sebagai kota jasa. Dan kembali kepada masyarakat, kita harus memastikan bahwa mereka merangkul visi ini sepenuhnya. Jika mereka melakukan itu, strategi pembangunan ini dapat memainkan peranan penting dalam upaya untuk memerangi pengangguran dan kemiskinan.

Ketika Anda melihat Helsingborg, apa yang paling menarik dalam pikiran anda? - Satu pelajaran penting adalah bahwa aktivitas apapun harus didahului dengan perencanaan. Kita harus mengidentifikasi masalah sebelum kita mulai membuat upaya untuk menemukan solusi. Dan solusinya harus mempertimbangkan masyarakat secara keseluruhan, tidak hanya melihat secara sepotong-sepotong.

- Saya pikir ada kebutuhan untuk dialog dan refleksi nasional tentang cara untuk terus mencari solusi yang lebih konstruktif untuk pengembangan kota terpadu. Kota Probolinggo berencana untuk menjadi kota yang berkelanjutan, dikembangkan dengan harmonisasi antara aspek-aspek sosial, ekonomi dan ekologi. Saya berharap semua kota di Indonesia memiliki kesadaran dan keinginan untuk mengembangkan kota mereka menjadi kota yang berkelanjutan. Dan ini butuh dukungan pada tingkat nasional, kita perlu menciptakan sistem bersama. Kota Probolinggo berencana untuk menjadi kota yang berkelanjutan, dikembangkan dengan harmonisasi antara aspek ekologi, sosial dan ekonomi, kata Budi Krisyanto.

- Hal lain yang akan saya ambil, dari aspek lingkungan, adalah komitmen bersama antar pemerintah kota Helsingborg, sektor swasta dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang bersih. Salah satu contoh yang bagus adalah pengelolaan sampah rumah tangga, jelas, masyarakat memiliki tekad untuk memilah sampah mereka.

“Perubahan menuntut partisipasi dari Masyarakat Probolinggo, dan pemberdayaan pada saat yang bersamaan”

40 SymbioCity

Jika Anda bisa berbicara kepada semua kota di Indonesia, apa yang akan anda saran kepada mereka dalam hal pembangunan yang berkelanjutan?

“Hal lain yang akan saya ambil, dari aspek lingkungan, adalah komitmen bersama antar pemerintah kota Helsingborg, sektor swasta dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang bersih”

SymbioCity

41


DIAGNOSIS PROBOLINGGO

DIAGNOSIS PROBOLINGGO

5 hal yang ingin saya bawa pulang dari Probolinggo

Memahami kota diagnosis untuk Probolinggo Seperti setiap kota, Probolinggo memiliki tantangannya sendiri. Besar dan kecil, masalah ini terhubung dan meningkatkan satu sama lain, dan bersama-sama mereka menjadi hambatan bagi kota Probolinggo dalam langkahnya menuju keberlanjutan. Manfaat kerja sama adalah agar Anda belajar melihat sesuatu secara berbeda. Di Probolinggo, hampir semua departemen terwakili dalam Kelompok Kerja. Hal ini memberi cara baru untuk memahami tantangan dan peluang di kota. Kelompok ini menemukan banyak masalah yang bisa digambarkan dalam empat tantangan spesifik. Tantangan yang jika bertemu bisa mengubah masa depan urbanisasi di Probolinggo.

Pengelolaan limbah padat Limbah padat dihasilkan oleh rumah tangga, bisnis dan industri di seluruh Probolinggo. Hanya ada satu tempat pembuangan akhir (TPA), dan empat hektar lahan TPA ini diperkirakan akan penuh dalam beberapa tahun ke depan - meskipun fakta bahwa persentase dalam jumlah yang cukup besar limbah di Probolinggo itu tidak dikumpulkan sama sekali. Jadi sementara meningkatkan jumlah sampah yang dibuang dengan benar oleh penduduk Probolinggo merupakan tujuan penting, itu akan lebih menambah parah situasi TPA. Menemukan cara untuk mengurangi sampah, oleh karena itu akan menjadi satu-satunya cara untuk memecahkan masalah di masa yang akan

42 SymbioCity

“Menemukan cara untuk mengurangi sampah, karena itu akan menjadi satu-satunya cara untuk memecahkan masalah mereka harus menemukan cara untuk menangani itu bersama-sama. Sebuah proyek percontohan, yang bertujuan untuk mencari solusi baru di salah satu kecamatan, agar bisa menghasilkan sebuah solusi.

Pengentasan Kemiskinan Ada sekitar 20.000 keluarga miskin di Probolinggo. Dengan total lebih dari 200.000 jiwa, kemiskinan merupakan masalah tersebar di seluruh kota. Permasalahan ini dikuatkan oleh kenyataan bahwa tidak ada definisi yang jelas tentang apa yang dimaksud dengan keluarga miskin yang sebenarnya. Kemiskinan bukan hanya tentang uang. Ini adalah tentang kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar dan akses layanan dasar dan kesempatan. Sering kali kemiskinan harus diartikan dengan lingkungan di mana orang hidup. Sehingga program penanggulangan kemiskinan ini harus terintegrasi dengan semua masalah ini agar efektif.

Wakil Walikota Helsingborg, Anna Jähnke menghabiskan waktunya selama seminggu di Probolinggo untuk memulai kerjasama. Ketika tiba waktunya untuk pulang, ada 5 hal yang sangat sulit dia ditinggalkan:

datang. Pengelolaan limbah yang efisien dan berkelanjutan adalah tujuan yang pasti untuk wilayah kota, dan akan menghasilkan peningkatan yang besar untuk lingkungan perkotaan.

Polusi air Enam sungai mengalir melalui Kota Probolinggo, dan itu akan menjadi seperti Venesia jika bukan karena polutan dan sampah dalam pasokan air kota. Saat ini, air limbah dan sampah masih mengalir ke sungai dari rumah tangga dan banyaknya industri di sepanjang bantaran sungai. Sekitar 30 persen rumah tangga tidak memiliki instalasi septic tank, dan banyak dari septic tank yang ada tidak pernah dikosongkan sehingga mudah meluap . Sungai-sungai dan mata air seluruh Probolinggo juga dipenuhi dengan limbah rumah tangga dan pupuk anorganik. Ini adalah ancaman besar bagi sumbersumber air yang penting, terutama mengingat bahwa hanya 28 persen warga Probolinggo mengambil air bersih dari perusahaan air minum daerah. Sebagian besar dari masyarakat Probolinggo masih mengandalkan sumur gali dan sumber air untuk penggunaan air mereka - dan sumber-

sumber air ini menjadi kurang dan kurang dapat diandalkan.

Perubahan Iklim Perubahan iklim bukan masalah endemik Probolinggo, tapi tetap saja menjadi sebuah masalah. Emisi gas rumah kaca di Probolinggo diperkirakan akan meningkat dari sekitar 380.000 ton ( CO2 ) pada tahun 2010 menjadi hampir 650.000 ton pada 2020. Ini merupakan 77% peningkatan emisi hanya dalam sepuluh tahun, dan salah satu faktor yang paling berpengaruh adalah peningkatan yang sangat pesat dari kendaraan bermotor.

Berada di daerah pinggiran Probolinggo, Wonoasih merupakan daerah yang termasuk kurang dalam pelayananan jasa dan infrastruktur. Kemiskinan di daerah ini yang merata, dan saat mengelola sampah dan kualitas air, ada banyak hal yang harus dilakukan. Bekerja untuk mencapai sebuah solusi yang akan memberikan kontribusi untuk Probolinggo yang lebih baik dan lebih berkelanjutan secara keseluruhan. Dengan empat bidang prioritas sebagai dasar, solusi inovatif dapat dimulai di Wonoasih yang juga mengintegrasikan isu-isu seperti kesehatan masyarakat, pengangguran dan keamanan. Keberhasilan disini nantinya bisa ditransfer ke bagian wilayah perkotaan lainnya atau diterapkan ke Kota Probolinggo secara keseluruhan.

Kelompok Kerja secara cepat telah menyadari bahwa, isu-isu kemiskinan, sampah, air dan perubahan iklim saling terkait. Untuk menemukan solusi yang sinergi antar sistem dapat digunakan,

Peter Book, pendidik lingkungan di Helsingborg memiliki kesan mendalam dari Probolinggo, “Banyak -orang Probolinggo yang baik dan ramah menjadi kenangan tersendiri buat saya. Dan bagaimana mereka begitu baik dalam berdialog dengan siapapun. Tapi aku tidak suka dengan lalu lintasnya!”

asing dengan grafiti. Ketika saya bertanya kepada seorang PNS jika grafiti telah ada di Probolinggo, ia menatapku bingung dan bertanya mengapa ada orang yang ingin meng-grafiti sesuatu. Saya tidak memiliki jawaban yang bagus untuknya. 5. Suasana kota. Semua orang yang saya ajak berbicara umumnya positif & optimis. Dan mereka melihat konsep waktu yang berbeda dari apa yang saya gunakan, dengan lebih dari mentalitas “carpe diem”. Saya pikir banyak orang akan mendapat manfaat dari itu.

2. Dedikasi pemuda untuk pendidikan dan pemahaman mereka tentang kepedulian terhadap lingkungan. Pendidikan adalah kunci untuk perkembangan yang positif, dan berdasarkan apa yang saya lihat di sekolahsekolah di kota Probolinggo, masa depan terlihat cerah. Kami menerima sambutan yang sangat hangat di setiap sekolah yang kami kunjungi, dan itu membuat saya senang melihat betapa bersemangatnya anak-anak itu semua untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi. 3. Toleransi dan kerjasama antar umat beragama. Saya segera menyadari bahwa masyarakat Probolinggo ingin bekerja sama dengan tetangga mereka dalam mengembangkan kota mereka - terlepas dari iman tetangganya. Mereka hanya tidak bisa membayangkan cara lain untuk melakukan sesuatu. Saya berharap lebih banyak orang berbagi filosofi mereka. 4. Kurangnya grafiti. Masyarakat Probolinggo tidak asing menghias kota mereka dengan dekorasi yang berwarnawarni, tetapi mereka adalah orang yang

Tidak menghitung masalah yang dikontribusikan oleh pemanasan global pada tingkat global, ada beberapa efek yang bisa sangat berbahaya untuk Probolinggo. Yakni meningkatnya level permukaan air laut dan peningkatan risiko banjir.

Pilot project di Wonoasih

1. Kemauan yang kuat untuk mengembangkan sistem energi yang lebih ramah lingkungan. Masyarakat Probolinggo telah memahami gagasan - perlu ada perubahan perilaku - baik besar atau kecil - dalam rangka menciptakan pertumbuhan yang berkelanjutan, dan berencana untuk mulai menggunakan biogas sebagai sumber energi yang baik. Pada catatan yang sama saya ingin melihat kota membuat beberapa bentuk sistem transportasi publik, tapi saya menyadari kondisi di sini sangat berbeda dengan di barat.

FaKTA-FAKTA Nama: Anna Jähnke Pekerjaan: Wakil Walikota dan Ketua Komite Lingkungan di Helsingborg Peran dalam Program SymbioCity: Anggota Komite Pengarah Probolinggo - Helsingborg

“Masyarakat Probolinggo ingin bekerja sama dengan tetangga mereka dalam mengembangkan kota mereka - terlepas dari iman tetangganya”

SymbioCity

43


jalan menuju masa depan

jalan menuju masa depan

Skenario alternatif untuk Probolinggo 2038 – Tiga jalan menuju masa depan Seperti kebanyakan upaya secara alamiah, proyek itu sendiri hanyalah awal dari sesuatu yang jauh lebih besar. Yang benar-benar penting adalah apa yang terjadi setelah SymbioCity, dan pada gilirannya tergantung pada kekuatan dari kemauan politik serta ambisi

Pikiran dan visi yang ditetapkan tahun ini akan dirajut ke dalam tulang punggung tujuan dan ambisi kota untuk tahun-tahun mendatang. Dan ketika kita melihat kembali pada tahun ini kita akan melihat bahwa

“Jalan yang dipilih akan memiliki dampak yang besar pada masa depan Kota Probolinggo”

para pemimpin Kota Probolinggo telah mengadaptasi visi keberlanjutan -ekologis, sosial dan finansial- dan menetapkan tujuan mereka yang sesuai. PNS dan lembaga-lembaga publik telah mewujudkan cara kerja yang dibangun di atas dasar kerjasama antar sektor dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dan orang-orang yang bertanggung jawab pada pengembangan infrastruktur untuk pembuangan sampah dan

tentang penulis: Lars Thunberg telah bekerja dengan konsep keberlanjutan dan kesetaraan, dalam bentuk yang berbeda, selama 20 tahun terakhir. Saat ini beliau adalah Wakil Walikota Helsingborg dan salah satu dari dua ketua Komite Pengarah untuk kerjasama Probolinggo - Helsingborg.

produksi energi terbarukan,telah diberikan ruang, dukungan, dan sumber daya yang mereka butuhkan untuk meningkatkan upaya mereka dan berkontribusi pada perubahan yang lebih luas.

Saya bisa melihat tiga skenario berbeda untuk Probolinggo dalam 25 tahun ke depan. Jalan yang dipilih akan memiliki dampak yang besar pada masa depan Probolinggo dan juga berpotensi pada kota-kota lain di Indonesia.

1. Bisnis seperti biasanya

2. Memulai suatu gerakan Skenario kedua lebih baik, tetapi tidak terlalu signifikan. Probolinggo mungkin memutuskan untuk menindaklanjuti saran dari fase proyek dan kemudian berhenti di situ. Satu tahun adalah waktu yang pendek dan ada banyak perubahan yang perlu dicapai di Probolinggo. Kami tidak dapat

Terakhir, tapi tidak kurang pentingnya, skenario ini memerlukan pemahaman bahwa segala sesuatu itu cocok bersamasama dan bahwa keberlanjutan sejati harus mencakup area seperti perencanaan lalu lintas, pembuangan bahan kimia, akomodasi, penggunaan lahan, keadilan sosial dan kesetaraan serta alokasi sumber daya alam umum.

Ketika tinta telah kering dan pidato dari

menjamin bahwa hasil dari fase proyek kami

konferensi akhir ini telah menggema, selalu

akan menghasilkan sebuah dokumen yang

ada risiko akan kembali ke “bisnis seperti

berat den menyeluruh - itu mungkin malah

biasa”. Tentu, akan ada protokol, rencana dan

berakhir menjadi sebuah isyarat tentang

surat perjanjian, kecuali jika termasuk dalam

daerah mana yang memiliki potensi terbesar

keputusan dan proses anggaran, mereka

untuk berubah dan beberapa saran konkret

akan dibiarkan terlupakan pada harddisk

tentang bagaimana untuk bergerak maju.

lain, dan dengan demikian memberikan

Dalam skenario ini ada risiko yang

keberlanjutan sebagai sebuah negara.

atau dalam lemari arsip di suatu tempat. Jika ketakutan saya ini terealisasi maka

nyata bahkan walaupun rencana proyek

akan ada konsekuensi negatif - tidak hanya

tersebut ditindaklanjuti, hasilnya akan

untuk Probolinggo, tetapi untuk inisiatif

terbatas. Meskipun upaya-upayanya akan

keberlanjutan di kota-kota lain di Indonesia

mengarahkan ke sebuah kelanjutan dari

yang telah melihat Probolinggo sebagai

beberapa contoh yang baik yang telah

inspirasi. Proyek-proyek uji skala kecil akan

ditetapkan, mereka tidak cukup bisa

tetap berskala kecil, dan tidak banyak

untuk menjaganya guna mengarahkan ke

lagi yang akan terjadi. Ini adalah skenario

perubahan yang lebih dalam dan lebih

terburuk, dan saya pikir itu tidak akan terjadi.

mendalam.

Ini adalah masa depan di mana Probolinggo tumbuh menjadi panutan regional dan nasional, dengan bantuan pemerintah, menjadi contoh bagi kota dan daerah kontribusi untuk langkah Indonesia menuju

Pendapat pribadi saya adalah bahwa proyekproyek baik yang telah dimulai, tak terkecuali di sekolah, memiliki peluang bagus untuk sukses, terlepas dari politik atau prioritas politik.

3. Skenario Impian – pengaruh yang optimal Skenario impian saya adalah sebagai berikut: program jangka waktu satu tahun ini tidak hanya sekedar menarik tetapi kerjasama terbatas – hal ini menjadi awal dari sebuah era baru pembangunan di Probolinggo.

44 SymbioCity

SymbioCity

45


kesan dari HELSINGBORG

kesan dari HELSINGBORG

Apa kata mereka ... tentang Helsingborg Apa yang mengejutkan perencana Indonesia ketika mengunjungi kota di Swedia seperti Helsingborg? Banyak hal, ternyata - beberapa baik dan beberapa buruk. Inilah Helsingborg dilihat dari jauh, jauh dari tenggara.

“Helsingborg memiliki banyak bangunan tua yang terawat dengan sangat baik & terintegrasi dengan sekitar, pembangunan baru. Bagi seorang arsitek seperti saya, hal ini menarik untuk dilihat”

[ Yohanes Fajar, Kementerian Pekerjaan Umum ] “Helsingborg adalah kota yang bersih & ramah lingkungan yang telah direncanakan sampai 30 tahun ke depan. Perencanaan pembangunannya terintegrasi dan didukung oleh semua sektor di dalam kota”

[ Dwi Agustin, BLH Kota Probolinggo ]

[ André Nirwana Kusuma, DPU Kota Probolinggo ]

Tapi saya merasa aneh, toko dan tempat perbelanjaan di Helsingborg tutup begitu cepat. Di mana orang-orang dapat berbelanja di waktu luang mereka? Cara orang berpikir tentang waktu secara umum di sini juga hal baru bagi saya. Misalnya, tampaknya penting bagi semua orang untuk menyelesaikan pekerjaan pada waktu tertentu- di Probolinggo kita bekerja sampai selesai

[ Bayu Oktavian, Bappeda Kota Probolinggo ] “Saya telah memberitahu teman & keluarga bahwa Kota Helsingborg adalah kota yang sangat indah dan dapat menjadi contoh yang baik bagi generasi yang akan datang di Kota Probolinggo”

[ Wawan Soegyanto, DPPKA Kota Probolinggo ]

[ Ari Puspita, BAPPEDA Kota Probolinggo ]

46 SymbioCity

“Hal lain yang menarik adalah adanya kesamaan antara proses perencanaan di dua kota. Tapi Helsingborg tampaknya memiliki pekerjaan yang lebih baik dalam mengkoordinasikan proses ini dan menemukan sinergi antara sektor yang berbeda. Kita harus mempelajari beberapa kerjasama regional di mana enam kota telah bergabung bersamasama dan membentuk perusahaan utilitas publik yang fokus pada air dan sampah. Ini adalah ide yang akan sulit jika diterapkan saat ini di Indonesia, tapi ini adalah cara yang sangat menarik untuk mengatur pelayanan”

“Saya terkesan dengan pengelolaan sampah di Helsingborg yang diimplementasikan dengan sangat baik & sampah yang dihasilkan pada proses akhir sangat sedikit jumlahnya. Menarik, bahwa sebagian besar sampah didaur ulang & dapat digunakan kembali - atau diubah menjadi energi yang digunakan dalam transportasi umum”

Hal kedua yang mengejutkan saya adalah penanganan “Selokan”. Di Probolinggo hal ini ada di tempat terbuka, yang menghailkan bau yang tidak sedap dan mengganggu. Dengan pipa tertutup anda tidak memiliki masalah-masalah seperti tadi, tetapi pada saat yang sama menjadi lebih sulit untuk mengelolanya. Secara umum infrastruktur teknis di Helsingborg “tak terlihat”!

“Satu hal yang mengejutkan saya adalah cara Helsingborg memanfaatkan ruas jalan yang berbeda: satu untuk bus, satu untuk mobil, satu untuk sepeda dan satu untuk pejalan kaki. Dan bahkan orang yang memiliki mobil sering memilih untuk menggunakan transportasi umum atau menggunakan sepeda. Mereka melakukan itu karena lebih mudah, lebih murah, lebih sehat dan lebih baik bagi lingkungan”

“Perhatian utama saya adalah perencanaan tata ruang, rencana tata ruang di sini telah memberikan kesan terbesar pada saya, rencananya sangat komprehensif tapi mungkin yang lebih penting adalah memiliki fokus yang jelas dan visi jangka panjang. Saya telah menerima rencana induk dan membacanya tadi malam, itu merupakan rencana yang sederhana namun menggambarkan “segala sesuatu”, landscape dan perencanaan transportasi, isu keberlanjutan (ekonomi, lingkungan, sosial, semuanya) termasuk juga proses perencanaan itu sendiri; seperti peranan konsultasi dengan masyarakat yang harus dilakukan. Pendekatan terpadu untuk perencanaan yang digunakan di Helsingborg ini bisa memberi dampak yang lebih baik bagi masyarakat dan penggunaan sarana keuangan.”

Hal ketiga yang menarik untuk dipelajari adalah pusat transportasi yang disebut “Knutpunkten”. Pertemuan tiga model transportasi yang berbeda, yang memudahkan orang yang bepergian dengan transportasi umum. Dan tempatnya telah disesuaikan bagi orang lanjut usia dan juga bagi orang dengan kebutuhan khusus

“Di Indonesia kita memiliki banyak rencana. Di sini saya melihat - rencana-rencana dilaksanakan! Rencana sektoral kami sangat baik dan komprehensif, tetapi kita perlu strategi cerdas untuk menerapkannya. Kami harus mendefinisikan rencana ini dalam kaitannya dengan budaya, masyarakat kami dan menemukan sinergi antar bagianbagian sistem perkotaan.”

[ Hajar Chusaini, Kementerian Pekerjaan Umum ]

“Hal lain yang menjadi perhatian saya adalah politik di Swedia sangat berbeda dengan politik kita. Kesan saya adalah politisi Swedia sangat efisien dan memiliki tujuan untuk mengimplementasikan rencana yang menciptakan lingkungan perkotaan yang berkelanjutan. Mereka telah menyadari bahwa kualitas hidup bagi masyarakat mereka terletak dalam pengimplementasian tersebut!”

SymbioCity

47


SOLUSi : PALU

SOLUSi : PALU

Solusi: Sebuah rencana untuk Palu Kelompok Kerja Palu - Borås telah mengidentifikasi perkembangan Daerah Teluk Palu sebagai prioritas - tapi sekarang bagaimana? Mari kita lihat tindakan dan solusi yang diusulkan untuk mengubah teluk kembali sebagai kebanggaan Kota Palu dan Kota Palu sabagai kebanggaan Indonesia.

Bagaimana kita sampai di sana? Tiga tujuan di atas adalah tujuan yang berharga bagi masyarakat Palu - tetapi tujuan tersebut tidak menjelaskan kepada kita bagaimana untuk mewujudkannya. Mari kita lihat beberapa inisiatif yang telah disusun Kelompok Kerja untuk Daerah Teluk Palu menuju keberlanjutan: •

Merancang & membangun gedung serbaguna, “Nosarara Nosa Batutu Centre”, untuk seminar, pertemuan, pameran dan proyek keberlanjutan. Bangunan akan dirancang dan dibangun sesuai dengan Konsep Bangunan yang Ramah Lingkungan.

Membuat tempat yang fungsional, menarik & nyaman untuk pejalan kaki & jalur sepeda di sepanjang daerah teluk.

Mengembangkan taman tematik di sepanjang daerah teluk, sebagai bagian dari jalur-jalur sepeda & pejalan kaki.

Mengembangkan layanan pengunjung & penginapan “hijau” yang menghadap kearah air.

Proposal yang berskala lebih kecil dengan ide yang sama besar Setelah beberapa diskusi, seminar & observasi lapangan, Kelompok Kerja SymbioCity Palu - Borås telah menetapkan beberapa tujuan yang ingin mereka capai di Daerah Teluk Palu. Tujuan-tujuan ini menyentuh beberapa aspek, yaitu: aspek spasial, sosial, budaya & keuangan. Dan juga menangani hal-hal seperti tata kelola dan infrastruktur perkotaan.

Dharma Mochtar yang mengusulkan gagasan untuk fokus pada kawasan Teluk Palu. “Saya terinspirasi oleh filosofi tentang ruang dalam arkitektur lokal kami, yaitu SouRaja. Bentang darat kota meletakkan kawasan Teluk Palu di pusat semua kegiatan.”

“Untuk mewujudkan tujuan yang telah direncanakan tidak selalu dengan investasi infrastruktur besar, atau peningkatan fisik.”

kota tepi laut – CARA SouRaja Salah satu tujuan utama kegiatan ini yang sedang dihadapi oleh Palu adalah mejadikan daerah teluk lebih menarik dan layak dihuni, bagi warga maupun pengunjung. Palu ingin - dan berpotensi - menjadi waterfront city yang indah & makmur. Menjadikan daerah teluk lebih menarik, bersih dan hidup, akan membantu mewujudkan impian dan menarik wisatawan serta investor. Terkait dengan mimpi menjadi waterfront city adalah dengan mengikuti filosofi SouRaja dan mengubah daerah teluk menjadi “teras” Kota Palu. Selain sebagai pintu masuk ke kota teluk juga menggambarkan latar belakang

kehidupan masyarakat Palu, baik atau buruk. Terdapat pemukiman, hotel & kafe serta situs budaya. Terdapat keindahan alam dramatis yang masih belum terjamah, terdapat tanah yang belum dikembangkan yang menunggu untuk dimanfaatkan oleh tanaman atau bangunan, dan juga kotor. Daerah teluk adalah cerminan dari kota. Jadi jika kita bisa membuat cerminan dari kota, kita bisa bangga telah menjadi bagian dari kota tersebut, rasa bangga akan budaya dan rasa memiliki yang mungkin akan meningkat juga.

Untuk mewujudkan tujuan yang telah

Berbagi pengetahuan

Tujuan utama yang ketiga adalah membantu pejabat pemerintah daerah agar lebih sadar untuk mencapai Kota Palu yang berkelanjutan. Dengan urbanisasi yang berlangsung dengan cepat, kota-kota di Indonesia sedang berhadapan dengan tantangan yang baru. Pemerintah daerah kadang tidak memiliki kapasitas yang cukup untuk memenuhi tantangan tersebut. Dan itu wajar saja. Jika diberi pengetahuan dan metodologi yang tepat, mereka dapat mendorong perubahan di kota-kota mereka dalam waktu yang lama setelah program SymbioCity berakhir.

direncanakan tidak selalu dengan investasi

“Terdapat keindahan alam dramatis yang masih belum terjamah, terdapat tanah yang belum dikembangkan yang menunggu untuk dimanfaatkan oleh tanaman atau bangunan, dan juga terdapat kotoran.”

infrastruktur besar, atau peningkatan fisik. Banyak hal dapat dilakukan dengan cepat dan tanpa biaya. Berikut adalah beberapa usulan skala kecil dari Kelompok Kerja: •

Mengadakan seminar dengan pejabat pemerintahan setempat tentang cara mewujudkan kota teluk berkelanjutan.

Memperkenalkan Konsep Bangunan Ramah Lingkungan pada hotel & restoran di kawasan teluk. Mengadakan hari “Membersihkan Teluk” dengan sekolah-sekolah untuk mencapai perbaikan visual dan meningkatkan kesadaran dalam diri pemuda dan keluarga mereka.

Menanam pohon induk untuk setiap pemimpin instansi pemerintah.

Seiring bulan dan tahun berlalu, beberapa inisiatif akan dihilangkan dari daftar, dan inisiatif yang lainnya akan ditambahkan ke dalamnya. Hal-hal yang akan tetap merupakan sebuah tampilan holistik dari jalan terdepan dan pengetahuan bahwa setiap langkah akan membuat langkah berikutnya lebih mudah untuk diambil.

48 SymbioCity

SymbioCity

49


mengembangkan BORÅS

mengembangkan BORÅS

“Apa yang dapat saya pelajari tentang Indonesia dari tiga dekade di Borås” Ketika Peter Skoglund pertama kali datang ke Boras – sebuah kota dimana ia akan menghabiskan 30 tahun berikutnya untuk merancang - ia melihat sebuah kota yang rusak akibat pencemaran. Yang mengejutkan dan membuatnya bahagia, kota berubah arah dan menjadi contoh utama dari keberlanjutan perkotaan. Saat ia mendapati dirinya berada di Palu, Peter Skoglund teringat tentang pertemuan pertama dengan Boras tersebut. Tapi bisakah dua kota ini menempuh jalan yang sama?

sampah menjadi perhatian utamanya, saat ini deposito Borås mendekati kondisi tidak ada sampah sama sekali. Ini juga akan terjadi, dalam beberapa dekade kemudian, pada tempat dimana Peter Skoglund telah melakukan gebrakan besar di tengah-tengah Kota Palu.

Tiga ancaman utama “Saya pergi ke Palu sebagai penasihat senior dalam program SymbioCity. Saya pikir saya dipilih dalam program tersebut karena Palu menghadapi banyak masalah yang sama seperti yang telah dihadapi oleh Kota Borås, dan karena saya telah terlibat dalam pengembangan berbagai sektor di Borås. Saya tahu bahwa segala sesuatu saling terpadu satu sama lain, dan itu merupakan salah satu prinsip utama SymbioCity.” Sebagaimana terilihat oleh Peter Skoglund, ada tiga ancaman utama bagi pembangunan Palu. Pertama adalah sampah. Tidak ada sistem daur ulang yang tepat & terstruktur di Palu saat ini, dan sebagian besar sampah kota hanya berakhir di tempat pembuangan.

Fakta-fakta Nama: Peter Skoglund Pekerjaan: Sekretaris Perencanaan Tempat Tinggal: Borås Peran dalam program SymbioCity: Penasehat senior dalam Kelompok Kerja Palu - Borås

Dia penanggungjawab program ling-kungan pertama di Borås, ia mengamati lokasi yang sempurna untuk sistem pengelolaan sampah yang baru, dan untuk beberapa tahun kemudian dia memimpin pengembangan transportasi umum kota. Dia juga telah merencanakan pengembangan industri Borås dengan mengembangankan jalan baru, pusat kota baru dan Bandara Viared. Ya, Peter Skoglund telah berada di kedua sisi pembangunan perkotaan, dan dia yakin bahwa sebuah kota memiliki ruang untuk baik keberlanjutan finansial maupun keberlanjutan lingkungan.

Dari minyak ke kompos

“Para siswa yang saya temui di Palu adalah informatif, analitis, skeptis dan lapar akan perubahan” 50 SymbioCity

Peter Skoglund pertama kali tiba di Borås pada tahun 1971. Setelah beberapa tahun dalam perencanaan infrastruktur ia dipekerjakan oleh kota untuk melakukan perencanaan kota konseptual dalam skala yang lebih luas – perekrutan yang dipercayakannya karena ia sering menyampaikan pernyataan kritis akan pokok pembahasan ini. “Borås dulu merupakan tempat yang sangat rusak dan aku tidak takut untuk mengatakan

demikian. Kami membakar banyak minyak untuk memanaskan rumah, dan menjalankan industri tekstil, yang akhirnya mencemari kota. Limbah dari pabrik pencelupan menyebabkan Sungai Viskan di Kota Borås berwarna-warni seperti pelangi. Dan pada saat yang sama, kota itu benar-benar menyusut - orang harus pindah karena adanya pemangkasan industri” Pada suatu titik, bagaimanapun, Borås telah berubah haluan. “Pada akhir 70-an kota bermaksud membakar sampah untuk menghasilkan energi, sebuah proses yang jika dilakukan secara tidak benar dapat melepaskan dioksin yang dapat menyebabkan kanker. Para politisi memutuskan bahwa kota perlu menyortir, melakukan composting dan mendaur ulang sampah agar hanya membakar sampah yang tepat dan menghindari bahaya kesehatan. “ Daur ulang ini yang akan terbukti menjadi langkah besar pertama menuju Borås yang lebih berkelanjutan. Dan itu menempatkan kota pada peta dimana pengelolaan

“Daur ulang adalah proses yang membutuhkan banyak tenaga dan dapat dilakukan dengan cara yang berbeda. Saya telah melihat upaya di Kota Palu untuk melakukan pemilahan terpusat, dimana sampah dipisahkan setelah dikumpulkan. Saya telah melihat hal yang sama di Helsingborg di tahun 70-an dan saya tidak merekomendasikan hal ini. Sampah perlu dipisahkan di rumah dan di tempat kerja, setelah tercampur, sampah sulit untuk dipisahkan dengan benar” Ancaman kedua adalah peningkatan lalu lintas kendaraan bermotor. “Rasanya Indonesia ingin mempromosikan lalu lintas kendaraan daripada membuat pilihan untuk itu. Di Borås ada pajak bahan bakar gas. Sebaliknya jika di Palu - harga gas ditekan melalui subsidi. Saya mendapati sulit untuk berjalan atau bersepeda di Palu, karena lalu lintas yang gila dan karena kurangnya tempat yang teduh dalam cuaca panas.” Yang ketiga dan ancaman terakhir bagi pembangunan Kota Palu, Peter Skoglund mengatakan, adalah korupsi. “Ketika saya berbicara pada masyarakat Palu tentang bagaimana cara mendapatkan izin bangunan, saya diberitahu bahwa ada kerangka aturan yang besar tapi hanya ada sedikit kontrol apakah aturan itu telah dilakukan. Beberapa orang merasa bahwa dengan uang yang tepat bisa mendapatkan izin, dan itu merupakan ancaman langsung terhadap pembangunan berkelanjutan.”

Peter Skoglund membagi semangatnya dalam bidang perencanaan & lingkungan dengan Singgih Prasetyo, Devi Dian Susanti & Klas Klasson pada kunjungan di taman Annelund di Borås.

Perluasan Dilema “Tantangan di Palu tidak dapat dipisahkan dari kenyataan bahwa Indonesia adalah negara demokrasi yang masih muda”, Peter Skoglund menekankan, “dan merupakan salah satu yang tengah berada dalam kondisi ledakan finansial”. “Melakukan pengembangan industri & keuangan akan mempersulit terciptanya keberlanjutan bagi negara atau kota mana pun. Melakukannya ketika baru saja beralih dari kediktatoran militer ke demokrasi adalah sebuah neraka dari sebuah tantangan. Agar Swedia dan Borås dapat mencapai keadaan yang sekarang sudah memerlukan jangka waktu yang sangat lama, dan kami telah menikmati stabilitas politik selama proses berlangsung.” Mengingat keadaan menantang negara, layak bertanya apakah itu mungkin untuk kota-kota seperti Palu dan Probolinggo untuk dapat berkelanjutan - setidaknya sekarang? Bisakah pengembangan keuangan yang agresif berjalan berdampingan dengan keberlanjutan sosial dan lingkungan? Peter Skoglund bilang itu bukan tidak mungkin tapi cukup dekat dengan itu.

“Anda harus memperluas dengan hati-hati. Indonesia memiliki sumber daya untuk bisa menjadi negara kaya. Tapi saat ini dilakukan perluasan dengan mengekspor komoditasnya. Jika lebih terfokus pada pembangunan industri manufaktur milik negara sendiri, saya percaya Indonesia bisa meraup lebih banyak penghargaan dan tumbuh tanpa berhenti.”

Harapan ada di sekolahsekolah Peter Skoglund mengatakan akan butuh waktu bagi Palu untuk mulai berkembang secara nyaman dan keberlanjutan. Tapi ketika mengunjungi sekolah Palu, ia merasa punya harapan bahwa perubahan akan datang lebih cepat dari pemikiran pertamanya. “Di sinilah masa depan. Sistem sekolah di Kota Palu sangat mengesankan dan siswasiswa yang saya temui sangat informatif, analitis, skeptis dan lapar akan perubahan. Mereka tidak bisa mengalahkan sistem yang ada sekarang, tapi ketika mereka menjadi orang-orang yang berkuasa, banyak hal yang akan sangat berbeda di Palu - dan di seluruh Indonesia”.

The process

51


SOLUSi: PROBOLINGGO

SOLUsi: PROBOLINGGO

Menciptakan dan memelihara “koridor

Solusi: Keberlanjutan di Probolinggo

sungai hijau” di Wonoasih bisa dibuktikan

Perbaikan di Wonoasih ditujukan untuk menciptakan Probolinggo yang lebih baik. Proyek percontohan berjalan di bawah slogan Bang Karli - “ Pembangunan Kampung Ramah Lingkungan untuk kehidupan yang lebih baik”. Ini merupakan upaya untuk menunjukkan jenis solusi yang dapat digunakan di seluruh kota. Ini adalah bagian dari proses dimana teori menjadi praktek. Ini terjadi ketika warga, PNS dan stakeholder lainnya bekerja sama untuk menciptakan keseluruhan yang lebih baik dari bagian-bagian individu

• Membangun jaringan di sungai untuk

menjadi sebuah langkah penting menuju perairan bersih dan urbanisasi yang lebih berkelanjutan di seluruh Probolinggo. Ini adalah cara-cara yang dapat dilakukan: mengumpulkan limbah padat. • Memulai kampanye menyelamatkan sungai yang bertujuan untuk mengajarkan masyarakat supaya tidak membuang sampah ke sungai. • Melakukan kerja bakti di dalam dan sekitar sungai. • Perbaikan sanitasi melalui pendanaan komunal untuk fasilitas sanitasi dan septic tank. • Menyiapkan pedoman pengembangan perumahan yang menghadap sungai (agar tidak menggunakannya sebagai halaman belakang). • Mengembangkan trotoar & jalur sepeda di sepanjang sungai Legundi, serta memperkenalkan kembali program bersepeda ke tempat kerja & sekolah.

Kemiskinan harus dikurangi Untuk mengatasi kemiskinan, air tercemar & pengelolaan sampah yang tidak tepat di Kecamatan Wonoasih, beberapa upaya dibutuhkan di berbagai tingkatan. Sikap harus berubah, infrastruktur perlu dikembangkan, & manajemen harus dibuat supaya dapat berjalan secara efisien & lancar.

beberapa inisiatif yang direncanakan

Berikut adalah proyek-proyek yang

Sebanyak apapun program yang dilakukan

untuk pasar Wonoasih:

akan diuji di perumahan yang dipilih:

dan seberapa banyak kemungkinan yang

Memberikan gerobak & tong sampah

anda buka, tidak akan berhasil kecuali

sampah dari pasar.

untuk mepermudah keluarga

seseorang melaksanakannya & belajar

Meningkatkan sistem pemilahan

memisahkan sampah mereka.

darinya. Dan hal ini hanya akan terjadi

Uji sistem yang berbeda untuk

jika orang memiliki pekerjaan, makanan

dengan jenis sampah yang dihasilkan

pengumpulan sampah, misalnya:

dan uang yang cukup untuk memenuhi

di pasar.

sampah di rumah individu, sampah

kebutuhan pokok mereka. Proyek

Mendidik para pelaku bisnis di pasar

dari sekelompok rumah, & sampah dari

percontohan di Wonoasih tidak akan

tentang cara mengurangi & memantau

tempat pengumpulan sampah umum.

lengkap tanpa upaya simultan untuk

Meningkatkan pelayanan pengumpulan

sampah sehingga benar-benar sesuai

Dengan hal ini sebagai landasan, Kelompok

pembuangan sampah secara

Meningkatkan kesadaran masyarakat

membantu mengentaskan kemiskinan di

Kerja telah memutuskan pada tiga titik fokus

sembarangan di sekitar area pasar.

tentang alasan sampah harus dipilah &

daerah tersebut.

Meningkatkan penegakan peraturan

pentingnya mengurangi jumlah sampah

geografis untuk memusatkan upaya mereka:

Menginisiasi kampanye kebersihan

Upaya ini termasuk memperkenalkan

layanan komersial memiliki fasilitas

yang akan berimbas pada berubahnya

program pelatihan kewirausahaan dan

pengelolaan sampah yang diperlukan.

kebiasaan membuang sampah

menciptakan lapangan pekerjaan serta

Mulai mengumpulkan sampah organik

sembangan.

melaksanakan program perumahan

pasar lokal, blok perumahan dan sepanjang

daerah untuk memastikan bahwa

sungai Legundi. Berikut beberapa proyek yang akan dimulai di masing-masing tempat.

pasar

sosial yang bermanfaat bagi keluarga

dan mengubahnya menjadi biogas.

Pasar adalah pusat kegiatan yang alami

Daerah perumahan

“Koridor sungai hijau”

miskin. Memulai kampanye pendidikan

Enam sungai di Probolinggo adalah nadi-nadi

bagi masyarakat miskin dan memberi

Selalu dimulai dari rumah. Di sinilah orang

penting yang mengalir melalui kota. Dengan

informasi mengenai program kredit mikro

hasilkan banyak sampah. Sampah ini harus

menjalani hidup mereka dan di mana mereka

hanya sekitar seperempat dari rumah tangga

di lingkungan sekitar.

ditangani secara berkelanjutan, ada banyak

banyak membentuk kebiasaannya. Di sini

kota yang terhubung ke perusahaan air

cara yang dapat dilakukan untuk hal ini.

lebih daripada tempat lain, pengelolaan

minum daerah, sumber-sumber air yang

Dengan area yang difokuskan ini, dan

sampah dan sikap ke arah pengelolaan

masih alami menyediakan lebih dari sekedar

dengan pengentasan kemiskinan,

sampah harus diubah. Dan itu benar-benar

pemandangan yang indah. Sungai-sungai

perubahan bisa terjadi. Pertama di sini,

sampah adalah dua kunci dari solusi ini, tetapi

bukan hanya masalah limbah - kota yang

adalah bagian penting dari kehidupan

di Wonoasih dan kemudian di seluruh

penting untuk memastikan bahwa layanan yang

bersih merupakan masalah yang sangat

sehari-hari di Probolinggo - dan airnya sudah

Kota Probolinggo. Ini tidak akan terjadi

ada benar-benar digunakan oleh pelaku bisnis

terhubung ke kualitas hidup itu sendiri.

tercemar.

dalam semalam, tetapi bekerja sama dan

di Wonoasih. Tempat bertemunya orang, perdagangan dan barang, tapi juga meng-

Pendidikan & peningkatan layanan pengelolaan

di dalam dan sekitar pasar.

mengetahui bagaimana semua itu bekerja

Jangan sia-siakan sampahnya! Cecilia Holmblad, Direktur Departemen Persampahan perusahaan utuilitas publik untuk pengelolaan sampah di Helsingborg, memberikan pikirannya untuk meningkatkan pengelolaan sampah di Probolinggo. Jika terserah saya, saya akan memastikan bahwa kendali kota pada pengelolaan sampah di Probolinggo diperpanjang. Saat ini, tanggung jawab kota dimulai di banyak titik pengumpulan sampah, tapi perlu untuk lebih diperluas kembali. Termasuk langkah penting pertama – dari rumah-rumah penduduk ke tempat pengumpulan sampah.

Di Probolinggo - dan juga di Helsingborg membuang sampah adalah kegiatan khusus untuk anak-anak. Bertujuan untuk melatih anak-anak dan siswa melakukan hal-hal baik. Cara lainnya adalah menambahkan stiker bergambar pada tempat sampah di Kota Probolinggo. Dengan cara ini, anakanak akan lebih mudah memahami cara memilah dan membuang sampah keluarga mereka.

Saat ini, pekerjaan ini dilakukan oleh pihak swasta, dan masyarakat harus membayar untuk menggunakan layanan ini. Padahal tidak ada jaminan sampah dari warga di Kota Probolinggo benar-benar telah dikumpulkan, di tempat dimana uang itu langka, pembuangan sampah tidak selalu menjadi prioritas. Ini bisa dibuktikan dengan banyaknya tempat pembuangan yang tidak resmi di sekitar sungai serta pembakaran sampah di halaman belakang di sekitar kota. Perpanjangan tanggung jawab kota akan memecahkan bukan hanya masalah sanitasi yang berhubungan dengan sampah, tetapi juga masalah sampah yang menyebabkan banjir ketika sampah plastik menyumbat saluran drainase di Probolinggo.

Salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran Sejumlah sampah yang dibuang ke laut saat ini tentu akan membahayakan lingkungan itu sendiri. Memulai sebuah program pembersihan pantai oleh siswa adalah salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran betapa besar bahaya ini sebenarnya. Para siswa akan mendapatkan pandangan awal secara sekilas dari apa yang terjadi, tidak hanya untuk lingkungan tetapi juga untuk hewan yang terkena & menelan bahan plastik.

bersama, perubahan akan datang. 52 SymbioCity

SymbioCity

53


Lebih Dari Sebuah Jalan Satu Arah

KEKUATAN BAGI MASYARAKAT

Kekuatan bagi Masyarakat: Sebuah Pendekatan Indonesia Salah satu negara paling demokratis di dunia, Swedia masih memiliki ruang untuk perbaikan ketika telah tiba saatnya untuk memberdayakan masyarakatnya. Proses Musrenbang di Indonesia, di mana warga negara bertemu untuk membahas dan menetapkan program untuk pembangunan di kota mereka, bisa menjadi salah satu jalan keluar.

Lebih Dari Sebuah Jalan Satu Arah:

“Kita bisa belajar banyak dari Probolinggo!” Banyak program pembangunan bilateral yang masih memiliki kemiripan dari sebuah proyek bantuan, di mana negara-negara Barat sebagai pemberian dan negara mitra yang “kurang berkembang” harus bisa menjadi penerima yang bersyukur akan bantuan dan nasihat-nasihat baik. Tapi ada banyak pelajaran baik yang bisa didapat oleh kedua negara, kata Lars Thunberg, Wakil Walikota Helsingborg. “Helsingborg adalah sebuah kota di garis depan dari perencanaan berkelanjutan, baik dalam masalah sosial dan lingkungan, dan kami tentu saja bangga diminta untuk berpartisipasi dalam sebuah proyek seperti ini. Kami memiliki banyak bantuan dan nasihat yang baik untuk diberikan, tetapi kami juga harus banyak belajar dan menambah pengetahuan dengan bekerja sama dengan kota-kota seperti Probolinggo.”

Musrenbang menarik perhatian tamu dari Swedia di Kota Probolinggo selama proses SymbioCity. Musrenbang merupakan suatu bentuk dialog dan demokrasi langsung yang tidak ditemukan di Swedia. “Musrenbang adalah sebuah acara tahunan di mana penduduk bertemu untuk membahas masalah yang mereka hadapi dan memutuskan apa yang paling penting bagi mereka. Ketika prioritas telah dibuat, prioritas tersebut akan diajukan kepada pemerintah di tingkat berikutnya. Saran ini kemudian dikategorikan berdasarkan pada isu-isu dan alokasi anggaran,” jelas Johny Haryanto, Sekda Kota Probolinggo. Bapak Johny mengatakan bahwa proses penganggaran partisipatif ini memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk mengutarakan kebutuhannya kepada pemerintah. “Ini adalah pendekatan partisipatif, dimana suara warga negara dengan aktif mempengaruhi perencanaan anggaran & penyusunan program pembangunan kota. Ini adalah cara yang hebat untuk mencakup kebutuhan pembangunan masyarakat.“ Acara tahunan ini dilaksanakan dalam rangka menyusun dokumen pembangunan jangka panjang (untuk periode 20 tahun), dokumen pembangunan jangka menengah (untuk periode 5 tahun) serta rencana tahunan.

Johny Haryanto, bersama rekan-rekan dari Probolinggo and Helsingborg

Tantangan dan Manfaat

Tapi secara keseluruhan, Johny Haryanto

“Saran dari masyarakat berfungsi sebagai

proses yang memberikan tujuan yang baik:

dasar untuk kegiatan pembangunan yang

mengungkapkan bahwa Musrenbang adalah

dilakukan oleh pemerintah. Saran prioritas

mengumpulkan dan mengajukan

akan segera dilaksanakan, sementara saran-saran yang lain ditampung dulu untuk

Ini adalah forum bagi warga untuk permasalahan yang ada di sekitar.

tahun-tahun mendatang”, kata Pak Johny.

Masyarakat sendiri terlibat dalam menyarankan solusi untuk sebuah masalah.

Jenis demokrasi langsung ini menghadirkan

Masyarakat merasa dilibatkan dan

sejumlah tantangan. Salah satunya adalah

diberdayakan dalam perencanaan

beberapa saran yang bukan benar-benar

pembangunan, yang memberikan

sebuah kebutuhan, tapi keinginan.

mereka rasa kepemilikan atas hasil dari pembangunan tersebut.

“Tantangan lain adalah kenyataan bahwa beberapa saran dibuat tanpa

“Masyarakat terlibat dalam kegiatan

mengindahkan sumber daya yang tersedia.

perencanaan dari awal, maka artinya

Ini adalah bagian dari proses, tetapi selalu

perencanaan sebenarnya berdasarkan pada

ada risiko kekecewaan ketika saran tersebut

kebutuhan masyarakat. Musrenbang juga

tidak direalisasikan.”

mendukung dan memungkinkan koordinasi antara pelaku pembangunan dalam satu forum umum.”

“Masyarakat terlibat dalam kegiatan perencanaan dari awal, maka artinya perencanaan sebenarnya berdasarkan pada kebutuhan masyarakat”

54 SymbioCity

Lars Thunberg telah bekerja dengan konsep keberlanjutan dan kesetaraan selama 20 tahun terakhir. Saat ini ia adalah Wakil Walikota Helsingborg dan salah satu dari dua ketua Komite Pengarah untuk proyek Helsingborg - Probolinggo. Dia mengatakan bahwa ketika ada kerjasama seperti ini, sangat mudah untuk memberikan fokus yang lebih banyak pada bagian “membantu”. “Sangat mudah untuk melupakan bahwa kita mendapat banyak keuntungan juga, tapi inilah yang kami lakukan - ini telah menjadi kenyataan bahkan sebelum akhir dari proyek ini. Meskipun kami percaya diri untuk berada di jalur yang benar menuju keberlanjutan, sangat mudah bagi kami untuk terjebak dalam caranya sendiri. Pengaruh dan solusi dari konteks yang sama sekali berbeda dapat memperluas perspektif kami.“

Kecepatan untuk bertindak Salah satu contoh yang bisa dipelajari oleh Helsingborg dari Probolinggo, Lars Thunberg mengingat kembali, adalah kecepatan untuk bertindak. Ini adalah kecepatan yang jarang dia lihat di birokrasi Pemerintahan di Swedia. “ Dalam satu sesi, Kota Probolinggo berhasil memulai sebuah program pendidikan yang bertujuan untuk mengajarkan nelayan dan petani lokal tentang bagaimana merawat sampah organik dan menggunakan sumber daya mereka dengan cara yang lebih baik. Kami sedang duduk di lantai, mendiskusikan, dan kemudian hal itu telah selesai. Di Swedia kita memiliki jalan yang lebih panjang dari

Lars Thunberg bersama dengan Anna Jähnke, penanaman pohon pertama mereka di Indonesia

ide untuk menjadi sebuah tindakan. Terlalu lama, mungkin - meskipun hal itu dilakukan dengan niat yang terbaik untuk penegakan demokrasi”. Lars Thunberg juga menemukan inspirasi yang besar dalam lingkungan yang lebih miskin di Kota Probolinggo. Dalam dialog langsung dengan pejabat kota, warga sendiri mengalokasikan dana publik untuk sebuah proyek pembangunan yang spesifik. “Ini hampir belum teruji di barat. Orangorang di kawasan ini memilih, secara kolektif, untuk menghabiskan uang pada proyek infrastruktur tertentu yang telah mereka prakarsai dan rencanakan sendiri. Ini adalah bentuk yang sangat menarik dari demokrasi langsung. Disamping itu, siapa yang lebih tahu tentang apa yang dibutuhkan oleh warga daripada orang-orang yang membutuhkan itu sendiri?” Apa yang didapatkan oleh Kota Helsingborg dari proyek SymbioCity, bagaimanapun, tidak terbatas pada contoh-contoh pemikiran baru yang telah dihasilkan. Proyek ini memiliki tujuan yang lebih besar juga, paling tidak untuk pejabat kota yang terlibat.

Keberlanjutan - Isu Global “Sebagai sebuah kota, kami meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang isuisu global dan kerjasama internasional kami, kami belajar tentang apa itu keberlanjutan dan perencanaan kota yang benar-benar berarti dalam arti global, dan juga, kita menjadi pekerja yang lebih baik. Pejabat kota kami yang bekerja dengan proyek ini merasa terdorong, terangkat, dan dapat tumbuh dari pengalaman ini.” Akhirnya, Lars Thunberg menunjukkan, ada kebenaran tidak dapat dihindari bahwa Indonesia yang berkelanjutan, dalam jangka panjang, merupakan prasyarat mutlak untuk Helsingborg yang berkelanjutan. “Proyek ini akan dibicarakan, menginspirasi proyek-proyek baru, dan bertindak sebagai model untuk melangkah menuju keberlanjutan di seluruh Indonesia dan mungkin di dunia. Dan kita tidak mampu untuk hidup di bawah ilusi bahwa Helsingborg dapat berkelanjutan di dalam dunia yang tidak bisa berkelanjutan.”

The process

55


Perencanaan untuk tindakan

Perencanaan untuk tindakan

Jika Anda telah membaca sampai sejauh ini Anda mungkin merasa bahwa pendekatan SymbioCity lebih ditekankan pada rencana daripada tindakan - dan taukah Anda? Anda benar.

Pendekatan SymbioCity membantu kota untuk menentukan apa yang ingin mereka capai dan membuat rencana untuk mencapainya. Tapi jika sudah saatnya untuk melangkah pada tahapan selanjutnya dan merealiasasikan proposal menjadi sebuah aksi nyata, hal itu benar-benar tergantung pada kota-kota yang menjalani. “Semua perencanaan kita menjadi sia-sia jika tidak mengarah pada sesuatu yang nyata. Jadi untuk memastikan bahwa inisiatif Kota Palu dan Kota Probolinggo benar-benar memiliki kesempatan untuk dilaksanakan, ada persiapan yang perlu kita buat”, kata Mats Jarnhammar, Manajer Proyek SymbioCity.

Mendapatkan Dukungan Tidak peduli seberapa hebat ide yang ada, setiap ide bisa gagal tanpa dukungan yang tepat. Sebelum rekomendasi dari Kelompok Kerja untuk Kota Palu dan Kota Probolinggo bisa direalisasikan, mereka harus sampai ke puncak tangga politik di kedua kota. “Kita perlu mendapatkan dukungan untuk ide-ide kami baik di dunia politik dan di konstitusi. Fakta bahwa para politisi telah terlibat dalam proyek sejak awal, memberi mereka kesempatan yang lebih baik untuk bisa bergerak maju. Komunikasi adalah kunci untuk meyakinkan semua stakeholder” kata Hasse Ericsson, ahli SymbioCity dalam Kelompok Kerja Probolinggo – Helsingborg.

mendanai perbaikan Perubahan jarang datang secara gratis, sehingga sumber pembiayaan harus dieksplorasi dalam kerangka waktu yang tepat. Beberapa pembiayaan dapat berasal dari kota itu sendiri - dari penerimaan pajak atau biaya layanan. Pilihan lain adalah memobilisasi sumber daya lokal melalui sektor swasta atau mencari dukungan ke pemerintah pusat. “Saya cukup optimis bahwa dukungan dana dari pemerintah untuk Program Kota Hijau akan mudah didapat oleh Kota Palu dan Kota Probolinggo, asalkan hasil dari proyek SymbioCity itu berjalan dengan baik”, kata Endra Atmawidjaja, Kepala Sub Direktorat Kebijakan dan Strategi Perkotaan

56 SymbioCity

di Direktorat Jenderal Perencanaan dan Pengembangan Tata Ruang. Organisasi-organisasi internasional dapat menjadi pilihan pembiayaan yang lain. “Kota Palu dan Kota Probolinggo telah mengajukan permohonan dukungan dari Cities Development Initiative for Asia (CDIA). Hasil dari Pendekatan SymbioCity dapat memberikan masukan penting untuk proses pembuatan studi pra - kelayakan untuk proyek-proyek diprioritaskan dan menghubungkan hal ini untuk proses pembiayaan”, kata Joris van Etten, Wakil Koordinator Program di Cities Development Initiative for Asia.

Memastikan kerjasama lanjutan

Proyek SymbioCity telah menciptakan ikatan kuat antar kota mitra. Kota Helsingborg, Kota Probolinggo, Kota Boras dan Kota Palu semua bisa mendapatkan keuntungan dari melanjutkan kerjasama mereka yang telah sukses, dan harus menyiapkan sebuah struktur untuk komunikasi lanjutan.

membuat perbaikan pandangan yang hebat, tetapi juga meningkatkan kesadaran di kalangan anak muda, yang pada gilirannya akan membawa kesadaran tersebut ke dalam keluarga mereka”, kata Randy Lamadjido, Kepala Bidang Sosial di Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeda) di Kota Palu dan anggota Kelompok Kerja Palu - Boras.

“Hasil dari Pendekatan SymbioCity dapat memberikan masukan penting untuk proses pembuatan studi pra - kelayakan untuk programprogram yang diprioritaskan & menghubungkan hal ini untuk proses pembiayaan”, kata Joris van Etten, Wakil Koordinator Program di Cities Development Initiative for Asia

Membuat Rencana untuk Perencanaan Melakukan semua hal sekaligus jika tidak mustahil, paling tidak sangat rumit. Siapkan rencana tindakan yang terpisah untuk jangka panjang, jangka menengah dan tindakan jangka pendek - dan jangan lupa untuk membuat kerangka waktu dan menetapkan setiap tindakan untuk pihak – pihak yang bertanggung jawab untuk melaksanakannya. “Istilah lama “siapa melakukan apa dan kapan” masih tetap menjadi resep yang terbaik untuk melakukan suatu hal. Di Probolinggo, bagian dari rencana aksi telah disiapkan untuk segera diimplementasikan pada tahun anggaran 2014, dan akan disesuaikan dengan kegiatan di berbagai instansi,” kata Mats Jarnhammar.

“Kita semua telah mendapatkan sesuatu dari proyek ini. Bagi saya, itu menjadi kesempatan yang luar biasa untuk tumbuh sebagai pegawai negeri sipil dan turut mengembangkan perspektif yang lebih luas tentang bagaimana kita melakukan berbagai macam hal di Helsingborg. Pada saat ini saya tidak tahu apakah kolaborasi kami akan tetap berlanjut - itu sepenuhnya tergantung pada para politisi - tetapi saya berharap itu akan terjadi”, kata Lotta Lewis - Jonsson, perencana pengelolaan limbah di Kota Helsingborg.

Solusi Cepat

Tidak semua ide-ide besar membutuhkan persiapan yang berbulan-bulan, sekantong uang dan tagihan yang ditandatangani oleh walikota. Beberapa inisiatif dapat dilakukan segera, tanpa dana yang besar atau proses politik - dan mereka sering berfungsi sebagai motivator untuk pekerjaan yang sedang berlangsung. “Contohnya ide untuk membiarkan sekolahsekolah lokal menghabiskan watu satu hari untuk membersihkan pantai. Ini tidak hanya

Salah satu “Solusi Cepat” yang diidentifikasi di Palu adalah membiarkan sekolah-sekolah lokal menghabiskan waktu dalam satu hari untuk membersihkan pantai sebagai cara untuk

The process

57


jalan menuju keberlanjutan

jalan menuju keberlanjutan

Penggabungan Jalan Menuju Keberlanjutan SymbioCity ini masih jauh dari satu-satunya program yang berjuang untuk kota-kota yang berkelanjutan dan lebih ramah lingkungan. Apakah jumlah inisiatif lingkungan yang berbeda tersebut bisa bekerja dalam mendukung keberlanjutan - atau apakah itu hanya membuat bingung? Kami sudah bicarakan persoalan kerjasama dengan Endra Atmawidjaja, seorang penggerak dibalik Program Pembangunan Kota Hijau yang digagas oleh pemerintah Indonesia. Mengapa Indonesia perlu Program Pengembangan Kota Hijau? Saat ini, sekitar 52% penduduk Indonesia tinggal di daerah perkotaan. Ada proses urbanisasi yang sedang belangsung dengan cepat dan itu menyebabkan kota-kota kita semakin memburuk. Karena semua ini terjadi dengan sangat cepat, pemerintah daerah tidak memiliki kapasitas untuk menangani berbagai permasalahan kompleks yang saat ini mereka hadapi. Karena itulah kami dan program ini datang. Kami memungkinkan pemerintah daerah untuk mencapai tujuan pembangunan perkotaan yang berkelanjutan, dan memberitahu mereka tentang manfaat dalam mengikuti program ini. Apakah manfaat dari pembangunan berkelanjutan benar-benar perlu dijelaskan? Ya, sering kali harus dijelaskan. Kami ingin menciptakan kebijakan pembangunan perkotaan yang lebih seimbang yang tidak hanya berfokus pada aspek ekonomi, tetapi pada aspek sosial dan lingkungan juga. Lihatlah dengan cara ini. Anda punya satu hektar tanah dan dua pilihan: membangun mal atau menciptakan ruang terbuka hijau. Banyak pemerintah daerah akan memilih mal, karena memiliki manfaat ekonomi langsung dan pada waktu yang sama masih menjadi ruang terbuka untuk umum. Kami menunjukkan kepada mereka manfaat dari pilihan lain. Ini tidak memberikan uang dengan cepat, tetapi dalam jangka panjang akan didapatkan kualitas hidup yang lebih baik di kota yang lebih manusiawi. Sebagai bagian dari program, Anda telah mengembangkan Pedoman Kota Hjau. Bisakah Anda jelaskan tentang hal tersebut? Pedoman Kota Hijau membantu pemerintah daerah melaksanakan Rencana Aksi Kota Hijau dan mengajak mereka untuk memikirkan kembali tujuan keberlanjutan mereka. Kami mencakup delapan atribut yang berbeda: perencanaan dan perancangan hijau, masyarakat hijau, tenaga hijau, limbah hijau, bangunan hijau, transportasi hijau, air hijau dan ruang terbuka hijau.. Melihat atribut ‘ruang terbuka hijau’, misalnya, kita telah menetapkan tujuan

58 SymbioCity

Dalam proyek SymbioCity, Anda adalah bagian dari kedua Komite Pengarah. Bagaimana Anda menggambarkan Pendekatan SymbioCity untuk anggota dari pemerintah daerah? Saya akan mengatakan bahwa pendekatan ini menawarkan konsep dan metodologi yang baik untuk mengurangi kesenjangan antara perencanaan perkotaan dan pengelolaan lingkungan. Dimulai dengan peninjauan keberlanjutan perkotaan, pemerintah daerah dapat mengharapkan pandangan yang lebih jelas tentang apa yang bisa mereka capai pada jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Pendekatan ini memberikan latihan dan tantangan bagi pemerintah kota untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat perkotaan melalui rencana aksi yang realistis, dan memberikan mereka kesempatan untuk meninjau rencana induk mereka.

bahwa ruang terbuka hijau publik harus sebesar tiga puluh persen dari keseluruhan wilayah administrasi kota. Rata-rata saat ini di Indonesia adalah sekitar sebelas persen. Di Probolinggo luasan ini telah mendekati tiga belas persen dan di Palu itu hanya empat persen. Bagaimana pemerintah daerah akan mewujudkan tujuan tersebut? Untuk setiap tujuan yang ada di pedoman, kami menyediakan cara-cara untuk mewujudkan hal itu. Untuk mempertahankan atribut ‘ruang terbuka hijau’, salah satu ide adalah mengkonversi lahan yang tertutup semen di halaman sekolah, menggantinya dengan rumput, pohon-pohon dan tanaman untuk membuat sekolah lebih hijau. Metode lain yang kami sarankan adalah menciptakan penghijauan sepanjang sungai, kanal, saluran air dan jalan.

Apakah ada masalah sehubungan dengan menambahkan Pendekatan SymbioCity ke dalam pedoman Anda? Nah, diagnosis SymbioCity adalah analisis yang lebih mendalam tentang situasi lokal daripada yang dibutuhkan oleh Pedoman Kota Hijau saat ini. Hal ini dapat membuat tugasnya lebih rumit bagi pemerintah daerah, tapi kami pikir itulah pekerjaan yang ingin mereka lakukan. Berbicara tentang pemerintah daerah , ketertarikan apa yang didapatkan oleh Program Pengembangan Kota Hijau dari kotakota yang melaksanakannya? Banyak! Program ini diluncurkan oleh Menteri Pekerjaan Umum pada bulan September 2011. Saat ini, 112 dari 491 kota di Indonesia sudah bergabung dengan program ini. Tujuan kami adalah untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat perkotaan di seluruh Indonesia dan dengan kecepatan ini, itu bukan sebuah impian, tetapi tujuan yang bisa dicapai.

Saat ini, sekitar 52% penduduk Indonesia tinggal di daerah perkotaan. Ada proses urbanisasi yang sedang belangsung dengan cepat dan itu menyebabkan kota-kota kita semakin memburuk.

Apakah Anda percaya bahwa SymbioCity dan Program Pengembangan Kota Hijau dapat saling belajar atau bekerja sama? Saya tahu masih ada ruang baik untuk perbaikan dan kerjasama. Saya menemukan bahwa metodologi SymbioCity itu sangat kuat, ‘diagnosis’ menciptakan pondasi yang kuat untuk kinerja keberlanjutan. Dan karena pendekatan ini begitu fleksibel, bagian-bagian dari pendekatan itu dapat dibuat untuk masuk ke dalam konteks lokal di bawah Program Pengembangan Kota Hijau. Kami sebenarnya sedang merevisi Pedoman Kota Hijau, dan kami akan menambahkan elemen dari konsep dan metodologi SymbioCity kepada pedoman tersebut.

Facts Nama: Endra Atmawidjaja Pekerjaan: Kepala Sub Direktorat Kebijakan dan Strategi Pembangunan Perkotaan di Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Indonesia Peran dalam Program SymbioCity: Anggota Kedua Komite Pengarah

Kementerian Pekerjaan Umum yakin akan kebutuhan untuk membuat kebijakan pembangunan perkotaan lebih seimbang yang tidak hanya berfokus pada aspecs ekonomi, tetapi pada aspek sosial dan lingkungan juga.

SymbioCity

59


TIP utama

Nasehat terbaik untuk pemula Setelah bekerja dengan proyek-proyek SymbioCity di Makedonia dan Indonesia dan berkontribusi pada pempublikasian SymbioCity, arsitek Tor Eriksson mengetahui tentang pendekatan ini lebih baik daripada yang lain. Di sini, ia menawarkan saran yang terbaik untuk orang-orang yang akan menuju ke proses SymbioCity - apa yang Anda butuhkan untuk berhasil dan apa yang mungkin akan menemukan diri Anda tersandung. Apa yang unik tentang pendekatan SymbioCity? Pendekatan SymbioCity bisa menjadi pembuka mata yang fantastis selama Anda menerapkan pendekatan yang terpadu, strategis dan holistik. Pendekatan ini cukup fleksibel dan dapat disesuaikan dengan berbagai situasi dan konteks yang berbeda. Memang, cukup sering, mengambil isu-isu kelembagaan sebagai penyebab utama kelemahan dalam keberlanjutan. Mengapa kita perlu pendekatan seperti SymbioCity dalam memperjuangkan keberlanjutan? Masyarakat kita memiliki struktur yang cukup kompleks. Terdapat berbagai sistem di dalamnya - sosial, budaya, ekonomi, kelembagaan dan lingkungan – yang saling berkaitan. Fakta ini harus selalu hadir ketika kita mencoba untuk memahami tantangan-tantangan dalam pembangunan berkelanjutan, dan dalam Pendekatan SymbioCity. Jika Anda bisa menawarkan tiga buah saran ke kota Indonesia yang baru saja akan memulai perjalanan SymbioCity, apa saja saran tersebut? Pertama, saya akan menyarankan mereka untuk memastikan terlebih dahulu tentang apa yang ingin mereka capai dengan tinjauan terhadap keberlanjutan. Kedua, saya akan mengatakan mereka harus menerapkan pendekatan terpadu dan holistik untuk bisa memadukan dimensi sosial, ekonomi dan lingkungan secara berkelanjutan. Jangan berhenti ketika Anda telah mengidentifikasi gejala yang Anda alami, lanjutkan dan bertanyalah pada diri sendiri apa yang menyebabkannya. Baru ketika Anda telah membuat diagnosa yang benar anda dapat menentukan obat yang tepat. Dan Ketiga, saya akan mengusulkan mereka untuk berpikir dan bertindak secara strategis dengan pikiran terbuka dan mengacu pada visi untuk kota.

fakta-fakta Nama: Tor Eriksson Pekerjaan: Arsitek/Konsultan Perencanaan Wilayah Kota Peran dalam Program SymbioCity: Penasihat Senior dan juga anggota dari kedua Komite Pengarah

Apa yang seharusnya diperlukan untuk membuat proses SymbioCity tersebut bisa sukses? Tiga hal yang bagiku sangat penting: dukungan dari para pemimpin kota, pengikutsertaan dan keterlibatan yang luas dari pihak luar lingkup kota, dan seseorang yang dapat membimbing proses tersebut dengan cara yang terstruktur dan mendidik. Kesalahan apa yang sering terjadi pada awal proses? Banyak yang mulai menganalisa terlalu mendalam ketika memetakan kondisi eksisting. Cobalah untuk melihat dalam skala yang lebih luas di awal dan masuk ke dalam analisa yang lebih dalam nantinya. Dan jangan berpikir Anda bisa bertindak atas semua masalah yang telah diidentifikasi sekaligus. Cobalah untuk mengidentifikasi tindakan atau yang dapat memberikan dampak terbaik, dan mulailah dari sana. Kesalahpahaman umum tentang pendekatan SymbioCity adalah ... … Pendekatan ini menggantikan mekanisme lainnya yang telah ditetapkan sebelumnya untuk perencanaan dan penilaian, seperti Kajian Lingkungan Hidup Strategis dan Analisis Dampak Lingkungan. Hal ini tidak boleh terjadi. Lebih baik untuk melihatnya sebagai pelengkap, proses penilaian yang lebih formal, atau alat yang berdiri sendiri yang membuat perencanaan pembangunan lebih mudah dan lebih bermanfaat.

“Jangan berhenti ketika Anda telah mengidentifikasi gejala yang Anda alami, lanjutkan & tanyalah pada diri anda sendiri apa saja yang menjadi penyebabnya.”

60 SymbioCity

Tiga tips cepat dari perencana pengelolaan limbah Kota Helsingborg Lotta Lewis - Johansson Apa nasihat yang akan Anda berikan untuk kota di Indonesia atau Swedia yang lainnya sebelum mereka memulai proyek SymbioCity? Aku akan memberitahu mereka untuk memastikan mereka memiliki ide yang sangat jelas tentang apa hasilnya nanti, dan bahwa penting untuk berhubungan erat dengan para stakeholder sepanjang seluruh proses. Juga, perlu ada minat yang kuat akan proses ini dari kalangan politisi lokal dan para pengambil keputusan, sehingga proyek mendapat kompetensi dan dukungan yang dibutuhkan. Apa argumen utama Anda untuk memulai proses SymbioCity? Anda dapat belajar banyak dari proses kerja yang sangat terstruktur, hal ini memberi anda ide-ide baru tentang bagaimana mengembangkan pekerjaan Anda sendiri, dan memberikan Anda kesempatan untuk mencoba teknik-teknik yang baru. Kadang-kadang kita terjebak dalam cara kita berpikir tentang infrastruktur di Swedia. Dengan bekerja sama dengan negara-negara lain, memungkinkan untuk mengeksplorasi hal-hal baru yang dapat diterapkan di Swedia. Apa yang unik tentang Pendekatan SymbioCity? Integrasi antara berbagai sektor dan sistem loop - itu memaksa Anda untuk melihat sesuatu dari perspektif yang lebih luas dan menyarankan Anda untuk tidak pernah takut merevisi rencana Anda.

Masyarakat kita memiliki struktur yang cukup kompleks. Terdapat berbagai sistem di dalamnya - sosial, budaya , ekonomi, kelembagaan dan lingkungan – yang saling berkaitan.


Green cooperation

Keluar dari Konsep Lama – Bergabung dengan Konsep Hijau!

Indonesia merupakan salah satu Negara yang telah keluar dari dukungan pengembangan tradisional Swedia yang telah digantikan oleh, diantara berbagai metodologi lainnya, yang disebut sebagai kerja sama yang didorong oleh pelaku. Terlepas dari fokus kerjasama pada tata kelola pemerintahan yang demokratis dan hak asasi manusia, Sida di Jakarta telah melihat beberapa inisiatif “hijau” yang menjanjikan yang membicarakan tentang tujuan lingkungan dan juga peningkatan keterlibatan sector swasta. Annika Siwertz, Penasihat Kerjasama Pembangunan pada Kedutaan Besar Swedia di Jakarta menggambarkan situasinya.

BAGAIMANA ANDA MENGGAMBARKAN SITUASI PERKOTAAN DI INDONESIA KEPADA AUDIENS UMUM DI SWEDIA? Indonesia memiliki urbanisasi yang sangat cepat, hampir 50% dari populasi tinggal di wilayah perkotaan. Hal ini memberi beban yang besar pada pelayanan umum dasar seperti air, pengelolaan sampah, sanitasi, dan transportasi umum dan juga pada pembangunan infrastruktur. Urbanisasi berkelanjutan adalah prioritas utama pada agenda politik dan Sida banyak mendukung inisiatif di bidang pembangunan perkotaan. BAGAIMANAKAH WUJUD DUKUNGAN SWEDIA TERHADAP PENGEMBANGAN PERKOTAAN DI INDONESIA? Kerjasama kota dengan kota – atau kerjasama pemberdayaan mitra – antara Palu dan Borås serta Probolinggo dan Helsingborg merupakan contoh yang baik dari bentuk kerjasama yang sangat banyak diminati di Indonesia, menggambarkan tantangan yang luas dari Urbanisasi berkelanjutan. Saat ini Swedia memiliki tipe kerjasama yang berbeda terkait SymbioCity dengan sekitar 15 kota di Indonesia. Diatas kerjasama antar kota ini, juga terdapat kerjasama di tingkat nasional dengan Kementerian Pekerjaan Umum,

62 SymbioCity

yang akan memanfaatkan pengalaman dari Swedia dalam pengembangan Kota Hijau Nasional mereka. Dengan carai ini “know how” dapat disebarkan di tingkat nasional dan menjangkau banyak kota. Yang disebut dengan kerjasama pemberdayaan mitra adalah konsep yang relative baru berdasarkan konsep saling menguntungkan, kemitraan dan tanggungjawab bersama. Hal ini membutuhkan keinginan yang kuat dan minat dari kedua belah pihak dalam hal kontribusi keuangan dan pelaksanaannya. Tujuan dari bentuk kerjasama ini adalah bahwa selama masa transisi, kerjasama pembangunan harus membuka jalan untuk kerjasama jangka panjang yang bisa berjalan tanpa adanya pendanaan dari pemerintah. Hal ini khususnya layak pada sektor swasta di mana pada sektor tersebut telah ada fokus yang jelas pada pelibatan teknologi lingkungan Swedia. Sebuah kerjasama yang konstruktif dengan departemen promosi Kedutaan, Pusat Bisnis Swedia, dan Kantor Teknologi Lingkungan Internasional Pemerintah telah membuka jalan untuk pengenalan Teknologi Hijau Swedia. Kontak pada tingkatan yang tinggi dan kerja sama pada tingkat politik, baik secara nasional maupun lokal, telah menjadi keharusan untuk mencapai hal ini.

Mitigasi banjir, birokrasi yang lebih efisien, relokasi penghuni perumahan ilegal dan dimulainya sistem Mass Rapid Transportation (MRT – transportasi massal yang cepat) merupakan beberapa contoh dari hal tersebut. MENJADI KOTA TERBESAR DI INDONESIA, BAGAIMANA ANDA MELIHAT JAKARTA 25 TAHUN YANG AKAN DATANG? Jakarta merupakan kota yang sangat kompleks dengan infrastruktur yang tidak memadai saat ini. Saat ini ada kemajuan yang sangat pesat dan Gubernur yang berorientasi reformasi di Jakarta, dan banyak perbaikan telah terjadi. Mitigasi banjir, birokrasi yang lebih efisien, relokasi penghuni perumahan ilegal dan dimulainya sistem Mass Rapid Transportation (MRT-transportasi massal yang cepat) merupakan beberapa contoh dari hal tersebut. Hal yang menarik dari konteks ini adalah bahwa penduduk di Jakarta telah menunjukkan tanda-tanda tidak terima dengan kondisi saat ini, tetapi menginginkan dan menuntut kota yang layak huni. Ini merupakan sebuah tanda dari kedewasaan dalam demokrasi yang masih muda ini.

SymbioCity

63


SymbioCity for SymbioCitizens!

Ini merupakan kumpulan kisah, refleksi dan opini. Ini menggambarkan satu tahun perjalanan SymbioCity bagi dua kota Indonesia dan dua kota Swedia “Kami dengan cepat belajar bahwa semuanya saling terhubung – limbah kami, energy kami, transportasi kami, air kami, lingkungan kami, ekonomi kami, dan kebahagiaan kami.” - Mats Jarnhammar

“Kota kita perlu untuk dikembangkan dengan pemikiran terhadap masa depan anak dan cucu kita.” - Mulhanan Tombolututu

“Kami membutuhkan pemimpin yang memiliki integritas dan karakter untuk melakukan hal yang benar, bahkan ketika tidak ada seorangpun yang melihatnya.”- Gunnar Andersson

“Saya bermimpi bahwa kami menjadi lebih baik dengan melihat gambaran yang besar. Bagaimana semuanya cocok bersama-sama dalam sebuah cara kami merencanakan kota-kota kami.” - Indah Wibi Nastiti

“Mencapai tujuan tidak semua tentang investasi infrastruktur yang hebat, atau bahkan perbaikan fisik.” - Kelompok Kerja Palu-Borås

“Kita tidak mampu untuk hidup di bawah ilusi bahwa Helsingborg dapat berkelanjutan di dunia yang tidak berkelanjutan.” - Lars Thunberg

“Manfaat bekerja sama adalah bahwa Anda belajar untuk melihat sesuatu secara berbeda.” - Kelompok Kerja Probolinggo-Helsingborg


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.