RTLPP_Fadillah Kurniati

Page 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani pendidikan dan berusaha terus untuk peningkatan mutu pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu mengadakan perubahan kearah yang lebih baik dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Untuk mewujudakan hal tersebut Pengawas Satuan Pendidikan mempunyai peranan yang cukup penting dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Pengawas sekolah melaksanakan tugas pengawasannya mengacu pada teori dan regulasi yang mendasari tugas pokok pengawas. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah, disebutkan bahwa seorang pengawas sekolah harus memiliki standar kompetensi yang telah ditetapkan. Kompetensi tersebut meliputi: Kompetensi

Kepribadian,

Kompetensi Supervisi

Manajerial,

Kompetensi

Supervisi Akademik, Kompetensi Evaluasi Pendidikan, Kompetensi Penelitian Pengembangan, dan Kompetensi Sosial. Selanjutnya, Permen PAN dan RB Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya Bab II Pasal 5 menyatakan bahwa tugas pokok Pengawas Sekolah adalah melaksanakan tugas pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan yang meliputi penyusunan program pengawasan, pelaksanaan pembinaan, pemantauan pelaksanaan 8Standar Nasional Pendidikan (SNP), penilaian, pembimbingan dan pelatihan profesional guru, evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan, dan pelaksanaan tugas kepengawasan di daerah khusus. 1


Berdasarkan peraturan-peraturan tersebut maka pengawas harus menguasai dan memiliki kompetensi sesuai dengan regulasi yang ada. Sesuai dengan tugas pokok pengawas dalam pembinaan, pemantauan, penilaian, dan pembimbingan dan pelatihan profesional baik guru dan kepala sekolah maka tupoksi tersebut harus dilaksanakan secara maksimal untuk membantu terwujudnya peningkatan kualitas mutu pendidikan di sekolah. Guru sebagai pendidik profesional memilki tugas utama sebagai pendidik, pembimbing, pengajar, penilai, serta pengevaluasi peserta didik, guru harus memilki kualifikasi akademik serendah-rendahnya D-IV atau S-1, sehat jasmani dan rohani, menguasai 4 (empat) kompetensi guru, yakni kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial, dan memiliki sertifikat pendidik. Namun, penguasaan kompetensi yang dimiliki oleh guru masih dibawah rata-rata hal ini terlihat dari hasil UKG rata-rata nasional yaitu 53,02 dengan nilai kompetensi professional rata-rata 54,77 dan kompetensi pedagogic rata-rata 48,94. Hal ini dikarenakan kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 20 Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan

pembelajaran,

menilai

hasil

pembelajaran,

melakukan

pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat. Sedangkan Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kondisi nyata dilapangan khususnya di sekolah tempat calon pengawas bertugas masih banyak guru yang dalam menjalankan tugas mengajar belum dilaksanakan secara professional, terlihat guru masih konvensional dalam mengajar, mengajar tanpa menggunakan alat bantu, kurang memahami 2


karakteristik peserta didik, dan juga guru belum mamahami regulasi-regulasi yang berkaitan dengan tupoksinya. Berdasarkan pengamatan dilapangan maka dapat disimpulkan bahwa masih rendahnya kemampuan guru di SMA Negeri 9 dalam pemanfaatan media pembelajaran. Walaupun guru bukan satu satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan tetapi, pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi, sebagai cermin kualitas, guru memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Indikator keberhasilan kepemimpinan seorang kepala sekolah salah satunya diukur dari mutu pendidikan yang ada di sekolah yang dipimpinnya. Kepala Sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan, kepala sekolah bertanggungjawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana. Kepala sekolah diangkat melalui prosedur serta persyaratan tertentu yang bertanggung jawab atas tercapainya tujuan pendidikan melalui upaya peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan yang mengimplikasikan meningkatkanya prestasi belajar peserta didik, akan tetapi pada kenyataan dilapangan masih banyak kepala sekolah yang belum cakap dalam menjalankan tugasnya dikarenakan kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah yaitu kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan sosial belum dimiliki secara utuh. Memperhatikan berbagai persoalan yang ada di sekolah dan peraturan tentang tugas pokok pengawas yang tertuang dalam Permendikbud No 143 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka kreditnya dan juga panduan kerja Pengawas Sekolah menunjukkan bahwa tanggung jawab dan wewenang pengawas sekolah secara penuh untuk melaksanakan pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan melalui pembinaan, pemantauan, penilaian dan pembimbingan dan pelatihan baik guru maupun kepala sekolah, hal ini menunjukkan bahwa Pengawas Sekolah memiliki peranan yang sangat strategis dalam meningkatkan mutu Pendidikan. 3


Pengawas Sekolah diharapkan mampu membantu guru dan kepala sekolah dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya guna meningkatkan prestasi peserta didik. Pengawas sekolah secara umum memiliki peran sebagai: (1) observer (pemantau), (2) supervisor (penyelia), (3) evaluator (pengevaluasi) pelaporan, dan (4) successor (penindak lanjut hasil pengawasan). Tanggung jawab, tugas pokok, dan fungsi pengawas sekolah sangat strategis membangun budaya mutu di sekolah binaan, mampu mendorong tumbuh budaya kinerja sekolah yang bermutu dalam memenuhi 8 SNP atau bahkan melampaui 8 SNP. Pengawas sekolah sebagai salah satu jabatan fungsional dalam struktur organisasi memiliki kedudukan, tugas pokok dan fungsi serta peran yang strategis dalam usaha meningkatkan mutu pembelajaran dan/atau mutu pendidikan dan mampu mengembangkan potensi peserta didik hingga memiliki kecakapan hidup abad 21 yang meliputi berpikir kritis, kreatif dan inovatif, kolaboratif, dan komunikatif. B. Landasan hukum 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah 4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara 5. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan 6. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru 7. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan 8. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil 4


9. Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 tentang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah 11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan 12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2009 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 30 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2009 tentang Beban Kerja Guru dan Pengawas Sekolah 13. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya, sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 14 Tahun

2016

tentang

Perubahan

atas

Peraturan

Menteri

Negara

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas dan Angka Kreditnya 14. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 01/III/PB/2011 dan Nomor 6 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya 15. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 143 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya 16. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 17. Surat Edaran Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 1 Tahun 2016 dan Nomor I/56/XII/2016 tentang Penjelasan Atas Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 14 Tahun 2016 5


C. Tujuan Tujuan disusunnya laporan Diklat Calon Pengawas Sekolah ini adalah untuk : 1. Memecahkan masalah utama pembelajaran rendahnya kemampuan guru dalam pemanfaatan media pembelajaran melalui supervisi klinis. 2. Memecahkan masalah utama pembelajaran rendahnya kemampuan guru dalam pemanfaatan media pembelajaran melalui Penilaian Kinerja Kepala Sekolah dan analisis hasil Penilaian Kinerja Guru 3. Memecahkan masalah utama pembelajaran rendahnya kemampuan guru dalam pemanfaatan media pembelajaran melalui Pembimbingan dan Pelatihan (Bimlat) Profesional Guru dan/atau Kepala Sekolah, 4. Memecahkan masalah pembelajaran rendahnya kemampuan guru dalam menyusun Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Sekolah (PTS). 5. Dapat meningkatkan kompetensi calon pengawas sekolah sesuai dalam Permendiknas

Nomor

12

Tahun

2007

tentang

standar

pengawas

sekolah/madrasah. D. Hasil yang diharapkan Hasil yang diharapkan dari Diklat Calon Pengawas Sekolah adalah memiliki kemampuan untuk: 1. menyelesaikan masalah utama pembelajaran rendahnya kemampuan guru dalam pemanfaatan media pembelajaran melalui praktik tugas pengawasan pembinaan guru dengan supervisi akademik. 2. Terselesaikannya masalah utama pembelajaran rendahnya kemampuan guru dalam pemanfaatan media pembelajaran melalui praktik tugas pengawasan dengan Penilaian Kinerja Kepala Sekolah (PKKS) dan analisis hasil Penilaian Kinerja Guru (PKG). 3. Terselesaikannya masalah utama pembelajaran rendahnya kemampuan guru dalam pemanfaatan media pembelajaran melalui praktik tugas pengawasan 6


dengan kegiatan pembimbingan dan pelatihan prosefesioal guru dan kepala sekolah. 4. Terselesaikannya masalah pembelajaran rendahnya kemampuan guru dalam menyusun Penelitian Tindakan Kelas (PTK) melalui penyusunan proposal Penelitian Tindakan Sekolah (PTS). 5. Meningkatnya kompetensi calon pengawas sekolah berdasarkan hasil Analisis Kebutuhan Pengembangan Keprofesian (AKPK) yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi supervisi akademik, kompetensi supervisi manajerial, kompetensi evaluasi pendidikan, kompetensi penelitian pengembangan dan kompetensi social. E. Ruang Lingkup Pelaksanaan RTLPP 1. Pembinaan Guru melalui Supervisi Akademik Pembinaan pada pengawasan akademik merupakan kegiatan pembimbingan yang dilakukan melalui bantuan professional, bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru, yang meliputi kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial, dan profesional yang dibuktikan dengan meningkatnya kinerja guru. Materi pembinaan guru melalui supervise akademik meliputi kompetensi pedagogis, profesional, kepribadian, dan sosial. Sasaran pembinaan guru adalah 2 orang guru yunior yang bersedia untuk di supervisI.

Indikator keberhasilan pembinaan

guru adalah meningkatnya

kompetensi pedagogis dan profesional dalam melaksanakan kegiatan pokok guru melalui supervisi akademik. Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan klinis dan kolaboratif dengan metode FGD dan menggunakan teknik individu dengan observasi kelas.Waktu pembinaan guru siklus 1 tanggal 18 s.d 19 November 2021 dan siklus 2 pada tanggal 22 s.d 23 November 2021 disesuaikan dengan jam mengajar guru tersebut. Prosedur dalam pembinaan guru melalui supervisi akademik yaitu menyusun rencana pembinaan guru, melaksanakan pembinaan guru yang meliputi kegiatan pra observasi, observasi dan pasca observasi, menyusun laporan hasil pembinaan guru dan mengevaluasi hasil pembinaan. 7


2. Penilaian Kinerja a. Penilaian Kinerja Kepala Sekolah Penilaian terhadap kepala sekolah oleh pengawas sekolah merupakan penilaian kinerja bagi kepala sekolah dalam pengelolaan pendidikan pada satuan pendidikan. Perangkat penilaian yang digunakan adalah sebagaimana telah diatur dalam Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010, Buku Pedoman Pelaksanaan Kinerja Guru, Suplemen Buku 2, dan/atau ketentuan peraturan perundangan lainnya. Penilaian kinerja kepala sekolah bertujuan untuk memperoleh data kinerja kepala sekolah dan kinerja sekolah. Data kinerja kepala sekolah tersebut digunakan sebagai dasar pembinaan kepada kepala sekolah dan sekolah yang bersangkutan pada tahun-tahun berikutnya. Aspek materi yang dinilai dalam penilaian kinerja kepala sekolah adalah sebagai berikut: kompetensi kepribadian dan social, kepemimpinan pembelajaran, pengembangan sekolah: sistem informasi manajemen (SIM) dan evaluasi Diri Sekolah (EDS) dan merefleksikan hasil- hasilnya dalam upaya penjaminan mutu pendidikan, manajemen sumber daya: pengelolaan program induksi guru pemula (PIGP), pengelolaan PK guru dan tenaga kependidikan, pengelolaan PKB, dan pengelolaan kurikulum, kewirausahaan; serta supervisi pembelajaran. Sasaran penilaian kinerja kepala sekloah adalah Kepala Sekolah SMANegeri 10 Tangerang tempat calon pengawas bertugas. Indikator keberhasilan penilaian kinerja kepala sekolah adalah kinerja kepala sekolah dengan predikat baik. Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan kolaboratif, dengan metode wawancara dan studi dokumen serta teknik yang digunakan yaitu pengamatan. Waktu penilaian kinerja kepala sekolah tanggal 29 s.d 30 November 2021. Prosedur dalam penilaian kinerja kepala sekolah yaitu sebagai berikut : menyusun rencana penilaian kinerja kepala sekolah, menyusun instrument penilaian kinerja kepala sekolah, melaksanakan penilaian kinerja kepala sekolah, menganalisis hasil penilaian, menyusun laporan hasil penilaian kepala sekolah, mengevaluasi hasil penilaian kepala sekolah. 8


b. Analisis hasil Penilaian Kinerja Guru (PKG) yang dilakukan oleh Kepala Sekolah Penilaian terhadap guru oleh pengawas sekolah merupakan penilaian kinerja guru pada unsur pembelajaran (14 kompetensi guru). Perangkat penilaian yang digunakan adalah sebagaimana telah diatur dalam Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010 atau ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Kegiatan analisis Penilaian Kinerja Guru yaitu verifikasi hasil penilaian kinerja guru yang telah dilaksanakan oleh kepala sekolah. Analisis Penilaian Kinerja Guru dilakukan untuk memperoleh data kinerja guru yang akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan pembinaan berikutnya dalam kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan. Aspek materi yang dianalisis dalam penilaian kinerja guru yaitu pada unsur pembelajaran

meliputi

kompetensi

pedagogis,

kepribadian,

sosial,

dan

profesional. Sasaran kegiatan analisis penilaian kinerja guru adalah 3 orang guru dengan rumpun mata pelajaran yang berbeda yaitu guru mata pelajaranKimia, Matematika dan BK. Indikator keberhasilan analisis penilaian kinerja guru adalah hasil penilaian kinerja guru baik. Pendekatan yang digunakan dalam analisis penilaian kinerja guru yaitu pendekatan autentik dengan metode studi dokumen, dengan teknik pengamatan. Waktu analisis hasil penilaian kinerja guru tanggal 1 s.d 2 Desember2021. Prosedur analisis hasil penilaian kinerja guru yaitu menyusun intrumen analisis, melaksanakan analisis, menyusun laporan hasil analisis dan mengevaluasi hasil analisis. 3. Pembimbingan dan Pelatihan (Bimlat) Profesional Guru dan /atau Kepala Sekolah Pembimbingan dan pelatihan yang dilakukan berupa kegiatan IHT Peningkatan Kemampuan Guru dalam Pemanfaatan Media Pembelajaran.

9


Tujuan Pembimbingan dan pelatihan dilaksanakan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam memanfaatkan media pembelajaran Materi pembimbingan dan pelatihan profesional guru adalah, prinsip integrasi dalam pembelajaran, bentuk pemanfaatan, pembuatan daftar hadir siswa mengunakan aplikasi Quiz bot Telegram. Sasaran pembimbingan dan pelatihan profesional guru yaitu seluruh guru SMA Negeri 9 yang berjumlah 52 orang. Indikator keberhasilan 90% guru mampu memanfaatkan media pembelajaran. Pendekatan yang digunakan yaitu keterampilan proses dan andragogi dengan metode diskusi dan praktek, IHT dan teknik yang digunakan yaitu individu. Waktu pembimbingan dan pelatihan dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 26 November 2021. Prosedur

pembimbingan

dan

pelatihan

yaitu

menyusun

program

IHT,

melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru melalui IHT yang dilaksanakan 2 siklus selama 2 hari, menyusun laporan hasil IHT dan mengevaluasi hasil IHT. 4. Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) PTS adalah penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti (umumnya juga praktisi) di sekolah untuk membuat peneliti lebih profesional terhadap pekerjaannya, memperbaiki praktik-praktik kerja, dan melakukan inovasi sekolah serta mengembangkan ilmu pengetahuan terapan (professional knowledge). Berdasarkan definisi tersebut, maka ciri utama PTS adalah melakukan tindakan nyata untuk memperbaiki situasi atau melakukan inovasi sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran sehingga mampu menghasilkan siswa yang berpikir kritis, kreatif, inovatif, cakap dalam menyelesaikan masalah, dan bernaluri kewirausahaan. Pada kegiatan penyusunan proposal penelitian tindakan sekolah ini calon pengawas sekolah mengambil judul : Upaya Peningkatan Kompetensi Guru dalam Menyusun Penelitian Tindakan Kelas melalui Workshop. 10


Penelitian ini akan diadakan di SMA Negeri 9 Tangerang Semester Genap Tahun pelajaran 2021/2022. Prosedur dalam penyusunan proposal adalah menyiapkan buku-buku referensi, instrument observasi guru, instrumen observasi peneliti, format evaluasi siklus 1 dan II, format validasi instrument, menyusun proposal penelitian tindakan sekolah. Waktu penyusunan tanggal 12 Desember s.d 14 Desember 2021. Indikator keberhasilan dalam penyusunan proposal penelitian tindakan sekolah adalah tersusunnya proposal penelitian tindakan sekolah sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah. 5. Peningkatan kompetensi calon pengawas sekolah berdasarkan hasil Analisis Kebutuhan Pengembangan Keprofesian (AKPK) AKPK adalah instrumen berbentuk angket yang digunakan untuk memetakan keprofesian calon pengawas sekolah. AKPK bersifat individual dan merupakan alat refleksi bagi calon pengawas sekolah untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pengalaman yang sudah dimilikinya berkenaan dengan kompetensi calon pengawas sekolah. Tujuan dilakukannya AKPK bagi calon pengawas sekolah adalah untuk mengidentifikasi bagian-bagian kompetensi yang telah dikuasai oleh calon pengawas sekolah yang ditunjukkan melalui pengetahuan dan pengalamannya dan untuk mengidentifikasi bagian-bagian kompetensi yang belum dikuasai oleh calon pengawas sekolah yang memerlukan pendalaman pengetahuan dan pengalaman serta untuk merumusan program diklat bagi calon kepala sekolah/madrasah. Bersadarkan hasil perolehan nilai AKPK yang dianggap kurang hasil penilaian yang diselenggarakan oleh pihak LPPKS Indonesia untuk calon pengawas sekolah maka upaya untuk meningkatkan kompetensi yang harus dimiliki oleh pengawas yang meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi supervisi manajerial, kompetensi supervisi akademik, kompetensi evaluasi pendidikan, kompetensi 11


penelitian pengembangan dan kompetensi social, maka calon pengawas sekolah dianjurkan untuk mempelajari kekurangan tersebut di sekolah magang 2. Sekolah magang 2 tempat calon pengawas sekolah melaksanakan peningkatan kompetensi berdasarkan AKPK adalah di SMA Negeri 10 Tangerang. Prosedur yang laksanakan antara lain sebagai berikut : a) Berkoordinasi dengan kepala sekolah magang 2, b) membuat jadwal kunjungan ke sekolah magang 2, c) menyiapkan notula untuk mencatat kondisi sekolah magang 2 secara faktual, d) pelaksanaan kegiatan peningkatan kompetensi berdasar

AKPK

dengan mencatat hal-hal penting yang dianggap dapat

meningkatkan 6 kompetensi calon pengawas melalui wawancara dan studi dokumen dengan kepala sekolah magang 2. Waktu kegiatan peningkatan kompetensi ini mulai dilaksanakan tanggal 30 November s.d 6 Desember 2021 di SMA Negeri 10 Tangerang. Indikator

keberhasilan

peningkatan

kompetensi

calon

pengawas

adalah

meningkatnya penguasaan 6 kompetensi pengawas yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi supervisi manajerial, kompetensi supervisi akademik, kompetensi evaluasi pendidikan, kompetensi penelitian pengembangan dan kompetensi social.

F. Visi, Misi dan Tujuan Pengawasan 1. Visi “Terwujudnya pengawasan sekolah yang profesional guna meningkatkan mutu pendidikan dan memastikan terlaksanaan delapan Standar Nasional Pendidikan di sekolah binaan.” 2. Misi a. Meningkatkan peran pengawasan yang berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan b. Mengembangkan program

pengawasan

meliputi

pemantauan, penilaian serta pembimbingan dan pelatihan. 12

pembinaan,


c. Meningkatkan

kepengawasan

dalam pemenuhan 8 Standar Nasional

Pendidikan melalui Sistem Penjaminan Mutu Internal d. Mengembangkan kompetensi p e d a g o g i k , k e p r i b a d i a n , s o c i a l , d a n p r o f e s i o n a l guru sesuai tuntutan kecakapan abad 21. e. Mengembangkan

keprofesian

berkelanjutan

pengawas

sesuai

tuntutan

kecakapan abad 21. f. Membantu meningkatkan Gerakan Literasi Sekolah.

3.

Tujuan

a. Membantu sekolah meningkatkan kinerjanya dalam mewujudkan pemenuhan 8 Standar Nasional Pendidikan terutama dalam peningkatan pembelajaran. b. Melakukan penilaian kinerja guru yang diberi tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah dan kinerja kepala sekolah, serta memverifikasi hasil penilaian kinerja guru yang telah dilaksanakan kepala sekolah. c. Melakukan pembimbingan dan pelatihan kepada guru dan/atau kepala sekolah dalam bidang akademik dan manajerial. d. Membantu peningkatan kompetensi guru menuju kecakapan abad 21 untuk mencapai student weelbeing. G. Sasaran Pengawasan Sasaran pengawasan meliputi sasaran personal dan sasaran mutu. Sasaran personal diarahkan kepada guru, kepala sekolah, dan segenap stakeholders sekolah lainnya. Sasaran mutu diarahkan pada input, proses, dan output pendidikan sejalan dengan dinamika yang terjadi di sekolah. Sasaran pengawasan dapat dikelompokkan berdasarkan dimensi berikut : a. Dimensi kuantitatif, yaitu untuk mengetahui sampai seberapa jauh maksud

program atau kegiatan dalam ukuran kuantitatif telah tercapai. b. Dimensi kualitatif, yaitu sampai seberapa jauh mutu dan kualitas pelaksanaan

pekerjaan sesuai dengan ukuran dan rencana. 13


c. Dimensi fungsional, yaitu ukuran untuk mengetahui seberapa jauh kegiatan

pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan tujuan atau fungsi yang telah direncanakan semula. d. Dimensi efisiensi, yaitu seberapa jauh kegiatan pelaksanaan pekerjaan dapat

dikerjakan secara hemat dan cermat. Sasaran pengawasan dalam kegiatan diklat calon pengawas adalah sebagai berikut: a. 3 orang guru SMA Negeri 9 Tangerang dalam kegiatan pembinaan guru

melalui supervisi akademik. b. Kepala SMA Negeri 10 Tangerang dalam kegiatan Penilaian Kinerja Kepala

Sekolah (PKKS). c. 3 orang guru SMA Negeri 10 Tangerang dengan mata pelajaran yang berbeda

yaitu mata pelajaran Kimia, Matematika dan BK dalam kegiatan analisis hasil peniliaan kinerja guru. d. 52 guru SMA Negeri 9 Tangerang dalam kegiatan pembimbingan dan

pelatihanprofesioanal guru melalui IHT Peningkatan Kemampuan Guru dalam PemanfaatanTelegram sebagai media pembelajaran. e. Kepala SMA Negeri 9 Tangerang dalam kegiatan peningkatan kompetensi

calon pengawas sekolah.

14


BAB II DESKRIPSI KONDISI SEKOLAH

A.

Kondisi SMA Negeri 9 Tangerang Tempat Calon Pengawas Sekolah Bertugas 1. Sejarah SMA Negeri 9 Kota Tangerang Pada tahun 2003 Pemerintah Kota Tangerang melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tangerang menambah SMA Negeri yang ada di Kota Tangerang untuk memenuhi animo masyarakat Kota Tangerang khususnya di wilayah Ciledug yang semakin lama semakin berkembang, maka tepatnya pada tanggal 28 Juni 2003 disepakati untuk didirikan 3 SMA Negeri secara bersamaan yaitu SMAN 8 Tangerang, SMAN 9 Tangerang dan SMAN 10 Tangerang, mulai Tahun Pelajaran 2003/2004. Pada tanggal 17 Juli 2003 dmulailah proses kegiatan belajar mengajar (KBM) SMA Negeri 9 Tangerang dengan Kepala Sekolah dijabat sementara oleh Kepala SMA Negeri 3 Tangerang yaitu Drs. M. Hidayat Arifin yang sekarang menjadi Kepala SMA Negeri 7 Tangerang dengan dibantu tenaga pengajar yang diminta dari SMA Negeri 3 Tangerang, hal ini dikarenakan pada saat itu SMA Negeri 9 Tangerang masih bergabung dan menempati gedung SMA Negeri 3 Tangerang. Dan pada bulan Mei 2004 s.d Juni 2008 Kepala Sekolah Definitif SMA Negeri 9 Tangerang Drs. Lili Kusmaya (sekarang Kepala SMA Negeri 10 tangerang) mulai memimpin SMA Negeri 9 Tangerang hingga dilanjutkan oleh Drs. Kadari sampai sekarang. Sejalan dengan berlangsungnya KBM Pemerintah Kota Tangerang memberikan tempat/gedung sekolah sendiri yang berlokasi di daerah Kunciran tepatnya di Jalan H. Jali No. 9 Kelurahan Kunciran Jaya Kecamatan Pinang. Pada tanggal 16 Mei 2004 proses KBM dan seluruh siswa Siswa SMA Negeri 9 Tangerang resmi pindah dari SMA Negeri 3 Tangerang untuk menempati lokasi baru diwilayah Kunciran. Pada saat itu tenaga pengajar tetap hanya berjumlah 6 15


orang yang berasal dari SMA Negeri 3 Tangerang yang dipindah tugaskan ke SMA Negeri 9 Tangerang serta tenaga Honorer. Setelah beberapa bulan kemudian akhirnya SMA Negeri 9 Tangerang sudah memiliki tenaga pengajar dan Staf TU yang cukup memadai. Sejak berdirinya (Tahun 2003) sampai sekarang (2021) SMAN 9 Tangerang telah dipimpin oleh Kepala Sekolah sebagai berikut: Tabel 2.1 Daftar Nama Kepala Sekolah dan Periode Jabatannya NO 1 2 3 4 5 6

NAMA Drs. M. Hidayat Arifin Drs. Lilik Kusmaya Drs. Kadari Dra. Chuzaimah Dra. Lilik Istifa, M.Si. Drs. Samsuri

TAHUN JABATAN 2003/2004 2004-2008 2008-2011 2011-2016 2016-2020 2020-Sekarang

Sejak awal berdiri hingga saat ini SMAN 9 Tangerang terus berbenah diri agar mampu memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. Demikianlah sejarah singkat pengalaman SMA Negeri 9 Tangerang sejak awal keberadaannya sampai saat ini.

2. Letak Geografis SMA Negeri 9 Tangerang berlokasi di Jl. H. Jali No.9, RT.001/RW.002, kelurahan Kunciran Jaya, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang, provinsi Banten dengan kode pos15144.

3.Visi, Misi dan Tujuan Sekolah Visi SMA Negeri 9 Tangerang Perkembangan dan tantangan masa depan seperti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, globalisasi yang sangat cepat, era informasi dan berubahnya kesadaran masyarakat dan orang tua terhadap pendidikan memicu 16


sekolah untuk merespon tantangan sekaligus peluang itu. SMA Negeri 9 Tangerang

memiliki citra moral yang menggambarkan profil sekolah yang

diinginkan di masa kini maupun di masa datang yang diwujudkan dalam Visi Sekolah sebagai berikut: “Tumbuh Menjadi Sekolah yang Progresif, Inovatif, Berbudi Pekerti Luhur, Berbudaya dan berwawasan lingkungan.”

Misi SMA Negeri 9 Tangerang a. Meningkatkan prestasi akademis melalui model pembelajaran efektif. b. Meningkatkan profesionalisme pendidik dan tata laksana. c. Membangun komunikasi positif diantara warga sekolah sehingga tercipta kondisi yang harmonis. d. Menciptakan suasana belajar yang kondusif e. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. f. Membangkitkan rasa kebangsaan g. Menghargai kebudayaan bangsa Indonesia melalui apresiasi seni. h. Menciptakan lingkungan yang hijau,bersih dan sehat.

Tujuan Sekolah Membentuk generasi beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, cakap, cerdas dan percaya diri sendiri, berdisiplin dan bertanggung jawab serta cinta tanah air sehingga mampu mengembangkan IPTEK dan beramal menuju masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah. Tujuan Tahap I (2017 – 2019) a. Meningkatkan pengamalan Pelayanan pada seluruh warga sekolah. b. Meningkatkan dan mengamalkan budaya organisasi SMAN 9 Tangerang. c. Membangun karakter secara terpadu antara pendidik dan peserta didik d. Meningkatkan pengamalan shalat berjamaah (zhuhur) di mesjid Sekolah. e. Meningkatkan nilai rata-rata UN secara berkelanjutan. 17


f. Mewujudkan tim olahraga dan kesenian yang mampu bersaing di tingkat provinsi dan nasional. g. Meningkatkan jumlah lulusan yang diterima di perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. h. Meningkatkan dan memelihara kepedulian warga sekolah terhadap kesehatan, kebersihan, dan keindahan lingkungan sekolah. i. Melaksanakan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang mendorong partisipatif, transparansi dan akuntabilitas. j. Mengembangkan pentas seni dengan unsur tari daerah sebagai wujud cinta akan budaya lokal ( daerah ). Tujuan Tahap II (2019 – 2021) a. Mewujudkan tim olimpiade matematika, sains dan KIR yang mampu bersaing di tingkat nasional. b. Mewujudkan tim Debat Bahasa Inggris yang mampu bersaing di tingkat nasional. c. Meningkatkan jumlah sarana dan prasarana serta pemanfaatannya yang mendukung peningkatan prestasi akademik dan non akademik. d. Meningkatkan jumlah peserta didik yang menguasai bahasa Inggris. e. Mewujudkan sekolah sebagai lembaga pendidikan yang diperhitungkan oleh masyarakat Tingkat Kota Tangerang

pada khususnya dan provinsi pada

umumnya. f. Mewujudkan sekolah sebagai sekolah rujukan di tingkat kabupaten/kota dan provinsi

Strategi Sekolah : Penataan Sekolah a. Penyempurnaan penataan Penampilan Sekolah. b. Penyempurnaan Sistem Kerja untuk meningkatkan kualitas pelayanan. 18


c. Pemanfaatan sarana dan Prasarana Sekolah secara maksimal. d. Optimalisasi sumber Daya Manusia yang ada. e. Pelaksanaan Visi, Misi dan Strategi Sekolah secara maksimal. f. Melaksanakan Program Sekolah Adiwiyata g. Melaksanakan Program Sekolah model

Peningkatan Mutu Kegiatan Mengajar a. Memberdayakan MGMP sebagai salah satu sumber belajar pendidik. b. Tertib dalam perencanaan, efektif dalam pelaksanaan, serta tepat dalam Pemberdayaan kegiatan evaluasi. c. Menyempurnakan penampilan sekolah melalui kegiatan wawasan wiyata mandala.

Peningkatan Kualitas Profesi tenaga Kependidikan. 1. Pemberdayaan Diklat/Penataran/MGMP. 2. Penerapan hasil Diklat/penataran dalam KBM secara tepat guna dan berhasil guna. 3. Peningkatan kemampuan pendidik dalam pemanfaatan media pembelajaran.

Capaian 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan (SNP) di SMA Negeri 9 Tangerang. Berdasarkan Rapor Mutu 3 tahun terkhir , capaian 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah sebagai berikut: Tabel 2.2 Capaian 8 Standar Nasional Pendidikan SMA Negeri 9 Tangerang No

Standar Nasional Pendidikan

2018

2019

2020

1 2 3

Standar Kompetensi Lulusan Standar Isi Standar Proses

6,51 5,8 6,38

6,99 6,99 6,98

6,21 5,85 6,07

19


4 5 6 7 8

Standar Penilaian Pendidikan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan Standar Pengelolaan Pendidikan Standar Pembiayaan

6,27 3,61 4,89 5,75 6,15

6,99 6,06 5,5 6,92 6,99

6,34 6,63 4,48 6,53 5,5

5. Prestasi Sekolah Prestasi SMA Negeri 9 Tangerang yang telah dicapai selama 3 tahun terakhir antara lain sebagai berikut: Tabel 2.3 DAFTAR PRESTASI SISWA SMAN 9 TANGERANG 2020 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2 1 3 1

Juara 1 Juara 2 Juara 1 Juara 1 Juara 3 Juara 2 Juara 1 Juara 2 Juara 1 Juara 3 Juara 1 Juara 2 Juara 1 Juara

lomba Poster FL2SN tingkat kota Tangerang Lomba Seni Kriya FL2SN tingkat kota Tangerang lomba Solo Vocal tingkat kota Tangerang (Pramuka) lomba Futsal di SMAN 7 Tangerang Selatan lomba Futsal di SMAN 1 Tangerang Lomba Futsal di Nescup 4.0 SMAN 9 Tangerang bulutangkis di SMA Santa Laurensia Alam Sutera bulutangkis di SMAN 2 Tangerang Bulutangkis di Nescup 4.0 SMAN 9 Tangerang Solo Vocal di SMKN 5 Tangerang stand up comedy tingkat keluruhan Kunciran Jaya stand up comedy tingkat keluruhan Kunciran Jaya baca ikrar Sumpah Pemuda tingkat keluruhan Kunciran Jaya baca puisi tingkat keluruhan Kunciran Jaya 20


4 1 5 1 6 1 7 1 8

3 Juara 1 Juara 3 Juara 1 Juara 1

fun game Hockey di Universitas Pancasila lomba Karya Ilmiah Koperasi tingkat kota Tangerang lomba Bulutangkis Tennation SMAN 10 Tangerang lomba Vidio hari Pahlawan (Paskibra) 2021

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6

Juara 3 Juara 1 Juara 2 Juara 2 Juara 2 Juara 3 Juara 1 Juara 2 Juara 3 Juara 3 Juara 1 Juara 2 Juara 2 Juara 3 Juara 3 Juara 1

E-Sport di SMAN 8 Kota Tangerang lomba E-Sport Futsal di SMK Bangun Nusantara Futsal di Universitas Mercu Buana Bola Basket di Mentari School International Futsal di SMA IT Al-Azhar Bulutangkis Putri KOSN tingkat Kota Tangerang tahun 2020 Bulutangkis Putra KOSN tingkat Kota Tangerang tahun 2020 Tanding silat KOSN Kota Tangerang tahun 2020 Karate KOSN Kota Tangerang tahun 2020 Tanding silat Putra tingkat kota Tangerang Tanding silat Putri tingkat kota Tangerang Desain Poster tingkat Nasional lomba Puisi Kemerdekaan lomba Musikalisasi Puisi lomba pidato Bahasa Indonesia

21


B. Kondisi SMA Negeri 10 Kota Tangerang Tempat Calon Pengawas Magang 1. Sejarah SMA Negeri 10 Kota Tangerang Seiring dengan otonomi daerah yang digulirkan pemerintah pusat maka kota

Tangerang berbenah terutama dalam bidang pendidikan dengan

melengkapi sarana pendidikan diantaranya mendirikan sekolah-sekolah baru di tingkat sekolah menengah atas. Untuk itu pada awal tahun 2003 berdirilah sejumlah SMA baru diantaranya SMAN 8, SMAN 9, SMAN 10, di Kota Tangerang. SMAN 10 Tangerang berdiri pada tanggal 1 Juli 2003 melalui SK Kepala Dinas pendidikan dan kebudayaan Kota Tangerang nomor : 420/Kep. 74.A – P & K / 2003. Dengan NSS : 301287102062 serta memiliki luas tanah 5,600 m2 yang terdiri dari luas bangunan 1,584 m2, luas pekarangan 2,016 m2 dan luas kebun 2,000 m2. Pada awal berdirinya SMA Negeri 10 Tangerang menempati gedung SMKN 2 Kota Tangerang tepatnya di Jalan Veteran 2 Kota Tangerang selama kurang lebih 3 semester, kemudian pemerintah Kota Tangerang mendirikan bangunan untuk SMA Negeri 10 Tangerang pada tahun 2004 tepatnya di Jalan KH. Hasyim Ashari Kp. Sasak Cipondoh Tangerang, dan perpindahan pun segera dilaksanakan. Usia SMA Negeri 10 Tangerang telah memasuki usia yang ke-3. Pada awal berdirinya SMAN 10 Tangerang tahun 2003, menempati gedung SMKN 2 Kota Tangerang tepatnya di Jalan Veteran 2 Kota Tangerang sekolah menerima rombongan belajar (rombel)

sebanyak 5 kelas, dengan

jumlah guru sebanyak 20 orang dan sekolah belum terakreditasi karena belum meluluskan siswa. Pada tahun kedua semester pertama masih menempati gedung SMKN 2, sekolah memiliki rombongan belajar sebanyak 10 kelas, dengan

jumlah

guru sebanyak 38. Tahun kedua semester 4, sekolah

menempati gedung baru di Jalan KH. Hasyim Ashari Kp. Sasak Cipondoh Tangerang. Seiring berjalannya waktu sampai tahun 2015, sekolah memiliki 22


rombel sebanyak 24 kelas, dengan jumlah guru sebanyak 54, dengan status sekolah terakreditasi A. jumlah guru sebanyak 54 orang, dengan status sekolah terakreditasi A. Sejak berdirinya sekolah pada tahun 2003 atau 18 tahun yang lalu, SMA Negeri 10 Tangerang telah mengalamim pergantian pimpinan sebanyak 4 orang kepala sekolah. Berikut adalah daftar nama kepala sekolah dan periode jabatannya.

Tabel 2.4 Daftar Nama Kepala Sekolah dan Periode Jabatannya NO 1 2

NAMA Drs. Jusdi Drs. H. Sudiyono

TAHUN JABATAN 2003/2004 2004 /2005 – 2005/2006

3

Drs. H. Tatang Murdio H., M.Si

2006/2007 – 2007/2008

4 5 6

Drs. Lili Kusmaya Dra. Hj. Ninin Nirawaty Hj. Herawati, M.Pd

2008/2009 – 2016/2017 2016/2017 – 2020/2022 2020/2021 – Sekarang

2. Letak Geografis SMA Negeri 10 Tangerang berlokasi di Jalan KH. Hasyim Ashari RT 001/004 Kp. Sasak Kel. Poris Plawad Indah Kec. Cipondoh Kota Tangerang, Propinsi Banten.

3. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah Visi SMA Negeri 10 Tangerang “Menghasilkan Lulusan Berprestasi, Berkarakter dan Menguasai Teknologi Informasi yang Dilandasi Akhlak Mulia” Misi SMA Negeri 10 Tangerang 23


1. Menciptakan proses pembelajaran yang efektif, produktif, inovatif dan efesien melalui penerapan kurikulum dan sistem penilaian berbasis kompetensi. 2. Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya, sehingga dapat dikembangkan secara lebih optimal. 3. Menumbuh kembangkan amalan agama sekaligus menjadi landasan moral dalam kehidupan. 4. Menghasilkan alumni yang mampu berkopetensi untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi dan dunia kerja. 5. Melaksanakan program kerjasama dan kemitraan dengan intitusi pendidikan, pemerintah, usaha, dan industri. Tujuan SMA Negeri 10 Tangerang Tujuan Jangka Panjang (Kurun waktu 10 tahun) a. Terselenggaranya proses pendidikan yang berorientasi pada target pencapaian efektifitas proses pembelajaran berdasarkan konsep ketuntasan kompetensi dasar. b. Terwujudnya sistem kepemimpinan yang kuat dalam mengakomodasi, menggerakkan dan memberdayakan semua sumber daya pendidikan yang tersedia. c. Tersedianya tenaga kependidikan secara memadai berdasarkan analisis kebutuhan, perencanaan, pengembangan, evaluasi kerja, hubungan kerja dan imbal jasa yang memadai. d. Tertanamnya budaya mutu bagi seluruh warga sekolah yang didasarkan pada skill dan profesionalitas. e. Terciptanya sistem kebersamaan melalui teamwork yang kompak, cerdas dan dinamis dalam rangka menghasilkan output pendidikan yang tinggi. f. Terciptanya kemandirian secara kelembagaan melalui peningkatan sumber daya yang memadai. 24


g. Memberdayaan partisipasi seluruh warga sekolah dan masyarakat dengan dilandasi sikap tanggung jawab dan dedikasi yang tinggi. h. Terciptanya sistem pengelolaan anggaran secara transparan. Tujuan Jangka Menengah ( 4 tahun) Tujuan jangka menengah SMA Negeri 10 Tangerang dari tahun 2018 – 2022 adalah: a. Menumbuhkan komitmen untuk mandiri. b. Menumbuhkan budaya mutu di lingkungan sekolah. c. Menumbuhkan harapan prestasi tinggi. d. Menumbuhkkan kemauan untuk berubah. e. Menjadi sekolah Rujukan di tingkat Provinsi Banten. f. Menjadi sekolah Model ditingkat Nasional. g. Menjadi sekolah Zonasi di Provinsi Banten. h. Mewujudkan sekolah berstandar Nasional. i. Mewujudkan sekolah berbudaya dan literasi yang tinggi. j. Mewujutkan kerjasama yang kompak, cerdas dan dinamis. k. Melaksanakan pengelolaan tenaga kependidikan secara efektif. l. Melaksanakan pengelolaan sumber belajar secara efektif. m. Menumbuhkan sikap responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan sekolah. n. Menciptakan lingkungan sekolah yang aman, tertib berbudaya dan berwawasan lingkungan. o. Meningkatkan partisipasi warga sekolah dan masyarakat. p. Mewujudkan proses pembelajaran yang efektif. 25


q. Menerapkan sistem evaluasi yang efektif dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan. r. Menerapkan sistem evaluasi (ulangan harian dan ujian) berbasis Informasi dan Teknologi. s. Semua guru sudah terampil menerapkan proses pembelajaran dan penilaian berbasis computer dan tekonologi.

Tujuan Jangka Pendek (satu tahun pelajaran 2021/2022) Tujuan SMA Negeri 10 Tangerang dalam satu tahun pembelajaran pada Tahun Pelajaran 2021-2022 adalah : a. Tingkat kedisplinan siswa dan guru meningkat sampai 95 % b. Tersedianya buku paket seluruh mata pelajaran peminatan di kelas X, XI dan XII c. Nilai rata-rata Ujian Sekolah sekurang-kurang mencapai 75. d. Siswa yang diterima di perguruan tinggi melalui SNMPTN/ SBMPTN mencapai 45% dari seluruh tamatan. e. Siswa yang melanjutkan ke Perguruan Tinggi mencapai 85% dari seluruh tamatan. f. Pada tahun pelajaran 2021/2022 menjadi Sekolah yang menggunakan proses pembelajaran berbasis ICT. 4. Capaian 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan (SNP) di SMA Negeri 9 Tangerang. Berdasarkan Rapor Mutu 3 tahun terkhir , capaian 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah sebagai berikut:

26


Tabel 2.5 Capaian 8 Standar Nasional Pendidikan SMA Negeri 10 Tangerang

No

Standar Nasional Pendidikan

2018

2019

2020

1

Standar Kompetensi Lulusan

6,57

5,41

6,21

2

Standar Isi

6,25

5,69

5,85

3

Standar Proses

6,57

6,15

6,07

4

Standar Penilaian Pendidikan

6,8

5,86

6,34

5

Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

4,08

2,16

6,63

6

Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan

4,68

6'37

4,48

7

Standar Pengelolaan Pendidikan

6,12

5,84

6,53

8

Standar Pembiayaan

5,78

6,3

5,50

27


BAB III PELAKSANAAN RENCANA TINDAK LANJUT PROGRAM PENGAWASAN A. Pelaksanaan Kegiatan Pembinaan Guru Melalui Supervisi Akademik 1. Deskripsi Persiapan Pembinaan Guru Kompetensi supervisi akademik adalah salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pengawas. Dalam hal ini yang harus dilakukan oleh pengawas sekolah diantaranya adalah membimbing guru dalam menyusun rencana pembelajaran (RPP), membimbing guru dalam memilih dan menggunakan media pendidikan yang sesuai, membimbing guru dalam melaksanakan strategi/ metode/teknik pembelajaran, membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pembinaan guru melalui supervisi akademik yang merupakan salah satu tugas calon pengawas sekolah dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Tahapan persiapan: 1) Calon pengawas sekolah menyusun Rencana Pengawasan Akademik (RPA). 2) Menyampaikan permohonan ijin kepada kepala sekolah untuk melaksanakan kegiatan supervisi akademik. 3) Menentukan sasaran kegiatan, yaitu dua guru dengan dua siklus supervisi akademik. 4) Mensosialisasikan jadwal pelaksanaan supervisi kepada kepala sekolah dan guru yang disupervisi. 5) Menyiapkan instrumen supervisi akademik, meliputi instrumen telaah RPP, instrumen pra observasi, instrumen observasi pelaksanaan pembelajaran, instrumen pasca observasi, dan monev pelaksanaan supervisi akademik. 6) Membuat daftar hadir pelaksanaan supervisi akademik. 7) Membuat surat keterangan melaksanakan tugas pembinaan guru melalui supervisi akademik

28


b. Pelaksanaan Supervisi Supervisi akademik dilaksanakan sebanyak dua siklus untuk masing-masing guru. Kegiatan supervisi ini dilakukan terhadap dua orang guru yang bersedia sebagai subyek pengamatan. Guru yang bersedia untuk di supervisi merupakan guru junior. Adapun langkah- langkah kegiatan pada kedua siklus itu sama, yaitu sebagai berikut: 1) Pertemuan pra observasi (pertemuan awal) 2) Observasi (pengamatan pembelajaran) 3) Pasca observasi (pertemuan umpan balik)

Siklus I Langkah 1. Pertemuan Pra Observasi (Pertemuan Awal) Pertemuan awal dilakukan sebelum pelaksanaan observasi. Pada pertemuan awal ini terjalin komunikasi yang akrab antara supervisor dengan guru, guru merasa tidak canggung. Pada pertemuan awal ini disepakati bersama tentang persiapan yang dibuat guru, rencana waktu pelaksanaan, serta instrumen yang akan digunakan. Langkah 2. Observasi (Pengamatan Pembelajaran) Saat pelaksanaan pengamatan pembelajaran, supervisor membiarkan guru melakukan

aktivitasnya

sesuai

yang

sudah

dipersiapkan.

Calon

pengawas/supervisor mengamati dan mencatat aktivitas guru dan siswa menggunakan instrumen observasi pembelajaran apa adanya tanpa interpretasi pribadi. Kegiatan pengamatan tidak menggangguaktivitas pembelajaran. Langkah 3. Pasca Observasi (Pertemuan Umpan Balik) Tahapan ini dilakukan setelah supervisor selesai melakukan observasi. Pertemuan balikan dilaksanakan langsung hari itu juga. Pada kegiatan ini supervisor/calon pengawas bertemu dengan guru untuk melakukan hal-hal berikut: 1) Menanyakan pendapat guru mengenai proses pembelajaran yang baru selesai 29


dilaksanakan. 2) Supervisor menunjukkan data hasil observasi (instrumen dan catatan), memberikan kesempatan pada guru untuk mecermatinya. 3) Berdiskusi secara terbuka membahas tentang hasil observasi terutama pada fokus yang telah disepakati, dengan menghindari kesan menyalahkan, guru diusahakan menemukan sendiri kekurangannya. 4) Memberikan dorongan moral bahwa guru mampu memperbaiki. 5) Menyepakati bersama supervisi selanjutnya.

Siklus 2 Langkah 1. Pertemuan pra observasi (pertemuan awal) Pertemuan awal dilakukan sebelum pelaksanaan observasi. Pada pertemuan awal ini supervisor kembali berkomunikasi secara akrab dengan guru. Pada pertemuan awal ini disepakati bersama tentang persiapan yang dibuat guru, rencana waktu pelaksanaan, sertainstrumen yang akan digunakan. Langkah 2. Observasi (pengamatan pembelajaran) Pada pelaksanaan pengamatan pembelajaran, supervisor mempersilakan guru melakukan aktivitasnya sesuai yang telah dipersiapkan. Supervisor mengamati dan mencatat aktivitas guru dan siswa menggunakan instrumen observasi pembelajaran apa adanya tanpa interupsi. Kegiatan pengamatan tidak mengganggu aktivitas pembelajaran. Langkah 3. Pasca Observasi (pertemuan umpan balik) Tahapan ini dilakukan setelah supervisor/calon pengawas selesai melakukan observasi. Pertemuan balikan dilaksanakan langsung hari itu juga. Pada kegiatan ini supervisor bertemu guru untuk melakukan hal-hal berikut : 1) Menanyakan pendapat guru mengenai proses pembelajaran yang baru selesai dilaksanakan. 2) Supervisor/calon pengawas menunjukkan data hasil observasi (instrumen dan catatan), memberikan kesempatan pada guru untuk mecermatinya. 30


3) Secara terbuka berdiskusi membahas tentang hasil observasi terutama pada fokus yang telah disepakati, dengan menghindari kesan menyalahkan, guru diusahakan menemukan sendiri kekurangannya. 4) Memberikan dorongan moral bahwa guru mampu memperbaiki. 5) Menyepakati bersama kegiatan tindak lanjut hasil supervisi

2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan a. Waktu Supervisi Klinis Supervisi klinis ini dilaksanakan 2 siklus selama enam hari yaitu :Siklus 1 : hari Kamis & Jumat, tanggal 18 & 19 November 2021 Siklus 2 : hari Senin s.d Selasa, tanggal 23 s.d 25 November 2021 b. Tempat Supervisi Klinis Tempat supervisi klinis di SMA Negeri 9 Tangerang yaitu di ruang di ruang kelas XII

3. Sasaran Pembinaan Sasaran pembinaan dalam supervisi akademik adalah dua orang guru, yaitu: a. Ibu Gusrina Fauzana, S.Pd. selaku guru mata pelajaran Kimia mengajar kelas VII b. Ibu. Yusnita Sari, S.Pd. selaku guru mata pelajaran matematika mengajar kelas XII c. Ibu Nurhinggil Fitri, sebagai guru Bimbingan dan Konseling kelas X

4. Pendekatan dan Metode a.

Pendekatan Pendekatan yang digunakan dalam kegiatan Supervisi Klinis ini

menggunakan pendekatan tidak langsung (Nondirektif). Pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya

tidak

langsung.

Dimana 31

supervisor

tidak

secara

langsung


menunjukkan permasalahan, tapi terlebih dulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan guru, serta memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada guru untuk mengemukakan permasalahan yang mereka alami. Supervisor mendengarkan, memberi penguatan, menjelaskan, menyajikan, dan turut memecahkan masalah. b.

Metode Metode yang digunakan dalam kegiatan supervisi klinis ini menggunakan

metode supervisi individual dengan teknik observasi kelas. Metode supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi yang diberikan kepada guru tertentu yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perorangan. Supervisor hanya berhadapan dengan seorang guru yang memiliki persoalan tertentu. Sedangkan teknis observasi kelas merupakan teknik yang secara sederhana bisa diartikan melihat dan memperhatikan secara teliti terhadap gejala yang nampak selama proses pembelajaran berlangsung. Secara umum, aspek-aspek yang diamati selama proses pembelajaran yang sedang berlangsung adalah: 1)

Usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses pembelajaran

2)

Cara penggunaan media pembelajaran

3)

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran

4)

Media pembelajaran yang dipakai

5. Capaian Target Keberhasilan Target dari kegiatan supervisi klinis ini adalah 3 guru dari SMA Negeri 9 Tangerang dalam pengelolaan pembelajaran khususnya dalam meningkatkan keaktifan siswa (interaksi antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa) meningkat baik, serta penggunaan media pembelajaran terlaksana dengan baik dengan capaian nilai 90%.

6. Hasil Pelaksanaan Pembinaan Guru Supervisi klinis individu dengan pendekatan non direktif berjalan dengan baik, semua guru melakukan dengan senang hati, antusias, tahapan dan jadwal 32


pelaksanaan supervisi ditaati dan guru juga telah mempersiapkan pembelajaran dengan baik. Kenyataan di lapangan bahwa guru belum mempersiapkan dan menggunakan media dalam kegiatan pembelajaran sedikit-demi sedikit mulai berubah, mereka mulai antusias untuk merancang, memanfaatkan

dan

menggunakan media pembelajaran. Berdasarkan langkah-langkah dalam kegiatan supervisi akademik dapat diketahui bahwa hasil pra observasi terhadap dua guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran pada siklus 1 dan 2 sebagai berikut: Tabel 3.A. 1. Rekapitulasi Hasil Pra Observasi Telaah RPP Siklus 1 dan 2

No.

Kegiatan

Yusnita, S.Pd. Gusrina,S.Pd Siklus 1 Siklus 2 Siklus 1 Siklus 2

A.

Tujuan pembelajaran 1. Sesuai dengan KD 2. Sesuai IPK B. Materi Pembelajaran 3. Disusun sesuai rumusan IPK 4. Memuat materi faktual, konseptual, prosedural, dan/atau metakognitif 5. Sesuai alokasi waktu 6. Sesuai dengan karakteristik peserta didik C. Metode Pembelajaran 7. Bervariasi, sesuai IPK 8. Menerapkan pembelajaran aktif, PPK, literasi, HOTS. 9. Tahapannya jelas D. Alokasi Waktu 10. Sesuai yang ada di silabus untuk mencapai KD dan beban belajar E. Langkah-langkah Pembelajaran 11. Kegiatan pendahuluan 12. Kegiatan inti (pembelajaran aktif, berbagai model, pendekatan dan mengintegrasikan PPK,literasi, HOTS) 13.

4 4

4 4

4 4

4

4

4

4

3

4

3

4

4

4

4

4

3

4

3

4

3

4

3

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

3

3

3

3

3

3

4

4

3

Dilakukan secara interaktif

14. Kegiatan penutup: simpulan, tugas,refleksi, pertemuan berikutnya F.

4 4

Sumber Belajar

33


15. Sesuai KI, kD, Materi, kegiatan pembelajaran, dan IPK G. Penilaian 16. Sesuai dengan IPK 17. Memuat prosedur, jenis, alat penilaian, kunci jawaban, rubrik Skor Perolehan Nilai capaian

4

4

4

4

4

4

4

4

3

4

3

4

61 89,70%

66 97,05%

63 92,64%

67 98,52%

Dari data di atas dapat dibuat tabel nilai capaian dari hasil telaah RPP sebagai berikut: Tabel 3.A.2. Nilai Pra Observasi Telaah RPP Siklus 1 dan Siklus 2

No.

Nama

1.Yusnita, S.Pd. 2.Gusrina,S.Pd. Rata-rata nilai capaian

Siklus 1/ Siklus 2/kategori Kategori 89,70% 97,05% (Baik Sekali) (Baik Sekali) 92,64% 98,52% (Baik Sekali) (Baik Sekali) 91,17% 97,78%

Peningkatan 7,35% 5,88% 6,61%

Dari tabel nilai pra observasi telaah RPP diperoleh hasil pada siklus 1 dan 2 guru memperoleh nilai sangat baik. Beberapa indikator dalam komponen RPP yang belum mencapai nilai maksimal 4 menjadi refleksi dan tindak lanjut dalam menyusun RPP untuk pelaksanaan siklus 2. Pada siklus 2 capaian nilai meningkat rata-rata 6,61% sehingga dua guru sebagai sasaran supervisi sudah mencapai nilai 97,05% dan 98,52% dengan rata-rata nilai capaian 97,78% masuk dalam kategori baik sekali.

34


Grafik 3.A.1. Nilai Pra Observasi Telaah RPP Siklus 1 dan Siklus 2

GRAFIK NILAI TELAAH RPP SIKLUS 1 DAN 2 97.05% 100

92.64% 98.52%

89.7%

80

Siklus 1

60

Siklus 2

40 20

7.35%

Peningkatan

5.88%

0 Gusrina,S.Pd

Yusnita,S.Pd

Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa nilai pra observasi sudah mencapai target, yaitu nilai capaian lebih dari 90% artinya kemampuan guru dalam penyusunan RPP sudah sangat baik. Sedangkan hasil observasi pelaksanaan pembelajaran diperoleh data sebagai berikut: Tabel 3.A. 3. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 dan Siklus 2 No.

Kegiatan

Kegiatan pendahuluan 1. Memberi salam/doa, kehadiran 2. Apersepsi 3. Memotivasi peserta didik 4. Menyampaiakan tujuan pembelajaran B. Kegiatan Inti 5. Menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur 6. Menggunakan metode pembelajaran bervariasi 7. Menggunakan media/alat bantu 8. Kegiatan dengan urutan logis 9. Menggunakan waktu secara efektif dan efisien 10. Menguasai materi pembelajaran 11. Mengorganisasikan peserta didik secara efektif

Yusnita, S.Pd. Siklus 1 Siklus 2

Gusrina, S.Pd. Siklus 1 Siklus 2

A.

4

4

4

4

3 2

4 4

4 4

4 4

2

4

4

4

4

4

3

3

3

3

3

3

2

3

3

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

3

4

3

4

35


12. Memberi kesempatan peserta didik terlibat secara aktif 13. Memfasilitasi interaksi antara guru- siswa, siswaguru 14. Bersikap terbuka terhadap pendapat peserta didik 15. Mengembangkan pribadi sehat 16. Berbahasa baik, benar, efektif 17. Melaksanakan penilaian proses C. Kegiatan Penutup 18. Menyimpulkan pelajaran 19. Melaksanakan penilaian,umpan balik, refleksi, rencana pertemuan berikutnya 20. Memberikan tindak lanjut: penugasan, KMTT, remedial, pengayaan Skor Perolehan Nilai Capaian

4

4

4

4

3

3

3

3

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

3

4

3

4

1

4

3

4

2

4

2

4

1

2

1

3

61 76,25%

75 93,75%

68 85%

76 95 %

Dari data di atas dapat dibuat tabel nilai capaian dari hasil observasi pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut: Tabel 3.A.4. Nilai Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1dan Siklus 2 No.

Nama

1.Yusnita, S. Pd. 2.Gusrina, S. Pd. Rata-rata nilai capaian

Siklus 1/ Kategori 76,25% (Baik) 85 % (Baik) 80,62%

Siklus 2/kategori

Peningkatan

93,75% (Baik Sekali) 95% (Baik Sekali) 94,37%

17,5% 10% 13,75%

Dari tabel di atas, nilai hasil observasi pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1 adalah 76,25% dan 85% termasuk kategori baik. Beberapa indikator yang masih di bawah skor 4 dijadikan catatan untuk refleksi dan tindak lanjut memperbaiki pelaksanaan pembelajaran siklus 2. Pada siklus 2 dari dua guru mengalami peningkatan yang cukup besar, dengan 36


nilai 93,75% dan 95%, termasuk kategori baik sekali. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan supervisi akademik sudah mencapai target yang ditetapkan, yaitu 90%. Untuk lebih jelas melihat peningkatan pelaksanaan pembelajaran siklus 1 ke siklus 2 dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Grafik 3.A.2. Nilai Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 dan Siklus 2 GRAFIK NILAI OBSERVASI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS 1 DAN 2 100 95%

93.75% 80 60

85% Siklus 1

76.25%

Siklus 2

40 20

17.5%

10%

Peningkatan

0 Yusnita,S.Pd

Gusrina,S.Pd

7. Tindak Lanjut Sebagai tindak lanjut dari kegiatan supervisi akademik terhadap guru di SMA Negeri 9 Tangerang, yang bernama Ibu Yusnita, S.Pd., maka guru tersebut akan diikut sertakan dalam kegiatan Bimbingan dan Pelatihan/In House Training tentang pemanfaatan media pembelajaran, sedangkan untuk ibu Gusrina Fauzana,S.Pd. dijadikan tutor sebaya bagi guru yang lain dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Pelaksanaan supervisi akademik dengan tahapan pra observasi, observasi, dan pasca observasi siklus 1 terdapat beberapa catatan indikator komponen RPP dan kegiatan pembelajaran belum maksimal diperbaiki di siklus 2. Hasil RPP dan pelaksanaan pembelajaran siklus 2 yang sudah baik sekali menjadi acuan untuk pemantauan dan pembinaan selanjutnya terhadap guru-guru yang lain.

8. Simpulan Hasil supervisi akademik siklus 1 pra observasi berupa telaah RPP dan 37


observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran sudah termasuk kategori baik sekali untuk telaah RPP dan baik untuk pelaksanaan pembelajaran. Kelemahan yang ditemukan pada siklus 1 ditindaklanjuti pada siklus 2. Hasil siklus 2 pada kegiatan pra observasi maupun observasi dari dua guru sudah mencapai target lebih dari 90%, yaitu pra observasi nilai 97,05% dan 98,52%. Sedangkan pelaksanaan pembelajaran dengan nilai 93,75% dan 95%, Calon pengawas sekolah/observer mengambil kesimpulan berdasarkan hasil pelaksanaan observasi yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan bahwa supervisi akademik dapat meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran.

9. Rekomendasi a. Untuk meningkatkan mutu/kualitas proses dan hasil pembelajaran, supervisi akademik perlu dilaksanakan secara berkesinambungan. b. Perencanaan yang matang diperlukan dalam pelaksanaaan supevisi akademik agardapat mencapai tujuan yang diharapkan.

B. Pelaksanaan Penilaian Kinerja 1. Persiapan Penilaian Kinerja Kepala Sekolah (PKKS) Penilaian kinerja kepala sekolah yang dilaksanakan oleh pengawas sekolah bertujuan untuk memperoleh data tentang pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawab kepala sekolah dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajerial dan supervisi/pengawasan pada sekolah yang dipimpinnya, memperoleh data hasil pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya sebagai

pemimpin sekolah,

menentukan kualitas kerja kepala sekolah sebagai dasar dalam promosi dan penghargaan yang diberikan kepadanya, menentukan program peningkatan kemampuan profesional kepala sekolah dalam konteks peningkatan mutu pendidikan pada sekolah yang dipimpinnya, menentukan program umpan balik bagi peningkatan dan pengembangan diri dan karyanya dalam konteks pengembangan karir dan profesinya. Penilaian kinerja terhadap kepala sekolah meliputi kegiatan perencanaan, 38


pelaksanaan, dan pelaporan/hasil. a. Perencanaan yang dilakukan meliputi: 1) Calon pengawas sekolah menyusun Rencana Pengawasan Manajerial (RPM). 2) Menyampaikan

permohonan

ijin

kepada

kepala

sekolah

untuk

melaksanakan kegiatan PKKS 3) Menentukan sasaran kegiatan, yaitu PKKS dengan kepala sekolah,para wakil kepala sekolah, dan bendahara BOS. 4) Mensosialisasikan jadwal pelaksanaan PKKS kepada sasaran PKKS. 5) Menyiapkan instrumen, meliputi instrumen PKKS dan instrumen monev pelaksanaan PKKS 6) Membuat daftar hadir pelaksanaan PKKS 7) Membuat surat keterangan melaksanakan tugas PKKS b. Pelaksanaan, meliputi: 1) Melakukan wawancara dengan kepala sekolah berkaitan dengan instrument PKKS yang sudah dipersiapkan. 2) Melakukan studi dokumen terhadap semua hasil kinerja kepala sekolah meliputi semua kompetensi kepala sekolah. 3) Melakukan wawancara (angket) dengan para wakil kepala sekolah, guru, ortu siswa, siswa dan bendahara BOS. 4) Menganalisis data hasil wawancara dan studi dokumen dengan memasukkan ke dalam instrumen penilaian kinerja kepala sekolah (PKKS) 5) Menyampaikan hasil PKKS kepada kepala sekolah untuk menentukan rencana tindak lanjut. Sedangkan pelaksanaan kegiatan RTLPP dalam analisis PKG dilakukan dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan sebagai berikut: a. Perencanaan: 1) Calon pengawas sekolah menyusun Rencana Pengawasan Manajerial (RPM). 2) Menyampaikan permohonan ijin kepada kepala sekolah untuk melaksanakan kegiatan Analisis PKG hasil penilaian kepala sekolah. 3) Menentukan sasaran kegiatan, hasil PKG terhadap tiga orang guru dan meminta 39


kepada kepala sekolah menyiapkan PKG tiga guru tersebut. 4) Menyiapkan instrumen, meliputi instrumen analisis PKG dan monev pelaksanaan analisis PKG 5) Membuat daftar hadir pelaksanaan PKG terhadap 3 orang guru. 6) Membuat surat keterangan melaksanakan tugas menganalisis PKG. b. Pelaksanaan: 1) Calon pengawas sekolah menelaah dan menganalisis PKG hasil penilaian dari kepala sekolah. 2) Mengidentifikasi masing-masing indikator dari setiap kompetensi yang masih belum mencapai target (nilai 4) 3) Membuat tabulasi hasil telaah dan menentukan rencana tindak lanjut melalui PKB dari masing-masing guru 4) Membuat kesimpulan hasil analisis PKG terhadap tiga guru. 5) Membuat rencana tindak lanjut dan rekomendasi bagi guru maupun sekolah. 2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan a. Waktu: Kegiatan PKKS dilaksanakan pada hari Kamis dan Jumat, tanggal 29 dan 30 November 2021. Sedangkan kegiatan analisis PKG dilaksanakan pada hari Rabu, 1 Desember 2021 dan Kamis 2 Desember 2021. b. Tempat Pelaksanaan: Pelaksanaan PKKS dan PKG dilaksanakan di SMA Negeri 10 Tangerang.

3. Sasaran Penilaian Kinerja a. Sasaran PKKS adalah Kepala SMA Negeri 10 Tangerang, dengan didukung sumber data dari para wakil kepala sekolah, Koordinator 8 SNP, Koordinator BK, dan Bendahara BOS. b. Sasaran analisis PKG adalah hasil PKG oleh kepala sekolah sebanyak 3 orang guru. 40


4. Pendekatan dan Metode a. Pendekatan Kegiatan PKKS maupun analisis PKG dilaksanakan dengan pendekatan autentik dan kolaboratif. b. Metode Metode yang digunakan dalam Analisis Penilaian Kinerja Guru (PKG) dan Penilaian Kinerja Kepala Sekolah (PKKS) ini adalah : wawancara, studi dokumen dengan teknik pengamatan. 1) Wawancara Untuk menjaga validitas data dilakukan kroscek data hasil pengamatan melalui wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah. Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara nara sumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi yang tepat dari narasumber yang terpercaya. Wawancara dilakukan dengan cara penyampaian sejumlah pertanyaan dari pewawancara kepada narasumber. 1) Study Dokumen Merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subyek penilaian dalam rangka memperoieh informasi terkait obyek penilaian 1)

Pengamatan atau observasi

Pengamatan atau observasi adalah aktivitas terhadap suatu proses atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penilaian 5. Hasil Penilaian Kinerja: a. Penilaian Kinerja Kepala Sekolah Penilaian Kinerja Kepala Sekolah dilakukan oleh calon pengawas sekolah dengan menggunakan aplikasi PKKS berdasarkan Permendikbud No 15 Tahun 2018 yang menilai seluruh kompetensi Kepala Sekolah. Kegiatan diawali dengan mengisi 41


data kepala sekolah, penilaian kinerja kepala sekolah. Mengisi penilaian, penialaian rekan sejawat/guru, Penilaian siswa, penilaian orang tua, dan index daftar hadir. Adapun hasil capaian nilai sasaran kerja kepala sekolah yang meliputi penilaian

tugas

manajerial,

penilaian

tugas

supervise,

penilaian

tugas

kewirausahaan, dan penilaian tugas pengembangan profesi kepala sekolah adalah sebagai berikut: Tabel 3.B.1. Rekapitulasi Penilaian Kinerja 3 Komponen Utama Kepala Sekolah 1.1 1.1.1 1.1.1.1 1.1.2 1.1.3 1.1.3.1

MANAJERIAL

97'63 3'91 Perencanaan Program Sekolah 100'00 Kepala Sekolah menyusun Perencanaan Program Sekolah 100'00 Pengelolaan Standar Nasional Pendidikan 95'64 Pengawasan dan Evaluasi 100'00

1.1.3.2

Kepala Sekolah melaksanakan 100'00 Pengawasan Kepala Sekolah melaksanakan 100'00 Evaluasi

1.1.4

Kepemimpinan Sekolah

1.1.4.1 1.1.5 1.1.5.1 1.2 1.2.1 1.2.1.1 1.2.2 1.2.2.1 1.2.3 1.2.3.1 1.3 1.3.1 1.3.1.1 1.3.2 1.3.2.1 1.3.3 1.3.3.1

100'00 Kepala Sekolah melaksanakan 100'00 Kepemimpinan Sistim Informasi Manajemen (SIM) Sekolah 92'50 Kepala Sekolah melaksanakan Pengawasan 92'50 PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN 88'89 3'56 Perencanaan Pengembangan Kewirausahaan 66'67 Kepala Sekolah merencanakan Pengembangan Kewirausahaan 66'67 Pelaksanaan Pengembangan Kewirausahaan 100'00 Melaksanakan program pengembangan 100'00 jiwa kewirausahaan dan

pen

Evaluasi Pengembangan Kewirausahaan 100'00 Melaksanakan Evaluasi program pengembangan kewirausahaan 100'00 SUPERVISI GURU DAN TENDIK 100'00 4'00 Perencanaan Supervisi Guru dan Tenaga Kependidikan 100'00 Kepala Sekolah merencanakan 100'00 Program Supervisi Guru dan Tenaga Pelaksanaan Supervisi Guru dan Tenaga Kependidikan 100'00

Kepala Sekolah melaksanakan 100'00 Program Supervisi Guru dan Tenaga K Evaluasi Pelaksanaan Supervisi100'00 Guru dan Tenaga Kependidikan

Kepala Sekolah melaksanakan 100'00 Evaluasi Program Supervisi Guru dan NILAI RATA-RATA KOMPONEN MANAJERIAL - KEWIRAUSAHAAN 95'51

Dari rekap nilai kerja kepala sekolah di atas, masih harus ditingkatkan pada perencanaan pengembangan kewirausahaan. Pada komponen pengembangan kewirausahaan kepala sekolah masih pada capaian 3,56 Dari penilaian di atas dapat digambarkan dalam grafik di bawah ini.

42


Grafik 3.B.2. Penilaian Komponen Utama Kepala Sekolah

Pelaksanaan Penilaian Kinerja Kepala Sekolah diakhiri dengan kegiatan monev yang dilakukan oleh mentor diklat calon pengawas sekolah dengan hasil baik sekali, yaitu nilai 100. Artinya semua perencanaan yang dibuat dalam kegiatan RTLPP Penilaian Kinerja Kepala Sekolah dapat dilaksanakan oleh calon pengawas sekolah dengan baik.

b. Menganalisis Hasil PKG yang dilakukan Kepala Sekolah Pelaksanaan analisis PKG dilakukan pada 3 hasil PKG oleh kepala sekolah terhadap guru-guru di SMA Negeri 10 Tangerang. Tiga guru tersebut adalah Bapak Tri Winoko , M.Pd., Ibu Mafazah, M.Pd, dan Ibu Octaviyanti Ha r i a n j a , S . P d . Langkah-langkah dalam analisis hasil PKG meliputi: melakukan rekap terhadap hasil PKG, membuat analisis tindak lanjut, dan melakukan perencanaan PKB terhadap ketiga guru tersebut sesuai dengan indikator komptensi yang harus ditingkatkan pada tahun depan, yaitu tahun 2021. Adapun hasil Rekap Hasil PKG terhadap 3 orang guru tersebut adalah sebagai berikut.

43


Tabel. 3.B.3.Rekap Hasil Analisis PKG terhadap 3 Guru Tahun 2020

Periode Penilaian 2 Januari s.d. 31 Desember 2020 Kompetensi A. Pedagogik 1. Menguasai karakteristik peserta didik 2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaranyang mendididik 3. Pengembangan kurikulum 4. Kegiatan pembelajaran yang mendidik 5. Pengembangan potensi peserta didik 6. Komunikasi dengan peserta didik 7. Penilaian dan evaluasi B. Kepribadian 8. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebuadayaan nasional 9. Menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan 10 Etos kerja, tanggungjawabyang tinggi, rasa bangga menjadi guru C. Sosial 11 Bersifat inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif 12 Komunikasi dengan sesamaguru, tenaga kependidikan, orang tua, peserta didik, dan masyarakat D. Profesional 13 Penguasaan materi, struktur, konsep dan pola piker keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu 14 Mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan yang reflektif Jumlah Nilai Kriteria AKK

Formatif Sumatif Kemajuan Tri Winoko, M.Pd.

Tahun 2020

Nama Guru Mafazah, Octaviyanti, M.Pd. S.Pd

4

4

4

4

4

4

3

3

3

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

4

3

4

3

4

4

4

2

2

2

52 93 Amat Baik 24,38

44

53 95 Amat Baik 37,19

52 93 Amat Baik 25,31


Dari rekapan diatas dapat dirumuskan tindak lanjut hasil analisis PKGterhadap 3 guru tersebut sebagai berikut. Tabel 3.B.4. Analisis Tindak Lanjut Hasil PKG Nilai Prioritas yang akan ditindak lanjuti ke PKB Nama Guru Jumlah Tri Winoko, Mafazah, Octaviyanti, M.Pd. M.Pd S.Pd

Kompetensi

A. Pedagogis 1. Menguasai karakteristik peserta didik 2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendididik 3. Pengembangan kurikulum 4. Kegiatan pembelajaran yang mendidik 5. Pengembangan potensi peserta didik 6. Komunikasi dengan peserta didik 7. Penilaian dan evaluasi 8.

9. 10

4

4

4

0

4

4

4

0

3

3

3

3

4

4

4

0

4

4

4

0

4

4

4

0

4

4

0

4

4

4

0

4

4

4

0

4

4

4

0

4

4

4

0

3

4

3

2

4

4

4

0

2

2

2

3

4 B. Kepribadian

Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebuadayaan nasional Menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan Etos kerja, tanggungjawabyang tinggi, rasa bangga menjadi guru

C. Sosial 11

12

Bersifat inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif Komunikasi dengan sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua, peserta didik, dan masyarakat

D. Profesional 13

14

Penguasaan materi, struktur, konsep dan pola piker keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu Mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan yang reflektif

45


Jumlah Nilai Kriteria AKK

52 53 93 95 Amat Baik Amat Baik 24,38 37,19

52 93 Amat Baik 25,31

Dari hasil analisis dan perencanaan PKB untuk ketiga guru tersebut, sekolah sebaiknya memberikan kesempatan pada kesempatan untuk mengikuti pelatihan pengembangan kurikulum

melalui kegiatan MGMP Sekolah dan pelaksanaan

workshop. Sedangkan yang berkaitan dengan pengembangan pada kompetensi professional dilaksanakan workshop upaya peningkatan kompetensi guru dalam penyusunan Penelitian Tindakan Kelas dengan mengundang nara sumber yang kompeten dalam bidang tersebut. Pelaksanaan analisis PKG terhadap tiga orang guru diakhiri dengan kegiatan monev yang dilakukan oleh mentor diklat calon pengawas sekolah dengan hasil baik sekali, yaitu nilai 100. Artinya semua perencanaan yang dibuat dalam kegiatan RTLPP Analisis PKG dapat dilaksanakan olek calon pengawas sekolah dengan baik.

6. Tindak Lanjut a. Hasil Penilaian Kinerja Kepala Sekolah (PKKS) 1) Kepala sekolah perlu meningkatkan kinerja untuk tahun-tahun berikutnya pada perencanaan pengembangan kewirausahaan dan kepala sekolah merencanakan pengembangan kewirausahaan tersebut..

2) Kepala sekolah perlu melaksanakan pengembangan profesinya dengan membuat PTS yang berkaitan dengan masalah utama pembelajaran di sekolahnya atau masalah pengelolaan sekolah. Dengan demikian dapat memberikan solusi dari masalah-masalah pembelajaran dan masalah manajerial sehingga peserta didik mendapatkan hak belajar untuk mengembangkan minat, bakat dan potensinya di sekolah dengan nyaman, sejahtera, dan bahagia (student wellbeing) serta pendidikan berkualitas khususnya di sekolah bisa terwujud. b. Analisis PKG terhadap 3 guru: 46


1) Pelaksanaan rencana PKB baik secara individu guru yang bersangkutan dalam kegiatan MGMP sekolah maupun MGMP kota bisa dikuti semua guru dalam rangka peningkatan kompetensi pedagogik pengembangan kurikulum. 2) Sekolah melaksanakan workshop secara terencana dengan mengundang nara sumber yang kompeten di bidangnya dalam peningkatan kompetensi profesional guru dalam menyusun PTK.

7. Simpulan a. Hasil Penilaian Kinerja Kepala Sekolah (PKKS) Hasil penilaian kinerja kepala sekolah SMA Negeri 10 Tangerang tahun 2021 adalah sebagai berikut: b. Analisis PKG terhadap 3 guru 1) Kepala sekolah sudah melaksanakan PKG dengan baik sesuai ketentuan. 2) Hasil PKG ketiga guru dalam kriteria amat baik. Pada beberapa indikator kompetensi pedagogis, dan professional yang belum mencapai target akan ditingkatkan dengan kegiatan PKB. PKB dapat dilaksanakan dalam kegiatan MGMP Sekolah, MGMP mata pelajaran tingkat kota dan pembinaan maupun bimlat melalui workshop. 8. Rekomendasi a. Hasil penilaian Kinerja Kepala Sekolah (PKKS) 1) Kepala sekolah perlu meningkatkan kinerja untuk tahun-tahun berikutnya pada perencanaan pengembangan kewirausahaan

2) Kepala Sekolah meningkatkan kinerjanya untuk masing-masing kompetensi agar dari tahun ke tahun semakin meningkat. 3) Kepala sekolah melakukan inovasi-inovasi dalam melaksanakan tugasnya untuk meningkatkan iklim dan budaya kerja sekolah yang nyaman bagi semua warga sekolah, sehingga mencapai hasil pendidikan yang baik. b. Analisis PKG terhadap 3 guru 1) Kepala sekolah melaksanakan Penilaian Kinerja Guru secara rutin dan berkesinambungan serta melakukan tindak lanjut dari hasil PKG untuk 47


kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi guru dan juga untuk penyusunan perencanaan kegiatan dan anggaran sekolah pada tahun berikutnya. 2) Sekolah memberikan kesempatan dan memfasilitasi kepada guru untuk mengikuti pengembangan diri dalam kegiatan MGMP Sekolah maupun MGMP mata pelajaran tingkat kota. 3) Sekolah melaksanakan workshop dengan bimbingan pengawas binaan untuk meningkatkan kompetensi pedagogis dan professional guru.

C.

Pembimbingan dan Pelatihan (Bimlat) Profesional Guru dan/atau KS sesuai dengan masalah utama pembelajaran 1. Deskripsi Persiapan Pembinaan Guru Pembimbingan

dan

pelatihan

yang

dilakukan

berupa kegiatan

bimbingan dan latihan untuk meningkatkan kompetensi guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya. Tujuan Pembimbingan dan pelatihan dilaksanakan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam pembelajaran guna memenuhi tuntutan pengembangan karier mereka. Bimbingan dan pelatihan tersebut memberikan pengalaman- pengalaman, ilmu, keterampilan, dan pengetahuan baru kepada guru dan kepala sekolah. SMA Negeri 9 Tangerang selalu berupaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Terlebih lagi tuntutan mutu pembelajaran dewasa ini yang mengharuskan guru untuk menguasai kompetensinya secara mumpuni. Oleh karena itulah maka dipandang perlu untuk menyelenggarakan Bimbingan dan Pelatihan (Bimlat). Salah satu Bimlat yang akan dilaksanakan adalah berkaitan dengan peningkatan kemampuan guru dalam memanfaatkan pembelajaran dengan memanfaatkan aplikasi Telegram. Bimbingan

dan

pelatihan

ini

dilaksanakan

sehubungan

m

asih banyaknya guru yang belum memanfaatkan media pembelajaran dengan baik. Sedangkan pemanfaatan media dalam pembelajaran sangat diperlukan, mengingat kondisi peserta didik SMA Negeri 9 Tangerang kemampuan kognitifnya rata-rata 48


menengah kebawah sehingga peserta didik akan kesulitan memahami konsep materi pelajaran, karena itulah dibutuhkan media pembelajaran yang akan mempermudah mereka untuk memahami konsep materi pelajaran. Adapun Langkah-langkah dalam kegiatan ini adalah: 1. Persiapan Bimlat 2. Pelaksanaan Bimlat 3. Observasi (pengamatan) Uraian Langkah-langkahnya sebagai berikut: 1) Persiapan Bimlat a. Calon Pengawas Sekolah menyusun Rencana Pengawasan Akademik (RPA) Bimbingan dan Pelatihan b. Menyusun Panduan kegiatan Bimlat melalui IHT pemanfaatan aplikasi Telegram sebagai media pembelajaran. c. Menyampaikan permohonan ijin baik secara lisan maupun tertulis kepada kepala sekolah berkaitan akan melaksanakan IHT. d. Koordinasi dengan wakil kepala sekolah dan teman sejawat untuk membentuk panitia dan pembagian tugasnya. e. Mempersiapkan administrasi kegiatan, SK pembentukan panitia, undangan kegiatan IHT, daftar hadir peserta, jadwal kegiatan. f. Mempersiapkan instrument Bimlat yang terdiri dari : instrument perencanaan kegiatan IHT, penyelenggaraan kegiatan IHT, observasi kegiatan IHT, penilaian kegiatan IHT, penilaian narasumber IHT, evaluasi diri peserta sebelum kegiatan, evaluasi diri peserta setelah kegiatan, dan monev kegiatan IHT.

2) Pelaksanaan Bimbingan dan Pelatihan Pelaksanaan kegiatan bimbingan dan pelatihan dilakukan dengan dua siklus, yaitu: a. Siklus Pertama: Kamis, 25 November 2020 49


1) Sambutan oleh Kepala SMA Negeri 9 Tangerang, sekaligus menyampaikan tujuan dilaksanakan IHT 2) Pembukaaan oleh Pengawas Pembina Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Wilayah Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan 3) Pemaparan materi oleh nara sumber dalam hal ini calon pengawas sekolah sendiri yaitu pemanfaatan Telegram sebagai media pembelajaran 4) Peserta praktik membuat daftar hadir dan membuat grup Telegram untuk pembelajaran dan membuat quiz. 5) Peserta menyajikan hasil dan saling memberikan tanggapan serta masukan untuk perbaikan 6) Selama kegiatan dilakukan observasi, baik dari peserta dan monev dan refleksi oleh kepala sekolah dan calon pengawas sekolah sendiri untuk mengetahui kelemahan-kelemahan dalammenentukan tindak lanjut 7) Menyampaikan hasil refleksi dan tindak lanjut untuk kegiatan di siklus kedua b. Siklus Kedua: Jumat, 26 November 2020 1) Penyampaian hasil pemanfaatan media yang telah disusun di siklus pertama. 2) Pendampingan pemanfaatan media bagi yang belum mampu dengan baik dalam pemanfataan media pembelajaran menggunakan aplikasi Telegram oleh nara sumber dan juga bersama teman sejawat yang sudah menguasai dengan baik. 3) Peserta praktik memanfaatkan aplikasi Telegram. 4) Peserta menyajikan kembali dan diberi tanggapan oleh peserta lain maupun nara sumber untuk saran perbaikan, dan hasilnya ditunjukan pada nara sumber/ calon pengawas. 5) Selama kegiatan dilakukan monev obeservasi kegiatan dan refleksi dari kegiatan, serta tindak lanjut untuk menentukan pembinaan selanjutnya.

3) Observasi (pengamatan) Kegiatan IHT Pada tahap ini obsever melakukan pengamatan langsung terhadap aktivitas yang 50


dilakukan oleh narasumber maupun peserta, selama proses Bimlat berlangsung, dengan menggunakan instrument yang telah disediakan. Instrument yang telah disusun diperuntukkan beberapa jenis kegiatan dan tujuan pengamatan selama bimtek. Ada instrument khusus untuk observer, dan ada instrument khusus untuk peserta. Untuk observer, instrumen observasi pertama adalah tentang perencanaan kegiatan IHT, ke dua adalah tentang observasi pelaksanaan kegiatan, dan ke tiga instrument monitoring dan evaluasi kegiatan IHT.

2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan a. Waktu Pelaksanaan

bimbingan

dan

pelatihan

melalui kegiatan

IHT

dilaksanakan selama dua hari yaitu : Hari / Tanggal

: Kamis – Jum’at, 25-26 November 2020

Waktu Kegiatan

: Pukul 12.30 – 16.00

b. Tempat pelaksanaan Kegiatan bimbingan dan pelatihan melalui IHT dilaksanakan di ruang P2BKG, SMA Negeri 9 Tangerang 3. Sasaran Bimbingan dan Pelatihan (Bimlat) Sasaran bimbingan dan pelatihan melalui kegiatan IHT adalah seluruh guru di SMA Negeri 9 Tangerang yang berjumlah 52 orang

4. Pendekatan dan Metode a. Pendekatan Pendekatan yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam memanfaatkan media pembelajaran aplikasi Telegram, ini adalah pendekatan secara kooperatif dan kolaboratif: 1) Kooperatif yaitu kegiatan yang dilakukan dalam suatu kelompok untuk kepentingan bersama (mutual benerfit). Dalam kegiatan ini pembentukan kelompok berdasarkan kelompok mata pelajaran. 51


2) Kolaboratif yaitu kerja sama dalam pemecahan masalah dan atau penyelesaian tugas dimana setiap peserta bimlat saling mengisi dan melengkapi. Setiap kelompok guru dalam satu mata pelajaran saling bekerjasama memetakan kompetensi dasar mata pelajaran tersebut, mengidentifikasi media pembelajaran yang dibutuhkan dalam materi tersebut, berdiskusi cara menggunakan media tersebut, lalu mempresentasikannya di depan semua peserta bimlat dan narasumber. Berikut ini Langkah-langkah metode kolaboratif: a) Pemaparan materi dari nara sumber, yaitu calon pengawas sekolah b) Peserta Bimlat langsung praktek menggunakan aplikasi Telegram dipandu oleh calon pengawas/ nara sumber. c) Kegiatan Presentasi dilakukan oleh peserta bimlat untuk mempresentasikan hasil kerja mereka. b. Metode : IHT 5. Capaian Target Keberhasilan Target Keberhasilan Bimlat yaitu : a) Guru memahami hakikat media pembelajaran b) Guru mampu memanfaatkan aplikasi Telegram sebagai media pembelajaran c) Guru mampu menggunakan Telegram sebagai media pembelajaran . 6. Hasil Pelaksanaan Bimbingan dan Pelatihan (Bimlat) Bimbingan dan Pelatihan melalui kegiatan IHT yang bertujuan meningkatkan kemampuan guru dalam pemanfaatan media pembelajaran yaitu aplikasi Telegram a. Perencanaan kegiatan IHT Berdasarkan analisis pengisian instrumen perencanaan kegiatan IHT yang diberikan kepada panitia IHT diperoleh hasil sebagai berikut:

52


Tabel 3. C. 1. Rekapitulasi Hasil Perencanaan Kegiatan IHT

KRITERIA NILAI No

URAIAN KEGIATAN

Ket 1

2

3

4

1.

Calon Pengawas Sekolah menyusun rencana sebelum kegiatan

2.

Calon Pengawas Sekolah menentukanmateri IHT

Calon Pengawas Sekolah mengadakan rapat dan membentuk panitia pelaksanaan kegiatan

4.

Calon Pengawas Sekolah membuat SK kepanitian kegiatan

5.

Calon Pengawas Sekolah membuat panduan kegiatan

Calon

7.

Calon Pengawas Sekolah Berkordinasi dengan Kepala sekolah dan teman sejawat yang akan membantu pelaksanaan kegiatan

8.

Panitia menyusun daftar hadir kegiatan

Jumlah skor yang dicapai =

32

3.

6.

pengawas Sekolah melakukankoordinasi dalam menentukan nara sumber

Jumlah skor maksimum = 32

Klasifikasi Baik Sekali

Nilai Perolehan = 32 x 100 % = 100 % 32

Kategori Penilaian: A = Baik sekali = 86 % - 100 % C = Cukup B = Baik = 70% - 85% D = Kurang

= 55 % - 69 % = < 55 %

Berdasarkan data di atas, bahwa perencanaan kegiatan IHT yang meliputi penyusunan rencana program, koordinasi dan sosialisasi, rapat panitia, menyusun acara, koordinasi mempersiapkan sumber daya dan menyiapkan daftar hadir dapat 53


dilaksanakan dan berlangsung dengan baik dengan memperoleh nilai 100% dengan kategori Baik Sekali. b. Penyelenggaraan Kegiatan IHT Berdasarkan analisis pengisian instrumen penyelenggraan kegiatan IHT dari 10 responden yang dipilih secara acak diperoleh hasil sebagaiberikut: Tabel 3. C. 2. Rekapitulasi Hasil Instrumen penyelenggaraan IHT Jlh Respo Jlh Skor nden

KRITERIANILAI No

1.

URAIAN KEGIATAN

Proses pemberitahuan kegiatanIHT ke guru

2

3

4

-

-

1

9

10

39

-

-

2

8

10

38

2.

Pengaturan jadwal program kegiatanIHT

3.

Kesiapan bahan ajar

-

-

1

9

10

39

4.

Kesesuaian antara bahan ajardengan materi yang dibutuhkan

-

-

1

9

10

39

5.

Kesesuaian antara bahan ajardengan materi yang disampaikan

-

-

1

9

10

39

6.

Sarana pendukung IHT

-

-

3

7

10

37

7.

Kemudahan interaksi dengan narasumber dan peserta lain

-

-

1

9

10

39

-

-

-

1 0

10

40

8.

dan

1

perencanaan

Manfaat IHT bagi guru

9.

Kemungkinan dapat diterapkanbagi siswa di sekolah

-

-

1

9

10

39

10.

Layanan dari panitia IHT

-

-

2

8

10

38

Jumlah skor yang dicapai = 387

387

Jumlah skor maksimum = 400

Klasifikasi Baik Sekali

Nilai Perolehan = 387 x 100 % = 400

96,75 % Kategori Penilaian:

54


A = Baik sekali = 86 % - 100 %

C = Cukup

= 55 % - 69 %

B = Baik = 70% - 85%

D = Kurang

=

< 55 %

Dari data hasil instrument penyelenggaraan terhadap kegiatan IHT yang meliputi proses pemberitahuan kegiatan IHT, pengaturan jadwal dan perencanaan, kesiapan bahan ajar, kesesuaian bahan ajar dengan materi, sarana pendukung IHT, kemudahan interaksi narasumber dengan peserta, manfaat IHT bagi guru, implementasi bagi siswa, layanan dari panitia mendapatkan nilai 96,75% dengan kategori Baik Sekali. c. Observasi Kegiatan IHT Tabel 3. C. 3. Rekapitulasi Hasil Observasi Kegiatan IHT K KRITERIANILAI No

Ket

URAIAN KEGIATAN 1

2

3

4

1

Mengawal pelaksanaan kegiatan

2

Memfasilitasi cara memanfaatkan mediapembelajaran dari nara sumber

3

Nara Sumber memberikan kesempatan Kepada guruguru untuk memanfaatkan media pembelajaran berbasis ICT

4

Nara Sumber memberikan pendampingan terhadap pelaksanaan tindakan memanfaatkan media pembelajaranberbasis ICT kepeda peserta.

Menindaklanjuti dengan cara melakukan observasi ketika guru memanfaatkan media pembelajaran berbasis ICT

Jumlah skor yang dicapai = 20

20

5

Jumlah skor maksimum = 20

KlasifikasiBaik Sekali

Nilai Perolehan = 20 x 100 % = 100 % 20

Kategori Penilaian: A = Baik sekali = 86 % - 100 %

C = Cukup

= 55 % - 69 %

B = Baik = 70% - 85%

D = Kurang

=

55

< 55 %


Dari data hasil observasi yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap kegiatan IHT yang meliputi CPS mengawal kegiatan, memfasilitasi cara memanfaatkan media, memberi kesempatan peserta memanfaatkan media pembelajaran, memberikan pendampingan pelaksanaan tindakan memanfaatkan media, menindaklanjuti pemanfaatan media mendapatkan nilai 100% dengan kategori Baik Sekali. c. Penilaian Terhadap Nara Sumber Berdasarkan analisis pengisian instrumen penilaian terhadap narasumber yang diisi oleh 10 responden secara acak dalam kegiatan IHT diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 3.C.4. Rekapitulasi Hasil Penilaian Terhadap Narasumber Kegiatan IHT No

URAIAN KEGIATAN 1

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Penguasaan materi dari Narasumber Sistematika penyajian Kemampuan Narasumber dalam menyajikan materi Relevansi materi dan Tujuan Instruksional Penggunaan media mengajar Kualitas materi IHT Penggunaan bahasa Cara menjawab pertanyaan daripeserta Ketuntasan materi Tanggapan narasumber terhadap materi dalam forum diskusi Jumlah skor yang dicapai = 383 Jumlah skor maksimum = 400 Nilai Perolehan = 383 x 100 % =

KRITERIA NILAI 23

Jlh Resp Jlh Skor onden 4

-

-

1

9

10

39

-

-

2

8

10

38

-

-

- 10

10

40

-

-

3

7

10

37

-

-

2 3 1

8 7 9

10 10 10

38 37 39

-

-

1

9

10

39

-

-

2

8

10

38

-

-

2

8

10

38 383

Klasifikasi Baik Sekali

400

95,75 % Kategori Penilaian: A = Baik sekali = 86 % - 100 % B = Baik = 70% - 85%

C = Cukup = 55 % - 69 % D = Kurang = < 55 %

Data hasil penilaian terhadap narasumber berkaitan dengan penguasaan materi, penyajian, relevansi materi dengan tujuan, kualitas dan ketuntasan materi, penggunaan bahasa, cara menjawab dan memberi tanggapan serta layanan 56


bimbingan yang dilakukan calon pengawas sekolah sebagai narasumber mendapat nilai sebesar 95,75% yang masuk dalam kategori Baik Sekali. d. Penilaian Diri Peserta Pra Kegiatan IHT (Pre test) Instrumen untuk mengetahui kemampuan awal peserta dalam pemanfaatan media pembelajaran berbasis ICT diberikan kepada semua peserta IHT yaitu 46 orang/responden. Berdasarkan analisis pengisian instrumen penilaian diri peserta pra kegiatan IHT (pre test) diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 3.C.5. Rekapitulasi Hasil Penilaian diri Peserta Pra Kegiatan IHT (Pretest) KRITERIA NILAI No

Jlh Resp Jlh Skor onden

URAIAN KEGIATAN 1

2

3

4

1.

Saya memahami hakikat media pembelajaran berbasis ICT

2

20

19

5

46

119

2.

Saya memahami manfaat media pembelajaran berbasis ICT

1

19

23

3

46

120

3.

Saya lebih percaya diri dalam memanfaatkan media pembelajaranberbasis ICT

5

18

17

6

46

116

4.

Saya mampu dalam memanfaatkanmedia pembelajaran berbasis ICT

2

22

18

4

46

116

5.

Motivasi saya dalam pemanfaatanmedia pembelajaran berbasis ICT

1

24

16

5

46

117

6.

Pemanfaatan media pembelajaran berbasis ICT membuat saya lebih mudah dan kreatif dalam mengajar

3

18

18

7

46

121

4

25

13

4

46

109

5

21

14

6

46

113

6

18

17

5

46

113

7.

8.

9.

Pemanfaatan media pembelajaran membuat saya lebih mudah menentukan media yang akan sayapergunakan dalam pembelajaran Saya mampu mengintegrasikan ICT dalam kegiatan pembelajaran Saya lebih mudah dan ringan melaksanakan pembelajaran karena media yang dipilih sudah sesuai dengan materi

57


10.

Pemahaman saya tentang mediadapat menunjang dalam implementasi pembelajaran

3

27

14

2

46

107

11.

Pemahaman saya tentang mediadapat menunjang saya dalam perubahan pembelajaran

2

24

20

0

46

110

1

22

21

2

46

116

12.

Kemampuan saya dalam memanfaatkan media pembelajaranberdampak positif terhadap pemahaman siswa tentang materi yang saya sampaikan: Jumlah skor yang dicapai = 1377

1377

Jumlah skor maksimum = 2.208 KlasifikasiCukup Nilai Perolehan = 1377 x 100 % = 2208

62,36% Kategori Penilaian: A = Baik sekali = 86 % - 100 % B = Baik = 70% - 85%

C = Cukup D = Kurang

= 55 % - 69 % = < 55 %

IHT pemanfaatan media pembelajaran berbasis ICT mempunyai target bahwa peserta mampu memanfaatkan media pembelajaran berbasis ICT. Berdasarkan hasil rekapitulasi pencapaian pemahaman dan kemampuan awal peserta terhadap pemanfaatan media pembelajaran berbasis ICT menujukkan nilai peserta adalah 62,36%, termasuk dalamkategori cukup, maka diperlukan kegiatan pembimbingan dan pelatihan melalui IHT tentang pemanfaatan media pembelajaran berbasis ICT. e. Penilaian Diri Peserta Pasca Kegiatan IHT (Pos test) Rangkaian kegiatan IHT dilaksanakan dengan dua siklus, dan diakhir siklus dilakukan kegiatan penilaian diri peserta pasca kegiatan IHT (post test) untuk mengukur ketercapaian pemahaman peserta tentang pemanfaatan media pembelajaran berbasis ICT. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut: Tabel 3.C.6. Rekapitulasi Hasil Penilaian Diri Peserta Pasca Kegiatan IHT (Pos Test)

No

KRITERIA NILAI

URAIAN KEGIATAN

58

Jlh Respon den

Jlh Skor


1

2

3

4

1.

Kegiatan ini membuat saya memahami pembelajaran hakikat media

-

3

13

30

46

165

2.

Setelah mengikuti IHT, saya memahami manfaat mediapembelajaran

-

4

17

25

46

159

-

2

15

29

46

165

-

1

21

24

46

161

-

3

19

24

46

159

-

5

18

23

46

156

-

4

16

26

46

160

3.

4.

5.

6.

7.

Setelah mengikuti IHT, saya lebih percaya diri dalam memanfaatkan media pembelajaran Kemampuan saya dalam memanfaatkan media pembelajaran meningkat sebagai dampak mengikutiIHT Setelah mengikuti IHT pemanfaatan media pembelajaran berbasis ICT menjadikan saya termotivasi dalam memanfaatkan media Setelah mengikuti IHT pemanfaatan media pembelajaran membuat saya lebih mudah dan kreatif dalammengajar Setelah mengikuti IHT pemanfaatan media pembelajaran membuat saya lebih mudah menentukan media yang akan saya pergunakan dalam pembelajaran

8.

Setelah mengikuti IHT, saya mampu mengintegrasikan ICT dalam kegiatan pembelajaran

-

7

14

25

46

156

9.

Setelah mengikuti IHT, saya lebih mudah dan ringan melaksanakan pembelajaran karena media yang dipilih sudah sesuai dengan materi

-

3

13

30

46

165

10.

Materi yang diperoleh setelah IHT, dapat menunjang saya dalam implementasi pembelajaran

-

6

`4

26

46

158

11.

Materi yang diperoleh setelah IHT, dapat menunjang saya dalam perubahan pembelajaran

-

3

16

27

46

162

59


Jumlah skor yang dicapai = 1926

1926

Jumlah skor maksimum = 2208

Klasifikasi Baik Sekali

Nilai Perolehan =1926 x 100 % = 2208

87,22 %

12.

Peningkatan kemampuan saya dalam memanfaatkan media pembelajaran sebagai dampak mengikuti IHT, juga berdampak positif terhadap pemahaman siswa tentang materi yang saya sampaikan:

-

5

14

27

46

160

Kategori Penilaian: A = Baik sekali = 86 % - 100 %

C = Cukup

= 55 % - 69 %

B = Baik = 70% - 85%

D = Kurang

=

< 55 %

Tabel hasil perolehan penilaian diri peserta pasca IHT (post test) pada 46 peserta atau guru diperoleh nilai sebesar 87,22% termasuk kategoribaik sekali. Hasil analisis dari nilai hasil capaian penilaian peserta pra IHT (pre test) perolehan nilai sebesar 62,36%, dan capaian penilaian peserta pasca IHT (pos test) perolehan nilai sebesar 87,22%, adanya peningkatan kemampuan guru dalam pemanfaatan Telegram sebagai media pembelajaran sebesar 24,86%. Artinya secara umum peserta atau guru mampu memanfaatkan Telegram sebagai media pembelajaran dengan baik.

f. Hasil Monev Kegiatan RTLPP Bimlat Melalui IHT Tabel 3.C.7 Hasil Monev Kegiatan RTLPP Bimlat Melalui IHT No. Kegiatan 1.

Persiapan

Uraian 1. Sosialisasi kegiatan Bimlat 2. Menyusun Tim Kerja 3. Menyusun RPA 4. Membuat panduan kegiatan 5. Menentukan sasaran 6. Menentukan waktu dan tempat pelaksanaan 60

Keterlaksanaa Ket n . Ya Tidak √ √ √ √ √ √


2.

7. Menentukan narasumber 8. Menentukan observer 9. Menyusun instrumen dan kegiatan monitoring 10. Menyiapkan materi 11. Menyiapkan Lembar Kerja 12. Menyiapkan undangan peserta, observer, dan nara Sumber 13. Menyiapkan daftar hadir 14. Menyiapkan sumber daya yang akan digunakan Jumlah Skor Persiapan (1) Pelaksana1. Kegiatan dilaksanakansesuai an jadwal 2. Pelaksanaan kegiatan Bimlat sesuai dengan perencanaan yang dibuat dalam RTLPP 3. Pelaksanaan kegiatan menggunakan pendekatan dan metode yang sesuai 4. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan secarakolaboratif 5. Pelaksanaan kegiatan Bimlat dilaksanakan dalam waktu yang tidak mengganggu tugas pokok CPS 6. Monitoring kegiatan bimlat menggunakan instrumentyang sudah disiapkan 7. Produk kegiatan sesuai dengan tujuan Bimlat 8. Refleksi dilaksanakan setelah pelaksaan Bimlat 9. Menyampaikan rencana tindak lanjut Jumlah Skor Pelaksanaan (2)

3.

Hasil

1. Hasil observasi Bimlat 2. Hasil ketercapaian kegiatan Workshop 3. Catatan hasil rekomendasi 4. Rencana tindak lanjut Jumlah Skor Hasil (3) Jumlah Perolehan Skor 14 + 9 + 12 = 35 61

√ √ √ √ √ √ √ √ 14 √ √ √ √ √

√ √ √ √ 9 Ketercapaian 1 2 3 4 √ √ √ √ 12


Total perolehan Nilai = (35: 35) x 100% = 100 % (Sangat Baik) Kriteria penskoran: A = 86 – 100 = Sangat Baik

C = 56 – 70,99 = Cukup

B = 71 – 85,99 = Baik

D=

< 56 = kurang

7. Tindak Lanjut Dari keseluruhan kegiatan bimlat melalui IHT hasilnya akan menjadi bahan tindak lanjut merumuskan kegiatan pembinaan dan pemantauan selanjutnya, agar permasalahan-permasalahan dalam belajar dapat terselesaikan dan mutu pendidikan terjamin. Tindak lanjut yang harus dilakukan adalah pemantauan secara berkala dan berkesinambungan terhadap pemanfaatan aplikasi Telegram sebagai media pembelajaran.media pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

8. Simpulan Pembimbingan dan Pelatihan (Bimlat) profesional guru dalam upaya mengatasi masalah rendahnya kemampuan guru dalam pemanfaatan aplikasi Telegram sebagai media

pembelajaran di SMA Negeri 9 Tangerang dapat

dilaksanakan dan membawa hasil yang baik dengan penilaian dari perencanaan 100% (baik sekali), penyelenggaraan 96,75% (baik sekali), observasi kegiatan 100% (baik sekali), nara sumber 95,75% (baik sekali) capaian kemampuan peserta pra IHT 62,36% (cukup), capaian kemampuan peserta pasca IHT 87,22% (baik sekali) dan monev RTLPP bimlat 100% (baik sekali). Adanya kenaikan capaian kemampuan peserta sebesar 24,86% sehingga bisa disimpulkan bahwa kegiatan IHT berpengaruh terhadap kemampuan guru dalam memanfaatkan Telegram sebagai media pembelajaran

9. Rekomendasi Berdasarkan hasil bimbingan dan pelatihan guru tentang pemanfaatan Telegram sebagai

media pembelajaran, maka calon pengawas sekolah perlu 62


menyampaikan rekomendasi sebagai berikut: a. Pelaksanaan bimlat dengan IHT dapat dijadikan sebagai solusi dalam menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran lainnya yang dihadapi sekolah atau guru-guru. b. Diharapkan Dinas Pendidikan & Kebudayan provinsi Banten dapat memfasilitasi guru- guru untuk pengembangan profesionalismenya. c. Pengawas sekolah di wilayah binaan masing-masing selalu memotivasi kepala sekolah

untuk

mengadakan

kegiatan

bimbingan

dan

pelatihan

dalam

meningkatkan mutu guru terutama terkait proses pembelajaran d. Pengawas sekolah senantiasa menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai pengawas, pembimbing, dan pembina peningkatan profesionalisme secara berkesinambungan kepada kepala sekolah dan guru.

D. Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

63


UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN PENELITIAN TINDAKAN KELAS MELALUI WORKSHOP Proposal Tindakan Sekolah ini disusun sebagai Laporan Akhir Kegiatan Diklat Calon Pengawas Sekolah Provinsi Banten Periode 2 November s.d 30 Desember 2021

Oleh :

Nama NIP

: FADILAH KURNIATI, M.Pd. : 197210192000032007

PROGRAM PENYIAPAN CALON PENGAWAS SEKOLAH DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROPINSI BANTEN 2021 64


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Guru sangat berperan penting dalam keberhasilan suatu pendidikan karena guru adalah bagian yang sangat penting dalam sebuah sistem pendidikan. Kualitas kompetensi seorang guru tidak hanya sebatas menguasai bahan pembelajaran dan menggunakan metode pembelajaran yang baik, lebih dari itu guru harus mengetahui kebutuhan peserta didik yang unik dan bervariasi. Guru menyampaikan pengetahuan, keterampilan dan sikap kepada anak didiknya secara lengkap sesuai dengan yang mereka butuhkan. Semua fungsi guru tersebut tidak akan efektif apabila komponen dari sistem pendidikan tidak berjalan dengan baik, karena kelemahan dari salah satu komponen akan berpengaruh pada komponen yang lain yang pada akhirnya akan berpengaruh juga pada jalannya sistem itu sendiri. Indonesia terus mendorong meningkatnya indeks Human Development Index (HDI) atau Indek Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia di mata internasional melalui peningkatan mutu pendidikan (Karnasih, Nursetiawati, & Mahdiyah, 2020). Guru memiliki peran yang penting, merupakan posisi strategis, dan bertanggungjawab dalam pendidikan nasional (Anggara, 2017). Setiap guru diharapkan mampu melakukan penelitian dalam rangka meningkatkan kualitas profesionalnya, khususnya mutu pembelajaran. Dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas, guru dapat memperbaiki proses pembelajaran untuk menciptakan hasil belajar siswa yang lebih baik. Selain itu, dengan menuliskan laporan penelitian tindakan kelas dan mempublikasikannya, guru dapat memperoleh angka kredit untuk kenaikan pangkat. Jika sudah terbiasa dengan penelitian tindakan kelas, guru akan menjadi lebih peka dan tanggap terhadap masalah-masalah yang muncul. Kemampuan menyusun penelitian tindakan kelas merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru professional. Menurut Sanjaya (2016:13), 65


melalui penelitian tindakan kelas, guru dituntut untuk senantiasa melakukan refleksi diri tentang pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukannya untuk menemukan berbagai permasalahan yang dihadapi dan merencanakan berbagai tindakan yang dapat memecahkan masalah yang dihadapi tersebut (Sanjaya, 2016). Kemampuan meneliti ini dibutuhkan guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran secara terus menerus. Guru belum memiliki motivasi yang kuat untuk menindaklanjuti permasalah pembelajaran di dalam kelas, dan menuntaskan serta menentukan solusinya melalui penelitian tindakan kelas (Suherlan, 2018). Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilaksanakan guru untuk lebih memahami, memperbaiki, dan melakukan inovasi terhadap praktik-praktik pembelajaran agar selalu mengikuti perkembangan zaman. Ciri utama penelitian tindakan kelas adalah melakukan tindakan nyata untuk memperbaiki situasi dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran sehingga mampu menghasilkan siswa yang berpikir kritis, kreatif, inovatif, cakap dalam meyelesaikan masalah, dan bernaluri kewirausahaan (Nasional, 2010). Dengan adanya penelitian tindakan kelas, masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran dapat dikaji dan ditingkatkan kualitasnya untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Proses pembelajaran yang terjadi di lingkungan sekolah (pendidikan formal) harus diarahkan untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik (Hidayat, 2018). Berdasarkan pengamatan, guru di SMA Negeri 9 Tangerang selalu berupaya melakukan perbaikan terhadap proses belajar mengajar. Banyak upaya dilakukan seperti perbaikan metode, strategi, dan media pembelajaran sehingga berdampak positif terhadap hasil belajar siswa. Hal tersebut merupakan potensi baik namun sayangnya, upaya guru tersebut tidak dikelola dalam bentuk laporan penelitian yang terstruktur dan menjadi karya tulis ilmiah. Setelah diwawancarai, para guru sebenarnya sudah mengenal tentang PTK, hanya saja mereka tidak memiliki keterampilan yang memadai untuk melaksanakan dan melaporkan PTK.

66


Apabila

kondisi

ini

dibiarkan

berlarut-larut

maka

dikhawatirkan

profesionalisme guru tidak berkembang. Tidak terjadi transfer pengetahuan dan pengalaman antarguru melalui penulisan dan publikasi karya tulis ilmiah. Selain itu, karir guru sebagai tenaga professional menjadi terhambat. Sebagai calon pengawas sekolah, peneliti perlu melakukan upaya tindakan untuk memperbaiki lemahnya kemampuan guru tersebut. Untuk itu diperlukan suatu upaya meningkatkan kemapuan guru dalam menyusun Penelitian Tindakan Kelas atau PTS melalui serangkaian bimbingan dan pelatihan atau workshop. Melalui workshop ini diharapkan tercapainya peningkatan kemampuan guru dalam penyusunan penelitian tindakan kelas. B. Rumusan Masalah 1. Apakah workshop PTK dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun PTK? 2. Apa saja Hambatan yang dihadapi guru dalam menyusun PTK ? 3. Bagaimana respon guru terhadap workshop PTK tersebut?

C. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Untuk mengetahui apakah diklat PTK terstuktur cukup efektif dalam meningkatkan kemampuan menyusun PTK bagi guru. 2. Untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang dihadapi guru dalam menyusun PTK. 3. Untuk mengetahui hasil dari diklat PTK terstruktur terhadap peningkatan kemampuan guru dalam menyusun PTK. d. Manfaat Penelitian

67


D. Manfaat Penelitian Manfaat Penelitian Penelitian tindakan sekolah ini, dilakukan dengan harapan memberikan manfaat bagi guru, sekolah, maupun siswa. a. Manfaat bagi guru : 1. Memperoleh pengalaman belajar yang lebih menarik. 2. Meningkatkan kemampuan guru dalam memecahkan masalah yang ada dalam kelas. 3. Meningkatkan penguasaan konsep. 4. Menumbuhkan motivasi dalam menyusun PTK pada guru. b. Manfaat bagi siswa: 1. Memperoleh pengalaman belajar yang lebih menarik. 2. Meningkatkan aktivitas siswa di dalam belajar. 3. Meningkatkan penguasaan materi pembelajaran. 4. Menumbuhkan keberanian mengemukakan pendapat dalam kelompok/ membiasakan bekerja sama dengan teman. c. Manfaat bagi sekolah : 1. Meningkatkan prestasi sekolah dalam bidang akademis. 2. Meningkatkan kinerja sekolah melalui peningkatan profesionalisme guru.

68


BAB II KAJIAN PUSTAKA

A.

Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang relevan Definisi

lokakarya atau

workshop menurut Suprijanto (Suprayekti

&

Septyara Dwi Anggraeni, 2017:131) adalah pertemuan orang yang bekerja sama dalam kelompok kecil, biasanya dibatasi pada masalah yang dihadapi sendiri. Peran peserta diharapkan dapat menghasilkan produk tertentu (Suprayekti & Anggraeni, n.d.). Susunan acara lokakarya meliputi identifikasi masalah, pencarian, dan usaha pemecahan masalah dengan menggunakan referensi dan materi latar belakang yang cukup tersedia. Terdapat

beberapa

jenis

workshop

berdasarkan

sifatnya

menurut

Rosmaryanti (2010), yaitu workshop bersifat mengikat, dan bebas atau tidak mengikat. Prosedur yang dilakukan dalam pelaksanaan workshop mencakup beberapa hal, diantaranya (1) merumuskan tujuan untuk memperoleh output/hasil akhir yang akan dicapai, (2) merumuskan pokok - pokok masalah yang akan Definisi lokakarya atau workshop menurut Suprijanto (Suprayekti & Septyara Dwi Anggraeni, 2017:131) adalah pertemuan orang yang bekerja sama dalam kelompok kecil, biasanya dibatasi pada masalah yang dihadapi sendiri. Peran peserta diharapkan dapat menghasilkan produk tertentu (Suprayekti & Anggraeni, n.d.). Susunan acara lokakarya meliputi identifikasi masalah, pencarian, dan usaha pemecahan masalah dengan menggunakan referensi dan materi latar belakang yang cukup tersedia. Terdapat

beberapa

jenis

workshop

berdasarkan

sifatnya

menurut

Rosmaryanti (2010), yaitu workshop bersifat mengikat, dan bebas atau tidak mengikat. Prosedur yang dilakukan dalam pelaksanaan workshop mencakup beberapa hal, diantaranya (1) merumuskan tujuan untuk memperoleh output/hasil akhir yang akan dicapai, (2) merumuskan pokok - pokok masalah yang akan

69


dibahas secara rinci yang dimaksudkan untuk mempermudah proses berjalannya kegiatan, serta (3) menentukan prosedur pemecahan masalah (Rosmayanti, 2010). Menurut Simbolon (2014:131), ciri-ciri workshop yaitu (Simbolon, 2014): a)

masalah yang dibahas bersifat life centred dan muncul dari masalah peserta sendiri;

b) selalu berusaha menggunakan secara maksimal aktivitas mental dan fisik dalam kegiatannya sehingga tercapai taraf pertumbuhan profesi yang lebih tinggi dan lebih baik dari semula. Terjadi perubahan yang berarti pada diri mereka setelah mengikuti kegiatan workshop; c)

metode yang digunakan dalam bekerja adalah metode pemecahan masalah, musyawarah, dan penyelidikan;

d) Diadakan dalam kebutuhan bersama. e)

menggunakan

narasumber resource

person dan resource

material yang

memberi bantuan yang besar dalam mencapai hasil; f)

senantiasa memelihara kehidupan yang seimbang disamping mengembangkan pengetahuan, kecakapan, dan perubahan tingkah laku. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat diketahui bahwa

workshop adalah kegiatan yang dilakukan orang yang dalam satu profesi untuk meningkatkan kemampuan yang dibutuhkan dalam pekerjaan itu. Kemampuan yang ditingkatkan adalah mencakup keterampilan, pengetahuan, maupun sikap yang diwujudkan dalam bentuk karya nyata. Masalah yang dibahas dalam kegiatan workshop bersifat spesifik, terarah, dan mendalam. Dalam penelitian ini, kegiatan workshop dilakukan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun PTK. Peserta kegiatan ini adalah rekan-rekan se profesi guru dalam jumlah yang tidak terlalu banyak, yaitu 11 orang. Dalam workshop para guru akan praktik membuat rencana dan laporan penelitian tindakan kelas secara langsung untuk meningkatkan keterampilannya dalam menyusun PTK.

70


B. Hasil Penelitian yang Relevan Penggunaan workshop dalam meningkatkan kompetensi guru sudah diterapkan oleh peniliti-peneliti sebelumnya, antara lain : 1. Penelitian tindakan sekolah yang dilakukan oleh Giyarsih, berjudul “Peningkatan motivasi melalukan penelitian tindakan kelas bagi guru matematika SMK melalui workshop”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui kegiatan workshop penulisan PTK dapat meningkatkan motivasi guru dalam penulisan PTK sehingga kompetensi profesi guru meningkat. 2. Penelitian tindakan sekolah yang dilakukan oleh Rosmaliwarnis (2021), berjudul “Upaya Meningkatkan Kompetensi Guru Dalam penyusunan proposal PTK Melalui Workshop Tahun Pembelajaran 2020/2021. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa workshop sangat efektif dalam meningkatkan kompetensi guru SMPN 2 kecamatan Luak. Penelitian di atas mempunyai kesamaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu tentang peningkatan kompetensi guru dalam menyusun penelitian tindakan kelas melalui workshop yang dilakukan oleh Calon Pengawas Sekolah.

C. Penyelesaian Masalah Permasalahan dalam pembelajaran yang begitu komplek harus segera bisa teratasi dengan berbagai solusi. Pembelajaran yang berorientasi pada student weelbeing harus segera terwujud, salah satunya yaitu dengan peningkatan kompetensi guru sesuai dengan kompetensi yang lemah pada guru tersebut, sehingga mutu pendidikan yang berkualitas dan menuju pada student weelbeing akan terwujud. Kompetensi guru dalam menyusun penelitian tindakan kelas merupakan faktor penting sehingga mutu pembelajaran akan

terwujud.

Rendahnya

kemampuan guru dalam menyusun penelitian tindakan kelas perlu dilakukan pembinaan ataupun pelatihan, dalam mengatasi hal tersebut maka diperlukan sebuah pelatihan bagi guru agar dapat meningkat kemampuannya dalam menyusun PTK. Cara dan Teknik dalam melakukan pelatihan terhadap guru 71


disesuaikan dengan jenis permasalahan yang akan diberikan penyelesaian masalah atau solusi dalam meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun PTK, penulis memilih teknik pelatihan yang dilakukan di sekolah sendiri yaitu workshop. workshop sudah banyak digunakan untuk mengadakan pelatihan dan terbukti dapat meningkatkan

kemampuan seorang

guru

pembelajaran.

72

dalam

memanfaatkan

media


BAB III METODE PENELITIAN

A. Subyek, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Subyek Penelitian Yang menjadi subyek dalam PTS ini adalah guru-guru di SMA Negeri 9 Tangerang yang berjumlah 52 guru. 2. Lokasi Penelitian Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dilaksanakan di SMA Negeri 9 Tangerang. Waktu Penelitian Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dilaksanakan pada Semester 2 tahun pelajaran 2021/2022 pada bulan Januari s/d Juni 2021 3. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan PTS ini dijadwalkan 6 (enam) bulan yaitu bulan Januari sampai dengan Juni 2022. Adapun waktu/jadwal penelitian dapat diperhatikan tabel di bawah ini: Tabel 3. D.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian No I

Bulan

Uraian kegiatan

Jan

Persiapan Menyusun proposal penelitian Mengurus izin penelitian Membuat instrumen penelitian Menentukan teman sejawat

II Pelaksanaan Siklus 1 Siklus 2 Analisis Data Pembahasan

73

Feb

Maret

April

Mei

Juni


III

Pelaporan Mengurus surat pernyataan telah melaksanakan penelitian Menyusun Laporan Melaksanakan Seminar

B. Prosedur Penelitian Penelitian diawali dengan perencanaan yang dimulai pada awal Januari 2022. Pada perencanaan ini, peneliti memberikan informasi tentang rencana pelaksanaan Penelitian Tindakan Sekolah tentang Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Sekolah. Pada kesempatan tersebut peneliti juga akan menyampaikan bahwa peserta diutamakan guru yang akan naik pangkat ke pangkat setingkat lebih tinggi. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdapat 4 fase, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan evaluasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat peningkatan yang terjadi dari siklus ke siklus. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan

masalah

yang

diselidiki

dengan

menggambarkan/melukiskan

keadaan subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lainlain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Dengan metode ini peneliti berupaya menjelaskan data yang peneliti kumpulkan

melalui komunikasi langsung atau

wawancara,

observasi/pengamatan, dan diskusi yang berupa persentase atau angka-angka. Halhal penting yang harus diperhatikan dalam Penelitian Tindakan Sekolah, menurut Sudarsono, F.X, (1999:2) yakni: 1. Rencana : Tindakan apa yang akan dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun penelitian tindakan kelas secara lengkap. Solusinya yaitu dengan melakukan : a) wawancara dengan guru dengan menyiapkan lembar wawancara, b) Diskusi dalam suasana yang menyenangkan dan c) memberikan bimbingan dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas. 74


2. Pelaksanaan: Apa yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas yaitu dengan workshop 3. Observasi: Peneliti melakukan pengamatan hasil atau dampak dari tindakan yang telah dilaksanakan oleh guru dalam mencapai sasaran. Selain itu juga peneliti mencatat hal-hal yang terjadi dalam kegiatan workshop. Penelitian tindakan sekolah merupakan kegiatan pemecahan masalah yang dimulai dari: a) perencanaan (planning), b) pelaksanaan (action), c) pengumpulan data (observing), d) menganalisis data/informasi untuk memutuskan sejauh mana kelebihan atau kelemahan tindakan tersebut (reflecting). PTS bercirikan perbaikan terus menerus sehingga kepuasan peneliti menjadi tolak ukur berhasilnya (berhentinya) siklus-siklus tersebut. Setelah dilakukan refleksi yang mencakup analisa, sintesa dan penelitian terhadap hasil pengamatan serta hasil tindakan, biasanya muncul permasalahan yang perlu mendapat perhatian sehingga pada gilirannya perlu dilakukan perencanaan ulang. Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif antara teman sejawat dan peneliti. Kegiatan perencanaan awal dimulai dari melakukan studi pendahuluan. Pada kegiatan ini juga mendiskusikan cara melakukan tindakan pembelajaran dan bagaimana cara melakukan pengamatannya.

Gambar 3. D. 1 Alur Pelaksanaan Tindakan Model John Elliot

Siklus I 75


Perencanaan : menyusun rancangan kegiatan workshop yang meliputi tujuan, materi, pendekatan dan metodologi pelatihan, peserta, narasumber yang akan mengisi, waktu dan tempat, bahan, model dan alat evaluasi pelatihan. Pelaksanaan : melaksanakan program workshop dimana guru-guru mengikuti program pelatihan yang pelaksanaannya dilakukan disekolah. Pengamatan : observasi untuk melihat efek dari kegiatan workshop terhadap kemampuan guru dalam menyusun atau membuat penelitian tindakan kelas. Refleksi : Refleksi dilakukan untuk menemukan kelebihan dan kekurangan kegiatan workshop yang telah dilakukan pada siklus I, sehingga menjadi dasar perbaikan pada perencanaan siklus II dengan teknik menganalisis lembar wawancara, observasi dan diskusi.

Siklus II Perencanaan :menyusun rancangan kegiatan workshop yang meliputi tujuan, materi, pendekatan dan metodologi pelatihan, peserta, narasumber yang akan mengisi,waktu dan tempat, bahan, model dan alat evaluasi pelatihan Pelaksanaan : melaksanakan program workshop dimana guru-guru mengikuti program pelatihan yang pelaksanaannya dilakukan disekolah. Penekanan pada siklus II adalah pendampingan pada guru yang masih kurang dalam pemanfaatan media pembelajaran Pengamatan : observasi untuk melihat efek dari kegiatan workshop terhadap kemampuan guru menyusun penelitian tindakan kelas. Refleksi : Teknik yang digunakan adalah menganalisis lembar observasi untuk mengetahui komponen penyusunan PTK yang telah dibuat dan yang belum dibuat oleh guru. Diharapkan pada akhir siklus II ini kemampuan guru dalam menyusun penelitian tindakan kelas meningkat.

C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan diskusi. 76


a. Wawancara menggunakan panduan wawancara untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki guru tentang penyusunan Penelitian Tindakan Kelas. b. Observasi menggunakan lembar observasi untuk mengetahui komponen kemampuan yang telah dikuasai oleh guru .Diskusi dilakukan dengan maksud untuk sharing pendapat antara peneliti dengan guru mitra.

D. Teknik Analisis Data Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus penelitian dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik prosentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kemampuan menyusun PTK. Untuk data kemampuan menyusun PTK dianalisis dengan menggunakan deskriftif kuantitatif berupa rata-rata, nilai minimum dan nilai maksimum. Untuk data hasil observasi digunakan analisis deskriftif kualitatif, dan untuk data hasil dokumentasi digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan guru dalam menyusun PTK. Untuk keperluan refleksi dilakukan teknik matching atau perbandingan antara hasil tindakan dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Selain itujuga dilakukan interprestasi hasil analisis dan semua data observasi secara cermat agar dapat ditentukan tindakan perbaikan yang tepat untuk perbaikan atau pengembangan tindakan berikutnya. Jika hasil analisis dan refleksi menunjukkan hasil tindakan lebih baik atau sama dengan indikator yang telah ditetapkan, maka penelitian ini dinilai berhasil. Jika hasilnya lebih jelek, maka penelitian tindakan ini ditetapkan belum berhasil, dan selanjutnya dilakukan perbaikan ulang dalam siklus kegiatan kedua dan seterusnya. Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan penelitian, maka diperlukan analisis data. Pada penelitian tindakan sekolah ini digunakan analisis

deskriptif

kualitatif,

yaitu

metode

penelitian

yang

bersifat

menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan 77


tujuan untuk mengetahui kemampuan menyususn PTK yang dicapai guru, juga untuk mengetahui respon guru terhadap kegiatan workshop.

78


DAFTAR PUSTAKA

Arief S. Sadiman,dkk. 2011. Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press. Arsyad (2013:2), http://fatkhan.web.id/pengertian-media-pembelajaran.ict/

Basri, Hasan dan Rusdiana, A. 2015. Manajemen Pendidikan dan Pelatihan. Bandung: Pustaka Setia

Corinorita. (2017). Pelaksanaan In House Training untuk Meningkatkan Kompetensi Guru dalam Menyusun RPP. Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, Sains dan Humaniora. Depdiknas. 2005. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Depdiknas Depdiknas. 2003. UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2016. Permendikbud RI No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses. Eriston, Heldy, 2011. Peningkatan Kemampuan Guru Dalam Membuat Power Point Untuk Media Pembelajaran Melalui In House Training Di SMK Teknik Industry Purwakarta, Laporan Penelitian makalah Tindakan Sekolah, di unduh 10 Oktober 2015. http://www.slideshare. net/Eriston/laporan-ptsptk-total. Fidyawati. 2013. Efektifitas In House Training Dalam Peningkatan Kompetensi Guru, di SMA Laboratorium Percontohan UPI di Bandung. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Giarti, Suhardi Astuti (2016), “Implementasi TQM Melalui pelatihan In House Training Untuk meningkatkan Kompetensi pedagogic Guru SD”, Tesis magister Manajemen pendidikan tak diterbitkan-FKIP-UKSW Salatiga. 79


Gerlach, Vernon S., and Donald P. Ely, 1971, Teaching and media : A systematic approach, Prentice-Hall, Englewood Cliffs, N.J Hamalik, O. Media Pendidikan, cetakan ke-7, Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, 1994 Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo, Teknologi Komunikasi dan Informasi Pembelajaran, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010, cet, 2 Corinorita. (2017). Pelaksanaan In House Training untuk Meningkatkan Kompetensi Guru dalam Menyusun RPP. Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, Sains dan Humaniora. Kemendiknas. 2010. Penelitian Tindakan Sekolah. Jakarta. Nasution, S. 2005. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara. PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Prastowo (Septiani 2016), http://fatkhan.web.id/pengertian-media-pembelajaranict/ Purwanto, Ngalim, M. 2012. Administrasi dan supervisi pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Pengertian

inhouse

training tersedia

[online]

pada:

pengertian-pengertian- info.blogspot.co.id/2016/10/pengertian-tujuan-danmanfaat.html Rusli. 2009. Teknologi Komunikasi dan Informasi Dalam Pendidikan. Jakarta: GP Press. Sudarsono, F.X. 1999. Pedoman pelaksanaan Penelitian Tindakan Sekolah. Yogjakarta: Ditjen Dikti.

Sudarwan danim ( 1995:1-2 ). Keterampilan Belajar .Jakarta : Gramedia Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. 80


Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat Publishing.Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi kedua. Sudarsono, F.X. 1999. Pedoman pelaksanaan Penelitian Tindakan Sekolah. Yogjakarta: Ditjen Dikti.

Sudarwan danim ( 1995:1-2 ). Keterampilan Belajar .Jakarta : Gramedia Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat Publishing.Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi kedua.

81


BAB IV PENUTUP

A. Simpulan Pengawas sekolah sebagai salah satu unsur tenaga kependidikan memiliki peran yang penting dan strategis dalam peningkatan mutu pendidikan. Pengawas sekolah merupakan tenaga kependidikan yang memiliki tugas membina kemampuan profesional tenaga pendidik, tenaga administrasi sekolah, dan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja sekolah di tingkat satuan pendidikan. Pengawas sekolah memiliki tanggung jawab terhadap sekolah binaannya, baik di bidang akademik maupun bidang manajerial. Mengingat tugas dan tanggung jawab pengawas sekolah sangat penting, maka pengawas sekolah harus memiliki kompetensi, dan kreativitas yang tinggi sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007. Kegiatan OJT ini memberikan bekal yang sangat berharga bagi para calon pengawas sekolah, karena dari hasil In Service Training 1 seperti pembinaan guru melalui supervisi akademik, penilaian kinerja kepala sekolah dan guru, pembimbingan dan pelatihan professional guru dan kepala sekolah serta menyusun proposal PTS dapat diimplementasikan secara nyata. Temuantemuan dan kendala-kendala pelaksanaan OJT2 merupakan pengalaman yang sangat baik untuk meningkatkan kompetensi calon pengawas sekolah, karena temuan-temuan tersebut akan dijadikan bahan diskusi dan pemecahan masalah pada In Servive Learning 2. Pelaksanaan OJT2 di sekolah tempat calon pengawas bertugas dan di sekolah magang yang telah dilakukan penulis dapat disimpulkan bahwa kegiatan OJT2 dilaksanakan untuk :

82


1. Mendeskripsikan profil sekolah, yaitu profil sekolah tempat calon pengawas bertugas (SMA Negeri 9 Tangerang), dan profil sekolah magang (SMA Negeri 10 Tangerang). 2. Meningkatkan tugas kepengawasan dalam pembinaan guru melalui supervisi akademik meliputi kegiatan pra observasi, observasi dan pasca observasi 3.Meningkatkan tugas kepengawasan dalam Penilaian Kinerja Kepala Sekolah (PKKS) dan menganalis hasil Penilaian Kinerja Guru (PKG) yang dilakukan oleh kepala sekolah 4.Meningkatkan tugas kepengawasan dalam Pembimbingan dan Pelatihan (Bimlat) Profesional Guru dan/atau Kepala Sekolah melalui In House Training di sekolah tempat calon pengawas bertugas (SMA Negeri 9 Tangerang) 5.Meningkatkan kemampuan calon pengawas dalam penyusunan proposal Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) 6.Meningkatkan kompetensi calon pengawas sekolah berdasarkan hasil Analisis Kebutuhan Pengembangan Keprofesian (AKPK) di sekolah magang (SMA Negeri 10 Tangerang)

B. Saran dan Rekomendasi 1.

Bagi calon pengawas sekolah, kegiatan OJT sangat banyak manfaatnya,

terdapat ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai seorang pengawas profesional, proses dan hasil OJT dapat dijadikan sebagai acuan dan motivasi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengawas sekolah. 2.

Bagi guru selayaknya kegiatan OJT yang dilakukan oleh calon Pengawas

dapat disambut dengan baik karena dapat meningkatkan kemampuan profesional guru dan penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang bersangkutan. 83


3.

Bagi kepala sekolah, pelaksanaan OJT yang dilakukan oleh calon

Pengawas kiranya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya terutama untuk mengetahui dan merefleksi segala kekurangan dan mampu meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan di sekolah. 4.

Bagi LPPKS, dalam kegiatan peningkatan kompetensi calon pengawas

berdasarkan Analisis Kebutuhan Pengembangan Keprofesian (AKPK) sebaiknya tidak disekolah magang dengan kepala sekolah akan tetapi dengan pengawas senior dilingkungan Dinas Pendidikan dimana calon pengawas bertugas, sehingga relevansi terhadap peningkatan kompetensi calon pengawas akan sesuai dengan indicator kompetensi yang ditingkatkan.

84


DAFTAR PUSTAKA

Direktorat

Tenaga Kependidikan. (2007). Evaluasi

Program

Supervisi Pendidikan. Modul A3-2. Jakarta: Depdiknas Direktorat Tenaga Kependidikan. (2007). Penilaian Kinerja Guru. Modul 04 A3.Jakarta: Depdiknas. Direktorat

Tenaga Kependidikan. (2007). Penilaian

Kinerja Kepala

Sekolah.Modul 04-A2. Jakarta: Depdiknas. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Panduan Kerja Pengawas Sekolah. Direktorat Prmbinaan Tendik Dikdasmen. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya.Kemeneg PAN dan RB. Jakarta Peratutan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia (permenneg PAN dan RB) nomor 14 tahun 2016 tentang Perubahan atas Permeneg PAN dan RB Nomor 21 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 143 Tahun 2014 Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya. Kemendikbud. Jakarta. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016. Standar Kompetensi Lulusan. Kemendikbud. Jakarta. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016. Standar Isi. Kemendikbud. Jakarta 85


Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016. Standar Proses. Kemendikbud. Jakarta. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016. Standar Penilaian Pendidikan. Kemendikbud. Jakarta. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007. Standar Kompetensi Pengawas Sekolah/Madrasah. Kemdiknas. Jakarta. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007. Standar Pengelolaan Pendidikan. Kemdiknas. Jakarta. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007. Standar Sarana dan Prasarana. Kemdiknas. Jakarta. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 69 Tahun 2008. Standar Pengelolaan Pendidikan. Kemdiknas. Jakarta. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2008. Standar Tenaga Administrasi Sekolah/Madrasah. Kemdiknas. Jakarta. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 26 Tahun 2008. Standar Tenaga Laboratorium Sekolah/Madrasah. Kemdiknas. Jakarta. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Standar Nasional Pendidikan. 16 Mei 2005 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41. Jakarta. Peraturan menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2016 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas sekolah PMPTK.

2009,

Bahan

Belajar

Mandiri

Supervisi

Manajerial

“Program

BERMUTU”. Pusbangtendik. Purwanto, Ng. 2010. Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 86


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. 8 Juli 2003. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 4301. Jakarta. 2008. Instrumen Supervisi. Ditendik-Dirjen PMPTK. Jakarta. 2008. Metode dan Teknik Supervisi. Ditendik-Dirjen PMPTK. Jakarta. 2017. Panduan Supervisi Akademik. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. Direktorat Pembinaan Pendidikan dasar dan Menengah kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

87


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.