PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, STUKTUR MODAL, GOOD CORPORATE GOVERNANCE,DAN FUNDAMENTAL MAKRO TERHADAP KINERJA KEUANGAN SERTA IMPLIKASINYA PADA NILAI PERUSAHAAN Studi pada Perusahaan-perusahaan Real Estate yang Listed di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2012 RINGKASAN DISERTASI
Oleh: LUKMAN PURNOMOSIDI NIM: 107030102112003
PROGRAM DOKTOR ILMU ADMINISTRASI MINAT ILMU ADMINISTRASI BISNIS
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014
Dr. Ir. Lukman Purnomosidi, MBA Ketua Kehormatan REI
Saya ingin mempersembahkan tulisan ini Untuk Istriku tercinta Lucy, anak-anakku tersayang Rio & Dinda, Keluarga Besar Real Estat Indonesia (REI), Sahabat-sahabatku Komunitas Pegiat Perumahan Rakyat & Pembangunan Perkotaan serta Teman-teman Pemangku Kepentingan sektor Perumahan dan Permukiman Indonesia .....
ii RIWAYAT HIDUP Lukman Purnomosidi, lahir di Surabaya, 7 Januari 1959. Dalam perkawinan dengan Dra. Loes Pri Ekawati, MARS, penulis memiliki dua anak Dimas Ario Shakti Mumpuni (26 tahun, lulusan Multi Media University (KL) dan sekarang melanjutkan MBA Program di ITB), serta Adinda Mutiara Sabila (24 tahun, lulusan NATIONAL UNIVERSITY of SINGAPORE (NUS)). Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN Kebangsaan Gresik tahun 19651971, SMPN 1 Gresik tahun 1972-1975, SMAN 2 Surabaya tahun 1975-1978. Pendidikan sarjana (gelar Ir) ditempuh di Institut Teknologi Bandung (ITB) Jurusan Teknik Sipil, spesialisasi Construction Management tahun 1978-1983, serta pendidikan magister (gelar MBA) ditempuh di LPPM Business School dengan spesialisasi Strategic Management, tahun 1985-1986. Pendidikan nonformal yaitu Lemhannas KRA XXXIII di Lembaga Ketahanan Nasional RI tahun 2000. Pengalaman pekerjaan penulis adalah 1) President of PT Eureka Prima Jakarta, Tbk: Property Business, 2) Commisioner of PT Bakrieland Dev’t Tbk: Property Business, 3) President of PT Senopati Aryani Prima : Property Business, 4) President of PT Prima Jaringan : Property Business, serta 5) President of PT Mahardika Gagas Sejahtera : Property Business. Adapun proyek yang sedang dikerjakan saat ini adalah 1) EUREKA Township, an Integrated Superblock Dev’t, Jkt., 2) Senopati Penthouse, a luxury Apartment, Jakarta, 3) Casablanca Village, an Integrated Superblocks, Jakarta, dan 4) Kemang Penthouse, a luxury Apartment, Jakarta. Pengalaman organisasi penulis pada Real Estate Indonesia (REI), Kamar Dagang dan Industri (Kadin), organisasi internasional, serta organisasi sosial. Pada organisasi REI, penulis menjabat sebagai Ketua Kehormatan (2007-present), Ketua Umum (2004-2007), Wk Ketua Umum (2001-2004), Wk Ketua Umum ( 1998-2001), serta Ketua SatGas Restrukturisasi Hutang Pengembang REI (1998-2001). Pada organisasi KADIN, penulis menjabat sebagai Penasehat KADIN Indonesia, Wk Ketua Umum bid Perumahan & Infrastruktur, Ketua Komite Kadin Infrastructur untuk NATIONAL SUMMIT 2008, Ketua Penyusun ROAD MAP Infrastruktur 20092014, Ketua Penyusun ROAD MAP Perumahan Rakyat 2009-2014, Chief Editor of Kadin’s Book “INDONESIA Investment Opportunity 2010-2014, The Most Prospective Sectors in 33 Provinces”. Pada organisasi internasional, penulis mengikuti FIABCI (Federation on International Real Estate Association): Professional Member (1998- Present), FIABCI Asia Pacific: Vice President (20042007), FIABCI Indonesia: President (2004-2007), AAPH (Asean Association for Planning & Housing): Vice President (2005). Pengalaman organisasi di bidang sosial di antaranya: Yayasan LPPM : Anggota Badan Pengawas, Ikatan Alumni LPPM : Ketua Umum (2004-2006), Alumni Lemhannas XXXIII : Sekretaris Jendral (2001-sekarang), serta Alumni ITB : Committte Member.
iii UCAPAN TERIMAKASIH Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas segala berkatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan disertasi dengan judul “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Stuktur Modal, Good Corporate Governance,Dan Fundamental Makro Terhadap Kinerja Keuangan Serta Implikasinya Pada Nilai Perusahaan�. Disertasi ini tidak akan pernah dapat selesai tanpa adanya bimbingan, bantuan, motivasi serta doa restu dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan hati yang tulus penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dengan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada : 1. 2. 3.
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Prof. Dr. Suhadak, M.Ec selaku Promotor penulis atas bimbingan dan dukungannya dalam menyelesaikan disertasi ini. Prof. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec., Ph.D selaku Ko-Promotor atas motivasi, kesabaran dan bimbingannya dalam menyelesaikan disertasi ini. Dr. M. Dzulkirom A.R. selaku Ko-Promotor atas kesabaran dan ketelitiannya dalam memberikan bimbingan dalam menyelesaikan disertasi ini. Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang. Prof. Dr. Suhadak, MEc selaku Ketua Program Doktor Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya Malang. Drs. Andy Fefta Wijaya MDA. Ph.D selaku Koordinator Kelas Jakarta Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya Malang. Prof. Dr. Setyaningsih, SE selaku penguji tamu untuk memberikan masukan atas kesempurnaan penyusunan disertasi ini. Prof. Dr. Ir. Bunasor Sanim, M.Sc selaku penguji tamu untuk memberikan masukan atas kesempurnaan penyusunan disertasi ini. Prof. Dr. TaherAlhabsji selaku penguji memberikan masukan atas kesempurnaan penyusunan disertasi ini. Dr. Sri Mangesti Rahayu, M.Si selaku penguji untuk memberikan masukan atas kesempurnaan penyusunan disertasi ini. Dr. Siti Ragil Handayani, M.Si selaku penguji untuk memberikan masukan atas kesempurnaan penyusunan disertasi ini. Dr. Zainul Arifin, MS selaku penguji untuk memberikan masukan atas kesempurnaan penyusunan disertasi ini Pihak-pihak terkait lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu, pihak-pihak tersebut juga dengan tulus ikut memberikan dukungan dan dorongan hingga Disertasi ini dapat terselesaikan.
iv
Saya ingin mempersembahkan tulisan ini Untuk Istriku tercinta Lucy, anak-anakku tersayang Rio & Dinda, Keluarga Besar Real Estat Indonesia (REI), Sahabat-sahabatku Komunitas Pegiat Perumahan Rakyat & Pembangunan Perkotaan serta Teman-teman Pemangku Kepentingan sektor Perumahan dan Permukiman Indonesia .....
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan sembah bagi-Mu Tuhan karena disertasi yang berjudul Pengaruh Ukuran Perusahaan, Stuktur Modal, Good Corporate Governancedan Fundamental Makro Terhadap Kinerja Keuangan serta Implikasinya pada Nilai Perusahaan telah dapat penulis selesaikan dengan baik. Dalam tulisan ini, disajikan pokok-pokok bahasan yang meliputi:Ukuran Perusahan, Struktur Modal, Good Corporate Governance, Fundamental Makro, Kinerja Keuangan, serta Nilai Perusahaan. Diharapkan tulisan ini bisa menjadi salah satu acuan atau referensi bagi peneliti berikutnya maupun para praktisi yang tertarik pada kajian industri real estate. Peneliti menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan, meskipun telah dikerahkan segala kemampuan untuk lebih teliti, tetapi masih dirasakan banyak hal yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang membangun agar tulisan ini bisa bermanfaat bagi yang membutuhkan. Malang, 15 Desember 2014 Lukman Purnomosidi
vi ABSTRAK Perkembangan jumlah penduduk tinggi membutuhkan penyediaan perumahan sekaligus merupakan peluang bisnis. Pertambahan jumlah penduduk menciptakan kebutuhan akan penyediaan perumahan menumbuhkan peluang bisnis sektor properti. Perkembangan industri properti dalam tahun 2007-2012 menunjukkan pertumbuhan yang meyakinkan, ditandai dengan maraknya pembangunan perumahan, apartemen perkantoran, hotel di berbagai kota di Indonesia. Perusahaan pada industri properti harus dapat merumuskan strategi yang jitu dalam mengelola bisnisnya sehingga agar apa yang menjadi tujuan perusahaan dapat tercapai. Tujuan perusahaan dengan merujuk pada Theory of the Firm yaitu memaksimalkan kekayaan atau nilai perusahaan, untuk itu pada penelitian ini ingin menguji pengaruh Ukuran Perusahaan, Stuktur Modal, Good Corporate Governance, Fundamental Makro terhadap Kinerja Keuangan serta implikasinya pada Nilai Perusahaan. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori dengan menggunakan pendekatan kuantitatif desain korelasional melalui Partial Least Square (PLS). Penelitian menggunakan data panel, yakni penggabungan data cross sectional dan data time series. Data yang dipergunakan terdiri dari 36 perusahaan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama lima tahun terakhir, yakni mulai tahun 2007 sampai tahun 2012, yang memenuhi kriteria: Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007-2012, Tersedia data laporan keuangan selama kurun waktu penelitian, Tidak di-delisting dalam kurun waktu tersebut, serta Perusahaan menerbitkan laporan penerapan Good Corporate Governance. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Ukuran Perusahaan, Struktur Modal, Good Corporate Governance, dan Fundamental Makro terhadap Kinerja Keuangan. Semakin tinggi Ukuran Perusahaan, Struktur Modal, Good Corporate Governance, dan Fundamental Makro maka akan semakin tinggi pula Kinerja Keuangannya. Terdapat pengaruh yang signifikan antara Struktur modal dan Kinerja keuangan terhadap Nilai Perusahaan. Semakin tinggi Struktur dan Kinerja Keuangan maka akan semakin tinggi pula Nilai Perusahaan. Variabel Ukuran Perusahaan, Good Corporate Governance serta Fundamental Makro tidak berpengaruh secara langsung terhadap Nilai Perusahaan, akan tetapi berpengaruh signifikan melalui variabel Kinerja Keuangan.Semakin tinggi Ukuran Perusahaan, Good Corporate Governance serta Fundamental Makro, akan berdampak pada semakin tinggi Nilai Perusahaan, jika Kinerja Keuangan semakin tinggi. Kata Kunci:
Ukuran Perusahaan, Struktur Modal, Good Corporate Governance, Fundamental Makro, Kinerja Keuangan dan Nilai Perusahaan.
vii DAFTAR ISI BAB I
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ........................................................................ 1.2. Perumusan Masalah ................................................................ 1.3. Tujuan Penelitian...................................................................... 1.4. Manfaat Penelitian....................................................................
1 4 4 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Agensi ............................................................................. 2.2. Teori Ukuran ............................................................................ 2.3. Teori Struktur Modal ................................................................. 2.4. Teori Pecking Order ................................................................. 2.5. Teori Pensinyalan..................................................................... 2.6. Teori Shareholding dan Stakeholding ...................................... 2.7. Teori Arbitrage Price ................................................................ 2.8. Kajian Teoritis Variabel Penelitian ............................................ 2.9. Kajian Teoritis Hubungan Antar Variabel ................................. 2.10. Penelitian Terdahulu ................................................................
6 6 6 6 7 7 7 8 12 15
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Konseptual ............................................................... 3.2. Pengembangan Hipotesis ........................................................ 3.3. Model Hipotesis Penelitian .......................................................
18 18 21
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian .............................................................. 4.2. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................... 4.3. Metode Analisis Data:PLS ........................................................
23 23 24
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Analisis ............................................................................ 5.2. Pembahasan ............................................................................ 5.3. Temuan Penelitian ................................................................... 5.4. Keterbatasan Penelitian ...........................................................
26 34 47 51
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan .............................................................................. 6.2. Saran ........................................................................................
52 53
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
55
viii DAFTAR TABEL Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4.
Perbedaan Penelitian ini dengan Penelitian Terdahulu ................. Perusahaan Real Estate yang dijadikan sampel ............................ Pengujian Asumsi Linieritas ........................................................... Hasil Pengujian Indikator Pembentuk Variabel Ukuran Perusahaan ............................................................................... 27 Tabel 5. Hasil Pengujian Indikator Pembentuk Variabel Struktur Modal ...... Tabel 6. Hasil Pengujian Indikator Pembentuk Variabel GCG ..................... Tabel 7. Hasil Pengujian Indikator Pembentuk Variabel Fundamental Makro ............................................................................................. Tabel 8. Hasil Pengujian Indikator Pembentuk Variabel Kinerja Keuangan . Tabel 9. Hasil Pengujian Indikator Pembentuk Variabel Nilai Perusahaan .. Tabel 10. Hasil Pengujian Hipotesis dalam Inner Model: Pengaruh Langsung ....................................................................................... Tabel 11. Hasil Pengujian Hipotesis dalam Inner Model: Pengaruh Tidak Langsung .......................................................................................
17 24 26
27 28 29 30 30 31 33
ix DAFTAR GAMBAR Gambar 1.Kerangka Konseptual..................................................................... Gambar 2.Model Hipotesis Penelitian ............................................................. Gambar 3.Model Penelitian ............................................................................ Gambar 4.Hasil Pengujian Hipotesis dalam Inner Model: Pengaruh Langsung .......................................................................................
18 22 25 32
1 I. PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Ada tiga kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi, sebelum memenuhi keinginan yang lain, yaitu sandang, pangan dan papan. Sandang adalah apa yang kita pakai, jika tidak terpenuhi maka manusia akan mudahnya masuk angin serta terserang berbagai macam penyakit. Pangan adalah apa yang kita makan, jika tidak terpenuhi maka manusia akan mengalami kelaparan. Papan adalah tempat tinggal, jika tidak terpenuhi maka manusia akan menjadi tuna wisma. Tiga kebutuhan yang disebut kebutuhan primer, ini tidak bisa dipisahkan.Jika tanpa ketiganya, maka manusia tidak mampu menjalani kehidupan. Perkembangan jumlah penduduk sangat tinggi di tempat penyediaan papan (perumahan) sekaligus merupakan peluang bisnis, yang dimanfaatkan dengan berdirinya organisasi yang disebut Real Estate (pengembang perumahan), serta sektor bisnis yang mengalami perkembangan disebut sektor properti Bagi Indonesia, dampak pertumbuhan sektor properti jelas terefleksi dari kontribusi sektor konstruksi terhadap agregat ekonomi RI yang terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Pengaruhnya berdampak pada beberapa sektor utamanya terhadap penyerapan tenaga kerja juga cukup signifikan. Sekurangnya 6% dari total tenaga kerja terserap langsung oleh sektor konstruksi dan tambahan sekitar 4% dari total tenaga kerja terserap oleh sektor-sektor lain yang terkait properti. Kondisi ini tentu harus tetap dijaga agar ke depannya mampu bertahan dan bahkan dapat menunjukkan kinerja lebih baik. Oleh karena itu, perusahaan pada industri properti harus dapat merumuskan strategi yang jitu dalam mengelola bisnisnya sehingga agar apa yang menjadi tujuan perusahaan dapat tercapai. Tujuan perusahaan dengan merujuk pada Theory of the Firm yaitu memaksimalkan kekayaan atau nilai perusahaan (Salvatore, 2005).Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham (Sujoko dan Soebiantoro, 2007). Wahyudi dan Pawestri (2006) juga menyatakan bahwa nilai perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya. Nilai perusahaan juga dapat dilihat dari price book value (PBV) yang merupakan perbandingan antara harga saham dengan nilai buku per lembar saham (Ang, 1997). Dalam perkembangannya, perusahaan lebih mengutamakan kebutuhan dananya dengan mengutamakan pemenuhan dengan sumber dari dalam perusahaan. Tetapi seiring kebutuhan perusahaan yang semakin banyak, perusahaan harus menjalankan aktivitasnya dengan bantuan dana dari luar, baik berupa hutang (debt financing) atau dengan mengeluarkan saham baru (external equity financing).Kalau kebutuhan dana hanya di penuhi dengan hutang saja, maka ketergantungan dengan pihak luar akan semakin besar dan resiko finansialnya semakin besar pula.Perbandingan hutang dan modal sendiri dalam struktur financial perusahaan di sebut struktur modal (Husnan, 2000). Keunikan nilai perusahaan khususnya pada sektor property (real estate) pada penguasaan tanah (land banking). Dalam konsep ekonomi, tanah mempunyai nilai, termasuk nilai perusahaan jika tanah menjadi milik perusahaan.Tanah mempunyai karakteristik yang unik, karena tidak dapat digunakan secara bersama-sama dengan investasi lain.
2 Menurut Siregar (2011), dalam industri properti yang berkembang selama ini, pengembang dituntut mencari lahan sendiri untuk pembangunan hunian murah, sehingga tanah kerap dijadikan ajang spekulasi. Salah satu aktivitas terkait bisnis pertanahan diantaranya adalah “land bangking�. Land banking adalah kegiatan membeli tanah tertentu, setelah itu si pembeli menunggu dalam jangka tertentu hingga tanah tersebut menguntungkan untuk dijual pada pihak lain jauh melebihi harga belinya.Kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat melalui Return on Asset (ROA), dan Return on Investment (ROI). Kinerja keuangan yang berfungsi dan sering digunakan untuk memprediksi harga saham atau return saham adalah return on asset (ROA) atau return on investment (ROI). Return On Asset (ROA) atau ROI digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Jika Return On Asset (ROA) semakin meningkat, maka kinerja perusahaan juga semakin membaik, karena tingkat kembalian semakin meningkat (Hardiningsih et.al., 2002).Perusahaan agar dapat memaksimalkan laba yang didapat oleh perusahaan, manajer keuangan perlu mengetahui faktor-faktor yang memiliki pengaruh besar terhadap kinerja keuangan. Dengan mengetahui pengaruh dari masing-masing faktor terhadap kinerja keuangan, perusahaan dapat menentukan langkah untuk mengatasi masalah-masalah dan meminimalisir dampak negatif yang yang timbul. Organisasiorganisasi pengembang pemukiman (Real Estate) untuk berkembang dalam persaingan, memerlukan beberapa hal antara lain: Pertama, ukuran perusahaan (companysize). Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, serta jumlah penjualan. Perusahaan yang berskala besar akan lebih mudah memperoleh pinjaman dibandingkan dengan perusahaan kecil.Kedua, struktur modal. Modal adalah kebutuhan bagi pengembang. Dengan harapan return yang diperoleh tinggi, diperlukanlah modal atau pinjaman baik jangka pendek (bagi modal/cash flow), maupun jangka panjang dengan equitas disamping pemilik maupun investor. Struktur modal yang optimal akan meminimalkan biaya modal. Baik buruknya struktur modal akan mempunyai efek langsung terhadap posisi finansial perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi nilai perusahaan.Ketiga, tata kelola perusahaan yang baik (goodcorporate governance). Untuk mencapai tujuan transparansi, kemandirian (azaz pengelolaan optimal), serta pertanggungjawaban diperlukan tata kelola perusahaan yang baik.Good corporate governance merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham, dan stakeholders lainnya.Dalam faktanya, Kurniawan dan Indriantoro (2000) menunjukkan beberapa indikasi buruknya praktek corporate governance di Indonesia, yaitu: (1) Struktur kepemilikan yang masih didominasi keluarga sehingga perlindungan terhadap investor kecil masih lemah, (2) Fungsi dewan komisaris dalam membawa aspirasi atau kepentingan pemegang saham non-mayoritas juga masih lemah, (3) Belum adanya kewajiban membentuk audit committee sehingga informasi keuangan yang disampaikan diragukan kualitasnya, (4) Praktek fair business yang masih lemah, (5) Transparansi dan disclosure yang masih rendah, (6) Praktek manajemen risiko yang belum baik, dan (7) Perlindungan terhadap kreditur yang masih lemah.Keempat, fundamental makro. Fundamental makro adalah aspek ekonomi
3 makro yang berhubungan dengan kinerja keuangan maupun nilai perusahaan.Uraian sebelumnya menunjukkan bahwa nilai perusahaan dan kinerja keuangan erat hubungannya dengan harga saham. Dalam hal ini perlu diketahui bahwa harga saham tidak hanya dipengaruhi keuntungan perusahaan semata, tetapi juga dipengaruhi faktor ekonomi, politik, dan keuangan suatu negara. Beberapa penelitian terdahulu telah menguji secara parsial pengaruh antara ukuran perusahaan, struktur modal, good corporate governance, dan fundamental makro terhadap kinerja keuangan, serta pengaruh antara ukuran perusahaan, struktur modal, good corporate governance, fundamental makro, dan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. Lehman et al. (2002), Campbel (2002), Gul (1999a dan 1999b); Chang &Rhee (1990); dan Utama dan Santoso (1998) secara parsial menguji pengaruh ukuran perusahaan terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Andrianto (2002), Fama &French (2002), Barclay, Marx &Smith (2003), Akhtar (2005),Chen and Strange (2006), Natarsyah (2000), dan Ratnasari (2003) secara parsial menguji pengaruh struktur modal terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Moh'd, Perry &Rimbey (1998); Dutta (1999); Khomsiyah dan Rahayu (2005), Klein (2002), Dechow et al. (1996), Wedari (2004) secara parsial menguji pengaruh good corporate governance terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Di sisi lain, Oktavia (2009), Park (1997), Joseph (2002), Ajayi dan Mougoue (1996), Sugiri (2000), Hardiningsih et al.(2002), Utami dan Rahayu (2003), dan Prasetya (2000) secara parsial menguji pengaruh fundamental makro terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Orisinalitas (novelty) dari penelitian ini terlihat dari dua aspek. Pertama, belum ada penelitian yang menguji secara komprehensif antara ukuran perusahaan, struktur modal, good corporate governance, dan fundamental makro terhadap kinerja keuangan, serta pengaruh antara ukuran perusahaan, struktur modal, good corporate governance, fundamental makro, dan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. Oleh karena itu, sisi utama yang membedakan dengan penelitian lain adalah pada penelitian ini melakukan pengujian hubungan secara komprehensif yaitu dengan mengelaborasi beberapa penelitian secara keseluruhan dalam bentuk pengujian pengaruhukuran perusahaan, struktur modal, good corporate governance, dan fundamental makro terhadap kinerja keuangan, serta pengaruhnya terhadap nilai perusahaan. Kedua, penelitian ini fokus pada perusahaan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga saat ini belum ada penelitian yang menguji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan properti di Indonesia. Ketiga: Penambahan dua aspek makro lainnya yaitu neraca perdagangan (balance of trade), serta pertumbuhan ekonomi (economic growth) pada variabel Fundamental Makro menjadi orisinalitas (keterbaruan) pada penelitian ini. Dengan mengacu pada uraian di atas, maka dalam penulisan disertasi ini peneliti tertarik untuk mengambil judul: pengaruh ukuran perusahaan, stuktur modal, good corporate governance, fundamental makro terhadap kinerja keuangan serta implikasinya pada nilai perusahaan: Studi pada Perusahaan-perusahaan Real Estate yang Listed di Bursa Efek Indonesia.
4 1.2.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh signifikan ukuran perusahaan terhadap kinerja keuangan perusahaan sektor properti di BEI? 2. Apakah terdapat pengaruh signifikan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan sektor properti di BEI? 3. Apakah terdapat pengaruh signifikan struktur modal terhadap kinerja keuangan pada perusahaan sektor properti di BEI? 4. Apakah terdapat pengaruh signifikan struktur modal terhadap nilai perusahaan pada perusahaan sektor properti di BEI? 5. Apakah terdapat pengaruh signifikan good corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan sektor properti di BEI? 6. Apakah terdapat pengaruh signifikan good corporate governance terhadap nilai perusahaan pada perusahaan sektor properti di BEI? 7. Apakah terdapat pengaruh signifikan fundamental makro terhadap kinerja keuangan pada perusahaan sektor properti di BEI? 8. Apakah terdapat pengaruh signifikan fundamental makro terhadap nilai perusahaan pada perusahaan sektor properti di BEI? 9. Apakah terdapat pengaruh signifikan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan sektor properti di BEI? 1.3.
Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah: 1. Menguji dan menjelaskan pengaruh signifikan ukuran perusahaan terhadap kinerja keuangan perusahaan sektor properti di BEI. 2. Menguji dan menjelaskan pengaruh signifikan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan sektor properti di BEI. 3. Menguji dan menjelaskan pengaruh signifikan struktur modal terhadap kinerja keuangan pada perusahaan sektor properti di BEI. 4. Menguji dan menjelaskan pengaruh signifikan struktur modal terhadap nilai perusahaan pada perusahaan sektor properti di BEI. 5. Menguji dan menjelaskan pengaruh signifikangood corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan sektor properti di BEI. 6. Menguji dan menjelaskan pengaruh signifikangood corporate governance terhadap nilai perusahaan pada perusahaan sektor properti di BEI. 7. Menguji dan menjelaskan pengaruh signifikanfundamental makro terhadap kinerja keuangan pada perusahaan sektor properti di BEI. 8. Menguji dan menjelaskan pengaruh signifikanfundamental makro terhadap nilai perusahaan pada perusahaan sektor properti di BEI. 9. Menguji dan menjelaskan pengaruh signifikan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan sektor properti di BEI.
5 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a) Menguji secara empiris teori agensi (Jensen and Meckling, 1976) tentang cara agen memaksimalkan nilai perusahaan melalui faktor bawaan yaitu ukuran perusahaan atau melalui kebijakan keuangan yang sifatnya operasional berupa struktur modal ataukah melalui kebijakan manajemen berupa good corporate governance. b) Menguji secara empiris teori ukuran yang menyatakan semakin besar perusahaan semakin kompleks permasalahan yang dihadapi (Smith and Walts, 1992) sehingga manajemen membutuhkan lebih banyak pertimbangan dan keahlian dalam pengambilan keputusan terkait keputusan struktur modal guna memaksimalkan nilai perusahaan. c) Menguji secara empiris teori struktur modal yang menyatakan bahwa penggunaan bauran hutang dan ekuitas yang tepat sebagai sumber pendanaan dapat meningkatkan nilai perusahaan (Modigliani and Miller, 1958; Miller and Modigliani, 1963; serta Myers, 1977). d) Menguji secara empiris arbitrage pricing theory, di mana bahwa bahwa return yang akan diperoleh oleh pemegang saham ditentukan oleh faktor ekonomi makro. Selain tingkat inflasi, tingkat suku bunga juga dapat mempengaruhi return yang akan diperoleh oleh pemegang saham (Ross, 1976). e) Menguji secara empiris teori pensinyalan di mana pemaknaan kondisi perusahaan adalah berdasarkan perspektif orang di luar perusahaan. Sinyal tersebut akan dianalisis lebih lanjut oleh para analis sebelum para investor membuat keputusan untuk menjual atau membeli suatu saham perusahaan. Apabila terdapat sinyal positif maka investor akan tertarik untuk membeli saham perusahaan, sehingga nilai pasarnya naik; sebaliknya bila informasi negatif maka investor akan memilih untuk melepas saham suatu perusahaan (Bhushan, 1989). 2. Manfaat Praktis. a) Bagi Perusahaan Real Estate. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan terutama bagi manajer keuangan untuk menjadikan bahan pertimbangan di dalam pengambilan keputusan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan prestasi perusahaan dengan tidak mengesampingkan para pemegang saham. b) Bagi Investor. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi investor dapat dijadikan bahan pertimbangan yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan investasi di pasar modal (khususnya instrumen saham). c) Bagi Pemerintah. Hasil ini diharapkan menjadi bahan masukan kebijakan pemerintah khususnya terkait dengan aspek fundamental makro yaitu Inflasi, Suku Bunga Bank Indonesia, Kurs Rupiah terhadap Dollar, Neraca Perdagangan, maupun Pertumbuhan yang berimbas pada perkembangan sektor properti di Indonesia.
6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Agensi Teori agensi mengasumsikan bahwa principal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agent.Agent memiliki lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja perusahaan secara keseluruhan dan prospek di masa yang akan datang dibandingkan dengan principal. Hal inilah yang menyebabkan ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh principal dan agent.Ketidakseimbangan inilah yang disebut sebagai asimetri informasi. Adanya asumsi bahwa tiap pihak bertindak untuk memaksimalkan dirinya sendiri, mengakibatkan agent memanfaatkan adanya asimetri informasi yang dimilikinya untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui oleh principal. Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara principal dan agent mendorong agent untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada principal, terutama jika informasi berkaitan dengan pengukuran kinerja agent. Asimetri informasi ini mengakibatkan terjadinya Moral Hazard berupa usaha manajemen (management effort) untuk melakukan earnings management. 2.2. Teori Ukuran Teori ukuran menunjukkan bahwa semakin besar perusahaan akan semakin kompleks permasalahan yang dihadapi dan membutuhkan mekanisme pengawasan baik dari pihak eksternal maupun internal perusahaan yang lebih kompleks untuk mengatasinya (Smith and Watts; 1992). Semakin besar ukuran perusahaan seharusnya semakin besar kesempatan perusahaan untuk memaksimalkan nilainya. 2.3. Teori Struktur Modal Teori struktur modal (capital structure) berusaha menjelaskan dampak dari perubahan komposisi modal terhadap value perusahaan. Value perusahaan pada prinsipnya merupakan nilai present value dari proyeksi free cash flow perusahaan dengan tingkat diskonto adalah cost of capital yang dimiliki perusahaan. Nilai perusahaan tersebut akan sama dengan jumlah nilai marketdebt dan nilai market equity pada suatu struktur modal perusahaan.Modigliani and Miller (1958), Miller and Modigliani (1963) serta Myers, (1977) menjelaskan pentingnya memiliki kebijakan pendanaan yang optimal agar perusahaan tidak mengalami masalah keuangan akibat terlalu banyak utang Apabila perusahaan berada pada kondisi laba yang kecil bahkan rugi, maka lebih baik proporsi pendanaan melalui ekuitas lebih banyak karena apabila tidak memiliki arus kas, dividen dapat ditunda atau tidak dibayarkan. Apabila perusahaan dalam kondisi yang menguntungkan, pendanaan menggunakan utang akan lebih efektif karena besaran bunganya tidak meningkat mengikuti laba sebagaimana dividen. 2.4. Teori Pecking Order Pecking order theory menggambarkan sebuah tingkatan dalam pencarian dana perusahaan yang menunjukkan bahwa perusahaan lebih memilih menggunakaninternal equity dalam membiayai investasi dan mengimplementasikannya sebagai peluang pertumbuhan. Theory pecking ordermenyatakan bahwa perusahaan lebih suka pendanaan internal dibandingkan
7 pendanaan eksternal,utang yang aman dibandingkan utang yang berisiko serta yang terakhir adalah saham biasa (Myers &Majluf, 1984). Teori pecking order yang dibangun berdasarkan beberapa asumsi menekankan pada pentingnya financial slack yang cukup di perusahaan guna mendanai proyek-proyek bagus dengan dana internal. Internal equity diperoleh dari laba ditahan dan depresiasi atau amortisasi. Utang diperoleh dari pinjaman kreditur, sedang eksternal equity di peroleh karena perusahaan menerbitkan saham baru. 2.5. Teori Pensinyalan Pensinyalan adalah pemaknaan kondisi perusahaan berdasarkan perspektif orang di luar perusahaan. Sinyal tersebut akan dianalisis lebih lanjut oleh para analis sebelum para investor membuat keputusan untuk menjual atau membeli suatu saham perusahaan. Apabila terdapat sinyal positif maka investor akan tertarik untuk membeli saham perusahaan, sehingga nilai pasarnya naik; sebaliknya bila informasi negatif maka investor akan memilih untuk melepas saham suatu perusahaan (Bhushan, 1989). 2.6. Teori Shareholding dan Stakeholding R. Edward Freeman, Jeffrey S. Harrison, Andrew C. Wicks, Bidhan L. Parmar dan Simone De Colle (2010) menjelaskan bahwa shareholder primacy merupakan suatu konsepsi dalam tata kelola organisasi korporasi yang menyatakan bahwa kepentingan pemegang saham merupakan prioritas utama. “Utama� dalam hal ini dibandingkan dengan kepentingan orang, kelompok lain atau masyarakat pada umumnya. Teori ini mengatakan bahwa segala kegiatan pengelolaan korporasi atau perusahaan ditujukan bagi penciptaan laba yang sebesar-besarnya bagi pemegang saham. Direksi atau pengurus ditunjuk dan dipercayakan untuk mengurus dan mengelola semua sumber daya perusahaan demi profit atau laba bagi pemegang saham alias pemilik perusahaan. Teori Shareholder Primacy mengutamakan pemegang saham atau pemilik modal dalam seluruh tata kelola organisasi korporasi (perseroan terbatas), Stakeholder Theory atau Teori Pemangku Kepentingan menyatakan bahwa dalam tata kelola organisasi (korporasi), direksi atau pengelola harus memerhatikan pihak-pihak atau kelompokkelompok yang lebih luas daripada pemegang saham atau pemilik modal. Dalam teori ini, organisasi (korporasi) hadir bukan saja untuk pemegang saham, melainkan untuk semua pemangku kepentingan, yaitu pihak-pihak yang memengaruhi atau dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh organisasi, sasaransararan dan keputusan-keputusan yang dibuat atau akan dibuat oleh organisasi. 2.7. Teori Arbitrage Price Arbitagre price theory menyatakan bahwa return yang akan diperoleh oleh pemegang saham ditentukan oleh faktor ekonomi makro. Selain tingkat inflasi, tingkat suku bunga juga dapat mempengaruhi return yang akan diperoleh oleh pemegang saham. Dengan menggunakan APT, Chen, Roll and Ross dalam Bodie, Kane and Marcus (2008) membuktikan bahwa variabel-variabel makroekonomi memiliki pengaruh sistematis terhadap tingkat pengembalian (return) pasar saham. Kekuatan ekonomi mempengaruhi tingkat diskonto (discount rate), kemampuan
8 perusahaan untuk menggerakkan aliran kas (cashflow), dan pembayaran dividen di masa yang akan datang (future dividenpayouts). 2.8. Kajian Teoritis Variabel Penelitian 2.8.1. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan (size company) menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat dinyatakan dengan total aktiva atau total penjualan bersih. Semakin besar total aktiva maupun penjualan, maka semakin besar pula ukuran suatu perusahaan. Semakin besar aktiva, maka semakin besar modal yang ditanam; sementara semakin banyak penjualan, maka semakin banyak juga perputaran uang dalam perusahaan. Dengan demikian, ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki oleh perusahaan. Adapun pengukurannya sebagai berikut: a. Assets. Assets adalah sesuatu yang dimiliki oleh perusahaan setiap tahunnya, baik berupa asset tetap dan asset lancar dan lainya yang dipakai perusahaan dalam mengembangkan dan menciptakan produk usahanya dan untuk aktivitas lainya di dalam usahanya baik asset sebagai penunjang dan asset utama. b. Sales. Sales atau hasil penjualan adalah besarnya transaksi hasil penjualan dalam suatu kurun waktu yang dilakukan oleh dua belah pihak atau lebih dengan menggunakan alat pembayaran yang sah.Penjualan merupakan salah satu sumber pendapatan perusahaan yang melakukan transaksi jual dan beli, apabila semakin besar penjualan maka akan semakin besar pula pendapatan yang diperoleh. 2.8.2. Struktur Modal Struktur modal(capital structure), menurut Gitman (2000), merupakan kumpulan dana yang dapat digunakan untuk dialokasikan oleh perusahaan. Dana tersebut didapat dari hutang jangka panjang dan modal sendiri.Struktur modal tercermin secara keseluruhan pada sisi kanan (pasiva) dalam sebuah neraca.Contohnya hutang jangka panjang,hutang jangka pendek, dan modal ekuitas. Bagi Weston & Copeland (2007), struktur modal atau kapitalisasi perusahaan adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham. Selain itu, struktur modal juga dapat diartikan sebagai perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto, 2008).Pengukuran struktur modal melalui DER dan DAR sebagai berikut: a. Debt to Equity Ratio (DER) merupakan perbandingan antara seluruh pinjaman perusahaan baik pinjaman jangka panjang maupun pinjaman jangka pendek dengan modal sendiri perusahaan. DER mengukur kemampuan modal sendiri perusahaan dalam menjamin seluruh hutangnya. b. Debt to Assets Ratio (DAR) merupakan perbandingan antara seluruh pinjaman perusahaan, baik pinjaman jangka panjang maupun pinjaman jangka pendek dengan total aktiva perusahaan. DAR mengukur kemampuan aktiva perusahaan dalam menjamin seluruh hutangnya.
9 2.8.3. Good Corporate Governance (GCG) Corporate governance merupakan salah satu konsep yang dapat dipergunakan dalam meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan direksi, para pemegang saham dan pemangku kepentingan perusahaan lainnya. Corporate governance juga memberikan suatu struktur yang memfasilitasi penentuan sasaran-sasaran dari suatu perusahaan, dan sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja. Terkait dengan hal ini, Watts (2003) menyatakan bahwa salah satu cara yang di gunakan untuk memonitor masalah kontrak dan membatasi perilaku opportunistic manajemen adalah corporate governance. Tricker (1994) menyatakan bahwa corporate governance is concerned with the way corporate entities are governed, as distinct from the way business within those companies are managed. Corporate governance addresses the issuescing boards of directors, such as the interaction with top management, and relationship with the owners and others interested in the affairs of the company. Sedangkan Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (2004) menyatakan bahwa good corporate governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan guna memberikan nilai tambah pada perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang bagi pemegang saham dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku. Dalam realitasnya, implementasi GCG di perusahaan-perusahaan dapat dilakukan melaluipengukuran: c. Komisaris Independen. Dewan komisaris menggambarkan puncak dari sistem pengendalian pada perusahaan besar yang memiliki peran ganda, yaitu peran untuk memonitor dan sebagai pengesahan (ratification). Agar pelaksana ratifikasi efektif, dewan komisaris melibatkan manajer internal dengan keahlian tertentu; sedangkan agar pelaksanaan pengawasan efektif, maka dewan komisaris memasukkan anggota manajemen dari luar yang independen. d. Kepemilikan Manajerial. Kepemilikan manajerial merupakan perwujudan dari prinsip transparansi dari GCG. Dalam mengelola perusahaan, manajemen harus transparan agar tidak terjadi konflik kepentingan dengan para pemegang saham sebagai pemilik. Mehran (1992) mengartikan kepemilikan manajerial sebagai proporsi saham biasa yang dimiliki oleh manajemen. e. Komite audit. Komite audit adalah salah satu komite yang dibentuk oleh dewan komisaris dan bertanggungjawab kepada dewan komisaris dengan tugas dan tanggung jawab utama untuk memastikan prinsip-prinsip good corpotare governance, terutama transparansi dan disclousure diterapkan secara konsisten dan memadai oleh para eksekutif (Tjager, et al., 2003). 2.8.4 Fundamental Makro Variabel fundamental makro adalah variabel yang berkaitan dengan aspek makro yaitu inflasi, suku bunga bank Indonesia, serta nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar. a. Inflasi. Pengertian umum inflasi adalah kecenderungan naiknya harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau
10
b.
c.
d.
e.
mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain. Selain itu, inflasi juga dapat dimaknai sebagai suatu keadaan yang mengindikasikan semakin melemahnya daya beli yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil (intrinsic) mata uang suatu negara. Tingkat Suku Bunga. Menurut Nopirin (2006), suku bunga adalah biaya yang harus dibayar oleh peminjam atas pinjaman yang diterima dan merupakan imbalan bagi pemberi pinjaman atas investasinya. Suku bunga mempengaruhi keputusan individu terhadap pilihan membelanjakan uang lebih banyak atau menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan. Suku bunga juga merupakan sebuah harga yang menghubungkan masa kini dengan masa depan, sebagaimana harga lainnya maka tingkat suku bunga ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan penawaran (Suhaedi, 2000). Nilai Tukar. Nilai tukar mata uang asing (the exchange rate) atau nilai kurs menyatakan hubungan nilai di antara satu kesatuan mata uang asing dan kesatuan mata uang dalam negeri (en.wikipedia.org). Menurut FASB, kurs adalah rasio antara suatu unit mata uang tertentu dengan sejumlah mata uang lain yang bisa ditukar pada waktu tertentu. Menurut Lipsey et al. (1998), nilai tukar berarti nilai pada tingkat di mana dua mata uang yang berbeda diperdagangkan satu sama lain. Sedangkan menurut Dominic (2007), kurs didefinisikan sebagai harga mata uang luar negeri dalam satuan mata uang dalam negeri. Neraca Perdagangan. Balance of Trade (neraca perdagangan)adalah perbedaan antara nilai barang dan jasa yang dijual kepada bangsa asing (ekspor) dan nilai dari barang dan jasa yang dibeli dari negara-negara asing (impor) dalam suatu periode tertentu. Pemerintah bisa mempengaruhi neraca pembayaran melalui penggalakan ekspor (misalnya, dengan memberi rangsangan ekspor berupa penurunan pajak ekspor atau pemberian sertifikat Ekspor) dan mengurang impor (misalnya dengan menaikkan bea masuk), pemerintah bisa menciptakan surplus neraca pembayaran. Pertumbuhan Ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
2.8.5. Kinerja Keuangan Lebas and Euske (2002) mengartikan kinerja sebagai “doing today what will lead to measured value outcomes tomorrow�. Kemudian Laitinen (2002: 66) mendefinisikan kinerja sebagai “the ability of an object to produce results in a dimension determined a priori, in relation to a target.� Definisi ini menunjukkan bahwa kinerja adalah kemampuan sebuah objek untuk memproduksi hasil dalam sebuah dimensi yang telah ditentukan sebelumnya dalam hubungan terhadap suatu target. Dengan demikian kinerja merupakan kemampuan perusahaan untuk memproduksi barang atau jasa sesuai dengan target yang telah ditentukan. Sementara itu Minvielle, et al. (2008) mendefinisikan kinerja organisasi secara agregat yang mencakup lima praktek manajerial, yaitu pembelajaran dan
11 perubahan organisasi, komunikasi, koordinasi, penyelesaian masalah dan pengembangan keterampilan.Dalam konteks keuangan, Helfert (dalam Murti, 2011) mengatakan bahwa kinerja keuangan merupakan hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen. Untuk menilai kinerja keuangan perlu dilibatkan dampak keuangan kumulatif dan ekonomi dari keputusan dan mempertimbangkan dengan ukuran komparatif. Dalam penelitian ini profitabiltas sebagai ukuran kinerja keuangan diukur melalui Return on Investment (ROI) atau Return on Assets (ROA),Return on Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM), yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut: a. Return On Asset (ROA). ROA merupakan rasio profitabilitas (kinerja keuangan) yang digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA menunjukkan efektivitas perusahaan memanfaatkan dana untuk kepentingan perusahaan. Semakin tinggi rasio, maka makin profitable perusahaan secara relatif.Tinggi rendahnya pertumbuhan laba periode berikutnya sangat tergantung pada tinggi rendahnya ROA (setelah dividen diperhitungkan). b. Return on Equity (ROE). Menurut Sofyan (2007), profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya.Rasio profitabilitas yang menggambarkan kemampuan perusahaan mengahasilkan laba disebut juga operating ratio. Keuntungan yang akan diraih dari investasi yang akan ditanamkan merupakan pertimbangan utama bagi sebuah perusahaan dalam rangka pengembangan bisnisnya. Di samping itu, sehubungan dengan masalah dari ketidakpastian dari kondisi yang akan dihadapi, maka besarnya investasi yang ditanamkan harus diperhitungkan dalam pengambilan kebutuhan dana. c. Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin). Menurut Wahidahwati (2002), net profit margin (NPM) adalah rasio antara laba bersih (net profit), yaitu penjualan sesudah dikurangi dengan seluruh expenses termasuk pajak, dibandingkan dengan penjualan. Halim dan Sarwoko (1999) menyatakan bahwa net profit margin adalah perbandingan antara laba bersih (laba setelah biaya bunga dan pajak/EAT) dengan penjualan. Kemudian Husnan dan Pudjiastuti (2004) menyatakan bhawa rasio mengukur seberapa banyak keuntungan operasional diperoleh dari setiap rupiah penjualan. 2.8.6. Nilai Perusahaan (Firm Value) Pinches (2006) mendefinisikan nilai perusahaan sebagai: the total value firm is a function of the claims of both stockholders and bondholders on the firm. Market value of the firm is equal to the total of the market value of the stocks and the market value of firm’s bond (and other debts). Nilai total perusahaan, menurut Weston dan Copeland (2007), berarti nilai pasar seluruh komponen struktur keuangan perusahaan. Dari pengertian-pengertian ini dapat disimpulkan bahwa nilai perusahaan merupakan total nilai pasar saham, obligasi dan hutang perusahaan. Adapun pengukurannya sebagai berikut: a. Tobin’s Q (TQ). Nilai perusahaan sangatlah penting karena tingginya nilai perusahaan akan diikuti dengan peningkatan kemakmuran pemegang saham.
12 Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Salah satu cara untuk mengukur nilai perusahaan adalah menggunakan Tobin’s Q. Tobin’s Q ratio berhipotesis bahwa gabungan nilai pasar perusahaan atas bursa saham seharusnya sama dengan biaya pengganti mereka, dimana Q ratio merupakan perbandingan kapitalisasi saham perusahaan dengan nilai pengganti (replacement cost) aktiva perusahaan itu. Sebagai contoh, apabila nilai Q (antara 0 dan 1) berarti nilai pengganti aktiva perusahaan lebih besar dari nilai saham perusahaan, sedangkan apabila nilai Q (lebih besar dari 1) berarti bahwa nilai saham perusahaan lebih tinggi daripada nilai pengganti aktiva perusahaan. b. Price to Book Value(PBV). Price to Book Value adalah rasio antara harga pasar dan nilai buku saham. Untuk perusahaan-perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya rasio ini mencapai diatas satu, yang menunjukkan nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. PBV adalah indikator lain yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan. Semakin besar PBV semakin tinggi dinilai oleh pemodal relatif dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan. Nilai perusahaan tercermin dari harga saham. Apabila nilai perusahaan baik, yaitu mempunyai kinerja dan prospek yang bagus, maka investor bersedia membayar lebih untuk membeli sahamnya. Jadi, nilai perusahaan dapat diartikan sebagai harga yang bersedia dibayar oleh investor untuk memiliki suatu perusahaan. c. Stock Return (SR). Stock Returnadalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi saham yang dilakukannya. Setiap investasi, baik jangka pendek maupun jangka panjang, mempunyai tujuan utama untuk mendapatkan keuntungan yang disebut return, baik langsung maupun tidak langsung. Secara sederhana investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menempatkan dana pada satu atau lebih dari satu assets selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan atau peningkatan nilai investasi. Konsep risiko tidak terlepas kaitannya dengan return, karena investor selalu mengharapkan tingkat return yang sesuai atas setiap risiko investasi yang dihadapinya. Return saham adalah penghasilan yang diperoleh selama periode investasi per sejumlah dana yang diinvestasikan dalam bentuk saham. Secara praktis, tingkat pengembalian suatu investasi adalah persentase penghasilan total selama periode inventasi dibandingkan harga beli investasi tersebut. 2.9. Kajian Teoretis Hubungan Antar Variabel Penelitian 2.9.1. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan Miyajima, et al. (2003) menunjukkan pengaruh ukuran (size) terhadap kinerja perusahaan (ROA) sangat kuat. Perusahaan besar dengan akses pasar yang lebih baik mempunyai aktivitas operasional yang lebih luas sehingga mempunyai kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan yang besar yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Dengan kondisi seperti itu, maka antara ukuran perusahaan dan kinerja perusahaan memiliki hubungan positif. Hasil penelitian Ekawati (2004) yang berjudul Level of growth and accounting profitability in corporate value creation strategy juga membuktikan bahwa size berhubungan positif dengan ROA. Demikian pula penelitian Bardosa dan Louri (2003) juga
13 menunjukkan hasil sama bahwa size berpengaruh signifikan terhadap ROA. Dengan demikian ukuran perusahaan diprediksikan mempunyai hubungan positif dengan ROA sebagai indikator kinerja keuangan. 2.9.2. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan Watts dan Zimmerman (1996) menyatakan bahwa ukuran perusahaan digunakan sebagai pedoman biaya politik, biaya politik akan meningkat seiring dengan meningkatnya ukuran dan risiko perusahaan. Teori ini menjelaskan bahwa perusahaan besar mempunyai motivasi untuk melakukan manajemen laba dengan menurunkan laba guna menurunkan biaya politiknya. Penurunan laba akan menurunkan nilai buku saham. Ukuran perusahaan (size) menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata tingkat penjualan dan rata-rata total aktiva. Perusahaan yang berskala besar akan lebih mudah memperoleh pinjaman dibandingkan dengan perusahaan kecil. Ukuran perusahaan dapat diukur dengan menggunakan total aktiva. Perusahaan yang lebih besar memiliki pertumbuhan yang lebih besar dibandingkan perusahaan kecil, sehingga tingkat pengembalian (return) saham perusahaan besar lebih besar dibandingkan return saham pada perusahaan berskala kecil. 2.9.3. Pengaruh Struktur Modal terhadap Kinerja Keuangan Kebijakan pendanaan yang tercermin dalam debt equity ratio (DER) sangat mempengaruhi pencapaian laba yang diperoleh perusahaan. Ang (1997) menyatakan bahwa semakin tinggi DER akan mempengaruhi besarnya laba (return on asset) yang dicapai oleh perusahaan. Jika biaya hutang yang tercermin dalam biaya pinjaman lebih besar daripada biaya modal sendiri, maka rata-rata biaya modal (weighted average cost of capital) akan semakin besar sehingga return on asset (ROA) akan semakin kecil, demikian pula sebaliknya (Brigham, 1983). Semakin tinggi DER menunjukkan semakin besar kepercayaan dari pihak luar.Hal ini sangat memungkinkan meningkatkan kinerja perusahaan, karena dengan modal yang besar, kesempatan untuk meraih tingkat keuntungan juga besar.Dengan demikian, pengaruh DER sebagai indikator struktur modal terhadap ROA sebagai indikator kinerja keuangan adalah positif. 2.9.4. Pengaruh Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan Debt to equity ratio (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh berapa bagian dari modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang.DER menunjukkan besarnya imbangan antara beban hutang dibandingkan modal sendiri.DER juga memberikan jaminan tentang seberapa besar hutang-hutang perusahaan dijamin modal sendiri.DER akan mempengaruhi kinerja perusahaan dan menyebabkan apresiasi dan depresiasi harga saham. Menurut Damodoran (dalam Sparta, 2000), alternatif test hypothesa optimal capital structure adalah untuk menguji reaksi harga saham terhadap tindakan yang diambil perusahaan, baik menaikkan atau menurunkan leverage-nya.
14 2.9.5. Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Pengungkapan atau pelaporan mengenai praktek-praktek corporate governance (sesuai dengan KNKCG) dapat membantu manajer dalam menggambarkan tingkat transparansi terhadap pelaksanaan good corporate governance.Karena pelaporan ini bersifat voluntary (tidak merupakan keharusan yang ditentukan oleh otoritas bursa saham), maka pengungkapan ini dapat juga dilihat sebagai suatu sinyal dari manajemen kepada para investor bahwa perusahaan telah dikelola sebagaimana mestinya (sinyal positif).Pengungkapan ini dapat digunakan oleh manajemen untuk memberitahu investor bahwa mereka telah berusaha dengan keras untuk mengurangi perilaku oportunistik mereka. Investor diharapkan akan menerima sinyal ini dan menilai perusahaan dengan lebih tinggi. Dengan demikian, pengungkapan atas penerapan good corporate governance berhubungan positif dengan kinerja perusahaan di mata investor (Labelle, 2002).Pernyataan ini juga didukung oleh survei yang dilakukan oleh McKinsey dan KOID (2003) yang menunjukkan bahwa investor bersedia membayar premium yang lebih tinggi untuk perusahaan yang well-governed di Indonesia.Dengan demikian goodcorporate governance dapat berperan sebagai prediktor yang baik bagi kinerja keuangan perusahaan. 2.9.6. Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan Kepemilikan manajerial (managerial ownership) merupakan prosentase atau proporsi saham yang dimiliki oleh komisaris, dewan direksi, dan manajemen yang tercantum di dalam daftar pemegang saham.Prosentase tersebut diperoleh dari banyaknya jumlah saham yang dimiliki oleh manajer. Dengan meningkatkan kepemilikan manajerial akan menyejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham, sehingga manjemen akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja perusahaan yang pada akhirnya berdampak pada nilai perusahaan. Struktur kepemilikan manajerial oleh beberapa peneliti dipercaya mampu mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan, yaitu maksimalisasi nilai perusahaan. Nilai perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya. Nilai perusahaan yang dibentuk melalui nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Harga saham cenderung tinggi pada saat perusahaan memiliki banyak kesempatan untuk berinvestasi, mengingat hal tersebut berarti akan meningkatkan pendapatan pemegang saham. Apabila harga saham tinggi berarti saham tersebut akan diminati oleh investor, dan dengan permintaan saham yang meningkat menyebabkan nilai perusahaan juga akan meningkat. Menurut Eddy (2003), banyak penelitian yang telah menunjukkan hubungan positif struktur kepemilikan manajerial sebagai basis goodcorporate governance dengan penciptaan nilai perusahaan. 2.9.7. Pengaruh Fundamental Makro terhadap Kinerja Keuangan Fundamental makro dalam penelitian ini adalah aspek-aspek ekonomi makro yang berpengaruh kuat terhadap perekonomian dalam suatu negara khususnya berimplikasi pada corporate (perusahaan), diantaranya inflasi, tingkat suku bunga, serta nilai tukar rupiah terhadap USD. Penelitian tentang hubungan antara fundamental makro, khususnya inflasi, dengan return saham seperti yang dilakukan oleh Widjojo (dalam Almilia, 2003) serta Utami dan Rahayu
15 (2003)menunjukkan bahwa makin tinggi aspek fundamental makro akan semakin menurunkan tingkat kinerja keuangan perusahaan. Pengaruh signifikan antara fundamental makro khususnya suku bunga terhadap kinerja keuangan ditemukan dalam penelitian Granger (dalam Mok, 1993) serta Boedie et al. (2005) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara suku bunga dan net profit margin. 2.9.8. Pengaruh Fundamental Makro terhadap Nilai Perusahaan Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, aspek fundamental makro dalam penelitian ini berkaitan erat dengan ekonomi makro, yaitu inflasi, tingkat suku bunga, serta nilai tukar rupiah terhadap USD. Aspek fundamental makro pertama yaitu inflasi sangat terkait dengan penurunan kemampuan daya beli, baik individu maupun perusahaan. Di dalam perekonomian ada kekuatan tertentu yang menyebabakan tingkat harga melonjak sekaligus, tetapi ada kekuatan lain yang menyebabkan kenaikan tingkat harga berlangsung terus menerus secara perlahan (Lipsey, 1992). Penelitian tentang hubungan fundamental makro yaitu antara inflasi dengan return saham seperti yang dilakukan oleh Almilia (2003) serta Utami dan Rahayu (2003) menunjukkan bahwa makin tinggi tingkat inflasi akan semakin menurunkan tingkat return saham. Selanjutnya, kaitan antara fundamental makro yaitu suku bunga dan return saham dikemukakan oleh Boedie et al.(1995) serta Utami dan Rahayu (2003) yang menyatakan bahwa perubahan harga saham dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah aspek fundamental makro yaitu suku bunga. 2.9.9. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan Kinerja keuangan perusahaan merupakan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahan pada saat menjalankan operasinya. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah bunga dan pajak.Semakin besar keuntungan yang diperoleh semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayarkan devidennya, dan hal ini berdampak pada kenaikan nilai perusahaan.Santika dan Ratnawati (dalam Paranita, 2007) dan penelitian Paranita (2007) menyimpulkan bahwa faktor kinerja keuangan berpengaruh signifikan dalam meningkatkan nilai perusahaan. Soliha (2002) dalam penelitiannya juga menunjukkan bahwa profit yang tinggi memberikan indikasi prospek perusahaan yang baik, sehingga dapat memicu investor untuk ikut meningkatkan permintaan saham. Permintaan saham yang meningkat akan menyebabkan nilai perusahaan yang meningkat. Dengan demikian, kinerja keuangan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. 2.10. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan dan nilai perusahaan telah dilakukan oleh sejumlah peneliti. Tabel 1 menyajikan matriks penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini:
16 Tabel 1. Perbedaan Penelitian ini dengan Penelitian Terdahulu Variabel Penelitian No Nama UP SM GCG FM KK NP 1 Lehman et al. (2002) ν ν 2 Campbel (2002) ν ν ν 3 Andrianto (2002) ν ν ν 4 Moh'd, Perry &Rimbey ν ν (1998); 5 Gul (1999a dan 1999b); ν ν ν 6 Dutta (1999); ν ν 7 Chang &Rhee (1990); ν ν 8 Fama &French (2002); ν ν 9 Barclay, Marx &Smith ν ν ν (2003); 10 Akhtar (2005); ν ν 11 Chen andStrange (2006); ν ν 12 Natarsyah (2000) ν ν ν 13 Ratnasari (2003) ν ν ν 14 Khomsiyah dan Rahayu ν ν (2005) 15 Klein (2002) ν ν 16 Dechow et al. (1996) ν ν 17 Wedari (2004) ν ν 18 Oktavia (2009) ν ν 19 Park (1997) ν ν 20 Joseph (2002) ν ν ν 21 Ajayi dan Mougoue (1996) ν ν 22 Sugiri (2000) ν ν 23 Hardiningsih et al. (2002) ν ν 24 Utami dan Rahayu (2003) ν ν ν 25 Utama dan Santoso (1998) ν ν ν 26 Prasetya (2000) ν ν Sumber: Diolah dari beberapa penelitian terdahulu Keterangan: UP=Ukuran Perusahaan, SM=Struktur Modal, GCG=Good Corporate Governance, FM=Fundamental Makro, KK=Kinerja Keuangan, NP=Nilai Perusahaan Beberapa penelitian terdahulu telah membuktikan adanya pengaruh antar variabel sebagai berikut: 1. Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan diantaranya Lehman et al. (2002), Campbel (2002), Gul (1999a dan 1999b), Chang &Rhee (1990), Barclay, Marx &Smith (2003), Utama dan Santoso (1998), 2. Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan diantaranya Utama dan Santoso (1998),
17 3.
Struktur Modal terhadap Kinerja Keuangan diantaranya Andrianto (2002), Gul (1999a dan 1999b), Fama &French (2002), Barclay, Marx &Smith (2003), Natarsyah (2000), Ratnasari (2003), 4. Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan diantaranya Andrianto (2002), Akhtar (2005), Chen &nd Strange (2006), Natarsyah (2000), Ratnasari (2003), 5. Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan diantaranya Campbel (2002), Khomsiyah dan Rahayu (2005), Klein (2002), Dechow et al. (1996), Wedari (2004). 6. Good Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan diantaranya Moh'd, Perry &Rimbey (1998), Dutta (1999). 7. Fundamental Makro terhadap Kinerja Keuangan diantaranya Oktavia (2009), Joseph (2002), Utami dan Rahayu (2003). 8. Fundamental Makro terhadap Nilai Perusahaan diantaranya Park (1997), Joseph (2002), Ajayi dan Mougoue (1996), Sugiri (2000), Hardiningsih et al. (2002), Utami dan Rahayu (2003). 9. Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan Andrianto (2002), Natarsyah (2000), Ratnasari (2003), Joseph (2002), Utami dan Rahayu (2003), Utama dan Santoso (1998), Prasetya (2000). Dari Tabel 1 memperlihatkan bahwa belum ada satupun penelitian terdahulu yang menguji secara simultan pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Modal, Good Corporate Governance, serta Fundamental Makro terhadap Kinerja Keuangan serta implikasinya terhadap Nilai Perusahaan.
18 III. KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Konseptual Dalam kerangka konseptual ini dirangkum kembali secara ringkas hasil tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu untuk menyusun hipotesis serta definisi operasional dan pengukuran variabel. Ukuran Perusahaan
Kinerja Keuangan Struktur Modal
Good Corporate Governance
Nilai Perusahaan
Fundamental Makro
Gambar 1. Kerangka Konseptual Berdasarkan atas beberapa dukungan teoritis dan dukungan penelitian terdahulu, terbentuk kerangka konseptual disajikan pada Gambar 1.Penelitian ini menguji pengaruh ukuran perusahaan, struktur modal, good corporate governance, serta fundamental makro terhadap kinerja keuangan dan implikasinya pada nilai perusahaan. 3.2. Pengembangan Hipotesis 3.2.1. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan Menurut Hartono (2000), perbedaan ukuran perusahaan menimbulkan risiko usaha yang berbeda secara signifikan antara perusahaan besar dan perusahaan kecil. Perusahaan yang besar dianggap mempunyai risiko yang lebih kecil, karena perusahaan yang besar dianggap lebih mempunyai akses ke pasar modal sehingga lebih mudah untuk mendapatkan tambahan dana yang kemudian dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Ukuran perusahaan sebagai logaritma dari total aktiva diprediksi mempunyai hubungan dengan risiko. Perusahaan yang besar cenderung berinvestasi ke proyek yang mempunyai varian rendah dan risiko yang rendah, untuk menghindari laba yang berlebihan. Demikian pula Moses (2007) menyebutkan bahwa perusahaan besar merupakan subjek dari tekanan politik sehingga jika perusahaan melaporkan laba yang berlebihan nantinya akan menarik politikus dan dapat dicurigai melakukan monopoli; sehingga semakin tinggi risiko suatu perusahaan, semakin tinggi tingkat profitabilitas yang diharapkan sebagai imbalan terhadap tingginya risiko; dan sebaliknya semakin rendah rasio
19 perusahaan, semakin rendah tingkat profitabilitas yang diharapkan sebagai imbalan terhadap rendahnya risiko. Lebih dari itu. Dengan begitu, laba perusahaan akan meningkat. Dari uraian tersebut, maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut: H1 : Terdapat pengaruh signifikan antara ukuran perusahaan terhadap kinerja keuangan sektor properti di BEI. 3.2.2. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan Pontiff dan Schall (1998) yang melakukan pengujian atas data Dow Jones Industrial Average (DJIA) periode 1926-1994 menemukan bahwa price to book value merupakan prediktor return saham yang lebih kuat dibandingkan dengan interest rate spreads dan dividend yield. Easton dan Zmijewski (2009) juga menunjukkan bahwa besaran perusahaan merupakan variabel penjelas yang signifikan untuk earnings. Dari paparan dapat diajukan hipotesis berikut: H2 : Terdapat pengaruh signifikan antara ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaansektor properti di BEI. 3.2.3. Pengaruh Struktur Modal terhadap Kinerja Keuangan Menurut Subekti (2001), perusahaan yang mempunyai opsi untuk tumbuh lebih besar akan mempunyai utang yang lebih sedikit dikarenakan perusahaan lebih mengutamakan solusi atas masalah-masalah yang berkaitan dengan hutangnya. Perusahaan dengan laba bertumbuh mempunyai kesempatan yang profitable dalam mendanai investasinya secara internal. Dalam hal ini, peningkatan utang akan mempengaruhi besar kecilnya laba perusahaan, yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua kewajibannya, yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar seluruh kewajibannya, karena semakin besar penggunaan hutang maka akan semakin besar kewajibannya. Pembayaran kewajiban tersebut lebih diprioritaskan daripada kinerja keuangan. Sedangkan Setiati dan Kusuma (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan laba pada perusahaan bertumbuh lebih besar dibandingkan pada perusahaan tidak bertumbuh, karena kesempatan investasi pada periode berikutnya semakin besar. Dengan demikian dapat dihipotesiskan bahwa: H3 : Terdapat pengaruh signifikan antara struktur modal terhadap kinerja keuangan sektor properti di BEI. 3.2.4. Pengaruh Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan Dari sudut pandang manajemen keuangan, rasio leverage keuangan merupakan salah satu rasio yang banyak dipakai untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Rasio leverage membawa implikasi penting dalam pengukuran risiko finansial perusahaan. Terdapat pengaruh pada leverage keuangan, karena profitabilitas perusahaan berkurang sebagai akibat dari penggunaan hutang perusahaan yang besar, sehingga dapat menyebabkan biaya tetap yang harus ditanggung lebih besar dari operating income yang dihasilkan hutang tersebut (Martono, 2002). Dengan demikian dapat dihipotesiskan bahwa: H4 : Terdapat pengaruh signifikan antara struktur modal terhadap nilai perusahan pada perusahaan sektor properti di BEI.
20 3.2.5. Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Terkait pengaruh good corporate governance (GCG) terhadap kinerja keuangan, Cornett (2005) melakukan penelitian terhadap perusahaan-perusahan yang termasuk ke dalam kelompok S & P 100 yang tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan good corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan good corporate governance berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan (yang diproksi dengan ROA). Dari uraian ini dapat ditarik hipotesis sebagai berikut: H5 : Terdapat pengaruh signifikan antara good corporate governance terhadap kinerja keuangan pada perusahaan sektor properti di BEI. 3.2.6. Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan nilai perusahaan kepada para pemegang saham.Dengan demikian, penerapan good corporate governance dipercaya dapat meningkatkan nilai perusahaan.Terkait dengan hal ini, Silveira dan Barros (2006) melakukan penelitian mengenai kualitas corporate governance terhadap nilai pasar atas 154 perusahaan Brazil yang terdaftar di bursa efek pada tahun 2002.Mereka membuat suatu governance index sebagai ukuran atas kualitas corporate governance (CG).Sedangkan ukuran untuk market value perusahaan adalah menggunakan variabel Tobin’s Q dan PBV.Temuannya menunjukkan adanya pengaruh kualitas CG signifikan terhadap nilai pasar perusahaan. Dari uraian tersebut, maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut: H6 : Terdapat pengaruh signifikan antara good corporate governance terhadap nilai perusahaan pada perusahaan sektor properti di BEI. 3.2.7. Pengaruh Fundamental Makro Inflasiterhadap Kinerja Keuangan Fundamental makro terkait dengan inflasi, suku bunga, serta nilai tukar.Ogewewo (2006), Haryanto dan Riyatno (2003) memperlihatkan adanya hubungan yang antara fundamental makro terhadap kinerja keuangan.Semakin rendah fundamental makro yang ditunjukkan pada rendahnya inflasi, suku bunga, serta nilai tukar mengakibatkan semakin tinggi kinerja keuangan sebagai ukuran kinerja keuangan perusahaan perbankan.Melemahnya fundamental makro memberikan pengaruh terhadap pasar ekuitas karena pasar ekuitas menjadi tidak punya daya tarik. Dengan demikian dapat dihipotesiskan bahwa: H7: Terdapat pengaruh signifikan antara fundamental makro terhadap kinerja keuangan pada perusahaan sektor properti di BEI 3.2.8. Pengaruh Fundamental Makro terhadap Nilai Perusahaan Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa fundamental makro terkait dengan inflasi, suku bunga, serta nilai tukar.Park (1997) yang meneliti kaitan antara variabel fundamental makro, harga konsumen, GDP, tingkat inflasi, dan suku bunga terhadap return saham menemukan bahwa hanya GDP dan fundamental makro yang berpengaruh terhadap return saham dan variabel lainnya tidak berpengaruh. H8: Terdapat pengaruh signifikan antara fundamental makro terhadap nilai perusahaan pada perusahaan sektor properti di BEI
21
3.2.9. Pengaruh Kinerja Keuanganterhadap Nilai Perusahaan Kinerja keuangan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Menurut Putra (2004), profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Sedangkan bagi Machfloeds (2006), rasio profitabilitas merupakan perbandingan laba perusahaan dan investasi atau ekuitas yang digunakan untuk memperoleh laba perusahaan tersebut. H9: Terdapat pengaruh signifikan antara kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan sektor properti di BEI. 3.3. Model Hipotesis Penelitian Pengembangan hipotesis telah dirumuskan dalam sembilan hipotesis penelitian, yakni (H 1 ): Terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan sektor properti di BEI, (H 2 ): Terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap kinerja keuangan sektor properti di BEI, (H 3 ): Terdapat pengaruh struktur modal terhadap kinerja keuangan sektor properti di BEI, (H 4 ): Terdapat pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahan pada perusahaan sektor properti di BEI, (H 5 ): Terdapat pengaruh good corporate governance terhadap kinerja keuangan pada perusahaan sektor properti di BEI, (H 6 ): Terdapat pengaruh good corporate governance terhadap nilai perusahaan pada perusahaan sektor properti di BEI, (H 7 ): Terdapat pengaruh fundamental makro terhadap kinerja keuangan pada perusahaan sektor properti di BEI, (H 8 ): Terdapat pengaruh fundamental makro terhadap nilai perusahaan pada perusahaan sektor properti di BEI, (H 9 ): Terdapat pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaanpada perusahaan sektor properti di BEI. Berdasarkan uraian tersebut maka model hipotesis penelitian disajikan dalam gambar berikut ini: Ukuran Perusahaan
Η1 Η2 Η3
Struktur Modal
Η4
Kinerja Keuangan
Η9
Η5 Good Corporate Governance
Nilai Perusahaan
Η6 Η7
Fundamental Makro
Η8
Gambar 2. Model Hipotesis Penelitian
22
Identifikasi atas enam variabel penelitian menemukan sembilan belas indikator penelitian, yakni: (1) ukuran perusahaan, dibentuk dari dua indikator: total asset dan total sales; (2) struktur modal, dibentuk dari dua indikator: debt to equity ratio dan debt to assets; (3) good corporate governance, dibentuk dari empat indikator: komisaris independen, kepemilikan manajerial, komite audit; dan kepemilikan asing (4) fundamental makro dibentuk dari lima indikator: inflasi, suku bunga Bank Indonesia (SBI), nilai tukar rupiah terhadap mata uang US dollar, neraca perdagangan (balance of trade), serta pertumbuhan ekonomi;(5) kinerja keuangan, dibentuk dari tiga indikator: return on asssets, return on equity, dan net profit margin; dan(6) nilai perusahaan, dibentuk dari tiga indikator: Tobin’s Q, price book value, dan stock return.
23 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian penjelasan (explanatory research), yaitu suatu penelitian yang berusaha menjelaskan pengaruh antara variabelvariabel melalui pengujian hipotesis (Singarimbun dan Effendi, 1995). Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei, yaitu penelitian yang ditujukan untuk mengkaji populasi besar maupun kecil dengan menyeleksi dan mengkaji sampel yang dipilih dari populasi itu untuk menemukan insidensi, distribusi, dan interrelasi relatif dari variabel-variabel (Kerlinger & Lee, 2000). Rancangan penelitian merupakan sebuah rencana induk yang berisi metode dan prosedur untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi yang dibutuhkan (Wibisono, 2000), sehingga sangat diperlukan dalam penelitian.Mengacu pada pengertian tersebut, maka penelitian ini mengetahui dan menemukan kedudukan sesaat variabel (status quo variable) berdasarkan data yang ada pada saat itu (status quo data) dan hubungan antara variabel-variabel yang diteliti kemudian dapat ditentukan dan ditarik kesimpulannya. Secara spesifik, survei digunakan untuk mempelajari sikap, keyakinan, nilai-nilai, demografi, tingkah laku, opini, kebiasaan, keinginan, ide-ide dan tipe informasi lain (McMillan & Schumacher, 2006). Dari data, fakta atau informasi itu kemudian dapat digambarkan kondisi masing-masing variabel yang diteliti sehingga memungkinkan untuk diketahui dan dianalisis pengaruh variabel yang satu dengan variabel yang lain. Dalam konteks penelitian ini adalah pengaruh variabel eksogen yang meliputi: Ukuran Perusahaan (X 1 ), Struktur Modal (X 2 ), Good Corporate Governance (X 3 ), Fundamental Makro (X 4 ) terhadap variabel endogen yang terdiri dari Kinerja Keuangan (Y 1 ) dan Nilai Perusahaan (Y 2 ). 4.2. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian Lokasi penelitian ini adalah perusahaan sektor real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) secara berturut-turut selama tahun amatan 2007 hingga tahun 2012. Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian terdiri dari sekelompok orang, kejadian, atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Sekaran, 2006). Pada penelitian ini obyek penelitian adalah perusahaan yang tergabung dalam industri real estate di Indonesia, dengan demikian populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan industri real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan jumlah perusahaan yang tergabung dalam industri real estate di Indonesia adalah 45 perusahaan. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian perusahaan yang tergabung dalam industri real estate di Indonesia terpilih melalui prosedur pengambilan sampel secara purposive (berdasarkan atas kriteria tertentu). Pengambilan sampel secara nonpropability sampling (pengambilan sampel tidak acak) dilakukan dengan metode purposive sampling, dengan kriteria: (1) Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia secara berturut-turut selama tahun 2007-2012, (2) Tersedia data laporan keuangan secara berturut-turut selama kurun waktu penelitian (tahun 20072012), (3) Tidak pernah di-delisting dalam kurun waktu 2007-2012, serta (4) Perusahaan menerbitkan laporan mengenai Good Corporate Governance
24 (komisaris independen, kepemilikan manajerial, komite audit, informasi kepemilikan asing) dalam kurun waktu 2007-2012.Berdasarkan atas kriteria tersebut, jumlah sampel yang memenuhi syarat sebanyak sebanyak 36perusahaan yang listed di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2012., dengan rincian pada Tabel 3 berikut. Tabel 2.Perusahaan Real Estate yang dijadikan Sampel Perusahaan Kode Perusahaan Alam Sutera Reality JRPT Jaya Real Property Bakrieland Development KIJA Kawasan Industri Jababeka Bekasi Asri Pemula LAMI Lamicitra Nusantara Bhuawanatala Indah Permai LPCK Lippo Cikarang Bukit Darmo Properti LPKR Lippo Karawaci Bumi Serpong Damai MTSM Metro Reality Ciputra Development MKPI Metropolitant Kentjana Ciputra Property MTLA Metropolitant Land Ciputra Surya KPIG MNC land Cowel Development MDLN Modernland Realty Danayasa Arthatama PWON Pakuwon Jati Duta Anggada Realty GPRA Perdana Gapura Prima Duta Pertiwi PLIN Plaza Indonesia Realty Eureka Prima Jakarta PUDP Pudjiati Prestige Goa Makassar Tourism GMTD RBMS Rista Bintang Mahkota Sejati Development GWSA Greenwood Sejahtera BKSL Sentul City OMRE Indonesia Prima Properti SMRA Summarecon Agung DILD Intiland Development SMDM Suryamas Duta Makmur Sumber: BEI, 2013. Kode ASRI ELTY BAPA BIPP BKDP BSDE CTRA CTRP CTRS COWL SCBD DART DUTI LCGP
4.3.Metode Analisis Data: Partial Least Square (PLS) Berdasarkan paradigma dan hipotesa penelitian yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, bahwa penelitian ini terdiri dari empat variabel eksogen: Ukuran Perusahaan (X 1 ), Struktur Modal, (X 2 ), Good Corporate Governance (X 3 ), Fundamental Makro (X 4 ) dan dua variabel endogen dependen: Kinerja Keuangan (Y 1 ) dan Nilai Perusahaan (Y 2 ).Untuk menganalisis pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen tersebut digunakan analisis PLS. Secara lengkap model yang diajukan dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
25
λ11
AST SLS
λ12
Ukuran Perusahaan (X1)
γ1 γ5
λ21
DAR DER
λ22
KI KM
λ32
INF
λ41 λ42
SBI
λ43
ER
λ44
BT
ROA ROE NPM
Struktur Modal (X2)
γ6
β1
γ3
λ31 λ33 λ34
KA DA
γ2
λ51 λ52 λ53
Kinerja Keuangan (Y1)
Good Corporate Governance (X3)
λ61 Nilai Perusahaan (Y2)
γ7
TQ
λ62 λ63
PBV SR
γ4 Fundamental Makro (X4)
γ8
λ45
PT
Gambar 3. Model Penelitian Outer model pada penelitian ini adalah pengukuran formatif (arah panah dari indikator ke variabel) pada variabel ukuran perusahaan (X1), struktur modal (X2), fundamental makro (X4), kinerja keuangan (Y1), serta nilai perusahaan (Y2). Pengukuran setiap variabel akan diukur oleh masing-masing indikator dengan bobot yaitu outer loading ( Ciri formatif ini ditandai dengan adanya mutually ). exclusive (kebebasan) antar indikatornya (Solimun, 2012).Di sisi lain, pengukuran reflektif (arah panah dari variabel ke indikator) pada variabel good corporate governance (X4), yang diukur oleh masing-masing indikator dengan bobot yaitu outer weight ( ). i memiliki Ciri re fle ktif ini faktor bersama (common factors) (Solimun, 2012). Inner model pada penelitian ini menguji hipotesis penelitian melalui persamaan struktural (inner model) sebagai berikut: Y1 = γ1X1 + γ2X2 + γ3X3 + γ4X4 + ζ1 Y 2 = γ 5 X 1 + γ 6 X 2 + γ 7 X 3 + γ 8 X 4 + β 1 Y 1 +ζ 2 Keterangan: γ (Gama) = koefisien pengaruh variabel eksogen (X) terhadap variabel endogen (Y) β (Beta) = koefisien pengaruh variabel endogen (Y) terhadap variabel endogen (Y) ζ (Zeta) = galat inner model
26 V. HASIL PENELITIANDAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Analisis 5.1.1. Goodness of Fit Model Pengujian Goodness of Fit menggunakan nilai predictive-relevance 2 2 (Q ).nilai R masing-masing variabel endogen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) untuk variabel Nilai Perusahaan diperoleh R2sebesar 0.3238; dan2) 2 untuk variabel Kinerja Keuangan diperoleh R sebesar 0.4707. nilai predictive-relevance diperoleh dengan rumus: Q2 = 1 – ( 1 – R 1 2) ( 1 – R 2 2 ) ( 1 – R 3 2 )... ( 1- R p 2 ) 2 Q = 1 – (1 – 0.4707) (1 – 0.3238) Q2 = 0.6421 Hasil perhitungan memperlihatkannilai predictive-relevance sebesar 0.6421 atau 64.21%, sehingga model layak dikatakan memiliki nilai prediktif yang relevan. Sedangkan sisanya 35.79% dijelaskan oleh variabel lain (yang belum terkandung dalam model) danerror. Pada analisis PLS, terdapat satu asumsi yang harus dipenuhi yaitu asumsi linieritas. Asumsi linieritas menggunakan metode Curve Fit: Tabel 3 Pengujian Asumsi Linieritas Hubungan Variabel Pengujian Model Linier Kesimpulan Ukuran Kinerja Model Linier signifikan (Sig Linier Perusahaan Keuangan Model Linier 0.000< 0.05) Ukuran Nilai Model Linier signifikan (Sig Linier Perusahaan Perusahaan Model Linier 0.001< 0.05) Seluruh Model non signifikan (Sig Model Linier 0.070> Kinerja Struktur Modal Linier 0.05, danmodel selain linier Keuangan memilikinilai Sig> 0.05) Nilai Model Linier signifikan (Sig Struktur Modal Linier Perusahaan Model Linier 0.000< 0.05) Kinerja Model Linier signifikan (Sig Good Corporate Linier Keuangan Model Linier 0.000< 0.05) Governance Seluruh Model non signifikan (Sig Model Linier 0.110> Nilai Good Corporate Linier 0.05, danmodel selain linier Perusahaan Governance memilikinilai Sig> 0.05) Fundamental Kinerja Model Linier signifikan (Sig Linier Makro Keuangan Model Linier 0.000< 0.05) Fundamental Nilai Model Linier signifikan (Sig Linier Makro Perusahaan Model Linier 0.002< 0.05) Nilai Model Linier signifikan (Sig Kinerja Keuangan Linier Perusahaan Model Linier 0.000< 0.05) Sumber: Data Primer Diolah, 2013
27 Dari tabel di atas terlihatbahwa sig model linier untuk ketujuh hubungan memiliki nilai lebih kecil dari 0.05 (model linier signifikan), sedangkan dua hubungan yang lain memiliki sig lebih besar dari 0.05 untuk semua model yang mungkin (seluruh model non signifikan), sehingga asumsi linieritas terpenuhi. 5.1.2. Outer Model Variabel dalam penelitian ini meliputi Ukuran Perusahaan, Struktur Modal, Good Corporate Governance,Fundamental Makro, Kinerja Keuangan, danNilai Perusahaan.Nilai outer loading(untukindikator refleksif) dan outer weight (untukindikator formatif). a.
Ukuran Perusahaan Variabel Ukuran Perusahaan diukur dengan duaindikator yang bersifat formatif. Hasil outer weightindikator -indikator dari variabel Ukuran Perusahaan dapat dilihat pada danTabel 4 sebagai berikut: Tabel 4.Hasil Pengujian Indikator Pembentuk Variabel Ukuran Perusahaan Indikator Outer weight T-Statistic p-value Assets -0.434 2.735 0.006 1.163 16.419 0.000 Total Sales Sumber: Data diolah (2013) Berdasarkan Tabel 4, Karenanilai T-Statistic> 1.96 danp-value < 0.05, maka dapat disimpulkanbahwa indikator Assets signifikan mengukur variabel Ukuran perusahaan. Mengingat koefisien bertanda negatif (-0.434) mengindikasikan semakin tinggi Total Aset, semakin rendah ukuran perusahaan yang diperoleh.Padaindikator kedua dari variabel Ukuran Perusahaan yaituTotal Sales, Karenanilai T-Statistic> 1.96 danp-value < 0.05, maka dapat disimpulkanbahwa indikator Total Sales signifikan mengukur variabel Ukuran Perusahaan.Dari keduaindikator,Total Sales yang paling dominan mengukur variabel ukuran perusahaan. b.
Struktur Modal Variabel Struktur Modal diukur dengan duaindikator yang bersifat formatif. Hasil outer weightindikator -indikator dari variabel Struktur Modal dapat dilihat pada Tabel 5 sebagai berikut: Tabel 5.Hasil Pengujian Indikator Pembentuk Variabel Struktur Modal Indikator Outer weight T-Statistic p-value 0.043 0.270 0.787 Debt to Equity Ratio 0.977 10.630 0.000 Debt to Assets Ratio Sumber: Data diolah (2013) Berdasarkan Tabel 5, padaindikator pertama dari variabel Struktur Modal yaituDebt to Equity Ratio, karenanilai T-Statistic< 1.96 danp-value > 0.05, maka
28 dapat disimpulkanbahwa indikator Debt to Equity Ratio tidak signifikan mengukur variabel Struktur Modal.Padaindikator kedua dari variabel Struktur Modal yaituDebt to Assets Ratio, dapat disimpulkanbahwa indikator Debt to Assets Ratio signifikan mengukur variabel Struktur Modal. Mengingat koefisien bertanda positif (0.977) mengindikasikan semakin tinggi Debt to Assets Ratio, semakin tinggi struktur modal perusahaan.Berdasarkan keduaindikator , diketahui hanya Debt to Assets Ratio yang signifikan mengukur variabel struktur modal. c.
Good Corporate Governance Variabel Good Corporate Governance diukur denganempatindikator yang bersifat reflektif.Hasilouter loadingindikator-indikator dari variabel Good Corporate Governance dapat dilihat pada Tabel 6 berikut. Tabel 6.Hasil Pengujian Indikator Pembentuk Variabel Good Corporate Governance Indikator Outer loading T-Statistic p-value Komisaris Independen -0.425 1.366 0.172 Kepemilikan Manajerial 0.920 3.848 0.000 Komite Audit 0.617 2.103 0.035 Dummy Kepemilikan Asing 0.278 0.844 0.399 Sumber: Data diolah (2013) Berdasarkan Tabel 6, padaindikator pertama dari variabel Good Corporate Governance karenanilai T-Statistic< 1.96 danp-value > 0.05, maka dapat disimpulkanbahwa indikator Komisaris Independentidak signifikan mengukur variabel Good Corporate Governance. Padaindikator kedua dari variabel Kepemilikan Manajerial,karenanilaiTStatistic> 1.96 danp-value < 0.05, maka dapat disimpulkanbahwa indikator Kepemilikan Manajerial signifikan mengukur variabel Good Corporate Governance. Mengingat koefisien bertanda positif (0.920) mengindikasikan semakin tinggi Kepemilikan Manajerial, semakin tinggi Good Corporate Governance.Padaindikator ketiga dari variabel Good Corporate Governance yaituKomite Audit,dapat disimpulkanbahwa indikator Komite Audit signifikan mengukur variabel Good Corporate Governance. Mengingat koefisien bertanda positif (0.617) mengindikasikan semakin tinggi Komite Audit, semakin tinggi Good Corporate Governance.Padaindikator keempat dari variabel Good Corporate Governance yaituDummy Kepemilikan Asing, karenanilai T-Statistic< 1.96 danp-value > 0.05, maka dapat disimpulkanbahwa indikator Dummy Kepemilikan Asing tidak signifikan mengukur variabel Good Corporate Governance.Dari keempatindikator, hanyaindikator Komite Audit, dan Kepemilikan Manajerial yang signifikan mengukur variabel Good Corporate Governance.Berdasarkan besarnya outer loading,
29 terlihatbahwa indikator kedua yaitu kepemilikan manajerial adalahindikator terkuat untuk mengukur variabel Good Corporate Governance. d.
Fundamental Makro Variabel Fundamental Makro diukur denganlimaindikator yang bersifat formatif. Hasil outer weightindicator-indikator dari variabel Fundamental Makrodapat dilihat pada Tabel 7.berikut. Tabel 7 Hasil Pengujian Indikator Pembentuk Variabel Fundamental Makro Indikator Outer weight T-Statistic p-value Inflasi -0.289 2.214 0.027 Suku Bunga Bank -0.267 2.119 Indonesia 0.034 Kurs US $ -0.026 0.215 0.830 0.098 0.868 0.386 Balance of Trade Pertumbuhan Ekonomi 0.928 8.719 0.000 Sumber: Data diolah (2013) Berdasarkan Tabel 7, karenanilai T-Statistic> 1.96 danp-value < 0.05, maka dapat disimpulkanbahwa indikator Inflasi signifikan mengukur variabel Fundamental Makro.Mengingat koefisien bertanda negatif (-0.289) mengindikasikan semakin tinggi Inflasi maka akan semakin rendah Fundamental Makro. Padaindikator kedua dari variabel Suku Bunga Bank Indonesia,dapat disimpulkanbahwa indikator Suku Bunga Bank Indonesia signifikan mengukur variabel Fundamental Makro.Mengingat koefisien bertanda negatif (-0.267) mengindikasikan semakin tinggi Suku Bunga Bank Indonesia maka akan semakin rendah Fundamental Makro.Padaindikator ketiga dari variabel Fundamental Makro yaituKurs US $,nilai outer weightsebesar -0.026, dapat disimpulkanbahwa indikator Kurs US$tidak signifikan mengukur variabel Fundamental Makro.Padaindikator keempat dari variabel Fundamental Makro yaituBalance of Trade, dapat disimpulkanbahwa indikator Balance of Tradetidak signifikan mengukur variabel Fundamental Makro.Padaindikator kelima dari variabel Fundamental Makro yaitu Pertumbuhan ekonomi, karenanilai T-Statistic> 1.96 danp-value < 0.05, maka dapat disimpulkanbahwa indikator Pertumbuhan ekonomi signifikan mengukur variabel Fundamental Makro. Mengingat koefisien bertanda positif (0.928) mengindikasikan semakin tinggi Pertumbuhan ekonomi maka akan semakin tinggi pula Fundamental Makro.Dari kelimaindikator , hanyaindikator Inflasi, Suku Bunga danPertumbuhan ekonomi yang signifikan mengukur variabel Fundamental Makro. Berdasarkan besarnya outer weight, terlihatbahwa indikator kelima yaitu pertumbuhan ekonomi adalahindikator terkuat untuk mengukur variabel Fundamental Makro.Artinya variabel Fundamental Makrotinggi utamanya karena tingginyaindikator Pertumbuhan Ekonomi.
30 e.
Kinerja Keuangan Variabel Kinerja Keuangan diukur dengan tigaindikator yang bersifat formatif.Hasilouter weightindikator-indikator dari variabel Kinerja Keuangandapat dilihat pada Tabel 8 berikut. Tabel 8.Hasil Pengujian Indikator Pembentuk Variabel Kinerja Keuangan Indikator Outer weight T-Statistic p-value 1.073 25.670 0.000 Return on Assets 0.321 2.290 0.000 Return on Equity 0.339 5.353 0.000 Net Profit Margin Sumber: Data diolah (2013) Berdasarkan Tabel 8, padaindikator pertama dari variabel Kinerja Keuangan yaituReturn on Assets, karenanilai T-Statistic> 1.96 danp-value < 0.05, maka dapat disimpulkanbahwa indikator Return on Assets signifikan mengukur variabel Kinerja Keuangan. Mengingat koefisien bertanda positif (1.073) mengindikasikan semakin tinggi Return on Assets, semakin tinggi Kinerja Keuangan. Padaindikator kedua dari variabel Return on Equity, karenanilai TStatistic> 1.96 danp-value < 0.05, maka dapat disimpulkanbahwa indikator Return on Equity signifikan mengukur variabel Kinerja Keuangan. Mengingat koefisien bertanda positif (0.321) mengindikasikan semakin tinggi Return on Equity, semakin tinggi Kinerja Keuangan.Padaindikator ketiga dari variabel Kinerja Keuangan yaituNet Profit Margin, karenanilai T-Statistic> 1.96 danp-value < 0.05, maka dapat disimpulkanbahwa indikator Net Profit Margin signifikan mengukur variabel Kinerja Keuangan. Mengingat koefisien bertanda positif (0.339) mengindikasikan semakin tinggi Net Profit Margin, semakin tinggi Kinerja Keuangan.Indikator Return on Assets, Return on Equity, Serta Net Profit Margin signifikan mengukur variabel Kinerja Keuangan. Berdasarkan besarnya outer weight, terlihatbahwa indikator pertama yaitu Return on Assets adalahindikator terkuat untuk mengukur variabel Kinerja Keuangan. f.
Nilai Perusahaan Variabel Nilai Perusahaan diukur dengan tigaindikator yang bersifat formatif.Hasil outer weightindikator-indikatordari variableNilai Perusahaandapat dilihat pada Tabel 9 berikut. Tabel 9.Hasil Pengujian Indikator Pembentuk Variabel Nilai Perusahaan Indikator Outer weight T-Statistic p-value 0.184 1.998 0.046 Tobinâ&#x20AC;&#x2122;s Q 0.891 13.771 0.000 Price Book Value 0.058 0.791 0.429 Stock Return Sumber: Data diolah (2013)
31 Berdasarkan Tabel 9, padaindikator pertama dari variablelNilai Perusahaan yaituTobin’s Q, karenanilai T-Statistic> 1.96 danp-value < 0.05, maka dapat disimpulkanbahwa indikator Tobin’s Qsignifikan mengukur variableNilai Perusahaan. Mengingat koefisien bertanda positif (0.184) mengindikasikan semakin tinggi Tobin’s Q, semakin tinggi Nilai Perusahaan. Padaindikator kedua dari variabel Price Book Value,karenanilaiT-Statistic> 1.96 danp-value < 0.05, maka dapat disimpulkanbahwa indikator Price Book Value signifikan mengukur variableNilai Perusahaan. Mengingat koefisien bertanda positif (0.891) mengindikasikan semakin tinggi Price Book Value, semakin tinggi Nilai Perusahaan.Padaindikator ketiga dari variableNilai Perusahaan yaituStock Return, karenanilai T-Statistic< 1.96 danp-value > 0.05, maka dapat disimpulkanbahwa indikator Stock Returntidak signifikan mengukur variabelNilai Perusahaan.Indikator Tobins Q danPrice Book Value signifikan mengukur variabel Nilai Perusahaan. Berdasarkan atas tanda koefisien hubungan mengindikasikan bahwa semakin tinggi Tobins Q danPrice Book Value akan diperoleh Nilai Perusahaan yang semakin tinggi. Berdasarkan besarnya outer weighttertinggi, terlihatbahwa indikator kedua yaituPrice Book Value adalahindikator terkuat untuk mengukur variableNilai Perusahaan. 5.1.3. Inner Model Pengujian inner model (structural model) dilakukan dengan uji t (TStatistic) pada masing-masing jalur pengaruh langsung secara parsial.Hasil analisis secara lengkap, terdapat dalam hasil analisis PLS. Tabel berikut menyajikan hasil pengujian hipotesis pengaruh langsung. Tabel 10Hasil Pengujian Hipotesis dalam Inner Model: Pengaruh Langsung Koefisien THubungan p-value Jalur Statistic Ukuran Perusahaan Kinerja Keuangan 0.379 11.322 0.000 Ukuran Perusahaan Nilai Perusahaan 0.079 0.550 0.582* Struktur Modal Kinerja Keuangan -0.229 5.193 0.000 Struktur Modal Nilai Perusahaan 0.470 13.165 0.000 Good Corporate Governance Kinerja 0.419 11.181 0.000 Keuangan Good Corporate Governance Nilai 0.083 0.538 0.590* Perusahaan Fundamental Makro Kinerja Keuangan 0.395 7.437 0.000 Fundamental Makro Nilai Perusahaan 0.084 0.799 0.424* Kinerja Keuangan Nilai Perusahaan 0.330 3.322 0.001 Sumber: Data diolah (2013) Ket: * non- signifikan
32 Ukuran Perusahaan
0.379 Kinerja Keuangan
0.079 Struktur Modal
Good Corporate Governance
-0.229 0.470
0.330
0.419 0.083 0.395
Fundamental Makro
0.084
Nilai Perusahaan
Gambar 4. Hasil Pengujian Hipotesis dalam Inner Model: Pengaruh Langsung Dari hasil pengujian di atas, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Pengujian pengaruh langsung antara Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan, karenanilai T-Statistic> 1.96, danp-value < 0.05, maka terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan. Mengingat koefisien inner weight bertanda positif, mengindikasikanbahwa hubungan keduanya positif. Artinya, semakin tinggi Ukuran Perusahaan, akan mengakibatkan semakin tinggi pula Kinerja Keuangan. 2. Pengujian pengaruh langsung antara Ukuran Perusahaan terhadapNilai Perusahaan, karenanilai T-Statistic< 1.96, danp-value > 0.05, maka tidak terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara Ukuran Perusahaan terhadapNilai Perusahaan. 3. Pengujian pengaruh langsung antara Struktur Modal terhadap Kinerja Keuangan, karenanilai T-Statistic> 1.96, danp-value < 0.05, maka terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara Struktur Modal terhadap Kinerja Keuangan. Mengingat koefisien inner weight bertanda negatif, mengindikasikanbahwa hubungan keduanya berbanding terbalik. 4. Pengujian pengaruh langsung antara Struktur Modal terhadapNilai Perusahaan, karenanilai T-Statistic> 1.96, danp-value < 0.05, maka terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara Struktur Modal terhadapNilai Perusahaan. Mengingat koefisien inner weight bertanda positif, mengindikasikanbahwa hubungan keduanya positif. 5. Pengujian pengaruh langsung antara Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan, karenanilai T-Statistic> 1.96, danp-value < 0.05, maka terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan. Mengingat koefisien inner weight bertanda positif, mengindikasikanbahwa hubungan keduanya berbanding lurus. 6. Pengujian pengaruh langsung antara Good Corporate Governance terhadapNilai Perusahaan, karenanilai T-Statistic< 1.96, danp-value > 0.05, maka tidak terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara Good Corporate Governance terhadapNilai Perusahaan. Artinya, berapapun besarnya Good
33 Corporate Governance,tidak akan mengakibatkan perubahan pada tinggi rendahnyaNilai Perusahaan. 7. Pengujian pengaruh langsung antara Fundamental Makro terhadap Kinerja Keuangan, karenanilai T-Statistic> 1.96, danp-value < 0.05, maka terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara Fundamental Makro terhadap Kinerja Keuangan. Mengingat koefisien inner weight bertanda positif, mengindikasikanbahwa hubungan keduanya positif. 8. Pengujian pengaruh langsung antara Fundamental Makro terhadapNilai Perusahaan, karenanilai T-Statistic< 1.96, danp-value > 0.05, maka tidak terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara Fundamental Makro terhadapNilai Perusahaan. 9. Pengujian pengaruh langsung antara Kinerja Keuangan terhadapNilai Perusahaan, karenanilai T-Statistic> 1.96, danp-value < 0.05, maka terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara Kinerja Keuangan terhadapNilai Perusahaan. Mengingat koefisien inner weight bertanda positif, mengindikasikanbahwa hubungan keduanya positif. Selain pengujian pengaruh langsung, pada PLS juga dikenal pengaruh tidak langsung (indirect effect). Berikut disajikan hasil pengaruh tidak langsung: Tabel 11Hasil Pengujian Hipotesis dalam Inner Model: Pengaruh Tidak Langsung Koefisien Pengaruh Tidak pengaruh Koefisien Pengaruh Langsung Langsung tidak langsung Kinerja Keuangan Ukuran Perusahaan Ukuran Perusahaan Nilai 0.125* Kinerja Keuangan Kinerja Keuangan Perusahaan Nilai Perusahaan (0.379*) (0.330*) Kinerja Keuangan Struktur Modal Struktur Modal Nilai Kinerja Keuangan Kinerja Keuangan -0.076* Perusahaan Nilai Perusahaan (-0.229*) (0.330*) Good Corporate Kinerja Keuangan Good Corporate Governance Nilai Governance 0.138* Kinerja Kinerja Keuangan Perusahaan KeuanganNilai (0.419*) (0.330*) Perusahaan Kinerja Keuangan Fundamental Makro Fundamental Makro Nilai Kinerja Keuangan Kinerja Keuangan 0.130* Perusahaan Nilai Perusahaan (0.395*) (0.330*) Sumber: Data diolah (2013) ns Ket : * signifikan, tidak signifikan Berdasarkan Tabel11, terdapat 4 pengaruh tidak langsung. Hasil selengkapnya diuraikan sebagai berikut:
34 1. Pengaruh tidak langsung antara Ukuran Perusahaan terhadapNilai Perusahaan melalui Kinerja Keuangan, karena pengaruh langsung Ukuran Perusahaan ke Kinerja Keuangan 0.379 dan Kinerja Keuangan terhadapNilai Perusahaan 0.330 keduanya signifikan, maka dapat dikatakanbahwa terdapat pengaruh tidak langsung yang signifikan antara Ukuran Perusahaan terhadapNilai Perusahaan melalui Kinerja Keuangan. Dengankoefisien bertanda positif menunjukkan hubungan searah. 2. Pengaruh tidak langsung antara Struktur Modal terhadapNilai Perusahaan melalui Kinerja Keuangan, karena pengaruh langsung Struktur Modal ke Kinerja Keuangan-0.229 dan Kinerja Keuangan terhadapNilai Perusahaan 0.330 keduanya signifikan, maka dapat dikatakanbahwa terdapat pengaruh tidak langsung yang signifikan antara Struktur Modal terhadapNilai Perusahaan melalui Kinerja Keuangan. Dengan koefisien bertanda negatif menunjukkan semakin tinggi Struktur Modal, akan berdampak pada semakin rendah Nilai Perusahaan, jika Kinerja Keuangan semakin rendah. 3. Pengaruh tidak langsung antara Good Corporate Governance terhadapNilai Perusahaan melalui Kinerja Keuangan, karena pengaruh langsung Good Corporate Governance ke Kinerja Keuangan 0.419 dan Kinerja Keuangan terhadapNilai Perusahaan 0.330keduanya signifikan, maka dapat dikatakanbahwa terdapat pengaruh tidak langsung yang signifikan antara Good Corporate Governance terhadapNilai Perusahaan melalui Kinerja Keuangan. Dengan koefisien bertanda positif menunjukkan hubungan searah. Semakin tinggi Good Corporate Governance,akan berdampak pada semakin tinggi Nilai Perusahaan, jika Kinerja Keuangan semakin tinggi. 4. Pengaruh tidak langsung antara Fundamental Makro terhadapNilai Perusahaan melalui Kinerja Keuangan, karena pengaruh langsung Fundamental Makroke Kinerja Keuangan 0.395 dan Kinerja Keuangan terhadapNilai Perusahaan 0.330 keduanya signifikan, maka dapat dikatakanbahwa terdapat pengaruh tidak langsung yang signifikan antara Fundamental Makro terhadapNilai Perusahaan melalui Kinerja Keuangan. Dengankoefisien bertanda positif menunjukkan hubungan searah. Semakin tinggi Fundamental Makro, akan berdampak pada semakin tinggi Nilai Perusahaan, jika Kinerja Keuangan semakin tinggi. 5.2 Pembahasan Pengaruh antar Variabel 5.2.1. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan Hasil analisis memperlihatkanbahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Semakin tinggi ukuran perusahaan akan mengakibatkan semakin tinggi kinerja keuangan. Jika dikaitkan dengan hasil inner model PLS menunjukkanbahwa semakin tinggi Total Sales dan rendahnya Total Assets, akan mengakibatkan semakin tinggi Return on Assets, Return on Equity, SertaNet Profit Margin. Pada perusahaan real estate yang telah go public dengan ukuran sales yang besar mencerminkan kemapanan perusahaan. Perusahaan yang sudah mapan biasanya kondisi keuangan juga sudah stabil. Ukuran perusahaan yang besar dapat meningkatkan skala ekonomi,serta mengurangi biaya perusahaan seperti biaya perolehan tanah, biaya pembangunan dan biaya pemasaran.Dengan
35 demikian, perusahaan real estate dengan ukuran yang besar mempunyai biaya produksi informasi lebih rendah jika dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan real estate dengan penjualan yang besar umumnya mengelola proyek skala besar terutama dicerminkan dengan â&#x20AC;&#x2DC;land bankâ&#x20AC;&#x2122; yang besar. Dalam proyek skala besar biaya perolehan tanah menjadi sangat ekonomis, demikian juga perijinan, perencanaan, pembangunan dan pemasarannya. Dengan skala proyek besar perencanaan menjadi lebih efisien karena dapat membuat bauran produk yang lebih kompetitif. Dalam hal pemasaran juga bisa menjadi lebih efisien karena biaya promosi dapat dilakukan secara masif sekaligus melalui media-media pemasaran yang lebih luas seperti televisi nasional atau koran nasional. Dalam penentuan kebijakan harga, proyek skala besar juga mendapatkan posisi yang lebih menguntungkan daripada skala kecil karena peningkatan harga jual lebih bisa dinikmati oleh pengembang. Dengan demikian maka perusahaan dengan proyek skala besar dengan penjualan yang besar akan dapat menikmati profitabilitas yang lebih tinggi daripada perusahaan yang dengan perusahaan yang lebih kecil. Perusahaan real estate dengan ukuran yang besar dan mapan akan mudah untuk menuju ke pasar modal. Hal ini terlihat dari fleksibilitas lebih besar dan tingkat kepercayaan investor yang tinggi. Perusahaan besar mampu menarik investor yang lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan yang ukuran kecil, karena mempunyai fleksibilitas penempatan investasi yang lebih baik. Berdasarkan teori dari Weston dan Brigham (1994), untuk perusahaan real estate dengan sales yang besar akan mampu menghasilkan keuntungan lebih besar apabila diikuti dengan hasil dari aktivitas operasionalnya. Perusahaan yang besar dengan akses pasar yang lebih baik seharusnya mempunyai aktivitas operasional yang lebih luas, sehingga memungkinkan untuk mendapatkan keuntungan yang besar, yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Peningkatan sales yang diikuti peningkatan hasil operasional akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Dengan meningkatnya kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan, dimungkinkan pihak investor tertarik menanamkan dananya ke perusahaan. Teori yang sesuai dengan hasil penelitian ini adalah teori keagenan yang dikembangkan oleh Michael C. Jensen dan William H. Meckling.Teori keagenan merupakan sebuah teori yang berkaitan dengan hubungan principal dengan agent.Teori keagenan ini membuat sebuah model mengenai suatu hubungan kontraktual antara manajer (agent) dengan pemilik (principal).Principal mendelegasikan suatu tanggung jawab pengambilan keputusan kepada manajer (agent) sesuai dengan kontrak kerja. Tugas, wewenang, hak dan tanggung jawabagent dan principal diatur dalam kontrak kerja yang disepakati bersama. Teori keagenan mulai berlaku ketika terjadi hubungan kontraktual antara pemilik modal (principal) dan agent.Principal yang tidak mampu mengelola perusahaannya sendiri menyerahkan tanggung jawab operasional perusahaannya kepada agent sesuai dengan kontrak kerja.Pihak manajemen sebagai agent bertanggung jawab secara moral dan professional menjalankan perusahaan sebaik mungkin untuk mengoptimalkan operasi dan laba perusahaan. Sebagai imbalannya, manajer sebagai agen akan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak yang ada. Sementara pihak principal melakukan kontrol terhadap kinerja
36 agen untuk memastikan modal yang dimiliki dikelola dengan baik.Motifnya tentu saja agar modal yang telah ditanam berkembang dengan optimal. Pengaruh besarnya ukuran perusahaan terhadap kinerja perusahaan dilandasi juga oleh teori ukuran.Teori ukuran menunjukkan bahwa semakin besar perusahaan akan semakin kompleks permasalahan yang dihadapi dan membutuhkan mekanisme pengawasan baik dari pihak eksternal maupun internal perusahaan yang lebih kompleks untuk mengatasinya (Smith and Watts; 1992). Semakin besar ukuran perusahaan seharusnya semakin besar kesempatan perusahaan untuk memaksimalkan keuntungan dan nilai perusahaan. Secara empirik, hasil penelitian ini mendukung penelitian Lin (2006) serta Wright et al. (2009) yang menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan besar lebih menjanjikan kinerja yang baik (Lin, 2006). Calisir et al. (2010) juga menemukan pengaruh positif ukuran perusahaan terhadap kinerja perusahaan sektor teknologi informasi dan komunikasi di Turki. Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan Hartono (2000), perbedaan ukuran perusahaan menimbulkan risiko usaha yang berbeda secara signifikan antara perusahaan besar dan perusahaan kecil. Perusahaan yang besar dianggap mempunyai risiko yang lebih kecil, karena perusahaan yang besar dianggap lebih akses ke pasar modal sehingga lebih mudah untuk mendapatkan tambahan dana yang kemudian dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Temuan ini juga memperkuat hasil penelitian Moses (2007) yang menyebutkan bahwa perusahaan besar merupakan subjek dari tekanan politik sehingga jika perusahaan melaporkan laba yang berlebihan nantinya akan menarik politikus dan dapat dicurigai melakukan monopoli; sehingga semakin tinggi risiko suatu perusahaan, semakin tinggi tingkat profitabilitas yang diharapkan sebagai imbalan terhadap tingginya risiko; dan sebaliknya semakin rendah rasio perusahaan, semakin rendah tingkat profitabilitas yang diharapkan sebagai imbalan terhadap rendahnya risiko. 5.2.2. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadapNilai Perusahaan Variabel ukuran perusahaan signifikan diukur olehindikator Total AssetsdanTotal Sales.Berdasarkan atas tanda koefisien hubungan mengindikasikanbahwa semakin tinggi Total Sales dansemakin rendah Total Assets, akan diperoleh ukuran perusahaan yang semakin tinggi.Di sisi lain, variabelNilai Perusahaan signifikan diukur oleh Indikator Tobins Q danPrice Book Value. Berdasarkan atas tanda koefisien hubungan mengindikasikanbahwa semakin tinggi Tobins Q dan Price Book Value, akan diperolehNilai Perusahaan yang semakin tinggi. Dalam perusahaan dengan proyek skala besar dan tingkat penjualan yang besar akan dapat menghasilkan Kinerja Keuangan yang tinggi, baik Return On Assets, Return On Equity maupun Net Profit Margin karena terjadi efisiensi dalam biaya-biaya perolehan tanah, pengolahan tanah, pembangunan dan pemasaran. Pengaruh Ukuran Perusahaan ini tidak berpengaruh secara langsung terhadap Nilai Perusahaan, dimana dalam hal ini Tobinâ&#x20AC;&#x2122;s Q dan Price to Book Value. Hasil analisis PLS melalui pengaruh tidak langsung terlihat bahwa Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan melalui perantara (mediasi)
37 Kinerja Keuangan. Semakin tinggi Ukuran Perusahaan, akan berdampak pada semakin tinggi Nilai Perusahaan, jika Kinerja Keuangan semakin tinggi. Perusahaan yang besar memiliki pertumbuhan yang relatif lebih besar dibandingkan perusahaan kecil, sehingga tingkat pengembalian (return) saham perusahaan besar lebih besar dibandingkan return saham pada perusahaan berskala kecil. Oleh karena itu, investor akan lebih berspekulasi untuk memilih perusahaan besar dengan harapan memperoleh keuntungan (return) yang besar pula. Hasil analisis memperlihatkanbahwa Ukuran Perusahaan berpengaruh positif (secara tidak langsung melalui perantara Kinerja Keuangan) terhadapNilai Perusahaan. Semakin tinggi Ukuran Perusahaan akan mengakibatkan semakin tinggi Nilai Perusahaan. Jika dikaitkan dengan hasil inner model PLS menunjukkanbahwa semakin tinggi Total Sales dansemakin rendah Total Assets, akan mengakibatkan semakin tinggi Tobins Q danPrice Book Value. Teori yang sesuai dengan hasil penelitian ini adalah teori agensi.Berdasarkan teori agensi, seharusnya dalam perusahaan terdapat pemisahan antara pemilik sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen. Tujuan manajemen adalah memaksimalkan nilai pemegang saham (Jensen and Meckling, 1976). Pengaruh besarnya ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan juga dilandasi oleh teori ukuran.Teori ukuran menunjukkan bahwa semakin besar perusahaan akan semakin kompleks permasalahan yang dihadapi dan membutuhkan mekanisme pengawasan baik dari pihak eksternal maupun internal perusahaan yang lebih kompleks untuk mengatasinya (Smith and Watts, 1992). Semakin besar ukuran perusahaan seharusnya semakin besar kesempatan perusahaan untuk memaksimalkan nilainya. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian empiris sebelumnya.Pengaruh antara ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan telah dibuktikan secara empiris oleh beberapa penelitian. Penelitian-penelitian tersebut dilakukan oleh Lins (2003), Shen et al. (2006), David et al. (2008) serta Iturriaga and Crisostomo (2010). Penelitian ini juga sejalan dengan yang ditemukan oleh Pontiff danSchall (1998). Pengujian dilakukan atas data Dow Jones Industrial Average (DJIA) periode 1926-1994 menemukan bahwa price to book Value merupakan prediktor return saham yang lebih kuat dibandingkan dengan interest rate spreads dan dividend yield. Chan, Karceski, dan Lakonishok (1998) yang melakukan penelitian dengan menggunakan data dari tiga negara, yaitu Amerika (compustat file) periode Januari 1968 sampai dengan Desember 1993, Jepang (Database Pasific-Basin Capital Markets Research Center) periode Mei 1976 sampai dengan Desember 1994, dan Inggris (ABP dan Robeco) periode Mei 1973 sampai dengan Desember 1994, dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan return saham, seperti fundamental factors, technical factors, macroeconomic factors, statistical factor, dan market factor, menemukan bahwa size, book to market ratio, dan dividend yield merupakan variabel terpenting dalam menjelaskan return saham. Ukuran perusahaan merupakan indikator dari keinformatifan harga. Perusahaan besar dianggap memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan perusahaan kecil. Konsekuensinya, semakin informatif harga saham, maka semakin kecil pula muatan informasi earnings. Easton dan Zmijewski (2009) juga
38 menunjukkan bahwa besaran perusahaan merupakan variabel penjelas yang signifikan untuk earnings. 5.2.3. Pengaruh Struktur Modal terhadap Kinerja Keuangan Hasil analisis memperlihatkanbahwa Struktur Modal berpengaruh negatif terhadap Kinerja Keuangan. Semakin tinggi Struktur Modal akan mengakibatkan semakin rendah Kinerja Keuangan. Jika dikaitkan dengan hasil inner model PLS menunjukkanbahwa semakin tinggi Debt to Total Assets, akan mengakibatkan semakin rendahReturn on Assets, Return on Equity, SertaNet Profit Margin. Dalam perusahaan yang membiayai Asset nya dengan lebih banyak hutang akan menerima beban biaya bunga yang lebih besar. Perusahaan real estate yang bersifat padat modal dan mempunyai masa yang relatif panjang antara pembelian tanah dan penjualan, mempunyai kerawanan dalam hal pengelolaan arus kas. Kerawanan ini dapat timbul dari berbagai kemungkinan keterlambatan penjualan karena antara lain kesalahan memilih lokasi, kesalahan perencanaan, kesulitan dalam pengurusan perijinan, permasalahan dalam teknis pembangunan dan kesulitan dalam pemasaran produk. Apabila terjadi keterlambatan penjualan proyek karena berbagai sebab tersebut, maka akan menimbulkan tambahan beban bunga yang sangat besar yang pada akhirnya akan menurunkan profitabilitas proyek yang bersangkutan. Dalam hal semacam ini maka akan berakibat pada turunnya Kinerja Keuangan Perusahaan. Industri real estate di Indonesia merupakan cerminan dari Pecking Order Theory yang menjelaskan penyebab perusahaan mempunyai urut-urutan preferensi dalam memilih sumber pendanaan. Perusahaan real estate kebanyakan menetapkan suatu urutan keputusan pendanaan dimana para manajer pertama kali akan memilih untuk menggunakan laba di tahan, kemudian utang, dan modal sendiri eksternal sebagai pilihan terakhir. Hal ini sejalan dengan pendapat Myers (984) bahwa perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat utangnya rendah, karena memiliki sumber dana internal yang berlimpah. Teori yang sesuai dengan adanya pengaruh positif dan signifikan struktur modal terhadap kinerja keuangan adalah teori pecking order.Teori pecking order dikemukakan pertama kali oleh Myers and Majluf (1984). Dalam pecking order theory ini tidak terdapat struktur modal yang optimal. Secara spesifik perusahaan mempunyai urut-urutan preferensi (hierarki) dalam penggunaan dana. Menurut teori pecking order, terdapat skenario urutan (hierarki) dalam memilih sumber pendanaan, yaitu: (a) Perusahaan lebih memilih untuk menggunakan sumber dana dari dalam atau pendanaan internal daripada pendanaan eksternal. Dana internal tersebut diperoleh dari laba ditahan yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan. (b) Jika pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan memilih pertama kali mulai dari sekuritas yang paling aman, yaitu hutang yang paling rendah risikonya, turun ke hutang yang lebih berisiko, sekuritas hybrid (sekuritas yang sifatnya campuran antara ekuitas dengan hutang) seperti: obligasi konversi, saham preferen, dan yang terakhir saham biasa. (c) Untuk mengantisipasi kekurangan persediaan kas karena adanya kebijakan dividen yang konstan dan fluktuasi dari tingkat keuntungan, serta kesempatan
39 investasi, maka perusahaan akan mengambil portofolio investasi lancar yang tersedia. Pecking order theory tidak mengindikasikan target struktur modal. Pecking order theory menjelaskan urut-urutan pendanaan.Manajer keuangan tidak memperhitungkan tingkat hutang yang optimal. Kebutuhan dana ditentukan oleh kebutuhan investasi. Pecking order theory ini dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang kecil. Penelitian ini juga sesuai dengan teori struktur modal yang menyatakan bahwa apabila posisi struktur modal berada di atas target struktur modal optimalnya, maka setiap pertambahan hutang akan menurunkan nilai perusahaan. Penentuan target struktur modal optimal adalah salah satu dari tugas utama manajemen perusahaan. Struktur modal adalah proporsi pendanaan dengan hutang (debt financing ) perusahaan, yaitu rasio leverage (pengungkit) perusahaan. Dengan demikian, hutang adalah unsur dari struktur modal perusahaan.Struktur modal merupakan kunci perbaikan produktivitas dan kinerja perusahaan (Fama, 1978). Hasil penelitian ini sejalan dengan yang ditemukan oleh Subekti (2001), perusahaan yang mempunyai opsi untuk tumbuh lebih besar akan mempunyai utang yang lebih sedikit dikarenakan perusahaan lebih mengutamakan solusi atas masalah-masalah yang berkaitan dengan hutangnya. Perusahaan dengan laba bertumbuh mempunyai kesempatan yang profitabel dalam mendanai investasinya secara internal, sehingga perusahaan menghindar untuk menarik dana dari luar dan berusaha mencari solusi yang tepat atas masalah-masalah yang terkait dengan hutangnya. Selain itu, dengan profitabilitas yang meningkat, akan meningkatkan laba ditahan sehingga akan mengurangi minat perusahaan untuk melakukan peminjaman dan DAR akan menurun. Perusahaan yang pertumbuhan labanya rendah akan berusaha menarik dana dari luar untuk mendapatkan investasi dengan mengorbankan sebagian besar labanya, sehingga perusahaan dengan pertumbuhan laba rendah akan semakin memperkuat hubungan antara DA yang berpengaruh negatif dengan profitabilitas sebagai ukuran kinerja. Dalam hal ini, peningkatan utang akan mempengaruhi besar kecilnya laba perusahaan, yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua kewajibannya, yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar seluruh kewajibannya, karena semakin besar penggunaan hutang maka akan semakin besar kewajibannya. Pembayaran kewajiban tersebut lebih diprioritaskan daripada profitabilitas. 5.2.4. Pengaruh Struktur Modal terhadapNilai Perusahaan Hasil analisis memperlihatkanbahwa struktur modal berpengaruh positif terhadapnilai perusahaan. Semakin tinggi struktur modal akan mengakibatkan semakin tinggi nilai perusahaan. Jika dikaitkan dengan hasil inner model PLS menunjukkanbahwa semakin tinggi Debt to Assets Ratio, akan mengakibatkan semakin tinggi Tobins Q danPrice Book Value. Fenomena ini tampak pada implikasi Model asymmetric informaiton signaling yang menyatakan bahwa tingkat informasi yang berbeda antara insider/manajerial danoutsider/pemodal dengan asumsi bahwa pihak manajerial
40 mempunyai informasi yang lebih lengkap dibanding pihak pemodal, memungkinkan insider bertindak sebagai penyampai informasi mengenai nilai perusahaan pada outsiders. Model tersebut memprediksi bahwa perubahan bauran antara utang dan modal sendiri pada perusahaan real esate memuat informasi mengenai nilai saham. Dalam perusahaan real estate yang bersifat padat modal, pembiayaan investasi dengan memanfaatkan hutang eksternal adalah keniscayaan yang lumrah terjadi. Perusahaan dengan hutang yang besar untuk membiayai assetnya (DAR tinggi) yang dikelola dengan baik sehingga menghasilkan tingkat penjualan yang baik akan dipercaya oleh konsumen dan investor. Kepercayaan investor akan tercermin pada Harga Saham yang baik di Bursa yang pada akhirnya dapat mencerminkan Kapitalisasi Pasar Saham perusahaan. Sesuai dengan rumusan Tobinâ&#x20AC;&#x2122;s Q = (Nilai Kapitalisasi Pasar + Total Hutang) / (Nilai Buku Aktiva + Total Hutang) dimana cerminan kepercayaan Investor di Bursa akan mempengaruhi Harga Saham yang pada akhirnya meningkatkan nilai Kapitalisasi Pasar dan Tobinâ&#x20AC;&#x2122;s Q. Profitabilitas yang meningkat akan meningkatkan laba ditahan sehingga akan mengurangi minat perusahaan untuk melakukan pinjaman dan rasio DER menurun (Barclay, Smith & Watts, 2003). Karena hutang mempunyai dampak yang buruk terhadap kinerja perusahaan, maka tingkat hutang yang semakin tinggi memberikan dampak beban bunga akan semakin besar sehingga mengurangi keuntungan. Semakin tinggi DER menunjukkan semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar. Hal ini sangat memungkinkan menurunkan kinerja perusahaan, karena tingkat ketergantungan dengan pihak luar semakin tinggi. Ini berarti bahwa pengaruh antara DER dengan ROE adalah negatif (Brigham & Houston, 2006). DER berpengaruh negatif terhadap harga saham, karena secara teoritis semakin besar DER maka modal sendiri yang dimiliki perusahaan semakin kecil atau menurun dan total hutang yang dimiliki perusahaan semakin besar, sehingga harga saham juga akan ikut menurun akibat investor tidak mau mengambil risiko terhadap emiten yang memiliki hutang yang besar. Hasil ini sesuai dengan teori agensi dan struktur modal optimal. Pertama, berdasarkan teori agensi, konflik agensi terjadi antara kreditor dengan manajemen perusahaan. Manajemen yang memutuskan menggunakan sumber pendanaan berupa utang akan mendapatkan pengawasan tambahan dari kreditor (De Angelo et al., 1994). Pengawasan ini berupa keharusan untuk memelihara rasio-rasio dalam laporan keuangannya pada batas minimal tertentu, yang bila gagal dipenuhi manajemen akan membuat kreditor menarik pendanaannya dari perusahaan. Usaha manajemen dalam mempertahankan rasio-rasio keuangan ini salah satunya akan berdampak pada penciptaan nilai perusahaan. Kedua, teori struktur modal yang optimal menyatakan bahwa struktur modal yang optimal adalah yang dapat memaksimalkan nilai perusahaan (Lundstrum, 2009).Beberapa teori menyatakan bahwa terdapat pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan teori agensi, manajemen akan memaksimalkan nilai perusahaan bagi pemegang sahamnya (Jensen and Meckling, 1976). Salah satu cara untuk meningkatkan nilai perusahaan adalah melalui pembuatan struktur modal yang optimal (Lundstrum, 2009).
41 Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian terdahulu.Pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan telah dibuktikan secara empiris oleh beberapa penelitian.Penelitian-penelitian tersebut dilakukan oleh Arsiraphongphisit dan Ariff (2005), Iturriaga and Crisostomo (2010), dan Cheng et al. (2010). 5.2.5. Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Hasil analisis memperlihatkanbahwa Good Corporate Governance berpengaruhpositif terhadap kinerja keuangan. Semakin tinggi Good Corporate Governance akan mengakibatkan semakin tinggi Kinerja Keuangan. Jika dikaitkan dengan hasil inner model PLS menunjukkanbahwa semakin tinggi Kepemilikan Manajerial dan Komite Audit, akan mengakibatkan semakin tinggi Return on Assets, Return on Equity, sertaNet Profit Margin. Dalam perusahaan real estate yang sudah go public, penerapan Good Corporate Governance adalah sebuah keharusan. Salah satu penerapan GCG dalamperusahaan publik adalah diwajibkan adanya Komisaris Independen dalam perusahaan publik untuk menerapkan Tata Kelola Perusahaan yang baik. Selain itu, faktor Kepemilikan Manajerial adalah faktor yang dominan dalam penerapan GCG di perusahaan. Sesuai dengan penelitian ini bahwa dalam periode 2007-2012 rata-rata Kepemilikan Manajerial adalah 42,43 â&#x20AC;&#x201C; 44,03 %. Peran Kepemilikan Manajerial ini mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja Keuangan perusahaan karena keberadaannya dalam perusahaaan akan menjadi faktor penting yang mendorong manajemen untuk konsisten menjalankan rencana kerja menuju sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dalam RUPS. Dalam prakteknya faktor Kepemilikan Manajerial ini menjadi faktor yang mendinamisasi dan memotivasi manajemen untuk bekerja mencapai sasaran ROA, ROE danNet Profit Margin. Penelitian ini sesuai dengan teori agensi yang lebih menekankan pada penentuan pengaturan kontrak yang efisien dalam hubungan principal dan agen. Kontrak yang efisien adalah kontrak yang berisi gambaran yang jelas mengenai hak dan kewajiban principal dan agen, sehingga dapat meminimumkan konflik keagenan dan meminimalisir biaya keagenan (agency cost). Hubungan antara principal dan agent ini, merupakan hal mendasar bagi praktek penerapan Corporate Governance secara luas. Hal ini dapat kita lihat dalam teori-teori yang melandasi pengertian mengenai perusahaan sebagai tempat penerapan Corporate Governance (tata kelola perusahaan). Perusahaan/korporasi dapat dipandang dari dua teori, yaitu (a) teori pemegang saham (shareholdingtheory), dan (b) teori stakeholder (stakeholdingtheory) (Tjager, 2003). Shareholding theory manyatakan bahwa perusahaan didirikan dan dijalankan untuk tujuan memaksimumkan kesejahteraan pemilik/pemegang saham sebagai akibat dari investasi yang dilakukannya. Sementara itu stakeholding theory, menyatakan bahwa perusahaan adalah organ yang berhubungan dengan pihak lain yang berkepentingan, baik yang ada di dalam maupun di luar perusahaan. Penelitian ini memperkuat temuan Cornett (2005) bahwa penerapan good corporate Governance berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan (yang diukur dengan ROA). Selain itu, Jandik dan Rennie (2005) juga melakukan penelitian mengenai pengaruh penerapan GCG terhadap kinerja perusahaan yang
42 go public di pasar modal yang sedang berkembang (emerging market). Sejalan dengan temuan di atas, Gruszczynski (2006) juga melakukan penelitian dengan tujuan yang sama dengan melibatkan perusahaan-perusahaan go public di Polandia. Sampel yang digunakan adalah perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam perusahaan unggulan menurut Polish Corporate Governance Forum.Hasil penelitiannya menunjukkan adanya pengaruh penerapan GCG terhadap kinerja keuangan perusahaan. 5.2.6. Pengaruh Good Corporate Governance terhadapNilai Perusahaan Hasil analisis PLS pengaruh tidak langsung terlihat bahwa Good Corporate Governance berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan melalui perantara (mediasi) Kinerja Keuangan.Semakin tinggi Good Corporate Governance, akan berdampak pada semakin tinggi Nilai Perusahaan, jika Kinerja Keuangan semakin tinggi. Variabel Good Corporate Governance signifikan diukur oleh Indikator Kepemilikan Manajerial dan Komite Audit. Berdasarkan atas tanda koefisien hubungan mengindikasikan bahwa semakin tinggi Kepemilikan Manajerial dan Komite Audit, akan diperoleh Good Corporate Governance yang semakin tinggi. Berdasarkan atas tanda koefisien hubungan mengindikasikan bahwa semakin tinggi Kepemilikan Manajerial dan Komite Audit, akan diperoleh Good Corporate Governance yang semakin tinggi. Di sisi lain, variabel Nilai Perusahaan signifikan diukur oleh Indikator Tobins Q dan Price Book Value. Berdasarkan atas tanda koefisien hubungan mengindikasikan bahwa semakin tinggi Tobins Q dan Price Book Value, akan diperoleh Nilai Perusahaan yang semakin tinggi. Hasil analisis memperlihatkan bahwa Good Corporate Governance berpengaruh positif (secara tidak langsung melalui perantara kinerja keuangan) terhadap nilai perusahaan. Semakin tinggi Good Corporate Governance akan mengakibatkan semakin tinggi nilai perusahaan. Jika dikaitkan dengan hasil inner model PLS menunjukkan bahwa semakin tinggi Total Sales dan semakin rendah Total Assets, akan mengakibatkan semakin tinggi Tobins Q dan Price Book Value. Industri real estate di Indonesia merupakan implementasi dari Teori Agensi, dimana Agen yang risk adverse dancenderung mementingkan dirinya sendiri akan mengalokasikan resources dari investasi yang tidak meningkatkan Nilai Perusahaan ke alternatif investasi yang lebih menguntungkan. Permasalahan Agensi mengindikasikan bahwa Nilai Perusahaan akan naik apabila pemilik perusahaan bisa mengendalikan perilaku manajemen agar tidak menghamburkan resources perusahaan, baik dalam bentuk investasi yang tidak layak maupun dalam bentuk shirking. Corporate Governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan Nilai Perusahaan kepada para pemegang saham.Dengan demikian, penerapan Good Corporate Governance dipercaya dapat meningkatkan Nilai Perusahaan. Nilai Perusahaan yang signifikan diukur dari Tobinâ&#x20AC;&#x2122;s Q danPrice to Book Value keduanya berkaitan dengan Harga Saham di Bursa. Tobinâ&#x20AC;&#x2122;s Q yang berkaitan dengannilai Kapitalisasi Pasar yang mana merupakan nilai Jumlah Saham x Harga Saham. Demikian pula denganPrice to Book Value yang merupakan perbandingan antara Harga Saham perlembar denganNilai Buku
43 perlembar. Penerapan GCG yang baik akan menghasilkan manajemen yang taat azas dalammengelola perusahaan. Ketaat-azasan manajemen dalam pengelolaan perusahaan pada akhirnya akan tercermin dalam produk-produk yang dijual, pembuatan Laporan Keuangan perusahaan dan citra perusahaan yang dapat menimbulkan kepercayaan yang pada akhirnya berpengaruh pada Harga Saham perusahaan di Bursa. Dengan demikian maka penerapan GCG akan dapat berpengaruh pada Nilai Perusahaan yang terukur dalam indikator Tobinâ&#x20AC;&#x2122;s Q danPrice to Book Value. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori agensi, di mana Corporate Governance berkaitan dengan bagaimana para stakeholder (principal) mendapatkan jaminan dan keyakinan bahwa manajer perusahaan (agent) akan memberikan keuntungan bagi mereka dan tidak menyalahgunakan wewenang atau menginvestasikan modal ke dalam proyek yang tidak menguntungkan. Corporate governance merupakan mekanisme untuk mengatur dan mengelola bisnis, serta untuk meningkatkan kemakmuran perusahaan.Tujuan utama good corporate governance adalah untuk meningkatkan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Mekanisme corporate governance yang baik akan memberikan perlindungan kepada para pemegang saham dan kreditur untuk memperoleh kembali atas investasi dengan wajar, tepat dan seefisien mungkin, serta memastikan bahwa manajemen bertindak sebaik yang dilakukannya untuk kepentingan perusahaan. Keberhasilan good corporate governance dipengaruhi oleh banyak faktor, yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor makro (regulasi dan kondisi negara) dan faktor mikro (mekanisme corporategovernance) di dalam perusahaan dari sudut pandang internal perusahaan, maka keberhasilan good corporate governance dipengaruhi oleh proporsi kepemilikan saham, proporsi dewan direksi dan komisaris (Board of Directors) dan peran komite audit dalam mekanisme good corporate governance. Pelaksanaan good corporate governance yang baik dan sesuai dengan peraturan yang berlaku, akan membuat investor memberikan respon positif terhadap kinerja perusahaan, bahwa dana yang diinvestasikan dalam perusahaan yang bersangkutan akan dikelola dengan baik dan kepentingan investor publik akan aman. Kepercayaan investor publik pada manajemen perusahaan memberikan manfaat kepada perusahaan dalam bentuk pengurangan cost of capital (biaya modal). Kinerja perusahaan yang baik dengan biaya modal yang rendah akan mendorong para investor melakukan investasi di perusahaan tersebut. Banyaknya investor yang tertarik akan meningkatkan permintaan investasi, sehingga harga saham perusahaan akan meningkat yang merupakan rantai pertumbuhan perusahaan dan meningkatkan kemakmuran stakeholders yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan. Penelitian ini sejalan dengan temuan Silveira dan Barros (2006) melakukan penelitian mengenai kualitas corporate Governance terhadap nilai pasar atas 154 perusahaan Brazil yang terdaftar di bursa efek pada tahun 2002. Ukuran untuk market Value perusahaan adalah menggunakan variabel Tobinâ&#x20AC;&#x2122;s Q dan PBV. Temuannya menunjukkan adanya pengaruh kualitas CG yang positif dan signifikan terhadap nilai pasar perusahaan. Selain itu, Black, Jang & Kim (2005) juga
44 membuktikan bahwa corporate Governance index secara keseluruhan merupakan hal penting dan menjadi salah satu faktor penyebab yang dapat menjelaskan nilai pasar bagi perusahaan-perusahaan independen di Korea. Johnson, et al. (2000) juga memberikan bukti bahwa rendahnya kualitas corporate governace dalam suatu negara berdampak negatif pada pasar saham dan nilai tukar mata uang negara bersangkutan pada masa krisis di Asia. Dengan ukuran variabel corporate Governance yang digunakan La Porta et al. (1998) seperti judicial efficiency, corruption, rule of law, enforceable minority shareholder rights, antidirector rights, creditor rights dan accounting standards, hasilnya menunjukkan bahwa variabelvariabel corporate lebih bisa menjelaskan variasi perubahan nilai tukar mata uang dan kinerja pasar modal dibandingkan dengan variabel-variabel makro. 5.2.7. Pengaruh Fundamental Makro terhadap Kinerja Keuangan Hasil analisis memperlihatkanbahwa Fundamental Makro berpengaruh positif terhadap Kinerja Keuangan. Semakin tinggi Fundamental Makro akan mengakibatkan semakin tinggi Kinerja Keuangan. Jika dikaitkan dengan hasil inner model PLS menunjukkanbahwa semakin tinggi Pertumbuhan ekonomi dan semakin rendahnya Inflasi danSuku Bunga Bank Indonesia akan mengakibatkan semakin tinggi Return on Assets, Return on Equity, sertaNet Profit Margin. Perusahaan real estate di Indonesia yang memiliki kesempatan bertumbuh lebih besar akan memiliki earnings yang cukup tinggi. Kondisi ini menunjukkan bahwa semakin besar kesempatan bertumbuh perusahaan, maka semakin tinggi kesempatan perusahaan real estatemendapatkan atau menambah laba yang diperoleh pada masa mendatang. Berdasarkan pengalaman penulis faktor Pertumbuhan Ekonomi sangat berpengaruh pada bisnis real estate di Indonesia. Pertumbuhan Ekonomi yang tinggi akan menimbulkan permintaan terhadap barang dan jasa termasuk produkproduk perumahan dan properti lainnya. Permintaan produk perumahan yang tumbuh seiring dengan adanya keluarga muda baru, angkatan kerja baru, urbanisasi maupun kebutuhan investasi memberikan peluang bagi perusahaanperusahaan real estate untuk menawarkan produknya. Adanya peluang ekonomi yang baik seperti ini akan menghasilkan penjualan bagi perusahaan real estate. Denganadanya peluang ekonomi dan disertai tata kelola perusahaan yang baik akan menghasilkan Kinerja Keuangan yang baik . Hasil penelitian ini sesuai dengan arbitrage price theory (APT) yang menyatakan bahwa return yang akan diperoleh oleh pemegang saham ditentukan oleh faktor ekonomi makro. Selain tingkat inflasi, tingkat suku bunga juga dapat mempengaruhi return yang akan diperoleh oleh pemegang saham. Chen, Roll and Ross dalam Bodie, Kane and Marcus (2008) mengemukakan bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi return adalah tingkat inflasi dan tingkat suku bunga. Hasil penelitian juga sesuai dengan Signalling Theory yang merupakan penjelasan dari asimetri informasi.Terjadinya asimetri informasi disebabkan karena pihak manajemen mempunyai informasi lebih banyak mengenai prospek perusahaan.Untuk menghindari asimetri informasi, perusahaan harus memberikan informasi sebagai sinyal kepada pihak investor. Asimetri informasi perlu
45 diminimalkan, sehingga perusahaan go public dapat menginformasikan keadaan perusahaan secara transparan kepada investor. Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan Hanafi dan Halmi (2000) yang bahwa antara tingkat pertumbuhan (growth) dan profitabilitas sebagai ukuran kinerja dijelaskan sebagai hubungan positif, dalam arti perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai profitabilitas yang tinggi. 5.2.8. Pengaruh Fundamental Makro terhadapNilai Perusahaan Variabel Fundamental makro diukur signifikan oleh infasi dan suku bunga bank Indonesia (tanda negatif), dan Pertumbuhan Ekonomi. Berdasarkan atas tanda koefisien hubungan mengindikasikanbahwa semakin tinggi Pertumbuhan Ekonomi dan semakin rendah Inflasi danSuku Bunga Bank Indonesia, akan diperoleh Fundamental Makro yang semakin tinggi.Di sisi lain, variabelNilai Perusahaan signifikan diukur oleh Indikator Tobins Q danPrice Book Value. Berdasarkan atas tanda koefisien hubungan mengindikasikanbahwa semakin tinggi Tobins Q danPrice Book Value, akan diperolehNilai Perusahaan yang semakin tinggi. Hasil analisis memperlihatkanbahwa Fundamental Makro berpengaruh positif (secara tidak langsung melalui perantara kinerja keuangan) terhadapnilai perusahaan. Semakin tinggi Fundamental Makro akan mengakibatkan semakin tinggi nilai perusahaan. Jika dikaitkan dengan hasil inner model PLS menunjukkanbahwa semakin tinggi Pertumbuhan Ekonomi dan semakin rendah Inflasi danSuku Bunga Bank Indonesia, akan mengakibatkan semakin tinggi Tobins Q dan Price Book Value. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan arbitrage price theory (APT) yang menyatakan bahwa return yang akan diperoleh oleh pemegang saham ditentukan oleh faktor ekonomi makro. Selain tingkat inflasi, tingkat suku bunga juga dapat mempengaruhi return yang akan diperoleh oleh pemegang saham. Chen, Roll and Ross dalam Bodie, Kane and Marcus (2008) mengemukakan bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi return adalah tingkat inflasi dan tingkat suku bunga. Hasil ini juga tidak sesuai dengan teori pensinyalan di mana investor selalu membutuhkan informasi yang simetris sebagai pementauan dalam menanamkan dana pada suatu perusahaan. Jadi sangat penting bagi perusahaan untuk memberikan informasi setiap account (rekening) pada laporan keuangan di mana merupakan sinyal untuk diinformasikan kepada inestor maupun calon investor. Ratio-ratio dari laporan keuangan seperti Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Asset, Total Asset Turn Over maupun rasio-rasio lain akan sangat bermanfaat bagi investor maupun calon investor sebagai salah satu dasar analisis dalam berinvestasi. Penelitian ini sejalan dengan temuan Weston dan Brigham, (2006)bahwa Perusahaan yang berada dalam industri yang mempunyai laju pertumbuhan tinggi harus menyediakan modal cukup untuk membelanjai perusahaan. Perusahaan yang tumbuh pesat cenderung mampu membagikan dividen yang lebih tinggi. Bagi perusahaan dengan tingkat Fundamental Makro dan laba yang tinggi, kecenderungan perusahaan membagikan dividen lebih konsisten dibandingkan
46 dengan perusahaan-perusahaan yang tingkat Fundamental Makronya rendah (Hatta, 2002). Penelitian lainnya yaituNugroho (2004) memperkuat temuan ini. Hasilnya menunjukkan bahwa ROA, DTA, dan pertumbuhan assets berpengaruh signifikan terhadap PBV, sementara variabel cash ratio dan ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap DPR. Secara simultan kelima variabel independen berpengaruh signifikan terhadap PBV dan kelima variabel tersebut mampu menjelaskan PBV sebesar 52%. 5.2.9. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadapNilai Perusahaan Hasil analisis memperlihatkanbahwa Kinerja Keuangan berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan. Semakin tinggi Kinerja Keuangan akan mengakibatkan semakin tinggi Nilai Perusahaan. Jika dikaitkan dengan hasil inner model PLS menunjukkanbahwa semakin tinggi Return on Assets, Return on Equity, sertaNet Profit Margin, akan mengakibatkan semakin tinggi Tobins Q dan Price Book Value. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori agensi di mana hubungan keagenan ini akan menimbulkan konflik akibat perbedaan kepentingan antara agent (manajer) dan principal (pemegang saham/pemilik). Kepemilikan manajerial kemudian dipandang sebagai mekanisme control yang tepat untuk mengurangi konflik tersebut, karena kepemilikan oleh manajer dipandang dapat menyamakan kepentingan antara pemilik dan manajer, sehingga semakin tinggi kepemilikan manajer, semakin tinggi pula nilai perusahaan. Menurut Demsetz (1983), Fama dan Jansen (1983), dalam kepemilikan insider yang relatif rendah, efektifitas control dan kemampuan menyamakan kepentingan antara pemilik dan manajer akan berdampak signifikan terhadap nilai perusahaan. Namun pada kepemilikan insider yang tinggi, mekanisme tersebut akan berkurang efektifitasnya. Kondisi ini memunculkan Management Entrenchment, yang menyatakan kepemilikan insider yang tinggi akan berdampak pada kecenderungan manajer untuk bertindak demi kepentingannya sendiri, dikarenakan hak voting dan bargaining power yang semakin tinggi yang dimiliki oleh insider dalam penentuan kebijakan sehingga mengakibatkan pemilik tidak mampu menjalankan mekanisme control dengan baik, hal ini akan menyebabkan turunnya nilai perusahaan karena tidak terjadi ketidaksamaan kepentingan antara manajer dan pemilik yaitu pemegang saham minoritas. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Ang (1997) bahwa keuntungan perusahaan yang semakin meningkat memberikan tanda bahwa kekuatan operasional dan keuangan perusahaan semakin membaik, sehingga memberikan pengaruh positif terhadap ekuitas. Selain itu, ROE juga merupakan salah satu rasio profitabilitas yang disebut sebagai rentabilitas modal sendiri.ROE mempunyai arti penting bagi para pemegang saham, yaitu untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan laba bersih.Sedangkan bagi pihak manajemen, ROE mempunyai arti penting untuk menilai kinerja perusahaan. Menurut Syamsuddin (2000), ROE merupakan suatu pengukuran dari perhitungan income yang tersedia bagi pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. ROE yang tinggi secara umum
47 menunjukkan harapan masa depan yang baik bagi perusahaan, sehingga diharapkan mampu menarik investor. ROE yang tinggi cenderung memiliki perbandingan antara harga saham terhadap nilai buku yang tinggi, dan demikian pula sebaliknya (Higgins, 1990). Hal ini menunjukkan bahwa upaya-upaya untuk meningkatkan ROE perusahaan sejalan dengan usaha-usaha meningkatkan harga saham perusahaan yang merupakan pencerminan dari peningkatan kesejahteraan pemegang saham. Kinerja keuangan perusahaan real estate yang semakin tinggi akan meningkatkan nilai perusahaan. Hasil ini memperlihatkan adanya keterkaitan dengan teori dan pendapatMogdiliani dan Miller atau dikenal dengan MM Theory yang menyatakan bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dari aset perusahaan. Hasil yang tinggi earning power, akan semakin efisien perputaran aset yang menunjukkan semakin tinggi profit margin yang didapatkan perusahaan. Hal ini berdampak pada peningkatan nilai perusahaan dalam hal ini nilai Tobins Q satu tahun ke depan. Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Menurut Putra (2004), profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Sedangkan bagi Machfloeds (2006), rasio profitabilitas merupakan perbandingan laba perusahaan dan investasi atau ekuitas yang digunakan untuk memperoleh laba perusahaan tersebut.Sementara itu Brigham (2005) menyatakan bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang merupakan hasil bersih dari kebijakan-kebijakan dan keputusan-keputusan manajemen, baik dalam mengelola likuiditas, assets, dan hutang perusahaan. Rasio profitabilitas sebagai ukuran kinerja merupakan hal penting bagi banyak pihak. Bagi pihak kreditor, laba merupakan sumber dana untuk pembayaran hutang. Bagi manajemen perusahaan, laba merupakan indikasi prestasi perusahaan.Bagi pemegang saham, laba menghasilkan dividen. Salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba adalah ROA. Dalam perhitungannya, ROA hanya menggunakan laba bersih setelah pajak dibagi dengan total aktiva perusahaan. Dengan semakin meningkatnya deviden yang akan diterima para pemegang saham, maka hal itu merupakan daya tarik bagi para investor dan atau calon investor untuk menanamkan dananya ke perusahaan. Dengan semakin besarnya daya tarik tersebut, maka banyak investor yang menginginkan saham perusahaan tersebut. Jika permintaan atas saham suatu perusahaan semakin banyak, maka harga sahamnya akan meningkat. dengan meningkatnya harga saham berarti return yang diperoleh investor dari saham tersebut juga meningkat. Hal ini disebabkan karena return merupakan selisih antara harga saham periode saat ini dengan harga saham sebelumnya (Natarsyah, 2000). 5.3. Temuan Penelitian Secara spesifik temuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Temuan pertama penelitian ini menemukan hubungan secara komprehensif yaitu pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Modal, Good CorporateGovernance, dan Fundamental Makro terhadap Kinerja Keuangan
48 Perusahaan sektor Properti di BEI. Hasil penelitian mempertajam model jalur pengaruh yang telah banyak diteliti oleh penelitian terdahulu yaitu: a. Memberikan tambahan bukti empiris hasil temuan Lehman et al. (2002), Campbel (2002), Gul (1999a dan 1999b), Chang &Rhee (1990), Barclay, Marx &Smith (2003), Utama dan Santoso (1998) bahwa Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan. b. Memberikan tambahan bukti empiris hasil temuan Andrianto (2002), Gul (1999a dan 1999b), Fama &French (2002), Barclay, Marx &Smith (2003), Natarsyah (2000), Ratnasari (2003) bahwa Struktur Modal berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan. c. Memberikan tambahan bukti empiris hasil temuan Campbel (2002), Khomsiyah dan Rahayu (2005), Klein (2002), Dechow et al. (1996), Wedari (2004)bahwaGood Corporate Governance berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan. d. Memberikan tambahan bukti empiris hasil temuan Oktavia (2009), Joseph (2002), Utami dan Rahayu (2003) bahwa Fundamental Makro berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan. 2. Temuan kedua penelitian ini menemukan hubungan secara komprehensif yaitu pengaruh Struktur Modal, dan Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan sektor Properti di BEI. Hasil penelitian mempertajam model jalur pengaruh yang telah banyak diteliti oleh penelitian terdahulu yaitu: a. Memberikan tambahan bukti empiris hasil temuan Utama dan Santoso (1998) bahwa Struktur Modal berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan. b. Memberikan tambahan bukti empiris hasil temuan Andrianto (2002), Natarsyah (2000), Ratnasari (2003), Joseph (2002), Utami dan Rahayu (2003), Utama dan Santoso (1998), Prasetya (2000) bahwa Kinerja Keuangan berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan. 3. Temuan ketiga penelitian ini menunjukkan tiga hubungan tidak signifikan yaitu pengaruh langsung Ukuran Perusahaan, Good Corporate Governance, serta Fundamental Makro terhadap Nilai Perusahaan. Akan tetapi terlihat adanya pengaruh tidak langsung Ukuran Perusahaan, Good Corporate Governance, serta Fundamental Makro terhadap Nilai Perusahaan melalui mediasi Kinerja Keuangan. a. Pada pengaruh langsung antara Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan, hasil penelitian ini tidak konsisten sehingga tidak mendukung bukti empiris oleh Utama dan Santoso (1998) yang menyatakan adanya pengaruh langsung Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan. Di sisi lain, hasil penelitian ini memperkuat bukti empiris bahwa Ukuran Perusahaan berpengaruh tidak langsung terhadap Nilai Perusahaan melalui mediasi Kinerja Keuangan (Beberapa penelitian telah membuktikan adanya pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan diantaranya Lehman et al. (2002), Campbel (2002), Gul (1999a dan 1999b), Chang &Rhee (1990), Barclay, Marx &Smith (2003), Utama dan Santoso (1998)., serta Beberapa penelitian telah membuktikan adanya pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan Andrianto (2002), Natarsyah (2000), Ratnasari (2003), Joseph (2002), Utami dan Rahayu (2003), Utama dan Santoso (1998), Prasetya (2000)).
49 b. Pada pengaruh langsung antara Good Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan, hasil penelitian ini tidak konsisten sehingga tidak mendukung bukti empiris oleh Andrianto (2002), Akhtar (2005), Chen andStrange (2006)yang menyatakan adanya pengaruh langsung Good Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan. Di sisi lain, hasil penelitian ini memperkuat bukti empiris bahwa Good Corporate Governance berpengaruh tidak langsung terhadap Nilai Perusahaan melalui mediasi Kinerja Keuangan (Beberapa penelitian telah membuktikan adanya pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan diantaranya Campbel (2002), Khomsiyah dan Rahayu (2005), Klein (2002), Dechow et al. (1996), Wedari (2004)., serta Beberapa penelitian telah membuktikan adanya pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan Andrianto (2002), Natarsyah (2000), Ratnasari (2003), Joseph (2002), Utami dan Rahayu (2003), Utama dan Santoso (1998), Prasetya (2000)). c. Pada pengaruh langsung antara Fundamental Makro terhadap Nilai Perusahaan, hasil penelitian ini tidak konsisten sehingga tidak mendukung bukti empiris oleh Moh'd, Perry &Rimbey (1998). Dutta (1999)yang menyatakan adanya pengaruh langsung Fundamental Makro terhadap Nilai Perusahaan. Di sisi lain, hasil penelitian ini memperkuat bukti empiris bahwa Fundamental Makro berpengaruh tidak langsung terhadap Nilai Perusahaan melalui mediasi Kinerja Keuangan (Beberapa penelitian telah membuktikan adanya pengaruh Fundamental Makro terhadap Kinerja Keuangan diantaranya Oktavia (2009), Joseph (2002), Utami dan Rahayu (2003), serta Beberapa penelitian telah membuktikan adanya pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan Andrianto (2002), Natarsyah (2000), Ratnasari (2003), Joseph (2002), Utami dan Rahayu (2003), Utama dan Santoso (1998), Prasetya (2000). 5.4. Kontribusi Studi Berdasarkan hasil temuan dari penelitian ini menyatakan bahwa 4 (empat) variabel yang dianalisis (Ukuran Perusahaan, Struktur Modal, GoodCorporate Governance, serta Fundamental Makro) dalam penelitian merupakan variabel penting dalam peningkatan Kinerja Keuangan serta Nilai Perusahaan sektor Properti di BEI. Ada lima kontribusi teoritis dalam penelitian ini. Kelima kontribusi tersebut adalah terhadap: 1) teori agensi; 2) teori ukuran; 3) teori struktur modal; 4) teori pensinyalan; dan 5) arbitrage price theory. Kelima teori tersebut akan dijelaskan sebagai berikut di bawah ini. Tabel 12. Ringkasan Kesesuaian Hasil Penelitian dengan Teori No. Teori Hipotesis yang Sesuai 1. 2.
Teori Agensi Teori Ukuran
3.
Teori Struktur Modal
4. 5.
Teori Pensinyalan Arbitrage Price Theory
1, 4, 5, 9 1 3, 4 7 7
50 Sumber: Data Diolah, 2014 5.4.1. Teori Agensi Ada empat hipotesis yang sesuai dengan teori agensi, yaitu hipotesis 1, 4, 5, dan 9.Teori agensi menyatakan bahwa terdapat pemisahan antara prinsipal dan agen.Penelitian ini menggunakan dua macam hubungan keagenan.Pertama adalah hubungan antara pemilik perusahaan sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen (Jensen and Meckling, 1976).Hubungan ini untuk menjelaskan hasil dari hipotesis pertama.Kedua, hubungan antara kreditor perusahaan sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen (Jensen, 1986).Hubungan ini untuk menjelaskan hasil dari hipotesis ketiga, keempat, kelima dan kesembilan.Hipotesis pertama menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan.Berdasarkan teori agensi, seharusnya dalam perusahaan terdapat pemisahan antara pemilik sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen. Tujuan manajemen adalah memaksimalkan laba dan nilai bagi pemegang saham (Jensen and Meckling, 1976). Hipotesis keempat menyatakan bahwa struktur modal berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.Pertama, berdasarkan teori agensi, konflik agensi terjadi antara kreditor dengan manajemen perusahaan. Manajemen yang memutuskan menggunakan sumber pendanaan berupa utang akan mendapatkan pengawasan tambahan dari kreditor (De Angelo et al., 1994). Pengawasan ini berupa keharusan untuk memelihara rasio-rasio dalam laporan keuangannya pada batas minimal tertentu, yang bila gagal dipenuhi manajemen akan membuat kreditor menarik pendanaannya dari perusahaan. Usaha manajemen dalam mempertahankan rasio-rasio keuangan ini salah satunya akan berdampak pada penciptaan nilai perusahaan. Hipotesis kelima menyatakan bahwa good corporate governance berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan teori agensi, maka pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku.Hipotesis kesembilan menyatakan bahwa kinerja keuangan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.Pengukuran kinerja perusahaan merupakan salah satu indikator yang dipergunakan oleh investor untuk menilai suatu perusahaan dari harga pasar saham tersebut di bursa efek Indonesia. Semakin baik kinerja perusahaan maka akan semakin tinggi return yang akan diperoleh oleh investor. Umumnya investor akan mencari perusahaan yang mempunyai kinerja terbaik dan menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Dikatakan perolehan modal perusahaan dan nilai perusahaan akan meningkat apabila perusahaan memiliki reputasi baik yang tercermin dalam laporan keuangannya. Horne (2005) menyatakan bahwa pengukuran kinerja keuangan meliputi hasil perhitungan rasio-rasio keuangan yang berbasis pada laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan dan telah di audit akuntan publik. Rasio-rasio tersebut di rancang untuk membantu para analisis atau investor dalam mengevaluasi suatu perusahaan berdasarkan laporan keuangannya. 5.4.2. Teori Ukuran Hipotesis pertama yang diterima dalam penelitian ini sesuai dengan teori ukuran. Teori ukuran menunjukkan bahwa semakin besar perusahaan
51 akansemakin kompleks permasalahan yang dihadapi dan membutuhkan mekanisme pengawasan baik dari pihak eksternal maupun internal perusahaan yang lebih kompleks untuk mengatasinya (Smith and Watts; 1992). Semakin besar ukuran perusahaan seharusnya semakin besar kesempatan perusahaan untuk memaksimalkan nilainya. 5.4.3. Teori Struktur Modal Hipotesis ketiga dan keempat yang diterima dalam penelitian ini sesuai dengan teori struktur modal.Teori struktur modal menyatakan bahwa penggunaan bauran hutang dan ekuitas yang tepat sebagai sumber pendanaan dapat meningkatkan nilai perusahaan (Modigliani and Miller, 1958; Miller and Modigliani, 1963; serta Myers, 1977). 5.4.4. Teori Pensinyalan Hipotesis ketujuh yang diterima sesuai dengan teori pensinyalan. Pensinyalan adalah pemaknaan kondisi perusahaan berdasarkan perspektif orang di luar perusahaan. Sinyal dari perusahaan akan dianalisis lebih lanjut oleh para analis sebelum para investor membuat keputusan untuk menjual atau membeli suatu saham perusahaan. Apabila terdapat sinyal positif maka investor akan tertarik untuk membeli saham perusahaan, sehingga nilai pasarnya naik; sebaliknya bila informasi negatif maka investor akan memilih untuk melepas saham suatu perusahaan (Bhushan, 1989). 5.4.5. Teori Arbitrage Price Hipotesis ketujuh yang diterima sesuai dengan arbitagre price theory yangmenyatakan bahwa return yang akan diperoleh oleh pemegang saham ditentukan oleh faktor ekonomi makro. Selain tingkat inflasi, tingkat suku bunga juga dapat mempengaruhi return yang akan diperoleh oleh pemegang saham. Chen, Roll and Ross dalam Bodie, Kane and Marcus (2008) mengemukakan bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi return adalah tingkat inflasi dan tingkat suku bunga.Sedangkan pada beberapa hipotesis yang diuji, yaitu:Hipotesis kedua yang ditolak dalam penelitian ini tidak sesuai dengan teori ukuran.Hipotesis keempat yang ditolak dalam penelitian ini tidak sesuai dengan teori agensi.Hipotesis kedelapan yang ditolak dalam penelitian ini tidak sesuai dengan arbitrage pricing theory. 5.5. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan sebagai berikut: (1) Pada penelitian ini, populasi aktual yaitu jumlah real estate di Indonesia hingga tahun 2012 adalah sebanyak 45 perusahaan. Berdasarkan pengambilan sampel secara purposive, khususnya berdasarkan atas kriteria ketersediaan laporan keuangan yang lengkap di tahun 2007 hingga 2012, peneliti hanya mendapatkan 80% dari total perusahaan real estate di Indonesia atau hanya 36 perusahaan saja. (2) Penelitian ini dilakukan pada perusahaan properti yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jadi tidak dapat digeneralisasi pada peruashaan non properti, maupun perusahaan properti yang tidak terdaftar di BEI. Alasan digunakannya satu
52 sektor industri (yaitu industri properti) adalah untuk menghindari perbedaan karakter industri.
53 VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, bahwa dalam penelitian terhadap Perusahaan-perusahaan Real Estate yang telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesaia tahun 2007-2012 dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Terdapat pengaruh langsung signifikan yang positif antara Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan. Semakin tinggi Ukuran Perusahaan maka akan semakin tinggi pula Kinerja Keuangannya. Hal ini akan tercermin pada semakin tinggi Total Sales dan rendahnya Total Asset, akan mengakibatkan semakin tinggi Return on Asset, Return on Equity, serta Net Profit Margin. 2. Tidak terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan. Akan tetapi, melalui pengaruh tidak langsung terlihat bahwa Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan melalui perantara (mediasi) Kinerja Keuangan. Semakin tinggi Ukuran Perusahaan, akan berdampak pada semakin tinggi Nilai Perusahaan, jika Kinerja Keuangan semakin tinggi. Hal ini akan tercermin pada semakin tinggiTotal Sales dan semakin rendah Total Asset, akan mengakibatkan semakin tinggi Tobins Q dan Price Book Value, jika Return on Asset, Return on Equity, serta Net Profit Marginjuga semakin tinggi. 3. Terdapat pengaruh langsung signifikan yangnegatif antara Struktur Modal terhadap Kinerja Keuangan. Semakin tinggi Struktur Modal maka akan semakin rendah Kinerja Keuangannya. Hal ini akan tercermin pada semakin tinggi Debt to Asset Ratio maka akan semakin rendah Return on Asset, Return on Equity, serta Net Profit Margin. 4. Terdapat pengaruh langsung signifikan yang positif antara Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan. Semakin tinggi Struktur Modal maka akan semakin Tinggi pula Nilai Perusahaan. Hal ini akan tercermin pada semakin tinggi Debt to Asset Ratio maka akan semakin tinggi Tobins Q dan Price Book Value. 5. Terdapat pengaruh langsung signifikan yang positif antara Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan. Semakin tinggi Good Corporate Governance maka akan semakin tinggi pula Nilai Perusahaan. Hal ini akan tercermin pada semakin tinggi Kepemilikan Manajerial dan Komite Audit maka akan semakin tinggiReturn on Asset, Return on Equity, serta Net Profit Margin. 6. Tidak terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara Good Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan. Akan tetapi, melalui pengaruh tidak langsung terlihat bahwa Good Corporate Governance berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan melalui perantara (mediasi) Kinerja Keuangan. Semakin tinggi Good Corporate Governance, akan berdampak pada semakin tinggi Nilai Perusahaan, jika Kinerja Keuangan semakin tinggi. Hal ini akan tercermin pada semakin tinggi Kepemilikan Manajerial dan Komite Audit maka akan semakin tinggi pula Tobins Q dan Price Book Value, jika Return on Asset, Return on Equity, serta Net Profit Margin juga semakin tinggi. 7. Terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara Fundamental Makro terhadap Kinerja Keuangan. Indikator Fundamental Makro yang berpengaruh signikan adalah Pertumbuhan Ekonomi (positif), Suku Bunga Bank (negatif) dan
54 Inflasi (negatif). Sedangkan Indikator Kurs US$ dan Balance of Trade tidak berpengaruh signifikan dalam mengukur variabel Fundamental Makro. Hal ini akan tercermin pada semakin tinggi Pertumbuhan ekonomi dan semakin rendahnya inflasi dan suku bunga bank Indonesia akan mengakibatkan semakin tinggi Return on Asset, Return on Equity, serta Net Profit Margin. 8. Tidak terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara Fundamental Makro terhadap Nilai Perusahaan. Akan tetapi, melalui pengaruh tidak langsung terlihat bahwa Fundamental Makro berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan melalui perantara (mediasi) Kinerja Keuangan. Semakin tinggi Fundamental Makro, akan berdampak pada semakin tinggi Nilai Perusahaan, jika Kinerja Keuangan semakin tinggi. Hal ini akan tercermin pada semakin tinggi Pertumbuhan Ekonomi dan semakin rendah Inflasi dan Suku Bunga Bank Indonesia, akan mengakibatkan semakin tinggi Tobins Q dan Price Book Value, jika Return on Asset, Return on Equity, serta Net Profit Margin juga semakin tinggi. 9. Terdapat pengaruh langsung signifikanyang positif antara Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan. Semakin tinggi Kinerja Keuangan maka akan berdampak pada semakin tinggi Nilai Perusahaan. Hal ini akan tercermin pada semakin tinggi Return on Asset, Return on Equity, serta Net Profit Margin, akan mengakibatkan semakin tinggi Tobins Q dan Price Book Value. 6.2. Saran Berdasarkan atas hasil penelitian, maka beberapa saran yang dapat direkomendasikan sebagai berikut: 1. Saran bagi pengembangan akademik, bagi penelitian selanjutnya adalah: (1) Penelitian ini hanya menggunakan perusahaan properti sebagai obyek pengamatan. Penelitian lain direkomendasikan untuk mengembangkan pengamatan dengan industri yang lebih beragam dan bahkan membandingkan antar industri, (2) Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa sebesar 35.70% nilai perusahaan dan kinerja keuangan perusahaan properti dipengaruhi oleh faktor lain selain ukuran perusahaan, struktur modal, Good Corporate Governance, serta fundamental makro. Untuk itu disarankan bagi penelitian selanjutnya agar dapat menambahkan beberapa variabel eksogen dalam penelitian seperti kebijakan dividen, maupun kesempatan investasi pada perusahaan properti. 2. Saran bagi perusahaan real estate. Guna meningkatkan kinerja perusahaan dalam mencapai Kinerja Keuangan maupun meningkatkan Nilai Perusahaan, maka dapat direkomendasikan saran sebagai berikut: a. Kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan serta nilai perusahaan. Untuk itu disarankan kepada perusahaan real estate agar berorientasi pada Kebijakan Peningkatan Penjualan (sales) melalui penetapan Target Pasar yang tepat, pembuatan Produk yang tepat dan Harga yang bersaing. b. Kebijakan yang berkaitan dengan struktur modal. Pembiayaan. Struktur modal berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan properti. Untuk itu disarankan apabila dilakukan kebijakan Hutang dari dana
55 eksternal, perlu dilakukan dengan hati-hati dandiutamakan untuk membiayai Asset/Proyek yang segera menghasilkan Penjualan. c. Kebijakan yang berkaitan dengan Penerapan GCC: Good Corporate Governance berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan properti. Untuk itu disarankan kepada perusahaan properti, agar mempertimbangkan Komisaris Independen berperan aktif dalam menggerakkan fungsi Komite Audit, serta peran Pemegang Saham Pengendali tetap dipertahankan. d. Kebijakan Penyikapan terhadap Kebijakan Makro Pemerintah. Fundamental makro berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan properti. Untuk itu disarankan kepada perusahaan properti untuk melakukan Kebijakan memantau Kebijakan Makro Pemerintah yang terkait dengan Kebijakan APBN dan Ekonomi yang menyangkut Inflasi, Suku Bunga, dan Pertumbuhan Ekonomi. Di sisi lain, diperlukan pula Kebijakan senantiasa melakukan pendekatan ke Pemerintah melalui Asosiasi Pengusaha Real Estate agar senantiasa dapat memperoleh informasi sekaligus memberi masukan kepada Pemerintah. 3. Saran bagi Investor Saham: a. Dalam memilih Perusahaan untuk Investasi:Bahwa untuk menilai suatu Perusahaan untuk investasi, maka perlu mempertimbangkan Kinerja Keuangan Perusahaan yang terdiri dari Return On Equity, Return On Asset dan Net Profit Margin sebagai pertimbangan pokok. b. Dalam memantau dan mengevaluasi Perusahaan:Bahwa dalam pemantauan dan eveluasi atas Perusahaan-perusahaan perlu diperhatikan aspek Penjualan, penerapan GCG khususnya mengenai peran Kepemilikan Manajerial dan kegiatan Komite Auditnya. c. Dalam memantau Kebijakan Makro:Bahwa Fundamental Makro yang penting untuk dipantau adalah Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan Suku Bunga Bank. 4. Saran bagi pemerintah, Mempertimbangkan bahwa sektor real estate merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam menciptakan kegiatan ekonomi, mempunyai multiplier effectyang besar, membantu memperindah kota dan menciptakan banyak lapangan kerja, maka direkomendasikan kepada Pemerintah hal-hal sebagai berikut: a. Menciptakan Pertumbuhan Ekonomi:Direkomendasikan agar Kebijakan Ekonomi terus dipertahankan melalui Kebijakan APBN maupun Kebijakan Penanaman Modal yang terus digalakkan. b. Membuat Regulasi yang menjaga Stabilitas Ekonomi:Direkomendasikan agar Kebijakan menjaga stabilitas MakroEkonomi terutama Kebijakan Suku Bunga dan Inflasi. c. Menjaga Iklim Investasi kondusif: Direkomendasikan agar Kebijakan yang mendukung Iklim Investasi yang kondusif terutama Kebijakan Perijinan dan Pertanahan yang mudah dan murah serta Kebijakan Pembangunan Infrastruktur kota yang baik.
56 DAFTAR PUSTAKA
[1]. [2]. [3]. [4].
[5].
[6].
[7].
[8].
[9].
[10]. [11].
[12].
[13].
[14]. [15]. [16]. [17].
[18].
Abdul Halim dan Sarwoko. 1999. Manajemen Keuangan.Yogyakarta:BPFE Adisaputro. Gunawan dan Marwan Asri. 2001. Anggaran Perusahaan. Edisi kesatu. BPFE. Yogyakarta. Agus Sartono, 2001, Manajemen Keuangan Edisi 3, BPFE, Yogyakarta. Ahmed, P., and Sudhir, N. 2004. “Style Investing : Incorporating Growth Characteristics in Value Stocks” Pennsylvania State University at Harrisburg, pp 1-27 Ajayi, R. A., Friedman, J., and Mehdian, S. M. 1996. On the relationship between stockreturns and exchange rates: Tests of Granger causality. Global Finance, 9, 241-251. Akhtar, Shumi. 2005. The Determinants of Capital Structure for Australian Multinational and Domestic Corporations. Australian Journal of Management, Vol. 30, No. 2, hlm. 321-341 Almilia, L. S., 2004, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kondisi Financial Distress suatu Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Simposium Nasional Akuntansi, ke VI, hal. 546-564 Almilia, L. S., dan Winny H. 2005. Analisis Rasio CAMEL Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan Perioda 2000-2002, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.7, No. 2 Al-Najjar, B., and Taylor, P. 2008. The Relationship Between Capital Structure And OwnershipStructure: New Evidence From Jordanian Panel Data. Managerial Finance, Vol. 34 No. 12, 2008: 919-933. Amin Widjaja Tunggal, 2000, Auditing Suatu Pengantar, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Anam, S. 2002. Hubungan Antara Profil Glukosa Darah Post Prandial GDP dan Antherosklerosis Pada Diabetes Mellitus. Tugas Akhir: Fakultas Kedokteran UB. Malang Anandarajah, K. 2001. Corporate Governance, Malaysia: Malaysian Institute of Corporate Governanance.Ang, Robert.Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Mediasoft Indonesia: Jakarta. 1997 Andriana, R.R., dan Oktavia, K.N. 2009. “Pembuatan Flokulan dari Tepung Tapioka dan Acrylamide dengan Metode grafting To dan Uji Kemampuan Flokulasinya”. Skripsi Teknik Kimia ITS, Surabaya. Andrianto, T.T. dan N. Indarto, 2002. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Panjang, Absolut, Yogyakarta. Ang, R. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Mediasoft Indonesia: Jakarta Arianto, 2008. Pasar Modal. Jakarta: Rineka Cipta Arifin, Z. 2006. Masalah Agensi dan Mekanisme Kontrol pada Perusahaan dengan Struktur Kepemilikan Terkonsentrasi yang Dikontrol Keluarga, Disertasi, Universitas Indonesia, Jakarta. Auliyah, R., dan Hamzah, A. 2006. Analisa Karakteristik Perusahaan, Industri, dan Ekonomi Makro terhadap Return dan Beta Saham Syariah di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi IX. Online, diakses tanggal 16 Maret 2009.
57 [19]. [20]. [21]. [22]. [23]. [24].
[25].
[26].
[27]. [28]. [29]. [30]. [31]. [32]. [33]. [34].
[35]. [36]. [37]. [38]. [39]. [40].
Awat, N dan Muljadi. 1995. Keputusan-Keputusan Keuangan Perusahaan, Teori dan Hasil Pengujian Empirik. Liberty Yogyakarta. Azhar Susanto. 2008. Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Gramedia Bambang Riyanto. 2008. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: Penerbit GPFE Bapepam. 2005. Modal Indonesia 2000-2004. Jakarta: Bapepam. Bapepam.2000. Strategi pengembangan Pelaku Pasar Modal:Cetak Biru Pasar Barclay, M. J., Marx W., and Smith, Jr. 2003. The Determinants of Corporate Leverage and Dividend Policies:, The New Corporate Finance Theory. Edited by Chew Donald H., Jr. Second Edition. Bauer, R., Nadja, G., and Roger. 2003. Empirical Evidence on Corporate Governance in Europe: The Effect on Stock Return, Firm Value and Performance, Forthcoming in The Journal Of Asser Management, October, Bayu, Puspita. 2005. Analisis Pengaruh Atribut Produk Terhadap Keputusan Pembelian Kebab Turki Baba Rafi Di Yogyakarta. Program Studi Manajemen Pemasaran Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Belkaouli, Ahmad Riahi. 1999. Teori Akuntansi. Buku I. Jakarta:Salemba Empat Bisnis Indonesia, 2001. Bisnis Indonesia Intelligence Unit BIIU9 Mei 2011 Black, B. S., Jang, H., and Kim, W. 2005. “Does Corporate Governance affect Firm Value? Evidence from Korea” Boedie, Z., Kane, A., Alan, MJ., 2005, Investment, Second Edition, Von Hoffman Pers Inc. USA Boediono, 1995. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.5: Ekonomi Moneter. BPFE, Yogyakarta. Boediono. 2002. Ekonomi Mikro. BPFE. Yogyakarta. BPKP, 2003. Governance Pada Organ Utama, Tim Corporate Governance BPKP Brigham, E. F., and Joel, F.H. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, alih bahasa Ali Akbar Yulianto, Buku satu, Edisi sepuluh, PT. Salemba Empat, Jakarta. Brigham, E.F., and Gapenski. 2003. Intermediate Financial Management, Fith Edition-International Edition. The Dryden Press Brigham, E.F., and Michael, C. E. 2005. Financial Management. Tenth Edition. Orlando.: Harcourt College Publishers Brown, L., and J., Caylor. 2004. Corporate Governance and Firm Performance, Boston Accounting Research Colloquium 15th, December Cadbury, 1992. Committee Report, Report of the Cadbury Committee on the Financial Aspect of Corporate Governance Campbell, K. 2002. “Ownership Structure and The Operating Performance of Hungarian Firms,” Working Paper, No.9 Chan. Louis K.C, Jason Karceski and Josef Lakonishok. 1998. “The Risk and Return from Factors”. Journal of Financial and Quantitative Analysis. Vol.33 No.2.
58 [41].
[42].
[43].
[44].
[45]. [46].
[47].
[48].
[49].
[50].
[51].
[52]. [53].
[54]. [55].
[56].
[57].
Chang, R.P, and Rhee, S.G. 1990, “Tax and Dividends: The Impact of Personal, Tax on Corporate Dividen Policy and Capital structure Decisions”, Financial Manajemen/Summer, p21-31. Chen, S., dan Strange, R. 2006. The Determinants of Capital Structure: Evidence from Chinese Listed Companies. Economic Change and Restructring. 38, page 11–35. Chourmain Imam, Adiguru. 2006. Acuan Normatif Penelitian Untuk Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi. Al-Haramain Publishing House. Jakarta. Chtourou, Sonda Marakchi, Jean Bedard, and Lucie Courteau. 2001. Corporate Governance and Earnings Management. Working Paper Series, www.ssrn.com. Diakses tanggal 10 Juli 2012. Chung, Kee H. and Pruitt, Stephen W. 1994. “A Simple Approximation of Tobin’s Q,” Financial Management, 23, 70-74. Coleman, A., and Tettey, A., 2008, Effect of Exchange Rate Volatility on Direct Foreign Investment, Journal of Risk Finance, Vol.9, No.1, p. 52-70, September. Collins, Daniel W, dan S.P. Kothari. An Analysis Of Intemporal and Crosssectional Determinats of Earnings Respon Coefficient. Journal Of Accounting and Economics 11 1989: 143-181. Cornet, M. and Alan, J. 2006, Earnings Management, Corporate Governance, and True Financial Performance, ECGI Finance Working Paper, May Darmawanti.D, Rika, G. R. dan Khomsiyah. 2005. Hubungan Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan. Journal Simposium Nasional Akuntansi VII Desember 2004 Darmawaty, D., Khomsiyah, dan Rika, G. R., Hubungan Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan, SNA VII, Denpasar – Bali, Desember 2004 Dechow, R. G. S., and A. P. Sweeney. 1996. Causes and Consequences of earning manipulation: An analysis of firms subject to enforcement actions by the SEC. Contemporary Accounting Research 17: 1-32 Dominic, Salvatore., 2007, International Economics, New Jersey: Dutta, A. S. 1999, Managerial Ownership, Dividend and Debt Policy in the US Bank Industry, Managerial Finance, Volume 25 Number 6 1999, p.57-68 Eddy Prahasta, 2003, “Sistem Informasi Geografis : Konsep – konsep Dasar”, Penerbit informatika, Bandung. Edward Dyl, William. B. Elliot, John C. Handley. 2002. “Do Share Price Matter”. Journal Accounting and Finance. Vol. 42 pp 225 - 237 Easton dan Zmijewski 2009 Ehrenberg, Ronald G., dan Smith, Robert S, 2000. Modern Labor Economics: Theory and Public Policy, Eight Edition. Pearson Education, Inc. New York City. Ulbrich,2000 Ekawati, Erni. 2004. Materi Pokok Manajemen Keuangan, Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, Jakarta.
59 [58].
[59]. [60]. [61].
[62]. [63].
[64]. [65].
[66]. [67]. [68]. [69]. [70]. [71]. [72]. [73]. [74].
[75]. [76].
Euis, S., dan Taswan. 2002. “Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan Serta Beberapa Faktor Yang Mempengaruhinya”. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Fahmi, I. 2012. Analisis Kinerja Keuangan. Bandung : Penerbit Alfabeta Fakhruddin, M., dan Hadianto, M.S., 2004, Perangkat dan Model Analisis Investasi di Pasar Modal, Elex Media Komputindo. Jakarta. Fama, E. F., andFrench, K.R. 2002. Testing Trade-off and Packing Order Predictions about Dividends and Debt, The Review of Financial Studies 15, 133. Fama, E.F., and M. C., Jensen, 1983. The Separation of Ownership and Control :Journal of Law and Economics, 26, pp 301-328. FCGI, 2006. The Essence of Good Corporate Governance, Konsep dan implementasi Perusahaan Publik dan Korporasi Indonesia, FCGI Gruszczynski, Fidyati, N. 2004. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan. Jurnal Manajemen dan Akutansi Vol 1 No. 1 hal 17-34. Fitriati, Ika Rosyanda, 1010, Analisis Hubungan Distress Risk< Firm Size, Dan Book To Market Ratio Dengan Return Saham, Skirsi, Universitas Diponegoro Fleming, G. 2004. The Valuation Discount Of Multi-Segment Firm In Australia. Journal Accounting And Finance, 43: 167-185 Gitman, L. J. 2000. Principle of Managerial Finance, 11th ed. Addison Wesley Longman Inc Gordon, J. Alexaander, Sharpe, William F., and Baley, Jeffery Y. 2005. Investasi, Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta, PT Index Kelompok Gramedia. Gul,F. 1999. "Audit Prices, Product Differentiation and Economic Equilibrium." Auditing: A Journal of Practice and Theory 18:90-100 Hair, J.F.,. 2010. Multivariate data analysis. 7th edition. New Jersey :Pearson Education Inc. Hair and Ringle, 2011. PLS-SEM Indeed A Silver Bullet, Journal of Marketing Theory and Practice, Vol 19 No 2 (Spring 2011), pp 139-151. Halim, Abdul, dan Sarwoko, 1999. Manajemen Keuangan 2, BPFE, Yogyakarta. Hampton, John J.2006. Financial Decision Making. New Jersey: PrenticeHall. Hardiningsih, P., Suryanto, dan Chariri, A. 2002, “Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Ekonomi terhadap Return Saham pada Perusahaan di Bursa Efek Jakarta: Studi Kasus Basic Industry and Chemical”, Jurnal Strategi Bisnis, Vol, 8, Des. Tahun VI. Hartono M, J. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE Haryanto, M.Y., Dedi, dan Riyatno. 2003. Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia dan Nilai Kurs terhadap Risiko Sistematik Saham Perusahaan di BEJ. Jurnal Keuangan dan Bisnis, Online, Vol. 5, No. 1, Maret 2007, Hal 24–40. Diakses tanggal 16 Maret 2009
60 [77].
[78].
[79].
[80]. [81]. [82]. [83].
[84]. [85].
[86].
[87]. [88].
[89]. [90].
[91]. [92]. [93].
[94].
Herman B. S. 2003, “Pengaruh Perbedaan Laju Inflasi dan Suku Bunga pada Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, dalam Kurun Waktu Januari 2000–Desember 2002”, Majalah Ekonomi, Th. XIII, No. 3, Desember Hernendiastoro, Andre, 2005, Pengaruh Kinerja Perusahaan dan Kondisi Ekonomi terhadap Return Saham dengan Metode Intervalling, Thyeis, Universitas Diponegoro Husnan, S. 2005. Penggunaan P/E Ratio dalam Penilaian Saham Suatu Analisis Lebih Lanjut. Manajemen and Usahawan Indonesia. No.2 TH XIX Februari 1990 Husnan, S.2007. Manajemen Keuangan Asuransi : Teori dan Terapan. Jakarta ; Rineka Cipta. Husnan, Suad, Enny Pujiastuti, 2004. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan edisi keempat, penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta. I Nyoman Tjager. 2003. Corporate Governance: Tantangan dan Kesempatan bagi Komunitas Bisnis Indonesia. Jakarta.Prenhallindo Indriantoro, D. R. 2004. Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Beta Saham Studi Kasus di Bursa Efek Jakarta: Perbandingan Periode Sebelum dan Selama Krisis, Jurnal Perspektif Vol. 6 No. 1 Juni. Investor Business Daily, Inc, 2012. Investor Business Daily, www.sahamok.com. Ishaaq, Zangina. 2009. “Corporate Governance governance, ownership structure, cash holding, and firm value on the Ghana stock Exchange” TheJournal of Risk Finance, Vol.10 No.5, pp. 488-499. www.emeraldinsight.co.id Jandik, T., and Craig, R. 2005, The Evolution of Corporate Governance and Firm Performance in Emerging Market: The Case of Seller and Bellot, ECGI Working Paper Series in Finance, September Jensen MP, Martin SA, Cheung R. The meaning of pain relief in a clinical trial. The Journal of Pain. 2006 ; 6 6 : 400-6. Jin, L. S., dan Mas’ud M. 1998. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktek Perataan Laba pada Perusahan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi. Vol.1 no. 2 Juli: 174-191 Jones, C. P. 2000. Investment Analysis and Management. Fifth Edition.New York: John Wiley and Sons Inc Joseph, N. L. 2002. “”Modelling The Impacts Of Interest Rate And Exchange Rate Change On UK Stock Return”, Derivative Use, Trading and Regulation, Vol. 7, No. 4 Kartadinata, A. 2005. Akuntansi dan Analisa Biaya. Aneka Cipta Jakarta, Keown, 2004. Manajemen Keuangan : Prinsip-Prinsip dan Aplikasi. Edisi 9, Indeks. Jakarta Klein, 2002. Likely Effects of Stock Exchange Governance Proposals and Sarbanes Oxley on Corporate Boards and Financial Reporting. Accounting Horizons. Vol.17. No.4. pp.343-355. Kotter, John P dan James L. Heskett.2007. Dampak Budaya Perusahaan Terhadap Kinerja, Alih bahasa oleh Benyamin Molan, dari Corporate Culture and Performance, Jakarta : Pearson Education Asia Pte. Ltd dan PT Prenhallindo
61 [95].
[96].
[97].
[98].
[99].
[100].
[101]. [102]. [103]. [104].
[105]. [106]. [107]. [108].
[109]. [110]. [111]. [112].
[113].
Kurniawan, M.D., dan Nur, I. 2000. The Role of Disclosure in Strengthening Corporate Governance and Accountability, The Second Asian Roundtable on Corporate Governance, Hong Kong 31 May – 2 June 2000 Laitinen, E.K. 2002. A dynamic performance measurement system: evidence from small Finnish technology companies, Scandinavian Journal of Management, Vol. 18 No. 2, 65-99. Lang and Litzenberger, 1989, Dividend Announcement: Cash Flow Signalling vs. Free Cash Flow Hypothesis, Journal of Financial Economics 241:181-191. Lebas, M., and Euske, K. 2002. A conceptual and operational delineation of performance. In A. Neely Ed., Business performance measurement: Theory and practice. Cambridge, UK.: Cambridge University Press. Lehman, E., Suzane, W., and Jurgen, W. 2002, “ Governance Structures, Efficiency, and Firm Profitability,” Discussion Papers on Entrepreneurship, Growth and Public Policy Lestari, M. 2005. Pengaruh Variabel Makro Terhadap Reurn Saham di Bursa Efek jakarta Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo, 15 – 16 September 2005 Mamduh, M.Hanafi, dan Abdul Halim, 2000, Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta : UPP AMP YPKN. Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi. Yogyakarta. Massen, G. F. 2000. An International Comparison of Corporate Governance Models, Netherlands: Rotterdam School of Management. Mehran, H., 1992,Executive Incentive Plans, Corporate Control and Capital Structure, Journal of Finance and Quantitative Analysis 27 : 539560.Gideon, 2005 Minvielle, E. et al., 2008. Assessing organizational performance in intensive care units: A French experience, Journal of Critical Care, 23, 236–244. Modigliani, F., and Miller, M.H. 1963. The cost of capital, corporation finance and the theory of investment. American Economic Review. 473: 261-297 Moeljono, D. 2002, Good Corporate Culture sebagai inti dari Good Corporate Governance Moh’d M.A., Perry L.G., dan Rimbey, J.N. 1998. The Impact of Ownership Structure on Corporation Debt Policy: A Time-Series Cross-Sectional Analysis”, The Financial Riview, 33, pp. 85-98 Morck R., Shleifer A., and Vishny R.1989. Managementownership and market valuation. Journal of Financial Economics Review 20 1-2: 293 – 515. Mulyadi. 2002. Auditing. Jakarta : Salemba Empat Murti, Wahyu. 2011. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham. Jakarta : Cintya Press. Mutamimah, 2003. Analisis Struktur Modal pada Perusahaan-perusahaan non finansial yang go public di Pasar Modal Indonesia, Jurnal Bisnis Strategi. Vol.11, thn VIII, Juli. Myers, stewart.C., and Majluf, Nicholas S. 1984. Corporate Financing and Investment Decisions When Firms Have Information the Investors do not have. National Bureau of Economic Research.
62 [114]. Natarsyah, S. 2000. Analisis Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental Perusahaan Terhadap Harga Saham Kasus Industri Barang Konsumsi, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.5, No. 3, Hal. 294-312. [115]. Niehans, Jurg. 1996. A History of Economic Theory. [116]. Nopirin, 2009, Ekonomi Moneter, Buku II, Edisi ke-1, Cetakan Ketujuh, Yogyakarta,BPFE. [117]. Nurdin. D. 1999. Resiko Investasi pada Saham Properti di Bursa Efek Jakarta, Usahawan, No. 3, Th XXVIII, Maret.. [118]. Padachi. K. 2006. Trends in Working Capital Management and Its Impact on Firm’s Performance : An Analysis of Mauritian Small Manufacturing Firms [119]. Park, Joo-Hyoung., Han, Min Su and Park, Sang Jun., 1997, “Colorimetric Assay for a Fast Parallel Screening of NO x Storage”, Journal of Catalysis , 241, hal. 470-474 [120]. Pinches. G.E. 1994. Financial Management. Harper Collins College Publisher [121]. Pontiff, J., and Lawrence, D. S. 1998. Book-to-Market Ratios as Predictors of Market Returns. Journal of Financial Economics 49. 141-160. [122]. Prasetya, T. 2000. Analisis Rasio Keuangan dan Nilai Kapitalisasi Pasar sebagai Prediksi Harga Saham di BEJ pada periode Bullish dan Bearish. Simposium Nasional Akuntansi III. IAI-Kompartemen Akuntan Pendidik. Agustus: pp. 652-695 [123]. Prentice-Hall. Drobetz, W., Andreas, and Heinz, 2003. Corporate Governance and Expected Stock Returns: Evidence From Germany, ECGI Finance Working Paper, February [124]. Putra Eko. 2004.Manajerial,Gava Media : Yogyakarta . [125]. Rahmawati, andri, dan Triatmoko, Hanung, 2007, Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas laba dan nilai perusahaan SNAX Makasar, Hal. 1-26 [126]. Ratnasari, 2003. Analisis Pengaruh Faktor Fundamental, Volume Perdagangan dan Nilai Kapitalisasi Pasar terhadap Return Saham DiBEJ Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur dan Perbankan, Tesis Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Diponegoro Tidak dipublikasikan [127]. Ricardo, David. 1917. The Principles of Political Economy and Taxation [128]. Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian, 2002, Manajemen Keuangan Satu, Edisi Keempat, Prenhallindo, Jakarta. [129]. Rostow, W.W., 1960. The Stages of Economic Growth: A Non-Communist Manifesto, London: Cambridge University Press. [130]. Sadono Sukirno, 2006, Ekonomi Pembangunan Proses masalah dan Dasar Kebijakan, cetakan ketiga, Penerbit Kencana, Jakarta. [131]. Samiloglu, F., and K. Demirgunes. 2008. The Effect of Working Capital Management on Firm Profitability : Evidence from Turkey. [132]. Santika, dan Kusuma, R. 2002. Pengaruh Struktur Modal, Faktor Internal,dan Faktor Eksternal Terhadap Nilai Perusahaan Industri Yang Masuk Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Bisnis Strategi. Vol. 10 Desember.pp2747 [133]. Schumpeter, J.A., 1911. Theorie der wirtschaftlichen Entwicklung.
63 [134]. Scott, William R, 1997. Financial Accounting Theory, International Edition, New Jersey : Prentice-Hall, Inc. [135]. Sekaran, U. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Buku 1.Edisi 4. Salemba Empat. Jakarta. [136]. Setiati, F., dan Kusuma, I. W. 2005. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Koefisien Respon Laba pada Perusahaan Bertumbuh dan Tidak Bertumbuh. Disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi VII. Denpasar. 2-3 Desember 2004 [137]. Shleifer, A. dan R.W. Vishny. 1997. A Survey of Corporate Governance. Journal of Finance, Vol 52. No 2. June 737-783 Ashbaugh, et al. 2004 [138]. Silveira, and Barros. 2006. Corporate Governance Quality and Firm Value in Brazil. [139]. Simanungkalit, P. 2004. Dinamika Bisnis Properti 2003 dan Proyeksi 2004. [140]. Siregar, C.J.P. dan Wikarsa, S. 2011. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet: Dasar-Dasar Praktis. Jakarta: EGC. Halaman 13-42. [141]. Siregar, Silvia Veronica N.P., dan Siddharta Utama. 2006. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan dan Praktik Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba Earning Management Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo. [142]. Slamet Sugiri & Bogat Agus Riyono. 2000 Akuntansi Pengantar 1. Penerbit VPP AMP YKPN, Yogyakarta. [143]. Smith, Jr. C. W., and R.L. Watts, 1992, The Investment Opportunity Set and Corporate Financing, Dividend, and Compensation Policies, Journal of Financial Economics 13, 187-221 [144]. Sofyan Syafri Harahap. 2007. “Analisis Kritis atas Laporan Keuangan”. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. [145]. Soliha, E., dan Taswan. 2002. “Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan Serta Beberapa Faktor Yang Mempengaruhinya”. Jurnal Bisnis dan Ekonomi [146]. Solimun, 2007. Pemodelan Persamaan Struktural: PLS dan SEM. Fakultas MIPA Universitas Brawijaya. Malang. [147]. Subekti, I., dan Indra, W. K. 2001. Asosiasi Antara Set Kesempatan Investasi dengan Kebijakan Pendanaan dan Dividen Perusahaan serta Implikasi pada Perubahan Harga Saham. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia; vol. 9, no. 1, Januari 2001: 44-63. [148]. Sugeng, U. 2004, Peranan Profitability, Suku Bunga, Inflasi dan Nilai Tukar dalam Mempengaruhi Pasar Modal Indonesia Selama Krisis Ekonomi, Jurnal Ekonomi dan Manajemen, Vol. 5, No. 2 [149]. Suhaedi, 2000. "Suku Bunga Sebagai Salah Satu Indikator Ekspektasi Inflasi" Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Vol. 2 No. 4. Bank Indonesia, Jakarta. [150]. Sujoko, dan Ugy, S. 2007. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Leverage, Faktor Intern, dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan Studi Empirik pada Perusahaan Manufaktur dan Non Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol. 9. No. 1. Maret, pp. 41-49 [151]. Sunariyah, 2000. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
64 [152]. Suseno, L. 1990. Pengaruh Variabel Makro Terhadap Return Saham Di Bursa Efek Jakarta: Pendekatan Beberapa Model,SNAVII Solo, 15-16 September, Hal 504-513 [153]. Suyanto, M. 2007. Strategi Periklanan Yogyakarta : Andi Yogyakarta. [154]. Thompson. R.L., Higgins. C.A., dan Howell, J. M. 1991. Personal Computing Toward A Conceptual Model of Utilization.MIS Quarterly 15:1, pp. 124-143 [155]. Tobin, James. 1969.A General Equilibrium Approach To Monetary Theory Authors: James Tobin Source: Journal of Money, Credit and Banking, Vol. 1, No. 1 Feb., 1969, pp. 15-29 [156]. Tricker, R. I. 1994. International Corporate Governance: Text, Readings and Cases, Singapore: Prentice Hall [157]. Tumirin, 2007. Analisis Rasio Leverage, Rasio Profitabilitas, Dan Rasio Likuiditas Dalam Memprediksi Perubahan Laba, Jurnal Ekonomi Manajemen Dan Akuntansi, Vol. 2, No. 3. [158]. Ujiyantho, M. A., dan Bambang, A. P. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X, IAI, 2007 [159]. Utama, S., dan Anton, Y. B. S. 1998. Kaitan antara Rasio Price/Book Value dan Imbal Hasil Saham pada Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol.1, No.1 Januari 1998, Halaman.127-140. [160]. Utami, M., dan Rahayu, M. 2003, Peranan Profitability, Suku Bunga, Inflasi dan Nilai Tukar dalam Mempengaruhi Pasar Modal Indonesia Selama Krisis Ekonomi, Jurnal Ekonomi dan Manajemen, Vol. 5, No. 2 [161]. Vafeas, N. and Afxentiou. Z. 2000. The Association Between the SECs 1992 Compensation Disclosure Rule and Executive Compensation Policy Changes. Journal of Accounting and Public Policy, 17 1, 27-54. Beasley, M. 1996. “An Empirical Analysis of he Relation Between the Board of Director Composition and Financial Statement Fraud”. Accounting Review. [162]. Wahidahwati, 2002, pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional pada kebijakan Hutang Perusahaan : Sebuah Perspektif Theory Agency, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 5 no.1 [163]. Wahyudi, U., dan Pawestri, P. H. 2006. Implikasi struktur kepemilikan, terhadap nilai perusahaan dengan keputusan keuangan sebagai variabel intervening Simposium Nasional Akutansi 9 Padang, 23-26 Agustus [164]. Waluyo dan Gim Mok. 1993. Uji Ketahanan Varietas atau Klon Ubi Jalar terhadap Hama Cylas formicarius hama lanas. Ringkasan Makalah Seminar Penerapan Tekhnologi Produksi dan Pasca Panen Ubijalar untuk Mendukung Agro-Industri. Balittan Malang, 30 November – 1 Desembe 1993. [165]. Van, H., James, C., and Jhon, M. M. JR. 2005. Fundamental of Financial Management/Prinsip-prinsip Manajemen KeuanganEdisi Kedua belas. Jakarta:Salemba Empat [166]. Watts, 2003. Menyatakan bahwa salah satu cara yang di gunakan untuk memonitor masalah kontrak dan membatasi perilaku opportunistic manajemen adalah corporate governance [167]. Watts, Ross L. and Jerold L. Zimmerman.1996. Positive accounting theory: A ten year perpective. The Accounting Review. 65:131-156.
65 [168]. Wedari, L. K. 2004. Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit terhadap Aktivitas Manajamen Laba .Simposium Nasional Akuntansi 7. [169]. Veronica, S., dan Bachtiar, Y. S. 2005. The Role Of Corporate Governance in Preventing Misstated Financial Statement, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol 2, No.1, 159-173, Juli 2005 [170]. Weston Fred, Copeland Thomas., 2007, Managerial Finance 9th, College Publishing,New York. [171]. Weston J.Fred. dan Eugene F. Brigham, 2000, Dasar-Dasar manajemen Keuangan, Erlangga: Jakarta. [172]. Weston, J.F., and Eugene, F. B. 2004. Dasar-Dasar manajemen Keuangan, Erlangga: Jakarta [173]. Wibisono, Dermawan. 2000. Riset Bisnis. Yogyakarta.