1 minute read
FEMINITAS
untuk mengkreasikan Legacy Machine Flying T Allegra yang menyajikan perpaduan batu tsavorit, topas, ametis, tanzanite, rubi merah muda, dan turmalin di atas dial berhiaskan berlian berpotongan brilian.
Ciri distingtif yang membedakan model Ice dan Blizzard dari pendahulunya adalah permintaan modifikasi movement yang dilayangkan oleh Emmanuel sendiri. Untuk mewujudkan visi kreatif bertemakan ‘es’ miliknya, nuansa emas pada seluruh komponen digubah, begitu juga dengan balance wheel yang mengusung warna biru. Pemerhati bermata jeli akan menyadari bahwa berlian yang biasanya diletakkan di pusat tourbillon dan pada kedua crown jam kini digantikan oleh batu pirus Paraiba nan langka.
Terinspirasi oleh pelesirnya ke Danau Baïkal di Siberia Selatan—di mana danau akan membeku secara perlahan pada musim dingin, dimulai dari bagian tepi—Emmanuel membalut model Ice dengan rangkaian berlian bersiluet staglamite dalam ukuran berbeda sebagai refleksi abnormalitas alam. Dalam upaya membendung keliaran visinya, sang desainer turut menjaga agar elemen es tidak mengambil alih perhatian pada jam. Hal ini dilakukan dengan memberi tempat leluasa bagi mekanisme flying tourbillon dan latar lazuardi berteknik finishing matte pada dial untuk bersinar.
Di sisi lain, model Blizzard diciptakan sebagai penghormatan terhadap pegunungan Alpen, di mana Emmanuel menghabiskan waktu untuk berolahraga ski sejak berusia dua tahun. Ia pun berhasil mentransformasi memori menyeramkan— terperangkap dalam badai salju—menjadi objek kemewahan luar biasa. Jam ini hadir bertahtakan berlian berpotongan brilian dengan struktur rapat dalam naungan kristal safir cembung dan latar lazuardi berteknik finishing matte, serta impresi kepingan salju di bagian bawah dial.
Hanya diproduksi sebanyak delapan unit untuk masing-masing model, MB&F x Emmanuel Tarpin Legacy Machine Flying T ditenagai oleh self-winding movement buatan sang manufaktur bercadangan daya hingga 100 jam lamanya.