![](https://static.isu.pub/fe/default-story-images/news.jpg?width=720&quality=85%2C50)
2 minute read
Polres Bantul Bekuk Komplotan Perampok Bersenjata Api
BANTUL, TRIBUN - Kepolisian Resor (Polres) Bantul menangkap komplotan perampok bersenjata api (senpi) yang beraksi di Kasihan. Para tersangka telah menggasak harta di lima rumah di wilayah Bantul. Pelaku berjumlah tiga orang, namun baru dua orang yang tertangkap, yakni IM (24) warga Bengkulu dan BH (34) asal Sumatra Selatan. Keduanya berperan sebagai eksekutor, mencongkel pintu dan menggasak barang-barang di dalam rumah. IM adalah pemilik senpi dan selalu membawanya saat beraksi. Pelaku yang kabur dan jadi buronan yakni JS, berperan mencari target sasaran dan mengawasi di luar rumah saat kedua temannya beraksi. “Dari tangan tersangka, kami mengamankan senjata api pabrikan, lengkap dengan amunisinya. Senjata ini akan kami kirim ke labfor untuk memastikan jenis dan nomor registrasinya. Tetapi dipastikan, senjata ini identik atau sama seperti yang digunakan petugas kepolisian dan instansi lainnya,” terang Kapolres Bantul, AKBP Ihsan, saat rilis kasus tersebut, Selasa (7/2). Dalam aksinya, para pelaku memanfaatkan waktu saat korban bepergian dan meninggalkan rumah dalam keadaan kosong. Ihsan mengatakan, penyelidikan bermula ketika polisi mendapat laporan adanya pencurian di rumah warga di Cebongan,
Kalurahan Ngestiharjo, Kasihan, 27 Januari 2023.
Advertisement
“Para tersangka ini menggasak harta korban seperti perhiasan dan uang sehingga korban menderita kerugian sekitar Rp65 juta,” ujarnya. Setelah mendapat laporan, polisi melacak pergerakan pelaku dari rekaman CCTV di jalan-jalan dan rumah warga, hingga akhirnya wajah pelaku teridentifikasi. Pada 1 Februari, polisi mendapat informasi keberadaan orang dengan ciri serupa, lalu mengejarnya hingga Bangunjiwo. Dua pelaku yang berboncengan naik motor bisa diamankan, namun satu orang lainnya kabur.
Kedua tersangka dijerat dengan pasat tentang pencurian dengan pemberatan.
Khusus IM, penyidik menjeratnya lagi dengan Pasal 1 ayat 2 UU Darurat Nomor 12 Tahun 1951 tentang kepemilikan senjata api. IM mengaku membeli senjata itu di Lubuk Linggau, Sumatra Selatan, seharga Rp15 juta. Ia mengaku belum pernah menodongkan senjata itu ke korbannya. “Belum pernah dipakai. Bawa untuk jaga-jaga saja. Saat beraksi cuma ditaruh di dalam tas,” ucapnya. IM juga mengaku ia bersama komplotannya baru pertama kali datang ke Bantul dan mengekos di Cepit, Sewon sekitar dua minggu. Selama itu pula, mereka telah beraksi di tiga lokasi di Kasihan dan dua lokasi di Banguntapan. (nto)
Kasus Pencabulan 20 Remaja di Gamping, Pemkab Sleman Sudah Dampingi Korban
SLEMAN, TRIBUN - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman menyatakan sudah memberikan pendampingan terhadap para korban pencabulan oleh ketua remaja masjid di Gamping. Masyarakat juga diajak untuk turut serta menunjukkan kepedulian terhadap para korban.
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Sleman, Eko Suhargono mengatakan, pendampingan sudah dilakukan sejak pekan lalu, sebelum kasus tersebut muncul ke publik. “Sudah mulai minggu kemarin, sudah melakukan pendampingan oleh petugas kami, peksos (pekerja sosial), TKSK (tenaga kesejahteraan sosial kecamatan) ,dan TPSK beserta perangkat desa sudah melakukan koordinasi,” kata Eko, Selasa (7/2). Menurutnya, Dinsos melakukan pendampingan terlebih dahulu agar diketahui kebutuhan untuk asesmen atensinya.”Jadi, kami tidak bisa langsung psikososial dan yang lain-lain,” katanya.
Bupati Sleman, Kustini mengaku prihatin. Apalagi, korban dari pencabulan di Gamping ini mencapai puluhan anak. “Ini memprihatinkan untuk kita, karena ada masalah moral. Kejadian ini harus diperhatikan oleh seluruh komponen masyarakat,” kata Kustini.
Pihaknya mengaku akan menjalin komunikasi dengan pihak kepolisian, agar siapapun pelaku pencabulan anak di bawah umur dihukum setimpal. Pihaknya melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Sleman mengaku telah melakukan upaya pendampingan sejak awal munculnya kasus tersebut.
“Sejak awal Februari, kami sudah turun (melakukan pendampingan). Jadi, kami dampingi empat korban beserta orang tuanya untuk membuat laporan kepada kepolisian,” terangnya.
Selain itu, Pemkab Sleman juga akan memberikan bantuan pemeriksaan medis dan pendampingan psikologis kepada para korban. Pemeriksaan kesehatan ini dilakukan terkait kebutuhan visum psikiatrikum untuk kebutuhan penegakan hukum. “Kami pastikan ada pendampingan untuk korban. Saya juga minta kepada masyarakat di lingkungan sekitar untuk lebih peduli. Rangkul mereka (para korban). Jangan kemudian justru di-bully (merundung, red). Mereka (korban) harus kita lindungi,” ujar Kustini.
Diketahui, seorang pemuda berinisial AS, (28) warga Gamping, ditangkap oleh Polresta Sleman atas dugaan tindak pencabulan terhadap anak di bawah umur. Mirisnya, aksi bejat pelaku yang merupakan ketua remaja masjid ini dilakukan di sebuah masjid. Hasil penyelidikan polisi, didapati ada sekira 20 korban. Kasus ini terungkap dari kejadian terakhir pada 15 Januari 2023. (rif)