3 minute read

Berkah Ramadan 1444 H Saling Legawa dan Junjung Toleransi

 Pesan Wapres Ma’ruf Amin untuk Masyarakat Sikapi Perbedaan Hari Lebaran

JAKARTA, TRIBUN - Idulfitri 2023 ini berpotensi dilaksanakan pada hari yang berbeda antara Pemerintah dengan Muhammadiyah. Menyikapi perbedaan tersebut, Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin meminta masyarakat untuk saling toleransi dan legawa.

Advertisement

“Maka, yang ditempuh adalah adanya sikap bisa toleransi antara dua kelompok ini untuk masing-masing, ya, Lebaran dengan masing masing keyakinannya, dengan hitungannya. Jadi, bahasa Jawanya legowo, lah,” ujar

Ma’ruf di Masjid Agung Baiturrahman, Limboto, Kelurahan Kayubulan, Kabupaten Gorontalo, Jumat (14/4).

Perbedaan tersebut, kata

Maka, yang ditempuh adalah adanya sikap bisa toleransi antara dua kelompok ini untuk masing-masing, ya, Lebaran dengan masing masing keyakinannya, dengan hitungannya. Jadi, bahasa Jawanya legowo, lah.

Ma’ruf, sudah terjadi bertahuntahun, namun masyarakat tetap rukun. Konflik yang terjadi di tengah masyarakat akibat perbedaan ini, menurut Ma’ruf, hanya terjadi sedikit saja.

“Itu sudah kita lakukan bertahun-tahun, dulu memang ada konflik sedikit. Tentang metode ini ribut, tapi belakangan tidak. Karena, kita terus bersosialisasi juga, sih, sekarang rukun-rukun saja,” jelas Ma’ruf.

Hingga kini, Pemerintah bersa- ma ormas Islam masih terus mencari metode yang dapat mempersatukan waktu Idulfitri. “Sambil terus mencari metode untuk bisa mempertemukan dua metode ini inkanur rukyah dan wujudul hilal,” pungkas Ma’ruf. Seperti diketahui, Pemerintah bersama beberapa ormas Islam seperti Nahdlatul Ulama dan lainnya menggunakan metode inkanur rukyah dalam menentukan Idulfitri. Sementara, PP Muhammadiyah menggunakan metode wujudul hilal dalam menentukan 1 Syawal. Imbuan agar saling menghormati menyikapi perbedaan waktu Lebaran juga disampaikan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Gunungkidul, Sa’ban Nuroni. Sa’ban pun mengimbau agar masyarakat memaklumi perbedaan ini. Menurutnya, Hari Raya IdulFitri tetap jatuh pada 1 Syawal meski berbeda jika mengacu pada kalender masehi. “Kriteria penentuan hilalnya juga berbeda dan belum ada kesepakatan. Kami harapkan masyarakat saling menghormati dan menghargai perbedaan ini,” katanya.

Kepala Seksi Bimas Islam, Kanwil Kemenag Gunungkidul, Zuh- dan Aris, mengatakan, saat ini pihaknya masih merangkum laporan soal jadwal kegiatan takbir keliling dan salat Ied di seluruh Gunungkidul. Jadwal ini dilaporkan oleh kantor urusan agama (KUA) di tiap wilayah. “Sejauh ini baru tujuh KUA yang melapor, tapi kami minta semuanya segera melaporkan,” katanya. Sewajarnya saja Sementara itu, Bupati Purworejo, Agus Bastian, mengimbau masyarakat untuk tetap berlaku hidup sederhana, sewajarnya, dan tidak berlebihan saat merayakan Idulfitri. “Saya menghimbau, dalam merayakan Idulfitri tentu tetap berlaku hidup sederhana, jangan menghambur-hamburkan uang, dan jangan bersikap pamer atau hedon. Supaya, menjaga situasi, ketertiban, dan ketentraman masyarakat di Kabupaten Purworejo tetap kondusif,” kata Agus. Selain itu, Bupati Agus juga merekomendasikan masyarakat untuk berwisata atau berliburan di Kota sendiri (Kabupaten Purworejo). Sebab, menurutnya Kabupaten Purworejo memiliki banyak destinasi wisata yang menarik untuk dikunjungi.

“Kalau mau liburan tidak usah jauh-jauh, cukup di Kabupaten Purworejo saja karena banyak destinasi wisata yang tak kalah bagus. Dan tentu saya berharap, pariwisata Purworejo dapat mengeliat selama libur Lebaran. Saya belum tahu, tapi mungkin nanti pas H+2 atau H+3 Lebaran akan kami gelar pameran UMKM khusus untuk oleh-oleh,” sebutnya. (alx/drm/Tribunnews.com)

Takjil Takjil Takjil

Sayur Asem Santan

50 gram melinjo

MENU rumahan dengan rasa super enak ini selalu bikin kita lahap makannya. Ketika disajikan sebagai menu pelengkap, menu praktis satu ini pun pasti bikin keluarga jadi tak cukup makan satu kali saja.

Waktu: 30 Menit

Sajian: 10 Porsi

Bahan:

50 gram kacang tanah direbus

1.750 ml kaldu sapi

3 lembar daun salam

3 cm lengkuas, dimemarkan

100 gram nangka muda, dipotong-potong

2 buah jagung manis dipotong-potong

75 gram pepaya muda, dipotong-potong

200 gram labu siam, dipotong-potong

2 sendok makan asam jawa

1 1/2 sendok makan garam

1 sendok makan gula merah

TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN

IKTIKAF - Umat muslim membaca kitab suci Al-Qur’an di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (14/4). Sejak sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, banyak umat muslim melaksanakan iktikaf atau berdiam diri di masjid sambil membaca kitab suci, berzikir, salat sunah, dan lainnya, dengan niat untuk mendekatkan diri kepada Allah.

8 lonjor kacang panjang, dipotong 3 cm

1.250 ml santan dari 1 butir kelapa

Bumbu halus:

8 butir bawang merah

6 butir kemiri, disangrai

1 1/2 sendok teh terasi, dibakar

Cara membuat:

1. Rebus air kaldu sampai mendidih. Masukkan daun salam, lengkuas, dan bumbu halus. Masak sampai bumbu harum.

2. Tambahkan kacang panjang, nangka muda, dan jagung manis. Masak sampai setengah matang.

3. Masukkan pepaya muda, labu siam, asam jawa, garam, dan gula merah. Rebus lagi sampai mendidih.

4. Masukkan daun melinjo dan kacang panjang. Rebus sampai lunak. Tuang santan. Masak sampai matang. (SajianSedap.com)

GUNUNGKIDUL, TRIBUN - Dinas Pariwisata (Dispar) Gunungkidul memastikan pembangunan ruas Jalan Tawang-Ngalang tidak akan berdampak terhadap Geopark Gunung Sewu, termasuk kawasan wisata Nglanggeran. Segmen ruas jalan yang dibangun melewati kawasan ini berupa jembatan sepanjang kurang lebih 200 meter.

“Situs geopark dipastikan tidak terusik dan tak tersentuh proyek pembangunan jembatan itu,” kata Pelaksana Tugas Kepala Dispar Gunungkidul, Harry Sukmono, Jumat (14/4). Ia beralasan, pembangunan jalan su-

This article is from: