EDISI SEPTEMBER 2017
?
DIALEKTIS & PROGRESIF
DIMANAKAH KEDAMAIAN
Tantangan Krisis Kemanusiaan dan Konflik Global
#iPATANI tunas.redaksi@gmail.com
TUNAS Online
tunas online
SALAM REDAKSI
TUNAS DAFTAR ISI
Assalammualaikum warahmatullaahi wabarakatuh Salam Hijrah, Salam Damai, Salam Satu Patani Dengan mengucapkan puji syukur kami hanya Allah SWT, Zat yang tiada bosan mendengar keluh kesah kita. Dialah yang senantiasa menjaga keberlangsungan antar elemen kehidupan sehingga kita masih diberikan kesempatan untuk menjalankan misi dan visi perjuangan kita sebagai agen perdamaian! Alhamdulillah, dengan niat tulus kehendak keras kami memperjuangkan sehingga Majalah Suara TUNAS dapat kembali terbit kali kedua ini, Edisi September 2017. Di mana telah diterbitkan edisi sebelumnya menjadi jawaban atas rasa lelah yang dirasakan, akhirnya berubah menjadi kebangkitan kebersamaan 'semangat muda' berhasil menerbitkan Cetusan Suara Mahasiswa Patani di Indonesia sebagai edisi pertama. Justru itu, semangat kami mahasiswa sebagai agen perubahan tidak hentikan ditengah perjalanan yang masih jauhnya maka dapat diterbitnya majalah edisi baru ini. Majalah Suara TUNAS yang singkat menjadi Tuntutan Nasional sebagai media dalam gerakan mahasiswa Patani di Indonesia, menjadi penyambung lidah masyarakat yang tengah dialami krisis kemanusiaan, pelanggaran HAM, dan tantangan konflik berdampak luluh terhadap lingkungan sosial saat ini. Dan eskalasi konflik dengan jumlah korban yang kian meningkatnya. Dengan itu, melalui terbitnya Suara TUNAS dapat membawa isu keluar demi mendapatkan perhatian dari masyarakat internasional yang signifikan.
Salam Redaksi Laporan Utama Opini Infographic Historia Khazanah Puisi Sastra Politik Pendidikan Informasi
1 2-4 5 6 7-8 9 10 11-12 13-14 15 16
Sekarang ini, Dimanakah Damai Patani? Sebagai mahasiswa, kita tidak dapat menghindari peran dan tanggung jawab dalam proses perdamaian. Di Patani, Thailand selatan masyarakat dalam keadaan tidak aman, permasalahan demokrasi dan keadilan dilihat hanya menjadi milik kekuasaan yang otoriter. Menjadi mahasiswa harus kritis dan peka terhadap kondisi di masyarakat. Hal itu dikarenakan nantinya masa depan ada ditangan mashasiswa sebagai generasi muda yang akan memimpin bangsa. Dalam hal ini, tidak hanya memimpin tetapi juga mengatur untuk mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara secara tenteram dan damai. Pada Edisi ini, Harapan kami, dengan diterbitnya "Majalah Suara TUNAS" Edisi Dimanakah Damai Patani? Sehingga menjadikan pertanyaan kepada publik, dalam masa Patani mengalami kerusuhan dan konflik kekerasan telah menelan korban warga sipil yang signifikan untuk perhatian para penggiat Hak Asasi Manusia. Terima kasih kami ucapakan untuk semua pihak terkait. Kami menyadari bahwa Suara TUNAS yang memainkan peranan dalam bidang media dalam menciptakan perdamaian Patani, selama ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami selalu mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhirnya kami berharap agar Suara TUNAS ini selalu menjadikan manfaat bagi kita semua. Sekian, Wassalamu’alaikum Wr.Wb Redaksi
TIM TUNAS Pelaksanaan
SUARA
Salam Pers Mahasiswa!
Penanggungjawab: Faisal Pimpinan Umum: Hissam Pimpinan Redaksi: Marwan Wakil Redaksi: Muhammad Sekretaris: Saifudin Bendahara: Nurhayatee Redaktor Pelaksanaan: Husasan Reporter: Nik Patanian, AM Faton, Abu Lamiddin, Hamsyari Habib, Amran, Harun, Usman, Mahroso, Saifudin, Zakariya, Hissam, Hakim, NurDianahHaneeMasnah. Editor: Marwan, Muhammad Layouter: Habib Saifudin Photografer: Saifudin
Diterbitkan Oleh: Aliansi Pers Patani Independent Sekretariat: Students Patani Center Email: tunas.redaksi@gmail.com//Fanpage: TUNAS Online //Twittter: tunas online //Telp: 08983082974 (M.Usman)
1
SUARA TUNAS | SEPTEMBER 2017
LAPORAN UTAMA
PERDAMAIAN DUNIA; Dimanakah Damai Patani? Oleh; AM Faton
Mereka itu ditindihan hingga lima lapis seperti kayu yang berlapis di belakang Truk. Tidak hanya itu, truk ditutup lagi dengan terpal selama perjalanan 5 jam menuju Pusat Markas Militer Thailand, Bothong, provinsi Pattani. Tragisnya, hingga sekarang kedua tragedi itu tidak seorang pun pihak pemerinatah m e n g a m b i l p e n a n g g u n g j a w a b, bahkan peradilan Negara Mahkamah Thailand, baik peristiwa di Masjid Krue Se maupun tragedi Tak Bai Foto/Hamsyari Habib uhu dunia sekarang melanda panas Konflik yang telah telah menjadi akar konflik di era modern ini, mencerminkan bahwa meledak terjadi di mana-mana, baik di negara Eropa, hukum dan hak asasi manusia telah mati di negara gajah putih Timur Tengah, Asia, maupun Afrika. Hal tersebut telah khususnya di bumi Patani ini. Namun hal tersebut, bukan sekadar ini memicu meningkatnya krisis pelanggaran terhadap Hak Asasi sajam bahkan banyak kasus yang tampak nasib yang sama. Sejak lama Manusia yang berakibat pada terancamnya masalah keamanan tindakan represif pihak berwenang Thailand terhadap kelompok minoritas di wilayah selatan itu. Peristiwa Tak Bai boleh dikatakan internasional. Rasa kemanusiaan itu kembali sebagai puncak kekerasan pelanggaran Hak Asasi tersayat. Citra peradaban manusia berakhlak luluh Manusia yang dialami warga sipil di Patani. Namun sudah. Demikian hak keadilan dan kemanusiaan Peristiwa 28 April tampak kelamaan waktu hanya sebagai selembar abu (Right of justice and humanity) perlu diurus dengan sifat membabi-butakan dan ketidakpedulian perjuangan rakyat itu sendiri. Jangan biarkan 2004, sebanyak 34 saja, perlindungan hukum dan hak asasi manusia terhadap penindasan terhadap hak-hak dasar manusia remaja dan pemuda warga Patani semakin merajelela. semakin merajalela hingga tanpa adanya Pada kesempatan 21 September perlindungan dan sanksi yang berarti. Oleh sebab yang berlindung di ini, di mana seluruh dunia memperingati hari itu, perjuangan dalam mengarungi kehidupan damai menjadikan tanggung jawab kepada seluruh Masjid Krue Se, perdamaian sedunia. Hal yang masih melekatkan penasaran “Dinamakah Damai Patani?� masyarakat global. wilayah Pattani, ikut Mengecam eksistensi konflik di Patani tampak Sejak tahun 1981, tanggal 21 sebenarnya ada proses penyelesaian dan September diperingati sebagai Hari Perdamaian menjadi korban keadaan kebijakan dari Thailand. Tetapi, ada apa dibalik itu, Internasional (The International Day of Peace). Tahun ditembak mati. hingga eskalasi konflik meningkatnya kerusuhan dan 2017 ini, jika melihat situasi di tanah pergolakan kekerasan ditengah perundingan masih sedang yaitu Patani (Southern Thailand), tidak wajar jika berlangsung. Dan perilaku penyimpangan sosial kita disebutkan masyarakat sudah aman dan damai. Sejak 2004, keadaan kerusuhan kembali melanda di keempat wilayah Thailand menyebabkan masyarakat setempat merasa singgung dalam keadaan bagian selatan tersebut. Peristiwa 28 April 2004, sebanyak 34 remaja yang banyak merugikan. Lebih lagi korban, ketika terjadinya peristiwa dan pemuda yang berlindung di Masjid Krue Se, wilayah Pattani, ikut bahkan masyarakat yang terkorban semakin diancam, diintimidasi menjadi korban ditembak mati. Aksi kekerasan ini aparat Thailand untuk menghadapinya dengan kebenaran yang menurut fakta. Demikian itu, tampaknya penguasa selalu melegitimasi juga telah bertindak brutal berlebihan terhadap pemuda muslim yang tewas. Setelah peristiwa itu, Panlop Pinmanee mengundurkan diri hukum berada di bawah kekeuasaannya. Hingga Situasi kini masyarakat diintimidasi, kekerasan terhadap hak-hak sipil, ekonomi, dari jabatannya sebagai kepala polisi dari wilayah itu. Selain itu, fenomena signifikan dan relevan untuk dan politik yang mengarah pada mati demokrasi Negara itu. Oleh Karena itu, jika mau membicarakan kebutuhan pola melihat krisis kemanusiaan, adalah peristiwa Tak Bai, 25 Oktober 2004 secara jelas menunjukan aparat Thailand menghajar para kehidupan yang terstruktur dalam aspek yang lain didalam masyarakat demonstran dengan brutal tanpa kemanusian, dengan berbagai cara Patani sekarang. Maka sesungguhnya itu harapan untuk perdamaian Patani hanya menjadi rahasia milik otoritas, meskipun dibalik itu seperti popor senjata, pukulan, dan tendangan. Seperti dilansir (Maruli Tobing, Kompas, 20 Desember proses perdamaian tetap terus berjalan, tetapi apakah selama ini 2004), saksi mata masyarakat mengatakan puluhan orang tewas di proses perdamaian tersebut bisa membuktikan kepada masyarakat tempat setelah penembaakan oleh aparat keamanan terhadap para Patani. Dan dimanakah kehidupan masyarakat aman, keadilan sosial, demonstrasi, sehingga sekarang lebih dari 60 warga belum kembali serta menghormati martabat perikemasiaan, sungguh suburnya tirani ke rumah. Mereka lenyap dalam peristiwa tersebut. Sekitar lebih dari di bumi itu. 1.000 demonstran diangkut dengan enam truk dengan tangan terikat ke belakang. SUARA TUNAS | SEPTEMBER 2017 2
S
LAPORAN UTAMA
Perundingan Damai Patani Masih Tanpa Hasil Oleh Abu Lamiddin
P
erundingan "Perdamaian" antara kelompok gerakan pembebasan Patani yang terdiri beberapa organisasi gerakan seperti Barisan Pembebasan Kebangsaan Patani (BNPP), Barisan Revolusi Kebangsaan (BRN), Pertubuhan Pembebasan Bersatu Patani (PULO), dan lain-lainnya yang di bawah payungan “MARA Patani” (Majelis Syura Patani) dengan pihak pemerintah Tentara Thailand, kini belum ketemu titik penyelesaian konflik di Thailand Selatan. Sedangkan lebih dari satu dekade kekerasan merenggut ribuan jiwa. Kasus pelanggaran HAM rakyat Patani semakin menimpa, justeru saat ini negara Thailand ini telah jatuh era dilema kediktatoran. Setelah Perdana Menteri Thailand, Prayut Chan-ocha menggulingkan kuasa Yingluck Shinnawatra dan dilantikkan sendiri sebagai perdana Menteri Thailand sejak 2014 lalu, dengan sifat represif militer, Thailand kini dalam dilanda dilema, politik dalam negara semakin kacau. Kebebasan untuk menentukan nasib sendiri dan menentukan masa depan orang Patani, adalah Sebuah prinsip dasar demokrasi. Hal ini, dibutuhkan kebebasan penuh ekspresi. dan pihak Thailand harus mencakup kebebasan dalam menentukan nasib sendiri terhadap rakyat sipil Patani. Dari Awal perundingan perdamaian pertama kali adalah diantara Kerajaan Thailand dan Barisan Revolusi Kebangsaan Patani (BRN)
3
SUARA TUNAS | SEPTEMBER 2017
Kasus pelanggaran HAM rakyat Patani semakin menimpa, justeru saat ini negara Thailand ini telah jatuh era dilema kediktatoran. Foto/AFP
telah berlangsung sejak tahun 2013, Namun berhenti sejenak, dengan sebab dua pihak tidak selorong persepakatan. Akhirnya perundingan damai kembali dengan tidak resmi pada(2016/1/10) yang lalu. Majelis Syura Patani (MARA Patani) menjadi actor baru sebagai wakil dari gerakan yang masih menaungi beberapa gerakan pembebasan di Thailand Selatan dan terbabit dengan beberapa rundingan damai tidak rasmi dengan Kerajaan Thailand. Isu Savety Zone atau Zon Selamat menjadi topik dalam persapakatan dua pihaknya, Safety Zone (SZ) yang diklaim dan dibangga pihak Mara Patani dan Kerajaan Thailand menjadi solusi di setiap pihak. yang dinantikan sejak sekian lama, dalam jangka mengadakan sebagai percobaan di satu kawasan daerah yang dipersetujui bersama, akan dilaksanakan separuh pertama tahun ini (2017). Ironinya, Kerajaan Thailand dan MARA Patani saling menuding jari atas kelewatan mewujudkan zon selamat di Patani empat wilayah Thailand Selatan, sedangkan sejak tahun yang lalu (2016) kedua pihak bersepakatan dalam perundingan damai sebagai satu langkah awal menuju penyelesaian konflik yang tak kunjung usai tersebut. Sementara itu, Setelah diadakan Rundingan dalam persepakatan lagi tentang mengusahakan zon selamat yang berakhir pada 12-11 September 2017 yang lalu, di Malaysia tanpa sebarang perjanjian penuh dan konkret. Tidak berapa hari, wilayah selatan Thaialnd nyaris gempa suhu panas,
dengan sebab militan gerakan pembebasan Patani melancarkan serangan tiga bom di wilayah Yala, bagian selatan Thailand pada (2017/9/14), mengakibatkan dua tentara Thailand dan anggota polisi korban mati. Sedangkan puluhan orang cedera luka. Selanjutnya, berlaku pula Ledakan bom jalanan menewaskan empat tentara squad hitam Thailand dan melukai parah enam lagi, termasuk seorang warga di Thailand selatan pada Jumat (2017/9/22) lalu. Serangan Bom tersebut ditanam di bawah jalan, yang sedang diperbaiki, di Tebing, Saiburi, peovinsi Pattani, dan serangan tersebut heboh di Media domstsik sendiri maupun insternasional termasuk media di Indonesia dan Malaysia. Menurut Abu Hafez Al-Hakim, Juru Bicara Mara Patani mengatakan bahwa, terkaiatan dengan usaha mewujudkan zon selamat sedikit terlambat kerana tidak berpuas hati dengan beberapa prosedur terutama dari pihak kerajaan Thailand. kendati demikian, bukan maksud bahwa perundingan akan berakhir dengan kegagalan. “Pendekatan yang betul adalah meneruskan dialog bukannya meninggalkan meja rundingan,” kata Jubi Mara Patani, Abu Hafez Al-Hakim, dikutip oleh Isranews.
LAPORAN UTAMA “Sekiranya anda mahu keamanan, anda perlu bekerjasama dengan musuh,” Menurutnya, dia berharap zon selamat akan diwujudkan dalam tempoh tiga hingga enam bulan. Sementara itu, Ketua perunding Thailand, Jenderal Aksara Kerdphol menyampaikan bahwa pihak MARA Patani tidak bersedia untuk zon selamat, karena tidak puas hati terhadap prosedur teknik bagi pihak pemerintah Thailand. Proses Savety Zone atau Zon selamat yang direncanakan itu akan dikelola secara bersama oleh pihak berkuasa dan MARA Patani di beberapa daerah di tiga wilayah di selatan Thailand.Dalam zon itu, kedua-dua pihak tidak boleh melancarkan serangan, bahkan sampai hari ini tidak ada sepihak pun yang membuktikan bahwa zon selamat akan bisa dilaksanakan dengan nyata. Alhasil, menjadi kesingungan Adakah pihak keduanya mampu mewujudkan zon selamat?
Represif Militer Thailand, Hambatan Perundingan Damai. Thailand sekarang bukanlah era politikus civil lagi, karena pihak tentara Thailand mengambil alih dan selalu intervensi politik, ekonomi maupun keamanan. demikian itu menyalahi prinsip dasar demokrasi dan hak asas negara. Sifat fasis dan militerisme oleh pemerintah semakin mendominan negara secara total, mengklaimkan sebagai menjadi agen utama, melindungi negara dari kelompok-kelompok yang ingin revolusi. Sedangkan, konstitusi negara bersilih dan pindah dengan kemauan sendiri. Oleh karena itu, pemerintah Thailand yang intervensi oleh Tentaranya. Ingin konstruksi “perdamaian” hanya pihak sendiri yang bisa dominan dan menang terhadap kelompok gerakan pembebasan Patani dalam konflik tersebut. Demikian, tidak pandang prinsip demokrasi dan hak asasi manusia antarabangsa. Sedangkan tindakan kekerasan oleh pemerintah dan pelanggaran HAM sering terjadi terhadap rakyat Patani. maka itu berarti bahwa tingkat kekerasan dari konflik bersenjata di Patani ini akan menimbulkan lebih tinggi (besar) daripada sebelumnya, di manakah Zon Selamat? Jika menganggap kelompok pembebasan melawan pemerintah Thailand, bahwa salah dalam konstitusi negara. Maka perlu mengajukan pertanyaan dalam prinsip demokrasi juga. Karena bukan kesalahan dari gerakan pembebasan saja, tetapi dari pihak pemerintah Thailand yang sekian banyak. Justeru Warga Patani tidak bisa memilih wakil dari ide-ide mereka secara bebas, seperti menentukan nasib sendiri, tidak mengadakan perundingan perdamaian dengan tepat membuktikan bahwa membawa wakil rakyat di daerah yang sebenarnya. Dan tentu saja, warga di daerah memiliki beragam pendapat. Beberapa orang mungkin perlu wilayah administrasi khusus. Beberapa mungkin ingin Merdeka. Beberapa orang mungkin juga ingin loyalitas pemerintah Thailand. Banyak orang mungkin tidak ingin hidup di bawah pemerintahan Thailand. Beberapa mungkin ingin pemerintahan Islam yang berdaulat, dan jika pendapat warga tidak bisa diungkapkan secara bebas. "Maka konfilk Patani tidak akan pernah selesai dan damai."
Jika pendapat warga tidak bisa diungkap kan secara bebas. "Maka konfilk Patani tidak akan pernah selesai dan damai" SUARA TUNAS | SEPTEMBER 2017
4
OPINI
Oleh: AM Faton
TAHUN BARU HIJRIYAH ; PERUBAHAN SEMANGAT PERDAMAIAN
FOR PEACE Foto/Tunas
"Tulang punggung dalam melakukan sesuatu perubahan terhadap bangsa adalah pemuda, ia juga harus memiliki rasa cinta, perubahan demi tanah tumpah darah yang lebih baik".
P
eristiwa hijrah telah banyak mengukiri dalam sejarah umat Islam terdahulu, Hijrah pernah dilakukan di masa Rasulullah Muhammad SAW yaitu hijrah pertama kali ke Habasyah. Hijrah ini terjadi di masa-masa awal dakwah Islam dimana tekanan dan ancaman dari kaum kafir Quraisy terhadap umat Islam. Celaan, siksaan, dan pembantaian terjadi. Untuk itulah Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar para sahabat hijrah ke tempat yang diyakini aman yaitu ke Habasyah. Di Habasyah ada seorang Raja yang sangat arif dan bijaksana meskipun saat itu sang raja belum memeluk Islam. Bahkan ketika para sahabat sudah sampai ke Habasyah dan kemudian dikejar dan disusul oleh utusan kaum kafir Quraisy dan meminta kepada Raja Najasyi (Raja di Habasyah) untuk mengembalikan warga mereka dengan bijaknya sang raja menolak dan tetap melindungi umat Islam, ditulis Abi Fatih, Artike Tarbiyah, Kamis 21 September 2017. Kondisi sirah saat itu masih terjadi di kalangan dewasa ini. Dimana masih ada negara atau warga umat Islam yang mengalami penindasan dan siksaan serta pembantaian. Kasus Palestina, Suriah dan Rohingnya cukup menjadi contoh yang bisa kita ambil pelajaran. Hal ini terjadi karena posisi umat Islam dalam kondisi masih lemah dan belum mampu melakukan perlawanan. Selain itu, pada hari yang sama di tahun ini, 21 September juga diperingati sebagai Hari Perdamaian Sedunia. Sebagai umat Islam, warga penduduk di Patani yang minoritas di Negara Thailand itu sekian lama telah mengalami hal yang sama yaitu hidup di bawah penjajahan dan penindasan selama 231 tahun, hal ini juga menjadi bukti bahwa mereka adalah objek penderita. Dengan bermodal Perubahan dan Perdamaian.
5
SUARA TUNAS | SEPTEMBER 2017
Atau sisi lain, perdamaian meningkatkan kebebasan. Perdamaian juga menjadikan perubahan internasional yang progresif, yakni, menunjukkan pencintaan suatu dunia yang lebih baik. Perdamaian dan perubahan progresif nyata-nyata termasuk di antara nilai-nilai hubungan internasional yang paling fundamental. Dewasa ini, di mana negara-negara hubungan internasional, hubungan diplomatik, dan organisasi internasional harus bekerjasama satu sama lain untuk memelihara perdamaian dan kebebasan serta mengejar perubahan progresif. Patani juga patut memaknai semangat hijrah dan perdamaian secara hati nurani, jika tak mau bangsa ini makin terpuruk dan kehidupan rakyatnya dalam situasi kerusuhan dan penderitaan. Oleh karena itu, umat Islam tentu akan memeriahkan dengan bahagia, karena tahun baru Hijriyah 1439 telah menjelmanya. Tahun Baru Hijriyah merupakan tahun baru bagi umat Islam, awal tahun yang menjadi momen bagi setiap Muslim untuk kembali refleksi melihat dan menghayati perjuangan Nabi Muhammad SAW terdahulu dalam menyelamatkan agama Islam dan pemeluknya dari siksaan kejam kafir Qurays di Makkah, tanah air beliau. Lalu, apa makna hijrah dalam konteks kekinian? Kita harus belajar pada Hijrah Nabi yang justru ingin melakukan perubahan semangat untuk perdamaian demi capaian kebebasan. Dan sejauh ini bangsa Patani selalu berharap cita-cita mereka juga segera terwujud. Hijrah dari buruk menjadi baik, darri alam penindasan dan penjajahan menjadi alam merdeka dan Perdamaian Hakiki, semoga nyata! “Selamat Tahun Baru Hijriyah 1439”
INFOGRAPHIC
Foto/Wartani
Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata, “Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak sempurna keimanan seseorang dari kalian sampai ia mencintai aku melebihi kedua orang tuanya dan anaknya.” hadits ke14- Shahih Bukhari:
SUARA TUNAS | SEPTEMBER 2017
6
HISTORIA
Oleh: Abu Lamiddin
ROHINGYA, PATANI DAN MORO;
Minoritas Kaum Tertindas di Asia Tenggara
S
aat ini di seluruh dunia persoalan isu konflik menjadi begitu kompleks dalam beberapa terakhir. Demikian salah satu konflik terbesar di sebelah timur tengah adalah antara Israel dan Palestina, kemudian mendapat perhatian dunia karena terjadi hampir sampai enam decade. Sementara itu, dunia memandatkan perhatian isu yang lebih besar lagi sebelah Asia Tenggara sendiri terjadi persoalan krisis kemanusiaan dan diskriminasi ras bangsa dan agama, bahwa etinis Rohingya yang kini masih menimpa krisis panjang, begitu juga persoalan di Patani (Thailand Selatan) dan Moro Mindanau, Filipina yang kini, pergolakan di bawah peperangan dan spiral konflik. Bagaimana tiga tempat itu sering dikabarkan dalam media yang didedahkan dengan berita krisis kemanusian, pembantaian, pertempuran sengit dan lain-lainnya. Peninjauan fakta sejarah sangat terbukti bahwa tiga tempat tersebut, adalah sebuah negara yang dulu, Tak hanya di Malaysia dan Brunei Negara yang menerapkan sistem kesultanan Islam yang besar juga muncul di Filipina, Patani dan Rohingya. Di Filipina adalah Kesultanan Maguindanao (1888–1500) dan Sulu(1917–1457), Ketika Spanyol hendak menduduki Filipina, mereka enggan menduduki dua kesultanan yang saat itu telah berkembang pesat. Alhasil, dua kesultanan ini pun tak tersentuh oleh penjajahan Spanyol. Namun, dalam perkembangannya, dua kesultanan tersebut justru disatukan dengan Filipina hasil dari motif ulah “Kolonialisme” jajahan Spanyol. Sejak itu, mereka pun terdesak. Berbeda dengan Belanda ataupun Inggris yang menjajah Indonesia dan Malaysia untuk kekayaan, Spanyol menjajah dengan dua tujuan sekaligus, yakni memburu kekayaan dan menyebarkan agama Kristen.
7
SUARA TUNAS | SEPTEMBER 2017
Hal ini karena bangsa Spanyol mengemban asas gold, gospel, and glory dalam aksi penjajahan mereka. Dengan bersatu sebagai negara Filipina, Muslim Filipina pun terdesak dan hanya bertahan sebagai kaum minoritas di tengah mayoritas bangsa Filipina yang telah mengalami Kristenisasi oleh Spanyol. Bangsa Moro pun, sebagai komunitas pemeluk Islam di Filipina, hanya dapat bertahan di Pulau Mindanao dan Sulu di tengah penindasan non-Muslim yang mayoritas. Perjalanan Islam serupa juga terjadi di Myanmar. Beberapa lama ini saat ini, isu etnis minoritas Muslim Rohingya yang tertindas di Myanmar menjadi sangat perhatian dunia sekarang. Dunia mendesak Ao San Su Kyi, Ibu Negara Myanmar yang gaya bungkam seribu Bahasa terkaitan dengan Nasib kaum Rohingya yang sedang mengalami krisis kemanusian.
HISTORIA Adapun etnis Rohingya-Arakan ini sangat berkaitan dengan sejarah Islam di Myanmar. Sebagaimana Mindanao dan Sulu yang terpaksa bergabung dengan Filipina karena ulah “Kolonialisme Barat”, kawasan Arakan, tempat bermukim para Rohingya pun, disatukan dengan Burma (kini Myanmar) tahun 1785 yang mayoritas Buddha. Inggris lalu memberikan kemerdekaan kepada Myanmar tahun 1948, termasuk kawasan Arakan, pusat masuknya Islam di negeri tersebut. Sejarah mencatat, Arakan menjadi pintu masuknya Islam dari pedagang Malaka. Kesultanan Islam di Arakan bahkan sempat berdiri hingga 350 tahun lamanya. Tapi kini, sebagaimana Moro, Rohingya pun mengalami penindasan sebagai minoritas setelah paksa bergabung dengan Burma (Myanmar). Sementara itu, Patani dalam catatan sejarah merupakan negara Independent Kesultanan Melayu Islam (1786-1456). Patani diduga mengenal Islam bersamaan dengan masuknya Islam ke Malaka. Terdapat kesultanan yang masyhur di Patani, yakni Patani Darussalam. Bahkan, seperti dilansirkan oleh Republika, menurut Peneliti Puslitbang Kementerian Agama, Syaukani, banyak ulama Asia Tenggara, termasuk Indonesia, yang berasal dari Patani. Kerajaan Islam Patani pernah menjadi kekuatan besar dan pusat kebudayaan Melayu di Asia Tenggara. Meski demikian, Patani tak memiliki peran sebesar Malaka dalam proses penyebaran Islam di Asia Tenggara. Menurut pakar sejarah Universitas Indonesia, Bondan Knumayoso, Patani Darussalam sebenarnya bukanlah kerajaan kecil dibandingkan Kerajaan Malaka (Malaysia sekarang). Namun, sejarah Patani seakan terlupakan karena mengalami kejatuhan pada tahun 1786 dan harus paksa bergabung dengan Kerajaan Siam (Thailand) dari dampak perjanjian British dengan Kerajaan Siam, Anglo-Siamse (1909). “Patani memainkan peran sebagai kota pelabuhan, pintu gerbang perdagangan Asia Tenggara. Dalam jaringan penyebaran Islam di Asia Tenggara, Patani juga memainkan peranan strategis. Kemudian, terjadi perubahan karena datangnya orang Eropa. Patani merosot dan hilang karena kekuatan kolonial, dan nasib semakin mirip dengan Rohingya, Mindanao, Khahmir. Setelah paksa bergabung di bawah Kerajaan Thailand” paparnya, dikutip oleh Republika. Sejarah Patani pun terlupakan, padahal pernah menjadi kota pelabuhan penting bagi Islam. “Banyak ulama dari Patani, tak tahu pasti jumlahnya berapa. Tapi, saya kira, dulu ulama selain orang Arab, Campa, juga ada dari Patani,” jelas pakar sejarah Universitas Indonesia, Bondan Knumayoso. Wilayah Patani di Thailand Selatan, menurut Bondan, merupakan bagian dari Melayu. Namun, dalam perkembangan pembentukan negara Thailand, kawasan tersebut diakui sebagai bagian dari Thailand, yang sampai sekarang muncul peperangan konflik besar antara Patani dan Thailand. Padahal, orang Patani identitas mereka sebagai masyarakat Melayu sudah terbangun sejak abad ke15-14-. Dampaknya, hingga kini Patani pun menjadi minoritas di Thailand, sama halnya dengan Moro di Filipina dan Rohingya di Myanmar. Penyatuan tanpa memandang sejarah kawasan, budaya, dan keinginan etnis yang bersangkutan menjadi penyebab timbulnya masalah konflik bersenjata di tengah kondisi Islam di Asia Tenggara yang damai tanpa hiruk-pikuk peperangan ataupun kekerasan. Agresi militer tiga negara tersebut terus-menerus dilakukan, banyak rakyat minoritas sipil menjadi sasaran kekejaman. Bahkan wanita menjadi korban pemuas nafsu setan para militer itu. Lebih sadis lagi, anak-anak pun menjadi korban kebiadaban tentara mereka. Melihat keadaan biadab yang dilakukan militer Thailand, Myanmar dan Filipina terhadap Muslim tiga itu, dunia international diam seribu bahasa. Di mana PBB, di mana OKI, di mana organisasi-orgnisasi HAM? Mengapa organisasi-oraganisasi besar itu tak bernyali? Mengapa? Atau jangan-jangan organisasi-organisasi besar itu sengaja di’ciptakan’ untuk memenuhi kepentingan segelintir orang? Sumber: Republika, Moro, Rohinggya dan Patani; Afriza Hanifa/ Chairul Akhmad
Foto /Lappler/TDJ/GEMPITA
SUARA TUNAS | SEPTEMBER 2017
8
KHAZANAH
Oleh: Hamsyari Habib
REFLEKSI DIRI HIJRAH BARU P
eristiwa Hijrah adalah suatu kabar dan sejarah gembira bagi seluruh umat Islam di penjuru dunia, yang telah kita ketahui bahwa pada peristiwa tersebut umat Islam berjaya menegakkan sebuah ‘Negara Islam’ yang pertama dikenali sekarang sebagai Madinah al-Munawwarah atau Madinah Bandar yang Bercahaya. Peristiwa Hijrah merupakan satu peristiwa yang sangat penting bagi umat Islam semua. Khususnya umat Islam di Patani(Thailand selatan) yang benar-benar mempelajari memahami peristiwa ini secara mendalam. Sebagai seorang muslim, tidak harus mengambil tahu bagaimana peristiwa ini muncul dan apakah pelajaran penting daripadanya. Kisah ini juga bisa disebutkan sebagai proses transformasi spiritual. Dimana kisah ini adalah tonggak awal peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah. Dan dari sinilah kisah itu bercerita kepada segenap umat tentang keteladanan, pengorbanan sejati dan konsistensi dalam bersikap bahkan menandai perubahan suatu masyarakat Jahiliah saat itu menjadi masyarakat Islam.(kata; Nofiandri) Makna “Hijrah” itu sendiri mengandungi arti berbagai, boleh diartikan dengan pindah ke negeri lain, hijrah dan migrasi. Menurut kamus Al-Munawir Arab Indonesia Kata ini berasal dari kata dasar hajara-yahjuru yang berarti memutuskan dan meninggalkan. Sementara Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam bentuk nominal hijrah diartikan dengan perpindahan Nabi Muhammad SAW bersama sebagian pengikutnya dari Makkah ke Madinah untuk menyelamatkan diri dari tekanan kaum kafir Quraisy, Makkah. Dan dalam bentuk verbal, berpindah atau menyingkir untuk sementara waktu dari suatu tempat ke tempat lain yang lebih baik dengan alasan tertentu (keselamatan, kebaikan, dan sebagainya). Ungkapan Ustadz. Hanif Hidayatullah, S.Pd.
9
SUARA TUNAS | SEPTEMBER 2017
Madinah al-Munawwarah menjadi sebuah negara yang maju yang penuh dengan sinaran Islami penduduk bersatu diatas kalimat syahadat. Kaum An-sor dan Muhajirin walau mereka berbeda latar belakang namun Nabi Muhammad SAW. telah membuktikan bahwa Al-islam dapat menyatukan dengan cara yang damai. Sehingga Madinah al-Munawwarah sampai sekarang 1438 tahun berdiri tegak sebagai negara Islam yang tidak lagi dijajah oleh orang musyrik. Disinilah sehingga Hijrah membawa akibat yang sangat jauh dalam pemantapan ajaran Islam dilihat dari segi sosial, politik, ekonomi, pendidikan dan sebagainya. Demikian jelas Ishom El Saha dalam Sketsa Al-Qur’an. Perpindahan ini bukan sekedar peralihan dari satu daerah ke daerah lainnya tetapi mengambil makna perpindahan dari satu situasi yang tidak baik ke situasi yang lebih baik. Dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman) . Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana. [Al Anfaal (63 :(8]. Disini jelas bahwa Allah SWT. telah mempersatukan antara kaum Muhajirin dan An-sor, melalui Rasulullah sebagai tauladan yang terpuji. Namun bagai manakah ibrah yang baik ini dapat mengaplikasikan didalam kehidupan seharian bagi umat Islam sekrang.
َ �إن �اﻠﻟ َﻪ ﻻ ُﻳ َﻐ ِّﻴ ُﺮ َﻤﺎ ِﺑ َﻗ ْﻮ ٍم َﺣ �ﺘﻰ ُﻳ َﻐ ِّﻴ ُﺮوا َﻤﺎ ِﺑ �ﺎ ْﻧ ُﻔ ِﺳ ِﻬ ْﻢ
Dengan mengartikan َﻣﺎ pada perkataan ٍ َﻣﺎ ِﺑ َﻘ ْﻮمdan َﻣﺎpada perkataan َﻣﺎ ِﺑﺄَﻧْﻔ ُِﺴ ِﻬ ْﻢdengan makna nasib, sehingga makna lengkap ayat di atas adalah : "Sesungguhnya Allah tidak merubah nasib sesuatu kaum sehingga mereka merubah nasib mereka sendiri ".(Ar Ra’ad: 11) Kesempatan mengingat peristiwa hijrah Nabi ini, juga sebagai titik mulainya hitung kalender Islam dengan 1 Muharram bulannya. Bagi umat Melayu Islam Patani mereka selalu mengingatkan bahwa nasib bangsa tidak lagi berubah masih dalam keadaan yang dijajah. Mereka selalu membaca dan mengkaji mengulangi kembali ayat (Ar Ra’ad: 11) seperti yang telah dipapar diatas. Ayat ini ada hubungan kait juga dengan kata “Hijrah” bahwa keadaan nasib bangsa Melayu Islam Patani juga tidak akan berubah lebih baik selagi umatnya sendiri yang tidak mempunyai pengorbanan tinggi, tidak mau berubah dengan sebenarnya maka nasib bangsa Patani tidak akan Allah berubah menuju keadaan yang lebih baik. Persoalan yang harus dijawab bagi kita sekalian bahwa pada tahun hijrah yang baru ini, bagaimana dengan perilaku kita pada tahun yang telah lewat, adakah sikap keperibadian Islami kita berubah lebih baik atau makin menurun levelnya, peningkatan amal soleh kita terhadap Illah sudah menempuhi peringkat lauwamah atau masih ammarah
Karya: Mahroso Doloh
SELAMAT BERHIJRAH
PUISI
T
ak terasa tiba-tiba tahun pun berganti yang artinya napas kita pun berganti dari satu detik ke detik yang lain dan di setiap detik itu tak pernah lelah ia menarik napas kita agar semakin dekat dengan batu-batu nisan Lalu apa arti hidup ini jika waktu yang sekian berlalu kita berpura-pura dengan kesibukan yang tak sepatutnya disibukan Cobalah sesekali dengan mata hati yang paling tajam kita diam dan tengok ke belakang tentang perjalanan kita selama ini di bumi yang kita injak sudahkah terlunas utang-utang yang akan ditagih di negeri esok Tak terasa kawan tiba-tiba tahun pun berganti yang artinya napas kita pun berganti dari satu detik ke detik yang lain tetapi yang untung adalah kita masih bisa menghirup udara kesempatan masih tersisa tak seperti saudara-saudara kita yang sudah dipanggil yang terkadang tak sempat membawa bekal sampai-sampai harus pergi begitu saja dan tentunya tidak jauh beda dengan binatang di saat jasad bersatu dengan tanah yang bisa hanya menjadi baja bahkan busuk di dalam peruk tanah Mari kawan jangan meragukan lagi untuk memaknai hijrah izinkan dahi kita hati kita niat kita taubat kita dan segala gerak gerik kita untuk merendahkan diri menyentuh sajadah dengan sujud yang seolah-olah sujud terakhir sebelum kita tiada tempat untuk bersujud selain di bawah tanah yang di saat itu sepatah syahadat pun tak mampu terucap Cobalah bertanya pada diri kita sendiri untuk apa kita sombong yang tak sepatutnya kita sombong untuk apa kita tidak mau bersujud yang sepatutnya kita bersujud ayo kawan! selamat berhijrah Yogyakarta, 02 Oktober 2016 SUARA TUNAS | SEPTEMBER 2017
10
SASTRA
BERENANG KE LAUTAN SASTRA PROFETIK DEMI BERHIJRAH MELEMBUTKAN JIWA-JIWA
MAHROSO S
etahun sekali, umat manusia yang beragama Islam dengan gembiranya menyambut kedatangan tahun baru hijriah atau tahun baru Islam. Namun, di sebagian tempat terkadang masih penasaran atau masih ragu tentang apa dan bagaimana cara untuk menyambut kedatangan tahun baru Islam. Memang dalam Islam mengajari umatnya untuk berdoa di setiap kali bergatian tahun. Tetapi, apakah seperti itu saja? Tentunya tidak. Islam bukanlah agama yang miskin kegiatan. Islam sangatlah erat dengan berbagai kegiatan. seperti kegiatan kesenian atau keindahan. Oleh karena itu, kesenian dapat menjadi salah satu wadah untuk menghibur atau memeriahkan umat manusia di saat tahun baru tiba. Walau demikian, dalam Islam tentunya ada garis-garis tertentu. Sungguh, hiburan kesenian dipersilakan dalam Islam, tetapi tentunya kesenian itu masih dalam ranah yang tidak melampaui batas agama. Sastra merupakan salah satu cabang dari kesenian, sebagaimana seni tari, seni lukis, seni musik, dan lain-lainnya. Namun, yang menjadikan seni sastra memiliki nilai lebih, yakni seni sastra menggunakan bahasa sebagai media dalam berekspresia. Sementara bahasa merupakan sarana komunikasi manusia dalam memenuhi kebutuhan seharian. Dengan demikian itu, sastra memiliki ruang yang lebih untuk memikat manusia. Karya sastra; puisi, cerpen, novel dan sebagainya, merupakan karya seni (seni sastra) yang sangat menarik untuk menjadi media dakwah dalam menyeru umat manusia ke jalan yang lebih baik. Karya sastra tersebut, tentunya merupakan karya sastra yang berisi (berkualitas) yang dilahirkan dari kreativitas berpikir kreatif serta kecerdasan mengolalah imajinasi sehingga hasil yang dilahirkan dapat mencerminkan fakta dalam sosial sekaligus dapat memberi ajaran-ajaran yang baik kepada manusia. Berenanglah ke lautan sastra profetik, demi berhijrah melembutkan jiwa. Sebagaimana judul di atas, dapat kita renung bersama tentang sastra profetik. Sastra profetik yang dipelopori oleh budayawan Indonesia, salah satunya adalah Kuntowijoyo. Sastra profetik, sangatlah pantas untuk dijadikan media dakwah dalam menyeru manusia untuk memiliki jiwa yang lembut, jiwa yang baik dan senantiasa mengingat Tuhan. Melalui sastra profetik, tiga ranah sanubari manusia yang ketuk olehnya. Tiga ranah tersebut adalah humanisasi, liberasi, dan transendensi. Ketiga ranah tersebut, juga ada sebut dalam al-Qur’an (10 :3); “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan
untuk menusia, menyeru kepada yang ma’ruf, dan mencegah kemungkaran, serta beriman kepada Allah�.
11
SUARA TUNAS | SEPTEMBER 2017
OLOH
SASTRA Jadi, sastra profetik mendorongkan umat manusia sebagaimana yang diperintah oleh Allah melalui al-Qur’an, yakni humanisasi; menyuruh kepada kebaikan (amar ma’ruf), liberasi; mencegah kemungkaran (nahi mungkar), serta transendensi; beriman kepada Allah (tu’minuna billah). Dari ketiga ranah tersebut, akan membentuk pribadi manusia yang benar-benar memiliki jiwa berusaha agar menjadi pribadi yang beragama rahmatan lil’ alamin. Sastra yang baik adalah sastra yang dapat berkomunikasi dengan masyarakat. Sementara dalam berkomunikasi, tentunya ada pesan yang disampaikan. Baik pesan itu berupa seruan manusia kepada kebaikan maupun mencegah manusia dalam melakukan kemungkaran. Sementara itu juga, senantiasa beriman kepada Allah. Oleh karena itu, sastra yang memiliki potensi tentang hal tersebut adalah sastra profetik. Jadilah tetesan lembut kata-kata dalam karya sastra demi melembutkan jiwa-jiwa manusia!. Dalam konteks tahun baru hijriah ini, salah satu contoh (kutipan) puisi yang dapat dikategorikan dalam sastra profetik adalah puisi yang berjudul Selamat Tahun Baru Kawan buah karya KH Ahmad Mustofa Bisri atau yang dikenal juga dengan ‘Gus Mus.’ Selamat Tahun Baru Kawan Kawan, sudah tahun baru lagi Belum juga tibakah saatnya kita menunduk memandang diri sendiri Bercermin firman Tuhan, sebelum kita dihisab-Nya Kawan siapakah kita ini sebenarnya? Muslimkah, mukminin, muttaqin, kholifah Allah, umat Muhammadkah kita? Khoirul ummatinkah kita? (Bisri, 2003) Dari dua bait puisi di atas, penyair menggunakan momen tahun baru dalam mengingatkan manusia kepada kebaiakan. Melalui karya sastra puisi tersebut, secara tidak langsung penyair mengajak para pembaca untuk bertanya kepada diri sendiri atau merefleksi diri sendiri. Kegiatan demikian (merefleksi diri sendiri), sangatlah jarang dilakukan oleh pribadi manusia bahkan tidak pernah sama sekali. Dengan munculnya puisi tersebut, membuat para pembaca menyadari dan memiliki ruang untuk bertanya kepada diri sendiri. Hidup kita selama ini, apakah benar dengan apa yang dikatakan oleh penyair //Belum juga tiba saatnya kita menunduk memandang diri sendiri //Bercermin firman Tuhan, sebelum kita dihisab-Nya //.
Jika benar, artinya kita masih untung; masih diberi kesempatan oleh Tuhan untuk kita menunduk kepala atau merenung sejenak tentang kehidupan kita selama ini. Sebelum napas kita ditarik kembali, sudahkah kita benar-benar membaca ayat-ayat Tuhan untuk menjadi cermin atau pedoman dalam menjalani hidup ini atau selama hidup ini kita hidup kita hanya berkiblat pada budaya-budaya barat yang tidak disukai oleh para nabi. Oleh karena itu, sebelum napas kita dihisap atau ditarik kembali, kembalilah diri kita kepada jalan hidup yang lebih baik, jalan yang diarahkan oleh Nabi Muhammad SAW. satu-satunya jalan yang menyelamatkan umat dari api neraka. Jika tidak, maka akan menyesalilah di hari esok (akhirat). Sebagai manusia yang merupakan makhluk Allah yang sempurna dengan dikurnia akal untuk berpikir sehingga dapat membedakan antara mana yang baik dan mana yang buruk. Oleh karena itu, janganlah mensia-siakan akal yang telah dikurnia Allah. Cobalah berpikir dengan apa yang dinyatakan oleh penyair lewat bait puisi berikut: Atau kita sama saja dengan makhluk lain atau bahkan lebih rendah lagi. Hanya budak perut dan kelamin Iman kita kepada Allah dan yang ghaib rasanya lebih tipis dari uang kertas ribuan Lebih pipih dari kain rok perempuan Betapapun tersiksa, kita khusyuk didepan masa Dan tiba tiba buas dan binal disaat sendiri bersama-Nya Syahadat kita rasanya lebih buruk dari bunyi bedug, atau pernyataan setia pegawai rendahan saja. Kosong tak berdaya. (Bisri, 2003) Terasa agak pedas dengan kata-kata yang digunakan oleh Bisri. Namun, rasa pedas itulah yang dapat membuat jiwa-jiwa manusia bangun dari keterlenaan atau ketertiduran dalam pelukan para setan. Renunglah! Mungkinkah kita ini sama saja dengan dengan makhluk yang lain atau bahkah lebih rendah? Maka hal demikian memungkinkan saja. Manusia akan lebih mulia jika akal yang diberikan itu benar-benar digunakan untuk berpikir. berpikir tentang apa yang layak di lakukan dan berpikir apa yang layak ditinggalkan. Patokan layak atau tidaknya adalah al-Qur’an dan Hadis. Berpikir kemudian bertindak, dalam arti beramal kepada Allah. Itulah yang membuat manusia lebih tinggi dibandingkan dengan makhluk lain. Namun, manusia mungkin saja lebih rendah jika dibanding dengan makhluk lain. Manusia itu akan lebih rendah, jika dalam hidup ini hanya semata-mata mencari kesenangan di dunia tanpa memperhitungkan baik-buruknya di sisi Allah. Manusia akan lebih rendah jika hidup ini tanpa diiringi dengan iman yang kokoh. Sebagaimana dalam puisi yang menyebut // Iman kita kepada Allah dan yang ghaib rasanya lebih tipis dari uang kertas ribuan //. Dalam arti, iman kita masih dapat diperjual belikan. Dengan tak seberapa jumlah uang yang akan didapati, terkadang manusia mau-mau saja menjualkan akidahnya dan berani mengatakan halal terhadap sesuatu yang haram. Itulah yang dikatakan iman kita lebih tipis daripada tipisnya uang kertas. Sementara itu, iman kita bahkan lebih tipis daripada kain rok perempuan. Dalam arti manusia terkadang sanggup melakukan hubungan gelap dengan perempuan-perempuan yang muhrim, karena tipisnya iman sehingga sanggup melakukan hal yang buruk// Lebih pipih dari kain rok perempuan //.
Sementara itu, // Betapapun tersiksa, kita khusyuk di depan masa // Dan tiba tiba buas dan binal disaat sendiri bersama-Nya//. Sesung guhnya siksa, kita berpura-pura khusyuk saat beribadah di depan khalayak umumu (didepan orang ramai), sementara kita buas (cepat/buru-buru) atau hilang kekhusyukan di saat beribadah bersendirian dalam menghadapi Tuhan. Contoh seperti shalat kita lebih cepat dari ayam mematuk padi. Demikian itu, sekilah gambaran tentang karya sastra (puisi) profetik yang berusaha mengajak pembaca kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran adalah kedua hal yang dapat manifestasikan manusia yang beriman kepada Allah. Oleh karena, dalam Islam yang tentunyan sangat suka kepada kelembutan, maka sastra merupakan karya yang memiliki kelembutan patutlah dijadikan suatu alat untuk melembutkan jiwa-jiwa yang mungkin telah beku dengan godaan-godan dunia dan setan. Tetes kata yang lembut dalam puisi dapat menusuk dada, mengetuk jiwa untuk perpaling atau berhijrah dari yang buruk kepada yang baik, yang baik kepada yang lebih baik, dan yang lebih baik kepada yang semakin lebih baik.
SUARA TUNAS | SEPTEMBER 2017
12
POLITIK
Rohingya dan Patani; Konflik Etnonationalis Foto/Insouth Patani
A
sia Tenggara telah terjadi persoalan krisis kemanusiaan dan konflik Etnonationalis, bahwa etnis Rohingya yang kini masih dalam lorong pergolakan besar, begitu juga persoalan di Patani (Thailand Selatan) yang kini tidak pernah dipandang sebagai Isu global, sedangkan pergolakan berbagai pelanggaran Hak Asasi Manusia semakin terjadi tak usai berhenti. Isu Rohingya dan Patani adalah contoh klasik kegagalan ethno-nasionalisme yang membawa kepada kegagalan “nation-building” bagi negara-bangsa (nation-state) Myanmar dan Thailand. Rohingya merupakan kumpulan yang dikambinghitamkan dalam masalah ini dan mereka menghadapi penghapusan etnik atau “genocide”. Sedangkan Patani juga mengalami problem yang sama cuma genosida tidak berlaku secara terang menerang pada masa kini tapi pernah berlaku pada masa lalu. Kendati demikian, Rohingya bukanlah pendatang Bangladesh, begitu juga Patani bukanlah pendatang dari Malaysia, apa lagi yang masih menjadi perspektif bagi masyarakat Miyanmar dan Thailand sendiri bahwa warga Rohingya dan Patani sebagai tamu bahkan mereka kedua-dua daerah itu adalah pribumi yang sisa-sia warisan kolonialis dan imprialisme Barat dalam pembagian teritorial semasa perjanjian “Anglo” maupun “Taktar London”. Pada asalnya negeri Rakhine (atau Arakan, tempat duduk orang Rohingya) dan Bengal (Bangladesh hari ini) dekat dari segi geografi dan politik, maka berlaku asimilasi agama dan interaksi kultural. Setelah tahun 1785, Arakan ditawan oleh Burma (Myanmar) dan kekal berada di bawah Burma selepas Burma merdeka daripada Britisth pada tahun 1948, maka Muslim Arakan dipisahkan daripada Muslim Bengal. Bekas negeri Patani adalah tempat duduk orang Melayu, setelah kekalahan perang Siam-Patani tahun 1785 maka nasib Patani tetap dikuasai oleh Siam (Thailand sekarang). Kerajaan Patani Darusslam pernah berkembang pada tahun 1390 sampai dengan 1902. Sejarah tersebut merupakan entitas politik yang terpisah dan mereka berstatuskan kelas kedua dan merupakan pengabaian secara politis atas kaum minoritas
13
SUARA TUNAS | SEPTEMBER 2017
Oleh: Abu Shol
Melayu sejak berdirinya negara Thai yang terus menerus berkonfik dan melakukan berbagai tindakan kekerasan, sehingga berbagai-bagai dasar kebijakan untuk menghilangkan Patani, sehingga Revolusi Siam tahun 1932 maka Patani dipaksa menjadi Pa(t)tani sebagai salah satu provinsi di Thailand Selatan. Muslim Arakan atau Rohingya ini pada asalnya dapat hidup dengan etnik Rakhine yang menganut Buddhisme. Namun dasar British yang membawa masuk buruh Bengali menyebabkan Rakhine rasa terancam. Malah semasa Perang Dunia (PD II, 1945-1939), Rakhine menyokong Jepang dan Rohingya setia dengan British. Maka berlakulah permusuhan dan episode bunuh-membunuh. Sedangkan Melayu-Muslim di Patani tidak bisa hidup bersama dengan nonmuslim apalagi dengan masyarakat Buddha sebagai mayoritas dinegeri ini, semasa PD II Patani berbedanya Rohingya, perjuangan masyarakat Patani melawan tentara Kaisar Jepang dan lebih berpihak British. Rohingya pernah menuntut kemerdekaan agar disatukan dengan Bangladesh. Mereka berjuang secara bersenjata di bawah nama Mujahideen (1961-1947), Rohingya Liberation Party (1974-1972), Rohingya Patriotic Front (1982-1974), Rohingya Solidarity Organization (1998-1982), Arakan Rohingya Islamic Front (1998-1986), Arakan Rohingya National Organization (1998 sehingga kini) dan Arakan Rohingya Salvation Army-ARSA (2016 sehingga kini). Akan tetapi di Patani masih melawan pemerintah pusat dan tetap menuntut kemerdekaan bahkan sudah lama seperti Persatuan Semangat Patani-PSP (1947), Gerakan Melayu Patani Raya-GEMPAR (1948), Barisan Islam Pembebasan Patani-BIPP atau dulu BNPP (1959), Patani United Liberation Organization-PULO (1968),
Gerakan Mujahideen Islam Patani-GMIP (1985), Barisan Bersatu Kemerdekaan Patani-BERSATU (1989), Barisan Revolusi Nasional-BRN (-1960sehingga kini). Di Miyanmar, bukan hanya Rohingya saja yang tidak mau berasimilasi, berpuluh-puluh etnik yang lain seperti Karen, Mon, Shan, Kachin dan Wa telah mengangkat senjata menentang dasar asimilasi “Burmanization atau Burmanisasi” yang bermula sejak -1960an selepas kudeta tahun 1962. Nama saja Burmanisasi tapi pemerintah militer lebih bermotif kepada budaya etnik Bamar dan agama Buddhisme. Sedangkan di Thailand telah pemerintah Bangkok, Kerajaan Thailand telah gagal dalam membangunkan dasar kebijakan “Siamization atau Siamisasi” maka tahun 1938 mulai perubahan sesuai modernisasi dengan memperkenalakn nasionalisme Thai agar bangsa selevel yang sama dengan bangsa kolonialis dan imprialis menjadi negara-bangsa sepenuhnya globalisasi sehingga terlepas dari ancaman penjajah asing dengan multinationalis Thailand dengan berbagai gabungan etnis terdirinya Siam, Cina, Lanna, Khmer, Mon dll. Hanya etnik Melayu di Patani tidak mau bergabung bahkan tetap menolak, melawan dengan mempertahankan identitas mereka tersebut. Hingga saat ini, ARSA (Tentara Pembebasan Rohingya Arakan atau Arakan Rohingya Salvation Army) dan BRN (Barisan Revolusi Nasional atau National Revolutionary Front) sebagai gerakan pembebasan bangsa mereka masing-masing telah dicap dan dituduhkan sebagai pembrontak seperti gerakan separatisme di dalam negeri oleh pemerintah Myanmar dan pemerintah Thailand. Namun penguasa kedua-dua negera tersebut juga telah mendaftarkan Foto Muhammad Sorey Deng termasuk sebagai kategori Terorisme, apakah hal itu tidak sejajar kiprah?
POLITIK
Rohingya dan Patani Konflik Etnonationalis Mujahideen (1947 -1961) Rohingya Liberation Party (1972-1974)
Rohingya Patriotic Front (1974-1982)
Persatuan Semangat Patani-PSP (1947),
Gerakan Melayu Patani Raya-GEMPAR (1948)
Barisan Islam Pembebasan Patani-BIPP atau dulu BNPP (1959),
Rohingya Solidarity Organization (1982-1998)
Patani United Liberation Organization-PULO (1968),
Arakan Rohingya Islamic Front (1986-1998)
Gerakan Mujahideen Islam Patani-GMIP (1985),
Arakan Rohingya National Organization (1998 sehingga kini) dan Arakan Rohingya Salvation Army-ARSA (2016 sehingga kini).
Barisan Bersatu Kemerdekaan Patani-BERSATU (1989), Barisan Revolusi Nasional-BRN (1960 - sehingga kini).
Isu Rohingya dan Patani adalah contoh klasik kegagalan ethno-nasionalisme yang membawa kepada kegagalan “nation-building� bagi negara-bangsa (nation-state) Myanmar dan Thailand. SUARA TUNAS | SEPTEMBER 2017
14
PENDIDIKAN
SEPULUH PEMUDA YANG BISA MENGGUNGJANG DUNIA
HARI INI MEREKA DIMANA?
15
SUARA TUNAS | SEPTEMBER 2017
Foto/Tunas/Marwan
Dengan pendidikan menambahkan ilmu pengetahuan, pola fikir orang. Dan namanya ilmu itu bukan semata menyimak dari syarahan para dosen dan tidak hanya terbatas pada buku dan ruang kelas saja, Bahkan fenomena atau peristiwa berlaku seharian di sekitar kita itu juga akan dapat mendidik manusia menjadi lebih dewasa. Dampak konflik kepanjangan yang belum ketemu titik damai di Patani (Thailand Selatan) juga mempengaruhi dunia pendidikan bagi masyarakat Patani. Sehingga merurut statistik bahwa pendidikan di wilayah Pattani, Yala dan Narathiwat itu yang paling down. Dengan berbagai faktor diantaranya faktor diskriminasi pendidikan, tidak suka membaca koran, buku, bahan ilmiah hanya sering obrolan yang tidak berlandaskan referensi yang jelas. Firman salah seorang mahasiswa asal Patani (Thailand Selatan) yang sedang kuliah di Republik Indonesia dia sempat menceritakan saat berdiskusi sama teman-teman di Asrama Komunitas Mahasiswa Patani (Thailand Selatan), ia mengatakan bahwa sejak berangkat dari jauh Patani sana berlainan lokasi kampung halaman namun kita mempunyai tekad yang sama, “Memang awalnya kita berkuliah ini untuk memenuhi kebutuhan orang tua tapi tidak sekedar itu kita masih mempunyai satu amanah lagi yaitu amanah penderitaan rakyat (AMPERA) yang harus sama kita memikul amanah tersebut” ungkapnya saat ditemui wartawan TUNAS, Sabtu (2017/9/23). Ia menambahkan bahwa jumlah banyak mahasiswa baru asal Patani tersebut, yang keluar tinggal kampung halaman tujuan untuk melanjut studi di luar negeri, ada yang ke Mesir, Jordania, Moroco, Malaysia, Indonesia dan lain sebagainya. Tapi nasib “Waktu selesai studi pulang nanti mereka tidak dapat menentukan diri sendiri sepenuhnya waktu untuk memajukan masyarakat, di hari ini sulit mau mencari pemuda yang seperti Bung Karno mengatakan “Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuncangkan dunia” hari ini mereka dimana?” tegas Firman
Masyarakat yang berpendidikan mereka memiliki kemampuan segalanya untuk mengubah dunia sesuai impian mereka, sehingga mereka tidak lagi terjebak dalam dunia kecil lagi. Kendati demikian, pendidikan itu sangat penting bagi mereka yang ingin maju khusus masyarakat Patani, karena pendidikan tidak hanya memberi kita ilmu pengetahuan akan tetapi mengajarkan orang sopan santun, hal-hal yang baik dan benar sehingga kita menjadi seorang yang dewasa dan lebih manusiawi dan moralitas agamanya. Sejarah sudah membuktikan bahwa pada masa kegemilangan Kesultanan Melayu Patani dapat mengkaderkan masyarakat sehingga melahirkan tokoh ulama terkenal di Nusantara tidak hanya di kampung halaman saja. Namun setelah kejatuhan kedaulatan Kerajaan Islam Patani Darussalam dampaknya rakyat Patani miskin ilmu, diperbodohi oleh merajalela penindasan dan godaan dunia, sehingga setahun demi setahun dunia pendidikan di kalangan masyarakat Patani semakin menurun kualitasnya. Secara umumnya, sekalipun mereka dalam kondisi tertindas semangat pantang menyerah itu selalu dikobarkan dengan semangat kewiraan. Dunia pendidikan tidak punya batasannya, Siapapun dia, dari manapun, status apapun, angka hitungan usia berapapun itu semua bukan masalah dalam dunia kependidikan. Menyerah kalah bukan sifat orang yang ingin kesuksesan, sadarilah bahwa hidup itu adalah proses dan di dalam proses itu pasti menghadapi dengan berbagai masalah atau menahan ujian, itulah namanya manusia. Namun, yakin-lah bahwa setiap masalah itu pasti ada kuncinya, setiap cobaan pasti ada hikmahnya. Maka dari itu, hadapilah masalah-masalah dengan penuh semangat dan optimis jangan menyerah. “Pendidikan adalah senjata yang paling tajam untuk mengubah dunia”
Sumber Muslim Attroney Centre
D
i saat penghujung zaman dunia penuh dengan persaingan, perkembangan ilmu pengetahuan juga cepat pesat sehingga negara maju mereka selalu menginterpretasikan bahwa dengan pendidikan menjadi faktor penting dalam menentukan Sumber daya manusia (SDM) untuk berfikir maju atau mundurnya sebuah negara. Dengan pendidikan menambahkan ilmu pengetahuan, pola fikir orang. Dan namanya ilmu itu bukan semata menyimak dari syarahan para dosen dan tidak hanya terbatas pada buku dan ruang kelas saja, Bahkan fenomena atau peristiwa berlaku seharian di sekitar kita itu juga akan dapat mendidik manusia menjadi lebih dewasa. Dampak konflik kepanjangan yang belum ketemu titik damai di Patani (Thailand Selatan) juga mempengaruhi dunia pendidikan bagi masyarakat Patani. Sehingga merurut statistik bahwa pendidikan di wilayah Pattani, Yala dan Narathiwat itu yang paling down. Dengan berbagai faktor diantaranya faktor diskriminasi pendidikan, tidak suka membaca koran, buku, bahan ilmiah hanya sering obrolan yang tidak berlandaskan referensi yang jelas. Di saat penghujung zaman dunia penuh dengan persaingan, perkembangan ilmu pengetahuan juga cepat pesat sehingga negara maju mereka selalu menginterpretasikan bahwa dengan pendidikan menjadi faktor penting dalam menentukan Sumber daya manusia (SDM) untuk berfikir maju atau mundurnya sebuah negara.
Oleh NurDianah HaniMasnah
INFORMASI
Oleh AM Faton
SUARA TUNAS | SEPTEMBER 2017
16
BANGKITKAN JIWAMU DENGAN KAOS PEACE ?