ULTIMAGZ Juni-Juli 2018 - Membentuk Media Sosial Beretika

Page 1

23

ULTIMAGZ

EDISI JUNI-JULI 2018 • MEMBENTUK MEDIA SOSIAL BERETIKA

Noda Kebebasan Bermedia Sosial Mahasiswa P•06

Media Sosial: Tempat Berekspresi, Tempat Berkontroversi P•10

Abu-abu Promosi Berbayar dan Ambisi Panitia Dana P•14

U LT I M A G Z

I


SELAMAT TAHUN BARU!

II

U LT I M A G Z


Mengembalikan Lingkungan Media Sosial yang Sehat

BOARD Pengawas Ninok Leksono Dewan Pembina Fx. Lilik Dwi Mardjianto Adi Wibowo Octavianto Dewan Penasihat Samiaji Bintang Ignatius Haryanto EDITORIAL Pemimpin Umum Natalia Setiawan

Christian Karnanda Yang Pemimpin Redaksi

Wakil Pemimpin Umum Rinda Rufaidah Pemimpin Redaksi Christian Karnanda Yang Redaktur Pelaksana Cetak Ridi Fadhilah Khan Redaktur Pelaksana Online Gilang Fajar Septian Redaktur Foto Angelina Rosalin Sekretaris Redaksi Angela Grace Tanamas Keuangan Anna Maria Anggita Editor Christian Karnanda Yang Gilang Fajar Septian Ridi Fadhilah Khan

Illustration by Tara Sagita

SEPERTI yang sudah dikatakan berulang kali dalam edisi ini, tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial telah bertransformasi menjadi aspek yang vital di kehidupan seseorang. Suka atau tidak suka, media sosial mengambil porsi waktu kehidupan individu dalam satu hari. Teknologi yang terus berkembang membuat makin banyak jenis media sosial yang fungsinya juga beragam. Namun, dua fungsi utamanya adalah untuk berbagi dan berkomunikasi. Interaksi di media sosial pada dasarnya merupakan komunikasi tidak langsung. Maka secara tidak langsung pula, etika berkomunikasi juga berlaku saat bermedia sosial. Namun, sayangnya etika inilah yang tidak tampak di linimasa belakangan ini. Indonesia saat ini sedang dihantam dengan gelombang konten-konten negatif di media sosial. Mulai dari ujaran kebencian, komentar dan konten yang rasis, insensitif, bigot, ofensif, berbagai hoax, berita palsu, juga segala twitwar dan instawar yang saling berbalas komentar yang tidak seharusnya dikatakan di publik. Kolom komentar di berbagai platform media sosial seolah menjadi lahan ranjau yang siap meledak kapan saja jika terinjak. Keadaan ini pun tidak hanya terjadi di skala umum, namun telah merembet ke berbagai lingkungan, tak terkecuali lingkungan Universitas Multimedia

Nusantara (UMN). Muncul akun-akun yang dipertanyakan faedahnya seperti @umn. merem dan @umn.jelek yang sekarang telah menutup akunnya. Akibatnya timbul polemik di kalangan mahasiswa tentang apakah akun-akun ini hanya sekadar berguyon atau menyebarkan konten-konten yang sarat akan pelanggaran privasi dan perundungan di internet (cyberbullying). Lebih lanjut, masalah yang lebih krusial dan patut dipertanyakan adalah apakah diperbolehkan mencatut nama sebuah institusi pendidikan untuk akun seperti ini. Alangkah lebih baik jika dua contoh tadi tidak dilakukan dengan fokus menciptakan lingkungan bermedia sosial yang positif. Membagikan konten-konten yang konstruktif, edukatif, dan menghibur. Juga, budaya berpikir sebelum berkomentar yang perlu semakin ditekankan. Mengingat media sosial juga jadi representasi dari dunia nyata. Meminjam pandangan Asia Project Manager Diplo Foundation Shita Laksmi, perlakukan lah pengguna lain di media sosial seperti Anda memperlakukan orang lain di dunia nyata.

Reporter Abel Pramudya Nugrahadi Agatha Lintang Kinasih Anindya Wahyu Paramita Ariefiani Efrida Mastina H. Audrie Safira Maulana Diana Valencia Felix Hariyanto Galuh Putri Riyanto Gabrielle Alicia Wynne P. Geofanni Nerissa Arviana Hilel Hodawya Ignatius Raditya Nugraha Ivan Jonathan Nabila Ulfa Jayanti Naufal Abrori Suprapto Rachel Rinesya Putri Stefanny Theresia Amadea Theresia Bella Callista Fotografer & Videografer Harvey Darian Kusnadi Aldo Christian Sitanggang Billy Dewanda Perdana Bonaventura Ezra Pradipta Daniela Dinda Ayuningtyas Devonseta Aldi Nathaniel Elisabeth Rafaela Chandra N. Elvira Lisa Gunawan

Evan Andraws Latief Gabriela Vivien Arlenda Imaculata A. Felisitasya M. Laurentius Juliano Ergian P. Nadine Khalishah Azura Nico Nathanael Wilim Roberdy Giobriandi Robin Colinkang Saras Sania Zelikha Putri WEB MAINTENANCE Brilyan Aro (Pemimpin) Darmadi Octavany Rano Muhamad Mukhlis Willy DESAIN VISUAL Yusak Yosefianus (Pemimpin) Nadya Chandra Angela Grace Tanamas Elisa Febrianti Galang Aby Ludira Karen Pascalia Steven kosasih Tara Sagita Anchilia Alexandra Dimas Aditjondro Gabrielle Torino Jeremias Rama Olivia Christabel Hendi Pierre Ang Salsabila Tsuraya Shania Helena Soetjipto Theresia Maria S. N. Tricia Wibisana Velyan Theresa Victor DISTRIBUTION & MARKETING Pemimpin Perusahaan Farrel Adam Siddik Marketing Angelin Putri Syah Chaterine Cristianti Dionisius Widya Ratsongko R. Adrianus Dwi Octaviano P. Sabrina Sekar Tiffany Amelia Media Relations Angelica Revadias Annissa Widya Davita Lusia Auliana Purnama Rhandana Kamilia Dwi Putri Public Relations Esther Shakadina Abiel H. Herlina Anace Yawang Activation Anna Maria Anggita Deborah Wijaya Linda Soegiarto

PENERBIT

DESAIN COVER STEVEN KOSASIH

Redaksi Ultimagz menerima kiriman artikel sebanyak 600-1000 kata disertai dengan foto. Kirim ke redaksi@ultimagz.com dengan subjek Kontributor. Jangan lupa sertai identitas lengkap. Alamat Redaksi dan Perusahaan Gedung Universitas Multimedia Nusantara, B613 Jl. Scientia Boulevard Gading Serpong Tangerang - Banten redaksi@ultimagz.com @ultimagz

ultimagz www.ultimagz.com


CONTENTS ­— Edisi Juni-Juli 2018

Illustration by Elisa Febrianti

01

SURAT PEMBACA

02 - 03

ALMANAC

04 - 05

EVENTS CALENDAR

06 - 09

COVER STORY Membangun Kembali Etika Bermedia Sosial yang Terlupakan

10 - 13

INFO INDONESIA Media Sosial: Tempat Berekspresi, Tempat Berkontroversi

14 - 17 INFO KAMPUS Noda Kebebasan Bermedia Sosial Mahasiswa 18- 21

IV

OPINI INTERNAL Abu-abu Promosi

U LT I M A G Z

Berbayar dan Ambisi Panitia Dana

22 - 23

OPINI EKSTERNAL Jadikan Media Sosial Sarana Edukasi Pengetahuan Mode

24 - 25 SOSOK INTERNAL Mereka yang Berada dibalik Layar Media Sosial 26 - 29

SOSOK EKSTERNAL Selisik Peran Miss Internet Indonesia

30 - 31 CHIT CHAT Mempertanyakan Substansi Akun Instagram Terafiliasi UMN

32 - 35 EVENT Sepotong Jepang di Jakarta di Little Tokyo Ennichisai Blok M 2018 36 - 39 REVIEW 40 - 41 SNAPSHOT


SURAT PEMBACA PROFICIAT ULTIMAGZ! Eksistensi media

Setiap hari pasti ada artikel baru. Menurut gue,

ULTIMAGZ MENURUT GUE adalah sebuah media

kampus ini yang ditunjukkan dengan buah tangan

hal itu sangat membantu dalam hal publikasi.

kampus yang enggak cuma ngasih berita-berita

berupa tulisan adalah hal yang esensial. Tulisan

Selain itu, yang gue suka tulisannya enak untuk

yang hangat doang, tapi juga berani, beragam, dan

tangan, yang mungkin pada masa ini dimaknai

dibaca, apa adanya, dan berani untuk mengkritik

menginspirasi! Penyajian beritanya juga dikemas

kuno, tidak relevan, dan tidak populer, ternyata

sesuatu. Mau kasih saran saja, untuk publikasinya

dengan kreatif dan menarik, ditambah lagi desain

masih sanggup mendobrak pemikiran kritis dan

lebih ditingkatkan lagi karena sayang banget

dan ilustrasi yang keren, bikin pembacanya enggak

menelurkan ide-ide positif. Hal ini yang terbersit

udah buat tulisan bagus-bagus, tapi yang baca

bosan. Selain itu, Ultimagz juga selalu kasih credits

dalam benak saya. Ultimagz mendapatkannya.

cuma sedikit, dan promosi artikel di instatories

bagi pembuat kontennya, keren! keep it up!

Tentu saja pemikir di balik sampul Ultimagz

menurut gue sangat membantu sih, orang-orang

Eva Margaretha - FTV Animasi 2017

inilah yang merupakan pahlawannya. Tetap jaya,

jadi tahu Ultimagz udah ngeluarin artikel apa aja.

berkaryalah terus. Proficiat

Semangat Ultimagz!

Eva, terima kasih atas pujiannya! Senang jika

William Evan - Ilmu Komunikasi 2016

Olivia Sabat - Jurnalistik 2017

pemberitaan kami bisa menginspirasi buat para

Halo William, terima kasih atas apresiasinya.

Halo Olivia, terima kasih atas apresiasinya. Betul,

hambar dan segala ilustrasi kami adalah hasil

Memang mungkin saat ini tulisan dianggap sebagai

selain memberikan pemberitaan yang kritis,

dari tim visual yang terdiri dari ilustrator dan

produk jurnalistik yang kuno, namun justru tulisan

komprehensif, dan update, tentunya akan kami

layouter yang hebat, jadi apresiasi buat mereka

masih jadi dasar dari gerak jurnalistik di berbagai

publikasikan melalui media-media sosial kami.

semua. Juga pastinya, segala hasil kerja dari

bidangnya. Pemikir di balik setiap edisi kami

Selain Instagram, kami juga Facebook dan Twitter

anggota-anggota Ultimagz bakal diberi credits.

adalah para reporter, fotografer, editor, begitu juga

dengan nama akun yang sama. Publikasi pastinya

Salam deadline!

divisi-divisi lain beserta para pemimpinnya yang

adalah bagian yang penting juga dan akan terus

membuat kami bisa mendobrak pemikiran kritis

kami tingkatkan supaya para pembaca bisa lebih

dan menghasilkan ide-ide positif. Salam deadline!

mudah mengakses artikel-artikel Ultimagz.

pembaca Ultimagz. Tulisan tanpa ilustrasi akan

Salam deadline! ULTIMAGZ MENURUT AKU TUH, salah satu media kampus yg paling kece dan up to date

MENURUT SAYA MAJALAH ULTIMAGZ sudah

bangett! Artikelnya ga cuma ngebahas berita-berita

oke. Konten - kontennya berisi dan cukup pantas

skala nasional sama internasional tapi bahkan

untuk di-publish keluar kampus. Saran saya untuk

sampai internal kampus UMN juga. Penyajian

Ultimagz supaya semakin kreatif dalam menarik

beritanya juga menarik dengan bahasa yg santai

minat pembaca, terutama untuk civitas UMN

sehingga pembaca jadi nyaman bacanya. Selain

sendiri, baik mahasiswa maupun dosen, supaya

itu pembahasan di tiap artikel cukup rasional

mereka juga semakin mengenal Ultimagz yang kece

dan kritis hingga bisa ngasih insight untuk para

ini. Saran kedua, mohon diperhatikan mungkin

pembaca tentang topik yg dibahas itu sendiri.

untuk para reporter dan penulis mungkin lebih

Terus berkarya ULTIMAGZ!!

banyak latihan atau belajar memperoleh berita

Melrose Burhan - Manajemen 2015

dari narasumber dengan lebih baik, terutama

Redaksi Ultimagz menerima kiriman surat pembaca sebanyak 50 - 200 kata. Surat dapat dikirimkan ke redaksi@ultimagz.com dengan subjek Surat Pembaca. Jangan lupa untuk menyertakan identitas lengkap.

narasumber yg merupakan civitas UMN sendiri Melrose, terima kasih atas pujiannya. Persepsi

supaya tidak menimbulkan salah paham. Terima

yang positif sekali untuk Ultimagz dan tentunya

kasih.

itu menjadi ungkapan penyemangat bagi kami

Monika Evelin - Sistem Informasi 2012

untuk mempertahankan dan meningkatkan kerja kami supaya kamu dan pembaca lain semakin

Halo Monika, terima kasih atas pujian dan juga

nyaman untuk menyimak Ultimagz di berbagai

sarannya. Benar adanya, kalau kami juga selalu

kanalnya. Salam deadline!

berusaha untuk lebih kreatif setiap edisinya supaya bisa meningkatkan minat baca dari civitas academica UMN. Kemudian, tentu saja

SEJAUH INI, SIH, GUE SUKA sama majalah

akan kami beri tahu kepada para reporter untuk

Ultimagz, selalu update sama hal-hal baru, bahkan

bisa lebih giat mencari narasumber yang sesuai

gue jadi tau banyak informasi dan kegiatan di

dengan sudut pandang pemberitaan yang digarap.

luar sana karena liat instastories Ultimagz yang

Salam deadline!

U LT I M A G Z

1


ALMANAC Note–worthy moments of a month past

Kelahiran Bapak Proklamator Indonesia

Pesta sepak bola empat tahunan Piala Dunia 2018 resmi

Indonesia, Ir. Soekarno. Anak kedua dari pasangan Raden Sukemi

dimulai pada 14 Juni 2018 di Rusia, ditandai dengan upacara

Sorodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai, ia lahir dengan nama Kusno

pembukaan yang dilaksanakan di Stadion Luzhniki, Moskow.

Sosrodihardjo. Namun, setelah didera serangkaian penyakit,

Pembukaan tersebut turut diramaikan oleh beberapa bintang

ayahnya resmi mengganti namanya menjadi Soekarno.

ternama, termasuk penyanyi asal Inggris Robbie Williams.

Semasa hidupnya, pria yang akrab disapa Bung Karno ini dikenal

Mantan anggota band Take That ini menghibur para penonton

sebagai sosok yang berkarisma dan gigih dalam memperjuangkan

dengan membawakan tiga lagu hitnya, Let Me Entertain You, Feel,

kemerdekaan Indonesia dari belenggu Belanda. Segala rintangan

dan Angels, yang ia nyanyikan bersama penyanyi opera Rusia

yang menghadang tidak mematahkan semangatnya, termasuk

Aida Garifullina.

dua tahun di penjara dan delapan tahun pengasingan di Flores dan Sumatera.

Pemain sepak bola legendaris asal Brasil Ronaldo NazĂĄrio juga turut hadir memberikan kata sambutan di pembukaan

Setelah perundingan yang cukup lama bersama beberapa pihak,

yang dipenuhi oleh kurang lebih 81.000 penggemar sepak bola

termasuk dengan tokoh kemerdekaan dan sahabat karibnya Mohammad

ini. Pembukaan Piala Dunia tahun ini mempunyai konsep yang

Hatta, Soekarno berhasil memproklamasikan kemerdekaan tanah

berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

air pada 17 Agustus 1945 dengan mengumandangkan teks proklamasi di kediamannya, Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.

Penampilan musik mendapat sorotan lebih dan jarak antar upacara pembukaan dan pertandingan perdana juga dipersingkat,

Juga dikenal sebagai orator ulung, ia juga dikenal dengan

yakni hanya 30 menit saja. Laga perdana dimainkan oleh tim

pidato-pidatonya yang menggelegar dan membakar semangat

nasional (timnas) Arab Saudi dengan tuan rumah Rusia. Sementara

rakyat. Tragis di bulan yang sama, tepatnya 21 Juni 1970, Soekarno

itu, 32 negara dikonfirmasi akan bertanding di 12 stadion yang

meninggal dunia di usianya yang ke-69 sebagai tahanan politik

tersebar di 11 kota Rusia selama Piala Dunia 2018 berlangsung.

Orde Baru.

2

Pembukaan Piala Dunia 2018 di Moskow

6 Juni 1901 diketahui sebagai hari kelahiran presiden pertama

U LT I M A G Z


Juni-Juli 2018 Written by Audrie Safira Maulana

Penerbangan Perdana Luftschiff Zeppelin 1 Pesawat

terbang

berkonsep

balon

udara

Ledakan Bom di Hotel Ritz-Carlton dan JW Marriott

Zeppelin

Pada 17 Juli 2009 terjadi ledakan bom di dua hotel berbintang

diterbangkan untuk pertama kalinya pada 2 Juli 1900. Dibuat

di Mega Kuningan, Jakarta Selatan, yaitu Ritz-Carlton dan JW

oleh seorang jenderal dan ahli aeronautika asal Jerman

Marriott. Aksi teror ini merenggut sembilan nyawa dan melukai

Ferdinand Adolf Heinrich August Graf von Zeppelin atau yang

lebih dari 50 korban yang merupakan warga negara Indonesia

dikenal sebagai Ferdinand von Zeppelin, pesawat dengan nama Luftschiff Zeppelin 1 (LZ-1) tersebut mampu bertahan selama 18 menit di angkasa. Meskipun LZ-1 telah diselesaikan sejak 1899, Zeppelin memutuskan untuk menunggu hingga 1900 untuk menerbangkannya. Uji coba penerbangan perdana LZ-1 tidak sepenuhnya sukses, namun Zeppelin tetap berusaha untuk membangun pesawat terbang lainnya. Setelah membangun pesawat terbang

(WNI) dan warga negara asing (WNA). Ledakan berlangsung selama sepuluh menit pada pukul 07.47 hingga 07.57 pagi. Menurut saksi mata, dua buah bom diledakkan dengan perbedaan jarak waktu beberapa menit saja. Peristiwa yang terjadi sembilan hari sesudah pemilihan umum ini didalangi oleh kelompok teroris pimpinan Noordin M. Top. Teridentifikasi tiga orang pelaku bom bunuh diri di tempat

keempatnya yang dinamakan LZ-4, Zeppelin membangun

kejadian yakni Dani Dwi Permana dan Nana Ikhwan Maulana yang

perusahaan konstruksi pesawat yang dinamakan Luftschiffbau

meledakan diri, serta Ibrohim yang bertugas menyelundupkan

Zeppelin pada 1908.

bom ke dalam Ritz-Carlton.

Perusahaan tersebut mulai disibukkan dengan berbagai

Berdasarkan keterangan pihak kepolisian, terdapat sebelas

urusan kedirgantaraan ketika tentara Jerman memutuskan

pelaku lainnya yang turut membantu peledakan bom. Selain

untuk menggunakan pesawat Zeppelin dalam Perang Dunia

korban jiwa, insiden yang juga dikenal sebagai Bom Jakarta 2009

(PD) I. Lebih dari seratus unit pesawat telah digunakan di

atau Bom Mega Kuningan ini membuat tim sepak bola Inggris

medan pertempuran selama PD I. Saat ini, pesawat Zeppelin

Manchester United batal datang ke Jakarta untuk bertanding

umumnya digunakan untuk tujuan komersil, rekreasi maupun

dengan tim nasional Indonesia.

observasi.

U LT I M A G Z

3


EVENTS CALENDAR Juni - Juli 2018

1

/6

Hari Lahir Pancasila

4

U LT I M A G Z


EVENTS CALENDAR

2/6 Pre-Competition Concert by Ultima Sonora, Teater Sansekerta Universitas Prasetiya Mulya

3/6 Hari Pasar Modal Indonesia

24/6 Hari Bidan Nasional

29/6 Hari Keluarga Berencana

1/7 Hari Bhayangkara

5/7 Hari Bank Indonesia

12/7 Hari Koperasi Indonesia

22/7 Hari Kejaksaan

23/7 Hari Anak Nasional

28/7 Slapdash! 3.0 Festival

29/7 Hari Bhakti TNI Angkatan Udara

U LT I M A G Z

5


6

U LT I M A G Z


Membangun Kembali

Etika Bermedia Sosial yang Terlupakan By Anindya Wahyu Paramita & Audrie Safira Maulana Illustration by Steven Kosasih

D

i zaman yang kian erat dengan teknologi digital ini, media sosial dapat dikatakan telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari bagi sebagian besar orang. Berbagai macam kegiatan, mulai dari menjalin interaksi hingga menjalankan kepentingan bisnis sudah amat lazim dilakukan dalam jaringan (daring). Tak ayal, saat ini ranah daring pun juga dikenal sebagai ruang publik bagi masyarakat. Kemunculan berbagai kanal media sosial sebagai ranah publik, menurut Shita Laksmi, disebut sebagai hal yang terjadi secara alamiah. Asia Project Manager dari Diplo Foundation ini menjelaskan, fungsi internet saat ini memang telah berkembang dari one to many menjadi many to many, di mana informasi dan segala konten yang diunggah di sana dapat dengan mudah diakses oleh banyak orang, baik yang sudah saling kenal di dunia nyata ataupun tidak sama sekali. Kecenderungan orang yang semakin bergantung pada media sosial sebagai

wadah interaksi pun membuat realitas hidup bertambah. Bukan hanya realitas di kehidupan nyata, tetapi juga di dunia maya. Namun, ada kalanya ketika proses komunikasi di media sosial tidak berjalan dengan baik. Salah satunya disebabkan oleh kelalaian para pengguna dalam beretika di dalamnya. LITERASI MEDIA JADI KUNCI

Seiring dengan peningkatan penyebaran hoax, ujaran kebencian, hingga cyberbullying di media sosial secara masif membuktikan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia masih belum mempunyai kemampuan literasi media yang baik. Berdasarkan studi bertajuk World’s Most Literate Nations yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada 2016 silam, Indonesia berada di posisi ke-60 dari 61 negara. Posisi ini menunjukkan bahwa minat membaca yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia masih rendah. Akibatnya pun bisa ditebak, tanpa adanya literasi yang

U LT I M A G Z

7


COVER STORY

baik, pemahaman pengguna media sosial dalam menerima informasi yang ada pun menjadi lemah. Ujungnya, isu hoax, ujaran kebencian, hingga konten bermuatan penghinaan terhadap suku, agama, dan ras (SARA) menjadi begitu mudah untuk tersebar di Indonesia. Kurangnya pemahaman literasi juga membuat seseorang menjadi tidak dapat bersikap bijak dalam menggunakan akun media sosial. Seperti yang sudah kita ketahui, ragam media sosial sudah sepantasnya dimanfaatkan sesuai fungsinya. Sebagai contoh, Linkedin memiliki fungsi berbeda dengan Instagram ataupun Facebook. Masing-masing media sosial yang ada perlu dipergunakan secara bijak, mengingat media sosial saat ini juga menjadi tolok ukur kepribadian seseorang. “Saya pun kalau selesai interview orang, saya cek media sosialnya,” ucap Shita. Untuk mengatasi hal ini, mengubah pola pikir masyarakat, terutama warganet, menjadi hal yang

8

U LT I M A G Z

penting untuk dilakukan. Shita menyebut langkah utama yang bisa dilakukan untuk mengubah pola pikir adalah melalui pendidikan, baik pendidikan formal layaknya sex education yang diajarkan pada jenjang SD dan SMP, maupun pendidikan informal seperti pendidikan nilai dan moral. Melalui pendidikan, masyarakat diharapkan untuk bisa lebih bijak, serta mengerti segala peran yang ada dalam media sosial. Hal ini juga merupakan upaya dalam mencegah isu negatif yang dapat terjadi secara daring, seperti penyebaran hoax, ujaran kebencian, dan mempercayai setiap konten yang ada sebagai sebuah realita. “Tidak ada yang lebih sistemik yang bisa dilakukan untuk mengubah pola pikir, selain dari kurikulum pendidikan dari kecil. Cuma itu yang bisa dilakukan,” tegasnya. Di sisi lain, peran ke­ luarga juga dianggap penting dalam mem­ bangun pemahaman etika yang lebih baik untuk ber­interaksi di ranah media sosial, yang mana sebaiknya kemampuan literasi media sudah mulai diajarkan sejak dini. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak keluarga adalah menjauhkan gawai dari penggunaan anak tersebut sebelum menginjak umur yang ideal, tepatnya 13 tahun ke atas. Hal ini merupakan langkah yang penting karena selain merupakan titik awal, sang anak akan lebih siap untuk menghadapi banyaknya informasi dari berbagai macam sumber seiring bertambah usia.

Sayangnya, masyarakat cenderung meletakkan tanggung jawab dasar ini pada institusi pendidikan formal dan pemerintah. Peran tanggung jawab masyarakat untuk turut menerapkan nilai sosial di dunia maya seringkali dilupakan. Akibatnya, ketika banyak warganet menggunakan media sosial untuk kepentingan yang konotasinya negatif, pemerintah lah yang menjadi sasaran utama sebagai pihak yang dituding harus bertanggung jawab. “Ya enggak bisa, dong!” protes Shita sembari tertawa. “Ada berbagai macam layer yang mesti dilihat, jadi jangan gebyah uyah salahnya pemerintah semua,” Namun, regulasi menurut Shita tetap menjadi hal yang penting. Peran pemerintah tetap diperlukan untuk mengawasi keamanan data media sosial. Termasuk ketika ada indikasi terjadinya tindak kriminal yang merugikan banyak pihak. “Itu pemerintah kemudian harus turun tangan. Itu sudah bukan tugasnya orangtua lagi,” tukasnya. DUNIA MAYA CERMINAN DUNIA NYATA

Pada masa awal terciptanya media sosial, platform ini umumnya hanya digunakan oleh pengguna dengan latar belakang tertentu. Berbeda dengan kondisi saat ini, yang mana siapa pun bisa mengakses media sosial. Tak hanya bebas mengakses, data profil yang diberikan pun dapat dipalsukan secara leluasa. Misalnya, dengan mengganti usia, nama, atau dengan memajang foto orang lain. Dalam hal ini, pihak penyedia media sosial


COVER STORY

pun tidak memiliki kemampuan banyak untuk mengecek keaslian data setiap pemilik akun. Akibatnya, media sosial saat ini dapat dikatakan sebagai wadah berekspresi yang tak bebas nilai. Tidak dapat dipungkiri bahwa kebebasan berekspresi merupakan suatu hal yang tidak dapat dikompromi. Atas nama kebebasan berekspresi pula, warganet mengisi akun media sosial yang dimilikinya dengan beragam kon­ ten dan memberikan komentarnya di akun orang lain. Meski de­ mikian, setiap konten yang di­ unggah di media sosial sudah selayaknya tidak luput dari pemahaman bahwa setiap orang memiliki pandangan berbeda. Atas dasar itulah, Shita menganggap jika semua orang perlu menghargai perbedaan nilai dan karakter yang dimiliki tiap individu. Menanggapi sikap warganet yang kerap memberikan komentar negatif media sosial, ia menanggapi bahwa hal tersebut merupakan bagian dari realita hidup manusia. Oleh karena itu, agar bisa mengalami suasana berkomunikasi yang aman dan kondusif di ranah tersebut, masyarakat pun tak henti-hentinya diimbau untuk menjaga perkataan mereka yang dapat menyakiti satu sama lain. Hal ini juga berkaitan dengan masalah etika, di mana kita diajak untuk berpikir jika perkataan yang akan kita sampaikan memiliki kepentingan untuk orang lain atau tidak. Sudah seharusnya para warganet tetap mengindahkan etika sosial setiap kali melakukan interaksi di media sosial. Sebab, di balik perangkat digital yang digunakan tetap ada individu

yang perlu dihormati. Shita mengimbau agar masyarakat pengguna media sosial menerapkan sikap yang sama dengan di dunia nyata. Menghindari apa yang tidak mungkin dilakukan di dunia nyata menjadi nilai etika utama dalam bermedia sosial. “Kita tidak akan pernah bisa mengontrol kata orang ke kita. Jadi kalau kita mau hati-hati kita harus, berhatihati terhadap apa yang kita katakan ke orang lain,� ujarnya. Mengingat adanya garis tipis antara dunia maya dan nyata di generasi millenial ini, nilai dan hukum yang diusung dalam keduanya tentu memiliki persamaan yang signifikan. Tak hanya di Indonesia, namun hukum dan nilai tersebut juga telah disepakati secara internasional. Apa pun yang terjadi dalam dunia maya, baik positif maupun negatif, dapat terbawa ke dunia nyata dengan mudah karena adanya penyebaran informasi yang semakin luas. Meskipun demikian, hal ini pun dapat dikendalikan jika etika yang cenderung dilupakan dalam bermedia sosial dapat diterapkan kembali oleh masyarakat.

E D I T E D B Y G I L A N G FA J A R S E P T I A N

U LT I M A G Z

9


Media Sosial:

Tempat Berekspresi, Tempat Berkontroversi By Ariefiani Elfrida & Geofanni Nerissa Photo by Felisitasya & Devonseta

10

U LT I M A G Z


INFO INDONESIA

Media sosial kini mulai disalahgunakan yang dulunya dijadikan sebagai sarana untuk memperoleh informasi, kini berganti menjadi sumber hate speech

B

ERKEMBANGNYA teknologi digital

satu ciri khas dari blog. Biasanya, sebuah

konten dengan tulisan yang panjang mulai

nyatanya tidak terjadi dalam sekejap.

blog memiliki tema tersendiri. Yang pasti,

tergeser dengan pengguna media sosial

Dengan perkembangan sekecil apa

media blog dikuasai oleh para pembuat

awam yang tidak perlu membuat konten

pun, perilaku pengguna teknologi digital

konten yang benar-benar menuangkan

secara serius.

pun mungkin berubah seiring dengan

tulisan atau foto hasil karyanya sendiri.

“Sekarang zamannya memang sudah

kebutuhan masyarakat. Begitu pula dengan

Orang-orang yang berkomentar di blog pun

berbeda. Update status atau komentar saja

perkembangan internet dan media sosial

biasanya merupakan sesama blogger yang

sudah jadi konten saat ini,” ujar Pengamat

yang turut mengubah perilaku penggunanya.

benar-benar membaca dan paham maksud

Media Sosial Nukman Luthfie. Menurut

Pada akhir abad ke-20, Indonesia mulai

tulisan yang dikomentarinya. Inilah era

Nukman, era ini disebut juga dengan era

yang disebut dengan era creator.

conversationalist.

masuk pada era internet. Walaupun masih sangat terbatas dan belum sepopuler saat

Selain itu, situs forum seperti Kaskus

“Kalau dulu produsen, pembuat konten,

ini, internet menjadi salah satu media

juga menjadi tren pada awal berkembangnya

sekarang digeser oleh orang yang ‘cerewet’.

untuk manusia berkomunikasi. Masyarakat

internet di Indonesia. Orang-orang dengan

144 karakter cukup, ditambah caption foto,

Indonesia pada saat itu pun mulai mengenal

hobi dan minat yang sama saling berbagi

selfie lagi makan, itu semua mudah. Itu yang

media sosial yang bisa dikatakan sangat

dan mengomentari di situs yang awalnya

sekarang merajai media sosial menjadi suatu

berbeda dengan apa yang sudah berkembang

dibentuk sebagai forum informal mahasiswa

hal yang ringan,” imbuhnya.

hingga detik ini.

Indonesia di luar negeri ini. Yang mereka

Perubahan dari era creator ke

komentari jelas, yaitu hal-hal yang juga

conversationalist tentu saja bukan tanpa alasan.

menjadi hobi dan minat mereka.

Beragam media sosial yang berkembang

Awalnya, blog menjadi salah satu platform yang juga diklasifikasikan sebagai media sosial. Tulisan yang panjang menjadi salah

Berbeda dengan saat ini. Para pembuat

memliki ciri khas masing-masing. Kebanyakan

U LT I M A G Z

11


apa-apa yang mereka buat itu benar. Apalagi kalau dia menyerang seseorang. Seakan yang salah orang lain, pemerintah, atau siapa pun yang dikritik. Inilah orang-orang yang conversationalist, maunya komentar saja,” tambahnya. Untuk mengurangi komentar-komentar yang salah arah, Nukman berharap pengguna media sosial bisa lebih bijaksana dalam berkomentar. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan hanya mengomentari hal-hal yang memang kita pahami dan menjadi kompetensi diri. Ia menganalogikan beberapa hal, seperti bila seseorang paham dengan ekonomi, komentarilah isu ekonomi. Bila, seseorang paham politik, komentarilah isu politik. Hindari berbicara panjang lebar di bidangNukman Luthfie - Pakar Teknologi informasi dan Media Sosial

bidang yang tidak dikuasai untuk mencegah kesalahpahaman.

dari media sosial tersebut membuat

konten. Akhirnya komentarnya pun bukan

Sayangnya, komentar-komentar yang

fitur yang mendorong penggunanya untuk

komentar yang ‘semau gue’. Berbeda dengan

salah arah ini sangat mungkin berujung

menulis pendek. Sebut saja Facebook,

zaman sekarang yang semua orang ingin

pada cyberbullying. Karakter pengguna

Twitter, dan Path. Ketiganya seakan memang

mengomentari apapun hal yang dilihatnya,

media sosial di Indonesia seringkali hanya

mendorong penggunanya untuk menulis

padahal justru menjadi salah arah.

mengikuti mayoritas. Apa yang menjadi

status secara singkat. JANGAN ASAL BERKOMENTAR

“Tidak ada terobosan baru tanpa sisi

komentar mayoritas pengguna media sosial,

banyaknya komentar salah arah dari pengguna

maka kecenderungan untuk memberikan

media sosial diakibatkan oleh kompetensi

komentar negatif pun sangat besar terjadi.

membaca yang menurun.

“Kalau conservationalist itu memang

“Kebanyakan orang Indonesia itu kurang

cenderung asal ngomong. Nah, itu lucunya

Belakangan, jelas terlihat bahwa pengguna

membaca tapi suka komentar. Orang yang

media sosial karena karakter mayoritas

media sosial lebih cepat merespon konten

sulit membaca itu pasti menulis pun gagap.

pengguna di Indonesia pem-bully, kita akan

pengguna yang lain, salah satunya dengan

Makanya, maunya nulis A, eh ternyata

ikut rombongan,” jelas Nukman.

memberi komentar. Sayangnya, banyak

jadinya B,” tuturnya.

negatif,” tegas Nukman.

masyarakat yang justru salah kaprah dengan fungsi kolom komentar.

Seringkali komentar masyarakat justru

Selain itu, kebanyakan pengguna media

menyerang masalah personal, bukan konten

sosial yang banyak berkomentar juga tidak

yang dihasilkan. Sebagai contoh, kasus Bowo

Dahulu ketika blog sedang tren, orang

mau terbuka dengan pendapat orang lain.

sang ‘artis Tiktok’ berusia 13 tahun yang

yang memberi komentar adalah orang yang

Mereka merasa komentar merekalah yang

viral di dunia maya akhir-akhir ini. Alih-

biasa membaca dan juga menulis. Orang

paling benar.

alih berkomentar soal konten, masyarakat

tersebut setidaknya juga bisa membuat

12

Menurut Nukman, salah satu penyebab

U LT I M A G Z

“Orang di media sosial seakan merasa

justru banyak yang mem-bully Bowo dengan


INFO INDONESIA

komentar soal perawakannya, juga hal-hal

“Awkarin ingin dikenal sebagai selebgram.

yang ia lakukan di luar aktivitasnya membuat

Selebgram seperti apa? Selebgram yang sensual

konten Tiktok.

kan kira-kira? Apakah aslinya dia seperti

“Siapa pun dia itu kan berkreasi. Ada

itu, kita tidak tahu. Tapi dengan dikenal

tools namanya Tiktok. Jadi kalau dibahas

seperti itu pun dia mendapatkan banyak

ya bahas kontennya, itu boleh. Tapi kalau

rezeki di situ,” jelas Nukman.

sudah membahas ’Anak ini gaya banget jual

Tidak ada salahnya menggunakan media

tiket’ atau lainnya ya itu terserah. Bahas

sosial untuk kehidupan personal, seperti

kontennya boleh, tapi jangan mem-bully.

berkenalan atau membagikan kehidupan

Nah hal itu yang sering tidak dimengerti

pribadi ke publik. Namun sebagai pengguna

oleh orang di era conservationalist,” jelasnya.

yang bijak, hal itu harus dibarengi dengan memperhatikan personal branding yang

SERBA-SERBI PERSONAL BRANDING DI MEDIA SOSIAL

sesuai. Selain itu, penting untuk diingat

Media sosial di generasi ini juga dijadikan

bahwa apa pun yang dilakukan di dunia

sarana untuk melakukan personal branding.

nyata juga berlaku dalam media sosial.

Personal branding adalah bagaimana cara

Ia memberi contoh bahwa seorang

seseorang menampilkan di masyarakat.

atasan tidak boleh marah dan memaki anak

Dunia maya saat ini merupakan salah satu

buahnya di depan umum. Begitu pula di

tempat yang paling tepat untuk melakukan

media sosial, tidak seharusnya meluapkan

personal branding.

amarah dan mengeluarkan kata-kata yang

Dalam membangun personal branding,

tidak pantas.

Nukman mengungkapkan bahwa seseorang

Media sosial yang terisi dengan berbagai

harus terlebih dahulu menemukan nilai

macam orang dan konten di dalamnya pada

paling mendasar dari dirinya. Dengan kata

dasarnya merupakan wadah yang tepat

lain, kita harus menentukan apa yang ingin

untuk belajar. Bentuk pembelajaran di media

kita tunjukkan publik mengenai diri kita.

sosial dapat dilakukan dengan mengonsumsi

Personal branding sendiri tak melulu soal

unggahan-unggahan positif dan bermanfaat

menampilkan kebaikan di media sosial.

yang ada di sosial media. Selain itu, ketika

Dewasa ini, para pembuat konten di media

diri sendiri juga memiliki kelebihan tertentu,

sosial juga banyak menjual hal yang mungkin

hal tersebut berpotensi untuk dibagikan di

dianggap kurang baik. Namun, hal tersebut

media sosial guna memberikan pengetahuan

adalah pilihan karena pembuat konten akan

kepada orang lain.

menampilkan hal yang sekiranya dapat

“Di media sosial itu banyak hal yang

memberikan keuntungan lain, misalnya

bisa membuat kita belajar, antara lain di

secara materi.

situ ada orang-orang hebat. Kita bisa belajar

Salah satu contoh yang hingga saat ini

sama mereka. Ikutilah orang yang menjadi

masih sering digaungkan oleh warganet

idolamu dan memberikanmu ilmu bahkan

adalah selebgram Karin Novilda atau Awkarin

nilai tambah,” pungkas Nukman di akhir

yang mendapat banyak keuntungan dari

pembicaraan.

kontennya yang sering dicap negatif. EDITED BY RIDI F KHAN

U LT I M A G Z

13


Mahasiswa-mahasiswi UMN yang tertidur telah menjadi korban akun @umn.merem. Fenomena ini terjadi semenjak 13 November 2017 yang lalu 14

U LT I M A G Z


Noda Kebebasan Bermedia Sosial Mahasiswa By Diana Valencia & Theresia Amadea Photos by Robin Colinkang and Roberdy Giobriandi

U LT I M A G Z

15


INFO KAMPUS

I

MPLEMENTASI kebebasan berekspresi menjadi daya tarik terkuat sebuah media sosial di beberapa periode ke belakang. Layaknya sebuah mata uang, kebebasan berekspresi memiliki dua sisi yang tak terpisahkan. Selain demokrasi yang utuh, hal ini kerap menimbulkan tanya seberapa jauh batas yang ditetapkan sebagai kebebasan itu sendiri atau justru gangguan hak dan privasi orang lain. Sebagai kampus yang mengusung tajuk multimedia di dalamnya, Universitas Multimedia Nusantara memiliki mahasiswa yang terbiasa menggunakan media sosial. Di beberapa jurusan tertentu, terdapat pekerjaan rumah ataupun tugas yang memanfaatkan kekuatan dan interaktivitas media sosial. Meskipun demikian, di balik kontenkonten edukatif dan bermanfaat tersebut terdapat akun-akun yang dipertanyakan faedahnya. Bermaksud berguyon dengan menyuguhkan konten ‘lelucon’ di kalangan civitas academica UMN, akunakun ini malah terkesan menyebarkan pesan negatif.

BERLOMBA-LOMBA MENGUMBAR ‘AIB’

Berdasarkan pantauan Ultimagz, ditemukan beberapa akun Instagram yang mencatut nama dan logo UMN pada akun mereka, seperti @umn.merem dan @umn. jelek. Keduanya mengunggah konten yang mirip, yakni wajah mahasiswa UMN yang menggambarkan nama akun mereka. Akun @umn.merem menyuguhkan potret mahasiswa yang sedang tertidur di kelas. Dalam bio akun Instagramnya tertulis “Tag atau dm foto temen-temen UMN kamu yang tidur di kelas, biar gak tidur lagi.. Barangkali abis dipost, dosen di depan lebih diperhatikan”. Sampai artikel ini dipublikasikan, akun @umn.merem memiliki 1.291 pengikut dengan mode privat. Serupa tapi tak sama, akun @umn.jelek tampak lebih ofensif dibandingkan dengan akun @umn.merem. Unggahan konten akun ini berisi wajah-wajah mahasiswa UMN yang ‘dinilai jelek’ oleh sang admin. Tak lupa, foto-foto ini dibumbui dengan

16

U LT I M A G Z

keterangan yang berisi sarkasme. Admin akun-akun tersebut tidak bekerja sendiri. Dengan menggunakan metode urun daya (crowdsourcing), akun ini mampu memperoleh foto-foto yang akan diunggah di akun Instagram mereka. Secara sederhana, metode urun daya merupakan sebuah cara mendapatkan informasi (berupa teks, gambar, atau video) dari masyarakat luas. Mahasiswa bebas mengirimkan foto korban ke akun tersebut melalui fitur direct message Instagram. Pada umumnya, pengiriman foto ini disertai dengan nama dan jurusan/program studi sang korban. Setelah itu, akun ini akan mengunggah foto tersebut. Uniknya, terkadang si korban pun tidak mengetahui siapa orang yang mengirimkan fotonya ke admin dan hanya mengetahui tiba-tiba wajahnya berada di akun tersebut. Kejadian ini dialami oleh mahasiswa Sistem Informatika Agga Pagunnata. Potret dirinya saat tertidur di kelas masuk dua kali ke dalam akun @umn.merem. Ia mengakui bahwa dirinya memang tak bisa menahan kantuk saat pelajaran sedang berlangsung. Namun, mahasiswa angkatan 2017 ini tak menyangka fotonya akan diunggah dan dijadikan bahan tertawaan orang lain. “Begitu tahu, saya terkejut kenapa ada foto saya di akun tersebut dan foto saya tidur sudah dua kali masuk. Mau bagaimana lagi saya kurang tahu siapa yang meminta admin untuk memposkan foto saya tertidur. Meminta admin untuk menghapus juga tidak ada gunanya, karena sudah banyak orang yang melihat,” keluh Agga. Agga meyakini bahwa foto yang sudah tersebar di media sosial pasti akan meninggalkan jejak dan foto sejenis itu justru akan menjadi aib bagi para korban. “Jika terkuak di masa depan, foto aib ini akan membuat malu para korban,” sesalnya. Tak semua korban merasa dirugikan seperti Agga, Kevin Fatli salah satunya. Mahasiswa jurusan Jurnalistik 2017 ini juga pernah diunggah fotonya ke akun @ umn.jelek dan saat melihat fotonya yang

diunggah di akun tersebut, hal itu malah membuatnya tertawa. Kendati demikian, Kevin sesungguhnya khawatir dengan konten foto lelucon ini. “Memang ini termasuk cyberbullying tapi tidaklah keras. Tapi bisa menjadi akar penyebab bullying. Analoginya posting-an yang ada menjadi bahan ledekan temantemanya, bagi yang tidak begitu peduli maka dia akan baik-baik saja, tetapi bagaimana dengan mahasiwa yang tidak mampu menerima perlakuan seperti itu?” urai Kevin. Akhir Juni 2018, Ultimagz sudah mencoba untuk mewawancarai admin atau si pembuat dari akun-akun ini untuk mengetahui tujuan sesungguhnya akun ini dibuat. Permintaan wawancara telah dikirimkan melalui direct message, namun sampai berita ini diturunkan, pesan tersebut hanya dibaca dan tak digubris oleh admin akun tersebut. Demikian pula dengan akun @ umn.jelek. Ultimagz juga berusaha mewawancarai admin akun tersebut melalui direct message, yang juga tidak ditanggapi. Namun, @umn.jelek bereaksi dengan menghapus jejaknya dengan menon-aktifkan akunnya. Diperkirakan akun ini dimatikan pada awal Juli 2018. KAMPUS: PIKIRKAN SEBELUM MENGUNGGAH

Menanggapi gerak-gerik kedua akun ini, Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Andrey Andoko menekankan bahwa perkembangan teknologi tidak bisa semata-mata disalahkan. Hal ini karena pada hakekatnya, teknologi bersifat netral. Pria yang memiliki gelar master di bidang Computer Science ini menegaskan setiap mahasiswa harus memahami penggunaan media sosial dengan bijak. Terlebih jika mencatut nama dan logo UMN, yang penggunaannya harus memperoleh izin terlebih dahulu. “Akun-akun seperti ini memang tidak mudah dikontrol. Hanya saja, bila menggunakan logo UMN tanpa izin, itu yang tidak diperbolehkan,” tegas Andrey. Terkait foto-foto mahasiswa yang diunggah di akun-akun tersebut, Andrey


INFO KAMPUS

Kevin Fatli, salah satu korban @umn.merem menyatakan pendapatnya tentang akun @umn.merem

mengatakan bahwa hal tersebut tidak bisa dikategorikan sebagai pelanggaran. “Mungkin hanya untuk iseng-iseng. Sepanjang tidak menampilkan foto yang seronok, yang mengarah kepada pornografi,” ia berpendapat. @umn.merem dan @umn.jelek juga diduga melakukan pelanggaran privasi orang-orang yang fotonya diunggah. Meski demikian, dugaan tersebut tidak bisa dikatakan benar dan bisa diperdebatkan. Kampus pun lebih fokus untuk mengedukasi mahasiswa untuk menggunakan media sosial yang beretika. Perpustakaan UMN setiap tahunnya mengadakan pelatihan literasi informasi yang bertujuan agar mahasiswa mampu mencari informasi dan memanfaatkan berbagai fasilitas di internet dengan bijak. Tak hanya itu, pria yang pernah menjabat sebagai Manager IT Development Harian Kompas ini juga mengimbau mahasiswa UMN untuk menerapkan prinsip ‘think before posting’. Segala konten yang diunggah ke internet akan membentuk jejak digital yang abadi. Jejak digital menjadi krusial karena dalam dunia profesional saat ini digunakan untuk menilai eligibilitas seseorang dalam proses rekrutmen pekerjaan. “Banyak perusahaan ketika melakukan

rekrut karyawan baru akan melacak jejak digital calon karyawannya. Perilaku di socmed ini akan menentukan diterima atau tidak oleh perusahaan. Jadi, ya harus bijak. Gunakan untuk hal positif, bermanfaat, inspiratif, kadang fun,” pesannya. BERLINDUNG

DI

BALIK

TAMENG

SEMU

‘KEBEBASAN’

Fenomena mempermalukan orang lain sudah berakar sejak ribuan tahun silam. Tirto.id dalam artikelnya berjudul RamaiRamai Memperolok Orang di Media Sosial menuliskan dalam buku Disiplin Tubuh (LkiS, 1997) memaparkan pemikiran Foucault mengenai kegemaran masyarakat abad 17 dan 18 menonton penyiksaan yang kejam. Kemudian, pada perkembangannya hal ini bergeser dari penyiksaan fisik menjadi penyiksaan psikologis, termasuk di dunia digital. Guru Bimbingan Konseling SMA Stella Duce 1 Yogyakarta Ax. E. Supriyatiningsih berpendapat bahwa tindakan yang dilakukan akun-akun ini sudah bisa dikategorikan sebagai bentuk perundungan (bullying), perundungan siber (cyberbullying) secara spesifik. “Menurut psikologi, memang hal tersebut sudah dikategorikan bullying karena sudah mendiskreditkan seseorang,

seperti memojokkan, menjelek-jelekkan, mengintimidasi, dan lain-lain,” jelas perempuan yang akrab disapa Susi ini. Ia menambahkan bahwa kekerasankekerasan psikologis seperti ini dapat membuat korbannya merasa tidak nyaman, tidak percaya diri, marah, kecewa, dan malu. Berbagai faktor memengaruhi mudahnya orang mengolok-olok orang lain di internet. Mengutip Tirto.id, pegiat Forum Demokrasi Digital Damar Juniarto memaparkan bahwa ada ilusi kebebasan di internet yang meyakini bahwa seseorang mampu berbuat apa saja dan tidak memiliki tanggung jawab atas apa yang dilakukan di dunia internet karena dianggap sebagai dunia yang tidak nyata. Patut dicermati bahwa kebebasan ini diartikan sebagai sebuah ilusi, sebab perbuatan di dunia maya mampu berdampak di dunia nyata. Keduanya terkait dan tak dapat dipisahkan, namun memang kemampuan anonimitas di dunia maya (berperan sebagai karakter yang bukan karakter dirinya di dunia nyata) kerap menjadi tameng yang membuat masyarakat semakin mudah melakukan apa pun termasuk perundungan siber dan online shaming. Maka dari itu, menjadi tanggung jawab bagi pihak-pihak yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan untuk membantu mengedukasi dalam bentuk literasi media sosial. Selain memikirkan matang-matang konten yang akan diunggah di media sosial, sudah sepatutnya kanal-kanal media sosial dimanfaatkan secara positif. “Sebaiknya socmed digunakan untuk hal positif seperti kegiatan mahasiswa yang bisa memberi inspirasi,” imbau Andrey menutup percakapan.

E D I T E D B Y C H R I S T I A N K . YA N G

U LT I M A G Z

17


PROSESI ABUABU PROMOSI BERBAYAR DAN AMBISI PANITIA DANA by Felix, Hilel Hodawya Photo by Ezra Pradipta, Rafaela Chandra

18

U LT I M A G Z


OPINI INTERNAL

T

idak bisa dipungkiri lagi, kesuksesan

Jadi, usaha-usaha untuk mencari dana dan

sebuah acara, bergantung dengan

memenuhi kebutuhan dana, merupakan

seberapa besarnya dana yang

tanggung jawab tim dana, tanpa perlu

dikeluarkan pihak panitia. Dana kurang,

menyusahkan panitia lainnya untuk campur

acara gagal. Seakan-akan menghindari

tangan dalam urusan paid promote.

istilah tersebut, para panitia berlomba-

Selain itu, mengunggah materi paid

lomba mencari cara baru guna memenuhi

promote di saat yang bersamaan akan me­

kebutuhan akan dana. Mulai dari mencari

nimbulkan ketidaknyamanan bagi pemilik

fresh money dari sponsor, hingga cara

akun yang tidak bersangkutan dengan

yang terbaru, yaitu menyediakan jasa paid

panitia acara. Apalagi, Ultigraph terbuka

promote di media sosial para panitia yang

untuk seluruh prodi sehingga memiliki

bersangkutan mereka lakukan.

jumlah panitia yang cukup banyak. Apabila

Kegiatan paid promote sebenarnya

seluruh panitia mengunggah di waktu yang

menjadi sistem pencarian dana baru yang

bersamaan, timeline media sosial akan terasa

efektif. Hal ini merupakan cara baru untuk

penuh dan menimbulkan kesan ‘nyampah’.

memaksimalkan media sosial, terutama di

Sistem paid promote sebenarnya tidak

tengah kalangan mahasiswa yang sangat

benar-benar membawa keuntungan bagi

aktif menggunakan media sosial. Usaha

klien apabila promosi hanya dilakukan di

yang dibutuhkan pun tidak terlampau

kalangan panitia acara. Konsumen yang

sulit karena tidak seperti upaya pencarian

nantinya akan melihat promosi tersebut

dana lainnya, sistem paid promote tidak

terbatas di kalangan mahasiswa saja,

membutuhkan modal.

membuat penyebaran promosi menjadi

Namun, meski dinilai efektif, sistem

tidak efektif. Apabila panitia yang terus

paid promote tidak diberlakukan dalam ke­

menerus mempromosikan di akun mereka

panitiaan Ultigraph 2017. Alasan utamanya

sendiri, maka pengikut yang akan melihat

adalah karena komitmen dan beban pekerjaan

materi promosi tersebut juga terbatas pada

yang telah disepakati sejak awal. Pencarian

segelintir akun saja. Hal ini juga menjadi

dana merupakan tanggung jawab divisi dana

salah satu pertimbangan untuk tidak

dan tidak seharusnya melibatkan panitia

memberlakukan sistem paid promote di

dari divisi lain.

kepanitiaan Ultigraph 2017.

Masing-masing divisi dalam suatu kepanitiaan memiliki beban kerjanya

PENGELOLAAN PROMOSI BERBAYAR YANG

sendiri. Meskipun kita saling membantu,

KURANG TERSTRUKTUR

tapi mencari dana terkhusus ditujukan

Sebelumnya, tidak banyak kepanitiaan

sebagai pekerjaan utama divisi dana. Paid

di UMN yang menggunakan sistem paid

promote membutuhkan banyak pengikut

promote untuk mencari dana. Sistem ini

di media sosial untuk meningkatkan daya

merupakan sistem yang baru dan kreatif.

tarik bagi klien. Membawa panitia divisi

Awalnya, pencarian dana dengan paid promote

lain ikut serta bisa terasa menyusahkan.

memang terlihat sangat baik. Sayangnya,

U LT I M A G Z

19


Koordinator Dana Ultigraph 2017, Josephine

20

banyak kepanitiaan yang tidak mengelola

menerapkan hal yang sama untuk pencarian

promosi yang sama di media sosialnya.

sistem promosi berbayar ini dengan efektif.

dana. Namun, di ITB pengelolaan sistem paid

Hanya beberapa panitia saja yang terpilih

Misalnya, ketika sedang melakukan

promote sedikit berbeda dengan UMN. Ketika

dan melakukan promosi secara bergilir.

promosi, hampir semua akun panitia yang

hendak melakukan paid promote, panitia

bersangkutan mengunggah materi promosi

akan terlebih dahulu menginformasikan

MEMPERTAHANKAN PROMOSI BERBAYAR

di waktu yang bersamaan. Hal itu sebenarnya

kepada klien tentang sistem pengunggahan

DENGAN SISTEM TERENCANA

sedikit menyebalkan. Meski paid promote

setiap harinya. Dimulai dari berapa banyak

Promosi berbayar yang dilakukan oleh

merupakan hal yang baik, sistem ini akan

akun yang akan berpromosi setiap harinya,

pihak panitia divisi dana, memang tidak bisa

menjadi tidak menyenangkan apabila

berapa total jumlah promosi, dan jam

lagi dipungkiri karena tuntutan tunjangan yang

pengelolaannya pun tidak direncanakan

berapa saja promosi akan dilakukan. Klien

besar di mana harus terpenuhi sesuai target.

dengan terstruktur. Seharusnya panitia

pun memiliki kesempatan untuk memilih

Tidak ada kata lain selain memperbaikinya,

bisa mengatur berapa post yang harus

target akun untuk promosi dan jam berapa

selagi cara tersebut masih dipertahankan

dilakukan setiap harinya dan siapa saja

saja yang dianggap efektif.

oleh banyak kepanitiaan sekarang ini. Bukan

yang mendapat jatah untuk posting hari itu.

Sistem paid promote yang terkelola dengan

dari UMN saja, melainkan kepanitiaan di

Hal ini bertujuan agar tidak menimbulkan

baik tidak hanya membawa kenyamanan

luar yang mungkin juga dengan terpaksa

overload di timeline akun-akun lain. Selain

bagi pengguna media sosial, tetapi juga

menggunakan.

itu, pengelolaan seperti ini juga lebih efektif

lebih menguntungkan bagi klien. Promosi

Pemberlakuan dalam memperbaiki sistem

bagi para klien.

menjadi lebih efektif, tidak terlalu berlebihan,

paid promote menjadi awalan yang tepat. Pada

Tidak hanya panitia penyelenggara acara

namun tetap membawa hasil maksimal

sistem terencana ini mengharuskan seluruh

di UMN, banyak kampus-kampus lain yang

untuk keperluan dana acara. Selain itu, para

pihak koordinator divisi mendiskusikan

juga memanfaatkan sistem paid promote.

panitia juga memiliki akun tersendiri yang

bagaimana pengaturan yang baik dalam

Contohnya di Institut Teknologi Bandung

dikhususkan untuk melakukan promosi.

melaksanakan promosi berbayar yang

(ITB), panitia penyelenggara wisuda pun

Tidak semua panitia selalu mengunggah

partisipannya adalah seluruh anggota

U LT I M A G Z


OPINI INTERNAL

kepanitiaan tersebut. Dengan dipimpin

kepanitiaannya sendiri menghasilkan output

sale dan bazar, hingga penjualan makanan

oleh panitia Hubungan Masyarakat (Humas)

sebuah akun sendiri, yakni akun media

atau merchandise.

dan Dana, komunikasi dan regulasi promosi

sosial milik acara tersebut yang dikhususkan

Dengan bereksplorasi dari tiap cara

berbayar ini seharusnya dapat menghasilkan

untuk mentautkan iklan promosi dari klien.

pengumpulan dana tersebut, dapat dikatakan

sistem tersendiri dari kepantiaan dengan

Sebagaimana yang diketahui bahwa media

melahirkan kreatifitas yang lebih lagi di

mempertimbangkan banyak faktor dan

sosial akun pribadi para panitia juga adalah

paruh kinerja-kinerja berikutnya. Meski

pihak yang diuntungkan.

barang lunak yang bersifat privasi dan

aktivasi dan eksistensi paid promote dalam

Meski masih berkelut dengan mem­

menilai setiap individu punya wewenangnya

mengumpulkan uang dana acara terbilang

pertanyakan keefektifan cara peng­umpulan

sendiri dalam mengatur feeds atau isi konten

mudah, namun setelah ditelaah dan geledah,

dana seperti ini, namun terlebih dahulu

media sosialnya.

prosesi ini juga menghasilkan sisi negatif

harus ada sistem pendukung yang jelas.

Dari sistem yang sudah terencana dari

yang justru cenderung mayor dibandingkan

Seperti halnya dalam pengatur posting, yakni

awal, dilandaskan dengan komunikasi yang

keefektifan secara positifnya. Pun, segala

termasuk konten yang ditampilkan tidak

baik dan kesepakatan bersama, maka prosesi

cara, baik itu berjualan makanan ataupun

boleh monoton dan dapat dibuat bergilir

paid promote sendiri dapat dijalankan sesuai

kegiatan promosi berbayar, semua dilakukan

yang teratur sesuai dengan kesepakatan

dengan harapan semua anggota panitia dalam

kembali demi satu tujuan pada awal komitmen

bersama seluruh panitia. Ini juga ditunjang

acara yang sudah menjadi rancangan kerja.

bersama, yakni acara yang terselenggara

oleh demokrasi dalam sebuah kepanitiaan

Di lain sisi, ada baiknya juga tidak hanya

dengan baik.

atau organisasi yang mengadakan acara.

berpegang dari cara promosi berbayar ini,

Dengan keberagaman konten tampilan

namun pula bereksplorasi di lahan-lahan

promosi iklan berbayar ini, dipastikan tidak

pasar lainnya terkait pengumpulan dana.

melulu menjadi sebuah ‘sampah’ di timeline

Cara lain, sudah sering diterapkan, yang

media sosial. Promosi iklan berbayar ini

dapat digunakan sebagaimana pemenuh

juga akan lebih baik apa bila dari pihak

finansial acara adalah pengadaan garage

EDITED BY RIDI F KHAN

U LT I M A G Z

21


Jadikan Media Sosial Sarana Edukasi Pengetahuan Mode By Bhisma Setia Diandra, Influencer mode dan Founder Batu Dyed Goods Rewritten by Christian Karnanda Yang Photo by Billy Dewanda

22

M

ENGALAMI sendiri kekuatan

untuk menggunakan barang yang sama.

mode mahal tersebut. Mereka perlu

sosial media bagi diri sendiri dan

Namun, dengan kemampuan ekonomi

memposisikan diri sebagai inspirasi yang

bisnis mode yang sedang dirintis, cukup

yang tidak setara, banyak yang mencari

menyatakan bahwa gaya mode mereka

disayangkan bahwa di sisi lain, media

jalan pintas yang instan untuk bergaya

bisa direalisasikan tanpa perlu membeli

sosial memberikan pengaruh buruk bagi

dengan budget yang pas-pasan, yakni

barang-barang mahal, terlebih lagi dengan

penggunanya. Secara umum, terlihat

dengan menggunakan barang palsu,

membeli barang palsu.

bahwa saat ini banyak pihak-pihak tidak

yang merupakan solusi yang salah

Orang-orang berpengaruh di sosial

bertanggungjawab yang menggunakan

dan menyuburkan tindak kejahatan

media ini bisa menggunakan platform

media sosial sebagai sarana menyebar

intelektual.

yang mereka punya untuk menyebarkan

kebohongan. Informasi-informasi

Di satu sisi, memang menjadi hak para

pesan yang lebih positif tentang fesyen.

yang bebas berseliweran, dimanipulasi

influencer ini untuk menunjukkan gaya

Berpakaian sesuai dengan kemampuan

sedemikian rupa guna menyebarkan berita

berpakaiannya sesuai dengan rancangan

dan yang terpenting adalah berpakaian

palsu.

kontennya. Namun, sebagai figur publik

dengan nyaman. Jangan jadikan gaya

Sementara itu, di bidang mode dan

mereka juga mempunyai tanggungjawab

berpakaian untuk hanya mengesankan

gaya hidup, media sosial juga memiliki

sosial untuk mengedukasi pengikut-

orang lain.

andil tersendiri untuk menyuburkan

pengikutnya. Sebab, bila konten seperti

Selera berpakaian harus sesuai dengan

kepalsuan lainnya, yakni produk mode

ini ditelan mentah-mentah, pengikut-

karakter dan terlebih dahulu harus disukai

palsu. Dengan banyaknya fashion influencer

pengikut yang menjadikan mereka

oleh diri sendiri. Dengan begitu, secara

yang memiliki modal dana yang banyak,

panutan akan menghalalkan segala cara

alami terbentuk signature style yang khas

media sosial Instagram menjadi ajang

supaya bisa meniru idolanya guna mencari

dan diingat oleh orang lain. Barulah, dari

untuk memamerkan barang-barang

pengakuan dari orang-orang di sekitarnya.

rasa nyaman dan percaya diri, orang-orang

fesyen mewah mereka, yang kemudian

Maka, ada baiknya para influencer

akan terkesan dengan aura positif yang

tidak disikapi dengan bijak oleh para

yang punya gaya fesyen yang modis dan

followers atau pengikutnya.

terpancarkan.

mahal memberikan pengertian kepada

Lebih lanjut, sosial media juga bisa

Melihat idolanya menggunakan baju

pengikutnya bahwa jangan menutup

digunakan oleh para opinion leader ini

atau sepatu bermerek, timbul keinginan

mata dan terbutakan oleh produk-produk

untuk mempromosikan produk mode lokal

U LT I M A G Z


OPINI EKSTERNAL

dengan mudah tanpa perlu dideskripsikan secara rumit. Biarkan gambar berbicara dan calon pembeli yang menilai. Maka dari itu, bisa dibilang media sosial memiliki andil yang besar dalam membentuk bisnis yang baru dimulai pada awal 2014 silam. Pada akhirnya, sosial media memiliki banyak potensi untuk menjadi sarana menyebarkan informasi-informasi yang berguna dalam konten-konten yang edukatif dan positif. Menjadi keinginan untuk rekan-rekan influencer agar Bhisma S. Diandra, pemilik clothing brand Batu Indigo Dyed Goods (akun Instagram @batu_dyedgoods)

menyadari kekuatan pembentukan opini yang dipegang.

denim dengan penjelasan komprehensif.

Oleh karena itu, sudah selayaknya

berpakaian yang modis dan keren. Dengan

Kemudian, di luar bidang mode,

meningkatkan edukasi sesuai dengan tema

produk yang tepat, mix and match yang

terdapat dua bidang lain yang juga digeluti

dan konsep konten yang disajikan. Tidak

sesuai, produk lokal dapat terlihat semodis

karena minat yang sudah terbentuk sejak

hanya membagikan foto, gaya hidup, atau

barang-barang dengan harga berkali-kali

lama yakni fotografi dan videografi.

hal-hal bersifat material lainnya, tetapi

lipat di atasnya.

Beberapa kali hadir konten-konten yang

juga pengetahuan-pengetahuan yang

berkaitan dengan tips dan trik dalam

penting. Jadikan sosial media sebagai

MANFAATKAN SOSIAL MEDIA UNTUK SEBARKAN

mengolah foto dan video, seperti kiat

platform yang positif bagi para pengikut.

HAL POSITIF

menyunting foto dengan aplikasi ponsel.

sebagai alternatif dalam menciptakan gaya

Di luar permasalahan ini, sudah

Demikian pula dengan bisnis mode

sepatutnya untuk menjadikan sosial

yang saat ini sedang dirintis, Batu Dyed

media sebagai sarana untuk menyebarkan

Goods. Menawarkan pakaian dengan

hal-hal yang disukai secara pribadi.

teknik pewarnaan indigo alami, produk-

Dari menyebarkan hal-hal yang disukai

produk yang dihasilkan memiliki pesona

tersebut itulah, secara otomatis akan

estetika visual yang kuat karena perpaduan

terbentuk konten-konten yang positif,

unsur tradisional dan modern dalam

edukatif, menghibur, sambil membentuk

pakaian yang dijual.

personal branding yang relatif lebih mudah dibentuk dengan kekuatan sosial media.

EDITED BY CHRISTIAN K. YANG

Maka dari itu, media sosial seperti Instagram, khususnya berkontribusi

Sebagai fashion influencer yang

untuk membantu mengembangkan bisnis

memiliki spesialisasi di bidang denim,

ini sejak awal. Media sosial memudahkan

menjadi sebuah kesenangan hati untuk

seseorang untuk membangun bisnis

mengedukasi followers tentang denim yang

dari nol. Tanpa perlu mengeluarkan

luas dan kompleks, juga tentang fesyen.

biaya sedikit pun, seseorang bisa

Fesyen lokal secara spesifik. Penyajian

melakukan promosi produk secara gratis.

konten pun berupa foto produk lokal

Mengenalkan produk ke target pasar yang

dengan deskripsinya, foto outfit of the day

dituju hanya dengan bantuan tagar.

yang menggunakan pakaian dari merek

Dengan kekuatan foto, sisi menarik

lokal, begitu pula dengan foto anatomi

produk dapat ditunjukkan dan dijual

U LT I M A G Z

23


Mereka yang Berada di Balik Layar Media Sosial By Stefanny Photo by Dok. Pribadi

S

EJAK kemunculannya media sosial di Indonesia, kita seringkali mendengar sebuah pekerjaan bergelar “admin” yang konon katanya pekerjaan ini, memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup sebuah akun instansi atau organisasi di media sosial. Admin, menjadi sebuah pintuk masuk dan keluarnya berbagai informasi dari media sosial kepada khalayak luas atau sebaliknya. Kini, pekerjaan admin bisa dianggap sebagai pekerjaan yang cukup strategis dan vital bagi sebuah organisasi maupun instansi dan perseorangan. Walaupun pekerjaan mereka terlihat mudah karena hanya berkutat dengan media sosial, komputer jinjing dan ponsel, tanpa mereka, banyak organisasi, instansi atau perseorangan yang mungkin akan kelabakan dalam mengurus beberapa media sosial sekaligus. Menjadi seorang admin profesional pun tidak mudah. Terdapat beberapa kualifikasi yang wajib dipenuhi dan aturan-aturan yang harus ditaati. Jika tidak, mungkin saja, kejadian salah satu admin Twitter Jokowi yang mengunggah cuitan mengenai JKT48 akan terus terulang. Di sebuah institusi pendidikan

24

U LT I M A G Z

seperti universitas pun, keberadaan admin sangatlah penting, guna menjadi jembatan informasi yang ingin disampaikan institusi ke masyarakat luas. Entah itu penting atau tidak bagi mereka, mereka diwajibkan untuk selalu profesional dan bisa menjawab pertanyaan yang suatu saat diajukan oleh masyarakat. CERITA ADMIN BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM) UMN

“Dukanya menjadi seorang admin di organisasi vital kampus sih mungkin kapasitas telepon genggam yang kita gunakan suka overload dengan materi yang masuk. Ada juga yang promosi tidak pada tempatnya, protes dengan menggunakan bahasa kasar dan tidak senonoh dan ada juga yang menghubungi admin di waktu yang tidak seharusnya. Sisi sukanya itu sebagai admin kita bisa berinteraksi dengan orang banyak, membina relasi dengan organisasi yang berada diluar UMN,” cerita Marcia Hadisurya yang kini menjadi sebagai Koordinator Hubungan Relasi Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara (BEM UMN) periode kerja 2017-2018. Gadis yang akrab dengan sapaan

Cia ini juga yang memilih untuk turun langsung menjadi admin BEM. Di bawah divisi Public Relation BEM. Menurut Cia, keberadaan seorang admin sangat penting bagi kelangsungan sebuah organisasi, karena melalui admin semua informasi dan pertanyaan serta interaksi BEM kepada Mahasiswa, maupun Mahasiswa ke BEM. “Saya pribadi yang mengajukan diri sebagai admin Instagram BEM. Semua media sosial yang dimiliki BEM memang berada dalam divisi Public Relation,” ujarnya. Walaupun tidak ada syarat yang ditentukan atau wajib untuk diikuti dan dipatuhi, namun Cia dituntut untuk bekerja profesional karena mereka berada dalam divisi yang menjadi pintu utama informasi baik eksternal maupun internal. Kemampuan untuk berkomunikasi yang baik, mampu menghadapi orang-orang yang berbeda dengan profesional dan berkoordinasi dengan baik menjadi nilai utama yang dicari dalam diri setiap admin. “Saya tidak pernah menyesal menjadi seorang admin BEM karena banyak hal yang saya bisa pelajari untuk pengembangan diri saya ke depannya,” tutup Marcia.


SOSOK INTERNAL

MENJADI ADMIN MEDIA SOSIAL I’M KOM

Lain lagi dengan ceritanya Samuel Go yang sudah memegang media sosial milik organisasi Fakultas Ilmu Komunikasi UMN, I’M KOM. “Cerita awalnya adalah dikarenakan saya dipercayakan oleh ketua I’M KOM Gen 8 untuk menjadi koordinator Public Affairs Internal yang memiliki tugas salah satunya adalah untuk meningkatkan efektifitas dari media sosial yang dimiliki I’M KOM. Sebenarnya admin dari I’M KOM bukan hanya saya seorang akan tetapi ada teman-teman dari divisi Akademik juga yang ikut membantu untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan akademik,” kata Samuel membuka percakapan. Hampir senada dengan Marcia, menurut Samuel, menjadi admin media sosial I’M KOM memiliki tugas utama untuk memantau sekaligus menjadi sumber utama semua informasi yang dibagikan oleh I’M KOM kepada mahasiswa. Seorang admin juga harus memiliki kepandaian dalam merangkai katakata yang formal, mudah dimengerti, informatif dan tidak berputar-putar ketika menyebarkan informasi atau menjawah pertanyaan. “Terlebih menjadi admin I’M KOM yang merupakan himpunan dari Fakultas Ilmu Komunikasi UMN. Sudah sewajarnya seorang admin memiliki penggunaan dan pengetahuan tentang bahasa yang baik dan benar. Selain itu menjadi seorang admin sangat perlu memiliki pemahaman yang luas, walaupun informasi tersebut dianggap kurang berguna bagi diri sendiri. Contohnya, saya sendiri masih berada di angkatan 2016, namun sebagai admin I’M KOM, saya juga harus belajar dan mengertis selukbeluk tentang magang yang dijalankan oleh angkatan atas dengan baik dan benar,” lanjut Samuel ketika dihubungi lewat pesan singkat. Baginya, menjadi admin I’M KOM memiliki suka dukanya tersendiri. Ia menceritakan sebuah kejadian unik yang pernah ia alami saat membantu Mahasiswa Ilkom untuk mengisi kartu rencana studi (KRS). “Kita membantu mengajukan untuk pembukaan kelas baru atau senior yang ingin extend dan semacamnya. Hal yang lucu adalah ketika orang-orang mengira bahwa I’M KOM punya wewenang untuk membukakan kelas baru. Padahal, kami hanya membantu mengajukan saran dan permintaan itu ke prodi bersangkutan,” ujarnya. Dari semua kejadian yang pernah dialami Samuel sebagai admin media sosial I’M KOM, ia bersyukur bisa menjadi solusi bagi mereka yang memiliki masalah walaupun berperan kecil seperti hanya menyampaikan informasi atau menjawab

Samuel Go, Koordinator Public Affairs Internal I’M KOM Gen 8

pertanyaan yang terkadang juga dibantu oleh kawan-kawannya di I’M KOM. “Saya secara pribadi tidak pernah menyesal terpilih menjadi admin media sosial milik I’M KOM, karena jujur saja, saya bisa belajar banyak hal dari sini. Saya dan teman-teman admin yang lain tentunya terus belajar dan berupaya setiap harinya untuk terus memperbaiki diri, entah itu dalam konteks kebahasaan yang baik dan benar dan menyampaikan pesan informatif itu seperti apa, karena tentu saja seorang admin harus bisa memberikan jawaban serta informasi terbaik bagi orang lain,” ujar pria yang sekarang menjadi mahasiswa Strategic Communication.

E D I T E D B Y R I D I F. K H A N

U LT I M A G Z

25


Selisik Peran Miss Internet Indonesia by Anindya Wahyu Paramita & Geofanni Nerissa Arviana Photo by Sania Zelikha Putri

T

ITEL Miss Internet Indonesia mungkin tidak setenar pageant atau kontes kecantikan lain di negeri kita. Jika dibandingkan dengan Miss Indonesia, Miss World, dan Miss International, Miss Internet memang masih bisa dianggap layaknya seorang bayi. Mulai diadakan secara regional di Bali, ajang ini kemudian berkembang di kancah nasional pada 2017. Ialah Marsya Gusman, individu pertama yang mendapat gelar Miss Internet Indonesia. Berbekal pengalamannya sebagai seorang digital marketing di salah satu perusahaan, Marsya memberanikan diri untuk mengikuti ajang tersebut setelah didorong oleh teman-temannya. “Suatu hari aku datang ke suatu expo di bilangan Kuningan. Di situ mereka mencari duta untuk internet di Indonesia. Saat itu aku sebagai karyawan biasa lihat-lihat dan tiba-tiba diajak untuk ikut,� tutur Marsya yang kala itu baru saja menyelesaikan tugasnya sebagai Miss Earth 2016 dan ingin fokus bekerja dahulu. Ketika ada pembukaan pendaftaran

26

U LT I M A G Z

Miss Internet Indonesia gelombang kedua, Marsya berpikir ulang dan akhirnya memutuskan untuk mencoba ajang Miss Internet Indonesia 2017. Selain berkesempatan memperluas jaringan, Marsya juga mendaftar karena ajang ini sesuai dengan bidang yang digelutinya selama ini. Menurut Marsya, tantangan sebagai Miss Internet Indonesia justru dihadapinya setelah menerima gelar, bukan selama proses seleksi. “Menurut orang mungkin tantangannya saat seleksi, bagaimana caranya menang. Kalau menurutku, tantangan ini justru setelahnya. Apa yang akan kita lakukan. Ini kan bukan ajang modeling yang setelah menang, ya sudah selesai. Justru setahun ke depan lakukan apa yang menjadi programmu,� tutur Marsya. Sejak terpilih menjadi Miss Internet Indonesia, sejumlah program mulai dijalankannya. Bekerja sama dengan sejumlah pihak, khususnya Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), dara 25 tahun ini kerap

memberikan edukasi seputar dunia digital. Program lain yang dilakukan ialah mengajarkan digital marketing kepada perempuan. Marsya melihat perempuan Indonesia memiliki banyak potensi yang bisa dijadikan sumber pendapatan. Misalnya saja memasak, menjahit, dan membuat kerajinan. Dengan mempelajari digital marketing, Marsya berharap wanita tidak hanya berhenti pada potensinya, tetapi juga menjadikan potensi mereka sebagai peluang usaha yang bisa dibawa hingga ke luar negeri. KEPRIHATINAN

SOAL

PERUNDUNGAN

DI

INTERNET

Berdasarkan data APJII, setidaknya lebih dari 50 persen masyarakat Indonesia atau setara dengan 143 juta orang telah terhubung dengan jaringan internet sepanjang tahun 2017. Dari jumlah tersebut, sebanyak 49,52 persen adalah warganet berusia 19 hingga 34 tahun. Sementara, menurut riset yang dipublikasikan oleh perusahaan media asal Inggris We Are Social pada 30 Januari lalu, rata-rata orang Indonesia


SOSOK EKSTERNAL

Marsya Gusman - Miss Internet Indonesia 2017

menghabiskan waktu tiga jam 23 menit untuk mengakses akun media sosial mereka. “Adanya internet itu kan justru untuk freedom of speech supaya kita bisa bebas berpendapat,� ujar Masya menanggapi besarnya jumlah penggunaan internet, khususnya untuk mengakses media sosial. Kaum millennial sebagai pengguna internet terbanyak menyumbang peranan penting untuk membuka peluang industri kreatif yang memanfaatkan media sosial. Atas nama kebebasan berekspresi, pengguna internet berlomba membuat konten digital kreatif. Namun, hal ini tak selamanya menciptakan dampak positif. Kebebasan untuk mengakses dan menyebarkan konten di media sosial menimbulkan risiko penyebaran konten negatif serta tindakan lain yang melanggar nilai sosial. Salah satu dampaknya adalah perundungan melalui internet atau media sosial yang biasa disebut cyberbullying. Pendiri Metropolitan Daily ini

berpendapat bila dibandingkan dengan intimidasi di dunia nyata, cyberbullying bisa memberikan dampak yang lebih buruk bagi korban. Hal ini diperburuk dengan pemalsuan informasi yang mudah dilakukan di media sosial, sehingga sulit untuk mengetahui identitas dari pelaku cyberbullying. “Kalau di dunia nyata kan kita tahu yang bully siapa, background-nya apa. Banyak orang yang kemudian mentalnya jadi rusak karena perbuatan orang yang kita enggak tahu persis orangnya,� katanya. Platform media sosial saat ini tidak memiliki cukup otoritas untuk melakukan pengecekan keaslian data yang diberikan pengguna saat mendaftarkan akunnya. Pemblokiran akun oleh perusahaan penyedia platform media sosial pun hanya bisa dilakukan atas laporan sesama pengguna, sehingga warganet bebas membuat akun palsu untuk keperluan tertentu, termasuk untuk melakukan cyberbullying. Sempat berdiskusi dengan policy

U LT I M A G Z

27


SOSOK EKSTERNAL

manager Facebook seluruh Indonesia, Marsya menjelaskan bahwa Facebook yang merupakan platform media sosial paling banyak digunakan di Indonesia sesungguhnya telah melakukan upaya pencegahan terhadap cyberbullying maupun tindakan lain yang menyalahi aturan. “Dari Facebook-nya sendiri sudah ada (aksi untuk menanggulangi penyebaran konten negatif). Mereka sendiri bikin campaign anti cyberbullying,” tutur Marsya. Lebih lanjut, Marsya menganggap masyarakat seharusnya memiliki peran lebih besar untuk memerangi cyberbullying. Ia mengibaratkan platform media sosial sebagai sebuah lapangan dengan masyarakat yang bertindak menggunakan lapangan tersebut. Untuk melawan cyberbullying dan konten lain yang menyudutkan suatu pihak, pengguna sosial dapat melakukannya dari hal kecil seperti mengklik tanda lapor yang sudah disediakan penyedia platform. “Kalau misalnya sudah benar-benar krusial banget kan bisa report. Nah, nanti setelah report berarti terlapor dong ke Facebook,” ujarnya. Langkah selanjutnya, masyarakat juga berhak melaporkan tindak cyberbullying tersebut kepada pemerintah yang notabene adalah pihak penegak hukum. “Nah, tapi kalau misalnya itu belum bisa ditanggulangi, ya mungkin bisa ke pemerintah, dengan regulasi yang baik,”

28

U LT I M A G Z

tambahnya. Menurut Marsya, meski pemerintah mempunyai otoritas untuk menegakkan hukum, dan penyedia platform media sosial memiliki upaya pencegahan terhadap cyberbullying, namun warganet tetap memegang tanggung jawab besar dalam melawan cyberbullying. “Pemerintah itu cuma regulator doang, selebihnya itu kitanya,” tegasnya. Dara yang juga pernah mendedikasikan diri sebagai duta anti narkoba ini tak menampik bahwa cyberbullying juga memiliki keterkaitan dengan kebebasan informasi yang didapat dari media sosial. Semakin sering seseorang membagikan pendapat, foto, atau video kesehariannya lewat akun media sosial, maka semakin orang lain merasa tahu tentang dirinya. Padahal pada faktanya, apa yang dibagikan di media sosial tidak selalu nyata. “Orang itu mem-bully orang lain karena mereka ‘tahu’ tentang orang (korban bully) itu,” ungkap Marsya. Selaku Miss Internet Indonesia, Marsya juga mengimbau agar warga net dapat melatih mental dalam menghadapi komentar negatif di media sosial. “Hadapi dengan santai. Kenapa netizen ‘maha benar’, karena dia merasa they know everything (dari apa yang didapatnya di media sosial).” BERKAMPANYE UNTUK LINGKUNGAN DIGITAL YANG LEBIH BAIK

Berbekal

gelar

Miss

Internet


SOSOK EKSTERNAL

Indonesia, Marsya terus memperluas pengetahuannya mengenai internet. Selain itu, tentunya ia juga gencar menyebarkan penggunaan internet yang baik dan benar ke berbagai daerah seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Riau, Lubuklinggau, dan Nusa Tenggara Timur. Tidak hanya datang langsung berbagai daerah dan memberikan pembekalan, Marsya juga kerap membuat kampanye melalui media sosial. Salah satu kampanye dalam jaringan (daring) yang pernah dilakukannya ialah kampanye anti hoax. Bekerja sama dengan Kominfo, Marsya menyebarkan cara membedakan berita yang benar dengan hoax dan cara melaporkannya melalui media sosial. Selain itu, Marsya juga pernah membuat kampanye anti cyberbullying. Kali ini, ia bekerja sama dengan Generasi Kritis, Terbuka, dan Empati atau yang disebut dengan #GenKTP. Selain kampanye anti cyberbullying, mereka juga bersama mendorong masyarakat untuk meningkatkan rasa toleransi terhadap sesama. Menyadari bahwa sulit untuk melakukan kampanye seorang diri, Marsya pun selalu bekerja sama dengan beberapa pihak lain. Menurutnya, sayang sekali jika kampanye dilakukan sendiri karena jangkauan yang diraih akan lebih sempit. “Makanya, baiknya kolaborasi dengan influencers lain yang pengikutnya banyak sehingga punya dampak lebih besar untuk menyebarkan kampanye itu. Dan kenapa

penting kerja sama dengan lembaga sosial? Karena mereka pasti sudah punya massa yang belum kita miliki. Sekarang eranya kolaborasi. Sendiri-sendiri bisa, tapi dampaknya enggak besar,� terang Marsya. Dengan gelar, kampanye, dan kepeduliannya terhadap lingkungan internet dan media sosial yang sehat, Marsya memilih fokus untuk mensosialisasikan penggunaan internet yang beretika dan tidak ingin disebut sebagai polisi moral. “Aku enggak mau jadi polisi moral yang bilang ini itu enggak boleh. Bagaimana pun, kita juga anak muda yang juga perlu berekspresi di media sosial,� pungkasnya.

E D I T E D B Y G I L A N G FA J A R S E P T I A N

U LT I M A G Z

29


Mempertanyakan Substansi Akun Instagram Terafiliasi UMN Written by Rachel Rinesya Putri Photo by Elvira Lisa & Laurentius J. Ergian

Tidak beretika karena itu sama seperti mencuri foto orang lain lalu mempergunakannya, yang mana membuat privasi orang tersebut terganggu. Apalagi foto-foto itu dapat diakses melalui aplikasi Instagram yang sifatnya publik banget sehingga bisa dilihat orang lain.

Zatira Chairunnisa Anief Strategic Communication 2016

S

AAT ini, media sosial sudah menjadi bagian integral kehidupan manusia, khususnya bagi kaum muda. Namun, dibalik kegunaannya yang positif dan bermanfaat, masih ada yang menggunakan media sosial untuk melakukan perbuatan yang tidak jelas tujuannya dan dipertanyakan etikanya dalam bermedia sosial. Penyalahgunaan media sosial ini juga merambat ke kalangan mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara (UMN), khususnya di media sosial Instagram. Media sosial yang pertama kali hadir pada 2010 ini digunakan untuk mengunggah foto-foto nyeleneh mahasiswa UMN. Bermunculan akun Instagram yang bukan hanya menampilkan foto mahasiswa UMN dalam keadaan kurang elok, akun-akun ini juga mencatut nama UMN, dua di antaranya adalah @umn.merem dan @umn.jelek. Dengan bertambah akun seperti itu, berikut adalah beragam tanggapan dari para mahasiswa.

Memang sekarang lagi hits banget, dan menurut gue itu termasuk lucu-lucuan. Cuma kasihan juga sama orang-orang yang ada fotonya di akun itu. Itu aib-aib banget. Mungkin kalau mau mengunggah foto harus izin dulu sama orangnya. Kalau bersedia, berarti itu tidak menyalahi etika.

Evie Haena Rofiah Jurnalistik 2016

30

U LT I M A G Z


C H I T C H AT

Sebenarnya kalau untuk lucu-lucuan enggak apa-apa sih. Tetapi, memang sedikit mengarah ke ganggu privasi juga. Ya hanya kembali lagi, itu sudah jadi kebiasaan yang dianggap biasa sama mahasiswa.

Kalau menurutku, untuk mereka yang stalkstalk sendiri itu kurang sopan. Seharusnya enggak begitu, kecuali orangnya memang mau men-tag dirinya sendiri ke akun tersebut, itu baru enggak apa-apa di-post.

Sebenarnya akun-akun seperti itu enggak perlu diciptakan. Itu sama saja seperti mengumbar aib seseorang, apalagi sudah mengatasnamakan kampus. Orang-orang yang melihat juga dapat berpikiran negatif, sehingga mempertanyakan kualitas mahasiswa ke depannya.

Ricky Fernando

Cicely

Ali M. Yusuf

Film dan Televisi 2017

Film dan Televisi 2014

Akuntansi 2016

Menurut aku, akun-akun seperti itu sebenarnya menghibur dan bagus banget. Kadang suka iseng saja cari-cari di Instagram, suka kepo gitu. Jadi, enggak apa-apa sih, aku suka saja melihatnya.

Sebenarnya suka-suka yang buat. Tergantung juga dari cara orang-orang melihatnya dan opini mereka masing-masing untuk menilai apakah itu tindakan yang bagus atau tidak. Kalau menurut gue, ada bagus dan enggaknya. Bagusnya, dengan adanya akun seperti itu, mahasiswa jadi lebih menjaga dirinya. Buruknya, jadi tercemar nama baiknya.

Kalau menurut gue, akun-akun seperti itu untuk komunitas di antara mahasiswa UMN sebenarnya cukup menarik dan menghibur. Tetapi untuk membawa nama UMN keluar, memang agak riskan karena bisa membawa pandangan yang kurang baik.

Ayu Zahra

Kevin Pratama

Khema Aryaputra

Manajemen 2016

Animasi 2016

Jurnalistik 2016

U LT I M A G Z

31


Dekorasi khas Negeri Sakura turut mewarnai daerah festival

Sepotong Jepang di

Little Tokyo Ennichisai Blok M 2018 Written by Nabila Ulfa Jayanti Photos by Nadine K. Azura

32

U LT I M A G Z


EVENT

S

UASANA khas Negeri Sakura langsung terasa saat menjejakkan kaki di Little Tokyo Blok M. Menengok ke atas terlihat puluhan lampion yang bergelantungan. Dari jauh, sayup-sayup terdengar lagu dari para idol Jepang. Saat menyusuri deretan kios di kanan kiri untuk mencapai sumber suara, tampak dua tiga orang dengan kostum tokoh anime yang mencolok di tengah keramaian. Sekumpulan orang terlihat memusatkan perhatiannya ke panggung besar di sebelah pusat perbelanjaan pada Minggu (01/07/18) siang itu. Didominasi oleh kaum pria yang berdesakan di bibir panggung, terdengar para penonton meneriakkan nama oshi (idola) mereka. Grup idol JKT48 akan segera tampil, maka mereka sudah siap dengan lightstick dan berbagai atribut di tangan. Terbukti saat menaiki panggung, grup yang saat itu diwakili oleh Team T membius penonton yang larut dalam euforia. Musik mulai diputar disusul dengan teriakan dari para penonton yang hadir. Tak lupa gaungan wotagei atau sorakan dukungan pada idol di sepanjang pertunjukkan. Lagu Saikou Kayo (Luar Biasa) menjadi pembuka penampilan JKT48 pada hari itu. Saking antusiasnya, area Pop Culture Stage penuh sesak oleh para wota (sebutan untuk penggemar JKT48) yang ingin menyaksikan grup kesukaannya. Bahkan, beberapa di antaranya naik ke atas kendaraan yang sedang parkir di sisi panggung demi menyaksikan sang idola. “Gimana tadi? Seru, kan? Masih pada semangat, enggak? Semuanya, JKT? 48!” seru Kapten Team T Ayana

Shahab. Setelah menyapa penonton, ia memperkenalkan anggota grupnya satu per satu. Pemandangan tersebut merupakan salah satu dari sekian banyak kegiatan yang ada di festival tradisional Jepang Little Tokyo Ennichisai Blok M 2018 hari kedua. Diselenggarakan sejak 2010, pagelaran ini dikenal dengan unsur-unsur kebudayaan Jepang yang dikedepankan selama acara berlangsung, seperti kuliner dan budaya pop. TUMPAH RUAH RAGAM BUDAYA JEPANG Menjadi pagelaran yang kesembilan sejak pertama kali diadakan, Ennichisai tahun ini dilaksanakan selama dua hari, yakni pada Sabtu, 30 Juni 2018 hingga Minggu, 1 Juli 2018. Lebih dari itu, acara yang mengangkat tema ‘Passion’ ini juga merupakan peringatan dan perayaan hubungan persahabatan Indonesia – Jepang yang sudah berlangsung selama 60 tahun. Selalu tidak pernah dipungut biaya sepeser pun, setiap tahunnya Ennichisai rata-rata menarik 200 ribu pengunjung yang datang untuk menikmati produkproduk kebudayaan Jepang yang disuguhkan 150 tenant yang berpartisipasi. Mayoritas adalah kios makanan dan minuman, dengan tambahan beberapa penjual pernak-pernik khas Jepang. Area F&B (Food and Beverages) yang ramai pada hari itu dipenuhi oleh berbagai makanan dan minuman yang identik dengan Negeri Sakura. Takoyaki, taiyaki, aneka sushi, ramen, permen apel (ringo ame), dan hot dog dengan sentuhan Jepang bisa dicicipi. Bukan hanya makanan utama, berbagai jenis makanan

penutup yang manis juga tersedia. Salah satu yang paling populer adalah kakigori atau es serut pelangi. Pernak-pernik kartun Jepang (anime) juga tampak banyak bertengger di kioskios yang ada. Salah satunya adalah Phie Shop yang dipenuhi pembeli. Sang pemilik toko, Rahmat Pambudi dan beberapa karyawannya tampak melayani pembeli yang sibuk melihat-lihat barang-barang berbentuk karakter anime dan gim seperti gelang, gantungan kunci, poster, hingga bantal. Datang dari Depok, Rahmat selalu rutin mengikuti Ennichisai setiap tahun. Diakuinya, ia selalu meraup untung yang besar dari penjualan di Ennichisai. Sama ramainya dengan Phie Shop, hadir pula kios yang menjual suvenir tradisional kaligrafi Jepang. Dengan dua orang sensei atau guru kaligrafi asli dari Jepang, pengunjung dapat belajar menulis huruf Hiragana dan Katakana pada berbagai media seperti kertas, sensu (kipas tangan), dan tenugui (kain Jepang). Tersedia pula kartu pos yang sudah tertulis huruf Kanji oleh kedua sensei yang hadir. Suguhan penampilan seni tradisional dan modern juga tidak ketinggalan. Pihak panitia mendirikan tiga buah panggung untuk menampung puluhan pengisi acara. Beberapa di antaranya adalah Shojo Complex, Kamikaze, grup vokal Nanairo Symphony, DJ Misaki, CoLon, dan tentunya JKT48 yang paling menarik perhatian. Pawai tradisional Dashi juga turut meramaikan acara. Sebuah kereta yang ditarik tali tambang membawa penabuh genderang sambil mengelilingi area kios

U LT I M A G Z

33


EVENT

Salah satu permainan khas musim panas jepang Yo-yo tsuri. Cara bermainnya yakni dengan memancing balon dalam wadah berisi air dengan seutas tali.

menuju ke panggung utama. Pengunjung juga dapat berfoto dengan kuil portabel Mikoshi yang baru saja diarak berkeliling. Mikoshi merupakan tandu megah yang konon dinaiki roh asal Kuil Shinto. Tandu ini dipikul ramai-ramai dan digunakan dalam upacara matsuri untuk mengantar roh ke tempat persemayaman sementara. AJANG COSPLAYER UNJUK GIGI

Tidak terbatas pada pagelaran budaya, selama Ennichisai berlangsung dapat ditemukan orang-orang yang memakai kostum tokoh-tokoh anime dan gim Jepang. Mereka adalah cosplayer yang memanfaatkan kesempatan ini untuk

34

U LT I M A G Z

menampilkan kostum andalannya. Kompetisi cosplay pun juga diadakan pada sore harinya. Cosplayer asal Jakarta Janice mengaku sudah menggemari cosplay sejak tahun 2014. Di hari kedua Ennichisai, Janice memakai kostum warna ungu sebagai tokoh D.Va dari gim online Overwatch. Sebelumnya, pada hari pertama ia menjelma menjadi Bakugo Katsuki yang ada dalam anime manga Boku No Hero Academia. “Ikut event kayak gini, sih, kebanyakan event-event. Kalau misalkan ada event, aku ikut turun gitu. Kalau lomba aku belum pernah ikut,� tutur Janice. Serupa dengan Janice, Pastel dan Bonbon hari itu juga


EVENT

berdandan ala idol software music producer Vocaloid. Pastel menjadi cosplay Kagamine Rin dan Bonbon sebagai Hatsune Miku. Mereka berdua memakai kimono– pakaian tradisional Jepang, dengan rambut berwarna kuning dan hijau. Tak tanggung-tanggung, kimono yang mereka pakai asli buatan Jepang. “Sering ikut (event), sih, sebulan sekali. Kita iseng doang, sih, cuma dateng doang enggak pernah ikut lomba-lomba gitu,” ujar Bonbon yang hanya datang di hari kedua Ennichisai. Di sisi lain, dua orang gadis memakai riasan ala cosplay diajak berfoto ria dengan pengunjung. Jelly berdandan seperti Sailormoon dan Lelly menghias wajahnya dengan motif galaksi. Namun, mereka menolak disebut cosplay karena tidak menjadi karakter secara menyeluruh. “Original, sih (bukan cosplay). Ini dandan aja, inspired-nya by Sailormoon,” kata Jelly. RELAWAN KEBERSIHAN ENNICHISAI, OSOJI CLUB

Salah satu kebiasaan Jepang yang terkenal adalah tentang kedisiplinan dalam menjaga kebersihan. Meskipun demikian, di Ennichisai kali ini terlihat tumpukan sampah yang membuat lingkungan menjadi kotor. Padahal, telah disediakan tempat sampah yang dibedakan sesuai jenis sampahnya dan tersebar di 150 titik lokasi acara. Osoji Club lah yang secara sukarela menjadi penggerak kebersihan di Ennichisai setiap tahunnya. Dengan memasang kotak-kotak sampah besar di depan kiosnya, Osoji Club selalu mengajak pengunjung untuk meletakkan sampah di tempatnya. Komunitas ini merupakan organisasi nonprofit yang peduli dengan kebersihan lingkungan dan masalah sampah di Jakarta. “Kita kerja sama, ada dari Jakarta

Osoji Club, kemudian dari Minori, kemudian satu lagi dari PT Fukusuke. Kita lalu bertiga bekerja sama mengendalikan kebersihan di lingkungan sini,” tutur Person In Charge PT Fukusuke Kogyo Indonesia Marta Dinata. Para relawan Osoji Club dibagi atas beberapa kelompok yang ditempatkan di area tertentu dengan penanggung jawab masing-masing. Nantinya mereka bertugas mengarahkan orangorang untuk buang sampah di tempat yang disediakan dan mengganti plastik sampahnya bila sudah penuh. Mereka juga menyediakan 300 tempat sampah tambahan sebagai cadangan. Marta mengapresiasi Osoji Club yang turut mengedukasi pengunjung melalui kampanye ‘Sampahmu Tanggung Jawabmu’. Pengunjung diajak untuk memperhatikan sampah yang mereka hasilkan dengan membawa, memilah, dan diletakkan sesuai dengan tempatnya. “Artinya masyarakat semakin memahami bahwa tempat sampah itu menjadi tanggung jawab bersama. Kita juga menyiapkan tempat sampah lebih banyak tahun ini,” tutup Marta.

EDITED BY C H R I S T I A N K A R N A N D A YA N G

U LT I M A G Z

35


REVIEW

Kritik Pengguna Media Sosial Melalui Permainan Online Written By Theresia Bella Callista

U

L T I M A T E S tahu permainan “truth or dare”? Pada dasarnya, Nerve memiliki konsep serupa. Namun, permainan Nerve tidak membutuhkan

‘jujur’. Pemain akan terus dihujani tantangan oleh para penonton dalam permainan. Kisah dalam film ini berfokus pada Nerve, aplikasi permainan online yang sedang naik daun di kalangan remaja Brooklyn, New York. Ketika membuka aplikasi, pengguna akan diberikan dua pilihan peran, yakni sebagai “watcher” yang memberikan tantangan atau “player” yang bertugas menerima dan menjalankan tantangan yang diberikan. Tantangan yang diberikan juga terbilang menantang keberanian,

Judul

: Nerve

Durasi

: 1 jam 36 menit

Genre

: Drama, Misteri

Tanggal rilis

: 27 Juli 2016

Pemain

: Emma Roberts Dave Franco Juliette Lewis

mulai

dari

berbaring

di

bawah

rel

kereta, bergantung satu tangan pada gedung, hingga mengganggu orang asing. Untuk dapat disaksikan oleh semua watcher, sang player harus merekam apa yang ia lakukan saat menjalankan tantangan yang diberikan. Yang menggiurkan dari permainan ini, akan ada hadiah berupa uang yang akan langsung ditransfer ke rekening player seusai tantangan terpenuhi. Semakin berat tantangan yang berhasil dijalani, semakin besar pula imbalan yang diterima player. Seorang remaja tidak populer bernama Vee (Emma Roberts) pada awalnya menolak tawaran temannya untuk bermain Nerve. Namun, rasa penasaran Vee mengalahkan keraguannya untuk mengunduh aplikasi tersebut. Awal bergabung, Vee ragu untuk memilih player lantaran takut mendapatkan tantangan sulit. Namun dengan bermodalkan nekat, akhirnya Vee memberanikan

36

U LT I M A G Z


REVIEW

watcher

diri untuk memilih peran player.

yang

dengan

ringannya

mengejar

memberikan tantangan berbahaya

popularitas, Vee menerima semua

kepada player menggambarkan sikap

tantangan yang diberikan watcher

pengguna media sosial yang sangat

hingga akhirnya ia diberikan suatu

mudah

tantangan yang menjadi titik awal

menantang, memaki, mengancam,

ledakan

dalam

mengadu domba, melukai perasaan,

sukses

bahkan membahayakan orang lain

Berniat

untuk

popularitasnya

permainan

Nerve.

Sejak

menjalani tantangan itu, Vee mulai menjadi

ratu

pergaulan,

dalam

juga

hati

permainan, Ian

(Dave

menghina,

merendahkan,

tanpa merasa bersalah. Film

ini

juga

menyampaikan

pesan agar orang-orang bisa lebih bijak dalam memakai media sosial.

Franco). Namun, semakin lama tantangan

Tujuan utama dari media sosial

yang diberikan semakin memalukan

bukanlah

dan membahayakan nyawa. Masalah

popularitas ataupun uang dengan

pun mulai bermunculan karena teror

cara yang tidak benar. Media sosial

yang Vee terima dari player lain yang

juga bukan tempat mempermalukan

merasa iri terhadap keberhasilannya.

diri sendiri, apalagi membahayakan

Puncaknya, Vee terpaksa melanggar

nyawa orang lain.

aturan permainan dengan melapor

untuk

Awalnya,

film

ajang

ini

mencari

mendapat

kepada polisi setelah merasa ada

prasangka buruk dari masyarakat.

yang tidak beres dari Nerve.

Mengangkat latar kehidupan remaja

Buah dari perbuatannya, para

diprediksi akan membuat film ini cheesy,

watcher dari seluruh dunia pun

menjadi

menggiring Vee ke dalam tantangan

muluk, dan mudah ditebak. Namun,

yang mempertaruhkan nyawa. Pada

pada kenyataannya akhir dari film

akhirnya ia dihadapkan pada pilihan

ini sangat menarik dan di luar

untuk mengorbankan nyawa Ian atau

ekspektasi.

dirinya sendiri. Kira-kira, keputusan

monoton akan sirna seketika setelah

apa yang dipilih oleh Vee?

melihat akhir dari film ini.

Nerve film

merupakan

yang

salah

memberikan

Dalam

film,

terkesan

satu

oleh generasi muda yang dinilai bijak.

yang

kritik

terhadap penggunaan media sosial kurang

Plot

membosankan,

EDITED BY GILANG FAJAR SEPTIAN

para

U LT I M A G Z

37


REVIEW

Gapai Kesuksesan di Usia Muda Written By Theresia Bella Callista

Judul

: The Billionaire

Tanggal rilis

: 20 Oktober 2011

Durasi

: 2 jam 11 menit

Pemain

: Pachara Chirathivat

Genre

: Drama, Biografi

Walanlak Kumsuwan

Somboonsuk Niyomsiri

U

L T I M A T E S tentu sudah tak asing lagi dengan produk olahan rumput laut Tao Kae Noi, bukan? Sebagai camilan yang sudah merambah pasar

dunia dan disukai oleh banyak kalangan dari berbagai negara, tentunya Tao Kae Noi memiliki omzet dengan nilai selangit. The Billionaire adalah film yang mengupas tuntas sosok Itthipat Kulapongvanich (Pachara Chirathivat), pengusaha muda yang menciptakan camilan Tao Kae Noi. Film berbahasa Thailand ini mengisahkan jalan terjal yang harus dilalui remaja dengan panggilan Tob tersebut untuk sukses di usia muda. Pada

awalnya,

Tob

mendapatkan

modal

untuk

memulai usaha lewat perdagangan game online dengan teman kelasnya. Bisnis perdagangan game online Tob terbilang sukses hingga ia bisa membeli mobil saat masih duduk di bangku SMA. Namun, perdagangan terlarang tersebut harus berakhir setelah akunnya dihapus oleh pihak perusahaan. Dari sisa uang yang dimilikinya, Tob berusaha berdagang kacang yang kala itu menjadi camilan favorit di Thailand. Setiap hari, Tob berkunjung ke pasar untuk belajar proses pembuatan kacang secara gratis. Selain selalu mencatat segala ilmu yang didapatnya , Tob juga melakukan uji coba pembuatan kacang bersama pamannya yang selalu setia menemaninya.Walaupun

38

U LT I M A G Z


REVIEW

harus

gagal

berkali-kali,

namun

efisien.

Pada

akhirnya,

seluruh

Tob tidak pernah patah arang untuk

tetesan keringat Tob terbayarkan

menjadi sukses.

dengan status pengusaha sukses

Demi

menyokong

keuangan

yang ia dapatkan pada umur 19

sedang

tahun.

menurun, Tob memutuskan untuk

The

keluarganya

yang

Billionare

menggambarkan

meninggalkan sekolah tanpa restu

dengan jelas bagaimana perjuangan

orangtua dan fokus pada bisnisnya.

Tob

Lebih jauh, Tob juga memilih untuk

Gagal,

tetap tinggal di Thailand di saat

kehilangan

orangtuanya pindah ke Cina untuk

hingga kerja keras Tob bisa menjadi

menjalankan

baru.

inspirasi bagi generasi muda untuk

Bermodalkan tekad, Tob berjanji

selalu mengejar mimpi dan pantang

untuk membawa pulang ayah dan

meyerah.

kehidupan

dalam

meraih

ditolak,

kesuksesan.

kehabisan

orang

yang

uang,

dicintai,

ibunya. Namun,

nasib

berkata

lain.

Dagangan Tob sepi pembeli akibat tempat yang kurang strategis. Walau

EDITED BY GILANG FAJAR SEPTIAN

sempat membuat Tob merasa gagal dan tidak berguna, secara tak terduga kegagalan ini juga menjadi titik balik dalam perjalanannya menuju kesuksesan. Dari

camilan

yang

diberikan

kekasihnya, Tob mendapatkan ide untuk memulai usaha baru dalam bentuk camilan berbahan rumput laut. Dengan sisa uang yang ia miliki, Tob membeli ribuan olahan rumput laut sebagai bahan untuk diuji coba. Secara gigih, Tob terus belajar untuk mendapatkan perpaduan dari rasa yang nikmat, kemasan yang cocok, hingga cara pemasaran yang

U LT I M A G Z

39


SNAPSHOT by Nadine K. Azura

Pakaian tradisional Jepang ‘Yukata’ biasa digunakan saat musim panas

Mikoshi atau tandu yang dihias menyerupai kuil mini

40

U LT I M A G Z

Cosplayer dengan karakter unik menyita perhatian pengunjung


SNAPSHOT

Pastel (kiri) dengan kostum ala tokoh Kagamine Rin dan Bonbon (tengah) menjadi karakter Hatsune Miku yang ada di software musik ‘Vocaloid’

Pengunjung bisa mendapatkan nama yang dituliskan dalam huruf kanji di atas kakemono yang dijual seharga 50 ribu

Berbagai souvenir anime diburu oleh pengunjung

Bukan cosplay, seorang pengunjung memilih berdandan ala galaksi

U LT I M A G Z

41


Mau pasang iklan di

Hubungi 42

U LT I M A G Z

Farrel - 085782961909



ULTIMAGZ

.COM


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.