ULTIMAGZ Maret-April 2021 - Utang Anak Muda: Rajut Ulang Benang Kemanusiaan

Page 1

No 28

Utang Anak Muda: Rajut Ulang Benang Kemanusiaan ULTIMAGZ Ma ga zi n e

No 28

M arch-Ap r i l

I ssu e

202 1

C over S t or y

p. 14

Waras Pada Perbedaan Ras I n fo I ndones ia

p. 2 0

Tebal Telinga Indonesia: Kesejahteraan Buruh yang Terus Terlantar I n fo Ka m pu s

p. 2 6

Satu Tahun Kuliah Daring: Kurang Interaksi, Minim Bahan Ajar, Hingga Susah Sinyal S o sok Ek s t e r n al

p. 42

Generasi Muda Perlu Ikut Campur Tangani Isu Kemanusiaan O p i ni I nt ern al

Jurnalisme Kemanusiaan: Jurnalisme yang Terabaikan Eve nt

p. 4 8

Sisi p. 6 8

Tumbuhkan Kepekaan Dengan Lima Platform Edukasi Isu Sosial

ULTIMAGZ


COVER DESIGN Swari Azanni

ALAMAT REDAKSI DAN PERUSAHAAN Gedung Universitas Multimedia Nusantara, Ruang B0613 Jalan Scientia Boulevard Gading Serpong, Tangerang, Banten redaksi.ultimagz@gmail.com www.ultimagz.com @ultimagz

PENERBIT


No 28

ULTIMAGZ



BOARD

Saatnya

BERAKSI

Reporter Illustrator Alycia Catelyn Amanda Kristie H. Pengawas Andia Christy Anathacia Margretha Ninok Leksono Arienne Clerissa Cicilia Carolyn Nathasa D. Eunike Agata Dewan Pembina Christabella Abigail Karen Phalosa Fx. Lilik Dwi Charlenne Kayla R. Katryn Ivania C. Mardjianto Frengky Tanto Wijaya Marshel Ryan Adi Wibowo anyak Jairelpepatah Danet Polii menyebutkan Swari Azanni bahwa Octaviano Jessica Elisabeth G. Fransisca anakKeisya muda adalah ujungYola tombak bangsa; Librani C. Dewan Penasihat generasi Louis Brighton yang P. bisa mewujudkan WEB DEVELOPER suatu Samiaji Bintang Maria Katarina hal baru dan melampaui pencapaian angkatan Ignatius Haryanto Nadia Indrawinata Ricky Ng sebelumnya. Reynaldy Namun, Michaelkonteks Y. Jericho yang Cristofel diilhami S. EDITORIAL masih hanya Thefanny Darren Vernon Riota meliputi keberhasilan akademis Vellanda Martin Wongso Pemimpin Umum maupun prestasi yang dapat dinilai. RevaldoAspek Hamdallah tidak Anisa Arifah Fotografer Michael Fareliandira terlihat menjadi luput diperhatikan, terutama Amartya Kejora Adrian Finantyo Wakil Pemimpin bila membicarakan Androw Parama masalah M. kemanusiaan. Umum Charles Putra DISTRIBUTION & Menciptakan suatu lingkup kehidupan Josephine Claudia Elisha Widirga MARKETING yang lebih Hedwige baikGevelyne juga harus A. memerhatikan Pemimpin Redaksi Jessica Gabriela S. Public Relations kesejahteraan manusianya. Bukan hanya Andi Annisa Ivana P. Kyra Gracella Celine Febriani Rusli mengasahM.otak, Frizki melainkan Alfian juga Cherisha menghaluskan Dewi Kiani Redaktur Pelaksana Melati Pramesthi Katarina Adelia T. nurani; meningkatkan indraAnastasia yang Priscilla bernama Maria Helen Oktavia Muhammad Dava F. Xena Olivia kepekaan Rista untuk Cynthia tergerak mewujudkan Nadya Valenciadunia Timothy B. H. Roberto Sugiharto yang ideal. Redaktur Foto VISUAL DESIGNER Veronica Novaria Dapat dipahami bagaimanaMedia pergerakan Relationsarus Kevin Oei Jaya Layouter Britney Edeline Susilo informasi, Ferdy tren,Setiawan dan kompetisi yang begitu cepat Dzakiyyah Azzah S. Sekretaris membuat Angelia hal iniSuling lama-kelamaan Eugenia luntur. Theovani Oleh Keysha Malondong Nathalie W. Matius Marco G. sebab itu,Dennise perlu adanya edukasi agar alarm Bryan Ge orge H. Keuangan kemanusiaan Elisabeth yangRene ada di dalam Revenue diri anak & Branding muda Geiska Vatikan Isdy Michael Andrey Jesslyn Xylona kembali menyala. Nathania Sarita Sherly Cipto Setiawan

Mendorong Kemunduran "Revolusi Mental"

B

tapi jarang terlihat. Sebut saja permasalahan hak asasi manusia, lingkungan, rasisme, hingga cyber bullying. Bagaikan hantu, mereka ada tetapi hanya bisa dilihat oleh sebagian orang. Untuk itu, tidak apa-apa kembali ke titik nol. Belajar lagi dari awal mengenai permasalahan yang selama ini terlewat. Memutar balik waktu pada pelajaran Budi Pekerti yang telah diajari dari bangku sekolah dasar mengenai cara berperilaku dalam masyarakat, dengan mengutamakan kebutuhan kolektif di atas kepentingan pribadi. Menempatkan kemanusiaan di atas hal lainnya. Anak muda—dalam hal ini adalah mahasiswa— tidak boleh lupa akan hakikatnya memanusiakan manusia. Pada sila kedua dasar negara Indonesia bahkan telah mengingatkan hal ini sejak lebih dari 70 tahun yang lalu, untuk menjadi manusia yang beradab. Pada edisi kali ini, ULTIMAGZ merangkum beberapa berita mengenai kemanusiaan. Dibuat dari, dan, untuk kawan-kawan mahasiswa dan anak muda, ragam tulisan ini membawa perspektif Bila alarm tersebut sudah menyala, mata baru yang diharapkan dapat memperluas wawasan akan lebih terbuka dan dapat menangkap dan menyentil sanubari; melunaskan utang untuk permasalahan yang sejatinya selalu ada di sekitar merajut ulang rasa kemanusiaan.


TABLE OF

10 12 14 Surat Pembaca

Almanac

Cover Story

42 48 54 Sosok Eksternal

Opini Internal

68 80 Event

Snapshot

Opini Eksternal


BERAKSI

SaatnyaCONTENTS

Mendorong Kemunduran "Revolusi Mental"

B

anyak pepatah menyebutkan bahwa anak muda adalah ujung tombak bangsa; generasi yang bisa mewujudkan suatu hal baru dan melampaui pencapaian angkatan sebelumnya. Namun, konteks yang diilhami masih hanya meliputi keberhasilan akademis maupun prestasi yang dapat dinilai. Aspek tidak terlihat menjadi luput diperhatikan, terutama Info Indonesia Info Kampus Sosok Internal bila membicarakan masalah kemanusiaan. Menciptakan suatu lingkup kehidupan yang lebih baik juga harus memerhatikan kesejahteraan manusianya. Bukan hanya mengasah otak, melainkan juga menghaluskan nurani; meningkatkan indra yang bernama kepekaan untuk tergerak mewujudkan dunia yang ideal. bagaimana pergerakan Chit ChatDapat dipahami Review Cerpen arus informasi, tren, dan kompetisi yang begitu cepat membuat hal ini lama-kelamaan luntur. Oleh sebab itu, perlu adanya edukasi agar alarm kemanusiaan yang ada di dalam diri anak muda kembali menyala. Bila alarm tersebut sudah menyala, mata akan lebih terbuka dan dapat menangkap permasalahan yang sejatinya selalu ada di sekitar

20 26 36

58 60 64

tapi jarang terlihat. Sebut saja permasalahan hak asasi manusia, lingkungan, rasisme, hingga cyber bullying. Bagaikan hantu, mereka ada tetapi hanya bisa dilihat oleh sebagian orang. Untuk itu, tidak apa-apa kembali ke titik nol. Belajar lagi dari awal mengenai permasalahan yang selama ini terlewat. Memutar balik waktu pada pelajaran Budi Pekerti yang telah diajari dari bangku sekolah dasar mengenai cara berperilaku dalam masyarakat, dengan mengutamakan kebutuhan kolektif di atas kepentingan pribadi. Menempatkan kemanusiaan di atas hal lainnya. Anak muda—dalam hal ini adalah mahasiswa— tidak boleh lupa akan hakikatnya memanusiakan manusia. Pada sila kedua dasar negara Indonesia bahkan telah mengingatkan hal ini sejak lebih dari 70 tahun yang lalu, untuk menjadi manusia yang beradab. Pada edisi kali ini, ULTIMAGZ merangkum beberapa berita mengenai kemanusiaan. Dibuat dari, dan, untuk kawan-kawan mahasiswa dan anak muda, ragam tulisan ini membawa perspektif baru yang diharapkan dapat memperluas wawasan dan menyentil sanubari; melunaskan utang untuk merajut ulang rasa kemanusiaan.


Andi Annisa Ivana Putri Pemimpin Redaksi


Saatnya

BERAKSI

Mendorong Kemunduran "Revolusi Mental"

B

anyak pepatah menyebutkan bahwa anak muda adalah ujung tombak bangsa; generasi yang bisa mewujudkan suatu hal baru dan melampaui pencapaian angkatan sebelumnya. Namun, konteks yang diilhami masih hanya meliputi keberhasilan akademis maupun prestasi yang dapat dinilai. Aspek tidak terlihat menjadi luput diperhatikan, terutama bila membicarakan masalah kemanusiaan. Menciptakan suatu lingkup kehidupan yang lebih baik juga harus memerhatikan kesejahteraan manusianya. Bukan hanya mengasah otak, melainkan juga menghaluskan nurani; meningkatkan indra yang bernama kepekaan untuk tergerak mewujudkan dunia yang ideal. Dapat dipahami bagaimana pergerakan arus informasi, tren, dan kompetisi yang begitu cepat membuat hal ini lama-kelamaan luntur. Oleh sebab itu, perlu adanya edukasi agar alarm kemanusiaan yang ada di dalam diri anak muda kembali menyala. Bila alarm tersebut sudah menyala, mata akan lebih terbuka dan dapat menangkap permasalahan yang sejatinya selalu ada di sekitar

tapi jarang terlihat. Sebut saja permasalahan hak asasi manusia, lingkungan, rasisme, hingga cyber bullying. Bagaikan hantu, mereka ada tetapi hanya bisa dilihat oleh sebagian orang. Untuk itu, tidak apa-apa kembali ke titik nol. Belajar lagi dari awal mengenai permasalahan yang selama ini terlewat. Memutar balik waktu pada pelajaran Budi Pekerti yang telah diajari dari bangku sekolah dasar mengenai cara berperilaku dalam masyarakat, dengan mengutamakan kebutuhan kolektif di atas kepentingan pribadi. Menempatkan kemanusiaan di atas hal lainnya. Anak muda—dalam hal ini adalah mahasiswa— tidak boleh lupa akan hakikatnya memanusiakan manusia. Pada sila kedua dasar negara Indonesia bahkan telah mengingatkan hal ini sejak lebih dari 70 tahun yang lalu, untuk menjadi manusia yang beradab. Pada edisi kali ini, ULTIMAGZ merangkum beberapa berita mengenai kemanusiaan. Dibuat dari, dan, untuk kawan-kawan mahasiswa dan anak muda, ragam tulisan ini membawa perspektif baru yang diharapkan dapat memperluas wawasan dan menyentil sanubari; melunaskan utang untuk merajut ulang rasa kemanusiaan.


10

SECTION:

S U R AT P E M B A C A

Surat Pembaca

writer Andia Christy editor Andi Annisa Ivana Putri illustrator Cicilia

Andrea Nataya Bantoro Teknik Informatika 2019 Universitas Multimedia Nusantara Menurut saya, berdasarkan artikel-artikel yang ada di ultimagz.com, pihak ULTIMAGZ sebagai media kampus telah memberikan banyak informasi kepada para pembacanya. Saya kagum dan mau memberikan apresiasi kepada para penulis maupun editor di ULTIMAGZ karena telah membuat artikel-artikel informatif yang dapat memberikan berbagai macam pengetahuan kepada pembaca seperti saya. Untuk saran, mungkin ULTIMAGZ bisa lebih memperluas publikasi terkait artikelartikel yang telah dibuat. Karena menurut saya, masih banyak pihak internal dan eksternal yang belum mengunjungi web dan membaca artikel-artikel dari ULTIMAGZ itu sendiri. Hal tersebut merupakan sesuatu yang disayangkan karena banyak bacaan informatif serta bermanfaat yang telah di-publish oleh pihak ULTIMAGZ.

Yulika Satria Daya Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara Dahulu saya beli majalah ULTIMAGZ, termasuk kaos merah yang keren itu. Nah, sekarang output digital dalam bentuk PDF sudah bagus, tinggal dilengkapi dengan format audio visual. Media sosial seperti Instagram, podcast di Spotify, Twitter, LINE, perlu dielaborasi sebagai etalase ULTIMAGZ sekaligus memancing audiens untuk mau berlangganan edisi PDF. Jadi, menurut saya ULTIMAGZ harus mampu menghasilkan produk jurnalistik khas yang berkualitas untuk mengembangkan model bisnis berbayar (jangan gratisan, ya). Saya harap bisa mendengarkan overheard percakapan mahasiswa UMN di kampus, “Eh, elu belum baca ULTIMAGZ emangnya?” dalam setiap kali edisi yang dikeluarkan kelak.


ULTI MAG Z

11

I ssue N o . 2 8

Viona Wurangian Desain Komunikasi Visual 2019 Universitas Bunda Mulia Saya pernah membaca salah satu edisi PDF ULTIMAGZ yang diberikan teman, serta beberapa artikel dari website resminya. Saya sangat menyukai ilustrasinya yang bagus dan menggambarkan artikel dengan baik di PDF. Artikel-artikel yang ada juga menarik, informatif, dan menambah wawasan. Penataan layout juga rapi sehingga sangat memudahkan membaca artikel. Semangat terus, ULTIMAGZ!

Timothy Afryano Jurnalistik 2018 Universitas Multimedia Nusantara Salah satu peran media adalah sebagai watchdog yang bertugas untuk mengawasi suatu kekuasaan. Dengan membuat konten-konten yang kritis dan tajam, di sinilah peran majalah ULTIMAGZ sebagai ‘anjing penjaga’ menjadi sangat penting. Selain menyajikan tulisan-tulisan yang menarik untuk dibaca, ULTIMAGZ juga rutin menyajikan berbagai macam foto jurnalistik yang menarik perhatian pembaca. Ke depannya, ULTIMAGZ diharapkan terus memberikan informasi yang penting untuk diketahui publik.

Redaksi ULTIMAGZ menerima kiriman surat sebanyak 50-200 kata. Surat dapat dikirimkan melalui surel ke redaksi.ultimagz@gmail.com dengan subjek Surat Pembaca. Jangan lupa untuk menyertakan identitas lengkap.


12

ALAMANAC

SECTION:

Almanac

writer Alycia Catelyn editor Maria Helen Oktavia

March 2021 Awal Mula Pembantaian Boston

Pe m b a n t a i a n B o s t o n m e n c e r m i n k a n meningkatnya ketegangan antara Inggris dan koloni Amerika. Inggris memberlakukan sejumlah pajak baru di koloni Amerika, tetapi koloni tidak menyukai hukum ini karena merasa undangundang ini melanggar hak mereka. Penjajah mulai memprotes dan Inggris membawa tentara untuk menjaga ketertiban. Terjadilah kerusuhan pada 5 Maret 1770, yang awalnya dimulai sebagai perkelahian jalanan antara penjajah Amerika dan seorang tentara Inggris di King Street, kota Boston. Kemudian bentrokan ini dengan cepat meningkat menjadi pembantaian berdarah yang kacau. Namun, peristiwa di Boston ini membantu mempersatukan koloni Amerika untuk melawan Inggris. Apa yang dimulai sebagai pertarungan kecil menjadi titik balik dalam permulaan Revolusi Amerika. Pembantaian Boston memicu keinginan penjajah untuk kemerdekaan Amerika, sementara para perusuh yang mati menjadi martir untuk kebebasan.

“King Kong”, Per ilisan Film Laris dan Terbesar Hollywood Sepanjang Masa “King Kong”, film terkenal dari Amerika, dirilis pada 2 Maret 1933. Terkenal karena efek khususnya, film ini membawa gelar sebagai salah satu ikon dari sinema Hollywood. Film ini juga merupakan film hit pertama yang menawarkan karakter sentral animasi. “King Kong” dirilis pada masa awal Depresi Hebat di Amerika yang menyengsarakan. Film ini menjadi jembatan antara penjajahan kolonial kuno dan tontonan Hollywood modern, membawa ketakutan dan ketegangan kepada penonton yang ingin dikejutkan oleh kenyataan. Banyak hal telah dilakukan saat ini dengan animasi CGI berakar pada konseptual model animasi stop motion yang dipelopori “King Kong”. Willis O'Brien, kepala teknisi film tersebut, telah dipuji oleh generasi selanjutnya dari seniman efek khusus film sebagai seorang jenius yang luar biasa.


ULTI MAG Z

13

I ssue N o . 2 8

Kelahiran Ilmuan Terkenal, Albert Einstein Albert Einstein, salah satu ilmuwan terpenting dalam sejarah dunia, lahir pada 14 Maret 1879 di Jerman. Einstein pindah ke Amerika Serikat ketika Nazi mengambil alih kekuasaan sebelum Perang Dunia II. Einstein pernah bekerja sebagai juru tulis di kantor paten, di mana ia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengembangkan teori ilmiahnya. Pada 1905, ia siap untuk mempresentasikan teorinya kepada dunia. Ia menerbitkan empat makalah ilmiah tahun itu, tiap-tiap membahas subjek yang berbeda dalam jurnal fisika yang berjudul “Annalen der Physik”. Ia kemudian mendapatkan ketenaran di seluruh dunia ketika memenangkan Hadiah Nobel pada 1921 untuk teorinya mengenai fenomena yang dikenal sebagai efek fotolistrik. Karya Einstein telah memengaruhi mekanika kuantum modern tingkat lanjut, model waktu fisik, pemahaman cahaya, panel surya, dan kimia modern. Kontribusi Einstein yang terkenal adalah teori relativitasnya, yang merevolusi pemahaman manusia mengenai ruang, waktu, gravitasi, dan alam semesta.

Tumpahan Minyak Terbesar Kedua di Perairan AS oleh Exxon Valdez Tumpahan minyak yang diakibatkan kapal tanker minyak, Exxon Valdez, terjadi pada 24 Maret 1989. Tumpahan ini mencemari garis pantai sepanjang 1.300 mil dengan 250.000 barel atau 11 juta galon minyak. Kontak langsung dengan minyak licin tersebut menewaskan sedikitnya 140 elang, 302 anjing laut pelabuhan, 2.800 berangberang laut, dan 250.000 burung laut dalam beberapa hari. Bencana ini terjadi ketika kapal Exxon Valdez menabrak karang Prince William Sound Bligh di lepas pantai Alaska dan menumpahkan minyak mentah. Hasil investigasi menunjukkan bahwa ini disebabkan oleh kelalaian Joseph Hazelwood, kapten kapal, yang ternyata minum minuman keras sebelum perjalanan. Proses pembersihan pun dilakukan dengan cara menyaring minyak dari permukaan air, menyemprotkan bahan kimia dispersant, mencuci pantai dengan air panas, serta menyelamatkan hewan yang terperangkap dalam minyak. Namun, empat orang tewas dalam upaya ini.


14

SECTION:

COVER STORY


ULTI MAG Z

15

I ssue N o . 2 8

Buang jauhjauh pikiran, “kita berbeda, maka tidak boleh berdekatan” menjadi “kita berbeda dan bisa saling melengkapi.

writer Reynaldy Michael, Jessica Elisabeth illustrator Swari Azanni editor Xena Olivia


16

SECTION:

P

COVER STORY

ertengahan 2020 lalu, dunia digemparkan dengan kasus George Floyd—seorang pria kulit hitam yang pada kala itu sedang membeli rokok dan dituduh membayarnya dengan uang palsu. Penjaga toko lalu memanggil kepolisian Kota Minneapolis, hingga polisi menangkap dan menindih leher George sampai tengkurap di jalanan. Meskipun memelas berkali-kali dan mengatakan ia tidak bisa bernapas, polisi tidak menggubrisnya. Delapan menit empat puluh enam detik kemudian, George kehilangan nyawanya dengan kaki si polisi di lehernya. Insiden ini cukup meledak di internet. Mengakibatkan munculnya gerakan #BlackLivesMatter di mana banyak orang berbondong-bondong menyatakan kepedulian dan keprihatinannya akan kejadian tersebut. Masih di tahun yang sama, rasisme terhadap masyarakat Papua timbul ke permukaan media Indonesia. Ini adalah reaksi yang mengikuti aksi #BlackLivesMatter di Amerika Serikat. Hal ini mengakibatkan semakin tereksposnya tindakan rasis terhadap masyarakat Papua, baik di wilayah luar maupun dalam Papua. Dihimpun dari data Amnesty International Indonesia, setidaknya ada 20 kasus pembunuhan di luar hukum di Papua sejak Februari 2020 hingga November 2020 dengan total 29 korban. Hal ini belum termasuk kekerasan dan penahanan tanpa kejelasan hukum yang terjadi di sana. Seperti pada 17 November 2020, di mana 55 orang— termasuk dua anggota Majelis Rakyat Papua (MRP)— ditangkap oleh anggota Polres Merauke dan dituduh melanggar Pasal 107 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tentang makar. Ke-55 orang tersebut berada di Merauke untuk menyelenggarakan Rapat Dengar Pendapat (RDP) terkait implementasi otonomi khusus di Papua. Di luar wilayah Papua, masyarakat berkulit hitam asal Indonesia Timur juga merasakan diskriminasi yang didasarkan oleh ras mereka. Kasus yang cukup mewakili hal


ULTI MAG Z

17

I ssue N o . 2 8

ini adalah insiden pengepungan dan penyerangan Asrama Mahasiswa Papua oleh salah satu organisasi masyarakat di Surabaya yang berujung sederet aksi kerusuhan pada 2019 lalu. Baru-baru ini di awal 2021, tindakan rasis juga terjadi pada mantan Komisioner Komnas HAM Indonesia— Natalius Pigai. Perlakuan rasis ini dilontarkan oleh pihak oposisi politik korban di media sosial, di mana korban disamakan dengan gorila. Hal ini tentunya menjadi babak baru terhadap gentingnya rasisme pada masyarakat Papua yang kini telah menyebar ke segala lapisan masyarakat. Hingga kini masyarakat Papua masih dinilai sebagai kaum destruktif untuk kesatuan dan persatuan Indonesia. Banyak kasus penangkapan warga Papua menggunakan alasan makar yang beresiko memecah-belah bangsa. Namun, alasan ini menjadi terlalu sering digunakan sehingga kita tak mampu lagi membedakan mana aksi yang dapat disebut makar, mana yang sekedar opini dan aspirasi. Rasisme tidak hanya terjadi kepada masyarakat Papua. Masyarakat etnis Tionghoa juga merasakan pahitnya rasisme. Penggantian nama, pelarangan bahasa dan aksara Mandarin, pembatasan kegiatan agama dan hari raya di muka umum, menjadi aturan hidup masyarakat etnis Tionghoa di Orde Baru. Kejadian paling berdarah yang memakan korban jiwa etnis Tionghoa adalah kerusuhan Mei 1998. Lebih dari ratusan warga Tionghoa diperkosa dan dibunuh serta hidup dalam ketakutan. Tindakan rasis yang menimpa kaum Tionghoa dan ras-ras yang dinilai sebagai pendatang, juga perlu perhatian lebih. Pun, jika dibandingkan dengan dua dekade lalu, tindak kekerasan atas dasar rasisme kepada mereka sudah jauh berkurang. Namun, masih banyak stigma-stigma dan perbuatan rasis yang kaum ras 'pendatang' rasakan.

Buang jauhjauh pikiran, “kita berbeda, maka tidak boleh berdekatan” menjadi “kita berbeda dan bisa saling melengkapi.


18

SECTION:

Akar Rasisme yang Mendarah Daging Rasisme adalah suatu sistem kepercayaan atau doktrin yang menyatakan bahwa perbedaan biologis yang melekat pada ras manusia menentukan pencapaian budaya atau individu. Suatu ras tertentu lebih superior dan memiliki hak untuk mengatur ras yang lainnya. Ras sendiri merupakan ciri-ciri yang diturunkan secara biologis yang meliputi warna kulit, ciri wajah, tekstur rambut, dan bentuk tubuh. Kasus rasisme yang terjadi di Indonesia sudah lama terjadi sejak zaman penjajahan Belanda. Negara penjajah Eropa menciptakan stratifikasi sosial di negara jajahannya. Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) menerapkan stratifikasi dan melegalkannya di Indonesia. Adapun stratifikasi tersebut meliputi penduduk kulit putih Eropa sebagai golongan tertinggi, golongan tengah yang terdiri dari penduduk Timur Asing dengan mayoritas keturunan Tionghoa dan Arab, serta masyarakat pribumi Indonesia yang sebagai golongan terendah. Setelah merdeka, rezim Soeharto membuat banyak aturan yang sebenarnya diskriminatif terhadap etnis Tionghoa. Keinginan Soeharto untuk mengasimilasikan masyarakat Tionghoa dengan pribumi menjadi kedok perlakuan diskriminatif. Pada 1967, Soeharto menerbitkan Instruksi Presiden No. 14 yang membatasi tata cara peribadatan Tionghoa termasuk merayakan Imlek. Perayaan Imlek tidak boleh dilakukan mencolok di tempat umum, tapi dibatasi dalam lingkup keluarga saja.

COVER STORY

Pemerintah Orde Baru juga 'merekomendasi' masyarakat yang masih memiliki nama Tionghoa untuk menggantinya menjadi nama Indonesia sebagai salah satu tindakan asimilasi. Era Orde Baru juga melarang penggunaan bahasa Mandarin dan istilah-istilah berbau Mandarin. Golongan masyarakat Tionghoa yang saat zaman penjajahan ada di tingkat tengah, turun menjadi tingkat paling rendah pada masa Orde Baru. Meskipun tidak merasakan perlakuan pahit diskriminatif di masa lalu, rasisme yang dirasakan masyarakat Papua juga sama sakitnya. Mereka dipandang rendah karena perbedaan fisik seperti warna kulit dan rambut. Mahasiswa Papua diteriaki “monyet!” oleh organisasi masyarakat di Surabaya pada tahun 2019 dan baru-baru ini Natalius Pigai disamakan dengan gorila oleh politikus Hanura. Tindakan rasis paling sepele sebenarnya banyak terjadi di sekitar kita. Peringatan dari orang tua untuk tidak berteman dengan etnis A atau B contohnya. Lalu, kerap kali perkataan “nanti nikah jangan sama etnis A, harus sama etnis B” juga salah satunya. Lebih ekstrem lagi, melabeli satu etnis dengan karakter tertentu. Seharusnya manusia bisa bertanya kepada diri sendiri, mengapa kita harus membeda-bedakan berdasarkan penampilan fisik? Perilaku menyamakan seseorang dengan binatang atau membatasi kebebasannya membuat orang itu merasa kecil, tidak layak, terpinggirkan, terlupakan. Padahal setiap manusia mempunyai hak untuk merasa bebas tanpa tekanan dari pihak manapun.


ULTI MAG Z

I ssue N o . 2 8

Ketika kita mati dan tinggal tulang belulang, Berani Bawa Perubahan Bersama tidak terlihat lagi perbedaan warna kulit, tekstur Amnesty rambut, dan bentuk wajah. Apapun perbedaan Di antara banyaknya organisasi kemanusiaan fisik manusia, darah yang mengalir sama-sama di Indonesia, Amnesty International Indonesia warna merah. Jadi, untuk apa bersikap rasis? merupakan salah satu yang paling vokal Peran Kita Pada Warisan Paradigma dalam mengangkat isu-isu pelanggaran Hak Rasis Asasi Manusia (HAM). Lewat Instagram (@ Paradigma memang selalu turun dari orang amnestyindonesia) dan situs resminya (amnesty. tua dan mempengaruhi pandangan seseorang id), lembaga ini banyak membagikan informasi terhadap sesuatu. Kini warisan paradigma mengenai isu-isu HAM terkini terhadap rasisme menjadi lebih fleksibel serta konten edukasi mengenai akibat hadirnya internet dan media sosial persamaan hak hidup manusia. yang memudahkan generasi kita memperoleh Setiap tahunnya, Amnesty informasi dan sudut pandang baru. Khususnya mempunyai program ‘Write tentang bagaimana menanggapi perbedaan for Rights’ di mana semua pada masyarakat. orang di dunia dapat menulis Generasi kita adalah generasi penentu surat sebagai petisi terhadap yang memegang tanggung jawab besar untuk suatu isu kemanusiaan. Pada menentukan ke arah mana warisan paradigma isu rasisme seperti kasus atas perbedaan ini akan kita bawa. Kita perlu Natalius Pigai, Amnesty, menanamkan hal-hal dasar, seperti kemampuan melalui Instagram, membagikan berpikir kritis dan logis, kesadaran akan perbedaan tips menyikapi perilaku rasis dan akibat pola budaya, perbedaan kepercayaan ujaran kebencian, antara lain: dan keyakinan, serta rasa lapang dada dalam • b u k a dialog dan menghadapi perbedaan. Dengan modal-modal mendengarkan cerita tersebut, setidaknya kita sudah mampu terhindar korban rasisme, dari paham-paham yang memperparah warisan • beranikan diri hadapi percakapan sulit paradigma kita. mengenai rasisme jika kita merasa aman Langkah kecil, tapi sepele yang bisa dilakukan untuk membicarakannya di media sosial, salah satunya adalah mengubah pola pikir dan • ceritakan kisah nyata korban perilaku cara pandang kita terhadap perbedaan. Buang diskriminatif untuk membangun empati, jauh-jauh pikiran, “kita berbeda, maka tidak • perhatikan bahasa yang kita gunakan dalam boleh berdekatan” menjadi “kita berbeda dan menyampaikan opini, bisa saling melengkapi”. Anak muda tidak hanya • jangan hanya membela satu pihak saja, tapi harus berani beda, tetapi juga harus berani tunjukkan keberpihakan pada keadilan untuk merangkul perbedaan. dunia yang lebih baik.

19


20

SECTION:

INFO INDONESIA

Tebal Telinga Indonesia: Kesejahteraan Buruh yang Terus Terlantar writer Thefanny, Maria Katarina photographer Muhammad Dava Ferdiansyah & Charles Putra editor Andi Annisa Ivana Putri

P

anas matahari membuat makanan dan minuman dingin terlihat lebih nikmat di siang hari. Mudah saja bagi seseorang untuk pergi ke minimarket terdekat dan membeli minuman dingin atau es krim dengan harga termurah. Namun, pernahkah terlintas dalam benak Ultimates alasan di balik murahnya sebuah produk? Apakah karena bahan baku yang digunakan memiliki kualitas yang buruk, ataukah karena kemasan produk yang biasa saja? Mungkinkah karena produsen tidak perlu membayar iklan atau memiliki biaya operasional yang murah? Di balik harga es krim yang murah, terdapat kisah memilukan pada proses pembuatannya. Indonesia sempat dibuat gempar pada awal 2020 lalu akibat aksi eksploitasi buruh yang dilakukan oleh produsen es krim AICE, PT Alpen

Food Industry. Buruh yang bekerja di pabrik es krim AICE mengaku tidak diberi tempat tinggal dan makanan yang layak. Bahkan, tidak sedikit buruh perempuan mengalami keguguran akibat jam kerja yang berlebihan. Dini Yulianti (23), salah satu buruh perempuan pabrik es krim AICE, mengaku pernah hamil dan keguguran saat usia kandungannya berjalan lima bulan. Dokter kandungan sempat menyarankan Dini untuk tidak tidur larut malam, tetapi jam kerjanya tidak memungkinkan hal itu. “Waktu itu minta non-shift karena ada riwayat rahim lemah, tapi dari perusahaan enggak dikasih. Alasannya karena yang hamil bukan saya doang,” ujar Dini kepada suara.com. Tidak hanya itu, biaya pengobatan pasca -operasi kuret yang dijalani Dini juga tidak ditanggung oleh pihak perusahaan. Dini


ULTI MAG Z

I ssue N o . 2 8

mengatakan, “Biaya kuret waktu itu pakai Permasalahan baru yang muncul dari buruh yang jaminan kesehatan, tapi biaya berobat Rp800 tidak terikat dengan kontrak kerja adalah sulitnya ribu pakai uang sendiri. Cuma enggak diganti membawa kasus-kasus eksploitasi atau pelanggaran oleh perusahaan.” hak asasi ke ranah hukum. Hal inilah yang membuat pekerja sulit melindungi hak-haknya melalui jalur POLEMIK BURUH, MULAI DARI PEKERJA hukum, sehingga biasanya permasalahan yang LAPANGAN HINGGA DI BALIK MEJA terjadi hanya diselesaikan secara kekeluargaan. Kasus eksploitasi tidak hanya terjadi di pabrikBerdasarkan data dari Badan Pusat Statistik pabrik produksi. Bahkan tenaga kerja Indonesia (BPS), jumlah pekerja di Indonesia pada 2017 (TKI) dan pekerja kantoran juga masih banyak mencapai 114 juta jiwa dan meningkat hingga yang mengalami eksploitasi buruh. Kategori 133.292.866 jiwa pada 2020. Sayangnya, tingkat buruh tidak terbatas pada pekerja pabrik, tetapi pemutusan hubungan kerja (PHK) meningkat di setiap orang yang memiliki kontrak kerja antara Indonesia sejak pandemi berlangsung. Sulitnya dirinya dan pihak yang memberikan pekerjaan. kondisi ekonomi memaksa perusahaan untuk Mudahnya, selama seseorang masih diberi upah memberhentikan pekerjanya. atau gaji oleh orang lain, maka orang tersebut Berdasarkan data dari lokadata.id, angka PHK di dikategorikan sebagai buruh. Indonesia sempat mengalami penurunan hingga 3,4 Nyatanya, masih banyak pekerja yang ribu pekerja pada 2014-2018. Namun, angka ini tidak dikategorikan sebagai buruh karena tidak kembali naik pada 2019 sebanyak 45 ribu pekerja. terikat kontrak hitam di atas putih. Kebanyakan Te r l i h a t p u l a a n g k a P H K y a n g m e n i n g k a t pekerja ini adalah mereka yang bekerja di sektor drastis dari 2019 ke 2020 yang menyentuh 3,6 informal, s e p e r t i b u r u h t a n i a t a u a s i s t e n juta p ekerja di Indonesia. r u m a h t a n g g a ( A RT ) . N a m u n , h a k i k a t n ya Pun, 2020 membawa kejutan yang tidak terduga selama orang tersebut b ekerja dan digaji untuk para pekerja, pemutusan kerja lantaran krisis o l e h o r a n g l a i n , m e re k a t e r m a s u k d a l a m ekonomi yang disebabkan pandemi COVID-19. kategori buruh.

Data jumlah pekerja di Indonesia berdasarkan Badan Pusat Statistik

21


22

SECTION:

Namun, apakah aksi pemutusan kerja di tengah pandemi termasuk dalam pelanggaran hak asasi manusia? Pasalnya, tidak mudah bagi seseorang untuk mendapatkan lowongan pekerjaan dalam keadaan normal, terlebih lagi ketika pandemi seperti ini. Dapat dikatakan, kehilangan pekerjaan di tengah pandemi sama saja seperti menerima kenyataan kalau hidupnya hanya tinggal menghitung hari sebelum mati kelaparan karena tidak memiliki pendapatan untuk menyambung hidup. Menurut Ketua Komisioner Komnas HAM, Drs. Ahmad Taufan Damanik, M.A., aksi PHK yang dilakukan oleh perusahaan baru menjadi pelanggaran HAM jika melanggar kaidah hukum yang berlaku. Tidak hanya dalam hal PHK, eksploitasi juga sama. “Kalau dia (perusahaan) memenuhi kaidah hukum kan tidak bisa perusahaan itu dikatakan melanggar hak asasi manusia,” ujar Taufan saat dihubungi ULTIMAGZ pada Jumat (12/02/21).

INFO INDONESIA

Lalu, bagaimana dengan buruh yang haknya dikurangi oleh perusahaan saat melakukan PHK? Taufan menjelaskan bahwa pengurangan hak buruh di tengah krisis akibat pandemi adalah hal yang wajar. “Mau tidak mau perusahaan harus mengurangi hak-hak dari buruh itu. Nah, pertanyaannya adalah apakah dia memenuhi kaidah hukum?” lanjut Taufan. Dengan argumen yang logis dan sesuai hukum, perusahaan yang mengurangi hak buruhnya tidak dapat dikatakan sebagai pelanggaran HAM. Pasalnya, sudah tidak ada lagi yang dapat dilakukan oleh perusahaan di tengah krisis. Sebagai lembaga pengawas hak asasi yang ada di Indonesia, Komnas HAM dapat memiliki wewenang untuk memberikan rekomendasi terkait pembenahan pelanggaran HAM kepada pihak-pihak terkait. Sayangnya, terdapat beberapa kekurangan dalam Undang-Undang yang mengatur regulasi ini. “Undang-Undang (nomor) 39 memang tidak memberikan kekuasaan kepada Komnas HAM untuk memberikan sanksi kepada lembaga atau pihak yang kalau diberikan rekomendasi tertentu tidak menjalankannya,” tutur Taufan.

Persentase angka pemutusan hubungan kerja dari lokadata.id


ULTI MAG Z

23

I ssue N o . 2 8

Salah satu pasal yang dinilai akan merugikan pekerja Indonesia adalah berubahnya peraturan mengenai pengupahan pekerja. Jika sebelumnya pekerja memiliki upah minimum berdasarkan ketetapan pemerintah daerah, kali ini upah minimum yang akan didapatkan pekerja menjadi berdasarkan kondisi ekonomi dan ketenagakerjaan daerah. Kondisi ekonomi yang dimaksud adalah pertumbuhan ekonomi daerah atau inflasi pada daerah yang bersangkutan. Mengacu pada UU Cipta Kerja pasal 88 ayat 2 yang berbunyi “Pemerintah Pusat menetapkan kebijakan pengupahan sebagai salah satu upaya mewujudkan hak pekerja/buruh atas penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”, berbeda sekali tujuan dan penerapan pengupahan yang terjadi di Indonesia. Mendapatkan upah berdasarkan pertumbuhan ekonomi tidak menjamin pendapatan yang stabil, sementara itu masih banyak kebutuhan tetap yang perlu dipenuhi seperti biaya pendidikan dan kesehatan. Tidak hanya kasus PHK yang dapat diadukan Wawancara bersama Ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan Damanik. atas pelanggaran HAM, pekerja yang tidak diupah sesuai dengan ketentuan yang berlaku juga berhak melapor. “Pelanggaran hak asasi manusia itu terjadi manakala ada tindakan-tindakan atau kebijakankebijakan yang dia bertentangan dengan hukum

Pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan antara pengusaha dan pekerja/ buruh atau serikat pekerja/serikat buruh tidak boleh lebih rendah dari ketentuan pengupahan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

dan merugikan pihak tertentu,” tegas Taufan. Pekerja yang saat ini sedang bekerja, paruh atau penuh waktu, dan tidak mendapatkan upah sesuai dengan hukum yang berlaku, berhak melaporkan perusahaan kepada pihak yang berwenang berdasarkan peraturan perundangan UU Cipta Kerja pasal 88A ayat 4. “Pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan antara pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh tidak boleh lebih rendah dari ketentuan pengupahan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.” Sistem hukum ketenagakerjaan di Indonesia masih jauh dari kata sempurna. Hal ini dikarenakan masih banyaknya hak buruh yang belum terpenuhi. Sayangnya, sering kali alasan buruh tidak melakukan perlawanan adalah proses hukum yang terlalu panjang. Pada Saat yang bersamaan, mereka juga harus tetap mencari nafkah untuk menyambung hidup. Hal ini membuat buruh menerima keputusan yang diberikan perusahaan agar tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya. “Ini saya kira yang kita sebut sebagai perlunya kita terus mereformasi sistem perlindungan kita terhadap tenaga kerja atau buruh di Indonesia,” tutup Taufan.


24

SECTION:

Namun, apakah aksi pemutusan kerja di tengah pandemi termasuk dalam pelanggaran hak asasi manusia? Pasalnya, tidak mudah bagi seseorang untuk mendapatkan lowongan pekerjaan dalam keadaan normal, terlebih lagi ketika pandemi seperti ini. Dapat dikatakan, kehilangan pekerjaan di tengah pandemi sama saja seperti menerima kenyataan kalau hidupnya hanya tinggal menghitung hari sebelum mati kelaparan karena tidak memiliki pendapatan untuk menyambung hidup. Menurut Ketua Komisioner Komnas HAM, Drs. Ahmad Taufan Damanik, M.A., aksi PHK yang dilakukan oleh perusahaan baru menjadi pelanggaran HAM jika melanggar kaidah hukum yang berlaku. Tidak hanya dalam hal PHK, eksploitasi juga sama. “Kalau dia (perusahaan) memenuhi kaidah hukum kan tidak bisa perusahaan itu dikatakan melanggar hak asasi manusia,” ujar Taufan saat dihubungi ULTIMAGZ pada Jumat (12/02/21).

INFO INDONESIA

Dapat Lalu, dikatakan, bagaimana kehilangan dengan pekerjaan buruh yang di haknya tengah pandemi dikurangisama oleh perusahaan saja seperti saat menerima melakukan kenyataan PHK? kalau Taufanhidupnya menjelaskan hanyabahwa tinggalpengurangan menghitung hari hak sebelum buruh di mati tengah kelaparan krisis akibat karenapandemi tidak memiliki adalah pendapatan hal yang wajar. untuk menyambung hidup. Menurut “Mau tidakKetua mau perusahaan Komisionerharus Komnas mengurangi HAM, Drs. hak-hak Ahmad dari buruh Taufan itu.Damanik, Nah, pertanyaannya M.A., aksiadalah PHK yang apakah dilakukan dia memenuhi olehkaidah perusahaan hukum?” baru lanjut menjadi Taufan. pelanggaran Dengan argumen HAM jika yang melanggar logis dankaidah sesuai hukum, hukum yang perusahaan berlaku.yang Tidak mengurangi hanya dalam hak hal buruhnya PHK, eksploitasi tidak dapat juga dikatakan sama. sebagai pelanggaran HAM. “ K aPasalnya, l a u d i a sudah ( p e r tidak usaha ada a n lagi ) myang e m edapat nuhi kaidah dilakukan hukum oleh perusahaan kan tidak bisa di tengah perusahaan krisis. itu dikatakan Sebagai melanggar lembaga pengawas hak asasi hak manusia,” asasi yang ujar Taufan Hingga ada di saat Indonesia, saatini, dihubungi masih Komnas banyak ULTIMAGZ HAM sistem dapat pada danmemiliki regulasi Jumat mengenai (12/02/21). ketenagakerjaan wewenang untuk memberikan yang perlurekomendasi dibenahi oleh terkait Pemerintah Indonesia. pembenahan Lalu, bagaimana Hasil pelanggaran survei dengan HAM yang buruh kepada dihimpun yang pihak-pihak haknya Global Rights dikurangi Index terkait. diSayangnya, Asean olehmenunjukkan perusahaan terdapat beberapa Indonesia saat melakukan kekurangan yang memperoleh PHK? nilai dalam 4Taufan Undang-Undang pada 2014 menjelaskan dan yang 2015,bahwa mengatur nilai ini pengurangan regulasi menunjukkan ini. masih adanya hak “Undang-Undang buruh pelanggaran di tengahhak krisis (nomor) pekerja wakibat yang 39 pandemi memang dilakukan secara terus-menerus. tidak adalahmemberikan hal Tahun yang2016 wajar. dan kekuasaan 2017, Indonesia kepada mengalami penurunan Komnas “Mau menjadi tidak HAM nilai untuk mau 5 yang memberikan perusahaan menandakan sanksi harus tidak adanya jaminan hak mengurangi kepada bagi lembaga pekerja. hak-hak atau dari pihak buruh yang itu. kalau Nah, Sedangkandiberikan pertanyaannya pada 2020, rekomendasi survei adalah International tertentu apakahtidak dia Trade Union Confederation mengungkap memenuhi menjalankannya,” sebanyak kaidah tutur 60hukum?” persen Taufan.responden Indonesia mengaku tidak mendapatkan l a upah n j u yang t cukup untuk menjalani kehidupan yang layak.Taufan. Sebanyak 60 persen responden juga merasa sistem ekonomi D edinIndonesia gan tidak adil dan lebih menguntungkana rorang g u m eyang n beruang. yang Diberlakukannya UU Cipta l o g iKerja s sejak d a n Oktober s e s u2020 a i lalu juga tidak memperbaiki keadaan hukum, ketenagakerjaan perusahaanIndonesia yang saat ini. Pasalnya, UU Cipta Kerja mengurangi dianggap hak memuat buruhnya pasal-pasal yang dapat merugikan tidak buruhdapat dan menguntungkan dikatakan sebagai investor asing. pelanggaran HAM. Pasalnya, sudah tidak ada lagi yang dapat dilakukan oleh perusahaan di

Kendala Ketenagakerjaan Indonesia

Wawancara bersama Ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan Damanik.


ULTI MAG Z

25

I ssue N o . 2 8

Salah satu pasal yang dinilai akan merugikan pekerja Indonesia adalah berubahnya peraturan mengenai pengupahan pekerja. Jika sebelumnya pekerja memiliki upah minimum berdasarkan ketetapan pemerintah daerah, kali ini upah minimum yang akan didapatkan pekerja menjadi berdasarkan kondisi ekonomi dan ketenagakerjaan daerah. Kondisi ekonomi yang dimaksud adalah pertumbuhan ekonomi daerah atau inflasi pada daerah yang bersangkutan. Mengacu pada UU Cipta Kerja pasal 88 ayat 2 yang berbunyi “Pemerintah Pusat menetapkan kebijakan pengupahan sebagai salah satu upaya mewujudkan hak pekerja/buruh atas penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”, berbeda sekali tujuan dan penerapan pengupahan yang terjadi di Indonesia. Mendapatkan upah berdasarkan tidak menjamin pendapatan yang stabil, sementara itu masih banyak kebutuhan tetap yang perlu dipenuhi seperti biaya pendidikan dan kesehatan. Tidak hanya kasus PHK yang dapat diadukan atas pelanggaran HAM, pekerja yang tidak diupah sesuai dengan ketentuan yang berlaku juga berhak melapor. “Pelanggaran hak asasi manusia itu terjadi manakala ada tindakan-tindakan atau kebijakankebijakan yang dia bertentangan dengan hukum

dan merugikan pihak tertentu,” tegas Taufan. Pekerja yang saat ini sedang bekerja, paruh atau penuh waktu, dan tidak mendapatkan upah sesuai dengan hukum yang berlaku, berhak melaporkan perusahaan kepada pihak yang berwenang berdasarkan peraturan perundangan UU Cipta Kerja pasal 88A ayat 4. “Pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan antara pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh tidak boleh lebih rendah dari ketentuan pengupahan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.” Sistem hukum ketenagakerjaan di Indonesia masih jauh dari kata sempurna. Hal ini dikarenakan masih banyaknya hak buruh yang belum terpenuhi. Sayangnya, sering kali alasan buruh tidak melakukan perlawanan adalah proses hukum yang terlalu panjang. Pada saat yang bersamaan, mereka juga harus tetap mencari nafkah untuk menyambung hidup. Hal ini membuat buruh menerima keputusan yang diberikan perusahaan agar tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya. “Ini saya kira yang kita sebut sebagai perlunya kita terus mereformasi sistem perlindungan kita terhadap tenaga kerja atau buruh di Indonesia,” tutup Taufan.


26

SECTION:

INFO KAMPUS

Satu Tahun Kuliah Daring: Kurang Interaksi, Minim Bahan Ajar, hingga Susah Sinyal writer Nadia Indrawinata, Vellanda photographer Kyra Gracella & Hedwige Gevelyne A. editor Maria Helen Oktavia

S

inar mentari yang menembus jendela kamar membangunkan se orang mahasiswa. Dalam keadaan masih setengah sadar, ia pun meraih gawainya. Saat dinyalakan, gawai menunjukkan tepat pukul 08.13 dan sontak jantungnya seperti lupa cara berdetak. Buru-buru dirinya duduk di kursi meja belajar dan menyalakan laptop. Dalam hati, segala umpatan terlontar ketika browser internet masih berputar sedangkan dua menit lagi absen kelas pagi akan berakhir. Ia tidak mau menerima kenyataan pahit harus mengulang karena sudah terlambat di jatah absen terakhirnya. Akhirnya setelah satu menit, tampilan layarnya berubah. Ia sudah sampai di dalam

kelas penuh kotak abu-abu dengan temanteman sekelas yang belum menyalakan kamera. Untungnya, dosennya juga belum datang dan melakukan absensi. Mahasiswa ini pun sudah bernapas lega. Ilustrasi ini menggambarkan kejadian yang dialami juga oleh jutaan pelajar mahasiswa di Indonesia satu tahun terakhir ini. Berdasarkan SE 36962A/MPK.A/HK/2020 tertanggal 17 Maret 2020 dari Kemendikbud, universitas di Indonesia mulai melaksanakan proses pembelajaran secara daring dari rumah di wilayah dengan kasus COVID-19. Hal ini dilakukan dengan tujuan dapat menekan angka kasus pasien akibat pandemi yang bertambah setiap hari. Universitas Multimedia Nusantara


ULTI MAG Z

I ssue N o . 2 8

Jurnalistik, Komunikasi Strategis, Desain Komunikasi Visual (DKV), dan Perhotelan. Berdasarkan hasil survei, kebanyakan mahasiswa maupun dosen mengaku cukup puas dengan sistem perkuliahan daring UMN. Hal ini karena ketika diminta menilai dalam skala 1 sampai 5, mayoritas responden di kedua survei memilih 3 hingga 5. Diketahui, tiga alasan kepuasan perkuliahan daring paling dominan adalah tidak adanya biaya transportasi, dapat melakukan kegiatan lain saat perkuliahan, dan lebih banyak waktu istirahat. Namun, sebagian mahasiswa berpendapat berbeda. Tidak sedikit di antaranya yang sulit menemukan waktu istirahat, seperti yang dirasakan oleh mahasiswa Jurnalistik 2019, (UMN) merupakan salah satu yang ikut Adeline Frederica. Ia menganggap beberapa memulai kuliah daring sejak pertengahan pengajar banyak memberikan tugas dengan semester genap 2019/2020. tenggat waktu dekat. Sedangkan, tidak seluruh waktunya bisa didedikasikan untuk mengerjakan ISI HATI DOSEN DAN MAHASISWA UMN tugas-tugas dari berbagai mata kuliah. Masih ada Perubahan ini memaksa semua pihak untuk tanggung jawab di dalam rumah dan membantu beradaptasi. Beberapa program studi (prodi) orang tua. Dengan begitu, waktu istirahat pun yang biasanya menjalankan praktikum harus berkurang, bahkan tidak ada. menata ulang kurikulum. Duduk di ruang kelas berubah menjadi duduk di depan gawai atau laptop masing-masing. Kelas pun berubah menjadi panggilan video. Setelah berjalan selama hampir tiga semester secara daring, kepuasan serta efektivitas di mata mahasiswa dan dosen dipertanyakan. Untuk itu, ULTIMAGZ mengadakan survei kepada mahasiswa dan dosen tiap-tiap prodi UMN dari angkatan 2017-2020 sejak 30 Januari 2021. Dalam survei mahasiswa, ULTIMAGZ mendapatkan 200 responden yang berasal dari berbagai prodi. Mayoritas responden berasal dari prodi komunikasi strategis dengan jumlah 58 responden. Sementara itu, survei dosen mendapatkan 11 responden, dari prodi

27


28

tiga alasan kepuasan perkuliahan daring paling dominan adalah tidak adanya biaya transportasi, dapat melakukan kegiatan lain saat perkuliahan, dan lebih banyak waktu istirahat.

SECTION:

Kemudian, perkuliahan daring pun mendapat keluhan dari pihak mahasiswa maupun dosen. Sebab kelas daring dinilai tidak maksimal untuk proses belajar-mengajar. Hal ini dikarenakan kendala teknis yang sering terjadi, seperti server Zoom yang tidak stabil. “UMN sudah sangat baik dalam menciptakan sistem perkuliahan online. Mungkin yang bisa diperbaiki adalah server Zoom, karena saat perkuliahan bersama 1 angkatan jurusan, (server)

INFO KAMPUS

mengalami lag dan menjadi down. Mungkin bisa lebih diatasi dan diantisipasi lagi,” jelas Kenan Andrian mahasiswa Film 2018. Perkuliahan daring yang tidak maksimal ini juga karena performa kondisi dan situasi kelas yang dinilai menurun bagi para dosen. Mayoritas dosen mengaku mengalami situasi kelas yang minim akan partisipasi dan antusiasme mahasiswa, sehingga tidak jarang memunculkan rasa khawatir materi ajar tidak sampai

Wawancara bersama Ketua Dewan Etik Mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara (DEM UMN) Johan Setiawan pada Selasa (09/02/21) lalu


ULTI MAG Z

29

I ssue N o . 2 8

Respons dari Dewan Etik Mahasiswa UMN Hasil kedua survei ini pun ditunjukkan pada Johan Setiawan selaku Ketua Dewan Etik Mahasiswa (DEM). Johan mengaku bahwa sejak kuliah daring dimulai, isu plagiarisme yang menjadi fokus utama DEM. Namun, Johan terbuka kepada masukan-masukan oleh kedua pihak. Oleh karena itu, Johan setuju perlu ada audiensi dua arah antara dosen dan mahasiswa untuk menemukan solusi bersama. Banyak mahasiswa yang mengeluhkan soal beban tugas bertambah selama kuliah daring. Ketika membahas soal hal ini, Johan yang juga berperan sebagai dosen prodi Sistem Informasi bercerita tentang bagaimana ia mengatur ruang dengan baik. Banyaknya kelasnya sendiri.layar hitam dengan peredam suara yang menyala “Setiap dosen dalam RPKPS-nya diimbau untuk membuat memberikan kelas seperti acuh tidak tugas-tugas pada mahasiswanya acuh. agar mereka paham. Saya secara pribadi, Hal yang samakali diungkapkan sering kalau sayaoleh lihat tugasnya terlalu dosen Jurnalistik, Pritha Sati Putri banyak mungkin saya skip. Kalau setiap mata Moniaga. kuliah Pritha mengungkapkan melakukan hal yang sama—bahwa setiap masalah materi yang tidak sampai pertemuan harus ada kuisnya atau apa lah—itu secara maksimal sering menjadi saat diwawancara terlalusudah berat,” ungkapnya bahasan para dosen. melalui Zoom. “Apalagi Sepakat selama dengan kuliah daring hasil survei, Johan juga justru makin terlihat keterbatasannya, merasa interaksi di kelas berkurang. Hal ini ia seperti masalah sinyal, suasana tempat tinggal, kurang interaksi tatap muka,” tambahnya. Oleh karena itu, menurutnya UMN harus melakukan audiensi antara dosen dan mahasiswa untuk dapat menemukan titik tengah. “Sejauh ini dari kampus sudah berusaha memberi fasilitas yang

Harusnya UMN punya satu aplikasi di mana si mahasiswanya dari awal dia masuk mungkin sampai ia alumni, ia pakai satu aplikasi aja. Saya mau urusan dengan Gapura, misalnya, jadi satu di situ

bandingkan dengan situasi kelasnya sendiri. Dulu, ia kerap membiarkan mahasiswa saling berdiskusi dalam kelompok secara santai. Kuliah daring membuat kegiatan itu tidak mungkin dilakukan. Namun, menurutnya, itu tetap harus diusahakan oleh mahasiswa sendiri. Selain itu, terkait mahasiswa dan dosen yang sulit menemukan bahan referensi atau buku karena tidak bisa mengunjungi perpustakaan, Johan kembali menyarankan untuk menggunakan jasa peminjaman buku perpustakaan UMN yang dapat dikirimkan ke rumah masing-masing. Selebihnya, Johan tidak menjawab lebih lanjut mengenai solusi atas kesusahan yang menimpa mahasiswa maupun dosen dalam proses pembelajaran daring ini. Dirinya secara pribadi juga menjawab salah satu masukan responden terkait pengaturan dan penggunaan e-learning yang perlu dipermudah. “Harusnya UMN punya satu aplikasi di mana si mahasiswanya dari awal dia masuk mungkin sampai ia alumni, ia pakai satu aplikasi aja. Saya mau urusan dengan Gapura, misalnya, jadi satu di situ,” ucapnya. Nantinya semua masukan akan diberitahu ke pihak-pihak yang bersangkutan agar kuliah daring berjalan dengan lebih baik.


30

tiga alasan kepuasan perkuliahan daring paling dominan adalah tidak adanya biaya transportasi, dapat melakukan kegiatan lain saat perkuliahan, dan lebih banyak waktu istirahat.

SECTION:

Kemudian, perkuliahan daring pun mendapat keluhan dari pihak mahasiswa maupun dosen. Sebab kelas daring dinilai tidak maksimal untuk proses belajar-mengajar. Hal ini dikarenakan kendala teknis yang sering terjadi, seperti server Zoom yang tidak stabil. “UMN sudah sangat baik dalam menciptakan sistem perkuliahan online. Mungkin yang bisa diperbaiki adalah server Zoom, karena saat perkuliahan bersama 1 angkatan jurusan, (server)

INFO KAMPUS

mengalami lag dan menjadi down. Mungkin bisa lebih diatasi dan diantisipasi lagi,” jelas Kenan Andrian mahasiswa Film 2018. Perkuliahan daring yang tidak maksimal ini juga karena performa kondisi dan situasi kelas yang dinilai menurun bagi para dosen. Mayoritas dosen mengaku mengalami situasi kelas yang minim akan partisipasi dan antusiasme mahasiswa, sehingga tidak jarang memunculkan rasa khawatir materi ajar tidak sampai cukup baik , sep erti e -learning dan p elatihan, sehing ga p erlu komunikasi dua arah antara dosen dan mahasiswa,” ungkapnya. Namun, untuk memaksimalkan ke l a s d a r i n g , b e b e r a p a d o s e n memiliki p eraturan ketat bagi mahasiswa untuk menyalakan kamera dan harus aktif bicara di dalam kelas daring. Di sisi lain, koneksi internet buruk menjadi alasan ketidakpuasan terbesar kedua mahasiswa selama perkuliahan daring yang membuat mahasiswa sulit menyalakan kamera di dalam kelas. “Mungkin dosen dapat memahami ketika kita off cam itu berarti memang sedang mengalami sinyal buruk,” tulis mahasiswa Strategic Communication Wawancara bersama Ketua Dewan Etik Mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara (DEM UMN) Johan Setiawan 2020, Elviyani. Ia juga menambahkan pada Selasa (09/02/21) lalu bahwa memaksa untuk menyalakan


ULTI MAG Z

31

I ssue N o . 2 8

Respons dari Dewan Etik Mahasiswa UMN Hasil kedua survei ini pun ditunjukkan pada dengan Johan baik. Setiawan Banyaknya selaku layarKetua hitamDewan Etikdengan Mahasiswa peredam (DEM). suara Johan yangmengaku menyala bahwa sejak membuat kuliah daring kelas seperti dimulai,acuh isu plagiarisme tidak yang acuh. menjadi fokus utama DEM. Namun, Johan terbuka Halkepada yang sama masukan-masukan diungkapkan oleh kedua pihak. dosen Oleh Jurnalistik, karena itu, Pritha Johan Sati setuju Putri perlu ada audiensi Moniaga. dua arah Pritha antara mengungkapkan dosen dan mahasiswa untuk masalah menemukan materisolusi yangbersama. tidak sampai Banyak secara maksimal mahasiswa sudah yang sering mengeluhkan menjadi soal beban bahasan tugaspara bertambah dosen. selama kuliah daring. Ketika“Apalagi membahas selama soal halkuliah ini, Johan daring yang juga berperan justru makin sebagai terlihat dosenketerbatasannya, prodi Sistem Informasi bercerita seperti tentang masalah bagaimana sinyal,ia mengatur suasana ruang kamera hanya akan menghambat proses kelasnya tempat sendiri. tinggal, kurang interaksi tatap belajar karena keluardosen masuk Zoom. “Setiap muka,” tambahnya. dalam RPKPS-nya diimbau untuk Menurut Elviyani, stereotip memberikan Oleh karena tugas-tugas itu, menurutnya pada mahasiswanya UMN mahasiswa yang tidak menyalakan agar harus mereka melakukan paham. audiensi Saya secara antara pribadi, kamera adalah mahasiswa yang malassering dosen kalidan kalau mahasiswa saya lihat untuk tugasnya dapatterlalu malasan kerap kali menjadi paham banyak menemukan mungkinsalah titik saya tengah. skip. Kalau setiap mata antara mahasiswa dan dosen. kuliah“Sejauh melakukan ini hal dari yang kampus sama—bahwa sudah setiap “Tidak pertemuan semua mahasiswa seperti berusaha harus memberi ada kuisnya fasilitas atau apa yanglah—itu itu dan terlalu tidak semua cukup berat,” baikmahasiswa ungkapnya , sep erti saat e -learning diwawancara memiliki melalui fasilitas yang memadai dan Zoom. p elatihan, sehing ga p erlu untuk mengikuti SBD (Sistem Belajar Sepakat komunikasi dengan dua arah hasil antara survei, dosen Johan juga Daring),” tambah Elvi. merasa dan mahasiswa,” interaksi di kelas ungkapnya. berkurang. Hal ini ia Namun, untuk memaksimalkan ke l a s d a r i n g , b e b e r a p a d o s e n memiliki p eraturan ketat bagi mahasiswa untuk menyalakan kamera dan harus aktif bicara di dalam kelas daring. Di sisi lain, koneksi internet buruk menjadi alasan ketidakpuasan terbesar kedua mahasiswa selama

Harusnya UMN punya satu aplikasi di mana si mahasiswanya dari awal dia masuk mungkin sampai ia alumni, ia pakai satu aplikasi aja. Saya mau urusan dengan Gapura, misalnya, jadi satu di situ

bandingkan dengan situasi kelasnya sendiri. Dulu, ia kerap membiarkan mahasiswa saling berdiskusi dalam kelompok secara santai. Kuliah daring membuat kegiatan itu tidak mungkin dilakukan. Namun, menurutnya, itu tetap harus diusahakan oleh mahasiswa sendiri. Selain itu, terkait mahasiswa dan dosen yang sulit menemukan bahan referensi atau buku karena tidak bisa mengunjungi perpustakaan, Johan kembali menyarankan untuk menggunakan jasa peminjaman buku perpustakaan UMN yang dapat dikirimkan ke rumah masing-masing. Selebihnya, Johan tidak menjawab lebih lanjut mengenai solusi atas kesusahan yang menimpa mahasiswa maupun dosen dalam proses pembelajaran daring ini. Dirinya secara pribadi juga menjawab salah satu masukan responden terkait pengaturan dan penggunaan e-learning yang perlu dipermudah. “Harusnya UMN punya satu aplikasi di mana si mahasiswanya dari awal dia masuk mungkin sampai ia alumni, ia pakai satu aplikasi aja. Saya mau urusan dengan Gapura, misalnya, jadi satu di situ,” ucapnya. Nantinya semua masukan akan diberitahu ke pihak-pihak yang bersangkutan agar kuliah daring berjalan dengan lebih baik.


32

tiga alasan kepuasan perkuliahan daring paling dominan adalah tidak adanya biaya transportasi, dapat melakukan kegiatan lain saat perkuliahan, dan lebih banyak waktu istirahat.

SECTION:

Kemudian, perkuliahan daring pun mendapat keluhan dari pihak mahasiswa maupun dosen. Sebab kelas daring dinilai tidak maksimal untuk proses belajar-mengajar. Hal ini dikarenakan kendala teknis yang sering terjadi, seperti server Zoom yang tidak stabil. “UMN sudah sangat baik dalam menciptakan sistem perkuliahan online. Mungkin yang bisa diperbaiki adalah server Zoom, karena saat perkuliahan bersama 1 angkatan jurusan, (server)

INFO KAMPUS

mengalami lag dan menjadi down. Mungkin bisa lebih diatasi dan diantisipasi lagi,” jelas Kenan Andrian mahasiswa Film 2018. Perkuliahan daring yang tidak maksimal ini juga karena performa kondisi dan situasi kelas yang dinilai menurun bagi para dosen. Mayoritas dosen mengaku mengalami situasi kelas yang minim akan partisipasi dan antusiasme mahasiswa, sehingga tidak jarang memunculkan rasa khawatir materi ajar tidak sampai

Mayoritas dosen mengaku mengalami situasi kelas yang minim akan partisipasi dan antusiasme mahasiswa Wawancara bersama Ketua Dewan Etik Mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara (DEM UMN) Johan Setiawan pada Selasa (09/02/21) lalu


ULTI MAG Z

33

I ssue N o . 2 8

Respons dari Dewan Etik Mahasiswa UMN Hasil kedua survei ini pun ditunjukkan dengan baik. Banyaknya layarKetua hitamDewan pada Johan Setiawan selaku dengan peredam suara yang menyala Etik Mahasiswa (DEM). Johan mengaku bahwa membuat kelas seperti tidak sejak kuliah daring dimulai,acuh isu plagiarisme acuh. yang menjadi fokus utama DEM. Namun, Johan Halkepada yang sama diungkapkan oleh oleh kedua terbuka masukan-masukan dosen Jurnalistik, Pritha Sati Putri pihak. Oleh karena itu, Johan setuju perlu ada Moniaga. Pritha mengungkapkan audiensi dua arah antara dosen dan mahasiswa masalah materi yang tidak sampai untuk menemukan solusi bersama. secara maksimal sudah sering menjadi soal Banyak mahasiswa yang mengeluhkan bahasan para dosen. beban tugas bertambah selama kuliah daring. selama daring Ketika“Apalagi membahas soal halkuliah ini, Johan yang juga justru makin terlihat keterbatasannya, berperan sebagai dosen prodi Sistem Informasi seperti masalah sinyal,ia mengatur suasana ruang bercerita tentang bagaimana tempat tinggal, kurang interaksi tatap kelasnya sendiri. muka,”dosen tambahnya. “Setiap dalam RPKPS-nya diimbau untuk Oleh karena itu, menurutnya UMN memberikan tugas-tugas pada mahasiswanya harus melakukan antara agar mereka paham. audiensi Saya secara pribadi, dosen dan mahasiswa untuk dapat sering kali kalau saya lihat tugasnya terlalu menemukan tengah. banyak mungkintitik saya skip. Kalau setiap mata “Sejauh ini dari kampus sudah setiap kuliah melakukan hal yang sama—bahwa berusaha memberi fasilitas yanglah—itu pertemuan harus ada kuisnya atau apa cukup baik , sep erti e -learning terlalu berat,” ungkapnya saat diwawancara dan Zoom. p elatihan, sehing ga p erlu melalui komunikasi dua arah Sepakat dengan hasil antara survei, dosen Johan juga dan mahasiswa,” ungkapnya. merasa interaksi di kelas berkurang. Hal ini ia Namun, untuk memaksimalkan ke l a s d a r i n g , b e b e r a p a d o s e n memiliki p eraturan ketat bagi mahasiswa untuk menyalakan kamera dan harus aktif bicara di dalam kelas daring. Di sisi lain, koneksi internet buruk menjadi alasan ketidakpuasan terbesar kedua mahasiswa selama

Harusnya UMN punya satu aplikasi di mana si mahasiswanya dari awal dia masuk mungkin sampai ia alumni, ia pakai satu aplikasi aja. Saya mau urusan dengan Gapura, misalnya, jadi satu di situ

bandingkan dengan situasi kelasnya sendiri. Dulu, ia kerap membiarkan mahasiswa saling berdiskusi dalam kelompok secara santai. Kuliah daring membuat kegiatan itu tidak mungkin dilakukan. Namun, menurutnya, itu tetap harus diusahakan oleh mahasiswa sendiri. Selain itu, terkait mahasiswa dan dosen yang sulit menemukan bahan referensi atau buku karena tidak bisa mengunjungi perpustakaan, Johan kembali menyarankan untuk menggunakan jasa peminjaman buku perpustakaan UMN yang dapat dikirimkan ke rumah masing-masing. Selebihnya, Johan tidak menjawab lebih lanjut mengenai solusi atas kesusahan yang menimpa mahasiswa maupun dosen dalam proses pembelajaran daring ini. Dirinya secara pribadi juga menjawab salah satu masukan responden terkait pengaturan dan penggunaan e-learning yang perlu dipermudah. “Harusnya UMN punya satu aplikasi di mana si mahasiswanya dari awal dia masuk mungkin sampai ia alumni, ia pakai satu aplikasi aja. Saya mau urusan dengan Gapura, misalnya, jadi satu di situ,” ucapnya. Nantinya semua masukan akan diberitahu ke pihak-pihak yang bersangkutan agar kuliah daring berjalan dengan lebih baik.


34

tiga alasan kepuasan perkuliahan daring paling dominan adalah tidak adanya biaya transportasi, dapat melakukan kegiatan lain saat perkuliahan, dan lebih banyak waktu istirahat.

SECTION:

Kemudian, perkuliahan daring pun mendapat keluhan dari pihak mahasiswa maupun dosen. Sebab kelas daring dinilai tidak maksimal untuk proses belajar-mengajar. Hal ini dikarenakan kendala teknis yang sering terjadi, seperti server Zoom yang tidak stabil. “UMN sudah sangat baik dalam menciptakan sistem perkuliahan online. Mungkin yang bisa diperbaiki adalah server Zoom, karena saat perkuliahan bersama 1 angkatan jurusan, (server)

INFO KAMPUS

mengalami lag dan menjadi down. Mungkin bisa lebih diatasi dan diantisipasi lagi,” jelas Kenan Andrian mahasiswa Film 2018. Perkuliahan daring yang tidak maksimal ini juga karena performa kondisi dan situasi kelas yang dinilai menurun bagi para dosen. Mayoritas dosen mengaku mengalami situasi kelas yang minim akan partisipasi dan antusiasme mahasiswa, sehingga tidak jarang memunculkan rasa khawatir materi ajar tidak sampai

Wawancara bersama Ketua Dewan Etik Mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara (DEM UMN) Johan Setiawan pada Selasa (09/02/21) lalu


ULTI MAG Z

35

I ssue N o . 2 8

Respons dari Dewan Etik Mahasiswa UMN Hasil kedua survei ini pun ditunjukkan pada Johan Setiawan selaku Ketua Dewan Etik Mahasiswa (DEM). Johan mengaku bahwa sejak kuliah daring dimulai, isu plagiarisme yang menjadi fokus utama DEM. Namun, Johan terbuka kepada masukan-masukan oleh kedua pihak. Oleh karena itu, Johan setuju perlu ada audiensi dua arah antara dosen dan mahasiswa untuk menemukan solusi bersama. Banyak mahasiswa yang mengeluhkan soal beban tugas bertambah selama kuliah daring. Ketika membahas soal hal ini, Johan yang juga berperan sebagai dosen prodi Sistem Informasi bercerita tentang bagaimana ia mengatur ruang kelasnya sendiri. “Setiap dosen dalam RPKPS-nya diimbau untuk memberikan tugas-tugas pada mahasiswanya agar mereka paham. Saya secara pribadi, sering kali kalau saya lihat tugasnya terlalu banyak mungkin saya skip. Kalau setiap mata kuliah melakukan hal yang sama—bahwa setiap pertemuan harus ada kuisnya atau apa lah—itu terlalu berat,” ungkapnya saat diwawancara melalui Zoom. Sepakat dengan hasil survei, Johan juga merasa interaksi di kelas berkurang. Hal ini ia

bandingkan dengan situasi kelasnya sendiri. Dulu, ia kerap membiarkan mahasiswa saling berdiskusi dalam kelompok secara santai. Kuliah daring membuat kegiatan itu tidak mungkin dilakukan. Namun, menurutnya, itu tetap harus diusahakan oleh mahasiswa sendiri. Selain itu, terkait mahasiswa dan dosen yang sulit menemukan bahan referensi atau buku karena tidak bisa mengunjungi perpustakaan, Johan kembali menyarankan untuk menggunakan jasa peminjaman buku perpustakaan UMN yang dapat dikirimkan ke rumah masing-masing. Selebihnya, Johan tidak menjawab lebih lanjut mengenai solusi atas kesusahan yang menimpa mahasiswa maupun dosen dalam proses pembelajaran daring ini. Dirinya secara pribadi juga menjawab salah satu masukan responden terkait pengaturan dan penggunaan e-learning yang perlu dipermudah. “Harusnya UMN punya satu aplikasi di mana si mahasiswanya dari awal dia masuk mungkin sampai ia alumni, ia pakai satu aplikasi aja. Saya mau urusan dengan Gapura, misalnya, jadi satu di situ,” ucapnya. Nantinya semua masukan akan diberitahu ke pihak-pihak yang bersangkutan agar kuliah daring berjalan dengan lebih baik.


36

SECTION:

SOSOK INTERNAL

MENILIK RENCANG, Ikon Organisasi Kemanusiaan UMN writer Jairel Danet P., Andia Christy photographer Timothy B. Hallatu & Elisha Widirga editor Xena Olivia

S

ejak pandemi COVID-19 menghantam dunia, manusia diperhadapkan dengan berbagai situasi yang menyulitkan. Mau tidak mau kita harus menyesuaikan diri dengan segala kondisi yang ada. Tidak terkecuali bagi salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Universitas Multimedia Nusantara, Rencang. Rencang merupakan UKM yang bergerak di bidang kemanusiaan. Terbentuk pada 2007, mereka memiliki visi untuk menjadi “sahabat baik bagi masyarakat Indonesia”. Rencang hadir untuk mereka yang kurang beruntung secara fisik maupun psikis. Komitmen Rencang kepada masyarakat tampak pada gambar anjing Siberian Husky

yang menjadi maskot dari logo mereka, seekor binatang yang menggambarkan “kehangatan sebagai keluarga”. Rencang memaknai kemanusiaan sebagai sikap melindungi dan peka terhadap lingkungan sekitar, serta menjadi manusia yang mampu memahami dan menempatkan diri pada situasi orang lain atas dasar hati nurani. Hal ini diwujudkan dengan kesediaan hati untuk mengulurkan tangan bagi orang lain sebagai wujud kasih dan kepedulian. “Kemanusiaan berarti bersedia mengulurkan bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan dalam bentuk apa pun,” ungkap Ketua Rencang Gen 14, Gilbert Nathaniel.


ULTI MAG Z

I ssue N o . 2 8

Program unggulan terakhir adalah “What If?”, Selain itu,yang terdapat pula untuk program insidental, sudah memiliki rasa humanis seperti Rencang. yaitu program bertujuan meningkatkan yaitu “Rencang Cepat Tanggap”. Program ini Namun, kami akan terus berusaha untuk dan membangkitkan kesadaran sosial terhadap dilaksanakan untuk menolongdengan korbanmelakukan bencana meningkatkan dan mendorong nilai tersebut,” sekitar. Program ini dilakukan alam, baik sosial melalui penyaluran maupun eksperimen secara langsung didana tempat umum ucap Gilbert. terjun ke tempatHasil kejadian. Berdasarkan pengakuan Gilbert, Rencang ingin seraya langsung didokumentasikan. dokumentasi akan “Biasanya untuk program ‘Rencang Cepat membentuk lingkungan ideal yang mengandung dipublikasikan di berbagai akun media sosial Tanggap’ Rencang. sewaktu-waktu akan diunggah di tingkat kepekaan sosial pada tiap-tiap individu. Instagram resmi yaitu @rencangaye,” “Di tahun ini,Rencang, saya dan teman-teman BPH UKM Untuk itu, mereka tidak hanya melakukan aksi ungkap sosial semata, tetapi juga turut mengajak dan RencangGilbert. ingin memfokuskan Menjunjung Rencang kemanusiaan sebagai UKM dengan menginspirasi banyak orang untuk berbuat hal yang yang bergerak di bidang mengulurkan kemanusiaan, tangan oleh bagi karena mereka Lingkungan Idealyang yang Ingin itu program-program unggulan membutuhkan. yangDibentuk terlaksana sama, baik secara materi maupun tenaga. Rencang “Tindakan (baik) sebesar atau sekecil juga berfokus pada kegiatan yang menjunjung nilaiGilbert juga mengakui, saat ini Rencang apa pun bisa menjadi berkat bagi orang lain,” nilai kemanusiaan,” ujar Gilbert. sedang dalam proses pelaksanaan acara pertama ungkap Gilbert. Selain itu, terdapat pula program insidental, pada baru. Tanggap”. Sejauh pengamatannya, Melalui program yang ada, Rencang yaitukepengurusan “Rencang Cepat Program ini “Tidak sivitas semuanya UMN untuk cukup bisa dilaksanakan antusias korban dengan secarabencana offline. acara berharap dapat terus menyebarkan kebahagiaan dilaksanakan menolong Kegiatan “Gedurasi yangbaik dilaksanakan (Gerakan Peduli secaraLiterasi)”. offline Hal diikuti tersebut dan bagi masyarakat sesulit apa pun keadaan alam, melalui penyaluran danapun maupun terjun dilaksanakan terbukti dengan dari banyaknya berbagai pertanyaan ketentuan atau yang kondisi,” diajukan yang menerjang. “Aku juga berharap Rencang langsung ke tempat kejadian. ujar Gilbert. mahasiswa kepada akunprogram resmi Rencang. “Biasanya untuk ‘Rencang Cepat t i d a k s e k a d a r b e r ke m b a n g m e n j a d i U K M Tantangan “Untuk terbesar rasayang humanis merekayang hadapi adalah terkait kami Tanggap’ sewaktu-waktu akanterciprat, diunggah di semata, tetapi dapat menjadi berkat bagi interaksi belum antaranggota. bisa resmi menjanjikan Gilbert bahwa mengaku semua komunikasi mahasiswa masyarakat secara luas,” tutup Sheiren. Instagram Rencang, yaitu @rencangaye,” yang harus dilakukan secara daring memengaruhi proses ungkap Gilbert. persiapan program yang direncanakan. Namun, ia menyatakan Lingkungan Idealbahwa yang masalah ini tidak mematahkan semangat para anggota UKM Rencang untuk Ingin Dibentuk Rencang terus maju. Oleh sebab itu, Rencang secara konsisten melakukan rapat mingguan untuk menstimulasi para Gilbert juga mengakui, saat ini Rencang anggotanya. iniproses dilakukan agar program kerja sedangHal dalam pelaksanaan acara pertama yang direncanakan dapatbaru. tetap berjalan dan relasi pada kepengurusan Sejauh pengamatannya, interpersonal juga dapat terjalin. sivitas UMN cukup antusias dengan acara Gilbert menyatakan, Rencang memiliki program rutin “Gedurasi (Gerakan Peduli Literasi)”. Hal tersebut yang selalu dilaksanakan setiap pertanyaan tahunnya terlepas kondisi terbukti dari banyaknya yang diajukan pandemi.mahasiswa Terdapat "Sharing, Helping" yang merupakan kepada Caring, akun resmi Rencang. kegiatan donor darah juga acara penyambutan generasi baru, “Untuk rasa humanis yang terciprat, kami belum yakni "Rencang Night". bisa menjanjikan bahwa semua mahasiswa sudah Program Suasana “Sharing, webinar Caring, Gedurasi Helping” tahun iniNamun, terdiri memiliki rasa humanis seperti Rencang. dari duayang rangkaian diadakan kegiatan. oleh Rangkaian pertama, Rencang kami akan terus berusaha untuk meningkatkan dan diadakan Suasana webinar Gedurasi yang akan membuat UKM Rencang. gerakan skala nasional atau internasional mendorong nilai tersebut,” Gilbert. oleh UKMucap Rencang.

Kemanusiaan berarti bersedia mengulurkan bantuan kepada orangorang yang membutuhkan dalam bentuk apa pun,

37


38

SECTION:

SOSOK INTERNAL

MENILIK RENCANG, Ikon Organisasi Kemanusiaan UMN writer Jairel Danet P., Andia Christy photographer Timothy B. Hallatu & Elisha Widirga editor Xena Olivia

S

ejak pandemi COVID-19 menghantam dunia, manusia diperhadapkan dengan berbagai situasi yang menyulitkan. Mau tidak mau kita harus menyesuaikan diri dengan segala kondisi yang ada. Tidak terkecuali bagi salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Universitas Multimedia Nusantara, Rencang. Rencang merupakan UKM yang bergerak di bidang kemanusiaan. Terbentuk pada 2007, mereka memiliki visi untuk menjadi “sahabat baik bagi masyarakat Indonesia”. Rencang hadir untuk mereka yang kurang beruntung secara fisik maupun psikis. Komitmen Rencang kepada masyarakat tampak pada gambar anjing Siberian Husky

Selain itu, kemanusiaan dimaknai dengan memiliki akal budi dan hati nurani kepada kehidupan yang kita jalani, seperti yang diutarakan Humas Eksternal Rencang Sheiren Margaretha kepada pihak ULTIMAGZ.

Kegiatan Rencang Sebelum yang menjadi maskot dari logo mereka, seekor binatang Sesudah Pandemi yang menggambarkandan “kehangatan sebagai keluarga”. Situasi pandemi Rencang memaknai kemanusiaan sebagai nampaknya sikap t i d a k m e n g h a l a n g i ke hangatan melindungi dan peka terhadap lingkungan sekitar, dan kepedulian Rencang terhadap serta menjadi manusia yang mampu memahami dan lingkungan sekitar. UKM dengan menempatkan diri pada situasi orang lain atas dasar hati ratusan anggota di dalamnya masih nurani. Hal ini diwujudkan dengan kesediaanini hati untukmemiliki semangat terus mengulurkan tangan bagi orang lainuntuk sebagai wujudmengulurkan kasih tangan pada orang lain sebagai wujud dan kepedulian. mereka. “Kemanusiaan kepedulian berarti bersedia mengulurkan Berbeda dari sebelumnya, bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan kondisi memaksa Rencang dalam bentuk apa pun,” ungkappandemi Ketua Rencang Gen 14, harus melakukan hampir seluruh Gilbert Nathaniel. kegiatannya secara daring. Akibatnya, mereka turut melakukan penyesuaian terhadap program kerja yang ada.


ULTI MAG Z

I ssue N o . 2 8

Program unggulan terakhir adalah “What If?”, yaitu Selain program itu,yang terdapat bertujuan pulauntuk program meningkatkan insidental, sudah memiliki rasa humanis seperti Rencang. dan membangkitkan yaitu “Rencang Cepat kesadaran Tanggap”. sosial Program terhadap ini Namun, kami akan terus berusaha untuk sekitar. Program dilaksanakan untuk ini dilakukan menolongdengan korban melakukan bencana meningkatkan dan mendorong nilai tersebut,” eksperimen alam, baik sosial melalui secara penyaluran langsung didana tempat maupun umum ucap Gilbert. seraya langsung terjun didokumentasikan. ke tempatHasil kejadian. dokumentasi akan Berdasarkan pengakuan Gilbert, Rencang ingin Menjunjung dipublikasikan kemanusiaan “Biasanya untuk didengan berbagai program akun ‘Rencang media sosial Cepat membentuk lingkungan ideal yang mengandung mengulurkan Rencang. Tanggap’ tangan sewaktu-waktu bagi mereka akan diunggah di tingkat kepekaan sosial pada tiap-tiap individu. yang membutuhkan. Instagram “Di tahun resmi ini,Rencang, saya dan teman-teman yaitukemanusiaan @rencangaye,” BPH UKM Untuk itu, mereka tidak hanya melakukan aksi Menjunjung dengan RencangGilbert. ungkap ingin memfokuskan Rencang sebagai sosial semata, tetapi juga turut mengajak dan mengulurkan tangan bagiUKM mereka yang bergerak di bidang kemanusiaan, oleh karena menginspirasi banyak orang untuk berbuat hal yang yang membutuhkan. itu program-program Lingkungan Ideal unggulan yang Ingin yang Dibentuk terlaksana sama, baik secara materi maupun tenaga. juga berfokus pada kegiatan yang menjunjung nilaiRencang “Tindakan (baik) sebesar atau sekecil Suasana webinar Gedurasi yang nilai kemanusiaan,” Gilbert juga mengakui, ujar Gilbert.saat ini Rencang apa pun bisa menjadi berkat bagi orang lain,” diadakan oleh UKM Rencang. sedang Selain dalam itu,proses terdapat pelaksanaan pula program acara insidental, pertama ungkap Gilbert. yaitu kepengurusan pada “Rencang Cepat baru.Tanggap”. Sejauh pengamatannya, Program ini Melalui program yang ada, Rencang “Tidak semuanya bisa dilaksanakan secara offline. dilaksanakan sivitas UMN untuk cukupmenolong antusias korban dengan bencana acara berharap dapat terus menyebarkan kebahagiaan Kegiatan“Gedurasi yang dilaksanakan secara offline pun diikuti dan bagi masyarakat sesulit apa pun keadaan alam, baik (Gerakan melalui penyaluran Peduli Literasi)”. dana maupun Hal tersebut terjun dilaksanakan dengan narasumber berbagai Rencang ketentuan : atau kondisi,” langsungdari terbukti ke tempat banyaknya kejadian. pertanyaan yang diajukan yang menerjang. “Aku juga berharap Rencang ujar Gilbert. Ketua Umum, Gilbert NathanielCepat t i d a k s e k a d a r b e r ke m b a n g m e n j a d i U K M mahasiswa “Biasanya kepada untuk akun program resmi Rencang. ‘Rencang Tantangan terbesar &rasa Wakil yang Ketua mereka Umum, hadapi Jennifer adalah terkait Oktavia Tanggap’ “Untuk sewaktu-waktu humanis yang akanterciprat, diunggah kami di semata, tetapi dapat menjadi berkat bagi interaksi antaranggota. Gilbert mengaku komunikasi Instagram belum bisa resmi menjanjikan Rencang, bahwa yaitu semua @rencangaye,” mahasiswa masyarakat secara luas,” tutup Sheiren. yang harus dilakukan secara daring memengaruhi proses ungkap Gilbert. persiapan program yang direncanakan. Namun, ia menyatakan Lingkungan Idealbahwa yang masalah ini tidak mematahkan semangat para anggota UKM Rencang untuk Ingin Dibentuk Rencang terus maju. Oleh sebab itu, Rencang secara konsisten melakukan rapat mingguan untuk menstimulasi para Gilbert juga mengakui, saat ini Rencang anggotanya. iniproses dilakukan agar program kerja sedangHal dalam pelaksanaan acara pertama yang direncanakan dapatbaru. tetap berjalan dan relasi pada kepengurusan Sejauh pengamatannya, interpersonal juga dapat terjalin. sivitas UMN cukup antusias dengan acara Gilbert menyatakan, Rencang memiliki program rutin “Gedurasi (Gerakan Peduli Literasi)”. Hal tersebut yang selalu dilaksanakan setiap pertanyaan tahunnya terlepas kondisi terbukti dari banyaknya yang diajukan pandemi.mahasiswa Terdapat "Sharing, Helping" yang merupakan kepada Caring, akun resmi Rencang. kegiatan donor darah juga acara penyambutan generasi baru, “Untuk rasa humanis yang terciprat, kami belum yakni "Rencang Night". bisa menjanjikan bahwa semua mahasiswa sudah Program Suasana “Sharing, webinar Caring, Gedurasi Helping” tahun iniNamun, terdiri memiliki rasa humanis seperti Rencang. dari duayang rangkaian diadakan kegiatan. oleh Rangkaian Rencang kami akan terus berusaha untuk pertama, meningkatkan dan akan membuat UKM Rencang. gerakan skala Suasana nasional webinar atau internasional Gedurasi yang diadakan mendorong nilai tersebut,” ucap Gilbert. oleh UKM Rencang.

39


40

SECTION:

SOSOK INTERNAL

MENILIK RENCANG, Ikon Organisasi Kemanusiaan UMN writer Jairel Danet P., Andia Christy photographer Timothy B. Hallatu & Elisha Widirga editor Xena Olivia

S

ejak pandemi COVID-19 menghantam dunia, manusia diperhadapkan dengan berbagai situasi yang menyulitkan. Mau tidak mau kita harus menyesuaikan diri dengan segala kondisi yang ada. Tidak terkecuali bagi salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Universitas Multimedia Nusantara, Rencang. Rencang merupakan UKM yang bergerak di bidang kemanusiaan. Terbentuk pada 2007, mereka memiliki visi untuk menjadi “sahabat baik bagi masyarakat Indonesia”. Rencang hadir untuk mereka yang kurang beruntung secara fisik maupun psikis. Komitmen Rencang kepada masyarakat tampak pada gambar anjing Siberian Husky

berupa kampanye melalui media sosial untuk mengingatkan orang-orang akan pentingnya mendonor darah di masa pandemi ini. Dilanjutkan dengan rangkaian kedua, Rencang menyelenggarakan kegiatan donor darah yang bila izinkan akan dilaksanakan di gedung UMN dengan tetap menaati protokol kesehatan. Tahun ini, meski situasi pandemi belum membaik, Rencang memiliki beberapa program unggulan. “Baca Bareng Rencang” menjadi wadah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap ketidakmerataan tingkat penyebaran literasi di Indonesia. Melalui program ini, mereka membagikan buku kepada anak-anak di salah satu desa yang tidak memiliki akses baca tulis sebelumnya. Rencang menargetkan Desa Serdang Wetan di Tangerang untuk dikunjungi. Mempertimbangkan situasi yang terbatas, Rencang hanya akan membagikan buku di desa tersebut dengan jumlah anggota yang terbatas. Program unggulan lainnya adalah "Setetes Harapan" dan "What If?". Dalam program “Setetes Harapan”, yang menjadi ejak ejak maskot pandemi pandemi dari logo COVID-19 COVID-19 mereka, menghantam menghantam binatang anggota melakukan kunjungan danseekor sosialisasi ke salah yang menggambarkan dunia, dunia, manusia manusia “kehangatan diperhadapkan diperhadapkan sebagai keluarga”. dengan dengan satu yayasan kanker anak di Indonesia, yaitu Yayasan Rencang berbagai berbagai memaknai situasi situasi kemanusiaan yang yangmenyulitkan. menyulitkan. sebagai Mau sikap Mau Kanker Anak Indonesia. tidak tidak melindungi mau mau kita kita dan harus harus peka menyesuaikan menyesuaikan terhadap lingkungan diri“What dengan diri If?”, dengan sekitar, segala Program unggulan terakhir adalah yaitu program segala kondisi serta kondisi menjadi yang ada. yang manusia Tidak ada. terkecuali yang Tidak mampu terkecuali bagi memahami salah bagi satu salah Unit dan yang bertujuan untuk meningkatkan dan membangkitkan satu Kegiatan menempatkan Unit Kegiatan Mahasiswa diri pada Mahasiswa (UKM) situasi di orang Universitas (UKM) lain di atas Universitas Multimedia dasar hati kesadaran sosial terhadap sekitar. Program ini dilakukan Multimedia Nusantara, nurani. Hal Nusantara, ini Rencang. diwujudkan Rencang. dengan kesediaan hati untuk dengan melakukan eksperimen sosial secara langsung di tempat mengulurkan Rencang Rencang merupakan tangan merupakan bagi UKM orang UKM yang lain yang bergerak sebagai bergerak wujud di di bidang bidang kasih umum seraya didokumentasikan. Hasil dokumentasi akan kemanusiaan. kemanusiaan. dan kepedulian. Terbentuk Terbentuk pada pada 2007, 2007, mereka mereka memiliki memiliki visi dipublikasikan di berbagai akun media sosial Rencang. untuk visi untuk menjadi “Kemanusiaan menjadi “sahabat “sahabat baik berarti bagi bersedia masyarakat baik bagi mengulurkan Indonesia”. masyarakat “Di tahun ini, saya dan teman-teman BPH UKM Rencang Rencang Indonesia”. bantuan hadir kepada Rencang untuk orang-orang mereka hadir untuk yang yang mereka kurang membutuhkan yang beruntung kurang ingin memfokuskan Rencang sebagai UKM yang bergerak secara beruntung dalam fisik bentuk maupun secara apa pun,” psikis. fisik ungkap Komitmen maupun Ketua psikis. Rencang Rencang Komitmen kepada Gen 14, di bidang kemanusiaan, oleh karena itu program-program masyarakat Rencang Gilbert Nathaniel. kepada tampak masyarakat pada gambar anjing Siberian pada Husky unggulan yang terlaksana jugatampak berfokus padagambar kegiatan yang menjunjung nilai-nilai kemanusiaan,” ujar Gilbert.

SS


ULTI MAG Z

41

I ssue N o . 2 8

Selain itu, terdapat pula program insidental, yaitu “Rencang Cepat Tanggap”. Program ini dilaksanakan untuk menolong korban bencana alam, baik melalui penyaluran dana maupun terjun langsung ke tempat kejadian. “Biasanya untuk program ‘Rencang Cepat Tanggap’ sewaktu-waktu akan diunggah di Instagram resmi Rencang, yaitu @rencangaye,” ungkap Gilbert.

Lingkungan Ideal yang Ingin Dibentuk Rencang Gilbert juga mengakui, saat ini Rencang sedang dalam proses pelaksanaan acara pertama pada kepengurusan baru. Sejauh pengamatannya, sivitas UMN cukup antusias dengan acara “Gedurasi (Gerakan Peduli Literasi)”. Hal tersebut terbukti dari banyaknya pertanyaan yang diajukan mahasiswa kepada akun resmi Rencang. “Untuk rasa humanis yang terciprat, kami belum bisa menjanjikan bahwa semua mahasiswa

sudah memiliki rasa humanis seperti Rencang. Namun, kami akan terus berusaha untuk meningkatkan dan mendorong nilai tersebut,” ucap Gilbert. Berdasarkan pengakuan Gilbert, Rencang ingin membentuk lingkungan ideal yang mengandung tingkat kepekaan sosial pada tiap-tiap individu. Untuk itu, mereka tidak hanya melakukan aksi sosial semata, tetapi juga turut mengajak dan menginspirasi banyak orang untuk berbuat hal yang sama, baik secara materi maupun tenaga. “Tindakan (baik) sebesar atau sekecil apa pun bisa menjadi berkat bagi orang lain,” ungkap Gilbert. Melalui program yang ada, Rencang berharap dapat terus menyebarkan kebahagiaan bagi masyarakat sesulit apa pun keadaan yang menerjang. “Aku juga berharap Rencang t i d a k s e k a d a r b e r ke m b a n g m e n j a d i U K M semata, tetapi dapat menjadi berkat bagi masyarakat secara luas,” tutup Sheiren.

Suasana webinar Gedurasi yang diadakan oleh UKM Rencang.


42

SECTION:

SOSOK EKSTERNAL

Generasi Muda Perlu Ikut Campur Tangani Isu Kemanusiaan


ULTI MAG Z

43

I ssue N o . 2 8

writer Charlenne Kayla, Keisya Librani photographer M. Frizki Alfian & Jessica Gabriela S. editor Andi Annisa Ivana Putri

M

asalah kemanusiaan memang menjadi salah satu isu terbesar di Indonesia sejak dahulu. Mulai dari kemiskinan, akses pendidikan dan layanan kesehatan, bencana alam, hingga isu lingkungan. Terkadang , permasalahan tersebut terasa begitu jauh dan terlalu besar untuk diselesaikan oleh anak muda. Pun demikian, campur tangan anak mudalah yang justru diperlukan untuk menangani masalahmasalah kemanusiaan. Di Indonesia sendiri sudah terdapat beberapa organisasi dan gerakan kemanusiaan yang diprakarsai oleh anak muda, salah satunya Bye Bye Plastic Bags (BBPB) yang berfokus pada isu lingkungan, terutama sampah plastik. Di usia yang masih belia, kakak-beradik Melati (18) dan Isabel Wijsen (16) telah berhasil menggerakkan Bali untuk berhenti menggunakan kantong plastik. “Waktu kami main-main di sawah atau jalan di pantai, kami sering melihat kantong plastik menyumbat selokan, juga menumpuk di sungai dan pinggiran jalan. Kami melihat ini sebagai masalah realistis yang bisa kami tangani. Kami enggak mau menunggu sampai tua untuk bertindak,” ujar keduanya melalui media kit Bye Bye Plastic Bags.


44

SECTION:

Sampah plastik berpotensi tinggi mengancam alam.

SOSOK EKSTERNAL


ULTI MAG Z

45

I ssue N o . 2 8

Kami melihat ini sebagai masalah realistis yang bisa kami tangani. Kami enggak mau menunggu sampai tua untuk bertindak.

Tak hanya pada level masyarakat, BBPB juga membawa perubahan ke level kebijakan. BBPB memfasilitasi pertemuan-pertemuan antara pelaku bisnis, LSM, dan pemerintah Bali selama 2017 untuk merancang peraturan pembatasan pemakaian plastik sekali pakai. Akhirnya, pada 23 Juni 2019, Bali berhasil menjadi provinsi pertama di Indonesia yang menerapkan aturan bebas sampah plastik. Gerakan ini kemudian diikuti oleh berbagai daerah provinsi lain. Tidak hanya berhenti sampai sana, BBPB terus melaju—menyuarakan gerakan bebas plastik ke seluruh dunia. Meski muda, bukan berarti kita tak bisa membawa dampak besar bagi lingkungan dan isu-isu kemanusian.Melati dan Isabel percaya bahwa tak ada usia yang terlalu muda untuk memulai melakukan perubahan. “Fokus pada target yang realistis dan bersenang-senanglah dengan apa yang kamu lakukan. Biarkan saja yang bilang bahwa kamu terlalu mudah atau enggak mengerti. Pasti enggak mudah, tapi semua akan terbayarkan. Ingat, anak muda mungkin hanya mencakup 25% populasi dunia, tapi kita, tuh, 100%-nya masa depan,” pungkas keduanya.


46

SECTION:

SOSOK EKSTERNAL

Gagasan Sederhana dengan Dampak Besar Dari sebuah pemikiran “Apa yang bisa kami lakukan sebagai anak muda di Bali?”, Melati dan Isabel yang pada saat itu berusia 12 tahun dan 10 tahun tidak menunggu untuk membuat perubahan. Mereka pun memulai dari masalah yang paling dekat dengan mereka, masalah sampah plastik. Karena melihat kantong plastik yang menyumbat selokan dan menumpuk di pinggir jalan saat pergi bermain di sawah atau berjalanjalan di pantai, Melati dan Isabel merasa masalah ini dapat mulai diatasi. “Kantong plastik merupakan sesuatu yang kami lihat selalu diberikan setiap hari dan kami selalu membawa kantong belanja kemanapun kami pergi, lantas kenapa yang lain tidak? Ditambah kantong plastik juga telah dilarang di negara lain, maka kami tahu gerakan anti plastik di Bali dapat dilakukan,” ungkap Melati dan Isabel. Sebagai anak muda yang tinggal di Bali, Melati dan Isabel percaya bahwa Bali merupakan pulau yang penuh dengan keajaiban. Mereka ingin masyarakat Bali dapat terkoneksi dengan alam. Mereka yakin bahwa Bali dapat benar-benar terbebas dari polusi plastik dan mereka juga mengusahakan dunia penuh dengan anak muda yang mulai bergerak memperjuangkan apa yang mereka percaya. Maka dari itu, BBPB bukamerupakan lembaga perseorangan, melainkan lembaga kebersamaan untuk mencapai perubahan yang terus-menerus berkembang. Sampah plastik berpotensi tinggi mengancam alam.


ULTI MAG Z

47

I ssue N o . 2 8

Dari Petisi, Jadi Kebijakan Perjuangan panjang BBPB dimulai pada Oktober 2013. Setelah diluncurkan pada Global Initiative Network (GIN) Youth Conference di Bali, gerakan ini mulai melancarkan misinya. Melalui platform petisi daring Avaaz, BBPB berhasil mengumpulkan lebih dari 77.000 tanda tangan dukungan terhadap pelarangan penggunaan kantong plastik di Bali. Selain itu, mereka juga mendapat 10.000 tanda tangan tambahan ketika berkampanye di bandara Ngurah Rai. Berangkat dari dukungan tersebut, organisasi non-profit ini mulai bergerak dan berinovasi lebih untuk menyuarakan gerakan tanpa kantong plastik seperti bertemu dengan pemerintah daerah—memberikan presentasi di sekolah-sekolah, membuat buku panduan tentang bahaya plastik dan apa yang bisa dilakukan serta memberikan kantong alternatif kepada toko-toko di Bali setiap akhir pekan. Belum berhenti sampai sana, langkah BBPB terus membawa kemajuan. Pada Agustus 2016, muncul deklarasi resmi dari Bandara Ngurah Rai bahwa mereka mengimplementasikan gerakan bebas kantong plastik. Gerakan yang hanya dimulai dari sebuah organisasi itu pun menjadi semakin besar dengan diluncurkannya kampanye “Satu Pulau Satu Suara” dan gerakan pembersihan pantai terbesar di Bali. Pada 2020, sebanyak 788 kelompok membersihkan lebih 300 lokasi di penjuru Bali.

Tak hanya pada level masyarakat, BBPB juga membawa perubahan ke level kebijakan. BBPB memfasilitasi pertemuan-pertemuan antara pelaku bisnis, LSM, dan pemerintah Bali selama 2017 untuk merancang peraturan pembatasan pemakaian plastik sekali pakai. Akhirnya, pada 23 Juni 2019, Bali berhasil menjadi provinsi pertama di Indonesia yang menerapkan aturan bebas sampah plastik. Gerakan ini kemudian diikuti oleh berbagai daerah provinsi lain. Tidak hanya berhenti sampai sana, BBPB terus melaju—menyuarakan gerakan bebas plastik ke seluruh dunia. Meski muda, bukan berarti kita tak bisa membawa dampak besar bagi lingkungan dan isu-isu kemanusian.Melati dan Isabel percaya bahwa tak ada usia yang terlalu muda untuk memulai melakukan perubahan. “Fokus pada target yang realistis dan bersenang-senanglah dengan apa yang kamu lakukan. Biarkan saja yang bilang bahwa kamu terlalu mudah atau enggak mengerti. Pasti enggak mudah, tapi semua akan terbayarkan. Ingat, anak muda mungkin hanya mencakup 25% populasi dunia, tapi kita, tuh, 100%-nya masa depan,” pungkas keduanya.


48

SECTION:

Jurnalisme Kemanusiaan :

Ilustrasi salah satu peran media dalam jurnalisme kemanusiaan

OPINI INTERNAL


ULTI MAG Z

49

I ssue N o . 2 8

writer Louis Brighton Putramarvino, Carolyn Nathasa Dharmadhi photographer Jessica Gabriela S. & Androw Parama M. editor Maria Helen Oktavia

Dalam jurnalisme kemanusiaan, kepekaan itu kemudian dibangun, ditumbuhkan, kemudian dilatih agar bisa memberikan daya tawar kepada su kemanusiaan pembaca dibangun, untuk ditumbuhkan, kini melihat menjadi lebih kemudian topik luas dan yang dilatih mendalam kerap agar terlupakan bisa tentang memberikan Kecenderungan sebuahdaya persoalan, terakhir tawarterlihat kepada memberikan kala pembaca media sering untuk ruang memberikan bagi melihat orang informasi lebih yangluas terpinggirkan, tidak dan sebagaimana mendalam serta yang telahtentang menyamakan disepakati sebuah danpersepsi ditetapkan persoalan, masyarakat dalam standar memberikan dengan profesi jurnalisme.ruang orang-orang Maka dari bagiitu, orang marginal sisi kemanusiaan yang dengan terpinggirkan, perlu sudut hadir pandang dalam serta setiap pemberitaan menyamakan yang b erb media. e da persepsi dan lebih masyarakat menyeluruh. dengan Hal ini juga orang-orang Saking disampaikan jarangnya marginal oleh sudut Sandy dengan pandang Indrasudut kepekaan Pratama, pandang dalam salah satu dosenyang jurnalisme pengampu b erb digunakan, mata e da kuliah danpublik Humanitarian lebih pun menyeluruh. menjadi Journalism tidak di Universitas mengenal Saking Multimedia jarangnya apa yang Nusantara. dimaksud sudut pandang Menurutnya, dengan kepekaan humanitarian sentuhan dalam jurnalisme jurnalisme journalism. kemanusiaan digunakan, Halmemang ini dianggap publik sedikit yang pun berbeda menjadi menjadi dengan pemicu tidak jurnalisme pada mengenal media umumnya berbondong-bondong apa yang karena dimaksud berpokok untuk dengan pada mencari humanitarian cerita tentang sensasi manusia dengan journalism. ketimbang segalaHal persoalannya. nilai ini dianggap kemanusiaan yang menjadi dalam pemicu berita Melibatkan media mereka. manusia berbondong-bondong Fakta berartitersebut melibatkan untuk sangat sensitivitas mencari disayangkan sensasi dan empati. Dalam ketimbang oleh Sandy mendudukkan nilai yang menganggap kemanusiaan sebuah perkara, cerita dalam pertanyaanmanusia berita pertanyaan mereka. dan mendalam persoalan Fakta dan mereka tersebut menyeluruh, dalam sangat sebuah seperti disayangkan fenomena “Apakah benar dia oleh sosial korban?” Sandy selama atau yang ini“Apakah kurang menganggap ditonjolkan benar dia cerita pelaku?” dalam manusia media. dan “Apakah benar danSering persoalan apa yang kali dilakukannya publik mereka bahkan dalam kemudian memiliki sebuahmencederai pandangan fenomena atau berhubungan sosial bahwaselama jurnalisme dengan ini kurang kepentingan kemanusiaan ditonjolkan publik?” dalam itu nadanya media. harus senantiasabersifat diindahkan. Sering kali minor publik yang bahkan berarti memiliki hanya pandangan fokus kepada bahwa Sudut pandang jurnalisme kaum marginal jurnalisme kemanusiaan saja. kemanusiaan Namun, itu nadanya pandangan memang bersifat agak tersebut luntur minor belakangan yang tidaklah ketika berarti era akurat. digitalisasi hanya Sandy fokus dan menggunakan kepada globalisasi kaum kasus sudah marginal ‘Crazy mulai masuk ke saja. dalam Namun, media.pandangan Menurutnya, tersebut semua tidaklah mediaakurat. ingin serba cepat, Sandy trending, menggunakan dan mengejar kasus ‘Crazy viral Rich sehingga Surabayan’ tidak

I

Rich Surabayan’ yang sempat trending. Di kasus tersebut, diperlihatkan cerita-cerita manusia dengan segala persoalan mereka dari sudut pandang orang kaya. Hal ini membuktikan bahwa sebenarnya jurnalisme kemanusiaan dapat berasal dari bermacam-macam lapisan masyarakat. ANCAMAN STANDAR BARU JURNALISME Seiring dengan bergeraknya zaman, media dan pembaca juga ikut bergerak. Satu hal yang dinilai seharusnya tidak bergerak adalah etika jurnalisme. Namun, kenyataannya etika inilah yang mengalami banyak pergeseran seiring dengan bergeraknya zaman. Pergeseran etika ini dinilai akan menimbulkan standar baru yang dapat menghilangkan ‘maruah’ jurnalisme. Gesekan ini tidak jauh dari para pemilik media masa kini yang dinilai tidak terlalu mementingkan kualitas mediaa mereka. Namun, media harus tidak melepas harapan untuk mengedepankan kualitasnya. Jurnalisme tidak boleh kalah dengan bisnisnya. Jurnalisme harus tetap punya mimpi, yaitu kualitas konten yang baik dan bisa menyebabkan adanya perubahan sosial yang berdampak jauh lebih positif.


50

SECTION:

OPINI INTERNAL

Jurnalisme Kemanusiaan :

ada waktu untuk berpikir ulang, mendudukkan kembali porsi manusia dan perkaranya dalam sebuah objektivitas tertentu. Beliau memberikan contoh kasus mengenai pemberitaan kasus yang menyandung nama Gisella Anastasia. “Hari-hari ini, saya bisa kritik teman-teman jurnalis dan media bahwa kepekaan itu yang kemudian memudar. Karena Gisel trending, ya udah hajar aja berita Gisel apapun bentuknya. Akhirnya ada kemungkinan korbannya bukan Gisel saja sebagai orang yang dipersalahkan, tapi bagaimana lingkungan sekitar Gisel, dan lainlain,” ujarnya. Baginya, kepekaan dan empati itu berperan penting dalam menumbuhkan jurnalisme kemanusiaan.

VOICING THE VOICELESS, NADI DARI JURNALISME KEMANUSIAAN Jurnalisme kemanusiaan sejatinya mempertaruhkan ‘maruah’ jurnalisme yang sebenarnya. Seperti kasus di atas, media dan jurnalis ditantang ulang untuk betul-betul berpikir jernih mengenai fakta-fakta yang ada, seperti dalam kasus yang menjerat Gisel mengenai siapa korban dan siapa pelakunya. Hal ini akan menunjukkan bahwa jurnalisme kemanusiaan bertanggung jawab membangun kehidupan manusia melalui media massa apapun bentuknya.

Ilustrasi salah satu peran media dalam jurnalisme kemanusiaan


ULTI MAG Z

51

I ssue N o . 2 8

Dalam jurnalisme kemanusiaan, kepekaan itu kemudian dibangun, ditumbuhkan, kemudian dilatih agar bisa memberikan daya tawar kepada Poin terpenting pembaca dibangun, dalam untuk ditumbuhkan, pemberitaan melihat lebih kemudian isuluas kemanusiaan dandilatih mendalam yang agar baik adalahbisa tentang dengan memberikan menerapkan sebuahdaya prinsip persoalan, tawar “voicing kepada memberikan the voiceless”. pembaca Dalam prinsip untuk ruang ini, jurnalisme bagi melihat orang hadir lebih yang untuk luas terpinggirkan, membela dan orang-orang mendalam serta yang perlu tentang menyamakan diresonansikan sebuah suaranya. persepsi persoalan, Kaum masyarakat marginal memberikan seringkali dengan menjadi tokoh ruang orang-orang utama bagi orang dalam marginal prinsip yang dengan terpinggirkan, tersebut sudutyang pandang serta akan menghadirkan menyamakan yangsudut b erb pandang e da persepsi dan baru bagi lebih masyarakat pembacanya. menyeluruh. dengan “Jadi humanitarian orang-orang Saking jarangnya journalism marginal sudut itudengan pandang seperti ketika sudut kepekaan seseorang pandang dalam pernah membaca yang jurnalisme bcerita erb digunakan, e da kemudian danpublik efeknya lebih pun‘kok menyeluruh. menjadi gue nggak tidak kepikiran, mengenal ya?’, Saking memiliki jarangnya apa yang caradimaksud sudut pandang pandang dengan yang kepekaan memutar, humanitarian dalam lebih kalem, danjurnalisme journalism. melihat jauh digunakan, Hal lebih ini dianggap dalam. publik yang Itupun yang menjadi menjadi dibutuhkan pemicu tidak dalam voicing mengenal media the berbondong-bondong voiceless,” apa yang dimaksud tuturnya. untuk dengan mencari humanitarian sensasi Cara pemberitaan journalism. ketimbang Hal jurnalisme nilai ini dianggap kemanusiaan kemanusiaan yang menjadi dalam jugapemicu berita harus membangkitkan media mereka. berbondong-bondong empati Faktadan tersebut tidak menggelorakan untuk sangat mencari disayangkan sensasi dengan tujuan ketimbang oleh Sandy akhir nilai yang untukmenganggap kemanusiaan mencari nilai cerita dalam (value) manusia berita dari permasalahan mereka. dan yang persoalan dihadapi Faktamereka tersebut oleh manusia. dalam sangat sebuah disayangkan fenomena oleh sosialSandy selamayang ini kurang menganggap ditonjolkan cerita dalam manusia media. KEPEKAAN, danSering TAMPAK persoalan kaliSEPELE publik mereka bahkan TAPI dalam SERING memiliki sebuah ABSEN pandangan fenomena DI KEHIDUPAN sosial bahwa MANUSIA selama jurnalisme ini kurang kemanusiaan ditonjolkan dalam itu nadanya media. Sandy bersifat juga Sering berpendapat kali minor publik yang bahkan bahwa berarti memiliki kepekaan hanya pandangan fokus terhadap kepada bahwa humanitarian jurnalisme kaum journalism marginal kemanusiaan sangat saja. Namun, perlu itu ditingkatkan. nadanya pandangan bersifat Kepekaan tersebut minor adalah aspek yang tidaklah penting berarti akurat. karena hanya Sandy menjadi fokus menggunakan kepada modal kaum utama kasus marginal seorang ‘Crazy jurnalis untuk saja.menyelami Namun, pandangan semua hal tersebut di sekitarnya, tidaklahbaik akurat. itu manusia, alam, Sandyfenomena menggunakan sosial, kasus masalah, ‘Crazydan Rich lain-lain. Surabayan’

Rich Surabayan’ yang sempat trending. Di kasus tersebut, diperlihatkan cerita-cerita manusia dengan segala persoalan mereka dari sudut pandang orang kaya. Hal ini membuktikan bahwa sebenarnya jurnalisme kemanusiaan dapat berasal dari bermacam-macam lapisan masyarakat. ANCAMAN STANDAR BARU JURNALISME Seiring dengan bergeraknya zaman, media dan pembaca juga ikut bergerak. Satu hal yang dinilai seharusnya tidak bergerak adalah etika jurnalisme. Namun, kenyataannya etika inilah yang mengalami banyak pergeseran seiring dengan bergeraknya zaman. Pergeseran etika ini dinilai akan menimbulkan standar baru yang dapat menghilangkan ‘maruah’ jurnalisme. Gesekan ini tidak jauh dari para pemilik media masa kini yang dinilai tidak terlalu mementingkan kualitas mediaa mereka. Namun, media harus tidak melepas harapan untuk mengedepankan kualitasnya. Jurnalisme tidak boleh kalah dengan bisnisnya. Jurnalisme harus tetap punya mimpi, yaitu kualitas konten yang baik dan bisa menyebabkan adanya perubahan sosial yang berdampak jauh lebih positif.


52

SECTION:

OPINI INTERNAL

Jurnalisme Kemanusiaan :

Semua media ingin serba cepat, trending, dan mengejar viral sehingga tidak ada waktu untuk berpikir ulang, mendudukkan kembali porsi manusia dan perkaranya dalam sebuah objektivitas tertentu. Ilustrasi salah satu peran media dalam jurnalisme kemanusiaan


ULTI MAG Z

53

I ssue N o . 2 8

Dalam jurnalisme kemanusiaan, kepekaan itu kemudian dibangun, ditumbuhkan, kemudian dilatih agar bisa memberikan daya tawar kepada pembaca untuk melihat lebih luas dan mendalam tentang sebuah persoalan, memberikan ruang bagi orang yang terpinggirkan, serta menyamakan persepsi masyarakat dengan orang-orang marginal dengan sudut pandang yang b erb e da dan lebih menyeluruh. Saking jarangnya sudut pandang kepekaan dalam jurnalisme digunakan, publik pun menjadi tidak mengenal apa yang dimaksud dengan humanitarian journalism. Hal ini dianggap yang menjadi pemicu media berbondong-bondong untuk mencari sensasi ketimbang nilai kemanusiaan dalam berita mereka. Fakta tersebut sangat disayangkan oleh Sandy yang menganggap cerita manusia dan persoalan mereka dalam sebuah fenomena sosial selama ini kurang ditonjolkan dalam media. Sering kali publik bahkan memiliki pandangan bahwa jurnalisme kemanusiaan itu nadanya bersifat minor yang berarti hanya fokus kepada kaum marginal saja. Namun, pandangan tersebut tidaklah akurat. Sandy menggunakan kasus ‘Crazy

Rich Surabayan’ yang sempat trending. Di kasus tersebut, diperlihatkan cerita-cerita manusia dengan segala persoalan mereka dari sudut pandang orang kaya. Hal ini membuktikan bahwa sebenarnya jurnalisme kemanusiaan dapat berasal dari bermacam-macam lapisan masyarakat. ANCAMAN STANDAR BARU JURNALISME Seiring dengan bergeraknya zaman, media dan pembaca juga ikut bergerak. Satu hal yang dinilai seharusnya tidak bergerak adalah etika jurnalisme. Namun, kenyataannya etika inilah yang mengalami banyak pergeseran seiring dengan bergeraknya zaman. Pergeseran etika ini dinilai akan menimbulkan standar baru yang dapat menghilangkan ‘maruah’ jurnalisme. Gesekan ini tidak jauh dari para pemilik media masa kini yang dinilai tidak terlalu mementingkan kualitas mediaa mereka. Namun, media harus tidak melepas harapan untuk mengedepankan kualitasnya. Jurnalisme tidak boleh kalah dengan bisnisnya. Jurnalisme harus tetap punya mimpi, yaitu kualitas konten yang baik dan bisa menyebabkan adanya perubahan sosial yang berdampak jauh lebih positif.


54

Ilustrasi cyberbullying

SECTION:

OPINI EKSTERNAL


ULTI MAG Z

55

I ssue N o . 2 8

writer Frengky Tanto Wijaya, Christabella Abigail Loppies photographer Melati Pramesthi & Amartya Kejora editor Xena Olivia

K

ala pandemi, aktivitas manusia kini lebih banyak berlangsung dalam jaringan (daring). Hal tersebut berujung pada meningkatnya presensi publik di sosial media yang salah satunya mengakibatkan perundungan dunia maya atau cyberbullying. Menurut penelitian oleh Broadband Search.Net yang bertajuk 51 Critical Cyberbullying Statistic in 2020, cyberbullying lebih sering terjadi dalam aplikasi berbasis audio visual. Sebanyak 42% cyberbullying terjadi di Instagram, diikuti oleh Facebook (37%), Snapchat (31%), Whatsapp (12%), dan YouTube (10%). Twitter menjadi aplikasi terakhir yang dinilai rawan akan cyberbullying, yakni 9%. Psikolog Klinis dan Remaja, Andreas Patinkin, mengungkapkan bahwa perundungan dunia maya ketika masa pandemi mengalami peningkatan. Menurutnya, penggunaan media sosial yang cukup sering menjadi salah satu pemicu cyberbullying dapat meningkat.


56

SECTION:

OPINI EKSTERNAL

Psikolog Klinis dan Remaja Andreas Patinkin mengatakan bahwa ada peningkatan perundungan dunia maya selama pandemi

“Selama masa pandemi orang lebih banyak beraktivitas menggunakan sosial media, terus juga platform-platform untuk berbagi komunikasi secara online. Nah, itu juga diikuti oleh tren cyberbullying atau perundungan dunia maya,” ujar pria lulusan S2 Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang tersebut kepada ULTIMAGZ. Andreas sepakat bahwa aplikasi dengan format audio visual seperti Instagram dan Facebook merupakan aplikasi di mana aksi cyberbullying sering terjadi. Namun, ia tidak menampik bahwa aplikasi non gambar dan video seperti Twitter juga memiliki peluang yang sama akan hal tersebut. “Mungkin itu aktivitas paling tinggi ya, bukan berarti Twitter enggak tinggi, tetapi cyberbullying banyak mengarah kepada sosial sosial media yang menunjukkan posting-an gambar dan video itu cenderung lebih besar,” lanjutnya.

Aksi hate speech merupakan aksi dari cyberbullying yang paling marak terjadi di masa pandemi.


ULTI MAG Z

57

I ssue N o . 2 8

LAHIRNYA KONFORMITAS Menurut Andreas, aksi hate speech merupakan aksi dari cyberbullying yang paling marak terjadi di masa pandemi. Ia juga menambahkan bahwa perundungan dunia maya ini dapat memunculkan yang namanya konformitas. “Konformitas yang terbentuk di sosial media adalah ketika ada satu orang yang menjadi bahan tertawaan kita, dan saya melihat teman saya mengomentari hal itu dan itu lucu. [Kemudian] saya ikut melakukan itu tanpa memikirkan bahwa itu hal yang menyinggung,” jelas Andreas soal konformitas. Jika melihat berbagai latar belakang yang menjadi faktor pendorong maraknya aksi cyberbullying di masa pandemi ini, Andreas mengatakan bahwa unsur agresivitas merupakan salah satu penyebab yang paling mendasar. Dalam hal ini, motif tersebut berasal dari adanya agresivitas dalam diri seseorang yang tidak dapat tersalurkan dengan baik, terlebih lagi di tengah situasi pandemi yang penuh dengan keterbatasan. “Nah, didukung oleh kondisi pandemi seperti ini. Kayakakujengkel,enggakbisamarah,mengungkapkan kekesalan atau apa, akhirnya ada objek nih yang sebenarnya tidak memiliki kaitan. Ya udah, dia menjadi sasaran orang-orang yang enggak bisa mengeluarkan agresivitasnya dengan baik,” lanjutnya lagi. MEMINIMALISASI PRAKTIK PERUNDUNGAN DUNIA MAYA Akibat dari tindakan cyberbullying ini pun tentu tidak main-main. Andreas menuturkan bahwa korban bisa mengalami dampak dalam beberapa tahapan. Hal ini diawali dengan perasaan tidak nyaman dalam dirinya, lalu berkembang pada kondisi tertekan, munculnya rasa malu, hingga dapat berujung pada gangguan psikologis seperti depresi apabila dibiarkan.

Oleh karena itu, upaya minimalisasi sangat diperlukan agar berbagai dampak berbahaya di atas tidak terjadi. Andreas kembali menjelaskan bahwa setidaknya terdapat dua cara yang dapat kita lakukan untuk mencegah atau meminimalisasi tindakan cyberbullying. Pertama, adanya upaya dari dalam diri sendiri dan yang kedua berkaitan dengan faktor eksternal yang bersifat support system. “Kunci pertama adalah kita mem-filter diri kita. Sebelum kita posting, kita betul-betul lihat konten yang kita lempar ke sosial media itu baik atau tidak, akan berdampak buruk atau tidak. Kemudian baru kita lihat dari support system, siapa sih yang kita follow. Kan harusnya di sosial media itu yang kita follow itu orang yang kita kenal,” jelas Andreas. Apabila tindakan cyberbullying sudah terjadi, tentu diperlukan juga cara-cara tersendiri untuk mengatasi hal tersebut. Andreas memaparkan bahwa membangun komunikasi dengan orang-orang terdekat merupakan salah satu jalan keluar terbaik bagi para korban. “Orang yang mengalami bully di sosial media itu harusnya membangun komunikasi juga. Mungkin ke orang tua atau ke temannya, intinya orang yang bisa dipercaya oleh dia untuk dia menceritakan. Jadi, kita menyampaikan itu sebagai bentuk kita juga mencari support dari lingkungan kita,” ujarnya Sementara itu, aksi para pelaku cyberbullying sendiri juga dapat dicegah dengan cara melaporkan tindakan mereka kepada badan hukum atau pihak-pihak lainnya yang berwenang. “Untuk orang-orang yang melakukan itu harusnya sekarang lebih berpikir lagi bahwa risikonya hukum, ini bukan mainan, bukan hal yang lucu. Sekecil apa pun, itu bisa dilaporkan. Itu yang bisa diberikan ke orangorang yang melakukan pembullyan,” tutup Andreas.


58

SECTION:

ChitChat

C H I T C H AT


ULTI MAG Z

59

I ssue N o . 2 8

"What do you think about racism?" writer Alycia Catelyn editor Andi Annisa Ivana Putri videografer Muhammad Dava F. & Rista Cynthia

K

asus yang berhubungan dengan rasisme menjadi perhatian banyak media saat ini, menyiratkan kegagalan kolektif masyarakat secara keseluruhan untuk menyediakan lingkungan yang aman dan adil bagi kelompok orang tertentu, berdasarkan warna kulit, budaya, atau latar belakang etnis. Dilansir dari tirto.id, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mencatat terdapat sedikitnya 101 kasus diskriminasi ras dan etnis dalam periode 2011-2018 yang dilaporkan

kepada mereka. Pelanggaran tersebut meliputi pembatasan terhadap pelayanan publik, maraknya politik etnisitas atau identitas, pembubaran ritual adat, diskriminasi atas hak kepemilikan tanah bagi kelompok minoritas, serta akses ketenagakerjaan yang belum berkeadilan. Demi mengatur panggung untuk diskusi produktif seputar rasisme, ULTIMAGZ mewawancarai beberapa mahasiswa mengenai pemahaman mereka tentang hal ini.


60

SECTION:

REVIEW

Hidden Figures: Pentingnya Peran Wanita yang Tersisihkan

writer Arienne Clerissa, Carolyn Natasha editor Xena Olivia “Hidden Figures” bercerita tentang tiga ilmuwan wanita Afrika-Amerika yang memainkan peran penting dalam perhitungan matematika dan fisika bagi program peluncuran roket astronot John Glenn ke orbit di tahun 1960-an. Namun di sisi lain, mereka juga harus menghadapi diskriminasi ras dan gender di tempat kerja. Tiga wanita itu adalah Katherine Goble, Mary Jackson, dan Dorothy Vaughan. Setiap wanita yang menjadi tokoh utama dalam cerita ini memiliki kisahnya masing-masing dalam menghadapi diskriminasi. Film ini mengambil latar waktu di era 1960-an, di mana praktik pemisahan warna kulit antara orang kulit putih dan kulit hitam masih lekat di kehidupan masyarakat. Selain itu diskriminasi gender juga tergambar dengan jelas dalam suasana kerja yang dialami

oleh ketiga perempuan ini. Contohnya dalam salah satu adegan di mana Katherine Goble diminta oleh bosnya untuk menyelesaikan perhitungan ruang angkasa dalam sehari dengan separuh data yang sengaja dihilangkan untuk menyulitkan pekerjaannya. Katherine berjuang dengan segala kecerdasan dan sikap tekunnya dalam bekerja untuk menyelesaikan perhitungannya dengan baik seperti apa yang telah dikerjakan oleh para pria berkulit putih dalam kantor tersebut. Film bergenre historical drama ini seolah memberikan gambaran tentang minimnya kemanusiaan di Amerika pada saat itu, khususnya dengan adanya apartheid dan diskriminasi terhadap para wanita.

REVIEW


ULTI MAG Z

61

I ssue N o . 2 8

Hope, Lagu Lawas yang Bangkitkan Semangat Kemanusiaan Di tengah era yang semakin modern, kemanusiaan menjadi hal yang semakin tergerus oleh kehadiran teknologi. Hope (atau dalam Bahasa Korea berjudul “빛”) adalah salah satu lagu grup boyband hit H.O.T yang rilis pada 25 September 1998. Lagu ini menjadi hal yang tepat dalam menyemarakkan harapan dalam semangat kemanusiaan. Diambil dari album ketiga grup lawas di industri K-Pop yang bertajuk “Resurrection”, Hope secara langsung menyalurkan semua energinya ke arah yang baik. Lagu ini memberikan perasaan tenang bagi siapa pun yang mendengarnya. Dari segi melodi, lagu pop ala 90-an ini dipadukan dengan alat musik dawai dan synth, serta memiliki karakteristik semangat yang menggebu-gebu. Lagu ini benar-benar menjadi hidup di bagian reff-nya. Liriknya menceritakan menyampaikan energi penyembuhan dan secara tidak langsung menyuarakan tentang kemanusiaan.

Bukan hanya instrumen, syair Hope juga sama kuatnya. Gabungan melodi dan rap saling melengkapi dan memberikan energi baik dalam semangat kemanusiaan. Salah satu potongan liriknya, sebagai berikut : “From now on, even if you’re tired and exhausted, Don’t give up and stand up, Thinking of your tomorrow, Whether you failed in business or in love, Nothing can break you down. You know that you’re not alone in this world, Don’t sit down and be sad all the time Let’s all stand up together and reach our hands out” Menariknya, lagu ini selalu dinyanyikan oleh artis-artis dalam naungan SM Entertainment, yaitu SMTOWN dalam akhir s e t i a p ko n s e r ke l u a r g a a g e n s i t e r s e b u t untuk mengingatkan bahwa kemanusiaan dan semangat pengharapan akan terus ada sampai kapan pun.


62

SECTION:

The Good Place Ajarkan Arti Menjadi Manusia

Apa yang terjadi setelah kita meninggal? Apakah kita akan masuk surga? Atau neraka? Dibalut dengan humor dan satir, serial televisi “The Good Place” memberikan gambaran atas pertanyaan eksistensial tersebut. “The Good Place” adalah serial televisi komedi yang mengeksplorasi filosofi, etika, dan dilema moral. Setelah berlangsung selama tiga tahun, serial ini kini sudah menutup musim terakhirnya pada 2020. Saat Eleanor Shellstrop menemukan dirinya di surga alias “The Good Place”, dia merasa lega sekaligus terkejut. Mengetahui dia tidak pernah melakukan hal baik di bumi, dia segera menyadari bahwa dia tidak berhak berada di sana. Di dunia utopia yang nampaknya sempurna, Eleanor tidak siap menerima konsekuensinya jika rahasia dia terkuak. Eleanor terpaksa bersembunyi dari arsitek “The Good Place”, Michael, serta tetangganya, Tahani dan Jason.

Ia meminta tolong kepada Chidi, seorang profesor etika yang ditetapkan menjadi belahan jiwanya. Chidi, membantunya menyadari bahwa tidak ada kata terlambat untuk berubah. Eleanor bertekad untuk melepaskan cara hidupnya yang lama dengan harapan menemukan yang baru di akhirat. Walaupun berpusat kepada kematian, “The Good Place” tetap dikemas secara ringan dan sanggup hadirkan begitu banyak momen mengharukan. Terlebih dari itu, serial ini berhasil menggali lebih dalam konsep kemanusiaan, menjabarkan apa yang dimaksud dan dibutuhkan untuk menjadi seseorang yang baik. Pesan yang disuguhkan oleh sitkom ini adalah bagaimana manusia bukan makhluk yang sempurna. Tidak sepatutnya melihat baik dan jahat layaknya hitam dan putih. “The Good Place” membantu melihat kekurangan manusia sebagai batu loncatan untuk semakin menjadi lebih baik.

REVIEW


ULTI MAG Z

63

I ssue N o . 2 8

Mengedukasi Isu Rasisme Lewat Literatur Literatur memegang berbagai kekuatan, salah satunya memungkinkan kita untuk melihat dunia melewati mata orang lain. Buku “Dear Martin” membawa pembaca ke dalam lensa kehidupan Justyce McAllister, seorang pemuda berkulit hitam yang kerap mengalami rasisme di Amerika Serikat. Di tengah bangkitnya gerakan Black Lives Matter, edukasi diri menjadi semakin penting. Novel karya Nic Stone ini merupakan salah satu karya literatur yang dapat memberikan pemahaman mendalam terhadap isu sosial tersebut. Dirilis pada 2017, novel ini berhasil mendapatkan rating 4,5 dari pengguna Goodreads. “Dear Martin” mengisahkan Justyce McAllister, seorang remaja berkulit hitam yang menolak dikelompokkan ke dalam stereotip negatif rasnya. Mulai dari meninggalkan lingkungannya yang dulu, menjadi murid terbaik di kelasnya, hingga berhasil tembus ke Ivy League, kehidupan Justyce mulai tertata. Namun, ketika sebuah kesalahpahaman terjadi, Justyce menemukan dirinya di tengah kasus brutalitas polisi. Tidak bisa lari dari diskriminasi, rasisme sistemik, dan cemoohan teman-temannya, Justyce mempertanyakan identitasnya, bagaimana cara menghadapi rasisme, dan apa langkah yang harus dia ambil selanjutnya.

Dalam perjalanan mencari jawaban, Justyce berpaling kepada pahlawannya, Dr. Martin Luther King. Mulailah catatan harian Justyce yang ditujukan kepada Dr. King. “Dear Martin” memang bergenre fiksi, pun kisahnya tidak jauh dari realitas yang seringkali dihadapi remaja berkulit hitam di Amerika Serikat. Namun, novel debut Stone ini memberikan pandangan kuat dan jujur terhadap rasisme yang masih mendarah daging. Melalui surat yang menyentuh hati, kisah yang tajam, dan dialog yang kritis, Stone menciptakan sebuah novel yang tidak hanya menyuguhkan pesan jelas, tetapi juga memberikan gambaran akurat tentang kehidupan seorang remaja kulit hitam pada zaman sekarang. Kisah Justyce diharapkan dapat menggugah hati pembaca sekaligus memantik diskusi tentang situasi politik terkini di Amerika Serikat.


64

SECTION:

CERPEN


ULTI MAG Z

65

I ssue N o . 2 8

writer Xena Olivia illustrator Karen Phalosa editor Andi Annisa Ivana Putri

S

ore itu hujan turun lebat. Galang berjalan dengan letih lesu tanpa menggunakan payung, membiarkan tubuhnya terbasuh oleh air hujan. Sesampainya di depan rumah, sang wira merogoh kantong celananya untuk mengambil kunci. Dibukanya pintu rumah, lalu ia menaruh ransel kainnya yang sudah sedikit robek di dekat rak sepatu. Untuk pertama kalinya, pemuda berusia 25 tahun itu merasa begitu sendirian. Dia baru saja pulang dari puskesmas, menerima hasil swab yang dilakukannya beberapa hari lalu. Siapa yang sangka, ternyata dirinya terjangkit virus yang sedang menghantui dunia selama setahun terakhir ini. Dengan tubuh menggigil, Galang beranjak ke sofa reotnya untuk duduk. Kepalanya tertunduk dan dirinya menghela napas. “Ya Allah, kenapa harus aku,” batinnya dalam hati. Dirinya memang tidak punya pilihan untuk diam di rumah dengan alasan tuntutan pekerjaan. Sebagai teller bank, Galang diharuskan untuk

terus datang ke tempatnya bekerja. Meskipun hanya seminggu dua kali, ada banyak orang yang ditemuinya. Tiada yang tahu bila salah satu dari mereka kemungkinan besar merupakan seorang pengidap COVID-19. Terlintas di benaknya untuk menelepon bunda di kampung halaman, tapi dengan cepat nyalinya ciut. Dia tidak ingin membuat bundanya khawatir. Apalagi, dengan omelan bundanya yang dari awal tidak setuju dengan keputusannya untuk tetap bekerja di saat pemerintah sudah memerintahkan untuk bekerja dari rumah. Galang akhirnya memutuskan untuk menelepon Pak RT dengan jantung berdebar. Dirinya begitu takut. Bagaimana kalau nanti dia dikucilkan oleh tetanggatetangganya? Apalagi, dirinya tinggal sendirian di kontrakan ini. Setelah telep on tersambung , Galang berusaha untuk tetap terdengar tenang.


66

“Halo, Pak RT?” “Hei, Galang! Apa kabar? Ada yang bisa saya bantu?” “Nggih, Pak. Baik,” jawabnya bohong. “Eh, nggak baik. B-begini, Pak RT. . .” “Kenapa, Lang?” “S-saya ternyata kena positif. Barusan dapat hasil swab.” Pak RT terdiam sesaat, membuat jantung Galang semakin tidak karuan. “Ya ampun, Lang. Sekarang kamu di mana?” “Di rumah, Pak. Saya hanya ingin mengabari saja.” “Oke, oke. Kalau begitu, saya minta kamu karantina mandiri dulu selama dua sampai tiga minggu ini, ya. Saya minta kerjasama kamu supaya tetangga-tetangga nggak ada yang panik sendiri,” ujar Pak RT dengan lembut. “Kamu istirahat aja, tenang. Nanti saya bantu kamu, ya.” Galang mengangguk pelan. “Baik, Pak RT. Terima kasih banyak, ya.” “Saya tutup dulu ya, Lang. Nanti kita ngobrol lagi.” Setelah sambungan ditutup, Galang menghubungi nomor kedua, atasannya di kantor. Tentu saja, atasannya panik. Pun, Galang tetap bersyukur

SECTION:

karena atasannya tetap memberikan k a t a - k a t a s u p o r t i f u n t u k n ya . Setidaknya, dia tidak merasa begitu terpuruk. *** Malam harinya, beberapa blok dari rumah Galang, seorang wanita paruh baya bernama Esih terbelalak saat mendengar kata-kata suaminya. “Hah? Si Galang kena corona?” tanyanya tak percaya. S u a m i n ya m e n g a n g g u k . “ I ya , kasihan, ya? Tadi aku dikasih tahu Pak RT. Beliau bilang sebaiknya kita setidaknya bantu dia kasih makanan. Soalnya Galang tinggal sendirian, ‘kan.” “Ih,” Esih mengernyitkan keningnya. “Jangan mau. Kalau kirim makanan ‘kan berarti harus ke rumahnya. Nanti ketularan gimana?” “Ya enggak lah. Kamu ini adaada aja. Bantuin dia ya, nanti? Kamu ‘kan kalau masak kadang suka ada lebihnya. Jadi, daripada sayang nggak kemakan, kita kasih dia aja. Oke?” Esih cepat-cepat menggelengkan kepalanya. “Moh, ogah. Aku nggak mau ya, ambil risiko nanti keluarga kita yang kena. Corona tuh jahat, Mas. Kalau satu orang di

CERPEN

rumah kena semua bisa kena. Nanti kalau kita berdua kena, gimana?” “Urusan kayak gini tuh udah tanggungan sendiri. Pasti dia gak taat sama protokol, makanya bisa kena. Salah sendiri itu, tuh. Dia yang salah kok kita yang repot?” lanjutnya disertai gerutu yang panjang. “Kamu kok gitu sih ngomongnya? Nggak boleh gitu. Namanya musibah. Ya sudah, kalau kamu nggak mau, nanti aku aja yang ke rumah dia,” sang suami menghela napas, kemudian berlalu ke ruang kerjanya, meninggalkan Esih yang mendecak kesal. “Dasar aneh,” gumamnya. “Nanti kalau amit-amit kena, yang repot ‘kan satu rumah.” *** Beberapa hari kemudian, Esih kembali menggerutu saat melihat unggahan video dari media sosial Gilang yang menunjukkan banyaknya makanan yang diterimanya sembari mengucapkan terima kasih. “Ini orang-orang tuh pada enggak takut kena corona apa, ya? Berani amat,” komentarnya. Dirinya sempat berpikir untuk mengunggah sebuah kalimat sindiran.


ULTI MAG Z

67

I ssue N o . 2 8

Pun, cepat-cepat niatnya diurungkan, sebab tak ingin berurusan dengan orang- orang yang tidak setuju dengan pendapatnya. Esih pun kembali menggulirkan laman lini masanya sambil menunggu sang suami pulang. Sekitar setengah jam kemudian, terdengar pintu depan dibuka dan sang suami masuk ke dalam rumah dengan wajah yang sedikit pucat. “Mas pulang,” katanya. Sang puan mengernyitkan kening. “Mas, kok pucat?” Buru-buru Esih bangkit berdiri, kemudian menempelkan punggung tangannya di kening sang suami. “Eh. . . Mas demam, lho.” “ K a y a k n y a i y a ,” j a w a b s a n g suami lemas, berjalan ke sofa dan duduk perlahan. Dalam hati, Esih langsung merasa tidak enak. Suaminya memang sempat harus bertemu dengan klien bisnis dari luar kota. Pun, dia yakin suaminya merupakan seorang yang taat mematuhi protokol kesehatan. “Istirahat dulu, ya? Siapa tahu c u m a ke c a p e k a n ,” k a t a Es i h , nadanya khawatir. Dalam hati, dirinya b erdoa agar suaminya memang benar hanya kecapekan,

dan bukan penyakit yang lain. Sayangnya, ternyata doanya tidak terkabul. Seminggu kemudian, dirinya hanya bisa pucat pasi melihat hasil swab miliknya dan sang suami: positif. “Nanti aku laporan sama Pak RT,” kata sang suami, lesu. “Harus segera laporan biar jaga-jaga.” “Ih, nanti kita di-julid-in, gimana? Udah nggak usah bilang, tapi karantina mandiri aja,” kata Esih, nadanya panik dan tidak rela. Sang suami mengernyitkan kening tidak setuju. “Nggak bisa begitu dong, Esih. Aturannya kalau positif harus laporan sama Pak RT. Kamu nih, ah. Suka aneh-aneh aja. Nggak akan ada yang julid-in.” Esih hanya bisa menghela napas pasrah, mendengarkan suaminya menelepon Pak RT. Cepat-cepat dirinya juga mengabari orang tua dan mertuanya. Hati dan dunianya terasa hancur. Dirinya dan suami belum sempat dikaruniai anak. Kalau sampai terjadi apa-apa padanya atau sang suami, nanti bagaimana? *** Selama beberapa hari selanjutnya, Esih dan sang suami sedikit ‘kewalahan’ dengan banyaknya

makanan yang diantar ke kediaman mereka. Mulai dari sop, nasi padang, hingga kue bolu. Begitu banyak hingga satu meja makan penuh dengan makanan yang diantarkan dengan cara digantung di pagar rumah mereka. “Orang-orang kok pada baik banget, ya. Jadi terharu,” komentar Esih saat membuka satu-satu plastik makanan untuk memindahkannya ke mangkuk. Sang suami tersenyum dan mengangguk setuju. “Makanya, kamu nggak boleh ngomong jahat sama orang lain. Toh, giliran kita susah juga orang banyak yang bantuin kita.” Esih tidak menjawab, tertegun pada secarik kertas yang ditempelkan pada boks ayam jogja. “Mas Aris, Mbak Esih, saya dengar kabarnya dari Pak RT. Kalau kata dokter saya, obat supaya cepat sembuh adalah hati yang tetap bahagia dan bebas stress. Juga, makan makanan yang bergizi. Ini sedikit dari saya. Semoga lekas sembuh, ya. Terima kasih atas bantuan makanannya waktu saya sakit kemarin. Salam, Galang.”


68

SECTION:

Tumbuhkan

Kepekaan

dengan Lima Platform Edukasi Isu Sosial writer Arienne Clerissa editor Xena Olivia photographer Elisha Widirga & Timothy B. Hallatu

A

ncaman terhadap kemanusiaan berakar dari ketidakpekaan. Banyak isu menyita perhatian yang dijawab dengan tutupan mata oleh umat manusia. Terdapat dua kemungkinan mengapa hal tersebut terjadi. Pertama, masyarakat pada umumnya menyadari adanya isu-isu tersebut, tetapi memilih untuk tidak peduli. Kedua, mereka tidak menyadarinya sama sekali alias buta informasi. Meskipun demikian, kedua kemungkinan tersebut tetap membawa imbas pahit bagi masyarakat. Melihat perkembangan era digital yang serba canggih dan lahirnya berbagai outlet

informasi, seharusnya masyarakat semakin mudah untuk menyedot wawasan. Lantas, hal tersebut membuktikan apa yang dikatakan penulis Donald Miller. “Dalam era informasi, ketidakpedulian adalah pilihan” Terutama sekarang saat isu di dunia semakin m e m a n a s , ke h i l a n g a n ke p e d u l i a n b u k a n seharusnya menjadi pilihan. Langkah tersebut layaknya dimulai dengan mengedukasi diri. Kini, terdapat berbagai platform yang dapat menambah wawasan mengenai isu sosial yang terjadi di masyarakat.

EVENT


ULTI MAG Z

69

I ssue N o . 2 8

04 05

Human rights watch Wearyourvoice

Foto situs wearyourvoicemag.com Tidak ada satu hari berlalu di mana kasus pelanggaran terhadap hak asasi manusia tidak terjadi. Hak yang seharusnya fundamental ini sayangnya masih sering dilanggar, tidak dihargai, dan dianiaya. Menurut The Guardian, masih ada 40 juta anak di bawah umur menderita pelecehan dan penelantaran. Tak kalah munjung, sekitar 27 juta orang saat ini diperbudak dalam human trafficking di seluruh dunia.Berpokok pada isu kemanusiaan, Human Right Watch atau HRW merupakan organisasi non profit yang menjadi platform penegak sekaligus pejuang hak asasi manusia. Melalui situs resminya, mereka menyorot kasus pelanggaran HAM yang sedang terjadi di berbagai negara, seperti perang di Suriah, krisis Rohingya, dan pembunuhan massal di Filipina. Ultimates bisa bisa belajar mengenai isu-isu tersebut sekaligus memberikan donasi dan ikut menandatangani petisi.

Berikut adalah lima rekomendasi platform tersebut

Inklusivitas adalah topik penting dalam masyarakat sekarang, terutama dalam media massa. Semakin berkembangnya zaman, semakin masyarakat menyadari pentingnya representasi bagi berbagai ras, gender, dan agama. Terutama di tengah isu rasisme yang sedang marak terjadi, media semakin ditekankan untuk mengambil peran dalam memerangi isu tersebut. Wearyourvoice adalah sebuah majalah daring yang berupaya untuk membawa inklusivitas kepada dunia berita. Sesuai dengan namanya, mereka bertujuan untuk memberikan suara kepada minoritas yang seringkali dikesampingkan oleh media besar. Wearyourvoice menerbitkan berbagai cerita mengenai isu rasisme, diskriminasi, seks, politik, kesehatan mental, dan lain-lain. Majalah tersebut memberikan perspektif baru dan orisinal di tengah media massa yang sering menghadirkan topik generik.


70

SECTION:

EVENT

Tumbuhkan Tumbuhkan

Kepekaan Kepekaan Dalam era

dengan dengan Lima Lima Platform Platform informasi, EdukasiEdukasi Isu Sosial Isuketidakpedulian Sosial adalah pilihan writer Arienne Clerissa editor writerXena Arienne Olivia Clerissa editor Xena Olivia photographer Elisha Widirga photographer & TimothyElisha B. Hallatu Widirga & Timothy B. Hallatu

A

ncaman terhadap kemanusiaan berakar dari ketidakpekaan. Banyak isu menyita perhatian yang dijawab dengan tutupan mata oleh umat manusia. Terdapat dua kemungkinan mengapa hal tersebut terjadi. Pertama, masyarakat pada umumnya menyadari adanya isu-isu tersebut, tetapi memilih untuk tidak peduli. Kedua, mereka tidak menyadarinya sama sekali alias buta informasi. Meskipun demikian, kedua kemungkinan tersebut tetap membawa imbas pahit bagi masyarakat. Melihat perkembangan era digital yang serba canggih dan lahirnya berbagai outlet

informasi, seharusnya masyarakat semakin mudah untuk menyedot wawasan. Lantas, hal tersebut membuktikan apa yang dikatakan penulis Donald Miller. “Dalam era informasi, ketidakpedulian adalah pilihan” Terutama sekarang saat isu di dunia semakin m e m a n a s , ke h i l a n g a n ke p e d u l i a n b u k a n seharusnya menjadi pilihan. Langkah tersebut layaknya dimulai dengan mengedukasi diri. Kini, terdapat berbagai platform yang dapat menambah wawasan mengenai isu sosial yang terjadi di masyarakat.


ULTI MAG Z

71

I ssue N o . 2 8

04 05

Human rights watch Wearyourvoice

Foto situs wearyourvoicemag.com Tidak ada satu hari berlalu di mana kasus pelanggaran terhadap hak asasi manusia tidak terjadi. Hak yang seharusnya fundamental ini sayangnya masih sering dilanggar, tidak dihargai, dan dianiaya. Menurut The Guardian, masih ada 40 juta anak di bawah umur menderita pelecehan dan penelantaran. Tak kalah munjung, sekitar 27 juta orang saat ini diperbudak dalam human trafficking di seluruh dunia.Berpokok pada isu kemanusiaan, Human Right Watch atau HRW merupakan organisasi non profit yang menjadi platform penegak sekaligus pejuang hak asasi manusia. Melalui situs resminya, mereka menyorot kasus pelanggaran HAM yang sedang terjadi di berbagai negara, seperti perang di Suriah, krisis Rohingya, dan pembunuhan massal di Filipina. Ultimates bisa bisa belajar mengenai isu-isu tersebut sekaligus memberikan donasi dan ikut menandatangani petisi.

Inklusivitas adalah topik penting dalam masyarakat sekarang, terutama dalam media massa. Semakin berkembangnya zaman, semakin masyarakat menyadari pentingnya representasi bagi berbagai ras, gender, dan agama. Terutama di tengah isu rasisme yang sedang marak terjadi, media semakin ditekankan untuk mengambil peran dalam memerangi isu tersebut. Wearyourvoice adalah sebuah majalah daring yang berupaya untuk membawa inklusivitas kepada dunia berita. Sesuai dengan namanya, mereka bertujuan untuk memberikan suara kepada minoritas yang seringkali dikesampingkan oleh media besar. Wearyourvoice menerbitkan berbagai cerita mengenai isu rasisme, diskriminasi, seks, politik, kesehatan mental, dan lain-lain. Majalah tersebut memberikan perspektif baru dan orisinal di tengah media massa yang sering menghadirkan topik generik.


72

SECTION:

Tumbuhkan Tumbuhkan

Kepekaan Kepekaan

dengan dengan Lima Lima Platform Platform EdukasiEdukasi Isu Sosial Isu Sosial writer Arienne Clerissa editor writerXena Arienne Olivia Clerissa editor Xena Olivia photographer Elisha Widirga photographer & TimothyElisha B. Hallatu Widirga & Timothy B. Hallatu

A

ncaman terhadap kemanusiaan berakar dari ketidakpekaan. Banyak isu menyita perhatian yang dijawab dengan tutupan mata oleh umat manusia. Terdapat dua kemungkinan mengapa hal tersebut terjadi. Pertama, masyarakat pada umumnya menyadari adanya isu-isu tersebut, tetapi memilih untuk tidak peduli. Kedua, mereka tidak menyadarinya sama sekali alias buta informasi. Meskipun demikian, kedua kemungkinan tersebut tetap membawa imbas pahit bagi masyarakat. Melihat perkembangan era digital yang serba canggih dan lahirnya berbagai outlet

informasi, seharusnya masyarakat semakin mudah untuk menyedot wawasan. Lantas, hal tersebut membuktikan apa yang dikatakan penulis Donald Miller. “Dalam era informasi, ketidakpedulian adalah pilihan” Terutama sekarang saat isu di dunia semakin m e m a n a s , ke h i l a n g a n ke p e d u l i a n b u k a n seharusnya menjadi pilihan. Langkah tersebut layaknya dimulai dengan mengedukasi diri. Kini, terdapat berbagai platform yang dapat menambah wawasan mengenai isu sosial yang terjadi di masyarakat.

EVENT


ULTI MAG Z

73

I ssue N o . 2 8

04 05 01

Human rights watch Wearyourvoice

Zero Waste Indonesia

Ultimates, faktanya 91% sampah plastik dibiarkan begitu saja. Menurut National Geographic, produksi plastik di bumi kini sudah mencapai 8,3 miliar metrik ton dan sebagian besarnya digunakan untuk produk sekali pakai. Tidak Di Indonesia ada satusendiri, hari berlalu 3,22dijuta mana metrik kasus ton pelanggaran sampah terhadap hak plastik dibuang asasi manusia setiap tidak tahun terjadi. ke Hak lautan. yang seharusnya Membuat fundamentalnegara Indonesia ini sayangnya kedua masih setelah sering Tiongkok dilanggar, sebagai tidak dihargai, dan populasi kontributor dianiaya. limbah plastik terbanyak di dunia. Menurut Tidak bisa The dihindarkan Guardian, masih lagi, adasampah 40 juta anak merupakan di bawah umur menderita ancaman bagi semua pelecehan umat, dan baikpenelantaran. manusia, binatang, Tak kalah dan munjung, sekitar tanaman. Maka dari 27 itu, jutamulailah orang saat dikenalkan ini diperbudak dengandalam gaya humanZero hidup trafficking Waste.di seluruh dunia.Berpokok Zero Waste padaIndonesia isu kemanusiaan, mengenalkan Human Right masyarakat Watch atau HRW terhadap merupakan gaya hidup organisasi minim non sampah. profit yang Laman menjadi Zero platform Waste penegak Indonesiasekaligus berupaya pejuang menjadi hak “One-Stop-Solution” asasi manusia. Melalui dengan situs resminya, menyediakan mereka berbagai menyorot layanan, kasus pelanggaran produk, danHAM panduan yang sedang untuk mengurangi terjadi di berbagai sampah negara, di seluruh seperti Indonesia. perang di Suriah, krisis Salah Rohingya, satu layanannya dan pembunuhan adalah massal Peta di Minim Filipina. Sampah. Hanya Ultimates dengan bisamemasukan bisa belajaralamat, mengenai layanan isu-isu tersebut tersebut sekaligus menunjukkan memberikan tempat-tempat donasi dan ikut yang menandatangani akan membantu petisi. Ultimates mengurangi dan mengolah sampah. Seperti letak drop bank sampah, donasi baju, atau kafe dan pertokoan yang mendukung gerakan tersebut.

Foto situs zerowaste.id

Foto situs wearyourvoicemag.com Inklusivitas adalah topik penting dalam masyarakat sekarang, terutama dalam media massa. Semakin berkembangnya zaman, semakin masyarakat menyadari pentingnya representasi bagi berbagai ras, gender, dan agama. Terutama di tengah isu rasisme yang sedang marak terjadi, media semakin ditekankan untuk mengambil peran dalam memerangi isu tersebut. Wearyourvoice adalah sebuah majalah daring yang berupaya untuk membawa inklusivitas kepada dunia berita. Sesuai dengan namanya, mereka bertujuan untuk memberikan suara kepada minoritas yang seringkali dikesampingkan oleh media besar. Wearyourvoice menerbitkan berbagai cerita mengenai isu rasisme, diskriminasi, seks, politik, kesehatan mental, dan lain-lain. Majalah tersebut memberikan perspektif baru dan orisinal di tengah media massa yang sering menghadirkan topik generik.


74

SECTION:

Tumbuhkan Tumbuhkan

Kepekaan Kepekaan

dengan dengan Lima Lima Platform Platform EdukasiEdukasi Isu Sosial Isu Sosial writer Arienne Clerissa editor writerXena Arienne Olivia Clerissa editor Xena Olivia photographer Elisha Widirga photographer & TimothyElisha B. Hallatu Widirga & Timothy B. Hallatu

A

ncaman terhadap kemanusiaan berakar dari ketidakpekaan. Banyak isu menyita perhatian yang dijawab dengan tutupan mata oleh umat manusia. Terdapat dua kemungkinan mengapa hal tersebut terjadi. Pertama, masyarakat pada umumnya menyadari adanya isu-isu tersebut, tetapi memilih untuk tidak peduli. Kedua, mereka tidak menyadarinya sama sekali alias buta informasi. Meskipun demikian, kedua kemungkinan tersebut tetap membawa imbas pahit bagi masyarakat. Melihat perkembangan era digital yang serba canggih dan lahirnya berbagai outlet

informasi, seharusnya masyarakat semakin mudah untuk menyedot wawasan. Lantas, hal tersebut membuktikan apa yang dikatakan penulis Donald Miller. “Dalam era informasi, ketidakpedulian adalah pilihan” Terutama sekarang saat isu di dunia semakin m e m a n a s , ke h i l a n g a n ke p e d u l i a n b u k a n seharusnya menjadi pilihan. Langkah tersebut layaknya dimulai dengan mengedukasi diri. Kini, terdapat berbagai platform yang dapat menambah wawasan mengenai isu sosial yang terjadi di masyarakat.

EVENT


ULTI MAG Z

75

I ssue N o . 2 8

04 05 02

Human rights watch Wearyourvoice

Girl up

“Tidak ada negara di dunia di mana perempuan hidup setara” terpampang di laman utama GirlUp.org. Dilahirkan dari PBB, organisasi ini berupaya untuk mengubah fakta tersebut. Ditemukan pada 2010, kini Girl Up telah berhasil menjangkau Tidak ada sebanyak satu hari berlalu 75.000 di perempuan mana kasus di pelanggaran 125 negara, salah terhadap satunya hak asasi Indonesia. manusia tidak terjadi. Hak yang seharusnya fundamental Mereka berkomitmen ini sayangnya untuk masihmendukung, sering dilanggar, mendidik, tidak dan dihargai, memberikan dan dianiaya. kesempatan bagi perempuan untuk memaksimalkan Menurut The Guardian, potensimasih mereka. ada 40Inisiatif juta anak di Girl bawah Up memfasilitasi umur menderita perempuan pelecehan muda dan untuk penelantaran. menjadi pemimpin Tak kalah dan munjung, agen perubahan sekitar 27 juta di komunitasnya orang saat ini masing-masing. diperbudak dalam human Selama trafficking pandemi, situs di seluruh Girl Updunia.membuka program Leadership Development, Berpokok pada fasilitas isu kemanusiaan, workshop untuk Human para Right perempuan Watchyang atau ingin HRW merupakan belajar mengenai organisasi isu non kekerasan profit yang gender, menjadi kesetaraan, platform dan penegak olahraga. sekaligus Workshop pejuang tersebut hak asasi dibuka manusia. secaraMelalui umumsitus dan diselenggarakan resminya, mereka secara menyorot virtual.kasus pelanggaran HAM yang sedang terjadi di berbagai negara, seperti perang di Suriah, krisis Rohingya, dan pembunuhan massal di Filipina. Ultimates bisa bisa belajar mengenai isu-isu tersebut sekaligus memberikan donasi dan ikut menandatangani petisi.

Foto situs girlup.com

Foto situs wearyourvoicemag.com Inklusivitas adalah topik penting dalam masyarakat sekarang, terutama dalam media massa. Semakin berkembangnya zaman, semakin masyarakat menyadari pentingnya representasi bagi berbagai ras, gender, dan agama. Terutama di tengah isu rasisme yang sedang marak terjadi, media semakin ditekankan untuk mengambil peran dalam memerangi isu tersebut. Wearyourvoice adalah sebuah majalah daring yang berupaya untuk membawa inklusivitas kepada dunia berita. Sesuai dengan namanya, mereka bertujuan untuk memberikan suara kepada minoritas yang seringkali dikesampingkan oleh media besar. Wearyourvoice menerbitkan berbagai cerita mengenai isu rasisme, diskriminasi, seks, politik, kesehatan mental, dan lain-lain. Majalah tersebut memberikan perspektif baru dan orisinal di tengah media massa yang sering menghadirkan topik generik.


76

SECTION:

Tumbuhkan Tumbuhkan

Kepekaan Kepekaan

dengan dengan Lima Lima Platform Platform EdukasiEdukasi Isu Sosial Isu Sosial writer Arienne Clerissa editor writerXena Arienne Olivia Clerissa editor Xena Olivia photographer Elisha Widirga photographer & TimothyElisha B. Hallatu Widirga & Timothy B. Hallatu

A

ncaman terhadap kemanusiaan berakar dari ketidakpekaan. Banyak isu menyita perhatian yang dijawab dengan tutupan mata oleh umat manusia. Terdapat dua kemungkinan mengapa hal tersebut terjadi. Pertama, masyarakat pada umumnya menyadari adanya isu-isu tersebut, tetapi memilih untuk tidak peduli. Kedua, mereka tidak menyadarinya sama sekali alias buta informasi. Meskipun demikian, kedua kemungkinan tersebut tetap membawa imbas pahit bagi masyarakat. Melihat perkembangan era digital yang serba canggih dan lahirnya berbagai outlet

informasi, seharusnya masyarakat semakin mudah untuk menyedot wawasan. Lantas, hal tersebut membuktikan apa yang dikatakan penulis Donald Miller. “Dalam era informasi, ketidakpedulian adalah pilihan” Terutama sekarang saat isu di dunia semakin m e m a n a s , ke h i l a n g a n ke p e d u l i a n b u k a n seharusnya menjadi pilihan. Langkah tersebut layaknya dimulai dengan mengedukasi diri. Kini, terdapat berbagai platform yang dapat menambah wawasan mengenai isu sosial yang terjadi di masyarakat.

EVENT


ULTI MAG Z

77

I ssue N o . 2 8

04 05 03

Human rights watch Wearyourvoice

Share the meal

Produksi makanan di dunia cukup untuk memberi makan semua orang. Meskipun demikian, ternyata sepertiga populasi dunia masih mengalami kelaparan. Saat ini, 2,5 miliar orang tidak mampu untuk membeli makan. TidakJika ada tidak satu hari diperbaiki, berlalu peningkatan di mana kasus angka pelanggaran tersebut terhadap akan membawa hak asasi dunia manusia ke dalam tidak terjadi. kondisiHak darurat. yang seharusnya fundamental Platform ini ini berambisi sayangnya untukmasih menumpas sering isudilanggar, tersebut. Mereka tidak dihargai, menciptakan dan dianiaya. solusi yang mudah dan bisa pengguna lakukan hanya Menurut dengan Theketukan Guardian, jari.masih ada 40 juta anak di bawah umur Share menderita The Mealpelecehan adalah aplikasi dan penelantaran. pertama yangTak berupaya kalah munjung, memusnahkan sekitar isu kelaparan 27 juta orang dengan saat memberikan ini diperbudak donasi kepada dalam human anak-anak trafficking yang membutuhkan di seluruh dunia.makan. Sejauh ini, aplikasi ini telah Berpokok membagikan pada isu sebanyak kemanusiaan, 58 jutaHuman makanan Right kepada Watchanakatau HRW anak merupakan yang membutuhkan, organisasikapan non profit dan di yang mana menjadi saja. platform penegak Tersedia sekaligus di Apppejuang Store dan hakGoogle asasi manusia. Play, Ultimates Melalui situs juga resminya, bisa mengambil mereka menyorot peran dalam kasusmembantu pelanggaran mengurangi HAM yang sedang kelaparan terjadi di dunia. di berbagai negara, seperti perang di Suriah, krisis Rohingya, dan pembunuhan massal di Filipina. Ultimates bisa bisa belajar mengenai isu-isu tersebut sekaligus memberikan donasi dan ikut menandatangani petisi.

Foto situs sharethemeal.org

Foto situs wearyourvoicemag.com Inklusivitas adalah topik penting dalam masyarakat sekarang, terutama dalam media massa. Semakin berkembangnya zaman, semakin masyarakat menyadari pentingnya representasi bagi berbagai ras, gender, dan agama. Terutama di tengah isu rasisme yang sedang marak terjadi, media semakin ditekankan untuk mengambil peran dalam memerangi isu tersebut. Wearyourvoice adalah sebuah majalah daring yang berupaya untuk membawa inklusivitas kepada dunia berita. Sesuai dengan namanya, mereka bertujuan untuk memberikan suara kepada minoritas yang seringkali dikesampingkan oleh media besar. Wearyourvoice menerbitkan berbagai cerita mengenai isu rasisme, diskriminasi, seks, politik, kesehatan mental, dan lain-lain. Majalah tersebut memberikan perspektif baru dan orisinal di tengah media massa yang sering menghadirkan topik generik.


78

SECTION:

Tumbuhkan Tumbuhkan

Kepekaan Kepekaan

dengan dengan Lima Lima Platform Platform EdukasiEdukasi Isu Sosial Isu Sosial writer Arienne Clerissa editor writerXena Arienne Olivia Clerissa editor Xena Olivia photographer Elisha Widirga photographer & TimothyElisha B. Hallatu Widirga & Timothy B. Hallatu

A

ncaman terhadap kemanusiaan berakar dari ketidakpekaan. Banyak isu menyita perhatian yang dijawab dengan tutupan mata oleh umat manusia. Terdapat dua kemungkinan mengapa hal tersebut terjadi. Pertama, masyarakat pada umumnya menyadari adanya isu-isu tersebut, tetapi memilih untuk tidak peduli. Kedua, mereka tidak menyadarinya sama sekali alias buta informasi. Meskipun demikian, kedua kemungkinan tersebut tetap membawa imbas pahit bagi masyarakat. Melihat perkembangan era digital yang serba canggih dan lahirnya berbagai outlet

informasi, seharusnya masyarakat semakin mudah untuk menyedot wawasan. Lantas, hal tersebut membuktikan apa yang dikatakan penulis Donald Miller. “Dalam era informasi, ketidakpedulian adalah pilihan” Terutama sekarang saat isu di dunia semakin m e m a n a s , ke h i l a n g a n ke p e d u l i a n b u k a n seharusnya menjadi pilihan. Langkah tersebut layaknya dimulai dengan mengedukasi diri. Kini, terdapat berbagai platform yang dapat menambah wawasan mengenai isu sosial yang terjadi di masyarakat.

EVENT


ULTI MAG Z

79

I ssue N o . 2 8

04 05

Human rights watch

Wearyourvoice

Foto situs hrw.org

Foto situs wearyourvoicemag.com

Tidak ada satu hari berlalu di mana kasus pelanggaran terhadap hak asasi manusia tidak terjadi. Hak yang seharusnya fundamental ini sayangnya masih sering dilanggar, tidak dihargai, dan dianiaya. Menurut The Guardian, masih ada 40 juta anak di bawah umur menderita pelecehan dan penelantaran. Tak kalah munjung, sekitar 27 juta orang saat ini diperbudak dalam human trafficking di seluruh dunia.Berpokok pada isu kemanusiaan, Human Rights Watch atau HRW merupakan organisasi non profit yang menjadi platform penegak sekaligus pejuang hak asasi manusia. Melalui situs resminya, mereka menyorot kasus pelanggaran HAM yang sedang terjadi di berbagai negara, seperti perang di Suriah, krisis Rohingya, dan pembunuhan massal di Filipina. Ultimates bisa bisa belajar mengenai isu-isu tersebut sekaligus memberikan donasi dan ikut menandatangani petisi.

Inklusivitas adalah topik penting dalam masyarakat sekarang, terutama dalam media massa. Semakin berkembangnya zaman, semakin masyarakat menyadari pentingnya representasi bagi berbagai ras, gender, dan agama. Terutama di tengah isu rasisme yang sedang marak terjadi, media semakin ditekankan untuk mengambil peran dalam memerangi isu tersebut. Wearyourvoice adalah sebuah majalah daring yang berupaya untuk membawa inklusivitas kepada dunia berita. Sesuai dengan namanya, mereka bertujuan untuk memberikan suara kepada minoritas yang seringkali dikesampingkan oleh media besar. Wearyourvoice menerbitkan berbagai cerita mengenai isu rasisme, diskriminasi, seks, politik, kesehatan mental, dan lain-lain. Majalah tersebut memberikan perspektif baru dan orisinal di tengah media massa yang sering menghadirkan topik generik.


80

SNAPSHOT

SECTION:

SNAP SHOTS photographer Jessica Gabriela S.

photographer Amartya Kejora

photographer Jessica Gabriela S.


ULTI MAG Z

I ssue N o . 2 8

photographer Kevin Oei Jaya

photographer Timothy B. Hallatu

81


82

photographer Jessica Gabriela S.

SECTION:

SNAPSHOT


ULTI MAG Z

83

I ssue N o . 2 8

photographer Timothy B. Hallatu

photographer Kevin Oei Jaya

photographer Kevin Oei Jaya


84

SECTION:

photographer Kyra Gracella

SNAPSHOT


ULTI MAG Z

I ssue N o . 2 8

85

photographer Melati Pramesthi


SA KU SATU TAHU KULIAH DARIN SA KUL

B i s a d i a k s e s m e l a l u i f o k u s . u l t i m a g z .c o m

KUL S KUL


ATU TAHUN SATU TAH ULIAH What's DARING next? KULIAH N SATU TAHUN SATU NG KULIAH DARING KU ATU TAHUN SATU TAH LIAH DARING KULIAH SATU TAHUN SATU T LIAH DARING KULIAH SATU TAHUN SATU TA LIAH DARING KULIAH Stay Tune For Our Next Magazine


No 28

MARCH-APRIL EDITION


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.