ULTIMAGZ
Pengawas Ninok Leksono
Dewan Pembina Samiaji Bintang N. Veronika Kaban
Dewan Penasihat
Editor's Note
WEB DEVELOPER
P. Maria Katarina S. Michael Ludovico Reynaldy Michael Y. Rizky Azzahra R. Sherly Julia Halim Stephanie Amelia W. Vanessa Anabelle H.
Fotografer Charles Putra Chiquita Aurellia T. Margaretha Netha Rafael Amory Joseph
Bonifasius Ariesto A. F.
Alfitria Nefi Pratiwi
Fernando Khorasani
Lifosmin Simon Mahdi Husein Punca
Vanessa Angelica
Teka-Teki Ambang Batas Privasi
DISTRIBUTION & MARKETING
Public Relations
Nadya Valencia Wilhelmus William S.
Media Relations
batasan privasi diri sendiri dengan orang lain dan begitu juga sebaliknya?
VISUAL DESIGNER
Layouter Dennise Nathalie W. Michael Andrey Bryan George H. Elisabeth Rene Angelia Marvella Nathania Michelle Zefanya Alyssa Faza Illustrator
Dicky Dharma Putra Michael Muhammad Kenza A.
Revenue & Branding
Chelsy Sutanto Michael Utomo
Saat proses perumusan edisi kali ini, isu privasi data sedang ramai diperbincangkan di media massa. Pasalnya, seorang hacker menjual data pribadi jutaan orang Indonesia di internet. Berbagai pihak akhirnya sadar kepentingan menjaga keamanannya. Masyarakat pun mulai memikirkan ulang tentang memberikan informasi pribadi.
Pada waktu yang sama, kami juga mendalami tentang kata ‘privasi’ itu sendiri. Bahkan, menarik garis kembali ke saat sebelum era teknologi informasi.
Pertanyaan-pertanyaan itu akhirnya mendorong kami untuk mengeksplor privasi yang berpengaruh dalam hubungan antar manusia. Sedekat apa pun hubungan antara dua orang atau lebih, pasti ada garis pembatas yang tidak bisa dilalui. Garis inilah yang juga belum memiliki definisi jelas, tetapi ingin kami temukan maknanya.
Ferdy Setiawan Eunike Agata Katryn Ivania Chandra Marshel Ryan Amanda Kristie H. Karen Phalosa Anathacia Margretha Angelica Jiernata Jesllyn Daniella Herren Venessia S. Brigitte
Informasi apa yang bisa dibagikan? Apa yang tidak? Lalu, bagaimana menentukan
ULTIMAGZ edisi kali ini dirancang untuk akhirnya memberikan arti dan jawaban tekateki ambang batas privasi, beserta cara untuk menjaganya.
BOARDTeka-Teki Ambang Batas Privasi
Saat proses perumusan edisi kali ini, isu privasi data sedang ramai diperbincangkan di media massa. Pasalnya, seorang hacker menjual data pribadi jutaan orang Indonesia di internet. Berbagai pihak akhirnya sadar kepentingan menjaga keamanannya. Masyarakat pun mulai memikirkan ulang tentang memberikan informasi pribadi.
Pada waktu yang sama, kami juga mendalami tentang kata ‘privasi’ itu sendiri. Bahkan, menarik garis kembali ke saat sebelum era teknologi informasi.
Informasi apa yang bisa dibagikan? Apa yang tidak? Lalu, bagaimana menentukan
batasan privasi diri sendiri dengan orang lain dan begitu juga sebaliknya?
Pertanyaan-pertanyaan itu akhirnya mendorong kami untuk mengeksplor privasi yang berpengaruh dalam hubungan antar manusia. Sedekat apa pun hubungan antara dua orang atau lebih, pasti ada garis pembatas yang tidak bisa dilalui. Garis inilah yang juga belum memiliki definisi jelas, tetapi ingin kami temukan maknanya.
ULTIMAGZ edisi kali ini dirancang untuk akhirnya memberikan arti dan jawaban tekateki ambang batas privasi, beserta cara untuk menjaganya.
Nadia Indrawinata
Editor's Note
Teka-Teki Ambang Batas Privasi
Saat proses perumusan edisi kali ini, isu privasi data sedang ramai diperbincangkan di media massa. Pasalnya, seorang hacker menjual data pribadi jutaan orang Indonesia di internet. Berbagai pihak akhirnya sadar kepentingan menjaga keamanannya. Masyarakat pun mulai memikirkan ulang tentang memberikan informasi pribadi.
Pada waktu yang sama, kami juga mendalami tentang kata ‘privasi’ itu sendiri. Bahkan, menarik garis kembali ke saat sebelum era teknologi informasi.
Informasi apa yang bisa dibagikan? Apa yang tidak? Lalu, bagaimana menentukan
batasan privasi diri sendiri dengan orang lain dan begitu juga sebaliknya?
Pertanyaan-pertanyaan itu akhirnya mendorong kami untuk mengeksplor privasi yang berpengaruh dalam hubungan antar manusia. Sedekat apa pun hubungan antara dua orang atau lebih, pasti ada garis pembatas yang tidak bisa dilalui. Garis inilah yang juga belum memiliki definisi jelas, tetapi ingin kami temukan maknanya.
ULTIMAGZ edisi kali ini dirancang untuk akhirnya memberikan arti dan jawaban tekateki ambang batas privasi, beserta cara untuk menjaganya.
Surat Pembaca
writer Alycia Catelyn editor Vellanda illustrator Ferdy SetiawanSita Dewi
Dosen Ilmu Komunikasi UMNDalam ekosistem kampus, mahasiswa sebagai salah satu pemangku kepentingan harus punya wadah untuk menyampaikan suara mereka. ULTIMAGZ merupakan wadah yang responsif terhadap kebutuhan dan keresahan mahasiswa, di kampus dan di usianya. Supaya ULTIMAGZ bisa semakin baik, tentu ia harus didorong untuk tetap independen dan jujur menyuarakan generasinya.
Arvin Wicaksono
Mahasiswa Hukum Internasional Universitas Pancasila
Menurut saya, ULTIMAGZ merupakan cerminan dari produk media yang berkualitas karena isinya informatif, up to date , dan cantik secara penyajian. Hal itu menurut saya jadi titik jual ULTIMAGZ yang pasti akan digemari oleh anak muda apalagi dengan konten yang dimuat merupakan hal yang relatable . Ditambah dengan desain yang baik dan produk jurnalisme yang beautifully made . Saya berharap ULTIMAGZ dapat meningkatkan frekuensi publish , next time mungkin memuat topik berhubungan dengan hukum, atau topik populer lainnya agar semakin banyak pembacanya.
Bernadetta Katrinka
Jurnalistik, 2020
Cover ULTIMAGZ memang selalu menarik perhatian pembaca! Kontenkonten yang ada di dalam pun selalu menambah insight baru terhadap pembaca. Saya juga selalu kagum dengan ULTIMAGZ karena tidak pernah ketinggalan berita-berita baru alias up to date . Sebagai mahasiswa UMN, saya bangga dengan hasil kerja keras para pihak di balik ULTIMAGZ yang selalu berani, kreatif, dan inovatif. Great job, ULTIMAGZ! Semoga tidak pernah lelah untuk mengemas konten-konten yang inovatif, tetap semangat dan solid dalam tim yang bekerja di balik layar, dan tetap harumkan nama ULTIMAGZ atas keunikan yang dimiliki.
Sharine Wijaya
Desain Komunikasi Visual, 2020
Dari segi desain maupun layout , ULTIMAGZ memiliki tampilan menarik. Namun, isi dari kontennya lebih menarik lagi. ULTIMAGZ banyak membahas isu sensitif dan realistis untuk menaikkan awareness pembaca. Ada juga rangkaian cara mengatasi isu tertentu, sehingga para pembaca bisa mendapatkan edukasi akan apa yang perlu dilakukan jika sedang menghadapi isu tertentu. Overall, konten ULTIMAGZ banyak yang relatable, terutama karena kontennya ditulis oleh sesama mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara (UMN) juga. Semoga ULTIMAGZ sukses terus ke depannya, ya! Semoga konten yang dibahas semakin menarik dan bisa menjangkau lebih banyak pembaca, termasuk mahasiswa di luar UMN!
Almanac
Oktober - Desember 2022 writer Louis Brighton editor Nadia Indrawinata illustrator Daniella Herren2 Oktober
Hari Batik Nasional
Tanggal 2 Oktober ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional di Indonesia. Hal tersebut ditetapkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono dalam Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 2009 yang diterbitkan pada 17 November 2009.
Hari Batik Nasional diadakan karena pada tanggal 2 Oktober 2009, batik resmi didaftarkan sebagai Warisan Kemanusiaan Karya Agung Budaya Lisan dan Nonbendawi di Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO).
1 November
Hari Inovasi Indonesia
Inovasi merupakan salah satu faktor kesuksesan dalam dunia bisnis. Budaya inovatif perlu ditumbuhkan oleh para pemimpin dan pelaku bisnis agar tidak tercipta budaya kerja yang statis. Oleh sebab itu, Pemimpin Tera Foundation Handi Irawan mencetuskan Hari Inovasi Indonesia (HII) yang diadakan setiap tanggal 1 November.
Visi yang ingin diwujudkan dari diadakannya HII adalah sebagai pengingat pelaku bisnis dan perusahaan di Indonesia untuk menciptakan budaya inovatif. Dengan begitu, akan tercipta produk dan layanan inovatif agar kehidupan dapat menjadi lebih baik.
Hari Anti Korupsi Sedunia
Pada 2021, Indonesia Corruption Watch (ICW) mengumumkan ada 553 kasus korupsi yang ditindak oleh aparat penegak hukum. Dari kasus-kasus tersebut, terdapat 1.173 tersangka yang berpotensi mengakibatkan kerugian negara senilai lebih dari 29 triliun rupiah.
Hari Anti Korupsi Sedunia diadakan setiap tanggal 9 Desember dengan tujuan meningkatkan kesadaran terhadap korupsi. Hari tersebut ditetapkan pada 31 Oktober 2003 oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ketika menandatangani Konvensi Perserikatan BangsaBangsa Melawan Korupsi (UNCAC).
9 Desember Hari Hak Asasi Manusia 10 Desember
Hari Hak Asasi Manusia diadakan setiap tahun pada 10 Desember. Hari ini dicetuskan oleh PBB karena bertepatan dengan hari Majelis Umum PBB memproklamasikan Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia (UDHR) pada 10 Desember 1948 di Paris.
UDHR merupakan dokumen yang berisi pernyataan mengenai hak-hak yang tidak dapat dicabut dan dimiliki setiap orang sebagai manusia. UDHR tersedia dalam lima ratus bahasa dan merupakan dokumen yang paling banyak diterjemahkan di dunia.
ENGGAN
JAGA PRIVASI, ANCAMAN BAGI KEAMANAN DIRI
writer Christabella Abigail Loppies & Sherly Julia Halim editor Vellanda illustrator Venessia Selma Brigitte
Pernahkah Ultimates menemukan iklan produk yang baru saja disebut dalam percakapan beberapa menit lalu di media sosial? Atau mendapat kiriman pesan dari nomor tak dikenal? Tak jarang hal ini membuat waswas persoalan privasi dan penyalahgunaan data pribadi.
Kejadian tersebut dialami oleh Evelyn Ivana, mahasiswa Universitas Bina Nusantara. Evelyn pernah dibuat ngeri lantaran hal yang dicarinya di platform lain tiba-tiba muncul di Instagram.
“Beberapa hari yang lalu, aku mencari ide-ide untuk makan dan juga resep membuat makanan. Setelah itu, Instagram aku tiba-tiba ada gambar dan resep makanan semuanya,” jelas Evelyn.
Ada pula Kevin (bukan nama sebenarnya), mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara (UMN)
yang mengaku sempat iseng bermain judi online. Namun, saat sudah tidak bermain lagi, ia masih sering mendapatkan pesan spam mengenai situs judi online.
“Parahnya lagi, pesan spam ini banyak sekali dikirimkan lewat WhatsApp,” ujar Kevin.
Mahasiswa UMN lainnya, Nata (bukan nama sebenarnya) juga mengaku pernah jadi korban pelanggaran privasi dan penyalahgunaan data pribadi di salah satu aplikasi kencan daring. Berkat informasi dari temannya, Nata mengetahui bahwa ada pihak tidak bertanggung jawab yang membuat profil menggunakan nama, usia, dan foto pribadinya.
“Iya, waktu itu foto dan nama gue dipakai orang di Bumble,” kata Nata.
Akibat tingginya intensitas penggunaan internet, data pelanggaran privasi dan penyalahgunaan data pribadi seperti ini kian meningkat. Mengutip dari katadata.co.id , Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri melaporkan ada lebih dari lima ribu serangan phising yang terjadi di Indonesia sepanjang kuartal kedua 2022.
Phising merupakan upaya untuk mendapatkan informasi data seseorang dengan teknik pengelabuan. Data yang menjadi sasarannya adalah data pribadi seperti nama, usia, dan alamat. Selain itu, ada pula data akun seperti nama pengguna dan kata sandi, serta data finansial yang meliputi informasi biasa
dilakukan dengan modus memberikan tautan situs palsu yang meminta
Hal ini membuktikan bahwa setiap kali seseorang mengakses internet, data dan perilakunya dipertaruhkan. Ada banyak pihak yang dengan mudahnya melacak data tersebut untuk kemudian
Alhasil, tidak heran jika sering kali iklan produk yang baru saja dicari atau dibicarakan tiba-tiba muncul di laman media sosial. Inilah salah satu bukti bahwa batas-batas keamanan
RAGAM PRIVASI YANG PERLU DIJAGA
Privasi merupakan hak fundamental, esensial, dan merupakan sebuah perlindungan keamanan untuk manusia. Merangkum privateinternetaccess.com, ada tujuh jenis privasi.
1. Privasi atas tubuh berarti tubuh seseorang adalah miliknya sendiri. Tidak boleh ada orang melanggar hak tersebut tanpa ada persetujuan dari yang bersangkutan.
2. Privasi korespondensi adalah hak mutlak untuk berkomunikasi dengan aman bersama siapa pun tanpa ada yang menguping, khususnya saat sedang berbicara dalam forum diskusi daring yang bersifat personal.
3. Privasi data merupakan privasi yang mengarah pada foto, dokumen pribadi yang krusial, dan data pada umumnya seperti nomor telepon, akun media sosial, hingga Kartu Tanda Penduduk (KTP).
4. Privasi keuangan merujuk pada kerahasiaan atas wawasan keuangan tanpa ada orang yang tahu, tidak peduli itu siapa yang ingin mengetahuinya. Privasi keuangan berarti tidak memperbolehkan siapa pun untuk melihat, mengakses, dan menggunakan data tentang keuangan seseorang.
5. Privasi identitas merupakan kebijakan privasi atas menjalani kehidupan secara anonim.
6. Privasi lokasi adalah kerahasiaan lokasi keberadaan seseorang tanpa diketahui oleh pemerintah. Akan tetapi, dalam buku Computer and Information Security Handbook , privasi lokasi juga dijabarkan sebagai hak individu untuk memutuskan bagaimana, kapan, dan untuk apa informasi lokasi mereka diakses pihak lain.
7. Privasi wilayah berarti privasi atas alamat rumah yang tidak boleh diketahui pihak asing.
Melihat jenisnya yang banyak, privasi tentu memiliki fungsi yang tidak dapat diremehkan. Dalam artikel jurnal berjudul “Pentingnya Memahami Penerapan Privasi di Era Teknologi Informasi” tahun 2018, Islamy menegaskan sejumlah fungsi privasi.
Pertama, privasi sebagai pengatur dan pengontrol interaksi interpersonal. Artinya, seseorang memiliki batasan dalam hubungannya dengan orang lain. Batasan antara waktu menyendiri dan berinteraksi dengan orang lain pun tergambar jelas.
Fungsi kedua menyatakan bahwa privasi berfungsi sebagai pengatur strategi dalam suatu hubungan. Dengan adanya privasi, seseorang jadi tahu seberapa jauh level keintiman atau jarak yang wajar dalam membangun hubungan dengan orang lain.
Batasan privasi membuat setiap
orang memiliki ruang aman untuk bebas berekspresi tanpa rasa takut dihakimi. Maka dari itu, Jika ancaman terhadap privasi terus dibiarkan, esensi kebebasan manusia pun berangsur lumpuh. Selain itu, batasan privasi juga melindungi masyarakat dari ancaman pihak tidak bertanggung jawab yang kerap menyalahgunakan data pribadi seseorang.
Oleh sebab itu, kesadaran untuk menjaga privasi perlu kembali ditingkatkan. Setidaknya ada beberapa cara sederhana yang bisa dilakukan untuk melindungi privasi. Pertama, lindungilah privasi dari ancaman pelacakan di internet. Hal ini bisa dilakukan dengan tidak asal memberikan alamat surel dan nomor telepon pribadi, terutama jika memang tidak ada kepentingan.
Selain itu, jangan lupa membedakan kata sandi pada setiap media sosial yang dimiliki untuk meminimalisasi ancaman peretasan. Penting pula untuk selalu memperbarui perangkat lunak ke versi terbaru agar tidak mudah dibobol.
Tak hanya di internet, melindungi privasi dalam ranah interpersonal pun penting dilakukan. Ingatlah bahwa tidak semua hal perlu dibagikan kepada orang lain. Beranilah untuk mengatakan tidak terhadap pertanyaan atau hal-hal yang dirasa mengusik atau sudah melebihi batasan privasi.
RENTANNYA KEAMANAN DATA PRIBADI DI INDONESIA
writer Josephine Arella & Michael LudovicoBaru-baru ini Tanah Air dihembuskan berita pembobolan dunia maya yang dilakukan oleh hacker beralias Bjorka. Hal tersebut krusial karena peretasan yang dilakukan Bjorka mencakup data-data penting dan sensitif. Peristiwa ini pun membahayakan jika data yang bocor disalahgunakan oleh pihak tidak bertanggung jawab.
Nama Bjorka awalnya muncul ketika hacker ini mengklaim bahwa ia menjual data bocor dari sejumlah situs milik pemerintah. Klaim tersebut mengarah kepada dugaan kebocoran data pelanggan Perusahaan Listrik Negara (PLN) pada pertengahan Agustus 2022 lalu.
Melansir kompas.com , pada 7 September 2022, kebocoran data ini berisi informasi seputar nama pelanggan, nomor ID, alamat konsumen, dan jumlah penggunaan listrik. Selain PLN, ada juga dugaan kebocoran data para pelanggan provider internet Indihome.
Tidak sampai situ, sebanyak 1,3 miliar data registrasi kartu SIM publik milik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) juga diklaim bocor oleh Bjorka. Hal tersebut sudah termasuk nomor telepon, Nomor Induk Kependudukan (NIK), nama provider, dan tanggal pendaftaran Kemudian, Bjorka semakin menarik perhatian publik usai membuat pernyataan kepada pemerintah yang berbunyi, “My Message to
Indonesian Government: Stop being an idiot,” atau “Pesan saya kepada Pemerintah Indonesia: Berhenti jadi idiot”. Aksi Bjorka yang menjual data bocor justru didukung oleh warganet. Bahkan, warganet beramai-ramai meminta untuk membocorkan berbagai macam data lainnya seperti data pribadi pejabat publik.
Pengamat budaya dan komunikasi digital Universitas Indonesia (UI) Firman Kurniawan memberikan tanggapannya terkait dukungan warganet kepada Bjorka. Beliau mengatakan bahwa situasi sedemikian rupa adalah sebuah ekspresi dari kekecewaan masyarakat terhadap keamanan data itu sendiri. “Malah sangat terkesan menyalahkan warganet dan saling lempar tanggung jawab antar institusi. Ini yang terbaca, sebagai hasil pembingkaian media,” ujarnya dikutip dari kompas.com.
Selain itu, Bjorka juga mengklaim telah membocorkan dokumen rahasia milik Presiden RI Joko Widodo. Melansir cnbcindonesia.com, klaim tersebut belum bisa dipastikan apakah itu milik Presiden Jokowi atau yang lainnya.
Namun, kejadian oleh Bjorka bukanlah kasus pertama yang pernah terjadi di Indonesia. Nyatanya, kejadian terjadinya kebocoran data sudah berkali-kali terjadi di masa lalu. Kebanyakan kasus kebobolan data ini pun tidak menemukan titik terang.
BOCORNYA DATA KOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU) PADA 2013
Pada Mei 2020 lalu, sekitar 2,3 juta data pemilih Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Tanah Air bocor ke forum Dark Web. Situs ini merupakan situs ilegal yang menyediakan hal-hal sensitif seperti data pencurian privasi yang diperjualkan, dikutip dari chubb.com.
Mengutip cnbcindonesia.com , peristiwa bocornya Data Pemilih Tetap (DPT) KPU yang berasal dari metadata pada 15 November 2013 diungkap oleh akun Twitter @underthebreach. Ada pun data pribadi yang tersebar meliputi nama, alamat, nomor ID, tanggal lahir, dan lainnya.
Sebagian besar DPT yang bocor berasal dari Yogyakarta. Hacker yang memakai username Arlinst tersebut juga sempat mengancam akan segera menyebarkan 200 juta data pemilih. Data yang diperjualkan di situs ilegal itu dikatakan memiliki berbagai folder dengan fail format PDF berukuran 2,36 GB.
KEBOCORAN DATA PENGGUNA TOKOPEDIA PADA 2020
Pada 2020, Tokopedia dilaporkan mengalami peretasan. Jumlahnya mencapai sekitar 91 juta akun pengguna dan 7 juta akun penjual. Melansir cnnindonesia.com , peretas menjual data berupa username , alamat surel, nama lengkap, jenis kelamin, nomor ponsel, dan kata sandi ke Forum Dark Web dengan harga sekitar Rp74 juta.
Informasi tentang Tokopedia yang mengalami peretasan pertama kali disampaikan ke publik oleh Whysodank selaku peretas di Raid Forum pada Mei 2020. Sementara itu, peretasan sudah dilakukan dua bulan sebelumnya pada Maret 2020. Aksi pembobolan data Tokopedia ini dilakukan oleh lebih dari satu peretas guna membuka kunci algoritma hash dari kata sandi pengguna. Selain itu, masih di Raid Forum, akun @underthebreach memberitahu bahwa ada seseorang yang membocorkan basis data Tokopedia.
DUGAAN KEBOCORAN DATA KESEHATAN BPJS PADA 2021
Kasus dugaan kebocoran data juga dialami oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan pada 2021. Melansir cnnindonesia. com, sekitar 279 data pengguna BPJS Kesehatan Indonesia bocor dan dijual ke forum hacker. Informasi yang diretas mencakup nomor kartu (noka), NIK, nomor ponsel, alamat surel, alamat, dan gaji.
Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) sempat menggeledah kantor BPJS Kesehatan guna mencari tahu penyebab bocornya data pengguna. Kendati demikian, kasus tersebut belum menemui titik terang. Melansir suara.com, Kominfo masih melakukan proses investigasi dugaan kebocoran data tersebut hingga akhir 2021.
Pembobolan data di dunia maya yang masih terjadi menunjukkan bahwa penjagaan sistem keamanan privasi belum dikerahkan seratus persen. Berbagai data pribadi penting untuk dijaga karena menyangkut informasi sensitif sehingga perlu keamanan yang mumpuni. Penting untuk diadakannya perbaikan sistem supaya data pribadi masyarakat tidak kembali bocor agar tidak disalahgunakan oleh individu yang tidak bertanggung jawab.
Tak hanya pemerintah dan institut tertentu yang ambil bagian, masyarakat pun diharapkan turut serta menjaga keamanan data pribadinya. Pastikan bahwa data yang dimiliki sudah terenkripsi dengan aman dan menggunakan kata sandi yang sekiranya sukar ditebak. Kemudian, masyarakat juga harus bijak dalam memberikan data-data bersifat pribadi.
Telisik Kasus Peretasan di UMN yang Merugikan Mahasiswa
writer Alycia Catelyn & Graciella Olivia Widjaja photographer Charles Putra editor Nadia Indrawinata ilustrator AnathaciaMerasa dicurangi, kecewa, dan dirugikan.
“Tidak dikasih solusi. Mereka bilang nanti kalau akan dikasih tahu ke aku. Tapi sampai sekarang enggak ada kabar sama sekali,” kata
Citra pun menanyakan pendapat BIA mengenai alasan hilangnya mata kuliah yang ia pilih. BIA menjawab bahwa ada kemungkinan akun MyUMN
Terkejut mendengar hal tersebut, Citra kemudian meminta bantuan kepada Student Support. Tak lama, ia kembali ke ruang BIA sembari ditemani salah satu konselor dari Student Support dan dibuat bingung oleh
“Awalnya BIA bilang akun MyUMN aku di, tapi jawaban mereka kali ini beda. Mereka bilang kayaknya akunnya bukan di- hack , tapi dimainin sama teman aku,” ujar Citra.
BIA menjelaskan kepada Citra bahwa ada temannya yang masuk ke akun MyUMN miliknya, kemudian salah satu mata kuliahnya . Pasrah, Citra pun merelakan salah
satu mata kuliahnya tanpa mengetahui apa dan mengapa hal tersebut bisa terjadi.
“Aku jujur merasa dicurangi, kecewa, dan dirugikan. Karena enggak dapat jawaban yang jelas dari mereka (BIA),” ucapnya.
Kasus peretasan tidak hanya terjadi kepada Citra. Wati (bukan nama sebenarnya) juga pernah mengalami hal yang serupa. Pasalnya, peretasnya adalah teman sekelasnya sendiri. Saat Ujian Tengah Semester (UTS), teman sekelas Wati sering bertanya kepadanya dengan alasan ‘sebagai referensi’. Kecurigaan Wati pun mulai muncul.
“Dia nanya ke aku tentang kasus yang dianalisis. Aku jawab kasus ini. Terus dia bilang kasus dia sama kayak punya aku,” cerita Wati ketika dihubungi ULTIMAGZ, Senin (17/10/22).
Wati kemudian meminta dokumen lembar jawaban teman sekelasnya. Ketika dicek, Wati melihat jawaban ujiannya sama persis dengan miliknya. Kata per kata, hingga tanda baca titik dan koma pun tidak berbeda.
Telisik Kasus Peretasan di UMN yang Merugikan Mahasiswa
writer Alycia Catelyn & Graciella Olivia Widjaja photographer Charles Putra editor Nadia Indrawinata ilustrator AnathaciaPada Senin (08/08/22), Citra (bukan nama sebenarnya) melakukan pendaftaran Kartu Rencana Studi (KRS) Semester Ganjil 2022/2023. Bersama teman-temannya, ia memilih berbagai mata kuliah yang sama agar bisa menjalani kelas yang sama. Ketika pengisian KRS selesai, Mereka merasa senang dan puas akan pilihan jadwal dan kelas mata kuliah yang sama.
Tiga hari sebelum memasuki perkuliahan tatap muka, Citra mengecek jadwalnya sekali lagi. Ia terkejut saat mengetahui salah satu mata kuliahnya hilang. Anehnya, jadwal temanteman Citra lengkap dan tidak ada yang berubah. Ketika hari pertama masuk kuliah, ia pun mendatangi Biro Informasi Akademik (BIA) untuk menanyakan perihal dan solusi masalah ini.
Merasa dicurangi, kecewa, dan dirugikan.
“Tidak dikasih solusi. Mereka bilang nanti kalau ada update akan dikasih tahu ke aku. Tapi sampai sekarang enggak ada kabar sama sekali,” kata Citra, Selasa (18/10/22).
Citra pun menanyakan pendapat BIA mengenai alasan hilangnya mata kuliah yang ia pilih. BIA menjawab bahwa ada kemungkinan akun MyUMN milik Citra diretas.
Terkejut mendengar hal tersebut, Citra kemudian meminta bantuan kepada Student Support. Tak lama, ia kembali ke ruang BIA sembari ditemani salah satu konselor dari Student Support dan dibuat bingung oleh respons BIA.
“Awalnya BIA bilang akun MyUMN aku dihack , tapi jawaban mereka kali ini beda. Mereka bilang kayaknya akunnya bukan di- hack , tapi dimainin sama teman aku,” ujar Citra.
BIA menjelaskan kepada Citra bahwa ada temannya yang masuk ke akun MyUMN miliknya, kemudian salah satu mata kuliahnya di- drop . Pasrah, Citra pun merelakan salah
satu mata kuliahnya tanpa mengetahui apa dan mengapa hal tersebut bisa terjadi.
“Aku jujur merasa dicurangi, kecewa, dan dirugikan. Karena enggak dapat jawaban yang jelas dari mereka (BIA),” ucapnya.
Kasus peretasan tidak hanya terjadi kepada Citra. Wati (bukan nama sebenarnya) juga pernah mengalami hal yang serupa. Pasalnya, peretasnya adalah teman sekelasnya sendiri. Saat Ujian Tengah Semester (UTS), teman sekelas Wati sering bertanya kepadanya dengan alasan ‘sebagai referensi’. Kecurigaan Wati pun mulai muncul.
“Dia nanya ke aku tentang kasus yang dianalisis. Aku jawab kasus ini. Terus dia bilang kasus dia sama kayak punya aku,” cerita Wati ketika dihubungi ULTIMAGZ, Senin (17/10/22).
Wati kemudian meminta dokumen lembar jawaban teman sekelasnya. Ketika dicek, Wati melihat jawaban ujiannya sama persis dengan miliknya. Kata per kata, hingga tanda baca titik dan koma pun tidak berbeda.
“Bingung, dong. Kok bisa sama? Pas aku tanya ke dia kapan submit ujiannya, dia bilang sehari sebelum deadline , sedangkan aku empat hari sebelum deadline ,” jelasnya.
Wati segera melaporkan persoalan ini kepada Student Support. Kedua belah pihak akhirnya dipanggil oleh Student Support untuk diwawancarai. Namun, hanya Wati yang hadir sementara teman sekelasnya tidak datang.
“Jadi keputusannya mutlak. Aku yang menang. Karena dari syarat dan ketentuannya, pihak yang tidak mengikuti wawancara akan dinyatakan bersalah,” ucap Wati.
Awalnya, Wati dan teman sekelasnya mendapatkan nilai nol dari dosen akibat jawaban ujian yang sama. Namun, setelah diselesaikan dan dibantu oleh Student Support, Wati pun mendapatkan nilai yang sepatutnya ia dapatkan, sedangkan teman sekelasnya tetap mendapatkan nol.
Diketahui, kasus ini dimulai
dari teman sekelas Wati yang ternyata mengetahui kata sandi akun E-Learning Wati. Ia masuk ke akun E-Learning Wati dan mengambil lembar jawaban ujian yang sudah Wati kumpulkan.
Terkait penanganan yang dilakukan pihak kampus, Wati merasa sudah cukup baik karena mendapatkan keadilan yang seharusnya. Namun, menurutnya durasi penanganan kasusnya cukup lama. Butuh waktu lebih dari satu bulan untuk mendapatkan nilainya kembali.
“Karena ini persoalan nilai, jadi harapannya kampus bisa lebih cepat dalam penanganannya. Soalnya, untuk nilai aku dinyatakan aman itu ketika mau masuk ke semester baru. Lumayan lama, takutnya nilai aku gak bisa diubah saat itu,” kata Wati.
TANGGAPAN IT UMN
Menurut Manajer Informasi Teknologi (IT) Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Rheemar Hardiyanto, peretasan merupakan sebuah upaya pembobolan yang mengacu pada
Wawancara tim ULTIMAGZ dengan Rheemar Hardiyanto (kiri) dan Dwi Kristiawan M. S. (kanan) selaku perwakilan dari tim IT UMN pada hari Jumat (14/10/2022). (ULTIMAGZ/Charles Putra)kerusakan sebuah sistem. Hal yang berkaitan dengan tindakan tidak bertanggung jawab seperti memanfaatkan kata sandi pihak lain juga mengarah pada area penyalahgunaan.
“Kalau kita sebut dengan istilah diretas, konotasinya lebih masuk ke dalam sistem. Bisa membobol, ataupun dengan cara yang lebih halus atau lebih ekstrem. Nah, kalau kaitannya dengan memasuki akun orang lain, sebenarnya lebih ke penyalahgunaan password dan account orang, ” ujar Rheemar ketika diwawancarai pada Jumat (14/10/22).
“Misalnya gini, ada mahasiswa yang gak pernah mengubah password -nya, lalu temannya tahu e-mail -nya apa dari tanggal lahirnya. Lalu, ada yang coba-coba masuk dan kemudian disalahgunakan, itu lebih masuk ke area penyalahgunaan,” lanjutnya.
Inilah yang akhirnya menjadi salah satu hal yang kerap disosialisasikan kembali oleh pihak IT. Pada dasarnya, kata sandi mahasiswa dengan format tanggal lahir hanyalah sebuah default yang memudahkan mahasiswa saat awal masuk kampus. Ketika telah menggunakan akun-akun kampus seperti MyUMN, E-learning, dan Google, pengubahan kata sandi diharapkan segera dilakukan guna meningkatkan keamanan dan kemudahan bagi mahasiswa.
KEAMANAN AKUN MAHASISWA UMN
Adanya peretasan atau penyalahgunaan akun yang dilakukan oleh oknum merupakan suatu hal yang sebenarnya dapat dihindari. Hal ini turut disampaikan pihak IT bahwa sistem dari UMN telah diupayakan memiliki standar yang cukup aman.
Namun, sering kali kasus-kasus yang dialami oleh Wati terjadi akibat penyalahgunaan pihak lain. Di sinilah sebenarnya pihak IT menekankan mahasiswa wajib mengganti kata sandi dan menyimpannya tanpa ada yang mengetahui.
“Sebenarnya kalau diubah dari sistem tidak ada
yang bisa diubah, tidak ada yang perlu diubah. Karena begini, ketika ada upaya masuk ke dalam sistem dengan password dan user yang benar, itu semua prosesnya sudah secure, sudah dienkripsi,” ungkap Rheemar.
Standar keamanan yang diberlakukan pada sistem akun mahasiswa, sebenarnya telah menggunakan ketentuan umum yang cukup aman. Adanya lambang kunci yang terletak pada address bar (kolom alamat) di tampilan awal MyUMN merupakan salah satu standar umum keamanan yang berkaitan dengan enkripsi data. Kendati demikian, mahasiswa diimbau untuk tetap peduli dan menjaga kepemilikan akunnya.
UPAYA DAN TINDAKAN YANG DAPAT DILAKUKAN MAHASISWA
Apabila terdapat kasus seperti Wati atau Citra, mahasiswa dapat melaporkan kasus-kasus tersebut melalui bantuan Help Desk (helpdesk. umn.ac.id ) atau melaporkan kepada pihak IT melalui WhatsApp.
“Teman-teman bisa minta (akunnya) di- lock sementara, lalu disampaikan untuk masalahnya segala macam, nanti akan dibantu cari solusinya,” kata Dwi Kristiawan selaku pihak IT ketika diwawancarai bersama Rheemar.
“Nanti habis di-lock, masalah sudah clear, akan dibantu reset, lalu kita tawarkan untuk autentikasi (konfirmasi ulang),” imbuhnya.
Kasus-kasus menyangkut privasi mahasiswa sering kali dijumpai di ruang lingkup kampus. Hal ini sebaiknya menjadi pengingat untuk menjaga atau melaporkan guna mendapatkan penindaklanjutan yang maksimal.
Data Pribadi Juga
Tanggung Jawab Diri
writer Reynaldy Michael Yacob & Vanessa Anabelle editor Nadia Indrawinata ilustrator JesllynSumber: unsplash.com
Melansir Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kominfo), data pribadi adalah data perseorangan tertentu yang disimpan, dirawat, dan dijaga kebenaran serta dilindungi kerahasiaannya. Dengan masuknya masyarakat dunia ke era digital, data pribadi turut memasuki era baru dengan informasi yang tersimpan secara digital di internet.
Sebagai rakyat yang menggunakan internet sebagai sarana informasi, komunikasi, dan hiburan, umumnya berpikir bahwa data yang dimasukkan ke internet tersimpan dengan
aman. Namun, pada September 2022, sebuah peretasan besar terjadi terhadap data pribadi masyarakat Indonesia oleh seorang peretas yang menyebut dirinya sebagai “Bjorka”.
Dari peretasan tersebut, terjadi kebocoran data 105 juta penduduk milik Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU RI), 1,3 miliar data proses registrasi kartu SIM, hingga ribuan dokumen kenegaraan.
Banyak masyarakat menyalahkan pemerintah karena dinilai gagal melaksanakan tugasnya sebagai pelindung rakyat. Kominfo menjadi
target utama untuk massa melayangkan protesnya. Namun, bukannya menjelaskan strategi baru untuk berkomitmen memberi rasa aman dan nyaman bagi masyarakat, Kominfo malah mengimbau mereka untuk menjaga data pribadinya masing-masing, termasuk Nomor Induk Kependudukan (NIK).
Pernyataan ini sontak menuai berbagai komentar dari warga internet yang merasa imbauan tersebut tidak relevan. Selain karena data yang diretas diperoleh dari laman dan basis milik pemerintah, pernyataan ini juga dinilai sebagai bentuk pemerintah yang tidak bertanggung jawab.
Meskipun pernyataan Kominfo menuai banyak protes, poin yang dikatakan ada benarnya. Data pribadi juga merupakan tanggung jawab dari setiap individu. Meskipun ada beberapa ranah yang berada di luar kontrol masyarakat biasa, beberapa hal tetap bisa dilakukan untuk menjaga data-data pribadi di Internet.
Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menjaga data pribadi digital.
AMANKAN AKUN
Cara paling sederhana untuk melakukan ini adalah dengan membuat kata sandi yang kompleks dan diusahakan berbeda untuk
setiap akunnya. Selain itu, bisa menggunakan otentikasi dua langkah untuk akun yang ada dengan memasukkan kata sandi dan nomor telepon yang hanya dapat diakses oleh pemiliknya. Lalu, melalui nomor telepon tersebut nantinya akan dikirimkan kode angka yang diperlukan untuk masuk ke dalam akun.
LINDUNGI PENJELAJAHAN WEB
Perusahaan dan situs web melacak setiap aktivitas yang dilakukan seseorang di internet. Mereka melacak aktivitas pencarian dan mampu menarik kesimpulan apa yang digemari oleh penggunanya. Oleh karena itu, perlu dipasang perangkat tambahan agar mampu memblokir pelacak dan iklan. Selain itu, banyak yang menggunakan Virtual Private Network (VPN). Namun, ini hanya berfungsi jika seseorang sering menggunakan Wi-Fi publik karena VPN memberikan lapisan keamanan ke laman penelusuran.
PAKAI PERANGKAT LUNAK ANTIVIRUS PADA PERANGKAT SELULER
Antivirus bagi perangkat berfungsi untuk mencegah terjadinya pemindaian informasi pribadi, pop-up yang mengganggu, dan sebagainya akibat virus.
JANGAN SIMPAN INFORMASI SENSITIF
Ketika sedang memasukkan kata sandi melalui laman situs, biasanya akan muncul pilihan untuk menyimpan kata sandi agar berikutnya dapat langsung masuk ke laman tanpa mengisi sandi terlebih dahulu. Namun, hal tersebut bisa dikatakan berisiko terjadi kebocoran data. Salah satu informasi sensitif yang sering kali dimasukkan adalah ketika Ultimates harus melakukan pembayaran melalui internet. Biasanya, akan diminta nomor kartu kredit ataupun debit. Akan lebih baik jika nomor-nomor tersebut tidak disimpan dalam situs untuk pengisian otomatis dalam transaksi berikutnya.
MELAKUKAN VERIFIKASI
Sebelum Ultimates mengakses sebuah laman, pastikan bahwa tautan yang diberikan aman. Jika tidak, bisa terjadi e-mail phishing, yaitu ketika seseorang mengirimkan sebuah tautan berisi pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing korban untuk memberikan informasi data pribadi.
MENYIMPAN DATA CADANGAN DENGAN HATI-HATI
Memiliki data back-up merupakan salah satu pencegahan dan solusi yang bisa dilakukan jika sewaktu-waktu data yang dimiliki terkena serangan siber. Namun, perlu diperhatikan juga mengenai penyimpanan data cadangan ini. Terkadang, perangkat seluler melakukan penyimpanan secara otomatis. Oleh karena itu, sebaiknya Ultimates
mengatur penyimpanan secara otomatis untuk data-data sensitif seperti foto.
MELAPORKAN ADANYA AKTIVITAS YANG JANGGAL
Jika Ultimates merasa bahwa terjadi aktivitas mencurigakan pada perangkat ataupun akun kalian, segera laporkan agar bisa ditangani.
Meskipun cara-cara di atas tidak bisa sepenuhnya menjaga data pribadi dari peretasan, melakukannya dapat menghindari penyalahgunaan data oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Menjaga data pribadi di internet bagaikan menyeberangi lautan menggunakan kapal. Meskipun keselamatan berada di tangan nahkoda dan kapal yang ditumpangi, tetapi penumpang bisa menjaga diri dengan menentukan beberapa pilihan. Kapal mana yang ingin dinaiki, siapa nahkoda yang ingin dipercaya, dan menyiapkan beberapa alat penyelamatan untuk berjaga-jaga jika terjadi suatu hal yang tidak diinginkan.
BATASAN PR I VASI
Privasi adalah hak setiap orang. Dalam hubungan bersama kekasih, teman, maupun keluarga sekalipun, seseorang berhak untuk menentukan batasan pribadinya. Namun, sayangnya masih banyak individu yang kesulitan untuk mempertahankan batasan privasi mereka.
Padahal, hal ini sangat penting untuk membangun hubungan yang sehat. Alhasil, isu mengenai batasan privasi pun menjadi banyak dibahas oleh praktisi, salah satunya Christy Sucahyo.
“Privasi menjadi penting karena ini yang menjaga ruang aman kita sendiri,” ujar Christy saat diwawancarai oleh ULTIMAGZ pada Kamis (06/10/22).
Christy adalah mindset shifter yakni pribadi yang mengubah hidupnya menjadi lebih baik dengan mengubah pola pikirnya. Ia aktif mengangkat persoalan
boundaries (batasan) dalam hubungan di akun Instagramnya @christyms. Selain itu, ia juga menulis buku Toxic Relationship Free dan buku elektronik Free of Possessiveness. Dalam bukunya, Christy menceritakan kisah pribadinya saat ia berada dalam hubungan toksik.
“Nah, ketika masuk dalam situasi (toksik) seperti itu, privasi kita pun biasanya itu bentuknya boundaries , batasan,” kata Christy.
Christy memandang privasi sebagai salah satu dasar utama yang harus dibangun dalam suatu hubungan. Christy pun menjelaskan kepentingan privasi dengan konsep Johari Windows oleh Joseph Luft dan Harrington Ingham. Konsep ini dapat membantu seseorang memahami hubungannya dengan orang lain melalui kesadaran dan pemahaman diri. Jendela ini
writer Aqeela Ara & Cheryl Natalia photographer Margaretha Netha editor Vellanda illustrator Karen Phalosamembagi interaksi manusia menjadi empat area, yakni terbuka (open self), buta (blind self), tersembunyi ( hidden self ), dan tidak diketahui (unknown self).
“Di situ menjelaskan bahwa dalam diri kita, kita punya area yang salah satunya hidden. Hanya kita yang tahu, orang lain nggak tahu,” jelas Christy.
Pada suatu hubungan, harus ada batasan privasi yang ditentukan untuk menjaga ruang aman pribadi. Individu harus bisa mengelola akses masuknya orang lain ke dalam area pribadi, baik yang bersifat emosional maupun fisik.
Saat privasi tidak dihormati, kepercayaan sebagai pilar penting dalam hubungan akan hancur dan hilang. Dengan dibatasinya privasi individu, rusak pula komunikasi. Nantinya, hal ini akan melahirkan masalah-masalah lain. Contohnya, ketika privasi seseorang dilanggar terus menerus, akan muncul kelelahan mental dan emosional yang mendorong individu untuk berbohong.
“Itulah (tidak menjaga batasan privasi) yang akhirnya membuat relationship bisa berantakan karena harus terus menerus membuktikan diri,” ujar Christy.
Namun, perlu diketahui bahwa batasan pun dapat menjadi manipulatif dengan adanya pihak yang merasa tidak aman atau insecure akibat trauma masa lalu. Rasa tersebut kemudian menimbulkan kecurigaan dalam hubungan hingga akhirnya memicu tuntutan tidak masuk akal yang bersifat posesif.
MENCIPTAKAN BATASAN PRIVASI YANG SEHAT
Untuk mencapai hubungan sehat, Christy menjelaskan bahwa semua pihak yang terlibat harus menyadari batasan setiap individu dengan menerapkan tiga hal. Pertama adalah dengan memiliki keteguhan. Artinya, individu harus tegas menolak tuntutan dari pihak lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai pribadinya.
“Keteguhan bahwa aku punya value. Aku orang yang punya prinsip,” tegas Christy.
Kedua adalah dengan membangun komunikasi yang terbuka sehingga individu dapat menjelaskan batasan dan nilai yang harus dihormati. Terakhir dan terpenting adalah respect dan self-love. Tanpa rasa hormat dan kepedulian kepada diri sendiri, individu tidak bisa menentukan dan memegang teguh batasan dalam dirinya.
“Self-respect membuat kita berani berkata ‘tidak’ terhadap sebuah tuntutan, sebuah pemaksaan, apalagi terhadap sebuah ancaman,” terangnya.
Dengan mempraktikkan tiga poin yang dibagikan Christy–terutama selfrespect –individu bisa mempertahankan privasi mereka sebagai dasar membangun hubungan yang sehat dan harmonis.
“Terutama self-respect duluan. Karena
tanpa self-respect , kita tidak bisa stand up for values . Kita tidak akan bisa stand up for ourselves,” ucapnya.
Tanpa self-respect , seseorang cenderung meragukan diri sendiri. Self-worth pun akan goyah karena merasa harus membuktikan diri, mendapatkan kepercayaan, dan validasi dari orang lain. Padahal, ketika ada rasa saling menghargai dalam suatu hubungan, rasa saling percaya akan muncul dengan sendirinya tanpa harus membuktikan diri.
Menyadari batasan privasi adalah salah satu langkah menciptakan hubungan sehat. Tanpa batasan privasi, hubungan apa pun justru akan menjadi toksik. Christy berharap bukunya menjadi inspirasi yang dapat membantu orangorang untuk lepas dari hubungan toksik dan pulih dari dampaknya.
“Jadi harapannya mereka bisa praktik dan mereka bisa mengalami tiga hal ini. Pencegahan (hubungan toksik), mendapatkan solusi, dan mendapatkan pemulihan,” tutup Christy.
Karena tanpa selfrespect , kita tidak bisa stand up for values . Kita tidak akan bisa stand up for ourselves.
Eratnya suatu hubungan sering kali membuat orang-orang di dalamnya harus saling terbuka. Rahasia menjadi sesuatu yang tidak boleh ada. Bahkan, hal-hal yang sewajarnya menjadi privasi pun semakin tak ada batasannya. Meski memiliki perbedaan, seharusnya keduanya samasama menjadi pilihan bebas bagi setiap orang.
Privasi merupakan tindakan ketika seseorang memilih tidak mengungkapkan suatu hal kepada individu lain. Berbeda dengan privasi, secrecy atau rahasia dapat diartikan sebagai tindakan enggan mengungkapkan sesuatu karena takut akan konsekuensi di waktu mendatang. Inilah yang dipaparkan oleh Maria Advenita Gita Elmada selaku dosen Communication and Personal Relationship di Universitas Multimedia Nusantara. “Jadi perbedaan antara keduanya ini sebenarnya sangat tipis”, ucap wanita yang kerap dipanggil Vita kepada ULTIMAGZ, Selasa (11/10/22).
Pembahasan terkait privasi dan rahasia ini tidak lepas dengan istilah self-disclosure yaitu cara seseorang mengungkapkan tentang dirinya sendiri kepada orang lain. Batas mana yang menjadi privasi atau rahasia sepenuhnya merupakan hak pribadi.
Hal ini selaras dengan teori communication privacy management (CPM) yang mana individu mempertahankan dan mengkoordinasikan batasan-batasan privasinya sendiri. Batasan terkait apa yang ingin seseorang bagikan dengan pasangan komunikasinya berkaitan dengan keuntungan dan kerugian.
writer Christabella Abigail Loppies & Stephanie Amelia Wijaya“Kejujuran dan sikap saling terbuka dalam sebuah hubungan tentunya ada, tidak terlepas dengan hak diri sendiri dalam mengelola sebuah informasi,” terangnya.
Walau tidak diharuskan, kejujuran dalam hubungan tetaplah penting. Hal ini dikarenakan seseorang, secara tidak langsung, berharap pasangannya akan sepenuhnya jujur dalam membangun hubungan.
Namun, seperti yang dikatakan teori relationship dialectics , kadang kala ada ketegangan antara keinginan untuk membuka diri dengan keinginan orang lain agar tidak diketahui sepenuhnya ( fully known ). Pasalnya, memang terdapat konsekuensi jika ingin mendekatkan diri dengan orang lain. Seseorang perlu membuka informasi mengenai dirinya sendiri, terlebih jika ada kesepakatan yang mengharuskan untuk saling membuka diri.
BATASAN PRIVASI DAN RAHASIA
Menurut Vita, batasan privasi dan rahasia yang tepat adalah ketika diri sendiri merasa nyaman mengungkapkan apa yang ingin disampaikan tanpa paksaan ataupun perasaan ragu. Sebab, semua orang memiliki hak atas diri sendiri, informasi yang dimiliki, dan cara untuk membuka diri. Seluruh hal tersebut memang harus dinegosiasikan dalam hubungan sampai sebuah komitmen terbentuk.
“Mengutip dari Devito, kedekatan emosional dalam hubungan sebenarnya dapat menimbulkan kompromi atas privasi. Semakin kita dekat, semakin sedikit privasi yang kita miliki,” ujar Vita.
Namun, sedekat apa pun suatu hubungan, privasi tetap menjadi batasan penting bagi seseorang, terlebih di era teknologi saat ini yang memungkinkan terciptanya online relationship (hubungan daring). Ketika menjalin hubungan secara daring, biasanya seseorang lebih memiliki kendali untuk membina hubungan yang dekat tanpa terlalu membuka privasinya. Kondisi ini memungkinkan seseorang untuk lebih menaruh perhatian pada pentingnya privasi dalam sebuah hubungan.
“Sekarang orang lebih menyadari bahwa ketika ia mau mengungkapkan informasi tentang dirinya, ia bisa mengaturnya sedemikian rupa sehingga bisa mencapai level kedekatan yang diinginkan tanpa harus selalu membuka semua dirinya,” jelas Vita.
“Jadi, kembali lagi bahwa kesadaran orang akan informasi yang bisa mereka jaga itu semakin kuat di era ini,” lanjutnya.
Dalam ranah interpersonal, batasan privasi menjadi aturan dasar yang harus disepakati. Hal ini berlaku baik dalam hubungan keluarga, pertemanan, maupun romansa.
“Dalam hubungan interpersonal, berbicara tentang aturan ini menjadi hal yang mungkin dirasa kurang menyenangkan, tapi menjadi suatu hal yang penting,” kata Vita. “Mengapa? Karena kita jadi tahu basic rules -nya, harus terbuka tentang apa.”
Vita menegaskan bahwa komunikasi menjadi hal kunci dalam menyepakati aturan dasar tentang batasan privasi. Perlu diingat bahwa setiap orang tidak harus terbuka secara penuh terhadap pasangannya. Apabila privasinya terancam, setiap
individu yang ada di dalam suatu hubungan memiliki hak untuk menyampaikan ketidaknyamanannya. Pihak lainnya pun harus bisa mengerti dan menghargai kondisi tersebut.
Oleh sebab itu, setiap orang perlu mengetahui cara tepat untuk melindungi privasi. Vita menjelaskan beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga privasi dalam sebuah hubungan.
Pertama, latihlah diri untuk memiliki kesadaran akan privasi. Hal ini berkaitan dengan informasi yang
perlu dibagikan kepada orang lain dan yang tidak. Kedua, jangan ragu untuk menolak pertanyaan yang dirasa sudah melewati batas. Alternatif lainnya adalah dengan menunda keputusan dan tidak terburu-buru dalam memberikan jawaban.
Pada akhirnya, yang dibutuhkan adalah komunikasi dan ketegasan. Kedua hal ini dapat membantu menciptakan batas privasi yang tepat dalam sebuah hubungan.
Setiap orang memiliki hubungan masing-masing. Mulai dari relasi dalam ruang lingkup pekerjaan, keluarga, romansa, dan lain sebagainya. Ada beberapa yang memilih untuk mempublikasikan hubungannya, tetapi ada juga yang memilih untuk merahasiakannya. Alasannya pun sederhana. Agar hubungan itu tidak menjadi tontonan publik dan dapat berjalan dengan lancar tanpa gangguan dari luar.
Lalu, apa kira-kira arti dari privasi itu sendiri? Alan F. Westin (1968) melalui buku “Privacy and Freedom” memaparkan privasi sebagai klaim individu, kelompok, atau lembaga untuk menentukan kapan, bagaimana, dan sejauh mana informasi tentang mereka dikomunikasikan kepada orang lain.
Selain itu, Rapoport (1988) mendefinisikan privasi sebagai suatu kemampuan untuk mengontrol interaksi, kemampuan untuk memperoleh pilihanpilihan dan kemampuan untuk mencapai interaksi seperti yang diinginkan. Apabila digabungkan, dapat dikatakan bahwa privasi adalah kebebasan yang dimiliki oleh individu untuk menjaga dan mempublikasikan segala bentuk informasi pribadi atas dasar kesadaran sendiri.
PENGERTIAN PRIVASI DI RANAH HUKUM
Privasi dapat dilihat dari berbagai sisi. Dalam ranah hukum, Pengacara Waluyo Rahayu berpendapat bahwa privasi mengarah pada identitas individu yang menjadi korban atau saksi
dalam sebuah kasus. Korban dan/atau saksi dapat mengajukan perlindungan.
“Masing-masing pihak bisa mengajukan perlindungan saksi dan korban,” ujar Rahayu saat dihubungi ULTIMAGZ pada Selasa (27/09/22).
Selain itu, Rahayu juga mengatakan bahwa orang yang melanggar privasi akan dikenakan sanksi lebih dari lima tahun jika dianggap melakukan perbuatan tidak menyenangkan. Kendati demikian, masih banyak orang yang melanggar hukum dengan menyebarkan privasi milik orang lain. Hal ini terjadi karena orang tidak tahu menahu mengenai aturan tersebut.
“Ketidaktahuan atau kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai undang-undang terkait dengan lingkungan itu yang kurang dipahami oleh masyarakat,” kata Rahayu.
Namun, privasi pada zaman ini tidak hanya sebuah hal yang disimpan oleh manusia dalam dirinya. Pengertian mengenai privasi berkembang seiring majunya teknologi dan informasi. Menurut UU Teknologi Informasi tahun 2016 ayat 19 mengenai Pengaturan Pelanggaran Hak Privasi, privasi adalah hak individu untuk mengendalikan penggunaan informasi tentang identitas pribadi baik oleh dirinya sendiri atau oleh pihak lainnya.
PRIVASI DALAM TEKNOLOGI DAN INFORMASI
Pengertian pelanggaran privasi menurut hukum sejalan dengan pelanggaran privasi dalam dunia Teknologi Informasi (TI). Di ranah ini, pelanggaran privasi merupakan
keadaan saat seseorang atau sebuah badan menyebarkan informasi milik orang lain pada pihak ketiga tanpa persetujuan atau sepengetahuan dari orang yang bersangkutan. Pernyataan ini didukung oleh Spesialis TI Arum Madarum.
Hubungan privasi dan teknologi yang berkembang akan terus berkesinambungan. Menurutnya, perusahaan yang memiliki data milik masyarakat harus dengan jelas memberitahukan bagaimana data akan digunakan. Jika melanggar, inilah yang dinamakan pelanggaran privasi.
“Kita harus (memberikan) statement gimana cara kita mengumpulkan, menyimpan, dan memproses (data). Apakah disebarluaskan ke pihak lain atau apakah di- share dengan pihak ketiga itu harus jelasnya di sana. Pelanggan harus tau ini data mereka diapain, sih sama perusahaan ini?” jelas Arum kepada ULTIMAGZ pada Jumat (14/10/22).
Arum juga mengatakan data pribadi yang paling rentan mengalami kebocoran adalah nama dan jenis kelamin. Sebab, pengguna harus mencantumkan nama dan jenis kelamin di sebagian besar media sosial. Ia juga berpendapat bahwa kebocoran data ataupun privasi sering terjadi karena rendahnya kesadaran masyarakat terhadap bahaya dari penyalahgunaan data pribadi.
PELANGGARAN PRIVASI DALAM HUBUNGAN INTERPERSONAL
Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari berjejaring dengan sesama, bertegur sapa dan saling mengabari kehidupan masingmasing memang baik. Akan tetapi, ada kalanya seseorang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi ke orang lain.
Menurut psikolog Runi Rulanggi, seseorang yang ingin mengetahui hal-hal berkaitan dengan privasi orang lain dijuluki ‘kepo’. Wanita yang akrab disapa Anggi ini berpendapat seseorang dengan ‘kepo’ berlebihan tidak baik. Apalagi jika sudah menimbulkan perasaan tidak nyaman untuk orang yang diusik.
“Kalau misalnya seseorang bertanya terus sama orang lain secara konsisten sampai menimbulkan perasaan tidak nyaman untuk yang ditanya. Saya rasa itu sudah berada dalam taraf yang berlebihan atau enggak wajar,” jelas Anggi.
Menurutnya, penyebab rasa ingin tahu ini adalah karena terlalu membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Hal ini pada akhirnya
Wawancara tim ULTIMAGZ bersama para ahli-ahli di bidang hukum, psikologi dan komputer membahas andangan privasi dalam berbagai sudut. (ULTIMAGZ/Margaretha Netha)membuat orang tersebut terpapar informasi yang memengaruhi perilakunya dan menimbulkan rendah diri juga iri hati.
Namun, Anggi juga menjelaskan bahwa pelanggaran privasi memiliki banyak faktor. Salah satu stimulusnya adalah pengguna media sosial yang terkadang membagikan sesuatu ke dunia maya tanpa sadar. Tanpa stimulus atau perilaku yang memancing, seseorang tidak akan tertarik pada orang lain begitu saja.
“Stimulusnya itu yang memancing dia jadi ingin tahu kehidupan kita. Baiknya ngasih ruang personal, baik secara dunia nyata maupun maya, ke diri kita sendiri,” jelas Anggi.
Anggi juga mengingatkan pentingnya bersikap asertif. Hal ini berarti seseorang dengan tegas dan lugas dapat mengarahkan ke mana pembicaraan akan berlangsung. Dengan bersikap asertif, seseorang dapat membangun ruang personal saat berusaha untuk mengorek informasi yang dimiliki.
Pada akhirnya, menjaga privasi merupakan tanggung jawab bersama. Setiap manusia
memiliki privasi dan penting untuk menghargai privasi manusia lain.
Ada tiga langkah awal yang dapat dilakukan individu untuk menjaga dan menghargai privasi. Pertama, meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya menjaga data dan privasi. Kedua, memahami hukum mengenai peraturan data pribadi dan privasi. Ketiga dan terakhir, membatasi diri untuk memberikan eksposur secukupnya. Dengan demikian pelanggaran-pelanggaran privasi di ranah mana pun dapat diminimalisasi.
Ilustrasi seorang hacker yang mencuri data privasi orang-orang. (ULTIMAGZ/Margaretha Netha)CHIT CHAT
writerStephanie Amelia Wijaya videographer Rafael Amory Joseph editor Jessica Elisabeth
Dalam menjalin sebuah hubungan, terutama dalam hubungan asmara, terkadang seseorang menganggap harus mengetahui segalanya yang berkaitan dengan pasangan. Hal ini juga terjadi dalam lingkup keluarga, teman, dan interpersonal lainnya. Meski keterbukaan adalah kunci dalam sebuah hubungan, tetapi sikap saling menghargai privasi juga tak kalah penting.
Tidak jarang pelanggaran privasi dilakukan seseorang kepada orang
yang mereka sayangi seperti kebiasaan mengecek ponsel, mengontrol siapa yang dihubungi, ataupun melihat isi dompet pasangan. Alasannya berbagai macam. Mulai dari kepercayaan diri yang rendah, rasa curiga berlebihan, posesif, takut kehilangan, dan masih banyak lagi.
Untuk itu, ULTIMAGZ mewawancarai beberapa mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara (UMN) untuk mengetahui pandangan mereka terhadap privasi.
REVIEW
writer Carolyn Nathasa photographer Chiquita Aurellia T. editor VellandaTHE SOCIAL DILEMMA
Dilema Para Pembuat Media Sosial
“The Social Dilemma” mengawali dokumenternya dengan suasana yang begitu menegangkan. Mulai dari kutipan filsafat Yunani Sophocles, wajah gugup mantan eksekutif Google Tristan Harris, dan musik latar yang memperkuat perasaan tersebut.
Selain Tristan, terdapat juga beberapa wawancara dengan mantan eksekutif teknologi lainnya. Semuanya memiliki pesan yang sama bahwa media sosial memengaruhi kehidupan para penggunanya secara perlahan.
Film dokumenter Netflix ini mengeksplor bahaya algoritma media sosial melalui kacamata pakar teknologi yang pernah bekerja di Google, Facebook, Twitter, Instagram, Pinterest, dan perusahaan
lain. Disutradarai oleh pembuat film dokumenter “Chasing Ice” dan “Chasing Coral”, Jeff Orlowski memaparkan sejumlah efek negatif di media sosial. Contohnya, kapitalisme pengawasan data pribadi, masalah kesehatan mental, penyebaran berita palsu, dan lainnya.
Sebenarnya tak ada yang salah dengan berbagi di media sosial. Namun, di balik itu semua, media sosial juga mempunyai sisi lain yang berbahaya. Hal itu bukan tidak disengaja, karena algoritma diciptakan dengan tujuan membuat penggunanya tertarik untuk tetap menatap layar dan menggunakan data pribadinya. Hal ini akan sangat berbahaya terhadap privasi dan data pribadi.
ANON
Gambaran Bahaya dalam Rahasia
Apa jadinya jika mata manusia dan media sosial terintegrasi satu sama lain? Tidak ada lagi privasi, semua yang dilihat akan direkam dan disimpan dalam jaringan besar. Bahkan, sampai informasi pribadi tentang setiap individu juga disertakan.
Hal ini tentu akan membahayakan data pribadi warga negara. Film “Anon” menampilkan bagaimana seorang detektif polisi menyelidiki sebuah kasus melalui privasi orang-orang dalam kumpulan data yang sangat besar atau big data Berkat data yang tersimpan dalam jaringan Ether, ia bisa dengan mudah mengungkap suatu kasus kejahatan.
Namun, pada suatu ketika, detektif Sal Frieland (Clive Owen) harus menghadapi sebuah kasus pembunuhan berantai yang dilakukan oleh sosok misterius. Wajah, identitas, dan data-data pribadinya dikisahkan tidak tercatat dalam jaringan Ether yang sudah diretas oleh si pembunuh misterius. Film ini juga menampilkan dampak aktivitas berbagi data yang akan merusak privasi seseorang.
“Anon” mengangkat ide yang sangat menarik dengan menggambarkan dunia di masa depan yang tanpa rahasia. Namun sayangnya, karakter anonim yang justru penting dalam film tersebut cenderung tak banyak ditonjolkan oleh sutradara Andrew Niccol.
Beberapa film yang mengangkat isu tentang privacy, yaitu Showden (2016), The Social Dilemma (2020) & Anon (2018).Tidak ada hal besar yang memasuki kehidupan manusia tanpa kutukan.
REVIEW
writer Carolyn Nathasa photographer Chiquita Aurellia T. editor VellandaTHE SOCIAL DILEMMA
Dilema Para Pembuat Media Sosial
“The Social Dilemma” mengawali dokumenternya dengan suasana yang begitu menegangkan. Mulai dari kutipan filsafat Yunani Sophocles, wajah gugup mantan eksekutif Google Tristan Harris, dan musik latar yang memperkuat perasaan tersebut.
Selain Tristan, terdapat juga beberapa wawancara dengan mantan eksekutif teknologi lainnya. Semuanya memiliki pesan yang sama bahwa media sosial memengaruhi kehidupan para penggunanya secara perlahan.
Film dokumenter Netflix ini mengeksplor bahaya algoritma media sosial melalui kacamata pakar teknologi yang pernah bekerja di Google, Facebook, Twitter, Instagram, Pinterest, dan perusahaan
lain. Disutradarai oleh pembuat film dokumenter “Chasing Ice” dan “Chasing Coral”, Jeff Orlowski memaparkan sejumlah efek negatif di media sosial. Contohnya, kapitalisme pengawasan data pribadi, masalah kesehatan mental, penyebaran berita palsu, dan lainnya.
Sebenarnya tak ada yang salah dengan berbagi di media sosial. Namun, di balik itu semua, media sosial juga mempunyai sisi lain yang berbahaya. Hal itu bukan tidak disengaja, karena algoritma diciptakan dengan tujuan membuat penggunanya tertarik untuk tetap menatap layar dan menggunakan data pribadinya. Hal ini akan sangat berbahaya terhadap privasi dan data pribadi.
ANON
Gambaran Bahaya dalam Rahasia
Apa jadinya jika mata manusia dan media sosial terintegrasi satu sama lain? Tidak ada lagi privasi, semua yang dilihat akan direkam dan disimpan dalam jaringan besar. Bahkan, sampai informasi pribadi tentang setiap individu juga disertakan.
Hal ini tentu akan membahayakan data pribadi warga negara. Film “Anon” menampilkan bagaimana seorang detektif polisi menyelidiki sebuah kasus melalui privasi orang-orang dalam kumpulan data yang sangat besar atau big data Berkat data yang tersimpan dalam jaringan Ether, ia bisa dengan mudah mengungkap suatu kasus kejahatan.
Namun, pada suatu ketika, detektif Sal Frieland (Clive Owen) harus menghadapi sebuah kasus pembunuhan berantai yang dilakukan oleh sosok misterius. Wajah, identitas, dan data-data pribadinya dikisahkan tidak tercatat dalam jaringan Ether yang sudah diretas oleh si pembunuh misterius. Film ini juga menampilkan dampak aktivitas berbagi data yang akan merusak privasi seseorang.
“Anon” mengangkat ide yang sangat menarik dengan menggambarkan dunia di masa depan yang tanpa rahasia. Namun sayangnya, karakter anonim yang justru penting dalam film tersebut cenderung tak banyak ditonjolkan oleh sutradara Andrew Niccol.
SNOWDEN
Kebocoran Rahasia Terbesar Sepanjang Sejarah
Sama seperti film lainnya, “Snowden” juga menceritakan bagaimana privasi menjadi hal yang sangat penting. Film biografi yang disutradarai oleh Oliver Stone ini didasarkan pada buku The Snowden Files oleh Luke Harding dan Time of the Octopus oleh Anatoly Kucherena.
“Snowden” mengisahkan sebuah kasus yang melibatkan Edward Snowden (Joseph GordonLevitt) mengenai kebocoran intelijen terbesar dalam sejarah Amerika Serikat (AS). Badan Keamanan Nasional (NSA) AS bahkan telah meminta bantuan Departemen Kehakiman untuk menyelidiki kasus kebocoran informasi oleh Snowden. Sebab, rahasia dan privasi bisa menjadi hal yang berbahaya berkaitan dengan kasus Snowden ini.
Premis yang disajikan dalam film “Snowden” ingin memberitahu penonton untuk lebih bijak dalam menjaga privasi saat sedang melakukan apapun. Privasi dalam kasus Snowden memberi pelajaran bahwa rahasia adalah suatu hal yang sangat krusial untuk dijaga. Pengungkapan operasi intelijen rahasia AS ini merupakan peristiwa penting dalam praktik intelijen global. Bocornya suatu rahasia saja bisa membuat dunia gempar.
THE CIRCLE
Ungkap Bahaya Oversharing
Berlatar waktu di masa depan, "The Circle” menceritakan era media sosial dan melibatkan perusahaan AS yang sangat kuat. Karakter utamanya adalah seorang anak magang bernama Mae Holland (Emma Watson). Mae akhirnya mendapat pekerjaan di departemen layanan pelanggan perusahaan dan memilih untuk bereksperimen dengan produk baru perusahaan The Circle. Produk tersebut merupakan sebuah kamera kecil yang terhubung ke internet dan dapat menjadi alat penyatu semua orang di Bumi. Cara menyatukannya adalah dengan menjadikan hidup penggunanya sebagai tontonan langsung bagi semua orang.
Awalnya, eksperimen itu berhasil. Mae semakin populer dan The Circle tumbuh dalam pengaruh sosial. Namun, ketenaran internet Mae mulai mengambil alih kehidupan pribadinya dan mengasingkan orang-orang yang dulu dekat dengannya.
Premis yang diungkap penulis Ponsoldt dan Egger dalam film ini sebenarnya cukup menarik dan merupakan topik yang sangat familiar bagi banyak orang di era kemajuan internet ini. “The Circle” tidak lebih dari sekadar memberitahu penontonnya bahwa membuka atau berbagi
terlalu banyak di internet adalah kegiatan yang berbahaya dan melanggar privasi. Istilah populernya di masa sekarang adalah oversharing yang tentunya sangat mencerminkan perilaku orang di Internet hari ini. Hal ini bisa menjadi salah satu penyebab privasi mulai terbongkar.
Privasi itu Milik Siapa?
writer Andia Christy editor Nadia Indrawinata illustrator Daniella HerrenApa pun yang ada di pikiranmu sekarang tentang transisi yang harus dihadapi mahasiswa, bisa saja memang benar. Namun, belum tentu berjalan semulus yang dipikirkan.
Peralihan masa perkuliahan dari daring ke luring ternyata tidak sesuai ekspektasi Aria.
“Guuuys, gak sabar banget deh Senin besok kita udah ketemuan di kampus!” ujar salah satu teman Aria, Ghea, penuh semangat di salah satu pertemuan daring mereka melalui Zoom Meeting.
“Iya, deh. Akhirnya gue bisa liat tangga bunder kampus yang sering dipake syuting itu!” timpal Isa dengan cengiran lebarnya, menunjukkan deretan gigi yang tengah dirapikan dengan behel biru gelap.
Suara tawa tiba-tiba terdengar. “Halah, sepik aje lo pada. Di second account juga pada teriakteriak kepo liat kakak-kakak keamanan ospek dari deket kan?” goda Lara.
Kompak, empat dari lima orang yang berada di dalam meeting itu tertawa lepas. Semua tertawa, sementara Aria hanya tersenyum.
Dari kelima teman kuliahnya ini, hanya ia yang tidak memiliki second account. Entah naas atau justru hal yang baik, tapi bahkan Aria jarang menggunakan media sosial sekalipun ia memilikinya.
Lagipula, siapa yang mewajibkan dirinya untuk mengisi akun-akun media sosial miliknya sendiri?
Lagipula, ia bahkan tidak mewajibkan dirinya sendiri untuk aktif mengunggah apapun itu jika tidak dirasa perlu.
“Kapan masuk kampus, Kak?” tanya Papa pada suatu pagi di meja makan.
Duh, pertanyaan itu lagi.
“Minggu depan, kok, Pa.” Aria menatap Papa, Mama, dan adiknya Shea bergantian sambil menyantap lontong sayur.
“Wuihhh… Seneng dong akhirnya balik ke kampus lagi?” Mama balas menyahut dengan cengiran isengnya.
Aria hanya tersenyum tipis. “Iya, begitulah…” jawabnya sekenanya.
Sebenarnya, Aria memang tidak sabar kembali belajar dengan rentetan mata kuliah yang ia sudah pilih. Namun, tetap saja… lingkungan pergaulannya sering membuatnya resah. Entah sebabnya apa.
“Ri, lo gimana? Besok ikut gak ke Bottle?” ucapan Ghea membangunkan Aria dari lamunan sarapan tadi pagi bersama keluarganya.
Aria menonaktifkan microphone- nya. “Jam 11 malem ya?”
Empat orang temannya kompak mengangguk. Bottle adalah sebuah bar yang bercampur dengan kelab malam dekat kampus mereka.
Biasanya, saat malam tempat itu penuh dengan mahasiswa-mahasiswa yang menikmati musik sambil minum alkohol.
“Berarti kelar kelas sore jam 6, bersih-bersih bentar terus cabut, ya, Ri. Nanti siap-siapnya di kos gue aja, cermin aesthetic baru dateng hari ini jadi cucok banget buat bikin konten ala-ala GRWMan!” ujar Ineke penuh semangat.
Kedua mata Isa melotot terkejut. “Demi apa lo, Ne? Yang cermin gede lucu itu kan?”
Ineke menunjukkan jempol kanannya ke arah kamera. “Iya, cuy! Liat deh besok makanya.”
“Eh, tunggu dulu. Lu pada udah nge-gas duluan aja, si Aria kan gak suka-suka amat beginian. Mau ikut atau enggak lu, Ri, jadinya?” potong Ghea.
Aria terdiam selama beberapa saat. Jujur, ia memang bukan tipe orang yang bisa berada di kerumunan banyak dan dentuman musik kencang dengan pencahayaan sedikit. Pun sorotan flash gawai pribadi dari segala arah ketika temantemannya sibuk merekam kegiatan mereka di
Namun, melihat banyaknya mata yang menunggu responnya, ia mengangguk. “Oke, perlu bawa apa gak?”
“Ya elah segala nanya. handphone , make up , sama baju yang cantik aja pokoknya. Harus tampil kita besok, siapa tau diliat orang kampus yang cakep kan…”
Ineke menjawab penuh antusias.
Lara memotong
dengan suara melengking ciri khasnya. “Besok gue mau make baju yang baru beli di Zara kemarin kali, ya. Lucu tuh buat foto masukin Insta-story.”
Belum memberikan Aria kesempatan untuk menjawab, Isa kembali memotong. “Eh, Aria, lo juga pake yang tank top putih aja! Biar matching sama yang lain buat dimasukin ke Instagram,”
Kepada siapa pula ia harus menceritakan ini? Jelas teman-teman satu pergaulannya di kampus tidak masuk dalam daftar. Sementara temanteman dekat SMA-nya terpisah-pisah antar pulau hingga negara. Cerita ke keluarga pun…, ah, sudahlah .
Alhasil, selama ini ia hanya menyabarkan dirinya dan berprinsip inilah yang harus dilalui sebagai seseorang yang mengenyam pendidikan di daerah ibu kota.
Selama perkuliahan daring, tingkah laku teman-teman sekelasnya tentu tidak bisa terlihat secara langsung. Aria tidak pernah tahu apa yang terjadi di belakang layar kamera. Termasuk ketika ia harus bergabung di dalam suatu lingkaran pertemanan tanpa mengetahui apa-apa tentang teman-temannya di balik layar.
Bagaimana kebiasaan belajar mereka, tingkah laku keseharian mereka, bahkan sesepele bagaimana mereka memilih baju. Ia hanya berusaha ada dan mendapatkan teman supaya tidak sendirian. Supaya tidak kesepian.
Ketika ada yang mau menemaninya di setiap kelas dan bergabung di dalam suatu kelompok sudah cukup bagi Aria.
Gue bahkan gak tau kalau mereka on cam pantengin materi atau enggak , pikir Aria.
Alhasil, ketika sekarang ia bertemu secara langsung dengan teman-temannya, Aria sering kaget sendiri.
“Guys, kelas siang ini panas banget buset! Bete banget, gerah. Nih, liat muka temen-temen gue,” Ghea tertawa-tawa di hadapan gawai seri terbaru miliknya, sambil mengarahkan kamera ke deretan teman-temannya. Termasuk ke arah Aria.
Kelimanya tertawa, mengiyakan kondisi ruang kelas yang panas hingga menimpali candaan satu sama lain sembari menunggu dosen memulai kelas.
“Eh, tunggu, Pak Rio cakep banget today . Rambutnya kece deh dinaikin gitu pake gel,” celetuk Isa.
“Iya, coba sering-sering, ya,” Ineke menimpali sembari menahan tawa.
“Buset, yang ada lo pada gak dengerin materi kuliahnya nanti,” timpal Aria setengah bercanda.
“Yee, si Aria mah belajar mulu pikirannya! Tapi tunggu, gue mau foto dia dulu. Coba minggir deh lo, Ke.” Menyusul Ghea yang baru saja selesai mengunggah video di Instagram miliknya, Lara turut membuka kameranya.
“Lah, ngusir?” canda Ineke yang tengah berdiri di hadapan Lara.
“Bukan ngusir, cuma permisi. Biar orang-orang di second account gue tau betapa cakepnya si bapak!” bela Lara.
Ineke, Ghea, Isa, dan Aria pun melipir dari hadapan Lara. Membiarkan satu-satunya gadis yang memakai hijab di lingkar pertemanan mereka ini memotret Pak Rio.
“ Caption -nya apa, ya, guys? Ini aja kali, ya… ‘Dosen cakep gue, nih, bos. Senggol dong!’,” ujar Lara disusul dengan tawanya yang pecah.
Semuanya spontan tertawa mendengar ide Lara yang terkesan norak tapi lucu itu. Meskipun jujur… Di dalam hati, Aria bertanya-tanya.
Apakah boleh mengunggah foto Pak Rio tanpa dosen itu ketahui?
Sesuatu yang bahkan Aria tidak utarakan sampai dosennya itu memulai kelas dan temantemannya sibuk mendengarkan.
Toh, bukannya lingkungan pergaulan di kampus memang seharusnya begini? Seru-seruan menggunakan media sosial masing-masing. Mencampuri urusan satu sama lain, termasuk postingan di media sosial pribadi milik satu dengan yang lainnya.
Katanya, sih, tidak lengkap rasanya kalau jadi mahasiswa di ibu kota tapi belum pernah menginjakkan kaki di kelab malam. Seperti makan roti tapi tidak ada topping . Hambar.
Aria mempercayai itu. Maka di Bottle lah dia sekarang bersama keempat teman kuliahnya beberapa bulan usai mereka pertama kali bertemu secara langsung.
Ini bukan kali pertama mereka ke Bottle. Aria sudah lupa hitungan pastinya berapa, tapi yang jelas setiap minggunya mereka pasti akan ke tempat ini. Alasannya? Melepas penat.
“Eh, foto bareng, yuk, berempat. Seperti biasa kita selalu matching bajunya,” Ghea mengajak mereka berlima foto bersama ketika sudah berada di meja Bottle.
Kelima gadis yang sedang duduk di semester 5 itu pun berpose sedemikian rupa, bahkan hingga meminta tolong orang lain di sekitar mereka. Canda tawa masih terus mengudara.
Aria pun menghampiri Ghea, ketika temantemannya entah sudah pergi ke mana di lantai dansa. “Ghe, boleh liat foto yang tadi gak? Mau uji sensor, nih, gue.”
Ghea menyerahkan ponselnya, memperbolehkan Aria menelusuri galeri foto di gawainya secara perlahan.
Ketika ia memperhatikan satu per satu, Aria mendesah. “Buset, Ghe. Muka gue gak ada yang bener di sini. Kalau jangan di- upload boleh gak?”
Ghea mendelik kaget tidak terima. “Gila kali lo, Ri. Ya harus upload , dong! Biar bisa masukin highlight kuliah gue di Instagram. Kenangkenangan ini!”
Aria meringis. “Gitu, ya?”
Ghea mengangguk. “Nanti deh gue liat lagi hasilnya. Udah lo gabung aja sana kalau mau ke dance floor sama yang lain. Gue di sini aja jagain barang sekalian liat foto sama video di HP,” ucap Ghea, mempersilakan Aria ke lantai dansa dengan dagunya.
Aria tertawa. “Lo kayak gak kenal gue aja. Gak ah, ogah ke dance floor . Di sini aja liat suasana kelab.”
Tepat ia mengutarakan niatnya, tiga temannya yang lain tiba-tiba datang menghampiri meja.
Isa duduk tepat di sebelah Aria, langsung memeluknya dari samping begitu erat. “Eh, gue udah pesen minum. Berhubung weekend , we should enjoy the moment , guys! Minum aja sepuasnya, gue yang bayar karena dapet duit jajan banyak banget dari bokap!”
Semuanya berteriak kegirangan. Jarang sekali ada yang rela membayar semua minum mereka di Bottle, sekalipun itu alibi cowok-cowok genit yang ada di meja lain. Jelas, dengan dorongan Isa, mereka kalap.
Aria berusaha menghargai niat baik Isa yang telah membeli banyak sekali minum ini dengan meminumnya sedikitsedikit. Sekalipun ia sudah tahu tidak bisa mengonsumsi terlalu banyak karena takut
tumbang. Seharusnya, keempat temannya juga mengetahui hal ini.
Beberapa menit setelahnya, ketika seluruh teman-temannya tengah sibuk dengan urusan masing-masing di kelab itu, Aria merasa dunia sedang berputar. Pandangannya berubah tidak fokus dan kepalanya seperti tengah ditekan begitu kencang oleh sesuatu.
Sial, efek alkohol , pikir Aria. Padahal ia merasa sudah berada di batas wajar kadar minum alkoholnya yang biasa.
Satu yang tidak disadari Aria ketika akhirnya gelap menghampirinya, kepalanya terjauh di atas meja tertelungkup.
Sementara itu, teman-temannya sibuk memotret dirinya dalam riuh musik dengan flash tajam kamera mereka. Sementara orang-orang di sekitarnya mengindahkan apapun yang terjadi di meja mereka malam itu.
Siapa yang memedulikan orang teler yang sedang diambil gambar dan video tentang orang itu? Sering kali, tidak ada.
Aria tidak tahu apa-apa sampai hari Senin beberapa hari setelah kejadian di Bottle.
“ARIA! BUSET DAH LU! Keren banget nih gue liat-liat di Insta-story-nya Ghea semalem?” Billy, salah satu teman sekelasnya di suatu mata kuliah menghampirinya ketika sedang menunggu kelas.
Aria datang duluan dibanding teman-temannya yang mengabarkan akan masuk kelas lebih siang. Mendengar ucapan Billy, Aria mengernyit dalam. “Emang kenapa?”
Billy nampak keheranan. “Lah, kocak. Gak liat lo? Ghea videoin lo lagi tepar-tepar seksi gitu, cok! Dikelilingi cewek-cowok lagi pada ketawaketawa liatin lo.”
Aria terdiam. Ia tidak mengetahui apa-apa
masalah video ini. Berusaha nampak biasa saja, gadis itu hanya tersenyum tipis menanggapi Billy.
Video macam apa yang dimaksud?
Entah Aria harus menyesal atau tidak. Namun, begitu meminta Ghea dan teman-temannya yang lain menunjukkan video seperti apa yang mereka rekam ketika sudah berada di kelas, hatinya tidak nyaman.
Total terdapat empat video dan dua foto serta boomerang. Video ketika ia sedang terkapar tak berdaya di meja, telungkup usai menahan sakit kepala yang menyerangnya. Bahkan, video ketika ia didudukan di kursi oleh teman-temannya dengan tawa yang terdengar di belakang kamera. Hingga, video ketika salah satu kakak tingkat yang dekat dengan Ghea terlihat merangkulnya dari samping sembari tersenyum ke kamera.
Ia merasa yang dilakukan teman-temannya ini salah. Ia merasa dirinya tidak patut diambil video hingga foto tanpa izin, terlebih ketika dirinya sedang tidak dalam kondisi sadar.
Mengapa mereka begitu kurang ajar? “Kenapa lo ambil waktu gue lagi begini?” pungkas Aria, mendelik begitu tajam ke arah empat temannya.
Ghea, Ineke, Isa, dan Lara saling menatap satu sama lain. Terkejut dengan respons Aria yang begitu sengit dan terasa… penuh amarah.
“Ya… lo lucu aja di situ, Ri.” Ghea berusaha menjawab, menyudahi keheningan beberapa detik yang melanda mereka.
“Lagian emang kenapa deh? Kan cuma di second account, gak kesebar ke mana-mana. Paling cuma temen-temen kuliah dan keluarga deket kita yang liat. Aman lah, Ri,” Lara menambahkan.
Isa kembali memotong. “Iya, Ri. Kok lo jadi ngegas gini sih?”
Aria menatap semua temannya bergantian tak percaya. “Karena ‘cuma’ di second account jadi lo merasa berhak ambil video gue? Bahkan di saat gue lagi tepar? Di sini gue lagi kesakitan, nyet, tapi kalian gak ada yang tau kan?”
Keempat temannya terdiam, saling melirik satu sama lain.
Aria kembali memanas. Tidak dipedulikan lagi perhatian beberapa teman sekelasnya yang kini terfokus pada mereka. “SIBUK SAMA HANDPHONE MASING-MASING SAMPE GAK PEKA TEMEN LO LAGI SAKIT, ANJING! MAKAN TUH HIGHLIGHT DI IG STORY!”
Gadis itu kembali mengambil napas dalamdalam. “Bukan berarti semua bisa suka-suka kalian apa lagi kalau udah nyangkut muka orang. Gak semua orang nyaman digituin. Itu muka gue yang kalian pake seenaknya, kalau ada apa-apa emang mau tanggung jawab? Gitu aja gak bisa mikir lo pada? HAH?”
Tanpa berkata apa-apa lagi, usai melihat keempat temannya yang masih mematung tanpa respons, Aria pergi meninggalkan kelas dengan air mata yang jatuh dari kedua matanya.
Kini, kepada siapa ia harus mengadu? Apakah pihak kampus bisa menindaklanjuti hal-hal seperti ini?
Aria merasa ia mampu bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Namun, jika hal ini ia harus ungkap ke tempat yang lebih baik, bagaimana jika ini menjadi pedang bermata dua? Fokus kepada mengapa ia bisa mabuk, bukan ke tindakan seenaknya dari teman-temannya.
Bahkan ketika kasus ini dirasa masih ‘kecil’, apakah tidak ada jalan keluar bagi dirinya selain menjauh?
A N G K A H L
writer Maria Katarina photographer Charles Putra editor Jessica ElisabethUU PDP : BAGUS DAN BARU YANG PERLU SOSIALISASI
Pengendali data tidak hanya satu orang saja, tetapi banyak pihak yang harus ikut terlibat
Terbitnya Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) menjadi langkah baru bagi masyarakat untuk melindungi data pribadi. Namun, literasi masyarakat, mulai dari generasi muda hingga tua, masih belum memahami urgensinya. Maka dari itu, diperlukan sosialisasi kepada masyarakat Indonesia.
Siberkreasi bersama Kominfo menggelar webinar Obral Obrol liTerasi Digital bertajuk “Menyikapi Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi” pada Kamis (29/09/22) melalui kanal YouTube Siberkreasi. Siberkreasi sendiri merupakan gerakan nasional literasi digital yang mendukung dan menyebarkan konten positif di media sosial.
Dalam webinar tersebut, Peneliti Engelbertus Wendratama dari PR2Media dan Japelidi berpendapat bahwa UU PDP hadir karena banyaknya kebocoran data dan lemahnya tata kelola Indonesia dalam melindungi data pribadi warga. Hal ini membuat UU PDP menjadi sarana tanggung jawab pengumpul data.
“Ini relevan untuk banyak pihak, tidak hanya
lembaga besar saja. Si pengendali data tidak hanya satu orang saja, tetapi banyak pihak harus ikut terlibat,” ucap Wendratama atau yang akrab disapa dengan Mas Wendra.
Dilihat dari sisi pegiat digital, hadirnya UU PDP juga dilanjutkan dengan permasalahan implementasinya. Kepala Divisi Safenet Ellen Kusuma mengatakan implementasi UU PDP harus tepat laksana, tepat guna, dan memberikan makna perlindungan data pribadi di Indonesia. Selain itu, penting pula mengedukasi masyarakat bahwa mereka yang melakukan pengumpulan data juga bertanggung jawab untuk melindungi data pribadi tersebut.
Tidak hanya Ellen dan Wendra, Manajer Kebijakan Publik Meta Indonesia Noudhy Valdryno juga mengharapkan peraturan turunan segera disusun oleh Kominfo dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Noudhy menambahkan, terdapat dua hal yang harus diperhatikan pemerintah dalam membuat peraturan turunan, yaitu progresif dan realistis.
“Peraturannya harus melihat perkembangan teknologi seperti apa dan harus bisa tanggap untuk
setiap negara terhadap UU PDP berbeda-beda. Salah satu alasannya karena isu-isu yang dihadapi dan konteks yang terjadi di berbagai negara tidak sama. Maka dari itu, regulasi harus disesuaikan dengan keadaan negara tersebut.
UU PDP juga perlu campur tangan dari masyarakat
penting dalam melindungi data pribadinya. Menurut Ellen, sudah seharusnya pengetahuan mengenai data pribadi ada dalam kurikulum nasional. Ini bisa menjadi langkah awal yang melibatkan anak-anak untuk bersuara karena berdampak cukup signifikan di masa depan.
memberikan kurikulum mengenai literasi digital agar terciptanya kesamaan persepsi. Guru-guru baiknya menuntun murid untuk mengakses konten positif, menggunakan media sosial untuk hal baik, dan membuat konten edukasi yang bermanfaat untuk pengguna lainnya.
Lahirnya UU PDP menjadi harapan besar yang dinanti-nanti masyarakat. Sebab perjalanan pembicaraan dan pembentukan UU PDP sudah mencuat sejak tahun 2020. Namun, beberapa keputusan yang diambil pemerintah sering kali masih terlalu cepat sehingga aspirasi masyarakat sering tidak didengar. Maka dari itu, Ellen Kusuma berharap pemerintah tidak bersikap sektoral dan merangkul semua pihak.
“Tolong untuk pemerintah tidak bergerak sendiri. Tidak mengutamakan ego sektor pemerintah karena tidak berbicara pemerintah dan warga negara saja, tetapi juga terkait dengan HAM dan masa depan bangsa,” tutur Ellen.