No 27
No 27
COVER DESIGN Eunike Agata
ALAMAT REDAKSI DAN PERUSAHAAN Gedung Universitas Multimedia Nusantara, Ruang B0613 Jalan Scientia Boulevard Gading Serpong, Tangerang, Banten redaksi@ultimagz.com www.ultimagz.com
@ultimagz
PENERBIT
No 27
Keep
YOURSELF
UPDATED &ALERTED with us through
ULTIMAGZ.COM
BOARD
Elisabeth Diandra Sandi Grisella Etienne Fabio Nainggolan Felicia Setiawan Pengawas Frengky Tanto Wijaya Steven Joe Ninok Leksono Geiska Vatikan Isdy Dennise Nathalie Ida Ayu Putu Wiena V. Dewan Pembina Jairel Danet Polii Illustrator Fx. Lilik Dwi Mardjianto Jessica Elisabeth G. Steven Kosasih Adi Wibowo Octaviano Juni Darliah Eunike Agata Louis Brighton P. Celine Mehitabelle Dewan Penasihat Maria Helen Oktavia Nadia Astrella Samiaji Bintang Maytiska Omar Katryn Ivania C. Ignatius Haryanto Nadia Indrawinata Angelia Suling Thefanny Andreas Francois P. EDITORIAL Theresia Amadea Ferdy Setiawan icaraXena soal Olivia seksualitas masih menjadi hal yang Pemimpin Umum Ignatius Raditya N. WEB DEVELOPER dianggap tabu oleh sebagian masyarakat Azhar Dwi Arinata di Indonesia. Fotografer Tak dapatJericho dihindari, Siahaya mitos Wakil Pemimpin Umum Dionisius Adrian Martin Wongso seksualitas yang berbandingRevaldo terbalik dengan Maria Soterini M. Frizki Alfian Hamdallah fakta ilmiah Titus justru Chrisna Yoga menjadi ‘kebenaran’ Michael Fareliandira yang Pemimpin Redaksi Yvonne Jonathan Darren Vernon dipercayai sebagian orang. Misinformasi yang Agatha Lintang Kinasih Androw Parama M. Ricky Ng terjadi belakangan Veronica Novaria ini soal “Kehamilan dari Kolam Redaktur Pelaksana T.M. Kasyful Haq & Renang” misalnya, menjadi DISTRIBUTION salah satu bukti Andi Annisa Ivana P. Amartya Kejora MARKETING Abel Pramudyapentingnya N. Elisha edukasi Widirgaseksual. Muhammad Dava F. Public Relations Sebenarnya, dunia telah menyepakati perihal Redaktur Foto Kevin Oei jaya Josephine Claudia Felisitasya Manukbua hak reproduksi Caroline dalam Saskia Konferensi Aleida Internasional Gracella P. Ohee Brian Nathaniel V. Kyra Gracella Celine Febriani R. tentang Kependudukan dan Pembangunan (ICPD) Anisa Arifah Anastasia Priscilla di Kairo, Mesir Videografer pada 1994. Pun Cherisha Indonesia Dewi Kiani turut Sekretaris La Bomba Rifai M. menandatangani kesepakatan tersebut, bersama Cindy C. Deschow Media Relations dengan 177VISUAL negaraDESIGNER lainnya. OlehKeysha karena Malondong itu, negara Keuangan Eugenia Theovani memiliki tanggung jawab untuk memenuhi hak Stella Noviana S. Graphic Designer reproduksiDimas warga Aditjondro negaranya, khususnya Revenue & Branding remaja Reporter Tricia Wibisana Angelin Putri Syah sesuai kesepakatan ICPD tersebut. Andrei Wilmar Michael Rainheart G. Kriston Manurung Charlenne Kayla R.Salah satu Olivia Christabel pasal yang tercantum Vina Istighotsah dalam H.
untuk Seksualitas dan Penyintas Kekerasan Seksual
B
perihal seksualitas tidak hanya sebagai bentuk ‘pengkhianatan’ terhadap ilmu pengetahuan, tetapi juga bentuk kurangnya pemenuhan terhadap hak seksualitas dan reproduksi. Di sisi lain, masih terjadi kekerasan seksual yang dialami perempuan maupun laki-laki. Sayangnya, sebagian dari penyintas kekerasan seksual enggan melaporkan kasusnya ke pihak berwenang karena faktor konflik di diri sendiri dan lingkungannya. Namun, ada beberapa lembaga yang bergerak untuk menyuarakan para penyintas kekerasan seksual, seperti Aliansi Nama Baik Kampus. Remaja sebagai generasi penerus bangsa ini mestinya memiliki kesadaran penuh terhadap perlindungan hak seksualitas diri sendiri maupun orang lain. Maka dari itu, penting untuk menciptakan ruang diskusi bagi seksualitas dan penyintas kekerasan seksual. Isu ini Sexual and Reproductive Health And Rights bukan merupakan hal yang tabu, tetapi perlu (SRHR) menyebutkan bahwa setiap orang memandang dari kacamata ilmu pengetahuan. berhak untuk mendapatkan pendidikan dan Mereka ada dan nyata. akses informasi terkait kesehatan seksual dan reproduksi. Maka dari itu, negara dan lembaga pendidikan mestinya memfasilitasi informasi yang cukup mengenai seksualitas. Misinformasi
Keep
YOURSELF �0 �2 TABLE
UPDATED �� Surat Pembaca
�3 Almanac
28 40
&ALERTED 39 Info Kampus
43 Kita dan Mereka
52 56
with us through
55 Opini Internal
59 Opini Eksternal
ULTIMAGZ.COM
66 74 73
Cerpen
Story
75
OF CONTENTS
�4 �8
untuk Seksualitas dan Penyintas Kekerasan Seksual �7 27
Cover Story
B
Info Indonesia
icara soal seksualitas masih menjadi hal yang dianggap tabu oleh sebagian masyarakat di Indonesia. Tak dapat dihindari, mitos seksualitas yang berbanding terbalik dengan fakta ilmiah justru menjadi ‘kebenaran’ yang dipercayai sebagian orang. Misinformasi yang terjadi 47 belakangan ini soal “Kehamilan 5� dari Kolam Renang” misalnya, menjadi salah satu bukti Sosok Internal Sosok Eksternal pentingnya edukasi seksual. Sebenarnya, dunia telah menyepakati perihal hak reproduksi dalam Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan (ICPD) di Kairo, Mesir pada 1994. Pun Indonesia turut menandatangani kesepakatan tersebut, bersama dengan 177 negara lainnya. Oleh karena itu, negara memiliki tanggung jawab untuk 61 65memenuhi hak reproduksi warga negaranya, khususnya remaja Chit Chatsesuai kesepakatan ICPD Review tersebut. Salah satu pasal yang tercantum dalam Sexual and Reproductive Health And Rights (SRHR) menyebutkan bahwa setiap orang berhak untuk mendapatkan pendidikan dan akses informasi terkait kesehatan seksual dan reproduksi. Maka dari itu, negara dan lembaga pendidikan mestinya memfasilitasi informasi 87 93 yang cukup mengenai seksualitas. Misinformasi
44 48
60 62 76 88 Event
Snapshot
perihal seksualitas tidak hanya sebagai bentuk ‘pengkhianatan’ terhadap ilmu pengetahuan, tetapi juga bentuk kurangnya pemenuhan terhadap hak seksualitas dan reproduksi. Di sisi lain, masih terjadi kekerasan seksual yang dialami perempuan maupun laki-laki. Sayangnya, sebagian dari penyintas kekerasan seksual enggan melaporkan kasusnya ke pihak berwenang karena faktor konflik di diri sendiri dan lingkungannya. Namun, ada beberapa lembaga yang bergerak untuk menyuarakan para penyintas kekerasan seksual, seperti Aliansi Nama Baik Kampus. Remaja sebagai generasi penerus bangsa ini mestinya memiliki kesadaran penuh terhadap perlindungan hak seksualitas diri sendiri maupun orang lain. Maka dari itu, penting untuk menciptakan ruang diskusi bagi seksualitas dan penyintas kekerasan seksual. Isu ini bukan merupakan hal yang tabu, tetapi perlu memandang dari kacamata ilmu pengetahuan. Mereka ada dan nyata.
Keep
Agatha YOURSELF Lintang
UPDATED &ALERTED with us through
ULTIMAGZ.COM Pemimpin Redaksi Ultimagz
untuk Seksualitas dan Penyintas Kekerasan Seksual
B
icara soal seksualitas masih menjadi hal yang dianggap tabu oleh sebagian masyarakat di Indonesia. Tak dapat dihindari, mitos seksualitas yang berbanding terbalik dengan fakta ilmiah justru menjadi ‘kebenaran’ yang dipercayai sebagian orang. Misinformasi yang terjadi belakangan ini soal “Kehamilan dari Kolam Renang” misalnya, menjadi salah satu bukti pentingnya edukasi seksual. Sebenarnya, dunia telah menyepakati perihal hak reproduksi dalam Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan (ICPD) di Kairo, Mesir pada 1994. Pun Indonesia turut menandatangani kesepakatan tersebut, bersama dengan 177 negara lainnya. Oleh karena itu, negara memiliki tanggung jawab untuk memenuhi hak reproduksi warga negaranya, khususnya remaja sesuai kesepakatan ICPD tersebut. Salah satu pasal yang tercantum dalam Sexual and Reproductive Health And Rights (SRHR) menyebutkan bahwa setiap orang berhak untuk mendapatkan pendidikan dan akses informasi terkait kesehatan seksual dan reproduksi. Maka dari itu, negara dan lembaga pendidikan mestinya memfasilitasi informasi yang cukup mengenai seksualitas. Misinformasi
perihal seksualitas tidak hanya sebagai bentuk ‘pengkhianatan’ terhadap ilmu pengetahuan, tetapi juga bentuk kurangnya pemenuhan terhadap hak seksualitas dan reproduksi. Di sisi lain, masih terjadi kekerasan seksual yang dialami perempuan maupun laki-laki. Sayangnya, sebagian dari penyintas kekerasan seksual enggan melaporkan kasusnya ke pihak berwenang karena faktor konflik di diri sendiri dan lingkungannya. Namun, ada beberapa lembaga yang bergerak untuk menyuarakan para penyintas kekerasan seksual, seperti Aliansi Nama Baik Kampus. Remaja sebagai generasi penerus bangsa ini mestinya memiliki kesadaran penuh terhadap perlindungan hak seksualitas diri sendiri maupun orang lain. Maka dari itu, penting untuk menciptakan ruang diskusi bagi seksualitas dan penyintas kekerasan seksual. Isu ini bukan merupakan hal yang tabu, tetapi perlu memandang dari kacamata ilmu pengetahuan. Mereka ada dan nyata.
SECTION:
SURAT PEMBACA
10
S U R AT P E M B A C A
Redaksi Ultimagz menerima kiriman surat sebanyak 50-200 kata. Surat dapat dikirimkan melalui surel ke redaksi@ ultimagz.com dengan subjek Surat Pembaca. Jangan lupa untuk menyertakan identitas lengkap.
Gloria Cikita P.A Desain Komunikasi Visual 2018
Tidak hanya dipuaskan dengan desain dan layoutnya yang rapi, Ultimagz juga menghadirkan kontenkonten yang membuat saya pribadi lebih aware dengan perkembangan dan isu-isu yang ada di sekitar saya. Diharapkan Ultimagz terus menjadi majalah yang inovatif, kreatif dan bermanfaat untuk Almamater, Persada dan Sesama!
ULTI MAG Z
11
Issue N o . 27
Taufan Wijaya
Andre Wijaya
Dosen Jurnalistik UMN
Teknik Fisika 2017
Kevin Sanly Putera Alumni UMN, Jurnalistik 2011
Untuk segi konten, Ultimagz sudah mengangkat isu-isu yang luas dan menarik untuk disimak, juga berani mengangkat masalah yang dialami di lingkungan kampus serta masalah mahasiswa secara ke s e l u r u h a n . U l t i m a g z juga up to date dengan berita yang membuka wawasan dan pengetahuan seputar UMN. Semoga Ultimagz semakin kritis dan peka dalam melihat dan membahas keresahan dan isu di lingkungan kampus. Semangat!
Dari sejak saya kuliah, Ultimagz terus menunjukkan perkembangan, baik dari segi desain ataupun jurnalistik. Ultimagz selalu menyajikan topik-topik yang menarik, relevan, dan berimbang; sehingga menjadi model media profesional terdekat bagi mahasiswa UMN, terutama para calon jurnalis tanah air.
Jurnalisme mahasiswa seperti Ultimagz menggerakkan kesadaran di lingkup kampus. Pers mahasiswa terbukti punya andil besar dalam aktivitas sosial dan politik. Kini mereka melintasi zaman dan menghadapi tantangan menjadi relevan. Saya membeli Ultimagz dan suka bila menemukan isu soal pengelolaan kampus karena para pengurus juga perlu asupan kritik.
Terima kasih untuk surat dan apresiasi yang sudah dikirimkan kepada kami. Semoga saran dan masukkan yang diberikan bisa menjadi perkembangan untuk Ultimagz ke depannya.
12
ALMANAC
SECTION:
almanac
M A R C H
2 0 2 0
Hari Perempuan Internasional
30 Hari Film Nasional
Sumber: unwomen.org
Hari Perempuan Internasional atau International Women’s Day dirayakan setiap tanggal 8 Maret. Perayaan ini pertama kali dilakukan pada 28 Februari 1909 di New York, Amerika Serikat. Dengan melalui proses panjang, akhirnya pada 8 Maret 1975, PBB memperingati Hari Perempuan Internasional. Sejak saat itulah, tanggal 8 Maret ditetapkan sebagai Hari Perempuan Internasional. Tujuan dari peringatan ini adalah untuk menyerukan peningkatan pembelaan terhadap hak-hak perempuan dan kesetaraan gender. Kesetaraan tersebut berupa pemberdayaan perempuan di semua bidang, seperti bidang sosial, ekonomi, kebudayaan, pendidikan, dan politik. Tahun ini, perayaan Hari Perempuan Internasional mengusung tema I am Generation Equality: Realizing Women’s Rights. Fokusnya kali ini adalah untuk memberikan kesempatan memobilisasi aksi global dalam mencapai kesetaraan gender dan hak asasi manusia khususnya kaum perempuan di seluruh dunia.
8
Peringatan Hari Film Nasional berkaitan dengan sebuah peristiwa bersejararah dalam dunia film Indonesia, yakni pengambilan gambar pertama kali oleh sutradara Usmar Ismail dalam film Darah dan Doa (Long March of Siliwangi) pada 30 Maret 1950. Film tersebut dinilai sebagai film lokal pertama yang mengusung ciri Indonesia dan diproduksi oleh perusahaan film Indonesia, Perusahaan Film Nasional Indonesia (Perfini). Oleh karena itu, hasil konferensi dari Dewan Film Nasional pada 11 Oktober 1962 menetapkan tanggal 30 Maret sebagai Hari Film Nasional. Keputusan tersebut diresmikan oleh Presiden BJ Habibie pada masa pemerintahannya.
ULTI MAG Z
13
Issue N o . 27
Hari Musik Nasional Sumber: okezone.com
Perjanjian Linggarjati Perjanjian Linggarjati merupakan salah satu peristiwa bersejarah bagi Indonesia dan Belanda dengan Inggris sebagai mediatornya. Perjanjian Linggarjati ini ditandatangani oleh Indonesia dan Belanda pada 25 Maret 1945 di Istana Rijswijk (kini Istana Merdeka), Jakarta. Isi pokok yang ingin dicapai dari perundingan tersebut yakni: 1) Pengakuan Belanda secara de facto atas eksistensi Negara Republik Indonesia yang meliputi Sumatera, Jawa dan Madura, 2) Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk negara Indonesia Serikat, yang salah satu negara bagiannya adalah Republik Indonesia (RI), dan 3) RI Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia - Belanda dengan Ratu Belanda selaku ketuanya. Peristiwa tersebut sangatlah penting karena berdampak bagi status kemerdekaan Indonesia. Perundingan Linggarjati juga mengandung nilai perjuangan diplomasi yang sangat besar. Para pemimpin bangsa berupaya agar negara Republik Indonesia mendapat pengakuan dari negara-negara lain bahwa Indonesia merupakan sebuah negara yang eksis.
25
Sumber: historia.id
9
Hari Musik Nasional diperingati setiap tanggal 9 Maret. Peringatan ini ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia lewat Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 2013 yang ditandatangani Susilo Bambang Yudhoyono pada 9 Maret 2013. Tanggal 9 Maret ini diyakini sebagai tanggal lahirnya Wage Rudolf Supratman yang merupakan komposer sekaligus pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya. Penetapan hari musik bertujuan untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap musik Indonesia, meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi para insan musik Indonesia, serta meningkatkan prestasi yang mampu mengangkat derajat musik Indonesia secara nasional, regional, dan internasional. Dengan adanya peringatan hari musik nasional, diharapkan masyarakat Indonesia semakin menyukai dan mendukung karyakarya musisi lokal, termasuk warisanwarisan musik khas daerah.
writer Sr. Angela Siallagan editor Abel Pramudya N.
14
SECTION:
COVER STORY
Anak Muda Tak Selama
ULTI MAG Z
15
Issue N o . 27
dan Seksualitas: nya Tabu writer Charlenne Kayla R., Thefanny illustrator Eunike Agata editor Abel Pramudya N.
Seksualitas. Di Indonesia, ia masih menjadi hal yang dianggap terlalu tabu untuk dibicarakan secara terbuka di ruang publik. Pembicaraan mengenai seks dan seksualitas dihindari, bahkan di keluarga dan sekolah yang seharusnya menjadi tempat belajar pertama anak-anak dan remaja. Akibatnya, remaja lebih sering mengenal seksualitas melalui mediamedia lain. Film porno, misalnya. Berdasarkan data dari Catatan Tahunan Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (CATAHU Komnas Perempuan) 2019, terdapat sebanyak 2.988 kasus kekerasan seksual di ranah privat yang dilaporkan, meningkat dari angka 2.979 pada 2018 . Kasus-kasus yang tidak dilaporkan, tentunya, lebih besar jumlahnya. Tak hanya kekerasan seksual, angka penderita infeksi menular seksual (IMS) pun meningkat. Di Bekasi misalnya, hingga Agustus 2019, tercatat sebanyak 696 kasus infeksi menular seksual yang telah ditangani
layanan kesehatan setempat. Salah satu faktor penyebab banyaknya kasus kekerasan seksual dan IMS yang terjadi di Indonesia adalah kurangnya edukasi seksualitas. Di Indonesia, pendidikan seks yang diajarkan di bangku sekolah hanya mencakup sisi biologis saja, seperti pubertas, pembuahan, dan proses kehamilan, tanpa menyinggung konsekuensi psikologis dari kegiatan seks itu sendiri. Isu-isu strategis lain seperti kontrasepsi, persetujuan, kekerasan seksual, dan akses layanan kesehatan reproduksi sering kali luput dari percakapan. “Kalau misalkan pengetahuan seksual kayak laki-laki mimpi basah dan perempuan menstruasi itu kebanyakan sudah pada tahu, tapi kalau tentang topik-topik yang lebih advanced kayak proses kehamilan atau kontrasepsi gitu masih kurang sih,” ujar pendiri akun edukasi seksual @tabu.id Neira Ardaneshwari Budiono. Tidak adanya edukasi mengenai kontrasepsi dan perilaku seksual
“Kok, lo tahu soal begituan sih?” “Udah sering, ya? Banyak banget taunya!” “Loh, ada ya, kondom buat cewek? Kirain cuma dipakai cowok doang.”
16
SECTION:
y a n g sehat dalam pendidikan seks Indonesia menjadi hal yang mengkhawatirkan. Pasalnya, hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menunjukkan bahwa sebanyak empat persen responden perempuan sudah pernah melakukan hubungan seksual sebelum usia 13 tahun. Selain itu, sepertiga responden berusia 17 tahun yang belum menikah telah melakukan hubungan seksual setidaknya satu kali. Menurut Neira, pendidikan seksual seharusnya dimulai sedini mungkin di lingkungan keluarga. Tentunya, dengan materi yang sesuai dengan usia dan tahap tumbuh kembang anak. Anak-anak yang sudah paham nama anggota-anggota tubuh dapat mulai diajarkan mengenai area-area privat di tubuhnya. Selain keluarga, sekolah pun berkewajiban memberikan p endidikan seksual yang komprehensif bagi siswanya. “Idealnya sih, pendidikan seksualitas komprehensif itu dimasukkan dalam kurikulum di sekolah,� katanya. Mengacu pada Bimbingan Teknis Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas yang Komprehensif (International Technical Guidance on Sexuality Education) dari UNESCO, anak muda di tingkat SMA dan perkuliahan seharusnya mendapatkan edukasi tentang hubungan seksual yang sehat, pentingnya persetujuan, hak
COVER STORY
seksual dan reproduksi, kesetaraan gender, pelecehan dan kekerasan seksual, serta kontrasepsi. Neira menambahkan, anak muda juga perlu diberi pengetahuan tentang relasi yang sehat, nilai-nilai pribadi, hingga pengaruh hubungan seksual terhadap fisik dan mental seseorang. Pengetahuan inilah yang pada akhirnya akan membantu anak muda dalam mengambil keputusan terkait hubungan romantis maupun seksual mereka. “Kalau misalnya anak muda udah dikasih pendidikan seksualitas yang komprehensif, aku lihat mereka lebih percaya diri dan lebih terarah. Mereka punya semacam security bahwa mereka tuh tahu, dan mereka punya keterampilannya untuk make their own choices about their bodies. Jadinya, mereka lebih berdaya,� ujarnya. Neira berpendapat, cara paling tepat untuk menghindari berbagai konsekuensi dari minimnya edukasi seksualitas yang diajarkan orang tu a d a n i n s t i tu s i p e n d i d i k a n adalah d e n g a n mempelajarinya secara mandiri. Saat ini, informasi tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi tak lagi terbatas di tangan orang tua dan pengajar, melainkan tersebar luas dan dapat diakses dengan mudah lewat internet. Berbagai cara kreatif dalam memperkenalkan pendidikan seksual juga sudah dapat ditemukan di berbagai platform digital, mulai dari situs, akun media sosial, hingga webseries. Di Indonesia sendiri,
ULTI MAG Z
17
Issue N o . 27
terdapat beberapa akun Instagram yang fokus memberikan pendidikan seks dan membahas isu seksualitas, seperti @tabu.id, @perkumpulan. samsara, dan psikolog @inezkristanti. Selain platform digital, isu seksualitas dan pendidikan seksual juga mulai banyak dibicarakan dalam media arus utama. Berbagai film, serial, dan lagu yang muncul dalam kurun waktu tiga tahun belakangan mulai menormalisasi pembicaraan tentang seksualitas di ranah publik. Serial Sex Education yang tayang di Netflix, misalnya, mengemas pendidikan seksual dalam balutan kisah coming of age yang apik. Film Dua Garis Biru yang rilis pada 2019 lalu dan mengangkat isu kehamilan remaja pun membuat semakin banyak orang Indonesia mengerti pentingnya pendidikan seksual bagi remaja. Menyisipkan edukasi seksual ke dalam media arus utama seperti yang dilakukan karya-karya di atas membuat pendidikan seksual terasa ringan. Pesan-pesan dalam film, serial, dan lirik lagu umumnya lebih mudah ditangkap dan meninggalkan kesan pada audiens, dibanding angka-angka pada riset dan jurnal terbaru. “Orang akan lebih ingat apa yang mereka rasakan ketika nonton Dua Garis Biru ketimbang dia inget statistik angka kehamilan anak dan remaja di Indonesia,” tutur Neira. Dengan akses informasi yang semakin mudah, Neira berpesan agar anak muda dapat lebih membuka
diri terhadap informasi-informasi mengenai seksualitas. Tak perlu langsung membahas hal-hal besar seperti pelecehan seksual dan parafilia (ketertarikan seksual pada hal-hal yang tidak biasa atau tabu) bila dirasa belum nyaman. Mulailah dengan hal-hal kecil terlebih dahulu seperti mengenali organorgan seksual mereka dan hakhak seksual serta kesehatan reproduksi yang seharusnya mereka dapatkan. “Aku nggak akan maksa orang-orang yang masih malu untuk langsung bisa berani baca tentang masturbasi, misalnya. Itu enggak realistis. Just start with what you’re comfortable with, and then after that baru coba cari konten yang mungkin lebih ‘advanced’,” pungkasnya.
18
INFO INDONESIA
SECTION:
SUARA KORBAN KEKERASAN SEKSUAL MERAJALELA
writer Louis Brighton, Theresia Amadea, Xena Olivia illustrator Katryn Ivania editor Andi Annisa Ivana P.
ULTI MAG Z
Issue N o . 27
2019
“Dilihat dari datanya saja sudah pelaku kekerasan seksual adalah orang cukup sulit dari bentuk pertama dan terdekat di sekitar korban. Disebutkan kedua, bentuk ketiga Ini juga rumit kekerasan pada ranah privat pelaku karena di tingkat peraturan UU nya tertinggi adalah pacar (1.670 kasus) dan belum ada,” tutur Andy. ayah (365 kasus). Sementara itu, dalam Setiap tahunnya, Komnas Perempuan ranah komunitas atau publik,pelaku menjaring kasus kekerasan seksual yang merupakan tetangga (878 kasus) dan terjadi di Indonesia dan dimuat dalam teman korban (506 kasus). Catatan Tahunan Kekerasan Terhadap Andy menyebutkan banyaknya kasus Perempuan. (CATAHU). Pada 2019, kekerasan seksual menunjukkan pelaku terdapat kenaikan jumlah kekerasan bukanlah orang asing bagi korban. terhadap perempuan sebesar 14 persen “Sampai sekarang kalau dari data yang dibanding tahun sebelumnya. Adanya ada pelaku-pelaku seringkali adalah peningkatan sebesar 57.712 kasus dari orang yang dikenal oleh korbannya, tahun 2018 dengan angka 348.466 jadi bukan orang asing. Jadi, teman menunjukkan bahwa ‘lingkaran setan’ atau dosen, bukan orang asing,”. Hal ini kekerasan seksual masih terus berlanjut menjelaskan bahwa kekerasan seksual danKekerasan semakin parah. seksual bukan hal bisa terjadi di mana saja, bahkan di yang Kekerasan asing dan seksual terjadi bisa di masyarakat terjadi di rumah ataupun di lembaga pendidikan. ranah Sayangnya kita. privat keluarga membicarakan atau dalam Oleh karena itu, kejadian kekerasan relasi khusus kekerasan seksual seperti masih pacaran, dianggap ranah aib, dan pelecehan seksual di dunia perguruan komunitas atau memalukan, dan publik sesuatuberdasarkan yang harus tinggi membuat Menteri Pendidikan Catatan Tahunan ditutupi. Sistem yang Kekerasan berjalan Terhadap seperti dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Perempuan roda mesin yang (CATAHU) tak pernah 2019berhenti, korban Anwar Makarim angkat suara. Dilansir dengan rentang memaksa korban usia menutup 13-18 tahun mulut dandan 19- dari antaranews, Nadiem menyatakan 24 tahun di ranah menanggung semua privat seorang masuk diri.dalam pelaku yang terbukti melakukan persentase Komisi Nasional sebagai (Komnas) jumlah Perempuan korban kekerasan atau pelecehan seksual di tertinggi diikuti sebagai lembaga dengan independen usia 25-40negara tahun. dunia pendidikan seharusnya langsung Sebaliknya, yang memperjuangkan di ranah komunitas hak perempuan atau ditindak atau dikeluarkan. Namun, publik di Indonesia jumlah korban telah terbanyak merilis berada modul apakah wacana aturan tersebut sudah pada rentang yang berjudulusia “15 13-18. Bentuk Mirisnya Kekerasan lagi, cukup mengatasi kekerasan seksual? Seksual”. Dalam *berdasarkan modul tersebut, CATAHU 2019
Kekerasan pada perempuan
KEKERASAN SEKSUAL
meningkat sebanyak
14%
(57.712 kasus) dari tahun sebelumnya.
19
KEKERASAN S E K S UA L DA N PERGURUAN TINGGI Dilansir dari tirto.id, pada 6 November 2019 lalu Dekan Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta (FFTV-IKJ) R.B. Armantono menerbitkan surat edaran untuk dosen dan mahasiswa. Surat itu dibuat sebagai respons atas maraknya pelecehan seksual, perundungan, dan intimidasi di area kampus. Sanksinya meliputi surat teguran, skorsing, hingga drop out (DO) dari FFTV - IKJ. Mekanisme penanganan kasus dan pemberian sanksi dilakukan melalui rapat koordinasi pimpinan dan senat akademik. Selain IKJ, langkah tegas pencegahan kekerasan seksual turut dikeluarkan oleh Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia. Pada 2019, Kemenag menerbitkan pedoman pencegahan dan penanggulangan kekerasan seksual pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam. Melihat terobosan tersebut, Komnas Perempuan sedang mengupayakan agar langkah ini diadopsi perguruanperguruan tinggi lainnya sehingga tidak terbatas di perguruan tinggi Islam saja. Andy juga berharap apa
20
INFO INDONESIA
SECTION:
SUARA KORBAN KEKERASAN SEKSUAL MERAJALELA
disebutkan bahwa kekerasan seksual menjadi lebih sulit untuk diungkap dan ditangani dibanding kekerasan terhadap perempuan lainnya. Hal itu dikarenakan kekerasan seksual sering dikaitkan dengan konsep moralitas masyarakat. Korban juga writer Louisdalam Brighton, Theresia sering disalahkan sebagai penyebab Amadea, Xena Olivia terjadinya illustrator Katryn Ivaniakekerasan seksual yang perempuan sebagai korban editor Andimembuat Annisa Ivana P. sering kali bungkam. Komisioner Komnas Perempuan Andy Yentriyani menduga ada tiga bentuk kekerasan seksual yang sering diterima perempuan dewasa muda. Bentuk pertama adalah pelecehan seksual. Ini merupakan tindak kekerasan seksual yang paling sering terjadi. Selain itu, ragam bentuk tindakan pelecehan seksual masih luas, mulai dari siulan, mencolek, hingga mendempetkan badan.
ULTI MAG Z
Issue N o . 27
2019
“Dilihat dari datanya saja sudah pelaku kekerasan seksual adalah orang cukup sulit dari bentuk pertama dan terdekat di sekitar korban. Disebutkan kedua, bentuk ketiga Ini juga rumit kekerasan pada ranah privat pelaku karena di tingkat peraturan UU nya tertinggi adalah pacar (1.670 kasus) dan belum ada,” tutur Andy. ayah (365 kasus). Sementara itu, dalam Setiap tahunnya, Komnas Perempuan ranah komunitas atau publik,pelaku menjaring kasus kekerasan seksual yang merupakan tetangga (878 kasus) dan terjadi di Indonesia dan dimuat dalam teman korban (506 kasus). Catatan Tahunan Kekerasan Terhadap Andy menyebutkan banyaknya kasus Perempuan. (CATAHU). Pada 2019, kekerasan seksual menunjukkan pelaku terdapat “Bentuk kenaikan kedua jumlah adalah kekerasan serangan bukanlah orang asing bagi korban. terhadap seksual dalam perempuan bentuksebesar kayak percobaan 14 persen “Sampai sekarang kalau dari data yang dibanding tahun perkosaan dan perkosaan sebelumnya. itu sendiri. Adanya ada pelaku-pelaku seringkali adalah peningkatan Namun, hanya sebesar saja 57.712 sekalikasus lagi dari itu orang yang dikenal oleh korbannya, tahunsangat juga 2018 rumit dengan untuk angka dilaporkan. 348.466 jadi bukan orang asing. Jadi, teman menunjukkan Biasanya orang bahwa melaporkan ‘lingkaransetelah setan’ atau dosen, bukan orang asing,”. Hal ini kekerasan seksual beberapa hari dan masih hal terus itu membuat berlanjut menjelaskan bahwa kekerasan seksual dan semakin proses hukumparah. menjadi lebih rumit, atau bisa terjadi di mana saja, bahkan di orang Kekerasan tidak mempercayai seksual bisa korbannya,” terjadi di rumah ataupun di lembaga pendidikan. ranahAndy tutur privat ketika keluarga menjelaskan atau bentuk dalam Oleh karena itu, kejadian kekerasan relasi khusus kedua kekerasan seperti seksual pacaran, yang ranah acap dan pelecehan seksual di dunia perguruan komunitas kali diterimaatau perempuan publik dewasa. berdasarkan tinggi membuat Menteri Pendidikan Catatan Selanjutnya, Tahunan bentuk Kekerasan ketiga Terhadap dari dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Perempuanseksual kekerasan (CATAHU) adalah 2019 eksploitasi korban Anwar Makarim angkat suara. Dilansir dengan rentang seksual. Sayangnya, usia 13-18 hal tahun ini dan masuk 19- dari antaranews, Nadiem menyatakan 24 tahunranah dalam di ranah yang privat semakin masuk rumit. dalam pelaku yang terbukti melakukan persentase Tindakan eksploitasi sebagaiseksual jumlah mencakup korban kekerasan atau pelecehan seksual di tertinggi diikuti kekuasaan penggunaan dengan usia 25-40 seseorang tahun. dunia pendidikan seharusnya langsung Sebaliknya, untuk memengaruhi di ranahorang komunitas lain, seperti atau ditindak atau dikeluarkan. Namun, publik jumlah mendekati atau korban menjanjikan terbanyaksesuatu berada apakah wacana aturan tersebut sudah pada rentang yang berujung usia 13-18. pada Mirisnya munculnya lagi, cukup mengatasi kekerasan seksual? harapan mendapat *berdasarkan layanan seksual. CATAHU 2019
Kekerasan pada perempuan meningkat sebanyak
14%
(57.712 kasus) dari tahun sebelumnya.
21
KEKERASAN S E K S UA L DA N PERGURUAN TINGGI Dilansir dari tirto.id, pada 6 November 2019 lalu Dekan Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta (FFTV-IKJ) R.B. Armantono menerbitkan surat edaran untuk dosen dan mahasiswa. Surat itu dibuat sebagai respons atas maraknya pelecehan seksual, perundungan, dan intimidasi di area kampus. Sanksinya meliputi surat teguran, skorsing, hingga drop out (DO) dari FFTV - IKJ. Mekanisme penanganan kasus dan pemberian sanksi dilakukan melalui rapat koordinasi pimpinan dan senat akademik. Selain IKJ, langkah tegas pencegahan kekerasan seksual turut dikeluarkan oleh Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia. Pada 2019, Kemenag menerbitkan pedoman pencegahan dan penanggulangan kekerasan seksual pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam. Melihat terobosan tersebut, Komnas Perempuan sedang mengupayakan agar langkah ini diadopsi perguruanperguruan tinggi lainnya sehingga tidak terbatas di perguruan tinggi Islam saja. Andy juga berharap apa
22
INFO INDONESIA
SECTION:
SUARA KORBAN KEKERASAN SEKSUAL MERAJALELA
writer Louis Brighton, Theresia Amadea, Xena Olivia illustrator Katryn Ivania editor Andi Annisa Ivana P.
ULTI MAG Z
23
Issue N o . 27
2019
“Dilihat dari datanya saja sudah cukup sulit dari bentuk pertama dan kedua, bentuk ketiga Ini juga rumit karena di tingkat peraturan UU nya belum ada,” tutur Andy. Setiap tahunnya, Komnas Perempuan menjaring kasus kekerasan seksual yang terjadi di Indonesia dan dimuat dalam Catatan Tahunan Kekerasan Terhadap Perempuan. (CATAHU). Pada 2019, terdapat kenaikan jumlah kekerasan terhadap perempuan sebesar 14 persen dibanding tahun sebelumnya. Adanya peningkatan sebesar 57.712 kasus dari tahun 2018 dengan angka 348.466 menunjukkan bahwa ‘lingkaran setan’ kekerasan seksual masih terus berlanjut dan semakin parah. Kekerasan seksual bisa terjadi di ranah privat keluarga atau dalam relasi khusus seperti pacaran, ranah komunitas atau publik berdasarkan Catatan Tahunan Kekerasan Terhadap Perempuan (CATAHU) 2019 korban dengan rentang usia 13-18 tahun dan 1924 tahun di ranah privat masuk dalam persentase sebagai jumlah korban tertinggi diikuti dengan usia 25-40 tahun. Sebaliknya, di ranah komunitas atau publik jumlah korban terbanyak berada pada rentang usia 13-18. Mirisnya lagi,
pelaku kekerasan seksual adalah orang terdekat di sekitar korban. Disebutkan kekerasan pada ranah privat pelaku tertinggi adalah pacar (1.670 kasus) dan ayah (365 kasus). Sementara itu, dalam ranah komunitas atau publik,pelaku merupakan tetangga (878 kasus) dan teman korban (506 kasus). Andy menyebutkan banyaknya kasus kekerasan seksual menunjukkan pelaku bukanlah orang asing bagi korban. “Sampai sekarang kalau dari data yang ada pelaku-pelaku seringkali adalah orang yang dikenal oleh korbannya, jadi bukan orang asing. Jadi, teman atau dosen, bukan orang asing,”. Hal ini menjelaskan bahwa kekerasan seksual bisa terjadi di mana saja, bahkan di rumah ataupun di lembaga pendidikan. Oleh karena itu, kejadian kekerasan dan pelecehan seksual di dunia perguruan tinggi membuat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim angkat suara. Dilansir dari antaranews, Nadiem menyatakan pelaku yang terbukti melakukan kekerasan atau pelecehan seksual di dunia pendidikan seharusnya langsung ditindak atau dikeluarkan. Namun, apakah wacana aturan tersebut sudah cukup mengatasi kekerasan seksual?
Kekerasan pada perempuan meningkat sebanyak
14%
(57.712 kasus) dari tahun sebelumnya. *berdasarkan CATAHU 2019
KEKERASAN S E K S UA L DA N PERGURUAN TINGGI Dilansir dari tirto.id, pada 6 November 2019 lalu Dekan Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta (FFTV-IKJ) R.B. Armantono menerbitkan surat edaran untuk dosen dan mahasiswa. Surat itu dibuat sebagai respons atas maraknya pelecehan seksual, perundungan, dan intimidasi di area kampus. Sanksinya meliputi surat teguran, skorsing, hingga drop out (DO) dari FFTV - IKJ. Mekanisme penanganan kasus dan pemberian sanksi dilakukan melalui rapat koordinasi pimpinan dan senat akademik. Selain IKJ, langkah tegas pencegahan kekerasan seksual turut dikeluarkan oleh Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia. Pada 2019, Kemenag menerbitkan pedoman pencegahan dan penanggulangan kekerasan seksual pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam. Melihat terobosan tersebut, Komnas Perempuan sedang mengupayakan agar langkah ini diadopsi perguruanperguruan tinggi lainnya sehingga tidak terbatas di perguruan tinggi Islam saja. Andy juga berharap apa
24
INFO INDONESIA
SECTION:
SUARA KORBAN Korban Kekerasan
KEKERASAN SEKSUAL MERAJALELA
* Ranah Privat: (terbanyak ke terkecil)
1. 13-18 tahun writer Louis Brighton, Theresia
2. Amadea, 19-24Xena tahun Olivia illustrator Katryn Ivania
3. editor 25-40 tahun Andi Annisa Ivana P.
* Ranah Publik: (terbanyak)
1. 13-18 tahun
ULTI MAG Z
25
Issue N o . 27
“Dilihat dari datanya saja sudah cukup sulit dari bentuk pertama dan kedua, bentuk ketiga Ini juga rumit karena di tingkat peraturan UU nya belum ada,” tutur Andy. Setiap tahunnya, Komnas Perempuan menjaring kasus kekerasan seksual yang terjadi di Indonesia dan dimuat dalam Catatan Tahunan Kekerasan Terhadap Perempuan (CATAHU). Pada 2019, terdapat kenaikan jumlah kekerasan terhadap perempuan sebesar 14 persen dibanding tahun sebelumnya. Adanya peningkatan sebesar 57.712 kasus dari tahun 2018 dengan angka 348.466 menunjukkan bahwa ‘lingkaran setan’ kekerasan seksual masih terus berlanjut dan semakin parah. Kekerasan seksual bisa terjadi di ranah privat keluarga atau dalam relasi khusus seperti pacaran, ranah komunitas atau publik. Berdasarkan Catatan Tahunan Kekerasan Terhadap Perempuan (CATAHU) 2019 korban dengan rentang usia 13-18 tahun dan 1924 tahun di ranah privat masuk dalam persentase sebagai jumlah korban tertinggi diikuti dengan usia 25-40 tahun. Sebaliknya, di ranah komunitas atau publik jumlah korban terbanyak berada pada rentang usia 13-18. Mirisnya lagi,
pelaku kekerasan seksual adalah orang terdekat di sekitar korban. Disebutkan kekerasan pada ranah privat pelaku tertinggi adalah pacar (1.670 kasus) dan ayah (365 kasus). Sementara itu, dalam ranah komunitas atau publik,pelaku merupakan tetangga (878 kasus) dan teman korban (506 kasus). Andy menyebutkan banyaknya kasus kekerasan seksual menunjukkan pelaku bukanlah orang asing bagi korban. “Sampai sekarang kalau dari data yang ada pelaku-pelaku seringkali adalah orang yang dikenal oleh korbannya, jadi bukan orang asing. Jadi, teman atau dosen, bukan orang asing,”. Hal ini menjelaskan bahwa kekerasan seksual bisa terjadi di mana saja, bahkan di rumah ataupun di lembaga pendidikan. Oleh karena itu, kejadian kekerasan dan pelecehan seksual di dunia perguruan tinggi membuat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim angkat suara. Dilansir dari antaranews, Nadiem menyatakan pelaku yang terbukti melakukan kekerasan atau pelecehan seksual di dunia pendidikan seharusnya langsung ditindak atau dikeluarkan. Namun, apakah wacana aturan tersebut sudah cukup mengatasi kekerasan seksual?
KEKERASAN S E K S UA L DA N PERGURUAN TINGGI Dilansir dari tirto.id, pada 6 November 2019 lalu Dekan Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta (FFTV-IKJ) R.B. Armantono menerbitkan surat edaran untuk dosen dan mahasiswa. Surat itu dibuat sebagai respons atas maraknya pelecehan seksual, perundungan, dan intimidasi di area kampus. Sanksinya meliputi surat teguran, skorsing, hingga drop out (DO) dari FFTV-IKJ. Mekanisme penanganan kasus dan pemberian sanksi dilakukan melalui rapat koordinasi pimpinan dan senat akademik. Selain IKJ, langkah tegas pencegahan kekerasan seksual turut dikeluarkan oleh Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia. Pada 2019, Kemenag menerbitkan pedoman pencegahan dan penanggulangan kekerasan seksual pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam. Melihat terobosan tersebut, Komnas Perempuan sedang mengupayakan agar langkah ini diadopsi perguruanperguruan tinggi lainnya sehingga tidak terbatas di perguruan tinggi Islam saja. Andy juga berharap apa
26
SECTION:
yang dilakukan oleh Dekan FFTV-IKJ dapat menginspirasi perguruan tinggi lain untuk memeriksa lingkungannya. “Jadi apa yang dilakukan di banyak universitas (FFTV-IKJ dan perguruan tinggi Islam) juga kemudian menginspirasi yang lain untuk memeriksa lingkungannya,� harap Andy kepada universitas lainnya agar mengikuti jejak FFTV-IKJ dan perguruan tinggi Islam. Menurut Andy, masa orientasi mahasiswa menjadi salah satu solusi dalam pencegahan kekerasan seksual di lingkungan pendidikan tinggi. Dalam pandangan Komnas Perempuan, diperlukan bentuk mekanisme yang diciptakan untuk melakukan pencegahan kekerasan s e k s u a l . M i s a l n y a sesederhana dalam penyelenggaraan orientasi mahasiswa baru sebagai wadah penyampaian informasi mengenai tindakan pencegahan kekerasan seksual. “Apakah ada disampaikan seandainya kamu mengalami tindakan ini atau kamu mulai merasakan indikasi? Siapa yang harus dihubungi? Apakah ada b a d a n ya n g
INFO INDONESIA
melakukan konseling (bukan konseling akademik)? Atau juga layanan bantuan hukum bagi sivitas akademika yang mengalami tindak kekerasan di dalam kampus ataupun layanan pemulihan lainnya,� kata Andy. Andy menambahkan hampir tidak pernah ada percakapan semacam itu di dalam kampus. Menurutnya akan lebih baik bila penyampaian informasi mengenai tindakan pencegahan kekerasan seksual disebarkan. Sikap terbuka dan positif mahasiswa dalam menerima hal ini pun akan sangat membantu terwujudnya hal ini. Komnas Perempuan sebenarnya memiliki kekuatan untuk memberi bantuan, baik dalam menangani maupun mencegah kekerasan seksual di dunia perguruan tinggi. Lembaga ini dapat bekerja sama sebagai pendamping perempuan korban kekerasan di kelompok masyarakat dan lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi. Apabila pihak Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), senat, ataupun kelompok mahasiswa mau melakukan pendampingan bagi korban yang ada di
ULTI MAG Z
27
Issue N o . 27
dalam lingkungannya sendiri. Selain itu, bila terdapat kesulitan dalam proses pendampingan tersebut, Komnas Perempuan juga bersedia untuk memberikan surat dukungan untuk menyelesaikan kasus kepada pihak berwajib. Namun, keterbatasan sumber daya manusia Komnas Perempuan sebagai komisioner yang jumlahnya hanya 15 orang membuatnya tidak dapat membantu setiap kasus. Komnas Perempuan menyatakan siap membantu BEM dalam menyusun sistem yang mencakup tindakan preventif terhadap kekerasan seksual. “(Komnas Perempuan) bisa, karena itu ada bagian dalam upaya pendidikan publiknya. Seperti yang tadi disampaikan kita juga ada teman-teman dari kampus yang datang dan tanya “Kami bikin sistemnya kayak apa ya?” Itu bisa dan menurut kami itu memang harus dilakukan bareng-bareng. Cuma tentunya setiap lembaga ada keterbatasannya. Komnas Perempuan komisionernya hanya 15 orang. Ada soal scheduling, ada soal technicalities lainnya,” ucapnya menjelaskan kesanggupan Komnas membantu organisasi mahasiswa. Pendidikan juga menjadi instrumen penting untuk mengatasi masalah kekerasan seksual bagi generasi selanjutnya. Komnas Perempuan ingin generasi penerus dapat menanamkan rasa saling menghargai terhadap sesama sebagai manusia. Hal itu dinilai dapat melengkapi pendidikan Hak Asasi Manusia (HAM) dan pendidikan kesetaraan gender. Sebagai contohnya, Pendidikan Kewarganegaraan dapat menjadi saluran pembelajaran toleransi dan pendalaman HAM kepada pelajar.
“Saya pikir balik lagi pada pendidikan soal kewargaan dimana orang saling menghargai satu dengan yang lainnya sebagai manusia. Jadi di dalam pendidikan kewarganegaraan itu juga dia bersanding dengan pendidikan Hak Asasi Manusia (HAM) dan tentunya pendidikan kesetaraan gender,” tutur perempuan yang sudah bergabung di Komnas Perempuan sejak tahun 2000. Kekerasan seksual sudah seharusnya dilawan bersama, dalam skala sosial terkecil dari keluarga, lembaga pendidikan, hingga negara. Seluruh lapisan masyarakat harus bahumembahu untuk mencegah, menolong, dan melindungi korban. Pemerintah menjadi salah satu elemen penting dalam menghadapi kekerasan seksual dengan memberi perlindungan hukum dan pertolongan kepada korban. Peraturan tegas tanpa pasal karet yang dapat melindungi korban tanpa pandang bulu menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah. Toleransi dan pemahaman akan hak asasi manusia menjadi kunci dalam melawan kekerasan seksual. Pengertian akan berharganya nilai orang lain dan menghormati batasan menjadi faktor utama yang harus ditekankan kepada masyarakat luas. Upaya sosialisasi harus segera dilaksanakan oleh pemerintah sehingga masyarakat dapat memahami lebih lanjut mengenai masalah kekerasan seksual dan cara untuk mencegahnya.
Toleransi dan pemahaman akan hak asasi manusia menjadi kunci dalam melawan kekerasan seksual.
28
SECTION:
PENDIDIKAN SEKSUALITAS TAK TERMAKAN USIA, KAMPUS PERLU BERGERAK
INFO KAMPUS
ULTI MAG Z
29
Issue N o . 27
writer Xena Olivia, Frengky, Elisabeth Diandra Sandi photographer Veronica Novaria & Caroline Saskia Tanoto editor Agatha Lintang Kinasih
S
ejak 1994, Pemerintah Indonesia sudah membentuk komitmen terhadap isu seksualitas dalam konferensi International Conference for Population and Development (ICPD) di Kairo. Bersama dengan 178 negara lainnya, Indonesia menjalankan program aksi Sexual and Reproductive Health and Rights (SRHR) yang berfokus pada kesehatan reproduksi, serta hak reproduksi dan seksual. Sejalan dengan SRHR, International Planned Parenthood Federation (IPPF) merilis piagam berisi 12 hak reproduksi dan seksual. Hak untuk mendapatkan pendidikan dan akses informasi merupakan salah satunya. Dalam pasal keenam disebutkan bahwa, setiap orang berhak untuk mendapatkan pendidikan dan akses informasi terkait kesehatan seksual reproduksi dan alat kontrasepsi. Tu j u a n n ya a g a r o r a n g d a p a t mengambil keputusan mengenai kesehatan seksual reproduksi secara sadar dan tepat.
30
SECTION:
Dilansir dari situs Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Daerah Istimewa Yogyakarta, ada beberapa alasan terkait mengapa pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi itu penting. Salah satunya, anggapan reduktif di kalangan masyarakat luas bahwa seksualitas hanya terkait dengan aspek fisik dan hubungan seksual. Anggapan ini pada gilirannya mempersempit ruang kesehatan reproduksi remaja dan memposisikannya sebagai social taboo. Kondisi ini kemudian berimbas pada aspek pengetahuan yang rendah pada remaja ketika mereka memasuki masa puber (Mulat Miyarsih, 2002). Jika dikaitkan dengan pendidikan seksualitas anak muda pada tingkat perkuliahan, Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan B angsa-B angsa (UNESCO) merumuskannya menjadi beberapa materi. UNESCO merancangnya dalam Bimbingan Teknis Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas yang Komprehensif (International Technical Guidance on Sexuality Education). Mahasiswa seharusnya memperoleh edukasi mengenai hubungan seksual yang sehat, pentingnya persetujuan, hak seksual dan reproduksi, kesetaraan gender, pelecehan dan kekerasan seksual, serta kontrasepsi.
INFO KAMPUS
pernah diterima mereka, tim Ultimagz menjaring informasi sejak 27 Februari hingga 7 Maret 2020 melalui angket. Dari 212 responden, 91 persen pernah mendapatkan pendidikan seksualitas, baik secara formal dan informal. Sebanyak 144 responden memperolehnya dari pendidikan formal Sekolah Menengah Atas (SMA). Sementara itu, hanya 23 dari 212 responden yang mendapatkan pendidikan seksualitas di dunia perkuliahan. Meskipun banyak mahasiswa UMN yang telah mendapatkan pendidikan seksualitas, 97 dari 212 responden masih ingin kampus untuk membahas beberapa isu terkait seksualitas. Mahasiswa UMN paling banyak (26,8 persen) mengharapkan adanya pendidikan seksualitas yang bisa mematahkan stigma tabu pada hubungan seksual. “Contohnya, ketimbang menganggap seks itu tabu, mending ya dibahas aja supaya saling paham kalau seks itu aman asal dilakukan dengan blabla dan tahu bahayanya,� tulis Mahasiswa Jurnalistik UMN Ulfa. Pendapat serupa datang dari Ivanka Veronika yang berpendapat bahwa hubungan seks merupakan hal yang umum dan lumrah. Menurutnya, hubungan seks tidak perlu dianggap tabu dan risih untuk dibicarakan. APA YANG MAHASISWA INGINKAN? Sementara itu, Evania Raissa sebagai salah Untuk mengetahui pengalaman mahasiswa satu mahasiswa yang tidak pernah mendapatkan Universitas Multimedia Nusantara (UMN) pendidikan seksual dari kegiatan formal maupun mengenai terpaan pendidikan seksualitas yang informal dalam hidupnya, ingin kampus untuk
ULTI MAG Z
31
Issue N o . 27
mengajarkan apa saja organ seksualitas manusia dan kegunaannya. Bukan hanya itu, ia juga ingin kampus memberitahu bahwa pembicaraan tentang seks bukan sesuatu yang tabu. “Also, please, please, tell that everybody can talk about sex and it’s not a taboo thing to talk about. Sex is meant to be as enjoyable as ever, with consent and respect!” tulisnya dalam angket yang dibagikan oleh Ultimagz. Selain ketiga mahasiswa perempuan di atas, Stefanus Bayu Yubilianto juga ingin pendidikan seksualitas di kampus dapat mengubah stigma terhadap alat kontrasepsi, terutama kondom yang dianggap tabu. Padahal di lain sisi, alat kontrasepsi dapat menjadi sebuah cara untuk mencegah berbagai macam penyakit kelamin. Dari segi cara penyampaian, mahasiswa mengusulkan untuk membentuk seminar interaktif dengan pembicara yang bisa menyampaikan isu dengan santai serta apa adanya, diskusi per kelompok atau kelas (focus group discussion), dan pendistribusian konten terkait di media sosial. Selain itu, terdapat juga saran untuk memasukan materi pendidikan seksualitas dalam program tahunan yang diadakan kampus, seperti mentoring dan leadership. S a l a h s a t u m a h a s i s w a Ko m u n i k a s i Strategis angkatan 2017, Joshua Immanuel, menyarankan agar pakar yang menyampaikan mengenai pendidikan seksualitas harus bisa berkomunikasi baik dengan anak muda. Pendapat senada juga dimiliki oleh Dania
yang merupakan mahasiswi jurusan Desain Komunikasi Visual. “Kalau ada penyampaian materi, saran aku ngomong frontal aja, nggak usah nahannahan gitu kayak ngomong ‘miss V’. Langsung aja ngomongnya vagina. Saran aku juga untuk undang pembicara yang masih muda dan bisa ngomong kayak ke teman atau kakak gitu. Jangan kayak dokter tua yang pakai power point dan penyampaiannya kayak kuliah,” tulis Dania. PANDANGAN KAMPUS TERHADAP PENDIDIKAN SEKSUALITAS MAHASISWA Terkait angket yang dibagikan oleh Ultimagz, Head of Student General Affairs Citra Selarosa mengatakan kampus pernah memberikan pendidikan seksualitas yang lebih menyentuh ranah psikoedukasi. Citra menjelaskan, pendidikan atau psikoedukasi mengenai hubungan dengan lawan jenis sudah dijalankan secara rutin oleh UMN dalam bentuk seminar. Misalnya saja pada Jumat (14/02/20) silam, Student Support UMN menggelar seminar dengan tema Love and Dating: Seni Menjalani Hubungan yang Sehat. Hal ini merupakan salah satu wujud dari usaha kampus untuk memberikan psikoedukasi kepada mahasiswa. Citra menyatakan, tema itu dipilih karena paling relate dengan remaja. “Itu (pacaran) merupakan fenomena yang paling mudah terlihat dan paling sering
32
Pendidikan seksualitas seharusnya dimulai sejak usia dini, tetapi bukan berarti saat usia bertambah pendidikan tersebut tidak dibutuhkan lagi.
SECTION:
dilakukan oleh remaja,” kata Citra. “Kita berikan psikoedukasi melalui talkshow, tapi dalam talkshow itu juga ada konsultasi. Ada tanya jawab, dan tanya jawabnya lumayan dalem, sih. Harusnya sih membantu banget. Kita juga siapkan psikolog-psikolog kita apabila ada masalah-masalah pacaran, masalah-masalah apapun itu yang non-akademis, kita siap membantu.” Citra berujar bahwa mahasiswa diberikan harapan, bekal, dan sudut pandang dalam seminar ini. Tujuannya agar mahasiswa bisa berhubungan dengan baik, menghargai aturan dan lawan jenis, serta diri sendiri. “Kalau mahasiswa lebih cenderung ke bagaimana mereka bisa memandang, bertanggung jawab, mengetahui apa saja penyakit-penyakit yang ditimbulkan,” jelasnya. Sehubungan dengan usulan mahasiswa untuk membuat seminar interaktif, Citra menganggap bila menyisipkan pendidikan seksualitas ke dalam rangkaian acara kegiatan wajib bagi mahasiswa merupakan masukan bagus. “Bisa dimasuk-masukkan, mungkin bisa dimasukan ke C yang mana nih, Credible atau Caring. Untuk Mentoring saya pikir it’s a good thing to share untuk temen-temen, tapi ya nanti kita
INFO KAMPUS
pasti akan ada usulan lagi,” tuturnya. Bukan hanya Citra, Psikolog Student Support UMN Hadyan Dhiozandi juga menjelaskan pendidikan seksualitas seperti apa yang tepat bagi mahasiswa. Ia berpendapat bahwa pembahasan yang sejenjang dengan mahasiswa harus lebih spesifik. “Kalau mau yang lebih spesifik, lebih membumi. Tentang bagaimana mengolah suatu hubungan, gitu. Ke depannya bisa macam-macam, ada yang ke ranah penyakit menular, virus HIV, itu bisa kita mulai karena beberapa kampus sudah mulai tuh ada Unit Kegiatan Mahasiswanya bahkan untuk mengajarkan tentang hal itu, gitu. Misalkan HIV sudah bisa terlihat dan mulai marak ketika sudah masuk ke usia remaja,” ujar Dhio. Sepemikiran dengan masukan dari mahasiswa dalam angket, Dhio juga berpendapat bahwa pendidikan seksualitas yang diarahkan untuk mahasiswa dapat langsung disampaikan dengan bahasa-bahasa yang jelas. “Kenapa harus bahasa-bahasa yang abstrak, ‘kan? Makin jelas, makin baik. Rasanya nggak perlu ditutupi pakai istilah yang membingungkan, yang benar yang mana ya. Jadi ya lebih baik sampaikan apa adanya,
ULTI MAG Z
33
Issue N o . 27
paparkan kasusnya. Mungkin dengan tidak blak-blakan yang kekerasan di kampus tinggi, enggak gitu juga sih. Lebih ke secara umum dulu aja bahwa media mulai mengangkat nih yang sebelumnya dianggap tabu, sekarang sudah mulai dianggap bahwa penting,” katanya. Dhio menyatakan bahwa pendidikan seksualitas di Indonesia lebih cenderung menggunakan gaya pengajaran Eropa, sehingga tujuannya berbeda dengan I n ggris - pendidikan B el aseksual n da dengan - gaya InAmerika. dia “Beda sama Amerika. Amerika itu lebih - Selandia Baru - Amerika Serikat menonjolkan tentang gimana nih remajaUganda - remaja Indonesia bisa berhubungan. - Malaysia Jangan sampai janganEmirat sampai kelewat - Singapurahamil, - Uni Arabbatas. Sementara itu, di Indonesia atau di Eropa Thailand - lebih Korea UtaraTentang - Jepang menyeluruh. bagaimana - Afrika Selatan menghargai- seseorang, Uzbekistan menghargai mengenal- gender juga,” Finlandia tubuh, - Italia Jerman jelas Dhio. - MakedoniaJika -dihubungkan Koreadengan Selatan keefektifan La o s - pendidikan Ka m b o jseksualitas a di I s rkampus, ael Citra dan Dhio bahwa -hal - Afganistan - beranggapan Yordania tersebut bersifat relatif. Denmark - “Seberapa Rusia efektifnya, - Spanyol tentunya - Britania butuh Rayapengukuran, - Kosta ‘kan? Rika Sejauh -ini relatif hampir I n ggris - kamiBlihat el a n da jarang - atau In dia tidak ada kasus yang muncul ke - Selandia Baru - Amerika Serikat permukaan. Karena, kalau kita kaitkan Uganda - dengan Indonesia kasus pasti - dibawa Malaysia ke Dewan Nah, itu pasti ditangani - SingapuraEtik-Mahasiswa. Uni Emirat Arab -
Also, please, please, tell that everybody can talk about sex Pendidikan and it’s not a taboo thing Seksual di to talk about. Berbagai Sex is meant to be as enjoyable Negara as ever, with consent and Thailand - Korea Utara - Jepang respect! - Afrika Selatan - Uzbekistan Finlandia - Italia - Jerman - Makedonia - Korea Selatan La o s Ka m b o j a Israel
langsung. Tapi, kenyataannya paling tidak selama tiga tahun ini hampir tidak ada laporan, sih,” kata Dhio. Sementara itu, Citra mengatakan bahwa pendidikan seksualitas bisa bermanfaat untuk meningkatkan awareness. “Kalau ngomongin efektif, semua hal yang efektif tidak akan efektif kalau orang itu tidak mau terbuka. Intinya, untuk meningkatkan awareness. Kita bisa juga bikin konten-konten publikasi yang dikasih ke media sosial, misalnya untuk mengingatkan temanteman mahasiswa.” Pendidikan seksualitas seharusnya dimulai sejak usia dini, tetapi bukan berarti saat usia bertambah pendidikan tersebut tidak dibutuhkan lagi. Bahkan seharusnya, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, awareness terhadap pendidikan seksual juga ikut tinggi. Itulah sebabnya kampus butuh memberi perhatian terhadap hal tersebut. Khususnya, terkait mengapa hubungan seksual bukan hal yang tabu dan harus sadar, tidak boleh tanpa persetujuan kedua belah pihak, serta apa saja yang bisa terjadi dari hubungan tersebut.
34
Pendidikan seksualitas seharusnya dimulai sejak usia dini, tetapi bukan berarti saat usia bertambah pendidikan tersebut tidak dibutuhkan lagi.
SECTION:
dilakukan oleh remaja,” kata Citra. “Kita berikan psikoedukasi melalui talkshow, tapi dalam talkshow itu juga ada konsultasi. Ada tanya jawab, dan tanya jawabnya lumayan dalem, sih. Harusnya sih membantu banget. Kita juga siapkan psikolog-psikolog kita apabila ada masalah-masalah pacaran, masalah-masalah apapun itu yang non-akademis, kita siap membantu.” Citra berujar bahwa mahasiswa diberikan harapan, bekal, dan sudut pandang dalam seminar ini. Tujuannya agar mahasiswa bisa berhubungan dengan baik, menghargai aturan dan lawan jenis, serta diri sendiri. “Kalau mahasiswa lebih cenderung ke bagaimana mereka bisa memandang, bertanggung jawab, mengetahui apa saja penyakit-penyakit yang ditimbulkan,” jelasnya. Sehubungan dengan usulan mahasiswa untuk membuat seminar interaktif, Citra menganggap bila menyisipkan pendidikan seksualitas ke dalam rangkaian acara kegiatan wajib bagi mahasiswa merupakan masukan bagus. “Bisa dimasuk-masukkan, mungkin bisa dimasukan ke C yang mana nih, Credible atau Caring. Untuk Mentoring saya pikir it’s a good thing to share untuk temen-temen, tapi ya nanti kita
INFO KAMPUS
pasti akan ada usulan lagi,” tuturnya. Bukan hanya Citra, Psikolog Student Support UMN Hadyan Dhiozandi juga menjelaskan pendidikan seksualitas seperti apa yang tepat bagi mahasiswa. Ia berpendapat bahwa pembahasan yang sejenjang dengan mahasiswa harus lebih spesifik. “Kalau mau yang lebih spesifik, lebih membumi. Tentang bagaimana mengolah suatu hubungan, gitu. Ke depannya bisa macam-macam, ada yang ke ranah penyakit menular, virus HIV, itu bisa kita mulai karena beberapa kampus sudah mulai tuh ada Unit Pendidikan Kegiatan seks Mahasiswanya di berbagaibahkan negara untuk di belahan mengajarkan dunia tidaklah tentang hal benaritu, gitu. Misalkan benar sama. Di HIVInggris, sudah bisa pendidikan terlihat dan mulai seks terintegrasi marak ketika ke dalam sudah kurikulum masuk ke usia remaja,” pendidikan mereka, ujar Dhio. dan juga Inggris menerapkan Sepemikiran bahwa dengan akan diberikan masukan dari mahasiswa pendidikan relasi emosional dalam angket, sejak anak Dhio juga berpendapat berusia empat tahun. bahwa Hal senada pendidikan juga s e k s u di terjadi a l Belanda. itas yBelanda ang dmewajibkan iarahkan untuk pendidikan adanya mahasiswaseksual dapat untuk langsung anak disampaikan usia empat tahun dengan ke atas. bahasa-bahasa yang India jelas. merupakan salah satu negara yang “Kenapa menganggap harus bahasa-bahasa tabu tentang yang abstrak, seks. Kultur ‘kan? budaya Makin jelas, India makin semakin baik. Rasanya nggak masyarakatnya mempengaruhi perlu ditutupi untuk pakai istilah mulut tutup yang mengenai membingungkan, hal-hal yang benar yang berbau seks, mana meskipun ya. Jadi itu ya lebih edukatif. baik sampaikan apa Dampaknya, generasi adanya,muda di India menjadi bingung dan tidak sadar ketika mengalami kekeraasan seksual.
ULTI MAG Z
35
Issue N o . 27
paparkan kasusnya. Mungkin dengan tidak blak-blakan yang kekerasan di kampus tinggi, enggak gitu juga sih. Lebih ke secara umum dulu aja bahwa media mulai mengangkat nih yang sebelumnya dianggap tabu, sekarang sudah mulai dianggap bahwa penting,” katanya. Dhio menyatakan bahwa pendidikan seksualitas di Indonesia lebih cenderung menggunakan gaya pengajaran Eropa, sehingga tujuannya berbeda dengan pendidikan seksual dengan gaya Amerika. “Beda sama Amerika. Amerika itu lebih menonjolkan tentang gimana nih remajaBerbeda dengan remaja bisa di berhubungan. Uganda, faktor Jangan sampai agama danhamil, moraljangan menjadisampai faktor kelewat yang batas. berpengaruh Sementara dalam itu, pendidikan di Indonesia seks atau di Eropa di negara lebih itu. Terbaru, menyeluruh. Kementerian Tentang bagaimana Kesehatanmenghargai di Uganda menolak seseorang, usulan menghargai perluasantubuh, cakupan mengenal pendidikan gender juga,” seksual hingga jelas Dhio. anak usia 10 tahun. Kementerian Jika Kesehatan dihubungkan setempat dengan jugakeefektifan menolak proposal pendidikan usulan seksualitas distribusi di kampus, alat kontrasepsi Citra dan untuk Dhioremaja beranggapan berusia bahwa hal 15 tahun ke tersebut atas karena bersifat dasar relatif. moral. “Seberapa efektifnya, tentunya butuh pengukuran, ‘kan? Sejauh ini kami lihat relatif jarang atau hampir tidak ada kasus yang muncul ke permukaan. Karena, kalau kita kaitkan dengan kasus pasti dibawa ke Dewan Etik Mahasiswa. Nah, itu pasti ditangani
Also, please, please, tell that everybody can talk about sex and it’s not a taboo thing to talk about. Sex is meant to be as enjoyable as ever, with consent and respect!
langsung. Tapi, kenyataannya paling tidak selama tiga tahun ini hampir tidak ada laporan, sih,” kata Dhio. Sementara itu, Citra mengatakan bahwa pendidikan seksualitas bisa bermanfaat untuk meningkatkan awareness. “Kalau ngomongin efektif, semua hal yang efektif tidak akan efektif kalau orang itu tidak mau terbuka. Intinya, untuk meningkatkan awareness. Kita bisa juga bikin konten-konten publikasi yang dikasih ke media sosial, misalnya untuk mengingatkan temanteman mahasiswa.” Pendidikan seksualitas seharusnya dimulai sejak usia dini, tetapi bukan berarti saat usia bertambah pendidikan tersebut tidak dibutuhkan lagi. Bahkan seharusnya, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, awareness terhadap pendidikan seksual juga ikut tinggi. Itulah sebabnya kampus butuh memberi perhatian terhadap hal tersebut. Khususnya, terkait mengapa hubungan seksual bukan hal yang tabu dan harus sadar, tidak boleh tanpa persetujuan kedua belah pihak, serta apa saja yang bisa terjadi dari hubungan tersebut.
36
Pendidikan seksualitas seharusnya dimulai sejak usia dini, tetapi bukan berarti saat usia bertambah pendidikan tersebut tidak dibutuhkan lagi.
SECTION:
INFO KAMPUS
dilakukan oleh remaja,” kata Citra. pasti akan ada usulan lagi,” tuturnya. “Kita berikan psikoedukasi melalui Bukan hanya Citra, Psikolog Student talkshow, tapi dalam talkshow itu juga Support UMN Hadyan Dhiozandi juga ada konsultasi. Ada tanya jawab, dan menjelaskan pendidikan seksualitas tanya jawabnya lumayan dalem, sih. seperti apa yang tepat bagi mahasiswa. Harusnya sih membantu banget. Kita Ia berpendapat bahwa pembahasan juga siapkan psikolog-psikolog kita yang sejenjang dengan mahasiswa apabila ada masalah-masalah pacaran, harus lebih spesifik. masalah-masalah apapun itu yang “Kalau mau yang lebih spesifik, non-akademis, kita siap membantu.” lebih membumi. Tentang bagaimana Citra berujar bahwa mahasiswa mengolah suatu hubungan, gitu. Ke diberikan harapan, bekal, dan sudut depannya bisa macam-macam, ada pandang dalam seminar ini. Tujuannya I n g g ryang i s ke- ranah B e penyakit l a n d a menular, - India agar mahasiswa bisa berhubungan virus HIV, itu bisa kita mulai karena Selandia Amerika dengan baik, menghargai aturan- dan beberapaBaru kampus- sudah mulai tuhSerikat ada lawan jenis, serta diri sendiri. Uganda Unit Kegiatan - Indonesia Mahasiswanya - bahkan Malaysia “Kalau mahasiswa lebih cenderung untuk mengajarkan hal itu, - Singapura - Uni tentang Emirat Arab ke bagaimana mereka bisa memandang, gitu. Misalkan HIV sudah bisa terlihat Thailand - Korea Utara - Jepang bertanggung jawab, mengetahui dan mulai marak ketika sudah masuk apa saja penyakit-penyakit -yang Afrika ke usia remaja,” Selatan ujar Dhio. - Uzbekistan ditimbulkan,” jelasnya. Sepemikiran dengan masukan Finlandia - Italia - Jerman Sehubungan dengan usulan dari mahasiswa dalam angket, Dhio - Makedonia - bahwa Korea Selatan mahasiswa untuk membuat seminar juga berpendapat pendidikan interaktif, Citra menganggap Lbila a o ss e k s-u a l i tK a sa myb a nogj a d i a r-a h k aIns r a e l menyisipkan pendidikan seksualitas untukn imahasiswa - Afga s t a n -dapatYolangsung rdania ke dalam rangkaian acara kegiatan disampaikan dengan bahasa-bahasa Denmark Rusia - Spanyol wajib bagi mahasiswa merupakan yang jelas.masukan bagus. - Britania “KenapaRaya harus bahasa-bahasa - Kosta yang Rika “Bisa dimasuk-masukkan, mungkin I n g g rabstrak, i s -‘kan?BMakin e l ajelas, n d amakin- baik.I n d i a bisa dimasukan ke C yang mana nih, Rasanya nggak perlu ditutupi pakai - Selandia Barumembingungkan, - Amerika Serikat Credible atau Caring. Untuk Mentoring istilah yang yang saya pikir it’s a good thing to share Uganda benar yang - Indonesia mana ya. Jadi ya -lebihMalaysia baik untuk temen-temen, tapi ya nanti- kita sampaikan apa Singapura - adanya, Uni Emirat Arab -
Thailand - Korea Utara - Jepang - Afrika Selatan - Uzbekistan Finlandia - Italia - Jerman - Makedonia - Korea Selatan Laos Kamboja Israel
ULTI MAG Z
37
Issue N o . 27
paparkan kasusnya. Mungkin dengan tidak blak-blakan yang kekerasan di kampus tinggi, enggak gitu juga sih. Lebih ke secara umum dulu aja bahwa media mulai mengangkat nih yang sebelumnya dianggap tabu, sekarang sudah mulai dianggap bahwa penting,” katanya. Dhio menyatakan bahwa pendidikan seksualitas di Indonesia lebih cenderung menggunakan gaya pengajaran Eropa, sehingga tujuannya berbeda dengan pendidikan seksual dengan gaya Amerika. “Beda sama Amerika. Amerika itu lebih menonjolkan tentang gimana nih remajaremaja bisa berhubungan. Jangan sampai hamil, jangan sampai kelewat batas. Sementara itu, di Indonesia atau di Eropa lebih menyeluruh. Tentang bagaimana menghargai seseorang, menghargai tubuh, mengenal gender juga,” jelas Dhio. Jika dihubungkan dengan keefektifan pendidikan seksualitas di kampus, Citra dan Dhio beranggapan bahwa hal tersebut bersifat relatif. “Seberapa efektifnya, tentunya butuh pengukuran, ‘kan? Sejauh ini kami lihat relatif jarang atau hampir tidak ada kasus yang muncul ke permukaan. Karena, kalau kita kaitkan dengan kasus pasti dibawa ke Dewan Etik Mahasiswa. Nah, itu pasti ditangani
Also, please, please, tell that everybody can talk about sex and it’s not a taboo thing to talk about. Sex is meant to be as enjoyable as ever, with consent and respect!
langsung. Tapi, kenyataannya paling tidak selama tiga tahun ini hampir tidak ada laporan, sih,” kata Dhio. Sementara itu, Citra mengatakan bahwa pendidikan seksualitas bisa bermanfaat untuk meningkatkan awareness. “Kalau ngomongin efektif, semua hal yang efektif tidak akan efektif kalau orang itu tidak mau terbuka. Intinya, untuk meningkatkan awareness. Kita bisa juga bikin konten-konten publikasi yang dikasih ke media sosial, misalnya untuk mengingatkan temanteman mahasiswa.” Pendidikan seksualitas seharusnya dimulai sejak usia dini, tetapi bukan berarti saat usia bertambah pendidikan tersebut tidak dibutuhkan lagi. Bahkan seharusnya, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, awareness terhadap pendidikan seksual juga ikut tinggi. Itulah sebabnya kampus butuh memberi perhatian terhadap hal tersebut. Khususnya, terkait mengapa hubungan seksual bukan hal yang tabu dan harus sadar, tidak boleh tanpa persetujuan kedua belah pihak, serta apa saja yang bisa terjadi dari hubungan tersebut.
38
Pendidikan seksualitas seharusnya dimulai sejak usia dini, tetapi bukan berarti saat usia bertambah pendidikan tersebut tidak dibutuhkan lagi.
SECTION:
dilakukan oleh remaja,” kata Citra. “Kita berikan psikoedukasi melalui talkshow, tapi dalam talkshow itu juga ada konsultasi. Ada tanya jawab, dan tanya jawabnya lumayan dalem, sih. Harusnya sih membantu banget. Kita juga siapkan psikolog-psikolog kita apabila ada masalah-masalah pacaran, masalah-masalah apapun itu yang non-akademis, kita siap membantu.” Citra berujar bahwa mahasiswa diberikan harapan, bekal, dan sudut pandang dalam seminar ini. Tujuannya agar mahasiswa bisa berhubungan dengan baik, menghargai aturan dan lawan jenis, serta diri sendiri. “Kalau mahasiswa lebih cenderung ke bagaimana mereka bisa memandang, bertanggung jawab, mengetahui apa saja penyakit-penyakit yang ditimbulkan,” jelasnya. Sehubungan dengan usulan mahasiswa untuk membuat seminar interaktif, Citra menganggap bila menyisipkan pendidikan seksualitas ke dalam rangkaian acara kegiatan wajib bagi mahasiswa merupakan masukan bagus. “Bisa dimasuk-masukkan, mungkin bisa dimasukan ke C yang mana nih, Credible atau Caring. Untuk Mentoring saya pikir it’s a good thing to share untuk temen-temen, tapi ya nanti kita
INFO KAMPUS
pasti dilakukan akan ada oleh usulan remaja,” lagi,”kata tuturnya. Citra. “Kita Bukan berikan hanya psikoedukasi Citra, Psikolog Student melalui talkshow,UMN Support tapi dalam Hadyantalkshow Dhiozandi itu juga ada konsultasi. menjelaskan pendidikan Ada tanyaseksualitas jawab, dan tanya jawabnya seperti apa yang tepat lumayan bagi dalem, mahasiswa. sih. Ia Harusnya berpendapat sih membantu bahwa pembahasan banget. Kita yang juga siapkan sejenjang psikolog-psikolog dengan mahasiswa kita harus apabilalebih ada masalah-masalah spesifik. pacaran, masalah-masalah “Kalau mau yang apapun lebih itu spesifik, yang lebih non-akademis, membumi. kita Tentang siap membantu.” bagaimana mengolah Citra berujar suatu hubungan, bahwa mahasiswa gitu. Ke depannya diberikan harapan, bisa macam-macam, bekal, dan sudut ada yang pandang ke dalam ranahseminar penyakit ini. Tujuannya menular, virus agar mahasiswa HIV, itu bisabisa kita berhubungan mulai karena beberapa dengan baik, kampus menghargai sudah mulai aturan tuh dan ada Unit lawanKegiatan jenis, serta Mahasiswanya diri sendiri. bahkan untuk “Kalau mengajarkan mahasiswa tentang lebih cenderung hal itu, gitu. ke bagaimana Misalkanmereka HIV sudah bisa memandang, bisa terlihat dan bertanggung mulai marakjawab, ketika sudah mengetahui masuk ke apausia saja remaja,” penyakit-penyakit ujar Dhio. yang ditimbulkan,” Sepemikiran jelasnya. dengan masukan dari Sehubungan mahasiswa dalam dengan angket, usulan Dhio juga mahasiswa berpendapat untuk membuat bahwa pendidikan seminar sinteraktif, e k s u a l i t aCitra s y amenganggap ng d i a r a h kbila an untuk menyisipkan mahasiswa pendidikan dapatseksualitas langsung disampaikan ke dalam rangkaian dengan acara bahasa-bahasa kegiatan yang wajibjelas. bagi mahasiswa merupakan masukan “Kenapa bagus. harus bahasa-bahasa yang abstrak, “Bisa dimasuk-masukkan, ‘kan? Makin jelas, makin mungkin baik. Rasanya bisa dimasukan nggak perlu ke C yang ditutupi manapakai nih, istilah Credibleyang atau Caring. membingungkan, Untuk Mentoring yang benar saya pikir yangit’s mana a good ya. Jadi thing ya lebih to share baik sampaikan untuk temen-temen, apa adanya, tapi ya nanti kita
ULTI MAG Z
39
Issue N o . 27
paparkan kasusnya. Mungkin dengan tidak blak-blakan yang kekerasan di kampus tinggi, enggak gitu juga sih. Lebih ke secara umum dulu aja bahwa media mulai mengangkat nih yang sebelumnya dianggap tabu, sekarang sudah mulai dianggap bahwa penting,” katanya. Dhio menyatakan bahwa pendidikan seksualitas di Indonesia lebih cenderung menggunakan gaya pengajaran Eropa, sehingga tujuannya berbeda dengan pendidikan seksual dengan gaya Amerika. “Beda sama Amerika. Amerika itu lebih menonjolkan tentang gimana nih remajaremaja bisa berhubungan. Jangan sampai hamil, jangan sampai kelewat batas. Sementara itu, di Indonesia atau di Eropa lebih menyeluruh. Tentang bagaimana menghargai seseorang, menghargai tubuh, mengenal gender juga,” jelas Dhio. Jika dihubungkan dengan keefektifan pendidikan seksualitas di kampus, Citra dan Dhio beranggapan bahwa hal tersebut bersifat relatif. “Seberapa efektifnya, tentunya butuh pengukuran, ‘kan? Sejauh ini kami lihat relatif jarang atau hampir tidak ada kasus yang muncul ke permukaan. Karena, kalau kita kaitkan dengan kasus pasti dibawa ke Dewan Etik Mahasiswa. Nah, itu pasti ditangani
langsung. Tapi, kenyataannya paling tidak selama tiga tahun ini hampir tidak ada laporan, sih,” kata Dhio. Sementara itu, Citra mengatakan bahwa pendidikan seksualitas bisa bermanfaat untuk meningkatkan awareness. “Kalau ngomongin efektif, semua hal yang efektif tidak akan efektif kalau orang itu tidak mau terbuka. Intinya, untuk meningkatkan awareness. Kita bisa juga bikin konten-konten publikasi yang dikasih ke media sosial, misalnya untuk mengingatkan temanteman mahasiswa.” Pendidikan seksualitas seharusnya dimulai sejak usia dini, tetapi bukan berarti saat usia bertambah pendidikan tersebut tidak dibutuhkan lagi. Bahkan seharusnya, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, awareness terhadap pendidikan seksual juga ikut tinggi. Itulah sebabnya kampus butuh memberi perhatian terhadap hal tersebut. Khususnya, terkait mengapa hubungan seksual bukan hal yang tabu dan harus sadar, tidak boleh tanpa persetujuan kedua belah pihak, serta apa saja yang bisa terjadi dari hubungan tersebut.
40
SECTION:
Peran Kampus Dalam Melawan Kasus Kekerasan Seksual
K I TA D A N M E R E K A
ULTI MAG Z
41
Issue N o . 27
“Pelecehan seksual termasuk ke dalam kriminalitas sehingga akan dilaporkan ke pihak yang berwajib,�
42
SECTION:
K I TA D A N M E R E K A
Peran Kampus Dalam Melawan Kasus Kekerasan Seksual
writer Jairel Danet Polii, Maytiska Omar fotografer Kyra Gracella, Androw PM editor Agatha Lintang Kinasih
S
ebagai tempat menimba ilmu, institusi pendidikan sudah seharusnya menyediakan tempat yang aman bagi para muridnya untuk belajar. Namun, seketat apa pun peraturannnya, pasti selalu ada celah yang tidak bisa dikontrol oleh manusia, misalnya dalam kasus kekerasan seksual. Oleh karenanya, tentu setiap lembaga pendidikan memiliki cara dalam memberikan usaha terbaik mereka menghadapi kasus-kasus tersebut. Misalnya Universitas Multimedia Nusantara (UMN) memiliki bentuk pencegahan terhadap tindak kekerasan seksual melalui psikoedukasi dalam bentuk seminar dan publikasi berkala mengenai adanya lembaga Student Support. Lembaga tersebut disediakan oleh UMN sebagai tempat mahasiswa berkonsultasi mengenai masalahmasalah yang terjadi di kampus. Pihak UMN menyatakan bahwa bila memang terjadi tindak kekerasan seksual, maka bagian kemahasiswaan akan mendampingi korban secara psikologis dengan melakukan psikoterapi dan berkomunikasi langsung dengan pihak-pihak terkait, mulai dari korban, orang tua, psikolog, hingga polisi. “Pelecehan seksual termasuk ke dalam kriminalitas sehingga akan dilaporkan ke pihak yang berwajib,� jawab Student Support UMN melalui surel yang dikirimkan kepada tim Ultimagz. Sampai sejauh ini, pihak Student Support menyatakan belum ada sama sekali laporan masuk mengenai kasus kekerasan seksual, mulai dari mahasiswa, dosen, maupun staf. Namun, hal tersebut sejatinya tidak menutup kemungkinan bahwa terjadi kekerasan seksual di ranah kampus. Maka dari
ULTI MAG Z
43
Issue N o . 27
itu, harapannya para korban bisa melapor langsung dan membagi cerita mereka ke psikolog sebagai salah satu fasilitas di Student Support. Sama halnya dengan UMN, Universitas Prasetiya Mulya (Prasmul) melalui Lembaga Konseling Mahasiswa (Student Counseler) turut menampik adanya laporan mengenai kasus kekerasan seksual di kampusnya. “Kami belum pernah menerima laporan terkait kasus kekerasan seksual yang terjadi dalam lingkup kampus (baik antar mahasiswa maupun dosen-mahasiswa). Kami juga memiliki aturan yang ketat terkait kode etik dan hubungan antar dosen dan mahasiswa demi menjaga profesionalitas,” tulis Fatimah dari Lembaga Konseling Prasmul. “Namun, untuk kasus di luar kampus terdapat satu hingga dua laporan di mana mahasiswa kami adalah korban. Pelaporan ini dilakukan beberapa tahun setelah kejadian dan saat pelaporan mereka dalam kondisi stabil. Berdasarkan kebutuhan dan keinginan mahasiswa, mereka tidak ingin kasus ini diusut sehingga fokus treatment ada di self-healing dan peningkatan self-esteem untuk membantu mereka menjalani hari-hari dengan lebih positif,” tambahnya. Selain itu, terdapat usaha preventif yang dilakukan oleh Prasmul dengan melakukan sosialisasi sejak masa orientasi mahasiswa baru bahwa segala bentuk perbuatan kriminal, termasuk kekerasan seksual dan tidak dapat ditoleransi. Usaha pencegahan lainnya yang sedang diagendakan adalah edukasi healthy relationship dan edukasi jenis-jenis kekerasan terkini kepada seluruh sivitas akademika Prasetiya Mulya. “Jika ada pengaduan, kampus akan menginvestigasi secara menyeluruh dengan mengumpulkan bukti kekerasan. Jika terjadinya di dalam lingkup kampus, kampus akan mengambil tindakan tegas dan memberikan sanksi sesuai peraturan yang berlaku. Proses investigasi juga dapat melibatkan orang tua. Jika terjadi di luar kampus, investigasi akan tetap dilakukan dan tindakan diambil dengan mempertimbangkan keinginan korban serta orangtua.” “Apa pun keputusannya, mahasiswa (korban) tetap didampingi sampai proses selesai,” tutup Fatimah.
“Pelecehan seksual termasuk ke dalam kriminalitas sehingga akan dilaporkan ke pihak yang berwajib,”
44
SECTION:
SOSOK INTERNAL
Maria Michella Angela mahasiswa jurusan Jurnalistik angkatan 2016 yang giat melakukan kampanye mengenai pendidikan seks.
Perempuan Bukan Pajangan Bisu, Melawan Catcall Sebarkan Ilmu writer Andrei Wilmar, Ignatius Raditya photographer Muhammad Dava F. editor Abel Pramudya N.
ULTI MAG Z
45
Issue N o . 27
“
F
un fact, gua tadi jalan ke kampus itu di-catcall,” ujar seorang mahasiswi jurusan jurnalistik angkatan 2016 Universitas Multimedia Nusantara (UMN), sembari tersenyum kecil. Maria Michelle Angela atau yang kerap dipanggil Chella harus menghadapi dilema dalam mengambil sikap atas pelecehan itu. Dua pilihan tersedia, diam saja dan merasa tidak nyaman, atau menegur tetapi memiliki peluang untuk bertikai dengan pelaku. Masalahnya, menurut pengalaman Chella, dia justru beruntung ketika pelaku diam setelah ditegur. Sayangnya, tidak jarang pelaku malah marah walaupun Chella memiliki hak untuk menegur orang yang melanggar ranah privasinya. Chella curiga, penyebab dirinya mengalami pelecehan adalah pandangan laki-laki yang cenderung melihat perempuan sebagai objek, pajangan bisu yang hanya dilihat untuk hasrat semata. Chella semakin yakin akan hal ini. Terbukti ketika dia berinisiatif memperlihatkan dirinya sebagai manusia dengan menyapa kecil laki-laki yang berpapasan dengannya. “’Permisi mas, permisi bang’, dan mereka gak akan punya intention buat catcall, langsung ‘Oh iya, dia itu manusia’ begitu.” Kata Chella. “You make yourself
human, you remind themselves that you are human,” lanjutnya, menceritakan pengalamannya melawan stigma ‘pajangan’ terhadap perempuan. Lantas, apakah banyak perempuan memiliki kesadaran seperti Chella d a l a m m e m p e r j u a n g k a n zo n a pribadinya untuk tidak mengalami catcalling? Atau sadar seharusnya perempuan tidak dipermalukan karena menentukan pilihan hidup seperti cara berperilaku dan berpakaian? Atau membicarakan ketertarikannya kepada fisik laki-laki asalkan tidak melukai orang lain? Chella mencoba menaikkan kesadaran mengenai hal ini melalui media sosial Instagram miliknya. Berdasar hasil riset tim Ultimagz, sampai waktu diwawancara, Chella sudah membagikan 50 Instagram Story terkait isu seksualitas dengan jumlah penonton 300-600 akun. Melalui Instagram Story, Chella menuliskan berbagai macam pemikirannya mengenai isu seksualitas seperti catcalling, feminisme, breastfeeding, rape culture, dan kesetaraan gender. “Karena aku tahu di medsos ini, aku bukan influencer yang besar ya. Tapi, aku ingin membuat setidaknya untuk teman-temanku, yang ada di circle social media-ku ini mengerti,” ulas Chella.
You make yourself human, you remind themselves that you are human,
46
SECTION:
“It’s not a big wave, tapi i believe kamu melempar batu ke suatu air atau kali, itu ada riaknya. It will eventually menjadi lebih besar, gitu dan berpengaruh ke orang lain juga,” lanjutnya. Chella juga menegaskan bahwa ia lebih melihat feminisme sebagai jargon. Hal ini dikarenakan ia menganggap feminisme lebih bersegmentasi ke perempuan-perempuan yang tertindas. Menurut Chella feminisme tidak hanya untuk perempuan, tetapi untuk semua orang yang memperjuangkan harkat dan martabat sebagai manusia. Sebagai dampak dari cerita Instagramnya, Chella bercerita bahwa followers-nya jadi lebih berani terbuka sedikit demi sedikit mengenai isu seksualitas. Ketika melihat cerita masalah yang dialami followers, Chella masih bisa merasa lega karena sejauh ini belum ada yang pernah mengalami kekerasan seksual terberat seperti pemerkosaan. Tak hanya itu, followers pun ikut meneruskan pesan Chella mengenai catcalling. Laki-laki yang melihat cerita Chella pun mulai sadar bahwa catcalling adalah pelecehan seksual yang mengobrak-abrik ranah pribadi orang lain tanpa memandang gender. Harapannya, hal ini bisa membangun safe space dan kesadaran terhadap
SOSOK INTERNAL
isu seksualitas kepada semua orang, termasuk teman-teman Chella yang berkuliah di UMN. BIAS GENDER DAN HOMOFOBIA DI KAMPUS Chella mengingatkan, sebenarnya ada masalah yang dianggap kecil dan dibiarkan terus-menerus terjadi di kampus terkait isu seksualitas. Pertama, bagaimana laki-laki membicarakan perempuan secara seksual di media sosial. Menurut Chella, seharusnya laki-laki bisa seperti perempuan yang cenderung membicarakan hal seperti itu secara personal. Hal ini dikarenakan adanya perbuatan pelecehan yang dinormalisasi, seperti menguntit gambar-gambar perempuan di media sosial, lalu membagikannya ke grup media sosial untuk dibicarakan “seperti, alat pemuas nafsu,” kata Chella. Hal itu bisa menimbulkan mental perempuan terpuruk. Selain itu, Chella melihat bagaimana masih banyak mahasiswa yang homofobia. Hal ini membuat UMN belum bisa dibilang ruang yang aman bagi kelompok minoritas seksual. “Aku masih banyak dengar orang-orang ngeghibah. Misalnya, di angkatanku ada yang openly gay, dia sering banget jadi bahan ghibah, dibilang ‘nanti lu kayak
ULTI MAG Z
47
Issue N o . 27
si dia (mahasiswa yang terbuka mengenai orientasi seksual gay-nya),� keluh Chella. Menurut Chella, orang-orang yang open minded atau berpikiran terbuka harus melakukan pendekatan yang lain apabila mendengarkan pernyataanpernyataan homofobia seperti itu, seperti mengalihkan topik pembicaraan. Namun, Chella juga menyarankan untuk bertindak tegas dan menegur dengan bahasa yang sopan. “Eh, gua tau menurut lu itu LGBT bukan hal normal, tapi udah lah,� kata Chella memperagakan cara menegur yang menurutnya wajar. Chella teringat alasannya untuk sadar dan tertarik mengenai isu seksualitas. Teman dekatnya semasa sekolah, yang berorientasi seks lesbian memiliki peran penting dalam pengetahuan Chella. Berkat temannya itu, Chella menyadari bahwa gender di dunia ini tidak hanya terdiri dari dua, tetapi berbagai macam spektrum yang bervariasi. Menurut Chella, orientasi seksual teman dekatnya tidak perlu dihakimi, hanya pembeda yang membuat manusia beragam dari keseragaman derajat.
gender di dunia ini tidak hanya terdiri dari dua, tetapi berbagai macam spektrum yang bervariasi.
48
SECTION:
SOSOK EKSTERNAL
ULTI MAG Z
49
Issue N o . 27
Pembuka Gerbang Kasus Kekerasan Seksual Perguruan Tinggi writer Elisabeth Diandra Sandi, Geiska Vatikan Isdy photographer Titus Chrisna Yoga, Elisha Widirga editor Agatha Lintang Kinasih
“Awalnya waktu tahu ada kasus kekerasan seksual di sana (Universitas Gajah Mada), saya cuman terkejut dan marah, tetapi enggak tergerak untuk melakukan investigasi. Namun, ketika mendengar kejadian dosen melecehkan mahasiswi secara rinci, saya merasa marah dan jijik hingga akhirnya tergerak untuk melakukan sesuatu,” cerita Evi Mariani tentang pengalamannya empat tahun lalu. Redaktur Pelaksana The Jakarta Post ini pun langsung pergi ke Yogyakarta dan menemui korban kekerasan seksual yang bernama Maria (nama samaran). Ketika menarasikan kembali kisah Maria dan dosen dengan inisial EH, terlihat semangat serta geramnya jurnalis perempuan ini dengan pengalaman hidup Maria. “Ya masa pas bimbingan (skripsi), mau kasih buku aja korban takut. Sampai korban harus giniin tangannya
50
SOSOK EKSTERNAL
SECTION:
"
Sering kali orang-orang yang duduk di bangku kekuasaan masih menganggap remeh kasus kekerasan seksual yang umumnya terjadi pada kaum perempuan.
"
karena takut dipegang dadanya,” jelas Evi sambil menyilangkan tangannya di depan dada. Ternyata, Maria bukan satu-satunya mahasiswi yang pernah mengalami kekerasan seksual di kampus. Misalnya saja seorang mahasiswi dari universitas yang sama dengan nama samaran Agni. Ia dilecehkan oleh koleganya, tetapi pihak kampus menganggap kasusnya bukan pelanggaran berat sehingga tidak perlu penanganan yang serius. Pelaku pun malah melenggang menuju kelulusan. Berangkat dari kasus Agni yang viral, media Tirto mengajak The Jakarta Post dan VICE Indonesia untuk berkolaborasi agar peliputan mengenai kekerasan seksual yang terjadi di perguruan tinggi menjadi lebih sistematis lagi. Pasalnya, media-media ini merasa bahwa masih ada kasus kekerasan seksual di kampus lainnya, tetapi korban tidak berani untuk berbicara. Maka dari itu, terbentuklah Aliansi Nama Baik Kampus. Pemberian nama aliansi ini merupakan ide dari Evi yang ingin merebut frasa dari ‘nama baik’ kampus itu sendiri. Landasan pemikiran ini lahir dari kerapnya tanggapan pihak kampus maupun kolega untuk menyembunyikan kasus kekerasan seksual dengan tujuan menjaga nama baik kampus. “Karena kata-kata itu sering keluar dalam konteks yang berbeda, seperti ‘Harusnya kamu tuh jaga nama baik kampus dan enggak usah buka-buka kasus yang kayak gitu’,” ujar Evi saat diwawancarai oleh tim Ultimagz. O l e h k a re n a i tu , a l i a n s i i n i m e n g g a n t i definisi nama baik kampus menuju konteks ya n g b e r b e d a . S e h a r u s n ya k a m p u s ya n g memiliki nama baik itu mau mendengarkan cerita korban dan memberikan pelaku hukuman yang setimpal. KINERJA ALIANSI NAMA BAIK KAMPUS Setelah ketiga media ini berada di bawah satu aliansi, mereka menyebarkan Google
ULTI MAG Z
51
Issue N o . 27
Form untuk menc ari data yang b elum disediakan oleh Komisi Nasional Perempuan dan Yayasan Lembaga B antuan Hukum Indonesia (YLBHI). Data yang terkumpul dari Google Form menunjukkan ada 174 kasus kekerasan seksual dari 79 perguruan tinggi yang berbeda. Artinya, masih ada kasuskasus kekerasan seksual lain yang dilakukan sivitas akademika dan terjadi di kampus atau luar kampus, tetapi dalam acara-acara resmi, seperti Kuliah Kerja Nyata (KKN), magang, serta acara kemahasiswaan lainnya. Selain mencari data dari Google Form, Aliansi Nama Baik Kampus juga sempat meminta bantuan gerakan dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) untuk membuat surat edaran ke perguruan tinggi. Tujuannya agar universitas-universitas segera membuat panduan terkait pelecehan seksual. Namun saat itu, Kemenristekdikti menyerahkan kebijakan tersebut pada kampus karena hal tersebut bukan termasuk urusannya. Melihat tanggapan dari Kemenristekdikti dan pihak kampus mengenai beberapa kasus kekerasan seksual yang sudah terjadi, Evi merasa salah satu faktor penyebab berasal dari kentalnya sistem pengajaran budaya patriarki di Indonesia. Sering kali orang-orang yang duduk di bangku kekuasaan masih menganggap remeh kasus kekerasan seksual yang umumnya terjadi pada kaum perempuan. “Jadi selama memang relasi kekuasaannya timpang, ya pasti akan selalu ada kekerasan seksual,” tegas Evi yang kerap berkecimpung dalam memperjuangkan kesetaraan gender. Dihadapi oleh kasus kekerasan seksual yang marak di Indonesia, tentunya bukanlah suatu hal yang kecil. Apalagi dengan sistem pengajaran budaya patriarki yang masih kental di masyarakat. Oleh karena itu, kerja sama antarmedia untuk meliput hal ini juga penting. Selain untuk merubuhkan tembok besar dari
kasus yang ada, mereka juga saling mendukung moral agar menjadi lebih kuat bersama-sama. “Saya waktu itu sadar ini harus dibagi karena seperti yang aku bilang, yang kami hadapi nih besar sekali, temboknya gede banget. Kalau cuman sendirian, apalagi media bahasa Inggris, yang baca berapa orang sih, ya susah,” kata Evi. Sejak menulis tentang pelecehan seksual, Aliansi Nama Baik Kampus sering kali menerima berbagai macam laporan pelecehan seksual yang terjadi di berbagai tempat. Pesantren dan produksi film, contohnya. Hal ini mereka terima karena dampak Aliansi Nama Baik Kampus yang mewakili suara dari penyintas dan memiliki agenda untuk menghapus kekerasan seksual ada di mana pun. “Sejak kami nulis itu, istilahnya kayak I open a gate, kayak buka tanggul,” jelas Evi. BAGAIMANA KAMPUS HARUSNYA BERPERAN? Menurut Evi, setidaknya kampus perlu untuk menerbitkan Standar Operasional Prosedur (SOP) sebagai panduan untuk penanganan kekerasan seksual. Selain itu, kampus juga bisa membuat posko pengaduan sebagai wadah yang tepat untuk mendampingi dan memproses kasus korban kekerasan seksual. Jurnalis yang juga tergabung dalam Aliansi Jurnalis Independen ini turut mendukung pemikiran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nadiem Makarim yang ingin mengeluarkan pelaku kekerasan seksual di kampus. Mantan CEO Gojek ini pun merasa aturan untuk pencegahan kekerasan dan pelecehan seksual harus segera dibuat. Mendengar hal ini Evi sangat setuju untuk segera dilakukan. “Aku sih berharap dia (Nadiem) buat resmi kayak surat edaran untuk kampus dan kampus harus memastikan bahwa bisa menjadi ruang aman buat mahasiswanya. Jangan sampai orang ke sana (kampus) buat belajar malah lulus dan jadi stres, depresi, atau trauma. Ya kampus harus punya tanggung jawab juga.” harap Evi.
52
OPINI INTERNAL
SECTION:
Tangani Kekerasan Kampus Seksual, Harus Apa? writer Maria Helen Oktavia, Nadia Indrawinata photographer Caroline Saskia Tanoto & Amartya Kejora editor Abel Pramudya N.
S
atu per satu, isu kekerasan seksual di universitas perlahan menyita perhatian publik. Kasus kekerasan seksual, yang paling banyak dialami oleh perempuan, menjadi lebih sulit untuk ditangani karena sering dikaitkan dengan konsep moralitas. Baik secara fisik maupun nonfisik, kasuskasus tersebut seringkali berujung protes yang pada akhirnya menuntut kebijakan pihak institusi pendidikan. Dalam budaya patriarki yang masih dianut sebagian besar orang Indonesia, menempatkan posisi kaum hawa sebagai kaum subordinat adalah sesuatu yang biasa. Penerimaan candaan seksis sudah bak asupan sehari-hari. Dalam masyarakat pun
sering terjadi kesalahpahaman bahwa perempuan yang bersikap ramah seolah mengundang atau memberikan izin, atau yang disebut sebagai consent bagi laki-laki. Padahal, untuk mencapai kesepakatan dibutuhkan persetujuan kedua belah pihak. Tata tertib dan regulasi penanganan kasus kekerasan seksual bagi universitas mulai menjadi fokus pembuat kebijakan beberapa tahun ke belakang. Salah satunya adalah Kementerian Agama melalui Keputusan Dirjen Pendidikan Islam No. 5494 Tahun 2018 tentang Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Kekerasan Seksual pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam yang dikeluarkan pada Oktober 2019.
ULTI MAG Z
53
Issue N o . 27
Di dalamnya memuat hal-hal penting seperti kekerasan seksual sebagai kekerasan berbasis gender dan prosedur penanganan korban. Penangan korban pun dilakukan secara komprehensif dan berkelanjutan, dibedakan sesuai dengan jenis kekerasannya serta menghargai pilihan dan keputusan korban. KEKERASAN SEKSUAL BUKAN HANYA SECARA FISIK Kekerasan seksual dapat dikategorikan dalam bentuk nonfisik atau verbal, seperti panggilan, komentar, atau siulan genit yang merujuk pada atribut seksual korban. Kasus ini luas dikenal dengan istilah catcalling. Tidak etis apabila catcalling disamakan dengan sebuah ‘pujian’. Tentunya terdapat banyak cara lain yang lebih sopan untuk menyampaikan sebuah pujian kepada seseorang. Dosen pengampu mata kuliah Reporting Issues of Diversity di Universitas Multimedia Nusantara Ratna Ariyanti menyayangkan bentuk kekerasan seksual secara verbal yang menurutnya sering tidak dianggap oleh masyarakat. “Enggak bisa kita bilang, bahwa perempuan yang disiul-siuli di pinggir jalan, lalu dia kelihatan biasa saja,
berarti dia senang. Kalau dia enggak nyaman, itu sudah termasuk pelecehan seksual. Itu juga tidak boleh ditoleransi,” ucap Ratna ketika diwawancara. Catcalling menjadi lebih dari sekadar candaan karena menyebabkan rasa takut dan tidak aman bagi korban. Hanya karena dampaknya tidak terlihat secara langsung, korban kekerasan seksual di universitas bukan berarti nihil. Beberapa mungkin dijumpai setiap harinya. Tak jarang, untuk menyembunyikan rasa tidak nyaman, beberapa korban memilih untuk berusaha terlihat baik-baik saja. Tidak ada yang tahu, apakah mereka benar baik-baik saja, atau merasa takut karena pelaku memiliki kapasitas lebih besar untuk menyakitinya lebih lanjut Bentuk-bentuk kekerasan seksual juga bertransformasi berdasarkan keadaan masyarakat. Kehadiran teknologi pun memiliki pengaruh. Kekerasan yang juga terjadi di ruang daring tidak seharusnya luput dari perhatian dan penanganan, melainkan tetap harus mendapat perlakuan yang sama. KORBAN TIDAK MEMBUTUHKAN JUDGEMENT DARI SEKITAR Menerima perlakuan yang tidak pantas dari orang yang sama berulang kali
54
SECTION:
‘Kucing kok dikasih ikan? Ya, pasti mau lah.’ Jangan begitu pandangannya. Kita bukan ikan. Kita itu perempuan yang juga punya hak untuk dihargai dan dilindungi
OPINI INTERNAL
seharusnya memiliki kompetensi di bidang tersebut. Seringkali, korban yang ingin melapor atau sekadar bercerita mendapat penilaian atau komentar buruk yang semakin memojokkan. Hal ini dikenal dengan sebutan victim blaming. Sudah menjadi korban kekerasan seksual, disalahkan pula. “(Konselor seharusnya) menjaga kerahasiaan korban, jangan sampai bocor apa yang disampaikan oleh korban. Tidak menghakimi. Jangan blaming victim,” jelasnya. seharusnya tidak menjadikan korban Pun pemberian advokasi harus sesuai sebagai pihak yang dihakimi. Faktor- permintaan korban yang mengalaminya. faktor seperti ketimpangan relasi kuasa Paksaan untuk bercerita ketika korban dan hal-hal mengikat lainnya yang belum siap tidak bisa dibenarkan. Hal menempatkan korban di posisi inferior itu dikarenakan setiap orang memiliki sehingga bisa menjadi alasan korban kesiapan mental masing-masing. tak bersuara atas pelaku yang sama. “Jangan dipaksa-paksa. Akan ada “Kampus juga harus membuat waktunya kalau dia ngerasa dia kuat lingkungannya sehat dan aman dari dan dia mau,” tegas Ratna. kekerasan seksual. Misalnya, mereka punya tempat atau safe place bagi FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA mahasiswa untuk cerita apa aja gitu, K E K E R A S A N SEKSUAL DI kerahasiaannya dijamin dan dia tidak UNIVERSITAS dihakimi,” ujar Ratna soal bagaimana Ada berbagai macam faktor yang dapat cara mengatasi korban. menyebabkan terjadinya kekerasan Tempat yang aman bagi korban seksual di universitas. Apabila pelaku untuk bercerita sangatlah krusial. adalah seorang staf akademik yang Konselor yang berperan di dalamnya memiliki kapasitas untuk atas nasib
ULTI MAG Z
55
Issue N o . 27
korban secara akademik, faktor relasi kuasa, yaitu kekuasaan pelaku dan ketidakberdayaan korban berperan di sana. Dalam beberapa kasus, pelaku merupakan orang yang mampu mempengaruhi nilai bahkan kelulusan korban. Status faktor pendidikan, walaupun juga berpengaruh, tidak menjamin pelakunya hanya berasal dari orang-orang yang tidak terdidik. Beda halnya apabila pelaku dan korban adalah sesama mahasiswa. Kurangnya kesadaran akan hak-hak perempuan yang masih tergolong rendah di Indonesia memiliki peran yang penting. Dalam hal ini, bukannya laki-laki tidak bisa menjadi korban, melainkan umumnya praktik kekerasan seksual dilakukan terhadap perempuan. Penting bagi universitas untuk membangun lingkungan yang sepenuhnya aman dari kekerasan seksual. Pencegahan dan penanganan haruslah berjalan beriringan. Hal ini bisa dimulai dari gerakan preventif, yaitu dengan mengedukasi mahasiswa tentang kesetaraan gender dan penghormatan atas hak-hak perempuan. Harus pula disediakan ruang aman bagi para korban untuk bersuara tanpa dihakimi. Tak kalah penting, kerahasiaan korban harus dijaga erat-erat. Usaha ini bisa
diwujudkan dengan cara menempatkan konselor yang benar-benar paham tentang isu kekerasan seksual. Tak hanya melakukan pencegahan dan sikap universitas yang terbuka, universitas juga harus menjalankan apa yang dicanangkannya. Penting untuk mengusahakan reintegrasi sosial oleh universitas ketika kasus kekerasan seksual terhadap korban gagal dijaga kerahasiaannya. Ketika korban ingin melanjutkan pendidikan, universitas harus memastikan bahwa tak ada stigma yang melekat padanya.
Ratna Ariyanti selaku dosen prodi Jurnalistik membantu menemukan pemasalahan tentang pelecehan seksual yang terjadi di lingkungan kampus
56
SECTION:
OPINI EKSTERNAL
Pendidikan Seks Lewat Media Sosial Bukanlah Alternatif yang Ideal
writer Ida Ayu Putu Wiena V., Maria Helen Oktavia photographer TM Kasyful Haq, Yvonne Jonathan editor Andi Annisa Ivana P.
D
i Indonesia, pendidikan seks hari-hari ini masih merupakan hal yang dianggap tidak mendesak. Bicara perihal seks sendiri kerap dianggap sebagai isu yang tabu. Tidak banyak lembaga pendidikan formal yang kemudian memberikan pendidikan seks komprehensif (Comprehensive Sexuality Education atau CSE) sesuai anjuran UNESCO. Berdasar pada kajian dari Global Education Monitoring (GEM) Report oleh UNESCO, mendapati 15 juta anak perempuan menikah sebelum berusia 18 tahun setiap tahunnya secara global. Usia muda juga menyumbang sepertiga dari kasus infeksi HIV baru di 37 negara berpenghasilan rendah dan menengah.
hanya menyentuh ambang kesehatan reproduksi. Padahal, esensi pendidikan seks tak hanya mencakup ranah kesehatan, melainkan juga hak, identitas, orientasi seksual, keberagaman gender, dan keberagaman seksualitas. “Seksual akhirnya hanya dibicarakan soal reproduksi, padahal ada soal fungsi rekreasi. Nah, ketika fungsi rekreasinya dihilangkan, orang akhirnya melihat itu sebagai fungsional," ujar Tunggal. Fungsi rekreasi sendiri salah satu contohnya adalah orang berhak mendapatkan pleasure dalam melakukan seks. Selain itu, Tunggal juga berbicara tentang hak seksual, salah satunya mengangkat tentang hak setiap orang untuk mendapatkan orgasme. PENDIDIKAN SEKS DI INDONESIA Hak seksual mengangkat bagaimana Tunggal Pawestri selaku aktivis orang bisa merdeka dengan berbasis kesetaraan gender di Indonesia consent, untuk mengamalkan hak-hak berpendapat, walaupun beberapa seksualnya. Termasuk, bagaimana sekolah mengadakan pendidikan seks, orang bisa bercinta dengan siapapun materi yang diberikan kebanyakan yang ia suka berdasarkan consent,
ULTI MAG Z
57
Issue N o . 27
bukan ke anak-anak, atau memaksa seseorang untuk melakukan hubungan seks. Hal ini juga mencakup untuk berani bilang “tidak� ketika tak bersedia melakukan hubungan seks. SEKS SEBAGAI HAL YANG TABU Konstruksi nilai agama dan budaya di Indonesia b erp eran b esar meminggirkan isu pendidikan seks dan menjadikannya tabu. Prinsipnya, hal privat yang dicoba diintervensi oleh komunitas, masyarakat, maupun negara akan menjadi masalah. Sebagai contoh, dilihat dari sudut pandang agama, masih banyak masyarakat yang berpandangan bahwa kasus lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) merupakan sebuah dosa yang harus diadili atau lebih lagi sebuah penyakit yang harus disembuhkan. Pandangan tersebutlah yang kemudian memengaruhi jalannya pendidikan seks di Indonesia. Materi
tentang orientasi seksual selain heteroseksual dianggap sebagai ‘promosi LGBT’. Kebanyakan orang masih menerima kasus-kasus identitas diri, misalnya transgender. Namun, tidak sedikit pula yang menutup mata dan telinga rapat-rapat perihal orientasi seksual, seperti lesbian, gay, dan biseksual. Kualitas pendidikan seks di Indonesia tak jauh berbeda dengan negara-negara di dunia. Terdapat beberapa negara yang sudah cukup maju dalam menerapkan pendidikan seks yang komprehensif, terutama negara-negara Skandinavia. Sementara itu, negara-negara di Eropa dan Amerika masih dinilai belum terlalu serius. Meskipun berbagai usaha sudah dimulai dengan memasukkan materi pendidikan seks komprehensif ke dalam kurikulum pendidikan dan melalui buku-buku yang ditampilkan secara bebas di perpustakaan dan toko buku di Eropa dan Amerika.
Tunggal Pawestri salah satu aktivis kesetaraan gender di Indonesi
58
SECTION:
Remaja di Indonesia belum mendapatkan pengetahuan tentang seks yang memadai, terlebih bagi orang-orang yang tinggal di pedesaan yang terkena imbas kesenjangan akses internet. Walau begitu, akses internet yang memadai pun tidak langsung menjadi jaminan bahwa masyarakat memiliki pengetahuan tentang seks yang lebih maju. Selain lembaga pendidikan, orang tua memegang peranan besar dalam memaparkan pendidikan seks bagi anak-anaknya. Namun, sebagian orang tua malah lebih clueless terhadap isu krusial ini. Sebagian yang lain sadar, tetapi tidak tahu cara yang baik dalam menyampaikan kepada anak-anaknya. Takut salah dan takut tidak bisa menjawab pertanyaan yang dilontarkan anak-anak pun menjadi salah satu alasannya. PENDIDIKAN SEKS DAN MEDIA SOSIAL Hari-hari ini, internet dan media sosial lebih sering dijadikan sumber untuk mendapatkan informasi mengenai pendidikan seks. Banyak akun-akun di media sosial yang mulai menjamur dan menjadi alternatif bagi masyarakat dalam memperkaya ilmu tentang pendidikan seks. Namun, kemudahan tersebut bukannya tanpa risiko. Sifat internet yang kemudian membuat
OPINI EKSTERNAL
pengguna media sosial menjadi produsen dan konsumen di saat yang bersamaan membuat kualitas informasi yang diberikan menjadi tidak diketahui secara pasti. Ada beberapa orang, atau komunitas, atau media yang memberikan informasi secara benar dan ideal. Namun, tentunya ada juga yang menyebarkan konten-konten buruk, yang tidak terverifikasi kebenarannya. "Nah, ada beberapa source yang memang reliable, tapi lebih banyak lagi
Ada beberapa sumber yang kredibel. Tapi lagilagi, belajar isu ini nggak bisa sendiri. Ini harus diskusi kelompok, kolektif mendiskusikannya. Untuk memutus ketabuan, kita gak bisa cuma belajar sendiri, tapi kita harus diskusi. Menjadikan ini bukan menjadi sebuah hal yang tabu lagi
ULTI MAG Z
59
Issue N o . 27
yang tidak reliable. Jadi, saya sih agak khawatir,� ujar Tunggal. Selain itu, Tunggal meng imbau orang yang ingin mendapat pengetahuan tentang seksualitas perlu bertemu dengan ahli atau orang yang memang bersinggungan dengan dunia tersebut untuk berdiskusi. Sebagai contoh, saat membahas tentang orientasi seksual, orang bisa berdiskusi dengan komunitas LGBT yang memang menjadi subjek topik tersebut. Begitupun ketika membahas tentang langkah masturbasi yang aman. Orang bisa menghadiri diskusi yang memang dihadiri oleh tokoh yang ahli atau memahami bidang tersebut. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran melalui media sosial seperti ini tidaklah ideal, karena pendidikan seksual sebenarnya harus digelar melalui forum
diskusi secara kolektif. Terkhusus untuk menghilangkan ketabuan di masyarakat, tidak cukup hanya dengan mengedukasi diri sendiri, tetapi juga harus menyamakan konsep persepsi dengan orang lain. Hal ini bukan berarti diberikannya pendidikan seks di media sosial menjadi suatu hal yang salah. Mencari informasi tentang seks di media sosial memang sah-sah saja, tetapi sebaiknya tidak berhenti di sana. Dibutuhkan ruang-ruang diskusi lebih lanjut untuk melakukan verifikasi akan kebenaran informasi yang didapatkan di media sosial, juga memberikan penjelasan yang lebih memadai. Pun media sosial tetap bisa digunakan sebagai sarana untuk menumbuhkan kesadaran orangorang akan pentingnya pendidikan seks. Hal ini berlaku ketika media sosial digunakan sebagai sarana yang memudahkan penyebaran informasi mengenai diadakannya sebuah forum diskusi. Media sosial sebagai sesuatu yang berlayar di atas koneksi internet tentunya bisa menjangkau lebih banyak dan lebih luas masyarakat.
60
SECTION:
C H I T C H AT
CHIT CHAT
ULTI MAG Z
writer Fabio Togar Fandi videographer Dionisius Adrian
61
Issue N o . 27
“toxic relationship�
D
ilansir dari idntimes.com toxic relationship merupakan sebuah hubungan yang sudah tidak sehat dan cenderung merugikan pasangannya. Hal ini cukup berbahaya bagi setiap pasangan karena akan mengganggu kehidupan privasi dan sosial.
Bahayanya lagi adalah toxic relationship susah untuk terlihat dan terdeteksi. Oleh karena itu, Ultimagz mencoba untuk menanyakan kepada beberapa anak muda terutama mahasiswa mengenai pengetahuan mereka mengenai apa itu toxic relationship.
62
SECTION:
REVIEW writer Maytiska Omar editor Agatha Lintang Kinasih
Melihat Sulitnya Melawan Kekuasaan Lewat Wonderwall
P
ernahkah kamu merasa tidak dapat berbuat apa-apa karena derajat yang berbeda? Hal inilah yang diceritakan dalam Wonderwall. LINE Webtoon bergenre romance ini juga menceritakan bagaimana susahnya melawan seseorang yang memiliki kuasa lebih besar. Cerita yang mengambil latar belakang di negara Inggris ini memiliki tokoh utama bernama Jessy. Jessy digambarkan sebagai seorang gadis sekolah menengah atas (SMA) yang cantik dan pintar, tetapi ia memiliki masa lalu yang begitu kelam. Ia pernah diperkosa oleh kepala sekolahnya, Edmund sehingga menyebabkan Jessy depresi dan melakukan self-harm. Sebelum itu, anak dari kepala sekolah yang bernama Kris juga hampir memerkosanya. Selain kekuasaan sebagai kepala sekolah, Edmund juga menyalahgunakan kekuasaannya sebagai seorang ayah. Ia menyuruh Kris untuk memukul Jessy sehingga ia bisa melakukan perbuatan tidak senonohnya itu. Edmund juga membuat seolah-olah anaknya yang melakukan pemerkosaan terhadap Jessy. Selain itu, ia juga mengambil video atas apa yang dilakukannya. Jessy tidak dapat melawan karena kurangnya bukti dan rasa takutnya yang lebih besar.
Walaupun mengambil latar belakang di luar Indonesia, pembuat webtoon ini sebenarnya adalah orang Indonesia dengan nama pena Senaloli. Melalui komiknya, ia kerap memasukan beberapa awareness mengenai pelecehan seksual. Salah satu contohnya ketika karakter bernama Paris yang saat kecil diraba bagian sensitifnya oleh Edmund. Sebagai anak kecil, kadang kita tidak tahu apakah itu benar atau salah. Terlebih lagi ditanamkan bahwa yang melakukan hal tersebut adalah orang dewasa. Senaloli memberikan edukasi untuk lebih waspada terhadap para pelaku pelecehan seksual. Mereka tidak memandang usia dan baju yang dikenakan, seperti Jessy yang hanya menggunakan seragam sekolah dapat menjadi korban. Selain itu, Wonderwall juga memberikan gambar pada pembacanya apa yang akan dialami korban setelah mereka mengetahui bahwa mereka diperkosa. Hal ini membuat kita untuk lebih peduli untuk orang-orang di sekitar kita.
REVIEW
ULTI MAG Z
63
Issue N o . 27
Melangkah Keluar dari Trauma Kekerasan Seksual
S
ering kali korban pemerkosaan tidak terdengar suaranya atau tidak diketahui keberadaannya. Mereka mengisolasi diri dari dunia luar sehingga hidup menjadi seseorang yang tidak peduli dengan sekitar. 27 Steps of May karya Ravi L. Bharwani dan Rayya Makarim bersama Wilza Lubis menceritakan apa yang dialami korban setelah tindakan kekerasan seksual. Baju yang berwarna monokrom dan monoton, makanan yang serba putih, tembok kamar yang berwarna abu-abu, dan rutinitas yang tidak pernah berubah. Hal-hal tersebut yang kita jumpai dalam kehidupan May, seorang korban pemerkosaan. Ravi bekerja sama dengan Rayya merepresentasikan korban pelecehan seksual melakukan rutinitasnya untuk melupakan kejadian yang pernah dialami. Makanan yang berwarna putih juga seperti menggambarkan kesucian dan trauma May karena dipaksa untuk memakan makanan berwarna, sebelum akhirnya ia diperkosa oleh tiga orang saat berumur 14 tahun. Baju-baju yang dibuat May untuk boneka yang dijualnya juga menggambarkan bagaimana kondisi psikologisnya saat itu.
Sampai akhirnya, semua rutinitas dan kebiasaan yang selama ini telah dilakukannya selama delapan tahun berubah. May bertemu dengan seorang pesulap melalui sebuah lubang kecil yang ada di tembok kamarnya. Ia mulai berinteraksi dengan dunia luar karena rasa penasarannya yang besar. Sebelumnya, luka psikis yang May rasakan membuat dirinya melakukan selfharm dengan cara membaret lengannya dengan sebuah silet. Sedikit sentuhan akan membuatnya mengingat malam kelam tersebut. Bahkan, sentuhan dari bapaknya mampu membuatnya terkena serangan panik dan kembali membaret tangannya hingga ia merasa kesakitan. Namun, kehadiran sang pesulap mampu mengubah dunia May. Rayya membuat skrip 27 Steps of May memang tanpa banyak dialog. Melalui film ini, ia bersama Ravi berusaha menyampaikan perasaan korban pemerkosaan yang tidak dapat melaporkan apa yang terjadi pada mereka dan bagaimana cara May keluar dari trauma yang dialaminya setelah peristiwa pemerkosaan tersebut.
64
SECTION:
Ketika Lagu Juga Dapat Mengangkat Masalah Pelecehan Seksual
D
entuman lagu bergenre folk-pop dengan lirik lagu yang menyinggung keras beberapa oknum melalui tekanan vokal yang diberikan sang vokalis. Agni, sebuah lagu yang mengangkat permasalahan seksual yang terjadi di salah satu universitas di Indonesia. Judul lagu yang sama dengan nama seorang mahasiswa korban pelecehan seksual yang terjadi di Universitas Gadjah Mada (UGM). Tashoora merilis sebuah album “Hamba Jaring Cahaya, Hamba Bela Gelapnya� pada Oktober 2019. Agni merupakan salah satu lagu di album tersebut dan mengangkat permasalahan yang dialami Agni. Diberitakan dalam kasusnya, bahwa setelah 18 bulan sejak peristiwa yang dialami Agni, polemik tersebut berakhir damai. “Demi nama baik kami, jelas damai kami cari� Begitu penggalan kalimat yang ada dalam lirik Agni. Band asal Yogyakarta ini ingin menyampaikan
bahwa UGM terkesan ingin menjaga nama baik kampus. Oleh karena itu, kasus pelecehan seksual pun terkesan ditutupi. Bait demi bait menceritakan bahwa bagaimana petinggi-petinggi turut menutupi kasus ini. Dominasi atas kekuasaan dan laki-laki membuat korban menjadi bungkam. Namun, lagu ini juga menjadi pengingat untuk mereka yang menjadi korban pelecehan seksual. Kelima anggota band ingin memberitahu bahwa para korban tidak berjalan sendiri. Ada orang-orang di sekitar mereka yang peduli dengan isu sosial saat ini. Tashoora beranggotakan Danang Joedodarmo (vokal, gitar), Dita Permatas (keyboard, vokal, akordeon), Gusti Arirang (vokal, bas), Mahesa Santoso (drum), Danu Wardhana (vokal , violin) dan Sasi Kirono (vokal, gitar). Agni sendiri dinyanyikan oleh Danang, Dita, dan Gusti sehingga menghasilkan suara yang beragam.
REVIEW
ULTI MAG Z
65
Issue N o . 27
Dua Garis Biru Pendidikan Seksual Melalui Film
S
ebuah film karya Gina S. Noer yang menceritakan kehamilan remaja, di awal cerita mengisahkan sepasang siswa sekolah menengah atas (SMA) yang menjalin hubungan cinta. Dara (Adhisty Zara), seorang gadis pintar yang berpacaran dengan laki-laki bertolak belakang dengannya, Bima (Angga Aldi Yunanda). Seperti pada judulnya, dua garis biru yang menandakan kehamilan muncul pada alat tes kehamilan (test pack) Dara. Film ini penuh pembelajaran mengenai sex education. Bima sempat kebingungan dan menghindar saat mengetahui Dara hamil. Namun, Gina menggambarkan Bima adalah seorang yang bertanggung jawab. Mereka akhirnya memilih menyembunyikan kehamilan Dara. Lama-kelamaan hal ini diketahui pihak sekolah dan keluarga sehingga Dara dan Bima harus dikeluarkan dari sekolah. Gina memberikan pengetahuan bahwa membangun keluarga di usia yang belum mapan adalah hal yang sulit. Saat keduanya dinikahkan secara sah, sempat diceritakan mereka bahagia
karena menghabiskan waktu bersama untuk mengobrol untuk waktu yang lama. Namun, emosi yang tidak terkontrol dan masih mementingkan ego masing-masing membuat mereka akhirnya bertengkar dan terpecah. Peringatan terakhir yang dituliskan sutradara sekaligus penulis Dua Garis Biru ini adalah tubuh seorang remaja yang belum siap memiliki seorang bayi. Dara memang berhasil untuk melahirkan, ia menjaga diri dan bayinya dengan baik. Namun, tubuhnya ternyata belum dapat menopang diri dan bayinya dengan sempurna. Dara harus kehilangan rahimnya sebab pendarahan hebat yang terjadi pasca melahirkan. Jika tidak diangkat, Dara tidak akan selamat. Gina membuat film Dua Garis Biru agar penonton dapat memahami pentingnya pendidikan seksual. Dilansir dari gramedia.com, ia juga berharap anakanak dapat menjadi lebih dekat dengan keluarga supaya dapat membicarakan seksualitas, hal yang selama ini dianggap ‘tabu’.
66
SECTION:
CERPEN
ULTI MAG Z
Issue N o . 27
Dari sana ia selalu menceritakan Laron meliriknya dari ekor mata. kepik, walang sangit, tonggeret, dan Maya mengira laron tak dikenal serangga lainnya yang muncul di a k a n m e n g a c u h k a n n ya , t e t a p i tempat tak terduga. ternyata laron itu menaruh kembali Cerita-cerita itu mengantarkannya rokoknya. “Oke. Tapi jangan semprot ke perasaan yang lebih baik. Selama gue, ya.” Maya mengangguk, diam. ini ia sukar menceritakan tentang Pandangannya menatap kosong serangga yang ia saksikan. Orang- rintik air yang jatuh dengan deras. orang mengatainya aneh. Tante April Laron pun sama. tidak begitu. Terkadang ia diberi “Kalau gue boleh tahu, lo bungkusan obat setelah selesai kenapa suka nyemprotin orang , bercerita. Pil-pil itu membantunya s i h? ” M aya m e l i r i k n ya b i n g u n g . merasa lebih tenang. “Karena menjijikan.” “Jadi, kamu diajak ngomong sama “Menjijikan? Apanya? Gue kan pakai Laron tapi tidak kamu jawab?” baju, kok jijik?” Maya mengangguk dalam keadaan Kepala Maya bergerak kecil ke kanan mata terpejam. dan ke kiri. Nafasnya mulai bergerak “Menurut kamu si laron baik?” cepat. “Bukan pakaian, tapi muka.” Kini Maya tidak bereaksi. “Gak Laron itu tampak bingung. tahu, Tan. Jijik.” Tangannya yang pipih membelai Tante April membelai punggung kepalanya yang tak berambut. Antena tangan Maya. “Kamu hebat sudah bisa kecil di kepalanya sedikit bergetar. menahan diri tidak menyemprot si “Itu kata-kata yang jahat, sih. laron. Kamu hebat, Maya.” Gue emang gak secakep Nicholas *** Saputra, tapi masa sampai lu mau Lagi-lagi hujan turun dan Maya nyemprot gue?” menunggu di parkiran sepeda. Lebih Kaki Maya mulai bergetar. “Bukan. baik menunggu di sini karena lebih Muka lo, kayak serangga. Kayak laron.” sepi. sedikit mahasiswa yang Kini laron itu menatapnya tajam. writer Sudah Andi Annisa Ivana P. mau mengendarai sepeda untuk “Maksud lo?” illustrator Ferdy Setiawan bepergian sehari-hari. Pikiran Maya meracau. Baru kali ini editor Agatha Lintang Parkiran Kinasih sepeda merupakan tempat yang paling cocok ia jujur pada serangga yang ia lihat untuk menghindari orang lain. bahwa wujudnya seperti serangga. Apa “Wah, lo lagi.” laron ini tersinggung? Mayaejak langsung Maya duduk mengenali di kelas suara tiga si SMP, ia“Wujud hanya melihat lo kayak laron. Ada sayap laron. Benar dua jenis saja,makhluk, dua detikperempuan kemudian dan kecilserangga. di punggung, Hal ada antena, warna Laron ini yang pertama kini menggunakan kali Maya sadari kaosketika coklat. ia berjalan Gue lagi ngomong di sama laron!” nama pinggir band Jalan rock Tendean, terkenal jalan sudahyang berdiri pasti dilewatinya Tidak ada reaksi bila yang dikeluarkan di ingin sampingnya. pergi ke sekolah. Tangannya Kala itu merogoh langit sedang laron berbaik selama hati, beberapa detik. “Hei,” saku ia memberikan celana, kembali sedikitmerokok gumpalan seperti awan kumulonimbus katanya dengan yangpenuh kebingungan. terakhir membuatkali. kanvas “Dibiru siniterang enggak menjadi bolehsedikit “Guemanis manusia. denganGue laki-laki. Gue ngerokok,” aksesori kapas kataterbang. Maya. bukan serangga.”
S
67
Maya terdiam. Laki-laki? Mahluk apa itu? Dulu sekali ia pernah mendengar kata-kata itu. “Laki-laki? Itu apa?” suara Maya semakin lirih. Kaki laron yang dibalut sepatu kets hitam bergerak tidak nyaman. “Laki-laki itu jenis kelamin. Lo perempuan, gue laki-laki. Serangga juga punya jenis kelamin, jantan dan betina. Tapi gue bukan serangga, gue laki-laki.”Laki-laki. Kata itu berputar di benak Maya dengan kecepatan tinggi, membuat kepalanya pusing. Laki-laki. Laki-laki. Akhirnya ia ingat mahluk itu. *** “Tante, serangga yang aku lihat itu sebenarnya laki-laki, kan?” Pintu ruang kerja Tante April terbuka kencang akibat dobrakan Maya. Rautwajah Tante April menyiratkan keterkejutan yang tidak bisa disembunyikan. “Iya, kan, Tante?” suara Maya bergetar. Ia tidak memedulikan pakaiannya yang basah kuyup lantaran menerobos hujan untuk tiba di sini. Ia butuh penjelasan. Setelah berhasil menguasai rasa kagetnya, Tante April mengangguk. Maya tidak kuat lagi berdiri. Badannya jatuh bersamaan dengan air matanya. Kepingkeping memori yang tadinya tersembunyi kini muncul dengan cepat tanpa ampun.
68
SECTION:
CERPEN
Serangga pertama yang ia lihat sedang mengendarai motor. Bajunya berseragam layaknya pekerja kantoran di gedung pencakar langit di jantung kota. Kepalanya menyerupai kecoa, lengkap dengan antena yang menyembul di balik helm. Tangannya pipih coklat dengan bulu halus lebat. Berada di jok belakang motor tua yang dibawa ayahnya, Maya hanya bisa merinding tanpa bisa bereaksi banyak. Ayah, di sebelah ada kecoa naik motor. Ayahnya tidak menggubris, mungkin tidak dengar suara kecil anaknya yang tenggelam di antara deru knalpot kendaraan bermotor. Setelah kecoa naik motor, Maya melihat belalang menyeberang jalan. Belok kiri mendekati sekolahnya, ia melihat gerombolan ulat berseragam putih biru berlarian dengan tas yang melompat-lompat di punggung mereka. Badan Maya bergetar. Ia mulai menangis tanpa suara di balik punggung ayahnya. Ayah, kenapa di mana-mana banyak serangga? Ayah Maya mulai sadar bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan anaknya. Saat motor tersebut berhenti tepat di depan gerbang, tubuh kurus Maya lunglai. Kata terakhir yang ia dengar adalah teriakan nyaring ayahnya memanggil namanya. *** Memori mengenai hari tersebut sudah memasuki tahun keempat ketika Maya kembali bermimpi mengenai hari aneh tersebut. Dibukanya tirai jendela dan matanya sontak tertusuk cahaya. Melalui jeruji besi pagar rumahnya yang karatan, ia bisa melihat kumbang raksasa sedang mendorong gerobak sayur. Sudah lebih dari 1460 hari Maya melihat anomali ini di hidupnya, tetapi ia masih belum bisa terbiasa. Tidak jarang
ULTI MAG Z
Issue N o . 27
Dari sana ia selalu menceritakan Laron meliriknya dari ekor mata. kepik, walang sangit, tonggeret, dan Maya mengira laron tak dikenal serangga lainnya yang muncul di a k a n m e n g a c u h k a n n ya , t e t a p i tempat tak terduga. ternyata laron itu menaruh kembali Cerita-cerita itu mengantarkannya rokoknya. “Oke. Tapi jangan semprot ke perasaan yang lebih baik. Selama gue, ya.” Maya mengangguk, diam. ini ia sukar menceritakan tentang Pandangannya menatap kosong serangga yang ia saksikan. Orang- rintik air yang jatuh dengan deras. orang mengatainya aneh. Tante April Laron pun sama. tidak ia menahan begitu. mual Terkadang ketika berada ia diberi di tempat umum “ K a l a ulantaran gue boleh tahu, lo bungkusan melihat serangga obatyang setelah terlampau selesai menjijikan kenapa wujudnya. suka nyemprotin orang , bercerita. Tahun pertama Pil-pil itu melihat membantunya serangga ia shabiskan i h? ” M aya dengan m e l i r i k n ya b i n g u n g . merasa lebih menangis di setiap tenang. sore, berusaha menghapus “Karena segala menjijikan.” visual aneh “Jadi, yangkamu ia saksikan. diajak Dari ngomong sana iasama selalu membawa “Menjijikan? masker Apanya? Gue kan pakai Laron dan penyemprot tapi tidak kamu serangga jawab?” kemana pun kakinya baju, kok melangkah. jijik?” Orang-orang Maya mengangguk mulai menyadari dalam keadaan perilaku anehnya Kepala Maya tetapi bergerak kecil ke kanan mata terpejam. Maya tidak peduli. dan ke kiri. Nafasnya mulai bergerak “Menurut Habis masa kamu studi si laron di sekolah baik?”menengah, cepat. Maya “Bukan memilih pakaian, tapi muka.” untuk Kini masuk Maya tidak ke sekolah bereaksi. khusus “Gak putri. Laron Pilihannya itu initampak bingung. tahu, Tan. Jijik.” mengurangi tekanannya dalam melihatTangannya ulat berseragam yang pipih membelai di sekolah. Tante April Sekolah membelai menjadi punggung suakanyakepalanya untuk tenang yang di tak berambut. Antena tangan sela hidupnya. Maya. “Kamu hebat sudah bisa kecil di kepalanya sedikit bergetar. menahan Namun, diri menginjak tidak penghujung menyemprot kelulusan, si “Itu Maya kata-kata kembali yang jahat, sih. laron. Kamu dibuat gelisah hebat, akibat Maya.” harus memilih masuk Gue ke emang perguruan gak secakep Nicholas tinggi apa. Puluhan *** malam ia habiskan dengan Saputra, mata tapi terbuka masa sampai lu mau menatap Lagi-lagi langit-langit. hujan turun Orangtuanya dan Mayaakan nyemprot kecewa gue?” bila ia menunggu meminta untuk di parkiran tidak melanjutkan sepeda. Lebih studi, tetapi Kakidirinya Maya akan mulai bergetar. “Bukan. baik menunggu bohong bila ini merupakan di sini karena suatu lebih siksaanMuka baginya. lo, kayak serangga. Kayak laron.” sepi. 5 bulan Sudahberpikir, sedikit iamahasiswa memutuskan yang untuk Kini maju. laron Selamat itu menatapnya tajam. mau mengendarai datang kembali, serangga. sepeda untuk “Maksud lo?” bepergian sehari-hari. Parkiran *** sepeda Pikiran Maya meracau. Baru kali ini merupakan “Loh, belum tempat pulang?” yang paling cocok ia jujur pada serangga yang ia lihat untuk Suara menghindari berat seseorang orang lain. mengagetkan bahwa Maya wujudnya dari seperti serangga. Apa lamunannya “Wah, lo lagi.” yang penuh kekhawatiran. Kepalanya laron ini tersinggung? dengan cepat Maya menoleh langsung kemengenali arah suarasuara tersebut si dan “Wujud menemukan lo kayak laron. Ada sayap laron. Benar seekor laron saja, berkemeja dua detik flannel kemudian biru menatapnya kecil di punggung, datar. ada antena, warna Laron Laron yang tersebut kini menggunakan tidak menambah kaos ucapannya, coklat. Gue lagi hanya ngomong sama laron!” nama band rock melangkah hingga terkenal berdirisudah bersisian berdiri denganTidak Maya ada di depan reaksi yang dikeluarkan di sampingnya. lahan parkir sepeda Tangannya fakultas merogoh yang atapnya laron berisik selama olehbeberapa air detik. “Hei,” saku celana, hujan. Laron kembali itu jongkok, merokok mengeluarkan seperti katanya rokok dari dengan sakupenuh kebingungan. terakhir kali. celananya dan “Di mulai sini menghisap enggak dalam-dalam boleh “Gue objek manusia. penuhGue laki-laki. Gue ngerokok,” racun tersebut. kata Maya. bukan serangga.”
69
Maya terdiam. Laki-laki? Mahluk apa itu? Dulu sekali ia pernah mendengar kata-kata itu. “Laki-laki? Itu apa?” suara Maya semakin lirih. Kaki laron yang dibalut sepatu kets hitam bergerak tidak nyaman. “Laki-laki itu jenis kelamin. Lo perempuan, gue laki-laki. Serangga juga punya jenis kelamin, jantan dan betina. Tapi gue bukan serangga, gue laki-laki.”Laki-laki. Kata itu berputar di benak Maya dengan kecepatan tinggi, membuat kepalanya pusing. Laki-laki. Laki-laki. Akhirnya ia ingat mahluk itu. *** “Tante, serangga yang aku lihat itu sebenarnya laki-laki, kan?” Pintu ruang kerja Tante April terbuka kencang akibat dobrakan Maya. Rautwajah Tante April menyiratkan keterkejutan yang tidak bisa disembunyikan. “Iya, kan, Tante?” suara Maya bergetar. Ia tidak memedulikan pakaiannya yang basah kuyup lantaran menerobos hujan untuk tiba di sini. Ia butuh penjelasan. Setelah berhasil menguasai rasa kagetnya, Tante April mengangguk. Maya tidak kuat lagi berdiri. Badannya jatuh bersamaan dengan air matanya. Kepingkeping memori yang tadinya tersembunyi kini muncul dengan cepat tanpa ampun.
70
SECTION:
CERPEN
Banyak hal yang Maya ingin katakan, termasuk larangan untuk merokok di area kampus, tetapi lidahnya kelu. Perlahan tangannya merogoh tas dan menggenggam erat botol penyemprot serangga. Mahluk ini harus dienyahkan. “Gue enggak bakal apa-apain lo. Jangan semprot gue,” suara itu kembali terdengar. Si Laron raksasa mengalihkan pandangannya pada Maya. Mata hitam gelapnya tidak menunjukkan sebersit emosi. “Gue tau lo Maya, anak semester pertama yang selalu semprotin obat nyamuk ke orang lain. Kecuali sama cewek. Tolong jangan semprot gue, gue cuma nunggu hujan reda.” Tubuh Maya bergetar pelan yang ia yakin bukan karena dingin. Tangannya masih menggenggam botol obat serangga, tetapi tidak ia gunakan. Kakinya bergerak lima langkah ke kanan. Ia hanya berharap hujan segera berhenti. Sudah 3 kali laron itu menghabiskan rokok berfilter, tetapi hujan masih belum reda. Pada akhirnya mencapai rokok kelima, hujan berhenti. Puntung rokok di sekitar kaki laron menjadi jejak terakhir yang ia tinggalkan sebelum pergi tanpa pamit. *** “Tante, aku ketemu laron.” Itulah kata pertama yang diucapkan Maya ketika masuk di ruang kerja Tante April. Tante April yang berusia 40 tahunan tersenyum tanpa merasa aneh dengan ucapan Maya. “Oh ya? Laronnya ngapain?” Tante April menggiring Maya untuk rebah dalam sebuah sofa putih yang semi tegak. Maya memejamkan matanya dan mulai bercerita. Ia ceritakan pula serangga-serangga lain yang ia lihat di minggu ini. Rutinitas ini mulai ketika Maya berada di bangku kelas 3 SMA, tepatnya di bulan Mei. Ibunya membawa Maya menemui Tante April yang tertarik mendengar cerita serangga yang Maya lihat.
ULTI MAG Z
71
Issue N o . 27
Dari sana ia selalu menceritakan kepik, walang sangit, tonggeret, dan serangga lainnya yang muncul di tempat tak terduga. Cerita-cerita itu mengantarkannya ke perasaan yang lebih baik. Selama ini ia sukar menceritakan tentang serangga yang ia saksikan. Orangorang mengatainya aneh. Tante April tidak begitu. Terkadang ia diberi bungkusan obat setelah selesai bercerita. Pil-pil itu membantunya merasa lebih tenang. “Jadi, kamu diajak ngomong sama Laron tapi tidak kamu jawab?” Maya mengangguk dalam keadaan mata terpejam. “Menurut kamu si laron baik?” Kini Maya tidak bereaksi. “Gak tahu, Tan. Jijik.” Tante April membelai punggung tangan Maya. “Kamu hebat sudah bisa menahan diri tidak menyemprot si laron. Kamu hebat, Maya.” *** Lagi-lagi hujan turun dan Maya menunggu di parkiran sepeda. Lebih baik menunggu di sini karena lebih sepi. Sudah sedikit mahasiswa yang mau mengendarai sepeda untuk bepergian sehari-hari. Parkiran sepeda merupakan tempat yang paling cocok untuk menghindari orang lain. “Wah, lo lagi.” Maya langsung mengenali suara si laron. Benar saja, dua detik kemudian Laron yang kini menggunakan kaos nama band rock terkenal sudah berdiri di sampingnya. Tangannya merogoh saku celana, kembali merokok seperti terakhir kali. “Di sini enggak boleh ngerokok,” kata Maya.
Laron meliriknya dari ekor mata. Maya mengira laron tak dikenal a k a n m e n g a c u h k a n n ya , t e t a p i ternyata laron itu menaruh kembali rokoknya. “Oke. Tapi jangan semprot gue, ya.” Maya mengangguk, diam. Pandangannya menatap kosong rintik air yang jatuh dengan deras. Laron pun sama. “Kalau gue boleh tahu, lo kenapa suka nyemprotin orang , s i h? ” M aya m e l i r i k n ya b i n g u n g . “Karena menjijikan.” “Menjijikan? Apanya? Gue kan pakai baju, kok jijik?” Kepala Maya bergerak kecil ke kanan dan ke kiri. Nafasnya mulai bergerak cepat. “Bukan pakaian, tapi muka.” Laron itu tampak bingung. Tangannya yang pipih membelai kepalanya yang tak berambut. Antena kecil di kepalanya sedikit bergetar. “Itu kata-kata yang jahat, sih. Gue emang gak secakep Nicholas Saputra, tapi masa sampai lu mau nyemprot gue?” Kaki Maya mulai bergetar. “Bukan. Muka lo, kayak serangga. Kayak laron.” Kini laron itu menatapnya tajam. “Maksud lo?” Pikiran Maya meracau. Baru kali ini ia jujur pada serangga yang ia lihat bahwa wujudnya seperti serangga. Apa laron ini tersinggung? “Wujud lo kayak laron. Ada sayap kecil di punggung, ada antena, warna coklat. Gue lagi ngomong sama laron!” Tidak ada reaksi yang dikeluarkan laron selama beberapa detik. “Hei,” katanya dengan penuh kebingungan. “Gue manusia. Gue laki-laki. Gue bukan serangga.”
Maya terdiam. Laki-laki? Mahluk apa itu? Dulu sekali ia pernah mendengar kata-kata itu. “Laki-laki? Itu apa?” suara Maya semakin lirih. Kaki laron yang dibalut sepatu kets hitam bergerak tidak nyaman. “Laki-laki itu jenis kelamin. Lo perempuan, gue laki-laki. Serangga juga punya jenis kelamin, jantan dan betina. Tapi gue bukan serangga, gue laki-laki.” Laki-laki. Kata itu berputar di benak Maya dengan kecepatan tinggi, membuat kepalanya pusing. Laki-laki. Laki-laki. Akhirnya ia ingat mahluk itu. *** “Tante, serangga yang aku lihat itu sebenarnya laki-laki, kan?” Pintu ruang kerja Tante April terbuka kencang akibat dobrakan Maya. Rautwajah Tante April menyiratkan keterkejutan yang tidak bisa disembunyikan. “Iya, kan, Tante?” suara Maya bergetar. Ia tidak memedulikan pakaiannya yang basah kuyup lantaran menerobos hujan untuk tiba di sini. Ia butuh penjelasan. Setelah berhasil menguasai rasa kagetnya, Tante April mengangguk. Maya tidak kuat lagi berdiri. Badannya jatuh bersamaan dengan air matanya. Kepingkeping memori yang tadinya tersembunyi kini muncul dengan cepat tanpa ampun.
72
Maya ingat satu minggu sebelum mulai melihat serangga ia dipojokkan dalam sebuah garasi tidak terpakai di dekat rumahnya. Tubuhnya dijajah oleh beberapa pemuda tak dikenal. Ia hanya bisa menjerit dalam hati akibat sekapan kuat tangan berbau busuk yang menempel di mulutnya. Tragedi itu mengunci akalnya. Maya tidak bisa keluar rumah tanpa menangis. Ia tidak bisa makan selama dua hari yang kemudian mengantarkannya pada demam tinggi. Hari ketika ia sadar adalah hari ketika ia mulai melihat laki-laki sebagai serangga. Ia tahu kenapa, pikirannya secara generalisasi menganggap laki-laki adalah hal yang menjijikan. Tante April menangkap tubuh Maya yang lunglai. “Tante kenapa tidak bilang ke aku?” “Itu adalah sebuah trauma yang berkepanjangan, Maya. Tante ingin secara perlahan kamu kembali ingat. Sekarang kamu sudah ingat, yuk ngobrol sama Tante? Ada teh hangat manis.”
SECTION:
Maya mengutuk musim penghujan yang tidak kunjung selesai. Sedari pagi ia hujan mengguyur kotanya, membuat beberapa aktivitas menjadi lumpuh. Kini waktu sudah menunjukkan pukul enam sore dan langit tampaknya belum bosan untuk berhenti menangis. Maya mendengar langkah kaki yang mendekatinya dan sontak menoleh. Dugaannya mengenai kedatangan laron benar. Laron yang menggunakan kaos putih yang dibalut kemeja kotakkotak merah dengan kancing terbuka itu menatapnya datar. “Kenapa lo liatin gue? Muka gue masih kayak laron?” Maya terkekeh kecil. Perbincangannya terakhir dengan laron satu bulan lalu pasti belum hilang dari ingatannya. Mungkin saja ia kesal dibilang seperti serangga. “Masih, tapi gue gak akan nyemprot lo.” Laron mengangguk. “Bagus deh. Gue gak suka bau obat serangga.” Jantung Maya berdebar kencang. Ia berada dalam dilema tentang seberapa berani
CERPEN
ia membuat langkah kemajuan, demi berhasil mengatasi luka masa lalunya. “Nama lo siapa?” akhirnya Maya melontarkan juga pertanyaan itu. Laron yang tadinya asik bermain ponsel kini menatap Maya. “Dion, teknik sipil semester 3.” “Gue Maya. Teknik pangan semester 1.” Butuh waktu 1 menit sebelum akhirnya kerutan di dahi laron bernama Dion itu hilang digantikan kekehan kecil. “Ini lo ngajak kenalan ceritanya?” Maya bergerak kikuk. “Iya, mungkin? Salah ya caranya?” Dion memasukkan ponsel ke sakunya dan mengulurkan tangan pipihnya. Maya merasakan darah berdesir di tubuhnya, ia tidak bisa menghilangkan perasaan jijik melihat tangan berwarna coklat tua itu. “Kalau mau kenalan, ya salaman. Gue Dion.” Tubuh Maya bergerak dengan kaku. Ia harus bisa menahan rasa jijiknya. Digenggamnya tangan pipih itu yang kemudian memancarkan energi hangat ke tangan Maya. Rasa hangat
ULTI MAG Z
Issue N o . 27
“Gue manusia. Gue laki-laki. Gue bukan serangga.� itu mengalir ke seluruh tubuh Maya, membuat gigilannya hilang. Dion menggerakan tangan ke atas dan ke bawah, menjabatnya dengan jabat tangan yang erat. Perlahan, pandangan Maya mengabur. Tangan coklat pipih itu berubah menjadi tangan sawo matang dengan jemari yang panjang. Lengannya tampak berisi dengan urat yang sedikit menonjol. Sontak pandangannya teralih ke wajah laron. Maya terkejut ketika persona laron yang biasa ia lihat kini sudah berubah menjadi sesosok manusia. Tidak ada lagi antena dan kepala botak. Kini yang ada di wajah tercukur rapi itu adalah sepasang mata coklat tua yang dinaungi alis tebal. Maya melihat manusia.
73
74
SECTION:
Arti Kesetaraan Gender menurut Mentari Novel videographer La Bomba Rifai M., Kevin Oei Jaya, Dionisius Adrian
STORY
ULTI MAG Z
75
Issue N o . 27
PLAY NOW!
76
SECTION:
EVENT
ULTI MAG Z
77
Issue N o . 27
Betapa Kuatnya Puan Ketika Mengalami Kekerasan oleh Negara dan ‘Sekutu’ writer Ignatius Raditya Nugraha, Jessica Elisabeth Gunawan fotografer M Frizki Alfian editor Abel Pramudya N.
“
Pemerkosaan, pelecehan, kekerasan, pembunuhan, dan korbannya puan! Ini bukan salahku, bukan pakaianku, ini salah otakmu dan patriarki!” teriak para puan bersama laki-laki dan kelompok minoritas seksual LGBTQ+ (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender, Queer, dan lainnya) dengan suara pekik, penuh amarah, dan terkesan garang. Barisan ini berjalan dari Jalan M. H. Thamrin di Jakarta Pusat menuju Istana Negara dalam rangka memeringati International Women’s Day (IWD) yang jatuh pada setiap 8 Maret di seluruh dunia. Namun, di balik kegarangan tersebut, posisi mereka, terutama para puan sebenarnya sangat rentan. Nyatanya, tuntutan mereka sejak Women’s March Jakarta pada 2017 tidak kunjung terpenuhi dan dalam waktu yang sama kekerasan sistematis kepada puan seperti pelecehan seksual
dan pemecatan terhadap buruh yang hamil masih terus saja terjadi. Pra Event Women’s March 2020 Satu minggu sebelum perhelatan Women’s March (01/03/20), hujan deras di Jakarta Pusat tidak menjadi kendala bagi beberapa aktivis untuk berkumpul, berdiskusi, dan membuat poster bersama di Rumah Cikini. Konsultan gender Tunggal Pawestri, peneliti Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta Pratiwi Febry, dan Director of Space Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Noval Auliady hadir di acara itu menemani para aktivis yang akan membuat poster. Dalam acara tersebut, para aktivis mendiskusikan betapa cacatnya Rancangan Undang-Undang Ketahanan Keluarga (RUU KK) yang dikatakan sebagai ‘alternatif’ Rancangan UndangUndang Penghapusan Kekerasan
78
EVENT
SECTION:
431.471 kasus kekerasan terhadap puan di Indonesia
Seksual (RUU PKS) yang selama ini mereka perjuangkan. Alih-alih menjadi solusi, RUU KK terbukti menginvasi ranah privat warga negaranya sendiri dan cacat secara ilmiah. RUU yang dicetuskan pada Februari 2020 ini mewacanakan rehabilitasi bagi kelompok berorientasi homoseksual. Faktanya, menurut Pedoman Praktis Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) homoseksual bukanlah penyakit jiwa . Selain membahas RUU KK dan RUU PKS, Noval menceritakan ketidaksetaraan gender yang terjadi di kampusnya. Singkat kata, dalam berorganisasi, keberadaan puan masih dianggap di bawah laki-laki karena representasi mereka dikurangi dengan menurunkan opacity pada foto mereka, bahkan mengganti foto puan menjadi sekadar ilustrasi. Ia mengaku kecewa dengan respons yang didapat untuk menyelesaikan kasus yang terjadi. Namun, di samping kekecewaannya, Noval tetap optimis dengan apa yang ia lakukan sekarang. “Kita emang agak lelah, sih, kita maju selangkah, mundurnya tiga langkah, maju lagi, mundur lagi. Walaupun keadaannya seperti apapun masa kita enggak ngapa-ngapain, sih? Yang penting kita jalan dulu menyuarakan kita enggak setuju dengan apa yang ada saat ini.�
Noval juga menambahkan, perlu waktu untuk optimis, tetapi gerakan seperti inilah yang dibutuhkan untuk mendapatkan keidealan dari isu kesetaraan gender di Indonesia. Ia akan terus menyuarakan apa yang menjadi kekhawatirannya sampai suaranya terdengar. Dua hari sebelum IWD berlangsung (06/03/20), Komnas Perempuan melaporkan Catatan Tahunan Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan (CATAHU) 2020 di Hotel Mercure Cikini. Kekerasan terhadap puan meningkat 6% dari tahun 2018. Sepanjang tahun 2019, tercatat sejumlah 431.471 kasus kekerasan terhadap puan terjadi di Indonesia. Ironisnya, pelaku kekerasan seksual adalah pacar (1320 kasus), ayah kandung (618 kasus), dan ayah tiri & angkat (469 kasus) dari total 2.807 kasus. Salah satu kasus paling miris adalah ketika seorang ayah kandung mendobrak kamar anak puannya dengan intensi mencoba memerkosa darah dagingnya sendiri. Suara waswas publik langsung memuncak begitu kasus tersebut dibacakan, menandakan memang kasus tersebut begitu memprihatinkan.
ULTI MAG Z
Issue N o .79 27
Alasan Tetap Berjuang
79
80
SECTION:
431.471 kasus kekerasan terhadap puan di Indonesia
Seksual (RUU PKS) yang selama ini mereka perjuangkan. Alih-alih menjadi solusi, RUU KK terbukti menginvasi ranah privat warga negaranya sendiri dan cacat secara ilmiah. RUU yang dicetuskan pada Februari 2020 ini mewacanakan rehabilitasi bagi kelompok berorientasi homoseksual. Faktanya, menurut Pedoman Praktis Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) homoseksual bukanlah penyakit jiwa . Selain membahas RUU KK dan RUU PKS, Noval menceritakan ketidaksetaraan gender yang terjadi di kampusnya. Singkat kata, dalam berorganisasi, keberadaan puan masih dianggap di bawah laki-laki karena representasi mereka dikurangi dengan menurunkan opacity pada foto mereka, bahkan mengganti foto puan menjadi sekadar ilustrasi. Ia mengaku kecewa dengan respons yang didapat untuk menyelesaikan kasus yang terjadi. Namun, di samping kekecewaannya, Noval tetap optimis dengan apa yang ia lakukan sekarang. “Kita emang agak lelah, sih, kita maju selangkah, mundurnya tiga langkah, maju lagi, mundur lagi. Walaupun keadaannya seperti apapun masa kita enggak ngapa-ngapain, sih? Yang penting kita jalan dulu menyuarakan kita enggak setuju dengan apa yang ada saat ini.�
EVENT
Noval juga menambahkan, perlu waktu untuk optimis, tetapi gerakan seperti inilah yang dibutuhkan untuk mendapatkan keidealan dari isu kesetaraan gender di Indonesia. Ia akan terus menyuarakan apa yang menjadi kekhawatirannya sampai suaranya terdengar. Dua hari sebelum IWD berlangsung (06/03/20), Komnas Perempuan melaporkan Catatan Tahunan Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan Seminggu kemudian, dengan (CATAHU) 2020 di Hotel Mercurebertepatan Cikini. jatuh harinya IWD, puan, laki-laki, transpuan Kekerasan terhadap puan meningkat dari berbagai kalangan berkumpul di depan 6% dari tahun 2018. Sepanjang tahun gedung Bawaslu, Jakarta. Mereka menyuarakan 2019, tercatat sejumlah 431.471 kasus semangat melalui kostum dan poster yang kekerasandibawa. terhadap puan terjadi di semangat Ekspresi mereka marah, Indonesia.mereka Ironisnya, pelaku kekerasan membara. Namun, di balik kemarahan dan semangat ada kasus), hak yang dicabut, seksual adalah pacar itu (1320 kebebasan yang dikekang, luka yang ayah kandung (618 kasus), dan ayah tiri dalam, dan masa depan yang terancam. & angkat (469 kasus) dari total 2.807 Koordinator gerakan IWD, Lini Zurlia kasus. Salah satu kasus paling miris menjelaskan bahwa sebenarnya masih banyak adalah ketika seoranggender ayah yang kandung ketidakadilan mengekang ruang mendobrak kamar gerak puan, anak sepertipuannya kekerasan seksual, diskriminasi gender,memerkosa dan pembatasan hak-hak dengan intensi mencoba para puan di ruang publik. ini diperparah darah dagingnya sendiri. Suara Hal wasdengan reaksi pemerintah yang masih lambat was publik langsung memuncak dalam menangani isu-isu tersebut. begitu kasus tersebut dibacakan, Oleh karena itu, Lini menjelaskan bahwa menandakan memang kasus tersebut para demonstran menuntut lima tindakan begitu memprihatinkan. politik oleh negara, yakni (1) negara mengakui dan menuntaskan kasus kekerasan di masa lalu seperti Marsinah, (2) mencabut segala perundang-undangan, baik nasional maupun daerah yang mendiskriminasi puan, (3) mendorong regulasi yang melindungi puan, (4) mengakui keberagaman identitas gender dan
ULTI MAG Z
Issue N o . 81 27
Alasan Tetap Berjuang orientasi seksual, dan (5) menjalankan sistem berkeadilan gender yang mengedepankan Hak Asasi Manusia (HAM). Awalnya, gerakan berjalan lancar. Para demonstran yang terdiri dari puan, laki-laki, dan berbagai macam identitas gender mengangkat poster-poster dan meneriakkan jargon-jargon. Namun, kelihatannya para demonstran ini tidak bisa merasa aman di perkumpulannya sendiri. Hal ini dikarenakan kemunculan ‘sekutu’ (ally) yaitu demonstran dari Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI) pada pertengahan demonstrasi berlangsung. Memang, KASBI berfokus pada isu buruh puan. Bahkan, ketua umum KASBI, Nining Elitos menyuarakan bahwa para puan, termasuk kelompok orientasi seksual minoritas harus bersatu melawan kebijakan yang dinilai ngawur seperti RUU KK dan Omnibus Law. Sayangnya, beberapa demonstran KASBI tidak berpikiran sama. Mereka malah melecehkan para puan yang terlibat dengan memberikan komentar tidak pantas terhadap pakaian yang mereka kenakan. “Saya dengar dari kawan-kawan puan, ada kawan lain, kawan laki-laki yang mengomentari pakaian, cara berdandan puan. Komentarkomentar terhadap apa yang dipakai oleh kawan
81
82
SECTION:
431.471 kasus kekerasan terhadap puan di Indonesia
Seksual (RUU PKS) yang selama ini mereka perjuangkan. Alih-alih menjadi solusi, RUU KK terbukti menginvasi ranah privat warga negaranya sendiri dan cacat secara ilmiah. RUU yang dicetuskan pada Februari 2020 ini mewacanakan rehabilitasi bagi kelompok berorientasi homoseksual. Faktanya, menurut Pedoman Praktis Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) homoseksual bukanlah penyakit jiwa . Selain membahas RUU KK dan RUU PKS, Noval menceritakan ketidaksetaraan gender yang terjadi di kampusnya. Singkat kata, dalam berorganisasi, keberadaan puan masih dianggap di bawah laki-laki karena representasi mereka dikurangi dengan menurunkan opacity pada foto mereka, bahkan mengganti foto puan menjadi sekadar ilustrasi. Ia mengaku kecewa dengan respons yang didapat untuk menyelesaikan kasus yang terjadi. Namun, di samping kekecewaannya, Noval tetap optimis dengan apa yang ia lakukan sekarang. “Kita emang agak lelah, sih, kita maju selangkah, mundurnya tiga langkah, maju lagi, mundur lagi. Walaupun keadaannya seperti apapun masa kita enggak ngapa-ngapain, sih? Yang penting kita jalan dulu menyuarakan kita enggak setuju dengan apa yang ada saat ini.”
EVENT
Noval juga menambahkan, perlu waktu untuk optimis, tetapi gerakan seperti inilah yang dibutuhkan untuk mendapatkan keidealan dari isu kesetaraan gender di Indonesia. Ia akan terus menyuarakan apa yang menjadi kekhawatirannya sampai suaranya terdengar. Dua hari sebelum IWD berlangsung (06/03/20), Komnas Perempuan melaporkan Catatan Tahunan Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan salahMercure satu bentuk kekerasan, sadar (CATAHU) puan 2020adalah di Hotel Cikini. atau tidak sadar,” seru Lini melalui orasi dari atas Kekerasan terhadap puan meningkat mobil komando. “Apa pun pakaiannya, apa pun 6% dari tahun 2018. Sepanjang tahun warnanya, kita adalah Warga Negara Indonesia, 2019, tercatat sejumlah 431.471 kasus kita adalah rakyat yang melawan.” kekerasan terhadap puan terjadi di Mengapa tindakan mengomentari pakaian Indonesia.puan Ironisnya, pelakuadalah kekerasan sesungguhnya kekerasan? Salah satu demonstran di antara seksual adalah pacar (1320 kasus),kerumunan, mengangkat posterdan bertuliskan, ayah kandung (618 kasus), ayah tiri “Keep your policies off my body”. Melihat poster itu, & angkat (469 kasus) dari total 2.807 ULTIMAGZ memutuskan untuk meminta kasus. Salah satu kasus paling miris demonstran itu menceritakan apa yang adalah ketika seorangmembuat ayah kandung mendorongnya poster dengan pesan mendobrak kamar anaktubuh puannya tersebut. “Mengapa wanita itu diregulasi oleh negara?” jawabmemerkosa demonstran tersebut yang dengan intensi mencoba bernama Chen, pegawai swasta darah dagingnya sendiri. Suara was-yang pernah mengikuti Women’s March Jakarta pada tahun was publik langsung memuncak lalu. Menurutnya tubuh wanita seharusnya tidak begitu kasus tersebut dibacakan, dikriminalisasi oleh siapapun. “Kita manusia, menandakan memang kasus tersebut kita wanita, kenapa kita harus merasa bersalah begitu memprihatinkan. menjadi wanita?” tuturnya.
ULTI MAG Z
Issue N o . 27
Alasan Tetap Berjuang
83
83
84
SECTION:
431.471 kasus kekerasan terhadap puan di Indonesia
Seksual (RUU PKS) yang selama ini mereka perjuangkan. Alih-alih menjadi solusi, RUU KK terbukti menginvasi ranah privat warga negaranya sendiri dan cacat secara ilmiah. RUU yang dicetuskan pada Februari 2020 ini mewacanakan rehabilitasi bagi kelompok berorientasi homoseksual. Faktanya, menurut Pedoman Praktis Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) homoseksual bukanlah penyakit jiwa . Selain membahas RUU KK dan RUU PKS, Noval menceritakan ketidaksetaraan gender yang terjadi di kampusnya. Singkat kata, dalam berorganisasi, keberadaan puan masih dianggap di bawah laki-laki karena representasi mereka dikurangi dengan menurunkan opacity pada foto mereka, bahkan mengganti foto puan menjadi sekadar ilustrasi. Ia mengaku kecewa dengan respons yang didapat untuk menyelesaikan kasus yang terjadi. Namun, di samping kekecewaannya, Noval tetap optimis dengan apa yang ia lakukan sekarang. “Kita emang agak lelah, sih, kita maju selangkah, mundurnya tiga langkah, maju lagi, mundur lagi. Walaupun keadaannya seperti apapun masa kita enggak ngapa-ngapain, sih? Yang penting kita jalan dulu menyuarakan kita enggak setuju dengan apa yang ada saat ini.”
EVENT
sebagai ‘alternatif ’ Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS) yang Noval selama juga ini mereka menambahkan, perjuangkan. perluAlihwaktu alihuntuk menjadi optimis, solusi,tetapi RUU gerakan KK terbukti seperti menginvasi inilah yang ranah dibutuhkan privat warga untuk negara mendapatkan sendirinya dan keidealan cacat secara dari isu ilmiah. kesetaraan RUU yang gender dicetuskan di Indonesia. pada Februari Ia akan2020 terus ini mewacanakan menyuarakanrehabilitasi apa yangbagi menjadi kelompok kekhawatirannya berorientasi homoseksual. sampai suaranya Faktanya, terdengar. menurut Pedoman Praktis Dua Diagnosis hari sebelum Gangguan IWD berlangsung Jiwa (PPDGJ) (06/03/20), homoseksual Komnas bukanlah Perempuan penyakit jiwa . melaporkan SelainCatatan membahas Tahunan RUU Tentang KK dan Kekerasan RUU PKS, Terhadap Noval Perempuan menceritakan (CATAHU) ketidaksetaraan 2020 di Hotel gender Mercure yang Cikini. terjadi Kekerasan di kampusnya. terhadapSingkat puan meningkat kata, dalam 6% dari berorganisasi, tahun 2018. keberadaan Sepanjangpuan tahun masih 2019, dianggap tercatat di sejumlah bawah 431.471 laki-laki kasus karena kekerasan representasi terhadap mereka puan dikurangi terjadidengan di Indonesia. menurunkan Ironisnya, opacity pelaku pada kekerasan foto mereka, seksual bahkan adalah mengganti pacar foto (1320 puan kasus), menjadi ayahsekadar kandungilustrasi. (618 kasus), Ia mengaku dan ayahkecewa tiri & angkat dengan (469 respons kasus)yang dari total didapat 2.807 untuk kasus. menyelesaikan Salah satu kasus kasuspaling yangmiris terjadi. adalah Namun, ketikadi seorang sampingayah kekecewaannya, kandung mendobrak Noval tetap kamar optimis anak dengan puannya apa yang dengan ia lakukan intensi mencoba sekarang.memerkosa “Kita emang darah agak dagingnya lelah, sih, sendiri. kita maju Suara selangkah, waswasmundurnya publik langsung tiga langkah, memuncak maju lagi, begitu mundur kasus lagi. tersebut Walaupun dibacakan, keadaannya menandakan seperti apapun memang masa kasus kitatersebut gak ngapabegitu ngapain, memprihatinkan. sih? Yang penting kita jalan dulu menyuarakan kita gak setuju dengan apa yang ada saat ini.”
"Kalau saya berhenti, siapa yang akan berjuang?"
ULTI MAG Z
Issue N o . 27
85
“Selama aku bisa tetep jalan, aku akan tetep jalan. Kalau kita berhenti, siapa yang mau ngomong? Kita akan tertindas,” lanjut Chen. Pegawai swasta yang melingkarkan bendera pelangi di pinggangnya itu menganggap, aksi gerak bersama itu adalah tempat yang inklusif, terbuka untuk siapa saja, dan ruang bebas untuk menyatakan aspirasi. Melalui acara ini, berbagai kalangan puan, laki-laki, dan kelompok minoritas seksual berani menjadi diri mereka sendiri. “This is me, either you accept me or not. It’s okay to show yourself.” Motivasi Chen seolah bertelepati dengan para demonstran dan aktivis lainnya. Melalui banyak perbincangan, diketahui bahwa mereka sesungguhnya tahu kalau negara sering kali tidak mengindahkan keadilan gender dalam membuat kebijakan publik. Bahkan, negara mempunyai wacana berulang kali mengkriminalisasi mereka, seperti melalui RUU KK yang mengharuskan puan harus mengurus ranah domestik dan kelompok minoritas seksual direhabilitasi. Namun, banyak demonstran cenderung merasa optimis, atau lebih tepatnya harus optimis bahwa perjuangan mereka akan membawa hasil, bahwa suatu hari negara akan mendengarkan tuntutan mereka agar segera meregulasi kebijakan publik yang berkeadilan gender seperti RUU PKS. Dengan RUU PKS, semua orang, terutama puan yang menerima kekerasan seksual akan mempunyai akses agar dilindungi oleh negara. “Kalau saya berhenti, siapa yang akan berjuang?” ujar banyak demonstran ketika ditanya terkait apakah mereka optimis negara akan memenuhi tuntutan mereka.
85
86
EVENT
SECTION:
431.471 kasus kekerasan terhadap puan di Indonesia
Seksual (RUU PKS) yang selama ini mereka perjuangkan. Alih-alih menjadi solusi, RUU KK terbukti menginvasi ranah privat warga negaranya sendiri dan cacat secara ilmiah. RUU yang dicetuskan pada Februari 2020 ini mewacanakan rehabilitasi bagi kelompok berorientasi homoseksual. Faktanya, menurut Pedoman Praktis Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) homoseksual bukanlah penyakit jiwa . Selain membahas RUU KK dan RUU PKS, Noval menceritakan ketidaksetaraan gender yang terjadi di kampusnya. Singkat kata, dalam berorganisasi, keberadaan puan masih dianggap di bawah laki-laki karena representasi mereka dikurangi dengan menurunkan opacity pada foto mereka, bahkan mengganti foto puan menjadi sekadar ilustrasi. Ia mengaku kecewa dengan respons yang didapat untuk menyelesaikan kasus yang terjadi. Namun, di samping kekecewaannya, Noval tetap optimis dengan apa yang ia lakukan sekarang. “Kita emang agak lelah, sih, kita maju selangkah, mundurnya tiga langkah, maju lagi, mundur lagi. Walaupun keadaannya seperti apapun masa kita enggak ngapa-ngapain, sih? Yang penting kita jalan dulu menyuarakan kita enggak setuju dengan apa yang ada saat ini.�
Noval juga menambahkan, perlu waktu untuk optimis, tetapi gerakan seperti inilah yang dibutuhkan untuk mendapatkan keidealan dari isu kesetaraan gender di Indonesia. Ia akan terus menyuarakan apa yang menjadi kekhawatirannya sampai suaranya terdengar. Dua hari sebelum IWD berlangsung (06/03/20), Komnas Perempuan melaporkan Catatan Tahunan Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan (CATAHU) 2020 di Hotel Mercure Cikini. Kekerasan terhadap puan meningkat 6% dari tahun 2018. Sepanjang tahun 2019, tercatat sejumlah 431.471 kasus kekerasan terhadap puan terjadi di Indonesia. Ironisnya, pelaku kekerasan seksual adalah pacar (1320 kasus), ayah kandung (618 kasus), dan ayah tiri & angkat (469 kasus) dari total 2.807 kasus. Salah satu kasus paling miris adalah ketika seorang ayah kandung mendobrak kamar anak puannya dengan intensi mencoba memerkosa darah dagingnya sendiri. Suara waswas publik langsung memuncak begitu kasus tersebut dibacakan, menandakan memang kasus tersebut begitu memprihatinkan.
ULTI MAG Z
Issue N o . 27
87
88
SECTION:
SNAPSHOT photographer M Frizki Alfian
SNAPSHOT
ULTI MAG Z
Issue N o . 27
89
BUDAYA MAHASISWA BUDAYA MAHASISWA BUDAYA MAHASISWA Kalangan Mahasiswa turut mengikuti Women’s March Jakarta 2020 di depan kantor Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU), pada hari Minggu (08/03/2020).
KRITIS BUKAN SEKSIS KRITIS BUKAN SEKSIS KRITIS BUKAN SEKSIS
90
SECTION:
SNAPSHOT
ULTI MAG Z
91
Issue N o . 27
Masih banyaknya pelecehan yang terjadi di lokasi shooting membuat salah seorang peserta Women’s March Jakarta 2020 mengungkapkan ekspresinya, Jakarta (08/03/2020).
92
SECTION:
Banner yang dibentangkan di jembatan area kantor Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU), pada hari Minggu (08/03/202).
Semangat dan senyuman yang ditunjukan peserta Women’s March Jakarta 2020, pada hari Minggu (08/03/2020).
SNAPSHOT
ULTI MAG Z
Issue N o . 27
Pesan seorang peserta Women’s March Jakarta 2020 untuk para jurnalis, pada hari Minggu (08/03/2020).
93
No 27
MARCH-APRIL EDITION