ULTI MAG Z
S P EC I A L E D IT I ON
1
S ECT I O N :
minizine
Melawan
JEMU di Tatanan
June 2 0 2 0
KEHIDUPAN
BARU Special
Edition
M E L A WA N J E M U D I TATA N A N K E H I D U PA N B A R U
2
PENGAWAS
LEAD PHOTOGRAPHER
Ninok Leksono
Imaculata Agneta Felisitasya Manukbua Brian Nathaniel
DEWAN PEMBINA
Anisa Arifah
Fx. Lilik dwi Mardjianto Adi Wibowo Octaviano
PHOTOGRAPHER Amartya Kejora
DEWAN PENASIHAT
Androw Parama M
Samiaji Bintang
Caroline Saskia
Ignatius Haryanto
Christ Yvonne Jonathan Elisha Widirga
EDITORIAL PEMIMPIN UMUM Azhar Dwi Arinata
Frizki Alfian Kasyful Haq Kevin Oei Jaya Kyra Gracella Muhammad Dava Ferdiansyah
WAKIL PEMIMPIN UMUM
Veronica Novaria
Maria Soterini VIDEOGRAPHER PEMIMPIN REDAKSI
CONTRIBUTORS
La Bomba
Agatha Lintang Kinasih
VISUAL DESIGNER CREATIVE SUPERVISOR EDITOR
Tricia Wibisana
Agatha Lintang Kinasih Abel Pramudya Nugrahadi
ART DIRECTOR
Andi Annisa Ivana Putri
Steven Joe Angelia Suling
REPORTER Andrei Wilmar
LAYOUTER
Charlenne Kayla Roeslie
Dennise Nathalie
Frengky Tanto Wijaya
Michael Rainheart
Geiska Vatikan Isdy Jairel Danet Polii
ILLUSTRATOR
Jessica Elisabeth Gunawan
Eunike Agata
Louis Brighton Putramarvino
Ferdy Setiawan
Maria Helen Oktavia
Katryn Ivania
Nadia Indrawinata Sr. Angela Siallagan Thefanny Xena Olivia
MINIZINE
ULTI MAG Z
S P EC I A L E D IT I ON
S ECT I O N :
3
ED I TO R ' S N OT E
EDITOR'S NOTE SPECIAL EDITION: Melawan Jemu di Tatanan Kehidupan Baru
J u n e 2020 Is s ue
Perlu diakui, menjalani tahun 2020 tidaklah mudah. Terlebih wabah virus korona telah mengubah tatanan Cover Ilustration kehidupan kita. Dia masuk dan mengatur AngeliaruangSuling ruang pribadi: berdoa; belajar; bekerja. Sebelumnya, pemerintah telah menyerukan imbauan: #DiRumahAja, guna mencegah penularan virus ini. Maka, di tengah situasi yang penuh dengan ketidakpastian, muncul kecemasan akan hari esok. Belum lagi tumpang tindih peran rumah sebagai tempat untuk beristirahat, belajar, hingga bekerja. Pada edisi kali ini, ULTIMAGZ hadir dalam bentuk baru. Sebuah minizine yang bersifat lebih ringan dari segi pembahasan isi. Namun, tetap memberikan informasi yang berguna di tengah pandemi. Ultimates akan melihat kisah mereka yang harus tetap bekerja, bahkan menghadapi bahaya. Sampai akhirnya kita sadar, bahwa rasa jenuh selama #DiRumahAja merupakan salah satu bentuk
kemewahan yang hanya dinikmati sebagian orang. Meskipun pemerintah telah mengumumkan pedoman New Normal sebagai tatanan hidup baru, tetapi alangkah lebih baik untuk tetap #DiRumahAja. Maka, dalam rubrik lainnya membahas kegiatan yang bisa dilakukan di rumah. Serta langkah-langkah menjaga kesehatan fisik, mental, maupun stabilitas ekonomi dalam situasi pandemi. Akhirnya, kebersamaan untuk saling membantu serta kesadaran diri secara penuh adalah hal yang bisa menyelamatkan. Tetap #DiRumahAja.
Pemimpin Redaksi
Agatha Lintang
M E L A WA N J E M U D I TATA N A N K E H I D U PA N B A R U
MINIZINE
PENGAWAS
LEAD PHOTOGRAPHER
Ninok Leksono
Imaculata Agneta Felisitasya Manukbua Brian Nathaniel
DEWAN PEMBINA
Anisa Arifah
Fx. Lilik dwi Mardjianto PHOTOGRAPHER
Adi Wibowo Octaviano
Amartya Kejora DEWAN PENASIHAT
Androw Parama M
Samiaji Bintang
Caroline Saskia
Ignatius Haryanto
Christ Yvonne Jonathan
CONTENTS Elisha Widirga Frizki Alfian
EDITORIAL
3
Kasyful Haq Kevin Oei Jaya
PEMIMPIN UMUM
Kyra Gracella
Azhar Dwi Arinata
8
30
Sosok
Work(out) From Home
Muhammad Dava Ferdiansyah
WAKIL PEMIMPIN UMUM
Editor'sVeronica Note Novaria
Maria Soterini VIDEOGRAPHER PEMIMPIN REDAKSI
CONTRIBUTORS
Agatha Lintang Kinasih
La Bomba
48 52 56 VISUAL DESIGNER
EDITOR
CREATIVE SUPERVISOR Event Rawat Raga Tricia Wibisana
Agatha Lintang Kinasih Abel Pramudya Nugrahadi Andi Annisa Ivana Putri
ART DIRECTOR
74 78 Steven Joe
Angelia Suling
REPORTER Andrei Wilmar Charlenne Kayla Roeslie Frengky Tanto Wijaya
LAYOUTER
Virtual Dennise Nathalie Snapshot Photoshoot Michael Rainheart
Geiska Vatikan Isdy Jairel Danet Polii
ILLUSTRATOR
Jessica Elisabeth Gunawan
Eunike Agata
Louis Brighton Putramarvino
Ferdy Setiawan
Maria Helen Oktavia
Katryn Ivania
Nadia Indrawinata Sr. Angela Siallagan Thefanny Xena Olivia
Rapi - Rapi
ULTI MAG Z
S P EC I A L E D IT I ON
S ECT I O N :
ED I TO R ' S N OT E
EDITOR'S NOTE
34 38 44 Cocok Tanam
Kerajinan Tangan
Olah Bahan
60 64 70 Pets
Suaka Kelola Uang Ketenangan Perlu diakui, menjalani tahun 2020 tidaklah mudah. Terlebih wabah virus korona telah mengubah tatanan kehidupan kita. Dia masuk dan mengatur ruangruang pribadi: berdoa; belajar; bekerja. Sebelumnya, pemerintah telah menyerukan imbauan: #DiRumahAja, guna mencegah penularan virus ini. Maka, di tengah situasi yang penuh dengan ketidakpastian, muncul kecemasan akan hari esok. Belum lagi tumpang tindih peran rumah sebagai tempat untuk beristirahat, belajar, hingga bekerja. Pada edisi kali ini, ULTIMAGZ hadir dalam bentuk baru. Sebuah minizine yang bersifat lebih ringan dari segi pembahasan isi. Namun, tetap memberikan informasi yang berguna di tengah pandemi. Ultimates akan melihat kisah mereka yang harus tetap bekerja, bahkan menghadapi bahaya. Sampai akhirnya kita sadar, bahwa rasa jenuh selama #DiRumahAja merupakan salah satu bentuk
kemewahan yang hanya dinikmati sebagian orang. Meskipun pemerintah telah mengumumkan pedoman New Normal sebagai tatanan hidup baru, tetapi alangkah lebih baik untuk tetap #DiRumahAja. Maka, dalam rubrik lainnya membahas kegiatan yang bisa dilakukan di rumah. Serta langkah-langkah menjaga kesehatan fisik, mental, maupun stabilitas ekonomi dalam situasi pandemi. Akhirnya, kebersamaan untuk saling membantu serta kesadaran diri secara penuh adalah hal yang bisa menyelamatkan. Tetap #DiRumahAja.
Pemimpin Redaksi
Agatha Lintang
M E L A WA N J E M U D I TATA N A N K E H I D U PA N B A R U
PENGAWAS
LEAD PHOTOGRAPHER
Ninok Leksono
Imaculata Agneta Felisitasya Manukbua Brian Nathaniel
DEWAN PEMBINA
Anisa Arifah
Fx. Lilik dwi Mardjianto Adi Wibowo Octaviano
PHOTOGRAPHER Amartya Kejora
DEWAN PENASIHAT
Androw Parama M
Samiaji Bintang
Caroline Saskia
Ignatius Haryanto
Christ Yvonne Jonathan Elisha Widirga
EDITORIAL PEMIMPIN UMUM Azhar Dwi Arinata
Frizki Alfian Kasyful Haq Kevin Oei Jaya Kyra Gracella Muhammad Dava Ferdiansyah
WAKIL PEMIMPIN UMUM
Veronica Novaria
Maria Soterini VIDEOGRAPHER PEMIMPIN REDAKSI
CONTRIBUTORS
La Bomba
Agatha Lintang Kinasih
VISUAL DESIGNER CREATIVE SUPERVISOR EDITOR
Tricia Wibisana
Agatha Lintang Kinasih Abel Pramudya Nugrahadi
ART DIRECTOR
Andi Annisa Ivana Putri
Steven Joe Angelia Suling
REPORTER Andrei Wilmar
LAYOUTER
Charlenne Kayla Roeslie
Dennise Nathalie
Frengky Tanto Wijaya
Michael Rainheart
Geiska Vatikan Isdy Jairel Danet Polii
ILLUSTRATOR
Jessica Elisabeth Gunawan
Eunike Agata
Louis Brighton Putramarvino
Ferdy Setiawan
Maria Helen Oktavia
Katryn Ivania
Nadia Indrawinata Sr. Angela Siallagan Thefanny Xena Olivia
MINIZINE
ULTI MAG Z
S P EC I A L E D IT I ON
S ECT I O N :
ED I TO R ' S N OT E
EDITOR'S NOTE
Perlu diakui, menjalani tahun 2020 tidaklah mudah. Terlebih wabah virus korona telah mengubah tatanan kehidupan kita. Dia masuk dan mengatur ruangruang pribadi: berdoa; belajar; bekerja. Sebelumnya, pemerintah telah menyerukan imbauan: #DiRumahAja, guna mencegah penularan virus ini. Maka, di tengah situasi yang penuh dengan ketidakpastian, muncul kecemasan akan hari esok. Belum lagi tumpang tindih peran rumah sebagai tempat untuk beristirahat, belajar, hingga bekerja. Pada edisi kali ini, ULTIMAGZ hadir dalam bentuk baru. Sebuah minizine yang bersifat lebih ringan dari segi pembahasan isi. Namun, tetap memberikan informasi yang berguna di tengah pandemi. Ultimates akan melihat kisah mereka yang harus tetap bekerja, bahkan menghadapi bahaya. Sampai akhirnya kita sadar, bahwa rasa jenuh selama #DiRumahAja merupakan salah satu bentuk
kemewahan yang hanya dinikmati sebagian orang. Meskipun pemerintah telah mengumumkan pedoman New Normal sebagai tatanan hidup baru, tetapi alangkah lebih baik untuk tetap #DiRumahAja. Maka, dalam rubrik lainnya membahas kegiatan yang bisa dilakukan di rumah. Serta langkah-langkah menjaga kesehatan fisik, mental, maupun stabilitas ekonomi dalam situasi pandemi. Akhirnya, kebersamaan untuk saling membantu serta kesadaran diri secara penuh adalah hal yang bisa menyelamatkan. Tetap #DiRumahAja.
Pemimpin Redaksi
Agatha Lintang
M E L A WA N J E M U D I TATA N A N K E H I D U PA N B A R U
SOSOK
8
MINIZINE
MELAYANI JEMAAT DI TENGAH PANDEMI Penulis
Frengky Tanto Wijaya, Jairel Danet Polii, Maria Helen Oktavia
ULTI MAG Z
S P EC I A L E D IT I ON
Pandemi virus korona bisa dikatakan menjadi salah satu masa tersulit dekade ini. Selain menyerang kesehatan, perekonomian dan aspek lain pun turut terkena imbasnya. Sebabnya, banyak pekerja yang harus terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara sepihak. Di lain sisi, bagi mereka yang masih diberi kesempatan bekerja, tentu ini menjadi hal dilematis karena harus dihadapkan dengan risiko tertular virus di tempat kerja. Wabah pandemi yang telah melanda dunia juga merubah cara kita untuk bekerja. Seruan Work From Home (WFH) menjadi pengingat bagi pekerja lapangan untuk sejenak berhenti bekerja dari lapangan. Namun, tentu saja ada pengecualian bagi profesi tertentu. Ellen Irma Tamunu, pendeta dari gereja GPIB Pelita Jakarta Timur, mencoba berbagi kisahnya kepada Ultimagz selama melayani jemaat gereja di tengah pandemi ini. LIKA LIKU PELAYANAN KALA WABAH Akibat penyebaran infeksi virus korona yang semakin meluas, DKI Jakarta dan beberapa kota lain kini menerapkan aturan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Selama PSBB, masyarakat diimbau untuk tidak keluar rumah dan melaksanakan kegiatan belajar, bekerja, bahkan beribadah secara jarak jauh. “Ini menjadi tantangan yang berat bagi kami. Kebetulan, gereja kami masuk ke daftar isolasi, jadi tidak bisa digunakan sama sekali bahkan untuk sekadar melakukan ibadah online. Jujur, kami cukup bingung karena ada banyak umat yang harus dilayani setiap minggunya,” ujar Ellen. Ellen mengaku, pihak gereja sempat kewalahan dalam mencari tempat untuk melakukan ibadah
S ECT I O N :
SOSOK
daring. Selain karena banyaknya gedung sewa yang ditutup, mereka juga memiliki perlengkapan yang minim karena semua berada di dalam gereja. Ia sempat mengadakan ibadah online di salah satu rumah jemaat pada minggu pertama PSBB. Namun, setelah evaluasi, ia memutuskan untuk mencari tempat ibadah baru. Banyak hal yang dipertimbangkan, tetapi yang paling penting adalah mencoba untuk menjaga kekondusifan warga sekitar di tempat jemaat tinggal. Ellen khawatir, nantinya jemaat mendapatkan komplain akibat melakukan perkumpulan pada masa PSBB ini. “Dalam satu kali ibadah online dibutuhkan kurang lebih 15 orang pelayan. Mulai dari pendeta, pengurus, pemain musik, hingga teknisi multimedia. Jadi kami pikir perlu untuk mencari tempat yang tidak menimbulkan rasa ancaman bagi masyarakat sekitar akibat COVID-19,” ujarnya. Meskipun sulit, pihak gereja akhirnya berhasil mendapatkan tempat setelah diberi izin oleh pihak Taman Mini Indonesia Indah (TMII) untuk menggunakan gedung Gereja Kristen Haleluya. Sebelum memulai ibadah daring, para petugas harus melakukan beberapa prosedur keselamatan. Mulai dari pengecekan suhu tubuh, penyemprotan cairan desinfektan, hingga menggunakan hand sanitizer. Selain ibadah umum mingguan, Ellen menyatakan bahwa beberapa kategori ibadah, seperti ibadah sektor, keluarga, pelayanan anak, dan lainnya dilakukan secara live streaming tanpa terkecuali. “Petugas ibadah mendapat rotasi setiap minggunya, tetapi saya tidak. Itu merupakan bagian dari tanggung jawab saya kepada jemaat,” tambah Ellen.
9
10
M E L A WA N J E M U D I TATA N A N K E H I D U PA N B A R U
MINIZINE
Berbagi di Tengah Kesulitan
Gereja-gereja tampak lengang, bahkan sepi pada masa pandemi sekarang ini. Mengurangi jumlah pertemuan dan jemaat yang hadir dalam ibadah-ibadah konvensional memang merupakan tanggung jawab sosial bagi semua masyarakat. Protokol ibadah secara ketat dilaksanakan guna mengantisipasi penularan virus korona. Namun, pelayanan kepada jemaat masih harus diteruskan. “Kami ini bukan pekerja, tapi pelayan. Melayani gereja adalah sebuah panggilan, maka sudah seharusnya kami melayani umat dan masyarakat yang ada. Apalagi pada masa sulit seperti sekarang, tentu dukungan materi dan moral perlu kami lakukan,� ujar Ellen. Ellen menyatakan bahwa bakti sosial (baksos) gelombang pertama telah ia upayakan bagi jemaat mereka yang terkena dampak virus korona. Sebagai inisiator, ia tak menyangka mendapatkan respons yang positif sehingga kegiatan bisa segera terlaksana. Gelombang kedua sendiri akan dilaksanakan pada minggu kedua April. Pada gelombang pertama, ia dan pihak gereja berhasil mengumpulkan donasi senilai kurang lebih 50 juta rupiah dalam bentuk uang dan barang. Donasi itu didistribusikan ke sekitar 150 kepala keluarga dalam bentuk sembako dan kebutuhan rumah tangga, seperti beras, minyak, gula, telur, makanan instan, sabun mandi, sabun cuci piring, sabun lantai, dan detergWen.
Ellen tak akan berhenti sampai di sini. Ia berencana untuk membantu bukan hanya warga jemaat gereja saja, melainkan juga bagi masyarakat sekitar. Memang tidak mudah, tetapi ia percaya di dalam setiap kesusahan selalu ada harapan yang mengikutinya asalkan kita mau percaya. “Saya berharap seluruh lapisan masyarakat saling bahu-membahu dalam melawan virus ini. Bagi kita yang berkecukupan mungkin dapat memberikan sedikit berkatnya kepada mereka yang membutuhkan. Bagi mereka yang belum bisa, mari kita bantu dengan tetap tinggal di rumah sampai masa PSBB ini usai. Ellen juga menambahkan untuk tidak membiarkan mereka yang mengalami kesulitan. “Jangan biarkan teman-teman kita yang kesulitan merasa sendiri. Oleh karena itu, mari kita lawan dan hendaknya menang bersama-sama,� pungkasnya.
ULTI MAG Z
S P EC I A L E D IT I ON
S ECT I O N :
SOSOK
“Kami ini bukan pekerja, tapi pelayan. Melayani gereja adalah sebuah panggilan, maka sudah seharusnya kami melayani umat dan masyarakat yang ada. Apalagi pada masa sulit seperti sekarang, tentu dukungan materi dan moral perlu kami lakukan.�
11
M E L A WA N J E M U D I TATA N A N K E H I D U PA N B A R U
SOSOK
12
MINIZINE
CATATAN JURU RAWAT PEJUANG PANDEMI KORONA Penulis
Jessica Elisabeth Gunawan, Geiska Vatikan Isdy, Thefanny
ULTI MAG Z
S P EC I A L E D IT I ON
Semenjak virus korona ditetapkan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), awal tahun 2020 menjadi masa yang sulit untuk semua orang, terlebih lagi tenaga kesehatan. Sebagai garda terdepan, tenaga kesehatan merupakan pekerjaan yang rentan dan berisiko tinggi terpapar virus korona. Selain memerhatikan kesehatan pasien, mereka juga harus menjaga kesehatan masing-masing. Seperti halnya yang dirasakan oleh Rosdiana Diah Paramita. Perempuan yang akrab dipanggil Ana ini merupakan perawat yang bertugas di ruang Intensive Care Unit (ICU) khusus Pasien Dalam Pemantauan (PDP) dan positif korona di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati, Jakarta Selatan. Saat ditugaskan untuk menjadi tenaga medis, Ana mengungkapkan awalnya takut untuk mengatasi pasien korona. “Awalnya takut banget. Secara gitu kan liat di berita, orang bisa pingsan berjatuhan di jalanan. Tapi setelah izin orang tua, dan sarpras (sarana dan prasarana) yang cukup mumpuni dari rumah sakit, akhirnya mantap hati buat setuju jadi petugas (yang menangani) COVID,” ujar Ana Ana biasanya melaksanakan tugasnya dengan sif selama dua pekan. Setelah selesai, tenaga kesehatan wajib untuk melakukan rapid test. Sebenarnya, ketika hasil tes yang diberikan negatif, Ana bisa pulang menemui keluarganya di rumah selama 2–3 hari. Namun, karena rumah sakit tempat ia bekerja menjadi salah satu rumah sakit rujukan,
S ECT I O N :
SOSOK
sudah satu bulan ia tidak berani pulang ke rumah. “Tempat menginap tenaga kesehatan COVID kebanyakan di hotel. Namun, beberapa (termasuk aku) lebih nyaman tidur di rumah sakit. Aku menempati gedung baru, jadi di gedung itu kosong dan enggak ada pasiennya. Aman kok, karena mandi dan mementingkan higienis selalu nomor satu. Tapi karena pasien COVID terus bertambah, aku juga lagi siap-siap untuk pindah ke hotel sih,” ujarnya. Apabila Ana tidak pulang ke rumah, ia harus tidur di rumah sakit. Namun, beberapa tenaga medis lainnya ada yang memilih untuk menginap di hotel yang telah diatur oleh pihak rumah sakit. Melanjutkan penjelasan Ana, saat ini tenaga kesehatan RSUP Fatmawati menempati hotel Swissbell, RedDoorz Blok M, dan RedDoorz Thamrin yang disediakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Selama pandemi Ana selalu menerapkan kebersihan. Mandi sebelum dan sesudah dinas menjadi sebuah keharusan. Selain itu, untuk hal kecil seperti memegang gagang pintu pun, Ana selalu mencuci tangan. Sebagai tenaga medis, sudah sebulan perawat yang berumur 25 tahun tersebut belum bertemu keluarga. Ia hanya bisa melakukan panggilan video atau menelpon ke rumah. “Ini kebetulan lagi pulang kedua dan bisa puasa pertama di rumah. Alhamdulillah, hehe,” katanya saat diwawancara tim Ultimagz lewat Whatsapp.
13
14
M E L A WA N J E M U D I TATA N A N K E H I D U PA N B A R U
MINIZINE
“Justru pasien yang berani periksa diri ke rumah sakit, berani isolasi diri di rumah, harus diapresiasi, dan di-support biar tetap semangat dan senang agar imunnya bagus.” Beberapa kejadian membuat Ana sempat sedih melihat keadaan virus korona yang meluas dan memakan banyak korban jiwa. Salah satu pengalaman yang membuatnya meneteskan air mata adalah ketika melihat jenazah pasien korona tidak bisa dikunjungi oleh keluarga. Belum lagi, pemakamannya pun harus melewati beberapa prosedur dari rumah sakit. Proses pemakaman jenazah harus dibungkus terlebih dahulu, kemudian dimasukkan ke dalam peti, dan yang terakhir dibungkus lagi. “Pertama kali aku nangis pas lihat pengurusan jenazah di depan mata sendiri. Keluarga dari jenazah tersebut enggak boleh pegang dan cuma lihat dari CCTV aja. Jenazahnya disalatkan dan tayamum bersama perawat yang menggunakan hazmat,” ungkapnya. Selain menyaksikan langsung kejadian yang menyedihkan, Ana juga menceritakan pengalaman mengharukannya kepada tim Ultimagz saat menjadi perawat di ICU. Pengalaman itu adalah ketika mengantar salah satu pasien yang berhasil pulih dan bisa pulang ke rumah untuk menjalani isolasi mandiri. Menurutnya, mindset dan support system
adalah hal penting yang harus diterapkan saat bertugas dalam pandemi ini. Dengan melakukan kegiatan bersama rekan kerja bisa membuat dirinya merasa tidak sendirian. “Mindset dan support system perlu banget. Biasanya yang dilakukan itu makan bareng, nonton film bareng, tidur rame-rame, foto-foto, bahkan coret-coret hazmat untuk menulis pesan buat memberi semangat.” SARANA & PRASARANA KEBIJAKAN PEMERINTAH Dilansir dari kompas.com , hingga Rabu (06/05/20) Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid 19 mencatat 55 tenaga kesehatan meninggal dunia karena positif korona. Dari 55 tenaga kesehatan di antaranya 38 dokter dan 17 perawat. Namun, Ana mengatakan hingga saat ini tidak ada tenaga kesehatan yang terinfeksi virus korona di RSUP Fatmawati. Rumah sakit tempat Ana bekerja telah menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa hazmat dan masker yang mencukupi kebutuhan tenaga kesehatan, hanya saja saat ini ketersediaan face shield dan kacamata goggle mulai menipis.
ULTI MAG Z
S P EC I A L E D IT I ON
Ana juga mengatakan, RSUP Fatmawati tidak kekurangan tenaga medis, tetapi perawat yang baru saja dipindahkan ke ICU khusus menangani pasien positif korona kurang memiliki pengalaman bekerja di critical care unit sehingga mengharuskan untuk belajar selagi bekerja. Tindakan pemerintah untuk mencegah penyebaran virus korona melalui Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dinilai sudah cukup efektif oleh Ana. Namun, pemerintah cukup lamban dalam melakukan pencegahan. “Enggak paham kenapa pemerintah enggak melakukan lockdown untuk periode tertentu, kok kesannya lambat sekali untuk pemutusan peraturan terkait COVID ini. Namun, pasti banyak pertimbangan karena netizen +62 sangat beragam.�
S ECT I O N :
SOSOK
15
16
M E L A W A N J E M U D I TSAETCATNI O AN N: K E H I D U P A N B A R U
MINIZINE
Perilaku MENGGERAMKAN Masyarakat Selama Pa Walaupun sudah bekerja di garis terdepan melawan virus korona, tenaga kesehatan Indonesia kerap mendapat stigma negatif dari masyarakat. Ana sendiri tidak mendapatkan perlakuan seperti ini, tetapi hal tersebut dialami beberapa teman dan seniornya. Perawat RSUP Fatmawati ini berharap agar masyarakat lebih peduli dan cerdas sebelum menilai tenaga medis. “Ya aku sih berharap masyarakat lebih aware dan cerdas akan hal ini, dan semoga aja oknum provokatornya sehat selalu, jadi enggak perlu ketemu tenaga medis, yah. Semoga masyarakat juga bisa banyak belajar dari ironisnya kasus jenazah perawat RS Kariadi,� kata Ana. Dikutip dari kompas.com, juru bicara pemerintah untuk Penanganan Virus Korona Achmad Yurianto mengatakan bahwa jenazah pasien korona ditangani sesuai standar operasional prosedur COVID-19. Pun pemerintah melalui situs indonesia.go.id telah memuat protokol penguburan jenazah pasien korona.
Dalam protokol tersebut, segala upaya telah dilakukan agar virus yang ada di dalam tubuh jenazah tetap ada di dalamnya. Jenazah yang sudah dimandikan lalu dikafani dan dibungkus plastik, setelah itu dimasukan ke kantong jenazah sebelum masuk ke peti dan nantinya akan dibungkus dengan plastik kembali. Petugas juga diwajibkan menyemprotkan cairan desinfektan di bagian luar kantong jenazah dan plastik peti. Mirisnya, pasien yang positif korona pun tak luput dari stigma negatif. Ana turut sedih untuk mereka yang mendapat perlakuan negatif dari lingkungan sekitarnya. “Justru pasien yang berani periksa diri ke rumah sakit, berani isolasi diri di rumah, harus diapresiasi, dan di-support biar tetap semangat dan senang agar imunnya bagus,� ungkapnya. Walau tak terlihat, bukan berarti virus korona tidak berbahaya. Virus ini menyebar melalui droplets dan menyerang sistem pernapasan manusia. Maka dari itu, penting bagi masyarakat
ULTI MAG Z
Issue S P ECNI A o .L21E D IT I ON
S ECT I O N :
SOSOK
andemi untuk menghindari keramaian dan tetap tinggal di rumah. Ana menekankan, semua orang perlu protektif terhadap dirinya masing-masing dan rumah menjadi tempat paling aman saat ini. “Pokoknya sekali keluar rumah, risiko terpapar akan berkali-kali lipat. Sebisa mungkin atur strategi biar bener-bener bisa di rumah aja,” tambahnya. Meskipun sudah ada berbagai ajakan untuk berdiam diri di rumah selama pandemi ini, masih ada masyarakat yang keluar rumah bahkan untuk berlibur. Perawat RSUP Fatmawati ini mengimbau orang-orang yang masih sering kali ke luar rumah untuk segera mencari informasi mengenai virus korona lewat televisi atau YouTube. “Lihat gimana parahnya COVID di Perancis, lihat Ekuador yang sampai enggak tahu mau kubur jenazah COVID di mana saking banyaknya, lihat juga Wuhan yang disiplin dan akhirnya bisa bebas korona. Tolong lihat, jangan sampai ngerasain sendiri jadi pasien COVID. Jangan sampe,” tutup Ana.
Photo
Adli Wahid from Unsplash
17
M E L A WA N J E M U D I TATA N A N K E H I D U PA N B A R U
SOSOK
18
MINIZINE
KALAHKAN KERAGUAN, PANGGILAN NURANI ANTARKAN TALITHA JADI RELAWAN Penulis
Xena Olivia, Sr. Angela Siallagan, Nadia Indrawinata
ULTI MAG Z
S P EC I A L E D IT I ON
Dengan perasaan ragu, Talitha Salsabila, mahasiswa jurusan gizi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan (Poltekkes) Jakarta II mencoba mengetik namanya di kolom pendaftaran menjadi relawan di Wisma Atlet Kemayoran (WAK). Maju dan mundur, beberapa kali Talitha menghapus dan mengetik namanya kembali. Hingga akhirnya, dia memantapkan pilihannya untuk terjun langsung membantu pasien COVID-19 di episentrumnya. Talitha mendapat kesempatan ini melalui Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (BPPSDM) Kesehatan yang meminta bantuan kampusnya. Prosedurnya hanya mendaftar, menyerahkan berkas-berkas (surat pernyataan sehat, tidak merokok, izin wali, BPJS), ikut webinar selama dua hari, dan langsung berangkat ke WAK. “Awalnya kasih tahu ke orang tua. ‘Bu aku mau ikut ya ke WAK’. Terus kayak, ‘Heh, ngapain malah nyerahin diri ke sarang?’ katanya gitu ‘kan,” ceritanya saat diwawancara oleh tim ULTIMAGZ melalui saluran telepon. Pilihan Talitha sempat maju mundur karena menunggu keputusan teman-temannya. Awalnya ada dua orang teman yang berniat untuk mendaftar bersamanya. Namun, salah satunya tidak datang saat seminar pembekalan. Sementara satu yang lain ‘menghilang’ setelah mengikuti seminar. Alhasil, Talitha pun terjun ke lapangan sendirian.
S ECT I O N :
SOSOK
KERAGUAN DATANG KEMBALI Seminar pembekalan dilakukan selama dua hari, yakni pada 20 hingga 21 Maret 2020. Hari pertama webinar dilaksanakan, Talitha berangkat ke kampus tanpa memikirkan ongkos. Baginya saat itu, yang penting sampai dengan cepat karena angkutan umum yang sepi dan adanya pembatasan penumpang. “Terus ya karena parno akhirnya dikit-dikit cuci tangan, (pakai) hand sanitizer,” tuturnya. Keesokan harinya, seminar pembekalan dilaksanakan di rumah masing-masing. Materinya berisi gambaran perlakuan, tindakan bagi pasien yang terinfeksi, dan protokol penanganan pasien. Pada tanggal 22 April, para relawan berkumpul di The Media Hotel & Towers untuk acara pembukaan. Mereka diberi gambaran mengenai makanan, fasilitas yang diberikan, dan jaminan kesehatan seperti diberikannya rapid test seminggu sekali. Pada acara tersebut, juga hadir Menteri Kesehatan Agus Terawan dan memberi masukan di hadapan para relawan yang sebentar lagi akan berangkat ke WAK. Setelah diantar ke lokasi, terdapat pengarahan dari Polisi dan TNI tentang aturan keluar masuk red zone atau yang dikenal juga sebagai wilayah pasien.
19
M E L A WA N J E M U D I TATA N A N K E H I D U PA N B A R U
20
Photo
Dokumentasi Pribadi
MINIZINE
ULTI MAG Z
S P EC I A L E D IT I ON
S ECT I O N :
Terdengar salah satu pembicara meneriakkan beberapa kalimat kepada para relawan, “siap enggak 28 hari di sini? Kalau enggak, kalau cuman mau tiga hari, mau sebentar, silakan pulang ke rumah masing-masing. Enggak usah ke sini.” Kalimat itu diutarakan di hadapan mereka semua. Realita datang bagaikan petir. Mahasiswa itu pun merasa tertampar, tugas yang akan mereka jalani bersama itu berat. Lagi-lagi, ombak keraguan datang. Kondisi ini bukan main seriusnya. “Sempat merasa khawatir dan perasaan ragu muncul lagi karena sudah dihadapkan dengan kondisi yang serius. Namun, teman-teman juga memberi dukungan sehingga semakin yakin. Malamnya tidak bisa tidur, baru tidur jam satu subuh,” cerita Talitha. Tanggal 23 April tidak menjadi lebih baik. Ketika sampai di area, Talitha tidak bisa membendung tangisannya. Namun, ia tetap berusaha untuk terlihat kuat dan menyembunyikannya. Malu nanti, orang-orang akan tahu bahwa dia ditelan rasa takut.
SOSOK
21
Hari pertama berada di tempat yang asing memang bukan sesuatu yang mudah. Roma tidak dibangun dalam sehari, ia harus berusaha untuk beradaptasi. Perasaan ragu dan takut kemarin pun sebenarnya belum hilang, justru menguat. Pun demikian, Talitha berkata bahwa mulai dari hari kedua, dirinya sudah mulai merasa kerasan. Kekhawatiran tentu tetap ada. Seperti ukuran virus yang tidak kelihatan sehingga para relawan tetap harus bersikap siaga terhadap lingkungan mereka. Walaupun area WAK sudah dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu green zone untuk tempat masak dan penyimpanan sumbangan, yellow zone tempat istirahat tenaga medis, menaruh makanan, perantara antara green zone, dan terakhir red zone yang merupakan area pasien. “Jadi, kayak kita enggak tahu aja temen kita itu carrier atau enggak. Udah tanpa sengaja kena atau enggak,” kata Talitha.
M E L A WA N J E M U D I TATA N A N K E H I D U PA N B A R U
22
MINIZINE
PARA RELAWAN GIZI SIAPKAN NUTRISI
Photo
Dokumentasi Pribadi
ULTI MAG Z
S P EC I A L E D IT I ON
Sebagai mahasiswa jurusan gizi, Talitha bertugas sebagai relawan di bagian gizi. Mereka mempunyai Proses Asuhan Gizi Terstandar dan seharusnya mewawancara pasien, seperti apa makanan yang biasa dikonsumsi pasien dan sebagainya. Tugas relawan gizi adalah mengulas tentang pola makan sang pasien, kemudian membuat menu dietnya. Namun, karena para relawan belum memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) dan perbandingan antara pasien infeksius dan ahli gizi yang tidak seimbang, akhirnya para relawan gizi pun membantu di dapur. “Batch satu itu cuma ada delapan orang, udah sama relawan. Jadi enggak mungkin banget kita handle 300 sekian (pasien) dengan hanya delapan orang (relawan), yang ada kita collapse. Akhirnya kita mundur ke dapur. Di situ kita pegang MSPM, itu Manajemen Sistem Penyelenggaraan Makanannya, terus quality control-nya, terus kita ngebuatin dietnya juga. Jadi, kegiatannya itu yang pertama kayak buat instrumen gizinya. Siklus menu, standar porsi, terus nilai gizinya, hygiene sanitasinya, kayak kekuatan pasiennya berapa, berapa makanan yang harus dibuat,” jelas Talitha. Tak hanya tempat tidur dan makan, terdapat fasilitas lain yang disediakan untuk refreshing (relawan), seperti tempat karaoke dan tempat pijat. Talitha mengaku merasa beruntung karena area yang didapatkannya untuk beristirahat merupakan area bekas tempat atlet untuk ASEAN Para Games, sehingga ruangannya lebih luas. Tak hanya itu, Talitha juga senang karena bisa mendapatkan hand sanitizer dan masker dengan mudah.
S ECT I O N :
SOSOK
Tidak ada hari yang terlewatkan tanpa kata ‘sibuk’. Pekerjaannya dimulai dari pukul dua subuh dan baru selesai pukul empat sore. Ketika sudah siap untuk bekerja, APD harus selalu ada di tubuh, tergantung zona tempat bekerja relawan. Talitha hanya bertugas sampai green zone, maka cukup hanya menggunakan masker. Namun, bukan itu saja yang harus dilakukan Talitha. Keluar masuk kamar harus cuci tangan, vitamin yang diberikan harus diminum, dan makanan hanya disediakan yang Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP). “Jadi, kalau itu makanan—enak atau nggak— harus dihabiskan. Bosen enggak bosen, harus habis. Enggak ada tuh yang namanya diet-diet lagi. Udah yang penting makan, jangan sampe sakit,” tambah Talitha. Meskipun tugas yang Talitha kerjakan berat dan harus patuh dengan segala prosedurnya, ia mengaku bahwa sedari awal sudah yakin dan ikhlas untuk menjadi relawan. Bahkan, ketika kasus virus korona baru mulai melonjak naik, ia bertanya-tanya apakah akan ada kesempatan untuk menjadi relawan. “Jadi pas COVID ini tiba-tiba membludak di Jakarta, posisinya lagi PKL di puskesmas. Itu di mana-mana selalu sosialisasi perihal COVID, cuci tangan. Sempet berpikir kayak ‘Ih ini ada enggak sih bakal relawan’. Mau aja gitu, kalau misalkan ditarik puskesmas nanti mau ngapain? Kok kayaknya nggak ada kerjaan gitu. Talitha mengungkapkan,
"Dengerin temen-temen yang stay at home kayaknya bosen banget. Ada kesempatan ini langsung kayak ‘aduh nggak bisa ini di rumah’, mending langsung ikut aja sekalian.”
23
M E L A WA N J E M U D I TATA N A N K E H I D U PA N B A R U
SOSOK
24
SERIBU KATA WILLY KURNIAWAN JADI SAKSI LENSA KONDISI PANDEMI Penulis
Andrei Wilmar, Charlenne Kayla Roeslie, Louis Brighton Putramarvino
Dokumentasi
Willy
MINIZINE
ULTI MAG Z
S P EC I A L E D IT I ON
Seorang laki-laki memegang kamera dan kerap memerhatikan suasana Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pondok Ranggon pada Jumat (03/04/20). Dia tidak pernah membayangkan suara tangisan orang-orang yang kehilangan anggota keluarga akan mengisi daftar kegiatannya pada hari itu. Mengelilingi dunia luar selama pandemi sudah mengantarkannya kepada bermacam-macam pengalaman menarik, karena dia mengerjakan salah satu dari banyak pekerjaan yang tidak bisa dilakukan di rumah. Willy Kurniawan adalah seorang pewarta foto dari kantor berita asing biro Jakarta. Pandemi virus korona ini memang berbahaya, pemerintah pun sudah mengimbau masyarakat untuk tetap berada di rumah. Namun, sangat disayangkan profesinya sebagai telinga dan mata masyarakat tidak bisa diabaikan. Terinfeksi virus korona bukan sesuatu yang dikhawatirkan Willy. Dia masih muda dan tidak memiliki penyakit bawaan, potensi untuk terjangkit sangatlah minim. Willy justru lebih takut jika dirinya memperpanjang rantai penyebaran virus korona. Dia takut membawa virus ini kepada orang-orang yang ditemuinya di luar sana. “Ya, saya masih umur 20-an masih kuat. Saya lebih takut nularin ke orang lain. Ya, tapi mau bagaimana? Masyarakat perlu tahu. Lagipula yang terpenting adalah jangan melenceng dari protokol,” kata Willy kepada tim ULTIMAGZ. Sebelum virus ini diberi nama oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Willy sudah melakukan liputan ke Bandara Soekarno-Hatta. Bahkan
S ECT I O N :
SOSOK
sebelum banyaknya informasi yang beredar mengenai virus korona, bandara itu sudah berubah menjadi tempat yang lebih ketat. Kamera termal terpasang di pintu masuk untuk memeriksa suhu tubuh pengunjung. “Belum banyak info tentang virus korona, dianggap belum masuk ke Indonesia,” kata Willy. Pusat penerbangan itu memang bukan lagi tempat yang menyenangkan pada akhir Januari 2020. Senyuman petugas di kawasan yang sepi pengunjung, tidak bisa terlihat karena mereka sudah menutupi wajah dengan masker berwarna hijau untuk menghindari penyakit tanpa nama itu. “Saya pertama kali liputan ke bandara, waktu namanya belum jadi novel virus korona, masih pneumonia with unknown cause,” kenang Willy. Sebelum pasien pertama virus korona terdeteksi di Indonesia, Willy juga meliput barang yang harganya melambung tinggi karena berpotensi akan sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Walaupun pada pertengahan Februari masker masih cukup mudah didapatkan, harga alat pelindung saat itu sudah melambung tinggi di beberapa toko obat, seperti di Pasar Pramuka, Jakarta Timur. “Waktu itu harganya masih sekitar 150 ribuan. Ya sudah naik sih, karena awalnya hanya 25 ribu rupiah, sampai akhirnya terus naik,” ujar Willy. POTRET DUKA DARI PUSARA Berbagai ilustrasi terkait kegiatan masyarakat di tengah pandemi sudah dia lakoni, tetapi Willy harus terus berusaha mencari momen
25
26
M E L A WA N J E M U D I TATA N A N K E H I D U PA N B A R U
untuk diliput. Waktu menunjukkan pukul 15.00, cahaya matahari masih cukup untuk membantu kameranya menangkap beberapa gambar. Proses pemakaman di tengah pandemi korona bisa jadi adalah ide yang baik. Bukan untuk menjual kesedihan, melainkan memberikan gambaran kepada masyarakat terkait ketatnya protokol pemakaman di waktu genting seperti ini. Hari itu, sekitar bulan Maret 2020, dia segera melangkah masuk ke Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tegal Alur, Jakarta Barat. Masker N-95 dan kacamata pelindung (goggle) melekat di wajahnya. Cairan pembersih tangan (hand sanitizer) ia kantongi di saku celana. Dengan beberapa alat pelindung diri (APD), Willy bersiap memotret momen yang tak diharapkan itu. Sesampainya di sana, ia memang menemukan beberapa proses pemakaman, tetapi takdir berkata lain. Kesempatan pertama itu tidak menghasilkan foto untuk kisah virus korona. Pekerjaan Willy tidak hanya memotret, tapi juga memastikan bahwa foto ciptaannya sesuai dengan tema yang diberikan oleh kantor, ‘pemakaman jenazah yang terpapar virus korona’. Selain mengabadikan momen di pemakaman, dia juga harus menanyakan kepada anggota keluarga yang mendampingi jenazah di TPU, ihwal penyebab kematian. “TPU yang saya kunjungi pertama adalah Tegal Alur. Saya tidak dapat foto untuk pemakaman COVID-19 karena setiap saya tanya ke keluarga
jenazah, [mereka bilang] meninggalnya bukan karena COVID-19,” ujar Willy. Tidak selesai sampai di sana, pada Selasa (31/03/20) Willy kembali lagi ke tempat itu untuk hal yang sama. Sehabis jam makan siang, ia bergegas pergi, berharap mendapatkan foto yang bisa dipakai untuk pemberitaan. Tiga peti pertama hari itu tak kunjung mempertemukan Willy dengan jenazah yang terpapar virus korona, tiga peti pada giliran kedua masih tidak memberikannya hasil. Waktu sudah menunjukkan pukul 18.00. Ia sempat pesimis, lelah sudah menggerayangi tubuhnya. Tak lama setelah itu, Dewi Fortuna seperti berpihak kepadanya. Seorang laki-laki kisaran umur 70 dan perempuan kisaran umur 60 melangkah keluar dari TPU bersama seorang anak setelah proses pemakaman selesai. Dengan tubuh dan pikiran yang sudah lelah, Willy menghampiri mereka. Dalam keadaan duka kehilangan yang masih menyelimuti keluarga tersebut, tentu akan mustahil untuk berbincang panjang lebar. Namun, Willy berhasil mendapatkan informasi yang ia butuhkan. “Saya dapat jawaban kalau yang meninggal adalah confirmed. Dia dokter, tenaga medis,” kata Willy mengingat-ingat sore itu. “Ya sudah saya naikin fotonya dulu, tapi saya minta kontak keluarganya, karena belum sempat ngobrol banyak di keadaan yang seperti itu,” lanjutnya.
MINIZINE
ULTI MAG Z
S P EC I A L E D IT I ON
S ECT I O N :
SOSOK
“Kasarnya seperti ini, saya pewarta foto. Jurnalis. Kami mengumbar kisah kesedihan orang lain, tapi bagaimana caranya cerita sedih ini bisa jadi pelajaran buat masyarakat, dipublikasikan bukan untuk mengumbar kesedihan orang, tapi memperlihatkan ke masyarakat, ‘hei ini yang terjadi, kalian sadarlah’, itu niat saya,”
27
M E L A WA N J E M U D I TATA N A N K E H I D U PA N B A R U
28
Photo
Dokumentasi Pribadi
MINIZINE
ULTI MAG Z
S P EC I A L E D IT I ON
Beberapa minggu setelah itu, kantor Willy membuat liputan mengenai tenaga medis yang meninggal karena virus korona. Berhubung Willy masih menyimpan kontak keluarga dokter tersebut, maka dia kembali menghubungi mereka untuk mendapatkan informasi terkait meninggalnya sang dokter. Mendengar cerita sedih untuk disiarkan kepada khalayak bukanlah suatu pekerjaan mudah. Namun, Willy yang sempat mengalami dilema tetap harus mewartakan fakta yang terjadi lapangan. “Kasarnya seperti ini, saya pewarta foto. Jurnalis. Kami mengumbar kisah kesedihan orang lain, tapi bagaimana caranya cerita sedih ini bisa jadi pelajaran buat masyarakat, dipublikasikan bukan untuk mengumbar kesedihan orang, tapi memperlihatkan ke masyarakat, ‘hei ini yang terjadi, kalian sadarlah’, itu niat saya,” ujar Willy. Cerita sedih tidak berakhir sampai di sana, ketika pergi ke TPU Pondok Ranggon, Willy memotret seorang anak laki-laki yang sedang menangis bersama ibunya. Pemandangan tersebut membuatnya sedih. Ibu dan anak itu sedang menangisi sang ayah yang menjadi korban virus mematikan ini. Seperti yang sudah-sudah, Willy baru bisa mendapatkan informasi penting setelah melewati beberapa proses verifikasi. “Awalnya, mereka kasih tahu sakit, tapi ternyata karena dibawa ke rumah sakit, sudah keluar hasil test, confirmed, itu sedih sekali,” ujar Willy. Menjadi saksi sejarah di tengah pandemi, Willy menyaksikan kondisi pemakaman yang terpaksa sepi pengunjung. Dia sangat menyayangkan bahwa penghormatan terakhir yang biasanya bisa
S ECT I O N :
SOSOK
dihadiri oleh siapa saja, kini hanya bisa dilakukan oleh setidaknya anggota keluarga kecil tanpa ada dukungan di tempat dari orang-orang terdekat. Cerita kehilangan benar-benar menghantui pikirannya yang muak mendengar duka dan lara. Willy yang belum pernah mengalami kehilangan anggota keluarga, sangat sulit untuk membayangkan apabila dirinya yang berada di posisi itu. Pun demikian, dia tetap harus bergelut dengan keadaan tersebut sebelum pernah mengalaminya secara langsung, karena publik di masa karantina memiliki kebutuhan untuk mengetahui informasi dari dunia luar. “Saya sulit ketika membayangkan bagaimana jika saya di posisi mereka, itu yang sebenarnya membuat mental saya agak terganggu, malas sebenarnya! Aduh cukup untuk mendengar cerita seperti itu, tapi itu penting!” pungkas Willy setengah meninggikan suaranya. Pekerjaan Willy menjadi saksi mata melalui lensa kamera memang sangat memberatkan mental. Namun dia mengatakan hal ini meningkatkan kepeduliannya kepada lingkungan sekitar. Dia mulai melakukan hal kecil untuk mengingatkan orang-orang di sekelilingnya agar tidak meremehkan virus ini. “Itu yang sebenarnya membuat saya jadi lebih peka lagi untuk mengingatkan orang-orang di sekeliling saya, saya kampanyekan di media sosial sedikit-sedikit supaya orang aware,” kata Willy.
29
30
M E L A WA N J E M U D I TATA N A N K E H I D U PA N B A R U
Memerangi Stres dan Cabin Fever dengan Olahraga Ringan writer Thefanny photografer Kasyful Haq
T
ERISOLASI dalam rumah tanpa adanya interaksi dengan dunia luar selama pandemi COVID-19 dapat memengaruhi kesehatan fisik dan mental. Umumnya, perasaan terkekang akan menimbulkan cabin fever yang berpengaruh pada level stres dan produktivitas seseorang. Mengutip cnnindonesia .com, psikolog Vaile Wright menjelaskan cabin fever sebagai serangkaian emosi negatif dan tekanan yang terkait dengan pembatasan. Gejala-gejala yang ditimbulkan cabin fever melebihi perasaan bosan dan sering kali sulit untuk dideteksi. Gejala yang ditimbulkan di antaranya adalah perasaan gelisah, lesu, sulit berkonsentrasi, pola tidur tidak teratur, motivasi menurun, dan menjadi lebih sensitif. Berolahraga adalah salah satu cara efektif untuk mengatasinya. Tidak hanya meredakan ketegangan dan stres, olahraga juga membantu meningkatkan imun tubuh yang dapat
melawan virus korona. Melalui tirto. id, Pakar Kedokteran Olahraga UGM Zaenal Muttaqin Sofro mengingatkan untuk melakukan olahraga fisik sesuai dengan FITT principle. FITT principle yang terdiri dari frequency, intensity, time, and type diterapkan agar tidak terjadi cedera akibat latihan berlebihan. Erica M. Jackson dalam jurnalnya “STRESS RELIEF: The Role of Exercise in Stress Management� menyarankan untuk melakukan selama 150 menit olahraga ringan atau 75 menit olahraga berat dalam seminggu. Selagi berada di rumah, Ultimates dapat menyesuaikannya dengan kebutuhan pribadi. Jika tidak memiliki alat bantu untuk melakukan olahraga berat, Ultimates dapat menggantinya dengan olahraga ringan. Berikut olahraga ringan yang dapat dilakukan di rumah.
MINIZINE
ULTI MAG Z
S P EC I A L E D IT I ON
1 Plank Menyerupai push up, plank menggunakan tangan yang ditempatkan di lantai untuk menahan beban tubuh, plank juga tidak perlu menurunkan tubuh ke arah lantai seperti push up. Olahraga ini sering kali diremehkan karena minimnya gerakan yang dilakukan. Namun, posisi ini dapat mengencangkan otot perut, lengan, paha, dan pantat. Selain itu, plank juga dapat mengurangi nyeri punggung dan memperbaiki postur tubuh, lho!
S ECT I O N :
2
WO R K ( O U T ) F R O M H O M E
J u m p i n g Jacks
Jumping jacks adalah salah satu gerakan kardio yang paling mudah dilakukan. Ultimates hanya perlu berdiri dengan kaki selebar bahu dan tangan di samping tubuh, lalu lompat dan rentangkan kaki selebar pinggul dengan tangan di atas kepala, setelah itu loncatlah kembali ke posisi semula. Jika ingin sedikit tantangan, tambahkan gerakan squat ketika merentangkan kedua kaki. Selain jumping jacks, Ultimates juga bisa melakukan skipping atau lompat tali untuk mendapatkan manfaat yang serupa. Kedua olahraga ini menggunakan otot kaki dan lengan. Dilansir dari health.detik.com memperkirakan sekitar 861-1.074 kalori terbakar dalam satu jam melakukan lompat tali.
31
M E L A WA N J E M U D I TATA N A N K E H I D U PA N B A R U
32
3
Burpee
Mudahnya, burpee adalah gerakan kardio yang dimulai dengan berdiri, menunduk menyerupai posisi push up, lalu kembali ke posisi semula dengan perlahan diikuti dengan loncatan. Ketika memosisikan tubuh untuk kembali ke posisi semula, lebih baik untuk mengangkat dada terlebih dahulu sebelum menekuk lutut. Burpee didefinisikan sebagai total body workout karena melibatkan hampir semua otot dalam tubuh, khususnya otot lengan dan paha, membuatnya menjadi salah satu olahraga paling efektif dalam membakar kalori.
4
Hi gh Knee
High knee serupa dengan berlari di tempat, bedanya Ultimates perlu mengangkat lutut setinggi perut hingga membentuk 90Âş dengan posisi paha lurus. Gerakan kardio ini biasanya dilakukan 30–60 detik dan diselingi dengan istirahat 10-20 detik. Selain melatih otot kaki dan perut, high knee juga membantu jantung memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Dalam penelitian Harvard yang berjudul “Can Music Make Workouts More Fun and Effective?â€? menyarankan untuk melakukan olahraga sembari mendengarkan musik dengan tempo cepat (135142 bpm) untuk memacu semangat. Aplikasiaplikasi olahraga seperti 7 Minute Workout dan Home Workout - No Equipment juga dapat membantu Ultimates dalam melepas stres dengan cara berolahraga dari rumah. Jika Ultimates ingin berolahraga di rumah, jangan lupa untuk melakukan pemanasan dan pendinginan sebelum dan sesudah berolahraga, ya!
MINIZINE
ULTI MAG Z
S P EC IA L E D IT I ON
S ECT I O N :
WO R K ( O U T ) F R O M H O M E
33
M E L A WA N J E M U D I TATA N A N K E H I D U PA N B A R U
34
Usir Bosan Kala Pandemi dengan Bercocok Tanam
M
ELEWATI hari-hari di rumah tentu bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Suasana monoton rumah menimbulkan rasa bosan. Hal ini mendorong banyak orang ingin ke luar rumah dan mencari aktivitas baru untuk dilakukan. Namun, sebenarnya keadaan rumah yang ituitu saja, bisa diubah dengan suatu aktivitas baru yang jarang dilakukan di perkotaan untuk mengisi waktu jangka panjang. Sehubungan dengan imbauan pemerintah untuk melakukan aktivitas di rumah, Kebun
Kumara sebagai salah satu organisasi pertanian edukatif membantu penduduk kota dari segala usia mencapai gaya hidup sustainable dengan memberikan edukasi untuk bercocok tanam di rumah. Koordinator Pengajar Kebun Kumara Sarah Adipayanti mengatakan bahwa hal ini sangat mungkin untuk dilakukan karena pada dasarnya semua tanaman bisa ditanam dari rumah. “Sebenarnya semua tanaman itu bisa ditanam di rumah,� terang Sarah kepada ULTIMAGZ melalui fitur telepon aplikasi Whatsapp. Beberapa tanaman bahkan bisa tumbuh di
MINIZINE
ULTI MAG Z
S P EC I A L E D IT I ON
S ECT I O N :
C O C O K TA N A M
writer Andrei Willmar photographer Kyra Gracella
dalam rumah. Sarah menuturkan umumnya tanaman sukulen, seperti lidah mertua dan lidah buaya tidak memerlukan pancaran langsung dari sinar matahari sehingga masih bisa tumbuh di tempat teduh. Sarah menjelaskan bahwa setiap tanaman memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Tanaman sukulen, selain tidak memerlukan pancaran cahaya matahari sebanyak tanaman lain, juga cenderung menampung
air dengan skala yang besar, sehingga penanam tanamanan sukulen tidak perlu terlalu mengkhawatirkan waktu penyiraman. “Sebenarnya untuk pemula, tanaman sukulen ini paling enak untuk ditanam, karena merawatnya mudah, tidak perlu cahaya matahari yang banyak dan tidak perlu juga disiram terlalu sering,� jelas Sarah. Pun demikian, mudah bukan berarti tidak perlu perhatian. Media tanam, dalam hal ini adalah tanah untuk menanam tanaman sukulen, tidak boleh terlalu padat. Hal ini disebabkan oleh daya tampung air tanaman sukulen yang besar sehingga memerlukan tanah mudah kering agar kapasitas air tidak berlebih. “Kalau tanaman sukulen itu airnya kan sudah banyak, jadi pakai tanah yang aerase dan drainasenya bagus. Jangan pakai tanah merah, terlalu padat dan menyimpan air terlalu banyak.� Kesuburan tanah jelas adalah aspek yang perlu diperhatikan. Seperti yang dikatakan Sarah, tanah merah yang terlalu padat bukanlah pilihan yang baik untuk bercocok tanam. Tekstur yang terlalu padat menyebabkan tanah terlalu kering saat musim kemarau dan menyimpan terlalu banyak air saat musim hujan akan membuat tanaman busuk. Di sisi lain, tanah yang terlalu renggang juga harus dihindari karena tidak bisa menyimpan air sama sekali. Tekstur tanah harus berada di tengahtengah padat dan renggang. Sarah
35
36
M E L A WA N J E M U D I TATA N A N K E H I D U PA N B A R U
MINIZINE
ULTI MAG Z
S P EC I A L E D IT I ON
S ECT I O N :
C O C O K TA N A M
pun menuturkan bahwa tanah yang kurang cocok bisa diubah menjadi gembur dengan beberapa proses. “Jadi jangan terlalu renggang jangan juga terlalu padat, di tengahtengah, tanah gembur. Tanah gembur itu bisa dibuat dengan menambahkan kompos atau sekam bakar. Dengan tanah gembur sehingga tanaman tumbuh dengan sehat,” pungkasnya. Bercocok tanam pun memiliki manfaat yang tidak terduga, seperti manfaat fisik. Manfaat ini didapatkan saat tubuh kita bergerak untuk menanam atau membuat tanah gembur. Sementara itu, berkebun juga memberikan manfaat psikologis. Sarah berkata menurut penelitian, berkebun bisa menjadi terapi menurunkan kecemasan. Hal ini disebabkan karena tanah memiliki kandungan bakteri pemicu hormon serotonin atau hormon yang dapat mengurangi kecemasan.
37
“Jadi kalau kita megang tanah, megang kompos, berinteraksi dengan bakteri, bersentuhan dengan tanah, itu membuat kita tenang,” ujar Sarah. “Apalagi saat pandemi sekarang, buat beberapa orang di rumah saja itu cukup membuat stres. Makanya kami mengajak selama masa di rumah saja ini, untuk berkebun,” tutup Sarah. Sebagian dari kita mungkin sudah jenuh di rumah, melakukan hal yang sama dengan pikiran yang semakin hari semakin terkurung. Dalam keadaan seperti ini, dengan segala manfaatnya, bercocok tanam bisa menjadi pilihan alternatif yang tepat untuk melawan rasa bosan, menjaga kesehatan mental, dan menambah pemandangan baru dengan hadirnya tumbuhan di dalam rumah.
38
M E L A WA N J E M U D I TATA N A N K E H I D U PA N B A R U
Bullet a o l n u j r writer Xena Olivia photographer Elisha Widirga, Xena Olivia illustrator Eunike Agata
PRODUKTIF DENGAN CARA KREATIF
MINIZINE
ULTI MAG Z
S P EC I A L E D IT I ON
Ultimates pernah merasa kurang terorganisasi? Bosan dengan mencatat kegiatan kalian sehari-hari dengan cara yang itu-itu saja? Selama di rumah aja, mungkin Ultimates bisa mencoba sistem Bullet Journal untuk mengisi kegiatan dengan menghias buku jurnal.
S ECT I O N :
K ER AJ I N A N TA N G A N
39
“Daripada mencatat seperti orang lain, aku mencari cara untuk mengatur dan mengurutkan informasi dengan cara pikiranku.� Bullet Journal atau yang biasa disingkat menjadi BuJo merupakan sistem penulisan jurnal yang dapat membantumu lebih produktif dan meraih target-htarget personal maupun profesional. Dibagi ke dalam berbagai APA ITU BULLET JOURNAL? bagian seperti kalender harian, bulanan, catatan acak, keinginan jangka panjang, dan masih banyak lagi, Sistem Bullet Journal pertama kali ditemukan oleh kamu dapat menyesuaikan BuJo-mu sesuai dengan desainer dan penulis buku Ryder Carroll. Mengidap Attention keinginanmu sendiri. Deficit Disorder (ADD), Carroll harus mencari cara alternatif Nah, dalam artikel ini akan untuk menjaga dirinya tetap fokus dan produktif. memberikan tips untuk memulai "Saat saya muda, saya didiagnosis dengan ADD dan tidak BuJo-mu sendiri versi ULTIMAGZ! banyak alat atau sumber daya yang tersedia, jadi saya Penasaran? Yuk, baca terus! harus merancangnya sendiri,� jelasnya.
40
M E L A WA N J E M U D I TATA N A N K E H I D U PA N B A R U
MINIZINE
Apa yang Harus Ada di Sebuah BuJo? 1. Legenda/Legends Salah satu hal penting yang harus ada di dalam sebuah BuJo adalah legenda. Legenda di sini sebagai bentuk navigasi atau kumpulan kode-kode yang akan kamu gunakan dalam BuJo-mu. Contohnya, dalam foto di atas menggunakan ikon persegi untuk menunjukkan hal yang harus dikerjakan. Kemudian, ikon persegi diarsir setengah untuk menandakan jika hal tersebut sudah setengahnya dikerjakan, diarsir penuh untuk menunjukkan pekerjaan sudah selesai. Sementara itu, tanda persegi disilang untuk menyatakan pekerjaan dibatalkan dan persegi dengan tanda panah untuk menunjukkan bahwa hal tersebut dipindahkan.
Penanda untuk janji/acara yang harus diikuti, bisa menggunakan ikon segitiga dengan ketentuan sama (segitiga diarsir penuh, segitiga disilang, atau segitiga dengan panah). Selanjutnya, Ultimates dapat menggunakan ikon-ikon tambahan seperti bullet (•) untuk catatan acak, tanda seru (!) untuk tenggat waktu, tanda bintang (*) untuk sesuatu yang penting, tanda hati ( ) untuk ide/inspirasi, dan tanda tanya (?) untuk pertanyaan. Hal lain yang tidak kalah penting adalah pilihan warna yang digunakan untuk ‘mewakilkan’ tiap-tiap kegiatan yang ditulis dalam BuJo milikmu. Misalkan warna merah jambu untuk urusan personal atau biru muda untuk urusan perkuliahan.
♼
ULTI MAG Z
S P EC I A L E D IT I ON
S ECT I O N :
K ER AJ I N A N TA N G A N
41
2. Kalender Mingguan/Bulanan/ 3. Halaman Tambahan Lain Tahunan Selanjutnya, ada kalender yang bisa Ultimates buat di dalam BuJo. Terdapat tiga jenis kalender, antara lain kalender tahunan (yearly spread), bulanan (monthly spread), dan mingguan (daily spread). Biasanya, kalender tahunan dibagi ke dalam 12 bulan. Kemudian, diisi dengan hal-hal penting yang menjadi kegiatan atau acara utama dalam bulan tersebut. Misalnya, ulang tahun atau ujian penting. Sementara itu, kalender bulanan biasanya dibagi ke dalam 30 atau 31 hari. Sama seperti kalender tahunan, fungsinya adalah untuk menjadi penanda jika ada hal penting di hari tertentu. Terakhir, kalender mingguan digunakan untuk mencatat kegiatan keseharianmu selama seminggu. Misalnya, ada pekerjaan rumah A di hari Senin, kemudian seminar di hari Selasa, dan seterusnya.
Ultimates bisa bebas berkreasi di dalam BuJo milikmu. Ada berbagai macam pilihan spread (halaman) yang bisa dibuat sesuai kebutuhan. Misalnya, spread untuk menyimpan bagaimana suasana hatimu selama sebulan, spread untuk mendata tugas dan deadline yang harus dikerjakan. Ultimates bisa mencari inspirasi di media sosial, seperti Instagram, Pinterest, dan Tumblr.
42
M E L A WA N J E M U D I TATA N A N K E H I D U PA N B A R U
MINIZINE
Ada beberapa permasalahan yang menjadi pertimbangan seseorang untuk memulai BuJo, seperti tidak mempunyai alat tulis yang memadai, takut salah, tidak bisa menjaga rutinitas, hingga merasa tidak kreatif. Tips yang dapat diikuti, di antaranya:
1. Pakai Alat Tulis yang Ada
3. Tidak Bisa Menjaga Rutinitas
Jika Ultimates melihat di internet ada banyak pembuat BuJo yang menggunakan berbagai macam alat tulis seperti drawing pen, brush pen, dan sebagainya, bukan berarti alat tulis itu wajib Ultimates miliki, lho! Ultimates bisa menggunakan alat tulis yang ada di sekitar seperti bolpoin, stabilo, atau spidol warna biasa. Ingat, tujuan utama BuJo adalah untuk membuat lebih terorganisasi dan produktif. Bukan untuk membuat karya seni yang indah.
Ini bisa menjadi masalah besar, mengumpulkan niat. Oleh sebab itu, harus dimantapkan dulu motivasi di awal untuk membuat BuJo. Sebuah tips lain, ada baiknya kita selalu menulis sesuatu setiap harinya. Dengan begitu, ingatan kita akan terus tajam dan tidak hanya mengandalkan gawai dalam menjadi reminder kita. Nah, itulah sedikit penjelasan mengenai Bullet Journal. Bagaimana, apakah Ultimates tertarik untuk mencobanya?
2. Takut Salah Jangan takut mencoba! Tidak ada namanya percobaan yang ‘salah’. Dalam BuJo, Ultimates bisa mengkreasikan berbagai macam hal yang nantinya bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan selera. Kalaupun tidak puas dengan satu cara, Ultimates bisa mencoba cara lain.
ULTI MAG Z
S P EC I A L E D IT I ON
S ECT I O N :
K ER AJ I N A N TA N G A N
43
44
M E L A WA N J E M U D I TATA N A N K E H I D U PA N B A R U
Kreasi Hidangan Penutup Mulut dengan Oreo writer Jessica Elisabeth Gunawan photographer Caroline Saskia illustrator Eunike Agata Pandemi virus korona membuat masyarakat harus melakukan isolasi diri di rumah. Akibatnya, banyak aktivitas yang kerap dilakukan di luar rumah menjadi tertunda, salah satunya kebiasaan menyantap hidangan penutup di restoran. Namun, nyatanya masyarakat bisa membuat sendiri hidangan penutup mulut. Salah satu bahan dasar yang dapat digunakan adalah Oreo, camilan biskuit coklat dengan isian krim vanila. Oreo dapat diolah menjadi berbagai hidangan penutup yang lezat nan mudah. Daripada menyantap hanya dengan susu seperti di iklan, berikut beberapa kreasi hidangan penutup mulut menggunakan Oreo.
MINIZINE
ULTI MAG Z
S P EC I A L E D IT I ON
S ECT I O N :
OLAH BAHAN
Bahan: Oreo, agar-agar plain, susu UHT, dan gula. Cara memasak: 1. Tuang agar-agar, gula, dan susu UHT ke dalam panci. Aduk hingga gula dan agar-agar larut.
2.
4. Tuang larutan puding ke wadah, celupkan potongan keping Oreo. 5. Dinginkan larutan pudding pada suhu ruangan hingga mengeras, kurang lebih satu jam. 6. Setelah mengeras dinginkan puding di dalam kulkas selama tiga sampai empat jam.
Nyalakan kompor pada api kecil dan aduk larutan puding hingga mendidih. 3. G u n a k a n setengah bungkus Oreo, potong tiap keping menjadi empat bagian. Boleh saja jika ingin menambahkan kepingan Oreo.
45
46
M E L A WA N J E M U D I TATA N A N K E H I D U PA N B A R U
Bahan: Oreo, krim keju, unsalted butter, agar-agar plain, gula, dan whipping cream. Cara memasak: 1. Lelehkan butter hingga cair dan dinginkan pada suhu ruangan. 2. Selagi menunggu butter, pisahkan isi Oreo dari biskuitnya lalu tumbuk biskuit. Tidak perlu menumbuk sampai halus. 3. Campurkan butter cair dengan biskuit yang sudah ditumbuk. 4. Campurkan butter cair dengan biskuit yang sudah ditumbuk. 5. Tuang adonan ke wadah seperti loyang atau mangkuk, ratakan di dasar wadah, dan simpan di dalam kulkas 6. Tuang agar-agar ke mangkuk dan campur dengan air. Diamkan selama 15 menit. 7. Di wadah terpisah, aduk krim keju hingga lembut. Masukkan gula dan isian Oreo ke dalam krim keju lalu aduk. Setelah merata, masukkan larutan agar-agar. 8. Tuang whipping cream di wadah terpisah, aduk hingga mengental. Lalu perlahan-lahan masukkan whipping cream dengan campuran krim keju. 9. Keluarkan adonan Oreo dari kulkas, tuang campuran krim keju, dan ratakan di wadahnya. Boleh menambahkan topping lain seperti sisa Oreo atau cokelat batang. 10. Dinginkan di kulkas selama tiga sampai empat jam, cheesecake Oreo siap disantap.
MINIZINE
ULTI MAG Z
S P EC I A L E D IT I ON
Bahan: Oreo, fresh cream, susu UHT, susu kental manis, vanilla essence, dan dark chocolate. Cara memasak: 1. Kocok fresh cream hingga halus. Tambahkan susu kental manis dan vanilla essence, aduk merata. Masukkan susu UHT sedikit-sedikit sambil diaduk. 2. Hancurkan Oreo yang masih di dalam bungkusnya. Gunting ujung kemasan Oreo secara horizontal dan tuang kepingan Oreo ke dalam campuran krim. Jangan langsung buang kemasannya. Potong tiga per empat kemasan untuk cetakan es krim. 3. Pastikan kepingan Oreo tersebar merata di campuran krim. 4. Tuang campuran krim ke dalam kemasan Oreo yang sudah digunting hingga terisi sekitar tiga per empat bagian. 5. Simpan kemasan Oreo yang sudah diisi dalam wadah tertutup seperti kotak tinggi. Tujuannya untuk menahan bentukan es krim ketika dibekukan.
S ECT I O N :
OLAH BAHAN
6. Masukkan ke dalam lemari es selama dua jam, lalu keluarkan sebentar untuk menusukkan stik es krim. Letakkan kembali ke dalam lemari es minimal delapan jam atau sampai semalaman. 7. Cincang cokelat dan letakkan di mangkuk beling/keramik/stainless. Lelehkan coklat di atas air mendidih sambil diaduk. Setelah meleleh, diamkan pada suhu ruangan hingga dingin. 8. Tuang cokelat cair ke gelas, buka es krim yang sudah membeku dan celupkan es krim ke coklat cair. Es krim yang dingin, perlahan membekukan coklat cair. Ternyata Oreo dapat dikreasikan menjadi berbagai hidangan penutup. Cara memasak dan bahan-bahannya pun mudah untuk ditemukan. Dengan kebijakan isolasi mandiri di rumah, memasak merupakan aktivitas yang tepat untuk menghabiskan waktu. Camilan yang dihasilkan pun dapat menemani Ultimates belajar, bekerja, dan bersantai bersama keluarga.
47
48
M E L A WA N J E M U D I TATA N A N K E H I D U PA N B A R U
MINIZINE
KONSER DARING
Hiburan Masyarakat Kala Pandemi
writer Geiska Vatikan Isdy photographer Yvonne Jonathan
ULTI MAG Z
S P EC I A L E D IT I ON
B
S ECT I O N :
ERMULA dari kota kecil Wuhan, Cina virus korona mulai menyebar ke penjuru dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun menetapkan virus tersebut sebagai pandemi pada Maret 2020. Virus ini sudah menjalar ke Indonesia dan telah menjangkiti 12.438 orang per (06/05/20). Maka dari itu, pemerintah juga mengimbau masyarakat untuk menjauhi kerumunan dan menghindari perkumpulan. Tidak hanya itu, masyarakat juga diminta untuk menjalankan aktivitas dari rumah. Hal ini dilakukan sebagai pencegahan penyebaran virus korona. Hal tersebut tentunya berdampak terhadap kegiatan-kegiatan besar yang melibatkan banyak orang. Akibatnya, beberapa konser dan pertunjukan band lokal hingga internasional terpaksa dibatalkan atau ditunda. Salah satu konser musik yang ditunda saat virus korona adalah The Sounds Project Vol. 5. Sebelumnya, festival musik ini sudah mengumumkan line-up yang berjumlah 32 musisi tanah air. Ardhito Pramono, Barasuara, Fourtwnty, sampai Reza Artamevia turut hadir dan siap menghibur penggemar pada 4-5 April 2020 lalu.
EVEN T
49
Namun, hingga saat ini belum ada pernyataan resmi mengenai waktu The Sounds Project Vol. 5 akan diselenggarakan. Kendati demikian, sejumlah musisi Indonesia bersama beberapa media menggelar konser daring. Konser ini bertujuan untuk menghibur para penggemar mereka selama menjalani pembatasan sosial. Konser yang dibuat pada platform YouTube ini juga bertujuan untuk menggalang dana. Contohnya, Asumsi.co yang pertama kali mengadakan konser daring. Media yang berada dibawah naungan Pangeran Siahaan itu menggaet Pamungkas untuk konser daringnya pada (21/03/20) dengan tajuk Jauhan Sejenak. Konser ini juga disambut antusias oleh penggemar, cuitan menggunakan tagar #Jauhansejenak pun ramai di Twitter. Tujuan konser ini adalah menggalang donasi untuk membantu menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) bagi para tenaga kesehatan. “Makanya, kalau konser online gini gue seneng banget, karena ketemunya secara aman dan dijembatani,� tutur Pamungkas pada akun YouTube Asumsi.
50
M E L A WA N J E M U D I TATA N A N K E H I D U PA N B A R U
Sementara itu, Narasi juga sempat mengadakan konser serupa. Tentunya juga dengan tujuan untuk menghibur masyarakat agar tidak bosan walaupun berada di rumah. Ada beberapa musisi yang berpartisipasi dalam rangkaian konser musik yang dilaksanakan pada 25-28 Maret 2020 ini. Mereka tampil dari rumah masing-masing secara bergantian di antaranya, Afgan, Rossa, Raisa, Tulus, Andien, dan Trio Lestari. Narasi juga mengajak penonton untuk berdonasi lewat akun kitabisa.com. Nantinya, donasi yang telah dikumpulkan akan disalurkan pada kelompok paling rentan, termasuk tenaga kesgehatan dan masyarakat kecil yang terpaksa harus bekerja di luar rumah. Sebelumnya, Narasi telah membuat sebuah kolaborasi bersama sejumlah musisi. Kolaborasi tersebut berupa pembuatan video yang dilakukan di rumah musisi masingmasing, dengan menyanyikan lagu Rumah Kita yang
diciptakan oleh band lawas, God Bless.
MINIZINE
ULTI MAG Z
S P EC I A L E D IT I ON
Selain musisi dalam negeri, musisi internasional juga membuat konser daring yang dilakukan oleh Lady Gaga bersama Organisasi Kesehatan Dunia. Konser ini bertajuk One World: Together at Home yang menampilkan setidaknya lebih dari 70 musisi. Di antaranya Billie Eilish, Elton John, John Legend, Keith Urban, dan Lizzo. Ada juga boyband asal Korea Selatan, BTS. Boyband dengan tujuh orang personel tersebut, mengadakan konser bertajuk BANG BANG CON yang ditayangkan pada Sabtu (18/04/20) mulai pukul 10.00 WIB sampai Minggu (19/04/20). Penayangan konser tersebut adalah rekaman konser-konser sejak tahun 2015-2017. Sementara itu, label musik 88rising batal menggelar konser Head in The Clouds Festival di Jakarta pada awal Maret lalu karena pandemi ini. Untuk mengganti konser yang batal, 88rising membuat konser daring. Konser ini disiarkan langsung melalui akun YouTube dan Twitter 88rising pada (06/05/20) pukul 08.00 WIB. Konser daring yang bertajuk Asia Rising Forever itu merupakan bentuk kerjasama dengan Asian
S ECT I O N :
EVEN T
Americans Advancing Justice (AAJC) sekaligus konser amal untuk melawan rasisme dan xenofobia. Konser ini ditayangkan di Seoul, Saigon, Kuala Lumpur, Manila, Jakarta, London, dan Los Angeles. Konser ini melibatkan beberapa musisi jebolan 88rising, yaitu Dumbfoundead, Josh Pan, NIKI, Phum Viphurit, Rich Brian, dan Stephanie Poetri. Hadir pula beberapa musisi Asia lain, yaitu Alextbh, Audrey Nuna, Beabadobee, CLC, Hyukoh, Inigo Pascual, Kang Daniel, Keshi, Lim Kim, Luna Li, Mxmtoon, No Vacation, 9m88, Suboi, Umi, Yuna, dan LOONA sebagai bintang tamu spesial. Selain itu, konser virtual ini menampilkan cuplikan video dari penampilan artis 88rising dalam konser Head In The Clouds yang diselenggarakan di Los Angeles, Amerika pada 2019 silam. Sumber: asumsi.co, detik.com, hai.grid.id, kompas.com, narasi.tv, tempo.co, tirto.id, 88rising YouTube.
51
52
M E L A WA N J E M U D I TATA N A N K E H I D U PA N B A R U
MINIZINE
ULTI MAG Z
S P EC I A L E D IT I ON
S ECT I O N :
R AWAT R AG A
Pentingnya
BERJEMUR di Pagi Hari
writer Sr. Angela Siallagan FCJM photographer Androw illustrator Katryn Ivania
D
I TENGAH maraknya penyebaran virus korona (COVID-19), banyak orang yang melakukan aktivitas berjemur di bawah paparan sinar matahari, terutama saat pagi hari. Beberapa sumber menuliskan bahwa aktivitas tersebut dapat memperkuat sistem imun atau kekebalan tubuh sehingga menjadi salah satu cara mencegah terjangkitnya virus korona. Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D. mengatakan bahwa tubuh manusia memerlukan sinar matahari untuk membantu meningkatkan produksi vitamin D di dalam tubuh. Seperti yang dilansir dari ugm.ac.id, sinar matahari menjadi sumber utama vitamin D alami. Sementara itu, hanya sedikit sekali yang berasal dari makanan. Vitamin D memiliki efek imunomodulator atau pengatur sistem kekebalan tubuh yang bisa memperbaiki sistem imun tubuh.
53
M E L A WA N J E M U D I TATA N A N K E H I D U PA N B A R U
54
MINIZINE
Aktivitas berjemur memiliki manfaat yang lebih besar lagi. Hal itu disebabkan, setiap hari tubuh kita memerlukan vitamin D untuk meningkatkan penyerapan kalsium di dalam usus dan mentransfer kalsium melintasi membran sel sehingga tulang menjadi lebih kuat. Dilansir dari who.int, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat berjemur pada paparan sinar matahari, yaitu:
1
Jangan Berjemur Pada Tengah Hari. Sebisa mungkin, hindari berada di bawah paparan sinar matahari pada tengah hari. Pasalnya, radiasi sinar ultraviolet matahari pada waktu-waktu tersebut sangat tinggi.
2
Perhatikan Index Ultraviolet.
Sebaiknya, Ultimates membuat rencana aktivitas di luar rumah agar dapat mencegah paparan berlebihan dari sinar matahari. Selain itu, perhatikan juga cara beradaptasi terhadap praktik keselamatan saat indeks ultraviolet memprediksikan tingkat radiasi melebihi batas yang telah dianjurkan.
3
Gunakan Pakaian yang Sesuai.
Topi dengan pinggiran lebar akan lebih efektif untuk melindungi mata, telinga, wajah, dan punggung atau leher, lho. Kacamata hitam dengan kandungan 99 hingga 100 persen UV-A dan UV-B juga dapat melindungi mata dari paparan sinar matahari.
ULTI MAG Z
S P EC I A L E D IT I ON
S ECT I O N :
R AWAT R AG A
4
Gunakan Tabir Surya. Oleskan tabir surya atau sunscreen dengan kandungan sun protection factor (SPF) 15+ setiap dua setengah jam atau setelah bekerja, berenang, bermain, atau berolahraga di luar ruangan.
5
Hindari Tempat Penyamakan (Tanning Parlours).
Menurut Fears dan kawan-kawan dalam jurnalnya mengenai sunbeds dan sunlamps, alat untuk membuat kulit menjadi gelap ini bersifat karsinogenik dan berujung kepada melanoma. Karsinogenik merupakan zat yang dapat menyebabkan kanker, sedangkan melanoma merupakan kanker kulit. Radiasi tinggi yang digunakan dalam sunbeds dan sunlamps itu dapat merusak kulit jika digunakan secara terus-menerus.
Berjemur di pagi hari memang bermanfaat, tetapi tetap ada hal yang harus diperhatikan. Kebutuhan Vitamin D pada tubuh dapat dipenuhi oleh paparan sinar matahari sebesar 80-100%. Selain itu, Vitamin D juga berperan dalam menambah kekebalan tubuh untuk mencegah berbagai penyakit mulai dari yang bersifat degeneratif (penyakit kronis yang biasa dialami lansia), hingga keganasan. Gimana, apakah Ultimates sudah berjemur hari ini? Sumber: e-journal.unair.ac.id, repository.unimus.ac.id, who.int, ugm.ac.id, onlinelibrary.wiley.com.
55
M E L A WA N J E M U D I TATA N A N K E H I D U PA N B A R U
56
writer Louis Brighton photographer Amartya Kejora
RM AP I NI -I R ZA I NPEI
ULTI MAG Z
S P EC I A L E D IT I ON
S ECT I O N :
RAPI - RAPI
57
Mempraktikkan Gaya MIN I MA L IS
ala KonMari Selama Pembatasan Sosial
writer Louis Brighton photographer Amartya Kejora
“Hanya ketika Anda benarbenar dihadapkan dengan berapa banyak yang Anda miliki baru Anda mulai menyadari apa yang perlu Anda lakukan.�
58
M E L A WA N J E M U D I TATA N A N K E H I D U PA N B A R U
B
EGITULAH kata Marie Kondo dalam episode pertama di serial Netflix-nya yang berjudul Tidying Up with Marie Kondo. Melalui pesan tersebut, Marie ingin menyampaikan bahwa kita baru mulai menyadari harus melakukan apa kepada barang-barang kita ketika kita menghadapi banyaknya barang tersebut. Pemberlakuan pembatasan sosial tentunya menjadi kesempatan yang tidak boleh disiasiakan untuk menerapkan apa yang dikatakan Marie. Mengingat dalam kondisi ini, kita semua memiliki lebih banyak waktu di rumah masingmasing. Ada baiknya jika waktu ini dimanfaatkan untuk membereskan rumah menggunakan metode KonMari yang populer.
Sebelum memulai, penting untuk mengetahui terlebih dahulu apa itu metode KonMari. Metode KonMari bertujuan untuk membereskan barang berdasarkan kategori daripada lokasi. Kategori yang dimaksud dibagi menjadi lima, yaitu: pakaian, buku, kertas, komono (beraneka ragam barang), hingga barang-barang sentimental.
MINIZINE
PAKAIAN Untuk membereskan pakaian, langkah pertama adalah mengeluarkan seluruh pakaian yang dimiliki dan menumpuknya di suatu tempat. Dengan begitu Ultimates dapat melihat berapa banyak sebenarnya jumlah pakaian yang kalian miliki dan akhirnya dapat menentukan pakaian mana saja yang sebenarnya dibutuhkan. Setelah itu baru pakaian-pakaian tersebut dipilah untuk menentukan mana yang ingin disimpan dan disingkirkan. Metode KonMari memiliki cara unik untuk memilah barang, yaitu dengan mengambil barang tersebut satu per satu dan bertanya kepada diri sendiri apakah barang tersebut dapat ‘memicu kebahagiaan’ Menurut Marie, perasaan ‘memicu kebahagiaan’ akan muncul ketika Anda memegang sesuatu dan muncul perasaan yang hangat dan positif dari benda yang dipegang tersebut. Setelah dipilah, maka baju tersebut akan dilipat dan disimpan. Metode KonMari menggunakan cara lipat yang membuat pakaian digulung menyerupai persegi panjang, lalu disimpan dalam posisi berdiri sehingga mudah untuk dicari.
ULTI MAG Z
S P EC I A L E D IT I ON
S ECT I O N :
RAPI - RAPI
59
BUKU
KOMONO
Untuk membereskan buku, metode yang digunakan kurang lebih sama seperti yang digunakan saat membereskan pakaian. Hal yang terpenting adalah untuk menanyakan kepada diri sendiri apakah dengan memiliki buku tersebut akan menguntungkan di kehidupan mendatang.
Komono merupakan kategori terbesar dalam metode KonMari karena terdiri dari barangbarang yang beraneka ragam yang biasa terdapat di tempat seperti garasi, dapur, kamar mandi, dan tempat lainnya. Untuk membereskan hal-hal yang berhubungan dengan komono, disarankan untuk menggunakan kotak untuk mengelompokkan barang-barang tersebut.
KERTAS Untuk membereskan dokumen-dokumen kertas dapat dilakukan dengan memiliki tempat khusus untuk menaruhnya di dalam rumah. Kertas-kertas yang ingin disimpan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu dokumen tertunda, dokumen penting, dan dokumen lain-lain. Dokumen tertunda adalah kertas-kertas yang menunggu untuk ditindaklanjuti, seperti surat dan tagihan. Dokumen penting adalah kertas-kertas yang perlu disimpan secara permanen, seperti kontrak dan formulir asuransi. Dokumen lainlain adalah kertas-kertas yang sering digunakan sebagai bahan rujukan, seperti resep dan catatan dari seminar yang dihadiri.
BARANG-BARANG SENTIMENTAL Membereskan barang-barang sentimental merupakan kategori yang paling sulit dalam metode KonMari. Saat masuk dalam tahap ini, Ultimates harus memercayai kemampuan kalian untuk mengetahui apa saja yang memicu kebahagiaan bagi diri sendiri. Dalam tahap ini juga penting untuk tidak terjebak di dalam nostalgia agar proses membereskan tidak terhambat. Jadi Ultimates, mari manfaatkan waktu di rumah selama pembatasan sosial ini untuk membereskan rumah menggunakan metode KonMari. Selain membuat rumah menjadi lebih rapi, Ultimates juga akan dikelilingi dengan barang-barang yang dapat memicu kebahagiaan di rumah masing-masing.
60
M E L A WA N J E M U D I TATA N A N K E H I D U PA N B A R U
Memelihara Hewan
PENGARUHI Kehidupan Manusia writer Maria Helen Oktavia photographer Kevin Oei Jaya illustrator Angelia Suling
MINIZINE
ULTI MAG Z
S P EC I A L E D IT I ON
S ECT I O N :
P ETS
61
62
M E L A WA N J E M U D I TATA N A N K E H I D U PA N B A R U
Memelihara hewan bagi sebagian orang tentu menyenangkan. Kini, semakin banyak orang yang menjadikan hewan peliharaan sebagai teman maupun keluarga dalam hidupnya. Sebuah survei oleh American Animal Hospital Association (AAHA) menyebutkan, bahwa 48 persen orang secara emosional tergantung pada hewan peliharaan peliharaan mereka dan 83 persen orang akan mengambil risiko dalam hidup mereka demi hewan peliharaanya. Tidak hanya sebagai teman bermain, memelihara hewan peliharaan memiliki banyak manfaat lainnya. Hidup bersama hewan peliharaan pun secara tidak langsung ikut berkontribusi dalam perbaikan gaya hidup saat ikatan emosional antara si pemilik dan hewan peliharaan terjalin dengan kuat. Akan tetapi, bukan hanya tentang apa yang kita dapat dari memelihara hewan, kita juga harus memberi perhatian pada apa yang kita beri bagi hewan peliharaan kita. Kita dituntut untuk bertanggung jawab merawatnya, dan tanggung jawab ini akan diemban sepanjang umur hewan peliharaan tersebut. Apalagi, sebagian besar anjing bisa hidup lebih dari 10 tahun dan beberapa kucing bisa hidup hingga 20 tahun.
MINIZINE
PERAN HEWAN PELIHARAAN BAGI MANUSIA Dalam jurnal berjudul “Hubungan Antara Pet Attachment dengan Kualitas Hidup pada Pemilik Hewan Peliharaan� oleh Nugrahaeni (2016), hubungan emosional yang terbentuk antara pemilik dengan hewan peliharaannya disebut dengan istilah pet attachment. Hewan peliharaan dapat berperan sebagai sumber dukungan sosial bagi pemiliknya pada saat dukungan dari sesama manusia berkurang. Adanya hewan peliharaan membuat kita merasa selalu ada yang menemani dan mendorong interaksi sosial yang baik untuk kesehatan mental. Rasa kesepian tak bisa diabaikan. Sama seperti gangguan fisik, kesepian juga bisa berdampak pada kesehatan jiwa. Berkaitan dengan itu, memelihara hewan peliharaan juga bisa mengurangi stres. Bermain bersama hewan peliharaan dapat menurunkan kortisol dan meningkatkan kadar hormon serotonin, oksitosin, dan dopamin dalam tubuh. Serotonin, oksitosin, dan dopamin adalah dua hormon yang bertanggung jawab menciptakan rasa senang, bahagia, dan ketenangan ketika kita dilanda stres atau merasa cemas. Sedangkan, kortisol adalah hormon yang dihasilkan tubuh ketika mengalami stres.
ULTI MAG Z
S P EC I A L E D IT I ON
S ECT I O N :
P ETS
63
Pada lingkungan keluarga, hewan peliharaan seperti anjing atau kucing akan membantu anggota keluarga untuk santai dan mengembangkan antusiasme kehidupan. Bagi anak-anak, hewan peliharaan dapat membantu mengatasi kegelisahan, mengendalikan sifat agresi, dan mengembangkan kesadaran diri.
Penting untuk rutin memeriksa kesehatan hewan karena setiap harinya terjadi interaksi dan kontak fisik dengan kita. Ada beberapa penyakit yang bisa ditularkan hewan peliharaan kepada manusia, seperti rabies dan influenza. Ada baiknya hewan divaksinasi dan dibawa ke dokter hewan satu kali dalam tiga bulan untuk diperiksa.
Hewan peliharaan kini juga menjadi sebuah metode terapi yang dikenal dengan pet therapy. Sharon Moore (Indarpuri, 2009) dalam bukunya yang berjudul “Lupus Terapi-terapi Alternatif yang Berhasil� menyebutkan, bahwa hewan peliharaan dapat membantu proses penyembuhan melebihi dukungan dari keluarga. Asosiasi Jantung Amerika juga mengatakan, bahwa dengan 12 menit pertemuan antara manusia dengan hewan peliharaannya mampu menurunkan tekanan darah, membuang hormon jahat, dan mengurangi risiko serangan jantung.
Menjaga kebersihan juga merupakan hal yang penting. Kita bisa memandikan hewan peliharaan satu atau dua kali dalam sepekan. Kandang atau tempat tidur mereka juga perlu dibersihkan berkala karena kotoran bisa menjadi sumber penyakit. Kita juga harus menggunakan produk yang aman bagi hewan juga manusia, mulai dari makanan, sabun, sampo, hingga mainan hewan.
TIPS MERAWAT HEWAN PELIHARAAN Memelihara hewan lebih dari sekadar hobi. Dibutuhkan komitmen panjang dan pengorbanan waktu untuk merawat mereka. Pertama-tama, baik untuk menyesuaikan kondisi dan gaya hidup kita sebelum memilih hewan apa yang hendak kita pelihara. Jika memiliki ruang terbatas, kita bisa memilih hewan peliharaan seperti hamster, kura-kura, ikan, atau sugar glider. Pilihlah anjing atau kucing ketika kita bisa menyisihkan waktu dan uang yang lebih untuk segudang kebutuhan mereka.
Pun, kita harus mempersiapkan mental dan kebugaran fisik. Hewan peliharaan melakukan banyak interaksi dengan kita, baik di dalam maupun di luar rumah. Ultimates bisa mengajak kucing atau anjing jalan-jalan, bersepeda, bahkan berenang. Selain menganggap hewan peliharaan sebagai hiburan dan teman bermain, afeksi yang cukup pun harus diberikan. Pada dasarnya, pengetahuan yang cukup diperlukan untuk merawat hewan peliharaan. Diperlukan pula observasi khusus terhadap mereka karena karakteristik tiap hewan pun berbeda. Di atas semuanya, penuhilah mereka dengan kasih sayang dan janganlah melakukan kekerasan atau animal abuse kepada hewan yang sudah Ultimates pilih untuk dipelihara. Sumber: liputan6.com, kompas.com, lib.unnes.ac.id, halodoc.com, eprints.umm.ac.id, doktersehat.com, merdeka.com, cnnindonesia.com
64
M E L A WA N J E M U D I TATA N A N K E H I D U PA N B A R U
Ketidakpastian, Kecemasan, dan Kesadaran writer Charlenne Kayla Roeslie photographer Dava Ferdiansyah
MINIZINE
ULTI MAG Z
S P EC IA L E D IT I ON
S ECT I O N :
S UA K A K ET EN A N G A N
65
KESEHATAN MENTAL DI MASA PANDEMI Sejak pandemi virus korona melanda dunia, hidup kita tak lagi sama. Kita menatap layar lebih lama, mencuci tangan lebih sering, dan mengikuti berita dengan lebih intens. Rumah yang dahulu jadi suaka kini terasa seperti penjara. Beberapa rencana perlu dipikirkan ulang karena tak ada yang pasti saat ini. Keadaan yang serba tak pasti sedikit banyak berdampak pada kesehatan mental kita. Ditambah lagi, hari-hari ini, kita semua terpaksa mendekam di rumah. Waktu luang yang lebih banyak memungkinkan kita untuk terlarut dalam pikiran sendiri. Bagi sebagian orang, segala ketidakpastian dan waktu luang ini dapat menyebabkan kecemasan dan kekhawatiran berlebih. “Ada beberapa kondisi kayak yang kita lihat di media sosial, orang sampai numpuk barang banyak atau pergi belanja pakai hazmat, itu kan yang sudah berlebihan dan kayaknya tidak sesuai dengan yang direkomendasikan [WHO]. Itulah saat mungkin rasa cemas itu sudah jadi gangguan,� ujar psikiater dr. Andreas Kurniawan, SpKJ dalam wawancara dengan tim ULTIMAGZ. Andreas menyebutkan, sangatlah wajar bila kita merasa cemas dengan situasi yang ada saat ini. Kecemasan itu bisa menjelma jadi berbagai bentuk; sakit kepala, sesak napas, asam lambung, sulit tidur, bahkan mimpi buruk. Situs I Dream of COVID mengumpulkan beragam mimpi buruk terkait pandemi yang dialami banyak orang di seluruh dunia akhir-akhir ini. Tak cuma kecemasan, gangguan penyesuaian juga menjadi salah satu permasalahan mental yang umum terjadi selama pandemi. Meleburnya ruang kerja dan ruang beristirahat karena kebijakan bekerja dari rumah membuat kita rentan merasa letih dan sulit produktif. Apalagi, bila rutinitas kita berubah total. Dalam mengatasi gangguan cemas dan gangguan penyesuaian, Andreas menyarankan satu kegiatan fundamental yang dapat kita lakukan: menyadari pikiran sendiri. Praktik berkesadaran (mindfulness) yang populer
66
M E L A WA N J E M U D I TATA N A N K E H I D U PA N B A R U
beberapa tahun terakhir nyatanya dapat membantu kita berpikir rasional dan mencari bantuan yang tepat. “Kalau kita enggak sadar bahwa kita cemas, enggak sadar bahwa kita terguncang mentalnya, maka kita enggak akan bereaksi apa-apa. Kasarnya, kalau kamu enggak sadar kamu bau badan, kamu enggak akan pakai deodoran,” ungkapnya. Kesadaran akan pikiran inilah akan membantu kita pelanpelan berpikiran secara rasional. Tak perlu positif, cukup rasional dan realistis. Menurut Andreas, berpikiran terlalu positif di masa-masa seperti ini justru akan membuat kita lengah dan tak sadar akan masalah-masalah yang terjadi. Kecemasan sangat mungkin timbul ketika kita mencoba mengontrol hal-hal yang tak dapat kita kontrol. Hal-hal yang berada di luar kendali kita. Dalam filsafat stoa, konsep ini dikenal dengan nama ‘Dikotomi Kendali’. Dalam buku “The Manual: A Philosophers’s Guide to Life”, Filsuf Epictetus membagi segala hal di dunia menjadi
MINIZINE
dua kategori: hal-hal yang berada dalam kendali kita, dan hal-hal yang berada di luar kendali kita. Ia mengatakan, seharusnya manusia cukup berfokus pada apa yang berada dalam kendalinya. Mencoba mengontrol hal-hal selain itu adalah perbuatan sia-sia. “COVID-19 enggak bisa kita kendalikan, keadaan nggak bisa keluar rumah nggak bisa kita kendalikan, yang bisa kita kendalikan adalah mau berkomunikasi dengan cara apa. Dengan demikian, maka kita enggak merasa helpless banget,” pungkas Andreas. Kecemasan hadir ketika kita merasa tak punya kendali atas situasi. Namun setidaknya, di tengah segala ketidakpastian yang melingkupi kita saat ini, kita masih punya kendali atas satu hal: diri sendiri.
ULTI MAG Z
S P EC I A L E D IT I ON
S ECT I O N :
"
S UA K A K ET EN A N G A N
Namun setidaknya, di tengah segala ketidakpastian yang melingkupi kita saat ini, kita masih punya kendali atas satu hal: diri sendiri.
67
68
M E L A WA N J E M U D I TATA N A N K E H I D U PA N B A R U
MINIZINE
Musik Teman Kala Stress writer Frengky Tanto Wijaya
S
photographer Frizki Alfian
TRES merupakan suatu hal yang wajar terjadi ketika manusia melakukan aktivitas s e c a r a b e r l e b i h a n . Te r l e b i h k e t i k a adanya pandemi COVID-19 mengakibatkan semua aktivitas sebisa mungkin dilaksanakan dari rumah. Rumah yang semula menjadi tempat untuk beristirahat, kini harus berbagi fungsi menjadi tempat bekerja. Dengan beralih fungsinya sebuah rumah, memicu tingkat stres dalam diri menjadi naik. Hal tersebut diakibatkan karena urusan pekerjaan masuk ke dalam ranah personal. Menurut Jurnal “Studi Metaanalisis: Musik Untuk Menurunkan Stres dari Universitas Gunadarma”, Schaffer mendefinisikan stres sebagai gangguan dan pikiran dari tubuh dalam merespon tuntutan-tuntutan. Dilansir dari kompas.com, ketika stres melanda membuat tubuh membacanya sebagai sebuah ancaman. Untuk melindungi dari ancaman tersebut, tubuh memproduksi berbagai hormon stres, seperti adrenalin, kortisol, dan norepinefrin. Dampaknya, manusia menjadi merasa deg-degan akibat denyut jantung yang meningkat, napas menjadi lebih cepat dan singkat, otot menegang, tekanan darah naik, mudah cemas, sulit tidur hingga sulit untuk berpikir jernih.
videographer La Bomba
Salah satu cara mudah untuk tetap rileks ketika sedang bekerja dalam masa karantina ini adalah dengan mendengarkan musik. Menurut peneliti dari University of Missouri, mereka menyetujui bahwa mendengarkan musik dapat memperbaiki suasana hati. Penelitian ini terbit dalam jurnal yang berjudul “The Journal of Positive Psychology”. Senada dengan penelitian tersebut, dalam Jurnal “Studi Metaanalisis: Musik Untuk Menurunkan Stres”, Djohan mengungkapkan terapi musik berperan sebagai teknik relaksasi untuk memperbaiki, dan memelihara fisik serta kesehatan emosi. Selain itu, Kemper dan Danhauer mengatakan musik dapat meningkatkan kesehatan seseorang dengan meringankan rasa sakit, perasaan dan pikiran yang kurang menyenangkan, hingga membantu mengurangi rasa cemas. Untuk membantu Ultimates yang sedang ingin rileks dengan mendengarkan musik, kali ini Ultimagz telah menghimpun beberapa lagu untuk didengar. Daftar lagu ini patut untuk didengar ketika sedang merasa stres dalam bekerja atau mengerjakan tugas, khususnya di masa pandemi ini. Sumber:kompas.com, jurnal.ugm.ac.id, https://positivepsychology.com/
ULTI MAG Z
Pindai QR code ini untuk mendengarkan lagu pilihan ULTIMAGZ!
S P EC I A L E D IT I ON
S ECT I O N :
S UA K A K ET EN A N G A N
69
M E L A WA N J E M U D I TATA N A N K E H I D U PA N B A R U
70
Fenomena Belanja Impulsif di Tengah Pandemi
P
MINIZINE
writer Jairel Danet Polli photographer Veronica Novaria illustrator Katryn Ivania
ANDEMI virus korona secara langsung memengaruhi industri bisnis. Bagaikan pisau bermata dua, di satu sisi banyak perusahaan yang mengalami kesulitan. Namun, di sisi lain, beberapa industri melihatnya sebagai sebuah peluang bisnis menggiurkan. Penawaran menarik mulai dari potongan harga, cashback, bonus merchandise, dan promo menarik lainnya dilakukan untuk menarik konsumen. Hal tersebut kemudian mendorong masyarakat belanja secara konsumtif, bahkan impulsif.
ULTI MAG Z
S P EC I A L E D IT I ON
S ECT I O N :
K ELO L A UA N G
71
WORKING-FROM-HOME PROFESSIONAL
Menurut Rook D.W (1987) melalui bukunya yang berjudul “The Buying Impulsive, Journal of Consumer Research” menyatakan bahwa belanja impulsif mengacu pada pembelian sesuatu yang tiba-tiba dan tidak direncanakan sebelumnya. Perilaku ini terjadi karena adanya stimulus terhadap emosi dan ketertarikan seseorang terhadap produk terkait. Rangsangan itu sendiri muncul melalui iklan yang disampaikan penjual, apalagi jika terdapat potongan harga. Perasaan senang yang spontan muncul akhirnya mendorong orang untuk membeli tanpa memikirkan konsekuensi dan kegunaanya. Dilansir dari Tempo.co, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh ADA Indonesia sepanjang Maret 2020, pandemi virus korona menimbulkan dua perubahan terhadap perilaku konsumen. Dua kategori tersebut antara lain The Adaptive Shopper dan Working-from-home Professional. Perusahaan artificial intelligence (AI) tersebut mengungkapkan bahwa penggunaan aplikasi belanja dan produktivitas meningkat dengan pesat. “Data ADA menunjukkan, kedua jenis aplikasi ini paling banyak digunakan masyarakat Indonesia, terutama di kalangan menengah dan atas,” kata Managing Director ADA Indonesia Kirill Mankovski, dikutip dari Tempo.co.
Pada masa pandemi ini, hampir sebagian kantor di Indonesia menjalankan protokol working-from-home bagi para pekerjanya. Seiring dengan hal tersebut, aplikasi produktivitas untuk melakukan pekerjaan juga turut naik traffic-nya. Aplikasi untuk meeting, kolaborasi, komunikasi, dan lain sebagainya tentu menjadi sangat dibutuhkan. Senada dengan penggunaan aplikasi belanja daring, terjadi peningkatan penggunaan aplikasi produktivitas selama bulan Maret. Tercatat penggunaannya naik hingga lebih dari 400 persen. Aplikasi yang paling banyak digunakan sendiri adalah aplikasi screen recorder dan anti-virus. “Setiap orang bereaksi dengan cara yang berbeda-beda terhadap situasi krisis, seperti pandemi,” Kirill memberikan komentarnya. “Ini yang menyebabkan perbedaan crisis persona di Indonesia dengan negara Asia Tenggara lainnya. Kami melihat, masyarakat Indonesia cepat beradaptasi untuk memenuhi kebutuhannya, dan berusaha untuk tetap produktif,” kata Kirill. Kedua perilaku baru ini disebut timbul akibat adanya penurunan kunjungan dari masyarakat akibat pembatasan sosial berskala besar.
THE ADAPTIVE SHOPPER
SOLUSI BELANJA IMPULSIF
ADA Indonesia menyatakan bahwa sejak pembatasan jarak diumumkan, penggunaan aplikasi belanja daring (e-commerce) mengalami kenaikan hingga 300 persen. Kanal belanja yang paling banyak dikunjungi sendiri merupakan segala hal yang berhubungan dengan kebutuhan sehari-hari, termasuk jual-beli barang bekas. Penggunaan aplikasi jenis ini mengalami puncaknya pada tanggal 21-22 Maret 2020 yang menyentuh angka 400 persen. “Masyarakat Indonesia, terutama kelas menengah dan atas, telah beradaptasi dengan dunia baru ini. Mereka beralih ke cara-cara baru untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya,” ujar Kirill.
Perlu disadari bahwa belanja impulsif merupakan musuh bagi kehidupan finansial. Belanja impulsif memungkinkan kita untuk melakukan pembelian yang melebihi kemampuan finansial. Tak hanya itu, hal ini juga menjebak seseorang untuk membeli barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Di tengah masa sulit akibat virus korona, kemampuan mengelola uang tentu sangat diperlukan. Melihat aplikasi belanja daring berlomba-lomba memberikan penawaran terbaiknya, tentu ini menjadi masalah besar. Ditambah lagi, bagi orang yang tidak mampu menahan diri, stabilitas keuangan dapat terganggu.
72
M E L A WA N J E M U D I TATA N A N K E H I D U PA N B A R U
MINIZINE
Perlu diluruskan bahwa permasalahan seseorang yang gemar melakukan belanja impulsif datang dari dirinya sendiri. Bukan salah temannya yang sedang berulang tahun, keluarga yang menikah, atau bahkan iklan dan promo yang dipasang oleh penjual. Oleh karena itu, dalam menghindari perilaku ini terdapat dua pendekatan yang dapat dipakai, baik dari segi keuangan maupun psikologi.
2. PAHAMI KONDISI KEUANGAN
1. CARI FAKTOR UTAMA
Di atas segalanya, poin ini menjadi yang terpenting dalam misi menghilangkan perilaku belanja impulsif. Sangat diperlukan tekad yang kuat dari dalam diri kita untuk melakukannya. Oleh karena itu, selalu 3. PASANG TARGET evaluasi diri melalui poin-poin yang ditulis di atas dan terapkan dalam Sebelum membeli sesuatu, ada kehidupan sehari-hari. Jangan lupa baiknya membuat rencana atau daftar untuk selalu menahan diri demi pembelian. Cara ini bisa diaplikasikan kehidupan yang lebih baik. Bukan ketika melakukan belanja mingguan. hanya sekarang, melainkan esok hari. Jangan sampai tergoda membeli Sumber: Tempo.Co produk yang tidak direncanakan sebelumnya. Perencanaan dapat membantu memprediksi kondisi keuangan ke depannya
Untuk mengurangi p erilaku belanja impulsif, perlu menyadari faktor utama yang mendasari dan motivasi perilaku tersebut. Apakah sekadar untuk menghibur diri atau mungkin hanya karena ‘lapar mata’? Lihat kembali transaksi sebelumnya dan temukan alasan yang paling sering melatarbelakangi pembelian. Identifikasi dan catat apa saja hal yang menjadi faktor pemicu. Hal ini akan sangat bermanfaat untuk mencegah melakukan pembelanjaan yang tidak diperlukan suatu saat nanti.
Pastikan Ultimates memahami kondisi keuangan sebelum melakukan pembelian. Apakah memiliki kebutuhan primer untuk dibeli saat ini atau terdapat tagihan yang harus dibayar? Apabila memiliki kondisi keuangan yang kurang stabil, sebaiknya urungkan niat untuk membeli daripada menimbulkan lebih banyak masalah di kemudian hari. Prioritaskan apa yang menjadi kebutuhan utama dibandingkan membeli barang untuk kepuasan pribadi yang mungkin kesenangannya hanya bersifat sementara.
4. TENTUKAN ANGGARAN Selain memasang target, penentuan anggaran sebelum belanja juga perlu diperhatikan Pastikan semuanya terukur dan sesuai dengan kemampuan. Anggaran yang dibuat harus dicocokkan dengan kebutuhan dan kondisi finansial.
5. KONTROL DIRI
ULTI MAG Z
S P EC I A L E D IT I ON
S ECT I O N :
K ELO L A UA N G
BELANJA IMPULSIF DAPAT MENYEBABKAN HILANGNYA TABUNGAN, MENIPISNYA DOMPET, KEGAGALAN PERENCANAAN FINANSIAL JANGKA PANJANG, DAN MERUPAKAN MUSUH BAGI KEHIDUPAN FINANSIAL.
73
74
M E L A WA N J E M U D I TATA N A N K E H I D U PA N B A R U
MINIZINE
VIRTUAL PHOTOSHOOT Terobosan Pemotretan Kala #dirumahaja writer
Nadia Indrawinata
ULTI MAG Z
S P EC I A L E D IT I ON
S ECT I O N :
PEMBATASAN
SOSIAL Berskala Besar (PSBB)
VI RT UA L P H OTO S H O OT
75
Imbauan pemerintah untuk melakukan pembatasan fisik atau physical distancing, bahkan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa daerah mengubah hidup banyak orang. Dari yang biasanya setiap hari harus bepergian demi menjalani aktivitas, sekarang terpaksa berdiam diri di rumah masing-masing. Rasa terperangkap selama jangka waktu yang lama ini akhirnya menimbulkan rasa jenuh, ditambah dengan harus berjalannya proses adaptasi ulang. Namun, justru di saat-saat sulit seperti inilah mendadak kreativitas meningkat. Beberapa orang mulai terpikirkan ide-ide baru soal kegiatan apa saja yang bisa dilakukan di rumah. Ada berbagai macam aktivitas yang bermunculan di lingkup media sosial, lalu berlanjut menjadi viral. Salah satunya, jenis fotografi baru yaitu virtual photoshoot atau sesi pemotretan jarak jauh. Di media sosialnya, dengan rata-rata orang yang diikuti sesama fotografer, tidak membutuhkan waktu yang lama agar hal ini akhirnya sampai ke linimasa Rika Farida, seorang fotografer yang fokus di bidang potret. Ia melihat bahwa gaya fotografi ini dibuat populer setelah Raisa merilis hasil foto-fotonya. Pada awalnya, ia mengaku sama sekali tidak tertarik dengan dunia fotografi baru yang tidak harus bertemu langsung dengan model ini. “Jadi, sebenernya, aku tipikal orang yang kalau konsep itu nggak terlalu suka yang terlalu mainstream atau happening. Aku nggak terlalu tertarik kemaren, karena udah banyak banget di timelineku. Tementemenku itu—aku kan juga follow sesama fotografer, akun-akun potret—banyak banget,� ungkapnya.
76
M E L A WA N J E M U D I TATA N A N K E H I D U PA N B A R U
Namun, hal itu berubah ketika ia mendapatkan saran dari teman sesama fotografer. “Enggak sah rasanya kalau Mbak Rika nggak bikin kayak gitu. Cobalah yang menurut versinya Mbak Rika sendiri, deh,” ucap temannya, seorang fotografer asal Sidoarjo. Akhirnya, atas saran tersebut Rika pun ikut terjun ke dalam kegiatan baru ini. Namun, ada satu syarat: hasil karyanya haruslah menjadi versinya sendiri. Sampai pada akhirnya, perempuan berumur 38 tahun ini melihat foto temannya yang bekerja sebagai makeup artist. “Si Suci (model) dengan make up itu, aku lihat itu kayak look yang moody banget dan aku lihat hampir di semua virtual photoshoot itu belum pernah,” ucapnya ketika bercerita tentang mengapa ia memilih si model. Fotografer ini pun mengaku bahwa dia sangat menyukai penampilan ekspresi sedih atau sembab. Cara untuk melakukan virtual photoshoot sebenarnya sederhana. Model dan fotografer harus berada dalam sebuah panggilan video melalui aplikasi pilihan. Namun, dari pengalaman Rika, perbedaan terletak pada alat yang digunakan. Ia sendiri memakai laptop, sedangkan modelnya menggunakan gawai. Bukan tanpa alasan, melainkan agar objek yang ingin diambil— dalam hal ini si model—bisa terlihat lebih besar dan jelas.
MINIZINE
ULTI MAG Z
S P EC I A L E D IT I ON
S ECT I O N :
VI RT UA L P H OTO S H O OT
Fotografer yang menggunakan nama pengguna @lilqueenr di Instagram itu mengatakan bahwa ada
saran dari temannya agar foto tidak membosankan. Penggunaan properti seperti gelas, bunga kering,
Pencahayaan adalah sesuatu yang harus sangat diperhatikan
Ketika photoshoot akan dimulai, model sudah siap dengan posisi yang diinginkan. Begitu juga dengan fotografer, alat-alat yang ingin digunakan juga harus disiapkan. “Nah, aku mikir nih. Kalau misalnya emang beneran aku mau virtual photoshoot, aku harus cari model yang tepat sasaran. Aku harus cari model yang memang dia di rumahnya, sudah punya ring light atau pencahayaan untuk take foto dia sendiri dengan baik,” ungkap Rika ketika membicarakan soal pencahayaan. Kebetulan modelnya kala itu memang berkecimpung di dunia rias wajah sehingga memiliki alat yang lengkap. Menurutnya, pencahayaan adalah sesuatu yang harus sangat diperhatikan. Dalam proses virtual photoshoot, fotografer harus berada di dalam ruangan yang gelap. Kalau tidak, maka hasil foto akan menjadi kurang memuaskan.
hingga bubble wrap yang ditaruh di depan layar laptop bisa membuahkan hasil yang menarik.
Kesamaan bagi fotografer potret ini terletak pada cara mengatur pose model-model. Kalau dari pengalamannya, sama saja dengan kegiatan yang biasa di studio, dengan mencontohkan. Perbedaannya hanyalah tempat photoshoot tersebut dilakukan. Untuk metode, ada dua yang bisa digunakan tergantung pilihan fotografer. Metode pertama adalah screenshot layar laptop, sementara metode yang kedua adalah memotret layar dengan kamera. Dalam proses pembuatannya, fotografer asal Malang tersebut menggunakan keduanya. Setelah melakukan photoshoot, fotografer ini menyunting karyanya dengan preset-nya sendiri melalui aplikasi Lightroom. “Ada tips dari beberapa temen-temen, kalau emang hasilnya enggak memuaskan, lebih baik pakai filter grain. Jadi sok-sok film gitu.” ucap Rika ketika membahas proses penyuntingan. “Atau sekalian glossy, karena emang kalau cahayanya over jadi glossy,” tambahnya.
77
M E L A WA N J E M U D I TATA N A N K E H I D U PA N B A R U
78
SNAPSHOT SNAPSHOT SNAPSHOT SNAPSHOT SNAPSHOT
Photographer
Kevin Oei Jaya
Photographer
Elsiha Imanuella Widgira
MINIZINE
ULTI MAG Z
Photographer
Veronica Novaria
S P EC I A L E D IT I ON
S ECT I O N :
S N A P S H OT
79
M E L A WA N J E M U D I TATA N A N K E H I D U PA N B A R U
80
Photographer
Frizki Alfian
Photographer
Kevin Oei Jaya
MINIZINE
ULTI MAG Z
Photographer
S P EC I A L E D IT I ON
S ECT I O N :
Caroline Saskia
Photographer
Photographer
S N A P S H OT
Elsiha Imanuella Widgira
Photographer
Frizki Alfian
Veronica Novaria
81
M E L A WA N J E M U D I TATA N A N K E H I D U PA N B A R U
82
Photographer
Caroline Saskia
MINIZINE
ULTI MAG Z
S P EC I A L E D IT I ON
S ECT I O N :
S N A P S H OT
Photographer
Christ Yvonne Jonathan
Photographer
Christ Yvonne Jonathan
83
84
ULTIMAGZ
M E L A WA N J E M U D I TATA N A N K E H I D U PA N B A R U
MINIZINE
Special
Edition