Program Studi Arsitektur Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengambangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung Korea Architectural Accrediting Board Canberra Accord
Kuliah Lapangan Arsitektur ITB:
FA C A D E LOMBOK
Volume 1/2018 ISSN 2620 - 472X
© 2018 Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Bandung dan Para Penulis Dilarang memperbanyak bagian atau keseluruhan isi buku ini dalam bentuk apapun tanpa persetujuan tertulis dari Program Studi Arsitektur ITB. No part of this book may be reproduced in any manner whatsoever without written permission from the Architecture Program, ITB. Façade adalah produksi dari Program Studi Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan kebijakan, Institut Teknologi Bandung. Façade is a production of the Architecture Program, School of Architecture, Planning and Policy Development, Institut Teknologi Bandung, Indonesia. Dicetak di Bandung, Indonesia. Printed in Bandung, Indonesia. PROGRAM STUDI ARSITEKTUR SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN School of Architecture, Planning and Policy Development Institut Teknologi Bandung (ITB) Labtek IXB Jl. Ganesha 10 Bandung 40132 Indonesia T (022) 250 0046 W www.ar.itb.ac.id ISSN 2620 - 472X (Complete Set) ISSN 9772620-472017 (vol. 1)
Program Studi Arsitektur Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengambangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung Korea Architectural Accrediting Board Canberra Accord
Kuliah Lapangan Arsitektur ITB:
FA C A D E LOMBOK
Volume 1/2018 ISSN 2620 - 472X
Bagian 2
Kuliah Lapangan “Façade” Arsitekur ITB 2015 Penyunting :
Indah Widiastuti, S.T., M.T., Ph. D.
Kepala Tim
Shazkia Aulia Shafira Dewi
:
Konseptor : Shazkia Aulia Shafira Dewi Fasya Amasani Setiawan Haryono Kurniawan Sasqia Nurul Azmi Tim Materi : Rayi Ruby Ardelia Jessica Cungwin Adi Nur Khamim Aliefianto Nandya Saputra Audita Ilhami Rifdah Christianto Salimanan Diona Roseanne Fabian Mohammad Rukmana Fikri Anam Haidar El Haq Hibaturrahim Kevin Eligius Marseli Nur Fajrina Ramadhani Raden Cecylia Permata Costania Reliya Annisa Putri Tifany Claudia William Abil Bobby Setiawan Tim Layout : Nabila Putri Fauzia Shazkia Aulia Shafira Dewi Adi Nur Khamim Aries Fadli Prayoga Haidar El Haq Hibaturrahim Joshua Aditya Yahya Ayyash Asaduddin Sketsa
:
Arsitektur ITB 2015
Foto
:
Arsitektur ITB 2015
Penyunting : Eka Kurniawan Foto Nabila Putri Fauzia Joshua Aditya Puisi
:
Adi Nur Khamim
Foto sampul
:
Mahira Raihana Putri
Hak cipta milik Panitia Kuliah Lapangan “Façade” Arsitektur ITB.
Desa Sade
biarkan kami menguntai kisah, bahwa kami ingin menghadirkan asa, juga rasa, sesuai dengan peranan dan sasaran, yang lama tersembunyi, yang lama mengundang tanya, kami singkap agar terungkap semoga kami dapat memijak titisan pekerti
Prakata
Prakata Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan karunia-Nya, Kegiatan Kuliah Lapangan Arsitektur ITB 2017 “Façade” dapat berjalan dengan lancar dan buku laporan kuliah lapangan ini dapat terselesaikan dengan baik. Kuliah Lapangan Arsitektur ITB ini merupakan sebuah kegiatan tahunan Program Studi Arsitektur ITB dengan tujuan agar mahasiswa Arsitektur ITB memiliki pengetahuan terkait perbendaharaan kata arsitektural yang didapatkan langsung dari lapangan, dan sebagai penggenap materi yang tidak dapat terpenuhi hanya dengan belajar di kelas. Pada tahun ini, kuliah lapangan berlokasi di Lombok, Nusa Tenggara Barat dan diberi nama “Façade” sebagai penjenamaan dari kuliah lapangan. Buku laporan kegiatan kuliah lapangan ini menjadi salah satu persyaratan keluaran yang diharapkan oleh Prodi Arsitektur ITB dan merupakan kumpulan data hasil observasi di Lombok yang berupa materi, data observasi naratif, sketsa, dan dokumentasi berupa foto dari desa dan hotel. Dalam proses penyusunan buku ini, kami hendak mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu keberjalanan kuliah lapangan ini dari awal hingga akhir yaitu sebagai berikut.
1. Bapak Aswin Indraprastha, selaku Ketua Program Studi Sarjana Arsitektur ITB yang telah membantu keberjalanan kuliah lapangan. 2. Bapak Arif Sarwo Wibowo, Ibu Indah Widiastuti, Ibu Christina Gantini, dan Bapak Dibya Kusyala, selaku dosen pembimbing kuliah lapangan yang telah menemani dan membimbing kami selama proses perencanaan dan perjalanan di Lombok. 3. Ananda Rahmat F., selaku Ketua Kuliah Lapangan Arsitektur ITB 2016 dan ketua himpunan Ikatan Mahasiswa Arsitektur Gunadharma (IMA-G) ITB. 4. Seluruh mahasiswa Arsitektur ITB 2015. 5. Pihak sponsor dan donatur yang telah memberikan bantuan dana. 6. Pihak-pihak lain yang belum disebutkan.
Kami menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dengan demikian, kami selaku panitia pelaksana Kegiatan Kuliah Lapangan Arsitektur ITB “Façade” 2017 mengucapkan selamat menikmati untaian kisah dan ilmu yang kami dapatkan dari kuliah lapangan ini. Semoga buku ini berguna bagi pendidikan khususnya pengayaan khasanah arsitektur.
Bandung, 12 November 2017
Nikolas Fiansa Buddhisuharto Ketua Panitia Pelaksana Kuliah Lapangan Arsitektur ITB “Façade” 2017
vi
Prakata
Foto oleh Cecylia Costania
vii
Kata Pengantar
viii
Kata Pengantar
Indah Widiastuti, S.T., M.T., Ph.D.
Pembimbing Kuliah Lapangan dan Pengampu MK AR 2131 Sejarah dan Tradisi Arsitektur Nusantara
Sebelumnya saya ucapkan selamat kepada para mahasiswa peserta kuliah lapangan yang akhirnya telah berhasil menghasilkan satu terbitan yang sangat baik lewat buku “Kuliah Lapangan Arsitektur ITB 2015: Façade Lombok” ini. Kuliah lapangan ini menjadi saat kami (dosen pembimbing bersama para mahasiswa) untuk belajar bersama mengenai arsitektur sebagai peristiwa yang dialami dalam ruang dan waktu, yang bisa dilihat langsung, disentuh, dan ditempati. Kuliah lapangan menjadi saat mahasiswa mempelajari ilmu arsitektur sebagai suatu materialitas yang “lebih nyata”, setelah sekian lama mereka belajar arsitektur di studio sebagai atau sesuatu “tak betul-betul ada”, sebagai konsep, pengetahuan, dan imajinasi di studio dan sekolah. Dengan kuliah lapangan ini mahasiswa menemui arsitektur sebagai sebuah peristiwa dan materialitas yang bisa dirasakan dalam ruang dan waktu. Sebagian dari obyek arsitektur yang dikunjungi adalah tinggalan dari masa yang telah lampau, seperti desa-desa adat di Sade, Senaru, dan Bayan. Darinya, mereka melihat bagaimana Lombok sebagai sebuah keseluruhan ekologi dan budaya terwujud secara lugas secara arsitektural lewat rumahrumahnya, bruga, lumbung-lumbungnya, bersama dengan gunung, sawah, kekayaan bambu-bambu serta panas terik dari iklim hujan monsoon yang cukup panjang. Sebagian pelajaran arsitektural lainnya mereka pelajari dari kasus-kasus arsitektur masa kini, dalam bentuk arsitektur fasilitas pariwisata seperti hotel, dan homestay, yang sedikit banyak menunjukan bagaimana kesadaran akan tradisi membawa konsep-konsep masa lalu ke masa kini yang menyebabkan bangunan- bangunan modern tersebut masih bisa dikenali sebagai arsitektur yang unik dari sebuah konteks kebudayaan. Teknik-teknik konversi tektonika dari arsitektur lama dan baru, penyesuaian fungsi, dan pengolahan bahasa visual, bahkan termasuk pengelolaan bangunan menjadi pelajaran yang semestinya terkelola dengan baik melalui kegiatan kuliah lapangan ini. Perjalanan seperti ini tidak terjadi begitu saja, namun melalui sekian panjang persiapan yang juga memakan waktu, tenaga, dan pemikiran setidaknya selama satu semester ganjil 2017 - perjalanan kurang dari seminggu dengan persiapan satu semester lamanya. Secara substantif, materi Kuliah Lapangan ini juga menjadi bagian yang disiapkan pada Mata Kuliah Sejarah dan Tradisi Arsitektur Nusantara (AR 2131), lewat tugas-tugas kajian pustaka mengenai arsitektur di gugus Kepulauan Sunda kecil, dengan harapan bahwa pengetahuan mereka tentang arsitektur Lombok memiliki sebuah tema besar mengenai budaya berarsitektur di nusantara. Semoga kegiatan Kuliah Lapangan ini akan terus sinambung, kualitas pembelajarannya ditingkatkan, dan akan dapat menjadi pengetahuan yang bisa dibagi kepada seluasluasnya masyarakat, terutama masyarakat arsitektur.
ix
Kata Pengantar
Dr.Eng. Arif Sarwo Wibowo, S.T., M.T. Pembimbing Kuliah Lapangan
Segala puji bagi Allah Swt. yang telah memperkenalkan terlaksananya kuliah lapangan di Desa Sade, Dusun Beleq, dan Dusun Senaru Lombok, Nusa Tenggara Barat pada akhir Juli hingga awal Agustus 2017. Proses pembelajaran arsitektur tidaklah lengkap tanpa adanya pengalaman langsung yang melibatkan berbagai indera yang dimiliki oleh manusia. Pengetahuan dari buku dan perkuliahan di kelas tidaklah cukup untuk mengasah kepekaan seseorang terhadap ruang, skala dan terlebih lagi hal-hal yang tak dapat dituliskan maupun digambarkan, namun hanya dapat dipahami dengan pengalaman langsung. Kuliah lapangan ini merupakan salah satu upaya untuk mengasah kepekaan tersebut, dengan hadir secara langsung melihat memegang, merasakan dan mengalami sendiri, sehingga diharapkan akan memunculkan daya kreasi dan apresiasi terhadap Arsitektur Lombok dan arsitektur tradisional pada umumnya. Kebanggaan dan penghargaan yang sangat tinggi kami sampaikan pula kepada para mahasiswa, peserta kuliah lapangan ini, yang telah bekerja dengan sangat baik sejak tahap persiapan hingga diterbitkannya buku ini sebagai karya yang sangat berharga bagi pengetahuan arsitektur di Indonesia. Kita semua berharap semangat kreasi dan apresiasi terhadap arsitektur tradisional ini tidak berhenti sampai di sini saja, namun akan terus berkembang dan berlanjut di kemudian hari, dan diaplikasikan pada karya-karya arsitektur yang dihasilkan di kemudian hari. Terima kasih kepada seluruh peserta Kuliah Lapangan ini dan apresiasi yang tinggi untuk para panitia dan pengurusnya, serta Program Studi Arsitektur, SAPPK Institut Teknologi Bandung yang telah mendukung terselenggaranya kegiatan ini. Selamat kepada semuanya, dan kita semua berharap pengalaman di kuliah lapangan dan hal-hal yang tertuang dalam buku ini akan bermanfaat bagi kita semua.
x
Kata Pengantar
Dr. Ir. Christina Gantini, M.T. Pembimbing Kuliah Lapangan
Kuliah lapangan merupakan program tahunan dari Prodi Arsitektur ITB, dengan penitikberatan obyek studi lapangan berupa arsitektur masa lampau (tradisional/ vernakular) dan arsitektur masa kini (modern) dimaksudkan agar mahasiswa memiliki pengalaman dan dialog lapangan lewat cara DATANG – LIHAT – REKAM dengan dua obyek studi yang berbeda. Banyak kegembiraan dan juga usaha keras mahasiswa selama proses perjalanan sampai terhadirkannya buku ini. Kekompakan dalam interaksi dan relasi antarsiswa dan antara siswa dengan pembimbing memberi warna dan kebahagiaan tersendiri sebagai pembimbing mereka. Integritas mahasiswa telah terbukti dan keyakinan bahwa mereka bisa dan mampu membawa kebanggaan yang luar biasa. Semoga Kuliah Lapangan Façade di masa depan lewat penghadiran buku ini dapat membawa inspirasi dan pembelajaran bagi angkatan berikutnya sehingga dapat lebih baik lagi dalam menghayati dan mengalami arsitektur dalam perannya sebagai siswa sekolah arsitektur.
Dibya Kusyala, S.T., M.T.
Pembimbing Kuliah Lapangan
Kuliah Lapangan bertajuk Façade 2017 diselenggarakan oleh mahasiswa Arsitektur Institut Teknologi Bandung 2015. Masa persiapan, pelaksanaan, hingga pameran dan pembuatan buku merupakan sebuah proses panjang yang menguras fokus, tenaga, dan biaya selama satu tahun sejak mereka memasuki tingkat kedua dalam penjurusan pendidikan di Program Studi Arsitektur ITB. Beragam rangkaian acara diselenggarakan dengan penuh antusias oleh seluruh peserta dimotori sekelompok panitia inti. Mereka tiada lelah merangkai diskusi, rencana, dan menurunkannya dalam runutan kegiatan dan pembagian peran. Dalam rangka mengawal tujuan awal yang diamanahkan, yaitu pemahaman yang lebih baik akan kosakata arsitektur yang baru, proses merekam ruang dan lokasi yang sedang potensial untuk berkembang yaitu Lombok. Keseriusan peserta dan panitia adalah hal yang paling disyukuri oleh para pembimbing. Kami berempat berharap semoga buku yang menjadi buah pikir dan usaha bersama Angkatan 2015 ini terus memberi semangat bagi adik tingkat dan menjadi rujukan informasi yang berharga sehingga berkontribusi dalam pemahaman arsitektur nusantara yang lebih baik dari tahun ke tahun. Terima kasih kami tujukan pada panitia, peserta, juga sponsor, dan tentunya Program Studi Arsitektur ITB, beserta Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB yang memberi kesempatan terwujudnya Kuliah Lapangan Façade 2017 di Lombok.
xi
Kata Pengantar
xii Foto oleh Mahira Raihana Putri
Kata Pengantar
Kata Pengantar Kuliah lapangan merupakan program penunjang mata kuliah yang biasanya diadakan pada akhir semester genap di setiap tahunnya. Tujuan utama dari program ini adalah memberi tambahan wawasan dan pengetahuan baru bagi mahasiswa dengan jalan mengunjungi langsung objek-objek yang menjadi topik kuliah lapangan, berinteraksi dengan penghuni, arsitek, atau masyarakat di lingkungan tempat objek tersebut berada. Dalam dua tahun penyelenggaraan kuliah lapangan terakhir, objek kuliah lapangan dibagi menjadi dua yakni: 1) objek-objek terkait arsitektur tradisional dan vernakular, di mana mahasiswa diajak untuk mengenal secara langsung budaya bermukim dan artefak-artefak arsitektural yang merupakan hasil akumulasi dari budaya bermukim suatu masyarakat di suatu lokasi tertentu; 2) objek pengamatan kedua adalah karya-karya arsitek terbangun yang mendapat penghargaan atau rekognisi dari masyarakat sebagai karya arsitektur yang baik. Di sini mahasiswa diajak untuk mengenal proses desain, pembangunan hingga isu-isu terkait pengelolaan dan pemeliharaan karya arsitektur. Di tahun 2017 ini, objek kuliah lapangan adalah di Nusa Tenggara Barat yakni Lombok dengan mengunjungi tiga desa adat yakni Desa Sade, Dusun Beleq dan Dusun Senaru serta beberapa karya arsitektur berupa hotel, resor dan vila. Sekitar 90 orang mahasiswa tingkat dua program sarjana mengikuti kegiatan ini di bawah bimbingan empat dosen pembimbing. Baik pada objek desa adat maupun karya arsitektur, kegiatan kuliah lapangan menekankan pada proses apresiasi dan perekaman unsur-unsur bangunan dan arsitekturnya melalui sketsa, pengukuran, fotografi dan pembuatan narasi hasil berdialog dengan masyarakat desa dan arsiteknya, pada objek karya arsitektur. Melalui proses ini, mahasiswa yang baru memasuki dunia arsitektur diajak untuk memahami nilai-nilai arsitektur yang tidak hanya berupa produk sebuah proses desain dan konstruksi, melainkan juga produk dari nilainilai sosial, budaya, dan ekonomi yang melandasinya. Buku kuliah lapangan ini merupakan kumpulan resume dari dokumentasi di catatan harian, sketsa, hasil dialog dan foto dari lapangan, yang merupakan hasil kerja kolektif dari seluruh peserta kuliah lapangan yang telah dilaksanakan di akhir Juli 2017 lalu. Program Studi Arsitektur ITB sangat mendukung kegiatan-kegiatan serupa yang memiliki nilai akademik dan sosial yang tinggi. Semoga buku dokumentasi ini bermanfaat bagi penambahan wawasan dan pengetahuan khususnya tentang arsitektur vernakular atau tradisional di Indonesia dan pengayaan pengetahuan tentang karya-karya arsitektur modern di Indonesia. Terima kasih untuk semua pihak yang telah berkontribusi pada program ini.
Bandung, November 2017
Aswin Indraprastha, S.T., M.T., M. Eng., Ph.D. Ketua Program Studi Sarjana Arsitektur
xiii
Daftar Isi
Daftar Isi
Prakata Kata Pengantar Daftar Isi
xiv
vi viii xiv
Prolog Ilustrasi
1 5
Daftar Isi
Bagian 1: Lombok. Arsitektur. Budaya Lombok Secara Umum
8 9
Bagian 2: Tradisional Desa Sade Bale Tani Bale Lumbung Berugak Masjid Dusun Beleq Bale Toa Bale Lumbung Dusun Senaru Bale Toa Bale Lumbung Berugak Masjid Konklusi Kumpulan Sketsa
14 17 23 31 41 49 57 65 73 79 87 95 103 111 119 123
Bagian 3: Modern Lesehan Green Asri Green Asri Hotel Kies Villa Holiday Resort Qunci Villa Novotel
132 135 143 151 159 167 175
xv
Daftar Isi
Epilog
xvi
183
Bagian 4: Wisata Alam Bukit Selong Air Terjun Sendang Gile Bukit Nipah Pantai Mawun
188 191 195 199 203
Penutup
208
Desa Sade
xvii
Prolog
Prolog Oleh Nikolas Fiansa Buddhisuharto
“The moment when you realize as difficult as architecture school is, it is also one of the best times of your life.� - Anonim Apa makna dari kalimat tersebut? Ya, kalimat yang baru kami pahami setelah menjalankan kuliah di jurusan Arsitektur ITB ini. Segala kisah dan cerita yang akan selalu menjadi kenangan yang indah di benak kami, semuanya diawali dari sebuah kata: arsitektur. Arsitektur, jurusan yang kami pilih. Apakah benar ini pilihan terbaik yang kami ambil? Kami tidak tahu. Namun yang pasti, hidup kami lebih berwarna di sini. Mungkin kami memang tidak memilih arsitektur sebagai pilihan terbaik, namun di sinilah kami menjalani roda kehidupan, yang diawali dari kuliah lapangan. Kuliah lapangan. Frasa ini kami dengar di tengah proses orientasi Ikatan Mahasiswa Arsitektur Gunadharma (IMA-G), sebuah himpunan mahasiswa S-1 jurusan Arsitektur ITB.
1
Prolog
Foto oleh Fasya Amasani
Kami diperkenalkan tentang konsep kuliah di luar kampus karena banyak ilmu yang akan didapatkan langsung di lapangan, tutur kakak tingkat kami. Kuliah Lapangan Arsitektur ITB ini—yang dijalani pada masa libur antara tingkat 2 dan 3—menjadi hal yang kami tunggu-tunggu. Ya, dengan polosnya kami menantikan kesenangan yang akan kami rasakan. Kuliah lapangan angkatan kami – Arsitektur ITB 2015 – diawali dengan munculnya kegelisahan sebagian teman-teman kami. Konsep apa yang ingin kami bawakan? Ke mana kami akan pergi? Di awal bulan November 2016, kami memutuskan untuk membentuk tim konseptor kuliah lapangan 2017. Sejak saat itulah, kami mulai mencari informasi terkait kuliah lapangan. Ketua Prodi Arsitektur, ketua kuliah lapangan tahun sebelumnya, dan kakak tingkat Arsitektur ITB, kami kunjungi untuk menggali informasi sebanyak mungkin.
2
Prolog Di awal kegiatan praperencanaan inilah, berbagai masalah mulai kami temukan. Keinginan angkatan yang berbeda-beda? Ya. Keinginan untuk memilih lokasi yang tidak disetujui kaprodi? Ya. Propsal dana yang tidak kunjung selesai? Ya. Kami telah merasakan semua hal itu. Pada saat itulah kami memutuskan untuk segera melaksanakan pemilihan ketua kuliah lapangan dan badan kepengurusan, karena kami tidak lagi dapat membawa nama konseptor, khususnya demi kepentingan proposal. Di akhir bulan November, dengan 3 calon ketua kuliah lapangan yang ada, terpilihlah ketua kuliah lapangan Arsitektur ITB 2017. Pada minggu tersebut pula, terbentuklah kepanitiaan inti kuliah lapangan. Dengan demikian, babak baru dari proses perencanaan kuliah lapangan resmi dimulai. Pada awal kepanitiaan, ditentukanlah beberapa opsi pilihan lokasi wisata, kegiatan yang akan dilaksanakan, topik yang ingin dipelajari, dan mata kuliah terkait. Setelah dilakukan proses musyawarah ditentukanlah bahwa kuliah lapangan tahun ini akan diadakan di Bali dan Lombok dengan topik pembelajaran benang merah antara arsitektur tradisional dan modern. Kegiatan kuliah lapangan ini akan berhubungan dengan 3 mata kuliah, yaitu Studio Perancangan Arsitektur, Sejarah dan Tradisi Arsitektur di Indonesia, dan Teori Desain Arsitektur. Seiring keberjalanan kuliah lapangan ini, banyak masalah yang kami temukan, mulai dari masalah pendanaan sehingga kami harus memotong lokasi kuliah lapangan menjadi Lombok saja, memaksimalkan kunjungan ke tempat observasi sehingga kuliah lapangan dapat dilaksanakan dalam jangka waktu yang lebih singkat, dan kesiapan kami saat berangkat yang kurang optimal karena padatnya kegiatan akademik dan perhimpunan. Selain itu, sempat ada pergantian pemilihan jasa travel yang cukup pelik, sehingga berkali-kali kami harus mengubah RAB dan rencana perjalanan.
3
Prolog Ya, kami sering merasa letih, lelah, capek, dalam menjalankan perancangan kulap ini. Kami sering merasa down dan tidak ingin mengerjakan segala hal yang berhubungan dengan kuliah lapangan ini. Namun, kami tetap berusaha semaksimal mungkin melakukan apa yang dapat kami lakukan. Pada akhirnya, semua masalah pasti ada jawabannya. Setelah kami menginisiasi bentuk dana usaha baru yaitu commission art, dana yang kami dapatkan mulai meningkat. Pada dua hari sebelum keberangkatan, kami mendapatkan sponsor utama, yang sangat di luar dugaan. Kami pun akhirnya dapat berangkat ke Lombok dengan tenang. Hari keberangkatan kami rencanakan menjadi 6 shift. Shift pertama dan kedua berangkat dari Bandung bersama ke Jakarta, lalu pada dini harinya langsung berangkat ke Lombok. Shift ke-3 dan ke-4 berangkat bersama dari Bandung ke Jakarta pada hari Minggu pagi, dan siangnya langsung berangkat ke Lombok. Shift ke-5 dan ke-6 berangkat langsung dari Bandung ke Lombok pada siang harinya. Proses keberangkatan kami tidaklah selancar yang kami bayangkan, karena ternyata pada Sabtu malam jalan di Bandung sedang sangat padat dan pada hari Minggu terdapat acara maraton di Bandung sehingga beberapa jalan ditutup. Selain itu ada 2 teman kami yang berhalangan kuliah lapangan. Penerbangan kami dapat dikatakan cukup lancar dan kami tidak mengalami penundaan waktu penerbangan. Penerbangan ke Lombok memakan waktu sekitar 1 jam. Shift pertama mendarat pertama di Lombok dan langsung berangkat ke hotel untuk mengurusi penginapan dan travel. Kelompok terakhir sampai di Lombok sekitar pukul 21.00 WITA, dan pada saat itulah‌ ‌kisah kami dimulai.
4
Foto oleh Slamet Zarkasih
Foto oleh Prisky Kartikasari
Foto oleh Shazkia Aulia Shafira Dewi
Foto oleh Marestu Rizki Nugraha
Foto oleh Mahira Raihana Putri
Foto oleh Shazkia Aulia Shafira Dewi
Foto oleh Joshua Aditya
Foto oleh Bonifasius Dimas Adrianto
Foto oleh Pascal Abhijana Satya Aji
Foto oleh Nabila Putri Fauzia
Foto oleh Devi Kava Nilla
Foto oleh Muhammad Arifandy
Foto oleh Mahira Raihana Putri
Foto oleh Mahira Raihana Putri
Foto oleh Mahira Raihana Putri
Foto oleh Slamet Zarkasih
Foto oleh Devi Kava Nilla
7
Bagian 1
LOMBOK. ARSITEKTUR. BUDAYA. semburat merah pekat menyala di ufuk timur menyiratkan hasrat untuk dipikat lalu kami mencoba membaur dan melebur dalam Lombok yang penuh hakikat
Bagian 12
LOMBOK. ARSITEKTUR. BUDAYA. Oleh Ardelia Jessica Cungwin
Foto oleh Shazkia Aulia
Keterangan Foto: Halaman 9: (Kiri atas) Kapal nelayan di Selat Lombok. (Kiri tengah) Penduduk Desa Bayan sedang bersantai. (Kanan bawah) Pemandangan dari Holiday Resort Hotel. Halaman 10: (Kiri bawah) Gunung Rinjani. (Kanan bawah) Penduduk Desa Sade. Foto oleh Mahira Raihana Putri
9
Foto oleh Shazkia Aulia
Lombok. Arsitektur. Budaya. “Nusa Tenggara Barat Gemilang, Ikhtiar Tanpa Henti� Glorious NTB, Unending Effort Nampaknya, moto Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) ini sudah sangat cocok bagi Lombok yang selalu berkembang pesat demi kegemilangannya. Terletak di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Lombok adalah salah satu pulau di belahan timur Indonesia. Demi menyuguhkan keindahan alam dengan lebih baik bagi para pelancong dari seluruh dunia, Lombok selalu menuju ke arah yang lebih baik. Walau hanya merupakan pulau kecil, keindahan Lombok sangatlah kaya, mulai dari ekosistem pegunungan, hingga ekosistem lautnya. Dari tujuh gunung misalnya, gunung yang paling terkenal di daerah NTB adalah Gunung Rinjani dengan ketinggian 3.775 m. Gunung ini menyuguhkan pemandangan yang luar biasa di sekitarnya. Provinsi NTB yang terbagi menjadi 8 kabupaten dan 2 kotamadya ini juga memiliki laut yang tak kalah indahnya. Kebanyakan turis luar negeri datang ke Lombok untuk menikmati pemandangan dan
Foto oleh Cindy Claudia
kegiatan di pantai-pantai Lombok. Dijamin, tiap pantai akan selalu memberikan pengalaman baru bagi yang mendatanginya karena masing-masing memiliki keindahan yang mengagumkan. Tentunya, Lombok tidak akan cukup jika tidak menampilkan kekayaan alamnya dengan baik. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika bisnis pariwisata menjadi salah satu hal yang paling berkembang. Hotel, resor, vila, dan berbagai jenis penginapan dapat kita temukan di Lombok. Hampir semua penginapan selalu menyediakan suasana tradisional, yang mencerminkan budaya lokal masyarakat Lombok. Setelah ditelusuri lebih jauh, ternyata gaya bangunan atau ilmu arsitektur di Lombok memang masih sangat menghargai kebudayaan lokal. Suku Sasak sebagai etnik asli penduduk Lombok dan sedikit populasi berbudaya Bali membentuk keseluruhan kekayaan budaya Lombok. Budaya suku Sasak inilah yang menjadi budaya lokal yang masih sangat kental di perkembangan Pulau Lombok.
Foto oleh Tri Miranda
10
Bagian 1
Foto oleh Hanifa Nur Amalina
Foto oleh Mahira Raihana Putri
Foto oleh Prisky Kartikasari
11
Lombok. Arsitektur. Budaya.
Keterangan Foto: Halaman 11: (Atas) Peserta kuliah lapangan di Pantai Bukit Nipah. (Tengah) Penduduk Desa Bayan. (Bawah) Persawahan di Lombok Halaman 12: (Atas) Penduduk Desa Bayan.
Foto oleh Shazkia Aulia Shafira Dewi
Seperti yang kita ketahui, arsitektur sangat berkaitan erat dengan kebudayaan manusia karena desain tempat tinggal selalu sesuai dengan gaya hidup pada masanya. Lombok ternyata masih memiliki arsitektur yang dikonservasi, seperti Desa Sade, Dusun Beleq, Dusun Senaru, dan lain-lain. Budaya masyarakat yang asli masih dapat diamati dari desadesa tersebut. Melihat Lombok yang begitu kental dengan budayanya, kekayaan alam yang begitu dihormati, hingga dinamika kota yang masih ikut berkembang sesuai zaman, kami menjadi penasaran, “Sebenarnya, apa yang menjadi nilai lebih bagi Lombok? Apa yang dapat kita petik dari sistematika Pulau Lombok, yang dikenal oleh dunia berkat kekhasan dan kekayaan budaya dan alamnya? Apakah arsitektur mengambil peran penting dalam fenomena ini? Jika ya, apa benang merah yang menjadikan tradisional dan kontemporer tetap terhubung satu sama lain?� Demi menjawab pertanyaan itu, kami pun berangkat. Demi jawaban itulah, buku ini terbit. Bagi Indonesia, negeri kami yang kaya.
12
13
Bagian 2
TRADISIONAL jiwa-jiwa lebur rangkai, hanyut dalam sanubari
dan terus diampu oleh mereka yang berbudi menciptakan budaya arsitektur lalu turun tertutur, menerus secara teratur
Bagian 2
15
Tradisional
Peta Lokasi Desa
Legenda: 1. Desa Sade
2. Dusun Beleq
3. Dusun Senaru
16
Bagian 2
Desa Sade termasyhurlah desa ini sampai ke ujung negeri tapi jangan biarkan mereka melampaui ambang batas agar terjaga susunan alang-alang, bambu, kayu, dan tanah liat ini serta keragaman budaya dalam perniagaan yang lugas
17
Foto oleh Yahya Ayyash
Desa Sade
Desa Sade merupakan salah satu dari sembilan desa yang ditinggali Suku Sasak yang menjadi desa wisata pada tahun 1975. Desa seluas 5,5 hektare ini ditinggali oleh sekitar 150 KK (150 rumah) dan total 700 penduduk.
Budaya asli Suku Sasak masih bisa dijumpai di sini, bahasa, adat istiadat, rumah adat dan produk budaya lainnya. Mata pencaharian penduduk umumnya bercocok tanam dan bertenun saat musim panen surut. Kain tenun ini juga yang menjadi daya tarik wisata Desa Sade.
Keterangan Foto: (Bawah) Penyambutan turis oleh warga Desa Sade.
18
Bagian 2
Bale Tani Sketsa oleh Prabudewa Sebayang
Bale Lumbung Sketsa oleh Grace Nathania
19
Desa Sade
Bale Lumbung Sketsa oleh Grace Nathania
20
Bagian 2
21
Foto oleh Yahya Ayyash
Desa Sade
Foto oleh Yahya Ayyash
Desa Sade sebagai desa wisata ramai didatangi oleh wisatawan. Sebagai pelayanan dari penduduk kepada wisatawan, terdapat beberapa rangkaian kegiatan yang dipandu oleh penduduk, penampilan musik dan tari, penjelasan tentang desa oleh pemandu wisata, dan pembuatan kerajinan yanng juga dijual sebagai buah tangan. Wisatawan dapat menikmati beragam bentuk budaya Suku Sasak. Salah satu wujud budaya Suku Sasak adalah bangunannya. Desa Sade memiliki empat tipologi bangunan yakni rumah, lumbung, masjid dan berugak. Antarrumah di desa ini memiliki jarak 1,2—1,5 meter. Dengan atap rumah berbahan alangalang yang cukup rendah, dan jarak antarrumah yang relatif kecil, memberi pengalaman ruang yang unik saat wisatawan berjalan di desa ini.
Keterangan Foto: (Kiri) Penyambutan turis oleh warga Desa Sade. (Tengah) Peserta kuliah lapangan berfoto di perumahan Desa Sade.
22
Bagian 2
Bale Tani Oleh Reliya Annisa Putri
Bale Tani adalah nama yang diberikan kepada rumah tinggal yang digunakan oleh rakyat biasa, yang pada waktu lampau bermata pencaharian sebagai petani. Bale Tani memliki ruang luar dengan penambahan atap terhadap bangunan utama yang digunakan sebagai tempat bercengkerama para warga. Bangunan utama memiliki perbedaan lantai sekitar 15—18 cm antara ruang luar dan inak bale (ruang induk). Atap bangunan dibuat agak rendah sehingga untuk masuk ke bangunan orang harus menunduk sebagai tanda penghormatan kepada yang memiliki rumah.
23
Foto oleh Theresia Priscylla Adelina Angelita
Desa Sade
Keterangan Foto: Peserta kuliah lapangan melakukan sketsa di Desa Sade.
24
Bagian 2
Denah Bale Tani
25
Desa Sade
Potongan Bale Tani
26
Bagian 2
Foto oleh Theresia Priscylla Adelina Angelita
Foto oleh Theresia Priscylla Adelina Angelita
Eksterior Keterangan Foto: (Atas) Peserta kuliah lapangan melakukan sketsa di Desa Sade. (Bawah) Tampak depan rumah di Desa Sade.
27
Desa Sade
Foto oleh Theresia Priscylla Adelina Angelita
Foto oleh Theresia Priscylla Adelina Angelita
Bale tani dibangun menggunakan material lokal yang mudah didapatkan yaitu bambu, alang-alang dan tanah. Lantai rumah terbuat dari campuran tanah dan kotoran kerbau. Kotoran kerbau ini bersifat sebagai pengikat tanah, membuat lantai kuat dan tahan lama namun tidak menghasilkan bau karena sudah diolah dan dikeringkan. Dinding rumah terbuat dari anyaman bambu dengan sedikit bukaan. Atap rumah dibuat sangat tinggi dan struktur terbuat dari bambu dengan penutup atap alang-alang. Atap yang tinggi ini membuat udara terasa sejuk di dalam rumah. Atap bale tani mempunyai bentuk yang menukik ke bawah dan memiliki teritisan untuk menanggapi iklim tropis.
Keterangan Foto: (Atas) Rangka atap rumah di Desa Sade. (Bawah) Alang-alang sebagai penutup rumah di Desa Sade.
28
Bagian 2
Interior & Detail Bale tani memilki 3 pembagian ruang yaitu bale inak (ruang induk), bale luar dan bale dalem. Bale inak merupakan ruangan yang paling depan sebagai tempat menerima tamu. Bale luar ruangan di bagian tengah berfungsi sebagai tempat tinggal bagi keluarga. Bale dalem adalah ruang yang paling belakang, sebagai tempat untuk menyimpan harta dan makanan, dapur, dan tempat ibu melahirkan. Ruang dalam rumah terasa cukup gelap karena bukaan yang sedikit pada dinding, namun terasa sejuk karena atap yang cukup tinggi. Untuk memasuki rumah, pintu dibuat lebih rendah dari tinggi manusia agar
Foto oleh Nikita Eka Nurwita
29
orang yang masuk rumah menundukkan kepalanya sebagai bentuk penghormatan kepada pemilik rumah. Di antara bale luar dan bale dalem terdapat beda ketinggian sekitar 50 cm dengan perantara 3 anak tangga. Struktur bangunan dapat terlihat jelas dari dalam bangunan sehingga menambah estetika bangunan.
Foto oleh Nikita Eka Nurwita
Desa Sade
Keterangan Foto: (Atas) Tiga anak tangga di Bale Tani. (Kiri bawah) Ikatan angin pada rangka atap Bale Tani. (Tengah bawah) Warga lokal menjual kerajinan tangan khas Desa Sade. (Kanan bawah) Detail struktur utama Bale Tani.
Foto oleh Nikita Eka Nurwita
Foto oleh Nikita Eka Nurwita
30
Bagian 2
Bale Lumbung Oleh Reliya Annisa Putri
Bale Lumbung merupakan bangunan yang memiliki arti sakral sebagai tempat penyimpanan salah satu kebutuhan pokok manusia, yaitu pangan. Lumbung di Desa Sade memiliki bentuk yang unik sehingga digunakan sebagai bangunan gerbang desa wisata ini. Lumbung memiliki fungsi sebagai tempat menyimpan hasil panen penduduk. Berdasarkan kepemilikannya, lumbung merupakan bangunan bersama oleh kelompok masyarakat karena lumbung digunakan oleh 5-6 keluarga.
31
Foto oleh Nurul Azizah Hatami
Desa Sade
32
Bagian 2
Denah Bale Lumbung
33
Desa Sade
Potongan Bale Lumbung
34
Bagian 2
Eksterior
35
Foto oleh Nurul Azizah Hatami
Desa Sade
Foto oleh Nurul Azizah Hatami
Keunikan bentuk Bale Lumbung ditandai oleh atap melengkung dan memiliki puncak. Dengan fungsinya sebagai tempat menyimpan hasil panen, bangunan dibuat lebih tinggi dari bangunan lainnya untuk melindungi dari hewan pengerat. Di bagian bawah lumbung dimanfaatkan sebagai tempat bersosialisasi para warga. Struktur bangunan dibuat dari kayu dan bambu sedangakan penutup atap terbuat dari alang-alang.
Keterangan Foto: (Kiri) Tampak samping Bale Lumbung. (Atas) Tampak depan Bale Lumbung.
36
Bagian 2
Foto oleh Nurul Azizah Hatami
37
Foto oleh Nurul Azizah Hatami
Desa Sade
Bale Lumbung berdiri di atas umpak dengan lantai panggung. Lantai tempat warga bersosialiasi terbuat dari susunan bambu. Bangunan lumbung yang digunakan sebagai tempat menyimpan hasil panen ditopang oleh struktur 4 tiang dengan sistem simple post and lintel. Tiang memiliki bagian kepala yang berukuran cukup besar sebagai tumpuan dari bangunan di atas.
Keterangan Foto: (Kiri) Detail Bale Lumbung bagian bawah. (Atas) Detail rangka dan penutup atap Bale Lumbung. (Bawah) Foto maket Bale Lumbung.
38
Bagian 2
Interior Bale Lumbung Sketsa oleh Grace Nathania
Interior & Detail
Keterangan Foto: (Kanan bawah) Rangka atap Bale Lumbung.
39
Foto oleh Tri Miranda
Desa Sade
Untuk memasuki bagian dalam lumbung, terdapat tangga kayu yang cukup tinggi dan curam. Bagian dalam lumbung terasa terang. Lantai terbuat dari bambu yang disusun, sementara penutup atap menyambung dengan penutup dinding yaitu dengan bahan alangalang. Struktur utama bangunan adalah kayu yang menerus dari umpak hingga bagian atas lumbung, sementara struktur selubung bangunan terbuat dari bambu. Stuktur atap menyambung dengan struktur dinding dengan menggunakan bambu yang dihubungkan di puncak bangunan. Terdapat pula penguat untuk memperkaku struktur bangunan. Bangunan ini hanya memiliki satu bukaan di selubung bangunan yang menghadap depan.
40
Bagian 2
Berugak Oleh Ardelia Jessica Cungwin
Berugak, sebagai bangunan yang paling terbuka, merupakan bangunan yang memiliki fungsi sosial paling baik sehingga menjadi tempat berkumpulnya para petani setelah selesai bekerja. Secara umum, berugak hampir seperti pondok sederhana terbuka yang memang digunakan untuk duduk-duduk bersantai serta sebagai tempat bersosialisasi antarwarga. Bangunan ini dapat dikatakan hanya memiliki satu ruang yang biasanya tidak diisi oleh furnitur apapun karena fungsinya yang memang untuk mengakomodasi manusia untuk berlesehan. Adapun batas antara ruang luar dan dalam tidak terlihat jelas dikarenakan tidak adanya dinding. Tentunya hal ini tidak terlepas dari fungsi bangunan yang memang bertujuan untuk tempat menikmati ruang luar dari ruang dalam.
41
Foto oleh Aryasena Joti P.
Desa Sade
Keterangan Foto: Beberapa warga duduk santai di Berugak di Desa Sade.
42
Bagian 2
Denah Berugak
43
Desa Sade
Potongan Berugak
44
Bagian 2
Foto oleh Aryasena Joti P.
Foto oleh Aryasena Joti P.
Eksterior Keterangan Foto: Halaman 45: (Atas) Tampak depan Berugak sekenem. (Bawah) Tampak samping Berugak sekenem. Halaman 46: (Atas) Detail tangga Berugak.
45
Desa Sade
Foto oleh Aryasena Joti P.
Jika dilihat secara ortogonal, berugak memiliki tampak yang simetris dengan atap membentuk segitiga sebagai skyline, segi empat berongga sederhana sebagai badan bangunan, dan kaki panggung yang segaris dengan kolom bangunan. Tinggi panggung kurang lebih 60 cm dan ketinggian dari lantai ke atap berkisar 1,2 m hingga 2 m. Luas bidang lantai bangunan ini kurang lebih 1,8 m x 1,8 m, yaitu sekitar 3,24 m2. Adapun seiring berjalannya waktu, kolom pada berugak mulai menyesuaikan dengan kebutuhan, yaitu menjadi kayu sehingga lebih kokoh. Lantai pada bangunan dibingkai oleh balok kayu, namun diakhiri dengan bahan bilah bambu. Keseluruhan struktur bangunan cenderung terbuat dari kayu, mulai dari struktur panggung, lantai, kolom, balok, dan kudakuda atap. Namun gording, kasau, dan reng menggunakan bahan bambu. Penutup atap menggunakan bahan yang sama seperti atap di Desa Sade pada umumnya, yaitu alang-alang.
46
Bagian 2
Foto oleh Tri Miranda
Interior & Detail Keterangan Foto: Halaman 9: (Atas) Kegiatan warga di dalam Berugak. (Bawah) Detail sudut lain dari Berugak.
47
Foto oleh Tri Miranda
Desa Sade
Batasan ruang eksterior dan interior pada bangunan berugak tidak terlalu jelas, secara teknis bangunan ini hanya memiliki satu ruangan. Keistimewaan berugak terbentuk dari bidang lantai dan penutup atap hingga lebih 1 m dari bidang. Terdapat terminal listrik sebagai sumber listrik untuk lampu yang dipasang pada langit-langit berugak. Selain itu, terkadang warga pemilik berugak akan menempatkan beberapa peralatan dapurnya, seperti wajan dan baskom. Dari dalam, terdapat beberapa detail yang dapat diamati, mulai dari lantai, hingga sambungan-sambungan yang ada pada atap. Pada bagian lantai, cukup jelas bahwa bilahbilah bambu digunakan sebagai penutup lantai. Bagian ujung bilah-bilah ini tidak terlihat karena tertutup oleh balok kayu. Dapat dikatakan bahwa finishing dari lantai ini sangat bagus. Adapun karena finishing yang seperti ini, tidak dapat dilihat secara detail dari sambungan pada pelat lantai. Pada bagian atap, kuda-kuda sederhana terbuat dari balok kayu, sama seperti kolom dan balok. Namun struktur di atas kudakuda tidak lagi menggunakan kayu, tetapi menggunakan bambu. Yang khas dari atap ini adalah gording yang terletak paling tepi. Gording ini terbuat dari bilah bambu yang dibelah sekali, di antaranya dijepitlah dengan kasau bambu. Kemudian sambungan ini diikat menggunakan sabut kelapa ataupun tali seadanya. Reng atap terbuat dari bilah-bilah bambu, material yang sama dengan yang ada pada penutup lantai. Seperti pada kontruksi atap pada umumnya, alang-alang dipasang membungkus bilah bambu tersebut secara tegak lurus, untuk kemudian disusun di atas kasau, bertumpuk sekitar 2-3 lapis untuk memastikan atap tidak bocor.
Foto oleh Aryasena Joti P.
Foto oleh Aryasena Joti P.
Foto oleh Aryasena Joti P.
Keterangan Foto: (Atas) Sambungan kolom dan balok pada Berugak. (Tengah) Rangka atap Berugak. (Bawah) Kegiatan warga di dalam Berugak.
48
Bagian 2
Masjid Oleh Rayi Ruby
Masjid di desa-desa Lombok merupakan bangunan wajib yang mewadahi kebutuhan ibadah penduduknya. Bangunan ini menjadi unik karena tidak memiliki kubah yang biasanya ikonik pada masjid. Bangunan masjid di Desa Sade yang didirikan pada tahun 1990 merupakan sumbangan dari mendiang Presiden Suharto. Masjid ini sudah mengalami tiga kali renovasi. Dua renovasi sebelumnya hanya memperbaiki atap masjid. Renovasi ketiga, seluruh bagian masjid dibongkar dan diganti dengan material-material baru. Bagian atap masjid ini terdiri dari 3 tumpang yang bersusun dan mengecil di bagian atas. Selain menjadi tempat salat, masjid kerap digunakan sebagai tempat akad nikah dan salat jenazah. Salah satu hal unik dari Masjid Desa Sade adalah kopi ikhlas yang disajikan gratis untuk pengunjung masjid pada acara akad nikah dan khitanan. Kopi ikhlas ini disajikan dengan cara mencampurkan 1 kg kopi instan dan 1/2 kg beras kemudian keduanya digoreng menggunakan kayu bakar.
49
Foto oleh Devi Kava Nilla
Desa Sade
Keterangan Foto: Masjid Nur Syahada Desa Sade.
50
Bagian 2
51
Foto oleh Devi Kava Nilla
Desa Sade
Keterangan Foto: Gerbang utama Masjid Nur Syahada.
52
Bagian 2
Foto oleh Devi Kava Nilla
Foto oleh Devi Kava Nilla
Eksterior Pada Masjid Desa Sade terdapat lubang angin-angin sebagai ventilasi yang terbuat dari anyaman bambu dengan pola Sasak. Pola ini khusus digunakan pada masjid. Bagian dinding masjid belum pernah diganti dan hanya dipernis ulang agar terlihat mengilap kembali. Tiang-tiang yang berada di bagian luar masjid merupakan kayu jati. Pada awalnya bangunan masjid tidak memiliki teras dan overstack.
53
Desa Sade
Foto oleh Devi Kava Nilla
Atap Masjid Desa Sade memiliki 3 susun tumpang sebagai lambang dari waktu tiga. Dahulu warga Desa Sade melaksanakan salat 5 waktu dan puasa dengan cara diwakilkan oleh kiai yang ada pada masa itu. Nama atap masjid ini adalah sade duo. Atap asli Masjid ini terbuat dari alang-alang dan dahulu bernama sade sadhu. Warga secara gotong-royong mengganti atap masjid setiap 10 tahun dengan alang-alang yang diambil dari gunung kemudian dianyam. Cara pembuatan penutup atap masjid ini adalah dengan mengeringkan alang-alang terlebih dahulu kemudian dianyam. Alang-alang yang telah dianyam ini dinamakan begapit. Selain atap untuk bangunan masjid, terdapat pula atap untuk tempat wudhu yang dinamakan engkak.
Keterangan Foto: Halaman 53: (Atas) Perspektif dari depan Masjid Nur Syuhada. (Bawah) Perspektif dari samping Masjid Nur Syuhada. Halaman 54: (Atas) Perspektif serambi Masjid Nur Syuhada.
54
Bagian 2
Keterangan Foto: Halaman 55: (Kiri atas) Pintu Masjid Nur Syuhada. (Bawah) Angin-angin pada dinding Masjid Nur Syuhada. Halaman 56: (Kanan bawah) Empat tiang utama pada Masjid Nur Syuhada. Foto oleh Devi Kava Nilla
55
Foto oleh Devi Kava Nilla
Desa Sade
Interior & Detail Di bagian dalam masjid terdapat empat tiang penyangga. Keempat tiang ini melambangkan empat sahabat Nabi yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Pada awalnya, tiang-tiang ini terbuat dari pohon kelapa. Kemudian pada tahun 2006, keempat tiang diganti menjadi kayu rajimas. Selain kayu rajimas, material bambu juga banyak digunakan sebagai elemen kontruksi masjid ini. Lantai masjid ini awalnya semen, namun setelah mengalami 3 kali perbaikan, lantai diganti menjadi lantai keramik bermotif marmer.
Foto oleh Devi Kava Nilla
Di bagian dalam masjid terdapat mimbar yang masih sama bentuknya seperti aslinya. Di sisi kiri dan kanan mimbar terdapat 2 tiang penyangga. Setelah mengalami beberapa kali perbaikan, pintu masuk masjid ditinggikan agar keranda mayat dapat masuk ke dalam masjid. Material tiang-tiang yang ada pada bagian dalam masjid menggunakan kayu rajimas karena kayu rajimas tidak kuat terkena air. Beberapa kayu di masjid ini diukir oleh warga Desa Sade menggunakan alat dan mesin yang ada.
56
Bagian 2
Dusun Beleq menjadi permulaan berarti menjadi sesuatu yang agung di sini, seutuhnya dengan tujuh keniscayaan yang diwariskan merupakan satu hal yang tak berubah dalam setiap ruang waktu ia tetap, terus tujuh, lalu tujuh, menjadi tujuh, hingga kini
57
Foto oleh Fasya Amasani
Dusun Beleq
Keterangan Foto: (Bawah) Perspektif mata burung Dusun Beleq.
58
Bagian 2
Sketsa oleh Kania Atthaya Ulfa
59
Dusun Beleq
Dusun Beleq Beleq. Begitulah dusun ini disebut sebagai bentuk perwujudan desa terbesar dan pertama yang ditempati oleh nenek moyang Suku Sasak. Terletak di Desa Sembalun Lawang, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, dusun ini menawarkan pengalaman yang berbeda sama sekali. Sembari melewati bukit berkelok dengan disuguhi pemandangan Gunung Rinjani nan agung, sampailah kami pada hutan bambu sebagai pintu masuk menuju dusun ini. Pengalaman ruang diperkaya dengan dinding batu yang mengelingi dusun sehingga menimbulkan rasa penasaran.
60
Bagian 2
Foto oleh Fasya Amasani
61
Foto oleh Fasya Amasani
Foto oleh Fasya Amasani
Dusun Beleq
Keterangan Foto: (Atas) Perumahan di Dusun Beleq. (Kiri bawah) Atap rumah di Dusun Beleq. (Kanan bawah) Rumah dan lumbung di Dusun Beleq.
Sambutan hangat dari Bapak Hamidun, Ketua Karang Taruna Pengurus Dusun Adat Beleq Sembalun Lawang, mengantarkan kami untuk menikmati dang bale—sebutan masyarakat Sasak untuk pelataran luas di area perumahan—beserta rumah dan lumbung yang tertata rapi memberikan figura bagi Bukit Selong. Di area permukiman ini terdapat tujuh buah rumah atau dalam Bahasa Sasak disebut bale toa, dan dua buah lumbung (bale lumbung). Tidak ada berugak maupun masjid adat di dusun ini, tidak seperti dua desa lainnya yang kami kunjungi. Berdasarkan pemaparan Pak Hamidun, ternyata dusun ini sudah tidak lagi dihuni melainkan hanya dijadikan tempat wisata. Namun dusun ini tetap dikelola oleh karang taruna setempat dan lembaga adat yang diketuai oleh Bapak Mertawi. Kompleks perumahan adat ini masih digunakan untuk upacara-upacara adat, tepatnya di dang bale. Ngayu-ayu salah satunya. Upacara ini dilakukan empat tahun sekali untuk meminta hujan dan mengusir roh-roh jahat. Pelaksanaan upacara ini biasanya diiringi musik tradisional Sasak dan diakhiri dengan penyembelihan ayam atau kerbau.
62
Bagian 2
Tapak Dusun Beleq
Sketsa oleh Muhammad Raushan Fikri
63
Dusun Beleq
DUSUN BELEQ
Tapak Dusun Beleq Sketsa oleh Kania Atthaya Ulfa
64
Bagian 2
Foto oleh Cindy Claudia
Bale Toa Oleh Adi Nur Khamim
65
Dusun Beleq
Keterangan Foto: Bale Toa di Dusun Beleq.
Bale Toa, nama lain rumah tinggal Lombok, yang digunakan di Desa Beleq, salah satu desa perdana di Lombok. Tujuh rumah dengan tiga di depan dan empat di belakang, memiliki perlambangan yang sakral bagi Suku Sasak. Angka tujuh ini menjadi perwakilan kosmologi masyarakat Suku Sasak, dipercaya sebagai angka yang baik. Angka ini menunjukan bahwa dusun ini pada awalnya terbentuk hanya berasal dari tujuh buah rumah. Tujuh menunjukkan jumlah hari dalam seminggu. Tujuh menggambarkan tujuh lapisan langit, surga dan neraka. Selain itu, terdapat kepercayaan masyarakat Suku Sasak bahwa arwah orang yang sudah meninggal masih berada di sekeliling rumah selama tujuh hari. Terdapat pula aturan bahwa anak laki-laki yang baru lahir belum boleh dibawa keluar rumah sebelum tujuh hari.
66
Bagian 2
Denah Bale Toa
67
Dusun Beleq
Potongan Bale Toa
68
Bagian 2
Ketika pertama kali melihat bale toa, terlintas atap alang-alang vyang landai dan lantai dari tanah yang ditinggikan. Semuanya seragam, berbahan sama, berbentuk sama. Sengaja memang rumah ini didesain demikian untuk menghindari kecemburuan sosial antarmasyarakat. Curah hujan yang tinggi menjadi alasan utama atap alang-alang dibuat curam. Air hujan tidak akan mampu menembus dengan tumpukan alang-alang yang
69
Foto oleh Cindy Claudia
banyak. Atap alang-alang juga berfungsi sebagai pengatur suhu di dalam ruangan. Apabila hujan, suhu ruangan akan meningkat. Begitu pula ketika cuaca panas, suhu di dalam ruangan menjadi lebih dingin. Sementara itu, lantai tanah liat yang dicampur kotoran kerbau ditinggikan guna mencegah hewanhewan buas menyerang.
Dusun Beleq
Foto oleh Prisky Kartikasari
Keterangan Foto: Halaman 69: (Bawah) Tampak depan Bale Toa. Halaman 70: (Atas) Detail atap, kolom, dan dinding pada Bale Toa.
Foto oleh Slamet Zarkasih
Foto oleh Cindy Claudia
Eksterior Selain atap alang-alang dan lantai tanah, tampak pula tiang-tiang kayu pada bagian eksterior dan bambu pada interior. Kayu diletakkan di luar bangunan karena kayu memiliki sifat lebih kuat sehingga menopang struktur yang lebih luar. Sementara bambu diletakkan lebih dalam sesuai sifatnya yang mudah pecah apabila terkena air secara terus-menerus sehingga harus sering diganti. Selain itu, sifat kayu sesuai dengan prinsip masyarakat setempat yakni hiduplah seperti kayu yang tidak rentan terhadap segala situasi.
70
Bagian 2
Interior & Detail Sebelum memasuki rumah, terdapat lima buah anak tangga yang cukup tinggi sebagai akses ke dalam rumah. Awalnya anak tangga hanya berjumlah tiga sesuai dengan kepercayaan Islam Wetu Telu karena masih dipengaruhi budaya Hindu. Namun seiring berjalannya waktu, masyarakat mulai membedakan Islam dengan adat. Oleh karena itu, kini jumlah anak tangga dibuat menjadi lima sesuai dengan jumlah waktu salat dalam Islam. Setelah melewati anak tangga, dihadapkan kembali dengan pintu masuk yang dibuat rendah. Filosofi yang kuat terdapat pada pintu ini yakni agar orang yang berkunjung menundukkan kepala sebagai bentuk rasa hormat kepada pemilik rumah.
Foto oleh Shafira Aisyah Fitri
Keterangan Foto: (Atas) Tiga anak tangga menuju Bale Toa. (Kiri bawah) Interior Bale Toa. (Tengah dan kanan bawah) Rangka atap Bale Toa.
71
Foto oleh Shafira Aisyah Fitri
Dusun Beleq
Pengaturan ruang dalam rumah dilakukan berdasarkan jenis kelamin. Berkeluarga dalam Bahasa Sasak ialah bersumeton. Satu keluarga hanya memiliki satu kamar yang bernama bale dalem. Bale dalem ini khusus dihuni oleh perempuan. Hal ini bertujuan untuk menjaga anak gadis serta menjadi mandiri. Ada kebiasaan bagi pemuda yang menyukai seorang gadis akan memasukkan lidi melalui celah-celah dinding bambu sambil memanggil nama si gadis sebanyak maksimal lima kali. Apabila si gadis mengambil lidi tersebut, artinya ia menerima pemuda tersebut. Di dalam rumah, suasana menjadi berubah sama sekali dari suasana di luar. Udara panas dicegah masuk oleh atap yang terbuat dari jalinan alangalang. Dinding-dinding yang terbuat
Foto oleh Shafira Aisyah Fitri
dari anyaman bambu dibuat sedemikian rupa sehingga menjadi breathing wall yang mengalirkan udara masuk ke dalam rumah. Selain itu, terdapat pula peralatan rumah tangga di dalam rumah seperti pawon (tungku), pepare (tempat menyimpan barang), sauq (lemari yang terbuat dari pandan dan rotan), ceretan maling (tempat lubang air), papal (tempat menyimpan makanan), dan persian (bakul). Peralatan tersebut dengan suasana yang nyaman pasti akan memperlancar kegiatan di dalam rumah. Namun satu hal yang cukup menghambat aktivitas adalah lantai yang terbuat dari kotoran sapi. Kotoran yang sifatnya najis membuat penghuni rumah tidak bisa melaksanakan salat di dalam rumah. Oleh karena itu, mereka akan salat di langgar atau musala.
Foto oleh Shafira Aisyah Fitri
72
Bagian 2
Foto oleh Shazkia Aulia Shafira Dewi
Bale Lumbung Oleh Adi Nur Khamim
73
Dusun Beleq
Keterangan Foto: Perspektif Bale Lumbung
Sketsa oleh Aries Fadli Prayoga
Selain bale toa, pun terdapat bale lumbung. Bale Lumbung di Desa Beleq memiliki bentuk berbeda dari lumbung pada umumnya, namun memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai penyimpanan pangan. Jumlahnya hanya dua agar lumbung dapat digunakan secara bersama-sama sehingga meningkatkan rasa kekeluargaan. Lumbung digunakan untuk menyimpan padi juga tempat berkumpul atau bersantai. Peletakkan lumbung terhadap rumah pun diatur agar tidak mengganggu kegiatan lain yang dilakukan di dang bale namun dapat diakses mudah dari seluruh rumah.
74
Bagian 2
Foto oleh Shazkia Aulia Shafira Dewi
Foto oleh Almira Kridarahmanda
75
Foto oleh Almira Kridarahmanda
Dusun Beleq
Eksterior
Foto oleh Shazkia Aulia Shafira Dewi
Tampak yang disuguhkan oleh bale lumbung demikian berbeda dari bale toa. Bangunan ini ramping nan tinggi dengan atap alangalang tetap senada dengan bale toa. Berbeda dengan lumbung di desa lain, bale lumbung di Dusun Beleq ini memiliki berugak di bawah lumbung. Lumbung digunakan untuk menyimpan padi, sementara berugak digunakan untuk tempat berkumpul dan bersantai. Berbeda dengan lumbung yang terdapat di Desa Sade, atap lumbung di Dusun Beleq tidak melengkung melainkan pelana dengan tambahan atap di samping sehingga terkesan seperti perisai. Atap dibuat sangat curam agar air hujan akan cepat mengalir dan tidak memasuki lumbung sehingga menjaga padi tetap kering. Namun biarpun padi aman dari hujan, atap alang-alang dan padi merupakan sasaran utama hewan pengerat seperti tikus. Untuk mencegah tikus, kolom dibuat melingkar seperti tabung sehingga licin. Dengan demikian, tikus tidak akan mampu naik ke atas lumbung.
Foto oleh Hanifa Nur Amalina
Foto oleh Hanifa Nur Amalina
Keterangan Foto: Halaman 75: (Atas dan tengah) Tampak samping Bale Lumbung. (Bawah) Tampak depan Bale Lumbung. Halaman 76: (Atas) Detail kolom dan balok Bale Lumbung. (Tengah) Rangka atap Bale Lumbung. (Bawah) Pintu masuk Bale Lumbung.
Foto oleh Hanifa Nur Amalina
76
Bagian 2
Keterangan Foto: (Kiri) Detail kolom, balok, dan dinding Bale Lumbung. (Bawah) Rangka atap Bale Lumbung. Foto oleh Hanifa Nur Amalina
77
Foto oleh Hanifa Nur Amalina
Dusun Beleq
Interior & Detail Akses menuju lumbung adalah dengan menaiki tangga curam dan tinggi yang berjumlah tujuh buah anak tangga. Lagilagi angka tujuh. Pun dengan pintu masuk lumbung memiliki lebar 70 cm. Memang benar bahwa angka tujuh memiliki simbolisasi tertentu bagi masyarakat Suku Sasak. Setelah pintu digeser, kosong. Hanya tampak material bambu dan alang-alang mendominasi. Karena memang hanya dijadikan tempat wisata, bale lumbung sudah tidak digunakan untuk menyimpan padi sehingga kosong. Ruangan seluas 2,2 meter x 2,4 meter dengan tinggi mencapai 3 meter nampaknya memang cukup untuk digunakan secara bersamasama oleh seluruh warga di kompleks perumahan ini.
Sama halnya dengan rumah, dinding lumbung terbuat dari anyaman bambu. Terlihat pula rangka atap dengan kasau, gording dan jurai bambu serta atap alang-alang. Sementara lantainya terbuat pula dari susunan bambu yang akan mudah sekali bergoyang apabila dipijak. Namun karena susunan bambu yang tidak rapat memungkinkan adanya ventilasi silang dengan dinding bambu yang berfungsi sebagai breathing wall. Hal ini ditujukan agar padi yang tetap mendapatkan pasokan udara sehingga kualitasnya terjaga.
78
Bagian 2
Dusun Senaru alam membiarkan manusia saling terkait hingga manusia mengaitkan budaya dengan tatanan serta tatanan membiarkan mereka dekat dengan alam, pun Tuhan dan semuanya berhimpun padu dalam Dusun Senaru
79
Foto oleh Mahira Raihana Putri
Dusun Senaru
Dusun Senaru terletak di Desa Bayan, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. Penduduk di dusun ini terkenal masih menjunjung adat istiadat dalam segala aspek kehidupan dan kesehariannya. Hal tersebut tercermin dalam tatanan permukiman di Dusun Senaru. Saat kami sampai di Dusun Senaru, kami dapat melihat bahwa tatanan permukiman dusun ini memiliki
konsep permukiman co-housing, yaitu permukiman yang tersusun dari unit–unit hunian pribadi yang tersusun secara klaster dalam satu lahan yang digunakan bersama. Terdapat beberapa lahan seperti lahan untuk hewan peliharaan dan fasilitas MCK yang digunakan bersamasama.
Keterangan Foto: Kegiatan warga Dusun Senaru di dalam Berugak.
80
Bagian 2
Eksterior Rumah Dusun Senaru Sketsa oleh Kevin Eligius Marseli
81
Dusun Senaru
82
Bagian 2
Mayoritas masyarakat Dusun Senaru bekerja sebagai petani dan peternak sehingga sebagian besar waktu mereka banyak dihabiskan di sawah dan kebun serta mengawasi hewan ternak. Setelah bekerja, di sore hari mereka berbincang dengan keluarga dan warga setempat sebelum beristirahat. Dengan gaya hidup yang sederhana, hanya ada empat tipologi bangunan yang ada di dusun ini yang sangat sederhana dan dibangun menyesuaikan aktivitas mereka, yaitu: bale sebagai rumah tinggal pribadi, berugak sebagai tempat berinteraksi dengan keluarga dan warga sekitar, lumbung sebagai tempat menyimpan hasil panen, dan masjid sebagai tempat peribadatan. Sejak zaman dahulu, bangunan di Dusun Senaru selalu dibangun dengan melibatkan seluruh warganya karena gotong royong di tempat ini masih sangat kuat. Tiap proses pembangunan dari mulai mengumpulkan bahan, mendesain, dan membangun tidak pernah dilakukan oleh satu pihak saja. Arsitektur yang dihasilkan dibangun dengan mengikuti adat istiadat tradisional yang merupakan hasil persetujuan bersama dengan aturan-aturan tertentu. Adat istiadat tersebut tercermin dalam ciri-ciri semua tipologi bangunan yang memiliki denah persegi, beratap miring, dan dimensi tiap bangunan yang sudah memiliki ketetapan tertentu. Saat diamati dengan saksama, satu ciri arsitektur tradisional Dusun Senaru adalah material yang digunakan pada elemen struktur dan konstruksi di tiap tipologi bangunan. Hampir di seluruh bangunan, kami dapat melihat sistem kayu, bambu, alang-alang, dan sambungan sederhana tanpa paku.
83
Foto oleh Marestu Rizki Nugraha
Dusun Senaru
Keterangan Foto: Tampak depan Masjid Dusun Senaru.
84
Bagian 2
85
Dusun Senaru
Rencana Tapak Dusun Senaru Sketsa oleh Nabila Putri Fauzia
86
Bagian 2
Foto oleh Marestu Rizki Nugraha
Bale Toa
Oleh William Abil Bobby Setiawan
Keterangan Foto: (Kiri atas) Perumahan di Dusun Senaru. (Kanan atas) Jalan di antara perumahan di Dusun Senaru.
87
Dusun Senaru
Foto oleh Marestu Rizki Nugraha
Bale Toa, tampaknya merupakan nama yang lebih umum digunakan masyarakat Lombok untuk istilah rumah tinggal. Rumah—yang dalam bahasa setempat disebut bale toa—memiliki bukaan yang terbatas membuat penduduknya tidak menggunakannya untuk aktivitas lain selain tempat istirahat dan memasak. Biasanya bale toa dihuni oleh satu keluarga, yaitu sepasang suami istri dan anaknya. Jika anaknya sudah berkeluarga, anaknya akan pindah dan membangun bale toa untuk keluarganya sendiri. Menurut penduduk asli Dusun Bayan, terdapat acara khusus terkait pembangunan bale toa, yaitu acara Roa. Oleh karena pembangunan bale toa selalu dilakukan bersama–sama, setelah selesai membangun bale toa selalu diadakan acara yang dirayakan bersama–sama juga.
88
Bagian 2
Potongan Bale Toa 89
Dusun Senaru
Setiap fasad bale toa selalu terdiri dari tiga bagian yaitu atap, dinding, dan pondasi seperti prinsip arsitektur tripartit (kepala– badan–kaki). Pemisahan elemen tersebut terlihat jelas karena material yang digunakan untuk ketiga bagian tersebut berbeda. Atap menggunakan material alang–alang, dinding menggunakan material bambu yang dianyam satu atau dua arah pada struktur utama, dan pondasi menggunakan material batu yang direkatkan semen. Atap menggunakan ornamen bernama ‘tangge’ sebagai simbol dari kerbau, yaitu hewan yang biasanya digunakan pada upacara perkawinan. Pondasi yang digunakan dirancang tinggi untuk menaikkan ketinggian peil lantai rumah dari tanah. Selain material, ciri lain dari bale toa adalah nihilnya bukaan berupa jendela yang merupakan kaidah sejak zaman nenek moyang mereka.
Denah Bale Toa 90
Bagian 2
Eksterior Di bagian pintu masuk bale toa, sebelum masuk ke pintu pengunjung, kami disambut oleh elevasi berupa tiga anak tangga. Di area pintu masuk, biasanya teritisan atap cukup panjang untuk melindungi hingga pondasi dan dimanfaatkan sebagai teras. Pintu bale toa hanya dibangun menghadap Timur atau Barat. Terdapat beberapa hal unik dari bale toa, yaitu pintunya yang hanya ada satu, serta bagian Timur dan Barat bangunan selalu ada jarak yang juga selalu dibatasi oleh berugak di antara bale toa, tidak seperti bangunan lainnya. Rupanya, hal tersebut merupakan aturan dan larangan yang sudah ada sejak zaman dulu.
Foto oleh Pascal Abhijana Satya Aji
91
Foto oleh Pascal Abhijana Satya Aji
Dusun Senaru
Keterangan Foto: (Kiri bawah) Bale Toa. (Tengah bawah) Perumahan di Dusun Senaru. (Kanan) Kolom dan balok induk pada Bale Toa.
Foto oleh Pascal Abhijana Satya Aji
92
Bagian 2
Keterangan Foto: Halaman 93: (Kiri atas) Detail dinding bambu pada Bale Toa. (Kanan bawah) Dapur pada Bale Toa. Halaman 94: (Kanan bawah) Ruang penyimpanan pada Bale Toa. Foto oleh Ahmad Aufa Adyancha
93
Foto oleh Ahmad Aufa Adyancha
Dusun Senaru
Interior & Detail Walau terlihat sempit dari luar, nyatanya interior bale toa terasa cukup luas karena tidak terlalu banyak pemisahan antarruangan yang menggunakan sekat. Ruangan–ruangan tersebut ialah tempat penyimpanan, dapur, dan 2 tempat tidur. Di atas ruangan–ruangan tersebut terdapat ruangan inan bale dan amben bele’. Amben bele’ berupa sebuah mezanin dan digunakan sebagai tempat upacara khusus perempuan. Kemudian, terdapat inan bale di atas amben bele’. Di dalam bale toa, tidak terdapat kamar mandi melainkan terdapat di luar rumah untuk digunakan secara bersama-sama. Dari dalam rumah, struktur utama yang terbuat dari kayu dapat terlihat secara jelas. Kayu yang digunakan untuk struktur utama adalah kayu
Foto oleh Ahmad Aufa Adyancha
klanjuk. Namun karena kayu klanjuk sekarang sulit ditemukan, maka diganti menggunakan kayu lenggorong atau kayu salingaru. Sambungan antarkayu berupa sambungan coak tradisional tanpa paku. Oleh para penduduk, sambungan arah Timur-Barat disebut jait pende’ dan sambungan arah UtaraSelatan disebut jait tinggi. Balok pengikat struktur utama disebut saka dan aton. Saka dan aton diletakkan di atas pondasi dari susunan batu yang diikat oleh semen. Lagi-lagi, material pada atap adalah alang-alang yang diikat dengan menggunakan bambu yang dipilin. Bagian lantai yang terasa dingin, rupanya cenderung tidak ditutup material apapun sehingga langsung terhubung dengan permukaan semen dari pondasi.
94
Bagian 2
Foto oleh Pascal Abhijana Satya Aji
Bale Lumbung Oleh William Abil Bobby Setiawan
Keterangan Foto: (Kiri) Perspektif Bale Lumbung. (Kanan) Ternak warga berada di Bale Lumbung.
95
Dusun Senaru
Foto oleh Pascal Abhijana Satya Aji
Bale Lumbung di Desa Senaru memiliki bentuk yang hampir sama dengan yang terdapat di Desa Beleq, namun juga memiliki nama lain, yaitu geleng dan sambi. Salah satu dari tiga bangunan utama yang wajib dimiliki oleh setiap kepala keluarga selain bale toa dan berugak adalah lumbung. Lumbung ini digunakan untuk menyimpan padi atau hasil kebun. Menurut adat istiadat di Dusun Senaru, lumbung selalu dibangun di belakang bale toa. Lumbung pada Dusun Senaru ini disebut geleng dan sambi.
96
Bagian 2
Denah Bale Lumbung
97
Dusun Senaru
Geleng dan sambi memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai lumbung padi. Perbedaan di antara keduanya adalah geleng memiliki jelepeng, yaitu suatu komponen yang dibentuk untuk menghalangi tikus. Selain itu, geleng memiliki kolom utama yang berbentuk silinder. Sementara sambi tidak memiliki jelepeng dan memiliki kolom utama berbentuk balok. Nama geleng dan sambi diambil dari nama kolom yang menjadi penyangga utama bangunan tersebut.
Potongan Bale Lumbung
98
Bagian 2
Eksterior Sambi maupun geleng memiliki bentuk panggung yang dimaksudkan agar bangunan tersebut memiliki dua tingkatan secara fungsional. Bagian atas dibuat tertutup dengan tujuan untuk menyimpan padi, sedangkan bagian bawah terbuka dan dapat digunakan untuk menyimpan kayu bakar ataupun tempat mengikatkan hewan ternak. Secara bentuk, lumbung selalu terdiri dari tiga bagian, yaitu atap, dinding, dan kolom penyangga yang mengadopsi prinsip arsitektur tripartit. Seperti halnya bale toa, atap lumbung menggunakan material alang-alang, dinding menggunakan material anyaman bambu yang dipasang pada struktur utama, dan kolom penyangga yang terbuat dari kayu. Kolom penyangga lumbung dilengkapi dengan pedestal yang menonjol ke atas tanah.
Foto oleh Ahmad Aufa Adyancha
99
Foto oleh Ahmad Aufa Adyancha
Dusun Senaru
Keterangan Foto: (Kiri bawah, tengah bawah, dan kanan) Detail sambungan pada Bale Lumbung.
Foto oleh Ahmad Aufa Adyancha
100
Bagian 2
Interior
101
Foto oleh Marestu Rizki Nugraha
Dusun Senaru
Foto oleh Bonifasius Dimas
Keterangan Foto: (Kiri) Detail sambungan pada rangka atap Bale Lumbung. (Atas) Detail lantai Bale Lumbung.
102
Bagian 2
Foto oleh Bonifasius Dimas
Berugak Oleh Diona Roseanne
103
Berugak merupakan bangunan tradisional khas Lombok yang menjadi pusat interaksi antarwarga. Berugak pada dasarnya memiliki fungsi sebagai tempat beristirahat, bersantai bersama keluarga dan termpat menerima tamu. Menurut adat masyarakat Bayan, dalam menerima tamu tidak diperbolehkan di dalam rumah. Bahkan jika tamu akan menginap, tamu akan tidur di berugak, padahal berugak tidak memiliki dinding. Selain itu, berugak juga digunakan sebagai tempat pelaksanaan ritual adat seperti upacara khitanan serta tempat untuk melaksanakan musyawarah. Karena
Dusun Senaru
Keterangan Foto: Tampak depan Berugak sekenem
fungsi-fungsi vital itulah, berugak dapat ditemukan pada setiap halaman depan warga setempat. Berugak yang diwajibkan dibangun di depan rumah warga merupakan berugak sekenem atau saka enem. Berugak sekenem ini mendapatkan namanya dari jumlah tiang atau kolom penyokong utamanya yang berjumlah enam buah. Atap berugak sekenem ini dibebaskan materialnya. Ada yang membuatnya dari alang-alang, anyaman bambu,
alang-alang, genteng, seng, dan lainlain. Tiang utamanya biasanya terbuat dari kayu nangka, dan lantainya terbuat dari papan kayu atau balok kayu yang dijajarkan. Pada bagian bawahnya diharuskan ada pondasi minimal setinggi satu jengkal. Pondasi ini biasanya terbuat dari bahan tanah liat yang dicampur dengan kotoran sapi dan abu, hampir serupa dengan bahan pada lantai rumah di Desa Sembalun.
104
Eksterior Berdasarkan jumlah tiangnya, berugak dibagi menjadi tiga jenis. yaitu berugak sekepat, berugak sekenem, dan berugak saka baluq. Tidak terlalu banyak aturan dalam bangunan ini, namun khusus untuk berugak sekepat yang banyak ditemukan di sawah, tidak boleh dibangun di halaman depan rumah warga. Walau memiliki fungsi sebagai tempat istirahat warga yang bekerja sebagai petani, berugak sekepat tidak terlalu luas dan cukup sebagai tempat istirahat di sawah karena tiangnya yang hanya berjumlah empat.
105
Foto oleh Marestu Rizki Nugraha
Keterangan Foto: Tampak depan Berugak
106
Bagian 2
Keterangan Foto: Halaman 107: (Kiri atas) Detail rangka atap Berugak Desa Bayan. (Kanan bawah) Tanduk kerbau atap Berugak Desa Bayan. Halaman 108: (Kanan bawah) Sambungan antar kayu pada Berugak Desa Bayan. Foto oleh M. Arifandy Hakam
Interior & Detail
107
Foto oleh M. Arifandy Hakam
Dusun Senaru
Berugak dibagi menjadi dua bagian secara umum yaitu Utara dan Selatan. Pada bagian Utara, berugak dibiarkan terbuka saja karena difungsikan sebagai tempat menerima tamu, puncak acara ritual adat, dan kegiatan sosial lainnya. Sedangkan pada bagian Selatan harus ditutup dengan pagar bedek atau anyaman pecahan bambu kasar sebab bagian ini biasa difungsikan sebagai tempat tidur maupun memasak. Selain itu pada saat musyawarah, tetua-tetua adat duduk di area Selatan berugak. Di atas tiang-tiang utamanya diberikan semacam anyaman bambu sehingga dapat difungsikan sebagai rak bagi warga untuk menyimpan berbagai barang keperluan ritual dan barang pribadi. Di dalam berugak, dapat terlihat dengan jelas struktur atapnya yang menggunakan bilah-bilah bambu kecil yang kemudian dilapisi dengan anyaman
Foto oleh M. Arifandy Hakam
bambu sebagai alas bersandarnya alangalang pada atap yang kemudian diikat ke bilah bambu sehingga tidak akan jatuh ketika tertiup angin atau terkena hujan. Di dalam berugak juga bisa ditemukan tanduk kerbau yang dipasang ketika ada anak laki-laki dari pemilik rumah yang dikhitan. Sambungan yang digunakan untuk menghubungkan antarkayu menggunakan sambungan manual kayu, dicoak dan dikaitkan satu sama lain. Uniknya dari arsitektur tradisional seperti arsitektur Lombok ini adalah tidak adanya material tambahan dalam sambungan, seperti paku, pelat, dan tali. Dinding yang digunakan untuk menutup bagian Selatan berugak pun pada umumnya terbuat dari anyaman bambu, yang juga mengandalkan sifat alami bahan yang lentur untuk menjadi struktur dinding yang kuat.
108
Bagian 2
Foto oleh Marestu Rizki Nugraha
Masjid Bayan Oleh Diona Roseanne
109
Dusun Senaru
Keterangan Foto: Masjid Wetu Telu di Desa Bayan
Masjid Bayan Beleq adalah masjid utama di permukiman Dusun Senaru. Masjid ini merupakan sebuah masjid wetu telu yang terletak di Jalan Labuan Lombok, Dusun Senaru, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. Wetu telu yang berarti waktu tiga adalah praktik unik sebagian masyarakat di Lombok dalam menjalankan agama Islam. Terletak sekitar 80 km dari Mataram, masjid ini sudah berdiri pada abad ke17 dan menjadi masjid pertama yang berdiri di Pulau Lombok. Dusun Senaru sendiri merupakan salah satu gerbang masuknya Islam di Pulau Lombok sehingga tidak heran masjid pertama berada di Desa Bayan.
110
Bagian 2
Denah Masjid Bayan
111
Dusun Senaru
Potongan Masjid Bayan
112
Bagian 2
Eksterior Bentuk masjid ini memiliki banyak kemiripan dengan rumah-rumah tradisional di sekitarnya. Meskipun terletak di pinggir jalan, dengan desain dan bentuk masjid yang mirip dengan bangunan sekitarnya menjadikan masjid ini tidak begitu mudah dikenali. Bangunan masjid ini memiliki dimensi 9 x 9 m2. Dinding dan pintunya dibuat rendah sehingga ketika masuk, kami harus membungkukkan tubuh terlebih
113
Foto oleh Cecylia Costania
dahulu. Hal ini dimaksudkan agar orang yang masuk menunjukkan sikap hormat saat memasuki rumah peribadatan. Dinding dan pintu terbuat dari anyaman bambu dan tidak ada jendela sama sekali. Kemudian atap dibuat berundak atau tumpang dengan overstack yang cukup panjang sehingga air hujan tidak dapat masuk ke dalam atau mengenai dinding utama, melindungi bangunan dan orangorang yang mencari perlindungan dari bangunan.
Dusun Senaru
Foto oleh Cecylia Costania
Untuk mencapai bangunan utama masjid, kami harus melewati jalan memutar dan menanjak dengan dinding tinggi di sisi jalan. Baru setelah itu kami sampai ke bangunan utama masjid ini. Dengan desain tapak seperti ini, kami mendapatkan pengalaman ruang yang berbeda-beda. Terletak di lahan yang cukup tinggi daripada sekitarnya dan dengan atap yang menjulang tinggi, memberikan bangunan Masjid Bayan Beleq ini kesan monumental. Walaupun sebenarnya bangunan atau dinding utamanya rendah, masjid ini terlihat lebih tinggi karena adanya pondasi dari batu kali yang cukup tinggi pula. Pondasi ini ditujukan sebagai penahan struktur masjid, dan juga sebagai pengisi lahan yang miring sehingga masjid dapat berdiri di tempat yang datar.
Keterangan Foto: (Kiri) Pintu masuk Masjid Desa Bayan. (Atas) Eksterior Masjid Bayan.
114
Bagian 2
Foto oleh M. Arifandy Hakam
Foto oleh M. Arifandy Hakam
Interior Masjid Bayan Beleq ini memiliki empat tiang yang terbuat dari kayu nangka berbentuk silinder di tengah sebagai sistem struktur utamanya. Meskipun masjid ini tidak memiliki jendela, kami tetap dapat merasakan sinar matahari yang hangat dan semilir angin yang sejuk. Hal ini dikarenakan dinding terbuat dari anyaman bambu sehingga antaranyamannya terdapat celah yang memungkinkan cahaya dan udara masuk melaluinya. Bentuk atap yang berundak ini juga memberikan kemungkinan banyak cahaya yang masuk dari celah antara lapisan atap yang atas dan bawah. Lantai masjid yang fungsional terbuat dari tanah liat yang kemudian ditutup tikar buluh.
115
Dusun Senaru
Dari dalam masjid, kami dapat melihat dengan jelas struktur atap yang disusun dari bilah-bilah bambu, yang kemudian dilapisi anyaman bambu sebagai alas bagi alang-alang. Di balik alang-alang, terdapat bilah-bilah bambu yang menjadi penyokong utama atap, tempat alang-alang tersebut diikat. Detail-detail ini terlihat jelas dari dalam bangunan dikarenakan tidak adanya material yang berfungsi sebagai semacam plafon di dalamnya. Kemudian dapat terlihat juga sambungan-sambungan antarkayu pada struktur utamanya. Semua sambungan yang digunakan adalah sambungan manual kayu yang saling mengait satu sama lain tanpa menggunakan material tambahan seperti paku, tali, dan lain-lain, sama seperti sambungan-sambungan pada bangunan lainnya.
Keterangan Foto: (Kiri atas) Tiang penyokong dan bedug di dalam Masjid Bayan. (Tengah atas) Anyaman bambu pada dinding Masjid. (Kanan bawah) Penutup atap Masjid Bayan.
Foto oleh M. Arifandy Hakam
116
Bagian 2
Foto oleh M. Arifandy Hakam
Foto oleh M. Arifandy Hakam
117
Dusun Senaru
Foto oleh M. Arifandy Hakam
Dari dalam masjid, kami dapat melihat dengan jelas struktur atap yang disusun dari bilah-bilah bambu, yang kemudian dilapisi anyaman bambu sebagai alas bagi alang-alang. Di balik alang-alang, terdapat bilah-bilah bambu yang menjadi penyokong utama atap, tempat alang-alang tersebut diikat. Detail-detail ini terlihat jelas dari dalam bangunan karena tidak adanya material yang berfungsi sebagai semacam plafon di dalamnya. Kemudian dapat terlihat juga sambungansambungan antarkayu pada struktur utamanya. Semua sambungan yang digunakan adalah sambungan manual kayu yang saling mengait satu sama lain tanpa menggunakan material tambahan seperti paku dan tali, sama seperti sambungan-sambungan pada bangunan lainnya.
Keterangan Foto: Halaman 117: (Atas) Tampak barat Masjid Bayan. (Bawah) Tampak timur Masjid Bayan. Halaman 118: (Atas) Maket Masjid Bayan.
118
Bagian 2
Konklusi Arsitektur Tradisional Oleh Ardelia Jessica Cungwin
Seperti yang sudah kita ketahui, arsitektur adalah ilmu yang sangat dekat dengan budaya penduduk setempat. Lombok, sebagai kota yang mayoritas penduduknya beragama Islam, tentunya cenderung menjunjung budaya agama Islam. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika masjid menjadi tipologi bangunan yang selalu hadir dalam arsitektur Lombok. Namun, tidak hanya kepercayaan yang menjadi ciri khas arsitektur Lombok. Mulai dari iklim,
119
kondisi geografis, hingga lingkungan sosial budayanya, semua memengaruhi bentuk dan rupa arsitektur Lombok. Dari tiga desa adat yang telah kami kunjungi, banyak hal yang kami pelajari. Desa Sade, yang telah bertransformasi menjadi desa wisata membuat pengunjung dapat berinteraksi langsung dan merasa lebih dekat dengan budaya Lombok. Desa Bayan, desa yang masih sangat kental budayanya, mulai dari
Konklusi Arsitektur Tradisional
Foto oleh Cecylia Costania
tatanan peraturan dan kaidah yang diturunkan sejak zaman dahulu, yang masih menyimpan masjidnya yang sakral. Desa Sembalun, desa di tengah hutan bambu, yang bersandingan dengan bukit indah, yang kecil namun mengandung banyak cerita. Ketiga desa ini memiliki satu kesamaan: tradisional. Budaya asli dari penduduk Lombok masih dapat kita lihat di dalamnya. Arsitektur yang terkandung
di dalamnya memiliki berbagai unsurunsur tradisional yang sama, mulai dari material, susunan keseluruhan desa, pengalaman ruang, hingga dimensi detail bangunan. Hal pertama yang menjadi kesamaan dari tiga desa adalah suasana dan pengalaman ruang saat memasuki desa. Pintu masuk desa selalu berupa ruang seperti lorong dan memiliki kesan sempit. Namun segera setelah melewati lorong
120
Bagian 2 tersebut, kami disuguhkan oleh ruang publik yang cukup luas. Di sekitarnya, terdapat bangunan-bangunan yang menjadi ciri khas Lombok, seperti berugak, lumbung, bale tani, dan masjid. Material yang paling sering digunakan pada arsitektur tradisional Lombok adalah alang-alang, kayu, dan bambu. Uniknya, bahan-bahan ini memiliki kegunaan yang sama di tiap desanya. Alang-alang sebagai penutup atap, kayu sebagai struktur luar dan struktur utama seperti kolom dan balok, serta bambu sebagai bagian dan struktur interior seperti penutup lantai dan struktur atap. Pada bagian atap, overstack memanjang cukup jauh ke depan sehingga dapat melindungi struktur bambu di baliknya, dan ketinggiannya cukup rendah. Rendahnya atap membuat orang-orang yang hendak masuk ke bangunan untuk menundukkan kepala, yaitu untuk menunjukkan rasa hormat pada pemilik bangunan. Hampir semua bangunan di desa adat memiliki ketinggian atap yang sama. Tidak hanya atapnya yang memiliki ketinggian rendah, namun juga pintu masuk yang cenderung memiliki ketinggian hanya sekitar 1,5 m. Tinggi
121
pintu ini juga dimaksudkan agar siapapun yang akan masuk untuk menundukkan kepala. Dari hal ini, dapat disimpulkan bahwa masyarakat Lombok sangat menjunjung tinggi kehormatan satu sama lain. Kemudian, hal lain yang menjadi ciri khas arsitektur Lombok adalah bagian ujung atap yang selalu berbentuk runcing, terbuat dari bambu dan alangalang. Bentuk yang menyerupai finial ini adalah struktur silang pada ujung atap. Ujung atap ini, sama seperti arsitektur Indonesia yang sering disebut sebagai arsitektur atap, menjadi ciri khas dari arsitektur Lombok. Dalam skala yang lebih detail, sambungan pada bangunan desa adat Lombok memiliki kesamaan, yaitu pada teknik konstruksi menyambung antarelemen struktur. Sambungansambungan yang ada pada bangunan sering kali dapat dilihat secara langsung karena terekspos layaknya tektonika arsitektur. Sambungan-sambungan ini sangat mempertimbangkan sifat dan karakteristik material, seperti kayu yang kuat tekan dan bambu yang keras tapi berongga. Pengetahuan akan material
Konklusi Arsitektur Tradisional ini memungkinkan para penduduk asli untuk memaksimalkan potensi dari tiap material, sehingga sambungansambungan yang ada tidak menggunakan komponen tambahan seperti paku maupun mur baut. Berbagai karakteristik inilah yang menjadi ciri-ciri dari arsitektur Lombok. Salah satu dosen kami pernah berkata, bahwa hal yang dapat meningkatkan nilai suatu daerah adalah budayanya, terutama di negara Indonesia yang begitu beragam adat istiadatnya. Dari hasil observasi terhadap arsitektur tradisional Lombok inilah, kami akhirnya menyadari, bahwa tiap keunikan dari arsitektur ini merupakan harta yang tidak dapat digantikan dan harus dilestarikan.
122
Bagian 2
Bale Lumbung, Dusun Senaru Sketsa oleh Nikolas Fiansa Buddhisuharto
Makam Kuno Masjid Bayan Beleq, Dusun Senaru Sketsa oleh Nikolas Fiansa Buddhisuharto
123
Kumpulan Sketsa
Masjid Bayan Beleq, Dusun Senaru Sketsa oleh Aliefianto Nandya Saputra
124
Bagian 2
Interior Bale Lumbung, Dusun Beleq Sketsa oleh Reliya Annisa Putri
125
Kumpulan Sketsa
Detail Dinding Bale Lumbung, Dusun Beleq Sketsa oleh Reliya Annisa Putri
126
Bagian 2
Interior Bale Toa, Dusun Beleq Sketsa oleh Farah Syifa Nabila
127
Kumpulan Sketsa
Detail Sambungan Bale Lumbung, Dusun Senaru Sketsa oleh Dr. Eng. Arif Sarwo Wibowo, S.T., M.T.
Bale Toa, Dusun Beleq Sketsa oleh Theofillus Terry
128
Bagian 2
Masjid Desa Sade Sketsa oleh Sasqia Nurul Azmi
129
Kumpulan Sketsa
Masjid Desa Sade Sketsa oleh Sasqia Nurul Azmi
Bale Toa Desa Sade Sketsa oleh Keshia Simatupang
130
131
Bagian 3
HOTEL waktu mencoba meraung, lalu meruang menciptakan adaptasi bagi mereka yang berkehendak namun tradisi dikekalkan, tak mungkin dibuang mengatasi dilatasi abstrak yang kian bergerak
Bagian 3
133
Hotel
Peta Lokasi Hotel
Legenda: 1. Lesehan Green Asri
4. Holiday Resort
2. Green Asri Hotel
5. Qunci Villa
3. Kies Villa
6. Novotel
134
Bagian 3
Lesehan Green Asri Oleh Raden Cecylia Permata Costania
Lesehan Green Asri Lombok adalah restoran yang berafiliasi dengan Green Asri Hotel. Restoran ini beralamat sama dengan Green Asri Hotel, yakni di Jalan Ahmad Yani, Sayang-Sayang, Cakranegara, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Restoran ini pada umumnya mengambil langgam arsitektur tradisional Lombok, yang dipadukan dengan arsitektur kontemporer, mengikuti perkembangan waktu.
135
Foto oleh Cecylia Costania
Lesehan Green Asri
Keterangan Foto: Gazebo pada Restoran Lesehan Green Asri.
136
Bagian 3
Foto oleh Debora Meciho
Foto oleh Cecylia Costania Foto oleh Marestu Rizki Nugraha
Konsep Bangunan Keterangan Foto: Halaman 137: (Kiri) Eksterior Lesehan Green Asri. (Kanan atas) Sambungan bambu pada bangunan Lesehan Green Asri. (Kanan tengah) Lampu pada salah satu kolom bangunan. Halaman 138: (Kiri atas) Detail sambungan bambu silang dengan tali alang-alang. (Kiri tengah) Detail rangka atap. (Kanan) Hiasan gantung pada kanopi. (Bawah) Jembatan di Lesehan Green Asri.
137
Foto oleh Mahira Raihana Putri
Lesehan Green Asri
Lesehan Green Asri merupakan restoran semimodern yang konsep utamanya yaitu membangun kembali bangunanbangunan tradisional Lombok. Bangunan tradisionalnya yakni berugak dan bale lumbung. Selain itu, Lesehan Green Asri menggunakan potensi alam terbuka yakni sawah yang menarik para konsumen. Foto oleh Debora Meciho
Foto oleh Mahira Raihana Putri
Foto oleh Cecylia Costania
138
Bagian 3
Foto oleh Mahira Raihana Putri
Foto oleh Mahira Raihana Putri
139
Lesehan Green Asri
Pertama kali masuk, pengunjung akan disambut dengan bangunan tradisional Lombok dengan konstruksi atapnya yang khas yakni konstruksi bambu ikat yang rumit dan alang-alang sebagai penutup atapnya. Terdapat ruangan rapat, aula, musala, bahkan taman. Pada aulanya yang disebut Selarapang Hall lebih modern dengan konstruksi atapnya dari baja dengan penutup atapnya anyaman bambu, sedangkan Sasak Hall lebih tradisional dengan keseluruhan konstruksi bambunya. Untuk menuju ke lesehan utama berupa bangunan tradisional Lombok yang berada di tengah sawah melalui jembatan dari kayu. Lesehan lainnya berada di lorong-lorong yang konsepnya sudah bercampur dengan konsep modern, yakni atap lorongnya menggunakan corrugated steel. Di bagian belakang terdapat taman yang biasa digunakan untuk foto pre-wedding.
Keterangan Foto: (Kiri atas) Selasar di Lesehan Green Asri. (Kiri bawah) Eksterior/lanskap Lesehan Green Asri. (Kanan bawah) Eksterior Lesehan Green Asri.
Foto oleh Bonifasius Dimas Adrianto
140
Bagian 32
Back of The House Dapur berada di daerah Barat bangunan. Dapur ini bersebelahan dengan gudang yang berisi bahanbahan pangan. Dapur memiliki elevasi lebih tinggi dari unit bangunan lainnya.
Keterangan Foto: Halaman 141: (Atas) Gudang penyimpanan di Lesehan Green Asri. (Bawah) Bagian luar dapur Lesehan Green Asri. Halaman 142: (Atas) Eksterior/lanskap Lesehan Green Asri. (Bawah) Area back office Lesehan Green Asri.
141
Foto oleh M. Raushan Fikri
Foto oleh Nurul Azizah Hatami
Lesehan Green Asri
Foto oleh Nugraha Sulaiman Irsyad
Foto oleh Aliefianto Nandya Saputra
142
Bagian 32
Green Asri Hotel Oleh Nur Fajrina
Green Asri Hotel merupakan salah satu bangunan dengan tipologi hotel di Lombok yang dibangun pada tahun 2013 dan mulai beroperasi pada tahun 2014. Green Asri Hotel berlokasi di Jalan Raya Senggigi km 8, Batu Layar, Mataram, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Fasilitas di Green Asri Hotel terdiri dari 11 kamar, restoran, kolam renang outdoor, spa, dan bar outdoor, sedangkan fasilitas kamar terdiri dari tempat tidur, kamar mandi, lemari pakaian, TV, AC, minibar, dan teras pribadi.
143
Foto oleh Yahya Ayyash
Green Asri Hotel
Keterangan Foto: Eksterior/lanskap Green Asri Hotel
144
Bagian 3
Rencana Tapak Sketsa oleh Grace Nathania
145
Green Asri Hotel
Foto oleh Aryasena Joti P.
Foto oleh Aryasena Joti P.
Konsep Bangunan Konsep utama dari Green Asri Hotel yang ingin diterapkan pemilik hotel adalah sesuai namanya yaitu green (penghijauan) dan suasana hotel yang asri sehingga pengunjung hotel yang ditargetkan, yaitu turis di Lombok, dapat benar-benar merasakan suasana rileks dalam hotel. Konsep ini diterapkan dengan membuat kamar-kamar hotel menghadap secara langsung pada courtyard dan taman serta menempatkan
beberapa tanaman di teras untuk menguatkan kesan asri di hotel ini. Konsep lain yang diterapkan yaitu konsep etnik lokal. Awal pemilihan konsep ini adalah karena target utama dari pengunjung hotel adalah turis dari Eropa dan Australia. Pemilihan konsep ini bertujuan agar turis dari negara lain tersebut dapat mengenal budaya-budaya Indonesia yang diterapkan pada eksterior dan interior hotel.
Keterangan Foto: (Kiri atas) Sirkulasi luar pengunjung/lanskap Green Asri Hotel. (Kanan atas) Suasana interior Green Asri Hotel.
146
Bagian 3
Foto oleh Grace Nathania
Interior & Eksterior Kamar hotel pada Green Asri Hotel berbentuk unit-unit cottage dengan bentuk dasar persegi panjang yang sangat kental akan karakteristik arsitektur tradisional khususnya Lombok, Bali dan Jawa. Atap kamar hotel berbentuk pelana dengan material sirap kayu untuk merespon iklim tropis sekaligus memperkuat karakteristik arsitektur tradisional. Material dinding kamar menggunakan kalsiplank yang di cat warna kayu agar memberi kesan natural, namun pada dinding bagian luar kamar diberi sentuhan rotan yang dianyam pada beberapa bagian untuk menambahkan tingkat estetika bangunan secara menyeluruh. Selain pada eksterior, karakter etnik lokal juga muncul dalam interior kamar.
147
Green Asri Hotel
Material yang digunakan pada tempat tidur, kursi, dan meja menggunakan jenis kayu sukai yang berasal dari Kalimantan. Selain itu, terdapat hiasan dinding dari kain tenun ikat khas Lombok dengan motif cicak dan hiasan ornamen khas Malang pada tempat tidur. Berbeda dengan unit-unit kamar yang sebagian besar menggunakan material kayu, bar outdoor yang terletak di courtyard hotel menggunakan material bambu sebagai strukturnya dan dibiarkan terekspos bersama dengan sambungan-sambungannya yaitu menggunakan sistem pasak dan ikatan sabut kelapa. Atap dari bar outdoor yang disebut sebagai Bamboo Bar ini berbentuk perisai khas Jawa dengan material alang-alang.
Keterangan Foto: (Kiri atas) Interior ruang spa Green Asri Hotel. (Kanan bawah) Suasana tempat makan pengunjung di Green Asri Hotel.
Foto oleh Grace Nathania
148
Bagian 3
Back Office Green Asri Hotel memiliki satu dapur servis. Dapur ini merupakan jenis dapur tertutup yang terletak di bagian belakang restoran.
Keterangan Foto: (Kiri) Suasana dapur Green Asri Hotel. (Tengah) Kolam renang Green Asri Hotel. (Kanan) Dekorasi patung pada kolam renang Green Asri Hotel.
Foto oleh Dea Fathur Rochman
149
Foto oleh Aryasena Joti
i P.
Green Asri Hotel
Foto oleh Aryasena Joti P.
150
Bagian 32
Kies Villas Oleh Rayi Ruby
Kies Vilaas Lombok berdiri pada tahun 2006. Kies Villas terletak di Jalan SaweBatu Riti, Kuta, Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Arsitek hotel ini adalah Bapak Lusmana Indra Setiawan. Menurut pemilik hotel, ia mengungkapkan keinginannya terkait konsep Kies Villa dan sang arsitek yang menerjemahkan dan mewujudkannya dalam gambar-gambar untuk kemudian dibangun. Dari hasil diskusi dan berbagi dengan sang arsitek lokal inilah, akhirnya Kies Villas dapat terwujud. Pemilik Kies Villas mendapatkan inspirasi hotel ini dari hasil menilai dan menelaah hotel-hotel serta tempat penginapan lain yang pernah ia kunjungi.
151
Foto oleh Cindy Claudia
Kies Villas
Keterangan Foto: Eksterior beberapa bangunan Kies Villas.
152
Bagian 3
Konsep Bangunan Dalam merumuskan konsep hotelnya, pemilik Kies Villas – Bapak Muhamad Hakimin, panggilannya Pak Kimen – menempatkan dirinya sebagai tamu yang berkunjung ke hotel. Ia ingin dirinya merasa nyaman berada di dalam kamar dan keseluruhan ruangan hotel. Pemilik Kies Villas sengaja memperbanyak ruang terbuka. Hal ini karena pengunjung yang datang pasti berniat untuk berlibur dan temboktembok pembatas dirasa dapat membuat pengunjung merasa jenuh. Selain itu, pemilik hotel ingin menciptakan suasana tropis di Kies Villas dengan tanamantanaman yang banyak menghiasi hotel ini.
Sketsa oleh Nikolas Fiansa
153
Beberapa unit kamar di Kies Villas Lombok memiliki bentuk yang menyerupai lumbung yang ada di desadesa Lombok. Akan tetapi, ternyata bentuk ini sebenarnya bukan berasal dari bentuk lumbung. Pada awalnya unit kamar ini berbentuk huruf “A”, akan tetapi ternyata terdapat masalah antropometri karena kepala orang yang naik ke lantai dua akan terantuk pada kedua sisi ruangan. Akhirnya unit kamar ini dibuat menjadi bentuk “A” di ujung atap dengan kedua sisi dinding yang lebih lebar dan tidak menerus dari bentuk “A” di atapnya.
Sketsa oleh Kevin Eligius Marseli
Kies Villas
Foto oleh Theresia Priscylla Adelina
Keterangan Foto: (Atas) Eksterior bangunan kamar Kies Villas. (Tengah) Eksterior/lanskap Kies Villas. (Bawah) Kolam renang dan ruang antar bangunan di Kies Villas.
Foto oleh Theresia Priscylla Adelina
Foto oleh Theresia Priscylla Adelina
154
Bagian 3
155
Foto oleh Cindy Claudia
Kies Villas
Interior & Eksterior Seperti telah disebutkan sebelumnya, beberapa unit kamar hotel memiliki bentuk yang menyerupai lumbung. Material yang digunakan pada eksterior unit-unit di Kies Villas adalah material alami berupa alangalang pada penutup atapnya dan papanpapan kayu sebagai penutup dindingnya. Selain itu, kerai-kerai bambu juga digunakan sebagai pelindung dari silau sinar matahari pada gazebo. Penyelesaian pada back of the house juga terbilang baik. Pada bagian ini diletakkan sistem-sistem utilitas. Sistem-sistem ini dibatasi dengan tembok di bagian belakang dan sampingnya. Di bagian samping disisakan space yang hanya dapat dimasuki satu orang saja. Kemudian di bagian tampak, terdapat pagar bambu yang menutupi bagian belakang unit kamar. Sehingga secara keseluruhan, back of the house tersembunyi dengan baik. Pada unit-unit kamar di Kies Villas, material konstruksi yang digunakan adalah beton meskipun finishing eksteriornya menggunakan material alami. Pada bagian interior kamar, dinding dicat dengan warna putih sedangkan warna kusen-kusen jendela dan pintu dibiarkan mengikuti materialnya yaitu kayu yang diplitur. Berbeda dengan unit-unit kamar, interior gazebo dan ruang penerima tamu masih menggunakan material alami seperti bambu dan kasau-kasau kayu yang dibiarkan terekspos. Pada gazebo, sambungansambungan bambu dapat terihat jelas menggunakan teknik pasak dan ikatan sabut kelapa. Keterangan Foto: Halaman 155: Penutup atap salah satu bangunan di Kies Villas.
Foto oleh Ardelia Jessica Cungwin
Foto oleh Fathia Almia Tsara Amanna
Foto oleh Ardelia Jessica Cungwin
Halaman 156: (Atas dan tengah) Suasana eksterior Kies Villas. (Bawah) Suasana salah satu kamar di Kies Villas.
156
Bagian 3
Foto oleh Christopher Toby Santoso
Back of the House
Keterangan Foto: (Kiri atas) Suasana gudang Kies Villas. (Kanan bawah) Area laundry Kies Villas.
157
Kies Villas
Hotel Kies Villas Lombok ini memiliki satu dapur servis. Dapur ini berada di bagian belakang bar. Di dalam dapur terdapat exhaust fan dan perangkat-perangkat dapur lainnya. Selain dapur, laundry dan gudang juga terdapat di bagian belakang hotel. Pada ruangan laundry, pakaian-pakaian kotor dicuci, dijemur, dan disetrika. Sedangkan gudang digunakan untuk menyimpan material-material bangunan seperti bambu dan kayu. Bagian back of the house ini hanya dapat diakses oleh pegawai Kies Villas Lombok. Dari bagian ini pula, back of the house vila privat yang ada di bagian belakang dapat diakses.
Foto oleh Christopher Toby Santoso
158
Bagian 3
Holiday Resort Oleh Audita Ilhami Rifdah
Holiday Resort Lombok ini dibangun pada lahan dengan luas 15 hektar di Jalan Raya Mangsit, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Resor yang dimiliki oleh PT Lombok Seaside Cottage yang tergabung di PT Blue Bird Group ini merupakan proyek yang dibangun pada tanggal 19 Desember 1995, dengan nama Holiday Inn Resort Lombok, yang kemudian berganti nama menjadi Holiday Resort Lombok pada tahun 2006. Untuk ke Pantai Senggigi waktu yang perlu ditempuh hanya sekitar lima menit dari resort ini. Resor ini berjarak 51,2 km dari Bandara Internasional Lombok dan 15,6 km dari Bandara Selaparang. Saat ini, posisi general manager Holiday Resort Lombok ditempati oleh I Ketut M. Jaya Kusuma.
159
Foto oleh Nabila Putri Fauzia
Holiday Resort
Keterangan Foto: View ke area taman dan kolam renang Holiday Resort.
160
Bagian 32
Konsep Bangunan Tipologi dari Holiday Resort Lombok ini adalah hotel resor, hotel yang berada di wilayah rekreasi atau sebagai tempat peristirahatan. Resor ini merupakan suatu kompleks di area seluas 15 hektar yang terdiri dari beberapa massa bangunan yang menyebar dengan adanya pemisahan area. Area-area tersebut terdiri dari area penginapan, restoran dan bar, spa and wellness, family friendly, pool, gift shops, business facilities, area untuk beraktivitas, dan back office. Secara keseluruhan, konsep dari resort ini menggabungkan arsitektur tradisional (yang dapat dilihat dari bentuk utama bangunan, bentuk atap, dan material bangunan) serta arsitektur kontemporer.
161
Foto oleh Diajeng Nashukha Ramadhanty
Holiday Resort
Keterangan Foto: (Kiri bawah) Eksterior beberapa bangunan Holiday Resort. (Kanan atas) Detail material batu alam pada bangunan Holiday Resort. Foto oleh Anna Maulida Tazkia
Area penginapan dibagi menjadi empat jenis konsep, yaitu Garden Chalet, Ocean View Room, Beach Front Bungalow, dan Two Bedroom Mangsit Suites. Untuk jenis garden chalet, satu bangunan terdiri dari dua kamar, dengan masing-masing kamar bertingkat dua serta menghadap ke bagian taman. Untuk kamar yang terletak di lantai dasar dilengkapi dengan kamar mandi terbuka, sedangkan kamar yang terletak di lantai dua memiliki kamar mandi tertutup. Pada jenis Ocean View Room, kamar menghadap ke pantai, dengan satu bangunan terdiri dari beberapa kamar. Untuk Beach Front Bungalow, satu bangunan terdiri dari dua kamar yang memiliki area lounge, kamar mandi terbuka, dan teras taman. Pada Two Bedroom Mangsit Suites, konsep yang diangkat yaitu suite room, dengan fasilitas lengkap yang cocok untuk keluarga. Fasilitas tersebut terdiri dari dua kamar tidur, dapur, ruang makan, ruang tengah, dan kamar mandi.
162
Bagian 3
Foto oleh Kania Atthaya Ulfa
Secara keseluruhan, hampir seluruh bangunan menggunakan material utama berupa kayu dan batu. Bentuk utama bangunan penginapan diadaptasi dari bentuk salah satu bangunan Suku Sasak, yaitu berugak, dengan memiliki tiang penyangga kayu. Yang membedakan dengan arsitektur Suku Sasak yaitu penggunaan material penutup atap berupa genteng serta tiang penyangga kayu yang hanya menopang atap pada tampak muka depan bangunan saja, sisanya tertutupi oleh dinding. Lobi, yang bangunannya terpisah dari bangunan penginapan dan berupa bangunan tunggal, atapnya menyerupai atap bale Suku Sasak, seperti gunungan dengan penutup atap berupa alang-alang yang dikombinasikan dengan bambu sebagai pengikatnya. Bagian luar dari lobi kental dengan nuansa tradisional Lombok.
Foto oleh Kania Atthaya Ulfa
Interior & Eksterior
163
Foto oleh Almira Kridarahmanda
Holiday Resort
Pada bagian dalam ruangan, penutup lantainya menggunakan material marmer yang dikombinasikan dengan material kayu sebagai tiang penyangga bagian dalam dan kuda-kuda pada bangunan. Nuansa tradisional yang dikemas sedemikian rupa serta dikombinasikan dengan sentuhan kontemporer membuat bagian dalam lobi ini terkesan mewah namun tetap menunjukkan identitas dari arsitektur tradisional berupa kesederhanaan.
Pada bagian spa, dominasi material batu dapat terlihat dari lantainya. Tempat spa ditempuh dengan melewati koridor sempit yang penutup lantainya berupa bebatuan yang diberi pencahayaan sehingga memperlihatkan tekstur dari batu itu sendiri serta menimbulkan suatu kesan tersendiri. Salah satu bagian dindingnya dibiarkan bertekstur dengan diberi gambar berupa pola-pola tertentu.
Salah satu kamar di two bedroom mangsit Suites menggunakan twin bed. Pada kamar ini, tercipta suasana hangat, terlihat dari penggunaan material kayu pada tempat tidur serta warna dindingnya, dan sentuhan Lombok pada lukisan beserta kain khas Lombok pada tempat tidurnya. Salah satu jenis penginapan di resort ini, Two Bedroom Mangsit Suites, bahkan memiliki dapur sendiri pada setiap unit ruangannya.
Keterangan Foto: Halaman 163: (Kiri atas) Koridor menuju ruangan spa. (Kiri tengah) Kamar tipe Two Bedroom Mangsit Suites. (Kanan bawah) Penutup atap alang-alang ada bangunan lobby. Halaman 164: (Kanan bawah) Struktur kayu pada rangka atap lobby.
Foto oleh Almira Kridarahmanda
164
Bagian 3
Sketsa oleh Mentari Hanifa Dzikrina
Back of the House
Keterangan Sketsa: (Kiri atas) Area laundry room Holiday Resort. (Kanan bawah) Area dapur Holiday Resort.
165
Holiday Resort
Back of the House dari Holiday Resor Lombok ini terdiri fasilitas cleaning service yang terdiri dari laundry room, dry cleaning, ironing service. Bagian ini hanya dapat diakses oleh pegawai dari resort. Untuk dapur, resor ini menyediakan tiga restoran dan 2 bar, yang tidak hanya pengunjung yang menginap saja yang dapat menikmatinya, namun juga untuk pengunjung yang hanya sekadar makan.
Sketsa oleh Mentari Hanifa Dzikrina
166
Bagian 32
Qunci Villas Oleh Fikri Anam
Qunci Villas merupakan resor yang berada di tepi pantai Lombok, tepatnya di Senggigi, Batu Layar, Lombok Barat. Qunci Villas didesain oleh arsitek asal Belanda yang menetap di Bali.
167
Foto oleh Mahira Raihana Putri
Qunci Villas
Keterangan Foto: Eksterior atau lanskap Qunci Villas
168
Bagian 32
Foto oleh Nikita Eka Nurwita
Foto oleh Shazkia Aulia Shafira Dewi
Konsep Bangunan
Keterangan Foto: Halaman 169: (Kiri atas) Sirkulasi pengunjung dan lanskap Qunci Villas. (Kiri bawah) Suasana koridor dengan adanya elemen air/kolam. (Kanan atas) Suasana bar dan restoran. Halaman 170: (Kanan atas) View menghadap pantai dari vila.
169
Foto oleh Nikita Eka Nurwita
Qunci Villas
Foto oleh Tri Miranda
Terdiri dari 20 unit kamar vila, vila ini memiliki konsep untuk membuat vila yang dapat menyatu dengan alam sekitar dan memaksimalkan orientasi site terhadap view pantai yang menghadap langsung ke Pulau Bali. Terdapat unit kamar yang menghadap langsung ke pantai, unit dengan partial view ke pantai, dan unit dengan garden view. Infinite pool berada di samping pantai dengan orientasi yang memanjang sesuai garis pantai sebagai area yang memberi suasana santai sekaligus membiaskan batas antara Qunci Villas dengan pantai. Bar dan restoran berada di samping kolam renang tersebut yang membuat pengunjung bar atau restoran mendapat view menarik sekaligus memudahkan akses antara tempat makan dengan area santai. Vila tersebut dibangun dengan desain yang menggabungkan langgam arsitektur modern dengan arsitektur tradisional Lombok dan Bali.
170
Bagian 3
171
Foto oleh Mahira Raihana Putri
Qunci Villas
Interior & Eksterior Tiap unit vila dibuat memiliki keterbukaan seluas mungkin dan memiliki pandangan ke pantai, dalam desain tiap unit vilanya selalu terdapat balkon dengan pintu dan jendela yang lebar sehingga menghilangkan batas masif antara ruang dalam dan ruang luar tiap vila. Kesan alami dimasukan ke interior bangunan dengan tidak digunakannya langit-langit, sehingga material alangalang dan kayu pada atap dapat terekspos. Tiap unit juga menggunakan furnitur yang terbuat dari material kayu, juga ditambahkan beberapa asken-aksen interior menggunakan kayu dan batu alam. Penggunaan bukaan-bukaan yang lebar dan dipadukan oleh pengolahan ruang luar yang baik membawa suasana alam dari luar bangunan ke interior. Qunci Villas dominan menggunakan material dinding batu bata yang dicat putih kekuningan, atapnya menggunakan material alang-alang alami dengan struktur dari kayu. Perpaduan material ini memberi kesan yang selaras dengan alam walaupun tidak keseluruhan material vila berasal dari material alam. Pengolahan ruang luar pada Qunci Villas juga menjadi sesuatu yang menarik, pemilihan dan penempatan vegetasi membuat ruang luar yang sejuk. Area sirkulasi dibuat terbuka sekaligus memberi efek surprise dengan permainan ruang luarnya. Pengolahan ruang luar di tiap unit vila juga sekaligus berfungsi untuk menutup akses visual dari luar vila.
Foto oleh Shazkia Aulia Shafira Dewi
Foto oleh Shazkia Aulia Shafira Dewi
Keterangan Foto: Halaman 171: (Kiri) Sirkulasi pada ruang luar vila. Halaman 172: (Atas) Suasana teras pada unit kamar vila. (Tengah) Bukaan pada unit kamar vila. (Bawah) Interior unit kamar vila.
Foto oleh Shazkia Aulia Shafira Dewi
172
Bagian 3
Foto oleh Shazkia Aulia Shafira Dewi
173
Qunci Villas
Foto oleh Shazkia Aulia Shafira Dewi
Back of the House Pada Qunci Villas terdapat restoran dengan bangunan yang sangat terbuka, memaksimalkan view terhadap pantai dan ruang hijau di kompleks vila tersebut. Akses terhadap dapur dan ruang belakang restoran disembunyikan dari pengunjung vila menggunakan dinding masif. Sirkulasi logistik dan karyawan dibuat terpisah dan tertutup, dengan penempatan yang didesain jauh dari sirkulasi pengunjung vila. Area utilitas menjadi area yang tidak dapat diakses oleh pengunjung dan dibuat tidak dapat dilihat oleh pengunjung. Dengan desain seperti ini, para pengunjung vila mendapat pengalaman ruang terhadap vila dan pantai yang maksimal.
Keterangan Foto: Halaman 173: Dapur Qunci Villas. Halaman 174: Dapur Qunci Villas.
174
Bagian 3
Novotel Oleh Tifany Claudia
Novotel Lombok Resort & Villas adalah hotel resor bintang 4 yang terletak di pantai selatan Pulau Lombok, menghadap pasir putih dan teluk pirus Pantai Kuta. Hotel resor ini berlokasi di Mandalika Resort. Novotel Lombok Resort & Villas dapat dijangkau sekitar 19 km dari Bandara Internasional Lombok dan 29,7 km dari Terminal Mandalika-Terminal Menteng Raya. Hotel resor ini merupakan hotel berbintang yang pertama kali dibangun di Lombok tengah pada tahun 1995 dan diresmikan pada tahun 1997 oleh Bupati Lombok Tengah L. Warsitu. Bernaung di bawah perusahaan Prancis Accor Grup, hotel resor ini telah mendapat beberapa predikat seperti World’s Best Halal Tourism Destination 2015, World’s Best Halal Honeymoon Destination 2015, dan Best Halal Friendly Kemenpar.
175
Foto oleh Ahmad Aufa Adyancha
Novotel
Keterangan Foto: Eksterior beberapa bangunan di Novotel.
176
Bagian 3
Konsep Bangunan Novotel Lombok Resort & Villas mengusung konsep ‘serasa di rumah sendiri’ atau feel everywhere at home, yang memberikan relaksasi total dan aktivitas yang beragam. Hotel resor dengan gaya arsitektur tradisional Sasak dan fasilitas modern ini memiliki 3 kolam renang terbuka, pantai pasir putih pribadi, 2 buah restoran tepi pantai, bar, dan 3 ruang pertemuan. Secara keseluruhan, hotel resort ini menyediakan 102 kamar, 77 kamar superior dan deluxe, 10 vila Sasak Privat, dan 10 vila kolam renang pribadi yang eksklusif. Selain itu, hotel resor ini juga menyediakan beragam fasilitas olahraga (seperti kayak, yoga, stand up paddle, voli pantai, sepak bola pantai, tenis meja, fitnes, dan biliar), pusat menyelam bersertifikat PADI lengkap, spa dan salon kecantikan, serta klub anak-anak dengan taman bermain luar ruangan.
177
Foto oleh Ahmad Aufa Adyancha
Novotel
Keterangan Foto: Tangga eksterior terbuat dari batu alam dan dihiasi elemen air/kolam.
178
Bagian 3
Interior & Eksterior Setelah melalui pintu masuk Novotel Lombok Resort & Villas terlihat kompleks bangunan yang tersusun atas pendopo tradisional khas Lombok dengan atap ilalang yang menjulang tinggi. Setiap bangunan pendopo memiliki fungsi yang berbeda antara lain pos satpam, resepsionis, spa, butik, klub anak, bistro, ruang pertemuan, restoran, bar, kamar, serta fasilitas olahraga yang mengelilingi kompleks vila yang privat di tengahnya.
Foto oleh Sasqia Nurul Azmi
179
Adapun setiap pendopo pada hotel resor ini tetap menerapkan tekstur lokal dengan sentuhan desain modern. Selain itu, hubungan antara ruang luar dan dalam sangat erat dirasakan dengan adanya tangga peralihan, pepohonan kelapa, kolam, dan taman yang menciptakan sekuens dan pengalaman ruang dari satu pendopo ke pendopo lain hingga pemandangan pantai.
Foto oleh Sasqia Nurul Azmi
Novotel
Keterangan Foto: (Kiri) View dari satu pendopo ke pendopo lainnya. (Tengah) Interior unit kamar Novotel. (Kanan) Eksterior/ruang luar novotel.
Foto oleh Aries Fadli Prayoga
180
Bagian 3
181
Foto oleh Faradillah Hillman
Keterangan Foto: Detail rangka atap pendopo.
Novotel
Foto oleh Guntur Damanik
Keterangan Foto: Suasana dapur Novotel.
Back of the House Untuk mengakomodasi kebutuhan konsumsi sehari-hari, Novotel Lombok Resort & Villas juga dilengkapi dengan fasilitas penunjang, yaitu dapur. Dapur restoran hanya dapat diakses oleh karyawan dan areanya dibagi atas bagian persiapan dan pelayanan. Area dapur yang digunakan oleh belasan karyawan tersebut disesuaikan dengan standar dapur hotel berbintang agar kegiatan operasional sehari-hari efektif dan efisien. Dapur juga dilengkapi dengan fasilitas peralatan yang lengkap, seperti stove ranges, deep-fat dryers, steamers, grills, microwaves, convention ovens dan bermacam-macam pans, serta
ruang penyimpanan untuk menunjang pelayanan restoran dan kamar selama 24 jam. Penerapan sistem HACCP pada dapur juga dilakukan untuk mengontrol aspek keselamatan pada area ini. Selain itu, pada dapur juga terdapat saluran air tersendiri untuk menjaga kebersihan dapur. Penghawaan secara alami juga diterapkan untuk kenyamanan karyawan dan koki selama bekerja di dapur tersebut. Novotel Lombok Resort & Villas sangat mendukung kelestarian hotel dan berhasil mendapat sertifikat ISO-14001 oleh lembaga independen.
182
Epilog
Epilog Oleh Ardelia Jessica Cungwin
“As an architect, you design for the present with an awareness of the past for a future which is essentially unknown.â€? – Norman Foster Lombok, Nusa Tenggara Barat. Walau sudah menjadi tujuan wisata internasional, tidak dapat dimungkiri bahwa kebudayaannya belum dikenal oleh banyak orang. Sebagai mahasiswa arsitektur, kami mengambil tindakan untuk mendokumentasikan salah satu karya budayanya, yaitu arsitektur. Entitas arsitektur sejalan dengan kebudayaan yang melingkupinya. Di antara keduanya pun menghasilkan benang merah dari perjalanan penuh renjana. Benang merah antara kita, dari era modern, dengan mereka, dari era kuno. Inilah hasil dan simpulan dari Kuliah Lapangan Façade 2017. Kami persembahkan akhir dari perjalanan kami, untuk negeri kami tercinta, Indonesia yang penuh warna budaya, juga untuk Lombok, pulau kecil yang menjadi tujuan wisata dunia. Sebagai tujuan wisata kedua yang paling terkenal setelah Bali, Lombok
183
mengalami perkembangan yang pesat, begitu pula dengan hunian-huniannya. Mulai dari kualitas visual dan jasa, arsitektur modern yang diaplikasikan pada penginapan terus mengalami perkembangan yang pesat. Namun, Lombok tidak kehilangan identitasnya. Setelah melihat-lihat arsitektur tradisional dan modern, dapatkah kamu menemukan bentuk dari upaya konservasi arsitektur tradisional Lombok pada arsitektur modern Lombok? Itulah benang merah yang kami maksud, dan kami akan menarik benang merah tersebut helai per helai. Hal pertama yang dapat dirasakan yaitu suasana, mulai dari pintu masuk (entrance) hingga suasana keseluruhan desa dan penginapan. Saat pertama kali masuk, entrance menimbulkan kesan sempit akibat lorong yang lurus, panjang,
Epilog
Foto oleh Fasya Amasani
dan tidak terlalu lebar. Entrance selalu mengarahkan para pengunjung ke satu tujuan, yaitu pusat dari keseluruhan kawasan. Ketika sudah sampai di akhir lorong entrance, kami selalu disambut dengan area yang luas, ramai dengan bangunan berbagai tipologi. Hal ini ditemukan pada ketiga desa. Begitu pula dengan Kies Villas, kami disambut dengan lorong atau jalan masuk satu arah menuju resepsionis. Setelah melewati resepsionis, kami dimanjakan dengan area luas yang menjadi satu-kesatuan integrasi berbagai fasilitas. Di area luas tersebut, kami tidak pernah melihat bangunan yang lebih dari 3 lantai. Semua bangunan, terpisah-pisah satu sama lain, membentuk suatu sistem multi-loaded. Penginapan yang ada di Novotel terbagi-bagi ke dalam sejumlah bangunan yang didesain sangat kental
dengan ornamen dan karakter arsitektur tradisional Lombok. Layaknya ketiga desa yang memiliki banyak rumah, penginapan di hotel-hotel modern semua terbagi dalam bangunan-bangunan berlantai sedikit sehingga seakan-akan satu bangunan ini menjadi milik sendiri. Namun konsep yang menarik yaitu berbagai fungsi yang dapat berada dalam satu bangunan sehingga yang dapat kita nikmati tidak hanya satu ruang kamar, melainkan fasilitas lain layaknya sebuah rumah. Bentuk lumbung sering kali diadopsi dalam arsitektur modern. Seperti pada Holiday Resort Hotel, bentuk lumbung diadopsi untuk menjadi bentuk bangunan area penerima tamu. Sementara pada sebagian besar hotel lain, bentuk lumbung digunakan untuk ruang penginapan. Uniknya, tidak ada
184
Epilog lumbung yang diadopsi seutuhnya hingga ke fungsi. Pemilik Kies Villa pernah bercerita kepada kami, bahwa beliau tidak setuju jika bentuk lumbung menjadi bentuk ruang penginapan. Sebab, lumbung sendiri berfungsi sebagai tempat menyimpan makanan sehingga dianggap sebagai bangunan yang paling disegani. Tidak salah untuk melestarikan visual dari ciri khas arsitektur Lombok, namun perlu adanya pengetahuan lebih terkait kebudayaan sebelum mengaplikasikannya karena bagaimanapun arsitektur tetap merupakan wujud fisik dari budaya dan adat istiadat asli warga setempat. Untuk karakteristik arsitektur tradisional yang dirasakan pada arsitektur modern, kami melihat bahwa ‘aura’ tradisional cenderung hanya terasa pada area publik. Entah mengapa, pihak penginapan cenderung tetap mempertahankan arsitektur modern pada area privat bagi pengunjung, seperti ruang penginapan. Seperti pada Green Asri Hotel, area-area yang digunakan bersama, seperti tempat makan, fasilitas hall, penerima tamu, dan lapangan hijau, memancarkan kesan asri dan tradisional. Bahkan tema pada Green Asri Hotel ini diadopsi dari tipologitipologi bangunan pada desa-desa, seperti adanya pondok bernama berugak. Namun pada bagian-bagian penginapan privat, cenderung menonjolkan karakteristik arsitektur modern, dapat dilihat dari garis-garis lurus pada bangunan serta material-material masa
185
kini seperti beton, kaca, dan baja. Terkait dengan benang merah sebelumnya, oleh karena ciri-ciri arsitektur tradisional yang lebih menonjol pada area publik, pengalaman lebih detail dari arsitektur sangat terasa ketika berada di area publik tersebut. Hal ini dikarenakan tektonika arsitektur yang sangat sering menjadi elemen kuat pada arsitektur tradisional. Kami tetap dapat melihat dengan jelas sambungan-sambungan dan strukturstruktur dalam bangunan. Lain halnya dengan banguan privat, kami tidak dapat menikmati arsitektur yang masih mentah, yaitu sambungan yang memanfaatkan karakteristik dari material yang digunakan. Dapat dilihat contohnya pada Qunci Villas, dengan area outdoor yang sangat hijau dan tradisional, sementara pada bagian kamar tetap seperti hotel pada umumnya, yaitu kotak sederhana, garis-garis kaku lurus, serta material masif dan modern seperti beton. Benang merah terakhir yang menghubungkan arsitektur tradisional dan modern adalah material. Alangalang, sebagai material paling umum digunakan pada semua bangunan di desa-desa, menjadi material paling dominan pula akibat besarnya dimensi atap. Material tradisional lainnya, seperti bambu dan kayu, juga sangat sering digunakan, sesuai dengan jenis-jenis strukturnya di bangunan tradisional. Misalnya bambu untuk struktur rangka
Epilog atap dan kayu untuk struktur rangka utama bangunan. Hal ini dapat dilihat pada adanya bangunan-bangunan berbahan alang-alang, bambu, dan kayu yang ada pada area publik penginapan. Pada restoran Lesehan Green Asri pun demikian, terutama di area makan. Dengan menggunakan konsep terbuka ke alam, semua struktur bangunan terlihat dengan jelas. Banyak sekali detail yang dapat diamati pada bangunan-bangunan publik di arsitektur modern ini. Pada penghujung artikel ini, kami ingin menyederhanakan simpulan dari keseluruhan buku ini, yang bertemakan “Telaah Benang Merah Antara Arsitektur Modern dengan Arsitektur Tradisional�. Terdapat tepat 6 helai benang merah antara arsitektur modern dan arsitektur tradisional Lombok, yaitu sebagai berikut.
tipologi bangunan pada desa hanya diaplikasikan bentuknya pada hotel, namun tidak dihiraukan fungsinya. 4. Terkait zonasi, pada arsitektur modern, area publik cenderung menggunakan konsep arsitektur tradisional, namun area privat tetap menggunakan konsep arsitektur modern untuk mengikuti perkembangan masa. 5. Detail-detail arsitektur dapat dilihat pada kedua jenis arsitektur, hanya saja pada arsitektur modern, sambungan hanya dapat dilihat pada area publik. 6. Material tradisional tetap diaplikasikan pada arsitektur modern, berupa alangalang, bambu, dan kayu.
1. Entrance selalu berupa satu jalur kecil yang akan mengantarkan pengunjung ke area luas berisikan kekayaan tipologi bangunan. 2. Konsep yang digunakan pada keseluruhan susunan bangunan adalah mengikuti sistem permukiman multiloaded yang berakibat pada jumlah massa bangunan yang banyak namun jumlah lantai yang sedikit. 3. Bentuk yang paling populer dari arsitektur tradisional adalah lumbung sehingga sangat sering muncul pada arsitektur modern, namun fungsi tersebut tidak ikut diadopsi. Hampir semua
186
187
Bagian 4
WISATA ALAM siapa sangka, pantai dan bukit berdansa seirama
sementara air terjun terus menghujani lembah
seolah mereka ingin kami jamah dan benarkan kami bahwa penat mendogma
Bagian 4
189
Wisata Alam
Peta Lokasi Wisata Alam
Legenda: 1. Bukit Selong
3. Bukit Nipah
2. Air Terjun Sendang Gile
4. Pantai Mawun
190
Bagian 4
Bukit Selong Oleh Kevin Eligius Marseli
191
Foto oleh Shafira Aisyah Fitri
Bukit Selong
Foto oleh Hanifa Nur Amalina
Bukit Selong menunjukkan keindahannya melalui hamparan sawah dan bukit yang menggambarkan ukiran tangan Yang Maha Kuasa di bumi Lombok ini. Perpaduan antara bukit yang megah dan hamparan sawah yang luas mengelilinginya menimbulkan perasaan tegar sekaligus gentar. Perasaan tegar muncul saat kita mengagumi kemegahannya dan pada saat yang sama kami akan gentar karena merasa sangat kecil dan tidak berdaya. Bentuk permukaan Bukit Selong yang unik dan tegas mampu membuat kami berdecak kagum saat melihatnya. Pada saat tertentu, fenomena menarik berupa awan yang bergerak menuruni bukit melalui lipatan di sisi bukit tersebut dapat terlihat dari puncak bukit.
Keterangan Foto: (Kiri bawah) Panorama Bukit Selong. (Kanan atas) Jalur pendakian Bukit Selong.
192
Bagian 42
193
Foto oleh Shazkia Aulia Shafira Dewi
Bukit Selong
Keterangan Foto: Hamparan sawah di bawah Bukit Selong.
194
Bagian 4
Air Terjun Sendang Gile Oleh Kevin Eligius Marseli
Air terjun Sendang Gile memberikan beberapa pengalaman yang berpadu dalam harmoni alam. Sebelum mencapai titik air terjun, kami disuguhkan petualangan menarik berupa rangkaian anak tangga yang dikelilingi dengan vegetasi hutan nan rindang. Sesampainya di lokasi air terjun, kami sekali lagi disuguhkan dengan keindahan dan kemegahan air terjun yang menjulang bertingkat dengan air mengalir deras dari puncaknya. Hempasan air terjun menciptakan kabut yang menyelimuti area di sekitarnya dan embusan angin nan sejuk. Sinar matahari yang menembus masuk melalui rimbunnya pepohonan terbiaskan dengan indah membentuk pelangi yang menambah keindahan air terjun ini.
195
Foto oleh Bonifasius Dimas Adrianto
Air Terjun Sendang Gile
Keterangan Foto: Aliran Air Terjun Sendang Gile.
196
Bagian 42
197
Foto oleh Bonifasius Dimas Adrianto
Air Terjun Sendang Gile
Keterangan Foto: Panorama Air Terjun Sendang Gile.
198
Bagian 4
Bukit Nipah Oleh Christianto Salimanan
199
Foto oleh Tri Miranda
Bukit Nipah
Bukit Nipah memberikan pemandangan matahari terbit dan terbenam terbaik melalui titik pandang di atas bukit. Di titik ini kami disuguhkan dengan pemandangan yang menakjubkan melalui elemen kontras antara laut, darat dan langit. Kolaborasi warna biru laut dan oranye langit memberikan sentuhan eksotis yang esensial pada kawasan ini. Jika berdiri di titik paling ujung tebing, terasa seolah-olah berlayar di tengah lautan dan ditambah dengan embusan angin laut yang kuat. Bukit Nipah cocok menjadi destinasi foto yang wajib dikunjungi saat menghabiskan liburan di Lombok.
Keterangan Foto: Panorama Bukit Nipah.
200
Bagian 42
201
Foto oleh Nikita Eka Nurwita
Bukit Nipah
Keterangan Foto: Hamparan pantai di balik Bukit Nipah.
202
Bagian 4
Foto oleh Travel Lombok Vacation
Pantai Mawun Oleh Christianto Salimanan
Keterangan Foto: (Kiri atas) Tampak atas pesisir Pantai Mawun. (Kanan bawah) Panorama pesisir dan bukit yang mengelilingi Pantai Mawun.
203
Pantai Mawun
Pantai Mawun merupakan salah satu pantai indah yang dimiliki oleh Lombok. Pantai Mawun memiliki bentuk yang unik, tidak memanjang seperti pantai pada umumnya karena kondisi geografisnya yang dikelilingi bebukitan tinggi. Kehadiran bukit-bukit yang mengitari pantai ini memberikan perasaan aman dan tertutup seolah dikelilingi oleh tembok raksasa. Pasir putih yang membentang sepanjang pantai mendorong kita untuk tidak sekedar berdiam diri dan menikmati pemandangan tetapi juga untuk beraktivitas menyenangkan.
Foto oleh Travel Lombok Vacation
204
Bagian 42
205
Foto oleh Travel Lombok Vacation
Pantai Mawun
Keterangan Foto: Panorama Pantai Mawun.
206
Penutup
207
Foto oleh Shazkia Aulia Shafira Dewi
Penutup
Penutup Oleh Adi Nur Khamim
Bukankah awalnya kami ragu? Memang benar, kami yang awam dengan Lombok pun mencoba memberanikan diri menelusuri jejak budaya yang ada padanya. Menyiratkan arsitektur sebagai bagian yang dianggap terbesar, kami merumuskan jawaban akan tanya yang berkesiap dalam lubuk hati kami. Alam yang terkembang penuh dengan kenyataan, menyadarkan kami tentang kekayaan aristektur—terkhusus Lombok—yang akan beradaptasi sesuai perkembangan zaman. Keraguan yang awalnya kami rasa segera ditepis oleh hasil yang memuaskan benak. Seluruh pelajaran berharga dari Lombok kami abadikan dalam sebuah analekta. Naskah yang tertulis dalam bait-bait rapi, momen yang tertangkap dalam potret, serta sketsa yang tergores dalam kanvas, mengalir membangkitkan memori. Aliran memori itu akan terus mengingatkan tentang apa yang kami rasa, apa yang terjadi, bahkan bagaimana kami mampu menggapai perjalanan tak biasa ini. Begitu sarat harapan kami melabuhkan memori jua kepada engkau.
208
Bagian 2
209
Foto oleh Cindy Claudia
Desa Sade
Keterangan Foto: Tim Kuliah Lapangan Arsitektur ITB 2015 beserta para pembimbing.
210
211
Desa Sade
begitulah kami merangkai perpaduan itu, antara manusia, alam, budaya, tentunya arsitektur semoga asa dan rasa telah menghinggapi semoga ada jawab di balik semua tanya dan biarlah ini terekam dalam memori
sampai jumpa
Bagian 2
Kepanitiaan Pembina Aswin Indraprastha, S.T., M.T., M. Eng., Ph. D.
Humas dan Perizinan
Transportasi
Shofura Tsabita
Muhammad Raushan Fikri
Pembimbing
Anindya Nailaiffa Aulia
Davin Gery Lineker
Dr. Eng. Arif Sarwo Wibowo, S.T., M.T.
Fikri Anam
Faza Nugraha Sudarwan
Indah Widiastuti, S.T., M.T., Ph. D.
Kevin
Grace Nathania
Dr. Ir. Christina Gantini, M.T.
Mutia Ayu Cahyaningtyas
Syifa Anggita Nur Yudanti
Dibya Kusyala, S.T., M.T.
Raden Cecylia Permata Costania
Theofillus Terry
Rayi Ruby Ketua Panitia
Zahra Dhia Imtinan
Nikolas Fiansa Buddhisuharto
Konsumsi Fathia Almia Tsara Amanna
Acara
Anna Maulida Tazkia
Wakil Ketua Panitia
Ahmad Aufa Adyancha
Audita Ilhami Rifdah
Joshua Aditya
Shafira Aisyah Fitri
Christopher Toby Santoso
Anthony Derry
Farah Syifa Nabila
Aryasena Joti Prabawa
Kristina Andre Agung
Sekretaris Jenderal Ardelia Jessica Cungwin
Melvin Taslim Pra Acara
Sekretaris
Maharani Stavira Indrasuta
Adi Nur Khamim Almira Kridarahmanda
Tania Fitriani Logistik
Kuliah Lapangan
Guntur Mahardika I. M. Damanik
Irfan Nur Fadhilah
Baihaqi Dzaky Rizkia
Bendahara
Diona Roseanne
Dea Fathur Rochman
Nikita Eka Nurwita
Vinsensius Ardinan Bramanto
Fabian Mohammed Rukmana
Kania Atthaya Ulfa
Faradillah Hillman Buku
Fauzi Ardiansyah Wijaya
Dana Usaha
Shazkia Aulia Shafira Dewi
Febrian Aji Nugroho
Aries Fadli Prayoga
Fasya Amasani Setiawan
Lanna Elvira
Aliefianto Nandya Saputra
Haryono Kurniawan
Marcella Gandakusumah
Devi Kava Nilla
Sasqia Nurul Azmi
Marcellina Nathania Tjandra
Diajeng Nashukha Ramadhanty
Rozan Abdul Kadir
Keshia Simatupang
Pameran
Slamet Zarkasih
Mentari Hanifa Dzikrina
Kreatif
Zahra Nurul Azmi Ichsantiarini
Gideon Simangunsong
Haidar El Haq Hibaturrahim
Reliya Annisa Putri Sponsorship
Publikasi dan Dokumentasi
Tifany Claudia
Supporting
Mahira Raihana Putri
Christianto Salimanan
Pascal Abhijana Satya Aji
Cindy Claudia Prawitasari Yusuf
Ikyu Tirtodimedjo
213
Debora Meciho
Nur Fajrina Ramadhani
Akomodasi
Marestu Rizki Nugraha
Nurul Azizah Hatami
Bonifasius Dimas Adrianto
Muhammad Arifandy
Prabudewa Sebayang
Fardhani Yodiatama
Prisky Kartikasari
Putri Belinda
Hanifa Nur Amalina
Theresia Priscylla Adelina Angelita
Tri Miranda
James William Rinaldi
William Abil Bobby Setiawan
Nugraha Sulaiman Irsyad
Faza Nugraha Sudarwan
Davin Gery Lineker
Desain
Haryono Kurniawan
Debora Meciho
Nabila Putri Fauzia
James William Rinaldi
Diona Roseanne
Aditya Bayu Budiman
Joshua Aditya
Faradillah Hillman
Afrilla Melati Rahma
Lanna Elvira
Fathia Almia Tsara Amanna
Eka Kurniawan
Marcella Gandakusumah
Febrian Aji Nugroho
Kevin Eligius Marseli
Marcellina Nathania Tjandra
Fikri Anam
Yahya Ayyash Asaduddin
Melvin Taslim
Gideon Simangunsong
Rozan Abdul Kadir
Guntur Mahardika I. M. Damanik
Shofura Tsabita
Irfan Nur Fadhilah
Tania Fitriani
Kristina Andre Agung
Zahra Nurul Azmi Ichsantiarini
Mutia Ayu Cahyaningtyas
Tim Besar Kuliah Lapangan Divisi Fotografi
Nugraha Sulaiman Irsyad
Ahmad Aufa Adyancha
Divisi Sketsa
Nur Fajrina Ramadhani
Almira Kridarahmanda
Aditya Bayu Budiman
Syifa Anggita Nur Yudanti
Aryasena Joti Prabawa
Aliefianto Nandya Saputra
Tifany Claudia
Bonifasius Dimas Adrianto
Aries Fadli Prayoga
Vinsensius Ardinan Bramanto
Cindy Claudia Prawitasari Yusuf
Christianto Salimanan
William Abil Bobby Setiawan
Devi Kava Nilla
Dea Fathur Rochman
Fasya Amasani Setiawan
Farah Syifa Nabila
Hanifa Nur Amalina
Fardhani Yodiatama
Mahira Raihana Putri
Grace Nathania
Marestu Rizki Nugraha
Haidar El Haq Hibaturrahim
Muhammad Arifandy
Ikyu Tirtodimedjo
Nikita Eka Nurwita
Kania Atthaya Ulfa
Nurul Azizah Hatami
Keshia Simatupang
Pascal Abhijana Satya Aji
Kevin
Prisky Kartikasari
Kevin Eligius Marseli
Raden Cecylia Permata Costania
Maharani Stavira Indrasuta
Shafira Aisyah Fitri
Muhammad Raushan Fikri
Shazkia Aulia Shafira Dewi
Nabila Putri Fauzia
Slamet Zarkasih
Nikolas Fiansa Buddhisuharto
Theresia Priscylla Adelina Angelita
Prabudewa Sebayang
Tri Miranda
Putri Belinda
Yahya Ayyash Asaduddin
Reliya Annisa Putri Sasqia Nurul Azmi
Divisi Pengukuran
Theofillus Terry
Adi Nur Khamim
Zahra Dhia Imtinan
Anna Maulida Tazkia Baihaqi Dzaky Rizkia
Divisi Wawancara
Christopher Toby Santoso
Afrilla Melati Rahma
Diajeng Nashukha Ramadhanty
Anindya Nailaiffa Aulia
Eka Kurniawan
Anthony Derry
Fabian Mohammed Rukmana
Ardelia Jessica Cungwin
Fauzi Ardiansyah Wijaya
Audita Ilhami Rifdah
214
Bagian 2
Sponsor & Relasi Media SPONSOR
RELASI MEDIA
TRAVEL
DONATUR: Yayasan Astra Honda Motor PT SAT Windu Utama PT Wiswakharman-Semarang PT Bita Enarcon Engineering CIRIAJASA CM PT SARANABUDI PRAKARSARIPTA Bapak Tony Santoso
215
NANTIKAN FACADE SELANJUTNYA!
Kegiatan Kuliah Lapangan “Façade” Program Studi Arsitektur Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung Labtek IX B Jalan Ganesha 10, Bandung 40132 Indonesia facadearsiitb@gmail.com