resensi buku
Jet Kune Do, Refleksi Bruce Lee Atas Kungfu Oleh Achm ad Cahyanto Kungfu, tidaklah sekedar gerakan untuk membela diri, atau ajang pamer dan mencari musuh. Lebih dari itu, kungfu menurut Bruce Lee memiliki fungsi yang lebih besar, yaitu pengembangan jiwa. Bruce Lee percaya, dalam setiap gerakan kungfu dapat merepresentasi kan keagungan filosofi Cina. Tak mengherankan, jika ayah Bruce Lee sudah memperkenalkan kungfu Thai Ci pada nya sejak kecil. Namun, Bruce Lee kecil belumlah mampu mencerna makna kungfu yang lebih dalam. Kedekatan dia dengan kungfu Thai Ci serta kelincahan saat memperagakan jurus-jurus kungfu, membuatnya memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Di sekolah Bruce Lee selalu memperkenalkan diri sebagai Lee yang jago tinju, dan dia tidak suka apabila ada seorang anak yang lebih menonjol dari dirinya. Sejak kecil, Bruce lee juga telah meng gembleng kemampuan fisiknya dengan disiplin latihan yang tinggi. Setiap hari dia melakukan lari dan sprint beberapa mil. Selain lari, setiap ada waktu seng gang dia melakukan pull up dan sit up. Menginjak usia remaja, porsi latihan ditambah secara gila-gilaan. Bruce Lee melatih otot-otot tubuhnya dengan porsi di atas atlet-atlet. Hal positif dalam di ri Bruce Lee, dia tidak pernah meninggalkan hobinya untuk membaca buku dan merefleksikan gerakan-gerakan yang sudah diperlajari. Ketika belum menjadi seorang bintang, Bruce Lee pernah juga terperosok dalam dunia geng. Di Hongkong, tempat dia lahir, gangster tumbuh pesat bak jamur. Bahkan geng juga mempu nyai pengaruh sosial yang besar. Merasa serius ingin mendalami kungfu untuk bekal dalam pertarungan-pertarungan 44
Pewara Dinam i ka d e s e m b e r 2 0 0 9
antar geng, Bruce Lee kemudian berguru kepada Profesor Yip Man. Seringnya Bruce Lee terlibat perta rungan jalanan dan berurusan dengan polisi, membuat ibu Lee khawatir dan menyuruh Lee merantau ke Amerika. Dengan menumpang kapal “Americant President”, Lee berangkat ke Amerika dengan berbekal uang 100 dollar. Saat keberangkatannya ke Amerika, Lee beru mur 18 tahun. Bruce Lee yang kelahiran aslinya di San Fransisco tanggal 27 November 1940, mempermudah dia untuk mengurus kewarganegaraan Amerika. Di Amerika Bruce Lee mendapat kesempatan kedua untuk menyelesaikan pendidikan SMA-nya yang tertunda. Setelah selesai SMA, Lee diterima di jurusan filsafat Universitas Washington. Lee tumbuh menjadi mahasiswa yang cerdas, dan tekun menyimak dosen-do sen dalam memberikan kuliah. Namun, minat dia terhadap filosofi kungfu tidak pernah surut. Dalam kesendirian di Amerika, Bruce lee mempunyai banyak waktu untuk mengkaji tentang filosofi kungfu. Akhir nya, setelah dia mencoba mengembang kan dan menggabungkan aliran-aliran kungfu yang pernah dia pelajari seper ti Thai Ci, Wing Cun dan aliran yang di bawa ahli kungfu Wong Shun Leung, akhirnya Bruce lee menemukan bentuk baru kungfu yang lebih efisien dan dina mis. Aliran ini kemudan dia sebut seba gai Jet Kune Do yang artinya mencegat pukulan. Jet Kune Do memuat dasar kemerdekaan total bagi seseorang untuk bereaksi, serta bebas beradaptasi dengan berbagai situasi. Jet Kune Do adalah warisan monumen tal yang ditinggalkan Bruce Lee setelah kematiannya yang tiba-tiba. Kematian Bruce Lee memang begitu cepat, keti-
Bruce Lee, Biografi Inspiratif Sang Legenda Kungfu Dunia Jo Pakagula • ����������������������� Pinus Book Publisher • I, 2009 • ������������� 163 halaman
ka namanya tengah bersinar di Hollywod. Sebelum meninggal pada tanggal 20 Juli 1973, Bruce Lee tak sadarkan diri di apartemen artis Taiwan yang bernama Betty Ting Pei. Spekulasi mengenai penyebab kematiannya berkembang, mulai dari peran mafia, percintaan hingga balas dendam, namun hingga kini penyebab kematiannya masih misterius. Buku biografi Bruce Lee ini memang tidak detail menceritakan keseluruhan kehidupannya. Namun, buku ini mencoba menghadirkan ceck poin atas pencapaian Bruce Lee dari sejak dia kecil hingga menikah, punya anak, dan meninggal pada usia muda. Dalam buku ini digambarkan bagaimana Lee melewati fase-fase sulit dalam hidupnya, kemauan dan kerja keras yang kemudian mampu menjadi inspirasi.
Achmad Cahyanto Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia