bina rohani
Membersihkan Dosa dengan Istighfar O l e h H e nd ra S ug iantor o Manusia diciptakan Allah swt dari unsur tanah dan ruh. Tanah yang berada di bawah merepresentasikan keinginankeinginan rendah manusia, sedangkan ruh yang ditiupkan Allah ke dalam diri manusia mengajak pada perbuatanperbuatan tinggi dan ketaatan. Karena asal penciptaan manusia dari tanah dan ruh ini, manusia memiliki potensi untuk berbuat baik dan buruk dalam kehidupan di muka bumi. Allah berfirman dalam surat As-Sajdah ayat 7-9: “Yang membuat segala ses uatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hi na. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)-nya ruh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati.” Luasnya ampunan Allah menghen daki manusia senantiasa ber-istighfar jika melakukan kesalahan dan bertobat kepada-Nya. Allah berfirman, “Dan mohonlah ampun kepada Allah. Sesung guhnya Allah Maha Pengampun lagi Ma ha Penyayang” (Qs An-Nisa’ (4): 106). Untuk memohon ampun itu manusia dianjurkan tidak menunggu sampai dosa-kesalahannya semakin bertambah. Manusia yang tidak bersegera memohon ampun, bahkan tidak mau ber-is tighfar, bisa menyebabkan hatinya semakin keras dan dapat dikatakan telah berlaku sombong di hadapan Allah. Hati yang keras menjadikan dirinya terus terjerembab pada kesalahan-kesalahan, bahkan kesalahan yang lebih besar lagi, tanpa disadarinya. Keburukan dan dosa tampaknya te lah menjadi fenomena keseharian manu sia. Ketidakmampuan manusia mengen dalikan hawa nafsu yang mengajak pada keburukan menyebabkannya jatuh di lumpur hitam kehinaan. Bahkan, ma
istimewa
nusia mengerti perbuatan-perbuatan buruk yang semestinya tidak dilakukan, tetapi tetap saja dilakukan. Misalnya, tindakan kriminal, berjudi, mengambil milik orang lain secara batil, dengki, me nggunjing, mengorupsi uang rakyat, berbuat mesum, ingkar janji, minum khamr, dan perbuatan buruk lainnya. Di dunia ini memang manusia berha dapan dengan musuh nyata yang me nyesatkan. Setan yang selalu mengajak pada keburukan dan kejahatan pernah berkata, ”Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan kesesatan padaku, pas ti aku akan menjadikan mereka meman dang baik perbuatan buruk di muka bu mi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka” (Qs Al-Hijr(15): 39). Manusia tidak pernah bebas dari dosa dan kekhilafan serta wajib memohon ampun kepada-Nya. Ber-istighfar bisa dilakukan setiap saat. Bahkan, ketika manusia memperoleh keberhasilan tetap, mereka dianjurkan untuk ber-is tighfar. Dalam surat An-Nashr ayat 1-3 diterangkan, “Apabila telah datang per tolongan Allah dan kemenangan, dan ka mu melihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesung guhnya Dia Maha Penerima Tobat.”
Ayat tersebut menerangkan kemenangan dan keberhasilan yang telah diperoleh dan Allah tetap memerintahkan manusia untuk ber-istighfar, bahkan ketika selesai shalat pun kita ditentukan untuk membaca istighfar. Hal itu menegaskan bahwa manusia tidak bisa lepas dari kesalahan walaupun sebesar debu dan setipis rambut. Bisa jadi, ketika shalat kita tidak menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah. Shalat kita masih tercampuri sesuatu selain Allah, misalnya ingin dilihat orang lain taat beribadah (riya’) dan bacaan shalat yang mengalir begitu saja tanpa kesadaran dan pikiran kita yang melayang-layang. Begitu de ngan keberhasilan kita, bisa jadi tidak terhindar dari kekeliruan, misalnya me lalui proses yang tidak benar, terbesit niat selain Allah dan banyak orang lain yang ter-zalim-i. Sebagai manusia, kita sewajarnya terus memperbaiki diri. Manusia yang baik bukanlah manusia yang tidak pernah melakukan dosa dan kesalahan, tetapi manusia yang menyadari perbuatan-perbuatan buruknya dan kemudian memohon ampun dan bertobat kepada-Nya. Terdapat berbagai keutamaan yang didapatkan dari membiasakan diri ber-istighfar. Selain itu, Allah akan menghilangkan darinya kenestapaan hidup dan mendatangkan rizqi dari arah yang tidak diperkirakan sebelumnya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda, “Barangsiapa memperbanyak istighfar, maka Allah akan menghilangkan darinya segala kesusahan, menghilangkan dari nya segala kesempitan, dan akan menda tangkan rezeki dari sumber yang tiada terduga” (HR Abu Daud).
Hendra Sugiantoro mahasiswa FIP UNY
P e wa r a Di n a m i k a d e s e m b e r 2009
45