Pewara Dinamika Desember 2009

Page 47

bina rohani

Membersihkan Dosa dengan Istighfar O l e h H e nd ra S ug iantor o Manusia diciptakan Allah swt dari unsur tanah dan ruh. Tanah yang berada di bawah merepresentasikan keinginankeinginan rendah manusia, sedangkan ruh yang ditiupkan Allah ke dalam diri manusia mengajak pada perbuatanper­buatan tinggi dan ketaatan. Karena asal penciptaan manusia dari tanah dan ruh ini, manusia memiliki potensi untuk berbuat baik dan buruk dalam kehidupan di muka bumi. Allah berfirman dalam surat As-Sajdah ayat 7-9: “Yang membuat segala ses­ uatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hi­ na. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)-nya ruh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan ba­gi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati.” Luasnya ampunan Allah menghen­ daki manusia senantiasa ber-istighfar jika melakukan kesalahan dan bertobat kepada-Nya. Allah berfirman, “Dan mohonlah ampun kepada Allah. Sesung­ guhnya Allah Maha Pengampun lagi Ma­ ha Penyayang” (Qs An-Nisa’ (4): 106). Untuk memohon ampun itu manusia dianjurkan tidak menunggu sampai dosa-kesalahannya semakin bertambah. Manusia yang tidak bersegera memohon ampun, bahkan tidak mau ber-is­ tighfar, bisa menyebabkan hatinya semakin keras dan dapat dikatakan telah berlaku sombong di hadapan Allah. Hati yang keras menjadikan dirinya teru­s terjerembab pada kesalahan-kesalahan, bahkan kesalahan yang lebih besar lagi, tanpa disadarinya. Keburukan dan dosa tampakny­a te­­ lah menjadi fenomena keseharia­n ma­­nu­ sia. Ketidakmampuan manusi­a me­ngen­ dalikan hawa nafsu yang meng­a­ja­k pada keburukan menyebabkanny­a jatuh di lumpur hitam kehinaan. Bahkan, ma­

istimewa

nusia mengerti perbuatan-perbuata­n buruk yang semestinya tidak dilakukan, tetapi tetap saja dilakukan. Misalnya, tindakan kriminal, berjudi, mengambi­l milik orang lain secara batil, dengki, me­ nggunjing, mengorupsi uang rakyat, ber­buat mesum, ingkar janji, minum khamr, dan perbuatan buruk lainnya. Di dunia ini memang manusia berha­ dapan dengan musuh nyata yang me­ nyesatkan. Setan yang selalu mengajak pada keburukan dan kejahatan pernah berkata, ”Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan kesesatan padaku, pas­ ti aku akan menjadikan mereka meman­ dang baik perbuatan buruk di muka bu­ mi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka” (Qs Al-Hijr(15): 39). Manusia tidak pernah bebas dari dosa dan kekhilafan serta wajib memohon ampun kepada-Nya. Ber-istighfar bisa dilakukan setiap saat. Bahkan, ketika manusia memperoleh keberhasilan tetap, mereka dianjurkan untuk ber-is­ tighfar. Dalam surat An-Nashr ayat 1-3 diterangkan, “Apabila telah datang per­ tolongan Allah dan kemenangan, dan ka­ mu melihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesung­ guhnya Dia Maha Penerima Tobat.”

Aya­t tersebut menerangkan kemenangan dan keberhasilan yang telah diperoleh dan Allah tetap memerintahkan manusia untuk ber-istighfar, bahkan ketika selesai shalat pun kita ditentukan untuk membaca istighfar. Hal itu menegaskan bahwa manusia tidak bisa lepas dari kesalahan walaupun sebesar debu dan setipis rambut. Bisa jadi, ketika shalat kita tidak menyerahkan diri sepenuh­nya kepada Allah. Shalat kita masih tercampuri sesuatu selain Allah, misalny­a ingin dilihat orang lain taat beribadah (riya’) dan bacaan shalat yang mengali­r begitu saja tanpa kesadaran dan pikiran kita yang melayang-layang. Begitu de­ ngan keberhasilan kita, bisa jadi tida­k terhindar dari kekeliruan, misal­nya me­ lalui proses yang tidak benar, terbesit niat selain Allah dan banyak orang lain yang ter-zalim-i. Sebagai manusia, kita sewajarnya terus memperbaiki diri. Manusia yang baik bukanlah manusia yang tidak pernah melakukan dosa dan kesalahan, tetapi manusia yang menyadari perbuatan-perbuatan buruknya dan kemudian memohon ampun dan bertobat kepada-Nya. Terdapat berbagai keutamaan yang didapatkan dari membiasakan diri ber-istighfar. Selain itu, Allah akan menghilangkan darinya kenestapaan hidup dan mendatangkan rizqi dari arah yang tidak diperkirakan sebelumnya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda, “Barangsiapa memperbanyak istighfar, maka Allah akan menghilangkan dariny­a segala kesusahan, menghilangkan dari­ nya segala kesempitan, dan akan menda­ tangkan rezeki dari sumber yang tiada terduga” (HR Abu Daud).

Hendra Sugiantoro mahasiswa FIP UNY

P e wa r a Di n a m i k a d e s e m b e r 2009

45


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.