Volume 10 • nomor 20 juni 2009
issn 1693-1467
P e w a r a
Dinamika majalah universitas negeri yogyakarta
6
YANG MENGUBAH UNY
...SIAPAPUN YANG TERPILIH, MAKA ITU YANG TERBAIK... Pesta demokrasi 2009 penuh kontroversi. Penyebabnya tidak lain soal DPT, Daftar Pemilih Tetap yang tidak akurat. Lantas bukan berarti proses demokrasi yang telah dibangun bertahun-tahun dihentikan begitu saja.Di tengah situasi demikian, yang terbaik adalah memperkuat saksi saat di TPS maupun di KPU. Jangan sampai terjadi penggandaan pemilih ataupun menambahan/pengurangan suara yang merugikan semua pihak. Dengan demikian, Pemilu Presiden kali ini bisa menghasilkan calon yang terbaik.
Iklan layanan ini dipersembahkan oleh Pewara Dinamika • foto: istimewa
pena redaksi
P ewa r a
Dinamika
PENANGGUNG JAWAB Dr. H. Rochmat Wahab, M.A. (Rektor UNY) PENGARAH Prof. Dr. Hj. Nurfina Aznam, SU., Apt. (Pembantu Rektor I) H. Sutrisna Wibawa, M.Pd. (Pembantu Rektor II) Prof. Dr. H. Herminarto Sofyan (Pembantu Rektor III) PENASEHAT Hj. Sudjariyah, M.Pd. (Kepala Biro AUK) Dra. Hj. Budi Hestri Hutami (Kepala Biro AAKPSI) H. Sugirin, Ph.D. (Kepala KKHP) PEMIMPIN UMUM Prawoto, S.E. PEMIMPIN PERUSAHAAN Drs. Wedho Chrisnarto PEMIMPIN REDAKSI Sumaryadi, M.Pd. SEKRETARIS REDAKSI Tusti Handayani, A.Md. REDAKTUR PELAKSANA Sismono La Ode, S.S. REDAKTUR Endang Artiati Suhesti, S.Pd. Dhian Hapsari Witono Nugroho, S.I.P. Kusmarwanti, M.Pd. Hermanto, M.Pd. Desain dan Tata Letak Kalam Jauhari FOTOGRAFI Ahmad Natsir Eka Putra, S.H. REPORTER Ratna Ekawati, S.I.P. (FIP) Isti Kistianingsih, S.Pd. (FISE) Dedy Herdito, M.M. (FMIPA) Haryono (FBS) Hadimin, S.Pd. (FIK) Rani Eryani, S.I.P. (FT) Prayoga, S.I.P. (LPM/Lemlit) Agus Purwatma W., S.Pd. (BAAKPSI/BAUK) Syamsu Rahmadi, S.E. (Kemahasiswaan) Yansri Widayati, S.Pd. (Kerjasama) Hadna A. Al-Falasany, A.Md. (Kampus Wates) SIRKULASI Drs. H. Trisilia Suwanto Sarjana Sudarman Fashilaturrochmah Widodo ALAMAT REDAKSI Jl. Colombo No. 1 Kampus Karangmalang Universitas Negeri Yogyakarta 55281 Telp/Fax 0274 542185 E-mail: pewaradinamika@uny.ac.id Online: www.uny.ac.id
Alhamdulillah edisi Juni terbit lagi. “Kami bahagia!” Bukan apa-apa, tetapi lebih disebabkan durasi penerbitan edi si mei dan juni begitu dekat, ya sekitar kurang lebih tiga mingguan, ya “tepat waktu”. Walaupun kami bahagia, tetapi kami tetap juga merasa bersalah karena tetap aja edisi ini telat. Jika dilihat dari perseptif keedisiaan. Ya’ begitulah yang terjadi…. Kami tidak menyangka betapa me ngerjakan majalah butuh tenaga eks tra. Tidak hanya fisik tetapi pikiran. Dan itulah yang uta ma. Pikiran yang meru pakan alat untuk mem produksi wacana (baca: berita) membutuh kan proses kontemplasi dan negoisasi gagasan yang tidak bisa dianggap remeh. Setidaknya, kami membutuhkan data-data awal dan sedikitnya pengetahuan tentang apa yang kami akan produksi. Pro ses inipun tidak memakan waktu yang bisa dibilang sedikit. Secuil proses ini ka mi lakukan untuk te tap berusaha memperkukuh kualitas majalah, walaupun kami sadari bahwa tiap edisi majalah tidak lepas dari sedikit ke keliruan. Kami minta maaf! Dan kami terus berjanji agar edisi-edisi selanjutnya bisa lebih baik dan berkualitas, terutama dalam hal pilihan tema, gaya penulisan, dan artistik. Edisi ini, untuk tema utama, kami mengangkat perkara Mahasiswa Ber-
Kalam/pewa
PENERBIT HUMAS Universitas Negeri Yogyakarta IJIN TERBIT SK Rektor No. 321 Tahun 1999 ISSN 1693-1467
ra
majalah universitas negeri yogyakarta
prestasi (Mapres). Kategori yang kami bangun pun subjektif, didasari atas kehendak redaksi, tanpa melibatkan seluruh komponen sivitas akademika UNY. Kami punya alasan untuk itu. Pertama, pilihan-pilihan Mapres ini didasari repre sentasi masing-masing fakultas. Dimana untuk menentukan mereka yang ter pilih kami tak luput konsultasi dengan beberapa Pembantu Dekan bidang Ke mahasiswaan. Kedua, prestasi yang ka mi maksud di sini lebih diutamakan pada prestasi individual, dimana mereka telah mempunyai se gudang prestasi yang membanggakan, tidak hanya tingkat nasional tetapi juga tingkat internasio nal. Ketiga, Prestasi yang membanggakan itu tidak hanya difokuskan di bi dang akademik, tetapi di lu ar bidang ini, seperti olahra ga dan wiraswasta. Lantas apakah itu sudah merepresentasikan keber adaan Mapres? Kami ra sa iya. Tetapi jika diang gap kurang objektif, pertanyaannya ada kah yang objektif da lam ranah di luar sains (baca: teknologi)? Demikianlah, secuil argumentasi kami. Tentunya, kami yakin institusi di luar Pewara Dinami ka punya ukuran-ukuran lain tentang Mapres, kami silakan karena itu akan menambah khasanah tentang pentingnya keberagaman pengetahuan. Sementara itu, kami tetap mengetengahkan berita-berita yang tidak kalah penting nya. Untuk menjawab hal ini, silakan baca majalah tercinta ini.
Redaksi menerima tulisan untuk rubrik Bina Rohani (panjang tulisan 500 kata), Cerpen (1000 kata), Opini (900 kata), Puisi/Geguritan/Tembang (minimal dua judul), dan Resensi Buku (500 kata). Tulisan harus dilengkapi dengan identitas yang jelas, nomor yang bisa dihubungi, pasfoto (khusus Opini), serta keterangan dan sampul buku (khusus Resensi Buku). Kirimkan tulisan Anda melalui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kan tor Humas UNY. Bagi yang dimuat, honor dapat diambil di kantor Humas UNY.
P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2009
daftar isi Volume 10 • Nomor 20 juni 2009
l a p o r a n U ta m a
Mereka yang Mengubah UNY Prestasi yang mereka raih, bisa dikata masih belum apa-apa. Tetapi, yang mereka lakukan itu sudah cukup mengubah UNY.
24
La ode/pewara
halaman 6
36 opini
berita
MENJADI MAHASISWA ‘KELAS DUNIA’ University’ Sabtu, (20/6) dengan meng hadirkan pembicara utama DR. Da vid Hodges dari Royal Melbourne Institute of Technology University (RMIT) Australia.
dokumen fise
Himpunan Mahasiswa (Hima) Jurusan Manajemen FISE UNY mengada kan sarasehan bertema ‘World Class
Berita Lainnya • Semarak Ekspresi Anak Negeri, Ujian Akhir Mahasiswa Tari • Mahasiswa Jurdik Bahasa Jerman UAS di Borobudur • FIK UNY Juara Umum Tri Eks STO di UNNES Semarang
Mengapa Harus Binangun? Menyoal kata “binangun”, secara sepintas kita bisa melihat bahwa kata tersebut merupakan salah satu kata dalam bahasa Jawa. Hal itu bisa dilihat dari seselan in, yang maknanya sama dengan awalan... 41 5 42 4 1 3 44 44 40
bina rohani bunga rampai cerpen dari pembaca dari redaksi Jendela pojok gelitik puisi•geguritan•tembang resensi buku perancang sampul: kalam jauhari
Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 0 9
jendela Selamat Datang Mahasiswa Baru Terima Kasih Masyarakat
S
alah satu komponen dari sivitas akademi ka perguruan tinggi (baca: Universitas Negeri Yogyakarta/UNY) adalah maha siswa. Mahasiswa merupakan kompo nen penting dalam sistem perguruan tinggi, dalam sistem pendidikan tinggi. Tanpa kehadir an unsur mahasiswa, perguruan tinggi dipasti kan akan tinggal papan nama alias gulung ti kar. Itulah makanya berbagai perguruan tinggi jungkir-balik, kerja keras, mengerahkan berba gai daya upaya dengan berbagai terobosan, promosi dan pameran besar-besaran ke berbagai penjuru tanah air. Semua itu dilakukan demi bisa merekrut mahasiswa sebanyak-banyaknya. Untuk UNY sendiri, alhamdulillah, persoalan rekrutmen mahasiswa baru tidak begitu menjadi persoalan. Justru UNY perlu menyampaikan permohonan maaf secara tulus dan sebesar-be sarnya kepada masyarakat luas yang ingin me nyerahkan pendidikan putra-putrinya kepada UNY namun karena satu dan lain hal terpaksa harus kandas. Sesungguhnya, kalau boleh ju jur, UNY ingin bisa mengakomodasi seluruh ke inginan masyarakat. Namun, apa daya, ada ber bagai ‘aturan main’ yang musti diikuti secara konsisten. Itulah, UNY mohon maaf jika institu si ini dalam rangka penyediaan berbagai program studi yang relevan untuk peningkatan kualitas SDM, UNY terpaksa melakukan ‘seleksi’ yang ekstra ketat. Ada dua pintu dibuka lebar-lebar oleh UNY untuk menerima ‘tamu-tamu’ baru, yakni Program Reguler dan Program Nonreguler. Untuk Program Reguler ada dua subprogram, yakni Bersubsidi [PMB-PBU (Penelusuran Bibit Ung gul), PMB-SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Per guruan Tinggi Negeri), dan PMB-SK (Seleksi Khu sus)] dan Swadana [PMB-PBD (Penelusuran Bibit Unggul Daerah), PMB-SM (Seleksi Mandiri), dan PMB-KS (Kerjasama). Sementara itu, untuk Program Nonreguler ada subprogram Kelanjutan Studi [PMB-KSM (Kelanjutan Studi Mandiri) dan PMB-KSK (Kelanjutan Studi Kerjasama). Yang pasti, UNY tidak main-main dalam me ngelola pendidikan untuk anak-anak bangsa ini.
UNY menjadikan nilai moral keagamaan dan kebangsaan terinternalisasi dalam setiap kegi atan akademik dan nonakademik. UNY memiliki program studi rintisan bertaraf internasi onal. Sebagian besar program studi di UNY terakreditasi A. Setiap tahun seputar 3.500 mahasiswa menerima beasiswa dari berbagai sumber. Sebagian besar dosen memiliki kualifikasi akademik S-2 / S-3. Fakultas dan Lemba ga di lingkungan UNY memperoleh Sertifikat ISO 9001-2000. UNY memiliki mahasiswa asing yang mengikuti pendidikan degree dan nonde gree. UNY merupakan salah satu universitas eks IKIP yang termasuk dalam 20 perguruan tinggi se-Indonesia yang dinyatakan layak menjadi perguruan tinggi bertaraf internasional. UNY memiliki dan mengembangkan Museum Pendidikan sebagai sumber belajar. UNY merupakan universitas induk penyelenggara sertifikasi guru (Rayon 11). UNY adalah salah satu universitas yang ditunjuk Depdiknas sebagai penyelenggara pendidikan profesi guru. UNY menjalin kerjasama pendidikan dan penelitian dengan instansi lain, baik dalam maupun luar negeri. Mahasiswa UNY berhasil meraih keju araan tingkat nasional maupun internasional dalam berbagai kegiatan lomba IPTEKS dan olahraga. UNY memperoleh penghargaan dari Menegpora sebagai Kampus Prima Olahraga. Khusus mahasiswa FIK yang diterima melalui jalur PBU dan PBD diasramakan. Demikian dan seterusnya. Selamat datang adik-adik mahasiswa baru UNY. Di kampus ini, insya Allah, prestasimu akan terukir. Terima kasih untuk para orang tua dan masyarakat luas yang sudah mempercaya kan pendidikan putra-putrinya kepada UNY. Ma rilah kita – berbagai pihak terkait – bergandeng an tangan erat-erat untuk melakukan sinergi dan kolaborasi demi masa depan bangsa dan negara kita: Indonesia Tercinta!
Drs. Sumaryadi, M.Pd. Pemimpin Redaksi
P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2009
dari pembaca Kirimkan kritik/komentar/tanggapan Anda mengenai Pewara Dinamika maupun persoalan di seputar kampus Universitas Negeri Yogyakarta. Kritik/komentar/tanggapan harap dilengkapi identitas yang jelas dan dapat dikirim melalui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kantor Humas UNY.
Perlunya Sosialisasi Besar-besaran di Museum Pendidikan Indonesia Saat diresmikan museum Pendidikan Indo nesia UNY, baik Sri Sultan Hamengkubowono X maupun mantan Rektor UNY, Prof. Sugeng Mardiyono, Ph.D., berharap museum yang pertama kalinya dibangun di Indonesia mendapat sambutan hangat dari seluruh komponen anak bangsa, terutama warga Jog jakarta dan UNY. Lebih tepatnya, mereka berharap, kelak, museum pendidikan yang berdiri di tengah-tengah kota Pelajar ini dapat digunakan sebagai bagian terpenting dari wisata edukatif. Saya sangat senang sekali, saat itu. Sayangnya, hampir berjalan setahun ini, saya melihat antusiasme masyara kat kita masih kurang greget. Bahkan, bisa dibilang mahasiswa UNY pun ku rang berminat. Suatu waktu, saya pernah bertanya pada seorang teman maha siswa tentang keberadaan museum itu, kebetulan kami sama-sama satu fakultas. “Anda pernah berkunjung ke museum pendidikan? “ Malah dia menjawab, “museum pendidikan, yang …(sambil berpikir) di dekat rektorat itu? Jawaban itu membuat saya sedikit kaget. Kok ma hasiswa UNY belum kenal betul tentang apa isi yang ada di seluruh universitas. Saya menduga teman saya yang satu ini memang kurang mempedulikan kam pus. Dia hanya senang akan fakultas, bahkan dirinya sendiri. Walaupun demikian, saya tidak sepenuhnya menyalah kan teman saya. Karena, setahu saya, petugas dari meseum kurang menyosia
Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 0 9
lisasikan keberadaan museum itu, terle bih isi dan makna yang ada di dalam museum ini. Sebagai pencinta keberadaan muse um, saya berharap tujuan yang disampai kan di atas, benar-benar diwujudkan. Pa ling tidak, petugas di sana, sudah mulai menyosialisasikan keberadaan museum itu dengan kreatif kepada seluruh ma syarakat Indonesia, dan yang paling awal, lebih baik disosialisasikan kepada calon mahasiswa baru UNY. Ini untuk memberikan pemahaman kepada mereka tentang adanya museum pendidikan dan sejauhmana signifikansinya terhadap perkembangan dunia pendidikan. Sosialisasi tersebut, tentunya dilakukan secara besar-besaran. “Jangan terlalu berpikir berapa anggaran yang harus dikeluarkan, tetapi saya yakin, semakin besar anggaran promosi keberadaan museum itu, maka semakin banyak me
nyedot jumlah pengunjung, yang nota bene, ke depan, akan memberikan man faat bahkan mengharumkan nama UNY. Jika ini dapat diraih, saya rasa peminat mahasiswa UNY makin banyak, yang otomatis akan menambah anggaran universitas. Akan tetapi sosialisasi ter sebut seharusnya dikelola dengan profe sional, apalagi dalam waktu dekat museum ini akan selesai (saat ini sedang dibangun tahap akhir). Untuk tahap awal, saya rasa tidak salah jika petugas/pengurus museum belajar dari lem baga profesional lainnya, bagaimana cara promosi yang efektif. Mungkin itu susah, tapi tidak ada yang salah jika kita bersusah susah da hulu, bersenang-senang di kemudian hari. Semoga UNY menjadi kampus yang terbaik di bidang pendidikan…. Islah Mahasiswa Fakultas Teknik UNY
bunga rampai tulisan terakhir dari dua tulisan
Anak Indigo dan Aset Bangsa
N
anik masuk SD usia 5 tahun tanpa melewati TK, namun ia bisa mengikuti pelajaran dengan baik, bahkan selalu mendapat ranking 5 besar. Di SMP dan SMA, bahkan selalu ranking I, paling rendah ranking 3. Di samping keajaiban dalam penyembuhan orang sakit, ketika SMA keajaib an-keajaiban Nanik bertambah. Ia sering didatangi arwah kembarannya. Waktu arwah kembarannya mendatanginya, ia mengaku dapat berbincang, bercanda, bahkan bermain seperti layaknya dengan teman-teman pada umumnya. Arwah kembarannya selalu menyambanginya selagi Nanik sedang sedih, atau Nanik melakukan kesalahan. Jika sedang sedih arwah kembarannya sela lu datang menghiburnya. Jika ia telah melakukan kesalahan, Nanik selalu ditegur oleh arwah kembaranya. Jika arwah kembarannya agak lama tidak menyambanginya, secara refleks Nanik yang datang ke makamnya. Di makam tersebut Nanik layaknya ketemu dengan manusia berbadan fisik biasa, bercakap-cakap dan bersenda-gurau melepas rindu. Setamat SMA keajaiban yang dialami Nanik tidak surut, justru tambah menakjubkan. Nanik mengatakan, hampir dipastikan setiap orang yang akan meninggal dunia dan kebetulan orang tersebut kenal Nanik, misalkan orang tersebut akan meninggal esoknya, maka malam itu arwah orang yang akan meninggal tersebut menemui Nanik dan memberi isyarat selamat tinggal. Nanik bekerja di MGC Group, sebu ah usaha perdagangan dan perakitan komputer di Jl. Kaliurang. Oleh bos MGC Nanik dipercaya untuk memegang Kabag Pemasaran. Waktu itu Nanik se ring memprediksi target-target penjual an dan semua target yang dibatin dalam
ol e h M ukha rom Kelebihan yang dimilikinya, di anta ranya, kalau ia pergi ke tempat yang menurut orang adalah angker atau ba nyak makhluk halusnya, ia sering tidak mau diajak pulang. Kalaupun ia mau pulang, badanya langsung panas dan minta kembali ke tempat bermain tadi. Menurut pengakuannya, di tempat ter sebut banyak teman bermainnya.
istimewa
hati selalu menjadi kenyataan. Kini Nanik 31 tahun, telah memiliki 2 anak. Anak kedua 10 bulan. Bersama suaminya, Sutrisno, yang kesehariannya karyawan bagian lab, AKAKOM. Minggu (21/9/2008) Nanik menuturkan, kepekaan indera keenamnya sejak mela hirkan anak kedua mulai sedikit melemah. Walaupun, kepekaan batinnya te tap masih tajam dalam hal merasakan suatu yang dianggap keramat. Hanif sebagai Contoh Lain Anak indigo yang ini bernama Hanif. Hanif lahir di Batam (25/9/2000) dari pasangan Budi Rahayu Ningsih, S.H. dan Santosa, B.A. Mereka tinggal di Dusun Ketemas, Pagelak, Kecamatan Madukara, Banjarnegara, Jawa Tengah. Hanif kini duduk di kelas 3 SD Muhammadiyah I Banjarnegara. Di sekolah Hanif terma suk cerdas, dari kelas 1 hingga kelas 3 se lalu berada di posisi 5 besar. Ia berada di SD yang tergolong favorit/unggulan. IQnya menunjukkan di atas rata-rata. Waktu kecil Hanif sedikit terlambat untuk perkembangan berjalannya. Ia ba ru bisa berjalan pada usia 14 bulan karena sejak 8 bulan ia sering sakit panas.
Adalah Aset Negara Anak-anak indigo sebenarnya bisa dijadikan aset negara yang sangat ber harga. Kelebihan yang dimilikinya me rupakan suatu anugerah yang sangat langka dan istemewa dari Allah swt. Sa yangnya, mayoritas masyarakat, bah kan keluarganya sendiri, belum bisa memahami kondisi anak indigo, bahkan lebih cenderung membuat anak indigo frustrasi dan tambah depresi karena dianggap anak yang sakit jiwa. Untuk itu, diperlukan pendataan, penelitian, dan sosialisasi anak indigo.Pemerintah sebenarnya lewat Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa sudah mengakomodasinya dengan mengadakan pelayan an pendidikan khusus bagi anak indigo karena Anak Indigo juga tergolong Anak Berkebutuhan Khusus. Anak indigo ini bisa dipekerjakan di Kepolisian bagian intel, kejaksaan, kehakiman, Badan Intelijen Negara, TNI, perusahaan perdagangan, Bea Cukai, dan wstaf diplomatik. Banyak peluang kerja yang cocok bagi mereka. Jika diarahkan dengan benar dan masyarakat, terutama keluarganya, bisa menerimanya dengan wajar, minimal mereka bisa hidup sesukses Mama Lauren, bahkan bisa jadi milyarder seperti Ponari, dukun cilik dari Jombang Jawa Timur. Mukharom Ketua I Lembaga Independen Indigo Yogyakarta
P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2009
laporan utama
Mereka yang Mengubah UNY Prestasi yang mereka raih, bisa dikata masih belum apa-apa. Tetapi, yang mereka lakukan itu sudah cukup mengubah UNY.
I
ni hanya versi Pewara Dinamika. Boleh dibilang kurang representatif; ataupun dianggap subjektif. Akan tetapi, subjektivitas yang kami ba ngun bukan berarti tanpa argumensi. Lagian jika mau jujur, adakah yang objektif dalam ranah humaniora? Pelba gai pertemuan (kecil) kami hadirkan. Dari sinilah alasan mengapa tema ini di angkat, termasuk mengapa orang-orang yang hadir merepresentasikan mahasis wa berprestasi itu kami pilih. Sebenarnya sudah lama kami ingin mengangkat tema ini, hanya saja tidak mudah. Kami harus menyaring segudang alasan. Selanjutnya meminta pertimbangan dari beberapa kalangan, terlebih kepada Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan UNY, Prof. Dr. Herminar to Sofyan dan Pembantu Dekan bidang kemahasiswaan di masing-masing fakul tas. Tetapi satu hal yang tidak berubah, yakni alasan bahwa mereka telah meng ubah UNY. Mengubah UNY bukan berar ti hanya bisa dilakukan para dosen atau karyawan, atau dengan melakukan revo lusi besar-besaran, tetapi mereka meng ubah kampus eks-IKIP ini lebih pada aspek prestasi yang mereka raih dan itu membawa dampak positif buat institusi tercinta ini. Terutama, di tingkat nasi onal dan dunia. Enam orang yang kami pilih merupakan satu dari sekian mahasiswa berpres tasi di masing-masing fakultas. Mereka tidak mewakili fakultasnya secara ins titusi. Tetapi mereka mewakili prestasi mereka sendiri yang amat berdampak
O l e h s i smono l a ode besar bagi universitas yang sedang gencar-gencarnya menuju world class uni versity. Nah, karena mereka tidak bisa dilepaskan dari rahim fakultas ataupun jurusan, maka secara tidak langsung mereka turut merepresentasikan fakultas tersebut. Sebut saja Vitri Sekar Sari, Si Jago debat asal Fakultas Bahasa dan Seni ini berhasil menyisir peserta debat yang telah diikutinya, tidak hanya di sebagian belahan Nusantara, tetapi juga di acara World Universities Debating Championship (WUDC) 2008 di Thailand. Tak kalah dengan Vitri, Hari Wibo wo, Pendekar Silat dari Fakultas Ilmu Keolahragaan. Anak muda yang menju arai beberapa kejuaraan silat ini, sukses menaklukkan pesilat dari Vietnam saat final Kelas C putra 14 th ASEAN Universi ty Games Kuala Lumpur, Malaysia tahun 2008. Lain lagi dengan Zen, mahasiswa FMIPA ini mampu menembus ajang bergengsi bagi peneliti lingkungan tingkat internasional 2008 di Malaysia. Acara yang dihelai oleh School of Chemical En gineering, Universiti Sains Malaysia turut menjadikannya sebagai presentator termuda. Di timur UNY, Fakultas Ilmu Pendidik an turut melahirkan seorang Randy Mar siano. Walaupun seorang tunanetra, ia berjuang menunjukkan dirinya sebagai seorang yang tak boleh dipandang remeh. Matanya yang tidak bisa melihat senar-senar gitar ternyata mampu “menaklukkan melodi-melodi di setiap se nar hanya dengan sekali mendengar
lagu itu. Alhasil, sejak 2007 dia telah dinobatkan sebagai The Best Guitar So lo. Prestasi ini diraihnya selama tiga kali berturut-turut. Setali tiga uang, di Fakultas Ilmu Sosial, Panji Kusuma Prasetyanto hadir. Prestasi yang disandang pria kalem ini cukup unik, sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi, dia tidak berprestasi di bidang yang ia tekuni secara akademis. Justru ia menjuarai ajang kompetisi Keroncong Tingkat Nasional di Jakarta. Di Ujung Utara UNY, sosok Muslikhin, mahasiswa Fakultas Teknik tak bisa dianggap sebelah mata juga. Pria yang sukses berwiraswasta ini, berhasil menjuarai Lomba Inovasi Teknologi Lingkungan Nasional di ITS. Sebelum keenam mahasiswa ini, UNY juga telah melahirkan para pengubah nama UNY. Bergulirnya waktu, membu at mereka turut menanggalkan Universitas. Di luar sana mereka juga tak kalah hebatnya. Dengan menyandang status alumnus UNY, mereka tetap berjasa bagi dunia kerja dan masyarakatnya. Memang keenam nama yang kami sajikan ini belum sekaliber para peraih penghargaan bergengsi di pelbagai bidang kejuaraan (kemahasiswaan) nasi onal ataupun dunia. Akan tetapi spirit yang mereka lakukan setidaknya me nyerupai hal itu. Bahwa, menjadi mahasiswa UNY bukan untuk diri sendiri tetapi untuk nama besar Almamater yang kami cintai ini. Dan untuk menge tahui spirit mereka silakan baca laporan ini. Tabik !
foto-foto: Ahmad Natsir/pewara dinamika
6 yang Mengubah UNY
Tiga Menit Untuk Seterusnya Ia jatuh cinta, ketika sebuah puisi karya E.E Cummings ada di kedua telapak tangan mungilnya.
foto-foto: Ahmad Natsir/pewara dinamika dan dokumen pribadi
Oleh Endan g Arti at i S uhesti
Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 0 9
S
aat itu, seorang remaja putri dari luar negeri, Jesica namanya memberikan kepadanya puisi yang berjudul I carry you in my heart. Di matanya baris-baris tulisan puisi itu terasa asing. Vitri kecil tidak mengerti isi dari puisi itu tapi, di benaknya muncul keingintahuan,”Apa ya artinya puisi ini,”gumannya sembari terus memperhatikan huruf-huruf dalam kertas yang ia genggam. Kejadian itu dulu, ketika Vitri kecil duduk di bangku kelas tiga se kolah dasar, namun moment itulah melahirkan benih cintanya padabahasa Inggris. “Waktu itu memang ada mahasiswa dari Universitas Sanata Dharma yang datang ke kelas saya dan mengajar, mahasiswa itu membawa teman dari Amerika yang memberikan saya sebuah puisi. Senang sekali ra sanya, tetapi juga gak ngerti apa arti puisi nya,” kisahnya seraya tertawa. Keingintahuannya untuk mengertikan isi puisi begitu besar, Vitri kecil berusaha un tuk mencari artinya. Ia lari ke rumah eyang yang tak begitu jauh dari rumahnya, di bilangan Condong Catur, Yogyakarta. Di dam pingi eyang kakungnya, Vitri kecil pun me numpahkan hasrat mengartikan sebuah puisi pemberian Jesica. Tak berhenti di situ, ia mulai merasa ketagihan untuk mempela jari bahasa Inggris. Semenjak itu, hampir setiap sore Vitri kecil akan terlihat di rumah eyang-nya. Bersama dengan eyang-
nya, ia dibacakan buku-buku berbahasa Inggris. “Rasanya waktu itu eyang begitu ‘enak’ membaca bahasa Inggris jadi saya asyik mendengarkan eyang” kenangnya. Satu tahun tak terasa, mbah Waluyo men dampingi Vitri kecil belajar bahasa Inggris. “Setelah itu eyang saya meninggal, dan ti dak ada lagi yang mendampingiku belajar bahasa Inggris. Tapi saya tetap bisa belajar sendiri, sepertinya sudah njalan. Orangtua saya kebetulan kurang bisa berbahasa Ing gris, ya kalau eyang memang suka dengan bahasa asing,” terangnya. Tumbal Sekolah Vitri, putri pertama pasangan Paulus Sueza Rusyanto dan Agnes Tri H. berangsur-angsur remaja, cintanya kepada bahasa Inggris semakin mendalam. Ia terus mengasah kemampuan bahasa Inggris dengan sering menerjemahkan lagu-lagu Barat dan menonton film Barat. “Kebetulan juga guru bahasa Inggris saya semasa SMP dan SMA ‘enak’. Ketika nostalgia masa SMP dengan teman-teman kuliah, saya baru mengerti bahwa metode yang diajarkan guru bahasa Inggris saya di SMP menyenangkan. Guru saya (baca: bahasa Inggris), Bu Yayuk waktu itu sering mengadakan talk show. Jadi kita waktu itu pura-pura menjadi nara sumber yang akan talk show band atau ar tis dari luar negeri, misalnya back street boys, weslife, atau artis Britney Spears. Ka mi akan pura-pura menjadi mereka, bebe rapa hari sebelum talk show kami sudah diberi bahan tentang mereka dan waktu talk show dandanan kami diusahakan mirip seperti mereka. Selain itu guru saya itu kadang mengajak kita ke Borobudur, untuk bertemu dengan orang asing dan agar kita terbiasa dengan orang asing dan bisa se kaligus mempraktikkan kemampuan kita berbahasa Inggris. Setiap harinya kita disuruh membawa kamus, dan kita mendapat kan tugas menuliskan banyak vocabulary, misalnya hari ini vocab tentang transportasi,“ tutur Vitri . Di SMA, Vitri, yang mempunyai nama
Pendidikan: SMP N 1 Muntilan, Muntilan, Magelang, Jawa Tengah; SMA N 1 Sleman, Sleman DIY; Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris • Prestasi: Peserta World Universities Debating Championship (WUDC) 2008 Host Assumption University, Thailand; 3rd Best Speaker dan 1st Runner Up National English Debating Championship of Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) XX, UNILA, Lampung 2007; 1st Runner Up EFL Category (EFL Finalists) Asian Universities English Debating Championship (AUDC) di ITB, Bandung (2007).
P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2009
6 yang Mengubah UNY
lengkap Vitri Sekar Sari ini diasuh Pak Basu ki dan Bu Mei sebagai guru bahasa Inggris. “Mereka mengenalkan saya ke dunia debat bahasa Inggris,”ungkapnya. Ada satu kisah menarik waktu itu lanjut Vitri, keti ka upacara 17 Agustus, ada adu keberani an untuk menggantikan Kepala Sekolah berpidato dengan bahasa Inggris. Dan ia mengajukan diri untuk menerima tantang an itu. Ketika Vitri beranjak naik ke panggung dan ber-cas cis cus dengan bahasa Inggris, beberapa diantara guru dan teman-teman sekolahnya terhenyak, mereka berseru “Lho, itu kan anak yang sering berakting ‘gila’”. Memang semasa SMA, Vitri menyelami du nia seni. Ia aktif mengekspresikan dirinya dengan bergabung di teater Setu Legi yang sering melakukan pentas keliling. Alhasil banyak guru dan teman-temannya yang ta-
10
Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 0 9
hu kemampuan bahasa Inggrisnya. Tiba-tiba suatu saat, ketika Vitri yang mulai ABG (Anak Baru Gede) ini sedang berlatih upacara, pak Basuki segera menghampirinya dan meminta tolong agar dirinya menggantikan kakak kelas yang nervous ketika lomba debat bahasa Inggris. “Ayo Vit...kamu menggantikan kaka kelasmu, dia nervous, tolong gantiin dia, tiga menit saja!”pinta pak Basuki dengan napas memburu. Tak butuh kompromi lama, Vitri pun dilarikan ke tempat perlombaan, dan hasilnya tidak mengecewakan karena sejak itu setiap ada event lomba debat bahasa inggris dirinya turun untuk mewakili sekolahnya, SMA N 1 Sleman, “Awal dari tiga menit itulah, kalau ada debat (baca: bahasa Inggris) aku yang menjadi tumbal,” ungkapnya tertawa terkekeh. Benci dan Cinta Seiring waktu debat demi debat dilewa ti gadis yang hobi membaca buku ini, dan ia berhasil menjuarai beberapa event debat bahasa Inggris. “Dan tiap kali saya men dapat juara, mendapat piala, ini sebagai balas dendam saya pada mereka (baca: ma hasiswa berprestasi) yang dulu pernah me nganggap remeh saya dan teman-teman saya. Waktu SMA, teater yang saya ikuti mendapat undangan untuk tampil di aca ra perkumpulan mahasiswa berprestasi dari seluruh universitas. Rombongan tea ter saya sudah dandan total dan sudah bersiap di belakang panggung, kami di janjikan tampil No. 4 tetapi justru kami di persilahkan tampil setelah acara ditutup dan sebagian penonton beranjak pulang. Itu membuat kami emosi dan Pengalaman itu masih terekam dengan jelas diingatan saya. Saya menganggap mereka memang hebat dengan prestasinya yang luar biasa tetapi mereka juga sangat arogan,” terangnya kemudian. Jam terbangnya mengikuti dunia debat semakin tinggi semasa kuliah, 3 tahun berturut-turut Vitri mengikuti debat bahasa Inggris tingkat nasional. Lihat aja segu-
dang prestasinya, antara lain : 1st Champion National English Debating Championship of Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) XVIII di Universitas Andalas, Padang, Sumatra Barat, 1st Runner Up National English Debat ing Championship of Pekan Ilmiah Mahasis wa Nasional (PIMNAS) XIX di Universitas Mu hammadiyah Malang, Jawa Timur, 1st Runner Up EFL Category (EFL Finalists) Asian Univer sities English Debating Championship (AUDC) di Institut Teknologi Bandung, 1st Runner Up National English Debating Championship of Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) XX dan 3rd Best Speaker di UNILA, Lampung, Best Debater of The Year JDF Award 2008 dan Debater/Participant di World Universities De bating Championship (WUDC) 2008 di Thailand dan masih banyak lagi lomba debat yang diikuti. Bagi sosok Vitri yang hampir satu tahun ini bekerja di sebuah LSM merasakan bahwa debat bahasa Inggris itu melelahkan karena persiapannya yang harus membaca setumpuk bahan-bahan dalam bahasa Inggris, berlatih listening, belum di waktu berlaga harus bisa quick thingking.” Debat itu sebenarnya membuat stress karena sebelum lomba persiapannya sudah melelah kan,”ungkapnya yang pernah bersumpah untuk tidak ikut debat lagi. Tapi sepertinya debat bahasa Inggris sudah merasuki jiwanya, “walapun debat membuat stress, tetapi dunia debat telah membentuk saya seperti ini, telah membawa saya kemanamana dan juga menghidupi saya,”ujarnya seraya tertawa renyah.
di UNY ini yang ditanggung keluarganya. “Sebelum kuliah Ayah saya sudah berterus terang bahwa ayah masih punya tanggungan dua orang adik saya. Keluarga ini, kata ayah tidak mampu membiayai kuliah. Jadi kalau kamu kuliah, kamu harus berusaha sendiri. Dan ucapan Ayah saya selalu tere kam dalam benak saya,” ungkap Vitri deng an sungguh-sunguh. Vitri, gadis berbintang Scorpio ini sudah terbiasa sejak kecil untuk membuat keputusan sendiri. Ia mampu bertanggungjawab atas keputusannya meneruskan kuliah UNY, beasiswa PPA yang ia dapat dari kampus dapat menambah biaya perkuliahnya. Gadis yang lahir 15 November 1985 ini tum buh di tengah-tengah keluarga struggle. “Keluarga saya bukan dari golongan me nengah ke atas, tetapi keluarga saya adalah keluarga yang berjuang. Ayah saya bekerja tiap hari sampai malam. Ibu saya, ibu rumah tangga, tetapi sejak saya SMP ibuku bekerja di luar kota, dan saya baru bertemu lagi setelah saya menjadi mahasiswa semester tingkat 3. Saya sudah terdidik oleh Ayah saya untuk bekerja keras. Yang selalu aku ingat ucapan Ayah saya, “Hidup kamu tanggung jawabmu. Kamu sudah terima KTP, usiamu 17 tahun, sekarang kamu punya tanggung jawab dengan hidupmu, terserah kamu apakan hidupmu,” papar Vi tri yang ingin bekerja menjadi seorang di plomat.
Pekerja Keras Ia mengaku, dari hasil juara debatlah ia bisa membiayai hidupnya sendiri. Sejak SMA Vitri sudah mengkondisikan diri untuk mandiri, ia sudah bisa menerima penghasilan sendiri dari kegiatannya les privat bahasa Inggris, walaupun terkadang jika hasil kejuaraan lomba tidak mencukupi, Vitri akan ‘menodong ‘Pakdhe-nya. Biaya kuliahpun ia sendiri yang menanggung, hanya katanya, biaya masuk pertama kali P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2009
11
6 yang Mengubah UNY
Karena (Aku) Tertantang! Siapa sangka kegigihannya mendalami cabang olahraga pencak silat, telah membawanya ke Kuala Lumpur. Oleh Endan g Arti at i S uhesti
foto-fot0: dokumen pribadi
S
12
osoknya sederhana, siang itu (30/6) pa kaian serba hitam membalut tubuhnya, kecuali sepatunya yang dipakainya berwana putih. Dengan tersenyum malu-
malu ia mulai berkisah tentang dirinya. Hari Wibowo, begitulah nama lengkapnya. Tercatat sebagai mahasiswa jurusan Pendidikan Ke pelatihan Olahraga, angkatan 2004, Hari meng ukir prestasi sebagai juara I kelas C putra 14 th ASEAN University Games Kuala Lumpur, Malaysia tahun 2008. Medali emas berhasil ia boyong karena menumbangkan lawan tandingnya.”Saat itu aku tanding dengan pemain Vietnam yang ditakuti. Saya berhasil tiga kali membantingnya,” kisahnya dengan senyum hangat. Kepiawaian Hari Wibowo dalam cabang olahraga pencak silat ini karena ia telah selami pencak silat sejak kecil. Dulu, di usianya yang menginjak 9 tahun, Hari kecil mulai mengenal olahraga pencak silat dan sejak itulah masa kecil Hari lebih banyak diwarnai dengan berlatih pencak silat. Tak jauh berbeda dengan anak-anak kecil lainnya, ia juga suka menonton TV “Dulu waktu masih kecil kan sulit untuk membagi waktu bermain dan berlatih. Apalagi kalau latihan hari minggu pagi karena bareng an dengan acara film-film kartun, kadang saya malas berlatih karena lebih senang nonton film kartun. Tapi oleh orangtua, saya disuruh latihan kalau enggak mau ya dipaksa,” ungkapnya. Awal mulanya, Hari kecil hanya ingin ikutikutan saja. Tak jauh dari rumahnya di desa Wanadadi, ada sebuah perguruan pencak silat “Ta pak Suci”. Syarif Amirudin, sekretaris desa dan juga pelatih perguruan pencak silat itu masih mempunyai hubungan darah dengan orangtua Hari Wibowo. Orangtua Hari menginginkannya untuk mengikuti pencak silat. “Anak-anak kecil di desa saya waktu itu juga banyak yang ikut tapi di keluarga saya, hanya saya yang ikut pen cak silat,” imbuhnya dengan ramah. Foto Hari di Kuala Lumpur, saat mengikuti 14 th ASEAN University Games.
Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 0 9
Ketika Hari duduk di bangku kelas tiga seko lah dasar, ia masih terus berlatih di bawah ketegasan dan kedisiplinan Pak Syarif. Untuk pertama kalinya, Hari ikut PORSENI (Pekan Olahraga dan Seni) di gedung Pemuda Banjarnegara. Bersama dua orang temannya, Rahma dan Nunu mereka menampilkan seni untuk menampilkan gerakan pencak silat. “Kalau waktu SD masih gerakannya masih seni, belum tanding. Jadi ‘maen’nya beregu dan butuh kekompakan dan (baca:kami) berhasil membawa pulang medali juara II, ”papar Hari yang menjadi juara II lagi ketika ikut PORSENI pada waktu kelas empat SD. Di usia remaja, Hari semakin menjiwai dunia pencak silat. Ia tidak lagi berlatih seni pencak silat, tetapi berlatih fight (tanding). “Mulai SMP latihan pencak silatku sudah tanding tidak lagi gerak seni. Mainnya dengan pukulan, tendangan atau bantingan. Sasarannya sekitar tubuh, tidak boleh pukul muka,”terangnya. Ia semakin tekun dan bersemangat berlatih. Adalah Lukman Budi Santosa, anak Bapak Syarif Amirudin yang membawa ispirasi dan semangat bagi Hari “Ketika mas Lukman pulang ke rumah suka mengajari adik-adik seperguruannya, terma suk saya juga. Dia (baca: Lukman) prestasinya bagus, sudah jadi juara dunia juga. Kalau pulang suka memberi teknik-teknik baru dalam pencak silat,” tuturnya kemudian. Putra pasangan Ponidi Imam Subandi dan Sumiyati ini semakin banyak mengukir prestasi semasa kuliah di perguruan tinggi. “Salah satunya masuk ke jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga memang untuk mendalami pencak silat, selain itu saya juga ikut UKM Pencak Silat sehingga banyak teknik pencak silat yang dapat saya pelajari,” aku Hari yang merasa bahwa pencak silat adalah kebutuhannya. Telah banyak kejuaraan yang ia ikuti, antara lain berhasil menjadi juara II di Kejurnas UPN, grand final di padepokan TMII Jakarta, juara I dan pemain terbaik dalam Kejurnas mahasiswa di Padang, di Andalas, juara I POMNAS Kalimantan Selatan, Ban jarmasin, dan ikut kejuara an lainnya.
Berbeda ketika sedang bertanding, Hari yang dilahirkan tanggal 1 Desember 1985 ini memang terlihat pemalu, Afriyadi, teman satu asramanya mengungkapkan, “Hari orangnya pemalu, sulit mengutarakan apa yang ada dalam pikirannya. Tetapi orangnya disiplin dan kerja keras. Punya obsesi tanggung jawab berla tih untuk menjadi seorang juara. Hari orangnya bisa mengontrol emosi, begitu juga ketika bertanding. Dari segi kecepatannya saya se nang sekali. Dia bisa yakin dengan gerakannya. Dia tepat sasaran dan bisa mematahkan serangan lawan. Dari keseluruhan cara bermain nya saya suka, “ujarnya dengan semangat. Hari akan terus berlatih, baginya di cabang olahraga bisa sebagai ladang prestasi. Seperti yang ia ungkapkan, ”berlatih...berlatih...dan terus berlatih!”
TTL: Banjarnegara, 1 Desember 1985 • Pendidikan: SMP N 1 Wanadadi, Banjarnegara; SMA N 1 Wanadadi Banjarnegara; Pendidikan Kepelatihan Olahraga, angkatan 2004 FIK • Prestasi: juara II di Kejurnas UPN,grand final di padepokan TMII Jakarta, juara I dan pemain terbaik dalam Kejurnas mahasiswa di Padang, di Andalas, juara I POMNAS Kalimantan Selatan, Banjarmasin.
P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2009
13
6 yang Mengubah UNY
EST Mengantarnya Dikenal Dunia Penelitian Lingkungan Dialah satu-satunya mahasiswa UNY yang berhasil menembus ajang bergengsi bagi peneliti environment tingkat internasional, sekaligus sebagai presentator termuda. Oleh D h i an H aps ar i
M
foto-fot0: dokumen pribadi
atanya berbinar ketika pesawat mendarat dengan selamat di bandara ������������������������������ LCCT-KLIA, Malaysia. Ia tidak menyangka akhirnya datang juga memenuhi undangan presentasi di hadapan pu luhan peneliti dari seluruh dunia dalam acara International Conference on Environment 2008 (ICENV2008) di G Hotel, Pulau Pinang, Malaysia yang digelar oleh School of Chemical Enginee ring, Universiti Sains Malaysia. Konferensi pene litian lingkungan ini digelar saban dua tahun sekali dengan ratusan peserta. Namun hanya beberapa paper saja yang dipilih. Ide itu awalnya hanya proyek iseng yang ia garap karena merasa tertantang dengan perta-
14
Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 0 9
nyaan seorang dosennya. Suatu siang, ia duduk mendengarkan kuliah Prof. Dr. Wuryadi, MS, do sen mata kuliah Ilmu Lingkungan yang juga ketua Forum Eko-Efisiensi DIY. Menurut dosennya itu, apapun yang manusia ambil dari alam haruslah digunakan dengan seefisien mungkin. Mulai dari penggunaan air, udara, dan semua yang ada di alam. Dalam kuliah itu, Wuryadi melemparkan pertanyaan, ”Bagaimana cara un tuk menghemat air karena air di bumi bisa ja di akan berkurang sementara manusia semenamena dalam menggunakan air?” Adalah Zen Muhammad Alfaruq, mahasiswa Biologi 2005 yang berpikir keras untuk menjawab pertanyaan menggelitik itu. Tidak berapa lama ia mengangkat tangannya. Mencuri perhatian. ”Bagaimana kalau bukan airnya yang menjadi objek, tetapi pengguna air itu yang harus mengubah perilakunya? Saat ini bermunculan berbagai spiritual training, salah satunya seperti ESQ training yang digagas oleh Ary Ginanjar Agustian. Terbukti dengan metode ESQ dapat mengubah karakter orang, sehingga dapat mempengaruhi sosial dan lingkungan seki tarnya. Sayangnya tema yang diangkat masih sangat umum. Bagaimana kalau kita buat semacam ESQ training yang mengangkat tema penghematan air di bumi, Pak?” Jawaban itu membuat pak dosen diam sejenak. ”Solusi yang menarik. ���� ESQ training to save and manage wa ter? Oke, saya tunggu proposal Anda…” Jawaban pak dosen itu mengeram dalam pi kiran Zen dan membawanya berdiskusi dengan kawan-kawan. Ia bertemu Muhammad Baihaqi, mahasiswa Pendidikan Matematika 2004 dan Teguh Wiyono, mahasiswa Analisis Kebijakan Pendidikan 2007. ������������������������������ Tantangan ‘proposal’ dari pak
dosen yang dibawa Zen dipikirkan bersama. Omong punya omong, akhirnya tercetuslah ide untuk menggagas sebuah konsep spiritual training yang mengangkat tema lingkungan. Beberapa hari mereka memikirkan bagaimana konsep training yang akan dibuat, lalu menentukan nama apa yang cocok untuk training itu. ”Nah, bagaimana kalau kita beri nama EST singkatan dari Environmental Spiritual Training…” ungkapnya pada kedua kawan yang kemudian disambut baik. Sejak saat itu mereka bertiga mulai mencari data dan menyusun sebuah karya ilmiah. Sejatinya karya itu akan diikutkannya dalam Lomba Karya Tulis Al Qur’an MTQ UNY, tetapi lebih dari itu Zen pun mengirimkan ke panitia konferensi lingkungan internasional setelah mengantongi izin dari dua kawannya. Setelah sekitar enam bulan kemudian, Zen mendapat kabar kalau karya kirimannya terpi lih untuk dipresentasikan. Ia gembira bukan kepalang dan mengabarkannya pada Wuryadi. Dosen dan mahasiswa itu tambah semangat. Wuryadi semakin intensif mendampingi Zen dalam proses persiapan sebelum ke Malaysia, begitu pula Zen yang belajar keras presentasi dengan bahasa Inggris–presentasi dan karya ilmiah yang dikirimkan ke panitia harus berbahasa Inggris. Hanya saja, setelah semua siap ada saja kendala yang menghambatnya. Dana memang menjadi persoalan klasik semua orang, tetapi Zen maju terus. Ia mengajukan permohonan dana ke Pembantu Rektor III UNY, Prof. Dr. Herminarto Sofyan. Walaupun tidak semua permohonan anggaran disetujui, Zen sudah merasa bersyukur. Uang sebanyak Rp. 1,5 juta itupun dipakainya. Ia tinggal menca ri dana tambahan, yang gunakan untuk biaya perjalanan, penginapan dan hidup selama tiga hari di Malaysia. Ya’ kalau dihitung-hitung minimal anggaran yang akan dipakai sebesar 500 U$ atau sekitar Rp 5,5 juta. Itupun hanya cukup untuk biaya registrasi. Zen mendapat masukan dari berbagai pihak, Wuryadi menyarankannya mengajukan proposal ke Bapedalda melalui Forum Eko-Efisiensi yang dipimpinnya. Beruntung, ia dapat menca irkan uang Rp 5 juta dari Bapedalda melalui Forum Eko-Efisiensi. Untuk biaya pembuatan paspor ia dibantu oleh kakak kelasnya sewaktu SMA dulu. Kini ia hanya memikirkan bagaimana biaya perjalanan dan penginapan selama di Malaysia. Orang tua Zen yang mendengar tentang
kesulitan itu langsung bertindak cepat. Mereka menyediakan Rp 2,3 juta untuk biaya perjalanan pulang pergi. Selebihnya, ia mendapatkan uang saku dari Dekan FMIPA UNY, Dr. Ariswan dan salah seorang kawannya yang menjadi dosen di Jurusan Kimia FMIPA UNY. Lantas, bagaimana Zen menginap selama di Malaysia, sedangkan panitia tidak menanggung fasilitas penginapan selama acara berlang sung? Pada suatu saat, Zen ingat salah satu kawannya di dunia maya yang pernah mampir ke blognya di http://zenma.multiply.com. Kawannya itu bernama Haji Dom Karto yang tinggal di Selangor, Malaysia. Zen biasa memanggil kawannya dengan panggilan Pakdhe. Ia mencoba menghubungi Pakdhe, ia sampai kan permasalahan yang sedang ia hadapi dan menanyakan apakah dirinya bisa membantu Zen selama berada di Malaysia. Alangkah se nangnya Zen saat mendapat tanggapan baik da ri Dom Karto. “Awalnya, untuk menghemat biaya saya berencana menginap di masjid dekat acara berlangsung atau kantor KBRI di Pulau Pinang. Eh, ternyata Pakdhe malah mengajak saya untuk menginap di rumahnya dan bersedia mengantar saya ke Pulau Pinang. Kata Pak dhe, sekalian berlibur dengan istri dan cucu,” kenang Zen. Dom Karto telah menganggap Zen seperti anaknya sendiri sehingga sesampainya di Pulau Pinang, Zen pun ia carikan penginap an di Sri Sayang Resort, Batu Ferringhi. Sela ma di Pulau Pinang setiap hari Zen diantar jemput dari penginapan ke G Hotel. Sementara Zen mengikuti konferensi, Dom Karto beser ta istri dan cucunya mengunjungi objek wisa ta di Pulau Pinang. Saat presentasi tiba. Zen maju ke depan podi um dengan file paling berharga yang mengantarkannya ke konferensi itu. “Saya senang seka li, tidak menyangka akan didengarkan oleh para peneliti senior dari berbagai belahan dunia, bahkan salah satu di antaranya adalah Prof. Adisa Azapagic, keynote speaker acara konferensi internasional itu. Saya sangat kagum pada beliau. Pasalnya, saat berkenalan, beliau tahu bahwa abstrak paper saya terletak di halaman 99 pada Book of Abstract.” Orang yang disebutkan Zen itu adalah ������������������������ seorang Profesor Sustainable Chemical Engineering, juga Dekan sekaligus Kepala Penelitian The University of Manchester, UK. “Sejak waktu itu, saya jadi tambah bersema ngat membuat penelitian dan mencintai lingkungan,” tegasnya.�����������������������������������������
TTL: Sleman, 7 November 1987 • Pendidikan: SMP N 8 Yogyakarta; SMA N I Yogyakarta; Biologi, 2005 – sekarang FMIPA UNY • Prestasi: Pemakalah dalam International Conference on Environment (ICENV) yang diselenggarakan oleh Universiti Sains Malaysia (USM) di G Hotel, Penang, Malaysia pada tanggal 1517 Desember 2008; Juara Harapan III Lomba Karya Tulis Ilmiah Al Qur’an (LKTIQ) Musabaqah Tilawatil Qur’an Mahasiswa Nasional (MTQ MN) XI di Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Aceh Tahun 2009
P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2009
15
6 yang Mengubah UNY
Satria Bergitar dari FIP Dia tahu kalau dirinya penuh kekurangan. Dan hanya dengan berkarya dia yakin bisa menjadi orang yang tak bisa diremehkan.
foto-fot0: witono/pewara dinamika
Oleh D h i an H aps ar i
16
Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 0 9
R
andy Marsiano, seorang mahasiswa PLB FIP UNY 2005, yang diberi kelebih an di atas kekurangannya. Ia, yang tunanetra, berkali-kali mendapatkan predikat The Best Guitar sejak 2007. Awalnya, laki-laki kelahiran 13 Maret 1986 ini, aktif di sebuah UKM Fakultas Music Camp bersama kawan-kawannya. Kecintaan pada musik itu yang memotivasi Randy cs membentuk kelom pok band. Lahirlah Sandwich yang berkembang mulai 2005. Pasca gempa melanda Jogja, Randy bersama band-nya berniat mengikuti pentas menghibur korban gempa. Ia memegang gitar kesayangannya dan bermain total. Tanpa ia sadari permainannya itu dilirik juri. Rupanya pementasan kali itu memang menjadi semacam kompetisi. Penghargaan itu merupakan penghargaan pertama yang diraihnya. Selanjutnya, ia menda pat penghargaan serupa di setiap pementasan-pementasan yang dibawakannya bersama band-nya. Selain sebagai The Best Guitar Band, ia juga pernah meraih The Best Guitar Solo. Hingga saat ini, Randy telah menerima penghargaan itu sebanyak tiga kali berturut-turut. “Saya merasa di samping kekurangan yang diberikan Tuhan, ada juga kelebihan yang meng imbanginya,” kata laki-laki pembawa tongkat sakti ke manapun pergi. Memang sebelum ini, Randy sempat protes pada Tuhan atas perbeda an yang diberikan-Nya di antara saudara-sauda ra lain. “Saya juga sempat berteriak pada Tuhan tentang semua yang aku alami, yang tidak me nimpa saudaraku yang lain.”Bagaimana tidak? kedua saudara kandungnya, kakak dan adiknya yang semua laki-laki, memiliki penglihatan normal, sedangkan ia tidak. Perbedaan itu berawal saat menginjak usia tiga bulan. Selama kurang lebih satu minggu, badannya panas tinggi hingga menyerang saraf matanya. Sejak itulah ia tidak pernah lagi meli hat warna-warni dunia dengan matanya. Sebuah tongkat sakti akhirnya membantunya untuk mengenali jalan dan mengantarnya ke manapun ia melangkah. Kekurangan ini pun membuatnya rendah di ri dan minder. “Kakak dan adikku mempunyai pergaulan yang luas dan bisa pergi kemanapun, menikmati fasilitas apapun, seperti hp, komputer, internet, dll, sedangkan aku tidak bisa. Selain itu wawasan mereka juga luas karena ti dak ada batas untuk menyerap apapun,” cerita nya dengan penuh duka.
Melihat kekurangan itu Randy berpikir harus terus bangkit mengejar ketertinggalannya. Usaha keras itu terlihat jelas ketika ia lepas Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) di kota kelahirannya Balikpapan. Gurunya yang penuh perhatian padanya menyarankan meneruskan pendidikan ke Solo karena di Balikpapan tidak ada SMP khu sus. Mendengar saran gurunya itu, Randy me minta orang tuanya untuk meloloskan niatnya itu. Beruntung, ayahnya, Fitras Anthony dan Titi Rini, ibunya, menyetujui. Ia lantas menetap di Solo, tepatnya di SLB bagian A Yayasan Kese jahteraan Anak Buta (YKAB). Sekolah berasrama itu memisahkan Randy dengan keluarganya. Sering juga ia merasa rin du keluarga yang membuat matanya terus terja ga setiap malam datang. “Malam-malam itu sa ya mendengar kawan-kawan seasrama bermain gitar dan timbul rasa ingin saya mempelajari gi tar. Tetapi tidak bisa-bisa juga bermain gitar.” Baru setelah sekolah di Yogya, SMK Pembangun an, ia mempelajari gitar dengan intens. “Kebe tulan sekolah itu dekat Sekolah Menengah Musik, jadi saya dibantu teman-teman mempe lajari gitar lebih baik.” Belajar gitar itu juga melewati proses yang panjang, meski ia termasuk pembelajar yang cepat mengerti. Pertama ia hanya belajar kunci-kunci dasar selama beberapa bulan di asrama SLBA YKAB Solo. Pada waktu itu lagu yang paling populer hanya lagu-lagu milik Didi Kempot. “Salah satunya ya, lagu Stasiun Balapan.” Lagu itu yang dipelajari dan dinyanyikan terus menerus. “Jadi waktu tinggal di Yogya, kalau mendengar lagu Didi Kempot teringat waktu pertama kali belajar gitar.” Setelah menguasai kunci-kunci gitar, kini ia tinggal mendengarkan lagu saja, sudah bisa memainkannya dengan sempurna. “Puji Tuhan, pendengaran saya baik, sehingga bisa mempela jari lagu hanya dengan mendengarkan.” Akhir-akhir ini kegiatan bermusik Randy ti dak sesering dulu karena banyak kawan bandnya yang sibuk mengerjakan skripsi. “Ya, skripsi itu kan kewajiban. Saya juga sedang sibuk skrip si,” katanya tersipu. Di samping skripsi obsesinya yang lain tentunya berkaitan dengan musik. “Aku ingin buat album sendiri. Ya, semoga saja tercapai,” suaranya mantap, tampak semangatnya tumbuh kembali. Kendati tidak kerap pentas lagi bersama band-nya, Randy tetap bermusik di gereja dan acara-cara keagamaan saat ia mengiringi lagu-lagu rohani.
TTL: Balikpapan, 13 Maret 1986 • Pendidikan: SLB YKAB Surakarta; SMK Pembangunan Yogyakarta; 2005 – sekarang FLB FIP, UNY • Prestasi: The Best Guitar Senyumlah Prambanan 2007; The Best Guitar Festival Band AMP YKPN 2007; The Best Guitar Jogja Music Bangkit 2 JEC Jogjakarta 2007
P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2009
17
6 yang Mengubah UNY
Menyegarkan Keroncong Kembali dengan Kompetisi Di tengah keterpinggiran keroncong, ia justru "menjemputnya", lantas menjadikannya sebagai sesuatu yang amat berarti. Oleh D h i an H aps ar i
P
enikmat musik keroncong tidak seba nyak musik pop ataupun rock. Namun bagi Panji Kusuma Prasetyanto, musik keroncong menjadi sangat berarti. Bukan hanya untuk masa depannya, melainkan perkembangan musik keroncong itu sendiri. Kegemarannya bernyanyi keroncong berawal dari bangku kelas satu SMA. Tepatnya ketika ia diminta mewakili sekolahnya, SMA N I Tayu, Pati, Jawa Tengah, dalam ajang POPDA (Pekan Olahraga dan Seni Pelajar Daerah) Jawa Tengah. Pada saat itu Panji, panggilan akrab Panji Kusuma Prasetyanto, menyanyikan lagu keroncong. “Waktu itu saya baru tahu lagunya, dua hari sebelum lomba, jadi apa boleh buat,” kata Panji. Alasan itulah yang menyebabkan Panji meraih juara III di lomba tingkat daerah itu. Sejak menjuarai POPDA, Panji semakin tertan tang mengikuti ajang bergengsi lainnya. Ia berlatih dengan para senior keroncong di Pati, tempat tinggalnya. Salah satu guru yang telaten membimbing Panji berlatih keroncong adalah Putut, Ketua HAMKRI (Himpunan Artis Musik Keroncong Republik Indonesia). “Setelah berte mu Pak Putut saya semakin giat, apalagi dalam pembelajarannya mulai dikenalkan teknik-tek nik bernyanyi keroncong.” Setahun belajar dengan Pak Putut, guru keron cong pertamanya, Panji kemudian mengikuti kompetisi Bintang Radio RRI (Radio Republik In donesia) di Semarang. Kompetisi ini paling ber kesan dalam karir bernyanyi keroncong Panji. Bagaimana tidak, ia yang masih berumur belasan melawan para penyanyi keroncong yang umurnya jauh di atas Panji. Kemampuan olah vokal keroncong Panji sangat memuaskan, ti dak heran ia mendapatkan peringat pertama dalam kompetisi Bintang Radio RRI. 18
Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 0 9
“Terus terang saya beban dilema saat menda patkan peringat itu. Di satu sisi saya bangga ka rena mengalahkan kompetitor, tapi di sisi lain saya harus menyembunyikan identitas saya yang masih berumur belasan tahun.” Kompetisi itu seharusnya diikuti oleh penyanyi keroncong yang berumur lebih dari dua puluh tahun, tetapi karena Panji sangat bersemangat ia tetap mengikutinya dengan berbagai alasan, tambahnya. Menang dalam kompetisi Bintang Radio RRI Semarang membawa Panji mengikuti lomba selanjutnya mewakili Jawa Tengah ke Jakarta. Keberanian Panji ini didukung oleh sebagian besar penyanyi keroncong senior di Pati dan sekitar nya. Salah satunya Sarwiyadi, “Baru mengenal keroncong satu tahun saja prestasinya sudah seperti ini. Kamu memiliki bakat menyanyi ke roncong,” kata mantan juara nasional keroncong yang ditirukan Panji. “Kata-kata Pak Sarwi yadi itu membuat saya dan orang tua saya lebih yakin lagi. Saya tidak akan mundur dan terus mengikuti lomba olah vokal keroncong,” papar Panji. Jakarta adalah arena pertarungan yang sebe narnya. Penyanyi keroncong yang ikut berlaga bukan hanya dari satu daerah, melainkan dari berbagai penjuru Indonesia. Namun Panji tidak akan mundur selangkah lagi. “Mau bagaimana, ini sudah niat saya. Jiwa kompetisi terlanjur melekat dalam diri saya,” jelasnya. Kejuara an itu diikutinya dengan kegelisahan karena ia harus menghadapinya sendiri tanpa disertai orang tua. “Memang dalam setiap perlombaan apapun itu, mental dan semangat sangat dibutuhkan,” tegasnya. Mendapat undian pertama dalam ajang kom petisi keroncong nasional itu membuat Panji
yang paling digemari adalah stambul, terutama lagu stambul Baju Biru. “Stambul itu termasuk yang sulit dinyanyikan, karena penyanyi yang harus menarik terlebih dahulu sebelum petikan pertama.” Kendati sulit, Panji selalu memilih stambul dalam setiap kompetisi keroncong yang ia ikuti. “Kalau kita bisa menyanyikannya sempurna, stambul ini akan membuahkan nilai baik, tetapi juga sebaliknya kalau jelek ya nilainya akan sangat jelek.” Stambul yang diper taruhkannya dalam hampir semua lomba ini dapat mengantarkannya menduduki peringat yang tidak mengecewakan. “Soalnya tidak ba nyak yang berani menyanyikan stambul ini di kompetisi, resikonya terlalu besar.” Menyanyi keroncong, baginya adalah hi dup. Melalui keroncong pula ia masuk jurusan akuntansi jalur PBU (Pemilihan Bibit Unggul) yang diajukan guru dari SMA-nya. “Saya malah tidak tahu kalau guru-guru sa ya yang mengisi formulir pendaftaran ke perguruan tinggi. Ya saya pun menghargai mereka, lalu berangkat ke Jogja.” Diakuinya, jurusan yang dipilih ini pun karena guru dan sekolahnya yang memilihkan. Meski ia tidak terlalu senang jurusan itu, tetapi ia tetap mempertahankannya dengan sekuat tenaga. Dengan menyanyi keron cong, menurutnya, ia dapat menutupi kelemahan dirinya dengan kelebihan yang dimiliki. Nyatanya, dari setiap kelemahan seseorang pasti ada kelebihan lain yang dapat diandalkan. Ia mengatakan, kemampuannya bernyanyi ini dimulai ke tika ia duduk di bangku TK pun sudah belajar menyanyi dan mengikuti berbagai lomba. “Saya sangat berterima kasih karena saya dapat bertemu penyanyi senior yang tidak pelit ilmu, sehingga saya tetap menggeluti olah suara hingga se karang dan membawa saya ke tingkatan yang lebih baik.”
TTL: Sleman, 7 November 1987 • Pendidikan: SMP N I Tayu, Pati, Jawa Tengah; SMA N I Tayu, Pati, Jawa tengah; 2007 – sekarang Akuntansi FISE UNY • Prestasi: Juara Nasional II Lomba Vokal Keroncong Lagulagu Perjuangan Doktor Ngurah Arya Cup Tahun 2008; Juara I Remaja Putra Lomba Nyanyi Keroncong HAMKRI WONDERIA Tingkat Jateng Tahun 2009; Juara I Lomba Nyanyi Keroncong antar Mahasiswa dalam Selekda Wilayah DIY Tahun 2008; Juara II Tangkai Keroncong dalam Peksiminas Tahun 2008 di Jambi; Juara III Pemilihan Bintang Radio Jenis Lagu Keroncong Tingkat DIY Tahun 2008
ewa
n/p
dhia
ra
a amik
din
lumayan bergetar. Ia menyiapkan diri lebih awal daripada sebelumnya. “Berkali-kali mengambil undian, kok dapat nomor satu, ya berarti sudah nasib,” kenangnya. Tiba giliran Panji menyanyi, ada sedikit rasa pesimis yang menyelinap di da lam semangatnya. Akan tetapi, Panji tidak mem pedulikannya dan terus bernyanyi. Ia kerahkan semua keterampilannya dalam bernyanyi, agar tetap meraih juara. Sayangnya, apa yang dii nginkan Panji untuk meraih juara pertama belum dapat terpenuhi. Ada semacam daftar khusus yang memasukkan namanya. “Seseorang akhirnya mengatakan pada dewan juri kalau pada saat saya mengikuti kejuaraan di Semarang, umur saya tidak sesu ai dengan syarat lomba.” Pelajaran berharga itu tidak akan dilupakan Panji seumur hi dup bahwa kejujuran memiliki letak tertinggi dalam setiap kom petisi. Pelajaran itu memang berharga, tetapi ia juga tetap bersemangat mengikuti lomba-lomba olah vokal di mana pun. “Selain keroncong saya juga bernyanyi pop, campursari, dan tilawah Al-Quran,” ungkap nya. Semua yang ber kaitan dengan olah vokal akan dilakoninya selama ia mam pu dan mendapat ke sempatan. “Cuma yang belum per nah saya coba itu nyanyi dangdut,” katanya sambil se dikit tertawa. Ceng kok dangdut sangat berbeda dengan ke roncong dan ia mera sa tertarik dengan lagu dangdut. “Ya, tapi kata gu ru saya, tidak perlu belajar cengkok dangdut karena kalau sudah belajar keroncong nanti kalau dipakai nyanyi cengkok ke roncongnya akan berantakan,” akunya. Dari sekian banyak jenis keroncong yang paling digemari Panji
P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2009
19
6 yang Mengubah UNY
Dari Kura-Kura ke Butik “Saya cenderung suka keseimbangan, seperti dalam ajaran China, yin dan yang” Oleh Endan g Arti at i S uhesti
I
tulah salah satu filsafat Cina yang dite rapkan Muslikhin dalam kehidupannya. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Elektronika UNY ini termotivasi buku-buku tentang kesuksesan orang-orang Cina. “Saya biasa dan suka baca buku-buku motivasi dari dunia timur (belajar dari Cina, Jepang, Korea, India, dan Singapura)”. Dari bu ku-buku itu ia mencoba mencari inisiatif un tuk membuka usaha. Kisahnya dimulai dari jualan kura-kura. Di awal tahun 2006, ia ber sama seorang temannya berjualan kura-kura di Sunday Morning atau lebih akrab dikenal de ngan “San Mor”(baca: pasar tiban tiap hari Ming gu pagi, antara jam 08.00 – 11.00 di sekitar UGM). Dagangannya hanya bertahan kira-kira sampai 1 bulan karena ia tidak mendapatkan tempat. “Saya dan teman saya dulu berjualan kura-kura, lalu stand yang lain yang dipegang teman saya, pakaian dalam wanita. Tapi itu hanya beberapa kali saja karena saya dan teman saya diusir. Di sana (baca: Sunday Morning) ternyata sudah ada kavlingkavlingnya, dan saya dianggap me nyerobot. Karena tidak punya tem pat, akhirnya jual kura-kuranya berhenti. Hewannya juga mati karena lupa tidak saya beri makan,” ujarnya seraya ter tawa. Tak berhenti, ia cari akal bersama Dewi, perempu an yang mendampingi aktivitasnya. Muslikhin akhirnya banting setir dengan meneruskan usaha dagang pa kaian dalam wa nita. Mereka ti dak menggelar dagangannya, 20
Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 0 9
likhin aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Penelitian. Ketertarikannya meneliti, menye babkan ia aktif untuk ikut kejuaraan-kejua raan. Lomba yang diikuti bungsu dari dua bersaudara ini adalah lomba Perancangan Instrumentasi dan Konrtol di ITB 2006. Ia hanya berhasil masuk dalam finalis 10 besar saja. Kemudian ia ikut lomba Lomba Cipta Alat Reduksi Emisi Honda dan Gas Buang di UGM. “Alham dulilah dapat juara 3 tingkat D.I.Y – Jateng,” akunya dengan senang. Lomba Matematika, Lomba Karya Tulis Pemuda juara harapan I, juara II LKTM IPA Tk. UNY, KONTEKNAS UNS ‘08 juga pernah ia ikuti namun gagal.”Gagal saya ulang, gagal saya ulang sampai terakhir kemarin juara I Bidang Pendidikan dan lolos di wilyah B yang meliputi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan seluruh Kalimantan dengan meraih juara II,” terang pria kelahiran 1 Januari yang juga peserta OSPEK Terbaik FT ‘05 ini dengan ramah. Lomba Inovasi Teknologi Lingkungan Nasional di ITS juga pernah ia ikuti bersama Purbotejo dan berhasil juara II. Hasil dari juara meneliti itulah yang Musli khin gunakan untuk membuka usaha. “Modal awal saya waktu buka butik sekitar 5 juta, tapi sewa tempat waktu itu masih hutang sama yang punya,” imbuhnya. Ia memang berenca na membuka usaha untuk masa depannya. Mus likhin mengatur strategi. Tahun-tahun pertama, lanjut Muslikhin fokus ke kuliah dan study ori ented, namun ke depan ia menargetkan sukses akademis, sukses prestasi dan sukses karier. “Seperti yin dan yang, semuanya menjadi satu kesatuan,” pungkasnya tegas.
TTL: Banjarmasin, 1 januari 1985 • Pendidikan: SMP Kristen Makardi Riau, SMK 2 Pati, PKS elektronika FT (2005) • Prestasi: lomba Cipta Alat Reduksi Emisi Honda dan Gas Buang di UGM, juara 3, Lomba Karya Tulis Pemuda juara harapan I, juara II LKTM IPA Tk. UNY, Lomba Inovasi Teknologi Lingkungan Nasional di ITS juara II.
foto-foto: endang artiati s
melainkan by request.” Jadi siapa yang butuh pakaian dalam wanita kirim sms ke Dewi. Lalu kami antar ke kost yang pesan itu. Promosinya dari mulut ke mulut, dari teman-temannya di FBS, BEM maupun UKM. Banyak anak kost Ka rangmalang tahu profesi saya,” kisahnya de ngan ramah. Lambat laun ternyata, pembeli yang pesan tidak hanya pakaian dalam, ada juga yang memesan pakaian. Lalu Muslikhin mengembangkan dagangannya. Ia berencana mempunyai sebuah butik. Pencarian sewa tempat pun dilakukan, Muslikhin putar-putar Yogyakarta untuk mencari tempat yang strategis dengan sewa tempat yang terjangkau. Akhirnya ia dapatkan di sekitar kampus UNY dan UGM, di jalan lembah UGM Karangmalang B20. Bulan Februari 2008, butik “Pelangi Mode” berdiri. Awal mula nya Muslikhin menjual tas, namun sepertinya 3 bulan tidak ada perkembangan yang signifikan ia beralih dagang pakaian di butiknya. Dengan modal promosi lewat kertas fotocopian yang disebarkan, butik “Pelangi Mode” mengalami peningkatan customer. Untuk mendongkrak pengunjung, pria lulus D3 teknik elektronika cum laude ini membuka “ceker presto” di depan butiknya, namun hal ini hanya berlangsung selama 2 bulan. “Lumayan bagus sebenarnya karena tiap hari habis 2,5 kg, tapi karena teman partner saya sibuk sebagai operator PUSKOM Ceker Presto terhenti,” jelasnya. Berselang satu bulan kemudian, Muslikhin mulai mengembangkan berdagang mie ayam di tempat bekas butiknya. Butik yang ia kelola dipindah, hanya bergeser ke sebelah kanan dari lokasi lama, sedangkan tempat lama seka rang jadi mie ayam. Hal ini karena ia marger usaha pakaian bersama temannya sehingga sis temnya menjadi bagi hasil. “Kenapa saya melirik mie ayam, karena di sekitar tempat ini belum ada yang berjualan mie ayam sekaligus ini merupakan kebutuhan pokok, lalu depan mie ini dekat dengan asrama UGM (Bulaksumur Residence). Selain jalan di depan butik saya ini traffic-nya lumayan ramai, jadi apa salahnya kalau saya coba untuk jualan mie ayam yang saya beri nama “Mie Ayam Kampus”, mengapa saya ambil nama itu? Karena yang punya juga masih kuliah dan lokasinya persis antara dua kampus,” terangnya kemudian.
Suka Meneliti Sejak masuk kuliah D3 Elekronika UNY, MusP e wa r a Di n a m i k a j u ni 2009
21
6 yang Mengubah UNY
Menginspirasi Lewat Karya O l e h H ermi n a rto S ofya n
S
ejak 1901, warisan Alfred Nobel yang diteruskan oleh Yayasan Nobel membagikan medali emas 18 karat dan uang tunai sebesar sekitar US$ 1,5 juta kepada pemenang Nobel. Penghargaan paling bergengsi di dunia ini terinspirasi dari surat wasiat Alfed, “Berikan kepada mereka yang selama setahun tersebut telah membuat pencapaian yang besar bagi umat manusia.” Sayangnya, cita-cita kemanusiaan itu sirna bersamaan de ngan penyalahgunaan penemuannya oleh ka langan militer. Alfred pun menyesal dan geli sah. Ia tak menyangka peledak dinamik, yang ia temui, telah menghilangkan nyawa manusia hanya untuk memenuhi keserakahan dan kemenangan tanpa arti. Di tengah penyesalan yang begitu dalam, ia pun meninggalkan sejumlah uang untuk diberikan pada orang yang menggunakan karya mereka untuk kebaikan umat manusia. Lain lagi dengan kisah Louis Braille? Tunanet ra asal Perancis ini sukses menciptakan huruf Braille; huruf yang biasa dipakai para tunanetra. Ketika para tunanetra membaca dan menulis dengan menggunakan huruf Braille, maka me reka secara tidak langsung telah mengukuhkan kecerdasan Louis Braille, sekaligus mengingat kan kembali akan memori perjuangan Braille dalam usahanya membuat tulisan itu diakui dunia. Dengan jerih payahnya di usia belia, 15 tahun, Louis telah membuka jendela ilmu pe
Karya sebagai sesuatu yang abadi akan terus dikenang sedangkan bukan karya (baca: omongan lisan) hanya bisa lenyap bersama angin —Scripta Manent Verba Volant. 22
Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 0 9
ngetahuan bagi mereka yang “dalam gulita”. Dan, untuk mengenang jasanya pula, tanggal 4 Januari, hari kelahirannya, diperingati seba gai “Hari Braille” oleh umat di seluruh jagat dunia. Jika di bidang sains, dua nama di atas beru saha merepresentasikan betapa pentingnya se buah maha karya, maka di bidang teologi dan kemanusiaan, sosok Nabi Besar Muhammad SAW merupakan tokoh yang melebihi dua tokoh (bahkan seluruh tokoh dunia) yang coba penulis representasikan. Nabi Muhammad dalam usia yang cukup muda, 25 tahun, sukses menjadi saudagar. Sementara itu, di usia 40 tahun, usia diangkat menjadi Rasul, sang pewaris ajaran Islam ini memulai menyebarkan agama Tuhan, dan selama 22 tahun 2 bulan dan 22 hari, ia suk ses menyatukan seluruh jazirah Arab di bawah panji Islam dengan jumlah pengikut terbesar melebihi nabi-nabi sebelumnya, bahkan ajarannya pun masuk hingga Eropa. Sebuah prestasi yang maha dasyat hingga seorang Michael H. Hart, dalam bukunya bertajuk “The 100 A Ran king of the Most Influential Persons in History” menjadikannya sebagai manusia yang paling teratas berpengaruh di dunia. Tiga ispirator di atas, sengaja penulis ambil untuk menunjukkan bahwa karya anak manusia begitu penting. Karya sebagai sesuatu yang abadi akan terus dikenang sedangkan bukan karya (baca: omongan lisan) hanya bisa lenyap bersama angin—Scripta Manent Verba Volant. Selain itu, karya mampu mengubah dunia menjadi lebih manusiawi, kecuali jika karya itu di salahgunakan sebagaimana yang terjadi pada karya Alfred Nobel tersebut. Memang tidak mudah untuk berkarya. Ada banyak sumber daya manusia yang harus kita raih bahkan korbankan. Akan tetapi, di zaman teknologi informasi ini, tokoh-tokoh muda ti dak mau ketinggalan dalam mengubah dunia. Mereka tidak kalah hebatnya dengan dua tokoh di atas (di luar Nabi Muhammad SAW), terma suk tokoh-tokoh pengubah dunia lainnya. Sebut saja, Larry Page dan Sergey Brin. Pada 1998, mereka sukses menemukan Google, ketika itu
mereka baru berusia 24 tahun. Mulai di dalam garasi yang menjadi “kantor” pertama mereka, dua orang ini mengilhami ribuan anak muda untuk mencari uang online. Larry dan Sergey kemudian menciptakan perusahaan senilai satu multi milyar dollar yang mengguncangkan Internet. Ada juga seorang Mark Zuckerberg, mahasiswa universitas Harvard yang menemukan Facebook sebagai satu platform jaringan sosial, di usia 19 tahun. Facebook kini merupakan situs web jaringan sosial terbesar kedua setelah MySpace. Facebook terus tumbuh hari demi ha ri, dengan jutaan pengguna baru yang terus mendaftar setiap bulan, bahkan detik! Steve Chen dan Chad Hurley tak mau kalah. Mereka menciptakan YouTube di usia yang juga masih amat muda. Saat itu, 2005, Chad baru berusia 28 tahun dan Steve 27 tahun. YouTube kemudian diakuisisi oleh Google dengan nilai $1.65 milyar. Sementara itu, pada tahun 1995, sosok Jerry Yang dan David Filo juga sukses menemukan Yahoo, sebagai mesin pencari data, yang sekaligus merupakan saingan terdekat Google. Saat itu, Jerry berusia 26 tahun dan David Filo 28 tahun. Kedua orang ini sekarang mungkin lagi hangat-hangatnya dibicarakan orang-orang, setelah Microsoft meluncurkan tawaran senilai US$44.6 milyar untuk meng ambil alih Yahoo! Di Indonesia, kisah orang-orang sukses bukan terbilang sedikit. Kita bisa menemukan me reka di buku-buku ataupun majalah, salah satunya para siswa yang berhasil meraih Emas dalam pelbagai kejuaraan sains bergengsi di dunia, semisal IPho, International Physics Olym piads, yang diadakan Kota Merida Yucatan, Mek siko, 2009. Di ajang bergengsi yang ke-40 ini, putra terbaik Indonesia, Fernaldo Richtia Winnerdy dari SMAK BPK Penabur, Gading Serpong, Banten, berhasil menyabet emas. Sedangkan, tiga perak disabet oleh Winson Tanputraman dari SMAK 1 BPK Penabur DKI Jakarta, Dzuhri Radityo Utomo dari SMAN 1 Yogyakarta, dan Andri Pradana dari SMAK 1 BPK Penabur DKI Jakarta. Itu baru secuil dan masih banyak lagi yang mampu menunjukkan giginya. Lantas bagaimana dengan prestasi Mahasis wa UNY? Jika hendak ditulis dengan jumlah halaman terbatas di majalah tercinta ini, mungkin tidak cukup. Sejak tahun 1999, tahun perubah an nama IKIP ke UNY, mahasiswa-mahasiswa UNY sudah menunjukkan karyanya. Tidak ha nya di lomba-lomba bergengsi yang diadakan
intitusi, tetapi juga berhasil berkarya di masya rakat. Untuk tahun 2009 saja, terdapat 228 mahasiswa berprestasi, tersebar di empat bidang. Pada bidang penalaran berjumlah 30 maha siswa; bidang olahraga berjumlah 171 mahasiswa; di bidang seni berjumlah 9 orang; sedang kan di bidang kesejahteraan/khusus, terdapat 18 mahasiswa berprestasi. Enam mahasiswa dari ratusan mahasiswa berprestasi, sebagaimana dimuculkan majalah Pewara Dinamika, menurut saya sudah cukup, walaupun dalam tataran yang ideal (juga normatif) bisa dianggap kurang. Tapi itu tidak ter lalu bermasalah. Yang penting, adalah inspirasi dari mereka bisa menular kepada mahasiswa yang belum berprestasi, bahkan juga yang telah berprestasi. Kepada mereka, saya selaku Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan, periode 2004-2008 dan 2008-2011, hanya bisa mengu capkan terima kasih, dan saya akan sekuat te naga berusaha mendorong dan memfasilitasi usaha keras mereka. Ini semua, tidak lain agar mereka mampu mengubah universitas! Matur Nuwun
repro. kalam/pewara
Prof. Dr. Herminarto Sofyan Pembantu Rektor III UNY
P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2009
23
berita sarasehan
MENJADI MAHASISWA ‘KELAS DUNIA’
foto-fot0: dokumen fise
Himpunan Mahasiswa (Hima) Jurusan Manajemen FISE UNY mengadakan sa rasehan bertema ‘World Class Universi ty’ Sabtu, (20/6) dengan menghadirkan pembicara utama DR. David Hodges dari Royal Melbourne Institute of Technolo gy University (RMIT) Australia. David merupakan ahli pendidikan yang meng ajarkan ilmu manajemen di beberapa negara seperti Australia, China, Shanghai dan Singapura. Sarasehan ini diadakan di ruang seminar Jurusan Manajemen, berlangsung dua jam dipandu oleh dosen jurusan Manajemen, Dyna Herlina S, sebagai moderator dan translator. Menurut Ketua HIMA Manajemen Arif Setiyadi, ia sengaja mengundang Mr. David agar mahasiswa mendapat kan wawasan mengenai pendidikan kelas dunia dan menimba ilmu mengenai pendidikan di luar negeri. “Sejalan de ngan visi UNY yang bertujuan mencapai World Class University, maka kita sebagai mahasiswa perlu mengembangkan wawasan dan kemampuan menjadi mahasiswa kelas dunia,” ujarnya. Mahasiswa menggunakan kesempatan ini untuk ber
24
Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 0 9
tanya lebih jauh dan komplit mengenai bagamana World Class University. Di awal pemaparannya, David mene gaskan bahwa ada banyak kriteria menjadi universitas kelas dunia, salah satu nya yang penting adalah penggunaan multi bahasa di universitas. Oleh karena itu, ia mendorong RMIT untuk mensya ratkan mahasiswanya untuk belajar sa lah satu bahasa di Asia mengingat Australia banyak berhubungan dengan masyarakat Asia. Jika menilik soal multi bahasa sebenarnya universitas di Indonesia selangkah lebih maju, karena di In donesia banyak mahasiswa dan dosen yang fasih bahasa Inggris, sebagai bahasa kedua. Menjawab pertanyaan salah satu mahasiswi tentang bagaimana metode
pembelajaran yang banyak diterapkan di dunia internasional, David, menjawab ada banyak alasan pemilihan meto de pembelajaran seperti jumlah siswa didik di kelas dan materi kuliah. “Memang saat ini banyak negara Barat yang menerapkan pembelajaran berbasis par tisipasi siswa, pengajar (dosen) menjadi fasilitator pembelajaran. Tapi ada sikap penting yang tidak dimiliki siswa di negara Barat yaitu diam, mendengarkan dan memperhatikan. Itu sikap yang ti dak dimiliki siswa di Barat,” jelasnya. Berkaitan dengan apakah pendidikan internasional menyediakan kesempatan mahasiswa untuk kuliah praktik?” Pak David menerangkan, ”praktik dan membaca sama pentingnya. Tidak terla lu berguna jika kita terus membaca tapi tak pernah mengaplikasikan. Sebaliknya praktik juga tidak bermakna jika kita tidak mengetahui peta persoalan yang bisa didapat dari membaca. Tidak ada yang lebih penting antara membaca dan praktik, sama pentingnya!” kata nya penuh penekanan. dyna
berita UJIAN akhir semester
SEMARAK EKSPRESI ANAK NEGERI, UJIAN AKHIR MAHASISWA TARI
dhian/pewara dinamika
Sembilan kakek dengan kaos oblong putih dan kain batik kuning naik ke atas panggung. Kepala mereka botak. Hanya ada sedikit rambut putih yang tampak. Mereka bergaya dengan santai, kocak dan sesekali melempar pertanya an di antara mereka. “Sopo sing ngen tut? (Siapa yang Kentut, red.)?” Kontan semua kakek tidak mengaku, tetapi ada satu kakek yang bertingkah aneh. Lantas kakek-kakek yang lain berseru, “Lha kuwi…(lha itu, red., red.)”. Kakek yang merasa dituding kawan-kawannya pun belum sadar benar, kalau dia yang barusan ketut. Setelah lama saling bertukar tuding dan sangkalan, kakek-kakek itu kemudian mengeluarkan egrang bathok untuk dimainkan laiknya anak kecil. Tari berjudul Pikun hasil garapan Otok Fitriyanto dan Herida Damarwulan didukung penari Anung, Oni, Kuatno, Iwan, Yulius, Leo, Punjung dan ke dua koreografer yang juga merangkap sebagai penari. Tari itu diilhami dari kisah Mbah Wongso yang gemar berma in egrang bathok, meskipun sudah uzur. Tari komedikal ini yang menjadi penu
tup sesi pertama gelar Semarak Ekspresi Anak Negeri yang dilangsungkan pada 5-6 Juni 2009 di Stage Tejokusumo, Fakul tas Bahasa dan Seni (FBS), UNY. Selama dua hari itu sebanyak duapuluh tarian dipertontonkan. Beberapa garapan yang dipentaskan antara lain Mebat (merajik bumbu), Kepaksian Skala Brak, Jerat Jaring Jalanan, Gresek, dan Melik. Penilaian diserahkan oleh ketiga juri yang juga pembimbing tari, Ni Nyoman Seriati, M.Hum, Trie Wahyuni, M.Pd., dan Endang Sutiyati, M.Hum. Ni Nyoman Seriati, M.Hum., yang di hubungi via telepon menjelaskan, “Aca ra pagelaran dimaksudkan untuk mem beri pengalaman untuk calon guru tidak hanya menarikan tarian yang sudah jadi, tetapi mengkoreo tarian dan juga mementaskannya.” Selain itu, calon guru tari harus bisa mengantisipasi kondisi, sehingga ia tidak gagap apabila ia harus membuat pertunjukan di kemudian hari. Sebagaimana tugas akhir, pagelaran ini tidak luput dari penilaian dosen. “Penilaian tersebut terdiri dari keserasian tema, kreativitas, penampilan, penyajian
dan harmonisasi,” kata Trie Wahyuni, M.Pd. Lebih luas dijabarkan Endang Sutiyati, M.Hum., “Tarian yang dapat disebut baik itu antara konsep, tema, gerak, kostum dan iringannya greget, sengguh, ora mingkuh, lan nyawiji sesuai dengan konsep Suryobronto.” Pagelaran tari ini digelar sebagai tugas akhir kuliah Managemen Pertunjukan semester IV yang digabung dengan mata kuliah Komposisi dan Koreografi III untuk semester delapan. “Kami yang semester empat sebagai panitia karena ujian mata kuliah managemen pertunjukan, sedangkan mahasiswa semester VIII yang melakukan pertunjukan tari,” ungkap Agattia Septarini, Pemimpin Produksi. Acara ini, menurutnya, dapat memberi pengalaman untuk masyarakat luas menonton tari kontemporer maupun tari-tari yang diambil dari cerita rakyat yang digarap oleh mahasiswa calon guru. “Melalui mata kuliah ini kami juga belajar menjadi tim.” Hambatan yang paling berat, menurutnya, saat menyatukan emosi kawan-kawan. Dhian Hapsari
P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2009
25
berita pelatihan
ANAK BERBAKAT HARUS PUNYA KEMAMPUAN YANG UNGGUL DAN KREATIF
Ahmad Natsir/PEwara Dinamika
Program-program soft skills di UNY telah diakui dari Jakarta untuk menjadi satu model yang bisa di implementasi kan di tempat lain. Soft skills sangat penting sejak zaman Yunani kuno sampai zaman Rusia. Orang berbakat tidak cukup hanya punya kemampuan akademik yang tinggi. Amerika bisa tampil karena di sana muncul kreativitas dan ada kre ativitas yang muncul berikutnya. Yang belakangan muncullah komitmen akan tugas. Jadi anak berbakat tidak hanya dilhat kemampuan baik fisik dan non fisik yang unggul tapi juga kemampuan kreativitasnya. Hal tersebut disampaikan Rektor
26
Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 0 9
UNY, Dr. Rochmat Wahab, MA, pada Training of Trainer Soft Skills Leadhership and Entrepreneurship UNY,di Hotel Eden 2, Kaliurang, 12-14/6. Pelatihan diikuti oleh 80 orang dosen UNY. Lebih lanjut dikatakan, kreativitas tidak bisa lepas dari dua hal yaitu kebaruan dan kemanfaatan. Pintar tidak jaminan kalau tidak punya komitmen akan tugas yang baik. Tidak sedikit orang pintar harus drop out dari S2 atau S3. Jadi kepandaian tidak menjamin kesuksesan. Justru yang ulet yang bisa selesai studi. Ini yang memberikan dukungan komitmen akan tugas, yaitu motivasi.
”Soft skills mungkin bisa di dekatkan dengan personal and social skills. Kita melihat bagaimana soft skills menjadi bagian yang harus kita akomodasi dalam proses pendidikan kita. Kita tidak bisa melepaskan dari visi UNY yaitu bernurani, mandiri, dan cendikia,” ujarnya. Sementara itu, PR III UNY, Prof. Dr. Herminarto Sofyan dalam paparannya mencontohkan, dalam permainan sepakbola, pemain harus punya hard skills, didukung soft skills. Hard skills yaitu kemampuan yang harus dipunyai pemain bola, antara lain berlari, menendang bola, menahan bola atau lawan.Sedang-
berita kan soft skills-nya yaitu kerjasama dalam tim, gigih, mengambil inisiatif, dan berani mengambil keputusan. Dikatakan Herminarto, atribut soft skills harus dikembangkan setiap pergu ruan tinggi. Implementasi pembelajar an soft skills ada tiga, yaitu model inte gratif, yaitu implementasi soft skills melekat pada program kurikuler. Diusa hakan setiap dosen mengajar luangkan waktu 5-10 menit untuk menyampaikan pesan-pesan petuah, bimbingan atau dorongan kepada mahasiswa, dan juga di dalam kegiatan praktikum, lapangan, dll. Model komplementatif, yai-
tu implementasi soft skills ditambahkan ke dalam program pendidikan kurikuler dan struktur kurikulum yang ada, dapat dilakukan dengan menambah mata pelajaran. Model diskrit (terpisah), yaitu implementasi soft skills disendirikan, dipisah dan dlepas dari program-program kurikuler atau mata pelajaran. Kami memadukan antara program kurikuler dan program ekstra kurikuler. Teori ini kemudian dipakai sebagai landasan dalam mengimplementasikan program soft skills. Strategi pengem bangan, supaya soft skills tidak hanya sekedar slogan tapi benar-benar dapat
terimplementasikan di jurusan/prodi oleh dosen. Bukan hanya dosen yang peduli pada kegiatan kemahasiswaan, tapi seluruh dosen untuk mengembangkan potensi peserta didik. Gambaran ke depan, profil mahasiswa UNY yang program kependidikan di gambarkan sebagai seorang calon guru yang cerdas, punya kepribadian bagus, sopan, sosial, agamis, dan peduli sesama. ������������������� Kita ingin membuat Brand Image lulusan UNY adalah lulusan yang ber kualitas, unggul, cerdas, mempunyai ke pribadian, dll. Ahmad Natsir EP
Kejuaraan
FIK UNY JUARA UMUM TRI EKS STO DI UNNES SEMARANG FIK UNY meraih juara umum pada kegi atan Tri Eks Sekolah Tinggi Olahraga (STO) di Universitas Negeri Semarang (UNNES) Semarang yang dilaksanakan minggu pertama bulan Juni 2009. FIK UNY mengantongi 2 medali emas pada cabang bolavoli pantai mahasiswa pu tra dan tenis dosen putra, 3 medali pe rak pada cabang bola basket mahasiswa putri, bola voli dharma wanita dan bulutangkis karyawan. Posisi kedua diraih oleh tuan rumah UNNES dengan mengantongi 2 emas pa da cabang bola basket mahasiswa putri, bulutangkis karyawan, 1 perak pada cabang bola voli pantai mahasiswa putra, dan 2 perunggu pada cabang tenis dosen putra dan bola voli dharma wanita. Sementara juara ketiga diraih oleh Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang harus puas membawa pulang 1 medali emas pada cabang bola voli dhar ma wanita, 1 medali perak untuk tonis dosen putra, dan 2 buah perunggu pada cabang bola voli pantai mahasiwa putra dan bola basket mahasiswa putri. Kegiatan ini merupakan kegiatan tahunan dengan tuan rumah bergantian
doc. humas fik
yang diawali oleh FIK UNY pada tahun 2005. Pada tahun 2009 ini, FIK UNY me ngirimkan 83 orang, dengan rincian sebagai berikut: tim pertandingan olahraga bola voli pantai mahasiswa putra, bola basket mahasiswa putri, tenis pimpinan dan dosen putra, bola voli dharma wanita dan bulutangkis karyawan, serta tim studi banding pimpinan fakul tas, jurusan, program studi, kabag dan kasubag dan ormawa. “Pertandingan hanya sebagai sarana,
namun yang utama adalah silaturahim dan sharing akademik,” sambut Dekan FIK UNY, Sumaryanto, M.Kes. Senada, Dekan FIK UNNES dan Ketua Jurusan POK UNS, bahwa yang utama dalam kegiatan ini adalah kebersamaan. Acara diawali dengan sambutan selamat datang dilanjutkan pertandingan pada lima cabang olahraga. Sementara itu, tenaga administrasi dan unsur pimpinan saling sharing dalam dua ruang terpisah. ratnae
P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2009
27
berita
ahmad natsir/pewara dinamika
Kursus bahasa inggris
ISI LIBUR SEKOLAH DENGAN ENGLISH FOR HOLIDAY Sebagai alternatif kegiatan menarik dan bermanfaat bagi siswa TK, SD, SMP, dan SMA di wilayah Yogyakarta selama liburan sekolah mendatang, Jurus an Pendidikan Bahasa Inggris, FBS, UNY menyelenggarakan kegiatan rutin tahunan English for Holidays (EFH) yang pada tahun ini memasuki tahun yang ke-12. Kegiatan EFH ini dilaksanakan oleh dosen dan mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Diharapkan kegiatan ini dapat mengimbangi antuas isme dan ketertarikan anak-anak dan remaja di sekitar kita terhadap Bahasa Inggris dan dapat menjadi kegiatan yang mampu mengasah talenta mereka dalam berbahasa asing. 28
Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 0 9
Menurut Ketua Penyelenggara, Nunik Sugesti, M.Hum., kegiatan ini akan berlangsung 10 hari, 29 Juni-11 Juli 2009. Setiap harinya acara dilaksanakan dari jam 08.00 WIB sampai dengan
jam 12.00 WIB. Berbeda dengan tahuntahun sebelumnya, acara EFH tahun ini diperuntukkan tidak hanya untuk sis wa TK, SD, dan SMP saja namun dibuka juga kelas-kelas untuk siswa setingkat SMA. Secara umum, kegiatan EFH meli puti indoor activities (speaking, listening, reading, writing, singing, having music les sons, MCing, role playing, dsb), outdoor ac tivities (campus grand tour, barbecue, out bound, field trip, games, dsb), dan class performances. Seluruh rangkaian kegiatan EFH dilaksanakan di lingkungan kampus UNY, kecuali kegiatan field trip yang dilaksanakan di luar kampus. “Tema yang diangkat tahun ini ada lah Colors in Harmony. Diharapkan di
berita samping belajar Bahasa Inggris dengan nuansa liburan yang penuh kegembiraan, anak-anak bisa memperoleh manfaat tambahan yaitu wawasan tentang multikulturalisme dan diharapkan setelah mengikuti kegiatan ini akan terbangun sikap mental yang baik dalam diri mereka dalam berinteraksi dengan seki-
tar mereka dengan berbagai latar bela kang budaya,” ujarnya. Dalam kegiatan EFH ini setiap peserta akan didampingi oleh instruktur dan fasilitator yang profesional dan bersaha bat, belajar dalam ruang kelas dengan fa silitas pendukung yang nyaman, berak tivitas di dalam dan luar kelas dengan
menyenangkan, dan mengakses fasilitas-fasilitas yang tersedia di kampus UNY, dan di akhir kegiatan tampil dalam closing performances. Selain itu, setiap peserta juga akan mendapatkan fasilitas lain, seperti T-shirt, learning kits, dia ry dan sertifikat. Witono Nugroho
UJIAN AKHIR SEMESTER
Mahasiswa Jurdik Bahasa Jerman UAS di Borobudur
dokumen pribadi
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman FBS UNY baik kelas reguler maupun nonreguler semester VI mengadakan ujian akhir semester gasal untuk mata kuliah Freier Vortrag I di Borobudur, Jum at (24/6). Rombongan ini dipimpin Sulis Triyono, yang kebetulan sebagai dosen pengampu mata kuliah pemanduan. Rom bongan berangkat dari depan Gedung Puskom UNY pukul 07.00 dan tiba di candi Borobudur pukul 08.00 WIB. Penyelengga raan UAS di candi Borobudur ini didanai oleh PNBP UNY dan ini merupakan ujian yang ke-20 yang diselenggarakan di luar kampus. Ujian di luar kampus ini dimaksudkan agar mahasiswa benar-benar dapat terintegrasi pada objek wisata yang dipelajari dan dapat mempraktikkan se-
cara langsung materi pemanduan dalam bahasa Jerman sesuai dengan tema di objek wisata yang dikunjunginya. Mata kuliah ini merupakan mata kuli ah yang bersifat KKL (Kuliah Kerja Lapang an) yang terkait dengan objek wisata, sehingga penyelenggaraan ujiannya selalu dilaksanakan di luar kampus. Masih menu rutnya, tujuan mata kuliah ini memberikan wawasan, pengetahuan, dan kete rampilan kepada mahasiswa tentang pemanduan wisata dalam bahasa Jerman untuk turis asing berbahasa Jerman. ’’Pada saat ujian, mahasiswa diharapkan dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan pemanduan wisata dalam bahasa Jerman baik di dalam bus pada per jalanan menuju ke candi Borobudur mau-
pun selama berada di candi,’’ tambahnya. Mata kuliah Freier Vortrag I ini sesungguhnya berisi materi objek wisata di DIY dan sekitarnya. Oleh karena itu, lanjutnya, penguasaan dan keterampilan mahasiswa untuk pemanduan wisata dalam bahasa Jerman ini meliputi materi objek wisata yang berada di DIY dan sekitarnya, misalnya: Media pembelajarannya menggunakan Web Base Learning, sehingga diharapkan semua hasil karya mahasiswa berupa Referat (makalah) dalam bahasa Jerman tentang objek wisata tersebut dapat dibaca oleh siapa saja melalui situs web mata kuliah Freier Vortrag I dengan alamat http://www.dinamika.uny.ac.id/ akademik. Sls
P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2009
29
berita pramuka
SEMANGAT PRAMUKA WARNAI DIES NATALIS UNY
dokumen ukm pramuka
Usia 45 tahun tidak dapat dikatakan mu da lagi bagi sebuah Universitas. Demikian pula dengan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang pada tanggal 21 Mei merayakan Dies Natalis. Salah satu rangkaian acara memeriahkan Dies Natalis tersebut adalah Pesta Siaga. Dalam beberapa tahun terakhir Pesta Siaga yang diadakan oleh Racan W.R Supratman dan Racana Fatmawati UNY hampir selalu ada. Acara tersebut menjadi agenda rutin Dies Natalis karena Pes30
Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 0 9
ta Siaga dapat menumbuhkan kedisiplinan, kebersamaan dll, yang dapat dimulai dari usia dini. Di dalam Taman Pancasila UNY terasa suasana kemeriahan Pesta Siaga yang diikuti kurang le bih 500 peserta dari 17 Sekolah Dasar dan MI di Yogyakarta. Masing-masing Sekolah mengirimkan team yang ber anggotakan 10-30 siswa. Konsep acaralah yang menjadi salah satu kunci menarik minat para peserta. Sangga kerja membuat konsep
acara “LESTARI ALAMKU LESTARI BUMIKU” yang simple, menyenangkan bagi anak-anak, namun tetap memiliki nilai edukatif. Dengan menyediakan pos-pos yang dinamai dengan namanama benua : 1. Benua Amerika: merupakan pos teknik kepramukaan 2. Benua Asia: merupakan pos Aga ma 3. Benua Australia: merupakan pos Panca Indera.
berita
4. Benua Eropa: merupakan pos Pe ngetahuan Umum 5. Benua Afrika: merupakan pos Ha lang Rintang. Dan dari hasil perekapan nilai dari ti ap-tiap pos didapatlah: JUARA UMUM piala bergilir Rektor UNY diperoleh SD Budi Mulya Sedayu KRITERIA PUTRA 1. Juara I Putra diperoleh SD Budi Mulya Sedayu 2. Juara II Putra diperoleh SD Sampa ngan 3. Juara III Putra diperoleh SD Masjid Syuhada KRITERIA PUTRI 1. Juara I Putri diperoleh SD Masjid Syuhada 2. Juara II Putri diperoleh SD IT Salman Al Farizi 3. Juara III Putri diperoleh SD Perco baan II JUARA BARUNG TER 1. Juara tergiat putra diperoleh SD Kalongan 2. Juara tergiat putri diperoleh SD Tahunan 3. Juara terkompak putra diperoleh SD Badran 4. Juara terkompak putrid diperoleh SD Serayu 5. Juara bersih bumi diperoleh SD
Masjid Syuhada 6. Juara pentas budaya diperoleh SD Badran 7. Juara lukis terbaik diperoleh SD Serayu oleh Nayanggita Nur Hafidzah
terlihat semangat dan kemauan bela jar dalam diri mereka, tapi apakah itu juga tersemat dalam diri kita? dan terima kasih atas pertisipasinya, sampai jumpa di Pesta Siaga ke tahun 2010. UKM PRAMUKA UNY
kerjasama
UNY dan Kabupaten Bantul Menjalin Kerjasama Pendidikan Untuk meningkat ikatan kerjasama dan silaturahmi, baru-baru ini UNY meng adakan perjanjian kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Bantul. Surat perjanjian kerjasama ini ditandatanga ni oleh kedua belah pihak, meliputi ker jasama bidang pendidikan, penelitian, pengabdian pada masyarakat, dan pe ngembangan serta pemberdayaan sumberdaya daerah di Kabupaten Bantul. Menurut Bupati Bantul, Drs. HM. Idham Samawi, UNY dinilai sebagai uni versitas yang dapat mencetak intelek tual dan guru dengan daya saing yang baik. Dengan demikian, ia yakin UNY akan dapat mengembangkan poten si dan sumberdaya di Kabupaten Bantul. Menanggapi hal tersebut, Rektor UNY, Dr. Rochmad Wahab, MA., mera sa bersyukur atas kepercayaan itu, yang jelas, menurutnya kerjasama ini dilaksanakan sesuai dengan Tri Dharma perguruan tinggi yang senantiasa berupaya membantu mengembangkan sumberdaya daerah yang ada di bidang pendidikan, penelitian, pengabdian ma syarakat, dan pengembangan serta pem
berdayaan sumberdaya daerah. Secara tertulis kerjasama ini bertu juan untuk meningkatkan kemampu an segenap potensi dan sumberdaya yang ada secara optimal dan lestari gu na menunjang proses pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan serta bermanfaat bagi ma syarakat Kabupaten Bantul. Tahap awal kerjasama ini akan berlangsung selama lima tahun. Setelah itu dapat diperpan jang dan/atau diperbaharui setelah dia dakan evaluasi bersama setiap tahun. Teknis pelaksanaan kerjasama dilaksanakan oleh unit yang ditunjuk ma sing-masing pihak. Kabupaten Bantul menunjuk Kepala Dinas yang membida ngi materi perjanjian kerjasama untuk melaksanakan teknis kerjasama. Begitu pula UNY diserahkan ke pimpinan lembaga atau unit kerja yang membidangi materi perjanjian kerjasama atau tim yang bertugas melaksanakan program kerjasama tertentu yang akan melaksanakan kerja-kerja teknis berkaitan dengan kerjasama. Ahmad Natsir Ep
P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2009
31
berita hubungan masyarakat
PERLUNYA PENGUATAN PERAN HUMAS Biro Humas dan Jaringan BEM FMIPA UNY mengadakan training kehumasan untuk Organisasi mahasiswa (Ormawa) di lingkungan FMIPA UNY di Gedung D FMIPA pada Sabtu 20 Juni 2009. Kegiat an yang diikuti oleh lebih dari 50 peserta ini dibuka oleh Pembantu Dekan III FMIPA, Drs Sutiman. Training kehumas an dilaksanakan untuk mengembangkan serta menggali potensi pengurus Ormawa FMIPA UNY. Dan sebagai suplemen untuk menyukseskan kegiatan yang diadakan oleh Ormawa dan mahasiswa dalam berkomunikasi. Hadir sebagai pemateri training Dedy Herdi-
to, humas FMIPA, Susanto Edi, EO Syaka dan Agung Baskoro, peserta the next leader Indonesia Metro TV. Kegiatan yang bertemakan “Jurus Ampuh Memperluas Jaringan” dihadiri oleh perwakil an dari Ormawa FMIPA dan panitia SLKOSPEK. Kegiatan yang dibagi menjadi tiga sesi ini diisi tentang kehumasan yang memaparkan tentang peran humas dan kiat-kiat dalam menjalankan peran humas. Sesi kedua bermaterikan tentang kesponshorshipan dimana peserta mem peroleh materi bagaimana mencari sponsor, pengemasan bahasa proposal
yang menarik, serta cara mengajukan proposal ke instansi, dan sesi ketiga be rupa workshop yang dimaksudkan agar peserta bisa mengaplikasikan ilmu kehumasan dan kesponsorshipan secara langsung dan agar lebih mengena kepada para peserta. Disisi lain kegiatan ini diharapkan juga dapat memperkokoh citra FMIPA UNY melalui humas orma wa di lingkup eksternal yaitu dengan terciptanya hubungan, kerjasama, atau kepercayaan dengan instansi pemerintahan maupun swasta. Dedi Herdito
dokumen humas fmipa
kkn
Banyak Program Sukses Dilaksanakan pada KKN di Kota Kuliah Kerja Nyata (KKN) di lingkungan perkampungan Kota Yogyakarta, hasilnya sukses untuk berbagai program. 32
Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 0 9
Selama ini sasaran lokasi KKN UNY le bih banyak dilaksanakan di daerah pe desaan di kabupaten, khususnya di wi
layah DIY. Akan tetapi, KKN UNY yang dilaksanakan kali ini di lokasi Kampung Dukuh Kelurahan Gedongkiwo kecama-
berita tan Mantrijeron Kota Yogyakarta oleh Agus Suraji (Ketua Kelompok), Sulistya Y, Suharti, Parjono, Asih R, dan Suyadi banyak yang dapat diperbuat yang bermanfaat bagi masyarakat. Agus Suraji dkk. melaksanakan KKN Semester Ge nap 2008/2009, dari 20 Februari hingga 20 Juni 2009. Di bidang olahraga mereka melaksanakan program Jalan Sehat masyara kat bersama mahasiswa KKN. Di laksanakan Minggu, 24 Mei 2009, memperingati Hari Kebangkitan Nasio nal dengan tujuan mempererat persau daraan sesama warga RW 17 Dukuh. Ha silnya, partisipasi warga sangat positif
sejak dari awal pembentukan panitia, rapat persiapan, kerjabakti mempersiap kan tempat, hingga pelaksanaan jalan sehat, pembagian dorprize, pentas seni, dan pembongkaran tenda dan peralat an lainya berjalan baik. Perbaikan lapangan Bututangkis. Mahasiswa KKN bersama warga melaksa nakan pemerataan lapangan, pengecatan line, dan perbaikan dan pemasangan lampu. Mahasiswa KKN juga melak sanakan program pelatihan Senam SKJ 2008 kepada warga Dukuh. Mahasiswa bertindak sebagai pemrakarsa dan instruktur senam setiap hari Sabtu selama 8 kali pelatihan dengan durasi 2 jam
per latihan. Memperingati Hari kartini dan Hari Pendidikan Nasional mahasiswa KKN UNY berperan sebagai pelaksana, moti vator, dinamisator, Juri dan panitia berbagai perlombaan. Tanggal 2 April 2009 lomba mewarnai dan lomba mengarang cerpen. Tanggal 2 Mei 2009 lomba permainan tradisional, yaitu lomba egrang, lomba bakiak, dan lomba kelereng. Program lainnya, silatrahmi warga (menghadiri pertemuan-pertemuan warga), penyuluhan kebersihan lingkungan, ke sehatan, dan penghijauan dengan tanaman pot. Prayogo
keolahragaan
UJICOBA KEOLAHRAGAAN SERTIFIKASI AKREDITASI DAN STANDARISASI Minimnya apresiasi keolahragaan kepada para pelatih atletik tingkat dasar dan instruktur kebugaran, menggugah Kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga melakukan kegiatan Ujicoba Keolahragaan Sertifikasi Akreditasi dan Standarisasi (26/4) bertempat di Kampus Kuningan Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) UNY. Kegiatan ini merupakan kerjasama FIK UNY dengan Asisten Deputi Standarisasi Akreditasi dan Sertifikasi Kemenegpora. Sebanyak 20 asesor yang berasal dari Kemenegpora dan FIK mem berikan materi pertanyaan kepada para asesi (20 orang) berasal dari instruktur kebugaran dan instruktur atletik. Pada tahap pertama peserta (asesi) diminta menjawab materi pertanyaan tertulis, selanjutnya dilakukan cross cek secara langsung antara asesor (penyuji) dan ase si (peserta). Kegiatan ini juga melibatkan 20 mahasiswa FIK sebagai model untuk melakukan praktik keolahragaan. Menindaklanjuti kegiatan ini, malam
harinya dilangsungkan Pembukaan Sosialisasi Standarisasi Akreditasi dan Profesi yang dibuka oleh Deputi Menteri Bidang Pemberdayaan Olahraga, Dr. RPM Yunusul Hairi, MS aifo. Dihadiri Dekan FIK Perguruan Tinggi di wilayah Indonesia Timur, Kadispora Propinsi di wila yah Indonesia timur, Ketua Koni Se-DIY, dan beberapa dosen FIK. Dalam jamuan malam tersebut, peserta disuguhi pentas sendratari Ramayana. Sebelumnya, melalui Asisten Deputi Standariasi, Akreditasi, dan Sertifikasi (SAS), dr. Fatimah,S.PKO telah menjajaki kegiatan tersebut dengan mengumpulkan sejumlah pelatih atletik dasar dan instruktur. “Pemenuhan standar ini harus kita menangkan karena kita telah mulai melangkah pada Undang-undang SKNI Nomor 3 Tahun 2005, bahwa seluruh tenaga keolahragaan wajib memiliki standar kompetensi dasar tenaga keolahragaan. Maka dengan adanya ke bijakan tersebut kita harus dapat me
ngejar ketertinggalan kita dan jangan sampai untuk menjadi profesional kita menurunkan standar yang telah ada. Dalam berkompetisi, segala macam elemen yang dikerjakan ada semua.Selama ini kita terbiasa bekerja bukan berdasar kompetisi tapi berdasar tugas”, yakin Fatimah. Senada, dr. Dewi dari keypoint dari kegiatan ini, yaitu: 1)Pengetahuan = keapaan, 2)-Keterampilan = ke-bagai mana-an, 3)Sikap = harus bagaimana. “Untuk mengangkat nasib tenaga olahraga, Bapak dan Ibu harus mampu me nunjukkan kompetensinya. Kalau seorang sudah kompeten, maka dia akan dapat menghargai dirinya berapa. Awal niat baik kita, semoga kelak menghasilkan profesi tenaga keolahragaan yang profesional dan kompeten. Kalau tidak menjalani hal ini, maka bapak/ Ibu tidak akan tahu kekurangan dari apa yang telah dimiliki sekarang. ratnae
P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2009
33
berita kunjungan
UNY SILATURAHMI KE KUPANG
ahmad natsir ep/pewara
Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Provinsi DIY menyelenggarakan promosi pendidikan tinggi di Kupang pada 912/6/2009. Kegiatan meliputi Semiloka Potensi Pendidikan Tinggi Yogyakarta yang dilaksanakan di SMKN 4, SMA Ad ven Nusra, dan SMK 2 SOE Kupang dan Pameran Pendidikan yang digelar di Flo bamora Mall Kupang dengan tajuk “Ayo Kuliah di Jogja”. Dalam rangka itu Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ikut berpartisipasi, ba ik dalam Semiloka maupun Pameran Pendidikan. UNY yang kali ini mengirim Drs. Sumaryadi, M.Pd. dan Ahmad Nat 34
Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 0 9
sir, S.H. dari Humas UNY berupaya mem perkenalkan lebih dekat profil kampus Karangmalang yang dikemas dalam wujud majalah Pewara Dinamika, ber bagai leaflet/booklet fakultas dan pas casarjana, poster, suvenir, banner, dan CD profil. Sumaryadi menegaskan, meski UNY sudah relatif mapan, namun tetap meng ikuti kegiatan ini tentu dalam semangat “tak kenal maka tak sayang”. Di samping itu, bersama-sama teman-teman dari berbagai PTN-PTS di Yogyakarta UNY ingin ikut membangun kembali citra positif Yogyakarta sebagai kota pelajar,
kota budaya, dan kota tujuan wisata yang pada beberapa saat ini dicobagoyang oleh orang-orang atau pihak-pihak yang kurang bertanggung jawab. Natsir menambahkan, keikutsertaan UNY dalam kegiatan ini juga untuk me yakinkan putra-putri Indonesia wilayah timur, khususnya Nusa Tenggara Timur, bahwa studi di Yogyakarta merupakan satu pilihan yang teramat tepat. Di samping UNY, hadir di Kupang ada lah utusan dari UGM, UPN, Instiper, Un riyo, STIE YKPN, STIMIK A. Yani, dan la in-lain. Ema
berita PENERIMAAN SK CPNS
JANGAN HANYA MENGHITUNG PENDAPATAN
ahmad natsir ep/pewara
Sebanyak 19 tenaga honorer di UNY menerima SK CPNS, Jumat (12/6), di ru ang sidang UNY. SK CPNS diserahkan oleh Pembantu Rektor II UNY, Sutrisna Wibawa, M.Pd. Hadir pada kesempatan tersebut Kepala Biro Administrasi Umum dan Keuangan, Sujariyah, M.Pd., dan para Kepala Bagian di UNY. Sutrisna Wibawa mengatakan, setelah menerima SK CPNS, semangat kerja pegawai harus lebih kuat, jangan sam pai menurun. Jangan menghitung pendapatan tapi apa saja yang telah kita berikan pada negara (UNY, red.). Setiap pegawai harus lebih menguta makan kewajiban dari pada hak. Kalau kita bekerja dengan giat, hak itu akan datang dengan sendirinya. Kalau kita ra jin, maka di manapun kita bekerja akan diterima dengan baik. ”Pegawai CPNS harus bisa mengenda likan diri, dengan hidup hemat. Jangan mudah tergoda untuk meminjam uang walaupun itu adalah hak para pegawai. Kalau memang belum kuat untuk membeli kendaraan mobil jangan dipaksa kan untuk berhutang. Kalau dipaksakan nanti gaji tinggal sedikit karena habis untuk mengangsur, dikawatirkan motivasi kerja akan melemah, sehingga dituntut untuk mencari tambahan dan menjadikan kita sebagai budak uang. Sutrisna menambahkan, anggaplah UNY sebagai rumah kedua. Dengan begitu dalam bekerja akan merasa lebih nyaman. Dengan begitu hasil pekerja anpun semakin meningkat. witono Nugroho
K i las Pesta Permainan Tradisional Anak Indonesia tercatat sebagai salah satu bangsa di dunia yang memiliki banyak pusaka budaya (cultural heritage) diantara nya berupa permainan tradisional seperti bekelan, gobag sodor, gasing, egrang dan sebagainya. Permainan ini dilakukan de ngan berpegang teguh pada norma adat, kebiasaan dan pendidikan yang dilakukan dokumen fmipa secara turun temurun dipelajari dan dimainkan oleh masyarakat hingga menimbulkan kepuasan dan kegembiraan bermain. Demikian dikatakan Direktur Tradisi Ditjen Nilai Budaya Seni dan Film, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, I Gusti Nyoman Widja, SH., pada pesta permainan tradisional anak di Keraton Kasepuhan Cirebon, ( 15 – 17/6). Kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan pemahaman generasi muda terhadap permainan tradisional sekaligus menyongsong hari anak nasional bersamaan dengan pekan budaya seni dan film di kota Cirebon. Presentasi dan display permainan anak ditampilkan oleh Dedy Herdito, MM, Pardiyono, S.Pd dan Adi Pramuda, S.Pd dari Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta, bermaterikan tentang permainan tradisional anak sebagai waha na pembelajaran fisika dengan sarana permainan berupa sangkar burung, pa yungan, oblok-oblok, peluit bunyi burung dan ayam, gasing, perahu othok-othok dan kitiran.Pemakalah lainnya yaitu Prof Dr Ayu Sutarto dari Jember mempre sentasikan tentang permainan sepak bola egrang diperagakan oleh anak-anak dari sanggar seni dan bermain Jember. Dedy Herdito
Perlunya Pembelajaran Kreatif Fakultas Teknik UNY, melaksanakan Workshop Pembelajaran Kreatif, yang di ikuti oleh dosen- dosen yang mewakili semua jurusan di lingkungan fakultas. Pelatihan dilaksanakan selama dua hari, tanggal 19 dan 20 Juni 2009, mulai pukul 08.00 s/d pukul 16.oo WIB. Hadir sebagai pemateri Prof. Dr. Paulina Pannen dan Dra. Dina Mustofa, M.Sc., dari Universitas Terbuka Jakarta. Baik peserta maupun pemateri menyatakan kegembiraannya, karena pelatihan ini dapat terlaksana dengan baik dan lancar, sehingga para peserta merasakan manfaat yang berarti. Setidaknya, workshop ini dapat meningkatkan kreatifitas para dosen, sehingga mahasiswa menjadi bersemangat saat mengikuti mata kuliah dari dosen yang telah mengikuti kegiatan ini Rani
Asyiknya Outbond Mahasiswa Jurusan PGSD asrama pada (28/6) mengadakan outbond di daerah hutan wisata Kalikuning, Cangkringan, Sleman. Rombongan yang dipimpin Ali Mustadi ini berangkat dari Kampus III UPP 2 FIP UNY, pada pukul 07.00 wib. Penyelenggaraan outbond ini didanai Dikti, dan merupakan serangkaian kegi atan dalam rangka kerjasama dalam peningkatan kualifikasi guru SD di daerah Gorontalo. Sehingga, mereka dapat menjadi guru yang diharapkan membawa perubahan di daerah tempat tinggalnya. Dalam kegiatan ini dibagi menjadi 6 pos yaitu adalah pos merayap, jaring laba-laba, tumpuan balok, berajalan di atas tali, menara air, dan flying fox. Seluruh mahasiswa pun terlihat sangat an tusias dalam mengikuti setiap permainan di setiap posnya. Ant P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2009
35
opini
MENGAPA HARUS BINANGUN? O l e h S . Ag un g P ra setya
M
enyoal kata “binangun”, seca ra sepintas kita bisa melihat bahwa kata tersebut merupakan salah satu kata dalam bahasa Jawa. Hal itu bisa dilihat dari seselan in, yang maknanya sama dengan awalan di dalam bahasa Indonesia. Jadi, bina ngun sama dengan dibangun. Apabila dikaitkan dengan acara pergelaran wayang kulit dalam rangka Dies Natalis UNY yang ke – 45, tanggal 30 Mei yang lampau, kata binangun ini menjadi populer karena la-
istimewa
36
Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 0 9
kon wayang pada malam itu adalah Dwaraka Binangun. Dwaraka adalah sebuah kerajaan di alam pewayangan yang oleh masyarakat penikmatnya lebih dikenal dengan sebutan Dwarawati. Sebuah kerajaan di bawah kendali seorang raja wicaksana, Prabu Sri Bathara Kresna. Binangun berarti dibangun, diperbaiki, didandani. Walaupun kata bangun menurut kamus bahasa Jawa (Poerwadarminta) berarti tangi, gumregah, atau bisa juga pagi hari. Apabila dilihat dari sisi morfologi, jelas kata bangun adalah sebuah kata bahasa Indonesia yang begi tu saja dipaksakan masuk dalam bahasa Jawa, sehingga terbentuklah kata binangun. Sebuah kata yang sudah tampak njawani. Dalam dunia wayang memang ada beberapa lakon yang identik dengan kata–kata dibangun, atau paling tidak ada hubungannya deng an pembangunan. Misalnya, lakon wayang: Semar Mbangun Kahya ngan, Mbangun Candhi Sapta harga, Babad Alas Wisamar ta, dan Dwaraka Binangun itu sendiri. Lakon–lakon ter sebut mencoba menggam barkan proses pembangun an yang terjadi dalam dunia yang berseberangan dengan dunia kita, yakni du nia wayang. Apabila dilihat dari judul lakon yang digarap, ke empat contoh lakon di atas menggambarkan pembangunan secara fisik yang berlangsung di negeri penuh misteri itu. Semar Mbangun Kahyangan, kalau diartikan secara harfiah mencoba menggambarkan bahwa panakawan
opini yang bernama Semar, ikut berkontribusi da lam membangun kahyangan, tempat tinggal para dewa itu. Semar, dewa ngejawantah itu sedang gigih membangun kerajaan yang dipim pin oleh Bathara Guru, adik dari Semar. Babat Alas Wisamarta menggambarkan bagaimana para Pandhawa membangun kerajaan yang kelak disebut sebagai kerajaan Amarta, mes kipun kerajaan Amarta sebenarnya sudah ada sebelum Pandhawa ada. Kerajaan Amarta semu la adalah kerajaan jim, yang kemudian mampu dimanifestasikan dalam dunia riil oleh para Pandhawa. Demikian pula, dengan cerita Mba ngun Candhi Saptaharga adalah upaya Pandha wa untuk melakukan renovasi makam leluhur mereka. Kembali pada lakon Dwarawati Binangun yang disuguhkan oleh dalang Ki Haji Anom Suro to dan Mas Prasetya Bayu Aji. Kita bisa melihat dari judul dan lakon yang disuguhkan, ada sebuah pergerakan yang dinamis yang terjadi di kraton Dwarawati. Ada hal yang menarik yang perlu dilihat oleh pemirsa, apa yang sebetulnya terjadi di negeri yang sedang mbangun itu. Hal inilah yang mestinya bisa disarikan, dipahami, dan jangan lupa selayaknya juga hal itu diimplementasikan dalam pergerakan yang sedang kita lakoni. Sebelum mengupas lebih jauh tentang Dwa raka dan dunianya, kita juga perlu merunut secara lebih jauh arti dan makna yang lebih mendalam lagi kata binangun. Menurut penulis, yang dimaksud pembangunan adalah pergeseran kualitas dari yang tidak baik menjadi baik, dari yang baik menjadi lebih baik. Kalau ada pembangunan yang terbatas pada jargon dan tidak merepresentasikan pergeseran kualitas, itu bukan pembangunan yang terjadi, tetapi justru unsur kerapuhan yang terlihat. Persoalan selanjutnya adalah apa, siapa, dan bagaimana Dwaraka mengalami pergeseran kualitas. Wayang identik dengan perjalanan seorang tokoh sentral dalam cerita. Begitu juga negeri Dwaraka, sebagai sebuah institusi negara tidak akan bisa lepas dari peranan to koh tertentu. Dalam lakon ini yang mewakili keberadaan Dwaraka adalah Prabu Kresna, sebagai rajanya. Secara singkat, lakon ini meng gambarkan bagaimana Kresna sebagai seorang titisan Wisnu dilihat oleh berbagai kalangan yang tentunya mempunyai sudut pandang yang berbeda terhadap Kresna. Ada yang meng anggap bahwa Kresna adalah penghambat, ada
Perlunya kita melihat wayang secara utuh adalah untuk mengulas lebih jauh apa sari dari pergelaran wayang yang dibeberkan. juga yang menganggap bahwa Kresna adalah pengayom. Dibangunnya Dwarawati pada hakekatnya bukanlah pembangunan secara fisik karena ke rajaan rusak atau tertimpa bencana, tetapi kita harus jeli melihat bahwa yang dibangun itu manusianya, yaitu Kresna sendiri, dengan ma deg pandhita di sebuah pertapaan. Ketika dia me lakukan hal ini, ada perwakilan kawula yang mengikuti, yakni Semar. Sekali lagi, wayang sarat dengan simbol yang tidak boleh begitu saja dimaknai secara dangkal. Kehadiran Semar dalam mendampingi Kresna adalah simbol bahwa pembangunan manusia itu akan ber hasil manakala ia bisa melihat kehidupan ini secara utuh, bukan hanya dari satu sisi saja, tetapi dari sudut pandang yang lain. Kebera daan Kresna sebagi seorang penguasa dan Semar sebagi kawula menyiratkan adanya sosok pemimpin yang membumi. Kembali pada pe ngertian kata bangun dalam bahasa Jawa, maka Dwaraka Binangun adalah manusia yang dibangun, manusia yang gumregah, cancut tali wan da, menyingsingkan lengan baju untuk sege ra meningkatkan kualitas hidupnya. Hal ini sangat penting karena investasi dengan aset manusia jauh lebih berharga daripada investasi kapital. Perlunya kita melihat wayang secara utuh adalah untuk mengulas lebih jauh apa sari dari pergelaran wayang yang dibeberkan. Seperti yang penulis katakan di atas, wayang adalah dunia yang berseberangan dengan kita. Artinya, dengan adanya jarak itulah kita bisa melihat wayang secara objektif. Biarkanlah wayang menemukan dunianya sendiri, tanpa adanya pe maksaan dari dunia kita.
S. Agung Prasetya mahasiswa Jurusan PBD FBS UNY
P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2009
37
opini
Haruskah Seorang Pemimpin Dibenci? O l e h Y udantoro B P
M
Pendahuluan
enjadi pemimpin harus siap di " benci?" Tentu ada benarnya, teta pi bisa jadi juga berbahaya. Ada pemimpin yang akhirnya tidak mau berinstrospeksi karena merasa memang sudah seharusnya dia dibenci. Ketika pemimpin tersebut melakukan kesalahan dan berbuat sekehendak hatinya, banyak orang membenci nya. Ketika dia terlalu memaksakan pendapat, orang di sekitarnya menunjukkan rasa tidak sukanya. Apakah pemimpin-pemimpin besar adalah orang yang dibenci? Sejahat-jahat seorang pe mimpin dia masih dikagumi bawahannya. Hitler yang dikenal kejam, sebagai contoh kasus, jika dipelajari kepemimpinannya, banyak orang suka dan kagum kepadanya. Bahkan, rela mati bersama Hitler sebagai wujud kesetiaannya. Suharto, sebagai contoh kasus di tanah air, mantan presiden RI yang dihujat banyak orang? Dalam sebuah wawancara, seorang mantan menteri menyatakan rasa suka dan kekaguman nya kepada Suharto. Demikian seterusnya, banyak kasus dapat diangkat di sini. Kesimpulannya, pernyataan ”menjadi pemimpin harus siap dibenci” tampaknya tidak sepenuhnya benar. Beberapa Sebab Sesungguhnya ada beberapa sebab menga-
Setelah diidentifikasi, ternyata memang ada beberapa contoh, model, gaya, atau sikap yang membuat pemimpin cenderung tidak disukai atau dibenci oleh bawahan atau partner. 38
Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 0 9
pa pemimpin harus dibenci orang (partner/bawahan). Namun, penyebab utamanya adalah komunikasi yang mampet alias tidak jalan. Padahal, komunikasi merupakan kunci untuk menggerakkan bawahan. Sebelum mengambil keputusan sebaiknya pemimpin berkomunikasi, sehingga orang-orang di sekitarnya merasa dilibatkan. Apalagi, keputusan yang diambil ber beda dengan yang diinginkan orang-orang di sekitarnya, dengan tetap menghargai orangorang di sekitarnya. Setelah diidentifikasi, ternyata memang ada beberapa contoh, model, gaya, atau sikap yang membuat pemimpin cenderung tidak disukai atau dibenci oleh bawahan atau partner. Bebera pa itu sebagai berikut. Pertama, sikap merasa lebih tahu atau selalu paling tahu. Pemimpin memang harus mendapatkan banyak informasi, pandangannya seharusnya lebih luas dibanding orang-orang yang dipimpinnya. Namun, bagaimanapun masih ba nyak hal yang tidak/belum diketahuinya, teruta ma hal-hal teknis atau keadaan riil di lapangan. Sering juga pandangan bawahan adalah representasi dari apa yang dilihat atau dialaminya setiap hari. Yang pasti, sikap merasa selalu le bih tahu membuat orang jengkel. Tahu banyak teori belumlah jaminan. Kedua, sikap seperti layaknya pemilik tunggal perusahaan. Pemimpin seperti ini merasa bahwa tanggung jawab penuh hanya ada pada dirinya dan ia yang menentukan segalanya. Bertanggung jawab itu baik, tetapi sikap seperti pemilik perusahaan adalah sewenang-wenang. Donal Trump, pemilik perusahaan Trump, sebagai contoh kasus di sini, justru bersikap sebaliknya. Ia selalu berusaha membuat agar orangorang di bawahnya merasa menjadi pemilik perusahaan itu dan merasa hidupnya menjadi punya arti. Ketiga, sikap seperti jenderal. Apa yang di katakan jenderal, konon, bawahan tidak boleh membantah, melainkan harus melakukan per-
opini
istimewa
sis seperti yang diinstruksikannya. Banyak pe mimpin bersikap seperti jenderal, yakni meme rintah dan memerintah. Perintahnya tidak boleh dikritisi atau dibantah. Pemimpin berga ya ini adalah pemimpin yang cenderung gila kekuasaan. Keempat, sikap menonjolkan diri sendiri. Seorang pemimpin atau atasan biasanya suka melihat orang yang menonjol. Maka, banyak orang yang mencoba menonjolkan diri. Orang yang menonjolkan diri tentu tidak bisa bekerja dalam tim. Dia lebih suka menyimpan ideide bagus untuk dirinya dan membiarkan yang lain bermasalah. Kelima, sikap melempar tanggung jawab. Ba nyak orang yang tidak berani bertanggung jawab atas setiap kejadian yang buruk. Bahkan, ada pula yang secara diam-diam sudah menyi apkan orang lain yang akan dijadikan kambing hitam. Biasanya, alasan mengapa dia tidak bisa menyelesaikan tugasnya cenderung akan me nyalahkan orang lain. Keenam, sikap menekan. Pemimpin yang me miliki sikap seperti ini akan menekan bawahannya supaya dirinya terlihat lebih bagus, lebih tinggi, dianggap pemimpin yang baik. Biasanya, ia akan memberikan tugas yang berat kepada bawahannya tanpa memberikan solusi jika ada masalah. Tujuannya, tugas bisa diselesai
kan dengan baik tanpa peduli orang yang menjalankan tugas. Penutup Tentu masih banyak perilaku pemimpin atau atasan yang berakibat tidak atau kurang disu kai oleh bawahan atau partner kerja. Semua itu berangkat dari ketidaktahuan, kekurangpaham an, atau justru kesengajaan dalam rangka menciptakan gezag atau kewibawaan dirinya di hadapan bawahan, anak buah, atau partner kerjanya. Padahal, gezag atau kewibawaan mestinya tidak dipaksakan oleh diri pemimpin atau atasan itu, melainkan muncul dengan sendirinya di kalangan bawahan, anak buah, atau part ner kerjanya. Ini persoalan pencitraan! Pemimpin tidak disukai oleh partner kerja atau bawahan, bagaimana pun, berarti dirinya bermasalah. Menjadi pemimpin pastilah tidak bisa memuaskan semua pihak. Tetapi, pemim pin perlu memiliki komunikasi yang bagus dan hubungan yang sehat dengan partner/bawah an. Pemimpin boleh mengecewakan bawahan/ partner, tetapi jangan sampai dibenci oleh bawahan/partner.
Yudantoro BP, S.I.P. Biro Kerjasama dan Komunikasi UPN Yogyakarta
P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2009
39
resensi buku Keteguhan Hati Wujudkan Mimpi-mimpi O l e h Inung Setya mi “Jika dulu aku tak menegakkan sumpah untuk sekolah setinggi-tingginya demi martabat ayahku, aku dapat melihat diri ku dengan terang sore ini: sedang berdi ri dengan tubuh hitam kumal, yang keli hatan hanya mataku, memegang sekop menghadapi gunungan timah, mengum pulkan nafas, menghela tenaga, mencedokinya dari pukul delapan pagi hingga maghrib, menggantikan tugas ayahku yang dulu menggantikan tugas ayah nya. Aku menolak semua itu. Aku menolak perlakuan buruk nasib pada ayahku dan pada kaumku. Kini Tuhan memeluk mimpi-mimpiku…” Itulah sepenggal rangkaian kata indah yang ditulis Andrea Hirata dalam novel pamungkas ‘Tetralogi Laskar Pela ngi’-nya. Cuplikan kata-kata yang mampu membangun jiwa para pembacanya: singkat, padat, namun penuh makna tentang pelajaran hidup, kisah-kisah yang mampu menumbuhkan tenaga untuk meraih harapan-harapan yang diimpikan. Demikian juga, jika memba ca keseluruhan dari novel yang bergambar violinis wanita itu. Novel yang berjudul ‘Maryamah Karpov’ ini justru tidak banyak bercerita tentang Maryamah (salah satu tokoh da lam novel), namun lebih dominan berce rita tentang semangat dan keberanian untuk bermimpi dan berusaha mewu judkannya. Secara implisit, novel ini meneriak kan orang-orang yang berani bermimpi dan mampu membangunkan mimpimimpinya daripada sekedar bunga tidur ialah orang-orang yang pantas diacu ngi jempol. Tokoh-tokoh dalam novel ini berani membangun banyak mimpi, bahkan mimpi yang dianggap gila seka lipun, mimpi yang samar dari keterwu judan. Namun, dengan niat, usaha, ser ta doa, segala sesuatunya pasti ada di genggaman. Yakin! Perubahan harus dimulai dari diri 40
Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 0 9
Maryamah Karpov (Tetralogi Laskar Pelangi #4) • Andrea Hirata • PT Bentang Pustaka, Desember 2008 • xii + 504 halaman
sendiri. Apabila tidak ada niat dan usa ha untuk memperbaiki diri, mustahil bisa berubah ke arah yang lebih baik. Seperti dalam QS Ar Ra’d ayat 11 “Se sungguhnya Allah tidak akan mengu bah keadaan suatu kaum, sebelum ka um itu sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka.” Hal itu seperti yang dialami oleh sebagian tokoh-tokoh da lam tetralogi novel Andrea, termasuk pada Maryamah Karpov. Itulah kisah orang-orang yang berusaha mengubah keadaan. . Di dalam novel karya ini, lelaki ‘jebolan’ Universite de Paris Sarbone berceri ta tentang Ikal, Arai, Lintang, A Ling, dan beberapa hal yang belum terjawab dari ketiga novel sebelumnya: Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, dan Edensor. Novel keempat dari tetralogi Laskar Pelangi ini menyuguhkan penggalan kisah yang terdapat dalam ketiga novel sebelumnya, sehingga cerita yang diba ngun terasa begitu kompleks. Walaupun Andrea baru menulis empat novel (Tetralogi Laskar Pelangi), namun keempat karyanya itu merupakan karya yang
besar dalam perkembangan Sastra Indo nesia. Setelah booming novel pertama (Las kar Pelangi) hingga menyentuh dunia perfilman Indonesia, banyak pembaca menantikan kelanjutan cerita pada no vel berikutnya, termasuk Maryamah Karpov. Hal itu terbukti dari larisnya penjualan hingga ribuan ekslempar dan beberapa kali cetak ulang. Dalam novel petualangan ini Andrea menulis hal-hal yang seru, sedih, men debarkan, bahkan lucu. Membaca novel ini pembaca diajak Andrea kepada perasaan yang kompleks, dipertemukan de ngan perjuangan-perjuangan tokoh di dalamnya yang kompleks pula, dari masalah sosial hingga percintaan. Dapat dilihat perjuangan tokoh strata bawah yang miskin namun kaya semangat hidup, cerita cinta yang begitu santun tanpa harus mengobral kata tak senonoh, mitos, dan mistis dunia perdu kunan yang menggelikan, bahkan obrolan orang-orang Melayu di warung kopi yang disertai bualan tak masuk akal, persahabatan dan kasih sayang, taruh an, dan harapan hidup ketika berani ber mimpi dan berusaha mewujudkannya. Melalui Maryamah Karpov pembaca me nemukan pendewasaan, membaca pe radaban, dan berani bermimpi, serta membangunkan mimpi-mimpi untuk menjadi nyata. Novel ini sarat dengan nilai-nilai etis dan humanis. Alur, gaya penceritaan, dan bahasa yang digunakan cukup manis dan memikat. Setelah membuka dan membaca halaman pertama, pembaca akan dibuat terkesima dan tergoda untuk menuntaskannya. Tetralogi Laskar Pelangi berarti untuk dimiliki, bermakna ketika dibaca.
inung setyami Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia UNY
bina rohani
Rasulullah dan Kewajiban Manusia O l e h H endra S ug i antoro Pada dasarnya manusia diciptakan atas fitrah mengajak kepada kebaikan dan mengabdi kepada Allah. Di alam ruh, manusia telah memberikan kesaksian ketika Allah berkata, “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Lalu dijawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” Dalam QS Al-A’raf: 172 Allah juga menje laskan agar manusia tidak mengingkari keesaan Allah di Hari Kiamat. Dalam perjalanan hidup, manusia ti dak selamanya mengesakan Allah, baik dalam hal rububiyah, uluhiyah, maupun asma wash-shifat-Nya. Mengesa kan Allah dalam rububiyah-Nya berar ti mengimani Allah adalah Rabb. Allah adalah Pencipta, Penguasa, Pemberi Riz ki, Pemilik dan Pengatur alam semesta beserta isinya. Mengesakan Allah dalam uluhiyah-Nya berarti mengimani Allah sembahan yang benar dan sembahan selain-Nya adalah batil. Manusia hanya memurnikan ibadahnya kepada Allah. Mengesakan Allah dalam asma washshifat-Nya berarti mengimani hanya Allah yang memiliki nama-nama yang Maha Indah dan sifat-sifat yang Maha Sempurna. Manusia yang tidak teguh da lam mengesakan Allah disebabkan keza liman dan kesombongan. Dijelaskan dalam QS An-Naml: 14, “Dan mereka me ngingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya.” Setiap Rasul yang diutus Allah bertugas untuk menyampaikan risalah Tuhan kepada umat manusia. Adapun AlQuran, risalah terakhir yang diturunkan Allah dipegang oleh manusia hingga akhir zaman. Muhammad adalah penu tup para Nabi dan Rasul. Setelah beliau, tidak akan ada lagi pengutusan seorang Rasul. “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulul lah dan penutup Nabi-nabi.” (Qs Al-Ahzab (33): 40).
istimewa
Islam yang diturunkan Allah melalui Muhammad telah memberikan cahaya terang bagi kegelapan jahiliyah. Rasulul lah menyeru manusia agar meninggalkan thaghut dan beriman kepada Allah lewat fase-fase perjuangan dakwah yang panjang, sehingga manusia meng ambil kebenaran Rabb dalam kehidupannya. Al-Quran yang dibawa Rasulul lah merupakan wahyu Allah yang wajib diikuti manusia seluruhnya. “Dan tiada lah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwah yukan (kepadanya).” (Qs An-Najm (53): 3-4). Mengikuti ajaran Rasulullah merupakan bentuk ketaatan kepada Allah karena mengimani Al-Quran yang diturunkanNya. “Katakanlah, “jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, nisca ya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Diutusnya Muhammad tidak lepas dari upaya untuk menyempurnakan akhlak manusia. “Sesungguhnya aku diutus kepada umat manusia untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR Ahmad). Menyempurnakan
akhlak tidak lepas dari penanaman aqidah sebagai aspek mendasar kehidupan manusia. Tanpa aqidah yang lurus tidak mungkin tercipta akhlak yang baik. Allah menegaskan keagungan akhlak Rasulullan dalam QS Al-Qalam: 4, “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung.” Dalam QS AlAhzab: 21, Allah berfirman, “Sesungguh nya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, (yakni) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Kiamat, dan dia banyak menyebut Allah.” Kewajiban lain manusia terhadap Ra sulullah adalah memperbanyak shalawat, “Dan sesungguhnya Allah dan Malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Qs Al-Ahzab (33): 56). Dengan menaati/meneladani Rasulul lah, manusia membuktikan kecintaan nya kepada Allah. Meneladani perikehi dupan Rasulullah dapat mengantarklan manusia menuju kebahagian dunia dan akhirat. Perikehidupan Rasulullah dapat dika ji/dipelajari melalui Sirah Nabawiyah. Sebuah kebahagian tersendiri bagi orang-orang yang beriman ketika mendapatkan syafa’at dari Rasulullah dan berjumpa dengannya di Hari Kiamat. “Dan barangsiapa yang menaati Allah dan Rasul-(Nya), mereka itu akan bersa ma-sama dengan orang-orang yang dia nugerahi nikmat oleh Allah, yakni Nabinabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah teman yang sebaikbaiknya.” (Qs An-Nisa’ (4): 69.
Hendra Sugiantoro Mahasiswa yang tetap bangga kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta.
P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2009
41
cerpen DI BALIK SENGSARA ADA NIKMAT Oleh D i an Purb aya s ari Malam merayap, sunyi pekat. Dingin seakan tak pernah mau tahu penderitaan yang kualami. Aku kedinginan, laparku menjerat erat-erat. Bulan dan bintang diam terpaku menatap deritaku. Dari tatapannya kurasa ada iba. Mereka menghiburku dengan bias-bias cahayanya. Perlahan kubaringkan tubuhku di lantai beralas kardus, kembali kupegangi perutku yang semakin melilit. Membosankan. Tiap malam aku selalu dijamu hampa. Ku pandangi anak-anak seperjuanganku. Sama sepertiku, tidur beralas kardus. Kami adalah pendonor darah setia untuk nyamuk-nyamuk. Malam ini aku tidak bisa tidur seperti mereka. Uang hasil ngamenku dirampas anak buah Mbak Ida, mucikari kondang daerah ini, sore tadi. Sehingga, seharian aku belum mencici pi nikmatnya sebungkus nasi. Andai saja badanku tinggi, besar, dan pemberani, pasti kulawan mereka. Tapi, aku hanya seorang bocah ingusan. Hembusan angin menyentuh kenangan. Satu demi satu kisah yang pernah kualami terbuka. Tiba-tiba aku mendengar alunan nada-nada indah dari bibir ibuku, lagu yang sering ia dendangkan untukku sebelum tidur. Kehadirannya menghangatkan hati dan pikiranku, sosok penuh kasih sayang dan cinta yang selalu kurindukan. Jika saja aku mampu melawan ayah dan mencegahnya merenggut kebahagiaanku, hal ini pasti tidak akan terjadi. Ayah begitu tega. Dengan sadisnya ia menghabisi ibuku, istrinya sendiri, hanya untuk menuruti hawa nafsunya, beristri muda. Tragedi itu masih terekam jelas dalam ingatanku. Tatkala ayah membanting, melempar, dan membenturkan tubuh ibu ku ke dinding, aku berusaha mencegah ayah. Namun, kepa laku terasa sakit dan berat karena sebelumnya ayah telah memukulku dengan sebatang kayu. Semuanya terasa berat, aku pun pingsan. Setelah aku sadar, aku langsung mencari ibu, hasilnya nol. Aku tidak melihat sosok ibu lagi. Aku mena ngis sejadi-jadinya ketika aku melihat tubuh ibuku terkapar kaku, biru, dan pucat, penuh luka. Yang tak terlupakan sampai saat ini, senyum tipis ibu. Aku benci ayah! Kepala keluarga yang seharusnya mengayomi kami justru menghancurkannya. Apalagi, ketika dia bersama istri mudanya meninggalkanku sendirian di kota yang cukup ramai: Jogja. Mereka pergi tanpa meninggalkan apa pun. Aku terpaksa harus mendiami gubuk reyot sendiri. *** Namaku Rois. Teman-temanku sering memanggilku si Ro. Aku bukanlah anak yang ke sana ke mari membawa buku-bu 42
Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 0 9
ku pelajaran, memakai seragam sekolah, dan bersepatu bagus. Bukan sosok seorang anak yang mempunyai cita-cita setinggi langit. Apa artinya itu semua untukku. Aku anak ja lanan 11 tahun pengamen jalanan. Aku adalah Sang Raja Malang yang tak henti-hentinya me nyusuri pinggiran kota Jogja ini. Naik turun bis kota sambil membawa botol sprite atau fanta bekas, yang ketika kuadu dengan uang logam 100 rupiah aku bisa membuat musik pengiring tatkala aku harus menyanyikan lagu jeritan nura niku. Asap kendaraan, sengatan matahari, debu, dan babak belur sudah teramat akrab denganku. Begitulah nasibku. Pengamen jalanan, Si Ro. *** Sore ini senja menyelimuti kota Jogja. Terasa capek dan pegal-pegal tubuhku. Ingin dipijit, tapi tak mungkin. Aku sebatang kara. Kerja keras ngamenku naik turun bis hanya mendapat 3.700 perak. Lumayan buat dua bungkus nasi ku cing dan es teh. Tiba-tiba hatiku gundah. Sosok yang baru saja melintas di hadapanku ..... seperti ayah. Ya! Ayahku. Jantungku berdebar keras. Tak tertahan lagi keinginanku untuk balas dendam kepada ayah. Lagi-lagi aku tidak berdaya. Andai saja aku sekarang sudah besar dan dewa sa, aku pasti melakukannya. Betapapun, luka di hatiku takkan bisa terobati dengan apa pun. “Si Ro, yuk kita bareng aja. Siapa tahu dengan ngamen ba reng kita bisa dapat rejeki lebih banyak,“ pinta Aceng, saha bat karibku. “Iya deh. Dengan syarat, hasilnya dibagi sama rata. Setuju?” ganti aku bertanya. “Tentu, jangan khawatir,” jawabnya. Aceng benar. Dengan ngamen berdua penghasilan ada pe ningkatan. *** Matahari menyengat. Siang panas. Adzan menggema. Aku membisu. Untuk pertama kalinya, adzan itu terasa masuk pori-pori tubuhku. Ada kesejukan dan penuh makna. Mataku melirik ke kanan-kiri, menyelidik, mencari asal suara adzan itu. Kudapati bangunan masjid sederhana di pojok jalan de kat gang buntu. Di sekitarnya tanaman hijau. Nyaman. Ti dak berapa lama, kulihat seorang yang mengumandangkan adzan tadi menaruh mikrofon-nya. Ia memutar badannya sambil menatapku. Aku terpaku memperhatikan gerak-gerik nya. Tampaknya ia tahu aku memperhatikannya. Orang itu mendekatiku. “Assalamu’alaikum,” sapanya mengulurkan tangannya. “Wa’alaikumsalam,“ jawabku grogi. Bersalaman. “Namamu, Nak? Sendirian? Temanmu mana?” sambil me ngajakku masuk masjid. “Rois, Pak. Biasa dipanggil si Ro,” sahutku. “Aku Pak Jefri. Rois tidak tinggal di daerah ini ya? Bapak tidak pernah melihatmu?” lanjutnya. “Iya,” jawabku. “Tunggu sebentar, Bapak iqamah dulu. Sudah banyak ja
cerpen maah datang. Kamu ambil air wudlu ya,” dielus kepalaku sambil tersenyum. Aku menurut. Entah angin mana yang membuat aku pa tuh dengan kata-kata bapak tengah baya itu. Aku sudah lu pa caranya shalat. Semenjak kematian ibu, aku tidak pernah lagi shalat seperti nasehat ibu. Aku pun mengikuti orang di sebelahku. Sehabis shalat aku terdiam. Melintas kenanganku bersama ibu saat shalat berjamaah. Air mataku tak bisa kubendung lagi. Aku menyesal tak pernah mengerjakan kewajibanku se bagai muslim. Shalat bukan sekedar kewajiban, tetapi kebu tuhan yang mestinya kurindukan. Cukup lama aku meninggalkannya. Sejak itu, setiap waktu shalat tiba, kusempatkan ke musho la. Aku banyak ngobrol dengan pak Jefri, tentang banyak hal. Pak Jefri mendengarkan ceritaku seksama, meski kadang ia menertawakanku yang bicara tanpa titik koma. Pak Jefri ba giku sosok ayah yang kudambakan. Ia ramah dan selalu mena sehatiku, mengingatkan aku sabar dan tawakal dalam menghadapi cobaan-Nya. Pak Jefri pegawai Tata Usaha di sebuah SMP. Rumahnya hanya berjarak beberapa meter dari masjid. Sehari-hari ia sempatkan untuk mengajar anak-anak TPA, untuk mengisi kekosongan waktunya. Sudah 10 tahun menikah belum juga dikaruniai anak. Untuk menghibur hatinya, hari-hari nya diwarnai canda tawa anak-anak di sekolah maupun di masjid. *** Penghasilanku hari ini lumayan banyak. Setelah kuhitunghitung, 10.500 rupiah. Ketika asyik menghitung recehan, tiga laki-laki berjaket hitam menghampiriku. Wajah mereka sadis menyeramkan. “Namamu Rois Fardhika?” tanya mereka. Aku mengangguk. Tak sepatah kata pun keluar dari mulutku. “Kau kenal dengan Afreza Fardhika?” Darahku mendadak mendidih. Dadaku panas mendengar nama itu. Yang disebut-sebut itu ayahku, laki-laki biadab tak berperikemanusiaan. “Dia ayah kandungmu kan?” tanyanya lagi. Aku bingung kenapa mereka tahu aku dan keluargaku. “Maaf, saya tidak kenal orang itu. Kalian pasti salah orang. Permisi.“ Baru beberapa langkah, ketiga orang tadi menghadangku. Aku berbalik dan menatap mereka tajam. “Apa sih mau kalian?” bentakku lantang. “Kalian suruhan orang yang bernama Afreza tadi?” lanjutku. Mereka tersenyum lebar mendengar ucapanku. Aku tidak tahu kenapa bisa jadi pemberani seperti ini. Mungkin karena aku sadar mereka suruhan ayahku. “Kau pintar, Rois! Ayahmu adalah Bos kami. Bos menyuruhku memberikan uang ini kepadamu.“ Tangannya mengulurkan amplop putih agak besar ke arah
istimewa
ku. Segera kuambil amplop itu. Tanpa pikir panjang uang di dalamnya kusebar di depan mereka. Mereka terlihat marah. “Bilang ke Bosmu yang biadab itu! Aku tidak butuh uang haramnya. Perhatiannya yang palsu itu membuatku muak!!! Ingat, kalian jangan mendatangiku untuk yang ke dua kali nya. Anak buah Afreza maupun dia sendiri. Paham!”. Kutinggalkan mereka. Kali ini mereka tidak mencegahku. Kuhela nafas panjang. Kurasakan aroma keberanianku yang tidak kuduga sebelumnya. Terima kasih ya Allah ... Kau telah melindungiku dan memberiku kekuatan. Tanpa kusadari kejadian itu disaksikan oleh pak Jefri dan istrinya. Mereka bertepuk tangan mendekatiku. “Ro, kamu telah berubah. Kami bangga dengan keberanian mu,” tutur pak Jefri. “Andai saja kamu mau kujadikan anak angkatku, betapa bahagianya kami,” tutur bu Jefri berlinang air mata. Kata-kata itu membuatku terbelalak kaget. Aku tak bisa berkata sepatah pun, bibirku terkunci. Dari lubuk hatiku yang paling dalam, aku sangat menginginkan sosok kedua orang tua seperti mereka. “Pak, Bu, saya mau jadi anak Bapak-Ibu. Saya bersedia berbakti dan mengabdi semampu saya. Saya berjanji tidak akan mengecewakan Bapak-Ibu.“ kata-kataku memecah kebi suan sesaat. “Ibu tidak salah dengar kan, Ro?” bu Jefri penuh harap. “Iya, Bu, saya siap menjadi anak angkat Ibu-Bapak.” “Kalau begitu, mulai sekarang kamu ikut ke rumah kami, mandi, dan bersihkan badanmu. Kita ke toko buku dan pakai an membeli perlengkapan sekolah. Besok Bapak akan mendaftarkanmu ke SD terdekat. Bagaimana?” pak Jefri terse nyum. “Alhamdulillah, setuju sekali, Pak, Bu!” jawabku mantab. Aku bersyukur dan bersyukur, Tuhan telah memberiku orang tua yang selama ini kucari. Wonogiri, 2009
Dian Purbayasari Mahasiswa UNY
P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2009
43
puisi•geguritan•tembang
Dilema Rindu pada Ilahi Terkadang hati merasa sepi Mengapa…? Alasan itu tak dapat kututurkan Aku bingung…ya… aku bingung sekali… Tak tahu apa yang harus kulakukan Kerinduan jiwa yang telah membuncah Kini melambung tinggi hanya pada-Mu Cinta dan kenikmatan yang Kauberikan Tak dapat kuganti hanya dengan kerinduan Jiwa meronta merindukan cinta-Mu Ya Ilahi Robbi… Hidupku terasa hampa tanpa cinta kasih-Mu Penerangan dalam cahaya kesejukan-Mu Diri yang tenggelam dalam lumuran dosa Kini kubersujud di hadapan-Mu Kan kuserahkan jiwa ragaku hanya pada-Mu Hidup matiku hanya ada dalam kuasa-Mu Kan kugapai Rohman dan Rohim-Mu Sinarilah hati dan jiwa yang gelap gulita ini Gelap akan segala dosa yang telah kuperbuat Tuntunlah hamba menuju jalan yang Kauridhoi
Wahai Sang Pemilik Cinta sejati… Kini aku berjanji pada-Mu Kini hanya nama-Mu Yang bertaut di hati dalam Ya Allah….Ya Ghoffar… Ampunkanlah segalah dosa hamba–Mu ini Hamba tak kuasa terima penderitaan ini Rindu hamba pada kekasih yang Kaucintai Perkenankanlah hamba menjadi kekasih-Mu Bak sang Robiatul adawiyah yang mencinta-Mu Bak Rosulullah yang berhati suci mulya Ingin kudapatkan surga di masa kelakku nanti Namun, begitu banyak darah kotor mengalir Menenggelamkanku dalam lautan dosa dan nista Ya Rohman…Ya Rohim… Kabulkanlah segala permohonan hamba ini Kan kuabdikan diri hanya pada-Mu Yogyakarta, 2009 Dewi Avivah Cs Mahasiswa UNY
pojo k ge lit i k
Tobat
kalam/pewara
44
Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 0 9
Umarmadi : Yo, tobat, Yo. Umarmoyo : Tobat tobat...apanya yang tobat, Di? Umarmadi : Masyarakat di kampungku, Yo. Tobat tenan! Umarmoyo : Kenapa? Ada apa? Umarmadi : Komunitas di kampungku bakal habis. Umarmoyo : Kenapa? Umarmadi : bakal tidak ada regenerasi! Umarmoyo : Lha iya ... kenapa? Umarmadi : Tak satu pun warga yang mau kawin.
Umarmoyo : Kok aneh? Emang kenapa? Umarmadi : Pada takut jadi pengantin. Umarmoyo : Pasalnya? Umarmadi : Mereka baca di korankoran ... Umarmoyo : Apa kata koran? Umarmadi : Di koran-koran dikatakan, calon ‘pengantin’ adalah pelaku bom bunuh diri. Umarmoyo : ........................................... ............................? ema r '09
kalam/pewara
Sajak Dewi Avivah Cs
le
nsa
Kethoprak di Dies Perayaan Dies Natalis UNY ke-45 ini tak lupa diisi dengan kegiatan Kethoprak. Kali ini kegiatan yang bernuansa amat tradisional tidak hanya diikut para pemain kethoprak “sesungguhnya” para dosen dan juga sebagian pejabat UNY turut me meriahkan acara yang diselenggarakan pada Sabtu (23/5) dengan cara ikut menjadi pemain. Bermain Kethoprak membuat mereka fresh, setelah hampir setengah tahun bersuntuk ria. Dan satu yang pasti, perayaan tersebut tetap menunjukkan sesuatu yang lain. teks: SISMONO LA ODE • Foto: Ahmad natsir ep
CINTAILAH FASILITAS KAMPUS; SEPERTI ANDA MENCINTAI IBUMU
universitas negeri Yogyakarta Jl. Colombo No. 1 Yogyakarta 55281 Telp. 0274-586168 www.uny.ac.id