Pewara Dinamika Juni 2009

Page 1

Volume 10 • nomor 20 juni 2009

issn 1693-1467

P e w a r a

Dinamika majalah universitas negeri yogyakarta

6

YANG MENGUBAH UNY


...SIAPAPUN YANG TERPILIH, MAKA ITU YANG TERBAIK... Pesta demokrasi 2009 penuh kontroversi. Penyebabnya tidak lain soal DPT, Daftar Pemilih Tetap yang tidak akurat. Lantas bukan berarti proses demokrasi yang telah dibangun bertahun-tahun dihentikan begitu saja.Di tengah situasi demikian, yang terbaik adalah memperkuat saksi saat di TPS maupun di KPU. Jangan sampai terjadi penggandaan pemilih ataupun menambahan/pengurangan suara yang merugikan semua pihak. Dengan demikian, Pemilu Presiden kali ini bisa menghasilkan calon yang terbaik.

Iklan layanan ini dipersembahkan oleh Pewara Dinamika • foto: istimewa


pena redaksi

P ewa r a

Dinamika

PENANGGUNG JAWAB Dr. H. Rochmat Wahab, M.A. (Rektor UNY) PENGARAH Prof. Dr. Hj. Nurfina Aznam, SU., Apt. (Pembantu Rektor I) H. Sutrisna Wibawa, M.Pd. (Pembantu Rektor II) Prof. Dr. H. Herminarto Sofyan (Pembantu Rektor III) PENASEHAT Hj. Sudjariyah, M.Pd. (Kepala Biro AUK) Dra. Hj. Budi Hestri Hutami (Kepala Biro AAKPSI) H. Sugirin, Ph.D. (Kepala KKHP) PEMIMPIN UMUM Prawoto, S.E. PEMIMPIN PERUSAHAAN Drs. Wedho Chrisnarto PEMIMPIN REDAKSI Sumaryadi, M.Pd. SEKRETARIS REDAKSI Tusti Handayani, A.Md. REDAKTUR PELAKSANA Sismono La Ode, S.S. REDAKTUR Endang Artiati Suhesti, S.Pd. Dhian Hapsari Witono Nugroho, S.I.P. Kusmarwanti, M.Pd. Hermanto, M.Pd. Desain dan Tata Letak Kalam Jauhari FOTOGRAFI Ahmad Natsir Eka Putra, S.H. REPORTER Ratna Ekawati, S.I.P. (FIP) Isti Kistianingsih, S.Pd. (FISE) Dedy Herdito, M.M. (FMIPA) Haryono (FBS) Hadimin, S.Pd. (FIK) Rani Eryani, S.I.P. (FT) Prayoga, S.I.P. (LPM/Lemlit) Agus Purwatma W., S.Pd. (BAAKPSI/BAUK) Syamsu Rahmadi, S.E. (Kemahasiswaan) Yansri Widayati, S.Pd. (Kerjasama) Hadna A. Al-Falasany, A.Md. (Kampus Wates) SIRKULASI Drs. H. Trisilia Suwanto Sarjana Sudarman Fashilaturrochmah Widodo ALAMAT REDAKSI Jl. Colombo No. 1 Kampus Karangmalang Universitas Negeri Yogyakarta 55281 Telp/Fax 0274 542185 E-mail: pewaradinamika@uny.ac.id Online: www.uny.ac.id

Alhamdulillah edisi Juni terbit lagi. “Kami bahagia!” Bukan apa-apa, tetapi lebih disebabkan durasi penerbitan edi­ si mei dan juni begitu dekat, ya sekitar kurang le­b­ih tiga mingguan, ya “tepat waktu”. Wa­lau­pun kami bahagia, tetapi kami tetap juga merasa bersalah karena tetap aja edisi ini telat. Jika dilihat dari perseptif keedisiaan. Ya’ begitulah yang terjadi…. Kami tidak menyangka betapa me­ nger­ja­kan majalah butuh tenaga eks­ tra. Tidak ha­nya fisik tetapi pi­kir­an. Dan itulah yang uta­­­ ma. Pikiran yang me­­­ru­­­ pa­­kan alat untuk mem­ produksi wa­ca­­na (ba­ca: berita) mem­­bu­­tuh­ kan pro­ses kontemplasi dan ne­­­go­­i­­sa­si gagasan yang tidak bi­sa dianggap remeh. Se­­­­ti­dak­nya, kami membutuhkan data-data awa­l dan sedikitnya pengetahuan tentang apa yang kami akan pro­duksi. Pro­ ses inipun ti­dak memakan waktu yang bisa dibilang se­di­kit. Secuil proses ini ka­­­ mi la­ku­kan untuk te­­ tap ber­u­sa­ha mem­­per­­­ku­­kuh ku­a­li­tas ma­­­­ja­­­­lah, wa­laupun kami sadari bah­wa tiap edi­si majalah tidak lepas dari se­di­kit ke­­ ke­li­­ru­an. Kami minta maaf! Dan ka­mi terus ber­janji agar edisi-edisi selanjutnya bisa lebih baik dan berkualitas, terutama dalam hal pilihan tema, ga­ya penulisan, dan artistik. Edisi ini, untuk tema utama, kami mengangkat perkara Mahasiswa Ber-

Kalam/pewa

PENERBIT HUMAS Universitas Negeri Yogyakarta IJIN TERBIT SK Rektor No. 321 Tahun 1999 ISSN 1693-1467

ra

majalah universitas negeri yogyakarta

prestasi (Mapres). Kategori yang kami bangun pun subjektif, didasari atas kehendak redaksi, tanpa melibatkan seluruh komponen sivitas akademika UNY. Ka­mi punya alasan untuk itu. Pertama, pi­lihan-pilihan Mapres ini didasari repre­ sen­­tasi masing-masing fakultas. Dimana untuk menentukan mereka yang ter­ pilih kami tak luput konsultasi de­ngan be­berapa Pembantu Dekan bidang Ke­ ma­hasiswaan. Kedua, prestasi yan­g ka­ mi maksud di sini lebih diutama­kan pa­da prestasi individual, dimana me­reka telah mempunyai se­ gu­dang prestasi yang membanggakan, tidak hanya ting­­kat nasional tetapi ju­­­ga tingkat internasio­ na­l. Ketiga, Prestasi yang mem­­­bang­gakan itu ti­dak ha­­­nya difokuskan di bi­ dang akademik, te­tapi di lu­­ ar bi­dang ini, seperti olahra­ ga dan wiraswasta. Lantas apakah itu suda­h merepresenta­sikan ke­ber­ a­da­an Mapres? Kami ra­ sa iya. Tetapi jika di­ang­ gap kurang objek­tif, per­ta­nyaannya ada­­ ka­h yang objektif da­ la­m ranah di luar sains (ba­­ca: tek­­no­lo­gi)? Demikianlah, secuil argumentasi kami. Ten­tu­nya, kami yakin institusi di luar Pe­wara Dinami­ ka pu­nya ukuran-ukuran lain tentang Ma­pres, kami silakan karena itu akan me­nambah khasanah tentang pentingnya keberagaman pengetahuan. Sementara itu, kami tetap me­ngetengahkan berita-berita yang ti­dak kalah penting­ nya. Untuk menjawab hal ini, silakan ba­ca majalah tercinta ini. 

Redaksi menerima tulisan untuk rubrik Bina Rohani (panjang tulisan 500 kata), Cerpen (1000 kata), Opini (900 ka­ta), Puisi/Geguritan/Tembang (minimal dua judul), dan Resensi Buku (500 kata). Tulisan harus dilengkapi de­ngan iden­ti­tas yang jelas, nomor yang bisa dihubungi, pasfoto (khusus Opini), serta keterangan dan sampul bu­ku (khu­sus Re­sen­si Bu­ku). Kirimkan tulisan An­da me­la­lui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kan­ tor Humas UNY. Bagi yang dimuat, ho­nor dapat diambil di kantor Humas UNY.

P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2009


daftar isi Volume 10 • Nomor 20 juni 2009

l a p o r a n U ta m a

Mereka yang Mengubah UNY Prestasi yang mereka raih, bisa dikata masih belum apa-apa. Tetapi, yang mereka lakukan itu sudah cukup mengubah UNY.

24

La ode/pewara

halaman 6

36 opini

berita

MENJADI MAHASISWA ‘KELAS DUNIA’ University’ Sabtu, (20/6) dengan meng­ hadirkan pembicara utama DR. Da­ vid Hodges dari Royal Melbourne Ins­titute of Technology University (RMIT) Australia.

dokumen fise

Himpunan Mahasiswa (Hima) Jurusan Manajemen FISE UNY menga­da­ kan sarasehan bertema ‘World Class

Berita Lainnya • Semarak Ekspresi Anak Negeri, Ujian Akhir Mahasiswa Tari • Mahasiswa Jurdik Bahasa Jerman UAS di Borobudur • FIK UNY Juara Umum Tri Eks STO di UNNES Semarang

Mengapa Harus Binangun? Menyoal kata “binangun”, secara sepintas kita bisa melihat bahwa kata tersebut merupakan salah satu kata dalam bahasa Jawa. Hal itu bisa dilihat dari seselan in, yang maknanya sama dengan awalan... 41 5 42 4 1 3 44 44 40

bina rohani bunga rampai cerpen dari pembaca dari redaksi Jendela pojok gelitik puisi•geguritan•tembang resensi buku perancang sampul: kalam jauhari

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 0 9


jendela Selamat Datang Mahasiswa Baru Terima Kasih Masyarakat

S

alah satu komponen dari sivitas aka­de­mi­ ka perguruan tinggi (baca: Universi­ta­s Negeri Yogyakarta/UNY) adalah ma­­­ha­­ siswa. Mahasiswa merupakan kom­­po­­ nen penting dalam sistem perguruan ting­gi, dalam sistem pendidikan tinggi. Tanpa ke­ha­dir­ an unsur mahasiswa, perguruan tingg­i di­pas­ti­ kan akan tinggal papan nama alias gulun­g ti­ kar. Itulah makanya berbagai perguruan tinggi jungkir-balik, kerja keras, mengerahkan berba­ gai daya upaya dengan berbagai terobosan, promosi dan pameran besar-besaran ke berbagai penjuru tanah air. Semua itu dilakukan demi bisa merekrut mahasiswa sebanyak-banyaknya. Untuk UNY sendiri, alhamdulillah, persoalan re­krutmen mahasiswa baru tidak begitu menjadi persoalan. Justru UNY perlu menyampaikan per­mohonan maaf secara tulus dan sebesar-be­ sar­nya kepada masyarakat luas yang ingin me­ nye­rahkan pendidikan putra-putrinya kepada UNY namun karena satu dan lain hal terpaks­a ha­­rus kandas. Sesungguhnya, kalau boleh ju­ ju­r, UNY ingin bisa mengakomodasi seluruh ke­ i­­nginan masyarakat. Namun, apa daya, ada ber­ ba­­gai ‘aturan main’ yang musti diikuti seca­r­a konsisten. Itulah, UNY mohon maaf jika insti­tu­ si ini dalam rangka penyediaan berbagai program studi yang relevan untuk peningkatan kualitas SDM, UNY terpaksa melakukan ‘seleksi’ yang ekstra ketat. Ada dua pintu dibuka lebar-lebar oleh UNY untuk menerima ‘tamu-tamu’ baru, yakni Program Reguler dan Program Nonreguler. Untuk Program Reguler ada dua subprogram, yakni Ber­subsidi [PMB-PBU (Penelusuran Bibit Ung­ gul), PMB-SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Per­ gu­ru­an Tinggi Negeri), dan PMB-SK (Seleksi Khu­ sus)] dan Swadana [PMB-PBD (Penelusuran Bibit Ung­gul Daerah), PMB-SM (Seleksi Mandiri), dan PMB-KS (Kerjasama). Sementara itu, untuk Program Nonreguler ada subprogram Kelanjutan Stu­di [PMB-KSM (Kelanjutan Studi Mandiri) dan PMB-KSK (Kelanjutan Studi Kerjasama). Yang pasti, UNY tidak main-main dalam me­ nge­lola pendidikan untuk anak-anak bangsa in­i.

UNY menjadikan nilai moral keagamaan da­n ke­bangsaan terinternalisasi dalam setiap ke­gi­ at­an akademik dan nonakademik. UNY memiliki program studi rintisan bertaraf internasi­ o­nal. Sebagian besar program studi di UNY ter­akreditasi A. Setiap tahun seputar 3.500 ma­ha­siswa menerima beasiswa dari berbagai sumber. Sebagian besar dosen memiliki kualifikasi akademik S-2 / S-3. Fakultas dan Lemba­ ga di lingkungan UNY memperoleh Sertifikat ISO 9001-2000. UNY memiliki mahasiswa asing yang mengikuti pendidikan degree dan nonde­ gree. UNY merupakan salah satu universitas eks IKIP yang termasuk dalam 20 perguruan tinggi se-Indonesia yang dinyatakan layak menjadi per­­guruan tinggi bertaraf internasional. UNY me­­mi­liki dan mengembangkan Museum Pendidikan sebagai sumber belajar. UNY merupakan universitas induk penyelenggara sertifikasi guru (Rayon 11). UNY adalah salah satu uni­versitas yang ditunjuk Depdiknas sebagai pe­nyelenggara pendidikan profesi guru. UNY men­jalin kerjasama pendidikan dan penelitian de­ngan instansi lain, baik dalam maupun luar negeri. Mahasiswa UNY berhasil meraih keju­ a­­raan tingkat nasional maupun internasio­nal dalam berbagai kegiatan lomba IPTEKS dan olah­­raga. UNY memperoleh penghargaan dari Me­­neg­po­ra sebagai Kampus Prima Olahraga. Khu­­sus mahasiswa FIK yang diterima melalu­i jalur PBU dan PBD diasramakan. Demikian dan seterusnya. Selamat datang adik-adik mahasiswa baru UNY. Di kampus ini, insya Allah, prestasimu akan terukir. Terima kasih untuk para orang tua dan masyarakat luas yang sudah mempercaya­ kan pendidikan putra-putrinya kepada UNY. Ma­ ri­lah kita – berbagai pihak terkait – bergandeng­ an tangan erat-erat untuk melakukan sinergi dan kolaborasi demi masa depan bangsa dan ne­gara kita: Indonesia Tercinta!

Drs. Sumaryadi, M.Pd. Pemimpin Redaksi

P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2009


dari pembaca Kirimkan kritik/komentar/tanggapan Anda mengenai Pewara Dinamika maupun persoalan di seputar kampus Universitas Negeri Yogyakarta. Kritik/komentar/tanggapan harap dilengkapi identitas yang jelas dan dapat dikirim melalui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kantor Humas UNY.

Perlunya Sosialisasi Besar-besaran di Museum Pendidikan Indonesia Saat diresmikan museum Pendidikan Indo­ nesia UNY, baik Sri Sultan Hamengkubowono X maupun mantan Rektor UNY, Prof. Sugeng Mardiyono, Ph.D., berharap museum yang pertama kalinya dibangun di Indonesia mendapat sambutan ha­ngat dari seluruh komponen anak bangsa, terutama warga Jog­ ja­karta dan UNY. Lebih tepatnya, mereka berharap, kelak, museum pendidikan yang berdiri di tengah-tengah kota Pelajar ini dapat digunakan sebagai bagian terpenting dari wisata edukatif. Saya sa­ngat senang sekali, saat itu. Sayangnya, hampir berjalan setahun ini, saya melihat antusiasme masyara­ kat kita masih kurang greget. Bahkan, bisa dibilang mahasiswa UNY pun ku­ rang berminat. Suatu waktu, saya pernah bertanya pada seorang teman ma­­ha­ sis­wa tentang keberadaan museum itu, ke­betulan kami sama-sama satu fakultas. “Anda pernah berkunjung ke museum pendidikan? “ Malah dia menjawab, “museum pendidikan, yang …(sambil berpikir) di dekat rektorat itu? Jawaban itu membuat saya sedikit kaget. Kok ma­ hasiswa UNY belum kenal betul tentang apa isi yang ada di seluruh universita­s. Saya menduga teman saya yang satu ini memang kurang mempedulikan kam­ pus. Dia hanya senang akan fakultas, bahkan dirinya sendiri. Walaupun demikian, saya tidak sepenuhnya menyalah­ kan teman saya. Karena, setahu saya, pe­tugas dari meseum kurang menyosi­a­

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 0 9

lisasikan keberadaan museum itu, terle­ bih isi dan makna yang ada di dalam mu­se­um ini. Sebagai pencinta keberadaan mu­se­­ um, saya berharap tujuan yang di­sam­pai­ kan di atas, benar-benar diwujud­ka­n. Pa­ ling tidak, petugas di sana, su­dah mula­i menyosialisasikan keber­a­da­a­n museum itu dengan kreatif kepada seluruh ma­ syarakat Indonesia, dan yang paling awal, lebih baik disosialisa­si­kan kepada calon mahasiswa baru UN­Y. Ini untuk memberikan pemahama­n kepada me­reka tentang adanya museum pendi­dik­an dan sejauhmana signifikansi­nya ter­hadap perkembangan dunia pendi­dikan. Sosialisasi tersebut, tentunya dilakukan secara besar-besaran. “Jangan terlalu berpikir berapa anggaran yang harus di­ke­lu­ar­kan, tetapi saya yakin, semakin be­sar anggaran promosi keberadaan mu­­­se­­um itu, maka semakin banyak me­­­

nye­­­dot jumlah pengunjung, yang no­­ta­­ be­ne, ke depan, akan memberika­n man­ faat bahkan mengharumkan nam­a UNY. Ji­ka ini dapat diraih, saya rasa pemina­t mahasiswa UNY makin banyak, yang oto­matis akan menambah anggaran uni­­versitas. Akan tetapi sosiali­sa­si ter­ se­but seharusnya dikelola de­ng­an pro­fe­ sio­nal, apalagi dalam waktu de­kat museum ini akan selesai (saat ini se­dang di­bangun tahap akhir). Untuk tahap awa­l, sa­ya rasa tidak salah jika petugas/pengu­rus museum belajar dari lem­ baga profesional la­in­nya, bagaimana cara promosi yang efek­tif. Mungkin itu susah, tapi tidak ada yan­g salah jika kita bersusah susah da­­ hu­lu, bersenang-senang di kemudia­n hari. Semoga UNY menjadi kampus yan­g terbaik di bidang pendidikan…. Islah Mahasiswa Fakultas Teknik UNY


bunga rampai tulisan terakhir dari dua tulisan

Anak Indigo dan Aset Bangsa

N

anik masuk SD usia 5 tahun tanpa melewati TK, namun ia bisa mengikuti pelajaran dengan baik, bahkan selalu mendapat ranking 5 besar. Di SMP dan SMA, bahkan selalu ranking I, paling rendah ranking 3. Di samping keajaiban dalam penyembuhan orang sakit, ketika SMA keajaib­ an-keajaiban Nanik bertambah. Ia se­ring didatangi arwah kembarannya. Waktu arwah kembarannya mendata­nginya, ia mengaku dapat berbincan­g, bercanda, bahkan bermain seperti la­yak­nya dengan teman-teman pada umumnya. Arwah kembarannya selalu menyambanginya selagi Nanik sedang se­dih, atau Nanik melakukan kesalahan. Ji­ka sedang sedih arwah kembarannya se­la­ lu datang menghiburnya. Jika ia tela­h melakukan kesalahan, Nanik selalu ditegur oleh arwah kembaranya. Jika arwah kembarannya agak lama tidak menyambanginya, secara refleks Nanik yang datang ke makamnya. Di makam tersebut Nanik layaknya ketemu dengan manusia berbadan fisik biasa, bercakap-cakap dan bersenda-gurau melepas rindu. Setamat SMA keajaiban yang dialami Nanik tidak surut, justru tambah menakjubkan. Nanik mengatakan, hampir dipastikan setiap orang yang akan me­ning­gal dunia dan kebetulan orang tersebut kenal Nanik, misalkan orang tersebut akan meninggal esoknya, maka malam itu arwah orang yang akan me­ninggal tersebut menemui Nanik dan memberi isyarat selamat tinggal. Nanik bekerja di MGC Group, sebu­ ah usaha perdagangan dan perakita­n komputer di Jl. Kaliurang. Oleh bos MGC Nanik dipercaya untuk memegang Kabag Pemasaran. Waktu itu Nanik se­ ring memprediksi target-target penjual­ an dan semua target yang dibatin dalam

ol e h M ukha rom Kelebihan yang dimilikinya, di an­ta­ ra­nya, kalau ia pergi ke tempat yang menurut orang adalah angker atau ba­ nyak makhluk halusnya, ia sering ti­dak mau diajak pulang. Kalaupun ia mau pu­lang, badanya langsung panas dan minta kembali ke tempat bermain tadi. Menurut pengakuannya, di tempat ter­ sebut banyak teman bermainnya.

istimewa

hati selalu menjadi kenyataan. Kini Nanik 31 tahun, telah memiliki 2 anak. Anak kedua 10 bulan. Bersam­a suaminya, Sutrisno, yang kesehariannya karyawan bagian lab, AKAKOM. Ming­gu (21/9/2008) Nanik menuturkan, kepekaan indera keenamnya sejak me­la­ hirkan anak kedua mulai sedikit melemah. Walaupun, kepekaan batinnya te­ tap masih tajam dalam hal merasakan suatu yang dianggap keramat. Hanif sebagai Contoh Lain Anak indigo yang ini bernama Hanif. Hanif lahir di Batam (25/9/2000) dari pasangan Budi Rahayu Ningsih, S.H. dan Santosa, B.A. Mereka tinggal di Dusun Ketemas, Pagelak, Kecamatan Madukara, Banjarnegara, Jawa Tengah. Hanif kini duduk di kelas 3 SD Muhammadiyah I Banjarnegara. Di sekolah Hanif terma­ suk cerdas, dari kelas 1 hingga kelas 3 se­ la­lu berada di posisi 5 besar. Ia bera­da di SD yang tergolong favorit/unggulan. IQnya menunjukkan di atas rata-rata. Waktu kecil Hanif sedikit terlamba­t untuk perkembangan berjalannya. Ia ba­ ru bisa berjalan pada usia 14 bulan karena sejak 8 bulan ia sering sa­kit panas.

Adalah Aset Negara Anak-anak indigo sebenarnya bisa dijadikan aset negara yang sangat ber­ har­ga. Kelebihan yang dimilikinya me­ ru­pakan suatu anugerah yang sangat langka dan istemewa dari Allah swt. Sa­ yang­nya, mayoritas masyarakat, bah­ kan keluarganya sendiri, belum bisa me­ma­hami kondisi anak indigo, bahkan le­bih cenderung membuat anak indigo frus­trasi dan tambah depresi karena dianggap anak yang sakit jiwa. Untuk itu, di­perlukan pendataan, penelitian, dan so­si­alisasi anak indigo.Pemerintah sebenarnya lewat Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa sudah mengakomodasinya dengan meng­adakan pelayan­ an pendidikan khu­sus bagi anak indigo karena Anak Indigo juga tergolong Anak Berkebutuhan Khu­sus. Anak indigo ini bisa dipekerjakan di Ke­polisian bagian intel, kejaksaan, kehakiman, Badan Intelijen Negara, TNI, perusahaan perdagangan, Bea Cukai, dan wstaf diplomatik. Banyak peluang kerja yang cocok bagi mereka. Jika diarahkan dengan benar dan masyarakat, terutama keluarganya, bisa menerimanya dengan wajar, minimal mereka bisa hidup sesukses Ma­ma Lauren, bahkan bisa jadi milyarder seperti Ponari, dukun cilik dari Jombang Jawa Timur. Mukharom Ketua I Lembaga Independen Indigo Yogyakarta

P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2009


laporan utama

Mereka yang Mengubah UNY Prestasi yang mereka raih, bisa dikata masih belum apa-apa. Tetapi, yang mereka lakukan itu sudah cukup mengubah UNY.

I

ni hanya versi Pewara Dinamika. Boleh dibilang kurang representa­tif; ataupun dianggap subjektif. Akan tetapi, subjektivitas yang kami ba­ ngun bukan berarti tanpa argumensi. Lagian jika mau jujur, adakah yang objektif dalam ranah humaniora? Pelba­ gai pertemuan (kecil) kami hadirka­n. Da­ri sinilah alasan mengapa tema ini di­ ang­kat, termasuk mengapa orang-oran­g yang hadir merepresentasikan ma­ha­­sis­ wa berprestasi itu kami pilih. Sebenarnya sudah lama kami ingi­n meng­angkat tema ini, hanya saja tida­k mudah. Kami harus menyaring segudang alasan. Selanjutnya meminta pertimbangan dari beberapa kalangan, terlebih kepada Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan UNY, Prof. Dr. Herminar­ to Sofyan dan Pembantu Dekan bidan­g kemahasiswaan di masing-masing fa­kul­ tas. Tetapi satu hal yang tidak berubah, ya­kni alasan bahwa mereka telah meng­ ubah UNY. Mengubah UNY bukan berar­ ti hanya bisa dilakukan para dosen atau karyawan, atau dengan melakukan revo­ lusi besar-besaran, tetapi mereka meng­ ubah kampus eks-IKIP ini lebih pada aspek prestasi yang mereka raih dan itu membawa dampak positif buat institusi tercinta ini. Terutama, di tingkat nasi­ onal dan dunia. Enam orang yang kami pilih merupakan satu dari sekian mahasiswa berpres­ tasi di masing-masing fakultas. Mereka tidak mewakili fakultasnya secara ins­ titusi. Tetapi mereka mewakili prestas­i mereka sendiri yang amat berdampak

O l e h s i smono l a ode besar bagi universitas yang sedang gencar-gencarnya menuju world class uni­ versity. Nah, karena mereka tidak bisa di­le­paskan dari rahim fakultas ataupu­n jurusan, maka secara tidak langsung mereka turut merepresentasikan fakultas tersebut. Sebut saja Vitri Sekar Sari, Si Jago debat asal Fakultas Bahasa da­n Seni ini berhasil menyisir pesert­a deba­t yang telah diikutinya, tidak hanya di se­bagian belahan Nusantara, tetapi juga di acara World Universities Debating Championship (WUDC) 2008 di Thailand. Tak kalah dengan Vitri, Hari Wibo­ w­o, Pendekar Silat dari Fakultas Ilmu Ke­o­lah­ragaan. Anak muda yang menju­ a­rai beberapa kejuaraan silat ini, sukses me­nak­lukkan pesilat dari Vietnam saat fi­nal Kelas C putra 14 th ASEAN Universi­ t­y Games Kuala Lumpur, Malaysia tahun 2008. Lain lagi dengan Zen, maha­sis­wa FMIPA ini mampu menembus ajang bergengsi bagi peneliti lingkung­an tingkat internasional 2008 di Malaysi­a. Acara yang dihelai oleh School of Chemical En­ gineering, Universiti Sains Malaysia turut menjadikannya sebagai presen­tator termuda. Di timur UNY, Fakultas Ilmu Pendi­dik­ an turut melahirkan seorang Randy Mar­ siano. Walaupun seorang tunanet­ra, ia berjuang menunjukkan dirinya sebagai se­o­rang yang tak boleh dipandang remeh. Matanya yang tidak bisa melihat senar-senar gitar ternyata mampu “menaklukkan melodi-melodi di setiap se­ nar hanya dengan sekali mendenga­r

la­­gu itu. Alhasil, sejak 2007 dia telah dinobatkan sebagai The Best Guitar So­ lo. Pres­tasi ini diraihnya selama tiga kali berturut-turut. Setali tiga uang, di Fakultas Ilmu Sosial, Panji Kusuma Prasetyanto hadir. Prestasi yang disandang pria kalem ini cukup unik, sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi, dia tidak berprestasi di bidang yang ia tekuni secara akademis. Justru ia menjuarai ajang kompetisi Keroncong Tingkat Nasional di Jakarta. Di Ujung Utara UNY, so­sok Muslikhin, mahasiswa Fakultas Tek­nik tak bisa dianggap sebelah mata juga. Pria yang sukses berwiraswasta ini, berhasil menjuarai Lomba Inovasi Tek­nologi Lingkungan Nasional di ITS. Sebelum keenam mahasiswa ini, UN­Y juga telah melahirkan para pengu­bah nama UNY. Bergulirnya waktu, membu­ at mereka turut menanggalkan Universitas. Di luar sana mereka juga tak kalah hebatnya. Dengan menyandang status alumnus UNY, mereka tetap berjasa bagi dunia kerja dan masyarakatnya. Memang keenam nama yang kami sa­ji­kan ini belum sekaliber para peraih peng­hargaan bergengsi di pelbagai bidang kejuaraan (kemahasiswaan) nasi­ onal ataupun dunia. Akan tetapi spirit yang mereka lakukan setidaknya me­ nye­rupai hal itu. Bahwa, menjadi mahasiswa UNY bukan untuk diri sendiri te­tapi untuk nama besar Almamater yang kami cintai ini. Dan untuk menge­ tahui spirit mereka silakan baca laporan ini. Tabik ! 


foto-foto: Ahmad Natsir/pewara dinamika


6 yang Mengubah UNY

Tiga Menit Untuk Seterusnya Ia jatuh cinta, ketika sebuah puisi karya E.E Cummings ada di kedua telapak tangan mungilnya.

foto-foto: Ahmad Natsir/pewara dinamika dan dokumen pribadi

Oleh Endan g Arti at i S uhesti

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 0 9


S

aat itu, seorang remaja putri dari luar negeri, Jesica namanya memberikan kepadanya puisi yang berju­dul I carry you in my heart. Di matanya baris-baris tulisan puisi itu terasa asing. Vitri kecil tidak mengerti isi dari puisi itu tapi, di benaknya muncul keingintahuan,”Apa ya artinya puisi ini,”gumannya sembari te­rus memperhatikan huruf-huruf dalam kertas yang ia genggam. Kejadian itu dulu, ketika Vitri kecil duduk di bangku kelas tiga se­ kolah dasar, namun moment itulah melahirkan benih cintanya padabahasa Inggris. “Waktu itu memang ada mahasiswa dari Uni­versitas Sanata Dharma yang datang ke kelas saya dan mengajar, mahasiswa itu mem­bawa teman dari Amerika yang memberikan saya sebuah puisi. Senang sekali ra­ sanya, tetapi juga gak ngerti apa arti puisi­ nya,” kisahnya seraya tertawa. Keingintahuannya untuk mengertikan isi puisi begitu besar, Vitri kecil berusaha un­ tuk mencari artinya. Ia lari ke rumah eyang yang tak begitu jauh dari rumahnya, di bilangan Condong Catur, Yogyakarta. Di dam­ pingi eyang kakungnya, Vitri ke­cil pun me­ numpahkan hasrat mengartikan se­bu­ah puisi pemberian Jesica. Tak berhenti di situ, ia mulai merasa ketagihan untuk mempela­ jari bahasa Inggris. Semenjak itu, hampir se­tiap sore Vitri kecil akan ter­lihat di rumah eyang-nya. Bersama dengan eyang-

nya, ia di­bacakan buku-buku berbaha­sa Ing­gris. “Rasanya waktu itu eyang be­gitu ‘e­nak’ mem­baca bahasa Inggris jadi sa­ya a­syik men­dengarkan eyang” kenangnya. Satu tahun tak terasa, mbah Waluyo men­ dampingi Vitri kecil belajar bahasa Inggris. “Setelah itu eyang saya meninggal, dan ti­ dak ada lagi yang mendampingiku belajar bahasa Inggris. Tapi saya tetap bisa belajar sendiri, sepertinya sudah njalan. Orangtua saya kebetulan kurang bisa berbahasa Ing­ gris, ya kalau eyang memang suka dengan bahasa asing,” terangnya. Tumbal Sekolah Vitri, putri pertama pasangan Paulus Sueza Rusyanto dan Agnes Tri H. berangsur-angsur remaja, cintanya kepada bahasa Inggris semakin mendalam. Ia terus mengasah kemampuan bahasa Inggris dengan sering menerjemahkan lagu-lagu Barat dan menonton film Barat. “Kebetulan juga guru bahasa Inggris saya semasa SMP dan SMA ‘enak’. Ketika nostalgia masa SMP dengan teman-teman kuliah, saya baru mengerti bahwa metode yang diajarkan guru bahasa Inggris saya di SMP menyenangkan. Guru saya (baca: bahasa Inggris), Bu Yayuk waktu itu sering mengadakan talk show. Jadi kita waktu itu pura-pura menjadi nara sum­ber yang akan talk show band atau ar­ ti­s dari luar negeri, misalnya back street boy­s, weslife, atau artis Britney Spears. Ka­­ mi akan pura-pura menjadi mereka, bebe­ ra­pa hari sebelum talk show kami sudah diberi bahan tentang mereka dan waktu talk show dandanan kami diusahakan mirip seperti mereka. Selain itu guru saya itu kadang mengajak kita ke Borobudur, untuk bertemu dengan orang asing dan agar kita terbiasa dengan orang asing dan bisa se­ kaligus mempraktikkan kemampuan kit­a berbahasa Inggris. Setiap harinya kita disuruh membawa kamus, dan kita mendapat­ kan tugas menuliskan banyak vocabulary, misalnya hari ini vocab tentang transportasi,“ tutur Vitri . Di SMA, Vitri, yang mempunyai nama

Pendidikan: SMP N 1 Muntilan, Muntilan, Magelang, Jawa Tengah; SMA N 1 Sleman, Sleman DIY; Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris • Prestasi: Peserta World Universities Debating Championship (WUDC) 2008 Host Assumption University, Thailand; 3rd Best Speaker dan 1st Runner Up National English Debating Championship of Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) XX, UNILA, Lampung 2007; 1st Runner Up EFL Category (EFL Finalists) Asian Universities English Debating Championship (AUDC) di ITB, Bandung (2007).

P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2009


6 yang Mengubah UNY

lengkap Vitri Sekar Sari ini diasuh Pak Basu­ ki dan Bu Mei sebagai guru bahasa Inggris. “Mereka mengenalkan saya ke dunia debat bahasa Inggris,”ungkapnya. Ada satu ki­sah menarik waktu itu lanjut Vitri, keti­ ka upacara 17 Agustus, ada adu keberani­ an untuk menggantikan Kepala Sekolah ber­pidato dengan bahasa Inggris. Dan ia meng­ajukan diri untuk menerima tantang­ an itu. Ketika Vitri beranjak naik ke panggung dan ber-cas cis cus dengan bahasa Inggris, be­berapa diantara guru dan teman-teman sekolahnya terhenyak, mereka berseru “Lho, itu kan anak yang sering berakting ‘gila’”. Memang semasa SMA, Vitri menyelami du­ nia seni. Ia aktif mengekspresikan diriny­a dengan bergabung di teater Setu Legi yang sering melakukan pentas keli­ling. Alhasil banyak guru dan teman-temannya yang ta-

10

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 0 9

hu kemampuan bahasa Inggrisnya. Tiba-tiba suatu saat, ketika Vitri yang mulai ABG (Anak Baru Gede) ini sedang berlatih upacara, pak Basuki segera menghampirinya dan meminta tolong agar dirinya menggantikan kakak kelas yang nervous ke­tika lomba debat bahasa Inggris. “Ayo Vit...kamu menggantikan kaka kelasmu, dia nervous, tolong gantiin dia, tiga menit saja!”pinta pak Basuki dengan napas memburu. Tak butuh kompromi lama, Vitri pun dilarikan ke tempat perlombaan, dan hasilnya tidak mengecewakan karena sejak itu setiap ada event lomba debat bahasa inggris dirinya turun untuk mewakili sekolahnya, SMA N 1 Sleman, “Awal dari tiga menit itulah, kalau ada debat (baca: bahasa Inggris) aku yang menjadi tumbal,” ungkapnya tertawa terkekeh. Benci dan Cinta Seiring waktu debat demi debat dilewa­ ti gadis yang hobi membaca buku ini, dan ia berhasil menjuarai beberapa event debat bahasa Inggris. “Dan tiap kali saya men­­­ da­pat juara, mendapat piala, ini seba­ga­i ba­las dendam saya pada mereka (ba­ca: ma­ ha­siswa berprestasi) yang dulu per­nah me­ ng­­ang­gap remeh saya dan te­man-teman sa­ya. Waktu SMA, teater yang saya iku­ti men­dapat undangan untuk tam­pil di aca­­ ra perkumpulan mahasis­wa berprestasi dari seluruh universitas. Rombongan tea­­ ter saya sudah dandan total dan sudah bersiap di belakang panggung, kami di­ jan­jikan tampil No. 4 tetapi jus­tru kami di­ per­silahkan tampil setelah aca­ra ditu­tup dan sebagian penonton beranjak pulang. Itu membuat kami emosi dan Pengalaman itu masih terekam de­ngan jelas diingatan saya. Saya menganggap mereka memang hebat dengan prestasinya yang luar biasa tetapi mereka juga sangat arogan,” terangnya kemudian. Jam terbangnya mengikuti dunia debat semakin tinggi semasa kuliah, 3 tahun berturut-turut Vitri mengikuti debat ba­­ha­sa Inggris tingkat nasional. Lihat aja segu-


dang prestasinya, antara lain : 1st Cham­pion National English Debating Champion­ship of Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) XVIII di Universitas Andalas, Padang, Sumatra Barat, 1st Runner Up National English Debat­ ing Championship of Pekan Ilmiah Mahasis­ wa Nasional (PIMNAS) XIX di Universitas Mu­ ham­madiyah Malang, Jawa Timur, 1st Run­ner Up EFL Category (EFL Finalists) Asian Uni­ver­ sities English Debating Championship (AUDC) di Institut Teknologi Bandung, 1st Run­ner Up National English Debating Champion­ship of Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) XX dan 3rd Best Speaker di UNILA, Lampung, Best Debater of The Year JDF Award 2008 dan Debater/Participant di World Universities De­ bating Championship (WUDC) 2008 di Thailand dan masih banyak lagi lomba debat yang diikuti. Bagi sosok Vitri yang hampir satu tahun ini bekerja di sebuah LSM merasakan bahwa debat bahasa Inggris itu melelah­kan karena persiapannya yang harus memba­ca setumpuk bahan-bahan dalam bahasa Inggris, berlatih listening, belum di waktu berlaga harus bisa quick thingking.” Debat itu sebenarnya membuat stress karena sebelum lomba persiapannya sudah me­le­lah­ kan,”ungkapnya yang pernah bersumpah untuk tidak ikut debat lagi. Tapi sepertinya debat bahasa Inggris sudah merasuki jiwanya, “walapun debat membuat stress, tetapi dunia debat telah membentuk saya seperti ini, telah membawa saya kemanamana dan juga menghidupi saya,”ujarnya seraya tertawa renyah.

di UNY ini yang ditanggung keluarganya. “Sebelum kuliah Ayah saya sudah berte­rus terang bahwa ayah masih punya tanggungan dua orang adik saya. Keluarga ini, kata ayah tidak mampu membiayai kuliah. Jadi kalau kamu kuliah, kamu harus berusaha sendiri. Dan ucapan Ayah saya selalu te­re­ kam dalam benak saya,” ungkap Vitri deng­ an sungguh-sunguh. Vitri, gadis berbintang Scorpio ini sudah terbiasa sejak kecil untuk membuat keputusan sendiri. Ia mampu bertanggungjawab atas keputusannya meneruskan kuliah UNY, beasiswa PPA yang ia dapat dari kampus dapat menambah biaya perkuliahnya. Gadis yang lahir 15 November 1985 ini tum­­ buh di tengah-tengah keluarga struggle. “Keluarga saya bukan dari golongan me­ nengah ke atas, tetapi keluarga saya adalah keluarga yang berjuang. Ayah saya bekerja tiap hari sampai malam. Ibu saya, ibu rumah tangga, tetapi sejak saya SMP ibuku be­kerja di luar kota, dan saya baru bertemu la­gi setelah saya menjadi mahasiswa semester tingkat 3. Saya sudah terdidik oleh Ayah saya untuk bekerja keras. Yang selalu aku ingat ucapan Ayah saya, “Hidup kamu tanggung jawabmu. Kamu sudah terima KTP, usiamu 17 tahun, sekarang kamu punya tanggung jawab dengan hidupmu, terserah kamu apakan hidupmu,” papar Vi­ tri yang ingin bekerja menjadi seorang di­ plomat. 

Pekerja Keras Ia mengaku, dari hasil juara debatlah ia bisa membiayai hidupnya sendiri. Sejak SMA Vitri sudah mengkondisikan diri untuk mandiri, ia sudah bisa menerima penghasilan sendiri dari kegiatannya les privat ba­hasa Inggris, walaupun terkadang jika hasil kejuaraan lomba tidak mencukupi, Vitri akan ‘menodong ‘Pakdhe-nya. Biaya ku­li­ah­pun ia sendiri yang menanggung, ha­nya katanya, biaya masuk pertama kali P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2009

11


6 yang Mengubah UNY

Karena (Aku) Tertantang! Siapa sangka kegigihannya mendalami cabang olahraga pencak silat, telah membawanya ke Kuala Lumpur. Oleh Endan g Arti at i S uhesti

foto-fot0: dokumen pribadi

S

12

osoknya sederhana, siang itu (30/6) pa­ kaian serba hitam membalut tubuh­nya, kecuali sepatunya yang dipakainya berwana putih. Dengan tersenyum malu-

malu ia mulai berkisah tentang diri­nya. Hari Wibowo, begitulah nama lengkap­nya. Tercatat sebagai mahasiswa jurusan Pendi­dik­an Ke­ pelatihan Olahraga, angkatan 2004, Ha­ri meng­ ukir prestasi sebagai juara I kelas C pu­­tra 14 th ASEAN University Games Kuala Lum­pur, Malaysia tahun 2008. Medali emas ber­ha­sil ia boyong karena menumbangkan lawan tan­­ding­nya.”Saat itu aku tanding de­ngan pe­ma­in Vietnam yang ditakuti. Saya berhasil ti­ga ka­li membantingnya,” kisahnya dengan se­nyum hangat. Kepiawaian Hari Wibowo dalam cabang olah­raga pencak silat ini ka­rena ia telah sela­mi pencak silat sejak kecil. Dulu, di usianya yang menginjak 9 tahun, Hari kecil mulai mengenal olahraga pencak silat dan sejak itulah masa kecil Hari lebih banyak diwarnai dengan berlatih pencak silat. Tak jauh berbeda dengan anak-anak kecil lainnya, ia juga suka menonton TV “Dulu waktu masih kecil kan sulit untuk membagi waktu berma­in dan berlatih. Apa­la­gi kalau latih­an hari minggu pagi karena bareng­ an de­ngan acara film-film kartun, kadang saya malas berlatih karena lebih senang non­ton film kartun. Tapi oleh orangtua, saya di­su­ruh latihan kalau enggak mau ya dipaksa,” ungkapnya. Awal mulanya, Hari kecil hanya ingin ikutikutan saja. Tak jauh dari rumahnya di desa Wanadadi, ada sebuah perguru­an pencak silat “Ta­ pak Suci”. Syarif Amir­u­din, sekreta­ris desa dan juga pelatih perguruan pencak silat itu ma­sih mempunyai hubungan darah dengan orang­tua Hari Wibowo. Orangtua Hari menginginkannya untuk mengikuti pencak silat. “Anak-anak kecil di desa saya waktu itu juga banyak yang ikut tapi di keluarga saya, hanya saya yang ikut pen­ cak silat,” imbuhnya dengan ra­mah. Foto Hari di Kuala Lumpur, saat mengikuti 14 th ASEAN University Games.

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 0 9


Ketika Hari duduk di bangku kelas tiga seko­ lah dasar, ia masih terus berlatih di bawah ketegasan dan kedisiplinan Pak Syarif. Untuk pertama kalinya, Hari ikut PORSENI (Pekan Olahraga dan Seni) di gedung Pemuda Banjarnegara. Bersama dua orang temannya, Rahma dan Nunu mereka menampilkan seni untuk menampilkan gerakan pencak silat. “Kalau waktu SD masih ge­rakannya masih seni, belum tanding. Jadi ‘ma­en’nya beregu dan butuh kekompakan dan (baca:kami) berhasil membawa pulang medali juara II, ”papar Hari yang menjadi juara II lagi ketika ikut PORSENI pada waktu kelas empat SD. Di usia remaja, Hari semakin menjiwai dunia pencak silat. Ia tidak lagi berlatih seni pencak silat, tetapi berlatih fight (tanding). “Mulai SMP latihan pencak silatku sudah tanding tidak la­gi gerak seni. Mainnya dengan pukulan, tendangan atau bantingan. Sasarannya sekitar tubuh, tidak boleh pukul muka,”terangnya. Ia semakin tekun dan bersemangat berlatih. Adalah Lukman Budi Santosa, anak Bapak Syarif Amirudin yang membawa ispirasi dan semangat bagi Hari “Ketika mas Lukman pulang ke rumah suka mengajari adik-adik seperguruannya, terma­ suk saya juga. Dia (baca: Lukman) prestasinya bagus, sudah jadi juara dunia juga. Kalau pulang suka memberi teknik-teknik baru dalam pencak silat,” tuturnya kemudian. Putra pasangan Ponidi Imam Subandi dan Sumiyati ini semakin banyak mengukir prestasi semasa kuliah di perguruan ting­gi. “Salah satu­nya masuk ke jurusan Pen­didikan Kepelatihan Olahraga memang un­tuk mendalami pencak silat, selain itu saya juga ikut UKM Pencak Silat sehingga banyak teknik pencak silat yang dapat saya pelajari,” aku Hari yang merasa bah­wa pencak silat adalah kebutuhannya. Te­lah banyak kejuaraan yang ia ikuti, antara la­in berha­sil menjadi juara II di Kejurnas UPN, grand final di padepokan TMII Jakarta, juara I dan pemain terbaik dalam Kejurnas mahasis­wa di Padang, di Andalas, juara I POM­NAS Kalimantan Selatan, Ban­ jarmasin, dan i­kut kejuara­ an lainnya.

Berbeda ketika sedang bertanding, Hari yang dilahirkan tanggal 1 Desember 1985 ini memang terlihat pemalu, Afriyadi, teman satu asramanya mengungkapkan, “Hari orangnya pemalu, sulit mengutarakan apa yang ada dalam pikirannya. Tetapi orangnya disiplin dan kerja keras. Punya obsesi tanggung jawab berla­ tih untuk menjadi seorang juara. Hari orangnya bisa mengontrol emosi, begitu juga ketika bertanding. Dari segi kecepatannya saya se­ nang sekali. Dia bisa yakin dengan gerakannya. Dia tepat sasaran dan bisa mematahkan se­rangan lawan. Dari keseluruhan cara bermain­ nya saya suka, “ujarnya dengan semangat. Hari akan terus berlatih, baginya di cabang olahraga bisa sebagai ladang prestasi. Seperti yang ia ungkapkan, ”berlatih...berlatih...dan terus berlatih!” 

TTL: Banjarnegara, 1 Desember 1985 • Pendidikan: SMP N 1 Wanadadi, Banjarnegara; SMA N 1 Wanadadi Banjarnegara; Pendidikan Kepelatihan Olahraga, angkatan 2004 FIK • Prestasi: juara II di Kejurnas UPN,grand final di padepokan TMII Jakarta, juara I dan pemain terbaik dalam Kejurnas mahasiswa di Padang, di Andalas, juara I POMNAS Kalimantan Selatan, Banjarmasin.

P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2009

13


6 yang Mengubah UNY

EST Mengantarnya Dikenal Dunia Penelitian Lingkungan Dialah satu-satunya mahasiswa UNY yang berhasil menembus ajang bergengsi bagi peneliti environment tingkat internasional, sekaligus sebagai presentator termuda. Oleh D h i an H aps ar i

M

foto-fot0: dokumen pribadi

atanya berbinar ketika pesawat men­darat dengan selamat di bandara ������������������������������ LCCT-KLIA, Malaysia. Ia tidak me­nyang­ka akhirnya datang juga memenuhi undangan presentasi di hadapan pu­ luh­an peneliti dari seluruh dunia dalam acara International Conference on Environment 2008 (ICENV2008) di G Hotel, Pulau Pinang, Malaysia yang digelar oleh School of Chemical Enginee­ ring, Universiti Sains Malaysia. Konferensi pene­ litian lingkungan ini digelar saban dua tahun se­kali dengan ratusan peserta. Namun hanya be­be­rapa paper saja yang dipilih. Ide itu awalnya hanya proyek iseng yang ia garap karena merasa tertantang dengan perta-

14

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 0 9

nyaan seorang dosennya. Suatu siang, ia duduk mendengarkan kuliah Prof. Dr. Wuryadi, MS, do­ sen mata kuliah Ilmu Lingkungan yang juga ketua Forum Eko-Efisiensi DIY. Menurut dosennya itu, apapun yang manusia ambil dari alam haruslah digunakan dengan seefisien mungkin. Mu­lai dari penggunaan air, udara, dan semua yang ada di alam. Dalam kuliah itu, Wuryadi me­­lem­parkan pertanyaan, ”Bagaimana cara un­ tuk menghemat air karena air di bumi bisa ja­­ di akan berkurang sementara manusia semena­mena dalam menggunakan air?” Adalah Zen Muhammad Alfaruq, mahasiswa Biologi 2005 yang berpikir keras untuk menjawab pertanyaan menggelitik itu. Tidak berapa la­ma ia mengangkat tangannya. Mencuri perhatian. ”Bagaimana kalau bukan airnya yang menjadi objek, tetapi pengguna air itu yang harus mengubah perilakunya? Saat ini bermunculan berbagai spiritual training, salah satunya seperti ESQ training yang digagas oleh Ary Ginanjar Agustian. Terbukti dengan metode ESQ dapat mengubah karakter orang, sehingga dapat mempengaruhi sosial dan lingkungan seki­ tar­nya. Sayangnya tema yang diangkat masih sa­ngat umum. Bagaimana kalau kita buat semacam ESQ training yang mengangkat tema peng­hematan air di bumi, Pak?” Jawaban itu mem­buat pak dosen diam sejenak. ”Solusi yang me­na­rik. ���� ESQ training to save and manage wa­ ter? Oke, saya tunggu proposal Anda…” Jawaban pak dosen itu mengeram dalam pi­ kir­an Zen dan membawanya berdiskusi dengan kawan-kawan. Ia bertemu Muhammad Baihaqi, mahasiswa Pendidikan Matematika 2004 dan Teguh Wiyono, mahasiswa Analisis Kebijakan Pendidikan 2007. ������������������������������ Tantangan ‘proposal’ dari pak


do­sen yang dibawa Zen dipikirkan bersama. Omong punya omong, akhirnya tercetuslah ide untuk menggagas sebuah konsep spiritual training yang mengangkat tema lingkungan. Beberapa hari mereka memikirkan bagaimana konsep training yang akan dibuat, lalu menentukan nama apa yang cocok untuk training itu. ”Nah, bagaimana kalau kita beri nama EST singkatan dari Environmental Spiritual Training…” ungkapnya pada kedua kawan yang kemudian disambut baik. Sejak saat itu mereka bertiga mulai mencari data dan menyusun sebuah karya ilmiah. Sejatinya karya itu akan diikutkannya dalam Lomba Karya Tulis Al Qur’an MTQ UNY, tetapi lebih dari itu Zen pun mengirimkan ke panitia konferensi lingkungan internasional setelah mengantongi izin dari dua kawannya. Setelah sekitar enam bulan kemudian, Zen men­dapat kabar kalau karya kirimannya terpi­ lih untuk dipresentasikan. Ia gembira bukan ke­palang dan mengabarkannya pada Wurya­di. Dosen dan mahasiswa itu tambah semangat. Wuryadi semakin intensif mendampingi Zen dalam proses persiapan sebelum ke Malaysia, begitu pula Zen yang belajar keras presentasi dengan bahasa Inggris–presentasi dan karya ilmiah yang dikirimkan ke panitia harus berbahasa Inggris. Hanya saja, setelah semua siap ada saja kendala yang menghambatnya. Dana memang menjadi persoalan klasik semua orang, tetapi Zen maju terus. Ia mengajukan permohonan dana ke Pembantu Rektor III UNY, Prof. Dr. Herminarto Sofyan. Walaupun ti­dak semua permohonan anggaran disetujui, Zen sudah merasa bersyukur. Uang sebanyak Rp. 1,5 juta itupun dipakainya. Ia tinggal menca­ ri dana tambahan, yang gunakan untuk biaya perjalanan, penginapan dan hidup selama tiga hari di Malaysia. Ya’ kalau dihitung-hitung mi­nimal anggaran yang akan dipakai sebesar 500 U$ atau sekitar Rp 5,5 juta. Itupun hanya cu­kup untuk biaya registrasi. Zen mendapat masukan dari berbagai pihak, Wuryadi menyarankannya mengajukan proposal ke Bapedalda melalui Forum Eko-Efisiensi yang dipimpinnya. Beruntung, ia dapat menca­ ir­kan uang Rp 5 juta dari Bapedalda melalui Forum Eko-Efisiensi. Untuk biaya pembuatan paspor ia dibantu oleh kakak kelasnya sewaktu SMA dulu. Kini ia hanya memikirkan bagaimana bi­a­ya perjalanan dan penginapan selama di Malaysia. Orang tua Zen yang mendengar tentang

kesulitan itu langsung bertindak cepat. Mereka menyediakan Rp 2,3 juta untuk biaya perjalanan pulang pergi. Selebihnya, ia mendapatkan uang saku dari Dekan FMIPA UNY, Dr. Ariswan dan salah seorang kawannya yang menjadi dosen di Jurusan Kimia FMIPA UNY. Lantas, bagaimana Zen menginap selama di Malaysia, sedangkan panitia tidak menanggung fasilitas penginapan selama acara berlang­ sung? Pada suatu saat, Zen ingat salah satu kawannya di dunia maya yang pernah mampir ke blognya di http://zenma.multiply.com. Kawannya itu bernama Haji Dom Karto yang tinggal di Selangor, Malaysia. Zen biasa memanggil kawannya dengan panggilan Pakdhe. Ia mencoba menghubungi Pakdhe, ia sampai­ kan permasalahan yang sedang ia hadapi dan me­nanyakan apakah dirinya bisa membantu Zen selama berada di Malaysia. Alangkah se­ nang­nya Zen saat mendapat tanggapan baik da­ ri Dom Karto. “Awalnya, untuk menghemat biaya saya berencana menginap di masjid dekat aca­ra berlangsung atau kantor KBRI di Pulau Pi­nang. Eh, ternyata Pakdhe malah mengajak saya untuk menginap di rumahnya dan bersedia mengantar saya ke Pulau Pinang. Kata Pak­ dhe, sekalian berlibur dengan istri dan cucu,” ke­nang Zen. Dom Karto telah menganggap Zen se­perti anaknya sendiri sehingga sesampainya di Pulau Pinang, Zen pun ia carikan penginap­ an di Sri Sayang Resort, Batu Ferringhi. Sel­a­ m­a di Pulau Pinang setiap hari Zen diantar jem­put dari penginapan ke G Hotel. Sementara Zen meng­ikuti konferensi, Dom Karto beser­ ta is­tri dan cucunya mengunjungi objek wisa­ ta di Pulau Pinang. Saat presentasi tiba. Zen maju ke depan podi­ um dengan file paling berharga yang mengantarkannya ke konferensi itu. “Saya senang seka­ li, tidak menyangka akan didengarkan oleh pa­ra peneliti senior dari berbagai belahan dunia, bahkan salah satu di antaranya adalah Prof. Adi­sa Azapagic, keynote speaker acara konferensi in­ternasional itu. Saya sangat kagum pada be­liau. Pasalnya, saat berkenalan, beliau tahu bah­wa abstrak paper saya terletak di halaman 99 pada Book of Abstract.” Orang yang disebutkan Zen itu adalah ������������������������ seorang Profesor Sustainable Chemical Engineering, juga Dekan sekaligus Kepala Penelitian The University of Manchester, UK. “Sejak waktu itu, saya jadi tambah bersema­ ngat membuat penelitian dan mencintai lingkungan,” tegasnya.����������������������������������������� 

TTL: Sleman, 7 November 1987 • Pendidikan: SMP N 8 Yogyakarta; SMA N I Yogyakarta; Biologi, 2005 – sekarang FMIPA UNY • Prestasi: Pemakalah dalam International Conference on Environment (ICENV) yang diselenggarakan oleh Universiti Sains Malaysia (USM) di G Hotel, Penang, Malaysia pada tanggal 1517 Desember 2008; Juara Harapan III Lomba Karya Tulis Ilmiah Al Qur’an (LKTIQ) Musabaqah Tilawatil Qur’an Mahasiswa Nasional (MTQ MN) XI di Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Aceh Tahun 2009

P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2009

15


6 yang Mengubah UNY

Satria Bergitar dari FIP Dia tahu kalau dirinya penuh kekurangan. Dan hanya dengan berkarya dia yakin bisa menjadi orang yang tak bisa diremehkan.

foto-fot0: witono/pewara dinamika

Oleh D h i an H aps ar i

16

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 0 9


R

andy Marsiano, seorang mahasiswa PLB FIP UNY 2005, yang diberi kelebih­ an di atas kekurangannya. Ia, yang tu­na­ne­tra, berkali-kali mendapatkan pre­­­di­kat The Best Guitar sejak 2007. Awal­nya, la­­ki-laki kelahiran 13 Maret 1986 ini, aktif di se­­buah UKM Fakultas Music Camp bersama ka­­wan-kawannya. Kecintaan pada musik itu yan­g memotivasi Randy cs membentuk kelom­ pok band. Lahirlah Sandwich yang berkembang mu­lai 2005. Pasca gempa melanda Jogja, Randy bersama band-nya berniat mengikuti pentas menghibur kor­ban gempa. Ia memegang gitar kesayangannya dan bermain total. Tanpa ia sadari permainannya itu dilirik juri. Rupanya pementasan kali itu memang menjadi semacam kompetisi. Penghargaan itu merupakan penghargaan per­tama yang diraihnya. Selanjutnya, ia menda­ pat penghargaan serupa di setiap pementasan-pementasan yang dibawakannya bersama band-nya. Selain sebagai The Best Guitar Band, ia juga pernah meraih The Best Guitar Solo. Hingga sa­at ini, Randy telah menerima penghargaan itu sebanyak tiga kali berturut-turut. “Saya merasa di samping kekurangan yang di­be­rikan Tuhan, ada juga kelebihan yang meng­ imbanginya,” kata laki-laki pembawa tongkat sakti ke manapun pergi. Memang sebelum ini, Ran­dy sempat protes pada Tuhan atas perbe­da­ an yang diberikan-Nya di antara saudara-sauda­ ra lain. “Saya juga sempat berteriak pada Tuhan tentang semua yang aku alami, yang tidak me­ nimpa saudaraku yang lain.”Bagaimana tidak? kedua saudara kandungnya, kakak dan adiknya yang semua laki-laki, memiliki penglihatan normal, sedangkan ia tidak. Perbedaan itu berawal saat menginjak usia ti­ga bulan. Selama kurang lebih satu minggu, ba­dannya panas tinggi hingga menyerang saraf ma­tanya. Sejak itulah ia tidak pernah lagi meli­ hat warna-warni dunia dengan matanya. Sebuah tongkat sakti akhirnya membantunya un­tuk mengenali jalan dan mengantarnya ke ma­napun ia melangkah. Kekurangan ini pun membuatnya rendah di­ ri dan minder. “Kakak dan adikku mempunyai pergaulan yang luas dan bisa pergi kemanapun, menikmati fasilitas apapun, seperti hp, komputer, internet, dll, sedangkan aku tidak bisa. Selain itu wawasan mereka juga luas karena ti­ dak ada batas untuk menyerap apapun,” cerita­ nya dengan penuh duka.

Melihat kekurangan itu Randy berpikir harus terus bangkit mengejar ketertinggalannya. Usaha keras itu terlihat jelas ketika ia lepas Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) di kota kelahirannya Balikpapan. Gurunya yang penuh perhatian padanya menyarankan meneruskan pendidikan ke Solo karena di Balikpapan tidak ada SMP khu­ sus. Mendengar saran gurunya itu, Randy me­ minta orang tuanya untuk meloloskan niatnya itu. Beruntung, ayahnya, Fitras Anthony dan Titi Rini, ibunya, menyetujui. Ia lantas menetap di Solo, tepatnya di SLB bagian A Yayasan Kese­ jahteraan Anak Buta (YKAB). Sekolah berasrama itu memisahkan Randy dengan keluarganya. Sering juga ia merasa rin­ du keluarga yang membuat matanya terus terja­ ga setiap malam datang. “Malam-malam itu sa­ ya mendengar kawan-kawan seasrama bermain gitar dan timbul rasa ingin saya mempelajari gi­ tar. Tetapi tidak bisa-bisa juga bermain gitar.” Baru setelah sekolah di Yogya, SMK Pembangun­ an, ia mempelajari gitar dengan intens. “Kebe­ tulan sekolah itu dekat Sekolah Menengah Mu­sik, jadi saya dibantu teman-teman mempe­ la­jari gitar lebih baik.” Belajar gitar itu juga melewati proses yang pan­jang, meski ia termasuk pembelajar yang cepat mengerti. Pertama ia hanya belajar kunci-kunci dasar selama beberapa bulan di asrama SLBA YKAB Solo. Pada waktu itu lagu yang pa­ling populer hanya lagu-lagu milik Didi Kempot. “Salah satunya ya, lagu Stasiun Balapan.” La­gu itu yang dipelajari dan dinyanyikan te­rus menerus. “Jadi waktu tinggal di Yogya, kalau men­dengar lagu Didi Kempot teringat waktu per­tama kali belajar gitar.” Setelah menguasai kunci-kunci gitar, kini ia tinggal mendengarkan lagu saja, sudah bisa me­ma­inkannya dengan sempurna. “Puji Tuhan, pen­dengaran saya baik, sehingga bisa mempela­ jari lagu hanya dengan mendengarkan.” Akhir-akhir ini kegiatan bermusik Randy ti­ dak sesering dulu karena banyak kawan bandnya yang sibuk mengerjakan skripsi. “Ya, skripsi itu kan kewajiban. Saya juga sedang sibuk skrip­­ si,” katanya tersipu. Di samping skrip­­si obsesinya yang lain tentunya berkaitan de­­ngan musik. “Aku ingin buat album sendiri. Ya, semoga saja tercapai,” suaranya mantap, tam­pak semangatnya tumbuh kembali. Kenda­t­i tidak kerap pentas lagi bersama ban­d-nya, Ran­dy tetap bermusik di gereja dan acara-cara ke­agamaan saat ia mengiringi lagu-lagu rohani. 

TTL: Balikpapan, 13 Maret 1986 • Pendidikan: SLB YKAB Surakarta; SMK Pembangunan Yogyakarta; 2005 – sekarang FLB FIP, UNY • Prestasi: The Best Guitar Senyumlah Prambanan 2007; The Best Guitar Festival Band AMP YKPN 2007; The Best Guitar Jogja Music Bangkit 2 JEC Jogjakarta 2007

P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2009

17


6 yang Mengubah UNY

Menyegarkan Keroncong Kembali dengan Kompetisi Di tengah keterpinggiran keroncong, ia justru "menjemputnya", lantas menjadikannya sebagai sesuatu yang amat berarti. Oleh D h i an H aps ar i

P

enikmat musik keroncong tidak seba­ nyak musik pop ataupun rock. Namun bagi Panji Kusuma Prasetyanto, musik keroncong menjadi sangat berarti. Bukan hanya untuk masa depannya, melainkan per­kembangan musik keroncong itu sendiri. Kegemarannya bernyanyi keroncong berawal dari bangku kelas satu SMA. Tepatnya ketika ia diminta mewakili sekolahnya, SMA N I Tayu, Pa­ti, Jawa Tengah, dalam ajang POPDA (Pekan Olah­raga dan Seni Pelajar Daerah) Jawa Tengah. Pa­da saat itu Panji, panggilan akrab Panji Kusuma Prasetyanto, menyanyikan lagu keroncong. “Wak­tu itu saya baru tahu lagunya, dua hari sebelum lomba, jadi apa boleh buat,” kata Panji. Alas­an itulah yang menyebabkan Panji meraih ju­a­ra III di lomba tingkat daerah itu. Sejak menjuarai POPDA, Panji semakin tertan­ tang mengikuti ajang bergengsi lainnya. Ia berlatih dengan para senior keroncong di Pati, tempat tinggalnya. Salah satu guru yang telaten mem­bimbing Panji berlatih keroncong adalah Pu­tut, Ketua HAMKRI (Himpunan Artis Musik Ke­ron­cong Republik Indonesia). “Setelah berte­ mu Pak Putut saya semakin giat, apalagi dalam pembelajarannya mulai dikenalkan teknik-tek­ nik bernyanyi keroncong.” Setahun belajar dengan Pak Putut, guru keron­ cong pertamanya, Panji kemudian mengikuti kom­petisi Bintang Radio RRI (Radio Republik In­ donesia) di Semarang. Kompetisi ini paling ber­ ke­san dalam karir bernyanyi keroncong Panji. Ba­gai­mana tidak, ia yang masih berumur belasan melawan para penyanyi keroncong yang umur­nya jauh di atas Panji. Kemampuan olah vo­kal keroncong Panji sangat memuaskan, ti­ dak heran ia mendapatkan peringat pertama dalam kompetisi Bintang Radio RRI. 18

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 0 9

“Terus terang saya beban dilema saat menda­ pat­kan peringat itu. Di satu sisi saya bangga ka­ re­na mengalahkan kompetitor, tapi di sisi lain saya harus menyembunyikan identitas sa­ya yang masih berumur belasan tahun.” Kompetisi itu seharusnya diikuti oleh penyanyi keroncong yang berumur lebih dari dua puluh tahun, tetapi karena Panji sangat bersemangat ia tetap mengikutinya dengan berbagai alasan, tambahnya. Menang dalam kompetisi Bintang Radio RRI Semarang membawa Panji mengikuti lomba selanjutnya mewakili Jawa Tengah ke Jakarta. Keberanian Panji ini didukung oleh sebagian besar pe­nyanyi keroncong senior di Pati dan sekitar­ nya. Salah satunya Sarwiyadi, “Baru mengenal keroncong satu tahun saja prestasinya sudah seperti ini. Kamu memiliki bakat menyanyi ke­ roncong,” kata mantan juara nasional keroncong yang ditirukan Panji. “Kata-kata Pak Sarwi­ yadi itu membuat saya dan orang tua saya lebih yakin lagi. Saya tidak akan mundur dan terus mengikuti lomba olah vokal keroncong,” papar Panji. Jakarta adalah arena pertarungan yang sebe­ narnya. Penyanyi keroncong yang ikut berlaga bukan hanya dari satu daerah, melainkan dari berbagai penjuru Indonesia. Namun Panji ti­dak akan mundur selangkah lagi. “Mau bagaimana, ini sudah niat saya. Jiwa kompetisi terlanjur melekat dalam diri saya,” jelasnya. Kejuara­ an itu diikutinya dengan kegelisahan karena ia harus menghadapinya sendiri tanpa disertai orang tua. “Memang dalam setiap perlomba­an apapun itu, mental dan semangat sangat dibutuhkan,” tegasnya. Mendapat undian pertama dalam ajang kom­ pe­tisi keroncong nasional itu membuat Panji


yang paling digemari ada­lah stambul, terutama lagu stambul Baju Biru. “Stambul itu termasuk yang sulit dinyanyikan, karena penyanyi yang harus menarik terlebih dahulu sebelum petikan pertama.” Kendati sulit, Panji selalu memilih stam­bul dalam setiap kom­petisi keroncong yang ia ikuti. “Kalau kita bisa menyanyikannya sempurna, stambul ini akan membuahkan ni­lai ba­ik, tetapi juga se­ba­liknya kalau jelek ya nilainya akan sangat jelek.” Stambul yang di­per­ ta­ruhkannya da­lam hampir semua lomba ini dapat mengan­tar­kannya menduduki pering­at yang tidak me­nge­cewakan. “Soalnya tidak ba­ nyak yang be­rani menyanyikan stambul ini di kom­petisi, resikonya terlalu besar.” Menyanyi keroncong, baginya adalah hi­ dup. Me­la­lui keroncong pula ia masuk jurusan akun­tan­si jalur PBU (Pemilihan Bibit Unggul) yang dia­jukan guru dari SMA-nya. “Saya malah ti­dak tahu kalau guru-guru sa­ ya yang mengisi for­mulir pendaftaran ke perguruan tinggi. Ya saya pun menghar­gai mereka, lalu berangkat ke Jog­ja.” Diakuinya, jurusan yang di­pi­lih ini pun karena guru dan sekolahnya yang memilih­kan. Meski ia tidak terlalu senang ju­rusan itu, tetapi ia te­tap mem­­per­tahankannya dengan sekuat tenaga. Dengan menyanyi keron­ cong, menurutnya, ia dapat me­nutupi kelemahan diri­nya dengan kelebihan yang di­miliki. Nyatanya, dari seti­ap kelemahan seseorang pas­­ti ada kelebihan lain yang da­pat diandalkan. Ia me­nga­ta­kan, kemampuannya bernyanyi ini dimulai ke­ ti­ka ia duduk di bang­ku TK pun sudah belajar menyanyi dan mengikuti berbagai lomba. “Saya sangat berterima kasih karena sa­ya dapat bertemu penya­nyi senior yang tidak pelit ilmu, sehingga saya tetap menggeluti olah suara hing­ga se­ karang dan mem­bawa sa­ya ke tingkatan yang le­bih baik.” 

TTL: Sleman, 7 November 1987 • Pendidikan: SMP N I Tayu, Pati, Jawa Tengah; SMA N I Tayu, Pati, Jawa tengah; 2007 – sekarang Akuntansi FISE UNY • Prestasi: Juara Nasional II Lomba Vokal Keroncong Lagulagu Perjuangan Doktor Ngurah Arya Cup Tahun 2008; Juara I Remaja Putra Lomba Nyanyi Keroncong HAMKRI WONDERIA Tingkat Jateng Tahun 2009; Juara I Lomba Nyanyi Keroncong antar Mahasiswa dalam Selekda Wilayah DIY Tahun 2008; Juara II Tangkai Keroncong dalam Peksiminas Tahun 2008 di Jambi; Juara III Pemilihan Bintang Radio Jenis Lagu Keroncong Tingkat DIY Tahun 2008

ewa

n/p

dhia

ra

a amik

din

lumayan bergetar. Ia menyiapkan diri le­bih awal daripada sebelumnya. “Berkali-kali meng­ambil undian, kok dapat nomor satu, ya berarti sudah nasib,” kenangnya. Tiba gilir­an Panji menyanyi, ada sedikit rasa pesimis yang menyelinap di da­ lam semangatnya. Akan tetapi, Panji tidak mem­ pedulikannya dan terus bernyanyi. Ia kerahkan semua keterampilannya dalam bernyanyi, agar te­tap meraih juara. Sayangnya, apa yang dii­ ngin­kan Panji untuk meraih juara pertama belum dapat terpenuhi. Ada se­ma­­cam daftar khusus yang memasukkan nama­nya. “Seseorang akhirnya mengata­kan pada dewan juri kalau pada saat saya meng­­ikuti kejuaraan di Semarang, umur saya ti­dak sesu­ ai dengan sya­rat lomba.” Pelajaran berharga itu tidak akan dilupakan Panji seumur hi­­ dup bahwa kejujuran memili­k­i le­tak tertinggi dalam setiap kom­ petisi. Pe­la­jaran itu memang berharga, tetapi ia juga te­tap ber­­se­ma­ngat mengikuti lomba-lomba olah vo­kal di mana pun. “Selain ke­ron­cong saya juga ber­nya­nyi pop, campursari, dan tilawah Al-Quran,” ungkap­­ nya. Semua yang ber­ ka­itan de­ngan olah vokal akan dilakoninya selama ia mam­ pu dan mendapat ke­ sem­patan. “Cum­a yang belu­m per­­ na­h saya coba it­u nyanyi dang­du­t,” katanya sambi­l se­ dikit terta­wa. Ceng­ kok dang­dut sa­ngat berbeda dengan ke­ roncong dan ia mera­ sa tertarik dengan lagu dangdut. “Ya, ta­pi kata gu­ ru sa­ya, tidak perlu belajar ceng­­kok dang­­dut karena kalau sudah belajar keroncong nanti kalau dipakai nyanyi cengkok ke­ ron­congnya akan berantakan,” akunya. Dari sekian banyak jenis keroncong yang pa­ling digemari Panji

P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2009

19


6 yang Mengubah UNY

Dari Kura-Kura ke Butik “Saya cenderung suka keseimbangan, seperti dalam ajaran China, yin dan yang” Oleh Endan g Arti at i S uhesti

I

tulah salah satu filsafat Cina yang di­te­ rap­kan Muslikhin dalam kehidupannya. Ma­hasiswa Program Studi Pendidikan Tek­nik Elektronika UNY ini termotivasi bu­ku-buku tentang kesuksesan orang-orang Ci­na. “Saya biasa dan suka baca buku-buku mo­ti­vasi dari dunia timur (belajar dari Cina, Je­pang, Korea, India, dan Singapura)”. Dari bu­ ku-buku itu ia mencoba mencari inisiatif un­ tuk membuka usaha. Kisahnya dimulai da­ri ju­al­an kura-kura. Di awal tahun 2006, ia ber­ sa­ma seorang temannya berjualan kura-kura di Sunday Morning atau lebih akrab dikenal de­ ngan “San Mor”(baca: pasar tiban tiap hari Ming­ gu pagi, antara jam 08.00 – 11.00 di sekitar UGM). Dagangannya hanya bertahan kira-kira sam­pai 1 bulan karena ia tidak mendapatkan tem­pat. “Saya dan teman saya dulu berjualan kura-kura, lalu stand yang lain yang di­pe­gang teman sa­ya, pakaian da­lam wanita. Ta­pi itu hanya bebe­rapa kali saja ka­rena saya dan teman saya diu­sir. Di sa­na (ba­ca: Sun­day Mor­ning) ter­nyata sudah ada kavlingkav­ling­nya, dan saya dianggap me­ nye­robot. Karena tidak punya tem­ pat, akhirnya jual kura-kuranya berhenti. He­wannya juga mati karena lupa tidak saya beri ma­kan,” ujarnya seraya ter­ tawa. Tak berhenti, ia cari akal bersama Dewi, per­em­pu­ an yang mendampingi aktivitasnya. Muslikhin akhirnya banting setir dengan me­ne­rus­kan usaha dagang pa­ ka­i­an dalam wa­­ ni­­­ta. Mere­ka ti­ dak meng­ge­lar dagangannya, 20

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 0 9


likhin aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pe­nelitian. Ketertarikannya meneliti, me­nye­ bab­kan ia aktif untuk ikut kejuaraan-keju­a­ ra­an. Lomba yang diikuti bungsu dari dua ber­saudara ini adalah lomba Perancangan Instrumentasi dan Konrtol di ITB 2006. Ia hanya berhasil masuk dalam finalis 10 besar saja. Kemudian ia ikut lomba Lomba Cipta Alat Reduksi Emisi Honda dan Gas Buang di UGM. “Alham­ dulilah dapat juara 3 tingkat D.I.Y – Jateng,” akunya deng­an senang. Lomba Matematika, Lomba Karya Tu­lis Pemuda juara harapan I, juara II LKTM IPA Tk. UNY, KONTEKNAS UNS ‘08 juga pernah ia ikuti namun gagal.”Gagal saya ulang, gagal sa­ya ulang sampai terakhir kemarin juara I Bidang Pendidikan dan lolos di wilyah B yang meliputi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan seluruh Kalimantan dengan meraih juara II,” terang pria kelahiran 1 Januari yang juga peserta OSPEK Terbaik FT ‘05 ini dengan ramah. Lomba Inovasi Teknologi Lingkungan Nasional di ITS juga pernah ia ikuti bersama Purbotejo dan berhasil juara II. Hasil dari juara meneliti itulah yang Musli­ khin gunakan untuk membuka usaha. “Modal awal saya waktu buka butik sekitar 5 juta, tapi sewa tempat waktu itu masih hutang sama yang punya,” imbuhnya. Ia memang berenca­ na membuka usaha untuk masa depannya. Mus­ likhin mengatur strategi. Tahun-tahun pertama, lanjut Muslikhin fokus ke kuliah dan study ori­ ented, namun ke depan ia menargetkan sukses akademis, sukses prestasi dan sukses karier. “Seperti yin dan yang, semuanya menjadi satu kesatuan,” pungkasnya tegas. 

TTL: Banjarmasin, 1 januari 1985 • Pendidikan: SMP Kristen Makardi Riau, SMK 2 Pati, PKS elektronika FT (2005) • Prestasi: lomba Cipta Alat Reduksi Emisi Honda dan Gas Buang di UGM, juara 3, Lomba Karya Tulis Pemuda juara harapan I, juara II LKTM IPA Tk. UNY, Lomba Inovasi Teknologi Lingkungan Nasional di ITS juara II.

foto-foto: endang artiati s

me­­la­i­n­­kan by request.” Jadi siapa yang butuh pa­kai­an da­lam wanita kirim sms ke Dewi. Lalu kami an­t­ar ke kost yang pesan itu. Promosinya dari mu­­lut ke mu­lut, dari teman-temannya di FBS, BEM ma­u­pun UKM. Banyak anak kost Ka­ rang­ma­lang ta­hu pro­fesi saya,” kisahnya de­ ngan ra­mah. Lambat laun ternyata, pembeli yang pesan tidak hanya pakaian dalam, ada juga yang memesan pakaian. Lalu Muslikhin mengembangkan dagangannya. Ia berencana mempunyai sebuah butik. Pencarian sewa tempat pun dilakukan, Muslikhin putar-putar Yogyakarta untuk mencari tempat yang strategis dengan sewa tempat yang terjangkau. Akhirnya ia dapatkan di sekitar kampus UNY dan UGM, di jalan lembah UGM Karangmalang B20. Bulan Februari 2008, butik “Pelangi Mode” berdiri. Awal mula­ nya Muslikhin menjual tas, namun sepertinya 3 bulan tidak ada perkembangan yang signifikan ia beralih dagang pakaian di butiknya. Dengan modal promosi lewat kertas fotocopian yang disebarkan, butik “Pelangi Mode” mengalami peningkatan customer. Untuk mendongkrak pengunjung, pria lulus D3 teknik elektronika cum laude ini membuka “ceker presto” di depan butiknya, namun hal ini hanya berlangsung se­lama 2 bulan. “Lumayan bagus sebenarnya karena tiap hari habis 2,5 kg, tapi karena teman partner saya sibuk sebagai operator PUSKOM Ceker Presto terhenti,” jelasnya. Berselang satu bulan kemudian, Muslikhin mulai mengembangkan berdagang mie ayam di tempat bekas butiknya. Butik yang ia kelola dipindah, hanya bergeser ke sebelah kanan da­ri lokasi lama, sedangkan tempat lama seka­ rang jadi mie ayam. Hal ini karena ia marger usaha pakaian bersama temannya sehingga sis­ temnya menjadi bagi hasil. “Kenapa saya melirik mie ayam, karena di sekitar tempat ini belum ada yang berjualan mie ayam sekaligus ini merupakan kebutuhan pokok, lalu depan mie ini dekat dengan asrama UGM (Bulaksumur Residence). Selain jalan di depan butik saya ini traffic-nya lumayan ramai, jadi apa salahnya kalau saya coba untuk jualan mie ayam yang saya beri nama “Mie Ayam Kampus”, mengapa saya ambil nama itu? Karena yang punya juga masih kuliah dan lokasinya persis antara dua kampus,” terangnya kemudian.

Suka Meneliti Sejak masuk kuliah D3 Elekronika UNY, MusP e wa r a Di n a m i k a j u ni 2009

21


6 yang Mengubah UNY

Menginspirasi Lewat Karya O l e h H ermi n a rto S ofya n

S

ejak 1901, warisan Alfred Nobel yang diteruskan oleh Yayasan Nobel membagikan medali emas 18 karat dan uang tunai sebesar sekitar US$ 1,5 juta kepada pemenang Nobel. Penghargaan paling bergengsi di dunia ini terinspirasi dari surat wasiat Alfed, “Berikan kepada mereka yang selama se­ta­hun tersebut telah membuat pencapaian yang besar bagi umat manusia.” Sayangnya, ci­ta-cita kemanusiaan itu sirna bersamaan de­­­­­­­ nga­n penyalahgunaan penemuannya oleh ka­ lang­­an militer. Alfred pun menyesal dan geli­ sah. I­a tak menyangka peledak dinamik, yang ia te­mui, telah menghilangkan nyawa manusia ha­nya untuk memenuhi keserakahan dan kemenangan tanpa arti. Di tengah penyesalan yang be­gitu dalam, ia pun meninggalkan sejumlah uang untuk diberikan pada orang yang menggunakan karya mereka untuk kebaikan umat manusia. Lain lagi dengan kisah Louis Braille? Tunanet­ ra asal Perancis ini sukses menciptakan huruf Braille; huruf yang biasa dipakai para tunanetra. Ketika para tunanetra membaca dan menu­lis dengan menggunakan huruf Braille, maka me­­ re­ka secara tidak langsung telah mengukuh­ka­n kecerdasan Louis Braille, sekaligus mengi­ngat­ kan kembali akan memori perjuangan Bra­ille dalam usahanya membuat tulisan itu diakui du­nia. Dengan jerih payahnya di usia belia, 15 ta­hun, Louis telah membuka jendela ilmu pe­

Karya sebagai sesuatu yang abadi akan terus dikenang sedangkan bukan karya (baca: omongan lisan) hanya bisa lenyap bersama angin —Scripta Manent Verba Volant. 22

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 0 9

ngetahuan bagi mereka yang “dalam gulita”. Da­n, un­tuk mengenang jasanya pula, tanggal 4 Januari, hari kelahirannya, diperingati seba­ ga­i “Hari Braille” oleh umat di seluruh jagat du­nia. Jika di bidang sains, dua nama di atas ber­u­ saha merepresentasikan betapa pentingnya se­ buah maha karya, maka di bidang teologi da­n kemanusiaan, sosok Nabi Besar Muhamma­d SAW merupakan tokoh yang melebihi dua tokoh (bahkan seluruh tokoh dunia) yang coba penulis representasikan. Nabi Muhammad dalam usia yang cukup muda, 25 tahun, sukses menjadi sau­dagar. Sementara itu, di usia 40 tahun, usia di­ang­kat menjadi Rasul, sang pewaris ajaran Islam ini memulai menyebarkan agama Tuhan, dan selama 22 tahun 2 bulan dan 22 hari, ia suk­ ses menyatukan seluruh jazirah Arab di bawah panji Islam dengan jumlah pengikut terbesar melebihi nabi-nabi sebelumnya, bahkan ajarannya pun masuk hingga Eropa. Sebuah prestasi yang maha dasyat hingga seorang Michael H. Hart, dalam bukunya bertajuk “The 100 A Ran­ king of the Most Influential Persons in History” menjadikannya sebagai manusia yang paling teratas berpengaruh di dunia. Tiga ispirator di atas, sengaja penulis ambil untuk menunjukkan bahwa karya anak manusia begitu penting. Karya sebagai sesuatu yang abadi akan terus dikenang sedangkan bukan karya (baca: omongan lisan) hanya bisa lenyap bersama angin—Scripta Manent Verba Volant. Selain itu, karya mampu mengubah dunia menjadi lebih manusiawi, kecuali jika karya itu di­ salahgunakan sebagaimana yang terjadi pada kar­ya Alfred Nobel tersebut. Memang tidak mudah untuk berkarya. Ada banyak sumber daya manusia yang harus kit­a raih bahkan korbankan. Akan tetapi, di zaman tek­nologi informasi ini, tokoh-tokoh muda ti­ dak mau ketinggalan dalam mengubah duni­a. Mereka tidak kalah hebatnya dengan dua tokoh di atas (di luar Nabi Muhammad SAW), terma­ suk tokoh-tokoh pengubah dunia lainnya. Sebut saja, Larry Page dan Sergey Brin. Pada 1998, mereka sukses menemukan Google, ketika itu


mereka baru berusia 24 tahun. Mulai di dalam garasi yang menjadi “kantor” pertama mereka, dua orang ini mengilhami ribuan anak muda untuk mencari uang online. Larry dan Sergey ke­mudian menciptakan perusahaan senilai satu mul­ti milyar dollar yang mengguncangkan Internet. Ada juga seorang Mark Zuckerberg, mahasiswa universitas Harvard yang menemukan Facebook sebagai satu platform jaringan sosial, di usia 19 tahun. Facebook kini merupakan situs web jaringan sosial terbesar kedua setela­h MySpace. Facebook terus tumbuh hari demi ha­ ri, dengan jutaan pengguna baru yang terus men­daftar setiap bulan, bahkan detik! Steve Chen dan Chad Hurley tak mau kalah. Me­re­ka menciptakan YouTube di usia yang jug­a masih amat muda. Saat itu, 2005, Chad baru ber­usia 28 tahun dan Steve 27 tahun. YouTube ke­mudian diakuisisi oleh Google dengan nilai $1.65 milyar. Sementara itu, pada tahun 1995, so­sok Jerry Yang dan David Filo juga sukses me­ne­mukan Yahoo, sebagai mesin pencari data, yang sekaligus merupakan saingan terdekat Google. Saat itu, Jerry berusia 26 tahun dan David Filo 28 tahun. Kedua orang ini sekarang mung­kin lagi hangat-hangatnya dibicarakan orang-orang, setelah Microsoft meluncurkan ta­war­an senilai US$44.6 milyar untuk meng­ am­bil alih Yahoo! Di Indonesia, kisah orang-orang sukses bukan terbilang sedikit. Kita bisa menemukan me­ re­ka di buku-buku ataupun majalah, salah satunya para siswa yang berhasil meraih Emas da­lam pelbagai kejuaraan sains bergengsi di dunia, semisal IPho, International Physics Olym­ piads, yang diadakan Kota Merida Yucatan, Mek­ siko, 2009. Di ajang bergengsi yang ke-40 ini, putra terbaik Indonesia, Fernaldo Richtia Winnerdy dari SMAK BPK Penabur, Gading Serpong, Banten, berhasil menyabet emas. Sedangkan, ti­ga perak disabet oleh Winson Tanputraman da­ri SMAK 1 BPK Penabur DKI Jakarta, Dzuhri Ra­dit­yo Utomo dari SMAN 1 Yogyakarta, dan An­dri Pradana dari SMAK 1 BPK Penabur DKI Ja­karta. Itu baru secuil dan masih banyak lagi yang mampu menunjukkan giginya. Lantas bagaimana dengan prestasi Mahasis­ wa UNY? Jika hendak ditulis dengan jumla­h halaman terbatas di majalah tercinta ini, mungkin tidak cukup. Sejak tahun 1999, tahun per­u­bah­ a­n nama IKIP ke UNY, mahasiswa-mahasiswa UNY sudah menunjukkan karyanya. Tidak ha­ nya di lomba-lomba bergengsi yang diada­ka­n

intitusi, tetapi juga berhasil berkarya di ma­sya­­ rakat. Untuk tahun 2009 saja, terdapat 228 mahasiswa berprestasi, tersebar di empat bidang. Pada bidang penalaran berjumlah 30 maha­ siswa; bidang olahraga berjumlah 171 mahasiswa; di bidang seni berjumlah 9 orang; sedang­ kan di bidang kesejahteraan/khusus, terdapat 18 mahasiswa berprestasi. Enam mahasiswa dari ratusan mahasiswa berprestasi, sebagaimana dimuculkan majalah Pewara Dinamika, menurut saya sudah cukup, walaupun dalam tataran yang ideal (juga normatif) bisa dianggap kurang. Tapi itu tidak ter­ lalu bermasalah. Yang penting, adalah inspi­rasi dari mereka bisa menular kepada mahasiswa yang belum berprestasi, bahkan juga yang telah berprestasi. Kepada mereka, saya selaku Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan, periode 2004-2008 dan 2008-2011, hanya bisa mengu­ cap­kan terima kasih, dan saya akan sekuat te­ naga berusaha mendorong dan memfasilitasi usaha keras mereka. Ini semua, tidak lain agar mereka mampu mengubah universitas! Matur Nuwun

repro. kalam/pewara

Prof. Dr. Herminarto Sofyan Pembantu Rektor III UNY

P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2009

23


berita sarasehan

MENJADI MAHASISWA ‘KELAS DUNIA’

foto-fot0: dokumen fise

Himpunan Mahasiswa (Hima) Jurus­an Manajemen FISE UNY mengadakan sa­ ra­­sehan bertema ‘World Class Universi­ ty’ Sabtu, (20/6) dengan menghadirkan pem­­bicara utama DR. David Hodges dari Royal Melbourne Institute of Tech­­no­­lo­ gy University (RMIT) Australia. David merupakan ahli pendidikan yang meng­ ajarkan ilmu manajemen di be­be­ra­pa negara seperti Australia, China, Shanghai dan Singapura. Sarasehan ini dia­dakan di ruang seminar Jurusan Ma­na­jemen, berlangsung dua jam dipandu oleh dosen jurusan Manajemen, Dyna Herlina S, sebagai moderator dan trans­lator. Menurut Ketua HIMA Manajemen A­rif Setiyadi, ia sengaja mengundang Mr. David agar mahasiswa mendapat­ kan wawasan mengenai pendidikan kelas dunia dan menimba ilmu mengenai pen­­didikan di luar negeri. “Sejalan de­ ngan visi UNY yang bertujuan mencapai World Class University, maka kita seba­gai mahasiswa perlu mengembangkan wawasan dan kemampuan menjadi mahasiswa kelas dunia,” ujarnya. Mahasis­wa meng­gunakan kesempatan ini untuk ber­

24

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 0 9

tanya lebih jauh dan komplit me­­nge­nai bagamana World Class University. Di awal pemaparannya, David mene­ gaskan bahwa ada banyak kriteria menjadi universitas kelas dunia, salah satu­ nya yang penting adalah penggunaan multi bahasa di universitas. Oleh karena itu, ia mendorong RMIT untuk mensya­ rat­kan mahasiswanya untuk belajar sa­ lah satu bahasa di Asia mengingat Australia banyak berhubungan dengan ma­­sya­rakat Asia. Jika menilik soal multi ba­ha­­sa sebenarnya universitas di Indonesia selangkah lebih maju, karena di In­ do­ne­sia banyak mahasiswa dan dosen yang fasih bahasa Inggris, sebagai bahasa kedua. Menjawab pertanyaan salah satu ma­­hasiswi tentang bagaimana metode

pem­­be­la­jaran yang banyak diterapkan di du­nia internasional, David, menjawab ada banyak alasan pemilihan meto­ de pem­be­lajaran seperti jumlah siswa di­dik di kelas dan materi kuliah. “Memang saat ini banyak negara Barat yang menerapkan pembelajaran berbasis par­ ti­sipasi siswa, pengajar (dosen) men­ja­di fasilitator pembelajaran. Tapi ada sikap penting yang tidak dimiliki siswa di negara Ba­rat yaitu diam, mendengarkan dan mem­perhatikan. Itu sikap yang ti­ dak dimiliki siswa di Barat,” jelasnya. Berka­itan dengan apakah pendidikan internasional menyediakan kesempatan ma­ha­siswa untuk kuliah praktik?” Pak David menerangkan, ”praktik dan mem­ba­ca sama pentingnya. Tidak terla­ lu ber­gu­­na jika kita terus membaca tapi tak per­nah meng­aplikasikan. Sebaliknya prak­tik juga tidak bermakna jika kita ti­dak mengetahui peta persoalan yang bi­sa didapat dari membaca. Tidak ada yang lebih penting antara membaca dan praktik, sama pentingnya!” kata­ nya penuh penekanan. dyna


berita UJIAN akhir semester

SEMARAK EKSPRESI ANAK NEGERI, UJIAN AKHIR MAHASISWA TARI

dhian/pewara dinamika

Sembilan kakek dengan kaos oblong pu­tih dan kain batik kuning naik ke atas pang­gung. Kepala mereka botak. Ha­nya ada sedikit rambut putih yang tam­pak. Mereka bergaya dengan santa­i, kocak dan sesekali melempar pertanya­ an di antara mereka. “Sopo sing ngen­ tut? (Si­a­pa yang Kentut, red.)?” Kontan semua kakek tidak mengaku, tetapi ada sa­tu kakek yang bertingkah aneh. Lantas kakek-kakek yang lain berseru, “Lha kuwi…(lha itu, red., red.)”. Kakek yang me­rasa dituding kawan-kawannya pun belum sadar benar, kalau dia yang barusan ketut. Setelah lama saling bertukar tuding dan sangkalan, kakek-kakek itu kemudian mengeluarkan egrang bathok untuk dimainkan laiknya anak kecil. Tari berjudul Pikun hasil garapan Otok Fitriyanto dan Herida Damarwulan didukung penari Anung, Oni, Kuatno, Iwan, Yulius, Leo, Punjung dan ke­ dua koreografer yang juga merangkap sebagai penari. Tari itu diilhami dari kisah Mbah Wongso yang gemar berma­ in egrang bathok, meskipun sudah uzur. Tari komedikal ini yang menjadi penu­

tup sesi pertama gelar Semarak Ekspresi Anak Negeri yang dilangsungkan pada 5-6 Juni 2009 di Stage Tejokusumo, Fa­kul­ tas Bahasa dan Seni (FBS), UNY. Selama dua hari itu sebanyak duapuluh tarian dipertontonkan. Beberapa garapan yang dipentaskan antara lain Mebat (merajik bumbu), Kepaksian Skala Brak, Jerat Jaring Jalanan, Gresek, dan Me­lik. Penilaian diserahkan oleh ketiga juri yang juga pembimbing tari, Ni Nyo­man Seriati, M.Hum, Trie Wahyuni, M.Pd., dan Endang Sutiyati, M.Hum. Ni Nyoman Seriati, M.Hum., yang di­ hu­bungi via telepon menjelaskan, “Aca­ ra pagelaran dimaksudkan untuk mem­ be­ri pengalaman untuk calon guru ti­dak hanya menarikan tarian yang su­dah jadi, tetapi mengkoreo tarian dan juga mementaskannya.” Selain itu, calon guru tari harus bisa mengan­ti­sipasi kondisi, sehingga ia tidak gagap apabila ia harus membuat pertunjukan di kemudi­an hari. Sebagaimana tugas akhir, pagelaran ini tidak luput dari penilaian dosen. “Penilaian tersebut terdiri dari keserasian tema, kreativitas, penampilan, pe­nya­jian

dan harmonisasi,” kata Trie Wah­yuni, M.Pd. Lebih luas dijabarkan En­dang Sutiyati, M.Hum., “Tarian yang da­pat disebut baik itu antara konsep, te­ma, gerak, kostum dan iringannya gre­get, sengguh, ora mingkuh, lan nyawiji sesuai dengan konsep Suryo­bronto.” Pagelaran tari ini digelar sebagai tugas akhir kuliah Managemen Pertunjuk­an se­mester IV yang diga­bung dengan ma­ta ku­liah Komposisi dan Koreografi III untuk semester delapan. “Kami yang se­mes­ter empat sebagai panitia karena uji­an mata kuliah managemen pertunjukan, sedangkan mahasiswa semester VIII yang melakukan pertunjukan tari,” ungkap Agattia Septarini, Pemim­pin Produksi. Acara ini, me­nurutnya, dapat memberi pengalaman untuk masyarakat luas menonton tari kontemporer maupun tari-tari yang diambil dari cerita rakyat yang digarap oleh mahasiswa calon guru. “Melalui mata kuliah ini kami juga be­lajar menjadi tim.” Hambatan yang pa­ling berat, menurutnya, saat menya­tukan emosi kawan-kawan. Dhian Hapsari

P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2009

25


berita pelatihan

ANAK BERBAKAT HARUS PUNYA KEMAMPUAN YANG UNGGUL DAN KREATIF

Ahmad Natsir/PEwara Dinamika

Program-program soft skills di UNY telah diakui dari Jakarta untuk menjadi sa­tu model yang bisa di implementasi­ kan di tempat lain. Soft skills sangat penting sejak zaman Yunani kuno sampai za­man Rusia. Orang berbakat tidak cukup ha­­nya punya kemampuan akademik yang tinggi. Amerika bisa tampil ka­re­na di sana muncul kreativitas dan ada kre­ a­ti­vi­tas yang muncul berikutnya. Yang belakangan muncullah komit­men akan tugas. Jadi anak berbakat tidak hanya dilhat kemampuan baik fisik dan non fisik yang unggul tapi juga kemampuan kreativitasnya. Hal tersebut disampaikan Rektor

26

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 0 9

UNY, Dr. Rochmat Wahab, MA, pada Trai­ning of Trainer Soft Skills Leadhership and Entrepreneurship UNY,di Hotel Eden 2, Kaliurang, 12-14/6. Pelatihan dii­kuti oleh 80 orang dosen UNY. Lebih lanjut dikatakan, kreativitas ti­dak bisa lepas dari dua hal yaitu kebaruan dan kemanfaatan. Pintar tidak ja­min­an kalau tidak punya komitmen akan tugas yang baik. Tidak sedikit orang pintar harus drop out dari S2 atau S3. Jadi kepandaian tidak menjamin kesuksesan. Justru yang ulet yang bi­sa selesai studi. Ini yang memberikan du­kung­an komitmen akan tugas, yaitu motivasi.

”Soft skills mungkin bisa di dekatkan dengan personal and social skills. Kita melihat bagaimana soft skills menjadi bagian yang harus kita akomodasi da­lam proses pendidikan kita. Kita tidak bisa melepaskan dari visi UNY yaitu bernurani, mandiri, dan cendikia,” ujarnya. Sementara itu, PR III UNY, Prof. Dr. Her­minarto Sofyan dalam paparannya men­contohkan, dalam permainan sepakbola, pemain harus punya hard skills, didukung soft skills. Hard skills yaitu kemampuan yang harus dipu­nyai pemain bola, antara lain berlari, me­nen­dang bola, menahan bola atau la­wan.Sedang-


berita kan soft skills-nya yaitu ker­ja­sama dalam tim, gigih, mengambil inisiatif, dan berani mengambil kepu­tusan. Dikatakan Herminarto, atribut soft skills harus dikembangkan setiap pergu­ ruan tinggi. Implementasi pembelajar­ an soft skills ada tiga, yaitu model inte­ gratif, yaitu implementasi soft skills me­le­kat pada program kurikuler. Diusa­ ha­kan setiap dosen mengajar luangkan waktu 5-10 menit untuk menyampaikan pesan-pesan petuah, bimbingan atau dorongan kepada mahasiswa, dan ju­ga di dalam kegiatan praktikum, lapangan, dll. Model komplementatif, yai-

tu implementasi soft skills ditambahkan ke dalam program pendidikan kurikuler dan struktur kurikulum yang ada, dapat dilakukan dengan menambah mata pe­la­jaran. Model diskrit (terpisah), yaitu im­ple­men­tasi soft skills disendirikan, dipisah dan dlepas dari program-program ku­rikuler atau mata pelajaran. Kami memadukan antara program kurikuler dan program ekstra kurikuler. Teori ini kemudian dipakai sebagai landasan dalam mengimplementasikan program soft skills. Strategi pengem­ bangan, supaya soft skills tidak hanya sekedar slogan tapi benar-benar dapat

terimplementasikan di jurusan/prodi oleh dosen. Bukan hanya dosen yang pe­duli pada kegiatan kemahasiswaan, tapi seluruh dosen untuk mengembangkan potensi peserta didik. Gambaran ke depan, profil mahasiswa UNY yang program kependidikan di­ gambarkan sebagai seorang calon gu­ru yang cerdas, punya kepribadian ba­gus, sopan, sosial, agamis, dan peduli sesama. ������������������� Kita ingin membuat Brand Image lulusan UNY adalah lulusan yang ber­ ku­a­litas, unggul, cerdas, mempunyai ke­ pri­badian, dll. Ahmad Natsir EP

Kejuaraan

FIK UNY JUARA UMUM TRI EKS STO DI UNNES SEMARANG FIK UNY meraih juara umum pada kegi­ at­an Tri Eks Sekolah Tinggi Olahraga (STO) di Universitas Negeri Semarang (UNNES) Semarang yang dilaksanakan ming­gu pertama bulan Juni 2009. FIK UNY mengantongi 2 medali emas pada cabang bolavoli pantai mahasiswa pu­ tra dan tenis dosen putra, 3 medali pe­ rak pada cabang bola basket mahasiswa putri, bola voli dharma wanita dan bu­lu­tangkis karyawan. Posisi kedua diraih oleh tuan rumah UNNES dengan mengantongi 2 emas pa­ da cabang bola basket mahasiswa pu­tri­, bulutangkis karyawan, 1 perak pad­a cabang bola voli pantai mahasiswa putra, dan 2 perunggu pada cabang tenis dosen putra dan bola voli dharma wanita. Sementara juara ketiga dira­ih oleh Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang harus puas membawa pulang 1 meda­li emas pada cabang bola voli dhar­ ma wa­nita, 1 medali perak untuk tonis dosen putra, dan 2 buah perunggu pada ca­bang bola voli pantai mahasiwa putra dan bola basket mahasiswa putri. Kegiatan ini merupakan kegiatan tahunan dengan tuan rumah bergantian

doc. humas fik

yang diawali oleh FIK UNY pada tahun 2005. Pada tahun 2009 ini, FIK UNY me­ ngi­rimkan 83 orang, dengan rincian sebagai berikut: tim pertandingan olahraga bola voli pantai mahasiswa putra, bola basket mahasiswa putri, tenis pimpinan dan dosen putra, bola voli dharma wanita dan bulutangkis karyawan, ser­ta tim studi banding pimpinan fakul­ tas, jurusan, program studi, kabag dan kasubag dan ormawa. “Pertandingan hanya sebagai sarana,

namun yang utama adalah silatura­him dan sharing akademik,” sambut De­­kan FIK UNY, Sumaryanto, M.Kes. Se­na­da, Dekan FIK UNNES dan Ketua Ju­rus­an POK UNS, bahwa yang utama dalam kegiatan ini adalah kebersamaan. Acara diawali dengan sambutan selamat datang dilanjutkan pertandingan pada lima cabang olahraga. Sementara itu, tenaga administrasi dan unsur pimpinan saling sharing dalam dua ruang terpisah. ratnae

P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2009

27


berita

ahmad natsir/pewara dinamika

Kursus bahasa inggris

ISI LIBUR SEKOLAH DENGAN ENGLISH FOR HOLIDAY Sebagai alternatif kegiatan menarik dan bermanfaat bagi siswa TK, SD, SMP, dan SMA di wilayah Yogyakarta selama liburan sekolah mendatang, Jurus­ an Pendidikan Bahasa Inggris, FBS, UNY menyelenggarakan kegiatan rutin ta­hun­an English for Holidays (EFH) yang pada tahun ini memasuki tahun yang ke-12. Kegiatan EFH ini dilaksanakan oleh dosen dan mahasiswa Jurusan Pen­didikan Bahasa Inggris. Diharapkan ke­giatan ini dapat mengimbangi antuas­ isme dan ketertarikan anak-anak dan remaja di sekitar kita terhadap Bahasa Inggris dan dapat menjadi kegiatan yang mampu mengasah talenta merek­a dalam berbahasa asing. 28

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 0 9

Menurut Ketua Penyelenggara, Nunik Sugesti, M.Hum., kegiatan ini akan berlangsung 10 hari, 29 Juni-11 Juli 2009. Setiap harinya acara dilaksanakan dari jam 08.00 WIB sampai dengan

jam 12.00 WIB. Berbeda dengan tahunta­hun sebelumnya, acara EFH tahun ini diperuntukkan tidak hanya untuk sis­ wa TK, SD, dan SMP saja namun dibuka juga kelas-kelas untuk siswa setingkat SMA. Secara umum, kegiatan EFH me­li­ puti indoor activities (speaking, liste­ning, reading, writing, singing, having music les­ sons, MCing, role playing, dsb), outdoor ac­ tivities (campus grand tour, barbecue, out­ bound, field trip, games, dsb), dan class performances. Seluruh rangkaian kegiatan EFH dilaksanakan di lingkungan kampus UNY, kecuali kegiatan field trip yang dilaksanakan di luar kampus. “Tema yang diangkat tahun ini ada­ lah Colors in Harmony. Diharapkan di


berita samping belajar Bahasa Inggris dengan nuansa liburan yang penuh kegembiraan, anak-anak bisa memperoleh manfaat tambahan yaitu wawasan tentang multikulturalisme dan diharapkan setelah mengikuti kegiatan ini akan terbangun sikap mental yang baik dalam diri mereka dalam berinteraksi dengan seki-

tar mereka dengan berbagai latar bela­ kang budaya,” ujarnya. Dalam kegiatan EFH ini setiap peserta akan didampingi oleh instruktur dan fa­silitator yang profesional dan bersaha­ bat, belajar dalam ruang kelas dengan fa­ silitas pendukung yang nyaman, berak­ ti­vitas di dalam dan luar kelas dengan

menyenangkan, dan mengakses fasilitas-fasilitas yang tersedia di kampus UNY, dan di akhir kegiatan tampil dalam closing performances. Selain itu, setiap pe­serta juga akan mendapatkan fasilitas lain, seperti T-shirt, learning kits, dia­ ry dan sertifikat. Witono Nugroho

UJIAN AKHIR SEMESTER

Mahasiswa Jurdik Bahasa Jerman UAS di Borobudur

dokumen pribadi

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman FBS UNY baik kelas reguler maupun nonreguler semester VI mengadakan ujian akhir semester gasal untuk mata kuliah Freier Vortrag I di Borobudur, Jum­ at (24/6). Rombongan ini dipimpin Sulis Triyono, yang kebetulan sebagai dosen pengampu mata kuliah pemanduan. Rom­ bongan berangkat dari depan Gedung Puskom UNY pukul 07.00 dan tiba di can­di Borobudur pukul 08.00 WIB. Penyelengga­ raan UAS di candi Borobudur ini didanai oleh PNBP UNY dan ini merupakan ujian yang ke-20 yang diselenggarakan di luar kampus. Ujian di luar kampus ini dimaksudkan agar mahasiswa benar-benar dapat terintegrasi pada objek wisata yang di­pelajari dan dapat mempraktikkan se-

cara langsung materi pemanduan dalam bahasa Jerman sesuai dengan tema di objek wisata yang dikunjunginya. Mata kuliah ini merupakan mata ku­li­ ah yang bersifat KKL (Kuliah Kerja La­pang­ an) yang terkait dengan objek wi­sa­ta, sehingga penyelenggaraan ujiannya selalu dilaksanakan di luar kampus. Masih menu­ rutnya, tujuan mata kuliah ini memberikan wawasan, pengetahuan, dan kete­ ram­pilan kepada mahasiswa tentang pe­manduan wisata dalam bahasa Jerman untuk turis asing berbahasa Jerman. ’’Pada saat ujian, mahasiswa diharapkan dapat menerapkan pengetahuan dan ke­terampilan pemanduan wisata dalam ba­hasa Jerman baik di dalam bus pada per­ jalanan menuju ke candi Borobudur mau-

pun selama berada di candi,’’ tambahnya. Mata kuliah Freier Vortrag I ini sesungguhnya berisi materi objek wisata di DIY dan sekitarnya. Oleh karena itu, lanjutnya, penguasaan dan keterampilan mahasiswa untuk pemanduan wisata dalam bahasa Jerman ini meliputi materi objek wisata yang berada di DIY dan sekitarnya, misalnya: Media pembelajarannya menggunakan Web Base Learning, sehingga diharapkan semua hasil karya mahasiswa berupa Referat (makalah) dalam bahasa Jer­man tentang objek wisata tersebut dapat dibaca oleh siapa saja melalui situs web mata kuliah Freier Vortrag I dengan ala­mat http://www.dinamika.uny.ac.id/ aka­­de­mik. Sls

P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2009

29


berita pramuka

SEMANGAT PRAMUKA WARNAI DIES NATALIS UNY

dokumen ukm pramuka

Usia 45 tahun tidak dapat dikatakan mu­ da lagi bagi sebuah Universitas. Demikian pula dengan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang pada tanggal 21 Mei merayakan Dies Natalis. Salah satu rangkaian acara memeriahkan Dies Natalis tersebut adalah Pesta Siaga. Dalam beberapa tahun terakhir Pesta Siaga yang diadakan oleh Racan W.R Supratman dan Racana Fatmawati UNY hampir selalu ada. Acara tersebut menjadi agenda rutin Dies Natalis karena Pes30

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 0 9

ta Siaga dapat menumbuhkan kedisiplinan, kebersamaan dll, yang dapat dimulai dari usia dini. Di dalam Taman Pancasila UNY terasa suasana kemeriahan Pesta Siaga yang diikuti kurang le­ bih 500 peserta dari 17 Sekolah Dasar dan MI di Yogyakarta. Masing-masing Se­kolah mengirimkan team yang ber­ anggotakan 10-30 siswa. Konsep acaralah yang menjadi salah satu kunci menarik minat para peserta. Sangga kerja membuat konsep

acara “LESTARI ALAMKU LESTARI BUMIKU” yang simple, menyenangkan bagi anak-anak, namun tetap memiliki nilai edukatif. Dengan menyediakan pos-pos yang dinamai dengan namanama benua : 1. Benua Amerika: merupakan pos teknik kepramukaan 2. Benua Asia: merupakan pos Aga­ ma 3. Benua Australia: merupakan pos Panca Indera.


berita

4. Benua Eropa: merupakan pos Pe­ ngetahuan Umum 5. Benua Afrika: merupakan pos Ha­ lang Rintang. Dan dari hasil perekapan nilai dari ti­ ap-tiap pos didapatlah: JUARA UMUM piala bergilir Rektor UNY diperoleh SD Budi Mulya Sedayu KRITERIA PUTRA 1. Juara I Putra diperoleh SD Budi Mul­ya Sedayu 2. Juara II Putra diperoleh SD Sampa­ ngan 3. Juara III Putra diperoleh SD Masjid Syuhada KRITERIA PUTRI 1. Juara I Putri diperoleh SD Masjid Syu­hada 2. Juara II Putri diperoleh SD IT Salman Al Farizi 3. Juara III Putri diperoleh SD Perco­ baan II JUARA BARUNG TER 1. Juara tergiat putra diperoleh SD Kalongan 2. Juara tergiat putri diperoleh SD Tahunan 3. Juara terkompak putra diperoleh SD Badran 4. Juara terkompak putrid diperoleh SD Serayu 5. Juara bersih bumi diperoleh SD

Masjid Syuhada 6. Juara pentas budaya diperoleh SD Badran 7. Juara lukis terbaik diperoleh SD Serayu oleh Nayanggita Nur Hafidzah

terlihat semangat dan kemauan bela­ jar dalam diri mereka, tapi apakah itu juga tersemat dalam diri ki­ta? dan terima kasih atas pertisipasi­nya, sampai jumpa di Pesta Siaga ke tahun 2010. UKM PRAMUKA UNY

kerjasama

UNY dan Kabupaten Bantul Menjalin Kerjasama Pendidikan Untuk meningkat ikatan kerjasama dan silaturahmi, baru-baru ini UNY me­ng­ adakan perjanjian kerjasama dengan Pe­­merintah Kabupaten Bantul. Surat per­janjian kerjasama ini ditandatanga­ ni oleh kedua belah pihak, meliputi ker­­ ja­sa­ma bidang pendidikan, peneliti­an, pengabdian pada masyarakat, dan pe­ ngembangan serta pemberdayaan sumberdaya daerah di Kabupaten Bantul. Menurut Bupati Bantul, Drs. HM. I­dham Samawi, UNY dinilai sebagai uni­ versitas yang dapat mencetak inte­lek­ tual dan guru dengan daya saing yang ba­ik. Dengan demikian, ia yakin UNY akan dapat mengembangkan poten­ s­i dan sumberdaya di Kabupaten Bantul. Me­nanggapi hal tersebut, Rektor UNY, Dr. Rochmad Wahab, MA., mera­ s­a ber­syukur atas kepercayaan itu, yang jelas, menurutnya kerjasama ini di­­lak­­sa­nakan sesuai dengan Tri Dharma per­gu­ruan tinggi yang senantiasa ber­u­pa­ya membantu mengembang­kan sumberdaya daerah yang ada di bidang pendidikan, penelitian, pengabdian ma­ sya­­ra­kat, dan pengembangan serta pem­

ber­da­yaan sumberdaya daerah. Secara tertulis kerjasama ini bertu­ ju­an untuk meningkatkan kemampu­ an segenap potensi dan sumberdaya yang ada secara optimal dan lestari gu­ na menunjang proses pembangunan yang berkelanjutan dan berwawas­a­n lingkungan serta bermanfaat bagi ma­ sya­ra­kat Kabupaten Bantul. Tahap awal ker­jasama ini akan berlangsung se­la­ma li­ma tahun. Setelah itu dapat di­per­pan­ jang dan/atau diperbaharui se­te­lah dia­ dakan evaluasi bersama seti­ap tahun. Teknis pelaksanaan kerjasama dilaksanakan oleh unit yang ditunjuk ma­ sing-masing pihak. Kabupaten Bantul menunjuk Kepala Dinas yang membida­ ngi materi perjanjian kerjasama untuk me­laksanakan teknis kerjasama. Begitu pula UNY diserahkan ke pimpinan lembaga atau unit kerja yang membidangi materi perjanjian kerjasama atau tim yang bertugas melaksanakan program kerjasama tertentu yang akan melaksanakan kerja-kerja teknis berkaitan dengan kerjasama. Ahmad Natsir Ep

P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2009

31


berita hubungan masyarakat

PERLUNYA PENGUATAN PERAN HUMAS Biro Humas dan Jaringan BEM FMIPA UNY mengadakan training kehumasan untuk Organisasi mahasiswa (Ormawa) di lingkungan FMIPA UNY di Gedung D FMIPA pada Sabtu 20 Juni 2009. Kegiat­ an yang diikuti oleh lebih dari 50 peserta ini dibuka oleh Pembantu Dekan III FMIPA, Drs Sutiman. Training kehumas­ an dilaksanakan untuk mengembangkan serta menggali potensi pengurus Or­mawa FMIPA UNY. Dan sebagai suplemen un­tuk menyukseskan kegiatan yang diadakan oleh Ormawa dan mahasiswa da­lam berkomunikasi. Hadir sebagai pe­ma­teri training Dedy Herdi-

to, huma­s FMIPA, Susanto Edi, EO Syaka dan Agung Baskoro, peserta the next leader Indonesia Metro TV. Kegiatan yang bertemakan “Jurus Ampuh Memperluas Jaringan” dihadiri oleh perwakil­ an dari Ormawa FMIPA dan panitia SLKOSPEK. Kegiatan yang dibagi menjadi tig­a se­si ini diisi tentang kehumasan yang me­ma­parkan tentang peran humas da­n kiat-kiat dalam menjalankan pera­n humas. Sesi kedua bermaterikan tentang kesponshorshipan dimana peserta mem­ per­oleh materi bagaimana mencari spon­sor, pengemasan bahasa proposa­l

yang menarik, serta cara mengajukan pro­posal ke instansi, dan sesi ketiga be­ rupa workshop yang dimaksudkan agar peserta bisa mengaplikasikan ilmu kehumasan dan kesponsorshipan secara langsung dan agar lebih mengena kepada para peserta. Disisi lain kegiatan ini diharapkan juga dapat memperkokoh citra FMIPA UNY melalui humas orma­ wa di lingkup eksternal yaitu dengan terciptanya hubungan, kerjasama, atau kepercayaan dengan instansi pemerintahan maupun swasta. Dedi Herdito

dokumen humas fmipa

kkn

Banyak Program Sukses Dilaksanakan pada KKN di Kota Kuliah Kerja Nyata (KKN) di lingkungan per­kampungan Kota Yogyakarta, hasilnya sukses untuk berbagai program. 32

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 0 9

Se­la­ma ini sasaran lokasi KKN UNY le­ bih banyak dilaksanakan di daerah pe­ de­saan di kabupaten, khususnya di wi­

la­yah DIY. Akan tetapi, KKN UNY yang dilaksanakan kali ini di lokasi Kampung Dukuh Kelurahan Gedongkiwo kecama-


berita tan Mantrijeron Kota Yogyakarta oleh Agus Suraji (Ketua Kelompok), Sulistya Y, Suharti, Parjono, Asih R, dan Suyadi banyak yang dapat diperbuat yang bermanfaat bagi masyarakat. Agus Suraji dkk. melaksanakan KKN Semester Ge­ nap 2008/2009, dari 20 Februari hingg­a 20 Juni 2009. Di bidang olahraga mereka melaksanakan program Jalan Sehat masyara­ ka­t bersama mahasiswa KKN. Di­ lak­­­­sa­nakan Minggu, 24 Mei 2009, me­­m­­­pe­­ringati Hari Kebangkitan Nasi­o­ na­­l dengan tujuan mempererat persau­ da­­­ra­­­an sesama warga RW 17 Dukuh. Ha­ sil­­nya, par­tisipasi warga sangat positif

sejak dari awal pembentukan paniti­a, ra­pat persiapan, kerjabakti mempersi­ap­ ka­n tempat, hingga pelaksanaan jalan se­­hat, pembagian dorprize, pentas seni, da­n pembongkaran tenda dan peralat­ a­n lainya berjalan baik. Perbaikan lapangan Bututangkis. Mahasiswa KKN bersama warga melaksa­ nakan pemerataan lapangan, pengecatan line, dan perbaikan dan pema­sangan lampu. Mahasiswa KKN juga me­lak­ sanakan program pelatihan Senam SKJ 2008 kepada warga Dukuh. Mahasiswa bertindak sebagai pemrakarsa dan instruktur senam setiap hari Sabtu selama 8 kali pelatihan dengan durasi 2 jam

per latihan. Memperingati Hari kartini dan Hari Pendidikan Nasional mahasiswa KKN UNY berperan sebagai pelaksana, moti­ vator, dinamisator, Juri dan panitia berbagai perlombaan. Tanggal 2 April 2009 lomba mewarnai dan lomba mengarang cerpen. Tanggal 2 Mei 2009 lomb­a permainan tradisional, yaitu lomba egrang, lomba bakiak, dan lomba kelereng. Program lainnya, silatrahmi warga (menghadiri pertemuan-pertemuan warga), penyuluhan kebersihan lingkungan, ke­ sehatan, dan penghijauan dengan tanaman pot. Prayogo

keolahragaan

UJICOBA KEOLAHRAGAAN SERTIFIKASI AKREDITASI DAN STANDARISASI Minimnya apresiasi keolahragaan kepada para pelatih atletik tingkat dasar dan instruktur kebugaran, menggugah Kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga melakukan kegiatan Ujicoba Keolahragaan Sertifikasi Akreditasi dan Stan­­darisasi (26/4) bertempat di Kampu­s Kuningan Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) UNY. Kegiatan ini merupakan kerjasama FIK UNY dengan Asisten Deputi Standarisasi Akreditasi dan Sertifika­si Kemenegpora. Sebanyak 20 asesor yang berasal dari Kemenegpora dan FIK mem­ berikan materi pertanyaan kepada para asesi (20 orang) berasal dari instruktur kebugaran dan instruktur atletik. Pada ta­hap pertama peserta (asesi) diminta men­jawab materi pertanyaan tertulis, se­lanjutnya dilakukan cross cek secara langsung antara asesor (penyuji) dan ase­­ si (peserta). Kegiatan ini juga melibatkan 20 mahasiswa FIK sebagai mo­del untuk melakukan praktik keolahragaan. Menindaklanjuti kegiatan ini, malam

harinya dilangsungkan Pembukaan Sosialisasi Standarisasi Akreditasi dan Profesi yang dibuka oleh Deputi Menteri Bidang Pemberdayaan Olahraga, Dr. RPM Yunusul Hairi, MS aifo. Dihadiri Dekan FIK Perguruan Tinggi di wilayah Indonesia Timur, Kadispora Propinsi di wi­la­ yah Indonesia timur, Ketua Koni Se-DIY, dan beberapa dosen FIK. Dalam jamuan malam tersebut, peserta disuguhi pentas sendratari Ramayana. Sebelumnya, melalui Asisten Deputi Standariasi, Akreditasi, dan Sertifikasi (SAS), dr. Fatimah,S.PKO telah menjajaki ke­giatan tersebut dengan mengumpulkan sejumlah pelatih atletik dasar dan in­struktur. “Pemenuhan standar ini harus kita menangkan karena kita telah mu­lai melangkah pada Undang-undang SKNI Nomor 3 Tahun 2005, bahwa seluruh tenaga keolahragaan wajib memiliki standar kompetensi dasar tenaga ke­o­lahragaan. Maka dengan adanya ke­ bi­jak­an tersebut kita harus dapat me­

nge­jar ketertinggalan kita dan jangan sampai untuk menjadi profesional kita menurunkan standar yang telah ada. Da­lam berkompetisi, segala macam elemen yang dikerjakan ada semua.Selama ini kita terbiasa bekerja bukan berdasar kompetisi tapi berdasar tugas”, ya­kin Fatimah. Senada, dr. Dewi dari keypoint dari ke­­gi­atan ini, yaitu: 1)Pengetahuan = ke­a­paan, 2)-Keterampilan = ke-bagai­ ma­n­a-an, 3)Sikap = harus bagaiman­a. “Untu­k mengangkat nasib tenaga olahraga, Bapak dan Ibu harus mampu me­ nun­jukka­n kompetensinya. Kalau seorang sudah kompeten, maka dia akan da­pat menghargai dirinya berapa. Awal ni­at baik kita, semoga kelak menghasilkan profesi tenaga keolahragaan yang profesional dan kompeten. Kalau tidak menjalani ha­l ini, maka bapak/ Ibu ti­dak akan tah­u kekurangan dari apa yang telah dimiliki sekarang. ratnae

P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2009

33


berita kunjungan

UNY SILATURAHMI KE KUPANG

ahmad natsir ep/pewara

Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Provinsi DIY menyelenggarakan promosi pendidikan tinggi di Kupang pada 912/6/2009. Kegiatan meliputi Semiloka Po­ten­si Pendidikan Tinggi Yogyakarta yang dilaksanakan di SMKN 4, SMA Ad­ ven Nusra, dan SMK 2 SOE Kupang dan Pameran Pendidikan yang digelar di Flo­ bamora Mall Kupang dengan tajuk “Ayo Kuliah di Jogja”. Dalam rangka itu Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ikut berpartisipasi, ba­ ik dalam Semiloka maupun Pameran Pen­di­dik­an. UNY yang kali ini mengirim Drs. Sumaryadi, M.Pd. dan Ahmad Nat­ 34

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 0 9

sir, S.H. dari Humas UNY berupaya mem­ per­kenalkan lebih dekat profil kampus Karangmalang yang dikemas dalam wujud majalah Pewara Dinamika, ber­ ba­­gai leaflet/booklet fakultas dan pas­ ca­sarjana, poster, suvenir, banner, dan CD profil. Sumaryadi menegaskan, meski UNY sudah relatif mapan, namun te­tap meng­ ikuti kegiatan ini tentu da­lam semangat “tak kenal maka tak sa­yang”. Di samping itu, bersama-sama te­man-teman dari berbagai PTN-PTS di Yogyakarta UNY ingin ikut membangun kembali citra positif Yogyakarta sebagai kota pelajar,

kota budaya, dan kota tu­juan wisata yang pada beberapa saat ini dicobagoyang oleh orang-orang atau pihak-pihak yang kurang bertanggung jawab. Natsir menambahkan, keikutsertaan UNY dalam kegiatan ini juga untuk me­ yakinkan putra-putri Indonesia wilayah timur, khususnya Nusa Tenggara Timur, bahwa studi di Yogyakarta merupakan satu pilihan yang teramat tepat. Di samping UNY, hadir di Kupang ada­ lah utusan dari UGM, UPN, Instiper, Un­ riyo, STIE YKPN, STIMIK A. Yani, dan la­ in-lain. Ema


berita PENERIMAAN SK CPNS

JANGAN HANYA MENGHITUNG PENDAPATAN

ahmad natsir ep/pewara

Sebanyak 19 tenaga honorer di UNY menerima SK CPNS, Jumat (12/6), di ru­ ang sidang UNY. SK CPNS diserahkan oleh Pembantu Rektor II UNY, Sutrisna Wi­bawa, M.Pd. Hadir pada kesempatan tersebut Kepala Biro Administrasi Umum dan Keuangan, Sujariyah, M.Pd., dan para Kepala Bagian di UNY. Sutrisna Wibawa mengatakan, setelah menerima SK CPNS, semangat kerja pegawai harus lebih kuat, jangan sam­ pai menurun. Jangan menghi­tung pendapatan tapi apa saja yang te­lah kita berikan pada negara (UNY, red.). Setiap pegawai harus lebih mengu­ta­ makan kewajiban dari pada hak. Kalau kita bekerja dengan giat, hak itu a­kan da­tang dengan sendirinya. Kalau ki­ta ra­ jin, maka di manapun kita bekerja akan diterima dengan baik. ”Pegawai CPNS harus bisa mengenda­ li­kan diri, dengan hidup hemat. Jangan mudah tergoda untuk meminjam uang walaupun itu adalah hak para pegawai. Kalau memang belum kuat untuk membeli kendaraan mobil jangan dipaksa­ kan untuk berhutang. Kalau dipaksakan nanti gaji tinggal sedikit karena habis untuk mengangsur, dikawatirkan motivasi kerja akan melemah, sehingga dituntut untuk mencari tambahan dan menjadikan kita sebagai budak uang. Sutrisna menambahkan, anggaplah UNY sebagai rumah kedua. Dengan begitu dalam bekerja akan merasa lebih nya­man. Dengan begitu hasil pekerja­ anpun semakin meningkat. witono Nugroho

K i las Pesta Permainan Tradisional Anak Indonesia tercatat sebagai salah satu bang­sa di dunia yang memiliki banyak pusaka budaya (cultural heritage) diantara­ nya berupa permainan tradisional sepert­i bekelan, gobag sodor, gasing, egrang dan sebagainya. Permainan ini dilakukan de­ ngan berpegang teguh pada norma adat, kebiasaan dan pendidikan yang dilakukan dokumen fmipa secara turun temurun dipelajari dan dimainkan oleh masyarakat hingga menimbulkan kepuasan dan kegembiraan bermain. Demikian dikatakan Direktur Tradisi Ditjen Nilai Budaya Seni dan Film, Depar­temen Kebudayaan dan Pariwisata, I Gusti Nyoman Widja, SH., pa­da pesta permainan tradisional anak di Keraton Kasepuhan Cirebon, ( 15 – 17/6). Kegiat­an ini diharapkan dapat menumbuhkan pemahaman generasi mud­a terhadap permainan tradisional sekaligus menyongsong hari anak nasional bersamaan dengan pekan budaya seni dan film di kota Cirebon. Presentasi dan display permainan anak ditampilkan oleh Dedy Herdito, MM, Pardiyono, S.Pd dan Adi Pramuda, S.Pd dari Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta, bermaterikan tentang permainan tradisional anak sebagai waha­ n­a pembelajaran fisika dengan sarana permainan berupa sangkar burung, pa­ yung­an, oblok-oblok, peluit bunyi burung dan ayam, gasing, perahu othok-othok dan kitiran.Pemakalah lainnya yaitu Prof Dr Ayu Sutarto dari Jember mem­­pre­ sentasikan tentang permainan sepak bola egrang diperagakan oleh anak-anak dari sanggar seni dan bermain Jember. Dedy Herdito

Perlunya Pembelajaran Kreatif Fakultas Teknik UNY, melaksanakan Workshop Pembelajaran Kreatif, yang di­ ikuti oleh dosen- dosen yang mewakili semua jurusan di lingkungan fakultas. Pelatihan dilaksanakan selama dua hari, tanggal 19 dan 20 Juni 2009, mulai pukul 08.00 s/d pukul 16.oo WIB. Hadir sebagai pemateri Prof. Dr. Paulina Pannen dan Dra. Dina Mustofa, M.Sc., dari Universitas Terbuka Jakarta. Baik peserta maupun pemateri menyatakan kegembiraannya, karena pelatihan ini dapat ter­laksana dengan baik dan lancar, sehingga para peserta merasakan manfaat yang berarti. Setidaknya, workshop ini da­pat meningkatkan kreatifitas para dosen, sehingga mahasiswa menjadi ber­semangat saat mengikuti mata kuliah dari dosen yang telah mengikuti ke­giatan ini Rani

Asyiknya Outbond Mahasiswa Jurusan PGSD asrama pada (28/6) mengadakan outbond di daerah hu­tan wisata Kalikuning, Cangkringan, Sleman. Rombongan yang dipimpin Al­i Mustadi ini berangkat dari Kampus III UPP 2 FIP UNY, pada pukul 07.00 wi­b. Penyelenggaraan outbond ini didanai Dikti, dan merupakan serangkaian ke­gi­ atan dalam rangka kerjasama dalam pe­ning­katan kualifikasi guru SD di daerah Gorontalo. Sehingga, mereka dapat menjadi guru yang diharapkan membawa per­ubahan di daerah tempat tinggalnya. Dalam kegiatan ini dibagi menjadi 6 pos yaitu adalah pos merayap, ja­ring laba-laba, tumpuan balok, berajalan di­ atas tali, menara air, dan flying fox. Seluruh mahasiswa pun terlihat sangat an­ tusias dalam mengikuti setiap per­ma­inan di setiap posnya. Ant P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2009

35


opini

MENGAPA HARUS BINANGUN? O l e h S . Ag un g P ra setya

M

enyoal kata “binangun”, seca­ ra sepintas kita bisa melihat bahwa kata tersebut merupakan salah satu kata dalam bahasa Jawa. Hal itu bisa dilihat dari seselan in, yang maknanya sama dengan awalan di dalam bahasa Indonesia. Jadi, bina­ ngun sama dengan dibangun. Apa­­bila dikaitkan dengan aca­­ra pergelaran wayang ku­­lit dalam rangka Dies Na­ta­lis UNY yang ke – 45, tang­gal 30 Mei yang lam­­pau, kata binangun ini men­jadi populer karena la-

istimewa

36

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 0 9

kon wa­yang pada malam itu adalah Dwaraka Bi­na­ngun. Dwaraka adalah sebuah kerajaan di alam pewayangan yang oleh masyarakat penikmat­nya lebih dikenal dengan sebutan Dwarawati. Sebuah kerajaan di bawah kendali seorang raja wi­caksana, Prabu Sri Bathara Kresna. Bina­ngun berarti dibangun, diperbaiki, didandani. Walaupun kata bangun menurut kamus bahasa Jawa (Poer­wadarminta) berarti tangi, gumregah, atau bi­sa juga pagi hari. Apabila dilihat dari sisi morfologi, jelas kata bangun adalah sebuah kata ba­hasa Indonesia yang begi­ tu saja dipaksakan ma­suk dalam bahasa Jawa, sehingga terbentuk­lah kata binangun. Sebuah kata yang sudah tampak njawani. Dalam dunia wayang meman­g ada beberapa lakon yang identik dengan kata–kata dibangun, atau paling tidak ada hubunganny­a deng­ an pembangunan. Misalnya, lakon wayang: Semar Mbangun Kahya­ ngan, Mbangun Candhi Sapta­ harga, Babad Alas Wisamar­ ta, dan Dwaraka Binangun itu sendiri. Lakon–lakon ter­ se­but mencoba menggam­ barkan proses pembangun­ an yang terjadi dalam dunia yang berseberangan de­­ng­a­n dunia kita, yakni du­ nia wa­yang. Apabila dilihat da­ri judul lakon yang digarap, ke­ em­pa­t contoh la­kon di atas meng­gambarkan pembangunan se­cara fisik yang berlangsung di ne­­geri penuh misteri itu. Semar Mbangun Kahyangan, kalau diartikan secara harfiah menco­ba menggambarkan bah­wa panakawan


opini yang bernama Semar, ikut ber­kon­tribusi da­ lam membangun kahyangan, tem­pat tinggal para dewa itu. Semar, dewa ngejawantah itu sedang gigih membangun kerajaan yang dipim­ pin oleh Bathara Guru, adik dari Semar. Babat Alas Wisamarta menggambar­kan bagaimana para Pandhawa membangun ke­ra­ja­an yang kelak disebut sebagai kerajaan Amarta, mes­ kipun kerajaan Amarta sebenarnya sudah ada sebelu­m Pandha­wa ada. Kerajaan Amarta se­mu­ la adalah kerajaan jim, yang kemudian mampu dimanifestasikan dalam dunia riil oleh para Pan­dhawa. Demikian pula, dengan cerita Mba­ ngun Candhi Saptaharga adalah upaya Pan­dha­ wa untuk melakukan renovasi makam lelu­hur mereka. Kembali pada lakon Dwarawati Binangun yang disuguhkan oleh dalang Ki Haji Anom Suro­ to dan Mas Prasetya Bayu Aji. Kita bisa melihat dari judul dan lakon yang disuguhkan, ada sebuah pergerakan yang dinamis yang terjadi di kraton Dwarawati. Ada hal yang menarik yang perlu dilihat oleh pemirsa, apa yang sebetulnya terjadi di negeri yang sedang mbangun itu. Hal inilah yang mestinya bisa disarikan, dipaha­mi, dan jangan lupa selayaknya juga hal itu diimplementasikan dalam pergerakan yang sedang kita lakoni. Sebelum mengupas lebih jauh tentang Dwa­ ra­ka dan dunianya, kita juga perlu merunut se­ca­ra lebih jauh arti dan makna yang lebih men­da­lam lagi kata binangun. Menurut penulis, yang dimaksud pembangunan adalah pergeseran kualitas dari yang tidak baik menjadi baik, da­ri yang baik menjadi lebih baik. Kalau ada pem­bangunan yang terbatas pada jargon dan ti­dak merepresentasikan pergeseran kualitas, itu bukan pembangunan yang terjadi, tetapi jus­tru unsur kerapuhan yang terlihat. Persoalan selanjutnya adalah apa, siapa, dan bagaimana Dwaraka mengalami pergeseran kualitas. Wayang identik dengan perjalanan seo­rang tokoh sentral dalam cerita. Begitu juga negeri Dwaraka, sebagai sebuah institusi negara tidak akan bisa lepas dari peranan to­ koh tertentu. Dalam lakon ini yang mewakili keberadaan Dwaraka adalah Prabu Kresna, sebagai rajanya. Secara singkat, lakon ini meng­ gambarkan bagaimana Kresna sebagai se­o­rang titisan Wisnu dilihat oleh berbagai kalang­an yang tentunya mempunyai sudut pandang yang berbeda terhadap Kresna. Ada yang meng­ anggap bahwa Kresna adalah penghambat, ada

Perlunya kita melihat wayang secara utuh adalah untuk mengulas lebih jauh apa sari dari pergelaran wayang yang dibeberkan. juga yang menganggap bahwa Kresna adalah pengayom. Dibangunnya Dwarawati pada hakekat­nya bukanlah pembangunan secara fisik karena ke­ ra­jaan rusak atau tertimpa bencana, tetapi kita harus jeli melihat bahwa yang dibangun itu manusianya, yaitu Kresna sendiri, deng­an ma­ deg pandhita di sebuah pertapaan. Keti­ka dia me­ lakukan hal ini, ada perwakilan kawula yang mengikuti, yakni Semar. Sekali lagi, wayang sa­rat dengan simbol yang tidak boleh begitu sa­ja dimaknai secara dangkal. Kehadiran Semar dalam mendampingi Kresna adalah simbol bahwa pembangunan manusia itu akan ber­ ha­­sil manakala ia bisa melihat kehidupan ini secara utuh, bukan hanya dari satu sisi saja, tetapi dari su­dut pandang yang lain. Ke­ber­­a­ da­an Kresna sebagi seorang penguasa dan Semar sebagi kawula menyiratkan adanya sosok pe­­mim­pin yang membumi. Kembali pa­da pe­ nger­tian kata bangun dalam bahasa Jawa, maka Dwa­raka Binangun adalah manusia yang dibangun, manusia yang gumregah, cancut tali wan­ da, menyingsingkan lengan baju untuk sege­ ra meningkatkan kualitas hidupnya. Hal ini sa­ngat penting karena investasi dengan aset ma­nu­sia jauh lebih berharga daripada investasi kapital. Perlunya kita melihat wayang secara utuh ada­lah untuk mengulas lebih jauh apa sari dari per­gelaran wayang yang dibeberkan. Seperti yang penulis katakan di atas, wayang adalah du­nia yang berseberangan dengan kita. Artinya, dengan adanya jarak itulah kita bisa melihat wayang secara objektif. Biarkanlah wayang me­ne­mu­kan dunianya sendiri, tanpa adanya pe­ mak­saan dari dunia kita.

S. Agung Prasetya mahasiswa Jurusan PBD FBS UNY

P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2009

37


opini

Haruskah Seorang Pemimpin Dibenci? O l e h Y udantoro B P

M

Pendahuluan

enjadi pemimpin harus siap di­ " ben­ci?" Tentu ada benarnya, te­ta­ pi bisa jadi juga berbahaya. Ada pemimpin yang akhirnya tidak mau berinstrospeksi karena merasa memang sudah seharusnya dia dibenci. Ketika pemimpin tersebut melakukan kesalahan dan berbuat sekehendak hatinya, banyak orang membenci­ nya. Ketika dia terlalu memaksakan pendapat, orang di sekitarnya menunjukkan rasa tidak sukanya. Apakah pemimpin-pemimpin besar adalah orang yang dibenci? Sejahat-jahat seorang pe­ mimpin dia masih dikagumi bawahannya. Hitler yang dikenal kejam, sebagai contoh kasus, jika dipelajari kepemimpinannya, banyak orang suka dan kagum kepadanya. Bahkan, rela mati bersama Hitler sebagai wujud kesetiaannya. Suharto, sebagai contoh kasus di tanah air, mantan presiden RI yang dihujat banyak orang? Da­lam sebuah wawancara, seorang mantan men­teri menyatakan rasa suka dan kekaguman­ nya kepada Suharto. Demikian seterusnya, banyak kasus dapat diangkat di sini. Kesimpulannya, pernyataan ”menjadi pemimpin harus siap dibenci” tampaknya tidak sepenuhnya benar. Beberapa Sebab Sesungguhnya ada beberapa sebab menga-

Setelah diidentifikasi, ternyata memang ada beberapa contoh, model, gaya, atau sikap yang membuat pemimpin cenderung tidak disukai atau dibenci oleh bawahan atau partner. 38

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 0 9

pa pemimpin harus dibenci orang (partner/bawahan). Namun, penyebab utamanya adalah ko­mu­nikasi yang mampet alias tidak jalan. Pa­­­da­­­hal, komunikasi merupakan kunci untuk meng­­ge­­rak­­kan bawahan. Sebelum mengambil ke­­pu­­tus­­an sebaiknya pemimpin berkomunikasi, sehingga orang-orang di sekitarnya merasa di­li­bat­kan. Apalagi, keputusan yang diambil ber­ be­­da dengan yang diinginkan orang-orang di se­ki­tar­nya, dengan tetap menghargai orangorang di sekitarnya. Setelah diidentifikasi, ternyata memang ada be­be­ra­pa contoh, model, gaya, atau sikap yang membuat pemimpin cenderung tidak disukai atau dibenci oleh bawahan atau partner. Bebera­ pa itu sebagai berikut. Pertama, sikap merasa lebih tahu atau selalu paling tahu. Pemimpin memang harus mendapatkan banyak informasi, pandangannya seharusnya lebih luas dibanding orang-orang yang dipimpinnya. Namun, bagaimanapun masih ba­ nyak hal yang tidak/belum diketahuinya, teruta­ ma hal-hal teknis atau keadaan riil di lapangan. Sering juga pandangan bawahan adalah representasi dari apa yang dilihat atau dialaminya setiap hari. Yang pasti, sikap merasa selalu le­ bih tahu membuat orang jengkel. Tahu banyak teori belumlah jaminan. Kedua, sikap seperti layaknya pemilik tunggal perusahaan. Pemimpin seperti ini merasa bah­wa tanggung jawab penuh hanya ada pada dirinya dan ia yang menentukan segala­nya. Bertanggung jawab itu baik, tetapi sikap seperti pemilik perusahaan adalah sewenang-wenang. Donal Trump, pemilik perusahaan Trump, sebagai contoh kasus di sini, justru bersikap sebaliknya. Ia selalu berusaha membuat agar orangorang di bawahnya merasa menjadi pemilik per­usahaan itu dan merasa hidupnya menjadi punya arti. Ketiga, sikap seperti jenderal. Apa yang di­ ka­takan jenderal, konon, bawahan tidak boleh membantah, melainkan harus melakukan per-


opini

istimewa

sis seperti yang diinstruksikannya. Banyak pe­ mimpin bersikap seperti jenderal, yakni meme­ rintah dan memerintah. Perintahnya tidak bo­leh dikritisi atau dibantah. Pemimpin berga­ ya ini adalah pemimpin yang cenderung gila kekuasaan. Keempat, sikap menonjolkan diri sendiri. Seorang pemimpin atau atasan biasanya suka me­lihat orang yang menonjol. Maka, banyak orang yang mencoba menonjolkan diri. Orang yang menonjolkan diri tentu tidak bisa bekerja dalam tim. Dia lebih suka menyimpan ideide bagus untuk dirinya dan membiarkan yang la­in bermasalah. Kelima, sikap melempar tanggung jawab. Ba­ nyak orang yang tidak berani bertanggung jawab atas setiap kejadian yang buruk. Bah­kan, ada pula yang secara diam-diam sudah me­nyi­ apkan orang lain yang akan dijadikan kambing hitam. Biasanya, alasan mengapa dia tidak bisa menyelesaikan tugasnya cenderung akan me­ nyalahkan orang lain. Keenam, sikap menekan. Pemimpin yang me­ miliki sikap seperti ini akan menekan bawahannya supaya dirinya terlihat lebih bagus, lebih tinggi, dianggap pemimpin yang baik. Biasanya, ia akan memberikan tugas yang berat kepada bawahannya tanpa memberikan solusi ji­ka ada masalah. Tujuannya, tugas bisa disele­sai­

kan dengan baik tanpa peduli orang yang menjalankan tugas. Penutup Tentu masih banyak perilaku pemimpin atau atasan yang berakibat tidak atau kurang disu­ kai oleh bawahan atau partner kerja. Semua itu berangkat dari ketidaktahuan, kekurangpaham­ an, atau justru kesengajaan dalam rangka menciptakan gezag atau kewibawaan dirinya di ha­dapan bawahan, anak buah, atau partner kerjanya. Padahal, gezag atau kewibawaan mestinya tidak dipaksakan oleh diri pemimpin atau atasan itu, melainkan muncul dengan sendirinya di kalangan bawahan, anak buah, atau part­ ner kerjanya. Ini persoalan pencitraan! Pemimpin tidak disukai oleh partner kerja atau bawahan, bagaimana pun, berarti diri­nya bermasalah. Menjadi pemimpin pastilah tidak bisa memuaskan semua pihak. Tetapi, pemim­ pin perlu memiliki komunikasi yang bagus dan hubungan yang sehat dengan partner/bawah­ an. Pemimpin boleh mengecewakan bawahan/ partner, tetapi jangan sampai dibenci oleh bawahan/partner.

Yudantoro BP, S.I.P. Biro Kerjasama dan Komunikasi UPN Yogyakarta

P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2009

39


resensi buku Keteguhan Hati Wujudkan Mimpi-mimpi O l e h Inung Setya mi “Jika dulu aku tak menegakkan sumpah untuk sekolah setinggi-tingginya demi martabat ayahku, aku dapat melihat diri­ ku dengan terang sore ini: sedang berdi­ ri dengan tubuh hitam kumal, yang keli­ hatan hanya mataku, memegang sekop menghadapi gunungan timah, mengum­ pulkan nafas, menghela tenaga, mencedokinya dari pukul delapan pagi hingga maghrib, menggantikan tugas ayahku yang dulu menggantikan tugas ayah­ nya. Aku menolak semua itu. Aku menolak perlakuan buruk nasib pada ayahku dan pada kaumku. Kini Tuhan memeluk mimpi-mimpiku…” Itulah sepenggal rangkaian kata indah yang ditulis Andrea Hirata dalam no­vel pamungkas ‘Tetralogi Laskar Pela­ ngi’-nya. Cuplikan kata-kata yang mampu membangun jiwa para pembacany­a: singkat, padat, namun penuh makna ten­tang pelajaran hidup, kisah-kisah yang mampu menumbuhkan tenaga un­tuk meraih harapan-harapan yang di­im­pikan. Demikian juga, jika memba­ ca keseluruhan dari novel yang bergambar violinis wanita itu. Novel yang berjudul ‘Maryamah Karpov’ ini justru tidak banyak bercerita ten­tang Maryamah (salah satu tokoh da­ lam novel), namun lebih dominan berce­ rita tentang semangat dan keberani­an untuk bermimpi dan berusaha me­wu­ jud­kannya. Secara implisit, novel ini meneriak­ kan orang-orang yang berani bermimpi dan mampu membangunkan mimp­imimpinya daripada sekedar bunga ti­­­­dur ialah orang-orang yang pantas di­a­cu­ ngi jempol. Tokoh-tokoh dalam no­­vel ini berani membangun banyak mim­pi, bah­­kan mimpi yang dianggap gi­la se­­ka­­ li­­pun, mimpi yang samar dari ke­­ter­wu­­ jud­­an. Namun, dengan niat, usa­ha, ser­ ta doa, segala sesuatunya pasti ada di geng­gaman. Yakin! Perubahan harus dimulai dari diri 40

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 0 9

Maryamah Karpov (Tetralogi Laskar Pelangi #4) • Andrea Hirata • PT Bentang Pustaka, Desember 2008 • xii + 504 halaman

sendiri. Apabila tidak ada niat dan usa­ ha untuk memperbaiki diri, mustahil bisa berubah ke arah yang lebih baik. Seperti dalam QS Ar Ra’d ayat 11 “Se­ sungguhnya Allah tidak akan mengu­ bah keadaan suatu kaum, sebelum ka­ um itu sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka.” Hal itu seperti yang dialami oleh sebagian tokoh-tokoh da­ lam tetralogi novel Andrea, termasuk pada Maryamah Karpov. Itulah kisah orang-orang yang berusaha mengubah keadaan. . Di dalam novel karya ini, lelaki ‘jebolan’ Univer­site de Paris Sarbone berceri­ ta ten­tang Ikal, Arai, Lintang, A Ling, dan be­be­ra­pa hal yang belum terjawab dari ke­ti­ga novel sebelumnya: Laskar Pela­ngi, Sang Pemimpi, dan Edensor. Novel keempat dari tetralogi Laskar Pe­la­ngi ini menyuguhkan penggal­an kisah yang terdapat dalam ketiga no­vel sebelumnya, sehingga cerita yang di­ba­ ngun terasa begitu kompleks. Walaupun Andrea baru menulis empat novel (Tetralogi Laskar Pelangi), namun keempat karyanya itu merupakan karya yang

besar dalam perkembangan Sastra Indo­ nesia. Setelah booming novel pertama (Las­ kar Pelangi) hingga menyentuh dunia perfilman Indonesia, banyak pembaca menantikan kelanjutan cerita pada no­ vel berikutnya, termasuk Maryamah Kar­pov. Hal itu terbukti dari larisnya pen­ju­al­an hingga ribuan ekslempar dan be­be­rapa kali cetak ulang. Dalam novel petualangan ini Andre­a menulis hal-hal yang seru, sedih, men­ debarkan, bahkan lucu. Membaca novel ini pembaca diajak Andrea kepada perasaan yang kompleks, dipertemukan de­ ngan perjuangan-perjuangan tokoh di da­lamnya yang kompleks pula, dari masalah sosial hingga percintaan. Dapat dilihat perjuangan tokoh strata bawah yang miskin namun kaya semangat hidup, cerita cinta yang begitu san­tun tanpa harus mengobral kata tak se­nonoh, mitos, dan mistis dunia perdu­ kun­an yang menggelikan, bahkan obrolan orang-orang Melayu di warung kopi yang disertai bualan tak masuk akal, per­sahabatan dan kasih sayang, taruh­ an, dan harapan hidup ketika berani ber­ mim­pi dan berusaha mewujudkannya. Me­lalui Maryamah Karpov pembaca me­ ne­mukan pendewasaan, membaca pe­ r­a­­daban, dan berani bermimpi, serta mem­ba­ngunkan mimpi-mimpi untuk men­jadi nyata. Novel ini sarat dengan nilai-nilai etis dan humanis. Alur, gaya penceritaan, dan bahasa yang digunakan cukup manis dan memikat. Setelah membuka dan membaca halaman pertama, pembaca akan dibuat terkesima dan tergoda untuk menuntaskannya. Tetralogi Laskar Pelangi berarti untuk dimiliki, bermakna ketika dibaca.

inung setyami Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia UNY


bina rohani

Rasulullah dan Kewajiban Manusia O l e h H endra S ug i antoro Pada dasarnya manusia diciptakan atas fitrah mengajak kepada kebaikan dan mengabdi kepada Allah. Di alam ruh, ma­nu­sia telah memberikan kesaksian ke­ti­ka Allah berkata, “Bukankah Aku ini Tu­han­mu?” Lalu dijawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” Da­lam QS Al-A’raf: 172 Allah juga menje­ las­kan agar manusia tidak mengingkari ke­esaan Allah di Hari Kiamat. Dalam perjalanan hidup, manusi­a ti­ dak selamanya mengesakan Allah, baik dalam hal rububiyah, uluhiyah, maupun asma wash-shifat-Nya. Mengesa­ ka­n Allah dalam rububiyah-Nya berar­ t­i mengimani Allah adalah Rabb. Allah ada­lah Pencipta, Penguasa, Pemberi Riz­ ki, Pemilik dan Pengatur alam semes­ta beserta isinya. Mengesakan Allah dalam uluhiyah-Nya berarti mengimani Allah sem­bahan yang benar dan sembahan selain-Nya adalah batil. Manusia hany­a memurnikan ibadahnya kepada Allah. Mengesakan Allah dalam asma washshifat-Nya berarti mengimani hanya Al­lah yang memiliki nama-nama yang Ma­ha Indah dan sifat-sifat yang Maha Sem­purna. Manusia yang tidak teguh da­ lam mengesakan Allah disebabkan keza­ lim­an dan kesombongan. Dijelaskan da­lam QS An-Naml: 14, “Dan merek­a me­ ng­­ingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya.” Setiap Rasul yang diutus Allah bertugas untuk menyampaikan risalah Tuhan kepada umat manusia. Adapun AlQuran, risalah terakhir yang diturunkan Allah dipegang oleh manusia hingga akhir zaman. Muhammad adalah penu­ tup para Nabi dan Rasul. Setelah beliau, tidak akan ada lagi pengutusan seorang Rasul. “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulul­ lah dan penutup Nabi-nabi.” (Qs Al-Ahzab (33): 40).

istimewa

Islam yang diturunkan Allah melalui Muhammad telah memberikan cahaya terang bagi kegelapan jahiliyah. Rasulul­ lah menyeru manusia agar meninggalkan thaghut dan beriman kepada Allah lewat fase-fase perjuangan dakwah yang panjang, sehingga manusia meng­ ambil kebenaran Rabb dalam kehidupannya. Al-Quran yang dibawa Rasulul­ lah merupakan wahyu Allah yang wajib diikuti manusia seluruhnya. “Dan tiada­ lah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu ti­a­da lain hanyalah wahyu yang diwah­ yu­kan (kepadanya).” (Qs An-Najm (53): 3-4). Mengikuti ajaran Rasulullah merupakan bentuk ketaatan kepada Allah karen­a mengimani Al-Quran yang diturunkanNya. “Katakanlah, “jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, nisca­ ya Allah mengasihi dan mengampuni do­sa-dosamu.” Diutusnya Muhammad ti­dak lepas dari upaya untuk menyempurnakan akhlak manusia. “Sesungguhnya aku diutus kepada umat manusia un­tuk menyempurnakan akhlak yang mu­lia.” (HR Ahmad). Menyempurnakan

akhlak tidak lepas dari penanaman aqidah sebagai aspek mendasar kehidupan manusia. Tanpa aqidah yang lurus tidak mungkin tercipta akhlak yang baik. Allah menegaskan keagungan akhlak Rasulullan dalam QS Al-Qalam: 4, “Dan se­sungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung.” Dalam QS AlAhzab: 21, Allah berfirman, “Sesungguh­ nya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, (yakni) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Kiamat, da­n dia banyak menyebut Allah.” Kewajiban lain manusia terhadap Ra­ sulullah adalah memperbanyak shalawat, “Dan sesungguhnya Allah dan Malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Qs Al-Ahzab (33): 56). Dengan menaati/meneladani Rasulul­ lah, manusia membuktikan kecinta­an­ nya kepada Allah. Meneladani pe­ri­ke­hi­ dupan Rasulullah dapat mengantarklan manusia menuju kebahagian dunia dan akhirat. Perikehidupan Rasulullah dapat di­ka­ ji/dipelajari melalui Sirah Nabawiya­h. Sebuah kebahagian tersendiri bagi oran­g-orang yang beriman ketika mendapatkan syafa’at dari Rasulullah dan ber­jumpa dengannya di Hari Kiamat. “Da­n barangsiapa yang menaati Allah da­n Rasul-(Nya), mereka itu akan bersa­ ma-sama dengan orang-orang yang dia­ nu­gerahi nikmat oleh Allah, yakni Nabina­bi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah teman yang sebaikba­ik­nya.” (Qs An-Nisa’ (4): 69.

Hendra Sugiantoro Mahasiswa yang tetap bangga kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta.

P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2009

41


cerpen DI BALIK SENGSARA ADA NIKMAT Oleh D i an Purb aya s ari Malam merayap, sunyi pekat. Dingin seakan tak pernah mau tahu penderitaan yang kualami. Aku kedinginan, laparku menjerat erat-erat. Bulan dan bintang diam terpaku menatap deritaku. Dari tatapannya kurasa ada iba. Mereka menghiburku dengan bias-bias cahayanya. Perlahan kubaringkan tubuhku di lantai beralas kardus, kembali kupegangi perutku yang semakin melilit. Membosankan. Tiap malam aku selalu dijamu hampa. Ku­ pandangi anak-anak seperjuanganku. Sama sepertiku, tidur ber­alas kardus. Kami adalah pendonor darah setia untuk nyamuk-nyamuk. Malam ini aku tidak bisa tidur seperti mereka. Uang hasil nga­menku dirampas anak buah Mbak Ida, mucikari kondang da­erah ini, sore tadi. Sehingga, seharian aku belum mencici­ pi nikmatnya sebungkus nasi. Andai saja badanku tinggi, besar, dan pemberani, pasti kulawan mereka. Tapi, aku hanya seorang bocah ingusan. Hembusan angin menyentuh kenangan. Satu demi satu kisah yang pernah kualami terbuka. Tiba-tiba aku mendengar alunan nada-nada indah dari bibir ibuku, lagu yang sering ia dendangkan untukku sebelum tidur. Kehadirannya menghangatkan hati dan pikiranku, sosok penuh kasih sayang dan cinta yang selalu kurindukan. Jika saja aku mampu melawan ayah dan mencegahnya merenggut kebahagiaanku, hal ini pasti tidak akan terjadi. Ayah begitu tega. Dengan sadisnya ia menghabisi ibuku, istrinya sendiri, hanya untuk menuruti hawa nafsunya, beristri muda. Tragedi itu masih terekam jelas dalam ingatanku. Tatkala ayah membanting, melempar, dan membenturkan tubuh ibu­ ku ke dinding, aku berusaha mencegah ayah. Namun, kepa­ laku terasa sakit dan berat karena sebelumnya ayah telah me­­mukulku dengan sebatang kayu. Semuanya terasa berat, ak­u pun pingsan. Setelah aku sadar, aku langsung mencari ib­u, hasilnya nol. Aku tidak melihat sosok ibu lagi. Aku mena­ ngis sejadi-jadinya ketika aku melihat tubuh ibuku terkapar kaku, biru, dan pucat, penuh luka. Yang tak terlupakan sampai saat ini, senyum tipis ibu. Aku benci ayah! Kepala keluarga yang seharusnya mengayomi kami justru menghancurkannya. Apalagi, ketika dia bersama istri mudanya meninggalkanku sendirian di kota yang cukup ramai: Jogja. Mereka pergi tanpa meninggalkan apa pun. Aku ter­paksa harus mendiami gubuk reyot sendiri. *** Namaku Rois. Teman-temanku sering memanggilku si Ro. Ak­u bukanlah anak yang ke sana ke mari membawa buku-bu­ 42

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 0 9

ku pelajaran, memakai seragam sekolah, dan bersepatu bagus. Bukan sosok seorang anak yang mempunyai cita-cita se­tinggi langit. Apa artinya itu semua untukku. Aku anak ja­ lanan 11 tahun pengamen jalanan. Aku adalah Sang Raja Malang yang tak henti-hentinya me­ nyu­suri pinggiran kota Jogja ini. Naik turun bis kota sambil membawa botol sprite atau fanta bekas, yang ketika kuadu dengan uang logam 100 rupiah aku bisa membuat musik pengiring tatkala aku harus menyanyikan lagu jeritan nura­ niku. Asap kendaraan, sengatan matahari, debu, dan babak belur sudah teramat akrab denganku. Begitulah nasibku. Pengamen jalanan, Si Ro. *** Sore ini senja menyelimuti kota Jogja. Terasa capek dan pegal-pegal tubuhku. Ingin dipijit, tapi tak mungkin. Aku sebatang kara. Kerja keras ngamenku naik turun bis hany­a mendapat 3.700 perak. Lumayan buat dua bungkus nasi ku­ cing dan es teh. Tiba-tiba hatiku gundah. Sosok yang baru sa­ja melintas di hadapanku ..... seperti ayah. Ya! Ayahku. Jantungku berdebar keras. Tak tertahan lag­i keinginanku untuk balas dendam kepada ayah. Lagi-lagi aku tidak berdaya. Andai saja aku sekarang sudah besar dan dewa­ sa, aku pasti melakukannya. Betapapun, luka di hatiku takkan bisa terobati dengan apa pun. “Si Ro, yuk kita bareng aja. Siapa tahu dengan ngamen ba­ reng kita bisa dapat rejeki lebih banyak,“ pinta Aceng, saha­ bat karibku. “Iya deh. Dengan syarat, hasilnya dibagi sama rata. Setuju?” ganti aku bertanya. “Tentu, jangan khawatir,” jawabnya. Aceng benar. Dengan ngamen berdua penghasilan ada pe­ ningkatan. *** Matahari menyengat. Siang panas. Adzan menggema. Aku mem­bisu. Untuk pertama kalinya, adzan itu terasa masuk pori-pori tubuhku. Ada kesejukan dan penuh makna. Mata­ku melirik ke kanan-kiri, menyelidik, mencari asal suara a­dzan itu. Kudapati bangunan masjid sederhana di pojok jala­n de­ kat gang buntu. Di sekitarnya tanaman hijau. Nyaman. Ti­ dak berapa lama, kulihat seorang yang mengumandangkan a­dzan tadi menaruh mikrofon-nya. Ia memutar badannya sambil menatapku. Aku terpaku memperhatikan gerak-gerik­ nya. Tampaknya ia tahu aku memperhatikannya. Orang itu mendekatiku. “Assalamu’alaikum,” sapanya mengulurkan tangannya. “Wa’alaikumsalam,“ jawabku grogi. Bersalaman. “Namamu, Nak? Sendirian? Temanmu mana?” sambil me­ ngajakku masuk masjid. “Rois, Pak. Biasa dipanggil si Ro,” sahutku. “Aku Pak Jefri. Rois tidak tinggal di daerah ini ya? Bapak ti­dak pernah melihatmu?” lanjutnya. “Iya,” jawabku. “Tunggu sebentar, Bapak iqamah dulu. Sudah banyak ja­


cerpen ma­ah datang. Kamu ambil air wudlu ya,” dielus kepalaku sam­bil tersenyum. Aku menurut. En­­tah angin mana yang membuat aku pa­­ tuh dengan kata-ka­­ta bapak tengah ba­­ya itu. Aku sudah lu­­ pa ca­ranya shalat. Se­­men­­jak kematian ibu, aku tidak perna­h lagi sha­lat seperti nasehat ibu. Aku pun meng­i­ku­ti orang di sebelah­ku. Sehabis shalat aku terdiam. Melinta­s ke­na­nganku bersama ibu saat shalat berja­maah. Air mataku ta­k bisa kuben­dung lagi. Aku menyesal tak pernah mengerjakan kewajibanku se­ bagai muslim. Shalat bukan sekedar kewajiban, tetapi kebu­ tuhan yang mestinya kurindukan. Cukup lama aku meninggalkannya. Sejak itu, setiap waktu shalat tiba, kusempatkan ke musho­ la. Aku banyak ngobrol dengan pak Jefri, tentang banyak hal. Pak Jefri mendengarkan ceritaku seksama, meski kadang ia menertawakanku yang bicara tanpa titik koma. Pak Jefri ba­ giku sosok ayah yang kudambakan. Ia ramah dan selalu me­na­ se­hatiku, mengingatkan aku sabar dan tawakal dalam menghadapi cobaan-Nya. Pak Jefri pegawai Tata Usaha di sebuah SMP. Rumahnya ha­nya berjarak beberapa meter dari masjid. Sehari-hari ia sem­patkan untuk mengajar anak-anak TPA, untuk mengisi kekosongan waktunya. Sudah 10 tahun menikah belum ju­ga dikaruniai anak. Untuk menghibur hatinya, hari-hari­ nya diwarnai canda tawa anak-anak di sekolah maupun di mas­jid. *** Penghasilanku hari ini lumayan banyak. Setelah kuhitunghitung, 10.500 rupiah. Ketika asyik menghitung recehan, tiga laki-laki berjaket hitam menghampiriku. Wajah mereka sadis menyeramkan. “Namamu Rois Fardhika?” tanya mereka. Aku mengangguk. Tak sepatah kata pun keluar dari mulutku. “Kau kenal dengan Afreza Fardhika?” Darahku mendadak mendidih. Dadaku panas mende­ngar nama itu. Yang disebut-sebut itu ayahku, laki-laki biadab tak berperikemanusiaan. “Dia ayah kandungmu kan?” tanyanya lagi. Aku bingung kenapa mereka tahu aku dan keluargaku. “Maaf, saya tidak kenal orang itu. Kalian pasti salah orang. Permisi.“ Baru beberapa lang­kah, ketiga orang ta­di menghadangku­. Aku berbalik dan menatap mereka tajam. “Apa sih mau kali­an?” bentakku lantang. “Kalian suruh­an orang yang bernam­a Afreza tadi?” lanjut­ku. Mereka tersenyu­m lebar mendengar ucapanku. Aku tidak tahu kenapa bisa jad­i pemberani seperti ini. Mungkin karena aku sadar mereka suruh­an ayahku. “Kau pintar, Rois! Ayahmu adalah Bos kami. Bos menyuruhku memberikan uang ini kepadamu.“ Tangannya mengulurkan amplop putih agak besar ke arah­

istimewa

ku. Segera kuambil amplop itu. Tanpa pikir panjang uang d­i dalamnya kusebar di depan mereka. Mereka terlihat marah. “Bilang ke Bosmu yang biadab itu! Aku tidak butuh uang haramnya. Perhatiannya yang palsu itu membuatku muak!!! Ingat, kalian jangan mendatangiku untuk yang ke dua kali­ nya. Anak buah Afreza maupun dia sendiri. Paham!”. Kutinggalkan mereka. Kali ini mereka tidak mencegahku. Kuhela nafas panjang. Kurasakan aroma keberanianku yang tidak kuduga sebelumnya. Terima kasih ya Allah ... Kau tela­h melindungiku dan memberiku kekuatan. Tanpa kusadari kejadian itu disaksikan oleh pak Jefri dan istrinya. Mereka bertepuk tangan mendekatiku. “Ro, kamu telah berubah. Kami bangga dengan keberanian­ mu,” tutur pak Jefri. “Andai saja kamu mau kujadikan anak ang­katku, betapa bahagianya kami,” tutur bu Jefri berlinang air mata. Kata-kata itu membuatku terbelalak kaget. Aku tak bisa berkata sepatah pun, bibirku terkunci. Dari lubuk hatiku yang paling dalam, aku sangat menginginkan sosok kedua orang tua seperti mereka. “Pak, Bu, saya mau jadi anak Bapak-Ibu. Saya bersedia ber­bakti dan mengabdi semampu saya. Saya berjanji tidak akan mengecewakan Bapak-Ibu.“ kata-kataku memecah kebi­ suan sesaat. “Ibu tidak salah dengar kan, Ro?” bu Jefri penuh harap. “Iya, Bu, saya siap menjadi anak angkat Ibu-Bapak.” “Kalau begitu, mulai sekarang kamu ikut ke rumah kam­i, mandi, dan bersihkan badanmu. Kita ke toko buku dan pakai­ a­n membeli perlengkapan sekolah. Besok Bapak akan me­n­­daftarkanmu ke SD terdekat. Bagaimana?” pak Jefri terse­ nyum. “Alhamdulillah, setuju sekali, Pak, Bu!” jawabku mantab. Aku bersyukur dan bersyukur, Tuhan telah memberiku orang tua yang selama ini kucari. Wonogiri, 2009

Dian Purbayasari Mahasiswa UNY

P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2009

43


puisi•geguritan•tembang

Dilema Rindu pada Ilahi Terkadang hati merasa sepi Mengapa…? Alasan itu tak dapat kututurkan Aku bingung…ya… aku bingung sekali… Tak tahu apa yang harus kulakukan Kerinduan jiwa yang telah membuncah Kini melambung tinggi hanya pada-Mu Cinta dan kenikmatan yang Kauberikan Tak dapat kuganti hanya dengan kerinduan Jiwa meronta merindukan cinta-Mu Ya Ilahi Robbi… Hidupku terasa hampa tanpa cinta kasih-Mu Penerangan dalam cahaya kesejukan-Mu Diri yang tenggelam dalam lumuran dosa Kini kubersujud di hadapan-Mu Kan kuserahkan jiwa ragaku hanya pada-Mu Hidup matiku hanya ada dalam kuasa-Mu Kan kugapai Rohman dan Rohim-Mu Sinarilah hati dan jiwa yang gelap gulita ini Gelap akan segala dosa yang telah kuperbuat Tuntunlah hamba menuju jalan yang Kauridhoi

Wahai Sang Pemilik Cinta sejati… Kini aku berjanji pada-Mu Kini hanya nama-Mu Yang bertaut di hati dalam Ya Allah….Ya Ghoffar… Ampunkanlah segalah dosa hamba–Mu ini Hamba tak kuasa terima penderitaan ini Rindu hamba pada kekasih yang Kaucintai Perkenankanlah hamba menjadi kekasih-Mu Bak sang Robiatul adawiyah yang mencinta-Mu Bak Rosulullah yang berhati suci mulya Ingin kudapatkan surga di masa kelakku nanti Namun, begitu banyak darah kotor mengalir Menenggelamkanku dalam lautan dosa dan nista Ya Rohman…Ya Rohim… Kabulkanlah segala permohonan hamba ini Kan kuabdikan diri hanya pada-Mu Yogyakarta, 2009 Dewi Avivah Cs Mahasiswa UNY

pojo k ge lit i k

Tobat

kalam/pewara

44

Pewara Dinam i ka j u ni 2 0 0 9

Umarmadi : Yo, tobat, Yo. Umarmoyo : Tobat tobat...apanya yang tobat, Di? Umarmadi : Masyarakat di kampungku, Yo. Tobat tenan! Umarmoyo : Kenapa? Ada apa? Umarmadi : Komunitas di kampungku bakal habis. Umarmoyo : Kenapa? Umarmadi : bakal tidak ada regenerasi! Umarmoyo : Lha iya ... kenapa? Umarmadi : Tak satu pun warga yang mau kawin.

Umarmoyo : Kok aneh? Emang kenapa? Umarmadi : Pada takut jadi pengantin. Umarmoyo : Pasalnya? Umarmadi : Mereka baca di korankoran ... Umarmoyo : Apa kata koran? Umarmadi : Di koran-koran dikatakan, calon ‘pengantin’ adalah pelaku bom bunuh diri. Umarmoyo : ........................................... ............................? ema r '09

kalam/pewara

Sajak Dewi Avivah Cs


le

nsa

Kethoprak di Dies Perayaan Dies Natalis UNY ke-45 ini tak lupa diisi dengan kegiatan Kethoprak. Kali ini kegiatan yang bernuansa amat tra­disional tidak hanya diikut para pemain kethoprak “sesungguhnya” para dosen dan juga sebagian pejabat UNY turut me­ meriahkan acara yang diselenggarakan pada Sabtu (23/5) dengan cara ikut menjadi pemain. Bermain Kethoprak membuat mereka fresh, setelah hampir setengah tahun bersuntuk ria. Dan satu yang pasti, perayaan tersebut tetap menunjukkan sesuatu yang lain. teks: SISMONO LA ODE • Foto: Ahmad natsir ep


CINTAILAH FASILITAS KAMPUS; SEPERTI ANDA MENCINTAI IBUMU

universitas negeri Yogyakarta Jl. Colombo No. 1 Yogyakarta 55281 Telp. 0274-586168 www.uny.ac.id


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.