bina rohani
Rasulullah dan Kewajiban Manusia O l e h H endra S ug i antoro Pada dasarnya manusia diciptakan atas fitrah mengajak kepada kebaikan dan mengabdi kepada Allah. Di alam ruh, manusia telah memberikan kesaksian ketika Allah berkata, “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Lalu dijawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” Dalam QS Al-A’raf: 172 Allah juga menje laskan agar manusia tidak mengingkari keesaan Allah di Hari Kiamat. Dalam perjalanan hidup, manusia ti dak selamanya mengesakan Allah, baik dalam hal rububiyah, uluhiyah, maupun asma wash-shifat-Nya. Mengesa kan Allah dalam rububiyah-Nya berar ti mengimani Allah adalah Rabb. Allah adalah Pencipta, Penguasa, Pemberi Riz ki, Pemilik dan Pengatur alam semesta beserta isinya. Mengesakan Allah dalam uluhiyah-Nya berarti mengimani Allah sembahan yang benar dan sembahan selain-Nya adalah batil. Manusia hanya memurnikan ibadahnya kepada Allah. Mengesakan Allah dalam asma washshifat-Nya berarti mengimani hanya Allah yang memiliki nama-nama yang Maha Indah dan sifat-sifat yang Maha Sempurna. Manusia yang tidak teguh da lam mengesakan Allah disebabkan keza liman dan kesombongan. Dijelaskan dalam QS An-Naml: 14, “Dan mereka me ngingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya.” Setiap Rasul yang diutus Allah bertugas untuk menyampaikan risalah Tuhan kepada umat manusia. Adapun AlQuran, risalah terakhir yang diturunkan Allah dipegang oleh manusia hingga akhir zaman. Muhammad adalah penu tup para Nabi dan Rasul. Setelah beliau, tidak akan ada lagi pengutusan seorang Rasul. “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulul lah dan penutup Nabi-nabi.” (Qs Al-Ahzab (33): 40).
istimewa
Islam yang diturunkan Allah melalui Muhammad telah memberikan cahaya terang bagi kegelapan jahiliyah. Rasulul lah menyeru manusia agar meninggalkan thaghut dan beriman kepada Allah lewat fase-fase perjuangan dakwah yang panjang, sehingga manusia meng ambil kebenaran Rabb dalam kehidupannya. Al-Quran yang dibawa Rasulul lah merupakan wahyu Allah yang wajib diikuti manusia seluruhnya. “Dan tiada lah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwah yukan (kepadanya).” (Qs An-Najm (53): 3-4). Mengikuti ajaran Rasulullah merupakan bentuk ketaatan kepada Allah karena mengimani Al-Quran yang diturunkanNya. “Katakanlah, “jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, nisca ya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Diutusnya Muhammad tidak lepas dari upaya untuk menyempurnakan akhlak manusia. “Sesungguhnya aku diutus kepada umat manusia untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR Ahmad). Menyempurnakan
akhlak tidak lepas dari penanaman aqidah sebagai aspek mendasar kehidupan manusia. Tanpa aqidah yang lurus tidak mungkin tercipta akhlak yang baik. Allah menegaskan keagungan akhlak Rasulullan dalam QS Al-Qalam: 4, “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung.” Dalam QS AlAhzab: 21, Allah berfirman, “Sesungguh nya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, (yakni) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Kiamat, dan dia banyak menyebut Allah.” Kewajiban lain manusia terhadap Ra sulullah adalah memperbanyak shalawat, “Dan sesungguhnya Allah dan Malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Qs Al-Ahzab (33): 56). Dengan menaati/meneladani Rasulul lah, manusia membuktikan kecintaan nya kepada Allah. Meneladani perikehi dupan Rasulullah dapat mengantarklan manusia menuju kebahagian dunia dan akhirat. Perikehidupan Rasulullah dapat dika ji/dipelajari melalui Sirah Nabawiyah. Sebuah kebahagian tersendiri bagi orang-orang yang beriman ketika mendapatkan syafa’at dari Rasulullah dan berjumpa dengannya di Hari Kiamat. “Dan barangsiapa yang menaati Allah dan Rasul-(Nya), mereka itu akan bersa ma-sama dengan orang-orang yang dia nugerahi nikmat oleh Allah, yakni Nabinabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah teman yang sebaikbaiknya.” (Qs An-Nisa’ (4): 69.
Hendra Sugiantoro Mahasiswa yang tetap bangga kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta.
P e wa r a Di n a m i k a j u ni 2009
41