Pewara Dinamika

Page 1

Volume 10 • nomor 19 mei 2009

issn 1693-1467

P e w a r a

Dinamika majalah universitas negeri yogyakarta

MELAYANI PUBLIK DENGAN BADAN LAYANAN UMUM

Dengan status BLU diharapkan pelayanan publik (keuangan) di UNY dapat berlangsung dengan efektif, efisien, dan transparan.


Iklan layanan ini dipersembahkan oleh Pewara Dinamika • ilustrasi: kalam jauhari

JANGAN LUpAKAN jANjIMU!!! Siapapun yang terpilih secara demokratis; kita dukung dia!!! Dan berharap mereka tidak melupakan janji-janji yang telah diucapkan!


pena redaksi

P ewa r a

Dinamika majalah universitas negeri yogyakarta

PENERBIT HUMAS Universitas Negeri Yogyakarta IJIN TERBIT SK Rektor No. 321 Tahun 1999 ISSN 1693-1467 PENANGGUNG JAWAB Dr. H. Rochmat Wahab, M.A. (Rektor UNY) PENGARAH Prof. Dr. Hj. Nurfina Aznam, SU., Apt. (Pembantu Rektor I) H. Sutrisna Wibawa, M.Pd. (Pembantu Rektor II) Prof. Dr. H. Herminarto Sofyan (Pembantu Rektor III) PENASEHAT Hj. Sudjariyah, M.Pd. (Kepala Biro AUK) Dra. Hj. Budi Hestri Hutami (Kepala Biro AAKPSI) H. Sugirin, Ph.D. (Kepala KKHP) PEMIMPIN UMUM Prawoto, S.E. PEMIMPIN PERUSAHAAN Drs. Wedho Chrisnarto PEMIMPIN REDAKSI Sumaryadi, M.Pd. SEKRETARIS REDAKSI Tusti Handayani, A.Md. REDAKTUR PELAKSANA Sismono La Ode, S.S. REDAKTUR Endang Artiati Suhesti, S.Pd. Dhian Hapsari Witono Nugroho, S.I.P. Kusmarwanti, M.Pd. Hermanto, M.Pd. Desain dan Tata Letak Kalam Jauhari FOTOGRAFI Ahmad Natsir Eka Putra, S.H. REPORTER Ratna Ekawati, S.I.P. (FIP) Isti Kistianingsih, S.Pd. (FISE) Dedy Herdito, M.M. (FMIPA) Haryono (FBS) Hadimin, S.Pd. (FIK) Rani Eryani, S.I.P. (FT) Prayoga, S.I.P. (LPM/Lemlit) Agus Purwatma W., S.Pd. (BAAKPSI/BAUK) Syamsu Rahmadi, S.E. (Kemahasiswaan) Yansri Widayati, S.Pd. (Kerjasama) Hadna A. Al-Falasany, A.Md. (Kampus Wates) SIRKULASI Drs. H. Trisilia Suwanto Sarjana Sudarman Fashilaturrochmah Widodo ALAMAT REDAKSI Jl. Colombo No. 1 Kampus Karangmalang Universitas Negeri Yogyakarta 55281 Telp/Fax 0274 542185 E-mail: pewaradinamika@uny.ac.id Online: www.uny.ac.id

Wah…telat lagi nih….Tapi itulah yang ter­jadi. Di tengah kesibukan masing-ma­ sing kru redaksi, jujur, kami sukar me­ nemukan titik temu penjadwalan kapan deadline wawancara dan penulisan beri­ ta berakhir. Memang, jadwal sebagaima­ na telah ditentukan itu ada, akan tetapi kondisi lapangan yang membuat pe­ nye­­suaian jadwal tersebut kadangkala mem­butuhkan kearif­an ma­sing-ma­sing kru re­ daksi. Untungnya, kru Pewara Dinamika te­tap mempunyai komit­men untuk terus me­ner­bit­ kan majalah uni­ver­si­tas ini. Pelba­gai cara telah kami lakukan, hasilnya ya se­­perti ini­lah. Un­ tuk itu, ka­mi me­min­ta ma­­af se­be­sar-be­sarnya dan sehormat-hormatnya kepada pembaca. Sekiranya, berita yang akan hadir di depan pem­ba­ca dianggap telat, te­ta­pi kami te­tap me­­nyu­ku­rinya karena sub­­s­tan­si pem­be­ri­tan ter­se­but masih layak diketa­hui pemba­ ca. Ada pelbagai rentan peris­tiwa, terutama di saat perayaan dies natalis UNY yang tetap menjadi kebu­tuhan pembaca. Oleh karena itu, mela­lui beritaberita yang disajikan, kami ber­harap pembaca mampu menelaah, ji­ka perlu kami berharap agar saran dan kritik lahir tanpa harus merasa ewuh pa­ kewuh. Karena, itulah yang terbaik ba­gi pro­ses pertukaran informasi menge­nai segenap aktivitas di kampus yang baru saja merayakan tahun ke-45 kelahirannya.

Demikian halnya, di rubrik andalan kami, Laporan Utama, kami menghadir­ kan berita mengenai BLU, Badan Layan­ an Umum. Status yang baru saja melekat pada UNY ini, beberapa waktu yang lalu sempat menghadirkan prokontra, terutama datang dari kalang­ an mahasis­wa kritis. Para mahasiswa ter­sebut meng­anggap status ini akan membawa UNY menja­ di universitas yang ha­ nya ber­orientasi pada bisnis semata. Nah, un­­ tuk menjawab keragu­ an dari mahasiswa kri­ tis tersebut, wacana BLU ini se­ngaja kami ha­ dirkan, sehingga per­­de­ bat­an mengenai hal itu dapat dilakukan secara argumentatif dan ber­­ dasar, ti­dak asal berwacana. Bukan begitu? Pun halnya di rubrik lainnya, kami te­tap meng­ha­dir­kan sesuatu yang bisa mem­buat pem­baca makin cerdas istimewa dan bahagia, bukan apa-apa? Tetapi, di rubrik itu, kami juga me­na­war­kan sejuta gagasan yang si­ap untuk dinegoisa­si­kan, sesuai de­ng­an kepentingan dan ke­butuhan pembaca. Mungkin hal ini cu­kup berlebih­ an, tetapi, itu hanya bisa dirasakan jika pembaca telah “membaca” berita kami dengan kritis. Nah, jika di awal kami telah minta ma­af, kami rasa diakhir redaksi ini, kami juga menutupnya dengan ucapan ma­af, sehingga komplitlah dan terasa af­dhol ucapan itu. Bukan begitu? Tabik ka­mi!!! 

Redaksi menerima tulisan untuk rubrik Bina Rohani (panjang tulisan 500 kata), Cerpen (1000 kata), Opini (900 ka­ta), Puisi/Geguritan/Tembang (minimal dua judul), dan Resensi Buku (500 kata). Tulisan harus dilengkapi de­ngan iden­ti­tas yang jelas, nomor yang bisa dihubungi, pasfoto (khusus Opini), serta keterangan dan sampul bu­ku (khu­sus Re­sen­si Bu­ku). Kirimkan tulisan An­da me­la­lui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kan­ tor Humas UNY. Bagi yang dimuat, ho­nor dapat diambil di kantor Humas UNY.

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2009


daftar isi Volume 10 • Nomor 16 mei 2009

l a p o r a n U ta m a

UNY BLU, Mau? Sejak 21 April 2009 lalu, UNY melekatkan baju barunya. Untuk di usia yang ke-45 ini, eks kampus IKIP ini sukses menyandang status Badan Layanan Umum (BLU).

24

La ode/pewara

halaman 6

40 opini

berita

sadar sejarah upaya melangkah maju pada 19 Mei 2009 di Ruang Sidang Uta­ma Rektorat. Kepanitian Dies Na­ ta­lies tahun ini berada di pundak Fa­ kultas Ilmu Sosial dan Ekonomi (FISE). Menurut Dekan FISE...

dokumen fise

Dalam rangka Dies Natalies ke-45, Universitas Negeri Yogyakarta me­ nyelenggarakan malam perenung­an

Berita Lainnya • Buku sebagai sumber peradaban • UNY Bakti Sosial di Kulonprogo • Dua Guru Besar UNY Purna Tugas • UNY on the Move to WCU • Dosen UNY ke APNME 4th Seoul National University

Transformasi Kepemimpinan Pemuda, termasuk mahasiswa, memegang peranan penting dalam sejarah panjang bangsa Indonesia. Jauh sebelum reformasi, sejarah telah mencatat bahwa pemuda bersatu untuk berjuang bersama dalam... 45 5 46 4 1 3 48 48 44

bina rohani bunga rampai cerpen dari pembaca dari redaksi Jendela pojok gelitik puisi•geguritan•tembang resensi buku perancang sampul: kalam jauhari

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 0 9


jendela

Universitas Negeri Yogyakarta Kemarin, Ini Hari, dan Esok Pagi

O

rang bijak bilang, salah satu penan­ da orang yang pandai bersyukur ada­lah orang yang tidak pernah me­ lu­pakan sejarahnya. Karena dari rahim sejarah kita lahir, dengan belaian lembut sejarah kita tumbuh, dan dengan sentuhan kasih sayang sejarah kita dewasa. Itulah, kita menengok kembali sejarah kampus ini, kemudi­ an merefleksikan, dan memproyeksikan nilainilai di balik simbol sejarah untuk kepenting­ an ke depan. SK Menteri PTIP yang terbit pada 1963 menya­ takan berdirinya IKIP Yogyakarta (di samping beberapa yang lain). Keberadaan IKIP Yogyakarta diresmikan Menteri PTIP pada 21 Mei 1964. Akhirnya, 21 Mei 1964 ditetapkan sebagai Hari Jadi IKIP Yogyakarta dan sampai sekarang selalu diperingati sebagai Dies Natalis kampus ini. Pada awalnya, IKIP Yogyakarta memiliki lima fakultas: (1) Fakultas Ilmu Pendidikan, (2) Fakultas Keguruan Ilmu Eksakta, (3) Fakultas Keguruan Ilmu Sosial, (4) Fakultas Keguruan Sastra dan Seni, dan (5) Fakultas Keguruan Teknik. Pada 1977, berdasarkan SK Menteri P & K, STO Yog­ yakarta diintegrasikan ke IKIP Yogyakarta, berdirilah Fakultas Keguruan Ilmu Keolahragaan. Pada 1983, berdasarkan SK Menteri P & K terjadilah perubahan nama-nama fakultas (kecuali FIP tetap FIP). FKIE menjadi FPMIPA. FKSS men­ jadi FPBS. FKIS menjadi FPIPS. FKT menjadi FPTK. FKIK menjadi FPOK. Pada 1996 Dirjen dikti menerbitkan SK yang menetapkan, IKIP Yogyakarta (dan IKIP-IKIP la­ in) diberi perluasan mandat menjadi universitas. Berdasarkan SK Presiden Nomor 93 Tahun 1999 (4/8/1999), berdirilah Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Dies Natalis UNY ditetapkan tetap 21 Mei 1964. Selanjutnya, langkah-langkah kehidupan kam­pus ini bertolak dan bermuara pada satu vi­si: ”Pada tahun 2010 Universitas Negeri Yog­ya­ karta mampu menghasilkan insan yang cendekia, mandiri, dan bernurani”. Untuk itu, diru-

muskanlah strategi Eka Prasetya Saptaguna. Eka Prasetya: satu tekad atau satu janji warga UNY untuk menjadikan ibadah sebagai ruh pengembangan institusi dan menjadi dasar dalam berkarya dan melakukan kegiatan. Sap­ taguna: kebersamaan, pemberdayaan, pembudayaan, profesionalisme, pengendalian, keberlanjutan, dan kewirausahaan. Keberadaan UNY dari waktu ke waktu sema­ kin menjadi tumpuan harapan anak-anak bangsa dari ujung ke ujung Nusantara. Mereka berduyun-duyun datang ke Yogyakarta, masuk gerbang UNY yang siap mengubah mereka men­ jadi insan cendekia, mandiri, dan bernurani. Tentu melalui program yang mereka minati: S0, S-1, S-2, atau S-3. Atas sentuhan para Rektor kampus ini: Ir. Wi­ dodo (1964-1965), Ir. Sudewi Samsi Tjokrodig­ do (1965-1966), Drs. Sutrisno Hadi, M.A. (19­66-1973), Prof. Imam Barnadib, M.A., Ph.D. (1973-1979), Drs. ST. Vembriarto (1979-1987), Prof. Arma Abdoellah, M.Sc. (1987-1991), Prof. Dr. Djohar, M.S. (1991-1999), Prof. H. Suyanto, M.Ed., Ph.D. (1999-2006), dan Prof. H. Su­geng Mardiyono, Ph.D. (2006-2008), kampus ini berkembang dan terus berkibar. Di tangan Rektor Dr. H. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A., mampukah UNY berpacu dengan persoalan-persoalan pendidikan yang kian kompleks, dengan tantangan zaman yang kian cepat berubah, deng­ an perkembangan keilmuan yang berlari cepat sekali. Selamat datang di kampus tercinta: Universi­ tas Negeri Yogyakarta. Kampus yang secara pas­ti mulai memperdengarkan irama menuju World Class University. Di kampus ini berlang­ sung proses silaturahmi, koordinasi, sinergi, dan kolaborasi dalam bingkai tegur-sapa kultu­ ral-akademik.

Drs. Sumaryadi, M.Pd. Pemimpin Redaksi

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2009


dari pembaca Kirimkan kritik/komentar/tanggapan Anda mengenai Pewara Dinamika maupun persoalan di seputar kampus Universitas Negeri Yogyakarta. Kritik/komentar/tanggapan harap dilengkapi identitas yang jelas dan dapat dikirim melalui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kantor Humas UNY.

Alhamdulillah…Masjid Mujahiddin Direnovasi Entahlah mengapa saya tiba-tiba terharu melihat Rumah Allah itu direnovasi. Jujur, kala itu saya tak menyangka tiba-tiba butiran air mata menetes di pipiku. Saya tiba-tiba terbayang wajah almarhum, Prof. Sugeng Mardiyono, Ph.D. Saya ingat betul dengan beliau. Suatu kala, sa­ ya mendengar kalau beliau punya hasrat besar membangun mas­ jid kampus itu. “Semua sudah cantik (bangunan UNY, red.), ting­ gal masjid yang belum,” demikianlah kata kawan saya, yang ke­betulan remaja masjid, mengenai mimpi mantan Rektor UNY ini. Kini, mimpi itu terwujud. Saya bangga dengan pemimpin UNY. Me­reka tidak melupakan jasa-jasa almarhum. Walaupun beliau telah tiada, tetapi mimpi beliau tetap dijalankan sesuai wasiat yang dititipkan. Saya belum tahu bagaimana arsitek masjid Mujahiddin kelak. Yang jelas, se­ ba­gai mahasiswa, saya berharap arsitek bangunan masjid itu tampak terbuka, tidak seperti dulu: kelihatan eksklusif. Selain itu, saya berharap masjid tersebut penuh taman dan pepohonan yang rindang, sehingga kalau kita shalat di sa­na, seolah-olah kita berada di tempat yang paling menyenangkan. Ini mungkin terlalu agak berlebihan, tapi saya rasa untuk masjid tidak ada masalah, di sa­nalah kita beribadah pada Sang Khalik, yang mewajibkan kita untuk selalu suci (bersih). Soal masjid yang indah, tidak ada sa­

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 0 9

lahnya kalau saya merujuk pada masjid kampus UGM, yang kebetulan terletak di Barat masjid Mujahiddin. Mungkin, ar­sitek bangunannya kelak tak serupa, tetapi konsep kenyamanan dan keindah­ an paling tidak serupa. Jika ini terwujud, saya rasa, masjid Mujahiddin kelak akan menjadi ruang publik baru yang tidak hanya tempat untuk membin­cang­ kan ataupun menambah khasanah religius civitas akademika, terutama mahasiswa, tetapi menjadi tempat baru yang nyaman untuk membincangkan perkembangan ilmu pengetahuan di lingkungan UNY. Sekali lagi, saya menghaturkan teri-

ma kasih kepada Rektor UNY dan Pembantu Rektor II dan jajarannya, yang ti­dak hanya mempercantik bangunan UNY lainnya, tetapi juga memedulikan ke­beradaan masjid. Dan tidak ada salahnya juga kalau saya memohon agar pem­ ba­ngunan masjid tercinta ini dapat dipercepat, sehingga keberlangsungan ak­ti­vi­tas keagamaan dan lainnya dapat ber­lang­sung dengan efisien dan efektif. Terima kasih untuk semua. Semoga Allah membalas amal kebaikan kita semua dan masjid UNY menjadi tempat ber­la­buh kita semua. Amien! Kamil Mahasiswa FT UNY


bunga rampai

Anak Indigo dan Aset Bangsa ol e h M ukh a rom

A

Pendahuluan nak Indigo (Indigo Child)? Na­ ma itu bagi masyarakat luas masih terdengar asing. Anak indigo baru mulai ramai di­bicarakan, khusus­nya di Indonesia, oleh para ah­li psikologi dan psikiatri, ju­ga para pendidik sekitar 2002. Kata ‘indigo’ sendiri diambil dari nama warna ‘indigo’, yang dikenal sebagai war­na biru sampai violet. Ber­da­ sar­kan fakta yang terkumpul, dari hasil foto aura (Aura Video Station atau Foto Kli­riant) dan dari penglihatan orangorang yang me­miliki kawaskitan, orang yang Extra Sensory Perception (ESP)–nya berkembang dengan baik atau orangorang seka­rang menyebutnya paranormal, menya­takan, anak indigo itu tubuh kasarnya diliputi/dilingkari secara dominan oleh aura (si­nar elektromagnetik/ Sinar bio­energi), orang waskita mengatakan se­bagai tubuh halus (tubuh bioplasmik) ber­warna biru sampai violet/ ungu yang sa­ngat tebal, lebar, dan memancar sangat terang mengitari tubuh kasarnya. Energi warna atau aura indigo itu mem­punyai tugas bertangung jawab atas seluruh organ dalam rongga kepala, termasuk pancaindera dan memberi ener­gi pada kepekaan intuisi dan ketaja­ man perasaan (feeling) untuk hal-hal abs­ trak seperti berpikir cepat. Dengan fak­ ta tersebut anak indigo disebut seba­gai anak yang memiliki intuisi yang sa­ngat tajam, intuisinya di atas rata-ra­ta orang normal, sehingga mereka bia­sa disebut anak yang memiliki inde­ra keenam atau memiliki ”mata ketiga”. IQ di atas Normal Menurut data yang ada dan dari sam­ pel anak-anak indigo yang sempat pe­nu­­ lis temui dan beberapa klien yang sem-

yang akan datang, ada yang dominan mampu berkomunikasi dan melihat serta berteman dengan semua jenis makhluk halus (: jin, arwah, bahkan qodam/roh suci sejenis malaikat), ada yang do­minan mampu membaca pikiran dan isi hati orang lain.

Kalam/pewara

pat konsultasi ke Lembaga Independen Indigo Yogyakarta, rata-rata anak indigo IQ-nya di atas normal atau boleh di­ bi­lang anak-anak indigo tegolong anakanak yang pintar atau cerdas. Walau seringkali kecerdasannya terganggu oleh kondisi psikologisnya, yakni efek dari ketajam­an indera keenamnya yang seringkali membuat cemas, panik, khawatir, keta­kutan, sedih, dan tekanan mental yang begitu dahsyat. Mereka sering/bahkan setiap hari selalu dihadapkan pada situ­a­si yang dilematis. Anak indigo jika mendapatkan bim­ bingan atau arahan atau didikan yang be­nar akan sangat bermanfaat bagi ma­­sa depan anak itu sendiri, keluarga, masyarakat, maupun bangsanya. Bah­­kan, di negara-negara maju seper­ti Ame­rika, anak-anak indigo mendapat­ kan perhatian cukup memadai dan setelah de­wasa dijadikan aset negara untuk mem­ban­tu polisi dan intelijen dalam meng­ungkapkan kasus-kasus kriminal dan lainnya yang sulit ditemukan oleh teknologi maupun kerja manual. Kemampuan anak indigo masing-masing biasanya tidak sama. Ada yang dominan bisa melihat kejadian masa lalu dan

Nanik sebagai Contoh Kasus Nanik (lengkapnya Jumaryani), lahir di Sleman (29/4/1977), tepatnya Du­ sun Nogosaren, Nogotirto, Gamping, Sleman. Ia dilahirkan kembar. Di usia sehari kembarannya meninggal. Waktu lahir berat badannya hanya 19 ons, kembarannya 22 ons. Nanik terlahir dari keluarga sederhana, Hadi Utomo (65 tahun) tukang bangunan dan Ngatiyem (55 tahun) pedagang di pasar. Waktu balita Nanik sering sakit-sakitan, terutama sakit panas. Pada usia 5 tahunan keajaiban-keajaiban muncul dari Nanik kecil. Keajaiban-keajaiban tersebut sunguh tak masuk diakal, yakni bias meng­ obati orang-orang yang sakit, terutama saudara-saudara dekatnya. Dalam mengobati tersebut ia tidak mengobati secara langsung, tetapi hanya menyuruh si sakit untuk makan apa, minum apa, atau melakukan apa sesuai omong­ an Nanik. Setelah mengikuti omongan Nanik, si sakit sembuh. Pernah tetangganya menderita sakit lama tidak sembuh-sembuh, padahal sudah berobat ke mana-mana, medis maupun nonmedis (orang pintar/tabib/paranormal/dukun). Nanik menyuruh keluarga si sakit me­ rendam sapu lidi yang telah lama dipakai ke dalam air putih, kemudian air rendaman tersebut diminumkan si sa­ kit. Tidak sampai satu-dua jam, si sa­kit sembuh. Mukharom Ketua I Lembaga Independen Indigo Yogyakarta

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2009


laporan utama

UNY BLU, MAU? Dengan status BLU diharapkan pelayanan publik (keuangan) di UNY dapat berlangsung dengan efektif, efisien, dan transparan. ini baru memasuki tahap sosialisasi. Sehingga, sebagian dari civitas akademika UNY, terutama mahasiswa, belum me­ ngetahui secara jernih apa dan bagai­ mana BLU itu? BLU, sebagaimana termaktub dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No.130/KMK.05/2009 beri­ si penetapan UNY pada Departemen Pendidikan Nasional sebagai instansi pemerintah yang menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. Berdasarkan surat keputusan ini, dije­ las­kan BLU bukan merupakan status un­tuk mengkomersialkan pendidikan. Te­tapi, BLU ditujukan untuk meningkat­ kan pelayanan publik di samping menambah nilai kualitas UNY dengan pertumbuhan ekonomi dan bisnis yang men­dukung. Singkatnya, BLU lebih me­ nga­rah pada pengelolaan keuangan uni­ versitas agar lebih fleksibel, transparan, efisien, dan efektif. Tidak birokratis!

Memang diakui status ini memberi peluang besar pada universitas untuk mengembangkan peluang-peluang bisnis melalui pengembangan unit usaha, seperti pengembangan usaha UNYQUA, auditorium, GOR, Penerbitan dan perce­ takan, dll. Tapi, apakah ini juga keliru? Men­cari tambahan anggaran untuk me­ ning­katkan kualitas akademik dan fasi­ litas kampus, bukanlah yang keliru, apa­lagi hal itu diperoleh melalui usaha bisnis yang sah dan sehat. Yang keli­ ru, jika pengelolaan usaha ini dilakukan tidak secara transparan, tidak kredibel, mau­pun hasilnya tidak digunakan untuk pengembangan kualitas akademik di UNY. Dan untungnya, anggapan ini ja­uh dari benak para pengambil kebijakan universitas tercinta ini. Nah, untuk mengetahui lebih jauh se­ luk beluk BLU ini, tidak keliru jika membaca laporan utama ini. 

foto-foto: Ahmad Natsir/pewara dinamika

S

ejak 21 April 2009 lalu, UNY me­le­kat­kan baju barunya. Untuk di usia yang ke-45 ini, eks kam­­pus IKIP ini suk­ses me­ nyandang status Badan Layan­ an Umum (BLU). Status yang su­dah lama diperjuangkan ini tidak langsung diterima kalangan mahasis­ wa. Mereka ber­ang­­gapan bahwa seben­ tar lagi UNY akan memasuki kampus bisnis, laik­nya kampus yang telah me­ nyadang status Badan Hukum Milik Negara. Akibat­nya, menurut mereka, kampus UNY lagi ti­­dak memperdu­likan misi kampus sebagai institusi yang lebih mengejar pe­ngem­bangan ilmu pengetahuan dan tek­nologi maupun mengembangan keguruan. Lantas benarkah demikian? Sutrisna Wibawa, Pembantu Rektor II UNY, ti­dak menyalahkan anggapan (keli­ru) tersebut karena bagaimanapun status

O l e h sismono l a ode


ahmad natsir/pewara dinamika

BLU


laporan utama

BLU Sistem Baru; Masa Transisi Baru beberapa bulan, sistem pengelolaan keuangan di UNY menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PKBLU). Bagaimana sambutan keluarga di UNY? Oleh Endang Artiati Su h esti

S

Ahmad Natsir/pewara dinamika

ore yang cerah itu (12/6) di kantor Bagian Keuangan Pusat UNY terlihat dua orang pegawai UNY yang duduk sa­ ling berhadapan. Mereka duduk sam­bil memegang arsip. Mereka terlihat serius me­ng­ obrolkan sesuatu. Beda dengan suasana ramai yang ada di sebelah sekat kantor keuangan itu, beberapa pegawai lain terlihat sedang guyon, dan yang lainnya ada yang bersiap-siap untuk melakukan shalat Ashar, oh ternyata waktu sudah merangkak pukul 15.30. Hampir 10 menit berlalu, dua pegawai yang sedang mengobrol itu masih saja serius, ternyata obrolan mereka tentang BLU.

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 0 9

“Hibah itu dari siapa saja?” “Kemarin hasil rapatnya bukan pakai yang ini?” “Lho kalau pakai itu ‘kan sebelum BLU?” “Yang ini belanja pegawai, yang ini belanja ba­ rang, no akun 525 belanja barang, jadi bedanya ini apa? Itu cuplikan dari obrolan mereka dan mereka ma­sih asyik untuk berdiskusi saat salah satu pe­ga­wai yang lain menjawab pertanyaan ke­ su­litan yang dihadapi ketika sistem keuangan menggunakan PK BLU, “Ya memang pengisian akun masih bingung,” pegawai yang lain me­ nim­pali, buku-buku peraturan sudah ada ting­


Ahmad Natsir/pewara dinamika

laporan utama

Masih Perlu Sosialisasi Walaupun bulan April lalu, UNY menerima SK BLU, namun persiapan UNY sebelum menjadi BLU ternyata telah berlangsung satu tahun lebih. Dan ternyata hal ini belum dirasakan oleh para mahasiswa, masih banyak diantara mereka yang tidak tahu UNY menjadi BLU. Se­ per­ti yang dipaparkan oleh Cahyo, Ketua Forum Komunikasi Unit Kegiatan Mahasiswa (FK-UKM), “ Saya melihat sosialisasi UNY tentang BLU masih minim jadi masih banyak mahasiswa tidak tahu kampusnya sudah menjadi BLU. Paling tidak kan ada spanduk atau bale-

Rektor UNY (tengah), PR II (kanan), PR I (kiri)

PD II FIP Tatang Amarin, M.Si. (paling kanan)

Ahmad Natsir/pewara dinamika

gal pelaksanaannya, masih bingung. Lihat saja bukunya tebal segini,” ungkapnya sambil memperlihatkan sebuah buku himpunan peraturan tentang BLU. Masa transisi jelas ada, Sukirjo, M.Pd., menjelaskan karyawan masih banyak belajar untuk menerapkan PK-BLU di lingkung­an UNY.” Masih sama-sama belajar membudaya­ kan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan BLU karena ada standar layanan dan standar laporan keuangannya yang jelas akuntabilitas dan transparansi,”lanjutnya. Beda halnya dengan Tatang Amarin, M.Si., yang menganggap tak ada perubahan yang terlampau besar dalam BLU ini. “Kalau saya pikir, dengan BLU justru lebih ringkas. Yang tadinya dua akun, dua nomor kode, justru sekarang di gabung. Dulu (baca: sebelum BLU) malah beberapa nomor. Misalnya, ini untuk belanja bahan makan, ini untuk belanja bahan pakaian, ini untuk belanja cat sendiri, nah sekarang semuanya digabung menjadi belanja. Jadi lebih gampang. Yang susah sebenarnya bukan karena BLU tetapi karena sistem keuangannya. BLU lebih ringkas, ada penggabungan (baca: akun) yang susah sekali lagi bukan BLU tetapi atur­ an keuangannya,” terang Pembantu II Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) ini ketika ditemui di ruang kerjanya.

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2009


ho yang menginformasikan bahwa UNY telah BLU. Dan saya kira tidak hanya sekedar informa­ si UNY telah BLU, tetapi juga di spanduk atau baleho tersebut berisi point-point apa saja yang berubah ketika menjadi BLU, jadi mahasiswa bisa baca dan ngerti oh yang berubah ini dan itu,“ ungkapnya panjang lebar. Atval, Ketua Himpunan Mahasiswa (Hima) Sejarah pun kurang begitu mengetahui tentang BLU. Ia mengungkapkan ketika diwawan­ carai via telpon, “Saya kurang mengerti apa itu BLU, mungkin BLU itu semacam lembaga yang mementingkan masyarakat dan kalau se­ buah kampus menjadi BLU mungkin maksud­ nya keinginan mahasiswa dapat ditampung ter­lebih dahulu. Sosialisasi BLU kepada maha­ siswa kurang, tidak ada surat edaran juga dari pusat. Azwar, Ketua Hima Sastra Indone­sia ikut menambahkan, “Harusnya birokat mem­ be­ri informasi kepada ketua-ketua Hima. Ka­ re­­na istilahnya ketua Hima ‘kan yang punya te­man-temen mahasiswa, jadi setelah dapat informasi bisa diteruskan ke teman-teman ju­rus­ an­nya,”cetusnya dengan semangat.

Ahmad Natsir/pewara dinamika

Mahasiswa Khawatir Perolehan hak otonom UNY mengelola keuangan dikhawatirkan oleh beberapa mahasiswa.

10

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 0 9

la ode/pewara dinamika

laporan utama

Bagi mereka BLU adalah pintu gerbang untuk meng­kormersilkan pendidikan. “Saya setuju hanya pada konsep memperpendek jalur prose­ dur (baca: keuangan) tetapi saya harap berhenti di BLU saja tidak usah melangkah ke BHP karena itu akan mengakibatkan kampus UNY menja­ di mahal. Sudah ada contohnya, kampus UGM dan UI. Fakta telah bicara, dua kampus itu menjadi kampus yang mahal,”tegas Danang, Ketua BEM FIP dengan penuh semangat. Anom, Ketua BEM FBS juga mengkawatir­ kan UNY akan menjadi profit oriented. Dengan adanya kesempatan mengoptimalkan unit usaha maka akan ada celah untuk bagi para pejabat untuk profit oriented. “Satu hal dalam BLU ada sisi perusahaan, memperusahakan universitas. Dulu birokrasi berjanji tidak profit orien­ ted. Terkait dengan keuangan memang lebih


transparan. Tetapi juga memberi kesempatan pejabat, karena ada ruang-ruang untuk bisnis di sana (baca: BLU). Kalau untuk pendidikan ti­ dak jadi masalah tetapi kalau tidak kan akhir­ nya mahasiswa yang jadi korban,”terangnya ketika diwawancarai via telepon. Selain itu, Pidi Winata, Presiden BEM UNY, mengingatkan, “Jangan sampai BLU menjadi bumerang kita sebagai kampus yang identik dengan pencetak pendidik ini.” Menanggapi kekhawatiran mahasiswa, Tatang Amirin, menegaskan, “Yang dibisniskan itu adalah aset-aset yang kita punya. Kita optimal­ kan aset-aset kita untuk disewakan kepada publik. Justru UNY mencari peluang agar tidak mem­bebani mahasiwa. Kalau kita dapat penda­ patan, hasilnya secara tidak langsung juga untuk mahasiswa juga. Memang tarifnya untuk intern dan luar sangat berbeda. Untuk intern bia­ya yang dikenai hanya untuk biaya perawatan saja,” paparnya. 

la ode/pewara dinamika

la ode/pewara dinamika

laporan utama

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2009

11


laporan utama

Mengenal BLU Lebih Dekat Perjuangan on the move to world class university menuntut peningkatan kualitas dan pelayanan yang semakin baik dari UNY. Saat ini berbagai hal sedang diusahakan, mulai dari memperbaiki layanan terhadap publik, peningkatan fasilitas untuk menunjang pembelajaran, hingga pembenahan di sektor keuangan. Oleh D hi a n Ha ps ari

U

saha memperbaiki layanan publik dilakukan dengan kompetisi Internati­ onal Standart Organization (ISO) dan Standar Pelayanan Minimum. Usaha ini sedikit banyak telah menampakkan hasilnya. Selanjutnya peningkatan fasilitas dan pem­ benahan sektor keuangan ini yang masih perlu digarap. Menurut Sutrisna Wibawa, M.Pd., Pembantu Rektor II, pembenahan sektor keuangan akan diperbaiki dengan pembelakukan Badan Layanan Umum (BLU). “Melalui BLU, diharap­ kan terjadinya peningkatan layanan publik dan peningkatan kualitas lulusan UNY de­ng­­ an adanya efektifitas, efisiensi dan fleksibilitas keuangan.” Belum sempat BLU diterapkan di UNY, kalangan publik sudah terlanjur memiliki wacana adanya komersialisasi pendidikan dengan kegiatan bisnis di UNY. “Sebaiknya sebelum menggulirkan pendapat atau anggapan, kita mengetahui terlebih dahulu apa itu BLU,” katanya. “Badan Layanan Umum atau disingkat men-

Skema: Penerapan PPK BLU dan Perubahan Organisasi.

12

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 0 9

jadi BLU merupakan metode atau cara untuk mengelola keuangan,” ungkap Sutrisna Wiba­ wa. Secara lebih lengkap, menurutnya, BLU ini dijabarkan UU No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara pasal 1. Disebutkan di da­ lamnya, BLU adalah instansi di lingkungan Pe­ me­rintah yang dibentuk untuk memberikan pe­layanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan da­lam melakukan kegiatannya didasarkan pada prin­sip efisiensi dan produktivitas. Selanjutnya, pada pasal 68 disebutkan bahwa BLU dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan ke­hi­ dupan bangsa, serta kekayaan BLU menjadi kekayaan negara yang tidak dipisahkan. “Pem­ binaan keuangan BLU pemerintah pusat dilakukan oleh Menteri Keuangan dan pembi­naan teknis dilakukan menteri teknis yang bertanggung jawab atas bidang pemerintahan yang ber­sangkutan,” tambahnya.


laporan utama Lembaga Teknis, persyaratan keuangan/admistratif sebagaimana diatur oleh Menteri Keuang­ an (dokumen pelengkap pengajuan BLU). “UNY telah memenuhi tiga persyaratan itu,” tegas Sutrisna Wibawa, M.Pd, Pembantu Rektor II. Dengan demikian, setelah mengalami proses yang panjang akhirnya UNY resmi memili­ ki BLU bersamaan keluarnya surat Keputusan Menteri Keuangan No.130/kmk.05/2009 berisi penetapan Universitas Negeri Yogyakarta pada Departemen Pendidikan Nasional sebagai ins­ tansi pemerintah yang menerapkan Pengelola­ an Keuangan Badan Layanan Umum. Perubahan Pengelolaan Sektor Keuangan Pengelolaan Keuangan dengan BLU tentu ber­ beda dengan pengelolaan keuangan yang sebe­ lumnya. Sebelum mendapatkan BLU, dana yang diperoleh dari mahasiswa harus disetorkan terlebih dahulu ke KPPN, kini dapat digunakan langsung. “Selama ini, dana masuk ke KPPN lalu ditarik untuk digunakan dalam kegiatan. Pro­ ses penarikannya tersebut yang biasanya mema­ kan waktu cukup lama,” tutur Sutrisna. Secara jelas, perubahan itu terjadi di bagian organisasi keuangan, sumber pendapatan, pro­se­dur penerimaan dana, prosedur pencairan ang­garan dana PNPB di Unit Utama dan Satuan kerja lainnya, audit internal dan eksternal,

Ahmad Natsir/pewara dinamika

Asal Mula Lantas, mengapa UNY harus ber-BLU? Pasca turunnya UU No. 1/2004 tentang Perbendaha­ raan Negara yang kemudian berlanjut menjadi PP No. 23/2005 tentang PK BLU ditambah PMK No. 07/PMK.02/2006 yang diganti dengan PMK No. 119/2007 tentang Persyaratan Adminis­ trasi dalam Rangka Pengusulan dan Penetapan Satker Instansi Pemerintah untuk Menerapkan PK BLU, dan beberapa PMK lainnya, UNY menanggapinya dengan cepat, dokumen-dokumen yang diperlukan segera diselesaikan untuk diajukan. Dokumen-dokumen yang dimaksud antara lain pernyataan kesanggupan meningkatkan pelayanan, keuangan, dan manfaat untuk ma­ sya­rakat, pola tata kelola, rencana strategis bisnis, laporan keuangan pokok, standar pelayan­ an minimum, dan laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia diaudit secara indepen­ den. “Dokumen-dokumen itu telah kami siapkan dan kami ajukan ke Departemen Keuang­ an,” papar Setyo Budi Takarina, Kepala Bagian Pe­ren­canaan dan Sistem Informasi UNY. Selain dokumen yang diperlukan, UNY harus me­menuhi tiga persyaratan mendapatkan BLU. Syarat tersebut yaitu persyaratan substantif untuk fungsi dasar pelayanan publik, Persyaratan teknis sebagaimana diatur oleh Kementerian/

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2009

13


laporan utama Tujuan BLU tidak lain untuk meningkatkan pelayanan publik di samping menambah nilai kualitas UNY dengan pertumbuhan ekonomi dan bisnis yang mendukung.

la ode/pewara dinamika

ada­nya investor, perubahan Dokumen Pelaksan­ aan Aanggaran (DPA), dll. Perubahan organisasi disesuaikan dengan PPK-BLU menurut Permen. Pan No. PER/02/M. PAN/1/2007 yang mempertimbangkan adjus­ ment, transformasi dan restrukturisasi. Di sam­ ping perubahan organisasi, pendapatan universitas pun bertambah. Pemasukan itu berasal dari alokasi APBN, hasil layanan BLU, hasil kerja­ sa­ma dengan pihak lain, hibah terkait dan usaha lainnya. Sumber dana ini dapat digunakan un­tuk PNBPK/L. Pengelolaannya untuk dari alo­ ka­si APBN, hasil layanan BLU, hasil kerjasama de­ngan pihak lain sesuai dengan RAB, sedangkan hibah dan usaha lainnya dikelola berdasarkan persyaratan pemberi hibah.

14

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 0 9

Kendati lebih fleksibel dan otonom, UNY te­ tap harus memberikan laporan yang transpa­ ran dan detail selama tiga bulan sekali de­­ng­ an pengawasan dari Badan Pengawas Internal yang melibatkan akuntan publik. Untuk itu UNY merekrut sembilan orang auditor. “Audi­tor ini kami rekrut dari mahasiswa. Pengujinya pun ka­mi serahkan pada kawan-kawan akuntan,” je­las Sutrisna Wibawa dalam sosialisasi BLU di ge­dung serbaguna FIP. Auditor yang berstatus non pegawai negeri ini akan berperan sebagai bagian dari audit internal. Laporannya nanti juga akan dipertimbangkan di bagian audit eks­ ternal. Fleksibilitas, Efisiensi, dan Efektifitas Pengelolaan keuangan yang sehat itu sesuai de­ngan inti BLU: fleksibilitas, efisien, dan efektif. Fleksibilitas terdapat di sektor Pendapatan dan Belanja, Pengelolaan Kas, Pengelolaan Piutang dan Utang, Investasi, Pengelolaan Barang, Akun­tansi, Remunerasi, Surplus/defisit, Status Kepegawaian PNS dan non PNS, serta Nomenklatur kelembagaan dan pimpinan. ”Fleksibilitas di sini diartikan sebagai fleksibi­ litas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prin­sip ekonomi dan produktivitas, sumberda­ ya dan memiliki unit produksi,” ungkap Sutris­ na. Meskipun demikian penggunaan dana harus disesuaikan dengan ambang batas yang


Ahmad Natsir/pewara dinamika

laporan utama

dite­tapkan dalam RBA. ”Apabila melampaui am­ bang batas, maka harus mendapat persetuju­ an Menkeu. Selebihnya, jika terjadi kekurangan ang­garan, dapat diajukan ke Menkeu.” Kendati de­mikian, laporan belanja BLU tetap dilaporkan se­bagai belanja barang dan jasa ke kementerian/lembaga. Fleksibilitas ini didukung oleh pemakaian dan pendapatan sumber dana yang efektif dan efisien. ”Misalnya saja mahasiswa akan menggu­ nakan auditorium untuk pelatihan, nanti akan dilihat berapa banyak peserta pelatihannya. Bukannya apa-apa, itu untuk mempertimbangkan agar pengeluaran listrik dan lain-lainnya tidak membengkak. Kalau pesertanya sedikit lebih efisien kalau menggunakan tempat yang sesu­ ai tidak sebesar auditorium.” Lebih dari itu tidak menutup kemungkinan kampus akan mendukung kegiatan mahasiswa selama kegiatan itu positif. ”Fasilitas kampus ini dapat digunakan secara maksimal, karena kami akan mendukung kegiatan mahasiswa terutama seminar yang sampai ke tingkat nasi­ o­nal bahkan internasional.” Pengelolaan kas juga mengalami perubahan. Dengan BLU, penarikan dana APBN melalui SPM dan dapat melakukan investasi jangka pendek da­lam rangka cash management. Untuk menambah dana, universitas dapat melakukan utang dengan pihak lain seperti IDB, dll. Utang jangka pendek nantinya hanya akan memenuhi be-

lanja operasional, sedangkan utang jangka panjang untuk membiayai belanja modal. Dengan adanya dana hasil usaha universitas, tidak menutup kemungkinan terjadi surplus ataupun defisit. Surplus dana dapat diguna­ kan untuk tahun anggaran berikutnya dan uni­versitas dapat menyetorkan sebagian/seluruh surplus ke Kas Negara/Kas Daerah atas pe­rin­tah Menkeu dengan mempertimbangkan li­kui­ditas BLU. ”Lantas bagaimana apabila universitas mengalami defisit?” tanya Ali, mahasis­ wa Analisis Kebijakan Pendidikan, FIP. Dalam hal ini Sutrisna Wibawa menjawab, ”Ya, kalau bi­sa jangan sampai defisit. Universitas membangun usaha itu dipikirkan dengan matang.” Se­la­in itu, apabila terjadi defisit universitas dapat mengajukan pembiayaannya pada Menkeu me­la­lui menteri/pimpinan lembaga untuk tahun anggaran berikutnya. Tujuan BLU Tujuan BLU tidak lain untuk meningkatkan pelayanan publik di samping menambah nilai kualitas UNY dengan pertumbuhan ekonomi dan bisnis yang mendukung. Seperti dijelaskan Su­trisna Wibawa, UNY memiliki beberapa usa­ ha yang potensial dan akan semakin bertambah jumlah maupun kualitasnya. Dengan ada­ nya nilai tambah dari bisnis UNY diharapkan da­­pat menekan biaya SPP mahasiswa. “Kami a­kan menjalankan bisnis yang sehat agar dapat meningkatkan fasilitas kampus dan kualitasnya,” tegasnya. Beberapa unit usaha yang akan dimaksimalkan pengelolaannya antara lain UNYQUA, trai­ ning center, auditorium, GOR, dan usaha lainnya. “Dengan pengelolaan yang baik sejalan dengan BLU, kita dapat mewujudkan kemandi­ ri­an.” Tentu saja usaha ini juga didukung oleh war­ga UNY termasuk mahasiswa, dosen, dan karyawan. Secara otomatis dengan berlaku­nya bisnis yang sehat, siapapun yang memanfa­at­ kan fasilitas yang dibisniskan akan dikenai ta­ rif. “Tentu saja tarif untuk orang dalam berbeda dengan orang luar,” katanya. Di samping fasilitas-fasilitas yang berbayar, UNY masih menyediakan fasilitas gratis khusus untuk acara akademik semisal penggunaan bis kampus untuk kuliah kerja nyata. “Saya ti­dak akan mengijinkan lagi bis kampus untuk di­se­­ wakan karena itu khusus untuk kegiatan kam­­ pus, sehingga orang luar pun tidak dapat me­­­ minjam.” 

Pembantu Rektor II, Sutrisna Wibawa MPd.

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2009

15


laporan utama

(UNY) Mandiri Kelola Uang Keputusan Menteri Keuangan Nomor 130/KMK.05/2009 berisi penetapan Universitas Negeri Yogyakarta sebagai instansi pemerintah yang menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PK-BLU). Ole h Endang Artiati Su h esti

U

la ode/pewara dinamika

NY menjadi BLU, namun tidak ser­ ta merta perguruan tinggi yang me­ ngo­kohkan diri sebagai kampus pen­ didikan ini tanpa persiapan yang ma­tang. Hampir satu tahun lebih, sejak a­wal 2007 UNY telah mempersiapkan diri menuju BLU. Kala itu proposal pengajuan menjadi BLU telah ditandatangani tepat 21 April 2008 lalu oleh almarhum Rektor UNY, Prof. Sugeng Mardiyono, PhD. “Proposal yang dibuat ti­dak sembarangan!” tegas Abdulah Taman S.E., Ak., M.Si, Ketua Proposal Pengajuan BLU sambil memperlihatkan beberapa proposal yang tebal yang di­ perlukan dalam pengajuan BLU, ada proposal yang berisi: Laporan Keuangan Pokok, Rencana Strategis 2008-2012 dan Pola Tata Usaha. Taman menjelaskan bahwa ketika sebuah Perguruan Tinggi Negeri (PTN) akan menjadi BLU, perguruan tersebut harus mengajukan proposal ke Departemen Keuangan. Proposal yang dibuat melibatkan seluruh fakultas yang ada. “Saya

16

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 0 9

meng­koordinasi pembuatan proposal. Dan se­ te­lah jadi proposal tersebut dipresentasikan di Departemen Keuangan, di hadapan 25 – 30 pe­ ja­bat. Saat itu yang mempresentasikan (baca: pro­posal) adalah almarhum Prof. Sugeng,” papar Taman dengan ramah. Akhirnya, bertepatan dengan peringatan ha­ ri lahirnya R.A Kartini, 21 April 2009 lalu, UNY menerima SK dan resmi menjadi Badan Layan­ an Umum (BLU). Apa itu BLU? Seperti yang dijelaskan dalam pasal 1 Undang-Undang Perbendaharaan Negara, BLU adalah instansi di ling­­kungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat be­ rupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. “Jadi BLU adalah sebuah model pengelolaan keuang­ an yang efisien dan fleksibilitas,” jelas Sutrisna Wibawa, M.Pd, Pembantu Rektor II UNY. Dan


model pengelolaan keuangan ini lebih tranparasi. Kepala Bagian Keuangan UNY, Sukirjo, M.Pd., menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan flek­ sibilitas dalam BLU itu adalah dari dana yang diperoleh Perguruan Tinggi Negeri bisa langsung digunakan.“Efisiensi artinya membelanjakan barang secara tepat, tidak belanja yang tidak perlu,” tambah Sutrisna Wibawa. Alur keuangan sebuah PTN ketika menjadi BLU menjadi lebih pendek. Sutrisna Wibawa menjelaskan bahwa sebelum menjadi BLU, dana yang diperoleh UNY disetorkan ke kas negara. Lalu UNY dapat mencairkan dana di kas negara dengan membuat proposal. Beda halnya, lanjut Sutrisna setelah menjadi BLU, UNY tidak lagi menyetorkan dana ke kas negara, karena dengan menerapkan PK-BLU, dana yang diper­ oleh, khususnya dana masyarakat atau dana yang berasal dari Anggaran Bukan Pajak akan masuk dalam rekening lembaga. “Rekening Rek­tor namanya,” tegas Sutrisna. “Dulu dapat uang (baca: UNY) setor ke kas negara terus bisa diam­bil lagi dengan membuat proposal. Kalau sekarang dapat uang dari masyarakat dapat lang­sung digunakan tanpa melalui kas negara. Te­ta­pi menggunakannya (baca: dana masyarakat) tidak sembarangan karena sebelum ada kegiatan harus ada rencana bisnis dan anggar­ an,” tambahTaman. “Dengan BLU uang yang dibelanjakan kiner­ janya harus jelas. Uang serupiahpun harus di­ per­tanggungjawabkan kinerjanya. Jadi tidak ada uang yang tanpa menghasilkan kinerja. Mi­sal­nya, mengadakan sebuah pelatihan. Apa yang dituju dalam pelatihan itu harus ada, bukan hanya sekedar pelatihan diselenggarakan dan selesai. Apa yang dituju, apa yang dihasilkan dan apa yang meningkat itu harus ada dan uang yang dibelanjakan untuk apa saja, itu semua harus dipertanggungjawabkan,” papar Sutrisna. Rekening yang digunakan untuk dana ma­ suk adalah rekening rektor yang berada di bank BTN, untuk rekening pengeluaran UNY menggunakan rekening di bank BNI. Sutrisna menjelaskan alasan mengapa rekening yang digunakan antara pemasukan dana dan pengeluaran berbeda karena hal ini bertujuan untuk akunta­ bilitas. “Kalau kita akan mencairkan uang, kita akan minta ke bendahara pengeluaran. Selanjutnya bendahara pengeluaran akan meminta bendahara penerima untuk mencukupi kebu­tuhan kegiatan, maka bendahara penerima akan tran-

Ahmad Natsir/pewara dinamika

laporan utama

fer dana ke BNI kemudian bendahara pengeluaran akan mencairkan dana lewat BNI. Bisa Peroleh Pendapatan Uang Dengan tetap mendasarkan pada visi misi, berubahnya UNY menjadi BLU menjadikan kampus yang sedang menuju World Class Universi­ ty ini mempunyai keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. “UNY boleh mengoptimalkan unit-unit usaha yang hasillnya dapat menjadi pendapatan BLU itu sendiri. Selain itu dengan menjadi BLU, UNY dapat menanamkan investasi jangka pendek dalam bentuk deposito. Kalau investasi ada bunganya yang itu menjadi pendapatan BLU seluruhnya. Saat kita menjadi PTN biasa, kita tidak ada fleksibilitas untuk investasi jangka pendek dan tidak bisa menikmati jasa giro dari uang yang telah kita masukkan ke kas negara. Saya perkirakan kita akan memperoleh pendapatan tambahan sekitar 1,5 M dari investasi jangka pendek. Uang itu seluruhnya masuk dalam rekening lembaga dan dapat digunakan untuk menekan biaya pendidikan.” papar Sutrisna panjang lebar. “Walaupun depositonya janga pendek, teta­ pi kalau uangnya milyaran, itu ‘kan bunganya banyak dan situlah sebenarnya positifnya BLU. Ini mudah dan tantangannya adalah akuntabi­ litasnya dari segi keuangan, (baca: tantangan) belum pada programnya, rencana strategi­nya yang akan dicek betul pelaksanaannya. Kalau selama ini kita hanya laporan saja, tetapi se­ ka­rang dicocokkan betul. Ke depan, meracang anggaran harus ada proposal sedetail mung­­ kin,” ungkap Setyo Budi Takarina, Kepala Ba­ gi­an Perencanaan dan Sistem Informasi UNY, dengan ramah saat ditemui disela-sela jam istirahat. 

Setyo Budi Takarina, Kepala Ba­gi­an Perencanaan dan Sistem Informasi UNY

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2009

17


laporan utama

Meniti Tahap Menuju BLU Keinginan UNY untuk mendapatkan BLU sudah diperam semenjak awal 2008. Persiapan segera dilakukan setelah antara pejabat terkait bersepakat mengajukan BLU UNY kepada Departemen Keuangan RI. Ole h D hi a n Ha psa ri

S

la ode/pewara dinamika

eperti yang diungkapkan Sutrisna Wi­bawa, yang dimuat dalam Bernas (11/3 2008), peng­ajuan BLU UNY ini menindaklanjuti “Lokakarya Bimbingan Penyusunan Proposal BLU” yang diselenggarakan oleh Badan Kerja­sama (BKS) PTN Jateng‑DIY di Kaliurang pada awal Maret. Dengan BLU, UNY diharapkan dapat menambah in­ come generating melalui unit-unit usaha yang dibangun dan pemasukan lainnya. Persiapan yang dilakukan UNY bukan hanya setahun ataupun dua tahun sebelumnya. Terhitung sejak kepemimpinan Prof. Sugeng Mardiyono, Ph.D., Rektor UNY periode 2004-2009, UNY membangun beberapa unit usaha komersial, antara lain pembangunan UNYQUA, Apotik, training center, Auditorium, pembuatan bola, lapangan sepakbola dan atletik kualitas internasional, dll. Usaha bisnis ini yang disiapkan untuk dapat memberi ma­sukan lebih. Persiapan lain yang juga sejalan dengan BLU yang usulkan demi peningkatan pelayan­ an publik adalah International Standart Organi­ zation (ISO). BLU dan ISO merupakan dua hal yang saling mendukung kemajuan universitas.

18

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 0 9

Setelah mendapatkan ISO 9001:2000, UNY sema­ kin percaya diri mengajukan BLU ke Departemen Keuangan. Persyaratan BLU Secara teknis UNY mempersiapkan diri memenuhi persyaratan BLU. Yakni, syarat substantif, administratif, dan teknis. Dalam persyaratan substantif meng­atur pendirian dan tujuan usaha yang dikelola universitas. Tugas pokok dan fungsi utama pendirian usaha harus masuk dalam kategori menyediakan barang dan/atau jasa untuk layan­an umum, mengelola wilayah/ kawasan terten­tu untuk tujuan meningkatkan perekonomian ma­syarakat atau untuk layanan umum, dan/atau mengelola dana khusus dalam rangka me­ningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan kepada masyarakat. Bidang layanan umum yang diselenggara­ kan bersifat operasional yang menghasilkan se­mi barang/jasa publik (quasi public goods) dan dalam melakukan kegiatannya tidak mengutama­kan pencarian keuntungan. ”Memang usaha yang didirikan UNY tidak mengutamakan pencarian keuntungan, tetapi bagaimanapun kita harus mendukung dengan melakukan bisnis yang sehat,” papar Sutrisna. Penyelengaraan bisnis yang sehat ini mendukung syarat teknis yang mewajibkan ada­nya kinerja keuangan satuan kerja yang sehat seba­ gaimana ditunjukkan dalam dokumen usulan penetapan BLU. Pelayanan kinerja pun dapat menunjukkan kelayakan dikelola dan ditingkat­ kan pencapaiannya. Untuk itu, pelaporan keuangan dan kemajuan universitas di­sertai berkas kinerja pegawai. “Pegawai harus menunjukkan kinerja yang baik karena basis kita pelayanan umum. Selain itu, ke depan gaji


laporan utama Instansi/ calon BLU

Menteri Teknis/ Pimpinan Lembaga

Menteri Keuangan

Persyaratan substantif

usulan

usulan

memenuhi

Ya

Usulkan BLU

Teliti Per­sya­ratan teknis

Ya

Usulkan diteruskan

Teliti Persyaratan administrasi

Tidak

Tidak

Tidak Ya

Tidak diusulkan

Tdk diusulkan

Tdk disetujui Penetapan BLU Penuh

Bagan proses penetapan suatu universitas menjadi Badan Layanan Umum

pegawai juga akan disesuaikan dengan kinerjanya,” tambahnya. Syarat terakhir dan perlu persiapan khusus yakni syarat administratif. Dalam tataran ini UNY harus menyediakan beberapa dokumen antara lain pernyataan kesanggupan meningkatkan pelayanan, keuangan dan manfaat bagi masyarakat, pola tata kelola, rencana strategi bisnis, laporan keuangan pokok, standar pela­ yanan minimum sesuai Permendiknas No. 35 tahun 2008, dan laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia diaudit secara independen. Penetapan BLU Proposal yang sudah dipersiapkan kemudian diajukan kepada Departemen Keuangan untuk mengikuti proses selanjutnya. Penyeleksi proposal dilakukan secara bertahap. Tahap pertama seleksi persyaratan teknis yang menjadi wewenang menteri teknis atau pimpinan lembaga pengaju BLU. Setelah lolos seleksi proposal dapat diajukan ke Menteri Keuangan, dalam hal ini Sri Mulyani Indrawati untuk diseleksi lebih lanjut. Penyelek­ sian ini merupakan proses terakhir dari perijinan BLU. Apabila memenuhi syarat, Menkeu dapat menetapkan apakah pengaju BLU mendapatkan status BLU penuh atau BLU bertahap.

Penetapan BLU bertahap

memuaskan kurang

Apabila univeritas mendapatkan BLU-Bertahap, maka fleksibilitas terbatas hal-hal po­kok yang diperlukan da­lam pemberian pelayanan, mi­ salnya jumlah dana yang dapat dikelola langsung, pengelolaan barang/jasa dengan batasan tertentu, dan lain-lain. Beruntung, setelah menjalani proses selama satu tahun akhirnya UNY mendapatkan BLU secara penuh. Kepastian penetapan status ini berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No 130/KMK.05/2009 tertanggal 21 April 2009, tentang penerapan pengelolaan keuangan BLU. Dengan demikian, otomatis UNY menyusun sistem akuntansi selambatnya dua tahun setelah ditetapkan. Setelah UNY mendapatkan ijin menjadi BLU dalam sistem pengelolaan keuangannya, masih ada lagi yang harus dilakukan. Berdasarkan dokumen berjudul Implementasi Pengelolaan Keuangan BLU, yang disampaikan oleh Departemen Keuangan, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Direktorat Pembinaan PK BLU di Jakarta 23-24 Februari 2009, pemegang BLU harus menyetorkan seluruh PNBP Tahun Anggaran (T.A.) 2009, menetapkan saldo KAS, menyusun RBA 2009, merevisi DIPA T.A. 2009, menyu­ sun RBA T.A. 2010, menyusun SOP Pengelolaan Keuangan, dan mengajukan Usulan Tarif.  P e wa r a Di n a m i k a m e i 2009

19


laporan utama Sukirjo, M.Pd

BLU Memperpendek Proses Penerimaan dan Penggunaan Dana

la ode/pewara dinamika

Pagi (18/6), Sukirjo, M.Pd., Kepala Bagian Keu­ ang­an UNY, sudah keluar dari ruang kerjanya untuk rapat dengan Kepala BAUK. Memang sebulan ini ia sibuk sekali. Maklum saja, masa tran­sisi ke BLU menyerap banyak energinya. Beruntung, Dhian Hapsari, wartawan Pewara Dinamika, dipersilakan bertemu untuk wawan-

20

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 0 9

cara khusus perihal proses pelaksanaan BLU dan tantangan yang dihadapi. Apa yang berubah setelah UNY menda­pat­ kan BLU? Perubahan paling mendasar adanya fleksibilitas pengelolaan keuangan dalam artian ber-


laporan utama prinsip pada peningkatan produkstifitas layan­ an, efektifitas dan efisiensi. Fleksibilitas di sini maksudnya dari dana yang didapatkan dari PTN itu bisa langsung digunakan tidak perlu disetor ke negara. Perubahan lain, secara teknis, karena tidak disetor ke negara, ada efektif waktu dan biro­kra­ si. Jadi prosedur penerimaan dan pencairan da­ na itu lebih pendek daripada sebelum menja­di BLU. Proses pengelolaan keuangan mulai peneri­ maan dan pengeluaran lebih efisien. Kedua, kemandirian dan tanggung jawab pengelolaan da­na itu lebih diberikan pada pengelola PTN ba­ik oleh fakultas maupun rektorat. Meskipun mandiri, tetapi pengelolaannya tetap lebih mem­perhatikan transparan, tanggung jawab dan akuntabilitas. Apa perbedan pengelolaan BLU dengan pe­ ngelolaan keuangan yang sebelumnya? Semula dana harus disetorkan ke negara dan apabila akan menariknya juga harus dengan prosedur yang panjang. Sekarang cukup pene­ ri­maan dana cukup dilaporkan dan disahkan, penggunaan dana cukup disahkan. Ini khusus dana yang sumbernya dari UNY, termasuk dari masyarakat/mahasiswa, pemberdayaan fasilitas dan kerjasama. Konsekuensinya yang harus dipenuhi itu yang terkadang tidak terbayangkan oleh kita. Meskipun fleksibelitas, tetapi tetap dituntut pe­ laporan yang akuntabilitas dan transparansi. Apa maksud transparansi itu? Transparan di sini dimaksudkan pengelola­ an dana itu harus dilaksanakan dengan dapat dibuktikan kebenarannya oleh semua pihak. Ti­ dak ada yang sifatnya untuk kepentingan tertentu dan disembunyikan karena aturan mainnya jelas. Ada pembuktian secara akuntabel dengan internal audit dan eksternal audit. Kalau dulu tidak perlu audit, karena langsung dari dirjen. Tetapi sekarang harus diaudit oleh auditor eksternal, karena BLU mensyaratkan UNY untuk bersedia diaudit oleh auditor indepen­den atau auditor eksternal. Apa kesulitan yang dihadapi sebulan pelaksanaan BLU? Ya, karena masih baru, kami masih dalam ma­sa transisi. Itu sama-sama belajar pengelola­ an PK BLU dan belajar untuk menerapkan aturan itu di tataran pelaksanaan UNY. Untuk itu,

banyak yang perlu dipersiapkan biaya khusus dan perhatian khusus. Antara lain sosialisasi, penambahan sumber daya, fasilitas, penyiap­an instrumen, dll. UNY menambah sumber daya manusia dari jurusan akuntansi sebagai pendukung tuntutan daripada transparansi pe­nge­ lolaan dan pelaporan yang sesuai de­ng­an IAI (Ikatan Akuntan Indonesia). Kesulitan apa yang dihadapi pegawai? Kalau dari segi teknis sebenarnya lebih sederhana dan singkat dengan pola BLU, tetapi deng­an penuh tanggung jawab, kemandirian dan konsekuensi untuk transparan dan akunta­ bilitas. Pasti ada shock culture, sehingga samasama belajar. Proses yang harus dilewati sesu­ ai tuntutan BLU kan harus memiliki SPM dan punya standar di tingkat akuntabilitas transparansi pengelolaan keuangan. Untuk itu ada tambahan-tambahan ber­ kenaan dengan BLU. Penambahan itu antara lain adanya Dewan Pengawas, auditor, staf yang mendukung sistem pelaporan, dan sistem yang baru. Sistem dan prosedur yang harus di­si­apkan itu sistem akuntansi keuangan, sis­tem akuntansi biaya, dan sistem akuntansi aset. Bagaimana mengatasi kesulitan itu? Kita membuat tim pengusulan BLU, tim so­si­ alisasi BLU, menambah SDM, serta mencip­takan sistem dan prosedur yang harus dipenuhi lembaga BLU. Termasuk penyiapan fasilitas dan keperluan yang dapat menunjang PK BLU. Se­ lain itu, kita harus meningkatkan etos kerja dan sama-sama mau belajar. Kalau ada yang belum dimengerti dapat bertanya, sehingga proses PK BLU dan komunikasi dapat lebih baik. Selebihnya, kita harus mempersiapkan pendataan potensi sumber daya yang dimiliki UNY yang dapat memberikan masukan dana, mem­ bu­at standarisasi layanan yang telah diawali de­ ng­an ISO 9001: 2000, dan mau belajar.

Pendidikan: S2 Manajemen Pendidikan PPs UNY (2006) S1 Pendidikan Akuntansi IKIP Yogyakarta (1990) • KARIER: Aktivis Kopma IKIP Yogyakarta (19881993) Staf Subag Keuangan UNY (1993-1997) Kasubag Dana Masyarakat UNY (1999-2008) Kabag Keuangan UNY (Juni 2008sekarang)

Setelah mendapatkan BLU penuh, lalu apa yang diinginkan UNY selanjutnya? Kita sudah mendapatkan BLU penuh, tetapi BLU ini berbeda dengan BHP. Kalau BLU, harta kekayaan masih milik pemerintah, sedangkan BHP sudah ada pemisahan yang jelas. Setelah BLU berjalan diharapkan empat tahun kemudian bisa menuju ke BHP. 

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2009

21


laporan utama

Selayang Pandang Pengelolaan Keuangan Model Badan Layanan Umum O l e h S utrisna Wib awa

H

ekinus Manao (Mantan Direktur ��������� Akun­tansi & Pelaporan Keuangan, Dit­jen Perbendaharaan: ���������� Ketua Tim Pe­nyu­sun PP BLU) dalam Seminar Na­ sional BHP dan BLU di Universitas Diponego­ ro tahun 2007, mengidentifikasi dua permasalahan pokok di bidang pendanaan pendidikan tinggi di Indonesia, yaitu mengenai besaran (mag­nitude) dukungan keuangan negara pada pro­gram pendidikan tinggi, dan kedua berhubungan dengan governance keuangan negara yang dirasakan kurang fleksibel bagi manajemen perguruan tinggi, terutama perguruan ting­gi negeri. Terkait dengan porsi pendanaan pro­gram pendidikan tinggi, keluhan terhadap ma­sa­lah ini diharapkan semakin berkurang seja­ lan dengan perkembangan pendanaan pendidik­ an, meskipun sampai saat ini (2009) prioritas pendanaan pendidikan masih pada pendidikan dasar dan menengah. Terkait dengan pengelolaan keuangan, khususnya Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) perguruan tinggi negeri (PTN), Paguyuban Pem­bantu Rektor II se-Indonesia tanggal 19 Mei 2007 telah mengirim surat kepada Menteri Keuangan agar pendapatan PNBP dari PTN merupakan pendapatan non-PNBP. Usul agar pen-

Usul agar pendapatan yang dipungut oleh PTN merupakan “Bukan PNBP” dan tidak termasuk dalam APBN tidak disetujui karena akan memiliki implikasi luas. 22

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 0 9

dapatan yang dipungut oleh PTN merupakan “Bu­kan PNBP” dan tidak termasuk dalam APBN ti­dak disetujui karena akan memiliki implikasi luas. Pertama, hal itu mengakibatkan operasi­ onal pendidikan tinggi negeri berada di luar ranah kegiatan Pemerintah dan karenanya Pemerintah dan DPR tidak dapat mengontrolnya. Kemudian, pemberlakuan pendapatan PTN sebagai non APBN adalah tidak sesuai dengan UU 20 Tahun 1997 tentang PNBP, UU 17 Tahun 2003 ten­tang Keuangan Negara dan UU 1 Tahun 2004 ten­tang Perbendaharaan Negara. UU 20 Tahun 1997 tentang PNBP memasukkan pendapatan yang diterima oleh PT (pelayanan pendidikan) se­bagai PNBP. Juga PP 22 Tahun 1999 tentang Je­nis dan Penyetoran PNBP menyebutkan bahwa biaya pendidikan PTN merupakan salah satu jenis PNBP. Masalah pengelolaan keuangan yang tidak ada fleksibilitas dalam pengaturan belanja dan ma­sih sulitnya mengelola pendapatan PNBP karena proses pencairan yang lambat dan sulit telah disadari oleh Pemerintah sehingga telah dimasukkan dalam program reformasi mana­je­ men keuangan pemerintah secara keseluruh­an, yakni melalui UU No.17/2003 tentang Keuangan Negara dan UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara. Konkritnya, penyelenggaraan transaksi APBN internal pemerintah hanya mengenal dua format, yakni melalui penerapan asas bruto di mana semua pendapatan harus disetorkan ke kas negara dan belanjanya dica­ ir­kan melalui kas negara, dan melalui format pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU) yang sepenuhnya memberi fleksibilitas da­ lam penggunaan anggaran (belanja) dan mem­ beri kesempatan untuk menggunakan lang­sung setiap pendapatan dari PBNP. Selanjutnya Hekinus Manao menjelaskan bah­ wa gagasan BLU sendiri bertolak dari konsep sosiologi modern yang mengkategorikan aktivi-


laporan utama tas pemerintah dalam 2 (dua) sisi pandang menurut karakteristiknya: yaitu “mechanic view,” dan “organic view.” Pandangan yang pertama, ke­giatan pemerintah terutama didominasi oleh kegiatan regulatif (termasuk judiciary) dan admi­ nistratif, di mana pendekatan birokrasi sangat relevan. Sementara, pemerintah dalam “orga­ nic view” yang antara lain concern terhadap aktivitas investasi (untuk menciptakan lapangan kerja, misalnya) dan pelayanan publik (untuk menyediakan public goods/services), tidak hanya dituntut mengelolanya dengan efektif, tetapi ju­­ga harus berperilaku efisien. Terhadap aktivi­­ tas yang tergolong dalam karakteristik “orga­ nic view” ini, pemerintah harus dinamis dan se­­yog­ianya diperhadapkan dengan mekanisme pasar. Melalui pola Badan Layanan Umum (BLU), kon­sep ini diintroduksi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan negara, dan mendorong perbaikan kinerja pelayanan instansi pemerintah kepada masyarakat. Sehubungan dengan itu, telah diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum yang ditandatangani oleh Presiden pada tanggal 13 Juni 2005. BLU pada dasarnya me­rupakan wadah implementasi konsep penganggaran ber­ basis kinerja dalam arti yang sesung­guhnya di lingkungan pemerintah, karena kepada BLU diberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuang­ annya guna mendukung efektivitas pelayanan yang diberikan. Fleksibilitas yang diberikan antara lain kewenangan untuk mengelola langsung pendapatan yang diperolah dari masyara­ kat maupun dari hasil kerja sama atau hibah. Na­mun, terhadap BLU diterapkan sistem pengendalian yang khusus pada tahap perencana­ an dan penganggaran serta pada tahap pertang­ gungjawaban. Dalam sistem pengendalian ini, BLU diharuskan menerapkan prinsip cost ac­ counting dalam Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA)-nya, serta mengintegrasikan RBA tersebut dalam Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) ke­men­terian negara/lembaga yang menjadi induknya. Selain itu, BLU juga diwajibkan untuk me­la­porkan dan mempertanggungjawabkan se­ cara berkala kegiatannya, baik kinerja yang dicapai, maupun realisasi keuangannya. Dalam pengelolaan keuangan BLU diberikan beberapa kekhususan perlakukan keuang­ an yang tidak berlaku bagi instansi pelaksana APBN lainnya, yaitu (a) anggaran disusun ber-

dasarkan pendekatan kinerja layanan yang dihasilkan dengan kalkulasi standar biaya (cost stan­dard accounting), (b) anggaran pada huruf a dikonsolidasikan dengan RKA-KL sebagai “Be­lan­ja Barang”, (c) pendapatan yang bersumber dari pemberian layanan, hibah, dan penda­ pat­an lain, dapat digunakan langsung untuk mem­biayai kegiatan BLU. Pendapatan yang bersumber dari APBN murni dikucurkan dengan pro­sedur SPM berdasarkan jadwal yang tertuang dalam DIPA, (d) kas dikelola secara mandiri, terutama untuk kepentingan pelaksanaan ope­ra­sinal BLU. Dana surplus dapat digunakan un­tuk short term investment, (d) piutang dan utang opera­ si­onal atau investmen dikelola sesuai prinsip bisnis yang se­hat, dengan jenjang kewenangan tertentu dalam peng­ adaan utang dan penghapusan piutang, (e) dibebaskan da­ri ketentuan pengadaan barang pemerintah bila terdapat alasan efektivitas dan efisiensi. Namun, ketentuan ini ti­dak berlaku bagi pengadaan be­lan­ja modal yang dananya mur­ni APBN, (f) penghapus­ an dan pengalihan aset tetap dilakukan dengan kewenangan berjenjang, (g) BLU da­pat memberi imbalan/imbalan tambahan kepada pegawai/pejabatnya, baik pegawai/pejabatn eks PNS maupun yang non-PNS, dan (h) surplus realisasi anggaran suatu tahun da­pat digunakan untuk membiayai anggaran ta­ hun berikutnya. Sebaliknya, defisit dapat diusul­ kan untuk dibiayai dalam tahun anggaran berikutnya. Sebagai check & balance, BLU diwajibkan untuk mempertanggungjawabkan keuangannya de­ngan ketentuan antara lain: (a) hanya instansi pemerintah yang lolos seleksi akan diberikan status BLU, dengan kemungkinan dapat di­ca­ but kembali, (b) BLU harus menyelenggara­kan akuntansi dan pelaporan keuangan yang leng­ kap dengan menerapkan standar akuntansi IAI, (c) informasi kinerja (volume dan kualitas

istimewa

Sutrisna Wibawa Pembantu Rektor II UNY

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2009

23


berita renungan

Sadar Sejarah Upaya Melangkah Maju ahmad natsir/pewara dinamika

dokumen fise

Dalam rangka Dies Natalies ke-45, Uni­­ versitas Negeri Yogyakarta menyeleng­ garakan malam perenungan pada 19 Mei 2009 di Ruang Sidang Utama Rektorat. Kepanitian Dies Natalies tahun ini berada di pundak Fakultas Ilmu Sosi­al dan Ekonomi (FISE). Menurut Dekan FI­ SE, Sardiman, ia merasa penting untuk menghidupkan kembali acara malam pe­re­nung­an sebagai bagian rangkaian Di­es Natalies UNY. Melalui perenung­ an itu, menurutnya, diharapkan dapat menjadi bagian penting mengingat perjalanan sejarah UNY. “Dengan me­nge­nang sejarah mudah-mudahan ki­ ta bisa membangun sebuah refleksi dan kita mulai mengembangkan kecerdas­an 24

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 0 9

emosional dan tidak semata-mata karena materi.” Selain sebagai upaya merefleksi diri, ma­lam perenungan yang mengusung tema “Sadar Sejarah Masa Depan UNY” ini dapat menjadi pelajaran berharga bagi segenap warga UNY baik dari tingkatan pejabat maupun civitas akademika lainnya “Dengan refleksi ini kita dapat menghargai jasa para pendahulu ki­ta.” Hal itu juga didasari dari kesadar­ an bahwa untuk melompat ke depan me­nuju WCU tidak lepas dari masa kini, masa kemarin dan hal penting lainnya. Untuk itu renungan malam ini kami gelar, tambahnya. Pada kesempatan ini, Rektor UNY, Dr.

Rochmat Wahab, MA., mengatakan “Ke­­ ma­juan UNY saat ini tidak lepas da­ri prespektif historis. Kita tidak bisa meng­ a­baikan jasa para pendahulu, ter­masuk pa­ra mantan rektor dan sege­nap keluarga besar UNY, ketika UNY mulai di­ rin­tis.” Apapun yang telah dicapai UNY me­rupakan hasil kerja keras, keuletan, dan perjuangan semua pihak. “Baik di ting­katan fakultas maupun universitas. Se­mua personil memberikan kontribusi un­tuk UNY, sehingga UNY sampai pada ke­majuan yang membanggakan sekarang ini.” Kemajuan itu juga dapat dibuktikan de­ngan banyaknya kunjungan dari universitas luar negeri dalam lima bulan


berita ini sebagai bagian dari program World Class University Years untuk tahun ini. “Ke­datangan tamu itu baik untuk sekadar untuk menjaga kerja sama, realisasi ker­ja sama, maupun menjajal kerja sama dapat mengubah iklim UNY menjadi lain dari sebelumnya.” Hadir pula dan turut memberikan pe­ san kesannya, mantan rektor UNY, Prof. Arma Abdoelah, M.Sc. Ia, yang datang bersama istri, menceritakan sekelumit sejarah perkembangan UNY dari masa kepemimpinannya ke masa-masa se­­lan­jutnya. “Dibandingkan pada masa sa­ya menjadi rektor, UNY yang seka­ rang ini sudah sedemikian maju dilihat dari sudut manajemennya.” Kemajuan UNY ini selayaknya dapat mencetak lu-

lusan yang dicari oleh masyarakat luas karena mutu dan kompetensinya. “Se­ kadar mengingat pada waktu saya dulu, ada beberapa lembaga yang sungguh-sungguh datang untuk meminta lu­lusan UNY karena dianggap memili­ ki nilai plus.” Mantan rektor yang gemar bermain tenis ini juga berpesan agar warga UNY tanpa terkecuali untuk berolah raga dan menjaga kesehatan. “Keberhasilan seseorang itu dapat diraih dengan kerja keras, kemauan dan keuletan dan memohon pada Tuhan. Semoga apa yang kita lakukan ini adalah ibadah. Olah raga menjadi hal penting yang tidak dapat dilepaskan dari usaha-usaha kita mera­ ih keberhasilan.”

Lebih dari itu, ia berpesan, Kepemimpinan ataupun tugas apapun yang diberikan haruslah dilakukan dengan sebaik-baiknya sesuai kemampuan. “Kepemimpinan kami waktu itu adalah kooperatif dan apapun yang dikerjakan tidak merasa berat, sehingga semua masalah dapat diselesaikan de­ ngan baik.” Acara ini dimeriahkan pula dengan pembacaan renungan sejarah lahirnya UNY yang diiringi tari ilustrasi yang dibawakan sepuluh mahassiwa Pendi­ dikan Tari FBS. Tari ini kreasi khusus Trie Wahyuni, M.Pd. sebagai pelengkap malam renungan dalam rangka Dies Natalis UNY ke-45. Dhian Hapsari

sosialisasi

UJICOBA KEOLAHRAGAAN SERTIFIKASI AKREDITASI DAN STANDARISASI Minimnya apresiasi keolahragaan kepa­ da para pelatih atletik tingkat dasar dan instruktur kebugaran, menggugah Kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga melakukan kegiatan Ujicoba Keolahragaan Sertifikasi Akreditasi dan Standar­ i­sasi (26/4) bertempat di Kampus Ku­ ningan Fakultas Ilmu Keolahragaan Uni­­­ver­si­tas Negeri Yogyakarta. Kegiat­ an yang merupakan kerjasama Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Nege­ ri Yogyakarta dengan Asisten Deputi Stan­­­da­risasi Akreditasi dan Sertifikasi Kemenegpora. Sebanyak 20 asesor yang berasal dari Kemenegpora dan Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK UNY) memberikan materi pertanyaan kepada para asesi (20 orang) berasal dari instruktur kebugaran dan instruktur atletik. Pada tahap pertama peserta (asesi) diminta menjawab materi pertanyaan tertulis, selanjutnya dilakukan kross cek secara langsung antara asesor (penyuji) dan asesi (peserta). Kegiatan ini juga melibatkan 20 mahasiswa FIK sebagai mo­del untuk

melakukan praktik keolahragaan. Menindaklanjuti kegiatan ini, malam harinya dilangsungkan Pembukaan Sosi­ alisasi Standarisasi Akreditasi dan Profesi yang dibuka oleh Deputi Menteri Bidang Pemberdayaan Olahraga, Dr. RPM Yunusul Hairi, MS aifo. Dihadiri Dekan FIK Perguruan Tinggi di wilayah Indonesia Timur, Kadispora Propinsi di wilayah Indonesia timur, Ketua Koni Se DIY, dan beberapa dosen FIK. Dalam jamuan malam tersebut, peserta disuguhi pentas sendratari Ramayana. Sebelumnya, melalui Asisten Deputi Standariasi, Akreditasi, dan Sertifikasi (SAS), dr. Fatimah,S.PKO telah menjajaki kegiatan tersebut dengan mengumpulkan sejumlah pelatih atletik dasar dan instruktur. “Pemenuhan standar ini harus kita menangkan karena kita telah mulai melangkah pada Undang-undang SKNI Nomor 3 Tahun 2005, bahwa seluruh tenaga keolahragaan wajib memili­ ki standar kompetensi dasar tenaga ke­o­lahragaan. Maka dengan adanya ke­

bi­jakan tersebut kita harus dapat me­ nge­jar ketertinggalan kita dan jangan sam­pai untuk menjadi profesional kita me­nurunkan standar yang telah ada. Da­lam berkompetisi, segala macam ele­ men yang dikerjakan ada semua.Selama ini kita terbiasa bekerja bukan berda­sar kompetisi tapi berdasar tugas,” yakin Fatimah. Senada, dr. Dewi keypoint dari ke­gi­ atan ini, yaitu: 1)Pengetahuan = ke­a­ paan, 2)-Ketrampilan = ke-bagaimana­ an, 3)Sikap = harus bagaimana. “ Untuk mengangkat nasib tenaga olahraga, Ba­ pak dan Ibu harus mampu menunjukan kom­petensinya. Kalau seorang sudah kom­peten, maka dia akan dapat meng­ hargai dirinya berapa. Awal niat ba­ik kita, semoga kelak menghasilkan profesi tenaga keolahragaan yang pro­fesional dan kompeten. Kalau tidak men­jalani hal ini, maka bapak/ Ibu ti­dak akan tahu kekurangan dari apa yang telah dimiliki sekarang. ratnae

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2009

25


berita JOGJA BOOK EXPO ’09

BUKU SEBAGAI SUMBER PERADABAN Dalam rangka memperingati Dies yang ke-45, UNY menga­ dakan Edu Fair dengan tajuk “Jogja Book Expo 09” yang dige­ lar selama 5 hari, Kamis-Senin, (14-18/5) di Gedung Olah Raga UNY. Pameran yang dibuka oleh Rektor tersebut diisi oleh 52 stand yang terdiri dari hampir dari 100 penerbit. Dalam sam­butannya Rektor UNY, Dr. Roch­mat Wahab, M.A., mengatakan, “Dalam era kompetitif de­wasa ini, masyarakat bera­ da pada dunia ekonomi dan pengetahu­ an. Untuk menjadikan masyarakat kita maju dan memiliki daya saing tinggi, pen­di­dikan merupakan strategi yang pa­ ling efektif untuk menjawab persoalan ini, karena pendidikan diyakini mampu meningkatkan kapasitas individu, ma­ sya­rakat, dan institusi untuk menja­di berdaya dan powerfull.” Rektor berha­ rap, agenda pameran ini bisa menjadi fo­ rum untuk mendesiminasikan informasi dan pengetahuan yang penting bagi kehidupan. Dalam waktu lama pentas ini juga dapat bermanfaat dalam meme­ diasi untuk kegiatan ekspresi seni yang

Technology). Akhirnya di­pi­lih pameran buku dengan per­tim­ bang­an UNY sebagai lem­ba­ ga pen­didikan sangat ber­ka­it­ an erat dengan buku se­ba­gai sum­ber belajar. Agus juga me­ nam­­bahkan, dalam pameran ini juga dimeriahkan oleh Fes­ ti­val Band pelajar SMA/sedera­ jat yang dipentaskan selama pameran. Di hari terakhir pameran digelar Fashion Show pengantin dan lomba karao­ ahmad natsir/pewara dinamika ke ibu-ibu yang digelar sebememang sangat bermanfaat bagi eksis­ lum pe­nu­tupan. Untuk Festival band ten­si masyarakat pada umumnya. Se- SMA, juara I diraih Virava band (SMK dangkan Dekan FISE sekaligus penang- N 2 Ban­tul), Juara II, Candle Light (SMA gung jawab Dies Natalis ke-45 UNY, Mu­ham­madiyah Dua Yogyakarta), dan Sar­­di­man, AM.M.Pd., dalam sambutan- Juara III dari Black Amplifire (SMA N 1 Se­ nya juga menyampaikan alasan kenapa won Bantul), untuk juara Favorit pi­lih­an yang dipilih adalah pameran buku. Me­ penonton adalah 93 yard dari MAN 3 Yonu­rut sardiman, buku adalah salah sa­ gyakarta. Sedangkan untuk ju­a­ra lomba tu sumber pembelajaran bagi kita, ka­re­ karaoke ibu-ibu juara I, II, III di­ra­ih Wana buku merupakan sumber perada­ban siti, M.Si. (FISE), Dra. Kuma­la SWG (Rekbagi manusia. Secara terpisah, Koordi- torat) dan Ika (FBS). Sedang­kan pe­ngun­ nator Seksi Pameran kali ini, H.Y. Agus jung dan pembeli buku yang ber­untung Murdiyastomo menjelaskan sebelum­nya mendapatkan doorprize sebuah motor panitia ada dua pilihan antara pamer­ adalah Tistiohadi Soe­wondo, SE. Akt. Sari an buku atau pameran IT (Informa­tion

BAKTI SOSIAL

UNY BAKTI SOSIAL DI KOKAP KULONPROGO Bu dokter, awak kula pegel-pegel, suku­ni­ pun nggih gringgingen (Bu dokter, badan saya pegal-pegal dan kaki juga kesumutan). Demikian ibu Sukinah, salah se­o­­­­rang warga Hargowilis Kokap Kulonprogo di hadapan dokter yang meme­ riksanya. Ibu Sukinah adalah salah satu war­ga Hargowilis Kokap Kulonprogo yang datang ke SD Negeri Sidowayah, tem­pat UNY melaksanakan bakti sosial da­lam rangka Dies Natalis ke-45. 26

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 0 9

Pada bakti sosial kali ini UNY mem­be­ rikan sembako dan pelayanan kesehatan gratis di wilayah tersebut. Pelayanan ke­ sehatan ditangani 8 orang dokter dari UNY dan Puskesmas Kokap Kulonprogo. Hadir pada kesempatan Pembantu Rek­ tor II, Sutrisna Wibawa, M.Pd., Ke­tua LPM, Prof. Dr. Burhan Nurgiyan­toro, pa­ ra Dekan, dan tim lainnya dari UNY. Ha­ dir pula Wakil Bupati Kulonprogo, Mus­ pida, Camat, Lurah, dan perangkat desa

Hargowilis. Bakti sosial di­me­riahkan oleh pameran kuliner, sa­yuran hasil pa­ nen, serta kerajinan dari masya­rakat se­ tempat. Dalam sambutannya, PR II UNY me­ nga­takan, bakti sosial ini sebagai rasa syukur UNY sudah 45 tahun sebagai lem­ baga pendidikan. Kalau anak-anak dari kelurahan Hargowilis dan sekitarnya ingin melanjutkan kuliah, UNY adalah tem­pat kuliah yang tepat, baik untuk


berita yang ingin jadi guru maupun yang ingin ahli di bidangnya. UNY juga mem­ punyai kampus yang letaknya di Pe­nga­ sih Wates Kulonprogo. Di UNY kampus wates ada PGSD Penjas, PGSD guru kelas, Sekretaris, Akuntansi, dan Pemasaran. Un­tuk prodi lainnya ada di kampus in­ duk di Karangmalng Yogyakarta. UNY juga memohon doa restu kepada ma­sya­ rakat dalam upayanya menuju uni­ver­ sitas berkelas internasional. Dipilihnya Hargowilis sebagai tem­ pat bakti sosial, supaya Waduk Ser­­mo dan sekitarnya bisa dikembang­kan sebagai daerah wisata yang lebih baik lagi. UNY dan Pemkab Kulonprogo bisa bekerjasama supaya bisa menarik pe­ ngun­jung lebih banyak lagi. Nanti bi­ sa dikembangkan lagi program pembinaan. Di UNY banyak ahli masak. Di Waduk Sermo bisa untuk perikanan dengan keramba, dan ikannya bisa diolah. Nanti ahli boga dari UNY bisa mem­be­ rikan pembinaan kepada warga sekitar supaya masakan ikan lebih bisa diminati oleh masyarakat. Demikian pula pe­ ngembangan lainnya bisa dilaksanakan dimasa mendatang. Sementara itu, Wakil Bupati Kulon­

ahmad natsir/pewara dinamika

progo, Mulyatno, mengatakan, kegiatan bakti sosial ini merupakan kepekaan dan empati UNY terhadap masyarakat yang masih membutuhkan bantuan. Ka­ rena letak geografisnya yang di pegunungan, Desa Hargowilis belum mendapatkan infrastuktur yang baik sehingga akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan maupun upaya memenuhi kebutuhannya masyarakat harus mele­

wati jalan yang belum begitu baik. ”Maka dengan dilaksanakannya kegi­ atan ini sangat membantu dan bermanfaat bagi masyarakat. Kesehatan memegang peranan yang begitu vital dam rangka kita melaksanakan segala aktivitas sehari-hari. Dengan fisik yang sehat kita mampu melaksanakan beban tugas sehari-hari dengan baik,” harapnya. witono Nugroho

KESEHATAN

KESEHATAN PERLU DI JAGA SEBELUM SAKIT DIY menyelenggarakan Chek Kesehatan (General Chek Up) di Ruang Sidang LPM UNY, (26-27 /4), diikuti sekitar 256 orang dari keluarga besar UNY maupun ma­syarakat umum. Proses Cek kesehatan melalui tes pemeriksaan ki­ mia darah dan urine (air ken­ cing) yang didahului puasa 12 jam sebelumnya bagi pe­ ahmad natsir/pewara dinamika ser­­ta cek kesehatan. Sedang­ Dalam rangka Dies Natalis ke-45 Univer­ kan jenis pe­me­rik­saannya antara lain sitas Negeri Yogyakarta, Lembaga Peng- meliputi Glukosa puasa (gula darah), abdian Masyarakat (LPM) bekerja sama Ko­lesterol, Hemog­lobin, Asam Urat, dll. dengan Dharmawanita Persatuan (DWP) Hasdil Cek kesehatan tersebut diberiUNY dan Bali Laboratotium Kesehat­an kan kepada yang ber­sangkutan pada 1

Mei 2009, dari ha­sil tersebut ada yang menunjukkan hasil normal (sehat) dan sebagian lagi dibumbuhi tanda bintang (*) yang arti­nya bahwa hasil cek darah ada di atas atau dibawah satuan nilai nor­mal yang dibakukan kesehatan. Sementara itu, LPM juga menyelenggara­ kan Bakti Sosial di Daerah Waduk Sermo Kulon Pro­go pada Minggu, 3 Mei 2009 deng­an memberikan bantuan Pengobat­ an Gra­tis dan Pemberian Sembako kepa­ da Ma­sya­rakat sekitar, hadir dalam aca­ ra Bak­sos antara lain Wakil Bupati Kulon Progo, Pembantu Rektor II, Kepala LPM, Para Dekan, dan Para Pejabat di lingkungan UNY. Ahmad Natsir EP

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2009

27


berita

dokumen fise

Dies Natalis ke 45 UNY

SMP IT DARUL HIKMAH PAKEM JUARA LOMBA CERITA SEJARAH Belajar sejarah bukan sekedar untuk menghapal fakta dan peristiwa. Le­bih dari itu, sesungguhnya terpenting ada­ lah belajar dari balik fakta dan peristi­ wa tersebut. Kita belajar dari pengalam­ an manusia pada masa lampau, untuk tidak mengulangi kesalahan dan memperoleh perbaikan masa sekarang dan yang akan datang. Demikian ditegaskan Dekan FISE UNY, Sardiman, AM., M.Pd. dalam sambutan penutupan Lomba Cerita Sejarah Tingkat SD dan SMP se-DIY dan Jateng di Ruang Ki Hajar Dewantara Sabtu (16/5) lalu Lomba diselenggara­ kan sebagai rangkaian kegiatan Dies Na­ talis UNY ke-45. Sardiman mengungka28

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 0 9

pkan, pembelajaran Sejarah di sekolah selama ini masih terkesan banyak hapal­ an fakta, peristiwa, dan tokoh. Akibatnya pembelajaran kurang menarik dan membosankan. Idealnya pembelajaran sejarah disajikan sarat dengan pesan pendidikan nilai dan melatih daya kritis siswa serta dalam suasana menye­ nang­kan. Bercerita tentang tokoh atau pahlawan pejuang bangsa merupakan salah satu upaya mewujudkan pembela­jar­an sejarah yang menarik dan menye­nang­ kan. “Siswa yang bercerita tentang to­ koh pahlawan, mereka akan meng­ha­ yati nilai-nilai kejuangan pahlawan

tersebut,” tegas Sardiman di hadapan 200 peserta dan pendam­ping Lomba Cerita Sejarah. Lomba yang berlangsung sehari penuh, diikuti 100 siswa SD dan SMP se-DIY dan Jateng. Lomba dibagi menjadi dua kategori yakni tingkat SD dan SMP. Masing-masing kategori memperebutkan Peringkat I, II, III, dan Harap­ an I. Pemenang peringkat I SD dan SMP, masing-masing memperoleh piala Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X dan uang pembinaan, Peringkat II memperoleh Piala Rektor UNY dan uang pembinaan, Peringkat III memper­ o­leh piala Dekan FISE UNY dan uang pem­bi­naan, serta peringkat Harapan I


berita mem­peroleh piala Ketua Jurusan Pendi­ dik­an Se­jarah FISE UNY. Untuk lomba ting­kat SMP dimenangi SMP IT Darul Hik­mah Pakem, Sleman (Dewi Menta­ri Wahyuning­tyas), peringkat II SMP N Giri Mulyo, Kulonprogo (Miftahul K), peringkat III Fatimah Az Zahra (SMP Bina Umat Moyudan), dan peringkat IV SMP Tarakanita Magelang (Anton). Sedang­ kan untuk tingkat SD, peringkat I di­ra­

ih SDN Glagah Yogyakarta (Yola Yusticia), peringkat II diraih SDN Baleharjo Wonosari (Riski Pandu P), peringkat III SD Muhammadiyah Sapen (Muhammad Alfian), dan peringkat IV diraih peserta undangan dari Jawa Timur SDN 22 Sidoarjo (Hasan Thalib). Salah satu pe­ me­nang lomba Dewi Mentari Wahyu­ ningtyas dari SMP IT Darul Hikmah me­ nyatakan sangat senang memperoleh

piala Gubernur. Dewi berharap, ke­gi­ atan-kegiatan semacam ini lebih ba­nyak diselenggarakan. “Saya dan teman-teman sangat antusias ketika akan meng­­ ikuti lomba. Ternyata bercerita seja­rah menjadi keasyikan tersendiri dari kami, dan belajar sejarah itu ternyata menye­ nangkan, tidak seperti image kita selama ini,” tegas Dewi. Mr. SPD

Dies Natalis ke 45 UNY

SMK N 1 Depok Raih Juara I Lomba Debat Bahasa Inggris Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Ne­­ge­­ri 1 Depok berha­sil me­­ra­­ih Juara I pa­­­da Lom­­­ba Debat Ba­­ha­sa Inggris ber­ ta­juk ”Stri­ve Your Criti­ cal Thin­k­­­ing Through Eng­­lish De­bat­ing” yang di­se­lenggarakan Unit Kegiatan Maha­siswa (UKM) Bahasa Asing ”SAFEL” (Student Aktivity Forum of Fore­ ign Langua­ges) UNY, Minggu (17/5), di Gedung Serbagu­na Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UNY. Se­­men­­tara Ju­ara II di­ra­­ih SMA N 1 Bantul Tim A, dan Ju­ a­­ra III di­­ra­­ih SMAN 1 Ban­tul Tim B. Sedangkan, The Best Spe­a­ker di­ra­ih Akhmad Zulkhan dari SMAN 1 Purworejo. Lomba diikuti 17 se­ko­lah di DIY ter­diri dari 22 tim. Lomba berlangsung dua hari (16-17/5). Ketua Lomba Debat Bahasa Inggris Poppy Yu­lia menyatakan bahwa kegiatan ini dise­leng­ garakan dalam rangka memeriahkan Dies Natalis ke-45 UNY, selain itu juga sebagai ajang menggali potensi diri dalam berbahasa inggris, ”Enjoy your

ahmad natsir/pewara dinamika

dokumen fise

debating, and thanks for coming”, tegas Poppy. Sementara Pembina UKM Bahasa Asing ”SAFEL” UNY, Rach­mat Nur­ cahyo, dalam sambutan­nya berharap di tahun depan tidak hanya meng­adakan lomba debat bahasa inggris saja, tetapi kalau bisa ada juga Lom­ba Bahasa Jawa, karena lomba de­bat Ba­ha­sa Jawa belum mendunia. Apa­la­gi bagi kita yang tinggal di Jawa, ja­ngan sampai menjadi ta-

mu di rumahnya sendiri. Sedangkan Ke­tua Dies Natalis ke-45 UNY Sali­man, M.Pd., mengatakan, ”Menang kalah da­ lam suatu perlombaan adalah hal yang biasa, jangan sampai kekalahan tersebut menjadi suatu alasan kepada kita untuk tidak mau mencoba lagi. Tetapi sebaliknya, menjadi suatu acuan agar kita bisa lebih maju. Isti

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2009

29


berita pelatihan

WORKSHOP KEWIRAUSAHAAN: MEMOTIVASI DAN MEMPERLUAS WAWASAN

Ahmad Natsir/PEwara Dinamika

Saat ini lulusan perguruan tinggi lebih cenderung sebagai pencari kerja daripada pencipta lapangan kerja. Sekitar 6% lulusan mahasiswa kerja di sektor in­formal (wirausahawan) dan sekitar 89 % bekerja di sektor formal. Dengan kata lain lulusan perguruan tinggi masih meng­gantungkan lapangan kerja yang ada, bukan atau belum menciptakan lapangan kerja. Ketimpangan ini menye­ babkan pengangguran-pengangguran in­telektual atau lulusan perguruan tinggi yang masih mengganggur. “Melihat permasalahan itu diksi ber­ u­paya untuk membina dan mengem­ bang­kan program wirausaha di pergu­ ru­an tinggi.” jelas Pembantu Rektor III, Prof. Dr. Herminarto Sofyan dalam Work­shop Program Wirausaha Mahasis­

30

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 0 9

wa UNY 2009 di Auditorium UNY Senin, 13/4/2009. “Proses yang sudah berjalan dalam rangka mengelola Program Wirausaha Mahasiswa ini antara lain membentuk tim penimbang program mahasiswa wirausaha yang bertugas me­nyusunan kepanduan, sosialisasi pro­gram di fakultas-fakultas dan media mas­sa,” tambahnya. Selanjutnya, setelah workshop para pengusung proposal mengikuti tahap selanjutnya berupa wa­ wancara, seleksi infratruktur rencana usaha mahasiswa diklat, magang dan pemberian bantuan modal usaha, pendampingan usaha monitoring dan pela­ poran hasil. Workshop yang bertujuan memberi­ kan wawasan dan motivasi kewirausa­ haan ini menghadirkan narasumber Prof.

M. Suyanto, Ph.D. sebagai tim pe­ngem­ bang mahasiswa wirausaha dari FIP dan Dra. Anita Suryantini selaku Direktur CV. Tan­jung Harapan Pratama, yang ju­ga alumnus FISE UNY, sedangkan peserta workshop terdiri dari para pengusung proposal, perwakilan fakultas maupun universitas, perwakilan UKM, ketua ju­rusan, dan pejabat UNY lain­nya. Dalam kesempatan ini, Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab. MA., mengatakan “Kemandirian itu penting untuk menjaga eksistensi dan kebangkitan hidup seseorang maupun masyarakat. Untuk itu setiap individu perlu sekali membangun rasa kemandirian, sehingga keberadaan­ nya diperhitungkan pihak lain.” Bisnisbisnis kecil yang dilakukan mereka yang memiliki semangat jiwa interpreniur-


berita ship itu dapat mendongkrak perekonomian. Upaya ini telah dilakukan Amerika untuk tetap bertahan dan menjadi be­sar. “Orang yang punya entreprene­ urship adalah orang yang memiliki kebebasan pribadi. Mereka mempunyai pres­tisi yang tinggi, punya harga diri yang tinggi.” Usaha meraih sukses baik repetitive maupun kolektif tidak akan ada pilihan lain, kecuali harus memiliki enterpreneur culture. Menurut Prof. M. Suyanto, Ph.D., jiwa entrepreneur menjadi kunci meraih kesuksesan dalam bisnis. Salah satu jiwa entrepreneur yang meonjol adalah

sikap mental positif. Sikap mental positif mendorong kita untuk mencapai tu­juan dengan gigih. “Sikap mental po­ sitif mendorong kita menjadi lebih krea­ tif. Setiap sesuatu yang tidak diinginkan terjadi, sikap mental positif masih dapat menanggapi dengan mencari sesuatu dibalik itu secara kreatif.” Perguruan Tinggi seharusnya mengasah sikap mental sebelum memaksimalkan pengetahuan dan keterampilannya. “Sikap mental positif wajib dimiliki seorang pengusaha yang akan sukses dan sen­jata yang sangat ampuh meraih ke­ suksesan.”

Motivasi dalam berwirausaha juga ti­dak kalah pentingnya. Pengalaman te­lah membuktikan. Motivasi menjadi motor penggerak yang efektif. Motivasi itu dapat berupa semangat, kegigihan dan keuletan. Pengalaman ini disampaikan Dra. Anita Suryantini. “Apapun bidang usahanya harus ditekuni dengan serius dan selalu belajar. Disamping itu pengusaha juga haru jeli melihat peluang dan memberi solusi dalam setiap permasalahan.” Untuk itu, setiap orang haruslah telaten dan pantang menyerah. Ahmad Natsir EP/Dhi

program kreativitas mahasiswa

SEBANYAK 40 PNS UNY MENDAPAT SATYALANCANA DARI PRESIDEN RI Sebanyak 40 Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Lingkung­ an Universitas Negeri Yog­ya­ karta mendapatkan Anu­­ge­­rah Satyalancana Kar­ya Sat­ya yang disematkan lang­sung oleh Rek­tor UNY Dr. H. Roch­ mat Wa­hab, Senin (4/5) ber­ tem­pat di Ruang Si­dang Uta­ ma Rek­torat UNY. Dalam kesempatan itu, Rektor UNY, Dr. Rochmat Wa­­hab, menegaskan kepa­ da para PNS bahwa penganu­ gerahan Sat­yalancana Kar­ya Satya ini pada hake­katnya adalah suatu penghargaan atas jasa-jasa PNS yang telah menunjukk­an pengabdian, keseti­ aan, dedikasi, dan ke­cakapan serta kedisiplinannya dalam me­laksanakan tugas yang telah diama­nah­kan negara. Me­nurutnya banyak mak­na yang bisa dipetik dalam pemberian Satyalanca­ na Karya Satya ini, ter­utama dalam hu­ bung­annya dengan peng­abdian PNS se­ba­gai aparatur Nega­ra, Abdi Negara dan Abdi Masyarakat. Karenanya, lan­ jut Roch­mat, seorang PNS baru dapat

saudara dan jadikan peng­ hargaan tersebut menjadi ke­banggaan tersendiri yang pada gilirannya da­pat le­ bih memo­tivasi dan me­ning­­ katkan kinerja dalam me­ laksa­nakan tugas-tugas saat ini dan yang akan datang. “De­ngan satya lencana ini, justeru tanggungjawabnya ha­­­rus selalu berbuat yang ter­­­ba­­­ik un­tuk kepentingan pen­­di­­dik­­an.” tegasnya. Sementara Pembantu Ahmad Natsir/PEwara Dinamika Rek­tor II UNY, Sutrisna Widikatakan telah memberikan suatu pe­ bawa, M.Pd., melaporkan jum­lah PNS ng­abdian, apabila dalam kurun wak- yang mendapatkan satya lancana setu tertentu PNS tersebut te­lah mampu banyak 40 orang yang terdiri dari 38 menunjukkan kesetiaan dan kesungguh­ orang lencana emas dengan ma­sa kerannya dalam bentuk hasil kerja maksi- ja 30 tahun, 2 orang mendapat­kan lenmal yang nyata dan memberikan man- cana perak dengan masa kerja 20 tahun faat bagi kepentingan masyarakat dan dan 1 orang mendapatkan lencana pePemerintah. runggu dengan masa kerja 10 tahun. Ia juga mengharapkan kepada selu­ selain itu para PNS juga menerima piaruh PNS yang menerima penghargaan gam penghargaan yang ditandatangani Tan­da Kehormatan SATYALANCANA KAR­ langsung oleh Presiden Repu­blik IndoYA SATYA ini supaya dapat memperta­ nesia, Dr. Susilo Bambang Yudhoyono. hankan penilaian yang diberikan pada Ahmad Natsir

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2009

31


berita pertunjukkan

FT GELAR RIAS KECANTIKAN

dokumen ft

Sabtu malam, (23/5), ditandai hujan yang amat deras di wilayah Kotabaru dan sekitarnya, tempat dimana perhelatan Gelar Rias Kecantikan angkatan pertama ini akan digelar. Beruntung sebagian besar dari 148 pemain pendukung acara ini telah berada digedung Bimo sejak siang hari untuk mulai dirias. Ber­baur dengan properti pendukung 5 lakon dan para dayang atau asisten dari adik kelasnya, 20 mahasiswa semester 6 ini berbaur dalam kostum, fantasi hair­ do dan rias panggung yang berwarna war­ni. Tiba saatnya acara dibuka dengan oleh sepasang pembawa acara, dan di­lan­jutnya suguhan Musik pembuka da­ri Grup Minority. Sambutan datang dari Dekan FT UNY, Wardan Suyanto, Ed.D., sekaligus membuka pagelaran ini. Ia pun menyampaikan perlu adanya kolaborasi Prodi Rias Kecantikan dengan prodi terkait, seperti Pendidikan Busana dan Teknik Busana, Jurusan seni Tari Fakultas Bahasa dan Seni. Pesan ke­dua adalah penilaian ujian dari 4 de32

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 0 9

wan Juri dari luar hendaknya menjadi acuan penilaian akhir Proyek Akhir ter­sebut. Sejalan dengan itu, dosen pengampu Prodi Rias Kecantikan FT mengembang­ kan tata panduan Proyek Akhir Rias, yak­ ni sebelum pagelaran semua peser­ta harus telah menyelesaikan Laporan Proyek Akhir Bab I, II dan III yang berisi Bab Pendahuluan, Kajian Teoritis dan bab III adalah disain rancangan. yang mana telah diverifikasi silang para pembim­bing PA Rias Kecantikan. Mereka adalah Ibu Eni Juniastuti, S.Pd., yang membim­bing 4 mahasiswa yang menggelar lakon Ro­ ro Jonggrang dan Bandung Bondowoso. Kelompok ini menyabet The Best Group atau Juara Kelompok Favorit Penonton. Kelompok ini tampil dengan Fantasi sanggul yang menjulang tinggi. Trisna Anggun Shinta Karnelis yang menjadi Ketua Panitia penyelenggara Pagelaran ini menggondol Juara II perorangan dalam menggarap lakon Penolakan Cin­ ta Roro Jonggrang, sekaligus Juara The Best Make-up.

Ande-ande Lumut digelar oleh kelompok dua dengan dosen pembimbing Ibu Elok Novita, S.Pd. Kelompok ini cukup ba­ gus dalam menampilkan kostum Yu­yu Kangkang yang dikemas dalam episode Bebono Sinebrang oleh Wahyuningsih. UKM Kamasetra UNY dan siswa-siswa Sekolah Dasar ikut memainkan berbagai peran pada lakon ini. Ibu Yuswati, M.Pd., membimbing ke­ lom­pok Roro Mendhut dan Pronocitro. Dia­wali gerak lincah 8 penari menggambarkan keceriaan Rr Mendhut, Gen­­ duk Duku dan sahabatnya, digarap lin­ cah oleh mahasiswi Jurusan Tari FBS UNY. Mendhut sebagai Putri Boyong­an dalam episode Penolakan Cinta Tumeng­ gung ini didukung oleh UKM Teater Fa­ kultas Kedokteran UGM. Ngupoyo Srono dengan membayar pajak kepada Wi­ro­ guna sebagai konsekuensi penolak­an cintanya. Dilakonkan oleh mahasiswi Rias dan UKM Kamasetra UNY. Dukung­ an 8 model Yogya Design School (YDS) di­bawah pimpinan Afif Ghurub,S.Pd me­ ngemas Kapilut Tresno Tumekeng Sirna­


berita ning Sukma oleh Rohedi Evi Delarohida yang akrab dipanggil Evi menyabet Juara I. Dibawah bimbingan Ibu Dra Endang Bariqina, Serat Menak tampil pertama dalam alunan musik Oriental dan kostum khas Negeri Tirai bamu ini dalam Pisowanan Agung di Kerajaan Tiongkok, lakon Serat Menak ini menyabet Juara Harapan I oleh Febriyani Istiningsih pada episode keempat Rikala Jayeng­ rana Kelaswara Palkrama, Juara Harapan II oleh Putri Ni Bulan dalam episode Kumbaraning Kenyo Mem­ bo Sato. Menampilkan kostum Keong Emas yang dibawakan cool oleh siswa Sekolah Dasar berbadan tambun, membuat geeer para penonton. Kelompok Keong Emas dibawah bimbingan Ibu Asi Tri Tanti, S.Pd ini juga menyabet Juara

III oleh Rita Umi Haniatun dalam Pungkasaning papa cintraka. juga menggondol piala Juara Favorit Perorangan. The Best Total Look diraih kembali oleh Evi dari Lakon Roro Mendhut dan Pro­ nocitro, sekaligus sebagai Juara Umum penerima Tropi Bergilir Prodi Ri­as Kecantikan FT. Sebagaimana layaknya Piala Bergilir, kelompok ini harus hadir dan tampil pada Tugas Akhir tahun mendatang menyerahkan Piala pada sang Juara berikutnya. Demikianlah harapannya ajang silaturahmi bagi alumnus semoga selalu terjaga. Tak ke­tinggalan, 8 pendukung cilik yang ma­sih duduk di TK dan SD mendapat pia­la khusus. Tak lupa diucapkan terima ka­sih kepada pendukung sukses­nya acara, para model, para sponsor dan khususnya para dewan Juri yang terdri dari KRT.

JS. Poerwonagoro, A.Md dari John Salon, Hj Deny Anjas Wati, SH, Mkn dari Larasati Salon and Spa, Mas Pras dari Harian Kedaulatan Rakyat dan Sari Ayu. Harapan akhir dari ibu Kaprodi Rias Kecantikan adalah semua mahasiswa dapat llulus 3 tahun atau kurang, sege­ ra bekerja sesuai bidang dan mencip­ takan lapangan kerja, atau studi lanjut ke S1 di UNJ, satu-satunya prodi S1 Kecantikan pencetak calon guru Kecan­ tik­an. Kedepan, semoga S1 Kecantik­ an FT UNY segera terwujud, sehingga maha­siswa lulusan DIII tidak perlu ja­uh trans­fer S1 ke Jakarta. Demikian harap­an para mahasiswa dan orang tua serta guru SMK Kecantikan di DIY dan Jateng tentang dibukanya Program Studi S1 Kecantikan FT UNY. Cu

program kreativitas mahasiswa

SIRKUIT BULUTANGKIS PUTARAN 12 SERI 2 DIGELAR DI UNY Sirkuit bululangkis dosen dan karyawan PTN/ PTS se-DIY putaran ke-12 seri 2 di UNY telah diselenggarakan pada akhir April 2009 lalu, diikuti 14 PTN/PTS se-DIY terdiri dari regu dosen yaitu UAJY, UNY, IST AKPRIND, USD, UMB (MERCUBUANA), UMY, UPN, UIN SUKA, UII, STIE SBI, STTNAS, UGM, KOPERTIS, ISI. Sedangkan regu karya­ wan diikuti oleh UAJY, UNY, IST AKPRIND, USD, UMB, UMY, UPN, UIN SUKA, UII, UKDW, UAD, UGM, STIE YKPN, ISI. Hadir pada acara pembukaan antara lain Pembantu Rektor II, Pemban­tu Rektor II, Pembantu Dekan II, dan Pembantu Dekan III. Sirkuit yang dilaksanakan di GOR UNY ini menggunakan sistem setengah kom­petisi dimana setiap regu (yang berisi orang-orang se-Perguruan Tinggi) sa­ling bertemu hanya sekali saja. Kegiat­

PTs se-DIY serta tukar pikiran baik di bidang akademis maupun administrasi perkantoran melalui olahraga bulutangkis. Pertandingan yang digelar empat kali pertandingan dari delapan universitas dengan skor pertandingan pada Lapangan I: Dosen UNY Vs. Ist. Akprind (2:1) & Kar­ya­ wan (2:1), sedangkan pada Lapang­ an II: Dosen UNY Vs. USD (3:0) & Karyawan (0:3), dan Lapangan III: dokumen fik Dosen UNY Vs. UMB (3:1) & Karya­ an yang mulanya ditanding­kan setahun wan (1:2). sekali dengan jadwal tanding dua tim Pemain dari UNY diantaranya: Dayang bertanding (tidak ber­­sama-sama pan, M.Pd., Amat Komari, M.Pd., AM Ban­ de­ngan tim lain dari ber­ba­gai perguru- di Utama, M. Pd., Agus Susworo, M.Pd., an tinggi), mulai putaran 11 diadakan DM Devi Tirta Wirya, M.Or., Tri Hadi Kase­tiap dua tahun sekali. ryono, S.Pd., Sigit Nugroho, M.Or., Banu Pembantu Rektor II, Sutrisna Wiba- Setiadi, S.Pd, Sugeng, Sukar­di, Winarno, wa, M.Pd., dalam sambutan pembukaan Rojiman, Sunarto, Da­nang, Joko Purwome­nyampaikan pertandingan ini seba- ko, Widianto, Hadi Marsono. gai ajang mempererat silaturahmi PTN/ Ratnae

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2009

33


berita Upacara Puncak DIES NATALIS UNY KE-45

UNY ON THE MOVE TO WCU

Ahmad Natsir/PEwara Dinamika

Rabu (20/5) pagi ini seluruh civitas akademica UNY merayakan “hari jadi” nya yang ke-45 di Auditorium UNY. Acara yang akan dihadiri oleh Dirjen Dikti, Gubernur DIY, serta tamu-tamu undangan lainnya. Sementara itu, Rektor ITB, Prof. Dr. Djoko Santoso, M.Sc., dipercaya memerikan Pidato Dies Natalis berjudul “Arena World Class University dan UNY Modern”. Penanggung jawab Dies Natalis UNY, Sardiman AM., M.Pd., menjelaskan de­ ng­an mengambil tema “Revitalisasi UNY sebagai LPTK menuju World Class Uni­­ver­sity” banyak kegiatan yang digagas dan dilaksanakan untuk memperingati kelahiran yang telah mencapai angka 45 (yang semestinya jatuh 21 Mei 2009) yang juga merupakan lustrum ke9. Terkait dengan tema tersebut kegi­at­ an yang mewarnai Dies tahun ini mu­ lai dari kegiatan temu ilmiah termasuk se­minar iinternasional, berbagai kegiatan lomba seni, IPTEK, berbagai kegiatan olah raga, temu alumni, berbagai ke­giatan kehumasan dan promosi, bak­ ti sosial yang dikemas sedemikian ru­ pa untuk kepentingan warga besar UNY dan pemangku kepentingan dan ma­ sya­rakat umum. Diharapkan berba­gai

34

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 0 9

kegiatan tersebut meneguhkan eksis­ ten­si UNY di tengah-tengah masyara­ kat nasional maupun global. Rektor UNY, Rochmat Wahab, MA., mengatakan ibarat kehidupan dan perja­ lanan karir, usia 45 merupakan ma­ sa yang amat menentukan dalam per­ juang­an seseorang, karena usia ini sudah bisa me­nan­dai seseorang dalam menemukan ja­ti dirinya, bahkan kemantapan karir­nya. Berkat kegigihan dan kerja keras yang tidak kenal lelah dari semua komponen kampus, di usia ini UNY patut ber­syukur telah mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2000 untuk semua fakultas, bi­ro, lembaga, dan perpustakaan. Ditam­bah dengan ada­ nya dua pengakuan, pertama UNY sebagai salah satu dari 20 universitas di In­donesia yang dinyatakan layak masuk kelas dunia (Investor Daily, SATUR­ DAY, Edisi 24 Desember 2007) dan kedua UNY menduduki ranking ke 18 di antara 33 PTN/PTS di Indonesia yang ma­suk 5000 public and private univer­ sities in the world, maka semakin kuat tekad UNY untuk menuju World Class University (WCU) dan sekaligus mewujudkan insan yang bernurani, mandiri dan cendekia.

“Untuk memantapkan UNY menuju WCU mulai tahun 2009 akan dimulai penerimaan mahasiswa baru untuk kelas internasional bagi prodi Pendidikan Matematika dan Pendidikan Akuntansi, di samping itu dilakukan perintisan prodi bertaraf internasional sebanyak 8 prodi lainnya. Selain itu, pada tahun 2009 akan dilaksanakan sebanyak 23 aktivitas, di antaranya: pengiriman do­ sen untuk short course ke luar nege­ri (teaching content through English), Internasional Seminar, International Network­ ing WCU dan Universitas Mitra, Pelatih­ an dosen untuk pengembangan model dan metode pembelajaran berstan­dar internasional, program pertukaran ma­ hasiswa dengan universitas mitra di Luar Negeri, pelatihan bahasa Inggris untuk dosen dan mahasiswa kelas internasional, pengembangan penelitian, karya ilmiah yang diterbitkan pada jurnal internasional dan bekerja sama penelitian internasional,” papar Rochmat. Sementara Pembantu Rektor II, Sutrisna Wibawa, M.Pd., menjelaskan da­­lam rangka mengimplementasikan UNY sebagai perguruan tinggi menuju WCU, UNY telah menyiapkan dan melak­sa­ nakan penguatan kelembagaan yang terdiri atas komponen: sumber daya ma­ nusia (SDM), manajemen, fasilitas, dan keuangan sebagai daya du­kung uta­ma dalam pelaksanaan tridharma perguruan tinggi (pendidikan dan peng­ajaran, penelitian, dan pengabdian ke­pada masyarakat). Dalam mengembang­ an SDM, dari 1026 dosen UNY, 10% telah ber­kualifikasi S3, 65% berkualifikasi S2, 21% sedang menempuh studi S2, dan 4% lainya adalah dosen muda yang akan masuk program S2 tahun ini. Dari dosen yang berpendidikan S2 se­ besar 65%, kini sedang studi S3 seba­ nyak 162 orang atau 12% dan untuk li­ ma tahun ke depan ditargetkan untuk


berita dikirim studi lanjut S3 sebanyak lima persen tiap tahun, sehingga lima tahun ke depan jumlah dosen yang berpen-

didikan S3 akan berjumlah sekitar 30 sampai dengan 40%. Hal ini akan memenuhi persyaratan WCU di mana ha-

rus memiliki dosen berpendidikan S3 minimal 40%., tegasnya. lena Satlita

Pensiun

Dua Guru Besar UNY Purna Tugas Semangat “Ever Onward Never Retre­ at” sebagai pemacu prestasi olahraga se­makin luntur. Pergolakan politik lebih menonjol mempengaruhi kehidup­ an bangsa Indonesia. Kebijakan politik ber­pengaruh pula pada perkembangan bi­dang olahraga yang berakibat pada ke­ter­bengkelaian pembinaan prestasi. Sebaiknya Indonesia menyadari perlu pasang kuda-kuda untuk perencanaan yang lebih mutakhir dengan pendekat­ an ilmiah agar olahraga dapat dipertahankan, bahkan ditingkatkan. Demikian disampaikan Prof. Dr. Jumhan Pida, M.Pd., dalam orasi ilmiah Purna Tugas Guru Besar yang berjudul Missing Link dalam Pembinaan Olahraga di Indonesia di Ruang Sidang Utama pada (14/5) siang. Dalam pidato pelepasannya ini, Jumhan Pida menjelaskan, Indonesia masih memfokuskan perhatian pada atlet-atlet yang sudah berprestasi tinggi yang kemudian dibina untuk selalu dija­gokan pada kejuaraan yang bertaraf internasional. Indonesia kurang memberikan kesempatan pada atlet junior untuk mencoba prestasinya, agar dapat meng­gantikan atlet senior yang tentu akan mengalami kemunduran di kemu­ dian hari. Lebih parah lagi masalah pembibit­ an, apalagi pemanduan bakat kurang menjadi perhatian dan tidak dijadikan sebagai salah satu kebijakan politik untuk mewawas masa depan. Tidak diingat bahwa adanya atlet elite itu tidak mungkin muncul begitu saja. Hal itu merupakan hasil dari suatu rangkai­ an proses panjang, usaha dan pengorbanan dilakkan baik secara individu ma­u­pun bersama kelompok, bersama

Ahmad Natsir/PEwara Dinamika

ke­luarga mungkin bersama lembaga per­kumpulan, sekolah dan lain sebagainya. Tentu saja, dana, waktu, sarana, prasarana, beserta kendala-kendala yang dihadapi merupakan hal-hal yang perlu dipertimbangkan untuk menjadikan seseorang ke tingkat atlet berprestasi, bahkan ke tingkat atlet elite, tam­bahnya. Orasi selanjutnya dibawakan Prof. Dr. Gunawan, M.Pd. dengan judul Dunia, Indonesia, dan UNY Menyiratkan Keniscayaan Berkembangnya Peran Guru Sebagai Manajer Pembelajaran. Menurutnya, ICT yang sedemikian maju memberikan peluang yang luar biasa bagi manusia untuk melakukan dan mengakselerasi proses belajarnya, baik belajar sendiri maupun melalui berbagai institusi atau unit belajar yang mengor­ ganisasikan objek belajar, subjek bela­ jar, proses belajar, serta sarana dan pra­sarana belajar dalam format yang disebut kurikulum pembelajaran.

Salah satu perubahan yang paling mendasar, sebagaimana dinyatakan Gunawan, adalah perubahan fungsi guru yang semula utamanya menjadi penye­ dia pengetahuan dan yang kemudian akan bergeser utamanya menjadi fasilitator pembelajaran yang harus me-manage sumber belajar yang terseda secara luar biasa banyaknya di internet dengan karakteristik pertumbuhan dari detik ke detik secara luar biasa pula. Dilihat dari kenyataan penggunaan e-learning yang ada di UNY, baik yang berbasis moodle mapun yang buat­an anak negeri, masih menampakkan (asum­­tif) porsi penggunaan IBTL Inter­ net based teaching process) yang masih cu­­kup rendah, walaupun memang ada indikasi hal tersebut bergerak ke arah pertumbuhan. Penggunaan moodle dan e-le­arning buatan sendiri perlu dievalua­ si untuk kemudian dipacu mencapai per­ tumbuhan yang signifikan. Natsir/Dhian

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2009

35


berita senam

LOMBA SENAM ANTAR FAKULTAS DALAM RANGKA DIES NATALIS UNY KE 45

istimewa

Olahraga merupakan salah satu cara untuk menjaga kesehatan kita. Namun tidak semua orang dapat melakukannya dengan berbagai alas an antara lain malas, tidak punya waktu, tidak punya teman, penyakit yang diderita dll. Namun dari segala macam olahraga terdapat beberapa olahraga yang bersifat universal antara lain senam aerobik. Senam aerobik dapat dilakukan oleh laki-laki dan perempuan baik tua maupun muda, semua tergantung pada intensitas latihan saja. Selain itu senam aerobik termasuk olahraga yang tidak terlalu mahal apalagi dapat dilakukan bersama-sama. Demikian Ketua Panitia aerobic dang­ dut beregu dan aerobic perorangan, Ch. Fajar, M.Or. menyampaikannya dalam proposal kegiatan tahunan memperi­

36

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 0 9

ngati Dies Natalis Universitas Negeri Yogyakarta yang ke-45. Lomba digelar (1/5) dimaksudkan untuk: 1)Memba­ ngun silahturahmi antar fakultas UNY, 2) Mem­budayakan senam yang gembira se­­ba­gai olahraga. 3) Ikut berpartisipasi me­­me­riahkan Dies Natalis UNY ke-45. Senam eaerobic beregu diikuti 12 ke­ lom­pok dari fakultas/ unit di UNY. Kelu­ ar sebagai juara pertama FIK (kelompok Dharma Wanita), Juara kedua FIK (ke­lom­ pok dosen dan pegawai administra­si), sedangkan juara ketiga dari FISE. Untuk perorangan tampil sebagai juara pertama sampai dengan ketiga, ma­sing-masing adalah: Ibu Margono, Ibu Man­sur, Ibu Fathan. Lomba senam dibuka oleh Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA. Da­ri dua lomba senam masing-ma­sing

memiliki kriteria sebagai berikut: Aero­ bik Dangdut Beregu dengan ketentuan: 1)Setiap kelompok terdiri dari 5 orang. 2)Durasi waktu 10 menit (sudah termasuk pemanasan, inti dan pen­di­ngin­an). 3) Musik dangdut aerobik. 4) Kriteria pe­ni­­laian meliputi : Teknik Gerak, Ko­re­ o­grafi, Kekompakan, Performance.5) Se­ ti­ap fakultas dapat mengirim­kan lebih dari 1 kelompok.6) Dalam satu kelom­ pok peserta bebas (putra, putri atau cam­­puran). Sedangkan untuk Aerobik Perorangan dengan criteria sebagi berikut: 1)Memakai baju dan sepatu olahraga yang sopan. 2) Gerakan mengikuti instruktur. 3) Kriteria penilaian meliputi : Teknik Gerak, Power, dan Performance. 4)Pe­serta bebas putra dan putri. ratnae


berita senam

DOSEN UNY KE APNME 4th SEOUL NATIONAL UNIVERSITY

istimewa

Asia Pacific Network for Moral Educa­ tion (APNME) adalah or­ga­ni­sasi yang mengelola kegiatan kon­feren­si atau aktivitas-aktivitas lain yang berhubungan dengan riset di bidang pengembangan moral dan Pendi­dik­an Moral. Kegiatan ter­­se­but disponsori universitas-uni­ver­ sitas di seluruh dunia, terutama Ame­­­ rika Utara. Kegiatan konferensi dilaksanakan setiap tahun. Tahun pertama diselenggarakan di Institute of Mora­lo­ gy, Reitaku University, Japan (2006), ke2 (2007) di the School of Education, Sun Yat-sen University, Guangzhou, China, dan ke-3 (2008) di the Center for Citi­ zenship and Moral Education, Beijing Nor­mal University, China. Konferensi APNME ke-4 dilaksanakan pa­da 21-24 Mei 2009, di Seoul Nation­ al University Korea Selatan dengan te-

ma In­terdisciplinary Perspectives on Mo­ ral Education. Kegiatan diikuti delegasi dari berbagai belahan dunia, antara lain U.S.A, Inggris, Belanda, Australia, Selandia Baru, Jepang, Taiwan, China, Hongkong, Indonesia, dan tuan rumah Korea Selatan. Di samping perwakilan negara, kegiatan juga diikuti perwakilan-per­ wakilan oraganisasi dunia, antara lain perwakilan dari JME (Journal Moral of Education), LVE (Living Values Education), dan Fullbright. Indonesia diwakili oleh Dr. Kun Setya­ ning Astuti, M.Pd. dari Jurdik Seni Musik FBS UNY. Pada kesempatan tersebut Kun mempresentasikan artikel “Shap­ ing moral through art and culture” yang mendapat sambutan hangat dari peserta. Hal itu ditunjukkan banyaknya pertanyaan yang muncul.

Di akhir konferensi diadakan simpo­ si­um dengan menampilkan pembica­ ra Dr. Monica J. Taylor (JME-England), Prof. Moon, Yong-Lin (President, Moral Psychologi Research Institute Seoul Na­tional Uiversity-Korea), Prof. Nobumi­ chi Iwasa (Institute of Moralogy, Reitaku University-Jepang), Prof. Derek Sankey (Living Values Hongkong), dan Prof. Jin Sheng dari Hongkong. Inti konferensi tersebut antara lain perlu dikembangkan model-model pembentukan moral berbasis kultur masing-masing, mengingat selama ini negara-negara timur pa­da umumnya berkiblat ke Barat. Konferensi APNME ke-5 akan diseleng­ garakan di Nagasaki Jepang pertengahan Juli 2009. Sementara, APNME ke-6 akan diselenggarakan di Beijing. Kun

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2009

37


berita mahasiswa

TRI HARTITI RETNOWATI LULUS DOKTOR DI UNY Penilaian hasil karya lukis siswa perlu meninjau dua aspek yaitu proses pem­­buatan karya lukis dan hasil karya lukis itu sendiri. Kedua aspek penilai­ an ini akan memberikan gambaran tentang kemampuan melukis siswa yang sebenarnya. Pada penilaian proses seo­ rang guru dapat mengamati bagaimana aktivitas siswa dalam membuat karya lukis. Pada penilaian produk seorang guru dapat melihat hasil karya sis­ wa setelah mengalami serangkaian proses pembuatan karya. Kenyataan di lapangan menunjukkan penilaian proses dan produk dilakukan guru sebatas pengetahu­ an yang dimiliki guru tentang seni lukis, karena latar belakang pen­di­ dik­an bukan dari bidang seni rupa. Se­bagai guru kelas dan tidak pernah mendapat pelatihan tentang pe­­nilaian seni lukis sehingga guru mengalami kesulitan dalam menilai proses dan produk karya seni lu­ kis. Hal ini lebih disebabkan karena ti­dak ada kriteria yang dapat di­ja­ di­­kan sebagai pedoman dalam menilai proses dan produk karya seni lukis anak tersebut. Hal inilah yang melandasi pe­ ne­li­ti­an ini untuk mengembangkan in­­s­ tru­men penilaian karya seni lukis anak, dengan harapan agar penilaian men­de­ kati objektivitas. Penilaian seni lukis anak dilakukan dengan prinsip performance assess­ ment. Sesuai performance assessment terdapat dua jenis penilaian yaitu penilaian pro­ses dan produk. Tujuan penilaian pro­ses karya adalah untuk mengamati kom­pe­tensi peserta didik dalam berkre­asi mem­­buat karya seni lukis. Menurut Conrad (1964: 271) the proc­ esses of eva­luation help to build guides and to define and clarity the purposes 38

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 0 9

hasan kritis. Sedangkan, tujuan penilai­ an produk seni lukis adalah untuk melihat kompetensi peserta didik dalam membuat karya cipta seni lukis. Dalam hal ini pendidik memfokuskan perhatiannya pada hasil karya lukis yang diciptakan oleh peserta didik yang tentunya tidak terlepas dari proses penciptaannya. Oleh karena itu kegiatan penilaian memerlukan kriteria. Penetap­ an kriteria harus disesuaikan deng­ an perkembangan usia anak dan kri­ teria tidak bersifat kaku. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui instrumen penilai­an seni lukis anak sekolah dasar yang terdiri dari instrumen penilai­an proses, instrumen penilaian produk, ins­­tru­men penilaian diri, dan instrumen penilaian kelompok telah meng­­a­lami serangkaian ujicoba. Da­ ta-data yang diperoleh mela­lui ujicoba dianalisis untuk membuktikan va­liditas dan reliabilitas mengguna­ kan program Genova. Koefisien G da­ri komponen-komponen penilai­ Dok. pribadi komprehensif untuk memper­oleh data an kualitas karya seni lukis hasil uji co­ yang akurat dengan tidak kehilang­an ba menunjukkan, secara keseluruhan aktivitas yang dilakukan peserta di­dik, pengembangan model instrumen peni­ perlu dilengkapi dilengkapi de­ngan in- lai­an karya seni lukis dapat diterima strumen non tes yaitu check list atau ska­ un­tuk digunakan melakukan penilaian la rentang. instrumen non tes dapat pa­da faset yang lebih luas atau te­ be­ru­pa Pupil’s Self-Evalution Form, yaitu lah memenuhi untuk kepentingan faset suatu format yang dapat digunakan pe- peng­­u­kuran yang berkaitan dengan obserta didik untuk menerangkan has- jek pengukuran (universe of admissible il kegiatannya dalam bidang seni rupa observations) pada kualitas karya seni sesuai dengan pendapat dan perasaan- lu­kis anak yakni ditunjukkan oleh innya serta The Group Critique, yaitu pe- deks koefisien G sebesar 0,71. Dengan serta didik diminta menunjukkan satu de­mikian, instrumen penilaian seni lu­ atau dua karya mereka secara bergilir­ kis anak sekolah dasar telah meme­nuhi an, kemudian yang bersangkutan dimin­ syarat validitas dan reliabilitas untuk ta menjelaskan karyanya dan selanjut- digunakan dalam proses penilaian seca­ nya kelompok peserta didik yang lain ra luas. ema r mem­berikan respons dalam bentuk ba-

and accomplishments of the education­ al processes. In art educati­on, the evalu­ ation prosesses are natural parts of art activity. Pelaksanaan penilai­an proses dilakukan dengan mengama­ti peserta didik dalam melaksanakan tugas yang diberikan dalam proses pembelajaran dengan tidak mengganggu ak­tivitas belajar peserta didik. Agar pengamatan pendidik lebih terarah, sistematis, dan


berita kejuaraan

UNY JUARA UMUM POMDA

Pekan Olahraga Mahasiswa (POMDA 2009) dalam rangka persiapan POMNAS tahun 2009 di Palembang yang berlangsung sejak 1 hingga 16 Mei 2009, telah ditutup oleh Rektor UNY, Dr. Rochmat Wa­hab,MA., (16/5). Berba­ gai cabang olah­raga dipertandingkan meliputi: Te­nis, sepak takrow, renang dan sepakbola, atletik, bola voli, tenis me­ja, taekwondo, karate, pencak silat, bulutangkis. Untuk cabang sepak bola, takrow, dan renang, UNY dipercaya sebagai tuan rumah. Sementara pada cabang bulutangkis, atletik, tenis lapa­ ngan, UGM dipercaya tuan rumah. Panjat dinding dan pencak silat (UPN tuan rumah), Bola voli (UII tuan rumah), ta­ek­wondo (UAD), Karate (UIN), Tenis Me­ja (UTY). Partai final Sepakbola pere­ butan juara I, antara UGM vs USD dimenangkan UGM dengan skor 3-0. Top Skor diraih oleh Ari (UNY) dengan 10 gol yang berhak uang pembinaan Rp. 250.000. Juara 1 mendapat medali emas dan uang pembinaan 3 juta Juara II men­ dapat medali perak dan uang pembi­ naan 2 juta. Juara III mendapat medali perunggu dan uang pembinaan 1 juta. Sementara itu, daftar klasemen akhir perolehan medali sebagai berikut: UNY juara Umum Pertama dengan 55 emas, 43 perak dan 32 perunggu. UGM juara Umum kedua dengan 26 emas, 15 pe­ rak, dan 20 perunggu dan UAJY juara Umum Ketiga dengan 9 emas, 17 pe­rak, dan 8 perunggu. ratnae dan haryul

K ilas Pemeran Utama KCB KE UNY “Azzam seorang mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu di Universitas Al Az­ har Kairo-Mesir. Kuliahnya tertunda selama 9 tahun setelah ayahnya meninggal du­nia, sehingga demi menghidupi dirinya dan keluarganya di Solo Azzam berdagang bakso dan tempe di Kairo-Mesir. Namun dari pekerjaannya itulah, ia menjadi ter­ dokumen FIK kenal di kalangan KBRI di Kairo, dan mem­ pertemukannya dengan Eliana (Alice Norin), gadis cantik-modern, putri Du­bes RI di Mesir, “ demikian cuplikan Talk Show dan Bedah Buku “KETIKA CIN­TA BERTASBIH” yang diselenggarakan pada Jum’at (24/4) bertempat di Ruang Serbaguna FIP UNY. Hadir pada acara ini empat pemeran utama film KCB (Ketika Cinta Bertasbih) dan para peserta audisi jogja yang meski tidak ikut bermain dalam film ini na­mun mengaku tali silaturahmi masih tetap terjalin. ANT

Perlunya Resolusi Pendidikan Dalam memperingati Hari Pendidikan Nasional dan Dies Natalis UNY Ke-45, Himpunan Mahasiswa Analisis Kebijakan Pendidikan (HIMA AKP) FIP Uni­ver­ sitas Negeri Yogyakarta mengadakan Seminar Nasional Pendidikan yang dilak­ sanakan pada Senin, (25/5) di Auditorium UNY dengan tema “Resolusi Ke­bi­ jakan Pendidikan Dalam Menghadapi Tantangan Global”. Pada seminar ini tampil sebagai pembicara adalah Prof. Djohar, MS (Rektor UST), Prof. Dr. Noeng Muhadjir (Guru Besar Paksa Sarjana UNY), dan Prof. Su­ya­ta, Ph.D (Pakar Pen­ didikan Nasional) dengan moderator Dwi Siswoyo, M.Hum. ANT

Pekan Kreativitas Mahasiswa FMIPA Fakultas MIPA mengadakan sosialisasi presentasi kepada peserta Pekan Kre­ ativitas Mahasiswa (PKM) pada Rabu, (27/5) dan dilanjutkan dengan display pada Jumat, (29/5)di Ruang Sidang FMIPA UNY. PKM ini dikembangkan dalam rangka mengantarkan mahasiswa mencapai taraf pencerahan kreativitas dan inovasi berlandaskan penguasaan sains dan teknologi serta berlandaskan kei­ manan. Proposal Program Kreativitas Mahasiswa dari FMIPA sebanyak 38 ju­dul dengan jumlah dana seratus lima puluh tiga juta Rupiah yang terdiri dari PKM Penelitian, PKM Penerapan Teknologi, PKM Kewirausahaan, PKM Pengabdian pada masyarakat, dan PKM Penulisan ilmiah. Pada tanggal 2 hingga 5 Juni 2009 Dikti memonitor dan mengevaluasi program PKM untuk semua perguruan ting­ gi di Yogyakarta yang menerima dana Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dimana hasil karya mahasiswa UNY akan dipamerkan di Auditorium UNY pada tanggal 4 dan 5 Juni 2009. dedi

Murid SD Deresan Mendukung Cerita Roro Jonggrang Fatur, Faig, Hafis, Alfin, Calvin dan Vian, murid Sekolah Dasar Deresan Yog­ ya­karta kelas 4, menyatakan siap mendukung pagelaran Cerita RORO JONG­ GRANG. Mereka kompak serta gembira menjadi JIN dan Burung Bangau yang lu­cu. Dalam gladi kotor yang diselenggarakan di depan Kantin PTBB FT UNY, Ming­gu, (17/5) sore ini, mereka tidak canggung menghadapi pemain lain yang ma­hasiswa dan professional dalam dunia teater. Rani P e wa r a Di n a m i k a m e i 2009

39


opini

TRANSFORMASI KEPEMIMPINAN O l e h Heru Fa rh a ni

T

apak-tapak sejarah di belakang kami adalah kesaksian yang paling nyata dan tonggak kebenaran tentang usaha dan pengorbanan yang tiada taranya, telah memberikan kesadaran dan tanggung jawab pa­ da kami untuk kami teruskan sebagai pesan su­ ci. (Deklarasi Pemuda) Pemuda dan Perjuangan Reformasi Pemuda, termasuk mahasiswa, memegang peranan penting dalam sejarah panjang bangsa Indonesia. Jauh sebelum reformasi, sejarah telah mencatat bahwa pemuda bersatu untuk berjuang bersama dalam organisasi nasional Budi Oetomo. Pada 28 Oktober 1928 pemuda dari seluruh Indonesia sepakat untuk mendeklarasikan cinta kasihnya kepada Indonesia yang ditandai dengan deklarasi pemuda sebagai tong­ gak awal sumpah pemuda. Rasa nasionalisme terpatri jelas pada bait-bait ikrarnya. Kami pe­ muda-pemudi Indonesia berbangsa yang satu, bangsa Indonesia / kami pemuda-pemudi Indo­ nesia bertanah air yang satu, tanah air Indone­ sia / kami pemuda-pemudi Indonesia berbahasa yang satu, bahasa Indonesia. Begitu pula ketika terjadi gelombang reformasi pada 1998, gerakan yang berhasil menumbangkan rezim Soeharto yang telah berkuasa 32 tahun pun memberikan sejarah tersendiri bagi gerakan pemuda dan mahasiswa. Sebagai gerakan moral, mahasiswa yang notabene terdiri atas pemuda, telah berhasil menjadi pioneer dalam menghimpun kekuatan lainnya, se­per­ ti buruh dan masyarakat sipil. Gerakan re­for­ ma­si menjadi salah satu kekuatan besar yang ada dengan semangat mengusung peru­bah­an dan menunjukkan people power yang se­sung­ guh­­nya dalam rangka menumbangkan rezim yang otoriter. Peran Pemuda dalam Menyiapkan Kepemimpinan Nasional Sebagai pengusung dan pelaku gerakan refor­ 40

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 0 9

ma­si, pemuda tentu memiliki hak serta tanggung jawab untuk mempersiapkan figur-figur po­ten­sial guna menyongsong kepemimpinan na­sional dan berupaya membangunkan potensi pemuda. Untuk itulah, perlu kiranya pemuda di­be­kali nilai intelektual dan moral yang tinggi sebagai fondasi utama dalam rangka memba­ ngun generasi berintelektual profetik. Pada da­ sar­nya, jika pemuda mampu bangkit menjadi generasi yang siap, mau, dan mampu me­mim­ pin bangsa, insya Allah kebangkitan nasional tinggal menunggu waktu. Golongan intelektual, oleh Dawam Raharjo, dirumuskan sebagai sebuah alternatif tugas bagi elemen mana pun untuk bersama memba­ ngun bangsa ini. Pertama, memperluas pendi­ dikan dan pencerdasan kehidupan bangsa. Ke­ dua, menumbuhkan idealisme di kalangan ca­­­lon intelegensia, untuk mengabdi kepada sek­­­tor masyarakat untuk memperkuat civil so­ ciety dan mengimbangi birokrasi. Ketiga, memperluas bentuk-bentuk pengabdian profesio­na­ l­isme. Intelektual dan Moral sebagai Pondasi Utama Dalam Kamus Besar Bahassa Indonesia kata intelektual berkaitan dengan kata intelek. In­ telek adalah istilah psikologi tentang daya atau proses pikiran yang lebih tinggi yang berke­na­ an dengan pengetahuan; daya akal budi; kecer­ das­an berpikir. Kata intelek juga berkonotasi un­tuk menyebut kaum terpelajar atau kaum cen­dekiawan. Sedangkan kata intelektual berar­ ti suatu sifat cerdas, berakal, dan berpikir jernih ber­dasarkan ilmu pengetahuan. Kata intelektual juga berkonotasi sebagai kaum yang memili­ ki kecerdasan tinggi atau juga disebut kaum cen­dekiawan Dalam pengertian lain, golongan intelektual disebut sebagai golongan yang tidak hanya ber­ kutat pada ilmu profesionalnya, namun me­mi­ li­ki peran sosial, terutama sebagai intelektual be­bas yang bisa memerankan diri sebagai kri­


opini ti­kus masyarakat atau pemerintah. Biasanya di­ nis­­batkan dengan peran Ir. Soekarno, seorang insi­nyur teknik sipil dan kemudian dinobatkan men­­jadi pemimpin negeri. Cokroaminoto yang in­si­nyur teknik mesin menjadi ketua Sarekat Is­ lam, atau dr. Sutomo, dr. Cipto Mangunkusu­mo, dr. Wahidin Sudirohusodo yang dokter, namun juga menjadi tokoh pergerakan nasional. Mungkin ini sejalan dengan pengertian inte­lek­tual organik versi Antonio Gramsci yang mem­bedakan peran intelektual biasa dan peran intelektual or­ganik menurut perannya, yaitu yang menyu­ arakan kepentingan kelompok dan peduli pada urusan masyarakat. Nilai intelektual sangat bertolak belakang de­ ng­an teori Darwin mengenai the survival of the fittest yang menunjukkan bahwa hanya yang ku­at­lah yang menang dan dapat bertahan hi­ dup. Dalam hal perjuangannya untuk hidup, mo­­ral atau moralitas tidak memperoleh tempat. Ma­nu­sia segera melihat bahwa sepanjang sejarah kemanusiaan, perjuangan un­ tuk hidup memerlukan ke­kuatan bukannya ke­ baikan atau kebajikan, bukan rasa ren­dah diri, melainkan ke­­ang­ kuh­an, bukan altruisme melainkan kecer­ das­an. Demokrasi dan persamaan itu dekaden ka­rena bertentangan de­­ng­an proses seleksi dan survival. Bukan ma­sa jelatalah yang pen­ting, melainkan se­ ge­­lin­tir jenius-jenius yang akan memimpin ma­sa itu. Bukan keadil­ an melainkan kekuatanlah yang akan meninggikan umat manusia. Moral dan kebajikan (yang dalam kehidupan Nietzsche adalah moral Kristen) adalah berhala manusia, sehingga harus diberantas. Bertentangan dengan hal di atas, setelah ki­ ta dapat memahami nilai-nilai intelektual, sa­tu hal yang wajib dimiliki, bukan hanya oleh pe­ mu­da, namun juga semua golongan, adalah nilai-nilai moral. Seorang pemimpin bukan hanya meng­atur, namun juga menjadi suri tauladan

Nilai intelektual sangat bertolak belakang dengan teori Darwin mengenai the survival of the fittest yang menunjukkan bahwa hanya yang kuatlah yang menang dan dapat bertahan hidup. ba­gi orang di bawahnya. Sungguh berbahaya na­sib bangsa ini jika dipimpin oleh orang yang kre­di­bi­li­tas kepemimpinannya dipertanyakan. Hal ini pula yang mendasari pesimisme banyak orang akan kebangkitan negeri ini, ketika jauh ha­ri menjelang pelaksanaan pemilihan presi­ den, tokoh-tokoh tua meng­isyaratkan diri untuk maju dalam pemilih­ an umum. Bukan apaapa, namun banyak di antaranya telah terbukti ga­gal mengawal perubahan bangsa ini untuk me­nuju lebih baik. Jika kedua hal tersebut dikuasai, kemudian digabungkan dengan fi­ gur yang memang com­ pe­ten dan capable, baik dari segi loyalitas, aka­de­ mik, jiwa kepemimpin­ an, antiprimordialis­me, Kalam/pewara feodalisme, dan hedinisme, memiliki kepiawai­an dalam me-manage organsiasi, sungguh kebangkitan nasional sudah makin dekat. Lantas, siapakah yang siap menerima transformasi ke­pe­mim­pinan ini? Semoga dia adalah Anda yang mem­baca tulisan ini. Hasta La Victoria Siempre.

Heru Farhani Presiden Keluarga Pelajar Mahasiswa Kalimantan Barat

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2009

41


opini

SERTIFIKASI, HARAPAN DAN KENYATAAN O l e h B a m b a n g S u b a li

S

Pendahuluan ebagai seorang dosen yang akan meng­ injak usia 58 tahun, dengan masa kerja lebih dari 30 tahun, adanya berita ser­ tifikasi tentu sangat mengembirakan, mes­ki saya tidak termasuk orang yang berun­ tung ikut tersertifikasi. Konon, yang jadi per­ tim­bangan lembaga karena saya sedang me­ nem­­puh S-3 dan sampai Agustus 2009 masih me­ne­rima beasiswa BPPS. Pertanyaan yang meng­ge­litik hati adalah sampai kapan saya ha­­rus bersabar menunggu diusulkan sebagai do­­sen calon peserta sertifikasi (DCPS). Di blog fo­rum dikti.org masalah sertifikasi dosen juga ba­nyak dipertanyakan. Tulisan ini sebagai pe­ nya­­lur­an pendapat saya pribadi, semoga ditang­ gapi dengan “hati” oleh para pembaca. Sertifikasi atas Dasar Kuota Dalam Buku 1: Naskah Akademik Tahun 2009 dinyatakan, DCPS diusulkan oleh perguruan ting­ginya masing-masing kepada Ditjendikti, ber­da­sarkan urutan prioritas: (1) jabatan aka­ de­mik, (2) pendidikan terakhir, (3) daftar urut kepangkatan (DUK) bagi PNS atau yang setara un­tuk dosen non-PNS. Dosen calon peserta ser­ ti­fi­ka­si tidak sedang menjalani hukuman ad­mi­ nistratif (sedang atau berat) menurut peraturan perundang-undangan/peraturan yang berlaku.

Dengan sistem kuota tentu sangat merugikan sejumlah dosen fakultas ter­ tentu yang berdasarkan jenjang jabatan akademik memiliki lebih banyak dosen yang masuk dalam daftar DCPS. 42

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 0 9

Jadi, menjadi pertanyaan bila demi keadilan, perguruan tinggi membagi banyaknya DCPS sesuai kuota yang proporsional atas dasar banyaknya dosen di tiap fakultas. Dengan sistem kuota tentu sangat merugikan sejumlah dosen fakultas tertentu yang berdasarkan jenjang jabatan akademik memiliki lebih banyak dosen yang masuk dalam daftar DCPS. Penerapan Urutan Prioritas Mengacu pada aturan dalam buku 1 tersebut, perlu ada ketegasan dalam menetapkan mana sebenarnya yang lebih prioritas untuk diusulkan sebagai DCPS. Dalam aturan itu tampaknya per­ lu ada contoh nyata agar ada penafsiran sesuai dengan apa yang tersurat dan tersirat. Sudah jelas, kalau sama-sama Lektor Kepala IV/c, pri­ oritas adalah yang bergelar S-3. Bagimana ������������ antara DCPS Lektor Kepala IV/c bergelar S-2 dan DCPS Lektor kepakla IV/a bergelar S-3? Penjelas­ an ini menjadi penting karena untuk persyarat­ an nomor 1, DCPS Lektor Kepala IV/c seharusnya lebih prioritas. Apalagi jika masa kerjanya jauh lebih lama. Kalau konsep dasar sertifikasi adalah kewe­ nangan mengajar, tidak akan terjadi DCPS Lektor Kepala IV/a bergelar S-3 lebih prioritas daripada DCPS Lektor Kepala IV/c bergelar S-2. De­ngan demikian, tidak akan ada anggapan bah­wa naik pangkat dari golongan IV/a ke IV/ c sebagai prestasi akademik yang tidak patut di­banggakan. Sertifikasi dan Tunjangan Profesi Sungguh berita yang sangat tidak mengenakkan, ketika mendengar dosen tidak diusulkan se­bagai DCPS karena ia segera purna tugas. Per­ ta­­nya­annya, (1) apakah dianggap percuma bagi seseorang yang lolos sertifikasi kemu­dian ia purna tugas sebelum mengenyam tun­jang­ an profesinya, (2) apa sebenarnya hubungan an­tara sertifikasi dan purnatugas, (3) apakah pe­­ne­rimaan tunjangan profesi identik deng­­


opini an perolehan sertifikat keprofesian seseo­rang? Atau­kah, tunjangan profesi sebagai kon­­­se­­ku­en­­ si logis karena seseorang memiliki buk­­­ti for­­mal lolos sertifikasi? Padahal, saya ya­kin, mes­ki­pun akhirnya seseorang tidak sem­pat men­­da­­pat­kan tunjangan profesi karena ke­bu­ru pur­na tugas, toh ia bangga di detik-de­tik akhir ma­sa pengabdiannya masih diakui ke­pro­fe­si­o­nal­annya. Bagaimana di SD, SMP, dan SMA? Banyak ���������� gu­ ru yang lolos sertifikasi angkatan pertama tidak sempat memperoleh tunjangan profe­si karena keburu purna tugas. M�������������������� ereka tetap bang­ga karena telah memiliki bukti formal atas kepro­ fesionalannya. Sertifikasi bagi Dosen Studi Lanjut Dalam buku 1: Naskah Akademik Sertifikasi Dosen dicantumkan, dosen yang dapat diu­sul­ kan sebagai DCPS adalah dosen yang di an­ta­ra­ nya (1) telah bekerja sekurang-kurangnya dua tahun, (2) memiliki jabatan akademik sekurangkurangnya Asisten Ahli; (3) memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya S-2 dari Prodi Pascasarjana yang terakreditasi, (4) mempunyai beban akademik sekurang-kurangnya 12 sks per semester dalam 2 tahun terakhir di pergu­ ru­an tinggi tempat ia bekerja sebagai dosen te­tap; tugas tambahan dosen sebagai pejabat struktural (di lingkungan perguruan tinggi) diperhitungkan SKS-nya sesuai aturan yang ber­laku. Artinya, meskipun sudah dua tahun me­nga­jar, kalau beban akademiknya kurang da­ri 12 SKS, ia tidak berhak diusulkan sebagai DCPS. Pertanyaannya, sudah tepatkah dosen yang sedang studi lanjut dan memperoleh beasiswa BPPS ”diputuskan” untuk tidak diikutsertakan sertifikasi? Bukankah ���������������������������������� bebas belajar selama studi lanjut setara dengan beban akademik 12 SKS? Kalau alasannya dalam salah satu syarat sertifikasi harus ada penilaian mahasiswa, mengapa dosen tugas belajar tidak dinilai atas dasar kedudukannya sebagai mahasiswa? Artinya, dosen studi lanjut dinilai keseriusannya dan pres­ tasinya selama menempuh prodi lanjut. Kiranya teramat mungkin, ke depan diambil kebijakan baru, dosen studi lanjut penerima beasiswa BPPS akan segera diusulkan sebagai DCPS bila sudah tidak aktif mengambil mata kuliah (tinggal menulis disertasi) dan sudah kembali mengajar karena beasiswanya sudah habis (sudah lebih dari 3 tahun). Jadi, tidak perlu menunggu sampai dosen yang bersangkutan

lulus. Bandingkan dengan dosen studi lanjut yang biaya swadana yang tetap saja dapat diu­ sulkan sebagai DCPS. Bahkan, yang sudah tersertifikasi tetap mendapatkan tunjangan profesi. Bagaimana pula dengan dosen studi lanjut yang swadana tetapi mendapat bantuan SPP dari perguruan tinggi setempat? Apakah ia juga berhak diusulkan sebagai DCPS? Dengan demikian, menjadi jelas apa landasan dosen tidak dapat diusulkan dalam DCPS. Apakah karena tidak mengajar atau apakah karena mendapat beasiswa BPPS (sehingga yang mendapat bantuan SPP PT setempat bukan masa­ lah). Apakah dosen yang selesai studi lanjut juga harus menunggu dua tahun untuk diusulkan dalam DCPS? Bagaimana bila dosen yang sudah lolos sertifikasi kemudian studi lanjut dengan beasiswa BPPS? Apakah untuk mendapatkan tunjangan pro­ fesi kembali, yang bersangkutan harus sudah kembali aktif mengajar dua tahun terlebih da­hulu? Bila de­­ mi­­ki­an, boleh ja­­di orang akan enggan studi lanjut. Ketentuan yang ada dalam buku tersebut mestinya diartikan, seseorang bergolongan IV/ d minimal bergelar master yang melimpah ke jalur tenaga akademik (dosen), hanya akan dii­ kut­kan sertifikasi bila memiliki pengalaman me­ ngajar minimal dua tahun. Semoga lembaga ini ‘berani’ mengusulkan peraturan yang menyejukkan dosen dalam mengabdi. Terlebih, meng­ usulkan peraturan yang memberikan semangat besar kepada dosen untuk menempuh studi lanjut. ������������ Kita tunggu!

Kalam/pewara

Drs. Bambang Subali, M.Si. Dosen Jurdik Biologi FMIPA UNY

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2009

43


resensi buku

Guru Efektif; Pribadi Efektif O l e h E nda ng Arti ati S uh esti Beberapa orang pergi mengajar kare­ na itulah pekerjaannya. Beberapa orang yang lain pergi mengajar untuk membu­ at sebuah perbedaan. Menjadi berbeda, karena buku ini a­kan ‘mencuci’ pikiran kita menjadi efek­tif, itulah sebenarnya tujuan dari H.K. Wong- penulis buku ini. Berangkat da­ri keadaan di Amerika yang mengalami krisis pendidikan, sebuah negera yang menjadi raksasa ilmu pengetahu­ an dan teknologi, namun etika dan mo­ ral­nya bobrok sama sekali, Wong tergu­ gah dan mempersembahkan buku ini un­tuk mengajak pembaca (khususnya guru) menjadi seorang pemimpin, seorang pendidik professional. Kemasan buku yang efektif memang, karena Wong menjelaskannya langsung pada pokok permasalahan dengan bahasa yang efektif juga. Pembaca tidak perlu harus membuka satu persatu buku ini dan membacanya seperti membaca sebuah novel. Buku ini dibuat bagaikan buku resep masakan. Jika Anda ingin mengetahui cara membuat makanan A misalnya, Anda bisa langsung membuka halaman yang diperlukan, begitulah sistem kerja buku ini. Ada tiga tema besar yang akan dikupas dalam buku ini tiga ciri seorang guru efektif, yaitu Pertama guru efektif ada­lah seorang yang memiliki ekspek­ tasi positif terhadap keberhasilan sis­wa. Kedua, guru efektif adalah seorang ma­ na­jer kelas yang andal. Ketiga, guru efek­tif adalah seorang yang tahu cara meran­cang pelajaran untuk membantu siswa-siswanya menguasai pelajaran deng­an baik. Hanya dengan tiga syarat, se­o­rang guru bisa menjadi efektif namun semua itu butuh konsistensi yang tinggi, dan Wong akan membantu Anda lewat buku ini. Buku ini salah satunya cocok dipelaja­ ri agi guru baru atau calon guru baru. 44

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 0 9

Menjadi Guru Efektif Judul asli: How to be an Effective Teacher: The First day of School • Harry K. Wong & Rosemary T. Wong • Transwacana, Mei 2008 • xii+372 halaman

Wong akan member ilustrasi bagaimana seorang guru melewati hari-hari pertama di sekolah, dan mengapa begitu pen­ting keberhasilan guru pada harihari pertama di sekolah. Wong yang ju­ ga berprofesi sebagai guru, menco­ba meng­ajak pembaca bahwa hari-hari per­ tama di sekolah adalah sebagai pon­dasi untuk mengenalkan prosedur-pro­sedur (baca tata tertib dan peratur­an) belajar di kelas, sehingga pada akhirnya diha­ rapkan peserta didik dapat terorganisir dengan baik di sisa tahun ajaran. Studi-studi menunjukkan bahwa se­o­ rang guru yang ahli adalah faktor tunggal yang paling penting untuk menentukan kesuksesan seorang siswa. Guru efektif dapat menghasilkan prestasi belajar siswanya enam kali lebih besar ketimbang guru yang kurang begitu efektif (hal. xix). Membaca buku ini, Anda akan merasakan bahwa sang penulis betul-betul meng­hargai profesi seorang guru. Wong, seperti mengingatkan kembali ke­pa­da pem­baca bahwa guru adalah pro­fesi

yang mulia. Guru adalah orang yang da­pat digugu lan ditiru karena itulah, Wong juga membahas tentang pa­­kai­­an yang seharusnya dikenakan se­o­rang guru. Semangat kita untuk meraih kesuk­ sesan dapat terpacu juga lewat pakaian dan penampilan kita, dan yang le­bih penting, menurut Wong guru yang meng­hargai profesinya dan ing­in meraih kesuksesan dapat tercermin le­wat pakaian yang dikenakan. Satu lagi, buku ini menegaskan kepada kita bahwa seorang guru bukan ha­nya mengajar pelajaran tetapi mengajar siswa dan mempengaruhi kehi­ dupan siswa agar mereka mempunyai tanggung jawab pada dirinya. Konsep yang ditawarkan oleh buku terjemahan dari How to be an Effective Teacher THE FIRST DAY OF SCHOOL sebenarnya sederhana namun uniknya justru dari hal-hal yang sederhana itulah kita dapat memetik hasilnya. Contohnya saja. Ketika seorang guru yang selalu tetap tenang, dengan ekspresi tetap memancarkan senyum saat memberitahu anak didiknya yang selalu ribut di kelas. Ada kata “tolong “ dan pengulangan berkali-kali dengan ucapan yang tetap lembut meski tegas yang diucapkan guru tersebut agar siswa tidak membuat kegaduhan di kelas. Tak akan rugi jika Anda menyisihkan waktu Anda untuk membaca buku ini, Anda akan merasakan langsung efek sam­pingnya karena prinsip dasar dari bu­ku ini akan membuat kita menjadi pribadi efektif yang selalu disiplin di­ri dan dapat terbiasa melakukan hal de­ng­ an tepat. Semangat Anda akan terpompa untuk meraih kesuksesan Anda sekarang juga. Tabik!

Endang Artiati Suhesti Alumnus Fakultas FIP UNY


bina rohani

Takabur dan Balasannya O l e h S a r j ono Rasulullah saw melarang umatnya berlaku sombong, terutama kepada Allah, juga terhadap sesama umat Islam. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh muslim bersumber dari Abdullah bin Mas’ud ra, Rasulullah saw te­­lah bersabda: Tidak masuk syurga orang yang di dalam hatinya ada sedikit ke­som­­bongan. Lalu ada seorang lelaki berka­ta: “Sesung­ guhnya ada seorang yang se­nang pakai­ annya bagus dan sandalnya ju­ga bagus”. Beliau lalu bersabda: “Sesung­guhnya Al­ lah itu indah yang senang keindahan . Se­dang sombong itu menolak kebenaran dan merendahkan orang lain. (HR. Muslim). Sombong dan angkuh adalah katakata yang mempunyai satu makna, yai­ tu menganggap dirinya lebih tinggi, lebih mulia, daripada lainnya. Sifat sombong sangat tercela di dalam agama. Be­gitu pula, oleh masyarakat sifat ini sa­ngat dibenci, tidak hanya oleh orangorang yang berilmu saja dan orangorang yang berbudi luhur, melainkan ham­pir semua orang membencinya, ka­ rena sifat sombong bisa menimbulkan permusuhan dan hilangnya rasa kea­ kraban antarmanusia. Dari hadits Rasulullah saw di atas ada dua pengertian, pertama, pintu sorga tertutup bagi setiap orang yang di da­lam hatinya ada sifat kesombongan, ke­dua, seseorang itu tidak bisa dikata­ kan sombong hanya karena suka pakai­ an yang bagus-bagus. Sombong yang se­sung­guhnya ialah tidak mau menerima kebenaran dan menganggap rendah orang lain. Sombong atau takabur dibedakan atas tiga golongan: 1. Sombong kepada Allah, yaitu me­ nga­baikan, tidak menghiraukan, atau ti­ dak mempedulikan agama Allah, ti­dak takut kepada ancaman Allah, serta me­re­ mehkan dan mengabaikan syari’at (per-

kalam/pewara

aturan) agama. Diterangkan dalam firman Allah: Sesungguhnya orang-orang yang me­ nyom­bongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahanam dalam kea­ da­­an hina dina (Luqman: 60). 2. Sombong terhadap Rasul, yaitu eng­gan dan merasa hina untuk mengi­ kuti petunjuk Rasul, tidak sudi mengi­ kuti Nabi Muhammad saw. Sikap takabur demikian hanya dimiliki kaum Qu­ra­isy di masa Nabi. Mereka mengang­ gap Muhammad saw adalah anak ya­tim yang tidak punya harta. 3. Sombong teradap Sesama Manusia, yakni merasa lebih tinggi pendidik­ annya, sehingga merasa lebih pintar, le­ bih berkuasa, lebih mulia, lebih kaya, le­bih ganteng, lebih cantik, lebih baha­ gia, lebih kuat daripada orang lain, meng­anggap orang lain lebih rendah har­kat dan martabatnya. Ia menganggap remeh dan hina, orang lain tidak berharga sama sekali dibanding dirinya. Ia menjadi gila hor­­ mat, gila pujian, lupa daratan, ti­dak suka ditegur, tidak mau mengakui pan­

dang­­an orang lain meski itu benar. Dite­ rang­­kan oleh Rasulullah, Takkabur itu me­nolak kebenaran dan menghinakan hak-hak manusia (HR. Muslim) Rasulullah sehari-hari tidak pernah som­bong. Beliau menengok orang sakit, mengantarkan jenazah, mendata­ngi undangan dari siapa pun. Pada suatu ha­ ri ada seorang wanita menghadap beliau ingin mengundangnya untuk suatu hajatan. Karena wanita ini dari golong­ an miskin, ia ragu-ragu. Oleh karena itu, beliau bersabda: Dudukkanlah saya di ja­lan-jalan Madinah mana pun yang ka­ mu kehendaki, pasti saya akan datang un­ tuk mendatangi hajatmu itu. Tawadlu’lah ka­lian, duduk-duduklah kalian dengan orang-orang miskin, pasti kalian menja­ di besar di sisi Allah dan terbebas dari ke­ sombongan (HR. Abu Nu’aim) Untuk menghindari sifat sombong, kita harus berlaku lunak dalam pergaul­ an. Sering-sering menengok tetangga, terutama yang sedang tertimpa kesusah­ an, suka berkumpul dengan orang miskin, suka bertegur sapa dengan sesama umat, ringan kaki mendatangi undangan dan sebagainya. Kadang-kadang kita perlu juga berla­ ku sombong, tetapi kepada orang-orang yang suka sombong. Rasulullah bersabda: Sombonglah kepada orang yang som­ bong, karena sombong kepada orang yang sombong adalah sedekah (Al Hadits). Takkabur merupakan penyakit rohani yang sangat membahayakan, sehing­ ga kita wajib menghilangkannya. Cara peng­obatannya tidak dengan jalan ber­ khayal atau berharap-harap, tetapi dengan resep yang mujarap. Resep itu ti­ dak terdapat di apotik, begitu juga pada dokter, tetapi pada diri kita sendiri.

Drs. Sarjono Kabag TU FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2009

45


cerpen

Dari Balik Jendela O l e h S a frin a R ova sita Aku belum sempat mengatakan padamu, kataku pada sese­ orang yang selalu menemaniku. Sungguh menyenangkan, me­lihat mereka dari balik jendeia. Di sana mereka bekerja, ter­senyum, entahlah apa yang mereka lakukan lagi. Sementa­ ra, engkau hanya memandangiku tak berdaya. Aku tak tahu. Kau memandangiku layaknya aku berbeda dengan mereka. Banyak orang ingin hidupnya sepertiku, serba dilayani. Dan, aku bersyukur, kau masih melayaniku hingga kini. Bahkan, saat kau sakit, dirimu masih melayaniku. Le­laki tua itu dengan sabar mendengarkanku, tak ingin dia ke­hi­langan sepatah kata pun dariku. “Bapak,” ucapku manja. Aku ingin dipeluknya erat. Sementara, rasa birahiku telah hilang atau tak pernah tumbuh selamanya. Aku ingin dipeluknya sekarang, tak peduli berapa banyak berita tentang perkosaan ayah kepada anak gadis­nya sendiri akibat sentuhan fisik. Lelaki tua itu mulai menangis. “Tak ingin Bapak pergi darimu, Nak. Tapi, suatu hari Bapak harus pergi.” “’Tapi, bukan sekarang kan?” tanyaku cemas. Ibuku sudah lama pergi sebelum aku sempat merawatnya. Seandainya bapak juga pergi sebelum aku merawatnya? Sementara, em­pat tahun bapak sakit masih juga merawatku. “Bapak, bertahan ya. Biarkan Elisa merawat Bapak,” pinta­ ku. Kuharap bapak mau menuruti permintaanku. 28 tahun aku selalu meminta sesuatu, bapak pasti menurutiku. Terma­ suk juga ibu dan kakakku, selalu menuruti permintaanku. “Bagaimana kau merawatku?” ucapnya sembari terse­ nyum pedih. Aku tahu, kalau bapak tersenyum, berarti permintaanku akan terkabul. Seperti saat aku harus pergi ke sekoiah, jengkel lantaran hujan turun pagi-pagi. Aku berdoa kepada Tuhan. ’Aku takkan menangis lagi kalau sesampaiku di sekoiah kursi roda kesayanganku dipakai yang lain. Aku akan rela memakai kursi roda lama, bahkan yang hampir rusak sekalipun, asalkan hujan berhenti pagi ini.’ Sekejap, matahari pun muncul. Hujan kini berubah jadi hujan tokek, gerimis kecil disertai sinar matahari. Aku bersorak mengabarkan hari ini aku bersekoiah karena hujan tak iagi turun. Mbak Minah, pembantuku yang seusia denganku, buru-buru bersujud syukur. Dia akan kembali bertemu deng­ an pacarnya yang setia menantinya di pojok sekolah. Mbak Minah bersiap-siap, berdandan dengan centilnya. “Doanya Mbak Elisa manjur juga ya,” ucapnya. Aku hanya ter­ senyum, aku rindu teman-temanku dan guru-guruku. Aku ti­ dak tahu, apa jadinya kalau aku tidak bertemu dengan mere46

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 0 9

ka pagi ini. Aku tak tahu, kalau hujan tak berhenti. Yang jelas aku sangat rindu, maka Tuhan mengabulkannya. Walaupun aku telah berjanji pada-Nya tak akan menangis, jujur, aku takut juga kalau-kalau kursi rodaku sudah dipakai orang. Benar. Sesampai di sekolah, kursi rodaku sudah dipakai anak lain. Mungkin ia mengira aku tidak masuk lagi. Mbak Minah mencarikan kursi roda yang lain. “Nanti Mbak Elisa tidak bisa ke mana-mana, lho,” ucap Mbak Minah. Aku mengangguk tanda setuju. Aku telah berni­ at tidak ke mana-mana. Bagiku, memandang sekolahku, teman-temanku, guru-guruku dari balik jendela kelasku waktu istirahat sudah cukup. Mereka biasanya terus mendatangiku, tahu aku ada di kelas. Kalaupun tidak, mereka tersenyum dari balik jendela. Ketika itu, aku bahagia bukan main. Aku memang minta Mbak Minah mendudukkanku di kursi yang paling dekat jendela. “Sudah ya, jangan banyak bergerak, nanti jatuh,” pesan Mbak Minah. Guruku memasuki ruang kelasku. Betapa gembiranya aku menyambutnya. Dua minggu aku tak bertemu. Tapi, selang beberapa menit, guruku kembali keluar. Aku di kelas sendirian lagi. Dari jendela kelasku aku memandangi orang-orang yang ada di Iuar kelas. Kadang, dari balik kaca ini aku merasa iri pada Mbak Minah dan pacarnya. Kalau beruntung, mereka duduk berdua di kursi roda yang sudah rusak. Karena sebentar lagi kursi roda yang rusak itu diangkut dengan mobil dibawa ke bengkel. Mereka terlihat bahagia. Duduk berhadapan walau di atas kursi roda yang rusak. Padahal, aku diberi kursi roda yang ku­a­litasnya lebih rendah dan kursi roda yang kupakai ogak. Seandainya aku sebahagia mereka yang menerima duduk di kursi roda yang rusak, aku bisa ke ruang guru menjemput guru. Entahlah, aku tak nyaman duduk di kursi roda yang kuaiitasnya lebih rendah, apalagi rusak. Dari balik jendela aku melihat mobil biru milik bapak menjemputku. Aneh. Ini belum waktunya pulang. Kenapa sudah dijemput. Belum hilang rinduku, mengapa mobil bapak telah menjemputku. Aku selalu jengkel manakala dijemput lebih awal. Bukankah sopir bapak tahu kalau aku paling senang dijemput terlambat. Aku tidak suka dijemput awal, aku ingin bersendagurau dengan teman-temanku dulu. Aku berpegangan kuat pada tralis jendela agar aku tetap di sini sampai sekolah usai. “Ayolah, Mbak Elisa harus pulang sekarang,” bujuk Mbak Minah dan sopir itu. Aku masih ingin tinggal di kelas ini.


cerpen

kalam/pewara

“Elisa, nggak boleh begitu,” ucap bu guru. Aku heran, apa yang dimaksud bu guru “nggak boleh begitu”. Aku tetap bertahan. Aku ingin pulang se­te­lah sekolah usai, 30 menit lagi. ”Elisa, dengar!” lembut bu guru. “Elisa anak baik. Bapak ingin lekas bertemu Elisa. Bapak rindu Lisa se­ba­ gai­mana Lisa rindu bu guru dan teman-teman di sini.” “Bu Guru juga rindu Lisa?” tanyaku ti­ba-tiba. Guru itu tersenyum. Mestinya aku tak bertanya. Aku tahu tak semua orang bisa mengungkapkan rindu­ nya seperti kakakku yang tak dapat meng­ung­kapkan rasa rindunya pada aku dan bapak. Setiap kakak pulang da­ri pe­r­an­tauan, dia terus mencariku, men­de­kapku kuat-kuat. Walau guruku tak seperti kakakku, walau ia tak mengungkapkan rindu­ nya padaku, aku yakin, guruku juga me­rindukanku saat aku tidak masuk se­kolah. Aku mulai melepaskan pegang­an­ ku pada tralis-tralis jendela. Aku lega, orang-orang di sampingku merindukanku. Tak peduli dengan waktu yang berjalan cepat, yang mengharuskanku hanya sekilas memandangi orangorang yang kusayangi. Aku berjanji, sesampainya di rumah, aku akan meminta bapak untuk membiarkan aku berada di sekolah dua jam, tidak lebih, setiap hari, tanpa libur. ”Agar Bapak tidak kangen pada Eli­sa, Bu Guru pun tidak kangen pada Elisa,” ucapku sebelum para perawat bapak datang dan aku disuruhnya keluar. Dari balik jendela kamar bapak, aku melihat ia tersenyum. Dia melambai­ kan tangannya. Aku pun melambai­kan tanganku persis ketika aku meli­hat dari jendela kelas. Sopir bapak pergi meninggalkan sekolahku. Desember 2008

Safrina Rovasita Mahasiswa UNY

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2009

47


puisi•geguritan•tembang Sajak Inung Setyami Dendang Desa Ricik air nyinyir, cericit burung-burung murung, Derit-derit bambu pilu, daun-daun manyun, Rupa-rupa bunga jelaga, tawa padi mati suri, Bocah-bocah diasuh piatu kehilangan bapak ibu yang terima pinangan kota sebagai budak usia : urbanisasi Remaja-remaja melahap amnesia tentang rahim kelahiran, jalan pulang, dan dolanan waktu kecilnya Lansia-lansia insomnia mengeja derita,

kal

ra wa

/pe

am

pipisan, lesung, luku, lenguh kerbau bisu digerus waktu peradaban kian edan, kota-kota menanam gairah usang Ah…dendang desa kini sumbang! Yogyakarta, 2009 Inung Setyami Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia

pojo k g elitik

Selalu Saja Untung kalam/pewara

48

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 0 9

Umarmadi : Yo, di Indonesia ini kan banyak etnis. Umarmoyo : Tahu! Suku kan? Umarmadi : Ada Aceh, Batak, Minang, Sunda, Bali, Dayak, Ambon, Papua, dan .... Umarmoyo : Tahu! Dan seterusnya. Banyak! Umarmadi : Dari sekian suku itu ternyata yang paling enak ternyata jadi suku .... Umarmoyo : Tahu! Suku-suku Bathok kan? Umarmadi : Ternyata jadi orang Jawa. Umarmoyo : O ya? Kok bisa? Umarmadi : Jadi orang Jawa itu tidak pernah merasa rugi.

Apa pun yang terjadi pasti untung. Umarmoyo : Tenane, Dab. Umarmadi : Contoh, ada kecelakaan jebret...orangnya luka parah tapi tidak mati. Orang Jawa bilang, ‘Untung masih hidup. Kasihan kalau sampai mati.’ Umarmoyo : Terus? Umarmadi : Ada kecelakaan lagi jebret...orangnya mati di tempat. Orang Jawa bilang, ‘Untung langsung mati. Coba kalau hidup, kasihan pasti cacat.’ Umarmoyo : ..................................? ema r '09


lensa

Para Pejuang UNY Hari itu, Selasa, (26/5), para “pejuang” UNY tampak bersua lagi. Tampak dari wajah mereka kebahagiaan yang tak terkira. Ba­gai­mana tidak, hari itu, pada acara pelepasan purnatugas UNY dihelai , jajaran Rektorat UNY, mengucapkan penghargaan yang sedalam-dalamnya atas jasa dan pengabdiaan mereka terhadap negara. Seketika mereka terharu! Bahkan, mereka juga tak menyangka jika hari itu, mereka telah “selesai” mencurahkan tenaga dan pikirannya buat UNY. Setelah acara serimonial usai, sebagian dari mereka berbincang-bincang, bahkan juga bernyanyi untuk mereka dan UNY. teks: dhian hapsari • Foto: Ahmad natsir ep


MARI MEMBUAT UNY MENjADI WORLD CLASS UNIVERSITY

universitas negeri Yogyakarta Jl. Colombo No. 1 Yogyakarta 55281 Telp. 0274-586168 www.uny.ac.id


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.