bina rohani
Menuju Pernikahan Yang Barokah O l e h Ahma d N atsir E . P.
[
Doa Nabi Muhammad SAW pada pernikahan Fatimah Az-Zah ra dengan Ali bin Abi Thalib: ”Semoga Allah SWT menghimpun yang terserak, dari keduanya, memberkahi mereka berdua, dan kiranya Allah meningkatkan kualitas keturunan mereka, menjadikannya mereka pintu rahmat, sumber ilmu dan hikmat, serta pemberi rasa aman bagi umat.”] Menikah itu tidak mudah, yang mudah ijab kabulnya. Rukun nikah harus dihafal dan wajib lengkap kesemuanya. Begitu pula syarat wajib nikah pada pria yang harus diperhatikan. Harus diyakini, tiap orang sudah ada rezekinya. Menikah itu menggabungkan dua rezeki: rezeki wanita dan laki-laki bertemu. Pernikahan dambaan setiap insan, namun pernikahan bukanlah ikat an yang dapat dijalin dengan “mau” sa ja. Untuk menuju pernikahan yang baro kah, dibutuhkan bekal-bekal yang benar dan cukup. Pernikahan yang barokah adalah pernikahan yang dilandasi nilainilai iman dan taqwa. Hanya pernikah an yang barokah yang akan memberikan kebagiaan dunia-akhirat. Keluarga sakinah bukan berarti tanpa masalah. Mungkin saja yang penuh masalah. Keluarga sakinah sesungguhnya adalah keluarga yang memiliki manajemen “fixing problem” yang baik, sehingga masalah menjadi energi positif yang mengoptimalkan potensi seluruh anggota keluarga. Resep untuk mencapai pernikahan yang barokah sebagai berikut. 1. Berani menghadapi kenyataan. Wajar kita memiliki ekspektasi berlebih terhadap pasangan kita. Tetapi, salah ke tika semua ekspektasi itu tak sesuai de ngan harapan. Terlebih, itu adalah hal
Repro. kalam/pewara
yang tidak terlalu berkenan. Saat inilah ujian sesungguhnya. Allah menjadikan kekurangan pasangan kita sebagai ladang amal untuk menjadikan kekurang an itu sebagai proses untuk meningkatkan kualitas diri dan keluarga. 2. Iman (aqidah dan tauhid) yang benar. Ini adalah fondasi dasar pernikah an mengingat tujuan menikah adalah mencapai ridha-Nya. 3. Takut dan Taqwa kepada ALLAH di mana pun kita berada. Kita selalu ingat, kita bisa berbohong kepada pa sangan kita, tetapi tidak kepada Allah. 4. Melibatkan secara terus-menerus dengan amal sholeh. Meski kita te lah menikah, tugas amar ma’ruf nahimunkar harus tetap jalan. 5. Tholabu Ar-rizq halal. Kita mencari rizki yang halal untuk keluarga. Allah tidak akan membiarkan kita menikmati melebihi apa yang Allah tetapkan. Hilangkan pikiran bahwa kekayaan adalah segalanya. Jika nekat melanggarnya, kita sedang memasukkan keluarga kita ke jurang kenistaan.
6. Selalu pandai mensyukuri Nikmat Allah. Bagaimana pun pasangan kita, dia yang terbaik yang telah dianugerahkan Allah untuk kita. Dengan selalu bersyu kur, insya Allah hidayah dan kebaikan akan turun di tengah kelu arga kita. Langkah-langkah yang dapat dijadikan kompas untuk perahu pernikahan adalah sebagai beri kut: 1) meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah. Menantikan lelaki sholeh yang akan meminang dan menyandingnya memang mengundang berbagai bentuk godaan. Untuk itulah, mus limah hendaknya terus mening katkan kualitas dan kuantitas ibadahnya; 2) Istiqomah dalam doa dan tawakal. Sebagai manusia, yang diwajibkan hanyalah berusaha dan berdoa dengan sebaik-baiknya. Kemudian bertawakal kepada-Nya, serahkan dan percayakan segala keputusan final hanya kepada-Nya; 3) Mempersiapkan diri. Pernikahan bukanlah hal sepele yang dapat dicapai dan dijalani dengan sembarangan atau asal mau saja. Ketika seorang wanita memasuki pintu pernikah an, secara otomatis kewajibannya pun telah bertambah (demikian pula halnya dengan laki-laki). Teruslah membekali diri dengan ilmu, khususnya ilmu agama, terutama yang berkaitan dengan masalah kerumahtanggaan. Seorang muslimah juga harus membekali dirinya dengan kete rampilan berumah tangga. Bekal terakhir adalah mempersiapkan diri untuk menjadi seorang istri yang sholehah.
Ahmad Natsir Eka Putra, S.H. Staf Humas & Fungsional Pranata Humas UNY
P e wa r a Din a m i k a f e b r ua ri 2009
41