Pewara Dinamika

Page 1

Volume 10 • nomor 17 maret 2009

issn 1693-1467

P e w a r a

Dinamika m a j a l a h u n i v e r s i ta s n e g e r i y o g ya k a r ta

“ETNOGRAFI” PERPUSTAKAAN

Di Perpustakaan UNY kita menemukan beragam kehidupan. Tidak Hanya laku orang membaca dan menulis.


H A L H PILI

Iklan layanan ini dipersembahkan oleh Pewara Dinamika • Sumber foto: istimewa

N A G DEN

! S A CERD


pena redaksi

P e wa r a

Dinamika majalah universitas negeri yogyakarta

PENERBIT HUMAS Universitas Negeri Yogyakarta IJIN TERBIT SK Rektor No. 321 Tahun 1999 ISSN 1693-1467 PENANGGUNG JAWAB Dr. H. Rochmat Wahab, M.A. (Rektor UNY) PENGARAH Dr. H. Rochmat Wahab, M.A. (Pembantu Rektor I) H. Sutrisna Wibawa, M.Pd. (Pembantu Rektor II) Prof. Dr. H. Herminarto Sofyan (Pembantu Rektor III) PENASEHAT Hj. Sudjariyah, M.Pd. (Kepala Biro AUK) Dra. Hj. Budi Hestri Hutami (Kepala Biro AAKPSI) H. Sugirin, Ph.D. (Kepala KKHP) PEMIMPIN UMUM Prawoto, S.E. PEMIMPIN PERUSAHAAN Hj. Sri Sujarwanti, S.I.P. PEMIMPIN REDAKSI Sumaryadi, M.Pd. SEKRETARIS REDAKSI Tusti Handayani, A.Md. REDAKTUR PELAKSANA Sismono La Ode, S.S. REDAKTUR Endang Artiati Suhesti, S.Pd. Dhian Hapsari Witono Nugroho, S.I.P. Kusmarwanti, M.Pd. Hermanto, M.Pd. Desain dan Tata Letak Kalam Jauhari FOTOGRAFI Ahmad Natsir Eka Putra, S.H. REPORTER Ratna Ekawati, S.I.P. (FIP) Isti Kistianingsih, S.Pd. (FISE) Dedy Herdito, M.M. (FMIPA) Haryono (FBS) Hadimin, S.Pd. (FIK) Rani Eryani, S.I.P. (FT) Prayoga, S.I.P. (LPM/Lemlit) Agus Purwatma W., S.Pd. (BAAKPSI/BAUK) Syamsu Rahmadi, S.E. (Kemahasiswaan) Yansri Widayati, S.Pd. (Kerjasama) Hadna A. Al-Falasany, A.Md. (Kampus Wates) SIRKULASI Drs. H. Trisilia Suwanto Sarjana Ngadina Sudarman Fashilaturrochmah Widodo ALAMAT REDAKSI Jl. Colombo No. 1 Kampus Karangmalang Universitas Negeri Yogyakarta 55281 Telp/Fax 0274 542185 E-mail: pewaradinamika@uny.ac.id Online: www.uny.ac.id

Tepat, (23/3) Universitas yang memasuki usia 45 ini mempunyai Rektor baru untuk masa bhakti 2009-2012. Dia ada­lah Dr. Rochmat Wahab, MA. Dosen Fa­ kultas Ilmu Pendidikan ini, awalnya, menjabat Pembantu Rektor I UNY (hingga kini, sampai menunggu pemilihan PR I yang baru), sekaligus sebagai Penjabat Rektor UNY, seiringan wafarnya Rektor UNY, Prof. Sugeng Mardiyono, Ph.D. Pak Rochmat, demikian dia disapa, juga dikenal sebagai penulis di pelbagai media, sekaligus sebagai aktivis sosial yang kental dengan nuansa keaga­maan. Tak mengherankan, kini berjubel mo­dal simbolik yang melekat dalam diri Pak Rochmat menjadi harapan baru si­vitas aka­demika UNY. Dalam bahasa yang paling sederhana, mereka berkehendak, “UNY lebih baik dan lebih cepat me­nuju World Class University!” Ini bukan perkara mudah. Pak Rochmat tentunya membutuhkan ide yang krea­ tif dan progresif. Dan, tidak cuma itu! kerja tim dengan jajarannya dan seluruh stakeholder UNY amatlah penting dan perlu. Seperti yang telah Pewara Dinamika ulas tiap edisinya, pekerjaan memba­ ngun UNY dibutuhkan usaha yang luar biasa. Pelbagai pekerjaan rumah dan tantangan lain siap menghadang. Bah­ kan, “sekuat” apapun pimpinannya, jika kerja keras dan komunikasi tidak terjadi/terjalin dengan baik, maka cita-cita UNY (yang baru) bernurani, cendikia, dan mandiri jauh dari panggang api. Ini­ lah pekerjaan terberat Pak Rochmat Wa­

hab, sejak dilantik oleh Mendiknas, Bam­bang Sudibyo sebagai orang nomor satu di universitas eks IKIP Yogyakarta ini. Jika demikian yang terjadi, Pewara Dinamika, sebagai media transformasi gagasan UNY sudah selayaknya menja­di arena tegur sapa gagasan dalam mem­ bangun UNY. Untuk edisi inikali, pada laporan utamanya, kami mengu­las soal gagasan “etno­ grafi” perpusta­kaan. Mungkin orang akan “kaget” de­ngan istilah “etnografi”. “Apa maksud­ nya?” Ya, kami sadar akan itu. Tapi, jika pembaca berkehendak untuk membacanya, mungkin jawaban atas soal itu akan dijawab secara eksplisit. Demikian halnya, topik-topik lainnya, kita te­tap menawarkan gagasan yang tak lu­put dari aktivitas UNY dan dunia pendidikan. Untuk itu, tegur dan sapanya kami harapkan. Perlu juga redaksi informasikan, bah­ wa penggarapan majalah inikali tidak selancar edisi sebelumnya. Ada banyak rintangan di lapangan yang sukar ditebak redaksi, walaupun demikian, kami tetap berusaha mengatasinya agar majalah tercinta ini sampai di tangan pembaca. “Wah bukan main repotnya…,” jika kami ingin mengelu. Tapi, kami sadar, ini baru perkara sebuah majalah— hanya secuil masalah di UNY. Bagaimana ya dengan urusan universitas ini? Pasti lebih susah, bukan? Inilah pekerjaan kita bersama untuk hari-hari selanjutnya. Dan, kita telah mempercayai Rochmat Wahab seba­gai imam. Dari kita, Oleh kita, dan Untuk kita…. 

Redaksi menerima tulisan untuk rubrik Bina Rohani (panjang tulisan 500 kata), Cerpen (1000 kata), Opini (900 ka­ta), Puisi/Geguritan/Tembang (minimal dua judul), dan Resensi Buku (500 kata). Tulisan harus dilengkapi de­ngan iden­ti­tas yang jelas, nomor yang bisa dihubungi, pasfoto (khusus Opini), serta keterangan dan sampul bu­ku (khu­sus Re­sen­si Bu­ku). Kirimkan tulisan An­da me­la­lui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kan­ tor Humas UNY. Bagi yang dimuat, ho­nor dapat diambil di kantor Humas UNY.

P e wa ra D i n a m i ka MARET 2009

1


daftar isi Volume 10 • Nomor 17 maret 2009

l a po ra n U ta m a

"Etnografi" Perpustakaan Di perpustakaan UNY kita menemukan beragam kehidupan. Di sana, laku pengunjung tidak hanya membaca dan menulis. halaman 6

26

42 opini

berita

DR ROCHMAT WAHAB MA DILANTIK SEBAGAI REKTOR UNY oleh Mendiknas RI, Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA, Senin (23/3) pu­ kul 15.10 di Auditorium Depdiknas Ja­kar­ta. Rochmat Wahab menggantikan almarhumn Prof. Sugeng...

Dr. Rochmat Wahab, MA, akhir­ nya resmi menjadi Rektor UNY masa bakti 2009-2013 setelah dilantik

Berita Lainnya • Universiti Tun Hussein Onn Malaysia Kunjungi UNY • Dampak Positif ICT dalam Pendidikan • UNY Mengadakan Workshop Lakip Tahun 2009

Sekolah Jadi Andalan Memanusiakan Manusia Orang tua sudah dianjurkan men­ didik anaknya sejak anak itu di dalam rahim ibunya, bahkan hadis menerangkan bahwa itu dimulai sejak memilih jodoh, yaitu jauh sebelum anak itu berupa janin. 47 5 48 4 1 3 50 50 46

bina rohani bunga rampai cerpen dari pembaca dari redaksi Jendela pojok gelitik puisi•geguritan•tembang resensi buku perancang sampul: kalam jauhari

2

Pewa r a Din a mik a m a r e t 2 0 0 9


jendela

Bagaimanapun Harus Tetap Bersatu!

S

ebentar lagi, tepatnya pada 9 April 2009, di tanah air kita akan berlangsung “coblosan” yang bentuknya bukan lagi “nyoblos” tetapi “nyontreng”. Apapun istilah dan wujudnya, yang terpenting adalah: pertama, kita mampu mengantarkan putra-putri terbaik bangsa ini untuk nantinya secara konsen mau dan mampu berpikir keras, bersikap positif, dan bertindak secara sistemiksistematik dalam mendisain arah depan bangsa ini; kedua, mekanisme yang ada tetap menghormati kita sebagai bangsa yang berbudaya; dan ketiga, realisasi dari semua itu tetap dalam bing­kai keutuhan: persatuan dan kesatuan! Untuk yang pertama, kita cuma bias berdoa dan berharap, semua “aktor-aktris” yang ber­u­paya naik ke atas “panggung pergelaran” adalah mereka yang benar-benar memili­ ki kapasitas, kapabilitas, dan integritas untuk itu, sehingga “acting”-nya nanti sungguh wajar, bagus, dan amanah, tak peduli dari mana pun mereka “berangkat”. Untuk yang ke­dua, cara-cara, tahap-tahap, langah-langkah yang ada benar-benar sehat dan elegan, yang men­ cer­minkan bahwa baik “aktor-aktris yang bermain di atas panggung maupun penontonnya” adalah orang-orang yang cerdas dan arif, yang mampu menunjukkan bahwa kita memiliki sistem budaya yang tangguh. Yang ketiga pun tidak kalah pentingnya! ’Pes­ ta’ tersebut di atas kalau saja tidak kita siasa­ti secara dewasa teramat rawan dan rentan konflik. Sesuatu yang semestinya tampil dengan simpatik bisa saja berubah menjadi ajang perpecahan yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Padahal, persatuyan dan kesa­ tuan dalam cita, rasa, karsa, dan karya itulah yang kita butuhkan untuk mewujudkan kemak­ muran di bumi Allah swt, sebagai sarana utama bagi terwujudnya perdamaian abadi. Jika itu sampai terjadi, maka sesungguhnya kita sudah terjerumus ke dalam lembah kerusak­an

dan kehancuran, artinya pula, kita telah me­ nyia-nyiakan amanat Allah swt. Di mana pun kita berada, kita adalah satu. Kita sadar betul bahwa bangsa di republik ini terdiri atas multi etnis, multi kultur, multi aga­ ma, dan seterusnya. Multi, multi, dan multi itu harus kita kelola sebaik-baiknya, sehingga menjadi sumber daya potensial yang mampu mendorong terciptanya kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Hati-hati, bahwa kenyataan atas multi, multi, dan multi itu tadi teramat rawan dan rentan konflik. Yang harus selalu hadir di benak kita adalah kita harus senantiasa bersatu-padu dalam derap langkah dan kehendak untuk mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan berdasarkan keadilan dan perdamaian, saling menghormati, dilandasi persatuan dan kesatuan yang penuh ampunan dan ridha Allah swt. Persatuan dan kesatuan, bagaimana pun, ha­ nya bisa kita capai dengan berjenjang, dari ling­ kup yang paling kecil atau sempit hingga yang paling besar atau luas. Mesti dimulai dari ’pembudayaan’ persatuan dan kesatu­an di lingkup keluarga dalam rumah tangga masing-masing, kemudian meningkat ke lingkup masyarakat kampung sendiri, meningkat ke lingkup masyara­ kat yang makin luas, dan akhirnya menjangkau lingkup bangsa dalam lingkup negara. Lewat jalur pendidikan kita berharap akan mun­cul generasi penerus yang berwatak, yang me­nya­dari hakikat dan fungsi dirinya sebagai hamba Allah. Mereka sadar bahwa bumi dan kehidupan di dalamnya tidak hanya untuk diri­ nya sendiri, pun tidak mungkin diurus sendiri, melainkan untuk kita semua dan harus diupa­ yakan bersama dalam desah nafas persatuan dan kesatuan dalam naungan dan ridha-Nya.

Drs. Sumaryadi, M.Pd. Pemimpin Redaksi

P e wa ra D i n a m i ka MARET 2009

3


dari pembaca Kirimkan kritik/komentar/tanggapan Anda mengenai Pewara Dinamika maupun persoalan di seputar kampus Universitas Negeri Yogyakarta. Kritik/komentar/tanggapan harap dilengkapi identitas yang jelas dan dapat dikirim melalui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kantor Humas UNY.

Surat Terbuka Teruntuk Rektor Baru Kita UNY kini tidak lagi kehilangan induk, yang sempat secara mendadak terjadi, saat al­mar­ hum Sugeng Mardiyono meninggal 1 Ra­ma­ dhan 1429 Hijriah lalu. Melalui perjalanan pemilihan rektor ba­ru yang cukup berliku, ditandai dengan adanya beberapa riak – riak protes elemen dosen dan kawan – kawan mahasiswa yang kurang puas dengan hasil tersebut, Dr. Rochmat Wahab, MA., ter­pi­lih oleh senat dan akhirnya kemarin dilantik menjadi Rektor Uni­ver­ sitas Negeri Yogyakarta. Amat kontraproduktif apabila kita ma­ sih berdebat perihal pantas atau tidaknya Rochmat memimpin kam­pus pendidikan ini. Karena agenda UNY yang berat telah ber­ jajar mengantri di hadapan kita, segenap elemen kampus, ketika almarhum rektor terdahulu berani mencanangkan target untuk menjadi Universitas kelas dunia. Bagi saya pribadi, dengan setumpuk masalah yang kompleks, rektor baru harus bekerja dua kali lebih berat dibanding rektor – rektor terdahulu. Bagi Anda Bapak Rektor terhormat, sa­ya percaya transisi kepemimpinan su­ dah dilalui cukup mulus, karena Anda sempat menjabat sebagai penjabat rek­ tor . Namun penting saya utarakan di­ si­ni, mewakili hati nurani mahasiswa, dan representasi diri saya sendiri, untuk menyampaikan beberapa permasa­ lahan yang melibatkan mahasiswa. Bapak tentu menyadari bahwa mahasiswa merupakan stakeholder setiap kampus, dan saat muncul masalah yang melibatkan mereka semisal keti4

Pewa r a Din a mik a m a r e t 2 0 0 9

dakpuasan mahasiswa atas mubazirnya sistem penjaringan aspirasi, kasus perebutan ruang pameran mahasiswa seni rupa oleh dosen di FBS, tuntutan elemen ma­hasiswa FISE yang menuntut didiri­kan Fakultas Ekonomi, ataupun sikap se­bagian mahasiswa menolak UU BHP yang dikhawatirkan tidak menjamin akses pendidikan bagi rakyat miskin, itu merupakan realitas di lapangan yang be­lum tuntas dan Bapak tidak boleh berpaling darinya. Agaknya pendekatan dengan kebijak­ an persuasif dan merangkul mahasiswa perlu dilakukan. Mahasiswa jangan per­ nah dianggap subversif, ataupun mem­ bangkang. Setiap suara yang diutara­

kan mahasiswa merupakan suara hati nurani kampus ini juga. Maka perlu saya sampaikan, dekati kami dengan hati, dan kami tentunya akan menjawabnya dengan hati pula. Apabila Bapak mampu menciptakan sebuah public sphere ala Habermas di kampus ini, mengedepankan komunikasi delibera­ tif antara mahasiswa dan birokrat kampus, serta menempatkan mahasiswa sebagai partner Bapak, boleh jadi Bapak akan dikenang sebagai rektor yang lembaran pengabdiannya, jauh dari kesan kusam dan penuh noda. Itu saja. Kami menanti! Ardyan M. Erlangga Mahasiswa Sastra Inggris ‘06


bunga rampai

Pemanfaatan Lendir Bekicot

B

ekicot merupakan binatang avertebrata yang banyak dijumpai di se­ kitar kita, meskipun pe­­man­faatan beki­cot di Indonesia telah digunakan se­ca­ra luas, terutama sebagai bahan ma­kan­an tradisional. Namun, upaya untuk meng­gali lebih jauh mengenai manfa­ at bekicot sebagai obat Kalam/pewara tradisional belum mak­­ si­­mal. Selama ini bekicot bia­sa di­ gu­nakan sebagai bahan pakan dan pangan karena bekicot merupakan sumber protein hewani yang ber­mu­­ tu tinggi dan mengandung ber­ba­gai asam amino. Dari beberapa ha­sil te­ bersama tim di bawah bimbingan 2 muan mengindikasikan bah­wa len­dir orang do­sen ahli (Sujarwo, M.Pd./FIP bekicot berpotensi sebagai zat anti dan Ixora Sartika Mercuriani, M.Si./ mikroba yang mampu mematikan ber­ FMIPA UNY) melakukan penelitian bagai mikroorganisme patogen (bak­ mengenai potensi lendir bekicot digunakan seba­gai zat anti mikroba teri, fungi, virus, dll). Pada sebagian masyarakat pede- pada luka. Tim pe­ne­liti sebelumnya saan, lendir ini digunakan untuk me­ berjumlah 3 orang, namun salah satu ngo­bati luka yang diderita seperti: anggota tim peneliti senior lulus, seabortus, sakit waktu menstruasi, ra- hingga tinggal 2 orang, yakni Surasdang selaput mata, sakit gigi, gatal- tri dan Arif Adhi Pra­ta­ma. Tujuan dari penelitian ini adalah ga­tal, jantung, dan lain-lain. Tetapi, peng­gunaan lendir bekicot tersebut mengetahui pengaruh lendir bekicot ke­banyakan dilakukan melalui kontak (Achatina fulica) terhadap pertumbusecara langsung dengan media yang han mikroba Streptococcus hemolitisakit. Sedang aspek higienitas dari cus ß dan untuk mengetahui efektivlendir sering diabaikan. Hal tersebut itas lendir bekicot (Achatina fulica) cukup rentan terjadinya sumber pe­­ dalam menghambat pertumbuhan mi­ nya­­­kit baru, bahkan dapat menimbul- kroba Streptococcus hemoliticus ß. Adapun prosedur penelitian yang kan infeksi akut yang dapat me­nye­ di­lakukan, yakni: (1) Sterilisasi peralat­ bab­kan kematian. Melihat realita yang sering ter- an, bertujuan untuk menjamin kondisi jadi serta untuk mendukung beber- yang steril. (2) Isolasi lendir bekicot. apa ha­sil temuan ilmiah yang ada, (3) Penyiapan media. (4) Pengujian maka me­la­lui program Student Un- ak­ti­vitas antibakteri. (5) Penentuan ion Grant (SUG) tahun 2006 ini saya jum­lah koloni streptococcus hemoli­

ticus ß. Dalam penelitian yang dilaksanakan di laboratorium mi­kro­biologi FMI­ PA UNY dan la­bo­rat­o­rium mikrobio­ logi kedokteran umum UGM, dari Ju­ni sampai dengan Juli 2006, menunjuk­kan bah­wa pengujian dengan kontrol (+) bak­te­ri tak terhitung, deng­an kontrol (-) bakteri tidak tumbuh, pada konsentrasi lendir 0,1 ml/cawan dan 0,5 ml/cawan baik seri I dan II bak­ teri tak terhitung. Sedangkan pada konsentrasi 1 ml/cawan dan 2 ml/ca­ wan baik seri I dan II bakteri tak ter­ identifikasi. Berdasarkan hasil pengujian dapat diketahui bahwa aplikasi lendir bekicot secara langsung dengan tidak memperhatikan tingkat sterilitas lendir, maka tidak cukup efektif da­ lam menekan pertumbuhan bakteri patogen streptococcus hemoliticus ß. Sehingga, masyarakat perlu berhatihati dalam penggunaan lendir bekicot untuk mengobati luka secara lang­sung karena dikhawatirkan dapat me­nim­bulkan infeksi dan berba­ gai kemungkinan penyakit yang dise­ bab­kan oleh bakteri yang dikandung oleh lendir bekicot itu sendiri. Untuk meningkatkan efektivitas lendir bekicot dalam mekanisme peng­ham­batan pertumbuhan bakte­ri (antimikroba/penjerapan), perlu di­la­ kukan pemurnian anti mi­kro­ba dan metode pengujiannya. Selanjutnya, dibutuhkan penelitian lanjut. Surastri mahasiswa Pendidikan Matematika FMIPA UNY

P e wa ra D i n a m i ka MARET 2009

5


laporan utama

“ETNOGRAFI” PERPUSTAKAAN Perpustakaan ternyata punya laku hidup sendiri. Di sini, pengunjung tidak hanya mengejar ilmu, tetapi pelbagai tradisi lain turut dipertontonkan. Oleh sismono l a od e

J

ika kita Bertanya kepada teman, “Mau kemana?” “Perpustakaan,” jawabnya, maka pengetahuan kita mengarah kalau kawan tersebut hendak membaca buku atau melakukan segudang aktivitas yang ber­ hubungan dengan dunia keilmuan. Tepatnya, kita menduga dia/mereka akan membaca buku-buku yang tertata rapi atau sedang mengakses buku-buku via internet. Benarkah demikian? Laporan utama Pewara Dinamika ini­ kali berusaha menelusuri fenomena ter­ sebut. Sekaligus, ingin menjawabnya. Hasilnya, (tidak) begitu mengejut­kan. Di satu sisi, mereka sedang asyik membaca, namun di sisi lain di lo­rong-lorong ataupun di sudut-sudut ru­ang, kami me­ nemukan beragam aktivitas, yang luput untuk kita sangsikan. Mereka sedang asyik ngobrol yang terkadang berhubung­ an dengan sinetron ataupun gosip artis yang lagi hot. Di tempat yang lain pula, mata kita akan “dikejutkan” dengan pe­man­dangan orang yang sedang tidur

atau sedang menyendiri seolah-olah se­dang menghadapi situasi psikologi yang su­kar digambarkan. Bahkan, yang (le­bih) mengejutkan lagi perpustakaan te­lah di­fung­sikan menjadi area mencari ke­ka­sih hati. Walaupun demikian, segu­dang aktivitas tersebut tetap saja “dihi­asi” ­­ konsistensi pengunjung perpustakaan yang tetap memegang eraterat buku sembari melakukan aktivitas di luar tradisi yang kita pahami. Ini bukanlah perkara yang hanya terjadi di lingkungan UNY. Dalam “labra­r y society” di mana saja, terutama per­pus­ takaan di Indonesia (juga di luar ne­ge­­ri), kisah ini kerap di dengar. Ha­nya saja, di tiap tempat tersebut ma­sing-masing punya kisah sendiri. Lantas, salahkah itu? Kami hanya katakan, tidak? Itulah dunia perpustakaan. Sebuah dunia yang (tidak hanya) menawarkan penjelajahan ilmu pengetahuan yang mampu me­le­wa­ti batas-batas ruang dan waktu. Satu jam di sana, seolah-olah kita te­lah berselancar mengeliliingi jagat

ra­ya! Namun kisah lain seperti yang ditu­lis di atas hadir dan penyapa seti­ ap orang yang hendak pengamati perpustakaan. Akhirnya, membaca edisi ini kali, kita pun diajak melihat perpustakaan ti­ dak hanya pada fungsinya, tetapi juga ba­gaimana kehidupan di luar (fungsi) per­pustakaan, mungkin inilah adalah “etnografi” perpustakaan. Kehadiran ka­ ta “etnografi” ini kami sengaja untuk menj­embatangi sebuah pemikiran tentang perpustakaan dengan realitas kehi­ dupan yang menyelingkupinya. Dengan kata lain “etnografi” perpustakan, yang kami dimaksud adalah “rea­ litas ketiga”, yakni realitas yang berada di luar realitas subyektif penulis dan rea­ litas obyektif yang dituliskan. Tetapi, rea­litas ini hadir dari hal-hal yang remeh-temeh, berdasarkan realitas yang di­alami pengunjung perpustakaan. Kami hanya memfasilitasinya dan menunjukkan bahwa ada “realitas lain”. Selamat membaca…! 


ahmad natsir/pewara dinamika


laporan utama

Perpustakaan: Sebuah Rendevous Aktivitas perpustakaan, sudah hadir sejak kita menginjakkan kaki tepat di depan teras perpustakaan. Oleh D hian H aps a ri

B

elum lama ini saya mengunjungi perpustakaan UNY. Perpustakaan itu berdiri menghadap ke timur sekitar lima ratus meter dari pintu gerbang utama. Pintu perpustakaan UNY, menurut saya, bukan dimulai dari pintu masuk kaca yang didepannya berdiri patung pembaca, melainkan sejak sa­ya menginjakkan kaki tepat di teras depan per­pus­ta­ka­an. Di kanan kiri teras beberapa papan kaca, tempat membentangkan koran, dita­ ta rapi. Saya menyebut demikian karena dari sinilah layanan perpustakaan dimulai. Mungkin ada yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut, tetapi pernyataan ini mengacu pada de­fi­ni­si perpustakaan yang cukup masuk akal dan mu­ta­ khir. Ya, saya katakan mutakhir karena pe­nger­ti­ an perpustakaan memang mengala­mi perkembangan sesuai jamannya. Sebelum membahas perpustakaan lebih lanjut, akan saya ulas sedikit tentang perkembang­ an definisi perpustakaan. Kata library mulai digunakan di Inggris pada 1374 (menurut ka­mus The Oxford English Dictionary). Kata ini di­ar­tikan sebagai “suatu tempat buku-buku diatur untuk dibaca, dipelajari atau dipakai sebagai bahan rujukan”. Selanjutnya pada abad ke-19, pe­nger­ ti­an perpustakaan berkembang menjadi “suatu gedung, ruangan atau sejumlah ruang­an yang berisi koleksi buku yang dipelihara dengan ba­ ik, dapat digunakan oleh masyarakat atau golongan masyarakat tertentu.” Pemahaman terhadap perpustakaan tidak berhenti pada definisi itu. Teknologi informasi yang maju pesat rupanya turut menyumbang perkembangan definisi perpustakaan. Teknologi memungkinkan pendokumentasian 8

Pewa r a Din a mik a m a r e t 2 0 0 9

tidak hanya dilakukan dengan tulisan, tetapi ju­ ga dengan digital. Oleh karena itu, koleksi perpustakaan pun bertambah jenisnya, yaitu kolek­ si kaset, cakram, film, dsb. Pendokumentasian dengan cara ini dilakukan sekitar 1970 yang kemudian mengubah istilah perpustakaan menjadi lebih luas. Perpustakaan dapat diartikan sebagai pusat media, pusat belajar, pusat sumber pendidikan, pusat informasi, pusat dokumenstasi dan pusat rujuk­ an. Melalui pengertian ini kita dapat mengetahui bahwa perpustakaan tidak saja memiliki koleksi buku-buku, tetapi juga audio visual atau multimedia, majalah, koran, jurnal, dsb. Nah, bukankah koran yang kita temui di teras depan tadi menjadi bagian media informasi yang juga dapat pula sebagai rujukan? Jadi tidak salah apabila saya ungkapkan perpustakaan sejatinya bukan dimulai dari pintu masuk kaca, tetapi jus­ tru sejak teras depan di mana lembaran-lembaran koran dibentangkan menggunakan papan berkaca. Menyapa Pengunjung Mari beranjak masuk bersama saya. Mema­ suki perpustakaan kita harus menunjukkan id card atau kartu perpustakaan. Mereka yang sudah tidak memiliki kartu perpustakaan tidak perlu terlalu khawatir. Menurut Sri Hartati, SH, Kepala Perpustakaan Pusat UNY, “Mereka yang ingin belajar di perpustakaan dan tidak memiliki kartu perpustakaan harap menghubungi petugas untuk mendapatkan id card khusus yang dikalungkan.” Selain itu, pengunjung luar dan/atau bukan anggota perpustakaan dikenai lima ribu rupiah setiap kunjungan dan hanya sebagai anggota baca saja.


laporan utama

dian hapsari/pewara dinamika

Perpustakaan berlantai tiga ini dibangun pada 1996 di atas tanah seluas kurang lebih 4.212 m2. Sebelum perpustakaan berdiri di sebelah barat gedung rektorat UNY, perpustakaan sempat mengalami beberapa perpindahan. Kali pertama perpustakaan dibangun pada 1964 dan hanya menempati salah satu ruang di Fakultas Ilmu Pendidikan. Setelah itu perpustakaan sempat dipindah ke gedung registrasi lama. Baru setelah 1974 perpustakaan dipindah lagi ke gedung Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) dan Lembaga Penelitian (Lemlit) UNY. Seiring dengan perkembangan kebutuhan mahasiswa akan buku dan informasi, perpusta­ kaan pun menambah koleksinya. Terhitung sejak Januari 2009, buku koleksi perpustakaan berjumlah 109.854 judul (243.526 eksemplar). Buku-buku ini berasal dari bantuan alumni, alokasi dana universitas, dan kerja sama de­ ngan berbagai pihak. Selain buku, perpusta­ kaan juga sedang mengembangkan e-library dan koleksi multimedia. Koleksi multimedia ini berupa koleksi kaset pelajaran bahasa asing, CD interaktif, dan jurnal elektronik. Untuk saat ini ruangan multimedia sedang dalam persiapan. Rencananya ruangan tersebut akan siap digunakan pada semester ganjil tahun ini. Sebelum naik ke lantai selanjutnya, mari me­ nyapa beberapa pengunjung di perpustakaan lantai satu ini. Tepat di depan pintu masuk, kita

dapat melihat tempat penitipan tas. Di samping kiri tempat loker-loker tas, kita akan melihat sebuah ruangan dengan tulisan e-library atau electronic library yang berisi 65 komputer. Pe­ ngunjung dapat berselancar di dunia maya deng­ an membayar Rp 500 tiap dua puluh menit. Di sayap kanan terdapat jajaran rak de­­ngan buku-buku yang ditata sesuai dengan ko­de golongan subjek. Saya sempat bertemu de­ng­an beberapa pengunjung. Pertama saya ber­te­­mu dengan Choiril Mustofa, mahasiswa Tek­­nik Elektro. Saat itu ia sedang suntuk de­ngan bukubuku teknik. Sebagai pengunjung hal yang pa­ling penting baginya dan mungkin juga pe­ ngun­jung lain adalah apakah buku yang inginkan ada di perpustakaan dan bagaimana cara mencarinya. Tentu saja pertanyaan yang ia maksudkan itu mengarah pada koleksi perpus­ takaan dan tata letak koleksi. Ditanya tentang koleksi dan tata letak buku, ia menjawab, “Bu­ ku-buku di perpustakaan ini cukup membantu dalam perkuliahan. Hanya saja Peraturan Umum Instalasi Listrik yang berlaku sekarang sudah mengacu pada tahun 2000, sedangkan buku-buku di sini masih menggunakan acuan 1977-1978, meskipun tidak jauh berbeda.” Mencari buku yang diinginkan memang su­ sah-susah gampang, perlu kejelian dan kesabaran. Beruntung sejak tahun 1998 perpusta­ kaan merintis komputerisasi yang dapat

P e wa ra D i n a m i ka MARET 2009

9


laporan utama me­mu­dah­kan pengunjung untuk mencari buku yang diinginkan. “Tapi kadang apa yang ditam­ pilkan di komputer tidak sesuai dengan keada­ an di rak, padahal tidak ada yang meminjam,” ungkap Tofa. Selain itu, sering juga letak buku tidak sesuai dengan apa yang dituliskan dalam indeks di data base komputer. Untuk yang satu ini, Sukarjono, Pustakawan UNY mengatakan, “Hal itu bisa jadi dikarenakan kesalahpahaman pengunjung mencermati kode buku. Kode buku perpustakaan menggunakan sistem numerik bukan sistem desimal, sehingga mereka sulit menemukan rak yang dimaksud dalam data base kami.” Di samping itu, ia juga mengakui bahwa untuk meletakkan buku sesu­ ai kode yang sudah ditetapkan memang perlu kedisiplinan. “Kami akan memperbaiki­nya se­dikit demi sedikit,” katanya. Ditambahkan oleh Sri Hartati, “Masalah kekurangan koleksi ini juga dapat diatasi dengan menjadi anggota Forum Komunikasi Perpustakaan Perguru­ an Tinggi (FKP2T). Anggota ini dapat masuk 30 perpustakaan di perguruan tinggi dengan menggunakan surat pengantar.” Tata Ruang Tata ruang perpustakaan merupakan salah sa­tu daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Su­a­sana yang nyaman dan tenang tentunya menjadikan pengunjung betah berlama-lama duduk di perpustakaan. Tidak jarang, perpustakaan menjadi rumah kedua bagi pengunjung yang memerlukan suasana kondusif untuk belajar. Seperti yang dinyatakan Muhamat Irham, mahasiswa angkatan 2006 Jurusan Bimbingan dian hapsari/pewara dinamika

10

Pewa r a Din a mik a m a r e t 2 0 0 9

Konseling, FIP, “Saya hampir setiap hari mengunjungi perpustakaan ini, meskipun saya tidak sering meminjam buku.” Ia mengaku lebih se­ nang berada di lantai III karena di ruang baca dan Koleksi Karya-karya Umum itulah ia lebih banyak mendapat informasi yang diperlukannya. “Di Lantai ini ba­nyak buku tentang psikologi dan suasananya lebih tenang.” Kenyamanan lain juga dirasakan Ari Hadi Su­silo, mahasiswa Jurusan PJKR, Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) angkatan 2005, “Pojok yang paling saya sukai di perpustakaan ini ada­lah lantai III. Selain bisa melihat pemandang­an di luar gedung tanpa terganggu pohon, ruangan ini tidak terlalu ramai seperti di lantai I.” Hanya saja, kenyamanan itu agak terganggu dengan panasnya ruangan tersebut di siang dan sore hari. Selanjutnya, ia berharap perpustakaan meningkatkan kenyamanan pengunjung de­­ng­ an adanya beberapa tipas angin di beberapa ruangan. “Kalau kondisi ruangan kondusif kan dapat meningkatkan kualitas belajar,” katanya. Penataan ruangan dan koleksi dianggap cu­ kup memadai. Tri Rumilawati, mahasiswa Administrasi Pendidikan, FIP, angkatan 2005 me­ ngatakan, “Penataan ruangan saya rasa cukup baik. Pengunjung tidak kesulitan menemukan buku yang dicari karena di atas pintu dipasang informasi isi ruangan dan mencari ruangan yang dimaksud pun tidak membingungkan.” Kalau boleh usul, di lantai sirkulasi ada penambahan komputer yang melayani peminjaman, tambahnya. “Untuk waktu-waktu tertentu kadang peminjam harus antri panjang dan menghabiskan waktu,” jelasnya. Menengok aktivitas Perpustakaan menjadi arena rendevous berbagai macam pengunjung, baik yang berstatus sebagai mahasiswa sampai yang sudah bekerja di instansi tertentu. Mereka datang dengan isi ke­pala yang berbeda. Mulai dari yang memili­ ki tujuan untuk mengerjakan tugas, janjian de­ ngan kawan, sampai yang mencari hiburan di dunia maya. Tengok saja di lantai I. Tidak jauh dari lobby, terdapat ruang e-library. Ruangan ini menyediakan beberapa komputer yang dapat digunakan untuk menjelajah dunia maya untuk mencari data yang mungkin tidak dapat ditemukan di buku. Selain dengan alasan kekurangan data browsing di internet juga dapat menghemat waktu, meskipun tidak semua data bisa didapat­


laporan utama kan di internet. Awalnya e-library ini memang disediakan untuk mencari data, tetapi praktiknya banyak juga mahasiswa yang memanfaatkannya untuk kebutuhan lain. Sebut saja Sofia, pengunjung yang sedang menyelesaikan skripsinya ini me­ ngaku mengunjungi dunia maya tidak hanya untuk mencari data, “Biar tidak jenuh, ya sekali­ an membuka yang lain seperti friendster.” Aktivitas di perpustakaan bukan itu saja. Pengunjung lain mengaku berkunjung ke perpustakaan bukan sekadar mencari data atau memenuhi kebutuhan untuk perkuliahan lainnya, melainkan bertemu dengan kawan. Ari Hadi Susilo, salah satunya. Ia berkunjung ke perpustakaan niatnya akan mencari skripsi. Skripsi tersebut rencana­nya akan dijadikan bahan perbandingan. Nyatanya tidak hanya skripsi yang ia dapatkan, ia bahkan dapat bertemu kembali dengan kawan-kawannya semasa KKN. “Perpustakaan ini bisa juga dijadikan tempat ketemuan atau janjian dengan teman. Ya, jadi alternatif pilihan tempat untuk ketemuanlah.” Di lantai II terdapat beberapa ruangan: ru­ ang baca dan koleksi (gol 4-9), ruang kerja ke­ pa­la perpustakaan dan tata usaha, lobby untuk istira­hat dan fasilitas foto copy, ruang pertemu­ an, ruang referensi, ruang dapur, ruang ATK, kamar kecil, dan ruang terbitan berkala. Bisa dikata­kan di lantai inilah roda kerja perpustakaan dikendalikan, tepatnya di ruang kepala perpus­takaan dan tata usaha. Menurut Sukarjono, karyawan perpustakaan pusat berjumlah sekitar 30 orang. Jumlah kar­yawan tersebut dianggapnya kurang ideal untuk menangani perpustakaan sebesar perpustakaan pusat UNY. Mari menuju ruang referensi. Ruangan ini tampak sepi, hanya ada sekitar tiga sampai lima orang pengunjung saja rata-rata per harinya. Mengapa sepi? “Itu anehnya. Ini kan ruang re­ fe­rensi, seharusnya ramai mahasiswa karena referensi sangat diperlukan,” ungkap Sukarjono. Ruangan ini ditempati buku-buku sumber se­perti ensiklopedia, kamus, biografi, direktori, sumber geografi, almanak, bibliografi, buku petunjuk, dan buku panduan. Di ruangan ini saya bertemu dengan Kena­ nga, mahasiswa Pendidikan Ekonomi angkatan 2004, yang sibuk dengan buku-buku tebal. Ia mengaku lebih senang mengunjungi lantai II atau lantai III untuk mencari buku. Saya kemudi­ an mencoba bertanya, mengapa tidak ke lantai I seperti mahasiswa lainnya, bukankah di lan­tai

dian hapsari/pewara dinamika

I pengunjung dapat meminjam buku?, “Saya le­ bih baik langsung membelinya saja. Kalau buku yang saya cari tidak dijual ya le­bih baik ke perpustakaan kampus atau perpustakaan di luar kampus,” jawabnya. Alasan lain, ia tidak meminjam buku masih ada buku yang rusak atau bebe­rapa halaman disobek. Lalu bagaimana kabar lantai teratas? Tidak ada ruangan yang paling sibuk selain Ruang Skripsi/Tesis/Disertasi, dan Laporan Penelitian. Semua kursi hampir dipenuhi mahasiswa yang menghadapi tumpukan skripsi dengan sampul sesuai fakultasnya. Saya sempat membaca presensi pengunjung untuk melihat seberapa banyak mahasiswa yang kerap mengunjungi ruangan ini. Rupanya dari presensi tersebut sa­­ya menemukan sejumlah angka. Pengunjung ter­ba­ nyak ruangan ini berasal dari FISE. Prosentase pengunjung terbanyak di bawah FISE adalah mahasiswa FT, FIK, FIP, FBS dan FMIPA. Sepengetahuan Endi Suhaedi, pustakawan yang bertugas di ruang skripsi, “Sejak lima tahun terakhir FISE dan Pascasarjana mewajibkan ma­hasiswanya untuk menyerahkan skripsi ke perpustakaan pusat, dengan demikian banyak skripsi bersampul merah yang berjajar di rak daripada skripsi lain.” Selain itu, hanya skripsi yang memiliki nilai baik saja yang akan dipajang di rak skripsi ruangan ini, tambahnya. Di samping mahasiswa UNY, saya bertemu de­ngan Sunarjo yang mengaku dari Universitas PGRI Yogyakarta. Ia merasa perpustakaan UNY ini memberinya kemudahan mencari data terutama data yang berkaitan dengan penelitian, meskipun ia bukan berasal dari kampus setempat. Begitulah perpustakaan UNY. 

P e wa ra D i n a m i ka MARET 2009

11


laporan utama

(Bukan) Buku Milik Aku Sudah sewajarnya jika meminjam buku yang bukan milik pribadi, Dikembalikan sama utuhnya ketika waktu dipinjam. Oleh Endang Arti ati S uhe sti

B

dian hapsari/pewara dinamika

egitu pulalah seharusnya, ketika sese­ orang meminjam buku di perpusta­ka­ an. Adab sopan santunnya juga me­ ngembalikan buku sesuai dengan ke­a­daan semula. Walaupun buku benda mati, te­ta­pi ia sangat diperlukan oleh kita (baca: ma­ha­sis­wa). Tanpa buku, mahasiswa tidak dapat mencari referensi untuk mengerjakan tugas yang diberikan dosen. Tanpa buku pula, ma­ha­sis­wa tak dapat tenggelam dalam informasi-informasi yang tersaji di dalamnya. Begitu

12

Pewa r a Din a mik a m a r e t 2 0 0 9

agungnya sebuah buku, sampai-sampai Pro­kla­ mator kita, Mohammad Hatta bisa berubah berang seketika saat melihat halaman-halaman buku dilipat sembarangan yang hanya untuk mem­beri tanda pada halaman mana buku itu tengah dibaca. Dan pemandangan seperti ini masih ditemukan di perpustakaan Universitas Negeri Yogyakarta. Lebih dari sekedar melipat halaman buku, melainkan juga mencorat-coret buku dan meng­ hilangkan beberapa halaman pada sebuah bu­


laporan utama man yang ada pada buku.”Jadi tidak nyaman kalau dibaca,” keluhnya yang tengah duduk santai di serambi Perpustakaan Pusat Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) setelah memin­ jam novel bertajuk “Ziarah”. Geram rasanya pada mereka (peminjam bu­ ku) yang menyobek halaman buku, apalagi pada buku yang keadaannya sudah tua. Tewe, mahasiswi Pendidikan Bahasa Indonesia 2004 ini mengaku prihatin.”Saya sudah menyempatkan membuka buku tua yang baunya kurang saya sukai, senang bisa menemukan buku yang saya butuhkan, eh giliran sampai halaman yang pen­ ting hilang,” sungutnya kemudian. “Kalau saya ketemu orangnya bisa saya sobek-sobek juga tuh,” imbuh Tewe yang cukup teratur per­gi ke perpustakaan, baik Perpustakaan Pusat UNY maupun Perpustakaan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS). Tak hanya geram, rasa marah yang menyesak­ kan dada karena tidak tahu harus marah pada siapa menyelimuti Uwik, mahasiswi jurusan Pendidikan Jerman ketika membuka koleksi skrip­si yang hanya tinggal halaman kata pengantar dan halaman kesimpulan.”Waktu saya mencari referensi skripsi di perpustakaan pusat, ada skripsi yang judulnya mirip dengan

dian hapsari/pewara dinamika

ku. Hal ini sungguh disayangkan oleh koordinator perpustakaan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Erna Mustika Indriani, AMd. “Kesadaran mahasiswa menjaga buku pinjaman masih ku­ rang. Kadang beberapa halaman hilang dan tulisan-tulisan tidak jelas ada di dalam beberapa halaman buku. Ungkapnya. Bahkan pernah juga kejadian, mahasiswa mengembalikan buku dalam keadaan kucel, masih ada bekas-bekas air hujan pada cover buku. “Bukunya langsung diletakkan di atas meja dengan KTM. Lalu saya sendirikan buku tersebut dan KTM-nya. Rencananya mau saya bicarakan baik-baik kenapa mengembalikan buku sampai basah seperti itu. Tetapi ternyata dia (baca: mahasiswa) itu tidak pernah kembali lagi,” kenangnya sambil geleng-geleng kepala. Beberapa mahasiswa merasa kecewa dengan keadaan buku yang kurang nyaman di baca.”Iya kadang saya lagi asyik-asyik baca, halamannya tidak ada. Lalu juga ada coretan tulisan yang mengganggu” protes Rina, mahasiswi akhir Bim­bingan Konseling yang tengah mengerjakan skripsi. Yuni, mahasiswi jurusan Pendidikan Ba­ hasa Indonesia asal Pekalongan ini juga menya­ yang­kan pada perilaku peminjam buku yang men­corat-coret ataupun menghilangkan hala-

P e wa ra D i n a m i ka MARET 2009

13


laporan utama Waktu itu senang rasanya tetapi begitu saya buka ternyata bab satunya sudah tidak ada, bab duanya, bab empat tidak ada, dan daftar pustakanya juga tidak ada.

laode/pewara dinamika

judul skripsi yang tengah saya garap. Waktu itu senang rasanya tetapi begitu saya buka ter­­nyata bab satunya sudah tidak ada, bab duanya, bab empat tidak ada, dan daftar pustakanya juga tidak ada. Marah banget rasanya, lalu saya langsung pulang dan tidur. Padahal sudah saya sempatkan ke sana (baca: perpustakaan),” kenang dara asal Wonosari ini.

14

Pewa r a Din a mik a m a r e t 2 0 0 9

Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab, MA., yang per­nah menjadi Kepala Perpustakaan Pusat UNY pun ikut menyayangkan kurangnya kesa­ dar­an mahasiswa dalam menjaga kerapihan dan kebersihan buku. ”Mahasiswa yang seper­ ti itu tidak sadar kalau sikapnya bisa merugikan banyak mahasiswa yang lain,” ungkapnya ketika ditemui di sela-sela kesibukannya. T, Sukardi, penjaga perpustakaan Pusat UNY, yang sejak 1978 bekerja di perpustakaan pusat ini sudah mahfum dengan perilaku peminjam buku perpustakaan yang kurang bertanggung jawab ini.”Ya bagaimana lagi, kami (para penjaga perpustakaan) tidak bisa satu persatu langsung mengecek buku, begitu dikembalikan oleh mahasiswa. Kami melayani ribuan mahasiswa yang macam-macam orangnya. Kalau ada (baca: buku) yang rusak, halamannya itu ketahuannya di akhir semester waktu pemeriksaan dan perapian buku,” terangnya. Sama halnya dengan yang dirasakan Yu­yun Farida, M. Biotech, asisten dosen Biologi yang ditugaskan juga untuk mengelola perpustakaan jurusan Biologi ini. Ia menuturkan bahwa pembenahan koleksi perpustakaan biasanya dilakukan akhir semester. “Jika ada yang rusak segera di­perbaiki. Kita (baca: pegawai perpustakaan jurusan Biologi) tidak bisa langsung mengecek buku yang langsung dikembalikan. Tenaga per­pus­takaaannya hanya ada 3 orang dan semuanya mobile jadi harus bergantian,” terangnya yang telah mengelola perpustakaan jurusan Biologi sejak 2000. “Buku rusak biasanya ketahuannya setelah lama, dan halaman yang hilang faktornya juga karena lem perekat jilidannya kurang bagus,” imbuh Erni Susilowati, pegawai perpustakaan jurusan Matematika yang telah merampungkan strata satu ilmu perpustakaan di Universitas Islam Negeri (UIN) ini dengan ramah. Berbeda halnya dengan koleksi buku di Perpustakaan Media Fakultas Teknik (FT) UNY yang masih relatif utuh dari tangan-tangan jahil peminjam buku.“ Jarang (baca: buku-buku perpustakaan Media FT) ada yang merobek atau mencorat-coret. Saya tahu persis orang-orang yang meminjam di sini ( baca: perpustakaan) karena frekuensinya kedatangan orangnya lebih sedikit sekitar 35 – 40 orang setiap harinya, jadi saya hafal. Saya akrab dengan mahasiswa yang pinjam buku, mungkin juga mereka sungkan sama saya,” terang Dwi Surtiawan, M.Hum, pegawai perpustakaan Media FT yang menda-


dian hapsari/pewara dinamika

laporan utama

patkan beasiswa dari Dikti untuk meneruskan pendidikan strata dua di UGM. Walaupun mahasiswa menjadi tidak nyaman dengan keadaan buku yang kurang rapi, mereka mengaku tidak complain pada penjaga perpustakaan. Bagi Afif, mahasiswi asal Kebumen ini, hanya mengeluh di dalam hati saja, ia justru mencari koleksi buku lainnya dan tidak terlalu mempermasalahkannya jika menemukan buku yang penuh corat-coret atau ada beberapa halaman yang hilang. Yang penting adalah kesadaran menjaga buku, ungkap Rina yang aktif juga mengiku-

ti kegiatan di kampus.“Mungkin juga de­ngan diberi tulisan di setiap buku agar jangan menyobek halaman atau mencorat-coret buku. Dan penting juga penjaga perpustakaan ikut menjaga buku, terutama kebersihan dari debu,” ungkapnya yang seringkali bersin-bersin ketika membuka-buka buku yang berdebu. “Mahasiswa perlu menyadari bahwa perpustakaan itu milik bersama dan tak egois. Mahasiswa juga harus jujur, dia harus berpikir ke depan mau jadi apa kalau belajar ilmunya dengan cara yang tidak jujur. Mahasiswa harus hati-hati,” tegas Yuyun Farida memberi nasehat.

P e wa ra D i n a m i ka MARET 2009

15


laporan utama

dian hapsari/pewara dinamika

Dua orang mahasiswa yang sedang belajar.

Aneka Ragam Pengamanan Perpustakaan Fakultas

Sudah sewajarnya jika meminjam buku mengembalikannya sama utuhnya.

Oleh D hian H aps a ri

L

ayar monitor 21 in itu menyala sepanjang hari. Ada empat bagian yang ditampilkan dalam satu layar itu sesuai dengan ruangan di mana kamera CCTV dipasang. Hari itu, petugas perpustakaan sepakat untuk memantau apapun yang ditampilkan dalam layar. Mereka diikat oleh rasa penasaran yang kuat. Siapakah pelaku pencurian dompet yang beraksi beberapa kali sebelumnya? 16

Pewa r a Din a mik a m a r e t 2 0 0 9

Sebelum kamera CCTV dipasang, beberapa pengunjung mengeluh kehilangan dompet. Bukan hanya sehari dua hari dompet pengunjung raib dari tasnya, melainkan setiap hari selama perpustakaan membuka layanan. Erna Mustika Indriyani, Amd, Koordinator Perpustakaan FIP berembug dengan pustakawan lain di FIP yang kemudian membuahkan usulan permohonan pengadaan CCTV demi keamanan dan kenyamanan pengunjung. Beruntung, permintaannya itu segera direa­ lisasikan dengan dipasangnya CCTV beberapa pojok yang dinyatakan rawan. Pemasang­an CCTV itu tentunya tanpa sepengetahuan pe­­ ngunjung karena kamera itu memang dimak­ sud­kan untuk menjebak si pencuri dompet yang kerap beraksi. Benar saja, seharian mereka memantau layar monitor akhirnya tertangkap juga si pencu­ri dompet itu. “Awalnya dia tidak mengaku kalau mengambil, tetapi karena kami desak ia ketahuan juga dan dompet yang diambilnya itu sudah kami serahkan ke pemiliknya,” kata Erna. Kejadian serupa bisa saja terjadi di perpustakaan-perpustakaan lain di UNY. Hanya saja, setiap perpustakaan memiliki sistem pengaman­ annya sendiri-sendiri. Perpustakaan pusat UNY, misalnya. Perpustakaan terbesar di kampus UNY ini memiliki sejumlah pengamanan. “Sekarang kami memiliki pita magnetik yang dise­ lipkan di buku, sehingga apabila pengunjung menyelundupkan buku itu akan ketahuan saat melewati security gate,” ujar Sri Hartati, Kepala Perpustakaan Pusat UNY. Buku yang belum didesensitifkan akan memicu security gate untuk mengeluarkan bunyi peringatan, sehingga petugas yang berjaga di pintu masuk akan segera bertindak. Pita magnetik yang dipasang di buku itu sa­ ngat transparan sehingga pemasangnya pun ti­dak akan ingat di mana ia meletakkan pita itu. “Saya juga membantu memasang pita itu, tapi kalau disuruh mencari lagi di mana mele­ tak­kannya saya tidak akan bisa menemukannya,” tambah Sri Hartati. Dari Loker Sampai Pengamanan Pribadi Setiap perpustakaan memiliki pengamanan yang berbeda-beda. Mulai dari loker berkunci sampai pengawasan pribadi. Perpustakaan FBS, misalnya, menyediakan loker yang kunci­


laporan utama berhati-hati. “Makanya kami memasang tulisan peringatan untuk membawa barang berharga apabila menitipkan barangnya,” tambah Wali­ antoro. Lantas, bagaimana komentar mahasiswa ten­ tang pengamanan di perpustakaan ini? Evi Puspitasari, mahasiswa PBI FBS, angkatan 2005, mengaku tidak masalah dengan pengamanan di perpustakaan fakultasnya. “Saya belum pernah kehilangan apapun karena saya bawa apapun yang penting. Cuma kalau bisa lokernya ditam­bah dan ruangannya diperluas.” Begitu pula yang diungkapkan Ratri Hayu, mahasis­wa Bio­logi FMIPA, angkatan 2004, “Pengamanan itu penting, tetapi yang lebih penting penambah­ an koleksi karena di perpustakaan jurusan Biologi banyaknya buku lama dan tidak lengkap.” 

dian hapsari/pewara dinamika

nya dapat dibawa sendiri oleh pengunjung. Serupa dengan perpustakaan FBS, perpustakaan jurusan Matematika pun menggunakan pengamanan dengan loker berkunci. Hanya saja, dili­ hat dari jumlah pengunjung loker yang disedi­a­ kan belum mencukupi jumlah pengunjung yang membutuhkannya. Oleh karenanya, pengun­ jung yang tidak kebagian loker meletakkan tasnya begitu saja di sekitar loker seperti yang dilakukan di perpustakaan FBS. Erni Susilowati, SIP, pengelola perpustakaan jurusan Matema­ tika mengatakan, loker yang sedia memang sedikit karena ruangan di perpustakaan ini ti­ dak memungkinkan untuk menampung loker lebih banyak dari sebelumnya. Perpustakaan FT dan beberapa perpustaka­ an di FIK mengandalkan pengamanan pribadi. Tas dan atau jaket pengunjung diletakkan di rak yang sudah disediakan kemudian barangba­rang berharga sedapat mungkin diamankan sendiri. Kendati tanpa pengamanan khusus, pengelola perpustakaan FT jarang mendapat­ kan keluhan tentang kehilangan. “Saya jarang mendapat keluhan tentang kehilangan, tetapi kalau mahasiswa ketinggalan barangnya luma­ yan sering,” ungkap Dwi Surtiawan, pengelola perpustakaan FT. Lain di FT, lain pula di FBS dan perpustakaan jurusan Matematika. “Setahun lalu banyak yang kehilangan dompet, tetapi saya belum per­nah menangkap si pengambil dompet itu,” pa­par Waliantoro. Begitu pula Erni Susilowati, yang setiap harinya bertugas di perpustakaan jurusan Matematika ini juga mengaku si pencu­ri dompet belum pernah tertangkap tangan olehnya. “Saya sendiri juga belum pernah menang­ kap karena saya sendiri sibuk menangani sirkulasi dan idealnya memang di perpustakaan ti­­dak ha­nya dijaga oleh satu orang saja.” Berbagai kejadian kehilangan dompet maupun barang berharga lainnya membuat pengelola berinisiatif mengajukan pengamanan seperti CCTV dan security gate. Namun hingga saat ini baru satu perpustakaan FIP saja yang permintaannya telah terealisasikan. Menurut Wali­ antoro, secara lisan rencana pengadaan fasili­ tas tambahan untuk perpustakaan memang per­nah diutarakannya, tetapi ia belum menga­ ju­kan surat resmi kepada dekanat. “Di sam­ping itu, listrik di sini juga mungkin tidak kuat. Bisa njeglek nanti.” Pengamanan dengan teknologi itu memang penting, tapi lebih dari itu si pe­milik barang berharga itu sendiripun harus

P e wa ra D i n a m i ka MARET 2009

17


laporan utama

Rileks Dulu Ah... Beberapa mahasiswa terlihat serius membolak balik buku, namun di sudut lain terlihat seorang yang mahasiswa yang terlihat asyik memandang di balik kaca perpustakaan, entah apa yang ada dalam benaknya. Ole h Endang Arti ati S uhe sti

I

DHIAN HAPSARI/PEWARA DINAMIKA

tulah sejumput suasana sore hari di lantai dua perpustakaan pusat UNY. Sepertinya, mereka (baca: pengunjung perpustakaan) bisa membaca buku dengan serius atau ma­lah bersantai, merenung sejenak dengan di­te­ma­ni buku-buku yang tertata rapi. Dengan jam pelayanan sampai malam hari, para pe­

18

Pewa r a Din a mik a m a r e t 2 0 0 9

ngun­jung perpustakaan yang sebagian besar ma­ha­siswa bisa memanfaatkan perpustakaan seleluasa mereka. Biasanya mereka datang ke perpustakaan setelah jam kuliah. Sambil me­ nunggu kuliah berikutnya, mereka mencari bu­ ku-buku yang mereka butuhkan, buku referensi untuk kuliah, novel, buku-buku berisikan motivasi hidup, atau buku bertema lainnya. “Habis kuliah sekitar pukul 09.00 atau 11.00 bia­sanya ramai pengunjung perpustakaan. Tapi kalau sudah pukul 19.00 itu sudah sepi apalagi di lantai dua dan tiga. Beda dengan waktu tahun-tahun 1980. Banyak sekali mahasiswa yang be­lajar di perpustakaan, di lantai dua, sampaisam­pai kami (baca: pegawai perpustakaan) kewalahan mencarikan tempat duduk,” terang T Su­kardi yang telah bekerja dari 1978 di Perpusta­ kaan Pusat UNY. Cukup lengkap, itulah yang dirasakan Afif, mahasiswi FIP yang tengah menggarap skripsinya ketika bertandang di perpustakaan pusat. Ba­ginya perpustakaan pusat UNY merupakan tempat favoritnya untuk menghabaskan wak­tu. Ia bisa berlama-lama di perpustakaan pu­sat.”Saya merasa nyaman di perpustakaan ka­re­na saya bisa membaca buku. Banyak koleksi bukunya,saya bisa seharian di sana (baca: per­pustakaan). Karena saya jauh dari pondok Krapyak, sekalian berlama-lama kalau ke perpustakaan,” terang dara berjilbab yang pu­nya nama lengkap Afifatul Rohmah ini dengan ra­ mah. Dari beberapa mahasiswa UNY, mengaku me­ra­sa nyaman berlama-lama di lantai II UNY. Mereka menenggelamkan diri dalam novel-no­ vel koleksi perpustakaan pusat ini, tak peduli lagi dengan suasana di sekitarnya. Memang pengunjung lantai II lebih sepi daripada di bagian bawah lantai I, namun justru itu menjadi


tempat yang enak untuk mengikuti arus cerita yang tersaji dalam novel koleksi perpusta­ kaan. Iringan musik yang terdengar sayup-sayup menambah cerita dalam novel terasa lebih hidup. Namun bukan berarti kegiatan mereka di lantai II perpustakaan pusat hanya untuk melahap novel. Tidur adalah aktivitas lain yang se­ ring dijumpai di perpustakaan pusat UNY. Beberapa buku beralih fungsi menjadi bantal, atau juga dimanfaatkan untuk menutupi wajah yang tengah terlelap tidur. “Saya kadangkadang tidur juga di sana (perpustakaan, red.) enak buat tidur she,” aku Afif sembari tertawa. Tidur bahkan telah menjadi rahasia umum, Uwik, Tewe dan Yani mengaku beberapa kali menjumpai pengunjung perpustakaan yang ter­tidur. “Mungkin orang itu capai, toh tidak meng­ganggu jadi di biarkan saja,” ujar Tewe, ma­hasiswa akhir Pendidikan Bahasa Indonesia ini dengan ramah. T Sukardi juga mengakui kalau banyak pengunjung yang tidur di perpustakaan pusat. ”Banyak yang tidur juga di sini (baca: perpustakaan). Dulu pernah ada yang ketiduran sampai terkunci. Lalu waktu ada satpam, mahasiswa yang terkunci itu berteriak-teriak, akhirnya di bukakan pintu belakang perpustakaan,” kenangnya. Menyendiri Vs Berduaan Jika Afif menjadikan perpustakaan salah satunya sebagai tempat untuk tidur, Rina tidak demikian. Ia mengaku perpustakaan pusat sebagai tempat dia untuk bermeditasi. Istilah meditasi, bagi Rina ini tepatnya untuk merenung. Duduk di lantai III yang tidak begitu ramai membuka-buka halaman buku untuk mencari inspirasi, itu yang kerap di lakukan Rina. “Kadang juga tulis-tulis semacam diary gitu atau saya bawa buku sendiri dari kos lalu saya baca di sana (perpustakaan pusat, red.),” ujarnya. Selain koleksi buku yang semakin lengkap, perpustakaan pusat menjadi tempat untuk menarik diri dan menenangkan diri. Afif menuturkan kalau sedang ada masalah ia melarikan dirinya ke perpustakaan pusat. ”Saya menangis dulu di perpustakaan kalau misalnya sedang sakit hati dengan temen saya,” terangnya. Tak jauh berbeda dengan Uwik yang kadang melarikan diri ke perpustakaan pusat ketika punya masalah dengan temannya. “Kalau pengen menghilang dulu, ya ke perpustakaan,” imbuh-

DHIAN HAPSARI/PEWARA DINAMIKA

laporan utama

nya. Jika sedang tidak punya teman untuk jalan-jalan, Uwik juga ‘lari’ ke perpustakaan. Setidaknya setelah keluar dari perpustakaan Uwik merasa lebih cerdas sedikit. “Daripada ke mall lebih baik kan ke perpustakaan,” serunya yang sedang gencar memberlakukan “hari intelektual” pada dirinya sendiri. Memang enak buat nenangin diri, tambah Tewe, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia. “Iseng-iseng aja sebenarnya, siapa tahu dapat inspirasi buat puisi atau cerpen. Kadang buat melamun ‘enak’ juga,” ungkap Tewe yang aktif berorganisasi ini. Lebih dari sekedar menyendiri, di beberapa bagian perpustakaan pusat yang lengang justru asyik dimanfaatkan oleh pasangan mahasiswa lawan jenis. Menurut Tewe maupun Uwik, perpustakaan pusat juga ‘enak’ buat pacaran. “Saya sempat melihat mahasiswa berpacaran di sana. Mereka sedang pegang-pegangan tangan sambil baca buku”. Diakui juga oleh T Sukardi,”Iya kadang ada juga mahasiswa yang berpacaran. Dulu pernah ada yang asyik berpacaran sampai dijepret pegawainya pakai kamera tidak tahu. 

P e wa ra D i n a m i ka MARET 2009

19


laporan utama

Perpustakaan FIP: Utamakan Pelayanan dan Kenyamanan Perpustakaan ini memiliki daya tarik yang jarang dimiliki perpustakaan fakultas lainnya. Daya tarik itu terletak pada: pelayanan dan kenyamanan. Ole h D hian H aps a ri

L

dhian hapsari/pewara dinamika

etak perpustakaan UPP I Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) cukup strategis dan mu­dah ditemukan, meskipun berada di lantai II. Perpustakaan ini mudah di­ te­mu­kan, bahkan mereka yang belum pernah mengunjungi FIP sekalipun. Anda cukup me­ngi­ ku­ti papan informasi yang terpasang di beberapa bagian di kampus ini. Dan, voila! Sampailah ki­­ta di perpustakaan FIP UPP I. Pintu di perpustakaan ini memang selalu tertutup, tetapi tidak perlu khawatir. Pengunjung akan selalu diterima kapanpun selama hari kerja. Sekali masuk ke perpustakaan FIP, kita akan disambut kesejukan dan keramahan pustakawannya. Perpustakaan ini memiliki beberapa AC yang dipasang di beberapa titik demi kenya­ manan pengunjung. Untuk mengetahui perpustakaan FIP, mari kita tengok sebentar sejarahnya. Perpustakaan Fakultas Ilmu Pendidikan berdiri pada 1999 dan

20

Pewa r a Din a mik a m a r e t 2 0 0 9

menempati gedung MKU lama yang kini menjadi Museum Pendidikan. Setelah FIP memba­ngun dan merenovasi gedung pada tahun 2008, perpustakaan FIP pindah ke lantai II hingga kini. Praktis sejak perpustakaan FIP dirintis, bukubu­ku yang dimiliki perpustakaan jurusan dija­ di­kan satu di perpustakaan fakultas. Kenyamanan Membaca Untuk urusan kenyamanan, perpustakaan ini memang nomor satu. Bagaimana tidak? Per­pustakan sekitar seluas 200 m2 ini berisi 5 spot untuk membaca: satu deret meja baca yang ter­diri dari 14 kursi dan meja, satu meja ke­cil yang cukup untuk empat kursi, satu me­ ja besar untuk delapan kursi, dua meja untuk le­seh­an dan satu meja konfrensi di dalam ru­ ang buku tandon. Eka Siti Mulyani, mahasiswi Psikologi Pendi­ dikan dan Bimbingan, angkatan 2005 mengata­ kan, “Pojok yang paling saya sukai untuk mem­baca adalah di lesehan.” Pencahayaan, ke­nya­manan duduk, dan jaraknya yang tidak ter­la­lu jauh dengan rak buku psikologi menjadi alasannya. “Selain itu, kita bisa melihat pemandangan di luar gedung kalau mata sedang le­lah.” Kenyamanan di perpustakaan ini terutama didukung dengan cerdasnya pengurus perpus­ takaan mendesain tata letak ruangan. Erna Mustika Indriyani, Amd., Koordinator perpus­ ta­kaan FIP mengatakan, “Saya belajar dari per­


laporan utama

Pelayanan Prima Tidak banyak perpustakaan fakultas yang melakukan seperti yang dilakukan perpusta­ kaan FIP. Ya, mereka dalam waktu-waktu tertentu akan mencermati adakah mahasiswa yang telah meminjam buku lebih dari tiga bu­ lan. Apabila pustakawan menemukan maha­sis­ wa yang melakukan peminjaman melampaui batas tersebut, petugas perpustakaan akan meng­hubunginya untuk mengingatkan. “Kami mencatat semua nomor peminjam dan akan ka­mi hubungi untuk mengingatkan,” papar Erna. Semua itu dilakukan agar mahasiswa yang ber­sangkutan tidak membayar denda terlalu ba­nyak dan mahasiswa yang lain dapat meman­ faatkan buku itu pula, tambahnya. Denda yang dibayarkan mahasiswa untuk keterlambatannya akan dimanfaatkan untuk membeli buku sesuai dengan kebutuhan buku mahasiswa lainnya. “Kami ini hanya mengelola. Sedapat mungkin dari mahasiswa akan kembali ke mahasiswa juga.” Jadi jangan heran apabila suatu saat pengunjung perpustakaan mene­ mukan buku dengan tanda Library FIP Cash berwarna kuning yang ditempel di pojok kanan atas sampul. Tulisan itu menandakan bahwa buku yang sedang Anda pegang adalah buku hasil pembelian dari denda yang dikumpulkan selama waktu tertentu. Pelayanan lain yang dilakukan perpustakaan FIP adalah keterbukaan dan informatif. Pengunjung dapat mencari buku dengan bantuan komputer atau menanyakan informasi apapun yang berkaitan dengan perpustakaan ke loket infor-

masi yang sudah disediakan. “Beberapa dari pustakawan perpustakaan ini lulusan adminis­ tra­si pendidikan UNY yang memang dibe­kali tentang ilmu managemen perpustakaan, se­ hing­ga mereka benar-benar memahami perpus­ takaan.” Koleksi Andalan Hingga Oktober 2008, perpustakaan FIP me­­miliki 8540 buku dan 955 koleksi terbitan ber­kala. Semua koleksi tersebut ditata apik di be­be­rapa rak buku sesuai dengan klasifikasi ber­ dasarkan UDC (Universal Decimal Clasification). Pengunjung yang memerlukan buku tertentu akan mudah menemukannya dengan membaca informasi pengkalsifikasian buku yang ditempel di tiap rak. Setiap perpustakaan memiliki andalan tersen­ diri. Apalagi kalau bukan koleksi-koleksi tertentu yang masih sealiran dengan fakultas di mana perpustakaan itu berdiri. Hanya saja, ada yang lain dengan perpustakaan FIP. Bukan ha­ nya buku-buku pendidikan saja yang berjajar di rak-raknya. Pengunjung akan menjumpai bukubuku musik, sastra, bahkan buku-buku sosial dan politik. Alasan lengkapnya buku-buku yang dimiliki perpustakaan FIP itu pula yang menarik Yulkhairi Setyawan, mahasiswa FT Jurusan Otomotif 2008 untuk datang. “Kebetulan saya sedang membuat penelitian yang berhubungan dengan psikologi siswa di kelas, untuk itu saya datang ke sini mencari buku yang saya perlukan.” Selebihnya, koleksi di perpusta­ka­an FIP me­miliki keragaman yang cu­kup banyak baik buku dari dalam negeri maupun dari luar nege­ri. “Meskipun jurnal luar negeri jarang diminati pengunjung, tetapi jurnal itu tetap kami sediakan,” ka­ta Erna kemudian. Bebe­ra­pa jurnal luar negeri yang menjadi koleksi an­dalan perpustakaan ini antara lain Journal of Ear­ly Childhood Rese­arch, Journal of teacher Edu­ca­tion, dan Adult Edu­ca­tion Qu­ar­terly. Se­la­in itu perpusta­kaan juga berlangganan ma­ ja­­lah luar negeri un­tuk me­me­nuhi kebutuhan in­­formasi perkembang­ an keilmuan. 

dhian hapsari/pewara dinamika

pus­ta­kaan pusat dan melihat bagaimana per­ kem­bangan kebutuhan mahasiswa.” Upayanya untuk memajukan perpustakaan ini mendapat motivasi dari berbagai pihak, termasuk pihak dekanat. Namun, bukan hanya desain ruangan saja yang menarik dari perpustakaan FIP. Bila and­a berkunjung ke perpustakaan FIP, Anda ti­dak akan mendapati buku tanpa sampul. Upaya ini dilakukan demi penghormatan terhadap bu­ku itu sendiri dan kenyamanan pengunjung. “Pe­ nyampulan buku itu wajib bagi kami karena buku apapun itu pasti memuat ilmu yang berguna. Di samping itu, kami sadar buku itu akan menjadi milik bersama yang digunakan oleh ratusan mahasiswa, sehingga kami berupaya agar buku itu tetap awet dan bersih,” ujar Erna Mustika Indriyani.

P e wa ra D i n a m i ka MARET 2009

21


laporan utama Dr. Rachmat Wahab

dokumen pribadi

Menuju E-Library

22

Pewa r a Din a mik a f meabrreua t 2r0i 0290 0 9


laporan utama

Bagaimana menurut Anda peran perpus­ takaan bagi perguruan tinggi? Perpustakaan itu jantungnya perguruan ting­ gi. Jadi, gerak hidup matinya kampus itu tergantung bagaimana eksisnya perpustakaan. Semakin fungsional (perpustakaan, red.) dan semakin memainkan perannya dalam kehi­dup­ an kampus untuk pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat, berarti semakin tinggi posisi perguruan tinggi itu dilihat dari laya­ nannya. Apa saja yang Anda lakukan selama memim­ pin perpustakaan pusat UNY? Waktu itu, saya memimpin perpustakaan pusat berusaha untuk tidak berpikir konvensional tetapi mencoba untuk bergeser pada pemikiran yang non konvensional. Berpikir alternatif, ar­ tinya bahwa saya berusaha untuk mengguna­ kan IT untuk bisa meningkatkan efesiensi pe­ la­yanan, keakuratan pelayanan, kecepatan pe­­la­yanan, kenyamanan pelayanan, dan keama­ nan pelayanan. Komputer dapat memberikan jawabannya. Waktu itu masih manual, lalu setelah menggunakan komputer (dalam pelayanan, red.) menjadi lebih cepat. Dulu itu label bukunya rusak semua, lalu ditutup dengan sampul plastik. Kalau labelnya rusak, itu tidak dapat terbaca sehingga akan menyulitkan saving bu­ kunya. Buku yang rusak diberi sampul plastik lagi, sedangkan buku yang rusak lainnya dijilid lagi. Hal ini untuk memudahkan petugas yang yang saving, untuk memudahkan juga bagi petugas yang mengurutkan dan memudah­ kan juga bagi mahasiswa yang mencari bukunya atau user. Dan itu sudah rapi sekali. Kapan Anda menjadi Kepala Perpusta­ka­an? Saya waktu itu tahun 1999, saya hanya beberapa bulan saja, 10 bulan, Maret sampai

Desember. September sudah saja tinggal untuk kuliah lagi. Jadi praktisnya hanya 7 bulan saja. Masih terjadi di lapangan, koleksi buku perpustakaan hilang beberapa halamannya. Menurut Anda bagaimana? Ya pelakunya sepertinya tidak membayangkan bahwa banyak orang yang akan kesulitan mencari buku aslinya. Coba berapa mahasiswa yang dirugikan?Padahal habis itu (baca: halaman buku yang diambil) dibuang . Kita perlu menghimbaunya, misalnya dengan tulisan-tulis­ an, merobek buku sesuatu perbuatan yang tercela. Ini perlu. Dan juga mengingatnya terus menerus. Lalu nanti begitu ada yang ketahuan, ditangkap dan dipublikasikan, gak papa itu supaya orang itu timbul rasa jera. Dari hasil di lapangan perpustakaan-per­ pustakaan jurusan pegawainya masih 2-3 orang. Bahkan ada yang hanya 1 pegawai saja. Melihat kondisi seperti ini bagaimana menurut Anda? Tidak ada efisien itu sebenarnya , jane kan dijadikan satu karena itu lebih efisien menjadi satu perpustakaan fakultas sehingga relasi antar disiplin bisa lebih terjadi, antar mahasiswa, antar bidang studi. Interaksi positif dapat terjadi. Minimal perpustakaan fakultas, kalau diturunkan ke jurusan tidak menjadi efisiensi, pemborosan itu namanya.

Foto-foto: Ahmad Natsir EP/Pewara dinamika

Sepanjang hari itu (13/3) sepertinya Dr. Rachmat Wahab, mempunyai jadwal yang penuh, rapat hingga mengajar. Sekitar pukul 17.20 WIB, Penjabat Rektor UNY, kini telah dilantik menjadi Rektor UNY pada 23 Maret 2009, ini baru kem­ bali ke ruang kerjanya. Setelah break sebentar, dosen FIP, yang juga menjabat sebagai Pembantu Rektor I ini, baru mempersilahkan reporter Pewara Dinamika, Endang Artiati Suhesti untuk melakukan wawancara khusus perihal perpustakaan di kampus yang sedang bergerak menuju World Class University ini.

Pendidikan: S2 University of Iowa USA; S3 IKIP Bandung • Pekerjaan: Pembantu Rektor I UNY (periode 20062010); Penjabat Rektor UNY (4 September 2008-23 Maret 2009); Rektor UNY (periode 20092013)

Perpustakaan ke depan akan diarahkan ke­ mana? Perpustakaan nantinya harus on line, ter­ko­ neksi dengan perpustkaan yang lainnya. Bukubuku keluaran terbaru dibeli untuk menambah minat ke mahasiswa. Perpustakaan itu (use,. red.) tidak harus datang ke sini sehingga bisa di akses dari tempat-tempat yang lain, dari internet dan sebaginya. Koleksinya di –link-kan dengan internet. User baru datang ke situ (baca: perpustakaan) kalau untuk pinjam bukunya. Yang penting esensi informasi yang ada di perpustakaan. Perpustakaan itu hanya symbol of location tapi substansinya adalah informasinya center. E–library harus digarap, jadi orang dari manapun dapat mengakses. Temuan-temuan yang bagus di simpan di perpustakaan Dengan adanya internet sekarang elektronik jurnal akan bisa lebih mudah diakses sama mahasiswa juga banyak orang. 

P e wa ra D i n a m i ka MARET 2009

23


laporan utama

Perpustakaan Perguruan Tinggi sebagai Pusat Riset O l e h M indiptono Akb a r

E

ra globalisasi yang semakin nyata telah memaksa kita berhadapan deng­ an persaingan yang semakin sengit. Dalam dunia pendidikan, perguruan ting­gi (PT) sebagai salah satu pusat ilmu penge­ tahuan juga tak lepas dari pengaruh tersebut. Wacana kemandirian PT yang selama ini me­ nge­muka telah memaksa sebagian besar dari mereka untuk pasang kuda-kuda; yang paling klise adalah dengan menaikkan tarif SPP atau pungutan lainnya sedangkan yang paling ideal adalah menjadikan PT sebagai pusat riset yang dilirik dan dihargai karena kegunaannya bagi kemaslahatan masyarakat luas. Cita-cita sebagai pusat riset inilah yang seharusnya membuat PT berusaha semaksimal mungkin merangsang sivitas akademika yang berada dalam naungannya untuk giat melakukan penelitian. Rangsangan yang dilakukan dapat berupa tawaran dana yang berlebih bagi kegiatan-kegiatan penelitian. Namun permasa­ lahan sesungguhnya akan segera terlihat, yaitu apakah PT tersebut telah menyediakan bahanbahan referensi yang cukup guna memudahkan para calon penelitinya? Para peneliti dapat bersikap mandiri dengan mencari bahan-bahan referensi yang diperlukan, tetapi apakah tidak lebih baik bila bahan referensi tersebut ditemukan di PT itu sendiri? Perpustakaan dan PT Sudah sejak awal berdirinya, keberadaan per­

Tradisi tersebut terus berlanjut sehingga saat ini di negara-negara maju perpustakaan masih menjadi tulang punggung bagi kepentingan riset. 24

Pewa r a Din a mik a m a r e t 2 0 0 9

pus­takaan dan PT tak dapat dipisahkan. Dalam bukunya, Teknologi dalam Sejarah Islam, Ahmad Y. Al-Hassan dan Donald R. Hill menunjukkan bah­wa aktifitas ilmiah di Iskandariah berpusat di perpustakaan. Pada abad ke-4 SM perpustakaan di kota Iskandariah, Mesir, memiliki jumlah koleksi buku lebih dari 700.000 jilid. Para anggota perpustakaan diberi tempat tinggal cuma-cuma, mendapat gaji, dan dibantu da­ lam riset-riset mereka. Demikian juga yang terjadi pada era keemas­ an Islam, pada era ini telah didirikan banyak akademi yang didukung dengan perpustakaan dan ruang praktik yang lengkap. Para anggota akademi ini terdiri dari para ilmuwan dan pener­ jemah yang cemerlang serta beberapa penya­ lin dan penjilid buku. Salah satu yang terkenal adalah Dar Al-Hikmah (Rumah Ilmu) yang didi­ rikan oleh Al-Hakim, penguasa Dinasti Fatimiy­ yah di Kairo pada tahun 1004 M. Dar Al-Hikmah memiliki sebuah perpusta­ka­ an, ruang baca dan tempat pertemuan bagi te­ tua adat, hakim, ahli bahasa, ahli logika, dokter, astronom dan ahli matematika. Ia juga diketu­ ai oleh seorang cendekiawan ternama yang biasa mengundang para ilmuwan dalam seminar-seminar rutin. Akademi ini mengumpulkan buku-buku dari semua disiplin ilmu, membuat katalog dan dikelola oleh para pustakawan, penyalin dan penjilid buku. Selain itu, ia juga me­nyediakan tenaga pengajar untuk setiap bi­dang ke­ilmuan dan fasilitasnya terbuka untuk umum. Tradisi tersebut terus berlanjut sehingga sa­at ini di negara-negara maju perpustakaan masih menjadi tulang punggung bagi kepen­ tingan riset. Perguruan tinggi-perguruan tinggi di negara-negara tersebut telah membangun perpustakaan masing-masing dan melengkapinya dengan koleksi-koleksi digital yang lebih mudah dicari dan dimanfaatkan. Bahkan mereka meliliki asosiasi jaringan yang dapat menghubungkan berbagai perpustakaan riset seperti Center for Research Library (CRL) yang berada di


laporan utama Amerika Utara dan Lithuanian Research Library Consortium di Lithuania. Membangun Perpustakaan Riset Dalam situs Online Dictionary of Library and In­formation Science (ODLIS), perpustakaan ri­set (research library) didefinisikan sebagai “A libra­ry con­taining a comprehensive collection of materials in a specific field, academic discipline, or group of disciplines, including primary and secon­dary sources, selected to meet the information needs of serious researchers”. Berdasarkan definisi ter­ sebut, sebuah perpustakaan riset dapat di­ci­ri­ kan dalam tiga hal, yaitu memiliki koleksi yang komprehensif dalam suatu bidang ilmu yang spesifik, digunakan dalam rangka penelitian, dan pemberian pelayanan yang mendukung mo­ bilitas para peneliti. Kita tak dapat mengelak dari kenyataan bah­ wa sebuah perpustakaan riset harus memiliki koleksi lengkap dan mutakhir terhadap satu bi­dang kajian atau disiplin ilmu yang spesifik seperti perpustakaan pusat studi perempuan, per­pustakaan pusat studi kebudayaan, perpustakaan pusat studi keagamaan, perpustakaan pusat studi kependudukan, dan perpustakaan pusat studi konflik dan perdamaian. Perpustakaan-perpustakaan dengan model tersebut menjamin ketersediaan informasi yang luas dan mendalam bagi penelitian yang serius. Sedangkan pelayanan yang diberikan juga lebih mudah karena para pustakawan yang menjadi “juru kunci”-nya dapat sangat menguasai bidang yang spesifik tersebut. Pengelolaan perpustakaan di PT seharus­nya dapat mencontoh fenomena perpustakaan riset yang telah mapan tersebut. Bila kita mengacu pada paradigma bahwa munculnya aktivitas ilmiah berpusat pada perpustakaan maka sebu­ah perpustakaan yang menyediakan koleksi yang komprehensif dan mutakhir terhadap sa­tu bidang kajian juga akan dapat memberikan pela­ yanan yang maksimal terhadap tumbuhnya aktivitas ilmiah yang spesifik dan berbo­bot. Hal ini bukan menjadi hal yang tidak mungkin bagi sebuah PT karena kita semua tahu bahwa di dalam PT tersebut terdapat fakultas-fakultas dan jurusan-jurusan yang secara spesifik me­ngem­bangkan bidang ilmunya masing-ma­ sing. Selama ini kita telah mengenal adanya perpustakaan fakultas dan bahkan jurusan, tetapi pe­ngelolaannya cenderung seadanya dan kalah

istimewa

dengan perpustakaan pusat universitas yang dibangun dengan megah. Dan kita sudah terlalu sering mendengar keluhan bahwa riset belum berjalan maksimal di universitas-universitas dengan model perpustakaan semacam ini. Bukankah sudah selayaknya kita bersikap a­rif terhadap lautan pengetahuan yang terben­ tang di hadapan kita dan berkaca pada Fol­ger Shakes­peare Library di Washington, D.C, mi­ salnya. Perpustakaan tersebut berisi koleksiko­leksi khusus tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kajian terhadap karya-karya William Shakespeare, dan berisi ratusan ribu jilid buku! Peran perpustakaan pusat seharusnya le­ bih pada fungsi-fungsi koordinasi agar seluruh kegiatan di perpustakaan-perpustakaan fa­kul­ tas dan jurusan tersebut masih dalam satu pa­ra­ dig­­ma riset yang telah disepakati. Perpustakaan pusat juga dapat menjalankan peran yang bersi­ fat publisitas, seperti mempublikasikan hasilhasil penelitian dan menumbuhkan semangat meneliti bagi civitas akademika. Komunitas mem­baca dan meneliti patut dikembangkan se­hing­ga sebuah universitas tidak pernah kehabisan energi dalam melakukan penelitian dan pengembangan cara berpikir kritis. Selebih­nya, biarkan penelitian-penelitian tetap berlangsung serius di berbagai perpustakaan fakultas dan jurusan yang tenang, memiliki koleksi yang leng­kap, dan memberikan pelayanan yang nyaman bagi para peneliti. Hanya dengan cara ini, se­mangat kota Iskandariah dan perpustakaan Dar Al-Hikmah dapat dihadirkan kembali sesu­ ai dengan konteks jamannya.

Mindiptono Akbar Mahasiswa Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, UNY

P e wa ra D i n a m i ka MARET 2009

25


berita PELANTIKAN REKTOR

DR ROCHMAT WAHAB MA DILANTIK SEBAGAI REKTOR UNY

sumaryadi/pewara dinamika

Dr. Rochmat Wahab, MA, akhirnya res­ mi menjadi Rektor UNY masa bakti 2009-2013 setelah dilantik oleh Mendiknas RI, Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA, Senin (23/3) pukul 15.10 di Auditorium Depdiknas Jakarta. Rochmat Wahab menggantikan almarhumn Prof. Su­geng Mardiyono,Ph. D yang meninggal September tahun lalu. Rochmat Wahab yang saat itu menjabat Pembantu Rektor I, berha­sil memperoleh suara terbanyak pada pemilih­an Rektor (pilrek) yang digelar pada Rapat Senat Tertutup, 5 No­vember 2008. Ketika dihubungi Pemred Website/ Kadiv Humas Eksternal UNY melalui telepon, Rochmat Wahab yang lahir di Jombang, 10 Januari 1957, mengata­ kan jabatan ini merupakan amanah dan tanggungjawab yang harus dilaksanakan sebaik-baiknya. Setahun perta­ma sebagai Rektor banyak hal yang ingin

26

Pewa r a Din a mik a m a r e t 2 0 0 9

ia kerjakan. Dari sisi akademik, rekonstruksi kurikulum menjadi prioritas­nya untuk memenuhi tantangan kompetisi global tanpa meninggalkan jati diri bangsa dan ahlak mulia. Kurikulum baru yang akan diimplementasikan semester depan pada mahasiswa baru akan menonjolkan mata kuliah untuk pengembangan kepribadian, rasa kebangsaan, agama, kemandirian mela­lui kewirausahaan dan bahasa Inggris. Untuk teaching activities, dosen akan didanai untuk membuat bu­ku teks, dan didorong untuk me­man­faatkan IT untuk pembejaran (e-learning) . Sedang­kan untuk Penelitian akan didorong pada penelitian yang meng­hasilkan HAKI (Hak Ke­kayaan Intelektual). Demikian juga Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) diarahkan untuk berbasis hasil peneliti­an dan kebutuhan ma­syara­kat. Un­tuk mewujudkan hal-hal di atas, sup­

por­ting system (manajemen) juga harus di­be­na­hi. Selain itu, Rochmat ingin me­ wu­­jud­kan clean university governance. Ke depan pengelolaan uang, barang harus lebih akuntabel, ujarnya. Rochmat akan mengembangkan collective Leader­ ship, baik di tingkat rektorat maupun fakultas. Menurutnya, jadi pemimpin ja­ngan single fighter, harus ada koordinasi ke dalam maupun ke luar. Rochmat juga berharap semua pimpinan di semua jenjang hirarkhi lebih mengembangkan academic leadership daripada pendekatatan administratif dan birokrasi dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin di sebuah kampus. Diharap­ kan juga value based leadership menjadi pegangan bagi semua. Sebagai pemim­ pin harus punya nilai-nilai yang dipegang. Bisa dipercaya, harus bersih, lurus. Kampus yang “bersih” ti­dak hanya bersih dari sampah-sampah yang mengotori halaman kampus, tapi juga dimulai dari membangun pemimpin yang bersih. Sedangkan untuk mahasiswa, fasiltas akan terus diopti­malkan dalam rangka meningkatkan potensi akademik, minat, bakat dan kreativitas, kesejahteraan lahiriah dan ba­ tiniah agar dapat berkembang secara utuh. Leadership Skill bagi mahasiswa juga kan terus ditingkatkan sehingg­a lulusan UNY memiliki kemampuan da­ sar untuk menjadi pemimpin di masa depan. Di akhir teleponnnya, Rochmat me­ ngatakan Rektor juga harus mampu menjadi Public Relations, mampu mem­ bangun jaringan-jaringan, kerja­sama yang produktif . Dengan telah diberikannya sertifikat ISO, Rektor berharap seti­ ap unit memiliki manajemen pelayan­


berita an yang bagus sehingga meyakinkan pi­­­hak lain untuk bekerjasama dengan UNY. Rochmat yang aktif menulis di media massa dikenal sangat dekat dengan

para wartawan dan memahami kerja para kuli tinta sehingga ia merupakan tokoh UNY yang selalu dicari oleh war­ ta­wan sebagai nara sumber. Dite­ngah

kesibukannya sebagai Rektor UNY nanti, ia mengatakan akan tetap menyi­sih­kan waktu untuk menulis di media massa. lensa

PRESTASI

Usaha Universitas Negeri Yogyakarta un­tuk membenahi manajemen pelayan­ an telah memberikan hasil dengan di­ per­olehnya sertifikat ISO 9001:2000. Ser­tifikat ISO dari PT Superintending Com­pany of Indonesia (Sucofindo) dise­ rah­kan oleh Mendiknas RI, Bambang Su­ dibyo kepada Penjabat Rektor Dr. Rochmat Wahab, MA., Senin 23/3, di ruang sidang Utama Rektorat. Dikatakan Mendiknas, Prof. Dr. Bambang Sudibyo,MBA, dengan diterima­ nya sertifikat ISO 9001:2000 merupakan awal langkah UNY menuju World Class University (WCU). Alangkah baiknya bila unit kerja yang lain segera menyusul. Sekarang UNY sudah bersertifikat ISO 9001:2000, dan sebaiknya kedepan segera bulai berfikir untuk mendapat­ kan sertifikat ISO 17025 agar lebih challenging. Dengan menjadi WCU dan adanya sekolah bertaraf internasional akan me­ ngembalikan citra positif Jogja sebagai Kota Pendidikan. Hingga saat ini sudah lebih dari 300 SMK di Indonesia bersertifikat ISO. Dan diharapkan PTN dan PTS juga melakukan hal tersebut. Sementara itu, Penjabat Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab mengatakan, saat ini ada 11 sertifikat ISO 9001:2000 telah diserahkan UNY. Perubahan struktur di UNY dengan diterapkannya ISO 9001:2000 akan lebih bermakna bila diikuti oleh perubahan kultur, dapat me­ ningkatkan kepuasan stakeholders.

ahmad natsir/pewara dinamika

UNY MENERIMA SERTIFIKAT ISO 9001:2000

“Untuk memantapkan posisi UNY me­nuju WCU, tahun ini UNY ma­suk ranking 18 dari 33 PTN/PTS se-Indone­ sia dari 5000-an perguruan tinggi me­nu­ rut Webometrik dan telah siap membuka kelas internasional tahun akademik 2009/2010 untuk prodi Pendidikan Ma­ tematika dan prodi Pendidikan Akuntansi,” tuturnya. Pembantu Rektor II UNY, Sutrisna Wibawa M.Pd, sebagai Koordinator ISO, menjelaskan sertifikasi yang dipilih

9001:2000 karena merupakan ISO layan­ an (bukan produk), berbasis Sistem Ma­­ na­jemen Mutu (SMM). UNY sangat menyadari, untuk mendapatkan produk ber­mutu maka layanannya harus bagus le­bih dulu. Bila manajemennya bermutu, berangsur-angsur produknya (lulus­ an) pun akan bagus. “Hal terpenting, be­ nahi dulu pelayanan kepada pelanggan dalam hal ini mahasiswa, barulah melangkah ke ”quality” tegasnya. Witono Nugroho

P e wa ra D i n a m i ka MARET 2009

27


berita KUNJUNGAN

ahmad natsir/pewara dinamika

Universiti Tun Hussein Onn Malaysia Kunjungi UNY

UNY memiliki visi ingin menghasil­kan insan yang bernurani, cen­dikia dan man­ di­ri dan mempunyai komitmen tinggi untuk menghasilkan lulusan agar menjadi pendidik dan tenaga kependidikan yang mempunyai integritas kepribadian  yang tinggi, moral yang baik, serta perilaku yang terpuji. Saya dengar bah­wa di Malaysia kependidikannya le­ bih digeser perhatiannya pada aspek afek­tif. Oleh karena itu, UNY ingin juga memberikan kontribusinya bagaimana menghasilkan calon pendidik di masa mendatang yang lebih tangguh. Demikian dikemukakan Penjabat Rek­tor UNY, Dr. Rochmat Wahab, MA., saat  menerima kunjungan delegasi da­ 28

Pewa r a Din a mik a m a r e t 2 0 0 9

ri Universiti Tun Hussein Onn Malaysia (UTHM) yang diwakili oleh vice chancellor UTHM, Datuk Dr. Mohamad Noh Dali­ min serta beberapa pejabat dari UTHM, baru-baru ini di UNY. Hadir pada kesem­ patan tersebut adalah para Pembantu Rek­tor, Kepala Kantor Kerjasama Humas dan Protokol, serta para pejabat la­in di UNY. Dikatakan Rochmat, saat ini UNY berada pada on the move to Word Class University artinya berada pada jalur yang sama  yang sudah dialami oleh UTHM telah berserikat ISO 9001-2000. UNY juga akan menerima 10 sertifikat menyusul 1 sertifikat ISO 9001-2000 yang akan  diterimakan oleh Menteri Mendiknas pa­

da 23 Maret 2009. “Kami sangat menya­ dari perlunya networking dengan Universitas di luar negeri dan ini menjadi kebutuhan yang tidak bisa diabaikan. Ke depan networking baik dengan Malaysia khususnya UTHM juga UPSI, Australia serta Unversitas di negara-negara lain termasuk juga Jepang dan Amerika Serikat serta Belanda untuk meningkatkan hubungan kita.” Baru-baru ini karyawan dan mahasiswa UNY selama 9 hari 10 malam te­ lah banyak belajar di UTHM apakah itu terkait akademik atau non akademik, bahkan juga budaya, kultur yang pada umumnya mahasiswa menjumpai atmosfer baru. Walaupun waktunya pen-


berita dek yang berangkat adalah ma­hasiswa pilihan. Mereka dapat kesem­patan aktif dalam perkuliahan yang le­bih lama da­ ripada yang diperoleh di UPSI, karena di UPSI hanya beberapa saat pada waktu liburan dan di UTHM semua waktunya untuk mengikuti kuliah dan dapat ber­ bagi informasi yang bermanfaat bagi di­ ri­nya sendiri maupun bagi lembaga. “Nanti bisa diupayakan bagaimana membangun riset bersama antara bidang yang ada di sini dan di sana yang ada relevansinya. Kekuatan UTHM ada­

ah engineering dan UNY memiliki keung­ gulan yaitu vacational education,” lanjutnya. Sementara itu, vice chancellor UTHM, Datuk Dr. Mohamad Noh Dalimin me­ ngatakan, saat ini UTHM  berumur 16 ta­ hun dan memiliki mahasiswa baru 7.000 mahasiswa. Dosen serta kaki tangannya hampir 2000, jadi 1000 dosen untuk mengajar 7.000 mahasiswa. ”Pada  ta­hun ini UTHM mengeluarkan mecanical engineering program baru yaitu aero­ nautical engineering. Lulusan ini harus

mempunyai surat ijin memandu pesawat 4 tahun ikut kuliah lalu mendapat surat ijin, karena pemerintah sanggup memberikan beasiswa akan dikeluarkan bulan Juli, nanti akan memperlihat­kan oleh kepala desa-kepala desa untuk melihat bagaimana anak-anak Indonesia di kos. Mahasiswa yang sudah ke sana maupun yang belum dan ingin belajar S2 di Malaysia permohonan dilakukan di internet,” tutur pria kelahiran Mage­ tan Jawa Timur itu. Witono Nugroho

MORAL

PERHATIAN MAHASISWA TERHADAP AKHLAK MASIH KURANG Akhlak mulia merupakan cita-cita dan harapan bersama manusia. Kemuliaan seseorang sangat ditentukan oleh kerja keras berbuat bajik dan kualitas amaliahnya. Akhlak mulia tidak muncul begitu saja, tetapi perlu pendidikan se­perti pendidikan agama dan pendidikan nilai. Pendidikan agama Islam (PAI) merupakan salah satu komponen vital dalam mengembangkan akhlak mulia mahasiswa UNY yang sebagian besar beragama Islam. Secara formal Pendidikan Agama Islam di UNY saat ini dilakukan melalui Sistem Kredit Semester (SKS), kuliah umum, tutorial, dan pesantren sehari. Di antara empat kegiatan ter­se­ but, mahasiswa wajib mengikuti per­ kuliahan yang diwajibkan dalam SKS. Walaupun semua yakin pendidikan aga­ ma berperan penting dalam membentuk akhlak mulia, tetapi ternyata menghadapi banyak hambatan. Demikian sebagian isi laporan penelitian pada mahasiswa yang mengikuti mata kuliah PAI yang dilakukan dosen Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum (PKnH), Dr. Marzuki yang dipresentasikan Jumat lalu di Jurusan PKnH FISE UNY. Seminar Penelitian yang dihadiri

20 dosen Jurusan PKnH juga membahas hasil penelitian Iffah Nurhayati, M.Hum. dkk berjudul “Analisis Sumber Hukum Putusan Hakim pada Perkara Perdata di Pengadilan Sleman”, Suyato, M.Pd. dkk berjudul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS dengan Pembelajaran Secara Terpadu”, dan Moerdiono M.Pd. dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran Berbasis Portofolio”. Lanjut Marzuki, perhatian mahasiswa terhadap masalah akhlak mulia masih sangat kurang. Padahal keberhasilan penanaman nilai sangat dipe­ ngaruhi oleh minat dan motivasi individu. Akibatnya penanaman pendidikan akhlak mulia melalui Pendidikan Agama Islam mengalami kesulitan. Masalah lain yang dihadapi adalah keberagaman kemampuan dasar mahasiswa UNY terhadap pengetahuannya tentang agama. “Masih banyak mahasiswa yang bera­gama Islam tetapi belum lancar membaca Al Qur’an,” tambah Marzuki. Pembelajaran PAI selama ini juga masih cenderung menekankan aspek kognitif. “Padahal pendidikan akhlak hanya valid bila yang kita nilai dari unjuk kerja ke­seharian siswa,”

tegas Marzuki. Untuk memperbaiki kondisi tersebut, menurut Marzuki harus dibuat lingkungan kampus yang lebih kondusif dan penambahan dosen PAI di UNY. Dengan begitu diharapkan dosen akan lebih mampu menjalin komunikasi intensif dengan mahasiswa dalam pembelajaran. Sedangkan Iffah dalam laporan penelitiannya menyimpulkan, bahwa dalam memutuskan suatu perkara hakim le­bih mengacu pada penggunaan yurisprudensi sebagai rujukan utama. “Walaupun sistem hukum di Indonesia cenderung pada Civil Law System, tetapi ternyata hakim lebih condong untuk menggunakan putusan hakim sebelumnya dalam perkara yang sama untuk alasan kepraktisan”, tegas Iffah. Menurutnya, ke depan, seharusnya ha­kim secara intensif lebih banyak melakukan eksplorasi sumber-sumber hukum selain yurisprudensi, seperti melakukan penemuan hukum sendiri baik dengan dasar praturan perundangan atau mene­mukan hukum tidak tertulis, khusus­nya dalam masalah perdata. Supardi

P e wa ra D i n a m i ka MARET 2009

29


berita KEWIRAUSAHAAN

DITJEN DIKTI DANAI Rp. 1 MILYAR UNTUK PROGRAM KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA UNY Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) bekerjasama dengan perguruan tinggi, berusaha menumbuh­ kembangkan jiwa kewirausahaan dan meningkatkan aktivitas kewirausaha­an mahasiswa dengan meluncurkan Pro­ gram Mahasiswa Wirausaha (PMW). Pro­­gram Mahasiswa Wirausaha me­ru­ pa­kan program prioritas Dikti yang pe­ lak­­sanaannya didelegasikan kepada per­­­guruan tinggi dengan maksud men­ jem­batani mahasiswa memasuki du­nia usa­ha riil melalui fasilitas ”start up bu­­si­ ness”. Mahasiswa, baik secara individu maupun kelompok yang mempunyai minat dan bakat kewirausahaan dipacu un­tuk memulai berwirausaha denga basis IPTEKS yang sedang dipelajarinya. Program ini diadakan karena aktivi­ tas kewirausahaan (entrepreneurial activity) masyarakat Indonesia masih sa­ ngat rendah, yang ditunjukkan dari jum­lah prosentase individu yang aktif mem­buka usaha baru relatif masih sa­ngat rendah. Keadaan tersebut ditam­ bah dengan lapangan kerja yang sa­ngat terbatas berimbas pada angka pe­ngang­ guran yang semakin tinggi dan jumlah penduduk miskin di Indonesia. Pada tahun 2006 angka pengangguran mencapai 10,8-11% dari tenaga kerja yang masuk kategori pengangguran terbuka dan jumlah penduduk miskin mencapai 39,5 juta orang atau 17,75% dari 222 ju­ta orang penduduk Indonesia (Dikti, 2009). Ditengarai salah satu penyebab ren­dahnya aktivitas kewirausahaan ada­lah lulusan perguruan tinggi lebih banyak mengejar zona nyaman de­

ngan cara mencari kerja, daripada menciptakan atau membuka lapangan kerja baru. Menurut Pembantu Rektor III, Prof. Dr. Herminarto Sofyan, terkait dengan itu, UNY mendapat dana dari Ditjen Dikti sebesar Rp. 1 Milyar yang dimasukkan dalam DIPA UNY guna Sosialisasi Program (10%), Diklat dan Magang (20%), dan Penyediaan Modal Kerja (70%). Dan me­nyambut program tersebut, telah di­ben­tuk tim sosialisasi PMW yang di­lak­sanakan di semua fakultas mulai tanggal 3 s.d. 7 Ma­­ret 2009 dengan pemateri Prof. Dr. Jumadi, Endang Dwi Siswani, MT., M. Khotibul Umam, MT., Su­topo, MT., Hermanto, M.Pd., Pujiriyanto, M.Pd., M. Lies Endarwati, M.Si., I Wayan Suardana, M.Sn., Suwarta Zebua, M.Pd., Bambang Suharjana, M.Sn., Hari Yuliarto, M.Kes., dan Dr. Siswantoyo. Sosialisasi disampaikan kepa­ da seluruh mahasiswa UNY melalui Or­ ga­ni­sasi Mahasiswa (ORMAWA), Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), dan fa­ kultas di lingkungan UNY be­ru­pa publikasi dan workshop. Selain itu, sosialisasi juga dilakukan kepada pihak-pihak terkait seperti Usaha Kecil dan Menengah mitra, pem-

bimbing, dan ketua-ketua jurusan di lingkungan UNY. Modal kerja akan di­ be­rikan secara bergulir kepada mahasiswa, baik individu maupun kelompok yang telah mengajukan proposal dan lolos seleksi. Adapun besarnya dana yang diberikan maksimal Rp. 8 juta untuk individu dan maksimal Rp. 24 juta – Rp. 40 juta untuk kelompok. Dalam implementasinya, UNY bekerjasama dengan Usaha Kecil dan Menengah dalam bimbingan praktis wirausaha mulai dari diklat, magang, penyusunan rencana bis­nis, dan pendam­ pingan. Agenda ke­giatan PMW da­pat dilihat di web­site UNY. w w w . u n y. ac.id Syamsu

Prof. Herminanto sofyan Ahmad natsir/pewara dinamika

30

Pewa r a Din a mik a m a r e t 2 0 0 9


berita PENYUSUNAN PROPOSAL

Ahmad natsir/pewara dinamika

UNY MENGADAKAN WORKSHOP LAKIP TAHUN 2009

Rabu (23/2), Universitas Negeri Yog­ya­ karta mengadakan Workshop Penyusun­ an Proposal Kegiatan dan Laporan Per­­­­­tang­­gungjawaban Akuntabilitas Ki­­­ner­­­­ja Uni­versitas (LAKIP UNY) bertempat di Ruang Sidang Utama Rekto­ rat, yang dihadiri Pj. Rektor, para Pem­­ban­­tu Rek­tor, para Dekan, para Pem­­ban­tu De­kan, para Kepala Biro, dan para Pejabat di lingkungan UNY. Dalam pem­bu­kaan Workshop tersebut, Dr. Rochmat Wahab, MA., Pj. Rektorat UNY, me­nga­ta­kan dalam rangka pelaksanaan Ke­pu­tusan Lembaga Administrasi Negara No. 239/X/6/8/2003 tanggal 23 Maret 2003 tentang Perbaikan Pe­do­man Pe­nyu­sun­an Pelaporan Akunta­bi­li­tas Ki­ ner­ja Pemerintah, maka Laporan Akun­ ta­bi­li­tas Kinerja di UNY perlu dila­ku­kan. Di samping sebagai laporan akuntabilitas tahun berjalan (2008), dokumen LAKIP juga dapat dipakai sebagai masukan untuk Penyusunan Rencana Kinerja Ta­hun 2009. Selain itu, dapat dijadikan se­ba­gai  pedoman tahun berjalan (2009) dan do­ku­men Rencana Kerja tahunan atau RKT, yang merupakan rambu pri-

oritas pelaksanaan  program UNY Tahun 2009 yang terinci dalam kegiatan stra­tegis. Lebih lanjut, Rochmat Wahab mengatakan, proses penetapan kegiatan tahunan dan indikator kinerja ini harus berdasarkan program, kebijakan dan sa­sar­an yang telah ditetapkan dalam RENSTRA, dimana hasil proses ini be­ ru­­pa Rencana Kinerja Tahunan (RKT). “Yang jelas kegiatan ini harus memenu­ hi syarat Indikator kinerja spesifik dan jelas, dapat diukur secara obyektif, relevan, tidak bias, artinya ukuran kuantitatif atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian tujuan, sasaran, dan kegiatan yang telah ditetapkan syarat Indikator, yaitu dengan cara pengukuran kinerja membandingkan rencana dan realisasi, membandingkan realisasi ta­hun ini dengan tahun lalu, membandingkan dengan organisasi lain (benchmarking), dan membandingkan realisasi de­ngan standarnya,” tegasnya. Sebagai Narasumber dalam workshop ini Pembantu Rektor II UNY, Sutrisna Wibawa, M.Pd. dan Drs. Setyo Bu-

di Takarina Kepala Bagian Perencanaan dan Sistem Informasi UNY. Sutrisna Wi­ bawa, menjelaskan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah menuju Good Givernance harus mengacu pada Perundang-undangan yang menda­sa­ri dan merefleksikan sistem AKIP yaitu Inpres No. 7/1999, PP No. 108/2000 tentang Ta­ta Ca­ra Per­tanggungjawab­an Kepala Daerah, UU No. 25/2000 tentang Program Pem­­ba­­ngun­an Nasional, dan UU No. 17/2003 tentang Keuangan Ne­­ga­­ra. Dari Akuntabilitas tersebut, me­­nu­rut Sutrisna Wibawa, harus ada wujud pertanggungjawaban, me­lak­sa­ na­kan amanah sebagai penyeleng­ga­ ra pe­merintahan secara bertanggungjawab, dan obligation to an­swer yang ar­ti­­nya harus meliputi dari Akun­ta­bi­li­ tas Kinerja dan Akun­ta­bilitas Keuangan. Un­tuk itu, kita harus fokus kepada hasil, yang manfaatnya dapat dirasakan langsung masyarakat atau stakeholder. “Ke­se­­mu­a ini dapat dicapai jika ki­ta mempunyai perencananaan dan pe­lak­ sa­na­an strategis, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja, evaluasi dan peman­ fa­at­an informasi kinerja untuk perba­ik­ an ber­ke­lan­jut­an juga berkesinabung­ an,” tegasnya. Sementara itu, hal-hal yang teknis di jelaskan Setyo Budi Takarina. Adapun hal-hal yang disampaikan melipu­ ti penjelasan Alur pengajuan proposal kegiatan, penyampaian laporan per­tang­ gungjawaban Akuntabilitas, memberikan contoh tata cara pembuatan propo­ sal usulan kegiatan, rencana biaya dan jenis pembelanjaan tahun anggaran, dan memberikan arahan membuat la­ por­an per­tanggungjawaban pelaksa­na­ an ke­gi­atan di li­ng­­kung­an UNY. Ahmad Natsir EP

P e wa ra D i n a m i ka MARET 2009

31


berita SEMINAR INTERNASIONAL

Program Pasca Sarjana (PPs) UNY me­ nyelenggarakan International Seminar on ICT in Education, baru-baru ini di Gedung KPLT FT UNY. Acara yang dii­ kuti oleh 180 peserta dari dalam dan luar negeri, menampilkan tiga keynote speakers Prof. Abtar Kaur (Malaysia) Prof. Okhwa Lee (Korea), dan Dr. Djoko Su­trisno (Direktur Pendidikan Sekolah Me­nengah Kejuruan Depdiknas) dan ti­ ga sesi paralel menampilkan 12 paper pilihan dari 30 paper yang terseleksi. Acara dibuka oleh Pj Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab, MA. dan Direktur PPs UNY, Prof. Soenarto, Ph.D., dihadiri oleh para Pembantu Rektor, Asisten Direktur PPs, dan tamu undangan lainnya. Keynote Speaker, Prof. Abtar Kaur dalam papernya yang berjudul “How Visionary Can You Be with ICT in Education-And Chiece It”. Dalam seminar ini, Abtar Kaur me­ nyampaikan dampak positif ICT dalam pendidikan, baginya, dampak ITC tidak hanya pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga membangun sikap yang lebih baik, perilaku sosial, dan keterampilan untuk menuju lifelong learning. Lebih lanjut, Abtar Kaur menyatakan bahwa ICT tidak ha­ nya untuk pembelajaran, tetapi lebih pada manajemen institusi pendidikan secara menyeluruh, dengan mengambil contoh kasus di Open University Malaysia (OUM). Sedangkan, Prof. Okwa Lee dalam kesempatan tersebut menyampaikan pentingnya ICT dalam pendidikan saat ini dan ke depan. Okwa Lee menyampaikan implementasi ICT da­lam pembelajaran saat ini dan strate32

Pewa r a Din a mik a m a r e t 2 0 0 9

ahmad natsir/pewara dinamika

DAMPAK POSITIF ICT DALAM PENDIDIKAN

gi implementasi ICT ke depan dari pers­ pektif perkembangan ICT dari sisi perangkat keras dan perangkat lunak. Sementara Dr. Djoko Sutrisno menyampaikan kebijakan Direktorat PSMK tentang implementasi ICT di SMK. Ada dua hal pokok yang disampaikannya yaitu pemanfaatan ICT untuk pembela­ jaran di SMK dan ICT untuk mendu­kung manajemen pendidikan kejuruan di Indonesia. Untuk mendukung kedua hal tersebut Direktorat PSMK menyediakan saluran Internet di SMK dan saat ini sudah 6000 SMK (81%) yang terhubung ke Internet, menyediakan PC & komputer notebook murah untuk para siswa SMK, dan penyediaan konten pembelajaran online. Dalam sesi paralel terakhir, Pri-

yanto menyampaikan gagasan perlu­nya re-engineering dalam pengembangan elearning di Indonesia. Ini diperlukan me­ ng­ingat peringkat e-learning readiness di Indonesia pada tahun 2003 menduduki peringkat 52 dari 60 negara, angka ini masih jauh dibandingkan Malaysia pada peringkat 25, dan Singapura yang menduduki peringkat 6 pada ta­hun yang sama. Re-engineering yang di­maksud adalah menggunakan mo­ del e-learning readiness sebagai strategi pengembangan. Paper ini mengacu pa­­da pendapat “when great technology meets poor culture, the culture wins every­ time.” Kondisi inilah yang terjadi di Indo­ nesia. Pri


berita BUKU PANDUAN

Ahmad natsir/pewara dinamika

RAKER BUKU PANDUAN BIDANG KEMAHASISWAAN UNY

Bertempat di Pondok Tinggal Borobudur Jawa Tengah, (27/2 s.d 1/3) jajaran Ke­ma­hasiswaan UNY mengadakan Rapat Kerja (Raker) dan Workshop menge­ nai Penyusunan Buku Panduan Bi­dang Kemahasiswaan UNY. Dalam ke­giatan ini para peserta secara bersama-sama membahas “Panduan Kewirausaha­an”, yang dikoordinasikan Prof. Dr. Jumadi (staff ahli PR III UNY), “Panduan Etika Mahasiswa”, yang dikoordinasikan Su­har­­no, M.Si. (Pembantu Dekan III FI­ SE), “Panduan Ospek” (Pramudi Uto­ mo, M.Si., Pembantu Dekan III FT) , “Pan­­du­­­­an Or­mawa”, (Hermanto, M.Pd., Staf Ahli PR III UNY), “Panduan Beasis­ wa Ma­ha­sis­wa”, (Bambang Saptono, M.Si.,Pembantu Dekan III FIP), “Pandu­ an Asu­ransi Kesehatan” (Herwin Yoga W., M.Pd., Pembantu Dekan III FBS), dan “Pan­duan Pengembangan Softskill” (Rah­ mat Nur­cahyo, S.S., Pembina UKM Baha­ sa Asing UNY). Acara yang dibuka Pembantu Rektor III UNY, Prof. Dr. Herminarto Sof­ yan, dihadiri para Pembantu Dekan III, Staf Ahli, Kabag dan Kasubag Kemahasis­

waan, dan para aktivis organisasi kemahasiswaan UNY. Dalam sambutannya, Herminarto Sofyan menjelaskan alas­ an mengapa UNY harus menyele­sai­kan buku panduan karena pada 23/3/2009, UNY akan siap di ISO-kan. “Ki­ta akan menerima sertifikat ISO, sertifikat ini ti­dak main-main, jadi ke depan, prosedur pengelolaan dan Manajerial universitas harus sesuai dengan standar in­ter­nasional. Dalam melakukan aktifitas apapun, kita harus mempunyai ruju­ kan, seperti buku Panduan. Di dalam bu­ ku itu akan tercantum apa dasar hukum setiap kegiatan. Akan tetapi, dalam implementasinya, karena Kepmen, PP, dan UU masih ngawang-ngawang, maka harus ada rujukan operasional yang namanya Panduan, sehingga semua kegiatan kemahasiswaaan yang menyangkut ke­u­angan, tata kerja pola evaluasi, mo­ ni­toring, harus berdasarkan panduan se­cara operasional yang telah disepakati. Lebih lanjut, Herminarto Sofyan, meng­him­bau agar mahasiswa memiliki ke­pri­ba­di­an bagus, sopan santun, bera-

khlak, komitmennya tinggi dan pintar. Oleh karena itu, saya mohon agar kegiat­ an mahasiswa itu di openi secara baik, di monitor secara baik, direncanakan se­ca­ra baik, sehingga dapat terlaksana de­ng­an baik. “Saya yakin kita tidak bisa bekerja sendiri, maka bapak/ibu/saudara (i) wajib hukumnya untuk saling mem­bantu memperlancar kegiatan kemahasiswaan. Ini semua dilakukan untuk meningkatkan produktivitas mahasiswa, sehingga ke depan, kita dapat me­ma­ju­kan dan menyukseskan citacita UNY.” Herminarto juga menantang jajarannya untuk tidak hanya terpaku pada strategi 2004. Baginya, strategi 2004 sudah harus diganti dengan strategi baru, seiring dengan semakin ketatnya daya saing PTN/PTS. “Kalau kita hanya jalan di tempat, artinya strateginya masih sama dengan kemarin, maka sulit rasanya mencapai cita-cita UNY. Mari kita pikirkan strategi-strategi ke depan agar kita bias sukses di event/lomba-lomba yang bersifat nasional. Ahmad natsir

P e wa ra D i n a m i ka MARET 2009

33


berita BUKU olahraga

dokumen fik

SEPULUH DOSEN FIK UNY MENULIS BUKU OLAHRAGA

Jarangnya buku olahraga berbahasa In­donesia disikapi FIK UNY  dengan mem­­bu­at sepuluh buku olahraga. Dosen yang menulis buku tersebut adalah: Dr. Sis­wan­to­yo (“Napak Tilas Pencaksilat”); Prof. Dr. Sukadiyanto, (“Metode Melatih Fi­sik Pelatih Tenis”); Awan Hariyono, M.Org. (“Pencak Silat Untuk Usia Dini”); (Agung Nugroho, M.Si., (“Pembelajaran dan Ma­na­je­men Pencaksilat”); Subagya, M.Pd., (“Kinesiologi dalam Pendidikan Jas­ma­ni “); Yudik Praseto, M.Kes., dkk., (“Ilmu Faal dan Permasalahannya”); Su­ marjo, M.Kes., (“Pendidikan Kesehatan Sekolah”); Sismadiyanto, M.Pd., (Dasar Gerak Renang); Amat Komari, M.Si., (“Jendela Bulutangkis”); dan Bambang Priyonoadi (“Masage Olahraga”). “Sebelum ini tawaran hanya pada 34

Pewa r a Din a mik a m a r e t 2 0 0 9

bu­ku diktat dan petunjuk praktikum. Se­men­tara buku yang diterbitkan saat ini buku pegangan untuk setiap dosen. Harapannya buku pegangan sudah men­ jadi kewajiban tiap dosen. Adapun bu­ ku referensi tidak sekedar untuk ma­ha­ siswa tapi dapat dipergunakan untuk khayalak umum,” jelas Pembantu Dekan I FIK UNY, Rumpis Agus Sudarko, MS. Lanjutnya,  selama ini buku olah­ ra­­ga berbahasa Indonesia jarang. Se­ mi­­sal yang telah ada buku tentang se­ pak­bola, sebagian besar merupakan sa­duran. Untuk itu, pada tahun 2009, FIK UNY menawarkan  rangsangan de­ ng­an mencoba 10 judul buku re­fe­ren­si. Setiap dosen yang menulis akan diberi 50 sampai dengan 100 exem­plar buku. Meskipun jumlah cetakan ma­sih ter­

batas namun semua buku telah men­ dapatkan nomor ISBN. Namun apabila peminat banyak, maka fakultas akan memfasilitasi. Adapun tujuan penulisan buku ini adalah untuk menyediakan buku referensi bagi mahasiswa ser­ta memacu dosen untuk menulis khu­sus­ nya buku referensi sekaligus me­ngen­ talkan academic atmosphere. Mendatang, Rumpis berencana meng­ un­dang para dosen FIK untuk work­shop penulisan buku bersama, mes­kipun be­be­ rapa dosen FIK pernah meng­ikuti dik­­lat se­rupa yang dia­dakan Dik­ti di Ja­kar­ta. “Se­moga akan semakin ba­nyak mun­cul penulis buku baru dan da­pat dipublis ke khayalak. Syu­kur da­pat be­ker­ja­sa­ma dengan pe­ner­bit,” harapnya. ratnae


Dokumen FIK

berita

fitnes center

FITNESS CENTER FIK HADIR KEMBALI Setelah dilakukan pembenahan mana­ je­men pada tahun 2008, Minggu (1/3) Fit­ness Center di Fakultas Ilmu Keolah­ ra­­gaan (FIK) UNY beroperasi kemba­li, me­nem­pati lahan yang menyatu de­­­ng­­ an Ge­dung Olah Raga (GOR) pada sa­yap ti­­­mur. Pembukaan kembali resmi di­­la­­ku­ kan Dekan FIK, Sumaryanto, di­ha­dapan para pejabat FIK UNY, kar­ya­­wan dan Ko­ mu­nitas Senam Minggu UNY, setelah me­la­kukan senam bersama. Sumaryanto menjelaskan Fitness Center dapat digunakan sebagai ajang pengembangan tri dharma perguruan tinggi. Baik dari segi pendidikan dan pengajaran, penelitian, maupun pengabdian pada masyarakat. Selain itu, fitness center ini juga memberikan manfaat sebagai sumber income genera­

ting/pendapatan untuk lembaga, dan peningkatan citra bahwa lembaga olah raga yang menjadi motor pada pengembangan kebugaran dan sebagai induk pembelajaran olah raga. Lanjutnya, selama ini di Indonesia, Support Development Index (SDI) physical fitness rendah dikarenakan masyarakat olah raga Indonesia hanya 15 – 20 % dari populasi masyarakat Indonesia. Diakui Sumaryanto, Sumber Daya Manusia (SDM) olah raga masih rendah, partisipasi masyarakat olah raga masih rendah, dan public area sport juga masih rendah. Untuk mendukung fitness center, fasilitas yang telah dimiliki, antara lain berupa: 1)Gymnasium, alat olahraga yang dipergunakan untuk pembentukan otot ini didatangkan dari

Jerman; penggunaan dilakukan dengan duduk pada sebuah kursi bersandar selanjutnya kaki dan tangan digerakkan seirama untuk melatih kekuatan otot; 2) Cardio Fitness, berfungsi melatih sistem pernafasan untuk kelancaran peredaran darah. Cardio bernama threat mill ini merupakan sebuah alat yang berfungsi untuk joging /lari/jalan di tempat dilengkapi dengan detektor jantung pada layar monitor. Fasilitas lainnya, ruangan representatif dilengkapi AC, TV, sound system, area parkir mobil dan motor, ruang ganti luas, kamar mandi dengan instruktur profesional dari lulusan FIK UNY. Sedangkan program yang ditawarkan, selengkapnya dapat dilihat di website FIK UNY. ratnae

P e wa ra D i n a m i ka MARET 2009

35


berita PELATIHAN CALON WISUDA

BERMIMPI KUNCI TAKLUKKAN DUNIA

dokumen fise

Ahmad Natsir/PEwara Dinamika

“Mimpi adalah kunci untuk kita menak­ lukkan dunia, berlarilah tanpa lelah sampai engkau meraihnya.” Itulah cuplikan dari lirik lagu Soundtrack film Laskar Pelangi yang dicuplik oleh S.Y Eri Kuncoro (Direktur PT.Medcom Cipta Kreasi) untuk memotivasi peserta Pelatihan Strategi Menembus Peluang kerja yang diadakan oleh FISE UNY, Selasa (17/2) di Ruang Ki Hajar Dewantara. Pelatih­ an yang diikuti 122 mahasiswa yang akan diwisuda periode Februari 2009, juga menghadirkan nara sumber Dra. Magdalena Sukartono (Direktur LPSDM Abisatya Paramitra) , Psikolog Heri Santoso, S.Psi, dan Drs. Juni Sutrisno, M.M (Biro Organisasi Pemprov DIY). Pelatih­ 36

Pewa r a Din a mik a m a r e t 2 0 0 9

an yang dikoordinir Humas FISE, dibuka Dekan FISE UNY, Sardiman AM, MPd. Eri yang berbicara tentang kewi­ ra­­usahaan menekankan kepada para pe­­serta tentang tiga (3) langkah awal menuju wirausaha sukses. Pertama, men­­daftar potensi diri (reality). Kedua, me­­ne­tap­kan cita-cita (dreaming) dan ke­­ ti­­­ga, mengembangkan potensi diri (in­ cu­­bator). Menurut Eri, yang dimaksud dengan reality disini adalah seperti sebu­ ah cermin besar yang berdiri tegak dihadapan kita sehingga akan memperlihatkan secara real potensi diri kita. Eri berpesan “jujurlah pada ‘cermin’ diri­ mu, dengan itu kita bisa tahu kelebihan dan kekurangan kita. Selanjutnya de­

ng­an mimpi atau cita-cita/tujuan yang ber­arti sebuah angan-angan yang kita cip­takan dan berfungsi untuk mengge­ rakkan kita mencapai tujuan. Lebih lanjut Ery mengungkapkan, setelah kita mempunyai mimpi, tugas selanjutnya adalah mengembangkan potensi diri (incubator) yang merupakan sebuah proses pengembangan di­ ri dari potensi-potensi yang menonjol dengan menggunakan usaha-usaha se­ per­ti membaca buku referensi sesu­ai de­ngan cita-cita yang diinginkan, me­ ng­­ikuti pelatihan-pelatihan dan seminar yang sesuai, melakukan magang, men­dekatkan diri ke industri yang ber­ sangkutan dan mencari informasi yang


berita banyak tentang hal itu, menca­ri di internet, misalnya. Eri juga menam­bahkan untuk menjadi seorang wirausa­hawan harus mempunyai pola pikir atau mindset sebagai berikut; percaya diri (self confidence), berorientasi kepada prestasi, berani mengambil resiko, berjiwa independen, kreatif dan inovatif dan yang tak kalah penting ulet dan tekun. Sedangkan Magdalena, menegaskan untuk selalu melatih kecerdasan emosi­ onal untuk melamar baik di lembaga pemerintah maupun di perusahaan. Se-

bagai contoh, diperlukan kepercayaan diri kuat bagi pelamar kerja, agar bisa secara cepat dan cerdas menjawab pertanyaan yang diajukan maupun dalam bersikap saat proses wawancara. Ditam­ bahkan, kreativitas dalam pembuatan CV (curriculum vitae) juga sangat pen­ ting dalam melamar pekerjaan khususnya untuk perusahaan swasta karena merupakan pintu awal proses seleksi. Dalam sambutan pembukaan, Dekan FISE UNY mengatakan saat ini sangat sulit untuk mendapatkan pekerjaan ba­

ik di lembaga pemerintahan maupun swasta. FISE UNY di bawah Kordinasi Humas FISE UNY, sejak 3 tahun yang lalu, mengadakan pelatihan ini untuk membekali semua lulusan FISE UNY mempersiapkan masa depan dan bisa survive dalam menjalani kehidupan. Survive di sini lulusan FISE UNY tidak hanya dibekali bagaimana caranya melamar pekerjaan tetapi juga bagaimana menciptakan lapangan pekerjaan itu sendi­ri, terang Sardiman. Sari

PEMBINAAN KINERJA PEGAWAI

PERUBAHAN DIMULAI DENGAN KERJA KERAS DAN KREATIF Penguasaan ilmu kita memiliki sifat alamiah untuk menjadi tua, layu, dan ke­ring, jika tidak dijaga, dipelihara, di­ siram dan dikembangkan. Jadi kita harus selalu meng-up-date informasi setiap saat. Kita harus menjadi pusat gra­­vi­tasi bagi orang lain, sehingga kita ha­rus memiliki kelebihan kualitas di­ ban­­ding orang lain. Demikian ditegaskan Guru Besar UNY, Prof. Slamet PH, M.A., MLHR., Ph.D, pada acara Pembinaan Kinerja Pe­ gawai di lingkungan UNY, Jumat, (6/3) di ruang sidang rektorat UNY. Pembi­na­ an diikuti 345 orang yang terdiri atas para Kepala Biro, para Kabag dan Kasu­ bag pusat dan fakultas, dan pegawai di lingkungan rektorat UNY. Tema dari paparan Prof. Slamet yaitu 50 Kunci Suk­ ses dalam Kehidupan. Dikatakan Slamet, kita harus membiasakan membaca satu sampai dua jam perhari, terutama bacaan yang terkait dengan profesi kita masing-masing. Dengan menguasai disiplin ilmu terten­ tu, yaitu ilmu lunak, ilmu keras, dan te­rap­­annya yaitu teknologi dan seni, ma­ka akan terbangun modal dasar ke­ sukses­an yaitu percaya diri. Ilmu keras di­an­taranya Matematika, Fisika, Ki­mia,

Biologi, dan Astronomi. Sedangkan Ilmu Lunak diantaranya Sosiologi, Politik, Ekonomi, Psikologi, Antropologi, Seni, dsb. “Melalui pendidikan yang tera­rah, kita dapat keluar dari belenggu ke­ seng­saraan dalam hidup. Seseorang yang mau belajar dari praktik–praktik yang baik dan mau belajar dari kesalahan–kesalahanya serta mau melakukan perbaikan atas kesalahannya akan ber­kembang dan menjadi pelopor/promotor pembaruan/perubahan. Dalam ke­hidupan, manusia memerlukan kecer­ dasan majemuk yaitu spiritual, moral, intelektual, emosional, etika, estetikal, dan kinestetikal,” lanjutnya. Selain itu, dosen FT UNY ini, mengatakan kehidupan adalah perubahan, sehingga jika seseorang tidak membu­at perubahan berarti tidak ada kehi­dup­an padanya. Jangan tertambat pada tradisi dan kebiasaan masa lalu. Oleh karena itu, tambahnya, lakukanlah perubahan baik itu peningkatan, pe­ngem­bang­ an,maupun modifikasi sekecil apa­pun. “Hari esok harus lebih kreatif daripada hari kini. Kita bisa mengikuti asas evo­ lusi kreatif dalam gejala kehidupan,” tegasnya.

Konsultan Pendidikan Kejuruan ini juga mengingatkan agar kita harus cerdas, yaitu selalu berpikir dari yang sudah ada dan keluar dari yang sudah ada atau yang belum ada, dari yang sekedar material ke yang imaterial agar kita kaya materi dan kaya hati, dari yang ter­hingga ke yang tak terhingga, dari yang terbatas ke yang tak terbatas, dari hal-hal yang dapat disentuh ke hal-hal yang tidak dapat disentuh, dari yang da­ pat di ukur ke yang tidak dapat di ukur, dan kita harus mencari makna dan tujuan hidup berdasarkan nilai-nilai kehidupan menurut Hukum-Hukum Ketetapan-Nya, jelasnya. Ditambahkan Slamet, kita sebaik­ nya memiliki budaya yang berdaya pre­ servatif dengan melestarikan nlai-nilai luhur bangsa Indonesia dan berdaya progesif yaitu mengembangkan nilainilai modern yang sesuai dengan konteks Indonesia. Selain itu, berwawasan lokal, na­si­o­ nal, regional, dan global, dengan te­tap menguasai tehnologi informasi dan ko­ mu­nikasi (ICT), tanpa me­lupakan akar ba­ha­sa dan budaya masing-ma­sing me­ ru­pakan hal-hal yang juga penting. Witono Nugroho

P e wa ra D i n a m i ka MARET 2009

37


berita pembekalan

LEBIH 1200 MAHASISWA FT MENGIKUTI PEMBEKALAN PRAKTIK INDUSTRI Sebagai upaya peningkatan mutu pen­­­­­di­ dikan teknik, Fakultas Tek­nik mem­bekali mahasiswanya berupa kom­­pe­tensi/kete­ rampilan teknis berda­sar­kan pengalam­ an nyata di lapang­an dan kompetensi kewirausahaan melalui teo­ri di kampus serta pengalaman langsung di lapangan (Industri). Pembekal­an dua komponen ini ditempuh melalui Pro­gram Praktik Industri, baik Praktik In­dustri Reguler maupun melalui Praktik Industri Berwawasan Kewirausaha­an. Matakuliah Praktik Industri selain sebagai kelengkapan Pembelajaran untuk memperoleh kebulatan pemenuhan kurikulum, sekaligus juga memiliki beberapa peran strategis bagi FT UNY. Peran strategis itu antara lain: kontrol kuali­ tas mahasiswa, apakah mahasiswa FT UNY telah memenuhi kaidah keterkait­

38

Pewa r a Din a mik a m a r e t 2 0 0 9

an dan kesesuaian (link and match) programnya dengan tuntutan industri, peran berikutnya adalah mengemban fungsi kehumasan (public relation) bagi lembaga FT UNY, akan memberikan pandangan positif melalui para mahasiswa yang memiliki sikap dan kemampuan yang baik selama praktik industri, Praktik Industri juga dapat berperan untuk pemasaran lulusan atau kegiat­ an kemitraan lainnya dengan industri seperti penelitian, pengabdian masyara­ kat, dan lain-lain, yang kesemuanya harus saling memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Visi Praktik Industri adalah efektifitas dan efisiensi Praktik Industri menuju mahasiswa yang kompeten dengan wawasan industri dan kewirausahaan. Sedangkan misi dari Praktik Industri

adalah melaksanakan Praktik Industri secara terpadu sejalan dengan peran Praktik Industri untuk mendukung visi-misi FT UNY, serta membangun kemitraan dengan dunia kerja dan dunia industri untuk membekali mahasiswa ke­mam­puan berstandar industri dan ke­wi­ra­usahaan. Sedangkan, tujuan dari kegiatan ini agar mahasiswa dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui kegiatan pengalaman langsung di industri/perusahaan/bengkel yang ditempati. Disamping itu, maha­sis­ wa dapat mempelajari aspek-aspek ke­ wirausaan yang terkait dengan industri yang ditempati, sehingga dapat membawa pengalaman praktik industrinya ke dalam tugasnya setelah lulus. Rani


berita K i las

Pekerjaan

REKRUTMEN KARYAWAN PT. MITRAMETAL PERKASA KERJASAMA FAKULTAS TEKNIK UNY

dokumen ft

PT. Metrametal Perkasa Automative Bra­ ke Hose Assembly (Nichirin Japan) ada­ lah perusahaan yang bergerak di bidang Automotive parts manufacture and hose assembly berkedudukan di Karawang melaksanakan rekrutmen karyawan bagi lulusan Fakultas Teknik UNY, yang dilaksanakan pada hari sabtu (28/2) di Gedung Media FT UNY. Acara ini di mulai pukul 09.00. s/d pukul 18.30 WIB, yang diikuti oleh lulusan mahasiswa dari FT UNY, UGM, dan lulusan Perguruan Tinggi lain yang ada di Yogyakarta. Jumlah pelamar sebanyak 92 orang, sedangkan pelamar dari lulusan FT UNY sebanyak 34 orang, termasuk lulusan D3 maupun S1, Teknik Mesin/Otomotif , Teknik Informatika/Komputer, dan Tek­nik Elektro. Dengan indeks prestasi minimal 2,75. Hasil test diumumkan ha­ri itu juga, sehingga segera diketahui si­a­pa-siapa yang lolos pada test tertulis grade I, yaitu sejumlah 29 pelamar (ter­diri 18 pelamar dari FT, dan 11 dari Fa­kul­tas Ekonomi). Pelamar yang lolos grade I tersebut langsung mengikuti test interview. Menurut panitian, pengumuman ha­­ sil interview akan diumumkan satu ming­ gu setelah test dilaksanakan. Rek­rut­ men ini dapat terlaksana dengan ba­ik, atas kerjasama yang harmonis an­ta­ra FT UNY, dengan Perusahaan-per­u­sa­ha­ an atau Industri-industri yang ada di Indonesia selama ini, sehingga lulusan FT UNY selalu dicari dan dibutuhkan oleh perusahaan atau Industri tersebut. rani

Perubahan format Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa (KKTM) menjadi Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis (PKM-GT) disikapi Himpunan Mahasiswa (hima) Pend. Sosiologi FISE UNY de­ngan mengadakan sosialis­asi PKM-GT, Jumat (20/2) di Ruang Cut Tjak Dien FISE UNY. Acara yang diikuti oleh mahasiswa program studi Pendidikan Sosiologi tersebut menampilkan na­rasumber, Adi Cilik P, M.Si dosen Pend. Sosiologi sekaligus Ketua Tim Pemenang­an Pimnas FISE UNY, dibuka oleh Pembantu Dekan III, Suharno, MSi. Dalam sambutannya, Suharno, M.Si mengatakan sangat menghargai adanya acara ini, karena dapat memacu mahasiswa prodi Pendidilkan Sosiologi untuk ikut serta dalam PKM-GT sekaligus sebagai salah satu langkah awal untuk menjaring minat dan ide-ide kreatif dari mahasiswa. Lanjut PDIII, PKM-GT merupakan “jalan tol” menuju Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas). grendi dokumen Fise

dokumen FT

PKM-GT Merupakan Jalan Tol Menuju Pimnas

Seminar dan Workshop Lesson Study JPBSI Selama 2 hari (7-8/3) Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UNY mengadakan acara Seminar dan Workshop Lesson study Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Aula FBS (Ruang Cine Club) dan di ruang kuliah gedung IKM. Hadir sebagai pemateri Prof. Dr. Zamzani, Dekan FBS; Sukirman, M.Pd, dan Suratsih M.Si., keduanya adalah dosen dari FMIPA UNY. Prof. Dr. Zamzani menyampaikan “Penulisan Jurnal Pembela­ jaran”; Sukirman menyampaikan “Peningkatan Profesionalisme Guru Melalui Lesson Study”; dan Suratsih, M.Si., menyampaikan “Langkah-Langkah dan Tek­ nis Pelaksanaan Lesson Study”. Tata Irawan

Pembekalan Calon Anggota Baru Menwa Mahakarta Tepat Sabtu (24/1 ) di Hall Rektorat UNY diadakan kegiatan Pelatihan Pem­be­­ kalan Satuan Resimen Mahasiswa (Menwa). Kegiatan ini bertujuan untuk mem­ per­si­apkan fisik maupun mental mahasiswa dalam usaha pembelaan negara, memiliki nilai juang yang tinggi, menanamkan jiwa kor­sa antara sesama ca­ lon anggota dan senior untuk regenerasi kelangsungan organisasi Menwa Ma­ ha­karta pasopati UNY. Hadir dalam kegiatan ini Prof. Dr. Herminarto Sofyan, Pembantu Rektor III UNY beserta jajarannya. Komandan Satmenwa Pasopati UNY, Arka Nugro­ho, menjelaskan dari hasil test calon anggota baru semuanya yang dinyatakan lulus mutlak 10 orang. Ahmad Natsir

FBS Menerima Kunjungan Univ. Nusantara PGRI Kediri Kamis (26/2) Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris (JPBSI) menerima kunjungan tamu mahasiswa dan dosen dari Universitas Nusantara PGRI Kediri. Seba­nyak 89 orang mahasiswa dan dosen tamu diterima oleh HIMA pendidikan Bahasa Inggris dan Ketua Jurusan PBI FBS UNY, Samsul Maarif, M.A. Tujuan dari kunjungan adalah mencari dan melihat secara langsung kurikulum, kegiatan Pro­ ses Belajar Mengajar dan kegiatan Ekstra kurikuler yang ada di UNY. Setelah selesai saling memberi informasi dilanjutkan kunjungan ke Ruang media bela­ jar dan Lab.Bahasa serta Dreamlab yang ada di FBS UNY. Tata Irawan P e wa ra D i n a m i ka MARET 2009

39


opini

Sekolah Jadi Andalan Memanusiakan Manusia O l e h Ra hma h P urwa hida

K

Pendahuluan Persoalan tanggung jawab memanu­ siakan manusia lewat pendidikan ada­ lah milik kaum pendidik. Tetapi sia­ pakah di antara pendidik yang paling bertanggung jawab dalam memegang kemudi kendaraan yang disebut ”pendidikan”? Jawa­ bannya: orang tua! Pendidik dalam pengertian Ilmu Pendidikan ialah semua yang mempengaruhi perkemban­ gan seseorang, yaitu manusia, alam, dan kebu­ dayaan. Manusia, alam, dan kebudayaan inilah yang sering disebut sebagai lingkungan pen­ kalam/pewara

didikan. Peran terpenting di antara ketiganya ialah orang-manusia. Alam itu tidak melaku­ kan pendidikan secara sadar, kebudayaan juga. Orang, ada yang melakukan pendidikan se­ca­ ra sadar dan ada pula yang tidak dengan kesa­ daran. Juga, ada yang kadang-kadang sadar ka­ dang-kadang tidak. Orang sebagai kelompok pendidik tentu ba­ nyak macamnya. Dalam Ilmu Pendidikan dike­ nal sebagai orang tua murid, guru-guru di seko­ lah, teman sepermainan, dan figur masyarakat. Kesinergisan dan kepaduan visi-misi para pen­ didik itulah kunci keberhasilan hakekat pen­ didikan – memanusiakan manusia. Pendidik Utama Melihat perspektif Islam, orang tua (ayah dan ibu) adalah pendidik yang paling bertang­ gung jawab. Mengapa? Karena anak adalah anak mereka. Artinya, Tuhan menitipkan anak itu kepada kedua orang tuanya, sebagaimana fir­ man Tuhan dalam Al Quran, ”Jagalah dirimu dan keluargamu dari ancaman neraka.” “Mu” pada kalimat “Jagalah dirimu” adalah ke­ dua orang tua, yaitu ayah dan ibu. Bagaimana ke­ dua orang tua menjaganya? Ya, dididik agar menja­ di orang saleh/salehah dan tidak masuk neraka. Orang tua sudah dianjurkan mendidik anak­ nya sejak anak itu di dalam rahim ibunya, bah­ kan hadis menerangkan bahwa itu dimulai se­ jak memilih jodoh, yaitu jauh sebelum anak itu berupa janin. Begitu lahir, ada tuntunan men­ didiknya, misalnya memberi nama yang bagus, akikah, dan selanjutnya peneladanan dan pem­ biasaan yang sesuai dengan ajaran Islam. Dengan pendidikan seperti itu, kira-kira 90% anak dijamin akan menjadi manusia. Untuk ke­ sempurnaan perkembangan, anak perlu ditam­ bah dengan pendidikan jasmani, pendidikan pe­ ngetahuan, dan pendidikan keterampilan kerja. Pendidikan jasmani dapat sebagiannya dilaku­ kan oleh orang tua di rumah, misalnya menjaga kebersihan, mengatur makanan dan tidur. Ber­

40

Pewa r a Din a mik a m a r e t 2 0 0 9


opini bagai jenis permainan fisik dan pengetahuan menjaga kesehatan mungkin harus diajarkan di sekolah. Pendidikan pengetahuan (berbagai macam pengetahuan) dan kete­ram­pilan kerja, tentu lebih baik diserahkan kepada sekolah. Gambaran di atas me­ngingatkan kedua orang tua di rumah bahwa masalah menjadikan anak sebagai manusia sebagian besar adalah tugas orang tua. Misalnya, apakah anak itu menjadi orang yang hidup­nya patuh pada Tuhan atau tid­ ak, itu sebagian terbesar adalah tugas orang tua. Namun, kenyata­an­nya sekarang banyak orang beragama menye­rahkan hampir 100% tugas ini kepada sekolah. Fatal! Sekolah Kecewa Sebenarnya, jika anak itu nakal, sekolahlah yang kecewa terhadap orang tua di rumah, bu­ kan sebaliknya orang tua yang mengklim se­ kolah sebagai lembaga yang tidak becus men­ didik anaknya, sehingga berakhlak tidak baik. Dalam hal pendidikan keagamaan agar anak menjalani hidupnya sehari-hari sesuai ajaran ag­ ama, sekolah hanya berfungsi membantu. Tang­ gung jawab utama tetap terletak pada orang tua anak itu di lingkungan ru­mah tangga. Persoalan bisa timbul disebabkan oleh beru­ bahnya jenis pekerjaan. Orang tua sering sekali tidak berada di rumah. Dalam bentuk ekstrem, ada orang tua yang pergi subuh dan pulang magrib; pergi Senin pulang Sabtu, bahkan ada orang tua yang meninggalkan rumah (karena pekerjaan) awal bulan dan muncul lagi di ru­ mah akhir bulan, bahkan ada yang lebih dari itu. Keadaan ini akan menjadi salah satu penyebab orang tua tidak dapat melakukan tugasnya seba­ gai pendidik. Untuk mengatasi hal itu, mung­ kin ada baiknya salah satu saja (suami atau is­ tri saja) yang bekerja di luar rumah. Persoalannya, orang tua zaman sekara­ng se­ ring tidak berada di rumah. Keadaan itu pun di­ per­parah oleh kekurangmampuan mereka meng­ gunakan waktu tatkala berada di rumah. Ada berbagai macam orang tua dalam hal ini. Perta­ ma, orang tua yang banyak di rumah dan mam­ pu memanfaatkan waktu yang ba­nyak itu untuk mendidik anaknya. Kedua, orang tua yang ba­ nyak di rumah tetapi kurang mampu memanfa­ atkan waktu yang banyak itu untuk mendidik anaknya. Ketiga, orang tua yang sedikit bera­ da di rumah, tetapi pandai menggunakan wak­ tu yang sedikit itu untuk mendidik anaknya. Keempat, ini yang paling buruk, orang tua yang

Kekurangmampuan orang tua mendidik anaknya di rumah bertambah besar karena perkembangan budaya global yang telah menerpa anaknya. ha­nya sedikit berada di rumah dan kurang mam­ pu memanfaatkan waktu yang sedikit itu untuk men­didik anaknya. Kekurangmampuan orang tua mendidik anak­ nya di rumah bertambah besar karena perkem­ bangan budaya global yang telah menerpa anak­­nya. Pengaruh luar seringkali lebih kuat da­­ri­­pada pengaruh kedua orang tuanya. Jika anak kita sudah mengelompok dengan temante­­man sepermainan, kelompok itu akan kuat se­ ka­li pengaruhnya kepada anak kita. Pendidik Kedua Secara teoretis, guru di sekolah adalah pen­ didik kedua. Mereka menghadapi hal yang sa­ ma dengan yang dihadapi orang tua di rumah, yaitu masalah kekurangan waktu, juga gem­ puran kebudayaan global. Sementara itu, tang­ gung jawab sekolah sekarang lebih besar dari­ pada masa dahulu karena guru di seko­lah harus mengambil alih sebagian tugas mendi­dik yang tadinya dilakukan oleh orang tua di ru­mah. Pada tingkat ekstrem, tatkala ”rumah” tidak lagi menjalankan fungsinya sebagai tempat pen­ didikan, seluruh tugas rumah tangga itu harus diambil alih sekolah. Ini tidak boleh tidak, bi­ la sekolah tetap ingin berfungsi sebagai lemba­ ga pemanusiaan manusia. Penutup Kita tahu mengapa hasil pendidikan seka­ rang selalu jauh dari yang diharapkan. Jelaslah, sebab lulusan sekolah umumnya sangat mengu­ a­sai salah satu bidang pengetahuan, tetapi ku­a­ li­tas kemanusiaannya sebagai manusia bisa ja­ di ”lupa” untuk dikuasai sebab tidak ditunjang oleh ”sekolah rumah”.

Rahmah Purwahida Alumnus Mahasiswa PBSI UNY

P e wa ra D i n a m i ka MARET 2009

41


opini CATATAN TAMBAHAN UNTUK PENILAIAN PORTO FOLIO Oleh VF Jegaut

P

enilaian portofolio para guru dilakukan dalam rangka menilai hasil prestasi kegiatan di forum ilmiahnya yang telah dilakukan selama menjadi pendidik. Semua memahami maksud baik Pemerin­ tah dalam hal menilai portofolio guru sebagai bagian dari prasyarat dalam penentuan prestasi mengajar di sekolah. Yang menjadi masalah sekarang, tidak semua komponen guru di nege­ ri ini sudah memiliki portofolio yang banyak sesuai harapan Pemerintah, kuantitas maupun kualitas. Untuk mendapatkan berbagai bentuk porto­ folio seperti diinginkan Pemerintah bukanlah perkara mudah bagi kalangan pendidik di nege­ ri ini. Apalagi, guru yang selama ini mengajar di daerah terpencil, khususnya yang berada di luar pulau Jawa, seperti Papua, NTT, NTB, dst. Mungkin bagi guru di Pulau Jawa, seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, Yogyakarta untuk mengumpulkan portofolio tidak terlalu sulit karena rata-rata mereka punya akses yang luas untuk ikut kegiatan ilmiah di daerahnya. Guru yang mengajar di daerah perkotaan sangat mudah mendapatkan akses serta semua informasi dari pimpinan tempat ia mengajar karena memang berbagai saluran informasi mudah didapatkan, baik lewat media massa maupun elektronik. Hal itu didukung tersedianya fasilitas transportasi. Dengan demikian, guru di perkotaan lebih diuntungkan dengan kebijakan pemerintah dalam menentukan kriteria guru yang di-

Kebijakan pengumpulan portofolio untuk guru sebaiknya ditinjau ulang demi terciptanya persamaan nasib semua guru di negeri ini. 42

Pewa r a Din a mik a m a r e t 2 0 0 9

nilai prestasinya dari kaidah ilmiahnya. Dari itulah, masalah kualitas guru tidak pernah menyentuh langsung seluruh tanah air. Guru yang bertugas di kawasan terpencil itulah yang selalu menjadi korban kebijakan pemerintah. Apalah artinya UUGD dibuat manakala implementasi di lapangan hanya menguntungkan guru yang mengajar di perkotaan, lebih khusus lagi di kota-kota besar seperti di Jawa. Kebijakan pengumpulan portofolio untuk guru sebaiknya ditinjau ulang demi terciptanya persamaan nasib semua guru di negeri ini. Belum lagi persyaratan yang memberatkan tugas para guru di daerah pedalaman, antara lain menayangkan artikel di surat kabar atau majalah dan membuat makalah ilmiah atau paper yang bersifat ilmiah juga. Dan mereka juga harus bisa menunjukkan sertifikat lain sebagai tanda penghargaan dari sebuah panitia kegiatan ilmi­ ah yang semuanya menambah beban pikiran para guru tersebut. Jangankan menulis di media massa, untuk mendapatkan koran saja guru di pedalaman kesulitan. Bagaimana mungkin dengan kondisi yang serba minim tersebut, pemerintah dengan segala kewenangannya memaksa guru di pedalaman yang jelas-jelas tidak tersentuh oleh teknologi informasi yang maju dan canggih selama ini untuk mengikuti kebijakan pemerintah. Pemerintah perlu memikirkan ulang kebijakan-kebijakan yang mewajibkan semua guru di nusantara ini untuk mengumpulkan portofolio. Itu dinilai sangat tidak adil dan proporsio­ nal. Guru di daerah terpencil yang diwajibkan mengumpulkan portofolio sebagai persyaratan utama dalam penilaian kemampuan ilmiah dan wawasan pengetahuannya sudah barang tentu sangat merugikan mereka. Sangat tidak mungkin mereka sudah menyimpan banyak portofolio seperti yang diinginkan oleh pemerintah. Memang mereka tidak pernah diberi kesempatan yang luas serta mempunyai akses yang cukup untuk mendapatkan kegiatan ilmiah. Kalau mengikuti kegiatan ilmiah saja jarang, baca


opini

repro kalam/pewara

koran/majalah tidak pernah, bagaimana bisa tahu kriteria penulisan artikel yang baik. Kekurangan-kekurangan inilah yang dapat dijadikan catatan khusus oleh pemerintah, sehingga guru di pedalaman tidak diperlakukan semena-mena atau sama saja beban tugas­ nya dengan guru yang selama ini mengajar di perkotaan. Apabila pengumpulan portofolio terhadap semua guru di pedalaman masih juga dipaksakan oleh pemerintah, maka niat pemerintah untuk menyejajarkan prestasi dan profesionalitas guru di republik ini tidak akan pernah tercapai. Nasib guru di daerah terpencil tetap ti­dak pernah berubah sepanjang kebijakan yang dibuat oleh pemerintah pusat bersifat ketat, tanpa melihat kondisi sosial-geografis guru. Penilaian portofolio terhadap guru di daerah ter-

pencil tetap dilakukan, tetapi lebih longgar, ti­ dak seketat dan sejajar dengan yang diterapkan terhadap guru di perkotaan. Misalnya, mereka tetap mengumpulkan portofolio, tetapi jangan dinilai persis sama dengan skor atau nilai portofolio yang dimiliki oleh guru di perkotaan. Dengan demikian, mereka tidak merasa terganjal karirnya hanya karena tidak memiliki sejumlah portofolio yang cukup sesuai dengan permintaan pemerintah. Pengumpulan portofolio oleh para guru di pedalaman dari segi jumlahnya haruslah lebih kecil dibandingkan de­­ng­an­jumlah portofolio yang dibebankan guru di perkotaan.

VF Jegaut Staf humas pada MSI Yogyakarta.

P e wa ra D i n a m i ka MARET 2009

43


resensi buku

Pemimpin Muda: Antara Harapan dan Kenyataan Oleh Endang Arti ati S uhe sti

J

ika Anda kehilangan motivasi, gundah, lagi gak pede, tak usah ke mana-mana. Ambil segelas teh manis lalu cari tempat duduk yang nyaman dan selami buku “Dari Kepompong Menjadi Kupu-kupu,”di buku ini Anda akan diajak untuk bermetamorfosa. Cu­ kup sederhana sebenarnya, apa yang di­ sam­paikan oleh Drs. HD Iriyanto, MM, penulis buku ini. Iryanto ingin­menga­ ja­k kita (baca: para pembaca) agar dapat memotivasi diri kita sendiri. Seperti yang ditulis Iryanto, “Yang Anda perlukan hanyalah kesedi­a­an Anda untuk membuka selebar-lebar­nya paradigma dan pandangan hidup An­da agar siap menerima kebenaran-ke­­be­nar­an baru. Setelah itu gunakan se­­lu­­ruh ke­cerdasan fisik, kecerdasan emo­­si, dan kecerdasan spritual Anda.” (hlm xxi). Bunga rampai pemikiran Iryanto ini di kemas dalam bahasa yang ‘enak’ di baca. Bukan dengan gaya menggurui, tetapi Iryanto lebih memosisikan se­ba­ gai seorang sahabat. Lewat buku ini, kita diajak memaknai lebih detail peristiwa yang terjadi di sekitar kita. Misalnya saja, ia contohnya bagaimana kita bisa mengambil pelajaran dari binatang bunglon dan kupu-kupu. Kita tahu, binatang bunglon memiliki kemampuan adaptasi yang nyaris sempurna. Tetapi, adaptasinya tidak sam­pai pada perubahan diri yang funda­ men­tal, yaitu perubahan karakter dan kinerja. Hal ini berbeda dengan proses adaptasi yang terjadi dari ulat menjadi kupu-kupu. Dari proses ini, kita belajar bahwa seekor kupu-kupu tidak hanya melakukan adaptasi tetapi juga transformasi, perubahan jati diri yang total dan fundamental. 44

Pewa r a Din a mik a m a r e t 2 0 0 9

Dari Kepompong Menjadi Kupu-Kupu Refleksi Menuju Diri dan Organisasi Oleh Drs. HD. Iriyanto, MM • Pustaka Pelajar, Januari 2009 • xxvi + 182 halaman

Buku ini tidak sekedar memberikan semangat diri, tetapi juga motivasi dalam berorganisasi. Di bagian sub tema Believe and Achieve, kita akan ikut tertantang menjadi seorang maju dan sukses. Kisah Puspo Wardoyo akan memberi inpirasi. Diceritakan da­ lam buku ini, Puspo seorang guru dari SMA dan meninggal­kan profesinya. Justru tanpa modal dan bekal yang cu­kup, Puspo hijrah ke Medan untuk berjualan ayam bakar. Awalnya ia berjualan meng­­ gunakan gerobak dan hanya beberapa ekor ayam perhari. Namun ber­­kat kepercayaan dirinya yang tinggi, da­­lam hitungan tahun usahanya men­jel­ma menjadi perusahaan rumah ma­kan sangat besar dengan sedikit­nya 54 outlet di berbagai kota di Indonesia, bahkan telah merambah ke negeri Ji­ran. Di dalam hidup, manusia diberi modal untuk menghasilkan karya, akal

(otak) dan hati nurani. Kedua modal itu harus senantiasa mengalami proses me­ta­mor­fosa agar mampu menjawab tan­tangan zaman. Dan orang-orang yang bermetamorfosalah yang akan te­ tap survive dalam hidup ini. Dari diri sendiri lalu merambah pada bagaimana menjalin relationship dan net working yang luas dan semakin luas. Sisi lebihnya buku ini tak mandeg pada memotivasi diri seseorang. Buku ini juga mencoba mengajak kita untuk bermetamorfosa dalam membangun si­ kap dalam berorganisasi dan berbuda­ ya dalam hidup. Siapa yang tidak ingin menjadi pribadi yang di damba setiap orang. Iryanto menuturkan kita dapat mem­bangun pribadi dari sikap dan ga­ ya komunikasi kita sehingga individu di sekitar kita akan merasa nyaman. Adalah kelapangan hati, salah satu cara agar kita dapat menjalin relationship dan net working yang semakin luas. Di contohkan dalam buku ini, ketika ada seorang murid yang ingin bunuh diri karena cemooh dari teman-temannya. Sang gurupun meminta murid itu untuk meminum air dalam sebuah gelas yang telah diberi garam dan meminum air telaga yang telah diberi garam pula. Lalu murid itu merasakan asin ketika minum air yang di dalam gelas, berbeda ketika meminum air yang di telaga, tetap segar. Begitulah dengan hati kita, akan tetap terasa segar jika kita melapangkan hati kita, menjadi pemaaf dan mampu menerima kesalahan diri dan orang-orang di sekitar kita.

Endang Artiati Suhesti Alumnus FIP UNY/Jurnalis Pewara Dinamika UNY


bina rohani

BAGAIMANA MELIHAT KORUPSI? O l e h R e tni Ma rdus a ri

K

rupsi memang menjadi masalah utama di negara berkembang seperti Indonesia. Untuk medikteksi korupsi sangatlah sulit. Sejak 25 tahun terakhir belum ada kasus korupsi, lebih-lebih yang besar, dapat ditangkap dan diadili sesuai hukum yang berlaku. Banyaknya kasus jual-beli keadilan, membuat koruptor makin merasa nyaman dan aman-aman saja. Hal itu berbeda dengan pengadilan yang akan digelar di akhirat. Hakim­ nya adalah malaikat yang tidak mau disu­ap, sehingga para penjahat apa pun ben­tuknya akan dapat dieksekusi seba­gai­mana mestinya. Tentang korupsi ada pendapat, apabila seorang karyawan membawa pulang gajinya atau upahnya lebih daripada yang telah menjadi kesepakatan, atau tidak sesuai peraturan yang berlaku, itu sebuah korupsi. Sebagai contoh, PNS golongan tertentu, dengan besar gaji tertentu, bisa membawa pulang gaji lebih dari ketentuan karena mendapat tambahan dari pemberian, transaksi jual-beli, dan sebagainya. Rasulullah pernah menjelaskan dengan sabdanya: “Barang siapa yang kami angkat menjadi karyawan untuk mengerjakan sesu­ atu, dan kami beri upah menurut semestinya, maka apa yang ia ambil lebih dari upah yang semestinya, itu namanya korupsi” (HR Abu Dawud). Korupsi di atas merupakan korupsi yang dilakukan oleh seseorang yang memperoleh penghasilan di atas keten­ tuan yang tentunya tidak jelas sumber­ nya, atau jelas sumbernya tetapi me­ru­ pakan penyimpangan dari ketentuan. Korupsi di dalam pemerintahan terjadi apabila ditemukan antara perenca-

Repro. kalam/pewara

kalam/pewara

naan dan pelaksanaan ada perbedaan atau terjadi penyimpangan, sehingga merugikan negara. Dalam unit kerja pemerintah, apabila da­lam pemeriksaan tidak ditemukan adanya penyimpangan secara adminis­tratif, maka itu tidak dapat dikatakan korupsi. Menurut pengertian di atas penca­ir­ an dana dengan kuitansi fiktif tidak ter­ masuk korupsi, selama dapat dipertang­ gungjawabkan secara administratif. Se­ba­gai contoh, alokasi dana untuk pem­ be­lian barang habis pakai, kelengkap­an administrasinya memenuhi persyarat­ an, yakni ada kuitansi pembelian, ada faktur pengiriman barang, ada catatan barang masuk dan barang keluar. Maka, selesailah sudah persyaratan yang diperlukan dan secara administratif ti­ dak ditemukan tanda-tanda korupsi. Sebaliknya, sekalipun dana tersebut dibelanjakan dengan sungguhsung­­guh, barang juga dipergunakan se­­­ba­­­gai­­mana mestinya, namun apabi-

la per­­sya­rat­an administrasinya, yakni ku­i­tan­si pembelian, faktur pengiriman ba­rang, catatan barang masuk barang ke­lu­­ar tidak terpenuhi, dianggaplah itu su­a­tu pe­nyimpangan atau korupsi. Dugaan korupsi bisa muncul ka­ ren­a kurang tertibnya administra­si, sehing­ga diperkirakan uang yang dialokasikan untuk barang habis pakai tersebut di­per­gunakan untuk ke­ pentingan priba­di atau kelompok­nya. Kecurigaan itu me­mang masuk akal karena bukti tertu­lis tidak ada, atau ada tetapi kurang lengkap. Apabila alokasi dana itu untuk ba­rang-barang inventaris, uang itu tidak bisa dikorupsi dengan cara seperti itu. Hal itu terjadi karena ba­rang-barang inventaris tercatat terus, tidak bisa dihabiskan, melainkan de­ngan cara lelang terbuka yang dilaksa­na­kan oleh kan­tor lelang negara, apabila semua itu sudah menjadi barang bekas atau rong­sokan. Sehingga, menghapuskan ba­rang inventaris relatif lebih sulit, se­la­in prosesnya agak lama. Karena ba­rang-barang inventaris ini tercatat te­rus, apabila barang inventaris ini digunakan di rumah pejabat, pada saat ada pe­meriksaan oleh yang berwenang, in­ventaris itu dibawa ke kantor untuk sementara. Berangkat dari semua itu, untuk me­ng­ukur atau mengetahui seseorang korupsi atau tidak, hanyalah pribadi sese­orang itu sendiri. Bagi yang ada kesempatan korupsi dan melakukannya, mulai saat ini mari­lah kita kurangi, syukur-syukur bisa sem­buh total. Bagi yang belum menda­patkan kesempatan korupsi bersyukur­lah.

Retni Mardusari mahasiswa Pendidikan Akuntansi FISE-UNY

P e wa ra D i n a m i ka MARET 2009

45


cerpen

SMS Menulis O l e h H e ndra S ugi a ntoro Aku masuk UNY. Betapa bangga menembus UNY, kampus di kota Yogyakarta yang cukup terpandang di mataku. Lulus SMA tahun 2004 aku memang bercita-cita menggapai bintang di langit. Dan UNY ternyata menjadi langit untukku terbang mewujudkan mimpiku. Bintang di UNY? Menjadi manusia benar-benar manusia. Itulah bintang dan aku ingin meraih bintang itu. Beranjak kutinggalkan kota kelahiranku. Purworejo, kota yang membingkai masa kecilku. Di kota itu ibuku selalu me­ masak pecel kesukaanku. Menyendiri �������������������������������� di kota baru. Tak kudengar lagi musik klasik. Tak ada TV apalagi nonton telenovela. Kesunyian kos membuatku menerawang mengingat kampung halaman. Hari menjemput hari. Perlahan mulai kunikmati kehidupan kota ini. Kutenteramkan hati, meski jengkel terhadap kondisi kosku. Bayangkan! Mau menyiram tubuh harus antri. Sering kehabisan air. Air sering macet. Maka, jika pukul tujuh harus berangkat kuliah, aku jarang mandi. Kuliah terus berjalan. Aku ingin mengembangkan po­ten­ siku. Menulis? Ya…masih mood-mood-an sih. Tapi, aku ter­ tarik dunia kepenulisan. Dua bulan kuliah kumasuki Forum Dunia Kata, lembaga di salah satu Ormawa fakultasku. Kutemukan tujuanku. Di tempat itu aku juga mengenal se­ o­rang mahasiswa aneh. Ya…kelihatan aneh menurutku. Ba­ gaimana tidak? Ia sering melepas senyum tanpa alasan yang jelas dan tampaknya tidak mampu membeli minyak rambut. Kusut. Kalau jalan kayak dikejar maling. Kebanyakan kakak angkatanku memanggilnya Pak Ahmad. Aku mulai membiasakan diri menulis. Tulisanku ba­nyak dimuat pada terbitan koran dinding dan buletin lembaga tersebut. “Kampusku Bersih, Sehat, dan Beriman” judul tulisanku saat marak-maraknya isu kebersihan kampus. Lebih hebat lagi, fotoku pernah terpampang di harian kota ini. Di rubrik Masalah Kita aku menulis “Dimulai dari Kampus.” Memulai apa? Mulai menjadi “Perempuan Perkasa.” Itu judul puisiku… Tahun 2005 aku terus berkecimpung di lembaga itu. Boleh dibilang menulis setiap hari terasa sulit bagiku. Aku masih mood-mood-an. Banyak motivasi menyemangatiku, termasuk da­ri mahasiswa aneh tadi. Tapi, memang aku orangnya PD. Pancen nDableg. Menulis nggak menulis emang gue pi­ kirin? Lembaga itu menerbitkan buletin awal tahun. Aku harus mengisi rubrik buletinnya. Nulis apa? Tidak ada ide mampir di kepalaku. Bingung. Aku harus menyelesaikan tulisanku. “Tak Ada Ide” akhirnya menjadi judul cerpenku. Tampaknya aku 46

Pewa r a Din a mik a m a r e t 2 0 0 9

lebih cenderung menulis karya-karya fiksi. Meskipun tetap ada tulisan-tulisan nonfiksiku. Aktualisasi karya-karyaku le­ bih banyak dimuat di koran dinding dan buletin lembaga. Ada motivasi menulis ke media massa, tapi aku tetap saja malas. Malas atau nggak pernah baca koran? Nggak Tahulah! Akhirnya aku dijadikan Pemred di lembaga itu. Entah, nggak tahulah! Liburan Ramadhan aku pulang kampung. Makan ketupat bersama keluarga dan menikmati pecel buatan ibuku. Ahad, 6 November aku menerima SMS, “Cerpennya udah berapa lembar?” Nulis saja nggak kepikiran apalagi buat cerpen. “Belum buat. Sibuk!” balasku. Aku berpikir SMS itu hanya sesaat, ternyata terus meng­ hantuiku. Senin, 7 November, SMS itu menyapaku, “Lagi sibuk ya? Jangan lupa MAKAN. Menulis �������������������������������� dAlam bentuK ceritA peNdek.” Esok harinya SMS itu kembali menyapa, “Pagi ini enaknya MAKAN apa? Makan TEMPE. Tetap sEMangat Pantang nyErah.” Gila! Tampaknya pengirim SMS itu tidak bosan-bosannya mengirim pesan. “Makan pagi masak sayur LODEH? nuLis cerpen Oke DEH,” pesannya Rabu, 9 November pagi. Tanpa basa-basi kali ini kujawab, “Aku lagi main. Belum bu­ at cerpen. Kamu lucu, aneh banget sih. Salam kenal. Jangan bilang aku SMS kamu.” Aku berharap tak menerima SMS lagi. “Habis main lapar nih. Makan NASI. Nulis Asyik SekalI. Kalau haus beli ES BATU biar segar. tErus Semangat BuAt TUlisan,” bunyi SMS di sore hari. Tak beberapa detik kemudian, “Eh lupa…juga beli MANG­ GA dibuat jus biar Menulisnya tAmbah rajiN Gitu lho! ya GAk?” Kudiamkan saja. Nggak lucu! Kamis, 10 November jelang Maghrib, SMS itu berulah lagi, “BUKA PUASA? Biar lesU dan suntuK tetAP nUlis Apa SAja.” Jumat, 11 November malam, SMS itu mengikuti waktu ti­ dur­ku. “Mau tidur BERDOA dulu. Buat cERpen DOng Ah.” “Udah berapa hari puasa Syawalnya? Buka minum AIR PUTIH. tetAp nulIs di keRtas PUTIH” bunyi SMS itu Sabtu, 12 November sore. Liburan tinggal sehari lagi. Ahad, 14 November aku harus kembali ke Yogya. Saat menuju Yogya SMS ternyata mengiringi keberangkatanku. “Ke Yogya? Turun di GAMPING naik jalur 15. teGA-teganya keMbali tanPa bIkin cerpeN, nenG. Sejak masuk kuliah pascalebaran SMS beruntun itu se­ jenak berhenti. “Hari ini tanggal TIGA BELAS bulan Syawal. TIng­katkan semanGAt memBaca dan mEnuLis Apa Saja.” SMS itu nongol lagi. Menjelang acara Syawalan di kampus, Ka­ mis 17 November, SMS itu kembali berpesan, “Hari ini ada


cerpen SYAWALAN di UPP II. Selalu berkarYA leWAt tuLisAn.” Dasar PD. Pesan lewat SMS itu sering tidak mempengaruhiku. Setelah acara Syawalan lebih dari sebulan SMS itu berhenti dan cukup lama. Hingga akhirnya, suksesi kepengurusan berlangsung akhir tahun itu. Aku tetap berada di Forum Dunia Kata setahun mendatang. Mau tahu? Pak Ahmad, mahasiswa aneh itu, habis masa baktinya. Waktu terus mena­ pak ma­ju. Seiring per­ ja­lan­an hari SMS itu mu­­lai ber­ge­ril­ya lagi. Ahad, 8 Ja­nu­ar­ i 2006 aku men­da­pat­kan SMS, “2 September 1985 itu ha­ri SENIN ya? SElalu NulIs cer­peN.” Bisa-bisa­ nya pengirim SMS itu me­ ngetahui hari lahirku. Tahu dari mana? “Dulu malam TAKBIRAN DI KAMPUNG ramai ya? Te­ tAp ber­Karya BIkin ceRitA peN­dek DI Kertas sAMpai ram­ PUNG,” bunyi SMS Senin, 9 Ja­ nuari petang. SMS yang masuk tak pernah kubalas. Saat Idul Adha, Selasa, 10 Januari, SMS itu berujar, “DAGING KORBANnya enak? Dari pa­GI semaNGat berKObaR Buat ceritA peNdek.” Turunnya beasiswa PPA dan BBM November-Desember pun tak lepas dari aksinya. “BEASISWAnipun mbenjing dipendhet nggih. Buat cErpen Apa Saja seIndah-indahnya Setiap WAktu,” pesan yang masuk Rabu, 11 Januari. Kamis, 12 November selesai shubuh, SMS itu membuka ha­riku “Kalau tidak salah hari ini KAMIS? bergeraK dengAn Me­nulis setIap Saat.” Aku menganggap pengirim SMS itu cukup aneh. Ya…aneh banget. Kayak nggak ada kerjaan. Aneh lagi, kiriman su­rat ke kosku, Jumat, 13 November menjelang Ashar. Banyak tu­lis­an dan gambar di bagian depan dan belakang amplop be­sar itu. “Perangko? Di kantor pos” tepat di pojok kanan atas amplop. Alamat ���������� tujuan ditulis kepada Aniq di kos. Kosnya Aniq di mana sih?

Ada gambar rumah dan ditulisi “Di Purwo­re­jo Rumahku.” Gambar persegi panjang dan ditulisi “Fotoku mana? Ditempel di sini. Ada juga tulisan “Mohon Maaf Lahir dan Batin. Kayak lebaran aja.” Ketika kubuka amplop besar itu, di da­ Repro kalam/pewara lamnya terdapat ba­nyak tulisan dari pe­ nulis-penulis ternama, Mohammad Fau­zil Adhim, Helvy Tiana Rosa, dan Gola Gong. Aku cukup terhentak dengan tulisan “Suer Deh! Menulis itu Gak Butuh Mo­od, Kok!” dari Fauzil Adhim. Suer…cukup menghentak diri­ku. Malam harinya aku mendapat ki­ riman SMS. “Pelajaran Ba­hasa Inggris. Bahasa Inggrisnya daftar menu? Me­ nu list. MA­KAN apa? NASI+TEMPE. Masih ingat? SMS itu seakan me­ngi­ ngatkanku. “Kabarmu BAIK? Aku juga BAIK. Berkarya dengAn menu­lIs cerita pen­ deK. SAMPAI JUMPA pukul 24.00.” SMS itu me­na­nyakan kabarku Sab­ tu, 14 November. Sampai jumpa pukul 24.00? Aku tetap masa bodoh. Tepat pukul 00.00 SMS itu me­ng­u­cap­ kan, “Mohon maaf. Terima kasih. SAMPAI JUMPA di lain waktu. SelAlu Mengangkat PenA, menulIs JUga Membaca aPa sajA.” Barangkali itu salam per­ pisahan dan SMS. Tampaknya ti­ dak akan lagi menghiasi harihariku. Kesedihan atau malah tersenyum? Aku tak bisa membuka isi hatiku. Tanganku tidak bisa memeluknya. Tak bisa mataku menatap ke­per­ giannya. Aku harus menulis! Aku harus banyak meng­ha­sil­ kan karya kepenulisan. Mem­ba­ca dan menulis. Ya… maha­siswa harus mem­ ba­ca dan me­nulis. Jadi pe­nu­ lis? Bisa ja­di, bintang di UNY kutemukan dengan menulis. Tangan meng­genggam pena dan menjelajahi dunia kata dengan mataku. Apakah hatiku benar-benar demikian? Aku tetap tak bisa membukanya. Hendra Sugiantoro Mahasiswa UNY

P e wa ra D i n a m i ka MARET 2009

47


puisi•geguritan•tembang Sajak Tata Irawan Bangsa (Belum) Belajar

Bangsa kita tak memahami alam hutan, ladang, sawah mengimbangi lingkaran kehidupan habis dimakan tikus, rusak oleh babi hutan entah tikus kantor, babi hutan yang mana Bangsa kita yang kaya, makmur cukup menghasilkan Fir’aun-fir’aun modern berantas kelaparan, kemiskinan, kebodohan sesungguhnya dirinya tamak, rakus cukup mengatasnamakan RAKYAT

kalam/pewara

Bangsa kita tak pernah belajar pada alam banjir, longsor, bahkan kelaparan hanya sebuah kecelakaan yang bisa kita terima dengan lapang dada itu sudah kehendak-Nya

Bangsa kita ramah-tamah copet, jambret sampai mati koruptor, pembunuh dingin, lolos dari mati alasan sosial kita lupa kepada-Nya di hadapan-Nya keadilan sama Yogyakarta, 2006

pojok ge l it ik

kalam/pewara

PULSA

Umarmadi : Yo, komunikasi kita 48

Pewa r a Din a mik a m a r e t 2 0 0 9

sekarang ini semakin dipermudah saja. Umarmoyo : Maksudmu? Umarmadi : Dengan handphone, HP, kita bisa komunikasi di mana saja, dari mana saja, kapan saja, dengan siapa saja. Umarmoyo : Ya iyalah! Umarmadi : Tentu kalau pulsanya masih ada atau masih cukup. Umarmoyo : Ya iyalah! Punya HP nggak ada pulsanya ya percuma saja. Umarmadi : Betul. Pulsa begitu penting. Saking pentingnya sampai ada

puisinya lho, Yo. Umarmoyo : O ya? Yang bener aja. Gimana puisinya? Umarmadi : Gini. Denger ya. Judulnya .... Umarmoyo : Wah menarik itu. Gimana...gimana... Umarmadi : “Kepada Pulsa yang Baik” wahai pulsa kau ternyata tak sekedar deret angka-angka yang nampak ketika digosok tapi sesuatu yang teramat berkuasa buktinya aku sempat dimarahi istriku lantaran kehabisan pulsa. ema r '09


l

sa n e

Cheerleader di Usia 45 Jumat, (27/3) halaman GOR UNY “diserbu” ribuan sivitas akademika. Dengan seragam olahraga, mereka mulai mengikut prosesi upacara pembukaan Dies Natalis ke-45 UNY, dilanjutkan senam massal. Pagi itu, sekitar pukul 07.00 wib, mereka juga ditemani Cheerleader SMA Negeri Depok Sleman. Serasa tak mau ketinggalan, para siswa ini berhasil memukau dan menghibur warga UNY. teks: Sismono La ODe• Foto: Ahmad natsir ep


Menulis yang Silam Mengukir yang Menjelang

Sejuta tantangan menanti di depan. Di tanganmu UNY berharap.

universitas negeri Yogyakarta Jl. Colombo No. 1 Yogyakarta 55281 Telp. 0274-586168 www.uny.ac.id


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.