1 minute read
Pergantian Kepemimpinan
Adalah sesuatu yang blasa dan wajar bila di suatu institusi terjadi pergantian kepemimpinan. Apa pun alasannya! Mungkin, seorang pemimpin habis masa baktinya, purnakarya, dan seterusnya, lalu digantikan oleh pemimpin berikutnya.
Mungkin, seorang pemimpin
Advertisement
dinilai tidak atau kurang c a k a p
meiaksanakan k e w a j i b a n sesuai tupoksi (tugas pokok dan fungsi)nya, kemudian diganti oleh pemimpin baru yang dianggap mampu. Mungkin, seorang pemimpin kedapatan melanggar kode etik jabatan, misalnya melakukan praktek KKN (korupsi, kolusi, nepotisme), membuatorang itu harus diganti oieh seseorang yang diniiai bersih. Mungkin, seorang pemimpin harus meninggalkan institusinya karena 'promosi'
kepemimpinan, laiu harus dicarikan seseorang yang iain untuk menduduki kursi kepemimpinan yang ditinggalkannya
tersebut. 'Kasus' terakhir itulah yang terjadi dan berlangsung di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Prof. H. Suyanto, Ph.D.,
Rektor UNY yang belum habis masa bakti keduanya, harus hijrah ke Jakarta untuk memimpin sebuah institusi yang bernama Direktorat Jenderai Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Mandikdasmen). Untuk mengisi kekosongan kepemimpinan di UNY itu, kemudian terpilihiah Prof. H. Sugeng Mardiyono, Ph.D. Peiantikannya sebagai Rektor UNY oleh Mendiknas pun sudah berlangsung di Jakarta. Rabu, 8 Februari 2006, dengan iancar dan selamat. Demikian pula, acara
pisah-sambut antara kedua tokoh itu telah berlangsung marak dan kTiidmat di Auditorium UNY, Sabtu, 18 Maret2006. Di mana pun bertugas dan siapa pun orang itu, pemimpin harus mampu menunjukkan periiaku yang baik dan terpuji. Betapa akhiak dan sifat-sifat sebagai seorang pemimpin yang baik dan bijak telah ditunjukkan oleh Muhammad saw, pertama, pemurah (tidak kikir daiam hal apa saja), kedua, berani (tidak pernah mundur di daiam membela kebenaran), ketiga, adil
(tidak dzalim di daiam memutuskan sesuatu berdasar hukum/aturan/norma), dan keempat, jujur dan terpercaya (sepanjang
hidupnya). Kita hidup daiam lingkungan masyarakat (internal kampus maupun eksternal kampus) yang pasti menuntut adanya hubungan, baik secara pribadi
maupun melembaga, baik secara individu maupun kolektif. Untuk hubungan tersebut, baik daiam tugas, pekerjaan, kegiatan sosial yang lain, maupun bisnis sekalipun, pemimpin harus selalu menunjukkan sikap terpuji. Apalagi daiam kehidupan berbangsa dan bernegara, kita harus menunjukkan
kebesaran negara daiam memelihara keiuhuran budi pekerti. Sebab, kebesaran dan kejayaan suatu negara dinilai dari keiuhuran budi pekerti bangsanya. (Red.-m)