6 minute read

tnsersi Nilai-nilai Kemandirian dan Nurani dalam Pembelajaran

Next Article
Saya di Tahun 2006

Saya di Tahun 2006

IN5ER5I NILAI-NILAI KEMANDIRIAN DAN NURANI

DALAM PEMBELAJARAN

Advertisement

Oleh: Sugirin *)

Dalam Rencana Strategik (Renstra) 2006-2010 UNY secarajelas dirumuskan visi bahwa pada tahun 2010 UNY mampu menghasilkan insan cendekia, mandiri, dan bemurani. Secara garis besar, cendekia diartikan tajam pikirannya, cepat tanggap terhadap situasi, berpiklran logis, dan pandal mencari jalan keluar dari permasalahan. Sementara mand/rfdimaksudkan percaya diri dan mampu mencukupi kebutuhan sendiri, bemurani diartikan berbudi luhur, taatmenjalankanagamanya, sopan dan santun.jujur, serta memiliki hati yang bersih, serta peka terhadap lingkungan.

Terkait dengan visi tersebut, pada jumpa pars pertama pasca pelantikannya sebagai Rektor UNY, Prof. Sugeng Mardiyono, Ph.D., menegaskan bahwa menghasilkan insan cendekia tidak terlaiu susah, namun menempa mahasiswa menjadi lulusan yang mandiri dan bemurani cukupberatpadasaatini.Penegasan inimasukakai karena telah terbukti bahwa beberapa wisuda terakhir ini persentase wisudawan cumiaude semakin meningkat. Namun kaiau diperhatikan daiam ujian tuiis, terutama untuk kelas-keias besar, masih saja ada mahasiswa yang nyontek atau bertanya kepada teman sebeiahnya. Fenomena ini di satu sisi menunjukkan bahwa mahasiswa tersebut kurang percaya diri dan kurang mandiri, tapi di sisi Iain juga tidak jujuratau kurang bemurani.

Oieh sebab itu inisiatif rekan-rekan FBS untuk menyeienggarakan seminar terkait dengan upaya mengaktuaiisasikan visi tersebut di atas dalarn pembeiajaran periu didukung dan dikembangkan. Seminar yang bertema "Insersi Niiai Afektif daiam Pembeiajaran Bahasa," itu menampiikan tiga pembicara dengan tiga topik yang saling meiengkapi. H.A. Ghani Johan, MAmenggagas pengembangan sikap dan periiaku melaiui pembeiajaran bahasa, Prof. Dr. Suharti mewacanakan pembinaan budi iuhur, sementara Prof. Dr. Pujiati Suyata mengusulkan prosedurpeniiaiannya.

Wacana awai ini kiranya periu dikaji, disempumakan, dan ditindakianjuti dengan penyusunan program tindakan yang nyata dan terukur. Misainya, niiai-niiai kemandirian dan moral atau nurani itu harus masuk pada program pembeiajaran, baik secara terstruktur maupun non-struktur. Program terstruktur maksudnya program pembinaan niiai kemandirian dan moral secara sengaja dimasukkan daiam teks-teks yang digunakan daiam proses pembeiajaran, sehingga kedua niiai tersebut dipahami, dihayati, diterapkan daiam kehidupan sehan-hari, dan akhimya menjadi bagian hidupnya. Program non-terstruktur maksudnya niiai-niiai kemandirian dan moral luhur itu

disampaikan pada saat yang dirasa tepat, di daiam atau di iuar jam kuiiah. Masa pengisian KRS atau masa menambah/mengurangi mata kuiiah merupakan saat yang tepat untuk menyampaikan pesan-pesan terkait dengan niiai

kemandirian dan budi iuhurini.

Daiam reaiisasinya, perkuliahan awai semester merupakan saat yang tepat untuk meiakukan kontrak dosenmahasiswa. Di satu sisi, sistem dan tugas-tugas perkuiiahan harus mampu memandirikan mahasiswa. Dosen sebaiknya iebih berperan sebagai fasilitator dan mahasiswa diberi kepercayaan untuk mencoba memecahkan masalahmasaiah terkait dengan kompetensi yang harus dikuasai untuk mata kuiiah tertentu. Di sisi lain, dosen dituntut menjadi teiadan bagi terwujudnya insan yang bemurani. Oleh karena itu, kompetensi kepribadian satu dari empat kompetensi makro seorang pendidik harus meiekat pada diri dosen itu sendiri. Dengan demikian, mahasiswa tidak susah mencari teiadan yang dapat menjadi model bagi pengembangan dirinya.

Kiranya periu dibentuk sebuah tim pengembang dan pembina insersi kemandirian dan budi luhur daiam pembeiajaran, yang dapat ditugaskan menyeienggarakan lokakarya untuk menyusun rambu-rambu pengembangan materi sampai dengan operasionaiisasi sistem penilaiannya. Pedoman ini diperlukan, antara lain, untuk memberikan porsi perhatian yang cukup kepada aspek kemandirian dan budi luhur tanpa harus mengorbankan aspek kecendekiaan. Jangan sampai syarat keiulusan mahasiswa bergeser, seolah hanya didasarkan pada sikap sopan santun dan penurut.

Sistem peniiaian berdasarkan penggunaan porto-foiio, praktik yang mungkin teiah dilakukan sebagian dosen, merupakan aitematif yang periu dibudayakan. Paling tidak, dosen harus memiliki catatan-catatan tentang periiaku dan kinerja setiap mahasiswanya sehingga peniiaian tidak semata-mata didasarkan pada tes tengah atau akhir semester. Bahkan untuk mata kuliah-mata kuiiah tertentu, apabiia tugas-tugas perkuliahan teiah disusun secara cermat (penyelesaian tugas-tugas teiah mencerminkan penguasaan kompetensi yang periu dimiiiki mahasiswa), tes tengah atau akhir semester itu sudah tidak periu dilakukan. Kesempatan juga periu dibuka bagi mahasiswa untuk secara jujur menilai diri sendiri, yang hasiinya dapat dipertimbangkan dalam penentuan niiai akhir.

*) Sugirin, Ph.D., Pengajar FBS dan Kepaia Kantor Kerjasama, Humas, dan Protokoi UNY

MEWUIUDKAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL MENUIU IDEALITA PEMBELAIARAN MAHASISWA

Oleh: Hendra Sugiantoro*)

Kenyataan aksiomatis bahwasanya mahasiswa merupakan agen perubahan dan rahasia peradaban. Baik dan bumknya peradaban sebuah bangsa sangat ditentukan oleh peran mahasiswa dalam mengaktuaiisasikan potensi dirinya secara positif. Untuk itulah tantangan dan tuntutan dibebankan kepada wadah pembelajaran mahasiswa dalam upaya mengembangkan dan mengoptimaikan kualitas dirinya. Berbioara mengenai wadah pembelajaran ini tidak selamanya ruang kelas (baca: pendidikan formal bangku kuliah) menjadi satu-satunya altematif, namun terdapat organisasi kampus yang notabene cukup berperan signifikan dalam membentuk manusia masa depan. Manusia masa depan yang memiliki konsep diri yang jelas dan juga daya adaptabilitas terhadap perubahan, termasuk menciptakan perubahan-perubahan penting dalam dinamlka perubahan yang berjalan cepat menjadi tanggung jawab organisasi mahasiswa di lingkup kampus. Dalam hal Inl organisasi mahasiswa dengan Individu-lndlvidu di dalamnya diharapkan tidak sekadar menjalankan rutinitas organisasi, namun leblh daii itu mampu menciptakan proses pembelajaran secara internal. Organisasi mahasiswa adalah organisasi pembelajaran dimana individu-lndlvidu dl dalamnya menjadikan keglatan belajar sebagal baglan dari kehldupan organisasi. Indivlduindividu pembelajar dalam organisasi setidaknya dapat belajar dari banyak hal untuk menlngkatkan kapasitas dan kompetensi dirinya yang berpotensl untuk membaca dan mengarahkan zaman menuju tatanan ideal kehidupan. Untuk dapat menciptakan kondisi pembelajaran atau dengan kata lain Indlvidu-indivldu yang terllbat dalam organisasi memiliki komitmen untuk belajar, maka faktor kepemlmplnan organisasional tidak bisa diabaikan. Kepemimplnan merupakan daya penggerak utama terjadinya proses pembelajaran dalam organisasi. Hal Ini disebabkan tidak banyak Indlvidu dalam organisasi mampu menterjemahkan konsep pembelajaran organisasi dalam dirinya sehlngga cenderung tidak menemukan makna pembelajaran dalam rangka penlngkatan kemampuan dirinya. Disamping Itu, ketldakmampuan pemlmpin mentransformaslkan visi organisal menyebabkan indlviduindivldu dalam organisasi berjalan tanpa kejelasan konsep. Tidak adanya InternallsasI vIsi dari Indlvidu-indivldu dalam organisasi inl dapat dillhat daii lemahnya komitmen dan motivasi menjalankan kinerja organisaslnya. Individulndlvidu dalam organisasi tidak tertantang untuk menciptakan proses pembelajaran untuk mewujudkan visI masa depan organisasi dan leblh mengkhawatirkan jlka timbul kepasifan dan stagnasi dalam peijalanan organisasi. Menyikap permasalahan tersebut kepemlmplnan transformasional mutiak diperlukan dalam sebuah organisasi. Kepemimplnan transformasional dibangun dari dua kata, yaknl kepemimplnan (leadership) dan transformasional (tansformational). Mc Farland (1978) mendeflnisikan kepemimplnan sebagal suatu proses dl man'a pimpinan dllukiskan akan memberl perlntah atau pengaruh, bimblngan atau proses mempengaruhi pekerjaan orang lain dalam memillh dan mencapal tujuan yang telah ditetapkan. Pflffner (1980) mengemukakan kepemlmplnan adalah seni mengkoordinasi dan member! arah kepada indlvidu atau kelompok untuk mencapal tujuan yang dllnginkan. Istllah transformasional berinduk dari kata to transform yang bermakna mentransformaslkan atau mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang berbeda. MIsainya, mentransformaslkan visI menjadi realita, panas menjadi energi, potensi menjadi aktual, laten menjadi manifest dan sebagalnya. Transformasional mengandung makna sifat-slfat yang dapat mengubah sesuatu menjadi bentuk lain, misalnya mengubah energi potenslal menjadi energi aktual atau motif berpresatasi menjadi prestasi rill.(Prof. Dr. Sudarwan Danim: 2003). Kepemlmplnan transformasional merupakan perilaku kepemlmplnan yang mampu mentransformasikan secara optimal SDM organisasi dalam rangka pencapalan visI organisasi yang telah ditetapkan. Pemimpin organisasi diharapkan mampu melakukan transformasi potensi Indlvidu organisasi menjadi aktual dalam hasil konkret kerjakeija organisasi. Hal terpenting dalam kepemimplnan transformasional adalah membangun vIsi organisasi menjadi visI bersama sehingga setiap Indlvidu yang terlibat dalam organisasi memiliki self belonginess terhadap tujuan dan target yang dicanangkan organisasi. Pemimpin yang mampu mengaplikasikan gaya kepemlmplnan transformasional Ini mendesign organisaslnya menjadi organisasi pembelajaran dengan menanamkan sikap positif kepada Indlvidu-indivldu dl dalamnya. Indlvidu dalam organisasi dengan kepemlmplnan transformasional ini memiliki sikap visioner bagi kemajuan organisaslnya dengan mengesamplngkan kepentlngan-kepentingan pragmatis yang justru tidak memberikan kontrlbusi signifikan bagi pencapalan tujuan organisasi. Dalam kepemlmplnan transformasional ini setiap pemimpin diharapkan mampu membangun optlmlsme sehlngga indlvidu-indivldu dalam organisasi tidak menghentikan usaha-usaha yang dllakukan dalam kerjakerja organisasi, meskipun aneka situasi memberi kenyamanan pada sikap peslmisme. Indivldu-individu dalam organisasi mampu menciptakan strategi-strategi yang bermanfaat bagi pengembangan organisasi dengan keikhl'asan yang dimillklnya. Dengan optimisme Itulah individu-lndlvidu dalam organisasi akan tetap konsisten dengan keputusan-keputusan yang dibuat selama tidak melenceng dari tujuan organisasi.

*) Hendra Suglantoro,mahaslswa FiP UNY & Staf Media

lnformaslBEMREMAUNY2005

This article is from: