2 minute read
BINAROHANI
Nikah: Wajib,
Makruh, Haram
Advertisement
Oleh AKHMAD JUWAHIR
Bagi sebagian masyarakat, melaksanakan pemikahan di bulan Sura (Asjrura) atau Pasa (Ramadhan) dirasa kurang baik. Pemikahan yang dilaksanakan di luar dua bulan itu dianggap bagus. Namun, dalam pandangan agama, bulan apa pun baik untuk menikah, selama pihakpihak yang akan menikah telah memenuhi syarat-syaiat pemikahan.
Hukum menikah temyata ada empat, jelas Drs. M. Thalib dalam bukunya 'Petimjuk Menuju Pemikahan Islami'. Pertama, menikah itu hukumnya wajib ba gi mereka yang telah mampu dan tidak dapat menahan diri dari dorongan nafsu seksualitasnya. sehingga untuk menyalurkannya hanyalah melalui perka-
winan.
Kedua, menikah itu hukumnya sunat jika yang bersangkutan telah mampu. tetapi tidak terdesak oleh dorongan kebutuhan seksual dan dapat menahan di ri dari perbuatan zina.
Ketiga, menikah itu hukumnya ma kruh bila yang bersangkutan mampu, tetapi kondisinya lemah syahwat, se hingga dikhawatirkan akan menimbulkan mudharat bagi istrinya karena tidak dapat memenuhi tanggung jawab kebutuhan seksualitas istrinya.
Keempat, menikah itu hukumnya ha ram jika yang bersangkutan tidak mam pu memenuhi belanja istrinya dan tidak bisa melaksanakan tuntutan pemenuhan kebutuhan seks atau biologis istri
nya.
Sebagaimana diketahui, pada hakekatnya perkawinan mempakan salah satu sunafu/lah. Perkawinan mempakan jalan yang aman bagi naluri seks manusia
untuk memelihara keturunan serta menjaga kehormatan bagi pelakunya. Apa jadinya jika seorang wanita dikawini oleh beberapa laki-laki, apalagi secara bergantian tanpa ikatan perkawinan? Bahkan, Allah SWT sangat membenci orang-orang yang sebenaraya sudah mampu untuk kawin, tetapi justni hidup secara membujang.
Sesunguhnya ada beberapa anjuran untuk menikah. Di antaranya terdapat pada QS An-Nuur (surat ke-24) ayat 32 yang artinya: "Dan nikahkanlah bujangbujangkamu dan budak laki-laki dengan perempuon yang telah patut menikah. Ji
ka mereka itu miskin, maka nanti Allah akan memberi kecukupan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Tahu."
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh
Tirmidzi dari Abu Hurairah disebutkan, Rasulullah saw pemah bersabda yang artinya: "Ada tiga golonganyangberhak ditolong oleh Allah, yaitu: seseorangyang beijuangdijalan Allah atau membela aga ma, mukatib (budak yang membeli dirinya dari tuannyajyangmau melunasipembayarannya. dan orangyang menikah kare na ingin menjauhkan dirinya dari yang
haram."
Untuk memilih istri yang baik, Nabi
Besar Muhammad SAW, berdasarkan ha dis Bukhori dan Muslim, pemah membe ri sinyal dengan bersabda yang artinya: "Perempuan itu dikawini karena empat perkara, yaitu karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya. Akan tetapi, agarselamatdirimu,pilihlah berdasar agamanya."
Melalui hadis Thabrani, Nabi Muham mad SAW memberikan gambaran tentang wanita yang akan dinikahi, yaitu: "Sebaik-baik wanita, yaitu yang paling murah perminfoan mahamya atau maskawinnya."
Akhimya, meskipun paparan singkat ini hanya bersifat sepihak, yakni bagaimana wanita calon istri dipandang dari kacamata laki-laki sebagai calon suami, betapapun semoga tuhsan singkat ini bi sa menambah pengetahuan dan wawa-
san kita.