bina rohani
Disparsitas Suro dan Muharram Oleh MUHAMMAD LUTHFI HIDAYAT
Kamis,10Januari2008lalu di-
Sebagian ada yang membolehkan acara dzikrullah dan majelis iimu,tentu dengan catatan bahwa pelaksanaannya
tetapkan pemerintah sebagai hari libur nasional menyambut tahim bam Hijriyah, 1 Muharram 1429. Hari itu juga bertepatan dengan 1 Suro 1940 <^aka (baca: Syaka). Di berbagai tempat banyak peringatan dilakukan. Sebagian ada yang melakukan peringatan di masjid-masjid
adalah aktivitas biasa seperti pengajianpengajian pada umumnya,hanya waktunya saja memilih 1 Muharram sebagai momen yang baik untuk ber-mufiasa-
bah dan napaJc tilas perjuangan Rasulullah saw.
dengan mengadakan muhasabah dan
Berdasarkan QS.Az-Zumar:38 dan da-
pengajian.
lil-dalii yang lain, keyakinan-keyakinan
Sementara,di tempat-tempat tertentu, seperti di Keraton Yogyakarta,Surakarta,Banyuwangidan sejumlah tempat lain di pesisir pantai utara diselenggarakan ritual-ritual yang selalu diadakan setlap 1 Suro. Sure mempakan bagian dari
mendatangkan manfaat atau menolak ke-mudharat-an adalah batal. Seorang muslim'haram'meyakiniadanya kekuatan terselubung atau berkah tertentu pa
kalender Jawa yang diintroduksi oleh
da benda-benda tanpa keterangan dari
Sultan Agung Hanyokrokusumo. Biasanya, pergantian tahim Hijriyah
Nya di dalam As-Sunnah.
terhadap benda pusaka,jimat,dan yang lain bahwa benda-benda tersebut bisa
Allah swt di dalam Al Quran atau Rasul-
memang hampir selalu bersamaan de
Kita hams berhati-hati dari acara-
ngan pergantian tahun bam(;aka Jawa. Bila bulan bam Hijriyah diawali oleh Mu harram,maka tahun ^aka-Jawa diawali oleh Sura(baca: Sura). Hanya saja, awal tanggal setiap bulan kadang bersamaan, kadang berselisih satu hari. Kedua kalender tersebutjelas berbe-
acara yang sarat dengan bid'ah, kesyirik-an, dan pemujaan kepada selain Allah swt. Kita tidak perlu teihanyut de ngan media-media yang seolah menyinkretiskan antara ajaran Islam dengan paganisme,dinamisme,dan animisme.
nama-nama hari, bulan,dan tahun pada kalender (jaka-Jawa. Nama-nama itu
ngati tahun bam (^aka. Kesalahan persepsi itu berakibat cu-
Sekali lagi,Islam bersih dari hal-hal yang demikian. Wajib bagi setiap muslim un tuk tidak tolong-menolong dalam kejelekan, seperti mempromosikan acaraacara di atas, memujinya, atau tumt melestarikannya. Allah swt berfirman:"(Ucapan mere-
kup fatal. Aroma sinkretisme sengaja
ka)menyebabkan meieka memikul dosa-
memperlihatkan pengaruh Arab-Islam
dibangun kembali seolah-olah Islam
yang sangat kuat.
membolehkan praktik-praktik upacara semacam itu. Media membentuk opini bahwa upacara-upacara itu merupakan bagian dari tradisi Islam,padahal sama sekali berbeda. Dalam Islam, jangankan melakukan upacara-upacara seper ti Jamasan, memperingati tahun baru
dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat,dan sebahagian dosadosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkanj.lngatlah, amat buruklah dosa yang mereka pikul itu".(QS
da. Selain berbeda cara penghitungannya,juga berasal dari tradisi yang berlainan. Yang satu berasal dari tradisi Arab, sedangkan yang lain dari tradisi Jawa.Akan tetapi, sekali-kali perhatikan
Disparitas Suro dan Muharram Pada kondisi masyarakat,khususnya di Jawa, permasalahan muncul ketika
banyak media, temtama pemberitaan televisi, yang menyamakan saja peri ngatan 1 Muharram dengan 1 Sura. Misalnya, kirab di Keraton Yogyakarta dan Solo serta ritual Jamasan(mencud
benda-benda pusaka)dianggap sebagai rangkaian upacara untuk memperingati Tahim Bam Islam, Hijriyah. Padahal, upacara-upacara itu untuk memperi
An-Nahl: 25).
Hijriah dengan cara muhasabah dan
menyelenggarakan pengajian-pengaji-
MUHAMMAD LUTHFI HIDAYAT, S.Pd.Si.
an pun masih diperselisihkan.
Alumnus Pendidikan Biologt UNY
DCriA/ADA
rMUAiJII/J
LIADCTT
nnrtS
0-7