2 minute read
dari pemBaca
kirimkan kritik/komentar/tanggapan anda mengenai Pewara Dinamika maupun persoalan di seputar kampus universitas negeri yogyakarta. kritik/komentar/tanggapan harap dilengkapi identitas yang jelas dan dapat dikirim melalui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kantor Humas uny.
Food Court UnY bukan alternatif
Advertisement
Pada jam makan siang, sudah pasti kantin menjadi tempat yang dituju sebagian besar mahasiswa. Namun, beberapa tahun bela kangan ini, label “harga mahasiswa” tampaknya tidak lagi berlaku. Yang terbaru adalah Food Court UNY. Dari segi fisik, tempat makan yang rindang dan berbentuk gubuggubug ini memang sangat pas dijadikan tempat makan dan minum, sembari bersantai dan berkumpul dengan teman-teman.
NamUN, menurut pendapat saya, yang juga diamini teman-teman, harga yang tertera masih termasuk mahal jika dilihat dari porsinya yang sedikit. Selain itu, dari segi rasa masih jauh dari predikat enak. Tak heran rasanya kalau kantin ini bukan alternatif tempat makan siang yang digemari mahasiswa. Kita bisa menilai dari sepinya kantin di jamjam makan siang. Saran saya, ada baiknya dilakukan pembenahan dari pihak manajemen untuk mengajak para pedagang merombak jumlah porsi dan rasa, sehingga harga yang tertera memang betul-betul dianggap murah, enak, dan layak disebut kantin mahasiswa.
ds noVitarany mahasiswi uny dan penikmat kuliner
mari Bijak menjadi mahasiswa!
TaHUN ajaran baru siap dimulai. Ribuan mahasiswa baru telah mengetuk gerbang UNY, bermaksud untuk menuntut ilmu di UNY. Sebagian dari mereka merupakan pendatang, baik dari luar Yogyakarta, maupun luar Pulau Jawa. Otomatis, tempat tinggal seperti kos, rumah kontrakan, dan asrama menjadi pilihan yang tidak bisa dilupakan. Saya sebagai mahasiswa semester 6 dan teman-teman yang tidak memiliki kendaraan bermotor, hanya bisa memilih lokasi kos di dekat kampus, seperti Karangmalang, Samirono, dan mrican. Sayangnya, semakin tahun biaya kos semakin mahal. Di Karangmalang misalnya. Harga satu kamar bisa menyentuh kisaran 3 juta rupiah, itupun belum termasuk uang listrik setiap bulannya. Saya menjadi prihatin jika mengingat mahasiswa baru harus membayar uang kos serupa, sedangkan mereka masih dibebankan biaya masuk UNY, biaya makrab, dan biaya lainnya. mencari kos jauh jadi kampus memang merupakan alternatif mendapat kos dengan harga jauh lebih murah. Namun, dalam situasi ini, kendaraan bermotor wajib ada. Bayangkan saja, jika banyak mahasiswa memilih alternatif ini, berapa banyak lagi peningkatan volume kendaraan bermotor di UNY. Imbasnya, parkir semakin sempit saja. Untuk itu, saya menyarankan ada baiknya mahasiswa baru beralih ke sepeda. Badan lebih sehat, biaya hidup lebih murah.
Selain itu, kepada pihak rektorat, supaya rumah susun mahasiswa yang sudah diwacanakan segera diwujudkan fisiknya. Hal ini untuk memfasilitasi tempat tinggal murah bagi mahasiswa dan mahasiswa pun semakin termotivasi berprestasi, karena yang saya dengar, rusunawa hanya untuk mahasiswa yang berprestasi saja.
Veti lestari