dari pembaca Kirimkan kritik/komentar/tanggapan Anda mengenai Pewara Dinamika maupun persoalan di seputar kampus Universitas Negeri Yogyakarta. Kritik/komentar/tanggapan harap dilengkapi identitas yang jelas dan dapat dikirim melalui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kantor Humas UNY.
Food Court UNY bukan Alternatif Pada jam makan siang, sudah pasti kantin menjadi tempat yang dituju sebagian besar mahasiswa. Namun, beberapa tahun bela kangan ini, label “harga mahasiswa” tam paknya tidak lagi berlaku. Yang terbaru adalah Food Court UNY. Dari segi fisik, tempat makan yang rindang dan berbentuk gubuggubug ini memang sangat pas dijadikan tempat makan dan minum, sembari bersantai dan berkumpul dengan teman-teman. Namun, menurut pendapat saya, yang juga diamini teman-teman, harga yang tertera masih termasuk mahal jika dili hat dari porsinya yang sedikit. Selain itu, dari segi rasa masih jauh dari predikat enak. Tak heran rasanya kalau kan-
tin ini bukan alternatif tempat makan siang yang digemari mahasiswa. Kita bisa menilai dari sepinya kantin di jamjam makan siang. Saran saya, ada baik nya dilakukan pembenahan dari pihak manajemen untuk mengajak para peda-
gang merombak jumlah porsi dan rasa, sehingga harga yang tertera memang betul-betul dianggap murah, enak, dan layak disebut kantin mahasiswa. DS Novitarany mahasiswi UNY dan penikmat kuliner
Mari Bijak Menjadi Mahasiswa! Tahun ajaran baru siap dimulai. Ribuan mahasiswa baru telah mengetuk gerbang UNY, bermaksud untuk menuntut ilmu di UNY. Sebagian dari mereka merupakan pendatang, baik dari luar Yog yakarta, maupun Lu ar Pulau Jawa. Otomatis, tempat tinggal seperti kos, rumah kontrakan, dan asrama menjadi pilihan yang tidak bisadilupakan. Saya sebagai mahasiswa semester 6 dan teman-teman yang tidak memiliki kendaraan bermotor, hanya bisa memilih lokasi kos di dekat kampus, seperti Karangmalang, Samirono, dan Mrican. Sayangnya, semakin tahun biayakos se makin mahal. Di Karangmalangmisal 4
P ewa r a Din a mik a J un i 2 0 1 1
nya. Harga satu kamar bisa menyen tuh kisaran 3 juta rupiah, itupunbelum termasuk uang listrik setiap bulannya. Saya menjadi prihatin jika mengingat mahasiswa baru harus membayar uang kos serupa, sedangkan mereka masih dibebankan biaya masuk UNY, biaya makrab, dan biaya lainnya. Mencari kos jauh jadi kampus memang merupakan alternatif mendapat kos dengan harga jauh lebih murah. Namun, dalam situasi ini, kendaraan bermotor wajib ada. Bayangkan saja, jika banyak mahasiswa memilih alternatif ini, berapa banyak lagi peningkatan vo lume kendaraan bermotor di UNY. Im
bas nya, parkir semakin sempitsaja. Untuk itu, saya menyarankan ada ba iknya mahasiswa baru beralih ke sepe da.Badan lebih sehat, biaya hidup lebih murah. Selain itu, kepada pihak rektorat, supaya rumah susun mahasiswa yang sudah diwacanakan segera diwujudkan fisiknya. Hal ini untuk memfasilitasi tempat tinggal murah bagimahasiswa dan mahasiswa pun semakin termoti vasi berprestasi, karena yang saya de ngar, rusunawa hanya untuk mahasis wa yang berprestasi saja. Veti Lestari mahasiswa UNY