resensi media Ayo Menulis! O l e h R i na Nav i Utam i Untuk menulis, seseorang tidak harus berlabel penyair, cerpenis, novelis, sas trawan, budayawan, bahkan wartawan. Untuk menulis, ia tidak pula mutlak ha rus berpredikat seniman. Namun, me nulis menuntut seni, ‘the art of writing’, agar tulisan seseorang tidak hanya un tuk dinikmati sendiri. Predikat penulis pun tidak semata pengakuan terhadap diri sendiri. Statement di atas kiranya cukup menggetarkan hati dari pemilik tangantangan yang sesungguhnya sangat kre atif. Sangat tepat adanya penggetar se mangat itu tercetak di cover belakang pada buku ini. Buku yang mengupas tuntas tentang menulis, buku yang menjawab pertanyaan, “Mengapa me nu lis?”, dan buku yang memotivasi pem bacanya untuk melakukan satu hal yaitu menulis! Walaupun demikian, kalimat-kalimat dalam buku ini tidak lah melulu berisi materi tentang kepe nulisan ataupun teori menulis yang terkesan sangatmenjemukan.Solichin M. Awi –penulis buku tersebut– juga menuturkan bahwa sebaiknya buku ini
pu memberikan percikan semangat un tuk menulis. Di dalam pengantar ini, ia juga meyakinkan bahwa setiap orang sejatinya adalah penulis. Isi buku selan jutnya terbagi menjadi tujuh bab. So lichin memulainya dengan memberi kan keyakinan agar pembaca tidak ragu menulis, lalu mengajak mere ka agar banyak membaca. Ia berpen dapat bahwa penulis yang baik pasti pembaca yang baik pula. Tetapi pem
alamannya bekerja di berbagaimedia massa. Misalnya tentangkaidah penye butan nama, tentang kata-kata yang di anggap mubadzir, juga mengenai tun tutan deadline di meja redaksi yang biasanya mengabaikan kaidah bahasa Indonesia yang benar di saat-saat ter tentu. Buku setebal 118 halaman yang ber cover depan putih ini kiranya memang cocok dibaca oleh berbagai kalangan.
baca yang baik belum tentu sebagai pe nulis yang baik. Mengapa demikian? So lichin memaparkannya di bagian bab dua dalam buku ini. Selain berbagi il mu mengenai berita yang baik (yang menghasut), menyelami feature, dan menjawab tantangan opini di bab-bab selanjutnya, Solichin juga seolah mem berikan pencerahan mengenai tata ba hasa. Ia mengingatkan pembaca ten tang penulisan kata, penulisan huruf kapital, penulisan huruf kursif, bahkan juga menyampaikan tentang penggu naan tanda baca. Tidak lupa ia menyam paikan pula beberapa kasus sepele namun penting yang dipetikdari peng
Membaca buku ini, pembaca akan me nemukan materi kepenulisan sekaligus motivasi untuk menulis. Pada setiap pergantian bab, terdapat pula ilustrasi yang mendukung serta adanya untaian kata-kata mutiara dari berbagai tokoh di dunia. Tentunya, hal ini akan semak in memperbesar ledakan di dalam da da para pembaca untuk mulaimenulis. “Menulis, menulis, dan mulailah me nulis!” kata Solichin, sang penulis buku ini.
Tentang Menulis, Mengapa Menulis, dan Menulislah! Penulis: Solichin M. Awi • Penerbit: New Digossia, 2011 • Tebal: 118 + x halaman
dipersepsi sebagai “cermin” bagaimana sebaiknya –bukan seharusnya– menu lis. Dari penuturannya tersebut,Solichin menjadi tidak berkesan menggurui pembacanya. Namun, ia seolah ingin meyakinkan pembacanyaagar tidak ra gu untuk mulai menulis. Ia juga banyak berbagitentang perjalananjurnalistik dan pengalaman kepenulisannya. Jawa Pos, SEPUTAR INDONESIA, dan Jurnal Na sional adalah beberapa nama yang per nah mewarnaiperjalanan jurnalistik nya. Solichin dalam menuturkan buku ini terbilang cukup runtut, yaitu dimulai dengan pengantar yang lagi-lagi mam 40
P ewa r a Di n a mik a m a r e t 2 0 1 2
Rina Navi Utami mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purworejo