Volume 13 • nomor 53 Mei 2012
P e w a r a
Dinamika universitas negeri yogyakarta
issn 1693-1467
l e a d i n g
i n
c h a r a c t e r
e d u c a t i o n
MENOREH ENAm WINDU UNY Tantangan tentu akan semakin berat. Atas nama UNY, semua harus berperan mewujudkan tekad UNY untuk membangun insan berkarakter dan bermartabat. Semua itu untuk kebanggaan kita semua.
21 Mei 2012 UNY merayakan dies natalis yang ke-48. Bukan usia yang muda, bahkan usia ini sudah hampir memasuki Usia Emas: 50 Tahun. Itu artinya perjalanan UNY selama 6 Windu telah dan akan memasuki babak baru. “Telah” karena UNY telah banyak berbuat untuk bangsa dan “Akan” berarti UNY akan memasuki dunia baru sesuai cita-cita yang diinginkan. “On the Move to World Class University; Leading in Character Education; Tagwa, Mandiri, dan Cendekia” merupakan cita-cita yang akan diraih UNY. Sudah banyak prestasi dan kebanggaan yang diukir UNY. Dan, kiranya cita-cita itu tidak sukar untuk diraih. Ya’ bermimpi, bekerja keras, terus belajar, terus berkarya, membangun jaringan, menjadi pelayan bagi sivitas akademika dan masyarakat, optimis, serta terus berdoa merupakan upaya yang telah dilakukan para pimpinan UNY dan dibantu para sivitas akademika UNY. Semoga di usia yang 6 Windu ini, UNY makin menunjukkan jati dirinya menjadi kampus kependidikan yang siap bersaing dan terus berprestasi......
Iklan layanan ini dipersembahkan oleh Pewara Dinamika • teks: Sismono la ode • gambar: dokumen Humas UNY
6 WINDU UNTUK UNY
pena redaksi
P e wa r a
Dinamika universitas negeri yogyakarta
PENERBIT HUMAS Universitas Negeri Yogyakarta IJIN TERBIT SK Rektor No. 321 Tahun 1999 ISSN 1693-1467 PENANGGUNG JAWAB Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. (Rektor UNY) PENGARAH Prof. Dr. Nurfina Aznam, SU., Apt. (Wakil Rektor I) Dr. Moch. Alip, M.A. (Wakil Rektor II) Sumaryanto, M.Kes. (Wakil Rektor III) Prof. Suwarsih Madya, Ph.D. (Wakil Rektor IV) PENASEHAT Sujariyah, M.Pd. (Kepala Biro UPK) Dra. Budi Hestri Hutami (Kepala Biro AKI) PEMIMPIN UMUM Dr. Anwar Effendi, M.Si. PEMIMPIN PERUSAHAAN Supandi, S.I.P. PEMIMPIN REDAKSI Dr. Nurhadi, M.Hum. SEKRETARIS REDAKSI Dian Dwi Anisa REDAKTUR PELAKSANA Sismono La Ode, S.S. REDAKTUR Lina Nur Hidayati, M.M. Rizka, SH. Tusti Handayani, A.Md. Dedi Herdito, M.M. Uswah R. Nirmala, A.Md. Khairani Faizah, S.Pd. Ariska Prasetyanawati Rhea Yustitie Desain dan Tata Letak Kalam Jauhari FOTOGRAFI Heri Purwanto, SIP. REPORTER Ratna Ekawati, M.A. (FIK) Nur Lailly Tri W., A.Md. (FIS) Isti Kistiyananingsih, S.Pd. (FE) Witono Nugroho, S.I.P. (FMIPA) Virga Renitasari, S.S. (FBS) Haryo Aji Prambudi, S.S. (FT) Anton.Suyadi, S.S. (FIP) Pramushinta Putri Dewanti, S.S. (PPs) Binar Winantaka, S.Pd. (LPPMP) Cahyono Adi Widagdo, S.E. SIRKULASI Kusno Hidayat, S.Pd. / Suwanto Sumedi / Maryono / Mujiman ALAMAT REDAKSI Jl. Colombo No. 1 Kampus Karangmalang Universitas Negeri Yogyakarta 55281 Telp/Fax 0274 542185 E-mail: pewaradinamika@uny.ac.id Online: www.uny.ac.id.
Akhirnya Pewara Dinamika edisi Dies Natalis sampai di tangan pembaca. Edi si yang terbit tepat di ulang tahun ke-48 UNY ini digarap dengan cukup berbe da dengan edisi-edisi sebelumnya. Bu kanhanya yakarena terbit tepat pada 21 Mei 2012, saat upacara puncak peri ngatan dies natalis, akan tetapi Pewara kali ini menghadirkan rubrik laporan khusus yang tidak dimiliki edisi-edisi sebelumnya. Bukan tanpa alasan menghadirkan rubrik liputan khusus. Berdasarkan sur vai sederhana yang kami lakukande nganmenanyakan secara acak tentang bagaimana pembaca merespon Pewara Dinamika. Rata-rata pembaca merespon bahwa wajah Pewara perlu ada kesan baru. “Jika konten Pewara seperti ini, maka kami akan bosan membacaPewa ra.” Atas masukkan para pembaca, me mang kami sadar bahwa majalah yang kita cintai ini harus ada yang lain. Pilih an liputan khusus untuk tema-tema ter tentu, kami rasa bisa membantupem baca yang sudah mulai “bosan”. Untuk kali pertama, liputan khusus ini, kami mengangkat tema profil Su trisna Wibawa dan Herminarto Sofyan. Mereka adalah mantan Wakil Rektor II dan III UNY yang telah banyak berbuat
baik untuk kemajuan UNY di masa tiga Rektor. Ketiga Rektor itu adalah Prof. Suyanto, Ph.D., Prof. Sugeng Mardiyo no, Ph.D., dan Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. Untuk menghadirkan bagai mana sosok dan usaha mereka mem bantu Rektor memajukkan UNY. Pada edisi-edisi selanjutnya, redaksi akan berusaha menghadirkan tema-te ma yang menarik lagi. Bisa jadi tema itu berasal dari luar kampus, tetapi cukup inspiratif untuk dijadikan bahan bacaan dan referensi. Pada rubrik-rubrik yang lain, Pewara Dinamika tetap menghadirkan tema-te ma yang relevan dengan edisi-edisi se belumnya. Hanya saja untuk rubrik ber ita, berita-berita tentang rangkaian kegiatan dies natalis lebih banyak me warnai rubrik ini. Banyaknya porsi be rita dies ini tidak lain untuk benar-benar menjadikan majalah Pewara Dinamika edisi kali ini benar-benar spesial untuk 6 Windu perjalanan UNY membangun Pendidikan bangsa Indonesia. Akhirnya, kami dari tim Redaksi Pewa ra Dinamika mengucapkan selamat dies bagi UNY, semoga UNY makin siap me nuju World Class University dengan ber landasan Ketaqwaan, Kemandirian, dan Cendekia. Amien.
Redaksi menerima tulisan untuk rubrik Bina Rohani (panjang tulisan 500 kata), Cerpen (1000 kata), Opini (900 kata), Puisi/Geguritan/Tembang (minimal dua judul), dan Resensi Media (500 kata). Tulisan harus dilengkapi dengan identitas yang jelas, nomor yang bisa dihubungi, pasfoto (khusus Opini), serta keterangan dan sampul media (khusus Resensi Media). Kirimkan tulisan Anda melalui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kantor Humas UNY. Bagi yang dimuat, honor dapat diambil di kantor Humas UNY.
P e wa ra Din a m i ka m e i 2012
1
daftar isi Volume 13 • Nomor 51 maret 2012
l a po ra n U ta m a
Menoreh Enam Windu UNY
dokumen humas uny
Bergegas rapatkan barisan! Tantangan tentu akan semakin berat. Atas nama UNY, semua harus berperan mewujudkan tekad UNY untuk membangun insan berkarakter dan bermartabat. Kini, UNY sudah berusia 48 tahun, usia yang tidak sedikit untuk menghasilkan insan berkarakter dan bermartabat. halaman 6
34
44 opini
berita
75 Kegiatan Berbasis Akademik Semarakkan 6 Windu UNY yaitu olahraga, pameran, lomba dan pentas seni yang berlangsung sepan jang tahun dengan melibatkan sege nap civitas akademika UNY...
dokumen humas uny
Sebanyak 75 kegiatan yang bersi fat akademik seperti seminar dan pelatihan serta kegiatan pendukung
Berita Lainnya • Mahasiswa FIS Raih Penghargaan XL Award • Mahasiswa FMIPA UNY Juara Ii I-Envex 2012 di Malaysia • Menulis Artikel di Media Massa, Siapa Takut? • “Never Ending to Grow”
Kerja Rumah Pendidikan Pendidikan selalu bergerak dalam dinamika sosial dan politis, baik di tentukan maupun menentukan. Oleh karena itu, refleksi atasnya juga men jadi selalu penting.... 49 bina rohani 5 bunga rampai 50 cerpen 4 dari pembaca 1 dari redaksi 3 Jendela 16 Liputan khusus 51 pojok gelitik 51 puisi•geguritan•tembang 48 resensi media perancang sampul: kalam jauhari
2
P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 2
jendela MOBIL 1500 CC Minggu lalu kami sempat ke mall dan selintas me nyaksikan pameran mobil dan motor di lantai dua. Di lantai satu masih kosong, belum ada pameran. Konon, apa yang dipamerkan di mall-mall itulah yang menjadi dambaan hidup kelas menengah ne gara itu. Di Perancis, bisa jadi yang dipamerkan di lantai utama sebuah mall adalah produk-produk parfum. Bukan pameran mobil, rumah, spring-bed, alat-alat elektronik, ataupun komputer seperti yang biasa ditemui di sejumlah mall Indonesia. Mall sendiri adalah sebuah kutub lain yang membedakannya dengan pasar (yang direcoki oleh peluh keringat karena panas, debu, dan pengemis). Mall adalah sebuah situs tempat transaksi sosial berlangsung, selain transaksi ekonomi. Mobil di Indonesia menjadi tolok ukur status so sial seseorang. Memiliki mobil adalah sebuah garis yang memisahkan kelompok menengah-atas, se lain sejumlah atribut pembeda lainnya (misalnya memilih belanja di mall bukan di pasar). Para peser ta PMB lewat jalur undangan dengan bidik misi ba kal dibatalkan perolehan beasiswanya jika terbukti orang tuanya memiliki mobil karena mereka ter golong bukan sebagai keluarga miskin. Di kalangan kelompok bermobil, strata pembeda selanjutnya adalah merk mobil, tahun pembuatan, dan CC-nya. Mereka memiliki kelas-kelasnya tersendiri. Di penghujung April 2012 pemerintah mulai menggulirkan peraturan penggunaan bensin ber dasarkan CC-nya. Mobil-mobil ber-CC 1500 ke atas diharuskan pakai pertamax sementara mobil-mo bil di bawah 1500 CC boleh menggunakan premi um yang jauh lebih murah. Peraturan yang relatif adil agar BBM lebih bisa dinikmati orang-orang yang lebih “miskin” ketimbang yang lebih berdu it. Peraturan tersebut kelihatan lebih baik daripa da meningkatkan harga BBM yang menuai protes pada Maret 2012. Peraturan ini sendiri belum ten tu teruji efektif dalam pelaksanaannya. Di balik sejumlah tarik ulur tentang penggu naan BBM, penjualan mobil di Indonesia merupak an pangsa pasar yang luar biasa besar bagi produ sen mobil luar negeri. Kita tahu, Indonesia sendiri selama ini belum memiliki mobil nasional. Pang sa pasar otomotif di Indonesia tahun ini diperki rakan bakal mencapai angka satu juta unit. Jum lah yang tidak sedikit. Oleh karena itu, di Jogja sendiri banyak berseli
weran mobil berplat putih dengan angka warna merah berseri huruf belakang XX, XY, atau YY se bagai ciri mobil baru. Indonesia merupakan pang sa pasar pabrikan mobil yang menjanjikan guna mendapatkan profit. Meski begitu, Indonesia sen diri belum bisa menyamai pangsa pasar nomor sa tu dunia, yakni China, yang tahun ini diperkirakan mencapai angka penjualan 14,5 unit. Seringkali produk-produk mobil berkelas dunia yang sangat mahal dan diproduksi secara limited dengan CC di atas 1500 juga melaju di jalanan In donesia. Ini artinya, bukan hanya di negara-nega ra maju saja mobil-mobil seperti itu bisa ditemui, di jalanan Indonesia yang tidak begitu lebar dan seringkali aspalnya berlubang itu pun mobil-mobil tersebut dapat melenggang. Konon, ketika mobil lux keluaran terbaru dibeli secara inden oleh enam orang, tiga di antaranya dipesan orang Indonesia. Apakah mobil-mobil itu memang dibeli untuk kenyamanan berkendara, apalagi di jalanan seper ti Jakarta yang selalu macet? Kitaseringkali tidak melihat kepemilikan mobil mewahitu sebagai ke nyamanan semata tetapi lebih sebagai bentuk pa meran. Kelas sosial seseorang ditentukan oleh jenis mobil yang dikendarainya. Mirip seperti Encyclope dia Americana yang pernah menjadi simbol status sosial intelektual sehinggasering disebut menjadi “Encyclopedia Pamericana”, yang hanya dipamer kan di lemari kaca ruang depan rumah. Saya tidak tahu berapa jumlah mobil yang ada di negeri ini. Jika ditambah dengan sepeda motor, tampaknya jumlahnya mulai menyamai jumlah penduduk negeri ini yang mencapai 250 juta. De ngan infrastruktur jalan raya yang jelek, kepemi likan mobil pribadi tampaknya bukan solusi yang baik. Akan tetapi, di Indonesia, apapun yang berna ma “umum” selalu tidak lebih baik daripada yang bernama “pribadi”, termasuk “kendaraan umum” kondisinya tidak lebih baik daripada “kendaraan/ mobil pribadi”. Berbicara tentang mobil yang asal katanya dari automobil, pernahkah Anda bertanya mengapa ka ta yang populer kemudian hari adalah kata “mobil” bukan kata “auto atau oto”? Di Malaysia, mereka malah menyebutnya dengan kata “kereta”.
Dr. Nurhadi, M.Hum. Pemimpin Redaksi
P e wa ra Din a m i ka m e i 2012
3
dari pembaca Kirimkan kritik/komentar/tanggapan Anda mengenai Pewara Dinamika maupun persoalan di seputar kampus Universitas Negeri Yogyakarta. Kritik/komentar/tanggapan harap dilengkapi identitas yang jelas dan dapat dikirim melalui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kantor Humas UNY.
Uny dan Pendidikan Karakter Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) telah mencanangkan diri sebagai kampus yang peduli terhadap pendidikan karakter. Tentu, kita berharap agar pendidikan karakter tak sekadar menjadi wacana hangat di kam pus yang berlatarbelakang pendidik(an) itu. Lebih dari itu, pen didikan karakter sejatinya nyata dan membumi di kampus dan masyarakat. Pertanyaannya, bagaimana konsep dan implementa si pendidikan karakter yang ideal? Suka atau tidak, UNY perlu mendu kung ke arah keterciptaan atmosfer pen didikan karakter yang dimulai dari ru ang kelas kuliah, pembimbingan karya ilmiah oleh para dosen, serta yang ter penting, dapat mempersiapkan tenaga guru yang berkualitas prima, kreatif, beretos kerja, serta bermental peneliti. Hal terakhir perlu diungkapkan, karena salah satu komponen guru profesional ialah mampu melakukan pengembang
an diri secara proaktif. Demikian halnya dengan pengem bangan pendidikan budaya dan karak ter bangsa dapat diimplikasikan melalui semua mata kuliah, pengembangan diri mahasiswa, serta budaya akademik kampus. Kesemuanya itu mensyaratkan adanya proses pengembangan nilai-ni lai budaya dan karakter bangsadilaku kan pada setiap mata kuliah, dalam setiap kegiatan kurikuler dan ekstraku
foto-foto: dokumen Humas UNY
4
P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 2
rikuler, seperti unit kegiatan mahasiswa (UKM) di segala lini bidang dan talenta. Di bidang akademik, kampus dapat memberikan pemahaman kepada para mahasiswa agar nilai-nilai, karakter, watak tidak diajarkan, tapi dikembang kan ke dalam perilaku nyata. Dalam lingkup ini, sejatinya kita tidak ingin UNY lebih sibuk “bersolek” dengan wa cana pendidikan karakter. Alih-alih si bukbersolek, UNY seharusnya dapat menciptakan atmosfir karakter, yang di mulai dari para pimpinan, dosen,sam pai mahasiswanya. Akhirnya, dengan momentum Dies Natalis ke-48 ini, kita menginginkan agar UNY dapat berkiprah lebih baik dan berkembang dari masa-masa sebe lumnya. Dengan tetap mempertahan kan ciri kampus pendidik(an), UNY se mestinya berada di garda depan dalam mewujudkan karakter bangsa yang unggul, mandiri, dan toleran. Semoga hal ini dapat menjadi saran berharga bagi institusi UNY khususnya, dan LPTK umumnya. Selamat Dies Natalis ke-48! Sudaryanto, S.Pd. mahasiswa S2 Linguistik Terapan PPs UNY
tips tips Merawat Buku Kesayangan Anda o l e h T YA S Siapa tak suka buka? Mungkin hampir tak ada orang yang tak suka buku kecu ali buku yang tampilannya sudah be gitu kumal dan tak terawat. Ada kala nya kita sedih melihat buku favorit kita lecek terlipat-lipat atau covernya kotor tertimpa tinta bolpoint dan terkena per cikan minyak. Pada saat lain buku kita menjadi tebal setelah terkena guyuran air hujan atau malah sobek-sobek di makan ngengat (rayap). Tidak ingin na sib buku kita yang mengalami hal-hal menyedihkan seperti di atas bertam bah banyak? Berikut tips merawat buku yang bisa Anda terapkan untuk menja ga buku kesayangan Anda. Menyampul Buku dengan Sampul Transparan. Nasihat orang tua saat masih kecil untuk menyampul buku ada benarnya. Selain membuat buku terlihat lebih rapi, dengan disam pul, peluang cover buku menjadi kotor atau basah menjadi terminimalisasi. Agar perawatan buku lebih maksimal pergunakan sampul transparan, bisa putih atau bercorak seperti motif bu nga. Fungsi sampul transparan ini bu kan hanya melindungi buku namun ju ga memudahkan Anda untuk mengenali buku. Bandingkan jika Anda menyam puli dengan sampul cokelat atau yang berwarna gelap. Anda akan memer lukan waktu lebih untuk mengetahui isi buku tersebut. Pergunakan sam pul buku yang ketebalannya pas. Ter lalu tipis akan membuat sampulnya cepat robek, sedangkan sampul yang terlalu tebal akan membuat buku ter lihat kusam. Hard cover Lebih Baik. Apabila pu nya uang berlebih, pilihlah buku dengan hard cover daripada soft cover. Sebab, buku ini akan lebih terlindung oleh sampul yang tebal. Apabila Anda telanjur memilih soft cover, Anda bisa memanfaatkan jasa fotokopi untuk membuatnya menjadi hard cover. Ji ka buku Anda telah menjadi hard co
1
2
foto-foto: dokumen humas ft
ver, tetap lakukan tips merawat buku nomor pertama, yaitu menyampuli bu ku, untuk menjaga keawetan buku. Tambahkan Pembatas Buku. Pem batas buku terkesan sepele. Namun, ia akan membantu Anda mengingat no mor halaman yang telah Anda baca. Al hasil, buku Anda akan bebas lipatan untuk menandai halaman. Sekarangba nyak pembatas buku yang berbentuk unik. Anda juga bisa membuatnya sen diri dari daun yang diawetkan dan di warnai atau dari bekas kartu ucapan. Jangan Sampai Lembab. Tempat pe nyimpanan buku merupakan faktor utama dalam mendukung perawatan buku. Jangan sampai ruang penyim panan buku lembab. Jika Anda memiliki ruangan terbatas dan menaruh buku di kardus, keluarkanlah secara buku atau angin-anginkan. Lokasi terbaik me nyimpan buku adalah rak dengan suhu normal. Ketinggian rak upayakan dapat dijangkau dengan mudah oleh tangan. Selain mudah untuk mengambil buku favorit, akan memudahkan Anda untuk memeriksa kondisi buku. Tambahkan Pengusir Ngengat. Tips merawat buku selanjutnya yai tu
3
4
5
menghadapi ancaman ngengat. Tebar kan kapur barus dan kantung-kantung mungil berisi butiran merica. Dua benda ini cukup manjur menjauhkanngengat. Apabila sudah ada buku yang tergigit, segera migrasikan buku-buku tersebut. Lalu semprot lemari atau rak buku An da dengan anti serangga. Tunggu be berapa saat, kemudian bersihkan dan keringkan. Biasanya serangga tersebut menyukai tempat tersebut karena lem bab. Karena itu pindahkan lemari atau rak buku tersebut ke ruangan yang le bih terkena sinar matahari. Segera Keringkan Jika Basah. Apa bila buku terguyur air secara tidak sengaja segera keringkan. Cara terbaik dengan alat pengering rambut. Bila ter lanjur berlekuk-lekuk dan tebal, mini malkan kerusakan dengan bantuan se trika pakaian. Dengan perawatan yang maksimal, buku Anda akan terjaga keawetannya hingga puluhan tahun. Bukan begitu? (diolah dari berbagai sumber).
6
TYAS mahasiswa UNY
P e wa ra Din a m i ka m e i 2012
5
laporan utama
Menoreh Enam Windu UNY Bergegas rapatkan barisan! Tantangan tentu akan semakin berat. Atas nama UNY, semua harus berperan mewujudkan tekad UNY untuk membangun insan berkarakter dan bermartabat. Kini, UNY sudah berusia 48 tahun, usia yang tidak sedikit untuk menghasilkan insan berkarakter dan bermartabat. oleh Ar i s k a P rasetyanawat i
U
NY menginjak usia 48 tahun, enam windu. Pendidikan karakter masih melekat kuat di dinding UNY di usia anyar ini. Lihat saja tema dies na talis yang tersebar di mana-mana, Memban gun Insan Berkarakter dan Bermartabat. Dari gambaran tema ini, diharapkan segenap sivi tas akademika UNY terispirasi dengan dan tu rut berkontribusi dalam mewujudkan UNY se bagai universitas kelas dunia yang memiliki jati diri yang kuat dalam pendidikan karakter. Insan yang bermartabat adalah individu beragama dan berbudaya. Insan yang beraga ma ditunjukkan oleh pengamalan ajaran aga ma sebagai umat yang bertaqwa dan beramal shaleh serta berakhlak mulia. Insan yang ber budaya tergambar dari karakter sebagai in san yang berbudi luhur, toleran, peduli, go tong royong, dinamis, disiplin dan patriotis. Upaya untuk menjadikan insan berkarakter dan bermartabat seutuhnya dilakukan melalui pros es pendidikan dan pengajaran tentang karakter
foto-foto: dokumen Humas UNY
6
P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 2
bangsa yang beradab sejak dari institusi keluar ga dan sekolah serta komunitas sampai kepada institusi negara. Keempat pilar bagi pengem bangan karakter bangsa secara komprehensif dan terintegrasi serta berkelanjutan dalam se tiap langkah dan strategi serta program kerja untuk mewujudkan bangsa yang bermartabat. Seseorang dapat dikatakan berkarakter jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya, yang dilandasi hakekat dan tujuan pendidikan. Sese orang yang berkarakter berarti ia memiliki ke pribadian yang ditinjau dari titik tolak etis atau moral, seperti sifat kejujuran, amanah, kete ladanan, ataupun sifat-sifat lain yang melekat pada dirinya. Ketika dunia pendidikan mam pu menghasilkan manusia jujur, visioner, disi plin mampu bekerja sama, bertanggung jawab dalam bekerja, adil dan peduli, maka bangsa ini dapat berjaya. UNY sebagai lembaga pendidikan menyadari akan andilnya sebagai motor penggerak yang terus menyerukan dan menyosialisasikan pen didikan karakter. Hal ini karena perguruan ting gi merupakan lembaga akademik dengan tugas
laporan utama utamanya menyelenggarakan pendidikan dan mengembangkan ilmu, pengetahuan, teknolo gi, dan seni. Tujuan pendidikan, sejatinya tidak hanya mengembangkan keilmuan, tetapi juga membentuk kepribadian, kemandirian, keter ampilan sosial, dan karakter. Menilik Sejarah UNY yang Bersahaja Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) adalah perguruan tinggi negeri di bawah Departemen Pendidikan Nasional dan Kebudayaan yang ber kedudukan di Yogyakarta. UNY merupakan pe ngembangan dari IKIP Yogyakarta, yakni suatu lembaga pendidikan tenaga kependidikan yang telah berdiri sejak 21 Mei 1964. IKIP Yogyakarta sendiri dahulu merupakan penggabungan dari dua institusi pendidikan tinggi keguruan yang ada pada saat itu, yakni fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Gadjah Ma da dan Institut Pendidikan Guru (IPG). Berjalannya waktu dan semakin majunya teknologi menyebabkan adanya tuntutan in stitusi dirubah menjadi universitas. Tuntutan perubahan IKIP Yogyakarta menjadi Universi tas didasari atas berbagai pertimbangan, dian taranya bahwa struktur kelembagaan IKIP di rasakan terlalu sempit untuk pengembangan keilmuan. Sementara itu semakin banyaknya lulusan/alumni IKIP Yogyakata yang mampu menembus pasar kerja non guru serta tuntut an akan kebutuhan tenaga kerja yang memiliki skill yang mantap, semakin mendorong tuntut an perubahan IKIP Yogyakarta menjadi univer sitas untuk menambah program studi non ke guruan. Semua hasil fisik ataupun non-fisik yang di tunjukkan UNY pada tahun ke-48 ini bukanlah hal yang mudah diwujudkan. Masing-masing pembangunan mempunyai proses yang cukup panjang dan berliku. Dibutuhkan kerja keras dan koordinasi yang baik antar civitas akade mika UNY. Saling bantu antar bidang kerja di UNY sangat dibutuhkan. Perbaikan dalam po la pengajaran, penambahan dalam sektor sum ber belajar, perbaikan transmisi dan domain ju ga menjadi perhatian khusus. Pencapaian BLU dalam bidang keuangan bukan hanya milik bi dang kerja Wakil Rektor II saja melainkan semua pihak UNY. Sampai akhirnya UNY mendapat pengakuan di bidang kerapian dan keteratur an serta kejujuran pada laporan keuangan de ngan 3 kali berturut-turut mendapat predikat WTP. Sekaligus predikat WTP ke-3 yang baru
diterima per 30 April 2012 menjadi kado UNY pada tahun ke-48 ini. Pencapaian UNY dalam 48 tahun harus dipertahankan atau bahkan ditingkatkan. Peningkatan mutu dosen pun menjadi sorotan utama meningkatkan mutu dan martabat UNY di kancah dunia pendidikan, seperti terus me nambah jumlah guru besar, pemerataan S2 juga mengawasi perkembangan pendidikan karak ter setiap mahasiswa. Dr. Moch. Alip, M.A., Wak il Rektor II yang juga diamanahi sebagai ketua panitia penyelenggara Dies Natalis tahun ini mengingatkan bahwa tugas ke depan tidak se makin mudah, UNY dihadapkan pada tuntutan yang lebih rumit. Perkembangan teknologi di iringi perkembangan persaingan global men jadi sebab UNY harus mampu bersaing sampai ke ranah Imternasional.
Kedatangan Presiden RI untuk meresmikan GOR dan Lintasan Atletik merupakan momentum yang turut sosialisasi UNY.
P e wa ra Din a m i ka m e i 2012
7
laporan utama
Foto karya mahasiswa UNY, Evid dengan latar belakang budaya Japan.
Rektor UNY, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. didampingi pimpinan baru UNY melakukan foto bersama dengan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X (tengah-depan).
8
Sistem Pendidikan UNY yang Dewasa Ada banyak teori yang bisa dianut suatu per guruan tinggi dalam proses pembelajarannya sehari-hari. Setelah menempuh 48 tahun per jalanan, UNY sudah menerapkan banyak teori pembelajaran pula. Pada akhirnya UNY mantap memilih andragogi sebagai cara pembelajaran yang lebih mendewasakan pembelajar. Seperti yang sudah banyak diketahui bahwasanya is tilah “andragogi” sebagai istilah teori filsafat pendidikan telah digunakan sejak tahun 1833 oleh Alexander Kapp bangsa Jerman yang be kerja sebagai guru sekolah grammar, istilah
P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 2
tersebut hilang dalam peredaran zaman. Tahun 1921 istilah tersebut dimunculkan kembali oleh Eugene Rosentock, seorang pengajar di akade mik buruh Frankrut. Sejak 1970-an istilah “an dragogi” semakin banyak digunakan oleh pada pendidik orang dewasa di Eropa, Amerika dan Asia. Menjelang akhir abad ke-19 dan memas uki abad ke-20 beberapa ahli psikologi pendi dikan mengadakan penelitian eksperimen ten tang teori belajar. Andragogi sendiri dianggap sebagai kelan jutan atau penyempurnaan dari sistem belajar pedagogi yang berarti seni dan ilmu untuk me ngajar untuk anak-anak. Andragogi secara eti mologis berasal dari bahasa Latin “andros” yang berarti orang dewasa dan “agogos“ yang berar ti memimpin atau melayani. Sepakat dengan hal ini, Prof. Zuhdan K. Prasetyanto, Kepala LPPMP UNY, lebih sepakat menyebut UNY seba gai lembaga perguruan tinggi yang siap mela yani seluruh masyarakat UNY. Sudah bukan ja
laporan utama mannya lagi jika pembelajaran yang diterapkan seperti pendidikan anak TK. Mengingat maha siswa yang masuk kuliah rata-rata berumur 18 tahun maka sudah pantas jika sistem pem belajaran yang diterapkan adalah andragogi. Akhirnya, dari sistem andragogi terbentuk lah pendekatan pendidikan UNY yang bersifat komprehensif. Salah satunya adalah pendidi kan karakter yang terus gencar dimatangkan di UNY. Jangan lewat wawancara khusus Pewara dengan Rektor UNY, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.A. M.Pd. tentang tekad UNY membangun in san berkarakter dan bermartabat. Pendekatan pendidikan karakter yang digunakan UNY ber sifat komprehensif dalam artian nilai-nilai yang dikembangkan cukup luas, yang ditentukan se cara kolektif oleh semua komponen perguru an tinggi, yaitu pimpinan, dosen, pegawai ad ministrasi, dan mahasiswa. Kemudian, semua komponen perguruan tinggi bersinergi dengan orang tua dan pemuka masyarakat, bertang gung jawab atas terselenggaranya pendidik an karakter dan pengembangan kultur. Lalu, metode yang digunakan meliputi dua metode tradisional, yakni inkulkasi dan keteladanan, serta dua metode kontempoer yaitu fasilitasi nilai dan pengembangan soft skills. Selain itu, tempat terselenggaranya pendidikan karakter, di samping di lembaga pendidikan juga meli batkan lingkungan keluarga dan masyarakat. UNY terus berusaha mewujudkan sistem pen
didikan tinggi yang menghasilkan insan yang berkarakter, cerdas, dan terampil untuk mem bangun bangsa Indonesia yang bermartabat dan berdaya saing melalui pengembangan il mu, teknologi, dan seni untuk kemajuan dan kesejahteraan umat manusia yang berkelanjut an. Sementara itu, UNY tetap komitmen men junjung tinggi etika akademik, moral, budaya dan agama. Selain mewujudkan UNY menjadi universitas kelas dunia, komitmen ini juga un tuk menjadikan UNY sebagai kampus terdepan dalam pendidikan karakter, guna menjawab kri sis jati diri bangsa.
P e wa ra Din a m i ka m e i 2012
9
laporan utama
48 Tahun, Lebih Berinsan dan Bermartabat Membangun Bangsa Melalui slogan Leading in Character Education, di usia 6 Windu ini, UNY bertekad membangun insan yang berkarakter dan bermartabat menuju Generasi Emas Indonesia. oleh R hea Y ust i t i e
U
niversitas Negeri Yogyakarta (UNY) adalah Perguruan tinggi negeri di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang berkedudukan di Yogyakarta. UNY merupakan pengembangan dari IKIP Yogyakarta, yakni suatu lembaga pen didikan tenaga kependidikan yang telah berdiri sejak 21 Mei 1964. IKIP Yogyakarta sendiri da hulu merupakan penggabungan dari dua insti tusi pendidikan tinggi keguruan yang ada pa da saat itu, yakni fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Gadjah Mada dan Institut Pendidikan Guru (IPG). Penggabungannya ditetapkan dengan Kepu tusan Presiden (Kepres) RI Nomor 1 Tahun 1963. Sebagai tindak lanjut dari Kepres tersebut, dike luarkanlah surat Keputusan Menteri Perguru an Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) No.55 Tahun 1963 tanggal 22 Mei 1963, yakni mene tapkan berdirinya IKIP Jakarta, IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, dan IKIP Malang. Berjalannya waktu dan semakin majunya teknologi menyebabkan adanya tuntutan in
foto-foto: dokumen Humas UNY
10
P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 2
stitusi dirubah menjadi universitas. Tuntutan perubahan IKIP Yogyakarta menjadi Universi tas didasari atas berbagai pertimbangan, dian taranya bahwa struktur kelembagaan IKIP di rasakan terlalu sempit untuk pengembangan keilmuan. Sementara itu semakin banyaknya lulusan/alumni IKIP Yogyakata yang mampu menembus pasar kerja non guru serta tuntut an akan kebutuhan tenaga kerja yang memiliki skill yang mantap, semakin mendorong tuntut an perubahan IKIP Yogyakarta menjadi univer sitas untuk menambah program studi non ke guruan. Mulanya dibuka 12 program studi Non Ke pendidikan jenjang SI dan Diploma pada Fakul tas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS), Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA), dan Fakultas Pendidikan Teknik dan Kejuruan (FPTK) pada IKIP Yogyakarta seba gai bukti perluasan program. Rencana pengem bangan IKIP Yogyakarta menjadi Universitas Negeri Yogyakarta dilaksanakan dalam dua ta hap. Pertama, tahap perluasan mandat yang dimulai sejak tahun akademik 1997/1998 de ngan membuka dan menerima mahasiswa baru Program Studi Non Kependidikan pada fakultasfakultas kependidikan menjadi fakultas-fakul tas non kependidikan. Saat yang ditunggu pun tiba, yakni Presiden Republik Indonesia dengan SK No . 93 Tahun 1999 tanggal 4 Agustus 1999,
laporan utama
dengan resmi menetapkan berdirinya Unver sitas Negeri Yogyakarta sebagai konversi atau pengembangan dari IKIP Yogyakarta. Meskipun secara formal lahirnya UNY ditetapkan pada 4 Agustus 1999, hari lahir (dies natalis) UNY te tap memakai tanggal kelahiran IKIP Yogyakarta, yakni 21 Mei 1964. Untuk memantapkan pelaksanaan dan pe nyelenggaraan pendidikan di dalam wadah Uni versitas Negeri Yogyakarta, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI dengan SK No.274/0/1999 tanggal 1 Oktober 1999 menetapkan Organisa si dan Tata Kerja Universitas Negeri Yogyakar ta, yakni UNY memiliki Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Teknik, Fakultas Ilmu Pendidikan, Fakultas Bahasa dan Seni, Fakultas Ilmu Sosial, Fakultas Ilmu Keolah ragaan. Sampai akhirnya pada akhir tahun 2011 UNY berhasil menambah satu fakultas lagi yai tu Fakultas Ekonomi yang digadang-gadang mengembalikan ekonomi Indonesia pada titik tumpu kerakyatan bukan liberal. Pencapaian demi pencapaian Semua hasil fisik ataupun non-fisik yang di tunjukkan UNY pada tahun ke-48 ini bukanlah hal yang mudah diwujudkan. Masing-masing pembangunan mempunyai proses yang cukup panjang dan berliku. Dibutuhkan kerja keras dan koordinasi yang baik antar civitas akade mika UNY. Saling bantu antar bidang kerja di UNY sangat dibutuhkan. Perbaikan dalam pola pengajaran, penambahan dalam sektor sum ber belajar, perbaikan transmisi dan domain juga menjadi perhatian khusus. Pencapaian BLU dalam bidang keuangan bukan hanya mi lik bidang kerja Wakil Rektor II saja melain kan semua pihak UNY. Sampai akhirnya UNY mendapat pengakuan di bidang kerapian dan keteraturan serta kejujuran pada laporan ke uangan dengan 3 kali berturut-turut menda pat predikat WTP. Sekaligus predikat WTP ke-3 yang baru diterima per 30 April 2012 menjadi
kado UNY pada tahun ke-48 ini. Semua predikat yang berhasil diraih UNY tidak serta merta membuat puas begitu saja. Perbaikan harus selalu dilakukan untuk seiring dengan kemajuan teknologi. Pembenahan diri untuk menjadi insan cendekia, dan mempunyai martabat dihadapan bangsa lain menjadi napak tilas pada dies natalis kali ini. UNY bersungguhsungguh untuk maju ke kancah internasional. Bukan hanya semata-mata predikat World Class University (WCU) yang dicari namun juga UNY berharap lulusan atau alumni benar-benar bi sa bersaing dengan kualitas internasional juga mempunyai martabat. Sehingga dari hal ini na ma baik almamater akan selalu dijaga. Sesumbar tua itu pasti sedangkan dewasa itu pilihan mungkin cocok mengibaratkan per kembangan kampus kita ini. Pembelajaran de ngan cara orang dewasa, pendewasaan diri untuk menjadikan insan yang cendekia, bernu rani dan bermartabat menjadi titik tumpu uta ma. Pada akhirnya, selamat menempuh kede wasaan pada usia 48 tahun semoga UNY lekas menjadi kampus dengan taraf internasional yang masih sangat peduli dengan nasional. Think global and act local.
P e wa ra Din a m i ka m e i 2012
11
laporan utama
Membentuk Karakter, Melahirkan Insan Bermartabat Salah satu tujuan pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. UNY yang turut berperan di dalamnya beranggapan bahwa manusia cerdas harus dilandasi dengan moral karena kecerdasan adalah kesempurnaan akal budi. oleh Ar i s k a P rasetyanawat i
S
ekali lagi pendidikan karakter menja di fokus yang menyentil UNY di usia 48 tahun ini. Dengan mengusung tema Membangun Insan Berkarakter dan Ber martabat pada Dies Natalis keenam windu, di harapkan segenap sivitas akademika UNY terispirasi dengan tema ini dan turut berkontri busi dalam mewujudkan UNY sebagai univer sitas kelas dunia yang memiliki jati diri yang kuat dalam pendidikan karakter. Insan yang bermartabat adalah individu ber agama dan berbudaya. Insan yang beragama di tunjukkan oleh pengamalan ajaran agama seba gai umat yang bertaqwa dan beramal shaleh serta berakhlak mulia. Insan yang berbudaya tergambar dari karakter sebagai insan yang berbudi luhur, toleran, peduli, gotong royong, dinamis, disiplin dan patriotis. Upaya untuk menjadikan insan berkarakter dan bermarta bat seutuhnya dilakukan melalui proses pendi dikan dan pengajaran tentang karakter bang
sa yang beradab sejak dari institusi keluarga dan sekolah serta komunitas sampai kepada institusi negara. Keempat pilar bagi pengem bangan karakter bangsa secara komprehensif dan terintegrasi serta berkelanjutan dalam se tiap langkah dan strategi serta program kerja untuk mewujudkan bangsa yang bermartabat.
foto-foto: dokumen Humas UNY
12
P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 2
Mencetak Karakter yang Unggul Karakter bersifat sangat personal dan meru pakan komponen tingkah laku. Karakter terba ngun dari kontribusi keluarga, lembaga pendi dikan, dan lingkungan. Lingkungan keluarga sebagai lembaga awal yang memberi warna karakter, sedangkan lembaga pendidikan dan lingkungan adalah pembentuk berikutnya. Pen didikan karaktek adalah bagian luas yang di gunakan untuk mendeskripsikan pengajaran pada insan dalam penguatan moral, tingkah laku, perbuatan baik, keberhasilan, nilai, dan lain-lain yang bernilai positif bagi kehidupan masyarakat. Hal-hal tersebut berkaitan dengan alasan moral atau pengembangan kognitif, pen didikan lifeskill, pendidikan kesehatan, pence gahan kekerasan, berpikir kritis, alasan etik, dan resolusi konflik dan mediasi. Seseorang dapat dikatakan berkarakter jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya, yang
laporan utama
dilandasi hakekat dan tujuan pendidikan. Sese orang yang berkarakter berarti ia memiliki ke pribadian yang ditinjau dari titik tolak etis atau moral, seperti sifat kejujuran, amanah, kete ladanan, ataupun sifat-sifat lain yang melekat pada dirinya. Ketika dunia pendidikan mam pu menghasilkan manusia jujur, visioner, disi plin mampu bekerja sama, bertanggung jawab dalam bekerja, adil dan peduli, maka bangsa ini dapat berjaya. Misi inilah yang digemakan ke mendikbud melalui pendidikan nasional yang mencanangkan pembangunan karakter bang sa dengan empat nilai inti, yaitu jujur, cerdas, tangguh, dan peduli. UNY sebagai lembaga pendidikan menyadari akan andilnya sebagai motor penggerak yang terus menyerukan dan menyosialisasikan pen didikan karakter. Hal ini karena perguruan ting gi merupakan lembaga akademik dengan tu gas utamanya menyelenggarakan pendidikan dan mengembangkan ilmu, pengetahuan, tek nologi, dan seni. Tujuan pendidikan, sejatinya tidak hanya mengembangkan keilmuan, teta pi juga membentuk kepribadian, kemandirian, keterampilan sosial, dan karakter. Hal ini sesuai dengan UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang sis
tem Pendidikan Nasional Pasal 3 yang meny atakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan watak serta peradaban bang sa yang bermartabat dalam rangka mencerdas kan kehidupan bangsa, bertujuan untuk ber kem bangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mu lia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Oleh sebab itu, berbagai program dirancang dan diimplementasikan un tuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, terutama dalam rangka pembinaan karakter. Pendidikan karakter di UNY adalah dalam rangka transformasi dan pembudayaan nilainilai moral dasar. Ada banyak nilai karakter atau akhlak mulia yang harus diimplementa sikan dalam kehidupan sehari-hari dalam ber bagai aspek kehidupan manusia, baik dalam berhubungan dengan Tuhan, dengan sesama manusia, maupun dengan alam sekitarnya. Jika nilai-nilai tersebut bisa dan terus diimplemen tasikan dalam kehidupan manusia, maka akan tercipta kehidupan yang bermartabat. Diolah dari berbagai sumber.
P e wa ra Din a m i ka m e i 2012
13
laporan utama Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd, M.A.
Siap Memimpin Pendidikan Karakter
TTL: Jombang, 10 Januari 1957 • Pendidikan: S2 Elementary Education (Major) and Gifted Education (Minor) College of Education University of Iowa, USA; S2 Bimbingan dan Penyuluhan IKIP Bandung; S3 Bimbingan dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia • Karier/Jabatan: PR I UNY tahun 20062010; Rektor UNY 2009-2013.
14
Demokrasi dan globalisasi membawa peruba han tata nilai dan karakter anak bangsa. Nilainilai luhur luntur oleh nilai-nilai asing yang be lum berakulturasi dan beradaptasi dengan baik. Dalam kondisi tersebut, maka karakter bangsa menjadi isu yang mencemaskan masyarakat. Dengan kondisi seperti ini, pendidikan tidak saja diharapkan menghasilkan insan yang cer das dan terampil, tetapi juga mampu memban gun insan Indonesia yang berkarakter; menja di warga negara yang produktif, inklusif dan menghargai keragaman budaya, sekaligus men jadi warga dunia yang menghargai nilai-nilai universal. Dalam konteks tersebut maka pen didikan tinggi di Indonesia diharapkan menja di kunci bagi kemajuan bangsa dengan meng hasilkan lulusan yang berkarakter, cerdas, dan terampil; memajukan ilmu pengetahuan, tek nologi dan seni baik melalui adaptasi kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk ke makmuran bangsa, maupun melaluipenciptaan inovasi yang relevan bagi pembangunan. UNY memiliki komitmen untuk melaksanakan dan mengawal pembentukan karakter bang sa Indonesia. Hal ini sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diemban sebagai lemba ga penghasil tenaga pendidikdan kependidikan untuk semua jenjang pendidikandan tenaga nonkependidikan dalam berbagai bidang kehi dupan. Berikut petikan wawancara reporter Pewara Dinamika Ariska Prasetyanawatide ngan Rektor UNY, Prof. Dr. Rochmat Wahab,
P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 2
M.Pd, M.A. tentang tekad UNY membangun insanberkarakter dan bermartabat. Mengapa UNY masih sangat concern terha dap pendidikan karakter? Pembangunan karakter dalam dunia pendi dikan masih menjadi tema pokok yang rutin dikaji dan ditelaah. Pendidikan karakter meru pakan pekerjaan bersama antara lembaga pen didikan, keluarga, dan masyarakat. Tetapi, lem baga pendidikan tetap berada di depan sebagai leader, sedangkan indikator kesuksesan pendi dikan karakter adalah saat peserta didik mam pu menjadi insan yang solutif menyelesaikan persoalan hidup secara mandiri, menjadi ma nusia yang independen, dan bersedia belajar seumur hidup. Pendekatan pendidikan karakter yang digu nakan UNY bersifat komprehensif. Apa maksud komprehensif tersebut? Pendekatan pendidikan karakter yang digu nakan UNY bersifat komprehensif dalam arti an nilai-nilai yang dikembangkan cukup luas, yang ditentukan secara kolektif oleh semua komponen perguruan tinggi, yaitu pimpinan, dosen, pegawai administrasi, dan mahasiswa. Kemudian, semua komponen perguruan tinggi bersinergi dengan orang tua dan pemukama syarakat, bertanggung jawab atas terselengga ranya pendidikan karakter dan pengembangan kultur. Lalu, metode yang digunakan melipu ti dua metode tradisional, yakni inkulkasi dan keteladanan, serta dua metode kontemporer
laporan utama
yaitu fasilitasi nilai dan pengembangan soft skills. Selain itu, tempat terselenggaranya pen didikan karakter, di samping di lembaga pen didikan juga melibatkan lingkungan keluarga dan masyarakat. Mengapa UNY di usia 48 tahun ini bertekad membangun insan berkarakter dan bermartabat? UNY terus berusaha mewujudkan sistem pendidikan tinggi yang menghasilkan insan yang berkarakter, cerdas, dan terampil untuk membangun bangsa Indonesia yang bermarta bat dan berdaya saing melalui pengembangan ilmu, teknologi, dan seni untuk kemajuan dan kesejahteraan umat manusia yang berkelanju tan. Sementara itu, UNY tetap komitmen men junjung tinggi etika akademik, moral, budaya dan agama. Selain mewujudkan UNY menjadi universitas kelas dunia, komitmen ini juga untuk menjadikan UNY sebagai kampus ter depan dalam pendidikan karakter, guna men jawab krisis jati diri bangsa. Sebagai lembaga tinggi kependidikan, UNY ingin hasilkan lulus an yang punya identitas diri, sadar tugas ke manusiaan dan punya harga diri. Dengan ka
ta lain bahwa membangun insan berkarakter dan bermartabat merupakan upaya kesadaran dalam memperbaiki dan meningkatkan selu ruh perilaku yang mencakup adat istiadat, nilainilai, potensi, kemampuan, bakat dan pikiran bangsa kita ini. Apa definisi dari berkarakter dan bermarta bat yang diusung UNY? Insan yang berkarakter adalah mereka yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memi liki integritas, jujur, toleran, bersemangat ke bangsaan, serta menjunjung tinggi nilai dan norma kebaikan; cerdas dalam hal ini dimak sudkan adalah insan yang memiliki kecerdasan komprehensif yang meliputi kecerdasan inte lektual, kecerdasan emosional, kecerdasan so sial, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan ki nestetik. Di samping itu, terampil dimaksudkan bahwa lulusan UNY memiliki keteram pilan baik yang secara langsung terkait dengan bi dang ilmu yang dipelajari (hardskill) maupun keterampilan pelengkap (softskill) yang men jadikan mereka sebagai sumber daya manusia yang unggul.
P e wa ra Din a m i ka m e i 2012
15
BERsAmA TIGA REKtOR Adalah Sutrisna Wibawa dan Herminarto Sofyan. Mantan Pembantu Rektor/Wakil Rektor ini turut membesarkan UNY selama kepemimpinan tiga Rektor, yakni Prof. Suyanto, Ph.D., Prof. Sugeng Mardiyono, Ph.D., dan Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. Laporan ol eh Sismono L a O de dan D h i an Hapsa r i | Foto-foto: Do k umen Pr i bad i dan Humas
S
utrisna Wibawa dipercaya men jadi Pembantu/Wakil Rektor II bidang sarana prasarana, ke uangan, dan SDM, sedangkan Herminarto Sofyan diamanahi menjadi Pembantu/Wakil Rektor III bi dang kemahasiswaan dan alumni. Un tuk menjalankan amanah selama dua
periode 2004-2008 dan 2008-2012, me reka harus meluangkan waktu dan pi kirannya secara total. Sejak jam 7 pagi hingga 7 malam, bahkan beberapa ka li mereka harus bekerja hingga tengah malam. Semua itu untuk memberikan yang terbaik untuk UNY. Ya’ memang bukanlah perkara mu
dah menjadi pemimpin. Ada banyak hal yang harus dirintangi. Terlebih-lebih, menjadi pemimpin di kampus yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokra tis. Semua kebijakan yang telah di-ACC sang Rektor pun, terkadang tidak bisa langsung diterapkan. Bagaimanapun mereka harus mempertimbangkan sa
ran dari pelbagai elemen kampus, teru tama dari senat dan mahasiswa. Menjadi pemimpin yang “memban tu” Rektor dalam mewujudkan visi dan misi universitas, bukan pula perkara mudah. Selain melaksanakan apa yang telah “dijanjikan” di depan senator UNY, mereka juga harus mampu mewujud kan apa yang menjadi “janji” sang Rek tor ketika terpilih menjadi orang nomor 1 di kampus eks-IKIP Yogyakarta. Ter lebih, mereka harus mendampingiti ga Rektor yang masing-masing mempu nyai karakter kepemimpinan yang berbeda dalam memimpin UNY. Kini mereka tidak lagi menjadi Wakil Rektor UNY. Sejak tanggal 2 April 2012 mereka melepaskan amanah tersebut dalam upacara serah terima jabatan dan pelantikan pejabat baru di lingkungan
UNY. Meski demikian kisah mereka te lah terukir dalam sanubari sivitas aka demika UNY. Sutrisna Wibawa dianggap sukses mendampingi Rektor membenahi bi dang II, sekaligus mampu membantu Rektor membenahi wajah Universitas. Jika dulu UNY identik dengan gedunggedung yang kumuh, di masa Sutrisna Wibawa mendampingi Rektor, gedunggedung tersebut dapat disulap menja di lebih cantik dan tertata rapi. Demiki an halnya dengan Herminarto Sofyan, ia menjadi sosok yang dikenal cukup dekat dengan mahasiswa. Jika ada “per golakkan” di tingkat mahasiswa, man tan Dekan FT ini dianggap mampu menenangkan mahasiswa. Di bidang prestasi mahasiswa, Pak Hermin juga mampu membuktikan dirinya. Perintah
Rektor untuk mempublikasikan presta si mahasiswa setiap dua bulan dalam sebuah baleho besar di depan Rektorat sanggup dia lakukan. Di balik kesuksesan itu, mereka tidak lupa mengucapkan terima kasih kepa da seluruh pihak yang telah membantu mereka. Ucapan tabik ini pula turut di persembahkan pada ketiga Rektor UNY yang telah mengarahkan merekase hingga mampu mengambil peran untuk bersama-sama memajukkan UNY. Me reka sadar bahwa apa yang dilakukan tak luput dari kekurangan. Bagaimana pun mereka adalah manusiayang mem punyai kelebihan dan kekurangan. Lantas bagaimana jalan hidup mere ka? Silakan baca liputan khusus berikut ini (cuplikan buku “Bersama Tiga Rektor” sedang masa Proofreading.
Langkah Sang Pencetak “Wajah” Meski mengajar sebagai dosen pada Prodi Pendidikan Bahasa Jawa, Pak Tris, demikian ia disapa mampu menunjukkan kalau dia bisa pemimpin yang bidang keuangan, SDM, dan sarana Prasarana. Apapun yang dicapainya merupakan buah kerjasama semua pihak.
S
utrisna Wibawa dilahirkan pada 1 Sep tember 1959m di sebuah desa berna ma Sokoliman, Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogya karta. Lelaki yang akrab dipanggil Tris ini dibe sarkan oleh orang tua yang berlatar belakang sebagai pendidik dan pedagang. Bapaknya, Marta Hadi Wisroyo, bekerja sebagai guru SD, sedangkan ibunya, Sumilah Jasman berdagang di pasar. Tidak dipungkiri, profesi guru pada waktu itu dianggap cukup terpandang. Guru dihormati dan disegani di lingkungan masyarakat serta menjadi panutan dalam memecahkan masalah karena kebijaksanaannya. Kharisma seorang guru itu pula yang akhirnya mengetuk hatise orang Sutrisna muda untuk menjadi seorang guru. Setiap ada waktu luang seperti hari minggu atau hari libur lainnya Sutrisna membantu ibu nya berdagang. Tidak hanya berdagang di sa tu pasar saja, ibunya mendatangi tiga pasar: Sokoliman, Karanganom, dan Karangmojo. Se tiap tiga hari sekali ibu berpindah dari satu pa sar ke pasar lainnya menyesuaikan kapan dan pasar mana yang dibuka. Diantara enam bersaudara, hanya Sutrisna 18
P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 2
yang sering menyertai ibunya berdagang di pasar. Entah mengapa ibunya memberikan tanggung jawab mengelola dagangan pasar kepada Sutrisna. Sejak kecil Sutrisna dikenal sebagai anak yang fleksibel dalam melakukan pekerjaan rumah. Tidak hanya dipercaya me ngelola dagangan, Sutrisna juga bisa memasak dan ringan tangan membersihkan rumah. Ia pun jarang menghabiskan waktunya dengan berdiam diri. Sutrisna termasuk anak yang aktif dan jarang menghabiskan waktu dengan menganggur.Se ring kali ia pulang sore hari dari sekolah karena kegiatan ekstrakurikuler kepanduan yang dii kutinya. Ketika belajar di sekolah dasar ia me mang paling senang mengikuti Pramuka. Dari mata seorang anak sekolah dasar sepertiSutris na waktu itu, Pramuka tampak gagah dengan seragam coklat-coklat. “Melihat pramuka itu seperti ABRI.” Memang di zaman itu, Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) masih menjadi idaman banyak orang sama seperti menjadi seorang guru. “Rasanya seolah-olah memakai uniform pramuka itu kelihatan gagah sekali.” Berkat kegiatan pramuka pula Sutrisna tidak takut menghadapi tantangan alam. Ia berani
liputan khusus
P e wa ra Din a m i ka m e i 2012
19
menghadapi kesulitan di manapun karena ia telah belajar teknik bagaimana dapat menja dikan alam sebagai kawan. Itulah mengapa ia tidak ragu menyeberang sungai setiap pergi dan pulang sekolah ketika menginjak bangku sekolah menengah pertama. Tidak jarang Su trisna berenang bersama teman-temannya un tuk melewati sungai sedalam setengah badan anak-anak itu. Sejatinya ada jalan lain untuk sampai ke se kolah tanpa melewati sungai. Hanya saja un tuk perjalanannya saja menghabiskan energi dan memakan waktu. “Selisihnya bisa 30 menit. Lebih baik lewat sungai saja karena lebih ce pat.” Memang jarak antara rumah dan sekolah cukup jauh: lima kilometer. Tidak heran apabi la Sutrisna harus berangkat dari rumah sete ngah enam. “Saya harus berjalan kaki selama satu jam untuk ke sekolah.” Meskipun demikian, Sutrisna tidak pernah absen menempelkan namanya sebagai juara sekolah. Sudah hampir bisa dipastikan nama Sutrisna menghiasi papan pengumuman juara sekolah, baik itu di Sekolah Dasar maupun Se kolah Menengah Pertama. “Juara pertama di SD, sedangkan di SMP juara II, ” ungkapnnya. Setelah mengenyam bangku SMP, Sutrisna langsung masuk Sekolah Pendidikan Guru Neg eri (SPG) Wonosari. Semangatnya meraih citacita sebagai guru semakin kuat. Ketekunan be lajar dan kerja keras adalah kunci suksesnya menyelesaikan pendidikan guru. Kegiatan eks trakurikuler kepanduan tetap menjadi pilihan utama. Namun ada satu kegiatan yang mem buat namanya lebih popular yaitu Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Sutrisna yang dike
nal cakap dalam akademis maupun pandaime rangkul teman-teman dikalungi jabatan se bagai wakil ketua OSIS. Jiwa kepemimpinan Sutrisna pun semakin terbangun. Di sisi lain, Sutrisna juga memiliki bakat menulis kreatif. Pernah suatu kali salah satu puisinya keluar sebagai juara I penulisan puisi dalam rangka peringatan Hari Pendidikan Na sional tingkat Kabupaten Gunung Kidul, Juara I menulis esai pada peringatan Hari Kesaktian Pancasila, dan pidato se-kabupaten Gunung Ki dul pada perlombaan yang diadakan dalam Per ingatan Kemerdekaan. Setelah tamat SMA, Sutrisna memilih jurus an Pendidikan Bahasa Jawa IKIP Yogyakarta. Alasannya cukup sederhana: belum banyak pe minatnya. “Ilmu Bahasa Jawa itu langka. Tidak banyak peminatnya. Tidak banyak saingan se hingga peluangnya besar.” Memang ilmu apa pun apabila dipelajari sungguh-sungguh da pat membawa keberhasilan, tetapi kalau belum banyak orang yang terjun di bidang ilmu itu tentu peluang keberhasilannya lebih besar.
foto-foto: dokumen Humas UNY
20
P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 2
Bergabung dalam Keluarga IKIP/UNY Dalam pergaulan dengan teman-teman se bayanya, Sutrisna merasa tidak begitu menon jol. “Saya pribadi yang biasa-biasa saja,” demi kian ungkapnya merendah. Namun ia dikenal baik oleh dekan dan para dosen di Fakultas Pen didikan Bahasa dan Seni (FPBS) IKIP Yogyakar ta. Setelah menyelesaikan kuliah, Sutrisna tidak perlu menganggur. Dosen senior FPBS yang ju ga pembimbing skripsinya, Drs. Sardjana Hadi atmaja memberi rekomendasi Sutrisno untuk mendaftar menjadi dosen di almamaternya. Sutrisna menyanggupinya. Ia langsung meng ajukan lamaran itu. Itulah pintu gerbang per tama Sutrisna bekerja di IKIP. Tepatnya 1986, setahun setelah menyelesai kan kuliahnya di IKIP Yogyakarta Program Stu
liputan khusus
di Pendidikan Bahasa Jawa, Sutrisna diangkat menjadi dosen di Program Studi Pendidikan Ba hasa Jawa FPBS IKIP Yogyakarta. Setelah bersama-sama rekan-rekannya mem bangun citra jurusan, akhirnya Sutrisnadiang kat menjadi Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Jawa pada 1996. Jabatan inilah yang menja di pintu gerbang pertama dirinya sebagaipe mimpin. Tekad Sutrisna saat itu adalahmengem bangkan Jurusan Pendidikan Bahasa Jawa agar lebih banyak menarik minat. Usaha yang di lakukan pun tidak main-main. Bagaimanpun Sutrisna sadar bahwa memang jurusan sedang menghadapi kenyataan bahwa semakin mero sotnya peminat Pendidikan Bahasa Jawa. “Per nah kami hanya menerima tiga orang pendaf tar saja!” kenang Sutrisna. Seperti yang ditulis Djoko Lodang, sebuah majalah berbahasa Jawa, mengungkapkan mi nat terhadap Pendidikan Bahasa Jawa IKIP me nurun. Pada tahun 1995 hanya ada tiga maha siswa yang terjaring melalui UMPTN, kemudian pada 1996 hanya ada sembilan mahasiswa. Me lihat jumlah pendaftar yang begitu miris, Su trisna tidak lantas patah arang. Ia semakin menggencarkan promosi ke sekolah-sekolah, bahkan bekerja sama dengan berbagai pihak termasuk menjaring bibit unggul daerah mela luinilai rapor (pada waktu itu bibit unggul dae rah dijaring hanya dengan nilai rapor saja). Sutrisna membentuk tim untuk mengadakan workshop-workshop ke sekolah-sekolah. Dalam workshop itu dijabarkan peluang karir guru ba hasa daerah dan perkembangan pendidikan ba hasa daerah di masa yang akan datang. Lambat laun peminat Pendidikan Bahasa Daerah me ningkat hingga akhirnya Pendidikan Bahasa Da erah mandiri menjadi jurusan sepertisemula. Di mata keluarga suami dari Supadminingsih dikenal sebagai pribadi yang penyayang dan penuh tanggung jawab. “Hampir setiap hari
kerja pulang setelah maghrib,” kata Ibu dari dua anak itu. Namun dirinya sudah mengetahui bagaimana sibuknya menjadi PR II sehingga tidak terlalu menuntut suaminya untuk pulang lebih cepat. Pun di mata anak-anaknya: Daru Nurtyaspadmadi (27 th) dan Ardi Padmawidi ta (22 th), ia dikenal sebagai Ayah yang cukup demokratis. “Bapak membebaskan saya memi lih mau ambil jurusan apa untuk kuliah. Tidak ada paksaan,” ungkap laki-laki Daru yang sem pat kuliah di FBS UNY Jurusan Seni Musik. “Yang paling penting bapak menekankan untuk se lalu bertanggung jawab atas pilihan-pilihan saya.” Begitu pula ketika ia memutuskan kuliah di Universitas Islam Indonesia setelah mening galkan Jurusan Seni Musik, bapaknya tidak per nah melarang. “Dulu saya memilih jurusan seni musik karena senang nge-band saja.” Atas dukungan keluarga dan teman-teman kerja, karirnya pun semakin menanjak. Padata hun 2000, satu tahun setelah IKIP Yogyakarta menjadi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Ia dipercaya mengelola memegang jabatan Pembantu Dekan II Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) bersama dengan Dr. Zamzani sebagai PD I dan Tri Hartiti,M.Pd., sebagai PD III. Kala itu Fakultas Bahasa dan Seni dipimpin oleh Dekan Prof. Dr. Suminto A. Sayuti. Ketika menjadi PD II, Sutrisna bertanggung jawab dalam mengelola keuangan fakultas dan mengembangkan sum ber daya manusia. Upaya mengembangkan sumber daya manusia di bidang keuangan ia lakukan dengan menerapkan pendekatan da lam tiga hal: prinsip hormat, kerukunan, dan keselarasan sosial. “Sejak mulai menjadi PD II, saya mulai me
P e wa ra Din a m i ka m e i 2012
21
nerapkan tiga prinsip itu untuk mengembang kan SDM. Prinsip ini yang mendasari leader ship.” Keberhasilan Sutrisna dalam mengelola ke uangan fakultas serta melakukan perubahan yang signifikan menjadi lebih baik dalam bi dang keuangan dan sumber daya manusia men dapat respon yang baik oleh pihak pusat atau rektorat. Tidak menunggu lama, setelah Sutris na merampungkan satu periode jabatan PD II, ia langsung dipanggil untuk menjabat sebagai staf ahli PR III di bidang Penalaran kemudian juga sempat menangani bidang seni di bawah kepemimpinan, PR III Drs. Yunus SB, MM. Pada 2004, ketika Drs. Ismani, M.Pd., menye lesaikan periode keduanya sebagai Pembantu Rektor II UNY, Sutrisna Wibawa melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan. “Saya tidak ta hu mengapa dipilih sebagai kandidat Pembantu Rektor II. Mungkin karena senat melihat saya berkiprah di fakultas menjadi Pembantu De kan II.” Prof. Suyanto, Ph.D., yang kala itu men jabat Rektor UNY memang sudah tertarik de ngan sosok dua anak ini. “Saya melihat Pak Tris
22
P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 2
mampu mendampingi saya dibidang II, saya pun akhirnya berusaha untuk ‘menjadikannya’ sebagai PR II. Ide ini disambut baik oleh anggo ta senat UNY yang memang sudah melihat track record Pak Tris,” ungkap Prof. suyanto, Ph.D., kepada Sismono La Ode. Sutrisna lantas me lanjutkan pembangunan infrastruktur yang be lum selesai di masa kepemimpinan PR II sebe lumnya dan melakukan perubahan-perubahan untuk memajukan bidang II serta memajukan kampus. Meski berbagai kesuksesan diraihnya, se orang yang rendah hati ini akan berkata, “Se mua itu hasil kerja sama yang baik antara UNY dan networking kita.” Saya pun bekerja tidak sendiri, lanjutnya, saya selalu meminta arahan, mengkoordinasikan, dan melaporkannyakepa da Rektor UNY, baik itu Prof. Suyanto, Prof. Su geng Mardiyono, maupun Prof. Rochmat Wa hab. “Ketiga rektor inilah yang mendorong dan memotivasi saya untuk bekerja secara profe sional dan lebih maju.” Sejak terpilih menjadi Pembantu Rektor II pada 2004, menggantikan Drs. Ismani, M.Pd., ia merancang rencana besar untuk Universitas. Setidaknya ada lima hal yang ia tawarkan: pe ngembangan kampus, pembangunan sistempe rencanaan, pengembangan sistem keuangan, pengembangan sistem kepegawaian, dan la yanan prima. Pengembangan kampus yang ia tawarkan telah terwujud dengan pembangunan Pusat Komputer (Puskom) UNY secara besar-besaran. “Kemajuan teknologi informasi di kampus ada lah titik perkembangan kampus,” demikian pandangannya. Salah satu sisi pandang sebe rapa besar kemajuan suatu universitas dapat dilihat dari bagaimana kelengkapan fasilitas teknologinya. Pengembangan kampus juga dilakukan de ngan menghilangkan tempat-tempat kumuh di
liputan khusus
kampus. Tempat kumuh yang dimaksudkan ini tidak lain tempat-tempat kosong dalam wilayah UNY yang belum dimanfaatkan secara maksi mal sehingga tidak terpelihara. Caranyadengan membagi zona kampus menjadi tigabagianyai tu zona lingkungan akademik, bisnis, dan la yanan masyarakat. Dengan demikian tempattempat kumuh dapat digunakandengan baik untuk peningkatan kualitas kampus. Penataan kampus pun dilakukan tidak mainmain. Sutrisna melibatkan semua pihak yang berhubungan dengan pengembangan kampus, baik itu di wilayah fakultas, universitas, mau pun arsitek yang cukup mumpuni yang dapat dipercaya menerjemahkan kebutuhan kampus. Terwujudlah wajah-wajah fakultas yang pe nuh warna sesuai dengan kekhasan fakultas itu sendiri. Dalam rangka meningkatkan brand im age UNY membangun perwajahan yang diawa li dengan membangun gedung layanan akade mik Fakultas Ilmu Sosial (FIS). Pertimbangannya dibandingkan gedung lainnya, gedung itu yang masih sangat ketinggalan, bahkan masih ba nyak gedung FIS yang hanya dua lantai. Setelah FIS mulai dibangun, kemudian me nyusul fakultas lainnya berurutsan Fakultas Teknik, Fakultas MIPA, Fakultas Ilmu Pendidikan, Fakultas Bahasa dan Seni, Fakultas Ilmu Keolah ragaan, lalu terakhir Fakultas Ekonomi. Setiap fakultas diwajibkan memiliki pemetaan atau tata letak yang baik, paling tidak memiliki tem pat untuk diskusi mahasiswa, kemudahan akses internet, laboratorium, perpustakaan yang me madai dengan koleksi yang mengikuti perkem bangan, dll. Fasilitas lain yang dibangun yaitu pengaspalan jalan, perbaikan fasilitas ibadah, pengadaan transportasi untuk kegiatan kam pus, dan membuat trotoar yang nyaman untuk pejalan kaki di sekitar area kampus. Perwajahan fakultas, baginya, sangat pen ting. Tidak hanya untuk mendukung program
pengembangan kampus secara keseluruhan, tetapi juga membuka kesempatan agar fakultas dapat dengan mudah ditemukan masyarakat maupun stakeholder. “Setiap fakultas harus menghadap ke jalan yang memungkinkan akses dengan masyarakat luas terjalin dan mudah ditemukan siapa saja. Wajah dapat mempromo sikan fakultas karena dari tampilan fisik di mu ka itu menggambarkan karakter dan kekhasan fakultas.” Keterbukaan itu juga akan mening katkan kerjasama dengan pihak luar. Menjalin dan menjaga networking adalahka ta-kata yang kerap ia tekankan untuk mengang kat semangat fakultas dalam membangun.Peng alaman Sutrisna membuka matasemuaorang. Bagaimana tidak, pada masa kepemimpinanya sebagai Pembantu Rektor II, UNY tidak hanya menyelesaikan gedung-gedung baru yang men dukung kegiatan belajar-mengajar, tetapi juga gedung besar di pinggir jalan Colombo. Gedung Olah Raga yang dibangun pada 1996 masa kepemimpinan Prof. Dr. Djohar, M.S. men jabat sebagai rektor baru selesai pada tahun 2008 ketika Prof. Dr. Alm. Sugeng Mardiyono.
P e wa ra Din a m i ka m e i 2012
23
Sungguh kerja yang luar biasa. Tidak hanya me makan waktu yang lama, gedung yang mampu menampung 6000 orang ini juga membutuhkan dana yang cukup besar. Namun tekad dan ker ja keraslah yang sanggup menyelesaikannya. Peresmian GOR akhirnya dilakukan pada 2008. Inilah pencapaian yang tidak sia-sia. Rasa bangga dan puas menguar. Seakan semua orang sedang membicarakan kedatangan presiden ke kampus UNY. Yang lebih membanggakan, UNY mendapat apresiasi positif dari Presiden Re publik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, dengan kedatangan dan kesediaannya meres mikan GOR ditambah lapangan Sepakbola dan Lintasan Atletik. Mendatangkan presiden ke kampus bukan perkara mudah. Persiapan jauh-jauh hari dima tangkan. Protokol kepresidenan secara inten sif berkomunikasi dengan pihak-pihak terkait di univeritas, terutama rektor dan jajaran di bawahnya. Pada waktu itu, Sutrisna sebagai ketua panitia, bekerja tidak seperti biasanya. Ia bahkan memberikan waktunya 24 jam untuk menyelesaikan persiapan. “Malam sebelum ke datangan presiden saya masih mengecek sanasini. Jangan sampai ada yang kelewatan.” Melihat kerja kerasnya ini pula yang mem buat Sugeng Mardiyono tidak ragu mengangkat sebagai penanggung jawab pencapaian target ISO 9001:2000. Bersama Rektor dan Pimpinan UNY lainnya, seperti Dr. Rochmat Wahab (PR I), dan Dr. Herminarto Sofyan (PR III), mereka me langkah membangun UNY untuk mendapatkan predikat World Class University dengan manaje men International Standar Organization (ISO). Langkah besar segera diambil dengan mem
24
P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 2
benahi beberapa titik di UNY yang berkenaan dengan pelayanan. Sutrisna pun mengeluarkan kebijakan bahwa setiap transaksi harus tertulis dan terdokumentasikan dengan baik, karyawan maupun dosen memberikan layananprima de ngan keramahan dan memiliki planning dalam bidang kerjanya dengan baik, pelayanan yang diberikan oleh universitas kepada mahasiswa maupun masyarakat dapat terukur sesuai stan dar. Periode II, Periode Pemantapan Agaknya Sutrisna masih diharapkan senat untuk melanjutkan mandat sebagai PR II. Ia ter pilih kembali untuk kedua kalinya pada 2008. Pada periode kedua ini Sutrisna berupaya mem bangun UNY dengan membentuk dan mengem bangkan beberapa unit usaha yang nantinya dapat menjadi aset UNY. Beberapa unit usaha yang dikembangkannya antara laun UNYQUA, Unit Produksi Percetakan dan PenerbitanUNY Press, Unit Produksi pembuatansouvenir, UNY Hotel, Auditorium, Kolam Renang, dan yang akan dibangun yaitu pencucian mobil dan bengkel. Periode pemantapan ini dilakukannya mela lui jalinan kerjasama dengan berbagai pihak baik swasta maupun negeri. Selain kami beru saha keras meyakinkan Pemerintah Pusat dan DPR bahwa UNY membutuhkan fasiltas sara na dan prasarana, kami juga menjejaki kerja sama dengan pihak luar negeri. “Kita sudah mengajukan proposal ke Islamic Development Bank (IDB), tapi sampai sekarang masih dalam proses. Semoga dapat menjadi warisan yang baik untuk perjalanan UNY selanjutnya,” un gkap Sutrisna.
liputan khusus
Dalam bekerja saya dan tim selalu meminta arahan Pak Rektor, karena bagaimanapun Rek tor adalah imam di kampus. Jika Pak Rektor ti dak menghendaki, saya rasa kami tidak bisa melaksanakan program tersebut. Beruntung saya dipimpin oleh Prof. Dr. Rochmat Wahab. Beliaulah yang selalu mendukung bahkan saran dan idenya untuk kami sangat berharga bagi kesuksesan pembangunan sarana dan prasara na penunjang akademik di UNY. Bahkan, sikap Rektor UNY untuk terlibat langsung dalam me yakinkan pihak luar, sungguh sangat penting untuk meloloskan kerjasama dengan pihak lu ar. “Kami harus berterima kasih, kepada Pak Rektor dan Pimpinan lainnya, termasuk para Senator UNY.” Hingga saat ini masih ada sebelas gedung yang dalam tahap penyelesaian. “Pembangu nan gedung itu adalah untuk mendukung kuali tas pelayanan UNY terhadap masyarakat dan dunia pendidikan pada khususnya. Begitu juga aset UNY selanjutnya semoga dapat menjadi kan UNY lebih mandiri.” Setelah jabatan Pembantu Rektor berubah menjadi Wakil Rektor sebagaimana dicantum dalam Statuta UNY, Sutrisna Wibawa terus bek erja keras sesuai bidangnya. Kebiasaan balik setelah magrib masih terus dilakoninya. Meski pun terkadang di gedung Rektorat lantai II Sa yap Barat hanya tinggal Pak Rektor, Sutrisna Wibawa, dan para staf sekretariat rektorat. Ber sama Pak Rektor yang kebetulan berkantor di gedung yang sama, kami selalu pulang malam. Kebiasaan ini kami lakukan untuk menyelesai kan beberapa pekerjaan yang belum selesai, seperti tanda-tangan beberapa surat-surat ma upun yang lain. “Kami sadar bahwa pelayanan
prima membutuhkan pengorbanan, baik itu waktu dan tenaga.” Sifatnya yang bijaksana dalam pergaulan itu pula yang menjadikannya terpilih sebagai KET UA IKADBUDI (Ikatan Dosen Budaya Daerah)pa da 2010. “Organisasi ini untuk menjalin silatu rahmi dan berbagi ilmu dengan dosen bahasa daerah se-Indonesia yang kegiatannya mener bitkan jurnal ilmiah. Kita juga mengelola orga nisasi dengan IT. Di samping itu Sutrisna juga didapuk sebagai Ketua Forum Wakil/Pemban tu Rekor II seluruh Indonesia mulai 2009. “Ini adalah forum sharing untuk menyelesaikan masalah, menganalisis kebijakan pemerintah, mencari alternatif solusi.” Laki-laki yang hobi makan tempe goreng ini merasa bersyukur atas apa yang selama ini telah diraihnya. “Saya tidak menyangka akan menjadi seperti ini. Semua yang saya dapatkan lebih dari apa yang saya perkirakan sebelum nya.” Atas prestasinya ini, setelah melepas jabatan Wakil Rektor II UNY periode 2008-2012, Rek tor UNY, Prof. Dr. Rochmat, M.Pd., M.A., mem percayainya menjadi Ketua Badan Baru di lingkungan UNY, Ketua Badan Pengelola dan Pengembangan Usaha UNY periode 2012-2016. Diharapkan melalui badan ini, SutrisnaWiba wa mampu mengelola aset UNY untuk meng hasilkan income generation bagi UNY, sehingga ke depan ketika UNY mewujudkancita-citanya menuju World Class University; UNY tidak hanya mengandalkan anggaran APBN tetapi jugaang garandari aset-aset yang dimilikiUNY. “Saya hanya berusaha dan berdoa, semoga bisa. Amien!” yakin Sutrisna Wibawa.
P e wa ra Din a m i ka m e i 2012
25
Bapak Penenang Mahasiswa Sosok Herminarto Sofyan bukanlah sosok yang misterius. Dia sudah cukup dikenal di kalangan UNY. Dengan pengalaman birokrasi yang begitu panjang membuat sosok yang biasa disapa Pak Hermin ini mudah bergaul dengan siapapun, apalagi dengan mahasiswa.
K
adang kala ia membonceng sepeda kakak kelimanya yang sekolah di SMA IKIP. Berangkat dari rumahnya, Desa Redjondani, Monumen Jogja Kembali Km 10, jam 5.30 melewati jalanan yang masih berpasir dan kerakal. Mereka harus pelan-pelan sehingga sampai di sekolah jam setengah tujuh. Suatu kali orang tuanya tidak tega melihat kedua anaknya pulang pergi ke sekolah dengan jarak yang lumayan jauh. Mereka kemudian di sewakan kamar. Namun si anak bungsu ini ru panya tidak kerasan berada di kos sendirian karena kakaknya kerap mengikuti kegiatan nge band, olahraga dan masih banyak lagi kegiatan lainnya. Ia minta tetap pulang ke rumah di Red jondani. “Saya masih mbok-mboken—belum bi sa berpisah jauh dan lama dengan ibu. Maklum tidak pernah pisah dengan ibu. Sampai SD pun masih sering nempel dengan ibu.” Akhirnya, pulang dan pergi ke sekolah sendi ri. Bapaknya sering mengkhawatirkan bungsu satu ini. Pernah saat musim hujan, ia berniat untuk tetap pulang. Langit sudah hitam. Men dung menggantung, tapi hati tidak bisa meno lak mengurungkan niat. “Saya harus pulang,” begitu tekadnya. Apa mau dikata. Belum sam pai setengah perjalanan, hujan deras mende
ra. Ia kebingungan, begitu pula bapaknya yang ada di rumah. Beruntung ada cakruk (pos ronda) di sekitar Nandan. “Saya berteduh sampai hujan reda.” Lama sekali hujan turun. Sang bapak pun nekad menjemput anak bontotnya pulang. Baru 2 kilo meter dari rumah, anak yang ditunggu-tung gu ini kelihatan. Ia mengayuh sepedanya me nuju ke rumah. Bapak yang begitu sayang pada si bungsu ini bernama Mohammad Soyfan. Beliau adalah seorang ulu-ulu yang bekerja mengatur pem bagian air di sawah. Bisa dikatakan jabatan ini setingkat dengan modin. Penduduk desa mena makannya Kepala Bagian Kemakmuran Desa Re jondani. Selain terpandang sebagai ulu-ulu, ba paknya juga adalah abdi dalem terakhir yang merawat masjid Rejodani yang tidak lain ada lah masjid Kagungan Dalem (masjid kepunya an raja). Istri Mohammad Sofyan bernama Aminah, seorang penjahit pakaian. Bila tiba musim pa nen, simbok dan beberapa wanita lainnya turun ke sawah. Ada yang memanen sawah sendiri ada pula yang menjadi buruh tani yang mem bantu memanen padi dengan imbalan bebera pa ikat padi.
Pasangan Mohammad Sofyan dan Aminah memiliki enam orang anak: empat laki-laki dan dua perempuan. Mereka memanggil Aminah dengan sebutan simbok dan bapak untuk Mo hammad Sofyan. Di antara anak-anaknya hanya si bungsu saja yang paling dekat dengan ibu nya. Entah mengapa ia begitu dekat dengan si mbok, bahkan sampai kelas empat SD si bungsu lekat dalam gendongan ke mana-mana. Kede katan ini yang menyebabkan si bungsu kemu dian pandai menjahit pakaian sendiri. “Saya sering menjahit celana pendek untuk seragam SMP ataupun kebaya.” Bungsu itu lahir di Sleman pada 9 Agustus 1954 dengan nama Herminarto Sofyan. Selain dekat dengan simbok, ia juga sangat dekat de ngan saudaranya yang lain. Merekabegitu men cintai adik bungsunya sehingga ia tumbuh men jadi anak yang bahagia karena kasih sayang. Bukan itu saja, teman-teman sepermainannya di kampung juga banyak. Mereka bermain go bag sodor, benthik, dan masih banyak lagi per mainan tradisional lainnya. Tahun 1973 adalah tahun yang tidak dapat dilupakannya. Bapak yang dijadikannya taula dan telah pergi untuk selama-lamanya. “Saya ti dak dapat berpikir jernih, Ayah meninggal saat saya sedang ujian. Saya ingin segera pulang.” Satu hal yang paling diingat Herminarto hingga saat ini dari bapaknya adalah silaturah mi. “Bapak senang silaturahmi sampai ke ma napun. Ada saudara di Jakarta atau Banyuwangi atau manapun asalkan masih dapat dijangkau bapak pasti mendatangi untuk silaturahmi.” Kebiasaan itu yang dilanjutkan Herminarto sampai sekarang. “Saya selalu menyarankan
28
P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 2
untuk menjalin silaturahmi kepada siapapun. Silaturahmi itu banyak manfaatnya. Hubungan persaudaraan akan tetap terjaga.” Setelah lulus SMA, Hermin melanjutkan ke IKIP Yogyakarta. “Saya tidak mempunyai ba yangan kalau di IKIP itu akan jadi dosen.” Her min hanya mengidolakan sosok guru yang dikenalnya bernama Drs. Lisman, seorang gu rugeografi (ilmu falak). “Pak guru itu kalau mengajar ramah, jelas, mudah dimengerti. Saya kalau menjadi guru ingin seperti bapak itu.” Sejak mahasiswa tingkat I, Hermin aktif di berbagai kegiatan. Salah satunya Karate Gaso ku INKAI. Ia menjadi karate-ka sampai tingkat sabuk hijau saja. Ia kemudian aktif sebagai ma hasiswa pencinta alam yang orga nisasinya terbentuk pada 1975 dengan nama Madawirna IKIP Yog yakarta. Namanya dikenal oleh ba nyak mahasiswa karena keaktifan nya di berbagai kegiatan kampus. Tidak heran pada 1976, ia terpil ih sebagai sekretaris senat ma hasiswa Fakultas Keguruan Teknik. Jabatan ini diemban nya satu tahun saja karena pada 1977 ia menjadi ketua II Majelis Permusyawaratan Ma hasiswa IKIP Yogyakarta. Selain menjadi aktivis kam pus, Hermin juga termasuk da lam anggota Himpunan Maha siswa Islam (HMI). “Saya hanya meneruskan saja. Dulu waktu SMA saya ikut Pelajar Islam In donesia. Kalau tingkat perguru an tinggi kan adanya HMI. Ya, saya ikut saja.” Kegiatan bersa ma organisasi ekstra kampus ini bermacam-macam. Kendati aktif di berbagai ke
liputan khusus
giatan Hermin tidak meninggalkan tugas uta manya sebagai mahasiswa. Hampir setiap malam ia belajar di tempat belajar yang juga didatangi banyak mahasiswa lain: Santikara. “Tempat itu ramai sekali untuk belajar. Kalau tidak kapling tempat sejak magrib, kita tidak akan dapat tempat.” Belajar di Santikara lebih nyaman karena suasananya yang tenang dan situasi belajar yang kondusif. Hermin dengan berbagai macam kegiatan nyatanya dapat menyelesaikan kuliah relatif cepat yaitu 20 bulan atau dibulatkan menjadi 4 tahun. “Saya punya tekad. Saya dari desa, orang yang tidak punya. Bagaimana caranya saya tidak menyulitkan orang tua dengan me ringankan biaya kuliah.” Hermin masih sangat ingat, ia selesai pada September 1978. T’idak berapa lama, Fakultas Kependidikan Teknik (FKT) yang pada waktu itu membutuh kan 70 dosen, mendorong Drs. Djumadi men cari mahasiswa untuk menjadi dosen. “Saya di tawari menjadi dosen, tapi saya tidak langsung menjawab.” Hermin minta waktu sekitar satu minggu kepada Drs. Djumadi, Ketua Jurusan FKT IKIP Yogyakarta. Akhirnya Hermin menan datangani kontrak tahun 1977. Ia resmi menja di dosen. Setelah resmi menjadi dosen, Hermin diminta fakultas berangkat ke Teacher Training Up Grading Tehnic untuk mengikuti skill train ing di Bandung bersama calon dosen lainnya. Pekerjaan sudah ia dapatkan, kini tinggal mencari pendamping hidup. Adalah Tri Utami yang akhirnya menarik hatinya. Perempuan itu dikenalnya di masjid. “Saya dulu ikut ngaji di masjid bersama tiga teman saya, Sutilah, Suti ni, dan Munjirah.” Tri Utami lebih menonjol di antara mereka karena ia pandai mengaji dan qiroah. Ia kerap menjadi juara qiroah maupun mengisi qiroah dalam kegiatan hajatan di kam pung. Selain itu, Tri Utami tidak lain adalah anak bapak kos yang ditempati Hermin sela
ma kuliah di Yogyakarta. Perkenalan itu mem bawanya lebih serius dengan Tri Utami dengan meminangnya pada 9 Februari 1980. Ia mulai konsen untuk menjadi seorang do sen. Menurutnya tantangan terbesar ketika menjadi dosen adalah saat mengajar praktek. Latar belakangnya yang dari SMA membuatnya harus memiliki persiapan lebih untuk menga jar praktek. Sebelum mengajar, Hermin melaku kan latihan. “Saya membuat job sit, lalu saya uji cobakan. Baru setelah itu saya gunakan untuk praktek sungguhan.” Prestasi Hermin sebagai dosen tampak je las di mata Drs. Soekoer, Dekan FKT masa itu. Bagaimana tidak, Hermin banyak melakukan penelitian, pengabdian, dan berpartisipasi da lam seminar. Ia pun dengan mudah naik pang kat. “Saya dua tahun naik pangkat karenaber karya dalam penelitian dan pengabdian.” Drs. Soekoer pun menawarinya mendaftarkan diri sebagai dosen berprestasi. Karirnya dimulai di jurusan Pendidikan Tek nik Otomotif IKIP Yogyakarta sebagai sekretar is. Waktu itu FKT telah menjadi FPTK. Pengurus
P e wa ra Din a m i ka m e i 2012
29
di jurusan masih sangat terbatas. “Hanya ada Sembilan orang di jurusan.” Kebetulan Hermin terbilang paling muda sehingga dengan sendi rinya ia dipilih menjadi sekretaris jurusan. Jabatan itu hanya berlangsung satu tahun saja. Pada 1984 dirinya diminta melanjutkan studi S2 di Pascasarjana IKIP Jakarta (sekarang Universitas Negeri Jakarta, UNJ). Waktu itu IKIP Jakarta melakukan kerjasama dengan IKIP Yog yakarta dengan membuka studi pascasarjana sehingga IKIP Jakarta dapat membuka pendaf taran mahasiswa S2 di IKIP Yogyakarta. Studi S2 diselesaikannya pada 1986, setelah itu Hermin diminta menjadi Kepala Pusat Kom puter (Puskom) IKIP Yogyakarta. “Saya meng gantikan Pak Djohar. Ketuanya waktu itu Drs. Subarjono. Saya selesai S2, gantian dia yang masuk S2.” Jabatan ini diembannya cukup lama yaitu selama lima tahun. Di samping menjadi kepala puskom, Hermin juga menjabat sebagai Pembantu Dekan Bidang kemahasiswaan FPTK IKIP (waktu itu belum ada peraturan larangan memiliki memegang dua jabatan sekaligus). Saat menjadi Pembantu Dekan III banyak pen galaman mengajarkannya. Hal ini membawa kesuksesan bagi kariernya. Tidak mengheran kan, setelah menjabat PD III, dia diamanahi menjadi Dekan FPTK IKIP Yogyakarta. Pada masa kepemimpinan Herminarto men jadi dekan, Bank Dunia sudah tidak memberi kan dana bantuan seperti yang pernah diterima
30
P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 2
fakultas ketika ia menjadi mahasiswa. Meski begitu praktikum jalan terus dengan meman faatkan dana dari pemerintah. Kebijakan perta ma yang diambil Hermin sebagai dekan antara lain meningkatkan presentase dosen studi lan jut S2 dan S3. “Dulu di bawah 40 persen, target saya dinaikkan menjadi 70 persen.” Selain itu ia juga membuka kesempatan se luas-luasnya bagi dosen untuk kursus bahasa Inggris sehingga dapat melanjutkan studi ke luar negeri, begitu juga perluasan kerja sama antaruniversitas. Hermin pun berusaha agar dosen pendidikan teknik dapat studi lanjut di UGM atau ITB. “Saya juga punya program mem berdayakan doktor yang jadi konsultan di Ja karta. Masa kepemimpinan Hermin sebagai Dekan berakhir pada 1999. Para dosen senior di fakul tas rupanya sudah menyusun rencana besar membangun kualitas. Mereka melakukan pe metaan berdasarkan keahlian bidang ilmu se hingga setiap dosen dapat menjadi referensi sesuai bidang keilmuannya. “Saya sudah diplot oleh fakultas.” Setiap dosen yang menonjol da lam bidang akademik dan berprestasi cemer lang mendapatkan perhatian khusus dari fa kultas. Mereka biasanya diminta melanjutkan studi untuk mendalami dan menjadi ahli di bi dangnya. Begitu juga Hermin. Ia diminta melanjutkan studi S3 di Pascasarjana UNJ. Ketua Jurusan di
liputan khusus
masa itu, Drs. Sutarno (sekarang sudah me ninggal), menyarankannya melanjutkan studi S3. Hermin mengikuti saja pemetaan keahlian bidang ilmu yang sudah dirancang FPKT. “Saya punya komitmen untuk segera selesai!” Me mang benar, Hermin pun selesai studi S3 tepat waktu. Pada tahun 2002, IKIP Yogyakarta yang su dah berganti nama menjadi Universitas Negeri Yogyakarta memiliki seorang doktor teknologi pembelajaran. Dialah Dr. Herminarto Sofyan. Tahun itu pula Hermin didapuk sebagai Ket ua UP2AI UNY (sekarang menjadi Unit Pembi naan & Pengembangan Aktivitas Instraksional). Setahun kemudian Hermin ditarik Pascasar jana UNY menjadi Asisten Direktur Bidang Ad ministrasi dan Keuangan. “Saya diminta Pak Djemari Mardapi untuk membantu beliau. Saya menerimanya.” Jabatan ini hanya sampai 2004 karena pada tahun itu ia harus pindah meja ker ja: dari pascasarjana ke rektorat.
mahasiswa yang menolak BOP. Siang itu Her minarto sedang berada di ruangannya. Seperti biasa, ia harus menyusun sejumlah rencana kerja. Belum juga selesai rencana kerja itu disu sun, sekretarisnya masuk membawa kabar. “Di depan rektorat ada demo, pak. Mereka meminta bertemu dengan bapak mewakili rektorat,” de mikian sekretarisnya menyampaikan. Ia tidak habis pikir mengapa mahasiswa me minta dirinya turun untuk mendengarkan as pirasinya. Namun ia tetap tenang menghadapi gejolak itu tepat di halaman rektorat. Berdiri di sampingnya, Rektor UNY masa itu, Prof. Suyan to, Ph.D., bersamanya mendengarkan apa yang diinginkan mahasiswa. “Mahasiswa boleh menyuarakan aspirasi. Semua saya tampung. Silakan berteriak, tapi jangan berbuat anarkis.” Penolakan BOP tidak hanya terjadi di UNY, tetapi juga di universitasuniversitas lainnya. Mahasiswa berpikir adanya Biaya Operasional Pendidikan akan memberat kan mahasiswa dan hanya mengayakan pihak universitas, padahal pemerintah sudah mem berikan biaya subsidi pendidikan. “Mereka sa lah paham. Bukan seperti itu tujuan dari BOP. Adanya BOP itu tidak lain untuk biaya penye suaian pendidikan bagi mahasiswa baru.” Tidak jarang pula mahasiswa menyampaikan aspira sinya melalui sms kepadanya. “Hampir setiap hari HP saya dipenuhi sumpah serapah maha siswa,” kenangnya sambil terkekeh.
Menapaki Karier di Rektorat Para dekan di Universitas yang mengenal be tul bagaimana sepak terjang Hermin menawa rinya mengajukan diri sebagai calon Pemban tu Rektor III. Sebenarnya Hermin masih mau mengajar, tapi apa boleh buat. Banyak yang mendukungnya untuk menjadi PR III. “Sebe tulnya saya ingin mengajar dulu. Saya baru sa ja pulang dari menyelesaikan studi S3. Ingin nya membagikan dulu apa yang sudah saya dapatkan, tapi teman-teman banyak yang men dukung untuk pencalonan. Ya, Insya Allah saya mencoba.” Tahun 2004 melalui pemilihan dan penentu an oleh senat muncullah nama Dr. Herminarto Sofyan sebagai Pembantu Rektor III menggan tikan Muhammad Yunus, SB., MM. Baru saja menjabat sebagai PR III, Herminar to sudah harus menghadapi gelombang demo
P e wa ra Din a m i ka m e i 2012
31
Tidak hanya keluh-kesah mahasiswa, Her minarto juga menangani permasalahan lain se perti bagaimana caranya meningkatkan presta si mahasiswa, mendorong mahasiswa untuk berprestasi tidak hanya di bidang akademik, menangani permasalahan berkaitan dengan hidup matinya unit kegiatan mahasiswa, sam pai kadang kala ada permasalahan pribadi ma hasiswa yang dimintakan pendapatnya. “Sa ya terbuka untuk mahasiswa. Mereka bebas berkunjung ke rumah ataupun menemui saya di kampus.” Meski waktunya banyak digunakan untuk menangani mahasiswa, ia tidak meninggalkan kewajibannya yang lain: menertibkan adminis trasi kemahasiswaan. Buku panduan baik pan duan kemahasiswaan, pembuatan proposal sk ripsi, pedoman mencari beasiswa dalam dan luar negeri adalah beberapa perubahan yang dilakukannya. Sebelum itu belum ada buku pan duan sebagai standar baku. “Saya ingin UNY setara dengan universitas lain yang sudah lebih dulu eksis. Caranya de ngan aktif dalam kompetisi tingkat nasional. Itu tantangan bagi kami.” Ia mendukung kegiatan yang sifatnya penalaran. Kebijakannya pun sa ngat jelas: mereka yang mendapatkan beasiswa harus membuat PKM. “Beberapa proposal yang layak dapat diikutkan kompetisi. Mereka harus siap.” Hasilnya? Proposal penelitian mahasiswa meningkat dari tahun ke tahun. Kebijakan Rektor melalui PR III ini mendapat respon yang baik dari mahasiswa sehingga ker ja sama itu membuahkan hasil yang membang gakan. “Alhamdulillah dari tahun 2005-2006 diberi penghargaan sebagai perguruan tinggi
32
P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 2
paling responsif di bidang penalaran bersama dengan ITB, UI, dan 10 perguruan tinggi lain nya.” Kebijakan menulis proposal penelitian mau pun kewajiban mengajukan proposal karya il miah untuk para pemegang beasiswa itu se lanjutnya diikuti perguruan tinggi lain. “UNES melihat kemajuan kita yang signifikan. Univer sitas itu kemudian melakukan kebijakan yang sama. Bukan hanya mengirimkan satu propos al, mereka mewajibkan setiap mahasiswa men girim lima proposal.” Melihat kemajuan di bidang kemahasiswaan, senat universitas sepakat memilih Herminarto memegang kepemimpinan Pembantu Rektor III untuk kedua kalinya. Periode keduanya ini Her minarto memiliki planning program memper siapkan lulusan mahasiswa dengan bekal-bekal yang mencukupi. “Untuk menghasilkan insan mandiri bernu rani itu tidak mungkin hanya ditempuh dengan kegiatan kurikuler atau sekadar kuliah saja. Me reka perlu kegiatan ekstrakurikuler atau ko ku rikuler. Itu sebabnya saya punya grand desain selama kuliah apa yang harus mereka lakukan.” Pada tahun pertama, mahasiswa harus aktif di kegiatan kokurikuler. “Mereka wajib mengem bangkan potensi melalui berbagai macam kegi atan di kampus. Bisa potensi olahraga, penalar an, seni, dan masih banyak lainnya.” Tidak hanya sekadar menyarankan, Hermin mengembangkan kualitas mahasiswa dengan mewajibkan mengikuti ESQ yang juga diberi kan pada tahun pertama. “Tahun pertama me reka harus disadarkan apa tujuan mereka kuli ah. Kegiatan ini juga untuk memberi pelatihan success skill.” Selain itu mahasiswa melalui Ori entasi dan Perkenalan Kampus (OSPEK). Selanjutnya ada kegiatan seperti peningka tan soft skill yang diadakan di kampus untuk memancing kreativitas mahasiswa. “Mereka
liputan khusus
ha rus kreatif untuk mempersiapkan masa depan. Mereka harus berpikir analitis, punya jiwa kepemimpinan, dan mandiri.” Kemandi rian yang diharapkannya itu didukung dengan program enterpreunership yang sejalan dengan program Dikti. Selama ia menjadi PR III unit kegiatan maha siswa berkembang, baik jumlah dan prestasin ya. Saat ini ada sekitar 37 UKM dengan rincian 18 UKM bidang olahraga, 5 UKM bidang seni, penalaran berjumlah 5, dan minat khusus seba nyak 5 UKM. “Kami tidak beroretasi pada jum lah UKM, tapi pada prestasinya. Saya ingin UKM yang tidak terlalu banyak, tapi prestasinya ter lihat.” Dalam meningkatkan kualitas UKM maupun membidani lahirnya UKM baru Hermin mem pertimbangkan prinsip prospektif atau tidak nya UKM tersebut. “Pertimbangan paling pen ting adalah prospektif atau tidaknya. Setelah dibina ada tidak kegiatan itu pada level di atas nya. Tidak sekadar dibina tapi tidak memunjuk kan prestasi.” Tidak jarang pula ada UKM yang mengalami pasang surut dalam kegiatannya. “Saya kan diskusikan dengan dosen Pembina UKM dan ketua UKM yang bersangkutan. Me ngapa tidak ada kemajuan seperti tidak adanya kegiatan atau peningkatan prestasi? Kalau me mang tidak ada kemajuan terpaksa UKM itu di tutup,” ujarnya. Masa kepemimpinan Herminarto menjadi Pembantu Rektor III berakhir pada 2012. Saat masa-masa terakhir kepemimpinannya, Hermi narto mencetak banyak prestasi di bidang ke mahasiswaan. Diantaranya meningkatkan jumlah penelitian mahasiswa, meningkatkan kualitas mahasiswa dengan banyaknya prestasi mahasiswa di tingkat nasional maupun inter nasional dalam berbagai bidang, meningkatkan jumlah peminat UNY dengan naiknya jumlah presentase pendaftar calon mahasiswa baru,
dan banyaknya karya ilmiah mahasiswa. Rahasianya? Bapak yang pembawaannya te nang ini mengaku, “Kita harus pandai menem patkan diri. Kalau di kampus berhadapan den gan mahasiswa saya sebagai pejabat yang melayani mahasiswa karena sebagai aparat sa ya mempunyai tupoksi salah satunya membe rikan pelayanan. Kalau di masyarakat, saya sebagai anggota masyarakat. Harus ingat per annya.” Lebih dari itu, untuk meredam panasnya per masalahan mahasiwa yang kerap ditemuinya, ia memberikan saran sederhana: dialog. “Kita dengarkan apa yang diinginkan mahasiswa, la lu kita diskusikan untuk mencarikan jalan te ngah. Mahasiswa itu kan berpendidikan kenapa harus diselesaikan dengan kekerasan?” Kedekatan mahasiswa dengan pembanturek tor III (sekarang wakil rektor III) ini menjadikan mahasiswa memiliki kesan khusus terhadap nya. Tampak ketika beberapa hari sebelum se cara resmi dirinya tunai melaksanakan tugas sebagai WR III, mahasiswa memintanya ber keliling ke UKM-UKM untuk melihat perkem bangan mahasiswa selama masa jabatannya. Inilah kali terakhir ia , sebagai ‘bapak’ mahasi wa, mengunjungi ‘rumah’ anak-anaknya. Pada 2 April 2012, Prof. Dr. Herminarto Sof yanmelepas masa jabatannya di ruang sidang utama rektorat dengan penuh haru. Selanjut nya ia bertugas sebagai dosen dan guru besar di Fakultas Teknik UNY. Hingga kini Hermin masih aktif dalam berbagai kegiatan, dan menjadi Ke tua Umum BAPOMI DIY, Ketua Umum IKA UNY, anggota Dewan Pertimbangan UNY, serta pel bagai kegiatan lainnya.
P e wa ra Din a m i ka m e i 2012
33
berita Dies Natalis UNY
75 Kegiatan Berbasis Akademik Semarakkan 6 Windu UNY
34
P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 2
foto-foto: dokumen humas UNY
Sebanyak 75 kegiatan yang bersifat akademik seperti seminar dan pelatihan serta kegiatan pendukung yaitu olah raga, pameran, lomba dan pentas seni yang berlangsung sepanjang tahun de ngan melibatkan segenap civitas akade mika UNY, alumni, perguruan tinggi la in dan masyarakat umum diagendakan menyemarakkan Dies Natalis ke-48 Uni versitas Negeri Yogyakarta (UNY) tahun 2012 ini. Demikian dikemukakan Dr. Moch. Alip selaku ketua panitia dies natalis UNY dalam pencanangan peri ngatan dies natalis UNY ke-48, Jumat 30 Maret 2012 di Stadion Atletik UNY. Rangkaian kegiatan Dies Natalis yang bertema “Membangun Insan Berkarak ter dan Bermartabat” secara resmi dibu ka oleh Rektor UNY, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA yang ditandai de ngan aksi meniup senjata tradisional dari Kalimantan mengarah ke balon udara sehingga lepas dari tiang dan se
gera mengudara berisi hadiah sejum lah uang. Acara pembukaan Dies ini juga dimeriahkan oleh aksi terjun pa yung dan terbang layang yang memba wa banner bertuliskan Dies Natalis UNY ke-48 dan dihadiri oleh para dosen, kar yawan serta mahasiswa UNY dan tamu kehormatan yaitu para Wakil Rektor I LPTK se-Indonesia yang sedang mengi kuti rapat persiapan Konvensi Nasional Pendidikan (KONASPI) ke-7.
Dalam sambutannya Rektor UNY me ngatakan bahwa dalam rangka meng akselerasi peningkatan posisi UNY dian tara universitas lain di Indonesia dan dunia maka diharapkan setiap fakultas atau unit mengupayakan secara terus menerus suatu unggulan yang didasar kan pada benchmark internasional de ngan tetap berbasis pada keunggulan lokal. “Perlu diketahui bahwa UNY pada tahun 2012 akan menjadi tuan rumah Konvensi Nasional Pendidikan (KONAS PI) ke-7 yang merupakan hajatan akbar 4 tahunan ahli pendidikan yang Insya Allah akan jatuh pada 1-4 November 2012 bertema “Memantapkan Karakter Bangsa Menuju Generasi 2045” ka ta Rochmat Wahab, “Untuk itu semua civi tas akademika diharapkan dapat memberikan dukungan dan kontribu sinya untuk menyukseskannya, tidak semata menjadi pelaksana KONASPI yang mampu memuaskan peserta na
berita
mun juga mampu memberi kontribusi melalui karya-karya yang bermakna”. Rektor juga berharap agar kegiatan dies natalis dapat meningkatkan rasa per saudaraan dan kebersamaan, di sam ping meningkatkan kebugaran melalui
senam massal dan jalan sehat seputar kampus UNY serta menyaksikan terjun payung dan terbang layang dari Federa si Aeromodelling Seluruh Indonesia (FA SI) Adisucipto Yogyakarta. dedy Herdito
Talkshow Jogja TV
“Never Ending to Grow”
Rabu (2/5),dengan mengambil tema “UNY Membangun Insan Berkarakter Mulia dan Bermartabat”, FIP UNY kem bali tampil di Jogja TV dalam rangka so sialisasi dengan masyarakat luas. Acara ini dipresenteri oleh Martha Sasongko. Tampil sebagai narasumber Dekan FIP UNY, Dr. Haryanto, M.Pd. Wakil Dekan I, Dr. Sugito, M.A. Wakil Dekan II, Sung kono, M.Pd, dan Wakil Dekan III, Dr. Su warjo, M.Si. Acara sosialisasi ini dihadiri pula oleh Kajur dan Koordinator Pro d i,Kasubag dan wakil dari masingmasing himpunan mahasiswa, UKMF, DPM, BEM, Humas FIP UNY serta perso nel dari Kantor Humas Promosi dan Pro tokoler UNY. Siaran on air ini dilaksana kan dari pukul 20.30-21.30 WIB.
Acara yang diawali dengan penayang an profil singkat FIP UNY mengupas tuntas informasi seputar FIP UNY. Mu lai dari sejarah, visi dan misi FIP, sara na dan prasarana, jurusan-jurusan yang ditawarkan hingga kegiatan kemaha siswaan. Dari banyaknya SMS yang masuk menunjukkan animo masyara kat terhadap FIP sudah sedemikian be sar. Karena isu pendidikan saat ini se dang ramai diperbincangkan. Terlebih lagi kegiatan sosialisasi ini bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Na sional. Dalam Tanya jawab baik dari presen ter maupun dari SMS yang masuk mem buka wawasan bahwa pendidikan me rupakan hal yang tidak bisa terpisahkan
foto-foto: dokumen humas FIP
dari kehidupan kita. “Never ending to grow”, kalimat tersebut yang diserukan oleh Dekan FIP Dr. Haryanto, M.Pd. Slo gan Fakultas ini memberikan makna filosofis bahwa FIP tidak akan pernah berhenti untuk selalu tumbuh dan ber kembang. Tidak ada istilah beristirahat dalam belajar dan pengembangan pen didikan. Pada kesempatan ini group band yang dimiliki FIP, UKMF Musik “CAMP” tampil menyegarkan suasana siaran. Ini membuktikan bahwa FIP juga mendu kung mahasiswa dalam bidang keseni an tidak hanya bidang pendidikan. antO
P e wa ra Din a m i ka m e i 2012
35
berita Prestasi Mahasiswa
Mahasiswa FIS Raih Penghargaan XL Award Martino, mahasiswa prodi Ilmu Ad ministrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosi al, Universitas Negeri Yogyakarta(FIS UNY), berhasil meraih juara keduada lam kategori Lomba Karya Tulis Umum di ajang bergengsi XL Award 2012 yang diselenggarakan oleh PT Axiata Tbk (XL). Acara penganugerahan penghar gaan kepada pemenaang diselengga rakan Senin, 30 April 2012 di Grand Ballroom Hotel Crowne Plaza, Jakarta. Hadir dan memberikan penghargaan pada acara tersebut Presiden Direktur XL, Hasnul Suhaimi dan Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informa tika, Muhammad Budi Setiawan. Atas raihan prestasi tersebut, Martino ber hak atas hadiah berupa piala, piagam dan sejumlah uang. Martino menjelaskan, kompetisi bergengsi tingkat nasional yang dise lenggarakan untuk kedelapan kalinya ini,mulai seleksi, penilaian sampai pe nentuan juara, memakan waktu yang cukup lama.Dimulai sejak September 2011 dan berakhir pada Januari 2012. Lanjutnya, kompetisi ini diikuti 2118 karya peserta yang terdiri dari 840 kar ya tulis, 1278 foto, 1070 twitter, dan 926 facebook.Martino mengangkat ju
36
P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 2
foto-foto: dokumen humas FIS
dul karya tulisnya, Geliat Industri Kre atif Hadir Lewat Genggaman. Judul ini ia angkat berdasarkan tema pilihan yang tersedia yaitu “Pengaruh Perkem bangan Telekomunikasi Seluler dan Per
kembangan Industri Kreatif di Indone sia”. Melalui karya tersebut Martino berhasil meyakinkan dewan juri Kate gori Karya Tulis, yaitu Mas Wigrantoro Roes Setyadi (pemerhati masalah tele
berita komunikasi), Budi Rahardjo (pakar tele komunikasi ITB), dan Henry Wijayan to (Manager Public Relation XL). Walau tidak berhasil meraih juara pertama, Martino sangat bangga karena sudah berhasil menggungguli ratusan karya peserta lainnya yang berasal dari ber bagai latar belakang. Sedangkan peraih juara pertama dimenangkan Hendris Wongso S.Si dan juara ketiga diraih oleh
Janu Arlin Wibowo. Dosen Pembimbing Akademi (PA), Lena Satlita, M.Si., sangat bangga atas prestasi yang kembali ditoreh Martino di tengah kesibukannya menggarap skripsinya yang berjudul “Implementa si Kebijakan KTP Elektronik di Kecamat an Gondokusuman”, yang sudah ham pir rampung diselesaikannya. Sebagai dosen PA sekaligus dosen pembimbing
skripsi, Lena menilai Martino,maha siswa yang cerdas. Ia rajin, tekun, tidak berhenti belajar, gemarmembacase hingga wawasannya luas. Lenaber harap Martino terus mengasah poten sinya dan menghasilkan karya-karya bermanfaat bagi banyak orang walau nanti telah menamatkan studinya di Prodi Administrasi Negara FIS UNY. lensa
Talkshow
Menulis Artikel di Media Massa, Siapa Takut?
foto-foto: dokumen humas FE UNY
Menulis artikel di media ternyata ti daklah semudah membalikkan telapak tangan, butuh kemauan, ketrampilan dan kerja keras. Namun ada rahasia suk ses agar artikel yang kita tulis dapat menembus media massa, yaitu: menge tahui karakter media massa tersebut, aktual, dan berkualitas berkualitas baik dari segi naskah maupun isi tulisan. Hal tersebut diungkapkan Drs. Jayadi Kas tari, redaktur sekaligus wartawan seni or Surat Kabar Harian Kedaulatan Rak yat, dalam acara Pelatihan Penulisan Artikel di Media dan Pengelolaan Web site di Aula FE UNY pada Jumat (27/4). Acara ini diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta yang diikuti kurang lebih 60 orang pe serta yang terdiri dari dosen, karyawan, dan ormawa. Disamping mengungkapkan rahasia sukses menembus media, Jayadi juga
memberikan beberapa langkah praktis menulis artikel, diantaranya ialah: me milih topik atau pokok permasalahan, menentukan tema, mengumpulkan ba han yang akan digunakan sebagai refe rensi, membuat judul, memilih pola ga
rapan, sampai membuat draft tulisan. Menulis merupakan kerja intelektual yang memadukan pengumpulan infor masi, ketajaman analisis dan muncul nya ide yang mencerahkan. Konsekue nsinya, menulis dituntut kerja keras dan pantang menyerah. Sehingga ha nya ada dua kata yang terpenting da lam menulis yaitu belajar dan mulai menulis apapun hasilnya. Hal penting lain yang ditekankan Jayadi, menulis ar tikel bukanlah untuk dibaca diri sendiri, namun dibaca publik. Sehingga prinsip menulis di koran, sekali baca pemba ca akan mengerti baik berita maupun artikel. Selain penulisan artikel, pada sesi kedua pelatihan juga disampaikan ba gaimana pengelolaan website yang telah dimiliki oleh fakultas, jurusanma upun ormawa agar senantiasa update baik dalam peliputan beritamaupun in formasi. Materi mengenaipengelola an website disampaikan oleh webmas ter UNY, Prasetya Maulana, ST. Adapun tujuan diselenggarakan pelatihan ini menurut Wakil Dekan III, Siswanto, M.Pd ialah sebagai fakultas baruFE UNY memerlukan imagebuilding, dan salah satu cara yang ditempuhadalah dengan memperbanyak publikasi di media mas sa. Sehingga harapannya setelah pelati han ini, banyak dosen, karyawan, ma upun ormawa memiliki kompetensi untuk menulis dan terpublikasi di me dia massa. lina
P e wa ra Din a m i ka m e i 2012
37
berita Prestasi Mahasiswa
Mahasiswa FMIPA UNY Juara Ii I-Envex 2012 di Malaysia
ba tahunan yang diadakan oleh kerjasa ma antara ENVEX Young Reseacher Club (EYReC), University Malaysia Perlis(Uni MAP) dan Malaysia High Education Min istry. Pada tahun 2012, i-ENVEX meng usung tema besar “Engineering for Socie5ty”. Acara ini diselenggarakan
foto-foto: dokumen humas FMIPA
Mahasiswa FMIPA UNY yaitu Deltha wati Isti R, Rina Supriyani dan Janu Ar linwibowo, yang menjadi salah satu delegasi perwakilan Indonesia dalam International Engineering Invention and Innovation Exhibition (i-ENVEX) 2012berhasilmenjadijuara II dan men dapatkan medaliperak. Pada ajang ini Delthawati Isti R, Rina Supriyani dan Janu Arlinwibowo membawa invensi dengan judul: “The Innovation of Physical Quantity Measuring Instruments in Braille for Visually Impaired Students”. Invensi ini berisi tentang beberapa alat ukur yang dikhususkan untuk praktikum tu nanetra, dengan cakupan: praktikum pengukuran panjang, massa, gaya, vo lume dan massa jenis. i-ENVEX 2012 merupakan acara lom
pada 26-29/4 di Perlis, Malaysia yang diikuti oleh lebih dari 100 inventor dari 12 negara, yaitu: Malaysia, Indo nesia, Korea, Egypt, UEA, Taiwan, Pilipi na, Kamboja, Iraq, Jerman, United King dom dan Canada. Acara dibuka secara resmi pada 27/4 oleh Brig. General Dato’ Prof. Dr. Kamarudin Husain di gedung pejabat pentadbiran dan kewangan. DikatakanJanu, lomba ini berkonsep pameran dengan disediakannya meja untuk setiap invensi. Perangkat yang harus disediakan dalam ajang ini adalah poster, brosur dan produk invensi. Sis tem penjuriannya adalah: Juri berputar mengunjungi tiap meja dan melakukan tanya jawab dengan inventor. Deskripsi karya, keunggulan produk, potensi im plementasi dan perihal paten menjadi
Prestasi Mahasiswa
Yudisium Mahasiswa FIK “Ayo melanjutkan sekolah kembali, ka rena banyak sekali tawaran beasiswa. Anda akan bekerja atapun melanjutkan sekolah, selalu junjung nama almama ter,” ujar Dekan Fakultas Ilmu Keolah ragaan UNY, Rumpis Agus Sudarko, MS., saat menyampaikn sambutan pada aca ra Yudisium mahasiswa FIK UNY untuk periode Fabruari dan Maret 2012, ber
38
P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 2
tempat di Ruang Sidang Utama FIK UNY. Yudisiumdiikuti 48 mahasiswa, ter diri dari Prodi PJKR 29 mahasiswa, PKO 8 mahasiswa, IKORA 1 mahasiswa dan PGSD Penjas S1 10 mahasiswa. Tujuh mahasiswaberhasil meraih nilai dengan predikat keluluan dengan pujian/cum laude, yaitu: Syafiq Kulatif (3,62), So pan Fitriani (3,57), Oktaria Kusumawa
ti (3,56), Intan Permatasari (3,52), Yunita Indri Astuti (3,52),Yanuar Secsian Dwi Rahmanto (3,52), Shinta Zaputri (3,51). Tampak hadiri seluruh jajaran pejabat FIK UNY, antara lainDekan, Wakil De kan, Ketua Jurusan, Sekretaris Jurusan, serta Kabag. TU dan Semua Kasubbag FT UNY. ratnae
berita pertanyaan wajib juri. Penjurian dilaku kan pada tanggal 27 April 2012 oleh be berapa juri dari berbagai negara. Peserta terbagi atas beberapa bidan gyaituClassed A: Agriculture & Enviro mental and Renewable Energy, Classed B: Automotive, Transportation & Indus trial Design, Classed C: Biotechnology, Health & Chemicals, Classed D: Build ing, Construction & Materials, Classed E: I.C.T, Multimedia & Telecommunica tions, Electricity & Electronic, Classed F: Manufacturing Process & Machines and Equipment, Classed G: Social Sci ence.“Tim UNY masuk dalam kelas E yaitu I.C.T, Multimedia & Telecommu
nications, Electricity & Electronic di karenakan invensi merupakan media pembelajaran. Masuk dalam kelas ini merupakan tantangan yang sangat berat karena rivalnya adalah alat-alat canggih yang berbasis pada teknologi
telekomunikasi dan rekaiyasa elektro nika. Akan tetapi kami tetap optimis pa da invensi kami karena alat ini memi liki kebermanfaatan bagi suatu masalah yang jarang diperhatikan,” imbuhnya. witono
Kompetisi
Malam Puncak Haul Chairil Anwar
Satu hal yang tak terlupa dari Chairil Anwar, adalah sajak-sajaknya. Ia me mang mati muda dan tak sempat me ngecap hidup lebih lama, namun sajak nya tetap mengabadi hingga saat ini. Latar belakang inilah yang mendorong KMSI (Keluarga Mahasiswa Sastra Indo nesia) untuk menyelanggarakan Malam Puncak Haul Chairil Anwar bertema “Seribu Tahun Lagi Untuk Sajak Chair il Anwar”. Acara Haul diawali dengan diadakan nya lomba cipta puisi bagi mahasiswa dan lomba baca puisi bagi Siswa SMA tingkat DIY. Malam puncak diselengga rakan pada Sabtu, 28 April 2012 di La boratorium Karawitan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta
foto-foto: dokumen humas FBS
(FBS UNY). “Sejatinya, mahasiswa sas tra perlu mengubah paradigmanya agar tidak melulu berkutat dengan hal ber bau tekstual. Sastra itu luas, ruang-ru angnya tidak sebatas teoritis, banyak yang bisa dikaji. Coba sekali-kali tengok
basis kepengarangan dan masyarakat. Jangan hanya mereduksi yang sudah ada dan akhirnya menjadi proses dupli kasi,” tutur Dr. Aprinus Salam, dosen FIB UGM (Fakultas Ilmu Budaya Uni versitas Gadjah Mada) dalam ceramah kebudayaannya. Selain itu, malam puncak tersebut juga diisi dengan pembacaan dan musi kalisasi puisi oleh para Bintang Tamu, antara lain Kedung Dharma Romansa, Asarkem, Sasmita, dan Urban Musik Kustik. Acara dilanjutkan dengan pen gumuman para juara lomba. Tampil se bagai juara 1,2, dan 3 Lomba Cipta Puisi tingkat DIY adalah Armada Nurlian syah, I Dewa Ayu Diah Cempaka, dan Arizal Maulana, sedangkan untuk Lom ba Baca Puisi dimenangkan oleh Erna Yuliana Lestari (SMAN 1 Sentolo), Sep tin Lovenia Indranti (SMAN 2 Ngaglik), dan Desi Indriyanti (SMAN 1 Sentolo). Ditanya mengenai sajak dan penda pat pemuda masa kini, Sirot dan Juwar iyah Wonga (mahasiswa Sastra Indone sia) mengatakan bahwa sajak Chairil Anwar menunjukkan jika ia begitu aba di, sehingga bagi para pemuda taraf sa jaknya bukan merupakan masa lampau tetapi masa depan. fitriananda
P e wa ra Din a m i ka m e i 2012
39
berita SEMINAR NASIONAL IKA UNY
Implementasi Pendidikan Karakter Karakter atau watak pada hakekatnya merupakan ciri khas kepribadian yang berkaitan dengan timbangan moralitas normatif yang berlaku. Kualitas kepri badian seseorang bersifat relatif tetap dan akan tercermin dalam penampil an kepribadiannya ditinjau dari sudut timbangan nilai moral normatif. Model pembangunan karakter tersebutdi rangkum dalam “Model LimaE” yaitu example atau teladan, experience atau pengalaman, education atau pendidik an, environment atau lingkungan, dan evaluation yang merupakan bentuk memberikan keputusan terhadap suatu keadaan berdasarkan pertimbangan ter tentu. Demikian dikatakan Prof. Dr. Mo hammad Surya Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia Bandung dalam seminar nasional dan temu alumni di Ruang Sidang Utama Rektorat UNY Sab tu 5 Mei 2012. Seminar dibuka oleh Rektor UNY Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA dan bertema Implementasi Pendidikan Karakter dalam Membangun Bangsa tersebut diselenggarakan oleh Ikatan Alumni UNY dalam rangka Dies Natalis UNY ke-48. Lebih lanjut Prof. Dr. Mo hammad Surya menjelaskan bahwa ada sepuluh faktor dinamis sebagai penentu bagi terwujudnya mutu sekolah efektif yang pada gilirannya akan membangun
40
P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 2
foto-foto: dokumen humas UNY
karakter peserta didik dan lulusannya. “Sepuluh faktor tersebut adalah kepem impinan, guru dan staf, proses belajar mengajar, pengembangan staf, kuriku lum, tujuan dan harapan, iklim sekolah, penilaian diri, komunikasi serta keter libatan orang tua dan masyarakat” ka ta Surya. Pembicara lain dalam seminar terse but adalah Prof. Suyanto, Ph.D., Dirjen Pendidikan Dasar Kemdikbud RI (Key note Speaker), Prof. Dr. Noor Rochman Hadjam, SU Guru Besar Psikologi UGM, Sri Surya Widati Bupati Bantul dan KH Jazir Asp tokoh masyarakat pemerhati pendidikan. Prof. Suyanto, Ph.D. menga takan bahwa pendidikan karakter harus terus diajarkan kepada anak didik se
cara berkesinambungan dari tingkat PAUD sampai perguruan tinggi dengan tidak mengabaikan keterlibatan keluar ga, masyarakat dan lingkungan dalam menyukseskan pendidikan watak ini. Sedangkan Prof. Dr. Noor Rochman Hadjam, SU menjelaskan bahwa men didik karakter tidak hanya mengenal kan nilai-nilai secara kognitif tetapi ju ga melalui penghayatan secara afektif dan mengamalkan nilai-nilai tersebut secara nyata dalam kehidupan seharihari. “Kegiatan siswa seperti pramuka, upacara bendera, palang merah remaja, teater, praktek kerja lapangan, menjadi relawan bencana alam, atau pertandin gan olahraga dan seni adalah cara-cara
berita efektif menanamkan nilai-nilai karakter yang baik pada siswa” kata Noor Roch man. Sedangkan Bupati Bantul Sri Surya Widati mengemukakan bahwa pendid ikan berbasis karakter adalah penana man nilai-nilai efektif sebagai pene kanan yang harus dicapai pada semua mata pelajaran dimana pendidikan ber basis karakter bukan merupakan mata pelajaran tersendiri melainkan damp
ak pengiring yang diharapkan tercapai. “Strategi pendidikan di kabupaten Ban tul adalah peningkatan pemerataan dan perluas an kesempatan memperoleh pendidikan dasar 12 tahun yang bermu tu dan terjangkau,” kata Sri Surya Wida ti “Diantaranya program sekolah inklusi yaitu kewajiban sekolah untuk meneri ma atau menampung siswa yang men galami keterbelakangan fisik/cacat/
berkebutuhan khusus, beasiswa/ban taun pendidikan bagi siswa berpresta si dari keluarga miskin lewat Dinas So sial, peningkatan kualitas pendidikan dan tenaga pendidik melalui bantuan pendidikan S1 dan beasiswa pendidikan S2 di UNY bagi guru, pengembangan pendidikan non-formal dan peningka tan kerjasama.” dedy HERDITO
Studium General
PLB UNY MEngundang Pakar dari India
foto-foto: dokumen humas FIP
Senin (30/4) Pakar Anak Berkebutuhan Khusus khususnya pada bidang Tuna grahita dari India, Jayanthi Narayan, Ph.D. (Consultant Special Education, NIMH India) memberikan kuliah umum ke FIP UNY, disponsori oleh USAID dan Hellen Keller Indonesia. Acara dihadiri oleh Dekan FIP UNY, Dr. Haryanto, M.Pd, Kajur PLB, Dr. Mumpuniarti, para dosen PLB dan mahasiswa PLB UNY dari ber bagai angkatan. Acara dibuka oleh Rektor UNY, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd, M.A. yang mengemukakan bahwa jurusan PLB di UNY sudah sedemikian maju dalam be berapa dekade ini. Beliau juga meng ungkapkan bahwa jurusan PLB meru pakan salah satu jurusan favorit setelah PGSD dan PG PAUD. Dalam sambutan ya, diharapkan mahasiswa mampu me miliki keterampilan untuk melakukan asesmen bagi anak berkebutuhan khu sus sehingga dapat meminimalkan stig
ma negatif tentang anak berkebutuhan khusus. Ditambahkan pula, agar jurus an Pendidikan Luar Biasa giat melaku kan acara yang bekerja sama dengan pihak luar negeri untuk berbagi ilmu dalam tiap semester. Kemudian acara dilanjutkan dengan sambutan dari wa kil Hellen Keller Indonesia, Tohas Dam anik, M.Ed. Kegiatan diikuti oleh 225 mahasiswa Pendidikan Luar Biasa dengan narasum ber Jayanthi Narayan, Ph.D. (Consultant
Special Education, NIMH India) dan se bagai pendamping adalah Pujaning sih, M.Pd. serta Drs. Heri Purwanto, dosen Pendidikan Luar Biasa. Jayanthi Narayan, Ph.D. menyampaikan sejarah singkat mengenai perkembangan pen didikan luar biasa di India dan bentuk layanan yang ada. Beberapa kompe tensi yang wajib dimiliki oleh maha siswa PLB. Animo mahasiswa di India tiap tahun mencapai 2000 pendaftar, namun hanya diterima 25 mahasiswa untuk menjaga kualitas. Setelah maha siswa menyelesaikan studi di jurusan Pendidikan Luar Biasa, maka dilanjut kan untuk mendapatkan sertifikat pro fessional selama satu tahun di RCH In dia. Berbagai layanan pendukung yang dibentuk oleh masyarakatmeliputiClin ic Remedial Teaching dan Parent Support Group. Acara studium general men dapatkan respon positif dari seluruh peserta dan dapat menambah wawasan mengenai layanan anak berkebutuhan khusus. ant/dew/skn
P e wa ra Din a m i ka m e i 2012
41
berita Kunjungan
“Saya Tunggu Kiprah FT UNY di Jerman” “Fakultas Teknik UNY memiliki potensi besar untuk berkiprah di kancah inter nasional terutama dalam mengedepan kan pendidikan vokasi, oleh karenanya saya akan senantiasa menunggu keha diran dan kiprah kampus ini di Jerman dalam waktu dekat ini,” ungkap Dr. Ing. Yul Nazarudin, Atase Pendidikan KBRI German. Kunjungan Atase Pendidikan dari Berlin ini dalam rangka meninjau dan melakukan koordinasi persiapan perayaan 60 tahun kerjasama bilater al Indonesia-Jerman dimana UNY ditun juk menjadi tuan rumah sekaligus pe nyelenggara dengan mengambil tema pendidikan vokasi sebagai isu utama. Dalam kunjungan ini, Dr. Yul Naza rudin meninjau seluruh workshop dan laboratory yang dimiliki FT UNY dianta ranya, workshop kayu, boga, fabrikasi, mesin, instalasi listrik, mekatroni ka, busana dan seterusnya. Disela– selatinjauan, Atase yang punya tugas pokok membantu Kepala Perwakilan untuk me ningkatkan hubungan dan kerjasama pendidikan dan riset antara Indonesia dan Jerman ini mengung kapkan bahwa fasilitas FT UNY sudah cukup menunjang pendidikan vokasi. Ia pun menawarkan untuk mendatang kan narasumber pendidikan vokasi dari Jerman yang akan menjelaskan tentang attitude dan procedure kerja di workshop dan laboratorium. “Saya membuka pe luang seluas – luasnya bagi sivitas aka demika di fakultas ini yang ingin me
foto-foto: dokumen humas FT
nimba ilmu di Jerman, silahkan siapkan proposal, kami dari KBRI Berlin siap membantu,” tambahnya. Saat mendampingi kunjungan Atase Pendidikan, Dekan FT UNY, Dr. Bruri Tri yono mengungkapkan bahwa dengan kunjungan ini serta penunjukan UNY sebagai penyelenggara perayaan 60 ta hun hubungan bilateral Indonesia-Jer man telah memperkuat akses kerja sa ma dengan dunia internasional untuk
peningkatan mutu akademik, salah sa tunya mahasiswa dapat melakukan stu di banding di Perguruan Tinggi ataupun Industri di Jerman melalui program Di nas Pertukaran Akademis Jerman (DA AD). “Tawaran dari Atase Pendidikan ba rusan merupakan suatu tantangan serta momen yang baik buat kami untuk sen antiasa meningkatkan kualitas sumber daya manusia fakultas,” tutupnya. hAryo
Dies Natalis UNY
Edu & Bookfest 2012
42
P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 2
foto-foto: dokumen humas ft
foto-foto: dokumen humas UNY
Dalam rangka Dies Natalis ke-48 Uni versitas Negeri Yogyakarta menyeleng garakan festival buku dan pendidikan Edu & Bookfest 2012 di GOR UNY. Kegi atan ini akan berlangsung selama satu minggu mulai 8 hingga 14 Mei 2012. Menurut panitia Edu & Bookfest 2012
berita
dedy herdito
Kilas Dari Diskusi Menuju Juara
dokumen himas Fis
Rahmat Nurcahyo, MA festival ini me nampilkan 65 stan dimana 9 stan dari unit kerja di UNY seperti LPPM dan ma sing-masing fakultas. “Kami juga mem persiapkan sejumlah acara pendukung seperti talkshow, bedah buku, senam massal dan try out SNMPTN” kata Rah mat. Edu & Bookfest 2012 dibuka oleh Rektor UNY Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA didampingi Wakil Rektor II UNY Dr. Moch. Alip dan Direktur Pas casarjana UNY Prof. Sunarto, Ph.D. Da lam sambutannya Rektor mengatakan bahwa kegiatan ini seiring dengan ko mitmen UNY yang seperti menara air yang mampu melihat secara menyelu ruh apa yang terjadi di bawah dan bu kan menara gading yang bermakna komunitas yang eksklusif. “Mengapa fes tival buku ini diselenggarakan di GOR UNY, karena GOR merupakan tem pat riset, education dan sekaligus meru pakan fungsi sosial untuk masyarakat” kata Rochmat Wahab “Karya-karya ma hasiswa silakan ditampilkan sehingga mahasiswa juga dapat belajar dan ber karya seperti mereka yang ada disini”. Edu & Bookfest 2012 juga menampilkan acara pendukung seperti magic show, lomba gambar dan mewarnai serta de mo masak.
Berawal dari rule yang dikeluarkan Asean Broadcast Union Robot Contest (ABU Robo con) dalam kompetisi robot yang diseleng garakan di Bangkok Thailand pada 28 Agus tus 2011, tim Maestro-Evo yang terdiri dari delapan orang mahasiswa jurusan Pendi dikan Teknik Elektro FT UNY merancang tigajenis robot untuk dilombakan dalam Kontes Robot Indonesia (KRI) Regional 3 tahun 2012 yang diselenggarakan oleh Dikti di GOR Jatidiri Semarang pada 26-28 April 2012 dengan Universitas Dian Nuswantoro Semarang sebagai tuan rumah. Delapan mahasiswa tersebut adalah Dikka Pragola, Dian Setyo Haryono, Doni Ermawan, Hery Wiratno, Tohar Syaiful Huda, Arvin Heri Wicaksono, En dro Tri Nugroho dan Wachid Fery Raharjo yang merancang jenis robot manu al, otomatis dan collector. Menurut Doni Ermawan robot manual merupakan robot yang dikendarai dengan menggunakan joystick. Menurutnya, robot oto matis diberi sensor garis dan rotari untuk mendeteksi jalan yang akan dilewa ti robot dalam KRI, sedangkan sensor garis berfungsi untuk mendeteksi garis putih sebagai lintasan yang ada pada arena lomba, sementara sensor rotari mendeteksi putaran roda sehingga robot akan berhenti atau berbelok setelah mendeteksi putaran tertentu”. Doni juga menjelaskan bahwa mereka mulai mendiskusikan, meriset dan mendesain robot yang dilombakan dalam KRI ber dasarkan rule dari Asean Broadcast Union Robot Contest (ABU Robocon). witono
Persiapan PLPG 2012 Pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG) merupakan salah satu proses inti yang harus dilalui oleh guru dalam upaya mendapatkan status “guru berser tifikasi “. Sebuah predikat yang sering dikaitkan dengan peningkatan standar profesionalisme sekaligus nilai “penghargaan” guru yang berhasil lolos proses seleksi Sertifikasi Guru. Program inii sudah berlangsung beberapa tahun di In donesia. UNY sebagai salah satu universitas di bawah Kemdikbud, tahun 2012 ini diminta untuk menyelenggarakan PLPG bagi guru berdomisili DIY, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan, Bali dan beberapa daerah lain. Kali ini UNY bekerjasama dengan universitas UPY dan UAD sebagai perguruan tinggi mitra. PLPG tahun ini diperkirakan akan mulai dilaksanakan mulai pertengahan bu lan Mei. Jumlah calon peserta sekitar 6 ribu guru yang tersebar di tiap daerah. Peserta didominasi oleh guru Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Pendidi kan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (PENJASKES). Pada pertemuan Koordinasi Persiapan PLPG di LPPMP UNY Senin (23/4), Dr. Edi Purwanta, M.Pd., Ketua Pusat Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan serta Profesi Non-kependidikan(P3TKN) menyampaikan adanya beberapa pe rubahan pada PLPG tahun ini. Beberapa perubahan terlihat pada jumlah jam pelajaran pendalaman materi yang sebelumnya sebanyak 10 jam pelajaran, kali ini menjadi 25 jam pelajaran sehingga peserta PLPG harus bermalam di asrama selama mengikuti pelatihan ini, kemudian diterapkannya sistem ser tifikasi berbasis prodi atau program pendidikan. “Perubahan ini merupakan tantangan bagi semua pihak baik guru sebagai peserta maupun UNY dan per guruan tinggi mitra sebagai panitia,” ungkapnya. bin
P e wa ra Din a m i ka m e i 2012
43
opini Kerja Rumah Pendidikan o l e h E ko T ri ono
P
endidikan Selalu bergerak dalam dina mika sosial dan politis, baik ditentu kan maupun menentukan. Oleh karena itu, refleksi atasnya juga menjadi se lalu penting. Dan pada kesempatan yang baik ini, mari kita tilik lagi kerja rumah pendidikan Indonesia: soal implementatif, apresiasi kecer dasaan majemuk-kultural, dan kesadaran atas represi. Implementatif Paradoks pendidikan yang masih menimpa, di beberapa sektor, adalah adanya ambivalensi antara yang normatif dan empiris. Kurikulum yang dihadirkan ke sekolah masih berupa salin an pemahaman sentral-ortodoks dari mereka yang menganggap paling ahli tentang keper luan siswa dan belum integral terhadap kondi si sosio-kultural, juga geo-ekonomi, di mana se kolah tersebut hadir sebagai jawaban kepada masyarakat terhadap tantangan di masa kini dan masa depan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah usaha apresiatif atas kondisi demikian. Namun, guru dan meterinya masih cemas dan membingungkan. Dalam kalimat Agus Nuryan
Kurikulum yang dihadirkan ke sekolah masih berupa salinan pemahaman sentral-ortodoks dari mereka yang menganggap paling ahli tentang keperluan siswa dan belum integral terhadap kondisi sosio-kultural, juga geo-ekonomi, di mana sekolah tersebut hadir sebagai jawaban kepada masyarakat terhadap tantangan di masa kini dan masa depan. 44
P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 2
to (2008), “teks” yang dipelajari siswa jauh dari “konteks” di mana mereka hidup. Guru belum seperti apa yang diinginkan oleh Paulo Freire (1971), belum memiliki keya kinan tinggi atas peserta didik. Ia sebagian be sar tampil sebagai diktator ilmu pengetahuan pembawa sesuatu yang asing dan absurd ser ta kebanyakan datang dari kebudayaan yang berbeda, terlebih pada sekolah di daerah jauh, sebagaimana “teks” datang sebagai alien. Aki batnya, siswa dan ilmu pengetahuan tidak sa ling membantu dan memiliki. Ia ganjil, tak te rap, tak bertumpu, dan tak menjawab. Daerah maritim misalnya, memerlukan ilmu pengetahuan tentang pengembangan atas sum ber daya yang mereka miliki, begitu juga den gan daerah agraris atau daerah lain. Namun, yang demikian hanya sebatas muatan lokal, atau di perguruan tinggi. Padahal, perguruan tinggi baru bisa dijangkau oleh penguasa kelas ekonomi. Efeknya adalah marginalisasi kelom pok lemah. Dan sekolah yang ada, yang be berapa telah bebas bea, belum diperbanyak dan dikembangkan keberadaannya. Pengembangan-pengembangan masih dom inan di kota atau sentrum sosial-politik yang dekat dengan perguruan tinggi, tempat di ma na guru-guru dibentuk dengan pola dan kebu dayaan mereka sebelum diedarkan. Di sini kemudian perlunya diversifikasi perguran tinggi yang menyediakan guru yang memaha mi kondisi sosio-kultural juga geo-ekonomi masyarakat sekolah tertuju. Jadi, tidak sentra lis dan tidak pula gugup dengan program men gajar singkat-cepat-saji ke daerah jauh. Kecerdasan Majemuk-Kultural Yang menarik adalah kalimat Mohamad So bary (2004) yang enggan menyebut sekolah se bagai lembaga pendidikan, terkait sikap vandal sekolah kepada anak yang nakal. Anak nakal, termasuk kurang pandai dan anak difabel, tidak diakomodir oleh sekolah. Ini membenarkan hipotesis Paulo Freire di atas. Atau, dalam pengertian lanjut Mohamad Sobary, guru tidak memiliki pembacaan atas masa depan. Siswa dilihat sebagai sesuatu yang kini terlagi pasif. Padahal, ada ungkapan me narik dalam film Taare Zameen Par (2007) yakni
opini
grandmall10.wordpress.com
bahwa setiap anak, juga siswa, adalah istime wa. Mereka tumbuh di dunia dengan membawa ketertarikan masing-masing. Apa jadinya jika dunia hanya dihuni oleh matematikawan dan linguis? Tanpa seniman, tanpa rohaniawan, tanpa altet, dan tanpa jenis kreator yang lain? Apa jadinya Indonesia apa bila siswanya terjebak dalam paradgima pemu jaan eksakta, dengan memaksakan diri serta mengabaikan ketertarikan yang sesungguhnya, akibat adanya konsep positivisme berlebihan dalam pola evaluasi nasional? Lihat saja, sumber dayanya akan tumbuh tidak kompeten dan tidak potensial, sebab tidak diajarkan mengembangkan diri dan berdialek tika seluas-luasnya. Tidak diajarkan, sejak dini, untuk fokus pada kemampuan dan ketertarikan diri; bukan “rakus”, apalagi terpaksa memam pu-mampukan. Inilah picu frustasi psikologis itu, yang efeknya membentuk individu-rentan terhadap kekerasan sosial. Kesadaran Represi Kesadaran represi adalah kesadaran daya te kan. Penyelenggara negara harus menyadari kemampuan daya tekannya terhadap institu
si-institusi pendidikan, termasuk terhadap di rinya sendiri. Terhadap institusi pendidikan, ia merepresi di luar lingkaran. Luar lingkaran di maksud adalah tidak menghegemoni materi pendidikan, namun lebih pada penambahan varian institusi, agar tersedia banyak pilihan, menyelenggarakan infrastruktur terbaik, serta melakukan diversifikasi perguruan tinggi. Ter hadap dirinya sendiri, ia harus amanat pada UUD 1945 dari berbagai sisi. Tanggapan baliknya, elemen-elemen pendi dikan harus sadar akan represi-represi, sebab setiap program pasti berdasarkan tujuan ter baik untuk pendidikan, termasuk siswa. Otokriktik sama pentingnya dengan kerja keras: ini masih langka. Padahal, kerja keras di bawah tekanan kebijakan-kebijakan pendidikan terbaiklah yang membuat Jepang merestorasi diri jadi unggul. Di era ketika peraturan pasar menjadi kebijakan nasional dan global seperti ini, kerja cerdas, cekatan, dan di bawah tekanan jadi penting, terlebih dalam pendidikan.
Eko Triono mahasiswa Pend.Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNY
P e wa ra Din a m i ka m e i 2012
45
opini Mengembangkan Perilaku Prososial Siswa Melalui Pendidikan Jasmani o l e h D i myati
D
ewasa ini perilaku kekerasan yang dilakukan siswa semakin marak dan masif yang membuat prihatin masyarakat luas, terutama orang tua, pendidik dan pemerhati pendidikan. Komi si Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) melapor kan, jika dilihat dari pemberitaan media massa ada peningkatan modus kekerasan di kalangan siswa seperti penusukan dan tawuran dengan berbagai senjata tajam (Tempo, 13/12/2011). Kekerasan siswa paling fenomenal terja di pada pertengahan Februari 2012. Berbagai kalangan dikejutkan perbuatan sadis yang di lakukan bocah SD berusia 13 tahun, hanya ga ra-gara telpon seluler, dia tega menusuk ber tubi-tubi teman sekelasnya dengan luka tusuk di delapan titik, polisi pun terperanjat dengan perbuatan sadis tersebut (Kompas, 17/2/2012). Keterkejutan banyak pihak sangat beralasan. Bayangkan seorang anak kecil yang belum men capai masa remaja akhir sudah mampu melaku kan perbuatan keji terhadap temannya sendiri! Kekerasan dan perbuatan sadis siswa terse but memberi pelajaran berarti bagi semua orang tua agar tidak melupakan perhatian kepada buah hati mereka yang sangat diper lukan oleh remaja seusia itu. Di sisi lain ada tanggung jawab bagi lembaga pendidikan formal di sekolah untuk mengembangkan as pek afektif siswa. Menurut Hendirato seorang psikolog, tindak kekerasan di kalangan siswa
Satu yang pasti kasus ini adalah potret gagalnya sebuah lingkungan mengajari anak (lingkungan tempat tinggal anak/keluarga maupun lingkungan pendidikan di sekolah). 46
P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 2
terjadi akibat kurikulum pendidikan yang ter lalu mementingkan aspek kognitif. Siswa ada lah kalangan muda yang memiliki energi besar, seharusnya energi itu diapresiasi sekolah se cara proporsional, misalnya melalui penyaluran bakat siswa di bidang olahraga, namun kuri kulum tidak mampu mengapresiasinya (Kom pas, 22/11/2011). Bisa jadi berbagai tindak kekerasan yang di lakukan siswa disebabkan terabaikannya pen didikan afektif yang dilaksanakan di sekolah. Tantangan bagi para guru (Penjas) untuk me miliki komitmen kuat dalam mengimplementa sikan pendidikan karakter, khususnya perilaku prososial kepada siswa. Perilaku Prososial dan Pengembangannya Melalui Penjas Perilaku prososial diartikan sebagai tindakan suka rela untuk membantu yang bermanfaat bagi orang lain. Hasil perilaku prososial dapat meningkatkan hubungan positif dengan orang lain, dengan istilah umum yang sering dipakai adalah simpati dan empati seperti yang dinya takan Liukkonen, dkk. (2007). Perilaku kerjasa ma dan interaksi sosial anak akan meningkat dengan semakin bertambahnya usia. Berbagai kajian telah menunjukkan, siswa yang dikem bangkan nilai-nilai kerjasamanya lebih memi liki sikap suka menolong daripada siswa yang dikembangkan penuh persaingan. Hubungan interpersonal yang konkrit me lalui Penjas merupakan hal penting sebagai prakondisi untuk belajar keterampilan sosial seperti memberi dorongan psikologis, peduli terhadap orang lain, menerima pertimbangan orang lain, berbagi dan menerima bantuan dalam wujud fisik. Melalui interaksi dengan sesama siswa dan guru, siswa akan belajar memahami dan menginternalisasi keterampi lan-keterampilan sosial yang dibutuhkan untuk bekerja sama dengan orang lain. Interaksi gu ru dan siswa memainkan peran penting dalam pembentukan sikap, motivasi, kenyamanan,
opini dan keberhasilan siswa dalam Penjas seperti disampaikan Koka & Hein (2006). Guru Penjas, menurut Laker (2000), harus memberikan per hatian kepada aspek sosial dan psikologis siswa dan mampu merasakan perasaan mereka. Par tisipasi aktivitas fisik dan bermain dapat meng hasilkan perasaan yang mendalam, dan pen gakuan serta penghargaan atas emosi siswa, kesemua ini dapat menambah kenikma tan dan pemahaman tentang keterlibatan siswa dalam aktivitas fisik. Prinsip Umum Mengembangkan Perilaku Prososial Melalui Penjas Keberhasilan Penjas dapat meningkatkan perilaku sosial sangat bergantung pada cara pengaturan sosial dan jenis metode mengajar yang dipakai. Kunci utama dalam mengajar kan nilai perilaku sosial adalah learning by do ing. Learning by doing dalam konteks ini diar tikan siswa bekerja dan berinteraksi sesama teman. Guru yang dominan menggunakan me tode komando akan menjadikan siswa terke kang dan terbatas kesempatannya untuk bek erjasama dengan orang lain. Di sisi lain, guru yang menekankan persaingan dalam menga jar beresiko menghasilkan siswa yang agresif. Berbagai penelitian sebagaimana dinyata kan Kohn (1986) menunjukkan individu yang dibentuk dalam suasana penuh persaingan menunjukkan penurunan tingkat empati. Den gan kata lain, Penjas dapat dijadikan sarana untuk mengembangkan perilaku prososial bi la proses pembelajarannya menekankan lati han bersama dan bekerjasama bukan dengan cara komando. Peran Perguruan Tinggi untuk Mengembangkan Perilaku Prososial Siswa Banyak metode dapat diaplikasikan dalam Penjas untuk mgembangkan perilaku proso sial siswa, di antaranya: (1) Reciprocal Teaching Style (Mosston & Aswort, 2002); (2) Cooperative Learning (Dyson, 2001); (3) Teaching Responsibil ity Through Physical Activity (Hellison, 2003); (4) Positive Behavior Management in Physical Activi ty Settings (Lavay, French dan Hendrson, 2006), dan lain-lain. Guna meningkatkan kompeten si dalam mengembangkan perilaku prososial siswa metode tersebut perlu dipahami guru. Melalui metode itu dapat mengembangkan ran ah afektif siswa. Dyson dan Rubin (2003), me negaskan, “Cooperative learning improve mo
tor skills, develop social skills, work together as a team, help others improve skills, take responsibili ty for their own learning, learn to give and receive feedback, and develop responsibility “. Berbagai metode itu dapat dielaborasi dan dijadikan mata kuliah tersendiri dalam kuriku lum, misalnya dengan nama mata kuliah Pemb elajaran Afektif Penjas. Ada tanggung jawab bagi perguruan tinggi (PT) eks-IKIP yang mem buka Progam Studi Penjas untuk meningkatkan kompetensi pedagogis calon guru Penjas dalam pengajaran efektif (perilaku prososial) melalui program preservice education. Sayang, hingga kini baru segelintir PT eksIKIP yang peduli dan serius menggarap pembel ajaran afektif melalui Penjas, sebagian besar PT eks-IKIP masih berkutat pada wacana dan ber bagai jargon, jauh dari implementasi. Padahal pembelajaran afektif melalui Penjas selain sela jan dengan program Kemendikbud yang sedang menggalakkan pendidikan karakter, juga seba gai sarana edukatif guna mereduksi perilaku kekerasan di kalangan siswa. Semoga.
Dimyati dosen Jurusan Pendidikan Olahraga FIK UNY
P e wa ra Din a m i ka m e i 2012
47
resensi media Hal-Ihwal Gaya Belajar o leh Sudaryanto Setiap orang memiliki dimensi keunik an yang berbeda-beda, termasuk dalam gaya belajar (learning style). Ada anak yang sulit disuruh belajar oleh orang tuanya, namun prestasi akademiknya sungguh luar biasa. Sebaliknya, ada anak yang rajin sekali belajar, tapi pres tasi akademiknya biasa-biasa saja. Dari fenomena itu, kiranya sebagai guru/or angtua, kita perlu mencari tahu hal-ih wal gaya belajar setiap anak. Buku ini merupakan jawaban yang tepat. Ditulis dengan bahasa populer dan komunikatif, buku Gaya Belajar ini mampu memberikan informasi yang penting hal-ihwal gaya belajar tiap-tiap anak. Sebagai guru/orangtua, kita dapat mengetahui perihal latar belakang, pe ngertian, dan berbagai model gaya be lajar. Paling tidak, ada tujuh model ga ya belajar yang dikemukakan oleh para ahli, seperti Myers-Briggs (hal. 49), Hol land (hal. 68), Witkin-Oltman-RaskinKarp (hal. 86), dan Dunn-Dunn (hal. 115). Dengan mencermati setiap model gaya belajar itu, harapannya kita dapat mengetahui apa model gaya belaja r Tentang Menulis, Mengapa Menulis, dan Menulislah! Penulis: Solichin M. Awi • Penerbit: New Digossia, 2011 • Tebal: 118 + x halaman
anak/siswa kita. Di bidang psikologi pendidikan, masalah gaya belajar men jadi topik penelitian yang banyak dilirik oleh para psikolog atau peneliti psikolo gi. Menurut penulis buku ini, selama dua dekade terakhir ini berbagai peneli tian dan praktik psikologi dicurahkan pada masalah gaya belajar (hal. v). Buku ini ditulis dengan bahasa yang jernih dan mudah dipahami, khususnya bagi para peminat kajian psikologi pen didikan. Penulis membagi ke dalam 12 bab. Bab 1 sampai Bab 3 membahas ten tang latar belakang gaya belajar, diiku ti Bab 4 sampai Bab 10 yang membahas tentang berbagai model gaya belajar 48
P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 2
dari Myers-Briggs, Holland , Wit kin, dkk, Kolb, hingga Dunn-Dunn. Sedang kan Bab 11 dibahas mengenai implikasi gaya belajar terhadap proses belajar. Berikutnya, Bab 12 sebagai penutup buku membahas tentang gaya belajar. Secara umum, buku Gaya Belajarini bisa dikatakan cukup membantu para guru (dosen) untuk mengenal dan mendalami teori mengenai keunikanin dividu, terutama dalam belajar dan ten tang gaya belajar secara lebih spesifik. Dengan begitu, kelak para guru (dosen) dapat memperluas cakrawala pemikir annya terhadap perkembangan belajar anak didiknya (mahasiswanya).
Kalau boleh disebut sebagai keku rangan dari buku ini, hal itu terletak pa da tidak adanya teori gaya belajar yang berasal dari Indonesia. Padahal, kita me miliki tokoh pendidikan yang tak kalah pandai dalam menghasilkan teori-teori pendidikan, seperti Ki Hadjar Dewanta ra (pendiri Tamansiswa). Alangkah baik nya jika dalam edisi berikutnya, teori ala tokoh pendidikan lokal dapat diper timbangkan sebagai penyeimbang te ori-teori tokoh dari Barat.
sudaryanto mahasiswa S2 Linguistik Terapan UNY
bina rohani Shalat Sebagai Solusi Permasalahan Manusia o l e h Ibnu S antoso Awal dari keberadaan manusia ialah ketika Allah berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku (Allah) hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” (Al-Qur’an, 2:30). Kata “khalifah” menurut Hamka, ketika men jelaskan kata tersebut dalam tafsir AlAzhar, bermakna “pengganti”. Hamka menjelaskan bahwa gelar “khalifah” diberikan kepada Abu Bakar Sidik sebagai pengganti Nabi Muham mad saw. Artinya, Abu Bakar menggan tikan sebagian fungsi nabi di tengah kaum muslimin. Abu Bakar jelas tidak akan menggantikan kenabian dan kera sulan Muhammad saw. sebab kenabian dan kerasulan sudah berakhir. Dengan analogi di atas, Hamka men jelaskan bahwa yang dimaksud “khali fah” dalam Al-Qur’an, 2:30 adalah peng ganti sebagian dari fungsi Allah dalam mengelola alam semesta sehingga alam menjadi lebih baik. Manusia dengan tu gas sebagai “khalifah”, jelas bukanlah perkara yang muda h. Itulah sebab nya dipertanyakan oleh para malaikat, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumiitu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan me numpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan me muji Engkau dan mensucikan Engkau?” Allah menjawab, “Se sungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Pengetahuan Allah yang menyebabkan tetap memi l ih manusia dijelaskan dalam ayat berikutnya, yaitu Al-Qur’an , 2:31, Dia mengajarkan kepa da Adam nama-nama (benda-benda) selu ruhnya, kemudian men gem ukakann ya kepada para Malaikat lalu berfirman, “Se butkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu
jika kamu memang benar orang-orang yang benar!” Banyak para penafsir yang menje laskan apa yang diajarkan oleh Allah itulah agama atau ajaran yang telah diwahyukan kepada nabi Adam as. Me mang sangat dasar, karena sebagai khal ifah pemula yang harus diketahuinya adalah dasar pengetahuan agama, yai tu nama-nama benda. Tentu saja tidak hanya sekedar nama tetapi juga beri kut dengan fungsi-fungsinya. Sejalan dengan perkembangan jum lah manusia sebagai “khalifah” maka permasalahannya pun semakin ber kembang. Ajaran agama pun semakin kompleks. Dalam ajaranIslam, bahkan untuk bersuci pun telah diatur. Apa sa ja yang bisa digunakan untuk bersuci, syarat-syarat benda yang bisa diguna kan untuk bersuci, dan indikator suci. Subhanallah, Allah Mahatahu. Ia ta hu bahwa manusia mempunyai banyak kelemahan dan permasalahan dalam kehidupannya. Oleh karena itu, dengan rahman dan rahim-Nya, Allah mewajib kan kepada kita untuk memohon (sha lat) kepada-Nya dengan delapan per mohonan dasar yang harus diulang-ulang 17 kali dalam sehari semalam. Allah Mahatahu bahwa setiap saat ma nusia berpotensi men jadi manusia terkutuk dan sesat. Oleh karena itu, Ia mewajibkan kita untuk memohon petunjuk jalan yang lurus kepada-Nya (ih dinash-shirothol mustaqim, shirotol-ladzina an’amta ‘ala yhim ghoyril magh dlubi ‘alayhim waladldlolin).
Di samping kelemahan dasar di atas, Ia juga Mahatahu bahwa manu sia berpotensi menjadi (1) pendosa, (2) kurang kasih sayang, (3) tidak per nah merasa puas (berkecukupan), (4) bermartabat rendah, (5) miskin (harta & ilmu), (6) kehilangan petunjuk (dis orientasi, bingung), (7) dan tidak se hat. Itulah sebabnya, Ia mewajibkan kita untuk memohon ampunan, kasih sayang, kecukupan atau kepuasan, de rajat yang tinggi, kekayaan, petunjuk, kesehatan, dan ampunan. Dengan de mikian, secara teoretis setiap muslim yang telah menegakkan shalat ma ka ia akan menjadi orang yang baha gia sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Allah. “Sesungguhnya berbahagi alah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sha latnya” (Al-Qur’an, 23:1-2). Masalahanya, mengapa orang yang telah mengerjakan shalat tetapi hidup nya tidak bahagia, permasalahan hidup nya menumpuk? Untuk itu marilah kita introspeksi pada diri dengan mengajukan beberaoa pertanyaan berikut. Pertama, sudahkah kita memahami tujuan diwajibkannya shalat bagi kita? Kedua, sudahkan ki ta menjalankan shalat dengan khusyu’, yaitu dengan merendah dan memahami semua permohonan yang kita ucapkan? Keempat, sudahkah kita menjalankan shalat tepat waktu, yaitu setelah adzan (undangan untuk shalat) dikumandan gkan? Kelima, sudahkah kita menegak kan shalat, yaitu semua permohonan yang kita ucapkan dalam shalat (8 per mohonan yang diulang sebanyak 17 ka li) tersebut kita usahakan atau kita raih secara praktis di luar shalat? Ya Allah jadikanlah kami, keluarga kami, dan keturunan kami orang-orang yang pandai menegakkan shalat. Amin.
Ibnu Santoso, M.Hum. dosen Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNY
P e wa ra Din a m i ka m e i 2012
49
cerpen
Tentang Ibu Yang Kurindu o l e h A p r i da Nu r R i ya S usanti Pada apapun… Sedang terhuyung ke kampus, Laptop, paper, tugas, kuliah dan amanah menggelayut Karena panas sedang tak akur dengan hujan dan dingin sedang senang berlarian maka sudahlah, acuhkan saja… berkaca pada bulan, dan kita pandang bersamaan dipelatari sujud dalam, dan kuat bertahan apapun Bu…. Apapun, Pada setiap huruf di kata yang dibaca sekarang Pada gerimis yang turun perlahan Pada angin yang tak pernah diam Pada ribuan mata malaikat di sepertiga malam Aku selipkan rindu untukmu Biarlah kita menangis bersama dikejauhan Tersungkur dihadapan-NYA Kampus hari ini seperti biasanya. Ramai lalu lalang maha siswa. Pohon-pohon di kampus juga masih sama. Mereka se dang senang menggugurkan daun-daunnya. Tidak mau kalah dengan pohon-pohon di Jepang atau Korea yang mungkin se dang berdamai dengan musin gugur. Lorong kampus di anta ra gedung-gedung kuliah yang tua dipenuhi diskusi dan tawa mahasiswa. Menyenangkan sekali duduk berkumpul sambil membicarakan tugas kuliah atau tentang apapun. Lorong panjang dan hujan daun. Sejenak mengingatkanku untuk duduk menyambut senja yang mulai datang. Sementara aku duduk sendirian di depan salah satu gedung tua itu. Menatap daun-daun yang jatuh ditiup angin. Sore itu aku duduk sendi rian menikmati angin dan langit yang mulai merah. Sengaja menyendiri. Mengingat kembali tentangnya yang istimewa. Sebelum subuh datang, Ibu terkadang sudah bangun. Terkadang juga belum. Mungkin karena lelah di hari sebelum nya. Lalu beliau belum bangun. Tapi pasti karena rasa sayang nya pada keluarga, lantas pagi sebelum subuh pun beliau sudah bangun. berpikir dan bersiap pada apa yang hendak dihidangkan untuk sarapan pagi itu. Selalu begitu setiap pagi. Setelah jauh dari rumah, kita baru menyadari bahwa kita ser ing mengacuhkan hal-hal sederhana dalam hidup. Ibu sedang mempersiapkan makanan untuk anak dan suaminya. Kepaya han yang terjadi hampir setiap hari. Tanpa jeda. Mulai dari berebut dagangan di pasar. Perang harga dengan sang pen jual. Sama-sama tidak mau kalah. Sama-sama membawa misi penting tentang keberpenuhan sebuah keluarga. Lebih dari itu. Ini tentang pengabdian seorang ibu kepada anak dan sua minya. Ia sedang memperjuangkan kelegaan dalam hatinya. Kalau hujan turun, aku akan sibuk dengan duniaku sendiri. 50
P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 2
Jalan-jalan sendirian di bawah hujan. Menikmati dinginnya air hujan yang turun membasahi wajahku. Daun-daun basah. Rumput di halaman rumah, bunga di teras depan, jalan-jalan setapak, dan apapun, totalitas basah. Rasanya menyenangkan saja bermain di waktu dingin hujan. Lalu Ibu akan melihat ke jendela atau depan rumah menantikanku pulang. Terka dang beliau melihat ke tempat payung. Lengkap atau tidak. Kalau memasak sesuatu, Ibu selalu membuat dua bumbu. Pedas dan tidak pedas. Terlihat tidak praktis sebenarnya. Harus dua kali kerja. Aku yang sukanya makan yang pedaspedas. Adikku yang sama sekali tidak bisa makan makanan yang pedas. Ibu selalu menyiapkan apa yang kami butuhkan. Kalau sore, beliau akan membuat dua gelas kecil kopi asli yang dipetik dari pekaranganku sendiri dan segelas besar teh manis. Kopi untukku dan Bapak. Teh manis untuk adikku. Lalu kami bertiga akan duduk bersama di depan rumah menatap senja di balik Gunung Lawu. Sementara itu, Ibu masih akan sibuk dengan makanan yang pedas dan tidak pedas. Lantas saat makan malam, beliau hanya akan makan dengan porsi yang sangat sedikit. Kalau kusinggung tentang sedikit seka li makannya, beliau akan menjawab,” Sudahlah. Makan sa ja. Kalau di Jogja kan gak bisa nambah kalau masih laper. Ja di…makan yang banyak sana”. Suasana di rumah sebenarnya yang membuat kita nya man. Makan apapun jadi enak. Terkadang di rumah hanya sekedar makan nasi dan sambel terasi saja, rasanya benarbenar enak. Beda dengan kalau kita makan di Jogja, beli satu porsi makanan. Lalu dibawa pulang. Kalau sudah habis kita tidak bisa tambah lagi. Kecuali kita beli satu porsi lagi. Di Jog ja, ayam terasa seperti tempe. Di rumah, tempe justru terasa ayam. Bahagia di rumahlah yang membuat kita selalu mera sa nyaman dengan apapun kondisi yang menimpa kita. Dan makanan buatan Ibu selalu saja menjadi salah satu alasan kita rindu rumah. Tetang Ibu. Tentang rumah. Tentang tem pat seorang anak akan kembali. Suatu hari aku pulang dari Jogja. Salah satu tetanggaku ba ru saja melahirkan. Aku dan Ibu bergegas pergi ke toko dan membeli beberapa kebutuhan untuk bayi dan ibu hamil. Kami berniat berkunjung untuk menengok bagaimana keadaan bayi dan ibunya. Kalau di desa, budaya yang seperti masih sangat kental. Saling berkunjung ke tetangga kanan kiri ru mah. Nenekku saja sampai hafal nama-nama siapa saja yang tinggal di dusun tempat tinggalku. Berbeda dengan di Jogja tempatku tinggal sekarang. Tetangga kanan kiri rumah kos saja tidak kukenal. Selesai menyiapkan barang-barang, kami segera pergi ke rumah tetanggaku. Mbak Ika, begitu biasanya kupanggil dia. Rumahnya sudah ramai dipenuhi kerabat dekat ataupun jauh
cerpen dan tetangga-tetangga. Bayinya masih merah dan ditidur kan di samping ibu muda itu. Kelahiran yang membahagia kan. Wajah kedua orang tua Mbak Ika pun selalu dihiasi se nyum. Keluarga ini sedang sangat berbahagia menyambut cucu yang sudah dinanti. Aku dan Ibu masuk ke kamar Mbak Ika. Ibuku langsung duduk di ranjang tempat Mbak Ika ber baring. Diamatinya kondisi ibu muda dan bayi merah yang ditidurkan disampingnya. Pertanyaan-pertanyaan ringan yang sudah ditanyakan oleh orang lain pun ditanyakan juga oleh Ibuku. Tentang berat badan saat lahir. Panjang badan saat lahir. Pertanyaan-pertanyaan lain yang sa ngat standar pun tidak ada yang terlewat. Mbak Ika dengan sabar menjawab setiap pertanyaan dari Ibuku. Tidak efisien sebe narnya karena pertanyaan-pertanyaan yang diajukan setiap orang yang berkunjung ra ta-rata sama. Begitu pula jawabannya. Sama semua. Tapi karena bahagia yang sedang me nyelimuti setiap hati, kegiatan bertanya dan menjawab yang terkesan standar dan datar ini terasa sebuah hal yang menyenangkan. Ibuku meminta izin untuk menggen dong bayi yang masih merah itu dipang kuannya. Terlihat sekali rasa tidak sabar untuk menggendongnya. Keriput di bawah kantong matanya nampak jelassaat se nyumnya muncul. Sepertinya aura seorang ibu di mana-mana tetap sama. Selalu mun cul rasa keibuan ketikaberhadapan den gan anak kecil. Diajaknya bercanda de ngan kalimat-kalimat yang sebenarnya juga tidak efektif. Mau bertanya seba nyak apapun, bayi merah itu tidak mungkin menjawabnya. Dia masih sa ja tidur pulas. Sebentar-sebentar dia menggerakkan mulutnya. Matanya masih sulit untuk dibuka. Melihat bayi merah itu sedikit bergerak saja, Ibuku sudah histeris. Bertambahlah keriput di bawah kantong matanya. Mungkin beginilah wajah bahagia seorang ibu. Lalu saat bayi mena ngis, Mbak Ika sigap memindah kan buah hatinya dari pangkuan Ibuku ke pangkuannya. Seketika lenyap sudah keriput bahagia di bawah kantong mata Ibuku. Su kses digeserkeriput yang sema kin memperjelas bilangan usi anya yang sudah tidak muda lagi. Beliau memang sudah ber usia mendekati setengah abad.
Di waktu-waktu seperti itu, aku hanya akan berada di sampingnya. Tersenyum dan berusaha menguatkan beliau. Keinginannya yang begitu besar untuk merasakan kebaha giaan seperti yang sedang dirasakan Mbak Ika membuatnya begitu tertekan. Batinnya bergejolak hebat. Keinginannya sudah benar-benar memuncak. Dan aku hanya bisa menga takan pada Ibuku bahwa dia punya kami. Aku dan adikku. Setelah Ibu kandungku meninggal, beliaulah yang mengisi ruang kosong itu. Terutama untuk adikku yang masih kecil. Delapan tahun sudah menjadi Ibu bagiku dan adikku, tapi belum juga dipercaya Allah untuk mempunyai anak kandung sendiri. Mungkin Allah masih ingin membelajarkannya ten tang makna menjadi ibu. Di saat banyak perempuan lain yang lebih beruntung lantas belum bisa memaknai secara tuntas bagaimana menjadi seorang ibu, beliau telah ber hasil memaknai menjadi ibu untukku dan adikku. Aku ya kin beliau selalu berusaha menjadi yang terbaik bagi kelu argaku, meskipun beliau hanya ibu tiriku. Kampus sore itu sedang sepi. Sementara aku duduk sendirian terkesima menatap daun-daun yang ja tuh ditiup angin. Sore itu aku duduk sendirian menikmati angin dan langit yang mulai merah. Sengaja menyendiri. Mengingat kembali tentang nya yang istimewa. Tentang dua orang Ibu yang kurindu. Yang di rumah dan di hatiku.
Aprida Nur Riya Susanti mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris FBS UNY
P e wa ra Din a m i ka m e i 2012
51
puisi•geguritan•tembang Puisi-Puisi Dwi S. Wibowo Bagaimana Kutulis Puisi untuk Seorang Purnama Ketika malam purnama kehabisan kata-kata Untuk setiap puisi yang dilahirkannya Tiba-tiba saja kudengar sayup Perbincangan antara gerimis, genting, juga Daun-daun yang senantiasa luruh Tanpa mengenal diri masing-masing Tak dikenalnya pula hitungan waktu Hingga tanaman padi merasa dirinya Kehilangan musim di ladangnya sendiri Inikah pengkhianatan yang cuaca lakukan Atas kemunduran waktu kedatangannya Melewati masa tanam, saat jari-jari petani Masih mengeja rasi-rasi bintang di penanggalan Lalu bagaimana akan kutulis sebuah puisi Entah tentang hujan ataupun tentang nasib buruk
Bila musim tak lagi dapat kita terka Sebab tak ubahnya daun-daun yang gugur Tak ada yang lebih kita kenali selain diri sendiri Yogyakarta, 2010-2011
Dwi s. wibowo mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNY
pojok ge l it ik Notasi Lagu Umarmadi: Yo, masih inget not lagu .. 5 1 2 3 .. 2 1 7 6 5 6 .. Umarmoyo: Inget dong ... timang-
is
ti
52
P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 2
m
ew a
timang anakku sayang ... Umarmadi: Ya, lagu itu dulu terkenal sekali. Seluruh lapisan masyarakat tahu itu. Umarmoyo: Sekarang? Umarmadi: Sekarang sudah nggak lagi. Umarmoyo: O ya? Umarmadi: Apalagi di kampus. Syairnya udah direvisi. Umarmoyo: Direvisi gimana? Umarmadi: ... timang-timang anakku sayang ... dah direvisi jadi ... timang-timang HP-ku sayang ... Umarmoyo: Kenapa? Umarmadi: Tuh lihat mahasiswamahasiswa kita sekarang. Umarmoyo: Ya kenapa?
Umarmadi: Entah di kelas waktu ada kuliah, entah ketika duduk-duduk di luar kelas, entah saat berdiskusi atau seminar, sekarang yang ditimangtimang bukan lagi buku, catatan, referensi, atau bacaan apalah, tetapi ... HP, HP, dan HP. Umarmoyo: O ya? Umarmadi: Yang lebih gila lagi, ketika dosen udah capekcapek ngasih kuliah, e ... banyak mahasiswa yang ngikuti sambil ..... SMSan. Umarmoyo: .... timang-timang nasibmu malang .... ema r '12
l
e ns
a
Hardiknas, UNY, dan Generasi Emas Hari Pendidikan Nasional dirayakan serentak se-Indonesia. Tidak terkecuali di UNY, upacara yang bertepatan dengan lahirnya Tokoh Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara ini dirayakan dengan hikmat. Dengan tema “Bangkitnya Generasi Emas Indonesia” membuat upacara 2 Mei 2012 ini menjadi lebih berarti. Bagaimana tidak, kehadiran mahasiswa UNY dalam upacara ini membuat tema itu semakin relevan. Dalam momen ini pula Rektor UNY memberikan penghargaan kepada guru-guru berprestasi yang telah berbuat banyak dalam dunia pendidikan. teks : Sismono La Ode • Fotografer: HERI PURWANTO
Leading in Character Education Jauh sebelum gaung pendidikan karakter menggema, UNY telah memulainya. Slogan (lama) "Cendekia Mandiri dan Bernurani" adalah salah satu bukti.
Mari Membangun Kebanggaan UNY Banyaknya prestasi yang diraih sivitas akademika UNY, terutama kalangan mahasiswa membuat nama UNY makin berkibar. Hanya dengan bermimpi, bekerja keras, terus belajar, terus berkarya, membangun jaringan, menjadi pelayan bagi sivitas akademika dan masyarakat, optimis, serta terus berdoa, UNY bisa mempertahankan dan meningkatkan prestasi yang gemilang itu. Dan, itulah kebanggaan yang UNY miliki. Di Usia yang ke-48 ini, mari kita terus bangga menjadi bagian dari UNY.
universitas negeri Yogyakarta Jl. Colombo No. 1 Yogyakarta 55281 Telp. 0274-586168 www.uny.ac.id