resensi media Hal-Ihwal Gaya Belajar o leh Sudaryanto Setiap orang memiliki dimensi keunik an yang berbeda-beda, termasuk dalam gaya belajar (learning style). Ada anak yang sulit disuruh belajar oleh orang tuanya, namun prestasi akademiknya sungguh luar biasa. Sebaliknya, ada anak yang rajin sekali belajar, tapi pres tasi akademiknya biasa-biasa saja. Dari fenomena itu, kiranya sebagai guru/or angtua, kita perlu mencari tahu hal-ih wal gaya belajar setiap anak. Buku ini merupakan jawaban yang tepat. Ditulis dengan bahasa populer dan komunikatif, buku Gaya Belajar ini mampu memberikan informasi yang penting hal-ihwal gaya belajar tiap-tiap anak. Sebagai guru/orangtua, kita dapat mengetahui perihal latar belakang, pe ngertian, dan berbagai model gaya be lajar. Paling tidak, ada tujuh model ga ya belajar yang dikemukakan oleh para ahli, seperti Myers-Briggs (hal. 49), Hol land (hal. 68), Witkin-Oltman-RaskinKarp (hal. 86), dan Dunn-Dunn (hal. 115). Dengan mencermati setiap model gaya belajar itu, harapannya kita dapat mengetahui apa model gaya belaja r Tentang Menulis, Mengapa Menulis, dan Menulislah! Penulis: Solichin M. Awi • Penerbit: New Digossia, 2011 • Tebal: 118 + x halaman
anak/siswa kita. Di bidang psikologi pendidikan, masalah gaya belajar men jadi topik penelitian yang banyak dilirik oleh para psikolog atau peneliti psikolo gi. Menurut penulis buku ini, selama dua dekade terakhir ini berbagai peneli tian dan praktik psikologi dicurahkan pada masalah gaya belajar (hal. v). Buku ini ditulis dengan bahasa yang jernih dan mudah dipahami, khususnya bagi para peminat kajian psikologi pen didikan. Penulis membagi ke dalam 12 bab. Bab 1 sampai Bab 3 membahas ten tang latar belakang gaya belajar, diiku ti Bab 4 sampai Bab 10 yang membahas tentang berbagai model gaya belajar 48
P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 2
dari Myers-Briggs, Holland , Wit kin, dkk, Kolb, hingga Dunn-Dunn. Sedang kan Bab 11 dibahas mengenai implikasi gaya belajar terhadap proses belajar. Berikutnya, Bab 12 sebagai penutup buku membahas tentang gaya belajar. Secara umum, buku Gaya Belajarini bisa dikatakan cukup membantu para guru (dosen) untuk mengenal dan mendalami teori mengenai keunikanin dividu, terutama dalam belajar dan ten tang gaya belajar secara lebih spesifik. Dengan begitu, kelak para guru (dosen) dapat memperluas cakrawala pemikir annya terhadap perkembangan belajar anak didiknya (mahasiswanya).
Kalau boleh disebut sebagai keku rangan dari buku ini, hal itu terletak pa da tidak adanya teori gaya belajar yang berasal dari Indonesia. Padahal, kita me miliki tokoh pendidikan yang tak kalah pandai dalam menghasilkan teori-teori pendidikan, seperti Ki Hadjar Dewanta ra (pendiri Tamansiswa). Alangkah baik nya jika dalam edisi berikutnya, teori ala tokoh pendidikan lokal dapat diper timbangkan sebagai penyeimbang te ori-teori tokoh dari Barat.
sudaryanto mahasiswa S2 Linguistik Terapan UNY