bina rohani Shalat Sebagai Solusi Permasalahan Manusia o l e h Ibnu S antoso Awal dari keberadaan manusia ialah ketika Allah berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku (Allah) hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” (Al-Qur’an, 2:30). Kata “khalifah” menurut Hamka, ketika men jelaskan kata tersebut dalam tafsir AlAzhar, bermakna “pengganti”. Hamka menjelaskan bahwa gelar “khalifah” diberikan kepada Abu Bakar Sidik sebagai pengganti Nabi Muham mad saw. Artinya, Abu Bakar menggan tikan sebagian fungsi nabi di tengah kaum muslimin. Abu Bakar jelas tidak akan menggantikan kenabian dan kera sulan Muhammad saw. sebab kenabian dan kerasulan sudah berakhir. Dengan analogi di atas, Hamka men jelaskan bahwa yang dimaksud “khali fah” dalam Al-Qur’an, 2:30 adalah peng ganti sebagian dari fungsi Allah dalam mengelola alam semesta sehingga alam menjadi lebih baik. Manusia dengan tu gas sebagai “khalifah”, jelas bukanlah perkara yang muda h. Itulah sebab nya dipertanyakan oleh para malaikat, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumiitu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan me numpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan me muji Engkau dan mensucikan Engkau?” Allah menjawab, “Se sungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Pengetahuan Allah yang menyebabkan tetap memi l ih manusia dijelaskan dalam ayat berikutnya, yaitu Al-Qur’an , 2:31, Dia mengajarkan kepa da Adam nama-nama (benda-benda) selu ruhnya, kemudian men gem ukakann ya kepada para Malaikat lalu berfirman, “Se butkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu
jika kamu memang benar orang-orang yang benar!” Banyak para penafsir yang menje laskan apa yang diajarkan oleh Allah itulah agama atau ajaran yang telah diwahyukan kepada nabi Adam as. Me mang sangat dasar, karena sebagai khal ifah pemula yang harus diketahuinya adalah dasar pengetahuan agama, yai tu nama-nama benda. Tentu saja tidak hanya sekedar nama tetapi juga beri kut dengan fungsi-fungsinya. Sejalan dengan perkembangan jum lah manusia sebagai “khalifah” maka permasalahannya pun semakin ber kembang. Ajaran agama pun semakin kompleks. Dalam ajaranIslam, bahkan untuk bersuci pun telah diatur. Apa sa ja yang bisa digunakan untuk bersuci, syarat-syarat benda yang bisa diguna kan untuk bersuci, dan indikator suci. Subhanallah, Allah Mahatahu. Ia ta hu bahwa manusia mempunyai banyak kelemahan dan permasalahan dalam kehidupannya. Oleh karena itu, dengan rahman dan rahim-Nya, Allah mewajib kan kepada kita untuk memohon (sha lat) kepada-Nya dengan delapan per mohonan dasar yang harus diulang-ulang 17 kali dalam sehari semalam. Allah Mahatahu bahwa setiap saat ma nusia berpotensi men jadi manusia terkutuk dan sesat. Oleh karena itu, Ia mewajibkan kita untuk memohon petunjuk jalan yang lurus kepada-Nya (ih dinash-shirothol mustaqim, shirotol-ladzina an’amta ‘ala yhim ghoyril magh dlubi ‘alayhim waladldlolin).
Di samping kelemahan dasar di atas, Ia juga Mahatahu bahwa manu sia berpotensi menjadi (1) pendosa, (2) kurang kasih sayang, (3) tidak per nah merasa puas (berkecukupan), (4) bermartabat rendah, (5) miskin (harta & ilmu), (6) kehilangan petunjuk (dis orientasi, bingung), (7) dan tidak se hat. Itulah sebabnya, Ia mewajibkan kita untuk memohon ampunan, kasih sayang, kecukupan atau kepuasan, de rajat yang tinggi, kekayaan, petunjuk, kesehatan, dan ampunan. Dengan de mikian, secara teoretis setiap muslim yang telah menegakkan shalat ma ka ia akan menjadi orang yang baha gia sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Allah. “Sesungguhnya berbahagi alah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sha latnya” (Al-Qur’an, 23:1-2). Masalahanya, mengapa orang yang telah mengerjakan shalat tetapi hidup nya tidak bahagia, permasalahan hidup nya menumpuk? Untuk itu marilah kita introspeksi pada diri dengan mengajukan beberaoa pertanyaan berikut. Pertama, sudahkah kita memahami tujuan diwajibkannya shalat bagi kita? Kedua, sudahkan ki ta menjalankan shalat dengan khusyu’, yaitu dengan merendah dan memahami semua permohonan yang kita ucapkan? Keempat, sudahkah kita menjalankan shalat tepat waktu, yaitu setelah adzan (undangan untuk shalat) dikumandan gkan? Kelima, sudahkah kita menegak kan shalat, yaitu semua permohonan yang kita ucapkan dalam shalat (8 per mohonan yang diulang sebanyak 17 ka li) tersebut kita usahakan atau kita raih secara praktis di luar shalat? Ya Allah jadikanlah kami, keluarga kami, dan keturunan kami orang-orang yang pandai menegakkan shalat. Amin.
Ibnu Santoso, M.Hum. dosen Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNY
P e wa ra Din a m i ka m e i 2012
49