Pewara Dinamika Mei 2012

Page 51

bina rohani Shalat Sebagai Solusi Permasalahan Manusia o l e h Ibnu S antoso Awal dari keberadaan manusia ialah ketika Allah berfirman kepada para ma­laikat, “Sesungguhnya Aku (Allah) hen­dak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” (Al-Qur’an, 2:30). Kata “khalifah” menurut Hamka, ketika men­ jelaskan kata tersebut dalam tafsir AlAzhar, bermakna “pengganti”. Hamka menjelaskan bahwa gelar “kha­lifah” diberikan kepada Abu Bakar Sidik sebagai pengganti Nabi Muham­ mad saw. Artinya, Abu Bakar menggan­ tikan sebagian fungsi nabi di tengah ka­um muslimin. Abu Bakar jelas tidak akan menggantikan kenabian dan kera­ sulan Muhammad saw. sebab kenabia­n dan kerasulan sudah berakhir. Dengan analogi di atas, Hamka men­ jelaskan bahwa yang dimaksud “khali­ fah” dalam Al-Qur’an, 2:30 adalah peng­ ganti sebagian dari fungsi Allah dalam mengelola alam semesta sehingga alam menjadi lebih baik. Manusia dengan tu­ gas sebagai “khalifah”, jelas bukanla­h perkara yang muda­ h. Itulah sebab­ nya dipertanyakan oleh para ma­laikat, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (kha­lifah) di bumi­itu orang yang akan membuat kerusaka­n padanya dan me­ numpahkan darah, padahal kami se­nantiasa bertasbih dengan me­ muji Engkau dan mensucikan Eng­kau?” Allah menjawab­, “Se­­­­ su­ngguh­­nya Aku me­nge­tahui apa yang ti­dak kamu ketahui.” Pengetahuan Allah yang menyebabkan te­tap memi­ l­ ih manusia dijelaskan dalam ayat berikutnya, yaitu Al-Qur’an­ , 2:31, Dia meng­­ajarkan kepa­ d­a A­dam nama-nama­ (ben­da-benda­) se­lu­ ruh­­­nya, kemudian me­­n ge­­m ukakan­n ya kepada para Malaikat lalu berfirman, “Se­ butkanlah kepada-Ku na­ma benda-benda itu

jika kamu memang benar orang-orang yang benar!” Banyak para penafsir yang menje­ laskan apa yang diajarkan oleh Allah itulah agama atau ajaran yang tela­h diwahyukan kepada nabi Adam as. Me­ mang sangat dasar, karena sebagai khal­ ifah pemula yang harus diketahuiny­a adalah dasar pengetahuan agama, yai­ tu nama-nama benda. Tentu saja tidak hanya sekedar nama tetapi juga beri­ kut dengan fungsi-fungsinya. Sejalan dengan perkembangan jum­ lah manusia sebagai “khalifah” maka­ permasalahannya pun semakin ber­ kem­­­bang. Ajaran agama pun semakin kompleks. Da­lam ajar­an­Islam, bah­kan untu­k bersuc­i pun telah diatur­. Apa sa­ ja yang bis­a digunaka­n untuk bersuci, syarat-syarat benda yang bis­a diguna­ kan untuk ber­suci­, dan indikator suci. Subhanallah, Allah Mahatahu. Ia ta­ hu bahwa manusia mempunyai banyak kelemahan dan perma­salahan dalam kehi­dupannya. Oleh karena itu, de­ngan rahman dan rahim-Nya, Allah mewajib­ kan kepada kita untuk memohon (sha­ lat) kepada-Nya de­ngan delapan per­ mohonan dasar yang harus diulang-ulang 17 kali dalam sehari semalam. Allah Mahatahu bahwa setiap saat ma­ nusia berpotensi men­ jadi manusia terkutuk dan sesat. Oleh karena itu, Ia mewajibkan kita untuk memohon petunjuk jalan yang lurus kepada-Nya (ih­ dinash-shirothol mustaqim, shirotol-ladzina an’amta ‘ala­ yhim ghoyril magh­ dlubi ‘alayhim waladldlolin).

Di samping kelemahan dasar di atas, Ia juga Mahatahu bahwa manu­ sia berpotensi menjadi (1) pendosa, (2) kurang kasih sayang, (3) tidak per­ nah merasa puas (berkecukupan), (4) bermartabat rendah, (5) miskin (harta & ilmu), (6) kehilangan petunjuk (dis­ orientasi, bingung), (7) dan tidak se­ hat. Itulah sebabnya, Ia mewajibkan kita untuk memohon ampunan, kasih sa­yang, kecukupan atau kepuasan, de­ rajat yang tinggi, kekayaan, petunjuk, kesehatan, dan ampunan. Dengan de­ mikian, secara teoretis setiap muslim yang telah menegakkan shalat ma­ ka ia akan menjadi orang yang baha­ gia sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Allah. “Sesungguhnya berbahagi­ alah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sha­ latnya” (Al-Qur’an, 23:1-2). Masalahanya, mengapa orang yang telah mengerjakan shala­t te­ta­pi hidup­ nya tidak bahagia, perma­sa­lahan hidup­ nya menumpuk? Untuk itu marilah kita introspeksi pada diri dengan mengajukan beberaoa pertanyaan berikut. Pertama, sudahkah kita memahami tujuan diwajibkannya shalat bagi kita? Kedua, sudahkan ki­ ta menjalankan shalat dengan khusyu’, yaitu de­ngan merendah dan memahami semua permohonan yang kita ucapkan? Keempat, sudahkah kita menjalankan shalat tepat waktu, yaitu setelah adzan (undangan untuk shalat) dikumandan­ gkan? Kelima, sudahkah kita menegak­ kan shalat, yaitu semua permohonan yang kita ucapkan dalam shalat (8 per­ mohonan yang diulang sebanyak 17 ka­ li) tersebut kita usahakan atau kita raih secara praktis di luar shalat? Ya Allah jadikanlah kami, keluarga kami, dan keturunan kami orang-orang yang pandai menegakkan shalat. Amin.

Ibnu Santoso, M.Hum. dosen Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNY

P e wa ra Din a m i ka m e i 2012

49


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.