Pewara Dinamika Oktober 2011

Page 1

Volume 12 • nomor 46 oktober 2011

issn 1693-1467

P e w a r a

Dinamika universitas negeri yogyakarta

SAATNYA MENGATuR

P PARKIR DI UNY Meningkatnya volume kendaraan memaksa UNY untuk memikirkan lahan parkir yang representatif.


1 BANGSA BAHASA TANAH AIR

INDONESIA

Iklan layanan ini dipersembahkan oleh Pewara Dinamika • teks: Sismono la ode • foto: www.israindonesia.com


pena redaksi

P e wa r a

Dinamika universitas negeri yogyakarta

PENERBIT HUMAS Universitas Negeri Yogyakarta IJIN TERBIT SK Rektor No. 321 Tahun 1999 ISSN 1693-1467 PENANGGUNG JAWAB Prof. Dr. H. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. (Rektor UNY) PENGARAH Prof. Dr. Hj. Nurfina Aznam, SU., Apt. (Wakil Rektor I) H. Sutrisna Wibawa, M.Pd. (Wakil Rektor II) Prof. Dr. H. Herminarto Sofyan (Wakil Rektor III) PENASEHAT Hj. Sujariyah, M.Pd. (Kepala Biro AUK) Dra. Hj. Budi Hestri Hutami (Kepala Biro AAKPSI) PEMIMPIN UMUM Lena Satlita, M.Si. PEMIMPIN PERUSAHAAN Prawoto, SE. PEMIMPIN REDAKSI Dr. Nurhadi, M.Hum. SEKRETARIS REDAKSI Dian Dwi Anisa REDAKTUR PELAKSANA Sismono La Ode, S.S. REDAKTUR Lina Nur Hidayati, M.M. Rizka, SH. Drs. Wedho Chrisnarto Tusti Handayani, A.Md. Witono Nugroho, S.I.P. Dhian Hapsari.SS. Ariska Prasetyanawati Rhea Yustitie Desain dan Tata Letak Kalam Jauhari FOTOGRAFI Heri Purwanto, SIP. REPORTER Ratna Ekawati, M.A. (FIK) Nur Lailly Tri W., A.Md. (FISE) Dedy Herdito, M.M. (FMIPA) Virga Renitasari, S.S. (FBS) Noor Fitrihana, M.Eng. (FT) Norma Chussnah, S., S.Pd. (FIP) Prayoga, S.I.P. (LPM/Lemlit) Pramushinta Putri Dewanti, S.S. (PPs) SIRKULASI Kusno, S.Pd. Suwanto Sumedi Sudarman Sri Widodo Maryono ALAMAT REDAKSI Jl. Colombo No. 1 Kampus Karangmalang Universitas Negeri Yogyakarta 55281 Telp/Fax 0274 542185 E-mail: pewaradinamika@uny.ac.id Online: www.uny.ac.id

Oktober tiba. Perayaan hari-hari besar nasional dihelai di tanah air, tak terke­ cuali di kampus tercinta UNY. Hanya­ saja,­perayaan di UNY tidak seperti pe­ rayaan di beberapa tempat. Perayaan dua hari besar seperti Hari Kesaktian Pancasila dan Sumpah Pemuda, diraya­ kan secara beragam. Beberapa diskusi dihelai kalangan mahasiswa. Semua itu mengukuhkan kesaktian Pancasila dan kehebatan para pemuda yang melopori satu bangsa, satu bahasa, dan satu ta­ nah air: INDONESIA. Di tengah perayaan, khususnya hari­ Sumpah Pemuda, kami tim redaksi­yang juga banyak digawangi para pe­mu­da­ me­ra­sa terpanggil untuk terus­ ber­kar­ ya.­Hasil cipta, rasa, dan karsa yang ka­ mi buat tentunya tidak seperti para­pemuda di tahun awal-awal pergerakan bangsa ini. Saat itu mereka dengan­se­ ku­at tenaga dan pikiran berusaha mem­ ba­yang­kan pembentukan­ Republik­ In­do­nesia. Kita cukup menerbitkan­ma­ ja­lah­ Pewara Dinamika sebagai sarana­ ko­mu­ni­kasi peran strategis UNY di te­ ngah­kehidupan bangsa ini. Mungkin ti­dak sebesar apa yang dilakukan para­ pe­muda kala itu, akan tetapi sekecil apa­­pun karya anak bangsa harus tetap diapresiasi. Untuk edisi kali ini, laporan utama Pewara Dinamika mengangkat tentang­ ihwal parkir. Jika di saat kampus ini ma­ sih menyandang kampus IKIP, banyak orang berkisah kalau kampus ini penuh dengan lalu lintas sepeda. Onthelonthel pun dikayuh para sivitas akade-

mika. Cerita macet dan kesemrawutan kendaraan pun tidak ada ditemukan. Ber­beda dengan saat ini, kampus yang sudah berstatus Universitas Negeri Yog­ yakarta (UNY) penuh sesak kendaraan. Bukan hanya motor yang memenuhi parkiran kendaraan, akan tetapi mobil turut serta memenuhi halaman kampus Karangmalang ini. Situasi ini memaksa­ kampus untuk segera memikirkan ba­ gaimana mengelola parkir di kawasan kampus menjadi sesuatu yang tidak semrawut, rapi, dan indah. Untuk lebih memahami secara mendalam bukalah halaman rubrik laporan utama. Sementara itu, untuk rubrik berita, Pewara Dinamika tidak lupa menampilkan berita-berita pilihan yang merepresentasikan kegiatan di UNY. Pun halnya rubrik yang lain, seperti rubrik opini, resensi media, bina rohani,cerpen, puisi/ geguritan/tembang, lensa, jendela, tipstips, dan lain-lain turut mewarnai kon­ ten majalah yang kita cintai ini. Tidak mung­kin dalam tulisan ini saya akan pa­par­kan karena keterbatasan ruang. Ada baiknya pembaca melihat-lihat majalah ini. Kami tim redaksi mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang te­ lah membantu penyelesaian majalah ini. Banyaknya kendala di lapangan mem­buat kami sadar bahwa bantuan­ se­mua pihak sangat berarti. Apalagi ban­tuan itu diberikan secara ikhlas dan diniatkan untuk bersama-sama berbuat yang terbaik buat kampus ini. Selamat membaca. 

Redaksi menerima tulisan untuk rubrik Bina Rohani (panjang tulisan 500 kata), Cerpen (1000 kata), Opini (900 ka­ta), Puisi/Geguritan/Tembang (minimal dua judul), dan Resensi Media (500 kata). Tulisan harus dilengkapi de­ngan iden­ti­tas yang jelas, nomor yang bisa dihubungi, pasfoto (khusus Opini), serta keterangan dan sampul media (khu­sus Re­sen­si Media). Kirimkan tulisan An­da me­la­lui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kan­tor Humas UNY. Bagi yang dimuat, ho­nor dapat diambil di kantor Humas UNY.

P e wa ra D i n a m i ka O kt o b e r 2011

1


daftar isi Volume 12 • Nomor 46 oktober 2011

l a po ra n U ta m a

Saatnya Mengatur Parkir di UNY TIM pewara dinamika

Meningkatnya volume kendaraan memaksa UNY untuk memikirkan lahan parkir yang representatif. halaman 6

24

36 opini

berita

BANK BTN DUKUNG UNY DENGAN DIGITAL LIBRARY tuk­­ me­ngembangkan digital library (per­pustakaan digital) berupa 24 unit komputer yang bisa digunakan untuk mengakses informasi. Naskah hasil penelitian...

dokumen humas uny

Universitas Negeri Yogyakarta men­­dapat dukungan dari PT Bank Ta­­bung­an Negara (Persero Tbk) un­

Berita Lainnya • Alat Ukur Besaran Fisika Berhuruf Braille • Membangkitkan Semangat Menulis Artikel Ilmiah • Prestasi Mahasiswa FT UNY Menuju ASEAN

Kado Bulan Bahasa Seorang karib yang pernah mencicipi tinggal di Australia dalam program pertukaran pelajar pernah ber­ se­loroh betapa dongkolnya ia saat di­­e­­jek sebagai tukang bangunan oleh bule... 41 bina rohani 5 bunga rampai 42 cerpen 4 dari pembaca 1 dari redaksi 3 Jendela 22 Kabar dari luar 44 pojok gelitik 44 puisi•geguritan•tembang 40 resensi media perancang sampul: kalam jauhari

2

Pewa r a Din a mik a o kt o b e r 2 0 1 1


jendela PEMUDA Pada Minggu (23/10/2011) sore, seorang pembalap MotoGP asal Italia meninggal di sirkuit Sepang, Malaysia. Namanya Marco Simonceli. Balapan motor tingkat dunia itu pun dihentikan ketika baru memasuki lap kedua, putaran ketika motor Simonceli tersungkur dan ditabrak pembalap lainnya. Simonceli seorang pembalap muda. Usianya baru 23 tahun, seumuran de­ ngan rata-rata mahasiswa yang baru saja ujian skripsi. Rata-rata usia pembalap atau atlet olah raga memang tergolong muda. Tidak banyak atlet yang tetap bertanding ketika usianya memasuki 40 tahun, kecuali atlet catur atau bridge. Para pembalap MotoGP, F1, ataupun pesepak­ bola dunia menikmati kekayaan, kejayaan, dan kenyamanan hidup bak selebritas di usia muda.­ Mereka masih tergolong pemuda, bahkan belia, ketika dibayar mahal mencapai tangga kesuksesan karir profesionalnya. Pemuda seringkali memegang peran utama dalam sebuah sejarah. Banyak rezim diktator terguling berkat demonstrasi yang dipelopori oleh mahasiswa, elemen pemuda kelas mene­ ngah intelektual. Para pemuda seperti Sukarnilah yang memaksa Soekarno untuk memproklamasikan kemerdekaan tanpa harus menunggu pemberian kemerdekaan dari Jepang. Tokoh-tokoh seniman Indonesia seperti­Chai­ ril Anwar dan Wage Rudolf Supratman ataupun tokoh emansipasi perempuan seperti Kartini mencapai puncak karyanya pada saat mereka masih muda. Dan ketiga tokoh Indonesia ini sama-sama mati muda. Sama dengan Simonceli. Ada sebuah kisah mitologi yang menarik ten­ tang Hercules dari Yunani Kuno. Hercules belia bertemu dengan Centaur, manusia berbadan kuda yang bisa meramal masa depan se­se­orang. “Ada dua jalan pilihan hidup yang kelak harus kau pilih,” kata Centaur kepada Hercules. Yang pertama jalan lurus yang akan membawanya pada kehidupan yang nyaman, tenteram, damai, panjang usia, tetapi tidak mem­buatnya terkenal. Yang kedua berupa jalan terjal berliku yang penuh marabahaya, tanta­ngan, kerja keras, penuh gejolak. Jalan ini membuat umurnya pendek tetapi bakal membuatnya dikenang sejarah. Dan kita tahu, lewat cerita itu, Hercules memilih jalan kedua. Kalau disuruh memilih, mungkin saya akan memilih jalan pertama.

Delapan puluh tiga tahun yang lalu, 28 Oktober 1928, para pemuda menandai momentum sejarah dengan­Sumpah Pemuda. Kemerdekaan RI juga disokong oleh militansi pemuda yang se­bagian besar tergabung dalam tentara pelajar. Pada peristiwa G-30-S 1965, para pemuda juga berada di barisan de­monstran yang membawa Soeharto pada tampuk kekuasaan. Tampuk kekuasaan itu lepas kem­bali pada 1998 juga oleh aksi mahasiswa, para pemuda dengan jaket almamater masing-masing perguruan ting­ gi yang dengan bangga mereka kenakan. Terkait dengan hal itu, saya teringat pernyataan Sutan Takdir Alisjahbana ketika meng­ isi seminar di Jurusan Pendidikan Bahasa­dan Sastra Indonesia, IKIP Yogyakarta (1990). “Mesir yang besar dikalahkan Yunani yang terbelakang. Yunani yang besar dikalahkan Roma yang terbelakang. Roma yang besar dikalahkan Eropa Barat yang terbelakang. Eropa Barat yang besar dikalahkan Amerika yang terbalakang. Sekarang, siapa pemuda Indonesia berani berkata, Amerika yang besar dikalahkan Indonesia yang terbelakang?” Pertanyaan STA ini sekali lagi ditujukan bukan pada semua orang Indonesia, tetapi khusus kepada pemuda Indonesia. Pemuda berarti orang-orang yang memiliki karakter atau sikap “muda”, sikap yang berani mengambil resiko, sikap berani mati; sementara orang tua seringkali terlalu berhati-hati sehingga tidak berani bertindak. Pemuda tidak selalu orang yang berusia muda, bisa jadi orang berusia tua pun bisa dikategorikan pemuda asal berjiwa muda. Kata pemuda juga sejajar artinya dengan kata pemberani, orang yang punya sikap berani. Juga sejajar dengan kata sebaliknya: penakut, pemalas, pembohong, pembual, dan lainnya yang dalam bahasa Indonesia berarti “orang yang memiliki sikap kata dasarnya”. Kata-kata itu sedikit berbeda dengan katakata: pelukis, penyanyi, penghibur, penenun, pelamun, dan sebagainya yang memiliki arti “orang yang pekerjaannya: melukis, menyanyi, menghibur, menenun, melamun, dan sebagai­ nya”. Tapi, tahukah Anda arti kata “perawan”? Orang yang pekerjaannya membuat rawan?

Dr. Nurhadi, M.Hum. Pemimpin Redaksi

P e wa ra D i n a m i ka O kt o b e r 2011

3


dari pembaca Kirimkan kritik/komentar/tanggapan Anda mengenai Pewara Dinamika maupun persoalan di seputar kampus Universitas Negeri Yogyakarta. Kritik/komentar/tanggapan harap dilengkapi identitas yang jelas dan dapat dikirim melalui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kantor Humas UNY.

Mempertanyakan Portal dan Sosialisasinya Bersama surat pembaca ini, saya hanya ingin menanyakan kejelasan adanya portal di seputaran UNY. Pada beberapa titik di UNY sudah lama didirikan portal berwarna ora­ nye lengkap dengan pos di tengahnya. Seperti yang saya lihat di pintu masuk UNY sebelah timur dan selatan, di dekat FMIPA, dll. Namun yang belum sampai pada kami adalah kejelasan tujuan dan tindak lanjut adanya portal itu. Jika tujuannya adalah demi keaman­ an, saya sangat setuju. Seperti kita tahu,­ sering terjadi pencurian di UNY. Ba­ik itu pencurian kendaraan bermotor, alat laboratorium, maupun perlengkapan­ mahasiswa seperti handpone dan sebagainya. Adanya portal akan menambah perlindungan pengamanan yang telah ada. Namun jika dengan adanya­portal­ mahasiswa akan ditarik tiket masuk sa­

ya sangat tidak setuju. Saya masih berharap UNY masih menjadi kampus rak­ yat yang tidak hanya orang berduit saja yang bisa masuk ke kampus tercinta ini. Meski sampai sekarang belum sele­ sai,­portal tersebut saya lihat sudah di­ bangun sejak lama. Jika tujuannya baik, saya kira lebih baik dilanjutkan pembangunannya. Namun jika tujuannya meng­komersialisasikan UNY, saya kira

lebih baik dibubarkan saja karena akan merugikan sivitas akademika UNY. Sampai saat ini sosialisasi ke mahasiswa juga belum ada. Sehingga kejelas­ an pembangunan belum sampai pada kami. Mohon jangan lupakan kami para mahasiswa sebagai masyarakat kampus UNY. Terima kasih.

menginspirasi tim redaksi untuk menjadikan tema dalam laporan utama majalah ini. Dalam laporan ini kami telah

melaporkan ihwal parkir, sekaligus dapat menjawab pertanyaan Eka. terima kasih. REDAKSI PEWARA DINAMIKA

Eka Mahasiswa UNY

Tanggapan Surat Pembaca Sebelumnya kami, tim redaksi Pewara Dinamika mengucapkan terima kasih atas surat pembaca saudari Eka yang

Selamat Menempuh PORProv Selamat untuk teman-teman UNY yang turut mengangkat nama baik UNY me­lalui Pekan Olah raga Provinsi­(POR­ Prov)­2011. Saya turut bangga UNY selalu mengirimkan atlet-atlet­ ter­ba­ik­nya­ ke berbagai pertandingan olah raga. 4

Pewa r a Din a mik a o kt o b e r 2 0 1 1

Khu­­­susnya olah raga panjat­ dinding.­ Untuk panjat dinding saja, UNY mengi­ rimkan 6 atlet terbaiknya, 5 dari Hancala FMIPA dan 1 dari Madawirna.­Selamat­ untuk Priska Mestikaning, Hanna Sur­ ya­na, Nur Fitria, Susanti, Eka Wa­reh dan

Vita Ery. Selamat bertanding, teman-teman. Semoga menang dan kejayaan selalu menjadi milik kalian beserta UNY. Semangat! Dayang Sumbi Alumni UNY


tips tips Temukan Banyak Manfaat pada Jeruk Nipis Ol e h Ni r ma l a Memutihkan Kulit Manusia memiliki warna kulit yang tidak sama satu sama lain. Selain fak­ tor­genetik, ada juga beberapa faktor lain, seperti iklim dan cuaca. Kulit wajah ada­lah bagian yang paling penting, khu­sus­nya bagi kaum wanita. Karena itu, kaum wanita melakukan beberapa­ upaya untuk membuat kulit wajah men­ja­di putih bersih dan menarik. Semu­la, baik kedokteran maupun di salon kecantikan, memutihkan kulit dilakukan dengan cara pengelu­ pas­an sel-sel mati oleh produk dengan­ bahan-bahan aktif, hanya dengan­ meng­konsumsi dan membalur tubuh (ba­gian-bagian tertentu pada tubuh) de­ngan jeruk nipis, kulit menjadi lebih­ putih. Salah satu manfaat jeruk nipis di bidang kecantikan adalah­kandung­ an vitamin C yang dapat membuat kulit menjadi putih, halus, dan ken­cang. Buah ini memiliki kandungan vitamin C yang bermanfaat sebagai antioksi­ dan. Vitamin C yang memiliki ikatan L dalam setiap molekulnya, bagus untuk mencerahkan warna kulit. Melebatkan Rambut Ingin mempunyai rambut yang lebat­ anda dapat melakukan perawatan rutin yaitu dengan Satu butir kuning telur ayam­kampung dikocok dengan perasan 3 butir jeruk nipis kampung sampai rata. Gosokkan pada­kulit kepala, pijitpi­jit sampai merata, biarkan­selama 2 jam baru dibilas dengan­sampo merang­ agar rambut menjadi­mengkilap­dan lebat. Sampo merang dibuat dari 1 ikat me­rang, dibakar sampai­menjadi arang, bukan abu, rendam dalam air dan bi­ ar­­kan semalaman. Saring, dan sampo merang siap untuk keramas. Bau Badan Ada dua cara untuk menghilangkan bau badan dengan jeruk nipis. Pertama, potong jeruk nipis yang cukup be-

sar menjadi 2 bagian, olesi bagian irisan dengan kapur sirih tipis-tipis. Oleskan ke ketiak setelah mandi. Biarkan selama 5 menit lalu dibilas, lalukan tiap pagi dan sore. Kedua, beberapa helai (10) daun muda jeruk nipis ditumbuk sampai halus, dilumatkan, pulung kecil-kecil seperti pil, makan 3 kali sehari. Menyembuhkan Penyakit Di Indonesia jeruk nipis sering diman­ faatkan untuk mengatasi berbagai­ma­ cam penyakit seperti disentri,­sembelit, ambeien, haid tak teratur, difteri, jera­ wat, kepala pusing, ba­tuk,­bau ba­dan,

m e­­­n a m ­­ bah­ nafsu­ m a k a n ­­, m e n­c e g a h­ ram­but­ rontok,­­ ketombe,­flu, de­ mam, terla­lu gemuk,­ a­man­­­­­del, anyang-an­yang­­­­ an (kencing­terasa sakit),­mimisan,­ dan ra­dang hidung. Jeruk nipis juga efek­tif mencegah timbul­nya batu ginjal. Jeruk nipis mengandung sitrat yang tinggi, sementara banyak penderita­ba­ tu ginjal memiliki kadar sitrat yang rendah. Kandungan sitrat jeruk nipis lokal (citrus aurantifolia swingle) se­pu­luh kali lebih besar diban­ding kandungan sitrat pada jeruk keprok atau enam kali lipat dari jeruk manis. Kan­dungan sitratnya mencapai 55,6 gram per kilogramnya. (Di kutip dari beerbagai sumber.)

Nirmala Staf Humas UNY

P e wa ra D i n a m i ka O kt o b e r 2011

5


laporan utama

SAATNYA MENGATuR PARKIR DI UNY Meningkatnya volume kendaraan memaksa UNY untuk memikirkan lahan parkir yang representatif. Oleh sismono l a od e

S

ebuah bangunan belum lengkap­ dan belum bisa disebut bangun­ an apabila tak memiliki lahan­ par­­kir yang memadai dan me­ me­nuhi standar, terlebih bagi ba­­ngunan yang diakses oleh publik. La­h­an parkir merupakan ‘harga mati’­ yang tidak bisa ditawar dan harus disediakan oleh pemilik bangunan.­Tak cu­ kup lahan, beberapa persyaratan pun mesti dipatuhi agar pengendara nya­ man­dan merasa aman saat meninggalkan kendaraan mereka. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan pelataran­ parkir, idealnya sebagai berikut, besar­ nya satuan ruang parkir yang dipenga­ ruhi oleh jenis kendaraan, sudut parkir, lebar, jalur pejalan kaki, sirkulasi arus kendaraan, penahan roda (khususnya roda 4), rambu parkir dan sebagai pelengkap adalah tanaman. Begitupun dengan sarana parkir yang berada di Kampus Universitas Ne­ ge­ri Yogyakarta. Dengan semakin­me­ ning­­kat­nya jumlah kendaraan bermo­tor yang dititipkan seyogyanya diimbangi­ de­ngan meningkatnya sistem­keaman­ an milik kampus.­

Selain lokasi yang mudah diakses dan nyaman, ada yang tak kalah pen­ ting­yaitu rasa aman (savety). Hal itu ten­tu tidak bisa kita serahkan sepenuh­ nya­pada pengelola parkir, sebab sebagai pe­ngen­dara pun sudah sepatutnya memperhatikan keamanan kendaraan. Langkahnya pun cukup sederhana. Mi­ salnya dimulai dari melengkapi kuncu­ pengaman, sebab jika hanya mengandalkan kunci setang sudah biasa bagi kejadian pencurian. Ada baiknya pemilik kendaraan memasang kunci pengaman tambahan. Saat ini di pasaran su­ dah beredar banyak pilihan kunci pengaman tambahan. Sebut saja kunci roda, kunci setang rahasia, alarm, gembok, rantai, kunci cakram, dan lain sebagainya. Kiat berikutnya adalah mengamankan barang bawaan karena aksesoris­inipun menjadi sasaran empuk si panjang tangan. Catatan paling penting adalah jangan pernah menyimpan surat-surat­ motor seperti BPKP, STNK, maupun SIM di bagasi motor. Cara ini memang meminimalisir tertinggalnya surat-surat­pen­­ ting tersebut, namun berisiko lebih­besar jika benar-benar terjadi pencurian­ kendaraan. Cara terakhir­ini yang pa­ ling utama, yaitu memarkirkan kenda­ raan di tempat parkir yang disediakan di banyak sudut kampus. Jangan karena alasan lebih praktis, lebih cepat, le­ bih dekat, atau hanya ditinggal sebentar saja, kita memarkirkan kendaraan di sembarang tempat, misalnya di pinggir jalan. Jika pengamanan parkir hanya mengandalkan petugas parkir tentu berat

sebelah, sebab tugasnya sudah berat dan tidak efektif jika harus mengaman­ kan sekian banyak kendaraan­yang par­ kir.­Sebut saja Pak Wasroni, petugas par­ kir yang sudah 27 tahun mengabdi­di UNY khususnya di Fakultas Bahasa­dan Seni (FBS). Bapak beranak 2 ini mencermati adanya peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang signifikan dari tahun ke tahun. Menjaga parkir kenda­ raan bukanlah hal mudah semudah mem­balikkan telapak tangan. Sebagai perbandingan dengan kampus tetangga, Universitas Gadjah Mada (UGM) telah memberlakukan peraturan baru terkait parkir yang berawal dari banyaknya keluhan sivitas akademika­ yang kehilangan kendaraannya. Hal ini terjadi seiring bertambahnya mahasis­ wa baru setiap tahun yang tidak seban­ ding dengan tingkat kelulusan mahasiswa lama. Pertambahan kuantitas ken­da­ra­an bermotor secara terus-menerus ini dikhawatirkan menelan jumlah kapasitas lahan parkir. Sistem baru ini dinamakan Pengendalian dan Peng­ awasan Kendaraan Bermotor Kawasan Kampus UGM dengan Penerapan Portal dan Kartu Identitas Kendaraan (KIK). Bagaimana dengan UNY sendiri?­Tak berbeda jauh dengan UGM, berbagai­keluhan pun muncul ke permuka­an. Menanggapi keluhan-keluhan tersebut,­ UNY tidak berdiam diri. Rumusan-ru­ mus­­an untuk mengantisipasi­ persoalan­ parkir ini terus digodog UNY. Salah sa­ tunya adalah yang baru akan beroperasi, yaitu sistem portal elektronik. Pengendara tak perlu cemas, sistem­ portal elektronik ini bukan sebagai


ajang komersil kampus. Justru portal­ ini akan mengatur kendaraan yang ma­ suk ke zona UNY. Bagi pengendaran yang mempunyai ’kartu identitas’ tidak dikenakan uang karcis, akan tetapi bagi yang tidak mempunyai ’kartu identitas’, maka akan dikenakan uang karcis. Dan, sivitas akademika UNY dipastikan akan memiliki ’kartu identitas’. Pengaturan ini akan berdampak pada keamanan dan ketertiban di dalam kampus. Nantinya diharapkan mahasiswa lebih tenang belajar, kampus pun menjadi rapi, tidak banyak pengemis, pemulung, atau PKL yang berkeliaran di dalam UNY, dan satpam sebagai pe­ nanggung jawab keamanan-ketertiban­

bisa bekerja lebih maksimal. Semoga sistem ini bisa diterima dan dijaga selu­ ruh warga UNY. Semoga sistem terbaru ini mampu menjadi solusi yang efektif bagi warga UNY. Pada akhirnya, kampus UNY bukan ha­ nya milik petugas keamanan saja na­­mun milik semua sivitas akademika yang ada di dalamnya. Jangan sampai­ kejadian beberapa bulan yang lalu saat UNY digemparkan dengan hilangnya mo­­tor milik mahasiswa UNY terulang kem­bali. Bagaimana peraturan dan kemajuan UNY dalam mengelola parkir? Lantas seperti apa terobosan-terobosan yang dilakukan oleh jajaran pengelola kam-

pus, dan bagaimana kiat berkendara sa­ at parkir? Hal itu akan diangkat secara lengkap dan lugas oleh Pewara Dinami­ ka edisi kali ini. Temukan jawabannya dalam laporan utama berikut! 


laporan utama

Menuju Konsep Baru Parkir UNY Memarkir kendaraan memang bukan hal yang sulit. Namun memastikan kendaraan kita aman dan dijaga baik masih sedikit mencemaskan. Saling percaya sangat dibutuhkan antara pemilik kendaraan petugas parkir. Oleh Rh e a Y us t i t i e

Parkir di depan pagar pintu masuk salah satu gedung kuliah FMIPA. Di tempat ini parkir tidak diperbolehkan tetapi tetap dilanggar.

K

endaraan bukanlah hal yang sama de­ngan tas atau telepon genggam yang senantiasa mudah dibawa dan diangkat kemana-mana. Pada saat kita harus masuk ruang kuliah tak mungkin kita­akan membawa serta kendaraan. Pasti kita akan menitipkan kendaraan di tempat parkir ter­ dekat yang sudah disiapkan. Menitipkan kendaraan pun harus menaati tata tertib yang berlaku di tempat parkir tersebut. Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi semakin banyak pula jumlah kendaraan yang diproduksi. Bahkan ternyata ketersedian ruang parkir di UNY semakin berkurang. Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang dititipkan seyogyanya diimbangi dengan

meningkatnya sistem keamanan milik kampus. Sempat beberapa bulan yang lalu UNY digemparkan dengan hilangnya motor milik mahasiswa UNY. Puncaknya adalah bulan Februari 2011 ada 2 mahasiswa ilmu sosial yang mela­ porkan kehilangan motor di tempat parkir Stu­ dent Centre (SC) UNY. 2 unit kendaraan bermotor merk Honda Megapro dinyatakan hilang. Salah satu korban kehilangan motor bernama Alih Karyanto mahasiswa jurusan Pendidikan Sosio­ logi 2008, UNY.

foto-foto:TIM pwara dinamika

8

Pewa r a Din a mik a o kt o b e r 2 0 1 1

Sistem keamanan UNY Menurut Suyatno, Kepala Satuan Keamanan UNY, sistem keamanan kampus mulai tahun 1997 sifatnya pengamanan berbasis sentrali­ sasi. “Satpam pusat punya tugas sebagai ko­ man­do masing-masing petugas keamanan fa­ kultas,” jelas Suyatno. “Misalkan ada sepuluh orang petugas keamanan maka kesepuluh petugas tersebut dibagi untuk masing-masing­fakultas dan rektorat yang tugasnya menjaga keamanan,” tambahnya. Namun setelah tahun 1997 pengamanan berbasis sentralisasi dirasa kurang tepat mengingat bertambahnya jumlah kendaraan bermotor dan semakin meluasnya wilayah kampus. Akhirnya tiap fakultas mela­ kukan otonomi atas sistem keamanan. Tiap fakultas berhak mengatur sendiri kebijakan keamanan per fakultasnya. Jika dibandingkan universitas tetangga memang UNY masih belum cukup baik dibanding­ kan UGM. UNY masih dalam tahap perkembang­ an dalam menemukan sistem keamanan yang lebih baik lagi. Terhitung sejak September 2009, UGM mulai merumuskan sistem perparkiran baru untuk menyikapi membludaknya jumlah kendaraan bermotor di kawasannya. Sistem baru ini dinamakan Pengendalian dan Pengawas­ an Kendaraan Bermotor Kawasan Kampus UGM


laporan utama

dengan Penerapan Portal dan Kartu Identitas Kendaraan (KIK). Direktur Pengelolaan dan Pemeliharaan Aset UGM, Dr. Ing. Singgih Hawibowo, mengungkapkan, kebijakan untuk memberlakukan portal dan KIK bagi sivitas akademika UGM dimaksudkan untuk mewujudkan sistem pengendalian­ dan pengawasan kampus yang ramah ling­ kungan atau educopolis. Tujuan penerapan Portal dan KIK antara lain untuk pembatasan akses dari publik yang tidak berkepentingan dengan UGM untuk menjaga ketenangan proses pembe­ lajaran dan menekan potensi kecelakaan lalu lintas, polusi udara, polusi suara, dan pelanggaran hukum di kawasan kampus dan masih banyak lagi. Kebijakan parkir FIS(E) Sebelum Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi­ (FISE) dipecah menjadi FIS dan FE, mantan Wa­kil Dekan II FISE mempunyai satu kebijak­ an yang dirasa cukup bijaksana bagi sebagian mahasiswa FISE. Kala itu Dr. Sugiharsono, M. Si menginstruksikan adanya stiker bercap FISE di tiap kendaraan bermotor mahasiswa FISE. Latar belakang diadakanya kebijakan ini adalah melu­apnya kendaraan bermotor khususnya sepeda motor di tempat parkir milik FISE. Setelah ditelusuri ternyata bukan hanya mahasiswa FISE saja yang parkir di sana melainkan mahasiswa FBS juga FMIPA. Stiker berbentuk belah ketupat yang berwarna merah, kuning dan biru itu sangat mudah didapatkan. Mahasiswa ha­nya tinggal mem-fotocopy STNK dan KTM dan kemudian menyerahkan ke bagian urusan umum dan perengkapan FISE untuk ditukarkan dengan stiker. Letak penempelan pun terserah si empunya kendaraan. Menurut Juwandi, petugas parkir FE kebijak­

an yang berawal sejak 2009 ini memang punya efek yang lumayan baik. “Sejak diberlakukan­ nya kebijakan ini, meski tidak dipungkiri bahwa parkiran selalu membludak tapi setidaknya su­ dah lebih berkurang dari sebelumnya dan ha­ silnya bisa lebih rapi,” tambah Juwandi. “Kebijakan yang dirasa cukup baik ini tetap saja ada kelemahannya, ada banyak mahasiswa yang kurang sadar sehingga tidak pernah meminta stiker penanda tersebut,” ujar Juwandi. Stiker pun punya kelemahan mudah ditiru dan kemudian dicetak. Sehingga stiker versi palsu pun mudah digandakan. Namun menurut Juwandi yang bekerja sejak 2007, peristiwa curanmor tidak pernah mampir ke FISE. Bisa dikatakan FISE aman dari tindak curanmor. Alat parkir baru UNY Alat parkir baru ini diberi nama Portal Elek­ tronik. Portal ini mulai diuji coba pengoperasi­ annya sejak tanggal 1 November 2011. Namun, UNY belum bisa memastikan sampai kapan uji coba ini berakhir. ”Akhir uji coba portal elektro­ nik ini tentatif karena kami masih melengkapi

Salah satu portal di depan pintu masuk utama boulevard UNY.

mahasiswa baru FBS sedang melancarkan aksi yel-yel.

P e wa ra D i n a m i ka O kt o b e r 2011

9


laporan utama peralatan itu dengan berbagai kebutuhan se­ perti pengadaan komputer, sensor, dan kame­ ra pengintai. Selain itu, kami juga mengakomo­ dasi usulan-usulan dari civitas akademika UNY supaya sistem ini bisa memberi solusi yang tepat bagi masalah parkir di UNY,” ujar Prawoto, S.E., Kabag Umum Hukum Tata Laksana dan Perlengkapan. Rencananya, portal elektronik ini akan dise­ bar ke seluruh lini UNY dengan cara bertahap. Mekanisme kerjanya adalah dengan sistem kar­ tu identitas kendaraan. Seluruh kendaraan mi­ lik mahasiswa, dosen, dan pegawai UNY akan diidentifikasi ciri-ciri fisiknya untuk selan­jut­ nya dibuatkan sebuah kartu. Kartu itulah yang menjadi kunci masuk dan keluar dari kawas­ an UNY. Caranya dengan menunjukkan kartu tersebut ke arah sensor. Sementara ini, dalam rentang waktu persiap­ an pengadaan kartu tersebut, akan diberlakukan sistem karcis. Karcis ini sebagai pengidentifikasi kendaraan bermotor, bukan sebagai tiket pembayaran kendaraan yang masuk ke UNY. Kritik Suprihatin, Mahasiswa Pendidikan Matematika, yang kini tengah menyusun proposal skrip-

10

Pewa r a Din a mik a o kt o b e r 2 0 1 1

si berpendapat bahwa pembangunan di FMIPA tidak lantas “memakan” lahan parkir. “Tempat parkir di FMIPA luas sekali dan dilengka­pi ba­ nyak atap, sehingga motor-motor tidak harus selalu kepanasan dan kehujanan. Apalagi kawasan ini masih cukup rindang. Penataannya rapi dan pengamanan dari penjaga parkir juga­ baik,” tutur Suprihatin. Namun Suprihatin cukup kritis juga menanggapi kondisi parkir di UNY yang dinilai­ nya masih semrawut. “Pertambahan populasi kendaraan bermotor harus disikapi serius karena terbatasnya lahan parkir. Jangan sampai tahun-tahun ke depan kendaraan bermotor tidak mendapatkan tempat parkir yang layak, sehingga rawan hilang. Beberapa universitas, seperti­ UGM sudah tegas memberlakukan strategi pe­ nekanan populasi kendaraan bermotor yang lalu lalang di kampusnya. UNY pun akan menyu­ sul dengan kebijakan keamanan yang baru. Belajar dari Pengalaman Tentu kita tidak boleh tinggal diam dan menyerahkan tanggung jawab atas keamanan kendaraan di tempat parkir begitu saja kepada­pen­ jaga parkir. Ada beragam cara yang bisa ki­ta gunakan untuk meminimalisir risiko kehi­lang­


laporan utama an. Ahmad Yulianto, pengunjung setia­Per­pus­­ ta­­ka­­an Pusat, menceritakan pengalaman­ trau­ ma­tisnya kepada Pewara di parkiran UPT. Ia menuturkan bahwa traumanya akan kehi­lang­ an aksesoris keselamatan sepeda motor membuatnya lebih waspada karena efeknya bertubi-tubi. Amad pernah kehilangan helmnya di Puskom UNY tahun 2008. Karena helmnya hilang sewaktu ia berkkendara harus rela ditilang polisi. Keselamatan dan kenyamanan pun harus diutamakan juga. Contohnya seperti memakai helm dan membawa surat-surat yang lengkap,” cerita Ahmad sembari mengunci helm berme­ reknya di sela-sela jok motor. Hal ini selalu dilakukannya sebagai pembelajaran atas peristiwa yang diceritakannya tersebut. Dari kiat-kiat yang telah dijabarkan tersebut, Vivi Ervina sudah melakukannya. Pemilik motor plat BE 8336 NV ini sejak awal membeli motor sudah berinisiatif mengganti kunci kontak motor yang orisinil dengan kunci setang rahasia. “Cara kerjanya, tanpa kunci khusus ini, jika kontak berhasil dibobol dengan kunci T, mi­ salnya, mesin tetap tidak mengalirkan listrik, sehingga motor pun tidak bisa menyala. Saya memilih pengaman tambahan ini karena lebih tenang daripada alarm yang bunyinya meng-

ganggu orang lain. Walaupun terpaksa harus membongar kunci aslinya, setidaknya perasaan saya lebih tenang meninggalkan motor selama­ apapun,” terangnya sambil menunjukkan kunci motor khususnya yang bergagang hitam. Profil Keamanan tempat parkir kendaraan tidak ter­lepas dari jasa tukang parkirnya. Adapun,­ Wasroni yang hampir 27 tahun bekerja untuk­ menjaga keamanan FBS. Bapak 2 anak ini terke­ nal akan keramahannya di kalangan mahasis­ wa-mahasiswa FBS. Tidak jarang ada mahasis­ wa ngeyel dan bandel yang sembarangan me­­na­ruh motor. Sudah salah menaruh motor­ ditambah lagi mengunci stang motor, jelas­ini hal yang paling membuat jengkel petugas. Roni punya trik khusus jika sudah ada mahasiswa yang bertindak seperti itu. Roni akan menggembosi ban sepeda motor tersebut! Jangan salah paham, Roni berbuat demikian agar mahasis­ wa yang melakukan kesalahan akan jera. Tidak hanya itu Roni pun menyiapkan pompa ban di pos jaga parkirnya. Kisah Roni pun berwarna, ada sedih juga senang tapi Roni mengaku bahwa selama ini cukup sejahtera bekerja di UNY.­ 

Rektor UNY (kanan) menyaksikan Wakil Rektor III berjebat tangan dengan mahasiswa baru UNY.

P e wa ra D i n a m i ka O kt o b e r 2011

11


laporan utama

Kiat Aman, Nyaman, Selamat Hanya mengandalkan jasa penjaga parkir untuk mengamankan kendaraan bukanlah solusi yang cerdas. Bagaimanapun, keamanan merupakan tanggung jawab bersama. Oleh Ar is k a P rase t yanawat i

A

Meskipun sudah tertulis dilarang parkir di kawasan parkir mobil di depan Perpustakaan UNY, pengendara motor tetap memaksa memarkir kendaraan nya.

“Saya pernah kehilangan helm di Puskom tahun 2008 sekitar jam empat sore. Saya tidak mau ambil pusing karena helm itu harganya mu­rah. Namun, justru kejadian itu yang membuat saya harus membayar mahal. Nyatanya, seorang polisi melintas dan akhirnya menghentikan saya yang sedang meluncur ke kos di Jalan Kaliurang. Semakin apes rasanya karena­sa­ya tidak membawa SIM. Saya benarbenar ke­habisan nyali karena dimarahi polisi. Uang di dompet pun habis untuk bayar tilang dan membeli helm baru lagi. Menurut saya, berkendara yang baik tidak hanya sebatas keamanan saja. Keselamatan dan kenyamanan pun harus diutamakan juga. Contohnya­seperti­me­ makai­helm dan membawa surat-surat yang lengkap,”­cerita Ahmad sembari mengunci helm bermerek­nya di sela-sela jok motor. Hal ini selalu dilakukannya sebagai pembelajaran atas peristiwa yang diceritakannya tersebut.

da satu hal yang harus kita pahami sejak awal kita memilih kendaraan sebagai akomodasi pendukung akti­ vi­tas di kampus, maupun di berbagai­ tempat. Keamanan kendaraan tidak seratus per­ sen menjadi tanggung jawab penjaga atau pe­ ngelola lahan parkir saja. Sebagai pemilik yang bertanggung jawab, kita harus lihai membaca situasi saat ini. Di berbagai media dikabarkan adanya fakta bahwa tingkat pencurian terus meningkat, bahkan di siang terik sekali pun. Tentu kita tidak boleh tinggal diam dan menyerahkan tanggung jawab atas keamanan ken­ daraan di tempat parkir begitu saja kepada­pen­ jaga parkir. Ada beragam cara yang bisa kita gunakan untuk meminimalisir risiko kehi­lang­ an. Ahmad Yulianto, pengunjung seti­a Per­pus­ takaan Pusat, menceritakan pengalaman­tra­ u­matisnya kepada Pewara di parkiran UPT. Ia menuturkan bahwa akan kehi­lang­an aksesoris keselamatan sepeda motor membuatnya lebih waspada karena efeknya bertubi-tubi.

foto-foto:Riska dan Rhea/pwara dinamika

12

Pewa r a Din a mik a o kt o b e r 2 0 1 1

Harus Diperhatikan! Jaminan rasa aman yang kuat akan memba­ wa dampak positif terhadap semangat dan konsentrasi saat sibuk beraktivitas. Meninggalkan kendaraan bermotor di tempat parkir bukan salah satu cara saja untuk mengamankan ken­ da­raan. Masih ada cara yang lain yang bisa dite­ rapkan supaya kita bisa memarkir kendaraan tanpa merasa was-was akan kehilangan benda berharga tersebut. Kunci setang tidak bisa lagi terus diandalkan kegunaannya karena pencuri kendaraan sudah sangat mengerti seluk beluk kunci ini. Hanya dengan sebatang kunci “letter T” saja pencuri bisa mengalahkan kunci setang dan menyalakan paksa mesin motor. Ada baiknya pemilik kendaraan memasang kunci pengaman tambahan. Saat ini di pasaran sudah beredar banyak pilihan kunci pengaman tambahan. Sebut saja kunci roda, kunci setang rahasia, alarm, gembok, rantai, kunci cakram, dan lain sebagainya. Kiat berikutnya adalah mengamankan ba-


laporan utama

rang bawaan karena aksesoris inipun menjadi sasaran empuk si panjang tangan. Hampir di semua tempat parkir dituliskan supaya pengendara mengamankan sendiri barang bawaannya dengan tidak meninggalkan begitu saja di kendaraan. Helm, jaket, dan jas hujan bisa dibawa serta atau dikunci di bagasi motor. Catatan pa­ ling penting adalah jangan pernah menyimpan surat-surat motor seperti BPKP, STNK, maupun SIM di bagasi motor. Cara ini memang meminimalisir tertinggalnya surat-surat penting tersebut, namun berisiko lebih besar jika benar-benar terjadi pencurian kendaraan. Cara terakhir ini yang paling utama, yaitu memarkirkan kendaraan di tempat parkir yang disediakan di banyak sudut kampus. Jangan karena alasan lebih praktis, lebih cepat, lebih dekat, atau hanya ditinggal sebentar saja, kita memarkirkan kendaraan di sembarang tempat, misalnya di pinggir jalan. Pencuri yang mahir hanya membutuhkan waktu satu menit saja untuk membobol incarannya. Parkirlah di tempat parkir resmi! Selain lebih aman, kita bisa sekalian berolahraga dengan berjalan kaki ke tempat tujuan kita.

ma apapun,” terangnya sambil menunjukkan kunci motor khususnya yang bergagang hitam. Selain itu, hal lain yang diterapkan Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia­ ini adalah memarkir motornya di tempat semestinya. Senasib dengan Ahmad Yulianto de­ ngan pengalaman kehilangan helm, Vivi Ervina pun memiliki pengalaman yang tidak menye­ nangkan saat ia parkir kendaraan. Menurut peng­akuannya, beberapa tahun lalu, sistem par­kir di UNY belum setertib saat ini. Kondisi ini semakin memuluskan dirinya yang malas berjalan jauh, sehingga ia parkirkan saja motor di halaman dekanat. Lantas, selesai urusan­ nya di dekanat yang hanya memakan durasi se­kitar 10 menit saja, ia mendapatkan malu yang luar biasa. “Saya kapok parkir sembarangan karena pernah menemukan helm saya ada di dalam tong sampah. Padahal itu helm baru yang saya beli dari hasil menabung. Wah, jadi kotor dan bau! Rasanya malu bukan main karena sempat jadi tontonan sinis mahasiswa lain. Awalnya sempat dongkol juga dengan model teguran dari penjaga parkir seperti ini. Tapi saya berpi­ kir memang saya yang salah,” tuturnya diiringi tertawa. Kini, ia tidak mau lagi parkir di sembarang tempat hanya karena alasan lebih dekat dan lebih praktis. Selain merasa resah karena meninggalkan kendaraan tanpa jamin­ an keamanan, parkir di sembarang tempat juga dinilainya mengganggu kelancaran jalan. 

salah satu tempat parkir di salah satu fakultas di UNY.

Belajar dari Pengalaman Dari kiat-kiat yang telah dijabarkan tersebut, Vivi Ervina sudah melakukannya. Pemilik motor plat BE 8336 NV ini sejak awal membeli motor sudah berinisiatif mengganti kunci kontak motor yang orisinil dengan kunci setang rahasia. “Cara kerjanya, tanpa kunci khusus ini, jika­ kontak berhasil dibobol dengan kunci T, misalnya, mesin tetap tidak mengalirkan listrik, sehingga motor pun tidak bisa menyala. Saya memilih pengaman tambahan ini karena lebih tenang daripada alarm yang bunyinya mengganggu orang lain. Walaupun terpaksa harus membongar kunci aslinya, setidaknya perasaan saya lebih tenang meninggalkan motor sela-

P e wa ra D i n a m i ka O kt o b e r 2011

13


laporan utama

Parkirlah Kendaraanmu di Tempat Parkir! Jumlah pengguna kendaraan bermotor dari tahun ke tahun semakin meningkat. Perlu bukti? Coba tengok tempat parkir masing-masing fakultas, bandingkan dengan tahun kemarin! Oleh Rh e a Y us t i t i e

T

idak dipungkiri bahwa imbas dari se­ ma­kin berkembangnya teknologi­adalah meningkat pula jumlah pemilik ken­ daraan bermotor. Ditambah semakin mudahnya cara orang mendapatkan ken­da­ra­an bermotor (membayar dengan sistem­ kredit-red) maka semakin banyak orang membeli kendaraan bermotor. Hal ini diamini oleh Wasroni, petugas parkir FBS UNY. Roni menceri­ takan pengalamannya bekerja, menurutnya tahun 1980-1990-an motor dan mobil masih sa­ ngat sedikit. Sepetak lahan parkir saja masih si­sa untuk tempat parkir. Bandingkan dengan se­ka­rang rata-rata setiap mahasiswa membawa ken­daraan, hal ini menyebabkan setiap tempat­ parkir di UNY penuh. Tidak ada lagi sudut-sudut tempat parkir yang tersisa. Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang dititipkan seyogyanya diimbangi dengan meningkatnya sistem keamanan milik kampus. Beberapa bulan terakhir UNY digemparkan­de­ ngan hilangnya motor milik mahasiswa UNY. Puncaknya adalah bulan Februari 2011 ada 2 ma­ha­sis­wa ilmu sosial yang melaporkan kehi­ lang­an motor di tempat parkir Student Centre (SC) UNY. 2 unit kendaraan bermotor merk Hon­ da Megapro dinyatakan hilang. Salah satu korban bernama Alih Karyanto, ia merasa bahwa pencurian ini salah satu bentuk konspirasi. Bahkan Alih bersikeras meminta ganti rugi kepada pihak UNY. Oleh pihak UNY Alih memang dijanjikan sejumlah uang pengganti namun dari pihak Alih belum mau menerima karena measa uang yang dijanjikan belum cukup.

14

Pewa r a Din a mik a o kt o b e r 2 0 1 1

foto-foto:TIM pewara dinamika

Sistem keamanan UNY Menurut Suyatno, Kepala Satuan Keamanan­ UNY, sistem keamanan kampus mulai tahun 1997 sifatnya pengamanan berbasis sentralisa­ si. “Satpam pusat punya tugas sebagai komando masing-masing petugas keamanan fa­ kul­tas,” jelas Suyatno. “Misalkan ada sepuluh­ orang petugas keamanan maka ke-sepuluh

petugas tersebut dibagi untuk masing-masing fakultas dan rektorat yang tugasnya menjaga ke­amanan,” tambahnya. Namun setelah tahun 1997 pengamanan berbasis sentralisasi dirasa kurang tepat mengingat bertambahnya jumlah kendaraan bermotor dan semakin meluasnya wilayah kampus. Akhirnya tiap fakultas me­ la­kukan otonomi atas sistem keamanan. Tiap fakultas berhak mengatur sendiri kebijakan keamanan per fakultasnya. Koordinasi keamanan rektorat meliputi gedung rektorat sendiri, Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM), Lembaga Penelitian (LemLit), Masjid Mujahiddin dan SC. Ada 10 orang anggota keamana yang bertugas di pusat. Sistem pembagian kerja dilakukan dengan sitem shift. Masing-masing petugas wajib melakukan pa­ troli untuk meningkatkan kewaspadaan di tiap tugasnya, selalu memperhatikan letak kendaraan bermotor yang tidak berada di tempat parkir dan juga selalu melakukan koordinasi dengan kantor polisi terdekat yaitu, Kantor Polisi Bulaksumur. Tiap shift petugas keamanan UNY memiliki­ jam kerja 24 jam yang dibagi menjadi 3 shift, pukul 07.00-14.00, 14.00-22.00, dan 22.00-07.00. Masing-masing shift diharapkan menjaga ke­a­ man­an kampus dengan penuh tanggungja­wab. Terjadinya tindak pencurian beberapa bulan­ yang berdampak pada citra UNY yang terkesan tidak aman padahal setelah diinvestigasi yang sering terjadi pencurian itu di wilayah bulaksu-


laporan utama

mur. Data lain pun menyebutkan bahwa kenda­ raan bermotor yang sering hilang di kawasa UNY ternyata tidak berada dalam lingkup peng­ awasan keamanan. Misalnya. Motor diparkir sem­barangan, motor hilang di depan gedung rek­torat padahal di depan rektorat memang tidak ada tempat parkir. Suyatno menambahkan bahwa keamanan pun semata-mata bukan tugas petugas, ada baiknya lembaga memikirkan adanya penambahan kawasan parkir. Belajar dari FIS(E) Sebelum Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi (FISE) dipecah menjadi FIS dan FE, mantan Wakil Dekan II FISE mempunyai satu kebijakan yang dirasa cukup bijaksana bagi sebagian mahasiswa FISE. Kala itu Dr. Sugiharsono, M. Si meng­instruksikan adanya stiker bercap FISE di tiap kendaraan bermotor mahasiswa FISE. Latar belakang diadakanya kebijakan ini adalah melu­ apnya kendaraan bermotor khususnya sepeda motor di tempat parkir milik FISE. Setelah ditelusuri ternyata bukan hanya mahasiswa FISE saja yang parkir disana melainkan mahasiswa FBS juga FMIPA. Stiker berbentuk belahketupat yang berwarna merah, kuning dan biru itu sangat mudah didapatkan. Mahasiswa hanya tinggal memfotocopy STNK dan KTM dan kemu­ dian menyerahkan ke bagian urusan umum dan perengkapan FISE untuk ditukarkan dengan­sti­ ker. Letak penempelan pun terserah si empunya kendaraan. Menurut Juwandi, petugas parkir FE kebijak­ an ini memang punya efek yang lumayan baik. “Sejak diberlakukannya kebijakan ini, meski tidak dipungkiri bahwa parkiran selalu membludak tapi setidaknya sudah lebih berkurang dari sebelumnya dan hasilnya bisa lebih rapi,” tambah Juwandi. “Kebijakan yang dirasa cukup­baik ini tetap saja ada kelemahannya, ada ba­nyak mahasiswa yang kurang sadar sehingga tidak pernah meminta stiker penanda tersebut,”­ujar Juwandi. Stiker pun punya kelemahan mu­dah

ditiru dan kemudian dicetak. Sehingga­stiker versi palsu pun mudah digandakan.­Namun me­ nurut Juwandi yang bekerja sejak 2007, peristiwa curanmor tidak pernah mampir ke FISE. Bisa dikatakan FISE aman dari tindak curanmor. Pecahnya FISE menjadi FIS dan FE berimbas pada terpilihnya Sugiharsono menjadi dekan FE. Kebijakan penempelan stiker yang berlaku sejak tahun 2009 ini sekarang pun mulai memiliki sedikit kendala. Stiker yang selama ini terus dibagikan sekarang sudah habis. Tidak ada lagi stiker yang bisa dibagi, petugas pun menunggu kebaijakan Wakil dekan FIS atau FE yang baru. “Jika memang stiker bisa memudahkan kinerja pengamanan kampus maka stiker mungkin akan dicetak ulang,” tambah Juwandi. Peningkatan kewaspadaan Suyatno sebagai kepala keamanan kampus­ mengingatkan sekali lagi bahwa keamanan­harus dijaga dengan baik-baik dan penuh tang­ gung­jawab. Yatno pun menambahkan bahwa kampus ini bukan hanya milik petugas keamanan saja namun milik semua civitas akademika yang ada di dalamnya. “Hendaknya semua ikut menjaga keamanan kampus ini. Juga harus­selalu waspada terhadap semua hal yang dianggap mencurigakan,” lanjut Yatno. Kepala kea­manan ini pun menyarankan agar menjaga baik-baik kendaraan yang dimiliki juga helm yang biasanya rawan sebagai sasaran pencurian. Motor harus dikunci stang pada tempat parkir yang dirasa rawan. “Namun jangan sampai me­ngun­ci stang motor jika ada petugas parkir yang biasanya merapikan letak perkir motor terus meletakkan helm dengan cara mengapit pegangan helm dibawah jok motor dan parkirlah kendaraanmu di tempat parkir yang sudah disediakan, “saran Juwandi di akhir reportasenya. 

Tampak kendaraan membludak di lahan parkir Fakultas Teknik.

P e wa ra D i n a m i ka O kt o b e r 2011

15


laporan utama

Tak Hanya Sekadar Memarkir Perihal parkir-memarkir bukan lagi perkara yang mudah dilakukan. Populasinya terus meningkat dan lahan parkir yang terbatas menjadi pokok persoalan yang harus dibuat strategi khusus untuk mengatasinya. Oleh Ar is k a P rase t yanawat i

M

Sebelum jadi lahan parkir, "Taman Japan" (demikian julukan mahasiswa) menjadi tempat belajar yang nyaman. Kini, mahasiswa tidak lagi menggunakan tempat yang terletak di antara FIS dan FE sebagai ruang publik karena meningkatnya kebutuhan parkir.

usim hujan sudah datang. Cuaca pun berubah setiap saat. Sebentar mendung, seketika panas menyengat, lalu berganti hujan. Pergantian cuaca yang susah diprediksi ini menjadi tantangan bagi Hadzfiludin, Mahasiswa Pendi­ dikan Bahasa Inggris, yang baru hitungan bulan mengenyam pendidikan di UNY. Tantangan yang berat, menurutnya, karena harus berpikir lanjut tentang kondisi sepeda motornya yang terhitung masih prima. Hadzfiludin mengaku bahwa sepeda motor matic-nya adalah barang dambaan sejak ia masih belajar di sekolah menengah atas. “Motor ini hadiah dari orang tua karena saya berhasil lulus sekolah dan mau kuliah di universitas negeri. Sejak awal UNY memang menjadi pilihan saya. Namun, saya nggak menyangka kalau parkiran di FBS dan parkiran lainnya di UNY sangat padat dan berdesakan. Jadi kalau tidak datang lebih awal, motor saya langsung ketemu langit karena area beratap sudah pasti­ lebih dulu penuh. Terpaksa saya biarkan saja dia (motor) kepanasan, kahujanan, kepanasan

foto-foto:Riska dan rhea/pwara dinamika

16

Pewa r a Din a mik a o kt o b e r 2 0 1 1

lagi. Saya khawatir motor itu cepat rusak,” aku mahasiswa berkacamata ini dengan nada khawatir. Apresiasi justru timbul dari Suprihatin, Mahasiswa Pendidikan Matematika, yang kini te­ ngah menyusun proposal skripsi. Menurutnya, pembangunan di FMIPA tidak lantas “memakan” lahan parkir. “Tempat parkir di FMIPA luas­ sekali dan dilengkapi banyak atap, sehingga motor-motor tidak harus selalu kepanasan dan kehujanan. Apalagi kawasan ini masih cukup rindang. Penataannya rapi dan pengamanan dari penjaga parkir juga baik,” tutur Suprihatin. Namun Suprihatin cukup kritis juga menang­ gapi kondisi parkir di UNY yang dinilainya masih semrawut. “Pertambahan populasi kendaraan bermotor harus disikapi serius karena terbatasnya lahan parkir. Jangan sampai tahuntahun ke depan kendaraan bermotor tidak mendapatkan tempat parkir yang layak, sehingga rawan hilang. Beberapa universitas, seperti­ UGM sudah tegas memberlakukan strategi pe­ ne­kanan populasi kendaraan bermotor yang lalu lalang di kampusnya. Saya kira UNY harus segera bertindak. Tentu bukan dengan strategi yang sekadar ikut-ikutan, melainkan strategi yang tepat dan memberi solusi pasti, ” saran mahasiswi berjilbab hijau tersebut. Menengok Kampus Sebelah Terhitung sejak September 2009, UGM mulai­


laporan utama

merumuskan sistem perparkiran baru untuk menyikapi membludaknya jumlah kendaraan bermotor di kawasannya. Hal ini terjadi seiring­ bertambahnya mahasiswa baru setiap tahun yang tidak sebanding dengan tingkat kelulusan­ mahasiswa lama. Pertambahan kuantitas kendaraaan bermotor secara terus menerus ini dikhawatirkan menelan jumlah kapasitas lahan parkir. Sistem baru ini dinamakan Pengendalian dan Pengawasan Kendaraan Bermotor Kawasan Kampus UGM dengan Penerapan Portal dan Kartu Identitas Kendaraan (KIK). Direktur Pengelolaan dan Pemeliharaan Aset UGM, Dr. Ing. Singgih Hawibowo, mengungkapkan, kebijakan untuk memberlakukan portal dan KIK bagi civitas akademika UGM dimaksud­ kan untuk mewujudkan sistem pengendalian dan pengawasan kampus yang ramah lingkung­ an atau educopolis. “Kita menginginkan­pena­ ta­an penggunaan kendaraan bermotor di kampus bisa diatur. Pejalan kaki dan pengguna se­pe­da lebih diutamakan,” ujarnya. Tujuan penerapan Portal dan KIK antara lain untuk pembatasan akses dari publik yang tidak berkepentingan dengan UGM untuk menjaga ketenangan proses pembelajaran dan menekan potensi kecelakaan lalu lintas, polusi udara, polusi suara, dan pelanggaran hukum di kawasan kampus, mengurangi penggunaan kertas karcis dalam pengawasan keamanan kendaraan warga kampus dan pencegahan dari tindak pencurian, dan mengendalikan jumlah kendaraan bermotor yang parkir di kawasan Kampus UGM melalui pola disinsentif yang bersifat progresif yang diberlakukan secara selektif dan bertahap. Sistem inipun terealisasi mulai Juli 2011. Menurut pengamatan Pewara, penataan parkir di UGM memang lebih teratur. Apalagi dalam hal pengendalian polusi, diberlakukan juga peraturan bagi mahasiswa baru UGM, yaitu dilarang menggunakan kendaraan bermotor di kawasan kampusnya. Peraturan ini membuat ja­lan-jalan di UGM semarak dengan mahasiswa-

ma­ha­sis­wi yang berjalan kaki dan bersepeda. Namun, terkadang teori dan praktik tidak berjalan berirama. Sonia Renata, Mahasiswa Kedokteran Hewan, merasa masih ada diskriminasi dari pengguna jalan lainnya. “Walaupun rambu-rambu yang lebih mengutamakan pejalan kaki dan pesepeda tersebar di mana-mana, masih banyak pengguna motor dan bis-bis umum yang seperti tidak memedulikan keberadaan kami. Bersepeda beriringan di pinggir­ jalan, kami sering dipepet dan diklakson kenda­ raan-kendaraan itu. Padahal naik sepeda tanta­ ngannya lebih besar. Panas kepanasan, hujan kehujanan. Kulit perih karena keringat dan panas matahari. Yang lebih menjengkelkan adalah asap hitam yang keluar dari knalpot bis-bis dan mobil pribadi yang terpaksa kami hirup. Menurut saya, tujuan pengurangan polusi belum menyeluruh,” keluh Sonia. Inilah yang disebut kebijakan. Sebuah peraturan yang tidak mungkin memuaskan banyak pihak karena masing-masing individu memiliki suara berbeda. Walaupun UNY tidak memiliki jumlah mahasiswa sebanyak UGM, namun gejala yang muncul sudah pasti sama, yaitu jumlah kendaraan bermotor semakin meningkat tanpa dibarengi pertambahan lahan parkir karena berbagai keterbatasan. Berbagai keluhan pun muncul ke permukaan. Menanggapi keluhan-keluhan tersebut, UNY tidak berdiam diri. Rumusan-rumusan untuk mengantisipasi persoalan parkir ini terus digodog UNY. Salah satu­ nya adalah yang baru akan beroperasi, yaitu sistem portal elektronik. Semoga sistem terba­ ru ini mampu menjadi solusi yang efektif bagi warga UNY. 

P e wa ra D i n a m i ka O kt o b e r 2011

17


laporan utama

Yang Baru dari UNY Sistem perparkiran elektronik baru akan diberlakukan, namun sudah menuai pro dan kontra. Sistem yang mulai diujicoba ini tetap menampung berbagai masukan untuk tercapainya tujuan sistem ini, yaitu keamanan dan ketertiban. Oleh Ar is k a P rase t yanawat i

Salah satu portal di sebelah utara lapangan tennis UNY.

foto-foto:Riska dan rhea/pwara dinamika

18

Pewa r a Din a mik a o kt o b e r 2 0 1 1

foto-foto:tim pwara dinamika

A

da obrolan baru di lingkungan civi­ tas­akademika UNY. Siapa saja­yang da­tang­ke rektorat melalui pintu­ger­ bang dari arah Jalan Affandi,­arah FMIPA UNY, dan Jalan Colombo, pasti akan melihat kotak kaca berwarna orange kira-­kira ber­ ukuran 1x1 meter. Tiga buah kotak ka­ca berwarna orange yang disertai palang-pa­lang putih tersebut menjadi topik hangat di ka­langan UNY yang saling bertanya dan berkomen­tar tentang benda tersebut. ”Saya tahu kalau kotak kaca tersebut berfungsi untuk mengatur kendaraan yang keluar­ masuk UNY. Tapi, belum ada yang paham mekanisme kerjanya nanti bagaimana. Banyak yang penasaran karena benda itu sudah ada di pintu-pintu masuk arah rektorat sejak sekitar­ dua bulan lalu,” tanya Nurani Hismawati, mahasiswa Pendidikan Geografi. Dari berbagai pertanyaan yang ramai di­ per­­­­bin­cang­kan tersebut, Pewara mencari tahu­ tentang kotak kaca berpalang tersebut.­Da­ri­ kete­rangan-keterangan yang berhasil­ Pe­wa­­ra himpun, alat tersebut bernama Por­tal­Elek­tro­

nik.­Portal ini mulai diuji coba peng­o­pe­rasian­ nya­sejak tanggal 1 November 2011. Namun, UNY belum bisa memastikan sampai kapan uji coba ini berakhir. ”Akhir uji coba portal elektronik ini tentatif karena kami masih melengkapi peralatan itu dengan berbagai kebutuhan seperti pengadaan komputer, sensor, dan kamera pengintai. Selain itu, kami juga mengakomodasi usulan-usulan dari civitas akademika UNY supaya sistem ini bisa memberi solusi yang tepat bagi masalah parkir di UNY,” ujar Prawoto, S.E., Kabag Umum Hukum Tata Laksana dan Perlengkapan. Rencananya, portal elektronik ini akan dise­ bar ke seluruh lini UNY dengan cara bertahap. Mekanisme kerjanya adalah dengan sistem kar­ tu identitas kendaraan. Seluruh kendaraan milik mahasiswa, dosen, dan pegawai UNY akan diidentifikasi ciri-ciri fisiknya untuk selan­jut­ nya dibuatkan sebuah kartu. Kartu itulah yang menjadi kunci masuk dan keluar dari kawas­ an UNY. Caranya dengan menunjukkan kartu tersebut ke arah sensor. Sementara ini, dalam rentang waktu persiap­ an pengadaan kartu tersebut, akan diberlakukan sistem karcis. Karcis ini sebagai pengidentifikasi kendaraan bermotor, bukan sebagai tiket pembayaran kendaraan yang masuk ke UNY. Hal ini mematahkan rumor yang terlanjur bere­ dar, sekaligus menjawab banyak ketakutan mahasiswa yang mengira masuk ke zona kampus


laporan utama

akan berbayar seperti halnya jika mereka ma­ suk ke pertokoan-pertokoan. ”Sistem portal elektronik ini bukan sebagai­ ajang komersil kampus. Justru portal ini akan mengatur kendaraan yang masuk ke zona UNY. Pengaturan ini akan berdampak pada keamanan dan ketertiban di dalam kampus. Nantinya diharapkan mahasiswa lebih tenang belajar, kampus pun menjadi rapi, tidak banyak pengemis, pemulung, atau PKL yang berkeliaran di dalam UNY, dan satpam sebagai penanggung jawab keamanan-ketertiban bisa bekerja lebih maksimal. Semoga sistem ini bisa diterima dan dijaga seluruh warga UNY,” sahut Prawoto lagi. Persoalan yang Berulang Beragam persoalan parkir kerap muncul. Nurani Hismawati menanggapi fenomena pencurian motor yang merebak beberapa bulan lalu sebagai bentuk kelalaian dari penjaga parkir yang dianggapnya enggan memeriksa STNK ti­ ap motor. ”Saya sendiri mengalami keluar masuk parkiran tanpa diperiksa STNK. Hal ini tentu semakin memudahkan pencuri beroperasi. Saya sering khawatir karena motor terkesan be­bas keluar masuk area parkir,” tutur Nurani. Fakta yang diumbar Nurani tersebut rupanya­ tidak berlaku di parkiran UPT Perpustakaan. Semua motor yang keluar harus menunjukkan STNK kepada penjaga parkir. ”Pemeriksaan par­ kir sudah menjadi prosedur wajib dari tempat parkir ini untuk meminimalisir tindak pencurian. Sampai sekarang semua masih aman,” ujar Slamet, salah seorang penjaga parkir UPT Perpustakaan. Sebagai penjaga parkir yang mengutamakan pelayanan, Slamet menuturkan bahwa ia sering direpotkan ulah mahasiswa yang seolah­tidak mau berpikir bahwa ada banyak mahasiswa lain yang juga membutuhkan tempat parkir. ”Kritikan saya untuk mahasiswa adalah tindak­

an mereka yang seenaknya menaruh motor, sehingga terlihat tidak rapi dan memakan­banyak tempat. Padahal area UPT ini kecil dan ter­batas. Bahkan, ada saja mahasiswa yang par­kir ter­ nyata tidak datang ke perpustakaan pusat. Me­ re­ka berjalan memutar lalu ke fakultas masingmasing mungkin akan kuliah. Hal ini sangat mengganggu karena parkir UPT ini dikhususkan bagi pengunjung perpustakaan pusat dan pegawai rektorat. Kasihan mahasiswa yang mau ke perpustakaan tapi tidak dapat haknya untuk pakir di sini,” keluh Slamet sembari memeriksa STNK motor yang keluar area parkir. Permasalahan-permasalahan seperti inilah yang diharapkan bisa semakin ditekan rendah oleh pemberlakuan sistem portal elektronik. Sistem portal yang nantinya dikelola operator ini akan mengidentifikasi berbagai tindak­ an mencurigakan terkait keamanan dan keter­ tiban kendaraan bermotor di kawasan UNY. 

Seorang petugas parkir sedang memeriksa STNK seorang pengguna parkir di kawasan parkir perpustakaan UNY.

P e wa ra D i n a m i ka O kt o b e r 2011

19


laporan utama

Wasroni, Bapak Parkir FBS Kesetiaan pegawai UNY mengabdi sudah tidak diragukan lagi. Wasroni salah satunya, 27 tahun mengabdi untuk UNY. Oleh Rh e a Y us t i t i e

R

oni adalah panggilan sehari-hari ba­ pak­beranak 2 ini. Tak tanggung-tanggung setianya Roni pada UNY, 27 tahun mengabdi di UNY khususnya di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS). Umurnya memang tak muda lagi, 52 tahun. Sejak umur 25 tahun, Roni sudah mulai bekerja di FBS UNY. Waktu itu nama fakultas ini bukan FBS namun FKSS, Fakultas Keguruan Seni dan Sastra. UNY pun belum terbentuk yang ada nama lembaga ini adalah Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Yogyakarta ungkap Roni. Gonta-ganti pekerjaan pada 1 fakultas Roni mengalami 3 kali perubahan nama fa­ kultas dan 2 kali perubahan nama lembaga. Da­ ri IKIP menuju UNY, dari FKSS menjadi Fakultas Pen­didikan Bahasa dan Seni (FBBS) dan terakhir sampai sekarang adalah FBS. Karier bekerja Roni pun ikut berpindah-pindah. Pada awal­nya Roni bekerja untuk bagian urusan umum dan perlengkapan (UMPER), selanjut­nya meng­ urus parkir fakultas, pada tahun berikut­ nya Roni dioper ke UMPER lagi. Dirasa membutuhkan roll­ ing tahun­­ berikut­­nya,­ Roni­ di­ang­­kat se­­ba­gai­ pra­mu­ ta­­­man­ FBS, tu­ gas­­nya­­ merawat­ ta­man­FBS sehari-hari. Mejadi petugas ba­gi­­an tran­sit dosen pun pernah dilako­ ni­nya. Sampai kemudian akhirnya Roni di­pin­dah­kan lagi ke bagian parkir fakultas sam­pai sekarang. Banyak hal yang sudah dilewati Roni­ selama 27 tahun. Roni mencermati adanya peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang signifikan dari tahun ke ta­hun. Menjadi petugas parkir di FBS ber­ta­hun-tahun menjadikannya hapal de­ ngan tata cara keamanan kampus. De­ngan setia Roni menjaga kendaraan

20

Pewa r a Din a mik a o kt o b e r 2 0 1 1

mi­lik masyarakat FBS. Pekerjaannya dilakukan dengan senang hati. Ditanya mengenai kese­ jahteraan selama bekerja di FBS, Roni menja­ wab dengan penuh senyum bahwa selama ini dia merasa kesejahteraan yang dia terima sudah lebih dari cukup. Pria asal Mlati, Sleman ini tiap harinya berangkat pagi dan pulang hampir maghrib dengan senang hati. Menurutnya semua pekerjaan akan terasa ringan jika bekerja dengan senang hati. Hampir seluruh mahasiswa FBS menge­nal­ nya, Ninik Darwanti mahasiswa Jerman 2007 bahkan memanggil ayah kepada Roni tiap harinya. Petugas yang satu ini memang dikenal ramah, ketika wawancara ini dilakukan tak sedikit mahasiswa yang mampir meski sekedar memberi salam dan sapaan. Sebut saja Asan, Riyan, Dicki juga beberapa mahasiswa lagi. Keakraban seperti inilah yang membuat Roni semakin betah. Awas ban gembos! Meskipun terkenal ramah namun ada kala­ nya Roni akan bertindak sedikit marah. Menjaga parkir kendaraan bukanlah hal mudah se­ mu­dah membalikkan telapak tangan. Roni dan partner bertugasnya harus sigap merapikan­ kendaraannya. Jika parkir penuh kira-kira ada 400-an sepeda motor yang harus dijaga. Ti­ dak jarang ada mahasiswa ngeyel dan bandel­ yang sembarangan menaruh motor. Sudah sa­ lah menaruh motor ditambah lagi mengunci stang motor, jelas ini hal yang paling membuat jengkel petugas. Roni punya trik khusus jika sudah ada mahasiswa yang bertindak seperti itu. Roni akan menggembosi ban sepeda motor tersebut! Jangan salah paham, Roni berbuat demikian agar mahasiswa yang melakukan kesalahan akan jera. Tidak hanya itu Roni pun menyiapkan pompa ban di pos jaga parkirnya. Roni menjalankan sistem tata tertib parkir dengan selalu memeriksa STNK kendaraan yang keluar masuk FBS. Tak tanggung-tanggung pula Roni akan menegur keras mereka yang semba-


laporan utama rangan parkir bahkan tidak menaati tata tertib. Baru-baru saja terjadi mahasiswa yang diberitahu kesalahannya namun justru balik membentak-bentak. Roni enggan menyebut identitas­ nya, mahasiswa tersebut salah parkir dan Roni berusaha memberitahu. Karena merasa benar si mahasiswa balik membentak juga mengumpat Roni setelah lama bersitegang akhirnya mahasiswa diam dan meminta maaf. Hal seperti ini tidak terjadi sekali ini saja, berkali-kali hal ini ter­jadi. Tidak ada tantangan dalam menjaga par­kir menurutnya. Hanya saja banyak kendala dalam menata parkir dengan baik. Bertambah­ nya jumlah kendaraan bermotor dan tidak bertambahnya luas tempat parkir membuat penjaga parkir agak susah mengatur.

Pesan Roni pun berpesan bahwa sebaiknya UNY khususnya FBS memperhatikan pembangunan kampus. Tidak baik jika terus memperbaiki gedung namun tidak memperhatikan luas parkir kendaraan. Seiring majunya teknologi, kenda­ raan semakin banyak diproduksi. Cara mudah mendapatkannya pun membuat kendaraan dimiliki oleh hampir setiap orang. Pemilik kenda­ raan pun jangan hanya menggantungkan keamanan dari petugas tapi juga ikut menjaga­ ken­daraannya. Jangan sampai parkir sembarangan yang dapat menstimulus terjadinya cu­ranmor. Sistem keamanan sebaik apapun ti­ dak akan berjalan lancar jika salah satunya ti­ dak memperhatikan baik-baik intruksinya,” tegas Roni. 

istimewa

Pengalaman tak terlupakan Ada banyak hal peristiwa yang telah dilalui Roni. Salah satunya pada tahun 1990-an, waktu itu hari Sabtu, kegiatan perkuliahan memang libur namun ada kegiatan di kampus FBS. Roni sedang sebdirian jaga parkir. Kebetulan tidak ba­ nyak kendaraan yang harus dia jaga waktu itu. Beberapa saat kemudian datanglah 5 orang pemuda yang mencurigakan gerak-geriknya. Tahu-tahu satu dari pemuda tersebut mengambil sepeda onthel dan sepeda tersebut dibawanya lari. 4 orang yang lain berusaha mencuri perhatian Roni. Roni tiba-tiba diserang ke-4 oarang tersebut. Perkelahian dimulai, Roni menin­ju gigi salah satu dari 4 orang yang mencoba menyerangnya. Roni berusaha keras untuk menjaga semua kendaraan yang dijaganya. Saat kejadian berlangsung, kampus sangat sepi sehingga pertolongan tak segera datang. Roni berusaha menangkap ke-4 orang tadi, sedangkan satu orang berhasil kabur membawa sepeda onthel. Roni babak belur dibuatnya dan ke-4 orang berhasil kabur. Datanglah pertolongan dari kawan sejawatnya. Namun sudah terlambat, pencurian sudah berhasil dilakukan. Roni diberi obat penghilang rasa sakit dan obat luka. Jari-jari tangan yang digunakan untuk meninju tadi penuh dengan darah bahkan lukanya masih terlihat sampai sekarang. Sayangnya tindak heroik Roni kurang mendapat apresiasi dari kampus pada waktu itu. Pembantu Dekan II waktu itu dengan cuek dan terkesan acuh menanggapi peristiwa tersebut. Pihak kampus hanya memberikan uang Rp. 5000,00 untuk berobat Roni,­ padahal Roni harus memeriksakan matanya

sam­pai Rp. 260.000,00. Bukan uang yang sebe­ narnya diharap Roni, namun seharusnya sikap heroiknya mendapat perlakuan yang setara de­ ngan pengabdiannya untuk keamanan FBS. Roni pun harus rela sebelah matanya hingga kini takbisa melihat warna dengan jelas. Pengalam­ an inilah yang kemudian membuatnya selalu ber­hati-hati terhadap orang asing yang masuk FBS dan bekerja dengan penuh tanggungjawab.

P e wa ra D i n a m i ka O kt o b e r 2011

21


kabar dari luar Kesadaran lingkungan

Kesadaran Industri Go Green Masih Rendah

dokumen pribadi

Kesadaran perusahaan untuk mene­ rapkan Go Green di Indonesia masih sangat rendah. Sementara sebagai sebuah gerakan, kesadaran untuk ikut men­jaga lingkungan sudah sangat dira­ sa­kan tingkat kepentingannya. Terlebih akhir-akhir ini dampak dari pemasaran dan perubahan iklim secara global sudah sangat dirasakan oleh manusia. Masih belum optimalnya upaya untuk ramah lingkungan tersebut dapat terlihat dari terus dirasakannya cuaca dan suasana tidak nyaman dalam beberapa waktu terakhir. Padahal pada dasarnya ada tiga yang dapat dimanfa­ atkan untuk memberikan penyadaran bagi perusahaan untuk mau melaksa­ nakan gaya hidup go green. Kebijakan yang pertama adalah­ke­ sa­­dar­an sendiri dari perusahaan,­ ke­mu­­ di­­an pelaksanaan regulasi­yang telah dibuat. Dan yang paling­pen­ting­ada­­ lah sosialisasi bahwa pene­ rap­ an­go green merupakan sebuah ke­ung­gul­an.­ “Gerakan sadar lingkungan sudah sangat penting dan mendesak­untuk dila­ ku­kan. Ini harus dipacu secara­terus me­nerus untuk mengurangi dampak 22

Pewa r a Din a mik a o kt o b e r 2 0 1 1

pemanasan dan perubahan iklim secara global,” tandas Pakar Ekonomi Bisnis Fahmi Radhi dalam seminar Green Productivity beberapa waktu lalu. Menurutnya, upaya pelaksanaan sebuah regulasi atau aturan tentang go green bagi sebuah perusahaan dapat menjadi sebuah pengikat. Namun demi­ kian, hal tersebut sangat tergantung da­ri kemauan dari pengusaha untuk meng­hantarkan proses produksi yang di­la­ku­kan dapat ramah lingkungan. Pengurus Yayasan Pengembangan In­dus­tri Kerajinan Rakyat Indonesia­ (Apikri) Amir Panzuri menilai, sejak­ 1987 pihaknya telah mendorong ter­wu­ jud­­nya sebuah usaha kecil dan mikro yang ramah lingkungan. Salah satunya dengan upaya mendorong kemunculan usaha berbagai kerajinan dalam bentuk eksplorasi etnik dan eksplorasi kreatif. Beberapa yang diakui telah mampu mendorong kegiatan ramah lingkungan adalah usaha batik, tekstil, serat alam, kayu dan bambu. “Semunaya­berupa­ ha­sil eksplorasi etnik dan ekplorasi­ke­­ ratif untuk menjawab kebutuhan pa­ sar,” tandasnya.

Di DIY upaya penerapan usaha ra­ mah lingkungan telah dikembangkan oleh Balai besar Peningkatan Produktivitas (BBPP) Kemenakertrans sejak beberapa waktu lalu. Salah satu yang dilakukan adalah dengan upaya merintis desa produktif berwawasan ramah lingkungan. Penerapan ramah lingkungan terha­ dap masyarakat harus dilakukan secara komprehensif dan tidak hanya dapat secara separsial. “Untuk terapkan green produktivituy butuh skill yang tinggi dan diperlukan SDM lebih dari satu orang, sehingga kita kita harpakan nantinya mengurangi jumlah pengangguran di desa,” tutur Kepala Disnakertrans DIY Untung Suharyadi. Saat ini sejumlah kegiatan usaha yang ramah lingkungan di Yogyakarta di­antaranya adalah usaha biogas dengan pemanfaatan limbah kotoran sapi dan pengolahan gedebok pisang. Pe­ ngem­bangan kebijakan tersebut dila­ ku­kan dalam bentuk kolektif terhadap­ komunitas-komunitas yang ada di ma­ sya­rakat. Sugianto


kabar dari luar Peradaban Dunia Bergeser dari Barat Ke Timur

Potensi Geothermal Indonesia Besar

istimewa

Indonesia memiliki potensi sumber pa­nas bumi yang sangat besar. Bahkan­ tercatat oleh para ahli geothermal internasional, potensi yang ada jauh le­ bih besar dibandingkan dengan apa yang dimiliki oleh negara-negara lain di dunia. Hasil pengamatan GeothermEx,Inc., California – USA, 70 persen lahan di Indonesia memiliki basis sumber daya geothermal lebih dari 50 megawatt. Tercatat lebih dari separuh diantaranya me­ miliki sumber daya dasar hingga 100 megawatt. “Adapun sumur komersial yang ada bervariasi kapasitasnya dari mulai tiga­ megawatt hingga lebih dari 40 megawatt. Dan angka rata-ratanya adalah sembilan megawatt,” tutur President and Manager of Reservoir Engineering Services, GeothermEx,Inc., California USA, Dr. Subir K. Sanyal dalam kuliah umum How to Minimize Drilling Risk beberap waktu lalu. Dari catatan GeothermEx,Inc., California – USA, potensi produktivitas panas bumi sumur bor di runia rata-ratanya hanya berada di kisaran empat hingga enam megawatt. Dengan demi­ kian, angka rata-rata potensi di Indonesia yang mencapai sembilan megawatt tentunya jauh di atas angka rata-rata dunia. Dari potensi yang dimiliki tersebut menurut evaluasi dari Subir, investasi yang dipergunakan untuk melakukan eksplorasi di Indonesia diakui lebih kecil dibandingkan dengan Negara lain. Oleh karenanya, gabungan dua potensi­ tersebut dinilainya memiliki tingkat ri­ si­ko yang kecil. Kondisi tersebut dapat dilihat dari makin banyaknya sumur pengeboran eks­plorasi panas bumi yang ada di Indonesia. “Pada umunya tingkat keberhasilan penegboran berkisar antara 50-90 %, dengan lebih banyak rentang tipikal 60-70% dengan rata-rata sekitar 67%. Sementara untuk Indonesia ringkat ke-

berhasilannya mencapai 63 persen,” tuturnya lebih lanjut. Dari evaluasi lanjutan yang dilakukan Subir menyebutkan, ketidakberha­ silan pengeboran lebih dikarenakan fak­tor mekanik saat dilakukannya pembuatan sumur. Beberapa diantaranya adalah rendahnya tekanan di dalam waduk karena media yang sempit serta temperature yang tidak memadahi sehingga pembuatan sumur menjadi tidak berhasil. Anggota Dewan Energi Nasional Prof Dr Ir Tumiran mengatakan, pembi­ caraan scenario proyeksi kebutuhan ener­gi di Indonesia sangat dibutuh­kan. Tidak hanya untuk kebutuhan satu atau dua tahun kedepan, namun untuk kebutuhan hingga tahun 2050. Hal terse-

but mempertimbangkan potensi cadangan energi yang semakin hari semakin menipis. Sementara hingga saat ini seluruh­ kebutuhan potensi energi masih ditu­ tup­oleh semua energi munyak bumi­ yang saat ini sudah sangat semakin me­ ni­pis. “Hampir semua energi minyak­ bu­mi saat ini habis untuk memenuhi kebutuhan energi transportasi, industri dan kelistrikan,” tandasnya. Proyeksi kebutuhan dan eksplorasi me­nurutnya, tidak hanya mempertimbangkan potensi yang dimiliki. Namun demikian juga melihat prospek suplay energi yang ada hingga 2050 dan juga­ dimensi lokal dan global serta persoal­ an lingkungan yang dihadapi Indonesia. Sugianto

P e wa ra D i n a m i ka O kt o b e r 2011

23


berita Pengembangan DIGITAL LIBRARY

BANK BTN DUKUNG UNY DENGAN DIGITAL LIBRARY

dokumen humas UNY

Universitas Negeri Yogyakarta menda­ pat dukungan dari PT Bank Tabungan Negara (Persero Tbk) untuk mengembangkan digital library (perpustakaan digital) berupa 24 unit komputer yang bisa digunakan untuk mengakses infor­ masi. Naskah hasil penelitian, pidato pengukuhan, jurnal, secara digital dapat disimpan di perpustakaan ini se­ hingga akan mudah untuk di akses. Selain itu Bank BTN juga memberi-

24

Pewa r a Din a mik a o kt o b e r 2 0 1 1

kan bantuan dua mobil yang pengope­ rasionalannya akan di serahkan ke Fa­ kul­ tas Ekonomi (FE) dan Lembaga­ Pe­­ne­li­ti­an dan Pengabdian kepada Ma­ sya­rakat (LPPM). Penyerahan bantuan­ dilaksanakan Selasa, 18/10 di ruang sidang UNY oleh Direktur utama PT Bank BTN (persero Tbk) Iqbal Latanro yang diteri­ ma oleh Rektor UNY, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA. Hadir­pada­ kesem­ pat­ an tersebut pimpinan BTN

Cabang Yogyakarta, Mamat Setyawan, para Wakil Rektor, sejumlah Dekan, Ke­ tua Lembaga, Direktur PPs, dan pejabat lain. Dalam sambutannya Rektor mengatakan, perpustakaan digital dibutuhkan sebagai embrio dan dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk menggali­ informasi yang sebanyak-banyaknya. De­ngan demikian mahasiswa akan semakin dapat memperkaya informasi


berita dengan mudah. Bahkan ke depan akan dibangun gedung baru untuk perpusta­ kaan digital. ”Kita punya impian untuk 30 atau 50 tahun ke depan, UNY tidak hanya dikembangkan di sini, tapi juga besar ditempat lain (Kulonprogo), semoga Bank BTN akan semakin berkembang di sana seiring akan dibangunnya inter­ national airport di Wates,” Rektor menjelaskan. Pada bagian lain Rektor mengatakan bahwa UNY dengan hadirnya FE punya nuansa yang berbeda dari universitas yang lain. FE ke depan kita dorong ke arah ekonomi syariah yang juga berori­

entasi kerakyatan. Sementara itu, Iqbal Latanro menga­ takan, dengan adanya perpustakaan di­ gital ini semoga membantu UNY untuk melangkah menuju universitas berke-

las internasional. Sebagai universitas ten­tunya tidak bisa begitu mudahnya menempatkan dana, walau universitas ke depan harus bisa membiayai dirinya sendiri dengan berbagai kreatifitasnya. Dari kerjasama antara UNY dan Bank BTN, bank memperoleh keuntungan, dan dari keuntungan itu kita berbagi de­ngan UNY dengan memberikan bantuan mobil dan digital library. Kami melihat bahwa digital library ada­lah satu ide yang sangat baik, dan kami langsung merespon. UNY sebagai gudang ilmu dan perpustakaan digital adalah jantung dari pengetahuan. witono

MEMORANDUM AKHIR JABATAN

ESTAFET KEPEMIMPINAN BARU

Senin (3/10), FIK (Fakultas Ilmu Keolahragaan) UNY mengadakan serah terima Naskah Memorandum Kahir Jabatan dari De­kan (lama) kepa­ da Dekan (baru).­ Acara yang di­ ke­mas sederhana­ ini dihadiri seluruh­ anggota senat dan Rapat Koordinasi Fa­­ kul­tas­ (RKF), per­wa­ kil­­an Orma­wa, ser­ ta­­­ tim penyusun­ M e­m o­­r a n ­ dum­­ Akhir­ J a­­b a t­­a n . Aca­­ra ini

ber­ tempat di ruang rapat pim­ pin­ an Gedung Pusat Layana Akadmeik FIK UNY. Kegiatan tersebut merupakan rang­kaian dari terpilihnya dekan baru­ Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta (Rumpis Agus Sudarko, MS) menggantikan Dekan periode 2003-2007 dan 2007-2011, Sumaryanto, M,.Kes. Sebelumnya, Rumpis te­ lah mengemban amanah sebagai Wakil Dekan I FIK UNY. Sebagai wujud kepedulian dan pertanggungjawaban Dekan (lama), maka jauh jauh bulan tim telah mulai menyusun Memorandum akhir jabatan Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta merupakan ca­ tatan rangkuman kegiatan selama mengemban amanah­

se­­ba­gai dekan pada periode 2003-2007 dan 2007-2011, dalam peranan­pelaksanaan kegiatan tri dharma perguruan tinggi, baik pendidikan dan peng­ ajaran, penelitian seta pengabdian­ ke­­pada ma­syarakat. Selain itu, Memo­ ran­ dum ini juga diperuntukkan menyam­paikan gambar­an umum di akhir periode, se­­ ba­­gai acuan ke­ p e­m i m p i n a n be­ri­kut­nya ber­ pijak ke arah lebih­ baik. ratnae

P e wa ra D i n a m i ka O kt o b e r 2011

25


berita Seminar nasional

Kebudayaan Membentuk Karakter Bangsa

Komunitas Studi Budaya (KSB) Fakultas Bahasa dan Seni UNY di Auditorium Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menyelenggarakan Seminar Nasional Kebudayaan dengan tema “Menemukan Kembali Esensi Kebudayaan Indonesia dalam Membentuk Karakter Kebangsaan” dengan menghadirkan Sastrawan Taufiq Ismail dan Endri Nugraha Laksana, Wakil Ketua DPRD Sleman. Seminar dihadiri 650 peserta. Ketua panitia, Tomi Syafasyah, mengatakan bahwa terselenggaranya seminar ini berangkat dari kegelisahan mahasiswa akan penurunan asistensi kebudayaan Indonesia. Senada dengan itu, Ketua Komunitas Studi Budaya menjelaskan, “Seminar Nasional kebudayaan ini diselenggarakan dengan maksud menyadarkan kembali kepada bangsa Indonesia akan esensi budaya Indonesia serta mendefinisikan dan melestarikan budaya sebagai wujud karakter kebangsaan sedangkan bagi intektual muda dan masyarakat untuk memaknai dan memanfaatkan kebudayaan sebagaimana mestinya.” Prof Dr. Zamzani Dekan Fakultas Ba-

26

Pewa r a Din a mik a o kt o b e r 2 0 1 1

dokumen humas FBS

hasa dan Seni UNY juga menegaskan dalam pidato sambutan perlunya kesadaran intelektual muda dalam menumbuhkan kepedulian masyarakat untuk mencintai kebudayaan Indonesia agar tidak diklaim oleh negara lain. Seminar Nasional ini diawali penjelasan Taufiq Ismail tentang format pembentukan karakter bangsa yang harus segera diubah. Pendiri majalah sastra Horison ini membandingkan pembentukan karakter yang dilakukan pemerintah Indonesia dan negara lain dalam upaya pembentukan karakter bangsa melalui budaya membaca buku wajib bagi siswa. “Negara yang beradab akan mewajibkan siswanya untuk membaca, mendiskusikan dan menulis buku,” tegasnya.

Masih menurutnya, budaya ini harus digalakkan dengan serius agar Indonesia dapat membentuk karakter yang berkualitas sejak ketertinggalan Indonesia di umur kemerdekaan yang sudah 61 tahun ini. Berdasarkan hasil survei tahun 1970, Taufiq menunjukkan perbandingan kewajiban membaca buku


berita dayaan sebagai pembentuk karakter bangsa. Endri memaparkan pemerintah telah berupaya sepenuhnya dalam melestarikan dan memperdayakan seni dan budaya Indonesia namun pemerintah membutuhkan kontribusi setiap elemen baik dari LSM maupun masyarakat dalam menghadapi tantangan budaya di dunia global.

sastra SMA di 13 negara: Indonesia 0 judul buku wajib, Malaysia 6 judul, dan Belanda 30 judul. Sementara untuk kategori jumlah karangan yang sanggup dihasilkan di SMA, keproduktifan siswa Indonesia adalah 1 halaman dalam setahun, Malaysia 504 halaman, dan Amerika Serikat 1584 halaman. Wakil Ketua DPRD Sleman Endri Nugraha Laksana berbicara tentang kebu-

Tica

Seminar nasional

Bahasa dan Budaya sebagai Identitas Kultural

Sebanyak 200 peserta dari berbagai da­ erah mengikuti Seminar Nasional ber­ tema Cultural Identity in Language, Liter­ ature, and Translation di Ruang Se­minar Gedung Kuliah I FBS UNY, Kamis­(20/10). Seminar ini menghadirkan pembicara Dr. Wang, Xin dari National University of Singapore, Dr. Junaidi dari Universitas Indonesia, dan Dr. Asruddin B. Tou dari Universitas Negeri Yogyakarta, serta dibuka oleh Rektor UNY Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. dan dihadiri Dekan FBS UNY Prof. Dr. Zamzani, M.Pd. Dr. Wang, Xin menyambut baik ada­ nya dialog dan diskusi melalui seminar ini. “Fenomena adanya masyarakat bi­ lingual memang selalu menjadi kajian yang menarik,” ungkapnya. Dalam makalahnya yang berjudul Language Ac­ quisition in Bilingual Society, Doktor lulusan Universitas Arizona ini menjelaskan bahwa masuknya bahasa asing yang mendampingi bahasa Ibu seba­ gai alat komunikasi memunculkan ada­ nya fenomena diglosia dan bilingualism. “Namun, kajian bilingualisme­dan diglo­

dokumen humas FBS

sia ini masih prematur dalam se­cond la­ nguage acquisition, sehingga dunia akademik membutuhkan banyak pe­neliti yang melakukan riset-riset tentang isu-isu penting ini, terutama melalui pendekatan konstruksivisme sosi­ al,” tandas Dr. Wang, Xin. Hal senada disampaikan Dr. Junaidi tentang pendekatan sosial dalam kaji­ an bahasa di bidang sastra. Ia menga­ takan, sastra sepatutnya tidak hanya di­ kaji dari segi estetika namun juga dikaji melalui segi psikologi, sosiologi, for­mal, dan bibliografi. “Dalam sastra, terdapat nilai-nilai kultural yang memberikan data tentang pemahaman makna suatu informasi budaya, sehingga ki­ta bisa mengontrol pengaruh budaya­dan seberapa banyak kontrol yang diba­tasi agar disesuaikan dengan budaya Indonesia,” jelasnya. Dr. Junaidi menambahkan, karena pada kenyataanya, kita tidak bisa keseluruhannya mengguna­kan

bahasa Inggris sebagai bagian da­lam mengekspresikan budaya­ kita. “Ki­­ta sangat berpegang teguh dengan­Ba­ ha­sa Indonesia, yang memiliki konsep­ bahasa dengan nilai budaya dan ideologi yang berbeda dengan bangsa barat,” jelasnya. Seperti mengiyakan apa yang disam­ paikan pengajar sastra Inggris UI ini, Dr. Asruddin B. Tou juga mengungkapnya perlunya kehati-hatian menerjemahkan kosakata bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. “Perlu kita sadari bahwa dalam kata-kata, ada identitas kultural dan ideologi yang dibawanya,” te­ gasnya. Agar bahasa asing tetap menja­ di ekspresi identitas bahasa Indonesia, Asruddin B. Tou mengajak untuk memperhatikan segi transaksional nilai budaya dalam proses menerjemahkan bahasa lain yang memiliki budaya dan ideologi berbeda. Asruddin mencontohkan penerje­ mahan kata sex commercial worker da­ lam bahasa Inggris dengan ‘pekerja seks komersial’ dalam bahasa Indonesia. Menurutnya, definisi worker menyi­ ratkan ideologi dan nilai bangsa barat yang menyejajarkan kelompok tersebut dengan pekerja industry. Ini jelas berbeda dalam budaya Indonesia. “Jadi pe­ nerjemahan harus disesuaikan dengan konteks sosial, situasional, dan budaya tertentu, inilah yang disebut pengeks­ presian identitas budaya sendiri mela­ lui bahasa.” Febi

P e wa ra D i n a m i ka O kt o b e r 2011

27


berita Pelantikan Dekan

REKTOR Lantik 7 Dekan

foto-foto:heri p/pewara dinamika

Rektor UNY, Prof. Dr. Rochkesempatan tersebut Rektor julem­baga yang mat Wahab, M.Pd., M.A., ga melantik jajaran Wakil­ dipimpinnya­ me­lantik 7 Dekan pada Dekan Fakultas Ekono­mi­ demi tujuan acara Upacara Pengamyakni Dr. Moerdiyanto,­ kolektif.­ Univer­ dekan fip bilan Sumpah, Pelantik­ M. Pd, sebagai Wakil­ si­­tas Negeri Yog­ an dan Serah Terima De­kan l, Wakil Dekan ll, ya­­karta, sebagai­ per­ Ja­ batan Dekan, Wakil Drs. Moh. Djazari, M. Pd guruan tinggi yang mengusung vi­si­­ De­kan dan Kasubag di serta Wakil Dekan lll Sis­ leading in character education dan di­pro­ dekan fmipa ling­kungan Universitas wanto, S. Pd, M. Pd. yeksikan sebagai world class universi­ty, Ne­ge­ri Yogyakarta, Sedangkan pejabat sangat dipengaruhi oleh kiner­ja­ yang digelar di ruyang juga dilantik yai­ pimpinan fakultas dan jajaang sidang rektorat UNY, tu­Widi Santoso, SE dilan­ ran internal lainnya. baru-baru ini. tik sebagai Kasubag­Ta­ta “Para dekan baru, saya Dekan yang dilan- Usaha UPT Pusat Kom­ harapkan berpartisipasi tik yaitu, Dekan Fakul- pu­ter, Sutiyem S. Si diaktif dan segera mela­ tas Bahasa dan Seni lantik sebagai Kasu­bag­ kukan koordinasi inter­ (FBS) Prof. Dr. Zamza- Pendidikan FIK, Wi­ di­ nal dengan fakultas­nya ni, M. Pd, Dekan Fakul- yanto, BBA dilantik­se­ masing-masing, serta ko­ dekan fis Dekan FBS tas Ilmu Pendidikan (FIP) ba­gai Kasubag Kemahasis­ ordinasi eksternal dengan Dr. Haryanto,­M. Pd, waan dan Alumni FIK, jajaran fakultas lain,” lanjut­ Dekan Fakultas­Ilmu serta Panut Sumardi, S. nya. Keolahragaan­(FIK) Drs. Pd menjabat sebagai KasuPimpinan fakultas yang baru serta­ Rumpis Agus Sudarko,­ bag Umum, Kepegawaian jajaran Kasubag, imbuh Rektor, juga­ MS., Dekan Fa­kul­tas Ma­ dan Perlengkapan FIK. harus membaca, menguasai, dan te­ma­ti­ka dan Ilmu­ Pe­­­ Dalam sambutannya­ meng­implementasikan Peraturan Per­ nge­­tahuan Alam (FMIRektor mengatakan, ke­ undang-undangan (Perpu) yang baru. PA) Dr. Hartono,­­M. Si, pe­mimpinan menjadi­ “Supaya dapat menjalankan tupoksinya Dekan Fakultas Il­mu­ So­­ un­­­sur terpenting dalam dengan baik dan maksimal,” katanya. dekan FT sial (FIS) Prof. Dr. Ajat Su­ me­­wu­­jud­kan visi­ dan misi­ Rektor mengingatkan kepada meredrajat,­M. Ag, Dekan Fakultas­ lem­­­baga.­ Pemimpin­ ka yang baru saja mendapatkan Teknik (FT) Dr. Mochamad­Bruri ha­­­rus mampu­ me­ amanah ini untuk tidak alpa Triyono, M. Pd, Dekan­Fakultas Ekonomi nga­­­wal,­ mengelo­la dan dalam menjamin pengelo(FE) Dr. Drs. Sugiharsono, M. Si. Dalam meng­op­ti­malkan kinerja laan fakultas dan menun­ jukkan akuntabilitas­kepada publik. Pengelolaan fakultas juga harus mengacu pada good university governance dan clean uni­ dekan fik versity governance.­ “Un­­tuk itu, ISO yang sudah dimiliki­ ha­rus dikawal­ imple­men­­ta­­si­nya. De­ mi­ki­an pula pe­nge­ lolaan keuangan di masing-ma­­sing fa­ kul­tas,” Rek­­tor menambahkan. tusti dekan fe

28

Pewa r a Din a mik a o kt o b e r 2 0 1 1


berita SATYALANCANA KARYA SATYA

SEBANYAK 65 PEGAWAI UNY TERIMA PENGHARGAAN

foto-foto:heri p/pewara dinamika

Sebanyak 65 Pegawai Negeri Sipil­UNY yang telah mengabdi selama 10 atau 20 atau 30 tahun mendapatkan­penghargaan Satylalancana Karya­Satya da­­ri Presiden RI. Penyerahan­pia­gam peng­ hargaan diserahkan oleh Rektor­UNY Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA di dampingi para Wakil­ Rek­tor, Se­la­­sa,­ 11 Oktober 2011, di Auditorium UNY. Pada ke­sem­pat­an tersebut yang men­ dapat­pia­gam penghargaan 30 tahun­ sebanyak­26 oarang, 20 tahun 36 orang, dan 10 tahun 3 orang. Penerima­penghargaan diantaranya Dekan­FBS Prof. Dr. Zamzani dan mantan Dekan FIS, Sardiman AM, M.Pd.

Dalam sambutannya, Rektor menga­ takan, prestasi-prestasi yang telah di­ peroleh UNY selama ini adalah hasil dari kontribusi para dosen dan karyawan, diantaranya adalah dalam bidang pe­ ngelolaan keuangan UNY mendapat pre­ dikat Wajar Tanpa Pengecualian, per­baikan akreditasi prodi yang dari B ke A, C ke B, dari yang belum terakredi­ tasi ke B, dll. UNY juga telah banyak mendapatkan­ kepercayaan untuk menggelar berbagai even diantaranya Festival Olahraga­Indonesia Malaysia, baru-baru ini lapang­ an UNY juga menjadi tempat latihan timnas U-23, dll. Hal tersebut­berkat kon­tri­busi sivitas akademika dan net­ wor­­king yang dijalin dengan pihak lain. “Kita berharap di UNY ini tidak ada bulan tanpa prestasi, baik itu oleh do­ sen, karyawan, maupun mahasiswa. Salah satu bentuk penghargaan yaitu­ foto dan prestasinya akan dipasang di baliho besar UNY yang khusus berisi prestasi sivitas akademika UNY baik yang bersifat regional, nasional maupun internasional,” lanjut Rektor.

Dikatakan, bagi yang masa baktinya 10 atau 20 tahun teruslah menunjukkan prestasinya untuk lebih memajukan institusi dan meningkatkan kualitas diri untuk mendukung kinerja. Sedangkan yang sudah 30 tahun mengabdi tunjukkanlah karya-karya monumental untuk kejayaan institusi. Rektor juga berharap para pegawai terus menjaga kesehatan sehingga bisa terus berkarya yang bermanfaat bagi UNY dan masyarakat. Dengan bekerja giat dan ikhlas, maka selain mendapat gaji para pegawai juga mendapatkan pahala dari pengabdian kepada negara. witono

P e wa ra D i n a m i ka O kt o b e r 2011

29


berita Prestasi mahasiswa

Menilik Kunci Sukses Gitaris UNY

FOTO-foto: dokumen Pribadi

Jarang disorot bukan berarti tak berprestasi. Itulah kelompok kwartet gitaris dari Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UNY. Mereka telah membawa nama UNY di kancah nasional dengan prestasi ge­mi­lang yang berturt-turt pada 2011. Juli 2011 lalu, kwartet ini menyabet gelar juara I dalam Kwartet Guitar Festi­ val, kompetisi permainan gitar tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Ke­ dutaan Perhimpunan Eropa. Permainan­ harmoni gitar Birul Walidaini­dan ka­ wan-kawan berhasil mengalahkan ke­ lom­pok kwartet lain yang berasal dari kalangan junior. Permainan mereka memukau para juri. Prestasi lain turut menyusul, pada 11 September 2011 mereka berkompetisi­ ajang Open Guitar Competition. Kompe­ tisi ini diselenggarakan oleh Duatone, 30

Pewa r a Din a mik a o kt o b e r 2 0 1 1

perkumpulan guru-guru gitar di Surabaya, yang diiikuti peserta dari pelbagai

daerah di Indonesia. Berbeda dengan kompetisi sebelumnya, para peserta ajang ini bermain gitar solo. Gitarisgita­ ris dari UNY akhirnya berhasil­ membo­yong semua piala penghargaan­ kategori Solo Klasik ke Yogyakarta. Juara I diraih oleh Birul Walidaini yang membawakan lagu Coyunbaba karya Carlo Domenicani. Juara II adalah Mardian Bagus dengan lagu klasik Chaccone karya J.S Bach dan Juara III menjadi milik pemain Grand Overture karya Mauro Guillani, Yanuar Pamungkas. Permainan gitar mereka dinilai oleh gitaris-gitaris juara nasional dan Asia yang diketu­ai oleh Bambang Leman. Ditanya tentang kunci suksesnya, Bi­rul Walidaini membuka rahasianya, “Kata Juri, saya bisa memainkan gitar dengan lebih tenang dibandingkan lain-


berita nya.” Namun latihan ini tidak bisa lepas dari kendala, “Bagi saya, kesulitannya yaitu menyediakan waktu untuk latihan di sela-sela kegiatan KKN-PPL,” aku mahasiswa Pendidikan Seni Musik Angkat­ an 2008 ini. Hal ini yang membuat Birul Walidai­ ni bersama ketiga delegasi UNY lainnya­ untuk terus berlatih, terutama ketika­ mendekati hari H. “Karena ketika ber­

kom­petisi solo, mental kita lebih banyak diuji dibandingkan kemampuan kita,” jelas Birul Walidaini yang menga­ku sempat minder ketika banyak peserta­ yang bermodal gitar dengan kualitas­ lebih bagus, “namun karena telah ber­la­ tih­dengan disiplin dan yakin telah­me­ nguasai materi lagu, saya lebih meng­ andalkan penghayatan dan ketenangan saja dalam bermusik.”

Tidak hanya berpuas diri dengan pres­tasinya saat ini, laskar gitaris muda­ UNY ini juga akan berkompetisi kembali dalam Kompetisi Gitar Klasik Nasional di Jakarta pada Desember depan. “Kami sudah mulai latihan sejak sekarang, jadi mohon doanya agar kami berhasil,” ajak Birul Walidaini dan kawan-kawan demi dukungan dari civitas UNY. Febi

Pelatihan

Pelatihan Soft Skill Mahasiswa FIP

foto-foto: Dokumen humas FIP

Sabtu (15/10/11), Fakultas Ilmu Pendi­ dikan UNY menggelar pelatihan soft skill untuk mahasiswa angkatan 2009. Kegiatan ini merupakan salah satu program dari bidang Kemahasiswaan UNY. Penyelenggaraan dilaksanakan di kampus I FIP UNY dimulai pada pukul 08.00 WIB. Peserta kegiatan adalah seluruh mahasiswa di tiap-tiap Jurusan/Prodi yang ada di FIP UNY.

Pelatihan ini menghadirkan Drs. Ima Ismara, M.Kes dari Fakultas Teknik UNY serta para dosen pendamping tiap Jurusan/Prodi di FIP UNY sebagai pembicara. Berdasarkan penuturan Bambang Sap­­tono, M.Si., Wakil Dekan III (bidang­ Ke­ma­ha­sis­waan) FIP, kegiatan pelatihan­ ini dimaksudkan untuk memberi­kan dan menambah wawasan kepada para­mahasiswa untuk dapat mengembang­kan kemampuan softskill­ kreati­vi­tas­nya. Sehingga diharapkan setelah meng­ikuti kegiatan pelatihan­softskill ter­se­but ma­ hasiswa­bias mengembang­kan ide-ide kreatifnya­ melalui program-­program­ se­ perti program­kewirausahaan dan pro­gram kreativitas mahasiswa, lanjut­ beliau. Syukur kalau ide-ide mereka bias­ menghasilkan prestasi, seru beliau. Pelaksanaan kegiatan pelatihan di­la­­ ku­­kan di ruang kuliah dan peserta­di­

kelompokan sesuai dengan jurusan­ / prodi. Trainer untuk tiap kelompok­berjumlah 2–3 orang. Acara yang berlang­ sung sejak pagi tersebut berlangsung dengan lancar dan selesai pada pukul 12.00 WIB. “Kegiatan pe­latihan ini sa­ ngat menyenangkan dan semoga dapat dilaksanakan kembali ”, ujar salah satu mahasiswa Kebijakan Pendidikan. didik

P e wa ra D i n a m i ka O kt o b e r 2011

31


berita Prestasi mahasiswa

Mahasiswa FT UNY Menuju ASEAN

Nanda Novita Sari, Mahasiswa semester tiga Prodi Rias Kecantikan FT (fakultas Teknik) UNY berhasil meraih Juara 2 Beauty Therapy se­leksi na­sional Asean Skill Competition­ (ASC) IX. Se­be­ lum­­nya,­ Nanda ju­ga menjadi ju­­a­ra 1 seleksi da­e­rah ASC Provin-

32

Pewa r a Din a mik a o kt o b e r 2 0 1 1

si Daerah Istimewa Yog­yakarta. Seleksi nasional Asean Skill Com­petition (ASC) IX ini diselenggarakan selama lima hari dan bertempat di SMKN 27 Jakarta. Dengan meraih Juara 2 tingkat na­s­­i­ o­nal, Nanda berhak menjadi wakil­In­do­ ne­sia dalam ajang ASC IX 2012 bidang Beauty Therapy. Untuk menghadapi lomba ASC tingkat Asean Nanda akan diberikan program pelatihan oleh Kementerian Tenaga Kerja. Dalam lomba ini Nanda diharuskan menunjukkan skill di bidang manicure French, Make Up sehari-hari, Make Up Fantasi, Body Massage dan Facial. Menurut Elok Novita S.Pd., do­ sen yang setia mendapingi Nanda berkompetisi, mengikuti­ kom­ petisi ASC merupakan ajang uji kompetensi mahasiswa Prodi Rias Kecantikan FT UNY untuk bersaing dengan tenaga kerja regional,­nasional maupun internasional. Ia juga berharap nantinya Nanda akan berhasil­dalam kancah Asean.

Asean Skills Competition ASC meru­ pakan ajang kompetisi keterampilan un­tuk generasi muda di kawasan ASEAN yang merupakan tindak lanjut dari Komunike bersama Menteri-Menteri Tenaga Kerja Negara ASEAN yang ke10 pada bulan Mei 1994 di Singapura. ASC diselenggarakan tiap 2 tahun se­ka­li pada tahun genap. Diharapkan de­ngan­dilaksanakannya kegiatan ini, generasi muda ASEAN dapat meningkatkan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia di kawasan ASEAN, meningkatkan daya saing ASEAN dan meningkatkan solidaritas dan kekeluar­ gaan diantara negara-negara ASEAN. Bidang kejuruan yang dikompetisikan­ sebanyak 10 kejuruan yaitu Brick laying (tukang batu), Joinery (tukang kayu), Welding (Las), Beauty Therapy (Kecantikan/spa), Software Application (IT), Web Design (Disain Web), Automobile Technology, Electrical Instalation (Instalasi Listrik), Cooking (memasak) dan Restaurant Service (Pelayanan Restoran). Jumlah peserta 100 orang untuk 10 bidang kejuruan. noor


berita DIES NATALIS KE-60 FIK UNY

FIK SIAP MEMBANGUN INSAN OLAHRAGA “SIAP”

foto-foto:dokumen humas fik

“Dies Natalis merupakan media untuk­ merefleksi apa yang telah dicapai dan yang akan diusulkan pada masa pengu­ rusan yang akan datang menuju tercapainya Visi dan Misi FIK UNY” tutur­ De­kan FIK UNY periode 2003-2007 dan 2007-2011, Sumaryanto, M.Kes menga­ wali pidato Laporan Tahunan Dekan­ dalam acara Dies Natalis ke-60 FIK UNY. Acara ini bertempat di Ruang Sidang Utama FIK UNY. Sumaryanto juga mengisahkan beberapa peristiwa berkesan selama ia men­jalankan tugas sebagi dekan. An­

ta­ra­lain saat presiden RI beserta ibu, beberapa menteri kabinet, dan gubernur DIY menghadiri peresmian GOR UNY dan lintasan atletik dan lapangan sepak­bola FIK UNY pada hari Selasa 22 Januari 2008. Peristiwa berkesan lain adalah menyaksikan Nursita Utami terpilih sebagai juara satu mahasiswa berprestasi UNY tahun 2010, melayani korban gempa bumi di Yogyakarta pada Mei 2006 dan Gunung Merapi pada November 2010. Selain itu adalah UNY menjuarai kejuaraan tenis antar PT se In­donesia (LPTK cup) tiga kali berturut turut tahun 2007 di Undiksha tahun 2009 di UNG dan tahun 2011 di Unima. “Kebersamaan dan kekeluargaan de­ ngan dosen, pegawai administrasi dan mahasiswa FIK juga kisah ”, kisah Sumaryanto. Sementara itu, orasi ilmiah disampaikan oleh Prof. (Em.) Dr. Harsuki, MA Guru Besar Emiritus pada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Jakar-

ta dengan kata kunci Sportif, Inovatif, Adaptif, dan Profesional. “Tugas FIK sebagai­lembaga tinggi pendidikan adalah­memperjuangkan, memelihara, mengembangkan olahraga sebagai disiplin akademik. Sportif dimaknai sebagi fair play. Inovatif merupakan pembaharuan atau perubahan secara baru. Adaptif merupakan tindakan untuk penyesuaian atau membuat nyaman, dan Profesional dimaknai mampu beradaptasi baik secara biologis maupun sosiologis. ratnae

P e wa ra D i n a m i ka O kt o b e r 2011

33


berita penemuan

ALAT UKUR BESARAN FISIKA BERHURUF BRAILLE

Foto-foto dokumen humas FMIPA

Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang cenderung membutuhkan banyak penalaran dan pemahaman. Selain itu, fisika juga memerlukan peran aktif visual. Hal ini pula yang menjadi hambatan bagi siswa tuna netra untuk mendalami fisika. Hal ini menjadi perhatian Janu Arlin­ wibowo, Delthawati Isti R, dan Rina Su­ priyani, mahasiswa Fakultas MIPA Uni­versitas Negeri Yogyakarta untuk membuat inovasi dari alat ukur besar­ an fisika yang dapat digunakan dalam praktikum IPA untuk siswa tunanetra. Alat tersebut antara berupa alat ukur panjang, massa, gaya, dan volume de­ ngan menggunakan huruf braille. Inovasi ini mereka tuangkan dalam karya tulis berjudul “Inovasi Alat Ukur Besaran Fisika Berhuruf Braille Guna Mendukung Kelancaran Siswa Tunanetra Dalam Mempelajari Materi Pengukuran” dan diikutsertakan dalam Lomba Pemilihan Peneliti Remaja Indonesia (PPRI) ke-10 tahun 2011 yang diselenggarakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerja sama dengan AJB Bumiputera 1912. Lomba ini merupa34

Pewa r a Din a mik a o kt o b e r 2 0 1 1

kan ajang kompetisi ilmiah bagi mahasiswa perguruan tinggi di Indonesia jenjang S1 dengan rentang usia 20-24 tahun yang memiliki ketertarikan dalam bidang penelitian yang terbagi atas bidang lomba Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Teknik (IPT). Janu menjelaskan bahwa penelitian ini dimulai sejak awal awal Februari 2011 sampai dengan akhir Agustus 2011 yang dilaksanakan di beberapa tempat yaitu Laboratorium Bengkel Fisika FMIPA UNY, Resource Centre Yog­ yakarta (SLBN 1 Bantul), MTs LB/A Yaketunis, dan MAN Maguwoharjo yang

merupakan sekolah inklusi serta dibantu Drs. H. Setia Adi Purwanta, M. Pd ahli media Pendidikan Luar Biasa sekaligus pimpinan Resource Centre Yogyakarta, Dr. Ishartiwi ahli Teknologi Pendidikan Luar Biasa dari Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta dan Pujianto, M.Pd ahli Pendidikan Fisika dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta. Delthawati Isti menjelaskan bahwa­ produk inovasi dari penelitian ini adalah alat ukur besaran fisika berhuruf Braille berupa Mistar Braille, Neraca Pe­gas Braille, Gelas Ukur Braille serta LKS berhuruf Braille. “Penilaian kelayak­


berita K i l as

an alat ukur tersebut berdasarkan syarat alat ukur yaitu valid, reliable, dapat digunakan secara internasional, mudah diproduksi dan aman digunakan.” Kata Delthawati, “Dari rekomendasi tersebut disimpulkan bahwa penulisan skala timbul hasilnya akan baik jika menggunakan alumunium 0,1 mm.” Alat ini diujikan di kelas X di MAN Maguwoharjo dengan Zainal Romdhon, Trismunandar, dan Ahmad Abdullah sebagai siswa yang terpilih sebagai praktikan. Mistar Braille, Neraca Pegas Braille, dan Gelas Ukur Braille dapat membantu­siswa tunanetra dalam memahami materi pengukuran secara utuh. Menurut Trismunandar, adanya alat inovasi yang dapat memfasilitasi siswa tunanetra dalam praktikum akan memberikan pengaruh besar terhadap pemahaman karena selama ini pelajaran IPA siswa tunanetra hanya dominan pada indera pendengaran. Kondisi tersebut membuat siswa tunanetra mudah melupakan materi yang didapatkan. Pada presentasi di gedung Sasana Widya Sarwono LIPI Jakarta tanggal 3 Oktober 2011 karya tulis ini dinobatkan menjadi juara pertama bidang IPA de­ ngan hadiah dua belas juta rupiah. Adapun para juaranya adalah juara 1 Janu Arlinwibowo, Delthawati Isti R dan Rina Supriyani dari Fakultas MIPA Jurusan Pen­ didikan Fisika Universitas Negeri Yog­yakarta, juara 2 Mirza Zaka Pratama­ dari Fakultas Kedokteran Umum Universitas Brawijaya Malang dan juara 3 Adityawarman dan Deviana Ayu Aresma dari fakultas MIPA program studi biologi Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin Kalimantan Selatan. Dedi HErdito

dokumen himas FT

Jagung Kreasi Mahasiswa FT UNY Atia Fadlilati mahasiswi Teknik Boga, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, mencoba mengembangkan makanan yang berbahan dasar jagung. Yaitu satu set menu yang terdiri dari appetizer, main course dan dessert. Proyek ini merupakan proyek akhir dibawah bimbingan dosen Pedidikan Teknik Boga, Purwati Tjahyaningsih, M.Pd. proyek ini ditempuh untuk menemukan formula dan teknik olah yang tepat dalam pemanfataan jagung manis pada pengolahan makanan khas Keraton Yogyakarta yaitu bendul, roti jok dan manuk nom. Atia tergerak untuk mengembangkan produksi olahan jagung dikarenakan saat ini pemanfaatan jagung sebagai bahan pembuatan produk seperti satu set menu makanan belum dilakukan secara maksimal. Dan jagung dipilih karena merupakan bahan pangan alternatif juga bermanfaat sebagai pengendalian dia­betes, pencegahan penyakit jantung, menurunkan hipertensi dan pencegah­ an cacat tabung syaraf saat lahir. Bahan ini tidak hanya menyedia­kan kalori yang diperlukan untuk metabolisme sehari-hari, tetapi juga merupakan sumber yang kaya vitamin A, B, E dan banyak mineral. Kandungan serat jagung­yang tinggi juga dapat berperan dalam pencegahan penyakit pencernaan­seperti sembelit dan wasir serta kanker kolorektal. Antioksidan yang terdapat pada ja­ gung juga bertindak sebagai agen anti-kanker dan mencegah Alzheimer. haryo

Sugar Group Companies Gelar Seleksi Pegawai Bertempat di Ruang Transit Gedung KPLT FT UNY, Sugar Group Companies menyelenggarakan tes interview untuk posisi Workshop Supervisor. Seleksi ini diselenggarakan pada senin, 17 Oktober 2011. Tes ini merupakan kelanjutan dari tes tertulis yang diselenggarakan beberapa saat sebelumnya. Kualifikasi yang harus dipenuhi adalah mampu berbahasa Inggris, memiliki kompetensi D3 teknik otomotif, mesin, maupun elektro. Selain itu calon pegawai dapat bekerja secara individu maupun tim, bersedia bekerja di workshop dan diutamakan yang berjenis kelamin laki-laki. Peserta yang lolos tahap ini, akan dipanggil untuk mengikuti tes kesehatan. Perusahaan Sugar Group Companies adalah perkebunan dan pabrik gula terbesar, dan ethanol di Provinsi Lampung. Perusahaan ini terdiri dari beberapa anak perusahaan seperti PT Sweet Indolampung, PT Lampung Perkasa, PT Gula Putih Mataram, PT Indolampung Distillery. Produksi dilaksanakan di Lampung kemudian distribusikan melalui lebih dari 12 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. fitri

Prodi PSn Terakreditasi B Program Studi S2 Pendidikan Sains PPs UNY berhasil meraih akreditasi B dengan nilai 345 berdasarkan Keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) No: 016/BAN-PT/Ak-IX/S2/2011 yang ditetapkan pada tanggal 23 September 2011. Hasil akreditasi ini berlaku selama 5 tahun hingga 2016 mendatang.Berkaitan dengan keberhasilan tersebut, PPs menggelar acara tasyakuran yang berlangsung pada hari Sabtu (15/10/11) di rumah makan Goebug Resto. Acara tersebut dihadiri oleh Direktur, Asdir I dan II, pengelola PPs UNY, karyawan, mahasiswa dan alumni. Tri Pam

P e wa ra D i n a m i ka O kt o b e r 2011

35


opini Kado Bulan Bahasa O l e h A risk a P rase t yanawat i

S

eorang karib yang pernah mencicipi­ tinggal di Australia dalam program pertukaran pelajar pernah berseloroh betapa dongkolnya ia saat diejek sebagai tukang bangunan oleh bule yang kediamannya dijadikan homestay. “Dasar tukang bangunan!” ejek si bule yang mengetahui karib saya sedang memasak mi rebus tanpa mencuci muka lebih dulu sebangun dari tidurnya. Kontan saja karib saya yang memang sangat lapar manyun dan seketika kehilangan selera makan. Bagaimana tidak, kalimat yang diluncurkan­si bule terdengar fasih dengan intonasi suara yang tepat; tinggi dan keras membentak. Melihat perubah­ an situasi itu, si bule sadar akan kekasarannya. “Maafkan saya. Saya hanya becanda,” ucap si bule, lagi-lagi dengan artikulasi yang benar. Saat ini Bahasa Indonesia sudah tidak terlalu asing lagi di beberapa negara. Sebut saja di Australia, yang sudah memasukkan kurikulum Bahasa Indonesia ke dalam sistem pendidikannya. Di negeri kanguru ini, bahasa Indonesia mendapatkan tempat istimewa, yaitu sebagai bahasa populer keempat. Ada sekitar 500 sekolah pada tingkat pendidik­an dasar yang mengajarkan bahasa Indonesia. Selain itu, dari berbagai sumber mengenai data beberapa negara di seluruh dunia yang meng­ajarkan bahasa Indonesia, masih ada sekitar 44 negara yang telah mengajarkan bahasa Indonesia dalam sistem kurikulum pendidikan. Di antaranya adalah Amerika Serikat, Vietnam, Jepang, dan Kanada. Untuk negara di kawasan ASEAN yang saat ini paling gencar mempromosikan bahasa Indonesia adalah negara Viet­ nam. Di negara tersebut, posisi bahasa Indone­ sia sejajar dengan bahasa Inggris, Perancis, dan Jepang sebagai bahasa resmi yang dipriotitaskan. Bahkan di negara ini, bahasa Indonesia

Bahkan di negara ini, bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa resmi kedua setelah bahasa Vietnam. 36

Pewa r a Din a mik a o kt o b e r 2 0 1 1

ditetapkan sebagai bahasa resmi kedua setelah­ bahasa Vietnam. Di negara matahari terbit, di tingkat perguruan tinggi, bahasa Indonesia ditawarkan sebagai mata kuliah pilihan maupun sebagai kajian untuk mendapatkan gelar kesarjanaan baik gelar S1 maupun S2. Ada sekitar 20 perguruan tinggi di Jepang yang menawarkan bahasa Indonesia sebagai mata kuliah pilihan. Sedangkan beberapa universitas lainnya menawarkan program kajian bahasa Indonesia adalah Universitas Tenri, Universitas Kajian Asing Tokyo, Universitas Kajian Asing Osaka, Universitas Setsunan, dan Universitas Sango Kyoto. Oktober sebagai Bulan Bahasa Bahasa Indonesia dibagi menjadi dua fungsi, yaitu sebagai bahasa negara dan bahasa nasional. Bahasa negara berfungsi sebagai bahasa resmi dalam pemerintahan, bahasa pengantar­ dalam pendidikan, alat perhubungan pada ting­ kat nasional untuk kepentingan perencana­an dan pelaksanaan pembangunan, serta alat pe­ ngembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan bahasa nasional digunakan dalam pergaulan antarsuku sebagai kebanggaan dan identitas nasional. Bahasa ini diaplikasikan agar tercipta satu kepaduan dan konektivitas yang sama. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Mela­yu yang merupakan lingua-franca (bahasa pergaulan) di zaman pejajahan di daratan semenanjung Malaka, Sumatera, dan Jawa. Untuk kemudian, dalam UUD 1945 tahun­1945 ditetapkan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Lantas, bagaimana asal mulanya bulan Oktober dikukuhkan sebagai bulan bahasa? Perkara mudah. Bulan Oktober adalah bulan yang memiliki makna sejarah sangat besar bagi bangsa­ Indonesia karena pada 28 Oktober 1928 telah tercetus sebuah komitmen para pemuda Indonesia yang kita kenal dengan Sumpah Pemuda. Salah satu bunyi butir sumpah yang disepakati adalah “Menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”. Dengan memiliki bahasa Indonesia, bangsa Indonesia dapat menunjukkan jati dirinya. Inilah fungsi bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa. Bukankah ada ungkapan “bahasa men-


opini unjukkan bangsa”. Dari sini seharusnya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bangga terhadap bahasa Indonesia. Selain itu, sikap positif kita dapat pula ditunjukkan melalui pemakaian bahasa yang sesuai keper­luan. Artinya, penggunaan bahasa asing hanya akan dilakukan bila memang diperlukan karena tidak ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Kedwibahasaan atau ketribahasaan tidak meru­gikan, bahkan menguntungkan pemakai bahasa, asal tidak mengorbankan bahasa kebangsa­an sendiri. Sehingga dalam rumusan Sumpah Pemuda butir ketiga, para pendahulu kita pun tidak memaksakan kita untuk ”berbahasa satu”, tetapi ”menjunjung bahasa persatuan”. Usul Menjadi Bahasa ASEAN Bukankah politik luar negeri bisa berlangsung karena adanya komunikasi? Bukankah ko­ mu­ni­kasi bisa berlangsung karena adanya ba­ ha­sa? Peran bahasa amatlah vital bagi negara. Ia adalah tiang konektivitas dalam menjalankan pemerintahan dalam sebuah negara. Selama ini negara-negara di kawasan ASEAN selalu menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional, bisa jadi juga hal ini karena beberapa negara ASEAN adalah negara Persemakmuran, yaitu kelompok negara-negara bekas jajahan Inggris Raya seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Dua negara lainnya yang merupakan sekutu Amerika Serikat, yaitu Filipina dan Thailand juga pasti akan senang jika menggunakan bahasa Inggris. Bagaimana jika ASEAN punya bahasa resmi­ di luar bahasa Inggris? Jika memang ada, tentunya akan memberi nilai lebih serta kebanggaan sebagai “bangsa” Asia Tenggara. Lalu, bahasa apa yang layak dijadikan Bahasa ASEAN? Pemerintah Indonesia tampaknya tidak mau le­ngah menghadapi situasi ini. Pada Sidang Umum ke-31 AIPA (ASEAN Inter Parliamentary As­sembly) di Hanoi, Vietnam, September 2010, (dilanjutkan pada Sidang umum ke-32 AIPA di Phnom Penh, Kamboja, Septem­ber 2011) Peme­rintah Indo­nesia mengusulkan agar Bahasa Indonesia­dija­di­kan salah satu bahasa­resmi ASEAN. Bukan tanpa­alasan keinginan ini. Secara kuantitas pemakai, bahasa Indonesia yang termasuk dalam rumpun bahasa Me­la­yu lebih unggul dari bahasa Melayu itu sendiri. Menurut Ethnologue, pemakai bahasa Indonesia sejumlah 260 juta orang. Jumlah ini me­nga­lahkan

bahasa Melayu yang hanya dipakai resmi di Malaysia dengan penduduk sekitar 27 juta jiwa, Brunei yang kurang dari 400 ribu orang, dan sebagian dari 4 juta penduduk Singapura. Menurut hemat saya, dengan semua penja­ baran di atas, bahasa Indonesia sudah meme­ nuhi 2 syarat sebuah bahasa layak menjadi ba­ hasa dunia. Pertama adalah jumlah penutur bahasa Indonesia lebih besar dibanding penutur bahasa Melayu dan bahasa lainnya yang ada di Asia Tenggara. Selain itu, luas penyebaran ba­hasa Indonesia sudah merambah ke berbagai negara di dunia dan banyak dipelajari oleh warga negara lain. Potensi bahasa Indonesia men­jadi bahasa dunia sangat memungkinkan. Hal ini dapat dilihat dari mudahnya­ mempelajari­dan meng­ gunakan bahasa­ In­do­ nesia karena dalam bahasa Indone­sia tidak mengenal­ ten­ses­ yang kom­ pleks­ se­per­­ti pada ba­ha­­sa Ing­ gris dan bahasa Arab. Walau peng­apli­ ka­si­aannya­ ma­­sih memerlukan waktu yang panjang, di­tam­bah lagi masih adanya penolak­an dari Negara­Thailand dan Filipina yang lebih mencintai bahasa Inggris, kesempatan ini tidak boleh disia-siakan begitu saja. Sudah saatnya kita sebagai bangsa Indonesia memberikan kado teristimewa ini untuk bulan bahasa di tahun-tahun berikutnya karena memang bahasa Indonesia sa­ngat la­yak diperhitungkan di mancanegara. Namun, kita tetap harus bijak membaca si­ tuasi kelak. Jangan sampai hal ini menjadi bumerang yang menyakitkan. Misalnya, pengu­ asaan (nama lain dari penjajahan) dari negara lain masuk ke Indonesia karena Indonesia mempunyai posisi yang strategis dan mudah dikuasai karena bahasanya sudah dimengerti banyak warga asing. Porsi inilah yang menjadi tugas besar bagi generasi muda Indonesia untuk te­ rus mempertahankan “kekuatan” bahasa Indo­ nesia.

kalam

Ariska Prasetyanawati mahasiswa Bahasa dan Sastra UNY

P e wa ra D i n a m i ka O kt o b e r 2011

37


opini Saatnya Seproduktif Buya Hamka O l e h S uda ryan t o, S . Pd .

S

eorang teman pernah curhat kepada penulis. Ia curhat perihal kesibukannya me­ngajar sebagai dosen. Selain menja­ di dosen di sebuah PTN di Yogyakarta,­ ia juga mengajar di dua-tiga kampus PTS. Ia akui, kesibukannya mengajar berimbas pada ke­lelahan fisiknya, terutama saat pelaksanaan dan pasca-ujian di akhir semester. Selain itu, ia akui pula sempitnya kesempatan melakukan pe­nelitian guna memenuhi salah satu bagian dari Tri Dharma PT. Dari curhat tadi, kini kita beralih ke sosok Bu­ ya HAMKA (Haji Abdul Malik Karim Amrullah), seorang cendekiawan Muslim dan sastrawan terkemuka. Meski Buya HAMKA bukanlah seo­ rang sarjana, tetapi ia diberikan kesempatan oleh Menteri Agama KH Wahid Hasyim (saat itu) untuk mengajar di beberapa PT, baik yang berada di Jawa maupun di luar Jawa. Uniknya,­di tengah kesibukannya mengajar ia masih sempat menulis biografi ayahnya, Haji Abdul Karim Amrullah. Tanpa bermaksud membandingkan kedua cerita di atas, penulis sekadar berbagi renungan:­ apakah kesibukan mengajar berpengaruh­besar pada kesempatan para dosen dalam menu­lis dan meneliti? Jawabannya, bisa ya bisa tidak. Di­katakan ya, jika cerita pertama yang dijadikan acuan; sementara dikatakan tidak, jika cerita kedua yang dijadikan sandaran. Sebelum kita ulas lebih jauh, simaklah lembaran kisah intelektual dan kepenulisan Buya HAMKA berikut. Di usianya yang belia, 16 tahun, Buya HAMKA sudah merantau seperti kebiasaan orang muda Minang pada umumnya. Ia pergi ke Yogyakarta guna menuntut ilmu dari berbagai tokoh

Uniknya, di tengah kesibukannya mengajar ia masih sempat menulis biografi ayahnya, Haji Abdul Karim Amrullah. 38

Pewa r a Din a mik a o kt o b e r 2 0 1 1

pergerakan Islam, seperti Ki Bagus Hadikusumo, H Oemar Said Tjokroaminoto, RM Soejopra­ noto, dan KH Fakhruddin. Dari merekalah, jiwa aktivis dalam diri Buya HAMKA tumbuh dan me­ngakar kuat. Ia pulang ke Padangpanjang, dan berkiprah di Muhammadiyah. Dan di usianya yang belia pula, 19 tahun, Buya menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci­serta menuntut ilmu agama selama enam bulan­ di sana. Setelah itu, ia kembali ke Tanah­Air, dan beberapa tahun kemudian ia pindah ke Me­ dan.­Sejak tahun 1938, perlahan tapi pasti, Buya HAMKA mulai mengasah kemampuan intelektual dan kepenulisannya, sekaligus memimpin majalah Pedoman Masyarakat dan Pedoman Is­ lam. Nah, sejak itulah berbagai artikel keagamaan serta cerita pendek ditulisnya dengan bahasa dan logika yang sedemikian jernih. Tak hanya­ itu, bakatnya sebagai orator juga amat memukau. Di periode inilah, Buya HAMKA berhasil­ menorehkan penanya dan menghasilkan bebe­ ra­pa roman, seperti Di Bawah Lindungan Ka’bah, Tenggelamnya Kapan van Der Wick, Merantau ke Deli, dan Di Dalam Lembah Kehidupan. Bersamaan itu, tawaran mengajar diberikan­ oleh Menteri Agama KH Wahid Hasyim (saat itu) untuknya. Beberapa PT yang sempat­menja­di tempat mengajar Buya HAMKA itu, antara lain, Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PT­AIN) Yogyakarta, Univeritas Islam Jakarta,­Fakulas Hukum dan Falsafah Muhammadiyah­di Padang­ panjang, Universitas Muslim Indonesia­(UMI) di Makassar, dan Universitas Islam Sumatera­Uta­ ra (UISU). Di tengah saldo kesibukannya mengajar, Bu­ ya HAMKA kembali menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. Persis dengan kali pertama berhaji pada 24 tahun silam, ia juga melakukan lawat­ an ke beberapa negara yang berada di kawasan Semenanjung Arab. Sekembalinya dari lawatan itu, ia peroleh inspirasi menulis karya sastra. Alhasil, lahirlah beberapa romannya, seperti Man­ di Cahaya di Tanah Suci, Di Lembah Sungai Nil, dan Di Tepi Sungai Dajlah. Atas kemampuan intelektual dan kepenulis­ annya, Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir memberikan gelar Doktor Honoris Causa (Dr HC) ke­pa­da Buya HAMKA. Selang beberapa tahun­


opini

istimewa

ke­mudian, giliran Universitas Kebangsaan Malaysia yang memberikan gelar serupa kepada­ nya. Saat itu, PM Malaysia Tun Abdul Razak ber­ kata, “HAMKA bukan lagi hanya milik bangsa In­do­ne­sia. Tetapi juga telah menjadi kebangga­ an bangsa-bangsa Asia Tenggara.” Dari sekelumit kisah Buya HAMKA di atas, ki­ ranya ada hikmah yang dapat dipetik. Pertama, menulis pada hakikatnya tidak hanya dilakukan oleh mereka yang bergelar sarjana, magister, dok­tor, dan bahkan profesor. Menulis, dalam ba­tas-batas tertentu, lebih merupakan sarana untuk mengikat ilmu kita masing-masing agar lebih luas, lebih dalam, dan lebih bermanfaat bagi sesama. Di titik ini, menulis, katakanlah menjadi sarana berdakwah. Kedua, menulis sebagai salah satu keteram­ pilan berbahasa sejatinya dapat dikembangkan, didayagunakan secara simultan dengan ketiga keterampilan berbahasa lainnya, seperti membaca, menyimak, dan berbicara. Secara hipotesis, apabila ada pengajar (dosen/guru) yang lebih sibuk mengajar di mana-mana, ada kemungkinan dia akan bersikap “malas” dalam mengembangkan dan mendayagunakan kemampuan membaca-menulisnya. Ketiga, menulis pada prinsipnya adalah suatu proses yang tidak sekali jadi, apalagi cukup berkata “Simsalabim!” Untuk dapat menghasilkan artikel, misalnya, seseorang dituntut un-

tuk menemukan isu aktual di koran, menuliskannya ke dalam lembar demi lembar. Begitu pun karya berupa buku. Para dosen, seperti teman penulis, memiliki peluang menulis buku secara luas, yakni dengan menulis makalah/artikel ilmiah, dan dikumpulkan menjadi buku. Semisal, taruhlah seorang dosen linguistik diundang menjadi pemakalah dalam rentang satu tahun sebanyak lima seminar, kemudian dia juga menulis artikel ilmiah, baik dari penelitian mandiri maupun berhibah sebanyak enam artikel. Maka, dosen bersangkutan dapat­ mengumpulkan 11 makalah/artikel ilmiah untuk diterbitkan menjadi buku. Cara-cara begini­ telah dilakukan oleh Prof Dr Kuntowijoyo (sejarawan UGM) dan Prof Dr Suyanto (mantan Rektor UNY). Terakhir, ide-ide menulis dapat diperoleh, sa­lah satunya dari melakukan perjalanan (rih­ lah). Seorang penulis alangkah baiknya selalu rihlah guna menyegarkan jiwa sekaligus spirit menulisnya. Dari situlah, jiwa seorang penulis dapat berkelana dan terus-menerus mereguk manisnya ilmu. Alhasil, karena manisnya ilmu tadi, seorang penulis terus-menerus belajar, belajar, dan belajar. Persis yang dilakukan Buya HAMKA pada kisah di atas.

Sudaryanto, S.Pd. peneroka bahasa, penulis buku Menguangkan Ide

P e wa ra D i n a m i ka O kt o b e r 2011

39


resensi media Wajah Perbudakan di Deli Oleh HE N D RA SU G I A N T O R O Apapun alasannya, perbudakan tak bisa ditolerir. Begitu malangnya nasib rakyat yang diperas keringat, tenaga, bahkan darahnya demi kepentingan penjajah kapitalis. Dapat disimak dalam novel ini, manusia dianggap barang dagangan yang diperjualbelikan. Rakyat kecil ada yang ditipu dengan imajinasi pohon berdaun uang di tanah Deli. Mungkin karena keluguan dan malah kebodohan, rakyat kecil percaya saja. Dikisahkan dalam novel, pelbagai per­usahan yang mendatangkan manu­ sia-­manusia sebagai pekerja di perkebunan Deli menyebar agen-agen­nya.­ Rak­yat kecil—terutama dari Pulau Ja­ wa—menjadi sasaran untuk dijadikan­ kuli. Di awal novel ini dicerita­kan tentang agen itu yang mempengaruhi rakyat kecil dengan mulut manisnya. “Di Deli....Di Deli....pohon-pohon­ nya berdaun uang!” “Kerja kalian ha­ nya mengurusi pohon-pohon itu. Kalau ada uang yang jatuh dari pohon, silakan ambil. Itu upah bagi kalian. Nah, semakin banyak pohon yang kalian urus, maka uang kalian akan semakin­ba­ nyak. Dan kalian tahu, itu semua belum cukup. Setiap akhir bulan kalian juga akan mendapat upah yang besar. Nah, bagaimana? Hebat, bukan?” Soal pohon berdaun uang itu pun menyebar dari mulut ke mulut. Rakyat­ yang miskin dan bodoh mudah percaya meskipun ada juga yang menyangsikan. Nalar jelas meragukan ada pohon bisa menjatuhkan uang, namun kepercayaan rakyat adalah fakta telanjang sebuah kebodohan. Pohon berdaun uang merupakan salah satu dari pelba­gai muslihat mendatangkan kaum pekerja untuk menuju Deli. Ada pula yang dipaksa secara halus sampai akhir­nya tersadar telah menjadi kuli kontrak. Di kantor emigrasi, rakyat yang tak ca­kap baca tulis hanya melongo membu­ buhkan cap jempol pada selembar surat kon40

Pewa r a Din a mik a o kt o b e r 2 0 1 1

Padang Bulan Andrea Hirata • Bentang, 2010 • 254 + XII halaman

Belajar Kimia dari Al-Qur’an Penulis: Nafi’ah Al-Ma’rab • Penerbit: LeutikaPrio, 2011 • Tebal: vi+66 halaman

trak yang sejatinya merugikan mereka. Novel ini boleh jadi berhasil menyajikan kegetiran di tanah Deli. Manusia yang dijadikan kuli itu tak bebas menghirup kebebasan. Kekerasan menyeruak dalam pemaksaan kerja. Kondisi ketercekaman dan ketidakadilan di tanah Deli berangsur-angsur menjadi perhatian publik ketika tulisan berjudul Millioenen uit Deli terpublikasikan. Karya Mr. J. Van den Brand pada 1902 itu menyulut polemik, baik di negeri Belanda­ maupun di Hindia Belanda. Lewat novel ini, kekuatan tulisan tersebut dapat disimak. Ketidakadilan dan kekejaman di tanah Deli dibeberkan Van den Brand. Pejabat pemerintah dan pengusaha di tanah Deli berusaha membalikkan opini dengan menuduh Van den Brand melakukan fitnah dan kebohongan. Di negeri Belanda, fakta kebobrokan yang terjadi di Deli dijadikan amunisi kubu

sosialis yang tergabung dalam SociaalDemocratische Arbeiders Partij. Perjuangan Van den Brand tak surut.­ Novel ini mengisahkan sepak terjangnya­ menguliti topeng pejabat pemerintah dan pengusaha yang telah berbuat zalim terhadap para pekerja­di Deli. Ba­ginya, keadilan harus ditegakkan—­ kalau perlu dikejar. Karena tulisannya yang menggemparkan itu, ia dikucilkan dalam pergaulan masyarakat Eropa di Deli. Ia pun pulang ke negeri Belanda untuk melakukan strategi politik de­ ngan menjadi anggota Majelis Rendah, namun gagal terpilih. Tak kehabisan akal, ia terus melakukan perlawanan ter­hadap fakta penindasan. Millioenen uit Deli yang ditulisnya sedikit banyak mulai menampakkan perubahan di Deli. Ia juga menulis Nogs Een: Millioenen uit Deli sebagai tanggapan atas semua tuduhan dan polemik yang muncul aki­ bat Millioenen uit Deli.

Hendra Sugiantoro Pegiat Pena Profetik


bina rohani Belajar dari Ibadah Haji O l e h I b nu S ant oso Secara etimologis, “haji” berarti ”bermaksud” atau “menyengaja”. Secara ter­­minologis, berarti mendatangi bait­ ullah (ka’bah) pada waktu tertentu dan dengan cara tertentu. Jika dicermati, tata cara ibadah haji ini merupakan perjalanan hidup yang pernah dialami oleh Nabi Ibrahim alaihis salam dan keluarganya. Mulai dari thawaf, sa’i, pelemparan jumrah, sampai penyembelihan binatang kurban. Dari banyak nabi dan rasul, mengapa hanya Nabi Ibrahim yang perjalanan hidupnya dijadikan kaifiat (tata cara) iba­dah dalam Islam? Bahkan tidak hanya itu, Nabi Ibrahim dan keluarganya pun dijadikan rujukan doa ketika berselawat untuk Nabi Muhammad saw. dan masih banyak lagi keistimewaan yang dimiliki Nabi Ibrahim as. Pengalaman Ujian Ketika Nabi Ibrahim telah berumur 80 tahun dan belum dikaruniai seorang anak, beliau pun mulai­gelisah, karena tidak ada yang akan me­ne­rus­kan perjuangan keimanannya.­Kemudian atas saran istrinya, Sarah,­akhir­nya beliau memperistri­ Hajar yang me­ru­pa­kan pembantunya sendiri.­Namun pada akhirnya, Sarah pun mera­sa­cemburu setelah Hajar memiliki seo­rang anak (Ismail). Sarah berdoa kepada Allah supaya masalah yang membuat hatinya menjadi sakit karena cemburu itu ada solusinya. Itulah sebabnya, turun perintah dari Allah agar Nabi Ibrahim membawa Hajar dan putranya, Ismail, ke negeri jauh ke selatan yang sekarang terkenal dengan nama Makkah. Pengalaman ujian berikutnya ialah ketika Hajar dan putranya, Ismail (waktu itu masih bayi), kehabisan bekal ter­u­­tama air minum. Dalam kondisi­ bi­­ngung,­tanpa suami, sendirian di pa­ dang­cadas yang tidak ditumbuhi seba­ tang­pohon pun, Hajar mencari air de­ ngan­memanjat bukit Shofa ke bukit Marwah (dilakukan sampai 7 kali). Sub­

istimewa

hanallah, Allah menolongnya dengan mengeluarkan air sumur zamzam. Pe­ ris­tiwa ini kemudian diabadikan dalam ibadah haji sebagai sa’i. Pengalaman ujian lain ialah ketika Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang sudah bersepakat untuk mengorbankan Nab Ismail dihalang-halangi oleh iblis. Waktu itu Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dengan berbekal keteguhan iman taqwa melempar iblis dengan batu. Peristiwa tersebut kemudian diabadikan sebagai pelemparan jumrah. Penapaktilasan pengalaman relijius Nabi Ibrahim di atas yang harus dilakukan sendiri oleh setiap jamaah haji diharapkan memberikan kontribusi terhadap kualitas iman tauhid setiap jamaah haji. Itulah sebabnya, secara personal setiap jamaah pasti memiliki pengalam­ an relijius yang berbeda sesuai dengan kualitas iman tauhidnya. Dalam menghadapi setiap cobaan ketika menjalankan ibadah haji, Allah te­ lah memberi petunjuk dalam Al-Qur’an, 2:197, “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku, hai orang-orang yang berakal.” Di samping bekal taqwa, Allah juga­ memberi peringatan terhadap setiap jamaah haji sebagai berikut, “Barangsi­

apa yang menetapkan niatnya dalam bu­lan itu akan mengerjakan haji, maka­ tidak boleh rafats, berbuat fasik, dan jadal atau berbantah-bantahan di da­ lam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. (Al-Qur’­ an, 2:197).” Rafats ialah perkataan jorok yang dapat menimbulkan nafsu birahi seksual. Fasik ialah merusak baik diri sendiri atau segala sesuatu di luar diri sendiri. Jadal ialah berdebat untuk memenangkan atas pendapat­nya sendiri. Dalam Islam, ibadah haji merupakan­ rukun Islam kelima dan sekaligus seba­ gai penyempurna Islam seseorang. Ar­ti­ nya, agar Islam seseorang menjadi sem­ purna, jalan yang harus ditempuh­ialah melakukan penapaktilasan, mema­hami ujian, dan cobaan baik yang pernah dialami oleh Nabi Ibrahim. Bagi saudara-saudara kita yang belum memperoleh kesempatan melakukan ibadah haji yang harus dilakukan ialah: (1) niat untuk menjalankan­nya­ dan (2) mempersiapkannya dengan­ber­­­ bekal taqwa dan manjauhi tiga larang­ an tersebut sejak sekarang.

Ibnu Santoso Staf Pengajar FBS UNY

P e wa ra D i n a m i ka O kt o b e r 2011

41


cerpen

Masasoul* O l e h A manat ia J unda S . Cermin itu berasal dari hilir Kapuas. Suku asli rimba hutan Borneo telah mengukirnya dengan sangat artistik. Tapi aku tak peduli dengan segala catatan mengenai cermin yang tengah berdiri memantulkan bayanganku. Aku peduli pada sosok wanita yang hadir setiap malam kini, menemaniku tidur. “Aku berharap kau ibuku,” bisikku lirih pada seorang wani­ ta yang sama. “Aku berharap kau putriku yang kelak meneruskan darah bangsawan Djoyodiningrat Hadi Kusumo.” “Sebenarnya siapa kau?” tanyaku bingung, aku duduk dari tidurku. Menatap wanita di sampingku lekat-lekat. “Aku dari sana,” ia menunjuk cermin mengerikan itu. “Cermin pemberian saudagar intan dari Martapura yang kemudian meminangku dengan rasa cintanya yang luar biasa besar. Namun, ia tak tepat bagiku. Ia tewas saat perampok menyerbu kediaman kami. Malangnya, putriku juga tewas terbunuh dalam dekapanku.” Ekspresinya datar. Tanpa menunjukkan perubahan sedikit pun pada garis-garis wajahnya yang licin dan putih. “Aku mencari seseorang yang sudi menjadi putri kandungku,” bisikinya lirih sambil tersenyum kalem, keibuan. Aku kini dapat melihat tujuannya berada di sini. *** “Ah, kau bercanda denganku Regi,” Danang tertawa geli setelah aku menuturkan kejadian-kejadian aneh yang terjadi di rumah Keramat. Semenjak cermin itu mengeluarkan sosok Sukma—nama wanita bangsawan Jawa Tengah tersebut— aku merasa menemukan kasih sayang dari orang yang tepat. “Kau tak memercayaiku, Nang? Aku berani bertaruh de­ nganmu, cermin itu memiliki kekuatan magis. Seolah-olah cer­min itu adalah saluran menuju ke dunia lain. Ke masa lain!” “Kau hendak bilang itu mesin waktu?” Aku mengangguk mantap. Danang terdiam, tidak terbahak lagi. Ia menatap mataku tajam. Seperti tengah menggali sesuatu dari dalam pikiranku. “Sayang…,” Danang memanggilku lembut. Entah mengapa aku merasa tidak bahagia dengan panggilan ini. Walaupun aku tak menyesal telah menerima tawarannya untuk menjadi kekasihku. Aku tak tega melihatnya berlama-lama de­ ngan sorot mata yang terluka minggu lalu setelah ia meng­ utarakan rasa istimewanya. Namun, Sukma mengatakan ia bukan pemuda yang tepat bagiku. “Hm… Jangan tersinggung ya, gimana kalo’ kita pergi ke psikiater, maksudku, kau telah terlalu lama tinggal dengan keluarga Keramat. Aku khawatir mereka telah mengontami­ nasi alam bawah sadarmu, Sayang…” Aku mengerjap, percaya. Percaya yang dikatakan Sukma 42

Pewa r a Din a mik a o kt o b e r 2 0 1 1

benar nyatanya. Danang bukanlah orang yang tepat untuk memberiku kasih sayang. *** “Kau tak setia!!” jerit Sekaraji nyaring di depanku. Mata­ nya sembab oleh airmata yang masih mengalir deras. Tubuh­ nya bergetar hebat. Berkali-kali ia mencambukiku dengan cambuk yang Om Hongoi dapatkan dari Madura. Aku bergidik. Aku seperti berada dalam lautan parade, menjadi Kerapan Sapi. Tar! Aku bergeming. Aku merasakan darah panas meleleh di punggungku. Aku ingin Sukma datang sekarang, mendekapku, melindungiku. Semalam Sukma menawariku untuk tinggal bersamanya, di dunianya. Aku masih memikirkan tawaran yang menjanjikan kebahagiaan tersebut. “Apa hakmu untuk berpacaran dengan Danang hah?! Kau milikku Regi!” Ya, sekarang aku ingin pergi ke masa tempat Sukma tinggal. Agar aku bisa hidup tanpa disiksa terus menerus di rumah Keramat. Agar aku lepas dari ritual ngabdi ndalem pada Sekaraji. Agar Sukma tak repot-repot menemuiku setiap malam dan menghiburku. Aku akan terus bersamanya, di si­ si­nya, menggantikan posisi anak kandungnya. Toh, aku juga begitu rindu dengan sosok ibu. Tar! “Jawab Regi! Bela dirimu sekarang! Aku ingin dengar dari mulutmu bahwa kau mencintai Danang. Kau mengkhianatiku!” Aku tak tahan. Bukan, bukan baru pertama kali ini aku men­dapat cambukan atas kecemburuan akutnya, tapi hatiku­ yang perih. Seolah-olah darah merembes dari sana, bukan dari punggungku. Sesaat kemudian, sebelum semua menggelap, aku tahu ke­pala ular dari cermin Masa berputar. Pertanda gerbang ke masa lain dibuka. Ya, Sukma menjemputku, aku akan pergi. Akhir dari masaku di sini. Aku akan bebas! *** Senin, 28 Februari… Rumah Tahanan Wanita Ini untuk pertama kalinya Danang menginjakkan kaki di lembaga pemasyarakatan khusus wanita. Ia hendak mene­ mui seorang gadis yang akhir-akhir ini menghebohkan ma­ sya­rakat dengan tindak menyimpangnya. Gadis itu menge­ nakan seragam khas tahanan, biru tua, lusuh. Ia duduk di bangku panjang tempat para tamu menjenguk kerabatnya masing-masing. “Maafkan aku,” bibir keringnya mengeluarkan suara tercekat.


cerpen

istimewa

“Aku tadi ke sana, menemui Regi,” ujar Danang bergetar, tak mengacuhkan permohonan maaf gadis tersebut. Danang bersusah payah tidak menyamakan gadis tersebut dengan seorang mutilasi sejati. “Bagaimana keadaannya sekarang?” tanyanya cemas. Sedangkan Danang hanya menatapnya, bisu. Gadis itu kembali terisak untuk kesekian kalinya. “Aku tak menyangka semua berakhir seperti ini. Kita sama-sama sangat mencintai Regi. Tapi aku justru merusak hidupnya. Seharusnya aku membiarkannya hidup bahagia denganmu, atau melepasnya dari Keramat. Tapi aku tak rela… aku ingin ia menjadi milikku selamanya. Aku.. aku telah membunuhnya!” Danang menutup matanya sejenak. Hatinya seperti ditusuk-

tusuk pisau. Ia tak ingin menangis di depan para sipir­wanita. Dua jam yang lalu ia mendapati Regi, sang kekasih sedang duduk di pelataran rumah sakit jiwa. Ia sedang tersenyum sendiri dengan tatapan kosong layaknya penghuni yang lain. Entah apa yang berada dalam pikirannya. Cinta Danang tak sanggup menarik jiwanya kembali ke masa ini. Dunia nyata. Regi telah terperangkap dalam dunia ciptaannya sendiri. Apa gila bisa diwariskan? *Sambungan edisi sebelumnya

Amanatia Junda Solikhah mahasiswi Komunikasi UGM

P e wa ra D i n a m i ka O kt o b e r 2011

43


puisi•geguritan•tembang Geguritan Jefrianto Panyucen Gusti, Wayah iki tumeka ing jumedhuling srengenge Wudhuku mbalung kalayan anyeb sarta nyenyet Manunggaling niyat iki, lan kawula Amung nyadhong pasrah lan berkah kalam/pewara

Gusti, Limang wektu kawula manggih ing ngarsa Limang wektu kawula uga lali kwasamu Saka tepining lara batin, kawula kapang Tresna pinindha makrifat kang saben saben Binabar dening para pangarsa iman lan ngelmu Jogja, 2011

Jefrianto mahasiswa Pendidikan Bahasa Daerah UNY

pojok gel i t ik

Pilkada

Umarmoyo: Di, kudengar di kantormu ada pilkada. Umarmadi: Iya. Kenapa? Umarmoyo: Kamu nggak njago?

Umarmadi: Enggak. Umarmoyo: Kenapa? Umarmadi: Nggak papa. Umarmoyo: Nggak pede ya? Umarmadi: Enggak. Umarmoyo: Nggak berani ya? Umarmadi: Mosok kalah sama iklan shampo. Umarmoyo: Takut kalah suara ya? Umarmadi: Enggak. Umarmoyo: Terus kenapa? Umarmadi: Malu! Umarmoyo: Sama siapa? Umarmadi: Diri sendiri. Umarmoyo: Kenapa? Umarmadi: Mimpin diri sendiri aja nggak becus, mau mimpin orang lain! Umarmoyo: ..................................? ema r '11

44

Pewa r a Din a mik a o kt o b e r 2 0 1 1


l ensa

UNY Menghafal Kedatangan Ustadz Yusuf Mansyur di Masjid Al Mujahidin, pada Jum’at (23/9) yang lalu tak sekadar membakar emosi sebagian mahasiswa UNY. Lebih dari itu, tradisi menghafal ayat suci Al Quran, meskipun satu ayat sehari kembali dikukuhkan. Semua itu untuk mencapai keinginan bersama sivitas akademika UNY: Menjadi kampus yang siap memimpin pendidikan karakter. UNY Leading in Character Education. teks : Sismono La Ode • Fotografer: HERI PURWANTO


Leading in Character Education Jauh sebelum gaung pendidikan karakter menggema, UNY telah memulainya. Slogan (lama) "Cendekia Mandiri dan Bernurani" adalah salah satu bukti.

universitas negeri Yogyakarta Leading in Character Education Jl. Colombo No. 1 Yogyakarta 55281 Telp. 0274-586168 www.uny.ac.id


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.