Pewara Dinamika Juli 2010

Page 1

Volume 11 • nomor 31 juli 2010

issn 1693-1467

P e w a r a

Dinamika universitas negeri yogyakarta

UNY JUARA UMUM III PIMNAS 2010

PRESTASI YANG JAUH LEBIH BAIK Jika dilihat dari perbandingan perolehan medali dari tim yang diturunkan, prestasi UNY di Pimnas 2010 jauh lebih baik di banding UGM dan ITS. UGM menurunkan 34 tim dan sukses menyebet 19 medali, ITS sukses memborong 9 medali dari 18 tim yang diturunkan, sedangkan UNY sukses meraih 8 medali dari 11 tim yang diturunkan.


Belajar dari Pesta Waka-Waka!

Pelaksanaan Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan tidak hanya mempertontonkan keindahan si bola bundar, dipadu tarian pemainnya. Lebih dari itu, perhelatan yang mulai dicetuskan 26 Mei 1928 di Amsterdam tersebut memperlihatkan semangat sportivitas antar pemain,wasit, maupun FIFA. Jika ada kesalahan di lapangan hijau, para pemain dan Negara pengikut hanya pasrah terhadap keputusan wasit, meskipun terkadang amat menyakitkan! Realitas ini jauh berbeda dengan perhelatan sepak bola di tanah air. Adu jotos antarpemain, merendahkan keputusan wasit, intervensi PSSI, kebrutalan penonton adalah pemandangan di hampir setiap pertandingan. Kita maki dan caci itu, tetapi di saat yang sama, kita pun terkadang senang dengan kebrutalan klub/pemain/ fans yang kita dukung. Memang amat ironis! Sebelum semuanya terus terlambat, kita(penonton), para pemain, pelatih, klub sepakbola, fans harus memulai belajar pada perhelatan akbar 4 tahunan di atas. Selain sportivitas, ada banyak hal yang bisa dipetik di sana, misalnya, kejujuran, disiplin, kreativitas, kedewasaan, dan yang lain. Itulah pesta Waka-Waka dan kita bisa membuat Indonesia seperti mereka. Iklan layanan ini dipersembahkan oleh Pewara Dinamika • teks: Sismono la ode • gambar: aremasenayan.com.jpg2.jpg


pena redaksi

P ewa r a

Dinamika universitas negeri yogyakarta

PENERBIT HUMAS Universitas Negeri Yogyakarta IJIN TERBIT SK Rektor No. 321 Tahun 1999 ISSN 1693-1467 PENANGGUNG JAWAB Dr. H. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. (Rektor UNY) PENGARAH Prof. Dr. Hj. Nurfina Aznam, SU., Apt. (Pembantu Rektor I) H. Sutrisna Wibawa, M.Pd. (Pembantu Rektor II) Prof. Dr. H. Herminarto Sofyan (Pembantu Rektor III) PENASEHAT Hj. Sujariyah, M.Pd. (Kepala Biro AUK) Dra. Hj. Budi Hestri Hutami (Kepala Biro AAKPSI) PEMIMPIN UMUM Prawoto, S.E. PEMIMPIN PERUSAHAAN Drs. Wedho Chrisnarto PEMIMPIN REDAKSI Sumaryadi, M.Pd. SEKRETARIS REDAKSI Tusti Handayani, A.Md. REDAKTUR PELAKSANA Sismono La Ode, S.S. REDAKTUR Lina Nur Hidayati, M.M. Witono Nugroho, S.I.P. Dhian Hapsari.SS. Ariska Prasetyanawati Eka Wahyu Pramita. S. Pd. Mindiptono Akbar. SS. Desain dan Tata Letak Kalam Jauhari FOTOGRAFI Heri Purwanto, SIP. REPORTER Ratna Ekawati, S.I.P. (FIK) Nur Lailly Tri W., A.Md. (FISE) Dedy Herdito, M.M. (FMIPA) Tien Kartika Komara Dewi, A.Md. (FBS) Noor Fitrihana, M.Eng. (FT) Didik Kurniawan, S.Pd. (FIP) Prayoga, S.I.P. (LPM/Lemlit) Sugeng Sutarto, S.Pd. (Sistem Informasi) SIRKULASI Drs. H. Trisilia Suwanto Sarjana Sudarman Sri Widodo Maryono ALAMAT REDAKSI Jl. Colombo No. 1 Kampus Karangmalang Universitas Negeri Yogyakarta 55281 Telp/Fax 0274 542185 E-mail: pewaradinamika@uny.ac.id Online: www.uny.ac.id

istimewa

Akhirnya, Pewara Dinamika telah sete­ ngah tahun berjalan. Dan, Alhamdulil­ lah semua edisi bisa terbit dengan baik, walaupun harus diakui faktor keterlam­ batan jadwal terbit masih menjadi ken­ dala kru redaksi. Kami telah berusah­a un­tuk menepati deadline itu, akan teta­ pi faktor di lapangan masih saja mem­ buat kami tidak mampu menepati jan­ ji tersebut. Meskipun demikian, kami tetap bahagia karena pada edisi dies natalis, Pewara bisa terbit tepat pada perayaan puncak dies natalis UNY, 21 mei 2010. Edisi Juli 2010 ini, majalah Pewara Dinamika bisa dikatakan sebagai edi­si penantian. Kami harus menanti usain­ ya jadwal Pimnas 2010 di Bali. Lantas, penggarap hasil Pimnas (juga Peksimi­ nas di Pontianak) sebagai laporan uta­ ma, padahal perhelatan itu baru usai pada akhir Juli. Inilah yang membu­at kami harus menanti sekaligus berburu waktu untuk segera menyelesaikannya pada minggu kedua agustus 2010. Beberapa pembaca menanyakan ke kami, mengapa harus menanti? Seder­ hana menjawabnya, pada Pimnas ini kali UNY menyebet juara umum ketiga,

setelah UGM dan ITS, dengan prestasi 4 emas, 4 perak, dan 1 perunggu. Sung­ guh prestasi yang menggembirakan dan layak untuk dibanggakan. Terlebih, sebelumnya, 2009, UNY sukses menye­ bet juara umum IV. Urusan lebih lanju­t soal Pimnas (juga Peksiminas) bisa di­ baca di laporan utamanya. Sementra itu, di rubrik lainnya, kam­i tidak lupa menyajikan berita yang re­ nyah dan enak dibaca. Pada rubri­k beri­t­a, kali ini Pewara masih tetap menyaji­kan berita-berita yang terjadi di ling­kung­an universitas maupu­n fakultas­. Memang porsinya tidak seimbang­, lebih ban­ yak di lingkungan universitas. Untuk soal ini, kami punya alasan: masing-ma­ sing-masing fakultas telah mempunyai media sendiri, sehingga mereka lebih banyak memberitakan di media mas­ ing-masing. Sedangkan, rubrik yang lain, kami tetap menyajikan informasi yang tidak jauh berbeda dengan edis­iedisi sebelumnya. Hanya saja, kedua ru­ brik ini disajikan lebih enak. Nah, untuk lebih tahu tentang majalah ini, pembaca yang setia, silakan melaku­ kan aktivitas membaca sebagai­mana bi­ asanya. Tabik. 

Redaksi menerima tulisan untuk rubrik Bina Rohani (panjang tulisan 500 kata), Cerpen (1000 kata), Opini (900 ka­ta), Puisi/Geguritan/Tembang (minimal dua judul), dan Resensi Buku (500 kata). Tulisan harus dilengkapi de­ngan iden­ti­tas yang jelas, nomor yang bisa dihubungi, pasfoto (khusus Opini), serta keterangan dan sampul bu­ku (khu­sus Re­sen­si Bu­ku). Kirimkan tulisan An­da me­la­lui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kan­tor Humas UNY. Bagi yang dimuat, ho­nor dapat diambil di kantor Humas UNY.

P e wa r a Din a m i k a j u li 2010


daftar isi Volume 11 • Nomor 31 juli 2010

l a p o r a n U ta m a

UNY Juara Umum III PIMNAS 2010. Prestasi Yang Jauh Lebih Baik

Dokumen Kemahasiswaan UNY

Jika dilihat dari perbandingan perolehan medali dari tim yang diturunkan, prestasi UNY di Pimnas 2010 jauh lebih baik di banding UGM dan ITS. UGM menurunkan 34 tim dan sukses menyebet 19 medali, ITS sukses memborong 9 medali dari 18 tim yang diturunkan, sedangkan UNY sukses meraih 8 medali dari 11 tim yang diturunkan. halaman 6

22

36 opini

berita

Mengakrabkan Bahasa Inggris Melalui EFH bermain. Dengan wajah riang gem­ bira, mereka tampak antusiasi ber­ ko­mu­nikasi dengan bahasia Inggris. Kegiatan yang diselenggarakan Jurus­ an Pendidikan Bahasa Inggris diada­ kan selama dua minggu...

heri/pewara

Kampus Ungu FBS diserbu anakanak dan remaja dari pelbagai penju­ ru. Mereka datang untuk belaja­r dan

Berita Lainnya • Jurusan Tari Ketiban Sampur • Saatnya Siswa yang Aktif • Saatnya Menjadi Wirausahawan • Prof. Drs. Ferry Adnan M.Pd. Wafat

Pendidikan Mahal atau Masyarakat Belum Mampu? Pendidikan merupakan salah sat­u un­­­sur yang dapat meningkatkan ku­ a­­­litas SDM suatu negara. Oleh kare­na itu, setiap negara selalu berusaha... 41 5 42 4 1 3 44 44 40

bina rohani bunga rampai cerpen dari pembaca dari redaksi Jendela pojok gelitik puisi•geguritan•tembang resensi media perancang sampul: kalam jauhari

Pewara Dinam i ka j u li 2 0 1 0


jendela DARI KEARIFAN LOKAL KE PENDIDIKAN KARAKTER Sudah kita pahami sejak isu globalisasi meng­ gelinding dari Benua Utara–Eropa Barat dan Amerika Serikat–globalisasi telah membuat ba­ tas-batas dunia semakin cair. Yang terjad­i ada­ lah terbukanya perluasan lahan bagi produk budaya Barat ke Selatan (negara-negara berkem­ bang). Namun, tidak demikian sebaliknya, ter­ nyata tetap saja sangat sulit produk budaya Se­latan menembus Eropa Barat dan Amerika Serikat. Negara-negara Selatan, termasuk Indo­ nesia, tidak lebih dari pasar yang harus mau menyerap produk-produk Barat. Negara-nega­ ra Selatan nyaris tidak mampu melakukan ne­ gosiasi, karena hampir semua modal, SDM, ak­ ses dan teknologi, dan pusat-pusat informasi dikuasai oleh negara-negara Barat. Persoalan­ nya, mampukah budaya lokal kita bertahan dan dengan cara bagaimana ketahanan budaya di tanah air ini dibangun? Kebudayaan lama dan kebudayaan asli seba­ gai puncak-puncak kebudayaan daerah adalah kebudayaan nasional kita. Kearifan lokal yang terwadahi dalam kebudayaan Indonesia terse­ but harus tetap dipelihara agar bisa dikembang­ kan dan pengembangannya ditujukan untuk ke­­man­faatan masyarakat, untuk kemaslahata­n umat. Usaha kebudayaan harus ditujukan ke arah kemajuan adab, budaya, dan persatuan. Tentu, dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkem­ bangkan atau memperkaya kebudayaan kita, serta mempertinggi derajat kemanusiaan kita. Konsekuensi dari itu tidak lain kecuali mengop­ timalkan peran serta masyarakat dalam upaya penyelamatan, pengembangan, dan pelestari­ an warisan budaya. Memang, tidak semua yang berasal dari bu­ daya Barat serta-merta tidak baik. Sebaliknya, tidak semua yang ‘asli’ dari budaya kita sendiri itu baik. Kebaikan dan ketidakbaikan ada di ma­ na-mana. Hanya, ternyata arus budaya yang da­ tang dari Barat demikian kuatnya menghantam budaya lokal kita, sehingga jika tidak dicermati dan diantisipasi, sangat mungkin kearifan lokal kita akan tergilas habis tak bersisa. Di sinilah satu sisi pentingnya dilaksanakan pendidikan karakter untuk anak-anak bangsa

kita agar mereka menjadi individu-individu yang berkarakter baik. Kita tahu bahwa indivi­ du yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertang­ gungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang dibuatnya itu. Dengan menjadi individu-individu yang berka­ rakter baik, diharapkan generasi penerus bang­ sa ini akan mampu menghargai, mengembang­ kan, dan ikut bertanggung jawab melestarikan budayanya sendiri yang bernilai luhur (adilu­ hung). Tentu saja, di samping–mau tidak mau– mereka mesti menggauli budaya global (yang diharapkan sudah terfilter dengan baik pula). Pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepriba­ dian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh-kembang dengan karakter yang bernafaskan nilai-nilai luhur bangsa dan agama. Inilah amanah UU SISDIKNAS 2003. Sejatinya, tujuan akhir pendi­ dikan yang sebenarnya adalah ‘kecerdasan yang berkarakter’. Jujur, kita berharap banyak dari prosesi pendi­dikan karakter yang tengah digalakkan di tanah air. Dengan pendidikan karakter yang –mestinya–dilaksanakan di bawah tiga pilar pendidikan (: keluarga, sekolah, masyarakat), yang dengan pendek kata lazim disebut ‘pendi­ dikan budi pekerti plus’, maka anak-anak kit­a akan terdidik dalam konteks pengetahuan (cog­ nitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action)nya. Meski implementasi pendidikan karakter di bawah tiga pilar itu tadi bukan berarti sudah berjalan tanpa masalah (seperti iklan pegadai­ an). Banyak sekali faktor yang berlingkar-ling­ kar di masing-masing pilar bak lingkaran setan. Namun, paling tidak, dengan upaya itu anakanak bangsa ini kita yakini akan memiliki sikap ‘sadar budaya’, yang pada gilirannya memiliki ‘ketahanan budaya’, dan pada akhirnya mere­ ka menjadi penyelamat nilai-nilai budaya kita, kearifan lokal kita. Semoga!

Drs. Sumaryadi, M.Pd. Pemimpin Redaksi

P e wa r a Din a m i k a j u li 2010


dari pembaca Kirimkan kritik/komentar/tanggapan Anda mengenai Pewara Dinamika maupun persoalan di seputar kampus Universitas Negeri Yogyakarta. Kritik/komentar/tanggapan harap dilengkapi identitas yang jelas dan dapat dikirim melalui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kantor Humas UNY.

Kok Pagar Masjid Masih Dipasang Spanduk? Hingga bulan Juli ini saya masih melihat spanduk terbentang di pagar masjid Muja­ hidin UNY. Saya makin heran kok, keluhan yang saya utarakan melalui majalah Pewara Dinamika edisi Juni belum ditanggapi. Saya pun bertanya dalam hati, apa saya yang salah? Lantas, saya bertanya dengan temanku tentang keluhan yang saya utarakan. Kawan saya menjawab: Anda benar. Jika pengurus masjid belum menanggapinya (mungkin karena belum membaca atau kurang peduli), maka Anda harus tulis ulang, semoga mereka menanggapinya dengan serius. Sekali saya ungkapkan, pemasanga­n spanduk bukan pada tempatnya akan membuat keindahan masjid Mujahiddi­n terganggu. Sederhana alasannya, perta­ ma, pagar dibuat tidak untuk jadi media pemasangan spanduk, kedua, arsitek­ tur pagar dapat mendukung konsep arsi­ tektur masjid, jadi fungsi pagar bukan hanya untuk pembatas tetapi paga­r bis­a memberi keindahan sendir­i. Denga­n ka­ ta lain, keindahan pagar menyatu de­ ngan keindahan bangunan masjid, dan

ketiga, spanduk mempunyai media pe­ masangan sendiri, yang bentuk dan tem­­pat diletakkannya amat berbeda de­ngan masjid. Melihat dan pempertimbangkan alas­ an tersebut, saya pikir sudah cukup je­ las bahwa tidak ada alasan pemasangan spanduk di pagar masjid, meskipun kita hendak menyampaikan informasi yang amat berharga bagi masyarakat mau­ pun sivitas akademis UNY. Karena as­ pek keindahan dan kebersihan adalah

ajaran Rasullullah SAW yang pantas ki­ ta aplikasikan dalam ruang mana pun dan waktu kapan pun. Keindahan dan kebersihan tidak hanya melulu ditafsir­ kan sebagai upaya membersihkan sam­ pah dan menaruhnya di tong sampah, tetapi kebersihan dan keindahan juga bisa ujudkan dalam penataan ruang dan peletakkan barang-barang pada tempat­ nya. Bukan begitu? Matur nuwun­. ISlahuddin mahasiswa FT UNY

Akhirnya Fasilitas Pejalan Kaki Digunakan Beberapa edisi Pewara Dinamika, saya sempat menulis keluhan sekaligus solu­ si bagi penggunaan fasilitas khusu­s pe­ja­ lan kaki. Sa­at itu, saya mengeluh ma­sih jarangnya kesadaran sivitas aka­demika UNY untuk menggunakan fasi­litas itu. Saat ini, setelah fasilitas tersebut selesai dibangun, saya mulai berbahagia. kare­

Pewara Dinam i ka j u li 2 0 1 0

na animo penggunaan fasilitas terse­ but mulai naik. Jika saya melewati jalan di depan Museum Pendidikan menuju FMIPA para sivitas akademika (terutama mahasiswa) sudah berjalan di atas tro­ toar, sa­ya pun, pengendara motor agak senang karena ti­dak lagi was-was. Pun halnya, ketika saya melintasi sepanjang

jalan mu­lai dari KOPMA UNY hingga di depan FISE. Para pejalan kaki sudah me­ manfaatkan trotoar yang mulai dililit bunga. Melalui surat pembaca ini, saya mengucapkan terima kasih. Saya ber­ harap fasilitas itu terus dipelihara. Kamil Alumni mahasiswa FT UNY


bunga rampai Negara Gagal Sejahterakan Rakyat O l e h Fit ra Ha r iadi

K

esejahteraan adalah hak raky­ at! Kalimat itu bukanlah se­ke­ dar kalimat klise yang mun­cul dari riak-riak pragmatis­me dan kepentingan. Tetapi, sejatinya ada­ lah cita-cita luhur dari kurun waktu 61 tahun kemerdekaan yang lalu. Dideklara­ sikannya negeri ini oleh para founding fathers yang mendirikan negeri ini tak lain dan tak bukan dengan maksud un­ tuk menyejahterakan rakyatnya. Sing­ katnya, negara telah mengkhianati ama­ nat perjuangan para pendahulu bangsa dan juga berarti mengkhianati kedaulat­ an rakyat yang telah dideklarasikan se­ jak puluhan tahun yang lalu. Apakah yang telah diperbuat oleh pe­mim­pin kita sekarang dalam rangka mengembalikan secara penuh kedaulat­ an rakyat? Pemimpin sekarang layak­ nya penguasa yang tidak mau tahu atas apa yang terjadi di masyarakat. Anak-anak kecil busung lapar, orangorang miskin pinggiran makan nasi ak­ ing dan sedapatnya. Apalagi, kalau di­ sangkut-pa­utkan dengan penanganan terhada­p masyarakat yang terken­a ben­ cana. Mereka tidak diperhatikan, mere­ ka tidak dipedulikan, mereka dikebiri

istimewa

hak-haknya! Kedaulatan dan kesejahteraan tela­h dirampas oleh negara yang saat ini tela­h mengacau cita-cita para pendahul­u bang­ sa. Seharusnya kedaulatan dan ke­­se­­jah­­ te­raan itu dikembalikan kepa­da rak­yat! Instabilitas politik dan eko­no­mi yang terjadi sejatinya telah mem­be­rika­n pe­ ngetahuan kepada kita bahwa amanat reformasi telah dibelokkan, bah­kan dihi­ langkan, secara sistematis­. Negara se­ba­ gai pemegang penuh kepercayaan rakyat telah banyak berdosa de­­ngan penderi­ taan rakyat sampai saat ini. Sekarang ini saatnya rakyat bergera­k menegakkan keadilan, jelang kesejah­ teraan! Reformasi yang telah didekla­ rasikan oleh rakyat dan mahasiswa sem­­bilan tahun yang lalu telah dikebiri, bah­­kan dihilangkan maknanya demi ke­ pen­­tingan sesaat sang penguasa. Memang sudah tugasnya negara men­­ ja­min segala kebutuhan rakyatnya­. Ne­ ga­ra kita termasuk negara yang tela­h mentahbiskan diri sebagai welfare state, yakni negara yang mempunyai fungsi pokok untuk menyejahterakan rakyatn­ ya. Namun, apakah yang terjadi? Negara kita seperti sepotong keju yang dipere­

butkan oleh orang-orang jahat berjaskan nafsu demi kepentingan se­saat. Budaya-budaya oportunis telah meng­ gelayuti negara ini. Budaya dagan­g sapi lembaga peradilan, birokrasi yang ko­ rup, serta Dewan Perwakilan Rakya­t yang maunya untung sendiri telah meng­gerogoti sendi-sendi kehidupan ber­bang­sa bernegara. Sehingga, negar­a gagal mengelola negara, yang sejati­nya kaya-raya dengan sumberdaya alam yang melimpah. Maka, sekali lagi, kem­ balikan hak-hak itu kepada rakyat tan­ pa kompromi. Saatnya mahasiswa turun membiar­ kan lusuh jaket almamaternya diterpa angin jalan raya dan panasnya terik ma­ta­hari kedahsyatan. Maka, siapaka­h yang menyangsikan catatan perjalanan ini bergerak menembus batas, menem­ bus batas-batas kemalasan, menyibak segala penghalang. Selamat tinggal kele­ mahan! Selamat tinggal kebodohan! Se­ la­mat tinggal ketidakberdayaan! Kin­i saatnya kita menyongsong fajar keme­ nangan! Fitra Hariadi Mantan Presiden Rema BEM UNY

P e wa r a Din a m i k a j u li 2010


laporan utama

UNY Juara Umum III PIMNAS 2010.

PRESTASI YANG JAUH LEBIH BAIK Jika dilihat dari perbandingan perolehan medali dari tim yang diturunkan, prestasi UNY di Pimnas 2010 jauh lebih baik di banding UGM dan ITS. UGM menurunkan 34 tim dan sukses menyebet 19 medali, ITS sukses memborong 9 medali dari 18 tim yang diturunkan, sedangkan UNY sukses meraih 8 medali dari 11 tim yang diturunkan. O l e h sismono la ode

S

elepas bertanding di pulau Dewa­ ta, puluhan spanduk meriahkan kampus Karangmalang. Spanduk bertuliskan selamat atas presta­

si UNY itu di pasang di beberapa ti­ tik rektorat dan fakultas. Kita memang bangga karena tulisan tersebut se­ dang meraya­kan kemenangan ketiga

di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) XXIII di Universitas Mahasa­ raswati pada 20-24 Juli 2010. Demiki­ an halnya, spanduk Peksiminas di de­


pan rektorat juga turut membanggakan universitas. Bagaimana tidak, 5 maha­ siswa UNY, yang mewakili Daerah Is­ timewa Yogyakarta sukses mem­bawa emas, perak, dan perunggu, setelah ber­ laga di pekan seni mahasis­wa bergeng­ si di Pontianak, 24-29 Juli 2010. Atas dasar itulah, UNY patut bangga­. Bangga bukan hanya karena sarana dan prasarananya yang telah memadai, teta­ pi bangga karena sumber daya manusi­ anya (baca: mahasiswa) telah mampu me­­nunjukkan taring intelektualnya (ba­ ca: akademiksnya) di dua kompetisi na­­si­ o­nal bergengsi di atas. Dan, tidak mainmain untuk Pimnas UNY sukses meraih peringkat umum ketiga, setela­h UGM dan ITS. Memang UNY bukan yang pertama

dan kedua, tetapi peringkat ke-3 yang diraihnya patut diberi catatan tersendi­ ri. Dari 11 tim yang mengikuti lomba, 8 tim sukses menyebet 4 emas, 2 perak, dan 2 perunggu. Ini artinya 3 tim be­ lum bisa menyebet prestasi. Banding­ kan dengan UGM, yang meraih prestasi ke-1, dari 34 tim yang mengikuti, UGM hanya mampu menyebet 19 medali yak­ ni 9 emas, 4 perak, dan 6 perunggu. Dan itu berarti ada sekitar 15 tim yang be­ lum sukses menyebet medali. Sedang­ kan, ITS yang sukses meraih peringkat ke-2 hanya mampu meraih 9 medali, ya­ kni 3 emas, 3 perak, dan 3 perunggu dari 18 tim yang mewakilinya. Itu berar­ ti UNY adalah universitas yang paling unggul jika dilihat dari perbandingan perolehan medali dari tim yang ditu­

runkan, bahkan medali emasnya me­ ngalahkan medali emas ITS. Tabik! Lantas, apa yang UNY lakukan? Men­ jaga prestasi, sebagaimana yang dite­ gaskan Pembantu Rektor III, Prof. Dr. Herminarto Sofyan adalah hal utama. Terlebih, selama tiga tahun UNY sukse­s meningkatkan prestasinya. Tahun 2007 hanya memperoleh peringkat ke-6, ta­ hun 2008 dan 2009 mampu meningkat­ kannya menjadi peringkat ke-4, sekali­ gus mampu mempertahankannya. Se­la­in menjaga prestasi, meningkatkan pres­ta­ si juga merupakan sesuatu yang pa­ling penting, apalagi prestasi tersebu­t diraih di saat UNY menjadi tuan rumahnya. Ten­ tunya, prestasi ini bukan hanya untuk Pimnas semata, Peksiminas dan lainnya tetap menjadi hal yang amat penting. 


laporan utama

UNY Berjaya! Rentang waktu 21-29 Juli 2010, UNY memetik banyak prestasi di dua ajang berskala nasional. Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) XXIII di Denpasar, Bali, dan Pekan Seni Mahasiswa Nasional (Peksiminas) X di Pontianak, Kalimantan Barat. Melalui dua ajang bergengsi ini UNY makin diperhitungkan. Ole h A risk a P rasetyanawati

S

ekali lagi, UNY berjaya di Pimnas. Pada agenda tahunan ini UNY berhasil meno­ reh prestasi duduk di peringka­t ketig­a setelah UGM sebagai juara umum dan ITS menjadi runner-up. Dari 11 tim yang meng­ ikuti, UNY mampu memborong 4 emas, 2 pera­k, dan 2 perunggu.

Emas dipersembahkan oleh Tatag Bagus Pu­ tra, dkk. dari FMIPA yang mempresentasikan “Keanekaragaman Spesies Kelelawar (Chirop­ tera) di Kawasan Karst Tuban Jawa Timur”. Yu­ li Estrian, dkk. dari FMIPA mempresentasikan “Early Flood Warning System sebagai Alat Pen­ deteksi Banjir Dini Sederhana”. Dua emas lain­

foto-foto:dokumen kemahasiswaan UNY

Pewara Dinam i ka j u li 2 0 1 0


laporan utama nya dipersembahkan dari Lomba Poster yang berjudul “Alat Pendeteksi Asap Rokok di ruang­ an Berbasis Mikrokontroller AT89S52 dengan Output Suara” oleh Muslikhin dkk. dari FT dan “Early Flood Warning System sebagai Alat Pen­ deteksi Banjir Dini Sederhana” oleh Yuli Estri­ an, dkk. dari FMIPA. Perak disumbangkankan oleh Priyo Yulianto, dkk. dari FMIPA dengan judul proposal ”Chem’s Batik Usaha Kreatif Aplikasi Struktur Kimia Sen­ yawa Organik sebagai Motif Batik Kontempo­rer Guna Menambah Keanekaragaman Motif Bati­k Indonesia”. Perak juga dipersembahkan oleh Ris­ ka Dedy Sutomo, dkk. dari FT dengan judul pro­ posal Aplikasi “SIM Perpustakaan Mengguna­ kan Barcode Scanner Berbasis Java Web dengan Dukungan SMS di SMP N 4 Depok”. Untuk perunggu dipersembahkan oleh Sco­ lastica Wahyu P, dkk. dari FBS yang mempresen­ tasikan Pelatihan Kreativitas Musikal Menggu­ nakan Musik Tradisional Rinding Gumbeng di Desa Beji Kecamatan Ngawen Kabupaten Gu­ nungkidul. Selain itu, perunggu juga didapat­ kan oleh Faisal Fahmi, dkk. dengan judul “Pene­ rapan Teknologi Smart Trace Berbasis Radio Frequency Identification (REFID) sebagai Ino­ vasi Baru dalam Mengatasi Cybercrime”. Pimnas merupakan kegiatan puncak di bi­ dang perwujudan kreativitas mahasiswa dan penalaran ilmiah yang terjadwal secara akade­ mik oleh PT di seluruh Indonesia. Di samping itu, Pimnas juga merupakan salah satu bentu­k peningkatan peran mahasiswa Indonesia yang dilaksanakan secara bertahap, berjenjang, dan berkelanjutan. Kegiatan Pimnas ini diharapkan akan memupuk minat para mahasiswa untuk membuat karya-karya ilmiah yang dapat meng­ angkat citra perguruan tinggi maupun daerah­ nya. Kemudian, pada penyelenggaraan Peksimi­ nas, 5 mahasiswa UNY ikut menyumbang pres­ tasi yang mengantarkan DI Yogyakarta berada di posisi ketiga setelah Jawa Tengah dan DKI Ja­ karta. Mereka adalah Panji Kusuma P. berhasi­l merebut juara pertama tangkai keroncong pu­ tera. Ajeng Udayani pun berhasil menduduki peringkat harapan 2 tangkai keroncong putri. Lalu, Maretha Isroviana berhasil meraih pering­ kat kedua tangkai seriosa putri, Rahmat Putra Jaya berada di posisi kedua dalam tangkai baca puisi putra, dan Zamrud Whidas Pratama mem­ peroleh posisi harapan 1 pada tangkai serios­a putra.

Peksiminas merupakan puncak kegiatan ke­ mahasiswaaan di bidang pengembangan bakat dan minat mahasiswa dalam bidang seni. Pek­ siminas bertujuan untuk meningkatkan kuali­ tas dan kemampuan praktik mahasiswa dalam menumbuhkan apresiasi terhadap seni, baik se­ ni suara, seni pertunjukkan, penulisan sastra, seni rupa, dll. UNY Bersiap! Akhir Mei menjadi patokan awal bagi UNY untuk berunjuk gigi di ajang Pimnas. Saat itu pengumuman dari Dikti turun yang memberita­ hukan bahwa 11 judul proposal mahasiswa UNY dinyatakan lolos pada monitoring dan evalua­ si, sehingga berhak ikut dalam ajang bergengsi Peksiminas. Training Center (Pemusata­n Latihan) atau yang lebih akrab disebut TC pun digelar di Bukit Surya Kaliurang pada 7 sampai 9 Juli 2010. Dalam TC, seluruh proposal dikaji dan maha­ siswa dibekali dengan trik-trik, se­per­ti mengha­

P e wa r a Din a m i k a j u li 2010


laporan utama dapi juri-juri tingkat nasional, bahan-bahan un­ tuk presentasinya, retorika penyampaiannya, sampai dengan poster yang mendukung sisi presentasi. Hal inilah yang diutarakan Kabag kemahasiswaan, Drs. Budi Sulistiya, di ruang ker­janya. “Secara marathon bergantian, dari pa­ g­i sampai malam, mahasisw­a terus dibimbing. Dalam TC yang dibidik adalah poin-poin yang sangat berpengaruh besar dalam kualitas pre­ sentasi” terangnya. Setelah TC selesai diselenggarakan, masih di­ adakan pembimbingan-pembimbingan intensif di fakultas masing-masing, di bawah koordinasi PD III. Misalnya, perwakilan dari FMIPA diminta mempresentasikan kembali proposalnya di de­ pan dewan pakar keilmuan yang terkait, seh­ ingga mendapat masukan-masukan lebih detail lagi. Konsep Ini dianggap sebagai sebuah ino­ vasi karena FMIPA pun membawa hasil melalui kelompok Yuli Estrian yang sekaligus membo­ rong dua emas dan juga kelompok Priyo Yulian­ to yang menyumbang perak. Menjelang pelaksanaan Pimnas, tim UNY di­ b­erangkatkan lebih awal dari kontingen lain. Kondisi ini merupakan salah satu cara yang di­ pakai tim UNY untuk beradaptasi dengan ling­ kungan, sehingga tidak ada kendali terkait de­

10

Pewara Dinam i ka j u li 2 0 1 0

ngan makanan, cuaca, dan sebagainya­. “Tim UNY datangnya lebih awal daripada beberap­a kontingen. Supaya ada adaptasi dengan cu­ aca, dengan makanannya, dan sebagainya. Pe­ nginapa­n juga sudah dipesan sejak bulan April. Kita cari penginapan yang dekat dengan lokasi pelaksanaan Pimnas yang jika jalan kaki hanya ditempuh selama 5 menit. Hal-hal semacam ini juga mendukung kelancaran tim Pimnas,” tu­ tur Budi Sulistya. Harapan Ke Depan Secara kuantitas, proposal mahasiswa UNY yang didanai Dikti selalu mengalami peningkat­ an setiap tahunnya. Ke depan yang akan diso­ rot adalah sudah waktunya peningkatan secar­a kualitas. Ke depan juga Kemahasiswaan UNY


laporan utama sudah menjadwalkan pelaksanaan TC tidak ha­ nya dilakukan sekali saja karena kemahasis­ waan menilai TC sangat berpengaruh terha­ dap hasil Pimnas. Pendekatan-pendekatan secara emosiona­l akan terus dijalin. Kran komunikasi antara ma­ ha­siswa, dosen pembimbing, dan kemahasis­ waan akan terus dibuka supaya tidak ada ke­ luhan-keluhan dan kendala-kendala nonteknis yang dapat menganggu kelancaran Pimnas dan lomba-lomba tingkat nasional maupun inter­ nasional lainnya. Untuk Pimnas dan Peksiminas, hadiah tetap diberikan sama dengan tahun yang lalu, yaitu berupa uang pembinaan dan sertifikat. Tapi ke depan, Kemahasiswaan UNY sudah menyampai­ kan ke pimpinan untuk menaikkan uang pem­ binaan supaya mahasiswa lebih semangat lagi berprestasi. Kemahasiswaan UNY terus berupa­ ya mendampingi mahasiswa untuk terus men­ jadi juara. “Demi meningkatkan prestasi maha­ siswa tentu dibutuhkan terus kerjasama dari berbagai unsur, baik dari jurusan, fakultas, sampai universitas. Yang jelas kami dari kema­ hasiswaan akan terus memberikan pelayanan sebaik-baiknya untuk mahasiswa agar lebi­h berprestasi lagi,” ucap Pak Kardi, Kemahasis­

waan UNY. Melalui acara Penerimaan Kontingen Pimnas dan Peksiminas 2010 pada 4 Agustus 2010 di Ruang Sidang utama Rektorat, Prof. Dr Rochmat Wahab, M.Pd., MA., Rektor UNY, menyam­paikan rasa kebanggaannya terhadap mahasiswa yang hadir. “Prestasi merupakan representas­i dari mahasiswa UNY yang mampu menunjukkan potensi yang diwujudkan dalam prestasi nyata­. Pada dasarnya, setiap individu itu bisa mem­ bawa potensi dan kekuatan. Namun, hanya orang-orang tertentu yang bisa mewujudkan­ nya dalam bentuk prestasi. Mereka yang bisa mengaktualisasikan diri atas potensi yang dimi­ liki dapat memperoleh rekognisi, meningkatkan apresiasi, dan mendapatkan penghargaan dari siapa pun secara profesional,” tuturmya dalam sebuah sambutan. Lantas, harapan ke depan untuk UNY adalah pertahanan posisi dengan segala kesiapan yang sudah rutin dijalankan, dengan inovasi kesiap­ an juga, dan dengan janji akan penghargaan lebih dari UNY. Seperti yang diutarakan Prof. Dr. Herminarto Sofyan, M.Pd., Pembantu Rekto­r III UNY. “Yang paling penting adalah memper­ tahankan prestasi yang sudah didapat,” ujar­ nya. 

P e wa r a Din a m i k a j u li 2010

11


laporan utama

Proses: Kerja Keras dan Semangat! Prestasi yang diperoleh mahasiswa UNY dalam kompetisi bergengsi, baik di Pimnas maupun Peksiminas tidak diraih dengan instan. Mereka bekerja keras dengan proses yang panjang. Ole h D h ian Hapsa ri

B

eberapa tahap telah ditempuh peserta Pimnas untuk kemudian sampai men­ jadi juara. Kelompok yang diketua­i Yuli Estrian, misalnya. Kelompok penyum­ bang dua emas ini melalui proses yang tidak sederhana, meskipun ide dari pembuatan alat itu sangat sederhana. Proses Bicara masalah ide, salah satu anggota kelom­ pok Yuli Estrian ini menemukan ide justru saat ia sedang bermain di sungai. “Waktu itu dia me­ lihat ada seorang anak kecil yang bermain-main dengan stereofom di sungai. Anak itu menim­ bultenggelamkan stereofom itu di pinggir su­ ngai. Kemudian mahasiswa yang kebetulan ber­ tempat tinggal di Bantul dan rumahnya tidak jauh dari sungai ini lantas mengungkapkan ide itu pada kawan-kawan lainnya,” cerita Pujio­ no, dosen Fisika yang juga pembimbing kelom­ pok Yuli Estrian. Stereofom itu kemudian menjadi bahan ter­ penting dalam pembuatan alat pendeteksi ban­ jir ini. “Dari ide sederhana itu kemudian dikem­ bangkan. Stereofom itu dapat digunakan untuk

12

Pewara Dinam i ka j u li 2 0 1 0

mendeteksi banjir dengan disambungkan almu­ nium yang dapat menyentuh aliran listrik se­ hingga membunyikan sirene. Otomatis kalau sirene dapat memberi peringatan diri, masyar­ akat sekitar sungai akan lebih cepat melakukan evakuasi ke daerah bebas banjir.” Alat yang disediakan untuk dipasang di pin­ t­u air ini tidak memanfaatkan alat-alat yang ma­hal. “Kami kemudian berpikir, bagaimana ca­­ra­­nya alat ini dapat mudah dibuat dengan ba­ha­n-bahan sederhana atau bahan bekas agar ni­lai ekonominya kecil, namun memiliki nilai gu­na yang besar,” tambahnya. Lain halnya dengan kelompok yang diketua­i Muslikhin. Proses yang dilalui cukup sulit. Sela­ in mereka harus bolak balik ke rumah pem­ bimbingnya, Fatchul Arifin,MT , di Solo rupany­a mereka mendapatkan beberapa hambatan. “Ke­ sulitan terbesar bagi kelompok kami adalah ke­ tersedian waktu yang minim, mengingat tim kami terdiri dari latarbelakang enterprenuer, peneliti, dan organisator jadi space waktu yg tersedia minim. Kami atasi dengan pembagia­n job dengan sistem kejar deadline, misal saya mengerjakan harware+software, Agung mengu­ rusi pengadaan barang/logistik dan pelaporan, Rahmat mengurusi administrasi dan perijinan/ birokrasi,” papar Muslikhin. Kendala ini juga diakhui Fatchul Arifin,MT, “Kendala terbesar yang mereka hadapi adalah masalah waktu yang relatif pendek. Molor­nya pencairan dana menjadikan waktu yang suda­h sempit semakin sempit lagi, apalagi tim Pimnas yang saya bimbing adalah PKMT yang mengha­ ruskan mereka merealisasikan alat baik secara hardware maupun software serta menerapka­n hasil produknya di lapangan/masyarakat. Keter­ lambatan dana tentu akan menghambat pro­ses pembelajaan berbagai komponen yang diper­ lukan.” Lebih dari itu kendala teknis lainnya pun dia­


laporan utama

foto-foto:dokumen kemahasiswaan UNY

lami kelompok Muslikhin. “Secara administras­i kami mengalami kesulitan pengajuan penem­ patan alat, umumnya proses penerimaan ma­sya­ rakat pengguna ini dan alamnya berurusan den­ gan birokrasi, namun kesulitan ini dapat kami siasati dengan membuat surat pengantar yang ditandatangani Pembantu rektor III, sehing­ga menjadi lebih mudah jika kami datang secara personal tanpa membawa nama lembaga.” Bagaimanapun, kelompok kami tetap ber­ juang demi proses. “Dari proses ini dapat kam­i tarik simpulan bahwa proses menjadi juara itu tidak instan. Siapa yang kuat berproses dialah juara,” jegasnya. Sebelum maju dalam ajang Pimnas, tentu saja mahasiswa telah mempersiapkan proposa­l dan segala macam tetek bengek sebagai ba­ han unjuk gigi nantinya. Namun, tahap yang jug­a menentukan persiapan mental para peser­ ta Pimnas adalah pembekalan dari universitas. Pembekalan ini antara lain persiapan proposa­l yang dibimbing oleh pembimbing penelitian masing-masing kelompok, monitoring dan eva­ lu­asi oleh tim universitas, dan training yang di­ laksanakan di Kaliurang selama tiga hari. “Dalam masa training itu mahasiswa dibim­ bing oleh para pakar di bidangnya dalam hal pre­ sentasi, menjawab pertanyaan, dan penyajia­n lainnya, sebab selain penelitian itu sendiri sikap dan semua yang berkaitan dengan peserta da­ pat menjadi bahan pertimbangan penilaian,” ujar Pujiono, M.Pd., selaku pembimbing pene­ litian kelompok yang diketuai Yuli Estrian. Begitu pula yang diungkapkan Muslikhin. “Peserta diajarkan kekompakan, dan di-drill ha­ bis-habisan secara substansi maupun perfor­ ma­­. Tim teman-teman lain itu potensiny­a be­ sar untuk menjadi juara dan ini terbukti dari 11 tim kita mampu menggondol 8 medali. Ide yang dibangkitkan oleh kawan-kawan inovatif­, unik,sehingga dari judul itu membuat rasa ingi­n tahu yang mendalam bagi juri dan itula­h

kunci dari inovasi.” Setelah mereka mempersembahkan emas untuk UNY, tentu saja universitas ini tidak ting­ gal diam. Beberapa hal dilakukan, baik sebagai publikasi pada masyarakat akan adanya sum­ ber daya manusia UNY yang dapat bersaing di kancah dunia penelitian maupun untuk peneli­ ti itu sendiri. “Mahasiswa berbakat dan berpres­ tasi akan diberi penghargaan secara materiil maupun moril. Mereka diundang dalam upaca­ ra hari kemerdekaan dan diberi reward khu­ sus secara akademik. Artinya, mendapat point khusus,” ungkap Budi Sulistyo, Kabag Kema­ hasiswaan. Setelah semua yang membanggakan ini, lan­ tas apa yang akan dilakukan peserta Pimna­s de­ngan hasil penelitiannya? “Setelah ini, kam­i tetap akan lanjutkan pengaplikasian alat di ma­ syarakat. kemungkinan kami tidak lagi hi­bah­ kan, tetapi alat ini akan kami produksi dan di ko­mersilkan. selain itu kami juga akan secara sustainable melakukan reseach and deve­lopment (R&D), meski dengan biaya sendiri. Tidak tertu­ tup kemungkinan kami juga akan mengemban­ gan aplikasi untuk asap-asap lain selain asap rokok,” ungkap Muslikhin. Sedangkan seja­k be­ rita ini diturunkanbelum ada kabar mengenai tindak lanjut yang akan dilakukan mahasiswa pemenang emas Pimnas lainnya. Apapun yang akan mereka lakukan nanti pem­bimbing hanya mendukung demi kebaikan. Seperti juga yang dinyatakan Fatchul Arifin, “Selamat, Semoga kesuksesan ini merupakan langkah awal untuk mencapai kesuksesan-ke­ suksesan berikutnya!” 

P e wa r a Din a m i k a j u li 2010

13


laporan utama Pameran PKM Mendapat Apresasi Mengesankan Beberapa hasil karya penelitian mahasiswa ikut diboyong ke Universitas Mahasaraswati Bali untuk turut meramaikan pesta dan laga penelitian mahasiswa. Ajang ini dapat dijadikan momentum menarik perhatian masyarakat luas dan kabar perkembangan kreatifitas mahasiswa UNY. Ole h D h ian Hapsa ri

M

encicipi mie yang satu ini me­ mang butuh mental,” ungka­p Witono, staf, humas UNY, yang kebetulan mendapat tu­ gas menjaga stan UNY. “Buktinya tidak banya­k orang yang berani mencoba, tapi justru mie ini yang dapat menarik banyak pengunjung. Mereka penasaran!” katanya kemudian. Terang saja, siapa yang menyangka belalang, sejenis serangga itu, dapat dijadikan campuran mie ataupun dibacam yang lantas disajikan laiknya mie ayam yang dengan mudah kita temukan? Mie belalang ini memang menjadi daya tarik tersendiri dari stan pameran hasil karya peneli­ tian Mahasiswa. Terbukti selama hari pertama dan kedua, stan ini mendapat apresiasi yang baik dari pengunjung. “Mereka dapat menci­ cipi mie belalang yang kami sajikan dengan gra­ tis,” tambah Tusti, staf humas UNY. Bukan itu

foto-foto:dokumen kemahasiswaan UNY

14

Pewara Dinam i ka j u li 2 0 1 0

sa­ja, belalang yang masih hidup pun dibawa un­tuk meramaikan stan. “Mungkin karena ada be­la­lang yang masih hidup itu, jadi ada juga pe­­ngun­jung yang tidak berani mencicipi mie belalang.” Belalang yang sudah lazim disajikan sebagai kudapan di kabupaten Gunung Kidul ini juga mengundang perhatian Ray Sahetapi, artis film kawakan mantan suami Dewi Yul. “Mie belalan­g ini bukti kreatifitas mahasiswa dalam berinova­ si. Memang untuk masa depan, mahasis­wa di­ tuntut agar selalu berinovasi,” paparnya sam­ bil menyantap mie belalang. Selain mie belalang, hasil penelitian lainnya yang juga menarik perhatian adalah mobil lis­ trik. Mobil listrik yang dibuat dengan ukuran mini, hanya cukup untuk satu orang, menyedot perhatian pengunjung stan. “Mobil listrik itu sempat dikira hasil karya mahasiswa ITB oleh pengunjung, lalu saya jelaskan lebih lanjut ka­ lau mobil listrik itu dari UNY. Pengunjung yang tahu malah kaget, ‘UNY bisa membuat mobil listrik ya?’ Kami cuma bisa tersenyum, mung­ kin dikira hanya kampus berbasis teknologi saja yang dapat berinovasi demikian, sedangka­n UNY adalah kampus berbasis pendidikan, pence­ tak guru,” jelas Tusti Handayani. Sama halnya dengan mie belalang, mobil lis­ trik ini juga dapat dinikmati para pengunjung dengan mengendarainya di seputar lapangan. “Rektor kita, Bapak Rochmat Wahab, juga turu­t berpartisipasi mencoba mobil listrik ini sebe­ lum pengunjung dipersilakan mengendarai,” ujar Witono. Hasil karya Brilian Prasetyo, Dwi Hermayan­ ti, dan Riza Ario ini memang telah meraih bebe­ rapa penghargaan di berbagai ajang antara lain­, Juara I Best Akselerasi di Kompetisi Mobil


laporan utama Lis­trik Indonesia (KMLI), Best Inovation and De­ sign di Indonesian Electric Vehicle Competition, Runner Up kategori Drug Race , Runner Up En­ durance dan Juara Umum ke 2, Juara Harapan III dalam lomba Karya tulis Duta Lingkungan Hidup AJA Vision Internasional. Selain mie belalang dan mobil listrik stan pa­ meran meramaikan Pimnas XXIII di Universitas Mahasaraswati pada 20-24 Juli 2010, pengun­ jung juga dapat mencicipi minuman herbal dari adas manis. Minuman herbal ini adalah hasil penelitian mahasiswa FMIPA yang terdiri dari Dannies Permata Putri, Eko Yuliyanto, dan Ismi­ ati Sholika. Menurut penelitian, adas manis ini dapat menjadi alternatif minuman kesehatan untuk pencegahan wabah flu babi. Minuman herbal yang sudah dikemas de­ngan box dan dilabeli merk Miss Annis. Kemasan yang menarik itu pun dapat menciptakan daya tarik tersendiri. “Pengunjung dapat menikmati mi­ numan Miss Annis di stan, setelah itu kala­u suka bisa dibeli. Kebetulan kami membawa lumayan banyak untuk dipasarkan,” jelas Tusti. Hasil penelitian lainnya yang juga dipamer­ kan dalam ajang itu antara lain batik dengan pewarna alami kulit manggis, sandal kulit duri­ an, sandal bantik, dll. “Barang hasil penelitian yang paling diminati pengunjung untuk dibe­ li ya, sandal batik itu,” ceritanya. Sandal batik memang relatif mudah digunakan dan memiliki kekhasan Yogyakarta, kendati sandal semacam ini banyak dijual di pasar Yogyakarta teruta­ ma Malioboro. “Memang kalau dilihat dari inovasinya hasil penelitian ini semuanya menarik dan orisinal, tapi kalau dikembalikan ke pasar tentu harus melihat kebutuhan dan kenyamanan.”Sandal dari kulit durian, misalnya. Berdasarkan idenya sandal ini memang menarik, namun tida­k se­ mua orang sanggup memakainya karena terla­ lu sakit dan tidak nyaman, meskipun meman­g diberi nama sandal refleksi. “Selain pengunjun­g kurang meminatinya cara pemotongan duri du­ riannya juga kurang rapi, jadi sakit di kaki,” tam­ bah Tusti yang mengaku menjaga stan pamer­ an seharian penuh. Pameran yang mengesankan ini tentu memi­ liki kelebihan dan kekurangan tersendiri­. “Ke­le­ bihannya, ya kami mendapatkan tempat yang strategis karena berada di depan stan informa­si. Pengunjung yang masuk pameran secara otom­ atis dapat langsung melihat stan UNY,” papar Witono. Secara tempat UNY diuntungkan, na­

mun ada juga kekurangannya. “Menurut saya, ruang pameran yang outdoor itu kurang mak­ simal. Berdasarkan harga sewanya pun saya kira tidak sesuai. Ketika siang hari stan begitu panas, sedangkan stan yang disediakan terlalu sempit, tanpa peneduh yang cukup.” lebih lagi, ajang yang sedianya dapat men­ jadi ajang unjuk gigi perkembangan penelitian mahasiswa ini belum ditangani secara maksi­ mal oleh mahasiswa sendiri. “Sebaiknya untuk pameran PIMNAS berikutnya, ajang seperti ini dapat ditangani mahasiswa secara penuh, mu­ lai dari barang yang akan dipamerkan, seting pameran, hingga manajemen pameran yang lainnya,” demikian ujar Witono mengakhiri wawancara di ruang kerjanya. 

P e wa r a Din a m i k a j u li 2010

15


laporan utama Peksiminas X Buah Tangan dari Pontianak //Siang malam kepada si baju biru/ Kumenanti nanti/ Tetap dan pasti sehidup dan semati/ Aku di sampingmu// Ole h A risk a P rasetyanawati

I

tulah bait terakhir dari syair Stb Baju Biru yang telah mengantarkan kontinge­n Yog­ yakarta perwakilan UNY meraih keme­ nang­an dalam Peksiminas (Pekan Seni Ma­ hasiswa Nasional) X. Panji Kusuma P. berhasil merebut juara pertama tangkai keroncong pu­ tera. Dan dengan pilihan lagu yang sama, Ajeng Udayani pun berhasil menduduki peringkat harapan 2 tangkai keroncong putri. Masih dalam ajang serupa, Maretha Isrovi­ ana berhasil meraih peringkat kedua tangkai seriosa putri, Rahmat Putra Jaya berada di posi­ si kedua dalam tangkai baca puisi putra, dan Zamrud Whidas Pratama memperoleh posisi harapan 1 pada tangkai seriosa putra. Kelima mahasiswa UNY tersebut merupaka­n kontingen DI Yogyakarta dalam Peksiminas X yang diselenggarakan di Kota Pontianak, Kali­ mantan Barat, pada 24-29 Juli 2010. Sebelum­ nya mereka harus melalui seleksi di tingkat universitas, kemudian seleksi daerah (Selekda) yang digelar di Universitas Atmajaya, sampai kemudian dinyatakan lolos seleksi mengikuti Peksiminas X. Peksiminas X sendiri diikuti 601 mahasiswa dari 30 provinsi . Dalam ajang dua tahunan ini, DI Yogyakarta menduduki posisi ketiga setelah Jawa Tengah sebagai juara um­ umnya dan DKI Jakarta menjadi runner-up. Kontingen DI Yogyakarta terdiri dari 62 orang mahasiswa. 12 orang adalah mahasiswa UNY dan selebihnya merupakan mahasiswa UGM, Universitas Sanata Dharma, dan Universitas At­ majaya. Dari 12 mahasiswa UNY, 5 orang yang berhasil membawa kemenangan tersebut turut menyumbangkan kebanggaan bagi pihak UNY yang sejak awal sudah turut serta mendampi­ ngi dan men-support persiapan peserta Peksimi­ nas X. “Setiap latihan, kami sering didampingi dosen pendamping. Selain itu, kami diberang­ katkan (oleh UNY) dengan pesawat pada tang­ gal 23 Juli, sehingga ada waktu cukup untuk ber­ istirahat dan beradaptasi denga­n lingkung­an sekitar,” tutur Ajeng saat diwawancarai Pewara di kantor Humas UNY. 16

Pewara Dinam i ka j u li 2 0 1 0

tono dan laode/pewara dinamika

Seputar Peksiminas Peksiminas merupakan puncak kegiatan ke­ mahasiswaaan di bidang pengembangan bakat dan minat mahasiswa dalam bidang seni. Peksi­ minas diselenggarakan sekali dalam dua tahun oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Ke­ mendiknas dengan menunjuk salah satu pengu­ rus BPSMI (Badan Pembina Seni Mahasiswa In­ donesia) sebagai panitia penyelenggara. Ajang Peksiminas seperti yang dinyatakan pada Pola Pengembangan Kemahasiswaan yang diterbitkan oleh Ditjen Dikti Depdiknas tahun 2006, penyelenggaraan Peksiminas bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan praktik mahasiswa dalam menumbuhkan apre­ siasi terhadap seni, baik seni suara, seni pertun­ jukkan, penulisan sastra, seni rupa, dll. Mengusung tema Melalui Peksiminas Kit­a Ting­katkan Kreativitas Mahasiswa Indonesia Da­ lam Mewujudkan Generasi Muda yang Cerda­s dan Kompetitif, Peksiminas X memiiliki tujuan se­ mangat yang tinggi dalam meningkatkan ke­ giat­an ekstra kurikuler kemahasiswaan di per­ guruan tinggi melalui pembinaan minat­, ba­kat, dan kemampuan para mahasiswa, khususnya di bidang seni; meningkatkan dan mengembang­ kan apresisasi seni di kalangan mahasiswa un­ tuk memperkaya seni budaya bangsa Indone­ sia yang dapat memperkuat daya saing bangsa; dan menjalin kerjasama antara mahasiswa dari berbagai daerah untuk mempererat rasa per­ saudaraan, dalam rangka keutuhan NKRI.


laporan utama Pengalaman yang Berharga “Sangat senang, sangat puas setelah gagal membawa emas pada Peksiminas IX yang dilak­ sanakan di Jambi tahun 2008. Peksiminas lalu saya hanya mendapat juara kedua. Inilah yang menjadi acuan saya, sehingga dari awa­l menu­ ju ke Peksiminas X saya sudah serius menjalani­ nya. Akhirnya cita-cita saya menjadi juara per­ tama sudah tercapai,” luap Panji yang rutin men­juarai berbagai festival keroncong saat dita­­nyai tentang perasaannya setelah melalu­i Peksiminas X. Maretha pun dengan percaya diri menyata­ kan bahwa kemenangannya karena faktor per­ bedaan saat pembawaan lagu yang diperlom­ bakan. Mahasiswa Seni Musik 2007 yang sudah menggeluti tarik suara seriosa sejak sekolah menengah atas ini membawakan lagu berjudul Derita penuh dengan penghayatan dan disertai iringan piano yang dibawakan Rita Nurindah. Maretha dan Rita mengaku aksi duetnya san­ gat cocok di atas panggung. “Karakter suara Ma­ retha bikin merinding yang mendengar,” ucap Rita menambahkan. Penghargaan yang Dituai Dalam sebuah situs lokal di Pontianak dinya­ takan bahwa Kementrian Pendidikan Nasiona­l terus berupaya menyiapkan beasiswa bagi ma­ hasiswa indonesia yang berprestasi, salah satu­ nya pada pelaksanaan Peksimi­nas. Menurut Prof.

Dr. Ir. Djoko Santoso, M.Sc., selaku Direktu­r Jen­ deral Pendidikan Tinggi, tentu ada saja penghar­ gaan yang akan diberikan kepad­a mahasiswa yang berprestasi supaya dapat me­rang­sang persaing­an yang baik. Selain itu, peng­har­gaan kepada mahasiswa berprestasi ju­ga ditu­jukan agar mahasiswa yang bersangkut­an dapat te­ rus melanjutkan jenjang pendidikan ser­ta meng­ asah kemampuan yang telah dimiliki. Terlepas dari realisasinya, Panji Kusuma telan­ jur kecewa dengan sikap pemda yang dinilai­nya kurang apresiatif terhadap kontingen DI Yog­ yakarta, terutama yang telah membawa hasil. “Pemda tidak memberi apa-apa, bahkan terke­ san diam. Padahal, Peksiminas kan perwakilan provinsi, bukan universitas seperti halnya pim­ nas,” tutur Panji yang sering menjuarai festi­ val keroncong. Kekecewaan Panji dan kawan-kawan tidak berlangsung lama karena UNY sebagai identi­ tas kemahasiswaannya telah memberikan hadi­ ah berupa sertifikat dan uang pembinaan. “Se­ mua prestasi mahasiswa selalu kami apresiasi supaya mahasiswa lebih terpacu untuk berpres­ tasi lebih baik lagi,” ujar Drs. Budi Sulistiya, Kabag Kemahasiswaan UNY. Namun, Panji dan kawan-kawan lainnya tetap mengharapkan ke depannya pemda dapat member perhatian dan apresiasi seperti halnya provinsi Jawa Tengah dan DKI Jakarta, supaya pada Peksiminas se­ lanjutnya DI Yogyakarta dapat merebut juara umum. 

P e wa r a Din a m i k a j u li 2010

17


laporan utama

Menilik Lahirnya Pimnas Perubahan nama untuk ketiga kalinya tetap menjadikan Pimnas sebagai ajang bergengsi bagi perwujudan kreativitas mahasiswa dan penalaran ilmiah. Ole h A risk a P rasetyanawati

S

ejarah penyelenggaraan Pimnas di In­ donesia berawal dari Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) dan Lomba Karya Inovati­f Produktif (LKIP) mahasiswa yang dilak­ sanakan pertama kali pada 1980 di Universi­ tas Indonesia. Dalam perkembangannya, kedu­a kegiatan tersebut mendapat respon positif se­ hingga pada tahun 1988 dikembangkan denga­n menambahkan kegiatan penunjang berupa pa­ meran, bazar, studium general, penta­s seni, dan seminar, yang kemudian disebut dengan Lomba Karya Ilmiah Mahasiswa atau disingkat LKIM. Penyelenggaraan LKIM sempat berlangsung selama dua tahun. Kemudian, dengan penyem­ purnaan dan penambahan kegiatan penunjang, penyelenggaraan pada 1990 terjadi perubahan nama yaitu Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasiona­l (Pimnas), dan sekaligus merupakan Pimnas III yang digelar di IPB, Bogor. Dilihat dari sifat­nya, secara garis besar kegiatan Pimnas terdiri dari 2 kegiatan berupa kegiatan yang bersifat utama dan kegiatan yang sifatnya menunjang kegiat­ an utama. Intisari dari pelaksanaan kegiatan utama ter­ diri atas; Kompetisi hasil PKM melalui presenta­

si, gelar poster dan produk dari peserta finalis PKM Penelitian, PKM Penerapan Teknologi, PKM Kewirausahaan, PKM Pengabdian Masyarakat, dan PKM Penulisan Ilmiah; Presentasi LKTM bi­ dang IPA, IPS, Pendidikan, dan Seni; Studium general dan seminar ilmiah; Gelar poster dan produk non PKM yang ditampilkan oleh maha­ siswa; Sarasehan forum wakil/pembantu rek­ tor/ketua/direktur bidang kemahasiswaan. Sedangkan kegiatan penunjang adalah kegi­ atan yang bersifat menunjang kegiatan utama­. Oleh karena itu, jenis-jenis kegiatannya diserah­ kan sepenuhnya kepada penyelenggara. Pani­ tia penyelenggara dapat melaksanakan kegia­ tan penunjang yang relevan dalam rangka lebi­h menyemarakkan penyelenggaraan Pimnas­. Ke­ gi­atan penunjang ini diserahkan pada pihak perguruan tinggi penyelenggara dengan mem­ pertimbangkan manfaat dan keterlibatan ma­ hasiswa yang akan menjadi pesertanya. Sejak pertama kali pelaksanaan LKIM sam­ pai dengan Pimnas ke XVI di Surakarta peme­ nang ditetapkan secara perorangan untuk se­ tiap bidang lomba atau kelompok presentasi, sehingga tidak ada juara umum, juara I maupu­n

tono/pewara dinamika

18

Pewara Dinam i ka j u li 2 0 1 0


laporan utama

juara lainnya. Pada 2004 yang bertepatan de­ ngan pelaksanaan Pimnas ke XVII di Bandung, muncul gagasan untuk menetapkan juara umum, juara I, dan juara lainnya berdasarka­n peroleh penghargaan setara emas, perak, dan perunggu. Selain itu, juara umum berhak atas piala bergilir Menteri Pendidikan Nasiona­l “Adhi­ karta Kertawidya” dan setiap penyelenggaraan­ nya Pimnas mempunyai logo yang bersifat per­ manen dan hanya ditambah dengan nama kota tempat penyelenggaraan serta penyesuaian ta­ hun pelaksanaan. Pimnas merupakan kegiatan puncak di bi­ dang perwujudan kreativitas mahasiswa dan pe­ nalaran ilmiah yang terjadwal secara akademik oleh PT di seluruh Indonesia. Di samping itu, Pimnas juga merupakan salah satu bentuk pe­ ningkatan peran mahasiswa Indonesi­a yang di­ laksanakan secara bertahap­, berjenjang, dan ber­kelanjutan. Kegiatan Pimna­s ini diharapka­n

memupuk minat para mahasiswa untuk mem­ buat karya-karya ilmiah yang dapa­t meng­ang­ kat citra perguruan tinggi maupun daerah­nya­.­ Kini Pimnas sudah menginjak pada tahun XXIII. Di tahun ini, UNY telah menunjukkan ta­ ringnya dengan berhasil duduk di peringkat ketiga. Menilik prestasi 3 tahun sebelumnya­, yaitu peringkat 6 pada tahun 2007, peringka­t 4 pada tahun 2008 dan 2009, sepantasnya UNY dianggap layak untuk menjadi tuan ruma­h pa­ d­a Pimnas 2011 (XXIV). “Ya, sudah ada wacana bahwa UNY diunggulkan untuk menjadi tuan rumah pada Pimnas 2011. Banyak universitas yang sudah mengusulkan itu, bukan UNY yang mengajukan diri. Yang jelas, UNY selalu siap menerima tawaran itu,” tutur Prof. Dr. Hermi­ narto Sofyan, M.Pd. selaku Pembantu Rektor III UNY, terlebih soal tuan rumah Pimnas tahun berikutnya telah mendapat lampu hijau dari  Rektor.

foto-foto:dokumen kemahasiswaan UNY

P e wa r a Din a m i k a j u li 2010

19


laporan utama Kemenangan pimnas: Dorongan untuk meningkatkan prestasi O l e h A na novianti

B

elum lama ini saya melewati jalan Co­ lom­bo­, tepat di depan pintu masu­k menuju gedung rek­torat UNY, di sana saya melihat terdapat spanduk beruku­ ran cukup besar yang menginformasikan UNY sebagai Juara Umum III Pimnas tahun 2010. Dalam spanduk itu juga terpampang wajahwa­jah mahasiswa yang mengha­rumkan nam­a UNY di ajang tingkat nasional ter­sebut. Seba­ gai mahasiswa UNY, saya meras­a bangga akan prestasi yang telah diraih, apalagi terdapat em­ bel-embel juara umum di dalam­nya, saya men­ jadi bertambah bangga, sekali­pun saya bukan bagian dari mereka yang mem­boyong meda­ li-medali itu. Kenyataan itu juga memberikan efek optimis, dan mudah-mudahan juga bagi mahasiswa lainnya untuk turut belajar, berek­ spresi, dan berprestasi. Kita sebagai warga UNY memang sepantas­ nya bangga dan bersyukur atas prestasi ini, apalagi terdapat peningkatan dari peringkat keempat pada tahun sebelumnya menjadi pe­ ringkat ketiga atau juara umum III pada tahun ini. Dari sudut tersebut tidak dapat dipungkiri bahwa hal itu menunjukkan adanya peningkat­ an kualitas di tubuh UNY. Dan, apabila dianali­ sis lebih lanjut dari jumlah 11 kelompok yang diberangkatkan, 8 kelompok tercatat menuai sukses, hal ini berarti bahwa peserta dari UNY yang diberangkatkan memang memiliki kesiap­ an dan kualitas yang baik. Peningkatan kualitas memang sebuah keha­ rusan. Laiknya manusia yang semakin hari se­ makin tua, maka semakin bertambahlah pen­ galaman dari berbagai peristiwa yang sudah dilewati. Apabila semakin tua tetapi tidak sema­

Peningkatan kualitas memang sebuah keharusan. 20

Pewara Dinam i ka j u li 2 0 1 0

kin dewasa dan bijaksana, akhirnya hanyalah sebuah kesia-siaan. Demikian halnya dengan kampus kita, semakin bertambahnya bilangan tahun dari institusi ini, semakin memadainya sarana dan prasarana, apabila tidak menghasil­ kan manusia dengan kualitas yang baik, ya iro­ nis. Tetapi, setiap zaman pastinya menghadap­i tantangan yang berbeda antara satu dengan lainnya. Mungkin, pada suatu periode, saran­a dan prasarana yang ada masih menjadi peng­ hambat bagi proses pembelajaran mahasiswa. Namun pada periode yang lain ketersediaan sa­ rana dan prasarana yang memadai belum tent­u berbanding lurus dengan hasil yang baik. Jik­a demikian, banyak orang beranggapan bahwa hal itu disebabkan oleh penetrasi buday­a in­ sta­n dan konsumtif ke dalam masyarakat kita­, yang tak jarang memandulkan kreativitas ma­ ha­sis­wa. Sehingga banyak diantara mereka yang ingi­n mencapai sesuatu, tetapi tidak mau menem­puh proses yang panjan­g meskipu­n de­ ngan hasil yang maksimal. Hal tersebut jelas menjadi penghalang bagi lahirnya generasi yang berkualitas. Dilihat dari kenyataan terse­ but, maka dibutuhkan kerja yang lebih keras dari para pemimpin UNY dan perangkatnya, tidak hanya untuk mempertahankan prestasi yang telah diraih, tetapi juga untuk mening­ katkan dan terus meregenerasi juara-juara ba­ ru, dan manusia-manusia UNY yang berkuali­ tas pada umumnya. Untuk mencapai hal tersebut, menurut he­ mat saya, perlu ditempuh langkah-langkah berikut. Yang pertama, mengomunikasikan se­ cara efektif kepada mahasiswa informasi-infor­ masi berkaitan dengan pengembangan kemam­ puan, minat, dan bakat mereka. Di samping itu, dorongan dari berbagai elemen kampus mes­ ti ikut andil dalam meningkatkan peran aktif mahasiswa. Apabila dua hal tersebut sudah mendapatkan hasil yang positif, maka langka­h selanjutnya adalah memberikan ruang seluasluasnya bagi mahasiswa untuk berekspresi dan


laporan utama

mengembangkan dirinya. Dengan demikian, paling tidak diharapkan adanya peningkatan secara kuantitas dari mahasiswa-mahasiswa yang berkreasi. Dengan kuantitas yang me­ ningkat tersebut diharapkan lahirnya atmosfir yang mendukung bagi mahasiswa untuk saling berkompetisi dan berekspresi yang akhirnya di­ harapkan menghasilkan kualitas yang baik. Tak hanya itu, sarana dan prasarana bagi proses kreatif mahasiswa juga harus terus ditingkat­ kan dan dikembangkan. Birokrasi yang bersaha­ bat juga sangat mendukung terciptanya ling­ kungan yang integral bagi proses pembelajaran yang nyaman dan berkualitas. Dengan demiki­ an, maka proses regenerasi mahasiswa yang kreatif dan berprestasi serta bermental juara dapat terus berlanjut. Selain itu, terdapat hal lain yang perlu dicer­ mati terkait dengan mahasiswa-mahasiswa yang telah menghasilkan prestasi tersebut. Mis­ alnya dengan mengajukan sebuah pertanya­an “bagaimana selanjutnya?” Bagaimana nasib ju­ara-juara kita selanjutnya, yang dalam hal ini saya rasa bukan hanya mereka yang menja­ di juara dalam Pimnas saja, tetapi juga dalam kompetisi-kompetisi lainnya, dan mahasiswa UNY pada umumnya. Universitas sudah sepantasnya turut andil

dalam keberlangsungan mahasiswanya. Kelu­ aran mahasiswa yang berkualitas dan berday­a saing yang lahir dari proses pembelajaran di UNY adalah suatu keharusan, dalam hal ini ber­ arti UNY dituntut untuk selalu meningkatkan kualitasnya, termasuk kualitas pengajarnya. Se­ dangkan bagi mahasiswa-mahasiswa yang ber­ prestasi dengan melahirkan ide-ide dan inova­ si yang berguna bagi manusia seperti halnya juara-juara kita ini jelas membutuhkan tindak lanjut juga. Misalnya, bagaimana agar karya mereka dapat dikembangkan dan berdaya gu­ na bagi masyarakat, agar tidak hanya terbeng­ kalai di ruang pameran sebagai karya yang per­ nah memenangkan sebuah kejuaraan. Selain itu bagaimana agar mereka setelah lulus tidak ber­ henti melakukan penelitian. Sebab, setelah lu­ lus biasanya mahasiswa dihadapkan pada pil­ ihan-pilihan yang lebih konkrit terkait dengan kebutuhan hidupnya. Dengan adanya pendamp­ ingan, dorongan, dan juga misalnya jaringan bagi mereka untuk terus berkarya, maka mung­ kin mereka tak hanya menjadi kebanggaan ba­ gi civitas UNY tetapi juga Indonesia.

Ana novianti mahasiswa Pendidikan Sejarah UNY

P e wa r a Din a m i k a j u li 2010

21


berita pembelajaran bahasa asing

Mengakrabkan Bahasa Inggris Melalui EFH

febi/humas fbs

Kampus Ungu FBS diserbu anak-anak dan remaja dari pelbagai penjuru. Mere­ ka datang untuk belajar dan bermain. Dengan wajah riang gembira, mere­ ka tampak antusiasi berkomunikas­i de­ nga­n bahasia Inggris. Kegiatan yang di­se­lenggarakan Jurusan Pendidikan Ba­hasa Inggris diadakan selama dua

minggu dan bertajuk English For Holi­ day (EFH). Sebagai kegiatan rutin tahunan, EFH men­jadi salah satu kegiatan andal­an ju­ rusan dalam memwujudkan pengabdia­n kampus terhadap masyarakat. Pembela­ jaran bahasa Inggris pun dilakukan de­ ngan cara yang menyenangkan, se­per­t­i

menari, menyanyi, dan berbagai ma­ cam permainan lainnya. Campus to­ur dan barbeque party jug­a menjadi ke­gi­ at­an unggulan EFH. Tidak hanya ke­gi­ atan akademis, anak-anak juga diajak berkunjung ke panti asuhan untuk me­ ngembangkan sisi afektif dan rasa pe­ duli pada sesama. Acara yang diselenggarakan pada 28 Juni-2 Juli 2010 ini diikuti sebanya­k 140 peserta dari kategori TK hingga SMA. Pembantu Dekan I FBS, Suhaini M. Saleh, M.A., membuka acara pad­a 28 Jun­i 2010 di Cine Club. ”Jangan meng­ anggap bahwa kegiatan ini bisa mem­ buat anak mahir berbahasa Inggris­. Mem­buat anak akrab dan senan­g baha­ s­a Ing­gris itu lebih penting. Bila anak su­dah akrab dengan Bahasa Inggris, dia akan terus belajar karena belajar baha­sa ti­dak akan pernah ada matinya,­” pa­par­ nya. Ia menambahkan, ”Mahir berbaha­ sa dicapai karena kontinuitas belajar.” febi

Unit kegiatan mahasiswa fakultas

Saatnya Memunculkan Karya-Karya Ilmiah bidang Bahasa dan Seni

febi/hums FBS

22

Pewara Dinam i ka j u li 2 0 1 0

Bertempat di Student Center (1/6), LIM­ LARTS (Lingkar Ilmiah Mahasiswa “La­ nguage and Arts”) menyelenggaraka­n laun­ching atas keberadaannya sebaga­i Unit Kegiatan Mahasiswa tingkat Fakul­ ta­s yang bergerak di bidang peneliti­ an. Pembantu Dekan III, Herwin Yog­a Wicaksono, resmi membuka dan melun­ cur­kan LIMLARTS ditandainy­a pemo­ tongan tumpeng yang didampingi pu­ la oleh wa­kil Ketua BEM FBS, Hamdan Nugroho. Performa karya mahasiswa FBS me­ mang aktif di atas panggung yang dibuk­tikan dengan banyakny­a penyeleng­ga­ ra­an ke­

gi­atan di bidang seni dan mu­­sik FBS di setiap bulannya. Sayang­ya­, kekreatif­ a­n dan prestasi mahasis­w­a dalam kar­ ya seni dan budaya tida­k di­se­im­bang­an dengan aktifnya perform­a mahasiswa di bidang penelitia­n. Herwin Yoga Wi­ caksono menuturkan, “Minat kepeneli­ tian di FBS hanya dimiliki oleh 10% jum­ lah mahasiswa dan jangka penulisan skripsi mayoritas mahasiswa semester akhir, yang menghabiskan rata-rata 1 tahun masa kuliah. Hal ini dise­babkan sulitnya mahasiswa di bidang kepe­ nulisan ilmiah. ”Keberadaan wadah ini menjad­i lang­ kah awal FBS yang memunculka­n karyakarya ilmiah di bidang sen­i dan bahasa


berita yang bekompeten dan berbobot­. Sebagai masyarakat akademis, sudah selayak­ ny­a jika mahasiswa mengembang­kan ji­ wa dan pola pikir keilmiahan disamping berkarya sehingga ada pemberdayaan dan warisan ilmu yang berguna untuk

dunia akademisi dan masyarakat,” te­ gas Herwin. Sebelumnya, kegiatan kepenelitian mahasiswa di FBS dinaungi oleh Depar­ temen Riset dan Penelitian Badan Ekse­ kutif Mahasiswa FBS. Ihsan Ismail dari

Jurusan Sastra Inggris ditunjuk menjadi­ ketua umum yang pertama. Laun­chin­g dan pelantikan ini juga disaksikan oleh UKMF penelitian dari F-MIPA, FIP, FT, dan FISE. febi

konferensi jeta

Saatnya Siswa yang Aktif

febi/hums fbs

Jogja English Teacher Association (JETA) menyelenggarakan konferens­i JETA 2010 pada 28-29 Juni 2010 di Gedun­g Pusat Layanan Akademik (PLA) FBS UNY. Kon­ ferensi ini menghadirkan tenaga penga­ jar Bahasa Inggris dari berbagai jenjang pendidikan se-DIY - Jawa Tengah. Dalam dua hari, para peserta disuguhi kegiat­ an seminar, workshop, teaching demo, dan panel presentation. Konferensi ini menghadirkan pembicara yang luar bia­ sa seperti Prof. Suwarsih Madya, Ph.D. Itje Chodijah, M.A, Willy Renandya, dan Dr. Helena I.E Agustin. TOEIC Test Cen­ tre dan British Council juga hadir mem­ berikan workshop pengajaran bahasa Inggris bagi para peserta. Prof. Suwarsih Madya, Ph.D mengins­ pirasi para peserta lewat presentasiny­a tentang kegiatan yang mampu melibat­ kan keaktifan siswa. Kegiatan yang meli­ batkan fisik, mental, dan hati di dalam

kelas itu penting dan dapat dimulai dari guru yang menghadirkan ketulusa­n ha­ ti serta rasa penerimaan keadaa­n sis­wa dalam caranya mengajar. Itje Chodijah­, M.A menambahkan bahwa guru harus menciptakan lingkungan kelas yang men­­­dorong siswa untuk bis­a belaja­r man­­di­ri. Belajar Mandir­i bukanlah me­ nger­­­ja­­kan LKS. “Siswa belajar baha­s­a agar bisa berkomunikasi tetapi LKS yang menyuguhi soal-soal pilihan gan­ d­a telah merusak hak siswa untuk bela­ jar bahasa.”

Kemandirian berbahasa dapat terlak­ sana apabila apa yang dituntut pada anak sudah ada pada diri guru sendiri­. Dr. Helena I.E Agustin menyebutnya se­ ba­gai Kesadaran berbahasa yang haru­s dikembangan guru dalam peranny­a se­ bagai role model dan komunikator ba­ hasa kepada siswa. Berbicara tentan­g bahasa, “Fondasi linguistik yang me­ ngem­­bangkan penggunaan bahasa yan efek­tif dapat dibangun apabila gur­u meng­gunakan praktis belajar yang ber­ fo­­kus pada input arti dan pola baha­sa,” tu­tur Dr. Willy A Renandya. “Jangan berikan stimulus belajar ba­ hasa demi menghadapi ujian Nasional. Guru memiliki tanggung jawab menga­ jar untuk meningkatkan kualitas manu­ sia, bukan untuk ujian Nasional.” tam­ bahnya disambut tepuk tangan riuh pe­serta. febi

P e wa r a Din a m i k a j u li 2010

23


berita kuliah kerja nyata

UNY LEPAS MAHASISWA KKN-PPL DAN KKN MASYARAKAT Sebanyak 4.446 mahasiswa KKN-PPL dan 854 mahasiswa KKN Masyaraka­t UNY semester khusus 2009/2010 dile­ pas oleh Pembantu Rektor I, Prof. Dr. Nurfina Aznam. Rabu, 30/6 di halaman gedung LPM UNY. Mahasiswa KKN Ma­ sya­rakat berasal dari FBS 125 mahasis­ wa, FMIPA (370), FISE ( 245), FIK (112), FT (0), FIP (0). Ketua LPM UNY, Prof. Dr. Burhan Nur­ giyantoro, dalam sambutannya menga­ takan, setelah mengikuti serangkaian kegiatan pra penerjunan KKN, yaitu melengkapi persyaratan administrasi, pembekalan, ujian pembekalan, tuto­ rial dan observasi awal ke lokasi KKN, terdapat 2 mahasiswa yang dinyatakan gagal diberangkatkan, sehingga peser­ ta KKN masyarakat yang diberangkat­ kan pada hari ini

foto-foto: heri/pewara dinamika

ber­jumlah 852 mahasiswa. Dari sejumlah mahasiswa tersebut, ditempatkan di 85 lokasi yaitu ke : 85 dusun, di 14 desa, di 4 kecamatan, di 4 kabupaten DIY. Sebaran lokasi penerjun­ an mahasiswa KKN semester ini adalah Kabupaten Bantul di kecamatan pandak 3 desa 18 dusun 181 mahasiswa, Kabu­ paten Sleman di Kecamatan Seyegan 4 desa 24 dusun 240 mahasiswa, Kabu­ paten Kulon Progo di Kecamatan Temon 4 desa 19 dusun 191 mahasiswa, dan Kabupaten Gunung Kidul di Kecamat­ an Semin 3 desa 24 dusun 240 mahasis­ wa. Para mahasiswa akan didampingi 28 dosen pembimbing lapangan. Maha­ siswa dilokasi KKN mulai 1 juli s.d 31

agustus 2010. ”Sedangkan untuk peserta Pengajar­ an Mikro dan orientasi KKN-PPL terdiri atas 40 prodi yang berjumlah 4.476. Pe­serta yang gagal Pengajaran Mikro berjumlah 30, sehinggatidak dapat dibe­ rangkatkan KKN-PPL. Jadi yang diberang­ katkan KKN-PPL berjumlah 4.446 maha­ siswa”, lanjutnya. Ditambahkan Burhan, peserta KKNPPL diterjunkan di 295 lokasi pada tujuh Kabupeten dan Kota di DIY dan Jateng, yakni Kabupaten Klaten, Purworejo, Sle­ man, Gunung Kidul, Kulon Progo, Ban­ tul, dan Kota Yogyakarta. KKN-PPL dilak­ sanakan mulai 1 Juli–4 September 2010. Witono Nugroho

Diklat Kewirausahaan

SAATNYA MENJADI WIRAUSAHAWAN

Tidak dapat dipungkiri bahwa menjad­i pengusaha kini lebih diminati oleh ma­ sya­rakat daripada profesi lainnya. Hal ini dapat dilihat dari munculnya ber­ ba­­gai macam usaha yang tumbuh dan berkembang dengan pesat dimasya­ra­ kat. Pengusaha atau wirausaha merupa­ kan salah satu aspek yang berpera­n pen­ ting dalam meningkatkan pem­­­ba­ngunan ekonom­i negara, maka sedin­i mung­­kin jiwa wirausaha itu diben­­tu­­k khu­susnya dikalangan usia pro­duk­tif se­­ba­gai solusi munculnya pengang­gur­a­n mu­da. Demikian salah satu alas an yang me­ ngemuka diselenggarakan Diklat Kewi­ 24

Pewara Dinam i ka j u li 2 0 1 0

rausahaan oleh Kelompok KKN-PPL Pen­ didikan Luar Sekolah UNY. Diklat yang bertemakan “Ciptakan Peluang Usaha Melalui Diklat Kewirausahaan Berbasi­s Koperasi “dilaksanakan pada Sabtu, (31/7) di Aula Lantai 2 UPT SKB Gunung­ kidul, dihadiri lebih dari 30 orang dan dibuka oleh Kepala UPT SKB Gunungki­ dul Yuliarso,S.Pd. Acara yang didukung penuh pihak UPT SKB Gunungkidul, Grafika Agen­ cy, IKA (Ikatan Alumni) menghadirkan, Dr.Kustanto Dwi Widodo (Praktisi Bis­ nis dan Direktur Lembaga Pengembang­ an Enterpreneur (LPE) serta Pimpinan

penerbit dan percetakan Grafiti Indah), dan Mukharom Heri Prasetyo (Bussines Consultan Enterpreneur Campus). Dalam Diklat yang dimoderatori Mar­ khamah disampaikan beberapa pokok bahasan terkait dengan kunci utama berwirausaha, antara lain, senantias­a menjadi manusia yang siap bekerja ke­ ras, bersedia mulai dari Nol, siap terha­ dap semua konsekuensi, selalu optimis dan berkeinginan kuat dalam menyam­ but pagi dan satu hal adalah selalu me­ nyadari bahwa jatuh bangunnya usah­a adalah kehendak-Nya. Tim KKN-PPL PLS FIP


berita studi banding himatika fmipa uny

jalin silaturahmi antarkampus

foto-foto: dedi herdito/Pewara dinamika

Dalam rangka meningkatkan jalina­n persaudaraan dan meningkatkan profe­ sionalitas dalam mengelola organisa­si ke­mahasiswaan serta menjalin hubung­ an dengan instansi lain maka Himpun­ an Mahasiswa Matematika (Himatik­a) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengeta­ huan Alam Universitas Negeri Yogyakar­ ta mengadakan studi banding dan kun­ jungan industri ke Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Jawa Timur dan Himatika Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya pada Jumat hingga Senin 24–28 Juni 2010. Ke­­gi­­­at­ an ini didampingi oleh dosen pem­­bim­ bing Himatika FMIPA UNY Tuhar­to, M.Si dan Nikenasih Binatari­, M.Si. Tuharto mengharapkan bahwa kegiatan ini da­ pat menjadi pembelajaran untu­k hima matematika sekaligu­s ngangsu kawruh karena selama ini di kampus lebih ba­ nyak mendapatkan kajian teoriti­s se­ hingga perlu menggali ilmu diluar kam­pus yang lebih aplikatif sekaligus men­ja­lin hubungan kerjasama dengan ins­tansi lain.

Di Balitbang Jawa Timur rombonga­n diterima oleh Sekretaris Balitbang Dra Setyowahyuti, M.Si, Kepala Bidang Pe­me­ rintahan Drs Gafar Rosyadi, MM, Ke­pa­la Bidang Kemasyarakatan Drs. Muhyi dan Perencana Muda Ir. Ibnu Sutomo. Dijelaskan oleh Gafar Rosyadi bahwa Balitbang Jawa Timur mempunya­i tugas pokok yaitu melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik yaitu penelitian dan pengembangan dengan berorientasi pa­ da percepatan pelaksanaan pembangun­ an provinsi Jawa Timur melalui reko­ mendasi serta memberi alternatif solusi atas permasalahan Jawa Timur melalui

penelitian dan kajian aktual. Sedangkan pola pelaksanaannya melalui swakelola mandiri, swakelola oleh instansi peme­ rintah non swadana yaitu perguruan tinggi negeri dan swakelola hibah mela­ lui kelompok masyarakat dan perguru­ an tinggi swasta. Di kampus ITS Sukolilo Surabaya rombongan disambut oleh Sekretaris jurusan matematika FMIPA ITS I Gus­ ti Ngurah Rai, M.Si, Sulistyo, MT dosen TKK Matematika dan Ketua Himati­ ka FMIPA ITS Yoga Arifiyanto. Herman Suyadi, manager kemahasiswaan dan alumni Fakultas MIPA Universitas Indo­ nesia menyambut baik kunjungan ini dan mengharapkan bahwa silaturahmi yang terjalin dapat lebih ditingkatkan pada masa yang akan datang. Selain kunjungan pada lembaga-lem­ baga tersebut limapuluh orang anggota Himatika FMIPA UNY yang mengikuti studi banding ini berkesempatan men­ gunjungi pulau Bali dan mempelajari berbagai adat istiadatnya. dedy herdito

P e wa r a Din a m i k a j u li 2010

25


berita penemuan

MENGOLAH BELALANG MENJADI MIE

foto-foto: dokumen humas fmipa

Di Gunungkidul yang gersang dan tan­ dus karena sebagian besar wilayahnya terdiri atas perbukitan karst ternyata banyak ditemukan belalang baik bela­ lang kayu maupun belalang sawah. Be­ lalang kayu dapat dijumpai sepanjan­g tahun sedangkan belalang sawah ba­ nyak dijumpai pada musim penghujan­, bahkan populasinya seringkali meresa­ hkan petani karena merusak tanaman padi. Warga Gunungkidul sering menco­ ba segala kemungkinan sumber pangan dan protein untuk bertahan hidup ter­

26

Pewara Dinam i ka j u li 2 0 1 0

masuk mengkonsumsi belalan­g walau­ pun tidak diketahui bagaiman­a awalny­a mulanya, alhasi­l sering ditemukan pen­ jual belalang yang berjajar di te­pi jala­n Gunungkidu­l bukan hanya keti­k­a musim penghujan saja. Selama ini mengkon­ sumsi makanan belalang masih selalu dianggap identik dengan kemiskinan. Namun banyak warga Gunung­kidul pe­ ran­tauan yang membawa budaya ma­ kan­an belalang ini ke kota besar sehing­ ga mengkonsums­i belalang tidak la­gi identik dengan kemiskinan bahkan men­ jadi sebuah kuliner khas Gunungkidul. Jika selama ini masyarakat Gunung­ kidul mengkonsumsi belalang hany­a se­ mata digoreng atau dibacem belu­m ada variasi pengolahan belalang yang lebih menarik, maka sekelompok maha­siswa UNY yaitu Nanik Hidayati, Ria Nurin­ dah, Cahyani Eka Romadhoni dari juru­ san pendidikan IPA dan Arind­a Ekaning­

sih dari jurusan fisika Fakultas MIPA serta Dwiningsih dari jurusan manaje­ men Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta mencoba mengolah belalang untuk menghasilk­ an produk yang lebih menarik yaitu di­ jadikan mie. Belalang diolah menjadi mie basah dan cara penyajiannya dapa­t dibuat seperti penyajian mie ayam pa­ da umumnya maupun olahan mie ba­ sah lainnya. Nanik Hidayati mengata­ kan­, dengan cara pengolahan belalang menjadi variasi makanan baru ini dapa­t


berita memenuhi permintaan pasar akan ber­ bagai makanan yang lezat dan bergizi dengan harga terjangkau. Selain itu mie belalang mempunyai kelebihan dimana kandungan proteinnya tinggi, rasa be­ lalang yang khas, serta merupakan pro­ duk olahan baru yang unik sehingg­a mampu menarik perhatian untuk menik­ matinya sebagai makanan khas Gunung­ kidul, tambahnya. Selain itu pengolah­ an belalang menjadi mie ini juga dapat meningkatkan nilai ekonomi belalang sehingga dapat memicu warga yang ber­mata pencaharian sebagai pencari belalang untuk lebih mengembangkan usahanya. Secara umum belalang kayu maupu­n belalang sawah rasanya sama hany­a ber­ beda ukuran saja. Bahan utama pembu­ atan mie yaitu tepung terigu sert­a ba­ han tambahan lain seperti garam dapur, telur, minyak goreng dan natrium kar­ bonat dapat dibeli dipasar atau toko terdekat. Cara membuatnya diungkap­ kan oleh Cahyani Eka Romadhoni, di­ mana 2,5 kg belalang dibersihkan dari sayap dan kotorannya kemudian dicuci sampai bersih lalu dihaluskan de­ngan blender. Kemudian masukkan 10 kg te­ pung terigu dan belalang yang sudah dihaluskan ke dalam mesin pengaduk dan ditambahkan 5 butir telur. Sambil diaduk tambahkan larutan garam dan soda sedikit demi sedikit hingga mera­ ta sampai menggumpal kemudian diam­ kan selama 5 menit. Adonan lal­u dima­

sukkan dalam mesin pres dan dibuat pe­lem­baran. Mie dicetak dengan mesi­n pencetak mie kemudian potong-potong kira-kira 30 cm dengan ditaburi tepung tapioka agar tidak lengket lalu digulung sebesar satu kepal tangan dan mie siap untuk diolah. Dwiningsi­h memberikan cara menyajikan mie belalang­, dima­na be­lalang yang telah dibersihkan dari sa­ yap dan kotorannya dipotong-poton­g men­jadi 3 bagian lalu cuci sampai ber­ sih dan dibacem lalu digoreng­. Ambil sa­tu gulungan mie kemudian re­bus da­ la­m air yang mendidih, setela­h ditiris­ ka­n campur dengan bumbu se­perti mie ayam kemudian taburkan belalan­g bacem goreng diatasnya dan mie bela­ lang siap disajikan dengan saos dan ke­ cap. Menurut Ria Nurindah, belalang me­ ru­pakan sejenis serangga dan bagi ba­ nyak orang lebih dianggap sebaga­i hama

daripada dimanfaatkan sebagai sum­ber makanan yang berprotein ting­gi. Se­ bagian masyarakat justru meng­anggap bahwa mengkonsums­i belalang iden­ tik dengan kemiskinan padahal peneli­ tian menunjukkan bahwa kandungan protein belalang lebih tinggi daripada udang dimana kadar protein belalang kayu (Melanoplus cinereus) dibanding­ kan dengan udang windu (Panaeneous monodon) menunjukkan bahwa ada per­ bedaan nyata. Protein tepung belalang kayu lebih tinggi dibanding tepung udang windu dengan kadar masingma­sing 17,922 dan 9,846 persen. Pro­ tein sangat berperan dalam proses per­ tumbuhan terutama pada anak-anak. Kekurangan protein dapat menyebab­ kan gangguan pada pertumbuhan bah­ kan dapat menyebabkan penyakit ma­ rasmus dan kwashiokor. Dedy Herdito

Seni tari

Jurusan Tari Ketiban Sampur

Sebulan sekali masyarakat pemerhati tari klasik Yogyakarta berkumpul. Tua­n rumah yang ketiban sampur atau dapa­t giliran adalah pendidikan seni Tari Fakul­ tas Bahasa dan Seni, acara berlang­sung di stage Tedjokusumo, (29/7). Acara ini dimeraihkan kurang lebih 50 penari dan 10 penabuh gamelan. Malam itu menarikan dua tarian yak­ ni Sari Tunggal dan Golek Ayun-ayun­, yang diiring musik gamelan secar­a lang­

sung atau live. Atmosfir kebersamaan begitu terasa menyelimuti. Topik yang dibahas apalagi kalau bukan perkem­ bangan seni tari. Sesekali yang hadir me­ nyeruput wedang secan dan menikmati gorengan senyampang memperhatikan peserta yang sedang mengungkap­kan pendapat ataupun urun rembug dalam diskusi. “Senang bisa menjadi tuan rumah bagi perkumpulan warga seni di Jogja,”

tutur Ni Nyoman Seriati selaku ketua ju­ rusan Pendidikan Seni tari. “Acara ini akan bergilir terus tiap bu­ lannya, dan tarian yang akan ditarika­n ditentukan atas kesepakatan bersama,” jelas Titik Agustin, salah satu Dosen Pendidikan Seni Tari. Acara yang dimu­ lai pada pukul 19.00 – 21.30 ini berja­ lan dengan lancar, penuh kegembiraan, dan membuahkan pengalaman baru. tica

P e wa r a Din a m i k a j u li 2010

27


berita himpunan mahasiswa

STUDI BANDING HIMA IPA UNY

foto-foto: dedy herdito P/Pewara dinamika

Dalam rangka menambah pengetahu­ an dalam mengelola organisasi kemaha­ siswaan serta menjalin hubungan de­ ngan instansi lain maka Himpunan Ma­hasiswa (Hima) Pendidikan IPA FMI­ PA UNY didampingi oleh Sabar Nurroh­ man, M.Pd., dosen pendidikan IPA dan Jumanto, staf program studi IPA meng­ adakan studi banding ke program stu­ di pendidikan sains FMIPA Universitas Nege­ri Surabaya pada Jumat-Sabtu 23 Juli 2010. Kegiatan yang bertema “Considera­ tion study to enlarge science understand­ ing” ini diharapkan dapat menambah il­ mu serta melengkapi kekurangan dari Hima masing-masing sekaligus menan­ datangani nota kesepahaman antara

28

Pewara Dinam i ka j u li 2 0 1 0

Hima prodi IPA FMIP­A UNY dengan ma­ hasiswa prodi sains FMIPA Unesa ten­ tang kerjasama dalam bidang per-IPAan karena program studi pendidikan IPA baru diselenggara­kan oleh 2 universi­ tas sejak 2007. Ba­ru pada akhir-akhir ini beberapa perguruan tinggi mendirikan program studi IPA karena melihat pelu­ ang yang ada pada prodi ini. Rombongan disambut oleh Pembant­u Dekan I FMIPA Unesa, Prof. Dr. Mega Teguh, M.Pd., Ketua prodi sains, Sri Mul­ ya­­ningsih, MS. dan dosen sains, Beny Setiawan, M.Pd. Dalam sambutannya, Sri Mulyaningsih mengungkapkan ras­a gem­­biranya karena bertemu “rekan se­ per­­guruan” dan dengan terpilihnya rek­to­r baru Unesa, Prof. Dr. H. Much­la­s

Samani, M.Pd. makin menamba­h opti­ misme akan eksistens­i prodi IPA ini kare­ na selain memberika­n izin pen­diria­n prodi IPA juga ada himbaua­n tentang dicantumkannya lowongan PNS gu­ru IPA yang diambilkan dari prodi pendi­ dikan sains. Prodi sains Unesa jug­a se­ dang menyelenggarakan percepat­an studi bagi 10 mahasiswa yang mem­ punyai nilai di atas rerata dan diharap­ kan dapat menyelesaikan studinya pada semester VII yang akan datang sehing­ ga prodi IPA Unesa dapat diakreditasi, sambungnya. Pada kunjungan ini Hima IPA FMIPA UNY memberikan sebuah po­ hon beringin putih dan Hima Sains Une­ sa memberikan sebuah pohon mojo. Dedy Herdito


berita Seminar nasional biologi

PErlu paradigma baru dalam pendidikan biologi

dedy Herdito/Pewara dinamika

Pendidikan Profesi Guru (PPG) meru­pa­ kan pendidikan yang mempersiapka­n lulusan S1 kependidikan atau S1/D4 non kependidikan untuk menguasa­i kompe­ tensi guru sesuai standar nasiona­l pen­ didikan dengan tujuan menghasilkan calon guru yang profesional dalam mer­ encanakan, melaksanakan, menilai dan menindaklanjuti pembim­bingan serta pelatihan peserta didik untuk mengem­ bangkan diri secara berkelanjuta­n mela­ lui perkuliahan berbentuk workshop subject specific pedagogy yang berorien­ tasi pada praktek pengalaman lapang­ an. Demikian dikatakan Prof. Dr. A. Mukhadis, dosen biologi FMIPA Univer­ sitas Negeri Malang dalam semina­r na­ sional biologi di Ruang Seminar FMI­ PA Universitas Negeri Yogyakarta pad­a Sabtu 3 Juli 2010. Seminar bertem­a “Bi­ ologi dan pengembangan profes­i pen­di­ dik biologi­” ini diselenggarakan dalam rangka kegiatan tahunan biolog­i seba­gai wahana srawung ilmiah antara pakar bi­ ologi dengan para pendidik biologi dan dibuka oleh Pembantu Dekan I FM­IPA Universitas Negeri Yogyakarta Su­yo­so, M.Si. Lebih lanjut Mukhadis meng­­ung­

kapkan bahwa mulai tahun 2015 pin­ tu menjadi guru hanya terbuk­a untuk lulusan S1 dengan tambaha­n program profesi dimana guru akan berpe­ran ser­ ta sebagai dosen tamu dan quality assu­ rance dalam sekolah mitra PPG. Pembicara lain dalam seminar ini adalah Prof. Triwibowo Yuwono, Ph.D dari jurusan mikrobiologi fakultas per­ tanian UGM yang menekankan perlun­ ya biologi diajarkan dengan paradig­ma baru menggunakan dimensi nanobio­lo­ gi. Konsep morfologi dan anatomi mi­ salnya, perlu ditelaah mulai dari aras struktural molekular sampai pembahas­ an bagaimana sebuah sistem bioligi menghasilkan morfologi dan anatomi tertentu dan menghasilkan sistemati­ ka dan klaisfikai organisme yang spesi­ fik. Sebaliknya dari sudut pandang yang berbeda perlu dijelaskan bagaimana reaksi enzimatik dan metabolik juga mem­berikan pengaruh terhadap kemun­ culan morfologi dan anatomi yang ber­ beda antar jasad. dengan dimensi nano­ biologi pendekatan biologi sintetik dan biologi system menjadi lebih mudah di­ jelaskan dan mendapatkan titik temu­

nya. Dengan dimensi nanobiologi pula manusia dapat merancang dan menyin­ tesis suatu sistem biologis dari kompo­ nen dasarnya dan akhirnya akan bermu­ ara pada penciptaan sistem biologis sin­tetik, lanjutnya. Sedangkan Dr. Sediono Abdullah, M.Si Dari Ditjen PMPTK Dikti Ke­men­ teria­n Pendidikan Nasional Jakarta memberi­ka­­n ma­ teri berjudul ke­­bi­­­jak­­an dan dinamik­a pe­­ngem­ bangan profes­i pen­di­ dik dan tenaga ke­pen­ di­dikan serta Dr. IGP Suryadarma do­sen biolog­i FMIP­A UNY dengan ma­te­ri da­ri nusan­tara bergo­yan­g sam­­ bun­g buda­­ya­. Se­mi­na­r ini di­ ikuti oleh lebi­h da­ri 20 pergu­ruan tingg­i dan 50 orang guru dari 40 seko­lah di Indo­nesia. Dedy Herdito

P e wa r a Din a m i k a j u li 2010

29


berita obituari

PROF. Drs. FERRY ADNAN M.Pd. WAFAT

foto-foto: Heri P/pewara dinamika

Prof. Drs. Ferry Adnan M.Pd., purna­ karya pada Jurusan Bahasa Inggris Fakultas Bahasa dan Seni UNY telah wa­ fat pada hari Jumat lebih kurang pu­ kul 12.00 WIB. di Rumah Sakit Bethes­ da, setelah beberapa minggu dirawat karena sakit. Jenazah disemayamkan di hall rektorat, Sabtu, 28/6. Hadir pada acara persema­yaman, Sekreatris Se­nat, para pembantu rektor, anggota senat, dan pelayat da­ri UNY maupun dari ke­ luarga. Dalam sambutannya, Sekretaris Se­ nat, Prof. Dr. Wuradji, mengatakan, Prof. Drs. Ferry Adnan M.Pd., terhitung mul­ai tanggal 1 Mei 2003 menjadi guru be­sar pada Jurusan Bahasa Inggris dan telah menjadi anggota senat Guru Besa­r UNY mulai dari tanggal 16/8/2003, dan tela­h memasuki usia pensiun pada tang­ gal 1-2-2004. 30

Pewara Dinam i ka j u li 2 0 1 0

”Keluarga besar UNY saat ini mera­ sa kehilangan atas meninggalnya Prof. Dr. Ferry Adnan M.Pd.. Semasa menjadi Dosen pada Jurusan Bahasa Inggris, dan menjadi anggota Senat Guru Besar UNY, beliau telah banyak memberikan sum­ bangan pikirannya untuk memajukan UNY pada umumnya, dan terlebih-lebih untuk pengembangan Jurusan Bahasa Inggris pada khususnya,” jelasnya. Selama menjadi dosen pada Jurusa­n

Bahasa Inggris, beliau bersama-sama de­ngan Tim Pengembang Bahasa Ing­ gris telah mencanangkan sejumlah pro­ gram pengembangan pendidikan Baha­ sa Inggris, yang menjadikan Jurusan Bahasa Inggris menjadi Jurusan yang berkualitas unggul dan kompetitif se­ perti sekarang ini. Alm. Prof. Ferry Adnan pernah mera­ih Penghargaan Colombo Plan A Word dari Pemerintah New Zeland dan Satya Len­ cana Karya Satya 30 tahun dari Presiden RI tahun 2003. Riwayat jabata­n melipu­ ti pernah mengajar di ELLY Victoria Uni­ versitas Wellington New Zeland­, men­ jadi Sekertaris Task Force Administras­i Badan Pengembanga­n Depdikbud, Ke­ tu­a Jurusan Bahasa Inggri­s FKSS IKIP Yogyakarta, Sekertaris Jurusan Bahasa Inggris FKKS IKIP Yogyakarta. witono nugroho


berita

P e wa r a Din a m i k a j u li 2010

31


berita Olimpiade biologi

Menciptakan budaya akademik

foto-foto: dokumen humas fmipa

Himpunan mahasiswa jurusan Pendi­ dikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta menyelenggarakan olimpia­ de biologi, speech contest dan lomba kar­ ya tulis siswa yang dilaksanakan pada Kamis dan Jumat 1 - 2 Juli 2010 di Ruang Seminar FMIPA UNY. Olimpiade biolo­ gi yang diikuti oleh siswa – siswi dari sejumlah SMA di Jawa ini adalah un­

32

Pewara Dinam i ka j u li 2 0 1 0

tuk memberikan wadah representati­f dalam pengembangan pola pikir ilmia­h yang logis dan kritis terhadap segala per­masalahan lingkungan karena kare­ na ilmu pengetahuan alam khususnya biologi merupakan hasil dari kegiatan betupa pengetahuan, gagasan dan kon­ sep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari alam mela­

lui serangkaian proses ilmiah melipu­ ti penyelidikan, penyusunan dan peng­ ujian gagasan. Diharapkan dari lomba karya tulis dan olimpiade ini siswa da­ pat mengungkapkan gagasan terhada­p segala permasalahan lingkungan seca­ ra ilmiah sekaligus lebih peka terhadap permasalahan yang ada di lingkungan­ nya serta mencari solusi untuk menanggulanginya. Kegiatan bertema “The great power of biolo­gical sci­ence to keep the nature by scientific approach and environmental acti­ on” diikuti oleh le­ bih dari 70 peser­ ta dan dibuka oleh Pembant­u Rekto­r III UNY Prof. Dr. Hermi­ narto Sofya­n yang dalam sam­but­an­ nya meng­ung­kap­ ka­n kegembi­ra­an atas ter­se­leng­ga­


berita ra­ny­a olim­piade biologi, speech contest dan LKTS ini karena mendukung pro­ gram pemerintah dalam meningkatkan kua­li­tas pendidikan sehingga guru da­ pa­t menciptakan budaya akademik di kam­pus atau sekolah. Apabila siswa serin­g mengikuti kegiatan semacam ini meru­pakan modal untuk kuliah diman­a lomba seperti ini merupakan ciri khas perguruan tinggi yaitu pengembangan, penelitian dan pengabdian masyara­kat. lanjutnya. Para pemenang olimpiade biologi ini juara 1 Ruli Aulia dari SMA Taruna Nu­ santara Magelang, juara 2 Neli Syahida

Ni’ma dari SMAN 1 Salatiga dan juara 3 Yoga Mulia Pratama dari SMAN 1 Pacit­ an. Pemenang Speech Contest adalah

Lambang Tejo dari SMAN 1 Salatiga, ju­ ara 2 Astrid Syarifah Vardhani dari MAN 1 Yogyakarta dan juara 3 Septavi­a Sekar Ellasa dari SMAN 1 Salatiga. Adapun Lom­ba Karya Tulis Siswa yang menyelek­ si lebih dari 20 artikel dari sejumlah se­ kolah di Jawa menghasilkan pemenang sebagai berikut: juara 1 R. Zhafira Arum Prabatitis dari SMAN 2 Bantul, juara 2 Diana Sholikhah, Kyki Rosnita Dewi dan Lissa Sukestywarani Putri dari MAN 1 Yog­yakarta dan juara 3 Annisa Nurul Ai­ ni, Ashfiyatus Suraya dan Riefky Pra­dip­­ ta dari SMAN 1 Salatiga. dedy herdito

kelulusan

YUDISIUM DAN PELEPASAN MAHASISWA S1 FIP UNY 2010 Acara berlangsung pada hari Rabu, 14 Juli 2010 pukul 14.00 WIB di ruang Abdullah Sigit FIP UNY tersebut diikuti oleh 61 peserta. Seperti dalam kegiata­nkegiatan yudisium dan pelepasan sebe­ lum­nya, acara diawali dengan meman­ jatkan doa bersama sekaligus sebagai pembukaan. Setelah itu, acara dilanjut­ kan dengan menyanyikan lagu Indone­ sia Raya dan dilanjutkan dengan lagu hymne UNY. Setelah menyanyikan lagu tersebut­, acara dilanjutkan dengan pembacaan laporan yudisium dari Pembantu Dekan I FIP UNY, Prof. Dr. Anik Ghufron. Acara berikutnya yaitu pembacaan daftar nama peserta yudisium dan pelepasa­n yang dibacakan oleh Maryoto, S.E. sela­ ku Kasubbag Pendidikan FIP UNY. Sete­ lah seluruh daftar peserta tersebu­t se­ lesai dibacakan, aca­ra diisi denga­n sam­­butan dari peserta yudisium denga­n IPK tertinggi. Selanjutnya acara dilanjutkan sam­ butan dari Prof. Dr. Achmad Dar­diri, M.Hum., selaku Dekan FIP. Dalam sam­ butan kali ini, Dardiri menghimbau agar para peserta jangan sampai lupa untuk memanjatkan puji syukur atas usa­ha dan jerih payahnya selama ini se­ hingga dapat menggapai gelar Sarjana S1. Beliau juga tidak lupa mengucapkan

foto-foto: dokumen humas FIP

selamat atas keberhasilan para peser­ ta sehingga dapat menyelesaikan studi dan mengikuti acara Yudisium dan Pe­

lepasan. Dan di akhir sambutan, Beliau mendoakan agar para alumni baru ini bisa mendapatkan jalan menuju kesuk­ sesan baik di dunia maupun di akhira­t kelak. Setelah sambutan tersebut, segenap pimpinan fakultas dan dosen mengu­ capkan selamat kepada peserta sebelum acara yudisium dan pelepasan ditutup­. Demikian acara Yudisiu­m dan Pe­le­pasan Mahasiswa S1 FIP UNY period­e 14 Juli 2010 dilaksanakan denga­n penuh hik­ mat dan lancar. didik kurniawan

P e wa r a Din a m i k a j u li 2010

33


berita himpunan mahasiswa

STUDI BANDING HIMA KIMIA

foto-foto: dokumen humas fmipa

Proses produksi obat dimulai dari pe­me­ rik­saan bahan di laboratorium. Se­te­lah bahan diambil dan ditimbang dila­ku­kan pengadukan kering serta peng­adukan basah baru dimulai prose­s granulasi un­ tuk meningkatkan aliran campuran dan kemampuan obat untuk dikempa, lalu dilakukan pengeringan. Dalam proses ini juga sekaligus dibuat kapsul inti se­ bagai wadah serbuk obat tersebut. Sete­ lah serbuk obat dimasukkan dalam ka­

34

Pewara Dinam i ka j u li 2 0 1 0

psul maka produk obat setengah jadi ini dikarantina terlebih dahulu untuk mengetahui bila ada ketidaksempur­ naan. Setelah obat dijamin sempurna barulah dilapisi dengan lapisan gula dan dipoles lalu dikemas dalam blister, strip, botol atau box dan dipasarkan pada masyarakat. Demikian dijelaskan Staf Penelitian dan Pengembangan PT Phapros Semarang Idiana Novita, Apt dalam kunjungan studi banding dan

kunjungan industri himpunan maha­ siswa jurusan pendidikan kimia (hima kimia) FMIPA Universitas Negeri Yog­ yakarta pada Selasa – Rabu 29-30 Juni 2010 Selain itu turut menyambut hu­ mas PT Phapros, Diah Istantri, A.Md. Studi banding dan kunjungan indus­ tri bertema “Menjalin hubungan baik demi kemajuan bersama” diselenggara­ kan dalam rangka menambah wawasan mahasiswa kimia tentang industri pa­


berita Kilas

da umumnya sekaligus sosialisasi Ika­ himki (Ikatan himpunan mahasiswa kimia­) serta menjalin silaturahmi ke ju­ rusan kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang, PT Phapros Semarang, dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Sema­ rang didampingi dosen pembimbing Si­ ti Marwati, M.Si dan Antuni Wiyarsi, M.Sc serta diikuti oleh 54 orang anggota hima kimia FMIPA UNY. Di PT Indofood CBP Sukses Makmur rombongan disam­ but Panji Risantoro dan Sri Budiyono, staf humas Indofood dan diberi penjelas­ an tentang Indofood yang telah ada se­ jak tahun 1972 dan memproduksi ber­ bagai jenis makanan seperti mi instan, penyedap makanan, makanan ringan, nu­trisi, biskuit, minyak goreng, marga­ rin hingga tepung terigu dan agribis­ nis. Mahasiswa juga diberi kesempat­an mengunjungi pabrik melihat cara pem­ buatan mi instan mulai dari bahan baku hingga pengepakan serta pendistribu­ siannya. Di Universitas Negeri Semarang rom­­ bong­­an disambut oleh Dekan FMIP­A, Dr. Kasmadi, MS., Ketua Jurusan Kimi­a, Sig­ it Priatmoko, M.Si dan Kepala Labora­ torium, Agung Tri Prasetyo, M.Si. pada kesempatan ini Kasmadi menyam­pai­ kan rasa gembira atas kunjungan dari himpunan mahasiswa kimia UNY yang merupakan sama-sama universitas man­ tan IKIP meskipun usia IKIP Semarang lebih muda daripada IKIP Yogyakarta. Pada saat ini Universitas Negeri Sema­ rang dicanangkan menjadi universitas konservasi oleh Menteri Pendidikan Na­ sional sejak Maret 2010 dan mendapat penghargaan Kalpataru, oleh karena itu setiap mahasiswa baru di Universitas Negeri Semarang wajib menanam 1 po­ hon atau disebut one student one tree, sambung Kasmadi. Dedy Herdito

dokumen humas fik

Kabar Student Exchange: Belajar, Bersahabat,dan Bermain Tim volley putri UNY meraih juara perta­ ma dalam tanding volley persahabatan bersama University of Malaya (UM) di La­ pangan olahraga UM Malaysia. Tim terse­ but merupakan mahasiswa FIK yang terpi­ lih dalam program pertukaran mahasiswa, dan telah berada di UM sejak (7/7). Delapan mahasiswa putri ikut memperkuat tim UNY, sedangkan duabelas mahasiswa putra harus puas pada posisi runner up dika­ lahkan tuan rumah. Rianensi dalam pesan singkatnya melalui online communication menga­ barkan, tim UNY juga menjuarai lomba lari putri. “Di sela-sela belajar, kami manfaatkan waktu kami sebaik mungkin termasuk menggelar berbagai petan­ dingan olahraga. Tentunya, di waktu libur kami juga ada rest kejap,” urainya bercampur bahasa Melayu, yang kami terjemahkan belajar, bersahabat, dan bermain. ratnae

Belajar Dua Mata Kuliah di University of Malaya Sepekan sudah mahasiswa FIK UNY program pertukaran (student exchange) menimba ilmu di University of Malaya/ UM). Dua dosen pendamping Dr. Siswan­ toyo dan Amat Komari, M.Kes. yang turut serta mengantar telah kembali ke kampus ( 10/7). “Mahasiswa kita menempuh dua mata kuliah, masing-masing dilaksanakan tiga kali pertemuan dalam seminggu. Mata kulah ini ekuivalen dengan Sport Manajemen dan Sport Sosiologi,” jelas Siswantoyo. Sementara itu, seorang peserta Rianensi Oktavia dalam email-nya menga­bar­ kan pertemuan pertama dengan pengurus kampus UM telah dilakukan pada Rabu kemarin, dan Senin (12/7) merupakan kuliah perdana bertempat di ruang vpes 2148 dilaksanakan pukul 1-3 pm. “Jujur, kami agak risau karen­a materi perkuliahan akan menggunakan bahasa pengantar Melayu dan Inggris. Jadi ka­ mi harus giatkan belajar ini,” komentar ria dalam kabar facebooknya. ratnae

Dua puluh Mahasiswa terpilih Belajar di Malasyia Dua puluh mahasiswa FIK UNY telah berangkat ke University of Malaya (7/7). Selama sebulan mereka akan menimba ilmu dalam rangka program pertukar­ an mahasiswa. Ikut serta menghantarkan PR I UNY, Dekan FIK, serta 2 orang dosen pendamping mahasiswa, Amat Komari, M.Pd. dan Dr. Siswantoyo. Diren­ canakan minggu pertama Agustus mendatang, mereka telah pulang ke tan­ ah air. ratnae

Rektor Senam di FIK Jumat pagi (23/7) senam rutin selalu digelar di berbagai fakultas di UNY, tak terkecuali FIK. Kehadiran Rektor UNY, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA. ke lokasi senam di Taman Olahraga Masyarakat, membuat senam pagi semaki­n segar. Rektor sempat mengikuti gerakan inti dan pendinginan yang menggunak­ an irama dangdut. Suasana semakin hangat saat senam diakhiri dengan ber­ cengkerama bersama dengan menu–menu ala angkringan. ratnae

P e wa r a Din a m i k a j u li 2010

35


opini Pendidikan Mahal Atau Masyarakat Belum Mampu? O l e h Das S alirawati

P

Peningkatan Kualitas Pendidikan Butuh Biaya endidikan merupakan salah satu un­ sur yang dapat meningkatkan kualita­s SDM suatu negara. Oleh karena itu, se­ tiap negara selalu berusaha menemu­ kan formula baru dalam penyelenggaraan pen­­di­ dik­an yang terkristal dalam bentuk kuri­ku­lum. Sebagai bukti, saat ini kita sedang menco­ba menerapkan kurikulum baru, Kurikulum 2006, yang operasionalnya disebut Kurikulum Ting­ kat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum 2006 menekankan adanya pembe­ lajaran dengan peserta didik sebagai subjek be­ lajar, bukan objek belajar. Dengan kata lain, da­ri teacher centered ke student centered. Perubah­ an ini berdampak pada perubahan komponenkomponen pembelajaran lainnya, guru, meto­ de, media, lingkungan belajar, pendekatan, dan lain-lain. Tuntutan agar peserta didik menja­ di aktif dalam proses pembelajaran membawa konsekuensi pada tersedianya sarana-prasara­ na yang lengkap. Bila sekolah tidak mampu me­­nyediakan, alternatifnya, guru dan pesert­a didik harus mampu kreatif mencari media bela­ jar yang dapat diperoleh di sekitarnya sebagai salah satu bentuk pendekatan kontekstual yang dianjurkan kurikulum. Orang Jawa memiliki filsafat yang bagus, jer basuki mawa bea. Filsafat ini mengandung arti, untuk menjadi mulia dan berhasil, pasti dan ha­ rus mengeluarkan biaya. Dikaitkan dengan pen­ didikan yang sedang berlangsung di negara ki­ ta, untuk meningkatkan kualitas pendidikan di

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat menganggap biaya pendidikan di negara kita “mahal” karena belum tahu saja! 36

Pewara Dinam i ka j u li 2 0 1 0

segala jenjang dengan acuan kurikulum yang berlaku, memang memerlukan biaya. Hal itu terbukti saat ini biaya pendidikan meningkat, bahkan dapat dikatakan “mahal”. Pendidikan di negara kita “mahal” ? Pertanya­ an ini bisa dijawab “ya” dan “tidak”, bergantun­g darimana kita memandangnya. Namun, dengan uraian berikut ini, mungkin mata kita akan ter­ buka lebar, karena ternyata biaya pendidikan di negara kita “sungguh sangat amat murah se­ kali” dibandingkan dengan negara lain, teruta­ ma negara-negara berkembang.

Pendidikan di Indonesia “Mahal”? Kita awali dengan mengambil contoh biaya sekolah di SD. Untuk SD swasta dengan biaya menengah, umpamakan saja biaya SPP per bu­ lan Rp 150.000,00 dan untuk kegiatan ekstra­ kurikuler (misal komputer, menggambar, dan basket) per bulan Rp 100.000,00. Jadi, dalam satu semester (6 bulan), peserta didik mengelu­ arkan biaya (Rp 150.000,00 + Rp 100.000,00) x 6 bulan, berarti Rp 1.500.000,00. Kita lihat banyaknya jam pelajaran (JP) dalam satu semester. Untuk Senin - Kamis ditambah Sabtu, masing-masing 7 JP, sedangkan Jumat 5 JP. Dengan demikian, seminggu ada 40 JP (7 x 5 hari + 5). Bila satu bulan dianggap ada 4 minggu efektif, berarti 1 semester ada 960 JP, berasal dari 4 mg x 6 bulan x 40 JP. Berdasarkan perhitungan JP tersebut, kita coba menghitung berapa harga 1 JP atau per menit tatap muka dengan guru di kelas. Total biaya per semester adalah Rp 1.500.000,00. Se­ hingga, 1 JP berharga Rp 1.500.000,00 dibagi 960 JP, atau Rp 1.562,50. Bila 1 JP lamanya 45 menit, maka 1 menitnya berharga Rp 1.562,50 dibagi 45 menit, atau Rp 34,72. Ini belum ter­ masuk menghitung jam bagi peserta didik yang rajin bertanya kepada guru di luar jam pelajar­ an dan ekstrakurikuler yang mengambil jam di luar jam pelajaran. Berdasarkan contoh di atas, kita pasti gelen­ggeleng kepala karena ternyata 1 JP harganya lebih murah daripada uang jajan anak/adik kita. Coba bandingkan, berapa harga satu mangkuk


opini bakso, sepiring soto, somay, dan jajanan mereka lainnya. Contoh di atas diambil dari biaya di SD dengan biaya menengah. Bisa dibayangkan be­ rapa harga per menit untuk SD yang biayanya satu bulan hanya membayar SPP Rp 5.000,00 Rp 10.000,00 dan ekstrakurikuler gratis. Heran­ nya, tetap saja banyak wali murid yang menge­ luh. Bila kita mengikuti perhitungan ini, pasti akan bergumam, “Oh, ternyata pendidikan anak­ ku murah ya!” Sekarang cobalah kita hitun­g be­ rapa harga pendidikan untuk per menitnya jika anak kita sekolah di SMP atau SMA dengan cara yang sama. Pasti kita semakin bengong. Untuk kuliah di Perguruan Ting­ gi (PT), ki­t­a ambil contoh PT dengan bia­ya menenga­h ke atas. Bila bi­a­ya ku­ liah 1 semester Rp 2.000.000,00 ditamba­h bi­aya praktek atau pe­ ngembangan progra­m Rp 500.000,00, total bi­­­a­­­ya 1 semester Rp 2.500.000,00. Umpamakan 1 semester mengambil 24 sks, tiap sks ber­ arti kuliah selama 50 menit (1 JP) denga­n kuliah efektif 16 kali, maka 24 sks ber­arti ada 50 menit x 16 JP x 24 sks, atau 19.200 me­ nit. Dengan demikian, 1 menitnya berharga Rp 2.500.000,00 dibagi 19.200 menit atau Rp 130,208. Mahalkah uang sekecil itu menurut Anda? Bagaima­na dengan anak/adik kita yang kuliah dengan biaya di bawah itu, pasti lebih sedikit lagi harga per menitnya. Masalahnya, mengapa masyara­kat tetap mengatakan biaya pendidikan kita ma­hal? Di mana mahalnya? Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpul­ kan bahwa sebagian besar masyarakat mengang­ gap biaya pendidikan di negara kita “mahal” karena belum tahu saja! Setelah dihitung ternya­ ta sangatlah murah. Kata “mahal” muncul se­ bagai akibat ketidakmampuan sebagia­n besar masyarakat yang memang masih memiliki pen­ dapatan relatif rendah, bahkan hanya cukup untuk menghidupi keluarga secara sederhana­. Jadi, jangan hanya berharap Pemerintah mem­ bebaskan biaya pendidikan, tetapi mari kit­a mu­ lai dari diri kita sendiri untuk mencoba menyia­ sati hidup ini dengan lebih bijaksana. Bukankah yang dapat menolong kehidupan kita adalah diri kita sendiri.

Perlu Menyiasati Keadaan dan Penanaman Gaya Hidup Hemat Kemajuan teknologi terkadang menjera­t anak-anak pada kemudahan pemenuhan kebu­ tuh­a­n tanpa melihat kemampuan orang tua. Pun halnya, saat ini setiap peserta didik atau mahasiswa kurang konsentrasi dalam mengiku­ ti penjelasan guru/dosen, dalam pikiran mere­ ka sudah tertanam gaya hidup boros. Ban­ yak peserta didik/mahasiswa malas mencatat di kela­s dengan alasan lebih mudah fotokopi saja. Pada­hal, catatan merupakan rekaman pen­ jelasan guru/dosen yang harusnya dilakukan oleh setiap peserta didik/mahasiswa. Sebenarnya­, setiap individu memiliki ciri khas dalam menca­tat yang hany­a dipaham­i oleh mere­ ka, artiny­a catata­n dari tema­n belum tent­u dapat dipa­ hami dengan baik. Gaya hidup seperti

kalam/pewara

inilah yang ha­ rus dihapus karena sebenar­ nya asal ada kemauan semua hal dapat dihemat. Orang tua harus dapat memilah kebutuhan mana yang wajib dan mana yang dapat disiasati atau dihemat. Demikian juga, mahasiswa yang kos, sebenar­ nya tidak perlu makan di warung. Dengan me­ masak sendiri, biaya untuk makan dapat dihe­ mat. Pemilihan tempat kos seharusnya tidak per­lu terlalu mewah, asal dapat digunakan un­ tuk belajar dengan tenang dan tersedia air (mes­ ki harus menimba, misalnya). Mencuci baj­u ti­dak perlu harus ke laundry, toh semuanya me­ ru­pa­kan pekerjaan yang tidak sulit dan dapa­t di­lakukan oleh siapa saja. Sekolah dan belajar merupakan kegiatan yang memerlukan kepri­ hatinan, kerja keras, kemauan yang tinggi. Se­ mua itu dapat dicapai tanpa harus mengguna­ kan alasan ketidakmampuan biaya. Sebab, hal itu dapat disiasati dengan selalu menanamkan gaya hidup hemat.

Das Salirawati, M.Si. pemerhati pendidikan, dosen FMIPA UNY.

P e wa r a Din a m i k a j u li 2010

37


opini Menatap Ospek Bebas Anarki O l e h He ru Fa r hani

K

etika kasus kekerasan dalam rangkai­ an acara penyambutan mahasiswa baru terjadi di STPDN dan menyebab­ kan salah seorang mahasiswa baru ke­ hilangan nyawanya mencuat di media, ketika itu cukup lama saya tertegun. Saya termenung dan berulang kali harus ‘memutar’ otak saya untuk dapat mencerna tragedi ini. Sekali lagi sa­ya heran betapa beratnya perjuangan untuk men­jadi siswa yang ‘maha’. Apakah ini sebua­h tra­disi yang menjadi keharusan ataupun hany­a sebuah kesalahan sistem, saya belum juga pa­ ham. Yang saya tahu adalah betapa tragedi ter­ se­but sangat memilukan dan memalukan kare­ na notabene terjadi di dunia pendidikan, untuk itu yang pertama saya ikrarkan adalah MENGU­ TUK peristiwa seperti itu. Cobalah tengok ke belakang, betapa sulitny­a untuk menjadi mahasiswa. Selain keadaan eko­ nomi yang semakin memburuk karena sudah ‘dicekik’ oleh pemerintah lewat kebijakan biadab­ nya (sekali lagi: biadab) dengan menaik­kan har­ ga BBM, misalnya, beberapa sekolah mau­pun perguruan tinggi ikut-ikutan latah de­ngan me­ naikkan biaya perkuliahan. Mungkin orang tua kita masih bisa mengakalinya dengan pinjam sana-sini atau mengambil uang tabung­an, men­ jual benda kesayangan dan berharga­, hingga menjual anggota tubuh mereka­. Namun­, pend­ eritaan ternyata tak cukup sam­pai di situ. Acap kali kekuatan uang yang bera­da di balik layar menafikan kecerdasan kit­a untuk memiliki satu bangku kuliah yang kita idam-idamkan. Lihat­ lah, betapa program dan cara masuk dibuat se­

Beruntung, sekarang kita berada di kampus yang mana para pengurus ormawanya sudah cukup paham dan cerdas bagaimana selaiknya memperlakukan mahasiswa baru selaku manusia intelektual. 38

Pewara Dinam i ka j u li 2 0 1 0

demikian rupa, sehingga jalur bela­kang yang ilegal pun tampak legal dan halal. Nah, ketika semua sukses dilalui – denga­n cara yang halal tentunya – akankah penderitaan mereka ditam­ bah dengan OSPEK (atau apa pun kita menye­ butnya) yang tidak mencerdaskan? Beruntung, sekarang kita berada di kampus yang mana para pengurus ormawanya sudah cukup paham dan cerdas bagaimana selaiknya memperlakukan mahasiswa baru selaku manu­ sia intelektual. Namun, beberapa pengkritisan yang bersifat membangun tentu masih diper­ lukan agar OSPEK tidak sekedar menjadi ruti­ nitas belaka, apalagi menjadi ajang balas den­ dam untuk kesekian kali. OSPEK benar-benar dimanfaatkan menjadi sarana sosialisasi kam­ pus serta wahana menggali kreativitas dan potensi mahasiswa. Kebetulan, selain menja­ di peserta pada 2003, sedikit banyak saya terli­ bat pada OSPEK tahun berikutnya, walau tida­k maksimal, karena harus menemui orang tua tercinta nun jauh di Kalimantan Barat. Tahun 2004 saya terlibat sebagai reporter dari LPM Ekspresi, 2005 hanya menjadi pengamat, dan 2006 menjadi stering commitee walau tidak bi­ sa terlalu aktif . Saya melihat sudah ada perubahan konsep OSPEK yang cukup signifikan untuk menjadi lebih baik sejak era Presiden Mahasiswa UNY yang dipegang Mas Heri (2003), Den­i Hardiyant­o (2004), Sujatmiko D.A (2005) dan Dia­n Budi Se­ tyawan (2006), dan seterusnya. Mahasiswa ba­ ru sudah dibebaskan dari tekanan fisik dan men­ tal (walaupun di beberapa fakultas hal tersebut bisa saja masih terjadi, namun skalanya cukup kecil), penugasan yang sangat tidak masuk akal, apalagi beberapa ejekan dan penghinaan yang mengarah kepada pelecehan. Perlahan, tradisi tersebut diganti dengan hal lain yang lebih ber­ manfaat seperti manajemen aksi, debat Socra­ tes, Capita Selecta, hingga memanfaatkan mo­ mentum OSPEK untuk pemecahan rekor. Tentu ini pertanda baik untuk kemajuan demokrasi kampus, sehingga sudah seharusnya fenomen­a itu diperhatikan lebih dan didukung oleh pihak rektorat. Besar harapan saya OSPEK selanjutnya bebas dari ‘pungutan-pungutan liar’ yang memberat­ kan mahasiswa. Kadang kita tidak menyadari


opini bahwa beberapa kebijakan tentang penugasan yang diberikan sangat merepotkan, terlebih ba­ gi mahasiswa perantau yang belum mengenal Yogyakarta. Saat mereka belum tahu kondisi la­ pangan, mereka diharuskan mencari berbagai macam barang yang tentu akan mengurangi jumlah uang di dompet mereka yang saya yakin seadanya, juga menguras tenaga dan waktu mereka karena kadang sesuatu itu teramat sulit dicari. Jika memang hal tersebut penting atas nama kreativitas, maka panitia tentu juga ha­ rus lebih kreatif. Sebagai contoh, ada penugasan bagi mahasis­ wa baru berupa membuat topi dari kertas ber­ warna warni. Jujur, siapa pun akan malu jika harus memakai topi tersebut, apalagi jika diwa­ jibkan dipakai dari rumah. Hitunglah uang yang dikeluarkan untuk pembuatan satu topi misal­ nya sebesar 2000 rupiah (beli jadi bisa menca­ pai 5000 rupiah), maka untuk OSPEK yang han­ ya sekian hari telah terjadi pemboros­an sebesar 10 juta rupiah (jika dihitung jumlah mahasiswa baru sebanyak 5000 orang). Jika memang tu­ juannya agar mahasiswa baru tida­k kepanasan ketika mengikuti OSPEK di siang hari, akankah lebih baik jika mereka diwajibkan membawa topi biasa saja. Kalaupun ingin seragam, mak­a warnanya bisa disamakan. Bagi yang tidak suka memakai topi, maka setelah pelaksanaan OS­ PEK topi tersebut bisa disumbangkan kepada anak-anak di pinggir jalan. Kreatif, solutif, dan bermanfaat bukan? Itu hanya contoh kecil dari sekian banyak permasalah OSPEK yang harus dibenahi. Didik­ lah mahasiswa baru dengan tugas-tugas yang inovatif. Daripada pemberian tugas yang anehaneh, lebih baik mahasiswa baru diminta mem­ buat puisi, misalnya. Saya yakin, dari sekitar 5000 mahasiswa baru tersebut tentu ada puisi yang baik-baik, bahkan terbaik, bahkan sanga­t mungkin digabungkan menjadi sebuah terbitan antologi. Hal ini akan dapat berubah jika ada kerjasa­ ma yang baik antara rektorat, panitia, dan ma­ hasiswa baru. Rektorat selaku pihak yang men­ gayomi sudah seharusnya meninjau dari dekat pelaksanaan OSPEK dan tidak segan-segan apala­ gi berbelit-belit untuk mendukun­g kemudah­an sarana-prasarana. Panitia dituntut berlaku bija­ ksana (walaupun kata Socrates: yang ada hanya teman-teman kebijaksanaan), serta mahasiswa baru harus berani untuk kritis terhadap penu­ gasan yang tidak mendidik dan tidak manusia­

kalam/pewara

wi. Berani mengatakan TIDAK terhadap hal-hal yang tidak pantas dilakukan di kampus berka­ rakter dan bercitra pendidikan. Terakhir, seka­ li lagi, kita ikrarkan, HAPUSKAN praktek keke­ rasan dan premanisme atas nama kreativitas, kemandirian, dan kedamaian. Hasta La Victo­ ria Siempre.

Heru Farhani Presiden Partai Bintang Perdamaian (Partai Mahasiswa UNY)

P e wa r a Din a m i k a j u li 2010

39


resensi media Jamila Tanpa Sang Presiden O l e h h ayati nupus Jamila (Atiqah Hasiholan) masuk pen­ jara! Ia menyerahkan diri karena menja­ di pelaku pembunuhan seorang menteri (Adjie Pangestu). Di penjara itulah ia ber­ temu dengan Ria (Christine Hakim­), si­ pir perempuan yang ketus dan kejam. Di penjara itu pula, identitas Jamila dan mengapa ia sampai menjadi pembunuh dikisahkan dengan narasi flash back. Jamila kecil berusia enam tahun diju­ al ayahnya ke seorang mucikari. Ibu Ja­ mila berhasil merebut kembali Jamila dan menitipkannya di rumah keluarga Wardiman yang terhormat. Di rumah keluarga Wardiman Jamil­a hidup tentram. Ia rajin belajar dan me­ nga­­ji. Namun siapa sangka, ketika ber­ an­jak dewasa, Jamila menjadi budak seks yang dipakai bergiliran oleh Pak War­di­­man dan Hendra putranya. Jamil­a ge­ram­. Ia membunuh kedua laki-laki ter­ se­­but dan melarikan diri. Saat Jamila melarikan diri, berbareng­ an dengan adanya razia WTS. Jamil­a pun turut dibekuk. Lewat razia ini Ja­ mi­­­l­a bertemu dengan Susi (Ria Ira­wan)­­, yang kemudian menjadi teman seka­li­ gu­s kakanya. Di penjara, baru diketahui kalau ter­ nya­ta Jamila juga terkait dengan terbu­ nuhnya gembong perdagangan perem­ puan di Kalimantan. Pembunuhan itu terjadi ketika Jamila tengah melaca­k ke­­ber­­a­­daan adiknya yang menjadi kor­ ban perdagangan anak perempuan. Fa­ ti­mah, adik Jamila dijadikan pelacur ke­ cil merangkap pengedar narkoba oleh gem­bong itu. Menteri yang dibunuh tersebut rupa­ nya kekasih Jamila yang berjanji akan menikahi Jamila. Ia menikah bukan de­ ng­an Jamila, pekerja seks yang tenga­h mengandung anaknya, tapi dengan per­ empuan lain demi citra baik. Pelur­u yang akan digunakan menteri untuk mem­bunuh jamila akhirnya bersarang di dada menteri oleh tangan Jamila sen­ diri. Persidangan menjadi kontroversial 40

Pewara Dinam i ka j u li 2 0 1 0

Jamila dan Sang Presiden Seutradara: Ratna Sarumpaet • Pemain: Atiqah Hasiholan, Christine Hakim, Fauzi Baadillah, dll • Produksi Satu Merah Panggung • Durasi: 87 menit

dengan maraknya demonstrasi yang di­ politisir oleh sekelompok fanatik (Fauzi Baadilah) yang mengatasnamakan aga­ ma. Kelompok fanatik tersebut men­ dukung hukuman mati untuk Jamila karena dianggap dosa besar telah mem­ bunuh dan menjadi pelacur.

Minus Peran Presiden Film yang diangkat dari teater ber­ judul Pelacur & Sang Presiden ini ber­ hasil meraih NETPAC (The Network for the Promotion of Asian Cinema) Award pada festifal Asiatica Film Mediale yang berlangsung di Roma pada penghujung 2009. NETPAC merupakan wadah para kritikus, produser, distributor, kurator­, eksibitor dan educator perfilman yang sangat berkompeten dalam perfilman Asia. Jamila dan Sang Presiden juga sempat mewakili Indonesia dalam kom­ petisi Piala Oscar 2010. Hal yang patut diacungi jempol ada­

lah aspek artistik dan originalitas te­ ma. Jamilah dan Sang Presiden menjad­i angi­n segar bagi perfilman Indonesia saat ini yang banyak didominasi tem­ ­a-tema seputar komedi, horror dan per­ cin­taan remaja. Jarang sekali sinea­s In­donesia yang mengangkat realitas permasalahan bangsa dalam film, apala­ gi diiringi dengan ketajaman kritik soci­ al, kasus human trafficking yang menja­ di tema sentral dalam Jamilah dan Sang Presiden ini misalnya. Di luar itu, film berdurasi 87 menit ini menggunakan kata ‘presiden’ dalam judul hanya bersifat simbolik. Sebab tak ada keterlibatan presiden secara lang­ sung dalam film ini. Kata presiden dise­ but-sebut hanya pada saat Jamila meno­ lak permohonan grasi yang diusulkan pengacara. Tampilnya tokoh presiden secara langsung hanya berkisar bebera­ pa detik, itu pun hanya menggambar­ kan presiden yang sedang diam terme­ nung. Minusnya peran presiden di sini tak hanya dalam film, tapi juga dalam re­ alitas yang sebenarnya. Setiap tahun, dua ratus ribu anak indonesia di bawah umur diperdagangkan dengan alasan kemiskinan dan kurangnya pendidikan. Sejumlah perempuan dan anak-anak In­ donesia diperdagangkan khusus untuk eksploitasi seksual terutama di wilayah Asia dan Timur Tengah. Indonesia men­ jadi Negara transit dan tujuan human trafficking sekaligus menempati uru­ tan ke-3 negara yang bermasalah dalam permberantasan human trafficking pa­ da tahun 2007. Masih banyak Jamil­aJamila lain di luar sana yang sejak ma­ sih bocah dijual dan ketika dewasa di­ja­dikan mesin pemuas seks. Merek­a berjuang sendiri melawan kerasnya ke­ hidupan. Lantas di mana kau Sang Presi­ den?

Hayati Nupus mahasiswa Matematika UNY


bina rohani Berani Membela Kebenaran O l e h Ma r zuk i ‘Berani’ bisa berkonotasi positif sekali­ gu­s negatif. Sekarang, berani sering mem­­bawa konsekuensi negatif­. Di te­ nga­­h ma­syarakat sering terlihat kaum mu­da-mu­di berani melakukan tindakan yang dulunya sangat ditakuti­, seperti ber­pa­car­an, minum minuman keras, me­ ng­on­sumsi narkoba, berani melawan orang tua, bertindak brutal, melaku­ kan per­u­sak­an, dan sejenisnya. Beran­i yang dituntut agama (Islam) adalah be­ ra­ni yang berkonotasi positif­, berani mem­bela kebenaran. Dalam konteks Islam, berani sering disebut syaja’ah. Dalam KBBI (2001: 138) berani diartikan mempunyai hat­i yang mantap dan percaya diri yang besa­r dalam menghadapi bahaya, kesulit­an, dsb. Dengan demikian, berani di sini ada­lah berani yang bernilai positif. Lawa­n dari sifat syaja’ah adalah jubun (pe­nge­cut atau penakut). Muhammad adalah teladan bagi kita dalam segala hal, termasuk dalam hal berani (syaja’ah). Dari berba­gai kisah (si­rah nabawiyah), tidak ada sejarawa­n yang tidak memuji keberanian beliau. Nabi-nabi Allah yang lain juga para pemberani dalam mendakwahkan aga­ m­a Allah, meskipun harus berhadapan dengan musuh-musuh dari kalangan orang-orang kafir.

Bentuk-bentuk Keberanian Keberanian sangat diperlukan oleh setiap Muslim untuk bekal hidupny­a se­ hari-hari. Keberanian yang kita butuh­ kan dalam hidup ada beberapa, di an­ taranya: Pertama, keberanian menghadapi mu­ suh dalam peperangan di jalan Alla­h (ji­ had fi sabilillah). Setiap Musli­m harus memiliki keberanian dalam berperan­g untuk menegakkan kebenaran dan aga­ ma Islam. Allah mengutuk orang-orang Islam yang lari dari medan perang kare­ na takut mati. Sebaliknya, Allah mem­ berikan kedudukan yang tinggi bagi orang yang gugur di medan perang

istimewa

men­ghadapi musuh-musuh Islam (mat­i syahid). Dalam al-Quran surat al-Anfal Alla­h berfirman: “Hai orang-orang yang beri­man, apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir yang sedang menyerang­ mu, maka janganlah kamu membelakan­ gi mereka (mundur). Barang siapa yang membelakangi mereka (mundur­) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa ke­ murkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan amat buruk­lah tempat kembalinya.” (QS al-Anfal [8]: 15-16). Kedua, keberanian menegakkan kebe­ naran. Menegakkan kebenaran sangat membutuhkan keberanian, terutam­a meng­hadapi orang-orang yang yang memiliki kekuatan atau kekuasaan. Se­ orang pemberani dituntut bisa menyam­ paikan kebenaran kepada siapa pun, termasuk kepada penguasa yang zali­m (aniaya). Terkait dengan ini, Muham­ mad bersabda: “Jihad yang paling afdlo­l adalah memperjuangkan keadilan di ha­ dapan penguasa yang zalim.” (HR Abu Daud dan al-Tirmidzi). Ketiga, keberanian untuk mengenda­ likan hawa nafsu. Ini termasuk perjuang­

an (jihad) yang berat, sebab yang diha­ dapi tidak kelihatan dan ada pada diri kita sendiri. Watak naf­­su selalu menga­ jak untuk berbuat keje­lekan. Allah ber­ firman: “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguh­ nya nafsu itu selalu menyuruh kepada ke­ jahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.” (QS Yusuf [12): 53). Jika nafsu dikendalikan, nafsu akan menjadi tenang (nafs mutmainnah), sehingga da­ pat mengan­tarkan seseorang ke surga. Allah berfirman: “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuk­ lah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (QS al-Fajr [89]: 27-30). Sebagai bagian dari warga UNY, su­dah selayaknya kita memiliki sifa­t pembera­ ni. Pene­gakan kebenaran dan keadil­an membutuhkan keberanian dari semua warga UNY. Keberanian pimpina­n ditun­ tut bisa menegakkan kebe­nar­an bagi semua warga UNY, sedang keberanian dosen sangat dibutuhkan untuk menga­ wal para mahasiswa agar tumbuh men­ jadi manusia yang cen­dekia, mandiri, dan bernurani. Upaya-upaya yang dapat ditempu­h untuk menumbuhkan keberanian dalam diri kita, di antaranya: 1) adanya rasa ta­kut kepada Allah (QS al-Ahzab [33]: 39 dan QS Ali ‘Imran [3]: 173); 2) lebih mencintai akhirat daripada dunia (QS alTaubah [9]: 38); 3) tidak takut mati (QS al-Nisa’ [4]: 78); 4) tidak ragu-ragu; 5) tidak menomorsatukan kekuatan ma­ teri; 6) tawakal dan yakin akan perto­ longan Allah; dan 7) hasil pendidikan dan pengalaman. Marilah kita berusaha untuk menjadi pemberani seraya memo­ hon agar Allah memberikan kekuatan kepada kita (Wa Allah A’lam bi al-sha­ wab).

Dr. Marzuki, M.Ag. dosen Jurusan PKnH FISE UNY

P e wa r a Din a m i k a j u li 2010

41


cerpen

Catatan Senja O l e h I k a Feni Setiyaningr um

20 Maret 2009 17:06 Ya Allah… capek, capek, capek… “Astaghfirullahal‘adzim…” Kutepuk dahiku. Kuingat lagi apa yang tadi sempat mampir dalam diariku. Keluhan. Ilmu keikhlasan adalah ilmu yang teramat sulit untuk se­la­lu tertanam dalam pribadi seseorang. Itulah, ketika perasaan-pe­ rasaan seperti itu mampir di da­lam pribadi insan, masihkah keikhlasan itu ada? Yang tahu benar apakah keikhlasan itu ada atau tidak hanya kita dan Allah yang tahu. Cukup itu. Keikhlasan bukan suatu hal yang mustahil tertanam dala­m diri pribadi insan. Bukan suatu hal yang mustahil, bukan, bu­ kan itu! Menanamkan keikhlasan butuh suatu proses, tidak instan! Termasuk diriku saat ini… Aktivitas yang menjadi kebiasaan dan agendaku begitu ba­ nyaknya. Aktivitas yang terkadang membawa keluhan-kelu­ han yang terujar lewat bibirku. Aktivitas yang menguji keikh­ lasanku. Ikhlas itu berproses… 21 Maret 2009 17:15 Ujian Nasional tinggal berapa hari lagi ya Allah. Detik de­mi detik berlalu, menit terlewati, hari berganti, kenapa sebegitu cepatnya waktu terus berputar. 30 hari jelang UN, 18 hari jelang SM UNY!!! Tantangan menanti…Perjuangan belum berakhir!!! Ya Allah…berikan kekuatan untuk meno­pang diriku melaksanakan amanah. Ya Allah, berikan kekuatan untuk tetap istiqamah. Jalan yang panjang, onak duri menghadang, menuntut adanya seleksi alam — yang tak kuat jatuh, gugur; yang lolos terus berjalan hingga batas maut menentukan keberadaan kita, masih ada di jalan itu ataukah sama seperti sebelumnya, tak kuat, jatuh, gugur. *** Khadijah adalah sosok istri pertama yang begitu disayang oleh Nabi. Penuh perhatian dan keikhlasan. Sosok yang mengerti akan kondisi sang suami tercinta. Seluruh hartanya dikorbankan untuk jalan dakwah, Islam. Sosok yang sangat begitu percaya kepada suami. Assabiqunal awwalun, yang pertama untuk memeluk ajaran suci dan sempurna, Islam. Sosok yang begitu hangat, lem­but. Pun, ketika Rasul Muhammad pertama mendapat wah­yu dari Allah, ketika tubuhnya begitu me­ng­gigil, gemetar, maka Khadijahlah yang hadir untuk me­nye­limuti, menenangkan kon­disi Rasul. Khadijah, wanita teragung sejagad raya. Aisyah, putri pemimpin terbesar orang-orang yang shidiq dan khalifah Rasulullah saw. Ibunda orang beriman dan istri Nabi Muhammad saw yang begitu dicintai, istri Nabi dunia-akhirat. Sosok wanita cerdas. Perawi ribuan hadits, menguasai berbagai seluk-beluk ilmu pengetahuan. Sosok 42

Pewara Dinam i ka j u li 2 0 1 0

yang berada dalam kehangatan dan kasih sayang ma­nu­sia teragung sepanjang sejarah. Sosok yang dahsyat. Kesuciannya diumumkan dari tujuh lapis langit, ter­a­badikan di dalam kitab sepanjang masa, Al Quran. Fatimah, puteri yang begitu dicintai Rasul. Puteri yang be­ gitu menyayangi ayahanda tercintanya. Tak rela ketika ada seseorang yang menyakiti ayahandanya. Sosok yang rela ber­ korban, pemimpin para wanita surga.

26 Maret 2009 17:45 Aisyah, sosok yang cerdas. Periwayat ribuan hadits. Paha­m ilmu kedokteran. Wanita yang teramat suci, selalu menjaga kesucian dirinya. Ya Allah, aku ingin seperti Aisyah. Sosok yang cerdas, hebat! Luar biasa! Ya, aku ingin seperti wanita suci itu. Berkarya lebih, lebih­, dan lebih. Aku ingin tunjukkan kepada dunia, ya Allah. Aku bisa menjadi lulusan terbaik tahun ini. Amanah yang seka­ ran­g ini ada di pundakku bukanlah suatu penghalang diriku untuk berprestasi dan berkarya besar. Bukan penghalang, ya Allah. Justru itulah yang nantinya akan menjadi nilai plusku di mata-Mu, ya Rabb. Amanah-amanah itu, hanya dititipkan pada manusia terpilih, termasuk aku saat ini. Aku tak ingin menyiakan momentum istimewa ini. Bismillahirrahmanirrahim… *** “Sudahlah, kau telah berkorban begitu banyak untuk dak­ wah, sekarang saatnya kamu istirahat dulu. Fokus pada uji­ an, kelulusan teramat berharga untuk tidak didapatkan. Uji­an ada di depan matamu, menantimu, menghantui keber­ a­daanmu.” 10 Hari Menjelang SM, 22 Hari Menjelang UN! Bisikan-bisikan itulah yang sempat mampir dan selalu meng­­gangguku setiap malam. Meng­­­gelayuti pikiran pada se­ti­a­p halaman buku yang kubaca, pa­da setiap soal yang ku­ ker­jakan. Se­ge­­ra kutepis apa yang telah se­tan bisikkan dalam hati dan pikir­an­ku. Kuyakinkan pada diriku, ”barang siapa menolong agama Allah, nis­caya Allah akan menolongnya dan meneguhkan kedu­dukannya”. Aku ya­kin seyakin-yakinnya, ketika wak­ tuku telah berkurang untuk me­nger­jakan amanah-amanah ini, niscaya Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik, Allah akan memberi kelapangan ketika himpitan itu menerpa. “Yak, adek-adek, ayo kita mulai mentoring ini dengan ba­ caan tasmiyah.” “Bismillahirrahmanirrahim…” Dua jam diriku terlarut dalam forum mentoring, bina


cerpen kader. Me­nyenangkan ketika ber­ba­ gi dengan adik-adik binaan. Mem­ bagi ilmu, cerita, dan belajar ber­ sa­ma.

4 April 2009 17:20 Ya Allah, hari ini sungguh me­ lelahkan. Agenda yang cu­kup padat dan tak bisa kutinggalkan. Ya Allah, aku tak mau mengeluh. Aku hanya berdoa semoga kelelahan hari ini ‘kan menjadi senyum kebahagiaan kelak, entah di dunia atau­pun akhi­ rat. Ya Allah, besok aku akan meng­ hadapi SM. Beri ke­ku­atan bagi di­ riku. Keep fight, HAMASAH!!! *** Malam ini tubuhku terasa tak tenang untuk terbaring dan terbuai dalam mimpi. Pikiranku tertuju pada momen bersejarah esok hari, SM UNY. Ya Allah, beri kelapangan, kelancaran, dan kemudahan ser­ ta hasil yang terbaik untuk ujian besok, ya Allah. Ya Allah, bantu aku untuk melelapkan diriku malam ini, bangunkan diriku esok pagi, 1/3 akhir malam, ‘tuk tunaikan tahajud. Bismillahirrahmanirrahim…Bismika allahumma ahya wa bismika amut. *** Jam berdentang tiga kali. Satu dua suara kokok ayam me­ meriahkan suasana pagi ini. Segera kubangunkan tubuhku ’tuk mengambil air wudhu dan tunaikan shalat malam. “Ya Allah, beri aku kekuatan…” 5 April 2009 06:45, SM UNY Bukan suatu keanehan ketika jantung bergetar begitu he­ bat, ketika waktu yang tak lama lagi akan menunjukkan dimu­ lainya tes yang begitu mendramatisir dunia pelajar SMA, khu­ susnya kelas III. Pagi ini, di mushala terdekat ru­ang tes, kusempatkan wak­ tu untuk mampir ke sana, mengerjakan dhu­ha. Berharap akan ada pertolongan dari Allah Yang Maha Kuasa. “Ya Allah, mudahkan…” Sebelum akhirnya bel panjang, tan­da tes dimulai, kusem­ patkan mem­buka HP dan membaca pesan baru yang masuk. ”Ingatlah di setiap butir soal itu, asma Allah, niscaya eng­ kau akan merasakan ketenangan ketika mengerjakannya.” Allahu Akbar... 12 April 2009 17:38 Kemampuan Dasar, Kemampuan IPA, Tes Potensi Akademik. Semua telah berlalu. Tinggal menanti antri ujian nasional. Pasrah SM-ku, ya Rabb… Semangat baru untuk ujian nasional. Pasti bisa! UN tinggal 8 hari lagi…

*** “Aku ingin jadi dokter…ke­dok­­ teran, aku ingin ke sana… dok­ter.” Aku kaget, ketika kakakku te­lah berada di samping pem­ba­ring­anku. “Dik, kamu kecapekan ya?” “Emang ada apa, Kak?” “Dari tadi kamu ngelindur, dok­ ter…dokter….” “Doain ya Kak, Syifa bisa mewu­ judkan impian-impian itu…” “Amin.” “Syifa tidur lagi ya, Kak”

18 April 2009 17:42 UN sudah di depan mata. H-3… istimewa Bro! Semangat!!! *** Tak ubahnya seperti ujian lain, pagi-pagi adalah saat tepat membagikan clue dahsyat sebagai bahan contekan. Strategi yang telah tersusun sebelumnya, mematangkan, kemudian mencobanya. Dan aku tak ikut terlibat. Bukan prinsipku un­ tuk membudayakan korupsi dalam hal kecil, menyontek. Bismillah, lapangkanlah ujian ini bagiku dan semua te­ man-temanku. Amin ya Allah. 14 Juli 2009 Saat ini aku berdiri di hadapan ratusan orang. Aku berdir­i dengan pakaian gamisku. Berdiri untuk terima sebuah peng­ hargaan. Entahlah, ini mimpi ataukah sebuah khayalan? Atau­ kah sebuah kenyataan? Aku masih tak percaya. Saat ini, aku berdiri di hadapan ratusan orang. Seluruh wa­ li dan teman-teman satu angkatanku. Dalam sebuah agenda besar, wisuda kelulusan. Dan aku sebagai mahasiswa terpi­ lih untuk maju dan menerima penghargaan sebagai predi­ kat lulusan terbaik. Entahlah, ini sebuah mimpi atau khayalan? Ataukah sebu­ ah kenyataan? Aku masih tak percaya. Aku semakin yakin akan keagungan Allah, bahwasanya, “barang siapa menolong agama Allah, niscaya Allah akan me­ nolongnya dan meneguhkan kedudukannya”. Bukan sebuah kesiaan belaka apa yang selama ini kuper­ juangkan sepenuhnya, amanah yang teremban di atas pun­ dakku. Suatu karya besar yang telah terwujud, karya yang sebelumnya pernah kuimpikan. Hari ini senyum kebahagiaan dunia melekat pada diriku. Menggoreskan warna dalam sejarah kehidupanku. Menjadi sebuah bukti atas sebuah impian, usaha, dan kerja keras. Al­ hamdulillahirabbil ’alamin.

Ika Feni Setiyaningrum aktif di Pena Profetik UNY

P e wa r a Din a m i k a j u li 2010

43


puisi•geguritan•tembang Sajak Martinus Adjie A Simple Choice The mist covered my joyful heart and I couldn’t think right soon there was nothing important than the one I had in my mind.

ewara

kalam/p

I cursed heartlessly, I yelled to everybody but still I couldn’t vanish the mist it only turned me into a beast. Days went by but the mist was still there it certainly made me sick it gradually made me weak.

doing nothing, not even a blink when suddenly I knew it was up to me to choose my very own feeling.

I simply didn’t understand I was happy back then but when things didn’t go right I felt so terribly bad.

Martinus Adjie, S.S.

I was thinking and wondering,

SMP St. Aloysius Bandung

poj o k gel i t ik

Harus Mistik

Umarmoyo: Di, di Fakultas Bahasa dan Seni gawat! Umarmadi: Ada apa? Umarmoyo: Pokoknya gawat! Umarmadi: Iya, gawat boleh saja, tapi kenapa? Ada apa? Umarmoyo: Banyak poster ditempel di mana-mana. Umarmadi: Poster? Bagaimana bunyinya? Umarmoyo: Macam-macam. Ada yang berbunyi, “Kita

ka

la

m/

pe

wa r

a

galakkan MISTIK di fakultas kita!” Umarmadi : Apa lagi? Umarmoyo : “Mulai sekarang kita harus setia pada MISTIK!” Dan masih banyak lagi. Umarmadi : Terus kamu bingung? Umarmoyo : Ya iyalah! Emang kamu enggak? Umarmadi : Ya enggaklah! Umarmoyo : Kenapa? Umarmadi : Karena MISTIK itu singkatan “Tiap hari kaMIS pakai baTIK”. Umarmoyo : .......................... ? ema r '10

44

Pewara Dinam i ka j u li 2 0 1 0


l

e ns

a

Berpikir Kreatif Melalui KRCI Pelaksanaan Konteks Robot Indonesia, Konteks Robot Cerdas Indonesia (KRCI) Regional III tahun 2010 di GOR UNY, 14-15 Mei 2010 lalu menyisahkan kenangan manis. Ajang yang diikuti 7 PTN dan 22 PTS di wilayah DIY, Jateng, dan Kalimantan ini membuka mata kita. Bagaimana tidak, di ajang bergengsi ini, Robot Al-Aadiyat UNY berhasil memenangkan lomba, bahkan UNY juga sukses menjadi tim dengan Desain dan Inovasi terbaik. Sekali lagi, kita wajib berbangga! Wajar kiranya, Rektor UNY, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA., dan sivitas akademika UNY berbangga. “Di ajang inilah kemampuan mahasiswa UNY berpikir lateral, divergen, dan kreatif teruji!” teks: Sismono La Ode • Fotografer: heri purwanto


SELAMAT DATANG

DI KAMPUS BERPRESTASI! Sepanjang tahun 2009 s.d. 2010, UNY telah sukses menyebet 40 prestasi, mulai juara umum III Pimnas 2010, Pomnas XI, Debat Bahasa Inggris, hingga lomba perancangan mode LPK “Adana”. Ini sungguh membanggakan! Dan kepadamu, mahasiswa baru, prestasi UNY kami titip untuk ditingkatkan!

Segenap Redaksi Pewara Dinamika mengucapkan selamat menempuh hidup baru! Sismono La Ode (Redaktur Pelaksana) dan Nafratilova Septiana Semoga menjadi keluarga universitas negeri Yogyakarta Jl. Colombo No. 1 Yogyakarta 55281 yang sakinah, mawaddah, warahmah. Telp. 0274-586168 www.uny.ac.id

Pemimpin Redaksi Drs. Sumaryadi, M.Pd.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.