Pewara Dinamika Juli 2010

Page 43

bina rohani Berani Membela Kebenaran O l e h Ma r zuk i ‘Berani’ bisa berkonotasi positif sekali­ gu­s negatif. Sekarang, berani sering mem­­bawa konsekuensi negatif­. Di te­ nga­­h ma­syarakat sering terlihat kaum mu­da-mu­di berani melakukan tindakan yang dulunya sangat ditakuti­, seperti ber­pa­car­an, minum minuman keras, me­ ng­on­sumsi narkoba, berani melawan orang tua, bertindak brutal, melaku­ kan per­u­sak­an, dan sejenisnya. Beran­i yang dituntut agama (Islam) adalah be­ ra­ni yang berkonotasi positif­, berani mem­bela kebenaran. Dalam konteks Islam, berani sering disebut syaja’ah. Dalam KBBI (2001: 138) berani diartikan mempunyai hat­i yang mantap dan percaya diri yang besa­r dalam menghadapi bahaya, kesulit­an, dsb. Dengan demikian, berani di sini ada­lah berani yang bernilai positif. Lawa­n dari sifat syaja’ah adalah jubun (pe­nge­cut atau penakut). Muhammad adalah teladan bagi kita dalam segala hal, termasuk dalam hal berani (syaja’ah). Dari berba­gai kisah (si­rah nabawiyah), tidak ada sejarawa­n yang tidak memuji keberanian beliau. Nabi-nabi Allah yang lain juga para pemberani dalam mendakwahkan aga­ m­a Allah, meskipun harus berhadapan dengan musuh-musuh dari kalangan orang-orang kafir.

Bentuk-bentuk Keberanian Keberanian sangat diperlukan oleh setiap Muslim untuk bekal hidupny­a se­ hari-hari. Keberanian yang kita butuh­ kan dalam hidup ada beberapa, di an­ taranya: Pertama, keberanian menghadapi mu­ suh dalam peperangan di jalan Alla­h (ji­ had fi sabilillah). Setiap Musli­m harus memiliki keberanian dalam berperan­g untuk menegakkan kebenaran dan aga­ ma Islam. Allah mengutuk orang-orang Islam yang lari dari medan perang kare­ na takut mati. Sebaliknya, Allah mem­ berikan kedudukan yang tinggi bagi orang yang gugur di medan perang

istimewa

men­ghadapi musuh-musuh Islam (mat­i syahid). Dalam al-Quran surat al-Anfal Alla­h berfirman: “Hai orang-orang yang beri­man, apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir yang sedang menyerang­ mu, maka janganlah kamu membelakan­ gi mereka (mundur). Barang siapa yang membelakangi mereka (mundur­) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa ke­ murkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan amat buruk­lah tempat kembalinya.” (QS al-Anfal [8]: 15-16). Kedua, keberanian menegakkan kebe­ naran. Menegakkan kebenaran sangat membutuhkan keberanian, terutam­a meng­hadapi orang-orang yang yang memiliki kekuatan atau kekuasaan. Se­ orang pemberani dituntut bisa menyam­ paikan kebenaran kepada siapa pun, termasuk kepada penguasa yang zali­m (aniaya). Terkait dengan ini, Muham­ mad bersabda: “Jihad yang paling afdlo­l adalah memperjuangkan keadilan di ha­ dapan penguasa yang zalim.” (HR Abu Daud dan al-Tirmidzi). Ketiga, keberanian untuk mengenda­ likan hawa nafsu. Ini termasuk perjuang­

an (jihad) yang berat, sebab yang diha­ dapi tidak kelihatan dan ada pada diri kita sendiri. Watak naf­­su selalu menga­ jak untuk berbuat keje­lekan. Allah ber­ firman: “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguh­ nya nafsu itu selalu menyuruh kepada ke­ jahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.” (QS Yusuf [12): 53). Jika nafsu dikendalikan, nafsu akan menjadi tenang (nafs mutmainnah), sehingga da­ pat mengan­tarkan seseorang ke surga. Allah berfirman: “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuk­ lah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (QS al-Fajr [89]: 27-30). Sebagai bagian dari warga UNY, su­dah selayaknya kita memiliki sifa­t pembera­ ni. Pene­gakan kebenaran dan keadil­an membutuhkan keberanian dari semua warga UNY. Keberanian pimpina­n ditun­ tut bisa menegakkan kebe­nar­an bagi semua warga UNY, sedang keberanian dosen sangat dibutuhkan untuk menga­ wal para mahasiswa agar tumbuh men­ jadi manusia yang cen­dekia, mandiri, dan bernurani. Upaya-upaya yang dapat ditempu­h untuk menumbuhkan keberanian dalam diri kita, di antaranya: 1) adanya rasa ta­kut kepada Allah (QS al-Ahzab [33]: 39 dan QS Ali ‘Imran [3]: 173); 2) lebih mencintai akhirat daripada dunia (QS alTaubah [9]: 38); 3) tidak takut mati (QS al-Nisa’ [4]: 78); 4) tidak ragu-ragu; 5) tidak menomorsatukan kekuatan ma­ teri; 6) tawakal dan yakin akan perto­ longan Allah; dan 7) hasil pendidikan dan pengalaman. Marilah kita berusaha untuk menjadi pemberani seraya memo­ hon agar Allah memberikan kekuatan kepada kita (Wa Allah A’lam bi al-sha­ wab).

Dr. Marzuki, M.Ag. dosen Jurusan PKnH FISE UNY

P e wa r a Din a m i k a j u li 2010

41


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.