s ku nu Bu o B tas ba m e P
GARY
CHAPMAN
Penulis Buku Laris New York Times - Lima Bahasa Kasih
H A R A M A I S A T A G N E M DENGAN T A H E S G N CARA YA
Gary
Chapman
This book was first published in the United States by Moody Publisher, 820 N, LaSalle Blvd, Chicago, IL 60610 with the title Anger, copyright Š 1999, 2007 by Gary Chapman. Translated by permission. Gary Chapman photo picture Courtesy of Alysia Grimes Photography Pengalih Bahasa: Lily Endang Joeliani Penyunting: James Yanuar Desain Sampul: Smartt Guys Design Tata Letak: Felly Meilinda Hak terjemahan Bahasa Indonesia ada pada: PT. VISI ANUGERAH INDONESIA Jl. Karasak Lama 2 - Bandung 40235 Tlp : 022 - 522 5739 Email : visipress@visi-bookstore.com ISBN: 978-602-8073-29-5 Cetakan pertama, Maret 2010 Indonesian Edition Š visipress 2010 Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa seizin Penerbit Member of CBA Indonesia No : 05/PBL-BS/1108/CBA-Ina
Bagi para individu yang selama bertahun-tahun telah membagikan kepada saya pergumulan pribadi mereka tentang amarah dan dengan melakukannya memaksa saya mencari jawaban atas pengalaman akan amarah yang menyusahkan
DAF TAR ISI
Pengantar : Dunia Kita yang Marah 9 Bagian1 : Dari Mana Datangnya Amarah? 15 Bagian2 : Ketika Amarah Bisa Membawa Kebaikan 27 Bagian3 : Ketika Anda Marah untuk Alasan yang Baik 39 Bagian4 : Kapan Amarah Menjadi Salah 65 Bagian5 : Bagaimana Cara Menangani Amarah yang ”Jahat” 77 Bagian6 : Eksplosi dan Implosi 93 Bagian7 : Amarah yang Berlangsung Bertahun - tahun 113 Bagian8 : Bagaimana dengan Pengampunan? 133 Bagian9 : Ketika Anda Marah Terhadap Pasangan Anda 153 Bagian10 : Menolong Anak-anak Menangani Amarah 169 Bagian11 : Ketika Anda Marah Terhadap Allah 193 Bagian12 : ”Aku Marah Terhadap Diriku Sendiri.” 207 Bagian13 : Mengonfrontasi Seseorang yang Marah 225 Penutup 243 Catatan 247 Ucapan Terimakasih 249 Panduan Diskusi 251
RINGKASAN
Untuk meringkas setiap bagian dalam buku ini, lihat pada bagian-bagian ringkasan ini: 1. 2. 3. 4. 5.
Bagaimana Cara Mengendalikan Amarah Anda Amarah yang “Baik” Versus yang “Jahat’ Menangani Amarah yang Jahat Apakah Anda Berada Dalam Bahaya Implosi? Enam Langkah Menyelesaikan Amarah Jangka Panjang 6. Mengampuni Saat Orang Lain Bersalah Kepada Anda 7. Kesepakatan Amarah Dalam Pernikahan 8. Menolong Anak Anda Menangani Amarah 9. Ketika Anda Marah Kepada Allah 10. Apakah Anda Marah Terhadap Diri Sendiri 11. Berespons Kepada Seseorang yang Marah
62 75 90 111 131 150 167 190 205 222 240
PENGANTAR
D U N I A K I TA YA N G M A R A H AMARAH ADA DI MANA-MANA. Pasangan suami istri marah satu sama lain. Para pegawai marah terhadap para atasan. Para remaja marah terhadap orangtua (dan sebaliknya). Rakyat marah terhadap pemerintah mereka. Berita-berita televisi secara rutin menunjukkan demonstran-demonstran yang marah meneriakkan kegeraman mereka. Luangkan sejumlah waktu di suatu bandara besar saat cuaca buruk memaksa penerbangan-penerbangan ditunda, dan Anda akan melihat amarah beraksi. Banyak dari kita marah terhadap diri kita sendiri. Kadangkala kita marah dan berpikir kita �tidak seharusnya memiliki perasaan seperti itu.� Atau kita mengamati anak kita mengekspresikan amarah dengan cara yang tidak tepat dan bertanyatanya bagaimana cara mengajar mereka untuk menangani amarah mereka. Jelas, banyak dari kita memiliki �masalah-masalah� dengan amarah. Sebagai tambahan, orang-orang Kristen seringkali bingung tentang emosi yang kuat dan kompleks ini. Bagi mereka yang mengikut Kristus, apakah memang ada suatu ekspesi amarah yang tepat? Apa yang dikatakan Alkitab? Bisakah amarah menjadi sesuatu yang baik? Jika, dalam mencari jawaban-jawaban bagi pertanyaan-
AMARAH
pertanyaan ini, Anda pergi ke internet dan mengetikkan kata ”amarah” ke dalam mesin pencari, Anda akan menemukan sejumlah informasi yang akan membuat Anda kewalahan. Namun sebagian besar dari apa yang ditulis tidak berurusan dengan dua pertanyaan mendasar: Dari mana asal-usul amarah, dan apa tujuan amarah? Mengapa lelaki dan perempuan mengalami emosi amarah? Memahami asal-usul amarah penting untuk memahami tujuan amarah, dan memahami tujuan amarah penting untuk mempelajari cara memproses amarah dengan cara yang membangun. Beberapa buku dan artikel yang memang mengangkat pertanyaan tentang asal-usul cenderung melihat amarah sebagai suatu tehnik mempertahankan hidup dalam perkembangan evolusioner awal manusia. Amarah adalah ”cara alam” untuk mempersiapkan manusia untuk berespons dalam waktuwaktu bahaya. Sebagai orang yang memiliki gelar S-1 dan S-2 di bidang antropologi, saya yakin pandangan ini sangat tidak mencukupi. Pertama-tama, pandangan ini mengabaikan cara pandang Kristiani; dan kedua, bahkan jika seseorang menerima suatu cara pandang naturalis, pandangan ini tidak cukup menjelaskan aspek psikologis amarah. Banyak dari kebingungan di kalangan orang-orang Kristen tentang emosi amarah mengalir dari suatu kesalahpahaman akan asal-usul amarah. Literatur Kristen tentang amarah cenderung berfokus pada pengendaliannya – tanpa suatu pemahaman yang cukup akan sumber amarah. Tetapi saya yakin upaya kita untuk mengendalikan amarah akan jauh lebih efektif jika kita memiliki suatu pemahaman yang lebih jelas akan sumber amarah. Jadi dari mana datangnya amarah? Apa asal-usulnya? Jawabannya, yang mungkin akan mengejutkan Anda, ditemukan di bagian 1 – dan jawabannya menyatakan tujuan 12
PENGANTAR:
Dunia Kita yang Marah
amarah, yang dijelaskan pada bagian 2. Saya telah mengonseling pasangan-pasangan dan keluargakeluarga selama lebih dari tiga puluh lima tahun sekarang ini. Saya telah bekerjasama dengan ratusan keluarga yang berurusan dengan berbagai masalah keluarga. Dalam hampir semua kasus, keluarga-keluarga atau pasangan-pasangan ini telah bergumul dengan bagaimana cara memproses amarah. Ketika orang dewasa tahu cara berurusan dengan amarah mereka dalam cara yang sehat dan positif, mereka bukan saja menciptakan suatu lingkungan yang lebih aman bagi keluarga itu; mereka juga memiliki potensi yang lebih besar untuk mengajar anak-anak mereka tentang cara memproses amarah. Yang sama pentingnya, mereka mampu membangun suatu lingkungan kerja yang produktif, terlibat secara efektif dengan rekan-rekan kerja mereka. Ketika orang dewasa belum belajar memproses amarah mereka, gejolak pernikahan dan keluarga biasanya terjadi, kadangkala meluap ke pekerjaan atau setting lainnya. Di dunia Barat, suatu obat yang biasa digunakan adalah mencari konseling. Benar, di Amerika, kantor konseling telah menjadi forum utama untuk belajar memproses amarah. Sayangnya, kebanyakan orang tidak melakukan konseling sampai kesalahan menangani amarah mereka telah membawa mereka dalam masalah yang lebih serius. Ribuan lainnya yang sudah berada dalam masalah yang serius tidak pernah melakukan konseling sama sekali. Mungkin Anda tidak bisa (karena waktu, uang, atau takut) melangkah masuk ke kantor si konselor. Saya yakin sebagian besar dari apa yang dipelajari di kantor konseling bisa dipelajari di ruang keluarga jika orang-orang dewasa memiliki cukup informasi. Buku ini adalah upaya meletakkan wawasan dan tehnik-tehnik yang telah menolong ratusan pasangan dan orang dewasa lajang 13
AMARAH
menemukan cara yang lebih baik dalam memproses amarah dalam bentuk yang bisa dibaca. Nama-nama semua klien telah diubah, tetapi situasi dan percakapannya nyata. Kadangkala, Anda mungkin mengenali isu-isu dan respons-respons yang mirip dengan yang Anda alami. Kita semua bisa belajar banyak tentang memproses amarah kita secara lebih efektif. Jika Anda, atau seseorang yang Anda kasihi sedang bergumul dengan amarah, saya berharap buku ini akan menolong Anda memperoleh suatu sudut pandang yang baru – dan Kristiani – akan amarah. Saya juga berharap saat Anda memperoleh sudut pandang yang baru ini, Anda akan diperlengkapi untuk memahami dan berurusan dengan amarah Anda atau amarah orang yang dekat dengan Anda. Sebagai tambahan, harapan saya adalah buku ini akan memberikan suatu alat yang akan merangsang diskusi kelompok dan seminarseminar tentang topik amarah kepada individu-individu yang tertarik. Panduan diskusi di bagian belakang buku ini dan sumber-smber online di www.fivelovelanguages.com akan menolong Anda mengulas ide-ide kunci dan menerapkannya dalam hidup Anda. Saya yakin banyak yang bisa dipelajari tentang amarah dalam suatu setting yang edukasional (suatu kelompok kecil, suatu kelas Sekolah Minggu, atau seminar) juga di suatu kantor konseling. Bahkan, ini harus terjadi jika kita ingin membalikkan gelombang pasang epidemi kekerasan verbal dan fisik yang menjadi ciri generasi kita. Jika kita membawa amarah kita ke bawah ke-Tuhanan Kristus – saat kita belajar dari seorang Allah yang kudus tentang asal-usul dan tujuan amarah – kita bisa menyembuhkan relasirelasi kita. Yang lebih penting, kita bisa memenuhi tujuan Allah yang baik. 14
Gary Chapman
Siapapun bisa menjadi marah – itu mudah, tetapi menjadi marah kepada orang yang benar pada saat yang benar, dan untuk tujuan yang benar dan dengan cara yang benar – itu tidak berada pada kuasa siapapun, dan itu tidak mudah. ARISTOTELES
BAGIAN 1 DARI MANA D ATA N G N YA
AMARAH? MUNGKIN ANDA BISA memahami Brooke. Brooke, ibu dari dua anak balita, mencintai suaminya, Glen, seorang pengacara yang mulai menanjak karirnya. Pasangan ini telah menikah selama delapan tahun. Brooke adalah seorang akuntan publik berijazah tetapi telah memilih untuk menunda karirnya sampai anak-anak mulai sekolah. ”Saya rasa saya membuat kesalahan,” katanya kepada saya. ”Rasanya saya tidak cocok menjadi seorang ibu. Saya selalu menginginkan anak-anak, tetapi sekarang setelah saya memiliki mereka, saya tidak suka cara saya memperlakukan mereka. Dan saya tidak menyukai apa yang mereka lakukan kepada saya. Saya tidak ingat saya pernah marah atau kehilangan kendali sebelum saya memiliki anak-anak. Saya selalu menganggap diri saya bisa mengendalikan emosi. Tetapi saya harus mengakui, saya sering ’kehilangan’ kendali terhadap anak-anak saya. Saya membenci diri saya sendiri setiap kali saya mengalaminya, dan saya tahu itu tidak baik untuk anak-anak.
AMARAH
”Apa yang Anda lakukan ketika Anda kehilangan kendali terhadap anak-anak?” tanya saya. ”Berbeda-beda,” katanya. ”Kadangkala saya meneriaki mereka. Kadangkala saya memukul pantat mereka keras-keras. Kemarin dulu saya mengangkat Ginger dan menggoncangkanSaya selalu nya. Itu benar-benar membuat menginginkan saya takut. Saya menonton teleanak-anak, tetapi visi sehari sebelumnya dan ada sekarang setelah saya memiliki mereka, berita tentang seorang ibu yang benar-benar membunuh anaknya saya tidak suka cara dengan menggoncang-goncangsaya memperlakukan kannya. Saya tidak ingin melumereka kai anak-anak saya. Saya mencintai mereka, tetapi saya kehilangan kendali. Saya berharap Glen mau membantu mengasuh anak-anak dan memberi saya waktu istirahat, tetapi ia begitu stress dalam pekerjaannya sehingga ia berkata ia tidak ingin mengurus mereka. Saya rasa saya sebaiknya kembali bekerja dan membiarkan orang lain mengurus anak-anak.” Saat saya berbicara lebih lanjut dengan Brooke, saya menemukan ia marah bukan hanya terhadap perilaku anakanaknya tetapi juga terhadap Glen yang jarang membantunya. Ia marah terhadap dirinya sendiri karena memilih menjadi ibu penuh waktu, dan terutama ia marah terhadap Allah karena membiarkannya menjadi seorang ibu. ”Dia seharusnya tahu saya tidak akan bisa menanganinya,” katanya. Saat itu Brooke sudah menangis. Sejujurnya, saya ingin menangis juga, saat saya mengingat ratusan ibu yang telah memasuki kantor saya selama bertahun-tahun, mencari tempat untuk mencurahkan isi hati. Lalu ada Bill, yang datang ke kantor saya dengan pakaian 16
BAGIAN 1:
Dari Mana Datangnya Amarah?
rapi, tetapi saya memperhatikan kaki kanannya tidak bersepatu. Tak lama kemudian saya menemukan penyebabnya. ”Saya harus memperoleh pertolongan,” ia memulai ceritanya. ”Saya sudah lama tahu amarah saya sudah tidak terkendali, tetapi Sabtu kemarin sudah keterlaluan. Selama lima belas menit saya mencoba menghidupkan mesin pemotong rumput saya. Saya memeriksa pedal gasnya, saya memeriksa olinya, saya memasang steker yang baru, tetapi mesin itu tetap tidak mau berjalan. Akhirnya, saya merasa begitu jengkel sehingga saya melangkah mundur dan menendang barang itu. Dua jari kaki saya patah dan satu lagi tergores. Duduk di tangga sambil merasa kesakitan, saya berkata kepada diri saya sendiri, ’Itu benar-benar bodoh!’ ”Saya malu. Saya tidak bisa menceritakan kepada orang lain apa yang sebenarnya terjadi, jadi saya katakan saja, ’Ada kecelakaan dengan mesin pemotong rumput saya.’ ”Ini bukan pertama kalinya saya kehilangan kendali atas kemarahan,” lanjutnya. ”Saya pernah mengucapkan kata-kata kasar kepada istri dan anak-anak saya di masa lalu. Saya rasa saya tidak pernah kasar secara fisik kepada mereka, tetapi saya sudah pernah hampir melakukannya.” Dalam percakapan kami, saya menemukan Bill berpendidikan tinggi, memiliki gelar MBA. Ia menikah dengan dua anak, memiliki pekerjaan yang menguntungkan, dan memiliki sebuah rumah bagus di pinggiran kota. Bill adalah anggota yang aktif dari gerejanya dan dihormati di komunitasnya. Namun Bill memiliki suatu kebiasaan ”kehilangan ketenangan.” Ribuan lelaki bisa memahami pengalaman Bill. Sayangnya, banyak dari mereka tidak sejujur Bill, dan bahkan lebih sedikit lagi yang bersedia mencari pertolongan. Bill, dengan jari kakinya yang patah, dan Brooke, 17
AMARAH
dengan hatinya yang patah, berurusan dengan tantangan yang sangat berbeda. Namun, kesamaan yang mereka miliki adalah pengalaman manusia akan amarah yang intens dan ketidakmampuan mereka untuk menanganinya. Keduanya tahu amarah mereka telah menyebabkan perilaku yang tidak tepat, tetapi keduanya tidak tahu apa yang harus mereka lakukan akan hal itu. Maka, mereka menderita secara fisik dan emosi dari respons mereka yang merusak terhadap amarah dan orang-orang yang mereka kasihi pun menderita juga. APA YANG TERJADI SAAT KITA MARAH? Orang dari berbagai usia dan status sosial mengalami amarah. Brian, seorang murid sekolah menengah atas, marah kepada guru yang memberinya nilai D pada rapornya. Liz, guru Brian, marah terhadap �mantan�nya karena tidak mengirimkan cek dana pendukung anak tepat waktu. Maria, seorang nenek berusia delapan puluh lima tahun, marah terhadap putra sulungnya, yang jarang datang menjenguknya; putranya, Vincent, marah secara umum karena ia tidak bisa menemukan pekerjaan dan merasa tertolak oleh masyarakat. Marvin, seorang pendeta, marah terhadap kepemimpinan gereja yang selalu menolak ide-ide terbaiknya. Bethany baru berusia tiga tahun, tetapi ia marah terhadap ibunya, yang mengambil mainan favoritnya. Tetapi, apa yang kita maksudkan dengan amarah? Kamus menjelaskan amarah sebagai �suatu nafsu atau emosi yang kuat yang menunjukkan rasa tidak suka, dan biasanya antagonisme, yang dibangkitkan oleh suatu perasaan dicederai atau terhina.�1 Walaupun kita biasanya menganggap amarah adalah suatu emosi, amarah sebenarnya adalah suatu kelompok emosi yang mencakup baik tubuh, pikiran, dan kehendak. Dan kita tidak duduk lalu berkata, �Saya rasa saya kini 18