Bukan Lagi Dua Melainkan Satu

Page 1

Panduan Konseling

pranikah & Pascanikah

Desefentison W. Ngir Kata Pengantar: Julianto Simanjuntak






Bukan Lagi Dua Melainkan Satu - Panduan Konseling Pranikah & Pascanikah Oleh Desefentison W. Ngir Hak Cipta Š 2013, Desefentison W. Ngir Penyunting Desain cover & layout Proof Reader

: James Yanuar : Felly Meilinda : Budi Tjia & Novita

Diterbitkan oleh: PT. VISI ANUGERAH INDONESIA Jalan Karasak Lama No.2 - Bandung 40235 Telp : 022-522 5739 - Fax : 022-521 1854 Email : visipress@visi-bookstore.com ISBN 978-602-8073-94-3 Cetakan pertama, Agustus 2013 Indonesian Edition Š Visipress 2013 Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa seizin Penerbit.

Member of CBA Indonesia No : 05/PBL-BS/1108/CBA-Ina Member of IKAPI No : 185/JBA/2010




Kata Pengantar Pdt. Dr. Julianto Simanjuntak

C

inta saja ternyata tidak cukup untuk menjadi modal menikah. Dua hal lain yang jauh lebih dibutuhkan adalah mempunyai teladan atau contoh pernikahan yang baik dari orang tua dan memiliki skill pernikahan. Tanpa teladan dan skill pernikahan yang memadai, lembaga keluarga bisa berjalan terseok-seok. Skill atau keterampilan menikah, bisa dan perlu dipelajari jauh hari sebelum memasuki pernikahan. Salah satu sarana mendalami skill berkeluarga adalah lewat konseling pranikah. Untuk itulah buku ini ditulis oleh Pdt. Desefentison bagi pembaca. Melengkapi para calon pasangan yang akan menikah, supaya mereka memahami dan memiliki keterampilan mendasar dalam menjadi suami-istri serta menjadi ayah-ibu. Penulis, di dalam buku ini, membawa pembaca memahami hal-hal dasar dan berguna, seperti memahami tujuan pernikahan. Tanpa memahami tujuan berkeluarga, pasutri hanya akan jalan di tempat atau berputar-putar dalam pusaran konflik. Menikah itu bukan saja rancangan Ilahi, tapi sangat bermanfaat bagi yang menikmatinya. Salah satu tujuan menikah adalah pertumbuhan (growth), bukan kebahagiaan (happiness). Lewat pernikahan yang sehat dan berfungsi, setiap anggotanya lebih bertumbuh dalam mengenal Allah dan merasakan kehadiran-Nya.


10 Bukan Lagi Dua Melainkan Satu - Panduan Konseling Pranikah & Pascanikah

Penulis juga menjabarkan soal ordo dalam keluarga yang perlu dipahami setiap orang yang akan menikah. Menempatkan diri dan berfungsi dengan benar sesuai ordo akan membuat keluarga menjadi nyaman menyenangkan. Ada lima tiang penyangga keluarga yang juga dikupas dalam buku ini. Di antaranya komunikasi yang sehat dan membangun, hubungan seks yang saling memuaskan, rasa saling percaya yang sejuk, saling menghormati dan rasa tanggung jawab (responsibility). Dengan membaca dan mendiskusikan buku ini, diharapkan setiap mereka yang akan menikah memiliki pengetahuan dan keterampilan memadai. Mereka juga lebih siap menjadi pasangan dan orang tua yang bertanggung jawab kepada Tuhan dan masyarakat. Sebagai konselor keluarga, saya mengamati fenomena menyedihkan dan awal dari kerusakan lembaga keluarga. Yakni pasangan dan keluarga jauh lebih banyak menghabiskan waktu dan energi mempersiapkan pesta, tapi lalai mendalami skill berkeluarga. Semoga lewat buku ini setiap pembaca dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan berkeluarga yang baik. Pdt. Dr. Julianto Simanjuntak Pendiri Pelikan Indonesia, Penulis buku “Banyak Cocok, Sedikit Cekcok� dan 15 buku konseling keluarga Web: www.juliantosimanjuntak.com Twitter: @PeduliKeluarga


Kata Pengantar dari penulis

B

erdasar pengalaman saya menjadi gembala sidang selama 16 tahun, salah satu masalah cukup pelik untuk dipecahkan adalah persoalan yang berhubungan dengan pernikahan. Dari sekian banyak orang yang mengikuti bimbingan pranikah sampai kepada upacara pemberkatan nikah, saya melihat pengalaman yang beragam. Sebagian besar dari pasangan suami-istri tersebut sampai hari ini masih bertahan dalam pernikahan, dikaruniai anak dan masih mengingat saya sebagai seorang yang berperan penting dalam keluarga mereka. Mereka masih berbagi kisah dan masalah, dalam usaha meningkatkan kualitas pernikahan mereka. Namun beberapa pasangan, walaupun tidak banyak, menempuh jalan berbeda. Konseling pranikah dan pemberkatan nikah hanyalah seperti sebuah gerbang menuju jalan tol. Mereka datang dan pergi, dan nampaknya tidak mempunyai masalah dan tidak memiliki hubungan lagi dengan kekristenan. Sejauh ini, saya pernah mengalami, salah satu pasangan suami-istri bercerai dalam waktu beberapa bulan setelah menikah. Setiap kali mengingat akhir dari pernikahan tersebut, saya mungkin dapat “meringankan� rasa bersalah saya dengan mengatakan bahwa mereka berdua berasal dari luar jemaat di mana saya menjadi gembala sidang, serta mereka pasangan yang berada di kota lain. Tetapi tetap saja itu tidak dapat menghilangkan kesedihan maupun tekanan batin akibat tanggungjawab moral sebagai seorang


12 Bukan Lagi Dua Melainkan Satu - Panduan Konseling Pranikah & Pascanikah

pembimbing pernikahan. Saya memikirkan kembali bagaimana sesi-sesi bimbingan itu telah dijalankan. Apakah mungkin ada yang terlewatkan sehingga menjadi pemicu permasalahan pernikahan mereka sampai kepada perceraian? Saya merasa telah membicarakan semuanya. Namun nampaknya, setelah mereka membawa surat nikah dan Alkitab pernikahan hadiah dari lembaga gereja, dilengkapi dengan foto pre-wedding dan resepsi yang mengagumkan, semuanya seakan-akan terabaikan. Ada satu bagian yang hilang, yaitu saya tidak ada bersama mereka ketika masalah-masalah itu mulai muncul. Bahkan tidak ada orang lain yang bersedia, ataupun mungkin tidak diterima oleh keduanya, untuk memberikan intervensi yang seharusnya. Mereka hanya dikelilingi oleh orang-orang yang ikut memperburuk keadaan, dengan menawarkan opsi perceraian sebagai jalan singkat “membuang� sumber sakit hati. Pengalaman buruk semacam itu, terkadang menimbulkan pikiran-pikiran yang melemahkan ketika beberapa orang datang kepada saya, dan menyampaikan berita bahwa mereka ingin menikah. Apalagi sebagian datang dalam kondisi yang menyedihkan. Orang tua yang menangis menyampaikan bahwa anak gadisnya telah hamil, dan seperti “terpaksa� untuk menikah. Sebagian yang lain, memulai dengan bermasalah, sehingga nampaknya tidak ada harapan positif, untuk sebuah pernikahan Kristen. Walaupun demikian, pada akhirnya, pemulihan dari Tuhan menjadikan mereka pasutri yang baik dan menampakkan tanda-tanda kemajuan. Meskipun, beberapa pasangan, nampaknya bergumul dalam jangka panjang, karena proses pendewasaan manusia tidak dapat terjadi secara instan. Kesulitan dan tantangan yang mereka alami, di dalam tangan Allah yang penuh kasih menjadi sebuah proses pendewasaan. Sebagaimana mata Nabi Samuel dapat keliru menilai manusia, saya pun seringkali salah menilai. Beberapa calon pasutri nampaknya, sangat ideal, karena terlihat serasi secara fisik dan penuh gairah saat mengawali pernikahan. Namun dalam perjalanan selanjutnya. untuk dapat bertahan dalam mahligai pernikahan, ternyata banyak hal masih harus diperbaiki. Itu sebabnya, saya yakin bahwa mempersiapkan seluruh proses konse-


13 Kata Pengantar

ling pranikah maupun konseling pascanikah sebaik mungkin, adalah salah satu bentuk tanggung jawab yang paling “dapat dikontrol� oleh seorang pembimbing pernikahan dan/atau hamba Tuhan/pendeta. Atas dasar keyakinan itulah, saya merampungkan tulisan ini dan dengan sedikit keberanian membukukannya. Harapannya buku ini bisa memperlengkapi kebutuhan konseling pranikah yang lebih luas. Meskipun sebagaimana sudah diketahui, beberapa buku telah ditulis berkenaan topik konseling pranikah, namun kiranya buku ini bisa menjadi salah satu alat yang berguna bagi rekan-rekan sejawat, yang menyambut panggilan-Nya untuk menggembalakan dombadomba-Nya. Ucapan terima kasih yang besar saya ucapkan kepada: Pdt. Julianto Simanjuntak yang berkenan membaca dan memberikan kata pengantar untuk buku ini. Kesediaan beliau untuk membaca dan memberikan masukan bagi tulisan ini, merupakan sebuah apresiasi besar bagi saya, pemula dalam penulisan buku. Saya juga mengucapkan terima kasih untuk Ibu Esther Herrison, S. Psi (Seksi Pembinaan Warga Jemaat GKII Jemaat Siloam), karena telah memperkenalkan saya kepada beliau. Terima kasih juga untuk kesediaan dan ketelitian Bpk. Budi Tjia dan Ibu Novita membaca naskah ini sebagai proof reader. Demikian juga untuk Bpk. Ir. Ichwan S. Chahyadi, M.Sc yang telah memperkenalkan saya kepada Visi Press. Untuk dukungan doa dari seluruh Jemaat GKII Siloam. Pada akhirnya, untuk istri dan anakanak, Keiko, Grace, dan William, tanpa dukungan mereka, tulisan ini tidak akan terselesaikan. Tuhan memberkati.

Tarakan, 5 April 2013

Pdt. Desefentison W. Ngir



daftar isi Kata Pengantar dari Pdt. Julianto Simanjuntak ........................... 7 Kata Pengantar dari Penulis .................................................. 9 Daftar Isi ........................................................................13 Bab I

Pendahuluan ............................................................. 15

Bab II

Rancangan Allah Bagi Hubungan Suami dan Istri ................... 27

Bab III Mengapa dan Untuk Apa Menikah? ................................... 47 Bab IV Bertumbuh Dalam Cinta Sejati dan Keintiman ..................... 63 Bab V

Ordo dan Tanggung Jawab Suami-Istri ............................... 83

Bab VI Komunikasi Suami-Istri ................................................. 93 Bab VII Konflik dalam Pernikahan ............................................ 105 Bab VIII Perencanaan Keluarga dan Hubungan di dalam Keluarga ....... 115 Bab IX Spiritualitas Keluarga Kristen ....................................... 137 Bab X

Seksualitas dalam Pernikahan Kristen ............................. 145

Bab XI Penutup ................................................................. 175 Sumber Pustaka ............................................................. 177 Lampiran 1: Kuisioner Bimbingan Pranikah .............................. 185 Lampiran 2: Kuisioner Bimbingan Pascanikah ........................... 192 Kunci Jawaban .............................................................. 210



I Pendahuluan

B

uku ini ditulis dengan tujuan menyediakan materi dasar konseling pranikah maupun konseling pascanikah (post-nikah), yang dapat digunakan para hamba Tuhan/pendeta maupun pembimbing pernikahan yang ditugaskan oleh lembaga gereja untuk menjalankan tugas tersebut. A. Tujuan Konseling Pranikah: 1. Memberikan pemahaman yang benar tentang konsep dasar pernikahan Kristen. 2. Memperlengkapi calon pasangan suami-istri (pasutri) dalam memulai membangun rumah tangga mereka dengan cara yang benar, melalui penguasaan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup bersama dalam pernikahan 3. Menolong calon pasutri untuk semakin mengenal dirinya dan pasangannya dari sudut pandang yang lengkap (diri sendiri, pasangan dan pembimbing) sehingga dapat melakukan perubahan serta penyesuaian diri yang benar sebelum menikah. 4. Membangun hubungan antara pembimbing pernikahan dengan calon pasutri, agar terdapat rasa aman untuk membuka diri melalui kuisioner maupun secara lisan sepanjang proses konseling pranikah


18 Bukan Lagi Dua Melainkan Satu - Panduan Konseling Pranikah & Pascanikah

maupun konseling pascanikah, serta membangun kepercayaan untuk jangka panjang. Untuk dapat menyelenggarakan sebuah Konseling Pernikahan diperlukan: 1. Waktu yang cukup. Kesediaan seorang hamba Tuhan/pendeta selaku pembimbing, untuk menyediakan waktu pertemuan yang cukup bagi pasangan yang akan menikah, merupakan tanda kasih yang otentik. Karena jika tidak demikian, siapa lagi yang dapat diharapkan untuk mengajar keduanya agar memahami dan memiliki keterampilan dasar dalam menjalankan sebuah pernikahan. Meskipun calon pasutri tersebut lulusan sekolah teologi, atau telah dewasa secara usia, dan pendidikan, namun jangan melalaikan satu pun kebenaran yang harus diajarkan dalam konseling pranikah. Justru orang-orang seperti itulah yang harus mendapat porsi bimbingan yang lebih banyak dan kuat, agar mereka dapat semakin efektif melayani pekerjaan Tuhan dan bukannya mempermalukan pekerjaan yang mulia ini, karena tidak becus mengurus rumah tangganya di awal pernikahan. 2. Alat untuk mengenal calon pasutri, berupa kuisioner dan pertanyaan-pertanyaan langsung. Kuisioner ringkas yang dilampirkan pada akhir buku ini, dapat digunakan untuk mengukur pemahaman masing-masing atas calon pasangannya. Beberapa buku konseling pranikah lain mungkin memiliki contoh bentuk yang lain. Tetapi pilih atau buatlah, daftar pertanyaan yang sesuai dengan kebutuhan pembimbing berkenaan hal-hal apa yang perlu diketahui dari kedua pasangan. Namun perhatikan juga kemampuan kognitif calon pasutri, apakah dapat mengerti pertanyaan-pertanyaan tersebut. Beberapa kuisoner nampaknya mudah dimengerti dan dijawab oleh calon pasutri yang berpendidikan atau tinggal di kota, namun


19 pendahuluan

bagi sebagian yang lain mungkin sebaliknya. 3. Materi dasar sebagai panduan pelajaran konseling pranikah bagi pembimbing dan calon pasutri. Pada dasarnya, setiap pembimbing pranikah dapat menyiapkan sebuah panduan bagi dirinya sendiri. Namun, karena banyak bidang lain dalam pelayanan pastoral yang perlu mendapat perhatian, tidak semua hamba Tuhan sempat menyiapkan sebuah materi tertulis yang dapat digunakan oleh dirinya sebagai panduan bimbingan pranikah maupun sebagai buku catatan bagi pasangan yang sedang dibimbing. Itu sebabnya, buku ini bisa difungsikan tidak hanya sebagai panduan pembimbing, tetapi juga buku catatan bagi calon pasutri. Beberapa bagian pada buku sengaja dikosongkan, karena merupakan hal-hal penting untuk diingat oleh calon pasutri. Dengan adanya buku ini diharapkan calon pasutri dapat mempersiapkan dan membaca sebelum pertemuan, serta sepanjang pertemuan dapat mengisi bagian yang dikosongkan untuk lebih mengingat lagi hal-hal penting yang ditekankan pembimbing. Selain itu buku ini dapat juga diberikan sebagai hadiah dari pihak lembaga gereja, sebagai pendamping Alkitab pernikahan. Selain digunakan selama proses bimbingan pranikah, buku catatan tersebut juga menjadi bahan diskusi dalam bimbingan pascanikah (konseling postnikah). 4. Kesediaan calon suami-istri untuk memenuhi prosedur dan menjalani proses konseling pranikah dan pascanikah secara aktif dan konsisten. Kesediaan ini tidak selalu muncul dengan sendirinya, karena calon pasutri kemungkinan belum menyadari pentingnya konseling tersebut. Keyakinan bahwa mereka berdua sudah sangat “cocok� (compactible) menimbulkan dorongan kuat untuk segera menikah dan menganggap tidak ada yang perlu dipersiapkan lagi, selain pemberkatan nikah di


20 Bukan Lagi Dua Melainkan Satu - Panduan Konseling Pranikah & Pascanikah

gedung gereja dan resepsi pernikahan. Itu sebabnya, dalam persyaratan pemberkatan pernikahan, setiap lembaga gereja mencantumkan kewajiban mengikuti pertemuan konseling pranikah. Dalam pertemuan itulah, pembimbing pernikahan akan membangun kesadaran baru dalam diri calon pasutri tentang pentingnya mengikuti prosedur pembimbingan dengan hati yang rela dan bersemangat. B. Merencanakan Konseling Pranikah

1. Prosedur Standar a. Dalam situasi normal, konseling pranikah secara intensif akan diadakan setelah keluarga bertemu, merestui, dan melaporkan kepada pihak lembaga gereja mengenai hubungan khusus calon pasutri tersebut. Keluarga akan menegaskan status mereka apakah akan melangsungkan pertunangan atau sudah bertunangan di tempat lain. Dalam hal ini peran orang tua dan wali sangat penting, karena walaupun secara hukum keduanya sudah dianggap dewasa, persetujuan orang tua maupun wali masih tetap diperlukan. Penyampaian secara lisan ke kantor gereja harus juga dibuktikan melalui surat penyerahan oleh orang tua maupun wali kepada pihak gereja, untuk mempersiapkan dan menyelenggarakan pernikahan tersebut. b. Menaati peraturan gereja dan peraturan negara. Setiap lembaga gereja memiliki aturan mengenai persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon pasutri. Sebaiknya setiap lembaga gereja khususnya hamba Tuhan telah meringkaskannya dalam sebuah lembaran yang mencantumkan mengenai syarat untuk mendapat pelayanan pernikahan, mencakup syarat administrasi dan persyaratan lainnya. Demikian juga mengenai peraturan negara mengenai pernikahan, calon pasutri harus memahaminya dengan baik, sehingga dokumen yang disyaratkan, wajib dipenuhi sebe-


21 pendahuluan

lum lembaga gereja menjalankan proses selanjutnya ke arah pernikahan. Sebagai contoh, Surat Keterangan Belum Menikah dari instansi pemerintah, atau surat izin dari atasan, jika berasal dari instansi pemerintah yang mewajibkan adanya izin dari pimpinan (TNI/POLRI atau dalam masa dinas khusus).

2. Merancang Sesi Bimbingan Bimbingan pranikah dapat diselenggarakan dengan tiga sistem: • Kelas terbuka untuk semua pria dan wanita dewasa yang akan menikah. • Pertemuan pribadi bersama calon pasutri sejak awal bimbingan. • Kombinasi keduanya. Sebagian materi bimbingan dipelajari dalam kelas umum dan beberapa topik dibicarakan hanya setelah waktu pernikahan telah dipastikan, untuk masing-masing calon pasutri dilakukan secara tersendiri.

Rencana pertemuan dapat diatur sebagai berikut: 1. Pertemuan Perkenalan Awal (30 Menit) • Perbincangan awal. • Penyerahan dan penjelasan mengenai persyaratan pernikahan. • Penjelasan dan pengisian kuisioner. Sampaikan mengenai berapa lama waktu yang diberikan untuk calon pasutri mengisi kuisioner, dan kapan mereka harus menyerahkan kembali sebelum pertemuan bimbingan pertama dilakukan. Setelah kuisioner diisi dan dibaca oleh pembimbing, maka ia perlu membuat tindak lanjut pasca hasil kuisioner. Khususnya, jika terdapat kasus hubungan seks pranikah dan kehamilan, dapat segera ditindaklanjuti sebelum proses pelajaran pranikah dilanjutkan. 2. Bimbingan Keselamatan dan Penyelesaian Dosa Di atas semua persyaratan pernikahan yang lain, maka syarat pernikahan Kristen yang harus dipenuhi pertama-tama adalah bahwa keduanya harus


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.