One Year
Daily Insights with
zig ziglar and Dr. ike reighard
Originally published in the U.S.A. under the title: One Year® Daily Insights with Zig Ziglar, Indonesian Copyright © 2009 by the Zig Ziglar Indonesian Edition © 2011 by PT. Visi Anugerah Indonesia with permission of Tyndale House Publisher, Inc. All rights reserved. Author photograph copyright © 2009 by Paul Lara. All rights reserved. Penerjemah Penyunting Cover & layout
: Arie Saptaji, Slamat P. Sinambela & Lenny Wati : Krismariana W. & James Yanuar : Felly Meilinda
Hak terjemahan Bahasa Indonesia ada pada: PT. VISI ANUGERAH INDONESIA Jl. Karasak Lama No.2 - Bandung 40235 Telpon : 022-522 5739 Fax : 022-521 1854 Email : visipress@visi-bookstore.com ISBN 978-602-8073-60-8 Cetakan pertama, Desember 2011 Indonesian Edition © visipress 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa seizin Penerbit. Member of CBA Indonesia No : 05/PBL-BS/1108/CBA-Ina Member of IKAPI No : 185/JBA/2010
Kepada Paige Patterson, sahabat lama dan kepercayaan saya, yang memberi pengaruh kuat dalam hidup saya karena telah membimbing saya melewati beberapa kesulitan sepanjang jalan. Saya mengasihi dan menghormati Paige Patterson dan bersyukur karena ia mau memerhatikan saya sebagai seorang Kristen yang baru dan bertumbuh. - Zig Ziglar
Saya berterima kasih pada Pat Springle, rekan saya dalam menulis selama lebih dari sepuluh tahun. Dan kepada empat perempuan dalam hidup saya: Robin – sahabat sekaligus istri terbaik saya selama lebih dari dua puluh lima tahun. Abigail – terima kasih telah menjadi teman menulis saya dan pembangkit pemikiran di dalam proyek ini. Danielle dan Addi – terima kasih, putriku tercinta, karena telah menyenangkan kita semua dengan seorang cucu yang sangat menggembirakan hati kita setiap hari. - Dr. Ike Reighard
Pengantar
Tahun 1985, saat menjadi pembicara tamu pada sebuah gereja besar di Dallas, Texas, saya mengutip Zig Ziglar dari bukunya berjudul See You at the Top dalam pesan saya tentang bagaimana mengatasi raksasa-raksasa dalam hidup kita. Setelah pelayanan, seorang pria bertubuh tinggi, kurus, berpakaian sangat rapi mendekati saya dan mengatakan, “Saya sangat suka apa yang Anda katakan tentang Zig Ziglar.” “Oh, apakah Anda seorang penggemar Zig?” sahut saya. Sang “penggemar”itu berhenti sesaat sebelum ia berkata, “Saya Zig Ziglar!” Saya terpana (dan malu). Ternyata saya bertemu dengan salah satu pahlawan saya! Jauh sebelum saya bertemu dengan Zig Ziglar secara pribadi, bukunya yang berjudul See You at the Top mengilhami saya untuk membuat perubahan signifikan dalam hidup. Saya mulai menetapkan beberapa cita-cita. Salah satu yang teratas adalah lulus dari perguruan tinggi. Pengaruh Zig dalam hidup saya melalui buku itu terus berlanjut, saya meraih gelar sarjana muda, gelar master, dan doktor. Setelah saya bertemu dengan Zig dan terjalin persahabatan di antara kami, saya mulai menerima telepon rutin setiap Sabtu pagi darinya yang merupakan berkat besar dalam hidup saya. Ketika Zig mempersiapkan diri untuk mengajar kelas Alkitab hari Minggu, ia akan memeriksa gagasan-gagasan yang akan diajarkan. Tak lama kemudian saya pun menjadi seorang “pendeta di rumah”nya dan teolog pemula. Pada saat kami membicarakan pesan mingguan dari Kitab Suci, saya menggunakan latar belakang saya dalam hal kajian Alkitab untuk memberinya konteks dan pengaruh sosial ekonomi, geografi, dan rohani dari kajian pribadi saya. Sabtu pagi bersama Zig tidak lagi sekadar sebuah ritual, tetapi merupakan sebuah berkat yang akan saya hargai selamanya. Persahabatan kami yang sudah berlangsung lama ditampilkan dalam dua buku: Sheltering Trees oleh Donna VanLiere dan Eddie Carswell, dan Over the Top, lanjutan dari See You at the Top oleh Zig. Zig menggunakan cerita saya menjadi “hal spesifik
yang penuh arti,” bukan lagi “sesuatu hal yang biasa.” Kami membangun persahabatan sejak awal, dan yang timbul dari itu adalah sebuah hubungan tidak berimbang yang–selain hubungan saya dengan Yesus Kristus –telah membantu membentuk saya sebagai seorang suami, seorang ayah, seorang Kristen, dan seorang pembicara yang memberikan inspirasi. -Dr. Ike Reighard
Saya meminta Ike menulis buku ini bersama saya karena saya menghargai dan memercayai ketajaman rohani dan nasihat Alkitabiahnya selama bertahun-tahun.Saya yakin Anda akan mendapat faedah dari kebijaksanaan dan pengetahuan yang Ike Reighard bawa dalam buku ini, seperti yang sudah saya dapatkan. Baik dari saya ataupun dari Ike Reighard, Anda akan mendapatkan kutipan-kutipan, ayat hafalan, dan wawasan harian yang membangkitkan ide ke dalam Firman Tuhan. Kami berdoa kiranya renungan harian ini mendorong dan memimpin Anda pada hubungan yang lebih intim dengan Tuhan dan Juru Selamat kita, Yesus Kristus. -Zig Ziglar
1 Januari
Satu Hal Tentunya, Saudara-saudara, saya sesungguhnya tidak merasa bahwa saya sudah berhasil merebut hadiah itu. Akan tetapi ada satu hal yang saya perbuat, yaitu saya melupakan apa yang ada di belakang saya dan berusaha keras mencapai apa yang ada di depan. Itu sebabnya saya berlari terus menuju tujuan akhir untuk mendapatkan kemenangan, yaitu hidup di surga; untuk itulah Allah memanggil kita melalui Kristus Yesus. Filipi 3:13-14 (BIS) – Ayat Hafalan Paulus adalah pemimpin terbesar dalam sejarah gereja, tetapi ia tidak congkak. Ia tahu dirinya masih dalam proses pembentukan. Hari-hari Paulus penuh dengan kesibukan merintis jemaat, mengelola para pemimpin, dan memberitakan injil kepada setiap orang di dunia pada saat itu, tetapi ia meringkas tatakerjanya sebagai “satu hal.” Kita bisa menafsirkannya dalam istilah manajemen sebagai komitmen yang gigih pada suatu tujuan tunggal, yang mengandung dua bagian: tidak berkutat di masa lalu, tetapi menjangkau ke muka untuk mencapai visi masa depan. Masa lalu dapat menghambat laju kita dalam dua bentuk yang sangat berbeda: Sebagian dari kita merasa malu oleh kegagalan dalam kehidupan pribadi atau dalam bisnis, dan pikiran kita dihantui oleh kenangan itu. Setiap keputusan yang kita ambil diwarnai oleh kesedihan dan ketakutan, jangan-jangan kita akan melakukan lagi kesalahan serupa. Sebagian yang lain hidup dalam kejayaan masa lalu. Kita menikmati kesuksesan yang menakjubkan, namun alih-alih memakai pencapaian itu sebagai dasar bagi pertumbuhan pada masa yang akan datang, kita terus-menerus mengulang kenangan itu. Hidup pada masa lalu, entah berkutat dalam kegagalan maupun kesuksesan, bisa mengalihkan kita dari pusat perhatian yang semestinya. Paulus berkata, “Lupakanlah masa lalu dan majulah terus.” Ke arah mana kita harus melangkah? Kita perlu menjangkau ke depan untuk menggenapi visi yang Allah sediakan bagi kita. Paulus menggugah kita untuk menyingkapkan dan merengkuh cita-cita yang setara dengan karunia Allah, cita-cita yang berdampak positif pada orang banyak dan meluaskan Kerajaan-Nya. Kita dapat memiliki cita-cita seperti itu di tempat kerja, di lingkungan tempat tinggal, dan di rumah, serta di gereja. Saat Anda mengawali Tahun Baru ini, berfokuslah pada “satu hal” seperti yang dianjurkan Paulus. Kegagalan atau kesuksesan masa lalu apa saja yang perlu Anda tinggalkan? Adakah cita-cita yang setara dengan karunia Allah yang menguasai hati Anda? Jelaskan jawaban Anda. “Pada saat kenangan kita menjadi lebih besar dari impian kita, pada saat itulah jiwa kita mulai menyusut.” –Ike Reighard “Disiplinkan diri Anda untuk melakukan hal-hal yang perlu dilakukan ketika Anda harus melakukannya, dan akan tiba waktunya ketika Anda akan mampu melakukan hal-hal yang ingin Anda lakukan ketika Anda ingin melakukannya.” –Zig Ziglar
2 Januari
Tuliskanlah! Lalu TUHAN menjawab aku, demikian: “Tuliskanlah penglihatan itu dan ukirkanlah itu pada loh-loh, supaya orang sambil lalu dapat membacanya. Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh.” Habakuk 2:2-3 Sebagian dari kita mengembara dari satu hal ke hal lainnya sepanjang hidup. Kita mampu mengembara lebih banyak lagi, tetapi kita tidak pernah memperjelas tujuan hidup kita. Tujuan yang tidak fokus tidak dapat menginspirasi kita. Sebaliknya, dengan melihat secara jernih tujuan Allah bagi kita bisa membuat perhatian kita terpusat dan memberi kita kekuatan untuk terus berjalan sampai meraih tujuan kita. Ketika Nabi Habakuk sedang berdoa, Allah memerintahkannya agar menuliskan penglihatan yang diberikan kepadanya. Pada masa itu, para juru tulis menggunakan pena jarum untuk mengukir kata-kata pada balok yang terbuat dari tanah liat. Hal ini membutuhkan usaha, sehingga mereka memikirkan dengan hati-hati apa yang hendak mereka tulis agar tidak memboroskan waktu dan loh. Kita perlu menuliskan visi kita dengan bahasa yang jelas dan memberi semangat sehingga visi tersebut memikat hati kita. Visi yang tertulis jelas membuat kita terbebas dari kebingungan sehingga kita dapat “berlari,” bukannya mengembara tak tentu arah, tersandung, atau mundur ke belakang. Visi yang jelas mengatasi hilangnya semangat dan menimbulkan inspirasi sehingga kita bisa berlari menuju tujuan kita. Namun, Allah mengatakan kepada Nabi Habakuk bahwa penggenapan visi kita itu sesuai dengan waktu-Nya; bukan waktu kita. Jarang sekali ada orang yang bergerak lurus mulai dari konsep sebuah mimpi hingga pada pemenuhannya. Bahkan kerap kali kita justru mengalami jatuh bangun, penundaan, dan kekecewaan. Namun demikan, semua ini tidak akan menghentikan kita jika kita tetap melihat pada tujuan kita dan pada Dia yang telah memberikan visi itu kepada kita. Apakah Anda memiliki pernyataan visi yang jelas dan menarik Anda untuk maju? Apa gunanya Anda memiliki pernyataan visi tersebut? “Kita tumbuh oleh mimpi-mimpi. Semua orang besar adalah pemimpi besar. Sebagian dari kita membiarkan mimpi-mimpi kita mati, tetapi sebagian lain memelihara dan melindunginya, serta merawatnya melewati hari-hari yang buruk … hingga sinar mentari dan cahaya selalu datang.” –Woodrow Wilson