7 minute read
Putih Sari Prihatin Angka Kehamilan Masih Tinggi
NAJIP HENDRA SP/WARTA KENCANA
Putih Sari
Advertisement
Fraksi
Partai Gerindra
Dapil
Jabar VII (Kab. Bekasi, Kab. Karawang, Kab. Purwakarta)
Anggota Komisi IX DPR RI Putih Sari mengaku prihatin sekaligus khawatir melihat masih tingginya angka kelahiran selama pandemi Covid-19. Bukan semata-mata soal kehamilan, melainkan rentannya kesehatan ibu hamil selama pandemi. Untuk menekan angka kehamilan, Putih mengimbau pasangan usia subur tetap menjadi peserta KB. Putih Sari mengingatkan, kehamilan selama pandemi berisiko pada kesehatan ini dan bayi yang akan dilahirkan.
Kekhawatiran Putih Sari tersebut terungkap saat anggota Fraksi Partai Gerindra ini melakukan kunjungan kerja sekaligus sosialisasi program pembangunan keluarga, kependudukan, dan keluarga berencana (Bangga Kencana) dan bakti sosial bersama Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Barat di Puskesmas Koncara, Jalan Ibrahim Singadilaga, Purwakarta. Pada hari yang sama, Putih juga melakukan kegiatan serupa dengan tema khusus pembangunan keluarga di Kabupaten Karawang.
Putih mencatatat, kehamilan selama pandemi di Indonesia mencapai 400 ribu. Terlepas dari adanya kenaikan atau tidak, Putih menilai angka tersebut tetap tinggi.
“(Angka) itu bukan secara nasional, tapi global. Peningkatan kehamilan masa pandemi ini cukup prihatin. Bukan masalah kehamilannya, tapi masalah kualitas kesehatan ibu hamil yang hari ini dinyatakan hamil. Ini perlu diprioritaskan jangan sampai melahirkan generasi yang tak sehat,” ujarnya.
Untuk menghindari penyebaran Covid-19, Putih Sari mengingatkan warga untuk disiplin selama masa pandemi Covid-19. Disiplin mulai dari lingkungan keluarga hingga masyarakat.
“Pentingnya disiplin dalam menjalani pola hidup bersih dan sehat ini harus diterapkan di lingkungan terdekat, yaitu keluarga. Keluarga adalah lingkungan terdekat yang harus diperhatikan dan benar-benar menjadi prioritas dalam menghadapi wabah Covid-19 ini. Bisa jadi Covid-19 itu menular dari orang-orang terdekat kita,” tandas Putih Sari.
Cara terbaik untuk mendisiplinkan diri, sambung Putih Sari, adalah mentaati aturan yang ditetapkan pemerintah. Penerapan adaptasi kebiasaan baru hanya akan berhasil jika masyarakat patuh dan disiplin menjalankan protokol pencegahan Covid-19.
“Dalam masa adaptasi kebiasaan baru kita harus turut serta untuk lebih taat. Hal ini dilakukan demi kebaikan kita bersama,” tegas Putih Sari.
Di bagian lain, Putih Sari mengaku terus mendorong semua kementerian dan lembaga nonkementerian untuk dapat menyesuaikan program-program yang bisa meringankan beban masyarakat yang terkeda dampak pandemi Covid-19. Salah satunya dengan menyalurkan bantuan langsung yang dibutuhkan masyarakat.
“Pada kunjungan kali ini, kami bersama BKKBN sebagai mitra kerja Komisi IX DPR RI memberikan 500 paket sembako kepada masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19. Kami juga menyalurkan bantuan alat pelindung diri untuk tenaga kesehatan,” terang Putih Sari.
Sementara itu, Koordinator Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN Jawa Barat Pintauli Siregar menjelaskan, angka kehamilan selama pandemi relatif terkendali. Tak ada kenaikan jikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
“Tinggi itu kunjungan orang hamil ke pelayanan cukup baik. Artinya kunjungan baik jadi gak ada kenaikan signifikan. Tingginya angka kehamilan belum terlihat. Namun, pelayanan KB tetap berjalan,” ujar Pintauli.
“Melalui sosialisasi dan bakti sosial ini, masyarakat bisa terbantu secara ekonomi sekaligus tidak melupakan program keluarga berencana di tengah pandemi. Kami berharap pasangan usia subur tetap ber-KB. Ini penting untuk menghindari kehamilan selama pandemi yang penuh risiko,” tambah Pintauli.
Selain kebutuhan pokok sehari-hari, BKKBN-DPR RI juga memberikan bantuan khusus kepada bidan atau fasilitas kesehatan. Bantuan berupa baju hazmat yang berfungsi sebagai alat pelindung diri, masker, sarung tangan medis, pelindung muka, dan hand sanitizer. Dengan demikian, para bidan tetap bisa memberikan pelayanan kontrasepsi selama masa pandemi secara aman dan sesuai protokol pencegahan Covid-19. Ini sesuai dengan konsep adaptasi kebiasaan baru (new normal) yang diusung BKKBN.
“New normal secara sederhana dan itu dilakukan sekarang adalah tetap sukses melakukan pelayanan dan menjalankan program (Bangga Kencana) yang aman dari covid-19. Secara konseptual atau berpikir besarnya adalah pemenuhan kebutuhan dasar manusia atau masyarakat untuk kepentingan branding power equity Indonesia di mata dunia. Tentunya berdasarkan kemandirian dan gotong royong. Kebutuhan dasar tersebut meliputi kebersihan, keselamatan, dan keamanan warga negara,” terang Pintauli.
Secara kelembagaan, BKKBN mengubah kebijakan untuk menyesuaikan dengan penormalan baru tersebut. Pertama, BKKBN menggerakkan para penyuluh keluarga berencana (PKB) untuk sepenuhnya membantu pelayanan. Termasuk di antaranya adalah mendistribusikan alat dan obat kontrasepsi (Alokon) untuk digunakan di fasilitas kesehatan (Faskes). Ini berbeda dengan sebelumnya yang menitikberatkan tugas PKB kepada tugas-tugas komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) atau penyuluhan. •NJP
DOK. BKKBN JAWA BARAT
Dewi Asmara: Nikah Boleh, Hamil Jangan Dulu!
Dewi Asmara
Fraksi
Partai Golkar
Dapil
Jabar IV (Kabupaten Sukabumi, Kota Sukabumi)
Anggota Komisi IX DPR RI Dewi Asmara secara tegas meminta para ibu untuk menunda kehamilan selama pandemi Covid-19. Permintaan tersebut disampaikan saat politikus senior Partai Golkar ini melakukan sosialisasi dan bakti sosial proram pembangunan keluarga, kependudukan, dan keluarga berencana (Bangga Kencana) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bersama mitra kerja di Iscalton Hotel, Jalan Siliwangi
Nomor 99, Cicurug, Sukabumi. Dewi hadir bersama Kepala Bidang Advokasi, Penggerakkan, dan Informasi BKKBN Jawa Barat Herman Melani.
“Hari ini kami memberikan bantuan kepada masyarakat terdampak Covid-19. Tentu belum dapat menjangkau seluruhnya, tetapi paling tidak kami hadir dan mencoba meringankan beban masyarakat sambil tetap menyosialisasikan program Bangga Kencana. Perlu saya sampaikan selama pandemi ini, nikah boleh, kawin boleh, tapi hamil jangan. Tunda dulu yah selama masa pandemi ini,” kata Dewi Asmara.
“Karena apa, bagi mereka yang hamil, tingkat imunitasnya berkurang. Biasa kan kalau orang hamil muda itu mungkin ada yang mabok, mual, pusing, dan gejala-gejala lainnya. Apalagi dalam kondisi tersebut seorang ibu tetap menyiapkan makan untuk suami dan anakanak. Kondisi ini fisik maupun psikologis ibu agak terganggu. Ini mengakibatkan imunitasnya turun. Ibu hamil menjadi sangat rentan terjangkitnya virus corona,” Dewi menambahkan.
Karena itu, Dewi berpesan agar pasangan usia subur (PUS) di Kabupaten Sukabumi dan Kota Sukabumi tetap menjaga keberlangsungan pemakaian kontrasepsi. Dalam situasi pandemi, Dewi berpesan agar para suami legowo dalam penggunaan kontrasepsi. Ketika para ibu kesulitan mendatangi fasilitas kesehatan akibat adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB), maka para suami harus inisiatif menggunakan kondom. Bagi Dewi, menjaga keberlangsung kontrasepsi berarti melindungi daya tahan para ibu dari ancaman Covid-19 sekaligus menjaga katahanan keluarga. Dalam beberapa bulan terakhir ini Dewi mengaku banyak menerima laporan dari masyarakat bahwa pelayanan KB tergganggu selama pandemi, khususnya pelayanan kontrasepsi jangka panjang yang bisanya dilangsungkan di puskesmas atau klinik. Ini yang kemudian membuat Dewi khawatir adanya kemungkinan naiknya kehamilan selama pandemi. Pada saat yang sama, masyarakat tengah dilanda kesulitan ekonomi akibat terhentinya roda perekonomian keluarga.
“Puskesmas-puskemas kan sempat terhenti akibat adanya pandemi ini. Karena itu, pemasangan IUD di puskermas dan rumah sakit mau tidak mau dihentikan,” kata Dewi.
Situasi ini yang kemudian mendorong Komisi IX untuk aktif mendukung BKKBN dalam menyosialisasikan program Bangga Kencana. Namun karena pertimbangan protokol pencegahan Covid-19, sosialisasi tidak bisa dilakukan dalam skala besar. Untuk menyiasatinya, sosialisasi dilakukan dengan cara mendatangi rumah keluarga terdampak sambil menyerahkan bantuan kebutuhan pokok.
“Kita sama-sama tahu pada masa pandemi ini KB tentang menjadi hal yang penting. Apalagi selama masa PSBB intensitas bertemu dalam keluarga menjadi sangat tinggi. Dikhawatirkan juga kalau tidak dilakukan sosialisasi akan ada hambatan yang terlampau besar dalam pencapaian program Bangga Kencana ini,” ungkap Dewi.
Faktor kesehatan juga bukan menjadi satu-satunya masalah yang dihadapi masyarakat. Pandemi juga mengakibatkan sejumlah keluarga kehilangan mata pencaharian. Terutama bagi pekerja harian. Untuk membantu meringankan beban warga, BKKBN dan Komisi IX kompak menyalurkan bantuan kebutuhan pokok bagi warga dan bantuan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga kesehatan.
“BKKBN bekerjasama dengan Komisi IX DPR RI, khususnya saya sebagai anggota DPR RI mewakili Kabupaten Sukabumi dan Kota Sukabumi, memiliki kepedulian kepada warga agar masyarakat di perdesaan tetap menjalankan program KB. Bakti sosial ini bertujuan meringankan beban warga di desa-desa,” papar Dewi.
Untuk menyalurkan bantuan, pihaknya bekerja sama dengan para kepala desa. Para kepala desa ini mendata dan menyeleksi siapa saja yang berhak menerima bantuan. Dewi mensyaratkan pemerima bantuan adalah mereka yang belum mendapatkan bantuan dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten maupun desa. Dengan begitu, tidak terjadi tumpah-tindih penerima bantuan.
Adapun APD secara khusus diberikan kepada bidan-bidan desa yang menjadi ujung tombak pelayanan di lapangan. Paket bantuan APD terdiri atas masker, baju hazmat, face shield, sarung tangan media, dan hand sanitizer.
Di bagian lain, Dewi Asmara menilai generasi muda memegang peranan penting dalam pembangunan karena mereka merupakan pemilik masa depan. Mereka dituntut memiliki perencanaan yang baik tentang masa depannya, terutama terkait perencanaan kehidupan berkeluarga. Secacara khusus, Dewi berharap pemerintah lebih banyak melibatkan generasi muda dalam aksi-aksi sosial.
“Jangan menafsirkan generasi muda itu tidak punya kepedulian. Tergantung kita mengarahkan mereka. Artinya, marilah kita meraih mereka. Mereka memiliki kepedulian dengan gayanya masing-masing,” kata Dewi. •NJP