3 minute read
Netty Heryawan
NAJIP HENDRA SP/WARTA KENCANA
Netty Heryawan 100% Dukung Bangga Kencana
Advertisement
Netty Prasetiyani
Fraksi
Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Dapil
Jabar VIII (Kota Cirebon, Kab. Cirebon, Kab. Indramayu)
Keluarga merupakan fondasi umat manusia dalam membangun sebuah peradaban. Segala sesuatu bermula dari keluarga. Suka atau tidak suka, setiap manusia merupakan produk keluarga. Baik atau buruknya seseorang bergantung pada proses pengasuhan yang berlangsung dalam keluarga. Keluarga merupakan awal dari semua. Karena itu, pembangunan keluarga merupakan sebuah keniscayaan.
Wakil Ketua Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat Repubik Indonesia (DPR RI) Netty Prasetiyani Heryawan menegaskan hal itu saat berkunjung ke Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Watubelah di Sumber, Kabupaten Cirebon, beberapa waktu lalu. Netty mengaku sangat mendukung upaya Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dalam menjadikan pembangunan keluarga sebagai prioritas dalam program pembangunan keluarga, kependudukan, dan keluarga berencana (Bangga Kencana).
“Mau presiden, pejabat, Pak RW, RT, sampai kita sebagai individu adalah produk keluarga. Karena itu, saya sangat mendukung ketika BKKBN menitikberatkan pada pembangunan keluarga. BKKBN menyadari bahwa keluarga tempat lahirnya generasi. Keluarga tempat persemaian benih dan nilai keluarga. Keluarga tempat berlangsungnya ideologisasi kebenaran,” ungkap Netty.
“Jangan lupa salat! Jangan lupa masuk kamar mandi pakai kaki kiri! Kalau makan pakai tangan kanan! Proses itu terjadi dalam keluarga. Sehingga kalau kemudian menjadikan program pembangunan keluarga sebagai program unggulan, saya menyetujui dan mendukung 100 persen,” tambah Netty yang sebelum berkantor di Senayan menghabiskan 10 tahun menjadi Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan (PKK) Jawa Barat.
Netty menjelaskan, keluarga adalah bagian dari ecological system dunia. Paling kecil adalah mikrosistem yang kita sebut sebagai diri. Kemudian bertemu dengan lingkaran lebih besar, mesosistem, bernama keluarga. Sebelum kita masuk ke dalam sistem yang lebih besar, kelompok atau organisasi, sistem negara yang melahirkan kebijakan publik, semua lahir dari keluarga.
“Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga berkepentingan dengan keluarga karena upaya membangun kejujuran, menghindari kecurangan, tidak nyontek, itu ditanamkan dari keluarga. Karena itu, pada saat seseorang menjadi pejabat publik, dia bergeming untuk ditawari tindakan korupsi dan sebagainya. Ini pentingnya kita memberikan perhatian besar kepada keluarga,” jelas Netty.
Doktor ilmu pemerintahan ini mengingatkan, tidak semua keluarga hidup beruntung. Kepada mereka itulah pemerintah dan maupun pemangku kepentingan lainnya harus memberikan perhatian besar. Kepada keluarga-keluarga yang masuk kategori keluarga prasejahtera. Tugas para pengambil kebijakan untuk memberikan intervensi agar keluarga-keluarga itu bisa naik kelas. Bisa memiliki perencanaan yang baik.
“Tidak semua keluarga seberuntung keluarga Ayah Uung (Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Barat Kusmana). Tidak seberuntung keluarga Pak Junaidi (anggota DPRD Kabupaten Cirebon). Bagi suami-istri terdidik, pasti anak-anaknya juga pasti diarahkan menjadi terdidik, memiliki jenjang pendidikan yang lebih baik. Bayangkan kalau kemudian satu dari sembilan perempuan menikah pada usia reproduktif yang tidak aman dan tidak tepat. Bangunan keluarga seperti apa yang akan dibangun?” Netty mengingatkan.
“Cita-cita apa yang akan ditanamkan pada pasangan yang jika ibunya menikah pada usia 14 tahun. Bisa kita tebak siapa suaminya. Suaminya pasti tidak jauh dari usia 15-17 tahun. Kalau istrinya, mohon maaf, jenjang pendidikan formalnya tidak tinggi, pasti suaminya juga sama,” tambahnya.
Netty lantas bercerita saat mendampingi sang suami, Gubernur Jawa Barat periode 2008-2018 Ahmad Heryawan, dalam salah satu kegiatan. Saat itu Netty bertemu seorang penjual gorengan dengan penghasilannya Rp 10 ribu per hari. Istri si pedagang pernah hamil hingga 25 kali, dengan tujuh di antaranya mengalami keguguran.
“Kira-kira jenis keluarga seperti apa yang akan lahir. Kira-kira mimpi dan cita-cita apa yang mereka sudah rancang untuk masa depannya. Apakah kemudian kita akan kumaha engke wae? Itu filosofi yang salah dan gagal. Kenapa, karena kita diperintahkan untuk berpikir. Kita harus bersungguhsungguh dalam mempersiapkan kehidupan. Kita diperintahkan untuk membuat perencanaan,” kenang Netty.
“Semua membutuhkan perencanaan. Berkeluarga itu butuh perencanaan. Kapan saya menikah, dengan siapa saya menikah, berapa anak akan saya lahirkan, kira-kira dengan apa saya membesarkan anak. Ini semua membutuhkan perencanaan. Mudah-mudahan kita memahami dengan utuh konsep pembangunan keluarga yang mejadi perhatian utama dalam program Bangga Kencana,” harap Netty.
Sementara itu, Kusmana menjelaskan, tahun ini BKKBN memasuki tahap baru. Selain rebranding kelembagaan dengan melakukan perubahan logo, BKKBN juga mengubah orientasi program dari semula mendahulukan keluarga berencana menjadi pembangunan keluarga. Perubahan ini dilakukan untuk menyesuaikan diri dengan dinamika kehidupan masyarakat. •NJP