bulaksumur pos edisi 188

Page 1

www.bulaksumurugm.com

EDISI 188

Selasa, 3 Mei 2011

Program Studi Baru yang Peduli Energi Bersih Pusat Studi Energi (PSE) berencana menerbitkan program studi baru bertitel Teknologi dan Manajemen Energi Bersih (TMEB) di tingkat S2 dan S3. Kelangkaan clean energy atau energi bersih di Indonesia belakangan ini menjadi isu yang sering dibicarakan. Hal ini pula yang melatarbelakangi pendirian program studi baru oleh PSE. Selama ini, tak banyak profesional yang menekuni bidang energi bersih secara spesifik. Program studi TMEB diharapkan menjadi salah satu solusi untuk mengoptimalkan sumber daya alam dan manusia terkait dengan energi bersih. Lebih spesifik Isu lingkungan menjadi salah satu pemikiran yang mendasari pentingnya kajian perkuliahan mengenai energi bersih. “Ketika kita bicara energi, maka tidak lepas dari lingkungan,” jelas Prof Arief Budiman D Eng, Koordinator Pengembangan Energi Tidak Terbarukan dan Pengembangan Software. Menurut Arif, energi dan teknologi akan berdampak pada lingkungan jika tak dikelola secara bersih. Oleh karena itu, perlu adanya kurikulum tentang pengelolaan energi secara bersih agar tercipta keseimbangan antara pasokan dan kebutuhan. Selain itu, pemahaman akan energi bersih dapat mencegah timbulnya masalah lingkungan yang baru. Program studi TMEB ini nantinya akan dibagi menjadi dua bidang, yaitu manajerial dan teknologi. Hal tersebut diungkapkan Prof Dr Karna Wijaya M Eng,

Fokus Sepeda Kampus...

salah satu tim pencetus program studi TMEB. Dalam bidang manajerial, mahasiswa diharapkan dapat menjadi manajer profesional dalam perusahaan berbasis energi. Sedangkan bidang teknologi lebih menekankan aspek teknis. Misalnya mengelola bahan baru dan terbarukan serta mengolah bahan baku konvensional dengan menggunakan teknologi yang bersih. Karna juga optimis bahwa program studi TMEB memiliki peluang kerja yang terbuka lebar. “Tentunya mereka (mahasiswa TMEB,-Red) bisa bersaing menjadi manajer handal. Karena memang kita arahkan terutama ke sana (manajemen, -Red),” ungkap Karna yang juga menjabat sebagai manajer Biofuel, Katalis, dan Energi Hidrogen. Ide sejak lama Sebenarnya, ide mendirikan program studi ini telah lama direncanakan tapi tak kunjung terealisasi. Ketika isu energi menjadi marak, PSE berpikir kembali untuk segera membentuk program studi ini. “Isu-isu itulah yang mengingatkan bahwa dulu kita pernah punya wacana seperti itu (pembentukan program studi,-Red),” tutur Karna. Namun, kewenangan untuk mendirikan program studi baru berada di bawah fakultas, bukan pusat studi. Kebijakan terebut menjadi salah satu

Ensiklopedia Toga...

Foto : Eka/ Bul

kendala bagi PSE. Ditambah adanya pengetatan penambahan program studi baru. Hal ini dikarenakan UGM merupakan salah satu universitas yang memiliki program studi terbanyak di Indonesia. Meski begitu, PSE tetap gencar melakukan upaya pendirian program studi TMEB. Berbagai usaha dilakukan seperti mengadakan berbagai seminar. Seminar ini sebagai salah satu upaya untuk mendengarkan tanggapan stakeholder tentang pendirian program studi TMEB. Akhirnya, pihak pascasarjana mulai membuka pintu bagi PSE. “Kalau kita ingin mendirikan prodi (program studi,-Red) dari bawah itu sulit. Tapi kalau ada petinggi negara yang memberikan rekomendasi, akan cepat,” jelas Karna. PSE merencanakan program studi TMEB ini paling cepat dibuka pada 2012, mengingat tahun ajaran baru tinggal beberapa bulan lagi. Selain itu, hingga kini belum ada perizinan resmi dari rektorat. “Tapi paling tidak, semua persyaratan tahun ini sudah selesai. Harapannya awal atau akhir tahun depan sudah bisa publikasi atau promosi ke mahasiswa, tahun ajaran 2012 nanti bisa dimulai,” tutup Arief. Ita, Putri

Bicara Jogja Nama Jalan...


DARI KANDANG

B21

Bersiap Menuju Perubahan Foto: Rizki/bul

Salam hangat untuk pembaca! Terbitan SKM UGM Bulaksumur dimulai kembali setelah rehat selama UTS. Kami hadir kembali menyajikan berita-berita seputar kampus UGM kepada teman-teman pembaca. Tak hanya menyajikan berita, kami juga tengah mempersiapkan diri. Bersiap merayakan 11 tahun eksistensi hasil perjuangan turun-temurun dari para pendahulu hingga saat ini. Ya! Kami akan merayakan ulang tahun SKM Bulaksumur. Awak-awak pun bersemangat menanti dan mempersiapkan momen penting ini dalam satu acara bernama Aksi Kreasi. Acara yang akan menjadi perayaan dalam balutan keakraban, sekaligus menjadi pembuktian eksistensi. Bila diingat kembali, tak terasa sudah lebih satu dekade SKM UGM Bulaksumur berdiri. Di bulan Mei inilah awal mula tinta emas ditorehkan melalui terbitan pertama. Namun selama itu pula kami masih bertahan dengan bentuk yang ada, tanpa melihat apakah zaman masih berkompromi terhadap bentuk seperti ini. Kami pun berbenah dan melakukan perencanaan. Mengevaluasi diri untuk mencapai hasil lebih baik. Tak dapat dipungkiri, perubahan adalah sesuatu yang mutlak harus terjadi dalam kehidupan. Entah itu perubahan menuju lebih baik, maupun menjadi lebih buruk. Tuntutan zaman yang serba cepat membuat manusia juga dituntut bekerja ekstra. Begitu juga kami yang tak boleh langsung berpuas diri dengan pencapaian selama ini. Rutinitas yang sudah cukup menyita waktu harus bertambah lagi demi tercapainya perubahan yang diinginkan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari teman-teman pembaca sangat kami perlukan. Akhir kata, selamat membaca! Penjaga Kandang

2

I 188

TAJUK Nyaman Tanpa Asap Kendaraan Tidak dapat disanggah lagi alat transportasi menjadi bagian penting kehidupan manusia. Ya, ketika kita ingin pergi ke suatu tempat dengan cepat, alat transportasi adalah solusinya. Kini, transportasi darat yang banyak dipilih oleh masyarakat adalah kendaraan bermotor. Dilihat dari efisiensi waktu dan tenaga, kendaraan bermotor terbukti memang lebih unggul. Sepeda seringkali menjadi pilihan terakhir. Seiring berkembangnya zaman, kendaraan bermotor makin memadati jalan raya. Kendaraan khususnya sepeda motor tak dapat lagi dihitung jumlahnya. Aturan lalu lintas kerap dilanggar. Pengendara motor seringkali melewati marka jalan atau tidak sabar mengantri di lampu merah. Hal ini tampaknya 'dimaklumi' oleh polisi lalu lintas dan masyarakat sendiri. Asap kendaraan bermotor menjadi permasalahan lain lagi. Asap dari knalpot menyebabkan polusi udara dan menambah panasnya udara di siang hari. Keadaan ini rupanya mengawali kepenatan masyarakat dalam menghadapi aktivitas sehari-hari. Tak pelak masyarakat Yogyakarta merindukan sepeda kayuh yang ramah lingkungan, tanpa emisi dan polusi udara. Setahun belakangan ini mulai banyak ditemui pengendara sepeda di jalan raya, baik hanya sekadar berolahraga maupun untuk bermobilisasi. Menanggapi hal ini, pemerintah Kota Yogyakarta menyediakan jalur khusus sepeda di sisi jalan dan membuat tempat pemberhentian khusus di sejumlah lampu merah. Selain itu, pegawai negeri yang rumahnya berjarak kurang dari 5 km ke kantor dianjurkan untuk naik sepeda setiap Jumat. UGM tidak mewajibkan civitas akademika untuk naik sepeda ke kampus. Namun UGM menyediakan sepeda yang dapat dipinjam untuk berkeliling di area universitas. Civitas akademika hanya perlu meninggalkan kartu identitas. Fasilitas ini cukup membawa dampak positif. Selain membuat badan lebih sehat, bersepeda di lingkungan kampus juga dapat mengurangi polusi dan kebisingan kendaraan bermotor. Jika setiap hari pengendara sepeda bertambah, maka udara di sekitar kita akan lebih segar, tanpa asap kendaraan. Jadi, tak ada salahnya mencoba bersepeda ke kampus.

Tim Redaksi

Penerbit: SKM Bulaksumur. Pelindung: Prof Dr Soedjarwadi M Eng, Drs Haryanto M Si. Pembina: Drs Ana Nadhya Abrar MES. Pemimpin Umum: Beryl Girsang Sekretaris Umum: Syefi Nuraeni F. Pemimpin Redaksi: Rifki Amelia Fadlina. Sekretaris Redaksi:Febriani. Editor: Lutfia K. Redaktur Pelaksana: Anindita I, Annisa IT, Amanatia J, Aghnia RS, Dwi AP, M Izuddin, Noor RW, Novrita H, Ontin F, Primastuti MW, Risa L, Salsabila S, Sarah K, Shinta DJ, Siti Alifah FD, Tifani WS, Yogi A, Yurianti D Manajer Iklan dan Promosi:Diah Sri Utari. Sekretaris Iklan dan Promosi: Gina DP. Staf Iklan dan Promosi: Ajeng P, Aprilianto S, Berta MS, Budi L, Galih R, M. Alfi, Yanuar M, Cicilia LG, F Yogi, Febrianti R, Helmi A, Indy F, Mumpuni GL, Rizka K, Rio HP, S Ardhi R, Tina TH, Yuli NS, Kepala Litbang: Sidiq Hari Madya. Sekretaris Litbang: Rizkiya AM. Staf Litbang: Aziz S, Dwi A, Junaedi G , M Shidiq, Rizal Y, Evie P, Erik BS, Satria Aji I, Safitri AP . Kepala Produksi: Remo Adhy Pradhana. Sekretaris Produksi: Arrina M. Korsubdiv Fotografer: Rizky A. Anggota: Anditya EF, Azizah LA, Hale AW, Imam S, Qholib GHS. Korsubdiv Lay-Outer: Dian K. Anggota: Addina F, Ahmad W, Pandu Wira MS, Yoana WK. Korsubdiv Ilustrator: Bayu A. Anggota: Arsoluhur. Korsubdiv Webdesain: Ali Iqbal. Anggota: Dio FA Magang: Adinda RK, Ahmad SPU, Dewi AN, Emma AM, Franciscus ASM, Indah P, Kalikautsar, Khairunnisa, Laila N, Mestika EA, Muhammad FA, Pipit N, Pipit S, Putri EJ, Resti P, Rheza RU, Sekar L, Tri P, Vinalia EW, Winny WM, Yusuf AW, Agung A, Anggrata A, Daimas, Dyta WEP, Faiz IP, Gaiety S, Hanum SN, Hardita L, Irsa NP, Lukluk S, M. Taufiq R, Oki PS, Rendi R, Ridha A, Rizky Y, Ulya A, Yong WA, Erwinton S, M.Kevin J, Isnaini R, Rahmi SF, Robertus SP, Shabrina HP, Tyas NA, Wandi DS, Ardian ABS, Ahmad FR, Novandar DPA, Zakiah I, Ardista K, Fikri RK, Irma S, Ivandhara W, Malika M, Chilmi N, Danastri RN, Geni S, Damar PW, Ferdi A, Fitri CSH, M. Rohmani, Nisa TL. Alamat Redaksi, Iklan dan Promosi: Bulaksumur B-21 Yogyakarta 55281. Telp: 085743365952. E-mail: bulaksumur_mail@yahoo.com. Homepage: http://www.bulaksumurugm.com. Rekening Bank: Bank Danamon Cabang Kusumanegara Yogyakarta 3518201938 a.n. Diah Sri Utari.


CELETUK

Mari Mengasah Diri Melalui UKM Bersosialisasi adalah kodrat alamiah manusia. Manusia pada dasarnya senang berkumpul, karena itulah kita disebut makhluk sosial, zoon politicon. Begitu pula yang berlaku di kalangan mahasiswa, selain belajar, mereka juga gemar berkumpul. Bentuknya bisa bermacam – macam, dari sekadar nongkrong, hingga berkumpul dengan mahasiswa–mahasiswa lain yang memiliki minat sama. Hal inilah yang terfasilitasi melalui adanya Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Di UGM sendiri, tercatat ada 47 UKM yang bisa memuaskan hasrat bersosialisasi mahasiswa. Itu belum ditambah dengan himpunan mahasiswa jurusan dan badan semi otonom yang tersebar di 18 fakultas. Belum lagi komunitas–komunitas semi resmi semisal komunitas parkour, komunitas pecinta film, hingga perkumpulan mahasiswa yang berasal dari satu daerah. Jika dilihat sepintas, UKM–UKM yang sebagian besar bernaung di Gelanggang Mahasiswa ini memang tampak selalu ramai. Namun setelah dilihat lebih lanjut, ternyata kebanyakan yang meramaikan gelanggang hanya mahasiswa itu–itu saja, alias mahasiswa yang memang sudah lama aktif di UKM tertentu. Selain itu, masih ada beberapa UKM yang tidak terlalu populer, menilik dari kecilnya angka jumlah mahasiswa yang berminat. Tak dapat dipungkiri bahwa ada cukup banyak mahasiswa yang membatasi diri untuk sama sekali tidak bergabung dengan komunitas manapun. Keadaan di atas perlu kita pertanyakan. Apakah keengganan

sebagian besar mahasiswa untuk bergabung dengan UKM ataupun komunitas adalah sebuah pilihan atau karena keadaan? Ibarat dua sisi mata uang, berkomunitas mengandung dua implikasi, positif dan negatif. Berkomunitas memang bersifat adiktif. Jika tak bijak mengatur waktu, bisa–bisa kuliah malah terbengkalai. Namun kita tak bisa menutup mata terhadap manfaat dari berkomunitas, melalui UKM khususnya. Pada dasarnya berkomunitas adalah suatu pemenuhan kebutuhan identitas sebagai wujud eksistensi diri. Potensi diri yang selama ini tersimpan, dapat berkembang lebih maksimal. Apalagi jika bergabung dengan komunitas yang memiliki kesamaan hobi dan minat dengan kita, bukan tidak mungkin prestasi dapat kita raih. Berkomunitas tak lain adalah sebagai sarana pembelajaran diri, karena melatih kita untuk memiliki rasa solidaritas dan tidak berpikir individualistis. Dengan berkomunitas, kita dapat membangun jaringan pertemanan. Wawasan pun bertambah luas, karena kita terbiasa berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran baru yang kadang tak sejalan dengan kita. Kapabilitas soft skill, yang notabene tidak diajarkan di bangku kuliah, dapat didapatkan melalui kehidupan sosial, salah satunya komunitas. Terlepas dari dua sisi itu, terdapat faktor–faktor lain yang bisa jadi membuat mahasiswa kurang berminat mengikuti UKM maupun komunitas di UGM. Beberapa tahun belakangan,

mahasiswa dituntut untuk menyelesaikan kuliah dengan cepat, yang ditunjang dengan adanya kebijakan pengurangan beban SKS di beberapa fakultas. Hal ini berbeda dengan dua dekade yang lalu, di mana mahasiswa lulus dalam waktu 8 tahun merupakan hal biasa. Tuntutan ini kerap menjadi alasan sebagian mahasiswa untuk lebih fokus dengan perkuliahan daripada disibukkan dengan kegiatan UKM. Selain itu, dana yang terbatas juga dapat menjadi penyebab lain kurangnya minat mahasiswa masuk UKM. Apalagi tahun ini kabarnya pihak universitas mengurangi jatah dana untuk UKM hingga menjadi seperempat kali lebih kecil daripada tahun lalu. Tentu saja hal ini dapat menjadi hambatan bagi UKM untuk menyelenggarakan kegiatan. Meski begitu, mahasiswa hendaknya dapat memilih komunitas yang tepat baginya. Dengan manajemen diri yang baik, segala konsekuensi dapat disiasati. Berkomunitas melalui UKM adalah sebuah investasi yang dapat kita petik faedahnya kelak setelah lulus. Rahmi Safarina F Jurusan Farmasi UGM 2009

3


FOKUS

Ilu

st

ra s

i:

Iv an

/B

ul

Sepeda Kampus: Semula Hijau, Kini Biru

Sepeda biru menjadi sarana baru untuk mencipatakan kawasan kampus ramah lingkungan. Selama beberapa tahun belakangan, civitas akademika mengenal sepeda kampus untuk mendukung upaya kampus educopolis. Sepeda kampus disediakan dan dikelola oleh universitas. Fasilitas ini dapat digunakan oleh civitas akademika dan tamu universitas sebagai alat transportasi antarstasiun sepeda di lingkungan UGM. Pengembangan konsep Dari awal kemunculannya, sepeda kampus lebih dikenal dengan sepeda hijau. Kini, UGM tengah mengembangkan sejumlah unit sepeda baru. Secara umum, konsep yang digunakan merupakan pengembangan dari sepeda hijau. Perbedaan yang mencolok, kini sepeda-sepeda tersebut berganti warna menjadi biru. Pengembangan konsep ditujukan untuk memperbaiki beberapa aspek seperti sistem pelayanan. Menurut Aminudin Arhab SIP, Kepala Seksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Direktorat Pengelolaan dan Pemeliharaan Aset (DPPA), ada beberapa hal yang membedakan konsep sepeda biru dengan sepeda hijau. Perbedaan pertama terletak pada sistem pengelolaan dan mekanisme peminjaman. Pengelolaan sepeda hijau diserahkan pada tiap unit kerja di masing-masing fakultas. Peminjamannya juga bergantung pada masing-masing unit. Sementara itu, sistem pengelolaan sepeda biru

4

I 188

cenderung terpusat. Petugas di tiap stasiun sepeda biru saling terhubung menggunakan handy talky. Mereka harus melapor pada petugas pusat ketika ada peminjaman sepeda. Mekanisme peminjaman sepeda biru juga sudah menggunakan sistem online. Memanfaatkan database dari Direktorat Administrasi Akademik (DAA), petugas bisa memastikan bahwa peminjam adalah civitas akademika UGM. Pengadaan sepeda biru tak lepas dari kerjasama dengan Gama Multi Usaha Mandiri (GMUM). GMUM bertindak sebagai sponsor yang berencana menyediakan 200 unit sepeda di 11 stasiun berbeda. Pengadaan jalur khusus sepeda juga akan dioptimalkan. Jalurjalur lama yang masih baik kondisinya akan tetap dipertahankan sesuai lebar semula yaitu 0,8 meter. Sementara jalur yang catnya telah buram atau hilang akan dicat ulang dengan ukuran lebar 1,2 meter. Tim pengembangan sepeda biru juga akan berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan Provinsi untuk membuat jalur penyeberangan di sekitar Jalan Kaliurang. Penyediaan rambu-rambu bagi pengguna sepeda pun akan diusahakan. ”Hal itu akan membuat akses menuju beberapa tempat di UGM lebih pendek. Orang akan berpikir kalau bersepeda itu lebih cepat, aman, dan nyaman,” terang Aminudin yang juga sekretaris umum panitia pengelolaan dan peningkatan

sepeda kampus. Uji coba Peluncuran sepeda biru secara resmi akan dilaksanakan pada 5 Juni 2011 mendatang, bertepatan dengan hari lingkungan hidup. Meski begitu, tim pengembangan sepeda kampus sudah efektif bekerja sejak awal Januari lalu. Sebagai uji coba, tim telah mendistribusikan 20 unit sepeda ke empat stasiun berbeda. Keempatnya yaitu Gelanggang Mahasiswa, UPT Perpustakaan Unit I, kawasan Lembah UGM, dan Taman Biologi. Sepeda-sepeda tersebut berasal dari fasilitas lama yang telah rusak kemudian diperbaiki dan dimodifikasi. Perbaikan ini disesuaikan dengan rancangan yang telah ditetapkan sebelumnya. Meski masih dalam tahap uji coba, sudah cukup banyak mahasiswa yang memanfaatkan fasilitas sepeda biru. ”Paling tidak dari lima unit yang ada, dua sampai tiga unit sudah dipergunakan setiap harinya,” tutur Maryanto, koordinator fasilitas Gelanggang Mahasiswa dan lapangan. Akan tetapi, belum semua mahasiswa mengetahui keberadaan sepeda biru, seperti yang diungkapkan oleh Aninda (Antropologi Budaya '10). ”Iya po jadi biru? Kok nggak ada kabar-kabarnya ya kalau ada perubahan gini,” komentarnya. Anzu, Nisa


FOKUS

Ilustra si: Re

za/ Bu l

Sepeda Biru Untuk Mahasiswa Baru

Menyongsong penerimaan mahasiswa baru 2011, UGM menyiapkan sepeda biru sebagai alternatif transportasi civitas akademika. Sepeda biru adalah sebuah program yang akan dilaksanakan UGM untuk mewujudkan kampus educopolis. Program yang telah direncanakan sejak lama ini akan direalisasikan seluruhnya hingga Agustus 2011 bertepatan dengan momen penerimaan mahasiswa baru. Sepeda biru menjadi salah satu bentuk fasilitas yang diberikan kampus untuk mahasiswa baru. Semangat baru Dengan mempertimbangkan banyak hal, sepeda biru ini akan dijalankan untuk mahasiswa baru mulai Agustus 2011. Salah satu alasannya adalah semangat baru para mahasiswa baru di kampus baru mereka. Seperti yang dikatakan Aminudin Arhab SIP selaku Kepala Seksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) DPPA sekaligus sekretaris panitia pengelolaan dan peningkatan sepeda kampus, “ Mahasiswa baru memiliki semangat baru untuk menjalani aktivitas baru di kampus. Tentu mereka memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi terhadap kebijakan kampus.” Selain itu, jumlah mahasiswa baru lebih sedikit daripada total mahasiswa angkatan di atasnya. “Dimulai dengan jumlah yang kecil dahulu karena semuanya kan step by step. Tidak bisa langsung mengubah semuanya,” ujarnya. Pengadaan sepeda biru ini juga tidak akan memberatkan para mahasiswa.

“Sumber dana untuk pengadaan program sepeda biru ini kebanyakan dari pihak sponsor dan sedikit tambahan dari dana anggaran kampus. Jadi, tidak akan memberatkan mahasiswa baru,” lanjutnya. Dengan adanya program sepeda biru diharapkan tercipta suasana kampus educopolis yang aman dan nyaman tanpa polusi kendaraan. Selain itu, mahasiswa juga dapat menghemat waktu karena pihak kampus menyediakan jalur khusus untuk sepeda yang tidak disediakan untuk kendaraan lain serta mengurangi kecelakaan di dalam kampus. Melihat tujuan dan manfaat tersebut, sebagian mahasiswa juga mendukung program sepeda biru. Seperti yang diungkapkan Aga ( KOMSI MIPA '10), ”Sepeda merupakan kendaraan yang ramah lingkungan, tidak mengeluarkan gas buang yang berbahaya untuk kesehatan, dan murah. Apalagi Jogja juga sedang direncanakan untuk menjadi kota sepeda. Apa salahnya jika UGM juga menjalankannya?” Merepotkan Mahasiswa baru mendatang tidak akan menggunakan KIK karena UGM tidak mengeluarkan KIK lagi baik untuk civitas akademika ataupun tamu yang mengunjungi UGM. KIK hanya langkah awal untuk mewujudkan kampus educopolis. “Kalau tidak ada KIK kan

mahasiswa jadi beralih mencari transportasi lain,” ujar Kepala Seksi K3 ini. Konsekuensi yang ditanggung kampus adalah menambah pelayanan mahasiswa sehingga tidak ada pihak yang dirugikan. Salah satu alternatifnya adalah dengan pengadaan sepeda biru yang diharapkan pemanfaatannya dapat semaksimal mungkin. Namun tetap saja kebijakan pengadaan program sepeda biru ini mengundang pro dan kontra di kalangan mahasiswa. Seperti Sansan (Sastra Jepang'10), ia mengungkapkan bahwa kebijakan kampus hanya merepotkan saja dan membawa dampak buruk. “Kalau ke kampus nggak boleh bawa motor kan ribet kalau mau kemanamana. Takutnya nanti minat maba (mahasiswa baru,-Red) juga kurang kalau mau ikut aktivitas di kampus soalnya mau kemana-mana jadi terbatas,” ujarnya. Selain itu untuk mahasiswa yang huniannya terletak jauh dari kampus tentu sangat kerepotan karena tidak boleh membawa kendaraan bermotor ke dalam lingkungan kampus. Meskipun menimbulkan pro dan kontra kampus akan tetap melakukan program pengadaan sepeda ini untuk mewujudkan kampus educopolis. Harapannya, bukan hanya mahasiswa baru saja yang menggunakan fasilitas ini tetapi seluruh civitas akademika. Laila, Resti

5


ENSIKLOPEDIA

Toga, Simbol Ilmu Para Wisudawan

Ilustra

si: Ich a/B

ul

Awalnya sebagai simbol derajat bangsa Romawi, kini menjadi seragam wisuda penuh filosofi.

Toga berasal dari bahasa latin tego, yang berarti penutup. Sejak abad ke-2 SM, toga dipandang sebagai lambang kewarganegaraan Romawi. Dahulu pakaian toga berasal dari sehelai kain yang panjangnya sekitar enam meter dan dililitkan di sekeliling tubuh. Pada era kekaisaran Romawi, toga dikenakan ketika berada di luar rumah sebagai pakaian yang dianggap sopan. Ciri lainnya, toga kala itu ditanggalkan ketika seseorang berada di dalam rumah atau bekerja di ladang. Meski sering dikaitkan dengan bangsa Romawi kuno, toga juga sebenarnya merupakan pakaian yang sering dikenakan bangsa Etruskan (pribumi Italia) sejak 1.200 SM. Seiring perkembangan zaman, toga pun menjadi pakaian resmi untuk acara seremonial. Berbagai seremonial Sewaktu toga masih terbatas pada bangsa Romawi, pakaian ini hanya bisa dipakai oleh orang tertentu. Berbeda dengan toga saat ini yang telah mengalami perubahan baik dari fungsi, bentuk, dan pemakainya. Di Indonesia sendiri toga kerap dipakai pada beberapa kegiatan keagamaan, hukum,

dan pendidikan. Bidang pendidikan adalah salah satu yang paling akrab dengan pakaian ini. Toga menjadi pakaian wajib bagi para wisudawan pada saat upacara wisuda. Namun toga yang dipakai wisudawan saat ini sudah berupa pakaian jadi menyerupai jubah, tak lagi sebatas kain panjang. Ukuran jubah yang cukup besar juga menjadi keunikan bagi pakaian ini. Setiap kali dipakai, toga akan menutupi anggota tubuh. Warna hitam pada toga pun menyimpan makna bagi wisudawan. Warna hitam menjelaskan gelapnya ketidaktahuan yang harus dilawan oleh para sarjana. Oleh karenanya, selepas wisuda, para sarjana tetap memiliki kewajiban mencari imu untuk menyibak gelapnya ketidaktahuan itu. Keseimbangan otak Untuk kepentingan wisuda, biasanya toga masing-masing universitas memiliki ciri khusus. Identitas khas ini terletak pada detail-detail kecil di bagian tengah toga yang menutup dada. Selain itu, para wisudawan juga akan mengenakan topi toga yang tak lepas dari makna filosofis. Topi toga yang berbentuk persegi melambangkan

seorang sarjana harus memiliki pemikiran yang luas. Para sarjana juga diharapkan dapat melihat sebuah masalah dari berbagai sudut pandang. Tali pelengkap topi toga juga memiliki makna filosofis. Tali ini sering diidentikkan dengan pembatas buku. Hal tersebut menunjukkan seorang sarjana harus terus membaca buku dan menuntut ilmu. Sedangkan seremonial pemindahan tali topi toga dari kiri ke kanan merupakan perlambang bahwa wisudawan berhak memperkaya ilmu dari segi nonteknis. Artinya, wisudawan diharapkan dapat terus belajar terutama untuk pengetahuan nonteknis yang lebih menggunakan otak kanan. Selama mengecap bangku kuliah, mahasiswa lebih lebih banyak menggunakan otak kiri. Maka untuk menyeimbangkannya, diperlukan pula pengetahuan otak kanan untuk membangun sisi kreatif, imajinatif, dan inovatif. Jadi, ketika wisuda, silakan bersiap meresapi makna toga dalam melanjutkan perjalanan keilmuan. Ahmad, Pipit

7


BICARA dJOGJA

Nama Jalan Keraton, Mengurai Eksistensi Sesuai Fungsi Selalu ada cerita menarik di balik Keraton Yogyakarta. Mulai dari tradisi, mitos, hingga nama jalan sekalipun. merupakan pusat para pengrajin batik. Di kawasan tersebut terdapat Jalan Sidomukti yang merupakan nama salah satu corak batik. Di sepanjang jalan ini pula banyak ditemukan toko-toko batik.

Foto: Adrian/ Bul

Melintasi kawasan Keraton Yogyakarta, kita akan menemukan tak kurang dari 50 nama jalan di sekitarnya. Beberapa diantaranya yaitu Jalan Ngasem, Namburan, Prawirotaman, dan sebagainya. Nama jalan ini tak muncul begitu saja. Pihak keraton secara khusus memberikan nama pada jalan-jalan ini. Tujuannya untuk memudahkan pengelompokkan para abdi dalem sesuai tugasnya. Empat kategori Jalan di kawasan keraton terbagi menjadi empat kategori sesuai dengan arah mata angin. Jalan di kawasan utara misalnya Rotowijayan dan Pekapalan. Sedangkan kawasan selatan merupakan jalan yang didiami oleh para prajurit. Hal ini tercermin dari nama jalan tersebut seperti Jalan Bugisan yang merupakan tempat kediaman pasukan Bugis. Ruas jalan lain di kawasan ini misalnya Prawirotaman, daerah pasukan Prawirotomo. Terdapat pula Jalan Surokarsan yang diambil dari nama

6

I 188

prajurit Surokarso, dan Tirtodipuran yang berarti pasukan Tirtodipuro. Di sebelah timur adalah jalan-jalan yang berhubungan dengan musik seperti Jalan Gamelan dan Jalan Namburan. Kata Namburan diambil dari salah satu alat musik Jawa yaitu tambur. Sepanjang jalan tersebut dihuni oleh para musisimusisi keraton yang bermain tambur. Begitu juga dengan Jalan Gamelan. Jalan tersebut merupakan hunian para abdi dalem penabuh gamelan. Daerah keraton sebelah timur ini juga terkenal dengan nama Musikanan. “Dinamakan Musikanan karena berada di sebelah kanan. Banyak juga para abdi dalem keraton yang memainkan alat musik modern, seperti saxophone dan drum. Bahkan, musisi terkenal seperti Waditro, Idris Sardi, dan Iramayadi adalah musisi-musisi yang besar di daerah ini,” ungkap Agustina Ismurjila, seorang pemandu wisata Keraton Yogyakarta. Kawasan sebelah barat juga memiliki keunikan tersendiri. Daerah ini

Arti khusus Jalan-jalan di sekitar keraton diberi nama dalam bahasa Jawa yang memiliki arti tertentu. “Rotowijayan itu dari kata roto dalam bahasa Jawa yang artinya kereta,” papar Agustina. Berpuluh tahun silam jalan ini memang digunakan untuk tempat penyimpanan kereta para sultan. Bahkan hingga sekarang pun masih tersimpan kereta kuno milik sultan di Museum Kereta. “Setidaknya ada 13 kereta keraton yang masih disimpan di sana (Museum Kereta,-Red),” tambah Agustina. Para abdi dalem yang bertugas menjaga dan merawat kereta tinggal di sepanjang jalan tersebut. Selain Rotowijayan, terdapat pula Jalan Pekapalan yang berarti kuda. Dulunya, jalan ini difungsikan untuk menyimpan kuda-kuda milik sultan. Ada pula Jalan Siliran yang namanya diambil dari kata silir. “Silir itu dalam bahasa Jawa berarti lampu. Di sana (Jalan Siliran,-Red) adalah tempat tinggal para abdi dalem yang bertugas menyalakan lampu-lampu di keraton,” jelas Yuliati, salah seorang abdi dari Romo Tirun, keponakan Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Jalan Ngasem juga memiliki cerita tersendiri. Di ruas jalan ini, dahulu ditemukan pohon asem. Orang Jawa menyebutnya dengan istilah ngasem. Jalan ini juga terkenal dengan pasarnya, yaitu Pasar Ngasem. Keunikan cerita di balik penamaan jalan keraton sayang untuk dilewatkan begitu saja. MAsih banyak ruas jalan yang menunggu untuk dipahami. Tertarik mencoba? Telusuri jalannya dan temukan kisah menarik di baliknya. Adinda, Resha


KAMPUSIANA

Unit Berkuda Belum Temukan Lahan Strategis latihan oleh UKM Berkuda. Selama ini, Unit Berkuda memelihara lima ekor kuda, masingmasing yaitu Raul, Ayu, Putri, Iwe, dan Lola. Tak semua kuda tersebut milik Unit Berkuda. Meski begitu, perawatan dan pakan tetap menjadi tanggung jawab UKM ini. Sebagai pihak yang menaungi UKM ini, Direktorat Kemahasiswaan telah mengusahakan adanya kandang Foto : Novan/ Bul dan tempat latihan yang lebih dekat. Menurut Wahyu Sujarwo SIP, manajer Erupsi Merapi November 2010 lalu Gelanggang Mahasiswa dan Fasilitas menyisakan pekerjaan untuk UKM Kemahasiswaan, pihak UGM yang Berkuda. Para anggota UKM Berkuda diwakili sudah melakukan survei lahan diharuskan mencari lokasi perawatan milik universitas di Kalitirto, Berbah kuda yang baru. Sebelum erupsi Merapi, untuk lahan kandang kuda. Pihak UGM kuda-kuda yang digunakan untuk latihan yang fokus menangani pengadaan lahan dirawat di Karangjati. Lantaran dekat ini yaitu Direktorat Kemahasiswaan, dengan Kali Code dan termasuk kawasan Direktorat Perencanaan dan rawan bencana, akhirnya kuda harus Pengembangan Wilayah, dan Direktorat dipindah ke Godean. “Kuda-kuda Pengelolaan dan Pemeliharaan Aset sekarang ada di rumah Pak Dana,” (DPPA). terang Nadya (HI '09), ketua UKM Namun, lanjut Wahyu, pilihan Berkuda. Dana sendiri adalah pemilik lahan dari universitas cukup jauh beberapa kuda yang digunakan untuk sehingga anggota UKM Berkuda tak

setuju. Pihak Gelanggang Mahasiswa lalu berkoordinasi dengan Fakultas Peternakan yang memiliki lahan kosong di Klebengan. “Fakultas Peternakan mencanangkannya untuk sekolah berkuda, tinggal dilihat besok jalannya seperti apa,” ujar Wahyu. Biaya sekolah berkuda maupun pendapatan dari pengunjung pun bisa digunakan untuk perawatan kuda. Selain masalah kandang, beberapa kendala kini juga dialami UKM Berkuda. Keberadaan dokter hewan spesialis kuda yang masih sedikit membuat kuda yang sakit tak bisa langsung ditangani. Seperti yang diungkapkan Nadya, “salah satu kuda ada yang kakinya bengkok dan belum tahu sebabnya apa.” Novi

Kegiatan Mahasiswa di Tengah Terhentinya Proyek Seperti namanya, Taman Kupu-kupu merupakan lahan konservasi kupu-kupu yang dilengkapi dengan sebuah danau buatan di dalamnya. Sayang, proyek ini tak kunjung selesai sejak mulai dibangun lima tahun lalu. Kondisi infrastruktur taman dan lingkungannya pun kian memburuk dengan tumbuhnya rerumputan tinggi dan semak belukar. Kondisi tersebut menarik perhatian banyak pihak termasuk Foto: Qolib/ Bul mahasiswa untuk memanfaatkan lahan Taman Kupu-kupu. Akibatnya, terjadi Beberapa tahun belakangan, UGM peralihan fungsi di fasilitas ini. Di hariterlihat semakin giat membangun hari tertentu khususnya Sabtu dan berbagai fasilitas di lingkungan kampus. Minggu kerap terdapat aktivitas Salah satunya adalah pembangunan mahasiswa mulai dari outbound, Taman Kupu-kupu. Menurut Jawadi ST, penelitian, olahraga air, dan airsoft. Kepala Subdirektorat Sarana Direktorat Mahasiswa terbiasa berbagi tempat di Pengelolaan dan Pemeliharaan Aset taman ini selagi menjalankan kegiatan (DPPA), fasilitas ini mulai dibangun pada mereka. “Dilihat dari dua pihak. Mau masa kepemimpinan Prof Dr Ichlasul nggak bagi tempat, kalau nggak ya bagi Amal sebagai rektor UGM. Taman Kupuwaktu,” terang Indra (Ilmu Komputer kupu dibangun di kawasan Lembah UGM '09), mahasiswa yang sering berolahraga berdampingan dengan Taman Rusa. airsoft di Taman Kupu-kupu. Klub hobi

8

I 188

airsoft memilih Taman Kupu-kupu sebagai tempat kegiatan karena dirasa bagaikan hutan mini bagi playground mereka. Peralihan fungsi yang terjadi sempat memunculkan isu komersialisasi kampus. Pasalnya, mahasiswa diharuskan membayar sejumlah biaya ketika berkegiatan di taman ini. Perizinan juga dilakukan melalui DPPA yang kemudian diberitahukan ke PT Gama Multi Usaha Mandiri (GMUM). Anggapan tersebut kemudian ditepis oleh Slamet Sudjarwo ST selaku Manajer Konsultan PT GMUM. Slamet menuturkan bahwa biaya yang harus dibayarkan bukanlah langkah komersialisasi Taman Kupu-kupu. Biaya tersebut digunakan semata-mata untuk honor pegawai yang menjaga kebersihan taman sehabis kegiatan mahasiswa dilaksanakan. Aditya


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.