www.bulaksumur-online.com
EDISI 182
Selasa, 7 Desember 2010
Wisdom Park, Sebuah Proyek Taman Kearifan Lokal Selain sebagai penanda rangkaian acara Wisdom 2010, Wisdom Park juga merupakan simbol kearifan lokal. Pembangunan Wisdom Park akan segera direalisasikan. Sebuah maket Wisdom Park telah mendiami salah satu sudut ruang Balairung UGM. Wisdom Park sendiri akan dibangun di lahan bagian timur UGM, tepatnya di sepanjang depan gedung Program Diploma FEB hingga depan Masjid Kampus UGM. Konsep yang akan diwujudkan yaitu sebuah taman yang memiliki fungsi utama water calming. Dengan konsep tersebut, taman ini diharapkan mampu menjadi pengendali air di kawasan UGM. Hal ini mengingat kawasan yang akan dijadikan Wisdom Park merupakan daerah yang sering kali tergenang air saat musim hujan. Simbol kearifan Selain memiliki fungsi utama sebagai lahan serapan dan penadah air hujan sementara, Wisdom Park juga memiliki berbagai fungsi lain. Fungsifungsi tersebut di antaranya sebagai Urban Fisheries (tempat pembudidayaan ikan), Urban Farming (tempat penanaman berbagai jenis tanaman termasuk herbal), Outdoor Lectures and Library (ruang terbuka untuk taman baca dan perpustakaan), Healthy Food Stalls (tempat menjual makanan sehat), serta Urban Forest (kawasan hijau yang ditanami aneka jenis pohon). Proyek ini juga bekerjasama dengan beberapa
Fokus Tetap Aktif...
fakultas dan jurusan yang berkompeten. Sejauh ini, konsep Wisdom Park baru melibatkan Jurusan Teknik Arsitektur dan Kehutanan. Namun selanjutnya akan digarap bersama dengan Fakultas Pertanian, Fakultas Isipol, dan lain-lain. Mitra dari 30 universitas di Indonesia juga akan membawa bibit pohon khas dari daerah masing-masing. Pohon-pohon tersebut nantinya akan ditanam terlebih dahulu di halaman Grha Sabha Pramana pada Minggu (5/12). Pada hari yang sama juga akan ada agenda Tree Planting Participants dan dilanjutkan dengan Wisdom Park Report and Master Plan Presentation oleh Ir Haryana M Arch. “Intinya, Wisdom Park menjadi simbol agar semangat kearifan itu terus hidup di antara generasi muda,” ungkap Prof Ir Toni Atyanto Dharoko MPhil PhD, Wakil Rektor Bidang Alumni dan Pengembangan Usaha UGM, selaku salah satu pembicara dalam konferensi pers Wisdom 2010 di University Club UGM. Keunggulan Salah satu perancang Wisdom Park, Ir Didik Kristiadi M la M Arch, mengungkapkan, banyak keunggulan yang dimiliki Wisdom Park. Selain sebagai area rekreasi mahasiswa, dosen, serta komunitas, masyarakat sekitar juga dapat diberdayakan melalui pembudidayaan tanaman herbal.
Bijog Goa Selarong...
Foto: Novan/Bul
Nantinya juga akan ada papan video bergerak yang dapat menampilkan informasi penting seputar UGM dan mahasiswa. “Taman sejenis ini seharusnya lebih banyak lagi dibangun di wilayah UGM untuk menciptakan green school atau green campus,” ujarnya. Filosofi yang terkandung dalam konsep Wisdom Park pun telah dipikirkan secara matang oleh pihak UGM. Menurut Didik, 'wisdom' adalah cara pandang paralel, arif, dan tidak mencari yang benar atau yang salah. Sedangkan aneka pepohonan melambangkan multikulturalisme di Indonesia. Sayangnya, hingga saat ini belum diketahui secara pasti kapan taman ditargetkan selesai dan dapat dinikmati oleh civitas akademika. Mahasiswa sendiri memiliki pandangan beragam terkait proyek ini. “Menurutku taman semacam itu bagus. Biar kampus semakin asri. Terus mahasiswa punya tempat baru buat nongkrong, gak cuma di kampus,” papar Stefani (Sastra Jepang '10). Sementara Nadia (Teknik Arsitektur '08) berpendapat lain, “Saya tidak mengetahui pembangunan taman itu, dan menurut saya tidak akan begitu bermanfaat. Hanya akan menjadi area publik saja.” Natia, Zudin
Kampusiana Pembangunan...
DARI KANDANG
B21
Foto
Perjalanan Baru, Semangat Baru Yogyakarta baru saja dilanda duka mendalam. Gunung Merapi yang telah cukup lama tertidur, kembali bangkit dan menyemburkan awan panasnya. Perkuliahan berhenti sejenak, begitu pula aktivitas UGM lainnya. Kekosongan itulah yang membuat agenda penerimaan awak baru SKM UGM Bulaksumur mengalami pengunduran. Setelah aktivitas Merapi menurun, barulah situasi kembali normal dan kami pun memulai kembali semua kegiatan kami. Agenda rekrutmen terbuka dilaksanakan tanggal 20-21 November 2010. Setelah melewati tahapan tes tertulis, FGD, sampai tes wawancara, akhirnya terpilihlah awak-awak magang baru SKM UGM Bulaksumur. Tahap perkenalan telah dilakukan dan pembagian porsi tugas telah disampaikan. Saatnya awak magang mulai beraksi. Sebelum melangkah lebih jauh, SKM UGM Bulaksumur telah melaksanakan Musyawarah Besar Bulaksumur yang merupakan agenda tahunan. Musyawarah tersebut adalah sarana bagi kepengurusan sebelumnya untuk mempertanggungjawabkan hasil kerja mereka selama setahun ini. Di sana pulalah mereka harus menyerahkan tampuk kepemimpinan kepada orangorang baru yang tentunya dirasa pantas untuk mengemban tanggungjawab selama setahun ke depan. Dari hasil musyawarah tersebut terpilihlah Beryl Artesian Girsang (Pemimpin Umum), Syefi Nuraeni Fitriana (Sekretaris Umum), Rifki Amelia Fadlina (Pemimpin Redaksi), Diah Sri Utari (Manajer Iklan dan Promosi), Sidiq Hari Madya (Kepala Penelitian dan Pengembangan), dan Remo Adhy Pradana (Kepala Produksi). Demikianlah proses panjang yang telah kami lalui. Pergantian kepengurusan dan awak magang, diharapkan dapat menyajikan sesuatu yang baru dengan semangat yang masih menggebu-gebu. Inilah persembahan pertama kami di kepengurusan yang baru dengan awak yang baru pula. Semua untuk Anda, para pembaca yang budiman. Akhir kata, selamat menikmati! Penjaga Kandang
4
I 182
Foto: Hale/Bul
TAJUK Bijaksana Menghadapi Bencana Adaptif dan responsif adalah sikap yang memungkinkan manusia untuk dapat bertahan dalam berbagai kondisi. Tak terkecuali dalam kondisi bencana. Kita telah menyaksikan bagaimana masyarakat Yogyakarta berusaha untuk beradaptasi di kala terjadi erupsi Merapi. Kita juga telah melihat bagaimana masyarakat Indonesia berlomba-lomba memberikan respon terhadap fenomena alam ini. Tergabungnya masyarakat menjadi relawan, mengalirnya sumbangan kemanusiaan, hingga aksi pembagian nasi bungkus, merupakan contoh wujud kepedulian masyarakat. Berlokasi kurang lebih 26 km dari puncak Merapi, UGM pun turut merasakan dampak erupsi tersebut. Oleh karenanya, sikap adaptif dan responsif sangat diperlukan dalam situasi seperti ini. Penundaan acara Wisdom 2010, peniadaan wisuda, dan liburnya kegiatan akademik menandakan betapa erupsi Merapi kali ini memberi pengaruh sangat besar. Terganggunya beberapa jadwal membuat UGM harus kembali merancang rencana kegiatan yang sempat tertunda. Namun, di sisi lain UGM pun mendapat kesempatan untuk mengabdi di masa bencana. Sebagai institusi yang mewadahi kaum intelektual, UGM diharapkan dapat memberikan respon yang tepat dan cepat berkaitan erupsi Merapi. Membuka Gelanggang Mahasiswa dan Gedung Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri sebagai posko pengungsi merupakan reaksi yang bijaksana. Hal ini membuktikan UGM masih berusaha menunjukkan posisinya sebagai kampus kerakyatan. Seiring dengan stabilnya kondisi Merapi, rutinitas di UGM pun berangsur normal. Perkuliahan telah dimulai, begitu pula dengan aktivitas UKM maupun kegiatan lainnya. Barak pengungsian di berbagai tempat mulai sepi. Meski begitu, seiring dengan berakhirnya masa tanggap darurat bencana semoga tak lantas mengakhiri kepedulian civitas akademika. Semoga sikap saling membantu yang akhir-akhir ini sangat terlihat akan terus mewarnai keseharian mahasiswa. Ya, semoga kepekaan terhadap kondisi sesama ini bukan sekadar sikap latah. Jika kepedulian terus dijaga, maka UGM beserta warganya akan turut merasakan manfaat yang lebih besar. Tim Redaksi
Penerbit: SKM Bulaksumur. Pelindung: Prof Dr Soedjarwadi M Eng, Drs Haryanto M Si. Pembina: Drs Ana Nadhya Abrar MES. Pemimpin Umum: Beryl Girsang Sekretaris Umum: Syefi Nuraeni F. Pemimpin Redaksi: Rifki Amelia Fadlina. Sekretaris Redaksi:Febriani. Editor: Lutfia K. Redaktur Pelaksana: Anindita I, Arsyadani S, Annisa IT, Amanatia J, Aghnia RS, Candraditya, Dwi AP, Galih M, Kusriniarti D, M Izuddin, Nuraini S, Noor RW, Novrita H, Ontin F, , Primastuti MW, Rara A, Risa L, Salsabila S, Sarah K, Shinta DJ, Siti Alifah FD, Tifani WS, Tanti K, Yogi A, Yurianti D Manajer Iklan dan Promosi:Diah S. Sekretaris Iklan dan Promosi: Gina DP. Staf Iklan dan Promosi: Ajeng P, Aprilianto S, Berta MS, Budi L, Galih R, M. Alfi, Yanuar M, Cicilia LG, F Yogi, Febrianti R, Helmi A, Indy F, Mumpuni GL, Rizka K, Rio HP, S Ardhi R, Tina TH, Yuli NS, Kepala Litbang: Sidiq Hari Madya. Sekretaris Litbang: Rizkiya AM. Staf Litbang: Aziz S, Dwi A, Junaedi G , M Shidiq, Rizal Y, Erik BS, Satria Aji I . Kepala Produksi:Remo A. Sekretaris Produksi: Arrina M. Korsubdiv Fotografer: Rizky A. Anggota: Anditya EP, Azizah LA, Hale AW, Imam S, Qholib GHS. Korsubdiv Lay-Outer: Dian K. Anggota: Addina F, Ahmad W, Pandu Wira MS, Yoana WK. Korsubdiv Ilustrator: Bayu A. Anggota: Arsoluhur. Korsubdiv Webdesain: Ali Iqbal. Anggota: Dio FA Magang: Adinda RK, Ahmad SPU, Dewi AN, Emma AM, Franciscus ASM, Indah P, Kalikautsar, Khairunnisa, Laila N, Mestika EA, Muhammad FA, Nadhila A, Pipit N, Pipit S, Putri EJ, Resti P, Rheza RU, Sekar L, Tjioe LN, Tri P, Vinalia EW, Winny WM, Yusuf AW, A. Bekti, Agung A, Anggrata A, Bunga A, Daimas, Dewinta P, Dyta WEP, Faiz IP, Firsty, Galety S, Hanum SN, Hardita L, Irsa NP, Lukluk S, M. Taufiq R, Nendisi A, Oki PS, Pardika D, Rendi R, Ridha A, Rizky Y, Ulya A, Winda A, Yong WA, Erwinto S, M.Kevin J, Isnaini R, Rahmi SF, Robertus SP, Shabrina HP, Tyas NA, Wandi DS, Ardian ABS, Ahmad FR, Novandar DPA, Zakiah I, Ardista K, C. Bamby, Fikri RK, Irma S, Ivandhara W, Malika M, Chilmi N, Danastri RN, Geni S, Damar PW, Ferdi A, Fitri CSH, M. Rohmani, Nisa TL. Alamat Redaksi, Iklan dan Promosi: Bulaksumur B-21 Yogyakarta 55281. Telp: 085743365952. E-mail: bulaksumur_mail@yahoo.com. Homepage: http://www.bulaksumur-online.com. Rekening Bank: Bank Danamon Cabang Diponegoro Yogyakarta 89924393 a.n. Diah Sri Utari.
ACABUKUBARU
Kegigihan Demi Kemajuan Pendidikan
Judul Buku Penulis Jumlah Halaman Tahun Terbit Penerbit
: Sepotong Janji : Gelora Mulia Lubis : 216 halaman : 2010 : Afra Publishing
Sebuah cerminan wajah pendidikan Indonesia. Novel “Sepotong Janji� ini berkisah tentang Marfuddin Lubis, seorang sarjana yang mengabdi untuk mengajar anakanak kampung di daerah Tapanuli, Sumatera Utara. Dengan honor yang tak seberapa di tengah kebutuhan hidup yang menggila, ia tetap bersikukuh menjadi guru di dua sekolah swasta. SMP Islam Nurazizi dan Madrasah Aliyah Amaliyah
menjadi saksi bisu perjuangannya. Jumlah siswa di kedua sekolah tersebut semakin sedikit. Bahkan suatu ketika, pemilik yayasan SMP Islam Nurazizi menjual tanah dan bangunan sekolah tersebut tanpa mempedulikan kelanjutan nasib para siswa dan guru. Tak hanya itu, masalah semakin bertambah ketika satu per satu guru di Madrasah Aliyah Amaliyah pergi dari sekolah. Mereka memilih mengajar di SMA Harapan Bangsa, sekolah baru berbasis internasional yang menawarkan gaji menggiurkan. Lalu bagaimana perjuangan Marfuddin Lubis selanjutnya? Novel ini kembali membuka mata masyarakat bahwa guru adalah sosok yang sangat dibutuhkan di bidang pendidikan. Apalagi tokoh utama dalam novel ini diceritakan menghadapi banyak tantangan untuk memperjuangkan apa yang ia yakini sebagai kebenaran. Keterbatasan materi tak membuat Marfuddin Lubis menghentikan perjuangannya. Cerita dengan tema besar pendidikan ini disampaikan dengan alur maju. Pemilihan kata yang menarik membuat pembaca tak bosan membaca lembar demi lembar novel ini. Novel ini juga mengajak pembaca memahami perjuangan dengan kalimat yang mudah dipahami. Kalimat narasi yang digunakan
pun membuat pembaca terbawa dalam setting tempat yang diceritakan. Penulis sukses membawakan cerita yang berisi tanpa menghilangkan kesan santai. Bagi pelajar dan pengajar, novel ini juga menjadi motivasi untuk terus berjuang meningkatkan kualitas pendidikan bangsa ini. Namun, novel ini mempunyai kelemahan seperti pemilihan tema yang sudah sering dijumpai dalam beberapa novel. Variasi yang digunakan penulis pun kurang, seperti setting tempat yang berkutat di Pulau Sumatera. Kesan ingin mengikuti kepopuleran novel Laskar Pelangi pun terlihat jelas dalam novel ini. Ditambah lagi akhir cerita yang mudah ditebak menambah daftar kelemahan novel ini. Meski begitu,novel ini sangat direkomendasikan untuk mahasiswa ataupun masyarakat yang bekerja di sektor pendidikan. Cerita yang sangat kental dengan nuansa perjuangan di bidang pendidikan diharapkan membuat masyarakat lebih semangat untuk melakukan hal yang sama. Maka, tak ada salahnya bila kita meluangkan waktu sejenak membaca novel ini dan memahami lebih dalam arti penting sebuah pendidikan. Tio
FOKUS Tetap Aktif Selama Erupsi Merapi Erupsi Merapi tak lantas menghentikan seluruh kegiatan di UGM. Banyak pihak justru beramairamai merancang aktivitas sehubungan dengan fenomena alam ini.
eza/ si: R
tra Ilus
4
I 182
Bul
FOKUS Kondisi Tak Stabil Sebabkan Aktivitas Terhenti Berbagai kebijakan diambil oleh UGM sehubungan dengan masa tanggap darurat bencana Gunung Merapi.
Ilus
tras
i: B
amb
y/ B
ul
5
BICARA dJOGJA
Goa Selarong, Berdiri Merekam Histori Foto: Zaki
Perang Diponegoro telah berlangsung ratusan tahun lalu. Namun, rekaman sejarahnya masih dapat dilihat di Goa Selarong hingga kini. Sejuk dan rindang adalah kesan pertama ketika memasuki kawasan goa. Dari kejauhan telah tampak deretan anak tangga yang siap untuk ditapaki. Keletihan meniti tangga pun terbayar setelah mengetahui kisah sejarah yang tersimpan di balik kokohnya goa. Saksi bisu sejarah Objek wisata yang sebelumnya bernama Goa Secang ini berlokasi di Dukuh Kembang Putihan, Guwosari, Pajangan, Bantul. Selarong sendiri berasal dari kata sila-rong, yang berarti bersila di dalam goa. Dahulu, Pangeran Diponegoro dan Pangeran Mangkubumi beserta keluarganya berusaha meloloskan diri dari serangan Belanda dengan menggunakan kuda menuju Selarong. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 20 Juli 1825 yang menandai mulainya Perang Diponegoro. Pangeran Diponegoro kemudian menjadikan Selarong sebagai pusat perjuangan dan pengaturan siasat perang. Goa ini terbagi menjadi dua bagian yakni Goa Kakung dan Goa Putri. Goa Kakung berukuran 3x2x1,5 meter yang digunakan sebagai tempat persembunyian Pangeran Diponegoro beserta prajuritnya. Sedangkan Goa Putri yang berukuran lebih besar yakni 12X10X1,5 meter ditempati para putri dan istri prajurit. Di bagian barat goa juga terdapat air terjun yang menambah pesona tersendiri. Penggalan sejarah tentang Pangeran Diponegoro menjadi daya tarik tersendiri bagi akademisi. “Banyak kok mahasiswa UGM yang datang ke sini untuk meneliti,” ungkap Arief, penjaga pintu goa. Berkat penelitian para akademisi
6
I 182
ini, ditemukanlah artefak-artefak seperti arca, lumpang, dan pipisan di lokasi sekitar goa. Budaya dan ekonomi Kisah-kisah masa lalu kerap hadir dalam hal-hal berbau mistis. Hal ini dirasakan oleh warga sekitar. “Kami sering mendengar suara harimau serta lantunan ayat suci para jin berjubah putih,” ungkap Suro, petugas kebersihan goa. Terkait hal-hal tersebut, warga juga kerap menyiapkan persembahan berupa bunga mawar setiap Selasa dan Jumat Kliwon. Tak hanya warga, pengunjung dari luar kota juga sering datang mencari pesugihan. Di luar hal-hal mistis, Goa Selarong turut memainkan peranan dalam pengembangan kebudayaan masyarakat sekitar. Goa ini menjadi lokasi pelaksanaan grebeg tahunan yang digelar warga setiap bulan Juli. Warga dari 18 desa mengarak gunungan hasil bumi yang terdiri dari ketela, padi, jagung, serta buah-buahan. Gunungan ini diarak dari kelurahan menuju pelataran goa yang kemudian diperebutkan oleh warga. Tradisi ini merupakan wujud syukur mereka kepada Sang Pencipta. Keberadaan Goa Selarong juga cukup penting untuk menggerakkan roda ekonomi. Lokasi goa yang menjadi objek wisata untuk umum, mampu membuka peluang usaha bagi warga sekitar. Beberapa perajin seperti perajin kipas
dan patung membuka lapak untuk menjajakan hasil karya mereka. Para perajin ini bahkan juga bertempat tinggal di sekitar goa. Sebenarnya, pemerintah pernah memiliki rencana untuk memindahkan warga tetapi warga menolaknya. “Mau gimana lagi, sudah dari lahir tinggal di sini,” ujar Gio, salah satu perajin yang tinggal di kawasan goa.
Foto: Izat
Sayangnya, pengelolaan objek wisata yang kaya nilai historis ini tak mendapat cukup perhatian. “Kebersihan goa kurang terjaga dan banyak bagian bangunan yang rusak,” keluh Rahma, pengunjung asal Bantul. Selain itu, Goa Selarong juga tidak dilengkapi dengan keterangan pendukung mengenai sejarah terkait. Hal ini membuat pengunjung kurang mengetahui keistimewaan Goa Selarong. Padahal di balik kesederhanaannya, goa ini menyimpan banyak cerita menarik. Febri, Nisa
Flash
Parkir Sebabkan Macet
Setiap hari, di sepanjang Jl Kesehatan, tepatnya di depan RSUP Dr Sardjito, aktivitas lalu lintas tampak begitu padat. Puncak kemacetan terjadi pada pagi dan siang hari. Kemacetan ini dikarenakan badan jalan tidak dapat digunakan secara maksimal akibat terpotongnya sebagian jalan sebagai lahan parkir. Padahal, rambu larangan parkir terlihat jelas hampir tiap 25 meter di sepanjang jalan tersebut. Teks dan foto: Ardian/ Bul
7
STRIP
Libur Merapi
Ilustrasi : Adis / Bul
8
I 182
KAMPUSIANA Pembangunan Jembatan Penghubung FK dan RSUP Dr Sardjito Fakultas Kedokteran (FK) dan RSUP Dr Sardjito bekerja sama membangun jembatan yang melintang di atas Jalan Kesehatan UGM. Jembatan ini menghubungkan gedung Radio Putro di FK dan gedung Instalasi Rawat Jalan unit IV RSUP Dr Sardjito. Pembangunan jembatan dimulai Juni 2010 lalu. Saat ini, pembangunan tersebut sudah sampai tahap penyelesaian struktur. Tahap finishing diharapkan dapat selesai akhir Februari 2011. Pembangunan jembatan ini bertujuan mempermudah mobilitas mahasiswa, dosen, dan pasien. FK dan RSUP Dr Sardjito merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Namun, kedua tempat itu dipisahkan oleh jalan yang cukup ramai. “Sehingga dirasa menyusahkan jika harus bolakbalik menyeberangi jalan, padahal mobilitas cukup tinggi,” tutur Prof dr Ngatidjan MSc Sp FK (K), Manajer Keuangan dan Administrasi FK, sekaligus ketua panitia pembangunan jembatan ini. Hal senada diungkapkan
Foto: Rizki / Bul
Dr Riati Sri Hartini (S2 Kedokteran '10). ”Jembatan ini bisa memudahkan hubungan antara FK dan Sardjito. Ide pembangunan jembatan antara FK dan RSUP Dr Sardjito sebenarnya sudah tercetus tahun 2007. “Namun baru sempat terealisasi sekarang, karena beberapa hal,” ujar Ngatidjan. Dana pembangunan ditanggung bersama oleh FK dan RSUP Dr Sardjito. FK membiayai pembangunan struktur, sementara RSUP Dr Sardjito menanggung biaya finishing. Dana FK berasal dari dana masyarakat yang dialokasikan untuk sarana dan prasarana, salah satunya dari Sumbangan Peningkatan Mutu Akademik (SPMA).
Di awal pembangunan, sempat terjadi perubahan rancangan terkait ketinggian jembatan. Awalnya, jembatan dirancang memiliki ketinggian 6,7 meter dari jalan, menghubungkan lantai 2 antargedung. Namun, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil) Yogyakarta meminta agar ketinggian jembatan dari jalan dinaikkan, karena khawatir mengganggu lalu lintas. Akhirnya jembatan dibangun dengan ketinggian 8,2 meter dari jalan raya, menghubungkan antar lantai 3. Selain itu, tidak ada hambatan lain yang cukup berarti. ”Hanya dulu sempat tersendat karena menunggu pemindahan tiang listrik di pinggir jalan sana (Jalan Kesehatan,-Red),” terang Pario, pelaksana dari perusahaan konstruksi PT Putra Kharisma Sejahtera yang menangani pengerjaan struktur jembatan. Salsa
Fakultas Kedokteran Pecahkan Rekor MURI Dalam rangka memeringati hari AIDS sedunia yang jatuh pada 1 Desember, mahasiswa Fakultas Kedokteran menggelar kegiatan jalan sehat. Acara yang sekaligus menjadi ajang pemecahan rekor MURI ini bertajuk “Longmarch FK-Sunday Morning-Lapangan Pancasila, Pemecahan Rekor MURI Pita Terpanjang 500 m”. Kegiatan longmarch ini digelar pada Minggu (28/11). Kegiatan ini juga bertujuan untuk memberikan edukasi singkat kepada masyarakat mengenai HIV/AIDS. Rangkaian acara longmarch dimulai dengan konvoi menggunakan baju merah, dimulai dari Grha Sabha Pramana (GSP) dan berakhir di Lapangan Pancasila. Acara semakin menarik dengan seremonial pemotongan pita merah sepanjang 500 m dan lebar 1,5 m yang menjadi puncak pemecahan rekor MURI. Selain itu, acara juga dimeriahkan dengan adanya pertunjukan musik oleh Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA).
Peserta longmarch pun semakin paham tentang HIV/AIDS karena dalam kegiatan ini diadakan pula sesi tanya jawab dengan para ODHA. Menurut ketua panitia longmarch, Fabiola Supit (Kedokteran '09), inti kegiatan ini adalah bagaimana membuat masyarakat paham mengenai HIV/AIDS. Selain itu juga agar masyarakat mengerti bagaimana harus bersikap terhadap orang yang terkena HIV/AIDS. “Selama ini kan kita cenderung menjauhi orangnya. Padahal itu (menjauhi,-Red) adalah tindakan diskriminatif. Seharusnya penyakitnya yang dijauhi bukan orangnya,” papar Fabiola. Dalam peringatan hari AIDS sedunia tahun ini, longmarch digelar serempak di delapan kota seperti Jakarta, Bandung, dan Semarang. Acara serupa tersebut terselenggara di bawah koordinasi Scora Cimsa, organisasi yang bergerak di bidang HIV/AIDS. Menurut ketua Scora Cimsa, Alessandro Alfieri eran '08), diadakannya longmarch di berbagai kota bertujuan agar
Foto : Izat / Bul
masyarakat terutama generasi muda sadar mengenai bahaya HIV/AIDS. “Banyak hal yang dapat digunakan untuk menekan angka prevalensi AIDS di Indonesia, salah satunya adalah dengan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai AIDS itu sendiri. Dan semoga acara ini (longmarch,-Red) dapat membantu masyarakat untuk mengatahui apa itu AIDS,” tutupnya. Ipeh
9
8
I 176